147754389-Proposal-Farmasi.pdf

download 147754389-Proposal-Farmasi.pdf

of 20

Transcript of 147754389-Proposal-Farmasi.pdf

  • BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar BelakangObat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya

    interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa

    makanan , minuman ataupun obat-obatan. Pemakaian obat yang tidak

    rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan

    karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara,

    pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan

    temuan telah menunjukkan bahwa pemakaian obat jauh dari keadaan

    optimal dan rasional sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak

    diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat (Anonim,2005). Salah

    satunya apabila terdapat interaksi obat yang merugikan bagi pasien.

    Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat

    pemakaianobat dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk

    obat tradisional dan senyawa kimia lain. Suatu interaksi bisa

    terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat

    herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam

    lingkungan. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing

    satu dengan yang lainnya, atau yang terjadi ketika satu obat hadir

    bersama dengan obat yang lainnya (Stockley, 2008). Interaksi obat

    yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat

    sekaligus dalam satu periode (polifarmasi ) digunakan

    bersama-sama. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering

    mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat)

    karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga

    sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang di pengaruhi

    tingkat keparahan penyakit atau usia. Interaksi antar obat dapat

    berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yang

    menguntungkan, misalnya (1)Penicillin dengan probenesit : probenesit

    1

  • menghambat sekresi penilcillin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan

    kadar penicillin dalam plasma dan dengan demikian meningkatkan

    efektifitas dalam terapi gonore; (2)Kombinasi obat antihipertensi:

    meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek samping; (3)Kombinasi

    obat anti kanker juga meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek

    samping (4)kombinasi obat anti tuberculosis: memperlambat

    timbulnya resistensi kuman terhadap obat; (5)antagonisme efek toksik

    obat oleh anti dotnya masing-masing. Interaksi obat secara klinis

    penting bila berakibat peningkatantoksisitas dan/atau pengurangan

    efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut

    obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang

    rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat

    sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa

    digunakan bersama-sama.

    Kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar dengan

    meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam

    pengobatan saat ini dan kecenderungan polifarmasi. Telah menjadi

    semakin sulit bagi dokter dan apoteker untuk akrab dengan seluruh

    potensi interaksi (Tatro, 2001). Sebuah studi yang melibatkan 9900

    pasien dengan 83200 paparan obat, 234 (6,5%) dari 3600 pasien

    mengalami reaksi obat merugikan yang termasuk ke dalam kategori

    interaksi obat. Studi lain yang dilakukan oleh Gallery et al., (1994)

    menemukan bahwa dalam peresepan dengan total jumlah pasien

    sebanyak 160 pasien, terjadi 221 interaksi obat, sebanyak 24 kasus

    (10,85%) termasuk kategori severe, 115 kasus (52,03%) termasuk

    kategori moderate dan 82 kasus (37,12%) termasuk kategori low.

    Studi lain yang dilakukan oleh Hajebi et al., (2000) mengevaluasi

    interaksi obat pada 3130 resep dari 4 bagian di sebuah rumah sakit

    2

  • pendidikan, hasilnya menunjukkan bahwa dari 3130 resep terjadi 156

    kejadian interaksi obat (Nazzari dan Mochadam, 2006).

    Penelitian yang dilakukan disalah satu apotek di Jakarta, di peroleh

    persentase obat oral Kardiovaskular yang rasional pada sampel yang

    dibatasi 138 lembar resep adalah 89,86% (124 lembar resep) dan

    sisanya 10,14% (14 lembar resep) dinyatakan tidak rasional jika

    ditinjau dari interaksi obat yang terjadi. Ketidakrasionalan obat yang

    terjadi karena ketidak sesuaian kombinasi obat dalam satu resep yang

    mengakibatkan terjadinya interaksi antar obat yang dapat

    mengakibatkan kehilangan kerja obat, berkurangnya efek obat, dan

    peningkatan toksisitas obat (Herianto, dkk., 2006).

    Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi interaksi yang

    melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang

    mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik

    dapat terjadi pada beberapa tahap, meliputi absorpsi, distribusi,

    metabolisme, atau ekskresi. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi

    dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi

    (Fradgley, 2003). Beberapa kejadian interaksi obat sebenarnya dapat

    diprediksi sebelumnya dengan mengetahui efek farmakodinamik serta

    mekanisme farmakokinetik obat-obat tersebut. Pengetahuan

    mengenai hal ini akan bermanfaat dalam melakukan upaya

    pencegahan terhadap efek merugikan yang dapat ditimbulkan akibat

    interaksi obat (Quinn dan Day, 1997). Keparahan/severitas interaksi

    juga harus diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

    level yaitu minor, moderate, dan major atau severe, moderate dan

    low. Sebuah interaksi termasuk ke dalam severitas severe jika

    interaksi mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial

    berbahaya

    3

  • terhadap pasien jika terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan

    absorbsi ciprofloxacin oleh antasida ketika dosis diberikan kurang dari

    dua jam setelahnya. Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan

    moderate jika satu dari bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien,

    dan beberapa tipe intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi

    moderate mungkin menyebabkan perubahan status klinis pasien,

    menyebabkan perawatan tambahan, perawatan di rumah sakit dan

    atau perpanjangan lama tinggal di rumah sakit. Contohnya adalah

    dalam kombinasi vancomicin dan gentamicin perlu dilakukan

    monitoring nefrotoksisitas. Sebuah interaksi termasuk ke dalam

    keparahan low jika terdapat probabilitas yang tinggi kejadian yang

    membahayakan pasien termasuk kejadian yang menyangkut nyawa

    pasien dan terjadinya kerusakan permanen. Contohnya adalah

    perkembangan aritmia yang terjadi karena pemberian eritromisin dan

    terfenadin (Bailie, 2004).

    Tidak semua interaksi obat akan bermakna secara signifikan,

    walaupun secara teoritis mungkin terjadi. Banyak interaksi obat yang

    kemungkinan besar berbahaya terjadi hanya pada sejumlah kecil

    pasien. Namun demikian, seorang farmasis perlu selalu waspada

    terhadap kemungkinan timbulnya efek merugikan akibat interaksi obat

    ini untuk mencegah timbulnya risiko morbiditas atau bahkan mortalitas

    dalam pengobatan pasien (Rahmawati, 2006).

    B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan

    masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

    a. Apakah terjadi interaksi obat pada pasien berdasarkan significance

    code di Rumah Sakit Umum Ciamis?

    b. Berapa persen interaksi obat yang terjadi pada pasien

    berdasarkan significance code di Rumah Sakit Umum Ciamis?

    4

  • C. Batasan Masalaha. Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

    b. Periode ( X-Y )

    D. Tujuan1. Tujuan umum

    Untuk mengetahui persentase dari interaksi obat yang terjadi pada

    pasien di ruangan X berdasarkan significance code 1,2,3 dan 4.

    2. Tujuan khusus

    Menganalisis terjadinya interaksi obat terhadap pasien di ruangan

    X melalui rekam medic di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.

    E. Manfaat Penelitiana. Manfaat umum

    b. Manfaat khusus

    F. Keaslian PenelitianNama Peneliti Judul Penelitian Tahun

    Nopi Susanti

    ANALISIS INTERKASI OBAT PADA PASIEN

    RUANGAN X di WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT

    UMUM DAERAH CIAMIS

    2013

    5

  • BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori1. Pasien

    Pasal 1 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

    Kedokteran menjelaskan definisi pasien adalah setiap orang yang

    melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

    pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun

    tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.

    a. Hak-Hak Pasien

    Hak-hak yang dimiliki pasien sebagaimana diatur dalam Pasal 52

    Undang-undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,

    adalah :

    1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan

    medis;

    2) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

    3) Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

    4) Menolak tindakan medis;

    5) Mendapatkan isi rekam medis.

    b. Kewajiban-Kewajiban Pasien

    Kewajiban pasien yang diatur dalam Pasal 53 Undang-undang No.

    29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ini adalah:

    1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

    kesehatanya

    2) Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter atau doter gigi

    3)Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan

    4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

    6

  • 2. Obat

    Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan,

    hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan

    untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan

    atau menyembuhkan penyakit.

    Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal

    dan ada pula yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu

    serta telah diuji khasiatnya. Yang terakhir inilah yang lazim dikenal

    sebagai obat. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau

    khasiatnya bisa didapatkan.

    Macam-macam obat :

    a. Obat bebas

    Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan

    ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna

    hijau. Dalam obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama

    dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis dan aturan pakai, nomor

    batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik serta cara

    penyimpanannya.

    b. Obat bebas terbatas

    Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan

    yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas

    termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang

    digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan

    lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai

    dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

    6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 ada tanda

    peringatan P. No.1 sampai P.No.6 dan harus ditandai dengan

    etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang

    bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang

    digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi,

    7

  • nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi,

    cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi.

    c. Obat keras

    Obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,

    dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan

    lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat

    huruf "K" yang menyentuh lingkaran hitam tersebut. Termasuk

    juga semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang

    digunakan secara parenteral baik dengan cara suntikan

    maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek

    jaringan.

    3. Interaksi Obat

    Interaksi obat merupakan peristiwa yang terjadi karena

    perubahan efek obat pertama oleh pemberian obat lain

    sebelumnya atau secara bersamaan. Interaksi obat dianggap

    penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan

    atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama

    bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit

    (Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008: 8 14).

    Teori Lain Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat

    mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan

    atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang

    tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita

    adalah antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa

    saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal,

    obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan

    infus.

    Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses,

    antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut,

    seperti absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eksresi (ADME)

    8

  • obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari

    sifat- sifat farmakodinamik obat tersebut, misal pemberian

    bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk

    reseptor yang sama. Pemberian obat-obatan merupakan

    bagian dari terapi medis terhadap pasien. Ketika dikonsumsi,

    obat dapat mempengaruhi status gizi seseorang dengan

    mempengaruhi makanan yang masuk (drug-food interaction).

    Hal sebaliknya juga dapat terjadi, makanan yang masuk juga

    dapat mempengaruhi kerja beberapa obat-obatan (food-drug

    interaction).

    Interaksi obat menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi : 1. Interaksi Obat dengan obat

    a. Interaksi Farmakokinetik

    b. Interaksi Farmakodinamika

    2. Interaksi Obat dengan makanan

    a. Interaksi farmakokinetik

    Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi

    absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Interaksi ini

    meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam

    tubuh) untuk menimbulkan efek farmakologinya. Interaksi

    farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang

    segolongan dengan obat yang berinteraksi sekalipun struktur

    kimianya mirip, karena antar obat segolongan terdapat variasi sifat-

    sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat

    farmakokinetiknya.

    ABSORPSI

    Absorpsi obat tergantung pada formulasi farmasetik, pKa dan

    kelarutan obat dalam lemak, pH, flora usus, dan aliran darah dalam

    organpencernaan. Dalam hal ini perlu dibedakan antara interaksi

    yangmengurangi kecepatan absorpsi dan interaksi yang

    9

  • mengurangi jumlahobat yang diabsorpsi. Sebagian besar interaksi

    yang berkaitan denganabsorpsi, tidak bermakna secara klinis dan

    dapat diatur denganmemisahkan waktu pemberian obat.Obat-obat

    yang digunakan secara oral biasanya diserap darisaluran cerna ke

    dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadiinteraksi

    selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat

    terjadimelalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar

    obatdiabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari

    daerah dengan kadar tinggi ke daerah dengan kadar obat yang

    lebih rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan obat melawan

    gradienkonsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul yang larut air)

    dan proses ini membutuhkan energi. Absorpsi obat secara transport

    aktif lebih cepat daripada secara tansport pasif. Obat dalam bentuk

    tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel,

    sedangkan obat dalam bentukterion tidak larut lemak dan tidak

    dapat berdifusi. Di bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak

    tertunda tetapi tingkat absorpsinya biasanyasempurna.Bila

    kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara signifikan akan

    lebih mudah terjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek

    atau bila dibutuhkan kadar puncak plasma yang cepat untuk

    mendapatkan efek. Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi

    antara lain :

    a. Interaksi langsung

    Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen

    saluran cernasebelum absorpsi dapat mengganggu proses

    absorpsi. Interaksi inidapat dihindarkan atau sangat dikuangi

    bila obat yang berinteraksidiberikan dalam jangka waktu

    minimal 2 jam.

    10

  • 2. Perubahan pH saluran cerna

    Cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat adanya

    antasid,akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam

    yang sukar larut dalam saluran cerna, misalnya aspirin. Dengan

    demikiandipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan

    mempercepatabsorpsinya. Akan tetapi, suasana alkalis di

    saluran cerna akanmengurangi kelarutan beberapa obat yang

    bersifat basa (misalnyatetrasiklin) dalam cairan saluran cerna,

    sehingga mengurangiabsorpsinya. Berkurangnya keasaman

    lambung oleh antasidaakan mengurangi pengrusakan obat yang

    tidak tahan asamsehingga meningkatkan bioavailabilitasnya.

    Ketokonazol yang diminum per oral membutuhkan medium

    asam untuk melarutkan sejumlah yang dibutuhkan sehingga

    tidak memungkinkan diberikan bersama antasida, obat

    antikolinergik, penghambatan H2 atau inhibitor pompa proton

    (misalnya omeprazol). Jika memang dibutuhkan, sebaiknya

    abat-obat ini diberikan sedikitnya 2 jam setelah pemberian

    ketokonazol.

    a. Interaksi Farmakodinamik

    Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang

    bekerja padasistem fisiologik yang sama sehingga terjadi

    efek yang sinergistik atauantagonistik. Interaksi

    farmakodinamik merupakan sebagian besar dariinteraksi

    obat yang penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi

    farmakokinetik, interaksi farmakodinamik seringkali dapatdi

    ekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat

    yangberinteraksi, karena penggolongan obat memang

    berdasarkan perlamaan efek farmakodinamiknya. Disamping

    itu, kebanyakan interaksi farmakodinamik dapat diramalkan

    kejadiannya, karena itu dapat dihindarkan bila dokter

    11

  • mengetahui. Efek yang terjadi pada interaksi farmakodinamik

    yaitu :

    a. Sinergisme Interaksi Farmakodinamik

    yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara

    dua obat yang bekerja pada sistem organ, sel atau

    enzim yang sama dimana kekuatan obat pertama

    diperkuatoleh kekuatan obat yang kedua, karena

    efek farmakologisnya searah, misalnya Sulfonamid

    mencegah bakteri untuk mensintesa dihidrofolat,

    sedangkan trimetoprim menghambat

    reduksidihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Kedua

    obat ini bila diberikanbersama-sama akan memiliki

    efek sinergistik yang kuat sebagaiobat anti

    bakteri.Bila jumlah kekuatannya sama dengan

    jumlah kekuatan masing-masing obat disebut adisi

    atau sumasi misalnya asetosal danparasetamol.

    Bila jumlah kekuatannya lebih besar dari

    kekuatanmasing-masing obat disebut potensiasi ,

    misalnya banyak diuretika yang menurunkan kadar

    kalium plasma, dan yang akanmemperkuat efek

    glikosid jantung yang mempermudah timbulnya

    toksisitas glikosid, kemudian penghambat

    monoamin oksidase meningkatkan jumlah

    noradrenalin di ujung syaraf adrenergik dan karena

    itu memperkuat efek obat-obat seperti efedrin dan

    tiramin yang bekerja dengan cara melepaskan

    noradrenalin.

    b. Antagonisme

    Dimana kegiatan obat pertama dikurangi atau

    ditiadakan samasekali oleh obat yang kedua karena

    mempunyai khasiatfarmakologi yang ber

    12

  • tentangan, misalnya antagonis reseptor

    beta( beta bloker) mengurangi efektifitas obat-obat

    bronkhodilator seperti salbutamol yang merupakan

    agonis beta reseptor. Hal ini dapat disebabkan

    karena mempunyai reseptor yang samasehingga

    terjadi persaingan ( kompetitif ).

    B. Landasan Teori 1. Significance code :

    a. Sangat signifikan secara klinis Interaksi obat yang merugikan dari potensi besar untuk pasien,

    yang diprediksi atau sering dan yang didokumentasikan dengan

    baik.

    b. Cukup signifikan secara klinis Interaksi obat berbahaya yang potensial serta moderat untuk

    pasien, yang kurang dapat diprediksi atau sering dan yang

    kekurangan dokumentasi lengkap.

    c. Minimal klinis signifikanInteraksi obat berbahaya yang potensial, sedikit pasien yang

    memiliki prediktabilitas variabel atau jarang terjadi dan memiliki

    dokumentasi kecil.

    d. Tidak signifikan secara klinisInteraksi obat di mana dokumentasi mungkin didasarkan pada

    pertimbangan teoritis efeknya tidak signifikan secara klinis dan

    tidak ada efek samping yang diharapkan.

    2. Analisis statistik

    Merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan data,

    mengolah, menarik kesimpulan dan membuat keputusan berdasar

    analisis data, untuk menghitung besarnya anggota sampel,

    menyajikan data berupa gambar, grafik, tabel, diagram serta alat

    13

  • untuk analisis data. Metode statistik ini adalah alat yang membantu

    peneliti untuk memudahkan memahami dan memberikan makna

    dari data penelitian yang diperoleh. Tugas peneliti untuk

    memberikan interpretasi terhadap data yang diperoleh dan

    membahasnya lebih lanjut secara lebih mendalam dan

    komprehensif berdasarkan teori-teori yang mendukung serta fakta

    yang terjadi di lapangan. Maka dalam penelitian ini metode analisis

    statistik sangat penting dan sangat bermanfaat. Untuk lebih

    memudahkan penelitian ini menggunakan analisis statistik

    persentase karena tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa

    persen tingkat kesalahan yang terjadi di tempat penelitian.

    3. Analisis statistik persentase

    Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui jumlah atau

    rata rata dari hasil pengumpulan data pada suatu penelitian.

    4. Kerangka konsep

    14

    pasien

    obat

    Rumah Sakit

    Pengambilan Data

    Rekam Medik

    Ruangan X

  • 15

    Analisis Statistik (persentase)

    Hasil

    Interaksi Obat

    (signifikan kode 1,2,3,4)

    periode Jumlah sampel

  • 14

    BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah seluruh dari suatu perencanaan

    disusun sedimikian rupa yang dapat menuntun peneliti untuk dapat

    memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro

    Ismael, 2008). Secara umum rancangan penelitian perencanaan

    seluruh penelitian yang tertuang dalam satu kesatuan naskah secara

    ringkas, jelas dan utuh. Berdasarkan tujuan penelitian rancangan yang

    digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menganalisis interaksi obat

    terhadap pasien berdasarkan significance code melalui rekam medik.

    B. Variabel Penelitiana. Analisis interaksi obat terhadap pasien berdasarkan significance

    code yaitu :

    1. Sangat signifikan secara klinis Interaksi obat yang merugikan dari potensi besar untuk pasien,

    yang diprediksi atau sering dan yang didokumentasikan dengan

    baik.

    2. Cukup signifikan secara klinis Interaksi obat berbahaya yang potensial serta moderat untuk

    pasien, yang kurang dapat diprediksi atau sering dan yang

    kekurangan dokumentasi lengkap.

    3. Minimal klinis signifikanInteraksi obat berbahaya yang potensial, sedikit pasien yang

    memiliki prediktabilitas variabel atau jarang terjadi dan memiliki

    dokumentasi kecil.

    16

  • 4. Tidak signifikan secara klinisInteraksi obat di mana dokumentasi mungkin didasarkan pada

    pertimbangan teoritis efeknya tidak signifikan secara klinis dan

    tidak ada efek samping yang diharapkan.

    b. Pengumpulan data dengan analisis data secara statistik

    (persentase)

    C. Definisi Operasional

    Definisi Operasional Indikator Alat ukur

    Pasien

    Obat

    adalah bahan

    atau zat yang

    berasal dari

    tumbuhan,

    hewan,mineral

    maupun zat

    kimia tertentu

    yang dapat

    digunakan untuk

    mengurangi rasa

    sakit,

    memperlambat

    proses penyakit

    dan atau

    menyembuhkan

    penyakit.

    Nilai persentase

    tertinggi.

    .

    17

  • Interaksi obat

    Adalah

    perubahan efek

    suatu obat

    akibat

    pemakaian obat

    lain (interaksi

    obat-obat) atau

    oleh makanan,

    obat tradisional

    dan senyawa

    kimia lain.

    Interaksi obat

    yang signifikan

    dapat terjadi jika

    dua atau lebih

    obat digunakan

    bersama-sama.

    Signifikan Kode

    D. Populasi dan Sampela. Populasi

    Semua pasien yang dirawat di RSUD Ciamis.

    b. Sampel

    Pasien yang dirawat di ruangan X.

    18

  • E. Prosedur Kerja

    F. Analisis DataKegiatan dalam penelitian dengan melakukan analisis data

    meliputi persiapan, tabulasi (pengolahan data) dan aplikasi data. Data

    yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

    pendekatan kualitatif.

    G. Lokasi dan Waktua. Lokasi : Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

    b. Waktu penelitian : 2013

    19

    Pengajuan kepada pihak

    kampus/akademik

    Dinas kesehatan

    Rumah sakit Ciamis

    Surat izin

    Penelitian

  • ANALISIS INTERKASI OBAT PADA PASIEN RUANGAN X di WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS

    PERIODE X-Y

    PROPOSAL

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Melakukan Penelitian

    Disusun oleh : NOPI SUSANTI

    NIM. 10DF277014

    PROGRAM STUDI D III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

    CIAMIS 2012

    20