144931308201011241
Transcript of 144931308201011241
KORELASI KOLESTEROL-HDL DENGAN IMT PADA
PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD
MOEWARDI SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FAJAR BASKORO GARDJITOG0005094
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2009
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Korelasi Kolesterol-HDLdengan IMT pada Penderita Penyakit Jantung Koronerdi RSUD Moewardi Surakarta
Fajar Baskoro Gardjito, G0005094, Tahun 2009
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji SkripsiFakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret SurakartaPada Hari _______, Tanggal ____________2009
Pembimbing Utama
Nama
: Niniek Purwaningtyas, dr, Sp.JP
NIP
: 131 792 196
(..............................)
Pembimbing Pendamping
Nama
: H. Zainal Abidin, dr, M.Kes
NIP
: 130 543 995
(..............................)
Penguji Utama
Nama
: Diffah Hanim, Dr, dra, M.Si
NIP
: 131 884 421
(..............................)
Anggota Penguji
Nama
: Indriyati, dra.
NIP
: 131 569 277
Surakarta,
(..............................)
Ketua Tim Skripsi
Sri Wahjono, dr, M.KesNIP : 030 134 646
Dekan Fakultas Kedokteran UNS
Prof. Dr. AA. Subiyanto, dr, MSNIP : 030 134 565
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernahdiajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dansepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernahditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalamnaskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 15 Juli 2009
Nama : Fajar Baskoro Gardjito
NIM
: G0005094
ABSTRACT
Fajar Baskoro Gardjito, G0005094, 2009, CORRELATION BETWEEN HDL-CHOLESTEROL AND BODY MASS INDEX IN CORONARY HEARTDISEASES PATIENTS AT RSUD MOEWARDI SURAKARTA, MedicalFaculty, Sebelas Maret University, Surakarta.
Coronary Heart Disease (CHD) is still the leading cause of death in the world.So, it is needed to modify risk factor for CHD as preventive measure. Two offundamental risk factors are blood lipid and body mass index. The aims of thisresearch is to know the relation between HDL-cholesterol and Body Mass Index(BMI) in CHDs patients.This research is analytic observational with cross-sectional method and heldin RSUD Moewardi Surakarta. The research subjects are patients who have generalcheck-up at cardiology lab in RSUD Moewardi which fulfill the inclusion criteria.Result of Pearsons Test showing a negative (r=-0,0395) and significant(p=0,031) correlation between those two variables.This research concludes that BMI as one of risk factor of CHD is significantlyinfluence changes HDL-cholesterol with negative correlation.
Key Word : HDL-cholesterol - Body Mass Index (BMI) - Coronary HeartDisease (CHD)
ABSTRAK
Fajar Baskoro Gardjito, G0005094, 2009, KORELASI KOLESTEROL-HDLDENGAN IMT PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DIRSUD MOEWARDI SURAKARTA, Fakultas Kedokteran, Universitas SebelasMaret, Surakarta.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menempati peringkat tertinggi sebagaipenyebab kematian. Untuk itu diperlukan modifikasi faktor-faktor risiko PJK sebagaisuatu tindakan preventif. Salah satu faktor risiko PJK yang fundamental adalah kadarlipid darah dan indeks massa tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan antara kolesterol-HDL dengan IMT pada penderita PJK.Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan metode cross-sectionaldan dilakukan di RSUD Moewardi Surakarta. Subyek penelitian adalah pasien yangmelakukan general check-up di Lab/SMF Jantung RSUD Moewardi Surakarta yangmemenuhi kriteria inklusi.Hasil dari Uji Pearson menunjukkan korelasi yang negatif (r=-0,0395) dansignifikan (p=0,031) antara dua variabel tersebut.Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT sebagai salah satu faktor risiko PJKsecara signifikan mempengaruhi perubahan kolesterol-HDL dengan korelasi negatif.
Kata Kunci : Kolesterol-HDL - Indeks Massa Tubuh (IMT) - Penyakit JantungKoroner (PJK)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi denganjudul Korelasi Kolesterol-HDL dengan IMT pada Penderita Penyakit JantungKoroner di RSUD Moewardi Surakarta. Laporan skripsi ini disusun sebagai salahsatu syarat dalam meraih gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas SebelasMaret.Pelaksanaan dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari berbagaihambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan, penulis dapatmenyelesaikan skripsi ini. Maka perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin unutk pelaksanaanpenelitian.Sri Wahjono, dr, M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi beserta seluruh staf skripsiyang telah memberi pengarahan.Niniek Purwaningtyas, dr., Sp.JP, selaku pembimbing utama yang telahmembimbing dan memberi masukan dalam pembuatan skripsi.H. Zainal Abidin, dr., M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang telahmembimbing dan memberi motivasi dalam pembuatan skripsiDr. Diffah Hanim, dra., M.Si, selaku penguji utama yang telah memberikanarahan sehingga menjadi koreksi demi kesempurnaan skripsiIndriyati, dra., selaku penguji pendamping yang telah memberikan saran dankritik sehingga menjadi koreksi demi kesempurnaan skripsi.Kepala Bagian Jantung RSUD dr. Moewardi beserta staf yang telah membantudalam penelitian selama pembuatan skripsiKeluargaku tercinta, Bapak, Mama, Mbak Veny, yang telah mendukung danmemotivasi selama pembuatan skripsi, terutama mama, You are The Best Momin The World.My Special, My Yuniar, Thanks for all that youve given to me.
10. Teman-temanku se-FK UNS, terima kasih semuanya.Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk hasilyang lebih baik. Semoga karya ini dapat menjadi masukan bagi Ilmu Kedokteran danjuga masyarakat.
Surakarta, Juli 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 4
LANDASAN TEORI....................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka....................................................................... 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penyakit Jantung Koroner.................................................. 5
Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner........................... 6
Lipid dan Lipoprotein........................................................ 7
Indeks Massa Tubuh.......................................................... 9
Pengaruh IMT Terhadap Penyakit..................................... 11
Pengaruh Obesitas Terhadap Lipid.................................... 14
B. Kerangka Pemikiran..................................................................15
C. Hipotesis....................................................................................15
BAB III
METODE PENELITIAN................................................................. 16
A. Jenis Penelitian..........................................................................16
B. Lokasi Penelitian....................................................................... 16
C. Subyek Penelitian...................................................................... 16
D. Teknik Sampling....................................................................... 17
E. Rumus Sampel.......................................................................... 17
F. Identifikasi Variabel..................................................................18
G. Definisi Operasional..................................................................18
H. Analisis Penelitian.....................................................................19
I.
Instrumentasi Penelitian............................................................ 20
BAB IV
BAB V
BAB VI
HASIL PENELITIAN......................................................................21
PEMBAHASAN.............................................................................. 25
SIMPULAN DAN SARAN............................................................ 28
A. Simpulan................................................................................... 28
B. Saran..........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 29
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data SampelLampiran 2. Ijin Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ambang Batas IMT Tingkat InternasionalTabel 2. Ambang Batas IMT Untuk AsiaTabel 3. Risiko IMT Terhadap Penyakit JantungTabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis KelaminTabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan UmurTabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis KelaminTabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan HDL dan IMTTabel 8. Hasil Uji Korelasi Pearson
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang
sering terjadi di masyarakat. Meskipun terdapat kemajuan besar dalam
pengobatan penyakit kardiovaskuler, banyak orang masih menderita penyakit ini
(Dinarti, 2003). Bahkan, PJK menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian, baik di negara negara maju maupun negara berkembang (Soeharto,
2004).
Pada penelitian di Amerika Serikat, didapatkan bahwa distribusi mortalitas
dari berbagai penyakit kardiovaskuler yang terbanyak adalah PJK dengan
persentase 48 %. Untuk penyakit kardiovaskuler lainnya, stroke memiliki
persentase 17 %; gagal jantung kongestif 5 %; aterosklerosis 2 %; penyakit
jantung reumatik 0,5 %; dan lain-lain sebanyak 23 % (Luepker et al., 2004).
Meskipun PJK dapat terjadi pada berbagai ras di dunia, akan tetapi
insidensinya meningkat tajam pada orang-orang hitam dan Asia Tenggara
(Mackay dan Mensah, 2004). Di Indonesia, penyakit ini menjadi penyebab
kematian terbesar setelah penyakit kongenital (kematian pada periode perinatal)
dan penyakit serebrovaskuler (SEAMIC, 2003). Pada Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT, 2002), didapatkan jantung dan pembuluh darah sebagai
kelompok penyakit utama yang menyebabkan kematian, terutama pada
kelompok umur lebih dari 55 tahun. Bahkan, berdasarkan proyeksi transisi
penyakit pada 2020 mendatang diperkirakan penyakit ini berada pada rangking
pertama pemicu kematian di Indonesia (Brodsky et al., 2003).
Sebagai penyakit yang masih merupakan masalah besar, modifikasi faktor-
faktor risiko PJK memegang peranan penting dalam melakukan pencegahan,
untuk itu, perlu diketahui berbagai faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
PJK. Salah satu penyebab fundamental dari penyakit ini adalah kolesterol dan
lemak dalam darah (Sadewantoro, 2004). Hampir pada semua kasus jantung
koroner didapatkan plak aterosklerosis pada dinding arteri akibat substansi
tersebut. Komplikasi utama terbentuknya plak aterosklerosis ini adalah iskemia
miokardia dan infark miokardia (Berkow dan Fletcher, 2003).
Dislipidemia merupakan kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan kadar
lipid di dalam darah, di antaranya peningkatan kadar kolesterol, kolesterol-LDL
(Low Density Lipoprotein) dan trigliserid, serta penurunan kadar kolesterol-
HDL (High Density Lipoprotein) (Ruotolo et al, 2003). Data dari penelitian
Intervensi Faktor Risiko Majemuk menunjukkan bahwa dengan meningkatnya
kadar kolesterol di atas 180 mg/dl, risiko PJK juga akan meningkat. Peningkatan
LDL dihubungkan dengan meningkatnya risiko PJK, sebaliknya peningkatan
HDL ditengarai sebagai protektif terhadap PJK (Boldt dan Carleton, 1995).
Obesitas merupakan salah satu gaya hidup yang menyebabkan kadar lipid
di dalam darah menjadi abnormal (Berkow dan Fletcher, 2003). Untuk
menentukan tingkat obesitas, dapat menggunakan pengukuran antropometri,
salah satunya berupa pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Metode ini
dikalkulasikan sebagai berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (meter).
IMT berguna untuk standarisasi ukuran tubuh (Luepker et al., 2004). Penelitian
yang dilakukan dalam Lipid Research Clinic Population Study mengungkapkan
bahwa terdapat interaksi antara kadar HDL, IMT, merokok dan ketidakaktifan
seseorang. Apabila seseorang itu tidak gemuk, tidak merokok dan aktif, maka ia
akan mendapatkan kadar HDL yang tinggi (Soeharto, 2004). Penelitian lain di
Inggris menyatakan bahwa IMT sangat berhubungan dengan ketiga komponen
lipid darah, yakni kolesterol, HDL dan trigliserida. Peningkatan kolesterol total
serum, disebabkan oleh meningkatnya IMT hingga sekitar 28 kg/m2. Adapun
hubungan IMT dan HDL adalah negatif dan linier, yakni peningkatan IMT
dapat menyebabkan penurunan progresif dari konsentrasi kolesterol-HDL dalam
serum (Pietrobelli et al., 1999).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang adanya korelasi antara kolesterol-HDL dengan
IMT pada penderita PJK.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada korelasi antara kadar kolesterol-HDL dengan IMT pada
penderita PJK?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui adanya korelasi antara hasil pemeriksaan kadar kolesterol-HDL
dengan IMT pada penderita PJK.
2.
Tujuan Khusus
Mengetahui tingkat kemaknaan antara hasil pemeriksaan kadar kolesterol-
HDL dengan IMT pada penderita PJK.
D. Manfaat Penelitian
1.
2.
Manfaat Teoritis
Memberi informasi tentang korelasi antara kolesterol-HDL dengan IMT
pada penderita PJK.
Manfaat Praktis
Membantu pencegahan PJK dengan mengetahui adanya korelasi antara
kadar kolesterol-HDL dan IMT.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu penyakit akibat
penyempitan dari lumen arteri koronaria yang menyebabkan penurunan
suplai darah ke otot jantung. Pada PJK, arteri koronaria mengalami lesi
stenosis yang terutama disebabkan oleh timbulnya suatu plak aterosklerosis
atau ateroma pada dinding dalam arteri (Healy, 1990). Ateroma
mengandung campuran yang terdiri dari kolesterol, lemak dan jaringan
fibrosa (Deckelbaum, 1992; Sadewantoro, 2004). Selain itu PJK juga bisa
diakibatkan oleh spasme dari arteri koronaria di mana terjadi konstriksi otot
polos yang abnormal sehingga terjadi penurunan ukuran lumen arteri yang
menyebabkan iskemia otot jantung. Adanya spasme koronaria ini bisa
disertai terbentuknya ateroma atau tidak (Berkow dan Fletcher, 2003).
Pada keadaan lain, PJK dapat terjadi tanpa diawali dengan
pembentukan ateroma, yang dikenal dengan penyakit arteri koronaria non-
aterosklerotik. Penyebab terjadinya PJK tipe ini, antara lain : 1) kelainan
kongenital pada sirkulasi koronaria, fistula koroner dan arteri koroner
tunggal; 2) gangguan mekanik pada sirkulasi koroner, berupa embolus dan
trombus pada arteri koronaria. Namun, PJK non-aterosklerosis ini lebih
jarang dijumpai daripada PJK dengan aterosklerosis (Berkow dan Fletcher,
2003).
Laki-laki memiliki risiko hampir 2 kali lipat untuk terkena PJK
dibandingkan perempuan. Laki-laki memiliki kecenderungan 2,52 kali lebih
tinggi akan adanya kalsifikasi pembuluh darah koroner dibandingkan wanita
(Allison dan Wright, 2005). Sedangkan pada perempuan menopause
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita PJK dibanding
perempuan produktif (Crawley, 1995; Deckelbaum 1992).
2. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner bukan merupakan penyakit akibat proses
penuaan. Pola hidup dan tingkah laku seseorang memegang peranan
penting. Dalam hal ini dikenal adanya faktor risiko PJK, yakni kondisi yang
berkaitan dengan meningkatnya risiko PJK. Faktor risiko ini akan
meningkatkan
kerentanan
terhadap
terjadinya
aterosklerosis
dan
mempercepat proses ini pada individu tertentu (Boldt dan Carleton, 1995;
Soeharto, 2004). Boldt dan Carleton (1995) mengelompokkan faktor-faktor
tersebut sebagai berikut : 1) faktor risiko yang tidak dapat diubah (faktor
risiko biologis), seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan ras; 2)
faktor risiko yang dapat diubah yakni : a) faktor risiko mayor, seperti
peningkatan lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa
dan diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori; b) faktor risiko minor,
seperti gaya hidup yang tidak aktif, stress psikologik dan tipe kepribadian.
Menurut American Heart Association, faktor risiko PJK dapat
dikelompokkan menjadi faktor risiko utama (hiperlipidemia, hipertensi,
merokok), faktor risiko tidak langsung (diabetes mellitus, obesitas, inaktif,
stress), dan faktor risiko alamiah (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga)
(Soeharto, 2004).
3.
Lipid dan Lipoprotein
Lipid merupakan suatu molekul organik yang memiliki sifat
hidrofobik yakni tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
(Sacher dan McPherson, 2004). Di dalam tubuh, lipid berfungsi sebagai
sumber energi, isolator panas di dalam jaringan subkutan dan salah satu
komponen struktural dari membran sel (Mayes, 2003). Berdasarkan
metaboliknya, lipid dibagi dalam empat kelas utama, yakni asam lemak,
trigliserida, kolesterol dan esternya, serta fosfolipid.
Trigliserid, kolesterol dan fosfolipid merupakan tiga kelas utama dari
lipid kompleks. Trigliserid terdiri dari tiga molekul asam lemak yang
mengalami esterifikasi menjadi satu molekul gliserol. Lipid kompleks yang
paling banyak terdapat di dalam tubuh ini bertindak sebagai bentuk
simpanan utama asam lemak (Mahley, 1995). Kolesterol merupakan
senyawa steroid yang sangat penting secara biologis (Sacher dan
McPherson, 2004). Senyawa ini mempunyai makna penting karena menjadi
prekursor sejumlah besar senyawa steroid, seperti asam empedu, hormon
hormon seks, vitamin D dan merupakan konstituen penting membran sel
dan lipoprotein plasma. Fosfolipid merupakan modifikasi dari trigliserida,
tetapi memiliki basa nitrogen dan fosfat pada residu asam lemaknya.
Fosfolipid bersifat amfipatik yang terutama berperan sebagai penyelubung
permukaan lipoprotein plasma dan juga sebagai komponen utama
membrane sel. Karena bersifat tidak larut dalam air, lipid memerlukan
sistem pengangkutan spesifik agar bisa bersirkulasi di dalam darah yaitu
Lipoprotein (Havel, 1995; Kane, 2004). Lipoprotein merupakan suatu
kompleks makromolekul larut air dari lipid (trigliserida, kolesterol,
fosfolipid) dan satu atau lebih protein khusus yang dikenal sebagai
apolipoprotein (Sacher dan McPherson, 2004). Apolipoprotein ini
memainkan peranan yang cukup penting dalam transport lipid yakni dengan
mengaktifkan atau menghambat enzim enzim yang terlibat dalam
metabolisme lipid dan memicu ikatan lipoprotein terhadap reseptornya di
permukaan sel (Bachorik et al., 2001)
Lipoprotein dapat diklasifikasikan menjadi lipoprotein mayor yakni
kilomikron, VLDL (very low density lipoprotein), LDL (low density
lipoprotein) dan HDL (high density lipoprotein); dan beberapa lipoprotein
minor yang terdiri dari IDL (intermediate density lipoprotein) dan
lipoprotein (a) (Havel, 1995). Lipoprotein ini dibedakan satu sama lain
berdasarkan ukuran partikel, densitas, mobilitas elektroforesis dan
komponen apolipoprotein (Bachorik et al., 2001).
HDL adalah lipoprotein heterogen yang diproduksi dalam liver dan
usus halus. HDL terutama terdiri dari fosfolipid dan protein (70%), dengan
sedikit sekali trigliserida (5%) dan sejumlah kolesterol (25%), yang
mewakili hampir 25% kolesterol dalam darah (Romdoni, 2003). Salah satu
fungsi HDL adalah sebagai alat angkut utama kelebihan kolesterol dari
jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells), untuk kemudian
dikeluarkan melalui empedu (Adi, 2005). Adanya gangguan atau penurunan
kadar HDL plasma akan mengakibatkan transport kolesterol dari jaringan
ekstrahepatal ke hepar terganggu dan akan terjadi penumpukan kolesterol
intraseluler.
Penumpukan
kolesterol
intraseluler
akan
merangsang
terbentuknya atherogenesis. Selain itu HDL juga berfungsi untuk
meningkatkan sintesis reseptor LDL pada hepatosit sehingga gangguan atau
penurunan kadar HDL akan berakibat pada penurunan sintesis reseptor
LDL, yang berakibat terjadinya penumpukan remnant VLDL, remnant
kilomnikron dan LDL di dalam plasma dan jaringan ekstraseluler lain
(Asdie, 2000). Peningkatan kadar ini akan berpengaruh terhadap proses
pembentukan plak (aterogenesis) (Ross, 1990).
4.
Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan suatu metode sederhana untuk memantau status gizi
seseorang, terutama yang berkaitan dengan peningkatan dan penurunan
berat badan sehingga berat badan normal dapat dipertahankan dan
memungkinkan seseorang memiliki usia harapan hidup yang lebih panjang.
Seseorang dengan berat badan di bawah batas minimum (underweight atau
kekurusan) mempunyai resiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang
berada di atas batas maksimum (overweight atau kegemukan) mempunyai
risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Namun, penggunaan IMT ini
hanya terbatas untuk orang dewasa dengan umur lebih dari 18 tahun dan
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan
(Supariasa et al., 2002). IMT masih dipertanyakan selama periode
perkembangan seseorang di mana tinggi seseorang secara kontinue
berubah. Seseorang dengan tungkai kaki yang panjang secara relative dapat
menurunkan nilai IMT (Abernethy et al., 2004). Selain itu, IMT juga tidak
dapat diterapkan pada keadaan khusus lainnya, seperti adanya edema, asites
dan hepatomegali. Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut
(Supariasa et al., 2002) :
IMT
berat badan
2
kg / m2
Dari nilai IMT ini dapat diperkirakan status kondisi tubuh seseorang,
apakan kurus (underweight), normal, gemuk (overweight), maupun obesitas
(Berkow dan Fletcher, 2003). Berikut merupakan batasan-batasan IMT
terhadap berbagai status gizi secara umum.
Tabel 1. Ambang Batas IMT Tingkat Internasional
(Sumber : Berkow dan Fletcher, 2003)2IMT (kg/m )Kategori< 18Kurus ( underweight)18,0 25,0Normal25,1 29,9Gemuk (overweight)30,0 39,9Obesitas sedang (moderate obesity) 40Obesitas berat (severe obesity)
tinggi badan
Namun, untuk orang Asia, termasuk Indonesia, batas ambang ini
dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di
beberapa negara dan didapatkan kesimpulan ambang batas IMT seperti
pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Ambang Batas IMT Untuk Asia
(Dikutip: Prentice dan Jebb, 2001)
E.
Pengaruh IMT Terhadap Penyakit
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, seseorang dengan berat badan
tidak normal, baik itu berat di bawah normal (kurus) maupun berat di atas
normal (gemuk) memiliki beberapa efek samping tertentu. Seseorang yang
kurus akan mudah letih dan memiliki risiko terserang penyakit / gejala
tertentu, seperti penyakit infeksi, depresi, anemia dan diare. Wanita hamil
dengan kategori ini mempunyai risiko tinggi melahirkan bayi dengan
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Sebaliknya, seseorang yang gemuk
akan cenderung mempunyai risiko penyakit seperti penyakit jantung,
diabetes melitus, hipertensi, gangguan ginjal dan kanker (Benfante, 1990).2IMT (Kg/m )Kategori< 18,5Kurus18-5-22,9Normal 23,0Gemuk
Pada wanita, gangguan ini dapat mengakibatkan gangguan menstruasi dan
faktor penyakit pada persalinan (Supariasa et al., 2002).
Nilai IMT seseorang berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas
tertentu (Abernethy et al., 2004). Penyebab utama peningkatan mortalitas
pada orang orang yang gemuk (overweight) meliputi hipertensi dan
diabetes melitus. Peningkatan berat badan secara signifikan dapat
meningkatkan kejadian angina pectoris dan juga diprediksi timbulnya
insidensi penyakit koroner dan gagal jantung kongestif (congestive heart
failure) (Ashton, 2001). Jebb (2001) menyatakan bahwa mortalitas sangat
rendah pada individu dengan IMT di antara 20 dan 25, rendah untuk IMT di
antara 25 dan 30, sedang (moderate) untuk IMT di antara 30 dan 35, tinggi
untuk IMT di antara 35 dan 40, dan sangat tinggi untuk IMT lebih dari 40.
Orang-orang yang menderita PJK juga memiliki nilai IMT lebih tinggi
daripada orang-orang yang tidak menderita PJK (Fava et al, 1996) .
Prentice (2001) melaporkan bahwa risiko PJK terendah dimiliki oleh orang-
orang dengan IMT sebesar 23 kg/m2 dan masing masing peningkatan nilai
IMT satu angka dapat berisiko mortalitas PJK sebesar 2 %. IMT juga
memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap resistensi insulin yang
merupakan salah satu faktor resiko munculnya PJK (Abernethy et al.,
2004).
Tabel 3. Risiko IMT Terhadap Penyakit Jantung
(Dikutip : Supariasa et al., 2002)
Pada tabel 3, terlihat bahwa semakin besar nilai IMT seseorang
maka risiko mereka untuk terkena penyakit jantung juga semakin
meningkat, terutama pada orang-orang dalam kategori obesitas. Pada orang-
orang dengan obesitas ini, kerja jantungnya lebih besar apabila
dibandingkan dengan orang-orang non-obes dan dapat menyebabkan
hipertrofi dari organ ini seiring dengan penambahan berat badan. Cardiac
output, stroke volume (volume sekuncup) dan volume darah intravaskuler
juga akan mengalami peningkatan (Cheitlin et al, 1993).
Namun efek-efek seperti ini pada fungsi kardiovaskuler bersifat
reversibel dengan penurunan berat badan seseorang. Untuk mengontrol
terjadinya efek-efek ini maupun penurunannya, dapat dengan mengukur
tekanan darah secara tepat. Setelah penurunan berat badan, tekanan darah
secara signifikan dapat mengalami penurunan pada lebih dari 50 % (Aziz et
al, 1999).2IMT (kg/m )KelompokResiko20 250Sangat Rendah25 30IRendah30 35IISedang35 40IIITinggi> 40IVSangat Tinggi
F.
Pengaruh Obesitas Terhadap Lipid
Obesitas berkaitan dengan peningkatan konsentrasi lipid dan
lipoprotein dalam darah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
seseorang yang memiliki berat badan di atas normal cenderung mengalami
peningkatan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida dibandingkan
dengan mereka yang berat badannya normal (Grundy, 1998). Dengan
meningkatnya komponen-komponen di atas, risiko terkena PJK juga
meningkat (Soeharto, 2004). Seseorang dengan obesitas akan mengalami
peningkatan konsentrasi VLDL (Very Low Density Lipoprotein), sebaliknya
penurunan berat badan dapat menurunkan konsentrasi lipoprotein ini
(Lemieux et al, 2000). Namun, di sisi lain, HDL (High Density
Lipoprotein) menurun pada orang-orang dengan obesitas, baik pada laki-
laki maupun perempuan. Studi Framingham menyatakan bahwa adanya
hubungan yang berbanding terbalik antara HDL-kolesterol dengan risiko
terjadinya serangan jantung. Penurunan HDL-kolesterol merupakan salah
satu mekanisme orang-orang yang obesitas untuk memiliki risiko terhadap
perkembangan penyakit kardiovaskuler (Mora, et al, 2005).
B.
Kerangka Pemikiran
PENYAKIT
Faktor luar :
JANTUNGKORONER
DISLIPIDEMIA
Abnormalitas kadarlipid darahPenurunan HDL-kolesterolPeningkatankolesterol totalserumPeningkatan IMT
KADARHDL-KOLESTEROL
UsiaJenis kelaminObesitasHipertensiMerokokKurang olahraga
UKURANIMT
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi antara kadar kolesterol-
HDL dengan IMT pada penderita PJK.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross sectional study)
dengan melihat status penderita melalui catatan medik di Unit Rekam Medik
RSUD Moewardi Surakarta periode bulan Maret-April 2009.
B.
C.
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Moewardi Surakarta.
Subjek penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit jantung koroner
yang berobat ke Poli Jantung RSUD Moewardi Surakarta pada periode bulan
Maret-April 2009 dengan kriteria:
1. Kriteria Inklusi:
a.
b.
Pasien berusia 30-75 tahun
Berjenis kelamin pria atau wanita
2.
Kriteria Eksklusi
a.
b.
Diabetes Mellitus
Hipertensi
D. Teknik Sampling
Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan Purposive Random
Sampling. Populasi yang didapatkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
subyek penelitian. Untuk mendapatkan sampel digunakan rumus sampel.
E. Rumus Sampel
Rumus besar sampel adalah :
Keterangan :
n
Z
p
q
d
= besar sampel
= nilai pada distribusi normal standar tingkat kemaknaan
= paparan penyakit pada populasi, jika tidak diketahui p=0,5
= 1-p
= tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,19)
(Arief, 2003)
n
= 1,962 x 0,5 x 0,5 : 0,192
= 30
F. Identivikasi variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
3.
Variabel bebas (independent)
Variabel terikat (dependent)
Variabel perancu
:
:
:
Indeks Massa Tubuh
Kadar Kolesterol-HDL
Hipertensi, kurang olahraga, obesitas,
lifestyle yang tidak sehat
G. Definisi Operasional
1.
2.
Penyakit jantung koroner : merupakan variable kualitatif dengan skala
nominal. Diagnosis penyakit jantung koroner didasarkan pada anamnesis
berupa nyeri dada yang khas serta gambaran EKG yang menunjukkan
iskemia miokard .
Indeks massa tubuh (IMT): dihitung berdasar skala rasio, dengan rumus:
IMT
BBkgTB2m2
dan nilai normal 18,5-22,9 kg / m2
3.
Kadar kolesterol HDL (menurut ATP III):
1) < 40 mg/dl
2) 60 mg/dl
Skala data : rasio
: rendah
: tinggi
H. Analisis Penelitian
1. Statistik deskriptif
Data yang diperoleh selanjutnya diringkas dan disajikan dalam bentuk
tabel maupun grafik/diagram.
2. Statistik parametrik korelasi
Dari data yang ada dilakukan analisis korelasi antara dua variabel
menggunakan metode Pearson dengan rumus:
Keterangan:
rxy
xi xyi y2 2i i
xi
x
yi
y
= nilai IMT sampel ke-i
= rata-rata nilai IMT sampel
= kadar HDL-kolesterol sampel ke-i
= rata-rata kadar HDL-kolesterol sampel
Hasil korelasi dinyatakan dalam: -1 r +1
Dimana r = 0 menyatakan tidak ada hubungan
r = +1 menyatakan korelasi positif sempurna
r = -1 menyatakan korelasi negatif sempurna
Kemudian, data tersebut akan diolah dengan Statistical Product and
Service Solution (SPSS) 12.0 for Windows.x xy y
I.
Instrumentasi Penelitian
Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan data sekunder,
yaitu rekam medik (untuk kadar kolesterol-HDL) dan dengan menggunakan
check list (untuk kadar IMT).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil pemeriksaan kolesterol-HDL
dan IMT penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) berumur 30-75 tahun di
RSUD Moewardi periode bulan Maret-April 2009 didapatkan populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah individu sebanyak 30
orang.
Dari hasil observasi dapat diketahui distribusi sampel berdasarkan jenis
kelamin dan rentang umur. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 30 penderita PJK yang
diobsersvasi, proporsi responden laki-laki 3,2 kali lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan.NoJenis KelaminJumlah%1Laki-laki2376,67%2Perempuan723,33%Jumlah30100%
Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan umur
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 sampel penderita PJK
sebagian besar berada pada rentang umur 46-60 tahun yaitu sejumlah 20 sampel
(66,67%).
Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 7 sampel penderita PJK
berjenis kelamin perempuan sebagian besar berada pada rentang umur 46-75
tahun yaitu sejumlah 6 sampel.NoUmur (tahun)Jumlah%130-45413,33%246-602066,67%361-75620%Jumlah30100%
NoUmur (tahun)Laki-lakiPerempuan130-4531246-60164361-7542Jumlah237
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan HDL dan IMT
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penderita PJK yang diobservasi
sebagian besar memiliki kadar HDL rendah dengan kategori IMT gemuk.
B. Hasil Analisis
Dari data yang diperoleh, setelah diuji dengan menggunakan metode
Pearson dengan software SPSS 12.0 for Windows didapatkan hasil sebagai
berikut:NOKadar HDLKategori IMTNOKadar HDLKurusNormalGemuk1Rendah03222Sedang0133Tinggi100Jumlah1425
Tabel 8. Hasil Uji Korelasi Pearson
HDL
IMT
HDL
IMT
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1.000
30.000
-.395*
.031
30
-.395*
.031
30
1.000
30.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel didapatkan korelasi Pearson r = -0,395 (-1< r