1410-8178-2012-1-040.pdf

8
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012 ISSN 1410 – 8178 Mardi Wasono Buku I hal. 40 PENGARUH INTENSITAS CAHAYA RUANG PRAKTIKUM DALAM PEMBACAAN CINCIN WARNA KOMPONEN (RESISTOR) BERDASARKAN STANDAR K3 Mardi Wasono Unit Layanan Instrumentasi, Jurusan IKE FMIPA UGM INTISARI PENGARUH INTENSITAS CAHAYA RUANG PRAKTIKUM DALAM PEMBACAAN CINCIN WARNA KOMPONEN (RESISTOR) BERDASARKAN STANDAR K3. Pembacaan secara benar dan tepat nilai tahanan suatu komponen elektronika sangat mempengaruhi hasil akhir suatu rangkaian elektronika. Intensitas cahaya dalam ruang kerja laboratorium sangat menentukan hasil pembacaan dalam percobaan perakitan rangkaian elektronika. Kecukupan nilai intensitas cahaya dalam ruangan dapat dipenuhi dari penerangan alami dan penerangan buatan (lampu penerangan). Pemenuhan nilai kecukupan berdasarkan peraturan menteri perburuhan No. 7 Th. 1964 tentang standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), standar kecukupan intensitas cahaya berkisar antara 250 300 LUX untuk ruang adminsitrasi dan kegiatan laboratorium halus antara 500 - 1000 LUX. Metode pengukuran dan analisa hasil mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 16-7062-2004 yaitu menggunakan metode pengukuran 2 dan 3. Dari hasil pengukuran didapat nilai intensitas cahayan untuk ruang administrasi rata-rata 108,52 LUX dan ruang praktikum rata-rata 96,85 s.d.150,42 LUX. Angka kecukupan intensitas cahaya yang dipersyaratkan dengan rerata hasil pengukuran yang dilakukan masih dibawah nilai yang dipersyaratkan, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi dalam sistem pembacaan nilai tahanan dalam komponen elektronika yang dalam penulisan besarannya menggunakan sistem cincin warna di fisik komponen tersebut. Sehingga perlu adanya evaluasi penataan sumber penerangan (berupa perbaikan, penggantian maupun penambahan unit sumber cahaya lampu penerangan). Kata Kunci : Nilai warna komponen, nilai kecukupan intensitas, Standard nilai, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Abstract INFLUENCE OF LABORATORY LIGHT INTENSITY IN READING RESISTOR COLOUR-RING CODES BASED ON K-3 STANDARD. The correctness and accuracy of reading electronic component such as colour codes resistor will influence the final result of an electronics circuit. Laboratory Light intensity determine the reading of an electronics circuit component of an experiment. Laboratory Light intensity needed could be from natural sunlight and light installation from state electricity enterprice (PLN). According to ministry of labor regulation no. 7, 1964 about job safety and health standard, Light intensity should be between 250 300 LUX for administration room, 500-1000 LUX for fine laboratory room. The method of measurements and analysis of result based an Indonesian National Standard (SNI) number 16-7062-2004, using the method of measurements 2 and 3. From that method we get average light intensity for administration room 108.52 LUX and average for laboratory room 96.85 150.42 LUX. It’s clear that light intensity in our laboratory is for below the standard light the measurement of intensity suggest by the ministry of labor. Based on that fact the reading of the colour code resistor will not be accurate due to the light intensity in the laboratory. Hence we need to increase the light intensity in the laboratory by replacing old lamp’s and adding more new lamps i n order to reach standard light intensity according to ministry of labor. Key words : component colour value, standard light intensity, job safety and health.

Transcript of 1410-8178-2012-1-040.pdf

Page 1: 1410-8178-2012-1-040.pdf

PROSIDING SEMINAR

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

ISSN 1410 – 8178 Mardi Wasono Buku I hal. 40

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA RUANG PRAKTIKUM

DALAM PEMBACAAN CINCIN WARNA KOMPONEN

(RESISTOR) BERDASARKAN STANDAR K3

Mardi Wasono Unit Layanan Instrumentasi, Jurusan IKE – FMIPA UGM

INTISARI

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA RUANG PRAKTIKUM DALAM PEMBACAAN CINCIN WARNA KOMPONEN (RESISTOR) BERDASARKAN STANDAR K3. Pembacaan secara benar dan tepat nilai tahanan suatu komponen elektronika sangat mempengaruhi hasil akhir suatu rangkaian elektronika. Intensitas cahaya dalam ruang kerja laboratorium sangat menentukan hasil pembacaan dalam percobaan perakitan rangkaian elektronika. Kecukupan nilai intensitas cahaya dalam ruangan dapat dipenuhi dari penerangan alami dan penerangan buatan (lampu penerangan). Pemenuhan nilai kecukupan berdasarkan peraturan menteri perburuhan No. 7 Th. 1964 tentang standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), standar kecukupan intensitas cahaya berkisar antara 250 – 300 LUX untuk ruang adminsitrasi dan kegiatan laboratorium halus antara 500 - 1000 LUX. Metode pengukuran dan analisa hasil mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 16-7062-2004 yaitu menggunakan metode pengukuran 2 dan 3. Dari hasil pengukuran didapat nilai intensitas cahayan untuk ruang administrasi rata-rata 108,52 LUX dan ruang praktikum rata-rata 96,85 s.d.150,42 LUX. Angka kecukupan intensitas cahaya yang dipersyaratkan dengan rerata hasil pengukuran yang dilakukan masih dibawah nilai yang dipersyaratkan, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi dalam sistem pembacaan nilai tahanan dalam komponen elektronika yang dalam penulisan besarannya menggunakan sistem cincin warna di fisik komponen tersebut. Sehingga perlu adanya evaluasi penataan sumber penerangan (berupa perbaikan, penggantian maupun penambahan unit sumber cahaya lampu penerangan). Kata Kunci : Nilai warna komponen, nilai kecukupan intensitas, Standard nilai,

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Abstract

INFLUENCE OF LABORATORY LIGHT INTENSITY IN READING RESISTOR COLOUR-RING CODES BASED ON K-3 STANDARD. The correctness and accuracy of reading electronic component such as colour codes resistor will influence the final result of an electronics circuit. Laboratory Light intensity determine the reading of an electronics circuit component of an experiment. Laboratory Light intensity needed could be from natural sunlight and light installation from state electricity enterprice (PLN). According to ministry of labor regulation no. 7, 1964 about job safety and health standard, Light intensity should be between 250 – 300 LUX for administration room, 500-1000 LUX for fine laboratory room. The method of measurements and analysis of result based an Indonesian National Standard (SNI) number 16-7062-2004, using the method of measurements 2 and 3. From that method we get average light intensity for administration room 108.52 LUX and average for laboratory room 96.85 – 150.42 LUX. It’s clear that light intensity in our laboratory is for below the standard light the measurement of intensity suggest by the ministry of labor. Based on that fact the reading of the colour code resistor will not be accurate due to the light intensity in the laboratory. Hence we need to increase the light intensity in the laboratory by replacing old lamp’s and adding more new lamps in order to reach standard light intensity according to ministry of labor. Key words : component colour value, standard light intensity, job safety and health.

Page 2: 1410-8178-2012-1-040.pdf

PROSIDING SEMINAR

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

Mardi Wasono ISSN 1410 – 8178 Buku I hal. 41

PENDAHULUAN

embacaan besaran nilai suatu komponen

elektronika sangat menentukan hasil akhir suatu

rangkaian elektronika, khususnya komponen yang

sistem penulisan besarannya menggunakan

pengkodean warna (khususnya resistor) yang

tertempel pada fisik komponen tersebut. Di dalam

kegiatan praktikum dilaboratorium Unit Layanan

Instrumentasi dan Unit Layanan Elektronika dalam

pelaksanaan kegiatan praktikum bagi mahasiswa

dilakukan di dalam ruang praktikum yang ada, yang

mana didalam ruangan tersebut sistem penerangan

yang digunakan di dalamnya berasal dari sumber

cahaya alami (sinar matahari) maupun sumber

cahaya buatan (lampu penerangan). Nilai

kecukupan intensitas cahaya suatu ruangan menurut

Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun

1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta

Penerangan dalam Tempat Kerja[1]

dan Standar

Nasional Indonesia (SNI) No. 16-7062-2004[2]

untuk ruang administrasi (kegiatan baca-tulis)

antara 250 - 300 Lumens/LUX (Pasal 14 ayat 7) dan

ruang laboratorium (praktikum halus, pembacaan

besaran nilai berdasarkan cincin warna) sebesar 500

- 1000 Lumens/LUX (Pasal 14 ayat 8). Dengan

terpenuhinya kebutuhan pencahayaan pada suatu

ruangan dapat menjadi salah satu penunjang

keberhasilan maupun kelancaran kegiatan

praktikum perakitan rangkaian elektronika yang

dilaksanakan di Laboratorium tersebut, sehingga

diperlukan sistem penarangan di ruang praktikum

yang memenuhi standar Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3).

Kegiatan pembacaan cincin warna pada

pemasangan komponen elektronika sangat

dipengaruhi oleh intensitas cahaya dalam ruangan

kegiatan praktikum di Unit Layanan Elektronika

dan Unit Layanan Instrumentasi. Sehingga

diperlukan pengukuran terhadap intensitas cahaya

pada lokasi ini. Tujuan dalam penelitian ini adalah

mengukur intensitas cahaya di dalam ruangan

laboratorium / Unit Layanan Elektronika dan Unit

Layanan Instrumentasi, hasil pengukuran intensitas

ini akan dibandingkan dengan acuan nilai standard

intensitas berdasarkan standard SNI pada Tabel 1.

Pada kegiatan pengukuran intensitas

cahaya ini warna dasar lantai dan mebeler

diabaikan, sehingga besaran angka yang didapatkan

secara langsung menjadi nilai intensitas cahaya

ruang tersebut.

Dengan adanya data intensitas cahaya yang

dibandingkan dengan tabel standar SNI yang ada,

maka akan diketahui apakah ruangan tersebut

tingkat intensitasnya telah sesuai dengan standar

SNI No. 16-7062-2004 untuk mendukung

tercapainya K3 dan peningkatan mutu layanan bagi

civitas akademika di Unit Layanan Elektronika dan

Unit Layanan Instrumentasi, dan diharapkan dapat

digunakan sebagai dasar penerapan efesiensi

penggunaan energi listrik untuk sumber penerangan

ruangan, serta peningkatan efektivitas penggunaan

sumber penerangan dalam kegiatan di laboratorium.

Tabel 1. Nilai Tingkat Iluminasi.[3]

No Bentuk Kegiatan Lokasi Kegiatan Nilai

Iluminasi

1 Melihat Gedung penyimpanan;

tangga dan ruang cuci. 100 Lux

2 Perakitan Kasar Bengkel kerja dan

garasi 300 Lux

3

Membaca,

Menulis, dan

Menggambar.

Kelas atau kantor 500 Lux

4 Perakitan halus Ruang perakitan

komponen elektronik 1000 Lux

5 Perakitan Sangat

Halus

Ruang pembuatan

arloji 3000 Lux

*Buku teks Instalasi Listrik Tingkat lanjut Edisi III,

Trevor Linsley, Penerbit Erlangga.

TATA KERJA

Peralatan

a. LUX Meter Type LX1108 (Gambar 1);

b. Alat ukur (meteran); holder meter (Gambar 2)

dan;

c. Alat tulis.

Gambar 1. Alat Ukur (Light Meter Type LX-1108)

Gambar 2. Holder Meter dan Titik Pengukuran

Tata Cara Pengukuran

1. Pada tahap awal di lakukan pemetaan ruang

yang akan dilakukan pengukuran.

P

Page 3: 1410-8178-2012-1-040.pdf

PROSIDING SEMINAR

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

ISSN 1410 – 8178 Mardi Wasono Buku I hal. 42

2. Ruang-ruang yang akan dilakukan pengukuran

dibuat denah titik-titik pengukuran berdasarkan

klasifikasi luas ruangan. Untuk ruangan dengan

luasan kurang dari 10 M2

maka titik persilangan

dibuat dengan jarak 1 x 1 meter; untuk luasan

ruangan antara 10 s/d.100 m2 menggunakan titik

persilangan 3 x 3 meter sedangkan untuk luas

ruangan ≥ 100 m2 menggunakan titik

persilangan 6 x 6 meter .

3. Pada saat pengukuran dilakukan, keadaan pintu

dan jendela diperlakukan seperti kegiatan

sehari-hari penggunaan ruang tersebut.

4. Ketinggian posisi alat ukur (LUX Meter) dibuat

dengan ketinggian jarak pengukuran selalu

sama/stabil, guna mendapatkan keakuratan data

pengukuran, (yakni dengan pembuatan

standholder setinggi 100 cm dari permukaan

lantai).

5. Pada saat pengambilan data, antara pengambilan

data pertama, kedua dan ketiga diusahakan

sampai pada nilai stabil pengukuran (± 30 detik)

atau setelah angka satuan lux tidak bergerak.

6. Waktu pengambilan data intensitas dilakukan

pada pukul 09.00 (Pagi); 12.00 (Siang) dan

15.00 WIB (Sore); yang merupakan waktu

efektif penggunaan ruangan di Unit Layanan

Elektronika dan Unit Layanan Instrumentasi.

7. Melakukan penghitungan rata-rata intensitas

penerangan umum dan membandingkan dengan

Tabel Tingkat Iluminasi yang dipersyaratkan

oleh Peraturan manteri Perburuhan No. 7 Tahun

1964, Pasal 14 ayat 7, 8 dan 9.

8. Data hasil dalam tabel pengukuran merupakan

hasil rerata dari 3 kali pengukuran pada satu titik

pengukuran.

Penentuan objek kegiatan pengukuran

Pada kegiatan ini ruang yang dijadikan objek

kegiatan meliputi :

1. Ruang Pelayanan/Maintenance; Luas ± 52 m2

2. Ruang Praktikum 1; Luas ± 104 m2\

3. Ruang Praktikum 2; Luas ± 60 m2

4. Ruang Praktikum 3; Luas ± 156 m2

5. Ruang Asisten; Luas ± 14 m2

6. Ruang Asisten Non-TK; Luas ± 14 m2

7. Ruang Administrasi; Luas ± 12 m2.

Dengan denah dan luasan ruang dapat

diklasifikasikan dalam 2 (dua) tipe pengukuran,

yakni tipe pengukuran 2 (Gambar 3) dan tipe

pengukuran 3 (Gambar 4). Dalam penentuan lokasi

kegiatan ini diharapkan sudah dapat mewakili

seluruh ruangan yang dimiliki oleh Unit Layanan

Elektronika dan Unit Layanan Instrumentasi.

Gambar 3 : Gambar penentuan titik pengukuran

Pada ruang dengan luas 10 s.d. 100 M2

Gambar 4 : Gambar penentuan titik pengukuran

pada ruang dengan luas ≥ 100 M2

Tata Letak Sumber Cahaya

Gambar 5. Denah Tata Letak Sumber Pencahayaan

Alami (Jendela dan Pintu) Unit

Layanan Elektronika dan Unit Layanan

Instrumentasi, Jurusan IKE – FMIPA

UGM Yogyakarta.

Dalam hal ini sumber cahaya ada 2 (dua) macam

yakni :

a. Sumber pencahayaan alami : Pantulan cahaya

Jendela dan Pintu (Gambar 5)

b. Sumber pencahayaan buatan : lampu

penerangan (Gambar 6).

Pada kegiatan ini sumber cahaya termasuk faktor

yang mempengaruhi tingkat intensitas cahaya yang

R. Praktikum 2

Page 4: 1410-8178-2012-1-040.pdf

PROSIDING SEMINAR

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

Mardi Wasono ISSN 1410 – 8178 Buku I hal. 43

diterima oleh ruang kerja. Pada kegiatan ini faktor-

faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat

penyerapan sumber cahaya dalam ruangan bisa

dikatakan diabaikan, (misalnya warna mebeler,

warna lantai serta accesoris ruangan).

Gambar 6. Denah Tata Letak Sumber Pencahayaan

Lampu Penerangan Unit Layanan

Elektronika dan Unit Layanan

Instrumentasi, Jurusan IKE – FMIPA

UGM.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kegiatan ini penentuan titik-titik

pengukuran yang akan dilakukan menggunakan

metode yang telah dipersyaratkan dalam Standar

SNI No. 16-7062-2004 yakni menggunakan metode

2 dan metode 3, sehingga dari data luasan ruangan

yang ada didapatkan data sebagai berikut :

a) Ruang Praktikum 1 = 2 titik

persilangan pengukuran

b) Ruang Praktikum 2 = 3 titik

persilangan pengukuran

c) Ruang Praktikum 3 = 3 titik

persilangan pengukuran

d) Ruang Administrasi = 1 titik

persilangan pengukuran

e) Ruang Asisten = 2 titik

persilangan pengukuran

f) Ruang Asisten Non-TK = 2 titik persilangan

pengukuran

g) Ruang Layanan/Maintenance = 4 titik

persilangan pengukuran.

Dalam hal penentuan titik-titik pengukuran

di Ruang Administrasi, Ruang Asisten, Ruang

Asisten Non-TK dan Ruang layanan/Maintenance

dan Ruang Praktikum 1, 2 dan 3 menggunakan

metode pengukuran yang dilakukan dengan

pembagian titik pengukuran yang seimbang dan

pada tempat yang sama letak dan kedudukannya

(Gambar 7).

Dari hasil pengukuran rarata yang

dilakukan pada ruang di Unit Layanan Elektronika

dan Unit Layanan Instrumentasi Jurusan IKE –

FMIPA UGM seperti disampaikan pada Tabel 2.

Setelah dilakukan pengukuran dan

pengamatan kondisi serta tata letak sumber

penerangan diperoleh kesimpulan bahwa intensitas

cahaya di lingkungan Unit Layanan Instrumentasi

dan Unit Layanan Elektronika dikatakan masih

dibawah dari nilai kecukupan intensitas cahaya

yang dipersyaratkan dalam standar Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) dan Standar SNI No. 16-

7062-2004; dalam hal ini dimungkinkan adanya

unit TL yang mati atau sudah mendekati waktu

hidup (lifetime), kondisi reflektor yang kotor dan

unsur pengganggu lainnya. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai

Lumens/LUX dalam waktu dekat dengan

melakukan penggantian unit TL yang mati/

mendekati waktu hidup lampu TL dan

membersihkan reflektor.

Titik Pengukuran S U

Gambar 7. Denah Titik Pengukuran Unit Layanan Elektronika & Unit Layanan Instrumentasi, Jurusan IKE –

FMIPA UGM.

Page 5: 1410-8178-2012-1-040.pdf

PROSIDING SEMINAR

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

ISSN 1410 – 8178 Mardi Wasono Buku I hal. 44

Tabel 2. Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya sebelum Pengkondisian.

No Nama Ruang Data Pengukuran (LUX)

*

Keterangan Cerah Mendung Rata

2

1 Ruang Administrasi 108.67 108.37 108,52 Belum mencukupi

2 Ruang Layanan/Maintenance 137.43 135.38 136,40 Belum mencukupi

3 Ruang Praktikum 1 100.32 99.73 98,29 Belum mencukupi

4 Ruang Praktikum 2 138.34 135.53 136,85 Belum mencukupi

5 Ruang Praktikum 3 102.10 100.83 101,47 Belum mencukupi

6 Ruang Asisten 79.15 77.83 78,49 Belum mencukupi

7 Ruang Asisten Non-TK 150.42 140.22 145,32 Belum mencukupi

*) Data lengkap lihat lampiran.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya setelah Pengkondisian/ Perbaikan.

No Nama Ruang Data Pengukuran (LUX)

*

Keterangan Cerah Mendung Rata

2

1 Ruang Administrasi 124.27 114.62 119.45 Belum mencukupi

2 Ruang Layanan /Maintenance 147.83 142.53 145.18 Belum mencukupi

3 Ruang Praktikum 1 110.68 112.83 111.76 Belum mencukupi

4 Ruang Praktikum 2 146.43 145.57 146.00 Belum mencukupi

5 Ruang Praktikum 3 107.97 110.06 109.01 Belum mencukupi

6 Ruang Asisten 87.45 86.80 87.13 Belum mencukupi

7 Ruang Asisten Non-TK 156.95 150.97 153.96 Belum mencukupi

*) Data lengkap lihat lampiran.

Setelah dilakukan penggantian unit TL dan

membersihkan reflektor didapat data intensitas

penerangan seperti disarikan pada Tabel 3.

Dari data pengukuran sebelum dan sesudah

perbaikan terdapat kenaikan nilai intensitas rata-rata

sebesar 0,09 % dan dibandingkan dengan standar

Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun

1964 terhadap nilai intensitas cahaya di

Laboratorium/Unit Layanan Instrumentasi dan Unit

Layanan Elektronika pada ruang praktikum baru

memenuhi 15 % dari standar nilai yang

dipersyaratkan dan diruang non kegiatan praktikum

baru mencapai 25 % dari nilai yang dipersyaratkan,

apabila dilihat secara visual/ langsung kebutuhan

intensitas diruang praktikum sudah mencukupi,

dibuktikan dalam pelaksanaan praktikum perakitan

komponen elektronika bagi mahasiswa belum

mengalami kendala yang berarti, misalnya salah

dalam penafsiran warna cinicn nilai tahanan

komponen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengukuran sebelum dilakukan

perbaikan dan penggantian tidak banyak merubah

nilai intensitas dibuktikan dengan adanya

peningkatan sebesar 0,09 % dibanding dengan data

sebelum dilakukan perbaikan dan penggantian.

Berdasarkan bahan literatur, data yang

disajikan tidak mencantumkan secara spesifik

metode pengukurannya, sehingga penulis

berkesimpulan bahwa data tersebut berdasarkan

perhitungan semata, sehingga dampak yang

ditimbulkan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap proses pembacaan cincin warna pada

kompnnen elektronika.

Disarankan kepada Laboratorium/Unit

layanan Elektronika dan Unit Layanan

Instrumentasi untuk mengantispasi adanya risiko

yang akan timbul dikarenakan masih rendahnya

intensitas diruang praktikum untuk menambah atau

mengganti unit penerangan sesuai dengan jenis dan

karakteristik sumber penerangan terhadap objek

kegiatan di Laboratorium.

UCAPAN TERIMAKASIH

Sebelumnya saya mengucapkan banyak

terimakasih kepada Kepala Unit Layanan

Instrumentasi, Bapak R. Sumiharto, S.Si., M.Kom.

dan Ibu Ilona Usuman, S.Si., M.Kom. selaku

Kepala Unit Elektronika yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan

kegiatan penelitian dan dukungan sarana dan

prasarananya.

Teman-teman Pranata Laboratorium

Pendidikan di lingkungan Universitas Gadjah Mada

yang telah memberi semangat kepada penulis untuk

dapat menghasilkan tulisan ini, serta seluruh sivitas

akademika di FMIPA UGM pada umumnya.

Khususnya saya mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Drs. Tjipto Sujitno., BA., MT. dan

teman-teman sejawat dilingkungan P3N-BATAN

Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada

penulis diperkenankan bergabung didalam acara

Page 6: 1410-8178-2012-1-040.pdf

PROSIDING SEMINAR

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

Mardi Wasono ISSN 1410 – 8178 Buku I hal. 45

Seminar Nasional Penelitian dan Pengelolaan

Perangkat Nuklir 2012.

DAFTAR PUSTAKA

1. SOETOMO MARTOPRADOTO, Peraturan

Menteri Perburuhan no. 7 Tahun 1964, Jakarta,

1964.

2. Tim Sub Panitia Teknis Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, Naskah Standar Nasional

Indonesia (SNI) No 16-7062-2004 : Pengukuran

Intensitas Penerangan di Tempat Kerja, Jakarta,

2003.

3. TREVOR LINSLEY, Instalasi Listrik Tingkat

Lanjut, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, 1997.

TANYA JAWAB

Esy Melyssa Apakah pencahayaan itu dari matahari, jika tidak

berapa energi yang dihabiskan?

4. Mardi W Ya, cahaya alami dari matahari, secara umum

belum pernah dilakukan pengukuran

kebutuhan energi cahaya yang diperlukan

untuk praktikum

Atok Suhartanto Apakah pembacaan cukup dengan warna gelang

Untuk akurasi, apakah tidak diukur dengan

avometer

Apakah faktor umur berpengaruh

5. Mardi W Pembacaan cincin warna sebagai

pembelajaran dalam aplikasi/perakitan

Secara teknis akurasi dilihat pada warna

tolerasi (emas/perak)

Faktor usia secara langsung tidak

berpengaruh

Daya Agung Mengapa tidak memakai lup berlampu sehingga

dapat diperoleh hasil yang akurat?

6. Mardi W Kegiatan praktikummini pada tataran

perakitan/aplikasi bukan pada pengenalan

cincin warna, sehingga kecepatan dan akurasi

lebih diutamakan

Muradi Apa yang bapak ingin capai pada penelitian ini

Apa kaitannya dengan K3

7. Mardi W Kegiatan ini secara khusus mengenai

pengaruh intensitas cahaya di ruang

praktikum terhadap kegiatan perakitan

komponen elektronika

Pembacaan nilai resistor berkaitan dengan K3

adalah untuk mengurangi resiko kesalahan

pembacaan nilai resistor yang dapat

berpengaruh terhadap ketahanan rangkaian

akibat tidak terpenuhinya nilai resistor,

contohnya rangkaian dapat meledak karena

nilai besaran resistor tidak sesuai.

Data Pengukuran Awal Intensitas Penerangan Setempat (Cuaca Cerah)

Nama Unit Kerja : Fakultas MIPA UGM

Bagian : Unit Layanan Instrumentasi & Unit Layanan Elektronika

Tanggal pengukuran : 5 Januari 2012 (Data dengan kondisi reflektor dan lampu tanpa ada

perlakukan)

Ruang pengamatan

Hasil Pengamatan

Titik Pengukuran 1 Titik Pengukuran 2 Titik Pengukuran 3 Titik Pengukuran 4 Rerata LUX Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Ruang Administrasi 112.3 109.3 104.4 108.67

R. Storage/Maintenance 148.5 147.6 127.8 151.1 145.5 142.6 128.6 148.5 127.5 124.7 134.4 122.3 137.43

Ruang Praktikum 1 97.6 113.9 100.2 97.8 100.6 91.8 100.32

Ruang Praktikum 2 126 118.7 118.2 160 143.1 148.5 148.5 138.6 143.5 138.34

Ruang Praktikum 3 121.8 131.8 124.6 89.9 95.6 105.6 82.1 86.3 81.2 102.10

Ruang Asisten 74 89.2 75.1 77.6 83.7 75.3 79.15

Ruang Asisten Non-TK 133.8 143.6 144.6 155.2 162.1 163.2 150.42

Page 7: 1410-8178-2012-1-040.pdf

PROSIDING SEMINAR

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

ISSN 1410 – 8178 Mardi Wasono Buku I hal. 46

Data Pengukuran Awal Intensitas Penerangan Setempat (Cuaca Mendung)

Nama Unit Kerja : Fakultas MIPA UGM

Bagian : Unit Layanan Instrumentasi & Unit Layanan Elektronika

Tanggal pengukuran : 4 Januari 2012 (Data dengan kondisi reflektor dan lampu tanpa ada

perlakukan)

Ruang pengamatan Hasil Pengamatan

Titik Pengukuran Titik Pengukuran 2 Titik Pengukuran 3 Titik Pengukuran 4 Rata-rata (LUX) Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Ruang Administrasi 106 110.2 108.9 108.37

R. Storage/Maintenance 133.2 135.8 144 144.1 144.9 142.8 128.7 139.2 116 129.1 140.0 126.8 135.38

Ruang Praktikum 1 100.1 96.5 102 101.9 100.0 97.9 99.73

Ruang Praktikum 2 112.1 118.2 121.5 146.2 144.2 148.8 144.8 141.8 142.2 135.53

Ruang Praktikum 3 120.1 115.1 123.5 95.2 108.7 103.6 80.1 83.1 78.0 100.83

Ruang Asisten 78.9 75.9 82.7 73.6 76.9 79 77.83

Ruang Asisten Non-TK 137.7 130.0 135.1 153.9 146.5 138.1 140.22

Data Pengukuran Intensitas Penerangan Setempat Setelah Proses Perbaikan (Cuaca Cerah)

Nama Unit Kerja : Fakultas MIPA UGM

Bagian : Unit Layanan Instrumentasi & Unit Layanan Elektronika

Tanggal pengukuran : 26 April 2012 (Data dengan kondisi reflektor dan lampu tanpa ada perlakukan)

Ruang pengamatan Hasil Pengamatan

Titik Pengukuran Titik Pengukuran 2 Titik Pengukuran 3 Titik Pengukuran 4 Rata-rata (LUX) Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Ruang Administrasi 124.3 124.6 123.9 124.27

R. Storage/Maintenance 151.2 149.6 153.1 154.7 155.6 154.9 138.6 149.7 140.5 135.6 148.7 141.7 147.83

Ruang Praktikum 1 101.1 120.0 110.2 103.2 119.8 109.8 110.68

Ruang Praktikum 2 135.2 125.6 123.1 165.7 154.8 155.7 156.2 149.5 152.1 146.43

Ruang Praktikum 3 127.6 134.2 127.6 93.7 98.2 111.2 92.1 97.4 89.7 107.97

Ruang Asisten 84.2 93.7 87.2 84.2 90.2 85.2 87.45

Ruang Asisten Non-TK 142.9 149.7 148.9 162.1 168.7 169.7 156.95

Data Pengukuran Intensitas Penerangan Setempat Setelah Proses Perbaikan (Cuaca Mendung)

Nama Unit Kerja : Fakultas MIPA UGM

Bagian : Unit Layanan Instrumentasi & Unit Layanan Elektronika

Tanggal pengukuran : 18 April 2012 (Data dengan kondisi reflektor dan lampu tanpa ada perlakukan)

Ruang pengamatan Hasil Pengamatan

Titik Pengukuran Titik Pengukuran 2 Titik Pengukuran 3 Titik Pengukuran 4 Rata-rata (LUX) Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Ruang Administrasi 112.7 117.6 113.6 114.62

R. Storage/Maintenance 142.8 146.7 151.2 156.2 156.1 137.2 143.1 123.1 136.5 149.1 134.2 134.1 142.53

Ruang Praktikum 1 116.1 105.4 114.2 113.1 116.1 112.1 112.83

Ruang Praktikum 2 123.2 126.1 127.4 156.1 156.7 156.5 155.1 156.1 152.9 145.57

Page 8: 1410-8178-2012-1-040.pdf

PROSIDING SEMINAR

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

Mardi Wasono ISSN 1410 – 8178 Buku I hal. 47

Ruang Praktikum 3 132.1 126.2 128.9 107.2 109.1 110.7 92.1 93.5 90.7 110.06

Ruang Asisten 85.9 83.7 92.7 81.7 87.7 89.1 86.80

Ruang Asisten Non-TK 148.2 141.7 145.7 167.7 152.7 149.8 150.97

Gambar 8. Kondisi penerangan ruang 3 sebelum proses pembersihan reflektor dan penggantian lampu

Gambar 9. Kondisi penerangan Ruang 3 Setelah proses pembersihan reflektor dan penggantian lampu TLD

lifemax 36 Watt.