1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
-
Upload
dellaayulestari -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
1/88
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
2/88
(1)
(2)
Undang-Undang
No.
7
Tahun
1987
tentang
HAK
CIPTA
Pasal
44
Barangsiapa
dengan sengaja dan tanpa
hak
mengumum-
kan
atau memperbanyak
suatu ciptaan atau memberi
izin
untuk
itu,
dipidana dengan
pidana
penjara
paling
lama
7
(tujuh)
tahun
dan/atau denda
paling
banyak
Rp
100.000.000,00
(seratus
juta
rupiah).
Barangsiapa
dengan sengaja
menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan,
atau
meniual kepada
umum
suatu
ciptaan atau
barang
hasil
pelanggaran
Hak Cipta
sebagaimana
dimak-
sud dalam ayat
(
I
),
dipidana dengan
pidana penjara
paling
lama 5
(lima)
tahun danlatau denda
paling
banyak
Rp 50.000.000,00
(lima puluh
juta
rupiah).
TEKNIK
ANALISIS
PEMBANGUNAN
WILAYAH
PESISIR
DAN
LAUTAN
Oleh
Dr. Ir. Sugeng
Budiharsono
Cetakan
Pertama
PRADNYA
JAKA
PARAMITA
RTA
PT
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
3/88
lv
Perpustakaan
Nasional:
katalog
dctlqm
terbitan
(KDT)
Budiharsono,
Sugeng
Teknik analisis pembangunan
wilayah pesisir
dan lautan /
oleh
Sugeng
Budiharsono.
--
Cet.
l.
--
Jakarta
:
Pradnya
Paramita,
2001.
xvi,
160
hal.:23
cm
ISBN
979-408-460-3
1. Oseanografi.
I.
Judul.
551.46
TEKNIK ANALISIS
PEMBANGUNGAN
WILAYAH
PESISIR DAN
LAUTAN
OIeh
: Dr.
Ir.
Sugeng
Budiharsono
@ Hak Cipta dilindungi oleh
undang-undang
MENTERI
KELAUTAN
DAN PERIKANAN
REPUBLIK
INDONESIA
KATA
PENGANTAR
Berbicara mengenai
wilayah kelautan
tentunya
tidak dapat
dilepaskan
dari
Kon-
vensi PBB
tentang
Hukum Laut.
Sebab dari situlah
sebenarnya tonggak
sejarah
Negara Kepulauan
telah memberikan Dasar
Hukum Internasional
yang
kuat
dalam
upaya
Indonesia
menteritorialkan kesatuan
dan
persatuan
nasional.
Penerapan
prinsip-prinsip
Negara
Kepulauan
dan
Laut Wilayah
atau
Laut
Teritorial
selebar
l2 mil
di
luar /
di sekeliling perairan
Nusantara
telah
membuat
luas
wilayah Indo-
nesia
menjadi
sekitar
5.000.000 km2
sejak
tahun
1957.
Selain
itu,
diterapkannya prinsip-prinsip
200
mil
Zona
Ekonomi
Eksklusif
(ZEE)
dan
Landas
Kontinen
di
luar Perairan
Nusantara
dan Laut Wilayah
Indonesia, telah
menambah pula
hak-hak
berdaulat Indonesia atas
sumber
daya
alam maupun
juris-
diksi
atas
perlindungan lingkungan,
pelaksanaan
penelitian ilmiah kelautan,
pem-
bangunan
anjungan,
instalasi dan pulau-pulau
buatan di
laut
dengan
kira-kira
3.000.000 km2
lagi.
Ketentuan
baru
Hukum
Laut
Internasional itu telah
memberi-
kan wewenang
kepada
Indonesia
untuk
menguasai kira-kira.8.000.000
km2 dari
kekayaan
alam
di
permukaan
bumi
ini.
Buku
yang
diberijudul
"Teknik
Analisis
Pembangunan Wilayah
Pesisir dan Laut-
an" ini secara
mendasar
menguraikan teknik
analisis bagi
perencanaan
dan
evalu-
asi
untuk
pembangunan
wilayah
pesisir
dan lautan
dengan
pendekatan
kewilayahan
dan diperuntukkan
bagi
para
peminat
mendalami ilmu pembangunan
wilayah.
Saya
merasa
senang
dan
menyambut
baik
prakarsa
dari
saudara Sugeng Budiharsono
melalui studi mendalam
telah berhasil memaparkan
tentang ilmu
pembangunan
wilayah
dan
model-model
analisisnya
untuk mengkaji pembangunan
wilayah pe-
sisir
dan lautan.
Terbitnya
buku ini
akan
menambah
kekayaan pengetahuan
dalam khasanah
pendi-
dikan
berlatarbelakang
kemajemukan
etnik
dan
latar belakang sosial-budaya
yang
berbeda. Saya berharap,
semoga
buku
semacam
ini bertambah
dan berkembang
di
masyarakat kita
dalam
rangka mendukung
kebijakan pengembangan
sektor
kela-
utan dan
perikanan
di Indonesia.
A
)*-
\
Diterbitkan
oleh
Cetakan Pertama
Setting/Layout
Dicetak Oleh
PT Pradnya
Paramita
JalanBungaS-8A
Jakarta
13140
2001
Karya Grafis
Digital (KARISTA),
Jakarta
PT
Pcrtja
,$?
t
Akhirnya
saya ucapkan
selamat dan
sukses
atas terbitnya
buku
nrrdjr
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
4/88
Puji syukur
penulis
panjatkan
ke
hadirat
Allah
SWT
yang
telah
memberikan
rahmat
dan hidayahNya,
sehingga
penulis
dapat menyelesaikan
buku
ini.
Buku
ini
terdiri
dari
dua
bagian. Bagian pertama
menguraikan
mengenai
pengertian
dan
urgensinya
ilmu
pembangunan
wilayah
dalam pembangunan
wilayah
pesisir
dan lautan, konsep
ruang
dan
wilayah,
dan teori
lokasi.
Sedangkan
bagian kedua
menguraikan
teknik
analisis yang
digunakan
dalam pembangunan
wilayah pesisir
dan
lautan
untuk
membantu memformulasikan
kebijakan
maupun
evaluasi
pelak-
sanaan
kebijakan. Teknik
analisis
yang
dibahas
adalah:
Model
Ekonomi
Basis,
Model
Input-Ouput,
Program
Linier, Program Tujuan
Ganda,
Biaya
Sumberdaya
Domestik,
Analisis
Shift
Share, Sosiogram
dan Skalogram
dan Evaluasi
proses
Pembangunan
Wilayah
Pesisir dan Lautan.
Buku
ini
diperuntukan
bagi
mereka
yang
berminat
mendalami
ilmu-ilmu pem-
bangunan
wilayah,
tidak terbatas
pada
mereka
yang
merupakan pelaku
dan
peminat
pembangunan
wilayah
pesisir
dan
lautan.
Sehingga
dalam memberikan
teladan,
bu-
kan hanya persoalan
wilayah
pesisir'dan
lautan
yang
dibahas, namun
juga
persoal-
an-persoalan
kewilayahan
lainnya.
Bagi mahasiswa
S1,
52
dan
53,
buku
ini
di-
harapkan
dapat membantu
untuk memahami
ilmu pembangunan
wilayah
dan
model-
model
analisisnya
untuk
mengkaji pembangunan
wilayah
pesisir
dan lautan.
Pada
kesempatan
ini
penulis
mengucapkan
terima kasih
kepada
semua
pihak
yang
telah membantu
terwujudnya
buku
ini,
khususnya
saudari
Januwita
yang
telah
membantu
dalam
pengetikan
naskah
buku ini.
Akhirnya
penulis
berharap
agar buku
ini bermanfaat
bagi
pembaca
yang
berminat
mendalami
pembangunan
wilayah
pesisir
dan lautan.
Bogor,
Mei
2001
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
5/88
vlll
Untuk:
Mimi,
Bapak,
istriku Maria
dan anak-anakku:
Nabilah,
Gina,
Hal.
Saif
dan Serena
KATA PENGANTAR MENTERI
KELAUTAN DAN PERIKANAN
........
KATA
PENGANTAR
.................
DAFTAR
ISI
...............
DAFTAR
TABEL........
DAFTARGAMBAR
Bab I PENDAHULUAN
I
I
J
l.
Peran
Sektor
Kelautan
dalam Pembangunan ..........
2. Unsur-unsur Sektor
Kelautan
3.
Peluang, Tantangan dan
Kendala
Pengembangan Sektor
Kelautan
Bab2
PENGERTIAN
DAN PERANAN
ILMU
PEMBANGUNAN
WIT,AYAH
L
Ilmu Pembangunan
Wilayah
................
2.
Peranan Ilmu Pembangunan Wilayah ................
Bab 3
KONSEP
RUANG
DAN
WILAYAH
l.
Konsep
Ruang 13
2. Konsep Wilayah
14
2.1 Wilayah Homogen
14
2.2
Wilayah
Nodal
(Nodal
Region) 15
2.3
Wilayah
Administratif
15
2.4 Wilayah
Perencanaan
16
3
.
Wilayah
Pesisir dan
Lautan
16
Bab4
TEORILOKASI
1. Faktorlokasi
22
2.
Teori Lokasi
Industri
23
2.1 Pendekatan
Biaya
Terkecil..................
23
2.2
Pendekatan
Daerah
Pemasaran
25
2.3
Pendekatan
Keuntungan Maksimum.. 26
llab
5
MODEL EKONOMI BASIS
29
I. Penentuan
Sektor
Basis ............ 29
2.
Modcl likonomi
l]asis
Tiebout
32
2.1 l'crrggirnda l)crrdupllan
Jangka
['endek 32
2.)
Arr:rlisis.lirttgkit
l'itniirttg
34
?
1
l'ctt;',;',ttttrlit
'l'ettttgit
Kcriu '
15
).,1
, lerlurrrhulrnrr
Kcreurlxlnn Korin
..... .... .lJ
vii
ix
xii
xv
7
7
8
l3
l9
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
6/88
3.
Teladan
3.1
Perhitungan Location
Quotient
(LQ)
............
3.2
Pengganda Pendapatan
Sektor
Kelapa
3.3
Analisis
Jangka
Pendek
3.4 Analisis
Jangka Panjang
3.5 PertumbuhanPendapatan Wilayah
Bab6
MODELINPUT-OUTPUT.............
l.
Pemilihan
Model
Perencanaan
2.
Model Umum
2.1 KoefisienInput............
2.2
Keterkaitan Langsung
ke Depan
2.3 Keterkaitan
Langsung ke
Belakang
2.4 Keterkaitan Langsung
dan
Tidak
Langsung
ke Depan .
2.5 Keterkaitan
Lansung dan Tidak Langsung
ke
Belakang
2.6
Koefisien
Penyebaran
2.7 KepekaanPenyebaran
2.8
Pengganda
Pendapatan
2.9 Pengganda Tenaga Kerja ...........
2.10
Pengganda
Ouput
Sederhana
2.1 I
Pengganda
Output Total
............
Model
Kebutuhan Lahan..........
ModelEkonomi
Ekologi
Teladan
5.1
PenggandaPendapatan Sederhana
5.2 Pengganda Pendapatan
Tipe
I..........
5.3
Pengganda Pendapatan Total
...........
5.4 Pengganda Pendapatan
Tipe
II
5.5 Keterkaitan Langsung
ke Depan
5.6
Keterkaitan Langsung
ke
Belakang
5.7
Keterkaitan
Langsung dan Tidak Langsung ke
Depan
.
5.8
Keterkaitan
Langsung dan
Tidak
Langsung ke Belakang
5.9 Kepekaan Penyebaran
5. I 0 Koefisien
Penyebaran .................
5.1
I Pengganda Tenaga Kerja ...........
5.12
Pengganda
Output
Teknik
Non-Survai
untuk
Membangun Tabel I-O
Wilayah
..
6.1
Metode Kuosien Lokasi
Sederhana
(KLS)....................
6.2
Metode
Kuosien Lokasi
yang
Dibeli
Saja
(KLDS).......
6.3
Metode Kuosien
Industri
Silang
(KIS).
6.4
Metode
Gabungan
Penawaran-Permintaan
(GPP)
.. . ..
6.5
Modifikasi
Metode GPP.............
6.6 Teladan
35
36
31
JI
38
38
43
43
J.
4.
5.
54
55
56
51
58
59
60
44
48
49
49
50
50
50
5l
5l
53
53
54
6l
6l
6l
62
62
63
63
65
66
67
69
69
70
70
70
6.
Bab 7 PROGRAM LINIER
7
|
Metode
Analisis
2.1
Penyelesaian
dengan
Analisis
Grafik
2.2 Metode
Simpleks......
2.3 Pengolahan
dengan
Komputer
Analisis Dual
............
3.1
Model
Umum
3.2 Teladan 1...................
3.3
Teladan
2
..................
3.4
Interpretasi dari Analisis
Primal
dual .............
3.5 Teladan
3
..................
Bab
8
PROGRAM
TUJUAN GANDA
1.
Model
Umum
Program
Tujuan
Ganda Tanpa
Prioritas
........
l.l
Fungsi
Kendala
1.2
Fungsi
Tujuan
1.3 Metode Analisis
2. Model
Umum Program
Tujuan
Ganda dengan
Prioritas.......
2.1 Metode Analisis
3. Teladan
3.1
Teladan
I
...................
3.2
Teladan
2.........,........
2.
J.
xt
74
74
78
83
84
85
86
87
88
88
91
9l
92
96
99
Bab 9 BIAYA
SUMBER DAYA
DOMESTIK
...................
I
I
I
L
2.
l0l
102
105
105
108
lll
lr3
I 13
Rumus dasar
Biava
Sumber dava
Domestik
Teladan
2.1
Permasalahan
2.2 Langkah-langkah Perhitungan BSD I
13
Bab l0
ANALISIS
5H1FTSHAR8.................
...................... 123
1. Model Analisis
Shift
Share... 123
2. Teladan 126
2.1
Teladan
1...................
126
2.2
Teladan
2..................
134
Bab 1l
PERENCANAAN
PUSAT PELAYANAN
...................................
137
l. Metode Skalogram
139
2.
Metode
Sosiogram
139
3.
Teladan 140
3.1 Skalogram 140
3.2 Sosiogram l4l
Ilrrh l2 liVALtlnSl
l'liN(;ULOLn AN WII.AYAH
PESISIR ........
.....
143
L Motk:l
livitltrasi
.) I
r'littlitrt
l)n
lr
I
Alt
l,l
ts
I
n KA
143
147
lJt
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
7/88
No. Teks
Hal.
2.1
Peranan
Ilmu
Pembangunan
Wilayah
pada Setiap
Tingkat
Wilayah
l0
5.1
Nilai
LQ
Sektor Kelapa
Kabupaten
Selayar Berdasarkan
Indikator
Pendapatan 36
5.2
Nilai
LQ Sektor
Kelapa
Kabupaten
Selayar Berdasarkan
Indikator
Tenaga
Kerja ...........
37
5.3
Pengganda
Pendapatan Jumlah
Penduduk
Sektor
Kelapa di
Kabupaten Selayar 1980
-
1985.............
38
5.4 Pengganda
Pendapatan
Wilayah
Jangka
Panjang
Sektor
Kelapa
di
Kabupaten Selayar 1980
-
1985.............
39
5.5
Pertumbuhan Pendapatan
Wilayah
Jangka Pendek
Tahun
1980
-
1985............
........ 39
5.6
Pertumbuhan
Pendapatan
Wilayah
Jangka
Panjang
Tahun
1980
-
1985............
........
40
5.7
5.8
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
7.1
7.2
7.3
Pengganda Tenaga
Kerja
Sektor
Kelapa
41
Pertumbuhan
Tenaga
Kerja
Wilayah..................
4l
Model
Baku Tabel Input
Output
46
Struktur Dasar Model
Ekonomi
Ekologi
55
Struktur Lengkap
ModelEkonomi
Ekologi
55
Tabel Transaksi Barang dan
Jasa.......
57
Total Output,
Jumlah
Tenaga
Kerja
dan
Koefisien Tenaga
Kerja
per
Sektor
Keadaan PT.
Alsaif Pratama ...........
Beberapa
Kombinasi
antara
X,
dan
X,
Struktur
Tabel Simpleks ................
75
77
78
7.4 l'crryclcsliirrrKclay:rkarrl)crrtlapatarr
7.5
Langkah Kcdua
dalanr
'l'abel
Simpleks
................
7.6
Analisis
Simpleks
Permasalahan
PT. Alsaif
Pratama...........
7 .7 Hasil Analisis
Pengolahan
Program
Linier Teladan 3.
I
.
I
.
dengan
Program Kemasan Linier Programming
88
................
7.8 Aturan
Umum
Perumusan
Permasalahan
Program
Linier ke
dalam
Bentuk Primer
dan
Dual
7.9 Hasil Analisis Dual
dengan
Program Kemasan
Linier
Programming
88................
89
7
"10
Peubah Pengambilan Keputusan
untuk PembangunanTambak
di Kecamatan Kapetakan
dan Astana Japura,
Kabupaten
Cirebon...
89
8.1 Perbedaan
Antara
Program Tujuan
Ganda dengan Program
Linier
.
92
8.2
Penyelesaian
Kelayakan
Pendapatan
100
8.3
Tahap
Optima1.................
..
100
8.4
Penyelesaian
Kelayakan
Pendapatan
101
8.5
Tahap
Optima1................. .,
l0l
8.6
Peringkat Prioritas
Target
PT.
Suara Merdu..........
102
8.7
TabelSimpleks Teladan 3.1.1. ...........
104
8.8 Luas
Lahan Pertanian dan Jumlah
lenaga
Kerja Setiap
Kecamatan
106
8.9
Target
Penanaman,
Kebutuhan
Tenaga
Kerja Hasil
dan
Harga
.......
Setiap Jenis
Komoditas...
106
8.10
Peubah Pengambilan
Keputusan
Persoalan
Program Tujuan
Ganda
untuk
Pembangunan
Wilayah
Pertanian Kabupaten
Cirebon
106
8.1 I
Penetapan
Prioritas
Tujuan/Target
..................
108
9.1 Produksi
dan
Struktur Fisik
Usaha Tani
Kedelai per Hektar pada
Musim
Tanam
Tahun
1986
di
Grobogan
114
9.2
Harga Kedelai
Impor
di Pedagang
Besar Semarang
Tahun
1986 ....
I l5
9.3
Harga Ekonomi
Untuk
Pupuk
Urea dan
TSP di Kabupaten
Grobogan
116
9.4
Harga Finansial
dan Harga Ekonomi Input
dan
Output,
Tahun
1986
I
l8
xilt
79
8l
82
83
85
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
8/88
xtv
9.5
Alokasi Biaya
Produksi
ke Dalam
Biaya
Domestik
dan
Asing
........
9.6
Komponen
Biaya
Transformasi...........
9.7
Komponen
Biaya
Hand\ing...............
9.8
Penerimaan
Finansial
dan Penerimaan
Ekonomi
produksi
Kedelai
Petani
di Kabupaten
Grobogan
Musim
Tanam Tahun
1986
10.
I
Produk
Domestik
Regional
Bruto
Setiap
Sektor
untuk
Setiap
pro-
'
pinsi
pada
Tahun
1983
dan
1987 pada
Harga
Konstanlg83
10.2
Nilai r,,
\
dan
R
................
10.3 Komponen
Pertumbuhan
Nasional
dari Setiap
Sektor
10.4
Komponen
Pertumbuhan
Proporsional
Setiap
propinsi
dari
Setiap
Sektor
10.5
Komponen
Pertumbuhan
Pangsa
Wilayah
Setiap
propinsi
dari
Setiap Sektor
10.6
Persentase
untuk
Komponen
Pertumbuhan
Nasional,
pertumbuhan
Proporsional
dan
Pertumbuhan
Pangsa
Wilayah
10.7
PDRB dan PDB,
R,
R.
dan r
10.8
Komponen
Pertumbuhan
Wilayah
I
l.l Hasil
Analisis
Skalogram
Fasilitas
Sosial di
Kecamatan
pasar
Rebo
...........
12.l
Tindak-tindak
Penting
yang
Terkait
dengan
Langkah-langkah
Daur
Pengelolaan
Wilayah
Pesisir
(Coastal
Management)
12.2 Evaluasi
Proyek
Pengelolaan
wilayah
pesisir
dengan
Dana
bantuan
Luar
Negeri
.
t20
l19
120
120
t27
128
129
r30
l3l
132
r35
r35
142
149
t5l
Nomor
Teks
l.l
Unsur-unsur
Sektor
Kelautan
2.1
Empat
Pilar
Penopang Ilmu Pembangunan
Wilayah
2.2
Enam
Pilar
Penopang Ilmu Pembangunan Wilayah
.........................
3.1
Persepsi
Manusia
tentang Wilayah ..............................
4.1 Beberapa
Kemungkinan Lokasi
Perusahaan
sebelum mencapai
Keadaan
Seimbang
4.2
Segitiga
Lokasi
4.3 Diagram
Smith dimana BR
Beragam
menurut
Lokasi
sedangkan
PR
Konstan
4.4
Kurva
Permintaan Losch
dan
Kerucut
Permintaan
4.5
Diagram Smith dimana
PR Beragam menurut Lokasi
dan
BR
Konstan
4.6
Biaya
Rata-rata
dan Penerimaan Rata-rata
Beragam
menurut
Lokasi
2'1
7.1 Wilayah Kelayakan dari
Persoalan Program
Linier PT. Alsaif
Pratama
76
7.2
Titik
Optimum
Persoalan Program
Linier
PT.
Alsaif
Pratama.........
77
8.lKendalaKetidaktercapaianTujuanPenjualanUdang
8.2
Kendala Keterlewatan
Tujuan
Penjualan
Udang
95
8.3
Kendala Tujuan
dengan
Memperbolehkan
Kedua Peubah
Simpangan
96
l0.l Model
Analisis
Shift
Share
124
10.2
Profil Pertumbuhan PDRB
Setiap
Propinsi
padaTahun
1983
-
1987
133
Hal.
4
8
8
l4
20
24
25
26
27
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
9/88
xvt
ll.l
Sosiogram
Pelayanan
Kcschatan
di Empat
Kecamatan
Kodya
Padang
Sumatera
Barat............
12.l
Perubahan
Paradigma
pembangunan
Wilayah
pesisir
dan Lautan...
12.2
Siklus
Pengelolaan
wilayah
pesisir
Terpadu
Secara
Berkelanjutan
12.3
Siklus
Pengelolaan
wilayah
pesisir
Terpadu
Secara
Berkelanjutan
Modifikasi
dari
Olsen
et al. .........
l4t
145
146
146
BAB
1
l.
Peran Sektor
Kelautan
dalam
Pembangunan
Sektor kelautan
mulai
diperhatikan
oleh
pemerintah
Indonesia
dalam pemba-
ngunan,
sejak PELITA
Vl rejim
orde Baru.
Sejak kemerdekaan
sampai awal
pE-
LITA vI
tersebut,
pemerintah
lebih
memperhatikan
eksploitasi
sumberdaya
darat-
an, karena
pada
masa
tersebut
daratan
masih
mempunyai
potensi yang
sangat be-
sar,
baik
sumberdaya mineral maupun
sumberdaya
hayati,
seperti
hutan.
Namun
setelah hutan
ditebang habis
dan sumber
minyak
dan
gas
bumi
baru
sulit
ditemu-
kan
di
daratan,
pemerintah
orde
Baru mulai
berpaling
kepada
sektor
kelautan.
Pemerintahan Abdurrahman
wahid menyadari
mengenai
pentingnya
sumber-
daya kelautan, terutama
dalam mengatasi krisis
ekonomi
yang
mulai
berlangsung
sejak
keruntuhan
pemerintahan
orde
Baru,
sebagai
sumber
pertumbuhan
ekonomi
yang baru.
Perhatian
tersebut diaktualisasikan
dengan
dibentuknya
Departemen
Eksplorasi
Kelautan
dan Perikanan.
Dengan
adanya
departemen
tersebut, diharap-
kan potensi
kelautan
Indonesia
yang
sangat
besar, baik
sumberdaya
hayati,
sum-
berdaya
nirhayati
maupun
jasa
kelautan,
dapat dimanfaatkan
secara
optimal.
Potensi
kelautan
Indonesia
sangat
besar
dan
beragam,
yakni
memiliki
17.50g
pulau
dengan
garis
pantai
sepanjang
81.000 km
dan
5,8juta
km2
laut
atau
sebesar
70
persen
dari
luas
total
Indonesia.
Potensi
tersebut
tercermin
dengan
besarnya
keanekaragaman
hayati.
potensi
budidaya
perikanan
pantai
dan
laut
dan
pariwisa-
ta
bahari.
Komisi
Nasional Pengkajian
Sumberdaya
Perikanan Laut
(1998)
melaporkan
bahwa potensi
lestari
sumberdaya
perikanan
laut Indonesia
adalah
sebesar
6.167 .940
ton
per
tahun
dengan
porsi terbesar
dari
jenis
ikan
pelagis
kecil
yaitu
sebesar
3.235.500
tonpertahunatausebesar52,54persen,jenisikandemersal
1.7g6.350
ton per
tahun
atau
28,96
persen
dan
perikanan
pelagis
besar sebesar
975.050
ton
atau
sebesar 15,81
persen.
Komoditi
perikanan
yang
bernilai
tinggi
lainnya,
se-
perti
kepiting
bakau
dan
rajungan.
secara
geografis
dapat ditemui
di seluruh
per-
airan Indonesia.
Selain
ikan,
jenis-jenis
rumput
laut
yang
dapat
dimanfaatkan
baik
untuk
kosmetik
maupun
obat-obatan banyak
ditemui
di
hampir
seluruh
perairan
Indonesia. Potensi lahan
untuk budidaya
rumput
laut
mencapai
260.700
hektar
yang
tersebar
di
seluruh
Indonesia.
Potensi
lahan untuk pengembangan
tambak
mencapai
830.200
hektar
dengan
580.000 hektar berada
di Irian
Jaya.
Komoditi yang
saat
ini
banyak
dibudidayakan
adalah udang
dan bandeng.
Sedangkan untuk
budidaya
laut,
areal
yang
dapat
di-
)
'telnlk
,lnrtlt:t.t
I'r.nth,iltstttuttt
ll
rlrtttrlt l,t,\t\il
tltilt tiltltilt
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
10/88
I
kctnbangkan
masih
sangat luas.
Kotttoditi pcrikarran
yang
dikenlbangkarr
sil:lt
il)i
adalah
mutiara,
kerang-kerangan,
kerapu, teripang
dan lain
sebagainya.
Pantai
Indonesia yang
merupakan
terpanjang
kedua
di dunia
setelah
Kanada
dan
banyaknya
pulau-pulau
kecil yang
indah
serta kondisi
iklim
tropis
dimana
matahari
bersinar
sepanjang
hari
dan
potensi
kelautan
Indonesia
yang
beragam
sepe(i banyaknya ikan
hias,
terumbu
karang
dan mangrove
yang
terluas
di dunia
merupakan modal
dasar
yang
sangat
besar
bagi
pengembangan
pariwisata
bahari.
Di
samping
itu
adanya
kecenderungan
orang
untuk
kembali
ke
aram, mernungkin-
kan
pengembanlan
pariwisata
yang
berbasis
alam
untuk
dikembangkan
rebih baik
lagi.
Letak geografis
Indonesia yang merupakan
negara
kepulauan dan lintasan ka-
pal
laut
internasional,
nrenyebabkan potensi jasa
perhubungan
laut.iuga
besar.
Perhubungan
laut antar pulau
baik
untuk
angkutan penumpang
maupun
barang
berpotensi sangat besar
mengingat
jumlah
penduduk
Indonesia
yang
besar. Demi-
kian
juga
dengan
semakin
meningkatnya
produksi
dan
konsumsi yang
dicerminkan
oleh
ekspor dan
impor
barang
merupakan
potensi
perhubungan
laut
yang
besar.
Potensi yang
besar
dalam
perhubungan
laut
berkait dengan industri
maritimnya.
Untuk
pengangkutan
barang
dan
penumpang
diperlukan
banyak kapal
dan
jasa
perbaikannya.
Di
samping itu eksploitasi
nrinyak
dan
gas
burni
lepas
pantai
meru-
pakan potensi
yang
besar
bagi
pengembangan
industri
bangunan
lepas
pantai.
Demikian
juga
besarnya
produk
perikanan
merupakan potensi
yang
besar untuk
pengembangan
industri pengolahan
produk
perikanan.
Letak
geologis Indonesia yang merupakan pertemuan
beberapa
lernpeng
tektonis,
memiliki
potensi
minyak
dan
gas
bumi
sefta mineral lainnya yang
besar.
Sampai
dengan
tahun
1995,
cadangan
(potensi)
minyak Indonesia
mencapai
9,
1
miliar barel. Sementara untuk
sumberdaya
gas,
cadangan
yang
dimiliki
Indonesia
pada
tahun 1995
mencapai
123,6 triliun
kaki kubik.
Selain
sumber-sumber
energi
konvensional,
surnberdaya kelautan
masih
menyimpan
energi
non-konvensional
yang
sangat
besar
seperti
ocean
thermal energy
consenation(orEC),
energi kinetik
dari
pasang
surut, energi
gelombang
dan arus serta
konversi
energi
dari
perbedaan
salinitas.
Potensi
kelautan lainnya yang
belum
mendapat
banyak perhatian
adalah
kekayaan
terpendam
berupa
barang-barang arkeologis
yang
bernilai
tinggi,
dari
kapal karam
pada
masa
ratusan tahun
yang
lalu.
Selain
potensi
di
atas
potensi
kelautan
lainnya
adalah
posisi
geostrategis
dan
geopolitik.
Posisi
geografis
Indonesia yang merupakan
jalur
perlintasan
laut
inter-
nasional
mempunyai potensi
strategis
untuk
jasa
perbaikan
kapal
dan
keamanan
serta
potensi
lainnya
pada
kapal-kapal yang
melintasinya.
Demikian
juga
posisi
Indonesia
yang
berada
ditengah-tengah kekuatan
besar
dunia
seperti
India,
cina,
Jepang,
Amerika
Serikat
dan
pendatang
baru Australia,
menjadikan
posisi
geopolitis
lndonesia
sangat
strategis.
Dari
segi
penelitian,
keanekaragaman
sumber
daya
hayati
merupakan potensi
yang besar
untuk
penelitian
maupun pengembangan
bagi
peneliti/
lembaga
peneli-
tian dalam dan
Iuar
negeri.
Namun potensi
kelautan yang
besar
tersebut
baru dimanfaatkan
sebagian kecil
saja. Sebagai
contoh,
potensi
perikanan
(tangkap)
Iaut
baru dimanfaatkan
sekitar
l'lrl,ilnl*ur
I
(r2rlo
sir
jir.
lfrrlcnsi
lrrrtlrtliryir
Pt:r'rklrrrirrr
pirrrl;ri (t:rrrrhak)
tliur lu,i(rnttrit.uhrrru,).jugtr
bitt
tt tlinriurliritlkitn
scbitgiltr kccil sa.fa. l)cnrikian
.juga
pariwisata
bahari
baru
di-
rrrartliratkun
lladu
puluu-pulau
tcrtcntu sa.ja.
Biota
laut
untuk pengembangan
in-
tlrrstri
pangarr,
korncstika
dan farnrasi,
baru sebagian
kecil
dirnanfaatkan.
Jasa
per-
hubungan laut
baik
antar
pulau
di tanah air maupun
antara
lndonesia
dengan
ne-
gara-negara
lain sebagian
besar
masih
didominasi
oleh pelayaran
asing.
Sumber
rninyak
dan
gas
bumi
di lautan
sudah
banyak
dimanfaatkan,
namun
baru
sebagian
kecil
dari potensi
yang
ada.
Rendahnya
pemanfaatan potensi
sumberdaya
kelautan
yang
sedemikian
besar,
terutama
disebabkan oleh:
(l)
pemerintah
dan
masyarakat masih
mengutamakan
eksploitasi
daratan;
(2)
teknologi
eksplorasi
dan
eksploitasi
lautan,
khususnya
untuk
penambangan
minyak
dan
gas
bumi
serta mineral lainnya memerlukan
teknologi
tinggi;
(3)
kualitas
sumberdaya
manusia
yang
terlibat
dalam sektor
kelautan
relatif
masih rendah,
khususnya di
perikanan
tangkap;
(4)
introduksi
teknologi baru
da-
lam perikanan
tangkap,
tidak terjangkau
oleh
nelayan
yang
kondisi
sosial ekono-
minya
rendah; dan (5)
sistem kelembagaan
yang
ada
belum
mendukung
pada
pengembangan
sektor
kelautan.
Rendahnya
pemanfaatan
sektor kelautan
tersebut
tercermin dari
rendahnya
sumbangan
sektor kelautan
terhadap
Produk
Dornestik
Bruto
(PDB)
atas
harga konstan
1993,
yaitu
pada tahun
1995
baru
sebesar
12,83
persen
(Budiharsono
dan Kusumastanto, 1999).
2.
Unsur-unsur
Sektor Kelautan
Sektor kelautan merupakan sektor yang mengelola dan mengembangkan sum-
berdaya
kelautan
dan
kegiatan
penunjangnya
secara
berkelanjutan.
Sektor
kelaut-
an
mencakup 2 unsur
yang
satu Sama lain
saling terkait,
yaitu:
(
l) unsur
hilir
yang
lebih berkaitan dengan eksploitasi
atau
pemanfaatan yang
terdiri
dari
perikanan,
pertambangan,
eksploitasi
benda-benda
arkeologis,
energi kelautan, industri
kela-
utan,
perhubungan
laut, pariwisata
bahari,
bangunan
kelautan,
perdagangan,
penegakan hukum,
pertahanan
dan
keamanan,
dan
(2)
unsur
hulu
yang
lebih
ber-
kaitan
dengan eksplorasi
yang
merupakan
pendukung
unsur
hilir yang
terdiri dari
pengembangan
sumber daya manusia, pengembangan
ilmu
pengetahuan
dan
tek-
nologi
kelautan, pengembangan
kelembagaan
hukum
dan
peraturan,
pelestarian
lingkungan,
penyediaan
data
dan
informasi
melalui
survei
dan
penelitian,
keter-
paduan perencanaan
dan
penataan
ruang
kelautan.
Secara skematik
pada
Gambar
l.l
disajikan
unsur-unsur sektor kelautan.
Dalam
terminologi Klasifikasi Lapangan
Usaha
Indonesia
(KLUI)
dari
BPS
unsur-unsureksploitasi
dan non-eksploitasi
sektor kelautan
dibagi menjadisub-
sektor;
(l)
Perikanan
Laut
dan
Payau; (2)
Pariwisata
Bahari;
(3)
Pertambangan
dan
energi;
(4)
industri
Kelautan;
(5)
Perhubungan
Laut;
(6)
Bangunan Kelautan;
dan
(7)
Jasa
Kelautan.
Sub-sektor
perikanan
laut
dan
payau
mencakup
semua kegiatan penangkapan,
pembenihan
dan
budidaya
segala
jenis
ikan
dan
biota air
lainnya
yang
ada
di
pesi-
sir
dan lautan.
Sub-sektor
pariwisata
bahari
mencakup kegiatan
pariwisata
bahari
dan
jasa
penunjang pariwisata
bahari.
Sub-sektor
pertambangan
dan energi
meli-
puti
kegiatan
pencarian
minyak dan
gas
bumi,
penyiapan
pengeboran,
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
11/88
'l
t,,/.ttt*
..lnttlt\t\
ltrntlttllitlt,trt
ll
rl,tt,tlt
l,rtr.ry
rl,trr
l.rtttt,trt
l)ellillllbilllSiall,
l)cllgtlill)iltl,
l)cDtisitlriln
scrla
l)on.llnpungan
ulltuk
dapal
dijual
atau
clipasarkan
yang
dilaksalrakan
di
posisir
dan
lautan.
Sub-sektor
inijuga
mencakup
pengambilan
benda padat,
baik
di
bawah
maupun
di atas
p".mukauribumi
di
ba_
wah
laut
serta
seluruh
kegiatan
lainnya.
Selain
itu
sub-sektor
ini
mencakup
pula
energi konvensional
antara
rain
orEC,
pasang
surut
dan
energi
gelombang.
Sub-sektor
industri
kerautan
mencakup
semua
industri
yang
menunjang
kegi-
atan
ekonomi
di
pesisir
dan
rautan, yaitu
industri
kapar
dan
jasa
perbaikannya,
industri
bangunan
lepas
pantai,
dan
industri
pengolahan
hasil pioduksi
dari pesisir
dan
lautan.
Sub-sektor
bangunan
kelautan
meliputi
kegiatan
penyiapan
lahan
sampai
konstruksi
bangunan
tempat
tinggar
dan
bukan
tempat
tinggal, yang
berada
di pe-
sisir
dan lautan
serta
bangunan
dermaga.
Sedangkan
suu-settoip"ihubungan
raut
meliputi
kegiatan
pengangkutan
barang
dan penumpang
dengan
menggunakan
kapar
laut yang
beroperasi
di
daram dan
ke
luar
daerah
Inaonesiu
serta
fegiatan
yang
bersifat
menunjang
dan
memperlancar
kegiatan
pengangkutan
yang
nietiprtilasa
pelayanan
keselamatan
pelayaran.
Sub-sektor-iasa-jasa
kelautan
meriputi
kegiatan
jasa
perdagangan, jasa
pendi-
dikan,
jasa
penelitian
dan
pengembangan,
jasa
pertahanan
dan
teamanun,
.lasa
penegakan
hukum,
jasa
kehutanan
bidang perlindungan
hutan,
perestarian
aram,
reboisasi
dan
rehabilitasi
bakau
atau
terumbu
karang,
sertajasa
kelautan
bidang
pembersihan
polusi
laut.
Gambar
l.l
Unsur-unsur
Sektor
Kelautan
I'tnrhthulurttt
5
-1.
l)eluang,'l'anttng:rn
dan
Kcndala
Pengcmbangan
Scktor
Kclautan
l)oluang
pembangunan
sektor
kelautan
dan
dampaknya
terhadap
pembangun-
an wilayah
pesisir
dan lautan
pada
masa
mendatang
cukup
cerah.
Hal
initerutama
tlipengaruhi
oleh
permintaan
pasar
dalam negeri
maupun
luar
negeri.
Seperti
di-
ketahui
bahwa permintaan
pasar
merupakan
fungsi
dari
tingkat
pendapatan,
jum-
lah
penduduk,
harga
komoditi
substitusi,
selera,
mutu,
dan
citra
dari produk
kela-
utan
yang
dipasarkan.
Dengan proyeksi
jumlah
penduduk
Indonesia
pada
tahun
2004
sebenyak220
juta
orang
dan
perekonomian
Indonesia
mulai
pulih
pada
ta-
hun 2004, maka permintaan
domestik
terhadap
produk kelautan
seperti
perikanan
dan
hasil olahannya,
perhubungan
laut, pariwisata
bahari
dan
industri
kelautan
lainnya
akan
cukup
cerah.
Pada
tahun 2004,
diperkirakan
permintaan
domestik
terhadap
produk
perikanan
sebesar 4,4
juta
ton,
dengan
asumsi konsumsi
ikan
tahun
2004
sebesar 20 kgl
tahun/kapita.
Asumsi
tersebut
merupakan
asumsi
yang
sangat
konservatif,
karena
konsumsi
ikan pada
tahun 2004
dianggap
sama
dengan konsumsi
ikan pada
tahun
1998.
Sementara
permintaan
luar negeri
(ekspor)
diperkirakan
sebesar
0,7
ton,
sehingga total permintaan
komoditi perikanan
sebesar
5,1
juta
ton/tahun.
permin-
taan sebesar itu
masih dapat
dicukupi
dari
perikanan
tangkap, perikanan
darat dan
payau.
Pada masa-masa
selanjutnya
diperkirakan permintaan
domestik
maupun
ekspor
akan
meningkat,
sehingga
permintaan
tersebut
tidak
dapat
dicukupi
oleh
perikanan tangkap
apabila
masih
menggunakan
teknologi
seperti
saat
ini,
demi-
kianjuga pasokan
dari
perikanan
darat
dan
payau perlu
ditingkatkan.
Peluang
pengembangan
pariwisata
bahari
sampai
tahun
2004
belum
begitu
cerah, apabila
dibandingkan
seperti PELITA
vI era orde Baru,
hal ini
dikarena-
kan masalah
keamanan
dalam
negeri,
yang
pada
beberapa
daerah
masih bergolak,
sehingga
menjadi
kendala
bagi
kunjungan
wisatawan
asing.
Disamping
itu,
ham-
pir
45%o
wisatawan
mancanegara
berasal
dari
negara-negara
ASEAN,
Korea,
Tai-
wan
dan
Hongkong
yang pada
saat ini perekonomiannya
belum
pulih
seperti
pada
awal
dekade 90-an.
Namun
demikian
pada
masa selanjutnya
dimana
keamanan
dalam negeri
sudah
membaik
dan
perekonomian
ASEAN
serta
negara-negara
Ti-
mur
Jauh
juga
membaik,
maka
permintaan
pariwisata
bahari akan
meningkat pula.
walaupun
sektor riil,
khususnya
sektor industri pada
awal
pemerintahan
presi-
den
Abdurahman
wahid
belum
berjalan dengan
baik,
namun sektor
pertanian,
khususnya
sektor perikanan
masih
tumbuh positif,
sehingga
ekspor
dari
sektor
pertanian
masih
berjalan
dengan baik.
Dengan membaiknya
perekonomian
yang
diperkirakan
mulai
membaik
pada
tahun2002,
maka
kegiatan
ekspor-impor
akan
membaik pula,
sehingga
prospek
transportasi
laut
baik untuk transportasi
dalam
negeri
maupun dari
dan
ke
Indonesia akan
meningkat
pula.
Demikian
juga
dengan
meningkatnya
jumlah
penduduk
dan
membaiknya
perekonomian
akan
mening-
katkan
jumlah
penumpang
kapal
laut.
Harga
minyak
bumi
saat
ini
yang
membaik,
akan
mendorong
untuk
mening-
katkan
eksplorasi
dan eksploitasi
minyak
bumi
yang
sebagian
besar
cadangannya
berada
di
laut
lepas. Demikian
juga
dengan permintaan
LNG yang
meningkat,
khususnya
dari
Jepang
dan
Korea,
akan meningkatkan
eksplorasi
dan eksploitasi
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
12/88
6
ti,/.tttk
,lntlt.yt.r
't,rnlutuNttttrur ll
rl,rtth
l,t.tt.srr
rhnr Lrtrtlrttt
LNG,
yang
juga
sebagian
besar berada
di laut
lepas. Dengan
demikian peluang
pemanfaatan
minyak
dan gas
bumi
di
lauan pada
masa
mendatang
akan
semakin
meningkat.
Adanya peningkatan
eksplorasi
dan eksploitasi
minyak
dan
gas
bumi,
pening-
katan
kegiatan
ekspor
dan
impor
serta
penumpang
kapal
laut,
dan peningkatan
permintaan
komoditi perikanan
pada
masa
mendatang
diperkirakan
akan mening-
katkan
kegiatan
industri
kelautan
berupa
industri
bangunan
lepas
pantai
untuk
eks-
ploitasi
minyak
dan gas
bumi,
kapal penumpang
dan
kapal
barang,
dan industri
pengolahan
hasil
perikanan.
sehingga peluang
pengembangan
industri
kelautan
pada
masa
mendatang
sangat
cerah.
Peluang pembangunan
kelautan
Indonesia
yang
cukup
cerah pada
masa
men-
datang
seperti
diuraikan
di atas,
merupakan
tantangan
bagi bangsa
Indonesia
untuk
merealisasikan
dan memanfaatkan
peluang
tersebut.
Adapun
tantangan
pemba-
ngunan kelautan
Indonesia
antara
lain:
(a)
meningkatkan
kesejahteraan
masyara-
kat
bahari,
khususnya
masyarakat
pesisir
(nelayan)
ke tingkat
kehidupan yang
la-
yak, (b)
peningkatan
kualitas
sumber
daya
manusia
masyarakat
bahari,
(c)
produk
kelautan
dapat memenuhi
kebutuhan
domestik
dan
meningkatkan
devisa
negara,
(d)
pemanfaatan
sumber
daya kelautan
harus
dapat dilakukan
secara
optimal
dan
berkelanjutan, (e)
pemanfaatan
dan
pendayagunaan
sumber
daya
kelautan
harus
dilakukan
secara terpadu
baik dari
segi
perencanaan
maupun
pelaksanaan
antar
sektoral
maupun
antar
wilayah,
(f)
diperlukan
berbagai perangkat
hukum
dan
per-
aturan perundang-undangan
yang
secara efektif
mampu
memberikan
kepastian
hukum
dalam
aspek pengelolaan,
yang didalamnya
termasuk
aspek
perencanaan
dan pemanfaatan
bagi
pemerintah,
swasta dan
masyarakat,
dan
(g)
diperlukan
usaha
yang
keras dalam
upaya menegakkan
dan
memperkokoh
kedaulatan
wila-
yah
laut
nasional dan yuridiksi
Indonesia
sebagai perwujudan
wawasan nusantara.
Sedangkan
kendala-kendala
yang
dihadapi
dalam pembangunan
sektor
kela-
utan
pada
masa
mendatang
antara
lain:
(a)
keterbatasan
modal
(b)
kurang efektifnya
penegakan
hukum, (c)
rendahnya
kualitas
sumber
daya
manusia
dan
penguasaan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
(d)
kurangnya
ketersediaan
data
dan informasi,
(e)
kurang
terpadunya
perencanaan
dan pelaksanaan
antar
sektor
dan antar
wila-
yah,
(0
pembangunan
kelautan
kurang
berorientasi
pada pelestarian
lingkungan,
(g)
kurangnya
sarana
dan prasarana
untuk
menopang
kegiatan yang
berkaitan
de-
ngan pemanfaatan
dan pendayagunaan
sumber
daya
kelautan,
dan
(h)
rendahnya
jiwa
bahari.
Peluang pembangunan
sektor
kelautan
yang
cukup
cerah pada
masa
menda-
tang, walaupun
menghadapi
tantangan
dan
kendala
yang
cukup
besar diharapkan
dapat mengangkat
ketertinggalan
wilayah pesisir
menjadi
wilayah
yang
maju,
se-
perti pada
masa
dahulu,
dimana
wilayah
pesisir
menjadi
cikal
bakal bagi
pusat-
pusat peradaban
nasional
maupun
dunia.
BAB
2
1.
Ilmu Pembangunan Wilayah
Ilmu
pembangunan
wilayah
merupakan ilmu
yang
relatif masih
baru. Ilmu
ini
dikembangkan
pada
awal dasawarsa
1950-an, tetapi baru
pada
dasawarsa 1970-an
ilmu
ini
berkembang
dengan
pesat.
llmu ini
muncul
karena ketidakpuasan para
pakar
ilmu sosial
ekonomi terhadap rendahnya
tingkat
perhatian
dan
analisis
eko-
nomi berdimensi
spasial. Ilmu ini berakar
dari
pemikiran
von
Thunnen dan
Weber
pada
pertengahan
abad ke
19.
Pada
abad
ke
20, ilmu
tersebut
dikembangkan
oleh
Cristaller, Galpin, Mukerjee, Odhum,
Vance,
Vidal de
la Blache,
Howard
Mackaye,
Patrick
Geddes,
Mumford, August
Losch,
Walter
Isard,
Brian
J.
L.
Berry,
John
Friedman, Edgar
M.
Hoover,
Kuklinski dan sebagainya.
Sutami dan
Purnomosidi
Hadjisarosa
mempunyai peranan
penting
dalam
pengembangan ilmu
ini
di
Indo-
nesia.
IImu
pembangunan
wilayah
merupakan wahana
lintas
disiplin
yang
mencakup
berbagai
teori
dan
ilmu terapan
yaitu
geografi,
ekonomi,
sosiologi, matematika,
statistika, ilmu
politik, perencanaan daerah, ilmu
lingkungan dan sebagainya.
Hal
ini
dapat
dimengerti
karena
pembangunan
itu
sendiri
merupakan
fenomena
rnultifaset
yang
memerlukan
berbagai
usaha
manusia dari
berbagai bidang
ilmu
pengetahuan.
Sesuai
juga
dengan
pandangan pendiri
ilmu Wilayah,
Walter Isard,
bahwa
pengetahuan
pada
berbagai
ilmu adalah
menyatu dan
saling berkaitan.
Pembangunan
wilayah
bukan
hanya merupakan
pendisagregasian
pembangunan
nasional.
Hal
ini dikarenakan bahwa
pembangunan
wilayah
mempunyai
filsafat,
peranan,
dan
tujuan
yang
berbeda.
Ilmu
pembangunan
wilayah
sebenarnya dalam
perkembangannya lebih mendekati ilmu
ekonomi.
Perbedaan
pokok
antara
ihnu
ekonorni
dengan
ilmu
pembangunan
wilayah terletak
pada
perlakuan terhadap
di-
mensi spasial.
Menurut Misra
(1977)
ilmu
pembangunan
wilayah
merupakan disiplin
ilmu
yang
ditopang
oleh
ernpat
pilar
(tetraploid
dicipline),
yaitu geografi,
ekonomi,
pe-
rencanaan
kota
dan
teori
lokasi. Pada
Gambar
2.1 disajikan
skema ilmu
pemba-
ngunan
wilayah sebagai tetraploid
dicipline. Namun
pendapat
Misra
mengenai
ilmu
pembangunan
wilayah
ini
terlalu
sederhana.
Aspek biogeofisik
tidak
hanya dire-
presentasikan
dengan
teori
geografi maupun teori lokasi.
Demikian
juga
aspek
sosial budaya
dan
lingkungan
sangat berperan
dalam pembangunan
wilayah,
namun
belum ada
keterwakilannya
dalam
keempat
disiplin
ilmu
tersebut.
Oleh
karena
itu
ilmu
pembangunan
wilayah
setidak-tidaknya
perlu
ditopang oleh
6
pilar
analisis,
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
13/88
l
r'AtrtA,4tttl
nt.r
l'tmluuryuntn ll
tlttvth
I'r.tt.rtr.
rlm
Lttttltnr
Cambar 2.1
Empat Pilar
Penopang
Ilmu Pcmbangunan
yaitu: (l)
analisis
biogeofisik; (2)
analisis
ekonomi;
(3)
analisis
sosiobudaya;
(4)
analisis
kelembagaan; (5)
analisis lokasi
dan
(6)
analisis
lingkungan.
pada
Gambar
2.2
disajikan
skema
mengenai
6
pilar analisis
penopang
ilmu
pembangunan
wilayah.
2.
Peranan
Ilmu
Pembangunan
Wilayah
Pentingnya
ilmu pembangunan
wilayah
dalam
konteks
pembangunan
di Indo-
nesia pada
umumnya
dan
di
wilayah
pesisir
dan lautan
pada
khususnya,
dikarena-
kan
oleh:
l-
"uo"*^;-l
I
r
a
I
**^*r^^._l
I
rora
I
ILMTJ
PEMBANGTINAN
WILAYAH
E
[;.
_l
I
rornsr
I
/il;\
etocEor.rsrr
)
.-.,1
g9+
z
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
14/88
yilng
sillilh
tlirri
lJll
No 22
1'itlttttt
l9()()
111c11gc11ai
kcwcnirngiut
(literitlt
l)ropinsi
rlntuk
lllcngcltlla
lau(
sc.iaulr
l2
nlil
laut dirrr
dacrah
kabupaten/kota
untuk
tlenge-
lola
sepertiganya, yang
dianggapnya
sebagai
batas wilayah,
pada
masa
mendatang
diperkirakan
akan
banyak menimbulkan
konflik
kepentingan
dan ruang
antar
da-
erah.
Ketujuh, pembangunan
Indonesia
masih
bersifat
sektoral.
Selama harnpir
32
tahun
di bawah pemerintahan
rezinr
orde
Baru, pembangunan
dilaksanakan
seca-
ra
sektoral.
sehingga
dalam pelaksanaan
di
lapangan,
egoisme
sektoral
kuat
seka-
li.
Akibatnya
hasil pembangunan
yang
dicapai
tidak
optimal.
pembangunan
wila-
yah yang
merupakan pembangunan
terpadu
diharapkan
dapat
mengurangi
kesalahan-kesalahan pembangunan
di
masa
lalu.
Apalagi
saat
ini
berkembangan
pendekatan
pembangunan
yang
bersifat
kewilayahan.
Salah
satu
bentuk pendekat-
an
kewilayahan yang
dikembangkan
pada
saat
ini adalah
pengembangan
wilayah
terpadu (integrated
regional
development).
Program
yang
secara historis
dipenga-
ruhioleh
buah
pikiran
Rodinellidan
Ruddle
(1978)
ini,
arau lebih
dikenalsebagai
the USAID
strategy
dilaksanakan
dengan
tujuan
menciptakan
suatu
sistern
pro-
duksi
dan
perdagangan
yang
bersifat
terpadu
dengan mendorong
terciptanya
ber-
bagai
bentuk spatial
linkages
sepertijaringan
interaksi
fisik,
sosial, ekonorni,
tek-
nologi
dan adminisrrasi.
Dari
uraian
di atas menunjukkan
bahwa
ada
7 alasan
mengenai pentingnya
pene-
rapan
ilmu
pembangunan
wilayah
dalarn pernbangunan
Indonesia,
apalagi
dengan
diterapkannya
otonomi
daerah
pada
awal
tahun
2001
.
Penerapan
ilmu
pembangunan
wilayah tidak
hanya pada
level
daerah
kabu-
paten/kota
namun
bisa diterapkan
untuk
tingkat
yang
lebih
tinggi
misalnya
pro-
pinsi,
nasional
bahkan
internasional,
atau
untuk
tingkatan yang
lebih
rendah
yaitu
kecamatan atau
desa.
Dari
kriteria
tersebut,
wilayah
pesisir
dan
lautan
terletak
pada
level
sub-nasional
(rneso),
biasanya lebih
kecil
dari
wilayah propinsi
bahkan
lebih
kecil dari
kabupaten,
namun bisa
saja
lintas
kabupaten.
pada
Tabel
2.1
disa-jikan
secara rinci
mengenai keterkaitan
tingkat
wilayah dan
peranan
ilmu
pembangunan
wilayah.
Tabel
2.1
Peranan
llmu
Pernbangunan
Ll/ilnyah
Pada
setiap Tingkat tLiluyah
No,
Tingkat
Wilayah
Peranan Ilmu
Pembangunan
Wilavah
Fokus
Dunia
Stucii
Multidimensional
utrtuk
kcrjasama/
koor-
dinasi regional,
dll.
Studi
tentang
pertumbuhan
ekonomi, aliran
sunrberdaya,
kualitas
lingkungan.
Pengem-
bangan
sumberdaya,
pemba-
ngunan
pertanian,
industri,
infrastruktur
agar
terdapat
sa-
ling
ketergantungan
diantara
negara-negara
untuk
men
geta-
hui
keadaan
ekonomi, ekologi
dan keuntungan
lainnya
de-
ngan adanya
ker.jasama
inter-
nasional
tersebut.
No.
Tingkat
Wilayah
l'crrtttrut
llntu
l'embangrrnan
Wilayah
Fokus
2
Nasional/rnakro
Analisis struktur
wila-
yah
dan
perencanaan
an-
tar
wilayah dll.
Perencanaan
antar wilayah,
pemrograman
untuk
memper-
sempit
keseniangan
anlar
wi-
layah dll.
l
Subnasional/meso
(Prop
insi/kabupaten/
kota)
Studi wilayah,
perenca-
naan
wilayah
dalam
ke-
rangka
pembangunan
wilayah
dan
pemba-
ngunan nasional, dll.
Untuk n-rengembar-rgkan sunr-
berdaya
dari setiap
wilayah
agar
kualitas
hidup dari masya-
rakat rneningkat
dll.
4
Lokal/mikro
(Keca-
matan/desa)
Studi
kenrasyarakatan
dll.
Partisipasi
masyarakat.
pel)gern-
bangan sosial,
pengembangan
surnberdaya
dan kelernbagaan
tokal.
dll.
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
15/88
BAB
3
l.Konsep
Ruang
Pada bab
terdahulu
telah
dikemukakan
bahwa
perbedaan mendasar antara
ilmu
ekonomi
dan
ilmu
pembangunan
wilayah
adalah
pada
masalah
ruang.
Menurut
Azis
(1987)
dalam
teori
ekonomi,
tingkat
harga
dan
produksi optimum
ditentukan
oleh beberapa
faktor
seperti
struktur biaya,
penerimaan
(revenue)
dan
bentuk
pa-
sar
yang
berlaku.
Adapun
keuntungan
maksimum
yang dihasilkan
melalui
tingkat
produksi tersebut
merupakan
pencerminan, selisih
antara
penerimaan dan
biaya
rata-rata.
Teori
ekonomijuga
menunjukkan
bagaimana
tingkat
produksi optimum
disesuaikan
dengan
dana
yang
tersedia
dapat
ditentukan
melalui penggunaan
kom-
binasi input
atau
teknologi
tertentu,
yang
menghasilkan
kondisi
dimana
rasio
harga
antara dua
input
mencapai
nilai
sama
dengan rasio
produk marginalnya.
Selanjut-
nya unsur waktu
juga
dapat
diperhitungkan
melalui
statikkomparatif
dan
dinamik.
Dalam
hal
ini
teori
ekonomi
telah
berhasil
menjelaskan
pertanyaan
"apa",
"be-
rapa",
"bagaimana",
"untuk
siapa",
dan
"bilamana"
dalam konteks
produksi.
Namun
belum
menjelaskan
"dimana" aktivitas
produksi
tersebut
dilaksanakan, dengan
perkataan
lain bahwa
analisis
ilmu ekonomi
berada
pada
alam
tanpa
ruang
(spaceless world).
Padahal
sudah
jelas
bahwa
analisis
ekonomi apapun
yang
dile-
takkan
pada alam tanpa
ruang,
amatjauh
dari kenyataan
hidup.
Ruang
merupakan
hal
yang sangat
pentiirg dalam
pembangunan
wilayah.
Kon-
sep
ruang
mempunyai beberapa
unsur,
yaitu:
(l)jarak;
(2)
lokasi;
(3)
bentuk; dan
(4)
ukuran.
Konsep
ruang
sangat berkaitan
erat dengan
waktu,
karena
pemanfaat-
an bumi
dan
segala
kekayaannya
membutuhkan
organisasi/pengaturan
ruang
dan
waktu. Unsur-unsur
tersebut
di atas
secara bersama-Sama
menyusun
unit tataruang
yang
disebut
wilayah.
Whittlessey
(1954) memformulasikan
pengertian
tataruang
berdasarkan:
(l)
unit
areal konkret,
(2)
fungsionalitas
di
antara
fenomena,
dan
(3)
subyektifitas
dalam
penentuan
kriteria.
Kemudian Hartchorne
(
1960)
mengintroduksikan
unsur
hubungan
fungsional diantara
fenomena,
yang
melahirkan
konsep
struktur
fungsi-
onal
tataruang.
Struktur
fungsional
tataruang
bersifat
subyektif, karena
dapat me-
nentukan
fungsionalitas
berdasarkan
kriteria
subyektif.
Menurut
Hanafiah
(
1985)
konsep
jarak
mempunyai
dua
pengertian,
yaitu
Ja-
rak absolut
dan
jarak
relatif
yang mempengaruhi
konsep
ruang absolut
dan
relatif.
Konsepjarak
dan
ruang
relatifini berkaitan
dengan
hubungan
fungsionalitas
dian-
tara
fenomena,
dalarn
struktur
fungsional tataruang.
Dasar
dan'
konsep
ruang re-
l4
lt'knrk
Anultsts
l'.,ilthlngunuil tl'tldr.ilt
1,.,.\t.\n.
thtn
Lrnt.;t,p
llu,tttg thu ll'rltrr,oh
I
5
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
16/88
l.tuldn
latif adalah
jarak
relatif.
Jarak relatif
merupakan fungsi
dari
pandangan
atau per-
sepsi terhadap
jarak.
Dalam
konsep
ruang
absolut,
jarak
diukur
secara
fisik,
se-
dangkan
dalam
konsep
ruang
relatif,
jarak
diukur
secara
fungsional
berdasarkan
unit
waktu,
ongkos
dan
usaha.
Ide
mendasar
dari
konsep
ruang
relatifadalah
per-
sepsi
terhadap
dunia nyata.
Persepsi
manusia
ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor
ekonomi,
sosial
budaya,
politik,
psikologi
dan
sebagainya.
Melalui
berbagai
fak-
tor tersebut
manusia dapat
menggambarkan
ruang relatif.
Secara
skematis
pada
Gambar 3.1
disajikan
persepsi
manusia
mengenai
ruang.
Gambar
3.1 Persepsi Manusia
tentang
Ruflng
2.
Konsep
Wilayah
wilayah
didefinisikan
sebagai
suatu unit
geografi
yang
dibatasi
oleh
kriteria
tertentu
yang
bagian-bagiannya
tergantung
secara internal.
wilayah
dapat
dibagi
menjadi
4
jenis
yaitu:
(l)
wilayah
homogen;
(2)
wilayah
nodal;
(3)
wilayah
peren-
canaan;
dan
(4)
wilayah
administratif.
2.1
Wilayah
Homogen
wilayah
homogen
adalah wilayah
yang
dipandang
dari satu
aspek/kriteria
mem-
punyai
sifat-sifat atau
ciri-ciri
yang
relatif
sama.
Sifat-sifat
dan
ciri-ciri
kehomogenan
itu misalnya
dalam
hal
ekonomi
(seperti
daerah dengan
struktur
produksi
dan
konsumsi
yang
homogen,
daerah
dengan
tingkat
pendapatan
rendah/
miskin,
dll),
geografi
(seperti
wilayah
yang
mempunyai
topografi
atau iklim yang
sama),
agama, suku
dan sebagainya.
Richardson
(1975)
dan Hoover
(1977),me-
ngemukakan
bahwa
wilayah
homogen
dibatasi
berdasarkan
keseragamannya
se-
cara internal
(internal
uniformity).
contoh
wilayah
homogen
adalah
pantai
utara
Jawa Barat
(mulai
dari
Indramayu,
Subang
dan Karawang),
merupakan
wilayah
yang
homogen
dari
segi
produksi
padi.
Setiap
perubahan
yang
terjadi
di
wilayah
tersebut
seperti subsidi
harga
pupuk,
subsidi
suku
bunga kredit, perubahan
harga
piuli
tlan
lirirr
scblgrrinya
keserttuanya
itkatt
nlctnpetlgiaruhi
scltrruh
hagian
wilayalr
tclscbul
tlcrrgan
proses yang sanra. Apa
yang berlaku
di
suatu bagian akan berlaku
prrla
patla
bagian
wilayah
lainnya.
2.2 Wilayah
Nodal
Wilayah
nodal
(nodal
region) adalah
wilayah
yang
secara fungsional
mempu-
nyai ketergantungan
antara
pusat
(inti)
dan daerah belakan
gnya
(hinterland).
Tingkat
ketergantungan
ini
dapat
dilihat
dari arus
penduduk,
faktor
produksi,
barang
dan
jasa,
ataupun
komunikasi dan
transportasi.
Sukirno
(1976)
menyatakan bahwa
pe-
ngertian
wilayah
nodal
yang paling
ideal
untuk digunakan dalam
analisis
menge-
nai ekonomi
wilayah,
mengartikan
wilayah
tersebut
sebagai
ekonomi ruang
yang
dikuasai
oleh satu
atau beberapa
pusat
kegiatan
ekonomi.
Batas
wilayah nodal
ditentukan
sejauh
mana
pengaruh
dari
suatu
pusat
kegiat-
an ekonomi
bila
digantikan
oleh
pengaruh
dari
pusat
kegiatan
ekonomi
lainnya.
Hoover
(1977)
mengatakan
bahwa
struktur
dari
wilayah nodal dapat digambarkan
sebagai
suatu
sel hidup
atau suatu
atom,
dimana
terdapat
inti dan plasma
(periferi)
yang
saling
melengkapi.
Pada
struktur
yang
demikian,
integrasi fungsional akan
lebih
merupakan
dasar
hubungan
ketergantungan
atau
dasar kepentingan masya-
rakat di dalam
wilayah itu,
daripada
merupakan
homogenitas
semata-mata.
Dalam
hubungan
saling ketergantungan
itu
dengan
perantaraan
pembelian
dan
penjualan
barang-barang
dan
jasa-jasa
secara
lokal, aktivitas-aktivitas
regional
akan mempe-
ngaruhi
pembangunan
yang
satu dengan
yang
lainnya.
Wilayah
homogen
dan nodal memainkan
peranan
yang
berbeda
di
dalam
orga-
nisasi
tataruang
masyarakat. Perbedaan
ini
jelas
terlihat
pada
arus
perdagangan.
Dasar
yang
biasa
digunakan
untuk
suatu
wilayah
homogen adalah
suatu
output
yang dapat
diekspor
bersama
dimana scluruh wilayah
merupakan suatu
daerah
surplus
untuk suatu
output tertentu,
sehingga
berbagai
tempat di
wilayah tersebut
kecil
atau tidak sama sekali
kemungkinannya
untuk mengadakan
perdagangan
se-
cara
luas
diantara
satu sama
lainnya.
Sebaliknya,
dalam
wilayah
nodal,
pertukaran
barang
dan
jasa
secara
intern di
dalam
wilayah
tersebut
merupakan
suatu
hal
yang
mutlak harus
ada. Biasanya
daerah
belakang
akan
menjual
barang-barang
mentah
(raw
materiall dan
jasa
tenaga
kerja kepada
daerah
inti,
sedangkan daerah
inti
akan
menjual
ke
daerah
belakang
dalam
bentuk
barang
jadi.
Contoh
wilayah
nodal
adalah DKI
Jakarta
dan Botabek
(Bogor,
Tangerang
dan Bekasi),
Jakarta
yang
merupakan
inti
dan
Botabek sebagai
daerah belakangnya.
2.3
Wilayah
Administratif
Wilayah
administratif, adalah
wilayah
yang
batas-batasnya
ditentukan berda-
sarkan
kepentingan
administrasi
pemerintahan
atau
politik,
seperti:
propinsi,
ka-
bupaten,
kecamatan, desa./kelurahan,
dan
RT/RW. Sukirno
(1976)
menyatakan
bahwa
di
dalam
praktek,
apabila
membahas mengenai
pembangunan
wilayah,
maka
pengertian wilayah
administrasi merupakan
pengertian
yang
paling
banyak digu-
nakan.
Lebih
populernya penggunaan
pengertian tersebut
disebabkan
dua
faktor,
yakni:
(a)
dalam
melaksanakan
kebijaksanaan
dan
rencana
pembangunan wilayah
diperlukan
tindakan-tindakan
dari berbagai badan
pemerintah.
Dengan
demikian,
lebih
praktis
apabila
pembangunan
wilayah
didasarkan
pada
satuan wilayah admi-
I
(r
l't
AtrrA .lrttlrtt.t
l'rtillttut :untt,t
ll'rl,tt,,th
ltt,\t.\u t tut
I
tntltt,t
Ktn.st'1t
llrung
thtn
tl'tl(l\th
l1
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
17/88
nistrasi
yang
telah
ad.;
dan (b)
wilayalr
yang,
batasnya
ditentukan
berdasarkan
atas
satuan administrasi
pemerintahan
lebih
mudah
dianalisis,
karena
sejak lama
pe-
ngumpulan
data
di berbagai
bagian
wilayah
berdasarkan
pada
satuan
wilayah
adminsitrasi
tersebut.
Namun
dalam
kenyataannya,
pembangunan
tersebut
seringkari
tidak
hanya
dalam
satu
satuan
wilayah
administrasi,
sebagai
contoh
adalah pengelolaan
pesi-
sir,
pengelolaan
daerah
aliran
sungai, pengelolaan
lingkungan
danseb-againya,
yang
batasnya
bukan
berdasarkan
administrasi
namun
berdasarkan
batas
Jkologis
dan
seringkali lintas
batas
wilayah
administrasi.
Sehingga
penanganannya
memerlu-
kan
kerjasama
dari
satuan
wilayah
adminsitrasi
yang
terkait.
2.4
Wilayah
Perencanaan
Boudeville
(dalam
Glasson,
1978)
mendefinisikan
wilayah
perencanaan
Qrlan_
ning
region
atau programming
region)
sebagai
wilayah yang
memperlihatkan
koherensi
atau
kesatuan
keputusan-keputusan
ekonomi.
wilayah
perencanaan
da-
pat
dilihat
sebagai
wilayah
yang
cukup
besar
untuk
memungkinkan
terjadinya
per-
ubahan-perubahan
penting
dalam penyebaran
penduduk
dan
kesempatan
kerja,
namun
cukup kecil
untuk memungkinkan
persoalan-persoalan
p"r.n.oruunryu
dapat
dipandang
sebagai
suatu kesatuan.
Klaessen
(dalam
Glasson,
1978)
mempunyai
pendapat yang
hampir
sama
de-
ngan
Boudeville,
yaitu
bahwa
wilayah
perencanaan
harus
mempunyai
ciri-ciri:
(a)
cukup
besar untuk
mengambil
keputusan-keputusan
investasi
yang
berskala
eko-
nomi; (b)
mampu mengubah
industrinya sendiri
dengan
tenaga kerja yang
ada;
(c)
mempunyai
struktur
ekonomi
yang
homogen;
(d)
mempunyai
sekurang_kurangnya
satu
titik
pertumbuhan
(growth
point);
(e)
menggunakan
suatu cara
pendekatan
perencanaan
pembangunan;
(f)
masyarakat
dalam
wilayah
itu
mempunyai
kesa-
daran
bersama
terhadap
persoalan-persoalannya.
Salah
satu
contoh wilayah
perencanaan
yang
sesuai
dengan
pendapat
Boudeville
dan
Klassen
di
atas,
yang
lebih
rnenekankan
pada
aspek fisik
dan
ekonorni,
yang
ada di
Indonesia
adalah
BARELANG (pulau
Batam,
p.
Rempang
dan
p.
Galang).
Daerah perencanaan
tersebut
sudah lintas
batas
wilayah
administrasi.
wilayah
perencanaan
bukan
hanya
dari
aspek
fisik
dan ekonomi,
namun
ada
juga
dari
aspek
ekologis.
Misalnya
dalam
kaitannya
dengan pengelolaan
daerah
aliran sungai
(DAS).
Pengelolaan
daerah
ariran
sungai
harus
direncanakan
dan
dikelola
mulai dari hulu
sampai
hilirnya
secara
terpadu, karena perlakuan
di
hulu
akan berakibat
di
bagian
hilirnya.
contoh
wilayah
perencanaan
dari
aspek ekolo-
gis
adalah
DAS
cimanuk,
DAS
Branras,
DAS
citanduy
dan lain
sebagainya.
3.
Wilayah
Pesisir
dan
Lautan
wilayah pesisir
dan lautan
dari
konsep
wilayah
bisa termasuk
dalam
keempat
jenis
wilayah
tersebut.
Sebagai
wilayah
homogen,
wilayah pesisir
merupakan
wi-
layah
yang
memproduksi
ikan,
namun
bisajuga
dikatakan
sebagai
wilayah
dengan
tingkat pendapatan
penduduknya
yang
tergolong
di
bawah
ga.is
kemiskinan.
Se-
bagai
wilayah
nodal,
wilayah
pesisir
seringkali
sebagai
wilayah
belakang,
sedang-
kan
daerah
perkotaan
sebagai
intinya.
Bahkan
seringkali
wilayah pesisir
diangap
sclrrgirr
lrirlirnrirrr
bclirkirttg
(htu'k.vttrtl),
yiurf'.
lne rttpilkan tempat membuang
segala
nritcilnt lirrrbirlt.
Scbirgiri
wilayah
belakang,
wilayah
pcsisir
merupakan
penyedia
input
(pasar
input)
bagi inti, dan merupakan
pasar
bagi barang-barangjadi
(output)
dari
inti.
Sebagai
wilayah
administrasi, wilayah
pesisir
dapat
berupa wilayah
adminis-
trasi
yang
relatif
kecil
yaitu
kecamatan
atau
desa,
namun
juga
dapat berupa
Kabu-
paten/kota
pada
kabupaten/ kota
yang
berupa
pulau
kecil.
Sedangkan
sebagai
wilayah
perencanaan,
batas wilayah
pesisir
lebih
ditentu-
kan dengan
kriteria
ekologis.
Karena
menggunakan batasan
kriteria
ekologis
ter-
sebut, maka
batas
wilayah
pesisir
sering
melewati
batas-batas satuan
wilayah
ad-
ministratif.
Sebagai
contoh
adalah
wilayah
pesisir Kabupaten Karawang,
apabila
nelayan/petambak
di
Kabupaten Karawang
menebang
habis
pohon
bakau
yang
ada
di
pantainya
untuk
dijadikan tambak
udang,
maka
dampak negatifnya tidak
hanya dirasakan
oleh
daerah
tersebut
tetapi akan berdampak
terhadap
wilayah
pe-
sisir
Kabupaten
Bekasi maupun Kabupaten
Indramayu. Kondisi
tersebut terjadi
karena
wilayah pesisir
Kabupaten
Karawang merupakan
bagian dari
wilayah
pesi-
sir
pantai
utara Jawa
Barat
bahkan Jawa,
yang
merupakan
satu kesatuan
wilayah
perencanaan.
-
-
-:;{
ti
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
18/88
BAB
4
Pemahaman
tentang bagaimana
keputusan
mengenai
lokasi
mutlak
diperlu-
kan
jika
ingin
membahas
kegiatan
pada
ruang
dan menganalisis
bagaimana
suatu
wilayah
tumbuh dan
berkembang.
Keputusan
mengenai lokasi
yang
diambil
oleh
unit-unit
pengambil keputusan akan
menentukan
struktur
tataruang
wilayah
yang
terbentuk.
Unit-unit
pengambil
keputusan
dalam
penentuan lokasi
dapat
dibagi
menjadi
tiga,
yaitu:
(1)
rumah tangga;
(2)
perusahaan; dan
(3)
pemerintah.
Setiap
unit-unit
pengambil
keputusan
mempunyai kepentingan
tersendiri ber-
sumber
dari
aktivitas ekonomi
yang
dilakukan.
Aktivitas
ekonomi
rumah tangga
yang
paling
pokok
adalah
(a)
penjualan
jasa
tenaga
kerja,
dan
(b) konsumsi.
Se-
tiap
rumah
tangga
dihadapkan
kepada masalah
pengambilan
keputusan mengenai
lokasi
pemukiman,
lokasi
penjualan
jasa (kerja)
dan lokasi konsumsi,
karena
di-
asumsikan bahwa
setiap
rumah
tangga akan
memaksimalkan
kegunaan
(utility)
setiap
barang dan
jasa.
Kegiatan ekonomi
dari
suatu
perusahaan
dapat dibagi
menjadi
tiga,
yaitu:
(a) pengumpulan input;
(b)
proses produksi;
dan
(c)
proses
pemasaran.
Pengambilan
keputusan
tentang
lokasi oleh
suatu
perusahaan adalah
suatu
usaha
untuk
memaksimalkan
keuntungan
yang
diperolehnya.
Hottelitrg
(1981)
mengilustrasikan
tentang
penentuan
lokasi
optimal
bagi
pe-
rusahaan.
Dalam
penentuan lokasi
optimal bagi
perusahaan
ini,
Hotelling
menge-
mukakan
asumsi-asumsi
yang
kaku,
yaitu:(1)
konsumen
menyebar
secara
merata
sepanjang
daerah
pasar
yang
linier;
(2) permintaan
dan
preferensi
setiap
konsu-
men adalah
sama;
(3)
terdapat
dua produsen,
misalnya produsen
A dan
B
yang
menghasilkan
produk yang homogen;
(4)
biaya
produksi
nol;
(5)
konsumen
mem-
bedakan
barang
yang
diproduksi
oleh
produsen tersebut
hanya
dari
sudut lokasi
produsen;
(6)
produsen mengenakan
harga
f.o.b
(free
on
board)
untuk
setiap
unit
barang,
namun secara
aktual terdapat
perbedaan
harga
c
& f
(cost
and
freight)
yang dibayar
oleh
tiap konsumen
karena
adanya
biaya
transpor
untuk
mengangkut
barang
tersebut
ke tempat
tinggal
konsumen;
(7)
biaya transpor
sama
per
unit
ja-
rak
sepanjang
daerah
pasar
tersebut;
(8)
permintaan inelastik
sempurna;
(9)
perpindahan
lokasi
produsen dapat
terjadi
seketika
dan tanpa biaya;
(
I 0)
produsen
ingin
bersaing
dalam harga
dan
lokasi, dan tiap
produsen
mampu menyediakan
seluruh
perrrintaan
pasar
dan
(
I
I
)
tiap
produsen bertujuan
memaksimalkan
keun-
tungan.
Pada
Gambar
4.1
disajikan berbagai
kemungkinan
lokasi
dari
kedua
pe-
rusahaan
tersebut
sebelum
mencapai
keadaan
seimbang
(Gambar a.1
(e)).
Secara
matematis
persoalan
lokasi
dua
perusahaan tersebut
dapat
dijelaskan
sebagai
berikut.
Misalkan
diambil
contoh
dari Gambar
4.1(b) di
atas
yang
me-
]0
lr'latA
.'lttrtlt.st.r
l'unltttrrNtttrrttt
ll'tl,ty,tlt
ltr.\t.\n
thut
l1,uttt,t
li'trr Itilttst )l
-
8/16/2019 1401_Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisi Dan Lautan
19/88
Gambar
4.1