14. Penelitian Kesehatan

165
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 1 Penelitian Kesehatan Penulis: Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes BAGIAN-1 FILSAFAT DAN PROSES PENELITIAN KESEHATAN

description

metodologi penelitian kesehatan

Transcript of 14. Penelitian Kesehatan

Page 1: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 1

Penelitian Kesehatan

Penulis: Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes

BAGIAN-1

FILSAFAT DAN PROSES PENELITIAN KESEHATAN

Page 2: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 2

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar filsafat

dan proses penelitian kesehatan

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:

a. Menjelaskan teori umum filsafat penelitian kesehatan mencakup definisi filsafat, dasar-

dasar pengetahuan, konsep kebenaran dalam penelitian kesehatan

b. Menjelaskan proses penelitian kesehatan mencakup definisi penelitian kesehatan, tujuan

dan kegunaan penelitian kesehatan, ruang lingkup dan cakupan penelitian kesehatan

c. Menyebutkan proses penelitian kesehatan

d. Mengaplikasikan proses penelitian kesehatan

1. Teori Umum Filsafat Penelitian

Manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan diantaranya mempunyai akal untuk

berpikir dalam menemukan pemenuhan kebutuhannya. Hakekat manusia selalu mencari dan

ingin tahu berbagai kejadian disekitarnya. Rasa ingin tahu merupakan dorongan dari dalam

dirinya sehingga menemukan sesuatu yang baru. Penemuan baru sering dianggap sebagai

pengetahuan. Kesahihan pengetahuan menjadi sebuah ilmu harus dilandasi filsafat sehingga

kebenaran yang ditemukan sebagai ilmu pengetahuan dapat dipertanggaungjawabkan secara

universal.

Munculnya ilmu pengetahuan dimulai dengan cara seseorang berfilsafat yaitu

melakukan cara perenungan terhadap fenomena alam yang terjadi sampai pada titik akhir

perenungan manusia. Misalnya seseorang ingin mencari kebenaran apakah ada hubungan yang

bermakna kebiasaan ibu hamil yang merokok dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).

Maka seseorang tersebut harus melakukan perenungan secara mendalam sampai pada titik akhir

pemikiran. Pada akhirnya hasil perenungan menghasilkan suatu kesimpulan yang pasti bahwa

Page 3: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 3

ibu yang merokok pada saat hamil pasti melahirkan bayi BBLR. Jawaban tersebut tentunya harus

diperoleh melalui proses ilmiah dalam bentuk penelitian.

a. Definisi Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Philo artinya cinta, dan Sophia

artinya kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, philosophia berarti mencintai kebijaksanaan atau

kebenaran. Pemakaian pertama kali istilah filsafat adalah Pythagoras. Seorang filsuf adalah

pencari kebijaksanaan, ia adalah pencinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya.

Teori filsafat sebagai induk dari segala pengetahuan mengalami perkembangan dari masa

kemasa. Para ahli mengajukan aneka terminologi sesuai dengan sudut pandang yang digunakan

diantaranya:

Plato, filsuf besar Yunani mengatakan bahwa filsafat adalah “ilmu pengetahuan

yang berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan

Tuhan”.

Aristoteles, murid Plato, mengatakan bahwa filsafat adalah”ilmu pengetahuan

yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika,

retorika, etika, ekonomi, politik, social budaya, dan estetika

Al-Farabi, filsuf besar muslim yang digelar sebagai “Aristoteles Kedua”,

mengatakan bahwa filsafat adalah “ilmu pengetahuan tentang yang ada menurut

hakikat yang sebenarnya”

Immanuel Kant, filsuf Barat yang digelar sebagai “raksasa pemikir Eropa”

mengatakan bahwa filsafat adalah “ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan”.

Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa filsafat adalah “ilmu yang menyelidiki

segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan

manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya

sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu

seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu”.

Atmadilaga, D., mengatakan bahwa filsafat adalah suatu proses berpikir yang

menggugah suatu pemahaman untuk mendapatkan makna yang melandasi

pertimbangan seksama bagi kelayakan tindakan dari segi normatif, etika, dan

estetika.

Page 4: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 4

Suriasumantri, J.S, mengatakan bahwa filsafat adalah sebagai suatu cara berfikir

yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu

sedalam-dalamnya.

Dari definisi tersebut, penulis berpendapat bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan

untuk mengetahui secara hakiki kebenaran melalui proses berpikir secara radik (dasar). Manusia

dengan berbagai macam-macam kemampuannya, pikirannya, pancaindera, intuisi maupun

pengalamannya mampu menangkap apa yang terdapat dalam alam sekitarnya. Hasil tangkapan

tersebut diabstraksikan di dirinya berupa pengetahuan. Jika dilakukan dengan cara penyelidikan

ilmiah maka dapat berupa ilmu pengetahuan

Sebagai contoh munculnya keperawatan sebagai sebuah ilmu bermula dari seorang

Florence Nightingale dari Inggris yang menemukan Ilmu Keperawatan Modern dan ia dikenal

sebagai “Lady with the Lamp”, yang merawat para korban terluka di dalam Perang Krim tahun

1854. Seorang Florence Nightingale berfilsafat dengan cara melakukan perenungan dan

pemikiran secara radik yang ingin mengubah citra perawat yang pada zamannya mempunyai

reputasi yang buruk, mereka dianggap sebagai sampah masyarakat, pecandu minuman keras, dan

prostitusi sehingga karena perawatan yang buruk kondisi rumah sakit pada waktu itu kotor dan

amburadul. Florence Nigthtingale mengubah semua itu setelah merenung dan berpikir secara

radik ia melakukan penelitian-penelitian awal, ia menghadapi para pimpinan angkatan perang

dan pejabat pemerintah yang melawan reformasinya. Selama lima puluh tahun, ia bekerja tiada

hentinya baik untuk perawat maupun untuk kelompok masyarakat yang menderita lainnya.

Ketika ia meninggal dunia pada tahun 1910, ia telah memperoleh perubahan itu. Rumah-rumah

sakit merupakan tempat yang bersih dan tempat untuk menyelamatkan jiwa manusia serta

keperawatan telah menjadi profesi keahlian yang dihormati sampai sekarang. Hal ini

menunjukan ditemukannya keperawatan sebagai ilmu berasal dari induk pengetahuan yaitu

filsafat yang dilakukan dengan cara penelitian.

Hakikat ilmu secara filsafat harus mempunyai tiga landasan yaitu:

1) Landasan Ontologis adalah objek apa yang dikaji oleh ilmu tersebut

2) Landasan Epistemiologis adalah bagaimana cara mengkaji dan menelah ilmu tersebut

3) Landasan Aksiologis adalah nilai kegunaan ilmu tersebut

Page 5: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 5

Maka bila kita ambil contoh misalnya mengapa Kebidanan dikatakan sebagai ilmu karena

secara filsafat telah memenuhi 3 unsur landasan yaiitu 1) telah memenuhi landasan ontologis

dimana objek yang dikaji adalah kesehatan ibu dan anak (prenatal, natal, dan post natal), 2) telah

memenuhi landasan epistemiologi dimana cara mengkajinya adalah melakukan asuhan

kebidanan, dan 3) telah memenuhi landasan aksiologi dimana kegunaannya adalah untuk

mencegah kematian ibu dan anak sebagai salah satu parameter derajat kesehatan masyarakat.

b. Dasar-dasar Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge; ing) adalah pengenalan akan sesuatu, atau apa yang akan

dipelajari. Ahli lain menyatakan pengetahuan adalah akumulasi pengalaman indrawi yang

dicatat dalam otak masing-masing diberi nama setempat dan dikomunikasikan seperlunya secara

abstrak tanpa menunjukan benda yang bersangkutan secara fisik (Atmadilaga, 1993). Dasar-

dasar pengetahuan mencakup 4 aspek diantaranya:

1) Penalaran

Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa

pengetahuan (Suriasumantri, 1999). Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan

dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Karena berpikir merupakan suatu

kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.

Ciri-ciri penalaran mencakup:

a) Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika

Ciri penalaran tersebut menunjukan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai pola

berpikir tersendiri. Misalnya orang yang merokok dapat terserang penyakit kanker paru-

paru tentunya mempunyai logika tersendiri bila dibandingkan dengan orang yang terkena

penyakit TBC karena myobacterium tuberculosis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kegiatan penalaran merupakan suatu berpikir logis menurut pola dan logika tertentu.

b) Adanya sifat analitik dari proses berpikir

Selain hal tersebut diatas, penalaran ternyata merupakan suatu kegiatan berpikir

yang meyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan

Page 6: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 6

untuk analisis. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang

mempergunakan logika ilmiah. Sebagai contoh Hipocrates (460-377 SM) ahli

epidemiologi pertama di dunia melakukan penalaran dengan mengajukan konsep analisis

kejadian penyakit secara rasional dalam bukunya yang berjudul “ Epidemic I, Epidemic II,

and On, Airs, Waters and Places”. Hipocrates melakukan analisis konsep yang

menyatakan adanya hubungan kejadian penyakit dengan faktor tempat (geografi),

penyediaan air, iklim, kebiasaan makan, dan perumahan.

2) Logika

Logika adalah suatu teori mengenai syarat-syarat penalaran yang syah atau studi

tentang aturan-aturan mengenai penalaran yang tepat dengan bentuk dan pola fikiran yang

masuk akal dan syah. Secara luas logika sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.

Logika diperlukan untuk menemukan pengetahuan yang diperoleh melalui penalaran.

Sehingga perlu adanya kesimpulan. Cara menarik kesimpulan inilah disebut logika. Cara

penarikan kesimpulan ada dua jenis yaitu:

a) Logika Induktif-Deduktif

Logika induktif-deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus

individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran secara induktif-

deduktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang

lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan

pernyataan bersifat umum. Misalnya Organ ginjal perlu darah, organ hati perlu darah,

sistem neuron perlu darah, sehingga dapat disimpulkan organ tubuh manusia perlu darah.

b) Logika Deduktif-Induktif

Logika deduktif-induktif merupakan kegiatan berpikir sebaliknya. Deduktif

adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang

bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif-induktif biasanya menggunakan

silogisme. Silogisme adalah metode berpikir untuk mencapai kebenaran atau kesimpulan

baru berdasarkan dua keputusan yang ada. Silogisme dapat terdiri dari dua buah

pernyataan disebut premis. Premis adalah pernyataan tentang esensi penelitian dari pakar

terdahulu yang telah teruji kebenaran ilmiahnya dan belum dibantah oleh piihak lain, dan

sebuah kesimpulan. Misalnya:

Page 7: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 7

Semua makhluk hidup perlu air (premis mayor)

Si Lalang adalah seorang makhluk hidup (premis minor)

jadi Si Lalang perlu air (kesimpulan)

3) Sumber Pengetahuan

a) Sumber Pengetahuan melalui Penalaran

(1) Berdasarkan Rasio

Secara umum rasio diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan abstraksi,

memahami, menghubungkan, merefleksikan, memperhatikan kesamaan-kesamaan,

perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Orang yang mengembangkan pemahaman rasio

disebut kaum rasionalisme. Kaum rasionalisme selalu berpikir mulai dari suatu

pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem

pemikirannya diturunkan dari idea yang menurut anggapannya jelas, tegas, dan pasti

dalam pikiran manusia. Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam

menyusun pengetahuannya.

Misalnya semua makhluk hidup di dunia akan mati, penyebab kematian

diantaranya karena penyakit yang disebabkan oleh virus. Tipe virus penyebab penyakit

beraneka ragam tipe dan sub tipenya. Maka dari contoh tersebut pemikiran

berdasarkan rasio akan menemukan terjadinya fenomena kehidupan.

(2) Berdasarkan Empiris

Empiris disebut juga pengalaman. Pengalaman diartikan sebagai mengalami

peristiwa, perasaan, emosi, penderitaan, kejadian, keadaan kesadaran. Orang yang

mengembangkan pemahaman empiris disebut empirisme. Berbeda dengan kaum

rasionalisme pengetahuan manusia itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional

yang bersifat abstrak, namun lewat pengalaman konkrit. Kaum empirisme

mempergunakan metode induktif dalam menyusun pengetahuannya.

Misalnya seseorang melihat temannya terkena penyakit AIDS yang disebabkan

oleh virus HIV, dan dia tahu bagaimana temannya hidup dengan penyakit yang

diderita. Selain itu, dia mengetahui penyebab temannya mengidap penyakit HIV

karena gaya hidup seks bebas, pengguna narkoba, dan lainnya. Maka seseorang

tersebut akan memperoleh pengetahuan berdasarkan empiriS dari temanya.

b) Sumber Pengetahuan bukan melalui Penalaran:

Page 8: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 8

(1) Intuisi

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses

penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah

tiba-tiba saja dia sudah menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi

bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan

sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya

pernyataan yang ditemukan.

(2) Wahyu

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada

manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat Para Nabi yang di utus sesuai zamannya.

Agama merupakan sumber pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang

yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah transdental

seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.

c) Kriteria Kebenaran

Filsafat berkembang berdasarkan anggapan bahwa ada kebenaran yang harus

ditemukan. Teori pokok yang berhubungan dengan kriteria kebenaran ilmiah adalah:

(1) Teori Koherensi

Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau

konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.

Misalnya Si A terkena penyakit flu burung karena virus H5N1, Si B terkena penyakit

flu burung karena virus H5N1, dan Si C juga terkena penyakit flu burung karena virus

H5N1. Kesimpulannya ternyata benar menurut teori koherensi bahwa penyebab

terjadinya penyakit flu burung karena virus H5N1.

(2) Teori korespondensi

Suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung

pernyataan tersebut berhubungan dengan objek yang dituju pernyataan tersebut.

Misalnya jantung berfungsi memompa darah keselurh tubuh, telinga berfungi utama

untuk pendengaran, mata berfungsi utama untuk penglihatan pernyataan tersebut

termasuk kriteria kebenaran jenis teori korespondensi karena faktualnya demikian.

Jadi bila ada seseorang yang menyatakan bahwa jantung berfungsi untuk mendengar,

Page 9: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 9

telinga untuk melihat, dan mata untuk memompa darah pernyataan tersebut tidak

benar.

(3) Teori Pragmatis

Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut atau konsekuensi

dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Misalnya

secara teori seseorang yang mengalami peningkatan suhu tubuh (demam) akan terjadi

proses evaporasi apabila dilakukan pemberian rangsangan melalui zat panas. Lalu

dikembangkan teknik pada pasien yang mengalami suhu tubuh panas dilakukan

kompres hangat maka akan membantu menurunkan suhu tubuh. Maka keadaan

tersebut termasuk teori pragmatis.

2. Konsep Kebenaran dalam Penelitian Kesehatan

Menurut bebarapa ahli mengatakan sangat sulit menjelaskan arti atau konsep kebenaran

karena tergantung sudut aspek pandangan (kriteria kebenaran). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2002), definisi kebenaran adalah sesuatu yang secara mayoritas menyatakan

persetujuan. Dalam kamus Inggris Kebenaran itu sama dengan true yang artinya benar.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Prasetyo (2005) kebenaran terdiri dari 3 jenis yaitu:

a. Kebenaran Absolut

Kebenaran absolut adalah kebenaran yang ditetapkan oleh Tuhan. Jenis kebenaran ini

mempunyai makna kebenaran 100% karena berasal dari Maha Pencipta. Ciri kebenaran

absolut meliputi:

1) Given (sudah begitu saja adanya kebenaran)

Makna kebenaran absolut berhubungan dengan kepercayaan dan keimanan seseorang

tentang kebenaran yang diyakininya. Kebenaran ini sudah begitu saja adanya, misalnya

kebenaran tentang bahwa akan ada kehidupan di akhirat setelah kematian didunia.

Kebenaran tersebut sudah digariskan oleh Tuhan bahwa kebenaran itu pasti ada. Bila tidak

percaya akan kebenaran tersebut maka termasuk orang yang ingkar akan kepercayaan dan

keyakinannya. Maka dalam logika penelitian tidak diarahkan pada lingkup pencarian

kebenaran absolut.

Page 10: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 10

2) Unverified (tidak perlu diverifikasi kebenarannya)

Kebenaran absolut tidak perlu diverifikasi kebenarannya mengandung makna bahwa

kebenaran ini mempunyai nilai kepercayaan yang tinggi (sempurna). Bila dikuantifikasikan

kebenaran absolut ini mengandung derajat kepercayaan 100%.

3) Undebatable (tidak perlu diperdebatkan benar atau salah)

Kebenaran absolut tidak perlu diperdebatkan benar salahnya karena sudah

mempunyai tingkat kebenaran yang absolut. Bila kebenaran ini diperdebatkan justru akan

mengarah pada keingkaran seseorang akan keyakinannya. Misalnya kebenaran tentang

bahwa setiap manusia akan mati dan akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maka

kebenaran ini tidak perlu diperdebatkan benar atau salahnya.

b. Kebenaran Temporer

Kebenaran temporer adalah kebenaran yang keabsahannya tergantung kondisi dan

waktu atau otoritas dan kelompok tertentu. Kebenaran temporer mempunyai tingkat

ketidakpastian yang tinggi. Ciri kebenaran temporer meliputi:

1) Given (sudah begitu saja adanya kebenaran)

Kebenaran ini bila ditelusuri sangat sulit dimana asalnya kebenaran tersebut dan

tidak diketahui asal mulanya. Misalnya Apakah betul ada hubungan bila seorang gadis

duduk ditengah pintu akan berakibat telatnya mendapatkan jodoh. Kebenaran ini sangat

sulit dibuktikan dan tentunya sangat sulit untuk ditelusuri (diselidiki) berasal dari mana

kebenaran tersebut.

2) Unverified (tidak perlu diverifikasi kebenarannya)

Kebenaran temporer tidak perlu diverifikasi karena mempunyai tingkat

subyektifitas yang tinggi. Misalnya kebenaran yang dianut oleh penduduk pantai yang

setiap tahun melaksanakan perayaan sesajen dengan mengirim kepala kerbau untuk

penguasa laut agar diberkahi rejeki yang banyak. Kebenaran ini oleh kelompok penduduk

pantai diakui kebenarannya tetapi oleh kelompok penduduk yang lain mungkin saja tidak

diakui kebenarannya.

3) Undebatable ( tidak perlu diperdebatkan benar atau salah)

Page 11: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 11

Kebenaran temporer tidak perlu diperdebatkan karenan kebenaran ini mempunyai

tingkat kenisbian yang tinggi. Artinya kebenaran temporer ini bisa mempunyai makna

kebenaran yang sempurna atau sebaliknya mempunyai makna kebenaran yang tidak

sempurna. Misalnya kebenaran tentang rajin menambung pangkal kaya. Kebenaran ini

mempunyai makna kebenaran sempurna.

C. Kebenaran Ilmiah

Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditemukan melalui suatu proses atau

metode penalaran atau logika penelitian. Ciri kebenaran ilmiah meliputi:

1) Ungiven (tidak begitu saja adanya kebenaran)

Kebenaran ilmiah tidak begitu saja adanya tetapi diperoleh melalui suatu proses

penelitian (penyelidikan) dalam menjawab suatu pertanyaan problem (masalah) yang

terjadi dalam dunia realita. Penemuan kebenaran dilakukan secara sistematis menggunakan

logika (prosedur) penelitian. Misalnya Newton menemukan gaya gravitasi bumi dilakukan

melalui suatu proses penyelidikan yang sistematis dengan mengumpulkan data empiric

yang terjadi. Dalam lingkup kesehatan masyarakat H.L Blum (1974) menemukan teori

bahwa yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat terdiri dari 4 (empat( faktor yaitu:

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetic.

2) Verified (dapat diverifikasi kebenarannya)

Kebenaran ilmiah dapat diverifikasi kebenarannya karena berhubungan dengan

cara atau metode kebenaran itu diperoleh. Selain itu derajat kebenaran ilmiah tidak

mencapai 100% selalu adanya peluang kesalahan baik dalam penentuan standar atau

peluang kesalahan hasil penyelidikan Misalnya penelitian tentang intervensi penyuluhan

kesehatan tentang 3M terhadap perubahan perilaku pencegahan kesehatan pada penyakit

DBD dengan menerapkan tingkat kepercayaan 95% dan tidak memperhitungkan variabel

pengaruh lainnya.

Maka, hasil penelitian tersebut terbuka lebar untuk diverifikasi kebenaranya baik

dari segi perlakuan (intervensi), tingkat kepercayaan ataupun dari segi variabel penelitian

Page 12: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 12

lainnya. Bahkan dimungkinkan bisa diverifikasi secara komprehensif tentang prosedur

penelitiannya.

3) Debatable (dapat diperdebatkan benar atau salah)

Kebenaran ilmiah dapat diperdebatkan benar atau salahnya. Sehingga kebenaran

ilmiah harus mempunyai tingkat keajegan yang konsisten artinya siapapun yang

melaksanakan penelitian maka hasilnya akan sama. Untuk itu kebenaran ilmiah harus siap

diperdebatkan bahkan dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian yang dilakukan pada dasarnya adalah

mencari kebenaran ilmiah bukan mencari kebenaran absolut ataupun kebenaran temporer.

Penelitian ilmiah yang menghasilkan kebenaran ilmiah akan berbentuk ilmu pengetahuan.

Perkembangan ilmu dan teknologi pengetahuan merupakan bentuk konkrit penemuan ilmiah

yang telah dirasakan oleh seluruh umat manusia.

Proses penelitian seperti yang diuraikan sebelumnya dapat dilakukan secara bertahap,

misalnya bagi para mahasiswa yang akan menyelesaikan tugas akhir pendidikan diakhir dengan

pelaksanaan penelitian sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Secara harfiah proses tersebut

merupakan pembelajaran awal dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan dalam bentuk mencari

kebenaran ilmiah.

Pencarian kebenaran ilmiah yang pada hakekatnya adalah melakukan penelitian maka,

para calon peneliti dalam hal ini mahasiswa akan masuk pada 3 karakteristik kebenaran. Artinya

hasil penelitian harus bisa diverifikasi dan diperdebatkan. Bagi para calon peneliti atau peneliti

pemula apalagi bagi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir pendidikan (KTI, LTA,

Skripsi, Thesis, dan Disertasi) jangan dijadikan suatu ketakutan atau kecemasan bila dalam

sidang ujian terjadi verifikasi atau diperdebatkan oleh Tim Penguji, kondisi tersebut normal dan

alami. Kondisi inilah yang disebut dengan nuansa ilmiah pendidikan.

Nuansa ilmiah pendidikan merupakan cerminan dan potret sumber ilmu dilembaga

pendidikan. Interaksi peneliti senior dan peneliti pemula memberikan umpan balik yang sinergis

dalam menemukan ilmu pengetahuan baru. Sumber ilmu dan pelaksana pencari ilmu

pengetahuan direpresentatifkan dalam lembaga pendidikan. Kebebasan berpikir akademik dan

ilmiah akan menemukan suatu sumber ilmu yang mempunyai tingkat kebaruan/novelty yang

tinggi.

Page 13: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 13

3. Proses Penelitian Kesehatan

a. Definisi Penelitian Kesehatan

Page 14: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 14

Secara epistemiologis penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Ada

juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata

re, yang berarti “kembali” dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian, arti

sebenarnya dari research atau riset adalah “mencari kembali”. Orang yang melakukan riset

disebut researcher atau peneliti.

Secara harfiah banyak para ahli yang mengungkapan definisi penelitian menurut

cara pandangnya yaitu:

Kamus Webster’s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-

hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang

amat cerdik untuk menetapkan sesuatu

Woody (1927), penelitian adalah sebuah metode untuk menemukan kebenaran

yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis.

Parsons (1946), penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara

sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-

masalah yang dipecahkan.

Hillway (1956), penelitian adalah tidak lain dari suatu metode studi yang

dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap

suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah

tersebut.

Whitney (1960), penelitian adalah suatu metode untuk menemukan kebenaran,

sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.

Nazir (2003), penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi.

Azwar (2003), penelitian adalah upaya pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan

analisis data yang dilakukan secara sistematis, teliti, dan mendalam untuk

mencarikan jalan keluar dan ataupun jawaban terhadap suatu masalah penelitian.

Beberapa definisi penelitian tersebut diatas dan berdasarkan empirik penulis dalam

melakukan penelitian, penulis mendefinisikan penelitian adalah suatu proses yang sistematis dan

terencana dalam menemukan jawaban untuk solusi masalah empirik yang ditemukan. Definisi

penelitian bila dikaji mengandung tiga (3) esensi dasar diantaranya:

1) Sistematis

Page 15: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 15

Penelitian merupakan suatu proses artinya ada tahapan yang harus dilalui secara urut

dan benar. Bila tidak dilakukan maka esensi dasar penelitian tidak ada (hilang)

2) Menemukan kebenaran

Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan kebenaran yang akan digunakan

untuk kesejahteraan umat manusia. Bila tidak menemukan kebenaran maka esensi dasar

penelitian tidak terwujud.

3) Empirik problem

Penelitian merupakan pengungkapan masalah realita yang terjadi didasarkan pada

empirik. Empirik yang terjadi harus didasarkan pada fakta yang sebenarnya sehingga

menghasilkan data sebagai fokus problem penelitian.

Penelitian saat ini mengalami perkembangan dalam berbagai dimensi bidang ilmu

pengetahuan termasuk penelitian di bidang kesehatan. Menurut WHO (1960) menyatakan

kesehatan adalah keadaan sempurna fisik, mental, dan social, tidak hanya terbebas dari

penyakit, cacat, dan kelemahan. Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 di

uraikan kesehatan itu adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Merujuk pengertian tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa penelitian kesehatan

adalah suatu proses penyelidikan yang sistematis untuk menemukan keseimbangan badan, jiwa,

dan sosial dari kelainan berbagai fungsi. Pengertian tersebut didasarkan pada asumsi bahwa

penelitian itu merupakan proses yang sistematis untuk menemukan kebenaran sedangkan

kesehatan merupakan keadaan sempurna baik badan, jiwa, dan sosial yang setiap saat ada fungsi

yang terganggu. Sehingga melalui penelitian kesehatan akan ditemukan suatu solusi pada saat

ada gangguan kesehatan. Ahli lain menyatakan bahwa penelitian kesehatan adalah suatu upaya

untuk memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang kesehatan, baik

kuratif/klinis maupun preventif/kesehatan masyarakat, serta masalah-masalah kesehatan yang

berkaitan dengannya; dengan mencari bukti yang muncul, dan dilakukan melalui langkah-

langkah tertentu yang bersifat ilmiah, sistematis, dan logis (Notoatmodjo, 2005).

Perkembangan penelitian kesehatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan

status derajat kesehatan masyarakat. Penelitian kesehatan memfokuskan kegiatan-kegiatannya

pada masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan. Misalnya penelitian pencegahan

Page 16: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 16

penyakit, penelitian pengobatan penyakit, ataupun penelitian sistem pelayanan kesehatan.

Penelitian kesehatan selain berorientasi pada individu sebagai manusia seutuhnya yang terdiri

dari organ dan fungsi tubuhnya juga beorientasi pada public (masyarakat) yang terdiri dari fungsi

dan struktur yang dapat berpotensi sebagai penyebab timbulnya masalah kesehatan.

b. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Kesehatan

Penelitian kesehatan selalu mempunyai tujuan tertentu, baik tujuan dimensi proses

maupun tujuan dimensi akhir. Tujuan penelitian kesehatan dalam dimensi proses adalah

menganalisis data kesehatan yang diperoleh guna membuktikan suatu kejadian masalah

kesehatan baik yang sudah, sedang, atau yang berpotensi. Sedangkan tujuan penelitan

kesehatan dimensi akhir adalah memperoleh jawaban yang lengkap tentang masalah kesehatan

yang terjadi di suatu wilayah yang menyerang sekelompok penduduk baik dalam dimensi

individu, keluarga, kelompok khusus ataupun masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2005) tujuan

penelitian kesehatan secara garis besar adalah:

1) Untuk menemukan teori, konsep, dalil, atau generalisasi baru tentang kesehatan

atau kedokteran

2) Untuk memperbaiki atau modifikasi teori, sistem, atau program pelayanan

kesehatan/kedokteran

3) Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem, atau generalisasi yang sudah ada

Hasil penelitian kesehatan yang dilakukan dapat digunakan untuk:

1) Mengevaluasi pelaksanaan program kesehatan yang telah dilakukan

2) Merencanakan program pelayanan kesehatan

3) Menggambarkan status derajat kesehatan masyarakat

4) Mengidentifikasi, mencegah, mendiagnosis, mengobati, membatasi, dan

merehabilitasi penyakit pada individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat

5) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

C. Ruang Lingkup dan Cakupan Penelitian Kesehatan

Page 17: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 17

Penelitian kesehatan secara keilmuan telah berkembang sesuai bidang kajian ilmu

masing-masing yang berrumpun pada bidang imu kesehatan. Tentunya ini berdampak kepada

ruang lingkup penelitian kesehatan. Secara garis besar ruang lingkup penelitian kesehatan adalah

sebagai berikut:

1) Bidang Ilmu Kedokteran

Cakupan: kedokteran dasar, kedokteran klinis, dan kedokteran komunitas

2) Bidang Ilmu Kedokteran Gigi

Cakupan: kedokteran gigi dasar, kedokteran gigi klinik, dan kedokteran gigi

komunitas

3) Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat

Cakupan: kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan, epidemiologi, administrasi

kebijakan kesehatan, manajemen pelayanan kesehatan, kesehatan dan

keselamatan kerja, kesehatan reproduksi, ekonomi dan asuransi

kesehatan, dan gizi kesehatan masyarakat

4) Bidang Ilmu Keperawatan

Cakupan: keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan medikal bedah,

keperawatan gawat darurat, keperawatan jiwa, keperawatan kritis,

keperawatan komunitas, dan manajemen keperawatan

5) Bidang Ilmu Kebidanan

Cakupan: bayi baru lahir, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, pelayanan keluarga

berencana, kebidanan komunitas, dan manajemen kebidanan

6) Bidang Ilmu Analis Kesehatan

Cakupan: bakteriologi, parasitologi, kimia, kimia klinik, serologi, dan hematologi

7) Bidang Ilmu Gizi

Cakupan: gizi dasar, gizi klnik, dan gizi komunitas

8) Bidang Ilmu Farmasi

Cakupan: farmasi klnik, farmasi industri modern,farmasi industry tradisional, dan

farmasi laboratorium

9) Bidang Teknik Elektormedik

Page 18: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 18

Cakupan: pemeliharaan, perbaikan, perawatan, pemasangan, kalibrasi peralatan

kedokteran, manajemen dan standarisasi peralatan rumah sakit

10) Bidang Teknik Rontgen

Cakupan: pelayanan kesehatan bidang radiologi, teknologi radiologi, industry

radiologi, dan keselamatan kerja radiologi

11) Bidang Fisioterapi

Cakupan: asuhan fisioterafi mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative

untuk kondisi/penyakit pediatric, geriatric, ginekologi, musculoskeletal,

neuromuskuler, kardiorespirasi, olah raga dan kesehatan kerja

12) Bidang Kesehatan Gigi dan Mulut

Cakupan: pelaksanaan asuhan kesehatan gigi yang mencakup preventif, promotif,

kuratif, dan rehabilitative

4. Prosedur Penelitian Kesehatan

Prosedur penelitian kesehatan adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara

bertahap mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian yang

merupakan replica dari logika penelitian. Menurut Prasetya (2005) proses penelitian meliputi 5

(lima) tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Merumuskan permasalahan penelitian

b. Merumuskan kerangka teori

c. Menentukan metodologi

d. Melakukan analisa data

e. Melakukan Penarikan kesimpulan

Langkah-langkah proses penelitian kesehatan secara umum ditentukan oleh pihak

penyelenggara/stakeholder penelitian. Kadang kala setiap penyelenggaran/stakeholder beraneka

Page 19: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 19

ragam menerjemahkan proses penelitian. Peneliti yang baik tentunya adalah mengikuti prosedur

atau proses penelitian kesehatan yang ditetapkan oleh penyelenggara/stakeholder penelitian.

Menurut penulis, proses penelitian secara operasional mulai dari tahapan awal sampai

pada tahap akhir penelitian ada 23 (dua puluh) langkah proses penelitian yaitu sebagai berikut:

1) Membuat latar belakang masalah penelitian

2) Membuat perumusan masalah

3) Membuat tujuan penelitian

4) Membuat manfaat penelitian

5) Membuat tinjauan pustaka

6) Membuat paradigma penelitian

7) Membuat kerangaka pemikiran

8) Membuat rancangan penelitian

9) Membuat hipotesis penelitian

10) Menyusun variabel penelitian

11) Menentukan populasi penelitian

12) Menentukan sampel penelitian

13) Menentukan pengumpulan data

14) Menyusun prosedur penelitian

15) Melakukan pengolahan data

16) Melakukan analisis data

17) Menyusun etika penelitian

18) Menyusun waktu dan tempat penelitian

19) Membuat hasil penelitian

20) Menyusun pembahasan

21) Membuat kesimpulan dan saran

22) Membuat daftar pustaka

23) Menyusun abstrak

5. Aplikasi Proses Penelitian Kesehatan dalam Konteks Tugas Akhir

Pendidikan

Page 20: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 20

Aplikasi proses penelitian untuk kepentingan tugas akhir pendidikan baik untuk

Pendidikan Program Diploma-III, D-IV, S-1, S-2, dan S-3 berikut ini:

a. Pendidikan Program Diploma-III, D-IV, dan S-1

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Konsep Variabel Dipengaruhi

B. Konsep Variabel Mempengaruhi

C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi

BAB III Metode Penelitian

A. Metode Penelitian

B. Populasi dan Sampel

C. Pengumpulan Data

D. Pengolahan Data

E. Analisis Data

F. Etika Penelitian

G. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

B. Saran

b. Pendidikan Program Magister (S-2)

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Page 21: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 21

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Kerangka Penelitian

F. Hipotesis Penelitian

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Konsep Variabel Dipengaruhi

B. Konsep Variabel Mempengaruhi

C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi

D. Hasil Penelitian (Jurnal Ilmiah yang di Publikasikan)

BAB III Metode Penelitian

A. Rancangan Penelitian

B. Populasi dan Sampel

C. Pengumpulan Data

D. Pengolahan Data

E. Analisis Data

F. Etika Penelitian

G. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V Simpulan dan Saran

A. Simpulan

B. Saran

c. Pendidikan Program Doktor (S-3)

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Page 22: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 22

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Novelty (Kebaruan) Penelitian

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Konsep Variabel Dipengaruhi

B. Konsep Variabel Mempengaruhi

C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi

D. Hasil Publikasi Penelitian (Nasioan dan Internasional)

BAB III Metode Penelitian

A. Rancangan Penelitian

B. Populasi dan Sampel

C. Pengumpulan Data, Pengolahan, dan Analisis Dara

D. Etika Penelitian

E. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB IV Hasil Penelitian Sub Tujuan-1

A. Pendahuluan

B. Rancangan Penelitian

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

D. Simpulan dan Rekomendasi

BAB V Hasil Penelitian Sub Tujuan-2

A. Pendahuluan

B. Rancangan Penelitian

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

D. Simpulan dan Rekomendasi

BAB VI Hasil Penelitian Sub Tujuan-3

A. Pendahuluan

B. Rancangan Penelitian

Page 23: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 23

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

D. Simpulan dan Rekomendasi

BAB VII Hasil Penelitian Sub Tujuan-4

A. Pendahuluan

B. Rancangan Penelitian

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

D. Simpulan dan Rekomendasi

BAB VIII Hasil Penelitian dan Pembahasan (1-4)

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB IX Simpulan dan Rekomendasi

A. Simpulan

B. Rekomendasi

Proses penelitian secara aplikasi pada tingkatan pendidikan sebenarnya sama, yang

membedakannya pada substansi kedalaman penelitian. Seperti uraian berikut ini:

1) Pendidikan Diploma-III lebih ditekankan pada pengalaman penelitian dalam

menggambarkan variabel penelitian bisa satu variabel, dua variabel ataupun multi variabel.

2) Pendidikan Diploma-IV dan Sarjana tidak hanya menggambarkan variabel penelitian saja

tetapi dituntut harus mempunyai pengalaman melakukan penelitian dengan melihat dua

variabel yang saling berhubungan atau adanya proses analitik berpikir.

3) Pendidikan Magister tidak hanya menghubungkan dua variabel tetapi dituntut pengalaman

penelitian sampai pada tingkatan multivariat dan adanya justifikasi teori dalam berasumsi.

4) Pendidikan Doktor tidak hanyak menggunakan analisis multivariat tetapi dituntut untuk

membuat pengembangan program dan yang terpenting untuk penelitian Pendidikan Doktor

ada yang disebut novelty (kebaruan) dalam penelitiannya.

Pada bagian selanjutnya, pembahasan proses penelitian kesehatan akan di integrasikan

dengan penyusunan dan pelaksanaan penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah (KTI), Laporan Tugas

Akhir (LTA), dan Skripsi. Jika diperlukan untuk menambah wawawasan dan pengetahuan

penyusunan Tesis maupun Disertasi.

Page 24: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 24

EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Jelaskan pengertian filsafat menurut Plato?

2. Sebutkan dan jelaskan tiga landasan hakekat ilmu?

3. Jelaskan logika deduktif-induktif dan berikan contohnya?

4. Sebutkan dua sumber pengetahuan berdasarkan penalaran?

5. Sebutkan tiga ciri kebenaran ilmiah?

6. Jelaskan pengertian penelitian menurut Nazir (2003)?

7. Jelaskan pengertian penelitian kesehatan?

8. Jelaskan tujuan penelitian kesehatan?

9. Jelaskan kegunaan penelitian kesehatan?

Page 25: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 25

10. Sebutkan tahapan penelitian?

BAGIAN-2

LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN DAN

MANFAAT PENELITIAN

Page 26: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 26

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami latar belakang,

rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:

a. Membuat latar belakang penelitian mencakup pengertian latar belakang penelitian, lima

pokok yang harus diperhatikan, studi pendahuluan, dan membuat judul penelitian.

b. Membuat rumusan masalah penelitian mencakup pengertian dan cara membuat rumusan

masalah.

c. Membuat tujuan penelitian kesehatan mencakup konsep dasar dan jenis tujuan penelitian

kesehatan.

d. Membuat manfaat penelitian kesehatan mencakup pengertian, jenis, dan cara membuat

manfaat penelitian

1. Konsep Dasar Latar Belakang Penelitian

Latar belakang penelitian adalah suatu alasan mendasar yang digunakan oleh peneliti

untuk melaksanakan penelitian. Alasan mendasar muncul didasarkan pada fakta lapangan yang

menunjukan adanya ketidakseimbangan antara harapan dengan kenyataan atau antara teori

dengan realita. Latar belakang penelitian dapat diperoleh dengan rasa ingin tahu peneliti terhadap

fenomena (gejala) lingkungan sekitar.

Latar belakang penelitian dapat berorientasi pada 2 (dua) aspek yaitu:

a. Berorientasi pada masalah

Page 27: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 27

Latar belakang penelitian yang berorientasi pada masalah memuat berbagai kajian

yang mendukung pentingnya suatu permasalahan untuk diteliti dan dipelajari pemecahannya.

Dalam latar belakang yang berorientasi masalah harus diuraikan apakah permasalahan yang

akan diteliti memiliki derajat kepentingan mendesak (urgent), sangat penting (very

important), penting (important), biasa (ordinary), atau tidak penting (not important).

Uraian tentang derajat pentingnya permasalahan harus didukung oleh data-data

penelitian sebelumnya, pengetahuan empiris, dan kajian kepustakaan yang mutakhir (up to

date). Secara dominan latar belakang penelitian yang dilakukan saat ini berorientasi pada

masalah sehingga ada kecendrungan si peneliti awalnya adalah mencari masalah penelitian.

Realitanya pemikiran seseorang akan lebih berkembang dan lebih kreatif mencari pada saat

masalah penelitian sudah menjadi perhatiannya.

Misalnya data dilapangan angka kejadian penyalahgunaan nafza setiap tahun

meningkat pada kelompok remaja. Padahal program pemerintah untuk mengurangi pemakai

nafza terus menerus dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat. Namun

kenyataannya peredaran nafza semakin meluas yang berdampak kejadian HIV/AIDS terus

bertambah. Maka apabila peneliti tertarik melakukan penelitian fenomena masalah ini harus

mampu mengungkapkan data, fakta, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang up to date.

b. Berorientasi pada tujuan

Latar belakang penelitian yang berorientasi tujuan memuat berbagai kajian yang

mendasari pentingnya sistem diteliti. Dalam latar belakang penelitian ini permasalahan akan

teridentifikasi sebagai bagian dari hasil penelitian. Serupa dengan tipe penelitian sebelumnya,

derajat pentingnya suatu sistem yang akan diteliti dinilai berdasarkan data-data penelitian

sebelumnya, pengetahuan empiris, dan kajian kepustakaan yang mutakhir (up to date)

Latar belakang yang berorientasi pada tujuan tidak harus menemukan masalah awal

karena penelitian ini digunakan untuk kajian mendalam dan menemukan kebaruan dari tema

penelitian yang dipilih. Latar belakang penelitian selaku subjudul mempunyai kerangka,

namun komponen-komponennya tidak ditampilkan sebagai sub-subjudul, melainkan masing-

masing sebagai alinea tersendiri yang mengandung komponen yang bersangkutan.

Page 28: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 28

Misalnya peneliti ingin mengetahui bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien

tahanan yang mengalami perawatan di Rumah Sakit. Maka dalam penelitian tersebut, peneliti

dapat membuat latar belakang tidak berorientasi pada masalah tapi dapat berorientasi pada

tujuan dengan cara melakukan kajian mendalam dukungan keluarga baik dukungan

emosional, sosial, maupun spiritual.

Menurut Atmadilaga (1989) Ada 4 (empat) komponen dalam latar belakang penelitian

yaitu:

1) Tema sentral masalah

2) Mekanisme proses timbulnya masalah

3) Motivasi yang menggugah penelitian

4) Yang diharapkan dari penelitian

2. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Membuat Latar Belakang

Ada 5 (lima) komponen yang perlu diperhatikan dalam latar belakang penelitian adalah:

a. Tingkat kebaruan topik yang diteliti

Secara ideal yang dimaksud tingkat kebaruan topik yang diteliti adalah tema

penelitian mempunyai tingkat novelty (kebaruan) yang tinggi dengan kata lain belum ada

yang melakukan penelitian tema yang dipilih. Namun tentunya pemilihan novelty bagi tema

penelitian hanya ditekankan pada pendidikan Program Doktor atau hibah penelitian bersaing.

Untuk pendidikan tingkat di bawahnya novelty tidak menjadi suatu keharusan.

Pemilihan kebaruan topik dalam suatu penelitian yang terpenting tidak terjadinya flagiatisme

dalam pelaksanaan penyusunan latar belakang penelitian Tingkat kebaruan topik penelitian

bisa diperoleh melalui berbagai cara diantaranya:

1) Melakukan telaah artikel atau jurnal ilmiah secara detail

2) Membaca teksbook sesuai bidang kajian ilmu

3) Membaca hasil-hasil penelitian (KTI, LTA, Skripsi, Thesis, ataupun Disertasi)

4) Mengumpulkan dan menginterpretasi data-data kesehatan dari Puskesmas, Dinas

Kesehatan, Intansi Khusus, dan Intansi Kesehatan lainnya

Page 29: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 29

Misalnya: Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mengeliminasi penyakit

Filariasis. Kabupaten Bandung menjalankan program dengan membagikan obat anti Filariasis

secara massal yang tujuannya mampu mengeliminasi penyakit Filariasis. Dampak dari

program tersebut adanya penduduk yang meninggal karena di duga akibat minum obat anti

Filariasis.

Maka dengan cara tersebut di atas akan menemukan tingkat kebaruan topik

penelitian diantaranya:

1) Efektivitas pemberian obat anti filariasis dalam program eliminasi penyakit

2) Survei pengetahuan masyarakat tentang obat anti filariasis

3) Faktor-faktor yang berpengaruh terjadinya penyakit filariasis

4) Faktor dominan terjadinya efek komplikasi pemberian obat anti filariasis

5) Perilaku Penduduk dan Perilaku vector penyebab terjadinya penyakit filariasis

6) Studi Kasus: perawatan mandiri pada Pasien dengan Penyakit Filariasis

7) Faktor pembeda kelompok penyakit filariasi berdasarkan kajian lingkungan

8) Dan sebagainya

b. Ke spesifikan topik yang akan diteliti

Dalam latar belakang penelitian pemilihan topik penelitian harus spesifik untuk

memberikan batasan penelitian dan memfokuskan kajian penelitian. Misalnya, peneliti ingin

mengetahui tentang: Status Kesehatan Masyarakat. Topik penelitian ini belum spesifik karena

masih terdiri dari sub-sub topik diantaranya:

- Status Kesehatan Masyarakat

- Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kesehatan, Genetik

- Pelayanan Media, Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Keperawatan

- Keperawatan Anak, Maternitas, Komunitas, Medikal Bedah, Gawat Darurat, Kritikal

Care, Jiwa, Manajemen

- Keluarga, Gerontik, Kelompok Khusus

- Struktur dan Fungsional

- Struktur Komunikasi, Kekuatan, Peran, Nilai dan Norma

- Komunikasi Disfungsional, Komunikasi Fungsional

Page 30: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 30

Pemilihan topik penelitian tersebut diatas diperuntukan untuk penelitian

keperawatan. Akan menjadi lain lagi bila diperuntukan untuk disiplin ilmu yang lain.

Topik yang spesifik dalam latar belakang penelitian akan memudahkan dalam

mengidentifikasi variabel-variabel penelitian.

c. Kekuatan data yang mendukung

Membangun ilmu pengetahuan itu memerlukan suatu fakta-fakta yang nyata baik

yang sudah tersedia maupun yang harus dikumpulkan melalui penelitian. Misalnya data

berupa data empiris yang terjangkau oleh pengalaman inderawi. Jadi bukan berupa hal-hal

yang nyata ada dalam pikiran, dalam bayangan atau menurut cerita orang. Berarti pula

bahwa data empiris yang dikumpulkan itu dapat dipahami, dapat diukur dan dapat

dianalisis lebih lanjut.

Latar belakang penelitian yang akuntabel adalah yang dilengkapi dengan kekuatan

data yang mendukung karena data yang berasal dari fakta merupakan bagian dari

karakteristik metode ilmiah. Sumber data yang digunakan di latar belakang penelitian bisa

data primer, sekunder, ataupun tersier yang terpenting data tersebut merupakan data ilmiah

yang berasal dari fakta empiris lapangan.

Data yang digunakan sebagai pengungkapan fenomena/gejala permasalahan

penelitian akan memenuhi unsur obyektifitas metode ilmiah. Maka data merupakan entry

point dalam latar belakang penelitian yang digunakan sebagai dasar melaksanakan

penelitian.

d. Kelugasan bahasa

Kelugasan bahasa adalah tata cara menulis ilmiah yang dapat dipahami oleh orang

lain pada saat membaca latar belakang penelitian. Kelugasan bahasa sangat diperlukan oleh

peneliti dalam mengungkapkan fenomena latar belakang penelitian. Bahasa yang

digunakan tentunya adalah bahasa formal yang mengandung kaidah keilmuan ilmiah.

Kelugasan bahasa dalam latar belakang penelitian penulisannya harus terus dilatih

dalam tulisan nyata tidak hanya dalam pemikiran. Kadang kala dipikiran banyak ide yang

Page 31: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 31

menjadi inspirasi latar belakang penelitian tetapi selalu menghadapi kesulitan pada saat

harus diungkapkan dalam tulisan nyata di atas kertas.

Kelugasan bahasa dalam latar belakang penelitian dapat dilakukan dengan berbagai

upaya latihan diantaranya:

1) Kumpulkan semua bahan, materi, referensi yang berhubungan dengan topik latar

belakang penelitian

2) Bacalah buku pedoman atau tata cara penelitian

3) Petakan pikiran menjadi beberapa wilayah target penulisan

4) Selalu menyiapkan ballpoint dan kertas yang siap digunakan atau bila perlu komputer

5) Tuliskan apa saja yang ada sesuai dengan kemampuan

6) Pilihlah tulisan-tulisan yang sesuai dengan pikiran, hati, dan rasa estetika

Menurut penulis dalam membuat latar belakang penelitian secara sederhana ada 5

(lima) aspek yang perlu diperhatikan diantaranya:

1) Berpikirlah secara deduktif-induktif atau induktif-deduktif

Berpikir secara deduktif-induktif adalah berpikir dari pernyataan umum ke

pernyataan khusus, sedangkan berpikir induktif-deduktif adalah berpikir dari

pernyataan khusus ke pernyataan umum. Dalam menulis latar belakang penelitian

sebagian besar para peneliti lebih tertarik pada deduktif-induktif (dari umum ke

khusus) karena dapat mempermudah pola penulisan latar belakang penelitian.

Contoh:

Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1 telah menjadi issue

global sejak pertama kali muncul di Hongkong tahun 1997, yang melaporkan

adanya penularan H5N1 melalui unggas ke manusia. Pada tahun 2003-2006

penyakit flu burung tertinggi adalah Negara Vietnam yaitu 93 kasus positif

dan kedua adalah Negara Indonesia yaitu 28 kasus.

Perkembangan penyakit flu burung pada masa itu terus meningkat, bahkan

Negara Indonesia periode tahun 2007-2008 menduduki peringkat pertama

menggeser Vietnam yaitu 100 kasus positif flu burung. Penyebaran penyakit

flu burung di Indonesia terus meluas ke berbagai propinsi.

Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi yang tertinggi adanya penyakit flu

burung dengan jumlah kasus positif adalah 29 orang dengan jumlah kematian

23 orang. Jawa Barat sebagai propinsi yang terpadat jumlah penduduknya

mencapai 40 juta jiwa sangat berisiko terinfeksi virus H5N1.

Umum

Page 32: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 32

Kabupaten Garut merupakan kabupaten dengan jumlah kasus postif flu

burung paling tinggi dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya. Jumlah

kasus positif flu burung adalah 5 orang yang terjadi di wilayah kerja

Puskesmas Cikelet Garut. Wilayah kerja Puskesmas Cikelet Garut sangat

rawan dan berrisiko tinggi terinfeksi H5NI. Hal ini erat kaitannya dengan

perilaku kesehatan penduduk dalam memandang konsep sehat-sakit.

Contoh diatas, memperlihatkan bahwa si peneliti berpikir dari kondisi umum

ke kondisi khusus, sumbernya adalah dikutif dari bagian Disertasi, Budiman (2009).

2) Adanya data dan fakta yang mendukung latar belakang penelitian

Karakteristik penelitian ilmiah adalah adanya data dan fakta, begitu pula pada

saat membuat latar belakang penelitian pengungkapan data dan fakta menjadi

keharusan. Penulisan data dan fakta di latar belakang penelitian searah dengan pola

pemikiran deduktif-induktif ataupun induktif-deduktif. Seperti pada contoh di atas.

3) Adanya teori yang mendukung latar belakang penelitian

Pada saat membuat latar belakang penelitian harus adanya teori yang

mendukung. Teori merupakan dalil yang sudah terbukti kebenaran ilmiahnya secara

general. Teori merupakan asumsi dasar penulis membuat latar belakang penelitian.

Pastikan tema sentral penelitian dalam latar belakang di dukung oleh sumber teori

yang banyak. Kurangi pemilihan tema sentral penelitian yang teorinya secara umum

belum ada bahkan secara logika sangat sulit dibuktikan kebenaran ilmiahnya.

Secara umum penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada kecendrungan

menguji teori yang ada bukan menemukan teori yang baru. Apalagi penelitian-

penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan pendidikan di tingkat akhir. Jika

penelitian yang dihasilkan merupakan teori baru, maka dalam konteks tersebut

dikategorikan sebagai penelitian revolusioner. Misalnya membantah teori H.L Bloom

tentang empat faktor yang berhubungan dengan status derajat kesehatan masyarakat

dan menemukan teori baru.

4) Adanya hasil penelitian orang lain sebagai support system problem research

Hasil penelitian orang lain merupakan evidence based dalam membuat latar

belakang penelitian. Perkembangan saat ini hasil penelitian orang lain sebagai

Khusus

Page 33: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 33

pendukung sistem masalah penelitian, artinya bila tidak ada hasil penelitian orang lain

maka sistem masalah penelitian tidak akan terbentuk.

Hasil penelitian orang lain yang digunakan untuk mendukung masalah

penelitian dilatar belakang harus berbentuk jurnal ilmiah baik dalam skala nasional

ataupun skala internasional. Dalam penelitian tugas akhir mahasiswa sekarang

menjadi salah satu syarat yang harus dilengkapi sebagai jaminan kualitas penelitian.

Hasil penelitian orang lain bisa dijadikaan dasar permulaan terkontruksinya

latar belakang penelitian. Penulisan hasil penelitian posisinya di latar belakang

penelitian diawal pengungkapan fenomena penelitian ataupun setelah disajikannya

data dan fakta penelitian di latar belakang masalah penelitian.

Contoh:

Munculnya penyakit flu burung pada manusia merupakan Kejadian Luar

Biasa (KLB) yang melibatkan golongan unggas dan manusia. Dalam

perspektif lingkungan, penularan virus H5N1 dimediasi oleh komponen

lingkungan sekitar. Hasil penelitian Hayat, Liang, dan Low (2006) diperoleh

lingkungan terbuka dapat menjadi hotbed, untuk pembiakan virus H5N1 dan

menyebabkan lompatan dari unggas ke manusia.

Seekor unggas yang terinfeksi virus H5N1 akan menularkan dalam waktu

singkat. Setiap individu mempunyai risiko yang sama terinfeksi H5N1

terutama yang berinteraksi dengan unggas. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh WHO tahun 2005 menunjukan bahwa risiko penularan langsung dari

unggas ke manusia terutama terjadi pada mereka yang telah bersentuhan

dengan unggas ternak yang sudah terinfeksi atau dengan permukaan benda-

benda yang tercemar kotoran unggas.

Sumber: di kutif dari bagian Disertasi Budiman (2009)

5) Adanya justifikasi penulis dalam pengungkapan fenomena awal (studi

pendahuluan)

Pengertian Justifikasi penulis adalah pernyataan penulis yang didasarkan

pada teori, data, hasil penelitian, dan empirik lapangan dalam memfokuskan tema

sentral penelitian. Pada saat menulis latar belakang penelitian ada kalanya penulis

mempunyai kesulitan dalam memfokuskan alasan dasar penelitian. Bila kondisi ini

dihadapi, maka peneliti bisa melakukan studi pendahuluan.

Page 34: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 34

Pengertian Studi pendahuluan adalah kegiatan awal penelitian yang

dilakukan oleh peneliti untuk mengungkapkan fenomena empirik lapangan dalam

mempertegas tema sentral masalah penelitian. Menurut Notoatmodjo (2005) studi

pendahuluan pada hakekatnya adalah untuk memperoleh informasi-informasi atau

pengetahuan sehubungan dengan bidang yang akan ditelitinya, guna memperkuat atau

menyokong secara ilmiah terhadap penelitian tersebut.

Tujuan studi pendahuluan adalah memperoleh informasi awal tentang

masalah penelitian sehingga peneliti mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

masalah yang akan ditelitinya. Untuk memulai suatu penelitian diperlukan

pengetahuan yang luas baik pengetahuan teoritis maupun praktis tentang bidang yang

akan ditelitinya.

Metode studi pendahuluan berdasarkan sumber informasi ada 2 (dua)

cara yaitu sebagai berikut:

a) Metode studi pendahuluan direct (langsung)

Metode studi pendahuluan langsung adalah suatu studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari sumber informasi langsung pada

objek penelitian (responden). Dalam konteks ini peneliti langsung mendatangi

objek penelitian dan mencari informasi awal penelitian sesuai bidang yang akan

dikajinya.

Langkah-langkah studi pendahuluan langsung adalah:

(1) Peneliti menyiapkan alat pengumpulan data berupa kuesioner, chek list,

ataupun alat pengumpulan data lainnya yang sudah dilengkapi dengan

pertanyaan sesuai dengan tema yang akan diteliti

(2) Peneliti menyiapkan lapangan (tempat) studi pendahuluan bisa melalui izin

formal atau izin informal

(3) Peneliti menetapkan jumlah responden yang akan dilakukan studi

pendahuluan langsung. Jumlahnya bisa sekitar antara 10-20 responden

(4) Hasil studi pendahuluan dituangkan dalam latar belakang penelitian sebagai

pelengkap dalam mendukung tema sentral masalah penelitian

Contoh studi pendahuluan direct (langsung):

Page 35: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 35

Judul penelitian ini adalah “ Hubungan Tipe dan Tugas Perkembangan

Keluarga dengan Struktur Kekuasaan Keluarga pada Keluarga Prasejahtera.

Dari hasil studi pendahuluan terhadap 10 keluarga prasejahtera terdapat 6

tipe keluarga besar, 3 tipe keluarga inti, 1 tipe keluarga single parent,

sedangkan tahapan perkembangan keluarga diperoleh 5 keluarga dengan

tahapan perkembangan keluarga anak sekolah, 3 tahapan keluarga remaja,

dan 2 tahapan keluarga usila. Hasil wawancara terhadap 10 keluarga dalam

pengambilan keputusan tentang masalah kesehatan semuanya menyerahkan

pada suami, anggota keluarga dalam memutuskan mencari pengobatan

menunggu keputusan suami, dalam perawatan yang sakit anggota keluarga

dilakukan oleh istri. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Johnson, 1975

dalam Friedman, 1998 dimana ia melakukan wawancara dengan 104 orang

istri Jepang-Amerika di Honolulu didapatkan bahwa teryata istri mempunyai

pengaruh lebih besar dari suami dalam hal tangggung jawab pengambilan

keputusan masalah kesehatan.

Sumber: sebagian dikutif dari Skripsi Budiman (2006)

b) Metode studi pendahuluan Indirect (tidak Langsung)

Metode studi pendahuluan tidak langsung adalah suatu studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari sumber informasi

tidak langsung pada objek penelitian (responden). Dalam konteks ini peneliti

mendatangi objek penelitian dan mencari informasi awal penelitian melalui

sumber data sekunder, ataupun sumber data tersier.

Sumber data sekunder dalam studi pendahuluan dapat berupa sumber

kepustakaan, sumber data institusi, sumber data perorangan, atau sumber

infromasi dari orang yang memilki kewenangan. Sedangkan sumber data tersier

dalam studi pendahuluan dapat berupa hasil tulisan ilmiah misalnya jurnal ilmiah

yang selanjutnya dilakukan meta analisis penelitian.

Langkah-langkah studi pendahuluan tidak langsung adalah:

(1) Peneliti menyiapkan lapangan (tempat) studi pendahuluan bisa melalui izin

formal atau izin informal

(2) Peneliti melakukan telaahan laporan data baik yang berasal dari institusi

ataupun dari hasil jurnal ilmiah sesuai dengan bidang permalahan penelitian

yang akan di kaji

Page 36: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 36

(3) Peneliti bisa memperoleh keterangan dari orang yang mempunyai

kewenangan. Misalnya akan melakukan penelitian di Rumah Sakit tentang

Kinerja Perawat, maka peneliti bisa memperoleh informasi awal melalui

wawancara dengan Ka. Perawatan Rumah Sakit tersebut. Tentunya

pengumpulan data melalui wawancara disiapkan sesuai metode ilmiah.

(4) Hasil studi pendahuluan dituangkan dalam latar belakang penelitian sebagai

pelengkap dalam mendukung tema sentral masalah penelitian

Latar belakang masalah penelitian merupakan intisari pelaksanaan penelitian. Tuntutan

pengungkapan fenomena masalah penelitian di latarbelakang sangat menentukan kualitas

penelitian. Maka dalam menentukan permasalahan penelitian harus didasarkan pada kriteria

permasalahan penelitian berikut ini:

1) Permasalahan penelitian hanya dan harus berhubungan dengan kebenaran ilmiah

2) Permasalahan penelitian mempunyai kaitan yang jelas dengan hasil penelitian sebelumnya

3) Permasalahan penelitian yang baik harus memiliki kadar orsinilitas yang tinggi

4) Permasalahan penelitian harus diformulasikan secara jelas

5) Permasalahan penelitian harus realitas dan layak (feasible) dilaksanakan dalam jangakau

waktu, dana, dan kompetensi yang dimilki oleh peneliti

3. Membuat Judul Penelitian

Pengertian judul penelitian adalah entitas proses penelitian yang dilakukan dalam mencari

jawaban dari permasalahan penelitian. Judul penelitian merupakan pencerminan dari tujuan

penelitian, artinya dengan judul penelitian sebenarnya sudah tergambar tujuan penelitian karena

tujuan penelitian berasal dari permasalahan penelitian.

Keterkaitan tersebut diatas, menunjukan bahwa judul penelitian diawali oleh tema/topik

penelitian sebagai sentral pelaksanaan penelitian. Judul penelitian secara format bisa berubah

sesuai proses pelaksanaan penelitian yang tidak bisa rubah itu adalah tema/topik penelitian.

Maka judul penelitian merupakan cerminan dari permasalahan penelitian.

Secara ideal syarat membuat judul penelitian harus mengandung unsur 4W + I H, yaitu:

a) What; Apa yang akan diteliti topiknya?

Page 37: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 37

What, ini menunjukan variabel penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah

kelihatan substansi/materi penelitian

b) Who; Siapa yang akan ditelitinya?

Who, ini menunjukan responden penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah

jelas responden penelitian

c) Where; Dimana akan ditelitinya?

Where, ini menunjukan tempat penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah

kelihatan area penelitian

d) When; Kapan ditelitinya?

When, ini menunjukan waktu pelaksanaan penelitian sehingga dari awal sudah kelihatan

batasan waktu penelitian

e) How; Bagaimana ditelitinya?

How, ini menunjukan disain penelitian yang akan dilakukan sehingga dari awal sudah

kelihatan rancangan penelitian yang akan digunakan

Contoh membuat judul penelitian:

Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Babatan

Kota Bandung Tahun 2008

Penjelasan:

What; apa yang akan diteliti? Gaya Hidup

Who; siapa yang akan diteliti? Penderita Hipertensi

Where; dimana akan ditelitinya? di Wilayah Kerja Puskesmas Babatan Kota Bandung

When; kapan ditelitinya? tahun 2008

How; bagaimana ditelitinya? disain deskriptif

Studi Perbandingan Pengetahuan tentang Seks di Luar Nikah pada Siswa/I antara SMU

YAPI Al-Husaeni dan SMK Wirakarya Ciparay Bandung Tahun 2008

Penjelasan:

What; apa yang akan diteliti? Pengetahuan tentang Seks di Luar Nikah

Who; siapa yang akan diteliti? Siswa dan Siswi

Page 38: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 38

Where; dimana akan ditelitinya? di SMU YAPI AL-Husaeni dan SMK Ciparay Bandung

When; kapan ditelitinya? tahun 2008

How; bagaimana ditelitinya? Disain Komparatif

Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi Pertama dengan Perubahan Body Image pada

Siswi di MTS Sukaresmi Rongga Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008

Penjelasan:

What; apa yang akan diteliti? Pengetahuan tentang Menstruasi Pertama dengan

Perubahan Body Image

Who; siapa yang akan diteliti? Siswi

Where; dimana akan ditelitinya? di MTS Sukaresmi Rongga Kabupaten Bandung Barat

When; kapan ditelitinya? tahun 2008

How; bagaimana ditelitinya? disain deskriptif analitik (cross sectional)

Analisis Faktor Pembeda Kelompok Status Gizi Kurang pada Balita di Puskesmas

Cimahi Selatan Tahun 2009

Penjelasan:

What; apa yang akan diteliti? Faktor Pembeda dengan Status Gizi Kurang

Who; siapa yang akan diteliti? Balita

Where; dimana akan ditelitinya? di Puskesmas Cimahi Selatan

When; kapan ditelitinya? tahun 2009

How; bagaimana ditelitinya? disain kasus kontrol

Page 39: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 39

4. Konsep Dasar Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah bagian dari pendahuluan yang memuat uraian secara lebih

tegas dan spesifik tentang permasalahan yang dipecahkan/dikaji dalam penelitian. Perumusan

masalah secara tidak langsung juga merupakan uraian yang membatasi lingkup penelitian yang

dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa permasalahan yang ada dalam khasanah topik yang

dipilih sangat luas, dan tentunya tidak seluruh permasalahan yang ada dikaji dalam penelitian.

a. Sumber Masalah Penelitian

Sebenarnya banyak sekali masalah yang perlu dipecahkan berada di sekeliling peneliti.

Untuk memperoleh masalah yang menjadi kendala adalah kesanggupan peneliti menggali dan

mengidentifikasi masalah serta mengetahui sumber-sumber dimana masalah penelitian

diperoleh dengan mudah. Sumber-sumber di mana masalah dapat diperoleh antara lain

sebagai berikut:

1) Pengamatan terhadap kegiatan manusia

2) Bacaan

3) Analisis bidang pengetahuan

4) Review serta perluasan penelitian

5) Cabang studi yang dikerjakan

6) Pengalaman dan catatan pribadi

7) Praktik serta keinginan masyarakat

8) Bidang spesialisasi

9) Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti

10) Pengamatan terhadap alam sekeliling

11) Diskusi-diskusi ilmiah

Menurut Nazir (2005) perumusan masalah penelitian menjadi fokus pelaksanaan

penelitian karena bertujuan untuk:

1) Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang

2) Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal baru

3) Meletakan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya ataupun

dasar untuk penelitian selanjutnya

4) Memenuhi keinginan sosial

Page 40: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 40

5) Menyediakan sesuatu yang bermanfaat

b. Cara Membuat Rumusan Masalah

Dalam membuat rumusan masalah ada 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan

diantaranya:

1) Konsistensi dengan latar belakang masalah

2) Kejelasan ruang lingkup masalah penelitian

3) Kejelasan konsep atau variabel yang akan diteliti

Oleh karena itu masalah spesifik yang menjadi objek penelitian perlu dirumuskan

secara cermat dan seksama. Menurut Nazir (2005) umumnya rumusan masalah harus

dilakukan dengan kondisi berikut ini:

1) Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan (research question)

2) Rumusan masalah hendaklah jelas dan padat

3) Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah

4) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis

5) Masalah harus menjadi dasar dalam memformulasikan judul penelitian

Namun demikian ada beberapa pendapat lain, seperti yang diungkapkan oleh

Notoatmodjo (2005) bahwa dalam membuat rumusan masalah tidak harus dinyatakan dalam

bentuk pertanyaan penelitian saja tetapi dapat juga dinyatakan dalam bentuk pernyataan

penelitian (research statement) atau keduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat DP2M Dirjen

Dikti (2006) dinyatakan bahwa dalam membuat perumusan masalah tidak harus dalam

bentuk tanya. Membuat rumusan masalah bisa kedua-duanya.

Maka secara umum dalam menulis perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi fokus topik penelitian di latar belakang

2) Menguraikan teori/standar/harapan dari masalah penelitian

3) Mengidentifikasi kondisi, data, dan fakta dalam bentuk empirik dari masalah penelitian

4) Menganalisis tingkat ketidaksesuaian/ketidakseimbangan/gap antara harapan dan kenyataan

5) Menarik perumusan masalah dengan cara pernyataan atau pertanyaan penelitian, bahkan

dapat membuat diagram alir rumusan masalah penelitian.

Contoh (dikutif dari Notoatmodjo, 2005):

Page 41: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 41

Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor sudah merata hamper di tiap RW telah

mempunyai Posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan baik

di Posyandu-Posyandu. Namun angka droup out imunisasi polio masih tinggi, sekitar

75%. Hal ini berarti kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten

Bogor tersebut rendah. Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan

dengan pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1) Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor

rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi)?

2) Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidakseimbangan

imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor?

Menurut penulis, membuat rumusan masalah ada 2 (dua) cara yaitu:

1) Cara sederhana

Cara sederhana dalam membuat rumusan masalah langsung pada kejelasan

masalah yang akan diteliti sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah disusun.

Cara sederhana tidak mengesampingkan kualitas pemilihan masalah penelitian justru

mempertegas spesifikasi masalah penelitian. Asumsinya pernyataan alasan penelitian

sudah diterkandung dalam latar belakang penelitian. Cara sederhana membuat rumusan

masalah langsung menggunakan pertanyaan penelitian.

Contoh rumusan masalah penelitian dengan cara sederhana adalah:

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara tipe dan tugas perkembangan

keluarga dengan struktur kekuasaan keluarga pada keluarga prasejahtera di Desa Jelegong

Kec. Rancaekek Kab. Bandung tahun 2008?”

Sumber: dikutif dari bagian skripsi Budiman (2008)

2) Cara luas

Cara luas dalam membuat rumusan masalah tidak hanya merujuk pada latar

belakang penelitian saja tetapi memuat strategi-straetegi umum dalam memcahkan

masalah penelitian. Uraian strategi ini digunakan untuk memberikan arah peneliti dalam

merumuskan hipotesis. Bahkan strategi kerangka pendekatan tersebut digambarkan dalam

Bagan Alir Permasalahan Penelitian.

Perumusan masalah yang disusun secara luas memberikan penjelasan masalah

yang lebih spesifik dimana masalah itu mulai muncul. Selain itu memberikan deskripsi

alur pemikiran yang jelas dalam membatasi dan mengidentifikasi masalah penelitian.

Cara luas dalam membuat rumusan masalah melalui pernyataan, pertanyaan, dan diagram

alur perumusan masalah penelitian.

Page 42: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 42

Contoh rumusan masalah penelitian dengan cara luas adalah:

Menjelang milenium ketiga, umat manusia dihadapkan pada berbagai perubahan

lingkungan global yang langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan.

Seringkali perubahan lingkungan yang tadinya berskala lokal dapat meluas menjadi

regional bahkan global, karena sifat perubahan tersebut menjadikan negara-negara di

muka bumi ini tidak mengenal batas lagi. Permasalahan lingkungan di suatu negara akan

berdampak meluas ke negara lainnya yang berada di belahan dunia ini.

Harus disadari secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya.

Manusia bernafas memerlukan udara sekitarnya setiap detik. Makanan manusia diambil

dari sekitarnya, demikian pula minuman, pakaian, dan lain sebagainya. Bergantung taraf

budayanya, manusia dapat sangat erat atau erat hubungannya dengan lingkungan

hidupnya. Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler.

Perubahan pada lingkungan itu pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan manusia

termasuk masalah kesehatan manusia. Teori Gordon, dalam Anies (2006) menyatakan

ketidakseimbangan terjadi akibat pergeseran faktor lingkungan akan mempengaruhi bibit

penyakit (agent) menjadikannya lebih ganas atau lebih mudah masuk ke dalam tubuh

manusia.

Menurut Bloom (1974) dalam Suliha et al (2002) faktor yang paling dominan

mempengaruhi derajat kesehatan manusia adalah faktor lingkungan (45%), faktor

perilaku (30%), pelayanan kesehatan (20%), dan keturunan (5%). Penyakit-penyakit yang

timbul saat ini baik penyakit degeneratif, penyakit tidak menular maupun penyakit

menular tidak terlepas dari faktor lingkungan sebagai faktor risiko penyebab terjadinya

penyakit termasuk mewabahnya penyakit flu burung di berbagai belahan dunia.

Penyakit flu burung dalam waktu singkat sejak tahun 1997 pertama kali muncul

di Hongkong menginfeksi manusia sebanyak 18 orang dengan jumlah kematian 6 orang

(Siegel, 2006). Fakta yang melegakan bahwa setiap pasien ini menjadi terinfeksi akibat

kontak langsung dengan unggas terinfeksi, bukan dengan orang yang terinfeksi.

Munculnya penyakit flu burung tidak terlepas dari peranan masalah lingkungan sebagai

faktor risiko terjadinya kasus kesakitan dan kematian yang meningkat secara progresif.

Komponen lingkungan yang terlibat sebagai faktor risiko terjadinya penyakit flu

burung mencakup lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosial ekonomi. Menurut Azwar

(1999) lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia

mencakup cuaca, musim, keadaan geografis, dan struktur geologi. Lingkungan fisik

terdiri atas benda-benda yang tidak hidup termasuk golongan udara, sinar matahari, tanah,

air, perumahan, sampah, dan sebagainya (Entjang 1993).

Lingkungan fisik rumah yang memenuhi syarat kesehatan menurut Winslow

dalam Entjang (1993) diantaranya 1) harus memenuhi kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan

psikologis, 3) dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan, dan 4) dapat menghindarkan

terjadinya penyakit. Lingkungan fisik rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit

flu burung dilihat dari aspek-aspek tempat tinggal rumah, jarak rumah dengan kandang

ternak, jarak rumah ke pasar unggas, jarak rumah ke tempat peternakan, dan posisi

tempat tinggal. Lingkungan fisik lainnya sebagai faktor risiko penyakit flu burung adalah

lingkungan air mencakup sumber air rumah tangga, saluran limbah rumah tangga, dan

saluran air limbah kotoran unggas. Virus H5N1 dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari

pada suhu 22ºC dan lebih dari 30 hari pada 0ºC (Depkes, 2004). Selain itu faktor

Page 43: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 43

lingkungan fisik lainnya adalah kebersihan kandang ternak dan kebersihan rumah yang

dapat saja berhubungan dengan timbulnya penyakit flu burung.

Lingkungan biologi terdiri atas organisme-organisme hidup yang berada di

sekitar manusia baik yang merugikan maupun menguntungkan manusia. Lingkungan

biologi bentuk mikroorganisme yang merugikan manusia adalah bibit penyakit golongan

virus influenza A subtipe H5N1 yang beradaptasi pada unggas sebagai penyebab penyakit

flu burung pada manusia. Keberadaaan virus H5N1 di lingkungan biologi yang

merupakan faktor risiko mencakup keberadaan unggas liar, keberadaan kucing, dan

burung peliharaan. Sedangkan lingkungan kimia sebagai faktor risiko timbulnya penyakit

flu burung adalah penggunaan jenis pupuk yang dipakai.

Faktor risiko lingkungan lainnya yang berhubungan dengan terjadinya penyakit

flu burung pada manusia adalah lingkungan sosial ekonomi mencakup pendidikan,

pekerjaan, jenis pekerjaan, tempat pekerjaan yang dicerminkan juga jabatan dalam

pekerjaan, pekerjaan anggota keluarga, aktivitas kontak, jenis kontak, jumlah kontak,

kontak erat, tempat kontak erat, kontak erat dengan unggas, aktivitas ke pantai.

Lingkungan sosial ekonomi masyarakat tersebut berperan sebagai faktor risiko terhadap

kejadian penyakit flu burung pada manusia. Kasus pertama kali ditemukan infeksi flu

burung H5N1 pada manusia pada bulan Juli 2005 di Tangerang, yang berakhir pada

kematian, dimana kasus ini unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas

(Siegel, 2006).

Berdasarkan hal tersebut diatas hampir semua lapisan masyarakat merupakan

populasi yang berisiko tertular penyakit flu burung. Terjadinya penyakit pada manusia

ditentukan pula oleh faktor manusia itu sendiri artinya bahwa dalam diri manusia terdapat

faktor penyebab timbulnya penyakit. Pada penyakit flu burung yang menjadi faktor risiko

dalam diri manusia mencakup umur, jenis kelamin, kebiasaan memasak daging unggas,

kebiasaan memasak telur unggas, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah

memasak, riwayat kesehatan, tingkat stres dan status gizi.

Manusia yang terserang penyakit flu burung akan melewati masa inkubasi 1-3

hari, masa infeksi 1 hari sebelum 3-5 hari sesudah timbul gejala sedangkan padan anak-

anak sampai 21 hari (Depkes, 2004). Gejala klinik yang timbul pada manusia mencakup

demam (suhu badan di atas 38ºC, batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran

pernafasan, pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Apabila tidak dilakukan tatalaksana

dengan baik dapat menyebabkan kematian. Terbukti bahwa angka kematian akibat

penyakit flu burung pada manusia di Indonesia cukup tinggi terutama pada kasus

konfirmasi mencapai 81,7%. Hal ini menandakan bahwa perjalanan riwayat alamiah

penyakit hampir sebagian pada tahap akhir dengan kematian.

Jumlah kematian penyakit flu burung pada manusia cukup tinggi

mengindikasikan bahwa di tahap pre-patogenesis faktor risiko lingkungan saat terjadi

interaksi dengan manusia dan bibit penyakit tidak terkendalikan. Dampaknya penyakit flu

burung pada manusia ditemukan sudah masuk pada tahap patogenesis (tahap klinik) dan

sudah melewati masa inkubasi sehingga penemuan kasus terlambat yang akhirnya angka

kematian menjadi dominan.

Tingginya tahap kematian perjalanan riwayat alamiah penyakit flu burung

melibatkan berbagai komponen lingkungan sebagai faktor risiko dominan. Pelibatan

banyaknya faktor risiko lingkungan meningkatkan kerentanan manusia terhadap virulensi

Page 44: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 44

bibit penyakit (H5N1) sehingga identifikasi faktor risiko lingkungan dominan perlu

dilakukan. Apalagi penyakit flu burung ini termasuk penyakit zoonosis.

Penyakit zoonosis adalah suatu penyakit pada hewan (unggas) yang dapat

menular kepada manusia. Pola penularan dari sumber utamanya (unggas) adalah kontak

langsung dan lingkungan udara atau peralatan yang tercemar AI (Depkes RI, 2004).

Penyakit ini sudah masuk pada tahap kewaspadaan pandemik. Pengendaliannya pun tentu

saja melibatkan berbagai kelembagaan diantaranya Departemen Pertanian dan

Departemen Kesehatan mulai dari tingkat Pusat sampai pada Unit Pelaksana Teknis

terbawah (Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota, dan sebagainya).

Kelembagaan yang ada untuk melaksanakan pengendalian penyakit flu burung

semuanya berfokus kepada sumber dan kasus yang sudah terjadi. Sistem pengamatan

yang terus menerus (surveillans) tidak terintegrasi diantara surveilans pada unggas dan

surveilans pada manusia. Padahal di masing-masing Departemen sudah membentuk Pusat

Informasi Khusus. Departemen Kesehatan dengan nama Posko Flu Burung Nasional dan

Departemen Pertanian dengan nama “Crisis Center Avian Influenza”. Bahkan begitu

seriusnya pemerintah juga membentuk Komite Pandemi Influenza Nasional (KPIN) yang

melibatkan berbagai kelembagaan mulai dari Presiden sampai pada KPIN tingkat Desa.

Berbagai kelembagaan yang ada tentunya diharapkan mampu mengendalikan

penyakit flu burung. Realitanya tetap saja kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit

flu burung pada manusia di Indonesia tetap terjadi. Harus disadari terjadinya penyakit flu

burung melibatkan multifaktor lingkungan sebagai faktor risiko. Orientasi pengendalian

penyakit flu burung mestinya ada perubahan yaitu di mulai pada faktor risiko lingkungan

dominan dengan pendekatan pencegahan penyakit.

Fokus yang dilakukan diantaranya mencakup upaya intervensi pencegahan

sesuai tingkatan primer, sekunder, dan tersier. Penekanan upaya intevensi pencegahan

adalah pada paradigma sehat tidak pada paradigma sakit. Saat ini paradigma berpikir

masyarakat masih ke arah yang bersifat kuratif (pengobatan) artinya masyarakat

terdogmatis mempunyai pikiran kalau sakit mudah tinggal datang saja berobat ke dokter

atau ke tempat pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lainnya). Secara

bertahap harus sudah mulai dibangun berpikir masyarakat ke arah yang bersifat preventif

(pencegahan) artinya masyarakat sudah berpikir secara internal dalam dirinya supaya

tidak terserang penyakit. Tujuan akhirnya segala upaya yang berhubungan dengan

tindakan pencegahan penyakit (penyakit flu burung) dilaksanakan. Bertitik tolak dari

fenomena tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Bagaimana gambaran lingkungan (lingkungan fisik, biologi, kimia, dan sosial

ekonomi) sebagai faktor risiko terjadinya penyakit flu burung pada manusia

kelompok kasus dan kelompok kontrol?

b) Bagaimana gambaran profil manusia (umur, jenis kelamin, kebiasaan hidup,

riwayat kesehatan, dan tingkat stress) yang terinfeksi penyakit flu burung pada

kelompok kasus dan kelompok kontrol?

c) Bagaimana pola perjalanan riwayat alamiah penyakit flu burung pada manusia

mulai dari tahap peka, pragejala, klinik, dan tahap terminal pada kelompok kasus?

d) Bagaimana pengaruh interaksi faktor risiko lingkungan dominan (lingkungan

fisik, biologi, kimia, sosial ekonomi) dengan kejadian penyakit flu burung pada

manusia kelompok kasus dan kelompok kontrol?

Page 45: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 45

e) Bagaimana kajian kelembagaan pencegahan penyakit flu burung pada manusia?

f) Bagaimana model intervensi pencegahan berbasis interaksi faktor risiko

lingkungan dalam menurunkan angka insidens penyakit flu burung pada

manusia?, selanjutnya dibuat Bagan Alir Perumusan Masalah

Page 46: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 46

Flu Burung

Manusia

Reservoir (Ungga ternak)

Unggas Ternak

Lingkungan

Lingkungan Fisik

Umur

Jenis Kelamin

Kebiasaan

Memasak

daging

unggas

Kebiasaan memasaktelurunggas

1. Musim 2. Tempat 3. Jarak rumah ke

pasar unggas 4. Jarak rumah ke

tempat peternakan

5. Jarak kandang ternak

6. Sumber air RT 7. Saluran limbah

RaT 8. Saluran air

limbah kotoran unggas

9. Posisi tempat tinggal

10. Kebersihan rumah dan kandang ternak

Unggas air liar

Kejadian Luar Biasa

Kebiasan

Mencuci

tangan

Faktor Risiko Lingkungan

(dominan)

Lingkungan

Biologi

Lingkungan

Kimia

Model Intervensi Pencegahan Penyakit Flu Burung

11. Memelihara kucing

12. Adanya unggas domestik

13. Burung peliharaan

14.Jenis

pupuk

Multifaktor

Riwayat alamiah

penyakit

Riwayat

kesehatan

Tingkat Stress

Status Gizi

Lingkungan

Sosek

15. Pekerjaan 16. Pendidikan 17. Jenis

pekerjaan 18. Tempat

pekerjaan 19. Pekerjaan

anggota keluarga

20. aktivitas kontak tinggi

21. Jenis kontak 22. Jumlah kontak 23. Kontak erat 24. Tempat

kontak erat 25. Kontak erat

ayam aduan 26. Aktivitas ke

pantai

Kajian Kelembagaan

Gambar 1. Bagan Alir Perumusan Masalah Sumber: Bagian dari Disertasi Budiman (2009)

Page 47: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 47

5. Konsep Dasar Tujuan Penelitian

a. Definisi Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan atau statement tentang apa yang ingin

dicari atau yang ingin ditemukan (Nazir, 2005). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005)

tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana, atau data (informasi) apa yang akan

dicari melalui penelitian. Menurut penulis tujuan penelitian adalah arah dan panduan yang

akan dicapai dalam proses pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu tujuan penelitian

merupakan operasionalisasi pelaksanaan peneliti dalam menemukan sesuatu yang baru.

b. Arah Tujuan Penelitian

Penelitian ilmiah dilaksanakan adalah untuk menemukan kebenaran ilmiah sesuai

pertanyaan ataupun pernyataan penelitian. Tujuan penelitian tidak terlepas keterkaitannya

dengan perumusan masalah. Maka tujuan penelitian ada 5 (lima) arah yaitu:

1) Mengekplorasi suatu objek

2) Menjelaskan keadaan suatu objek

3) Mengevaluasi suatu objek

4) Memvalidasi suatu teori

5) Membuat suatu model atau membuat suatu prototype

6. Jenis Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berisi uraian tentang tujuan penelitian secara umum maupun secara

spesifik. Maka ada beberapa pendapat yang berasumsi bahwa tujuan penelitian ada 2 (dua)

bagian yaitu:

a. Tujuan umum penelitian

Tujuan umum penelitian adalah arah dan panduan umum yang harus dicapai dalam

proses pelaksanaan penelitian. Karakteristik tujuan umum penelitian adalah:

1) Bersifat general

2) Masih dalam tataran abstrak

3) Belum bisa diukur inidikatornya

Contoh:

Page 48: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 48

Judul Penelitian: Hubungan Tipe dan Tugas Perkembangan Keluarga dengan Struktur

Kekuasaan Keluarga pada Keluarga Prasejahtera di Kabupaten Bandung

Tahun 2008

Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui hubungan tipe dan tugas perkembangan keluarga dengan struktur

kekuasan keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008

Jika diperhatikan contoh tersebut diatas, sebenarnya dalam membuat tujuan umum

penelitian tinggal di tambahkan kata “ Untuk mengetahui” yang selanjutnya judul penelitian

masuk.

b. Tujuan khusus penelitian

Tujuan khusus penelitian adalah arah dan panduan yang spesifik untuk dicapai

dalam proses pelaksanaan penelitian. Karakteristik tujuan khusus penelitian adalah:

a) Bersifat operasional

b) Bersifat konkrit

c) Terperinci variabel penelitiannya

Contoh:

Tujuan Khusus Penelitian

(1) Untuk mengidentifikasi tipe keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten

Bandung tahun 2008

(2) Untuk mengidentifikasi tugas perkembangan keluarga pada keluarga parsejahtera di

Kabupaten Bandung tahun 2008

(3) Untuk mengetahui hubungan tipe keluarga dengan struktur kekuasan keluarga pada

keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008

(4) Untuk mengetahui hubungan tugas perkembangan keluarga dengan struktur kekuasan

keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008

Jika diperhatikan dalam membuat tujuan khusus sebenarnya tinggal menurunkan secara

operasional dari tujuan umum penelitian. Perhatikan tujuan khusus nomor 1 dibuat sama seperti

Page 49: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 49

judul tinggal menghilangkan “dan tugas perkembangan keluarga dengan struktur kekuasaan

keluarga” seterusnya sama dengan judul. Begitu pula pada tujuan khusus nomor 2 mengilangkan

“ tipe dengan struktur kekuasaan keluarga”, dan seterusnya.

Dalam membuat tujuan penelitian tidak harus selalu adanya tujuan umum dan tujuan

khusus penelitian. Jika tujuan penelitian sudah menunjukan konkrit dan terperinci cukup tujuan

penelitian saja, atau jika tujuan umum penelitian sudah specifik tidak diperlukan lagi adanya

tujuan khusus penelitian.

Tujuan penelitian setiap peneliti kadang kala mempunyai karakteristik masing-masing.

Maka menurut penulis cara mudah menetapkan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Bacalah judul penelitian

2) Identifikasi judul penelitian pada perumusan masalah

3) Tambahkan kata “ untuk mengetahui” pada judul penelitian

4) Jika ada tujuan khusus maka masing-masing variabel penelitian tambahkan kata

“Mengetahui/Mengidentifikasi”, yang bivariabel tambahkan kata “mengetahui hubungan”,

dan yang multivariabel “menemukan faktor dominan”.

Beberapa contoh membuat tujuan penelitian:

Judul: “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI Ekslusif Berdasarkan

Karakteristik Ibu di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi Tahun 2009”.

1. Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI ekslusif

berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009.

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif di

Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009

b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif

berdasarkan umur di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009

c. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif

berdasarkan status pekerjaan di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009

Page 50: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 50

d. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif

berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009

e. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif

berdasarka paritas di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009

Judul: Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia Sekolah di MI Asih

Putera Kota Cimahi Tahun 2009

1. Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia

sekolah di MI Asih Putera Kota Cimahi tahun 2009

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk mengidentifikasi jenis pola asuh orang tua pada anak usia sekolah di MI Asih Putera

Kota Cimahi tahun 2009

b. Untuk mengidentifikasi tingkat kemandirian anak pada anak usia sekolah di MI Asih

Putera Kota Cimahi tahun 2009

c. Untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua pada anak usia sekolah di MI Asih Putera

Kota Cimahi tahun 2009

Judul: Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit kusta pada pasien kusta di RS. Kusta

Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

1. Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit kusta pada

pasien kusta di RS. Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Mengetahui gambaran usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, dan

hygiene sanitasi pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

b. Mengetahui usia sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS

Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

Page 51: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 51

c. Mengetahui jenis kelamin sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta

di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

d. Mengetahui pendidikan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di

RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

e. Mengetahui sosial ekonomi sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien

kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

f. Mengetahui pengetahuan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta

di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

g. Mengetahui hygiene sanitasi sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien

kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

h. Mengetahui faktor risiko dominan terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta

Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

Page 52: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 52

7. Konsep Dasar Manfaat Penelitian

a. Pengertian Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan baik

bersifat internal maupun eksternal. Bersifat internal kegunaannya berhubungan dengan

peneliti sendiri sedangkan kegunaan eksternal kegunaannya lebih pada pengembangan

ilmu pengetahuan dan pengembangan program. Manfaat penelitian dapat juga disebut

sebagai kontribusi penelitian dalam memecahkan atau menjawab permasalahan penelitian.

Setiap penelitian yang dilaksanakan akan membawa makna bagi realita kehidupan maupun

bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Manfaat penelitian yang diperoleh, merupakan suatu kebenaran ilmiah yang dapat

digunakan untuk kemakmuran atau kesejahteraan manusia. Pada hakekatnya manfaat

penelitian harus mampu memberikan manfaat pada semua orang termasuk lingkungan

sekitar. Manfaat penelitian dapat menjadi dasar penelitian itu dilakukan.

Secara umum manfaat penelitian bersifat tentatif artinya sesuai kebutuhan. Setiap

penelitian yang dilakukan kegunaannya berbeda-beda sesuai alasan peneliti melakukan

penelitian. Misalnya bagi yang sedang melaksanakan tugas akhir pendidikan melakukan

penelitian (KTI, LTA, Skripsi, Tesis, dan Disertasi) adalah untuk menyelesaikan

pendidikannya dalam rangka mendapatkan gelar akademik. Hal ini akan lain jika seorang

dosen melakukan penelitian maka manfaatnya adalah untuk kenaikan jabatan akademik

dosen disamping mendapatkan manfaat penelitian lainnya bisa dalam bentuk

pengembangan ilmu atau untuk mendapatkan dana hibah penelitian. Namun lain lagi jika

para pekerja peneliti dalam suatu insitusi manfaatnya adalah untuk perbaikan program,

pengembangan program, dan evaluasi program.

Manfaat penelitian kesehatan secara umum adalah untuk:

1) Perbaikan program kesehatan baik yang sedang, ataupun yang akan datang

2) Menentukan status kesehatan masyarakat

3) Mengevaluasi program kesehatan yang sudah ataupun yang sedang dilakukan

4) Memperbaikan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat

5) Memprediksi atau meramalkan secara ilmiah masalah kesehatan di masa mendatang

Page 53: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 53

6) Mengembangkan dan menemukan intervensi pelayanan kesehatan baik bersifat

preventif, promotif, kuratif, disabilitatif, dan rehabilitatif berdasarkan masalah

kesehatan yang ditemukan

b. Jenis Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat penelitian yang kegunaannya untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan Seni (IPTEKS). Manfaat teoritis ini

lebih menekankan pada perluasan IPTEKS, penambahan IPTEKS, penemuan IPTEKS,

dan pembuktian atau pengujian IPTEKS. Namun penelitian-penelitian yang ada saat ini

lebih dominan kepada pembuktian atau pengujian IPTEKS yang telah ada.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan tugas

akhir pendidikan (KTI, LTA, Skripsi, Tesis, dan Disertasi) lebih kepada pembuktian

atau pengujian IPTEK yang ada. Bagi para pekerja peneliti atau profesional peneliti

(reseacher) dan dosen peneliti lebih kepada pengembangan IPTEKS dan penemuan

IPTEKS.

IPTEKS berkembang saat ini merupakan manfaat yang diperoleh dari hasil

penelitian. Bahkan perkembangan disiplin ilmu lebih bervariasi dan berkembang dari

masa ke masa. Misalnya perkembangan IPTEKS epidemiologi pada abad ke-18

lingkupnya pada masalah penyakit menular, abad ke-19 IPTEKS epidemiologi tidak

hanya lingkup masalah penyakit menular telah meluas ke masalah penyakit tidak

menular, dan pada abad ke-20 IPTEKS epidemiologi tidak hanya pada masalah penyakit

tetapi berkembangan ke epidemiologi sistem pelayanan kesehatan.

Manfaat penelitian merupakan hal yang harus diperhatikan dalam menyusun

proposal penelitian. Pada kondisi tertentu manfaat penelitian menjadi point krusial

dalam menyusun proposal penelitian. Misalnya penelitian untuk mendapatkan hibah

kompetitif biasanya manfaat penelitian dijadikan parameter proposal penelitian di biaya

atau tidak.

Manfaat penelitian bisa dibuat dengan mengacu kepada tema sentral masalah

penelitian yang dikembangkan sesuai bidang ilmu yang dikaji. Manfaat penelitian di

Page 54: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 54

bidang kesehatan tentunya dapat digunakan untuk pengembangan IPTEK Kesehatan

yang terus berkembang sesuai fenomena kehidupan.

2) Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat penelitian yang kegunaannya untuk kepentingan

saat ini, dan atau masa yang akan datang namun bersifat pragmatis. Manfaat praktis

penelitian erat kaitannya dengan latar belakang peneliti melakukan penelitian. Manfaat

praktis penelitian dilihat berdasarkan jenis manfaatnya terdiri dari:

a) Untuk Tempat Penelitian

Manfaat penelitian praktis untuk tempat penelitian, digunakan untuk perbaikan

program dan menjadi dasar dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di institusinya.

Misalnya: ada penelitian yang berjudul: Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan

Kejadian Penyakit TBC di Puskesmas X Tahun 2009

Manfaat penelitian praktisnya adalah:

(1) Hasil penelitian ini bagi Puskesmas X dapat digunakan sebagai evidence based

data penyakit TBC di wilayah kerjanya untuk bahan perencanaan pembuatan

program penanggulangan TBC

(2) Hasil penelitian ini bagi Puskesmas X dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan penanggulangan penyakit TBC dengan memperhatikan status sosial

ekonomi penderita TBC

b) Untuk Peneliti

Manfaat penelitian praktis untuk peneliti, digunakan untuk kepentingan peneliti

baik dalam pengembangan kemampuan penelitiannya maupun untuk kepentingan diri

sendiri untuk mendapatkan pengalaman meneliti

c) Untuk Penelitian lebih lanjut

Manfaat penelitian lebih lanjut, digunakan oleh peneliti bagi penelitian lanjutan

yang merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

c. Cara Membuat Manfaat Penelitian

Page 55: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 55

Cara membuat manfaat penelitian adalah:

1) Bacalah pedoman penyelenggara (institusi) penelitian yang diharapkannya

2) Identifikasi bidang ilmu (topik penelitian) yang diteliti untuk membuat manfaat teoritis

3) Identifikasi tempat penelitian yang disesuaikan dengan topik penelitian untuk membuat

manfaat praktis

Misalnya ada judul penelitian tentang “Hubungan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Drop

Out Pengobatan Penyakit TBC di Wilayah Kerja Puskesmas X Tahun 2010, maka manfaat

penelitiannya adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan

masyarakat khususnya ilmu epidemiologi penyakit menular dalam lingkup

pengendalian penyakit menular TBC

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu epidemiologi

dalam menentukan besar risiko tinggi drop out yang berhubungan dengan

Pengawas Minum Obat

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan Y. sebagai data dasar melakukan evaluasi pelaksanaan

program pengendalian penyakit menular khususnya Penyakit TBC di daerah

binaannya

b. Bagi Puskesmas X dapat digunakan untuk meningkatkan peran Pengawas Minum

Obat dalam rangka pemantauan drop out bagi yang melaksanakan pengobatan

penyakit TBC

Page 56: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 56

EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Jelaskan dua orientasi membuat latar belakang penelitian?

2. Sebutkan lima hal pokok yang perlu diperhatikan dalam membuat latar belakang?

3. Jelaskan pengertian studi pendahuluan?

4. Buatlah judul penelitian yang mengandung unsur 4W+1H?

5. Sebutkan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rumusan masalah?

6. Buatlah rumusan masalah sesuai dengan judul yang saudara buat?

7. Sebutkan lima arah membuat tujuan penelitian?

Page 57: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 57

8. Buatlah tujuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang saudara buat?

9. Jelaskan pengertian manfaat penelitian?

10.Buatlah manfaat penelitian sesuai tujuan penelitian yang telah ditetapkan?

Page 58: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 58

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami variabel, paradigma,

kerangka konsep, dan hipotesis penelitian

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:

a. Menjelaskan definisi variabel penelitian

b. Menyebutkan skala pengukuran variabel penelitian

c. Menentukan jenis variabel penelitian

d. Menjelaskan paradigma penelitian mencakup pengertian, tujuan, dan cara membuat

paradigma penelitian

e. Menjelaskan kerangka konsep penelitian mencakup pengertian, tujuan, cara membuat

kerangka konsep penelitian dan aplikasinya

f. Menjelaskan hipotesis penelitian mencakup sejarah, pengertian, dan langkah-langkah

hipotesis penelitian

1. Definisi Variabel Penelitian

Dalam melakukan penelitian maka identifikasi variabel penelitian merupakan suatu

kegiatan yang harus dilakukan. Variabel penelitian merupakan objek yang akan diteliti sehingga

kita sudah bisa pastikan bahwa variabel penelitian yang kita pilih sudah memenuhi syarat untuk

diteliti. Identifikasi variabel penelitian harus didasarkan pada teori yang ada, apalagi jika

penelitiannya bivariat bahkan sampai pada multivariat. Tidak dibenarkan jika pemilihan variabel

penelitian hanya didasarkan pada asumsi tanpa adanya dukungan teori, atau hasil penelitian

sebelumnya.

BAGIAN-4

VARIABEL, PARADIGMA, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Page 59: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 59

Menurut Hatch dan Farhady (1981) variabel adalah sebagai attribute seseorang dengan

yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel

adalah kontruk atau sifat yang akan dipelajari. Sedangkan Kidder (1981) menyatakan variabel

adalah sesuatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sugiono

(2003) menyatakan variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Maka secara sederhana pengertian variabel penelitian adalah sesuatu objek yang akan

diteliti dan mempunyai variasi nilai. Objek itu bisa makhluk hidup ataupun benda mati yang

terpenting mempunyai variasi nilai. Variasi nilai adalah ciri objektif variabel berdasarkan data

dan fakta yang diperoleh dari hasil menghitung atau mengukur. Misalnya tingkat pendidikan

merupakan variabel penelitian karena mempunyai variasi nilai yaitu Tidak Sekolah, SD, SMP,

SMU dan PT. atau contoh yang lain cemas merupakan variabel penelitian karena mempunyai

variasi nilai yaitu cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, dan panik.

Dalam suatu peneliti definisi variabel penelitian ada dua jenis yaitu:

a. Definisi Konseptual Variabel Penelitian

Definisi konseptual adalah konsep atau teori suatu variabel penelitian yang

secara universal sudah diakui kebenaran ilmiahnya. Misalnya variabel penelitian

“Sikap Remaja”. Maka definisi konseptual sikap adalah reaksi atau respon seseorang

yang tertutup terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

b. Definisi Operasional Variabel Penelitian.

Definisi operasional adalah penjelasan secara operasional variabel peneliti

yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada definisi konseptual.Misalnya variabel

penelitian “ Sikap Remaja”. Maka peneliti menjelaskan secara operasional yang

dimaksud dengan “Sikap Remaja” dalam penelitiannya. Peneliti dapat membuat

definisi operasional sikap remaja adalah respon remaja terhadap bahaya Nafza baik

bagi kesehatan, sosial, maupun ekonomi.

2. Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Page 60: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 60

Pengukuran dalam penelitian ilmiah adalah observasi fenomena dengan maksud agar

dapat dilakukan analisis menurut aturan tertentu. Hasil analisis tersebut memberikan informasi

baru tentang objek yang diukur. Konsep pengukuran serta alat ukur dalam penelitian mempunyai

makna yang luas, buka hanya berarti pengukuran sehari-hari yang biasanya berkonotasi

kuantitatif, misalnya pengukuran tekanan darah, tinggi badan, frekuensi respirasi, dan lain-lain

termasuk pengukuran kualitatif.

Skala pengukuran variabel penelitian sering disebut dengan NOIR (Nominal, Ordinal,

Interval, dan Ratio). Peran NOIR sangat menentukan hasil penelitian karena NOIR merupakan

salah satu kriteria dalam memilih uji statistik yang tepat dan benar. NOIR merupakan skala

pengukuran variabel penelitian dalam mengidentifikasi variasi nilai menjadi hasil pengukuran.

Maka uraian NOIR adalah sebagai berikut:

a. Nominal; cirinya adalah dapat dibedakan saja.

Misalnya Jenis Kelamin yang hanya dapat dibedakan saja yaitu laki-laki dan perempuan,

Golongan darah hanya dapat dibedakan saja yaitu A, B, O, dan AB.

b. Ordinal; cirinya adalah selain dapat dibedakan ada tingkatan.

Misalnya Pengetahuan yaitu Baik, Cukup, Kurang dan contoh yang lain Stress yaitu Ringan,

Sedang, Berat.

c. Interval; cirinya adalah dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak, dan “mengakui titik nol

absolute”.

Misalnya suhu tubuh. Si A suhu tubuhnya 36oC dan Si B suhu tubuhnya 39

oC. maka dapat

dijelaskan Si A dan Si B suhu tubuhnya dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak yaitu 3oC

dan ketika suhu 0oC bukan berarti suhu itu tidak ada tetapi nilai 0

oC adalah ada

d. Ratio; cirinya adalah dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak, ada kelipatan, dan “tidak

mengakui titik nol absolute”. Dari cirinya skala pengukuran ratio adalah paling lengkap

dibandingkan dengan skala pengukuran variabel lainnya.

Misalnya variabel penelitian yang termasuk skala pengukuran ratio adalah berat badan.

Misalnya Ny. Wiwin setelah ditimbang berat badannya 40 kg sedangkan Ny. Windyastuti

setelah ditimbang berat badanya 80 kg. Maka dapat diidentifikasi bahwa ada perbedaan berat

badannya, ada tingkatan, ada jarak yaitu 40 kg, ada kelipatan dimana Ny. Windyatuti 2 kali

Page 61: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 61

lebih berat dibandingkan dengan Ny. Wiwin berat badannya, dan ketika 0 kg arti nol tersebut

tidak mempunyai nilai artinya beratnya tidak ada.

Skala pengukuran variabel NOIR menunjukan bahwa variabel penelitian harus

mempunyai variasi nilai. Jika variabel penelitian yang dipilih ternyata tidak mempunyai variasi

nilai akan mengalami kesulitan saat melakukan analisis data. Skala pengukuran NOIR

berdasarkan cirinya dapat dipilahkan menjadi dua bagian kelompok yaitu NO (Nominal dan

Ordinal) lebih pada kualitatif karena tidak berbentuk angka dan sering disebut dengan Kategorik

sedangkan IR (Interval dan Ratio) lebih pada kuantitatif karena berbentuk angka dan sering

disebut dengan Numerik. Seperti contoh pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.1.

Beberapa Contoh Variabel Penelitian menurut Variasi Nilai dan

Skala Pengukuran

Variabel Penelitian Variasi Nilai Skala Pengukuran

Tekanan Darah Hipertensi, Normal, Hipotensi Ordinal

Persalinan Normal, Sectio Cesarea Nominal

Pendapatan Ribuan/Perbulan Ratio

Intelegensi Score Interval

Sikap Negatif, Positif Ordinal

Motivasi Tinggi, Sedang, Rendah Ordinal

Peran Perawat Konsultan, Pendidik, dll Nominal

Denyut Nadi x/menit Ratio

Skala pengukuran NOIR bisa dimodifikasi variasi nilainya sehingga akan berubah skala

pengukurannya. Misalnya dari IR dirubah menjadi NO, seperti denyut nadi yang variasi nilainya

(hasil ukur) awalnya x/menit skala pengukurannya Rasio lalu peneliti merubah ke Tachi kardi

dan Bradi cardi sehingga skala pengukuran variabel tidak lagi Ratio tetapi menjadi Ordinal. Atau

sebaliknya Tekanan Darah yang variasi nilainya (hipertensi, normal, hipotensi) dengan skala

pengukuran Ordinal bisa menjadi Ratio jika Tekanan darah variasi nilainya menjadi mm/Hg

sehingga skala pengukurannya tidak lagi Ordinal tetapi menjadi ratio.

Page 62: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 62

Skala pengukuran Nominal dan Ordinal disebut data Kategori sedangkan Interval dan

Ratio disebut data Numerik. Istilah ini lazim digunakan pada saat memilih uji statistik. Nominal

dan Ordinal bentuk datanya adalah kualitatif sedangkan Interval dan Ratio bentuk datanya adalah

kuantitaif.

3. Jenis Variabel Penelitian

Variabel penelitian mendeskripsikan topik/tema yang diteliti karena sudah terlihat pada

saat peneliti menyusun latarbelakang penelitian. Jenis variabel penelitian dapat diidentifikasi

dengan melihat pola hubungan antar variabel penelitian yang secara visualisasi tertera pada

kerangka konsep penelitian. Maka jenis variabel penelitian adalah sebagai berikut:

a. Variabel Independen

Variabel independen merupakan suatu variabel penelitian yang tidak ketergantungan

kepada variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua variabel penelitian maka variabel

independen yang akan menyebabkan perubahan atau hubungan terhadap variabel penelitian

lainnya.

Variabel independen lazim disebut sebagai variabel sebab/variabel bebas/variabel

mempengaruhi/predictor/stimulus/antecedent. Selain itu dalam penelitian epidemiologi

variabel independen sering disebut juga sebagai faktor risiko/faktor kausa. Misalnya seorang

peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan remaja tentang seks bebas

dengan sikap remaja. Maka variabel independennya adalah pengetahuan remaja, seperti

tertera pada Gambar berikut ini:

Gambar 4.1. Posisi Variabel Independen

b. Variabel Dependen

Pengetahuan

(Variabel Independen)

Sikap

Page 63: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 63

Variabel dependen merupakan suatu variabel penelitian yang ketergantungan kepada

variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua variabel penelitian maka variabel dependen

merupakan variabel yang terjadi perubahan

Variabel dependen lazim disebut sebagai variabel akibat/variabel terikat/variabel

dipengaruhi/output/respon/kriteria/konsekuen. Selain itu dalam penelitian epidemiologi

variabel dependen sering disebut juga sebagai faktor efek/faktor dampak. Misalnya seorang

peneliti ingin mengetahu apakah ada hubungan pola makan keluarga dengan status gizi

pada anak balita.

Maka yang menjadi variabel dependen adalah status gizi karena status gizi

dipengaruhi oleh pola makan, adapun posisi dari variabel dependen adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2. Posisi Variabel Dependen

c. Variabel Mediator

Variabel mediator adalah variabel yang menghubungkan terjadinya perubahan pada

variabel dependen atau variabel yang menyebabkan langsung terjadinya perubahan pada

variabel dependen. Variabel mediator disebut juga sebagai variabel antara yang

menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel dependen. Sugiono (2003) menyebut

sebagai variabel intervening yaitu variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan tidak langsung dan

tidak diamati dan diukur.

Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan status ekonomi

dengan tingkat konsumsi makanan bergizi terhadap kejadian penyakit TB Paru pada Balita.

Maka dapat diidentifikasi bahwa yang menjadi variabel independen adalah status ekonomi,

Pola Makan

Status Gizi

(Variabel dependen)

Page 64: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 64

variabel dependen adalah kejadian penyakit TB Paru, dan yang menjadi variabel mediator

adalah tingkat konsumsi makanan bergizi. Bila divisualisasikan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3. Posisi Variabel Mediator

d. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu disebut juga sebagai variabel perancu atau confounding.

Variabel pengganggu adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel independen

dan variabel dependen, tetapi bukan merupakan variabel mediator/antara.

Identifikasi variabel pengganggu ini amat penting, oleh karena bila tidak, ia dapat

membawa kita pada kesimpulan yang salah, misalnya terdapat hubungan antar variabel

independen dengan variabel dependen padahal sebenarnya tidak ada hubungan justru yang

ada hubungan adalah variabel luar atau sebaliknya menyatakan tidak ada hubungan

padahal sebenarnya ada hubungan.

Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara umur

dengan kejadian penyakit Diabetes Meilitus (DM). Lalu peneliti menyadari kejadian

penyakit DM disebabkan multifactor dan peneliti menempatkan obesitas dan hipertensi

sebagai variabel pengganggu. Maka secara visualisasi dapat dilihat pada Gambar berikut

ini:

Status Ekonomi

Tingkat Konsumsi

Gizi

(Variabel Mediator)

Kejadian Penyakit

TB Paru

Umur

Diabetes Meilitus

Obesitas, Hipertensi

(Variabel Pengganggu)

Page 65: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 65

Gambar 4.4. Posisi Variabel Penggangu

Variabel penelitian menggambarkan kerangka kerja penelitian mulai dari perumusan

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka yang digunakan, disain penelitian, dan analisis data

yang digunakan. Maka peneliti harus cermat pada saat mengidentifikasi variabel penelitian.

Misanya seorang penelitian ingin mengetahui gambaran konsep diri pada remaja yang

mengalami obesitas. Maka variabel penelitiannya adalah konsep diri, namun belum murni atau

utuh sebagai variabel penelitian karena konsep diri dapat dibuat variasi nilai lagi menjadi 5

(lima) sub variabel atau disebut juga indikator yaitu: gambaran diri, harga diri, ideal diri,

aktualisasi diri, dan citra diri.

Beberapa penelitian banyak yang menurunkan variabel penelitian menjadi sub variabel

penelitian. Hal ini dapat dilakukan yang terpenting bahwa variabel penelitian mempunyai variasi

nilai dan tentunya sesuai dengan standar ataupun teori yang ada. Penurunan variabel penelitian

menjadi sub variabel penelitian ditentukan oleh tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti.

Contoh Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian menjadi fokus utama dalam penelitian karena berhubungan

dengan substansi yang akan diteliti. Penerapan variabel penelitian dideskripsikan untuk

mempertegas dan memperjelas pelaksanaan penelitian. Operasionalisasi variabel peneliti

mencakup jenis variabel penelitian, definisi konseptual, definisi operasional, alat ukur,

kategori, dan skala pengukuran seperti contoh berikut ini:

Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

No Variabel Definisi

Konseptual

Definisi

Operasional

Alat ukur Katagori Skala

Page 66: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 66

1 Usia Ibu Lamanya hidup

seseorang dari

sejak lahir

sampai di

wawancara yang

dinyatakan

dengan tahun

(Notoadmodjo,

2003)

Jumlah tahun

yang ibu lalui

dari lahir sampai

sekarang

Lembar check

list dan

catatan

laporan

Puskesmas

Cipageran

0. Risiko tinggi yaitu

< 20 tahun dan >

35 tahun

1. Risiko rendah

yaitu 20-35 tahun

Ordinal

2 Paritas Ibu Jumlah

kelahiran/hamil

yang pernah

dialami oleh ibu.

(Bobak, dkk,

2004 )

Kehamilan ibu

yang sekarang

sebelumnya yang

dialami oleh ibu

Lembar

check list dan

catatan

laporan

Puskesmas

Cipageran

0. Primipara=1

1. Multipara=2-4

2. Grandemulti >4

Ordinal

3 Umur

kehamilan

ibu

Usia kehamilan

dihitung dari hari

pertama dan haid

terakhir ibu

hamil.

(Manuaba, 1998)

Umur kehamilan

ibu dengan

semakiin

membesarnya

perut ibu

Lembar check

list dan

catatan

laporan

Puskesmas

Cipageran

0. Preterm < 37

minggu

1. Aterm 37-42

minggu

2. Posterm > 42

minggu

Ordinal

4 Hipertensi

dalam

Kehamilan

yang di sertai

proteinuria

(preeklamsi)

Preeklamsi

adalah timbulnya

hipertensi

disertai protein

urine dan edema

akibat kehamilan

setelah usia

kehamilan 20

minggu atau

segera setelah

persalinan.

Eklampsia yaitu

preeklamsi yang

disertai dengan

kejang.

(Mansjoer A,

2002)

Preeklamsia yaitu

suatu keadaan ibu

hamil yang lebih

dari 20 minggu

mengalami

peningkatan

tekanan darah

dari keadaan

normal (110-120)

dengan disertai

protein urine

positif 1 sampai 2

Data

sekunder

0. PER

1. PEB

2. Eklamsi

Ordinal

Page 67: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 67

4. Paradigma Penelitian

a. Pengertian Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Thomas Khun dalam

karyanya The structure of scientific revolution (Chicago The University of Chicago Press,

1970). Menurut Khun, paradigma adalah kerangka referensi atau pandangan dunia yang

menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Pemikir lain Robert Friedrichs (1970)

menyatakan paradigm adalah suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu

tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pemikir lain

diantaranya Patton (1975) mempertegas pengertian paradigma yang hampir sama dengan

Khun, yaitu sebagai suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara

untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata. Pengertian lain Goerge Ritzer (1980) dengan

menyatakan paradigma adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa

yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau

disiplin ilmu pengetahuan.

Menurut penulis mengadopsi hal tersebut diatas, paradigma penelitian adalah

pandangan mendasar dari suatu penelitian mencakup teori, asumsi, dan konsep universal

yang menjadi acuan dalam menjawab permasalahan penelitian. Menurut Sugiono (2000)

menyatakan paradigma penelitian adalah merupakan pola pikir yang menunjukan

hubungan antar variabel yang akan diteliti. Penelitian yang merumuskan paradigma

penelitian adalah penelitian yang bersifat asosiatif (Sugiono, 2000). Menurut penulis

paradigma penelitian tidak hanya digunakan pada penelitian asosiatif tetapi juga pada

disain penelitian eksploratif (deskriptif). Secara harfiah variabel penelitian yang menjadi

topik penelitian diawal harus sudah jelas didukung adanya teori atau konsep yang secara

universal diakui.

Paradigma penelitian merupakan esensi tinjauan pustaka berupa teori atau konsep

yang digunakan oleh peneliti dalam membangun kerangka penelitian. Paradigma penelitian

dapat digunakan sebagai panduan dalam membuat hipotesis penelitian jika ada. Bahkan

dapat membantu menentukan teknik analisis data.

b. Tujuan Paradigma Penelitian

Tujuan paradigma penelitian disusun adalah:

Page 68: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 68

1) Memberikan arah secara jelas tentang teori yang menjadi dasar penelitian

2) Menjadi dasar dan arah dalam menyusun kerangka konsep penelitian

3) Mempertegas esensi penggunaan teori yang digunakan dalam memilih variabel

penelitian

c. Cara Membuat Paradigma Penelitian

Cara membuat paradigma penelitian adalah:

1) Identiifikasi dan telaah kembali tinjauan teori yang digunakan dalam penelitian

2) Membuat subbab tinjauan pustaka menjadi sub paragraf dalam paradigma penelitian

yang disusun sesuai dengan variabel penelitian yang dipilih

3) Mengekplorasi teori atau konsep kedalam bahasa yang lugas dan tersusun secara

sistematis dengan menggambarkan hubungan variabel penelitian menjadi satu

keterikatan

4) Paradigma penelitian yang disusun harus mampu memberikan gambaran ilmiah

terhadap variabel penelitian

5) Secara umum paradigma penelitian disusun antara 2-4 halaman karena yang terpenting

teori yang disusun menjadi satu bahan paradigma (pola pikir) peneliti dalam membuat

kerangka konsep penelitian

5. Kerangka Konsep Penelitian

a. Pengertian Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka adalah susunan konsep atau kontruk yang membangun suatu entitas.

Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau

kelas dari suatu entitas, kejadian, atau hubungan. Umumnya konsep dibuat dan dihasilkan

oleh ilmuwan secara sadar untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu. Konsep yang

begini rupa dinamakan kontrak (Nazir 2003). Menurut Notoatmodjo (2005) kerangka

konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Kerangka

konsep penelitian secara operasional adalah visualisasi hubungan antara variabel-variabel

penelitian yang dibangun berdasarkan paradigma penelitian.

Page 69: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 69

b. Tujuan Membuat Kerangka Konsep Penelitian

Setelah pelbagai aspek teori disajikan dalam Tinjauan Pustaka, selanjutnya dibuat

rangkumannya sebagai dasar membuat paradigm penelitian sebagai pedoman dasar

kerangka konsep penelitian. Tujuan dibuatnya kerangka konsep penelitian adalah:

1) Memberikan penjelasan secara visualisasi hubungan variabel-variabel penelitian

2) Meningkatkan ketajaman pemahaman tentang variabel-variabel yang akan diteliti

3) Mempertegas ruang lingkup penelitian

4) Dapat dijadikan bahan untuk pemilihan jenis disain penelitian

c. Cara Membuat Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian dibuat dalam bentuk gambar (skema) yang

menunjukan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti dan variabel lainnya yang

terkait. Oleh karena seringkali tidak semua variabel diukur dalam penelitian, pada gambar

hendaklah diberikan keterangan sebagai batas-batas lingkup penelitian. Skema dalam

kerangka konsep penelitian harus menunjukan keterkaitan antar variabel penelitian.

Kerangka konsep penelitian yang baik dapat memberikan informasi yang jelas dan

mempermudah pemilihan desain penelitian.

Langkah-langkah membuat kerangkan konsep penelitian adalah:

1) Identifikasi kembali topik penelitian terutama variabel penelitian

2) Identifikasi kerangka teori dalam Tinjauan Pustaka sebagai dasar membuat kerangka

konsep penelitian

3) Perhatikan deskripsi urutan teori dalam paradigm penelitian

4) Gambarkan melalui skema hubungan antar variabel yang akan diteliti

5) Pastikan semua variabel penelitian yang akan diteliti sudah diakomodir dalam skema

kerangka konsep penelitian

6) Jika dalam gambar kerangka konsep penelitian ada variabel yang tidak diteliti, maka

berikan keterangan atau penjelasan (secara umum garis menunjukan variabel yang

diteliti dan garis putus-putus menunjukan variabel yang tidak akan diteliti

7) Berikan judul gambar pada kerangka konsep penelitian

Page 70: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 70

d. Contoh Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian dibuat setelah peneliti menguraikan paradigma

penelitian. Di paragraph akhir peneliti membuat narasi awal yang selanjutnya peneliti

membuat gambar (skema) kerangka konsep penelitian. Kalimat pembuka pada paragraf

biasanya adalah sebagai berikut:

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti membuat kerangka konsep

penelitian sebagai berikut:

Gambar 4.5. Kerangka Konsep Penelitiam

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Contoh kerangka konsep penelitian tersebut memberikan deskripsi visualisasi

hubungan variabel yang akan diteliti dan yang tidak diteliti. Tapi ada beberapa pendapat

yang mengungkapkan bila membuat kerangka konsep penelitian langsung saja pada

variabel yang akan diteliti. Bila berasumsi pada pendapat lain maka kerangka konsep

penelitiannya adalah sebagai berikut:

Pola Pemberian PASI

1. Jumlah dot botol susu

2. Pelaksana pemberi

PASI

3. Perawatan dot botol

susu

4. Kebiasaan mencuci

tangan

5. Penyimpanan dot

botol susu

Kejadian Penyakit Diare

Faktor Agent

Faktor Host

Faktor Environment

Page 71: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 71

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti membuat kerangka konsep

penelitian sebagai berikut:

Pola Pemberian PASI

1. Jumlah dot botol susu

2. Pelaksana pemberi

PASI

3. Perawatan dot botol

susu

4. Kebiasaan mencuci

tangan

5. Penyimpanan dot

botol susu

Kejadian Penyakit Diare

Gambar 4.6. Kerangka Konsep Penelitian

Page 72: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 72

6. Sejarah dan Definisi Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian secara harfiah mengalami perkembangan dan mempunyai peran

penting dalam menemukan ilmu pengetahuan. Pendugaan terhadap suatu kejadian telah dimulai

sejak jaman Hipocrates, Plato, Socrates, dan Ilmuwan besar lainnya. Namun pertama kali yang

memperkenalkan Hipotesis Nol (Ho) adalah Sir Ronald Aylmer Fisher, FRS (17 Februari 1890 –

29 Juli 1962) ahli statistik, evolusi biologi, dan genetika Inggris. Richard Dawkins menyebutnya

“Pengganti Darwin terbesar”, dan ahli sejarah statistik Anders Hald menyebutkan “Fisher adalah

seorang jenius yang dengan sendirian menciptakan dasar-dasar ilmu statistik modern”. Bahkan

Fisher menemukan pertama kali analisis varian yang menggunakan uji hipotesis dan estimasi

dalam statsitik inferensial.

Perkembangan statistik inferensial menuntut adanya pendugaan yang sering disebut

dengan Hipotesis. Banyak beberapa ahli yang mendefinisikan hipotesis, diantaranya berikut ini:

Good dan Scates (1954) menyatakan hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang

dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang

diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk

langkah-langkah penelitian selanjutnya.

Trelease (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari

suatu fakta yang diamati

Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari

hubungan antara dua atau lebih variabel

Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan penelitian, yang

harus diuji validitasnya secara empiris (Sastroasmoro, dkk 2002).

(Nazir, 2003) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang

kebenarannya harus diuji secara empiris

Menurut penulis, hipotesis adalah dugaan sementara terhadap karaktersitik populasi dan

dapat berdasarkan sampel.

Dugaan bisa benar atau bisa salah. Misalnya pada saat kita sedang berjalan di kegelapan

malam tiba-tiba terhenti karena melihat seseorang yang berdiri dan membelakangi kita. Terlihat

seseorang itu rambutnya panjang lurus, memakai anting, menggunakan jaket kulit hitam, celana

Page 73: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 73

jeans levis, sepatu cowboy, di tangannya memakai gelang bahar, memakai cincin terbuat dari

batu. Maka kita akan punya dugaan bahwa seseorang yang berdiri itu adalah perempuan karena

cirinya rambutnya panjang lurus dan memakai anting. Tapi ternyata kita akan ragu juga jangan-

jangan laki-laki karena banyak ciri-ciri seperti laki-laki yaitu memakai gelang bahar, dan

sebagainya. Untuk menjawab dugaan tersebut maka kita tinggal datangi saja seseorang tersebut

untuk membuktikan dugaan kita.

Dalam suatu penelitian ilmiah tentunya tidak demikian. Untuk menjawab hipotesis dalam

suatu penelitian maka akan dikenal dengan nama hipotesis penelitian yang akan diuji

kebenarannya melalui uji statistika. Misalnya, kita menduga bahwa:

“Ada hubungan ibu hamil yang mempunyai kebiasaan merokok dengan

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)”

atau sebaliknya

“Tidak ada hubungan ibu hamil yang mempunyai kebiasaan merokok dengan

melahirkan berat lahir rendah (BBLR)”

Untuk menjawab dugaan tersebut dalam suatu penelitian harus dilakukan uji hiptesis

penelitian. Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya apakah

benar atau salah. Fungsi hipotesis penelitian adalah untuk memberi suatu pernyataan terkaan

tentang hubungan tentatif (variabel penelitian). Maka tugas peneliti menemukan jawaban

kepastian yang didasarkan pada data penelitian.

1. Langkah-langkah Melakukan Hipotesis Penelitian

Pada saat penelitian kita pasti menggunakan statistika untuk menguji hipotesis maka

terdapat dua jenis hipotesis berupa hipotesis penelitian dan hipotesis statistika. Tepatnya

hipotesis penelitian kita rumuskan kembali menjadi hipotesis statistika yang sepadan. Hipotesis

statistika harus mencerminkan dengan baik maksud dari hipotesis penelitian yang akan diuji.

Dalam melaksanakan uji hipotesis penelitian maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Jenis Hipotesis Penelitian

Page 74: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 74

Langkah Pertama. Dalam menguji hipotesis penelitian adalah menentukan jenis

hipotesis penelitian sesuai dengan variabel penelitian yang akan dilakukan pengujian. Dalam

membuat hipotesis penelitian ada dua jenis yaitu:

1) Hipotesis Nol (Ho)

Ho adalah suatu pernyataan yang menunjukan tidak adanya hubungan/perbedaan antara

dua variabel dalam suatu populasi berdasarkan karakteristik sampel.

Contoh:

- Tidak ada hubungan/perbedaan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit

TBC di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009

- Tidak ada pengaruh merokok terhadap kejadian penyakit ISPA di Desa X

Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009

- Tidak ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun

2010 (dilihat sebagai contoh selanjutnya)

2) Hipotesis Alternatif (Ha)

Ha adalah suatu pernyataan yang menunjukan adanya hubungan/perbedaan antara dua

variabel dalam suatu populasi berdasarkan karakteristik sampel.

Contoh:

- Ada hubungan/perbedaan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit TBC di

Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009

- Ada pengaruh merokok terhadap kejadian penyakit ISPA di Desa X Wilayah

Kerja Puskesmas Y Tahun 2009

- Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun 2010

(dilihat sebagai contoh selanjutnya)

Pelabelan Hipotesis Alternatif ada juga yang menggunakan bukan Ha tetapi H1 keadaan ini

adalah tidak salah yang terpenting pemaknaan Hipotesis Alternatif menunjukan “Ada”

hubungan/perbedaan/pengaruh antara variabel X dengan Variabel Y di suatu populasi

berdasarkan karakteristik sampel.

Jenis Hipotesis Alternatif (Ha) dalam penelitian ada dua jenis yaitu:

Page 75: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 75

Ha satu arah (one way) adalah jenis Ha yang menunjukan besar kecilnya

hubungan/perbedaan/pengaruh antara dua variabel di populasi berdasarkan karakteristik

sampel

Contoh:

- Tingkat pengetahuan rendah lebih besar risiko terinfeksi penyakit diare di

Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009

- Ibu Hamil yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko lebih tinggi

mengalami kejadian BBLR

- Orang yang obesitas mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit DM

di RSUD X Kota Y. tahun 2009

Ha dua arah (two way) adalah jenis Ha yang menunjukan ada

hubungan/perbedaan/pengaruh antara dua variabel di populasi berdasarkan karakteristik

sampel

Contoh:

- Hubungan tingkat pengetahuan dengan risiko kejadian penyakit diare

di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009

- Ada perbedaan kebiasaan merokok pada ibu hamil dengan kejadian

BBLR di RSU X Tahun 2009

- Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y.

tahun 2009

Dalam suatu penelitian terutama tugas akhir mahasiswa secara dominan menggunakan Ha

satu arah. Uji hipotesis dilakukan dengan pernyataan hipotesis nol, yaitu tidak ada

hubungan/perbedaan/pengaruh karena yang di uji adalah Ho bukan Ha.

Kesalahan Pengambilan Keputusan

Dalam setiap uji hipotesis selalu terdapat kemungkinan bahwa kesimpulan yang diperoleh

tersebut salah. Mungkin pada sampel ditemukan perbedaan 2 kelompok, atau terdapat

hubungan antara varibel bebas dengan variabel terikat, namun sebenarnya hal tersebut

Page 76: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 76

terjadi semata-mata oleh karena peluang. Artinya dalam populasi yang diwakili oleh

sampel, hubungan atau perbedaan itu tidak ada.

Dapat pula hal yang sebaliknya yang terjadi, yakni data pada sampel tidak menunjukan

adanya perbedaan ataupun hubungan, sedangkan dalam populasi perbedaan atau asosiasi

tersebut sebenarnya ada. Kedua hal tersebut selalu ada dalam setiap uji hipotesis.

Kesalahan Tipe I (α)

Apabila dalam suatu uji hipotesis diperoleh hubungan atau perbedaan (hipotesis nol

ditolak), sedangkan sebenarnya dalam populasi hubungan atau perbedaan tersebut tidak

ada, hal ini disebut kesalahan tipe I, atau positif semu, atau α atau sering disebut Tingkat

Signifikansi (significance level). Sebaliknya peluang untuk membuat kesalahan tipe I

adalah sebesar 1-α, yang disebut dengan Tingkat Kepercayaan (confidence level).

Kesalahan Tipe II (β)

Apabila hubungan atau perbedaan tidak ditemukan dalam data sampel, sedangkan di dalam

populasi hubungan atau perbedaan tersebut ada, maka kita dihadapkan pada kesalahan tipe

II, atau hasil negatif semu, atau β. Peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe II adalah

sebesar 1-β, dan dikenal sebagai Tingkat Kekuatan Uji (power of the test). Misalnya hasil

penelitian menunjukan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TBC padahal

sebenarnya tidak ada hubungan.

Tabel 4.3.Kesalahan Tipe I (α), Kesalahan Tipe II (β), dan Power

Uji Hipotesis pada Sampel Keadaan dalam Populasi

Berbeda (Ho Salah) Tidak Berbeda (Ho

Benar)

Ho ditolak Power (1-β) α (Kesalahan Tipe I)

Page 77: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 77

Ho tidak ditolak β (Kesalahan Tipe II) (1-α)

Tabel tersebut diatas, memperlihatkan besarnya peluang untuk menolak Ho bila dalam

populasi terdapat perbedaan disebut sebagai Power. Pengertian power adalah kemampuan

suatu uji hipotesis untuk menemukan beda (atau hubungan), bila perbedaan (hubungan)

tersebut dalam populasi memang ada.

Besar power adalah (1-β), bila ditentukan nila β adalah 0,05 maka nilai power adalah 95%;

artinya uji hipotesis pada sampel mempunyai peluang sebesar 95% untuk menemukan

perbedaan, apabila perbedaan tersebut ada dalam populasi.

b. Menentukan Jenis Uji Statistik

Langkah Kedua. Setelah membuat hipotesis penelitian, maka selanjutnya peneliti

menetapkan uji statistik yang digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Penentuan uji

statistik ditentukan oleh skala pengukuran variabel penelitian. Misalnya seperti pemilihan jenis

uji statistik berikut ini:

Tabel 4.4. Beberapa Jenis Uji Statistik dalam Penelitian

Variabel

Independen

Variabel

Dependen

Jenis Uji Statistik

Uji Parametrik Uji Non Parametrik

Analisis Bivariat

Kategorik Kategorik - Uji Kai Kuadrat

Kategorik Numerik Uji t “unpaired”

Uji t “paired”

Uji ANOVA

Uji Mann-Whitney

Uji Median

Uji Wilcoxon

Uji Mc Nemar

Uji Cochran Q

Uji Friedman

Uji Kruskal-Wallis

Numerik Numerik Uji Korelasi Pearson r Uji Korelasi Spearman (rs)

Page 78: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 78

Uji Regresi Sederhana Uji Regresi Logistik

Sederhana

Analisis Multivariat Dependen

Kategorik-

Numerik

Kategorik-1

Variabel

Kategorik-

Beberapa

Variabel

Uji Regresi Logistik Ganda

Uji Canonikal

Kategori-

beberapa

kategori

Kategori-1 Uji Analisis Jalur

Numerik Numerik Uji Regresi Linier Ganda

Numerik Kategori Uji Diskriminan

Kategorik Numerik Uji MANOVA

Numerik-

Kategorik

Numeric-

Waktu

Uji Regresi Cox

Analisis Mutivariat Interdependensi

Numerik Uji Cluster

Uji Analisis Faktor

Kategorik Uji Multi Dimensional Scaling (MDS)

Uji Categorical Analysis (CA)

Uji Loglinier

Untuk menguji hipotesis tentang apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di

RSUD X di Kota Y tahun 2010, maka pilihan uji statistiknya adalah Kai Kuadrat karena sesuai

dengan tabel tersebut diatas variabel yang di pilih adalah kategori (obesitas) dengan kategori

(diabetes mellitus; DM).

c. Menetapkan tingkat kemaknaan (Level of Significance)

Page 79: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 79

Langkah Ketiga. Tingkat kemaknaan, atau sering disebut dengan nilai α adalah besarnya

peluang salah dalam menolak Hipotesis Nol (Ho). Atau dengan kata lain, nilai α adalah batas

toleransi peluang salah dalam menolak Ho atau nilai batas maksimal kesalahan menolak Ho.

Pertanyaan yang timbul adalah, berapakah besarnya nilai α dan β yang digunakan oleh

para peneliti dalam menolak Ho. Penentuan besarnya nilai α dan β secara standar belum ada baru

didasarkan pada konsensus penelitian yang dilakukan. Dalam kebanyakan penelitian biasanya

nilai α sebesar 5% dapat diterima dengan perkataan lain, 1 kesalahan tipe I dari 20 kemungkinan

masih dianggap memadai.

Menurut penulis, penentuan nilai α dan β sangat tergantung kepada tujuan penelitian yang

ingin dicapai. Untuk penelitian kesehatan yang berbasis masyarakat (kebidanan komunitas,

keperawatan komunitas, kesehatan masyarakat) menggunakan nilai α sebesar 5%. Sedangkan

untuk penelitian klinik (klinik kebidanan, klinik keperawatam, klinik kesehatan masyarakat) atau

pengujian suatu intervensi, model, atau pengujian obat menggunakan nilai α sebesar 1%. Untuk

penelitian-penelitian di bidang sosial lainnya bisa menggunakan nilai α sebesar 10%. Begitu juga

penentuan nilai β yang harus disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.

Penentuan tingkat kemaknaan akan menjadi ukuran atau parameter dalam menetapkan

keputusan uji hipotesis. Peneliti harus dari awal menetapkan nilai tingkat kemaknaan sebagai

standar besarnya peluang salah dalam menolak hipotesis nol (Ho).

Untuk menjawab hipotesis apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di

RSUD X di Kota Y tahun 2010, peneliti menetapkan nilai α yang akan digunakan sebagai

standar penetapan tingkat kepercayaan adalah 5%, karena segi penelitian ini lebih kepada ilmu

kesehatan masyarakat.

d. Menghitung nilai probabilitas (p-value)

Langkah keempat. Menghitung nilai probabilitas. Probabilitas adalah teori peluang yang

pertama kali diperkenalkan oleh Girolamo Cardano (1501-1576) seorang matematikawan dan

fisikawan dari Italia yang lahir pada tanggal 24 September 1501. Cardano banyak membahas

tentang konsep dasar probabilitas dalam bukunya yang berjudul “Books on game on change”,

dan akhirnya dia dikenal sebagai Bapak Probabilitas. Selanjutnya Blaise Pascal (1623-1662)

berasal dari Perancis, yang minat utamanya ialah filsafat dan agama, sedangkan hobinya yang

Page 80: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 80

lain adalah matematika dan geometri proyektif. Bersama dengan Pierre de Fermat menemukan

teori tentang probabilitas.

Teori probabiitas berkembang dan bermanfaat bagi penelitian dalam menemukan ilmu

pengetahuan baru karena nilai probabilitas (p-value) adalah besarnya peluang salah dari data

(hasil) penelitian yang akan dibandingkan dengan nilai α sebagai tingkat kemaknaan (level of

significance).

Dalam penelitian tiap uji hipotesis, akan dimulai dengan menyatakan Ho bahwa tidak

terdapat hubungan atau perbedaan antara 2 variabel. Dengan dasar asumsi tersebut, maka peneliti

akan menghitung melalui rumus statistik yang sesuai untuk menemukan atau memperoleh nilai

probabilitas (p-value). Selanjutnya bagaimana menginterpretasikan dengan benar p-value dengan

nilai α?

Sastroasmoro, et al. (2002) Interpretasi nilai p dengan benar adalah besarnya

kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang diperoleh atau hasil yang lebih ekstrem, bila

hipotesis benar. Atau: besarnya kemungkinan bahwa hasil yang diperoleh, atau hasil yang lebih

ekstrem, disebabkan semata-mata oleh faktor peluang apabila hipotesis benar. Misalnya

perbedaan kesembuhan antara obat X dan obat standar sebesar 15% pada uji hipotesis

menghasilkan nilai p sebesar 0,035, artinya nilai p ini dapat diinterpretasikan: Jikalau obat X dan

obat standar sama efektifnya, terdapat kemungkinan sebesar 0,035 (3,5%) untuk memperoleh

beda kesembuhan 15% atau lebih.

Cara memperoleh nilai p yang merupakan hasil penelitian dapat diperoleh dengan cara

menghitung manual atau menghitung dengan bantuan paket program Komputer.

Misalnya ingin menguji hipotesis apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di

RSUD X di Kota Y tahun 2010, maka data hasil penelitian dapat diproses melalui bantuan

komputer program SPSS dan dapat diketahui berapa nilai kai kuadrat hitung dibandingkan

dengan kai kuadrat tabel seperti yang ditetapkan pada langkah sebelumnya.

Hasil pengumpulan data dari 95 kelompok kasus (DM) yang obesitas adalah 55 orang dan

tidak obesitas adalah 40 orang, sedangkan dari 95 kelompok kontrol (Non DM) yang obesitas

adalah 19 orang dan tidak obesitas adalah 76 orang. Selanjutnya peneliti menghitung uji statistik

dengan pendekatan Chi Square yaitu:

Tabel 4.5. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Diabetes Meilitus

Page 81: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 81

No Obesitas Diabetes Meilitus Jumlah

Kasus Kontrol

1. Ya 55 19 74

2. Tidak 40 76 116

Jumlah 95 95 190

Rumus uji chi square adalah:

e

eo

f

ffx

2

2

Ea= 74x45/190=37

Eb=74x95/190=37

Ec=116x95/190=58

Ed=116x95/190=58

X2 = (55-37)

2/37 + (19-37)

2/37 + (40-58)

2 + (76-58)

2/58

X2 = 8,76 + 8,76 + 5,57 + 5,57

X2

= 28,66

Hasil perhitungan X2 selanjutnya dibandingkan dengan nilai X

2 tabel dengan cara

menghitung nilai degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu: df = (b-1) (k-1)= (2-1) (2-1)= 1.

Maka akan diperoleh X2 tabel 3,8415

Penghitungan uji chi square bisa dilakukan dengan program SPSS dengan hasil sebagai

berikut:

OBESITAS * DM Crosstabulation

55 19 74

37.0 37.0 74.0

57.9% 20.0% 38.9%

40 76 116

58.0 58.0 116.0

42.1% 80.0% 61.1%

95 95 190

95.0 95.0 190.0

100.0% 100.0% 100.0%

Count

Expected Count

% within DM

Count

Expected Count

% within DM

Count

Expected Count

% within DM

OBESITAS

TDK OBESITAS

OBESITAS

Total

DM TDK DM

DM

Total

Page 82: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 82

Chi-Square Tests

28.686b 1 .000

27.114 1 .000

29.639 1 .000

.000 .000

28.535 1 .000

190

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 37.

00.

b.

Berdasarkan output SPSS ternyata pengaruh obesitas terhadap kejadian DM dapat

diperoleh nilai X2

hitungnya adalah 28,686. Artinya pengolahan data melalui program SPSS

sama hasilnya dengan penghitungan manual.

e. Pengambilan Keputusan Uji Statistik

Langkah Lima. Dalam mengambil keputusan uji statistik ada 2 (dua) cara yang dapat

dilakukan yaitu:

1) Cara Manual (Perhitungan)

Cara manual dengan perhitungan dilakukan untuk memperoleh nilai X2

hitung, dan dalam

langkah ke empat ternyata diperoleh nilai X2

hitungnya adalah 28,686. Parameter

mengambil keputusan uji statistik dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika kai kuadrat hitung < kai kuadrat tabel, maka Ho diterima artinya menunjukan

dua variabel tersebut tidak ada hubungan/tidak ada perbedaan/tidak ada pengaruh

Jika kai kuadrat hitung ≥ kai kuadrat tabel, maka Ho ditolak artinya menunjukan dua

variabel tersebut ada hubungan/ ada perbedaan/ada pengaruh

Maka kesimpulan untuk menguji apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian

DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 adalah Ho ditolak artinya menunjukan ada

Page 83: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 83

pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 karena kai

kudrat hitung > kai kuadrat tabel (28,686 > 3,8415)

2) Cara Output Program Komputer (SPSS)

Cara output program komputer parameternya dengan melihat hasil p-value yang

dibandingkan dengan nilai α 5%. Ketentuannya adalah sebagai berikut:

Jika p-value > 0,05, maka Ho diterima artinya menunjukan dua variabel tersebut

tidak ada hubungan/tidak ada perbedaan/tidak ada pengaruh

Jika p-value ≤ 0,05, maka Ho ditolak artinya menunjukan dua variabel tersebut ada

hubungan/ada perbedaan/ada pengaruh

Maka kesimpulan untuk menguji apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian

DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 adalah Ho ditolak artinya menunjukan ada

pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 karena p-

value ≤ 0,05 (p-value=0,000)

Page 84: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 84

EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Jelaskan pengertian variabel penelitian?

2. Sebutkan dan jelaskan skala pengukuran variabel penelitian?

3. Berikan contoh masing-masing 1 skala pengukuran variabel penelitian?

4. Berikan contoh masing-masing 1 dalam bentuk gambar jenis variabel penelitian

5. Jelaskan pengertian paradigma penelitian?

6. Sebutkan tiga tujuan membuat paradigma penelitian?

7. Sebutkan langkah pertama membuat paradigma penelitian?

8. Jelaskan pengertian kerangka konsep penelitian?

9. Buatlah kerangka konsep penelitian jika judul penelitiannya adalah hubungan kebiasaan

merokok dengan kejadian penyakit TB Paru di Puskesmas X Tahun 2010

10. Buatlah contoh hipotesis penelitian sesuai dengan kerangkan konsep penelitian pada soal

no. 9?

Page 85: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 85

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian

deskriptif

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:

g. Menjelaskan hakekat desain penelitian mencakup definisi, tujuan, dan klasifikasi desain

penelitian secara baik dan benar

h. Menjelaskan konsep dasar penelitian deskriptif mencakup pengertian, kriteria umum, dan

langkah-langkah penelitian deskriptif

i. Menjelaskan desain penelitian jenis studi survey

j. Menjelaskan desain penelitian jenis studi kasus

k. Menjelaskan desain penelitian jenis studi komparatif

l. Menjelaskan desain penelitian jenis studi prediksi

m. Menjelaskan desain penelitian jenis studi evaluasi

n. Menjelaskan desain penelitian jenis studi kepustakaan

o. Menjelaskan desain penelitian jenis studi historis

p. Menjelaskan desain penelitian jenis studi korelasi

1. Hakikat Desain Penelitian

Penelitian kesehatan merupakan suatu proses ilmiah yang sistematik untuk menemukan

jawaban dari pertanyaan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian kesehatan yang akan dicapai.

Bagian dari proses ilmiah, peneliti harus menentukan desain penelitian kesehatan yang akan

digunakan. Desain penelitian mempunyai 2 (dua) aspek hakikat diantaranya:

BAGIAN-5

DESAIN PENELITIAN DESKRIPTIF

Page 86: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 86

Desain penelitian hakikat dalam arti luas

Desain penelitian dalam konteks ini adalah suatu desain penelitian yang dirancang

mulai ditemukanya permasalahan penelitian, penentuan tinjauan pustaka ilmiah, menentukan

rancangan atau metode penelitian, memproses dan menyajikan hasil penelitian, sampai pada

pembuatan laporan penelitian. Peneliti dalam kontek ini telah membuat perencanaan

penelitian dari mulai persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian.

Desain penelitian hakikat dalam arti sempit

Desain penelitian dalam kontek ini adalah suatu desain penelitian yang dirancang

dalam menentukan metode atau jenis penelitian yang akan digunakan untuk menjawab tujuan

penelitian.

Desain penelitian dalam pokok bahasan ini menggunakan hakikat dalam arti sempit.

Desain penelitian harus disusun dan direncanakan dengan penuh perhitungan agar

memperlihatkan bukti empiris yang kuat relevanssinya dengan pertanyaan penelitian. Kadang

kala penentuan desain penelitian bagi para peneliti pemula menjadi masalah tersendiri karena

adanya kesulitan dalam memilih desain penelitian yang tepat karena akan berdampak pada

biasnya hasil penelitian.

Dalam garis besarnya, menurut Sastroasmoro dan Ismael (2002) desain penelitian

mempunyai 2 kegunaan yang amat penting dalam proses penelitian, yakni:

1) Merupakan wahana bagi peneliti untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan

penelitian

2) Merupakan alat bagi peneliti untuk mengontrol atau mengendalikan pelbagai variabel

yang berpengaruh pada suatu penelitian

Definisi Desain Penelitian

Pengertian dalam kontek hakikat luas desain penelitian adalah semua proses yang

diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Suchman, 1967), sedangkan

menurut Shah (1972) adalah mencakup proses penelitian yang terdiri dari perencanaan

penelitian, dan pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. Maka dalam

Page 87: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 87

konteks hakikat yang sempit desain penelitian adalah perencanaan pemilihan jenis penelitian

yang akan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Desain merupakan suatu kerangka

acuan bagi pengkajian hubungan antar variabel penelitian (Sastroasmoro, 2002).

Tujuan Membuat Desain Penelitian

Dalam menemukan ilmu pengetahuan cirinya adalah diperoleh dengan pendekatan

yang ilmiah diantaranya melalui metode ilmiah. Operasionalisasi metode ilmiah adalah proses

penelitian yang direncanakan atau didesain untuk menemukan kebenaran ilmiah. Maka

peneliti sebelumnya harus sudah menetapkan dan memilih jenis penelitian yang akan

digunakan. Tujuan peneliti menetapkan desian penelitian adalah sebagai berikut

1) Untuk kerangka kerja seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian yang akan

dilakukan

2) Untuk mempertegas hubungan antara varaibel-variabel yang akan diteliti

3) Untuk mempermudah seorang peneliti membangun sistem penelitiannya

Klasifikasi Desain Penelitian

Klasiifikasi desain penelitian secara garis besar terdiri dari:

1) Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian:

a) Penelitian klinis

b) Penelitian lapangan

c) Penelitian laboratorium

2) Berdasarkan pada waktu penelitian:

a) Penelitian transversal (cross sectional); prospektif atau retrospektif

b) Penelitian longitudinal; prospektif atau retrospektif

3) Berdasarkan pada substansi penelitian

a) Penelitian dasar

b) Penelitian terapan

4) Berdasarkan pada ada-tidaknya analisis hubungan antar variabel

Page 88: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 88

a) Penelitian deskriptif

b) Penelitian analitik

5) Berdasarkan ada-tidaknya intervensi penelitian

a) Penelitian observasional/Survei

b) Penelitian Intervensional/EPenelitian observasional/Survei

c) Penelitian Intervensional/Eksperimental

Dalam bagian bab ini, akan diuraikan klasifikasi desian penelitian berdasarkan ada

tidaknya intervensi karena secara umum klasiifikasi ini telah menggeneralisasikan jenis

penelitian lainnya. Desain penelitian berdasarkan ada-tidaknya intervensi seperti tertera pada

Gambar 5.1. berikut ini:

Gambar 5.1. Klasifikasi Desain Penelitian

Klasifikasi desain penelitian berdasarkan ada-tidaknya intervensi menggambarkan bahwa

peneliti mempunyai beberapa pilihan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada bagian ini akan di uraikan desain penelitian deskriptif.

Desain Penelitian

Observasional/Survei Eksperimental

Deskriptif

1. Studi Survei

2. Studi Kasus

3. Studi Komparatif

4. Studi Prediksi

5. Studi Evaluasi

6. Studi Kepustakaan

7. Studi Historis

8. Studi Korelasi

Analitik

1. Potong Lintang

2. Kasus Kontrol

3. Kohort

Eksperimen

Semu

Eksperimen

Murni

Penelitian

Pra

Eksperimen

Page 89: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 89

2. Desain Penelitian Observasional dengan Pendekatan Studi Deskriptif

a. Definisi Penelitian Deskriptif

Definisi penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena

lainnya (Sukmadinata, 2006). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,

atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Sedangkan menurut Furchan (2004)

penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang

status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian

deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis

sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.

Penelitian deskriptif telah berkembang pada berbagai disiplin ilmu misalnya dalam

ilmu epidemiologi, penelitian deskriptif adalah riset epidemiologi yang bertujuan

menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut populasi, letak

geografi, dan waktu (Murti 1997). Menurut penulis penelitian deskriptif adalah suatu

rancangan penelitian untuk menggambarkan suatu objek penelitian bisa satu variabel atau

lebih variabel penelitian. Penelitian deskriptif memberikan beberapa manfaat diantaranya:

1) Memberikan masukan tentang pengalokasiam sumberdaya dalam rangka

perencanaan yang efisien, kepada perencana kesehatan, administrator kesehatan, dan

pemberi pelayanan kesehatan

2) Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah

faktor risiko penyakit.

Penelitian deskriptif dalam lingkup kesehatan yang lebih luas, telah memberikan

kontribusi besar manfaatnya untuk melakukan ekplorasi sistem kesehatan yang ada di

Indonesia. Melalui penelitian deskriptif diperoleh fenomena masalah kesehatan baik masa

Page 90: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 90

lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Karakteristik Penelitian Deskriptif menurut Furchan (2004) terdiri dari:

(1) Penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan

cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara

cermat.

(2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.

(3) Tidak adanya uji hipotesis.

b. Kriteria Pokok Desain Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif mempunyai beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas

kriteria umum dan khusus. Kriteria tersebut sebagai berikut:

1) Kriteria umum

a) Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.

b) Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum

c) Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.

d) Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.

e) Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.

f) Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam

mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta serta studi kepustakaan

yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis

yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu telah dikembangkan.

2) Kriteria Khusus

a) Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).

b) Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status

c) Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel,

dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manupulasi terhadap variabel.

Variabel dilihat sebagaimana adanya.

Page 91: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 91

c. Langkah-langkah Umum dalam Desain Penelitian Deskriptif

Dalam melaksanakan penelitian deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering

diikuti adalah sebagai berikut:

1) Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah

tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.

2) Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus

konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah.

3) Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang

ingin dipecahkan.

4) Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit

jika diperlukan.

5) Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data

yang cocok untuk penelitian.

6) Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.

Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan

unit-unit pengukuran yang sepadan.

7) Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin

diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin

dipecahkan.

8) Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang

ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari

penelitian.

9) Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

3. Jenis Desain Penelitian Deskriptif

a. Studi Survei

Definisi studi survei adalah studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-

kasus yang relatif besar jumlahnya (Furchan, 2004). Sedangkan Notoatmodjo (2005)

menyatakan studi survey adalah suata cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap

sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Menurut Van

Page 92: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 92

Dalen survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan

(status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya

dengan standar yang sudah ditentukan (http://elfiraismy.wordpress.com/2009/11/09/metode-

penelitian-survei/ diunduh tanggal 04 Agustus 2010). Menurut penulis studi survei adalah

jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada bagian

populasi atau bagian objek penelitian.

Studi Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei

dilakukan secara sistematis dan berencana. Pemerintah, lembaga dan sebagainya sebelum

mengadakan survei sudah ditentukan: siapa pelaksananya, dilaksanakan dimana, kapan,

berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa saja yang dikumpulkan, menggunakan instrumen

apa, bagaimana cara menarik kesimpulan, dan bagaimana cara melaporkan.

Studi survei telah berkembang secara pesat saat ini diberbagai disiplin ilmu. Selain

itu studi survey juga banyak digunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu misalnya

kepentingan dibidang ekonomi, politik, dan bidang yang lainnya termasuk dalam bidang

kesehatan. Beberapa jenis studi survei yang sering digunakan adalah:

1) Survei Rumah Tangga

Definisi survei rumah tangga adalah suatu survei deskriptif yang ditujukan kepada

rumah tangga. Biasanya pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada kepala

keluarga. Informasi yang diperoleh dari kepala keluarga ini bukan saja informasi tentang

diri kepala keluarga tersebut, tetapi juga informasi tentang diri atau anggota keluarga yang

lain, dan bahkan informasi tentang rumah dan lingkungannya. Misalnya survei kesehatan

rumah tangga, survei tipe dan struktur keluarga, survey tugas perkembangan keluarga, dan

survei keluarga lainnya.

2) Survei Morbiditas

Definisi survei morbiditas adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui kejadian penyakit dan distribusi penyakit di dalam masyarakat atau populasi.

Survei morbiditas dapat mengungkapkan kejadian penyakit baik berupa insidens ataupun

Page 93: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 93

prevalens berdasarkan faktor orang, tempat, dan waktu. Misalnya survei morbiditas

penyakit TB Paru, survei morbiditas penyakit diare, dan survei morbiditas lainnya.

3) Survei Analisis Jabatan

Definisi survei analisis jabatan adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas umum, tanggung jawab para

karyawan atau petugas, aktifitas khusus yang dibutuhkan, keterlibatan, dan fungsi anggota

organisasi, kondisi kerjanya dan fasilitas. Survei analisis jabatan dapat juga digunakan

untuk menganalisis kinerja. Misalnya survei analisis jabatan kepala ruangan di rumah

sakit, survei analisis jabatan kepala puskesmas di daerah otonom, dan survei analisis

jabatan lainnya.

4) Survei Pendapat Umum

Definisi survei pendapat umum adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui pendapat umum tentang suatu hal misalnya tentang pelaksanaan

program Jamkesmas. Survei pendapat umum berguna untuk mengetahui respon

masyarakat terhadap program kesehatan yang digulirkan.

5) Survei Kelembagaan (Survei Institusi)

Definisi survei kelembagaan adalah suatu survei deskriptif yang dilakukan untuk

menggambarkan objek lembaga tertentu yang ada dimasyarkat. Misalnya survei rumah

sakit, survei puskesmas, survei posyandu, dan survei lembaga kesehatan atau lembaga

lainnya.

6) Survei Analisis Dokumen

Definisi survey analisis dokumen adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan

dengan menganalisis isi dokumen atau kegiatan dalam dokumen. Dalam penelitian

kesehatan dokumen bisa berasal dari rekam medic pasien. Banyak penelitian kesehatan

yang melakukan analisis dokumen terutama menganalisis rekam medik pasien. Misalnya

Page 94: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 94

menganalisis angka kejadian anemia pada ibu hamil berdasarkan karakteristik ibu, atau

studi tentang kejadian preeclampsia berdasarkan umur dan paritas.

7) Survei Analisis Konten

Definisi survey analisis konten adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan

dengan tujuan untuk isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan

masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis. Dalam analisis ini seorang peneliti dapat

menghitung frekuensi munculnya suatu konsep tertentu, penyusunan kalimat menurut pola

yang sama, kelemahan-kelemahan pola berpikir yang sama, cara menyajikan bahan

ilustrasi, dan lain-lain.

8) Survei Sekolah

Definisi survey sekolah adalah suatu survey deskriptif yang bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan

situasi belajar, proses belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan peserta

didik dan hal-hal yang menunjang proses belajar mengajar. Misalnya penelitian tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan remedial mata kuliah di sekolah atau di kampus.

9) Survei Quick Count

Definisi survey quick qount adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan dengan

cara perhitungan cepat. Survey perhitungan cepat sebenarnya sudah dimulai pada abad ke-

5 SM. Di Indonesia perhitungan cepat dikenal luas pada penggunaan perhitungan cepat di

Pemilu Presiden tahun 2004 yang pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pelatihan,

Penelitian, Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Pelaksanaan studi survey perhitungan cepat dilakukan melalui ukuran proporsi

yaitu berapa persen perolehan suara. Penentuan besaran sampel didasarkan pada derajat

keragaman (variability), margin of error (MoE), dan tingkat kepercayaan (confindence

interval). Khusus istilah MoE sering disamaartikan dengan pengertian sampling error

(SE), dimana sebenarnya SE dihitung setelah survei selesai dilakukan sesuai dengan

Page 95: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 95

Teknik Sampling yang digunakan. Formula umum menentukan margin of error (MoE)

adalah:

MoE2 = z2 (p (1-p))/n

Keterangan: z = nilai tingkat kepercayaan (tabel Normal)

p = proporsi sampel

n = jumlah sampel

Berdasarkan formula ini, dan dengan pengali finite population correction (fpc,

bila populasi TPS diketahui), serta menggunakan berbagai variasi nilai p maka dibuat

Tabel Solvin yang memuat asosiasi hubungan jumlah sampel, jumlah populasi, dan MoE.

10) Survei Komunitas

Definisi survey komunitas adalah suatu survey deskriptif untuk mengungkapkan

salah satu atau beberapa aspek tertentu dalam kehidupan bermasyarakat. Studi survey ini

juga disebut “social surveys” atau “field surveys” karena di dalam survey ini peneliti

bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan mendalam. Survei

komunitas dalam kesehatan sering dilakukan misalnya survey mawas diri yang mencakuo

semua unsure kehidupan yang berhubungan dengan aspek kesehatan.

b. Studi Kasus

1) Konsep Dasar Studi Kasus

Definisi studi kasus adalah suatu penelitian deskriptif yang melakukan

penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara

mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu

atau unit sosial yang diteliti (Furchan, 2004). Misalnya studi kasus kelompok penyakit

kusta di rumah sakit.

Studi kasus dilakukan melalui pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap

suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara

Page 96: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 96

yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan

pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang

mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat

digunakan untuk menghasilkan dan menguji (Flyvjebrg, 2006).

Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset,

penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini

dapat menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber dan

perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti

baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal

memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data studi kasus

kuantitatif. (Yin, 2002, Lamnek 2005).

Berdasarkan beberapa definisi studi kasus tersebut diatas maka sasaran penelitian

meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen;

(2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan

latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan

yang ada di antara variabel-variabelnya.

2) Jenis-jenis Studi Kasus

a) Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi

tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan

organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena

sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara maksimal. Misalnya studi

kasus organisasi profesi di bidang kesehatan.

b) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi

peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada

suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara

lain: suatu tempat tertentu di dalam rumah sakit atau puskesmas, satu kelompok

petugas kesehatan atau kader kesehatan, dan program-program pelayanan kesehatan

baik di rumah sakit dan puskesmas.

Page 97: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 97

c) Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud

mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.

Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup

seseorang, dan lahir hingga sekarang. Misalnya studi kasus Hendrik L. Bloom.

d) Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan

(community case study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau

masyarakat sekitar (komunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana

studi kasus organisasi dan studi kasus observasi. Misalnya studi kasus kehidupan

komunitas homoseksual.

e) Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap

peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya kasus luar biasa penyakit demam

berdarah, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai

dari perilaku kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan sekitar, dan program

pelayanan kesehatan masyarakat, bahkan petugas kesehata.

f) Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi

yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang perawatan di rumah sakit atau

suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada pada masyarakat misalnya

program desa siaga maternal.

3) Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus

a) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara purposive sesuai

ciri dan sifat-sifat variabel penelitian. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan

menjadikan objek orang, lingkungan, program kesehatan, dan masvarakat atau unit

resiko tinggi kesehatan. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk

akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang

tersedia.

b) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang

lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis

dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara

Page 98: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 98

pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat

mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.

c) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,

mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.

Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna

menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau

dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,

sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan

lapangan.

d) Perbaikan: meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus

hendaknya dilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru

terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan

peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data

baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.

e) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan

mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan

pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat

membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

4) Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik

a) Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan

umum atau bahkan dengan kepentingan kesehatan secara nasional.

b) Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh

kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan

oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.

c) Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-

beda.

d) Studi kasus harus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik

yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip

selektifitas.

Page 99: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 99

e) Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada

pembaca.

c. Studi Komparatif

1) Konsep Dasar Studi Komparatif

Definisi studi komparatif adalah suatu studi survei deskriptif yang dilakukan

dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari

faktor-faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa

tertentu. Studi komparatif disebut juga dengan studi perbandingan karena secara esensi

membandingkan variabel penelitian. Definisi lain menjelaskan studi Komparatif adalah

suatu penelitian melalui cara dan metode membandingkan dengan maksud untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan suatu variabel.

Studi komparatif lazim digunakan di dalam penelitian kesehatan untuk melihat

perbandingan ketercapaian program pelayanan kesehatan ataupun mengidentifikasi

perbandingan kejadian masalah kesehatan dimasyarakat. Misalnya melakukan suatu

penelitian dengan membuat perbandingan karakteristik lingkungan disuatu daerah A

dengan daerah B tentang kejadian penyakit DBD.

2) Langkah-langkah penelitian studi komparatif

a) Menetapkan variabel penelitian yang akan dikomparatifkan misalnya membandingkan

tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang Seks Bebas pada Siswi SMU dan SMK.

Variabel penelitian tersebut merupakan problem (masalah) penelitian

b) Menetapkan tujuan penelitian yang akan dicapai secara sistematis

c) Menetapkan populasi dan sampel penelitian

d) Menetapkan analisis data yang akan digunakan bila diperlukan menjawab perbedaan

atau persamaan variabel penelitian dengan uji statistik yang digunakan

Page 100: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 100

d. Studi Prediksi

Definisi studi prediksi adalah studi survey deskriptif yang digunakan untuk

memperkirakan tentang kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang

sudah muncul dan diketahui sebelumnya. Misalnya memperkirakan terjadinya kejadian luar

biasa penyakit DBD berdasarkan tingginya jumlah jentik dilingkungan sekitar masyarakat.

Dalam pelaksanaan di bidang kesehatan, banyak situasi yang menghendaki

dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal musim hujan, misalnya, memprediksi

adanya kejadian luar biasa penyakit demam berdarah yang didasarkan pada prevalensi

kejadian sebelumnnya.

Penelitian prediksi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel

atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan

datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Hadjar; 1999:285). Penelitian ini sebagaimana

penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang

kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya

(disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni

variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk

mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang

menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.

Perbedaan yang uama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak

pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian

relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan an tar kedua variabel terjadi secara dua arah

atau dengan kata lain, ia hanya ingi menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hbungan,

tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh

karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam

penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga

mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebh dahulu dari yang lain, atau

hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur

Page 101: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 101

dalkam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria

terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.

e. Studi Evaluasi

Definisi studi evaluasi adalah suatu studi survei deskriptif yang dilakukan untuk

melihat suatu program yang sedang atau sudah berjalan. Misalnya penelitian evaluasi tentang

pelaksanaan posyandu di Kabupatan/kota, penelitian evaluasi tentang pelaksanaan program

jaminan pelayanan kesehatan masyarakat (jamkesmas), penelitian evaluasi tentang program

keluarga sadar gizi (kadarzi), dan penelitian evaluasi lainnya.

f. Studi Kepustakaan

1) Konsep Dasar Studi Kepustakaan

Definisi studi kepustakaan adalah suatu studi deskriptif yang dilakukan oleh

peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang

akan atau sedang diteliti dengan kepustakaan sebagai sumber utama. Informasi itu

dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,

tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia,

dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang

tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca

dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986).

2) Tujuan Studi Kepustakaan

Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia

melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur

dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan

dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut (the

state of the art). Tujuan studi kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian

bertujuan untuk:

a) Menemukan suatu masalah untuk diteliti

Page 102: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 102

b) Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti

c) Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti

d) Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan pemecahan masalah

dan pemikiran untuk perumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian

e) Untuk membuat uraian teoritik dan empirik yang berkaitan dengan faktor, indikator,

variable dan parameter penelitian yang tercermin di dalam masalah- masalah

yang ingin dipecahkan

f) Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang akan diteliti

g) Agar peneliti dapat pandai-pandai memanfaatkan informasi dari suatu makalah yang

diperlukan bagi penelitiannya, terutama yang terkait dengan objek dan atau sasaran

penelitiannya

h) Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

akan dilakukan

i) Menelaah hasil penelitian sebelumnya diarahkan pada sebagian atau seluruh dari

unsur-unsur penelitian yaitu: tujuan penelitian, metode, analisis, hasil utama dan

kesimpulan

j) Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah yang sudah pernah diteliti

untuk menghindari agar tidak meneliti hal yang sama. (Kasbalah, 1992, Bintarto, 1992)

3) Sumber Studi Kepustakaan

a) Bahan kepustakaan berupa sumber primer (primary source)

Bahan kepustakaan yang merupakan sumber primer adalah karangan asli yang

ditulis oleh seorang yang melihat, mengalami, atau mengerjakan sendiri. Bahan

kepustakaan semacam ini dapat berupa buku harian (autobiography), tesis, disertasi,

laporan penelitian, dan hasil wawancara. Selain itu sumber primer dapat berupa laporan

pandangan mata suatu pertandingan, statistik sensus penduduk dan lain sebagainya.

b) Bahan kepustakaan berupa sumber sekunder (secondary source)

Bahan kepustakaan berupa sumber sekunder adalah tulisan tentang penelitian orang

lain, tinjauan, ringkasan, kritikan, dan tulisan-tulisan serupa mengenai hal-hal yang tidak

Page 103: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 103

langsung disaksikan atau dialami sendiri oleh penulis. Bahan kepustakaan sekunder terdapat

di ensiklopedi, kamus, buku pegangan, abstrak, indeks, dan textbooks.

Selain informasi yang diperoleh dari berbagai sumber di perpustakaan, peneliti

dapat pula memperoleh bahan kepustakaan dari instansi atau lembaga tertentu, misalnya

LIPI dengan beberapa lembaganya antara lain PDII (Pusat Dokumentasi dan Informasi

Ilmiah), LEKNAS (Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional) dan Biro Pusat

Statistik, yang merupakan pusat informasi statistik nasional.

4) Langkah-langkah Studi Kepustakaan

Peneliti sebaiknya sudah menentukan lebih dahulu sumber informasi apa yang akan

diperiksa. Urutan kegiatan secara efektif dapat dimulai dengan mencari informasi referensi

yang bersifat umum sebelum menuju ke pencarian yang lebih khusus. Untuk melakukan

pencarian informasi diperlukan langkah-langkah berikut ini:

a) Mendaftar semua variabel yang perlu diteliti

b) Mencari setiap variabel penelitianpada "subject encyclopedia"

c) Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber yang tersedia

d) Memeriksa indeks yang memuat variabel-variabel dan topik masalah yang diteliti.

e) Selanjutnya yang menjadi lebih khusus adalah mencari artikel-artikel, buku-buku, dan

biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-bahan yang relevan dengan

masalah yang diteliti.

f) Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian "mereview" dan

menyusun bahan pustaka sesuai dengan urutan kepentingan dan relevansinya dengan

masalah yang sedang diteliti.

g) Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat, diatur, dan ditulis

kembali.

h) Dalam langkah terakhir, peneliti menyusun dan menuliskan kembali informasi-

informasi tersebut dalam bentuk essay. Tulisan ini nantinya akan dimasukkan di

laporan penelitian.

g. Studi Historis

Page 104: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 104

1) Konsep Dasar Studi Historis

Definisi studi historis adalah suatu studi deskriptif yang menggambarkan sejarah

atau perjalanan fakta, peristiwa, kejadian, dan fenomena lainnya pada objek penelitian.

Penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi

mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain

yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada

waktu penelitian dilakukan.

Menurut beberapa ahli dibidang studi historis menyampaikan definisi studi historis

berikut ini:

Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996:

22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 menyatakan penelitian sejarah adalah penelitian

yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu.

Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah ,

2005: 51 menyatakan penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan

mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara

sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan

menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.

2) Tujuan studi historis adalah:

a) untuk mengetahui sebab atau dampak dari kejadian yang telah lalu untuk menjelaskan

fenomena yang terjadi sekarang atau untuk memprediksi kondisi masa yang akan datang

b) untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa

atau perkembangan di masa lampau

c) untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian

masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada

akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta

memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.

d) Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin

mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau

e) Mempelajari bagaimana sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika

mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang

Page 105: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 105

f) Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang

g) Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan

h) Memahami praktik dan politik kesehatan sekarang secara lebih lengkap.

3) Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis (M. Subana dkk, 2005)

a) Pendefinisian Masalah

b) Perumusan masalah

c) Pengumpulan data

d) Analisis data

e) Kesimpulan

4) Penulisan Laporan Penelitian Sejarah

Proses dalam penelitian laporan penelitian sejarah membutuhkan kreativitas,

imajinasi kuat, dan multirasio. Laporan tersebut hendaknya ditulis dengan gaya penulisan

yang baik dan objektif. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan laporan tersebut dibuat

dengan biasa-biasa saja, dan supaya tidak menonton diberi warna pada pernyataannya,

yang penting jangan sampai hilang keasliannya. Mengenai format penulisan laporan tidak

ada format yang baku, hal ini dapat disesuaikan dengan institusi.

h. Studi Korelasi

1) Konsep Studi Korelasi

Definisi studi korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan

pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara

dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan

mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai

dengan tujuan penelitian. Menurut beberapa ahli lainnya diantaranya Furchan (2004)

menyatakan bahwa studi korelasi adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan

menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti, Gay dalam Sukardi (2008)

menyatakan studi korelasi adalah salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya

peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan

Page 106: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 106

hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi,

Murti (1997) menyatakan bahwa studi korelasi populasi adalah studi epidemiologi dengan

populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelasi antara

penyakit dan faktor-faktor yang diminati penelitian.

2) Tujuan studi korelasi

a) untuk menentukan apakah terdapat hubungan antarvariabel dan membuat prediksi

berdasarkan korelasi antarvariabel, Jika hubungan antarvariabel cukup tinggi,

kemungkinan sifat hubungannya merupakan sebab akibat (menurut Penulis)

b) untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan

variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi

(Suryabrata, 1994)

Penelitian korelasional merupakan penelitian yang paling banyak digunakan dan

telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan pengetahuan di

bidang kesehatan (Cornell dalam Hadjar, 1999:277). Dalam penelitian jenis ini, peneliti

berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk memahami

suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara

variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien

korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk membandingkan variabilitas hasil pengukuran

terhadap variabel-variabel tersebut. Pengetahuan tentang tingkat hubungan tersebut

diharapkan dapat menambah pemahaman tentang faktor-faktor dalam karakteristik yang

kompleks dari suatu fenomena seperti masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.

3) Karakteristik studi korelasi

a) Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan

manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.

b) Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.

c) Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan

d) Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling

hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya

Page 107: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 107

e) Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan

bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut

f) Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas

4) Kelemahan Studi Korelasi

Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan

saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian

eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan

kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu

dan kabur, sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach,

yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi

yang berguna atau bermakna.

5) Kelebihan Studi Korelasi:

Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara

bersama-sama (simultan). Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi

tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

6) Langkah-Langkah Pokok Studi Korelasi

1) Definisikan masalah

2) Lakukan telaah pustaka

3) Rancang cara pendekatannya

4) Kumpulkan data

5) Analisis data dan buat interpretasinya

6) Susun laporan

Page 108: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 108

EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Jelaskan pengertian desain penelitian dalam arti sempit?

2. Jelaskan pengertian penelitian deskriptif?

3. Sebutkan tiga karakteristik penelitian deskriptif?

4. Jelaskan pengertian penelitian deskriptif jenis studi survei dan studi komparatif?

5. Sebutkan jenis studi kasus pada rancangan penelitian deskriptif?

6. Sebutkan dua sumber penelitian deskriptif jenis studi kepustakaan?

7. Sebutkan langlah-langkah penelitian historis?

8. Jelaskan pengertian studi korelasi?

9. Sebutkan kelebihan studi korelasi?

10.Buatlah topik penelitian yang berkaitan dengan studi evaluasi?

Page 109: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 109

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian

survei analitik

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:

q. Menjelaskan konsep dasar desain penelitian analitik

r. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi cross-sectional mencakup konsep dasar,

tujuan, langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi cross-sectional (studi

potong lintang)

s. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi case control mencakup konsep dasar, tujuan,

langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi case-control (studi kasus kontrol)

t. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi cohort mencakup konsep dasar, tujuan,

langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi cohort (studi kohort)

1. Desain Penelitian Observasional/Survei dengan Pendekatan Studi Analitik

Pengertian penelitian survei analitik adalah suatu rancangan penelitian yang

bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab

penyakit. Pengertian secara umum studi analitik adalah suatu rancangan penelitian untuk

melihat hubungan dua variabel atau lebih tanpa adanya perlakukan atau intervensi. Tujuan

ini bisa dicapai dengan memperhatikan beberapa pendekatan cara pengumpulan data

berdasarkan waktu dan penentuan objek penelitian.

2. Jenis Penelitian Studi Analitik

BAGIAN-6

DESAIN PENELITIAN SURVEI ANALITIK

Page 110: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 110

a. Studi Potong Lintang (cross-sectional)

1) Pengertian studi cross-sectional

Pengertian studi cross-sectional adalah suatu rancangan penelitian observasional

yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel

dependen dimana pengukurannya dilakukan pada satu saat (serentak). Menurut

Sastroasmoro dan Ismael (2002) menyatakan studi cross-sectional adalah peneliti mencari

hubungan faktor risiko dengan faktor efek dengan melakukan pengukuran sesaat. Murti

(2007) menyampaikan studi cross-sectional adalah rancangan studi epidemiologi yang

mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status paparan dan

penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode.

Operasionalisasi pengukuran sesaat yang dilakukan pada studi cross sectional

adalah sebagai berikut:

R+E+

R- E+

R+E-

R- E-

Variabel penelitian dikumpulkan dalam

waktu satu saat

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 6.1. Skema dasar studi cross-sectional

Berdasarkan gambar tersebut, faktor risiko (R) dan faktor efek (E) yang

merupakan variabel penelitian dikumpulkan secara bersamaan atau serentak. Peneliti tidak

memisahkan dari awal faktor risiko ataupun faktor efek didalam suatu populasi.

Page 111: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 111

Pada studi cross-sectional, untuk memudahkan pengambilan data maka peneliti

menetapkan populasi penelitian, sampel penelitian terjangkau selanjutnya peneliti

menghitung besar sampel dan menetapkannya. Maka peneliti mengumpulkan data faktor

risiko dan faktor efek secara bersamaan seperti tertera pada Gambar 6.2. berikut ini:

Gambar 6.2. Alur penelitian studi cross-sectional

Hampir banyak peneliti menggunakan studi potong lintang yang dikenal juga

dengan studi cross sectional terutama dalam bidang kesehatan. Studi cross-sectional ini

dinamakan juga survei prevalensi (Kleinbaum et al. 1982, karena studi ini memotret

frekuensi dan karakter penyakit, serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi dan

pada satu saat tertentu jadi tidak ada “follow up”. Satu saat atau satu periode bisa dalam

ukuran waktu bulan atau tahun. Sebaiknya ukurannya adalah jangka waktu 1 tahun

kalender dilangsungkannya penelitian. Studi ini dapat juga dilakukan pada satu peristiwa

penting yang dialami individu, misalnya tingkat stress saat mengalami kehamilan

primipara pada PUS, tingkat depresi pada saat memasuki masa lansia. Dalam hal inilah

waktu actual yang kita sebut “suatu saat” bervariasi antara satu orang dengan orang lain.

Terpenting variabel penelitian dikumpulkan atau diukur dalam waktu satu saat secara

bersamaan.

Populasi

Efek (+)

Sampel

Efek (-)

Efek (-)

Efek (-)

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Page 112: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 112

2) Tujuan studi cross sectional adalah:

a) untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada

populasi sasaran

b) Untuk memperoleh faktor risiko dan faktor efek secara bersamaan berdasarkan studi

etilogi

c) Untuk memperoleh ada atau tidaknya hubungan dua variabel atau lebih berdasarkan

masalah penelitian.

3) Langkah-langkah studi cross-sectional adalah

a) Peneliti membuat rumusan masalah penelitian

Rumusan masalah penelitian pada studi cross-sectional bisa dalam bentuk

pernyataan atau pertanyaan. Misalnya dalam studi cross- sectional ini peneliti membuat

rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu:

Apakah ada hubungan sikap ibu dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan

imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X Tahun 2009

b) Peneliti mengidentifikasi variabel penelitian yang mencakup variabel independen

(faktor risiko) dan variabel dependen (faktor efek)

Identifikasi variabel penelitian dalam studi cross-sectional harus cermat dan jelas

karena dimungkinkan tidak semua variabel independen (faktor Risiko) dihubungkan

dengan variabel dependen (faktor efek). Selain itu identifikasi variabel penelitian

digunakan untuk membuat operasionalisasi variabel penelitian. Misalnya lanjutan pada

point a) maka peneliti dapat mengidentifkasi variabel penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Variabel independen (faktor risiko) yang diteliti adalah sikap ibu

Variabel dependen (faktor efek) yang diteliti adalah kepatuhan ibu

Page 113: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 113

c) Peneliti menetapkan hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian dapat dibuat dengan mengacu pada identifikasi variabel

penelitian. Hipotesis ini diperlukan guna untuk menjawab pertanyaan penelitian. Maka

hipotesis penelitian pada studi cross-sectional dapat berupa:

Hipotesis Null (Ho): Tidak Ada hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan

ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi

Hipotesis Alternatif (Ha): Ada hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan

ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi

d) Peneliti menetapkan subjek penelitian

Penetapan subjek penelitian pada studi cross-sectional dimulai dengan

menetapkan populasi penelitian dalam bentuk populasi terjangkau, misalnya Rumah

Sakit, Puskesmas, Wilayah (Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa, dan RW), atau dari

masyarakat umum. Salah satu yang harus diperhatikan dalam penentuan populasi

terjangkau adalah besarnya kemungkinan untuk memperoleh variabel independen (faktor

risiko) yang diteliti dikhawatirkan variabel tersebut variabilitasnya homogen atau kecil

bahkan tidak ada.

Misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosial

ekonomi dengan PHBS pada penderita Kusta. Maka peneliti menetapkan populasi

terjangkaunya jangan dimasyarakat umum atau Rumah Sakit Umum karena berpeluang

besar variabilitasnya homogen atau kecil, jadi populasi terjangkaunya adalah Rumah

Sakit Khusus Penderita Kusta.

Berdasarkan hal tersebut, maka kita dapat menetapkan subjek penelitian pada

contoh tersebut diatas yaitu:

Populasi terjangkau penelitian tersebut adalah semua ibu yang mempunyai

bayi dan berkunjung ke Puskesmas Y

Sampel penelitian tinggal dihitung dengan pendekatan besar sampel yang

sesuai dengan disain penelitian (akan dibahas pada bab populasi dan sampel)

Page 114: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 114

e) Peneliti melakukan pengukuran

Pengukuran pada studi cross-sectional adalah melakukan pengukuran faktor risiko

dan faktor efek sesuai dengan kaidah dan prinsip pengukuran ilmiah. Pada contoh

tersebut diatas maka dapat diperoleh sebagai berikut:

Faktor risiko yaitu sikap diukur dengan pertanyaan dalam kuesioner apakah

sikapnya mendukung atau tidak mendukung

Faktor efek yaitu kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada bayinya

f) Peneliti melakukan analisis data

Analisis data pada studi cross-sectional dilakukan melalui uji statitik untuk

menjawab hipotesis dan analisis resiko relatif yang digunakan untuk mengetahui besar

risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis data yang menggunakan

resiko relative lebih sering dihitung dan digunakan dalam studi cross-sectional untuk

mengidentifikan faktor resiko.

Risiko Relatif (RR) adalah ukuran yang menunjukan berapa kali (bisa lebih besar

atau lebih kecil) risiko untuk mengalami penyakit pada populasi terpapar relatif

dibandingkan populasi tak terpapar (Kleinbaum et. Al, 1982). Risiko relatif pada studi

cross-sectional adalah perbandingan antara prevalens penyakit (efek) pada kelompok

dengan risiko, dengan prevalens efek pada kelompok tanpa resiko.

Pada studi cross-sectional pengukuran faktor risiko tidak akan memperoleh nilai

RR murni karena tidak membandingkan insidens penyakit pada kelompok risiko dengan

insidens penyakit pada kelompok tanpa risiko yang diukur dalam periode waktu tertentu.

Maka RR yang murni hanya dapat ditemukan pada studi kohor.

Faktor risiko yang digunakan dalam studi cross-sectional adalah Rasio Prevalens

yang disingkat dengan “RP”. Prevalens adalah perbandingan antara jumlah subjek dengan

penyakit (lama dan baru) pada satu saat dengan seluruh subjek yang ada (Sastroasmoro,

2002). Pengertian prevalens yang lain adalah suatu kejadian penyakit (penderita lama dan

baru) yang dibandingkan dengan seluruh populasi yang berisiko terkena penyakit. Ratio

Page 115: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 115

adalah perbandingan efek dengan efek yang lain. Ratio Prevalens dihitung dengan cara

sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2, dengan formula sebagai berikut:

Tabel. 6.1. Formula Penghitungan Ratio Prevalens (RP)

Variabel Independen

(Faktor Risiko)

Variabel Dependen (Efek) Jumlah

Ya Tidak

Ya a b a+b

Tidak c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:

a = subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek

b = subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek

c = subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek

d = subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek

Berdasarkan Tabel 6.1. maka formula perhitungan Ratio Prevalens yang digunakan

untuk mengetahui besar risiko pada studi cross-sectional adalah sebagai berikut:

RP = a/(a+b) : c/(c+d)

Catatan:

a/(a+b) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang

mengalami efek

c/(c+d) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek

Rasio prevalens harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence

interval) yang dikehendaki, yang akan menentukan apakah rasio prevalens tersebut

bermakna atau tidak dengan parameter sebagai berikut:

Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal

maka faktor risiko tersebut bermakna

Page 116: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 116

Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya

maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.

Interpretasi hasil rasio prevalens dalam studi cross-sectional selain didasarkan pada

nilai confidence interval (CI) juga didasarkan pada nilai rasio prevalens (RP) dengan

parameter sebagai berikut:

Jika RP= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko

Jika RP > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya

variabel independen merupakan faktor risiko

Jika RP < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel

independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah

Misalnya: penelitian tentang sikap dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan

imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X tahun 2009, hasil pengolahan data melalui

Program SPSS adalah sebagai berikut:

hslsikap * kepatuhan ibu dlam pemberian imunisasi Crosstabulation

31 61 92

19,3 72,7 92,0

33,7% 66,3% 100,0%

3 67 70

14,7 55,3 70,0

4,3% 95,7% 100,0%

34 128 162

34,0 128,0 162,0

21,0% 79,0% 100,0%

Count

Expected Count

% within hslsikap

Count

Expected Count

% within hslsikap

Count

Expected Count

% within hslsikap

,00

1,00

hslsikap

Total

tidak patuh patuh

kepatuhan ibu dlam

pemberian imunisasi

Total

Page 117: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 117

Dari hasil pengolahan data tersebut, maka peneliti dapat menjawab uji hipotesis dan

dapat menentukan apakah sikap ibu merupakan faktor risiko terhadap kepatuhan ibu.

Untuk menjawab uji hipotesis maka, peneliti dapat melihat Nilai-p yaitu

0,0001. Kesimpulannya pada α 5% Ho Ditolak artinya ada hubungan yang

signifikan antara sikap ibu dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan

imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X tahun 2009 (p=0,0001)

Chi-Square Tests

20,735b 1 ,000

18,999 1 ,000

24,125 1 ,000

,000 ,000

20,607 1 ,000

162

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is

14,69.

b.

Risk Estimate

11,350 3,302 39,017

7,862 2,506 24,672

,693 ,594 ,808

162

Odds Rat io f or hslsikap

(,00 / 1,00)

For cohort kepatuhan

ibu dlam pemberian

imunisasi = t idak patuh

For cohort kepatuhan

ibu dlam pemberian

imunisasi = patuh

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Conf idence

Interv al

Page 118: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 118

Untuk mengetahui apakah sikap ibu merupakan faktor risiko, maka peneliti

melakukan perhitungan rasio prevalens dengan melihat hasil pengolahan data

pada Risk Estimate yaitu pada bagian “For cohort kepatuhan ibu dalam

pemberian imunisasi=tidak patuh” yaitu dengan nilai rasio prevalens (RP)

adalah 7,862 dan pada CI 95% diperoleh nilai 2,506-24,672.

Maka Sikap merupakan Faktor Risiko karena nilai RP > 1 (7,9) dan nilai CI

95% lebih dari 1 (2,506-24,672) sehingga rasio prevalens bermakna. Ini

berarti bahwa ibu yang mempunyai sikap pasif tidak akan patuh

melaksanakan imunisasi dasar pada bayinya 7,9 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan sikap ibu yang aktif

Nilai rasio prevalens tersebut diatas, akan dicoba dihitung secara manual

dengan menggunakan formula RP sebagai berikut:

RP = a/(a+b) : c/(c+d)

RP = 31/92 : 3/70

RP = 0,34: 0,043

RP = 7,9

g) Peneliti membuat laporan hasil penelitian

Penyajian hasil penelitian pada studi cross-sectional pembuatan persentasenya

berdasarkan nilai variabel independen (faktor risiko) juga dilengkapi dengan nilai-p,

nilai RP, dan nilai 95% CI seperti berikut ini:

Tabel 6.2. Hubungan Sikap Ibu dengan Kepatuhan Ibu terhadap Pemberian Imunisasi

Dasar pada Bayi di Puskesmas X tahun 2009

No Sikap Ibu Kepatuhan Ibu Jumlah RP

95% CI

p-

value Tidak Ya

n % N % n %

Page 119: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 119

1. Pasif 31 33,7 61 66,3 92 100 7,9

(2,506-

24,672)

0,0001

2. Aktif 3 4,3 67 95,7 70 100

Jumlah 34 21,0 128 79,0 162 100

Maka cara interpretasinya adalah:

Hasil analisis hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan ibu diperoleh bahwa sikap

ibu yang pasif yang tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada

bayinya sebanyak 31 (33,7%) dari 92 ibu, sedangkan diantara sikap ibu yang aktif ada

yang tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada bayinya sebanyak 3

(4,3%) dari 70 ibu.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0001 maka dapat disimpulkan pada α 5% ada

perbedaan proporsi kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi (ada

hubungan yang signifikan antara sikap dan kepatuhan).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai RP=7,9 dan nilai 95% CI=2,506-24,672, maka

sikap merupakan faktor risiko. Ini berarti bahwa sikap ibu yang pasif mempunyai

peluang 7,9 kali untuk tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada

bayinya.

Kelebihan Studi Cross-sectional

1) Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para

pasien yang mencari perawatan dan pengobatan.

2) Studi ini relative mudah, murah, dan hasilnya sepat dapat diperoleh

3) Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus

4) Jarang terancam loss to follow-up (droup out)

5) Dapat dimasukan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohor atau

eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya

6) Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat konklusif

Page 120: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 120

Kekurangan Studi Cross-sectional

1) Sulit untuk menemukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek

dilakukan pada saat yang bersamaan

2) Tidak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat

merugikan kesehatan (faktor risiko)

3) Tidak ada subjek yang kehilangan kesempatan memperoleh perlakuan yang

diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang kebetulan menjadi kontrol dalam

penelitian

4) Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit yang

panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang

cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kecepatan yang lebih kecil untuk

terjaring dalam studi ini

5) Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang

dipelajari banyak

6) Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis

7) Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang

8) Potensial terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek suatu faktor risiko

selama selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.

b. Studi Kasus Kontrol (Case Control)

Studi kasus kontrol dalam penelitian termasuk studi analitik yang digunakan untuk

menguji sebab akibat dan berpegang pada pengembangan data baru. Kunci dari studi

analitik adalah untuk menjamin bawa studi didesain dengan tepat sehingga temuannya

dapat dipercaya (reliable) dan valid. Jika desain dilakukan dengan tepat, kesimpulan

yang lebih pasti tentang hubungan sebab akibat dapat ditarik dari temuannya. Penelitian

analitik yang terencana kurang lebih sama dengan uji klinis dan desain eksperimental.

Salah satu penelitian analitik diantaranya adalah studi kasus kontrol

Page 121: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 121

Definisi Studi Kasus Kontrol

Studi kasus kontrol adalah studi retrospektif karena dilakukan setelah awitan kejadian

penyakit dan “ditelusuri kembali” untuk menemukan kemungkinan penyebab kejadian

penyakit tersebut (Timmreck, 2005).

Studi kasus kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan

antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok

kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya (Murti, 1997)

Studi kasus kontrol adalah penelitian epidemiologi analitik observasional yang menelaah

hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko

(Sastroasmoro dan Ismael, 2002)

Studi kasus kontrol adalah suatu penelitian analitik yang digunakan untuk menyelidiki

orang-orang yang menderita penyakit atau efek (kasus) yang hendak diselidiki

penyebabnya (faktor risiko) dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menderita

penyakit atau efek tersebut (kontrol) yang dilakukan secara retrospektif (Penulis).

Definisi dibuat dengan mengacu kepada alur dasar penelitian kasus kontrol menurut

Kleinbaum, Kupper, and Morgenstern (1982) berikut ini:

Na

D

D

DE

DE

Page 122: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 122

Figure 6.3. Case-Control Study

Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut

sebagai case-comparison study, case-compeer study, case-referent study, atau

retrospective study. Desain penelitian kasus-kontrol dapat digunakan untuk menilai

berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit (cause-effect relationship),

seperti hubungan antara perilaku kesehatan dengan kejadian filariasis, hubungan antara

Kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak balita.

Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah

desain eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional,

karena pada studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional

tidak. Desain kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki

beberapa keuntungan. Dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta

analisis yang tepat, studi kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna

dalam berbagai bidang kesehatan masyarakat, terutama untuk model pencegahan

penyakit-penyakit.

Nb

C

C

CE

CE

Page 123: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 123

Secara operasional skema studi kasus kontrol adalah sebagai berikut:

Gambar 6.4. Skema Dasar Studi Kasus Kontrol

Pada Gambar tersebut diatas, dapat dilihat bahwa studi kasus-kontrol merupakan

suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan

menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi populasi

terjangkau sebagai bahan menetapkan sampel untuk kasus dan kontrol. Pasien dengan

efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok

kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok

kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak.

Tujuan studi kasus kontrol adalah:

a) Mengidentifikasi faktor risiko keluhan/tanda/gejala penyakit

b) Mengidentifikasi faktor penyembuhan penyakit

c) Melakukan penelitian lapangan

d) Menilai kegunaan hasil screening dan efikasi hasil pengobatan

Populasi Terjangkau Sampel

Kasus

Kontrol

F. Risiko +

F. Risiko -

F. Risiko +

F. Risiko -

Retrospektif

Retrospektif

Page 124: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 124

e) Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)

Aplikasi Langkah-langkah studi kasus kontrol

a) Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai

Langkah awal pelaksanaan studi kasus kontrol adalah membuat pertanyaan penelitian.

Misalnya: Apakah pendidikan dan riwayat kontak ada hubungan dengan terjadinya

penyakit TB Paru di Puskesmas Y tahun 2009?

Selanjutnya peneliti membuat hipotesis berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut

diatas. Misalnya:

5) Hipotesis Null (Ho):

Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya penyakit TB Paru di

Puskesmas Y tahun 2009

Tidak ada hubungan antara riwayat kontak dengan terjadinya penyakit TBP

Paru di Puskesmas Y tahun 2009

6) Hipotesis Alternatif (Ha):

Ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya penyakit TB Paru di

Puskesmas Y tahun 2009

Ada hubungan antara riwayat kontak dengan terjadinya penyakit TB Paru di

Puskesmas Y tahun 2009

b) Mendeskripsikan variabel penelitian: faktor efek dan faktor risiko

Peneliti selanjutnya mendeskripsikan variabel penelitian dengan menentukan faktor

efek dan faktor risiko. Pada contoh diatas maka, dapat diidentifikasi yang menjadi

faktor efek adalah penderita penyakit TB Paru sedangkan faktor risiko adalah

pendidikan dan riwayat kontak.

Page 125: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 125

Faktor efek dalam studi kasus kontrol ditentukan dari awal pada saat peneliti sudah

mempunyai pertanyaan penelitian. Faktor efek dikategorikan dikotom yaitu positif dan

negatif. Faktor efek positif merupakan kelompok kasus sedangkan faktor efek negatif

merupakan kelompok kontrol.

Faktor risiko yaitu pendidikan yang dikategorikan berdasarkan pendidikan rendah (TS,

SD, SMP/sederjata) dan pendidikan tinggi (SMU/sederajat, PT). sedangkan untuk

faktor risiko riwayat kontak dikategorikan berdasarkan “Ya” dan “Tidak”.

c) Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, kontrol), dan cara untuk

pemilihan subyek penelitian

Langkah berikutnya peneliti menentukan populasi terjangkau dalam studi kasus

kontrol. Pendekatan dalam menetapkan populasi terjangkau disesuaikan dengan disain

studi kasus kontrol dimana bisa bersumber pada:

1) Registry based study (hospital based)

Studi kasus kontrol pada sumber hospital based yang menjadi populasi

terjangkaunya adalah rumah sakit sebagai sumber data dasar. Peneliti harus

mendefinisikan kasus terlebih dahulu, dan selanjutnya dilakukan upaya mencari

satu atau lebih populasi (register) untuk mencari kasus yang dimaksud untuk

penelitian yang direncaakan, serta memilih secara acak kelompok kontrol yang

bersumber di rumah sakit.

Register kesehatan tersebut dapat merupakan fasilitas kesehatan rumah sakit,

klinik, puskesmas, dinas kesehatan, atau intansi kesehatan tertentu, misalnya

Lakespra (Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Antariksa), Lakesla (Lembaga

Kesehatan Laut), Unit Pelayanan Kesehatan suatu perusahan (PT Garuda

Indonesia, PT Pertamina), dan Asuransi Kesehatan. Selain itu pada hospital based

baik kasus maupun kontrol berasal dari satu atau beberapa rumah sakit untuk

keperluan suatu penelitian.

Page 126: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 126

2) Cohort based study (nested case-control)

Pada cohort based studi naik kasus maupun kontrol dipilih dari suatu populasi

kohor. Pemilihan populasi kohor ditentukan terlebih dahulu sebelum

mendefinisikan kriteria kasus dan kontrol. Hal ini yang membedakan penentuan

populasi terjangkau dengan registry based case control.

Populasi dasar pada cohor based berasalah dari populasi studi kohor, misalnya

kohor para pekerja suatu pabrik dengan pajanan tertentu yang dapat

mengakibatkan beberapa hasil jadi (penyakit). Kasus yang berupa suatu hasil jadi

diidentifikasi diantara kohor. Kontrol yang dipilih secara acak (random) diantara

populasi kohor yang tidak menderita hasiljadi tertentu.

3) Population based case control

Pada desain ini populasi terjangkau bisa bersumber pada satu atau beberapa rumah

sakit, sedangkan kontrol berasal dari populasi rujukan sumber tempat kasus dan

kontrol bertempat tinggal.

4) Case cohort (case based study)

Pada tahun-tahun terakhir, beberapa peneliti mengemukakan bahwa dalam beberap

keadaan lebih praktis memilih kontrol secara acak dari populasi kohor pada awal

penelitian. Sedangkan kasus terdiri dari semua subjek yang menderita suatu

hasijadi yang sedang diteliti selama jangka waktu penelitian. Subjek yang

mengalami hasil jadi (penyakit) yang berasal dari populasi kontrol yang dipilih

secara aca pada awal penelitian dikeluarkan dari populasi kontrol, dan dimasukan

pada kelompok kasus.

Page 127: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 127

Hasiljadi (penyakit) sangat jarang dijumpai serta subjek yang putus dan pada

penelitian (loss to follow-up) sedikit, makan analisis dapat dilakukan dengan

metode kasus-kontrol pada umumnya.

Populasi terjangkau merupakan peta awal peneliti menetapkan kelompok kasus dan

kontrol baik menggunakan pendekatan sampel atau pendekatan populasi. Peneliti

menetapkan kelompok kasus dan kontrol perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

1) Pemilihan Kasus

Peneliti, dalam melakukan pemilihan kelompok kasus harus memperhatikan

kriteria:

(a) Kriteria diagnosis

Kriteria diagnosis dan definisi operasional kasus harus dibuat sejelas-

jelasnya, agar tidak menimbulkan bias pengukuran (miisklasifikasi). Misalnya

bila variabel hasilnya adalah kejadian stroke, harus dipastikan dulu sebelum

pengukuran.

(b) Populasi sumber kasus

Populasi sumber kasus sesuai dengan desain studi kasus kontrol bisa

bersumber pada hospital based, population based, cohort based, atau case

cohort based.

Keuntungan pemilihan kasus berdasarkan hospital based adalah lebih praktis

dan murah, pasien yang dirawat di rumah sakit umumnya lebih menyadari

berbagai faktor risiko yang dialaminya sehingga mengurangi bias mengingat

kembali (recall bias). Kerugiannya adalah mudah terjadi bias yang berkaitan

dengan preferensi dan penggunaan rumah sakit misalnya bias sentripental

yaitu bias dalam seleksi subyek (kasus) disebabkan pemilihan pasien terhadap

fasilitas pelayanan medic dipengaruhi oleh reputasi pelayanan medik. Bisa

juga terjadi bias akses diagnostic yaitu bias dalam seleksi subjek (yaitu,

kasus) disebabkan pemilihan pasien terhadap pelayanan medic dipengaruhi

oleh kemampuan aksesnya terhadap fasilitas pelayanan medik.

Page 128: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 128

Keuntungan memilih kasus berdasarkan population based adalah

menghindarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan subjek untuk

menggunakan fasilitas pelayanan medic tertentu, dapat memberikan

gambaran karakter populasi asal kasus secara langsung. Sedangkan

kekurangannya adalah membutuhkan biaya dan logistic yang lebih besar

ketimbang dari rumah sakit.

(c) Jenis data penyakit

Dalam pemilihan kasus jenis data penyakit yang digunakan sebaiknya adalah

data insidensi. Kalau data prevalensi kita ambil maka untuk peyakit lama

sakitnya singkat atau mortalitasnya sangat tinggi. Kelompok kasus tidak akan

menggambarkan keadaan kasus dalam populasi. Alasan lainnya akan terjadi

kekaburan sekuensi temporal. Namun pada kondisi tertentu kongenital, buta

warna, golongan darah) atau penelitian tentang faktor risiko penelitian

tentang faktor risiko penyakit menahun yang tidak fatal misalnya obesitas.

Maka secara umum pada studi kasus kontrol dianjurkan untuk menggunakan

data insidensi ketimbang data prevalensi.

2) Pemilihan Kontrol

Tiga hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrol diantaranya

adalah:

a) Karakter populasi sumber kasus

Kontrol yang terpilih tidak perlu mencerminkan populasi semua individu yang

terkena penyakit yang diteliti, terpenting kontrol harus dipilih dari populasi

individu-individu yang memiliki karakteristik serupa dengan kasus tetapi tidak

mempunyai penyakit yang diteliti. Karena tujuannya adalah untuk menaksir

hubungan paparan dan penyakit pada populasi bukan untuk mendeskriprikan

distribusi penyakit dan paparan pada populasi umum.

b) Matching

Page 129: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 129

Untuk mendapatkan kontrol yang baik ialaha dengan cara melakukan

matching, yaitu memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus

dalam semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali

variabel yang diteliti. Bila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai

variabel yang mungkin berperan terhadap kejadian penyakit (kecuali yang

sedang diteliti) dapat disamakan, sehingga dapat diperoleh asosiasi yang lebih

kuat antara variabel yang sedang diteliti dengan penyakit.

c) Sumber kontrol

Pada umumnya sumber kontrol dapat berasal dari:

Rumah Sakit, Lembaga Kesehatan, dan Puskesmas

Cara pemilihan kontrol yang berasal dari rumah sakit atau lembaga

kesehatan disebut juga hospital control. Asumsi yang dibuat dengan

memilih kontrol pasien rumah sakit adalah pasien rumah sakit

bersangkutan masih dapat menggambarkan populasi tempat kasus berasal

terhadap pemajanan variabel yang akan diteliti. Sudah tentu asumsi

tersebut tidak seluruhnya benar, karena biasanya suatu rumah sakit akan

menerima pasien dari suatu jenis penyakit tertentu karena pelayanan

rumah sakit itu dikenal untuk jenis pelayanan tertentu. Misalnya untuk

pelayanan rujukan utama kelainan obstetri. Pasien yang yang tidak

menderita kelainan obstetric tidak akan datang ke rumah sakit yang

bersangkutan sehingga kalau diipilih kasus kehamilan ektopik sebagai

kasus penelitian dan sebagai kontrol dipakai pasien dari klinik antenatal

di bagian kebidanan dari rumah sakit rujukan, pasien yang datang ke

rumah sakit tersebut biasanya hanya terdiri dari sebagian kecil wanita

hami, yang terdiri dari pasien antenatal yang memang dirujuk dan

disangka mempunyai kelainan kebidanan, bukan semua wanita dengan

kehamilan normal. Kelompok pasien wanita hamil di rumah sakit

tersebut tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari wanita

hamil dalam masyarakat rujukan kasus yang mempunyai risiko hamil

ektopik.

Page 130: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 130

Keuntungan memilih kontrol dirumah sakit adalah mudah dan murah,

pasien yang dirawat di rumah sakit pada umumnya lebih menyadari

berbagai paparan faktor dan peristiwa yang dialami ketiimbang individu-

individu yang sehat sehingga mengurangi bias mengingat kembali, dan

lebih kooperatif. Kerugian memilih kontrol di rumah sakit adalah orang

sakit (dengan penyakit lain). Sesungguhnya mereka berbeda dari

individu-individu yang sehat dalam beberapa hal, termasuk faktor-faktor

yang berkaitan dengan kesakitan dan perawatan di rumah sakit, bias akan

terjadi jika kotrol mengidap penyakit yang mempunyai hubungan dengan

paparan penelitian dan penyakit itu yang berhubungan dengan penyakit

yang sedang diteliti.

Jika kasus berasal dari suatu rumah sakit, lembaga kesehatan, atau rempat

kerja untuk menghemat biaya dapat dipakai kontrol yang berasal dari

tempat yang sama. Kontrol harus bersumber dari populasi yang terkena

pajanan suatu faktor risiko yang sedang diteliti.

Praktek Pelayanan Kesehatan Swasta (dokter, bidan, perawat, analisis

kesehatan)

Kontrol yang bersumber pada praktek pelayanan kesehatan dapat

dilakukan dengan cara menjaring pasien yang berkunjung. Kontrol yang

bersumber pada jenis ini lebih praktis dan ekonomis hanya mempunyai

risiko kontrol yang sepadan agak sulit ditemui karena pasien yang

berkunjung bisa berulang-ulang.

Komunitas/populasi/masyarakat

Kontrol yang berasal dari komunitas suatu wilayah geografis tertentu

disebut kontrol komunitas (community control), atau disebut juga kotrol

populasi (population based controls). Memilih kontrol suatu daerah

Page 131: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 131

georafis diasumsikan bahwa penduduk yang berasal dari daerah tersebut

lebih menggambarkan populasi yang mempunyai risiko pajanan yang

sama seperti pada kasus. Kontrol komunitas akan sangat berarti jika

semua kasus yang diteliti berasal dari satu atau beberapa rumah sakit di

suatu wilayah, yang sebagian besar yang terdapat di wilayah tersebut

dapat dicakup semuanya oleh rumah sakit-rumah sakit yang

bersangkutan.

Keuntungan adalah perbandingan dapat dilakukan dengan lebih baik

sebab populasi sumber kontrol setara dengan populasi asal kasus yaitu

populasi umum itu, kontrol yang dipilih merupakan individu pembanding

yang memang sehat. Kerugiannya adalah mencari dan mewawancarai

kontrol biasanya memerlukan banyak waktu dan biaya, individu-individu

yang sehat biasanya kurang perhatian tentang paparan yang pernah

dialami, sehingga mengurangi keakurasian informasi yang diberikan,

motivasi yang rendah untuk berpartisipasi dalam penelitian dapat menjadi

ancaman serius validitas, jika terdapat perbedaan prevalensi paparan

antara yang mau dan tidak mau mengikuti penelitian.

Kontrol yang bersumber dari saudara atau teman bekerja

Alternatif lain dalam memilih kontrol ialah dengan memilih saudara,

kerabat atau teman satu kantor kasus. Pemilihan kelompok kontrol yang

berasal dari saudara, kerabat atau teman kerja biasanya sukar

dilaksanakan, antara lain disebabkan jika kasus tidak mempunyai saudara

atau saudaranya bertempat tinggal di kota yang berbeda atau kasus tidak

bekerja.

Misalnya pada contoh tersebut diatas yang menjadi populasi

terjangkaunya adalah Penderita TB Paru di Puskesmas X tahun 2009.

Page 132: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 132

Yang menjadi kelompok kasus adalah pasien yang datang berobat ke

Puskesmas Y dan dinyatakan sebagai penderitan TB Paru BTA (+)

berdasarkan hasil uji dahak dari laboratorium sedangkan yang menjadi

kontrol adalah pasien yang datang berobat ke Puskesmas Y dan

dinyatakan sebagai penderitan TB Paru BTA (-) berdasarkan hasil uji

dahak dari laboratorium. Faktor risiko Positif variabel pendidikan jika

pasien tersebut status pendidikan rendah dan faktor risiko negatif jika

pasien status pendidikan tinggi. Untuk faktor risiko riwayat kontak

positif jika orang tersebut tinggal satu rumah atau pernah kontak

langsung dengan orang lain yang menderita TB Paru sedangkan bila

riwayat kontak negatif jika orang tersebut tidak tinggal satu rumah atau

tidak pernah kontak langsung dengan orang lain yang menderita TB

Paru.

d) Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor risiko

Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan hal

sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek, seperti disebutkan harus sudah

didefinisikan secara operasional dalam bagian operasionalisasi variabel.

Misalnya pada kasus tersebut diatas, maka peneliti pertama kali menetapkan

kelompok kasus yang diidentifikasi oleh Puskesmas melalui uji laboratorium BTA (+)

dan ditetapkan jumlahnya sesuai besar sampel. Selanjutnya peneliti menetapkan

kontrol yang penderita TB Paru tetapi uji laboratorium (-). Setelah menetapkan

kelompok kasus dan kontrol selanjutnya peneliti melakukan kajian melalui alat

pengumpulan data kuesioner untuk mengetahui faktor risiko status pendidikan dan

riwayat kontak. Secara operasional dapat dilihat pada alur penelitian berikut ini:

Kasus/TB

Paru BTA (+)

Pendidikan Rendah/Riwayat

Kontak (+)

Retrospektif

Page 133: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 133

Gambar 6.5. Skema Penelitian Kasus Kontrol

e) Menganalisis data

Pada studi kasus kontrol, peneliti memilih subjek berdasarkan status penyakit,

kemudian melihat ke belakang dan mencatat status paparan. Pada kasus maupun

kontrol dicatat apakah ia terpapar atau tidak terpapar faktor risiko. Karena tidak

mengamati sejak pertama kali terpapar atau tidak terpapar faktor risiko, maka pada

studi kasus kontrol peneliti hamper tidak mungkin memperoleh informasi tentang

laju insidensi penyakit. Akibatnya rumus RR pada studi kasus kontrol tiak dapat

diterapkan pada studi kasus kontrol. Sebagai gantinya, untuk mendekati RR

digunakan ukuran lainnya yang disebu dengan odds ratio (OR).

Odds adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan rasio antara dua nilai variabel

dikotomi, misalnya antara sukses dan gagal, sakit dan sehat, hidup dan mati, terpapar

dan tidak terpapar. Maka odds terdiri dari odds kasus terdiri dari odds kasus (a/b)

Populasi Terjangkau/Pus

kesmas Sampel

Kontrol/TB

Paru (-)

Pendidikan Rendah/Riwayat

Kontak (-)

Pendidikan Rendah/Riwayat

Kontak (+)

Pendidikan

Rendah/Riwayat

Kontak (-)

Retrospektif

Page 134: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 134

adalah rasio antara banyaknya kasus terpapar dan kasus tidak terpapar. Sedangkan

odds kontrol adalah rasio antara banyaknya kontrol yang terpapar dan kontrol tidak

terpapar. Selanjutnya kekuatan asosiasi paparan dan penyakit dapat diukur dengan

jalan membandiingkan odds subyek sakit dan odds subjek tidak sakit. Parameter

inilah yang disebut odds ratio (OR) untuk studi kasus kontrol. OR dapat dihitung

dengan cara sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2, dengan formula

sebagai berikut:

Tabel. 6.2. Formula Penghitungan Odds Ratio

Variabel Independen

(Faktor Risiko)

Variabel Dependen Jumlah

Kasus Kontrol

+ a b a+b

- c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:

a = kasus yang mengalami faktor risiko (+)

b = kontrol yang mengalami faktor risiko (+)

c = Kasus yang tidak mengalami faktor risiko (-)

d = kontrol yang tidak mengalami faktor risiko (-)

Berdasarkan Tabel 6.2. maka formula perhitungan odds ratio (OR) yang digunakan

untuk mengetahui besar risiko pada studi kasus kontrol adalah sebagai berikut:

OR ={ a/(a+b) : b/(a+b)}: {c/(c+d): d/(c=d)}

OR = a/b:c/d

OR = ad/bc

Page 135: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 135

OR harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang

dikehendaki, yang akan menentukan apakah OR tersebut bermakna atau tidak dengan

parameter sebagai berikut:

Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal

maka faktor risiko tersebut bermakna

Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya

maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.

Interpretasi hasil OR dalam studi kasus kontrol selain didasarkan pada nilai

confidence interval (CI) juga didasarkan pada nilai OR dengan parameter sebagai

berikut:

Jika OR= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko

Jika OR > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya

variabel independen merupakan faktor risiko

Jika OR < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel

independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah

Misalnya: penelitian tentang riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru di

Puskesmas Y, hasil pengolahan data melalui Program SPSS adalah sebagai berikut:

kontak * status Crosstabulation

29 18 47

23.5 23.5 47.0

72.5% 45.0% 58.8%

11 22 33

16.5 16.5 33.0

27.5% 55.0% 41.3%

40 40 80

40.0 40.0 80.0

100.0% 100.0% 100.0%

Count

Expected Count

% within status

Count

Expected Count

% within status

Count

Expected Count

% within status

ya

tidak

kontak

Total

kasus kontrol

status

Total

Page 136: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 136

Dari hasil pengolahan data tersebut, maka peneliti dapat menjawab uji hipotesis dan

dapat menentukan apakah riwayat kontak merupakan faktor risiko terhadap kejadian

penyakit TB Paru di Puskesmas Y

Untuk menjawab uji hipotesis maka, peneliti dapat melihat Nilai-p yaitu

0,023. Kesimpulannya pada α 5% Ho Ditolak artinya ada hubungan yang

signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru di

Puskesmas Y tahun 2009 (p=0,023)

Untuk mengetahui apakah riwayat kontak merupakan faktor risiko, maka

peneliti melakukan perhitungan OR dengan melihat hasil pengolahan data

pada Risk Estimate yaitu pada bagian “Odds ratio for kontak (ya/tidak)” yaitu

dengan nilai OR adalah 3,222 dan pada CI 95% diperoleh nilai 1,268-8,188.

Chi-Square Tests

6.241b 1 .012

5.158 1 .023

6.336 1 .012

.022 .011

6.163 1 .013

80

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 16.

50.

b.

Risk Estimate

3.222 1.268 8.188

1.851 1.087 3.153

.574 .372 .888

80

Odds Rat io for kontak (ya /

tidak)

For cohort status = kasus

For cohort status = kontrol

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Conf idence

Interv al

Page 137: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 137

Maka riwayat kontak merupakan Faktor Risiko karena nilai OR> 1 (3,222)

dan nilai CI 95% lebih dari 1 (1,268-8,188) sehingga OR bermakna. Ini

berarti bahwa seseorang yang mempunyai riwayat kontak dengan penderita

TB Paru akan berrisiko 3 kali lebih tinggi tertular penyakit TB Paru

dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai riwayat kontak.

Nilai OR tersebut diatas, dapat dihitung secara manual dengan menggunakan

formula OR sebagai berikut:

OR = ad/bc

OR = (29 x 22) : (18 x 11)

OR = 638 : 198

OR = 3,22

Analisis pada studi kasus kontrol dapat juga menghitung dampak pada

masyarakat jika faktor risiko dihilangkan yaitu dengan cara menghitung

population attributable risk (PAR) dengan formula perhitungan sebagai

berikut:

PAR = p (r-1) : p (r-1)+1

Keterangan:

p = proporsi subjek yang terpajan pada populasi yakni (a+b)/(a+b+c+d) dalam

tabel 2 x 2

r = rasio odds (atau risiko reralatif pada studi kohort), dengan syarat r > 1

Maka conttoh tersebut diatas, dapat dihitung PARnya, yaitu:

PAR = p (r-1) : p (r-1)+1

PAR = 47/80 (3,22-1) : 47/80 (3,222-1)+1

PAR = 0,5875 (2,222) : 0,5875 (2,222)+1

Page 138: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 138

PAR = 1,305 : 2,305

PAR = 0,57

Interpretasinya adalah hamper 57% kejadian penyakit TB Paru dapat dicegah

dengan menghilangkan faktor risiko, dalam hal ini adalah riwayat kontak

dengan penderita penyakit TB Paru BTA (+).

f) Membuat laporan hasil penelitian

Penyajian hasil penelitian pada studi kasus kontrol pembuatan persentasenya

berdasarkan nilai variabel dependen (faktor efek) juga dilengkapi dengan nilai-p, nilai

OR, dan nilai 95% CI seperti berikut ini:

Tabel 6.4 Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Puskesmas Y

tahun 2009

No Riwayat

Kontak

TB Paru Jumlah RP

95% CI

p-

value Kasus Kontrol

n % n % n %

1. Ya 29 72,5 18 45 47 58,8 3,222

(1,268-

8,188)

0,023

2. Tidak 11 27,5 22 55 33 41,2

Jumlah 40 100 40 100 80 100

Page 139: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 139

Maka cara interpretasinya adalah:

Hasil analisis hubungan riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru diperoleh

bahwa pada kelompok kasus yang mempunyai riwayat kontak sebanyak 29 (72,5%)

sedangkan pada kelompok kontrol yang mempunyai riwayat kontak sebanyak 18

(45%). Maka proporsi pajanan oleh faktor risiko lebih tinggi pada kelompok kasus

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,023 maka dapat disimpulkan pada α 5% ada

perbedaan proporsi pajanan dianatara kelompok kasus dan kelompok kontrol (ada

hubungan yang signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB paru di

Puskesmas Y).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,22 dan nilai 95% CI=1,268-8,188 maka

riwayat kontak merupakan faktor risiko. Ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai

riwayat kontak dengan penderita TB Paru akan berrisiko 3 kali lebih tinggi tertular

penyakit TB Paru dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai riwayat

kontak.

Kelebihan Studi Kasus Kontrol

1) Studi kasus kontrol, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk

meneliti kasus yang jarang atau masa latennya panjang

2) Hasil dapat diperoleh dengan cepat

3) Biaya yang diperlukan relative lebih sedikit

4) Memerlukan subjek penelitian yang lebih sedikit

5) Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai faktor risiko sekaligus dalam satu

penelitian

Kelemahan Studi kasus Kontrol

1) Alur metodologi inferensial kausal yang bertentang dengan logika eksperimen klasik

2) Secara umum tidak efisien untuk mempelajari paparan-paparan yang langka

Page 140: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 140

3) Peneliti tidak dapat menhitung laju insidensi (kecepatan kejadian penyakit) baik pada

populasi yang terpapar atau yang tidak terpapar

4) Pada beberapa situasi tertentu tidak mudah untuk memastikan hubungan tempoaral

antara paparan dan penyakit sehingga potensi bias seleksi

5) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh sehingga pontensi

terjadi bias informasi

6) Oleh karena kasus maupun kontrol dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinka

bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam pelbagai faktor eksternal dan sumber

bias lainnya.

c. Studi Kohort (Cohort)

Konsep Dasar Studi Kohort

Studi kohort adalah rancangan penelitian analitik yang dilakukan dengan cara

mengidentifikasi faktor risiko terlebih dahulu, kemudian subje diikuti sampai periode

waktu tertentu untuk melihat terjadinya efek atau penyakit tertentu. Studi kohort disebut

juga penelitian longitudinal secara prospektif.

Istilah cohort berasal dari bahasa romawi kuno yang artinya sekelompok tentara yang

maju berbaris ke medan perang. Model pendekatan yang digunakan oleh studi kohor

adalah pendekatan waktu atau time-period approach. Studi kohort sangat penting untuk

menguji hipotesis tentang penyebab suatu penyakit. Kualitas hasil studi kohort paling

tinggi diantara desain penelitian survey analitik (cross-sectional dan case control) karena

beberapa hal diantaranya:

Pada studi kohort kelompok orang yang akan diteliti (kohort), ditentukan

berdasarkan sifat-sifatnya sebelum terlihat penyakit pada mereka

Kelompok tersebut diikuti untuk jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan

frekuensi penyakit yang timbul dalam kelompok itu

Peneliti dapat mengidentifikasi laju insidensi penyakit berdasarkan tingkat

pajanan

Page 141: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 141

Dalam penelitian kohort ini dapat dibedakan dua pengertian yaitu kohort retrospektif dan

kohort prospektif. Perbedaan pokoknya terletak pada kasus penyakit, apakah data tersebut

telah ada atau belum pada waktu penelitian dimulai. Bilamana data berasal dari catatan

peristiwa masa lalu/historis yang dikenal sebagai data ex-post facto, maka pendekatan

kohort yang demikian dikenal sebagai kohort retrospektif. Dengan demikian maka pada

kohort yang retrospektif ini, sebab-akibat yang sudah terjadi pada saat penelitian

diadakan. Sedangkan pada kohort prospektif, data kasus penyakit belum ada (belum

terjadi), jadi setelah kohort ditentukan, maka diperlukan waktu untuk dapat menemukan

kasus.

Berdasarkan pengertian lama, istilah prosepktif adalah istilah untuk cohort study dan

retrospektif untuk case control (Fox, 1972). Istilah lain yang kadang-kadang digunakan

adalah concurrent prospective untuk kohort prospektif dan non-cooncurrent prospective.

Misalnya dalam penelitian hubungan antara rubella pada kehamilan muda dan

terdapatnya kelainan congenital pada bayinya.

Bilamana ditentukan terlebih dulu POPULASI wanita hamil muda dan kemudian

diketahui ada yang menderita Rubella dan ada juga yang tidak, lalu kelompok ini diikuti

dan ditentukan beraapa besar frekuensi kelainan congenital pada bayi yang lahir dari

kehamilan dengan Rubella, dan berapa besar yang berasal dari kehamilan ibu tanpa

Rubella, maka penelitian semacam ini merupakan Studi Kohort Prospektif atau

Concurrent Prospective.

Bilamana penelitian dimulai dari CATATAN tentang wanita hamil muda yang

terkena Rubella dan yang tidak, kemudian dilihat pula catatan tentang bayi yang

dilahirkan, sehingga diketahui pula berapa frekuensi kelainan congenital yang terjadi

pada kedua kelompok tersebut, maka penelitian ini merupakan Studi Kohort Retrispektif

atau Noncosurrent Prospective (baik adanya Rubella maupun adanya kelahiran dengan

kelainan congenital sudah terjadi pada waktu penelitian dimulai).

Page 142: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 142

Bedanya dengan studi kasus kontrol dimulai dengan menentukan adanya kelainan

congenital pada bayi sebagai Kelompok Kasus, lalu dicari kelompok lain yang tidak

memiliki kelainan congenital yang ditetapkan sebagai Kelompok Kontrol. Pada kedua

kelompok ini kemudian diikuti berapa ibu yang waktu hamil muda terkena Rubella.

Rancangan Studi Kohort

Dalam penelitian kohort, peneliti memilih suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang

yang terpapar terhadap suatu lingkungan penyebab (exposed group) dan satu kelompok

orang yang tidak terpapar terhadap suatu lingkungan penyebab (non-ekposed group).

Setelah itu kedua kelompok tersebut diikuti untuk memperbandingkan insidensi penyakit

atau angka kematian karena penyakit) yang muncul pada kedua kelompok tersebut.

Rancangan studi kohort proseptif dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.6. Skema Dasar Studi Kohort

Bila terdapat asosiasi yang positif antara paparan (ekposed) dan penyakit maka

diharapkan bahwa proporsi orang yang sakit pada kelompok yang terpapar (incidence

Populasi Sampel

Exposed

Non-

Exposed

Sakit

Tidak

Sakit

Sakit

Tidak

Sakit

Prospektif

Prospektif

Page 143: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 143

pada kelompok exposed) akan lebih besar daripada proporsi yang sakit pada kelompok

yang tidak terpapar (incidence pada kelompok non-exposed).

Langkah-langkah studi kohort

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis

Langkah awal peneliti dalam melaksanakan studi kohort menetapkan rumusan

masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian. Misalnya dalam bahasan ini peneliti

membuat pertanyaan penelitian yaitu:

Apakah ada hubungan antara merokok dengan penyakit jantung koroner?

Setelah peneliti membuat pertanyaan penelitian, maka selanjutnya dibuatlah

hipotesis penelitian yaitu:

Hipotesis Null (Ho): Tidak ada hubungan antara merokok dengan penyakit

jantung koroner

Hipotesis Alternatif (Ha): Ada hubungan antara merokok dengan penyakit

jantung koroner

2. Menetapkan kohort

Dalam menetapkan kohort, maka kelompok penduduk dapat terpilih dengan berbagai

pertimbangan diantaranya:

a) Kelompok ini mengalami exposure yang luar biasa dibandingkan dengan

kelompok penduduk lainnya, umpamanya kelompok-kelompok pekerja pabrik

yang menggunakan bahan-bahan yang diduga dapat menyebabkan penyakit

b) Kelompok penduduk yang memungkinkan dilakukannya penelitian dengan baik

karena adanya fasilitas untuk follou up atau memungkinkan ditentukannya hasil

akhir suatu penyakit. Yang temasuk dalam kelompok ini umpamanya orang yang

masuk asuransi kesehatan, golongan profesi tertentu,golongan penduduk khusus

yang mendapatkan perawatan kesehatan secara khusus pula, wanita yang hamil

dan melahirkan dan sukarelawan

Page 144: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 144

c) Penentuan kohort dilakukan berdasarkan geografik, yang terpenting pada

kelompok ini, bahwa si peneliti harus dapat dengan mudah mencapai

penduduknya.

3. Memilih kelompok perbandingan

a) Pada beberapa kohort kelompok yang ada akan dibandingkan dengan yang sudah

terdapat di dalamnya, kohort dibagi dalam kelompok: exposed dan nonexposed

b) Terutama pada penelitian terhadap kohort yang mendapatkan exposure luar biasa,

perbandingan dapat dilakukan terhadap angka-angka penduduk pada umumnya.

Dalam hal ini harus diperlihatkan tentang adanya kesamaan antara penduduk dan

kohort dalam sifat-sifat tertentu (misalnya jenis kelamin dan umur)

c) Dapat pula menentukan kohort lain, yang sama sifat-sifat demografinya dengan

kohort yang akan diteliti, tetapi kohort perbandingan ini tidak “exposed” terhadap

penyebab penyebab yang kita duga

d) Kadang-kadang juga dibutuhkan perbandingan dengan lebih dari satu kelompok,

biasanya hal ini bila kita tidak yakin benar dengan hasil perbandingan terhadap

satu kelompok saja

4. Menentukan variabel penelitian

Seperti halnya dalam desain penelitian lain untuk mempelajari etiologi atau faktor

risiko. Faktor risiko dan efek dalam studi kohort harus didefiniskan dengan jelas.

Pada penelitian kohort, faktor risiko dapat berupa faktor risiko internal, yakni faktor

yang menyebabkan predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit ataupun

efek tertentu, namun juga dapat berupa faktor risiko eksternal, yaitu faktor

lingkungan yang memudahkan individu terjangkit penyakit tertentu.

Penyakit atau efek yang terjadi selalu merupakan variabel independen. Jenis variabel

lain yang tidak diteliti juga harus diidentifikasi, oleh karena mungkin merupakan

variabel pernacu sehingga harus diperhatikan untuk disingkirkan dalam desain atau

dalam analisis.

Page 145: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 145

Meskipun dalam studi kohort dapat diidentifikasi beberapa faktor risiko sekaligus

yakni dengan menggunakan teknik statistik mulitivariat, akan tetapi jumlah faktor

risiko yang dipelajari sebaiknya dibatasi untuk meningkatkan potensi penelitian

dalam mencari hubungan antara pajanan (faktor risiko) dengan efek.

Misalnya pada contoh yang disampaikan diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi

yang menjadi faktor risiko (pajanan) yaitu kebiasaan merokok yang terus akan diikuti

menurut waktu tertentu.

5. Mengamati terjadinya efek

Kedua kelompok subjek diobservasi dalam periode tertentu. Lama waktu yang

diperlukan untuk pengamatan prospektif tersebut bergantung kepada karakteristik

penyakit atau efek yang diteliti, yang hanya dapat ditentukan dengan pemahaman

pathogenesis dan perkembangan penyakit.

Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya timbulnya kanker hati pada subjek dengan

HBsAg positif dibutuhkan pengamatan beberapa tahun atau puluhan tahun.

Sebaliknya hubungan antara merokok dan kelahiran bayi kecil untuk masa kehamilan

hanya memerlukan waktu pengamatan selama 9 bulan; bahkan pengamatan dalam

studi kohort hanya beberapa hari, misalnya hubungan antara trauma lahir dengan

hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.

Pada contoh penelitian yang ingin mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan

penyakit jantung koroner bisa membutuhkan waktu yang cukup lama antara 5-10

tahun bahkan bisa lebih. Sehingga salah satu hambatan yang sering terjadi pada

penelitian kohort adalah hilangnya subjek dari pengamatan (loss to follow-up).

Pengamatan terhadap timbulnya efek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

pengamatan tunggal dan pengamatan berkala. Pada cara pertama, pengamatan hanya

Page 146: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 146

dilakukan satu kali yaitu pada akhir masa penelitian yang telah ditetapkan. Pada

pengamatan berkala, subjek diamati periodic menurut internal waktu tertentu sampai

pada akhir penelitian. Selain itu dapat pula dilaksanakan analisis perbandingan antara

kelompok yang terpajan dengan kelompok yang tidak terpajan dengan memasukan

dimensi waktu sebagai unti analisis sehingga merupakan perbandingan antara dua

kesintasan.

6. Menganalisis hasil

Analisis data pada studi cohort dilakukan melalui uji statitik untuk menjawab

hipotesis dan analisis resiko relatif yang digunakan untuk mengetahui besar risiko

variabel independen terhadap variabel dependen. Pada studi cohort pengukuran

faktor risiko akan memperoleh nilai RR murni karena penelitian ini dilaksanakan

dengan menggunakan logika penelitian modern yaitu mengidentifikasi dari awal

tingkat pajanan lalu mengikutinya sampai menimbulkan efek/penyakit.

Faktor risiko yang digunakan dalam studi cohort adalah Risiko Relatif yang disingkat

dengan “RR”. RR adalah perbandingan dua angka penyakit/kematian kelompok yang

terpajan dan yang tidak terpajan. RR dihitung dengan cara sederhana, yakni dengan

menggunakan tabel 2x2, dengan formula sebagai berikut:

Tabel. 6.6. Formula Penghitungan Risiko Relatif (RR)

Variabel Independen

(Faktor Risiko)

Variabel Dependen (Efek) Jumlah

Sakit Tidak Sakit

Terpajan a b a+b

Tidak Terpajan c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:

Page 147: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 147

a = subjek terpajan yang mengalami sakit

b = subjek terpajan yang tidak mengalami sakit

c = subjek tidak terpajan yang mengalami sakit

d = subjek tidak terpajan yang tidak mengalami sakit

Berdasarkan Tabel 6.6. maka formula perhitungan Ratio Prevalens yang digunakan

untuk mengetahui besar risiko pada studi cohort adalah sebagai berikut:

RR = a/(a+b) : c/(c+d)

RR harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang

dikehendaki, yang akan menentukan apakah RR tersebut bermakna atau tidak dengan

parameter sebagai berikut:

Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal

maka faktor risiko tersebut bermakna

Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya

maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.

Interpretasi hasil RR dalam studi cohort selain didasarkan pada nilai confidence

interval (CI) juga didasarkan pada nilai RR dengan parameter sebagai berikut:

Jika RR= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko

Jika RR > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya

variabel independen merupakan faktor risiko

Jika RR < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel

independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah

Misalnya hasil penelitian studi kohort tentang hubungan merokok dengan kejadian

penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut:

Page 148: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 148

Tabel. 6.7. Formula Penghitungan Risiko Relatif (RR)

Variabel Independen

(Faktor Risiko)

Variabel Dependen (Efek) Jumlah

PJK Non-PJK

Merokok 84 2916 3000

Tidak Meroko 87 2913 5000

Jumlah 172 5829 8000

Berdasarkan Tabel 9.7 maka besar risiko kebiasaan merokok dengan kejadian

penyakit jantung koroner dapat dihitung dengan hasil sebagai berikut:

RR = a/(a+b) : c/(c+d)

RR = 84/3000: 87/5000

RR = 0,028: 0,0174

RR = 2

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2, ini berarti resiko untuk mendapatkan

penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar pada mereka yang merokok dibandingkan

dengan mereka yang tidak merokok.

Analisis hasil studi kohort tidak hanya mengetahui resiko relative saja tetapi dapat

juga mengetahui ukuran asosiasi diantaranya:

(1) Attributable Risk (AR)

AR adalah angka penyakit dalam kelompok yang exposed, yang dianggap

disebabkan oleh exposed tersebut. Angka ini diperoleh dengan mengurangi

angka pada kelompok exposed dengan angka kelompok tidak exposed. Dianggap

Page 149: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 149

bahwa pengaruh dari sebab-sebab penyakit lain sama untuk kedua kelompok

tersebut di atas.

(2) Population Atributable Risk

Ukuran ini dapat memperkirakan berapa angka penyakit/kematian dapat

diturunkan bila exposure pada penduduk dihilangkan. Ukuran ini diperoleh

dengan mengurangi angka penyakit/kematian dari seluruh penduduk dikurangi

angka penyakit/kematian dari kelompok tidak ekposed.

Misalnya: peneliti ingin mengetahui hubungan merokok dengan kanker paru, maka

peneliti tersebut melakukan studi kohort dengan hasil sebagai berikut:

Table 6.8. Death Rates From Lung Cancer Attributable to Cigarette-Smoking British

Male Phyisician 1951-1961

Cigarettes Smoked Per

day (1951)

Annual Death Rate per

1.000

Attributable Annual

Death Rate per 1.000

None 0,07 0,0

1-14 0,57 0,50

15-24 1,39 1,32

25+ 2,27 2,20

Total 0,65 0,58

(1) Relative Risk antara yang merokok terhadap yang tidak merokok : 2,27/0,07=32.

Resiko untuk mendapatkan Ca Paru 32 kali lebih besar pada mereka yang

merokok banyak (lebih dari 25 batang per hari) dibandingkan dengan mereka

yang tidak merokok.

Page 150: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 150

(2) Atribuatbel Risk: merokok banyak mempunyai resiko untuk mati karena Ca Paru

sebesar (2,27-0,07)=2,20) atau 2,20 per 1.000 sethaunnya. Ini adalah

(2,20/2,27x100%) atau resiko kematian yang dialami oleh perokok berat adalah

97%.

(3) Population Atributable Risk: untuk penduduk umumnya terhadap bukan perokok

adalah 0,58 (0,65-0,07=0,58). Dapat dikatakan, bahwa 89% dari kematian karena

Ca Paru dihindarkan bila faktor merokok dihilangkan (0,54/0,65x100%=89%).

Page 151: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 151

EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Jelaskan pengertian desain deskriptif analitik?

2. Jelaskan pengertian studi cross-sectional?

3. Gambarkan alur penelitian studi cross-sectional?

4. Jelaskan cara menghitung besar risiko pada studi cross-sectional

5. Jelaskan pengertian studi kasus kontrol?

6. Jelaskan tiga kriteria pemilihan kasus dalam desain kasus kontrol?

7. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah riwayat kontak dengan penderita TBC

merupakan faktor risiko meningkatnya kejadian penyakit TBC. Data diperoleh dari 40

orang kelompok kasus mempunyai riwayat kontak 29 orang sedangkan dari 40 orang

kelompok kontrol mempunyai riwayat kontak 18 orang. Maka hitunglah besar faktor

risiko riwayat kontak dengan kejadian penyakit TBC?

8. Jelaskan pengertian studi kohort?

9. Gambarkan skema dasar studi kohort?

10. Jelaskan parameter cara interpretasi relative risk pada studi kohort?

Page 152: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 152

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian

eksperimental

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:

u. Menjelaskan konsep dasar desain penelitian eksperimental mencakup pengertian dan prosedur

umum penelitian eksperimental

v. Menjelaskan penelitian pre eksperimetal mencakup pengertian dan jenis penelitian

preeksperimental

w. Menjelaskan penelitian eksperimental semu mencakup pengertian dan jenis penelitian

eksperimen quasi

x. Menjelaskan desain penelitian eksperimental murni mencakup pengertian dan jenis penelitian

eksperimental murni

1. Konsep Dasar Desain Penelitian Eksperimental

a. Pengertian Desain Penelitian Eksperimental

Penelitian eksperimen adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan dengan

memberikan perlakuan/intervensi pada subjek penelitian. Tujuan penelitian eksperimen

adalah untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ intervensi pada variabel independent

terhadap variabel dependent. Penelitian eksperimen dalam bidang kesehatan untuk menguji

suatu treatment/intervensi terhadap masalah kesehatan atau menguji hipotesis tentang ada-

tidaknya pengaruh treatment/intervensi itu bila dibandingkan dengan treatment/intervensi

atau bila tidak diberikan treatment/intervensi.

BAGIAN-7

DESAIN PENELITIAN EKSPERIMENTAL

Page 153: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 153

Penelitian eksperimental dalam bidang kesehatan sudah berkembang lama, bahkan

telah dimulai sejak zaman Hipocrates (460-377 SM). Pada masa itu Hipocrates

mengidentifikasi penyakit panas dan dingin, dan konsekuensinya, yaitu memberikan

perlakuan panas dan dingin. Penyakit panas diatasi dengan perlakuan dingin dan penyakit

dingin memerlukan perawatan panas. Perlakuan yang dilakukan oleh Hipocrates merupakan

suatu pendekatan penelitian eksperimental.

Penelitian eksperimental kecendrungannya menguji hipotesa dari data empiric atau

premis-premis yang muncul. Lingkup menguji hipotesis yakni mengenai etiologi masalah

kesehatan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit, pengujian dan penemuan obat, dan

persoalan ilmiah lainnya dibidang kesehatan. Pada penelitian ini, peneliti memiliki

“kekuasaan” untuk menentukan apakah subjek akan terpajan atau tidak dengan kata lain

diberikan intervensi atau tidak. Hal ini dilakukan karena tidak ada cara lain yang dapat

memberikan fakta yang paling meyakinkan kecuali melalui penelitian eksperimental.

Misalnya dalam penelitian klinik keperawatan tentang intervensi keperawatan

pemberian kompres hangat pada pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh merupakan

premis. Peneliti ingin menguji hipotesis berapa ˚ C suhu tubuh dapat diturunkan oleh

intervensi keperawatan melalui pemberian kompres hangat. Maka pengelompokkan pasien

yang mengalami peningkatan suhu tubuh menurut derajat pemaparan tidak dapat diatur

terlebih dahulu atau dikuasai oleh peneliti, Namun dengan desain penelitian eksperimental

peneliti dapat mengatur atau menguasai pasien mana yang diberikan intervensi atau yang

tidak diberikan intervensi.

b. Prosedur Umum Desain Penelitian Eksperimental

Secara ilmiah desain penelitian eksperimen paling baik jika dibandingkan dengan

desain penelitian lainnya, namun dari segi etik .adanya kesan penempatan manusia dijadikan

percobaan. Peran etik penelitian merupakan suatu keharusan prosedur yang harus dipatuhi dan

dipenuhi. Maka diperlukan suatu prosedur yang ketat dalam melaksanakan penelitian

eksperimen. Prosedur desain penelitian eksperimental adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan responden penelitian dalam bentuk populasi reference, populasi studi, dan

populasi trial

Page 154: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 154

2) Desain dari prosedur intervensi yang akan diberikan pada responden penelitian

3) Penentuan besar sampel yang turut dalam penelitian eksperimen

4) Karakteristik atau sifat-sifat respoden penelitian di dalam kelompok studi maupun

kelompok kontrol

5) Prosedur penentuan hasil intervensi yang diberikan pada responden penelitian

6) Rencana analisis yang akan digunakan untuk menjustifikasi hasil penelitian

7) Prosedur untuk menghindari “bias” dalam penelitian eksperimen yang dilakukan.

2. Penelitian Pre Eksperimental

a. Definisi Penelitian Pre Eksperimental

Penelitian pre eksperimental adalah suatu bagian penelitian eksperimental yang

dilakukan tanpa memperhatikan adanya variabel kontrol dan nir acak. Peneliti

memberikan perlakuan pada responden penelitian yang selanjutnya diobservasi efeknya.

Perlakuaan merupakan representatif dari variabel independen dan efek adalah representatif

dari variabel dependen.

b. Jenis Penelitian Pre Eksperimental

Penelitian pre eksperimental banyak digunakan dalam penelitian dibidang

kesehatan terutama untuk mengetahui secara dini efek perlakukan atau intervensi

kesehatan yang diberikan pada masyarakat baik secara individu atau kelompok. Jenis

penelitian pre eksperimental dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

1) One-Shot Case Study

Penelitian pre eksperimental one-shot case study adalah suatu penelitian pre

eksperimen yang dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada kelompok studi

dan selanjutnya diobservasi efeknya. Peneliti dalam melakukan penelitian tidak

melakukan randomisasi tetapi dengan menetapakan kelompok studi. Alur penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Kelompok Studi

Kelompok Studi

(0,1)

Page 155: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 155

Gambar 7.1. Alur Penelitian Pre Eksperimental One-Shot Case Study

Misalnya seorang peneliti ingin melakukan uji coba tentang penggunaan metode

konseling personal terhadap perubahan perilaku kebiasaan merokok pada keluarga

prasejahtera. Maka, langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut:

a) Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian

Pertanyaan penelitian: Apakah ada pengaruh konseling personal terhadap perubahan

perilaku kebiasaan merokok?

Hipotesis penelitian

Ho: Pemberian konseling personal tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan

perilaku kebiasaan merokok

Ha: Pemberian konseling personal mempunyai pengaruh terhadap perubahan

perilaku kebiasaan merokok

b) Menetapkan kelompok studi penelitian

Kelompok studi penelitian ini adalah semua keluarga prasejahtera yang mempunyai

kebiasaan merokok di Desa X Kecamatan Y. dan Peneliti menetapkan kriteria

inklusi dan eksklusi kelompok studi penelitian

c) Memberikan perlakuan

Perlakuan yang diberikan adalah konseling personal pada setiap anggota keluarga

yang merokok yaitu 1 minggu 2 kali yang dilakukan selama 1 bulan

d) Mengukur variabel efek

Pengukuran efek dilakukan setelah pemberian konseling personal telah selesai

dilakukan yaitu dengan cara menanyakan kebiasaan merokok apakah ada penurunan

dari jumlah batang rokok yang dihisap atau bahkan kebiasaan merokoknya berhenti

Perlakuan Efek

Page 156: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 156

(Misalnya dari kelompok studi secara keseluruhan sebelum diberikan konseling

personal rata-rata 6 batang perhari tetapi setelah diberikan konseling personal

ternyata yaitu rata-rata menjadi 2 batang perhari

e) Menganalisis data

Analisis data pada jenis penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan ratio

hasil yaitu rata-rata 6 batang perhari-rata-rata 2 batang perhari artinya konseling

personal dapat menurunkan kebiasaan merokok rata-rata 4 batang perhari. Pengujian

hipotesis bisa dilakukan dengan pendekatan uji statistik uji t berpasangan

2) One-Group Pretest-Posttest Design

Penelitian preeksperimental one-group pretest-posttest design adalah suatu

penelitian pre eksperimental dimana peneliti memberikan perlakuan pada kelompok

studi tetapi sebelumnya diukur atau ditest dahulu (pretest) selanjutnya setelah

perlakuan kelompok studi diukur atau ditest kembali (posttest). Dalam penelitian ini

tidak dilakukan randomisasi dan dilakukan pada satu kelompok studi. Alur penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Gambar 7.2. Penelitian Pre Eksperimental One-Group Pretest-Posttest Design

Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan

kesehatan manajemen stress terhadap pengetahuan manajemen stress pada penderita

hipertensi di Posbindu X tahun 2010. Langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan

adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian

Pertanyaan penelitian: Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen

stress terhadap pengetahuan manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu

X tahun 2010?

Kelompok Studi

(Pre Test)

Kelompok Studi Kelompok Studi

(Post Test)

Perlakuan Efek

Page 157: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 157

Hipotesis Penelitian:

Ho: Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen stress terhadap

pengetahuan manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu X tahun 2010

Ha: Ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen stress terhadap pengetahuan

manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu X tahun 2010

b) Menetapakan kelompok studi

Kelompok studi penelitian ini adalah kelompok usila yang mempunyai penyakit

hipertensi yang berada di wilayah binaan Posbindu X

c) Mengukur kondisi awal kelompok studi

Peneliti melakukan pre test tentang pengetahuan manajemen stress pada kelompok

studi sebelum diberikan perlakuan tentang pendidikan kesehatan manajemen stress

d) Memberikan perlakuan

Peneliti selanjutnya memberikan perlakuan pendidikan kesehatan pada kelompok

studi sesuai standar yang telah ditetapkan

e) Mengukur efek

Peneliti melakukan pengukuran pada kelompok studi atau sering disebut juga post

test

f) Membuat analisis data

Peneliti melakukan analisis data untuk menjawab hipotesis dan melakukan uji

statistik diantaranya melalui uji t.

3) Intact-Group Comparison

Penelitian pre eksperimenal intact-group comparison adalah suatu penelitian

yang dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada sebagian kelompok dari

kelompok studi. Penelitian ini berbeda dengan jenis penelitian sebelumnnya karena

bagian kelompok yang diberikan perlakuan berasal dari kelompom studi penelitian.

Alur penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Studi1,2

Kelompok Studi1

Kelompok Studi2

Di Beri Perlakuan

Tidak di Beri

Perlakuan

Page 158: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 158

Gambar 7.3. Penelitian Pre Eksperimen Intact-Group Comparison

3. Penelitian Eksperimental Quasi (Semu)

a. Definisi Penelitian Eksperimental Quasi

Penelitian eksperimen quasi adalah suatu eksperimen yang dalam mengontrol

situasi penelitian dengan menggunakan rancangan tertentu dan atau penentuan subjek

secara nir-acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat penelitian. Situasi

penelitian merupakan variabel dependen yang diberikan intervensi atau perlakuan oleh

penelitian.

b. Alur Penelitian Eksperimen Quasi

Alur penelitian eksperimen quasi dimulai dengan cara menetapkan responden

penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok studi atau disebut juga

kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pemilihan dilakukan dengan cara nonrandom

sampling. Kelompok kasus diberikan intervensi oleh peneliti sedangkan kelompok kontrol

tidak atau dibiarkan secara alami. Maka alur penelitiannya dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

R-

E

C

X O

O

Gambar

7.4. Alur Penelitian Eksperimen Quasi

Page 159: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 159

Secara umum alur penelitian eksperimental quasi hampir sama dengan penelitian

pre eksperimental namun dari segi kesahihan lebih sahih penelitian eksperimen quasi.

Pembedaanya terletak pada pengukuran awal kelompok studi sebelum diberikan

perlakuan. Pada penelitian eksperimen quasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a) Time Series Design

Penelitian eksperimen quasi adalah suatu penelitian eksperimen yang dimana

peneliti memberikan perlakuan pada kelompok studi yang sebelumnya dilakukan pre

test secara berulang dan selanjutnya dilakukan post test setelah diberikan perlakuan.

Alur penelitiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 7.5. Penelitian Eksperimen Quasi Time Series Design

Pada penelitian eksperimen quasi time series design dimana peneliti tidak

melakukan randomisasi. Kelompok studi dilakukan pre test secara berulang dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keajegan atau konsistensi kondisi awal kelompok

studi. Selanjutnya peneliti memberikan perlakuan kepada kelompok studi dan setelah

selesai melakukan post test secara berulang untuk memperoleh konsistensi efek yang

diharapkan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini subjek diseleksi untuk dijadikan sebagai

kelompok studi dan suatu situasi pre test diberikan. Data awal hasil pre test akan

dibandingkan dengan data hasil post test. Temuannya dianalisis melalui uji statistik

inferensial (korelasi) dan hasil yang disajikan menampilkan derajat siginfikansi

temuan.

Misalnya suatu penelitian tentang Keefektifan Kurikulum Pendidikan

Kesehatan untuk Siswa Sekolah Menengah di Amerika Serikat tahun 1986-1989.

R-

E1,2,3,4

C

X E5,6,7,8

Page 160: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 160

Perilaku berisiko yang mempengaruhi kesehatan anak muda di Amerika Serikat

adalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang, alkohol dan tembakau, pola makan

buruk, kepasifan fisik, aktivitas seksual yang tidak aman dan perilaku lain yang dapat

mencederai diri. Suatu kurikulum berjudul Teenage Health Teaching Module

(THTM) dikembangkan. THTM memiliki 16 modul intruksi yang digunakan untuk

mengembangkan lima keterampilan: pengkajian diri, komunikasi, pembuatan

keputusan, advokasi, dan manajemen diri. Suatu penelitian kemudian dilaksanakan

untuk mengkaji keefektifan intervensi pendidikan kesehatan tersebut. Desain pre test

dan post test kelompok kontrol penelitian quasi eksperimental dilaksanakan terhadap

4.806 siswa pada 149 sekolah di tujuh negara bagian. Kuesioner pre test dan post test

diisi sendiri oleh partisipan dan disebarkan untuk mengkaji perubahan pengetahuan

dan sikap akibat penerapan modul, dianalisis dari 2.530 siswa dalam kelompok studi

dan 2.276 siswa dalam kelompok kontrol. Siswa dalam kelompok perlakuan

diberikan sedikitnya empat sampai lima modul pendidikan kesehatan, yang diberikan

dalam 36 sampai 38 kali sesi pengajaran yang berdurasi 45 menit, selama 27 jam

pelajaran dalam satu sememsetr. Satu bagian hasil dari penelitian eksperimen quasi

tersebut adalah pada kelompok stude mempunyai besar efek 0,47 sedangkan pada

kelompok kontrol besar efeknya adalah 0,14 (Timmreck, 2005).

b) Nonequivalent Control Group Design

Penelitian eksperimen quasi nonequivalent control group design adalah suatu

penelitian eksperimen yang dilakukan dengan cara memilih dua kelompok dalam

kelompok studi tetapi tidak dilakukan randomisasi kemudian diberi pretest untuk

mengetahui keadaan awal lalu diberikan perlakuan yang selanjutnya peneliti

melakukan post test untuk melihat efek dari perlakuan yang diberikan.

4. Penelitian Eksperimental Pure (Murni)

a. Definisi Penelitian Eksperimental Pure (Murni)

Penelitian eksperimental murni adalah eksperimen yang menggunakan prosedur

acak dalam penunjukan subjek penelitian untuk mendapatkan salah satu berbagai tingkat

Page 161: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 161

faktor penelitian. Penelitian sengaja menentukan berbagai faktor penelitian, dalam

rangka menghitung efek terhadap variabel dependen.

b. Alur Penelitian Eskperimental Pure (Murni)

Alur penelitian eksperimen murni dimulai dengan cara menetapkan responden

penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok studi atau disebut juga

kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pemilihan dilakukan dengan cara randomisasi

yaitu proses menentukan subjek penelitian mana yang akan mendapatkan perlakuan dan

subjek mana yang merupakan kontrol, berdasarkan peluang. Tujuan utama randomisasi

adalah untuk mengurangi bias seleksi dan perancu, dengan terbaginya variabel-variabel

yang tidak diteliti secara seimbang pada kelompok yang ada.

Kelompok kasus diberikan intervensi oleh peneliti sedangkan kelompok kontrol

tidak atau dibiarkan secara alami. Maka alur penelitian eksperimental murni secara

umum dapat dilihat pada gambar berikut ini:

R

E

C

X O

O

Gambar

7.6. Alur Penelitian Eksperimen Pure (Murni)

Page 162: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 162

C. Jenis Penelitian Eksperimental Murni

Penelitian eksperimental murni dalam bidang kesehatan diantaranya mencakup:

1) Uji Klinis

Uji klinis adalah suatu penelitian eksperimental terencana yang dilakukan

pada manusia. Pada uji klinis peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada

subjek penelitian, kemudian efek diukur dan dianalisis. Desain uji klinis terdiri dari:

a) Desain Paralel

Desain pararel adalah suatu penelitian eksperimental yang

membandingkan antara kelompok, dapat bersifat perbandingan kelompok

independen ataupun kelompok pasangan serasi. Alur penelitian uji klinis dengan

desain pararel adalah sebagai berikut:

Gambar 7.7. Penelitian Eksperimental Uji Klinis Desain Pararel

Pada gambar tersebut diatas, peneliti melakukan randomisasi pada subjek

penelitian. Subjek penelitian merupakan populasi terjangkau atau populasi

sumber yaitu bagian dari populasi target yang merupakan sumber subjek yang

akan diteliti. Pemilihan subjek penelitian harus sesuai dengan kriteria pemilihan

baik inklusi ataupun eksklusi dan yang terpenting subjek penelitian sesuai dengan

rumusan masalah penelitian dan efek yang akan diamati.

Randomisasi bisa dilakukan 3 cara yaitu 1) randomisasi sederhana yaitu

cara pembagaian acak dengan melemparkan mata uang logam dapat dipakai, 2)

randomisasi blok yaitu membuat tiap kelompok agar jumlah subjek sebanding

Subjek

Penelitian Randomisasi

Kelompok

Studi

Kelompok

Kontrol

Efek

Efek

Diberikan Perlakuan

Page 163: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 163

pada suatu saat, dan 3) radomisasi dalam strata yaitu randomisasi dilakukan pada

tiap strata secara terpisah, kemudian subjek yang terpilih digabungkan kembali

dalam kelompok yang sesuai.

Perlakuan diberikan pada kelompok studi dengan memperhatikan

ketersamaran (masking) yang tujuan menghindarkan bias, baik yang berasal dari

peneliti, subjek, ataupun evaluator. Pada kelompok kontrol diberikan placebo

yang tujuannya untuk menyingkirkan atau mengurangi bias baik dari sisi peneliti

maupun subjek.

Efek atau variabel tergantung harus sudahn direncanakan sejak awal.

Peneliti mengamati dan mengukur efek yang ditimbulkan oleh perlakuan baik

pada kelompok studi ataupun kelompok kontrol.

b) Desain Menyilang

Desain menyilang adalah suatu penelitian eksperimental yang

membandingkan antara kelompok, dapat bersifat perbandingan kelompok

independen ataupun kelompok pasangan serasi yang dilakukan secara menyilang.

Alur penelitian eksperimenal uji klinis menyilang adalah sebagai berikut:

Gambar 7.7. Penelitian Eksperimental Uji Klinis Desain Menyilang

Pelaksanaan penelitian eksperimental jenis ini pada periode awal sama

dengan desain parallel, namun selanjutnya peneliti melakukan cross over

pemberian perlakukan. Kelompok kontrol diberikan perlakuan maka kelompok

tersebut menjadi kelompok studi dan kelompok studi menjadi kelompok kontrol.

Subjek

Penelitian Randomisasi

Kelompok

Studi

Kelompok

Kontrol

Efek

Efek

Diberikan Perlakuan

Kelompok

Studi

Kelompok

Kontrol

Efek

Efek

Diberikan Perlakuan

Periode “wash out”

Page 164: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 164

Pemberian perlakuan dilakukan setelah masa “wash out” yang selanjutnya kedua

kelompok tersebut diobservasi dan diukur efeknya.

2) Uji Diagnostik

Uji diagnostik adalah suatu penelitian eksperimenatl yang digunakan untuk

mengegakan diagnosis atau memantau perjalanan penyakit pada sebagian kasus.

Tujuan uji diagnostic adalah untuk menegakan diagnosis penyakit atau

menyingkirkan penyakit serta untuk keperluan penyaringan kasus.

Uji diagnostik dapat dilakukan dengan cara bertahap yaitu pemeriksaan

dilakukan secara bertahap; perlu tidaknya pemeriksaan selanjutnya yang ditentukan

oleh hasil uji diagnostic sebelumnya. Cara lain uji diagnostic parallel yaitu uji

diagnistik pada beberapa pemeriksaan dilakukan secara sekaligus; hal ini biasa

dilakukan pada kasus yang memerlukan diagnosis secara cepat atau pada kasus

gawat darurat.

EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Jelaskan pengertian penelitian eksperimental?

2. Jelaskan pengertian penelitian pre eksperimental?

Page 165: 14. Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 165

3. Gambarkan alur penelitian pre eksperimental jenis one-shot-case study?

4. Gambarkan alur penelitian pre eksperimental one group pre test post test design?

5. Jelaskan definisi penelitian eksperimental quasi?

6. Gambarkan alur penelitian eksperimental quasi?

7. Jelaskan pengertian penelitian eksperimental murni?

8. Jelaskan pengertian randomisasi?

9. Jelaskan pengertian uji klinis?

10. Jelaskan perbedaan disain uji klinis pararel dan menyilang?