Antihistaminika, sera dan vaksin vaksin serta vitamin-vitamin
137146885 Peran Vitamin D Pada DM
-
Upload
yondri-mandaku-tasidjawa -
Category
Documents
-
view
57 -
download
2
description
Transcript of 137146885 Peran Vitamin D Pada DM
1. Pittas AG, Hughes BD, Van Dam RM, et.al. vitamin D and Calcium Intake in
Relation to Type 2 Diabetes in Women. Diabetes Care. 2006 ; 29 (3) : 650 –
56.
Suatu penelitian prospektif menunjukkan bahwa setelah disesuaikan dengan umur,
IMT, dan faktor non diet disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara asupan
vitamin D dari makanan dengan diabetes tipe 2. Konsumsi vitamin D sebanyak 800
IU atau lebih berisiko 23% lebih rendah mengalami diabetes dibandingkan dengan
konsumsi < 200 IU/hari. Khusus untuk suplementasi vitamin D dan multivitamin yang
mengandung vitamin D, kejadian diabetes tipe 2 lebih rendah 13% pada kelompok
dengan suplementasi vitamin D ≥ 400 IU/hari dibandingkan dengan ≤ 100 IU/hari.
Insufisiensi vitamin D terkait dengan resistensi insulin maupun gangguan fungsi sel β
pankreas. Peran vitamin D terhadap regulasi fungsi sel β terbukti oleh penemuan
reseptor vitamin D pada sel β dan gangguan kapasitas sekresi insulin pada tikus
yang kekurangan reseptor vitamin D fungsional.
2. Huang Y, Li X, Wang M, et.al. lipoprotein Lipase Links Vitamin D, Insulin
Resistance, and Type 2 Diabetes : A Cross-Sectional Epidemiological Study.
Cardiovascular Diabetology. 2013 ; 12 (17).
Lipoprotein lipase (LPL) merupakan bagian dari superfamili lipase yaitu lipase
hepatik, lipase pankreas dan lipoprotein lipase sendiri. Lpl disintesis oleh sel
parenkimal adiposa, skeletal dan kardiak. Efek fisiologikn LPL adalah pada
permukaan sel endotel kapiler dengan mengkatalisis lipolisis trigliserida
membentuk asam lemak bebas dan 2-monoasilgliserol untuk utilisasi jaringan.
Oleh karena itu, LPL berperan sentral dalam metabolisme lemak dan
didistribusikan secara luas ke berbagai jaringan. Selain itu LPL juga terlibat
secara langsung dan tidak langsung pada beberapa kondisi patofisiologik seperti
resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Terdapat penurunan LPL pada pasien
diabetes tipe 2 dan individu dengan resistensi insulin. Aktivitas LPL yang rendah
menyertai trigliserida yang tinggi pada pasien diabetes dengan dislipidemia.
Selain LPL, vitamin D juga berperan dalam regulasi metabolisme lemak.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa individu dengan defisiensi vitamin
D berisiko tinggi mengalami gangguan metabolisme lemak, serum 25-
hidroksivitamin D [25(OH)D] yang merupakan bentuk utama vitamin D dalam
sirkulasi, terkait secara signifikan dengan metabolisme lemak.
Penelitian juga telah membuktikan bahwa pemberian 1,25-dihidroksivitamin D
[1,25(OH)2D], yang merupakan bentuk aktif vitamin D, dapat menginduksi
ekspresi LPL dalam sel.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara LPL dan
kadar 25(OH)D dalam serum, yang berbanding terbalik dengan kejadian
resistensi insulin dan diabetes tipe 2 . individu dengan kadar 25(OH)D serum
yang rendah mengalami peningkatan risiko dislipidemia, resistensi insulin dan
diabetes tipe 2. Efek vitamin D terhadap perbaikan diabetes tipe 2 dapat secara
langsung melalui kerja insulin. 1,25(OH)2D meningkatkan respon insulin
terhadap transport glukosa melalui stimulasi ekspresi reseptor insulin di jaringan
perifer. Selain itu, suplementasi vitamin D pada hewan coba memperbaiki kadar
dan integritas lamellae pada tunika media aorta dan mencegah fragmentasi serat
elastik aorta. Penelitian lain menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D pada
pasien diabetes tipe 2 dewasa memperbaiki profil lipid secara signifikan,
sehingga kemungkinan gangguan metabolisme lemak yang menyebabkan
resistensi insulin dan diabetes tipe 2 disebabkan oleh defisiensi vitamin D.
permukaan sel endotel kapiler merupakan tempat kerja fisiologis reaksi hidrolisis
yang dimediasi oleh LPL, selain itu jaringan adiposa merupakan salah satu
tempat sintesis LPL yang utama. Kadar 25(OH)D serum terkait secara positif
dengan LPL. Hal ini menjelaskan hubungan terbalik antara 25(OH)D dan
trigliserida, karena reaksi hidrolisis yang dimediasi oleh LPL akan menurunkan
kadar trigliserida serum.
3. Danescu LG, Levy S, Levy J. Review Article Vitamin D and Diabetes Mellitus.
Endocrine. 2009 ; 35 : 11 – 7.
Diabetes merupakan penyebab kematian kelima di Amerika dan jumlah
penderita diabetes di seluruh dunia diperkirakan meningkat dua kali lipat antara
tahun 2000 dan 2030. Berbagai data epidemiologik menunjukkan bahwa
sebagian besar kasus diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan modifikasi gaya
hidup terutama obesitas. Berbagai penelitian sudah membuktikan kaitan antara
kalsium, hormon paratiroid dan diabetes melitus. Penelitian terbaru baik pada
hewan maupun manusia menunjukkan bahwa vitamin D terkait erat dengan risiko
diabetes. Vitamin D berperan penting dalam gangguan metabolisme glukosa
maupun insulin. Suplementasi vitamin D dan kalsium terbukti menurunkan
glukosa darah puasa dan resistensi insulin pada individu dengan toleransi
glukosa terganggu.
Metabolisme dan fungsi biologik vitamin D
Hanya sedikit vitamin D yang dapat diperoleh dari diet, karena kurangnya
makanan yang merupakan sumber vitamin D. sumber utama vitamin D adalah
oily fish, produk susu yang difortifikasi dan kuning telur. Sebagian besar vitamin
D berasal dari turunan sintesis kolekalsiferol (vitamin D3) di kulit. Vitamin D3
berasal dari 7-dehidrokolesterol kulit melalui paparan sinar matahari. Produksi
vitamin D3 di kulit tergantung pada radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang
290 – 315 nm dan jumlah foton yang diabsorpsi oleh 7-dehidrokolesterol di kulit.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi hal ini, termasuk pigmentasi kulit,
penggunaan tabir surya.
Setelah vitamin D3 diproduksi di kulit atau dari makanan, akan dikonversi di
hepar menjadi 25-hidroksivitamin D3 [25(OH)D3] oleh vitamin D-25-hidroksilase.
Hidroksilasi kedua untuk menghasilkan bentuk metabolit aktif, 1,25-
dihidroksivitamin D [1,25-(OH)2D3], terjadi terutama di ginjal melalui aktivitas
enzim 1α-hidroksilase. Proses ini diregulasi oleh hormon paratiroid, kalsitonin,
kalsium, fosfor dan fibroblast serta 1,25(OH)2D3 sendiri. 1,25(OH)2D3 kemudian
dibawa ke jaringan target melalui ikatan dengan vitamin D binding protein (DBP).
Pengukuran status vitamin D menggunakan kadar 25(OH)D3 dengan waktu
paruh biologik yang lebih panjang (3 minggu) dibandingkan dengan vitamin D3
(24 jam) dan 1,25(OH)2D3 (4 – 6 jam).
Vitamin D bekerja di berbagai tempat dan mempunyai berbagai fungsi selain
fungsinya untuk homeostasis kalsium. Reseptor vitamin D (VDR) terdapat pada
hampir semua jaringan, termasuk sel β pankreas. Sebagian besar jaringan
tersebut, termasuk sel β pankreas juga memiliki enzim 1α-hidroksilase. Hal ini
sesuai dengan banyaknya peranan vitamin D termasuk regulasi sintesis dan
sekresi insulin, modulasi respon inflamasi, maturasi sel dan diferensiasi sel.
Vitamin D memodulasi reaksi imun dan inflamasi pada diabetes tipe 2
Vitamin D menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan sekresi insulin pada
DM tipe 2 melaluimmodulasi proses imun dan inflamasi.
Efek vitamin D terhadap sekresi insulin
Pankreas mempunyai VDR dan vitamin D-dependent calcium-binding protein
(CaBP) yang menunjukkan peranan vitamin D terhadap sekresi insulin. Vitamin D
lebih mempengaruhi fungsi sel β daripada sel α. Efeknya terhadap sel β melalui
peningkatan respon insulin terhadap stimulasi glukosa namun tidak
mempengaruhi sekresi sel basal.
Tikus yang defisiensi vitamin D mengalami penurunan ssekresi insulin dan
setelah injeksi vitamin D subkutan tunggal, toleransi glukosa dan sekresi insulin
membaik secara signifikan. Selain itu, pada tikus dengan VDR yang tidak
berfungsi, kadar insulin serum sebagaimana kadar mRNA insulin seluler juga
menurun, sementara kadar glukosa darah meningkat dibandingkan dengan tikus
dengan VDR normal. Hal ini menunjukkan bahwa efek vitamin D terhadap
sekresi dan sintesis insulin tidak tergantung pada kadar kalsium.
Hubungan antara vitamin D dan fungsi sel β mungkin merupakan hubungan
timbal balik. Pada tikus yang diinduksi diabetes dengan desktruksi sel β, kadar
kalsium plasma, DBP, vitamin D sirkulasi dan massa tulang berkurang. Setelah
terapi insulin, plasma vitamin D mengalami pemulihan sempurna.
Sekresi insulin merupakan proses yang tergantung pada perubahan kadar
kalsium intraseluler. Efek vitamin D pada sel β mungkin melalui regulasinya
terhadap kalsium ekstraseluler dan aliran kalsium melalui sel atau jalur yang
tidak tergantung kalsium. Defisiensi vitamin D atau kalsium dapat mempengaruhi
keseimbangan kalsium intraseluler dan ekstraseluler pada sel β, mengganggu
sekresi dan mungkin pula sintesis insulin.
Defisiensi vitamin D dapat pula mengganggu sekresi insulin melalui kaitannya
dengan kadar hormon paratiroid. Defisiensi vitamin D terkait hiperparatiroid dapat
disebabkan oleh peningkatan kadar kalsium intraseluler. Hal ini kemudian akan
mengganggu sinyak kalsium yang penting untuk sekresi insulin yang diinduksi
oleh glukosa. Diabetes tipe 2 bisa jadi merupakan kondisi terjadinya gangguan
homeostasis kalsium intraseluler.
Apakah sekresi insulin dipengaruhi oleh efek langsung vitamin D melalui
reseptornya, atau melalui perubahan kalsium atau hormon paratiroid masih
dalam proses penelitian. Namun demikian sekresi insulin mungkin pula
dipengaruhi oleh kombinasi berbagai mekanisme yang berbeda.
Efek vitamin D terhadap sensitivitas insulin
Inflamasi sistemik juga telah terbukti meningkatkan resistensi insulin. Diabetes
tipe 2 merupakan salah satu kondisi inflamasi sehingga vitamin D dapat
menurunkan resistensi insulin pada kondisi ini melalui efek imunomodulator dan
anti inflamasi.
Defisiensi vitamin D sering terkait dengan diabetes tipe 2 yang obes. Deposisi
vitamin D dalam simpanan lemak membuat bioavailabilitas vitamin D berkurang.
Individu dengan defisiensi vitamin D memiliki kadar PTH yang meningkat.
Peningkatan PTH dapat menurunkan sensitivitas insulin. Berbagai bukti
menunjukkan bahwa hiperparatiroid terkait dengan penurunan sensitivitas insulin
dan peningkatan prevalensi toleransi glukosa terganggu dan diabetes, dan
paratiroidektomi memperbaiki kadar glikosa darah puasa (GDP) dan GD2PP.
Namun demikian, terjadinya resistensi insulin akibat peningkatan kadar PTH
tampaknya reversibel.
Mekanisme terjadinya resistensi insulin akibat peningkatan PTH mungkin
melibatkan “calcium paradox” (ketidakseimbangan peningkatan kalsium
intraseluler dengan peningkatan PTH). Kadar kalsium intraseluler optimal adalah
bervariasi antara 140 samapi 370 nM, yang dibutuhkan untuk memediasi efek
insulin pada jaringan target. Peningkatan kadar kalsium intraseluler dapat
mengurangi respon seluler terhadap insulin. Calcium paradox distimulasi oleh
defisiensi vitamin D dan hipokalsemia dapat menyebabkan peningkatan kalsium
intraseluler basal dan mengganggu kerja insulin.
Studi berbasis polulasi menunjukkan bahwa hipovitaminosis D berhubungan
dengan DM tipe 2 dan sindrom metabolik. Dalam suatu studi potong lintang yang
melibatkan 23000 pasien dewasa, setelah disesuaikan dengan umur, seks, IMT,
aktivitas fisik dan musim, tampak bahwa resistensin insulin berkorelasi terbalik
dengan kadar vitamin D serum pada ras Kaukasia dan Meksiko di Amerika.
Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar vitamin D
yang rendah dengan DM tipe 2 dan antara kadar vitamin D dengan toleransi
glukosa terganggu.
Beberapa penelitian dan laporan kasus menunjukkan bahwa pada populasi
dengan defisiensi vitamin D dan toleransi glukosa terganggu dan DM tipe 2, dan
suplementasi vitamin D dapat memperbaiki sekresi insulin dan toleransi glukosa
serta kadar HBA1c. Studi observasional lain menunjukkan bahwa suplementasi
vitamin D pada individu dewasa sehat yang mengalami defisiensi memperbaiki
sensitivitas insulin sebanyak 60% dan efek ini lebih baik dibandingkan dengan
terapi rosiglitazone dan metformin. Studi pada tikus winstar obes tanpa defisiensi
vitamin D menunjukkan bahwa vitamin D menurunkan kadar glukosa plasma
sebanyak 40%. Namun demikian, berbagai penelitian lain menunjukkan hasil
yang berbeda.
4. Palomer X, Clemente JMG, Vaca FB, et.al. review Article Role of Vitamin D in
The Pathogenesis of Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes, Obesity and
Metabolism. 2008 ; 10 : 185 – 97.