131021175-obat3
-
Upload
download71 -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of 131021175-obat3
4
http://digilib.unimus.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat
A.1. Definisi
Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.2,3,5,10
A.2. Penggolongan Obat
Macam-macam penggolongan obat:
A.2.1 Menurut Kegunaan Obat
Obat dapat digunakan untuk menyembuhkan (terapeutik),
pencegahan (profilaktik), dan diagnosis (diagnostik).
A.2.2 Menurut Cara Penggunaan Obat
Berdasarkan cara penggunaan obat dapat diklasifikasikan
menjadi:`
1. Medicantum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui
oral, beretiket putih.
2. Medicantum ad usum externum (pemakaian luar) melalui
implantasi, injeksi, membran mukosa, rektal, vaginal, nasal,
opthamic, aurical, collutio/gargarisma/gargle, beretiket
biru.
A.2.3 Menurut Undang-Undang
Berdasarkan undang-undang obat dapat diklasifikan menjadi :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat
bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis
tepi berwarna hitam.
5
http://digilib.unimus.ac.id
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang diual bebas dan
dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan
peringatan. Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran
berwarna biru dengan garis tepi hitam.
3. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh
dengan resep dokter. Dengan bertanda lingkaran bulat
merah dengan garis tepi hitam, dengan huruf K ditengah
yang menyentuh garis tepi.
4. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat
diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa
resep dokter.
5. Obat Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
6. Obat Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.4,10,11,12
A.2.4 Menurut Internasional
Secara Internasional obat dapat diklasifikasikan menjadi:13
6
http://digilib.unimus.ac.id
1. Obat Paten
Obat paten adalah obat yang mempunyai hak paten dan
diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang
ditemukannya berdasarkan riset. Industri farmasi tersebut
diberi hak paten untuk memproduksi dan memasarkannya,
setelah melalui berbagai tahapan uji klinis sesuai aturan
yang telah ditetapkan secara internasional. Obat yang telah
diberi hak paten tersebut tidak boleh diproduksi dan
dipasarkan dengan nama generik oleh industri farmasi lain
tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak
paten.
2. Obat Generik
Obat generik adalah obat yang telah habis masa
patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan
farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat
generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat
generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan
zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat
aktif itu diberi nama (merek).
A.3. Cara Pemberian Obat
Disamping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan
kecepatan dan kelengkapan resorpsi obat. Tergantung dari efek yang
diinginkan yaitu efek sistemis (diseluruh tubuh) atau efek lokal
(setempat), keadaan pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat dapat
dipilih dari banyak cara untuk memberikan obat.2,10,11
A.3.1 Efek Sistemis
Efek sistematis adalah efek yang ditimbulkan oleh obat pada
organ tertentu kemudian pula mempengaruhi organ-organ lain
dalam tubuh melalui darah. Cara-cara penggunaan obat yang
memberi efek sistemis meliputi oral, sublingual, injeksi,
implantasi subkutan dan rektal.4,11,12
7
http://digilib.unimus.ac.id
A.3.2 Efek Lokal
Efek lokal adalah efek yang ditimbulkan oleh obat yang
secara langsung mempengaruhi organ tersebut. Cara-cara
penggunaan obat yang memberi efek lokal meliputi intranasal,
intra-okuler dan intra-aurikuler, inhalasi, intravaginal, dan kulit
(topikal).4,11,12
A.4. Kombinasi Obat
Penggunaan stimultan antara 2 atau lebih obat direkomendasikan
untuk situasi yang spesifik dalam farmakologi yang rasional. Akan
tetapi, pemilihan kombinasi yang cocok memerlukan pemahaman
mengenai potensi interaksi antara obat. Penggunaan obat campuran
dapat menyebabkan efek antara lain:4,12,14
1. Adisi
Adisi adalah campuran obat atau obat yang diberikan bersama-
sama menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masing-
masing obat secara terpisah pada pasien.
2. Sinergis
Sinergis adalah campuran obat atau obat yang diberikan
bersama-sama dengan aksi proksimat yang sama, menimbulkan
efek, yang lebih besar dari jumlah efek masing-masing obat secara
terpisah pada pasien.
3. Potensiasi
Potensiasi adalah campuran obat atau yang diberikan bersama-
sama dengan aksi-aksi yang tidak sama diberikan pada pasien,
menimbulkan efek lebih besar daripada jumlah efek masing-masing
secara terpisah pada pasien.
4. Antagonis
Antagonis adalah campuran obat atau obat yang diberikan
bersama-sama pada pasien yang menimbulkan efek yang
8
http://digilib.unimus.ac.id
berlawanan aksi dari salah satu obat, mengurangi efek dari obat
yang lain.
5. Interaksi Obat
Interaksi obat adalah peristiwa dimana kinerja obat dipengaruhi
oleh obat lain yang diberikan bersamaan atau sequensial. Efek obat
dapat bertambah atau berkurang dan bahkan tidak ada akibat
interaksi ini. Ada dua kemungkinan dari interaksi ini, efek obat
dapat bertambah/berkurang bahkan, muncul efek baru yang
merugikan. Mekanisme interaksi dibagi menjadi 3 :
a. Interaksi Farmasetik
Reaksi ini terjadi jika antara dua obat yang diberikan
bersamaan terjadi reaksi langsung umumnya di luar tubuh dan
berakibat berubahnya atau hilangnya efek farmakologis yang
diberikan.
b. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi ini bertujuan untuk mengetahui efek utama obat,
efek samping obat, interaksi obat dengan sel, dasar terapi
tentang rasionalitas, dan digunakan sebagai pedoman untuk
memilih obat dan monitoring efek terapi.
c. Interaksi Farmakokinetik
Pengaruh tubuh terhadap obat sama dengan nasib obat
dalam tubuh. Hal ini terjadi dalam proses :
1) Absorbsi
Absorbsi adalah proses masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam darah.
2) Distribusi
Distribusi adalah penyebaran obat keseluruh tubuh
mengikuti sistem peredaran darah.
3) Metabolisme
Metabollisme adalah transformasi struktur obat dengan
jalan oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi.
9
http://digilib.unimus.ac.id
4) Ekskresi
Ekskresi adalah pengeluaran obat dari dalam tubuh.
Dapat melalui ginjal, hepar dan kelenjar lainnya.2,3,4,11,12
A.5. Harga Obat
Harga adalah sesuatu yang dapat memenuhi keinginan dan nilai
yang menyatakan kekuatan tukar sesuatu terhadap barang dan jasa.
Pembentukan dan tingkat harga secara umum merupakan sistem yang
saling berhubungan secara kompleks dan saling mempengaruhi antara
satu dengan yang lainnya. Secara skematis dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Pemerintah sebagai adiministrator juga sebagai produsen dan
konsumen sangat dominan dalam pembentukan tingkat harga obat
2. Prrodusen obat (pengusaha) juga memberikan warna dalam tingkat
pembentukan harga obat dalam pasar.
3. Profesi farmasi maupun kesehatan lainnya juga berpengaruh
terhadap harga obat.
4. Konsumen baik sebagai individu maupun sebagai lembaga
(instansi, perusahaan dan sebagainya) dengan kemampuan daya
belinya dapat memberi pengaruh harga obat.
Produsen Obat
Pemerintah
Profesi Farmasi
Konsumen Harga obat
Gambar 2.1 Skema Harga Obat
Produsen Obat
Pemerintah
Profesi Farmasi
Konsumen Harga obat
10
http://digilib.unimus.ac.id
Masing-masing subsistem diatas memberi pengaruh yang berbeda
terhadap tingkat harga obat sesuai kepentingan masing-masing.15
A.6. Faktor-Faktor Terjadinya Efek Samping Obat
Banyak reaksi yang terjadi diawal pengobatan. Beberapa reaksi lain
dapat berkembang selama pengobatan. Selain itu, reaksi lain mungkin
muncul lama setelah obat dihentikan. Faktor yang mempengaruhi
timbulnya efek samping obat antara lain :16
1. Terapi Obat Ganda (Multiple Drugs Therapy)
Kejadian efek samping obat dari interaksi obat meningkat sesuai
dengan jumlah obat yang diminum. Salah satu faktor risiko
signifikan untuk kejadian efek samping obat adalah jumlah total obat
yang diresepkan atau diminum oleh orang dewasa tua dan
penggunaan obat dalam jumlah yang tidak tepat.
2. Usia
Usia yang sangat muda dan sangat tua lebih rentan terkena efek
samping. Cerminan dari usia ini terkait dengan perbedaan dalam
komposisi tubuh dan aktivitas alur metabolisme.
3. Jenis Kelamin
Perempuan tampaknya berisiko lebih besar terhadap efek
samping obat dibandingkan dengan pria. Selain masalah obat,
karakteristik pasien berhubungan dengan peningkatan resiko
kejadian efek samping obat.
4. Penyakit
Penyakit dapat mengubah penyerapan obat, metabolisme,
eliminasi, dan respon tubuh terhadap obat.
5. Perbedaan Farmakokinetik
Obat memiliki risiko efek samping pada saat terjadi perbedaan
farmakokinetik dalam tubuh. Perbedaan ini antara lain ada
peningkatan toksisitas dari obat karena faktor genetik dan adanya
pengaruh lingkungan.
11
http://digilib.unimus.ac.id
6. Perbedaan Etnik
Perbedaan etnik genetik atau perbedaan diet dapat meningkatkan
risiko efek samping obat. Beberapa individu memiliki respon genetik
tertentu terhadap perkembangan efek samping obat.
7. Faktor Farmasi
Perbedaan farmakokinetik yang dihasilkan dari sistem
pengiriman yang berbeda dan reaksi terhadap eksipien obat.
8. Rekonsiliasi Obat yang Tidak Lengkap
Rekonsiliasi obat mengacu pada pemeriksaan terhadap obat-
obatan yang dipakai pasien, baik obat yang diresepkan, tidak resmi,
obat-obat umum maupun dari sumber lain.16
B. Antibiotik
B.1 Definisi
Antibotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain. Antibiotik dapat dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.2
B.2 Spektrum Kerja
Berdasarkan spektrum kerja antibiotik dapat digolongkan menjadi:
1. Spektrum luas (aktivitas luas): antibiotik yang aktif bekerja
terhadap banyak mikroba yaitu gram positif dan gram negatif.
2. Spektrum sempit: antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya
terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau
gram negatif saja.2,3,14
B.3 Mekanisme Kerja:
1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba.
2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.
3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba.
4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba.
12
http://digilib.unimus.ac.id
5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel
mikroba.2,17
B.4 Klasifikasi Antibiotik
B.4.1. Golongan Penisilin
Penilisin merupakan kelompok antibiotik beta laktam yang
telah lama dikenal. Pada tahun 1928 dilondon, Alexander
Fleming menemukan antibiotik pertama yaitu penisilin yang
satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan
Penicillium notatum untuk penggunaan sistemik.
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam
penisilin alam dan penisilin semisintetik. Penisilin sintetik
diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penislin alam
atau dengan cara sintetis dari inti penisilin. Penisilin
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1. Zat-zat dengan spektrum sempit terdiri dari peniciline G dan
peniciline-V dan fenetisilin. Aktif terhadap kuman Gram-
positif dan diuraikan oleh penisilinase
2. Zat-zat tahan-laktamase terdiri dari metisilin, kloksasilin
dan flukloksasilin. Zat ini hanya aktif terhadap stafilokok
dan streptokok.
3. Zat-zat dengan spektrum-luas terdiri dari ampicilindan
amoxicillin, bakampisilin, pivampisilin, CO Amoksiklav
(amoksisilin-asam klauvanat)
4. Zat-zat anti-Pseudomonas terdiri dari tikarsilin, piperasilin,
piperasilin + tazobaktam, tikarsilin + asam klavulanat
B.4.2. Sefalosporin
Sefalosporin termasuk antibiotika betalaktam dengan
struktur, khasiat dan sifat yang banyak mirip penisilin tetapi
dengan keuntungan spektrum antibakterinya lebih luas dan
13
http://digilib.unimus.ac.id
resisten terhadap penisilnase asal stafilokoki tetapi tetap tidak
efektif terhadap stafilokoki yang resisten terhadap metisilin.
Antibiotik ini spektrum-kerjanya luas dan meliputi banyak
kuman Gram-positif dan Gram-negatif termasuk E.coli,
Klebsiella dan Proteus. Berdasarkan khasiat antimikroba dan
resistensinya terhadap betalaktamase, sefalosporin lazimnya
digolongkan menjadi:
1. Generasi pertama: sefolotin, sefazolin, sefaleksin, sefradin,
sefadroksil. Sefalosporin generasi pertama ini terutama aktif
terhadap kuman Gram-positif.
2. Generasi kedua: sefaklor, sefamandol, sefmentazol dan
sefuroksim. Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri
Gram-postif tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram-
negatif.
3. Generasi ketiga: sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim,
seftriakson, sefotiam, sefiksim, sefpodoksim dan sefprozil.
Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan
luas lagi dan meliputi pseudomonas dan bacterodes.
Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat.
4. Generasi keempat: sefepim dan sefpirom. Mempunyai
spektrum lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil
terhadap hidrolisis oleh betalaktamase.
B.4.3. Antibiotik beta-laktam lain
1. Aztreonam
Bekerja khusus terhadap kuman Gram-negatif aerob
termasuk Pseudomonas, H. Influenzae dan gonocci yang
resisten terhadap penisilinase. Berkhasiat bakterisid dengan
cara penghambatan sintesa dinding sel.
14
http://digilib.unimus.ac.id
2. Iminepem
Khasiat bakterisidnya berdasarkan perintangan sintesa
dinding sel kuman sama dengan zat-zat penisilin dan
sefalosporin. Sprektrum-kerjanya luas meliputi banyak
kuman Gram-positif dan negatif .
3. Meropenem
Serupa dengan imipenem tapi lebih tahan terhadap
enzim di ginjal yang dapat mengaktivasi meropenem
sehingga dapat diberikan tanpa silastatin.
B.4.4. Aminoglikosida
Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya
sebagai berikut:
1. Streptomisin yang mengandung, satu molekul gula-amino
dalam molekulnya.
2. Kanamisin dengan turunannya amikasin, dibekasin,
gentamisin dan turunannya netilmisin dan tobramisin yang
semuanya memiliki dua molekul gula yang dihubungkan
oleh sikloheksan.
3. Neomisin, framisetin dan paromomisin dengan tiga gula-
amino
Aktivitasnya bakterisid berdasarkan dayanya untuk
menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom
dalam sel. Aminoglikosida sekalipun berspektrum antimikroba
lebar, jangan digunakan pada setiap jenis infeksi oleh kuman
yang sensitif, karena resistensi terhadap aminoglikosida relatif
cepat berkembang, toksisitasnya relatif tinggi, dan tersedianya
berbagai antibiotik lain yang cukup efektif dantoksisitasnya
lebih rendah.
15
http://digilib.unimus.ac.id
B.4.5. Tetrasiklin
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan
ialah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari
streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara
semisintetik dari klortetrasiklin tetapi juga dapat diperoleh dari
spesies streptomyces lain. Khasiatnya bersifat bakteriostatis,
mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein
kuman.
Pada umumnya antibiotika golongan tetrasiklin merupakan
obat yang aman, walaupun dapat memperburuk kondisi gagal
ginjal yang sudah ada. Pada penggunaan oral seringkali terjadi
gangguan lambung-usus. Efek samping lebih serius adalah sifat
penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi yang sedang
tumbuh pada janin dan anak-anak.
B.4.6. Makrolida
Kelompok antibiotika ini terdiri dari eritromisin derivatnya
klaritromisin, roksitromisin, azitromisin dan diritromisin.
Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri
Gram-positif. Mekanisme kerjanya yakni melalui pengikatan
reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya
dirintangi.
B.4.7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin
E(kolistin), basitrasin dan gramisidin. Khasiat bakterisidnya
berdasarkan aktivitas permukaan dan kemampuannya untuk
melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel meningkat dan akhirnya meletus. Antibiotik ini
16
http://digilib.unimus.ac.id
sangat toksik bagi ginjal, polimiksin juga toksik bagi organ
pendengaran.
B.4.8. Kuinolon
Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan
kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun
obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman
gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung
terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam
darah. Oleh karena itu, penggunaan obat kuinolon lama ini
terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja. Pada awal tahun
1980, diperkenalkan golongan kuinolon baru dengan atom Fluor
pada cincin kuinolon (karena itu dinamakan juga
Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis
meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum
antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta
memperpanjang masa kerja obat.
B.4.9. Sulfonamid
Sulfanamid adalah kemoterapeutik pertama yang digunakan
secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit
infeksi pada manusia. Sulfonamid mempunyai spektrum
antibakteri yang luas, meskipun kurang kuat dibandingkan
antibiotik dan strain mikroba yang resisten makin meningkat.
Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamid
dibagi dalam 4 golongan besar yaitu :
1. Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat antara lain
sulfadiazin dan sulfisoksazol.
2. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit oleh saluran
cerna antara lainsulfatizol dan sulfasalazin.
17
http://digilib.unimus.ac.id
3. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian
topikal antara lain sulfasetamid mafenid dan Ag sulfadiazin.
4. Sulfonamid dengan masa kerja panjang antara lain
sulfadoksin.
B.4.10. Antibiotika lainnya
1. Kloramfenikol
Kloramfenikol berkhasiat bakteriostatis. Mekanisme
kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipetida kuman.
Efek samping umum berupa gangguan lambung-usus,
neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut.
Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum
tulang (myelodepresi).
2. Vankomisin
Obat ini tidak diserap melaui saluran cerna dan untuk
mendapatkan efek sistemik selalu harus diberikan intravena
karena pemberian intramuscular menimbulkan nekrosis
setempat.
Efek samping berupa gangguan fungsi ginjal terutama
pada penggunaan lama dengan dosis tinggi, juga neuropati
perifer, rekasi alergi kulit, mual dan demam. Kombinasinya
dengan aminoglikosida meningkatkan resiko nefrotoksik
dan ototoksisitas.
3. Spektinomisin
Spektinomisin dihasilkan oleh streptomycin spectabilis
(1961). Antibiotikum broad-spektrum ini berkhasiat
bakterisid terhadap sejumlah kuman Gram-ositif dan Gram-
negatif termasuk Gonococci, Pseudomonas, Proteus dan
Klebsiella. Efek sampingnya berupa antara lain nyeri di
tempat injeksi, mual, pusing, urtikaria dan sukar tidur.
18
http://digilib.unimus.ac.id
4. Linezolid
Khasiatnya bakteriostatis berdasarkan titik kerjanya
yang unik yaitu penghambatan sintesa protein kuman pada
taraf dini sekali. Efek sampingnya berupa nyeri kepala,
mual, muntah, diare dan rasa logam dimulut.
5. Asam fusidat
Spektrum kerjanya sempit dan terbatas pada kuman
Gram-positif terutama stafilokok, juga yang membentuk
penisilinase. Kuman Gram-negatif bersifat resisten
terkecuali Neisseria.
Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan lambung-
usus (mual, muntah, nyeri perut), kadang-kadang reaksi
kulit (erytema, iritasi).
6. Mupirosin
Khasiatnya bersifat bakterisid berdasarkan
penghambatan RNA-sintetase yang berakibat penghentian
sintesa protein kuman. Efek sampingya berupa gatal-gatal,
nyeri, rasa terbakar, kulit kering dan kemerah-
merahan.2,3,11,12,14,17
B.5 Lama Terapi
Lama pemberian antibiotik harus cukup panjang agar menjamin
semua mikroorganisme telah mati dan menghindarkan kambuhnya
penyakit. Lazimnya terapi diteruskan sampai 2-3 hari setelah gejala
hilang. Pengobatan beberapa penyakit tertentu perlu dilanjutkan lebih
lama, misalnya pada tifus, malaria, tbc dan endokarditis, bahkan pada
lepra kerapkali seumur hidup.10
B.6 Kombinasi Antibiotik
Beberapa alasan menggunakan antibiotik dua atau lebih secara
simultan adalah untuk memberi pengobatan yang tepat, untuk menunda
19
http://digilib.unimus.ac.id
munculnya mutan mikrobia yang resisten terhadap satu obat, untuk
mengobati infeksi campuran, dan untuk mencapai sinergisme
bakterisidal. Jika dua antibiotik bekerja secara bersamaan pengaruhnya
mungkin adalah indeferen, adisi dan sinergisme.11,12,17
B.7 Resistensi Antibiotik
Secara garis besar kuman dapat menjadi resisten suatu antibiotik
melalui 3 mekanisme yaitu obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya
didalam sel mikroba, inaktivasi obat dan mikroba mengubah tempat
ikatan antibiotik.
Faktor-faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi di klinik
adalah penggunaan antibiotik yang sering, penggunaan antibiotik yang
irasional, penggunaan antibiotik baru yang berlebihan dan penggunaan
antibiotik untuk jangka waktu lama.2,17
B.8 Penggunaan Antibiotik Rasional
Antibiotik hanya bekerja untuk mengobati penyakit infeksi yang
disebabkan bakteri. Antibiotik tidak bermanfaat mengobati penyakit
yang diakibatkan virus atau non bakteri lainnya. Suatu pengobatan
dikatakan rasional bila memenuhi beberapa kriteria :
1. Tepat Indikasi
Indikasi medik dimana intervensi dengan obat (farmakoterapi)
memang diperlukan dan telah diketahui memberikan manfaat
terapi.
2. Tepat Pasien
Ketepatan penilaian diperlukan terhadap kontraindikasi,
pengaruh faktor konstitusi, penyakit penyerta dan riwayat alergi.
3. Tepat Obat
Berkaitan dengan pemilihan kelas terapi dan jenis obat
berdasarkan pertimbangan manfaat, keamanan, harga dan mutu.
20
http://digilib.unimus.ac.id
4. Tepat Dosis
Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang
dengan rentang terapi sempit akan sangat beresiko timbulnya efek
samping. Sebaliknya dosis telalu kecil tidak akan menjamin
tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
5. Waspada Efek Samping Obat
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu
efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan
dosis terapi.3,7,17
B.9 Penggunaan Antibiotik Irasional
Terjadinya penggunaan antibiotik yang irasional telah diamati sejak
lama. Laporan dari suatu rumah sakit di Amerika pada tahun 1977
mengungkapkan bahwa 34% dari seluruh penderita yang dirawat
mendapat antibiotik. Dari jumlah ini 64% tidak mempunyai indikasi
atau tidak diberikan dengan dosis yang tepat.8
Suatu survei yang dilakukan oleh tim AMRIN study di RS Soetomo
Surabaya dan RSUP Kariadi Semarang tahun 2002 menunjukkan 83%
pasien mendapat antibiotik dan penggunaan antibiotik yang tidak
rasional sebanyak 60%. Dari 2058 penulisan resep dapat dikategorikan
53% digunakan sebagai terapi, 15% sebagai pencegahan dan 32%
penulisan tidak diketahui indikasinya.9
Menurut Kunin penggunaan antibiotik yang kurang rasional di
rumah sakit paling sering muncul dalam bentuk:8
1. Pemberian antibiotik tanpa ada infeksi.
2. Pilihan antibiotik yang kurang tepat.
3. Dosis berlebihan.
4. Pemberian terlalu lama.
5. Tidak menggunakan antibiotik yang efektif dan murah.
21
http://digilib.unimus.ac.id
C. Kerangka Teori
Penggunaan
Antibiotik
Rasional
Golongan Antibiotik
Harga Antibiotik
Cara Pemberian
Lama Pemberian
Merek Dagang
Jumlah Antibiotik
Jumlah Obat
Tidak Rasional
Monitoring dan
Evaluasi
Berkesinambungan
Resistensi Meningkatnya
Efek Samping
Peningkatan Biaya
Perawatan