13-35-1-SMui

6
10 Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG FLU BURUNG TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI BANJAR UTU DESA BABAHAN KECAMATAN PENEBEL TABANAN ¹IW Mulyarta, ²IMD Pradnya S,³ IP Artha W [email protected] Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali Abstract. Avian influenza is an infection disease caused by virus that frequently infected by birds and mammals. These viruses can be contaminated through air or meal, drink and body’s contact. This research aimed at analyzing the relation of community level knowledge about avian influenza concerning to the behavior of preventing avian influenza. The research used analytical descriptive by cross sectional approach with the number of sample was 95 respondents. The data was collected through 2 questionnaires which have been tested it’s validity by using Pearson’s correlation product moment and using reliability test by alpha cronbach, and then analyzed by Kendall Tau test. The research results obtained 37 peoples (38,9%) had moderate level of knowledge about avian influenza and 43 peoples (45,26%) had implemented good prevention of avian influenza behavior. The analysis results of Kendall Tau retrieved the results correlation coefficient with significant level 0,245 with significant level p < 0,05 showed 0.001 on column sig. The research could be concluded that there was a significant relation between the community knowledge about avian influenza concerning to the behavior of preventing avian influenza in Banjar Utu Babahan Village district of Penebel Tabanan. Keywords: Avian Influenza, the level of knowledge, behaviour prevention Pendahuluan Flu burung (Avian Influenza ) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia. Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antara unggas. Burung liar dan unggas (ternak) dapat menjadi sumber penyebaran flu burung (H5N1). Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah. Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternak harus jauh dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan (Ari Setiawan , 2009). Kasus Avian Influenza (AI) mulai muncul pertama kali di Italia pada tahun 1878. Tercatat penyakit ini muncul di berbagai negara di Dunia, yaitu negara-negara Eropa, Afrika, dan Amerika. Penyakit ini masuk ke Asia pada tahun 1997 di Hongkong yang menginfeksi 18 orang dan 6 orang diantaranya meninggal. Serangan flu burung terutama di Asia Tengara muncul pertama kali di Thailand tahun 2003 yang kemudian muncul di Vietnam, Malaysia, Laos, dan Kamboja. Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza). Jumlah unggas yang mati akibat

description

a

Transcript of 13-35-1-SMui

Page 1: 13-35-1-SMui

10

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG FLU

BURUNG TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI

BANJAR UTU DESA BABAHAN KECAMATAN PENEBEL

TABANAN

¹IW Mulyarta, ²IMD Pradnya S,³ IP Artha W

[email protected]

Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali

Abstract. Avian influenza is an infection disease caused by virus that frequently infected by birds and

mammals. These viruses can be contaminated through air or meal, drink and body’s contact. This

research aimed at analyzing the relation of community level knowledge about avian influenza

concerning to the behavior of preventing avian influenza. The research used analytical descriptive by

cross sectional approach with the number of sample was 95 respondents. The data was collected

through 2 questionnaires which have been tested it’s validity by using Pearson’s correlation product

moment and using reliability test by alpha cronbach, and then analyzed by Kendall Tau test. The

research results obtained 37 peoples (38,9%) had moderate level of knowledge about avian influenza

and 43 peoples (45,26%) had implemented good prevention of avian influenza behavior. The analysis

results of Kendall Tau retrieved the results correlation coefficient with significant level 0,245 with

significant level p < 0,05 showed 0.001 on column sig. The research could be concluded that there was

a significant relation between the community knowledge about avian influenza concerning to the

behavior of preventing avian influenza in Banjar Utu Babahan Village district of Penebel Tabanan.

Keywords: Avian Influenza, the level of knowledge, behaviour prevention

Pendahuluan

Flu burung (Avian Influenza) adalah

penyakit menular yang disebabkan oleh virus

yang biasanya menjangkiti burung dan

mamalia. Penyebab flu burung adalah virus

influenza tipe A yang menyebar antara unggas.

Burung liar dan unggas (ternak) dapat menjadi

sumber penyebaran flu burung (H5N1). Virus

ini dapat menular melalui udara ataupun

kontak melalui makanan, minuman, dan

sentuhan. Virus dapat bertahan hidup pada

suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan

atau dibekukan dapat menyimpan virus.

Tangan harus dicuci sebelum dan setelah

memasak atau menyentuh bahan makanan

mentah. Unggas sebaiknya tidak dipelihara di

dalam rumah atau ruangan tempat tinggal.

Peternak harus jauh dari perumahan untuk

mengurangi risiko penularan (Ari Setiawan,

2009).

Kasus Avian Influenza (AI) mulai

muncul pertama kali di Italia pada tahun

1878. Tercatat penyakit ini muncul di berbagai

negara di Dunia, yaitu negara-negara Eropa,

Afrika, dan Amerika. Penyakit ini masuk ke

Asia pada tahun 1997 di Hongkong yang

menginfeksi 18 orang dan 6 orang diantaranya

meninggal. Serangan flu burung terutama di

Asia Tengara muncul pertama kali di Thailand

tahun 2003 yang kemudian muncul di

Vietnam, Malaysia, Laos, dan Kamboja. Di

Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan

adanya kasus kematian ayam ternak yang luar

biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur,

Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan jawa

Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan

oleh karena virus new castle, namun

konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian

disebabkan oleh virus flu burung (Avian

influenza). Jumlah unggas yang mati akibat

Page 2: 13-35-1-SMui

11

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

wabah penyakit flu burung di 10 Propinsi di

Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor

(4,77%) dan yang paling tinggi jumlah

kematiannya adalah Propinsi Jawa Barat

(1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005,

penyakit flu burung telah merenggut tiga orang

nyawa warga Tangerang Banten (Widoyono,

2005).

Saat ini tiga Kabupaten di Bali yaitu :

Buleleng, Tabanan, dan Bangli sudah

dinyatakan positif tertular virus flu burung

varian baru yakni H5N1.232. Varian baru ini

diketahui ternyata lebih ganas dari varian lama

yang sebelumnya memang sudah ditemukan di

Bali. Dari tuturan Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Bali Ketut Suarjaya dimedia online

berita dewata.com yang diterbitkan hari kamis

tanggal 10 Januari 2013 menjelaskan, varian

baru ini lebih ganas dari lama karena sudah

terbukti menyerang ternak itik yang terkenal

lebih kebal terhadap penyakit. Bahkan tidak

menutup kemungkinan untuk menyerang

Kabupaten lainnya di Bali yang agak rentan

terhadap peredaran unggas. Untuk saat ini Bali

ditetapkan kondisi siaga satu terhadap kasus

flu burung varian baru. Kasus untuk virus flu

burung varian lama, Bali sudah menemukan

sejak tahun 2007 lalu. Kasus pada unggas

terjadi di Jembrana dan Tabanan (Berita

Dewata, 2013).

Di Banjar Utu menurut Kepala Dusun

Banjar Utu mengatakan bahwa sudah pernah

dilakukan penyuluhan tentang flu burung oleh

Pemerintah Dinas Peternakan Kabupaten

Tabanan. Pemerintah juga sudah langsung

memberikan vaksin pada setiap ekor ayam

yang dipelihara masyarakat. Pelaksanaan

program pengendalian dan pemberantasan flu

burung juga dilakukan dengan cara

memusnahkan ayam-ayam yang dicurigai

terkena flu burung dan ayam-ayam yang mati

mendadak serta menjelaskan pentingnya

membersihkan di dalam kandang maupun di

luar kandang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan

yang peneliti lakukan di Banjar Utu Desa

Babahan yang dilakukan dengan wawancara

pada 10 orang, mereka semua mengatakan

ayam yang dipeliharanya sudah divaksinasi flu

burung, serta 6 orang yang mengetahui bahwa

flu burung itu penyakit yang sangat mematikan

dan sangat merugikan bagi masyarakat dan 2

orang yang memelihara ayam jauh dari tempat

tinggalnya, sedangkan sisanya memelihara

ayam dekat dari tempat mereka tinggal dan

pencegahan yang dilakukan agar ayam mereka

tidak terkena flu burung semua setuju

dilaksanakan vaksinasi. Tujuan umum

penelitian ini adalah untuk mengetahui

Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Tentang Flu Burung Terhadap

Prilaku Pencegahan Flu Burung Di Banjar Utu

Desa Babahan Kecamatan Penebel Tabanan.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini

adalah : 1) Mengidentifikasi gambaran tingkat

pengetahuan masyarakat tentang flu burung di

Banjar Utu Desa Babahan. 2) Mengidentifikasi

perilaku pencegahan flu burung di Banjar Utu

Desa Babahan. 3) Menganalisa hubungan

tingkat pengetahuan masyarakat dengan

perilaku pencegahan flu burung.

Dari hasil penelitian ini diharapkan

menjadi acuan yang mendasar dalam

memberikan asuhan keperawatan yang

berkualitas, yang menitik beratkan dalam

pengetahuan dan berprilaku kearah yang

adaptif, tanpa mengesampingkan tindakan

pengobatan khusus dalam penyakit flu burung.

Landasan Teori

Flu burung adalah suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh unggas yang

dapat menyerang manusia. Nama lain flu

burung antara lain Avian Influensa. Flu burung

adalah sejenis influenza tipe A yang

menyerang hewan unggas terutama ayam dan

kadang kala kepada manusia. Flu burung dapat

berpindah dari unggas hidup kepada manusia,

walaupun penularan antara manusia relatif

jarang terjadi (Ari Setiawan, 2009).

Menurut Notoatmojo (2003)

mengungkapkan bahwa dari segi biologis

perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organism (makhluk hidup) yang bersangkutan.

Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-

tumbuhan, binatang sampai dengan manusia

Page 3: 13-35-1-SMui

12

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

itu berperilaku, karena mereka mempunyai

aktifitas masing-masing. Salah satu faktor

yang mempengaruhi perilaku adalah

pengetahuan. Perilaku pemeliharaan kesehatan

adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang

untuk memelihara atau menjaga kesehatan

agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3

aspek: perilaku pencegahan penyakit, dan

penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh

dari penyakit, perilaku peningkatan kesehatan,

apabila seseorang dalam keadaan sakit,

perilaku gizi (makanan dan minuman).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui

panca indra manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap obyek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoatmojo, 2003).

Menurut Koentjaraningrat masyarakat

adalah sekumpulan manusia yang saling

bergaul (berinteraksi) menurut sesuatu sistem

adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu

dan terikat oleh suatu rasa indentitas bersama

(Styawan,2012). Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda. Secra garis besar

dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan antara

lain: tahu, memahami, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi. Menurut Arikunto (2006)

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif, yaitu: baik : hasil Persentase 76% -

100%, cukup : hasil Persentase 56% - 75%,

kurang : hasil Persentase < 55%

Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menyatakan tetang isi materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian atau responden.

Metode

Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian deskritif analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yaitu

jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada

satu saat (Nursalam, 2008).

Penelitian dilaksanakan di Banjar Utu

Desa Babahan pada bulan April tahun 2013.

Menurut Isaac dan Michael untuk

tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan 10%. Pada

penelitian ini akan menggunakan sampel yang

berjumlah 95 KK. Rumus untuk menghitung

ukuran sampel dan populasi yang diketahui

jumlahnya sebagai berikut:

QPNd

QPN

22

2

)1(

s

Keterangan : 2 = taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%

P = Q = 0,5

d = 0,05

s = jumlah sampel

N = Besar sampel

Berdasarkan rumus di atas, dengan

jumlah populasi 125 kesalahan 5% maka

jumlah sampel yang didapatkan adalah 95

orang. Untuk penentuan sampel berikutnya

menggunakan teknik sampling jenis

Probability Sampling yaitu Simple Random

Samling diseleksi secara acak dengan cara

sampel yang akan diteliti diberi nomor, nomor

tersebut ditulis pada secarik kertas, diletakkan

di kotak, diaduk, dan diambil secara acak

setelah semuanya terkumpul.

Analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Korelasi Kendall Tau

digunakan untuk mencari hubungan dan

menguji hipotesis antara dua variabel atau

lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau

ranking (Riwidikdo, 2008).

Page 4: 13-35-1-SMui

13

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

Hasil dan Pembahasan

1. Umur

Tabel 1 Karakteristik Responden

Berdasarkan Umur di Banjar Utu

Desa Babahan April 2013

No. Umur Frekuensi (%)

1 20 - 35 15 15,79

2 36 – 50 39 41,05

3 51 – 65 33 34,74

4 66 – 80 8 8,42

Total 95 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat

dijelaskan bahwa umur responden yang paling

banyak adalah dalam rentang umur 36 - 50

tahun yaitu sebanyak 39 orang (41,05%) dan

responden yang paling sedikit dari rentang

umur 66 - 80 yaitu sebanyak 8 orang (8,42%)

2. Pendidikan

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan

Pendidikan di Banjar Utu Desa

Babahan April 2013

No. Pendidikan Frekuensi (%)

1 Tamat SD 18 18,95

2 Tamat

SMP 20 21,05

3 Tamat

SMA 29 30,53

4 Tamat D3 17 17,89

5 Tamat SI 11 11,58

Total 95 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 2 masyarakat

Banjar Utu memiliki tingkat pendidikan yang

bervariasi, responden yang paling banyak

adalah tamatan SMA sebanyak 29 orang

responden (30,53%) dan responden yang

paling sedikit adalah responden dengan

tamatan S1 sebanyak 11 orang responden

(11,58%).

3. Tingkat Pengetahuan

Tabel 3 Distribusi Responden Menurut

Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Tentang Flu Burung di Banjar Utu

Desa Babahan Kecamatan Penebel

Kabupaten Tabanan Tahun 2013

No Tingkat

pengetahuan

Frekuensi (%)

1 Kurang 28 29,47

2 Cukup 37 38,95

3 Baik 30 31,58

Total 95 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat

dijelaskan bahwa responden yang paling

banyak adalah memiliki tingkat pengetahuan

cukup sebanyak 37 orang responden (38,95%)

dan yang paling sedikit adalah tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 28 orang

responden (29,47%).

4. Perilaku Pencegahan

Tabel 4 Distribusi Responden Menurut

Perilaku Pencegahan Masyarakat Dengan

Flu Burung di Banjar Utu Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan

Tahun 2013

No. Perilaku

Pencegahan

Frekuensi (%)

1 Buruk 15 15,79

2 Cukup 37 38,95

3 Baik 43 45,26

Total 95 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat

dijelaskan bahwa responden yang paling

banyak adalah perilaku pencegahan yang baik

dengan 43 orang responden (45,26%) dan

yang paling sedikit adalah perilaku

pencegahan buruk dengan 15 orang responden

(15,79%).

5. Hubungan Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Tentang Flu Burung

Terhadap Perilaku Pencegahan Flu

Burung

Page 5: 13-35-1-SMui

14

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

Tabel 5 Hubungan Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Tentang Flu Burung

Terhadap Perilaku Pencegahan Flu

Burung di Banjar Utu Desa

Babahan Kecamatan Penebel

Kabupaten Tabanan

Pengetahuan Perilaku

Kendall’s tau_b

pengetahuanCorrelation

Coefficient

Sig.(2-tailed)

N

1.000

.

95

.245**

.001

95

Perilaku Correlation

Coefficient

Sig.(2-tailed)

N

.245**

.

95

1.000

.

95

Correlation coeffesien yaitu 0,245

nilai signifikan yaitu 0,001 hal ini menunjukan

bahwa nilai p < 0,05 berarti bahwa terdapat

hubungan yang signifikan sebesar 0,245 atau

24,5 % antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku pencegahan terhadap flu burung. Hal

ini berarti makin tinggi tingkat pengetahuan

masyarakat maka makin baik perilaku

masyarakat terhadap pencegahan flu burung.

Setelah didapatkan hasil korelasi

kendall’s Tau sebesar 0,245 selanjutnya

dimasukkan kedalam rumus z untuk

membuktikan apakah koefisien itu dapat

diberlakukan pada populasi dimana sampel

tersebut diambil dengan rumus sebagai

berikut.

)1(9

)52(2

NN

N

tz

=

= 3, 52

Penelitian ini menggunakan dua

variabel, untuk uji dua pihak menggunakan

taraf kesalahan 5% atau 0,05 kemudian dibagi

2, sehingga menjadi 0,025%. Selanjutnya

harga z dapat dilihat pada kurve normal

dengan z = 0,475 ( didapat dari 0,5- 0,025)

pada tabel kurve normal diperoleh harga z

tabel = 1,96 dan z hitung = 3,52 sehingga z

hitung > z tabel berarti koefisien korelasi

antara hubungan tingkat pengetahuan

masyarakat tentang flu burung terhadap

perilaku pencegahan flu burung sebesar

24,5%.

Kesimpulan dan Saran

1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang

flu burung di Banjar Utu Desa Babahan

yaitu dari 95 orang responden paling

banyak adalah 37 orang (38,95%)

memiliki tingkat pengetahuan yang

cukup, dan paling sedikit yaitu 28 orang

(29,47%) tingkat pengetahuannya

kurang.

2. Perilaku pencegahan flu burung di

Banjar Utu Desa Babahan yaitu dari 95

orang responden paling banyak adalah 43

orang (45,26%) memiliki perilaku

pencegahan yang baik dan paling sedikit

15 orang (15,79%) memiliki perilaku

pencegahan kurang.

3. Ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan masyarakat tentang

flu burung terhadap perilaku pencegahan

flu burung di Banjar Utu Desa Babahan,

Kecamatan Penebel, Kabupaten

Tabanan, dengan correlation coeffesion

sebesar 0,245.

Saran untuk Banjar Utu Desa

Babahan, diharapkan penelitian ini dapat

memberi informasi yang berguna dalam

meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang flu burung dan perilaku masyarakat

terhadap penanganan flu burung. Bagi Tenaga

kesehatan, diharapkan hasil penelitian ini bisa

menjadi acuan dalam pemberian penyuluhan

agar masyarakat memiliki pengetahuan yang

bagus tentang penyakit flu burung dan

memiliki perilaku yang bagus dalam

mencegah penyebaran flu burung. Bagi

Instansi S1 Keperawatan, dengan penelitian ini

diharapkan penelitian ini menjadi bahan

bacaan yang berguna serta dapat menambah

wawasan mahasiswa kesehatan dalam bidang

ilmu keperawatan komunitas. Peneliti

selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat

Page 6: 13-35-1-SMui

15

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

menjadi acuan yang dipakai sebagai referensi

dalam penelitian selanjutnya mengenai tingkat

pengetahuan masyarakat tentang flu burung

dengan perilaku pencegahan flu burung.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

(Edisi Revisi VI), Jakarta: Rineka

Cipta

Ari Setiawan, Arief. 2009. Mengenal Dan

Mencegah Flu Burung. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Berita Dewata. 2013 Tiga Kabupaten di Bali

Positif Varian Baru Flu Burung .

Available:

http://beritadewata.com/Life_Style/K

esehatan/Tiga_Kabupaten_di_Bali_P

ositif_Varian_Baru_Flu_Burung.html

Accesed: 29 Januari 2013

Notoatmojdo, Soekidjo.2003. Pendidikan Dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT

Rineke Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika

Riwidikdo. Handoko. 2008. Statistik

Kesehatan Belajar Mudah Teknik

Analisis Data Dalam Penelitian

Kesehatan Plus Aplikasi Soft Ware

SPSS. Jogjakarta: Mitra Cedikia.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian .

Bandung: Penerbit Alfabeta

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis:

Epidemiologi, Penularan, Pencegahan

& Pemberantasannya. Semarang:

Erlangga Medical Series (EMS).