13-35-1-SMui
description
Transcript of 13-35-1-SMui
10
Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG FLU
BURUNG TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI
BANJAR UTU DESA BABAHAN KECAMATAN PENEBEL
TABANAN
¹IW Mulyarta, ²IMD Pradnya S,³ IP Artha W
Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali
Abstract. Avian influenza is an infection disease caused by virus that frequently infected by birds and
mammals. These viruses can be contaminated through air or meal, drink and body’s contact. This
research aimed at analyzing the relation of community level knowledge about avian influenza
concerning to the behavior of preventing avian influenza. The research used analytical descriptive by
cross sectional approach with the number of sample was 95 respondents. The data was collected
through 2 questionnaires which have been tested it’s validity by using Pearson’s correlation product
moment and using reliability test by alpha cronbach, and then analyzed by Kendall Tau test. The
research results obtained 37 peoples (38,9%) had moderate level of knowledge about avian influenza
and 43 peoples (45,26%) had implemented good prevention of avian influenza behavior. The analysis
results of Kendall Tau retrieved the results correlation coefficient with significant level 0,245 with
significant level p < 0,05 showed 0.001 on column sig. The research could be concluded that there was
a significant relation between the community knowledge about avian influenza concerning to the
behavior of preventing avian influenza in Banjar Utu Babahan Village district of Penebel Tabanan.
Keywords: Avian Influenza, the level of knowledge, behaviour prevention
Pendahuluan
Flu burung (Avian Influenza) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus
yang biasanya menjangkiti burung dan
mamalia. Penyebab flu burung adalah virus
influenza tipe A yang menyebar antara unggas.
Burung liar dan unggas (ternak) dapat menjadi
sumber penyebaran flu burung (H5N1). Virus
ini dapat menular melalui udara ataupun
kontak melalui makanan, minuman, dan
sentuhan. Virus dapat bertahan hidup pada
suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan
atau dibekukan dapat menyimpan virus.
Tangan harus dicuci sebelum dan setelah
memasak atau menyentuh bahan makanan
mentah. Unggas sebaiknya tidak dipelihara di
dalam rumah atau ruangan tempat tinggal.
Peternak harus jauh dari perumahan untuk
mengurangi risiko penularan (Ari Setiawan,
2009).
Kasus Avian Influenza (AI) mulai
muncul pertama kali di Italia pada tahun
1878. Tercatat penyakit ini muncul di berbagai
negara di Dunia, yaitu negara-negara Eropa,
Afrika, dan Amerika. Penyakit ini masuk ke
Asia pada tahun 1997 di Hongkong yang
menginfeksi 18 orang dan 6 orang diantaranya
meninggal. Serangan flu burung terutama di
Asia Tengara muncul pertama kali di Thailand
tahun 2003 yang kemudian muncul di
Vietnam, Malaysia, Laos, dan Kamboja. Di
Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan
adanya kasus kematian ayam ternak yang luar
biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur,
Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan jawa
Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan
oleh karena virus new castle, namun
konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (Avian
influenza). Jumlah unggas yang mati akibat
11
Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2
wabah penyakit flu burung di 10 Propinsi di
Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor
(4,77%) dan yang paling tinggi jumlah
kematiannya adalah Propinsi Jawa Barat
(1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005,
penyakit flu burung telah merenggut tiga orang
nyawa warga Tangerang Banten (Widoyono,
2005).
Saat ini tiga Kabupaten di Bali yaitu :
Buleleng, Tabanan, dan Bangli sudah
dinyatakan positif tertular virus flu burung
varian baru yakni H5N1.232. Varian baru ini
diketahui ternyata lebih ganas dari varian lama
yang sebelumnya memang sudah ditemukan di
Bali. Dari tuturan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Bali Ketut Suarjaya dimedia online
berita dewata.com yang diterbitkan hari kamis
tanggal 10 Januari 2013 menjelaskan, varian
baru ini lebih ganas dari lama karena sudah
terbukti menyerang ternak itik yang terkenal
lebih kebal terhadap penyakit. Bahkan tidak
menutup kemungkinan untuk menyerang
Kabupaten lainnya di Bali yang agak rentan
terhadap peredaran unggas. Untuk saat ini Bali
ditetapkan kondisi siaga satu terhadap kasus
flu burung varian baru. Kasus untuk virus flu
burung varian lama, Bali sudah menemukan
sejak tahun 2007 lalu. Kasus pada unggas
terjadi di Jembrana dan Tabanan (Berita
Dewata, 2013).
Di Banjar Utu menurut Kepala Dusun
Banjar Utu mengatakan bahwa sudah pernah
dilakukan penyuluhan tentang flu burung oleh
Pemerintah Dinas Peternakan Kabupaten
Tabanan. Pemerintah juga sudah langsung
memberikan vaksin pada setiap ekor ayam
yang dipelihara masyarakat. Pelaksanaan
program pengendalian dan pemberantasan flu
burung juga dilakukan dengan cara
memusnahkan ayam-ayam yang dicurigai
terkena flu burung dan ayam-ayam yang mati
mendadak serta menjelaskan pentingnya
membersihkan di dalam kandang maupun di
luar kandang.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang peneliti lakukan di Banjar Utu Desa
Babahan yang dilakukan dengan wawancara
pada 10 orang, mereka semua mengatakan
ayam yang dipeliharanya sudah divaksinasi flu
burung, serta 6 orang yang mengetahui bahwa
flu burung itu penyakit yang sangat mematikan
dan sangat merugikan bagi masyarakat dan 2
orang yang memelihara ayam jauh dari tempat
tinggalnya, sedangkan sisanya memelihara
ayam dekat dari tempat mereka tinggal dan
pencegahan yang dilakukan agar ayam mereka
tidak terkena flu burung semua setuju
dilaksanakan vaksinasi. Tujuan umum
penelitian ini adalah untuk mengetahui
Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Tentang Flu Burung Terhadap
Prilaku Pencegahan Flu Burung Di Banjar Utu
Desa Babahan Kecamatan Penebel Tabanan.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini
adalah : 1) Mengidentifikasi gambaran tingkat
pengetahuan masyarakat tentang flu burung di
Banjar Utu Desa Babahan. 2) Mengidentifikasi
perilaku pencegahan flu burung di Banjar Utu
Desa Babahan. 3) Menganalisa hubungan
tingkat pengetahuan masyarakat dengan
perilaku pencegahan flu burung.
Dari hasil penelitian ini diharapkan
menjadi acuan yang mendasar dalam
memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas, yang menitik beratkan dalam
pengetahuan dan berprilaku kearah yang
adaptif, tanpa mengesampingkan tindakan
pengobatan khusus dalam penyakit flu burung.
Landasan Teori
Flu burung adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh unggas yang
dapat menyerang manusia. Nama lain flu
burung antara lain Avian Influensa. Flu burung
adalah sejenis influenza tipe A yang
menyerang hewan unggas terutama ayam dan
kadang kala kepada manusia. Flu burung dapat
berpindah dari unggas hidup kepada manusia,
walaupun penularan antara manusia relatif
jarang terjadi (Ari Setiawan, 2009).
Menurut Notoatmojo (2003)
mengungkapkan bahwa dari segi biologis
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organism (makhluk hidup) yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia
12
Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2
itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitas masing-masing. Salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku adalah
pengetahuan. Perilaku pemeliharaan kesehatan
adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang
untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3
aspek: perilaku pencegahan penyakit, dan
penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh
dari penyakit, perilaku peningkatan kesehatan,
apabila seseorang dalam keadaan sakit,
perilaku gizi (makanan dan minuman).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui
panca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba
dengan sendiri. Pada waktu pengindraan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap obyek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmojo, 2003).
Menurut Koentjaraningrat masyarakat
adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul (berinteraksi) menurut sesuatu sistem
adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu
dan terikat oleh suatu rasa indentitas bersama
(Styawan,2012). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda-beda. Secra garis besar
dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan antara
lain: tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Menurut Arikunto (2006)
pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu: baik : hasil Persentase 76% -
100%, cukup : hasil Persentase 56% - 75%,
kurang : hasil Persentase < 55%
Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tetang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden.
Metode
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskritif analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada
satu saat (Nursalam, 2008).
Penelitian dilaksanakan di Banjar Utu
Desa Babahan pada bulan April tahun 2013.
Menurut Isaac dan Michael untuk
tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan 10%. Pada
penelitian ini akan menggunakan sampel yang
berjumlah 95 KK. Rumus untuk menghitung
ukuran sampel dan populasi yang diketahui
jumlahnya sebagai berikut:
QPNd
QPN
22
2
)1(
s
Keterangan : 2 = taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%
P = Q = 0,5
d = 0,05
s = jumlah sampel
N = Besar sampel
Berdasarkan rumus di atas, dengan
jumlah populasi 125 kesalahan 5% maka
jumlah sampel yang didapatkan adalah 95
orang. Untuk penentuan sampel berikutnya
menggunakan teknik sampling jenis
Probability Sampling yaitu Simple Random
Samling diseleksi secara acak dengan cara
sampel yang akan diteliti diberi nomor, nomor
tersebut ditulis pada secarik kertas, diletakkan
di kotak, diaduk, dan diambil secara acak
setelah semuanya terkumpul.
Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Korelasi Kendall Tau
digunakan untuk mencari hubungan dan
menguji hipotesis antara dua variabel atau
lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau
ranking (Riwidikdo, 2008).
13
Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2
Hasil dan Pembahasan
1. Umur
Tabel 1 Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur di Banjar Utu
Desa Babahan April 2013
No. Umur Frekuensi (%)
1 20 - 35 15 15,79
2 36 – 50 39 41,05
3 51 – 65 33 34,74
4 66 – 80 8 8,42
Total 95 100
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
dijelaskan bahwa umur responden yang paling
banyak adalah dalam rentang umur 36 - 50
tahun yaitu sebanyak 39 orang (41,05%) dan
responden yang paling sedikit dari rentang
umur 66 - 80 yaitu sebanyak 8 orang (8,42%)
2. Pendidikan
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan di Banjar Utu Desa
Babahan April 2013
No. Pendidikan Frekuensi (%)
1 Tamat SD 18 18,95
2 Tamat
SMP 20 21,05
3 Tamat
SMA 29 30,53
4 Tamat D3 17 17,89
5 Tamat SI 11 11,58
Total 95 100
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 2 masyarakat
Banjar Utu memiliki tingkat pendidikan yang
bervariasi, responden yang paling banyak
adalah tamatan SMA sebanyak 29 orang
responden (30,53%) dan responden yang
paling sedikit adalah responden dengan
tamatan S1 sebanyak 11 orang responden
(11,58%).
3. Tingkat Pengetahuan
Tabel 3 Distribusi Responden Menurut
Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Flu Burung di Banjar Utu
Desa Babahan Kecamatan Penebel
Kabupaten Tabanan Tahun 2013
No Tingkat
pengetahuan
Frekuensi (%)
1 Kurang 28 29,47
2 Cukup 37 38,95
3 Baik 30 31,58
Total 95 100
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat
dijelaskan bahwa responden yang paling
banyak adalah memiliki tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 37 orang responden (38,95%)
dan yang paling sedikit adalah tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 28 orang
responden (29,47%).
4. Perilaku Pencegahan
Tabel 4 Distribusi Responden Menurut
Perilaku Pencegahan Masyarakat Dengan
Flu Burung di Banjar Utu Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan
Tahun 2013
No. Perilaku
Pencegahan
Frekuensi (%)
1 Buruk 15 15,79
2 Cukup 37 38,95
3 Baik 43 45,26
Total 95 100
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat
dijelaskan bahwa responden yang paling
banyak adalah perilaku pencegahan yang baik
dengan 43 orang responden (45,26%) dan
yang paling sedikit adalah perilaku
pencegahan buruk dengan 15 orang responden
(15,79%).
5. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Tentang Flu Burung
Terhadap Perilaku Pencegahan Flu
Burung
14
Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2
Tabel 5 Hubungan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Tentang Flu Burung
Terhadap Perilaku Pencegahan Flu
Burung di Banjar Utu Desa
Babahan Kecamatan Penebel
Kabupaten Tabanan
Pengetahuan Perilaku
Kendall’s tau_b
pengetahuanCorrelation
Coefficient
Sig.(2-tailed)
N
1.000
.
95
.245**
.001
95
Perilaku Correlation
Coefficient
Sig.(2-tailed)
N
.245**
.
95
1.000
.
95
Correlation coeffesien yaitu 0,245
nilai signifikan yaitu 0,001 hal ini menunjukan
bahwa nilai p < 0,05 berarti bahwa terdapat
hubungan yang signifikan sebesar 0,245 atau
24,5 % antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku pencegahan terhadap flu burung. Hal
ini berarti makin tinggi tingkat pengetahuan
masyarakat maka makin baik perilaku
masyarakat terhadap pencegahan flu burung.
Setelah didapatkan hasil korelasi
kendall’s Tau sebesar 0,245 selanjutnya
dimasukkan kedalam rumus z untuk
membuktikan apakah koefisien itu dapat
diberlakukan pada populasi dimana sampel
tersebut diambil dengan rumus sebagai
berikut.
)1(9
)52(2
NN
N
tz
=
= 3, 52
Penelitian ini menggunakan dua
variabel, untuk uji dua pihak menggunakan
taraf kesalahan 5% atau 0,05 kemudian dibagi
2, sehingga menjadi 0,025%. Selanjutnya
harga z dapat dilihat pada kurve normal
dengan z = 0,475 ( didapat dari 0,5- 0,025)
pada tabel kurve normal diperoleh harga z
tabel = 1,96 dan z hitung = 3,52 sehingga z
hitung > z tabel berarti koefisien korelasi
antara hubungan tingkat pengetahuan
masyarakat tentang flu burung terhadap
perilaku pencegahan flu burung sebesar
24,5%.
Kesimpulan dan Saran
1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang
flu burung di Banjar Utu Desa Babahan
yaitu dari 95 orang responden paling
banyak adalah 37 orang (38,95%)
memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup, dan paling sedikit yaitu 28 orang
(29,47%) tingkat pengetahuannya
kurang.
2. Perilaku pencegahan flu burung di
Banjar Utu Desa Babahan yaitu dari 95
orang responden paling banyak adalah 43
orang (45,26%) memiliki perilaku
pencegahan yang baik dan paling sedikit
15 orang (15,79%) memiliki perilaku
pencegahan kurang.
3. Ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan masyarakat tentang
flu burung terhadap perilaku pencegahan
flu burung di Banjar Utu Desa Babahan,
Kecamatan Penebel, Kabupaten
Tabanan, dengan correlation coeffesion
sebesar 0,245.
Saran untuk Banjar Utu Desa
Babahan, diharapkan penelitian ini dapat
memberi informasi yang berguna dalam
meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang flu burung dan perilaku masyarakat
terhadap penanganan flu burung. Bagi Tenaga
kesehatan, diharapkan hasil penelitian ini bisa
menjadi acuan dalam pemberian penyuluhan
agar masyarakat memiliki pengetahuan yang
bagus tentang penyakit flu burung dan
memiliki perilaku yang bagus dalam
mencegah penyebaran flu burung. Bagi
Instansi S1 Keperawatan, dengan penelitian ini
diharapkan penelitian ini menjadi bahan
bacaan yang berguna serta dapat menambah
wawasan mahasiswa kesehatan dalam bidang
ilmu keperawatan komunitas. Peneliti
selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat
15
Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2
menjadi acuan yang dipakai sebagai referensi
dalam penelitian selanjutnya mengenai tingkat
pengetahuan masyarakat tentang flu burung
dengan perilaku pencegahan flu burung.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi VI), Jakarta: Rineka
Cipta
Ari Setiawan, Arief. 2009. Mengenal Dan
Mencegah Flu Burung. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Berita Dewata. 2013 Tiga Kabupaten di Bali
Positif Varian Baru Flu Burung .
Available:
http://beritadewata.com/Life_Style/K
esehatan/Tiga_Kabupaten_di_Bali_P
ositif_Varian_Baru_Flu_Burung.html
Accesed: 29 Januari 2013
Notoatmojdo, Soekidjo.2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineke Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Riwidikdo. Handoko. 2008. Statistik
Kesehatan Belajar Mudah Teknik
Analisis Data Dalam Penelitian
Kesehatan Plus Aplikasi Soft Ware
SPSS. Jogjakarta: Mitra Cedikia.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian .
Bandung: Penerbit Alfabeta
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis:
Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
& Pemberantasannya. Semarang:
Erlangga Medical Series (EMS).