124878698-Morbili
-
Upload
alwi-qatsir-alya -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of 124878698-Morbili
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik Stase Tropik Infeksi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
MORBILI
oleh:
Hernita S
NIM. 04.45416.00206.09
Pembimbing:
dr. Indra Tamboen, Sp.A
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2011
1
RESUME
Identitas:
An. DRA/ Perempuan/ usia 4 bulan/ BB 6600 gram
Anamnesa:
Demam (+) hari ke-7
Batuk berdahak (+) dan pilek (+) hari ke-5
BAB cair (+) hari ke-3, 2-3x/hari, warna kuning, ampas lebih banyak daripada air.
Mata merah (+) hari ke 4, berair
Ruam pada kulit (+) hari ke-4
Sesak (+) hari ke-2
Pemeriksaan Fisik:
Composmentis
Tanda vital: Nadi: 140 kali per menit, Suhu: 38,6o C, Frekuensi Nafas: 56 kali per
menit.
Konjungtivitis (+)
Ruam makula-papular eritematous pada wajah,leher, ekstremitas, dan badan (+)
Ronchi: pada seluruh lapangan paru
Pemeriksaan Penunjang:
Darah rutin : Leukosit 8.900
Hb : 9,8 gr/dl
Diagnosa Banding: 1. Morbili
2. Rubella
Diagnosa Kerja Sementara: Morbili
2
+++
+++
Diagnosa Komplikasi: Bronkopneumoni
Diagnosa lain: -
Usul Pemeriksaan: 1. Foto Rontgen Thorax posisi AP
2. Pemeriksaan antibodi immunoglobulin G (IgG) and M
(IgM) untuk morbili
Usul Penatalaksanaan: - O2 1liter
- IVFD D5+1/4 NS 8 tpm (makro)
- Vitamin A 100.000 IU
- Ampisilin 4 x 165 mg (iv)
- Paracetamol syrup 3 x ½ cth
- Gliseril guaiakolat 27 mg
- Epedrin 3 mg
Prognosa: Bonam
3
3 x 1 pulv
PEMBAHASAN
Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular disebabkan oleh infeksi
virus yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala gejala klinis khas
yang terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1)
stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodronal
dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada
mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3)
stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke
muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul di dahului dengan suhu badan yang
meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas.
Etiologi
Virus campak berada di sektor nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus
masih tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu pada
pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 350C, beberapa
hari pada suhu 00C. Virus tidak aktif pada pH rendah.
Bentuk Virus
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan
tepi yang yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar
yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsit yang
berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam
nukleat (RNA) – yang merupakan struktur heliks nukleoprotein dan mixovirus.
pada selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek. Salah satu protein yang
berada di selubung luar berfungsi sebagai hemoglobin.
4
Ketahanan Virus
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.
Apalagi berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada
temperatur kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari,
pada suhu 370C waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 560C hanya satu
jam. Sebaliknya virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin. Pada suhu -
700C dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5 tahun, sedangkan dalam
lemari pendingin dengan suhu 4-60C, dapat hidup selama 5 bulan. Tetapi bila
tanpa media protein, virus ini hanya mampu bertahan selam 2 minggu, dan dapat
dengan mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet.
Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka virus campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile. Pada suhu kamar, virus ini akan mati
dalam 20% ether setelah 10 menit dan dalam 50% aseton setelah 30 menit. Virus
campak juga sensitif terhadap 0,01% betapropiacetone – pada suhu 370C dalam 2
jam, ia akan kehilangan sifat infektivitasnya namun tetap memiliki anti genitas
penuh. Sedangkan dalam formalin 1/4.000, virus ini menjadi tidak efektif setelah
5 hari, tetapi tetap tidak kehilangan antigenitasnya. Penambahan tripsin akan
mempercepat hilangnya potensi antigenik.
Pertumbuhan Virus
Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk
isolasi primer digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus
campak lebih lambat daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi pada
fase larutan setelah 7-10 hari. Virus tidak akan tumbuh dengan baik pada
perbenihan primer yang terdiri dari continuous cell lines, tetapi dapat diisolasi dari
biakan primer sel manusia atau kera terlebih dahuludan selanjutnya virus ini akan
dengan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai macam biakan yang terdiri dari
continuous cell lines yang berasal dari sel ganas maupun sel normal manusia.
Sekali dapat menyesuaikan diri pada perbenihan tersebut, ia dapat tumbuh dengan
cepat dibandingkan dalam perbenihan primer, dan mencapai kadar maksimumnya
dalam 2-4 hari.
5
Virus campak menyebabkan dua perubahan tife sitopatik. Perubahan
sitopatik yang pertama berupa perubahan pada sel yang batas tepinya menghilang
sehingga sitoplasma dari banyak sel akan sering bercampur dan membentuk
anyaman dengan pengumpulan 40 nukleus di tengah. Inclusion bodies tampak
pada kedua sitoplasma dan intinya. Efek sitopatik yang kedua menyebabkan
perubahan bentuk sel perbenihan dari poligonal menjadi bentuk gelondong. Sel ini
menjadi lebih hitam dan lebih membias daripada sel normal dan jika dicat
menunjukkan inclusion bodies yang berada di dalam inti. Efek pada sel gelondong
ini lebih sering terjadi pada sub-kultur yang berurutan, terutama apabila virus
lebih menyesuaikan diri dalam sel amnion manusia.
Ada atau tidak adanya glutamin dalam media mungkin menentukan efek
sitopatik utama mana yang akan timbul, terutama bila virus di tumbuhkan dalam
sel H.Ep2. tipe efek sitopatik yang bervariasi ini tergantung pada tipe sel penjamu,
media, jalur virus yang dilalui dan genetik strain virus itu sendiri. Struktur serat
dan pipa kecil terlihat dalam inti sel yang terinfeksi virus campak, namun struktur
tersebut bukan merupakan partikel virus melainkan tanda istimewa dari infeksi
virus campak. Struktur serupa juga terlihat pada kasus subacule sclerosing
encephalitis.
Patogenesis
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet
melalui udara, sejak 1-2 hari sbelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Ditempat awal infeksi, penggandaan virus sanat minimal dan jarang
dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononukluer, kemudian mencapai kelenjar getah bening
regional. Disini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limfa. Sel mononuklear yang
terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel Warthin ),
sedangakan limfosit-T ( termasuk T-supresor dan T-helper ) yang rentan terhadap
infeksi, turut aktif membelah.
6
Gambaran kejadian awal dijaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu
ketika virus masuk kedalam pembuluh darah menyebar kepermukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, dan usus.
Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis
sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah
dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas di awali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon
imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sisitem saluran pernafasan
diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat
dan suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut Koplik, yang dapat
dijadikan sebagai tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari 14
sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit.
Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak
secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh dikulit.
Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan antigen campak
dan di duga terjadi suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring
dan saluran pernapasan memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, ototis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pnemonia
juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.
Demam
Droplet Infection (virus masuk)
↓
Virus memasuki aliran darah
↓
Sampai dan mempengaruhi termostat dalam hipotalamus
7
↓
Titik setel termostat meningkat
↓
Suhu tubuh meningkat
↓
Hipertermia
BAB cair (Diare)
Diare dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yaitu:
1. Gangguan osmotik akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
kemudian menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akanmerangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnyatimbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus. Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya dapattimbuldiare.
Batuk berdahak
Batuk berdahak terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
bertujuan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang berminggu-minggu sampai berbulan-bulan peradangan
dimulai. Sifat batuk dimulai dari batuk nonproduktif (kering) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi batuk produktif. Batuk pada morbili terjadi sebagai
manifestasi klinis akibat virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh
8
darah, pada focus infeksi di saluran nafas yang sebelumnya telah mengalami
nekrosis akibat viremia pertama.
Bercak Koplik (Koplik’s spots)
Bercak koplik diambil dari nama henry koplik, seorang dokter spesialis
anak di Amerika Serikat yang pertama mendeteksi tanda tersebut. Bercak Koplik
seringkali digambarkan seperti garam yang di taburkan di atas permadani merah,
yang sebenarnya gambarannya berupa titik-titik putih kecil dikelilingi oleh dasar
mukosa mulut yang merah. Bercak ini hanya muncul pada masa inkubasi dan
cepat menghilang (3-5 hari) setelah gejala pertama (1-2 hari stelah munculnya
bercak koplik), demam menjadi semakin tinggi, lalu diikuti dengan munculnya
ruam-ruam kemerahan pada kulit.
Ruam pada kulit
Pada pasien yang menderita morbili, setelah 2-4 hari, virus campak
menginfeksi jaringan getah bening lokal, kemungkinan dibawa oleh makrofag
paru. Setelah amplifikasi virus campak di kelenjar getah bening regional, terutama
viremia terkait sel menyebar virus ke berbagai organ. Pada kulit terjadi ploriferasi
sel-sel endotel kalpiler di dalam korium, kemudian terjadi eksudasi serum dan
kadang-kadang eritrosit dalam epidermis yang kemudian menimbulkan rash/ ruam
kulit. Ruam-ruam ini berupa ruam makulo-papular dengan dasar eritematous.
Konjungtivitis
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama
oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi
melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui
saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine,
lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila
ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi
infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis. Pada pasien morbili, focus infeksi
9
juga bisa terdapat pada saluran lakrimalis, viremia pada tempat tersebut dapat
mengakibatkan peradangan yang memunculkan konjungtivitis.
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Diagnosis campak dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang
sanagt berkaitan yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi
dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu
diawali dari belakang telinga kemudian menyebar kemuka, dada, tubuh, lengan
dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami
hiperpigmentasi dan mengelupas.
Pada stadium prodormal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang
merupakan tanda patognomonis campak ( bercak Koplik ). Meskipun demikian
menuntukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus
manifestasi sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang
ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan sudah meninggal
sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang
berkelanjutan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara
klinis, sedangkan pemeriksaan sekedar membantu; seperti pada pemeriksaan
sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, pada
pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak
khas disebut campak atifikal; diagnosis banding lainnya adalah rubela, demam
skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum, dan infeksi Stafilokokus.
Penyulit
a. Laringitis akut
Laringitis timbul akibat adanya edema hebat pada mukosa saluran
nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya.
Ditandai dengan distress pernapasan, sesak, sianosis dan stridor.
Ketika demam keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang
10
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.
Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya
ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus
gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat
berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun
pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus
berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang
telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus.
Gambaran infiltrat pada foto thorak dan adanya leukositosis dapat
mempertegas diagnosis. Dinegara sedang berkembang dimana
malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri bisa
terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.
c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak
demam pada saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan
sebagai kejang demam.
d. Ensefalitis
Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya
pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1
dalam 1000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%.
Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun
melalui invasi langsung virus campak kedalam otak. Gejala ensefalitis
dapat berupa kejang, letragi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri kepala,
frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat
ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis
ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein
ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.
e. SSPE ( Subacute Sclerosing Panencephalitis )
Subacute sclerosing panencephalitis merupakan kelainan degeneratif
susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak
yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang
11
sebelumnya pernah menderita camapak adalah 0.6-2,2 per 100.000
infeksi campak. Resiko terjadi SSPE lebih besar pada usian yang lebih
muda, dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului
denngan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti
oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat mioklonik.
Laboratorium meunjukkan peningkatan globulin dalam cairan
serebrospinal, antibodi terhadap campak dalam serum ( CF dan HAI )
meningkat ( 1:1280 ).Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka
waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.
f. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodormal dan stadium
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak
karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula
terjadi mastoiditis.
g. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan
mencret pada fase prodormal, keadaan invasi virus kedalam sel
mukosa usus. Dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan
kehilangan protein ( protein losing enteropathy ).
h. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi,
dan fotopobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri.
Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lessi konjungtiva
pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan
terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan.
Dapat pula timbul ulkus kornea.
i. Sistem kardiovaskuler
Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan gelombang T,
kontraksi prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. Perubahan
12
tersebut bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai
arti klinis.
j. Adenitis servikal
k. Purpura trombositopenik dan non-trombositopenik
l. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus, dan kelainan
konginental pada bayi.
m. Aktivasi tuberkulosis
n. Pneumoniamediastianal
o. Emfisema subkutan
p. Apendisitis
q. Gangguan gizi sampai kwasiorkhor
r. Infeksi piogenik pada kulit
s. Kankrum oris ( noma )
Diagnosa Banding
Morbili Rubella
Manifestasi
Klinis
a. Stadium kataral (prodormal)
ditandai oleh demam
ringan hingga sedang,
batuk kering ringan,
coryza, fotofobia dan
konjungtivitis
Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk
bertambah.
Timbul enantema
Terjadinya eritema yang
Gejala klinis:
• Nyeri pada mata
pada gerakan mata lateral
dan ke atas (keluhan sangat
mengganggu)
• Konjungtivitis
• Sakit tenggorokan
• Sakit kepala
• Demam yang tidak terlalu
tinggi
• Menggigil
• Anoreksia
• Mual
• Pembengkakan kelenjar
getah bening
13
berbentuk makula papula
disertai dengan menaiknya
suhu tubuh. Eritema timbul
dibelakang telinga
dibagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang
bawah
Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening
disudut mandibula dan
didaerah leher belakang
c. Stadium konvalesensi
Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali
bila ada komplikasi
Erupsi berkurang
meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang
bisa hilang sendiri
auricularis posterior
dan terutama kelenjar getah
bening suboccipital
• Tanda Forchheimer (suatu
enanthem diamati
pada 20% pasien
dengan rubella selama
periode prodromal,
terdapat pada beberapa
pasien selama
fase awal exanthem; terdiri
dari petechiae pinpoint atau
yang lebih besar
yang biasanya terjadi
pada palatum mole)
• Gejala utama
infeksi virus rubella adalah
munculnya ruam(exanthem)
pada wajah yang
menyebar ke batang tubuh
dananggota badan dan
biasanya memudar
setelah tiga hari (itu
sebabnya sering disebut
sebagai campak tiga hari)
Data
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
menunjukkan
leukopenia dengan limfosit
osis relatif
dan trombositopenia
Adanya rubella-specific
immunoglobulin M (IgM)
antibody atau rubella-
specific IgG antibody yang
meningkat 4 kali
14
Pengobatan
Pasien campak tampa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
cukup cairan, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik dengan pemberian
antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperluka. Sedangkan
pada campak dengan penyulit, pasien perlu di rawat inap. Dirumah sakit pasien
campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan
keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai.
Vitamin A 100.000 IU peroral diberiakan satu kali apabila terdapat malnutrisi
dilanjutkan 1500.000 IU tiap hari.
Untuk konjungtivitis ringan dengan cairan mata yang jernih, tidak
diperlukan pengobatan. Jika mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun
yang telah direbus dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air
bersih. Oleskan salep mata kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali sehari selama 7 hari.
Jangan menggunakan salep steroid. Jaga kebersihan mulut, beri obat kumur
antiseptik bila pasien dapat berkumur.
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi
penyulit yang timbul, yaitu:
Bronkopneumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan klorampenikol 75mg/kgBB/hari intravena dalam 4
dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral.
Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi
spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali ( 3-
minggu kemudian ) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatig anergi
( pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed
hipersensitivity disebabkan oleh sel limposit-T yang terganggu fungsinya
Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila enteritis+dehidrasi.
Otitis media
15
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol ( TMP 4mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis )
Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hinggs ¾ kebutuhan untuk
mengurangi edem otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu
dikoreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
Vitamin A 100.000 IU
Suplemen vitamin A telah dikaitkan dengan penurunan sekitar 50%
pada morbiditas dan mortalitas dan muncul untuk membantumencegah
kerusakan mata dan kebutaan.
Karena kekurangan vitamin A berhubungan dengan penyakit yang
parah dari penyakit campak, WHO merekomendasikan semua anak yang
didiagnosis dengan campak harus menerima suplemen vitamin A terlepas
dari negara mereka tinggal, berdasarkan usia mereka,
Paracetamol
Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan
keadaan umum penderita, yakni antipiretik (penurun panas) untuk kenyamanan
penderita terutama anak.
Obat ini mempunyai nama generik acetaminophen. Parasetamol adalah
drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Paracetamol
utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena
infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan
untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman
dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja
atau tidak sengaja sering terjadi.
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan
perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.
Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi
16
enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk
senyawa penyebab inflamasi (4,5). Sebagaimana diketahui bahwa enzim
siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi
prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi
berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut
terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.
Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti
inflamasi.
Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada
tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.
Dosis: 10-15 mg/KgBB/kali
GG (Gliseril guaiakolat)
GG memiliki aktivitas sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume
dan mengurangi kekentalan sputum yang terdapat di trakhea dan bronki. Dapat
meningkatkan reflek batuk dan memudahkan untuk membuang sputum.
Mekanisme kerjanya berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya
secara reflek merangsang sekresi kelenjar saluran nafas lewat N. Vagus, sehingga
menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.
Dosis : 4mg/kgBB/kali
Efedrin
Merupakan obat dekongestan ini merupakan golongan simpatomimetik
yang beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa hidung untuk menyebabkan
vasokonstriksi, menciiutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki
pernafasan. Efek sentral lebih kuat dengan efek bronchodilatasi lebih ringan dan
bertahan lebih lama (4 jam).
Dosis : 0,8-1,6 mg/kgBB/hari
17
Daftar Pustaka
1. Sumarno, S, Sudarmo, P, Hadinegoro, S, Satari H. Campak. Dalam :
Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Cetakan Kedua. 2010. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) : Jakarta Hal : 109-116
2. Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.
2009.Departemen Kesehatan RI: Jakarta Hal : 81
18