12 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK ...
Transcript of 12 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK ...
12
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK USIA
DINI MELALUI KEGIATAN ORIGAMI PADA ANAK KELOMPOK A
ROUDLOTUL ATHFAL (RA) AL-IKHLAS SEMARANG BARAT
SKRIPSI
Disajikan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Nama : Rully Kusumastuti
Nim : 1601911005
Jurusan : SI PG PAUD
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasar kode etik
ilmiah.
Semarang, 8 Agustus 2014
Rully Kusumastuti
NIM. 1601911005
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan akan diajukan ke siding
Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang.
Semarang, 8 Agustus 2014
Pembimbing I, Pembimbing II,
Diana, M.Pd Agustinus Arum Eka N, M.Sn
NIP. 197912202006042001 NIP. 198008282010121003
Ketua Jurusan PAUD
Edi Waluyo , M.Pd
NIP. 197904252005011001
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam sidang panitia ujian skripsi jurusan S-1
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas negeri Semarang, pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 8 Agustus 2014
Semarang, 8 Agustus 2014
Ketua, Sekretaris,
Drs. Sutaryono, M.Pd Diana, M.Pd
NIP. 195708251983031015 NIP. 197912202006042001
Penguji I,
Edy Waluyo , M.Pd
NIP. 197904252005011001
Penguji II, Penguji III,
Diana, M.Pd Agustinus Arum Eka N, M.Sn
NIP. 197912202006042001 NIP. 198008282010121003
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Keterampilan adalah investasi masa depan :
Keterampilan dan keyakinan merupakan pasukan bersenjata yang tidak
dapat dikalahkan. (peribahasa Inggris).
Akhir hidup yang besar bukanlah pengetahuan, melainkan perbuatan.
( Thomas Henry Huxley)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur
kepada Allah SWT karya ini
dipersembahkan kepada:
Bapak, Ibu, Kakak, Adik-adikku dan
Anakku tercintayang menyayangiku
dengan tulus.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Berkat
kekuatan dan ketabahan yang diberikan-Nya, segala hambatan dan kesulitan
mampu penulis hadapi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak sekali
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan
ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa
hormat kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberi kesempatan belajar di UNNES.
2. Drs. Hardjono, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
3. Edi Waluyo, M.Pd selaku Ketua Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES, Semarang yang memberikan motivasi dan kemudahan kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Diana, M.Pd selaku pembimbing I skripsi ini yang dengan sabar, keramahan
dan ketulusan hati telah meluangkan waktu, memberi pengarahan dan
petunjuk hingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
vii
5. Agustinus Arum Eka N,M.Sn selaku pembimbing II skripsi ini, yang dengan
sabar, keramahan dan ketulusan hati telah meluangkan waktu, memberi
pengarahan dan bimbingan hingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
6. Terima kasih untuk dosen wali penulis Dra. Lita Latiana, M.H, yang selalu
memberi semangat untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Dosen-dosen yang telah memberi ilmu dan pengalaman selama penulis berada
di Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
8. Bapak dan Ibu tercinta, melalui doa yang tiada henti senantiasa mendatangkan
kedamaian serta dorongan kepada penulis untuk terus berusaha
menyelesaikan skripsi ini. Kalian adalah orangtua terbaik di dunia yang
tercipta untuk penulis.
9. Adikku Anie Indah Sari dan Tri Nur Wijayanto tercinta yang telah membantu
dan memberi semangat membuat skripsi.
10. Keluarga besar RA.AL-IKHLAS Semarang yang telah memberi bantuann
dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
11. Ucapan terima kasih kepada Keluarga Besar Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini angkatan 2011, teman-teman seperjuangan Bu Hani, Bu Desi,
Nina, Indah, Elly, Bu Lia, Risa, Mbak Iik,Bu Wiwit,Bu Sulistyowati dan
Bu Sudarti serta mahasiswa PJJ UNNES yang lain. Kebersamaan dan
silaturahmi semoga tetap terjaga.
viii
12. Anak-anak Kelompok A RA.AL- IKHLAS yang telah membantu selama
proses penelitian.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan begitu banyak pelajaran berharga untuk kehidupan, hanya terima
kasih yang dapat penulis sampaikan atas bantuannya, semoga Allah SWT
memberikan imbalan yang sesuai.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 8 Agustus 2014
Rully Kusumastuti
NIM 1601911005
ix
ABSTRAK
RULLY KUSUMASTUTI, NIM 1601911005, 2014 “Meningkatkan Motorik
Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Origami Pada Anak Kelompok A
Roudlotul Athfal (RA) AL-IKHLAS Semarang Barat ”. Skripsi progam studi
Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang.
Pendidikan untuk anak usia dini merupakan pendidikan yang ditunjukkan
untuk anak usia 0-8 tahun, salah satu strategi yang dapat digunakan pendidik
untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini adalah melalui
melipat kertas atau origami. Guru hendaknya memilih kegiatan yang tepat untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki anak salah satunya dengan meningkatkan
kemampuan melipat kertas. Kemampuan melipat kertas yang rendah menjadi
masalah yang dihadapi guru di kelompok A RA. Al-Ikhlas Semarang Barat.
Berdasarkan kondisi tersebut rumusan masalah yang dipaparkan dalam penulisan
ini bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan origami
di kelompok A RA. Al –Ikhlas Semarang Barat, dan seberapa besar pengaruh
kegiatan origami terhadap peningkatan keterampilan motorik halus anak di
kelompok A RA. Al - Ikhlas Semarang Barat.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus terdapat
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sumber data adalah siswa
Kelompok A RA Al-Ikhlas, Semarang melalui kegiatan pembelajaran yang lebih
menarik seperti melipat kertas dan melipat berbagai macam lipatan kertas. yang
disesuaikan dengan tema sebagai sumber belajar terbukti mampu meningkatkan
kemampuan melipat kertas pada anak, yaitu terlihat dari lembar data hasil
pengamatan pada saat kegitan pembelajaran dengan melipat kertas yang
berlangsung.
Hasil penelitian siklus I diperoleh hasil 57% peningkatan kemampuan
berhitung permulaan dan pada siklus II diperoleh hasil 80% peningkatan
kemampuan melipat kertas, dengan hasil tersebut menujukkan bahwa penelitian
ini berhasil karena telah mencapai target indikator penelitian sebesar 80%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kegiatan melipat kertas
(origami) sebagai sumber belajar dapat dikatakan berhasil dalam rangka
meningkatkan keterampilan motorik halus anak-anak. Berdasarkan penelitian
tersebut disarankan pada semua guru dapat memberikan kegiatan melipat kertas/
origami pembelajaran permulaan yang menarik dan menyenangkan anak. Guru
juga hendaknya mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan bagi anak.
Kata kunci: Melipat kertas, Kreativitas dan berkarya seni
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xiii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 10
1.Tujuan Penelitian .................................................................................................. 10
2.Manfaat Penelitian ................................................................................................ 10
BAB II : KAJIAN TEORI .................................................................................................... 12
A. Anak Usia Dini .......................................................................................................... 12
B. Motorik Halus ........................................................................................................... 12
C. Kegiatan Origami ...................................................................................................... 15
D. Manfaat origami ........................................................................................................ 17
BAB III: METODE PENELITIAN ...................................................................................... 33
A. Jenis Penelitian ................................................................................................... 33
xi
Halaman
B. Subyek Penelitian ............................................................................................... 36
C. Tempat dan waktu .............................................................................................. 36
D. Variabel penelitian ............................................................................................. 36
E. Prosedur kerja dalam penelitian ......................................................................... 37
F. Teknik pengumpulan data .................................................................................. 40
1.Wawancara ....................................................................................................... 40
2.Observasi .......................................................................................................... 41
G. Teknik Analisa data............................................................................................ 44 39
H. Indikator keberhasilan ........................................................................................ 45
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 65
A. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 47
1. Deskripsi Daerah Penelitian ............................................................................... 47
2. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................................... 48
3. Hasil Penelitian Sebelum Diberi Tindakan ........................................................ 52
4. Hasil Penelitian Siklus I ..................................................................................... 56
5. Hasil Penelitian Siklus II .................................................................................... 75
B. Pembahasan ............................................................................................................ 87
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 91
A. Simpulan ................................................................................................................. 91
B. Saran ....................................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 93
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 94
xii
BIODATA ..................................................................................................................... 95
FOTO 1. Bangunan Fisik Al –Ikhlas ............................................................................. 96
FOTO 2. Alat Peraga Kertas Lipat ................................................................................ 96
FOTO 3. Kegiatan Belajar Mengajar ............................................................................ 97
FOTO 4. Cara Melipat Kertas Sederhana ...................................................................... 97
FOTO 5. Melipat Bentuk Rumah .................................................................................. 98
FOTO 6.Melipat Bunga Tulip ..................... .................................................................. 98
FOTO 7. Melipat Bentuk Anjing................................................................................... 99
FOTO 8. Melipat Bentuk Bunga Matahari .................................................................... 99
FOTO 9. Melipat Bentuk Burung dan Bunga Di Taman ............................................. 100
FOTO 10. Melipat Bunga dan Burung Ditempel Lalu Diwarnai .................................. 100
FOTO 11. Melipat Bentuk Rumah yang Dilengkapi Dengan Taman Bunga................ 101
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1. Data Tenaga Pengajar RA Al -Ikhlas .................................................................. 50
TABEL 2. Data Siswa RA Al –Ikhlas Kelompok A ............................................................ 51
TABEL 3. Data Hasil Pengamatan Sebelum Diambil Tindakan .......................................... 53
TABEL 4.Hasil Pengamatan Siklus I ................................................................................... 59
TABEL 5 Hasil Pengamatan Siklus II. ................................................................................. 69
TABEL 6. Hasil Pengamatan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Tentang
Berbagai Macam Origami Pada Anak ................................................................ 70
xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Prosentase Hasil Sebelum Siklus ................................................................... 55
GAMBAR 2. Prosentase Hasil Siklus I ................................................................................ 68
GAMBAR 3. Prosentase Hasil Siklus II ............................................................................... 79
GAMBAR 4. Grafik Peningkatan Hasil Penelitian .............................................................. 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan senantiasa diarahkan pada peningkatan mutu sumber
daya manusia terutama pada anak Taman Kanak-Kanak/ Roudlotul Athfal.
Anak sebagai peserta didik dipersiapkan untuk menjadi jiwa yang tangguh,
mandiri, dan kreatif dalam memasuki era globalisasi yang penuh persaingan.
Untuk itu penyelenggaraan program pendidikan akan lebih menitik beratkan
pada perkembangan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Berdasarkan jurnal internasional yang disampaikan oleh Robert J.
Lang yang telah mempelajari tentang origami lebih dari 40 tahun The Fourth
Internasional Meeting on Origami in Science (40SME), September 2006 pada
Institute of Technology Pasadena, California bahwa ada hubungan yang
sangat erat antara origami dengan mathematika, teknologi, pendidikan, dan
program komputer. Dalam Jurnal nasional oleh Andyda Melia (2011),
pemerhati anak dan parenting menyampaikan hasil penelitian yang telah
dipublikasikan, disimpulkan bahwa belajar origami bermanfaat bagi anak
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan koordinasi antara tangan
dan mata. Bagi guru dapat menggunakan origami untuk mengerjakan berbagai
konsep matematika. Membuat origami juga memberi pengaruh positif pada
memori, proses imajinasi, perhatian dan meningkatkan harga diri. Origami
2
merupakan aktivitas orang tua dan anak. Hal ini karena origami sebagai
aktivitas orang tua, kemudian anak mencoba membuat origami sendiri.
Berdasarkan jurnal tersebut di atas, kegiatan origami dapat
meningkatkan motorik halus, juga dapat mendorong anak untuk lebih mudah
atau berpengaruh positif terhadap pembelajaran yang bersifat logika dan
emosional. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Hal ini
nantinya akan dibutuhkan anak dalam kegiatan akademis. Kegiatan akademis
tersebut seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik
garis dan menggambar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1978)
bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin
banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian
sosiai yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik
sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik
merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal carol (Endah,2008).
Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda, ada
yang lambat dan ada pula yang normal sesuai dengan perkembangan
kematangan anak. Namun sebaiknya selaku pendidik atau orang tua
hendaknya mengetahui permasalahan dan memberikan solusi bagaimana
meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Menurut Holts (2009),
kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila di usianya yang
3
seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi ia tidak
menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekolah sekitar 6
tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar.
Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik
halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-
jemarinya secara fleksibel.
Beberapa faktor yang melatarbelakangi keterlambatan perkembangan
kemampuan motorik halus adalah kurangnya kesempatan untuk melakukan
eksplorasi terhadap lingkungan sejak bayi, pola asuh orangtua yang cenderung
overprotektif dan kurang konsisten dalam memberikan rangsangan belajar,
tidak membiasakan anak untuk mengerjakan aktivitas sendiri, anak tidak
dibiasakan makan sendiri, sehingga fleksibilitas tangan dan jemarinya kurang
terasah.
Menurut Wing (2008), sebagian anak mengalami kesulitan dalam
keterampilan motorik halus dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan
teknologi jaman sekarang seperti video games dan komputer. Anak-anak
kurang menggunakan waktu mereka untuk permainan yang memakai motorik
halus. Ini bisa menyebabkan kurang berkembangnya otot-otot halus pada
tangan. Keterlambatan perkembangan otot-otot ini menyebabkan kesulitan
menulis ketika anak masuk sekolah. Beberapa anak menunjukkan
keterlambatan dalam kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh
kembang atau diagnosa medik seperti Down Syndrome atau cerebral palsy
(cacat mental).
4
Proses pembelajaran awal yang menyenangkan, sangat berpengaruh
pada kemajuan pembelajaran akademik dan kreativitas. Brenner dalam
Solehuddin (2000) menyatakan bahwa tak ada masa yang lebih potensial
untuk belajar daripada masa tahun-tahun awal kehidupan anak. Sehingga akan
lebih baik bagi anak pada masa ini untuk diberi stimulasi belajar yang efektif
untuk mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Proses
pembelajaran awal yang menyenangkan dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus dapat dioptimalisasikan pada awal kehidupan anak. Menurut
Solehuddin (2000) berkenaan dengan pertumbuhan fisik, anak usia dini masih
perlu aktif melakukan berbagai aktifitas. Oleh karena itu pihak sekolah
selayaknya mengembangkan kegiatan belajar yang sesuai dengan
perkembangan anak untuk dapat meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
Para ahli pendidikan memandang bahwa usia prasekolah merupakan
masa emas bagi penyiapan anak untuk menjalani proses perkembangan dan
belajar selanjutnya. Pada usia ini pula terdapat “masa peka” yang sangat
potensial sekali untuk dikembangkan secara optimal sebagai tuntutan
perkembangan anak. Usia emas dalam perkembangan motorik adalah masa
anak-anak usia 4–5 th Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar
pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial
emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai
agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan
kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara
5
optimal. Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak
mengalami sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan
perkembangan fisik jadi lebih maksimal daripada usia sebelumnya.
Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka
peningkatan kegiatan origami, dapat memberikan kesenangan pada anak,
memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya.
Menurut Rachmawati dkk (2003) bahwa dengan potensi kreativitas, maka
anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang syarat dengan ide-ide
kreatif, sedangkan para ahli konstruktivis mengasumsikan bahwa pada
dasarnya anak itu memiliki kemampuan untuk membangun dan mengkreasi
pengetahuan.
Menurut pandangan Schickedanz, dalam Solehuddin (2002)
pengetahuan pada dasarnya dibangun. Pengetahuan itu tidak terletak
dimanapun, melainkan dibangun oleh anak dengan berinteraksi dengan
lingkungannya. Hal ini diasumsikan bahwa keterlibatan, kreativitas, dan
inisiatif anak dalam proses belajar merupakan hal yang esensial, serta
menciptakan suasana belajar yang bermakna. Berkaitan dengan pembelajaran
di sekolah, sebenarnya banyak pendekatan dan kegiatan pembelajaran yang
dapat mendukung pengembangan aspek motorik halus anak.
Pendekatan seni merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Seni adalah kegiatan manusia
dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang
melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indra dan rasa, kemampuan
6
intelektual, kreatifitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya
yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai
media. Pengembangan seni juga bertujuan mengembangkan keterampilan
motorik halus anak didik dalam berolah tangan. Salah satu diantaranya adalah
pembelajaran bidang seni rupa yaitu pada kegiatan melipat kertas (origami).
Pembelajaran seni merupakan salah satu pendekatan pembelajaran di Taman
Kanak-Kanak (Raudlotul Athfal) yang memiliki aspek bermain sambil belajar
atau belajar seraya bermain (Sukardi, 2008).
Melipat kertas (origami) merupakan kegiatan hiasan (ornamen) dengan
menggunakan kertas tertentu. Origami peranannya bisa meluas ke segala
bidang, misalnya dipergunakan sebagai bagian dari perlengkapan hidup.
Origami telah memasuki segala aspek kehidupan manusia. Dengan demikian
origami memiliki peranan pada semua bidang tergantung pada kebutuhan
manusia, termasuk peranannya dalam bidang pendidikan untuk keperluan
melatih kemampuan motorik halus pada suatu pembelajaran.
Kegiatan origami ini melibatkan unsur otot, syaraf, otak, dan jari-
jemari tangan. Anak selayaknya diberi motivasi, dorongan yang dapat
memunculkan minat anak terhadap kegiatan tersebut. Anak dilatih memegang
kertas dengan benar ketika melipat suatu kertas dalam bentuk tertentu,
sehingga dapat meningkatkan kelenturan jari jemari anak. Disinilah unsur-
unsur tersebut akan terkoordinasi jika dilakukan dengan intensif. Tak ada
seorang anak pun yang tidak bisa melipat kertas, namun perlu pembelajaran
yang sabar, telaten dan rutin.
7
Suatu saat nanti, apabila telah berhasil membuat beberapa origami, ia
akan dengan mudah melipat kertas sesuai dengan apa yang ada dalam
imajinasinya atas kertas tersebut. Karena itu, origami dianggap dapat
dijadikan sebagai ajang mengasah kreativitas anak. Selain itu, aktivitas ini
juga bermanfaat dapat menstimulasi daya imajinasi, mengembangkan
gagasan, menyalurkan emosi, menumbuhkan minat seni, sekaligus
mengoptimalkan kemampuan motorik halus anak prasekolah.
Menurut Ki Hadjar Dewantoro dalam Sofa (2003) setiap fungsi
perkembangan dan kemampuan dasar/ genetik dalam diri anak, khususnya
usia Taman Kanak-Kanak mempunyai masa peka tersendiri, misalnya masa
peka untuk melipat kertas, menggambar adalah tahun ke-5. Sehingga “masa
peka” yang sangat potensial di usia prasekolah ini baik untuk dikembangkan
secara optimal sebagai tuntutan perkembangan anak. Dengan demikian
kemampuan motorik halus anak perlu untuk ditingkatkan untuk mengubah
suatu keadaan dalam memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan
memperbaiki suatu keadaan di bidang pendidikan.
Melihat kenyataan di lapangan, sebagian besar Taman Kanak-kanak
menerapkan pembelajaran yang dijadikan dasar peningkatan motorik halus
terkadang kurang terencana dan terprogram. Guru masih menerapkan
pembelajaran yang bersifat konvensional seperti pembelajaran yang kurang
memunculkan minat anak dan masih kurangnya sarana prasarana
pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Adapun
yang terjadi di lapangan khususnya di Raudlotul Athfal berdasarkan
8
pengamatan awal dan hasil diskusi dengan guru kelas menunjukan bahwa
anak-anak pada umumnya masih memiliki kemampuan motorik halus yang
masih rendah terutama pada kegiatan pramenulis seperti cara memegang
pensil yang belum benar, menjiplak bentuk/ garis yang belum rapi, kesulitan
membuat bentuk-bentuk tulisan, mewarnai yang masih terlihat corat-coret,
melipat kertas (origami) serta kegiatan lainnya yang masih memerlukan
bimbingan dari lingkungan terutama kemampuan motorik halus, yang
mencakup penggunaan koordinasi otot-otot kecil/ halus. Hal ini bisa
disebabkan faktor kematangan anak dan stimulasi/ latihan yang belum
diterapkan secara konsisten seperti pembelajaran yang ada dalam program di
sekolah tersebut.
Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak belum terencana
secara khusus. Untuk itu sebaiknya masalah ini segera diantisipasi, sehingga
kekhawatiran anak mengalami kesulitan dalam kemampuan motorik halus
dapat diminimalisir. Pada umumnya motorik halus anak di Taman Kakan-
Kanak sebagian besar terlambat tidak sesuai dengan usianya. Hal ini juga
terlihat pada Roudlotul Athfal Al-Ihklas SemarangBarat.
Secara khusus pada anak-anak Kelompok A Raudlotul Athfal (RA) -
Al Ikhlas Semarang Barat yang berusia 4-5 tahun belum dapat menggunakan
alat tulis dengan baik dan benar, motorik halusnya sangat lemah/ kurang,
terutama keterampilan melipat kertas. Anak-anak yang mengalami
keterlambatan dalam perkembangan motorik halus, mengalami kesulitan
untuk mengkoordinasikan gerak tangan dan jari jemarinya secara fleksibel,
9
khususnya kegiatan melipat kertas (origami). Dari jumlah 38 anak didik,
Kelompok A terdapat 30 atau sekitar 80% anak didik yang terlambat
kemampuan motorik halusnya, sedangkan yang mampu hanya sebanyak 8 atau
sekitar 20% anak didik.
Berdasarkan kenyataan tersebut, sebagai solusi tindakan untuk
memecahkan masalah keterampilan motorik halus anak, maka dilaksanakan
kegiatan origami sebagai media pembelajaran. Dasar pertimbangan pemilihan
origami untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak adalah sebagai
berikut : pertama, kegiatan origami, anak dapat membuat sesuatu dari cara
yang mendasar yaitu, meniru, berkreatifitas dan berimajinasi. Kedua, anak
belajar mengapresiasi seni dan keindahan. Artinya belajar keindahan jiwa.
Ketiga, belajar membuat model dan permainan sendiri. Keempat, anak belajar
melihat gambar, belajar mencari solusi sehingga berhasil membentuk sebuah
model origami, juga anak belajar konsep berbandingan bentuk: yang
kesemuanya itu memerlukan keterampilan motorik halus.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kegiatan origami yang dapat dijadikan media pembelajaran
untuk mempermudah meningkatkan keterampilan motorik halus. Penelitian
tindakan kelas ini, berjudul “ meningkatkan keterampilan motorik halus anak
usia dini melalui kegiatan origami pada anak kelompok A Roudlotul Athfal
(RA) Al- Ikhlas Semarang Barat”
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : Bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus
melalui kegiatan origami pada anak kelompok A di Roudlotul Athfal (RA) Al-
Ikhlas Semarang Barat?
1. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian
ini adalah : Untuk mengetahui peningkatan motorik halus anak kelompok
A RA. Al – Ikhlas Semarang Barat, setelah penerapan origami.
2. Manfaat
Sesuai dengan tujuan penulisan, maka manfaat yang diharapkan
dari hasil penelitian ini adalah :
a. Manfaat teoritis
Manfaat penelitian secara teoritis adalah hasil dari penelitian
ini dapat dijadikan referensi metode upaya meningkatkan kreativitas
anak usia dini.
b. Manfaat praktis
1) Bagi anak
Untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan
origami.
11
2) Bagi guru
Untuk mengetahui tentang metode dan strategi yang tepat untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan
origami.
3. Bagi lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
positif untuk meningkatkan mutu pendidikannya.
4. Bagi Orang Tua
Dapat mengetahui dan memahami metode dalam meningkatkan
kreativitas anak melalui kegiatan origami, sehingga orang tua dapat
bekerjasama dengan pihak guru maupun sekolah untuk bersama-
sama membina, membimbing anak-anak agar meningkatkan
kreativitas.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Anak Usia Dini
Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiiiki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan
pendidikan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar
kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosial ekonomi (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.
Tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu :
1. Tujuan utama untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu
anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
13
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa
dewasa.
2. Tujuan penyerta untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003
ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD
dan penyelenggaraannya di beberapa Negara, PAUD dilaksanakan sejak usia
0-8 tahun.
Ruang lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
1. Infant (0-2 tahun)
2. Toddler (2-3 tahun)
3. Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
4. Early Primary School (SD kelas awal) (6-8 tahun)
B. Motorik Halus
Pengertian Motorik Halus menurut Moelichatoen (2004) adalah
merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan.
Gerakan ini keterampilan bergerak, sedangkan menurut Hurlock (1975)
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Menurut Susanto (2011) motorik halus adalaah gerak
halus yang melibatkan bagian – bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot
14
– otot kecil saja, Karena tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakkan
yang halus ini memerlukan koordinasi yang cepat.
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan
gerak seorang anak. Pada dasarnya perkembangan ini sejalan dengan
kematangan saraf dan otak anak, sehingga setiap gerakan sesederhana apapun,
adalah merupakan hasil pola interaksi yang komplek dari berbagai bagian dan
sistem dalam tubuh yang di kontrol oleh otak. Perkembangan motorik
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan
individu secara keseluruhan. Menurut Harlock (1996), bahwa Perkembangan
motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmani melalui kegiatan
pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian berasal dari
perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir.
Pengertian Perkembangan Motorik Halus, menurut Lady Boutique
(2012), Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak di tekankan
pada koordinasi gerak motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan
meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.
Pada usia 4 tahun koordinasi gerak motorik halus anak sangat berkembangan
bahkan hampir sempurna Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami
kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini di
sebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna
sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau
6 tahun koordinasi gerak motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak
telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
15
mengkoordinasikan gerakan mata, lengan dan tubuh bersamaan, antara lain
dapat di lihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Menurut Nursalam (2005) Perkembangan motorik halus adalah
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan
koordinasi perkembangan motorik halus. Kemampuan motorik halus adalah
kemampuan yang berhubungan dengan ketrampilan fisik yang melibatkan
otak kecil dan koordinasi tangan-tangan. Saraf motorik halus ini dapat di latih
dan di kembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinyu secara
rutin. Seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda ke dalam
lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
Berdasarkan teori tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan motorik halus adalah kemampuan gerak keterampilan fisik
seseorang berdasarkan koordinasi otak kecil, dan otot-otot halus jari dan
tangan yang dipengaruhi oleh belajar dan berlatih
C. Kegiatan Origami
Menurut Andini Putri Sari (2012) Origami berasal dari bahasa Jepang,
ori berarti lipat dan garni berasal dari kata kami berarti kertas. Origami
merupakan suatu kegiatan melipat kertas menjadi suatu bentuk. Keterampilan
origami berasal dari Cina yang kemudian diperkenalkan oleh orang Spanyol
dan Jepang. Di Jepang keterampilan ini telah mengakar dan diserap menjadi
kebudayaan setempat.
16
Origami menjadi salah satu kebudayaan orang Jepang dalam upacara
keagamaan Shinto. Sampai sekarang, origami tidak hanya berkembang
dikalangan orang Jepang, tetapi sudah meluas sampai Amerika, Eropa dan
Asia termasuk Indonesia.
Di Spanyol, seni origami dikenal dengan nama papiroflexia.
Papiroflexia sebagai kebudayaan Spanyol dikembangkan oleh Miguel
Unamuno (1864-1936) dan Ismael Adolfo Cereeda yang berasal dari Buenos
Aires, Miguel Unamuno merupakan ahli filsafat Spanyol dan juga sebagai
Rektor Universitas Salamanca sedangkan di Jepang, seni kerajinan origami ini
banyak dilakukan orang sebagai hobi atau sebagai kegiatan refresing pengisi
waktu luang. Origami tergolong hobi yang cukup mahal. Akan tetapi untuk
menyiasatinya kita dapat membuat origami dari bahan-bahan kertas bekas
yang dapat dengan mudah ditemukan. Untuk membuat origami tidak
memerlukan kemampuan dan keterampilan yang tinggi. Hanya dengan latihan
dan pengalaman, seseorang dapat menghasilkan karya menarik. Keterampilan
origami ini juga dapat dikembangkan menjadi usaha komersil yang
mendapatkan keuntungan.
Menurut M. Amanuma dalam Danandjaja (1997 :297), Origami adalah
seni melipat kertas menjadi berbagai bentuk. Bangsa Jepang tidak
menganggap origami sebagai suatu seni yang berdiri sendiri, karena mereka
lebih menganggap melipat kertas itu sebagai satu bagian yang tak terpisahkan
dengan kebudayaan bangsanya. Bahan yang digunakan origami adalah kertas
17
atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan
suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan enak dipandang.
Origami adalah sebagai seni membuat objek, rata- rata yang digunakan
adalah selembar kertas. Origami merupakan seni tradisional melipat kertas
yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian modern.
Maka dapat disimpulkan bahwa origami adalah seni melipat kertas
atau kain dalam berbagai bentuk, dari hasil kerja tangan yang sangat teliti dan
halus, enak dipandang, dimana merupakan seni Dari Cina, terus ke Spanyol,
untuk selanjutnya berkembang ke Jepang dan menjadi seni tradisional Jepang
yang berkembang menjadi seni modern yang diakui dan dinikmati secara
universal.
D. Manfaat origami
Menurut sukardi (2008) menyebutkan beberapa alasan dan sekaligus
manfaat berorigami untuk mereka, yaitu :
1. Anak belajar meniru/ mengikuti
Ketika seorang anak mengikuti tahap demi tahap lipatan dengan
baik, maka sebenarnya ia telah belajar bagaimana mengikuti petunjuk dan
arahan baik dari orang tua, instuktur, maupun dari gambar/foto origami.
Dari sanalah ia belajar membuat sesuatu dari cara yang paling mendasar
yakni meniru.
18
2. Anak belajar berkeativitas
Origami memang dunia kreativitas. Begitu banyak model origami,
baik model tradisional maupun model dari karya-karya terbaru. Seorang
anak tinggal memilih model apa dan mana yang ia sukai. Seiring dengan
itu, jika anak sudah mulai mahir melipat dan sudah banyak model yang ia
lipat, maka pada saat tertentu nanti akan muncul gagasan ingin membuat
sesuatu dari teknik-teknik lipatan yang telah dikenalnya. Ini artinya ia
belajar berkreasi untuk menghasilkan sesuatu.
3. Anak belajar berimajinasi
Model origami biasanya juga merupakan miniature dari mahluk
dan benda-benda kebutuhan hidup. Modelnya merupakan hasil dari
imajinasi para pembuatnya. Ada model-model yang sangat jelas atau
sangat natural dari bentuk-bentuk atau model-model kehidupan. Namun ia
juga kadang begitu abstrak sehingga lebih diperlukan imajinasi yang kuat
untuk menagkapnya.Seorang anak akan belajar berimajinasi melalui
origami ini. Apa bila ketika ia telah mencoba berkreasi dengan sesuatu
bentuk yang baru tanpa meniru atau mengikuti diagramnya.
4. Anak belajar berkarya (seni)
Origami adalah seni melipat kertas, sehingga ketika seorang anak
membuat origami berarti ia telah belajar berkarya (seni). Seni disini bisa
diartikan dalam dua hal, yakni pertama seni melipatnya (teknik dan cara
melipatnya, prosesnya pada setiap tahap, dsb), yang kedua adalah
19
modelnya itu sendiri yang menjadi karya seni. Hasil karya origami jelas
dapat dimasukkan dalam seni visual (visualart). Penggunaan jenis ragam
dan warna kertas akan menjadikan model yang juga berbeda, termasuk
komposisi yang diinginkannya.
5. Anak belajar menghargai/ mengapresiasi
Bicara soal karya dan seni, tentu tidak lepas dari apresiasi dan
penghargaan. Mempraktekkan origami berarti juga belajar mengapresiasi
sebuah cabang karya seni dan seni visual. Seorang anak ketika berorigami
berarti juga akan belajar mengapresiasi seni dan keindahan sejak dini,
artinya ia juga belajar kehalusan jiwa.
6. Anak belajar membuat model
Origami adalah melipat kertas untuk membuat suatu model. Maka
ketika seorang anak berorigami, ia sedang belajar membuat dari selembar
kertas (atau lebih) menjadi sebuah model sesuai dengan kemampuan dan
kesukaannya. Model dalam origami sangatlah banyak dan terus
berkembang seiring dengan karya-karya baru yang dihasilkan oleh para
pelipat. Namun model origami yang disukai anak biasanya adalah model
origami tradisional yang berupa mainan (miniatur) binatang, pesawat
(anak laki-laki), rumah dan alat rumah tangga (anak wanita) dan
sebagainya. Model origami untuk anak ini, biasanya terdiri dari lipatan
sederhana dan sedikit tahapan dalam digramnya. Namun tidak menutup
kemungkinan, seorang anak yang telah banyak mencoba jenis lipatan akan
20
membuat model origami yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi.
Semakin banyak mencoba jenis lipatan, seorang anak tentu dapat membuat
model origami lebih banyak lagi.
7. Anak belajar membuat mainannya sendiri
Banyak model origami yang dapat digunakan untuk bermain anak,
misalnya kodok lompat, piring terbang, bola besar, pesawat-pesawat
terbang, perahu, kuda berputar, suara tembakan, baling-baling, model
peralatan rumah mulai lemari, kursi, meja dipan, dan Iain-lain. Model-
model itu umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja. Untuk
model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas karton,
seperti untuk membuat topi, bola besar, pesawat dan lain-lain. Perlu
digaris bawahi dalam berorigami, melipatnya itu sendiri adalah bagian
dari bermain, setelah menjadi model, juga dapat dimainkan baik sendiri
atau bersama.
8. Anak belajar membaca diagram/ gambar
Belajar origami, selain melalui bimbingan seorang guru atau
instruktur, dapat pula melalui animasi atau diagram dari sebuah buku
origami. Jadi seorang anak dapat membuat origami dengan mengikuti
diagram yang ada dalam buku, meski harus dipilih dan disesuaikan dengan
tingkat kemampuannya. Ini diharapkan agar anak tidak kesulitan untuk
menyelesaikannya. Bahkan dianjurkan, bila kemampuan sang anak masih
tahap pemula, Bahkan dianjurkan, bila kemampuan sang anak masih tahap
21
pemula, baiknya senantiasa didampingi orang dewasa, agar ketika
mendapat kesulitan ada yang membantu untuk menyelesaikannya. Yang
pasti, semakin sering anak berlatih melalui diagram-diagram yang ada,
maka akan meningkat pula kemampuan membaca diagramnya termasuk
pengenalan terhadap jenis lipatan yang digunakan. Proses membaca
diagram akan merangsang logikanya untuk memikirkan rangkaian tahapan
hingga selesai.
9. Anak belajar menemukan solusi bagi persoalannya
Sebuah diagram origami terdiri dari beberapa tahapan. Dimana
setiap tahapannya merupakan rangkaian persoalan-persoalan lipatan yang
beraneka ragam. Ketika seorang anak membuat origami dengan cara
mengikuti alur sebuah diagram, sebetulnya dia sedang menghadapi
persoalan pada setiap tahap diagram itu. Bila mana dia berhasil mengikuti
tahap demi tahap, artinya ia dapat menyelesaikan persoalan origami. Pada
saat seperti itu, untuk anak umur tertentu akan berjalan logikanya.
Bagaimana mengikuti, membaca gambar, danmenyelesaikan persoalan-
persoalan itu. Bahkan jika mulai membuat karya sendiri, ia akan berusaha
mencari solusi, sehingga berhasil membentuk sebuah model origami yang
diharapkan. Tentu ini latihan yang sangat baik bagi anak belajar
memecahkan persoalannya.
22
10. Anak belajar perbandingan (proporsi) dan berpikir matematis
Satu diantara yang sangat menentukan keindahan modal origami
adalah yang disebut dengan proporsi bentuk (perbandingan bentuk).
Mengapa ini atau itu mirip bentuk tertentu adalah karena teori proporsi.
Tingkat keindahan sebuah model origami (meski sudah jelas modelnya)
adalah juga sangat terletak pada proporsi ini. Di sisi lain jenislipatan
origami tradisional umumnya merupakan jenis lipatan berdasarkan teori
matematis, artinya bukan asal lipatan ( berbeda dengan banyak teknik
untuk model-model kontemporer). Dengan demikian, aktifitas origami
dapat membimbing seorang anak untuk mengenal konsep perbandingan
bentuk dan sekaligus konsep matematis.
Demikian manfaat origami sangat berdapak luas, dari meniru,
berkreativitas, berimajinasi, berkarya, berapresiasi, membuat model.
membuat mainan sendiri, belajar membaca diagram/gambar, belajar
menemukan solusi persoalan, belajar perbandingan(proporsi) dan ber
berpikir matematis. Itu semua sangat berguna untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus anak menjadi lebih baik.
11. Karakteristik Motorik Halus Anak Usia Dini
Dalam penelitian yang dilakukan Widodo Judarwanto (2010) sering
seorang anak lebih dominan pada salah satu kemampuan motorik halus atau
motorik kasar. Dalam penelitian tersebut didapatkan dua kelompok besar anak
dengan kemampuan dan karakter tertentu. Bila seorang mengalami gangguan
23
motorik kasar biasanya seringkali diikuti oleh gangguan keseimbangan atau
gangguan vestibularis dan gangguang sensoris.
Gangguan sensoris yang terjadi adalah sensitive terhadap rangsangan
suara (frekuensi tinggi), rangsangan cahaya (silau) dan rangsangan raba (jalan
jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik). Pada gangguan sensoris pada
rangsangan raba kaki anak sering mengalami jalan jinjit atau kaki tidak dapat
menapak dengan baik dapat dilihat pada alas kaki yang dipakai seringkali
menipis tidak rata. Kondisi inilah yang sering terjadi anak terlambat jalan atau
mempunyai kontribusi kelainan kaki berbentuk O atau X.
Pada anak yang mengalami gangguan motorik halus biasanya sering
kali disertai gangguan konsentrasi, tetapi mempunyai kemampuan kecerdasan
motorik kasar atau olah raga yang baik.
1. Karakteristik anak dengan kecerdasan motorik kasar baik
Bagi anak yang mempunyai kecerdasan motorik kasar yang baik,
biasanya kemampuan berjalan cepat mengikuti fase duduk dan merangkak
sesuai usia 6-8 bulan. Sangat senang berolah raga yang berkaitan dengan
kaki khususnya sepakbola dan berlari. Biasanya anak dalam kelompok ini
menyenangi hampir semua jenis olah raga.
Biasanya anak lebih senang bermain di luar rumah, tidak senang
aktivitas di dalam rumah. Prestasi olah raga sangat bagus, tetapi
mempunyai kendala dalam aktivitas motorik halus seperti menulis,
24
menggambar dan kerajinan tangan. Juga tidak senang dengan aktivitas
membaca dan kerajinan tangan.
Anak tersebut mempunyai kelebihan semua olah raga akan
berprestasi baik kecuali pada beberapa kasus olahraga dengan kemampuan
tangan dan senam yang optimal.
Dalam hal ini anak harus sering dilatih keterampilan motorik halus
seperti melukis, menggambar atau bermain permainan motorik halus.
Disamping itu harus dioptimalkan kemampuan kecerdasan motorik
kasarnya seperti olah raga agar berprestasi.
2. Karakteristik anak dengan kecerdasan motorik halus baik.
Bagi anak yang mempunyai kecerdasan motorik halus yang baik,
biasanya kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting,
menggambar dan menulis lebih mudah dan lebih baik dikakukan.
Kemampuan berjalan agak lambat. Demikian pula kemampuan motorik
lainnya terlambat seperti bolak balik, duduk atau merangkak tidak sesuai
usia. Bahkan biasanya anak tidak mengalami fase merangkak.
Anak sering mengalami gangguan motorik kasar biasanya
seringkali diikuti oleh gangguan keseimbangan atau gangguan vestibularis
dan gangguan sensoris. Pada ariak usia di bawah 2-3 tahun bila berjalan
sering sempoyongan, sering tersandung atau terjatuh dan bila jatuh sering
terbentur kepala. Padalah anak lainnya bila jatuh jarang terbentur
kepalanya.
25
Anak sering mengalami gangguan cerna terutama saat bayi dengan
keluhan utama sering muntah, gastrooesepageal refluks dan gangguan
cerna lainnya. Biasanya penderita ini juga mengalami gangguan
koordinasi motorik mulut, seperti keterlambatan bicara, gangguan bicara
(cadel, mengucapkan kata yang tidak jelas atau hanya ujung-ujungnya)
dan mengalami gangguan mengunyah dan menelan, Gangguan mengunyah
dan menelan ini diistilahkan dengan picky eaters atau pemilih. Biasanya
makanan yang sering dihindari atau tidak disukai adalah sayur tertentu
seperti kangkung, sawi, empal daging sapi atau nasi atau makanan lain
yang berserat. Makanan yang disukai atau nasi atau makanan lain yang
berserat. Makanan yang disukai adalah mi, telur, daging ayam, sayur
tertentu seperti wortel, brokoli, bayam, kentang, kerupuk, biskuit, atau
makanan yang renyah, “kriyuk” atau crispy lainnya. Hal ini terjadi karena
suka atau tidak suka tetapi masalah yang sudah dikunyah atau tidak.
Biasanya kelompok anak seperti ini sering terjadi pada penderita alergi
atau intoleransi makanan.
Gangguan sensoris yang terjadi adalah sensitive terhadap rangsang
suara (frekuensi tinggi), rangsang cahaya (silau) dan rangsang raba (jalan
jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik). Pada gangguan sensoris pada
rangsang raba kaki anak sering mengalami jalkan jinjit atau kaki tidak
dapat menapak dengan baik dapat dilihat pada alas kaki yang dipakai
seringkali menipis tidak rata. Atau posisi kaki tidak baik seperti bentuk
“O” atau “X”.
26
Anak tidak menyenangi olah raga atau aktifitas berlari. Biasanya
anak lebih nyaman bermain dalam rumah tidak senang aktifitas di luar
rumah Senang bermain game atau computer atau membaca.
Anak harus sering dilatih keterampilan motorik kasar dan
keseimbangan seperti bermain ayunan, renang , bermain luncuran, berjalan
di atas balok titian. Pada bayi dilakukan senam bayi atau berlatih
keseimbangan dengan balon karet dilakukan posisi duduk, tengkurap dan
terlentang di atas balon karet tersebut dan dilakukan gerakan atau
goyangan dalam 5-15 menit secara kontinyu dan bertahap.
Anak harus dioptimalkan kemampuan kecerdasan motorik
kasarnya seperti olahraga agar berprestasi, sedangkan olahraga yang
berkaitan dengan keterampilan tangan berpotensi dapat berkembang
seperti basket, tenis lapangan, golf, tenis meja atau bulu tangkis.
Karakteristik Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Taman
Kanak-Kanak 4-5 tahun. Karakteristik ketrampilan motorik halus anak
menurut Depdiknas (2007) antara lain :
a. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah lebih
substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih
cepat, bahkan cenderung ingin sempurna.
b. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus sudah lebih sempurna lagi.
Tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Anak
27
c. juga mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih
majemuk, seperti dalam kegiatan proyek.
Ciri-ciri perkembangan motorik halus anak umur > 4-5 tahun menurut
M.S. Yudha & Rudiyanto (2004) diantaranya :
1) Menempel
2) Mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan gambar)
3) Menjahit sederhana
4) Makin trampil menggunakan jari tangan (mewarnai dengan rapi)
5) Mengisi pola sederhana (dengan sobekan kertas, stempel)
6) Mengancingkan baju
7) Menggambar dengan gerakan turun bersambung (seperti gunung
atau bukit)
8) Menarik garis lurus, lengkung, miring
9) Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi
10) Melempar dan menangkap bola
11) Melipat kertas
12) Berjalan diatas papan titian (keseimbangan tubuh
13) Berjalan dengan berbagai variasi (maju mundur, kesamping, di atas
satu garis)
14) Memanjat dan bergelantungan (berayun)
28
15) Melompat parit dan guling
16) Senam dengan gerakan sendiri.
Tahapan perkembangan motorik halus anak Usia Dini, menurut
standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini berdasarkan
Permen No. 58 Tahun 2009 terbagi berikut :
a. Pada usia 3-4 tahun :
1) Menuangkan air, pasir atau biji-bijian ke dalam tempat penampung
(mangkok, ember)
2) Memasukkan benda kecil ke dalam botol (potongan lidi, potongan
kerikil, biji-bijian)
3) Meronce manic-manik yang tidak terlalu kecil dengan benang yang
agak kaku.
4) Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus
b. Pada usia 4-5 tahun :
1) Membuat garis vertical, horizontal, lengkung kiri/ kanan, miring
kiri/ kanan dan lingkaran
2) Menjiplak bentuk
3) Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan
yang rumit
4) Melakukan gerakan manipulative untuk menghasilkan susatu
bentuk dengan menggunakan berbagaai media
29
c. Pada usia 5-6 tahun :
1) Menggambar sesuai gagasannya
2) Meniru bentuk
3) Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
4) Menggunaan alat tulis dengan benar
5) Menggunting sesuai dengan pola
6) Menempel gambar dengan tepat
7) Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya
kemampuan dan karakteristik seorang anak lebih dominan pada salah satu
kemampuan motorik halus atau kasar. Karakteristik motorik halus anak
berkembang secara bertahap, sedikit demi sedikit berkembang lebih maju
sesuai dengan tingkat kesulitan keterampilan motorik halus anak.
30
12. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk bagai
sebagai berikut :
Pada kondisi awal, guru belum menerapkan origami sebagai
pembelajaran motorik halus, sedangkan anak atau siswa keterampilan motorik
halusnya masih kurang. Sebagai tindakan guru menerapkan kegiatan origami
sebagai alat permainan, dengan memberikan teknik permainan dasar kegiatan
origami, kemudian diberikan permainan yang menarik, indah dipandang
sehingga anak termotivasi untuk meningkatkan keterampilan.
Selajutnya menggunakan origami sebagai media belajar, dengan
memberikan pelajaran yang bertahap dengan tingkat kesulitan yang semakin
meningkat dan dilakukan dengan berulang-ulang. Dengan demikian kondisi
akhir diharapkan keterampilan motorik halus anak mengalami peningkatan.
Guru : Belum menerapkan Origami sebagai pembelajaran motorik
halus
Siswa : Keterampilan Motorik Halus Anak masih kurang
Guru : Menerapkan permainan Origami pada pembelajaran
Siswa : Keterampilan Motorik Halus anak mengalami
peningkatan
31
Keterampilan motorik halus merupakan dasar untuk dapat
mengembangkan kreativitas dalam kegiatan origami. Untuk dapat
mengembangkan kreativitas anak adalah dengan membesaskan anak untuk
berkreasi sesuai dengan ide dan pengalaman masing-masing anak.
Cara mengajar dikatakan baik jika dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan melalui pengajaran, sehingga
guru dituntut untuk lebih kreatif. Dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah dengan kegiatan origami untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kreativitas anak.
Dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelompok A
Raudlotul Athfal Al Ikhlas Semarang Barat, peneliti menemui hambatan, yaitu
pembelajaran lebih banyak dilakukan di kelas dan kurang bervariasi sehingga
pembelajaran kurang menarik yang mengakibatkan peningkatan keterampilan
motorik halus lambat.
Untuk itu perlu diterapkan kegiatan yang tepat dalam menanggulangi
hambatan tersebut. Cara yang ditempuh dalam meningkatkan keterampilan
motorik halus dengan menggunakan kegiatan Origami baik di kelas maupun di
luar kelas, dan kegiatan tersebut dibuat yang lebih menarik dan vatiatif.
13. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan
penelitian tindakan kelas, yakni : diduga melalui kegiatan Origami dapat
32
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak di Roudlotul Athfal Al-
Ikhlas Semarang Barat.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yakni
penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
dalam pembelajaran dikelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya
tindakan memperbaiki dan meningkatkan perlu adanya praktek-pratek
pembelajaran dikelas secara lebih profesional. Oleh karena itu PTK terkait
erat dengan untuk memperbaiki dimaksudkan sebagai pencarian jawaban atas
permasalahan yang diungkap dan dicarikan jalan keluar dalam penelitian
adalah yang benar-benar ada dan dialami oleh guru (Suyanto: 1997,4)
Prosedur penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian
melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran, menurut Raka
Joni (1988), terdapat lima tahapan, yaitu :
1. Pengembangan fokus masalah penelitian.
2. Perencanaan tindakan perbaikan.
3. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi.
4. Analisis dan refleksi.
5. Perencanaan tindak lanjut.
34
Secara lebih rinci, prosedur pelaksanaan LPTK dapat digambarkan
sebagai berikut :
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya
permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi
pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditenggarai telah berdampak kurang
baik terhadap proses dan atau hasil belajar peserta didik, dan atau
implementasi sesuatu program sekolah. Bertolak dari kesadaran mengenai
adanya permasalahan tersebut, yang besar kemungkinan masih tergambarkan
Terselesaikan siklus 1
Terselesaikan siklus 2
Permasalahan alternatif pemecahan pelaksanaan
(rencana tindakan) Tindakan
Refleksi 1 Analisis Data 1 Observasi 1
Permasalahan alternatif pemecahan pelaksanaan
(rencana tindakan) Tindakan
Refleksi 1 Analisis Data 1 Observasi 1
Belum terselesaikan Siklus Selanjutnya
35
secara kabur, guru - baik sendiri maupun kolaborasi dengan dosen LPTK yang
menjadi mitranya kemudian menetapkan focus permasalahan secara lebih
tajam kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih
sistematis dan atau melakukan kajian pustaka yang relevan.
Pada gilirannya, dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam itu
dapat dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan secara lebih cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajagi
alternative-alternative tindakan perbaikan yang diperlukan. Altrnatif
mengatasi permasalahan yang dinilai terbaik, kemudian diterjemahkan
menjadi program tindakan perbaikan yang dicobakan. Hasil percobaan
tindakan perbaikan yang dinilai dan direfleksikan dengan mengacu kepada
kriteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tindakan kelas merupakan satu penelitian pula, yang dengan
sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Ide
pokok dari penelitian tindakan kelas adalah salah satu bentuk inkuiri atau
penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri. Penelitian tindakan kelas
dilakukan oleh peseta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, Seperti guru,
siswa dan kepala sekolah. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam situasi
sosial, termasuk situasi pendidikan (IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit :
2007, 13)
Pada PTK, guru dapat meneliti secara mandiri atau bersama dengan
tenaga kependidikan yang lain terhadap proses dan produk pembelajaran
36
secara reflektif dikelas. Dengan PTK , guru dapat memperbaiki praktek-
praktek pembelajaran agar lebih efektif. PTK juga dapat menjembatani
kesejangan antara teori dan praktek. Alasannya, setelah PTK, guru akan
memperoleh umpan balik dari sistematis mengenai pembelajaran yang selama
ini dilakukan apakah cocok dengan teori belajar mengajar dan dapat
diterapkan dengan baik dikelasnya. Melalui PTK guru dapat mengadaptasi
teori yang ada untuk kepentingan proses dan produk pembelajaran agar lebih
efektif dan optimal.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini pada anak usia 4-5 tahun di kelompok A RA. Al-
Ikhlas Semarang Barat.
C. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah pada kelompok A
RA. Al-Ikhlas Semarang Barat.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II Tahun Ajaran
2013/2014.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat yaitu :
37
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan berbagai macam bentuk
origami.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah meningkatkan
keterampilan motorik halus anak.
E. Prosedur Kerja dalam Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaborasi
antara guru dan pihak-pihak lain yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
guru serta hasil belajar anak. Dengan kata lain, PTK bertujuan bukan hanya
berusaha mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran
yang dihadapi, misalnya kesulitan siswa dalam memahami pokok-pokok
bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberiksn solusi
berupa tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut
(Subyantoro : 2009, 27).
Penulis akan melaksanakan prosedur penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan dua siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap yaitu (1)
Perencanaaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi (Subyantoro
: 2009, 27)
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Tahap perencanaan siklus 1 terdiri dari :
1) Mengidentiflkasi masalah dan mengembangkan pemecahan
masalah.
38
2) Merancang RKH pengembangan keterampilan motorik halus untuk
anak.
3) Merancang alat peraga atau media.
4) Menyusun lembar pengamatan motivasi belajar anak dan kinerja
guru.
5) Menyusun rencana pemberian tugas.
b. Pelaksanaan
1) Menyiapkan RKH.
2) Menyiapkan alat peraga atau media dan bahan pembelajaran.
3) Mempraktekkan dengan memberi contoh membuat beberapa
bentuk secara jelas seperti membuat bentuk-bentuk sederhana,
misalnya kapal, pesawat, burung dan lain-lain.
4) Anak melakukan praktek langsung
c. Pengamatan.
1) Hasil belajar anak
2) Motivasi belajar anak
3) Kinerja guru dalam pembelajaran
d. Refleksi
Refleksi yaitu renungan atau mengingat kembali apa yang sudah
berhasil dikerjakan, berdasarkan hasil refleksi, guru melakukan
39
rencana tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama atau
baru sama sekali (Igak Wardani dan Kuswaya Wihardit, 2008 : 2.37).
Dengan analisis yang telah dilakukan maka dapat diketahui
kekurangan dan kelebihan dari siklus 1. Setelah itu peneliti dapat
mengambil tindakan yang selanjutnya yaitu pada siklus 2.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
1) Merancang sesuai hasil dari refleksi yang telah dilakukan.
2) Merancang alat peraga dan media pembelajaran.
3) Menyusun lembar pengamatan motivasi belajar anak dan kinerja
guru.
4) Menyusun rencana pemberian tugas.
b. Pelaksanaan
1) Menyiapkan RKH.
2) Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran anak.
3) Mengadakan presensi anak.
4) Mempraktekkan dengan memberi contoh membuat beberapa
bentuk secara jelas yang lebih bervariasi dengan menggabungkan
beberapa bentuk yang telah dibuatnya seperti kapal dengan
pesawat, rumah dengan bunga dan lain-lain.
5) Selama siklus 2, anak melakukan praktek langsung.
40
c. Pengamatan
1) Hasil belajar anak
2) Motifasi belajar anak
3) Kinerja guru dalam pembelajaran
d. Refleksi
Refleksi adalah langkah untuk menganalisis semua kegiatan yang
dilakukan pada siklus 2. Berdasarkan hasil analisis atau refleksi dari
siklus 1 dan 2 terhadap hasil belajar anak, motivasi belajar anak dan
kinerja guru maka peneliti dapat menyimpulkan dengan diterapkannya
keterampilan melipat kertas (origami) setiap hari dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun.
F. Teknik Pengumpulan Data
Bagian ini mendeskripsikan tentang bagaimana cara mengumpulkan
data sebagai dasar dalam menetapkan alternatif tindakan dan melakukan
refleksi.
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan meliputi :
1. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi
seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni
41
melalui media telekomunikasi. Pada hakekatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu
atau tema yang sedang diteliti. Wawancara tersebut dilakukan kepada
orang tua wali murid.
2. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan
melibatkan tim kolaboratif untuk mengamati aktivitas siswa pada saat
pembelajaran melipat kertas (origami). Observasi atau pengamatan
merupakan suatu tehnik atau cara untuk mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
(Sukmadinata, 2009 : 220). Dalam melakukan observasi terhadap siswa
selama pembelajaran berlangsung, peneliti sebagai observer dibantu oleh
guru mitra dengan menggunakan lembar observasi.
Observasi sebagai tehnik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik apabila dibandingkan dengan tehnik yang lain. Observasi bersifat
kompleks yang berarti secara keseluruhan diamati dari awal sampai akhir
kegiatan. Proses tersusun secara sistematis melalui proses pengamatan dan
ingatan yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam
melakukan observasi peneliti menggunakan instrumen yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya. (Sugiono, 2010:203)
42
a. Instrumen Observasi
No Indikator Sub Indikator
Anak Guru
1. Tahap I
Meniru Melipat
Kertas
a. Anak dapat meniru
3 lipatan kertas
menjadi bentuk
ikan.
b. Anak mampu
meniru 5 lipatan
ketas menjadi
bentuk keranjang.
c. Anak mampu
meniru 6 lipatan
menjadi bentuk
tulip
a. Perencanaan
Guru menyiapkan
bahan yang akan
digunakan.
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan
kegiatan yang telah
disiapkan.
c. Evaluasi
Guru mengevaluasi
setiap kegiatan
siswa yang telah
selesai dan diberi
nilai.
2. Tahap II
Berkreati vitas
dengan lipatan
a. Anak mampu
membuat bingkai
foto dari karton dan
membuat hiasan
ikan dari kertas
lipat.
b. Anak dapat
membuat rumah
dari potongan kertas
yang telah dipola.
c. Anak membuat
coretan dalam
lipatan kertas
dengan cat air
a. Perencanaan
Guru merencanakan
bahan yang telah
dibuat.
b. Pelaksanaan
Guru memberikan
potongan kertas
yang telah dipola
untuk dirangkai.
c. Evaluasi
Guru mengevaluasi
setiap kegiatan yang
dikerjakan siswa.
3. Tahap III
Belajar Berkarya
Seni
a. Anak dapat
menuangkan ide-ide
kreatif melalui
origami.
b. Anak belajar untuk
berkarya melalui
media origami.
c. Anak belajar
mengapresiasi karya
seni origami yang
telah dibuat.
a. Perencanaan
Guru menyediakan
alat dan bahan yang
akan dibuat.
b. Pelaksanaan
Guru memberikan
kebebasan untuk
berekspresi.
c. Evaluasi
Guru menghargai
hasil karya anak dan
memberikan nilai
yang sesuai.
43
b. Lembar Obsevasi
Indikator Sub Indikator
Jumlah
yang
tuntas
% 1 2 3 4
1. Meniru
Membuat
Lipatan
a) Anak dapat meniru 3
lipatan kertas menjadi
bentuk ikan.
b) Anak mampu meniru 5
lipatan ketas menjadi
bentuk keranjang.
c) Anak mampu meniru 6
lipatan menjadi bentuk
tulip
2. Berkreatifitas
dengan
lipatan
a) Anak mampu membuat
lipatan kertas menjadi
burung.
b) Anak dapat membuat
hiasan dari kertas lipat.
c) Anak membuat coretan
dalam lipatan kertas
dengan cat air
3. Belajar Karya
Seni
a) Anak dapat
menggambar pohon
kemudian diberi hiasan
bunga dan burung dari
hasil origami kemudian
diwarnai.
b) Anak melipat bentuk
rumah kemudian
ditambah dengan hiasan
taman bunga dan kupu-
kupu.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,
44
arsip foto, hasil rapat, cinderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data
berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang
terjadi dimasa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoritik untuk
memakai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekedar barang yang
tidak bermakna.
4. Angket dan Tes
Selain tersebut di atas Angket dan tes dapat juga digunakan untuk
memperoleh informasi, yaitu dengan membuat daftar pertanyaan yang
berhubungan dengan kegiatan origami.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis
kuantitatif dan kualitatif. Pembentukan sikap perilaku anak dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan skor (1, 2 dan 3). Data data tersebut mulai
dianalis dari siklus satu dan dua untuk dibandingkan perolehan nilai rata-
ratanya, hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif
prosentase yang dikelompokkan dalam 3 kategori baik, cukup, dan kurang.
Contoh sebagai berikut:
Tabel klasifikasi kategori Perkembangan Motorik Anak
Kriteria Skor perolehan
Baik 81-100
Cukup 65-80
Kurang <64
(Depdiknas, 2004:4)
45
Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
N : Nilai yang diperoleh
A : Jumlah Anak
% : Tingkat Keberhasilan yang dicapai
Hasil observasi dari aspek guru dan siswa dianalisa menggunakan
tehnik diskriptif kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat,
dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Rencana kegiatan dalam melipat (origami) dapat meningkatkan
perkembangan motorik halus anak di RA AL- IKHLAS Kecamatan Semarang
Barat Kota Semarang meliputi aspek pembukaan, pelaksanaan dan penutup.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila minimal 80% dari
jumlah anak didik mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditentukan oleh
peneliti. Anak yang memperoleh nilai (3) berarti anak telah memenuhi kriteria
tuntas, sedangkan bagi anak yang memperoleh nilai (2) berarti anak telah
memenuhi kriteria cukup tuntas, kemudian anak yang memperoleh nilai (1)
berarti anak tersebut belum mencapai kriteria tuntas. dan aspek indikator yang
46
diharapkan belum dicapai oleh anak. Angka keberhasilan sebesar 80% itu
didapatkan dari anak yang memperoleh nilai (3).
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Daerah Penelitian
a. Sejarah berdirinya RA AL Ikhlas Kecamatan Kalibanteng Kidul
Semarang
RA AL Ikhlas Kecamatan Kalibanteng Kidul Semarang berdiri
atas keprihatinan pengurus yayasan terhadap pendidikan yayasan RA
AL Ikhlas yang selama ini menerima anak didik baru belum dapat
membaca dan menulis. Padahal apabila bersekolah di RA AL Ikhlas
sudah mengenal huruf-huruf baik latin maupun arab dan selanjutnya
ada pelajaran yang perlu dihafalkan. RA AL Ikhlas berdiri pada tahun
1990 membuka kelompok A dan kelompok B, Berdasarkan keputusan
kepala kantor Departemen Agama kota Semarang mendapatkan nomor
SK ijin Operasional nomor : Kd.11.33/4/pp.005/4429/2008 tanggal 23
Juni 2008.92/103.39.
Status sekolah RA AL Ikhlas adalah TK swasta (Yayasan RA
AL Ikhlas) dan menginduk di Kementerian Agama Kota Semarang.
48
b. Letak geografis RA AL Ikhlas Semarang Barat Kalibanteng Kidul
RA AL Ikhlas Kecamatan Semarang Barat Kelurahan Kali
banteng Kidul adalah lembaga pendidikan formal yang berada dibawah
Yayasan RA AL Ikhlas yang terletak di jalanTaman Sri Rejeki Selatan
VII Rt 4/Rw 4 Semarang batas-batas wilayah sebagai berikut :
Adapun batas-batasnya adalah :
Batas sebelah Utara : Kelurahan Gisikdrono RT 5 RW 4
Batas sebelah Barat : Jl.Taman Sri Rejeki Selatan VII
Batas sebelah Selatan : Kelurahan Gisikdrono RT 3 RW 4
Batas sebelah Timur : Kelurahan Gisikdrono RT 6 RW 4
c. Visi dan Misi RA AL Ikhlas Kecamatan Semarang Barat
Kelurahan Kalibanteng Kidul Semarang
RA AL Ikhlas mempunyai Visi yaitu : Terwujudnya nilai-nilai
keislaman dalam diri peserta didik serta menciptakan pendidikan yang
berlandasarkan Al Quran dan Hadist, berakhlak mulia dan berkarakter.
Diharapkan anak-anak nantinya akan menjadi pribadi yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang mempunyai prestasi
yang dapat mengharumkan nama orang tua dan sekolah, berakhlak
mulia dan berkarakter sehingga lulusan dari RA AL Ikhlas nantinya
dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan
prestasi yang bagus.
49
Misi dari RA AL Ikhlas adalah :
1). Meningkatkan kualitas pendidikan agama
2). Menumbuhkan aktivitas dan kreativitas anak
3). Mencetak generasi yang berakhlakul Karimah
4). Menerapkan Pendidikan berbasis kompetensi
d. Sarana dan prasarana
RA AL Ikhlas mempunyai luas bangunan dan pekarangan yaitu :
500 m². Bangunan yang ada terdiri dari: Gedung administrasi yang
terdiri dari : ruang guru, kamar mandi atau WC kepala, kamar mandi
dan WC guru serta 4 ruang kelas dan 2 WC siswa. Perkakas sekolah
yang terdiri dari : meja dan kursi guru, meja dan kursi murid, almari
besar dan kecil, rak buku anak, papan tulis besar dan ruang belajar,
listrik. Area kegiatan yang terdiri dari : area agama, area musik, area
balok, area matematika, area seni, area bahasa, area baca tulis, area
drama, area IPA. Alat permainan luar yang terdiri dari : ayunan,
jungkitan, luncuran, titian, panjat, bola dunia, ban mobil bekas,
dermolen, mandi bola, dan berbagai permainan yang ada di luar kelas.
e. Keadaan SDM (Sumber Daya Manusia)
Berdasarkan data tahun ajaran 2013-2014 RA AL Ikhlas
dipimpin oleh ibu Tri Suristyorini, S.Ag dengan kualifikasi jenjang
pendidikan Sarjana Pendidikan beliau sebagai kepala sekolah RA AL
Ikhlas mempunyai 4 guru.
50
Tabel .1
Data Tenaga Pengajar RA AL-IKHLAS
Jenjang pendidikan dari guru-guru yang ada pada RA AL Ikhlas
bervariasi, rata-rata guru-guru mempunyai kualifikasi pendidikan yang
cukup memadai, yaitu sarjana dan ada satu diantaranya sedang menempuh
pendidikan S1 untuk jurusan PAUD. Adapun untuk rekruitmen tenaga
kependidikan RA AL Ikhlas ini melalui wawancara yang diselenggarakan
oleh Yayasan RA AL Ikhlas.
2. Deskripsi subyek Penelitian
Anak didik di RA AL Ikhlas Semarang pada tahun pelajaran
2013/2014 secara keseluruhan berjumlah 89 anak, dan dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Karakter dan kemampuan
anak di RA AL Ikhlas Semarang sangat beraneka ragam. Hal ini
disebabkan oleh latar belakang pendidikan dan lingkungan keluarga yang
No Nama JK Tempat
Lahir
Tanggal Lahir Pendidikan
1. Tri Suristyorini S.Ag P Semarang 9-9-1973 S1
2. Sukmasari Handayani
S.Th.I
P Semarang 21-3-1982 S1
3. Rully Kusumastuti A.Ma P Semarang 11-5-1980 D2
4. Dra.Ani Faridah P Semarang 29-9-1967 S1
51
beraneka ragam. Adapun anak didik yang menjadi obyek penelitian
berjumlah 23 anak, dengan jumlah 11 anak laki-laki dan 12 anak
perempuan.
Tabel .2
Data Siswa RA AL Ikhlas Kelompok A
No NAMA JK Tempat Lahir Tanggal Lahir
1 Adella Putri A P Semarang 16/7/2008
2 Adinda Novera P Semarang 13/11/2008
3 Chiquitita Khoirunnisah P Semarang 28/7/2008
4 Choirun Maulisa P Semarang 5/1/2009
5 Danny Dwi Saputra L Semarang 26/3/2008
6 Dzaka Shodiq A L Semarang 12/7/2008
7 Fauzi Furqonul Ulama L Sragen 16/9/2008
8 Juan Lingga Almayda L Semarang 27/5/2009
9 Keisya Angelina L Semarang 28/12/2008
10 Lisyhta Kirania P Semarang 11/1/2009
11 M.Yuma Farellino L Semarang 10/3/2009
12 M.Nazar Agus N L Semarang 12/8/2008
13 M.Faridz P L Semarang 27/09/2007
14 M. Naufal RM L Semarang 7/3/2008
15 Nathan El Fata L Surakarta 29/5/2008
16 Nara Stevani Saputri P Semarang 22/9/2008
52
17 Rafa Nuha Aldiarta L Semarang 22/4/2009
18 Rahmad Rizqullah L Semarang 9/10/2008
19 Safira Ramadhan R P Semarang 9/9/2008
20 Siti Kumairoh P Semarang 10/5/2008
21 Zahra Putri Dewinta P Semarang 15/8/2008
22 Zahrani Nur Safitri P Semarang 22/10/2008
23 Zahwa Putri Alifia P Semarang 29/4/2009
3. Hasil Penelitian Sebelum Diberi Tindakan
Hasil penelitian dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian
tindakan kelas melalui kegiatan melipat kertas untuk meningkatkan
motorik halus anak di RA AL Ikhlas Semarang pada Kelompok A, Hasil
penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: Hasil pengamatan awal
dapat disimpulkan bahwa Anak-anak di RA AL Ikhlas Semarang ini
kurang menyukai kegiatan melipat kertas, oleh karena itu untuk
meningkatkan kegiatan tersebut harus sering dilatih agar anak trampil
dalam melipat atau pun membuat kreasi sendiri.
Hasil pengamatan peneliti terhadap peningkatan pemahaman melipat
kertas pada anak melalui kegiatan membentuk lipatan sebelum diberikan
tindakan adalah sebagai berikut:
53
Tabel 3
DATA HASIL PENGAMATAN
PENINGKATAN PEMAHAMAN ANAK TENTANG MELIPAT
KERTAS MELALUI KEGIATAN ORIGAMI DI RA AL-IKHLAS
SEMARANG BARAT SEBELUM DIBERIKAN TINDAKAN
Indikator Penilaian
Hasil
Pengamatan
Jumlah
yang
tuntas
%
1 2 3 4
Meniru membuat
lipatan
a. Anak dapat
meniru 3 lipatan
kertas menjadi
bentuk ikan
b. Anak mampu
meniru 5 lipatan
menjadi bentuk
keranjang
c. Anak mampu
meniru 6 lipatan
menjadi bentuk
tulip
6
7
7
7
7
8
10
9
8
-
-
-
10
-
-
43%
39%
34%
Berkreatifitas
dengan lipatan
a. Anak mampu
membuat lipatan
kertas menjadi
burung
b. Anak dapat
membuat hiasan
dari kertas lipat
c. Anak membuat
coretan dalam
lipatan kertaas
dengan cat air
8
8
7
9
8
8
6
7
8
-
-
-
6
7
8
26%
30%
34%
54
Keterangan:
1. kriteria belum muncul (belum tuntas)
2. kriteria mulai berkembang ( belum tuntas)
3. kriteria berkembang sesuai harapan (tuntas)
4. kriteria berkembang sangat baik (tuntas)
Berdasarkan data di atas pada proses pembelajaran sebelum
diberikan tindakan menunjukkan bahwa indikator dapat meniru 3 lipatan
kertas menjadi bentuk ikan 43% anak mampu meniru 5 lipatan menjadi
keranjang 39% anak mampu meniru 6 lipatan menjadi bentuk tulip 34%
anak mampu membuat lipatan kertas menjadi burung 26% anak dapat
membuat hiasan dari kertas lipat 30% anak membuat coretan dalam lipatan
kertas dengan cat air 34% anak dapat menggambar pohon kemudian diberi
hiasan bunga dan burung dari hasil origami kemudian diwarnai 30% anak
Belajar karya seni a. Anak dapat
menggambar
pohon kemudian
diberi hiasan
bunga dan burung
dari hasil origami
kemudian
diwarnai
b. Anak melipat
bentuk rumah
kemudian
ditambah dengan
hiasan taman
bunga dan kupu-
kupu
8
9
8
8
7
6
-
-
7
6
30%
26%
55
melipat bentuk rumah kemudian ditambah dengan hiasan taman bunga dan
kupu-kupu 26%
Kondisi ini menunjukkan bahwa anak-anak kurang memahami
tentang kegiatan melipat kertas. Untuk itu perlu dilatih sesering mungkin
supaya anak terbiasa melipat kertas dengan rapi dan baik. Meskipun
kegiatan melipat kertas kurang disenangi anak-anak kita tetap memberikan
yang terbaik untuk mereka agar dalam melipat kertas tidak salah
memberikan bentuk lipatan yang anak sukai ataupun belum pernah
melipatnya.Untuk mendapatkan hasil yang menarik dan baik anak-anak
harus berlatih.
Gambar 1. Persentase hasil sebelum siklus
56
4. Hasil Penelitian Siklus I
a. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus I yang dilaksanakan pada hari senin 24 april 2014 pada
tema Tanah airku dengan membahas tentang berbagai macam lipatan
antara lain : melipat bentuk ikan, melipat keranjang, melipat tulip,
membuat hiasan dari kertas lipat, coretan dalam lipatan, menggambar
pohon dengan diberi hiasan origami, membuat rumah ditambah hiasan
bunga dan kupu – kupu. Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar
melalui kegiatan melipat kertas untuk meningkatkan pemahaman
melipat yang baik pada anak sebagai sumber belajar pada siklus I,
yaitu:
1). Perencanaan
Langkah-langkah kegitan belajar mengajar dengan kegiatan
melipat kertas pada tahap siklus I yang pertama adalah kegiatan
pengenalan tentang berbagai macam melipat kertas kemudian
peneliti dan rekan kerja melakukan penyusunan langkah-langkah
kegiatan membentuk berbagai mcam lipatan kertas.
Setelah menyusun langkah-langkah tersebut diatas kemudian
menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) untuk dipergunakan
sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan pada siklus I.
Tema yang dilaksanakan yaitu tema tanah airku. Langkah
selanjutnya adalah menyiapkan perangkat pembelajaran yang
dibutuhkan pada proses belajar mengajar melalui kegiataan
57
membentuk berbagai macam lipatan kertas. Guru menyiapkan
media yang diperlukan sebagai penunjang pembelajaran, sedangkan
peneliti dan kolaborator bertindak sebagai pengamat kegiatan
belajar mengajar. Pembelajaran diobservasi dengan melibatkan
rekan kerja sebagai pengamat dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas siswa.
2). Pelaksanaan Tindakan
Tahap selanjutnya adalah tahapan pelaksanaan tindakan
yang mengacu pada Rencana Kegiaatan Harian (RKH). Guru
mengawali pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berbaris
kemudian masuk ke dalam kelas. Kemudian dilanjutkan dengan
do’a yang dipimpin oleh salah satu siswa.
Setelah memberikan salam guru menanyakan kabar kepada
siswa dengan bernyanyi “selamat pagi”, kemudian menghafalkan
Pancaindra dengan bahasa arab, Rukun Islam, Rukun Iman, nama
bulan dan hari, kemudian menghafalkan do’a-do’a harian dan surat
serta hadist. Kemudian guru mengajak anak- anak tanya jawab
tentang negara indonesia, siswa bernama zahra bertanya tentang
warna bendera negara, dan teman-teman 1 kelas menjawabnya
dengan kompak.
Kemudian guru menunjukkan sebuah benda yang berbentuk
segiempat, setelah itu Vani menjawab kertas lipat bu, aku suka
membuat dirumah, kemudian guru bertanya kamu suka buat apa
58
pesawat aku diajari sama ibu. Kemudian guru membuka
menjelaskan tentang area yang akan dibuka pada hari itu yaitu area
seni, area balok.
Ketika anak-anak sudah memahami kemudian guru memberi
kesempatan anak-anak untuk memilih area dengan kalung yang
sudah ada pada area tersebut. Ketika anak-anak memilih area seni
disitu anak dapat membuat topi yang sudah dicontohkan oleh guru.
Dan anak pun dapat membuat topi sendiri dengan imajinasinya.
Pada kegiatan akhir guru memperlihatkan beberapa hasil lipatan
anak yang sudah dibuatnya. Anak juga dapat melipat sesuai dengan
keinginannya, yang dapat membentuk sebuah lipatan yang menarik.
Data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
59
Tabel 4
TABEL HASIL PENGAMATAN
PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG BERBAGAI MACAM ORIGAMI
SIKLUS I KELOMPOK RA AL-IKHLAS SEMARANG BARAT KECAMATAN
KALIBANTENG KIDUL SEMARANG
Indikator Penilaian
Hasil
Pengamatan
Jumlah
yang
tuntas
%
1 2 3 4
Meniru membuat
lipatan
a. Anak dapat
meniru 3 lipatan
kertas menjadi
bentuk ikan
b. Anak mampu
meniru 5 lipatan
menjadi bentuk
keranjang
c. Anak mampu
meniru 6 lipatan
menjadi bentuk
tulip
5
4
3
5
5
6
12
13
12
1
1
2
13
14
12
56%
60%
60%
60
Keterangan:
1. kriteria belum muncul (belum muncul)
2. kriteria mulai berkembang (belum tuntas)
3. kriteria berkembang sesuai harapan (tuntas)
4. criteria berkembang sangat baik (tumtas)
Berkreatifitas
dengan lipatan
d. Anak mampu
membuat lipatan
kertas menjadi
burung
e. Anak dapat
membuat hiasan
dari kertas lipat
f. Anak membuat
coretan dalam
lipatan kertaas
dengan cat air
6
6
5
4
5
5
12
10
11
1
2
2
13
12
13
56%
52%
56%
Belajar karya seni c. Anak dapat
menggambar
pohon kemudian
diberi hiasan
bunga dan burung
dari hasil origami
kemudian
diwarnai
d. Anak melipat
bentuk rumah
kemudian
ditambah dengan
hiasan taman
bunga dan kupu-
kupu
4
3
6
6
12
13
1
1
13
14
56%
60%
61
Berdasarkan data di atas, ada 3 indikator yang diamati dengan rata-
rata hasil sebagai berikut: indikator dapat meniru 3 lipatan kertas menjadi
ikan 56% meniru 5 lipatan menjadi bentuk keranjang 60% meniru 6
lipatan menjadi bunga tulip 60% membuat lipatan kertas menjadi burung
56% membuat hiasan dari kertas lipat 52% membuat coretan dalam lipatan
kertas dengan cat air 56% menggambar pohon kemudian diberi hiasan
bunga dan burung dari hasil origami 56% melipat bentuk rumah kemudian
ditambah dengan hiasan tanaman bunga dan kupu-kupu 60% .
Bila ditinjau dari sebelum tindakan dan setelah adanya tindakan
untuk siklus I terdapat peningkatan untuk anak. Pada indikator anak
mampu melipat kertas dengan sempurna dan dapat mengkreasikan lipatan
dengan gambar yang dibuatnya sendiri atau pun penambahan gambar pada
lipatan tersebut. mengalami perkembangan.
3). Observasi
Selama pelaksanaan tindakan kelas, peneliti dan rekan kerja
(guru) mengamati jalannya proses kegitan belajar mengajar dengan
menggunakan lembar observasi peningkatan pemahaman tentang
melipat kertas. Pada tahapan observasi siklus I yang dilaksanakan
pada saat kegiatan proses belajar mengajar sedang berlangsung
dapat diketahui bahwa anak-anak sangat senang dan tertarik ketika
guru memberikan contoh lipatan yang sudah jadi, apalagi diselingi
dengan cerita dari guru. Contoh dari melipat ikan dengan 3 lipatan.
62
Guru memberikan contoh dengan melipat kertas segitiga,
Fauzi melipat bentuk segitiga lalu bertanya kepada guru bu….benar
apa tidak lipatan segitiga seperti ini, lalu guru menjawab ya…
benar. Sekarang bu guru lanjutkan dengan lipatan berikutnya lipat
sebelah kanan dan kiri untuk membuat siripnya. Bagus Fauzi kamu
sudah bisa.
Pertemuan pertama siswa sangat antusias dalam mengikuti
kegiatan membentuk lipatan kertas, sehingga anak-anak mudah
memahami karena ada contoh benda nyata. Siswa sangat menikmati
kegiatan ini karena mereka sangat tertarik, ada salah satu anak yang
berani maju kedepan untuk memberikan hasil lipatannya. Guru
bertanya kepada sang anak lipatan apa ini? Anak menjawab ikan bu,
saya sudah bisa membuat ikan ,wah kamu pintar ya bisa buat sendiri
(CL 1).
Pada pertemuan kedua, sebelum memberikan kegiatan guru
memberikan contoh tentang melipat kertas membuat keranjang
dengan 5 lipatan. Guru memberikan contoh melipat segitiga. Ada
yang belum bisa melipat, Faridz belum bisa bu teriak Hani, lalu
Faridz mencoba melipat lagi begini bu guru.... ya kamu sudah bisa.
Sekarang dilanjutkan melipatnya, Setelah dilipat segitiga dilipat lagi
keatas diluruskan dengan garis lurus, Tita bertanya begini bu... ya
bagus kamu sudah bisa membuatnya, ada anak yang masih belum
63
bisa melipat ikan Vani, Adel, Alifia, dzaka dan keisya.Guru
memotivasi dan membimbing anak yang belum bisa melipat (CL 2).
Pada pertemuan ketiga, anak diberikan 6 lipatan melipat
tulip Noufal bertanya bagaimana bu membuatnya, guru menjawab
pertama membuat lipatan segitiga dulu setelah itu dilipat kekanan
dan kekiri, Lisa bertanya begini bu.....membuatnya, bu guru
menjawab ya benar tapi kurang rapi sedikit, coba dibetulkan.lalu
lisa membetulkan lagi lipatannya,setelah itu bu guru melanjutkan
lagi lipatannya, sebelum melanjutkan lipatannya bu guru bertanya
sudah bisa anak – anak, anak-anak menjawab ya bu...lipat lurus
dengan garis tengah, Keisya bertanya begini bu guru
ya....dilanjutkan ya...lalu dilipat kanan dan kirinya adel bertanya
begini bu guru ya... tapi kurang rapi sedikit dibetulkan ya (CL 3).
Pada pertemuan keempat sebelum anak – anak melakukan
kegiatan melipat kertas bu guru mau tanya, siapa yang pernah
melihat burung, Dinda menjawab saya bu guru burung terbang
tingggi diatas sana, iya bu kata Kuma, Sekarang bu guru akan
mengajari anak – anak melipat membuat burung...hore...aku suka
burung kata Rafa. Coba perhatikan baik – baik yang pertama kertas
dilipat menjadi dua kemudian dilipat lagi menjadi empat, Dzaka
bertanya begini bu guru ya benar, Setelah menjadi empat dibuka
lipatannya, gimana bu guru susah bu ga bias kata farel.jangan
bilang tidak bisa kalau kamu berusaha pasti kamu bisa, Pelan –
64
pelan saja Farel, Nanti bu guru bantu melipatnya. Setelah dilipat
bentuk segitiga lalu dilipat bagian tengahnya ayo... coba dinda
dilipat bagian tengahnya agar bisa menjadi burung yang
indah...oh.. ya bu saya sudah jadi katan natan yang telah
menyelesaikan lipatannnya (CL 4).
Pada pertemuan kelima anak diberikankesempatan untuk
membuat hiasan dari kertas lipat, sebagian anak dapat membuat
sendiri seperti Tita, Dzaka, Dinda dan Zahra yang lainnya masih
agak kesuliptan untuk membuatnya...bu ini buatan saya kata Zahra
o..ya.... bagus membuat apa ini, Zahra menjawab membuat
lampion bu... dari kertas yang dipotong dan dilipat menjadi dua,
lalu diberi hiasan yang cantik biar kelihatan bagus
bu.....oh..ya..baik,kalau kamu membuat apa Dinda ini bu...
membuat hiasan yang digantung o...ya.... bagus, Sekarang anak –
anak lebih dapat mengkreasikan lipatan sendiri dengan berbagai
macam bentuk.
Pada pertemuan keenam, Sebelum dimulainya kegiatan
guru mempersiapkan cat air, Faridz bertanya pada guru.... bu mau
buat apa kok pakai cat air buat gambar ya bu....guru menjawab ya...
buat gambar tapi didalam kertas lipat, Vani bertanya gimana bu
caranya, Coba anak – anak semua pegang kertas lipatnya satu satu,
lalu ambil kuasnya. Sebelum digambar atau dicoretkan dalam
kertas lipat, kertas dilipat dulu menjadi dua.. begini bu guru kata
65
Rizky,menjadi dua khan bu...ya benar, Setelah itu cat air yang
sudah dituangkan ditempat cat air diambil dengan kuas lalu
dicoretkan pada lipatan yang sebelah kanan atau kiri..sebelah mana
bu tanya lingga sebelah kanan boleh kiri juga boleh. Setelah
digambar atau dicoretkan pada kertas lalu kertas lipat dilipat
kembali dan dibuka coba jadi apa anak- anak... ya bagus bu.....
serentak anak menjawab bisa ada dua gambarnya, kata Keisya
ya..... bisa sama ya bu guru gambar dikanan dan dikiri. Anak –
anak senang dan ingin mencobanya kembali (CL 6).
Pada pertemuan ketujuh sebelum kegiatan guru bertanya
siapa yang suka menggambar Rafa menjawab saya bu guru...
gambar apa yang kamu suka Rafa, gambar mobil bu guru....saya
juga suka gambar bu guru kata lisita ya gambar apa lisita bunga bu
guru ya bagus sekarang bu guru mau melipat bunga dan burung
siapa yang masih ingat bagaimana melipat bunga. Saya bu guru
jawab Dany, Coba kamu Dany membuat lagi yang pertama lipatan
segitiga khan bu guru....ya benar lalu dilipat ditengah khan bu kata
Dinda guru menjawab ya benar setelah itu lipat kanan kirinya, ya
benar guru bertanya lagi siapa yang bisa membuat burung....jawab
Nazar saya bisa bu....,bu... saya lupa kata Tita lho khan udah
pernah diajarkan, kamu lupa ya Tita.... ya sekarang kalau lupa kita
latihan melipat burung lagi, bu....melipat burung khan
sulit...iya....tapi harus belajar agar bisa ya bu......setelah semua
66
menjadi lipatan sekarang anak – anak menggambar pohon dulu
yang ditempel dengan lipatan bunga dan burung yang sudah kalian
buat, setelah itu diberi warna yang bagus. Lingga maju dengan
membawa hasil gambar dan lipatan yang sudah ditempel tadi, ini
bu..punya saya kata Lingga. Lalu guru menunjukkan contoh pada
anak yang lain untuk dapat membuat yang lebih baik lagi. Anak
sangat senang dan menikmati hasil yang telah dikerjakan...bagus
ya bu punya saya kata Alifia..guru menjawab ya dilanjutkan lagi
(CL 7).
Pertemuan kedelapan anak diberikan kegiatan melipat
rumah. Bu guru bertanya siapa tahu rumah buat apa anak – anak
lingga menjawab buat tidur bu guru... ya benar tetapi yang lebih
benar buat tempat tinggal kamu semua. Siapa yang punya rumah
saya bu guru anak – anak menjawab serentak.Sekarang bu guru
akan mengajarkan anak –anak melipat rumah.... Noufal bertanya
bu mana kertas lipatnya kok belum dibagikan oya....bu guru lupa
lalu anak –anak dibagikan kertas lipat satu persatu semuanya sudah
dapat kertas lipat ya bu.. ya sekarang bisa memulai melipat
membuat rumahnya, yang pertama lipat menjadi dua lipatan lalu
dilipat lagi ditengah, kanan dan kirinya.... Farel bertanya begini bu
guru ya benar dilipat yang rapi ya biar hasilnya bagus. Setelah itu
dilipat bagian atasnya kebawah setengah saja jangan semua...Safira
bertanya begini bu guru sudah benar atau belum ya sudah benar
67
dirapikan sedikit lagi, Sekarang dibuka lipatan yang dilipat
setengah tadi keluar nah sudah jadi, ada anak yang belum bisa
membuatnya dengan sempurna Adel, Vani, Lisita, Lisa masih perlu
bimbingan lagi (CL 8).
Dalam siklus I, anak-anak menjadi tertarik untuk belajar
tentang berbagai macam lipatan mungkin belum pernah dilakukan
sebelumnya. Anak-anak sangat antusias dengan kegiatan melipat
ini. Karena disini anak dapat membentuk dengan kemampuannya
sendiri, sebisa mungkin akan membuat hasil yang baik.
4). Refleksi
Deskripsi data hasil implementasi tentang peningkatan
kreativitas anak melalui kegiatan melipat yang menggunakan
kertas lipat sebagai sumber belajar pada siklus I. Pada siklus I
semua anak tertib dan semuanya memperhatikan saat guru
menjelaskan kegiatan, anak tenang dalam menerima informasi
yang diberikan guru.
Hasil Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
sudah baik karena anak mampu membuat dengan baik lipatan yang
mereka buat. Kegiatan pembelajaran pada siklus I perlu diulang
karena peningkatan kreativitas anak dalam melipat belum tercapai
,masih banyak anak yang belum dapat melipat kertas dengan
68
sempurna, mereka hanya bisa menyerahkan hasil lipatan yang
belum jadi pada gurunya untuk menyelesaikannya.
Kegiatan melipat kertas masih kurang yaitu hanya 60%
namun pencapaian peningkatan kreativitas melipat dalam
penelitian ini minimal 75%. Maka peneliti dan rekan kerja
melakukan perencanaan ulang pembelajaran di siklus II.
Gambar 2. Persentase hasil siklus 1
b. Ketrampilan Guru
Berdasarkan pengamatan pada siklus I diperoleh skor penilaian
ketrampilan guru selama pembelajaran dengan melipat kertas
berlangsung yaitu mendapat skor 18 presentase 64,3% dengan kriteria
baik.
69
Tabel 5. Hasil Pengamatan Ketrampilan Guru Siklus I
No Indikator Skor yang diperoleh guru Kriteria
4 3 2 1
1. Menyiapkankegiatan
prapembelajaran/pembukaan
- - 2 - Cukup
2. Menjelaskan/menyampaikan
pembelajaran dengan melipat kertas
- 3 - - Baik
3. Pemberian pertanyaan pada anak - 3 - - Baik
4. Membimbing anak dalam melipat
kertas
- - 2 - Cukup
5. Mengelola waktu - - 2 - Cukup
6. Memberikan penghargaan 3 Baik
7. Menutup pelajaran - 3 - - Baik
8. Jumlah 18
9. Kategori Baik
10. Rata-rata 2,6
11. Presentase 64,3%
Keterangan :
Skor 1 = jelek
Skor 2 = cukup
Skor 3 = baik
Skor 4 = sangat baik
70
Dari tabel diatas dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:
Gambar 3. Diagram Batang Kemampuan Guru
dalam Mengajar Siklus I
Pengamatan dalam siklus 1 diperoleh bahwa ketrampilan guru dalam
pembelajaran adalah 18 dengan presentase 64,3%, berkriteria baik. Guru
mendapat skor 3dalam menyiapkan kegiatan prapembelajaran guru sudah
memberikan apresiasi, motivasi, dan mengemukakan tujuan pembelajaran
. Guru memberikan motivasi dengan mengajak anak bernyanyi dan
memperlihatkan gambar sesuai tema saat itu. Kegiatan menyiapkan
prapembelajaran yang dilakukan guru merupakan bentuk pengaplikasian
dari peran guru yaitu memberikan dorongan kepada anak agar semangat
mengikuti pembelajaran hal ini merupakan ketrampilan membuka
pelajaran. Namun dalam kegiatan prapembelajaran guru belum menarik
anak.
Indikator menjelaskan atau menyampaikan materi tentang melipat
kertas merupakan ketrampilan menjelaskan dengan menggunakan media
71
atau alat peraga sebagai salah satu peran penting dalam proses, kegiatan
ini mendapat skor 3 yaitu guru menyampaikan pembelajaran melipat
kertas dengan benda yang disesuaikan dengan tema yang ada.
Dalam memberikan penghargaan guru mendapat skor 3 dengan
kriteria baik yaitu penguatan verbal dan nonverbal. Penghargaan ini
diharapkan mampu memotivasi anak atas usaha yang dilakukannya.
Penguatan verbal dilakukan dengan melakukan pujian pada anak yang
dapat melipat kertas dengan baik dan benar dengan perkataan bagus,
pintar, hebat. Pujian non verbal dilakukan dengan mengacungkan jempol
pada anak yang sudah pintar.
Dalam pemberian pertanyaan pada anak mendapat skor 3 dengan
kriteria baik, diantaranya pengungkapan pertanyaan secara jelas dan
singkat, fokus pada pertanyaan yang terkait dengan pelajaran. Sesuai
dengan ketrampilan bertanya, dalam pembelajaran penyebaran pertanyaan
harus dilakukan namun dalam siklus ini guru aktif dalan memberikan
pertanyaan. Pemberian pertanyaan yang dimaksudkan sejalan dengan teori
belajar behaviorisme bahwasanya individu berperilaku apabila ada
rangsangan sehingga dapat dikatakan anak akan belajar apabila menerima
rangsangan dari guru atau orangtua.
Dalam membimbing anak saat tanya jawab guru mendapat skor 2
dengan kriteria cukup yaitu guru membimbing anak dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan baik, menghargai setiap
72
jawaban atau pertanyaan yang diberikan anak serta membimbing anak
untuk mau bertanya dan menjawab pertanyaan dengan percaya diri.
Kemampuan guru dalam mengelola jam pelajaran mendapat skor 2
dengan kriteria cukup diantaranya pengelolaan waktu sesuai RKH dan
pemeliharaan kondisi pembelajaran yang optimal. Guru juga melakukan
proses pembelajaran sesuai jumlah jam yang ditentukan yaitu ketika jam
pelajaran selesai proses pembelajaran pun mampu diselesaikan,ini
merupakan penyesuaian guru dalam pengelolaan kelas.
Kemampuan dalam menutup pembelajaran guru mendapat skor 3
dengan kriteria baik yaitu menyimpulkan hasil pembelajaran, melakukan
hasil evaluasi dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya. Kegiatan ini merupakan kegiatan mengevaluasikan hasil
belajar. Dalam menyimpulkan materi, guru mengajak anak bersama-sama
mengingat kembali kegiatan yang sudah dikerjakan selama pembelajaran.
1) Refleksi
Deskripsi data hasil implementasi tentang peningkatan
keterampilan motorik halus melalui kegiatan origami dengan
menggunakan media kertas sesuai tema pembelajaran sebagai sumber
belajar pada siklus I, pada siklus I anak-anak memperhatikan
penjelasan guru dan melakukan kegiatan origami dengan baik.
73
Hasil Pengamatan siklus I cukup baik karena anak cukup
antusias mengikuti kegiatan origami. Sebagian anak sudah dapat
mengikuti kegiatan origami, namun ada beberapa anak yang belum
sempurna dan masih perlu dimotivasi agar anak lebih terampil. Bagi
sebaigan anak yang belum sempurna supaya mengulangi kegiatan
tersebut secara berulang kali sampai hafal sehingga pada akhirnya
akan menjadi sempurna. Untuk itu dilakukan perencanaan ulang
pembelajaran di siklus II.
5. Hasil penelitian siklus II
a. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
Siklus 2 yang dilaksanakan pada hari senin 17 Mei 2014 pada
tema Tanah Airku dengan membahas tentang melipat burung dan
rumah. Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar melalui kegiatan
membentuk lipatan yang mudah untuk anak supaya meningkatkan
pemahaman melipat pada anak sebagai sumber belajar pada siklus 2,
yaitu:
1). Perencanaan
Langkah-langkah kegitan belajar mengajar dengan kegiatan
melipat kertas pada tahap siklus 2 yang pertama adalah penjelasan
tentang beberapa lipatan ikan yang mudah dibuat oleh anak.
Kemudian penjelasan tentang bentuk lipatan yang baik dan mudah.
Peneliti dan rekan kerja melakukan penyusunan langkah-
langkah kegiatan melipat kertas dengan menyiapkan Rencana
74
Kegiatan Harian (RKH) untuk dipergunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan tindakan pada siklus 2.
Tema yang dilaksanakan yaitu tema tanah airku. Langkah
selanjutnya adalah menyiapkan perangkat pembelajaran yang
dibutuhkan pada proses belajar mengajar melalui kegiataan melipat
kertas. Guru menyiapkan media yang diperlukan sebagai penunjang
pembelajaran Peneliti dan kolaborator bertindak sebagai pengamat
kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran diobservasi dengan
melibatkan rekan kerja sebagai pengamat dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa.
2). Pelaksanaan Tindakan
Tahap selanjutnya adalah tahapan pelaksanaan tindakan
yang mengacu pada Rencana Kegiaatan Harian (RKH). Guru
mengawali pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berbaris
kemudian masuk ke dalam kelas. Kemudian dilanjutkan dengan
do’a yang dipimpin oleh salah satu siswa.
Setelah memberikan salam guru menanyakan kabar kepada
siswa dengan bernyanyi “selamat pagi”, kemudian menghafalkan
Pancasila, Rukun Islam, Rukun Iman, nama bulan dan hari,
kemudian menghafalkan do’a-do’a harian. Kemudian guru
mengajak anak- anak tanya jawab tentang lagu wajib yang ada di
Indonesia.
75
Kemudian guru menunjukkan beberapa contoh lipatan dan
bentuk lipatan yang berbagai macam. Tita menjawab lipatan yang
pernah dilipatnya sudah bisa dibuatnya sendiri.
Setelah itu guru membuka menjelaskan tentang area yang
akan dibuka pada hari itu yaitu area seni, area bahasa, area IPA.
Ketika anak-anak sudah memahami kemudian guru memberi
kesempatan anak-anak untuk memilih area dengan kalung yang
sudah ada pada area tersebut.
Hasil pengamatan kegiatan melipat untuk anak dalam proses
belajar mengajar dinyatakan dengan persentase. Data hasil
pengamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
76
Tabel 7
TABEL HASIL PENGAMATAN
Peningkatan pemahamam Tentang Melipat Kertas pada Anak melalui
Origami Siklus 2 Kelompok A RA AL- IKHLAS Semarang Barat
Indikator Penilaian
Hasil
Pengamatan
Jumlah
yang
tuntas
%
1 2 3 4
Berkreatifitas
dengan lipatan
a. Anak mampu
membuat lipatan
kertas menjadi
burung
b. Anak dapat
membuat hiasan dari
kertas lipat
c. Anak membuat
coretan dalam
lipatan kertaas
dengan cat air
1
-
-
4
3
2
16
17
18
2
3
3
18
20
21
78%
86%
91%
Belajar karya
seni
a. Anak dapat
menggambar pohon
kemudian diberi
hiasan bunga dan
burung dari hasil
origami kemudian
diwarnai
b. Anak melipat bentuk
rumah kemudian
ditambah dengan
hiasan taman bunga
dan kupu-kupu
2
1
6
4
13
16
2
2
15
18
65%
78%
77
Keterangan:
1 : kriteria tuntas sempurna
2 : kriteria tuntas
3 : kriteria cukup tuntas
Berdasarkan data di atas, ada 3 indikator yang diamati dengan rata-
rata hasil sebagai berikut: indikator dapat menunjukkan anak dapat meniru
3 lipatan kertas menjadi bentuk ikan 86% anak mampu meniru 5 lipatan
kertas menjadi bentuk keranjang 82% anak mampu meniru 6 lipatan
menjadi bentuk tulip 78% anak mampu membuat lipatan kertas menjadi
burung 78% anak dapat membuat hiasan dari kertas lipat 86% anak
membuat coretan dalam lipatan kertas dengan cat air 91% anak dapat
menggambar pohon kemudian diberi hiassan bunga dan burung dari hasil
origami kemudian diwarnai 65% anak melipat bentuk rumah kemudian
ditambah dengan hiasan taman bunga dan kupu-kupu 78%
Meniru
membuat
lipatan
a. Anak dapat meniru 3
lipatan kertas menjadi
bentuk ikan
b. Anak mampu meniru 5
lipatan menjadi bentuk
keranjang
c. Anak mampu meniru 6
lipatan menjadi bentuk
tulip
1
2
1
2
2
4
18
17
15
2
2
3
20
19
18
86%
82%
78%
78
Pada proses pembelajaran siklus 2, ketika tahap pendahuluan
pembelajaran melalui kegiatan melipat kertas anak-anak sudah
menunjukkan ketertarikannya. Apalagi ketika anak-anak mencoba membuat
sendiri berkreasi dengan mengunakan crayon, cat air dan hiasan yang
mereka buat sendiri anak lebih senang membuatnya. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa termotivasi untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang
melipat kertas dengan mengikuti kegiatan melipat kertas dengan yang
dilaksanakan selama pembelajaran.
3). Observasi
Selama pelaksanaan tindakan kelas, peneliti dan rekan kerja
guru mengamati jalannya proses kegitan belajar mengajar dengan
menggunakan lembar observasi peningkatan kegiatan motorik halus
anak usia dini melalui kegiatan origami pada anak.
Pada tahapan observasi siklus 2 pertemuan pertama, Sebelum
melakukan kegiatan anak – anak berbaris masuk kelas dan berdoa,
membaca surat dan hadist anak – anak tertib melaksanakan. Setelah itu
bu guru memberikan pengarahan pada anak bahwa kita harus berprilaku
sopan santun pada orang tua, guru dan orang yang lebih tua, supaya kita
disayang sama Allah. Setelah awal kegiatan sudah selesai, bu guru
memberikan kegiatan selanjutnya yaitu melipat ikan, Sebelum melipat
bu guru membagikan kertas lipat pada anak, Fauzi…bu kalau buat ikan
dibawa pulang ya bu… ya boleh nanti mau ditempel dirumah, ya boleh.
Sekarang melipat ikan yang pertama membuat segitiga yang dilipat
79
kanan kirinya…ya bu kata dinda saya sudah bisa ya bagus. Meskipun
sudah diulang masih saja ada yang belum bisa Lisita, Kuma, Dzaka dan
dany (CL 1).
Pada pertemuan kedua, sebelum kegiatan bu guru menjelaskan
apa yang akan dibuat sekarang ini, Vani bertanya bu mau buat apa kok
pakai cat air, iya..... soalnya bu guru mau membuat lipatan dalam cat
air, nazar bertanya bagaimana bu membuatnya, pertama kertas dilipat
menjadi dua lalu cat air dituangkan pada salah satu lipatan kertas tadi
setelah itu ditutup, maka jadilah cetakan cat air yang di sebelahnya.
Fauzi melihat hasilnya bagus ya bu.... aku mau mencobanya bu....,lalu
anak-anak dengan senang menuangkan cat air itu ke kertas lipat (CL 2).
Pertemuan ketiga, sebelum melakukan kegiatan anak diberi
pengarahan dulu pada bu guru apa yang akan dilakukan selanjutnya,
anak dapat menggambar sendiri pohon dengan hiasan lipatan burung
dan bunga yang diberi warna agar kelihatan lebih menarik. Dinda
senang karena dapat menuangkan imajinasinya pada lipatan dan gambar
yang dia sukai, tetapi ada anak yang masih bingung, Faridz bingung
cara membuatnya. Bu guru saya binggung bagaimana cara membuat
burungnya....oooo kamu lupa ya kan sudah ibu ajarkan. Lalu Faridz
minta tolong untuk diajari setelah bisa dia dapat membuat sendiri.
Setelah dibuat lipatan burung dan bunga lalu Faridz menempel pada
kertas gambarnya yang akan diwarnai dengan crayon, Semua anak
mewarnai dengan baik dan bagus. Keisya bertanya bu...ini diberi
80
gambar apa ya biar kelihatan bagus, ya terserah kamu mau diberi
gambar pohon boleh, rumah, awan, matahari semua boleh. Safira, saya
diberi gambar rumah sama burung bu guru.... ya boleh warnai dengan
rapi ya jangan corat – coret (CL 3).
Pertemuan ke empat guru membagikan kertas lipat lagi pada
anak. Fauzi bertanya membuat apa bu guru.......ya bu guru akan melipat
membuat burung.....coba siapa yang masih ingat bu guru sudah pernah
mengajari berulang – ulang, ya bu.. kata Hani sekarang anak – anak
mengambil sendiri kertas lipatnya dan belajar membuat sendiri lipatan
burung yang sudah diajarkan, nanti kalau belum bisa bu guru ajari
lagi..... Dzaka kamu bisa apa nggak membuatnya kok diam saja, ya bu
saya nggak bisa.... begini bu guru ajari yang pertama melipat segitiga
lalu lipat segi empat, Setelah itu lipat kanan dan kirinya dilipat yang
rapi setelah itu dibuka jadilah lipatan ikan, bisakan Dzaka ya bu.....
terima kasih (CL 4).
Pertemuan kelima sebelum melakukan kegiatan anak – anak
berbaris, berdoa, hafalan surat dan hadist lalu bernyanyi. Setelah itu
guru memberikan penjelasan pada anak tentang berbagai macam
ciptaan Allah antara lain tanaman atau bunga coba sebutkan bunga apa
yang kalian ketahui, matahari bu....jawab Tita ya pintar, apa lagi melati
bu...ya pintar jawab Farel. nah...sekarang bu guru mau mengajari anak –
anak melipat bunga matahari gimana caranya bu... tanya Lisa. Sebelum
kegiatan bu guru membagikan kertas lipatnya dulu, semua sudah dapat
81
anak – anak ya bu. Yang pertama lipat kertas menjadi dua lipatan lalu
lipat lagi menjadi dua, begini bu guru kata Dinda ya benar.....Setelah itu
lipat pada keempat sisinya keluar separo saja, gimana bu tanya Safira,
nah begini semuanya dilipat lalu dibalik sudah jadi deh.... Vani berkata
mudah ya bu....membuatnya. Ya kalau kamu berlatih terus pasti bisa
(CL 5).
Pada pertemuan keenam setelah anak – anak diajak berdoa, guru
mengajak anak – anak membaca khalimat syahadat, menirukan gerakan
pohon tertiup angin dan tanya jawab tentang manfaat ’mandi’ untuk
kesehatan tubuh. Setelah itu guru menjelaskan tentang melipat
keranjang, Anak – anak senang sekali. Bu.... keranjang buat belanja ya
kata Vani ya benar. Sekarang duduk yang rapi bu guru akan
membagikan kertas lipatnya bu saya yang warna kuning...kata Safira,
Saya yang warna merah...kata Lingga, ya semuanya nanti dapat tidak
usah berebut. Sudah dapat semua anak – anak.... dengan serentak anak
– anak menjawab ya bu.....Pertama kita mulai melipat bentuk segitiga
dulu sudah semua..... begini bu... kata Nazar ya.... Pintar kamu sudah
bisa, Setelah itu dilipat serong kekanan dan kekiri, begini bu....kata
Zahra, Ya....sudah bisa....lalu atasnya dilipat kedepan dan kebelakang
sudah jadi bisa anak – anak.....ya bu.... (CL 6).
Pertemuan ketujuh sebelum melipat guru mengajak anak untuk
tepuk ’kupu – kupu’ anak – anak semangat melakukannya. Setelah itu
guru menjelaskan kegiatan melipat yang akan dibuat, yaitu melipat
82
rumah..... hore......rumah untuk tempat tinggal ya bu....ya benar dulu
kan sudah pernah kata Farel. Semua anak dibagikan kertas, ada yang
belum dapat saya bu.... kata Kuma ini diambil satu. Yang pertama lipat
kertas menjadi dua sudah anak – anak ya bu...lalu lipat lagi ditengah
kanan dan kirinya setelah itu lipat bagian atas separo saja sudah anak –
anak......begini bu.....tanya Natan ya....setelah itu dibuka keluar bagian
kanan dan kirinya sudah jadi. Ya saya juga sudah bisa kata Lisita,
Sekarang ambil lem ditempel pada kertas lalu dilengkapi dengan
gambar kupu – kupu dan tanman bunga. Kalau yang lainnya boleh bu
guru...ya boleh (CL 7).
Pertemuan kedelapan setelah berdoa anak – anak diajak
bertepuk bersama supaya semangat lagi dalam melakukan kegiatan,
Sekarang anak – anak sudah dapat melipat membuat hiasan sendiri
kan.... Ya bu guru coba bu guru mau lihat mau buat apa...Noufal kamu
mau buat apa ni bu... mau buat rantai dari kertas lipat yang dibuat
lingkaran yang disambung – sambung ya..bagus... dilanjutkan yang rapi
ya... ya bu kata Noufal. Bu...saya mau buat hiasan ular ularan dari
kertas lipat yang dilipat kanan kiri, kanan kiri jadi panjang bu.... ya
bagus mana keisya coba ibu lihat....bisa digantung kok bu... buat hiasan
(CL 8).
4). Refleksi
Deskripsi data hasil implementasi tentang peningkatan melipat
kertas melalui kegiatan origami pada siklus 2. Anak tertib dan antusias
83
memperhatikan guru saat penjelasan tentang berbagai macam lipatan
dan bentuk coretan dalam lipatan ,bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus 2 sudah baik karena kemampuan anak dalam melipat kertas
berkembang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa melalui kegiatan
melipat kertas meningkatkan kreativitas anak. Guru memberikan
penjelasan pada anak tentang tujuan pembelajaran yang dilakukan,
sehingga anak dapat memahami arah pembelajaran yang dilakukan saat
kegiatan. Selama proses pembelajaran guru sangat membantu anak
untuk lebih memotivasi anak untuk dapat meningkatkan kreativitas
dalam dirinya.
Pada penelitian siklus 2 ini tingkat pencapaian peningkatan
kreativitas anak dalam kegiatan melipat kertas sudah baik yaitu 85%,
hasil peningkatan ini menujukkan hasil yang baik karena peningkatan
kreativitas dalam penelitian ini minimal 80%. Hasil ini menunjukkan
bahwa penelitian berhasil karena peningkatan kreativitas dalam melipat
kertas sudah lebih dari stndart minimal penelitian. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan kegiatan melipat kertas dapat meningkatkan kreativitas
anak di RA AL-IKHLAS Semarang.
84
Gambar 5. Persentase hasil siklus 2
b. Kinerja Guru
Berdasarkan pengamatan pada siklus II diperoleh skor penilaian
ketrampilan guru selama pembelajaran kegiatan origami. yang mendapat
skor 25, presentase 89,2% dengan kriteria baik. Hal ini dapat ditunjukkan
pada tabel berikut:
85
Tabel 8. Hasil Pengamatan Ketrampilan Guru Siklus II
No Indikator Skor yang diperoleh guru Kriteria
4 3 2 1
1. Menyiapkankegiatan
prapembelajaran/pembukaan
4 - - - Sangat baik
2. Menjelaskan/menyampaikan
pembelajaran dengan melipat kertas
4 - - - Sangat
Baik
3. Pemberian pertanyaan pada anak - 3 - - Baik
4. Membimbing anak dalam melipat
kertas
4 - - - Sangat baik
5. Mengelola waktu - 3 - - Baik
6. Memberikan penghargaan 4 - - - Sangat Baik
7. Menutup pelajaran - 3 - - Baik
8. Jumlah 25
9. Kategori Baik
10. Rata-rata 3,57
11. Presentase 89,2 %
Meningkatan kemampuan kegiatan origami selanjutnya dilakukan di siklus
II dengan mengunakan gambar yang disesuaikan tema pembelajaran.
Kegiatan origami. pada siklus II diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan kegiatan origami pada anak.
86
..
Gambar 4. Diagram Batang Kemampuan Guru
dalam Mengajar Siklus II
1) Refleksi
Deskripsi data hasil implementasi tentang meningkatkan
keterampilan kegiatan origami sesuai tema pembelajaran. Sebagai
sumber keterampilan belajar pada siklus II, anak-anak
memperhatikan penjelasan guru dengan tertib. Semua anak sudah mau
mencoba melakukan kegiatan origami tanpa harus dimotivasi.
Hasil Pengamatan siklus II sudah baik karena anak sangat
antusias mengikuti penjelasan guru. Sebagian besar anak sudah dapat
mengikuti kegiatan origami dengan sempurna. Kegiatan siklus II tidak
perlu diulang karena peningkatan kegiatan origami telah tercapai. Pada
penelitian siklus II tingkat pencapaian peningkatan keterampilan anak
melalui kegiatan origami dengan gambar yang disesuaikan dengan
tema pembelajaran, sudah baik yaitu 80%. Dengan demikian
87
pencapaian peningkatan kegiatan origami sudah sesuai dengan target.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan kegiatan origami dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus anak di Kelompok A RA
AL-IKHLAS Semarang Barat.
B. Pembahasan
1. Cara Meningkatkan kegiatan melipat kertas
Anak-anak sangat menyukai hal-hal yang menarik, menyenangkan
dan hal-hal yang baru. Dalam hal meningkatkan motorik halus anak
melalui melipat kertas. Dengan mengerjakan secara bersama-sama anak
pasti akan bercakap-cakap dengan teman yang lain sehingga meningkatkan
keterampilan motorik halus anak.
Dalam meningkatkan keterampilan melalui origami , anak aktif
dalam melalukan kegiatan, bertanya dan bercakap-cakap dan secara tidak
sadar meningkatkan keterampilan motorik halus anak dalam dirinya agar
mampu berkembang.
Elizabet B. Hurlock (1990) menyatakan bahwa kesempatan
motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan salah satu kegiatan,
misalnya melipat kertas satu sampai enam. Meningkatkan ketrampilan
motorik halus dipengaruhi juga oleh kondisi lingkungan disekitar yang
memberikan kesempatan baginya untuk meningkatkan keterampilan yang
dimilikinya.
Dalam penelitian, guru memberikan kegiatan melipat dalam
meningkatkan keterampilan yang dimiliki anak sejak usia dini agar dapat
88
berkembang. Dalam kegiatan melipat ini anak diberikan arahan dan
petunjuk melipat yang benar, agar anak mengerti bagai mana lipatan yang
benar seperti apa. Dalam pembelajaran guru juga memberikan pengalaman
kepada anak seperti memberikan contoh lipatan yang baik dan benar.
Banyak anak yang sudah mampu meningkatkan keterampilan
motorik halus dalam dirinya. Imajinasi anak berkembang ketika anak
diberikan kebebasan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang
lainnya. Keterampilan tersebut dituangkan melalui kegiatan melipat kertas
yang mengasyikkan untuk anak, guru dapat mengembangkan kegiatan
belajar melipat untuk anak, agar meningkatkan keterampilan anak supaya
anak merasa senang dan nyaman saat melakukan kegiatan sehingga
potensi anak dapat berkembang sesuai tahapannya.
Keterampilan merupakan sesuatu proses, bukan hasil.
Keterampilan merupakan hasil belajar yang terus menerus, yang
memerlukan bimbingan terus menerus tanpa henti hentinya dan tanpa
bosan.
89
Tabel 8
TABEL HASIL PENGAMATAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN TENTANG BERBAGAI
MACAM ORIGAMI PADA ANAK
Indikator Sub Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Meniru membuat
lipatan
a. Anak dapat
meniru 3
lipatan kertas
menjadi
bentuk ikan
b. Anak mampu
meniru 5
lipatan
menjadi
bentuk
keranjang
c. Anak mampu
meniru 6
lipatan
menjadi
bentuk tulip
43%
39%
34%
56%
60%
60%
80%
82%
78%
2. Berkreatifitas
dengan lipatan
a. Anak mampu
membuat
lipatan kertas
menjadi
burung
b. Anak dapat
membuat
hiasan dari
kertas lipat
c. Anak
membuat
coretan dalam
lipatan kertaas
dengan cat air
20%
30%
34%
56%
52%
56%
78%
86%
91%
90
3. Belajar karya seni a. Anak dapat
menggambar
pohon
kemudian
diberi hiasan
bunga dan
burung dari
hasil origami
kemudian
diwarnai
b. Anak melipat
bentuk rumah
kemudian
ditambah
dengan
hiasan taman
bunga dan
kupu-kupu
30%
26%
56%
60%
65%
78%
Persentase rata-rata peningkatan
kemampuan melipat kertas pada anak
32% 57% 80%
Keterangan - Belum
tercapai
Sudah
tercapai
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan
melipat anak yang tuntas sebesar 32%, setelah dilakukan penelitian siklus
I meningkat menjadi 57% yaitu mengalami peningkatan sebesar 25% dan
dilakukan penelitian kembali pada siklus II presentase ketuntasan anak
menjadi 80% mengalami peningkatan 23%.
Berdasarkan grafik sebelum diberi tindakan menunjukkan persentase
kemampuan melipat anak sebesar 32%, setelah diberi tindakan pada siklus
91
I melalui melipat kertas yang disesuaikan dengan tema, kemampuan
melipat kertas anak meningkat menjadi 57%. Peneliti kemudian memberi
tindakan pada siklus II dengan melipat kertas dan lipatan yang sudah jadi
yang di sesuaikan dengan tema pembelajaran,kemampuan melipat kertas
anak meningkat menjadi 80%. Hasil peningkatan melipat kertas anak
sebesar 80% penelitian dinyatakan berhasil karena peneliti sudah
memenuhi target sebesar 80%.
Gambar 6. Grafik Peningkatan Hasil Penelitian
92
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: bahwa dengan kegiatan melipat kertas atau origami kita dapat
melatih motorik halus anak agar anak lebih terampil membuat lipatan
dan bentuk yang dicontoh kan oleh guru, anak juga dapat membuat
lipatan sendiri dengan lipatan yang lain.
Kegiatan melipat kertas ini juga dapat dikembangkan dengan
berbagai macam bentuk dan dapat juga diberi hiasan yang lain misalnya
: menggambar yang ditambah dengan lipatan burung dan bunga serta
diberi warna yang menarik dan sesuai . Anak juga dapat memberikan
coretan dengan cat air pada kertas lipat tersebut. Dengan begitu
keterampilan yang dipunyai anak keluar dengan sendirinya. Selain itu
juga anak dan guru sesering mungkin mengajarkan anak didiknya untuk
berlatih melipat agar lebih terampil dalam melipat kertas membuat
origami.
Guru juga harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan
menyenangkan untuk anak. Agar dalam kegiatan melipat anak tidak
bosan, guru memberikan cerita kepada anak dari hasil lipatan yang anak
buat sendiri.
93
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran yang diberikan untuk
meningkatkan pemahaman tentang melipat kertas pada anak melalui
kegiatan membentuk kreasi lipatan adalah :
a. Bagi guru selaku pendidik agar lebih kreatif dan bervariasi lagi untuk
membuat suatu origami, supaya anak juga dapat berkreasi sesuai
dengan imajinasi anak itu sendiri. Dengan adanya ketertarikan untuk
berkreasi dengan lipatan kertas yang menarik, enak dipadang,
dengan bahan kertas yang berwarna warni, anak akan tertarik dan
ingin membuat sendiri yang berbeda. Guru juga terus memotivasi
anak untuk selalu berkreasi dan berimajinasi melipat kertas yang
lebih baik.
b. Bagi sekolah, hendaknya lebih memfasilitasi lagi untuk kegiatan
melipat kertas, membentuk kreasi lipatan kertas, meningkatkan
keterampilan pada anak, menyediakan sarana dan prasarana yang
lengkap.
c. Bagi orang tua, hendaknya memberikan fasilitas yang memadai
sehingga belajar dan mengajar tentang origami dapat berjalan dengan
lancar.
94
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock Elizzabeth B., 1992, Psikologi Perkembangan Anak, Jilid 1-2. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Sukardi, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya
Tahir Hadi, 2012, Origami Hewan Kreasi Baru Yang Menawan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Eqtada A.Bilhaque, 2013, Model- Model Menarik Origami, Penerbit Plus
Multimedia
Makiko Ikeda & Kris Hirschmann, 2009 Origami Seni Lipat Kertas, Penerbit
Dahar Prize
Arikunto, suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Muslich, Masnur, 2011. Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu
Mudah.Jakarta : PT Bumi Aksara
Saifuddin, Azwar, 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Sukmadinata, N, Syaodih, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Nur Anisah, 2009. Mahir Membuat Origami Bentuk Binatang: Buku kita com.
Robeert J.Lang, 2006. The Fourth Internasional Meeting On Origami In Science
(40 SME)
Dr. Andyda Melia, 2011. Jurnal Nasional
M. Amanuma, (1997:297). Seni Melipat Kertas dari Negeri Sakura
Hurlock Elizzabeth B, (1992) .Developmental psychology. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Standar Tingkat Pencapaian perkembangan Anak Usia Dini. Permen No.58 Tahun
2009
95
LAMPIRAN – LAMPIRAN
96
BIODATA
Nama : Rully Kusumastuti A.Ma
Nim : 1601911005
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 11 Mei 1980
Jenis Kelamin : Perempuan
Fakultas : FIP ( Fakultas Ilmu Pendidikan)
Jurusan : Pendidikan Anak Usia Dini
Alamat : Kumudasmoro Selatan No.5 Semarang
Agama : Islam
Pendidikan : - SDN Panggung Semarang
- SMP Kesatrian 2 Semarang
- SMK Ibu Kartini Semarang
- Universitas Negeri Semarang
97
Foto 1
Bangunan fisik RA. AL-IKHLAS Semarang Barat
Foto 2
Alat peraga kertas lipat
98
Foto 3
Kegiatan belajar mengajar
(Anak memperhatikan membuat lipatan)
Foto 4
Cara melipat kertas bentuk sederhana
99
Foto 5
Melipat bentuk rumah
Foto 6
Melipat bentuk bunga tulip
100
Foto 7
Melipat bentuk anjing
Foto 8
Melipat bentuk bunga matahari
101
Foto 9
Melipat bentuk burung dan bunga ditaman
Foto 10
Melipat bunga dan burung ditempel lalu diwarnai
102
Foto 11
Melipat bentuk rumah yang dilengkapi dengan taman bunga
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134