1_18_209Berita Terkini-Betahistine untuk Terapi Penyakit Meniere dan Vertigo Vestibular...

1
772 BERITA TERKINI CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013 Betahistine untuk Terapi Penyakit Meniere dan Vertigo Vestibular: Meta-Analisis P enyakit Meniere dan vertigo vestibular merupakan kondisi patologis yang membutuhkan terapi multi-modal. Perubahan gaya hidup, terapi fisik, adaptasi vestibular, terapi medikamentosa, serta pembedahan ablatif maupun non-ablatif menjadi pilihan terapi yang sering digunakan dalam kombinasi. Dari semua terapi medikamentosa yang dipakai, betahistine paling sering menjadi pilihan utama di Eropa telah digunakan dalam terapi penyakit Meniere dan vertigo vestibular perifer selama lebih dari 40 tahun.. Dalam sebuah survei terkini, 94% dokter di Inggris meresepkan betahistine untuk penyakit Meniere. Betahistine merupakan obat golongan analog histamin dengan efek agonistik lemah pada reseptor histamin H1 dan efek antagonistik lebih poten pada reseptor histamin H3. Bukti- bukti saat ini menganggap bahwa betahistine bekerja di sistem saraf pusat dan, secara khusus, di sistem neuron yang terlibat dalam pemulihan pasca-gangguan vestibular. Baru-baru ini dilakukan sebuah meta-analisis atas 12 uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol plasebo yang meneliti betahistine pada penderita vertigo vestibular atau penyakit Meniere, berdasarkan data yang dipublikasikan maupun tidak. Endpoint klinis yang dipakai adalah opini investigator secara keseluruhan terkait respons atas pengobatan gejala-gejala vertigo, setelah sekurang-kurangnya 1 bulan terapi. Diperkenalkan sebuah parameter efek baru—kecenderungan luaran (outcome) terapi yang menguntungkan—dengan odds ratio sebagai ukuran pembanding respons betahistine dengan plasebo. Untuk masing- masing studi, diestimasikan sebuah odds ratio tersendiri (odds ratio spesifik-studi). Semua, kecuali satu, odds ratio spesifik-studi ternyata lebih besar dari 1,0. Artinya, dengan parameter efek baru tersebut, terdapat bukti adanya efek positif betahistine terahadap gejala vertigo pada 11 dari 12 studi. Empat dari 12 studi memperlihatkan efek positif betahistine yang secara statistik bermakna, dibandingkan plasebo. Odds ratio meta-analisis itu sendiri sebesar 2,58 (95%CI 1,67-3,99), secara statistik bermakna. Hal ini berarti bahwa, rata-rata, kecenderungan luaran positif hampir dua kali lebih tinggi pada pasien yang diterapi dengan betahistine dibanding pasien yang diberi palsebo. Sub-analisis untuk penyakit Meniere dan vertigo vestibular juga membuahkan hasil yang bermakna. Untuk penyakit Meniere, odds ratio meta-analisis terlapor senilai 3,37 (95%CI 2,14-5,29); untuk vertigo vestibular, odds ratio tercatat sebesar 2,23 (95%CI 1,20- 4,14). Simpulannya, meta-analisis ini mendukung manfaat terapeutik betahistine terhadap gejala vertigo, baik pada penyakit Meniere maupun vertigo vestibular. (AAM) REFERENSI: 1. Lacour M, van de Heyning PH, Novotny M, Tighilet B. Betahistine in the treatment of Meniere’s disease. Neuropsychiatric Diasease and Treatment. 2007;3(4):429-40. 2. Nauta JJP. Meta-analysis of clinical studies with betahistine in Ménière’s disease and vestibular vertigo. European Archives of Oto-Rhino-Laryngology. 2013. DOI 10.1007/s00405-013- 2596-8.

description

lkashflkhglakhxvk

Transcript of 1_18_209Berita Terkini-Betahistine untuk Terapi Penyakit Meniere dan Vertigo Vestibular...

Page 1: 1_18_209Berita Terkini-Betahistine untuk Terapi Penyakit Meniere dan Vertigo Vestibular Meta-Analisis.pdf

772

BERITA TERKINI

CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013

Betahistine untuk Terapi Penyakit Meniere dan Vertigo Vestibular: Meta-Analisis

Penyakit Meniere dan vertigo vestibular merupakan kondisi patologis yang membutuhkan terapi multi-modal.

Perubahan gaya hidup, terapi fi sik, adaptasi vestibular, terapi medikamentosa, serta pembedahan ablatif maupun non-ablatif menjadi pilihan terapi yang sering digunakan dalam kombinasi. Dari semua terapi medikamentosa yang dipakai, betahistine paling sering menjadi pilihan utama di Eropa telah digunakan dalam terapi penyakit Meniere dan vertigo vestibular perifer selama lebih dari 40 tahun.. Dalam sebuah survei terkini, 94% dokter di Inggris meresepkan betahistine untuk penyakit Meniere.

Betahistine merupakan obat golongan analog histamin dengan efek agonistik lemah pada reseptor histamin H1 dan efek antagonistik lebih poten pada reseptor histamin H3. Bukti-bukti saat ini menganggap bahwa betahistine bekerja di sistem saraf pusat dan, secara khusus, di sistem neuron yang terlibat dalam pemulihan pasca-gangguan vestibular.

Baru-baru ini dilakukan sebuah meta-analisis atas 12 uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol plasebo yang meneliti betahistine pada penderita vertigo vestibular atau penyakit Meniere, berdasarkan data yang dipublikasikan maupun tidak. Endpoint klinis yang dipakai adalah opini investigator secara keseluruhan terkait respons atas pengobatan gejala-gejala vertigo, setelah sekurang-kurangnya 1 bulan terapi. Diperkenalkan sebuah parameter efek baru—kecenderungan luaran (outcome) terapi yang menguntungkan—dengan odds ratio sebagai ukuran pembanding respons betahistine dengan plasebo. Untuk masing-masing studi, diestimasikan sebuah odds ratio tersendiri (odds ratio spesifi k-studi). Semua, kecuali satu, odds ratio spesifi k-studi ternyata lebih besar dari 1,0. Artinya, dengan parameter efek baru tersebut, terdapat bukti adanya efek

positif betahistine terahadap gejala vertigo pada 11 dari 12 studi.

Empat dari 12 studi memperlihatkan efek positif betahistine yang secara statistik bermakna, dibandingkan plasebo. Odds ratio meta-analisis itu sendiri sebesar 2,58 (95%CI 1,67-3,99), secara statistik bermakna. Hal ini berarti bahwa, rata-rata, kecenderungan luaran positif hampir dua kali lebih tinggi pada pasien yang diterapi dengan betahistine dibanding pasien yang diberi palsebo.

Sub-analisis untuk penyakit Meniere dan vertigo vestibular juga membuahkan hasil yang bermakna. Untuk penyakit Meniere, odds ratio meta-analisis terlapor senilai 3,37 (95%CI 2,14-5,29); untuk vertigo vestibular, odds ratio tercatat sebesar 2,23 (95%CI 1,20-4,14).

Simpulannya, meta-analisis ini mendukung manfaat terapeutik betahistine terhadap gejala vertigo, baik pada penyakit Meniere maupun vertigo vestibular. � (AAM)

REFERENSI:

1. Lacour M, van de Heyning PH, Novotny M, Tighilet B. Betahistine in the treatment of Meniere’s disease. Neuropsychiatric Diasease and Treatment. 2007;3(4):429-40.

2. Nauta JJP. Meta-analysis of clinical studies with betahistine in Ménière’s disease and vestibular vertigo. European Archives of Oto-Rhino-Laryngology. 2013. DOI 10.1007/s00405-013-

2596-8.