117571728-Teko-Keramik

8
PERIHAL TEKO KERAMIK Dadan Sumardan Balai Besar Keramik Jl. Jend.AhmadYani No.392 Bandung Telp. (022) 7206221, Fax. (022) 7205322 ABSTRAK Membuat teko keramik relatif sulit, tapi ketika berhasil dibuat, pembuatnya akan terpuaskan. Desain teko lahir dari perkembangan penemuan teh dan penggunaannya secara teratur dalam kehidupan sehari-hari. Teko dibutuhkan sebagai bejana yang efisien yang memuaskan rasa estetik dalam memasak dan meminum air teh. Sebuah teko biasanya terdiri dari : lid (tutup), spout (corot/cerat), handle (gagang), dan body (badan). Standar pertama dalam mengapresiasi teko adalah bentuk. Keterampilan membuat teko juga melibatkan dasar-dasar dalam merancang unsur-unsur dari suatu karya keramik artistik. Membuat teko memerlukan pengalaman dalam memadukan aspek estetik dan aspek fungsional agar teko dapat menuang dengan penuh “keanggunan”. Kata Kunci :Teko, keramik artistik, keramik fungsional PENDAHULUAN Ada bermacam-macam bentuk pottery”(sebutan untuk wadah yang dibuat dari lempung yang mengalami proses pembakaran hingga kemudian memiliki bentuk yang permanen : keras sekaligus mudah pecah) atau keramik wadah, dan teko termasuk di dalamnya. Bentuk teko sangatlah mendunia, fungsinya sederhana tapi elemennya sangat kompleks. Sebuah teko harus dapat berdiri dengan stabil. Jika dibentuk dengan teknik “putar” dindingnya harus dibuat setipis mungkin. Bukaan atasnya dibuat relatif kecil tetapi tetap dapat memberikan kemudahan dalam pengisian dan pembersihan. Sebuah teko sulit dibuat, tapi ketika berhasil,akan memberikan kepuasan tersendiri bagi pembuatnya. Sejarah Teko Cerita tentang teko dimulai dari kebutuhannya. Perkembangan penemuan teh dan penggunaannya secara teratur dalam hidup sehari-hari membutuhkan suatu bejana yang

description

TUgas

Transcript of 117571728-Teko-Keramik

Page 1: 117571728-Teko-Keramik

PERIHAL TEKO KERAMIK

Dadan Sumardan

Balai Besar Keramik Jl. Jend.AhmadYani No.392 Bandung

Telp. (022) 7206221, Fax. (022) 7205322

ABSTRAK

Membuat teko keramik relatif sulit, tapi ketika berhasil dibuat,

pembuatnya akan terpuaskan. Desain teko lahir dari perkembangan penemuan

teh dan penggunaannya secara teratur dalam kehidupan sehari-hari. Teko

dibutuhkan sebagai bejana yang efisien yang memuaskan rasa estetik dalam

memasak dan meminum air teh. Sebuah teko biasanya terdiri dari : lid (tutup),

spout (corot/cerat), handle (gagang), dan body (badan). Standar pertama dalam

mengapresiasi teko adalah bentuk. Keterampilan membuat teko juga melibatkan

dasar-dasar dalam merancang unsur-unsur dari suatu karya keramik artistik.

Membuat teko memerlukan pengalaman dalam memadukan aspek estetik

dan aspek fungsional agar teko dapat menuang dengan penuh “keanggunan”.

Kata Kunci :Teko, keramik artistik, keramik fungsional

PENDAHULUAN

Ada bermacam-macam bentuk

“pottery”(sebutan untuk wadah yang

dibuat dari lempung yang mengalami

proses pembakaran hingga kemudian

memiliki bentuk yang permanen :

keras sekaligus mudah pecah) atau

keramik wadah, dan teko termasuk di

dalamnya. Bentuk teko sangatlah

mendunia, fungsinya sederhana tapi

elemennya sangat kompleks.

Sebuah teko harus dapat

berdiri dengan stabil. Jika dibentuk

dengan teknik “putar” dindingnya

harus dibuat setipis mungkin. Bukaan

atasnya dibuat relatif kecil tetapi tetap

dapat memberikan kemudahan

dalam pengisian dan pembersihan.

Sebuah teko sulit dibuat, tapi ketika

berhasil,akan memberikan kepuasan

tersendiri bagi pembuatnya.

Sejarah Teko

Cerita tentang teko dimulai

dari kebutuhannya. Perkembangan

penemuan teh dan penggunaannya

secara teratur dalam hidup sehari-hari

membutuhkan suatu bejana yang

Page 2: 117571728-Teko-Keramik

cukup efisien dan memuaskan rasa

estetik untuk memasak dan meminum

air teh.

Ada dua legenda tentang

penemuan penggunaan teh.1)

Satu

diantaranya penemuan teh Shen-nung,

seorang kaisar Cina di abad ke-3

sebelum Masehi. Beliau sedang

duduk di bawah sebuah pohon sambil

memasak air untuk minum. Ketika itu

daun-daun Cammelia Sinensis jatuh

ke dalam mangkuk, rasa yang

ditimbulkannya menuju kekelahiran

minuman teh. Legenda lainnya

menyebutkan seorang Pendeta Budha

Dharuma yang mengadakan

perjalanan dari India menuju Cina di

abad ke-5 masehi. Pada tahun ke-5

dari 7 tahun masa meditasinya untuk

membuktikan keyakinannya, dia

merasa mengantuk dalam usahanya

untuk tetap memusatkan fikirannya,

dia memotong kelopak matanya dan

membuangnya di tanah, dan tumbuh

menjadi tanaman teh. Dia

memutuskan untuk membuat

minuman dari daun itu dan

menemukan kalau seduhan daun itu

membuatnya terjaga kembali, dan

pengejaran pembelajaran spiritualnya

dapat terus berlanjut.

Cammelia sinensis, pohon teh

yang biasa dikenal, pertama kali

dikembangbiakan pada abad ke-4

Masehi, setelah jenis liarnya dibawa

ke Cina dari India. Sebetulnya pohon

yang hijau sepanjang tahun ini, dapat

tumbuh mencapai 16 m, budi daya

tanaman ini kemudian dipangkas

menerupai semak-semak dan tetap

menjaganya pada ketinggian 1,5 m.

Setelah pertumbuhannya 3 atau 5

tahun, daun-daunnya bisa dipanen

untuk dijadikan teh.

Teko tidak lantas digunakan

bersamaan dengan penemuan teh.

Pada abad ke-8 Masehi, daun teh

diolah dengan cara menggilingnya

dengan tangan, dikeringkan,

kemudian digerus sampai menjadi

bubuk. Mulanya bubuk teh ini

dicampur dengan garam dan dibentuk

sehingga dapat dimasukkan ke dalam

mangkuk yang berisi air panas untuk

kemudian dibuat campuran yang

pekat. Cara pembuatan air teh ini

diperkenalkan di Jepang pada awal

abad ke-9 Masehi. Teh diyakini

sebagai obat di Cina dan Jepang

selama 500 tahun ke depan. 1)

Pada awal Dinasty Ming

(1368-1644) di Cina, pembuatan air

teh seperti yang kita kenal sekarang

ini, menjadi terkenal. Contoh teko

paling pertama dibuat muncul pada

periode ini, dibuat dari zisha, atau

lempung ungu (”purple” clay,

daerah XiYing di Cina. Keramik di

dalam tradisi XiYing menjadi kuat

sejak Dinasti Sung (960-1279);

barangnya bernilai karena kehalusan

tekstur, ketipisannya, dan pewarnaan

alamiah yang indah mulai dari

kuning muda sampai merah marun.

Peralihan dari mangkuk minum

menjadi teko sangatlah lancar. Teko

Page 3: 117571728-Teko-Keramik

XiYing, dulu sampai sekarang,

digunakan untuk memasak teh dan

juga sebagai bejana untuk minum.

Teko XiYing berangsung-angsur

terbumbui, keramik yang tak berglasir

menyerap rasa dari teh yang dimasak,

membuatnya menjadi pilihan yang

disukai untuk pecinta teh. Penyebaran

teko XiYing di seluruh dunia

dipengaruhi tidak hanya oleh

bentuknya, tetapi juga didorong oleh

penemuan hard-paste porcelain di

Barat.1)

Teko dan Bagian-bagiannya

Teko adalah bejana bertutup

dalam berbagai variasi bentuk yang

berfungsi untuk memasak dan

menyajikan air teh. Biasanya terdiri

dari satu corot/cerat dan satu gagang,

yang diletakkan berseberangan di

dalam bejana utamanya. Cerat

biasanya dibubuhkan agar dapat

mengalirkan air teh tanpa

mengganggu sebaran daun teh yang

mengapung di dalam air teh. Teko

biasanya juga mempunyai saringan

dengan lubang-lubang kecil di antara

pertemuan corot dengan bejana

penampungan untuk mencegah daun

teh didalamnya ikut tertuang ke

dalam cangkir bersama airnya.

Sebuah teko biasanya terdiri dari : lid

(tutup), spout (corot/cerat), handle

(gagang), body (badan).

Gambar 1. Teko dan Bagian-bagiannya

Lid : Tutup higienis yang

memberikan kelantangan pusat

pandang dan rangsangan apresiasi

pada sentuhan. Cara penempatan

tutup pada bejana baik itu

ditempatkan di atas atau di dalamnya,

memberi apresiasi yang berbeda-

beda. Sedikit penampang dari tutup

yang dibentuk dengan cara putar

digambarkan untuk perbandingan.

Tutup yang dibenamkan berguna

untuk ”casseroles” (sebutan untuk

wadah keramik berbentuk panci yang

digunakan untuk memasak dan

menyediakan makanan) atau buli-buli

tempat peyimpanan yang

ketinggiannya terbatas. Tutup yang

dibenamkan kukuh untuk bejana yang

sering dipindah-pindahkan.Tutup

seperti ini juga menyediakan

pegangan yang berfungsi dengan

baik, dan tidak menonjol secara tidak

menyenangkan. Tutup yang

dibenamkan mempunyai serambi baik

Page 4: 117571728-Teko-Keramik

itu pada tutup atau bejananya, yang

digunakan untuk teapots (teko untuk

teh) ataupun coffee pots (teko untuk

kopi), sehingga menjaga pusat

gravitasi berada pada titik rendah dan

mengatasi masalah ketidaknyamanan

tutup ketika menuangkan isinya. Alat

pengunci dimungkinkan dalam

beberapa cara tetapi efisiensi dan

ketertarikan estetika masih bisa

dihadirkan.

Gambar 2. Penampang lid yang dibenamkan

Spout/Corot : Mulut teko yang

berfungsi dalam membantu

penuangan. Ada dua jenis corot, corot

terbuka dan corot tertutup seperti

yang biasa digunakan pada teko.

Perbedaan kedua jenis corot ini

dikembangkan karena adanya

perbedaan kekentalan cairan yang

akan dituangkan dan kesesuaian

dengan bentuk bejananya. Beberapa

corot digunakan untuk jumlah

penuangan yang banyak dan yang

lainnya untuk mengendalikan tetesan

yang lebih sedikit saja. Jenis lempung

juga mempengaruhi jenis corot yang

akan dibuat.

Gambar 3. Perbedaan corot sistem terbuka dan sistem tertutup

Handle / Gagang : Gagang adalah

bagian teko yang paling pertama

disentuh oleh penggunanya,

dipasangkan pada bejana agar bejana

tersebut bisa diangkat. Gagang adalah

bagian keseluruhan yang paling

penting dari sebuah teko dan bukan

sebagai sebuah dekorasi. Sebuah

gagang bisa menjadi titik perhatian

dari sebuah teko, baik dalam fungsi

maupun estetika. Ada dua jenis

gagang : lug dan loop. Gagang

berbentuk lug (sering disebut dengan

kuping/telinga, seperti pada panci)

digunakan untuk bejana yang

Page 5: 117571728-Teko-Keramik

berukuran kecil atau ruang disekitar

bejana sangat terbatas, seperti pada

casserole.

Gagang berbentuk lug

disediakan sebagai gagang atau

pegangan ala kadarnya yang hanya

berupa kumpulan permukaan untuk

persentuhan. Sedangkan gagang

berbentuk ”loops” (melingkar)

ditujukan untuk pengambilan tangan

atau sedikitnya jari-jari sehingga

lingkarannya mencukupi. Gagang

berbentuk melingkar ini menciptakan

irama atau gerakan berkelanjutan bagi

mata untuk mengikuti titik berat

bejana dalam penilaian estetis dan

penampilan fungsional. Secara teori

gagang yang melingkar lengkap harus

terbentang dari bagian dalam dan

mengelilingi pusat gravitasi untuk

keperluan pengendalian dalam proses

penuangan.2,3,4,5,6,7)

Gambar 4. Macam-macam tipe gagang/handle

Perancangan Teko Keramik

Standar pertama dalam mengapresiasi

teko adalah bentuk. Ada delapan poin

utama dalam mengapresiasi bentuk

yang digaris besari oleh Bernard

Leach dalam bukunya ”A Potter

Books”, enam diantaranya adalah:

1. Akhir suatu garis adalah

segalanya.

2. Garis adalah kekuatan, ketika ada

perubahan atau persilangan pada

sebuah garis titik-titiknya akan

sangat kentara dan mengundang

perhatian.

3. Garis vertikal artinya

pertumbuhan, garis horizontal

berarti perhentian, garis diagonal

berarti perubahan.

Page 6: 117571728-Teko-Keramik

4. Garis lurus dan garis lengkung,

persegi dan lingkaran, kubus dan

bola, semua itu adalah kutub-

kutub pekeramik ketika bekerja,

dengan irama bentuk dibawah

satu konsep yang jelas.

5. Lekukan untuk keindahan, sudut-

sudut untuk kekuatan.

6. Kaki yang kecil untuk

keanggunan, kaki yang lebar

untuk keseimbangan. 7)

Badan Keramik untuk Pembuatan

Teko

Lempung dapat dibentuk

menjadi teko dengan cara dibentuk di

alat putar, atau dengan cara cetak

tuang menggunakan cetakan gips.

Pembentukan teko dengan kedua cara

tersebut memerlukan syarat fisik

lempung yang berbeda.

Lempung yang akan dibentuk

menjadi teko dengan memakai alat

putar haruslah lempung yang plastis.

Lempung untuk pembentukan dengan

alat putar dibuat dengan prosentase

bahan-bahan non plastis yang relatif

sedikit, (seperti felspar dan kwarsa).

Lempung berbahan tunggal seperti

tanah Plered atau Tanah Sukabumi

bisa sangat bagus bila dibentuk

dengan alat putar. Tidak selamanya

badan keramik alam tersedia, maka

mengkombinasikan beberapa

lempung plastis bisa menjadi

solusinya. Ball clay biasanya

digunakan untuk menambahkan sifat

plastis. 8)

Sebuah teko dapat pula dibuat

dengan cara di cor menggunakan

cetakan gips. Syarat fisik lempung

dengan teknik ini harus

memperhatikan kekentalan lempung

cair agar bisa dituang dengan mulus

dan tidak lengket dipermukaan

cetakan gips. Lempung untuk teknik

cor harus tidak membasahi cetakan

secara berlebihan, bisa terlepas

sendiri dari cetakan selama proses

pengeringannya, dan tidak

mempunyai susut yang berlebihan

pula.

Kaidah-kaidah dalam Pembuatan

Teko Fungsional

Seni keramik fungsional

mencapai intinya ketika pekeramik

berhasil membuat teko yang tak

menetes ketika isinya dituangkan, tak

sulit digunakan atau terlalu berat saat

diangkat, dan harus mempunyai tutup

yang tidak terlepas saat penuangan.

Keterampilan membuat teko juga

melibatkan dasar-dasar dalam

merancang unsur-unsur dari suatu

karya keramik artistik. Di bawah ini

merupakan kaidah-kaidah yang dapat

dipakai dalam membuat suatu teko.

Kaidah-kaidahnya terdiri dari 9)

:

Page 7: 117571728-Teko-Keramik

1. Untuk mengurangi hilang panas

didalam penggunaan, sebuah

teko biasanya dibentuk membola

(sebuah bola mempunyai

permukaan minimum

dibandingkan dengan volume

yang dipunyainya)

2. Bentuklah sebuah kaki yang dapat

mengurangi kontak antara teko

dan meja, untuk mengurangi

hilang panas lebih lanjut.

3. Buatlah leher yang lebih tinggi

pada badan teko untuk

memudahkan pengeluaran ampas

teh.

4. Gunakan tutup yang seimbang

untuk mencegah tutup terlepas

selama menuang isi teko

(biasanya bagian bawah tutup

dibuat lebih panjang 3-4 cm ke

arah dalam badan teko).

5. Berilah lubang kecil pada tutup

agar udara bisa masuk selama

penuangan (hati-hati ketika

diglasir).

6. Hubungkan corot serendah

mungkin pada badan teko agar

saringannya berada dibawah

permukaan air teh (hal ini

memberikan penyiraman yang

lebih baik pada saringan selama

penuangan. Perlu dicatat alasan

ini menyebabkan banyak teko

komersil yang menggunakan

bentuk corot huruf “s”).

7. Buatlah saringan antara badan

teko dan corot dengan cara

melubanginya dari arah luar ke

dalam agar tepi yang kasar bekas

tusukan berada di dalam teko

sehingga lebih baik dalam

menahan daun teh.

8. Untuk menghasilkan penuangan

yang cepat, pastikan luas

keseluruhan dari lobang dalam

saringan lebih besar dari luas

lobang penuangan pada ujung

corot.

9. Pastikan bahwa ujung dari corot

letaknya lebih tinggi dari lobang

tekonya, agar air dari badan teko

tidak keluar mendahului air yang

keluar dari corot.

10. Bentuklah ujung corot untuk

mengurangi tetesan, ini biasanya

dikerjakan dengan meruncingkan

pinggiran ujung corot. Pastikan

juga bahwa ketika pada posisi

penuangan garis tepi bawah yang

corot menurun.

11. Apabila corot dibentuk dengan

cara diputar berlawanan arah

jarum jam, potonglah ujung corot

rendah pada bagian kiri agar tidak

melilit pada waktu pembakaran.

12. Buatlah lengkungan gagang

sebesar mungkin sehingga ketika

dipegang jari-jari tangan jauh dari

badan teko agar tidak terkena

panasnya ketika menuang, dan

Page 8: 117571728-Teko-Keramik

buatlah gagang yang kuat agar

tahan pada genggaman yang kuat.

13. Perhatikan berat dari teko ketika

terisi penuh, jika membuat teko

lebih berat mungkin dibutuhkan

gagang tambahan pada bagian

depan

KESIMPULAN

Semua bagian-bagian teko

harus berfungsi bersama-sama secara

harmonis. Bila teko didekorasi maka

dekorasinya tak menutupi fungsi dari

teko tersebut yaitu wadah sebagai

pembuat teh. Diperlukan banyak

pengalaman dalam membuat teko

terutama pengalaman memadukan

aspek estetik dan aspek fungsional

agar teko dapat menuang dengan

penuh “keanggunan”.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous, A History of

Teapot,http://www.teapots.net/.

2008.

2. Steve Woodhead, ”The Teapot

Book” ,A & C. Black, 2005.

3. Garth Clark, “ The Artfull

Teapot”, Thames and Hudson,

2001

4. Frank and Janet Hamer, “The

Potter Dictionary of Material and

Techniques”,A & C Black, 1991.

5. Robert Fournier, “Ilustrated

Dictionary of Practical Pottery”,

Van Nostrand Reinhold Company

New York, 1984

6. Anonymous, Teapot,

http://en.wikipedia.org/wiki/Teap

ot,2008.

7. Bernard Leach, ”A Potter Books”,

Faber and Faber, 1945.

8. Daniel Rhodes. “Clay and Glazes

for the Potter.” Chilton Book

Company, Philadelpia, 1971.

9. Judy and Ric Pierce . Teapot

Making.www.onetreehillpottery.c

om.au/Teapot%20Making.htm.

2008.