(11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

92
PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN UU NO. 43 TAHUN 1999 DI KEJAKSAAN NEGERI SEMARANG Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sbagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu ( S-1 ) Ilmu Hukum Program Hukum Administrasi Negara Diajukan Oleh : Didik Sutarto 04110095 Dosen Pembimbing : Tri Susilowati , SH, M.Hum

Transcript of (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Page 1: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI

SIPIL BERDASARKAN UU NO. 43 TAHUN 1999 DI

KEJAKSAAN NEGERI SEMARANG

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sbagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu ( S-1 ) Ilmu Hukum Program Hukum Administrasi Negara

Diajukan Oleh :

Didik Sutarto

04110095

Dosen Pembimbing :

Tri Susilowati , SH, M.Hum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC

CENTRE SUDIRMAN GUPPI

Page 2: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

UNDARIS – UNGARAN

2008

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERDASARKAN UU NO. 43 TAHUN 1999 DI

KEJAKSAAN NEGERI SEMARANG

Yang dinyatakan oleh :

DIDIK SUTARTO

04110095

Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing Untuk Dipertahankan Dihadapan

Panitia Penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Darul Ulum

Islamic Center Sudirman GUPPI Ungaran

Pada Hari Tanggal 2008

Pembimbing Pembantu Pembimbing Utama

ii

Page 3: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Hermin Subekti, SH Tri Susilowati, SH, M. Hum

iii

Page 4: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

- Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, oleh

karena itu berimanlah dengan kebajikan ……

( Q.S. Muhammad : 36 )

- Berikanlah mereka kasih sayangmu, namun jangan sodorkan perasaan dan

fikiranmu, harga diri merupakan harta yang tak ternilai.

PERSEMBAHAN :

- Almamater UNDARIS Ungaran

- Bapak dan Ibu tersayang

- Istri dan anak – anak tercinta

- Saudara dan teman – temanku semua

iv

Page 5: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah sehingga dalam penyusunan skripsi ini penulis

tidak menemui hambatan dan rintangan yang berarti.

Adapun penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi atau melengkapi

tugas atau salah satu syarat ujian sarjana lengkap Strata 1 program studi Ilmu Hukum

khususnya Hukum Administrasi Negara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis masih merasa jauh dari kesempurnaan,

mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.Dan

dengan bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang dengan sabar berusaha

meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan yang akhirnya

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Sebagai ungkapan rasa syukur, penulis tak lupa menyampaikan teriam kasih

yang sebesar – besarnya kepada :

1. Rektor Universitas UNDARIS Ungaran beserta stafnya yang telah memberikan

berbagai fasilitas dan kemudahan selama penyusunan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Hukum UNDARIS Ungaran beserta stafnya, yang telah

memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Tri Susilowati, SH, M.Hum. dan Ibu Hermin Subekti, SH selaku Dosen

Pembimbing yang telah memberikan saran – saran dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang beserta stafnya, yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian hukum.

v

Page 6: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Darul Ulum Islamic Center

Sudirman GUPPI yang telah banyak membantu demi terselesainya skripsi ini.

6. Istri, Anak – anak dan semua saudara tercinta yang tidak dapat penulis sebut

satu persatu yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penulisan

skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan khususnya ilmu hukum.

Semarang, Januari 2008

Penulis

Didik Sutarto

vi

Page 7: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ................................................................ 6

C. Perumusan Masalah ................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

E. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7

F. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 10

A. Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil ......................................... 10

1. Pengertian Disiplin Kerja .................................................... 10

2. Pengertian Pegawai Negeri Sipil ......................................... 13

3. Dasar Hukum Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. . 16

4. Tanggung Jawab Pegawai Negeri Sipil ............................... 18

B. Sanksi – sanksi Dalam Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri

Sipil ........................................................................................... 21

vii

Page 8: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

1. Tingkat dan Jenis Hukum Disiplin ...................................... 21

2. Pejabat yang mempunyai Wewenang Menghukum ............ 23

3. Berlakunya Putusan Hukuman Disiplin ............................... 23

C. Badan Pertimbangan Kepegawaian .......................................... 25

1. Tugas Pokok Badan Pertimbangan Kepegawaian ............... 27

2. Susunan Organisasi Badan Pertimbangan Kepegawaian .. . . 29

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 30

A. Tipe Penelitian ......................................................................... 31

B. Spesifikasi Penelitian ............................................................... 31

C. Sumber Data ............................................................................ 31

D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 31

E. Metode Analisis Data .............................................................. 32

F. Metode Penyajian Data ............................................................ 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 33

A. Tinjauan terhadap Bagian Kepegawaian Kejaksaan Negeri

Semarang ................................................................................. 33

1. Tugas dan Fungsi Kejaksaan ............................................... 33

2. Susunan Organisasi Kejaksaan Negeri ................................ 36

B. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

Kaitannya Dengan Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di

Lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang ................................ 40

C. Hambatan – Hambatan yang Ada Dalam Melaksanakan

Kedisipilinan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kejaksaan

Negeri Semarang ....................................................................... 44

BAB V PENUTUP

viii

Page 9: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

A. Kesimpulan .............................................................................. 45

B. Saran ........................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

ix

Page 10: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

ABSTRAK

Pengawasan aparatur negara menuju kepada administrasi yang sempurna sangat

tergantung pada kualitas dan profesionalisme pegawai negeri itu sendiri. Undang –

Undang No. 43 tahun 1999 tentang Pokok – Pokok Kepegawaian memberikan

jaminan kedudukan serta kepastian hukum bagi pegawai negeri untuk mengatur dan

menyusun aparatur yang bersih dan berwibawa.

Pembinaan dan penyempurnaan serta pendayagunaan aparatur pemerintahan,

baik kelembagaan maupun ketatalaksanaan dari segi kepegawaian perlu terus

ditingkatkan untuk mewujudkan pembangunan secara menyeluruh.

Hal tersebut juga telah digariskan dalam Garis – Garis Besar Haluan Negara

1998 dalam Bab IV mengenai bidang Aparatur Negara disebutkan antara lain,

pembangunan aparatur pemerintah diarahkan pada peningkatan kualitas, efisien dan

efektif dalam seluruh jajaran administrasi pemerintahan, termasuk peningkatan

kedisiplinan pegawai negeri.

Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara dalam menjalankan roda

pemerintahan dituntut untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai abdi negara

dan abdi masyarakat harus bisa menjunjung tinggi martabat dan citra kepegawaian

demi kepentingan masyarakat dan negara.

Tetapi dalam kenyataan dilapangan masih banyak ditemukan pegawai negeri

yang kurang tahu dan kurang menyadari akan tugas dan fungsinya sehingga

seringkali timbul ketimpangan – ketimpangan dalam menjalankan tugasnya dan

tidak jarang membuat kecewa masyarakat.

Dengan adanya berbagai macam pelanggaran dan kedisiplinan pegawai

tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang tinjauan pelaksanaan PP No.

x

Page 11: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan

Kejaksaan Negeri Semarang.

Dari berbagai permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan UU No. 43 Tahun

1999 di Instansi Kejaksaan Negeri Semarang maka :

Pelaksanaan UU No.43 Tahun 1999 kaitannya dengan kedidiplinan

Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang

merupakan masalah yang di teliti serta meneliti hambatan–hambatan yang

timbul dalam meningkatkan kedidiplinan Pegawai Negeri Sipil di

lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang dan bagaimana cara mengatasinya.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan tipe penelitian yuridis normatif,

dapat diketahui bahwa pelaksanaan UU No. 43 Tahun 1999 di lingkungan Kejaksaan

Negeri Semarang adalah dalam pelaksanaannya yang merupakan tindak lanjut dari

UU No.43 Tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung No.001/6/1993

tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pengawasan Kejaksaan Republik Indonesia.

Berdasarkan pada ketentuan tersebut, maka pelaksanaan kedisiplinan Pegawai

Negeri Sipil Semarang, dilakukan dengan cara atau sesuai dengan peraturan

perundang – undangan yang berlaku yaitu lewat pengawasan melekat ( Waskat ).

Pengawasan melekat dilakukan agar tujuan dan sasaran kegiatan administrasi

kepegawaian tercapai sebagaimana telah digariskan dalam Undang – Undang,

dengan pengawasan melekat ini dapat pula mempengaruhi tingkat kedisiplinan atau

kegiatan bekerja para Pegawai Negeri Sipil. Adapun hambatan – hambatan yang ada

dalam pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan

Negeri Semarang antara lain kurangnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan

tugas, kurangnya pemahaman mengenai peraturan disiplin pegawai negeri serta

kurangnya sanksi yang tegas dalam setiap pelanggaran.

xi

Page 12: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sebagaimana telah diamanatkan di dalam Garis – Garis Besar Haluan Negara

1999 – 2004 Bab IV huruf ke ( 3 ) tentang Aparatur Negara bahwa, dalam

meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan

keprofesionalan serta memberlakukan system karir berdasarkan prestasi kerja dengan

prinsip memberikan penghargaan dan sanksi, maka aparatur negara hendaknya dapat

bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur negara

terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan

pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan kesejahteraan

aparat sangat di perhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas.

Undang – Undang Pokok Kepegawaian yaitu Undang – Undang No. 8 Tahun

1974 telah dirubah melalui UU No.43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil,

adalah suatu landasan hukum untuk menjamin pegawai negeri dan dapat di jadikan

dasar untuk mengatur penyusunan aparatur negara yang baik dan benar. Penyusunan

aparatur negara menuju kepada administrasi yang sempurna sangat bergantung

kepada kualitas pegawai negeri dan mutu kerapian organisasi aparatur itu sendiri.

Dapat di ketahui bahwa kedudukan Pegawai Negeri Sipil adalah sangat penting

dan menentukan. Berhasil tidaknya misi dari pemerintah tergantung dari aparatur

negara karena pegawai negeri merupakan aparatut\r negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita pembangunann nasional.

xii

Page 13: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah termaktub didalam

Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 ialah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian

abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pembangunan

tersebut dapat di capai dengan melalui pembangunan nasional yang direncanakan

dengan terarah dan realitas serta dilaksanakan secara bertahap, bersungguh –

sungguh.

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat

yang adil dan makmur, merata dan berkesinambungan antara materiil dan spirituil

yang berdasarkan pada Pancasila di dalam wadah negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

nasional terutama tergantung pada kesempurnaan pegawai negeri . Dalam rangka

usaha mencapai tujuan nasional tersebut di atas diperlukan adanya pegawai negeri

yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar

1945, negara dan pemerintah bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna

dan berhasil guna, berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan akan

tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat.

Untuk mewujudkan pegawai negeri sebagaimana tersebut di atas maka perlu adanya

pembinaan dengan sebaik – baiknya atas dasar system karier dan system prestasi

kerja.

Sistem karir adalah suatu sistem kepegawaian di mana suatu pengangkatan

pertama di dasrkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedangkan di dalam

xiii

Page 14: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

pengembangannya selanjutnya yang dapat menjadi pertimbangan adalah masa kerja,

kesetiaan , pengabdian serta syarat – syarat objektif lainnya.

Adapun sistem prestasi kerja adalah sistem kepegawaian, dimana

pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk kenaikan pangkat

di dasrkan atas kecakapan dan prestasi kerja yang di capai oleh pegawai. Kecakapan

tersebut harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan prestasidi buktikan

secara nyata dan sistem prestasi kerja ini tidak memberikan penghargaan terhadap

masa kerja.

Pegawai negeri bukan saja unsur Aparat Negara tetapi juga merupakan

Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan

bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu dalam pelaksanaan

pembinaan pegawai negeri bukan saja di lihat dan diperlakukan sebagai Aparatur

Negara, tetapi juga di lihat dan diperlakukan sebagai warga negara. Hal ini

mengandung pengertian, bahwa dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh

mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan kepentingan

pegawai negeri sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan

antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan , maka

kepentingan dinaslah yang harus di utamakan.

Pengertian negara yang bersih, kuat dan berwibawa yaitu aparatur yang

seluruh tindakannya dapat di petanggung jawabkan, baik di lihat dari segi moral dan

nilai – nilai luhur bangsa maupun dari segi peraturan perundang – undangan serta

tidak mengutamakan orientasi kekuasaan yang ada dalam dirinya untuk melayani

kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan nasional.

xiv

Page 15: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Tetapi kadang kenyataannnya, berdasarkan pada observasi mengenai

pembangunan menunjukan bahwa hambatan pelaksanaan pembangunan terkadang

justru muncul dari kalangan Aparatur Negara sendiri. Hal ini sebagaimana di

ungkapkan oleh The Liang Gie adaalah sebagai berikut :

“ Dalam praktek, Pegawai Negeri Indonesia pada umumnya masih banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai, sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis melainkan kesatuan pada bagian – bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan corak yang berbeda serta kurang menghargai ketepatan waktu “.

Jiwa kepegawaian yang mempunyai sifat seperti tersebut di atas akan berakibat

negatif terhadap prestasi kerja pegawai negeri yang bersangkutan karena tidak

adanya pengembangan pola pikir kerja sama dan pemakaian kelengkapan peralatan

dalam mendukung kelancaran tugas.

Berdasarkan pada hal tersebut, Pegawai Negeri Indonesia dipandang masih

banyak kekurangan yaitu kurang adanya menghargai waktu, mengefisienkan tenaga

dan kedisiplinan kerja.

Kaitannya dengan pembinaan pegawai sebagai mana telah ditegaskan didalam

Garis Garis Besar Haluan Negara 1998 didalam bab VI mengenai Pembangunan

Lima Tahun KeTujuh terutama dalam bidang aparatur negara yaitu pada angka (9)

huruf c, disebutkan antara lain pembangunan aparatur pemerintahan diarahkan pada

peningkatan kualitas, efisien, dan efektif dalam seluruh jajaran administrasi

pemerintahan.

Sedangkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil diatur dalam pasal 12 ayat (2) UU

No. 43 tahun 1999 sebagai berikut :

“Agar Pegawai Negeri Sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh yaitu suatu pengaturan pembinaan yang berlaku baik Pegawai Negeri Sipil pusat maupun Pegawai Negeri Sipil yang ada ditingkat

xv

Page 16: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

daerah. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil pusat dengan sendirinya berlaku pula pada Pegawai Negeri yang ada ditingkat daerah, kecuali ditentukan lain oleh Undang Undang. Selain dari pada itu perlu dilaksanakan usaha penertiban dan pembinaan Aparatur Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, kepegawaian maupun sarana dan fasilitas kerja, sehingga keseluruhan Aparatur Negara baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah benar benar merupakan Aparatur yang ampuh, berwibawa, kuat, berdayaguna, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang Undang 1945, Negara dan Pemerintah”

Terkait dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah

diamanatkan dalam Undang Undang No.43 tahun 1999 tersebut, maka salah satu

faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur

Negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para Pegawai Negeri

Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi

masyarakat.

Dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut, sebenarnya

pemerintah telah memberikan suatu kebijaksanaan dengan di keluarkannya Peraturan

Pemerintah No. 43 Tahun 1999 yaitu tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Sipil.

Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparat pemerintah dan abdi masyarakat

diharapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung

jawabnya dengan baik, akan tetapi sering terjadi di dalam suatu instansi pemerintah

pegawainya melakukan pelanggaran disiplin seperti datang terlambat, pulang

sebelum waktunya, bekerja sambil ngobrol dan penyimpangan – penyimpangan

lainnya yang menimbulkan kurang efektifnya pegawai yang bersangkutan.

Dengan adanya pelanggaran disiplin sebagaimana tersebut di atas, yang

kesemuanya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap disiplin kerja pegawai yang

menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah pelanggaran pelanggaran tersebut sudah

xvi

Page 17: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

sdemikian membudaya sehingga sulit untuk di adakan pembinaaan atau penertiban

sebagaimana telah di atur dalam UU No. 43 Tahun 1999.

Kaitannya dengan kedisiplinan , Kejaksaan Negeri sebagai lembaga penegak

hukum, maka kedisiplinan pegawai sangat penting untuk menciptakan pemerintah

yang bersih dan berwibawa.

Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas , maka untuk mewujudkan aparatur

Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

merupakan salah satu factor yang sangat menentukan, Pegawai Negeri Sipil sebagai

Aparat Pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat harus bisa menjadi suri

tauladan terhadap masyarakat secara keseluruhan, sehingga masyarakat dapat

percaya terhadap peran Pegawai Negeri Sipil.

Pembatasan Masalah

Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tentunya

di perlukan kedisiplinan para aparat pemerintah dan administrasi kepegawaian. Oleh

karena itu di perlukan suatu perangkat peraturan yang dapat mendukung terciptanya

kedisiplinan pegawai.

Kaitannya dengan hal tersebut, untuk membatasi masalah yang hendak di teliti

dan mengingat terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya pada diri penulis, maka penulis

hanya melakukan penelitian di Kejaksaan Negeri Semarang khususnya mengenai

pelasanaan UU No. 43 Tahun 1999.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas dan banyaknya permasalahan –

permasalahan yang ada mengenai kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil , maka

permasalahannya dapat penulis rumuskan sebagai berikut :

Bagaimana pelaksanaan UU No.43 Tahun 1999 kaitannya dengan kedisiplinan

xvii

Page 18: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Kejaksaan Negeri Semarang ?

Apakah hambatan – hambatan yang timbul dalam meningkatkan kedisiplinan

Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang dan

bagaimana cara mengatasinya ?

xviii

Page 19: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah untuk

dapat menemukan, mengembangkan serta menguji kebenaran ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk :

Mengetahui pelaksanaan UU No. 43 Tahun 1999 kaitannya dengan kedisiplinan

Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang

2. Mengetahui hambatan – hambatan yang timbul dalam meningkatkan

kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang

dan bagaiman cara mengatasinya.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah :

Secara teoritis

Dalam penelitian ini di harapkan agar hasil penelitian nantinya dapat

memberikan ataupun menambah pengetahuan terutama dalam hukum

Administrasi Negara mengenai masalah – masalah yang berkaitan dengan UU

No. 43 Tahun 1999.

Secara Praktis

Bagi Pegawai Negeri Sipil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan atau menambah pengetahuan tentang hal – hal yang berhubungan

dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana di atur dalam UU No.

43 Tahun 1999.

Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam penulisan ini serta mendapat -

kan gambaran yang jelas mengenai apa yang akan dibahas pada setiap bab, maka

sistematika penulisan ini disusun sebagai berikut :

xix

Page 20: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis kemukakan tentang Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah , Tujuan dan Kegunaan Penelitian,

Sistematika Penulisan skripsi yang akan menguraikan semua bab atau

materi skripsi yang di bahas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka atau

landasan teori mengenai disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil yang

memuat pengertian disiplin kerja, pengertian Pegawai Negeri Sipil,

kemudian juga menguraikan tentang sanksi – sanksi dalam

pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil yang memuat tingkat dan

jenis hukuman disiplin, pejabat yang mempunyai wewenang

menghukum, berlakunya putusan hukuman disiplin serta Badan

Pertimbangan Kepegawaian kemudian juga mengulas tentang tinjauan

terhadap bagian kepegawaian Kejaksaan Negeri Semarang yang

terdiri dari tugas dan fungsi kejaksaan, susunan organisasi Kejaksaan

Negeri.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai metode atau cara penelitian

yang meliputi : tipe penelitian, spesifikasi penelitian, sumber data ,

metode pengumpulan data, metode analisa serta metode penyajian

data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas mengenai pelaksanaan UU No. 43 Tahun

1999 kaitannya dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di

xx

Page 21: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang dan hambatan hambatan yang

timbul dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

dilingkungan Kejaksaan Negeri.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini di uraikan mengenai kesimpulan, yaitu

menyimpulkan seluruh hasil pembahasan dari suatu penelitian yang

merupakan hasil akhir dan sekaligus merupakan jawaban dari

permasalahan yang ada.Di samping itu juga juga di sertakan saran –

saran sebagai sumbangan pemikiran atau pendapat yang mungkin

dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kedisiplinan Pegawai

Negeri Sipil .

Selain itu untuk mengetahui referensi yang dipakai dalam

penyusunan skripsi ini di sampaikan pula daftar pustaka serta

lampiran – lampiran dalam mendukung kesempurnaan data.

xxi

Page 22: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

1. Pengertian Disiplin Kerja

Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti

yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahas alatin “Disciplina”

yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan

tabiat. jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap

pekerjaan.1

Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan disiplin adalah :

“Sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan,

kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-

peraturan yang ditetapkan Pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang

berlaku dalam masyarakat”.2

Sedangkan menurut Sutopo Yuwono di dalam bukunya yang berjudul Dasar-

Dasar Produksi, diungkapkan bahwa :

“Disiplin adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok orang yang

senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi keputusan yang telah

ditetapkan.3

Selanjutnya Alfred R. Lateiner dan I.S. Levine telah memberikan definisi

antara lain, disiplin merupakan suatu kekuatan yang selalu berkembang di tubuh para

1 I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian. Kenisisus, Yogyakarta, 1989, hal. 1082 Wawasan Kerja Aparatur Negara, BP-7 Pusat, jakarta, 1993, hal. 243 Nurlita Witarsa, Dasar-Dasar Produksi, Karunika, jakarta, 1988, hal. 102

xxii

Page 23: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

pekerja yang membuat mereka dapat mematuhi keputusan dan peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan.4

Di samping beberapa pengertian mengenai disiplin pegawai tersebut di atas,

A.S. Moenir mengemukakan bahwa :

“Disiplin adalah ketaatan yang sikapnya impersonal, tidak memakai perasan

dan tidak memakai perhitungan pamrih atau kepentingan pribadi.5

Kaitannya dengan kedisiplinan, Astrid S. Susanto6 juga mengemukakan sesuai

dengan keadaan di dalam setiap organisasi, maka disiplin dapat dibedakan menjadi 2

(dua) macam yaitu :

a. Disiplin yang bersifat positif.

b. Disiplin yang bersifat negatif.

Merupakan tugas seorang pemimpin untuk mengusahakan terwujudnya suatu

disiplin yang mempunyai sifat positif, dengan demikian dapat menghindarkan

adanya disiplin yang bersifat negatif.

Disiplin positif merupakan suatu hasil pendidikan, kebiasaan atau tradisi

dimana seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, adapun disiplin

negatif sebagai unsur di dalam sikap patuh yang disebabkan oleh adanya perasaan

takut akan hukuman.

Adapun ukuran tingkat disiplin pegawai menurut I.S. Levine7, adalah sebagai

berikut :

“Apabila pegawai datang dengan teratur dan tepat waktu, apabila mereka

berpakaian serba baik dan tepat pada pekerjaannya, apabila mereka

4 I.S. Livine Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan oleh iral Soedjono, Cemerlang, Jakarta, 1980, hal 71

5 A.S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta, 1983, hal. 152.

6 Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1974, hal 305.

7 I.S. Levine, Op. City, hal. 72.

xxiii

Page 24: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

mempergunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila

menghasilkan jumlah dan cara kerja yang ditentukan oleh kantor atau

perusahaan, dan selesai pada waktunya.”

Berdasarkan pada pengertian tersebut di atas, maka tolak ukur pengertian

kedisiplinan kerja pegawai adalah sebagai berikut :

1. Kepatuhan terhadap jam-jam kerja.

2. Kepatuhan terhadap instruksi dari atasan, serta pada peraturan dan tata tertib

yang berlaku.

3. Berpakaian yang baik pada tempat kerja dan menggunakan tanda pengenal

instansi.

4. Menggunakan dan memelihara bahan-bahan dan alat-alat perlengkapan kantor

dengan penuh hati-hati.

5. Bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah ditentukan.

Selanjutnya untuk lebih memperjelas arti dan makna displin kerja, Alex

S. Nitisemito8 antara lain mengemukakan, bahwa kedisiplinan lebih dapat diartikan

suatu sikap atau perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang

telah ditetapkan oleh perusahaan atau instansi yang bersangkutan baik secara tertulis

maupun tidak tertulis.

Adapun menurut peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil sebagimana

telah dimuat di dalam Bab II Pasal (2) UU No.43 Tahun 1999, ada beberapa

keharusan yang harus dilaksanakan yaitu :

1. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang

berlaku, serta melaksanakan perintah-perintah kedinasan yang diberikan oleh

atasan yang berhak.

8 Alex S. Nitisemito, Menegemen Sumber Saya Manusia, Sasmito Bross, Jakarta, 1980, hal. 260.

xxiv

Page 25: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

2. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya serta memebrikan pelayanan yang

baik terhadap masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Menggunakan dan memelihara barang-barnag dinas dengan sebaik-baiknya.

4. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama

Pegawai Negeri Sipil dan atasannya.

Dengan demikian, maka disiplin kerja merupakan praktek secara nyata

dari para pegawai terhadap perangkat peraturan yang teradapat dalam suatu

organisasi. Dalam hal ini disiplin tidak hanya dalam bentuk ketaatan saja melainkan

juga tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi, berdasarkan pada hal tersebut

diharapkan efektifitas pegawai akan meningkat dan bersikap serta bertingkah laku

disiplin.

Kedisiplinan pegawai dapat ditegakkan apabila peraturan-peraturan yang

telah ditetapkan itu dapat diatasi oleh sebagian besar pegawainya dalam kenyataan,

bahwa dalam suatu instansi apabila sebagian besar pegawainya mentaati segala

peraturan yang telah ditetapkan, maka disiplin pegawai sudah dapat ditegakkaan.

2. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Di dalam Pasal 1 huruf (a) UU No.43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian, yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah mereka atau

seseorang yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan

diserahi tugas dalam jabatannegeri atau disertahi tugas-tugas negeri lainnya yang

ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan serta digaji menurut

peraturan yang berlaku.

Berdasarkan pada ketentuan tersebut di atas, maka unsur-unsur yang

harus dipenuhi agar seseorang dapat disebut sebagai pegawai negeri adalah :

xxv

Page 26: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

a. Memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang.

c. Diserahi tugas dalam jabatan negeri.

d. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan menurut Pasal 2 ayat (2) UU No.43 Tahun 1999, maka

Pegawai Negeri berdasar pada difinisi dalam pasal 1 huruf (a) terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil, dan

b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Kemudian di dalam Pasal 2 ayat (2) dinyatakan pula bahwa Pegawai Negeri

Sipil terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat,

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah,

c. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (2) dari UU No. 43 Tahun

1999 ditegaskan bahwa :

a. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah :

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah

Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi / Tinggi Negara,

Instansi Vertikal di Daerah-daerah, dan Kepanitiaan Pengadilan.

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Bawahan.

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada

Daerah Otonom.

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan suatu peraturan perundang-

undangan yang diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti

xxvi

Page 27: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain.

b. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai

Negeri Sipil Daerah Otonom.

c. Organisasi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan, oleh sebab itu

organisasi harus selalu disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok dalam

mencapai tujuan. Berkaitan dengan itu ada kemungkinan bahwa arti Pegawai

Negeri Sipil akan berkembang di kemudian hari. Kemungkinan perkembangan

ini harus diletakkan landasannya dalam undang-undang.

Didalam Penjelasan Pasal 2 dari UU No.43 Tahun 1999 dijelaskan bahwa,

Pegawai Negeri adalah pelaksana peraturan perundang-undangan, oleh sebab itu

Pegawai Negeri yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri

Sipil Daerah wajib berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati oleh

mayarakat.

Berdasarkan pada pengertian tersebut, Pegawai Negeri mempunyai kewajiban

untuk memberikan contoh yang baik dalam mentaati dan melaksanakan segala

peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan peraturan

perundang-undangan pada umumnya kepada Pegawai Negeri diberikan tugas

kedinasan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pada prinsipnya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan kepercayaan

dari atasan yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu akan dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya, dengan demikian maka, setiap Pegawai Negeri wajib

melaksanakan tugas kedinasan yang telah dipercayakan kepadanya dengan penuh

pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

3. Dasar Hukum Pelaksananan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

xxvii

Page 28: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta

untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur Pemerintah yang bersih dan

berwibawa diperlukan adanya suatu perangkat Peraturan Disiplin yang memuat

pokok-pokok kewajiban, larangan dan sanksi apabila suatu kewajiban tersebut tidak

ditaati atau adanya suatu pelanggaran-pelanggaran dalam menjalankan tugas.

Adapun yang menjadi dasar-dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai

Negeri Sipil adalah sebagi berikut :

a. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

(Lembaga Negara Tahun 1974 No 8, Tambahan Lembaran Negara No 3041).

b. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pembatasan

Kegiatan Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara Nomor 8

Tahun 1974, tambahan Lembaran Negara Nomor 3201).

c. Keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 02

Tahun 1999 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pegawai Negeri Sipil yang

menjadi Anggota Partai Politik.

d. Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan

Kepegawaian.

e. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor

23/SE/1980, tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Selain beberapa peraturan atau perangkat kebijaksanaan tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas, masih ada peraturan perundang-undangan lain

yang mengatur tentang kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, peraturan tersebut adalah :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.

b. Peraruran Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai

xxviii

Page 29: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Negeri Sipil.

c. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1974 tentang beberapa Pembatasan

Kegiatan Pegawai Negeri Sipil dalam Rangka Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Kesederhanaan Hidup.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo. Peraturan Pemerintah Nomor

45 Tahun 1990 tentang Ijin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri

Sipil.

Dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri tersebut di atas, diharapkan

memberikan dukungan atau doorngan agar supaya Pegawai Negeri Sipil bisa

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Namun dasar hukum ini dirasa masih kurang tanpa didukung oleh sikap dan

mental dari para pegawai itu sendiri, oleh karena itu diperlukan adanya pembinaan

para Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah dijelaskan di dalam Penjelasan pasal

12 dari UU No. 43 tahun 1999 yaitu bahwa, agar Pegawai Negeri Sipil dapat

melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur

pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh, yaitu suatu peraturan

pembinaan yang berlaku baik bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai

Negeri Sipil yang ada di Daerah. Dengan demikian peraturan perundnag-undangan

yang berlaku di tingkat pusat akan berlaku di tingkat daerah, kecuali ditentukan lain.

Selain itu perlu dilaksanakan usaha penerbitan dan pembinaan Aparatur Negara

yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, fasilitas dan sarana untuk menunjang

Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa.

xxix

Page 30: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

4. Tanggung Jawab Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan pada sifat kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut, maka dapat

diartikan bahwa sikap dan tindakan Pegawai Negeri Sipil di dlama dinas harus sesuai

dengan sumpah dan jabatan, yaitu untuk memelihara penghargaan dan kepercayaan

masyarakat kepada korps pegawai. Dengan melalaikan tugas dan kewajiban berarti

mereka harus memberikan pertanggungan jawab atas tugas yang diberikan

kepadanya.

Adapun pertanggungan jawab pegawai dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga)

bagian, yaitu :

1. Pertanggungan Jawab Kepidanaan

Mengenai pertanggungan jawab pidana bagi pegawai, sebagian beaar diatur di

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu dalam buku II titel XXVIII –

Pasal 413 - 437 mengenai kejahatan jabatan dan buku ke III Titel VIII – Pasal 2 552-

559 mengenai pelanggaran jabatan.

Dalam kalangan administrasi, begitu pula dalam peraturan kepegawaian,

seperti Undang-Undang Pensiun keduanya merupakan pelanggaran jabatan.

Pelanggaran jabatan ini tidak berarti pelanggaran dari peraturan jabatan,

melainkan merupakan perbuatan pidana seperti yang disebut di dalam kitab Undang-

Undang Hukum Pidana. Hanya suatu perbuatan pidana yang termasuk dalam salah

satu pasal tersebut adalah suatu pelanggaran jabatan. Suatu perbuatan lain, meskipun

ada hubungannya dengan jabatan, tetapi tidak termasuk dalam salah satu pasal

tersebut, tidak merupakan suatu pelanggaran jabatan.9

Selain hal tersebut di atas, didalam buku ke I Title 1 – Pasal 7 KUH Pidana

juga disinggung mengenai kejahatan jabatan yang antara lain, bahwa aturan pidana

9 Siti Soetami, Hukum Administrasi Negara II, Fak. hukum UNDIP, Semarnag, 1980, hal. 44.

xxx

Page 31: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap pejabat yang diluar

Indonesia yang melakukan perbuatan pidana.

Kejahatan jabatan yang dimaksudkan di atas hanya dapat dilakukan oleh

seorang yang mempunyai kedudukan (status) Pegawai Negeri. Unsur Pegawai

Negeri di sini adalah mutlak, hal ini juga sama dengan pelanggaran jabatan yang

dimaksudkan.

2. Pertanggungan Jawab Keuangan / Keperdataan

Pertanggungan jawab keuangan atau keperdataan yang dimaksud di sini adalah

tanggung jawab pegawai untuk kerugian yang dinilai dengan uang, yang ditimbulkan

oleh pegawai tersebut dalam melakukan tugas baik kerugian itu ada pada pemerintah

sendiri maupun ada pada pihak ketiga.10

Berdasarkan Pasal 74 I.C.W, mengenai masalah pertanggungan jawab

keuangan dapat diperinci yaitu, semua Pegawai Negeri (bukan bendaharawan) yang

dalma tugasnya selalu demikian, melakukan perbuatan melawan hukum atau

mengabaikan tugas yang mereka harus lakukan, baik secara langsung maupun tidak

langsung merugikan negara, diharuskan mengganti kerugian itu.

Tuntutan ganti rugi tersebut, terhadap pegawai negeri yang terjadi karena

perbuatan itu dalam sangkut pautnya dengan jabatan sebagai Pegawai Negeri atau

hubungannya dengan negara, sehingga negara menderita kerugian.

Adapun tindakan-tindakan yang menyebabkan kerugian bagi Negara antara

lain dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu :

a. Tindakan Perseorangan

Tindakan ini dilakukan oleh Pegawai Negeri (ada dangkut pautnya dengan

jabatan), yang menyebabkan negara menderita kerugian.

10Siti Soetami, Ibid, hal. 45xxxi

Page 32: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

b. Tindakan yang Menguntungkan Pihak Lain

Tindakan ini pada umumnya tidak sengaja, sebab terjadi karena kelalaian /

kekhilafan Pegawai Negeri yang bersangkutan di dalam melakukan tugas.

c. Tindakan yang Membebani Negara secara Berlebihan

Pengertian berlebihan di sini adalah apabila adanya dua / lebih pilihan untuk

melakukan tindakan yang berakibat membebani anggaran belanja negara lebih

mahal dari yang semetinya.

d. Tindakan yang Merugikan Pihak Lain

Yaitu suatu tindakan seorang Pegawai Negeri, sehingga pihak lain menderita

kerugian dan menuntut ganti rugi kepada Negara.

e. Tindakan yang Mempermudah Kemungkinan Timbulnya Tindakan Pegawai

Lain

Suatu tindakan yang misalnya adalah pegawai negeri yang bertugas melakukan

pengawasan / pemeriksaan, di mana karena kurang teliti, sehingga berakibat pegawai

lain dapat melakukan kecurangan, korupsi, penggelapan dan lain sebagainya,

sehingga dapat merugikan negara.11

3. Pertanggungan Jawab Disiplin Administrasi

Tanggung jawab disipliner atau administratif adalah tanggung jawab Pegawai

Negeri yang tidak memenuhi kewajiban di dalam dinasnya. Pejabat ditempatkan di

bawah disiplin jabatan, pelanggaran jabatan dapat mengakibatkan hukuman jabatan,

bahkan pemberhentian (dengan catatan “tidak terhormat”) dari jabatan.

Di dalam UU No.43 Tahun 1999, hal ini telah diatur di dalam Pasal 23 ayat (3)

a, yaitu : Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan tidak dengan hormat, karena

melanggar sumpah atau janji Pegawai Negeri Sipil atau Peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil.

11Siti Soetami, Ibid, hal. 48xxxii

Page 33: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Peraturan disiplin adalah suatu peraturan yang memuat keharusan, larangan

dan sanksi, apabila keharusan tidak dilaksanakan atau larangan tersebut dilanggar,

maka akan mendapat sanksi atau hukuman.12

SANKSI-SANKSI DALAM PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI

SIPIL

1. Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin

Dalam rangka memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, maka tindakan

kepolisian sebagai penyidik terhadap Pegawai Negeri Sipil hendaknya dilakukan

dengan tertib dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dalamkaitan ini apabila seornag Pegawai Negeri Sipil diperiksa, ditangkap dan atau

ditahan sementara oleh pejabat yang berwajib karena disangka melakukan tindak

pidana, maka pejabat yang berwajib tersebut secepat mungkin memberitahukan

kepada atasan Pegawai Negeri yang bersangkutan.

Adapun pengertian pelanggaran disiplin berdasarkan Pasal 1 huruf (a)

UU No.43 Tahun 1943 adalah : setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri

Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik yang

dilakukan di dalam maupun di luar kedinasan.

Kemudian menurut Pasal 1 huruf (c) dari undang-undang tersebut,

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukuman disiplin adalah hukuman yang

dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya dalam Pasal 6 UU No.43 Tahun 1999 disebutkan pula

mengenai tingkat dan jenis hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil, adapun tingkat

dan jenis hukuman disiplin tersebut adalah :

12Siti Aoetami, Ibid, hal 49xxxiii

Page 34: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

(1) Hukuman Disiplin Ringan

Dalam tingkat hukuman disiplin ringan ini terdapat 3 (tiga) jenis hukuman

yang terdiri dari :

a. Teguran lesan,

b. Teguran tertulis,

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

(2) Hukuman Disiplin Sedang

Pada tingkat hukuman disiplin sedang ini juga terdapat 3 (tiga) jenis hukuman,

yaitu :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun,

b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling

lama 1 (satu) tahun,

c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun.

(3) Hukuman Disiplin Berat

Adapun pada tingkat disiplin berat ini terdapat atau ada 4 (empat) jenis

hukuman yaitu :

a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling

lama 1 (satu) tahun,

b. Pembebasan dari jabatan,

c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai

Pegawai Negeri Sipil,

d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

xxxiv

Page 35: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

2. Pejabat yang Mempunyai Wewenang Menghukum

Sebagaimana telah disampaikan di atas, Pegawai Negeri diangkat oleh

Pejabat yang berwenang. Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang baik

mengangkat maupun memberhentikan yang bersifat hukuman, menurut ketentuan

dalam Pasal 7 ayat (1) huruf (a – e) Peraturan UU No.43 Tahun 1999 adalah sebagai

berikut :

a. Presiden,

b. Menteri dan Jaksa Agung,

c. Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi atau Tinggi dan Pimpinan

Lembaga Pemerintah Non Departemen.

d. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I,

e. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

Kemudian yang disebut dengan Jabatan Negeri adalah jabatan dalam

bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

termasuk di dalamnya, kesekretariatan Lembaga Tertinggi / Tinggi Negara dan

kepentingan Pengadilan.13

3. Berlakunya Putusan Hukuman Disiplin

Menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor

21/SE/1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, pada angka Romawi

VIII disebutkan bahwa hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada seorang Pegawai

Negeri Sipil mulai berlaku sejak :

1. Terhitung mulai tanggal disampaikannya kepada Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan, bagi jenis hukuman disiplin ringan.

2. Terhitung mulai tanggal disampaikannya kepada Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan, bagi hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Presiden, Menteri,

13Siti Soetami, Op. cit, hal. 39xxxv

Page 36: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi / Tinggi Negara,

Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I, kecuali :

a. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai

Pegawai Negeri Sipil.

b. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

3. Terhitung mulai tanggal keputusan hukuman disiplin ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang menghukum, bagi jenis hukuman disiplin pembebasan

dari jabatan.

4. Hari ke 15 (lima belas) terhitung mulai tanggal penyampaian surat

keputusan hukuman disiplin, kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

apabila tidak ada keberatan mengenai jenis hukuman disiplin :

a. Penundaan kenaikan gaji,

b. Penurunan gaji,

c. Penundaan kenaikan pangkat,

d. Penurunan panhkat,

e. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai

Pegawai Negeri Sipil.

f. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

5. Terhitung mulai tanggal keputusan atas keberatan hukuman disiplin itu

ditetapkan oleh atasan pejabat yang berwenang menghukum atau oleh Badan

Pertimbangan Kepegawaian, apabila ada keberatan atas hukuman disiplin yang

dijatuhkan mengenai jenis hukuman disiplin :

a. Penundaan kenaikan gaji,

b. Penurunan gaji,

xxxvi

Page 37: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

c. Penundaan kenaikan pangkat,

d. Penurunan pangkat,

e. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai

Pegawai Negeri Sipil,

f. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

6. Hari ketiga puluh terhitung mulai tanggal yang ditentukan untuk

menyampaikan keputusan hukuman disiplin tersebut, apabila Pegawai Negeri

Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada waktu penyampaian

keputusan hukuman disiplin.

BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

Berdasarkan Pasal 23 ayat (02) UU No.43 Tahun 1999, disebutkan bahwa

Badan Pertimbangan Kepegawaian yang dibentuk dengan Surat Keputusan Presiden

Nomor 67 Tahun 1980, tertanggal 11 Desember 1980 adalah suatu Badan yang

berkedudukan langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Kemudian dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974, tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan bahwa untuk menjalin kelancaran pembinaan

Pegawai Negeri Sipil, dibentuk badan yang bertugas membantu Presiden dalam

mengatur dan menyelenggarakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya di dalam penjelasan Pasal tersebut disebutkan juga bahwa, tugas

badan yang dibentuk adalah membantu Presiden dalam merencanakan, mengatur dan

menyelenggarakan administrasi kepegawaian, pendidikan dan latihan jabatan,

kesejahteraan menampung dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkenaan

dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepegawaian.

Berkaitan dengan hal tersebut di dalam Surat Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 143 Tahun 1998 tentang Badan Administrasi Kepegawaian Negara

xxxvii

Page 38: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

pada Bagian Ketiga Pasal 6-11 disebutkan antara lain, Sekretarian Utama adalah

unsur utama pelaksanaan sebagian tugas dan fungsi BAKN di bidang administrasi

umum, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala.

Kemudian Sekretariat Utama mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi

perencanaan dan pembinaan serta pelayanan administrasi untuk menunjang tugas

pokok dan fungsi seluruh satuan organisasi di lingkungan BAKN.

Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi

yaitu :

a. Pembinaan aparatur dan pelayanan administrasi di lingkungan BAKN.

b. Koordinasi perencanaan program kerja BAKN.

c. Menyelenggarakan dan mengelola kepegawaian.

d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

Dengan demikian bidang pembinaan adalah unsur pelaksana sebagian tugas

dan fungsi BAKN, yang bertugas menyelenggarakan perencanaan, pembinaan,

pengembangan sistem, pertimbangan huku, serta perumusan peraturan perundang-

undangan di bidang kepegawaian.

Adapun dalam peleksananya tugas bidang pembinaan menyelenggarakan

fungsi :

1. Menyiapkan rencana pembinaan dan pengembangan sistem kepegawaian.

2. Menyiapkan pemberian pertimbangan, pengelolaan, dan penyusunan jabatan

struktural dan fungsional.

3. Menyiapkan rancangan peraturan dan petunjuk teknis hukum dan perundang-

undangan di bidang kepegawaian.

4. Pemberian pertimbangan dan penetapan masalah kepegawaian, kedudukan

hukum serta kewajiban dan hak pegawai.

xxxviii

Page 39: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

5. Menyiapkan perencanaan, koordinasi, penyelenggaraan dan pengembangan

pendidikan dan latihan di bidang kepegawaian dengan instansi pemerintah.

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

Badan Administrasi Kepegawaian yang selanjutnya disingkat BAKN, adalah

Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) mempunyai tugas pokok

membantu Presiden dalam menyempurnakan, memelihara, membina, dan

mengembangkan administrasi negara di bidang kepegawaian untuk menjamin

kelancaran jalannya pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam melaksanakan

pembangunan nasional.

Melihat hal-hal tersebut, maka Badan Administrasi Kepegawaian Negara

(BAKN) mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, apalagi di zaman

seperti sekarang ini, bahwa Pegawai Negeri Sipil dituntut untuk dapat memberikan

hal yang terbaik bagi masyarakat, maka badan tersebut harus dapat bermanfaat

sebesar-besarnya dalam upaya membentu Presiden untuk menyelenggarakan

pembinaan atau sebagai bagian pertimbangan Pegawai Negeri Sipil.

1. Tugas Pokok Badan Pertimbangan Kepegawaian

Adapun tugas pokok Badan Pertimbangan Kepegawaian sebagaimana

telah dituangkan di dalam angka 2 (dua) Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980

adalah sebagai berikut :

a. Memeriksa dan mengambil keputusan mengenai keberatan hukuman

disiplin :

(1) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri.

(2) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil yang

xxxix

Page 40: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

berpangkat Pembina Golongan ruang IV / a ke bawah.

b. Memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai usul menjatuhkan

hukuman disiplin berupa :

(1) Pemberhentian dengan hormat tidak ata permintaan sendiri, dan tidak

dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina

Tingkat I golongan ruang IV / b ke atas.

(2) Pembebasan jabatan bagi pejabat eselon I yang diajukan oleh Menteri,

Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi / Tinggi

Negara dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen.

xl

Page 41: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

2. Susunan Organisasi Badan Pertimbangan Kepegawaian

Seperti lembaga atau organisasi lainnya, dan dalam rangka untuk

mempermudah serta memperlancar kerja para pegawai, maka Badan Pertimbangan

Kepegawaian ini mempunyai susunan organisasi kepegawaian.

Kemudian sesuai dengan ketentuan angka 3 (tiga) Surat Keputusan

Presiden Nomor 67 Tahun 1980, maka susunan organisasi Badan Pertimbangan

Kepegawaian adalah sebagai berikut :

a. Menteri Negara Penerbitan Aparatur Negara sebagai Ketua merangkap

Anggota.

b. Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara sebagai Sekretaris

merangkap Anggota.

c. Sekretaris Kabinet sebagai anggota.

d. Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan Departemen

Kehakiman sebagai anggota.

e. Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan pada Kejaksaan Agung Republik

Indonesia sebagai anggota.

f. Direktur Jendral Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah (Dirjen

PUOD) pada Departemen Dalam Negeri sebagai anggota.

g. Ketua Pengurus Pusat KORPRI sebagai anggota.

xli

Page 42: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, yang berawal pada minat

untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi suatu

gagasan, teori, konseptual dan lain lain.pemilihan metode penelitian yang dianggap

relevan yang pada gilirannya melahirkan suatu gagasan dan teori baru, hal ini

merupakan proses yang tidak ada hentinya. 17)

Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah suatu kegiatan

ilmiah 14yang didasarkanpada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang

bertujuan mempelajari satu atau beberapa jenis gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisa. Selain itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

hukum tersebut, untuk kemudian mencari suatu pemecahan atas permasalahan yang

mungkin timbul dalam gejala hukum tersebut. 18)

Kemudian di dalam metodelogi penelitian hukum di uraikan mengenai

penalaran – penalaran, dalil – dalil dan postulat – postulat serta preposisi yang

menjadi latar belakang dari setiap langkah dalam suatu proses yang lazim di tempuh

dalam kegiatan penelitian hukum kemudian dapat memberikan alternatif – alternatif

serta membandingkan unsur – unsur didalam suatu rangkaian penelitian hukum.

Jadi, dalam suatu penelitian agar tujuan yang diinginkan dapat berhasil dengan

baik, oleh karena itu diperlukan suatu metode. Sedangkan tujuan umum dari suatu

penelitian adalah untuk memecah suatu permasalahan, dengan demikian langkah

1417 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, LP3S, Jakarta, 1983, hal.818 Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,

Jakarta, 1987 , hal.43

xlii

Page 43: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

yang harus ditempuh relavan dengan permasalahan yang sudah dirumuskan, adapun

metode penelitian dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang

menekankan pada peraturan-peraturan hukum, kaidah-kaidah hukum, pendapat para

sarjana dan peraturan-peraturan yang terkait dengan penelitian.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analisis, pangamatan obyek

penelitian untuk memperoleh gambaran atau fakta-fakta yang dapat menjadi hasil

penelitian.

C. Sumber Data

Data merupakam hal yang penting dalam suatu penelitian, oleh karena itu

untuk memperoleh data diperlukan beberapa sumber , yaitu :

1. Data Primer

Diperoleh dari penelitian dan pengamatan langsung terhadap objek

penelitian di lapangan.

2. Data Sekunder

Diperoleh dari penelitian kepustakaan, misalnya dengan mempelajari

literatur – literartur serta dokumen dokumen resmi yang ada di lapangan yang

terkait dengan objek penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

mempergunakan beberapa cara antara lain :

1. Data Primer

xliii

Page 44: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Diperoleh dari penelitian langsung terhadap objek penelitian di lapangan

dengan cara :

- Wawancara , yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mewawancarai

secara langsung para responden

- Questioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang di bagikan kepada para pegawai Negeri Sipil atau

responden yang bersangkutan.

2. Data Sekunder

Diperoleh dari penelitian kepustakaan, misalnya dengan mempelajari literatur –

literatur serta dokumen dokumen resmi yang ada di lapangan yang terkait dengan

objek penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif yaitu suatu metode analisa data dengan menjelaskan dan menjabarkan

permasalahan yang diteliti kemudian menganalisa hasil penelitian yang ada di

lapangan untuk dapat dirumuskan dalam suatu kesimpulan.

F. Metode Penyajian Data.

Data yang telah terkumpul kemudian di olah serta di susun secara sistematis,

setelah itu akan disajikan atau di paparkan dalam bentuk skripsi. Pengolahan data

merupakan wujud konkrit dari pengumpulan data yang telah di peroleh dan

terkumpul tanpa di sajikan akan sia –sia dalam penelitian tersebut.

xliv

Page 45: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN TERHADAP BAGIAN KEPEGAWAIAN KEJAKSAAN NEGERI

SEMARANG

1. Tugas dan Fungsi Kejaksaan

Berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia No.

KEP-035/J.A/3/1992, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan

Republik Indonesia, di dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa, Kejaksaan adalah lembaga

pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara terutama di bidang penuntutan

dalam tata susunan kekuasaan badan-badan hukum dan keadilan.

Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, tugas pokok Kejaksaan adalah

melaksanakan kekuasaan negara di bidang dan tugas-tugas lain berdasarkan pada

peraturan perundang-undangan serta turut menyelenggarakan sebagian tugas umum

pemerintahan dan pembangunan di bidang hukum.

Adapun untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kejaksaan mempunyai

fungsi :

a. Merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis, pemberian

bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan oleh

Presiden.

b. Menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana,

pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan serta

pengelolaan atas milik negara yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Melakukan kegiatan pelaksanaan penegakkan hukum baik secara preventif

xlv

Page 46: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

maupun represif yang berintikan keadilan di bidang pidana, melakukan dan

atau turut menyelenggarakan intelijen yustisial di bidang ketertiban dan

ketentraman umum, memberikan bantuan, pertimbangan, pelayanan, dan

penegakkan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan

hukum dan tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum kewibawaan

pemerintah dan menyelamatkan kekayaan negara, berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan oleh

Presiden.

d. Menempatkan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat

perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim

karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat

membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.

e. Memberikan pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah di pusat dan

daerah dan turut menyusun peraturan perundang-undangan serta meningkatkan

kesadaran hukum masyarakat.

f. Menyelenggarakan koordinasi, bimbingan dan atau petunjuk teknis serta

pengawasan baik atas pelaksanaan tugas pokoknya berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Presiden

(Pasal 3).

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, Kejaksaan

dituntut mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan

kebenaran huku, mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan

serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam

masyarakat.

xlvi

Page 47: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dalam

pembangunan, Jaksa Agung dapat menugaskan petugas Kejaksaan pada lembaga

negara, atau lembaga-lembaga lainnya yang ada di daerah. Kejaksaan di daerah

terdiri dari :

1. Kejaksaan Tinggi

Kejaksaan Tinggi adalah kejaksaan yang berkedudukan di Ibukota Propinsi dan

daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi yang bersangkutan, dipimpin oleh

Kepala Kejaksaan Tinggi yang bertanggung jawab langsung kepada Jaksa Agung.

2. KejaksaanNegeri

Kejaksaan Negeri adalah kejaksaan yang ada di daerah berkedudukan di

Ibukota Kabupaten atau Kotamadia atau di Kota Administratif, dan daerah

hukumnya meliputi wilayah Kabupaten, Kotamadia atau Kota Administratif (Pasal

689, Surat Keputusan Jaksa Agung RI No. 075 Tahun 1992).

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 689, Surat

Keputusan Jaksa Agung No. 035/J.A/3/1992 tersebut di atas, Kejaksaan Negeri

mempunyai fungsi :

1. Merumuskan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, berupa

pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan

tugasnya.

2. Menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana

, pembinaan manajemen administrasi , organisasi, ketata laksanaan dan

pengelolaan atas milik negara yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan penegakan hukum baik

preventif dan represif yang berintikan keadilan di bidang pidana, melakukan

dan turut menyelenggarakan intelejen yustisial di bidang ketertiban dan

xlvii

Page 48: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

ketentraman umum, memberikan bantuan, pertimbangan, pelayanan dan

penegakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan

hukum dan tugas- tugas lain untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaan

pemerintah dan menyelamatkan kekayaan negara berdasarkan peraturan

perundang – undangan dan kebijaksanaan jaksa agung.

4. Menempatkan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau

tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan

hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat

membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.

5. Memberikan pertimbangan hukum kepada instasi pemerintah di aderah

dan turut menyusun peraturan perundang – undangan serta meningkatkan

kesadaran hukum masyarakat.

6. Menyelenggarakan koordinasi, bimbingan dan atau petunjuk teknis serta

pengawasan baik ke dalam maupun instasi terkait atas pelaksanaan tugas.

7. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi

dan melaksanakan tugas – tugas sesuai petunjukKepala Kejaksaan Negeri.

2. Susunan Organisasi Kejaksaan Negeri

Di dalam Pasal 691 dari Surat Keputusan Jaksa Agung No. 034 / J.A / 3 / 1992

di sebutkan bahwa pola organisasi dari Kejaksaan Negeri terdiri dari :

a. Kejaksaan Negeri tipe A

b. Kejaksaan Negeri tipe B

Hal tesebut di dasrkan pada kedudukan, beban tugas atau kekhususan suatu

daerah.

Adapun Kejaksaan Negeri tipe A tersebut terdiri dari :

xlviii

Page 49: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

1. Kepala Kejaksaan Negeri

2. Sub Bagian Pembinaan

3. Seksi Intelejen

4. Seksi Tindak Pidana Umum

5. Seksi Tindak Pidana Khusus

6. Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara

7. Pemeriksa

Kemudian dari sub bagian, seksi dan pemeriksa masing –masing di pimpin

oleh seorang Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Pemeriksa yang bertanggung

jawab langsung kepada Kepala Kejaksaan Negeri.

Berdasarkan susunan organisasi tersebut, Kepala Kejaksaan Negeri mempunyai

tugas :

1. Memimpin dan mengendalikan Kejaksaan Negeri dalam

melaksanakan tugas, wewenang dan fungsi kejaksaan di daerah hukumnya

serta membina aparatur Kejaksaan di lingkungan Kejaksaan Negeri yang

bersangkutan agar berdaya guna dan berhasil guna.

2. Melakukan dan atau mengendalikan kebijaksanaan pelaksanaan

penegakan hukum dan keadilan baik preventif dan represif yang menjadi

tanggung jawabnya di daerah hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan

sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, pra penuntutan, eksekusi dan

tindakan hukum lain berdasarkan peraturan perundang – undangan yang

berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

4. Melakukan dan mengkoordinasikan penanganan perkara pidana

xlix

Page 50: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

tertentu dengan instasi terkait meliputi penyelidikan, penyidikan dan

melaksanakan tugas – tugas yustisial lain berdasarkan peraturan perundang –

undangan yang berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

5. Melakukan pencegahan dan pelarangan terhadap orang yang terlibat

dalam suatu perkara pidana untuk masuk di dalam atau di luar, meninggalkan

wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia, peredaran barang cetakan yang

dapat mengganggu ketertiban umum, penyalahgunaan dan atau penodaan

agama serta pengawasan lairan kepercayaan yang dapat membahayakan

ketertiban masyarakat dan negara berdasarkan peraturan perundang – undangan

yang berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

6. Melakukan tindakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara,

mewakili pemerintah dan negara di dalam dan di luar pegadilan sebagai usaha

menelamatkan kekayaan negara baik di dalam maupun di luar negeri

berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan kebijaksanaan

yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

7. Membina dan melakukan kerjasama dengan instasi pemerintah dan

organisasi lain di daerah hukumnya untuk memecahkan permasalahan yang

timbul terutama yang menjadi tanggung jawabnya.

8. Memberikan perijinan sesuai dengan bidang tugasnya dan

melaksanakan tugas – tugas lain berdasarkan peraturan perundang – undangan

yang berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

9. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Kejaksaan

Tinggi serta melaksanakan tugas –tugas lain sesuai dengan petunjuk Kepala

Kejaksaan Tinggi.

l

Page 51: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Untuk melaksanakan pembinaan manajemen dan pengelolaan ketata usahaan

kepegawaian, bagian pembinaan mempunyai fungsi :

1. Melakukan organisasi, integrasi dan sinkronisasi serta membina

kerja sama seluruh satuan kerja di lingkungan Kejaksaan Negeri di bidang

administrasi.

2. Melakukan pembinaan organisasi dan tata laksana urusan

ketatausahaan dan mengelola keuangan, kepegawaian, perlengkapan, milik

negara yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan, ketrampilan

dan integritas kepribadian aparat Kejaksaan di daerah hukumnya.

4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala Kejaksaan

Negeri serta melaksanakan tugas – tugas lain sesuai petunjuk Kepala

Kejaksaan Negeri.

Berkaitan dengan peningkatan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, maka dalam

melaksanakan kegiatan suatu organisasi administrasi pemerintah pada umumnya,

atasan mempunyai beban berat untuk melakukan pengawasan terhadap bawahannya,

hal ini sebagaimana telah dirumuskan didalam pasal 411 Keputusan Jaksa Agung

Republik Indonesia Nomor 035 hal.46 Tahun 1997 tentang susunan Organisasi dan

Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia yang menyatakan bahwa, Jaksa Agung

Muda Pengawasan mempunyai tugas dan wewenang mekukan pengawasan atas

pelaksanaan tugas rutin dan pembangunan semua unsur Kejaksaan agar berjalan

sesuai dengan peraturan perundang –undangan, rencana kerja, program kerja

Kejaksaan serta kebijaksanaan yang ditetapkan oleh jaksa Agung.

li

Page 52: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Untuk melaksanakan tugas dan wewenang, sebagai mana telah di maksud

didalam pasal 412 dari Surat Keputusan tersebut, maka Jaksa Agung Muda

pengawasan mempunyai fungsi :

a. Merumuskan kebijaksanaan teknis pengawasan di lingkungan Kejaksaan.

b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pengamatan , penelitian,

pengujian, penilaian, pemberian bimbingan, penertiban atas pelaksanaan tugas

rutin dan pembangunan semua unsur Kejaksaan.

c. Melaksanakan pengusutan,pemeriksaan laporan,pengaduan, penyimpangan,

penyalah gunaan jabatan dan mengusulkan penindakan terhadap pegawai

Kejaksaan yang terbukti melakukan melakukan tindakan pidana.

Berdasarkan susunan organisasi di Lembaga Kejaksaan Negeri serta

berfungsinya sub bagian tersebut maka diharapkan dapat terwujud suatu

kedisiplinan.

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 Kaitannya Dengan

Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kejaksaan Negeri

Semarang

Pada bagian ini di bahas mengenai hasil penelitian tentang pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 di bagian Kepegawaian dan selanjutnya

untuk pelaksanaan khususnya dilingkungan Kejaksaan telah diatur dalam petunjuk

pelaksana No.001/6/1983 tentang ketentuan–ketentuan penyelenggaraan pengawasan

Kejaksaan Republik Indonesia.

Adapun kegiatan – kegiatan pengawasan adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur serta

setiap perilaku Pegawai Negeri Sipil.

lii

Page 53: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

2. Mengadakan penelitian dengan cermat dan seksama terhadap pelaksanaan

tugas semua unsur kebijaksanaan serta setiap perilaku pegaewai Kejaksaan.

3. Dengan menguji dan menggunakan tolak ukur tertentu terhadap

pelaksanaan tugas semua unsur Kejaksaan serta sikap perilaku pegawai

Kejaksaan.

4. Mengadakan Evaluasi semua kegiatan pelaksanaan tugas

5. Mengadakan bimbingan yaitu dengan cara pengarahn, petunjuk dan

penjelasan mengenai pelaksanaan tugas.

6. Mengadakan penertiban yaitu kegiatan mengatur, menata dan

memperbaiki serta menyempurnakan pelaksanaan tugas semua unsur

Kejaksaan.

7. Pengusutan yaitu suatu kegiatan untuk menyelidiki perbuatan pegae\wai

Kejaksaan yang di duga melakukan kegiatan tercela.

8. Mengadakan pemeriksaan mengungkap kebenaran perbuatan yang di

duga menyimpang yang di tuang ke dalam Berita Acara Pemeriksaan ( BAP )

9. Mengadakan suatu tindakan penjatuhan hukuman disiplin dan atau

hukuman yang sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku.

10. Mengadakan kegiatan pengamatan dan pengecekan kembali pelaksanaan

tindak lanjut pengawasan oleh semua unsur kejaksaan.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian, bahwa pelaksanaan kedisiplinan

Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang, di lakukan dengan

cara atau sesuai dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku yaitu dengan

cara :

a. Melakukan pengawasan melekat sebagai upaya pengawasan preventif, untuk

mencegah hal – hal yang melanggar disiplin, yaitu dengan cara pengawasan

liii

Page 54: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

secara langsung dari pimpinan yang berada di atasnya.

b. Pengawasan fungsional yaitu suatu pengawasan yang dilakukan oleh aparat

pengawas secara fungsional baik intern maupun ekstern, yang dilaksanakan

terhadap pelaksanaan tugas kepegawaian.

c. Pengawasan yang di lakukan dengan cara melakukan inspeksi umum yaitu

melaksanakan pemeriksaan semua bidang kerja yang telah di susun dalam

tahun kerja.

d. Inspeksi pimpinan yaitu inspeksi yang dilakukan oleh Jaksa Agung Muda,

pengawasan terhdap tugas dari pimpinan kejaksaan.

e. Melakukan inspeksi khusus yaitu melakukan pemeriksaan andai terjadi

penyimpangan atau perbuatan – perbuatan tercela dari pegawai kejaksaan.

Pada prinsipnya Pengawasan Atasan Langsung yang di laksanakan dengan

menjalankan pengawasan melekat merupakan fungsi manajemen seorang pimpinan

yang harus dilakukan di samping perencanaan dan pelaksanaan.

Pengawasan melekat di maksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan

administrasi pemerintahan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna serta

dilaksanakan sesuai denagn bidang tugas masing – masing.

Dalam melakukan Pengawasan Melekat, Kejaksaan Negeri Semarang telah

melakukan sesuai denagn aturan yang berlaku yaitu berdasarkan Instruksi Presiden

No.15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, sedangkan petunjuk

pelaksanaannya telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.1 Tahun 1989.

Adapun sasaran pengawasan melekat berdasarkan pada Instruksi presiden

tersebut adalah :

1. Meningkatkan kedisiplinan pegawai serta prestasi kerja serta

pencapaian pelaksanaan tugas.

liv

Page 55: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

2. Menekan sekecil mungkin penyalah gunaan wewenang.

3. Mengurangi kebocoran serta pemborosan keuangan negara

dan segala bentuk penyimpangan lainnya.

4. Mempercepat penyelesaian permasalahan dan meningkatkan

pelayanan masyarakat.

5. Mempercepat pengurusan kepegawaian sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Selain daripada itu, pemeriksaan adalah salah satu cara atau bentuk

pengawasan dengan jalan mengamati, mencatat, menyelidiki, dan menelaah secara

cermat serta mengkaji segala informasi yang berkaitan dengan kedisiplinan pegawai

negeri.

Sedangkan yang di maksud dengan pemeriksaan yang meliputi 3 ( tiga ) jenis

kegiatan pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan finansiil

Adalah pemeriksaan yang ditujukan pada masalah keuangan , yaitu antara lain

untuk memperoleh kepastian bahwa semua bentuk transaksi keuangan sudah

dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga didapat suatu

laporan yang wajar.

2. Pemeriksaan Operasional

Adalah pemeriksaan yang ditujukan kepada evaluasi terhadap semua bentuk

program, dari pemeriksaan ini diharapkan adanya masukan demi tercapainya

sasaran dari program tersebut.

3. Pemeriksaan Program

lv

Page 56: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Yaitu pemeriksaan yang ditujukan untuk menilai suatu program secara

keseluruhan, dalam hal ini dilihat dari segi efektivitasnya aturan yang sudah

ada.

Untuk lebih meningkatkan kedisiplinan pegawai di lingkunagn Kejaksaan

Negeri, absensi juga merupakan hal yang penting, oleh karena itu dalam pelaksanaan

absensi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang di adakan

dua kali yaitu pagi hari yang diadakan jam 07.00 WIB dan pada waktu siang hari

yang dilakukan pada jam 14.00 WIB.

Dengan diadakan absensi satu hari 2 ( dua ) kali ini diharapkan para pegawai

dapat melaksanakan tugas dengan baik dan selalu siap ditempat, dengan itu pula

kedisiplinan pegawai akan terwujud.

lvi

Page 57: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

C. Hambatan – hambatan yang Ada Dalam Melaksanakan Kedisiplinan Pegawai

Negeri Sipil di Lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Kepegawaian Kejaksaan

Negeri Semarang, maka hambatan – hambatan yang ada dalam melaksanakan

kedisiplinan pegawai adalah hal – hal yang bersifat teknis diantaranya adalah :

1. Kurangnya sarana dan prasarana. Dengan suatu peralatan yang kurang

memadaiakan dapat menghambat lancarnya kegiatan atau pegawai dalam

melakukan pekerjaannya.

2. Masih rendahnya kesadaran pegawai untuk berbuat dan bersikap disiplin

dalam pelaksanaan tugas misalnya ketelambatan masuk kerja.

3. Kurangnya perangkat peraturan kedisiplinan, misalnya kurang tegasnya

pimpinan dalam menjatuhkan sanksi pada setiap pelanggaran kedisiplinan.

4. Kurangnya sistem pengawasan, perangkat pengawasan dan upaya tindak

lanjut yang kurang akan dapat membuka peluang pegawai untuk melakukan

berbagai pelanggaran.

5. Setiap pelanggaran disiplin pegawai selalu berkilah untuk dibina secara

administratif.

Hal – hal tersebut di atas merupakan hambatan yang ada dalam melaksanakan

kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil yang ada di lingkungan Kejaksaan Negeri

Semarang. Dengan memahami arti pentingnya kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

dalam pembangunan, terutama pada lingkungan Kejaksaan, kiranya menjadi

kewajiban Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan kedisiplinan yaitu

melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab, dengan

demikian kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil akan dapat tercapai.

lvii

Page 58: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai “ Tinjauan Pelaksanaan UU No.43

Tahun 1999 tentang Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kejaksaan

Tinggi Semarang” , maka dapat penulis simpulkan bahwa yang merupakan hasil

akhir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, di

perlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi

Negara dan Abdi Masyarakat yang penuh rasa tanggung jawab dalam

melaksanakan tugas pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan Undang –

Undang Dasar 1945. Untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan

bebas dari unsur KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ), kedisiplinan

Pegawai Negeri Sipil merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan

perhatian yang cukup dalam pelaksanaannya.

2. Hambatan – hambatan yang ada dalam pelaksanaan kedisiplinan Pegawai

Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Semarang antara lain adalah

kurangnya fasilitas serta sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas,

kurangnya sistem pengawasan dalam bekerja, sehingga dapat membuka

peluang adanya penyimpangan atau pelanggaran disiplin kerja. Selain itu juga

belum adanya perangkat hukum yang jelas dan tegas dalam pelanggaran

kedisiplinan pegawai.

Untuk meningkatkan pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

dilingkungan Kejaksaan Negeri Semarang telah dilakukan beberapa

lviii

Page 59: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

pendekatan antara lain : pembinaan pegawai pada segi operasional,

pengawasan secara langsung maupun secara fungsional dan hal ini

dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan yang

dilakukan oleh para pegawai.

Adapun cara – cara tindak lanjut suatu pengawasan dilakukan dengan

cara bimbingan atau pembinaan secara struktur organisatoris. Dengan

demikian, adanya pengawasan diharapkan dapat mengurangi penyimpangan

ataupun keteledoran dalam bekerja yang mungkin terkesan kaku dalam

pelayanan masyarakat, banyak birokrasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu

diperlukan sifat dan sikap disiplin dalam jiwa pegawai.

Saran –Saran

1. Pembangunan aparatur pemerintahan diarahkan untuk menciptakan aparatur

yang lebih efisien, bersih dan berwibawa serta mampu melaksanakan seluruh

tugas umum dan pembangunan dengan sebaik – baiknya. Dalam hubungan ini

kemampuan aparatur pemerintah serta sikap disiplin perlu ditingkatkan.

2. Hendaknya ada pembinaan Pegawai Negeri Sipil dalam upaya peningkatan

kedisiplinan sebab dengan melakukan pembinaan di harapkan dapat

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku pegawai.

3. Hendaknya ada sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggar disiplin Pegawai

Negeri Sipil.

lix

Page 60: (11.545) Pelaksanaan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

DAFTAR PUSTAKA

Alex S. Niti Semito, Managemen Sumber Daya Manusia, Sasmito

Bross, Jakarta 1980.

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Aksara,

Jakarta , 1974.

S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan

Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta , 1983.

I.S. Livine, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja, Terjemahan oleh

Imam Soedjono, Cemerlang, Jakarta, 1980.

I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian, Kanisius, Yogyakarta, 1989.

Murlita Wirsata, Dasar – Dasar Produksi, Karunika, Jakarta, 1988.

Musanef, Sistem Pemerintahan di Indonesia, Haji Mas Agung, Jakarta,

1989.

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, LP3S, Jakarta, 1983.

Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas

Indonesia Press, Jakarta, 1983.

Soeryono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Press,

Jakarta, 1990.

Siti Soetami, Hukum Administrasi Negara II, Fak. Hukum UNDIP,

Semarang, 1990.

The Liang Gie, Cara Bekerja Efisien, Karya Kencana, Yogyakarta,

1979.

lx