113187707-PENGENDALIAN-PROSES.docx
description
Transcript of 113187707-PENGENDALIAN-PROSES.docx
MAKALAH PENGENDALIAN PROSES
Di Teknik Kimia
OLEH :
AKHMAD HAFIZ ADITYA NIM : 061440411696
DELI KUSUMA WARDANI NIM : 061440411699
MUHAMMMAD ARIFIN NIM : 061440411705
TOMI SUHARNO NIM : 061440411715
Kelas: 3 EGC
Dosen Pembimbing : H. Yohandri Bow, S.T., M.S.
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah berjudul pengertian humidifikasi ini. Salawat dan salam
juga penyusun persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna penyempurnaan makalah di masa datang.
Dalam penyelesaian makalah ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing. Maka pada kesempatan ini
penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada H. Yohandri Bow, ST., MS.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengendalia Proses.
Atas semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga akan
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penyusun mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi penyusun maupun bagi
pembaca, Amin.
Palembang, September 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengendalian proses adalah disiplin ilmu yang melibatkan statistika dan teknik
yang melibatkan pembuatan mekanisme dan algoritma untuk mengendalikan keluaran
dari suatu proses tertentu. Sebagai contoh adalah sistem pengaturan temperatur ruangan
agar temperatur ruangan terjaga konstan setiap saat, misalnya pada 20 °C. Pada kasus ini,
temperatur disebut sebagai variabel terkendali. Selain itu, karena temperatur diukur oleh
suatu termometer dan digunakan untuk menentukan kerja pengendali (apakah ruangan
perlu didinginkan atau tidak), temperatur juga merupakan variabel input. Temperatur
yang diinginkan (20 °C) adalah setpoint. Keadaan dari pendingin (misalnya laju keluaran
udara pendingin) dinamakan variabel termanipulasi karena merupakan variabel yang
terkena aksi pengendalian.
Alat pengendalian yang umum digunakan adalah Programmable Logic Controller
(PLC). Alat ini digunakan untuk membaca input analog maupun digital, melakukan
serangkaian program logika, dan menghasilkan serangkaian output analog maupun
digital. Pada kasus sistem pengaturan temperatur, temperatur ruangan menjadi input bagi
PLC. Pernyataan-pernyataan logis akan membandingkan setpoint dengan masukan nilai
temperatur dan menentukan apakah perlu dilakukan penambahan atau pengurangan
pendinginan untuk menjaga temperatur agar tetap konstan. Output dari PLC akan
memperbesar atau memperkecil aliran keluaran udara pendingin bergantung pada
kebutuhan. Untuk suatu sistem pengendalian yang kompleks, perlu digunakan sistem
pengendalian yang lebih kompleks daripada PLC.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana prinsip-prinsip
dari alat pengendalian proses situ dan apa contoh alat pengendalian tersebut yang
digunakan dalam industri.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam makalah ini adalah :
Agar dapat mengetahui bagaimana prinsip-prinsip dari alat pengendalian proses dan
contoh alat pengendalian proses tersebut yang digunakan dalam industri.
Manfaat pembuatan makalah ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman prinsip-prinsip dan contoh alat
pengendalian proses.
2. Menjadikan salah satu referensi pembelajaran mata kuliah pengendalian proses
mengenai prinsip-prinsip alat pengendalian proses.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan pemasangan alat pengendalian
Agar proses selalu stabil dibutuhkan instalasi alat-alat pengendalian. Alat-alat
pengendalian dipasang dengan tujuan:
1. Menjaga keamanan dan keselamatan kerja
Keamanan dalam operasi suatu pabrik kimia merupakan kebutuhan primer untuk
orang-orang yang bekerja di pabrik dan untuk kelangsungan perusahaan. Untuk
menjaga terjaminnya keamanan, berbagai kondisi operasi pabrik seperti tekanan
operasi, temperatur, konsentrasi bahan kimia, dan lain sebagainya harus dijaga
tetap pada batas-batas tertentu yang diizinkan.
2. Memenuhi spesifikasi produk yang diinginkan
Pabrik harus menghasilkan produk dengan jumlah tertentu (sesuai kapasitas
desain) dan dengan kualitas tertentu sesuai spesifikasi. Untuk itu dibutuhkan suatu
sistem pengendali untuk menjaga tingkat produksi dan kualitas produk yang
diinginkan.
3. Menjaga peralatan proses dapat berfungsi sesuai yang diinginkan dalam desain
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi proses produksi memiliki
kendala-kendala operasional tertentu yang harus dipenuhi. Pada pompa harus
dipertahankan NPSH, pada kolom distilasi harus dijaga agar tidak flooding,
temperatur dan tekanan pada reaktor harus dijaga agar tetep beroperasi aman dan
konversi menjadi produk optimal, isi tangki tidak boleh luber ataupun kering,
serta masih banyak kendalakendala lain yang harus diperhatikan.
4. Menjaga agar operasi pabrik tetap ekonomis.
Operasi pabrik bertujuan menghasilkan produk dari bahan baku yang memberi
keuntungan yang maksimum, sehingga pabrik harus dijalankan pada kondisi yang
menyebabkan biaya operasi menjadi minimum dan laba yang diperoleh menjadi
maksimum.
5. Memenuhi persyaratan lingkungan
Operasi pabrik harus memenuhi berbagai peraturan lingkungan yang memberikan
syarat-syarat tertentu bagi berbagai buangan pabrik kimia.
Untuk memenuhi persyaratan diatas diperlukan pengawasan (monitoring)
yang terus menerus terhadap operasi pabrik kimia dan intervensi dari luar (external
intervention) untuk mencapai tujuan operasi. Hal ini dapat terlaksana melalui suatu
rangkaian peralatan (alat ukur, kerangan, pengendali, dan komputer) dan intervensi
manusia (plant managers, plants operators) yang secara bersama membentuk control
system. Dalam pengoerasian pabrik diperlukan berbagai prasyarat dan kondisi operasi
tertentu, sehingga diperlukan usaha-usaha pemantauan terhadap kondisi operasi
pabrik dan pengendalian proses supaya kondisi operasinya stabil.
2.2 Sistem Pengendalian
Sistem pengendali diterapkan untuk memenuhi 3 kelompok kebutuhan, yaitu:
1. menekan pengaruh gangguan eksternal
2. memastikan kestabilan suatu proses kimiawi
3. optimasi kinerja suatu proses kimiawi
Variabel-variabel yang terlibat dalam proses operasi pabrik adalah F (laju alir), T
(temperatur), P (tekanan) dan C (konsentrasi). Variabel-variabel tersebut dapat
dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu variabel input dan variabel output. Variabel
input adalah variabel yang menandai efek lingkungan pada proses kimia yang dituju.
Variabel ini juga diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu:
1. manipulated (adjustable) variable, jika harga variabel tersebut dapat diatur
dengan bebas oleh operator atau mekanisme pengendalian
2. disturbance variable, jika harga tidak dapat diatur oleh operator atau sistem
pengendali, tetapi merupakan gangguan.
Sedangkan variabel output adalah variabel yang menandakan efek proses kimia
terhadap lingkungan yang diklasifikasikan dalam 2 kelompok:
1. measured output variables, jika variabel dapat diketahui dengan pengukuran
langsung
2. unmeasured output variables, jika variabel tidak dapat diketahui dengan
pengukuran langsungContoh alat pengendalian Proses
1. HP STRIPPER (HIGH PRESSURE STRIPPER)
Alat ini berada pada unit sintesa urea di pabrik urea PT. Pupuk Kaltim. Dalam
sintesa urea, reaksi pembentukan urea di reaktor tidak berlangsung sempurna. Akibatnya
produk yang keluar reaktor masih mengandung ammonium carbamate yang belum
terkonversi menjadi urea serta terdapat kelebihan NH3. Kedua produk sampingan ini harus
dipisahkan dari larutan urea yang dihasilkan. Untuk memisahkan reaktan ini, dilakukan
stripping dengan menggunakan gas CO2 dalam alat yang bernama High Pressure Stripper.
Alat ini merupakan shell and tube exchanger yang terdiri dari 2560 tube type
straight dengan outside diameter 31 mm dan inside dimeter shell 2300 mm. Fluida shell
side adalah steam dengan flow 54900 kg/jam dan temperatur 214 oC, sedang fluida tube
side adalah sistem larutan urea – gas CO2.
a) Filosofi Proses
Larutan urea dari reaktor pada suhu ±183 oC dikontakkan dengan gas CO2 pada
suhu ±120 oC secara counter current. Urea mengalir turun membasahi sepanjang dinding
tube mebentuk lapisan tipis (film), dan gas CO2 yang masuk dari bawah menstripping
ammonium carbamate yang terurai menjadi gas CO2 dan NH3 karena bantuan steam untuk
dikembalikan ke HPCC (High Pressure Ammonium Carbamate Condenser). Sedangkan
urea yang mengandung sedikit ammonium carbamate meninggalkan HP stripper pada
temperatur ±165 oC menuju unit resirkulasi, sedang campuran gas yang sebagian besar
mengandung CO2 menuju bagian atas HP stripper pada temperatur ±187 oC menuju
HPCC.
Karena reaksi penguraian ammonium carbamate menjadi gas CO2 dan NH3
merupakan reaksi endotermis, maka alat ini juga memerlukan panas. Panas di supplai dari
luar (berupa steam), panas ini juga untuk menjaga agar larutan tetap pada titik didihnya
serta untuk menguraikan ammonium carbamate menjadi CO2 dan NH3. Akibat aliran gas
CO2 yang bersinggungan dengan lapisan film larutan pada dinding tube akan membantu
penguraian ammonium carbamate menjadi CO2 dan NH3, dengan demikian dapat
mengurangi pemakaian steam dalam penguraian di HP stripper, sehingga mengurangi
resiko terbentukya biuret.
b) Pengendalian Proses
Di bagian bawah HP stripper, kondisinya sangat sesuai untuk berlangsungnya
hidrolisa urea dan pembentukan biuret, karena bersuhu tinggi dan konsentrasi ammonium
carbamate rendah. Untuk mengurangi resiko terbentunya biuret, selain dengan
pendinginan oleh gas CO2, dapat juga dilakukan dengan menjaga level steam kondensat di
shell side HP stripper. Penjagaan level dilakukan dengan mengontrol suhunya, jika
suhunya di atas 165 oC maka valve akan membuka dan steam akan keluar sehingga
temperatur bagian bawah stripper tetap 165 oC. Akibatnya, transfer panas dapat dikurangi
sehingga resiko terbentuknya biuret bisa dihindari.
c) Variable Process :
Set Point : Temperatur
Process Varible : Level
Manipulated Variable : Laju Alir ( Control Valve )
Disturbance : Steam yang masuk
d) Gambar Unit
e) Gambar Alat
2. RECTIFYING COLUMN
Alat ini terdapat pada unit resirkulasi pada pabrik urea di PT. Pupuk Kaltim. Alat
ini berupa separator yang berfungsi sebagai pemisah urea (55%) yang keluar dari HP
Stripper dari ammonium carbamate dengan cara menguraikannya menjadi CO2 dan NH3.
Bagian atas alat ini berupa separator, dan bagian bawahnya berupa heater.
ammoniumcarbam
a) Filosofi Proses
Hasil reaksi pembentukan urea di unit sintesa urea, menghasilkan urea dengan
kadar 55% saja. Sisanya berupa larutan ammonium carbamate dan air. Di unit resirkulasi
ini, urea dibersihkan dari reaktan yang tidak terkonversi (ammonium carbamate) dan
produk lain (air). Alat utama pada unit ini adalah rectifying column.
Pertama-tama laruttan urea 55% dari unit sintesa dimasukkan ke rectifying column
bagian atas. Sebelum masuk, tekanan larutan tekanan diturunkan secara tiba-tiba dari 145
– 160 kg/cm2 menjadi 4,2 kg/cm2. Selanjutnya larutan di spray di bagian atas rectifying
column. Sesuai dengan reaksi pembentukan ammonium carbamate, sebagai berikut :
2NH3 + CO2 NH2COONH4 + Q ......... (*)
Maka, bila tekanan diturunkan kesetimbangan akan bergeser ke daerah yang
memiliki koefisien lebih besar, dalam hal ini CO2 dan NH3. Artinya, jika tekanan
diturunkan, maka ammonium carbamate yang tidak terkonversi di unit sintesa akan terurai
menjadi CO2 dan NH3 dalam fase gas yang akan langsung menuju ke Low Pressure
Carbamate Condenser (LPCC). Pada tahap ini juga terdapat air yang teuapkan dan ikut ke
LPCC bersama den gan CO2 dan NH3.
Selain penurunan tekanan, pemurnian urea 55% juga dilakukan dengan
menggunakan heater yang terdapat di bagian bawah rectifying column. Setelah larutan
masuk melalui bagian atas rectifying column, larutan akan bergerak turun menuju bagian
bawah, yaitu heater. Sesuai dengan reaksi (*), maka dengan pemanasan maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan, sehingga ammonium carbamate yang masih
tersisa akan terurai menjadi CO2 dan NH3 diikuti dengan penguapan air yang tersisa. CO2,
NH3, dan uap air ini kemudian menyusul ke LPCC. Selanjutnya, larutan urea yang telah
menjadi lebih pekat dikirim/masuk ke flash tank.
b) Pengendalian Proses
Unit resirkulasi menggunakan tekanan sebesar 4,2 kg/cm2 absolut dan temperature
larutan yang keluar rectifying column dijaga 130 – 140 oC. Jika temperatur terlalu rendah,
maka banyak ammonia (NH3) hasil penguraian ammonium carbamate bukannya masuk ke
LPCC tapi malah ikut dengan urea masuk ke flash tank. Namun, bila temperatur terlalu
tinggi (>140 oC), maka akan semakin banyak air yang ikut ke LPCC dan akan terbentuk
biuret.
Biuret adalah hasil samping yang tidak diinginkan dari reaksi pembentukan urea.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
2NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3 - Q
Biuret akan selalu terbentuk dalam pembentukan urea, sehingga tidak bisa dihindari.
Karena biuret merupakan racun bagi tanaman, maka kandungan biuret dalam urea untuk
keperluan pertanian harus dijaga serendah mungkin (maksimal 1%). Dari reaksi
pembentukan biuret di atas, terlihat bahwa biuret mudah terbentuk dalam kondisi sebagai
berikut :
Konsentrasi urea tinggi
Konsentrasi ammonia rendah
Temperatur tinggi
c) Variable Process :
Set Point : Temperatur
Process Variable : Steam masuk
Manipulated Variable : Laju alir steam
Disturbance : Temperatur dalam steam
d) Gambar Unit
ure biure
3. FLASH TANK
Flash tank merupakan alat yang terletak setelah rectifying column pada unit
resirkulasi. Flash tank memiliki dua fungsi, yang pertama adalah sebagai pengatur level.
Dan yang kedua adalah sebagai separator yang memisahkan ammonium carbamate yang
belum terurai di rectifying column menjadi CO2 dan NH3 dengan cara menurunkan
tekanan (flashing) dari 4,2 kg/cm2 menjadi 0,45 kg/cm2 (vakum).
a) Filosofi Proses
Setelah larutan urea mangalami dua tahap pemurnian di rectifying column, urea
yang sudah menjadi lebih murni di masukkan ke flash tank dan kembali mengalami
penurunan tekanan dari 4,2 kg/cm2 menjadi vakum. Karena adanya penurunan tekanan ini,
maka sisa ammonium carbamate yeng tidak terurai di rectifying column akan terurai di
sini. Penurunan tekanan ini terjadi di valve sebelum flash tank. Akibat dari penurunan
tekanan, kadar urea meningkat dari 55% menjadi 75% – 76%. Larutan yang keluar dari
flash tank turun secara gravitasi ke Urea Storage Tank (UST). Urea ini terdiri dari 75% -
76% urea, dan sisanya air serta sedikit CO2 dan NH3.
b) Pengendalian Proses
Di flash tank, tekanan sangat mempengaruhi temperatur larutan. Jadi, dengan
adanya penurunan tekanan menjadi vakum, otomatis temperatur akan turun. Temperatur
awal saat larutan keluar dari rectifying column 130 – 140 oC turun menjadi 87 – 90 oC.
Temperatur harus dipertahankan dalam range tersebut. Karena bila temperatur berada di
bawah range akan terjadi kristalisasi. Dan jika temperatur berada di atas range, maka akan
terbentuk biuret. Inilah gunanya tekanan dibuat vakum. Yang berakibat turunnya
temperatur. Karena, pada tahap akhir pemrosesan urea, kecenderungan terbentuknya biuret
sangat besar akibat kondisinya optimalnya terpenuhi. Hal ini dapat dikurangi dengan
memprosesnya di bawah kondisi vakum. Karena kondisi vakum akan menurunkan titik
didih sehingga temperatunya juga lebih rendah. Ini akan mengurangi jumlah biuret yang
terdapat pada urea.
c) Variable Process :
Set Point : Temperature
Process Variable : Tekanan
Manipulated Variable : Control Valve
Disturbance : Urea yang keluar dari flash tank
4. EVAPORATOR
Alat ini berada pada unit evaporasi yang terletak setelah unit resirkulasi di pabrik
urea PT. Pupuk Kaltim. Evaporator adalah suatu peralatan yang berfungsi memisahkan
uap air dengan larutannya sehingga larutan menjadi lebih pekat. Bagian bawahnya berupa
heater dan bagian atasnya berupa separator.
a) Filosofi Proses
Evaporator ini di operasikan pada tekanan dan temperatur yang rendah untuk
memekatkan urea keluaran dari unit resirkulasi dari 75% – 76% menjadi 99,7%.
Penurunan tekanan (menjadi vakum) diperoleh dengan menggunakan sistem kondensor
dan ejector.
Kondensor adalah alat yang berfungsi mengkondensasikan gas menggunakan
cooling water.
Ejector adalah perealatan yang berfungsi membuat sistem menjadi vakum.
Dari sifat fisis larutan urea, maka untuk memekatkan urea menjadi 99,7%
digunakan dua tingkat evaporator. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
kristalisasi urea. Di unit ini terdapat dua step :
ü Evapotator tingkat 1 (first stage evaporator)
Larutan dipanaskan menjadi 130 – 135 oC (di heater) dengan tekanan 0,35 – 0,4 kg/cm2
(vakum).
ü Evaporator tingkat 2 (second stage evaporator)
Temperatur larutan dijaga maksimal 140 oC (di heater) dengan tekanan diturunkan
menjadi 0,035 kg/cm2 (vakum).
Larutan yang mengandung 75 – 76% urea dari urea storage tank dipompa ke first
stage evaporator yang beroperasi pada tekanan vakum 0,35 kg/cm2 dan masuk ke heater
yang bertemperatur 130 – 135 oC. Akibatnya air dalam larutan akan menguap. Larutan
kemudian dipisahkan, gas/uap air masuk ke separator sehingga terpisah dari larutannya.
Karena tekanan pada second stage evaporator lebih rendah dari first stage
evaporator, maka larutan mengalir secara alami ke second stage evaporator dimana
temperatur larutan dinaikkan dan dijaga konstan 140 oC. Sama seperti di first stage
evaporator, air dalam larutan akan kembali menguap dan masuk ke separator. Larutan
yang keluar dari second stage evaporator berupa urea melt (bubur) dengan konsentrasi
99,7% yang selanjutnya di pompa ke bagian atas prilling tower untuk proses selanjutnya.
Penurunan tekanan yang diikuti pemanasan pada dasarnya akan menyebabkan air
yang berada dalam larutan menguap. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bila tekanan
awal evaporator langsung diturunkan menjadi 0,035 kg/cm2, maka larutan akan langsung
mengkristal, akibatnya urea mengkristal sebelum waktunya ini tidak bisa dikirim ke
prilling tower. Selain itu, kristal urea juga akan membuntu pada pipa dan peralatan pada
unit ini. Inilah sebabnya maka digunakan dua tingkat evaporator dengan menurunkan
tekanan secara bertahap sampai 0,035 kg/cm2.
Resiko dari alat ini adalah terbentuknya biuret, karena selama proses evaporasi
larutan dipanaskan. Namun, pembentukan biuret ini dapat diminimalisasi dengan
penurunan tekanan, yang disamping untuk membantu menguapkan air, juga agar panas
yang digunakan penguapan tidak banyak sehingga resiko pembentukan biuret dapat
ditekan.
b) Pengendalian Proses
Tekanan first stage evaporator dijaga 0,35 – 0,4 kg/cm2 dan temperatur juga dijaga
135 – 140 oC. Jika tekanan lebih besar lagi, maka konsentrasi urea akan berkurang (air
yang menguap sedikit) yang mengakibatkan second stage evaporator terbebani (overload)
dan ada resiko terbentuk biuret. Namun, jika tekanan lebih rendah, temperatur juga ikut
turun dan mengakibatkan kristalisasi.
Seperti halnya first stage evaporator, tekanan dan temperatur second stage
evaporator juga dijaga 0,035 kg/cm2 dan 140 oC.
c) Variable Process :
Set Point : Temperatur
Process Variable : Steam masuk
Manipulated Variable : Laju alir steam
Disturbance : Temperatur dalam steam
d) Gambar Unit