11. Rangkaian Listrik II Respons Keadaan Tunak Sinusoida Dan Diagram Fasor1
-
Upload
habdi-rizki -
Category
Documents
-
view
206 -
download
16
description
Transcript of 11. Rangkaian Listrik II Respons Keadaan Tunak Sinusoida Dan Diagram Fasor1
11. Rangkaian Listrik IIRESPONS KEADAAN TUNAK SINUSOIDA DAN DIAGRAM FASOR
11.1 Pendahuluan :
Untuk menganalisis rangkaian penahan ( tahanan ) bagaimanapun sulitnya, kita telah
mengetahui bahwa dalam menentukan respons sebarang yang diinginkan, digunakan
beberapa metoda seperti : analisis simpul, analisis mesh atau analisis loop, analisis
superposisi, transformasi sumber, teorema-teorema Thevenin dan Norton, teorema
Millman, dan teorema daya maksimum.
Untuk mendapatkan respons yang diinginkan, seringkali penggunaan satu metoda
sudah cukup, akan tetapi lebih memudahkan jika mengkombinasikan beberapa
metoda. Pada pembahasan ini, kita akan membahas penggunaan teorema Thevenin,
teorema Norton, dan teorema transfer daya maksimum pada analisis rangkaian
keadaan tunak sinusoida, disamping itu juga akan dibahas mengenai diagram fasor
tegangan dan arus.
11.2 Teorema - Teorema Thevenin, Norton, dan Transfer Daya Maksimum
11.2.1 Teorema Thevenin
- Teorema Thevenin hanya dapat dipakai pada jaringan-jaringan ( rangkaian ) yang
linier.
- Teorema Thevenin digunakan untuk menentukan besar arus, tegangan, dan daya
pada suatu cabang tertentu.
- Ekivalen Thevenin dapat menentukan daya maksimum yang diserap beban dari
sumber, dan jenis beban yang diperlukan untuk mencapai transfer daya maksimum
atau untuk mendapatkan penguatan arus atau tegangan praktis maksimum
- Teorema Thevenin mengatakan bahwa : adalah mungkin menggantikan
semuanya ( kecuali tahanan beban ) dengan sebuah rangkaian ekivalen yang
mengandung hanya sebuah sumber tegangan bebas yang seri dengan sebuah
tahanan, dimana respons yang diukur pada tahanan beban tidak akan berubah.
Prosedur penggunaan teorema Thevenin adalah sebagai berikut :
1. Jika diketahui rangkaian linier, atur rangkaian tersebut dalam bentuk dua jaringan
A dan B.
2. Jika salah satu jaringan mengandung sebuah sumber tak bebas, variabel
pengontrolnya haruslah dalam jaringan yang sama.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 1
3. Tentukan tegangan VOC sebagai tegangan rangkaian terbuka yang akan timbul
melintasi terminal jaringan A , jika jaringan B diputus/dilepas, sehingga tidak ada
arus yang ditarik dari A.
4. Tentukan tahanan/impedansi Thevenin RTH atau ZTH yang dilihat dari terminal
jaringan A, jika jaringan B diputus/dilepas, dimana semua sumber tegangan bebas
dalam A diganti oleh hubungan pendek dan semua sumber arus bebas diganti oleh
rangkaian terbuka.
5. Diperoleh rangkaian ekivalen Thevenin yang terdiri dari sumber tegangan bebas
VOC yang dihubungkan secara seri dengan tahanan/impedansi Thevenin RTH / ZTH.
6. Instal jaringan B seri dengan Sumber VOC dan tahanan /impedansi Thevenin
7. Dari rangkaian ekivalen Thevenin dapat dihitung besar arus yang merupakan arus
yang mengalir pada jaringan B.
sebagai contoh : tinjau rangkaian dibawah ini :
1. Rangkaian sudah dibuat menjadi dua jaringan : A dan B
2. Tidak ada sumber tak bebas
3. Menentukan VOC dengan memutus/melepas jaringan B, diperoleh :
6 72
VOC = ------ 12 = --- = 9 V
6 + 3 8
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 2
3 Ω 7 Ω
6 Ω – + 12 V
Jaringan A
RL
Jaringan B
3 Ω 7 Ω
6 Ω – + 12 V
Jaringan A
VOC
4. Menentukan RTH/ZTH pada jaringan A, dimana sumber tegangan bebas diganti oleh
hubungan pendek dan sumber arus bebas diganti oleh rangkaian terbuka.
6 x 3
RTH = 7 + -------- = 9 Ω
6 + 3
5. Rangkaian ekivalen Thevenin adalah :
VOC
I = -----------
RTH + RL
I = besar arus pada RL
Contoh 1 : Penggunaan teorema Thevenin
Pada rangkaian dibawah ini, tentukan harga-harga I12, V1, V2, v1( t ) dan v2( t ) dengan
menggunakan teorema Thevenin ( I12 = arus yang mengalir pada cabang impedansi
- j 10 Ω ).
Penyelesaian : Pada contoh soal ini, seluruh besaran pada rangkaian sudah
dinyatakan dalam daerah frekuensi.
Menghitung ZTH
Impedansi - j 10 Ω dilepas dari rangkaian dan seluruh sumber arus bebas diganti oleh
rangkaian terbuka
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 3
3 Ω 7 Ω
6 Ω
Jaringan A
RTH
RTH = 9 Ω
– +
Jaringan A
VOC = 8 V RL
Jaringan B
I
V2
~ 1 00 A ~ 0,5 - 900 A
- j 10 ΩV1 I12
4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
ZTH = ( 4 - j 2 ) + ( 2 + j 4 ) = 6 + j 2 Ω
Menghitung VOC
Impedansi - j 10 Ω dilepas, sedang sumber arus bebas terpasang pada rangkaian.
VOC = Va + Vb = ( 4 - j 2 ) ( 1 00 ) + ( 2 + j 4 ) ( 0,5 - 900
VOC = ( 4 - j 2 ) + ( 2 + j 4 ) ( - j 0,5 ) = 4 - j 2 + 2 - j 1 = 6 - j 3 volt
Rangkaian Pengganti/ Ekivalen Thevenin
Arus yang mengalir pada
impedansi - j 10 Ω adalah :
VOC
I12 = ------------------
ZTH + ( - j 10 )
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 4
~ 1 00 A ~ 0,5 - 900 A4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
VOCa b
VOC Vb
Va
~ 0,5 - 900 A2 + j 4 Ω
4 - j 2 Ω ~ 1 00 A
+ VOC = 6 - j 3 V
6 + j 2 Ω
– - j 10 Ω
ZTH
I12
4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
ZTH ZTH
2 + j 4 Ω4 - j 2 Ω
6 - j 3 6 - j 3
I12 = ----------------- = --------
6 + j 2 - j 10 6 - j 8
6 - j 3 6 + j 8 36 + j 48 - j 18 + 24 60 + j 30
I12 = -------- ---------- = -------------------------- = ------------ = 0,6 + j 0,3 A
6 - j 8 6 + j 8 36 + 64 100
Jadi : I12 = 0,6 + j 0,3 A
Menentukan harga-harga V1, V2, v1( t ), v2( t )
I12 = 0,6 + j 0,3 A
Dari gambar diatas dapat diperoleh bahwa :
Ia = 1 00 - I12 = 1 00 - ( 0,6 + j 0,3 ) = 1 - 0,6 - j 0,3 = 0,4 - j 0,3 A
Ib = I12 - j 0,5 = 0,6 + j 0,3 - ( - j 0,5 ) = 0,6 + j 0,8 A
V1 = ( 4 - j 2 ) Ia = ( 4 - j 2 ) ( 0,4 - j 0,3 ) = 1,6 - j 1,2 - j 0,8 - 0,6 = 1 - j 2 V
V1 = 1 - j 2 V = 2,24 - 63,40 volt
V2 = ( 2 + j 4 ) Ib = ( 2 + j 4 ) ( 0,6 + j 0,8 ) = 1,2 + j 1,6 + j 2,4 - 3,2
V2 = - 2 + j 4 = 4,47 116,60 volt
Jika fungsi sinusoida adalah fungsi cosinus dengan frekuensi sebesar ω,maka :
v1( t ) = 2,24 cos ( ωt - 63,40 ) volt
v2( t ) = 4,47 cos ( ωt + 116,60 ) volt
Hasil-hasil yang diperoleh, yaitu : harga-harga V1, V2, v1( t ), dan v2( t ) sesuai dengan
hasil pada contoh 1 dan 3, yang menggunakan analisis simpul dan analisis
superposisi, yang telah dibahas pada pelajaran ke 10 ( atau bab 10 ).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 5
V2
~ 1 00 A ~ 0,5 - 900 A = - j 0,5 A
- j 10 Ω
4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
V1 I12
Ia Ib
11.2.2 Teorema Norton
- Teorema Norton sama seperti teorema Thevenin hanya dapat dipakai pada
jaringan-jaringan ( rangkaian ) yang linier.
- Teorema Norton digunakan untuk menentukan besar arus, tegangan, dan daya
pada suatu cabang tertentu.
- Ekivalen Norton dapat menentukan daya maksimum yang diserap beban dari
sumber, dan jenis beban yang diperlukan untuk mencapai pemindahan daya
maksimum atau untuk mendapatkan penguatan arus atau tegangan praktis
maksimum
- Rangkaian ekivalen Thevenin dan Norton merupakan rangkaian dual.
- Teorema Norton mengatakan bahwa : adalah mungkin menggantikan semuanya (
kecuali tahanan beban ) dengan sebuah rangkaian ekivalen yang mengandung
hanya sebuah sumber arus bebas yang paralel dengan sebuah tahanan, dimana
respons yang diukur pada tahanan beban tidak akan berubah.
Prosedur penggunaan teorema Norton adalah sebagai berikut :
1. Jika diketahui rangkaian linier, atur rangkaian tersebut dalam bentuk dua jaringan
A dan B.
2. Jika salah satu jaringan mengandung sebuah sumber tak bebas, variabel
pengontrolnya haruslah dalam jaringan yang sama.
3. Tentukan tegangan ISC sebagai arus rangkaian hubungan pendek yang akan timbul
pada terminal jaringan A , Jika terminal jaringan B dihubung pendek sehingga
tidak ada tegangan yang melintasi A.
4. Tentukan tahanan/impedansi ekivalen Norton yang dilihat dari terminal jaringan A,
jika jaringan B diputus/ dilepas, dimana semua sumber tegangan bebas dalam A
diganti oleh hubungan pendek dan semua sumber arus bebas diganti oleh
rangkaian terbuka. ( sama dengan tahanan/impedansi Thevenin RTH/ZTH ).
5. Diperoleh rangkaian ekivalen Norton yang terdiri dari sumber arus bebas ISC yang
dihubungkan secara paralel dengan tahanan/impedansi Thevenin.
6. Instal jaringan B paralel dengan Sumber ISC dan tahanan /impedansi Norton
7. Dari rangkaian ekivalen Norton dapat dihitung besar arus yang merupakan arus
yang mengalir pada jaringan B.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 6
sebagai contoh : tinjau rangkaian dibawah ini :
1. Rangkaian sudah dibuat menjadi dua jaringan : A dan B
2. Tidak ada sumber tak bebas
3. Menentukan ISC dengan menghubung singkat jaringan B, diperoleh :
7 x 6 39 + 42
Req = 3 + -------- = ----------
7 + 6 13
81
= ----
13
12 12 x 13
I = --------- = ----------- A
( 81/13 ) 81
6 12 x 13 6 12 x 13 72 8
ISC = --------- ---------- = ---- x ---------- = ---- = ----- A
7 + 6 81 13 81 81 9
4. Menentukan RTH/ZTH pada jaringan A, dimana sumber tegangan bebas diganti oleh
hubungan pendek dan sumber arus bebas diganti oleh rangkaian terbuka.
6 x 3
RTH = 7 + -------- = 9 Ω
6 + 3
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 7
3 Ω 7 Ω
6 Ω – + 12 V
Jaringan A
RL
Jaringan B
3 Ω 7 Ω
6 Ω
Jaringan A
RTH
Jaringan A
3 Ω 7 Ω
6 Ω – + 12 V ISC
I
5. Rangkaian ekivalen Norton adalah :
RTH
I = ----------- ISC
RTH + RL
I = besar arus pada RL
Contoh 2 : Penggunaan teorema Norton
Pada rangkaian dibawah ini, tentukan harga-harga I12, V1, V2, v1( t ) dan v2( t ) dengan
menggunakan teorema Norton ( I12 = arus yang mengalir pada cabang impedansi
- j 10 Ω ).
Penyelesaian : Pada contoh soal ini, seluruh besaran pada rangkaian sudah
dinyatakan dalam daerah frekuensi.
Menghitung ZTH
Impedansi - j 10 Ω dilepas dari rangkaian dan seluruh sumber arus bebas diganti oleh
rangkaian terbuka
ZTH = ( 4 - j 2 ) + ( 2 + j 4 ) = 6 + j 2 Ω
Menghitung ISC
Impedansi - j 10 Ω dilepas, sedang sumber arus bebas terpasang pada rangkaian.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 8
RTH = 9 Ω – +
Jaringan A
ISC = 8 / 9 A RL
Jaringan B
I
V2
~ 1 00 A ~ 0,5 - 900 A
- j 10 Ω
4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
V1 I12
4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
ZTH
4 - j 2 Ω
ZTH
2 + j 4 Ω
~ 1 00 A ~ 0,5 - 900 A4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
ISC
a b
Karena pada rangkaian ada dua sumber arus bebas, maka untuk mencari ISC,
digunakan analisis superposisi :
- hanya sumber arus 1 00 A yang aktif, sedangkan sumber arus 0,5 - 900 A
diganti dengan rangkaian terbuka.
4 - j 2
ISC1 = -------------------- 1 00
4 - j 2 + 2 + j 4
4 - j 2 6 - j 2
= -------- -------
6 + j 2 6 - j 2
24 - j 8 - j 12 - 4
= ---------------------
36 + 4
20 - j 20
ISC1 = -------------- = 0,5 - j 0,5 A
40
- hanya sumber arus 0,5 - 900 A yang aktif, sedangkan sumber arus 1 00 A diganti
dengan rangkaian terbuka.
2 + j4 ( j 1 - 2 ) 2 - j 1 6 - j 2
ISC2 = - --------------------------- j 0,5 = - ------------ = -------- --------
( 2 + j 4 ) + ( 4 - j 2 ) 6 + j 2 6 + j 2 6 - j 2
12 - j 4 - j 6 - 2 10 - j 10
= --------------------- = -------------
36 + 4 40
ISC2 = 0,25 - j 0,25 A
Jadi : ISC = ISC1 + ISC2 = ( 0,5 - j 0,5 ) + ( 0,25 - j 0,25 ) = 0,75 - j 0,75 A
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 9
1 00 A ~ 4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
ISC1
a b
~ 0,5 - 900 = - j 0,5 A
4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
ISC2
a b
Rangkaian Pengganti / Ekivalen Norton
Arus yang mengalir pada impedansi - j 10 Ω adalah :
6 + j 2 4,5 - j 4,5 + j 1,5 + 1,5
I12 = ----------------- ( 0,75 - j 0,75 ) = -------------------------------
6 + j 2 - j 10 6 - j 8
6 - j 3 6 + j 8 36 + j 48 - j 18 + 24 60 + j 30
I12 = -------- --------- = --------------------------- = -------------
6 - j 8 6 + j 8 36 + 64 100
I12 = 0,6 + j 0,3 A
Menentukan harga-harga V1, V2, v1( t ), v2( t )
I12 = 0,6 + j 0,3 A
Dari gambar diatas dapat diperoleh bahwa :
Ia = 1 00 - I12 = 1 00 - ( 0,6 + j 0,3 ) = 1 - 0,6 - j 0,3 = 0,4 - j 0,3 A
Ib = I12 - j 0,5 = 0,6 + j 0,3 - ( - j 0,5 ) = 0,6 + j 0,8 A
V1 = ( 4 - j 2 ) Ia = ( 4 - j 2 ) ( 0,4 - j 0,3 ) = 1,6 - j 1,2 - j 0,8 - 0,6 = 1 - j 2 V
V1 = 1 - j 2 V = 2,24 - 63,40 volt
V2 = ( 2 + j 4 ) Ib = ( 2 + J 4 ) ( 0,6 + j 0,8 ) = 1,2 + j 1,6 + j 2,4 - 3,2
V2 = - 2 + j 4 = 4,47 116,60 volt
Jika fungsi sinusoida adalah fungsi cosinus dengan frekuensi sebesar ω, maka :
v1( t ) = 2,24 cos ( ωt - 63,40 ) volt
v2( t ) = 4,47 cos ( ωt + 116,60 ) volt
Hasil-hasil yang diperoleh, yaitu : harga-harga V1, V2, v1( t ), dan v2( t ) sesuai dengan
hasil pada contoh 1 dan 3, yang menggunakan analisis simpul dan analisis
superposisi, yang telah dibahas pada pelajaran ke 10 ( bab 10 ), dan contoh1 pada
pembahasan ini, yang menggunakan teorema Thevenin.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 10
V2
~ 1 00 A ~ 0,5 - 900 A = - j 0,5 A
- j 10 Ω
4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
V1 I12
Ia Ib
+ ISC = 0,75 - j 0,75 A – - j 10 Ω
ZTH
I12
6 + j 2 Ω
11.2.3 Teorema Transfer Daya Maksimum
- Teorema transfer daya maksimum menggunakan teorema Thevenin atau Norton.
- Ekivalen Thevenin atau Norton dapat menentukan daya maksimum yang diserap
beban dari sumber, dan jenis beban yang diperlukan untuk mencapai transfer daya
maksimum.
- Teorema transfer daya Maksimum mengatakan bahwa : Jika sebuah sumber
tegangan bebas yang dihubung seri dengan sebuah tahanan RS atau sebuah
sumber arus bebas yang dihubungkan paralel dengan sebuah tahanan RS, akan
memberikan daya maksimum pada tahanan beban RL, bilamana RL = RS.
( gambar 1 a dan 1 b )
Perhatikan gambar 1, dimana gambar 1a adalah rangkaian ekivalen Thevenin dan
rangkaian 1b adalah rangkaian ekivalen Norton.
Dari gambar 1a diperoleh : VS
PL = IL2 RL, dimana : IL = ---------- , jadi :
RS + RL
VS2
PL = -------------- RL ……………………( 11-1 )
( RS + RL ) 2
dari gambar 1b diperoleh : RS
PL = IL2 RL dimana : IL = ----------- IS , jadi :
RS + RL
RS2 IS
2
PL = --------------- RL ……………………( 11-2 )
( RS + RL ) 2
Persamaan ( 11-1 ) dan Persamaan ( 11-2), memberikan daya yang sama.
Pertanyaannya adalah : berapa harga RL, agar daya yang diserap maksimum ?.
dPL
Daya maksimum, bila : ------ = 0
dRL
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 11
VS – +
RS IL
RL
a
IS
IL
RLRS
bGambar 1
VS2
jadi dari persamaan ( 11- 1 ) : PL = -------------- RL, maka :
( RS + RL ) 2
dPL VS2 ( RS + RL ) 2 - VS
2 RL ( 2 ) ( RS + RL )
----- = -------------------------------------------------------- = 0
dRL ( RS + RL ) 4
( RS + RL ) 2 = 2 RL ( RS + RL ) RS + RL = 2 RL atau RL = RS
Jadi, agar daya yang diserap RL dari sumber maksimum, maka RL = RS atau
dengan kata lain harga RL sama dengan tahanan Thevenin atau Norton.
Contoh 3 : Penggunaan teorema Transfer Daya Maksimum
Pada rangkaian dibawah ini, tentukan harga ZL agar daya yang diserap dari sumber
maksimum dan berapa besar daya maksimum tersebut.
Penyelesaian : Pada contoh soal ini, seluruh besaran pada rangkaian sudah
dinyatakan dalam daerah frekuensi.
Untuk mencari harga ZL dan daya maksimum digunakan teorema Thevenin.
Menghitung ZTH
Impedansi ZL dilepas dari rangkaian dan seluruh sumber arus bebas diganti oleh
rangkaian terbuka
ZTH = ( 4 - j 2 ) + ( 2 + j 4 ) = 6 + j 2 Ω
Agar daya yang diserap maksimum, maka ZL = ZTH = 6 + j 2 Ω
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 12
4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
ZTH ZTH
2 + j 4 Ω4 - j 2 Ω
~ 1 00 A
ZL
I12
~ 0,5 - 900 A2 + j 4
2 + j 4 Ω
4 - j 2
2 + j 4 Ω
Menghitung VOC
Impedansi ZL dilepas, sedang sumber arus bebas terpasang pada rangkaian.
VOC = Va + Vb = ( 4 - j 2 ) ( 1 00 ) + ( 2 + j 4 ) ( 0,5 - 900
VOC = ( 4 - j 2 ) + ( 2 + j 4 ) ( - j 0,5 ) = 4 - j 2 + 2 - j 1 = 6 - j 3 volt
Rangkaian Pengganti/ Ekivalen Thevenin
Arus yang mengalir pada
impedansi ZL adalah :
VOC
I12 = ---------------
ZTH + ZL
6 - j 3
= ----------------------
6 + j 2 + 6 + j 2
6 - j 3 12 - j 4 72 - j 24 - j 36 - 12 60 - j 60
I12 = ----------- ---------- = -------------------------- = ------------
12 + j 4 12 - j 4 144 + 16 160
I12 = 0,375 - j 0,375 A = 0,53 - 450 A
Jadi daya maksimum adalah : PLmaks = I122 RL = ( 0.53 ) 2 x 6 = 1,775 watt
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 13
VOC Vb
Va
~ 1 00 A4 - j 2 Ω
2 + j 4 Ω ~ 0,5 - 900 A
~ 1 00 A ~ 0,5 - 900 A4 - j 2 Ω 2 + j 4 Ω
VOC
a b
ZTH
VOC = 6 - j 3 V
6 + j 2 Ω
I12
+ – 6 + j 2 Ω
ZL
11.3 Diagram Fasor
Diagram fasor : sketsa atau penggambaran tegangan fasor dan arus fasor di dalam
bidang kompleks, pada suatu rangkaian spesifik
Diagram fasor :
- Merupakan sebuah metoda grafis untuk memecahkan soal-soal tertentu yang
dapat digunakan untuk memeriksa metoda analitik yang lebih eksak.
- Membantu dalam menyederhanakan pekerjaan analitik dalam soal-soal fasa
banyak yang simetris.
Tafsiran daerah frekuensi
Kita sudah mengetahui penggunaan bidang kompleks dalam menggambarkan sebuah
bilangan kompleks, dan dalam penjumlahan dan pengurangannya.
Karena tegangan dan arus fasor adalah sebuah bilangan kompleks, maka keduanya
dapat juga digambarkan sebagai titik-titik di dalam bidang kompleks.
Misalnya : Sebuah tegangan fasor V1 = 6 + j 8 = 10 53,10 volt, penggambaran-nya
dalam bidang kompleks dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 2a memperlihatkan jumlah V1 = 6 + j 8 = 10 53,10 dan V2 = 3 - j 4 = 5 - 53,10,
sedangkan gambar 2b memperlihatkan arus I1 yang merupakan perkalian dari
V1 = 6 + j 8 = 10 53,10 dengan admitansi Y = 1 + j 1 = √2 450
( I1 = Y V1 = ( 10 53,10 ) (√2 450 ) = 14,14 98,10 ).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 14
8
6
j
10
53,10
- j
Sumbu riel V
Sumbu imajiner V
Gambar 1
10 53,10
Gambar 2a
j
53,10
- j
450
98,10
b
V1 = 6 + j 8 = 10 53,10I1 = Y V18
6
j
1053,10
- j4
- 53,10 -~,V2
240
V = V1 + V2 = 9 + j 4 = 9,85 240
V1
V2
Dari gambar 2a dapat dilihat bahwa penambahan dan pengurangan mudah dilakukan
dan diperagakan pada sebuah bidang kompleks, maka fasor dengan mudah dapat
ditambahkan dan dikurangkan di dalam diagram fasor, sedangkan perkalian dan
pembagian ( gambar 2b ) menghasilkan penjumlahan dan pengurangan sudut-sudut
fasa dan perubahan ampitudo ( kurang jelas diperlihat-kan ), karena perubahan
amplitudo tergantung pada amplitudo setiap fasor dan skala fasor.
Setiap fasor akan mempunyai skala amplitudonya sendiri, akan tetapi mempunyai
skala sudut yang sama.
Misalnya tegangan fasor yang panyangnya 1 cm bisa menyatakan 100 V, sedangkan
arus fasor yang panjangnya 1 cm mungkin menunjukkan 3 mA.
Diagram fasor juga memberikan tafsiran mengenai transformasi dari daerah waktu ke
daerah frekuensi, karena diagram tersebut dapat ditafsirkan baik dari panda-ngan
daerah waktu maupun dari pandangan daerah frekuensi.
Sampai saat ini, kita telah menggunakan tafsiran daerah frekuensi, karena telah
langsung memperlihatkan fasor dalam diagram fasor.
Tafsiran daerah waktu
Sekarang kita lanjutkan kepada pandangan daerah waktu, dengan terlebih dahulu
memperlihatkan fasor V = Vm θ ( gambar 3a ).
Untuk mentransformasikan V kedalam daerah waktu maka fasor V tersebut dikalikan
dengan faktor e j ω t, sehingga diperoleh tegangan kompleks :
Vm e j θ e j ω t = Vm ω t + θ
Tegangan ini dapat ditafsirkan sebagai fasor-fasor yang mempunyai sudut fasa yang
bertambah secara linier terhadap waktu.
Pada diagram fasor, fasor ini mewakili potongan garis yang berputar, kedudukan
sesaatnya adalah ωt rad ( yang berlawanan dengan arah perputaran jarum jam ) dari
Vm θ .
Vm θ dan Vm ω t + θ , diperlihatkan pada gambar 3b.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 15
Vm
θ
a
V = Vm θ
Gambar 3
θ
V = Vm ωt +θ
ωtVm Vm θ
b
Dari gambar 3b, peralihan ke daerah waktu adalah dengan mengambil bagian riel dari
Vm ω t + θ , dan bagian riel dari kuantitas kompleks ini adalah proyeksi dari
Vm ω t + θ , pada sumbu riel ( sumbu horizontal ).
11.4 Diagram Fasor Rangkaian
A. Diagram Tegangan ( untuk Rangkaian Seri )
Diagram Tegangan : diagram fasor dari tegangan dengan referensi arus fasor
didalam bidang kompleks
- Diagram Tegangan Rangkaian Tahanan R
Pada tahanan R : diagram tegangan
tegangan dan arus
sefasa ( θ = ø )
V = R I
- Diagram Tegangan Rangkaian Induktansi L
Pada induktansi L : diagram tegangan
V = j ω L I
V θ = ω L 900 I ø
V = ω L ; θ = 900 + ø
Jadi tegangan mendahului arus sebesar 900 ( θ = 900 + ø )
- Diagram Tegangan Rangkaian Kapasitansi C
Pada kapasitansi C : diagram tegangan
1 - j
V = ------- I = ------ I
j ω C ω C
1
V θ = ----- -900 I ø
ω C
1
V = ----- I
ω C
θ = ø - 900
jadi arus mendahului tegangan sebesar 900 atau tegangan menyusul arus sebesar
900.
- Diagram Tegangan Rangkaian Seri R, L dan C
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 16
R ( Ω )V = R I
+
-
I
V
+
-
I
j ω L ( Ω )
V
+
-
I
1 / j ωC ( Ω )
V = R I I
I
V = j ω L I = ω L I 900 + ø
900
ø = 00
I
1 V = ------ I j ω C 1 = ----- ø - 900
ω C
- 900
ø = 00
Pada rangkaian seri RLC, arus yang
mengalir diseluruh rangkaian adalah
sama, yaitu arus I
Dari rangkaian diperoleh persamaan
tegangan :
VS = VR + VL + VC
VS = R I + j ω L I + ( 1 / j ω C ) I atau VS = R I + { j ( ω L - 1 / ω C ) } I
Untuk menggambarkan diagram tegangannya :
- Arus I diambil sebagai referensi
- Gambarkan diagram tegangan VR, VL, dan VC.
- Diagram tegangan V = VR + VL + VC ( penjumlahan vektor ).
- untuk V L = VC
VS = VR + VL + VC
VS = R I + { j ( ω L - 1 / ω C ) } I
VS = VR = R I
- untuk VL > VC
VS = VR + VL + VC
VS = R I + { j ( ω L - 1 / ω C ) } I
- untuk V L < VC
VS = VR + VL + VC
VS = R I + { j ( ω L - 1 / ω C ) } I
B. Diagram Arus ( untuk Rangkaian Paralel )
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 17
VC = ( 1 / j ω C ) I
VL = j ω L IVS = VR = R I
I
VC
VL
IVR
VS = VR + VL + VC
VL - VC
VC
VL
IVR
VS = VR + VL + VC
VL - VC
j ωL I R
VS 1 / j ω C
VR VL
VC+ – V2
– V2
– V2 –
V2
+ ++
~
Diagram Arus : diagram fasor dari arus dengan referensi tegangan fasor,
didalam bidang kompleks.
- Diagram Arus Rangkaian Tahanan R
Pada tahanan R ; diagram arus
tegangan dan arus
sefasa ( θ = ø )
V = R I atau
I = ( 1/R ) V
- Diagram Arus Rangkaian Induktansi L
Pada induktansi L : diagram arus
V = j ω L I atau
I = (1 / j ω L ) V
I ø = 1/ω L -900 .V θ
I = ω L ; ø = θ - 900
Jadi arus menyusul tegangan sebesar 900 ( ø = θ - 900 ).
- Diagram Arus Rangkaian Kapasitansi C
Pada kapasitansi C : diagram arus
1
V = ------- I
j ω C
I = j ω C V
I ø = ω C 900 V θ
I = ω C ; ø = 900 + θ
Jadi arus mendahului tegangan sebesar 900 atau tegangan menyusul arus sebesar
900.
- Diagram Arus Rangkaian paralel R, L dan C
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 18
R ( Ω )V = R I
+
-
I
I = V/R V
-V
+
I
1 / j ωC ( Ω )
+
-1/j ω C
I
RVS j ω L
IR IL IC
~
V
- 900
I = ( 1/ j ω L V ) 1 = --- V - 900 ω L
θ = 00
V
I = j ω C V = = ω C V 900 + θ 900
θ = 00
-
V
+
j ω L ( Ω )
I
Pada rangkaian paralel
RLC, tegangan di selu-
ruh rangkaian adalah
sama, yaitu tegangan
sumber VS atau V
Dari rangkaian diperoleh persamaan arus :
I = IR + IL + IC = ( 1 / R ) V + ( 1 / j ω L ) V + j ω C V
I = ( 1 / R ) V + j ( ω C - 1 / ω L ) V
Untuk menggambarkan diagram arusnya :
- Tegangan VS = V diambil sebagai referensi
- Gambarkan diagram arus IR, IL, dan IC.
- Diagram arus I = IR + IL + IC ( penjumlahan vektor ).
- untuk I C = IL
I = IR + IL + IC
VS = (1/R ) V + { j ( ω C - 1 / ω L ) } V
I = IR = ( 1/ R ) V
- untuk IC > IL
I = IR + IL + IC
I = (1/R ) V + { j ( ω C - 1 / ω L ) } V
- untuk IC < IL
I = IR + IL + IC
I = (1/R ) V + { j ( ω C - 1 / ω L ) } V
Daftar Pustaka
1. Wiliam H. Hayt Jr, Jack E. Kemmerly, “ Engineering Cicuit Analysis “, McGraw-Hill.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 19
IL
IC
VS = VIR
I = IR + IL + IC IC - IL
IL = ( 1 / j ω L ) V
IC = j ω C VI = IR = (1/R ) V
VS = V
VC
IC
VS = VIR
I = IR + IL + IC
IC - IL
2. Pantur Silaban, “ Rangkaian Listrik “, Penerbit Erlangga.
3. R.J. Smith, “ Circuit, Devices and Systems “, John Wiley & Sons.
4. M.E. Van Valkenburg, “ Network Analysis “, Prentice-Hall, Inc.
Jakarta, September 2008
Ir. S.O.D. Limbong
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong
RANGKAIAN LISTRIK II 20