1.1. Pedoman Pelk Program
-
Upload
andy-aan-yuliawan -
Category
Documents
-
view
869 -
download
0
Transcript of 1.1. Pedoman Pelk Program
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
i | P a g e
KATA PENGANTAR
Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor pertanian dan ekonomi
yang sangat penting dan strategis, karena subsektor tanaman pangan merupakan
salah satu subsektor bagi pemenuhan pangan bagi rakyat Indonesia, merupakan
salah satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia, dan
sekaligus sebagai sumber pendapatan bagi bangsa Indonesia. Dibalik nilai (value)
yang penting dan strategis tersebut, subsektor tanaman pangan juga merupakan
salah satu pusat kemiskinan di Indonesia. Pengusahaan lahan yang sangat sempit
dan ketidakberdayaan dalam menentukan harga menjadi faktor penyebab kemiskinan
bagi pelaku usaha (petani) tanaman pangan. Sementara itu, disisi lain, pelaku usaha
(petani) tanaman pangan dituntut untuk berpartisipasi dalam membangun kekuatan
pangan nasional melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan indeks
pertanaman. Tuntutan tersebut sering kali terbentur pada ketidakberdayaan petani
dalam menerapkan (mengadopsi) teknologi karena keterbatasan modal usaha.
Menyadari begitu rumit permasalahan pencapaian sasaran pembangunan
tanaman pangan maka upaya keterpaduan dan penyelarasan antar sektor/subsektor,
baik di Pusat dan Daerah. Pada tahun 2012, untuk menetapkan pencapaian Empat
Sukses Kementerian Pertanian sebagai sasaran strategis meliputi a) mewujudkan
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) mewujudkan
peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya
saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Orientasi
peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan dilakukan secara bersamaan
untuk memberikan rasa keadilan bagi petani. Pemberdayaan petani dengan
memberikan berbagai instrumen bantuan/subsidi maupun insentif lainnya menjadi
prioritas pemerintah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan
penguatan strategi sebagai respon terhadap perubahan lingkungan dan keterbatasan
sumber daya yang ada.
Catur strategi pencapaian produksi tanaman pangan adalah 1) peningkatan
produktivitas, 2) perluasan areal dan optimasi lahan, 3) penurunan konsumsi beras
dan diversifikasi pangan, serta perbaikan manajemen. Implementasi pencapaian
produksi ini melibatkan semua stakeholder. Dalam konteks tersebut, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan memiliki 1 program sebagai wilayah tanggung jawab
tugas pokok dan fungsi yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada
Berkelanjutan
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
ii | P a g e
Dalam mengoptimalkan kinerja dan mendorong akuntabilitas kinerja
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan
Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, maka Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan menerbitkan pedoman pelaksanaan program, pedoman
pelaksanaan kegiatan, dan pedoman pelaksanaan teknis, sebagai acuan atau dasar
pelaksanaan program dan kegiatan. Pedoman pelaksanaan program ini merupakan
acuan yang bersifat umum bagi penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan dan
pedoman teknis.
Sebaik apapun pedoman pelaksanaan yang diterbitkan, namun jika tidak
ditaati dan dilaksanakan dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa hasil pencapaian
program tidak tepat dari ukuran yang ditetapkan. Komitmen dan konsistensi menjadi
dua pilar yang perlu ditumbuhkembangkan dalam mewujudkan proses pembangunan
yang telah ditetapkan sehingga proses pembangunan tanaman pangan dapat
terlaksana secara berkelanjutan (sustainable). Berbagai masukan menjadi sangat
penting agar pedoman pelaksanaan program ini menjadi lebih baik.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
Udhoro Kasih Anggoro
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
iii | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Dasar Hukum 4
1.3. Tujuan 6
1.4. Sasaran 7
1.5. Istilah dan Pengertian 8
II. SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
TANAMAN PANGAN TA. 2012
15
2.1. Sasaran 16
2.2. Strategi 17
2.3. Kebijakan 19
III. PROGRAM DAN KEGIATAN LINGKUP
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TA. 2012
23
3.1. Program 24
3.2. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program 33
3.3. Kegiatan 34
IV. TATA HUBUNGAN KERJA DAN PENGORGANISASIAN
PROGRAM LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN
PANGAN TA. 2012
55
4.1. Tata Hubungan Kerja 55
4.2. Pengorganisasian 56
4.3. Pengelolaan Anggaran 63
4.4. Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi 69
V. PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 71
5.1 Pengendalian Program, Kegiatan dan Anggaran 71
5.2 Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran 72
5.3 Monitoring dan Evaluasi 73
5.4 Pelaporan 74
VII. PENUTUP 77
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
iv | P a g e
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2012
16
Tabel 2 Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA
2012
25
Tabel 3 Komponen Prioritas Pemberdayaan dan Penguatan
Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA
2012
26
Tabel 4 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Melalui SLPTT dan LokasiPengembangan Melalui APBN TA
2012
27
Tabel 5 Lokasi Anggaran dan Jenis Dana Per Provinsi Untuk Mendukung
Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012
29
Tabel 6 Anggaran Menurut Jenis Belanja Per
Program/KegiatanDirektorat Jenderal Tanaman Pangan TA
2012
30
Tabel 7 Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial lingkup Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan TA 2012
32
Tabel 8 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan TA 2012
34
Tabel 9 Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT Padi dan SLPTT Jagung TA.
2012
36
Tabel 10 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia TA
2012
38
Tabel 11 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan
Produksi Tanaman Serealian Tahun 2012
39
Tabel 12 Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT dan Pengembangan Kedelai 40
Tabel 13 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi TA 2012
41
Tabel 14 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012
42
Tabel 15 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih
Tanaman Pangan TA. 2012
45
Tabel 16 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Sistem
Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA 2012
46
Tabel 17 Alokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
TA 2012
47
Tabel 18 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012
48
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
v | P a g e
Tabel 19 Alokasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari
Gangguan OPT dan DPI TA 2012
49
Tabel 20 Penilaian Risiko Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Ganggguan OPT dan DPI TA 2012
50
Tabel 21 Alokasi Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
52
Tabel 22 Penilaian Risiko Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan
Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA
2012
53
Tabel 23 Jumlah Satuan Kerja Pelaksana Program dan Kegiatan Lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
59
Tabel 24 Jumlah dan Alokasi Anggaran Per Unit Kerja dan Satuan Kerja
(Satker) DIPA TA 2012
60
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
vi | P a g e
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Hubungan Perencanaan Kinerja dan Pedoman
Pelaksanaan
16
Gambar 2 Hubungan Strategi dan Empat Sukses Kementerian
Pertanian
18
Gambar 3 Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan 26
Gambar 4 Butir-Butir Penjelasan Pedoman Pelaksanaan
Program/Kegiatan
39
Gambar 5 Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas Kinerja
Pembangunan Tanaman Pangan
39
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
vii | P a g e
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Satuan Kerja di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
TA. 2012
84
Lampiran 2 Agenda Perencanaan Nasional 107
Lampiran 3 Agenda Pertemuan Nasional Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan TA 2012
111
Lampiran 4 Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 112
Lampiran 5 Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 113
Lampiran 6 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Padi Tahun 2012
114
Lampiran 7 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Jagung Tahun 2012
115
Lampiran 8 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Kedelai Tahun 2012
116
Lampiran 9 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Kacang Tanah Tahun 2012
117
Lampiran 10 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Kacang Hijau Tahun 2012
118
Lampiran 11 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Ubi Kayu Tahun 2012
123
Lampiran 12 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Ubi Jalar Tahun 2012
141
Lampiran 13 Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA.
2012
142
Lampiran 14 Indikator Kegiatan Utama Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan TA 2012
143
Lampiran 15 Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
144
Lampiran 16 Siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 147
Lampiran 17 Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
148
Lampiran 18 Alur Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan 149
Lampiran 19 Jenis dan Waktu Penyampaian Laporan 150
Lampiran 20 Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Pagu
Anggaran Kementerian/Lembaga
151
Lampiran 21 Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Alokasi 153
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
viii | P a g e
Anggaran K/L
Lampiran 22 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran yang
Memerlukan Persetujuan Menteri keuangan
154
Lampiran 23 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran pada Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan/Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
159
Lampiran 24 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran Pada Satuan
Kerja oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
161
Lampiran 25 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada
Direktorat Jenderal Anggaran
162
Lampiran 26 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
163
Lampiran 27 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
164
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana yang
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila. Visi Indonesia sampai tahun 2025 adalah Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur dengan membagi kedalam 4 (empat) tahapan Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM).1) Visi Indonesia Tahun 2014 adalah Indonesia yang
Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Dalam konteks ini, arahan pokok dan
strategis Presiden Republik Indonesia agar melakukan langkah-langkah terobosan
(breakthrough), bukan langkah-langkah biasa (business as usual).
Untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Tahun 2014 maka perlu
dilakukan suatu proses perencanaan pembangunan nasional yang terarah, terfokus,
seimbang, dan berkelanjutan. Proses perencanaan pembangunan nasional dilakukan
dalam suatu sistem. Sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu
kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dapat
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan
Daerah, yang berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.
Mengacu pada visi tersebut, tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014
Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Berkelanjutan
dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.2) Pembangunan
dimaksud dijalankan berlandaskan 4 jalur strategi pembangunan yaitu 1) mendorong
pertumbuhan (pro-growth), 2) memperluas kesempatan kerja (pro-job), 3)
menanggulangi kemiskinan (pro-poor), dan 4) mendorong pelestarian lingkungan
yang ramah (pro-environment). Ketahanan pangan merupakan salah satu program
pembangunan dengan status prioritas nasional. Sasaran yang perlu dicapai pada
prioritas nasional dimaksud adalah:
a. Terpeliharanya dan meningkatnya pencapaian swasembada bahan pangan
pokok
b. Terjaminnya penyaluran subsidi pangan bagi masyarakat miskin
1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
2) Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2 | P a g e
c. Terjaganya stabilitas harga bahan pangan dalam negeri
d. Meningkatnya kualitas pola konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola
Pangan Harapan (PPH) menjadi sekitar 89,8
e. Terlindunginya dan meningkatnya lahan pertanian pangan
f. Terbangunnya dan meningkatnya luas layanan infrastruktur sumber daya air
dan irigasi
g. Meningkatnya PDB sektor pertanian, perikanan dan kehutanan dengan
pertumbuhan 3,2 persen
h. Tercapainya indeks Nilai Tukar Petani (NTP) diatas 105 dan Nilai Tukar
Nelayan (NTN) menjadi 110.
Selain dari sasaran prioritas nasional tersebut, diperlukan prakarsa-prakarsa
baru. Prakarsa-prakarsa baru yang dimaksudkan sebagai pengungkit dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat meliputi:
- Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)
- Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara
- Penguatan Penanggulangan Kemiskinan
- Peningkatan langkah-langkah dalam rakyat dalam rangka mencapai ketahanan
pangan dimana surplus 10 juta ton beras per tahun.
Penuangan arah dan kebijakan pembangunan pertanian terutama berkaitan
dengan tanaman pangan dikonsolidasikan dalam berbagai rancangan program. Pada
tahun anggaran 2012, Kementerian Pertanian memiliki 12 (dua belas) program, yang
dilaksanakan oleh 12 unit eselon I, dimana setiap unit eselon I melaksanakan 1 (satu)
program. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki satu program yakni Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai
Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Program ini difokuskan pada
penguatan aspek ketersediaan pangan bersumber dari produksi dalam negeri, baik
dalam kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu).
Pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya
untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha tanaman pangan yang
mampu menghasilkan produk mulai dari hulu sampai hilir. Pembangunan tanaman
pangan berorientasi pada peningkatan produksi (ketersediaan) dan peningkatan
pendapatan. Untuk itu, faktor peningkatan produktivitas, peningkatan kapasitas usaha,
serta optimalisasi efisiensi usaha, nilai tambah dan daya saing menjadi indikator
penting dalam mewujudkan kedua orientasi tersebut.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3 | P a g e
Subsektor tanaman pangan memiliki keragaman komoditas yang cukup
banyak untuk dapat ditumbuhkembangkan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Daftar Komoditi Binaan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Direktorat Jenderal
Perkebunan, dimana Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki 36 komoditi
tanaman pangan sebagai tanggung jawab binaan.
Namun demikian, karena faktor keterbatasan yang ada, arah dan kebijakan
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk
Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan diprioritaskan pada:
1) Komoditi utama dan unggulan nasional, yaitu padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Komoditi ini merupakan komoditi
utama dan unggulan bagi kebutuhan pangan pokok nasional.
2) Komoditi alternatif/unggulan daerah (lokal) seperti talas, garut, gembili, sorgum,
gandum dan lain-lain. Komoditi ini sebagai substitusi maupun komplemen dari
komoditas utama dan unggulan nasional.
Pengembangan ketujuh komoditi tanaman pangan diimplementasikan dalam
berbagai jenis kegiatan yang saling terkait dan saling mendukung. Dalam
perkembangannya, sejak tahun 2011, komoditi yang menjadi skala prioritas
difokuskan pada padi, jagung, dan kedelai. Saat ini, ketiga komoditi tersebut
merupakan gambaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan pengembangan komoditi tersebut,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memantapkan berbagai peraturan perundang-
undangan dan memberikan berbagai instrumen anggaran yang diperlukan melalui
APBN, seperti dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan, dana alokasi khusus
(DAK), dana subsidi, dan berbagai jenis lainnya.
Perencanaan kinerja seharusnya dilaksanakan melalui penyusunan
pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis untuk memberikan gambaran
proses pelaksanaan kinerja secara baik dan sistematis. Dalam hal ini, proses
penetapan dan tahapan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dapat
didokumentasikan dalam bentuk yang akuntabel. Oleh karena itu, pedoman
pelaksanaan program perlu disusun sebagai salah satu wujud nyata dari akuntabilitas.
Pedoman pelaksanaan program ini akan diperkuat oleh pedoman pelaksanaan
kegiatan dan pedoman teknis. Dengan memperhatikan komitmen tersebut,
disusunlah Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada
Berkelanjutan TA 2012.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
4 | P a g e
Gambar 1. Hubungan Perencanaan Kinerja dan Pedoman Pelaksanaan
1.2. Dasar Hukum
Penyusunan Pedoman Pelaksanaan merupakan suatu tuntutan yang wajib
harus dilakukan dalam membangun akuntabilitas kinerja. Pedoman yang disusun
terdiri dari tiga (3) jenis yaitu 1) pedoman pelaksanaan program, 2) pedoman
pelaksanaan kegiatan, dan 3) pedoman teknis. Penyusunan pedoman tersebut
mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN
ANGGARAN DITJEN TP (RENSTRA – RKT – PK –
DIPA/RKA-KL/POK)
DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN
ANGGARAN KEMENTAN
(RENSTRA – RKT – PK)
DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
(RPJP – RPJM – RKP)
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN
KEMENTAN
PEDOMAN PENGELOLAAN JENIS ALOKASI DANA (DANA
DEKONSENTRASI, TUGAS
PEMBANTUAN, DAK, DLL)
PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN
SOSIAL
PEDOMAN PENGELOLAAN
ADMINISTRASI KEUANGAN
PEDOMAN PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJA DAN
KEUANGAN
PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN TANAMAN PANGAN
PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN
MASING-MASING ESELON II
PEDOMAN TEKNIS TERUTAMA ATURAN TEKNIS
PENGELOLAAN BANTUAN YANG DIALOKASIKAN KEPADA
PETANI/LEMBAGA/UNIT KERJA
PEMERINTAH
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
5 | P a g e
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah junto
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2012.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah (RKA-KL).
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
APBN, sebagaimana telah diubah beberapa kali, junto Peraturan Presiden
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
6 | P a g e
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah junto Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2012.
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2012.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2005 tentang Sistem
Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2011 tentang Standar Biaya
Tahun Anggaran 2012.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-KL) dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan
Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TA 2012.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi
Anggaran.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 215/KMK.02/2011 Tentang Pagu
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2012.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 95/Permentan/OT.140/12/2011 tentang
Pelimpahan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung
Jawab Dana Dekonsentrasi Provinsi Tahun 2012.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 97/Permentan/OT.140/12/2011 tentang
Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam Pengelolaan Kegiatan dan
Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun 2012.
1.3. Tujuan
Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada
Berkelanjutan TA 2012 bertujuan untuk:
a. memberikan acuan dalam melaksanakan Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
7 | P a g e
Swasembada Berkelanjutan sesuai dengan kegiatan-kegiatan skala prioritas,
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta anggaran yang tersedia.
b. meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program, kegiatan dan
anggaran baik antar sektor/subsektor maupun antara pusat dan daerah.
c. meningkatkan transparansi, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program,
kegiatan dan anggaran melalui pemantapan pengendalian (monitoring) dan
evaluasi serta pelaporan kinerja.
1.4. Sasaran
Sasaran penyusunan Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan
Swasembada Berkelanjutan TA 2012 adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan secara
efektif, efisien dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku oleh penyelenggara pemerintahan yang melaksanakan program dimaksud
dan penerima manfaat langsung.
Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada
BerkelanjutanTA 2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Menguraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan, sasaran, istilah dan
pengertian
Bab II Menguraikan sasaran, kebijakan, dan strategi pembangunan tanaman
pangan
Bab III Menguraikan program dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan TA 2012
Bab IV Menguraikan tata hubungan kerja dan pengorganisasian pelaksanaan
program, kegiatan, dan anggaran lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan TA 2012
Bab V Menguraikan pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program,
kegiatan dan anggaran lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA
2012
Bab VI Penutup
Pedoman pelaksanaan program ini dilengkapi dengan beberapa lampiran
penting sebagai referensi dalam penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan atau
pedoman teknis kegiatan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
8 | P a g e
1.5. Istilah dan Pengertian
Beberapa istilah dan pengertian pada Pedoman Pelaksanaan Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai
Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012 sebagai berikut:
1. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah
untuk mencapai sasaran dan tujuan.
2. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia.
3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima tahunan), yaitu
RPJMN I tahun 2005-2009, RPJMN II Tahun 2010-2014, RPJMN III Tahun
2015-2019, dan RPJMN IV Tahun 2020-2024.
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan
penjabaran dari misi, visi, dan program Presiden yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan
nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka
ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
5. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) adalah
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 5 (lima)
tahun.
6. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan tahunan
yang memuat kerangka makro dan program-program pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 1 (satu) tahun. RKP ini
merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program
Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/ Lembaga, kewilayahan dalam
bentuk regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKP
merupakan pedoman dalam penyusunan RAPBN, disusun berdasarkan Renja-
KL (Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga) sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya dengan berpedoman pada Renstra-KL (Rencana Strategis
Kementerian Negara/Lembaga).
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
9 | P a g e
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR yang masa
berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember tahun berjalan.
8. Penganggaran Terpadu adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang
dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi
alokasi dana.
9. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa unit organisasi dalam satu
atau beberapa instansi untuk mencapai sasaran dan tujuan kebijakan serta
memperoleh alokasi anggaran.
10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa Satuan Kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada
suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang, modal, termasuk
peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis
sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa.
11. Sub Kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha pencapaian
sasaran dan tujuan kegiatan tersebut.
12. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL)
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan
kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari
rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta
anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.
13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan
anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja yang
disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan
berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan.
14. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) adalah dokumen yang merupakan
bagian tidak terpisah dari DIPA dan RKA-KL yang memuat kegiatan secara rinci
serta harga satuannya dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dalam
kurun waktu satu tahun anggaran.
15. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan
kualitas terukur.
16. Indikator Kinerja diartikan sebagai ukuran kuantitatif/kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
10 | P a g e
Indikator kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar untuk
menilai kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan
(on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai (ex-post). Indikator kinerja
juga digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan
kemajuan dalam rangka menuju tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa
indikator kinerja, maka akan sulit menilai kinerja
kebijaksanaan/program/kegiatan yang pada akhirnya bermuara pada kinerja
organisasi.
17. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atas
keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.
18. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
19. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung percapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
20. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah.
21. Anggaran Dekonsentrasi adalah anggaran yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak
termasuk anggaran yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
Pemberian anggaran dekonsentrasi tidak terlepas dari kewajibannya untuk
melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada
Menteri/Pimpinan lembaga terkait.
22. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah Pusat kepada Daerah
dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan dalam
hal ini Menteri/Pimpinan Lembaga terkait.
23. Anggaran Tugas Pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.
24. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) adalah pejabat
pemegang kewenangan dalam penggunaan anggaran satuan kerja yang
dialokasikan dalam APBN. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab
atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan.
25. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
11 | P a g e
uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah.
26. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan
uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan
APBN/APBD pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/
Pemerintah Daerah.
27. Pinjaman Luar Negeri (PLN) adalah sumber pembiayaan negara dalam bentuk
devisa, barang, dan jasa yang diterima dari badan/lembaga negara asing,
pemerintah negara asing, badan/lembaga keuangan internasional, atau pasar
keuangan internasional yang harus dibayar kembali dengan persyaratan yang
telah disepakati, termasuk penjaminan pembayaran yang dapat menimbulkan
kewajiban pembayaran dikemudian hari.
28. Hibah Luar Negeri (HLN) adalah penerimaan negara yang diperoleh dari luar
negeri baik dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam
bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang dapat
dinilai dengan uang yang tidak perlu dibayar kembali.
29. Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan RI yang dipimpin
oleh Menteri untuk melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang tertentu.
30. Unit Organisasi adalah bagian dari suatu Kementerian Negara/Lembaga yang
bertanggung jawab terhadap pengkoordinasian dan/atau pelaksanaan suatu
program.
31. Satuan Kerja (Satker) adalah bagian dari suatu unit organisasi pada
Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa
kegiatan dari suatu program.
32. Satuan Kerja Pada Instansi Pemerintah adalah organisasi dalam pemerintah
yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu dibidangnya masing-masing
atau bertugas melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu program.
33. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada
pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
dekonsentrasi/ tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi,
kabupaten, atau kota.
34. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
kebutuhan bersama yang mempunyai struktur organisasi dan mempunyai basis
tujuan yang bersama.
35. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau
pemerintah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pelaku usaha
pertanian sehingga dapat mandiri dalam mencapai tujuan yang dikehendaki
sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
12 | P a g e
36. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) adalah lembaga yang
tumbuh dan berkembang secara mandiri di masyarakat, dengan kegiatan utama
meningkatkan gerakan moral melalui kegiatan pendidikan, sosial dan
keagamaan, serta peningkatan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
37. Tenaga Harian Lepas (THL) adalah tenaga bantu tenaga penyuluh
pertanian/pendamping revitalisasi perkebunan/pengendali organisme
pengganggu tumbuhan/penanganan kesehatan hewan yang direkrut oleh
Kementerian Pertanian mulai tahun 2007 untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya mendampingi kelompok tani/gapoktan dalam pengembangan usaha
agribisnis, dengan ketentuan tidak menuntut untuk diangkat menjadi Pengawai
Negeri Sipil (PNS).
38. Tenaga Harian Lepas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (THL
POPT) adalah tenaga bantu POPT yang direkrut oleh Kementerian Pertanian
selama kurun waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan keuangan Negara
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pembantu POPT di wilayah
pengamatan yang belum memiliki jumlah POPT yang cukup, dengan ketentuan
tidak mempunyai hak untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.
39. Pemberdayaan Masyarakat Pertanian adalah upaya-upaya yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga
secara mandiri mampu mengembangkan diri dan dalam melakukan usahanya
secara berkelanjutan.
40. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan
Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
41. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan
untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan
42. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana
pembangunan, mengindentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang
timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.
Pemantauan dilaksanakan secara berkesinambungan dan bertujuan
memberikan indikasi awal dari perkembangan atau kekurangan suatu
program/kegiatan yang sedang berjalan.
43. Evaluasi adalah suatu penilaian dalam kurun waktu tertentu yang mencoba
untuk menilai relevansi secara sistematis dan obyektif, efisien, efektivitas
pelaksanaan, dan dampak/keberhasilan dari program dan kegiatan yang sedang
berjalanmaupun yang telah selesai. Evaluasi dapat diartikan pula merupakan
rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output),
dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Pemantauan dilakukan pada
seluruh program/kegiatan, sedangkan evaluasi dapat dilakukan secara lebih
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
13 | P a g e
selektif. Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi merupakan alat yang
diperlukan untuk pelaporan dan pengendalian.
44. Pelaporan adalah bentuk penyampaian informasi mengenai hasil pelaksanaan
program/kegiatan yang dituangkan ke dalam formulir yang telah ditentukan
secara berkala dan sesuai dengan petunjuk pengisiannya.
45. Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan oleh
pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial. Transfer uang/barang/jasa tersebut
memiliki ketentuan berikut ini: (a) dapat langsung diberikan kepada anggota
masyarakat dan/atas lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan
untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan; (b) bersifat
sementara atau berkelanjutan; (c) ditujukan untuk mendanai kegiatan
rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial. Pembedayaan sosial,
penanggulangan kemiskinan dan bencana; (d) untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial
dalam rangka mencapai kemandirian sehingga terlepas dari resiko sosial; dan
(e) diberikan dalam bentuk bantuan langsung, penyediaan aksesibilitas,
dan/atau penguatan kelembagaan.
46. Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam
rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang
member manfaar lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan
minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintan.
47. Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan
jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan
maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan
untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.
Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja
perjalanan.
48. Belanja Pegawai pada dasarnya mencakup seluruh imbalan yang diberikan
kepada pegawai pemerintah dan anggota DPRD, seperti gaji, tunjangan, dan
kompensasi sosial.
49. Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga
yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa,
yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga
jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
14 | P a g e
BAB II
SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN TA 2012
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai Visi Tahun 2010-2014,
yaitu ”Terwujudnya Produksi Tanaman Pangan Yang Cukup dan Berkelanjutan”.
Dalam mewujudkan visi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki misi
sebagai berikut;
1. Mewujudkan birokrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang profesional
dan berintegritas,
2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan
berkelanjutan,
3. mengembangkan sistem penyediaan benih yang efisien, efektif, dan
berkelanjutan,
4. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan,
5. meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan, dan
6. mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait serta masyarakat dalam
pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan.
Sebagai implementasi visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan menetapkan tujuan, sebagai berikut;
1. meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal penerapan budidaya
tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan untuk peningkatan produksi
dalam rangka mencapai ketahanan pangan;
2. menyelenggarakan sistem penyediaan benih tanaman pangan yang efisien dan
berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, dan
tersalurnya benih tanaman pangan bersubsidi;
3. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan di lokasi penerapan
budidaya tanaman pangan yang tepat;
4. mengendalikan serangan OPT dan DPI di lokasi penerapan budidaya tanaman
pangan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman pangan;
5. menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrasi secara profesional dan
berintegritas dilingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;
6. menciptakan metoda pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu
laboratorium pengujian benih tanaman pangan;
7. menyediakan informasi dan menciptakan model peramalan OPT sebagai
rujukan dalam pengamanan produksi tanaman pangan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
15 | P a g e
2.1. Sasaran
Sasaran utama pembangunan tanaman pangan tahun 2010-2014
merupakan turunan dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu: a)
mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b)
mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai
tambah, daya saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan
petani. Keempat sasaran ini disebut dengan Empat Sukses Kementerian
Pertanian. Pencapaian keempat sasaran (target) utama diharapkan dapat
memberikan dampak kinerja yang signifikan bagi pemenuhan kebutuhan nasional dan
ketahanan pangan nasional, baik kebutuhan pangan, kebutuhan pakan, kebutuhan
energi maupun kebutuhan bahan baku untuk industri lainnya. Selain itu, dampak
kinerja pembangunan tanaman pangan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah
kemiskinan dan meningkatkan pendapatan negara.
Pencapaian Empat Sukses Kementerian Pertanian tersebut memerlukan
keterpaduan pelaksanaan program baik lingkup Kementerian Pertanian maupun lintas
Kementerian/Pemerintahan. Fungsi dari program pemerintah hanya berupa stimulan
untuk menggerakkan kekuatan ekonomi tanaman pangan secara nasional. Dalam hal
ini, pembangunan tanaman pangan dikelompokkan pada pengembangan komoditas
utama dan komoditas alternatif. Namun demikian, penetapan sasaran produksi
hanya dilakukan pada komoditi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi
jalar, dan ubi kayu. Sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan tahun 2012
dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2012
Komoditas Luas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
Padi 14.026.771 13.556.865 53,13 72.026.235
Jagung 4.874.437 4.655.430 51,55 24.000.000
Kedelai 1.312.000 1.250.000 15,20 1.900.000
Kacang Tanah 825.000 785.700 14,00 1.100.000
Kacang Hijau 342.600 325.500 11,98 390.000
Ubi Kayu 1.381.600 1.315.800 190,00 25.000.000
Ubi Jalar 207.000 196.700 117,00 2.300.000
Sumber: Renstra Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (untuk rincinya per provinsi dapat dilihat pada lampiran 3 sd 9)
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
16 | P a g e
2.2. Strategi
Pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan akan ditempuh melalui
strategi Tujuh Gema Revitalisasi Pertanian yaitu: (1) Revitalisasi Lahan; (2)
Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; (3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (4)
Revitalisasi Sumber Daya Manusia; (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (6)
Revitalisasi Kelembagaan Petani; serta (7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.
Gambar 2. Hubungan Strategi dan Empat Sukses Kementerian Pertanian
Ketujuh strategi pembangunan pertanian tersebut akan mempengaruhi
tingkat keberhasilan yang dapat dicapai. Namun demikian, harus disadari bahwa
ketujuh strategi tersebut melibatkan institusi pemerintah lainnya dan institusi non
pemerintah. Untuk mewujudkan pencapaian Empat Sukses tersebut, orientasi
peningkatan produksi menjadi alat (instrumen) utama yang diprioritaskan. Untuk itu,
sebagai jaminan tambahan bagi petani atau pelaku usaha pertanian, pemerintah
memberikan stimulan baik berupa bantuan, subsidi ataupun insentif lainnya.
Pemberian ini sebagai bagian dari meringankan biaya usaha dan sekaligus
meningkatkan pendapatan.
Secara harfiah, peningkatan produksi diharapkan dapat memacu
peningkatan pendapatan. Berkaitan dengan peningkatan produksi, Direktorat
EMPAT
SUKSES
SWASEMBADA BERKELANJUTAN DAN
SWASEMBADA
DIVERSIFIKASI
PANGAN
NILAI TAMBAH, DAYA
SAING, DAN EKSPOR
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
PETANI
TUJUH GEMA
REVITALISASI PERTANIAN
LAHAN
PERBENIHAN/PERBIBITAN
INFRASTRUKTUR DAN SARANA
SUMBER DAYA MANUSIA
PEMBIAYAAN PERTANIAN
KELEMBAGAAN PERTANIAN
TEKNOLOGI DAN INDUSTRI HILIR
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
17 | P a g e
Jenderal Tanaman Pangan menetapkan strategi pencapaian produksi tanaman
pangan melalui empat strategi atau disebut dengan Catur Strategi Pencapaian
Produksi Tanaman Pangan yaitu:
1. Peningkatan produktivitas
2. Perluasan areal dan optimasi lahan
3. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan
4. Peningkatan manajemen.
Catur strategi pencapaian produksi tanaman pangan ini merupakan
penajaman sekaligus revisi atas catur strategi yang selama ini digunakan yaitu 1)
peningkatan produktivitas, 2) perluasan areal tanam, 3) pengamanan produksi, dan 4)
penguatan kelembagaan dan pembiayaan. Hal ini dilakukan sebagai proses
penegasan dan respon atas perubahan lingkungan yang terjadi.
Proses penajaman dan revisi terhadap strategi pencapaian produksi
tanaman pangan telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan program
pembangunan tanaman pangan dan aspek keterpaduan baik disisi hulu, on-farm,
maupun hilir.
Gambar 3. Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
18 | P a g e
2.3. Kebijakan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 merupakan penjabaran
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 sebagaimana
yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan sekaligus merupakan rangkaian lanjutan
dari RKP tahun 2011.
Tema Rencana Kerja Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2012
adalah Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan
Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Tema ini merupakan
landasan dalam menyusun rancangan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran
pembangunan, yang tertuang dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Tahun 2012. Pada prinsipnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi.
Kementerian Pertanian menetapkan 23 (dua puluh tiga) arah kebijakan
pembangunan pertanian tahun 2010-2014. Dari 23 arah kebijakan tersebut, 9
(sembilan) diantaranya terkait langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, yaitu: (1) melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun
sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain: bantuan
benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT); (2)
melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat
seperti Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), (3) pemantapan
swasembada beras dan jagung melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan, (4)
pencapaian swasembada kedelai, (5) pembangunan sentra-sentra pupuk organik
berbasis kelompok tani, (6) penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan
nasional,(7) peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit
tumbuhan secara terpadu, (8) berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang
berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan
internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran
Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, serta (9) peningkatan dan penerapan manajemen
pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.3)
3)
Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
19 | P a g e
Secara operasional, kebijakan pembangunan tanaman pangan diprioritaskan
pada 1) pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung, 3) pencapaian
swasembada kedelai tahun 2014, 3) pengembangan komoditas spesifik lokasi di
Kawasan Timur (Direktif Presiden), 4) penguatan pangan nasional berbasis Koridor
MP3I, serta 5) pengembangan produksi di kawasan-kawasan khusus lainnya seperti
kawasan perbatasan dan kawasan agropolitan.
Optimalisasi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan tanaman
pangan perlu didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Dalam hal ini,
dukungan kebijakan yang berpengaruh terhadap iklim usaha atau pengembangan
agribisnis tanaman pangan harus diperhatikan antara lain:
(1) Harga
Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan apabila petani
memperoleh insentif/keuntungan yang memadai. Karena itu, pemerintah perlu
menjaga kestabilan harga dan pasar hasil tanaman pangan sepanjang tahun
melalui penetapan harga pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas
strategis seperti padi, jagung dan kedelai. Pengawasan pemerintah sangat
diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi pedagang yang dapat memainkan
harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan berkembangnya kemitraan
antara petani dengan pedagang/industri olahan/pengusaha lainnya. Dalam
pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan
stakeholder terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun
tingkat pusat.
(2) Bea Masuk
Dalam era globalisasi dewasa ini persaingan pasar antar komoditas tanaman
pangan semakin ketat. Komoditas tanaman impor sering membanjiri pasar
dalam negeri dengan harga yang lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan
pengembangan agribisnis tanaman pangan dalam negeri. Produk impor lebih
murah dari produk dalam negeri, karena pemerintah negara-negara eksportir
melindungi para petaninya secara baik dengan berbagai cara, sehingga mampu
menghasilkan kualitas yang baik serta dengan kontinuitas pasokan yang
terjamin. Oleh karena sistem atau cara perlindungan yang diberikan terhadap
petani mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil dan
sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
20 | P a g e
Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di atas, pemerintah
Indonesia melindungi petaninya melalui pemberlakuan bea masuk (tarif) impor.
Pemberlakuan tarif impor tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka
kebijakan World Trade Organization (WTO). Untuk mengatasi penyelundupan
produk-produk tanaman pangan dilakukan koordinasi dalam pengawasan pintu-
pintu masuk penyelundupan barang-barang dari luar negeri.
(3) Karantina Tumbuhan
Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis sumber daya alam hayati berupa
aneka ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang perlu dijaga dan dilindungi
kelestariannya dari berbagai hama, penyakit dan organisme pengganggu. Oleh
karena itu untuk mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan, hama
dan penyakit hewan/ikan melalui media pembawa (tumbuhan dan bagian-
bagiannya, hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewan, ikan dan/atau
benda lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di dalam negeri, perlu
pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.
Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu instrumen yang
penting untuk memperlancar arus perdagangan, baik ekspor maupun impor.
Dengan adanya peraturan karantina yang selaras dengan aturan sanitasi dan
fitosanitari (sanitary and phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat
meningkatkan kualitas produk ekspor impor yang pada gilirannya juga dapat
meningkatkan taraf hidup petani. Dengan demikian dapat dihindarkan terjadinya
tuntutan terhadap produk Indonesia di luar negeri akibat buruknya mutu.
Demikian juga derasnya arus masuk produk luar negeri yang tidak bermutu
dapat dicegah melalui pengawasan karantina.
Untuk menjaga masuknya produk-produk pertanian tanaman (termasuk benih)
yang tidak memenuhi persyaratan keamanan hama dan penyakit serta
lingkungan, maka perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas
karantina. Penjagaan dari aspek hama dan penyakit serta lingkungan tersebut
di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai dampak dalam jangka waktu
yang panjang. Oleh karena itu koordinasi dengan pihak karantina setempat
perlu dilakukan dan lebih ditingkatkan.
(4) Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya ekonomi serta industri,
berakibat terjadinya degradasi, alih fungsi, dan fragmentasi lahan pertanian
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
21 | P a g e
pangan yang mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam
menjaga ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional. Upaya
pengendalian terhadap terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non-
pertanian/non-tanaman pangan secara efektif dalam Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(PLP2B) dan Peraturan Pemerintah pendukungnya.
Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 menyatakan
bahwa Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan
dengan tujuan: a) melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara
berkelanjutan; b) menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara
berkelanjutan; c) mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;
d) melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani; e)
meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f)
meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; g) meningkatkan
penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak; h) mempertahankan
keseimbangan ekologis; dan i) mewujudkan revitalisasi pertanian. Sanksi bagi
orang, perseorangan, pejabat pemerintah yang melakukan alih fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan akan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2-5 tahun dan denda berkisar antara satu milyar rupiah sampai tujuh
milyar rupiah.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
22 | P a g e
BAB III
PROGRAM DAN KEGIATAN
LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
TA 2012
Pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
memerlukan penjelasan beberapa hal penting sebagai simpul kritis pengendalian
dalam mendorong pencapaian kinerja secara optimal. Penjelasan program dan
kegiatan harus dapat menjelaskan nilai strategis dari komponen-komponen yang
direncanakan. Beberapa aspek yang perlu diperjelas adalah 1) indikator kinerja hasil
(outcome) dan keluaran (output), 2) komponen prioritas pemberdayaan, 3) lokasi
anggaran (Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota) dan jenis dana (dana dekonsentrasi
dan/atau dana tugas pembantuan), 4) jenis belanja, 5) pola pengelolaan bansos, 6)
mekanisme pengadaan barang/jasa, 7) pengukuran indikator kinerja outcome
maupun output, serta 8) penilaian resiko atas keberhasilan program/kegiatan.
Gambar 4. Butir-Butir Penjelasan Pedoman Pelaksanaan Program/Kegiatan
BUTIR-BUTIR PENJELASAN
PEDOMAN PELAKSANAAN
PROGRAM/KEGIATAN
KOMPONEN PRIORITAS
PEMBERDAYAAN
JENIS BELANJA
LOKASI ANGGARAN
DAN JENIS DANA
INDIKATOR KINERJA
OUTCOME DAN OUTPUT
POLA PENGELOLAAN
BANSOS
MEKANISME PENGADAAN
BARANG/JASA
PENGUKURAN INDIKATOR
KINERJA
PENILAIAN RESIKO ATAS KEBERHASILAN
PROGRAM/KEGIATAN
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
23 | P a g e
3.1 Program
Dalam mewujudkan sasaran pembangunan tanaman pangan, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan menetapkan program tahun 2012 yaitu Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk
Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Indikator keberhasilan
kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan
Untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan adalah perluasan
penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat yang didukung oleh sistem
penanganan pascapanen dan penyediaan benih serta pengamanan produksi yang
efisien untuk mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan.
Untuk mewujudkan pencapaian kinerja program tersebut, maka perlu
didukung pencapaian kinerja kegiatan dari masing-masing unit eselon II yaitu:
1. Direktorat Budidaya Serealia: Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia.
2. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi: Pengelolaan Produksi
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
3. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan: Pengelolaan Sistem Penyediaan
Benih Tanaman Pangan.
4. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan: Penanganan Pascapanen
Tanaman Pangan.
5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan: Penguatan Perlindungan Tanaman
Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan
Dampak Perubahan Iklim (DPI).
6. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan: Dukungan Manajemen dan
Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
7. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BBPPMBTPH): Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih
dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih.
8. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT):
Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
24 | P a g e
Tabel 2. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
Kode Program dan Kegiatan
018.03.06 Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman
Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan
1761 Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
1762 Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
1763 Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
1764 Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI
1765 Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan
1766 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan
1767 Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem
Mutu Laboratorium Pengujian Benih
1768 Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Untuk mewujudkan kinerja program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
tahun 2012, komponen prioritas yang terus ditumbuhkembangkan adalah:
1) mengoptimalkan bantuan kepada petani, penangkar benih, pelaku usaha
pascapanen, dan lembaga yang mengakar di masyarakat,
2) memperkuat brigade produksi (brigade proteksi) dan petugas di lapangan,
3) memperkuat fungsi unit pelaksana teknis daerah (BBI, BPSBTPH, dan BPTPH),
4) memperkuat cadangan bantuan saprodi dalam mengatasi dampak bencana
yang timbul.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
25 | P a g e
Tabel 3. Komponen Prioritas Pemberdayaan dan Penguatan
Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
No. Kegiatan Komponen Prioritas
Pemberdayaan/Penguatan
1.
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
- SLPTT hanya dengan bantuan benih dan LL
- SLPTT Model Spesifik Lokasi
- SLPTT Model Peningkatan IP
- Optimalisasi Pengembangan Areal Tanam (Jagung)
- Fasilitasi Kemitraan Pengembangan Pangan Alternatif
2. Pengelolaan Produksi Tanaman Akabi
- SLPTT Kedelai
- Pengembangan Kedelai Model
- Pengembangan Kacang Tanah
- Pengembangan Ubi Kayu
- Pengembangan Ubi Jalar
3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
- Pemberian BLBU
- Penguatan UPTD BPSBTPH
- Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT)
- Penguatan Balai Benih
- Pemberdayaan Penangkar
- Penguatan UPB
4. Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan
- Bantuan Sarana Pasca Panen
- Survei Susut Hasil Padi
5. Penguatan Perlindungan TP Dari Gangguan OPT & DPI
- Penguatan P3OPT
- Gerakan Pengendalian OPT/bantuan pestisida
- Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT)
- Sekolah Lapangan Iklim (SLI)
- Pemberdayaan PPAH
- Penguatan Lab Pengamatan Hama Terpadu (LPHP)
- Pemberdayaan THL POPT-PHP
6. Pengembangan Peramalan Serangan OPT
- Pengembangan Peramalan Serangan OPT
7. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih Dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih
- Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih
8 Dukungan Manajemen & Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan
- Pemberian Modal Usaha Kepada LM3
- Penyediaan Cadangan Saprodi Dalam Mengatasi Bencana Alam
- Pemberian Insentif Mantritani
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
26 | P a g e
Salah satu instrumen utama yang menjadi model (benchmark)
pemberdayaan sebagai gambaran pokok atas keberhasilan program Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan adalah Sekolah Lapangan meliputi Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu (SLPHT) dan Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Ketiga sekolah lapangan ini
akan didukung oleh berbagai kegiatan pendukung lain. Sekolah lapangan ini
difokuskan pada komoditas padi, jagung dan kedelai. Untuk komoditas lain dilakukan
melalui pola pengembangan dengan luasan tertentu (dem area). Untuk mendukung
pencapaian sasaran produksi komoditas tanaman pangan, sasaran luas tanam
SLPTT atau lokasi pengembangan (dem area) yang dibiayai melalui APBN TA 2012
terlihat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Melalui SLPTT dan Lokasi Pengembangan Melalui APBN TA 2012
Komoditas Luas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
Padi Non Hibrida 2.700.000 2.565..000 64,00 16.416.000
Padi Hibrida 300.000 285.000 77,00 2.195.000
Padi Lahan Kering 500.000 475.000 37,50 1.781.250
Jagung 200.000 190.000 65,00 1.235.000
Kedelai 350.000 332.500 16,00 542.690
Kacang Tanah 150.000 142.500 17,51 268.010
Kacang Hijau 20.000 19.000 13,00 25.260
Ubi Kayu 6.560 6.230 250,00 164.680
Ubi Jalar 10.350 9.830 130,00 139.880
Alokasi anggaran untuk mendukung pencapaian program Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan TA 2012 terdiri dari:
1) Dana pusat sebesar Rp. 1.104.899.536.000,-. Alokasi dana pusat dikelola unit
kerja Pusat yaitu 8 unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
(anggaran BPMPT tergabung dalam anggaran Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan).
2) Dana dekonsentrasi sebesar Rp. 512.347.000.000,- Alokasi dana
dekonsentrasi dikelola oleh unit kerja Dinas Provinsi yang menangani
tanaman pangan dan UPTD Provinsi (BBI, BPSBTPH, dan BPTPH).
3) Dana tugas pembantuan sebesar Rp. 1.498.245.455,- Alokasi dana tugas
pembantuan dikelola oleh unit kerja Dinas Kabupaten/Kota yang menangani
tanaman pangan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
27 | P a g e
Tabel 5. Lokasi Anggaran dan Jenis Dana Per Provinsi Untuk Mendukung Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012
UNIT KERJA KAB/KOTA
A. PUSAT 1.104.899.536
1. DITJEN TP-PUSAT - - - - - 1.084.746.536
2. BBPPMBTPH - - - - - - 7.300.000
3. BBPOPT - - - - - - 9.353.000
4. BPMPT - - - - - - 3.500.000
B PROVINSI & KAB/KOTA 267.093.500 31.846.500 61.400.000 152.007.000 512.347.000 1.498.245.455 2.010.592.455
1. ACEH 18.498.700 550.000 2.131.000 6.480.000 27.659.700 54.799.820 82.459.520
2. SUMUT 9.056.500 2.400.000 2.320.000 8.473.000 22.249.500 47.125.100 69.374.600
3. SUMBAR 8.297.500 600.000 2.176.000 5.642.000 16.715.500 28.260.830 44.976.330
4. RIAU 7.448.900 250.000 1.330.000 2.814.500 11.843.400 16.208.160 28.051.560
5. JAMBI 6.155.100 1.895.000 1.804.000 3.184.000 13.038.100 21.549.320 34.587.420
6. SUMSEL 13.114.100 700.000 2.428.000 4.926.500 21.168.600 46.017.140 67.185.740
7. BENGKULU 4.805.100 385.000 1.492.000 2.494.500 9.176.600 14.626.310 23.802.910
8. LAMPUNG 11.633.700 600.000 1.840.000 5.487.500 19.561.200 46.801.420 66.362.620
9. DKI 432.600 - 474.000 910.500 1.817.100 - 1.817.100
10. JABAR 16.465.100 4.250.000 4.030.000 12.242.000 36.987.100 163.405.020 200.392.120
11. JATENG 18.478.900 3.800.000 4.030.000 12.562.000 38.870.900 207.618.725 246.489.625
12. DI YOGYAKARTA 9.670.900 698.500 1.916.000 2.738.500 15.023.900 34.412.580 49.436.480
13. JATIM 14.901.100 3.600.000 4.610.000 14.039.000 37.150.100 348.478.060 385.628.160
14. KALBAR 12.156.400 500.000 1.907.000 4.055.000 18.618.400 28.642.020 47.260.420
15. KALTENG 6.061.900 500.000 1.567.000 3.246.000 11.374.900 15.709.740 27.084.640
16. KALSEL 9.934.500 1.750.000 2.067.000 5.090.000 18.841.500 34.604.350 53.445.850
17. KALTIM 6.327.000 250.000 1.395.000 3.113.500 11.085.500 12.377.210 23.462.710
18. SULUT 5.138.100 400.000 2.067.000 3.581.500 11.186.600 21.365.800 32.552.400
19. SULTENG 6.609.200 400.000 1.591.000 4.678.500 13.278.700 21.414.480 34.693.180
20. SULSEL 16.447.800 2.450.000 3.465.000 8.314.000 30.676.800 92.201.500 122.878.300
21. SULTRA 4.926.800 300.000 1.410.000 3.847.000 10.483.800 18.114.880 28.598.680
22. BALI 5.178.300 750.000 2.007.000 3.114.000 11.049.300 13.238.800 24.288.100
23. NTB 11.303.400 2.300.000 2.546.000 4.439.000 20.588.400 47.403.820 67.992.220
24. NTT 15.142.500 500.000 1.713.000 4.187.500 21.543.000 28.990.940 50.533.940
25. MALUKU 1.759.400 350.000 1.404.000 3.218.000 6.731.400 5.449.000 12.180.400
26. PAPUA 2.221.600 339.000 1.304.000 3.152.000 7.016.600 7.969.260 14.985.860
27. MALUT 1.676.600 230.000 1.278.000 2.566.000 5.750.600 4.250.750 10.001.350
28. BANTEN 10.582.800 250.000 1.558.000 3.797.500 16.188.300 76.582.810 92.771.110
29. BABEL 1.019.700 100.000 600.000 1.544.000 3.263.700 1.587.200 4.850.900
30. GORONTALO 4.516.000 350.000 1.398.000 2.825.000 9.089.000 14.731.300 23.820.300
31. KEPRI 803.600 - - - 803.600 - 803.600
32. PAPUA BARAT 1.957.500 299.000 721.000 2.644.000 5.621.500 8.161.630 13.783.130
33. SULBAR 4.372.200 100.000 821.000 2.600.500 7.893.700 16.147.480 24.041.180
TOTAL 3.115.491.991
UNIT KERJA PROVINSI (DANA DEKONSENTRASI)
(DANA TUGAS
PEMBANTUAN) SUB TOTAL BPTPH
TOTAL BPSBTPH BBI DINAS
LOKASI NO.
ALOKASI ANGGARAN PER UNIT KERJA (Rp. 000)
Dalam meningkatkan pelaksanaan program dan kegiatan lingkup Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan TA 2012, alokasi anggaran untuk belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial. Bila dilakukan
perbandingan masing-masing jenis belanja terhadap total anggaran maka proporsi
terbesar dialokasikan untuk belanja bantuan sosial sebesar 78,21%, kemudian diikuti
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
28 | P a g e
belanja barang 18,88%, belanja pegawai 1,73% dan belanja modal 1,18%.
Pengalokasian anggaran tersebut dapat di lihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Anggaran Menurut Jenis Belanja Per Program/Kegiatan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
Kode Program dan Kegiatan
Jenis Belanja (Rp. 000)
Total
(Rp. 000)
Belanja
Pegawai
Belanja
Barang
Belanja
Modal
Belanja
Bantuan
Sosial
018.03.06
Program Peningkatan
Produksi, Produktivitas,
dan Mutu Tanaman
Pangan Untuk Mencapai
Swasembada dan
Swasembada
Berkelanjutan
53.800.919 588.187.829 36.668.775 2.436.834.468 3.115.491.991
1761
Pengelolaan Produksi
Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi
0 20.441.510 889.000 154.418.520 175.749.030
1762 Pengelolaan Produksi
Tanaman Serealia 0 96.516.150 430.500 847.342.350 944.289.000
1763
Pengelolaan Sistem
Penyediaan Benih Tanaman
Pangan
0 151.534.052 9.016.950 1.292.699.998 1.453.251.000
1764
Penguatan Perlindungan
Tanaman Pangan dari
Gangguan OPT dan DPI
0 178.235.085 6.002.315 1.962.600 186.200.000
1765 Penanganan Pasca Panen
Tanaman Pangan 0 22.894.000 231.000 67.411.000 90.536.000
1766
Dukungan Manajemen dan
Teknis Lainnya pada Ditjen
Tanaman Pangan
46.507.092 109.871.219 19.435.650 73.000.000 248.813.961
1767
Pengembangan Metode
Pengujian Mutu Benih dan
Penerapan Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian
Benih
3.164.532 3.628.568 506.900 0 7.300.000
1768
Pengembangan Peramalan
Serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan
4.129.285 5.067.246 156.460 0 9.353.000
Rupiah Murni 53.800.919 588.062.869 36.496.735 2.436.834.468 3.115.194.991
Pinjaman Luar Negeri 0 0 0 0 0
Rupiah Murni Pendamping 0 0 0 0 0
PNBP 0 124.960 172.040 0 297.000
Pinjaman Dalam Negeri 0 0 0 0 0
Badan Layanan Umum 0 0 0 0 0
Stimulus 0 0 0 0 0
Hibah Dalam Negeri 0 0 0 0 0
Hibah Luar Negeri 0 0 0 0 0
Hibah Langsung Dalam Negeri 0 0 0 0 0
Sumber : RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA 2012
Dari keempat jenis belanja diatas, belanja yang merupakan fasilitasi
langsung kepada masyarakat adalah belanja bantuan sosial. Berkaitan dengan
belanja bantuan sosial dapat dijelaskan bahwa penetapan alokasi anggaran untuk
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
29 | P a g e
belanja bantuan sosial dikategorikan karena alasan pemberdayaan sosial dan
penanganan bencana. Memperhatikan pengelolaan belanja bantuan sosial, maka
penempatan alokasi DIPA disesuaikan dengan karakteristik jenis bantuan sosial yang
diberikan. Pola pelaksanaan bantuan sosial dimaksud dilakukan melalui transfer
uang dan/atau transfer barang. Hal ini sangat tergantung dengan ketepatan dan
keefektifan dalam penyaluran dan pelaksanaan kegiatan. Hal ini dapat dilihat secara
rinci pada tabel 7.
Mekanisme pengadaan barang/jasa melalui transfer barang seperti yang
terlihat pada tabel 6 mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dimana salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur pengadaan
barang/jasa pemerintah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
termasuk perubahannya.4) Sedangkan pengadaan barang/jasa melalui transfer uang
akan diatur secara rinci melalui pedoman teknis masing-masing. Namun demikian,
persyaratan administrasi pengadaan barang/jasa melalui transfer uang adalah
membuat kontrak berdasarkan Rencana Usaha Kegiatan (RUK) antara penerima dan
unit kerja pengelola langsung. Apabila ada hal-hal yang berubah dari RUK awal
maka dapat dilakukan penyesuaian kontrak dengan melampirkan Berita Acara dan
memperoleh persetujuan unit kerja pengelola (satker yang menangani bantuan
tersebut).
Untuk memastikan keberhasilan program Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, pengukuran kinerja dilakukan dengan mengukur indikator outcome dan
indikator output. Secara umum, pengukuran indikator kinerja output dilakukan
dengan membandingkan capaian fisik dan keuangan terhadap sasaran dan alokasi
anggaran yang ditetapkan. Pemantauan hasil keseluruhan atas indikator output dan
outcome dilakukan melalui pengumpulan informasi dari dinas kabupaten/kota. Namun
demikian, evaluasi pengukuran indikator kinerja outcome yang dititikberatkan pada
keberhasilan peningkatan produktivitas SLPTT. Metodologi pengukuran kinerja
SLPTT dilakukan melalui ubinan (metodologi yang lebih akurat), sebagai berikut:
1. Ubinan SLPTT Padi 14.136 unit 371 Kab/Kota
2. Ubinan SLPTT Jagung Hibrida 1.919 unit 242 Kab/Kota
3. Ubinan SLPTT Kedelai 3.500 unit 175 Kab/Kota
4)
Pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilakukan dengan pola lain sepanjang diterbitkan
aturan yang setara dengan peraturan yang mengatur pengadaan barang/jasa yang berlaku. Dalam administrasi, hal ini disebut dengan lex specialist.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
30 | P a g e
Tabel 7. Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
No. Jenis Output
Lokasi DIPA Komponen Belanja Bantuan Sosial Pola Pelaksanaan
Pusat Provinsi Kab/Kota Pemberdayaan
Sosial
Perlindungan
Sosial
Penanggulangan
Bencana
Penanganan
Kemiskinan
Transfer
Uang
Transfer
Barang
1. SLPTT Padi V V V
2. SLPTT Jagung V V V
3. Optimalisasi Pengembangan Areal
Jagung Hibrida V V V
4. SLPTT Kedelai V V V
5. Pengembangan Kedelai Model V V V
6. Pengembangan Ubi Kayu/Ubi
Jalar/Kacang Tanah V V V
7. BLBU PJK Wilayah Jawa V * V V *
8. BLBU PJK Wilayah Luar Jawa V V V
9. Pemberdayaan Penangkar PJK V V V
10. Bantuan Pasca Panen V V V
11. Sarana Pengendali OPT (BPTPH) V V V
12. Bantuan Bencana Alam V V V
13. Bantuan Modal untuk LM3 V V V
Keterangan:
* : sedang dalam proses penegasan
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
31 | P a g e
3.2. Penilaian Risiko atas Keberhasilan Program
Secara umum, penilaian risiko merupakan proses identifikasi dan sekaligus proses
antisipasi atas faktor-faktor yang dapat menganggu keberhasilan pencapaian program.
Penilaian risiko atas keberhasilan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu
Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan meliputi
a) penilaian risiko pada saat perencanaan, b) penilaian risiko pada saat pelaksanaan
rencana, serta c) penilaian risiko pada saat pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.
Secara umum, penilaian risiko yang perlu diperhatikan adalah:
1) penetapan model stimulan pembangunan,
2) ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki,
3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja (program dan anggaran),
4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman
teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi
(CPCL) dan pola pengelolaan,
5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelolaan
kesatkeran,
6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi,
7) ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah
ditetapkan,
8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan.
Penilaian risiko ini bersifat umum dan hanya berupa simpul-simpul utama. Titik risiko ini
akan dirinci pada masing-masing pengelola kegiatan sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
32 | P a g e
Tabel 8. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
No. Aspek Titik Risiko
I Penyusunan Rencana - Penetapan model stimulan pembangunan
- Ketepatan alokasi anggaran terhadap
dukungan teknis yang dimiliki
- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan
anggaran
II. Pelaksanaan Rencana - Ketepatan penyelesaian dokumen
pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman
teknis terutama yang berkaitan dengan
kriteria calon penerima calon lokasi
(CPCL) dan pola pengelolaan
- Ketepatan penyelesaian surat keputusan
berkaitan dengan pengelola kesatkeran
- Ketepatan pembentukan tim pembina,
pengawalan, monitoring dan evaluasi
- Ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai
dengan jadwal kerja yang sudah
ditetapkan
III. Pengendalian, Evaluasi dan
Pelaporan Rencana
- Kekonsistenan dalam pengendalian
- Kekonsistenan dalam mengevaluasi
- Kekonsistenan dalamn melaporkan
3.3. Kegiatan
Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terdiri dari delapan (8) jenis
kegiatan, dimana 1 unit kerja Eselon II memiliki 1 kegiatan. Pada tahun anggaran 2012,
kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk
Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan didukung anggaran melalui
APBN dengan fokus-fokus tertentu sebagai berikut:
3.3.1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia merupakan kegiatan Direktorat
Budidaya Serealia. Indikator output kinerja kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman
Serealia adalah tercapainya luas areal penerapan budidaya serealia yang tepat dan
berkelanjutan. Operasional peningkatan produksi dan produktivitas di lapangan dilakukan
melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) khususnya untuk padi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
33 | P a g e
(non hibrida, hibrida dan lahan kering), dan jagung (hibrida). Penerapan teknologi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan instrumen perangsang (stimulus) bagi
daerah sekitarnya. Jenis SLPTT yang dikembangkan adalah 1) SLPTT Reguler dimana
bantuan yang diberikan hanya berupa benih, kecuali 1 Ha Laboratorium Lapangan
diberikan bantuan full paket, 2) SLPTT Spesifik Lokasi dimana bantuan yang diberikan
berupa bantuan full paket (benih, pupuk, dan alsintan), 3) SLPTT Indeks Pertanaman
dimana bantuan yang diberikan berupa bantuan full paket (benih, pupuk, dan alsintan).
Kriteria penerima SLPTT ini difokuskan kepada petani/kelompoktani yang memiliki
produktivitas yang lebih rendah dari produktivitas kabupaten. Penerapan pola ini
diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan, yang berfungsi sebagai pusat belajar
pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus sebagai tempat tukar
menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok, serta
sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.
Dalam setiap 25 ha areal SLPTT padi non hibrida, 25 ha areal SLPTT padi non
hibrida spesifik lokasi, 25 ha areal SLPTT padi non hibrida peningkatan IP, 10 ha areal
SLPTT padi hibrida, 10 ha areal SLPTT padi hibrida spesifik lokasi, 25 ha areal SLPTT
padi lahan kering, dan 15 ha areal SLPTT jagung hibrida. Masing-masing ditempatkan 1
unit laboratorium lapangan (LL) dengan luasan 1 Ha. Rincian bantuan biaya LL-SLPTT dan
biaya yang diperlukan untuk SLPTT Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi Peningkatan
Produktivitas dan Peningkatan IP seperti tabel di bawah ini.
No. SLPTT Luasan/1 Unit SLPTT
(Ha)
1. Padi
- Sawah Non Hibrida 25
- Sawah Hibrida 10
- Lahan Kering 25
2. Jagung 15
Untuk mendukung pelaksanaan SLPTT padi dan jagung, maka disusun standar
biaya untuk masing-masing SLPTT. Standar biaya pada SLPTT yang sifatnya reguler
sebesar Rp. 3.700.000,-/Ha, SLPTT model padi non hibrida diberikan sebesar Rp.
64.850.000,-/Ha, dan SLPTT padi hibrida sebesar Rp. 44.600.000,-/Ha. Biaya untuk
SLPTT ini belum termasuk bantuan benih.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
34 | P a g e
Tabel 9. Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT Padi dan SLPTT Jagung TA. 2012
SL-PTT Jenis Fasilitas Satuan/Ha Harga
Satuan (Rp)
Jumlah
(Rp/unit SL)
A. SLPTT Reguler 3.700.000
- Jenis komoditas: Padi Non Hibrida, Padi Hibrida, Padi Lahan Kering, Jagung Hibrida.
- Terdapat 1 LL dalam 1 unit SLPTT (1 LL = 1 Ha) yang diberikan bantuan full paket (benih dan pupuk)
- Sisa lahan dalam 1 LL hanya diberikan bantuan benih
- Urea - NPK - Pupuk Organik - Biaya pertemuan - Insentif pengawalan
oleh pendamping - Papan nama
100 kg 300 kg
1.000 kg 10 kali 10 kali
1 buah
1.600 2.300
500 170.000 50.000
150.000
160.000 690.000 500.000
1.700.000 500.000
150.000
B. SLPTT Model Padi Non Hibrida
64.850.000
- Model terdiri dari SLPTT Spesifik Lokasi dan SLPTT Peningkatan IP
- Bantuan SLPTT Model meliputi benih, pupuk dan fasilitasi gerakan tanam serempak
- 1 unit SLPTT Model sama dengan 25 Ha
- Urea - NPK - Pupuk Organik - Fasilitasi Gerakan
Tanam Serempak - Biaya operasional
gerakan tanam serempak
- Biaya pertemuan - Insentif pengawalan
oleh pendamping - Papan nama
100 kg 300 kg
1.000 kg 1 unit
1 paket
10 kali 10 kali
1 buah
1.600 2.300
500 25.000.000
3.750.000
170.000 50.000
150.000
160.000 690.000 500.000
25.000.000
3.750.000
1.700.000 500.000
150.000
C. SLPTT Model Padi Hibrida
44.600.000
- Model Spesifik Lokasi - Bantuan SLPTT
Model meliputi benih, pupuk dan fasilitasi gerakan tanam serempak
- 1 unit SLPTT Model sama dengan 10 Ha
- Urea - NPK - Pupuk Organik - Fasilitasi Gerakan
Tanam Serempak - Biaya operasional
gerakan tanam serempak
- Biaya pertemuan - Insentif pengawalan
oleh pendamping - Papan nama
100 kg 300 kg
1.000 kg 1 unit
1 paket
10 kali 10 kali
1 buah
1.600 2.300
500 25.000.000
3.750.000
170.000 50.000
150.000
160.000 690.000 500.000
25.000.000
3.750.000
1.700.000 500.000
150.000
Penggunaan dana tersebut selain untuk pengadaan saprodi, biaya pertemuan
kelompok tani, insentif bagi pendamping dan pembuatan papan nama juga untuk
pengadaan alsintan (sesuai kebutuhan kelompok tani) dan biaya operator.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
35 | P a g e
Sasaran tanam yang akan dicapai dari kegiatan SL-PTT TA 2012 adalah: padi non
hibrida seluas 2.651.700 ha, padi non hibrida spesifik lokasi seluas 33.550 ha, padi non
hibrida peningkatan IP seluas 14.750 ha, padi hibrida seluas 290.700 ha, padi hibrida
spesifik lokasi 9.300 ha, lahan kering seluas 500.000 ha, dan jagung hibrida seluas
200.000 ha.
Selain itu, pada kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia dilaksanakan
juga fasilitasi kemitraan pangan alternatif dan upaya pembinaan, pengawalan, monitoring
dan evaluasi serealia. Tabel berikut ini menggambarkan alokasi kegiatan pengelolaan
produksi tanaman serealia.
Tabel 10. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia TA 2012
Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012
Dalam upaya pengelolaan produksi tanaman serealia titik risiko kegiatan adalah:
(1) penetapan dan penerapan komponen teknologi SL-PTT, seperti pengolahan tanah,
pemilihan benih, pengaturan tanam, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT hingga
panen; (2) ketepatan alokasi anggaran; (3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan
No. Kegiatan Sasaran Lokasi
1. SLPTT
a. Padi Non Hibrida 2.651.700 Ha 31 Provinsi; 362Kab/Kota
b. Padi Non Hibrida
Spesifik Lokasi
33.550 Ha 26 Provinsi; 60 Kab/Kota
c. Padi Non Hibrida
Peningkatan IP
14.750 Ha 17 Provinsi; 30 Kab/Kota
d. Padi Hibrida 290.700 Ha 22 Provinsi; 199 Kab/Kota
e. Padi Hibrida Spesifik
Lokasi
9.300 Ha 13 Provinsi; 148
Kab/Kota
f. Padi Lahan Kering 500.000 Ha 30 Provinsi; 260Kab/Kota
g. Jagung Hibrida 200.000 Ha 25 Provinsi; 242 Kab/Kota
2. Fasilitasi Kemitraan
Pangan Alternatif
10 Paket 10 Provinsi
3. Pembinaan,
Pengawalan,
Monitoring, dan
Evaluasi Serealia
403 Satker Pusat,
31 Provinsi;
371 Kab/Kota
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
36 | P a g e
anggaran, (4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman
teknis berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL); (5) ketepatan
penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran; (6) ketepatan
pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi; (7) ketepatan jadwal
waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (8)
kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan
kegiatan.
Kesalahan dalam penetapan dan penerapan komponen teknologi akan
berdampak pada: (a) menurunnya kuantitas dan kualitas produksi tanaman serealia; (b)
tidak efisiennya biaya usahatani yang digunakan; (c) mengganggu lingkungan tumbuhnya
pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut perlu
mendapat perhatian dan apabila tidak berjalan sesuai yang diharapkan maka akan
berdampak pada pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia yang pada
akhirnya berujung pada tidak tercapainya output yang diharapkan.
Tabel 11. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi
Tanaman Serealian Tahun 2012
No. Uraian Titik Risiko
1. SLPTT Padi - Ketepatan dalam menetapkan CPCL
2. SLPTT Jagung - Ketepatan pemanfaatan anggaran
- Ketepatan pengolahan tanah
- Ketepatan dalam pemilihan teknologi
- Ketepatan pemberian sosial
- Faktor alam (tingkat intensitas cuaca)
- Ketepatan dalam mengevaluasi dan melaporkan
3.3.2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi merupakan
kegiatan Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. Indikator output kinerja kegiatan
Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi adalah tercapainya luas areal
penerapan budidaya tanaman aneka kacang dan umbi yang tepat dan berkelanjutan.
Dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas kedelai, maka dilakukan
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) serta pengembangan kedelai
model.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
37 | P a g e
Dalam 10 ha areal SLPTT kedelai ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL)
dengan luasan 1 Ha. Sedangkan pada pengembangan kedelai model dengan luasan 1
Ha. Laboratorium Lapangan memperoleh bantuan Benih dan Pupuk (NPK, Urea dan
Organik) serta melakukan pertemuan petani pelaksana SL. Selain itu pada areal SL-PTT
dialokasikan anggaran untuk ubinan setiap luasan 100 ha mendapat 1 (satu) unit sampling
ubinan. Sementara itu areal SL Non Laboratorium Lapangan hanya mendapat bantuan
benih VUB. Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan
pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT,
PBT dan Mantri Tani.
Tabel 12. Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT dan Pengembangan Kedelai
No. Uraian Volume Harga/Satuan Jumlah
(Rp) (Rp)
A. SLPTT Kedelai 3.930.000
- Urea 100 Kg 1.600 160.000
- NPK 100 Kg 2.300 230.000
- Kapur Pertanian 500 Kg 1.000 500.000
- Pupuk Hayati 1 Paket 250.000 250.000
- Pupuk Organik 500 Kg 500 250.000
- Pestisida/Herbisida 2 Ltr 250.000 500.000
- Papan nama 1 Paket 150.000 150.000
- Pendampingan Penyuluh 1 Paket 500.000 500.000
- Pertemuan Kelompok Tani 1 Klp 1.390.000 1.390.000
B. Pengembangan Kedelai 3.280.000
- Urea 100 Kg 1.600 160.000
- NPK 100 Kg 2.300 230.000
- Kapur Pertanian 500 Kg 1.000 500.000
- Pupuk Hayati (RYZOBIUM)
1 Paket 250.000 250.000
- Pupuk Organik 1.000 Kg 500 500.000
- Pestisida 2 Ltr 250.000 500.000
- Herbisida 5 Ltr 80.000 400.000
- Pendampingan Penyuluh 1 Paket 200.000 200.000
- Benih 40 Kg 13.500 540.000
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
38 | P a g e
Sasaran tanam yang akan dicapai dari kegiatan SL-PTT kedelai TA 2012 seluas
350.000 Ha, pengembangan kedelai model seluas 2.094 Ha, pengembangan kacang tanah
seluas 100 ha, pengembangan ubi kayu seluas 300 ha, dan pengembangan ubi jalar
seluas 850 ha. Untuk memastikan kinerja kegiatan SL-PTT Kedelai maka akan dilakukan
uji ubinan secara baik dan tepat seluas 3.500 Ha. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi
Aneka Kacang dan Umbi sebagaimana tabel berikut.
Tabel 13. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
TA 2012
No. Kegiatan Sasaran Lokasi
1. SL-PTT Kedelai 350.000 Ha 28 Provinsi; 175 Kab/Kota
2. Pengembangan Kedelai (Model) 2.094 Ha 11 Provinsi; 29 Kab/Kota
3. Pengembangan Kacang Tanah 100 Ha 1 Provinsi; 2 Kab/Kota
4. Pengembangan Ubi Kayu 300 Ha 1 Provinsi; 4 Kab/Kota
5. Pengembangan Ubi Jalar 850 Ha 2 Provinsi; 9 Kab/Kota
6. Koordinasi Non Kedelai 54 Paket 24 Provinsi
7. Pembinaan, Pengawalan,
Monitoring, dan Evaluasi
209 Satker Pusat,
28 Provinsi;
180 Kab/Kota
8. Ubinan SL-PTT Kedelai 3.500 Ha 28 Provinsi; 175 Kab/Kota
Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012
Dalam upaya pengelolaan produksi tanaman aneka kacang dan umbi titik risiko
kegiatan adalah: (1) ketepatan terhadap penetapan dan penerapan komponen teknologi
SL-PTT, seperti pengolahan tanah, pemilihan benih, pengaturan tanam, pengairan,
pemupukan, pengendalian OPT hingga panen; (2) ketepatan pengalokasian anggaran
dengan realiasi tanam; (3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran, (4)
ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis
berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL); (5) ketepatan penyelesaian
surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran; (6) ketepatan pembentukan tim
pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi; (7) ketepatan jadwal waktu proses
penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (8)
kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan
kegiatan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
39 | P a g e
Tabel 14. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012
No. Uraian Titik Risiko
I SL-PTT Kedelai - Ketepatan penyelesaian dokumen pelaksanaan, pedoman teknis, dan
petunjuk teknis
- Ketepatan penetapan calon penerima calon lokasi (CPCL)
- Ketepatan Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan
- Ketepatan waktu ketersediaan benih
- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta
- Gangguan OPT dan DPI
- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara
padi – jagung)
- Ketersediaan akses informasi
- Ketersediaan pasar / kemitraan
II. Pengembangan Kedelai - Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman
teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria
calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan
- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola
kesatkeran
- Ketersediaan benih tepat waktu
- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta
- Gangguan OPT dan DPI
- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara
padi – jagung)
- Ketersediaan akses informasi dan modal
- Ketersediaan pasar / kemitraan
III Pengembangan Kacang
Tanah
- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman
teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria
calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan
- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola
kesatkeran
- Ketersediaan benih tepat waktu
- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta
- Gangguan OPT dan DPI
- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara
padi – jagung)
- Ketersediaan akses informasi dan modal
- Ketersediaan pasar / kemitraan
IV Pengembangan Ubi Kayu
dan Ubi Jalar
- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman
teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria
calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan
- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola
kesatkeran
- Ketersediaan benih tepat waktu
- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta
- Gangguan OPT dan DPI
- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara
padi – jagung)
- Ketersediaan akses informasi dan modal
- Ketersediaan pasar
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
40 | P a g e
3.3.3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Kegiatan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan merupakan kegiatan
Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan. Indikator output kinerja Kegiatan Pengelolaan
Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan adalah (1) lembaga perbenihan tanaman
pangan yang dibina di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, (2)
tersalurkannya bantuan langsung benih unggul (BLBU) untuk kawasan SL-PTT dan non
SL-PTT, (3) tersedia dan tersalurkannya Cadangan Benih Nasional (CBN) untuk
penanganan bencana alam dan pengembangan komoditas, serta (4) pengawalan dan
monitoring BLBU.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman
pangan yaitu melalui penggunaan benih varietas unggul bermutu bagi petani,
mempermudah akses petani terhadap benih varietas unggul bermutu, serta penggunaan
sarana produksi yang dilakukan melalui kegiatan: operasional operasional UPTD Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPSBTPH);
operasional Balai Benih Induk (BBI); pemberdayaan penangkar; pembangunan dan
optimalisasi UPB; pembinaan, pengawalan, dan monitoring evaluasi pembangunan
penangkaran benih;pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU); pembinaan,
pengawalan, monitoring evaluasi BLBU, subsidi, dan Cadangan Benih Nasional (CBN);
serta pemberian insentif petugas pengawas benih tanaman (PBT).
Pada TA 2012, bantuan langsung benih unggul dialokasikan pada DIPA
Kementerian Pertanian dengan rincian sebagai berikut: bantuan benih padi non hibrida,
padi lahan kering, padi hibrida, jagung hibrida, dan kedelai diperuntukkan bagi kegiatan
SLPTT dan non SLPTT. Selain itu, dialokasikan untuk mendukung pengembangan kacang
tanah, ubi kayu dan ubi jalar (Direktif Presiden).
Sasaran pengembangan perbenihan tahun 2012 adalah tercapainya penggunaan
benih bermutu varietas unggul dan bersertifikat sebagai berikut:
a. Padi 67,00 persen,
b. Jagung 72,31 persen,
c. Kedelai 67,90 persen,
Selain itu, pengembangan perbenihan diharapkan dapat memperbaiki sistem produksi
benih aneka kacang dan umbi (kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar).
Penguatan kelembagaan perbenihan baik tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten dimaksudkan untuk memperlancar penyediaan benih varietas unggul bermutu
komoditas tanaman pangan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain berupa: (1)
pelaksanaan penyaluran BLBU padi, jagung, dan kedelai sebanyak 101,50 ribu ton benih
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
41 | P a g e
untuk luas tanam 4,05 juta Ha; (2) pelaksanaan operasional di 32 Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTDBPSBTPH) di provinsi;(3)
pelaksanaan operasional 31 Balai Besar Induk (BBI) di provinsi;(4) pelaksanaan
pemberdayaan penangkar padi seluas 10.000 Ha, penangkar jagung seluas 700 ha, dan
penangkar kedelai seluas 2.500 ha; (5) pelaksanaan pembangunan 4 (empat) UPB dan
optimalisasi 8 (delapan) UPB di provinsi; (6) pelaksanaan deregulasi perbenihan; (7)
pembinaan, monitoring evaluasi pembangunan penangkaran benih di 27 provinsi dan 230
kabupaten/kota; (8) pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi BLBU, subsidi, dan CBN
di 32 provinsi dan 373 kabupaten/kota; serta (9) dibayarnya insentif 817 orang Petugas
Pengawas Benih Tanaman (PBT) di 31 provinsi. Hal ini merupakan keluaran dari kegiatan
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan.
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) diberikan dalam rangka mendukung
peningkatan produksi dan produktivitas terutama di lokasi SL-PTT, meringankan beban
petani serta meningkatkan kesadaran penggunaan benih varietas unggul bermutu,
sehingga dapat meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas. Rencana alokasi
BLBU tahun anggaran 2012 difokuskan pada lokasi-lokasi yang melaksanakan Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Komoditas yang difasilitasi adalah padi,
jagung, dan kedelai. Pengalokasian pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman
pangan TA 2012 dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Selain bantuan langsung benih unggul, pemerintah terus mengupayakan
pemberian subsidi harga benih dan cadangan benih nasional. Subsidi harga benih
dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga benih di pasar bebas, meringankan beban
petani serta meningkatkan ketersediaan benih dan penggunaan benih varietas unggul
bermutu bagi kelompok tani/petani. Cadangan Benih Nasional (CBN) dimaksudkan
sebagai upaya pemulihan dari pertanaman kelompok tani/petani yang terkena bencana
alam (banjir, kekeringan, dsb) serta eksplosi serangan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT).
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
42 | P a g e
Tabel 15. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
TA. 2012
No. Kegiatan Sasaran Lokasi
1. BLBU Pusat
- Padi Non Hibrida 67.500 ton
2.700.000 ha
- Padi Hibrida 4.500 ton
300.000 ha
- Padi Lahan Kering 12.500 ton
500.000 ha
- Jagung Hibrida 3.000 ton
200.000 ha
- Kedelai 14.000 ton
350.000 ha
2. Operasional UPTD BPSBTPH 32 Balai 32 Provinsi
3. Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT)
817 Orang 31 Provinsi
4. Sarana BPSBTPH 32 Balai 32 Provinsi
5. Operasional Balai Benih 31 Balai 31 Provinsi
6. Pemberdayaan Penangkar:
- Padi 200 Unit 10.000 Ha
23 Provinsi; 165 Kab/Kota
- Jagung 14 Unit 700 Ha
5 Provinsi; 14 Kab/Kota
- Kedelai 100 Unit 2.500 Ha
13 Provinsi; 100 Kab/Kota
7. Pembangunan UPB 4 Unit 4 Provinsi
8. Operasional UPB 8 Unit 8 Provinsi
9. Deregulasi Perbenihan 1 Paket Pusat
10. Pembinaan, Monev Pembangunan Penangkaran Benih
257 Paket 27 Provinsi; 230Kab/Kota
11. Pembinaan, Pengawalan, Monev BLBU, Subsidi, CBN
257 Paket Pusat; 32 Provinsi; 373 Kab/Kota
Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012
Secara umum semua kegiatan memiliki risiko jika tidak dilaksanakan sesuai
aturan dan petunjuk yang ditetapkan. Resiko kegagalan pencapaian keluaran (output) dan
hasil (outcome) terjadi jika pelaksanaan tidak dilaksanakan tepat waktu, jumlah atau
kualitas yang tidak sesuai speck. Oleh karena itu, agar kegiatan yang dihasilkan dapat
berdaya guna dan berhasil guna serta tidak menimbulkan kerugian negara maka sangat
diharapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rambu-rambu yang sudah ditetapkan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
43 | P a g e
Jika dievaluasi faktor risiko seluruh kegiatan perbenihan, maka yang paling tinggi
faktor risikonya adalah BLBU dan pemberdayaan penangkar. Bantuan Langsung Benih
Unggul dan Pemberdayaan Penangkar berkaitan dengan waktu/musim tanam. BLBU juga
sangat berkaitan dengan kualitas benih yang disalurkan.
Tabel 16. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA 2012
No. Uraian Titik Risiko
I BLBU mendukung SL-PTT padi,
jagung dan kedelai
- Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan
- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang
dimiliki
- Koordinasi yang baik antara Pusat dan daerah
- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan
dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan
kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola
pengelolaan
- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran
- Ketersediaan benih
II. Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan
- Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan
- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang
dimiliki
- Ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja
yang sudah ditetapkan
- Kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan
III. Insentif Pengawas Benih Tanaman
Pangan
- Ketepatan pembayaran insentif
IV. Perbanyakan Benih Sumber - Ketepatan waktu perbanyakan benih
V. Pemberdayaan Penangkar - Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan
- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang
dimiliki
- Koordinasi yang baik antara Pusat dan daerah
- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan
dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan
kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola
pengelolaan
- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran
- Ketersediaan benih
VI. Pembinaan, pendampingan,
pengawalan
- Ketepatan waktu dalam pembinaan, pendampingan dan
pengawalan
VII. Pembangunan Unit Prosesing Benih
(UPB)
- Ketepatan speck
- Ketepatan waktu pelaksanaan kerja pembangunan UPB
VIII. Optimalisasi Balai Benih Palawija - Ketepatan speck
- Ketepatan waktu pelaksanaan kerja pembangunan UPB
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
44 | P a g e
3.3.4. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan merupakan kegiatan
Direktorat Budidaya Pascapanen. Indikator kinerja kegiatan Penanganan Pascapanen
Tanaman Pangan adalah (1) jumlah kelompok tani yang menerapkan teknologi
pascapanen tanaman pangan sesuai GHP (Good Handling Prossesing) dan standar mutu,
dan (2) jumlah kelompok tani yang mendapatkan bantuan sarana pasca panen tanaman
pangan. Untuk mendukung pencapaian output diperlukan berbagai proses yang saling
terkait. Alokasi kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan TA 2012 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 17. Alokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012
No. Uraian Sasaran Lokasi
1. Bimbingan teknis penanganan
pascapanen tanaman pangan
236 Satker Pusat; 31 Provinsi;
204 Kab/kota
2. Apresiasi penanganan pascapanen
tanaman pangan
220 Satker Pusat; 16 Provinsi;
204 Kab/Kota
3. Survei susut hasil padi 13 Satker Pusat; 12 Provinsi
4. Bantuan sosial:
- Padi 13 Satker 183 Kab/kota
- Vertical Dryer 11 Satker 11 kab/Kota
- Jagung 11 Satker 11 Kab/Kota
- Kedelai 20 Satker 20 Kab/Kota
- Ubi kayu 4 Satker 4 Kab/Kota
- Ubi jalar 9 satker 9 Kab/kota
5. Dukungan manajemen lainnya 1 Satker Pusat
Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012
Dalam upaya penanganan pascapanen tanaman pangan titik risiko kegiatan
adalah: (1) ketepatan terhadap pelaksanaan bimbingan teknis penanganan pascapanen
tanaman pangan; (2) ketepatan waktu pelaksanaan apresiasi penanganan pascapanen
tanaman pangan; (3) ketepatan waktu dan pelaksanaan survei susut hasil padi, (4)
ketepatan sasaran pemberian bantuan sosial sarana pascapanen; (5) ketepatan
penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis; (6) ketepatan
jadwal waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan,
serta (7) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan kegiatan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
45 | P a g e
Tabel 18. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012
No. Uraian Titik Risiko
1. Bimbingan teknis penanganan
pascapanen tanaman pangan
- Ketepatan terhadap pelaksanaan
bimbingan teknis penanganan
pascapanen tanaman pangan
2. Apresiasi penanganan pascapanen
tanaman pangan
- Ketepatan waktu pelaksanaan apresiasi
penanganan pascapanen tanaman
pangan
3. Survei susut hasil padi - Ketepatan waktu dan pelaksanaan
survei susut hasil padi
4. Bantuan social penanganan
pascapanen tanaman pangan
- Ketepatan sasaran pemberian bantuan
sosial sarana pascapanen
5. Dukungan manajemen lainnya - Ketepatan penyelesaian dokumen
pedoman pelaksanaan dan/atau
pedoman teknis
- Ketepatan jadwal waktu proses
penentuan penerima bantuan,
penyediaan dan penyaluran bantuan
- Kekonsistenan dalam mengendalikan,
mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan kegiatan
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
46 | P a g e
3.3.5. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI)
Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI
dikelola oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Indikator kinerja kegiatan
penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI adalah (1) jumlah
maksimal luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT, (2) jumlah maksimal
luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terkena DPI, dan (3) 95 % luas areal tanaman
pangan yang menerapkan budidaya tanaman yang tepat aman dari gangguan OPT dan
DPI.
Tabel 19. Alokasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan
dari Gangguan OPT dan DPI TA 2012
No. Komponen Kegiatan Sasaran Lokasi
1. SLPHT kelompok 1.635 Unit BPTPH/ LPHP
2. SLPHT tindak lanjut 315 Unit BPTPH/ LPHP
3. SLI 130 Unit BPTPH/ LPHP
4. Pengamatan, Peramalan, Pengendalian OPT/DPI (P3OPT/DPI)
32 Unit BPTPH
5. Inovasi & diseminasi teknologi pengendalian OPT/adaptasi DPI
95 Unit LPHP
6. Surveilans OPT 2 Paket BPTPH/ LPHP
7. Pemberdayaan PPAH 620 Kel. LPHP
8. Revitalisasi Brigade Proteksi Tanaman (BPT): - Renovasi/Bangun gudang pestisida - Sarana pengendalian OPT - Operasional BPT - Pelatihan regu pengendali hama (RPH)
57 unit 2 paket 86 unit
221 kelas
BPTPH/ LPHP
BPTPH BPTPH
BPTPH/ LPHP
9. Honorarium dan BOP THL TB POPT-PHP 1.168 Orang BPTPH/ LPHP
10. BOP POPT-PHP (PNS & Honorer) 2.908 Orang BPTPH/ LPHP
11. Koordinasi, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
1 Paket Ditlin/ Pusat
12. Pengujian pestisida, pupuk, dan residu pestisida 1 Paket BPMPT/ Pusat
Sumber; RK-KL Ditjen. Tanaman Pangan TA. 2012
Kegiatan ini dimaksudkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit
tanaman yang disebabkan oleh OPT dan DPI dengan hasil (outcome) yang diharapkan
adalah: (1) menguatnya sistem pengamatan dan pengendalian dini, (2) meningkatnya
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, (3) menguatnya peran dan fungsi
kelembagaan perlindungan, (4) menguatnya penerapan teknologi pengendalian OPT dan
adaptasi DPI, (5) meningkatnya gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI, (6)
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
47 | P a g e
tersedianya sarana pengendalian OPT, dan (7) menguatnya database perlindungan
tanaman pangan dan SIM OPT. Alokasi kegiatan penguatan perlindungan tanaman
pangan dari gangguan OPT dan DPI TA 2012 dapat dilihat pada tabel di atas.
Dalam pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari
gangguan OPT dan DPI TA 2012, terdapat permasalahan baik langsung maupun tidak
langsung yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dan sasaran, sehingga
berimplikasi terhadap kinerja yang diharapkan. Jenis risiko yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut dapat di lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 20. Penilaian Risiko Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan
dari Ganggguan OPT dan DPI TA 2012
No. Uraian Titik Risiko
1. Perencanaan kegiatan - Ketersediaan SDM
- Koordinasi unit kerja
2. Bantuan sarana pengendalian OPT
- Ketepatan waktu Identifikasi CPCL
- Pelaksanaan pendampingan penggunaan bantuan
- Pengaruh faktor iklim dan OPT
3. Database perlindungan tanaman pangan
- Dukungan sarana pengolah data
- Sumberdaya manusia
4. SLPHT & SLI - Pemberdayaan alumni
- Pemasyarakatan teknologi PHT
- Keseimbangan ekosistem
5. Evaluasi dan pelaporan - Ketepatan dukungan administrasi dan teknis
- Keterlambatan unit kerja lainnya dalam memberikan bahan (data dan informasi)
- Tingkat kesadaran petugas atau unit kerja.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
48 | P a g e
3.3.6. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian Benih
Kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem
Mutu Laboratorium Pengujian Benih dikelola oleh Balai Besar Pengembangan Pengujian
Mutu benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). Indikator kinerja dari
kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian Benih adalah: (1) jumlah metode pengujian mutu benih yang
dikembangkan, divalidasi dan disyahkan, (2) jumlah laboratorium yang menerapkan sistem
mutu, (3) jumlah laboratorium peserta uji profisiensi.
Sasaran dan keluaran kegiatan ini adalah: (1) terlaksananya 1 paket operasional
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BBPPMBTPH) Cimanggis; dan (2) meningkatnya kinerja petugas dan pegawai di
BBPPMBTPH Cimanggis dengan pelaksanaan pembayaran gaji dan operasional kantor di
pusat selama satu tahun.
3.3.7. Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT dikelola oleh Balai Besar
Peramalan OPT. Indikator kinerja kegiatan pengembangan peramalan serangan OPT
adalah (1) jumlah informasi peramalan serangan OPT dan DPI, (2) jumlah teknologi
pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT, dan (3) jumlah provinsi yang
menerapkan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT.
Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT dimaksudkan untuk: (1)
operasional Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT); dan
(2) peningkatan kinerja petugas dan pegawai di BBPOPT. Keluaran kegiatan ini adalah
terlaksananya 1 paket operasional BBPOPT dan pembayaran gaji dan operasional kantor
selama satu tahun.
3.3.8. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dikelola oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Indikator kinerja dari kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah 1) jumlah dokumen perencanaan, keuangan,
umum serta evaluasi dan pelaporan program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu
tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2)
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
49 | P a g e
penyaluran bantuan modal untuk LM3, dan 3) jumlah cadangan saprodi untuk mengatasi
dampak bencana alam.
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelayanan teknis dan administrasi
kepada semua unsur di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Keluaran kegiatan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 21. Alokasi Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
No. Kegiatan Sasaran Lokasi
1. Insentif Mantri Tani 3.161 Orang Pusat; 33 Provinsi
2. Honor Pengelola Satuan Kerja dan
Adminitasi
408 Satuan Kerja Pusat; 33 Provinsi;
374 Kab/Kota
3. Perencanaan Program, Kegiatan
dan Anggaran
408 Satuan Kerja Pusat; 33 Provinsi;
374 Kab/Kota
4. Pengelolaan SAI (termasuk honor
SAP/SIMAK BMN)
408 Satuan Kerja Pusat; 33 Provinsi;
374 Kab/Kota
5. Pengelolaan Bidang Umum 1 Satuan Kerja Pusat
6. Evaluasi, Monitoring Evaluasi,
Statistik (termasuk honor petugas
SIMONEV)
408 Satuan Kerja Pusat; 33 Provinsi;
374 Kab/Kota
7. Dukungan Manajemen Lainnya 1 Satuan Kerja Pusat
8. LM3, Bencana Alam, dan
Kekeringan
1 Satuan Kerja Pusat
9. Gaji dan Operasional Kantor 1 Satuan Kerja Pusat
Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012
Dalam pelaksanaan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 ditemukan berbagai
hambatan dan permasalahan yang tentu saja berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan dan akan berimplikasi terhadap kinerja yang diharapkan.
Penilaian risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
50 | P a g e
Tabel 22. Penilaian Risiko Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
No. Uraian Titik Risiko
1. LM3 - Kelayakan Proposal
- Kelengkapan administrasi pencairan dana
bantuan LM3
- Pengaruh intervensi pihak luar
- Pengawalan penggunaan dana penerima
bantuan LM3
- Faktor alam
2. Bantuan Bencana Alam
dan Kekeringan - Identifikasi Calon Lokasi
- Proses tender
3. Dokumen Manajemen
dan Teknis Lainnya - Ketepatan dukungan administrasi dan teknis
- Keterlambatan unit kerja lainnya dalam
memberikan bahan (data dan informasi)
- Tingkat kesadaran petugas atau unit kerja.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
51 | P a g e
BAB IV
TATA HUBUNGAN KERJA DAN PENGORGANISASIAN PROGRAM
LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TA 2012
4.1. Tata Hubungan Kerja
Dalam mendukung pelaksanaan sistem anggaran berbasis kinerja, perlu dipahami
bahwa tata hubungan kerja dalam pelaksanaan pembangunan tanaman pangan baik di
pusat maupun daerah perlu ditingkatkan. Hal ini mengingat tugas dan tanggung jawab
pimpinan instansi sebagai penanggung jawab operasional kegiatan cukup kompleks,
sehingga membutuhkan kerja keras serta selektif terhadap kegiatan prioritas yang akan
dilaksanakan.
Untuk mendukung pemantapan pelaksanaan kegiatan tersebut perlu adanya
koordinasi dan peningkatan jaringan kerja melalui hubungan hierarki, koordinasi dan teknis
fungsional, dengan penjelasan sebagai berikut:
- Hubungan Hierarki
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai hubungan hierarki dengan
propinsi dan kabupaten/kota sebagai pelaksana kegiatan pembangunan pertanian
di daerah sesuai dengan azas tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Untuk
itu, pemanfaatan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan oleh satuan kerja
yang menerima pelimpahan atau penugasan dikelola, dipertanggung jawabkan dan
dilaporkan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hubungan hierarki tersebut
terwujud dalam sistem perencanaan, pengendalian dan pelaporan.
- Hubungan Koordinasi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang berdasarkan sistem anggaran
berbasis kinerja dibutuhkan sinergi perencanaan program dengan pembiayaan.
Sebagai wujud pelaksanaan kegiatan tersebut, dilakukan melalui hubungan
koordinasi antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan UPT pusat dengan
dinas provinsi dan kabupaten/kota yang menangani tanaman pangan dan UPTD
(BBI, BPSBTPH dan BPTPH).
Koordinasi dilakukan terutama untuk mempertemukan tujuan dan sasaran
pembangunan nasional dengan tujuan dan sasaran pembangunan masing-masing
daerah, sehingga didapat kesepakatan tentang tujuan dan sasaran pembangunan
yang ingin dicapai bersama, khususnya pembangunan yang dibiayai dari APBN.
Dengan koordinasi ini, diharapkan masing-masing daerah juga dapat berkontribusi
melalui APBD yang dimiliki.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
52 | P a g e
Koordinasi juga diperlukan antara UPT Pusat dengan UPT Daerah, terutama untuk
keseragaman peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam memberikan
jasa pelayanan kepada masyarakat, dan juga dalam aspek penyelesaian masalah
(arbitrase) bila terjadi suatu perselisihan, khususnya perselisihan antar daerah.
- Hubungan Teknis Fungsional
Hubungan teknis fungsional dalam pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran
pembangunan tanaman pangan yang berazaskan dekonsentrasi/tugas pembantuan
bertujuan untuk dapat memenuhi standar teknis di bidang tanaman pangan. Dengan
demikian produk/jasa yang dihasilkan dibidang tanaman pangan dapat diproduksi
secara efektif, efisien, dan berdaya saing. Wujud dari hubungan teknis fungsional
tersebut, dilaksanakan melalui pembinaan teknis kegiatan di lapangan seperti teknis
penyiapan sarana produksi, teknis perbenihan/perbibitan, teknis perlindungan
tanaman, teknis usahatani, panen dan pasca panen, dan teknis pelatihan bagi
aparat pertanian dan pelaku usahatani.
4.2. Pengorganisasian
Pelaksanaan program dilakukan dengan mengacu pada kaidah-kaidah
administrasi pemerintahan. Dalam melaksananakan pembangunan tanaman pangan,
Direktur Jenderal Tanaman Pangan membantu Menteri Pertanian/Pengguna Anggaran
dalam melaksanakan tugas operasionalnya dibidang tanaman pangan sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang di tingkat pusat. Untuk pelaksanaan program, kegiatan dan
anggaran di daerah, Menteri Pertanian selaku Pengguna Anggaran mengalokasikan
sebagian APBN untuk pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh Pemerintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, sedangkan
tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Anggaran dekonsentrasi merupakan bagian dari APBN yang pengelolaan dan
tanggung jawab penggunaannya oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah
melalui pelimpahan wewenang oleh pemerintah. Besarnya jumlah anggaran ditentukan
melalui proses perencanaan dan pembahasan antara pemerintah dan DPR. Sedangkan
anggaran tugas pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang dilaksanakan
oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
53 | P a g e
Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan oleh satuan kerja. Satuan
kerja yang pimpinannya ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dikelompokkan sebagai berikut :
a) Satuan Kerja Pusat adalah satuan kerja yang kewenangan dan tanggung jawabnya
melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
b) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah satuan kerja di provinsi yang
melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satuan kerja di provinsi/kabupaten/kota yang
melaksanakan tugas pembantuan.
Penanggung jawab program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan untuk
masing-masing unit kerja dan jenis anggarannya adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Pusat
1) Menteri Pertanian sebagai Penanggung Jawab Program Pembangunan Pertanian.
Menteri Pertanian menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Presiden
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku pembina program, kegiatan dan
anggaran pembangunan tanaman pangan serta sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) dalam pengelolaan anggaran dan penanggung jawab program.
3) Direktur Jenderal Tanaman Pangan bertindak sebagai koordinator pengembangan
komoditas tanaman pangan dan tugas-tugas pokok serta tugas-tugas pelayanan
lainnya yang terkait dengan unit kerjanya.
4) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku pembina program, kegiatan dan
anggaran, dalam operasional kegiatan dibantu oleh dua orang Bendahara
(Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), Pejabat Penguji dan
Penerbit SPM, pejabat eselon II dan III (khusus UPT BPMPTPH) sebagai Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK).
5) Untuk UPT Pusat BBPOPT dan BBPPMBTPH, Kepala Balai Besar selaku Kepala
Satuan Kerja dan KPA. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Balai Besar dibantu
oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan),
KTU/Kabag Umum sebagai Pejabat Penguji dan Penerbit SPM, dan Kabid/Pejabat
eselon III sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
b. Tingkat Provinsi
1) Gubernur sebagai penanggung jawab program, kegiatan dan anggaran
dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk pembangunan pertanian di daerahnya.
Gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Menteri Pertanian.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
54 | P a g e
Gubernur menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan
melaksanakan dan mengelola DIPA dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sekaligus sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggung jawab terhadap seluruh
keberhasilan aktivitas program, kegiatan dan anggaran pada satuan kerja yang
dipimpinnya.
3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan anggaran (tertib administrasi
dan keuangan) sehari-hari, masing-masing KPA dibantu dua orang bendahara
(Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), Pejabat Pembuat Komitmen
serta Pejabat Penguji dan Penerbit SPM. Penugasan dalam jabatan tersebut
dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Kepala Satker selaku KPA menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada
Gubernur untuk anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan provinsi.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
1) Bupati/Walikota sebagai penanggungjawab program, kegiatan dan anggaran tugas
pembantuan untuk pembangunan pertanian di daerahnya. Bupati/Walikota
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Menteri Pertanian.
Bupati/Walikota menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan
melaksanakan dan mengelola DIPA tugas pembantuan.
2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sekaligus sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggungjawab terhadap seluruh keberhasilan
program, kegiatan dan anggaran pada satuan kerja yang dipimpinnya.
3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan anggaran (tertib administrasi
dan keuangan) sehari-hari, masing-masing Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dibantu oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara
Penerimaan), Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji dan Penerbit SPM.
Penugasan dalam jabatan tersebut dilakukan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4) Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyampaikan
laporan kepada Bupati/Walikota untuk anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota
dengan tembusan kepada Dinas tingkat provinsi yang membidangi tanaman pangan
dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
Pada TA 2012, kegiatan pembangunan subsektor tanaman pangan dikelola oleh
442 satuan kerja, dengan rincian sebagai berikut; 1) 3 saker di Pusat, 2) 65 satker di
provinsi, dan 3) 374 satker di kabupaten/kota.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
55 | P a g e
Tabel 23. Jumlah Satuan Kerja Pelaksana Program dan Kegiatan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
No. Lokasi Jumlah Satker DIPA
(unit)
I. Pusat 3
1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1
2. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH)
1
3. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (BBPOPT)
1
II. Provinsi 65
1. Dinas Pertanian di Provinsi 33
2. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPTPH)
32
III. Kabupaten/Kota
1. Dinas Pertanian di Kabupaten/Kota 374
T O T A L 442
Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012
Daftar selengkapnya satuan kerja yang melaksanakan pembangunan tanaman
pangan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dengan pembiayaan APBN terdapat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 24. Jumlah dan Alokasi Anggaran Per Unit Kerja dan Satuan Kerja (Satker) DIPA
TA 2012
No. Unit Kerja Jumlah Satker DIPA
(unit)
Alokasi Anggaran
(Rp. 000,-)
I. Pusat 3 1.104.899.536
1 Ditjen Tanaman Pangan 1 1.084.746.536
2 BPMPT - 3.500.000
3 BBPPMBTPH 1 7.300.000
4 BBPOPT 1 9.353.000
II. Provinsi 65 512.347.000
1 Dinas Provinsi 33
- Dinas Provinsi - 267.093.500
- BBI *) - 31.846.500
- BPSBTPH *) - 61.400.000
2 BPTPH 32 152.007.000
III. Kabupaten/Kota 374 1.498.245.455
1 Dinas Kabupaten/Kota 374 1.498.245.455
T O T A L 442 3.115.491.991
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
56 | P a g e
Ket.: *) BBI dan BPSBTPH digabung dengan Satker Dinas Provinsi (Dekonsentrasi)
Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012
Struktur anggaran TA 2012 mengikuti struktur kegiatan pada masing-masing
satuan kerja di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai berikut:
1. Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memayungi kegiatan-kegiatan
yang dikelola oleh unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BBPPMBTPH) di Cimanggis – DKI Jakarta, Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) di Jatisari.
Beberapa kegiatan yang dikelola diantaranya adalah:
1) Peningkatan kualitas pelayanan publik;
2) Koordinasi, pembinaan, pengawalan dan monitoring evaluasi (SLPTT
budidaya tanaman serealia; SLPTT budidaya tanaman aneka kacang dan
umbi; perbenihan; pascapanen; dan perlindungan tanaman pangan);
3) Penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi, jagung, dan
kedelai;
4) Penyusunan deregulasi perbenihan;
5) Pembinaan,pengawalan, monitoring dan evaluasi BLBU, subsidi dan CBN;
6) Penyaluran insentif Mantri Tani;
7) Penyaluran Honor Pengelola Satker dan Adminsitrasi;
8) Perencanaan program, kegiatan dan anggaran;
9) Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN), bidang umum, dan
dukungan manajemen lainnya;
10) Evaluasi, monitoring, statistik dan pemberian honor petugas Simonev;
11) Koordinasi penyaluran dana bantuan Lembaga Mandiri yang Mengakar di
Masyarakat (LM3), penanganan bencana alam, dan kekeringan;
12) Pengelolaan gaji, honorarium, tunjangan, penyelenggaraan operasional dan
pemeliharaan perkantoran.
13) Pelaksanaan dukungan manajemen dari kegiatan teknis.
2. Satuan Kerja Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan pada Dinas
yang membidangi tanaman pangan di tingkat Provinsi
Satuan kerja pembinaan dan pengembangan tanaman pangan provinsi
memayungi kegiatan-kegiatan, diantaranya:
1) Melaksanakan kegiatan SL-PTT padi (non hibrida spesifik lokasi, non hibrida
peningkatan IP, dan hibrida spesifik lokasi);
2) Fasilitasi kemitraan pangan alternatif;
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
57 | P a g e
3) Pembinaan, pengawalan dan monitoring evaluasi (serealia, aneka kacang
dan umbi, penangkaran benih, BLBU, subsidi dan CBN);
4) Penyaluran operasional dan sarana UPTD BPSBTPH, Balai Benih, P3OPT
(BPTPH), Brigade Proteksi/Gerakan Pengendalian OPT;
5) Pemberian insentif petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT);
6) Pembangunan dan optimalisasi UPB;
7) Pemberian bantuan sarana pascapanen padi;
8) Pelaksanaan survei susut padi;
9) Pembinaan, bimbingan teknologi, apresiasi dan monitoring evaluasi
pascapanen;
10) Penyaluran sarana pengendalian OPT;
11) Renovasi gudang Brigade;
12) Pelatihan alumni SLPHT untuk penguatan RPH;
13) Surveilans OPT dan monitoring evaluasi Sekolah Lapangan;
14) Operasional POPT PHP, Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP),
Dinas Pertanian Provinsi, THL POPT-PHP ;
15) SLHT dan SLI;
16) Pemberdayaan PPAH;
17) Pemberian insentif Mantri Tani; honor pengelola Satker dan Administrasi;
18) Perencanaan program, kegiatan dan anggaran;
19) Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN); dan
20) Evaluasi, monitoring evaluasi, statistik, dan pelaporan (termasuk honor
petugas Simonev).
3. Satuan Kerja Balai Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih TPH
Satuan Kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengembangan perbenihan sesuai fungsi BPSBTPH di seluruh provinsi. Kegiatan
pokoknya adalah pelaksanaan pengawasan mutu dan sertifikasi benih, penguatan
kelembagaan perbenihan melalui aspek pengawasan mutu benih tanaman pangan.
4. Satuan Kerja Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Satuan Kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengamanan produksi sesuai fungsi BPTPH di seluruh provinsi. Kegiatan
pokoknya adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) melalui
pengamatan, peramalan OPT dan dampak perubahan iklim, pengelolaan data
OPT.
5. Satuan Kerja Pembinaan Pengembangan Tanaman Pangan pada Dinas yang
membidangi tanaman pangan tingkat Kabupaten/Kota
Satuan kerja ini kegiatan-kegiatan pokoknya antara lain:
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
58 | P a g e
1) Pelaksanaan kegiatan SLPTT padi non hibrida, padi hibrida, padi lahan
kering, jagung hibrida, kedelai;
2) Pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi, dan pelaporan(serealia,
aneka kacang dan umbi, penangkaran benih, BLBU, subsidi, CBN,
pascapanen);
3) Pengembangan kedelai (model), kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar;
4) Ubinan SL-PTT kedelai;
5) Pemberdayaan Penangkar Benih padi, jagung, dan kedelai;
6) Pemberian bantuan sarana pascapanen padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi
jalar;
7) Operasional Brigade Proteksi/Gerakan Pengendalian OPT;
8) Honor pengelola Satker dan administrasi;
9) Perencanaan program, kegiatan dan anggaran;
10) Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN);
11) Evaluasi, monitoring, statistik (termasuk honor petugas Simonev); dan
12) Dukungan manajemen dan teknisnya.
Penjelasan secara rinci tentang masing-masing kegiatan yang dilaksanakan di
Provinsi (Dinas yang membidangi tanaman pangan, BBI, BPSBTPH dan BPTPH) maupun
di Kabupaten/Kota (Dinas yang membidangi tanaman pangan) disajikan pada buku
Pedoman Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh masing-masing unit Eselon II lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
4.3. Pengelolaan Anggaran
Struktur Anggaran
Kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah di stimulasi oleh APBN yang
dibagi ke dalam dua pola, pola dekonsentrasi dan pola tugas pembantuan. Dalam
pelaksanaannya, kedua pola penganggaran tersebut tetap didasarkan kepada sistem
penganggaran kinerja dengan ciri-ciri pokok kinerja antara lain: a) klasifikasi rincian
belanja negara menurut organisasi, fungsi, lokasi dan jenis belanja, yang sebelumnya
menurut sektor dan jenis belanja, b) perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil
kinerja, bukan pengawasan, c) setiap kegiatan harus dilihat dari sistem efisiensi dan
memaksimumkan keluaran (output), dan d) menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja
yang dapat digunakan untuk penyusunan target evaluasi pelaksanaan kinerja. Anggaran
berbasis kinerja memiliki komponen : 1) Rencana Kerja (program, kegiatan, dan
pengeluaran), 2) Anggaran, dan 3) Indikator Kinerja (keluaran/output dan hasil/ outcome).
Struktur anggaran berdasarkan kegiatan dari kedua pola anggaran di atas adalah
sebagai berikut: pembiayaan dengan anggaran dekonsentrasi digunakan untuk
memfasilitasi kegiatan yang bersifat non fisik dan dilaksanakan oleh dinas yang
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
59 | P a g e
membidangi tanaman pangan tingkat provinsi, BPSBTPH dan BPTPH, sebagai pihak yang
diberi tugas oleh Gubernur yang mendapat pelimpahan tugas dari pemerintah pusat.
Pengelolaan anggaran harus menggunakan prinsip-prinsip ekonomis, efisien dan efektif
serta mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Rincian tugas dan wewenang aparat pengelola anggaran diuraikan sebagai
berikut:
a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
1) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan DIPA yang telah disahkan secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
2) Menunjuk/memberi kewenangan kepada pejabat untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/pejabat pembuat komitmen.
3) Melakukan pengawasan kepada pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/Pejabat Pembuat
Komitmen dan Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK).
4) Mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan.
5) Menguji, membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan dan
memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN.
6) Menandatangani cek dan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).
7) Membuat laporan keuangan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
8) Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa seperti
pengangkatan pejabat/panitia pengadaan dan pemeriksaan barang/jasa, keputusan
penetapan penyediaan barang jasa, kontrak/perjanjian/SPK dengan nilai di atas
seratus juta rupiah (Rp. 100.000.000,-) sampai dengan lima puluh milyar (Rp
50.000.000.000,-) baik untuk pemilihan langsung/pelelangan ditetapkan oleh KPA
Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan atau Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK).
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
1) Menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa dan menetapkan paket-paket
pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam
negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk
koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;
2) Menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), jadwal, tatacara
pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan/pejabat
pengadaan/unit layanan pengadaan;
3) Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan/unit
layanan pengadaan sesuai kewenangannya;
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
60 | P a g e
4) Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai
ketentuan yang berlaku;
5) Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedian
barang/jasa;
6) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada Kuasa
Pengguna Anggaran;
7) Menandatangani dan mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
8) Menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada Menteri
dengan berita acara penyerahan melalui Kepala Satuan Kerja;
9) Menandatangani fakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dimulai;
10) Melaksanakan rencana kerja sebagaimana telah ditetapkan dalam DIPA sesuai
kegiatan masing-masing;
11) Menandatangani Surat Keputusan yang mengakibatkan pengeluaran (lembur,
honor, vakasi), Surat perintah Tugas (SPT) serta Surat Perintah Perjalanan Dinas
(SPPD);
12) Mengusulkan susunan panitia pengadaan kepada Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA);
13) Menetapkan Penyedia Barang/Jasa hasil pengadaan;
14) Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak, Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan, Berita Acara Pemeriksaan Barang dan Berita Acara Serah Terima
Barang/Pekerjaan;
15) Meneliti keberan dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan
dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang dan jasa;
16) Meneliti ketersediaan dana dan membebankan pengeluaran sesuai dengan mata
anggaran pengeluaran yang bersangkutan, serta memerintahkan pembayaran
atas beban APBN;
17) Menandatangani kwitansi pembayaran dan bukti-bukti dokumen pengeluaran
anggaran Satuan Kerja, baik yang dilakukan secara kontraktual maupun secara
swakelola;
18) Mengajukan tagihan pembayaran kepada bendahara pengeluaran untuk
pembayaran yang membebani Uang Persediaan;
19) Kepada Pejabat Pembuat Komitmen Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan diberi wewenangan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) baik, LS, UP, GUP, TUP dan NIHIL, serta dokumen pendukungnya dan
menyampaikan kepada Pejabat penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah
membayar (SPM);
20) Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukannya sesuai DIPA dan
menyampaikannyakepada Kuasa Pengguna Anggaran;
21) Mengangkat staf pengelola anggaran sesuai kebutuhan;
22) Dalam melaksanakan pekerjaannya, PPK agar berkoordinasi dengan pimpinan
unit kerjanya masing-masing.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
61 | P a g e
c. Penanggungjawab Teknis Kegiatan
Penanggungjawab teknis kegiatan adalah Pejabat Eselon II (Sekretaris Direktorat
Jenderal, Direktur, dan Kepala Balai) dengan tugas dan tanggungjawab sebagai
berikut:
1) Melaksanakan kegiatan sesuai rencana kerja sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam DIPA sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing;
2) Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan anggaran;
3) Memimpin seluruh pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan
dituangkan dalam DIPA;
4) Memberikan pengarahan dan petunjuk kepada Pejabat dibawahnya untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran/outputyang telah
ditetapkan;
5) Menyampaikan laporan kinerja bulanan/triwulanan/semesteran dan tahunan
kepada Kuasa Pengguna Anggaran;
6) Menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan kepada atasan
langsung;
7) Menyelenggarakan pembinaan teknis dan administrasi terhadap Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) yang berada di bawah koordinasinya;
8) Melakukan pengawasan DIPA yang dilaksanakan oleh pejabat pembuat
Komitmen (PPK);
9) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan administrasi
keuangan dan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan output.
10) Memberikan petunjuk dan arahan serta fasilitas untuk mengatasi permasalahan
prinsip yang mungkin timbul;
11) Menyusun usulan rencana kegiatan Satuan Kerja yang merupakan bagian dari
Rencana Kerja dan Anggaran kementerian/lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya.
Disamping sebagai penanggungjawab teknis kegiatan, Sekretaris Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan atas nama KPA, diberi wewenang untuk:
1) Menandatangani cek;
2) Menandatangani surat dispensasi usulan Tambahan Uang Persediaan (TUP)
kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan;
3) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas penanggungjawab teknis
kegiatan di seluruh unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;
4) Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas
Pejabat Pembuat Komitmen lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
d. Pejabat Penguji dan Penerbit SPM
1) Menguji secara rinci keabsahan dokumen pendukung Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
62 | P a g e
2) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan
bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran.
3) Menguji kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain :
Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan,
alamat, nomor rekening dan nama bank).
Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakannya dengan
prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam
kontrak).
Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang
tercantum dalam DIPA dan/atau ketepatannya terhadap jadwal waktu
pembayaran).
4) Menguji pencapaian tujuan/sasaran kegiatan sesuai indikator kinerja yang
tercantum dalam DIPA berkenaan dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
5) Menguji kemungkinan adanya pemborosan dan in-efisiensi.
6) Menguji apakah surat-surat serta data dukung telah memenuhi persyaratan yaitu
dari segi ketelitian, ketepatan penjumlahan, pengurangan, perkalian.
7) Mengonsep dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta
menyampaikan SPM ke KPPN setempat.
e. Bendahara Pengeluaran
1) Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka
pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja .
2) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran.
3) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran.
4) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
5) Wajib menolak perintah bayar dari PPK atau KPA, apabila persyaratan tersebut
diatas tidak terpenuhi.
6) Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya.
f. Bendahara Penerimaan
Menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada satuan kerjanya.
KPA dan Bendaharawan Pengeluaran dalam pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan
harus memperhatikan, mempersiapkan dan menetapkan beberapa dokumen sebagai
berikut;
1) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
2) Pedoman Pelaksanaan
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
63 | P a g e
3) Petunjuk Operasional Pelaksanaan (POK)
4) Keputusan penetapan para pelaksana anggaran
5) Membuat specimen bank ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
6) Mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke Kantor Pelayanan Pajak
7) Menyiapkan dan menyelenggarakan Buku Pengawasan Pelaksanaan Anggaran
per Mata Anggaran Kegiatan (MAK)
8) Menyiapkan dan meyelenggarakan Buku Pengawasan Uang yang harus
dipertanggungjawabkan
9) Menyiapkan Buku Bank
10) Menyiapkan Buku Pungutan Pajak
11) Dan lainnya.
Jika pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh anggaran dekonsentrasi/tugas
pembantuan dapat menghasilkan penerimaan, maka merupakan penerimaan APBN dan
penerimaan tersebut harus disetor ke Kas Umum Negara sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Semua barang yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan yang
dibiayai oleh anggaran dekonsentrasi/tugas pembantuan menjadi milik negara.
Sisa/saldo anggaran lebih (SAL) merupakan penerimaan APBN dan disetorkan ke
rekening Kas Umum Negara.
4.4. Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi
Beberapa ketentuan pidan, sanksi administratif dan ganti rugi yang perlu
diperhatikan adalah;
1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan
penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang
APBN diancam pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah
ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN diancam dengan pidana penjara
dan denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan laporan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat dikenakan sanksi berupa penundaan
pencairan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk triwulan berikutnya,
atau penghentian alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk
anggaran berikutnya, yang ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 75,
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan).
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
64 | P a g e
BAB V
PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
5.1. Pengendalian Program, Kegiatan dan Anggaran
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, maka mengingat tuntutan agar pengelola dan penerima
manfaat kegiatan dan anggaran dapat bekerjasama melaksanakan tugas secara
transparan, akuntabel, terbuka, efektif dan efisien, serta untuk mengatasi dan mencari
pemecahan terhadap kendala maupun permasalahan yang mungkin muncul, maka
pengendalian intern perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a) Mengetahui sejauhmana perkembangan pelaksanaan kegiatan dan anggaran serta
ketepatan penggunaan anggaran dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
b) Mengantisipasi secara dini permasalahan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat
dicari solusi pemecahannya.
c) Mencegah dan mengurangi terjadinya penyalahgunaan anggaran yang tidak sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
d) Memanfaatkan tahapan pelaksanaan kegiatan untuk dijadikan bahan masukan dalam
penyempurnaan dan evaluasi kegiatan.
Pengendalian intern dilakukan bukan saja hanya berkaitan dengan aspke program
dan anggaran, namun termasuk proses pengambilan keputusan, keefektifan sumber daya,
dan berbagai hal lainnya. Dalam melaksanakan pengendalian intern, ada lima (5) unsur
pengendalian yang perlu dicermati yaitu 1) lingkungan pengendalian, 2) penilaian risiko, 3)
Kegiatan Pengendalian, 4) Informasi dan Komunikasi, serta 5) Pemantauan Pengendalian
Intern. Kegiatan pengendalian merupakan salah satu unsur pengendalian intern.
Unsur-unsur yang bertugas melaksanakan pengendalian yaitu :
a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah:
1) Memberikan bimbingan pelaksanaan kegiatan teknis melalui penerbitan
Pedoman Pelaksanaan sebagai acuan/rambu-rambu operasional kegiatan.
2) Melakukan sosialisasi Pedoman sebelum pelaksanaan kegiatan.
3) Memberikan bimbingan penyusunan prosedur tata kerja pelaksanaan program,
kegiatan dan anggaran.
4) Memberikan pelatihan, workshop atau kursus perencanaan program,
penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan pembangunan
tanaman pangan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
5) Melakukan supervisi (orientasi, monitoring maupun evaluasi) ke daerah baik
dalam bentuk pembinaan, bimbingan, arahan serta sejenisnya, sehingga kontrol
yang diberikan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan di daerah.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
65 | P a g e
6) Melakukan evaluasi tahunan untuk mengetahui kinerja keseluruhan sebagai
dasar perencanaan program, kegiatan dan anggaran tahun 2013.
b. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota
Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah:
1) Memberikan bimbingan kepada staf secara berjenjang dalam hal administrasi dan
teknis pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2) Menyusun prosedur tatakerja antara propinsi dan kabupaten/kota dengan cara
meningkatkan koordinasi dan jaringan kerja.
3) Membentuk Tim Pengendali Internal pelaksanaan kegiatan.
5.2. Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran
Pada sistem penganggaran berbasis kinerja, kegiatan pengawasan fungsional
pembangunan tanaman pangan masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian. Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini dapat dilakukan setiap saat selama
proses manajemen berlangsung.
Pengawasan fungsional terhadap program, kegiatan dan anggaran pembangunan
tanaman pangan juga dilakukan secara eksternal oleh aparatur pengawasan seperti BPK,
BPKP dan Bawasda. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan reguler yaitu
pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara reguler terhadap obyek pemeriksaan
lingkup tanaman pangan berdasarkan program kerja pengawasan tahunan. Pengawasan
yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian terhadap
pengelolaan program, kegiatan dan anggaran kinerja.
Obyek pemeriksaan diprioritaskan terhadap obyek yang anggarannya relatif besar,
mempunyai aspek pelayanan masyarakat, bantuan/pinjaman luar negeri serta mempunyai
peranan strategis terhadap keberhasilan pembangunan tanaman pangan. Sistem dan
upaya pengawasan terus dikembangkan dan disempurnakan melalui berbagai langkah
yang efektif agar dapat mengamankan kebijakan pembangunan tanaman pangan secara
berdaya guna dan berhasil guna.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan kinerja aparat pengelola kegiatan, yaitu pemeriksaan apakah
sumberdaya dan dana sudah digunakan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai
serta pelaksanaannya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
b. Pemeriksaan yang mengarah kepada pelaksanaan wewenang sesuai tugas pokok dan
fungsi, yaitu apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai atau tidak, sehingga
akan dapat memberikan rekomendasi terhadap penyempurnaan pada kegiatan yang
akan datang.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
66 | P a g e
c. Pemeriksaan akuntabilitas kinerja dimana instansi pelaksana kegiatan
mempertanggung jawabkan wewenang dan tugas pokok dan fungsi instansi tersebut.
d. Pemeriksaan khusus dilaksanakan sewaktu-waktu melalui pengujian dan pendalaman
untuk memperoleh kejelasan suatu informasi yang bersumber dari laporan masyarakat
atau pengembangan dari pemeriksaan reguler yang dipandang perlu terhadap adanya
dugaan terjadinya tindak pidana/ penyalahgunaan wewenang.
5.3. Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan dengan
pendekatan indikator kinerja menggunakan alat ukur kerangka kerja logis (masukan,
keluaran, hasil, manfaat dan dampak). Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan
apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja ditetapkan untuk:
a. Memperjelas status jenis, kuantitas dan waktu suatu kegiatan dilaksanakan.
b. Membangun konsensus untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan
kegiatan, termasuk dalam menilai kinerja instansi yang melaksanakannya.
c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja suatu
instansi/organisasi.
Penilaian kinerja pelaksanaan pembangunan tanaman pangan diukur dengan
menggunakan indikator kinerja. Pengukuran efisiensi secara ekonomis dilakukan dengan
cara menilai penggunaan masukan yang paling ekonomis untuk mencapai keluaran
tertentu. Efisiensi (daya guna) diukur dengan cara membandingkan antara keluaran yang
dihasilkan dengan masukan yang telah dikeluarkan, sedangkan efektivitas (hasil guna)
dilakukan dengan mengukur sejauhmana hasil telah dicapai. Ukuran efisiensi dan
efektivitas secara skematis dapat dilihat pada gambar 5 berikut:
Gambar 5. Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas Kinerja Pembangunan Tanaman
Pangan
Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas
NILAI MASUKAN (Rp)
MASUKAN PROSES KELUARAN HASIL TUJUAN
EKONOMIS
(HEMAT) EFISIENSI
(DAYA GUNA)
EFEKTIVITAS (HASIL GUNA)
EFISIENSI
PEMBIAYAAN
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
67 | P a g e
Evaluasi dapat dilakukan pada saat awal kegiatan (ex-ante), sedang pelaksanaan
kegiatan (on-going) dan evaluasi akhir (ex-post). Evaluasi awal dan evaluasi saat
pelaksanaan kegiatan sedang berjalan dapat dilakukan bersamaan dengan monitoring
pelaksanaan kegiatan. Materi evaluasi mencakup aspek administrasi, aspek teknis dan
anggaran. Evaluasi dilakukan di masing-masing Satker Provinsi, dan Kabupaten/Kota,
sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Masing-masing penanggung
jawab kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Evaluasi program, kegiatan dan anggaran secara menyeluruh dilakukan oleh
Tim.
5.4. Pelaporan
Berdasarkan pasal 33 ayat 1 (a) dan pasal 60 ayat 1 (c) Peraturan Pemerintah RI
Nomor 7 Tahun 2008, tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Gubernur
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan pembangunan
pertanian kepada Menteri Pertanian. Selanjutnya Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun
2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012 menyebutkan laporan kinerja
dievaluasi dan dilaporkan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(Menteri Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman Pangan) dan menjadi masukan serta bahan
pertimbangan untuk analisis dan evaluasi alokasi anggaran tahun 2013. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010, tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi
dan Dana Tugas Pembantuan, menyebutkan SKPD wajib menyusun laporan
pertanggungjawaban serta menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun
anggaran kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (Menteri
Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman Pangan).
Pelaporan hasil pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran ini, merupakan
penyampaian informasi serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak dari persiapan kegiatan
sampai akhir pelaksanaan. Melalui laporan ini juga akan dapat dilihat sejauh mana tingkat
keberhasilannya.
Sesuai dengan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan, aparat pelaksana
kegiatan di provinsi dan kabupaten/kota wajib membuat laporan ke pusat. Mekanisme
pelaporan pelaksanaan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan propinsi dilakukan
secara berjenjang dari Dinas pertanian provinsi menyampaikan laporan kepada Gubernur
dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang selanjutnya Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan menyampaikan laporan kepada Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian.
Mekanisme pelaporan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota
dilakukan secara berjenjang yaitu dari Dinas pertanian kabupaten/kota menyampaikan
laporan kepada Bupati/Walikota dan tembusan kepada Direktorat Jenderal Tanaman
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
68 | P a g e
Pangan dan Dinas pertanian provinsi. Setelah menerima laporan dari kabupaten/kota,
Dinas pertanian provinsi merekapitulasi laporan dari seluruh kabupaten/kota dalam propinsi
bersangkutan dan menyampaikan laporan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
yang selanjutnya menyampaikan laporan ke Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian.
Laporan yang disampaikan, baik untuk anggaran dekonsentrasi, tugas
pembantuan provinsi maupun tugas pembantuan kabupaten/kota, meliputi laporan
manajerial dan laporan akuntabilitas yang dilakukan setiap bulan, triwulan dan setiap
berakhirnya tahun anggaran. Format pelaporan dan waktu penyampaian laporan
manajerial dan laporan akuntabilitas akan ditetapkan lebih lanjut oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertanian.
Laporan insidentil, yaitu laporan yang disampaikan jika terjadi sesuatu yang
bersifat insidentil (mendesak), misalnya bila ada permasalahan yang dihadapi baik dalam
aspek adminsitrasi dan keuangan maupun teknis pelaksanaan kegiatan juga bisa
disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Gubernur selaku penerima pelimpahan anggaran dekonsentrasi dan penugasan
pelaksanaan anggaran tugas pembantuan, dan Bupati/Walikota selaku penerima
penugasan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban akhir seluruh pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari anggaran
dimaksud kepada Menteri Pertanian. Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah
satu dasar penentuan anggaran tahun 2013 sebagai penerapan azas reward and
punishment.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
69 | P a g e
BAB VI
PENUTUP
Keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran berbasis kinerja
sangat tergantung pada komitmen dan konsistensi baik aparatur negara, kepercayaan
masyarakat serta motivasi peningkatan kualitas kinerja pemerintah. Untuk itu, perlu terus
ditingkatkan keterpaduan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan melalui
pemantapan sistem dan metoda perencanaan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
penataan kelembagaan, dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait.
Pedoman ini merupakan acuan bagi semua pihak terkait dalam melaksanakan
program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan. Pedoman ini akan dilengkapi
dengan Pedoman yang bersifat teknis dari masing-masing kegiatan. Sebagai tindak lanjut
diterbitkannya seluruh Pedoman dimaksud, kepada daerah diberikan keleluasaan untuk
menjabarkannya lebih lanjut ke dalam Petunjuk/Pedoman Teknis sesuai dengan
keragaman karakteristik dan kondisi setempat. Keberhasilan pembangunan tanaman
pangan sangat tergantung kepada komitmen semua pihak terkait dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan tanaman pangan secara terpadu.
Pedoman ini diharapkan dapat memberikan berbagai butir-butir untuk
dilaksanakan dan sekaligus dirinci dalam pedoman pelaksanaan kegiatan dan/atau
pedoman teknis.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
70 | P a g e
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
71 | P a g e
Lampiran 1. Daftar Satuan Kerja (Satker) dan Kode Satker di Pusat, Provinsi
dan Kabupaten/Kota TA. 2012 NO. KODE SATKER NAMA SATKER
1. DKI JAKARTA
1. 010082 Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan & Hortikultura DKI
Jakarta
2. 010091 Dinas Kelautan Dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta
2. JAWA BARAT
3 020069 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
4 020534 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab Bogor
5 020614 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Sukabumi
6 020730 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Cianjur
7 020823 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Bekasi
8 020932 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Karawang
9 021009 Dinas Pertanian, Kehutanan Dan Perkebunan Kab Purwakarta
10 021107 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang
11 021241 Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kab Bandung
12 021334 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Sumedang
13 021439 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Garut
14 021510 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya
15 021614 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Ciamis
16 021714 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Kehutanan Kab. Cirebon
17 021816 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Kuningan
18 021933 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Indramayu
19 022024 Dinas Pertanian Kab Majalengka
20 022102 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bandung Barat
21 025312 Dinas Pertanian Kota Sukabumi
22 026009 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Tasikmalaya
3. JAWA TENGAH
23 030010 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Jawa Tengah
24 030106 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Semarang
25 030203 Dinas Pertanian Kabupaten Kendal
26 030309 Dinas Pertanian Kab Demak
27 030403 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Grobogan
28 030505 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan
29 030627 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Batang
30 030729 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Tegal
31 030830 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Brebes
32 030932 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Pati
33 031024 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Kudus
34 031104 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Pemalang
35 031217 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Jepara
36 031313 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Rembang
37 031429 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Blora
38 031532 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas
39 031635 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Cilacap
40 031703 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga
41 031812
Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara
42 031934 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Magelang
43 032030
Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Temanggung
44 032118 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo
45 032203 Dinas Pertanian Kabupaten Purworejo
46 032305 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Kebumen
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
72 | P a g e
NO. KODE SATKER NAMA SATKER
47 032430 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Klaten
48 032505 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Boyolali
49 032637 Dinas Pertanian Kab. Sragen
50 032727 Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo
51 032812 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Karanganyar
52 032907 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Wonogiri
4. DI. YOGYAKARTA
53 040070 Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta
54 040138 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Bantul
55 040227 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Sleman
56 040324 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Gunung Kidul
57 040432 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo
5. JAWA TIMUR
58 050004 Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur
59 050132 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Gresik
60 050208 Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Mojokerto
61 050322 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo
62 050448 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Jombang
63 050509 Dinas Pertanian Kabupaten Sampang
64 050611 Dinas Pertanian Kabupaten Pamekasan
65 050708 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep
66 050836 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangkalan
67 050908 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bondowoso
68 051007 Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo.
69 051139 Dinas Kehutanan, Pertanian Dan Urusan Ketahanan Pangan Kab. Banyuwangi.
70 051217 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Jember.
71 051342 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Malang
72 051414 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan
73 051508 Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo
74 051635 Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang
75 051704 Dinas Pertanian Kabupaten Kediri
76 051815 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulung Agung
77 051936 Dinas Pertanian Daerah Kab Nganjuk
78 052031 Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan Kab Trenggalek
79 052103 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Blitar
80 052214 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Madiun
81 052330 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Ngawi
82 052407 Dinas Pertanian Kabupaten Magetan
83 052504 Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo
84 052604 Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Pacitan
85 052739 Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro
86 052832 Dinas Pertanian Kabupaten Tuban
87 052930 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Lamongan
6. ACEH
88 060060 Dinas Pertanian Provinsi Aceh
89 060106 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Aceh Besar
90 060216 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Pidie
91 060317 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab Aceh Utara
92 060415 Dinas Pertanian Dan Hortikultura Kab Aceh Timur
93 060517 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Selatan
94 060621 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Barat
95 060714 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tengah
96 060813 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Aceh Tenggara
97 060916 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Simeulue
98 061021 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Aceh Singkil
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
73 | P a g e
NO. KODE SATKER NAMA SATKER
99 061106 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Bireun
100 061207 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Barat Daya
101 061315 Dinas Pertanian Kab. Gayo Luwes
102 061412 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Jaya
103 061504 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Nagan Raya
104 061604 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Aceh Tamiang
105 061709 Dinas Pertanian Tp, Peternakan Dan Perikanan Kab Bener Meriah
106 061802 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pidie Jaya
107 065602 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Subulussalam
7. SUMATERA UTARA
108 070049 Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
109 070108 Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang
110 070239 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Karo
111 070305 Dinas Pertanian Kab. Langkat
112 070432 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Tapanuli Tengah
113 070513 Dinas Pertanian Kab Simalungun
114 070607 Dinas Pertanian Dan Tanaman Pangan Kab. Labuhan Batu
115 070730 Dinas Pertanian Kab. Dairi
116 070807 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara
117 070907 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tapanuli Selatan
118 071032 Dinas Pertanian Kab. Asahan
119 071152 Dinas Pertanian Kab Nias
120 071228 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Samosir
121 071231 Dinas Pertanian Kab Toba Samosir
122 071331 Dinas Pertanian Kab.Mandailing Natal
123 071411 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Nias Selatan
124 071525 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Pakpak Barat
125 071604 Dinas Pertanian Kab. Humbang Hasundutan
126 072018 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai
127 072103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Batubara
128 072201 Dinas Pertanian Darah Kab. Padang Lawas
129 072301 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Padang Lawas Utara
130 072502 Dinas Pertanian Kab. Labuhan Batu Utara
131 072603 Dinas Pertanian,Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Nias Utara
132 072703 Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan Dan Peternakan Kab. Nias Barat
133 075714 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Padang Sidempuan
8. SUMATERA BARAT
134 080008 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat
135 080129 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Kab Agam
136 080222 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Pasaman
137 080321 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Limapuluh Kota
138 080408 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Solok Selatan
139 080418 Dinas Pertanian Dan Perikanan Kab Solok
140 080522 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura Perkebuan Dankehutanan Kab.
Padang Pariaman
141 080631 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Peternakan Dan Perkebunan
Kabupaten Pesisir Selatan
142 080711 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tanah Datar
143 080823 Dinas Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung
144 081019 Dinas Pertanian Kabupaten Dharmas Raya
145 081214 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Dan Peternakan Kab. Pasaman Barat
146 085538 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kota Padang
147 085604 Dinas Pertanian Kota Payakumbuh
148 085708 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kota Pariaman
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
74 | P a g e
NO. KODE SATKER NAMA SATKER
9. RIAU
149 090072 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Riau
150 090118 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Kampar
151 090239 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bengkalis
152 090435 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Indragiri Hulu
153 090436 Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura Dan Peternakan Kab. Indragiri Hilir
154 090616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Pelalawan
155 090715 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hulu
156 090816 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Rokan Hilir
157 090932 Dinas Pertanian, Peteranakan Dan Perikanan Kab Siak
158 091214 Dinas Tanaman Pangan Kab. Kuantan Sengingi
159 091308 Dinas Pertanian , Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Meranti
10. JAMBI
160 100008 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi
161 100130 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Batanghari
162 100237 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tanjung Jabung Barat
163 100317 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Bungo
164 100418 Dinas Pertanian Kab. Sarolangun
165 100530 Dinas Pertanian Dan Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci
166 100616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Merangin
167 100717 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Tanjung Jabung Timur
168 100816 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Tebo
169 100915 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi
170 105134 Dinas Pertanian Kota Jambi
171 105202 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutan Kota Sungai Penuh
11. SUMATERA SELATAN
172 110005 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan
173 110328 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Musi Banyuasin
174 110416 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Ogan Komering Ulu
175 110503 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Muara Enim
176 110608 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lahat
177 110703 Dinas Tanaman Pangan Dan Holtikultura Kabupaten Musi Rawas
178 110809 Dinas Pertanian Kab. Ogan Komering Ilir
179 110916 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Banyuasin
180 111009 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Oku Timur
181 111104 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Oku Selatan
182 111210 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Ogan Ilir
183 111702 Dinas Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Empat Lawang
184 115138 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kota Palembang
185 115413 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kota Pagar Alam
186 115518 Dinas Tanaman Pangan, Kehutanan Dan Perkebunan Kota Lubuk Linggau
12. LAMPUNG
187 120004 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Prov. Lampung
188 120108 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Selatan
189 120207 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah
190 120330 Dinas Pertanian Kab. Lampung Utara
191 120427 Dinas Pertanian Kab. Lampung Barat
192 120503 Dinas Pertanian, Perkebunan & Kehutanankabupaten Tulang Bawang
193 120625 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tanggamus
194 120739 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Timur ( 03 )
195 120822 Dinas Pertanian, Peternakan &Perikanan Kabupaten Way Kanan
196 120903 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Pesawaran
197 121005 Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Pringsewu
198 121101 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Mesuji
199 121201 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Tulang Bawang Barat
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
75 | P a g e
NO. KODE SATKER NAMA SATKER
13. KALIMANTAN BARAT
200 130071 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat
201 130105 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Sambas
202 130237 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Sanggau
203 130306 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sintang
204 130404 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pontianak
205 130506 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Kapuas Hulu
206 130635 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Ketapang
207 130729 Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang
208 130814 Dinas Pertanian Kab Landak
209 130904 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Melawi
210 131004 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Sekadau
211 131102 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Kayong Utara
212 131201 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Kubu Raya
14. KALIMANTAN TENGAH
213 140004 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah
214 140137 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Kapuas
215 140232 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Barito Utara
216 140308 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Barito Selatan
217 140408 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kotawaringin Timur
218 140429 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kotawaringin Barat
219 140606 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seruyan
220 140612 Dinas Pertanian Kab. Katingan
221 140811 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Sukamara
222 140908 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Lamandau
223 141006 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Gunung Mas
224 141007 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pulang Pisau
225 141107 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Murung Raya
226 141306 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Barito Timur
15. KALIMANTAN SELATAN
227 150002 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Propinsi Kalimantan Selatan
228 150058 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Banjar
229 150213 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Perkebunan Kabupaten Tanah Laut
230 150330 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapin
231 150428 Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Selatan
232 150504 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
233 150509 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala
234 150730 Dinas Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Tabalong
235 150735 Dinas Pertanian Kabupaten Kotabaru
236 150934 Dinas Pertanian Tp Dan Hortikultura Kab. Hulu Sungai Utara
237 151006 Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Tanah Bumbu
238 151105 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura , Peternakan Dan Perikanan Kab.
Balangan
16. KALIMANTAN TIMUR
239 160059 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Kalimantan Timur
240 160230 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Tanah Grogot Kabupaten Paser
241 160330 Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan
242 160406 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Berau
243 160505 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Nunukan
244 160518 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab. Malinau
245 160705 Dinas Pertanian Dan Peteranakan Kabupaten Kutai Timur
246 160721 Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Kutai Barat
247 160807 Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan Dan Kelautan Kab. Penajam Paser Utara
248 161013 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Kutai Kartanegara
249 161204 Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Tana Tidung
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
76 | P a g e
NO. KODE SATKER NAMA SATKER
17. SULAWESI UTARA
250 170052 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
251 170085 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kabupaten Minahasa
252 170240 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow
253 170330 Dinas Pertanian Kabupaten Sangihe
254 170605 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan
255 170704 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kota Tomohon
256 170706 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kab. Minahasa Utara
257 171008 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Minahasa Tenggara
258 171163 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bolaang Mongondow Utara
259 171303 Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian Dan Kehutanan Kab. Bolaang Mongondow
Selatan
260 171403 Dinas Pertanian Dan Peteranakan Kab. Bolaang Mongondow Timur
261 175401 Dinas Pertanian Kota Kotamobago
18. SULAWESI TENGAH
262 180039 Dinas Pertanian Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
263 180071 Dinas Pertanian Kabupaten Poso
264 180205 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Donggala
265 180304 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Toli-Toli
266 180408 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Banggai
267 180524 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Buol
268 180605 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Morowali
269 180706 Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Banggai Kepulauan
270 180806 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Parigi Moutong
271 180908 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kab. Tojo Una-Una
272 181202 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Sigi
19. SULAWESI SELATAN
273 190049 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan
274 190058 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Sidrap
275 190104 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pinrang
276 190207 Dinas Pertanian Kabupaten Gowa
277 190304 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Wajo
278 190503 Dinas Pertanian Tanaman Pangan &Hortikltura Kabupaten Bone
279 190606 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tana Toraja
280 190713 Dinas Pertanian Kabupaten Maros
281 190918 Dinas Tanaman Pangan, Hortikulutura Dan Peternakan Kabupaten Luwu
282 191018 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Sinjai
283 191107 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Bulukumba
284 191214 Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bantaeng
285 191310 Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto
286 191427 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Kepulauan Selayar
287 191524 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Takalar
288 191620 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Barru
289 191713 Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sidrap
290 191829 Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Pangkep
291 191903 Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Kab Soppeng
292 192106 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Enrekang
293 192215 Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara
294 192420 Dinas Pertanian, Perkebunan &Peternakan Kabupaten Luwu Timur
295 192501 Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Toraja Utara
296 195317 Dinas Pertanian & Peternakan Kota Palopo
20. SULAWESI TENGGARA
297 200071 Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara
298 200208 Dinas Pertanian Kabupaten Buton
299 200305 Dinas Pertanian Kabupaten Muna
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
77 | P a g e
NO. KODE SATKER NAMA SATKER
300 200444 Dinas Pertanian, Hortikultura Dan Peternakan Kab. Kolaka
301 200507 Dinas Pertanian Kabupaten Konawe Selatan
302 200627 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Hortikultura Kab. Bombana
303 200809 Dinas Perkebuanan Dan Hortikultura Kab. Kolaka Utara
304 200909 Dinas Pertanian Kab Konawe
305 201003 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Konawe Utara
21. MALUKU
306 210003 Dinas Pertanian Provinsi Maluku
307 210103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Maluku Tengah
308 210230 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Maluku Tenggara
309 210309 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hrotikultura Dan Peternakan Kab. Maluku Tenggara
Barat
310 210410 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Pulau Buru
311 210610 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seram Bagian Barat
312 210710 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seram Bagian Timur
313 210904 Dinas Pertanian Kab. Maluku Barat Daya
314 211002 Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Buru Selatan
22. BALI
315 220074 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali
316 220103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Buleleng
317 220204 Dinas Pertanian, Kehutanan, Dan Kelautan Kabupaten Jembrana
318 220307 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Klungkung
319 220403 Dinas Pertanian, Perhutanan Dan Perkebunan Kabupaten Gianyar
320 220506 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Karangasem
321 220610 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Perhutanan Kab Bangli
322 220741 Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutana Kab Badung
323 220807 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Kabupaten Tabanan
23. NUSA TENGGARA BARAT
324 230004 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Prov Nusa Tenggara Barat
325 230116 Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Barat
326 230208 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah
327 230306 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur
328 230421 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Bima
329 230535 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa
330 230616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dompu
331 230715 Dinas Kehutanan, Perkebunan & Pertanian Kab Sumbawa Barat
332 230802 Dinas Pertanian , Perkebunan, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Lombok Utara
333 235106 Dinas Pertanian, Kelautan Dan Perikanan Kota Mataram
334 235206 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kota Bima
24. NUSA TENGGARA TIMUR
335 240072 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur
336 240103 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Kupang
337 240203 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Belu
338 240330 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kab. Timor Tengah Utara
339 240407 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Timor Tengah Selatan
340 240540 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Alor
341 240617 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Sikka
342 240704 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Flores Timur
343 240806 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Ende
344 240904 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Ngada
345 241047 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Manggarai
346 241103 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Sumba Timur
347 241206 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Sumba Barat
348 241318 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Lembata
349 241412 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Rote Ndao
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
78 | P a g e
NO. KODE SATKER NAMA SATKER
350 241503 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Manggarai Barat
351 241705 Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan Dan Kelautan Kab. Nagekeo
352 241802 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Sumba Tengah
353 241902 Dinas Pertanian Kab. Sumba Barat Daya
354 242002 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kelautan Kab. Manggarai Timur
25. PAPUA
355 250034 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Propinsi Papua
356 250108 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Jayapura
357 250746 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Merauke
358 250806 Dinas Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kab Jayawijaya
359 251036 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Nabire
360 251706 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Keerom
361 255134 Dinas Pertanian Kota Jayapura
26. BENGKULU
362 260003 Dinas Pertanian Propinsi Bengkulu
363 260103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara
364 260204 Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Selatan
365 260335 Dinas Pertanian Kab. Rejang Lebong
366 260407 Dinas Pertanian Kabupaten Seluma
367 260506 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kaur
368 260613 Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kab Muko-Muko
369 260711 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong
370 260813 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Kepahiang
371 260903 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bengkulu Tengah
372 265109 Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluhan Kota Bengkulu
27. MALUKU UTARA
373 280055 Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara
374 280239 Dinas Pertanian & Peternakan Kab. Halmahera Tengah
375 280314 Dinas Pertanian Kab. Halmahera Utara
376 280405 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Halmahera Selatan
377 280613 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Halmahera Timur
378 280705 Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Barat
379 280808 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Pulau Morotai
28. BANTEN
380 290006 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Banten
381 290106 Dinas Pertanian Kabupaten Serang
382 290240 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Pandeglang
383 290304 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak
384 290429 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Tangerang
385 295301 Dinas Pertanian Kota Serang
29. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
386 300062 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
387 300223 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangka
388 300505 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangka Selatan
30. GORONTALO
389 310005 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Propinsi Gorontalo
390 310106 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo
391 310207 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Boalemo
392 310306 Dinas Pertanian Kab. Pohuwato
393 310407 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Ketahanan Pangan Kab. Bone Bolango
394 310704 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Kab. Gorontalo
Utara
31. KEPULAUAN RIAU
395 320017 Dinas Pertanian, Kehutanan, Dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
79 | P a g e
NO. KODE SATKER NAMA SATKER
32. PAPUA BARAT
396 330047 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat
397 330136 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kabupaten Manokwari
398 330238 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Sorong
399 330412 Dinas Pertanian Kabupaten Sorong Selatan
400 330604 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Teluk Bintuni
401 330716 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Kab. Teluk Wondama
402 331006 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan Dan Perikanan Kabupaten May
Brat
33. SULAWESI BARAT
403 340042 Dinas Pertanian Dan Peternakan Propinsi Sulawesi Barat
404 340106 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Majene
405 340206 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Mamuju
406 340303 Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Mamuju Utara
407 340407 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Polewali Mandar
408 340509 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Hortikultura Kab Mamasa
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
80 | P a g e
Lampiran 2. Agenda Perencanaan Nasional
No. Agenda Waktu
1. Musrenbangtan Tingkat Kabupaten/Kota Pertengahan Maret
2. Musrenbangtan Tingkat Provinsi Akhir Maret
3. Penetapan Pagu Indikatif Maret
4. Musrenbangtan Nasional Awal April
5. Penyusunan Renja KL April
6. Penelaahan Renja KL oleh Bappenas dan Kemenkeu Mei
7. SK Menkeu tentang Penetapan Pagu Sementara Juni
8. Penyesuaian Renja menjadi RKA-KL Juni
9. Pembahasan RKA-KL dengan DPR Juli
10. Penelaahan RKA-KL oleh Bappenas dan Kemenkeu Juli
11. Nota Keuangan dan RUU RAPBN Agustus
12. Penetapan UU APBN September
13. Penetapan Pagu Indikatif Oktober
14. Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL di Ditjen Anggaran
Kemenkeu
Oktober-November
15. Penelaahan DIPA – SRAA di Ditjen Anggaran Kemenkeu November-
Desember
16. Penetapan Perangkat Pengelola Keuangan dan Penyampaian
ke Menteria Pertanian
November-
Desember
17. Penerbitan SRAA oleh Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu Desember
18. Penerbitan DIPA Akhir Desember
19. Penetapan Pedoman Pelaksanaan Program/Kegiatan/Teknis
oleh Kementerian dan Unit Eselon I
Akhir Desember
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
81 | P a g e
Lampiran 3. Agenda Pertemuan Nasional Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
TA 2012
No. Rapat Koordinasi /Workshop/Pelatihan Waktu Lokasi Peserta
I. Direktorat Budidaya Serealia
1. Rakor Regional III (Jateng, Jatim, Kalsel,
DI Yogyakarta, Kaltim, Kalteng)
Februari Jatim Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten, BPSBTPH,
BPTPH, Bakorluh
2. Sosialisasi P2BN Maret Jabar Dinas Provinsi, Div re Bulog
3. Pemantapan Pelaksanan P2BN April DIY Dinas Provinsi, Div re Bulog
4. Pertemuan adopsi teknologi budidaya
serealia
Sept. Jatim Dinas Provinsi
5. Rapat evaluasi P2BN Nov. Sulsel Dinas Provinsi, Div re Bulog
II. Direktorat Aneka Kacang dan Umbi
1. Rakor Regional V (Bali, NTB, NTT, Malut,
Maluku, Papua Barat, Papua)
Maret Bali Dinas Provinsi, Dinas Kab,
BPSBTPH, BPTPH, Bakorluh
2. Koordinasi pengembangan agribisnis
kedelai
Mei Jatim Dinas Provinsi, stakeholders
3. Koordinasi pengemb. agribisnis aneka
kacang & umbi
Juni DIY Dinas Provinsi, stakeholders
4. Koordinasi& sosialisasi pengembangan
kedelai melalui PAT
Juli Jatim Dinas Provinsi, stakeholders
III. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
1. Rapat Regional I (Aceh, Sumut, Sumbar,
Riau, Jambi, Kepri)
Peb. Riau Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten, BPSBTPH,
BPTPH, Bakorluh
2. Koordinasi/workshop penanganan
pascapanen tanaman pangan
Mei DIY Dinas Provinsi
3. Pertemuan persiapan survey susut hasil Peb. NTB Dinas 12 Provinsi (Aceh,
Sumut, Sumsel, Lampung,
Banten, Jabar, Jateng, DIY,
Jatim, Kalsel, Sulsel, NTB)
4. Pertemuan apresiasi penanganan
pascapanen tanaman pangan
April Jabar Dinas Provinsi
IV. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan
1. Rakor Regional II (Bengkulu, Sumsel,
Lampung, Babel, Banten, Jabar, Kalbar)
Peb. Sumsel Dinas Provinsi, BPSBTPH,
BPTPH, BBPOPT,
BBPPMBTPH, BPMPT
2. Koordinasi Teknis Perbenihan Maret Sulsel Ka BPSBTPH, Ka BBI, Kabid
Tanaman Pangan / Kasie Benih
3. Sosialisasi pengawasan, penyaluran
benih bersubsidi & bantuan benih
April Jabar Ka BPSBTPH, BUMN,
Koordinator PBT
4. Forum Perbenihan Agst Sumut BPSBTPH, BBI, Produsen
Benih
V. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
1. Rakor Regional IV (Sulut, Sulsel, Sulteng,
Sultra, Gorontalo, Sulbar)
Peb. Makasar Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten, BPSBTPH,
BPTPH, Penyuluh
2. Koordinasi teknis perlindungan tanaman Maret Kalsel BPTPH
3. Evaluasi kegiatan perlindungan tanaman Nov. Bali BPTPH
VI. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1. Sinkronisasi Program dan Kegiatan
Tanaman Pangan TA. 2012
Peb. Jakarta Dinas Provinsi, BPTPH,
BPSBTPH
2. Koordinasi Penyusunan ASEM 2011 dan
ARAM I 2012
Maret Bandung Dinas Provinsi, BPS
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
82 | P a g e
No. Rapat Koordinasi /Workshop/Pelatihan Waktu Lokasi Peserta
3. Koordinasi Penyusunan Rancangan
Program dan Kegiatan Tanaman Pangan
2013
Maret Medan Dinas Provinsi, BPTPH,
BPSBTPH
4. TOT Refreshing Pengolah data Statistik April Bandung Dinas Provinsi
5. Rakor Bidang Keuangan (Penerbit SPM,
Bendahara)
Mei Jateng Dinas Provinsi, BPTPH,
BPSBTPH
6. Koordinasi Pelaporan dan SPI Juni Bali Dinas Provinsi, BPTPH,
BPSBTPH
7. Koordinasi Penyusunan ATAP 2011 dan
ARAM II 2012
Juni Palembang Dinas Provinsi, BPS
8. Penyusunan RKA-KL Pagu Sementara
TA 2013
Juni Bali Dinas Provinsi, BPTPH,
BPSBTPH
9. Kerjasama Kemitraan Tanaman Pangan Juli Jakarta Dinas Provinsi, Stakeholders
10. Workshop Penyusunan Laporan SAK /
Pertemuan Update Program SIMONEV
Wilayah Barat dan Timur
Sept. Kalsel Dinas Provinsi, BPTPH,
BPSBTPH
11. Koordinasi Penyusunan ARAM III Tahun
2012
Sept. NTB Dinas Provinsi, BPS
12. Workshop Penyusunan Laporan SIMAK-
BMN
Okt. Sulsel Dinas Provinsi,BPTPH,
BPSBTPH
13. Evaluasi Program dan Kegiatan TA.2012 Nov. DIY Dinas Provinsi, BPTPH,
BPSBTPH, BBI
14. Penyusunan RKA-KL pagu Definitif TA
2013
Okt. DIY Dinas Provinsi,BPTPH,
BPSBTPH
Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
83 | P a g e
Lampiran 4. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
TUGAS DAN FUNGSI
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
TUGAS : MERUMUSKAN SERTA MELAKSANAKAN KEBIJAKAN DAN STANDARDISASI DI
BIDANG TANAMAN PANGAN
FUNGSI : 1. PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG PERBENIHAN, BUDIDAYA,
PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN;
2. PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG PERBENIHAN, BUDIDAYA,
PERLINDUNGAN DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN;
3. PENYUSUNAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG
PERBENIHAN, BUDIDAYA, PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN
PANGAN;
4. PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN EVALUASI DI BIDANG PERBENIHAN,
BUDIDAYA, PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN; DAN
5. PELAKSANAAN ADMINISTRASI DIREKTORAT JENDERALTANAMAN PANGAN.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
84 | P a g e
Lampiran 5. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN:
1. SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL 2. DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN 3. DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA 4. DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI 5. DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 6. DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN 7. BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN 8. BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH TPH 9. BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
1. BAGIAN PERENCANAAN 2. BAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN 3. BAGIAN UMUM 4. BAGIAN EVALUASI DAN PELAPORAN; DAN 5. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL.
DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN
1. SUBDIREKTORAT PENILAIAN VARIETAS DAN PENGAWASAN MUTU BENIH; 2. SUBDIREKTORAT PRODUKSI BENIH SEREALIA; 3. SUB DIREKTORAT PRODUKSI BENIH ANEKA KACANG DAN UMBI; 4. SUBDIREKTORAT KELEMBAGAAN BENIH; 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA
1. SUBDIREKTORAT PADI IRIGASI DAN RAWA; 2. SUBDIREKTORAT PADI TADAH HUJAN DAN LAHAN KERING; 3. SUBDIREKTORAT JAGUNG; 4. SUBDIREKTORAT SEREALIA LAIN; DAN 5. SUBBAGIAN TATA USAHA.
DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI
1. SUBDIREKTORAT KEDELAI; 2. SUBDIREKTORAT UBI KAYU; 3. SUBDIREKTORAT ANEKA KACANG; 4. SUBDIREKTORAT ANEKA UMBI; DAN 5. SUBBAGIAN TATA USAHA.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
85 | P a g e
DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 1. SUBDIREKTORAT PENGELOLAAN DATA ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN; 2. SUBDIREKTORAT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM; 3. SUBDIREKTORAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN; 4. SUBDIREKTORAT PENGELOLAAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL.
DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN
1. SUBDIREKTORAT PADI; 2. SUBDIREKTORAT JAGUNG DAN SEREALIA LAIN; 3. SUBDIREKTORAT KEDELAI DAN ANEKA KACANG; 4. SUBDIREKTORAT ANEKA UMBI; 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL.
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
1. KEPALA BAGIAN UMUM 2. KEPALA BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI 3. KEPALA BIDANG PELAYANAN TEKNIK, INFORMASI DAN DOKUMENTASI
BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH TPH
1. KEPALA BAGIAN UMUM 2. KEPALA BIDANG INFORMASI DAN JARINGAN LABORATORIUM
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
86 | P a g e
Lampiran 6. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
Tahun 2012
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
(HA) (HA) (KU/HA) (TON)
1. N. ACEH D. 381.291 383.099 52,08 1.995.040
2. SUMUT 782.173 770.110 52,24 4.022.675
3. SUMBAR 477.034 475.529 51,52 2.450.000
4. RIAU 155.033 149.669 40,88 611.780
5. JAMBI 169.401 165.540 42,78 708.145
6. SUMSEL 822.693 794.227 47,21 3.749.670
7. BENGKULU 132.324 132.745 39,85 529.050
8. LAMPUNG 627.399 630.691 49,83 3.142.530
9. BABEL 13.994 8.510 48,00 40.850
10. KEP RIAU 410 395 50,74 2.006
SUMATERA 3.561.752 3.510.515 49,14 17.251.746
11. DKI JAKARTA 1.967 1.899 54,20 10.290
12. JABAR 2.039.148 1.978.594 62,17 12.300.000
13. JATENG 1.933.975 1.767.059 59,27 10.472.980
14. DI JOGJA 152.206 148.940 58,95 877.950
15. JATIM 2.068.796 1.967.216 62,58 12.310.000
16. BANTEN 412.079 407.821 52,22 2.129.765
JAWA 6.608.171 6.271.528 60,75 38.100.985
17. BALI 156.028 151.629 56,66 859.080
18. N.T.B. 432.691 437.720 50,12 2.194.040
19. N.T.T. 209.708 195.452 32,47 634.705
BALI & N.T 798.426 784.801 46,99 3.687.825
20. KALBAR 457.602 443.769 33,08 1.468.145
21. KALTENG 229.281 221.348 28,88 639.255
22. KALSEL 515.078 497.256 40,98 2.037.660
23. KALTIM 164.844 159.141 39,32 625.765
KALIMANTAN 1.366.805 1.321.514 36,10 4.770.824
24. SULUT 134.244 134.599 47,65 641.385
25. SULTENG 241.365 233.014 46,55 1.084.570
26. SULSEL 957.809 924.669 53,14 4.913.600
27. SULTRA 127.679 126.262 40,33 509.250
28. GORONTALO 60.272 68.186 49,24 335.760
29. SUL BARAT 89.016 85.936 47,54 408.550
SULAWESI 1.610.386 1.572.666 50,19 7.893.115
30. MALUKU 20.091 19.396 47,59 92.310
31. MALUKU UT 18.003 17.380 38,74 67.325
32. PAPUA BARAT 10.703 10.333 45,07 46.568
33. PAPUA 29.270 30.257 38,19 115.538
MLK & PAPUA 78.066 77.365 41,59 321.740
LUAR JAWA 7.415.434 7.266.860 46,68 33.925.249
INDONESIA 14.026.771 13.556.865 53,13 72.026.235
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
87 | P a g e
Lampiran 7. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Jagung Tahun 2012
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
NO PROPINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
(HA) (HA) (KU/HA) (TON)
1. ACEH 53.491 51.088 37,82 193.200
2. SUMUT 269.363 257.260 63,64 1.637.194
3. SUMBAR 77.467 73.986 63,51 469.868
4. RIAU 30.657 29.280 31,80 93.118
5. JAMBI 13.072 12.484 42,91 53.568
6. SUMSEL 35.235 33.652 39,98 134.529
7. BENGKULU 38.270 36.551 33,70 123.168
8. LAMPUNG 494.268 472.060 56,95 2.688.556
9. BABEL 1.099 1.049 33,69 3.535
10. KEP RIAU 711 679 27,13 1.844
SUMATERA 1.013.633 968.091 55,77 5.398.579
11. DKI JAKARTA 30 29 33,97 98
12. JABAR 187.059 178.654 55,62 993.600
13. JATENG 745.880 712.368 54,23 3.863.499
14. DI JOGJA 80.083 76.485 41,10 314.375
15. JATIM 1.361.228 1.300.068 54,30 7.059.463
16. BANTEN 17.591 16.800 36,49 61.297
JAWA 2.391.871 2.284.405 53,81 12.292.332
17. BALI 31.277 29.872 34,08 101.799
18. N.T.B. 97.572 93.189 43,31 403.636
19. N.T.T. 353.910 338.009 32,27 1.090.909
BALI & N.T 482.760 461.069 34,62 1.596.345
20. KALBAR 54.096 51.665 46,45 240.000
21. KALTENG 3.599 3.437 31,42 10.800
22. KALSEL 27.945 26.689 53,88 143.804
23. KALTIM 6.661 6.362 21,91 13.940
KALIMANTAN 92.300 88.153 46,34 408.543
24. SULUT 174.994 167.131 39,41 658.737
25. SULTENG 52.868 50.492 42,67 215.441
26. SULSEL 375.192 358.334 56,17 2.012.640
27. SULTRA 45.019 42.997 38,77 166.684
28. GORONTALO 192.497 183.849 58,09 1.068.000
29. SUL BARAT 27.544 26.306 46,92 123.442
SULAWESI 868.114 829.110 51,20 4.244.944
30. MALUKU 9.160 8.748 26,30 23.008
31. MALUKU UT 11.238 10.733 24,82 26.640
32. IRJA BARAT 4.614 4.407 18,91 8.332
33. PAPUA 748 714 17,87 1.276
MLK & PAPUA 25.760 24.602 24,09 59.257
LUAR JAWA 2.482.566 2.371.025 49,38 11.707.668
INDONESIA 4.874.437 4.655.430 51,55 24.000.000
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
88 | P a g e
Lampiran 8. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Kedelai Tahun 2012
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
NO PROPINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
(HA) (HA) (KU/HA) (TON)
1. ACEH 121.900 117.098 14,89 174.400
2. SUMUT 25.900 24.796 13,87 34.400
3. SUMBAR 10.000 8.757 15,30 13.400
4. RIAU 12.000 10.620 13,47 14.300
5. JAMBI 16.000 17.718 13,77 24.400
6. SUMSEL 18.000 17.515 15,30 26.800
7. BENGKULU 11.500 11.009 13,26 14.600
8. LAMPUNG 27.700 23.498 13,87 32.600
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU - - - -
SUMATERA 243.000 231.012 14,50 334.900
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 79.700 78.675 15,91 125.200
13. JATENG 197.900 189.013 16,32 308.500
14. DI JOGJA 45.000 42.937 15,30 65.700
15. JATIM 371.000 364.539 15,30 557.800
16. BANTEN 30.000 26.249 15,51 40.700
JAWA 723.600 701.413 15,65 1.097.900
17. BALI 10.000 13.397 15,30 20.500
18. N.T.B. 158.400 135.156 14,38 194.400
19. N.T.T. 7.000 4.977 13,26 6.600
BALI & N.T 175.400 153.530 42,95 221.500
20. KALBAR 5.500 4.159 13,47 5.600
21. KALTENG 20.800 16.387 13,67 22.400
22. KALSEL 9.400 7.462 13,67 10.200
23. KALTIM 12.000 7.946 13,47 10.700
KALIMANTAN 47.700 35.954 13,60 48.900
24. SULUT 12.600 12.034 14,79 17.800
25. SULTENG 7.800 9.803 14,79 14.500
26. SULSEL 54.200 57.123 16,53 94.400
27. SULTRA 14.300 13.649 13,26 18.100
28. GORONTALO 9.300 6.896 14,79 10.200
29. SUL BARAT 8.700 13.319 14,79 19.700
SULAWESI 106.900 112.823 15,48 174.700
30. MALUKU 3.000 3.119 13,47 4.200
31. MALUKU UT 2.900 3.342 13,47 4.500
32. IRJA BARAT 3.000 3.620 13,26 4.800
33. PAPUA 6.500 6.485 13,26 8.600
MLK & PAPUA 15.400 16.566 13,34 22.100
LUAR JAWA 588.400 549.885 14,59 802.100
INDONESIA 1.312.000 1.250.000 15,20 1.900.000
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
89 | P a g e
Lampiran 9. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Kacang Tanah Tahun 2012
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
(HA) (HA) (KU/HA) (TON)
1. ACEH 7.142 6.802 14,26 9.699
2. SUMUT 19.681 18.743 13,33 24.977
3. SUMBAR 9.605 9.147 14,52 13.281
4. RIAU 4.248 4.046 10,89 4.406
5. JAMBI 2.346 2.234 13,48 3.012
6. SUMSEL 6.246 5.949 14,36 8.544
7. BENGKULU 9.530 9.076 10,73 9.742
8. LAMPUNG 20.668 19.684 14,00 27.557
9. BABEL 597 569 11,04 628
10. KEP RIAU 201 191 10,89 208
SUMATERA 80.264 76.441 13,35 102.054
11. DKI JAKARTA 25 24 12,08 29
12. JABAR 79.228 75.453 16,54 124.805
13. JATENG 157.617 150.114 15,24 228.839
14. DI JOGJA 78.079 74.360 11,87 88.250
15. JATIM 217.015 206.677 13,35 275.843
16. BANTEN 16.649 15.856 16,07 25.487
JAWA 548.613 522.484 14,23 743.253
17. BALI 16.075 15.309 14,52 22.227
18. N.T.B. 36.743 34.993 14,52 50.804
19. N.T.T. 27.557 26.245 13,22 34.701
BALI & N.T 80.375 76.547 14,07 107.732
20. KALBAR 2.411 2.296 12,45 2.858
21. KALTENG 2.067 1.968 12,65 2.490
22. KALSEL 18.372 17.496 12,55 21.955
23. KALTIM 3.100 2.953 12,44 3.674
KALIMANTAN 25.950 24.713 12,53 30.977
24. SULUT 8.612 8.201 14,26 11.695
25. SULTENG 6.889 6.561 18,15 11.907
26. SULSEL 44.781 42.648 14,00 59.706
27. SULTRA 9.760 9.295 9,78 9.090
28. GORONTALO 2.756 2.624 12,96 3.402
29. SUL BARAT 1.608 1.531 15,02 2.300
SULAWESI 74.406 70.860 13,84 98.100
30. MALUKU 4.019 3.827 12,76 4.882
31. MALUKU UT 5.741 5.468 12,44 6.804
32. IRJA BARAT 2.187 2.078 11,82 2.456
33. PAPUA 3.445 3.282 11,40 3.742
MLK & PAPUA 15.392 14.655 12,20 17.884
LUAR JAWA 276.387 263.216 13,55 356.747
INDONESIA 825.000 785.700 14,00 1.100.000
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
90 | P a g e
Lampiran 10. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Kacang Hijau Tahun 2012
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
(HA) (HA) (KU/HA) (TON)
1. ACEH 2.955 2.808 12,67 3.556
2. SUMUT 6.099 5.794 12,13 7.031
3. SUMBAR 1.374 1.305 13,28 1.734
4. RIAU 2.079 1.975 12,11 2.393
5. JAMBI 616 585 12,08 706
6. SUMSEL 3.115 2.959 15,32 4.532
7. BENGKULU 1.797 1.707 10,87 1.855
8. LAMPUNG 5.579 5.300 10,14 5.376
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU 1 1 10,26 1
SUMATERA 23.615 22.435 12,12 27.184
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 13.495 12.821 12,17 15.600
13. JATENG 99.531 94.576 12,36 116.874
14. DI JOGJA 1.141 1.084 7,29 791
15. JATIM 77.774 73.888 12,63 93.284
16. BANTEN 2.680 2.546 10,14 2.582
JAWA 194.620 184.914 12,39 229.130
17. BALI 1.245 1.183 10,69 1.265
18. N.T.B. 50.494 47.971 11,21 53.757
19. N.T.T. 30.073 28.570 9,26 26.457
BALI & N.T 81.812 77.724 10,48 81.478
20. KALBAR 2.074 1.970 8,02 1.581
21. KALTENG 399 379 9,45 358
22. KALSEL 1.587 1.507 11,75 1.771
23. KALTIM 1.117 1.061 12,02 1.275
KALIMANTAN 5.177 4.918 10,14 4.986
24. SULUT 1.883 1.789 15,38 2.751
25. SULTENG 1.602 1.522 9,00 1.370
26. SULSEL 26.962 25.614 13,89 35.574
27. SULTRA 2.373 2.254 9,12 2.055
28. GORONTALO 501 476 13,51 643
29. SUL BARAT 960 912 15,02 1.370
SULAWESI 34.281 32.568 13,44 43.764
30. MALUKU 661 629 11,90 748
31. MALUKU UT 418 397 12,21 485
32. IRJA BARAT 819 778 11,51 896
33. PAPUA 1.198 1.138 11,67 1.328
MLK & PAPUA 3.095 2.942 11,75 3.457
LUAR JAWA 147.980 140.586 11,44 160.870
INDONESIA 342.600 325.500 11,98 390.000
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
91 | P a g e
Lampiran 11. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Ubi Kayu Tahun 2012
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
(HA) (HA) (KU/HA) (TON)
1. ACEH 4.113 3.917 132 51.555
2. SUMUT 45.803 43.622 207 902.890
3. SUMBAR 6.114 5.823 207 120.516
4. RIAU 6.670 6.352 117 74.164
5. JAMBI 3.112 2.964 144 42.790
6. SUMSEL 14.729 14.027 160 224.829
7. BENGKULU 7.781 7.411 124 92.031
8. LAMPUNG 352.374 335.592 254 8.533.351
9. BABEL 2.001 1.906 150 28.519
10. KEP RIAU 1.334 1.270 113 14.293
SUMATERA 444.030 422.883 238 10.084.940
11. DKI JAKARTA 56 53 123 652
12. JABAR 124.498 118.569 197 2.335.266
13. JATENG 213.425 203.261 185 3.768.878
14. DI JOGJA 71.142 67.754 159 1.078.749
15. JATIM 253.442 241.372 170 4.092.503
16. BANTEN 13.339 12.704 149 188.781
JAWA 675.902 643.711 178 11.464.828
17. BALI 13.117 12.492 155 193.590
18. N.T.B. 9.449 8.999 127 114.617
19. N.T.T. 94.485 89.985 113 1.012.451
BALI & N.T 117.050 111.476 118 1.320.658
20. KALBAR 18.119 17.256 153 263.754
21. KALTENG 9.671 9.210 124 114.381
22. KALSEL 9.560 9.104 155 141.091
23. KALTIM 8.893 8.469 163 138.439
KALIMANTAN 46.242 44.040 149 657.666
24. SULUT 6.892 6.564 138 90.570
25. SULTENG 5.002 4.764 171 81.412
26. SULSEL 33.570 31.971 179 573.512
27. SULTRA 14.895 14.186 175 248.449
28. GORONTALO 1.667 1.588 127 20.227
29. SUL BARAT 4.669 4.446 149 66.073
SULAWESI 66.695 63.519 170 1.080.243
30. MALUKU 12.227 11.645 136 158.216
31. MALUKU UT 12.227 11.645 128 149.564
32. IRJA BARAT 2.779 2.647 120 31.744
33. PAPUA 4.446 4.235 123 52.140
MLK & PAPUA 31.680 30.171 130 391.664
LUAR JAWA 705.698 672.089 201 13.535.172
INDONESIA 1.381.600 1.315.800 190 25.000.000
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
92 | P a g e
Lampiran 12. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Ubi Jalar Tahun 2012
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
(HA) (HA) (KU/HA) (TON)
1. N. ACEH D. 3.395 3.226 110 35.385
2. SUMUT 17.769 16.885 110 185.179
3. SUMBAR 4.446 4.225 123 51.897
4. RIAU 1.440 1.368 89 12.149
5. JAMBI 2.498 2.373 95 22.646
6. SUMSEL 2.500 2.375 73 17.456
7. BENGKULU 4.668 4.435 106 47.179
8. LAMPUNG 4.640 4.410 110 48.359
9. BABEL 666 633 93 5.897
10. KEP RIAU 333 316 93 2.949
SUMATERA 42.355 40.247 107 429.097
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 34.489 32.773 139 456.462
13. JATENG 12.897 12.256 141 173.385
14. DI JOGJA 514 489 121 5.897
15. JATIM 16.720 15.888 121 191.667
16. BANTEN 3.155 2.998 124 37.154
JAWA 67.776 64.403 134 864.564
17. BALI 6.288 5.975 128 76.667
18. N.T.B. 1.638 1.557 125 19.462
19. N.T.T. 19.524 18.552 95 176.923
BALI & N.T 27.450 26.084 105 273.051
20. KALBAR 878 835 92 7.667
21. KALTENG 1.582 1.503 91 13.682
22. KALSEL 1.495 1.421 112 15.923
23. KALTIM 2.549 2.422 105 25.359
KALIMANTAN 6.505 6.181 101 62.631
24. SULUT 3.500 3.326 106 35.385
25. SULTENG 2.333 2.217 106 23.590
26. SULSEL 8.231 7.822 121 94.359
27. SULTRA 2.291 2.177 91 19.815
28. GORONTALO 608 578 102 5.897
29. SUL BARAT 596 566 104 5.897
SULAWESI 17.560 16.686 111 184.944
30. MALUKU 1.552 1.475 100 14.744
31. MALUKU UT 3.386 3.218 99 31.846
32. IRJA BARAT 3.112 2.958 104 30.903
33. PAPUA 37.304 35.448 115 408.221
MLK & PAPUA 45.355 43.099 113 485.713
LUAR JAWA 139.224 132.297 109 1.435.436
INDONESIA 207.000 196.700 117 2.300.000
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
93 | P a g e
Lampiran 13. Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012
No. Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah
1 78.504.400 192.727.900 673.056.700 944.289.000
a. 3.700,00 Ribu ha 790.110.900
- SLPTT Padi Non Hibrida (Rp 3,7jt/LL) 2.651,70 Ribu Ha - - 392.451.600
- SLPTT Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi (Rp 64,85jt/Unit) 33,55 Ribu Ha - 87.028.700 -
- SLPTT Padi Non Hibrida Peningkatan IP (Rp 64,85jt/Unit) 14,75 Ribu Ha - 38.261.500 -
- SLPTT Padi Hibrida (Rp 3,7jt/ LL) 290,70 Ribu Ha - - 107.559.000
- SLPTT Padi Hibrida Spesifik Lokasi (Rp 44,6jt/ Unit) 9,30 Ribu Ha - 41.478.000 -
- SLPTT Padi Lahan Kering (Rp 3,7 jt/LL) 500 Ribu Ha - - 74.000.000
- SLPTT Jagung Hibrida (Rp 3,7 jt/LL) 200 Ribu Ha - - 49.332.100
b. 12.725 Ha 70.000.000 - - 70.000.000
c. 10 Prov - 764.000 - 764.000
d. 1 Pusat 8.504.400 - - 83.414.100
31 Prov - 25.195.700 -
371 Kab - - 49.714.000
2 7.000.000 7.760.800 160.988.230 175.749.030
a. 350 Ribu Ha - - 137.550.000 137.550.000
b. 2.094 Ha - - 6.868.320 6.868.320
c. 100 Ha - - 292.950 292.950
d. 300 Ha - - 3.064.500 3.064.500
e. 850 Ha - - 6.642.750 6.642.750
f. 54 Pkt - 2.350.000 - 2.350.000
g. 1 Pusat 7.000.000 - - 18.350.510
28 Prov - 5.410.800 -
184 Kab - - 5.939.710
h. 3.500 Ribu Ha - - 630.000 630.000
Volume
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
Kegiatan dan Output
SLPTT :
Optimalisasi Pengembangan Areal Tanam Jagung Hibrida
Fasilitasi Kemitraan Pengembangan Pangan Alternatif
Pembinaan, pengawalan, monev SLPTT & pengembangan
Pengelolaan Produksi Tanaman Akabi
SL-PTT Kedelai (Rp 3,93jt/LL)
Pengembangan Kedelai Model (Rp 4,43jt/Unit))
Pengembangan Kc.Tanah (Rp.2.929,5 jt)
Pengembangan Ubi Kayu (Rp10,215jt/ha,-)
Pengembangan Ubi Jalar (Rp7,718 jt/ha)
Pertemuan Koordinasi Stakeholder Non Kedelai (2 kali)
Pembinaan, pengawalan, monev SLPTT & pengembangan
Ubinan SL-PTT Kedelai (Rp.180.000,-/Unit)
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
94 | P a g e
No. Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah
3 794.796.575 121.839.900 536.614.525 1.453.251.000
a. 102 Ribu Ton 1.247.250.000
- BLBU padi non hibrida (Rp 8.500/kg) @25kg/ha 68 Ribu Ton 406.937.500 - 166.812.500
- BLBU padi hibrida (Rp 56 rb/kg) @15kg/ha 5 Ribu Ton 151.200.000 - 100.800.000
- BLBU padi lahan kering (Rp 9 rb/kg) @25kg/ha 13 Ribu Ton 66.909.375 - 45.590.625
- BLBU jagung hibrida (Rp40 rb/kg) @15kg/ha 3 Ribu Ton 76.890.000 - 43.110.000
- BLBU kedelai (13,5 rb/kg) @40kg/ha 14 Ribu Ton 77.862.600 - 111.137.400
b. 32 Balai - 47.549.000 - 47.549.000
c. 817 Orang - 2.451.000 - 2.451.000
d. 32 Balai - 11.400.000 - 11.400.000
e. 31 Balai - 16.846.500 - 16.846.500
f. 45.450.000
- Padi 10 Ribu Ha 35.000.000
- Jagung 700 Ha 2.450.000
- Kedelai 2,5 Ribu Ha 8.000.000
g. 4 UPB - 16.880.000 3.000.000 19.880.000
h. 8 UPB - 15.000.000 - 15.000.000
i. 1 Paket 1.000.000 - - 1.000.000
j. 28 Prov - 1.578.000 - 3.878.000
230 Kab - - 2.300.000
k. 1 Pusat 13.997.100 - - 42.546.500
32 Prov - 10.135.400 -
373 Kab - - 18.414.000
4 6.941.000 9.209.000 74.386.000 90.536.000
a. 67.411.000
- Padi 442 Pkt - 130.000 63.336.000
- Jagung 15 Pkt - - 1.125.000
- Kedelai 25 Pkt - - 1.500.000
- Ubi Kayu 12 Pkt - - 720.000
- Ubi Jalar 10 Pkt - - 600.000
b. 12 Prov - 7.394.500 - 7.394.500
c. 1 Pkt 6.941.000 - - 15.730.500
31 Prov - 1.684.500 -
204 Kab - - 7.105.000
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
BLBU:
Operasional UPTD BPSBTPH
Kegiatan dan Output
Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT)
Sarana BPSBTPH
Operasional Balai Benih
Pemberdayaan Penangkar
Pembangunan UPB
Optimalisasi UPB
Deregulasi Perbenihan
Pembinaan, Pengawalan, Monev Pemb. Penangkar
Pembinaan, Pengawalan, Monev Perbenihan, BLBU & CBN
Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan
Bantuan Sarana Pascapanen :
Survei Susut Hasil Padi
Pembinaan, Bimbingan Teknis, Apresiasi, & Monev Pascapanen
Volume
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
95 | P a g e
No. Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah
5 16.058.500 154.341.500 15.800.000 186.200.000
a. 505 Kab - 20.000.000 - 20.000.000
b. 80 Kali - 9.900.000 - 9.900.000
c. 86 Unit 8.954.500 - 8.954.500
d. 158 Unit - 15.800.000 15.800.000
e. 77 Unit - 8.000.000 - 8.000.000
f. 143 Kelas - 4.350.000 - 4.350.000
g. 66 Pkt - 7.000.000 - 7.000.000
h. 2.908 Orang - 18.096.000 - 18.096.000
i. 1.941 Unit - 39.000.000 - 39.000.000
j. 130 Unit - 2.600.000 - 2.600.000
k. 620 Unit - 6.200.000 - 6.200.000
l. 95 Unit - 8.015.000 - 8.015.000
m. 14 Prov - 2.315.000 - 2.315.000
n. 1.168 Orang - 19.911.000 - 19.911.000
o. 1 Paket 12.558.500 - - 12.558.500
p. 1 Paket 3.500.000 - - 3.500.000
6 9.353.000 - - 9.353.000
a. 1 Thn 4.129.295 - - 4.129.295
b. 1 Thn 804.799 - - 804.799
c. 1 Pkt 4.418.906 - - 4.418.906
Penguatan Perlindungan TP dari Gangguan OPT & DPI
Operasional P3OPT (BPTPH)
Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI
Operasional Brigade Proteksi Tanaman/Gerakan Pengendalian OPT
Gerakan Pengendalian OPT/ bantuan pestisida
Renovasi Gudang Brigade
Pelatihan Alumni SLPHT untuk Penguatan RPH
Surveilans OPT dan Monev SL
Biaya Operasional POPT-PHP (Rp 500Rb/bln)
Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT)
Sekolah Lapangan Iklim (SLI)
Pemberdayaan PPAH
Operasional Lab Pengamatan Hama Penyakit (LPHP)
Operasional Diperta Provinsi
Operasional THL POPT-PHP
Pembinaan, Pengawalan, Monev Perlintan
Operasional BPMPT
Kegiatan dan Output Volume
Pengembangan Peramalan Serangan OPT
Gaji
Operasional Kantor
Pengembangan Peramalan Serangan OPT
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
96 | P a g e
No. Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah
7 7.300.000 - - 7.300.000
a. 1 Thn 3.164.532 - - 3.164.532
b. 1 Thn 1.170.004 - - 1.170.004
c. 1 Pkt 2.965.464 - - 2.965.464
8 184.946.061 26.467.900 37.400.000 248.813.961
a. 1 Thn 46.507.092 - - 46.507.092
b. 1 Thn 10.840.047 - - 10.840.047
c. 1 Pkt 30.000.000 - - 30.000.000
d. 1 Pkt 45.600.000 - - 45.600.000
e. 3.074 Org - 10.144.200 - 10.144.200
f. 1 Pusat 1.000.000 - - 16.610.800
33 Prov 2.820.000
374 Kab 12.790.800
g. 1 Pusat 12.000.000 27.614.000
33 Prov 6.264.000
374 Kab 9.350.000
h. 1 Pusat 4.350.000 15.569.500
33 Prov 3.739.500
374 Kab 7.480.000
i. 1 Pusat 4.380.000 15.659.400
33 Prov 3.500.200
374 Kab 7.779.200
j. 1 Pusat 5.900.000 5.900.000
k. 1 Pusat 24.368.922 24.368.922
Total 1.104.899.536 512.347.000 1.498.245.455 3.115.491.991
Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian Benih
Dukungan Manajemen & Teknis Lainnya pada Ditjen TP
Dukungan Manajemen Lainnya
Pengelolaan Bidang Umum
Evaluasi, Pelaporan, Pengawasan & Data Statistik
Pengelolaan Keuangan (SAI) & Perlengkapan
Perencanaan Program & Kegiatan
Honor Pengelola Keuangan & Administrasi Satker
Operasional Kantor
LM3
Bencana Alam
Insentif Mantritani
Gaji
Operasional Kantor
Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih
Kegiatan dan Output Volume
Gaji
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
97 | P a g e
Lampiran 14. Indikator Kegiatan Utama Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
1 ACEH 147.200 1.800 1.000 14.150 850 10.000 2.175 32.500 249 - - - 550 - 125 21 - 2 - - 2 82 6
Dinas Provinsi 1.800 1.000 850
1 Kab. Aceh Barat 3.500 - 500 450 50 500 - - 50 -
2 Kab. Aceh Besar 13.600 - - 450 50 300 - - 50 - 4
3 Kab. Aceh Selatan 12.500 - - 1.430 70 500 - - 50 - 2
4 Kab. Aceh Singkil 2.000 - - - - 500 - - - - -
5 Kab. Aceh Tengah 2.500 - - - - 200 - - - - -
6 Kab. Aceh Tenggara 7.400 600 - 950 50 975 875 - - - 2
7 Kab. Aceh Timur 15.500 - - 950 50 3.100 350 2.500 49 50 - 25 4
8 Kab. Aceh Utara 17.400 600 - 1.430 70 500 150 2.500 50 50 - 4
9 Kab. Bireuen 10.000 - - 950 50 - 150 11.000 100 50 - 25 2 2
10 Kab. Aceh Pidie 15.000 - - 1.430 70 - 150 6.000 50 50 - 25 3
11 Kab. Simeuleu 3.000 - - 950 50 - - - - - -
12 Kab. Gayo Lues 4.000 - - 950 50 - - - - - -
13 Kab. Aceh Barat Daya 7.400 600 - 1.430 70 - - - - - -
14 Kab. Aceh Jaya 3.500 - 500 450 50 575 - - - - -
15 Kab. Nagan Raya 12.000 - - 1.430 70 800 - - - - -
16 Kab. Aceh Tamiang 7.000 - - 450 50 250 300 2.500 50 - 25 -
17 Kab. Bener Meriah 1.200 - - - - 500 - 1.000 50 - 25 -
18 Kab. Pidie Jaya 7.200 - - 450 50 1.000 - 7.000 100 -
19 Kota Banda Aceh - - - - - - - - - - -
20 Kota Sabang - - - - - - - - - - -
21 Kota Langsa - - - - - - - - - - -
22 Kota Lhokseumawe - - - - - - - - - - -
23 Kota Sibulussalam 2.500 - - - - 300 200 - - - -
24 Kota Meulaboh - - - - - - - - - - -
2 SUMUT 137.900 1.100 1.000 14.000 - 7.500 10.050 8.000 - - - - 700 50 125 19 - 1 - - 3 110 7
Dinas Propinsi 1.100 1.000 -
1 Kab. Asahan 8.400 - 500 750 - - - 300 50 - 1
2 Kab. Dairi 3.750 - - - - - 1.500 - 50 -
3 Kab. Deli Serdang 11.450 - - 750 - 450 900 2.000 50 - 25 4
4 Kab. Tanah Karo 4.450 - - 1.500 - - 1.500 - 50 -
5 Kab. Labuhan Batu 5.150 550 - - - - 300 - - - 2
6 Kab. Langkat 9.700 550 - 1.500 - 200 - 2.500 100 - 25 4 1
7 Kab. Mandailing Natal 9.550 - - 750 - 100 600 500 100 - 25 2
8 Kab. Nias 4.200 - - - - - - - - - -
9 Kab. Simalungun 8.500 - - 2.000 - - 1.500 500 50 - 4
10 Kab. Tapanuli Selatan 7.000 - - - - 1.450 300 400 50 - 25 2
11 Kab. Tapanuli Tengah 9.000 - - 750 - 500 - - 50 -
12 Kab. Tapanuli Utara 8.250 - - 1.000 - - 525 - 50 50 -
13 Kab. Toba Samosir 3.150 - - 750 - - 150 - - - -
14 Kab. Pakpak Barat 1.350 - - - - 900 450 - - - -
15 Kab. Humbang Hasundutan 3.150 - - 750 - 500 - - - - -
16 Kab. Serdang Bedagai 7.000 - - - - 100 750 1.000 50 - 25
17 Kab. Padang lawas 4.450 - - 750 - 100 300 300 - - -
18 Kota Binjai - - - - - - - - - - -
19 Kota Medan - - - - - - - - - - -
20 Kota Pematang Siantar - - - - - - - - - - -
21 Kota Sibolga - - - - - - - - - - -
22 Kota Tanjung Balai - - - - - - - - - - -
23 Kota Tebing Tinggi - - - - - - - - - - -
24 Kota Padang Sidempuan 2.500 - - 500 - 1.450 - - - - -
25 Kota Gunung Sitoli - - - - - - - - - - -
26 Kab. Nias Selatan 5.600 - - - - - - - - - -
27 Kab. Samosir 3.150 - - - - - 300 - - - -
28 Kab Padang Lawas Utara 2.650 - 500 750 - 500 225 - - - -
29 Kab. Labuhan Batu Selatan - - - - - - - - - - -
30 Kab. Labuhan Batu Utara 3.750 - - - - 1.250 - - - - -
31 Kab Nias Barat 4.150 - - - - - 225 - - - -
32 Kab. Nias Utara 3.150 - - - - - 225 - - - -
33 Kab. Batu Bara 4.450 - - 1.500 - - 300 500 50 - -
34 Kota Sidikalang - - - - - - - - - - -
35 Kota Lubukpakam - - - - - - - - - - -
36 Kota Stabat - - - - - - - - - - -
37 Kota Tarutung - - - - - - - - - - -
Provinsi dan Kabupaten/Kota No.
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Bantuan Sarana Pascapanen (paket)Pengembangan (Ha)SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
98 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
3 SUMBAR 97.800 1.200 1.000 - - 10.000 8.175 1.150 - - - - 600 - - 13 4 - - - 2 76 4
Dinas Propinsi 1.200 1.000 -
1 Kab. Lima Puluh Kota 8.900 600 - - - - 750 - 50 - 2 1
2 Kab. Agam 9.500 - - - - 1.000 750 100 50 - 2
3 Kab. Kep Mentawai - - - - - - - - - - -
4 Kab. Padang Pariaman 8.900 600 - - - - - - 50 - 2
5 Kab. Pasaman 9.500 - - - - 2.500 1.200 350 50 - 2
6 Kab. Pesisir Selatan 9.500 - - - - - 1.350 250 50 - 1
7 Kab. Sijunjung 7.000 - - - - 1.000 225 - - - -
8 Kab. Solok 9.500 - - - - - 300 - 50 -
9 Kab. Tanah Datar 9.500 - - - - - 750 - 50 - 2 1
10 Kab. Dharmas Raya 7.500 - 500 - - 1.000 750 50 50 -
11 Kab. Solok Selatan 5.500 - - - - 1.500 900 - 100 - 2
12 Kab. Pasaman Barat 4.750 - 500 - - 3.000 1.200 400 50 - 2
13 Kota Bukit Tinggi - - - - - - - - - - -
14 Kota Padang Panjang - - - - - - - - - - -
15 Kota Padang 2.900 - - - - - - - - - -
16 Kota Payakumbuh 2.850 - - - - - - - - - -
17 Kota Sawahlunto - - - - - - - - - - -
18 Kota Solok - - - - - - - - - - -
19 Kota Pariaman 2.000 - - - - - - - 50 - -
20 Kota Painan - - - - - - - - - - -
21 Kota Lubuk Sikaping - - - - - - - - - - -
4 RIAU 48.400 1.100 500 1.200 300 9.500 1.155 3.800 250 - - - 150 - - 7 - - - - 2 30 2
Dinas Propinsi 1.100 500 300
1 Kab. Bengkalis 4.000 - - - - - - - - -
2 Kab. Indragiri Hilir 8.950 550 - 400 100 - 180 250 50 - 2
3 Kab. Indragiri Hulu 3.500 - - - - - - 250 - -
4 Kab. Kampar 3.000 - - 400 100 3.000 240 100 - - -
5 Kab. Kuantan Singingi 4.000 - - - - 500 - - - -
6 Kab. Pelalawan 4.000 - - - - 1.000 225 - 50 -
7 Kab. Rokan Hilir 10.450 550 - 400 100 - 180 1.500 50 - 2
8 Kab. Rokan Hulu 4.000 - 500 - - 4.500 180 1.700 250 - - 1
9 Kab. Siak 4.500 - - - - - - - - - 2
10 Kota Dumai - - - - - - - - - - -
11 Kota Pekanbaru - - - - - - - - - - -
12 Kota Rengat - - - - - - - - - - -
13 Kab Meranti 2.000 - - - - 500 150 - - - -
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha) Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
99 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
5 JAMBI 58.400 1.100 500 2.500 - 12.500 1.500 6.000 250 - - - 350 50 175 7 - 1 - - 3 44 2
Dinas Propinsi 1.100 500 -
1 Kab. Batanghari 3.500 - - - - - - 550 50 50 - 25
2 Kab. Bungo 3.500 - - 500 - 2.000 300 400 50 - - 25 -
3 Kab. Kerinci 8.750 - - 500 - 2.000 300 - 50 - 2
4 Kab. Merangin 6.000 - - 500 - 3.500 - 550 50 - - 2
5 Kab. Muaro Jambi 3.500 - 500 - - - 375 500 50 50 25 -
6 Kab. Sarolangun 3.450 550 - 1.000 - 3.000 150 100 50 - 25
7 Kab. Tanjung Jabung Barat 6.950 550 - - - - 150 1.000 50 - 25 1
8 Kab. Tj. Jabung Timur 15.000 - - - - - 225 2.200 50 50 - 25 2
9 Kab. Tebo 2.750 - - - - 2.000 - 700 50 50 - 25
10 Kota Jambi 1.875 - - - - - - - - - 1
11 Kota Sungai Penuh 3.125 - - - - - - - - - -
6 SUMSEL 147.200 1.800 1.000 11.900 600 20.000 3.525 4.800 150 - - - 350 - - 27 - 1 - - 3 65 4
Dinas Propinsi 1.800 1.000 600
1 Kab. Lahat 14.500 - 500 - - 2.300 - 1.900 100 - - 2
2 Kab. Musi Banyuasin 13.400 600 - - - 2.050 900 - 50 - 4
3 Kab. Musi Rawas 12.000 - - 2.400 100 2.300 300 500 50 - 3 1
4 Kab. Muara Enim 13.400 600 - 500 - 2.300 225 400 50 - 3
5 Kab. Ogan Komering Ilir 11.900 - 500 1.400 100 2.650 450 500 50 50 - 1
6 Kab. Ogan Komering Ulu 4.000 - - - - 2.300 300 - - - 3
7 Kab. Banyuasin 16.000 - - 1.400 100 1.250 750 - 50 - 4
8 Kab. OKU Timur 20.000 600 - 3.400 100 1.000 375 600 50 - 4
9 Kab. OKU Selatan 12.000 - - 1.400 100 2.300 225 400 - -
10 Kab. Ogan Ilir 10.000 - - - - - - - - - 3
11 Kab. Empat lawang 11.500 - - 1.400 100 1.550 - 500 - - -
12 Kota Palembang 2.500 - - - - - - - - - -
13 Kota Prabumulih - - - - - - - - - - - -
14 Kota Pagar Alam 4.000 - - - - - - - 50 - -
15 Kota Lubuk Linggau 2.000 - - - - - - - - - -
16 Kab Baturaja - - - - - - - - - - -
7 BENGKULU 48.900 1.100 - 1.000 - 7.500 1.875 2.500 - - - - 200 - - 5 - - - - 2 29 2
Dinas Propinsi 1.100 - -
1 Kab. Bengkulu Selatan 5.350 - - - - - - - - 50 -
2 Kab. Bengkulu Utara 9.250 - - 500 - 2.000 300 - - - - 1
3 Kab. Rejang Lebong 4.250 - - 500 - 500 525 1.500 50 -
4 Kab. Kaur 4.600 - - - - 500 - 250 - - 1
5 Kab. Seluma 8.700 550 - - - 500 450 250 - - 1
6 Kab. Muko-muko 4.650 - - - - 1.000 300 - - - -
7 Kab. Lebong 3.950 - - - - 750 - 250 50 - 1
8 Kab. Kepahiang 2.000 - - - - - 300 - - - -
9 Kab Bengkulu Tengah 3.450 550 - - - 2.250 - 250 - - 1
10 Kota Bengkulu 2.700 - - - - - - - - 50 - -
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha) Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
100 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
8 LAMPUNG 147.350 1.650 1.000 14.700 300 12.500 14.550 6.000 300 - - - 550 - 125 26 - 1 - - 2 65 3
Dinas Propinsi 1.650 1.000 300
1 Kab. Lampung Barat 11.950 550 - - - 1.000 375 - 50 - 25 3
2 Kab. Lampung Selatan 17.000 - 500 1.970 30 1.500 2.250 1.350 50 100 - 3
3 Kab. Lampung Tengah 17.450 550 - 2.470 30 2.000 2.625 1.600 50 - 25 4 1
4 Kab. Lampung Utara 12.000 - - 1.470 30 1.500 1.350 1.100 50 - 25 2
5 Kab. Lampung Timur 18.000 - 500 1.470 30 1.500 2.625 750 100 - 3
6 Kab. Tanggamus 12.500 - - 970 30 300 1.275 - 50 - 25 2
7 Kab. Tulang Bawang 11.950 550 - 970 30 1.000 975 600 150 50 - 2
8 Kab. Way Kanan 12.500 - - 970 30 1.500 975 600 100 50 - 25 2
9 Kab. Pesawaran 10.000 - - 1.970 30 1.500 1.200 - 50 - 2
10 Kab. Mesuji 7.500 - - 1.470 30 - - - - - 1
11 Kab. Pringsewu 10.000 - - 970 30 200 450 - - - 1
12 Kab. Tulangbawang Barat 6.500 - - - - 500 450 - - - 1
13 Kota Bandar Lampung - - - - - - - - - - -
14 Kota Metro - - - - - - - - - - -
9 DKI - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 3 -
Dinas Propinsi - -
1 Kab Adm Kep Seribu - - - - - - - -
2 Kota Adm Jakarta Barat - - - - - - - -
3 Kota Adm Jakarta Pusat - - - - - - - -
4 Kota Adm Jakarta Selatan - - - - - - - -
5 Kota Adm Jakarta Timur - - - - - - - -
6 Kota Adm Jakarta Utara - - - - - - - -
10 JABAR 197.500 1.500 1.000 18.880 1.120 50.000 11.850 21.260 375 - - - 650 - 300 45 - 2 - - 3 179 14
Dinas Propinsi 1.500 1.000 1.120
1 Kab. Bandung 10.000 - - 1.430 70 3.750 1.350 - - - 2
2 Kab. Bekasi 11.000 - - - - - - - - - 2
3 Kab. Bogor 8.000 - - 1.430 70 500 750 - - - 3
4 Kab. Ciamis 12.000 - - 1.430 70 3.125 750 2.500 100 100 - 25 3
5 Kab. Cianjur 10.000 500 - 1.430 70 6.250 750 5.000 50 50 - 25 4 1
6 Kab. Cirebon 11.750 - 500 930 70 250 - - 50 - 25 4
7 Kab. Garut 12.500 - - - - 8.750 2.250 5.000 100 50 - 25 3 1
8 Kab. Indramayu 19.500 500 - 930 70 5.000 - 2.000 100 50 - 25 4
9 Kab. Karawang 18.250 - - 1.180 70 1.250 - - - - 1
10 Kab. Kuningan 8.000 - - 1.430 70 1.250 - 260 50 - 25 2
11 Kab. Majalengka 12.500 - - 1.430 70 500 1.500 1.500 25 100 - 25 3
12 Kab. Purwakarta 7.000 - - 930 70 1.875 525 - - - 25
13 Kab. Subang 14.500 500 - 930 70 1.250 - 1.000 - - 4
14 Kab. Sukabumi 12.500 - - 1.430 70 7.500 975 1.000 100 - 25 3
15 Kab. Sumedang 9.625 - - 1.430 70 3.750 1.500 1.500 50 - 25 2
16 Kab. Tasikmalaya 12.000 - - 1.430 70 2.500 1.500 1.000 50 - 25 3
17 Kota Banjar - - - - - - - - - - -
18 Kab. Bandung Barat 6.500 - 500 930 70 2.500 - 500 - - 25 -
19 Kota Cimahi - - - - - - - - - - -
20 Kota Tasikmalaya 1.250 - - 180 70 - - - - - -
21 Kota Bandung - - - - - - - - - - -
22 Kota Bekasi - - - - - - - - - - -
23 Kota Bogor - - - - - - - - - - -
24 Kota Cirebon - - - - - - - - - - -
25 Kota Depok - - - - - - - - - - -
26 Kota Sukabumi 625 - - - - - - - - - 2
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha) Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
101 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
11 JATENG 198.000 1.000 1.000 18.040 1.960 45.125 27.600 51.000 100 - - - 500 100 425 61 3 3 - - 3 173 18
Dinas Propinsi 1.000 1.000 1.960
1 Kab. Banjarnegara 8.500 - - 1.080 70 2.500 1.500 500 50 50 25 2
2 Kab. Banyumas 8.500 - - 480 70 3.300 450 2.000 50 50 - 25 3
3 Kab. Batang 2.875 - - 680 70 - 450 - - - 2
4 Kab. Blora 3.500 500 - 930 70 4.200 1.500 3.500 - - 25 2
5 Kab. Boyolali 8.000 - - 130 70 3.300 1.050 2.500 50 - 25 2 2
6 Kab. Brebes 10.000 - - 430 70 1.600 1.200 1.000 - - 25 2
7 Kab. Cilacap 12.500 - - 1.430 70 5.000 675 2.500 50 - 25 4
8 Kab. Demak 8.000 - - 430 70 3.300 1.500 3.000 - - 25 2
9 Kab. Grobogan 9.500 - - 680 70 4.150 1.800 10.000 100 - 25 2 1 2
10 Kab. Jepara 5.000 - - 430 70 - 975 - - - 2
11 Kab. Karanganyar 7.000 - - 880 70 250 975 - - - 25 2
12 Kab. Kebumen 9.000 - - 430 70 5.000 975 5.000 100 - 25 2
13 Kab. Kendal 6.125 - - 430 70 850 1.500 1.000 - - 2
14 Kab. Klaten 7.000 - - 330 70 - 750 2.500 - - 25 2
15 Kab. Kudus 3.500 - 500 430 70 75 525 - - - 2
16 Kab. Magelang 7.500 - 500 430 70 - 600 - - - 2
17 Kab. Pati 6.500 - - 430 70 850 750 2.000 50 - - 25 3
18 Kab. Pekalongan 4.500 - - 430 70 - 750 - - - 2
19 Kab. Pemalang 8.000 500 - 430 70 2.000 900 - - - 2
20 Kab. Purbalingga 8.000 - - 430 70 850 900 - 50 - 2
21 Kab. Purworejo 8.500 - - 430 70 - 450 4.000 50 - 2
22 Kab. Rembang 5.500 - - 680 70 850 1.050 2.000 - - 25 2
23 Kab. Semarang 6.500 - - 1.430 70 700 900 - - - 3
24 Kab. Sragen 10.000 - - 430 70 - 900 1.500 - - 25 3
25 Kab. Sukoharjo 6.250 - - 430 70 - 525 2.000 - - 25 2
26 Kab. Tegal 3.750 - - - - - 750 - - - 25 1
27 Kab. Temanggung 4.500 - - 2.430 70 850 1.050 - - - 2
28 Kab. Wonogiri 5.500 - - 430 70 5.500 1.500 6.000 - - 25 2 1
29 Kab. Wonosobo 4.000 - - 430 70 - 750 - - 50
30 Kota Tegal - - - - - - - - - - -
31 Kota Magelang - - - - - - - - - - -
32 Kota Pekalongan - - - - - - - - - - -
33 Kota Salatiga - - - - - - - - - - -
34 Kota Semarang - - - - - - - - - - -
35 Kota Surakarta - - - - - - - - - - -
12 DI YOGYAKARTA 33.500 1.000 500 2.000 - 20.000 2.100 7.100 100 - - - 200 - 75 5 - 2 - - 3 38 3
Dinas Propinsi 1.000 500 -
1 Kab. Bantul 10.625 375 - 500 - 50 375 1.100 50 - 25 2 1
2 Kab. Gunung Kidul 3.000 - 500 500 - 19.700 900 5.000 100 50 - 25 1 1
3 Kab. Kulon Progo 7.625 375 - 500 - 175 450 1.000 50 - 25 2
4 Kab. Sleman 12.250 250 - 500 - 75 375 - 50 -
5 Kota Yogyakarta - - - - - - - - - - -
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha) Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
102 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
13 JATIM 197.000 2.000 1.000 74.440 560 62.500 29.850 121.300 170 - - - 550 - 425 54 2 3 - - 3 190 16
Dinas Propinsi 2.000 1.000 560
1 Kab. Bangkalan 4.000 - - 1.480 20 1.700 1.500 1.500 - - 25
2 Kab. Banyuwangi 7.000 - - 4.980 20 - 1.350 21.000 50 - 25 4 2
3 Kab. Blitar 6.500 - - 2.480 20 3.500 1.050 5.000 100 - 2
4 Kab. Bojonegoro 9.000 - - 4.980 20 2.675 1.200 9.750 70 - - 25 2
5 Kab. Bondowoso 4.500 - - 2.480 20 - 1.050 - - - 2
6 Kab. Gresik 9.000 - - 2.480 20 - 975 - - - 25 2
7 Kab. Jember 17.500 - - 5.980 20 - 1.050 11.000 100 - 25 5
8 Kab. Jombang 16.500 - - 2.980 20 - 1.050 6.000 - - 25 3
9 Kab. Kediri 4.000 - 500 2.480 20 - 1.050 - 50 - 2
10 Kab. Lamongan 15.500 - - 5.980 20 9.000 1.050 12.500 - - 25 1
11 Kab. Lumajang 7.500 500 - 1.980 20 4.000 750 1.000 50 - 25 3
12 Kab. Madiun 5.500 - - 4.980 20 - 300 5.000 - - 3
13 Kab. Magetan 11.000 - - 1.480 20 - 525 1.500 - - 2
14 Kab. Malang 4.000 - - 1.980 20 825 1.350 - - - 25 1
15 Kab. Mojokerto 4.000 - - 1.480 20 1.775 900 2.000 - - 3
16 Kab. Nganjuk 8.000 500 - 1.980 20 4.300 900 8.000 50 - 25 3
17 Kab. Ngawi 5.000 - - 4.980 20 - 450 10.000 - - 25 1
18 Kab. Pacitan 4.500 - - 980 20 10.675 750 1.000 50 - - 2 2
19 Kab. Pamekasan 1.000 - - 480 20 1.775 1.050 - - -
20 Kab. Pasuruan 6.500 - - 2.980 20 - 900 7.500 - - 25 2
21 Kab. Ponorogo 11.000 - - 3.980 20 - 600 2.800 - - 25 3 1
22 Kab. Probolinggo 8.500 500 - 1.480 20 - 1.500 - - - 25 2
23 Kab. Sampang 4.000 - - 1.980 20 4.450 1.500 4.250 - -
24 Kab. Sidoarjo 2.500 - - - - - 150 500 - -
25 Kab. Situbondo 8.000 - 500 1.480 20 8.875 1.500 - 50 - 2
26 Kab. Sumenep 1.500 - - 980 20 450 1.800 3.000 - -
27 Kab. Trenggalek 2.500 - - 1.480 20 5.200 750 2.000 50 50 - 25 2
28 Kab. Tuban 5.000 500 - 980 20 - 1.500 2.000 50 - 25 2
29 Kab. Tulungagung 3.500 - - 2.480 20 3.300 1.350 4.000 - - 25
30 Kota Blitar - - - - - - - - - - -
31 Kota Kediri - - - - - - - - - - -
32 Kota Malang - - - - - - - - - - -
33 Kota Mojokerto - - - - - - - - - - -
34 Kota Pasuruan - - - - - - - - - - -
35 Kota Probolinggo - - - - - - - - - - -
36 Kota Surabaya - - - - - - - - - - -
37 Kota Batu - - - - - - - - - - -
38 Kota Madiun - - - - - - - - - - -
14 KALBAR 97.450 1.800 750 5.300 700 20.000 2.850 1.300 - - - - 650 - 25 10 - - - - 3 55 3
Dinas Propinsi 1.800 750 700
1 Kab. Bengkayang 10.000 - - 800 100 3.500 900 50 50 -
2 Kab. Landak 14.000 600 - 1.000 100 3.000 300 - 50 - 2
3 Kab. Kapuas Hulu 4.000 - - 200 - 2.800 - - 50 - 2
4 Kab. Ketapang 6.500 - - 400 100 2.200 225 - 50 - -
5 Kab. Pontianak 5.000 - - 300 100 300 - 50 50 - 1
6 Kab. Sambas 22.000 600 - 400 100 - - 1.000 100 - 25 3
7 Kab. Sanggau 6.500 - 500 - - 3.300 225 - 50 - -
8 Kab. Sintang 6.500 - - - - 2.750 225 100 50 - -
9 Kab. Melawi 4.500 - - - - 1.500 150 - 50 - -
10 Kab. Sekadau 2.000 - 250 - - 650 225 - 50 - -
11 Kab. Kubu Raya 12.450 600 - 1.550 100 - 600 100 50 - 2
12 Kab. Kayong Utara 4.000 - - 650 100 - - - 50 - -
13 Kota Pontianak - - - - - - - - - - -
14 Kota Singkawang - - - - - - - - - - -
15 KALTENG 48.900 1.100 - 200 300 20.000 - 2.300 - - - - 100 - - 2 - - - - 2 30 3
Dinas Propinsi 1.100 - 300
1 Kab. Barito Selatan 5.000 - - 50 100 1.000 - 300 - -
2 Kab. Barito Utara 2.500 - - - - 3.250 - - - - -
3 Kab. Kapuas 8.825 550 - 150 200 5.125 - 500 50 - 2
4 Kab. Kotawaringin Barat 3.500 - - - - 1.250 - - - - -
5 Kab. Kotawaringin Timur 3.500 - - - - 2.000 - - - - -
6 Kab. Katingan 5.625 - - - - 3.250 - 150 - - -
7 Kab. Seruyan 1.500 - - - - 500 - - - - -
8 Kab. Sukamara 2.875 - - - - - - - - - -
9 Kab. Lamandau 2.875 - - - - - - 900 - - -
10 Kab. Pulang Pisau 4.450 550 - - - 2.250 - 300 50 - -
11 Kab. Murung Raya 1.500 - - - - 1.375 - - - - -
12 Kab. Barito Timur 3.500 - - - - - - 150 - - -
13 Kab. Gunung Mas 3.250 - - - - - - - - - -
14 Kota Palangka Raya - - - - - - - - - - -
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha) Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
103 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
16 KALSEL 137.350 1.650 1.000 - - 23.000 3.695 1.770 - - - - 400 - 125 23 - - - - 3 76 7
Dinas Propinsi 1.650 1.000 -
1 Kab. Banjar 9.500 - 500 - - 3.600 315 - - -
2 Kab. Barito Kuala 14.450 550 - - - 2.200 - - 50 - 4
3 Kab. Hulu Sungai Selatan 20.000 - - - - 4.000 840 - 50 - 25 2
4 Kab. Hulu Sungai Tengah 15.000 - 500 - - 1.000 390 70 50 - 3
5 Kab. Hulu Sungai Utara 10.000 - - - - - 150 - 50 - 25 3
6 Kab. Kota Baru 10.000 - - - - 2.000 630 700 - - 2
7 Kab. Tabalong 11.450 550 - - - 2.200 - 200 50 - 2
8 Kab. Tanah Laut 12.000 - - - - 1.500 1.200 400 50 - 25 2
9 Kab. Tapin 16.950 550 - - - 1.500 - - 50 - 3
10 Kab. Balangan 10.000 - - - - 3.500 - 400 - - 25 2
11 Kab. Tanah Bumbu 8.000 - - - - 1.500 170 - 50 - 25 -
12 Kota Banjarmasin - - - - - - - - - - -
13 Kota Banjar Baru - - - - - - - - - - -
14 Kab Tala - - - - - - - - - - -
17 KALTIM 33.525 1.100 - 1.700 300 15.000 - 1.650 - - - - 100 - - 4 - - - - 2 39 2
Dinas Propinsi 1.100 - 300
1 Kab. Berau 3.000 - - - - 2.500 - 600 - - -
2 Kab. Bulungan 5.450 550 - - - 1.500 - 200 50 - 2
3 Kab. Kutai Barat 2.000 - - - - 2.500 - - - - -
4 Kab. Kutai Timur 2.500 - - - - 2.500 - 500 - - -
5 Kab. Malinau 2.000 - - - - 2.000 - - - - -
6 Kab. Nunukan 2.500 - - - - - - - - - -
7 Kab. Pasir 4.450 550 - 400 100 1.500 - - - - -
8 Kab. Penajem Paser Utr 2.000 - - 900 100 500 - - - - -
9 Kab. Kutai Kertanegera 8.000 - - 400 100 1.100 - 350 50 - 2
10 Kota Balikpapan - - - - - - - - - - -
11 Kota Bontang - - - - - - - - - - -
12 Kota Samarinda - - - - - - - - - - -
13 Kota Tarakan - - - - - - - - - - -
14 Kab. Tana Tidung 1.625 - - - - 900 - - - - -
15 Kab. Tenggarong - - - - - - - - - - -
18 SULUT 48.900 1.100 - 10.000 - 7.000 8.775 2.000 - - - - 400 100 - 10 - 1 - - 2 48 2
Dinas Propinsi 1.100 - - 1
1 Kab. Bolaang Mangondow 17.000 - - 2.000 - 1.125 750 1.000 50 - 3
2 Kab. Minahasa 7.000 - - 750 - 650 1.575 250 50 - 2
3 Kab. Kep. Talaud - 100 - - - - - - - - 1
4 Kab. Minahasa Selatan 4.750 - - 1.000 - 1.450 1.995 250 50 50 2
5 Kota Tomohon 600 - - 500 - - 300 - 50 -
6 Kab. Minahasa Utara 2.950 500 - 750 - 1.250 1.275 - 50 50
7 Kab. Minahasa Tenggara 3.650 - - 1.000 - 125 495 - 50 - -
8 Kab. Bolmong Utara 7.400 500 - 1.500 - 1.350 495 500 - - 2 1
9 Kab. Sangihe 600 - - - - 350 795 - - - -
10 Kab. Bolmang Selatan 2.000 - - 750 - 375 495 - - - -
11 Kab. Bolmang Timur 1.700 - - 500 - 325 600 - 50 - -
12 Kep Siau Tagulandang B - - - - - - - - - - -
13 Kota Bitung - - - - - - - - - - -
14 Kota Manado - - - - - - - - - - -
15 Kota Kotamobagu 1.250 - - 1.250 - - - - 50 - -
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha) Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
104 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
19 SULTENG 73.400 1.100 500 - - 5.000 9.645 2.500 - - - - 400 - - 9 - - - - 2 56 2
Dinas Propinsi 1.100 500 -
1 Kab. Banggai 14.450 550 - - - 1.300 2.100 750 50 - 2
2 Kab. Buol 4.000 - - - - 300 810 - 50 - -
3 Kab. Toli-Toli 7.000 - - - - - - - 50 - 2
4 Kab. Donggala 7.450 550 - - - - 750 500 50 - 3
5 Kab. Morowali 7.000 - 500 - - 650 1.200 250 50 - -
6 Kab. Poso 7.000 - - - - 800 - - 50 - -
7 Kab. Parigi Moutong 17.000 - - - - 300 1.500 1.000 50 - 2
8 Kab. Tojo Una-Una 1.000 - - - - 750 2.025 - 50 -
9 Kab. Banggai Kepulauan 500 - - - - - 495 - - -
10 Kab. Sigi 8.000 - - - - 900 765 - - -
11 Kota Palu - - - - - - - - - - -
20 SULSEL 182.350 1.650 1.000 73.690 1.310 35.000 29.805 20.000 50 - - - 650 - 375 34 - 2 - - 3 104 9
Dinas Propinsi 1.650 1.000 1.310
1 Kab. Bantaeng 3.500 - - 2.950 70 1.500 1.980 300 - - 25 2
2 Kab. Barru 3.375 - - 950 70 1.250 450 - - - 25 3
3 Kab. Bone 19.450 550 - 4.430 70 3.250 1.800 5.250 50 50 - 25 3 1
4 Kab. Bulukumba 10.000 - - 900 70 1.250 2.550 - 50 - 25 2
5 Kab. Enrekang 7.500 - - 2.430 70 2.000 2.550 850 - - 2
6 Kab. Gowa 10.000 - - 4.430 70 2.500 2.550 350 50 - 25 2
7 Kab. Jeneponto 3.500 - - - - 1.500 3.000 1.500 - - 25 -
8 Kab. Luwu 7.500 - - 1.930 70 1.500 750 900 50 - 25 -
9 Kab. Luwu Utara 10.000 - - - - 1.500 900 350 - - 1
10 Kab. Maros 11.500 - 500 4.930 70 3.000 1.800 1.500 50 - 25 3 1
11 Kab. Pangkep 7.500 - - 2.430 70 2.000 450 600 50 - 25 -
12 Kab. Pinrang 12.500 - - 11.680 70 2.125 900 700 50 - 25 3
13 Kab. Kep. Selayar 3.000 - - - - 1.500 900 - - - -
14 Kab. Sidenreng Rappang 15.000 - - 11.680 70 2.250 2.280 - 50 - 25 3
15 Kab. Sinjai 4.500 - - 2.930 70 1.500 1.500 - 50 - -
16 Kab. Soppeng 12.000 - 500 7.430 70 2.000 1.020 2.400 50 - 25 2
17 Kab. Takalar 6.950 550 - 4.930 70 2.250 1.500 800 50 - 25 2
18 Kab. Tana Toraja 2.500 - - 920 70 1.000 300 - - - 25 -
19 Kab. Wajo 11.450 550 - 4.930 70 - - 4.000 50 - 25 4
20 Kota Palopo 2.500 - - 950 50 - 450 - - - -
21 Kab. Luwu Timur 12.500 - - 1.930 70 500 825 500 50 - 2
22 Kab. Toraja Utara 5.000 - - 930 70 250 750 - - - -
23 Kota Pare-Pare 625 - - - - 375 600 - - - -
24 Kota Makassar - - - - - - - - - - -
21 SULTRA 73.900 1.100 - - - 10.000 1.200 4.100 - - - - 200 - - 4 1 - - - 2 50 2
Dinas Propinsi 1.100 - -
1 Kab. Buton 1.000 - - - - 1.000 300 - - - -
2 Kab. Konawe 25.450 550 - - - 375 - 750 50 - 2 1
3 Kab. Kolaka 20.000 - - - - 375 150 350 50 - 2
4 Kab. Muna 1.000 - - - - 2.500 600 - - - -
5 Kab. Konawe Selatan 16.950 550 - - - 2.150 150 1.000 100 - -
6 Kab. Bombana 5.000 - - - - 2.300 - - - - -
7 Kab. Wakatobi - - - - - - - - - - -
8 Kab. Kolaka Utara 1.500 - - - - 600 - 2.000 - - -
9 Kab. Konawe Utara 3.000 - - - - 700 - - - - -
10 Kab. Buton Utara - - - - - - - - - - -
11 Kota Bau-Bau - - - - - - - - - - -
12 Kota Kendari - - - - - - - - - - -
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
105 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
22 BALI 33.900 1.100 - 2.000 - - - 4.500 - - - - 150 - - 7 - 2 - - 2 57 1
Dinas Propinsi 1.100 - -
1 Kab. Badung 4.500 - - - - - - 1.000 - - 2 2
2 Kab. Bangli 2.850 - - - - - - - - - -
3 Kab. Buleleng 3.950 550 - 500 - - - - 50 - 1
4 Kab. Gianyar 5.000 - - 500 - - - 50 - 3
5 Kab. Jembrana 3.000 - - - - - - 1.500 - -
6 Kab. Karangasem 2.650 - - - - - - - - - -
7 Kab. Klungkung 2.500 - - - - - - 1.000 - - -
8 Kab. Tabanan 9.450 550 - 1.000 - - - 1.000 50 - 1
9 Kota Denpasar - - - - - - - - - - -
10 Kab. Negara - - - - - - - - - - -
23 NTB 117.800 1.200 1.000 4.500 500 30.000 6.000 32.000 100 - - - 500 - 150 18 4 2 - - 2 52 5
Dinas Propinsi 1.200 1.000 500 -
1 Kab. Bima 15.000 - - 450 50 9.000 750 8.500 50 50 - 25 4 1
2 Kab. Dompu 14.400 600 - 900 100 5.250 1.350 7.500 50 - 25 2 2
3 Kab. Lombok Barat 14.500 - 500 900 100 900 - 2.500 100 - 25 1
4 Kab. Lombok Tengah 25.000 - - 900 100 1.800 450 6.500 50 - 25 3 1
5 Kab. Lombok Timur 10.500 - 500 450 50 1.800 1.050 750 100 - 25 3 1
6 Kab. Sumbawa 19.400 600 - 450 50 9.000 1.500 3.750 50 50 - 25 4
7 Kota Bima 2.500 - - - - 900 - 1.000 - - -
8 Kab. Sumbawa Barat 7.500 - - 450 50 450 450 1.500 50 - 1 1
9 Kab. Lombok Utara 7.500 - - - - 900 450 - - - -
10 Kota Mataram 1.500 - - - - - - 50 - -
24 NTT 59.275 1.100 - 5.500 - 20.000 9.300 1.300 - - 300 - 250 400 - 4 - - 12 - 3 54 3
Dinas Propinsi 1.100 - -
1 Kab. Belu 3.000 - - 250 - - 900 400 100 - - -
2 Kab. Ende 2.000 - - - - 1.900 300 - - - -
3 Kab. Flores Timur 2.000 - - - - 1.900 450 - 100 - -
4 Kab. Kupang 3.500 - - - - - 900 - 50 50 -
5 Kab. Lembata - - - - - 1.350 450 - - - -
6 Kab. Manggarai 6.450 550 - 1.500 - 1.500 - 500 50 - 2 3
7 Kab. Ngada 5.000 - - 3.250 - - 750 - - - -
8 Kab. Sikka 2.000 - - - - 1.500 300 - - 50 -
9 Kab. Sumba Barat 1.000 - - - - - 600 - - - -
10 Kab. Sumba Timur 5.000 - - 500 - 1.575 900 - - 50 -
11 Kab. Timor Tengah Selatan 2.000 - - - - 450 1.200 200 50 - - 3
12 Kab. Timor Tengah Utara 3.000 - - - - 450 450 - - 50 -
13 Kab. Rote-Ndao 3.000 - - - - 1.475 - - 50 - -
14 Kab. Manggarai Barat 4.450 550 - - - 875 - 200 50 50 - 2 3
15 Kab. Alor - - - - - 1.575 450 - - -
16 Kab. Nagekeo 4.375 - - - - - 600 - 50 100 -
17 Kab. Sumba Tengah 2.500 - - - - 1.000 - - - - -
18 Kab. Sumba Barat Daya 5.000 - - - - 4.450 750 - - 50 3
19 Kab. Manggarai Timur 5.000 - - - - - 300 - - 50 -
20 Kab. Sabu Raijua - - - - - - - - - - -
21 Kota Kupang - - - - - - - - - -
25 MALUKU 10.000 - - - - 4.000 1.050 - - - - - 150 - - 2 - - - - 3 26 1
Dinas Propinsi - - -
1 Kab. Maluku Tngra Barat - - - - - 450 300 - - - -
2 Kab. Maluku Tengah 2.000 - - - - 200 300 - 50 - -
3 Kab. Maluku Tenggara - - - - - 1.650 - - - - -
4 Kab. Pulau Buru 3.500 - - - - 500 - - 50 - 2
5 Kab. Kepulauan Aru - - - - - - - - - - -
6 Kab. Seram Bag Barat 1.500 - - - - - - - 50 - -
7 Kab. Seram Bag Timur 1.500 - - - - - - - - - -
8 Kab. Buru Selatan 1.500 - - - - 500 150 - - - -
9 Kab. Maluku Barat Daya - - - - - 700 300 - - - -
10 Kota Ambon - - - - - - - - - - -
11 Kota Tual - - - - - - - - - - -
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha) Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
106 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
26 PAPUA 10.000 - - - - 1.000 - 1.200 - - - 400 100 - - 2 - - - 4 3 20 1
Dinas Propinsi - - -
1 Kab. Biak Numford - - - - - - - - - - -
2 Kab. Jayapura 500 - - - - - - - 50 - -
3 Kab. Jayawijaya - - - - - - - - 100 - - 1
4 Kab. Merauke 8.500 - - - - 700 - 400 100 50 - 1 1
5 Kab. Mimika - - - - - - - - - - -
6 Kab. Nabire 500 - - - - - - 300 100 - - - 1
7 Kab. Paniai - - - - - - - - - - -
8 Kab. Puncak Jaya - - - - - - - - - - -
9 Kab. Kep Yapen Waropen - - - - - - - - - - -
10 Kota Jayapura 500 - - - - - - - - 1
11 Kab. Sarmi - - - - - - - - - - -
12 Kab. Keerom - - - - - 300 - 500 100 - - 1
13 Kab. Yahukimo - - - - - - - - - - -
14 Kab. Pegunungan Bintang - - - - - - - - - - -
15 Kab. Tolikara - - - - - - - - - - -
16 Kab. Boven Digoel - - - - - - - - - - -
17 Kab. Mappi - - - - - - - - - - -
18 Kab. Asmat - - - - - - - - - - -
19 Kab. Waropen - - - - - - - - - - -
20 Kab. Supiori - - - - - - - - - - -
21 Kab Deiyai - - - - - - - - - - -
22 Kab. Dogiyai - - - - - - - - - - -
23 Kab.Intan Jaya - - - - - - - - - - -
24 Kab. Lanny Jaya - - - - - - - - - - -
25 Kab. Membramo Raya - - - - - - - - - - -
26 Kab. Membramo Tengah - - - - - - - - - - -
27 Kab. Nduga - - - - - - - - - - -
28 Kab. Puncak - - - - - - - - - - -
29 Kab. Yalimo - - - - - - - - - - -
27 MALUT 7.375 - - - - 2.975 - - - 100 - - 100 - - 2 - - - - 3 25 1
Dinas Propinsi - - -
1 Kab. Halmahera Tengah 750 - - - - 450 - - 50 50 - -
2 Kab. Halmahera Barat 750 - - - - 500 - - - - -
3 Kab. Halmahera Timur 4.000 - - - - 250 - - 50 - 2
4 Kab. Kepulauan Sula - - - - - - - - - - -
5 Kab. Halmahera Selatan - - - - - 1.000 - - 50 - - -
6 Kab. Halmahera Utara 1.000 - - - - - - - - - -
7 Kab. Pulau Morotai 875 - - - - 775 - - - - -
8 Kota Ternate - - - - - - - - - - -
9 Kota Tidore Kepulauan - - - - - - - - - - -
28 BANTEN 148.000 1.000 1.000 2.500 500 25.000 450 5.150 - - - - 150 - 50 10 - 2 - - 3 55 3
Dinas Propinsi 1.000 1.000 500
1 Kab. Lebak 39.500 500 - 400 100 10.000 150 1.500 50 - 4
2 Kab. Pandeglang 44.500 - 500 850 150 11.000 150 3.500 - - 25 1 2
3 Kab. Serang 41.500 - 500 850 150 2.600 150 150 50 - 25 2
4 Kab. Tangerang 19.500 500 - - - 1.100 - - 50 - 3
5 Kota Cilegon - - - - - - - - - - -
6 Kota Serang 3.000 - - 400 100 300 - - - - -
7 Kota Tangerang - - - - - - - - - - -
8 Kota Tangerang Selatan - - - - - - - - - - -
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha) Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
107 | P a g e
Kedelai
Model
Kacang
Tanah
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
29 BABEL 3.500 - - - - 1.400 - - - - - - - - - 2 - - - - 2 15 -
Dinas Propinsi - - -
1 Kab. Bangka 750 - - - - 400 - - - - 2
2 Kab. Belitung - - - - - - - - - - -
3 Kab. Bangka Selatan 2.750 - - - - 1.000 - - - -
4 Kab. Blitung Timur - - - - - - - - - - -
5 Kab. Bangka Barat - - - - - - - - - - -
6 Kab. Bangka Tengah - - - - - - - - - - -
7 Kota Pangkal Pinang - - - - - - - - - - -
8 Kab. Sungai Liat - - - - - - - - - - -
30 GORONTALO 38.900 1.100 - 5.000 - 5.000 9.150 2.000 - - - - 250 - - 4 1 - - - 3 42 2
Dinas Propinsi 1.100 - -
1 Kab. Boalemo 5.950 550 - 1.000 - 1.000 2.250 - 50 -
2 Kab. Gorontalo 19.450 550 - 1.000 - 1.000 3.750 - 50 - 3 1
3 Kab. Pohuwato 6.500 - - 1.000 - 1.000 2.250 2.000 50 - 1
4 Kab. Bone Bolango 3.500 - - 1.000 - 1.000 450 - 50 -
5 Kab. Gorontalo utara 3.500 - - 1.000 - 1.000 450 - 50 - -
6 Kota Gorontalo - - - - - - - - - - -
7 Kab. Limboto - - - - - - - - - - -
8 Kab. Marisa - - - - - - - - - - -
31 KEPRI - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Dinas Propinsi - - -
1 Kab. Natuna - - - - - - - - - -
2 Kab. Bintan - - - - - - - - - -
3 Kab. Karimun - - - - - - - - - -
4 Kab. Lingga - - - - - - - - - -
5 Kab. Kep. Anambas - - - - - - - - - -
6 Kota Batam - - - - - - - - - -
7 Kota Tanjung Pinang - - - - - - - - - -
8 Kab Dumai - - - - - - - - - -
32 PAPUA BARAT 5.000 - - - - 3.500 675 820 - - - 450 100 - - 3 - - - 6 3 20 1
Dinas Propinsi - - -
1 Kab. Sorong 2.500 - - - - 500 225 60 100 50 - 1 1
2 Kab. Manokwari 2.500 - - - - 375 - 700 100 50 - 2 2
3 Kab. Fak-Fak - - - - - - - - - - -
4 Kab. Raja Ampat - - - - - - - - - - -
5 Kab. Teluk Bintuni - - - - - - - 60 100 - - 1
6 Kab. Teluk Wondama - - - - - - - - 50 - - 1
7 Kab. Kaimana - - - - - - - - - - -
8 Kab. Sorong Selatan - - - - - 125 225 - 100 - - 1
9 Kota Sorong - - - - - - - - - - -
10 Kab. Maybrat - - - - - 2.500 225 - - - -
11 Kab Tambrauw - - - - - - - - - - -
33 SULBAR 63.025 1.100 - 7.500 - 5.000 3.000 2.000 - - - - - - 2 - - - - 2 33 1
Dinas Propinsi 1.100 - -
1 Kab. Mamuju 19.450 550 - 1.000 - 1.000 1.125 700 - - 2
2 Kab. Majene 2.500 - - 500 - 1.400 375 - - - -
3 Kab. Mamasa 12.500 - - 500 - 400 375 - - - -
4 Kab. Mamuju Utara 7.500 - - 500 - 200 1.125 1.300 - -
5 Kab. Polewali Mandar 21.075 550 - 5.000 - 2.000 - - - - -
Pemberdayaan Penangkar
(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)
Sarana
Pengendalian
OPT (kali)
SLPHT
(unit)
SLI
(unit)
Padi Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Lahan
Kering Hanya
Bantuan
Benih
No. Provinsi dan Kabupaten/Kota
SLPTT Padi (Ha)
SLPTT
Jagung
Hibrida (Ha)
SLPTT
Kedelai (Ha)
Pengembangan (Ha)
Padi Non
Hibrida Hanya
Bantuan Benih
Padi Non
Hibrida
Spesifik
Lokasi
Padi Non
Hibrida
Peningkatan
IP
Padi Hibrida
Hanya
Bantuan
Benih
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
108 | P a g e
Lampiran 15. Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
109 | P a g e
Lampiran 16. Siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010
RPJM
Rencana
Kerja dan
Angaran
(RKA)
LAKIPLapuran
Keuangan
(SAI)
Kinerja Aktual
Penetapan Kinerja
(PK)
Rencana Kinerja
Tahunan
(RKT)
RENSTRA
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
110 | P a g e
NO. KOMPONEN YANG DINILAI BOBOT
1 Perencanaan Kinerja (Renstra, RKT, PK) 35
2 Pengukuran Kinerja 20
3 Pelaporan Kinerja 15
4 Evaluasi Kinerja 10
5 Capaian Kinerja 20
100Nilai Total
Lampiran 17. Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
111 | P a g e
Lampiran 18. Alur Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
BAPPENAS
Outcome
Kegiatan
Program
Sektor/
Program
Tugas
Pembatuan
di SKPD
Kab/Kota
Unit Eselon II,
UPT Pusat,
Dekon/TP SKPD
Provinsi
Unit Eselon I
Kementerian
Pertanian
Outcome/Impact
NasionalNasional
Kegiatan
Outcome/Impact
Sektor
Output
Output
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
112 | P a g e
Lampiran 19. Jenis dan Waktu Penyampaian Laporan
NO. JENIS LAPORAN PELAPOR PENERIMA LAPORAN
WAKTU
PENYAMPAIAN
I. LAPORAN RUTIN
1. Laporan PP 39/2006
Setjen Kementerian Pertanian 14 hari kerja setelah
triwulan terakhir
Form-A Penanggung jawab
kegiatan
Penanggung jawab program 3 hari kerja setelah
triwulan berakhir
Form-B Penanggung jawab
program
Kepala Satker masing-masing
Instansi
4 hari kerja setelah
triwulan berakhir
Form-C Kepala SKPD
Kab/Kota, Prov,
Satker Pusat, UPT-
Pusat
Kepala Daerah Cq Kepala
Bappeda dan Menteri Pertanian
5 hari kerja setelah
triwulan berakhir
2. Evaluasi Rencana Kerja / Renstra Eselon - I Bappenas Tahunan / lima
tahunan
3. Penetapan Kinerja Es-II Eselon-II Eselon-I 31 Januari
Penetapan Kinerja Es-I Eselon-I Menteri Pertanian 15 Februari
Penetapan Kinerja Kementerian
Pertanian
Kementerian
Pertanian
Kementerian PAN & RB 31 Maret
LAKIP Eselon-II Eselon - II 31 Januari T + 1
LAKIP Eselon-I Eselon - I 15 Februari T + 1
LAKIP Kementerian Pertanian Kementerian
Pertanian
10 Maret T + 1
4. Rapim Kementan (Rapim A) Eselon-I Menteri Pertanian Dua mingguan
Tindak lanjut Rapim A Eselon - I Menteri Pertanian Sesuai jadwal
5. Laporan Bulanan Kegiatan Menteri Eselon - I Menteri Pertanian Bulanan
6. Laporan Bulanan Kegiatan Eselon-I Eselon - I Menteri Pertanian Bulanan
7. Laporan Kinerja Eselon – II Eselon – II Eselon I 10 Desember
Laporan Kinerja Eselon - I Eselon – I Menteri Pertanian 15 Desember
Laporan Kinerja Kementan Kementan Menteri PAN & RB 20 Desember
II. LAPORAN KHUSUS
8. Bahan Rakor Menko / Sidang Kabinet /
RDP / Raker DPR-RI
Eselon - I Menko / Kabinet / DPR-RI Sesuai Permintaan
9. Insidental lain Sesuai permintaan Sesuai Permintaan
Catatan : Laporan-laporan lain (SAI, SIMAK-BMN, Laporan Statistik, Laporan Pemantauan Wilayah Binaan, Laporan
Teknis dll) sesuai ketentuan yang berlaku.
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
113 | P a g e
Lampiran 20. Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Pagu Anggaran
Kementerian/Lembaga
1. SATKER
Penyusunan anggaran belanja dan pendapatan kegiatan suatu Satker untuk bahan
yang direncanakan dalam dokumen KK RKA-KL mengacu pada format KK RKA-KL
dan tata cara pengisiannya. Proses penyusunan KK RKA-KL tersebut difasilitasi
program Aplikasi RKA-KL. Artinya proses penyusunan RKA-KL pada suatu Satker
menggunakan program Aplikasi RKA-KL akan mengahsilkan dokumen KK RKA-KL.
Penyusunan KK RKA-KL pada suatu Satker terbagi dalam penyusunan anggaran
belanja dan pendapatan kegiatan dengan langkah sebagai berikut:
a. Penyusunan anggaran belanja dilakukan dengan:
1) Menuangkan Alokasi Anggaran Angka Dasar
Satker menuangkan jenis alokasi anggaran Angka dasar pada suatu kegiatan
sampai dengan tingkat Komponen yang juga telah memperkirakan angka
prakiraan maju untuk 3 (tiga) tahun yang akan datang.
2) Menuangkan Alokasi Anggaran Inisiatif Baru
a) Berkenaan dengan jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru, Satker
menuangkan alokasi anggaran satker secara rinci sampai dengan item
biaya.
b) Penuangan anggaran Inisiatif Baru juga telah memperhatikan angka
prakiraan maju untuk 3 (tiga) tahun yang akan datang.
c) Penuangan jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru mengacu pada
Proposal Inisiatif Baru yang telah disetujui untuk tahun yang
direncanakan.
b. Penyusunan anggaran pendapatan dilakukan dengan:
1) Menuangkan target pendapatan setiap kegiatan yang dilaksanakan Satker.
Penuangan anggaran pendapatan terinci dalam program, kegiatan, akun
pendapatan, dan jenis penerimaan.Pendapatan Bukan pajak (PNBP) atau
penerimaan fungsional.
2) Menuangkan angka prakiraan maju setiap kegiaatn dan setiap jenis
penerimaan (PNBP dan/atau penerimaan fungsional).
c. Menyampaikan / melengkapi data dukung berupa:
1) KK RKA-KL dan Arsip Data Komputer-nya (ADK).
2) Gender Budget Statement (GBS) apabila berkenaan dengan ARG.
Penggunaan GBS mengacu pada contoh format.
3) Rencana Bisnis dan Angagran BLU (RBA BLU) apabila berkenaan dengan
Satuan Kerja BLU.
4) Data dukung teknis dalam suatu kasus tertentu antara lain: peraturan
perundangan/keputusan pimpinan K/L yang mendasari adanya
kegiatan/output, atau analisis kelayakan bangunan oleh Dinas Pekerjaan
Umum dalam hal pembangunan/renovasi berat gedung/bangunan Negara.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
114 | P a g e
5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTIM) yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) apabila satuan biaya yang tercantum
dalam KK RKA-KL tidak terdapat dalam Standar Biaya.
6) Data pendukung terbaik, antara lain berupa:
a) Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan gedung
Negara atau yang sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum atau Dinas
Pekerjaan Umum setempat sebagimana Peraturan menteri Pekerjaan
Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.
b) Persetujuan prinsip (clearence) terbaik dengan pembangunan baru
bangunan gedung Negara dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan reformasi Birokrasi, Kementerian Pekerjaan Umum, dan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
d. KK RKA-KL yang telah ditandatangani KPA beserta data pendukung terkait,
disampaikan kepada Unit Eselon I.
2. UNIT ESELON – I
a. Menghimpun/kompilasi KK RKA-KL dalam lingkup Unit Eselon-I berkenaan.
b. Menyusun RKA-KL Unit Eselon-I berdasarkan KK RKA-KL.
c. Memvalidasi kinerja dan anggaran program yang menjadi tanggung jawab Unit
Eselon-I berkenaan dengan (1) Total pagu anggaran; (2) sumber dana, dan (3)
sasaran kinerja (jenis barang/jasa dan volume output).
d. Meneliti dan menyaringrelevansi Komponen dengan Output kegiatan pada
masing-masing KK RKA-KL.
e. Apabila terdapat ketidaksesuaian atas program, Unit Eselon-I melakukan
koordinasi dengan Satker untuk perbaikan pada KK RKA-KL.
f. Mengisi informasi pada Bagian L Formulir 2 RKA-KL tentang Strategi Pencapaian
Hasil. Isinya menguraikan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk
mencapai Sasaran Hasil (pada tingkat program) antara lain berupa:
1) Strategi dan kebijakan terkait dengan sasaran strategis (mengacu Renstra
Unit Eselon-I)
2) Uraian deskripsi masing-masing kegiatan.
3) Jumlah Satker pelaksana kegiatan
4) Penjelasan mengenai perubahan alokasi program antara yang sedang
berjalan dan yang diusulkan.
g. Selain mengisi Formulir 2 RKA-KL, Unit Eselon-I juga mengisi Bagian I, Formulir
3 RKA-KL tentang Operasionalisasi Kegiatan yang berisikan antara lain:
1) Identifikasi factor-faktor pendukung (faktor pegawai, sarana, dan prasarana)
dan penghambat (fackor lingkungan/kultur kerja).
2) Identifikasi Satker pelaksana kegiatan.
3) Penjelasan mengenai perubahan alokasi anggaran belanja kegiatan dari ayng
sedang berjalan dengan yang diusulkan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
115 | P a g e
h. RKA-KL Unit Eselon-I ditandatangani oleh Pejabat Eselon-I atau yang setingkat
Eselon-I selaku KPA sebagai penanggung jawab program.
i. Menyampaikan RKA-KL Unit Eselon I dan data dukung terkait kepada K/L.
3. KEMENTERIAN / LEMBAGA
a. Menghimpun/kompilasi RKA-KL Unit Eselon-I dalam lingkup K/L.
b. Menyusun RKA-KL secara utuh untuk lingkup K/L berdasarkan RKA-KL Unit
Eselon – I.
c. Memvalidasi alokasi angagran K/L meliputi: (1) Total pagu anggaran; (2) Simber
dana; (3) sasaran kinerja.
d. Apabila terdapat ketidaksesuaian atas alokasi anggaran K/L, K/L melakukan
koordinasi dengan Unit Eselon-I untuk perbaikan paad RKA-KL Unit Eselon-I
berkenaan.
e. Mengisi informasi pada Bagian I, Formulir 1 RKA-KL tentang Strategi Pencapaian
Sasaran Strategis. Isinya menguraikan mengenai langkah-langkah yang
ditempuh untuk mencapai sasaran strategis, antara lain berupa:
1) Strategi dan kebijakan terkait dengan sasaran strategis (mengacu Renstra
K/L).
2) Uraian deskripsi masing-masing program dan unit Organisasi Penanggung
Jawab.
f. RKA-KL (yang telah disusun) diteliti kembali kesesuaiannya dengan pagu
Anggaran K/L agar tidak mengakibatkan:
1) Pergeseran anggaran antar program (jumlah alokasi dana pada masing-
masing program harus sesuai dengan yang tercantum dalam pagu Anggaran
K/L).
2) Pengurangan belanja pada Komponen 0001 dan 0002.
3) Perubahan pagu sumber pendanaan/sumber pembiayaan yang berasal dari
rupiah murni, Pinjaman Hibah Luar Negeri, dan PNBP (sumber
pendanaan/sumber pembiayaan dalam menghasilkan output tidak
diperbolehkan berubah/bergeser).
g. Menyampaikan RKA-KL berserta data dukung terkait kepada Kementerian
Keuangan c.q. Ditjen Anggaran dan Kementerian Perencanaan.
Sumber: Pedoman Penganggaran 2012 Ditjen Tanaman Pangan - Kementan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
116 | P a g e
Lampiran 21. Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Alokasi Anggaran K/L
Berdasarkan Hasil Kesepakatan Pembahasan DPR dan Alokasi Angagran K/L, maka K/L
menyesuaikan RKA-KL.Penyesuaian dimaksud meliputi:
1. Penyesuaian terhadap angka dasar apabila terdapat perubahan parameter ekonomi
(indeks inflasi untuk tahun yang direncanakan) dan/atau penyesuaian parameter non-
ekonomi apabila terdapat perubahan kebijakan sehingga berpengaruh terhadap
besaran alokasi angagran K/L.
2. Adanya program/kegiatan/output baru sebagai hasil kesepakatan pembahasan dengan
DPR.
Dalam rangka penyusunan RKA-KL berdasarkan Pagu Alokasi Anggaran K/L, ada
beberapa kemungkinan:
1. Apabila tidak ada perubahan parameter ekonomi, parameter non-ekonomi, dan usulan
program/kegiatan/output baru maka, RKA-KL berdasarkan Pagu Anggaran RKA-KL
secara langsung ditetapkan dalam SP RKA-Kl.
2. Apabila ada perubahan parameter baik ekonomi maupun non-ekonomi maka,
penuangan dalam KK RKA-KL dilakukan melalui penyesuaian dengan parameter
ekonomi dan non ekonomi pada tingkat kompinen. Penyesuaian pada komponen
pendukung dilakukan dengan melakukan perkalian dengan parameter ekonomi.
Sedangkan penyesuaian komponen utama dapat dilakukan dengan mengalikan
dengan parameter ekonomi atausesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.
3. Apabila ada program/kegiatan/output baru sebagai hasil kesepakatan pembahasan
dengan DPR maka, K/L menyesuaikan RKA-KL dengan:
a. Mengusulkan rumusan program/kegiatan/output sebagai hasil kesepakatan
pembahasan dengan DPR kepada Kementerian Keuangan dan kementerian
Perencanaan terlebih dahulu sesuai dengan kewenangan masing-masing. Usulan
program dan kegiatan (non output) diajukan kepada Kementerian Perencanaan.
Sedangkan usulan output diajukan kepada Kementerian Keuangan. Usulan
tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai referensi pada program aplikasi RKA-KL.
b. Entry data biaya pada masing-masing komponen dengan mengacu pada standar
biaya yang berlaku pada tahun yang direncanakan atau kepatutan dan kewajaran
harga (disertai dengan SPTIM).
c. Meneliti kemmbali jumlah alokasi anggaran tersebut apakah sesuai dengan jumlah
alokasi anggaran hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR.
d. Hasil penuangan alokasi anggaran hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR
terdapat dalam formulir B, KK RKA-KL.
Sumber: Pedoman Penganggaran 2012 Ditjen Tanaman Pangan - Kementan.
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
117 | P a g e
Lampiran 22. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran yang Memerlukan
Persetujuan Menteri keuangan
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyiapkan usulan Revisi Anggaran (Revisi RKA-
KL) yang diajukan dan membutuhkan persetujuan Menteri Keuangan (Menkeu).
2. Usulan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) disampaikan kepada Direktur Jenderal
Anggaran (DJA) beserta dokumen pendukung.
3. DJA melakukan penelaahan dan menilai usulan revisi yang diajukan KPA.
4. Berdasarkan proses penelaahan dan penilaian DJA memberikan persetujuan atau
penolakan terhadap usulan revisi KPA.
5. Jika berdasarkan penelahaan dan penilaian yang dilakukan DJA usulan revisi ditolak,
akan ditetapkan surat pemberitahuan penolakan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) dan
menyampaikannya ke KPA.
6. Jika berdasarkan penelaahan dan penilaian DJA usulan revisi disetujui akan
disampaikan ke Menkeu untuk memperoleh persetujuan.
Jika Menkeu menolak usulan revisi akan ditetapkan Surat Pemberitahuan Penolakan
Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) danb menyampaikannya ke KPA.
6a. Jika Menkeu menyetujui usulan revisi anggaran (Revisi RKA-KL), akan ditetapkan
Surat Penetapan RKA-KL Revisi (SP RKA-KL Revisi) dan disampaikan ke KPA.
6b. SP RKA-KL Revisi hasil penetapan Menkeu juga disampaikan ke DJPBN.
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
118 | P a g e
Lampiran 23. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran
pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan/
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
1. KPA menyiapkan usulan-usulan Revisi Anggaran dan melakukan Revisi Anggaran
(Revisi RKA-Satker).
2. KPA berdasarkanb Revisi RKA-Satker, mencetak Revisi Anggaran (Konsep Revisi
DIPA) dan menyiapkan Dokumen Pendukung dan ADK RKA-Satker.
3. KPA menyampaikan Konsep Revisi DIPA kepada DJPBN beserta Dokumen
Pendukung dan ADK RKA-Satker.
4. DJPBN melakukan penelaahan dan memberikan persetujuan atau penolakan
terhadap usulan revisi.
5. Jika berdasarkan penelaahan usulan revisi ditolak, akan ditetapkan Surat
Pemberitahuan Penolakan Revisi Anggaran (Revisi DIPA) dan menyampaikannya ke
KPA.
6. Jika berdasarkan penelaahan usulan revisi disetujui, dilakukan pengesahan DIPA
Revisi dan disampaikan ke KPA.
7. KPA berdasarkan Pengesahan DIPA Revisi mencetak POK hasil revisi.
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
119 | P a g e
Lampiran 24. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran Pada Satuan Kerja
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
1. KPA menyiapkan Revisi Anggaran dan melakukan Revisi Anggaran (Revisi RKA-
Satker) sesuai kewenangannya.
2. KPA berdasarkan Revisi RKA-Satker memeriksa apakah Revisi Anggaran (Revisi
RKA-Satker) menyebakan perubahan DIPA.
2a. jika tidak terjadi perubahan DIPA, KPA mencetak POK dan menyampaikan ke DJPBN
berserta ADK RKA-Satker.
3. Jika Revisi Anggaran (Revisi RKA-Satker) menyebabkan perubahan DIPA, KPA
mencetak Konsep DIPA Revisi dan menyampaikannya ke DJPBN berserta ADK RKA-
Satker.
4. Berdasarkan Konsep DIPA Revisi dan ADK RKA-Satker DJPBN memeriksa dan
melakukan pengesahan DIPA Revisi.
5. DIPA Revisi yang telah disahkan disampaikan kembali ke KPA.
6. Berdasrakan DIPA Revisi yang telah disahkan KPA mencetak POK.
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
120 | P a g e
Lampiran 25. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran
pada Direktorat Jenderal Anggaran
1. Eselon I pada Kementerian Negara/lembaga (K/L) mengirimkan ADK Revisi RKA-KL
dilakukanpenelaahan pada DJA.
2a. Setelah Revisi RKA-KL ditetapkan (SP-RKA-KL), data RKA-KL diunggah (di-upload)
ke Database bersama oleh DJA.
2b. ADK Revisi RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA, dikirimkan kembali kepada
Eselon I K/L sebagai bahan Revisi DIPA.
3. DJPBN mengambil data RLA-KL dari Database bersama, sebagai bahan pencocokan
dan penelitian Revisi DIPA yang diajukan oleh Satker Pusat maupun Daerah.
4a. Eselon I K/L menyampaikan ADK Revisi RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA
kepada satker kantor pusat sebagai bahan penyusunan Revisi DIPA.
4b. Eselon I K/L menyampaikan juga ADK RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA
kepada Satker daerah sebagai bahan penyusunan revisi DIPA.
5. Satker kantor pusat menyampaikan usul pengesahan Revisi DIPA beserta ADK-nya
kepada Kantor Pusat DJPBN.
6. Kantor Pusat DJPBN menerbitkan dan mengirimkan DRA beserta ADK-nya kepada
kantor Wilayah DJPBN berdasarkan RKA-KL yang ditetapkan oleh DJA (SP-RKL-KL).
7. Satker daerah menyampaikan usul pengesahan Revisi dIPA beserta ADK-nya kepada
Kantor Wilayah DJPBN.
8a. Setelah Revisi DIPA disahkan oleh kantor Wilayah DJPBN, data revisi ditransfer ke
database Kantor Pusat DKPBN.
8b. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh Kantor Wilayah DJPBN, disampaikan kepada
KPPN.
9a. Database Bersama di-update berdasarkan Data Revisi DIPA yang disahkan oleh
Kantor Pusat/Kantor Wilayah DJPBN.
10. Database DJA di-update berdasarkan Database Bersama.
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
121 | P a g e
Lampiran 26. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran
pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan
1a. Satker Kantor Pusat menyampaikan usul pengesahan Revisi DIPA beserta ADK-nya
kepada Kantor Pusat DJPBN.
1b. Satker daerah menyampaikan usul pengesahan revisi DIPA beserta ADK-nya kepada
kantor Wilayah DJPBN.
2a. Setelah DIPA satker daerah disahkan oleh Kantor Wilayah DJPBN, data revisi
ditransfer ke Database Kantor Pusat DJPBN.
2b. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh kantor Wilayah DJPBN, disampaikan kepada
KPPN.
3a. Database Bersama di-update berdasarkan data revisi DIPA yang disahkan oleh kantor
Pusat/Kantor Wilayah DJPBN.
3b. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh kantor Pusat DJPBN, disampaikan kepada
KPPN.
4. Database DJA di-update berdasarkan Database Bersama.
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011
Pedoman Pelaksanaan Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
122 | P a g e
Lampiran 27. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran
pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
1a. Satker kantor pusat menyampaikan ADK POK revisi kepada Kantor Pusat DJPBN..
1b. Satker daerah menyampaikan ADK POK revisi kepada Kantor Wilayah DJPBN.
2a. Data POK revisi satker kantor pusat ditransfer ke Database Kantor Pusat DJPBN.
2b. ADK POK revisi satker daerah, disampaikan kepada KPPN.
3a. Database Bersama di-update berdasarkan Data POK revisi satker kantor
pusat/daerah.
3b. ADK POK revisi satker kantor pusat, disampaikan kepada KPPN.
4. Database DJA di-update berdasarkan database Bersama.
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011