1.1. Pedoman Pelk Program

131

Transcript of 1.1. Pedoman Pelk Program

Page 1: 1.1. Pedoman Pelk Program
Page 2: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

i | P a g e

KATA PENGANTAR

Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor pertanian dan ekonomi

yang sangat penting dan strategis, karena subsektor tanaman pangan merupakan

salah satu subsektor bagi pemenuhan pangan bagi rakyat Indonesia, merupakan

salah satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia, dan

sekaligus sebagai sumber pendapatan bagi bangsa Indonesia. Dibalik nilai (value)

yang penting dan strategis tersebut, subsektor tanaman pangan juga merupakan

salah satu pusat kemiskinan di Indonesia. Pengusahaan lahan yang sangat sempit

dan ketidakberdayaan dalam menentukan harga menjadi faktor penyebab kemiskinan

bagi pelaku usaha (petani) tanaman pangan. Sementara itu, disisi lain, pelaku usaha

(petani) tanaman pangan dituntut untuk berpartisipasi dalam membangun kekuatan

pangan nasional melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan indeks

pertanaman. Tuntutan tersebut sering kali terbentur pada ketidakberdayaan petani

dalam menerapkan (mengadopsi) teknologi karena keterbatasan modal usaha.

Menyadari begitu rumit permasalahan pencapaian sasaran pembangunan

tanaman pangan maka upaya keterpaduan dan penyelarasan antar sektor/subsektor,

baik di Pusat dan Daerah. Pada tahun 2012, untuk menetapkan pencapaian Empat

Sukses Kementerian Pertanian sebagai sasaran strategis meliputi a) mewujudkan

pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) mewujudkan

peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya

saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Orientasi

peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan dilakukan secara bersamaan

untuk memberikan rasa keadilan bagi petani. Pemberdayaan petani dengan

memberikan berbagai instrumen bantuan/subsidi maupun insentif lainnya menjadi

prioritas pemerintah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan

penguatan strategi sebagai respon terhadap perubahan lingkungan dan keterbatasan

sumber daya yang ada.

Catur strategi pencapaian produksi tanaman pangan adalah 1) peningkatan

produktivitas, 2) perluasan areal dan optimasi lahan, 3) penurunan konsumsi beras

dan diversifikasi pangan, serta perbaikan manajemen. Implementasi pencapaian

produksi ini melibatkan semua stakeholder. Dalam konteks tersebut, Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan memiliki 1 program sebagai wilayah tanggung jawab

tugas pokok dan fungsi yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan

Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada

Berkelanjutan

Page 3: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

ii | P a g e

Dalam mengoptimalkan kinerja dan mendorong akuntabilitas kinerja

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan

Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, maka Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan menerbitkan pedoman pelaksanaan program, pedoman

pelaksanaan kegiatan, dan pedoman pelaksanaan teknis, sebagai acuan atau dasar

pelaksanaan program dan kegiatan. Pedoman pelaksanaan program ini merupakan

acuan yang bersifat umum bagi penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan dan

pedoman teknis.

Sebaik apapun pedoman pelaksanaan yang diterbitkan, namun jika tidak

ditaati dan dilaksanakan dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa hasil pencapaian

program tidak tepat dari ukuran yang ditetapkan. Komitmen dan konsistensi menjadi

dua pilar yang perlu ditumbuhkembangkan dalam mewujudkan proses pembangunan

yang telah ditetapkan sehingga proses pembangunan tanaman pangan dapat

terlaksana secara berkelanjutan (sustainable). Berbagai masukan menjadi sangat

penting agar pedoman pelaksanaan program ini menjadi lebih baik.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

Udhoro Kasih Anggoro

Page 4: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

iii | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Dasar Hukum 4

1.3. Tujuan 6

1.4. Sasaran 7

1.5. Istilah dan Pengertian 8

II. SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

TANAMAN PANGAN TA. 2012

15

2.1. Sasaran 16

2.2. Strategi 17

2.3. Kebijakan 19

III. PROGRAM DAN KEGIATAN LINGKUP

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TA. 2012

23

3.1. Program 24

3.2. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program 33

3.3. Kegiatan 34

IV. TATA HUBUNGAN KERJA DAN PENGORGANISASIAN

PROGRAM LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN

PANGAN TA. 2012

55

4.1. Tata Hubungan Kerja 55

4.2. Pengorganisasian 56

4.3. Pengelolaan Anggaran 63

4.4. Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi 69

V. PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 71

5.1 Pengendalian Program, Kegiatan dan Anggaran 71

5.2 Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran 72

5.3 Monitoring dan Evaluasi 73

5.4 Pelaporan 74

VII. PENUTUP 77

Page 5: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

iv | P a g e

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2012

16

Tabel 2 Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA

2012

25

Tabel 3 Komponen Prioritas Pemberdayaan dan Penguatan

Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA

2012

26

Tabel 4 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Melalui SLPTT dan LokasiPengembangan Melalui APBN TA

2012

27

Tabel 5 Lokasi Anggaran dan Jenis Dana Per Provinsi Untuk Mendukung

Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012

29

Tabel 6 Anggaran Menurut Jenis Belanja Per

Program/KegiatanDirektorat Jenderal Tanaman Pangan TA

2012

30

Tabel 7 Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial lingkup Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan TA 2012

32

Tabel 8 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan TA 2012

34

Tabel 9 Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT Padi dan SLPTT Jagung TA.

2012

36

Tabel 10 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia TA

2012

38

Tabel 11 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan

Produksi Tanaman Serealian Tahun 2012

39

Tabel 12 Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT dan Pengembangan Kedelai 40

Tabel 13 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang

dan Umbi TA 2012

41

Tabel 14 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi

Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012

42

Tabel 15 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih

Tanaman Pangan TA. 2012

45

Tabel 16 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Sistem

Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA 2012

46

Tabel 17 Alokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

TA 2012

47

Tabel 18 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012

48

Page 6: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

v | P a g e

Tabel 19 Alokasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari

Gangguan OPT dan DPI TA 2012

49

Tabel 20 Penilaian Risiko Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Ganggguan OPT dan DPI TA 2012

50

Tabel 21 Alokasi Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis

Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

52

Tabel 22 Penilaian Risiko Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan

Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA

2012

53

Tabel 23 Jumlah Satuan Kerja Pelaksana Program dan Kegiatan Lingkup

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

59

Tabel 24 Jumlah dan Alokasi Anggaran Per Unit Kerja dan Satuan Kerja

(Satker) DIPA TA 2012

60

Page 7: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

vi | P a g e

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hubungan Perencanaan Kinerja dan Pedoman

Pelaksanaan

16

Gambar 2 Hubungan Strategi dan Empat Sukses Kementerian

Pertanian

18

Gambar 3 Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan 26

Gambar 4 Butir-Butir Penjelasan Pedoman Pelaksanaan

Program/Kegiatan

39

Gambar 5 Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas Kinerja

Pembangunan Tanaman Pangan

39

Page 8: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

vii | P a g e

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Satuan Kerja di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

TA. 2012

84

Lampiran 2 Agenda Perencanaan Nasional 107

Lampiran 3 Agenda Pertemuan Nasional Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan TA 2012

111

Lampiran 4 Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 112

Lampiran 5 Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 113

Lampiran 6 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Padi Tahun 2012

114

Lampiran 7 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Jagung Tahun 2012

115

Lampiran 8 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Kedelai Tahun 2012

116

Lampiran 9 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Kacang Tanah Tahun 2012

117

Lampiran 10 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Kacang Hijau Tahun 2012

118

Lampiran 11 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Ubi Kayu Tahun 2012

123

Lampiran 12 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Ubi Jalar Tahun 2012

141

Lampiran 13 Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA.

2012

142

Lampiran 14 Indikator Kegiatan Utama Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan TA 2012

143

Lampiran 15 Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan

144

Lampiran 16 Siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 147

Lampiran 17 Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah

148

Lampiran 18 Alur Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan 149

Lampiran 19 Jenis dan Waktu Penyampaian Laporan 150

Lampiran 20 Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Pagu

Anggaran Kementerian/Lembaga

151

Lampiran 21 Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Alokasi 153

Page 9: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

viii | P a g e

Anggaran K/L

Lampiran 22 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran yang

Memerlukan Persetujuan Menteri keuangan

154

Lampiran 23 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran pada Kantor

Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan/Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

159

Lampiran 24 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran Pada Satuan

Kerja oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

161

Lampiran 25 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada

Direktorat Jenderal Anggaran

162

Lampiran 26 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

163

Lampiran 27 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

164

Page 10: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

1 | P a g e

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana yang

diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan

Pancasila. Visi Indonesia sampai tahun 2025 adalah Indonesia yang Mandiri, Maju,

Adil dan Makmur dengan membagi kedalam 4 (empat) tahapan Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM).1) Visi Indonesia Tahun 2014 adalah Indonesia yang

Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Dalam konteks ini, arahan pokok dan

strategis Presiden Republik Indonesia agar melakukan langkah-langkah terobosan

(breakthrough), bukan langkah-langkah biasa (business as usual).

Untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Tahun 2014 maka perlu

dilakukan suatu proses perencanaan pembangunan nasional yang terarah, terfokus,

seimbang, dan berkelanjutan. Proses perencanaan pembangunan nasional dilakukan

dalam suatu sistem. Sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu

kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana

pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dapat

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan

Daerah, yang berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan,

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.

Mengacu pada visi tersebut, tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014

Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Berkelanjutan

dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.2) Pembangunan

dimaksud dijalankan berlandaskan 4 jalur strategi pembangunan yaitu 1) mendorong

pertumbuhan (pro-growth), 2) memperluas kesempatan kerja (pro-job), 3)

menanggulangi kemiskinan (pro-poor), dan 4) mendorong pelestarian lingkungan

yang ramah (pro-environment). Ketahanan pangan merupakan salah satu program

pembangunan dengan status prioritas nasional. Sasaran yang perlu dicapai pada

prioritas nasional dimaksud adalah:

a. Terpeliharanya dan meningkatnya pencapaian swasembada bahan pangan

pokok

b. Terjaminnya penyaluran subsidi pangan bagi masyarakat miskin

1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

2) Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012

Page 11: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

2 | P a g e

c. Terjaganya stabilitas harga bahan pangan dalam negeri

d. Meningkatnya kualitas pola konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola

Pangan Harapan (PPH) menjadi sekitar 89,8

e. Terlindunginya dan meningkatnya lahan pertanian pangan

f. Terbangunnya dan meningkatnya luas layanan infrastruktur sumber daya air

dan irigasi

g. Meningkatnya PDB sektor pertanian, perikanan dan kehutanan dengan

pertumbuhan 3,2 persen

h. Tercapainya indeks Nilai Tukar Petani (NTP) diatas 105 dan Nilai Tukar

Nelayan (NTN) menjadi 110.

Selain dari sasaran prioritas nasional tersebut, diperlukan prakarsa-prakarsa

baru. Prakarsa-prakarsa baru yang dimaksudkan sebagai pengungkit dalam

meningkatkan kesejahteraan rakyat meliputi:

- Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI)

- Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara

- Penguatan Penanggulangan Kemiskinan

- Peningkatan langkah-langkah dalam rakyat dalam rangka mencapai ketahanan

pangan dimana surplus 10 juta ton beras per tahun.

Penuangan arah dan kebijakan pembangunan pertanian terutama berkaitan

dengan tanaman pangan dikonsolidasikan dalam berbagai rancangan program. Pada

tahun anggaran 2012, Kementerian Pertanian memiliki 12 (dua belas) program, yang

dilaksanakan oleh 12 unit eselon I, dimana setiap unit eselon I melaksanakan 1 (satu)

program. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki satu program yakni Program

Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai

Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Program ini difokuskan pada

penguatan aspek ketersediaan pangan bersumber dari produksi dalam negeri, baik

dalam kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu).

Pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya

untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha tanaman pangan yang

mampu menghasilkan produk mulai dari hulu sampai hilir. Pembangunan tanaman

pangan berorientasi pada peningkatan produksi (ketersediaan) dan peningkatan

pendapatan. Untuk itu, faktor peningkatan produktivitas, peningkatan kapasitas usaha,

serta optimalisasi efisiensi usaha, nilai tambah dan daya saing menjadi indikator

penting dalam mewujudkan kedua orientasi tersebut.

Page 12: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

3 | P a g e

Subsektor tanaman pangan memiliki keragaman komoditas yang cukup

banyak untuk dapat ditumbuhkembangkan. Berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Daftar Komoditi Binaan Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Direktorat Jenderal

Perkebunan, dimana Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki 36 komoditi

tanaman pangan sebagai tanggung jawab binaan.

Namun demikian, karena faktor keterbatasan yang ada, arah dan kebijakan

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk

Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan diprioritaskan pada:

1) Komoditi utama dan unggulan nasional, yaitu padi, jagung, kedelai, kacang

tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Komoditi ini merupakan komoditi

utama dan unggulan bagi kebutuhan pangan pokok nasional.

2) Komoditi alternatif/unggulan daerah (lokal) seperti talas, garut, gembili, sorgum,

gandum dan lain-lain. Komoditi ini sebagai substitusi maupun komplemen dari

komoditas utama dan unggulan nasional.

Pengembangan ketujuh komoditi tanaman pangan diimplementasikan dalam

berbagai jenis kegiatan yang saling terkait dan saling mendukung. Dalam

perkembangannya, sejak tahun 2011, komoditi yang menjadi skala prioritas

difokuskan pada padi, jagung, dan kedelai. Saat ini, ketiga komoditi tersebut

merupakan gambaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan pengembangan komoditi tersebut,

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memantapkan berbagai peraturan perundang-

undangan dan memberikan berbagai instrumen anggaran yang diperlukan melalui

APBN, seperti dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan, dana alokasi khusus

(DAK), dana subsidi, dan berbagai jenis lainnya.

Perencanaan kinerja seharusnya dilaksanakan melalui penyusunan

pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis untuk memberikan gambaran

proses pelaksanaan kinerja secara baik dan sistematis. Dalam hal ini, proses

penetapan dan tahapan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dapat

didokumentasikan dalam bentuk yang akuntabel. Oleh karena itu, pedoman

pelaksanaan program perlu disusun sebagai salah satu wujud nyata dari akuntabilitas.

Pedoman pelaksanaan program ini akan diperkuat oleh pedoman pelaksanaan

kegiatan dan pedoman teknis. Dengan memperhatikan komitmen tersebut,

disusunlah Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan

Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada

Berkelanjutan TA 2012.

Page 13: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

4 | P a g e

Gambar 1. Hubungan Perencanaan Kinerja dan Pedoman Pelaksanaan

1.2. Dasar Hukum

Penyusunan Pedoman Pelaksanaan merupakan suatu tuntutan yang wajib

harus dilakukan dalam membangun akuntabilitas kinerja. Pedoman yang disusun

terdiri dari tiga (3) jenis yaitu 1) pedoman pelaksanaan program, 2) pedoman

pelaksanaan kegiatan, dan 3) pedoman teknis. Penyusunan pedoman tersebut

mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN

ANGGARAN DITJEN TP (RENSTRA – RKT – PK –

DIPA/RKA-KL/POK)

DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN

ANGGARAN KEMENTAN

(RENSTRA – RKT – PK)

DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

(RPJP – RPJM – RKP)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN

KEMENTAN

PEDOMAN PENGELOLAAN JENIS ALOKASI DANA (DANA

DEKONSENTRASI, TUGAS

PEMBANTUAN, DAK, DLL)

PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN

SOSIAL

PEDOMAN PENGELOLAAN

ADMINISTRASI KEUANGAN

PEDOMAN PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJA DAN

KEUANGAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN TANAMAN PANGAN

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN

MASING-MASING ESELON II

PEDOMAN TEKNIS TERUTAMA ATURAN TEKNIS

PENGELOLAAN BANTUAN YANG DIALOKASIKAN KEPADA

PETANI/LEMBAGA/UNIT KERJA

PEMERINTAH

Page 14: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

5 | P a g e

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah junto

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2012.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah (RKA-KL).

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Pembangunan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah.

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan

APBN, sebagaimana telah diubah beberapa kali, junto Peraturan Presiden

Page 15: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

6 | P a g e

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah junto Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Tahun 2012.

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Rincian Anggaran

Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2012.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2005 tentang Sistem

Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Pedoman

Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2011 tentang Standar Biaya

Tahun Anggaran 2012.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga (RKA-KL) dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan

Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TA 2012.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi

Anggaran.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 215/KMK.02/2011 Tentang Pagu

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2012.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 95/Permentan/OT.140/12/2011 tentang

Pelimpahan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung

Jawab Dana Dekonsentrasi Provinsi Tahun 2012.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 97/Permentan/OT.140/12/2011 tentang

Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam Pengelolaan Kegiatan dan

Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun 2012.

1.3. Tujuan

Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan

Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada

Berkelanjutan TA 2012 bertujuan untuk:

a. memberikan acuan dalam melaksanakan Program Peningkatan Produksi,

Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan

Page 16: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

7 | P a g e

Swasembada Berkelanjutan sesuai dengan kegiatan-kegiatan skala prioritas,

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta anggaran yang tersedia.

b. meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program, kegiatan dan

anggaran baik antar sektor/subsektor maupun antara pusat dan daerah.

c. meningkatkan transparansi, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program,

kegiatan dan anggaran melalui pemantapan pengendalian (monitoring) dan

evaluasi serta pelaporan kinerja.

1.4. Sasaran

Sasaran penyusunan Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi,

Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan

Swasembada Berkelanjutan TA 2012 adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan secara

efektif, efisien dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku oleh penyelenggara pemerintahan yang melaksanakan program dimaksud

dan penerima manfaat langsung.

Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan

Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada

BerkelanjutanTA 2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Menguraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan, sasaran, istilah dan

pengertian

Bab II Menguraikan sasaran, kebijakan, dan strategi pembangunan tanaman

pangan

Bab III Menguraikan program dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan TA 2012

Bab IV Menguraikan tata hubungan kerja dan pengorganisasian pelaksanaan

program, kegiatan, dan anggaran lingkup Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan TA 2012

Bab V Menguraikan pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program,

kegiatan dan anggaran lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA

2012

Bab VI Penutup

Pedoman pelaksanaan program ini dilengkapi dengan beberapa lampiran

penting sebagai referensi dalam penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan atau

pedoman teknis kegiatan.

Page 17: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

8 | P a g e

1.5. Istilah dan Pengertian

Beberapa istilah dan pengertian pada Pedoman Pelaksanaan Program

Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai

Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012 sebagai berikut:

1. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah

untuk mencapai sasaran dan tujuan.

2. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan

yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang

tersedia.

3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah dokumen

perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima tahunan), yaitu

RPJMN I tahun 2005-2009, RPJMN II Tahun 2010-2014, RPJMN III Tahun

2015-2019, dan RPJMN IV Tahun 2020-2024.

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan

penjabaran dari misi, visi, dan program Presiden yang penyusunannya

berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan

nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas

Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka

ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh

termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa regulasi dan

kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

5. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) adalah

dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program

pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang

ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 5 (lima)

tahun.

6. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan tahunan

yang memuat kerangka makro dan program-program pembangunan baik yang

dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan

mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 1 (satu) tahun. RKP ini

merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan,

rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian

secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program

Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/ Lembaga, kewilayahan dalam

bentuk regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKP

merupakan pedoman dalam penyusunan RAPBN, disusun berdasarkan Renja-

KL (Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga) sesuai dengan tugas pokok

dan fungsinya dengan berpedoman pada Renstra-KL (Rencana Strategis

Kementerian Negara/Lembaga).

Page 18: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

9 | P a g e

7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR yang masa

berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember tahun berjalan.

8. Penganggaran Terpadu adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang

dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan

kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi

alokasi dana.

9. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih

kegiatan yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa unit organisasi dalam satu

atau beberapa instansi untuk mencapai sasaran dan tujuan kebijakan serta

memperoleh alokasi anggaran.

10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau

beberapa Satuan Kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada

suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya

baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang, modal, termasuk

peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis

sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran

(output) dalam bentuk barang/jasa.

11. Sub Kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha pencapaian

sasaran dan tujuan kegiatan tersebut.

12. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL)

adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan

kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari

rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian

Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta

anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan

anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja yang

disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan

berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan.

14. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) adalah dokumen yang merupakan

bagian tidak terpisah dari DIPA dan RKA-KL yang memuat kegiatan secara rinci

serta harga satuannya dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dalam

kurun waktu satu tahun anggaran.

15. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah

dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan

kualitas terukur.

16. Indikator Kinerja diartikan sebagai ukuran kuantitatif/kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.

Page 19: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

10 | P a g e

Indikator kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar untuk

menilai kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan

(on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai (ex-post). Indikator kinerja

juga digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan

kemajuan dalam rangka menuju tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa

indikator kinerja, maka akan sulit menilai kinerja

kebijaksanaan/program/kegiatan yang pada akhirnya bermuara pada kinerja

organisasi.

17. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atas

keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

18. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

19. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang

dilaksanakan untuk mendukung percapaian sasaran dan tujuan program dan

kebijakan.

20. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada

Gubernur sebagai wakil pemerintah.

21. Anggaran Dekonsentrasi adalah anggaran yang berasal dari APBN yang

dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak

termasuk anggaran yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

Pemberian anggaran dekonsentrasi tidak terlepas dari kewajibannya untuk

melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada

Menteri/Pimpinan lembaga terkait.

22. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah Pusat kepada Daerah

dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan

mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan dalam

hal ini Menteri/Pimpinan Lembaga terkait.

23. Anggaran Tugas Pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang

dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran

dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

24. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) adalah pejabat

pemegang kewenangan dalam penggunaan anggaran satuan kerja yang

dialokasikan dalam APBN. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab

atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang

bersangkutan.

25. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan

Page 20: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

11 | P a g e

uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada

kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah.

26. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan

uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan

APBN/APBD pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/

Pemerintah Daerah.

27. Pinjaman Luar Negeri (PLN) adalah sumber pembiayaan negara dalam bentuk

devisa, barang, dan jasa yang diterima dari badan/lembaga negara asing,

pemerintah negara asing, badan/lembaga keuangan internasional, atau pasar

keuangan internasional yang harus dibayar kembali dengan persyaratan yang

telah disepakati, termasuk penjaminan pembayaran yang dapat menimbulkan

kewajiban pembayaran dikemudian hari.

28. Hibah Luar Negeri (HLN) adalah penerimaan negara yang diperoleh dari luar

negeri baik dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam

bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang dapat

dinilai dengan uang yang tidak perlu dibayar kembali.

29. Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan RI yang dipimpin

oleh Menteri untuk melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang tertentu.

30. Unit Organisasi adalah bagian dari suatu Kementerian Negara/Lembaga yang

bertanggung jawab terhadap pengkoordinasian dan/atau pelaksanaan suatu

program.

31. Satuan Kerja (Satker) adalah bagian dari suatu unit organisasi pada

Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa

kegiatan dari suatu program.

32. Satuan Kerja Pada Instansi Pemerintah adalah organisasi dalam pemerintah

yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu dibidangnya masing-masing

atau bertugas melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu program.

33. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada

pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

dekonsentrasi/ tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi,

kabupaten, atau kota.

34. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas

kebutuhan bersama yang mempunyai struktur organisasi dan mempunyai basis

tujuan yang bersama.

35. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau

pemerintah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pelaku usaha

pertanian sehingga dapat mandiri dalam mencapai tujuan yang dikehendaki

sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya.

Page 21: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

12 | P a g e

36. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) adalah lembaga yang

tumbuh dan berkembang secara mandiri di masyarakat, dengan kegiatan utama

meningkatkan gerakan moral melalui kegiatan pendidikan, sosial dan

keagamaan, serta peningkatan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

37. Tenaga Harian Lepas (THL) adalah tenaga bantu tenaga penyuluh

pertanian/pendamping revitalisasi perkebunan/pengendali organisme

pengganggu tumbuhan/penanganan kesehatan hewan yang direkrut oleh

Kementerian Pertanian mulai tahun 2007 untuk melaksanakan tugas dan

fungsinya mendampingi kelompok tani/gapoktan dalam pengembangan usaha

agribisnis, dengan ketentuan tidak menuntut untuk diangkat menjadi Pengawai

Negeri Sipil (PNS).

38. Tenaga Harian Lepas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (THL

POPT) adalah tenaga bantu POPT yang direkrut oleh Kementerian Pertanian

selama kurun waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan keuangan Negara

untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pembantu POPT di wilayah

pengamatan yang belum memiliki jumlah POPT yang cukup, dengan ketentuan

tidak mempunyai hak untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

39. Pemberdayaan Masyarakat Pertanian adalah upaya-upaya yang dilakukan

dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga

secara mandiri mampu mengembangkan diri dan dalam melakukan usahanya

secara berkelanjutan.

40. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan

Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

41. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan

untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang ditetapkan

42. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana

pembangunan, mengindentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang

timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.

Pemantauan dilaksanakan secara berkesinambungan dan bertujuan

memberikan indikasi awal dari perkembangan atau kekurangan suatu

program/kegiatan yang sedang berjalan.

43. Evaluasi adalah suatu penilaian dalam kurun waktu tertentu yang mencoba

untuk menilai relevansi secara sistematis dan obyektif, efisien, efektivitas

pelaksanaan, dan dampak/keberhasilan dari program dan kegiatan yang sedang

berjalanmaupun yang telah selesai. Evaluasi dapat diartikan pula merupakan

rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output),

dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Pemantauan dilakukan pada

seluruh program/kegiatan, sedangkan evaluasi dapat dilakukan secara lebih

Page 22: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

13 | P a g e

selektif. Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi merupakan alat yang

diperlukan untuk pelaporan dan pengendalian.

44. Pelaporan adalah bentuk penyampaian informasi mengenai hasil pelaksanaan

program/kegiatan yang dituangkan ke dalam formulir yang telah ditentukan

secara berkala dan sesuai dengan petunjuk pengisiannya.

45. Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan oleh

pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari

kemungkinan terjadinya resiko sosial. Transfer uang/barang/jasa tersebut

memiliki ketentuan berikut ini: (a) dapat langsung diberikan kepada anggota

masyarakat dan/atas lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan

untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan; (b) bersifat

sementara atau berkelanjutan; (c) ditujukan untuk mendanai kegiatan

rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial. Pembedayaan sosial,

penanggulangan kemiskinan dan bencana; (d) untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial

dalam rangka mencapai kemandirian sehingga terlepas dari resiko sosial; dan

(e) diberikan dalam bentuk bantuan langsung, penyediaan aksesibilitas,

dan/atau penguatan kelembagaan.

46. Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam

rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang

member manfaar lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan

minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintan.

47. Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan

jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan

maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan

untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja

perjalanan.

48. Belanja Pegawai pada dasarnya mencakup seluruh imbalan yang diberikan

kepada pegawai pemerintah dan anggota DPRD, seperti gaji, tunjangan, dan

kompensasi sosial.

49. Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga

yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa,

yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga

jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat.

Page 23: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

14 | P a g e

BAB II

SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN TA 2012

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai Visi Tahun 2010-2014,

yaitu ”Terwujudnya Produksi Tanaman Pangan Yang Cukup dan Berkelanjutan”.

Dalam mewujudkan visi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki misi

sebagai berikut;

1. Mewujudkan birokrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang profesional

dan berintegritas,

2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan

berkelanjutan,

3. mengembangkan sistem penyediaan benih yang efisien, efektif, dan

berkelanjutan,

4. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan,

5. meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan, dan

6. mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait serta masyarakat dalam

pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan.

Sebagai implementasi visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan menetapkan tujuan, sebagai berikut;

1. meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal penerapan budidaya

tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan untuk peningkatan produksi

dalam rangka mencapai ketahanan pangan;

2. menyelenggarakan sistem penyediaan benih tanaman pangan yang efisien dan

berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, dan

tersalurnya benih tanaman pangan bersubsidi;

3. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan di lokasi penerapan

budidaya tanaman pangan yang tepat;

4. mengendalikan serangan OPT dan DPI di lokasi penerapan budidaya tanaman

pangan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman pangan;

5. menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrasi secara profesional dan

berintegritas dilingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;

6. menciptakan metoda pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu

laboratorium pengujian benih tanaman pangan;

7. menyediakan informasi dan menciptakan model peramalan OPT sebagai

rujukan dalam pengamanan produksi tanaman pangan.

Page 24: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

15 | P a g e

2.1. Sasaran

Sasaran utama pembangunan tanaman pangan tahun 2010-2014

merupakan turunan dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu: a)

mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b)

mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai

tambah, daya saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan

petani. Keempat sasaran ini disebut dengan Empat Sukses Kementerian

Pertanian. Pencapaian keempat sasaran (target) utama diharapkan dapat

memberikan dampak kinerja yang signifikan bagi pemenuhan kebutuhan nasional dan

ketahanan pangan nasional, baik kebutuhan pangan, kebutuhan pakan, kebutuhan

energi maupun kebutuhan bahan baku untuk industri lainnya. Selain itu, dampak

kinerja pembangunan tanaman pangan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah

kemiskinan dan meningkatkan pendapatan negara.

Pencapaian Empat Sukses Kementerian Pertanian tersebut memerlukan

keterpaduan pelaksanaan program baik lingkup Kementerian Pertanian maupun lintas

Kementerian/Pemerintahan. Fungsi dari program pemerintah hanya berupa stimulan

untuk menggerakkan kekuatan ekonomi tanaman pangan secara nasional. Dalam hal

ini, pembangunan tanaman pangan dikelompokkan pada pengembangan komoditas

utama dan komoditas alternatif. Namun demikian, penetapan sasaran produksi

hanya dilakukan pada komoditi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi

jalar, dan ubi kayu. Sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan tahun 2012

dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2012

Komoditas Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

Padi 14.026.771 13.556.865 53,13 72.026.235

Jagung 4.874.437 4.655.430 51,55 24.000.000

Kedelai 1.312.000 1.250.000 15,20 1.900.000

Kacang Tanah 825.000 785.700 14,00 1.100.000

Kacang Hijau 342.600 325.500 11,98 390.000

Ubi Kayu 1.381.600 1.315.800 190,00 25.000.000

Ubi Jalar 207.000 196.700 117,00 2.300.000

Sumber: Renstra Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (untuk rincinya per provinsi dapat dilihat pada lampiran 3 sd 9)

Page 25: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

16 | P a g e

2.2. Strategi

Pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan akan ditempuh melalui

strategi Tujuh Gema Revitalisasi Pertanian yaitu: (1) Revitalisasi Lahan; (2)

Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; (3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (4)

Revitalisasi Sumber Daya Manusia; (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (6)

Revitalisasi Kelembagaan Petani; serta (7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.

Gambar 2. Hubungan Strategi dan Empat Sukses Kementerian Pertanian

Ketujuh strategi pembangunan pertanian tersebut akan mempengaruhi

tingkat keberhasilan yang dapat dicapai. Namun demikian, harus disadari bahwa

ketujuh strategi tersebut melibatkan institusi pemerintah lainnya dan institusi non

pemerintah. Untuk mewujudkan pencapaian Empat Sukses tersebut, orientasi

peningkatan produksi menjadi alat (instrumen) utama yang diprioritaskan. Untuk itu,

sebagai jaminan tambahan bagi petani atau pelaku usaha pertanian, pemerintah

memberikan stimulan baik berupa bantuan, subsidi ataupun insentif lainnya.

Pemberian ini sebagai bagian dari meringankan biaya usaha dan sekaligus

meningkatkan pendapatan.

Secara harfiah, peningkatan produksi diharapkan dapat memacu

peningkatan pendapatan. Berkaitan dengan peningkatan produksi, Direktorat

EMPAT

SUKSES

SWASEMBADA BERKELANJUTAN DAN

SWASEMBADA

DIVERSIFIKASI

PANGAN

NILAI TAMBAH, DAYA

SAING, DAN EKSPOR

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

PETANI

TUJUH GEMA

REVITALISASI PERTANIAN

LAHAN

PERBENIHAN/PERBIBITAN

INFRASTRUKTUR DAN SARANA

SUMBER DAYA MANUSIA

PEMBIAYAAN PERTANIAN

KELEMBAGAAN PERTANIAN

TEKNOLOGI DAN INDUSTRI HILIR

Page 26: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

17 | P a g e

Jenderal Tanaman Pangan menetapkan strategi pencapaian produksi tanaman

pangan melalui empat strategi atau disebut dengan Catur Strategi Pencapaian

Produksi Tanaman Pangan yaitu:

1. Peningkatan produktivitas

2. Perluasan areal dan optimasi lahan

3. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan

4. Peningkatan manajemen.

Catur strategi pencapaian produksi tanaman pangan ini merupakan

penajaman sekaligus revisi atas catur strategi yang selama ini digunakan yaitu 1)

peningkatan produktivitas, 2) perluasan areal tanam, 3) pengamanan produksi, dan 4)

penguatan kelembagaan dan pembiayaan. Hal ini dilakukan sebagai proses

penegasan dan respon atas perubahan lingkungan yang terjadi.

Proses penajaman dan revisi terhadap strategi pencapaian produksi

tanaman pangan telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan program

pembangunan tanaman pangan dan aspek keterpaduan baik disisi hulu, on-farm,

maupun hilir.

Gambar 3. Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan

Page 27: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

18 | P a g e

2.3. Kebijakan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 merupakan penjabaran

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 sebagaimana

yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan sekaligus merupakan rangkaian lanjutan

dari RKP tahun 2011.

Tema Rencana Kerja Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2012

adalah Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan

Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Tema ini merupakan

landasan dalam menyusun rancangan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran

pembangunan, yang tertuang dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Tahun 2012. Pada prinsipnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib

menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan

partisipasi.

Kementerian Pertanian menetapkan 23 (dua puluh tiga) arah kebijakan

pembangunan pertanian tahun 2010-2014. Dari 23 arah kebijakan tersebut, 9

(sembilan) diantaranya terkait langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan, yaitu: (1) melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun

sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain: bantuan

benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT); (2)

melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat

seperti Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), (3) pemantapan

swasembada beras dan jagung melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan, (4)

pencapaian swasembada kedelai, (5) pembangunan sentra-sentra pupuk organik

berbasis kelompok tani, (6) penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan

nasional,(7) peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit

tumbuhan secara terpadu, (8) berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang

berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan

internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran

Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, serta (9) peningkatan dan penerapan manajemen

pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.3)

3)

Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014

Page 28: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

19 | P a g e

Secara operasional, kebijakan pembangunan tanaman pangan diprioritaskan

pada 1) pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung, 3) pencapaian

swasembada kedelai tahun 2014, 3) pengembangan komoditas spesifik lokasi di

Kawasan Timur (Direktif Presiden), 4) penguatan pangan nasional berbasis Koridor

MP3I, serta 5) pengembangan produksi di kawasan-kawasan khusus lainnya seperti

kawasan perbatasan dan kawasan agropolitan.

Optimalisasi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan tanaman

pangan perlu didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Dalam hal ini,

dukungan kebijakan yang berpengaruh terhadap iklim usaha atau pengembangan

agribisnis tanaman pangan harus diperhatikan antara lain:

(1) Harga

Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan apabila petani

memperoleh insentif/keuntungan yang memadai. Karena itu, pemerintah perlu

menjaga kestabilan harga dan pasar hasil tanaman pangan sepanjang tahun

melalui penetapan harga pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas

strategis seperti padi, jagung dan kedelai. Pengawasan pemerintah sangat

diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi pedagang yang dapat memainkan

harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan berkembangnya kemitraan

antara petani dengan pedagang/industri olahan/pengusaha lainnya. Dalam

pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan

stakeholder terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun

tingkat pusat.

(2) Bea Masuk

Dalam era globalisasi dewasa ini persaingan pasar antar komoditas tanaman

pangan semakin ketat. Komoditas tanaman impor sering membanjiri pasar

dalam negeri dengan harga yang lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan

pengembangan agribisnis tanaman pangan dalam negeri. Produk impor lebih

murah dari produk dalam negeri, karena pemerintah negara-negara eksportir

melindungi para petaninya secara baik dengan berbagai cara, sehingga mampu

menghasilkan kualitas yang baik serta dengan kontinuitas pasokan yang

terjamin. Oleh karena sistem atau cara perlindungan yang diberikan terhadap

petani mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil dan

sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut.

Page 29: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

20 | P a g e

Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di atas, pemerintah

Indonesia melindungi petaninya melalui pemberlakuan bea masuk (tarif) impor.

Pemberlakuan tarif impor tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka

kebijakan World Trade Organization (WTO). Untuk mengatasi penyelundupan

produk-produk tanaman pangan dilakukan koordinasi dalam pengawasan pintu-

pintu masuk penyelundupan barang-barang dari luar negeri.

(3) Karantina Tumbuhan

Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis sumber daya alam hayati berupa

aneka ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang perlu dijaga dan dilindungi

kelestariannya dari berbagai hama, penyakit dan organisme pengganggu. Oleh

karena itu untuk mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan, hama

dan penyakit hewan/ikan melalui media pembawa (tumbuhan dan bagian-

bagiannya, hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewan, ikan dan/atau

benda lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di dalam negeri, perlu

pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.

Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu instrumen yang

penting untuk memperlancar arus perdagangan, baik ekspor maupun impor.

Dengan adanya peraturan karantina yang selaras dengan aturan sanitasi dan

fitosanitari (sanitary and phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat

meningkatkan kualitas produk ekspor impor yang pada gilirannya juga dapat

meningkatkan taraf hidup petani. Dengan demikian dapat dihindarkan terjadinya

tuntutan terhadap produk Indonesia di luar negeri akibat buruknya mutu.

Demikian juga derasnya arus masuk produk luar negeri yang tidak bermutu

dapat dicegah melalui pengawasan karantina.

Untuk menjaga masuknya produk-produk pertanian tanaman (termasuk benih)

yang tidak memenuhi persyaratan keamanan hama dan penyakit serta

lingkungan, maka perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas

karantina. Penjagaan dari aspek hama dan penyakit serta lingkungan tersebut

di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai dampak dalam jangka waktu

yang panjang. Oleh karena itu koordinasi dengan pihak karantina setempat

perlu dilakukan dan lebih ditingkatkan.

(4) Pengendalian Alih Fungsi Lahan

Meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya ekonomi serta industri,

berakibat terjadinya degradasi, alih fungsi, dan fragmentasi lahan pertanian

Page 30: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

21 | P a g e

pangan yang mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam

menjaga ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional. Upaya

pengendalian terhadap terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non-

pertanian/non-tanaman pangan secara efektif dalam Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(PLP2B) dan Peraturan Pemerintah pendukungnya.

Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 menyatakan

bahwa Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan

dengan tujuan: a) melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara

berkelanjutan; b) menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara

berkelanjutan; c) mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;

d) melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani; e)

meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f)

meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; g) meningkatkan

penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak; h) mempertahankan

keseimbangan ekologis; dan i) mewujudkan revitalisasi pertanian. Sanksi bagi

orang, perseorangan, pejabat pemerintah yang melakukan alih fungsi Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan akan dipidana dengan pidana penjara paling

lama 2-5 tahun dan denda berkisar antara satu milyar rupiah sampai tujuh

milyar rupiah.

Page 31: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

22 | P a g e

BAB III

PROGRAM DAN KEGIATAN

LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

TA 2012

Pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

memerlukan penjelasan beberapa hal penting sebagai simpul kritis pengendalian

dalam mendorong pencapaian kinerja secara optimal. Penjelasan program dan

kegiatan harus dapat menjelaskan nilai strategis dari komponen-komponen yang

direncanakan. Beberapa aspek yang perlu diperjelas adalah 1) indikator kinerja hasil

(outcome) dan keluaran (output), 2) komponen prioritas pemberdayaan, 3) lokasi

anggaran (Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota) dan jenis dana (dana dekonsentrasi

dan/atau dana tugas pembantuan), 4) jenis belanja, 5) pola pengelolaan bansos, 6)

mekanisme pengadaan barang/jasa, 7) pengukuran indikator kinerja outcome

maupun output, serta 8) penilaian resiko atas keberhasilan program/kegiatan.

Gambar 4. Butir-Butir Penjelasan Pedoman Pelaksanaan Program/Kegiatan

BUTIR-BUTIR PENJELASAN

PEDOMAN PELAKSANAAN

PROGRAM/KEGIATAN

KOMPONEN PRIORITAS

PEMBERDAYAAN

JENIS BELANJA

LOKASI ANGGARAN

DAN JENIS DANA

INDIKATOR KINERJA

OUTCOME DAN OUTPUT

POLA PENGELOLAAN

BANSOS

MEKANISME PENGADAAN

BARANG/JASA

PENGUKURAN INDIKATOR

KINERJA

PENILAIAN RESIKO ATAS KEBERHASILAN

PROGRAM/KEGIATAN

Page 32: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

23 | P a g e

3.1 Program

Dalam mewujudkan sasaran pembangunan tanaman pangan, Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan menetapkan program tahun 2012 yaitu Program

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk

Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Indikator keberhasilan

kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan

Untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan adalah perluasan

penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat yang didukung oleh sistem

penanganan pascapanen dan penyediaan benih serta pengamanan produksi yang

efisien untuk mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan.

Untuk mewujudkan pencapaian kinerja program tersebut, maka perlu

didukung pencapaian kinerja kegiatan dari masing-masing unit eselon II yaitu:

1. Direktorat Budidaya Serealia: Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia.

2. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi: Pengelolaan Produksi

Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

3. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan: Pengelolaan Sistem Penyediaan

Benih Tanaman Pangan.

4. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan: Penanganan Pascapanen

Tanaman Pangan.

5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan: Penguatan Perlindungan Tanaman

Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan

Dampak Perubahan Iklim (DPI).

6. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan: Dukungan Manajemen dan

Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

7. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BBPPMBTPH): Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih

dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih.

8. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT):

Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.

Page 33: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

24 | P a g e

Tabel 2. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

Kode Program dan Kegiatan

018.03.06 Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman

Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan

1761 Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

1762 Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

1763 Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

1764 Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI

1765 Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan

1766 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan

1767 Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem

Mutu Laboratorium Pengujian Benih

1768 Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Untuk mewujudkan kinerja program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

tahun 2012, komponen prioritas yang terus ditumbuhkembangkan adalah:

1) mengoptimalkan bantuan kepada petani, penangkar benih, pelaku usaha

pascapanen, dan lembaga yang mengakar di masyarakat,

2) memperkuat brigade produksi (brigade proteksi) dan petugas di lapangan,

3) memperkuat fungsi unit pelaksana teknis daerah (BBI, BPSBTPH, dan BPTPH),

4) memperkuat cadangan bantuan saprodi dalam mengatasi dampak bencana

yang timbul.

Page 34: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

25 | P a g e

Tabel 3. Komponen Prioritas Pemberdayaan dan Penguatan

Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. Kegiatan Komponen Prioritas

Pemberdayaan/Penguatan

1.

Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

- SLPTT hanya dengan bantuan benih dan LL

- SLPTT Model Spesifik Lokasi

- SLPTT Model Peningkatan IP

- Optimalisasi Pengembangan Areal Tanam (Jagung)

- Fasilitasi Kemitraan Pengembangan Pangan Alternatif

2. Pengelolaan Produksi Tanaman Akabi

- SLPTT Kedelai

- Pengembangan Kedelai Model

- Pengembangan Kacang Tanah

- Pengembangan Ubi Kayu

- Pengembangan Ubi Jalar

3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

- Pemberian BLBU

- Penguatan UPTD BPSBTPH

- Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT)

- Penguatan Balai Benih

- Pemberdayaan Penangkar

- Penguatan UPB

4. Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan

- Bantuan Sarana Pasca Panen

- Survei Susut Hasil Padi

5. Penguatan Perlindungan TP Dari Gangguan OPT & DPI

- Penguatan P3OPT

- Gerakan Pengendalian OPT/bantuan pestisida

- Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT)

- Sekolah Lapangan Iklim (SLI)

- Pemberdayaan PPAH

- Penguatan Lab Pengamatan Hama Terpadu (LPHP)

- Pemberdayaan THL POPT-PHP

6. Pengembangan Peramalan Serangan OPT

- Pengembangan Peramalan Serangan OPT

7. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih Dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih

- Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih

8 Dukungan Manajemen & Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan

- Pemberian Modal Usaha Kepada LM3

- Penyediaan Cadangan Saprodi Dalam Mengatasi Bencana Alam

- Pemberian Insentif Mantritani

Page 35: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

26 | P a g e

Salah satu instrumen utama yang menjadi model (benchmark)

pemberdayaan sebagai gambaran pokok atas keberhasilan program Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan adalah Sekolah Lapangan meliputi Sekolah Lapangan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama

Terpadu (SLPHT) dan Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Ketiga sekolah lapangan ini

akan didukung oleh berbagai kegiatan pendukung lain. Sekolah lapangan ini

difokuskan pada komoditas padi, jagung dan kedelai. Untuk komoditas lain dilakukan

melalui pola pengembangan dengan luasan tertentu (dem area). Untuk mendukung

pencapaian sasaran produksi komoditas tanaman pangan, sasaran luas tanam

SLPTT atau lokasi pengembangan (dem area) yang dibiayai melalui APBN TA 2012

terlihat pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Melalui SLPTT dan Lokasi Pengembangan Melalui APBN TA 2012

Komoditas Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

Padi Non Hibrida 2.700.000 2.565..000 64,00 16.416.000

Padi Hibrida 300.000 285.000 77,00 2.195.000

Padi Lahan Kering 500.000 475.000 37,50 1.781.250

Jagung 200.000 190.000 65,00 1.235.000

Kedelai 350.000 332.500 16,00 542.690

Kacang Tanah 150.000 142.500 17,51 268.010

Kacang Hijau 20.000 19.000 13,00 25.260

Ubi Kayu 6.560 6.230 250,00 164.680

Ubi Jalar 10.350 9.830 130,00 139.880

Alokasi anggaran untuk mendukung pencapaian program Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan TA 2012 terdiri dari:

1) Dana pusat sebesar Rp. 1.104.899.536.000,-. Alokasi dana pusat dikelola unit

kerja Pusat yaitu 8 unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

(anggaran BPMPT tergabung dalam anggaran Direktorat Perlindungan

Tanaman Pangan).

2) Dana dekonsentrasi sebesar Rp. 512.347.000.000,- Alokasi dana

dekonsentrasi dikelola oleh unit kerja Dinas Provinsi yang menangani

tanaman pangan dan UPTD Provinsi (BBI, BPSBTPH, dan BPTPH).

3) Dana tugas pembantuan sebesar Rp. 1.498.245.455,- Alokasi dana tugas

pembantuan dikelola oleh unit kerja Dinas Kabupaten/Kota yang menangani

tanaman pangan.

Page 36: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

27 | P a g e

Tabel 5. Lokasi Anggaran dan Jenis Dana Per Provinsi Untuk Mendukung Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012

UNIT KERJA KAB/KOTA

A. PUSAT 1.104.899.536

1. DITJEN TP-PUSAT - - - - - 1.084.746.536

2. BBPPMBTPH - - - - - - 7.300.000

3. BBPOPT - - - - - - 9.353.000

4. BPMPT - - - - - - 3.500.000

B PROVINSI & KAB/KOTA 267.093.500 31.846.500 61.400.000 152.007.000 512.347.000 1.498.245.455 2.010.592.455

1. ACEH 18.498.700 550.000 2.131.000 6.480.000 27.659.700 54.799.820 82.459.520

2. SUMUT 9.056.500 2.400.000 2.320.000 8.473.000 22.249.500 47.125.100 69.374.600

3. SUMBAR 8.297.500 600.000 2.176.000 5.642.000 16.715.500 28.260.830 44.976.330

4. RIAU 7.448.900 250.000 1.330.000 2.814.500 11.843.400 16.208.160 28.051.560

5. JAMBI 6.155.100 1.895.000 1.804.000 3.184.000 13.038.100 21.549.320 34.587.420

6. SUMSEL 13.114.100 700.000 2.428.000 4.926.500 21.168.600 46.017.140 67.185.740

7. BENGKULU 4.805.100 385.000 1.492.000 2.494.500 9.176.600 14.626.310 23.802.910

8. LAMPUNG 11.633.700 600.000 1.840.000 5.487.500 19.561.200 46.801.420 66.362.620

9. DKI 432.600 - 474.000 910.500 1.817.100 - 1.817.100

10. JABAR 16.465.100 4.250.000 4.030.000 12.242.000 36.987.100 163.405.020 200.392.120

11. JATENG 18.478.900 3.800.000 4.030.000 12.562.000 38.870.900 207.618.725 246.489.625

12. DI YOGYAKARTA 9.670.900 698.500 1.916.000 2.738.500 15.023.900 34.412.580 49.436.480

13. JATIM 14.901.100 3.600.000 4.610.000 14.039.000 37.150.100 348.478.060 385.628.160

14. KALBAR 12.156.400 500.000 1.907.000 4.055.000 18.618.400 28.642.020 47.260.420

15. KALTENG 6.061.900 500.000 1.567.000 3.246.000 11.374.900 15.709.740 27.084.640

16. KALSEL 9.934.500 1.750.000 2.067.000 5.090.000 18.841.500 34.604.350 53.445.850

17. KALTIM 6.327.000 250.000 1.395.000 3.113.500 11.085.500 12.377.210 23.462.710

18. SULUT 5.138.100 400.000 2.067.000 3.581.500 11.186.600 21.365.800 32.552.400

19. SULTENG 6.609.200 400.000 1.591.000 4.678.500 13.278.700 21.414.480 34.693.180

20. SULSEL 16.447.800 2.450.000 3.465.000 8.314.000 30.676.800 92.201.500 122.878.300

21. SULTRA 4.926.800 300.000 1.410.000 3.847.000 10.483.800 18.114.880 28.598.680

22. BALI 5.178.300 750.000 2.007.000 3.114.000 11.049.300 13.238.800 24.288.100

23. NTB 11.303.400 2.300.000 2.546.000 4.439.000 20.588.400 47.403.820 67.992.220

24. NTT 15.142.500 500.000 1.713.000 4.187.500 21.543.000 28.990.940 50.533.940

25. MALUKU 1.759.400 350.000 1.404.000 3.218.000 6.731.400 5.449.000 12.180.400

26. PAPUA 2.221.600 339.000 1.304.000 3.152.000 7.016.600 7.969.260 14.985.860

27. MALUT 1.676.600 230.000 1.278.000 2.566.000 5.750.600 4.250.750 10.001.350

28. BANTEN 10.582.800 250.000 1.558.000 3.797.500 16.188.300 76.582.810 92.771.110

29. BABEL 1.019.700 100.000 600.000 1.544.000 3.263.700 1.587.200 4.850.900

30. GORONTALO 4.516.000 350.000 1.398.000 2.825.000 9.089.000 14.731.300 23.820.300

31. KEPRI 803.600 - - - 803.600 - 803.600

32. PAPUA BARAT 1.957.500 299.000 721.000 2.644.000 5.621.500 8.161.630 13.783.130

33. SULBAR 4.372.200 100.000 821.000 2.600.500 7.893.700 16.147.480 24.041.180

TOTAL 3.115.491.991

UNIT KERJA PROVINSI (DANA DEKONSENTRASI)

(DANA TUGAS

PEMBANTUAN) SUB TOTAL BPTPH

TOTAL BPSBTPH BBI DINAS

LOKASI NO.

ALOKASI ANGGARAN PER UNIT KERJA (Rp. 000)

Dalam meningkatkan pelaksanaan program dan kegiatan lingkup Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan TA 2012, alokasi anggaran untuk belanja pegawai,

belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial. Bila dilakukan

perbandingan masing-masing jenis belanja terhadap total anggaran maka proporsi

terbesar dialokasikan untuk belanja bantuan sosial sebesar 78,21%, kemudian diikuti

Page 37: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

28 | P a g e

belanja barang 18,88%, belanja pegawai 1,73% dan belanja modal 1,18%.

Pengalokasian anggaran tersebut dapat di lihat pada tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Anggaran Menurut Jenis Belanja Per Program/Kegiatan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

Kode Program dan Kegiatan

Jenis Belanja (Rp. 000)

Total

(Rp. 000)

Belanja

Pegawai

Belanja

Barang

Belanja

Modal

Belanja

Bantuan

Sosial

018.03.06

Program Peningkatan

Produksi, Produktivitas,

dan Mutu Tanaman

Pangan Untuk Mencapai

Swasembada dan

Swasembada

Berkelanjutan

53.800.919 588.187.829 36.668.775 2.436.834.468 3.115.491.991

1761

Pengelolaan Produksi

Tanaman Aneka Kacang

dan Umbi

0 20.441.510 889.000 154.418.520 175.749.030

1762 Pengelolaan Produksi

Tanaman Serealia 0 96.516.150 430.500 847.342.350 944.289.000

1763

Pengelolaan Sistem

Penyediaan Benih Tanaman

Pangan

0 151.534.052 9.016.950 1.292.699.998 1.453.251.000

1764

Penguatan Perlindungan

Tanaman Pangan dari

Gangguan OPT dan DPI

0 178.235.085 6.002.315 1.962.600 186.200.000

1765 Penanganan Pasca Panen

Tanaman Pangan 0 22.894.000 231.000 67.411.000 90.536.000

1766

Dukungan Manajemen dan

Teknis Lainnya pada Ditjen

Tanaman Pangan

46.507.092 109.871.219 19.435.650 73.000.000 248.813.961

1767

Pengembangan Metode

Pengujian Mutu Benih dan

Penerapan Sistem Mutu

Laboratorium Pengujian

Benih

3.164.532 3.628.568 506.900 0 7.300.000

1768

Pengembangan Peramalan

Serangan Organisme

Pengganggu Tumbuhan

4.129.285 5.067.246 156.460 0 9.353.000

Rupiah Murni 53.800.919 588.062.869 36.496.735 2.436.834.468 3.115.194.991

Pinjaman Luar Negeri 0 0 0 0 0

Rupiah Murni Pendamping 0 0 0 0 0

PNBP 0 124.960 172.040 0 297.000

Pinjaman Dalam Negeri 0 0 0 0 0

Badan Layanan Umum 0 0 0 0 0

Stimulus 0 0 0 0 0

Hibah Dalam Negeri 0 0 0 0 0

Hibah Luar Negeri 0 0 0 0 0

Hibah Langsung Dalam Negeri 0 0 0 0 0

Sumber : RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA 2012

Dari keempat jenis belanja diatas, belanja yang merupakan fasilitasi

langsung kepada masyarakat adalah belanja bantuan sosial. Berkaitan dengan

belanja bantuan sosial dapat dijelaskan bahwa penetapan alokasi anggaran untuk

Page 38: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

29 | P a g e

belanja bantuan sosial dikategorikan karena alasan pemberdayaan sosial dan

penanganan bencana. Memperhatikan pengelolaan belanja bantuan sosial, maka

penempatan alokasi DIPA disesuaikan dengan karakteristik jenis bantuan sosial yang

diberikan. Pola pelaksanaan bantuan sosial dimaksud dilakukan melalui transfer

uang dan/atau transfer barang. Hal ini sangat tergantung dengan ketepatan dan

keefektifan dalam penyaluran dan pelaksanaan kegiatan. Hal ini dapat dilihat secara

rinci pada tabel 7.

Mekanisme pengadaan barang/jasa melalui transfer barang seperti yang

terlihat pada tabel 6 mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dimana salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur pengadaan

barang/jasa pemerintah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

termasuk perubahannya.4) Sedangkan pengadaan barang/jasa melalui transfer uang

akan diatur secara rinci melalui pedoman teknis masing-masing. Namun demikian,

persyaratan administrasi pengadaan barang/jasa melalui transfer uang adalah

membuat kontrak berdasarkan Rencana Usaha Kegiatan (RUK) antara penerima dan

unit kerja pengelola langsung. Apabila ada hal-hal yang berubah dari RUK awal

maka dapat dilakukan penyesuaian kontrak dengan melampirkan Berita Acara dan

memperoleh persetujuan unit kerja pengelola (satker yang menangani bantuan

tersebut).

Untuk memastikan keberhasilan program Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, pengukuran kinerja dilakukan dengan mengukur indikator outcome dan

indikator output. Secara umum, pengukuran indikator kinerja output dilakukan

dengan membandingkan capaian fisik dan keuangan terhadap sasaran dan alokasi

anggaran yang ditetapkan. Pemantauan hasil keseluruhan atas indikator output dan

outcome dilakukan melalui pengumpulan informasi dari dinas kabupaten/kota. Namun

demikian, evaluasi pengukuran indikator kinerja outcome yang dititikberatkan pada

keberhasilan peningkatan produktivitas SLPTT. Metodologi pengukuran kinerja

SLPTT dilakukan melalui ubinan (metodologi yang lebih akurat), sebagai berikut:

1. Ubinan SLPTT Padi 14.136 unit 371 Kab/Kota

2. Ubinan SLPTT Jagung Hibrida 1.919 unit 242 Kab/Kota

3. Ubinan SLPTT Kedelai 3.500 unit 175 Kab/Kota

4)

Pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilakukan dengan pola lain sepanjang diterbitkan

aturan yang setara dengan peraturan yang mengatur pengadaan barang/jasa yang berlaku. Dalam administrasi, hal ini disebut dengan lex specialist.

Page 39: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

30 | P a g e

Tabel 7. Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. Jenis Output

Lokasi DIPA Komponen Belanja Bantuan Sosial Pola Pelaksanaan

Pusat Provinsi Kab/Kota Pemberdayaan

Sosial

Perlindungan

Sosial

Penanggulangan

Bencana

Penanganan

Kemiskinan

Transfer

Uang

Transfer

Barang

1. SLPTT Padi V V V

2. SLPTT Jagung V V V

3. Optimalisasi Pengembangan Areal

Jagung Hibrida V V V

4. SLPTT Kedelai V V V

5. Pengembangan Kedelai Model V V V

6. Pengembangan Ubi Kayu/Ubi

Jalar/Kacang Tanah V V V

7. BLBU PJK Wilayah Jawa V * V V *

8. BLBU PJK Wilayah Luar Jawa V V V

9. Pemberdayaan Penangkar PJK V V V

10. Bantuan Pasca Panen V V V

11. Sarana Pengendali OPT (BPTPH) V V V

12. Bantuan Bencana Alam V V V

13. Bantuan Modal untuk LM3 V V V

Keterangan:

* : sedang dalam proses penegasan

Page 40: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

31 | P a g e

3.2. Penilaian Risiko atas Keberhasilan Program

Secara umum, penilaian risiko merupakan proses identifikasi dan sekaligus proses

antisipasi atas faktor-faktor yang dapat menganggu keberhasilan pencapaian program.

Penilaian risiko atas keberhasilan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu

Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan meliputi

a) penilaian risiko pada saat perencanaan, b) penilaian risiko pada saat pelaksanaan

rencana, serta c) penilaian risiko pada saat pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

Secara umum, penilaian risiko yang perlu diperhatikan adalah:

1) penetapan model stimulan pembangunan,

2) ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki,

3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja (program dan anggaran),

4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman

teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi

(CPCL) dan pola pengelolaan,

5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelolaan

kesatkeran,

6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi,

7) ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah

ditetapkan,

8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan

pelaksanaan.

Penilaian risiko ini bersifat umum dan hanya berupa simpul-simpul utama. Titik risiko ini

akan dirinci pada masing-masing pengelola kegiatan sesuai dengan karakteristik yang

dimiliki.

Page 41: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

32 | P a g e

Tabel 8. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. Aspek Titik Risiko

I Penyusunan Rencana - Penetapan model stimulan pembangunan

- Ketepatan alokasi anggaran terhadap

dukungan teknis yang dimiliki

- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan

anggaran

II. Pelaksanaan Rencana - Ketepatan penyelesaian dokumen

pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman

teknis terutama yang berkaitan dengan

kriteria calon penerima calon lokasi

(CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian surat keputusan

berkaitan dengan pengelola kesatkeran

- Ketepatan pembentukan tim pembina,

pengawalan, monitoring dan evaluasi

- Ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai

dengan jadwal kerja yang sudah

ditetapkan

III. Pengendalian, Evaluasi dan

Pelaporan Rencana

- Kekonsistenan dalam pengendalian

- Kekonsistenan dalam mengevaluasi

- Kekonsistenan dalamn melaporkan

3.3. Kegiatan

Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terdiri dari delapan (8) jenis

kegiatan, dimana 1 unit kerja Eselon II memiliki 1 kegiatan. Pada tahun anggaran 2012,

kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk

Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan didukung anggaran melalui

APBN dengan fokus-fokus tertentu sebagai berikut:

3.3.1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia merupakan kegiatan Direktorat

Budidaya Serealia. Indikator output kinerja kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman

Serealia adalah tercapainya luas areal penerapan budidaya serealia yang tepat dan

berkelanjutan. Operasional peningkatan produksi dan produktivitas di lapangan dilakukan

melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) khususnya untuk padi

Page 42: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

33 | P a g e

(non hibrida, hibrida dan lahan kering), dan jagung (hibrida). Penerapan teknologi

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan instrumen perangsang (stimulus) bagi

daerah sekitarnya. Jenis SLPTT yang dikembangkan adalah 1) SLPTT Reguler dimana

bantuan yang diberikan hanya berupa benih, kecuali 1 Ha Laboratorium Lapangan

diberikan bantuan full paket, 2) SLPTT Spesifik Lokasi dimana bantuan yang diberikan

berupa bantuan full paket (benih, pupuk, dan alsintan), 3) SLPTT Indeks Pertanaman

dimana bantuan yang diberikan berupa bantuan full paket (benih, pupuk, dan alsintan).

Kriteria penerima SLPTT ini difokuskan kepada petani/kelompoktani yang memiliki

produktivitas yang lebih rendah dari produktivitas kabupaten. Penerapan pola ini

diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan, yang berfungsi sebagai pusat belajar

pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus sebagai tempat tukar

menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok, serta

sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.

Dalam setiap 25 ha areal SLPTT padi non hibrida, 25 ha areal SLPTT padi non

hibrida spesifik lokasi, 25 ha areal SLPTT padi non hibrida peningkatan IP, 10 ha areal

SLPTT padi hibrida, 10 ha areal SLPTT padi hibrida spesifik lokasi, 25 ha areal SLPTT

padi lahan kering, dan 15 ha areal SLPTT jagung hibrida. Masing-masing ditempatkan 1

unit laboratorium lapangan (LL) dengan luasan 1 Ha. Rincian bantuan biaya LL-SLPTT dan

biaya yang diperlukan untuk SLPTT Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi Peningkatan

Produktivitas dan Peningkatan IP seperti tabel di bawah ini.

No. SLPTT Luasan/1 Unit SLPTT

(Ha)

1. Padi

- Sawah Non Hibrida 25

- Sawah Hibrida 10

- Lahan Kering 25

2. Jagung 15

Untuk mendukung pelaksanaan SLPTT padi dan jagung, maka disusun standar

biaya untuk masing-masing SLPTT. Standar biaya pada SLPTT yang sifatnya reguler

sebesar Rp. 3.700.000,-/Ha, SLPTT model padi non hibrida diberikan sebesar Rp.

64.850.000,-/Ha, dan SLPTT padi hibrida sebesar Rp. 44.600.000,-/Ha. Biaya untuk

SLPTT ini belum termasuk bantuan benih.

Page 43: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

34 | P a g e

Tabel 9. Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT Padi dan SLPTT Jagung TA. 2012

SL-PTT Jenis Fasilitas Satuan/Ha Harga

Satuan (Rp)

Jumlah

(Rp/unit SL)

A. SLPTT Reguler 3.700.000

- Jenis komoditas: Padi Non Hibrida, Padi Hibrida, Padi Lahan Kering, Jagung Hibrida.

- Terdapat 1 LL dalam 1 unit SLPTT (1 LL = 1 Ha) yang diberikan bantuan full paket (benih dan pupuk)

- Sisa lahan dalam 1 LL hanya diberikan bantuan benih

- Urea - NPK - Pupuk Organik - Biaya pertemuan - Insentif pengawalan

oleh pendamping - Papan nama

100 kg 300 kg

1.000 kg 10 kali 10 kali

1 buah

1.600 2.300

500 170.000 50.000

150.000

160.000 690.000 500.000

1.700.000 500.000

150.000

B. SLPTT Model Padi Non Hibrida

64.850.000

- Model terdiri dari SLPTT Spesifik Lokasi dan SLPTT Peningkatan IP

- Bantuan SLPTT Model meliputi benih, pupuk dan fasilitasi gerakan tanam serempak

- 1 unit SLPTT Model sama dengan 25 Ha

- Urea - NPK - Pupuk Organik - Fasilitasi Gerakan

Tanam Serempak - Biaya operasional

gerakan tanam serempak

- Biaya pertemuan - Insentif pengawalan

oleh pendamping - Papan nama

100 kg 300 kg

1.000 kg 1 unit

1 paket

10 kali 10 kali

1 buah

1.600 2.300

500 25.000.000

3.750.000

170.000 50.000

150.000

160.000 690.000 500.000

25.000.000

3.750.000

1.700.000 500.000

150.000

C. SLPTT Model Padi Hibrida

44.600.000

- Model Spesifik Lokasi - Bantuan SLPTT

Model meliputi benih, pupuk dan fasilitasi gerakan tanam serempak

- 1 unit SLPTT Model sama dengan 10 Ha

- Urea - NPK - Pupuk Organik - Fasilitasi Gerakan

Tanam Serempak - Biaya operasional

gerakan tanam serempak

- Biaya pertemuan - Insentif pengawalan

oleh pendamping - Papan nama

100 kg 300 kg

1.000 kg 1 unit

1 paket

10 kali 10 kali

1 buah

1.600 2.300

500 25.000.000

3.750.000

170.000 50.000

150.000

160.000 690.000 500.000

25.000.000

3.750.000

1.700.000 500.000

150.000

Penggunaan dana tersebut selain untuk pengadaan saprodi, biaya pertemuan

kelompok tani, insentif bagi pendamping dan pembuatan papan nama juga untuk

pengadaan alsintan (sesuai kebutuhan kelompok tani) dan biaya operator.

Page 44: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

35 | P a g e

Sasaran tanam yang akan dicapai dari kegiatan SL-PTT TA 2012 adalah: padi non

hibrida seluas 2.651.700 ha, padi non hibrida spesifik lokasi seluas 33.550 ha, padi non

hibrida peningkatan IP seluas 14.750 ha, padi hibrida seluas 290.700 ha, padi hibrida

spesifik lokasi 9.300 ha, lahan kering seluas 500.000 ha, dan jagung hibrida seluas

200.000 ha.

Selain itu, pada kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia dilaksanakan

juga fasilitasi kemitraan pangan alternatif dan upaya pembinaan, pengawalan, monitoring

dan evaluasi serealia. Tabel berikut ini menggambarkan alokasi kegiatan pengelolaan

produksi tanaman serealia.

Tabel 10. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia TA 2012

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Dalam upaya pengelolaan produksi tanaman serealia titik risiko kegiatan adalah:

(1) penetapan dan penerapan komponen teknologi SL-PTT, seperti pengolahan tanah,

pemilihan benih, pengaturan tanam, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT hingga

panen; (2) ketepatan alokasi anggaran; (3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan

No. Kegiatan Sasaran Lokasi

1. SLPTT

a. Padi Non Hibrida 2.651.700 Ha 31 Provinsi; 362Kab/Kota

b. Padi Non Hibrida

Spesifik Lokasi

33.550 Ha 26 Provinsi; 60 Kab/Kota

c. Padi Non Hibrida

Peningkatan IP

14.750 Ha 17 Provinsi; 30 Kab/Kota

d. Padi Hibrida 290.700 Ha 22 Provinsi; 199 Kab/Kota

e. Padi Hibrida Spesifik

Lokasi

9.300 Ha 13 Provinsi; 148

Kab/Kota

f. Padi Lahan Kering 500.000 Ha 30 Provinsi; 260Kab/Kota

g. Jagung Hibrida 200.000 Ha 25 Provinsi; 242 Kab/Kota

2. Fasilitasi Kemitraan

Pangan Alternatif

10 Paket 10 Provinsi

3. Pembinaan,

Pengawalan,

Monitoring, dan

Evaluasi Serealia

403 Satker Pusat,

31 Provinsi;

371 Kab/Kota

Page 45: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

36 | P a g e

anggaran, (4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman

teknis berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL); (5) ketepatan

penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran; (6) ketepatan

pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi; (7) ketepatan jadwal

waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (8)

kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan

kegiatan.

Kesalahan dalam penetapan dan penerapan komponen teknologi akan

berdampak pada: (a) menurunnya kuantitas dan kualitas produksi tanaman serealia; (b)

tidak efisiennya biaya usahatani yang digunakan; (c) mengganggu lingkungan tumbuhnya

pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut perlu

mendapat perhatian dan apabila tidak berjalan sesuai yang diharapkan maka akan

berdampak pada pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia yang pada

akhirnya berujung pada tidak tercapainya output yang diharapkan.

Tabel 11. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi

Tanaman Serealian Tahun 2012

No. Uraian Titik Risiko

1. SLPTT Padi - Ketepatan dalam menetapkan CPCL

2. SLPTT Jagung - Ketepatan pemanfaatan anggaran

- Ketepatan pengolahan tanah

- Ketepatan dalam pemilihan teknologi

- Ketepatan pemberian sosial

- Faktor alam (tingkat intensitas cuaca)

- Ketepatan dalam mengevaluasi dan melaporkan

3.3.2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi merupakan

kegiatan Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. Indikator output kinerja kegiatan

Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi adalah tercapainya luas areal

penerapan budidaya tanaman aneka kacang dan umbi yang tepat dan berkelanjutan.

Dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas kedelai, maka dilakukan

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) serta pengembangan kedelai

model.

Page 46: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

37 | P a g e

Dalam 10 ha areal SLPTT kedelai ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL)

dengan luasan 1 Ha. Sedangkan pada pengembangan kedelai model dengan luasan 1

Ha. Laboratorium Lapangan memperoleh bantuan Benih dan Pupuk (NPK, Urea dan

Organik) serta melakukan pertemuan petani pelaksana SL. Selain itu pada areal SL-PTT

dialokasikan anggaran untuk ubinan setiap luasan 100 ha mendapat 1 (satu) unit sampling

ubinan. Sementara itu areal SL Non Laboratorium Lapangan hanya mendapat bantuan

benih VUB. Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan

pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT,

PBT dan Mantri Tani.

Tabel 12. Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT dan Pengembangan Kedelai

No. Uraian Volume Harga/Satuan Jumlah

(Rp) (Rp)

A. SLPTT Kedelai 3.930.000

- Urea 100 Kg 1.600 160.000

- NPK 100 Kg 2.300 230.000

- Kapur Pertanian 500 Kg 1.000 500.000

- Pupuk Hayati 1 Paket 250.000 250.000

- Pupuk Organik 500 Kg 500 250.000

- Pestisida/Herbisida 2 Ltr 250.000 500.000

- Papan nama 1 Paket 150.000 150.000

- Pendampingan Penyuluh 1 Paket 500.000 500.000

- Pertemuan Kelompok Tani 1 Klp 1.390.000 1.390.000

B. Pengembangan Kedelai 3.280.000

- Urea 100 Kg 1.600 160.000

- NPK 100 Kg 2.300 230.000

- Kapur Pertanian 500 Kg 1.000 500.000

- Pupuk Hayati (RYZOBIUM)

1 Paket 250.000 250.000

- Pupuk Organik 1.000 Kg 500 500.000

- Pestisida 2 Ltr 250.000 500.000

- Herbisida 5 Ltr 80.000 400.000

- Pendampingan Penyuluh 1 Paket 200.000 200.000

- Benih 40 Kg 13.500 540.000

Page 47: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

38 | P a g e

Sasaran tanam yang akan dicapai dari kegiatan SL-PTT kedelai TA 2012 seluas

350.000 Ha, pengembangan kedelai model seluas 2.094 Ha, pengembangan kacang tanah

seluas 100 ha, pengembangan ubi kayu seluas 300 ha, dan pengembangan ubi jalar

seluas 850 ha. Untuk memastikan kinerja kegiatan SL-PTT Kedelai maka akan dilakukan

uji ubinan secara baik dan tepat seluas 3.500 Ha. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi

Aneka Kacang dan Umbi sebagaimana tabel berikut.

Tabel 13. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

TA 2012

No. Kegiatan Sasaran Lokasi

1. SL-PTT Kedelai 350.000 Ha 28 Provinsi; 175 Kab/Kota

2. Pengembangan Kedelai (Model) 2.094 Ha 11 Provinsi; 29 Kab/Kota

3. Pengembangan Kacang Tanah 100 Ha 1 Provinsi; 2 Kab/Kota

4. Pengembangan Ubi Kayu 300 Ha 1 Provinsi; 4 Kab/Kota

5. Pengembangan Ubi Jalar 850 Ha 2 Provinsi; 9 Kab/Kota

6. Koordinasi Non Kedelai 54 Paket 24 Provinsi

7. Pembinaan, Pengawalan,

Monitoring, dan Evaluasi

209 Satker Pusat,

28 Provinsi;

180 Kab/Kota

8. Ubinan SL-PTT Kedelai 3.500 Ha 28 Provinsi; 175 Kab/Kota

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Dalam upaya pengelolaan produksi tanaman aneka kacang dan umbi titik risiko

kegiatan adalah: (1) ketepatan terhadap penetapan dan penerapan komponen teknologi

SL-PTT, seperti pengolahan tanah, pemilihan benih, pengaturan tanam, pengairan,

pemupukan, pengendalian OPT hingga panen; (2) ketepatan pengalokasian anggaran

dengan realiasi tanam; (3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran, (4)

ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis

berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL); (5) ketepatan penyelesaian

surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran; (6) ketepatan pembentukan tim

pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi; (7) ketepatan jadwal waktu proses

penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (8)

kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan

kegiatan.

Page 48: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

39 | P a g e

Tabel 14. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi

Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012

No. Uraian Titik Risiko

I SL-PTT Kedelai - Ketepatan penyelesaian dokumen pelaksanaan, pedoman teknis, dan

petunjuk teknis

- Ketepatan penetapan calon penerima calon lokasi (CPCL)

- Ketepatan Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan

- Ketepatan waktu ketersediaan benih

- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta

- Gangguan OPT dan DPI

- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara

padi – jagung)

- Ketersediaan akses informasi

- Ketersediaan pasar / kemitraan

II. Pengembangan Kedelai - Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman

teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria

calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola

kesatkeran

- Ketersediaan benih tepat waktu

- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta

- Gangguan OPT dan DPI

- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara

padi – jagung)

- Ketersediaan akses informasi dan modal

- Ketersediaan pasar / kemitraan

III Pengembangan Kacang

Tanah

- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman

teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria

calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola

kesatkeran

- Ketersediaan benih tepat waktu

- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta

- Gangguan OPT dan DPI

- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara

padi – jagung)

- Ketersediaan akses informasi dan modal

- Ketersediaan pasar / kemitraan

IV Pengembangan Ubi Kayu

dan Ubi Jalar

- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman

teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria

calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola

kesatkeran

- Ketersediaan benih tepat waktu

- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta

- Gangguan OPT dan DPI

- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara

padi – jagung)

- Ketersediaan akses informasi dan modal

- Ketersediaan pasar

Page 49: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

40 | P a g e

3.3.3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

Kegiatan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan merupakan kegiatan

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan. Indikator output kinerja Kegiatan Pengelolaan

Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan adalah (1) lembaga perbenihan tanaman

pangan yang dibina di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, (2)

tersalurkannya bantuan langsung benih unggul (BLBU) untuk kawasan SL-PTT dan non

SL-PTT, (3) tersedia dan tersalurkannya Cadangan Benih Nasional (CBN) untuk

penanganan bencana alam dan pengembangan komoditas, serta (4) pengawalan dan

monitoring BLBU.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman

pangan yaitu melalui penggunaan benih varietas unggul bermutu bagi petani,

mempermudah akses petani terhadap benih varietas unggul bermutu, serta penggunaan

sarana produksi yang dilakukan melalui kegiatan: operasional operasional UPTD Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPSBTPH);

operasional Balai Benih Induk (BBI); pemberdayaan penangkar; pembangunan dan

optimalisasi UPB; pembinaan, pengawalan, dan monitoring evaluasi pembangunan

penangkaran benih;pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU); pembinaan,

pengawalan, monitoring evaluasi BLBU, subsidi, dan Cadangan Benih Nasional (CBN);

serta pemberian insentif petugas pengawas benih tanaman (PBT).

Pada TA 2012, bantuan langsung benih unggul dialokasikan pada DIPA

Kementerian Pertanian dengan rincian sebagai berikut: bantuan benih padi non hibrida,

padi lahan kering, padi hibrida, jagung hibrida, dan kedelai diperuntukkan bagi kegiatan

SLPTT dan non SLPTT. Selain itu, dialokasikan untuk mendukung pengembangan kacang

tanah, ubi kayu dan ubi jalar (Direktif Presiden).

Sasaran pengembangan perbenihan tahun 2012 adalah tercapainya penggunaan

benih bermutu varietas unggul dan bersertifikat sebagai berikut:

a. Padi 67,00 persen,

b. Jagung 72,31 persen,

c. Kedelai 67,90 persen,

Selain itu, pengembangan perbenihan diharapkan dapat memperbaiki sistem produksi

benih aneka kacang dan umbi (kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar).

Penguatan kelembagaan perbenihan baik tingkat pusat, provinsi maupun

kabupaten dimaksudkan untuk memperlancar penyediaan benih varietas unggul bermutu

komoditas tanaman pangan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain berupa: (1)

pelaksanaan penyaluran BLBU padi, jagung, dan kedelai sebanyak 101,50 ribu ton benih

Page 50: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

41 | P a g e

untuk luas tanam 4,05 juta Ha; (2) pelaksanaan operasional di 32 Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTDBPSBTPH) di provinsi;(3)

pelaksanaan operasional 31 Balai Besar Induk (BBI) di provinsi;(4) pelaksanaan

pemberdayaan penangkar padi seluas 10.000 Ha, penangkar jagung seluas 700 ha, dan

penangkar kedelai seluas 2.500 ha; (5) pelaksanaan pembangunan 4 (empat) UPB dan

optimalisasi 8 (delapan) UPB di provinsi; (6) pelaksanaan deregulasi perbenihan; (7)

pembinaan, monitoring evaluasi pembangunan penangkaran benih di 27 provinsi dan 230

kabupaten/kota; (8) pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi BLBU, subsidi, dan CBN

di 32 provinsi dan 373 kabupaten/kota; serta (9) dibayarnya insentif 817 orang Petugas

Pengawas Benih Tanaman (PBT) di 31 provinsi. Hal ini merupakan keluaran dari kegiatan

Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan.

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) diberikan dalam rangka mendukung

peningkatan produksi dan produktivitas terutama di lokasi SL-PTT, meringankan beban

petani serta meningkatkan kesadaran penggunaan benih varietas unggul bermutu,

sehingga dapat meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas. Rencana alokasi

BLBU tahun anggaran 2012 difokuskan pada lokasi-lokasi yang melaksanakan Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Komoditas yang difasilitasi adalah padi,

jagung, dan kedelai. Pengalokasian pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman

pangan TA 2012 dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Selain bantuan langsung benih unggul, pemerintah terus mengupayakan

pemberian subsidi harga benih dan cadangan benih nasional. Subsidi harga benih

dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga benih di pasar bebas, meringankan beban

petani serta meningkatkan ketersediaan benih dan penggunaan benih varietas unggul

bermutu bagi kelompok tani/petani. Cadangan Benih Nasional (CBN) dimaksudkan

sebagai upaya pemulihan dari pertanaman kelompok tani/petani yang terkena bencana

alam (banjir, kekeringan, dsb) serta eksplosi serangan Organisme Pengganggu Tanaman

(OPT).

Page 51: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

42 | P a g e

Tabel 15. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

TA. 2012

No. Kegiatan Sasaran Lokasi

1. BLBU Pusat

- Padi Non Hibrida 67.500 ton

2.700.000 ha

- Padi Hibrida 4.500 ton

300.000 ha

- Padi Lahan Kering 12.500 ton

500.000 ha

- Jagung Hibrida 3.000 ton

200.000 ha

- Kedelai 14.000 ton

350.000 ha

2. Operasional UPTD BPSBTPH 32 Balai 32 Provinsi

3. Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT)

817 Orang 31 Provinsi

4. Sarana BPSBTPH 32 Balai 32 Provinsi

5. Operasional Balai Benih 31 Balai 31 Provinsi

6. Pemberdayaan Penangkar:

- Padi 200 Unit 10.000 Ha

23 Provinsi; 165 Kab/Kota

- Jagung 14 Unit 700 Ha

5 Provinsi; 14 Kab/Kota

- Kedelai 100 Unit 2.500 Ha

13 Provinsi; 100 Kab/Kota

7. Pembangunan UPB 4 Unit 4 Provinsi

8. Operasional UPB 8 Unit 8 Provinsi

9. Deregulasi Perbenihan 1 Paket Pusat

10. Pembinaan, Monev Pembangunan Penangkaran Benih

257 Paket 27 Provinsi; 230Kab/Kota

11. Pembinaan, Pengawalan, Monev BLBU, Subsidi, CBN

257 Paket Pusat; 32 Provinsi; 373 Kab/Kota

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Secara umum semua kegiatan memiliki risiko jika tidak dilaksanakan sesuai

aturan dan petunjuk yang ditetapkan. Resiko kegagalan pencapaian keluaran (output) dan

hasil (outcome) terjadi jika pelaksanaan tidak dilaksanakan tepat waktu, jumlah atau

kualitas yang tidak sesuai speck. Oleh karena itu, agar kegiatan yang dihasilkan dapat

berdaya guna dan berhasil guna serta tidak menimbulkan kerugian negara maka sangat

diharapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rambu-rambu yang sudah ditetapkan.

Page 52: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

43 | P a g e

Jika dievaluasi faktor risiko seluruh kegiatan perbenihan, maka yang paling tinggi

faktor risikonya adalah BLBU dan pemberdayaan penangkar. Bantuan Langsung Benih

Unggul dan Pemberdayaan Penangkar berkaitan dengan waktu/musim tanam. BLBU juga

sangat berkaitan dengan kualitas benih yang disalurkan.

Tabel 16. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA 2012

No. Uraian Titik Risiko

I BLBU mendukung SL-PTT padi,

jagung dan kedelai

- Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan

- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang

dimiliki

- Koordinasi yang baik antara Pusat dan daerah

- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan

dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan

kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola

pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran

- Ketersediaan benih

II. Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan

- Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan

- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang

dimiliki

- Ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja

yang sudah ditetapkan

- Kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan

melaporkan pelaksanaan kegiatan

III. Insentif Pengawas Benih Tanaman

Pangan

- Ketepatan pembayaran insentif

IV. Perbanyakan Benih Sumber - Ketepatan waktu perbanyakan benih

V. Pemberdayaan Penangkar - Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan

- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang

dimiliki

- Koordinasi yang baik antara Pusat dan daerah

- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan

dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan

kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola

pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran

- Ketersediaan benih

VI. Pembinaan, pendampingan,

pengawalan

- Ketepatan waktu dalam pembinaan, pendampingan dan

pengawalan

VII. Pembangunan Unit Prosesing Benih

(UPB)

- Ketepatan speck

- Ketepatan waktu pelaksanaan kerja pembangunan UPB

VIII. Optimalisasi Balai Benih Palawija - Ketepatan speck

- Ketepatan waktu pelaksanaan kerja pembangunan UPB

Page 53: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

44 | P a g e

3.3.4. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan merupakan kegiatan

Direktorat Budidaya Pascapanen. Indikator kinerja kegiatan Penanganan Pascapanen

Tanaman Pangan adalah (1) jumlah kelompok tani yang menerapkan teknologi

pascapanen tanaman pangan sesuai GHP (Good Handling Prossesing) dan standar mutu,

dan (2) jumlah kelompok tani yang mendapatkan bantuan sarana pasca panen tanaman

pangan. Untuk mendukung pencapaian output diperlukan berbagai proses yang saling

terkait. Alokasi kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan TA 2012 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 17. Alokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012

No. Uraian Sasaran Lokasi

1. Bimbingan teknis penanganan

pascapanen tanaman pangan

236 Satker Pusat; 31 Provinsi;

204 Kab/kota

2. Apresiasi penanganan pascapanen

tanaman pangan

220 Satker Pusat; 16 Provinsi;

204 Kab/Kota

3. Survei susut hasil padi 13 Satker Pusat; 12 Provinsi

4. Bantuan sosial:

- Padi 13 Satker 183 Kab/kota

- Vertical Dryer 11 Satker 11 kab/Kota

- Jagung 11 Satker 11 Kab/Kota

- Kedelai 20 Satker 20 Kab/Kota

- Ubi kayu 4 Satker 4 Kab/Kota

- Ubi jalar 9 satker 9 Kab/kota

5. Dukungan manajemen lainnya 1 Satker Pusat

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Dalam upaya penanganan pascapanen tanaman pangan titik risiko kegiatan

adalah: (1) ketepatan terhadap pelaksanaan bimbingan teknis penanganan pascapanen

tanaman pangan; (2) ketepatan waktu pelaksanaan apresiasi penanganan pascapanen

tanaman pangan; (3) ketepatan waktu dan pelaksanaan survei susut hasil padi, (4)

ketepatan sasaran pemberian bantuan sosial sarana pascapanen; (5) ketepatan

penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis; (6) ketepatan

jadwal waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan,

serta (7) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan

pelaksanaan kegiatan.

Page 54: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

45 | P a g e

Tabel 18. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012

No. Uraian Titik Risiko

1. Bimbingan teknis penanganan

pascapanen tanaman pangan

- Ketepatan terhadap pelaksanaan

bimbingan teknis penanganan

pascapanen tanaman pangan

2. Apresiasi penanganan pascapanen

tanaman pangan

- Ketepatan waktu pelaksanaan apresiasi

penanganan pascapanen tanaman

pangan

3. Survei susut hasil padi - Ketepatan waktu dan pelaksanaan

survei susut hasil padi

4. Bantuan social penanganan

pascapanen tanaman pangan

- Ketepatan sasaran pemberian bantuan

sosial sarana pascapanen

5. Dukungan manajemen lainnya - Ketepatan penyelesaian dokumen

pedoman pelaksanaan dan/atau

pedoman teknis

- Ketepatan jadwal waktu proses

penentuan penerima bantuan,

penyediaan dan penyaluran bantuan

- Kekonsistenan dalam mengendalikan,

mengevaluasi, dan melaporkan

pelaksanaan kegiatan

Page 55: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

46 | P a g e

3.3.5. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI)

Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI

dikelola oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Indikator kinerja kegiatan

penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI adalah (1) jumlah

maksimal luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT, (2) jumlah maksimal

luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terkena DPI, dan (3) 95 % luas areal tanaman

pangan yang menerapkan budidaya tanaman yang tepat aman dari gangguan OPT dan

DPI.

Tabel 19. Alokasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan

dari Gangguan OPT dan DPI TA 2012

No. Komponen Kegiatan Sasaran Lokasi

1. SLPHT kelompok 1.635 Unit BPTPH/ LPHP

2. SLPHT tindak lanjut 315 Unit BPTPH/ LPHP

3. SLI 130 Unit BPTPH/ LPHP

4. Pengamatan, Peramalan, Pengendalian OPT/DPI (P3OPT/DPI)

32 Unit BPTPH

5. Inovasi & diseminasi teknologi pengendalian OPT/adaptasi DPI

95 Unit LPHP

6. Surveilans OPT 2 Paket BPTPH/ LPHP

7. Pemberdayaan PPAH 620 Kel. LPHP

8. Revitalisasi Brigade Proteksi Tanaman (BPT): - Renovasi/Bangun gudang pestisida - Sarana pengendalian OPT - Operasional BPT - Pelatihan regu pengendali hama (RPH)

57 unit 2 paket 86 unit

221 kelas

BPTPH/ LPHP

BPTPH BPTPH

BPTPH/ LPHP

9. Honorarium dan BOP THL TB POPT-PHP 1.168 Orang BPTPH/ LPHP

10. BOP POPT-PHP (PNS & Honorer) 2.908 Orang BPTPH/ LPHP

11. Koordinasi, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi

1 Paket Ditlin/ Pusat

12. Pengujian pestisida, pupuk, dan residu pestisida 1 Paket BPMPT/ Pusat

Sumber; RK-KL Ditjen. Tanaman Pangan TA. 2012

Kegiatan ini dimaksudkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit

tanaman yang disebabkan oleh OPT dan DPI dengan hasil (outcome) yang diharapkan

adalah: (1) menguatnya sistem pengamatan dan pengendalian dini, (2) meningkatnya

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, (3) menguatnya peran dan fungsi

kelembagaan perlindungan, (4) menguatnya penerapan teknologi pengendalian OPT dan

adaptasi DPI, (5) meningkatnya gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI, (6)

Page 56: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

47 | P a g e

tersedianya sarana pengendalian OPT, dan (7) menguatnya database perlindungan

tanaman pangan dan SIM OPT. Alokasi kegiatan penguatan perlindungan tanaman

pangan dari gangguan OPT dan DPI TA 2012 dapat dilihat pada tabel di atas.

Dalam pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari

gangguan OPT dan DPI TA 2012, terdapat permasalahan baik langsung maupun tidak

langsung yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dan sasaran, sehingga

berimplikasi terhadap kinerja yang diharapkan. Jenis risiko yang dihadapi dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 20. Penilaian Risiko Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan

dari Ganggguan OPT dan DPI TA 2012

No. Uraian Titik Risiko

1. Perencanaan kegiatan - Ketersediaan SDM

- Koordinasi unit kerja

2. Bantuan sarana pengendalian OPT

- Ketepatan waktu Identifikasi CPCL

- Pelaksanaan pendampingan penggunaan bantuan

- Pengaruh faktor iklim dan OPT

3. Database perlindungan tanaman pangan

- Dukungan sarana pengolah data

- Sumberdaya manusia

4. SLPHT & SLI - Pemberdayaan alumni

- Pemasyarakatan teknologi PHT

- Keseimbangan ekosistem

5. Evaluasi dan pelaporan - Ketepatan dukungan administrasi dan teknis

- Keterlambatan unit kerja lainnya dalam memberikan bahan (data dan informasi)

- Tingkat kesadaran petugas atau unit kerja.

Page 57: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

48 | P a g e

3.3.6. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu

Laboratorium Pengujian Benih

Kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem

Mutu Laboratorium Pengujian Benih dikelola oleh Balai Besar Pengembangan Pengujian

Mutu benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). Indikator kinerja dari

kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu

Laboratorium Pengujian Benih adalah: (1) jumlah metode pengujian mutu benih yang

dikembangkan, divalidasi dan disyahkan, (2) jumlah laboratorium yang menerapkan sistem

mutu, (3) jumlah laboratorium peserta uji profisiensi.

Sasaran dan keluaran kegiatan ini adalah: (1) terlaksananya 1 paket operasional

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BBPPMBTPH) Cimanggis; dan (2) meningkatnya kinerja petugas dan pegawai di

BBPPMBTPH Cimanggis dengan pelaksanaan pembayaran gaji dan operasional kantor di

pusat selama satu tahun.

3.3.7. Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT dikelola oleh Balai Besar

Peramalan OPT. Indikator kinerja kegiatan pengembangan peramalan serangan OPT

adalah (1) jumlah informasi peramalan serangan OPT dan DPI, (2) jumlah teknologi

pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT, dan (3) jumlah provinsi yang

menerapkan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT.

Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT dimaksudkan untuk: (1)

operasional Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT); dan

(2) peningkatan kinerja petugas dan pegawai di BBPOPT. Keluaran kegiatan ini adalah

terlaksananya 1 paket operasional BBPOPT dan pembayaran gaji dan operasional kantor

selama satu tahun.

3.3.8. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan dikelola oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Indikator kinerja dari kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah 1) jumlah dokumen perencanaan, keuangan,

umum serta evaluasi dan pelaporan program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu

tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2)

Page 58: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

49 | P a g e

penyaluran bantuan modal untuk LM3, dan 3) jumlah cadangan saprodi untuk mengatasi

dampak bencana alam.

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelayanan teknis dan administrasi

kepada semua unsur di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Keluaran kegiatan

Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Alokasi Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. Kegiatan Sasaran Lokasi

1. Insentif Mantri Tani 3.161 Orang Pusat; 33 Provinsi

2. Honor Pengelola Satuan Kerja dan

Adminitasi

408 Satuan Kerja Pusat; 33 Provinsi;

374 Kab/Kota

3. Perencanaan Program, Kegiatan

dan Anggaran

408 Satuan Kerja Pusat; 33 Provinsi;

374 Kab/Kota

4. Pengelolaan SAI (termasuk honor

SAP/SIMAK BMN)

408 Satuan Kerja Pusat; 33 Provinsi;

374 Kab/Kota

5. Pengelolaan Bidang Umum 1 Satuan Kerja Pusat

6. Evaluasi, Monitoring Evaluasi,

Statistik (termasuk honor petugas

SIMONEV)

408 Satuan Kerja Pusat; 33 Provinsi;

374 Kab/Kota

7. Dukungan Manajemen Lainnya 1 Satuan Kerja Pusat

8. LM3, Bencana Alam, dan

Kekeringan

1 Satuan Kerja Pusat

9. Gaji dan Operasional Kantor 1 Satuan Kerja Pusat

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Dalam pelaksanaan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis

Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 ditemukan berbagai

hambatan dan permasalahan yang tentu saja berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan dan akan berimplikasi terhadap kinerja yang diharapkan.

Penilaian risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Page 59: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

50 | P a g e

Tabel 22. Penilaian Risiko Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. Uraian Titik Risiko

1. LM3 - Kelayakan Proposal

- Kelengkapan administrasi pencairan dana

bantuan LM3

- Pengaruh intervensi pihak luar

- Pengawalan penggunaan dana penerima

bantuan LM3

- Faktor alam

2. Bantuan Bencana Alam

dan Kekeringan - Identifikasi Calon Lokasi

- Proses tender

3. Dokumen Manajemen

dan Teknis Lainnya - Ketepatan dukungan administrasi dan teknis

- Keterlambatan unit kerja lainnya dalam

memberikan bahan (data dan informasi)

- Tingkat kesadaran petugas atau unit kerja.

Page 60: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

51 | P a g e

BAB IV

TATA HUBUNGAN KERJA DAN PENGORGANISASIAN PROGRAM

LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TA 2012

4.1. Tata Hubungan Kerja

Dalam mendukung pelaksanaan sistem anggaran berbasis kinerja, perlu dipahami

bahwa tata hubungan kerja dalam pelaksanaan pembangunan tanaman pangan baik di

pusat maupun daerah perlu ditingkatkan. Hal ini mengingat tugas dan tanggung jawab

pimpinan instansi sebagai penanggung jawab operasional kegiatan cukup kompleks,

sehingga membutuhkan kerja keras serta selektif terhadap kegiatan prioritas yang akan

dilaksanakan.

Untuk mendukung pemantapan pelaksanaan kegiatan tersebut perlu adanya

koordinasi dan peningkatan jaringan kerja melalui hubungan hierarki, koordinasi dan teknis

fungsional, dengan penjelasan sebagai berikut:

- Hubungan Hierarki

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai hubungan hierarki dengan

propinsi dan kabupaten/kota sebagai pelaksana kegiatan pembangunan pertanian

di daerah sesuai dengan azas tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Untuk

itu, pemanfaatan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan oleh satuan kerja

yang menerima pelimpahan atau penugasan dikelola, dipertanggung jawabkan dan

dilaporkan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hubungan hierarki tersebut

terwujud dalam sistem perencanaan, pengendalian dan pelaporan.

- Hubungan Koordinasi

Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang berdasarkan sistem anggaran

berbasis kinerja dibutuhkan sinergi perencanaan program dengan pembiayaan.

Sebagai wujud pelaksanaan kegiatan tersebut, dilakukan melalui hubungan

koordinasi antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan UPT pusat dengan

dinas provinsi dan kabupaten/kota yang menangani tanaman pangan dan UPTD

(BBI, BPSBTPH dan BPTPH).

Koordinasi dilakukan terutama untuk mempertemukan tujuan dan sasaran

pembangunan nasional dengan tujuan dan sasaran pembangunan masing-masing

daerah, sehingga didapat kesepakatan tentang tujuan dan sasaran pembangunan

yang ingin dicapai bersama, khususnya pembangunan yang dibiayai dari APBN.

Dengan koordinasi ini, diharapkan masing-masing daerah juga dapat berkontribusi

melalui APBD yang dimiliki.

Page 61: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

52 | P a g e

Koordinasi juga diperlukan antara UPT Pusat dengan UPT Daerah, terutama untuk

keseragaman peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam memberikan

jasa pelayanan kepada masyarakat, dan juga dalam aspek penyelesaian masalah

(arbitrase) bila terjadi suatu perselisihan, khususnya perselisihan antar daerah.

- Hubungan Teknis Fungsional

Hubungan teknis fungsional dalam pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran

pembangunan tanaman pangan yang berazaskan dekonsentrasi/tugas pembantuan

bertujuan untuk dapat memenuhi standar teknis di bidang tanaman pangan. Dengan

demikian produk/jasa yang dihasilkan dibidang tanaman pangan dapat diproduksi

secara efektif, efisien, dan berdaya saing. Wujud dari hubungan teknis fungsional

tersebut, dilaksanakan melalui pembinaan teknis kegiatan di lapangan seperti teknis

penyiapan sarana produksi, teknis perbenihan/perbibitan, teknis perlindungan

tanaman, teknis usahatani, panen dan pasca panen, dan teknis pelatihan bagi

aparat pertanian dan pelaku usahatani.

4.2. Pengorganisasian

Pelaksanaan program dilakukan dengan mengacu pada kaidah-kaidah

administrasi pemerintahan. Dalam melaksananakan pembangunan tanaman pangan,

Direktur Jenderal Tanaman Pangan membantu Menteri Pertanian/Pengguna Anggaran

dalam melaksanakan tugas operasionalnya dibidang tanaman pangan sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran/Barang di tingkat pusat. Untuk pelaksanaan program, kegiatan dan

anggaran di daerah, Menteri Pertanian selaku Pengguna Anggaran mengalokasikan

sebagian APBN untuk pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh Pemerintah kepada Gubernur

sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, sedangkan

tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari

pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah

kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Anggaran dekonsentrasi merupakan bagian dari APBN yang pengelolaan dan

tanggung jawab penggunaannya oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah

melalui pelimpahan wewenang oleh pemerintah. Besarnya jumlah anggaran ditentukan

melalui proses perencanaan dan pembahasan antara pemerintah dan DPR. Sedangkan

anggaran tugas pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang dilaksanakan

oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka

pelaksanaan tugas pembantuan.

Page 62: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

53 | P a g e

Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan oleh satuan kerja. Satuan

kerja yang pimpinannya ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

dikelompokkan sebagai berikut :

a) Satuan Kerja Pusat adalah satuan kerja yang kewenangan dan tanggung jawabnya

melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

b) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah satuan kerja di provinsi yang

melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satuan kerja di provinsi/kabupaten/kota yang

melaksanakan tugas pembantuan.

Penanggung jawab program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan untuk

masing-masing unit kerja dan jenis anggarannya adalah sebagai berikut :

a. Tingkat Pusat

1) Menteri Pertanian sebagai Penanggung Jawab Program Pembangunan Pertanian.

Menteri Pertanian menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Presiden

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku pembina program, kegiatan dan

anggaran pembangunan tanaman pangan serta sebagai Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA) dalam pengelolaan anggaran dan penanggung jawab program.

3) Direktur Jenderal Tanaman Pangan bertindak sebagai koordinator pengembangan

komoditas tanaman pangan dan tugas-tugas pokok serta tugas-tugas pelayanan

lainnya yang terkait dengan unit kerjanya.

4) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku pembina program, kegiatan dan

anggaran, dalam operasional kegiatan dibantu oleh dua orang Bendahara

(Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), Pejabat Penguji dan

Penerbit SPM, pejabat eselon II dan III (khusus UPT BPMPTPH) sebagai Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK).

5) Untuk UPT Pusat BBPOPT dan BBPPMBTPH, Kepala Balai Besar selaku Kepala

Satuan Kerja dan KPA. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Balai Besar dibantu

oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan),

KTU/Kabag Umum sebagai Pejabat Penguji dan Penerbit SPM, dan Kabid/Pejabat

eselon III sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

b. Tingkat Provinsi

1) Gubernur sebagai penanggung jawab program, kegiatan dan anggaran

dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk pembangunan pertanian di daerahnya.

Gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Menteri Pertanian.

Page 63: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

54 | P a g e

Gubernur menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan

melaksanakan dan mengelola DIPA dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sekaligus sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggung jawab terhadap seluruh

keberhasilan aktivitas program, kegiatan dan anggaran pada satuan kerja yang

dipimpinnya.

3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan anggaran (tertib administrasi

dan keuangan) sehari-hari, masing-masing KPA dibantu dua orang bendahara

(Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), Pejabat Pembuat Komitmen

serta Pejabat Penguji dan Penerbit SPM. Penugasan dalam jabatan tersebut

dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Kepala Satker selaku KPA menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada

Gubernur untuk anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan provinsi.

c. Tingkat Kabupaten/Kota

1) Bupati/Walikota sebagai penanggungjawab program, kegiatan dan anggaran tugas

pembantuan untuk pembangunan pertanian di daerahnya. Bupati/Walikota

menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Menteri Pertanian.

Bupati/Walikota menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan

melaksanakan dan mengelola DIPA tugas pembantuan.

2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sekaligus sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggungjawab terhadap seluruh keberhasilan

program, kegiatan dan anggaran pada satuan kerja yang dipimpinnya.

3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan anggaran (tertib administrasi

dan keuangan) sehari-hari, masing-masing Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

dibantu oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara

Penerimaan), Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji dan Penerbit SPM.

Penugasan dalam jabatan tersebut dilakukan sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

4) Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyampaikan

laporan kepada Bupati/Walikota untuk anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota

dengan tembusan kepada Dinas tingkat provinsi yang membidangi tanaman pangan

dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan.

Pada TA 2012, kegiatan pembangunan subsektor tanaman pangan dikelola oleh

442 satuan kerja, dengan rincian sebagai berikut; 1) 3 saker di Pusat, 2) 65 satker di

provinsi, dan 3) 374 satker di kabupaten/kota.

Page 64: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

55 | P a g e

Tabel 23. Jumlah Satuan Kerja Pelaksana Program dan Kegiatan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. Lokasi Jumlah Satker DIPA

(unit)

I. Pusat 3

1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1

2. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH)

1

3. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu

Tumbuhan (BBPOPT)

1

II. Provinsi 65

1. Dinas Pertanian di Provinsi 33

2. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPTPH)

32

III. Kabupaten/Kota

1. Dinas Pertanian di Kabupaten/Kota 374

T O T A L 442

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Daftar selengkapnya satuan kerja yang melaksanakan pembangunan tanaman

pangan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dengan pembiayaan APBN terdapat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 24. Jumlah dan Alokasi Anggaran Per Unit Kerja dan Satuan Kerja (Satker) DIPA

TA 2012

No. Unit Kerja Jumlah Satker DIPA

(unit)

Alokasi Anggaran

(Rp. 000,-)

I. Pusat 3 1.104.899.536

1 Ditjen Tanaman Pangan 1 1.084.746.536

2 BPMPT - 3.500.000

3 BBPPMBTPH 1 7.300.000

4 BBPOPT 1 9.353.000

II. Provinsi 65 512.347.000

1 Dinas Provinsi 33

- Dinas Provinsi - 267.093.500

- BBI *) - 31.846.500

- BPSBTPH *) - 61.400.000

2 BPTPH 32 152.007.000

III. Kabupaten/Kota 374 1.498.245.455

1 Dinas Kabupaten/Kota 374 1.498.245.455

T O T A L 442 3.115.491.991

Page 65: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

56 | P a g e

Ket.: *) BBI dan BPSBTPH digabung dengan Satker Dinas Provinsi (Dekonsentrasi)

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Struktur anggaran TA 2012 mengikuti struktur kegiatan pada masing-masing

satuan kerja di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai berikut:

1. Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memayungi kegiatan-kegiatan

yang dikelola oleh unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BBPPMBTPH) di Cimanggis – DKI Jakarta, Balai Besar Peramalan

Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) di Jatisari.

Beberapa kegiatan yang dikelola diantaranya adalah:

1) Peningkatan kualitas pelayanan publik;

2) Koordinasi, pembinaan, pengawalan dan monitoring evaluasi (SLPTT

budidaya tanaman serealia; SLPTT budidaya tanaman aneka kacang dan

umbi; perbenihan; pascapanen; dan perlindungan tanaman pangan);

3) Penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi, jagung, dan

kedelai;

4) Penyusunan deregulasi perbenihan;

5) Pembinaan,pengawalan, monitoring dan evaluasi BLBU, subsidi dan CBN;

6) Penyaluran insentif Mantri Tani;

7) Penyaluran Honor Pengelola Satker dan Adminsitrasi;

8) Perencanaan program, kegiatan dan anggaran;

9) Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN), bidang umum, dan

dukungan manajemen lainnya;

10) Evaluasi, monitoring, statistik dan pemberian honor petugas Simonev;

11) Koordinasi penyaluran dana bantuan Lembaga Mandiri yang Mengakar di

Masyarakat (LM3), penanganan bencana alam, dan kekeringan;

12) Pengelolaan gaji, honorarium, tunjangan, penyelenggaraan operasional dan

pemeliharaan perkantoran.

13) Pelaksanaan dukungan manajemen dari kegiatan teknis.

2. Satuan Kerja Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan pada Dinas

yang membidangi tanaman pangan di tingkat Provinsi

Satuan kerja pembinaan dan pengembangan tanaman pangan provinsi

memayungi kegiatan-kegiatan, diantaranya:

1) Melaksanakan kegiatan SL-PTT padi (non hibrida spesifik lokasi, non hibrida

peningkatan IP, dan hibrida spesifik lokasi);

2) Fasilitasi kemitraan pangan alternatif;

Page 66: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

57 | P a g e

3) Pembinaan, pengawalan dan monitoring evaluasi (serealia, aneka kacang

dan umbi, penangkaran benih, BLBU, subsidi dan CBN);

4) Penyaluran operasional dan sarana UPTD BPSBTPH, Balai Benih, P3OPT

(BPTPH), Brigade Proteksi/Gerakan Pengendalian OPT;

5) Pemberian insentif petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT);

6) Pembangunan dan optimalisasi UPB;

7) Pemberian bantuan sarana pascapanen padi;

8) Pelaksanaan survei susut padi;

9) Pembinaan, bimbingan teknologi, apresiasi dan monitoring evaluasi

pascapanen;

10) Penyaluran sarana pengendalian OPT;

11) Renovasi gudang Brigade;

12) Pelatihan alumni SLPHT untuk penguatan RPH;

13) Surveilans OPT dan monitoring evaluasi Sekolah Lapangan;

14) Operasional POPT PHP, Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP),

Dinas Pertanian Provinsi, THL POPT-PHP ;

15) SLHT dan SLI;

16) Pemberdayaan PPAH;

17) Pemberian insentif Mantri Tani; honor pengelola Satker dan Administrasi;

18) Perencanaan program, kegiatan dan anggaran;

19) Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN); dan

20) Evaluasi, monitoring evaluasi, statistik, dan pelaporan (termasuk honor

petugas Simonev).

3. Satuan Kerja Balai Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih TPH

Satuan Kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

pengembangan perbenihan sesuai fungsi BPSBTPH di seluruh provinsi. Kegiatan

pokoknya adalah pelaksanaan pengawasan mutu dan sertifikasi benih, penguatan

kelembagaan perbenihan melalui aspek pengawasan mutu benih tanaman pangan.

4. Satuan Kerja Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

Satuan Kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

pengamanan produksi sesuai fungsi BPTPH di seluruh provinsi. Kegiatan

pokoknya adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) melalui

pengamatan, peramalan OPT dan dampak perubahan iklim, pengelolaan data

OPT.

5. Satuan Kerja Pembinaan Pengembangan Tanaman Pangan pada Dinas yang

membidangi tanaman pangan tingkat Kabupaten/Kota

Satuan kerja ini kegiatan-kegiatan pokoknya antara lain:

Page 67: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

58 | P a g e

1) Pelaksanaan kegiatan SLPTT padi non hibrida, padi hibrida, padi lahan

kering, jagung hibrida, kedelai;

2) Pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi, dan pelaporan(serealia,

aneka kacang dan umbi, penangkaran benih, BLBU, subsidi, CBN,

pascapanen);

3) Pengembangan kedelai (model), kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar;

4) Ubinan SL-PTT kedelai;

5) Pemberdayaan Penangkar Benih padi, jagung, dan kedelai;

6) Pemberian bantuan sarana pascapanen padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi

jalar;

7) Operasional Brigade Proteksi/Gerakan Pengendalian OPT;

8) Honor pengelola Satker dan administrasi;

9) Perencanaan program, kegiatan dan anggaran;

10) Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN);

11) Evaluasi, monitoring, statistik (termasuk honor petugas Simonev); dan

12) Dukungan manajemen dan teknisnya.

Penjelasan secara rinci tentang masing-masing kegiatan yang dilaksanakan di

Provinsi (Dinas yang membidangi tanaman pangan, BBI, BPSBTPH dan BPTPH) maupun

di Kabupaten/Kota (Dinas yang membidangi tanaman pangan) disajikan pada buku

Pedoman Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh masing-masing unit Eselon II lingkup

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

4.3. Pengelolaan Anggaran

Struktur Anggaran

Kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah di stimulasi oleh APBN yang

dibagi ke dalam dua pola, pola dekonsentrasi dan pola tugas pembantuan. Dalam

pelaksanaannya, kedua pola penganggaran tersebut tetap didasarkan kepada sistem

penganggaran kinerja dengan ciri-ciri pokok kinerja antara lain: a) klasifikasi rincian

belanja negara menurut organisasi, fungsi, lokasi dan jenis belanja, yang sebelumnya

menurut sektor dan jenis belanja, b) perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil

kinerja, bukan pengawasan, c) setiap kegiatan harus dilihat dari sistem efisiensi dan

memaksimumkan keluaran (output), dan d) menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja

yang dapat digunakan untuk penyusunan target evaluasi pelaksanaan kinerja. Anggaran

berbasis kinerja memiliki komponen : 1) Rencana Kerja (program, kegiatan, dan

pengeluaran), 2) Anggaran, dan 3) Indikator Kinerja (keluaran/output dan hasil/ outcome).

Struktur anggaran berdasarkan kegiatan dari kedua pola anggaran di atas adalah

sebagai berikut: pembiayaan dengan anggaran dekonsentrasi digunakan untuk

memfasilitasi kegiatan yang bersifat non fisik dan dilaksanakan oleh dinas yang

Page 68: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

59 | P a g e

membidangi tanaman pangan tingkat provinsi, BPSBTPH dan BPTPH, sebagai pihak yang

diberi tugas oleh Gubernur yang mendapat pelimpahan tugas dari pemerintah pusat.

Pengelolaan anggaran harus menggunakan prinsip-prinsip ekonomis, efisien dan efektif

serta mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Rincian tugas dan wewenang aparat pengelola anggaran diuraikan sebagai

berikut:

a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

1) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan DIPA yang telah disahkan secara tertib, taat

pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan

bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

2) Menunjuk/memberi kewenangan kepada pejabat untuk melakukan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/pejabat pembuat komitmen.

3) Melakukan pengawasan kepada pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan

tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/Pejabat Pembuat

Komitmen dan Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK).

4) Mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah

ditetapkan.

5) Menguji, membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan dan

memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN.

6) Menandatangani cek dan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).

7) Membuat laporan keuangan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

8) Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa seperti

pengangkatan pejabat/panitia pengadaan dan pemeriksaan barang/jasa, keputusan

penetapan penyediaan barang jasa, kontrak/perjanjian/SPK dengan nilai di atas

seratus juta rupiah (Rp. 100.000.000,-) sampai dengan lima puluh milyar (Rp

50.000.000.000,-) baik untuk pemilihan langsung/pelelangan ditetapkan oleh KPA

Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan atau Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK).

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

1) Menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa dan menetapkan paket-paket

pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam

negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk

koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;

2) Menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), jadwal, tatacara

pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan/pejabat

pengadaan/unit layanan pengadaan;

3) Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan/unit

layanan pengadaan sesuai kewenangannya;

Page 69: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

60 | P a g e

4) Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai

ketentuan yang berlaku;

5) Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedian

barang/jasa;

6) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada Kuasa

Pengguna Anggaran;

7) Menandatangani dan mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

8) Menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada Menteri

dengan berita acara penyerahan melalui Kepala Satuan Kerja;

9) Menandatangani fakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa

dimulai;

10) Melaksanakan rencana kerja sebagaimana telah ditetapkan dalam DIPA sesuai

kegiatan masing-masing;

11) Menandatangani Surat Keputusan yang mengakibatkan pengeluaran (lembur,

honor, vakasi), Surat perintah Tugas (SPT) serta Surat Perintah Perjalanan Dinas

(SPPD);

12) Mengusulkan susunan panitia pengadaan kepada Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA);

13) Menetapkan Penyedia Barang/Jasa hasil pengadaan;

14) Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak, Berita Acara Penyelesaian

Pekerjaan, Berita Acara Pemeriksaan Barang dan Berita Acara Serah Terima

Barang/Pekerjaan;

15) Meneliti keberan dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan

dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang dan jasa;

16) Meneliti ketersediaan dana dan membebankan pengeluaran sesuai dengan mata

anggaran pengeluaran yang bersangkutan, serta memerintahkan pembayaran

atas beban APBN;

17) Menandatangani kwitansi pembayaran dan bukti-bukti dokumen pengeluaran

anggaran Satuan Kerja, baik yang dilakukan secara kontraktual maupun secara

swakelola;

18) Mengajukan tagihan pembayaran kepada bendahara pengeluaran untuk

pembayaran yang membebani Uang Persediaan;

19) Kepada Pejabat Pembuat Komitmen Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan diberi wewenangan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran

(SPP) baik, LS, UP, GUP, TUP dan NIHIL, serta dokumen pendukungnya dan

menyampaikan kepada Pejabat penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah

membayar (SPM);

20) Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukannya sesuai DIPA dan

menyampaikannyakepada Kuasa Pengguna Anggaran;

21) Mengangkat staf pengelola anggaran sesuai kebutuhan;

22) Dalam melaksanakan pekerjaannya, PPK agar berkoordinasi dengan pimpinan

unit kerjanya masing-masing.

Page 70: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

61 | P a g e

c. Penanggungjawab Teknis Kegiatan

Penanggungjawab teknis kegiatan adalah Pejabat Eselon II (Sekretaris Direktorat

Jenderal, Direktur, dan Kepala Balai) dengan tugas dan tanggungjawab sebagai

berikut:

1) Melaksanakan kegiatan sesuai rencana kerja sebagaimana yang telah ditetapkan

dalam DIPA sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing;

2) Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan anggaran;

3) Memimpin seluruh pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan

dituangkan dalam DIPA;

4) Memberikan pengarahan dan petunjuk kepada Pejabat dibawahnya untuk

kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran/outputyang telah

ditetapkan;

5) Menyampaikan laporan kinerja bulanan/triwulanan/semesteran dan tahunan

kepada Kuasa Pengguna Anggaran;

6) Menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan kepada atasan

langsung;

7) Menyelenggarakan pembinaan teknis dan administrasi terhadap Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) yang berada di bawah koordinasinya;

8) Melakukan pengawasan DIPA yang dilaksanakan oleh pejabat pembuat

Komitmen (PPK);

9) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan administrasi

keuangan dan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan output.

10) Memberikan petunjuk dan arahan serta fasilitas untuk mengatasi permasalahan

prinsip yang mungkin timbul;

11) Menyusun usulan rencana kegiatan Satuan Kerja yang merupakan bagian dari

Rencana Kerja dan Anggaran kementerian/lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya.

Disamping sebagai penanggungjawab teknis kegiatan, Sekretaris Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan atas nama KPA, diberi wewenang untuk:

1) Menandatangani cek;

2) Menandatangani surat dispensasi usulan Tambahan Uang Persediaan (TUP)

kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan;

3) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas penanggungjawab teknis

kegiatan di seluruh unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;

4) Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas

Pejabat Pembuat Komitmen lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

d. Pejabat Penguji dan Penerbit SPM

1) Menguji secara rinci keabsahan dokumen pendukung Surat Permintaan

Pembayaran (SPP) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Page 71: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

62 | P a g e

2) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan

bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran.

3) Menguji kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain :

Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan,

alamat, nomor rekening dan nama bank).

Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakannya dengan

prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam

kontrak).

Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang

tercantum dalam DIPA dan/atau ketepatannya terhadap jadwal waktu

pembayaran).

4) Menguji pencapaian tujuan/sasaran kegiatan sesuai indikator kinerja yang

tercantum dalam DIPA berkenaan dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.

5) Menguji kemungkinan adanya pemborosan dan in-efisiensi.

6) Menguji apakah surat-surat serta data dukung telah memenuhi persyaratan yaitu

dari segi ketelitian, ketepatan penjumlahan, pengurangan, perkalian.

7) Mengonsep dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta

menyampaikan SPM ke KPPN setempat.

e. Bendahara Pengeluaran

1) Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka

pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja .

2) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Kuasa Pengguna

Anggaran.

3) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah

pembayaran.

4) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

5) Wajib menolak perintah bayar dari PPK atau KPA, apabila persyaratan tersebut

diatas tidak terpenuhi.

6) Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya.

f. Bendahara Penerimaan

Menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan

uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada satuan kerjanya.

KPA dan Bendaharawan Pengeluaran dalam pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan

harus memperhatikan, mempersiapkan dan menetapkan beberapa dokumen sebagai

berikut;

1) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

2) Pedoman Pelaksanaan

Page 72: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

63 | P a g e

3) Petunjuk Operasional Pelaksanaan (POK)

4) Keputusan penetapan para pelaksana anggaran

5) Membuat specimen bank ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

6) Mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke Kantor Pelayanan Pajak

7) Menyiapkan dan menyelenggarakan Buku Pengawasan Pelaksanaan Anggaran

per Mata Anggaran Kegiatan (MAK)

8) Menyiapkan dan meyelenggarakan Buku Pengawasan Uang yang harus

dipertanggungjawabkan

9) Menyiapkan Buku Bank

10) Menyiapkan Buku Pungutan Pajak

11) Dan lainnya.

Jika pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh anggaran dekonsentrasi/tugas

pembantuan dapat menghasilkan penerimaan, maka merupakan penerimaan APBN dan

penerimaan tersebut harus disetor ke Kas Umum Negara sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Semua barang yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan yang

dibiayai oleh anggaran dekonsentrasi/tugas pembantuan menjadi milik negara.

Sisa/saldo anggaran lebih (SAL) merupakan penerimaan APBN dan disetorkan ke

rekening Kas Umum Negara.

4.4. Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi

Beberapa ketentuan pidan, sanksi administratif dan ganti rugi yang perlu

diperhatikan adalah;

1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan

penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang

APBN diancam pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2) Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat

Daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah

ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN diancam dengan pidana penjara

dan denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan laporan

dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat dikenakan sanksi berupa penundaan

pencairan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk triwulan berikutnya,

atau penghentian alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk

anggaran berikutnya, yang ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 75,

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan).

Page 73: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

64 | P a g e

BAB V

PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

5.1. Pengendalian Program, Kegiatan dan Anggaran

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah, maka mengingat tuntutan agar pengelola dan penerima

manfaat kegiatan dan anggaran dapat bekerjasama melaksanakan tugas secara

transparan, akuntabel, terbuka, efektif dan efisien, serta untuk mengatasi dan mencari

pemecahan terhadap kendala maupun permasalahan yang mungkin muncul, maka

pengendalian intern perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

a) Mengetahui sejauhmana perkembangan pelaksanaan kegiatan dan anggaran serta

ketepatan penggunaan anggaran dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

b) Mengantisipasi secara dini permasalahan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat

dicari solusi pemecahannya.

c) Mencegah dan mengurangi terjadinya penyalahgunaan anggaran yang tidak sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

d) Memanfaatkan tahapan pelaksanaan kegiatan untuk dijadikan bahan masukan dalam

penyempurnaan dan evaluasi kegiatan.

Pengendalian intern dilakukan bukan saja hanya berkaitan dengan aspke program

dan anggaran, namun termasuk proses pengambilan keputusan, keefektifan sumber daya,

dan berbagai hal lainnya. Dalam melaksanakan pengendalian intern, ada lima (5) unsur

pengendalian yang perlu dicermati yaitu 1) lingkungan pengendalian, 2) penilaian risiko, 3)

Kegiatan Pengendalian, 4) Informasi dan Komunikasi, serta 5) Pemantauan Pengendalian

Intern. Kegiatan pengendalian merupakan salah satu unsur pengendalian intern.

Unsur-unsur yang bertugas melaksanakan pengendalian yaitu :

a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah:

1) Memberikan bimbingan pelaksanaan kegiatan teknis melalui penerbitan

Pedoman Pelaksanaan sebagai acuan/rambu-rambu operasional kegiatan.

2) Melakukan sosialisasi Pedoman sebelum pelaksanaan kegiatan.

3) Memberikan bimbingan penyusunan prosedur tata kerja pelaksanaan program,

kegiatan dan anggaran.

4) Memberikan pelatihan, workshop atau kursus perencanaan program,

penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan pembangunan

tanaman pangan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

5) Melakukan supervisi (orientasi, monitoring maupun evaluasi) ke daerah baik

dalam bentuk pembinaan, bimbingan, arahan serta sejenisnya, sehingga kontrol

yang diberikan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan di daerah.

Page 74: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

65 | P a g e

6) Melakukan evaluasi tahunan untuk mengetahui kinerja keseluruhan sebagai

dasar perencanaan program, kegiatan dan anggaran tahun 2013.

b. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota

Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah:

1) Memberikan bimbingan kepada staf secara berjenjang dalam hal administrasi dan

teknis pelaksanaan kegiatan di lapangan.

2) Menyusun prosedur tatakerja antara propinsi dan kabupaten/kota dengan cara

meningkatkan koordinasi dan jaringan kerja.

3) Membentuk Tim Pengendali Internal pelaksanaan kegiatan.

5.2. Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran

Pada sistem penganggaran berbasis kinerja, kegiatan pengawasan fungsional

pembangunan tanaman pangan masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal

Kementerian Pertanian. Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di lingkup

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini dapat dilakukan setiap saat selama

proses manajemen berlangsung.

Pengawasan fungsional terhadap program, kegiatan dan anggaran pembangunan

tanaman pangan juga dilakukan secara eksternal oleh aparatur pengawasan seperti BPK,

BPKP dan Bawasda. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan reguler yaitu

pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara reguler terhadap obyek pemeriksaan

lingkup tanaman pangan berdasarkan program kerja pengawasan tahunan. Pengawasan

yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian terhadap

pengelolaan program, kegiatan dan anggaran kinerja.

Obyek pemeriksaan diprioritaskan terhadap obyek yang anggarannya relatif besar,

mempunyai aspek pelayanan masyarakat, bantuan/pinjaman luar negeri serta mempunyai

peranan strategis terhadap keberhasilan pembangunan tanaman pangan. Sistem dan

upaya pengawasan terus dikembangkan dan disempurnakan melalui berbagai langkah

yang efektif agar dapat mengamankan kebijakan pembangunan tanaman pangan secara

berdaya guna dan berhasil guna.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

a. Pemeriksaan kinerja aparat pengelola kegiatan, yaitu pemeriksaan apakah

sumberdaya dan dana sudah digunakan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai

serta pelaksanaannya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

b. Pemeriksaan yang mengarah kepada pelaksanaan wewenang sesuai tugas pokok dan

fungsi, yaitu apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai atau tidak, sehingga

akan dapat memberikan rekomendasi terhadap penyempurnaan pada kegiatan yang

akan datang.

Page 75: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

66 | P a g e

c. Pemeriksaan akuntabilitas kinerja dimana instansi pelaksana kegiatan

mempertanggung jawabkan wewenang dan tugas pokok dan fungsi instansi tersebut.

d. Pemeriksaan khusus dilaksanakan sewaktu-waktu melalui pengujian dan pendalaman

untuk memperoleh kejelasan suatu informasi yang bersumber dari laporan masyarakat

atau pengembangan dari pemeriksaan reguler yang dipandang perlu terhadap adanya

dugaan terjadinya tindak pidana/ penyalahgunaan wewenang.

5.3. Monitoring dan Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan dengan

pendekatan indikator kinerja menggunakan alat ukur kerangka kerja logis (masukan,

keluaran, hasil, manfaat dan dampak). Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan

apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja ditetapkan untuk:

a. Memperjelas status jenis, kuantitas dan waktu suatu kegiatan dilaksanakan.

b. Membangun konsensus untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan

kegiatan, termasuk dalam menilai kinerja instansi yang melaksanakannya.

c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja suatu

instansi/organisasi.

Penilaian kinerja pelaksanaan pembangunan tanaman pangan diukur dengan

menggunakan indikator kinerja. Pengukuran efisiensi secara ekonomis dilakukan dengan

cara menilai penggunaan masukan yang paling ekonomis untuk mencapai keluaran

tertentu. Efisiensi (daya guna) diukur dengan cara membandingkan antara keluaran yang

dihasilkan dengan masukan yang telah dikeluarkan, sedangkan efektivitas (hasil guna)

dilakukan dengan mengukur sejauhmana hasil telah dicapai. Ukuran efisiensi dan

efektivitas secara skematis dapat dilihat pada gambar 5 berikut:

Gambar 5. Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas Kinerja Pembangunan Tanaman

Pangan

Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas

NILAI MASUKAN (Rp)

MASUKAN PROSES KELUARAN HASIL TUJUAN

EKONOMIS

(HEMAT) EFISIENSI

(DAYA GUNA)

EFEKTIVITAS (HASIL GUNA)

EFISIENSI

PEMBIAYAAN

Page 76: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

67 | P a g e

Evaluasi dapat dilakukan pada saat awal kegiatan (ex-ante), sedang pelaksanaan

kegiatan (on-going) dan evaluasi akhir (ex-post). Evaluasi awal dan evaluasi saat

pelaksanaan kegiatan sedang berjalan dapat dilakukan bersamaan dengan monitoring

pelaksanaan kegiatan. Materi evaluasi mencakup aspek administrasi, aspek teknis dan

anggaran. Evaluasi dilakukan di masing-masing Satker Provinsi, dan Kabupaten/Kota,

sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Masing-masing penanggung

jawab kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya. Evaluasi program, kegiatan dan anggaran secara menyeluruh dilakukan oleh

Tim.

5.4. Pelaporan

Berdasarkan pasal 33 ayat 1 (a) dan pasal 60 ayat 1 (c) Peraturan Pemerintah RI

Nomor 7 Tahun 2008, tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Gubernur

menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan pembangunan

pertanian kepada Menteri Pertanian. Selanjutnya Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun

2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012 menyebutkan laporan kinerja

dievaluasi dan dilaporkan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

(Menteri Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman Pangan) dan menjadi masukan serta bahan

pertimbangan untuk analisis dan evaluasi alokasi anggaran tahun 2013. Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010, tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi

dan Dana Tugas Pembantuan, menyebutkan SKPD wajib menyusun laporan

pertanggungjawaban serta menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun

anggaran kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (Menteri

Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman Pangan).

Pelaporan hasil pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran ini, merupakan

penyampaian informasi serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak dari persiapan kegiatan

sampai akhir pelaksanaan. Melalui laporan ini juga akan dapat dilihat sejauh mana tingkat

keberhasilannya.

Sesuai dengan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan, aparat pelaksana

kegiatan di provinsi dan kabupaten/kota wajib membuat laporan ke pusat. Mekanisme

pelaporan pelaksanaan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan propinsi dilakukan

secara berjenjang dari Dinas pertanian provinsi menyampaikan laporan kepada Gubernur

dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang selanjutnya Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan menyampaikan laporan kepada Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal

Kementerian Pertanian.

Mekanisme pelaporan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota

dilakukan secara berjenjang yaitu dari Dinas pertanian kabupaten/kota menyampaikan

laporan kepada Bupati/Walikota dan tembusan kepada Direktorat Jenderal Tanaman

Page 77: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

68 | P a g e

Pangan dan Dinas pertanian provinsi. Setelah menerima laporan dari kabupaten/kota,

Dinas pertanian provinsi merekapitulasi laporan dari seluruh kabupaten/kota dalam propinsi

bersangkutan dan menyampaikan laporan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

yang selanjutnya menyampaikan laporan ke Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal

Kementerian Pertanian.

Laporan yang disampaikan, baik untuk anggaran dekonsentrasi, tugas

pembantuan provinsi maupun tugas pembantuan kabupaten/kota, meliputi laporan

manajerial dan laporan akuntabilitas yang dilakukan setiap bulan, triwulan dan setiap

berakhirnya tahun anggaran. Format pelaporan dan waktu penyampaian laporan

manajerial dan laporan akuntabilitas akan ditetapkan lebih lanjut oleh Sekretaris Jenderal

Kementerian Pertanian.

Laporan insidentil, yaitu laporan yang disampaikan jika terjadi sesuatu yang

bersifat insidentil (mendesak), misalnya bila ada permasalahan yang dihadapi baik dalam

aspek adminsitrasi dan keuangan maupun teknis pelaksanaan kegiatan juga bisa

disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Gubernur selaku penerima pelimpahan anggaran dekonsentrasi dan penugasan

pelaksanaan anggaran tugas pembantuan, dan Bupati/Walikota selaku penerima

penugasan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan menyampaikan laporan

pertanggungjawaban akhir seluruh pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari anggaran

dimaksud kepada Menteri Pertanian. Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah

satu dasar penentuan anggaran tahun 2013 sebagai penerapan azas reward and

punishment.

Page 78: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

69 | P a g e

BAB VI

PENUTUP

Keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran berbasis kinerja

sangat tergantung pada komitmen dan konsistensi baik aparatur negara, kepercayaan

masyarakat serta motivasi peningkatan kualitas kinerja pemerintah. Untuk itu, perlu terus

ditingkatkan keterpaduan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan melalui

pemantapan sistem dan metoda perencanaan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia,

penataan kelembagaan, dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait.

Pedoman ini merupakan acuan bagi semua pihak terkait dalam melaksanakan

program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan. Pedoman ini akan dilengkapi

dengan Pedoman yang bersifat teknis dari masing-masing kegiatan. Sebagai tindak lanjut

diterbitkannya seluruh Pedoman dimaksud, kepada daerah diberikan keleluasaan untuk

menjabarkannya lebih lanjut ke dalam Petunjuk/Pedoman Teknis sesuai dengan

keragaman karakteristik dan kondisi setempat. Keberhasilan pembangunan tanaman

pangan sangat tergantung kepada komitmen semua pihak terkait dalam melaksanakan

kegiatan pembangunan tanaman pangan secara terpadu.

Pedoman ini diharapkan dapat memberikan berbagai butir-butir untuk

dilaksanakan dan sekaligus dirinci dalam pedoman pelaksanaan kegiatan dan/atau

pedoman teknis.

Page 79: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

70 | P a g e

Page 80: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

71 | P a g e

Lampiran 1. Daftar Satuan Kerja (Satker) dan Kode Satker di Pusat, Provinsi

dan Kabupaten/Kota TA. 2012 NO. KODE SATKER NAMA SATKER

1. DKI JAKARTA

1. 010082 Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan & Hortikultura DKI

Jakarta

2. 010091 Dinas Kelautan Dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta

2. JAWA BARAT

3 020069 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

4 020534 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab Bogor

5 020614 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Sukabumi

6 020730 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Cianjur

7 020823 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Bekasi

8 020932 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Karawang

9 021009 Dinas Pertanian, Kehutanan Dan Perkebunan Kab Purwakarta

10 021107 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang

11 021241 Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kab Bandung

12 021334 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Sumedang

13 021439 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Garut

14 021510 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya

15 021614 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Ciamis

16 021714 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Kehutanan Kab. Cirebon

17 021816 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Kuningan

18 021933 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Indramayu

19 022024 Dinas Pertanian Kab Majalengka

20 022102 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bandung Barat

21 025312 Dinas Pertanian Kota Sukabumi

22 026009 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

3. JAWA TENGAH

23 030010 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Jawa Tengah

24 030106 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Semarang

25 030203 Dinas Pertanian Kabupaten Kendal

26 030309 Dinas Pertanian Kab Demak

27 030403 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Grobogan

28 030505 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan

29 030627 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Batang

30 030729 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Tegal

31 030830 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Brebes

32 030932 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Pati

33 031024 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Kudus

34 031104 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Pemalang

35 031217 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Jepara

36 031313 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Rembang

37 031429 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Blora

38 031532 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas

39 031635 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Cilacap

40 031703 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga

41 031812

Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara

42 031934 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Magelang

43 032030

Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Temanggung

44 032118 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo

45 032203 Dinas Pertanian Kabupaten Purworejo

46 032305 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Kebumen

Page 81: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

72 | P a g e

NO. KODE SATKER NAMA SATKER

47 032430 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Klaten

48 032505 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Boyolali

49 032637 Dinas Pertanian Kab. Sragen

50 032727 Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo

51 032812 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Karanganyar

52 032907 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Wonogiri

4. DI. YOGYAKARTA

53 040070 Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta

54 040138 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Bantul

55 040227 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Sleman

56 040324 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Gunung Kidul

57 040432 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo

5. JAWA TIMUR

58 050004 Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur

59 050132 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Gresik

60 050208 Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Mojokerto

61 050322 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo

62 050448 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Jombang

63 050509 Dinas Pertanian Kabupaten Sampang

64 050611 Dinas Pertanian Kabupaten Pamekasan

65 050708 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep

66 050836 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangkalan

67 050908 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bondowoso

68 051007 Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo.

69 051139 Dinas Kehutanan, Pertanian Dan Urusan Ketahanan Pangan Kab. Banyuwangi.

70 051217 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Jember.

71 051342 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Malang

72 051414 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan

73 051508 Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo

74 051635 Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang

75 051704 Dinas Pertanian Kabupaten Kediri

76 051815 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulung Agung

77 051936 Dinas Pertanian Daerah Kab Nganjuk

78 052031 Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan Kab Trenggalek

79 052103 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Blitar

80 052214 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Madiun

81 052330 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Ngawi

82 052407 Dinas Pertanian Kabupaten Magetan

83 052504 Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo

84 052604 Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Pacitan

85 052739 Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro

86 052832 Dinas Pertanian Kabupaten Tuban

87 052930 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Lamongan

6. ACEH

88 060060 Dinas Pertanian Provinsi Aceh

89 060106 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Aceh Besar

90 060216 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Pidie

91 060317 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab Aceh Utara

92 060415 Dinas Pertanian Dan Hortikultura Kab Aceh Timur

93 060517 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Selatan

94 060621 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Barat

95 060714 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tengah

96 060813 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Aceh Tenggara

97 060916 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Simeulue

98 061021 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Aceh Singkil

Page 82: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

73 | P a g e

NO. KODE SATKER NAMA SATKER

99 061106 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Bireun

100 061207 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Barat Daya

101 061315 Dinas Pertanian Kab. Gayo Luwes

102 061412 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Jaya

103 061504 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Nagan Raya

104 061604 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Aceh Tamiang

105 061709 Dinas Pertanian Tp, Peternakan Dan Perikanan Kab Bener Meriah

106 061802 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pidie Jaya

107 065602 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Subulussalam

7. SUMATERA UTARA

108 070049 Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

109 070108 Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang

110 070239 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Karo

111 070305 Dinas Pertanian Kab. Langkat

112 070432 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Tapanuli Tengah

113 070513 Dinas Pertanian Kab Simalungun

114 070607 Dinas Pertanian Dan Tanaman Pangan Kab. Labuhan Batu

115 070730 Dinas Pertanian Kab. Dairi

116 070807 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara

117 070907 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tapanuli Selatan

118 071032 Dinas Pertanian Kab. Asahan

119 071152 Dinas Pertanian Kab Nias

120 071228 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Samosir

121 071231 Dinas Pertanian Kab Toba Samosir

122 071331 Dinas Pertanian Kab.Mandailing Natal

123 071411 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Nias Selatan

124 071525 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Pakpak Barat

125 071604 Dinas Pertanian Kab. Humbang Hasundutan

126 072018 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

127 072103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Batubara

128 072201 Dinas Pertanian Darah Kab. Padang Lawas

129 072301 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Padang Lawas Utara

130 072502 Dinas Pertanian Kab. Labuhan Batu Utara

131 072603 Dinas Pertanian,Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Nias Utara

132 072703 Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan Dan Peternakan Kab. Nias Barat

133 075714 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Padang Sidempuan

8. SUMATERA BARAT

134 080008 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat

135 080129 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Kab Agam

136 080222 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Pasaman

137 080321 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Limapuluh Kota

138 080408 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Solok Selatan

139 080418 Dinas Pertanian Dan Perikanan Kab Solok

140 080522 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura Perkebuan Dankehutanan Kab.

Padang Pariaman

141 080631 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Peternakan Dan Perkebunan

Kabupaten Pesisir Selatan

142 080711 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tanah Datar

143 080823 Dinas Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung

144 081019 Dinas Pertanian Kabupaten Dharmas Raya

145 081214 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Dan Peternakan Kab. Pasaman Barat

146 085538 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kota Padang

147 085604 Dinas Pertanian Kota Payakumbuh

148 085708 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kota Pariaman

Page 83: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

74 | P a g e

NO. KODE SATKER NAMA SATKER

9. RIAU

149 090072 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Riau

150 090118 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Kampar

151 090239 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bengkalis

152 090435 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Indragiri Hulu

153 090436 Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura Dan Peternakan Kab. Indragiri Hilir

154 090616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Pelalawan

155 090715 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hulu

156 090816 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Rokan Hilir

157 090932 Dinas Pertanian, Peteranakan Dan Perikanan Kab Siak

158 091214 Dinas Tanaman Pangan Kab. Kuantan Sengingi

159 091308 Dinas Pertanian , Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Meranti

10. JAMBI

160 100008 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi

161 100130 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Batanghari

162 100237 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tanjung Jabung Barat

163 100317 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Bungo

164 100418 Dinas Pertanian Kab. Sarolangun

165 100530 Dinas Pertanian Dan Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci

166 100616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Merangin

167 100717 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Tanjung Jabung Timur

168 100816 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Tebo

169 100915 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi

170 105134 Dinas Pertanian Kota Jambi

171 105202 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutan Kota Sungai Penuh

11. SUMATERA SELATAN

172 110005 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan

173 110328 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Musi Banyuasin

174 110416 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Ogan Komering Ulu

175 110503 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Muara Enim

176 110608 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lahat

177 110703 Dinas Tanaman Pangan Dan Holtikultura Kabupaten Musi Rawas

178 110809 Dinas Pertanian Kab. Ogan Komering Ilir

179 110916 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Banyuasin

180 111009 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Oku Timur

181 111104 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Oku Selatan

182 111210 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Ogan Ilir

183 111702 Dinas Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Empat Lawang

184 115138 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kota Palembang

185 115413 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kota Pagar Alam

186 115518 Dinas Tanaman Pangan, Kehutanan Dan Perkebunan Kota Lubuk Linggau

12. LAMPUNG

187 120004 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Prov. Lampung

188 120108 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Selatan

189 120207 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah

190 120330 Dinas Pertanian Kab. Lampung Utara

191 120427 Dinas Pertanian Kab. Lampung Barat

192 120503 Dinas Pertanian, Perkebunan & Kehutanankabupaten Tulang Bawang

193 120625 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tanggamus

194 120739 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Timur ( 03 )

195 120822 Dinas Pertanian, Peternakan &Perikanan Kabupaten Way Kanan

196 120903 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Pesawaran

197 121005 Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Pringsewu

198 121101 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Mesuji

199 121201 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Tulang Bawang Barat

Page 84: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

75 | P a g e

NO. KODE SATKER NAMA SATKER

13. KALIMANTAN BARAT

200 130071 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat

201 130105 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Sambas

202 130237 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Sanggau

203 130306 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sintang

204 130404 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pontianak

205 130506 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Kapuas Hulu

206 130635 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Ketapang

207 130729 Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang

208 130814 Dinas Pertanian Kab Landak

209 130904 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Melawi

210 131004 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Sekadau

211 131102 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Kayong Utara

212 131201 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Kubu Raya

14. KALIMANTAN TENGAH

213 140004 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah

214 140137 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Kapuas

215 140232 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Barito Utara

216 140308 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Barito Selatan

217 140408 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kotawaringin Timur

218 140429 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kotawaringin Barat

219 140606 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seruyan

220 140612 Dinas Pertanian Kab. Katingan

221 140811 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Sukamara

222 140908 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Lamandau

223 141006 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Gunung Mas

224 141007 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pulang Pisau

225 141107 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Murung Raya

226 141306 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Barito Timur

15. KALIMANTAN SELATAN

227 150002 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Propinsi Kalimantan Selatan

228 150058 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Banjar

229 150213 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Perkebunan Kabupaten Tanah Laut

230 150330 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapin

231 150428 Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Selatan

232 150504 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

233 150509 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala

234 150730 Dinas Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Tabalong

235 150735 Dinas Pertanian Kabupaten Kotabaru

236 150934 Dinas Pertanian Tp Dan Hortikultura Kab. Hulu Sungai Utara

237 151006 Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Tanah Bumbu

238 151105 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura , Peternakan Dan Perikanan Kab.

Balangan

16. KALIMANTAN TIMUR

239 160059 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Kalimantan Timur

240 160230 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Tanah Grogot Kabupaten Paser

241 160330 Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan

242 160406 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Berau

243 160505 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Nunukan

244 160518 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab. Malinau

245 160705 Dinas Pertanian Dan Peteranakan Kabupaten Kutai Timur

246 160721 Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Kutai Barat

247 160807 Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan Dan Kelautan Kab. Penajam Paser Utara

248 161013 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Kutai Kartanegara

249 161204 Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Tana Tidung

Page 85: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

76 | P a g e

NO. KODE SATKER NAMA SATKER

17. SULAWESI UTARA

250 170052 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

251 170085 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kabupaten Minahasa

252 170240 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow

253 170330 Dinas Pertanian Kabupaten Sangihe

254 170605 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan

255 170704 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kota Tomohon

256 170706 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kab. Minahasa Utara

257 171008 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Minahasa Tenggara

258 171163 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bolaang Mongondow Utara

259 171303 Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian Dan Kehutanan Kab. Bolaang Mongondow

Selatan

260 171403 Dinas Pertanian Dan Peteranakan Kab. Bolaang Mongondow Timur

261 175401 Dinas Pertanian Kota Kotamobago

18. SULAWESI TENGAH

262 180039 Dinas Pertanian Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

263 180071 Dinas Pertanian Kabupaten Poso

264 180205 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Donggala

265 180304 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Toli-Toli

266 180408 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Banggai

267 180524 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Buol

268 180605 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Morowali

269 180706 Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Banggai Kepulauan

270 180806 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Parigi Moutong

271 180908 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kab. Tojo Una-Una

272 181202 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Sigi

19. SULAWESI SELATAN

273 190049 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan

274 190058 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Sidrap

275 190104 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pinrang

276 190207 Dinas Pertanian Kabupaten Gowa

277 190304 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Wajo

278 190503 Dinas Pertanian Tanaman Pangan &Hortikltura Kabupaten Bone

279 190606 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tana Toraja

280 190713 Dinas Pertanian Kabupaten Maros

281 190918 Dinas Tanaman Pangan, Hortikulutura Dan Peternakan Kabupaten Luwu

282 191018 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Sinjai

283 191107 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Bulukumba

284 191214 Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bantaeng

285 191310 Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto

286 191427 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Kepulauan Selayar

287 191524 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Takalar

288 191620 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Barru

289 191713 Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sidrap

290 191829 Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Pangkep

291 191903 Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Kab Soppeng

292 192106 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Enrekang

293 192215 Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara

294 192420 Dinas Pertanian, Perkebunan &Peternakan Kabupaten Luwu Timur

295 192501 Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Toraja Utara

296 195317 Dinas Pertanian & Peternakan Kota Palopo

20. SULAWESI TENGGARA

297 200071 Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara

298 200208 Dinas Pertanian Kabupaten Buton

299 200305 Dinas Pertanian Kabupaten Muna

Page 86: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

77 | P a g e

NO. KODE SATKER NAMA SATKER

300 200444 Dinas Pertanian, Hortikultura Dan Peternakan Kab. Kolaka

301 200507 Dinas Pertanian Kabupaten Konawe Selatan

302 200627 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Hortikultura Kab. Bombana

303 200809 Dinas Perkebuanan Dan Hortikultura Kab. Kolaka Utara

304 200909 Dinas Pertanian Kab Konawe

305 201003 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Konawe Utara

21. MALUKU

306 210003 Dinas Pertanian Provinsi Maluku

307 210103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Maluku Tengah

308 210230 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Maluku Tenggara

309 210309 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hrotikultura Dan Peternakan Kab. Maluku Tenggara

Barat

310 210410 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Pulau Buru

311 210610 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seram Bagian Barat

312 210710 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seram Bagian Timur

313 210904 Dinas Pertanian Kab. Maluku Barat Daya

314 211002 Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Buru Selatan

22. BALI

315 220074 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali

316 220103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Buleleng

317 220204 Dinas Pertanian, Kehutanan, Dan Kelautan Kabupaten Jembrana

318 220307 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Klungkung

319 220403 Dinas Pertanian, Perhutanan Dan Perkebunan Kabupaten Gianyar

320 220506 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Karangasem

321 220610 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Perhutanan Kab Bangli

322 220741 Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutana Kab Badung

323 220807 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Kabupaten Tabanan

23. NUSA TENGGARA BARAT

324 230004 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Prov Nusa Tenggara Barat

325 230116 Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Barat

326 230208 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah

327 230306 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur

328 230421 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Bima

329 230535 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa

330 230616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dompu

331 230715 Dinas Kehutanan, Perkebunan & Pertanian Kab Sumbawa Barat

332 230802 Dinas Pertanian , Perkebunan, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Lombok Utara

333 235106 Dinas Pertanian, Kelautan Dan Perikanan Kota Mataram

334 235206 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kota Bima

24. NUSA TENGGARA TIMUR

335 240072 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

336 240103 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Kupang

337 240203 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Belu

338 240330 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kab. Timor Tengah Utara

339 240407 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Timor Tengah Selatan

340 240540 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Alor

341 240617 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Sikka

342 240704 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Flores Timur

343 240806 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Ende

344 240904 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Ngada

345 241047 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Manggarai

346 241103 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Sumba Timur

347 241206 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Sumba Barat

348 241318 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Lembata

349 241412 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Rote Ndao

Page 87: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

78 | P a g e

NO. KODE SATKER NAMA SATKER

350 241503 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Manggarai Barat

351 241705 Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan Dan Kelautan Kab. Nagekeo

352 241802 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Sumba Tengah

353 241902 Dinas Pertanian Kab. Sumba Barat Daya

354 242002 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kelautan Kab. Manggarai Timur

25. PAPUA

355 250034 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Propinsi Papua

356 250108 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Jayapura

357 250746 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Merauke

358 250806 Dinas Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kab Jayawijaya

359 251036 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Nabire

360 251706 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Keerom

361 255134 Dinas Pertanian Kota Jayapura

26. BENGKULU

362 260003 Dinas Pertanian Propinsi Bengkulu

363 260103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara

364 260204 Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Selatan

365 260335 Dinas Pertanian Kab. Rejang Lebong

366 260407 Dinas Pertanian Kabupaten Seluma

367 260506 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kaur

368 260613 Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kab Muko-Muko

369 260711 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong

370 260813 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Kepahiang

371 260903 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bengkulu Tengah

372 265109 Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluhan Kota Bengkulu

27. MALUKU UTARA

373 280055 Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara

374 280239 Dinas Pertanian & Peternakan Kab. Halmahera Tengah

375 280314 Dinas Pertanian Kab. Halmahera Utara

376 280405 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Halmahera Selatan

377 280613 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Halmahera Timur

378 280705 Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Barat

379 280808 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Pulau Morotai

28. BANTEN

380 290006 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Banten

381 290106 Dinas Pertanian Kabupaten Serang

382 290240 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Pandeglang

383 290304 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

384 290429 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Tangerang

385 295301 Dinas Pertanian Kota Serang

29. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

386 300062 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

387 300223 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangka

388 300505 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangka Selatan

30. GORONTALO

389 310005 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Propinsi Gorontalo

390 310106 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo

391 310207 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Boalemo

392 310306 Dinas Pertanian Kab. Pohuwato

393 310407 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Ketahanan Pangan Kab. Bone Bolango

394 310704 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Kab. Gorontalo

Utara

31. KEPULAUAN RIAU

395 320017 Dinas Pertanian, Kehutanan, Dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau

Page 88: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

79 | P a g e

NO. KODE SATKER NAMA SATKER

32. PAPUA BARAT

396 330047 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat

397 330136 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kabupaten Manokwari

398 330238 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Sorong

399 330412 Dinas Pertanian Kabupaten Sorong Selatan

400 330604 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Teluk Bintuni

401 330716 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Kab. Teluk Wondama

402 331006 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan Dan Perikanan Kabupaten May

Brat

33. SULAWESI BARAT

403 340042 Dinas Pertanian Dan Peternakan Propinsi Sulawesi Barat

404 340106 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Majene

405 340206 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Mamuju

406 340303 Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Mamuju Utara

407 340407 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Polewali Mandar

408 340509 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Hortikultura Kab Mamasa

Page 89: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

80 | P a g e

Lampiran 2. Agenda Perencanaan Nasional

No. Agenda Waktu

1. Musrenbangtan Tingkat Kabupaten/Kota Pertengahan Maret

2. Musrenbangtan Tingkat Provinsi Akhir Maret

3. Penetapan Pagu Indikatif Maret

4. Musrenbangtan Nasional Awal April

5. Penyusunan Renja KL April

6. Penelaahan Renja KL oleh Bappenas dan Kemenkeu Mei

7. SK Menkeu tentang Penetapan Pagu Sementara Juni

8. Penyesuaian Renja menjadi RKA-KL Juni

9. Pembahasan RKA-KL dengan DPR Juli

10. Penelaahan RKA-KL oleh Bappenas dan Kemenkeu Juli

11. Nota Keuangan dan RUU RAPBN Agustus

12. Penetapan UU APBN September

13. Penetapan Pagu Indikatif Oktober

14. Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL di Ditjen Anggaran

Kemenkeu

Oktober-November

15. Penelaahan DIPA – SRAA di Ditjen Anggaran Kemenkeu November-

Desember

16. Penetapan Perangkat Pengelola Keuangan dan Penyampaian

ke Menteria Pertanian

November-

Desember

17. Penerbitan SRAA oleh Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu Desember

18. Penerbitan DIPA Akhir Desember

19. Penetapan Pedoman Pelaksanaan Program/Kegiatan/Teknis

oleh Kementerian dan Unit Eselon I

Akhir Desember

Page 90: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

81 | P a g e

Lampiran 3. Agenda Pertemuan Nasional Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

TA 2012

No. Rapat Koordinasi /Workshop/Pelatihan Waktu Lokasi Peserta

I. Direktorat Budidaya Serealia

1. Rakor Regional III (Jateng, Jatim, Kalsel,

DI Yogyakarta, Kaltim, Kalteng)

Februari Jatim Dinas Provinsi, Dinas

Kabupaten, BPSBTPH,

BPTPH, Bakorluh

2. Sosialisasi P2BN Maret Jabar Dinas Provinsi, Div re Bulog

3. Pemantapan Pelaksanan P2BN April DIY Dinas Provinsi, Div re Bulog

4. Pertemuan adopsi teknologi budidaya

serealia

Sept. Jatim Dinas Provinsi

5. Rapat evaluasi P2BN Nov. Sulsel Dinas Provinsi, Div re Bulog

II. Direktorat Aneka Kacang dan Umbi

1. Rakor Regional V (Bali, NTB, NTT, Malut,

Maluku, Papua Barat, Papua)

Maret Bali Dinas Provinsi, Dinas Kab,

BPSBTPH, BPTPH, Bakorluh

2. Koordinasi pengembangan agribisnis

kedelai

Mei Jatim Dinas Provinsi, stakeholders

3. Koordinasi pengemb. agribisnis aneka

kacang & umbi

Juni DIY Dinas Provinsi, stakeholders

4. Koordinasi& sosialisasi pengembangan

kedelai melalui PAT

Juli Jatim Dinas Provinsi, stakeholders

III. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

1. Rapat Regional I (Aceh, Sumut, Sumbar,

Riau, Jambi, Kepri)

Peb. Riau Dinas Provinsi, Dinas

Kabupaten, BPSBTPH,

BPTPH, Bakorluh

2. Koordinasi/workshop penanganan

pascapanen tanaman pangan

Mei DIY Dinas Provinsi

3. Pertemuan persiapan survey susut hasil Peb. NTB Dinas 12 Provinsi (Aceh,

Sumut, Sumsel, Lampung,

Banten, Jabar, Jateng, DIY,

Jatim, Kalsel, Sulsel, NTB)

4. Pertemuan apresiasi penanganan

pascapanen tanaman pangan

April Jabar Dinas Provinsi

IV. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

1. Rakor Regional II (Bengkulu, Sumsel,

Lampung, Babel, Banten, Jabar, Kalbar)

Peb. Sumsel Dinas Provinsi, BPSBTPH,

BPTPH, BBPOPT,

BBPPMBTPH, BPMPT

2. Koordinasi Teknis Perbenihan Maret Sulsel Ka BPSBTPH, Ka BBI, Kabid

Tanaman Pangan / Kasie Benih

3. Sosialisasi pengawasan, penyaluran

benih bersubsidi & bantuan benih

April Jabar Ka BPSBTPH, BUMN,

Koordinator PBT

4. Forum Perbenihan Agst Sumut BPSBTPH, BBI, Produsen

Benih

V. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

1. Rakor Regional IV (Sulut, Sulsel, Sulteng,

Sultra, Gorontalo, Sulbar)

Peb. Makasar Dinas Provinsi, Dinas

Kabupaten, BPSBTPH,

BPTPH, Penyuluh

2. Koordinasi teknis perlindungan tanaman Maret Kalsel BPTPH

3. Evaluasi kegiatan perlindungan tanaman Nov. Bali BPTPH

VI. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

1. Sinkronisasi Program dan Kegiatan

Tanaman Pangan TA. 2012

Peb. Jakarta Dinas Provinsi, BPTPH,

BPSBTPH

2. Koordinasi Penyusunan ASEM 2011 dan

ARAM I 2012

Maret Bandung Dinas Provinsi, BPS

Page 91: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

82 | P a g e

No. Rapat Koordinasi /Workshop/Pelatihan Waktu Lokasi Peserta

3. Koordinasi Penyusunan Rancangan

Program dan Kegiatan Tanaman Pangan

2013

Maret Medan Dinas Provinsi, BPTPH,

BPSBTPH

4. TOT Refreshing Pengolah data Statistik April Bandung Dinas Provinsi

5. Rakor Bidang Keuangan (Penerbit SPM,

Bendahara)

Mei Jateng Dinas Provinsi, BPTPH,

BPSBTPH

6. Koordinasi Pelaporan dan SPI Juni Bali Dinas Provinsi, BPTPH,

BPSBTPH

7. Koordinasi Penyusunan ATAP 2011 dan

ARAM II 2012

Juni Palembang Dinas Provinsi, BPS

8. Penyusunan RKA-KL Pagu Sementara

TA 2013

Juni Bali Dinas Provinsi, BPTPH,

BPSBTPH

9. Kerjasama Kemitraan Tanaman Pangan Juli Jakarta Dinas Provinsi, Stakeholders

10. Workshop Penyusunan Laporan SAK /

Pertemuan Update Program SIMONEV

Wilayah Barat dan Timur

Sept. Kalsel Dinas Provinsi, BPTPH,

BPSBTPH

11. Koordinasi Penyusunan ARAM III Tahun

2012

Sept. NTB Dinas Provinsi, BPS

12. Workshop Penyusunan Laporan SIMAK-

BMN

Okt. Sulsel Dinas Provinsi,BPTPH,

BPSBTPH

13. Evaluasi Program dan Kegiatan TA.2012 Nov. DIY Dinas Provinsi, BPTPH,

BPSBTPH, BBI

14. Penyusunan RKA-KL pagu Definitif TA

2013

Okt. DIY Dinas Provinsi,BPTPH,

BPSBTPH

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Page 92: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

83 | P a g e

Lampiran 4. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

TUGAS DAN FUNGSI

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

TUGAS : MERUMUSKAN SERTA MELAKSANAKAN KEBIJAKAN DAN STANDARDISASI DI

BIDANG TANAMAN PANGAN

FUNGSI : 1. PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG PERBENIHAN, BUDIDAYA,

PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN;

2. PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG PERBENIHAN, BUDIDAYA,

PERLINDUNGAN DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN;

3. PENYUSUNAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG

PERBENIHAN, BUDIDAYA, PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN

PANGAN;

4. PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN EVALUASI DI BIDANG PERBENIHAN,

BUDIDAYA, PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN; DAN

5. PELAKSANAAN ADMINISTRASI DIREKTORAT JENDERALTANAMAN PANGAN.

Page 93: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

84 | P a g e

Lampiran 5. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN:

1. SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL 2. DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN 3. DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA 4. DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI 5. DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 6. DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN 7. BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN 8. BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH TPH 9. BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

1. BAGIAN PERENCANAAN 2. BAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN 3. BAGIAN UMUM 4. BAGIAN EVALUASI DAN PELAPORAN; DAN 5. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL.

DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

1. SUBDIREKTORAT PENILAIAN VARIETAS DAN PENGAWASAN MUTU BENIH; 2. SUBDIREKTORAT PRODUKSI BENIH SEREALIA; 3. SUB DIREKTORAT PRODUKSI BENIH ANEKA KACANG DAN UMBI; 4. SUBDIREKTORAT KELEMBAGAAN BENIH; 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA

1. SUBDIREKTORAT PADI IRIGASI DAN RAWA; 2. SUBDIREKTORAT PADI TADAH HUJAN DAN LAHAN KERING; 3. SUBDIREKTORAT JAGUNG; 4. SUBDIREKTORAT SEREALIA LAIN; DAN 5. SUBBAGIAN TATA USAHA.

DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI

1. SUBDIREKTORAT KEDELAI; 2. SUBDIREKTORAT UBI KAYU; 3. SUBDIREKTORAT ANEKA KACANG; 4. SUBDIREKTORAT ANEKA UMBI; DAN 5. SUBBAGIAN TATA USAHA.

Page 94: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

85 | P a g e

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 1. SUBDIREKTORAT PENGELOLAAN DATA ORGANISME PENGGANGGU

TUMBUHAN; 2. SUBDIREKTORAT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM; 3. SUBDIREKTORAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU

TUMBUHAN; 4. SUBDIREKTORAT PENGELOLAAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL.

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

1. SUBDIREKTORAT PADI; 2. SUBDIREKTORAT JAGUNG DAN SEREALIA LAIN; 3. SUBDIREKTORAT KEDELAI DAN ANEKA KACANG; 4. SUBDIREKTORAT ANEKA UMBI; 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL.

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

1. KEPALA BAGIAN UMUM 2. KEPALA BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI 3. KEPALA BIDANG PELAYANAN TEKNIK, INFORMASI DAN DOKUMENTASI

BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH TPH

1. KEPALA BAGIAN UMUM 2. KEPALA BIDANG INFORMASI DAN JARINGAN LABORATORIUM

Page 95: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

86 | P a g e

Lampiran 6. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi

Tahun 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

(HA) (HA) (KU/HA) (TON)

1. N. ACEH D. 381.291 383.099 52,08 1.995.040

2. SUMUT 782.173 770.110 52,24 4.022.675

3. SUMBAR 477.034 475.529 51,52 2.450.000

4. RIAU 155.033 149.669 40,88 611.780

5. JAMBI 169.401 165.540 42,78 708.145

6. SUMSEL 822.693 794.227 47,21 3.749.670

7. BENGKULU 132.324 132.745 39,85 529.050

8. LAMPUNG 627.399 630.691 49,83 3.142.530

9. BABEL 13.994 8.510 48,00 40.850

10. KEP RIAU 410 395 50,74 2.006

SUMATERA 3.561.752 3.510.515 49,14 17.251.746

11. DKI JAKARTA 1.967 1.899 54,20 10.290

12. JABAR 2.039.148 1.978.594 62,17 12.300.000

13. JATENG 1.933.975 1.767.059 59,27 10.472.980

14. DI JOGJA 152.206 148.940 58,95 877.950

15. JATIM 2.068.796 1.967.216 62,58 12.310.000

16. BANTEN 412.079 407.821 52,22 2.129.765

JAWA 6.608.171 6.271.528 60,75 38.100.985

17. BALI 156.028 151.629 56,66 859.080

18. N.T.B. 432.691 437.720 50,12 2.194.040

19. N.T.T. 209.708 195.452 32,47 634.705

BALI & N.T 798.426 784.801 46,99 3.687.825

20. KALBAR 457.602 443.769 33,08 1.468.145

21. KALTENG 229.281 221.348 28,88 639.255

22. KALSEL 515.078 497.256 40,98 2.037.660

23. KALTIM 164.844 159.141 39,32 625.765

KALIMANTAN 1.366.805 1.321.514 36,10 4.770.824

24. SULUT 134.244 134.599 47,65 641.385

25. SULTENG 241.365 233.014 46,55 1.084.570

26. SULSEL 957.809 924.669 53,14 4.913.600

27. SULTRA 127.679 126.262 40,33 509.250

28. GORONTALO 60.272 68.186 49,24 335.760

29. SUL BARAT 89.016 85.936 47,54 408.550

SULAWESI 1.610.386 1.572.666 50,19 7.893.115

30. MALUKU 20.091 19.396 47,59 92.310

31. MALUKU UT 18.003 17.380 38,74 67.325

32. PAPUA BARAT 10.703 10.333 45,07 46.568

33. PAPUA 29.270 30.257 38,19 115.538

MLK & PAPUA 78.066 77.365 41,59 321.740

LUAR JAWA 7.415.434 7.266.860 46,68 33.925.249

INDONESIA 14.026.771 13.556.865 53,13 72.026.235

Page 96: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

87 | P a g e

Lampiran 7. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi

Jagung Tahun 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

NO PROPINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

(HA) (HA) (KU/HA) (TON)

1. ACEH 53.491 51.088 37,82 193.200

2. SUMUT 269.363 257.260 63,64 1.637.194

3. SUMBAR 77.467 73.986 63,51 469.868

4. RIAU 30.657 29.280 31,80 93.118

5. JAMBI 13.072 12.484 42,91 53.568

6. SUMSEL 35.235 33.652 39,98 134.529

7. BENGKULU 38.270 36.551 33,70 123.168

8. LAMPUNG 494.268 472.060 56,95 2.688.556

9. BABEL 1.099 1.049 33,69 3.535

10. KEP RIAU 711 679 27,13 1.844

SUMATERA 1.013.633 968.091 55,77 5.398.579

11. DKI JAKARTA 30 29 33,97 98

12. JABAR 187.059 178.654 55,62 993.600

13. JATENG 745.880 712.368 54,23 3.863.499

14. DI JOGJA 80.083 76.485 41,10 314.375

15. JATIM 1.361.228 1.300.068 54,30 7.059.463

16. BANTEN 17.591 16.800 36,49 61.297

JAWA 2.391.871 2.284.405 53,81 12.292.332

17. BALI 31.277 29.872 34,08 101.799

18. N.T.B. 97.572 93.189 43,31 403.636

19. N.T.T. 353.910 338.009 32,27 1.090.909

BALI & N.T 482.760 461.069 34,62 1.596.345

20. KALBAR 54.096 51.665 46,45 240.000

21. KALTENG 3.599 3.437 31,42 10.800

22. KALSEL 27.945 26.689 53,88 143.804

23. KALTIM 6.661 6.362 21,91 13.940

KALIMANTAN 92.300 88.153 46,34 408.543

24. SULUT 174.994 167.131 39,41 658.737

25. SULTENG 52.868 50.492 42,67 215.441

26. SULSEL 375.192 358.334 56,17 2.012.640

27. SULTRA 45.019 42.997 38,77 166.684

28. GORONTALO 192.497 183.849 58,09 1.068.000

29. SUL BARAT 27.544 26.306 46,92 123.442

SULAWESI 868.114 829.110 51,20 4.244.944

30. MALUKU 9.160 8.748 26,30 23.008

31. MALUKU UT 11.238 10.733 24,82 26.640

32. IRJA BARAT 4.614 4.407 18,91 8.332

33. PAPUA 748 714 17,87 1.276

MLK & PAPUA 25.760 24.602 24,09 59.257

LUAR JAWA 2.482.566 2.371.025 49,38 11.707.668

INDONESIA 4.874.437 4.655.430 51,55 24.000.000

Page 97: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

88 | P a g e

Lampiran 8. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi

Kedelai Tahun 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

NO PROPINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

(HA) (HA) (KU/HA) (TON)

1. ACEH 121.900 117.098 14,89 174.400

2. SUMUT 25.900 24.796 13,87 34.400

3. SUMBAR 10.000 8.757 15,30 13.400

4. RIAU 12.000 10.620 13,47 14.300

5. JAMBI 16.000 17.718 13,77 24.400

6. SUMSEL 18.000 17.515 15,30 26.800

7. BENGKULU 11.500 11.009 13,26 14.600

8. LAMPUNG 27.700 23.498 13,87 32.600

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU - - - -

SUMATERA 243.000 231.012 14,50 334.900

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 79.700 78.675 15,91 125.200

13. JATENG 197.900 189.013 16,32 308.500

14. DI JOGJA 45.000 42.937 15,30 65.700

15. JATIM 371.000 364.539 15,30 557.800

16. BANTEN 30.000 26.249 15,51 40.700

JAWA 723.600 701.413 15,65 1.097.900

17. BALI 10.000 13.397 15,30 20.500

18. N.T.B. 158.400 135.156 14,38 194.400

19. N.T.T. 7.000 4.977 13,26 6.600

BALI & N.T 175.400 153.530 42,95 221.500

20. KALBAR 5.500 4.159 13,47 5.600

21. KALTENG 20.800 16.387 13,67 22.400

22. KALSEL 9.400 7.462 13,67 10.200

23. KALTIM 12.000 7.946 13,47 10.700

KALIMANTAN 47.700 35.954 13,60 48.900

24. SULUT 12.600 12.034 14,79 17.800

25. SULTENG 7.800 9.803 14,79 14.500

26. SULSEL 54.200 57.123 16,53 94.400

27. SULTRA 14.300 13.649 13,26 18.100

28. GORONTALO 9.300 6.896 14,79 10.200

29. SUL BARAT 8.700 13.319 14,79 19.700

SULAWESI 106.900 112.823 15,48 174.700

30. MALUKU 3.000 3.119 13,47 4.200

31. MALUKU UT 2.900 3.342 13,47 4.500

32. IRJA BARAT 3.000 3.620 13,26 4.800

33. PAPUA 6.500 6.485 13,26 8.600

MLK & PAPUA 15.400 16.566 13,34 22.100

LUAR JAWA 588.400 549.885 14,59 802.100

INDONESIA 1.312.000 1.250.000 15,20 1.900.000

Page 98: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

89 | P a g e

Lampiran 9. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi

Kacang Tanah Tahun 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

(HA) (HA) (KU/HA) (TON)

1. ACEH 7.142 6.802 14,26 9.699

2. SUMUT 19.681 18.743 13,33 24.977

3. SUMBAR 9.605 9.147 14,52 13.281

4. RIAU 4.248 4.046 10,89 4.406

5. JAMBI 2.346 2.234 13,48 3.012

6. SUMSEL 6.246 5.949 14,36 8.544

7. BENGKULU 9.530 9.076 10,73 9.742

8. LAMPUNG 20.668 19.684 14,00 27.557

9. BABEL 597 569 11,04 628

10. KEP RIAU 201 191 10,89 208

SUMATERA 80.264 76.441 13,35 102.054

11. DKI JAKARTA 25 24 12,08 29

12. JABAR 79.228 75.453 16,54 124.805

13. JATENG 157.617 150.114 15,24 228.839

14. DI JOGJA 78.079 74.360 11,87 88.250

15. JATIM 217.015 206.677 13,35 275.843

16. BANTEN 16.649 15.856 16,07 25.487

JAWA 548.613 522.484 14,23 743.253

17. BALI 16.075 15.309 14,52 22.227

18. N.T.B. 36.743 34.993 14,52 50.804

19. N.T.T. 27.557 26.245 13,22 34.701

BALI & N.T 80.375 76.547 14,07 107.732

20. KALBAR 2.411 2.296 12,45 2.858

21. KALTENG 2.067 1.968 12,65 2.490

22. KALSEL 18.372 17.496 12,55 21.955

23. KALTIM 3.100 2.953 12,44 3.674

KALIMANTAN 25.950 24.713 12,53 30.977

24. SULUT 8.612 8.201 14,26 11.695

25. SULTENG 6.889 6.561 18,15 11.907

26. SULSEL 44.781 42.648 14,00 59.706

27. SULTRA 9.760 9.295 9,78 9.090

28. GORONTALO 2.756 2.624 12,96 3.402

29. SUL BARAT 1.608 1.531 15,02 2.300

SULAWESI 74.406 70.860 13,84 98.100

30. MALUKU 4.019 3.827 12,76 4.882

31. MALUKU UT 5.741 5.468 12,44 6.804

32. IRJA BARAT 2.187 2.078 11,82 2.456

33. PAPUA 3.445 3.282 11,40 3.742

MLK & PAPUA 15.392 14.655 12,20 17.884

LUAR JAWA 276.387 263.216 13,55 356.747

INDONESIA 825.000 785.700 14,00 1.100.000

Page 99: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

90 | P a g e

Lampiran 10. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi

Kacang Hijau Tahun 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

(HA) (HA) (KU/HA) (TON)

1. ACEH 2.955 2.808 12,67 3.556

2. SUMUT 6.099 5.794 12,13 7.031

3. SUMBAR 1.374 1.305 13,28 1.734

4. RIAU 2.079 1.975 12,11 2.393

5. JAMBI 616 585 12,08 706

6. SUMSEL 3.115 2.959 15,32 4.532

7. BENGKULU 1.797 1.707 10,87 1.855

8. LAMPUNG 5.579 5.300 10,14 5.376

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU 1 1 10,26 1

SUMATERA 23.615 22.435 12,12 27.184

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 13.495 12.821 12,17 15.600

13. JATENG 99.531 94.576 12,36 116.874

14. DI JOGJA 1.141 1.084 7,29 791

15. JATIM 77.774 73.888 12,63 93.284

16. BANTEN 2.680 2.546 10,14 2.582

JAWA 194.620 184.914 12,39 229.130

17. BALI 1.245 1.183 10,69 1.265

18. N.T.B. 50.494 47.971 11,21 53.757

19. N.T.T. 30.073 28.570 9,26 26.457

BALI & N.T 81.812 77.724 10,48 81.478

20. KALBAR 2.074 1.970 8,02 1.581

21. KALTENG 399 379 9,45 358

22. KALSEL 1.587 1.507 11,75 1.771

23. KALTIM 1.117 1.061 12,02 1.275

KALIMANTAN 5.177 4.918 10,14 4.986

24. SULUT 1.883 1.789 15,38 2.751

25. SULTENG 1.602 1.522 9,00 1.370

26. SULSEL 26.962 25.614 13,89 35.574

27. SULTRA 2.373 2.254 9,12 2.055

28. GORONTALO 501 476 13,51 643

29. SUL BARAT 960 912 15,02 1.370

SULAWESI 34.281 32.568 13,44 43.764

30. MALUKU 661 629 11,90 748

31. MALUKU UT 418 397 12,21 485

32. IRJA BARAT 819 778 11,51 896

33. PAPUA 1.198 1.138 11,67 1.328

MLK & PAPUA 3.095 2.942 11,75 3.457

LUAR JAWA 147.980 140.586 11,44 160.870

INDONESIA 342.600 325.500 11,98 390.000

Page 100: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

91 | P a g e

Lampiran 11. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi

Ubi Kayu Tahun 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

(HA) (HA) (KU/HA) (TON)

1. ACEH 4.113 3.917 132 51.555

2. SUMUT 45.803 43.622 207 902.890

3. SUMBAR 6.114 5.823 207 120.516

4. RIAU 6.670 6.352 117 74.164

5. JAMBI 3.112 2.964 144 42.790

6. SUMSEL 14.729 14.027 160 224.829

7. BENGKULU 7.781 7.411 124 92.031

8. LAMPUNG 352.374 335.592 254 8.533.351

9. BABEL 2.001 1.906 150 28.519

10. KEP RIAU 1.334 1.270 113 14.293

SUMATERA 444.030 422.883 238 10.084.940

11. DKI JAKARTA 56 53 123 652

12. JABAR 124.498 118.569 197 2.335.266

13. JATENG 213.425 203.261 185 3.768.878

14. DI JOGJA 71.142 67.754 159 1.078.749

15. JATIM 253.442 241.372 170 4.092.503

16. BANTEN 13.339 12.704 149 188.781

JAWA 675.902 643.711 178 11.464.828

17. BALI 13.117 12.492 155 193.590

18. N.T.B. 9.449 8.999 127 114.617

19. N.T.T. 94.485 89.985 113 1.012.451

BALI & N.T 117.050 111.476 118 1.320.658

20. KALBAR 18.119 17.256 153 263.754

21. KALTENG 9.671 9.210 124 114.381

22. KALSEL 9.560 9.104 155 141.091

23. KALTIM 8.893 8.469 163 138.439

KALIMANTAN 46.242 44.040 149 657.666

24. SULUT 6.892 6.564 138 90.570

25. SULTENG 5.002 4.764 171 81.412

26. SULSEL 33.570 31.971 179 573.512

27. SULTRA 14.895 14.186 175 248.449

28. GORONTALO 1.667 1.588 127 20.227

29. SUL BARAT 4.669 4.446 149 66.073

SULAWESI 66.695 63.519 170 1.080.243

30. MALUKU 12.227 11.645 136 158.216

31. MALUKU UT 12.227 11.645 128 149.564

32. IRJA BARAT 2.779 2.647 120 31.744

33. PAPUA 4.446 4.235 123 52.140

MLK & PAPUA 31.680 30.171 130 391.664

LUAR JAWA 705.698 672.089 201 13.535.172

INDONESIA 1.381.600 1.315.800 190 25.000.000

Page 101: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

92 | P a g e

Lampiran 12. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi

Ubi Jalar Tahun 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

NO PROVINSI LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

(HA) (HA) (KU/HA) (TON)

1. N. ACEH D. 3.395 3.226 110 35.385

2. SUMUT 17.769 16.885 110 185.179

3. SUMBAR 4.446 4.225 123 51.897

4. RIAU 1.440 1.368 89 12.149

5. JAMBI 2.498 2.373 95 22.646

6. SUMSEL 2.500 2.375 73 17.456

7. BENGKULU 4.668 4.435 106 47.179

8. LAMPUNG 4.640 4.410 110 48.359

9. BABEL 666 633 93 5.897

10. KEP RIAU 333 316 93 2.949

SUMATERA 42.355 40.247 107 429.097

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 34.489 32.773 139 456.462

13. JATENG 12.897 12.256 141 173.385

14. DI JOGJA 514 489 121 5.897

15. JATIM 16.720 15.888 121 191.667

16. BANTEN 3.155 2.998 124 37.154

JAWA 67.776 64.403 134 864.564

17. BALI 6.288 5.975 128 76.667

18. N.T.B. 1.638 1.557 125 19.462

19. N.T.T. 19.524 18.552 95 176.923

BALI & N.T 27.450 26.084 105 273.051

20. KALBAR 878 835 92 7.667

21. KALTENG 1.582 1.503 91 13.682

22. KALSEL 1.495 1.421 112 15.923

23. KALTIM 2.549 2.422 105 25.359

KALIMANTAN 6.505 6.181 101 62.631

24. SULUT 3.500 3.326 106 35.385

25. SULTENG 2.333 2.217 106 23.590

26. SULSEL 8.231 7.822 121 94.359

27. SULTRA 2.291 2.177 91 19.815

28. GORONTALO 608 578 102 5.897

29. SUL BARAT 596 566 104 5.897

SULAWESI 17.560 16.686 111 184.944

30. MALUKU 1.552 1.475 100 14.744

31. MALUKU UT 3.386 3.218 99 31.846

32. IRJA BARAT 3.112 2.958 104 30.903

33. PAPUA 37.304 35.448 115 408.221

MLK & PAPUA 45.355 43.099 113 485.713

LUAR JAWA 139.224 132.297 109 1.435.436

INDONESIA 207.000 196.700 117 2.300.000

Page 102: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

93 | P a g e

Lampiran 13. Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012

No. Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah

1 78.504.400 192.727.900 673.056.700 944.289.000

a. 3.700,00 Ribu ha 790.110.900

- SLPTT Padi Non Hibrida (Rp 3,7jt/LL) 2.651,70 Ribu Ha - - 392.451.600

- SLPTT Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi (Rp 64,85jt/Unit) 33,55 Ribu Ha - 87.028.700 -

- SLPTT Padi Non Hibrida Peningkatan IP (Rp 64,85jt/Unit) 14,75 Ribu Ha - 38.261.500 -

- SLPTT Padi Hibrida (Rp 3,7jt/ LL) 290,70 Ribu Ha - - 107.559.000

- SLPTT Padi Hibrida Spesifik Lokasi (Rp 44,6jt/ Unit) 9,30 Ribu Ha - 41.478.000 -

- SLPTT Padi Lahan Kering (Rp 3,7 jt/LL) 500 Ribu Ha - - 74.000.000

- SLPTT Jagung Hibrida (Rp 3,7 jt/LL) 200 Ribu Ha - - 49.332.100

b. 12.725 Ha 70.000.000 - - 70.000.000

c. 10 Prov - 764.000 - 764.000

d. 1 Pusat 8.504.400 - - 83.414.100

31 Prov - 25.195.700 -

371 Kab - - 49.714.000

2 7.000.000 7.760.800 160.988.230 175.749.030

a. 350 Ribu Ha - - 137.550.000 137.550.000

b. 2.094 Ha - - 6.868.320 6.868.320

c. 100 Ha - - 292.950 292.950

d. 300 Ha - - 3.064.500 3.064.500

e. 850 Ha - - 6.642.750 6.642.750

f. 54 Pkt - 2.350.000 - 2.350.000

g. 1 Pusat 7.000.000 - - 18.350.510

28 Prov - 5.410.800 -

184 Kab - - 5.939.710

h. 3.500 Ribu Ha - - 630.000 630.000

Volume

Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

Kegiatan dan Output

SLPTT :

Optimalisasi Pengembangan Areal Tanam Jagung Hibrida

Fasilitasi Kemitraan Pengembangan Pangan Alternatif

Pembinaan, pengawalan, monev SLPTT & pengembangan

Pengelolaan Produksi Tanaman Akabi

SL-PTT Kedelai (Rp 3,93jt/LL)

Pengembangan Kedelai Model (Rp 4,43jt/Unit))

Pengembangan Kc.Tanah (Rp.2.929,5 jt)

Pengembangan Ubi Kayu (Rp10,215jt/ha,-)

Pengembangan Ubi Jalar (Rp7,718 jt/ha)

Pertemuan Koordinasi Stakeholder Non Kedelai (2 kali)

Pembinaan, pengawalan, monev SLPTT & pengembangan

Ubinan SL-PTT Kedelai (Rp.180.000,-/Unit)

Page 103: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

94 | P a g e

No. Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah

3 794.796.575 121.839.900 536.614.525 1.453.251.000

a. 102 Ribu Ton 1.247.250.000

- BLBU padi non hibrida (Rp 8.500/kg) @25kg/ha 68 Ribu Ton 406.937.500 - 166.812.500

- BLBU padi hibrida (Rp 56 rb/kg) @15kg/ha 5 Ribu Ton 151.200.000 - 100.800.000

- BLBU padi lahan kering (Rp 9 rb/kg) @25kg/ha 13 Ribu Ton 66.909.375 - 45.590.625

- BLBU jagung hibrida (Rp40 rb/kg) @15kg/ha 3 Ribu Ton 76.890.000 - 43.110.000

- BLBU kedelai (13,5 rb/kg) @40kg/ha 14 Ribu Ton 77.862.600 - 111.137.400

b. 32 Balai - 47.549.000 - 47.549.000

c. 817 Orang - 2.451.000 - 2.451.000

d. 32 Balai - 11.400.000 - 11.400.000

e. 31 Balai - 16.846.500 - 16.846.500

f. 45.450.000

- Padi 10 Ribu Ha 35.000.000

- Jagung 700 Ha 2.450.000

- Kedelai 2,5 Ribu Ha 8.000.000

g. 4 UPB - 16.880.000 3.000.000 19.880.000

h. 8 UPB - 15.000.000 - 15.000.000

i. 1 Paket 1.000.000 - - 1.000.000

j. 28 Prov - 1.578.000 - 3.878.000

230 Kab - - 2.300.000

k. 1 Pusat 13.997.100 - - 42.546.500

32 Prov - 10.135.400 -

373 Kab - - 18.414.000

4 6.941.000 9.209.000 74.386.000 90.536.000

a. 67.411.000

- Padi 442 Pkt - 130.000 63.336.000

- Jagung 15 Pkt - - 1.125.000

- Kedelai 25 Pkt - - 1.500.000

- Ubi Kayu 12 Pkt - - 720.000

- Ubi Jalar 10 Pkt - - 600.000

b. 12 Prov - 7.394.500 - 7.394.500

c. 1 Pkt 6.941.000 - - 15.730.500

31 Prov - 1.684.500 -

204 Kab - - 7.105.000

Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

BLBU:

Operasional UPTD BPSBTPH

Kegiatan dan Output

Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT)

Sarana BPSBTPH

Operasional Balai Benih

Pemberdayaan Penangkar

Pembangunan UPB

Optimalisasi UPB

Deregulasi Perbenihan

Pembinaan, Pengawalan, Monev Pemb. Penangkar

Pembinaan, Pengawalan, Monev Perbenihan, BLBU & CBN

Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan

Bantuan Sarana Pascapanen :

Survei Susut Hasil Padi

Pembinaan, Bimbingan Teknis, Apresiasi, & Monev Pascapanen

Volume

Page 104: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

95 | P a g e

No. Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah

5 16.058.500 154.341.500 15.800.000 186.200.000

a. 505 Kab - 20.000.000 - 20.000.000

b. 80 Kali - 9.900.000 - 9.900.000

c. 86 Unit 8.954.500 - 8.954.500

d. 158 Unit - 15.800.000 15.800.000

e. 77 Unit - 8.000.000 - 8.000.000

f. 143 Kelas - 4.350.000 - 4.350.000

g. 66 Pkt - 7.000.000 - 7.000.000

h. 2.908 Orang - 18.096.000 - 18.096.000

i. 1.941 Unit - 39.000.000 - 39.000.000

j. 130 Unit - 2.600.000 - 2.600.000

k. 620 Unit - 6.200.000 - 6.200.000

l. 95 Unit - 8.015.000 - 8.015.000

m. 14 Prov - 2.315.000 - 2.315.000

n. 1.168 Orang - 19.911.000 - 19.911.000

o. 1 Paket 12.558.500 - - 12.558.500

p. 1 Paket 3.500.000 - - 3.500.000

6 9.353.000 - - 9.353.000

a. 1 Thn 4.129.295 - - 4.129.295

b. 1 Thn 804.799 - - 804.799

c. 1 Pkt 4.418.906 - - 4.418.906

Penguatan Perlindungan TP dari Gangguan OPT & DPI

Operasional P3OPT (BPTPH)

Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI

Operasional Brigade Proteksi Tanaman/Gerakan Pengendalian OPT

Gerakan Pengendalian OPT/ bantuan pestisida

Renovasi Gudang Brigade

Pelatihan Alumni SLPHT untuk Penguatan RPH

Surveilans OPT dan Monev SL

Biaya Operasional POPT-PHP (Rp 500Rb/bln)

Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT)

Sekolah Lapangan Iklim (SLI)

Pemberdayaan PPAH

Operasional Lab Pengamatan Hama Penyakit (LPHP)

Operasional Diperta Provinsi

Operasional THL POPT-PHP

Pembinaan, Pengawalan, Monev Perlintan

Operasional BPMPT

Kegiatan dan Output Volume

Pengembangan Peramalan Serangan OPT

Gaji

Operasional Kantor

Pengembangan Peramalan Serangan OPT

Page 105: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

96 | P a g e

No. Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah

7 7.300.000 - - 7.300.000

a. 1 Thn 3.164.532 - - 3.164.532

b. 1 Thn 1.170.004 - - 1.170.004

c. 1 Pkt 2.965.464 - - 2.965.464

8 184.946.061 26.467.900 37.400.000 248.813.961

a. 1 Thn 46.507.092 - - 46.507.092

b. 1 Thn 10.840.047 - - 10.840.047

c. 1 Pkt 30.000.000 - - 30.000.000

d. 1 Pkt 45.600.000 - - 45.600.000

e. 3.074 Org - 10.144.200 - 10.144.200

f. 1 Pusat 1.000.000 - - 16.610.800

33 Prov 2.820.000

374 Kab 12.790.800

g. 1 Pusat 12.000.000 27.614.000

33 Prov 6.264.000

374 Kab 9.350.000

h. 1 Pusat 4.350.000 15.569.500

33 Prov 3.739.500

374 Kab 7.480.000

i. 1 Pusat 4.380.000 15.659.400

33 Prov 3.500.200

374 Kab 7.779.200

j. 1 Pusat 5.900.000 5.900.000

k. 1 Pusat 24.368.922 24.368.922

Total 1.104.899.536 512.347.000 1.498.245.455 3.115.491.991

Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu

Laboratorium Pengujian Benih

Dukungan Manajemen & Teknis Lainnya pada Ditjen TP

Dukungan Manajemen Lainnya

Pengelolaan Bidang Umum

Evaluasi, Pelaporan, Pengawasan & Data Statistik

Pengelolaan Keuangan (SAI) & Perlengkapan

Perencanaan Program & Kegiatan

Honor Pengelola Keuangan & Administrasi Satker

Operasional Kantor

LM3

Bencana Alam

Insentif Mantritani

Gaji

Operasional Kantor

Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih

Kegiatan dan Output Volume

Gaji

Page 106: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

97 | P a g e

Lampiran 14. Indikator Kegiatan Utama Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

1 ACEH 147.200 1.800 1.000 14.150 850 10.000 2.175 32.500 249 - - - 550 - 125 21 - 2 - - 2 82 6

Dinas Provinsi 1.800 1.000 850

1 Kab. Aceh Barat 3.500 - 500 450 50 500 - - 50 -

2 Kab. Aceh Besar 13.600 - - 450 50 300 - - 50 - 4

3 Kab. Aceh Selatan 12.500 - - 1.430 70 500 - - 50 - 2

4 Kab. Aceh Singkil 2.000 - - - - 500 - - - - -

5 Kab. Aceh Tengah 2.500 - - - - 200 - - - - -

6 Kab. Aceh Tenggara 7.400 600 - 950 50 975 875 - - - 2

7 Kab. Aceh Timur 15.500 - - 950 50 3.100 350 2.500 49 50 - 25 4

8 Kab. Aceh Utara 17.400 600 - 1.430 70 500 150 2.500 50 50 - 4

9 Kab. Bireuen 10.000 - - 950 50 - 150 11.000 100 50 - 25 2 2

10 Kab. Aceh Pidie 15.000 - - 1.430 70 - 150 6.000 50 50 - 25 3

11 Kab. Simeuleu 3.000 - - 950 50 - - - - - -

12 Kab. Gayo Lues 4.000 - - 950 50 - - - - - -

13 Kab. Aceh Barat Daya 7.400 600 - 1.430 70 - - - - - -

14 Kab. Aceh Jaya 3.500 - 500 450 50 575 - - - - -

15 Kab. Nagan Raya 12.000 - - 1.430 70 800 - - - - -

16 Kab. Aceh Tamiang 7.000 - - 450 50 250 300 2.500 50 - 25 -

17 Kab. Bener Meriah 1.200 - - - - 500 - 1.000 50 - 25 -

18 Kab. Pidie Jaya 7.200 - - 450 50 1.000 - 7.000 100 -

19 Kota Banda Aceh - - - - - - - - - - -

20 Kota Sabang - - - - - - - - - - -

21 Kota Langsa - - - - - - - - - - -

22 Kota Lhokseumawe - - - - - - - - - - -

23 Kota Sibulussalam 2.500 - - - - 300 200 - - - -

24 Kota Meulaboh - - - - - - - - - - -

2 SUMUT 137.900 1.100 1.000 14.000 - 7.500 10.050 8.000 - - - - 700 50 125 19 - 1 - - 3 110 7

Dinas Propinsi 1.100 1.000 -

1 Kab. Asahan 8.400 - 500 750 - - - 300 50 - 1

2 Kab. Dairi 3.750 - - - - - 1.500 - 50 -

3 Kab. Deli Serdang 11.450 - - 750 - 450 900 2.000 50 - 25 4

4 Kab. Tanah Karo 4.450 - - 1.500 - - 1.500 - 50 -

5 Kab. Labuhan Batu 5.150 550 - - - - 300 - - - 2

6 Kab. Langkat 9.700 550 - 1.500 - 200 - 2.500 100 - 25 4 1

7 Kab. Mandailing Natal 9.550 - - 750 - 100 600 500 100 - 25 2

8 Kab. Nias 4.200 - - - - - - - - - -

9 Kab. Simalungun 8.500 - - 2.000 - - 1.500 500 50 - 4

10 Kab. Tapanuli Selatan 7.000 - - - - 1.450 300 400 50 - 25 2

11 Kab. Tapanuli Tengah 9.000 - - 750 - 500 - - 50 -

12 Kab. Tapanuli Utara 8.250 - - 1.000 - - 525 - 50 50 -

13 Kab. Toba Samosir 3.150 - - 750 - - 150 - - - -

14 Kab. Pakpak Barat 1.350 - - - - 900 450 - - - -

15 Kab. Humbang Hasundutan 3.150 - - 750 - 500 - - - - -

16 Kab. Serdang Bedagai 7.000 - - - - 100 750 1.000 50 - 25

17 Kab. Padang lawas 4.450 - - 750 - 100 300 300 - - -

18 Kota Binjai - - - - - - - - - - -

19 Kota Medan - - - - - - - - - - -

20 Kota Pematang Siantar - - - - - - - - - - -

21 Kota Sibolga - - - - - - - - - - -

22 Kota Tanjung Balai - - - - - - - - - - -

23 Kota Tebing Tinggi - - - - - - - - - - -

24 Kota Padang Sidempuan 2.500 - - 500 - 1.450 - - - - -

25 Kota Gunung Sitoli - - - - - - - - - - -

26 Kab. Nias Selatan 5.600 - - - - - - - - - -

27 Kab. Samosir 3.150 - - - - - 300 - - - -

28 Kab Padang Lawas Utara 2.650 - 500 750 - 500 225 - - - -

29 Kab. Labuhan Batu Selatan - - - - - - - - - - -

30 Kab. Labuhan Batu Utara 3.750 - - - - 1.250 - - - - -

31 Kab Nias Barat 4.150 - - - - - 225 - - - -

32 Kab. Nias Utara 3.150 - - - - - 225 - - - -

33 Kab. Batu Bara 4.450 - - 1.500 - - 300 500 50 - -

34 Kota Sidikalang - - - - - - - - - - -

35 Kota Lubukpakam - - - - - - - - - - -

36 Kota Stabat - - - - - - - - - - -

37 Kota Tarutung - - - - - - - - - - -

Provinsi dan Kabupaten/Kota No.

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Bantuan Sarana Pascapanen (paket)Pengembangan (Ha)SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Page 107: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

98 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

3 SUMBAR 97.800 1.200 1.000 - - 10.000 8.175 1.150 - - - - 600 - - 13 4 - - - 2 76 4

Dinas Propinsi 1.200 1.000 -

1 Kab. Lima Puluh Kota 8.900 600 - - - - 750 - 50 - 2 1

2 Kab. Agam 9.500 - - - - 1.000 750 100 50 - 2

3 Kab. Kep Mentawai - - - - - - - - - - -

4 Kab. Padang Pariaman 8.900 600 - - - - - - 50 - 2

5 Kab. Pasaman 9.500 - - - - 2.500 1.200 350 50 - 2

6 Kab. Pesisir Selatan 9.500 - - - - - 1.350 250 50 - 1

7 Kab. Sijunjung 7.000 - - - - 1.000 225 - - - -

8 Kab. Solok 9.500 - - - - - 300 - 50 -

9 Kab. Tanah Datar 9.500 - - - - - 750 - 50 - 2 1

10 Kab. Dharmas Raya 7.500 - 500 - - 1.000 750 50 50 -

11 Kab. Solok Selatan 5.500 - - - - 1.500 900 - 100 - 2

12 Kab. Pasaman Barat 4.750 - 500 - - 3.000 1.200 400 50 - 2

13 Kota Bukit Tinggi - - - - - - - - - - -

14 Kota Padang Panjang - - - - - - - - - - -

15 Kota Padang 2.900 - - - - - - - - - -

16 Kota Payakumbuh 2.850 - - - - - - - - - -

17 Kota Sawahlunto - - - - - - - - - - -

18 Kota Solok - - - - - - - - - - -

19 Kota Pariaman 2.000 - - - - - - - 50 - -

20 Kota Painan - - - - - - - - - - -

21 Kota Lubuk Sikaping - - - - - - - - - - -

4 RIAU 48.400 1.100 500 1.200 300 9.500 1.155 3.800 250 - - - 150 - - 7 - - - - 2 30 2

Dinas Propinsi 1.100 500 300

1 Kab. Bengkalis 4.000 - - - - - - - - -

2 Kab. Indragiri Hilir 8.950 550 - 400 100 - 180 250 50 - 2

3 Kab. Indragiri Hulu 3.500 - - - - - - 250 - -

4 Kab. Kampar 3.000 - - 400 100 3.000 240 100 - - -

5 Kab. Kuantan Singingi 4.000 - - - - 500 - - - -

6 Kab. Pelalawan 4.000 - - - - 1.000 225 - 50 -

7 Kab. Rokan Hilir 10.450 550 - 400 100 - 180 1.500 50 - 2

8 Kab. Rokan Hulu 4.000 - 500 - - 4.500 180 1.700 250 - - 1

9 Kab. Siak 4.500 - - - - - - - - - 2

10 Kota Dumai - - - - - - - - - - -

11 Kota Pekanbaru - - - - - - - - - - -

12 Kota Rengat - - - - - - - - - - -

13 Kab Meranti 2.000 - - - - 500 150 - - - -

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha) Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Page 108: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

99 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

5 JAMBI 58.400 1.100 500 2.500 - 12.500 1.500 6.000 250 - - - 350 50 175 7 - 1 - - 3 44 2

Dinas Propinsi 1.100 500 -

1 Kab. Batanghari 3.500 - - - - - - 550 50 50 - 25

2 Kab. Bungo 3.500 - - 500 - 2.000 300 400 50 - - 25 -

3 Kab. Kerinci 8.750 - - 500 - 2.000 300 - 50 - 2

4 Kab. Merangin 6.000 - - 500 - 3.500 - 550 50 - - 2

5 Kab. Muaro Jambi 3.500 - 500 - - - 375 500 50 50 25 -

6 Kab. Sarolangun 3.450 550 - 1.000 - 3.000 150 100 50 - 25

7 Kab. Tanjung Jabung Barat 6.950 550 - - - - 150 1.000 50 - 25 1

8 Kab. Tj. Jabung Timur 15.000 - - - - - 225 2.200 50 50 - 25 2

9 Kab. Tebo 2.750 - - - - 2.000 - 700 50 50 - 25

10 Kota Jambi 1.875 - - - - - - - - - 1

11 Kota Sungai Penuh 3.125 - - - - - - - - - -

6 SUMSEL 147.200 1.800 1.000 11.900 600 20.000 3.525 4.800 150 - - - 350 - - 27 - 1 - - 3 65 4

Dinas Propinsi 1.800 1.000 600

1 Kab. Lahat 14.500 - 500 - - 2.300 - 1.900 100 - - 2

2 Kab. Musi Banyuasin 13.400 600 - - - 2.050 900 - 50 - 4

3 Kab. Musi Rawas 12.000 - - 2.400 100 2.300 300 500 50 - 3 1

4 Kab. Muara Enim 13.400 600 - 500 - 2.300 225 400 50 - 3

5 Kab. Ogan Komering Ilir 11.900 - 500 1.400 100 2.650 450 500 50 50 - 1

6 Kab. Ogan Komering Ulu 4.000 - - - - 2.300 300 - - - 3

7 Kab. Banyuasin 16.000 - - 1.400 100 1.250 750 - 50 - 4

8 Kab. OKU Timur 20.000 600 - 3.400 100 1.000 375 600 50 - 4

9 Kab. OKU Selatan 12.000 - - 1.400 100 2.300 225 400 - -

10 Kab. Ogan Ilir 10.000 - - - - - - - - - 3

11 Kab. Empat lawang 11.500 - - 1.400 100 1.550 - 500 - - -

12 Kota Palembang 2.500 - - - - - - - - - -

13 Kota Prabumulih - - - - - - - - - - - -

14 Kota Pagar Alam 4.000 - - - - - - - 50 - -

15 Kota Lubuk Linggau 2.000 - - - - - - - - - -

16 Kab Baturaja - - - - - - - - - - -

7 BENGKULU 48.900 1.100 - 1.000 - 7.500 1.875 2.500 - - - - 200 - - 5 - - - - 2 29 2

Dinas Propinsi 1.100 - -

1 Kab. Bengkulu Selatan 5.350 - - - - - - - - 50 -

2 Kab. Bengkulu Utara 9.250 - - 500 - 2.000 300 - - - - 1

3 Kab. Rejang Lebong 4.250 - - 500 - 500 525 1.500 50 -

4 Kab. Kaur 4.600 - - - - 500 - 250 - - 1

5 Kab. Seluma 8.700 550 - - - 500 450 250 - - 1

6 Kab. Muko-muko 4.650 - - - - 1.000 300 - - - -

7 Kab. Lebong 3.950 - - - - 750 - 250 50 - 1

8 Kab. Kepahiang 2.000 - - - - - 300 - - - -

9 Kab Bengkulu Tengah 3.450 550 - - - 2.250 - 250 - - 1

10 Kota Bengkulu 2.700 - - - - - - - - 50 - -

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha) Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Page 109: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

100 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

8 LAMPUNG 147.350 1.650 1.000 14.700 300 12.500 14.550 6.000 300 - - - 550 - 125 26 - 1 - - 2 65 3

Dinas Propinsi 1.650 1.000 300

1 Kab. Lampung Barat 11.950 550 - - - 1.000 375 - 50 - 25 3

2 Kab. Lampung Selatan 17.000 - 500 1.970 30 1.500 2.250 1.350 50 100 - 3

3 Kab. Lampung Tengah 17.450 550 - 2.470 30 2.000 2.625 1.600 50 - 25 4 1

4 Kab. Lampung Utara 12.000 - - 1.470 30 1.500 1.350 1.100 50 - 25 2

5 Kab. Lampung Timur 18.000 - 500 1.470 30 1.500 2.625 750 100 - 3

6 Kab. Tanggamus 12.500 - - 970 30 300 1.275 - 50 - 25 2

7 Kab. Tulang Bawang 11.950 550 - 970 30 1.000 975 600 150 50 - 2

8 Kab. Way Kanan 12.500 - - 970 30 1.500 975 600 100 50 - 25 2

9 Kab. Pesawaran 10.000 - - 1.970 30 1.500 1.200 - 50 - 2

10 Kab. Mesuji 7.500 - - 1.470 30 - - - - - 1

11 Kab. Pringsewu 10.000 - - 970 30 200 450 - - - 1

12 Kab. Tulangbawang Barat 6.500 - - - - 500 450 - - - 1

13 Kota Bandar Lampung - - - - - - - - - - -

14 Kota Metro - - - - - - - - - - -

9 DKI - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 3 -

Dinas Propinsi - -

1 Kab Adm Kep Seribu - - - - - - - -

2 Kota Adm Jakarta Barat - - - - - - - -

3 Kota Adm Jakarta Pusat - - - - - - - -

4 Kota Adm Jakarta Selatan - - - - - - - -

5 Kota Adm Jakarta Timur - - - - - - - -

6 Kota Adm Jakarta Utara - - - - - - - -

10 JABAR 197.500 1.500 1.000 18.880 1.120 50.000 11.850 21.260 375 - - - 650 - 300 45 - 2 - - 3 179 14

Dinas Propinsi 1.500 1.000 1.120

1 Kab. Bandung 10.000 - - 1.430 70 3.750 1.350 - - - 2

2 Kab. Bekasi 11.000 - - - - - - - - - 2

3 Kab. Bogor 8.000 - - 1.430 70 500 750 - - - 3

4 Kab. Ciamis 12.000 - - 1.430 70 3.125 750 2.500 100 100 - 25 3

5 Kab. Cianjur 10.000 500 - 1.430 70 6.250 750 5.000 50 50 - 25 4 1

6 Kab. Cirebon 11.750 - 500 930 70 250 - - 50 - 25 4

7 Kab. Garut 12.500 - - - - 8.750 2.250 5.000 100 50 - 25 3 1

8 Kab. Indramayu 19.500 500 - 930 70 5.000 - 2.000 100 50 - 25 4

9 Kab. Karawang 18.250 - - 1.180 70 1.250 - - - - 1

10 Kab. Kuningan 8.000 - - 1.430 70 1.250 - 260 50 - 25 2

11 Kab. Majalengka 12.500 - - 1.430 70 500 1.500 1.500 25 100 - 25 3

12 Kab. Purwakarta 7.000 - - 930 70 1.875 525 - - - 25

13 Kab. Subang 14.500 500 - 930 70 1.250 - 1.000 - - 4

14 Kab. Sukabumi 12.500 - - 1.430 70 7.500 975 1.000 100 - 25 3

15 Kab. Sumedang 9.625 - - 1.430 70 3.750 1.500 1.500 50 - 25 2

16 Kab. Tasikmalaya 12.000 - - 1.430 70 2.500 1.500 1.000 50 - 25 3

17 Kota Banjar - - - - - - - - - - -

18 Kab. Bandung Barat 6.500 - 500 930 70 2.500 - 500 - - 25 -

19 Kota Cimahi - - - - - - - - - - -

20 Kota Tasikmalaya 1.250 - - 180 70 - - - - - -

21 Kota Bandung - - - - - - - - - - -

22 Kota Bekasi - - - - - - - - - - -

23 Kota Bogor - - - - - - - - - - -

24 Kota Cirebon - - - - - - - - - - -

25 Kota Depok - - - - - - - - - - -

26 Kota Sukabumi 625 - - - - - - - - - 2

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha) Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Page 110: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

101 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

11 JATENG 198.000 1.000 1.000 18.040 1.960 45.125 27.600 51.000 100 - - - 500 100 425 61 3 3 - - 3 173 18

Dinas Propinsi 1.000 1.000 1.960

1 Kab. Banjarnegara 8.500 - - 1.080 70 2.500 1.500 500 50 50 25 2

2 Kab. Banyumas 8.500 - - 480 70 3.300 450 2.000 50 50 - 25 3

3 Kab. Batang 2.875 - - 680 70 - 450 - - - 2

4 Kab. Blora 3.500 500 - 930 70 4.200 1.500 3.500 - - 25 2

5 Kab. Boyolali 8.000 - - 130 70 3.300 1.050 2.500 50 - 25 2 2

6 Kab. Brebes 10.000 - - 430 70 1.600 1.200 1.000 - - 25 2

7 Kab. Cilacap 12.500 - - 1.430 70 5.000 675 2.500 50 - 25 4

8 Kab. Demak 8.000 - - 430 70 3.300 1.500 3.000 - - 25 2

9 Kab. Grobogan 9.500 - - 680 70 4.150 1.800 10.000 100 - 25 2 1 2

10 Kab. Jepara 5.000 - - 430 70 - 975 - - - 2

11 Kab. Karanganyar 7.000 - - 880 70 250 975 - - - 25 2

12 Kab. Kebumen 9.000 - - 430 70 5.000 975 5.000 100 - 25 2

13 Kab. Kendal 6.125 - - 430 70 850 1.500 1.000 - - 2

14 Kab. Klaten 7.000 - - 330 70 - 750 2.500 - - 25 2

15 Kab. Kudus 3.500 - 500 430 70 75 525 - - - 2

16 Kab. Magelang 7.500 - 500 430 70 - 600 - - - 2

17 Kab. Pati 6.500 - - 430 70 850 750 2.000 50 - - 25 3

18 Kab. Pekalongan 4.500 - - 430 70 - 750 - - - 2

19 Kab. Pemalang 8.000 500 - 430 70 2.000 900 - - - 2

20 Kab. Purbalingga 8.000 - - 430 70 850 900 - 50 - 2

21 Kab. Purworejo 8.500 - - 430 70 - 450 4.000 50 - 2

22 Kab. Rembang 5.500 - - 680 70 850 1.050 2.000 - - 25 2

23 Kab. Semarang 6.500 - - 1.430 70 700 900 - - - 3

24 Kab. Sragen 10.000 - - 430 70 - 900 1.500 - - 25 3

25 Kab. Sukoharjo 6.250 - - 430 70 - 525 2.000 - - 25 2

26 Kab. Tegal 3.750 - - - - - 750 - - - 25 1

27 Kab. Temanggung 4.500 - - 2.430 70 850 1.050 - - - 2

28 Kab. Wonogiri 5.500 - - 430 70 5.500 1.500 6.000 - - 25 2 1

29 Kab. Wonosobo 4.000 - - 430 70 - 750 - - 50

30 Kota Tegal - - - - - - - - - - -

31 Kota Magelang - - - - - - - - - - -

32 Kota Pekalongan - - - - - - - - - - -

33 Kota Salatiga - - - - - - - - - - -

34 Kota Semarang - - - - - - - - - - -

35 Kota Surakarta - - - - - - - - - - -

12 DI YOGYAKARTA 33.500 1.000 500 2.000 - 20.000 2.100 7.100 100 - - - 200 - 75 5 - 2 - - 3 38 3

Dinas Propinsi 1.000 500 -

1 Kab. Bantul 10.625 375 - 500 - 50 375 1.100 50 - 25 2 1

2 Kab. Gunung Kidul 3.000 - 500 500 - 19.700 900 5.000 100 50 - 25 1 1

3 Kab. Kulon Progo 7.625 375 - 500 - 175 450 1.000 50 - 25 2

4 Kab. Sleman 12.250 250 - 500 - 75 375 - 50 -

5 Kota Yogyakarta - - - - - - - - - - -

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha) Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Page 111: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

102 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

13 JATIM 197.000 2.000 1.000 74.440 560 62.500 29.850 121.300 170 - - - 550 - 425 54 2 3 - - 3 190 16

Dinas Propinsi 2.000 1.000 560

1 Kab. Bangkalan 4.000 - - 1.480 20 1.700 1.500 1.500 - - 25

2 Kab. Banyuwangi 7.000 - - 4.980 20 - 1.350 21.000 50 - 25 4 2

3 Kab. Blitar 6.500 - - 2.480 20 3.500 1.050 5.000 100 - 2

4 Kab. Bojonegoro 9.000 - - 4.980 20 2.675 1.200 9.750 70 - - 25 2

5 Kab. Bondowoso 4.500 - - 2.480 20 - 1.050 - - - 2

6 Kab. Gresik 9.000 - - 2.480 20 - 975 - - - 25 2

7 Kab. Jember 17.500 - - 5.980 20 - 1.050 11.000 100 - 25 5

8 Kab. Jombang 16.500 - - 2.980 20 - 1.050 6.000 - - 25 3

9 Kab. Kediri 4.000 - 500 2.480 20 - 1.050 - 50 - 2

10 Kab. Lamongan 15.500 - - 5.980 20 9.000 1.050 12.500 - - 25 1

11 Kab. Lumajang 7.500 500 - 1.980 20 4.000 750 1.000 50 - 25 3

12 Kab. Madiun 5.500 - - 4.980 20 - 300 5.000 - - 3

13 Kab. Magetan 11.000 - - 1.480 20 - 525 1.500 - - 2

14 Kab. Malang 4.000 - - 1.980 20 825 1.350 - - - 25 1

15 Kab. Mojokerto 4.000 - - 1.480 20 1.775 900 2.000 - - 3

16 Kab. Nganjuk 8.000 500 - 1.980 20 4.300 900 8.000 50 - 25 3

17 Kab. Ngawi 5.000 - - 4.980 20 - 450 10.000 - - 25 1

18 Kab. Pacitan 4.500 - - 980 20 10.675 750 1.000 50 - - 2 2

19 Kab. Pamekasan 1.000 - - 480 20 1.775 1.050 - - -

20 Kab. Pasuruan 6.500 - - 2.980 20 - 900 7.500 - - 25 2

21 Kab. Ponorogo 11.000 - - 3.980 20 - 600 2.800 - - 25 3 1

22 Kab. Probolinggo 8.500 500 - 1.480 20 - 1.500 - - - 25 2

23 Kab. Sampang 4.000 - - 1.980 20 4.450 1.500 4.250 - -

24 Kab. Sidoarjo 2.500 - - - - - 150 500 - -

25 Kab. Situbondo 8.000 - 500 1.480 20 8.875 1.500 - 50 - 2

26 Kab. Sumenep 1.500 - - 980 20 450 1.800 3.000 - -

27 Kab. Trenggalek 2.500 - - 1.480 20 5.200 750 2.000 50 50 - 25 2

28 Kab. Tuban 5.000 500 - 980 20 - 1.500 2.000 50 - 25 2

29 Kab. Tulungagung 3.500 - - 2.480 20 3.300 1.350 4.000 - - 25

30 Kota Blitar - - - - - - - - - - -

31 Kota Kediri - - - - - - - - - - -

32 Kota Malang - - - - - - - - - - -

33 Kota Mojokerto - - - - - - - - - - -

34 Kota Pasuruan - - - - - - - - - - -

35 Kota Probolinggo - - - - - - - - - - -

36 Kota Surabaya - - - - - - - - - - -

37 Kota Batu - - - - - - - - - - -

38 Kota Madiun - - - - - - - - - - -

14 KALBAR 97.450 1.800 750 5.300 700 20.000 2.850 1.300 - - - - 650 - 25 10 - - - - 3 55 3

Dinas Propinsi 1.800 750 700

1 Kab. Bengkayang 10.000 - - 800 100 3.500 900 50 50 -

2 Kab. Landak 14.000 600 - 1.000 100 3.000 300 - 50 - 2

3 Kab. Kapuas Hulu 4.000 - - 200 - 2.800 - - 50 - 2

4 Kab. Ketapang 6.500 - - 400 100 2.200 225 - 50 - -

5 Kab. Pontianak 5.000 - - 300 100 300 - 50 50 - 1

6 Kab. Sambas 22.000 600 - 400 100 - - 1.000 100 - 25 3

7 Kab. Sanggau 6.500 - 500 - - 3.300 225 - 50 - -

8 Kab. Sintang 6.500 - - - - 2.750 225 100 50 - -

9 Kab. Melawi 4.500 - - - - 1.500 150 - 50 - -

10 Kab. Sekadau 2.000 - 250 - - 650 225 - 50 - -

11 Kab. Kubu Raya 12.450 600 - 1.550 100 - 600 100 50 - 2

12 Kab. Kayong Utara 4.000 - - 650 100 - - - 50 - -

13 Kota Pontianak - - - - - - - - - - -

14 Kota Singkawang - - - - - - - - - - -

15 KALTENG 48.900 1.100 - 200 300 20.000 - 2.300 - - - - 100 - - 2 - - - - 2 30 3

Dinas Propinsi 1.100 - 300

1 Kab. Barito Selatan 5.000 - - 50 100 1.000 - 300 - -

2 Kab. Barito Utara 2.500 - - - - 3.250 - - - - -

3 Kab. Kapuas 8.825 550 - 150 200 5.125 - 500 50 - 2

4 Kab. Kotawaringin Barat 3.500 - - - - 1.250 - - - - -

5 Kab. Kotawaringin Timur 3.500 - - - - 2.000 - - - - -

6 Kab. Katingan 5.625 - - - - 3.250 - 150 - - -

7 Kab. Seruyan 1.500 - - - - 500 - - - - -

8 Kab. Sukamara 2.875 - - - - - - - - - -

9 Kab. Lamandau 2.875 - - - - - - 900 - - -

10 Kab. Pulang Pisau 4.450 550 - - - 2.250 - 300 50 - -

11 Kab. Murung Raya 1.500 - - - - 1.375 - - - - -

12 Kab. Barito Timur 3.500 - - - - - - 150 - - -

13 Kab. Gunung Mas 3.250 - - - - - - - - - -

14 Kota Palangka Raya - - - - - - - - - - -

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha) Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Page 112: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

103 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

16 KALSEL 137.350 1.650 1.000 - - 23.000 3.695 1.770 - - - - 400 - 125 23 - - - - 3 76 7

Dinas Propinsi 1.650 1.000 -

1 Kab. Banjar 9.500 - 500 - - 3.600 315 - - -

2 Kab. Barito Kuala 14.450 550 - - - 2.200 - - 50 - 4

3 Kab. Hulu Sungai Selatan 20.000 - - - - 4.000 840 - 50 - 25 2

4 Kab. Hulu Sungai Tengah 15.000 - 500 - - 1.000 390 70 50 - 3

5 Kab. Hulu Sungai Utara 10.000 - - - - - 150 - 50 - 25 3

6 Kab. Kota Baru 10.000 - - - - 2.000 630 700 - - 2

7 Kab. Tabalong 11.450 550 - - - 2.200 - 200 50 - 2

8 Kab. Tanah Laut 12.000 - - - - 1.500 1.200 400 50 - 25 2

9 Kab. Tapin 16.950 550 - - - 1.500 - - 50 - 3

10 Kab. Balangan 10.000 - - - - 3.500 - 400 - - 25 2

11 Kab. Tanah Bumbu 8.000 - - - - 1.500 170 - 50 - 25 -

12 Kota Banjarmasin - - - - - - - - - - -

13 Kota Banjar Baru - - - - - - - - - - -

14 Kab Tala - - - - - - - - - - -

17 KALTIM 33.525 1.100 - 1.700 300 15.000 - 1.650 - - - - 100 - - 4 - - - - 2 39 2

Dinas Propinsi 1.100 - 300

1 Kab. Berau 3.000 - - - - 2.500 - 600 - - -

2 Kab. Bulungan 5.450 550 - - - 1.500 - 200 50 - 2

3 Kab. Kutai Barat 2.000 - - - - 2.500 - - - - -

4 Kab. Kutai Timur 2.500 - - - - 2.500 - 500 - - -

5 Kab. Malinau 2.000 - - - - 2.000 - - - - -

6 Kab. Nunukan 2.500 - - - - - - - - - -

7 Kab. Pasir 4.450 550 - 400 100 1.500 - - - - -

8 Kab. Penajem Paser Utr 2.000 - - 900 100 500 - - - - -

9 Kab. Kutai Kertanegera 8.000 - - 400 100 1.100 - 350 50 - 2

10 Kota Balikpapan - - - - - - - - - - -

11 Kota Bontang - - - - - - - - - - -

12 Kota Samarinda - - - - - - - - - - -

13 Kota Tarakan - - - - - - - - - - -

14 Kab. Tana Tidung 1.625 - - - - 900 - - - - -

15 Kab. Tenggarong - - - - - - - - - - -

18 SULUT 48.900 1.100 - 10.000 - 7.000 8.775 2.000 - - - - 400 100 - 10 - 1 - - 2 48 2

Dinas Propinsi 1.100 - - 1

1 Kab. Bolaang Mangondow 17.000 - - 2.000 - 1.125 750 1.000 50 - 3

2 Kab. Minahasa 7.000 - - 750 - 650 1.575 250 50 - 2

3 Kab. Kep. Talaud - 100 - - - - - - - - 1

4 Kab. Minahasa Selatan 4.750 - - 1.000 - 1.450 1.995 250 50 50 2

5 Kota Tomohon 600 - - 500 - - 300 - 50 -

6 Kab. Minahasa Utara 2.950 500 - 750 - 1.250 1.275 - 50 50

7 Kab. Minahasa Tenggara 3.650 - - 1.000 - 125 495 - 50 - -

8 Kab. Bolmong Utara 7.400 500 - 1.500 - 1.350 495 500 - - 2 1

9 Kab. Sangihe 600 - - - - 350 795 - - - -

10 Kab. Bolmang Selatan 2.000 - - 750 - 375 495 - - - -

11 Kab. Bolmang Timur 1.700 - - 500 - 325 600 - 50 - -

12 Kep Siau Tagulandang B - - - - - - - - - - -

13 Kota Bitung - - - - - - - - - - -

14 Kota Manado - - - - - - - - - - -

15 Kota Kotamobagu 1.250 - - 1.250 - - - - 50 - -

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha) Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Page 113: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

104 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

19 SULTENG 73.400 1.100 500 - - 5.000 9.645 2.500 - - - - 400 - - 9 - - - - 2 56 2

Dinas Propinsi 1.100 500 -

1 Kab. Banggai 14.450 550 - - - 1.300 2.100 750 50 - 2

2 Kab. Buol 4.000 - - - - 300 810 - 50 - -

3 Kab. Toli-Toli 7.000 - - - - - - - 50 - 2

4 Kab. Donggala 7.450 550 - - - - 750 500 50 - 3

5 Kab. Morowali 7.000 - 500 - - 650 1.200 250 50 - -

6 Kab. Poso 7.000 - - - - 800 - - 50 - -

7 Kab. Parigi Moutong 17.000 - - - - 300 1.500 1.000 50 - 2

8 Kab. Tojo Una-Una 1.000 - - - - 750 2.025 - 50 -

9 Kab. Banggai Kepulauan 500 - - - - - 495 - - -

10 Kab. Sigi 8.000 - - - - 900 765 - - -

11 Kota Palu - - - - - - - - - - -

20 SULSEL 182.350 1.650 1.000 73.690 1.310 35.000 29.805 20.000 50 - - - 650 - 375 34 - 2 - - 3 104 9

Dinas Propinsi 1.650 1.000 1.310

1 Kab. Bantaeng 3.500 - - 2.950 70 1.500 1.980 300 - - 25 2

2 Kab. Barru 3.375 - - 950 70 1.250 450 - - - 25 3

3 Kab. Bone 19.450 550 - 4.430 70 3.250 1.800 5.250 50 50 - 25 3 1

4 Kab. Bulukumba 10.000 - - 900 70 1.250 2.550 - 50 - 25 2

5 Kab. Enrekang 7.500 - - 2.430 70 2.000 2.550 850 - - 2

6 Kab. Gowa 10.000 - - 4.430 70 2.500 2.550 350 50 - 25 2

7 Kab. Jeneponto 3.500 - - - - 1.500 3.000 1.500 - - 25 -

8 Kab. Luwu 7.500 - - 1.930 70 1.500 750 900 50 - 25 -

9 Kab. Luwu Utara 10.000 - - - - 1.500 900 350 - - 1

10 Kab. Maros 11.500 - 500 4.930 70 3.000 1.800 1.500 50 - 25 3 1

11 Kab. Pangkep 7.500 - - 2.430 70 2.000 450 600 50 - 25 -

12 Kab. Pinrang 12.500 - - 11.680 70 2.125 900 700 50 - 25 3

13 Kab. Kep. Selayar 3.000 - - - - 1.500 900 - - - -

14 Kab. Sidenreng Rappang 15.000 - - 11.680 70 2.250 2.280 - 50 - 25 3

15 Kab. Sinjai 4.500 - - 2.930 70 1.500 1.500 - 50 - -

16 Kab. Soppeng 12.000 - 500 7.430 70 2.000 1.020 2.400 50 - 25 2

17 Kab. Takalar 6.950 550 - 4.930 70 2.250 1.500 800 50 - 25 2

18 Kab. Tana Toraja 2.500 - - 920 70 1.000 300 - - - 25 -

19 Kab. Wajo 11.450 550 - 4.930 70 - - 4.000 50 - 25 4

20 Kota Palopo 2.500 - - 950 50 - 450 - - - -

21 Kab. Luwu Timur 12.500 - - 1.930 70 500 825 500 50 - 2

22 Kab. Toraja Utara 5.000 - - 930 70 250 750 - - - -

23 Kota Pare-Pare 625 - - - - 375 600 - - - -

24 Kota Makassar - - - - - - - - - - -

21 SULTRA 73.900 1.100 - - - 10.000 1.200 4.100 - - - - 200 - - 4 1 - - - 2 50 2

Dinas Propinsi 1.100 - -

1 Kab. Buton 1.000 - - - - 1.000 300 - - - -

2 Kab. Konawe 25.450 550 - - - 375 - 750 50 - 2 1

3 Kab. Kolaka 20.000 - - - - 375 150 350 50 - 2

4 Kab. Muna 1.000 - - - - 2.500 600 - - - -

5 Kab. Konawe Selatan 16.950 550 - - - 2.150 150 1.000 100 - -

6 Kab. Bombana 5.000 - - - - 2.300 - - - - -

7 Kab. Wakatobi - - - - - - - - - - -

8 Kab. Kolaka Utara 1.500 - - - - 600 - 2.000 - - -

9 Kab. Konawe Utara 3.000 - - - - 700 - - - - -

10 Kab. Buton Utara - - - - - - - - - - -

11 Kota Bau-Bau - - - - - - - - - - -

12 Kota Kendari - - - - - - - - - - -

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Page 114: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

105 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

22 BALI 33.900 1.100 - 2.000 - - - 4.500 - - - - 150 - - 7 - 2 - - 2 57 1

Dinas Propinsi 1.100 - -

1 Kab. Badung 4.500 - - - - - - 1.000 - - 2 2

2 Kab. Bangli 2.850 - - - - - - - - - -

3 Kab. Buleleng 3.950 550 - 500 - - - - 50 - 1

4 Kab. Gianyar 5.000 - - 500 - - - 50 - 3

5 Kab. Jembrana 3.000 - - - - - - 1.500 - -

6 Kab. Karangasem 2.650 - - - - - - - - - -

7 Kab. Klungkung 2.500 - - - - - - 1.000 - - -

8 Kab. Tabanan 9.450 550 - 1.000 - - - 1.000 50 - 1

9 Kota Denpasar - - - - - - - - - - -

10 Kab. Negara - - - - - - - - - - -

23 NTB 117.800 1.200 1.000 4.500 500 30.000 6.000 32.000 100 - - - 500 - 150 18 4 2 - - 2 52 5

Dinas Propinsi 1.200 1.000 500 -

1 Kab. Bima 15.000 - - 450 50 9.000 750 8.500 50 50 - 25 4 1

2 Kab. Dompu 14.400 600 - 900 100 5.250 1.350 7.500 50 - 25 2 2

3 Kab. Lombok Barat 14.500 - 500 900 100 900 - 2.500 100 - 25 1

4 Kab. Lombok Tengah 25.000 - - 900 100 1.800 450 6.500 50 - 25 3 1

5 Kab. Lombok Timur 10.500 - 500 450 50 1.800 1.050 750 100 - 25 3 1

6 Kab. Sumbawa 19.400 600 - 450 50 9.000 1.500 3.750 50 50 - 25 4

7 Kota Bima 2.500 - - - - 900 - 1.000 - - -

8 Kab. Sumbawa Barat 7.500 - - 450 50 450 450 1.500 50 - 1 1

9 Kab. Lombok Utara 7.500 - - - - 900 450 - - - -

10 Kota Mataram 1.500 - - - - - - 50 - -

24 NTT 59.275 1.100 - 5.500 - 20.000 9.300 1.300 - - 300 - 250 400 - 4 - - 12 - 3 54 3

Dinas Propinsi 1.100 - -

1 Kab. Belu 3.000 - - 250 - - 900 400 100 - - -

2 Kab. Ende 2.000 - - - - 1.900 300 - - - -

3 Kab. Flores Timur 2.000 - - - - 1.900 450 - 100 - -

4 Kab. Kupang 3.500 - - - - - 900 - 50 50 -

5 Kab. Lembata - - - - - 1.350 450 - - - -

6 Kab. Manggarai 6.450 550 - 1.500 - 1.500 - 500 50 - 2 3

7 Kab. Ngada 5.000 - - 3.250 - - 750 - - - -

8 Kab. Sikka 2.000 - - - - 1.500 300 - - 50 -

9 Kab. Sumba Barat 1.000 - - - - - 600 - - - -

10 Kab. Sumba Timur 5.000 - - 500 - 1.575 900 - - 50 -

11 Kab. Timor Tengah Selatan 2.000 - - - - 450 1.200 200 50 - - 3

12 Kab. Timor Tengah Utara 3.000 - - - - 450 450 - - 50 -

13 Kab. Rote-Ndao 3.000 - - - - 1.475 - - 50 - -

14 Kab. Manggarai Barat 4.450 550 - - - 875 - 200 50 50 - 2 3

15 Kab. Alor - - - - - 1.575 450 - - -

16 Kab. Nagekeo 4.375 - - - - - 600 - 50 100 -

17 Kab. Sumba Tengah 2.500 - - - - 1.000 - - - - -

18 Kab. Sumba Barat Daya 5.000 - - - - 4.450 750 - - 50 3

19 Kab. Manggarai Timur 5.000 - - - - - 300 - - 50 -

20 Kab. Sabu Raijua - - - - - - - - - - -

21 Kota Kupang - - - - - - - - - -

25 MALUKU 10.000 - - - - 4.000 1.050 - - - - - 150 - - 2 - - - - 3 26 1

Dinas Propinsi - - -

1 Kab. Maluku Tngra Barat - - - - - 450 300 - - - -

2 Kab. Maluku Tengah 2.000 - - - - 200 300 - 50 - -

3 Kab. Maluku Tenggara - - - - - 1.650 - - - - -

4 Kab. Pulau Buru 3.500 - - - - 500 - - 50 - 2

5 Kab. Kepulauan Aru - - - - - - - - - - -

6 Kab. Seram Bag Barat 1.500 - - - - - - - 50 - -

7 Kab. Seram Bag Timur 1.500 - - - - - - - - - -

8 Kab. Buru Selatan 1.500 - - - - 500 150 - - - -

9 Kab. Maluku Barat Daya - - - - - 700 300 - - - -

10 Kota Ambon - - - - - - - - - - -

11 Kota Tual - - - - - - - - - - -

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha) Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Page 115: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

106 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

26 PAPUA 10.000 - - - - 1.000 - 1.200 - - - 400 100 - - 2 - - - 4 3 20 1

Dinas Propinsi - - -

1 Kab. Biak Numford - - - - - - - - - - -

2 Kab. Jayapura 500 - - - - - - - 50 - -

3 Kab. Jayawijaya - - - - - - - - 100 - - 1

4 Kab. Merauke 8.500 - - - - 700 - 400 100 50 - 1 1

5 Kab. Mimika - - - - - - - - - - -

6 Kab. Nabire 500 - - - - - - 300 100 - - - 1

7 Kab. Paniai - - - - - - - - - - -

8 Kab. Puncak Jaya - - - - - - - - - - -

9 Kab. Kep Yapen Waropen - - - - - - - - - - -

10 Kota Jayapura 500 - - - - - - - - 1

11 Kab. Sarmi - - - - - - - - - - -

12 Kab. Keerom - - - - - 300 - 500 100 - - 1

13 Kab. Yahukimo - - - - - - - - - - -

14 Kab. Pegunungan Bintang - - - - - - - - - - -

15 Kab. Tolikara - - - - - - - - - - -

16 Kab. Boven Digoel - - - - - - - - - - -

17 Kab. Mappi - - - - - - - - - - -

18 Kab. Asmat - - - - - - - - - - -

19 Kab. Waropen - - - - - - - - - - -

20 Kab. Supiori - - - - - - - - - - -

21 Kab Deiyai - - - - - - - - - - -

22 Kab. Dogiyai - - - - - - - - - - -

23 Kab.Intan Jaya - - - - - - - - - - -

24 Kab. Lanny Jaya - - - - - - - - - - -

25 Kab. Membramo Raya - - - - - - - - - - -

26 Kab. Membramo Tengah - - - - - - - - - - -

27 Kab. Nduga - - - - - - - - - - -

28 Kab. Puncak - - - - - - - - - - -

29 Kab. Yalimo - - - - - - - - - - -

27 MALUT 7.375 - - - - 2.975 - - - 100 - - 100 - - 2 - - - - 3 25 1

Dinas Propinsi - - -

1 Kab. Halmahera Tengah 750 - - - - 450 - - 50 50 - -

2 Kab. Halmahera Barat 750 - - - - 500 - - - - -

3 Kab. Halmahera Timur 4.000 - - - - 250 - - 50 - 2

4 Kab. Kepulauan Sula - - - - - - - - - - -

5 Kab. Halmahera Selatan - - - - - 1.000 - - 50 - - -

6 Kab. Halmahera Utara 1.000 - - - - - - - - - -

7 Kab. Pulau Morotai 875 - - - - 775 - - - - -

8 Kota Ternate - - - - - - - - - - -

9 Kota Tidore Kepulauan - - - - - - - - - - -

28 BANTEN 148.000 1.000 1.000 2.500 500 25.000 450 5.150 - - - - 150 - 50 10 - 2 - - 3 55 3

Dinas Propinsi 1.000 1.000 500

1 Kab. Lebak 39.500 500 - 400 100 10.000 150 1.500 50 - 4

2 Kab. Pandeglang 44.500 - 500 850 150 11.000 150 3.500 - - 25 1 2

3 Kab. Serang 41.500 - 500 850 150 2.600 150 150 50 - 25 2

4 Kab. Tangerang 19.500 500 - - - 1.100 - - 50 - 3

5 Kota Cilegon - - - - - - - - - - -

6 Kota Serang 3.000 - - 400 100 300 - - - - -

7 Kota Tangerang - - - - - - - - - - -

8 Kota Tangerang Selatan - - - - - - - - - - -

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha) Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Page 116: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

107 | P a g e

Kedelai

Model

Kacang

Tanah

Ubi

Kayu

Ubi

Jalar Padi Jagung Kedelai Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

29 BABEL 3.500 - - - - 1.400 - - - - - - - - - 2 - - - - 2 15 -

Dinas Propinsi - - -

1 Kab. Bangka 750 - - - - 400 - - - - 2

2 Kab. Belitung - - - - - - - - - - -

3 Kab. Bangka Selatan 2.750 - - - - 1.000 - - - -

4 Kab. Blitung Timur - - - - - - - - - - -

5 Kab. Bangka Barat - - - - - - - - - - -

6 Kab. Bangka Tengah - - - - - - - - - - -

7 Kota Pangkal Pinang - - - - - - - - - - -

8 Kab. Sungai Liat - - - - - - - - - - -

30 GORONTALO 38.900 1.100 - 5.000 - 5.000 9.150 2.000 - - - - 250 - - 4 1 - - - 3 42 2

Dinas Propinsi 1.100 - -

1 Kab. Boalemo 5.950 550 - 1.000 - 1.000 2.250 - 50 -

2 Kab. Gorontalo 19.450 550 - 1.000 - 1.000 3.750 - 50 - 3 1

3 Kab. Pohuwato 6.500 - - 1.000 - 1.000 2.250 2.000 50 - 1

4 Kab. Bone Bolango 3.500 - - 1.000 - 1.000 450 - 50 -

5 Kab. Gorontalo utara 3.500 - - 1.000 - 1.000 450 - 50 - -

6 Kota Gorontalo - - - - - - - - - - -

7 Kab. Limboto - - - - - - - - - - -

8 Kab. Marisa - - - - - - - - - - -

31 KEPRI - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Dinas Propinsi - - -

1 Kab. Natuna - - - - - - - - - -

2 Kab. Bintan - - - - - - - - - -

3 Kab. Karimun - - - - - - - - - -

4 Kab. Lingga - - - - - - - - - -

5 Kab. Kep. Anambas - - - - - - - - - -

6 Kota Batam - - - - - - - - - -

7 Kota Tanjung Pinang - - - - - - - - - -

8 Kab Dumai - - - - - - - - - -

32 PAPUA BARAT 5.000 - - - - 3.500 675 820 - - - 450 100 - - 3 - - - 6 3 20 1

Dinas Propinsi - - -

1 Kab. Sorong 2.500 - - - - 500 225 60 100 50 - 1 1

2 Kab. Manokwari 2.500 - - - - 375 - 700 100 50 - 2 2

3 Kab. Fak-Fak - - - - - - - - - - -

4 Kab. Raja Ampat - - - - - - - - - - -

5 Kab. Teluk Bintuni - - - - - - - 60 100 - - 1

6 Kab. Teluk Wondama - - - - - - - - 50 - - 1

7 Kab. Kaimana - - - - - - - - - - -

8 Kab. Sorong Selatan - - - - - 125 225 - 100 - - 1

9 Kota Sorong - - - - - - - - - - -

10 Kab. Maybrat - - - - - 2.500 225 - - - -

11 Kab Tambrauw - - - - - - - - - - -

33 SULBAR 63.025 1.100 - 7.500 - 5.000 3.000 2.000 - - - - - - 2 - - - - 2 33 1

Dinas Propinsi 1.100 - -

1 Kab. Mamuju 19.450 550 - 1.000 - 1.000 1.125 700 - - 2

2 Kab. Majene 2.500 - - 500 - 1.400 375 - - - -

3 Kab. Mamasa 12.500 - - 500 - 400 375 - - - -

4 Kab. Mamuju Utara 7.500 - - 500 - 200 1.125 1.300 - -

5 Kab. Polewali Mandar 21.075 550 - 5.000 - 2.000 - - - - -

Pemberdayaan Penangkar

(Ha) Bantuan Sarana Pascapanen (paket)

Sarana

Pengendalian

OPT (kali)

SLPHT

(unit)

SLI

(unit)

Padi Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Lahan

Kering Hanya

Bantuan

Benih

No. Provinsi dan Kabupaten/Kota

SLPTT Padi (Ha)

SLPTT

Jagung

Hibrida (Ha)

SLPTT

Kedelai (Ha)

Pengembangan (Ha)

Padi Non

Hibrida Hanya

Bantuan Benih

Padi Non

Hibrida

Spesifik

Lokasi

Padi Non

Hibrida

Peningkatan

IP

Padi Hibrida

Hanya

Bantuan

Benih

Page 117: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

108 | P a g e

Lampiran 15. Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 118: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

109 | P a g e

Lampiran 16. Siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

RPJM

Rencana

Kerja dan

Angaran

(RKA)

LAKIPLapuran

Keuangan

(SAI)

Kinerja Aktual

Penetapan Kinerja

(PK)

Rencana Kinerja

Tahunan

(RKT)

RENSTRA

Page 119: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

110 | P a g e

NO. KOMPONEN YANG DINILAI BOBOT

1 Perencanaan Kinerja (Renstra, RKT, PK) 35

2 Pengukuran Kinerja 20

3 Pelaporan Kinerja 15

4 Evaluasi Kinerja 10

5 Capaian Kinerja 20

100Nilai Total

Lampiran 17. Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

Page 120: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

111 | P a g e

Lampiran 18. Alur Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

BAPPENAS

Outcome

Kegiatan

Program

Sektor/

Program

Tugas

Pembatuan

di SKPD

Kab/Kota

Unit Eselon II,

UPT Pusat,

Dekon/TP SKPD

Provinsi

Unit Eselon I

Kementerian

Pertanian

Outcome/Impact

NasionalNasional

Kegiatan

Outcome/Impact

Sektor

Output

Output

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

Page 121: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

112 | P a g e

Lampiran 19. Jenis dan Waktu Penyampaian Laporan

NO. JENIS LAPORAN PELAPOR PENERIMA LAPORAN

WAKTU

PENYAMPAIAN

I. LAPORAN RUTIN

1. Laporan PP 39/2006

Setjen Kementerian Pertanian 14 hari kerja setelah

triwulan terakhir

Form-A Penanggung jawab

kegiatan

Penanggung jawab program 3 hari kerja setelah

triwulan berakhir

Form-B Penanggung jawab

program

Kepala Satker masing-masing

Instansi

4 hari kerja setelah

triwulan berakhir

Form-C Kepala SKPD

Kab/Kota, Prov,

Satker Pusat, UPT-

Pusat

Kepala Daerah Cq Kepala

Bappeda dan Menteri Pertanian

5 hari kerja setelah

triwulan berakhir

2. Evaluasi Rencana Kerja / Renstra Eselon - I Bappenas Tahunan / lima

tahunan

3. Penetapan Kinerja Es-II Eselon-II Eselon-I 31 Januari

Penetapan Kinerja Es-I Eselon-I Menteri Pertanian 15 Februari

Penetapan Kinerja Kementerian

Pertanian

Kementerian

Pertanian

Kementerian PAN & RB 31 Maret

LAKIP Eselon-II Eselon - II 31 Januari T + 1

LAKIP Eselon-I Eselon - I 15 Februari T + 1

LAKIP Kementerian Pertanian Kementerian

Pertanian

10 Maret T + 1

4. Rapim Kementan (Rapim A) Eselon-I Menteri Pertanian Dua mingguan

Tindak lanjut Rapim A Eselon - I Menteri Pertanian Sesuai jadwal

5. Laporan Bulanan Kegiatan Menteri Eselon - I Menteri Pertanian Bulanan

6. Laporan Bulanan Kegiatan Eselon-I Eselon - I Menteri Pertanian Bulanan

7. Laporan Kinerja Eselon – II Eselon – II Eselon I 10 Desember

Laporan Kinerja Eselon - I Eselon – I Menteri Pertanian 15 Desember

Laporan Kinerja Kementan Kementan Menteri PAN & RB 20 Desember

II. LAPORAN KHUSUS

8. Bahan Rakor Menko / Sidang Kabinet /

RDP / Raker DPR-RI

Eselon - I Menko / Kabinet / DPR-RI Sesuai Permintaan

9. Insidental lain Sesuai permintaan Sesuai Permintaan

Catatan : Laporan-laporan lain (SAI, SIMAK-BMN, Laporan Statistik, Laporan Pemantauan Wilayah Binaan, Laporan

Teknis dll) sesuai ketentuan yang berlaku.

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

Page 122: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

113 | P a g e

Lampiran 20. Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Pagu Anggaran

Kementerian/Lembaga

1. SATKER

Penyusunan anggaran belanja dan pendapatan kegiatan suatu Satker untuk bahan

yang direncanakan dalam dokumen KK RKA-KL mengacu pada format KK RKA-KL

dan tata cara pengisiannya. Proses penyusunan KK RKA-KL tersebut difasilitasi

program Aplikasi RKA-KL. Artinya proses penyusunan RKA-KL pada suatu Satker

menggunakan program Aplikasi RKA-KL akan mengahsilkan dokumen KK RKA-KL.

Penyusunan KK RKA-KL pada suatu Satker terbagi dalam penyusunan anggaran

belanja dan pendapatan kegiatan dengan langkah sebagai berikut:

a. Penyusunan anggaran belanja dilakukan dengan:

1) Menuangkan Alokasi Anggaran Angka Dasar

Satker menuangkan jenis alokasi anggaran Angka dasar pada suatu kegiatan

sampai dengan tingkat Komponen yang juga telah memperkirakan angka

prakiraan maju untuk 3 (tiga) tahun yang akan datang.

2) Menuangkan Alokasi Anggaran Inisiatif Baru

a) Berkenaan dengan jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru, Satker

menuangkan alokasi anggaran satker secara rinci sampai dengan item

biaya.

b) Penuangan anggaran Inisiatif Baru juga telah memperhatikan angka

prakiraan maju untuk 3 (tiga) tahun yang akan datang.

c) Penuangan jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru mengacu pada

Proposal Inisiatif Baru yang telah disetujui untuk tahun yang

direncanakan.

b. Penyusunan anggaran pendapatan dilakukan dengan:

1) Menuangkan target pendapatan setiap kegiatan yang dilaksanakan Satker.

Penuangan anggaran pendapatan terinci dalam program, kegiatan, akun

pendapatan, dan jenis penerimaan.Pendapatan Bukan pajak (PNBP) atau

penerimaan fungsional.

2) Menuangkan angka prakiraan maju setiap kegiaatn dan setiap jenis

penerimaan (PNBP dan/atau penerimaan fungsional).

c. Menyampaikan / melengkapi data dukung berupa:

1) KK RKA-KL dan Arsip Data Komputer-nya (ADK).

2) Gender Budget Statement (GBS) apabila berkenaan dengan ARG.

Penggunaan GBS mengacu pada contoh format.

3) Rencana Bisnis dan Angagran BLU (RBA BLU) apabila berkenaan dengan

Satuan Kerja BLU.

4) Data dukung teknis dalam suatu kasus tertentu antara lain: peraturan

perundangan/keputusan pimpinan K/L yang mendasari adanya

kegiatan/output, atau analisis kelayakan bangunan oleh Dinas Pekerjaan

Umum dalam hal pembangunan/renovasi berat gedung/bangunan Negara.

Page 123: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

114 | P a g e

5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTIM) yang ditandatangani oleh

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) apabila satuan biaya yang tercantum

dalam KK RKA-KL tidak terdapat dalam Standar Biaya.

6) Data pendukung terbaik, antara lain berupa:

a) Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan gedung

Negara atau yang sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum atau Dinas

Pekerjaan Umum setempat sebagimana Peraturan menteri Pekerjaan

Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan.

b) Persetujuan prinsip (clearence) terbaik dengan pembangunan baru

bangunan gedung Negara dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan reformasi Birokrasi, Kementerian Pekerjaan Umum, dan

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

d. KK RKA-KL yang telah ditandatangani KPA beserta data pendukung terkait,

disampaikan kepada Unit Eselon I.

2. UNIT ESELON – I

a. Menghimpun/kompilasi KK RKA-KL dalam lingkup Unit Eselon-I berkenaan.

b. Menyusun RKA-KL Unit Eselon-I berdasarkan KK RKA-KL.

c. Memvalidasi kinerja dan anggaran program yang menjadi tanggung jawab Unit

Eselon-I berkenaan dengan (1) Total pagu anggaran; (2) sumber dana, dan (3)

sasaran kinerja (jenis barang/jasa dan volume output).

d. Meneliti dan menyaringrelevansi Komponen dengan Output kegiatan pada

masing-masing KK RKA-KL.

e. Apabila terdapat ketidaksesuaian atas program, Unit Eselon-I melakukan

koordinasi dengan Satker untuk perbaikan pada KK RKA-KL.

f. Mengisi informasi pada Bagian L Formulir 2 RKA-KL tentang Strategi Pencapaian

Hasil. Isinya menguraikan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk

mencapai Sasaran Hasil (pada tingkat program) antara lain berupa:

1) Strategi dan kebijakan terkait dengan sasaran strategis (mengacu Renstra

Unit Eselon-I)

2) Uraian deskripsi masing-masing kegiatan.

3) Jumlah Satker pelaksana kegiatan

4) Penjelasan mengenai perubahan alokasi program antara yang sedang

berjalan dan yang diusulkan.

g. Selain mengisi Formulir 2 RKA-KL, Unit Eselon-I juga mengisi Bagian I, Formulir

3 RKA-KL tentang Operasionalisasi Kegiatan yang berisikan antara lain:

1) Identifikasi factor-faktor pendukung (faktor pegawai, sarana, dan prasarana)

dan penghambat (fackor lingkungan/kultur kerja).

2) Identifikasi Satker pelaksana kegiatan.

3) Penjelasan mengenai perubahan alokasi anggaran belanja kegiatan dari ayng

sedang berjalan dengan yang diusulkan.

Page 124: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

115 | P a g e

h. RKA-KL Unit Eselon-I ditandatangani oleh Pejabat Eselon-I atau yang setingkat

Eselon-I selaku KPA sebagai penanggung jawab program.

i. Menyampaikan RKA-KL Unit Eselon I dan data dukung terkait kepada K/L.

3. KEMENTERIAN / LEMBAGA

a. Menghimpun/kompilasi RKA-KL Unit Eselon-I dalam lingkup K/L.

b. Menyusun RKA-KL secara utuh untuk lingkup K/L berdasarkan RKA-KL Unit

Eselon – I.

c. Memvalidasi alokasi angagran K/L meliputi: (1) Total pagu anggaran; (2) Simber

dana; (3) sasaran kinerja.

d. Apabila terdapat ketidaksesuaian atas alokasi anggaran K/L, K/L melakukan

koordinasi dengan Unit Eselon-I untuk perbaikan paad RKA-KL Unit Eselon-I

berkenaan.

e. Mengisi informasi pada Bagian I, Formulir 1 RKA-KL tentang Strategi Pencapaian

Sasaran Strategis. Isinya menguraikan mengenai langkah-langkah yang

ditempuh untuk mencapai sasaran strategis, antara lain berupa:

1) Strategi dan kebijakan terkait dengan sasaran strategis (mengacu Renstra

K/L).

2) Uraian deskripsi masing-masing program dan unit Organisasi Penanggung

Jawab.

f. RKA-KL (yang telah disusun) diteliti kembali kesesuaiannya dengan pagu

Anggaran K/L agar tidak mengakibatkan:

1) Pergeseran anggaran antar program (jumlah alokasi dana pada masing-

masing program harus sesuai dengan yang tercantum dalam pagu Anggaran

K/L).

2) Pengurangan belanja pada Komponen 0001 dan 0002.

3) Perubahan pagu sumber pendanaan/sumber pembiayaan yang berasal dari

rupiah murni, Pinjaman Hibah Luar Negeri, dan PNBP (sumber

pendanaan/sumber pembiayaan dalam menghasilkan output tidak

diperbolehkan berubah/bergeser).

g. Menyampaikan RKA-KL berserta data dukung terkait kepada Kementerian

Keuangan c.q. Ditjen Anggaran dan Kementerian Perencanaan.

Sumber: Pedoman Penganggaran 2012 Ditjen Tanaman Pangan - Kementan.

Page 125: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

116 | P a g e

Lampiran 21. Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Alokasi Anggaran K/L

Berdasarkan Hasil Kesepakatan Pembahasan DPR dan Alokasi Angagran K/L, maka K/L

menyesuaikan RKA-KL.Penyesuaian dimaksud meliputi:

1. Penyesuaian terhadap angka dasar apabila terdapat perubahan parameter ekonomi

(indeks inflasi untuk tahun yang direncanakan) dan/atau penyesuaian parameter non-

ekonomi apabila terdapat perubahan kebijakan sehingga berpengaruh terhadap

besaran alokasi angagran K/L.

2. Adanya program/kegiatan/output baru sebagai hasil kesepakatan pembahasan dengan

DPR.

Dalam rangka penyusunan RKA-KL berdasarkan Pagu Alokasi Anggaran K/L, ada

beberapa kemungkinan:

1. Apabila tidak ada perubahan parameter ekonomi, parameter non-ekonomi, dan usulan

program/kegiatan/output baru maka, RKA-KL berdasarkan Pagu Anggaran RKA-KL

secara langsung ditetapkan dalam SP RKA-Kl.

2. Apabila ada perubahan parameter baik ekonomi maupun non-ekonomi maka,

penuangan dalam KK RKA-KL dilakukan melalui penyesuaian dengan parameter

ekonomi dan non ekonomi pada tingkat kompinen. Penyesuaian pada komponen

pendukung dilakukan dengan melakukan perkalian dengan parameter ekonomi.

Sedangkan penyesuaian komponen utama dapat dilakukan dengan mengalikan

dengan parameter ekonomi atausesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.

3. Apabila ada program/kegiatan/output baru sebagai hasil kesepakatan pembahasan

dengan DPR maka, K/L menyesuaikan RKA-KL dengan:

a. Mengusulkan rumusan program/kegiatan/output sebagai hasil kesepakatan

pembahasan dengan DPR kepada Kementerian Keuangan dan kementerian

Perencanaan terlebih dahulu sesuai dengan kewenangan masing-masing. Usulan

program dan kegiatan (non output) diajukan kepada Kementerian Perencanaan.

Sedangkan usulan output diajukan kepada Kementerian Keuangan. Usulan

tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai referensi pada program aplikasi RKA-KL.

b. Entry data biaya pada masing-masing komponen dengan mengacu pada standar

biaya yang berlaku pada tahun yang direncanakan atau kepatutan dan kewajaran

harga (disertai dengan SPTIM).

c. Meneliti kemmbali jumlah alokasi anggaran tersebut apakah sesuai dengan jumlah

alokasi anggaran hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR.

d. Hasil penuangan alokasi anggaran hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR

terdapat dalam formulir B, KK RKA-KL.

Sumber: Pedoman Penganggaran 2012 Ditjen Tanaman Pangan - Kementan.

Page 126: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

117 | P a g e

Lampiran 22. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran yang Memerlukan

Persetujuan Menteri keuangan

1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyiapkan usulan Revisi Anggaran (Revisi RKA-

KL) yang diajukan dan membutuhkan persetujuan Menteri Keuangan (Menkeu).

2. Usulan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) disampaikan kepada Direktur Jenderal

Anggaran (DJA) beserta dokumen pendukung.

3. DJA melakukan penelaahan dan menilai usulan revisi yang diajukan KPA.

4. Berdasarkan proses penelaahan dan penilaian DJA memberikan persetujuan atau

penolakan terhadap usulan revisi KPA.

5. Jika berdasarkan penelahaan dan penilaian yang dilakukan DJA usulan revisi ditolak,

akan ditetapkan surat pemberitahuan penolakan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) dan

menyampaikannya ke KPA.

6. Jika berdasarkan penelaahan dan penilaian DJA usulan revisi disetujui akan

disampaikan ke Menkeu untuk memperoleh persetujuan.

Jika Menkeu menolak usulan revisi akan ditetapkan Surat Pemberitahuan Penolakan

Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) danb menyampaikannya ke KPA.

6a. Jika Menkeu menyetujui usulan revisi anggaran (Revisi RKA-KL), akan ditetapkan

Surat Penetapan RKA-KL Revisi (SP RKA-KL Revisi) dan disampaikan ke KPA.

6b. SP RKA-KL Revisi hasil penetapan Menkeu juga disampaikan ke DJPBN.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Page 127: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

118 | P a g e

Lampiran 23. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran

pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan/

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

1. KPA menyiapkan usulan-usulan Revisi Anggaran dan melakukan Revisi Anggaran

(Revisi RKA-Satker).

2. KPA berdasarkanb Revisi RKA-Satker, mencetak Revisi Anggaran (Konsep Revisi

DIPA) dan menyiapkan Dokumen Pendukung dan ADK RKA-Satker.

3. KPA menyampaikan Konsep Revisi DIPA kepada DJPBN beserta Dokumen

Pendukung dan ADK RKA-Satker.

4. DJPBN melakukan penelaahan dan memberikan persetujuan atau penolakan

terhadap usulan revisi.

5. Jika berdasarkan penelaahan usulan revisi ditolak, akan ditetapkan Surat

Pemberitahuan Penolakan Revisi Anggaran (Revisi DIPA) dan menyampaikannya ke

KPA.

6. Jika berdasarkan penelaahan usulan revisi disetujui, dilakukan pengesahan DIPA

Revisi dan disampaikan ke KPA.

7. KPA berdasarkan Pengesahan DIPA Revisi mencetak POK hasil revisi.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Page 128: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

119 | P a g e

Lampiran 24. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran Pada Satuan Kerja

oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

1. KPA menyiapkan Revisi Anggaran dan melakukan Revisi Anggaran (Revisi RKA-

Satker) sesuai kewenangannya.

2. KPA berdasarkan Revisi RKA-Satker memeriksa apakah Revisi Anggaran (Revisi

RKA-Satker) menyebakan perubahan DIPA.

2a. jika tidak terjadi perubahan DIPA, KPA mencetak POK dan menyampaikan ke DJPBN

berserta ADK RKA-Satker.

3. Jika Revisi Anggaran (Revisi RKA-Satker) menyebabkan perubahan DIPA, KPA

mencetak Konsep DIPA Revisi dan menyampaikannya ke DJPBN berserta ADK RKA-

Satker.

4. Berdasarkan Konsep DIPA Revisi dan ADK RKA-Satker DJPBN memeriksa dan

melakukan pengesahan DIPA Revisi.

5. DIPA Revisi yang telah disahkan disampaikan kembali ke KPA.

6. Berdasrakan DIPA Revisi yang telah disahkan KPA mencetak POK.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Page 129: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

120 | P a g e

Lampiran 25. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran

pada Direktorat Jenderal Anggaran

1. Eselon I pada Kementerian Negara/lembaga (K/L) mengirimkan ADK Revisi RKA-KL

dilakukanpenelaahan pada DJA.

2a. Setelah Revisi RKA-KL ditetapkan (SP-RKA-KL), data RKA-KL diunggah (di-upload)

ke Database bersama oleh DJA.

2b. ADK Revisi RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA, dikirimkan kembali kepada

Eselon I K/L sebagai bahan Revisi DIPA.

3. DJPBN mengambil data RLA-KL dari Database bersama, sebagai bahan pencocokan

dan penelitian Revisi DIPA yang diajukan oleh Satker Pusat maupun Daerah.

4a. Eselon I K/L menyampaikan ADK Revisi RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA

kepada satker kantor pusat sebagai bahan penyusunan Revisi DIPA.

4b. Eselon I K/L menyampaikan juga ADK RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA

kepada Satker daerah sebagai bahan penyusunan revisi DIPA.

5. Satker kantor pusat menyampaikan usul pengesahan Revisi DIPA beserta ADK-nya

kepada Kantor Pusat DJPBN.

6. Kantor Pusat DJPBN menerbitkan dan mengirimkan DRA beserta ADK-nya kepada

kantor Wilayah DJPBN berdasarkan RKA-KL yang ditetapkan oleh DJA (SP-RKL-KL).

7. Satker daerah menyampaikan usul pengesahan Revisi dIPA beserta ADK-nya kepada

Kantor Wilayah DJPBN.

8a. Setelah Revisi DIPA disahkan oleh kantor Wilayah DJPBN, data revisi ditransfer ke

database Kantor Pusat DKPBN.

8b. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh Kantor Wilayah DJPBN, disampaikan kepada

KPPN.

9a. Database Bersama di-update berdasarkan Data Revisi DIPA yang disahkan oleh

Kantor Pusat/Kantor Wilayah DJPBN.

10. Database DJA di-update berdasarkan Database Bersama.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Page 130: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

121 | P a g e

Lampiran 26. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran

pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan

1a. Satker Kantor Pusat menyampaikan usul pengesahan Revisi DIPA beserta ADK-nya

kepada Kantor Pusat DJPBN.

1b. Satker daerah menyampaikan usul pengesahan revisi DIPA beserta ADK-nya kepada

kantor Wilayah DJPBN.

2a. Setelah DIPA satker daerah disahkan oleh Kantor Wilayah DJPBN, data revisi

ditransfer ke Database Kantor Pusat DJPBN.

2b. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh kantor Wilayah DJPBN, disampaikan kepada

KPPN.

3a. Database Bersama di-update berdasarkan data revisi DIPA yang disahkan oleh kantor

Pusat/Kantor Wilayah DJPBN.

3b. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh kantor Pusat DJPBN, disampaikan kepada

KPPN.

4. Database DJA di-update berdasarkan Database Bersama.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Page 131: 1.1. Pedoman Pelk Program

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

122 | P a g e

Lampiran 27. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran

pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

1a. Satker kantor pusat menyampaikan ADK POK revisi kepada Kantor Pusat DJPBN..

1b. Satker daerah menyampaikan ADK POK revisi kepada Kantor Wilayah DJPBN.

2a. Data POK revisi satker kantor pusat ditransfer ke Database Kantor Pusat DJPBN.

2b. ADK POK revisi satker daerah, disampaikan kepada KPPN.

3a. Database Bersama di-update berdasarkan Data POK revisi satker kantor

pusat/daerah.

3b. ADK POK revisi satker kantor pusat, disampaikan kepada KPPN.

4. Database DJA di-update berdasarkan database Bersama.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011