10E00046

81
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010. KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : Esraida Simanjuntak NIM 071 000 250 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Transcript of 10E00046

Page 1: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

1

KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA

DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

Esraida Simanjuntak NIM 071 000 250

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Page 2: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

2

KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)

PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAN MANGGA DAN KELUARGA TIDAK MAMPU DI SIMALINGKAR B

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

oleh :

ESRAIDA SIMANJUNTAK NIM. 071000250

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Page 3: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

3

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi) (Ernawati Nasution, SKM, MKes) NIP. 196706131993031004 NIP.197002121995012001

Penguji II Penguji III (Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes) (Fitri Ardiani, SKM, MPH) NIP. 196205291989032001 NIP.198207292008122002

Medan, Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

ESRAIDA SIMANJUNTAK NIM. 071000250

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi

Pada Tanggal 10 November 2009 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

dr. Ria Masniari Lubis, Msi NIP. 195310181982032001

Page 4: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

4

ABSTRAK Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Kadarzi pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga dan tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009. Indikator Kadarzi yang dipilih yaitu: makan aneka ragam makanan, gunakan garam beryodium, berikan ASI Esklusif dan biasakan makan pagi. Jenis penelitian ini adalah survei, dengan rancangan penelitian sekat silang. Populasi adalah seluruh keluarga mampu yang ada di Kelurahan Mangga dan keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar dan mempunyai balita, yang ditentukan dengan cara purposif. Sampel sebanyak 127 keluarga yang dipilih secara acak sederhana. Responden adalah ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan Kadarzi pada keluarga mampu sebesar 98,6% dan pada keluarga tidak mampu sebesar 91,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Kadarzi pada keluarga mampu tidak terlalu jauh perbedaannya dibandingkan dengan keluarga tidak mampu. Disarankan agar masyarakat tetap mempertahankan penerapan indikator Kadarzi yang sudah dalam kategori baik, serta meningkatkan penerapannya pada keluarga yang masih dalam kategori sedang. Bagi petugas kesehatan juga diharapkan agar lebih mensosialisasikan Kadarzi pada masyarakat untuk memudahkan dalam penerapannya. Kata kunci: Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Keluarga mampu dan tidak

mampu, balita

Page 5: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

5

ABSTRACT

Study of Implementation of Conscious Family of Nutrition (Kadarzi) for Those Families Who are Economically Better Off at Kelurahan Mangga and Those Families Who are Deprived at Kelurahan Simalingkar B of Medan Tuntungan Subregency in 2009 Conscious Family of Nutrition (Kadarzi) is a movement that hooked with Family Health and Nutrition (KKG), that a part of Effort of Nutrient Improvement of Family (UPGK). The aims of the research was to know the implementation of PUGS in those families who are economically better off at Kelurahan Mangga and those families who are deprived at Kelurahan Simalingkar B of Medan Tuntungan Subregency in 2009. The suggestions of PUGS that was choosed were 4 among 13 suggestions: eat multiple foods, use iodium saline, give lactation for those 6 months infants and always have breakfast. This research is survey with cross sectional design. The population included all those families who are economically better off at Kelurahan Mangga and those families who are deprived at Kelurahan Simalingkar B having underfire children, taken purposively. The sampling consisting of 127 families was taken by simple random sampling. The respondents is housewives. The result of the research showed that the implementation rate of PUGS were 98,6% and 91,1% for those families who are economically better off and those families who are deprived, respectively. Based on the result, it can be concluded that the implementation of those families who are economically better off was not different with those families who are deprived. It was suggested that the community keep to implement the basic suggestions of balanced nutrition especially those who were in moderate category. For healthcare providers, it is also expected to more socialize the general guidelines of balanced nutrition and to facilitate its implementation. Key word: Conscious Family of Nutrition (Kadarzi), Those Who are economically

better off and those who are deprived, underfive children.

Page 6: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ESRAIDA SIMANJUNTAK

Tempat/tanggal lahir : Silangit, 25 Maret 1986

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum menikah

Jumlah Bersaudara : 7 Orang

Alamat Rumah : Jln Muara, Silangit. Desa Pariksabungan Kecamatan Siborongborong, Taput

Riwayat Pendidikan

Tahun 1991-1997 : SD Negeri No. 177047 Silangit

Tahun 1997-2000 : SLTP Negeri 1 Siborongborong

Tahun 2000-2003 : SMU Bintang Timur I Balige

Tahun 2003-2006 : Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, Tarutung

Tahun 2007-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2006-2007 : Klinik Larose

Page 7: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

7

KATA PENGANTAR

Syaloom..

Dari batu ku belajar ketegaran, dari air ku belajar ketenangan, dari

tanah ku belajar kehidupan, dan dari Tuhan ku belajar arti Kasih. Terpujilah

Tuhan Yesus Kristus yang menjadikan semua indah tepat pada waktunya. Bersyukur

buat kasih dan penyertaan-Mu Bapa, saat saya dapat melayaniMu melalui study dan

saat saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Penerapan Keluarga

Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak

Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun

2009”. Untuk memenuhi pra-syarat meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya dan menyampaikan penghargaan yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir.

Albiner Siagian, Msi, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Ernawati Nasution,

SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan serta telah meluangkan waktu kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini sampai selesai.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas juga dari bantuan berbagai pihak,

sehingga dalam kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

2. Siti Khadijah, Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.

Page 8: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

8

3. Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, Mkes dan Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen

Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan

skripsi ini.

5. Kepala Lurah Kelurahan Mangga dan Simalingkar B beserta staf yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, juga kepada

masyarakat yang meluangkan waktu untuk diwawancarai.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda T. Simanjuntak dan

Ibunda D. br. Sihombing yang setiap saat menuntun, memberi semangat dan

kasih sayang, mendidik, memberi pengertian dan perhatian, materi, serta doa

yang tulus bagi penulis selama ini. Setiap harapan dan ucapannya adalah doa

yang selalu menguatkan penulis.

7. Kakakku: Marlina, Amk, Amkeb, dan adik-adikku tersayang: Fitriani, Radoin,

Jones, Septina, dan Jansen serta seluruh keluarga besar Simanjuntak dan

Sihombing. Terima kasih buat doa dan semangat yang selalu kalian berikan.

8. Teman-teman Peminatan Gizi dan Ekstensi 2007 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih buat dukungan semangat dan doanya.

9. Buat sahabatku K’Risda, dan personil kocak (K’Gea, Hinsa, Enina, Melisa,

B’Vado dan B Hendra), dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih buat dukungan semangat dan doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,

kritik dan saran dengan senang hati penulis harapkan. Akhirnya segala hormat, pujian,

dan kemuliaan saya kembalikan bagiMu Bapa dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati kita, Amin.

Medan, Desember 2009

Page 9: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

9

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan ............................................................................... i Abstrak ..................................................................................................... ii Abstract .................................................................................................... iii Riwayat Hidup Penulis ............................................................................. iv Kata Pengantar......................................................................................... v Daftar Isi ................................................................................................... vii Daftar Tabel ............................................................................................. ix Daftar Lampiran ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah............................................................. 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 5

1.3.1. Tujuan Umum.......................................................... 5 1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

2.1. Konsep Dasar Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) ...................... 6 2.2. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) .......................... 6 2.3. Tujuan Pembinaan Kadarzi.................................................. 6 2.4. Sasaran Pembinaan Kadarzi ................................................ 7

2.5. Program Kadarzi ................................................................. 7 2.5.1. Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi .......... 8 2.6. Indikator Kadarzi ................................................................ 9 2.7. Menyusun Menu Seimbang Untuk Keluarga ....................... 12 2.7.1. Pemilihan Bahan Makanan ........................................ 13 2.7.2. Perencanaan Menyusun Menu ................................... 13 2.7.3. Faktor Yang Mendukung Dalam Menyusun Menu ..... 14 2.8. Konsep Keluarga ................................................................. 16 2.8.1. Pengertian Keluarga................................................... 16 2.8.2. Penggolongan Keluarga ............................................. 16 2.9. Perilaku Gizi ......................................................................... 17 2.10. Kerangka Konsep ................................................................ 18

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 20

3.1. Jenis Penelitian ..................................................................... 20 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 20

3.2.1. Lokasi Penelitian ....................................................... 20 3.2.2. Waktu Penelitian ....................................................... 20

3.3. Populasi dan Sampel ............................................................. 20

vi

Page 10: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

10

3.3.1. Populasi .................................................................... 20 3.3.2. Sampel...................................................................... 21 3.3.3. Responden ................................................................ 22 3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................... 22 3.4.1. Data Primer. .............................................................. 22 3.4.2. Data Sekunder. .......................................................... 22 3.5. Defenisi Operasional ............................................................ 22 3.6. Instrumen Penelitian.............................................................. 23 3.7. Aspek Pengukuran ................................................................ 23 3.8. Teknik dan Analisis Data ...................................................... 24 BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 25 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................... 25 4.1.1. Kelurahan Mangga .................................................... 25 4.1.2. Kelurahan Simalingkar B ........................................... 25 4.2. Karakteristik Responden ....................................................... 26 4.2.1. Umur Responden ...................................................... 26 4.2.2. Pendapatan Keluarga .............................................. 26 4.2.3. Pekerjaan Keluarga .................................................... 27 4.3. Hasil Penelitian ..................................................................... 27 4.3.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan ..... 27 4.3.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya .............................................. 34 4.3.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif ........................................ 35 4.3.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi ..................................... 36 4.3.5. Tingkat Penerapan Kadarzi ........................................ 36 BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 38 5.1. Keluarga Sadar Gizi .............................................................. 38 5.1.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan ..... 38 5.1.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya ............................................. 44 5.1.3. Keluarga mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif. ......................................... 45 5.1.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi ..................................... 46 5.2. Penerapan Kadarzi ................................................................ 47 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 49 6.1. Kesimpulan ........................................................................... 49 6.2. Saran ..................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vii

Page 11: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

11

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur. ................................. 27 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga ............. 28 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Yang Disajikan pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ........ 29 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................... 30 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 .................................................. 30 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................... 33 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Garam Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................... 36 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pemberian ASI pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................................................. 36 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................................................. 37 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penerapan Keluarga

viii

Page 12: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

12

Sadar Gizi (Kadarzi) pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................... 37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

Lampiran 2. Kuesioner Kebiasaan Makan Keluarga. Lampiran 3. Master Data Responden Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

Lampiran 4. Out put Keluarga Mampu Dan Tidak Mampu Kajian Penerapan

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Survei Penelitian Di Kelurahan Mangga Dan

Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian di Kelurahan Mangga dan di

Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian Di Kelurahan Mangga dan

Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

ix

Page 13: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

13

x

Page 14: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu

konsumsi makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi masyarakat.

Sasaran program ini adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar

(Depkes RI, 1995).

Tahun 1998 telah dicanangkan program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang

dimotori oleh Departemen Kesehatan, yang menjadi sasaran utama program Kadarzi

adalah keluarga yang mempunyai kelainan gizi , golongan pra-sejahtera dan sejahtera

I. Perencanaan program Kadarzi bertujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah

keluarga Indonesia telah menjadi Keluarga Sadar Gizi. Disebut Keluarga Sadar Gizi

jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi

sebaik-baiknya yang tercermin pada pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan

bergizi seimbang (Luciasari, dkk, 2006).

Sejalan dengan adanya Inpres nomor 8 tahun 1993, tentang Gerakan

Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi yang berisi empat strategi utama yaitu

pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan kerjasama lintas

sektor serta peningkatan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan , di dalam Rencana

Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN) 2001-2005, Undang-Undang nomor 25

tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Indonesia Sehat

2010 ditetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi, karena keluarga

mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh

masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya

(Anonim, 2007).

1

Page 15: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

2

Tingkat sadar gizi keluarga merupakan ukuran dari keberhasilan program

Kadarzi, diharapkan dengan adanya program Kadarzi dapat meningkatkan kesadaran

gizi keluarga. Tingkat sadar gizi keluarga dapat diukur dengan menggunakan

indikator Kadarzi yaitu makan aneka ragam makanan, memantau status gizi dengan

cara menimbang berat badan, menggunakan garam beryodium, memberikan ASI

Eksklusif kepada bayi dan biasa sarapan pagi (Dinkes, 2001).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kemiskinan rata-rata penduduk

Sumatera Utara 18%, ini memungkinkan konsumsi makanan beraneka ragam tidak

terpenuhi. Tingkat konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga sudah

memenuhi target universal salt iodisation (USI) yaitu 90%, cakupan garam

beryodium Sumatera Utara 90,26%, tetapi masih ada 5 kabupaten /kota di bawah

90%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif masih 35,25% dari target sebesar 80%. Di

Sumatera Utara terdapat 20,8% balita gizi kurang, 8,10% gizi buruk dari 1.394.186

balita, ini menunjukkan kesadaran masyarakat masih kurang untuk memantau status

gizi balita dengan menimbang berat badan secara berkala, sehingga dapat diketahui

adanya kekurangan gizi dini (Dinkes, 2006).

Pada umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu

sebenarnya Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu

maupun keluarga belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah

gizi kurang dan gizi lebih, serta penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini.

Hal ini terjadi karena kurang memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum

menerapkan indikator dari Kadarzi itu secara keseluruhan.

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahuan untuk menerapkan

informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting

dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya ibu

Page 16: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

3

tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor

penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan mereka.

Peningkatan pengetahuan dan praktek ibu rumah tangga tentang indikator

Kadarzi, seharusnya seiring dengan peningkatan perilaku berupa tindakan dalam

penyusunan makanan dengan menggunakan bahan makanan yang beranekaragam

dalam menu makanan keluarganya.

Setiap keluarga akan akses pada makanan sehat bila tersedia aneka ragam

makanan sehat sesuai selera dan setiap keluarga memiliki daya beli yang memadai

atau tinggi. Ketersediaan pangan keluarga tergantung pada tingkat pendapatan untuk

mengolah dan membeli pangan. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh

terhadap kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tingkat

pendapatannya rendah perlu usaha untuk meningkatkan pendapatan serta

pembangunan sumber daya manusia (Budianto, 1998).

Keluarga sebagai kelompok komunitas dalam masyarakat digolongkan dalam

2 kelompok yaitu keluarga mampu dan keluarga tidak mampu. Keluarga tidak mampu

yaitu keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dan sebagian besar

pendapatannya untuk kebutuhan dasar, sedangkan keluarga mampu adalah keluarga

yang tingkat pendapatannya sama atau di atas Upah Minimum Regional (UMR).

Gambaran tentang pola konsumsi makanan dan bukan makanan dari kelompok

komunitas (keluarga miskin/tidak mampu dan keluarga tidak miskin/mampu)

menunjukkan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan dari keluarga miskin

sampai sebesar 70,6% dibandingkan dengan porsi konsumsi bukan makanan hanya

29,31%. Kondisi ini terjadi karena keluarga miskin masih menganggap kebutuhan

makanan sebagai kebutuhan utama mereka dibandingkan dengan kebutuhan sekunder

yang lain. Sementara untuk keluarga mampu hanya menghabiskan lebih kurang 10-

Page 17: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

4

15% untuk kebutuhan makanannya. Bila tingkat pendapatan meningkat, maka akan

terjadi pergeseran keseimbangan antara kategori jenis makanan. Makanan pokok

cenderung mempunyai elastisitas yang paling rendah, sementara kebutuhan akan

daging, lemak dan minyak mempunyai elastisitas cukup tinggi. Lebih lanjut lagi pada

tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi makanan ini akan mencakup pada

kebutuhan yang terus menerus meningkat akan terolah (Sutiono, 2002).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 jumlah keluarga

miskin (tidak mampu) di Indonesia sebesar 11,93 juta (32,66%), di Sumatera Utara

591,727 (23,75%) keluarga miskin dan berdasarkan survei awal yang dilakukan di

Kelurahan Simalingkar B terdapat sebanyak 310 KK keluarga miskin dan di

kelurahan Mangga 298 KK. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui tingkat

kemiskinan di Kelurahan Simalingkar B lebih tinggi dibanding dengan di Kelurahan

Mangga. Serta ditemukannya kasus gizi kurang pada keluarga mampu dan kasus gizi

lebih (obesitas) pada keluarga tidak mampu dan tingginya kasus penyakit degeneratif

sekarang ini. Sehingga penulis memilih lokasi penelitian untuk keluarga mampu di

Kelurahan Mangga dan untuk keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui atau mengkaji

penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga mampu dan tidak mampu,

khususnya di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi permasalahan dalam

hal ini adalah bagaimana penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga

mampu dan tidak mampu di Kelurahan Mangga dan Kelurahan Simalingkar B

Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009.

Page 18: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga

mampu dan tidak mampu di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsumsi aneka ragam makanan pada keluarga tidak mampu di

Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

2. Untuk mengetahui penggunaan garam beryodium pada keluarga tidak mampu di

Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

3. Untuk mengetahui pemberian ASI Eksklusif pada keluarga tidak mampu di

Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

4. Untuk mengetahui kebiasaan makan pagi pada keluarga tidak mampu di

Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dalam perencanaan program perbaikan gizi

masyarakat oleh pemerintah setempat khususnya di Kelurahan Mangga dan di

Kelurahan Simalingkar B.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

penelitian dalam hal ini mahasiswa, tentang penerapan Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi) dan masyarakat umum yang ingin melihat dan mengetahui

penerapan Kadarzi

Page 19: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Kadarzi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali

dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Yang dimaksud perilaku gizi

seimbang adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga mengkonsumsi makanan

seimbang dan berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2004).

Kadarzi merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program Kesehatan

Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi

Keluarga (UPGK). Disebut Kadarzi, jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara

mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin dari pada

konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang. Dalam keluarga

sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia

melakukan perubahan ke arah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa

seorang ayah, ibu, anak, atau siapapun yang terhimpun dalam keluarga itu (Depkes

RI, 1998).

2.2. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Pembinaan keluarga sadar gizi maksudnya adalah melakukan berbagai upaya

untuk meningkatkan kemampuan keluarga agar terwujud keluarga yang sadar gizi.

Upaya meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan, demo,

diskusi, dan pelatihan.

2.3. Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Tujuan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah:

a. Menimbang balita ke posyandu secara berkala

6

Page 20: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

7

b. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi

kurang dan gizi lebih)

c. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai

dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

d. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari rujukan,

manakala terjadi kelainan gizi di dalam keluarga

e. Menghasilkan makanan melalui pekarangan.

2.4. Sasaran pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Sasaran pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja

puskesmas. Namun perhatian utama pembinaan ditujukan pada keluarga yang

memiliki kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I (Depkes,

1998). Dengan adanya Kadarzi diharapkan agar:

a. Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota keluarga

yang menjadi kader Kadarzi

b. Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

c. Tidak ada lagi masalah gizi utama di kalangan keluarga.

2.5. Program Kadarzi

Tahun 1998 telah dicanangkan gerakan keluarga sadar gizi (Kadarzi) yang

dimotori oleh Departemen Kesehatan dengan tujuan agar pada tahun 2000 paling

tidak setengah keluarga Indonesia telah menjadi keluarga sadar gizi.

Page 21: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

8

2.5.1. Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi

a. Konseling Kadarzi

Pengertian Konseling Kadarzi

Konseling Kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma,

Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dengan keluarga untuk membantu

memecahkan masalah perilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga.

Tujuan Konseling Kadarzi

Memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga untuk melaksanakan

perilaku gizi yang baik dan benar dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki

keluarga atau yang ada di lingkungannya.

Pelaksana Konseling Kadarzi

Untuk pertama kali konseling dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)

puskesmas bersama Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dan kader dasawisma.

Untuk selanjutnya konseling Kadarzi dilakukan oleh kader dasawisma dan TPM.

Sasaran Konseling Kadarzi

Konseling dilakukan pada keluarga yang belum menerapkan indikator sadar

gizi. Konseling ditujukan kepada anggota keluarga yang sudah dewasa.

b. Pemetaan Kadarzi

Pemetaan Kadarzi dilakukan untuk mengetahui situasi Kadarzi di suatu

wilayah kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh TPG, kemudian untuk

berikutnya dilakukan oleh ketua kelompok posyandu. Pemetaan dilakukan setiap 6

bulan sekali yaitu pada bulan Februari dan Agustus.

Tujuan Pemetaan Kadarzi

1. Mendapatkan informasi situasi Kadarzi dalam suatu wilayah atau dasawisma

berdasarkan indikator yang ditentukan

Page 22: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

9

2. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar

yang belum dapat dilaksanakan oleh keluarga

3. Sebagai bahan acuan konseling dan intervensi gizi

4. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi Kadarzi dari waktu ke

waktu.

Sasaran Pemetaan Kadarzi

Sasaran pemetaan Kadarzi adalah semua keluarga yang ada di wilayah kerja

puskesmas (Depkes, 2004).

2.6. Indikator Keluarga Sadar Gizi

Indikator Kadarzi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga.

Menurut Dinkes Sumut, 2006 ada 5 indikator Kadarzi yang juga terdapat dalam 13

Pesan Dasar Gizi Seimbang yang meliputi:

1. Keluarga Biasa Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan

Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung lengkap semua

zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan

produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan,

kecuali bayi umur 0 sampai 6 bulan yang cukup sehat hanya dengan memperoleh ASI

(Air Susu Ibu) saja.

Makanan yang beranekaragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar

terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis

bahan makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain.

Demikian juga sebaliknya, masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka

ragam menu seimbang akan saling melengkapi. Kesimpulannya, makan hidangan

yang beranekaragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat

pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang.

Page 23: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

10

2. Keluarga Selalu Memantau Kesehatan dan Pertumbuhan Anggotanya, Khususnya Balita dan Bumil Pemantauan status gizi balita bisa dilakukan dengan menimbang balita di rumah

atau ditimbang di posyandu atau di tempat lain setiap bulan atau sekurangnya 2 bulan

sekali. Sedangakan pemantauan status gizi ibu hamil bisa dipantau dengan

menimbang di rumah atau di tempat lain, diukur tinggi dan berat badan, di hitung

Indeks Massa Tubuh (IMT).

3. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Untuk Memasak Makanannya

Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah

timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat

menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak, penyakit gondok

endemik dan kretin.

Garam mengandung natrium. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu

timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus

terjadinya stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan penyebab

kematian pada orang dewasa di atas usia 40 tahun. Sedangkan, penyakit tekanan darah

tinggi membawa risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok usia dewasa.

Karena itu hindari konsumsi garam yang berlebihan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi

garam tidak lebih dari 6 gram atau satu sendok teh setiap harinya.

4. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh

kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum, yakni ASI yang

keluar pada hari-hari pertama, agar diberikan kepada bayi.

Page 24: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

11

Setelah bayi berumur 6 bulan, ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan

gizi bayi. Oleh karenanya, setelah lewat umur 6 bulan, bayi perlu mendapat Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan kepada bayi secara bertahap

sesuai dengan pertambahan umur, pertumbuhan badan dan perkembangan

kecerdasannya.

Walaupun demikian, pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai anak berumur

24 bulan. Manfaatnya adalah untuk membantu tumbuh kembang anak,

mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi,

serta mengakrabkan jalinan kasih sayang ibu dan anaknya secara timbal balik.

Mengingat betapa besarnya manfaat ASI dalam proses tumbuh kembang anak,

maka setiap ibu diharapkan mampu menyediakan ASI yang cukup untuk anaknya,

baik jumlah maupun mutunya. Oleh karenanya, secara khusus, setiap ibu perlu

memperhatikan jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui.

Pada ibu bekerja, karena biasanya masa cuti hanya berlangsung selama 3

bulan sementara keinginan untuk memberikan ASI eksklusif begitu besar, ASI dapat

diperah. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih

walaupun setelah bayi selesai menyusu. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml)

sudah bisa untuk pemberian 2 kali @ 100 ml. ASI juga dapat diperah menggunakan

pompa payudara yang manual, menggunakan baterai, atau pompa listrik. ASI perah

disimpan dalam wadah atau botol steril. Sebaiknya botol tersebut terbuat dari kaca

dan harus tertutup rapat. ASI perah dapat dibiarkan dalam suhu kamar (kurang lebih

19-25o C) selama kurang lebih 6-8 jam, bila masih kolostrum (susu awal atau susu

yang pertama kali keluar pada 1-7 hari setelah kelahiran) bisa sampai 12 jam. Di

dalam lemari pendingin (suhu 4 oC) selama 24-48 jam dan di dalam lemari pembeku

(suhu -4 oC) dapat bertahan 2 minggu-4 bulan. ASI yang disimpan dalam lemari

Page 25: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

12

pendingin atau pembeku tidak boleh ditaruh di dekat pintu. Apabila disimpan di

dalam deep freezer (-18 oC), ASI dapat tahan sampai 6 bulan. Perlu diperhatikan

bahwa suhu tempat penyimpanan harus stabil.

5. Keluarga Biasa Sarapan Pagi

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,

makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat

bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi

dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi

belajarnya pun menjadi lebih baik.

Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan

gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai

dengan keadaan, dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga,

sumber zat pembangun dan zat pengatur.

2.7. Menyusun Menu Seimbang Untuk Keluarga

Menu Seimbang adalah menu yang mengandung semua golongan bahan

makanan yang dibutuhkan dengan memperlihatkan keseimbangan unsur-unsur gizi

yang terkandung di dalamnya (Santoso, 1999).

Dalam penyusunan menu makanan perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai

berikut (Lisdiana, 1998):

1. Jumlah makanan harus sesuai dengan jumlah anggota keluarga

2. Makanan harus dapat menyediakan zat-zat gizi

3. Makanan harus dalam jangkauan keuangan keluarga

4. Hidangan harus dinikmati oleh seluruh keluarga

5. Menyusun daftar menu

6. Menilai hasil konsumsi.

Page 26: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

13

Selain syarat-syarat, ada juga hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu

(Santoso, 1999):

1. Kombinasi rasa yang asin, manis, asam, pahit, pedas jika disukai

2. Kombinasi warna hidangan yang merah, hijau, coklat, dan sebagainya

3. Variasi bentuk potongan yaitu persegi, panjang, tipis, bulat, dan sebagainya

4. Variasi kering atau berkuah karena ada jenis hidangan berkuah seperti sup, sayur

asam maupun yang sedikit kuah seperti tumis sayur, sambal goreng serta yang

kering seperti ikan goreng, kering tempe

5. Variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik

pengolahan digoreng, direbus, dan disetub dan lain-lain, sehingga memberikan

penampilan, tekstur, dan rasa yang berbeda pada hidangan. Hindari adanya

pengulangan warna, rasa, bentuk, teknik pengolahan dalam satu menu.

2.7.1. Pemilihan Bahan Makanan

Pemilihan bahan makanan hendaknya disesuaikan dengan selaras, kandungan

gizi, ketersediaan bahan pangan di daerah setempat, dan yang cukup penting adalah

upaya menganekaragamkan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi. Pemilihan

bahan pangan dilakukan secara menyeluruh, baik untuk sumber tenaga atau

karbohidrat, sumber protein atau lauk-pauk, sumber vitamin maupun mineral (sayur

dan buah). Penganekaragaman jenis bahan makanan dimaksudkan agar kandungan

gizi dalam masing-masing bahan dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi individu

maupun keluarga.

2.7.2. Perencanaan Menyusun Menu

Untuk menyusun menu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah

mengetahui kebutuhan gizi bagi individu atau keluarga. Dengan memperhatikan

ketersediaan bahan makanan, kita dapat merencanakan menyusun menu. Untuk

Page 27: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

14

memudahkan menyusun menu, pemerintah telah menyusun anjuran makanan sehari

yang berpedoman kepada kebutuhan gizi menurut golongan umur, jenis kelamin, dan

berat badan.

2.7.3. Faktor yang mendukung dalam menyusun menu

1. Cara pemilihan

Pilihlah bahan makanan yang segar karena bahan makanan tersebut

mempunyai nilai gizi serta cita rasa yang lebih baik dibandingkan dengan makanan

yang sudah tidak segar. Sayur, buah, dan ikan akan lebih baik kalau dimakan tanpa

harus melewati masa penyimpanan yang cukup lama.

2. Cara penanganan

Pada umumnya, makanan banyak kehilangan zat gizi diawali pada saat

penanganan yang disebabkan oleh perlakuan yang kurang baik (pengaruh fisik).

Sebagai contoh, beras yang terlalu lama dicuci dan diremas akan kehilangan vitamin

yang sangat dibutuhkan tubuh. Cara pemotongan bahan makanan terutama pada

sayur, diusahakan agar tidak mengurangi zat gizi yang telah ada dengan cara

memotong sedikit.

3. Cara pengolahan

Kehilangan zat gizi juga terjadi pada saat pengolahan atau pemasakan. Hal ini

disebabkan oleh bahan makanan yang dimasak telah kehilangan sebagian besar

kandungan zat gizi akibat pemanasan. Vitamin dan mineral yang mudah larut dalam

air adalah zat gizi yang cepat hilang pada saat dimasak. Masaklah sayur dengan

memperhatikan waktu masak, banyaknya air yang dipakai, agar tidak mengurangi cita

rasa. Ssemakin lama sayur dimasak akan semakin banyak zat gizi yang hilang. Untuk

menambah cita rasa masakan, gunakanlah bumbu penyedap secukupnya serta minyak

Page 28: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

15

goreng atau santan yang dapat mengikat kandungan vitamin A, D, E, K yang terdapat

pada bahan makanan.

4. Cara penyajian

Cara penyajian yang dirancang sedemikian rupa akan menimbulkan selera

makan bagi seseorang. Oleh karena itu, makanan sedapat mungkin dihidangkan dalam

keadaan masih panas, cara penataan yang indah dan rapi, diberi variasi warna dan rasa

agar lebih menarik.

Contoh Menu Seimbang

Menu pagi : Kopi atau teh manis

Getuk ubi jalar

Makanan selingan : Teh manis

Kue basah

Makan siang : Nasi

Sayur asam

Ikan asin goreng

Kering tempe

Buah

Sambal

Makanan selingan : Teh manis

Tape goreng

Makan malam : Nasi jagung

Pecel

Balado telur

Kerupuk

Page 29: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

16

2.8. Konsep Keluarga

2.8.1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari: suami, istri

dan anak-anak atau ayah dan anaknya atau anak dan ibunya (pasal 1 ayat 10 UU No.

10 tahun 1992).

Menurut Depkes RI (1999), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah 1 atap dan keadaan saling ketergantungan (Effendy, 2000).

2.8.2. Penggolongan Keluarga

Berdasarkan data BPS tahun 2005 bila diasumsikan suatu rumah tangga

memiliki jumlah anggota RT (house hold size) ± 4 orang maka batas garis kemiskinan

rumah tangga:

a. Rumah tangga dikatakan sangat miskin apabila tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya 4 x Rp. 120.000 = Rp. 480.000 per rumah tangga per bulan.

b. Rumah tangga dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi kebutuhan

dasarnya hanya mencapai 4 x Rp. 150.000 = Rp. 600.000 per rumah tangga per

bulan tetapi di atas Rp. 480.000.

c. Rumah tangga dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi

kebutuhan dasarnya hanya mencapai 4 x Rp. 175.000 = Rp. 700.000 per rumah

tangga per bulan tetapi di atas Rp. 600.000.

Berdasarkan tahapan tersebut, dan dikaitkan dengan ketetapan Upah Minimal

Regional (UMR) Propinsi Sumatera Utara 2009 oleh Badan Pusat Statistik sebesar

Rp. 822.205, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga tidak mampu/miskin adalah

keluarga yang pendapatannya dalam satu bulan di bawah UMR, yang sebagian besar

Page 30: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

17

digunakan untuk kebutuhan makan, sedangkan keluarga mampu adalah keluarga yang

tingkat pendapatannya di atas atau sama dengan UMR.

2.9. Perilaku Gizi

Perilaku gizi adalah perbuatan atau perlakuan dalam bidang gizi. Adapun

perilaku- perilaku gizi tersebut adalah (Lisdiana, 1998) :

1. Membentuk kebiasaan makan yang baik

a. Memberikan makanan sesuai dengan umur anak

b. Mengenalkan anak pada berbagai variasi makanan

c. Memberi pengetahuan gizi

d. Melibatkan anak dalam menyusun menu

e. Menciptakan suasana yang menggembirakan ketika makan

f. Menanamkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan

g. Menanamkan adab sopan santun ketika makan

h. Kebiasaan untuk sarapan pagi

i. Penyusunan menu seimbang dengan memperhatikan cara pemilihan bahan

makanan, cara penanganan, pengolahan dan penyajian makanan.

2. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi adalah keluarga yang mampu memantau keadaan gizi

seluruh anggota keluarga dan mampu mengambil langkah pemecahan sesuai dengan

potensi yang ada dengan indikator (Dinkes Sumut, 2006):

f. Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan

g. Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggotanya, khususnya

balita dan bumil

h. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya

Page 31: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

18

i. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI

Eksklusif

j. Keluarga biasa sarapan pagi.

3. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

Kegiatannya meliputi:

a. Penimbangan bulanan anak Balita dengan menggunakan KMS

b. Pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang mempunyai anak Balita

c. Demonstrasi memasak makanan yang memenuhi persyaratan gizi atau pemberian

makanan tambahan yang bergizi tinggi kepada anak Balita (terutama gizi buruk)

d. Mengembangkan intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk memproduksi

bahan pangan bernilai gizi tinggi serta tanaman obat tradisional (apotek hidup)

e. Pemberian paket pertolongan gizi: vitamin A dosis tinggi, tablet besi, garam oralit,

dan garam beryodium.

2.10. Kerangka Konsep

Responden - Keluarga mampu - Keluarga tidak mampu

Indikator Kadarzi: 1. Keluarga biasa

mengkonsumsi aneka ragam makanan

2. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya

3. Keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI

Pendapatan

Page 32: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

19

Kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa dari pendapatan, responden dapat

digolongkan dalam dua kelompok yaitu keluarga mampu dan tidak mampu yang

didasarkan pada Upah Minimum Regional. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan

keluarga sangat berpengaruh terhadap penerapan indikator Kadarzi yang disesuaikan

dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang yaitu: keluarga biasa mengkonsumsi aneka

ragam makanan, keluarga hanya mengunakan garam beryodium saat memasak

makanannya, keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan

ASI Esklusif, dan keluarga biasa sarapan pagi.

Page 33: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei, yang bersifat deskriptif-analitik dengan

desain penelitian cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati

subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada

saat penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan kajian penerapan pedoman

umum gizi seimbang pada keluarga mampu dan tidak mampu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B

Kecamatan Medan Tuntungan, pemilihan wilayah ini dilakukan karena penulis

melihat adanya kasus obesitas pada keluarga tidak mampu dan kejadian gizi kurang

pada keluarga mampu serta meningkatnya kasus penyakit degeneratif sekarang ini

pada tingkatan keluarga yang berbeda di dua lokasi tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai November 2009.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga mampu di Kelurahan Mangga

sebanyak 282 orang dan tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B sebanyak 125

orang. Penentuan populasi dilakukan dengan cara purposif dengan kriteria keluarga

mampu dengan tingkat pendapatan sama atau di atas Rp. 822.205, keluarga tidak

mampu di bawah Rp. 822.205, dan keluarga yang mempunyai bayi/balita.

20

Page 34: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

21

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara simple random

sampling. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo,

1993):

n = )(1 2dN

N+

Keterangan: N= populasi

n= sampel

d= penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, yang

ditetapkan 0.1

Perhitungan:

Untuk sampel keluarga mampu di kelurahan Mangga:

n = )1,0(2821

2822+

n = 82,21

282+

n = 70,5

n = 71 orang

Untuk perhitungan sampel keluarga tidak mampu di kelurahan Simalingkar B.

n = )1,0(1251

1252+

n = 25,3

125

n = 55,5

n = 56 orang

Jadi jumlah sampel keseluruhan adalah 127 orang.

24

Page 35: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

22

3.3.3. Responden

Responden pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga karena ibulah yang

menyediakan pangan dan yang mengatur kebutuhan makanan di dalam keluarga.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer yang diambil adalah karakteristik responden berupa umur,

pekerjaan, tingkat pendapatan diperoleh melalui wawancara dengan responden

menggunakan kuesioner yamg telah disusun sebelumnya. Data konsumsi aneka ragam

makanan, didapat dengan menggunakan kuesioner, dan formulir food frekuensi. Data

kebiasaan makan pagi, konsumsi garam beryodium, pemberian ASI Esklusif,

diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang meliputi laporan dan data umum wilayah Kelurahan

Mangga dan Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009

yang diperoleh dari petugas Kelurahan serta referensi-referensi yang mendukung

dalam penelitian ini.

3.5. Defenisi Operasional

1. Penerapan Kadarzi adalah tindakan/ segala praktek atau perbuatan nyata yang

dilakukan responden dalam menerapkan indikator keluarga sadar gizi, pada

penelitian ini pesan yang dipilih adalah 4 indikator yang disesuaikan dengan

PUGS yaitu: keluarga mengkonsumsi aneka ragam makanan, keluarga selalu

menggunakan garam beryodium memasak makanannya, keluarga memberikan

dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI Esklusif, keluarga biasa

sarapan pagi.

Page 36: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

23

2. Keluarga Mampu adalah keluarga yang pendapatannya di atas Upah Minimal

Regional (UMR) yaitu Rp.822.205.

3. Keluarga Tidak Mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya di bawah

Upah Minimal Regional (UMR) yang sebagian besar pendapatannya untuk

kebutuhan makanan.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen (alat) yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah:

kuesioner, dan formulir food frekuensi.

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden

terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada.

1. Keanekaragaman makanan

Keanekaragaman makanan diukur dengan konsumsi makanan yang terdiri dari

makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dll dengan menggunakan

formulir food frekuensi. Pengukuran frekuensi makan (Supariasa, 2001) yaitu:

1x/hari; 2x/hari; 3 x/hari; 1x/minggu; 1x/bulan; jarang dan tidak pernah. Juga diukur

dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor 3, skor 2 untuk

yang menjawab kadang-kadang, skor 1 untuk yang menjawab tidak.

2. Penggunaan garam beryodium

Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor

3, kadang-kadang diberi skor 2 dan yang menjawab tidak diberi skor 1.

3. Pemberian ASI Esklusif

Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor

3, kadang-kadang skor 2 dan skor 1 untuk yang menjawab tidak.

Page 37: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

24

4. Kebiasaan sarapan pagi

Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk jawaban ya diberi skor 3, skor 2

untuk jawaban kadang-kadang, dan skor 1 untuk jawaban tidak.

5. Tingkat penerapan Kadarzi

Teknik pengukuran tingkat penerapan Kadarzi adalah dengan menggunakan

skoring dari setiap hal-hal yang ditanyakan pada ke-empat indikator tingkat penerapan

Kadarzi, dengan total skor tertinggi adalah 14. Berdasarkan jumlah nilai yang ada

dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori:

- Baik, apabila total skor yang diperoleh responden >11 (> 75 %)

- Sedang, apabila total skor yang diperoleh responden 6-11 (40-75 %)

- Kurang, apabila total skor yang diperoleh responden < 6(< 40 %)

3.8. Teknik dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer

dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing, yaitu dengan melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah terisi dan

dapat dibaca dan tidak ada kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses

pengolahan data.

2. Koding, yaitu memberikan kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner.

3. Entri data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi terhadap variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis secara

deskriptif, untuk mempermudah pengambilan kesimpulan.

Page 38: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Kelurahan Mangga

Kelurahan Mangga termasuk salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan

Medan Tuntungan , dengan luas sekitar 286 Ha dengan jumlah penduduk 32.610 jiwa

dan jumlah kepala keluarga 5.405 KK.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan

adalah sebagai berikut:

- Bagian Utara, berbatasan dengan Kelurahan Sempakata

- Bagian Selatan, berbatasan dengan Kelurahan Simalingkar B

- Bagian Barat, berbatasan dengan Kelurahan Simpang Selayang

- Bagian Timur, berbatasan dengan Kelurahan Kuala Bekala

4.1.2. Kelurahan Simalingkar B

Kelurahan Simalingkar B termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan,

dengan luas sekitar 443 Ha dengan jumlah penduduk 5067 jiwa dan jumlah kepala

keluarga 1.274 KK.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan

Tuntungan adalah sebagai berikut:

- Bagian Utara, berbatasan dengan Kelurahan Kwala Bekala

- Bagian Selatan, berbatasan dengan Jln. Pancur Batu, Deli Tua

- Bagian Barat, berbatasan dengan Sungai Bekala

- Bagian Timur, berbatasan dengan Sungai Babura

Page 39: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

26

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dikumpulkan datanya pada penelitian ini adalah

umur responden, tingkat pendapatan dan pekerjaan responden, yang diperoleh dari

hasil wawancara melalui kuesioner yang sudah disusun sebelumnya.

4.2.1. Umur Responden

Umur responden pada keluarga mampu dan tidak mampu dapat dilihat pada

tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur.

No Umur(Tahun) Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % Frekuensi %

1. 20-25 4 5,6 4 7,1 2. 26-31 23 32,4 16 28,6 3. 32-37 27 38,0 23 41,1 4. 38-43 17 23,9 13 23,2

Jumlah 71 100,0 56 100,0

Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan umur,

pada keluarga mampu sebagian besar dalam kategori 32-37 tahun (38,0%), dan paling

sedikit pada kategori 20-25 tahun sebesar 5,6%. Sedangkan pada keluarga tidak

mampu, sebagian besar (41,1%) dalam kategori 32-37 tahun, dan paling sedikit pada

kategori 20-25 tahun sebesar 7,1%.

4.2.2. Pendapatan Keluarga. Tingkat pendapatan keluarga dikategorikan dalam dua bagian yaitu keluarga

mampu dan keluarga tidak mampu, yang dikategorikan berdasarkan Upah Minimum

Regional (UMR) yaitu sebesar Rp. 822,205. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan didapat hasil bahwa responden pada penelitian ini yaitu pada keluarga

mampu seluruhnya (100%) berpenghasilan ≥ Rp. 822.205, dan pada keluarga tidak

mampu seluruhnya (100%) berpenghasilan < Rp. 822.205.

25

Page 40: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

27

4.2.2. Pekerjaan Keluarga

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan keluarga dapat dilihat pada tabel

4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga.

No Pekerjaan Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu

Frekuensi % Frekuensi % 1. Buruh/Petani 0 0 19 33,9 2. Pedagang/Wiraswasta 31 43,7 23 41,1 3. PNS 24 33,8 0 0 4. Lainnya 16 22,5 14 25,0 Jumlah 71 100,0 56 100,0

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang paling

banyak pada keluarga mampu adalah pedagang/wiraswasta (43,7%), dan yang paling

sedikit adalah sebagai pegawai swasta sebesar 22,5%, sedangkan pada keluarga tidak

mampu, yang paling banyak pekerjaan responden sebagai pedagang/wiraswasta

(41,1%), dan yang paling sedikit adalah sebagai supir (25,0%).

4.3. Hasil Penelitian

4.3.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan.

Jenis atau keanekaragaman makanan dapat diukur dengan konsumsi makanan

yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan dengan

menggunakan kuesioner. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden pada

keluarga mampu sebagian besar menyajikan makanan tiap hari (85,9%) dan kadang-

kadang sebesar 14,1%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu sebagian besar

(83,9%) menyajikan makanan setiap hari, 12,5% kadang-kadang dan 3,6% tidak

menyajikan.

Page 41: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

28

Jenis makanan yang disediakan pada keluarga mampu, yang paling banyak

menyediakan nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan sebesar 47,9%, dan

pada keluarga mampu yang paling banyak menyediakan nasi dan lauk-pauk yaitu

sebesar 30,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Yang Disajikan pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

No

Jenis Makanan

Yang Disajikan

Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu

Ya Kadang-Kadang Ya Kadang-

Kadang Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

1.

Nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan

34 47,9 5 7,0 14 25,0 0 0

2. Nasi, lauk-pauk, dan sayur-sayuran

21 29,6 5 7,0 16 28,6 5 8,9

3. Nasi dan lauk-pauk 6 8,5 0 0 17 30,4 2 3,6

Jumlah 61 85,9 10 14,1 47 83,9 7 12,5

Dari hasil penelitian dapat juga diketahui bahwa responden pada keluarga

mampu yang paling banyak menyediakan sayur (69,0%), yang kadang-kadang sebesar

14,1%, dan yang tidak sebesar 16,9%, sedangkan pada keluarga tidak mampu yang

paling banyak tidak menyediakan sayur (35,7%), dan paling sedikit yang kadang-

kadang menyediakan sayur (30,4%). Jenis sayuran yang disediakan pada keluarga

mampu sebagian besar menyediakan sayuran hijau, kuning dan buah (46,5%), dan

pada keluarga tidak mampu sebagian besar menyediakan sayur hijau, kuning dan buah

(23,2%), yang dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Page 42: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

29

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

Jenis atau keanekaragaman makanan dapat juga diukur dengan menggunakan

formulir food frekuensi. Pengukuran frekuensi makan (Supariasa, 2001) yaitu: 1x/hari,

2x/hari, 3x/hari, 1x/minggu, 1x/bulan, jarang, dan tidak pernah. Hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden Pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga Kec. Medan Tuntungan Tahun 2009.

Jenis Makanan Frekuensi

Makanan Pokok 1x sehari

2x sehari

3x sehari

1x seminggu

1x sebul

an

Jarang Tidak pernah

Total

- Nasi - 14% 86% - - - - 100% - Jagung - - - - - 79% 21% 100% - Ubi kayu/ singkong - - - - - - - - - Umbi- umbian - - - - - - - - -………………….

Lauk pauk - Daging 15% 13% - 35% - 37% - 100% - Ikan basah - 27% 30% 21% - 21% 1% 100% - Telur 52% - - 27% - 21% - 100% - Ikan Asin 15% - - - - 64% 21% 100% - Ikan Teri 30% - 24% 7% - 31% 8% 100%

No Jenis Sayuran

Yang Dikonsumsi

Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu

Ya Kadang-Kadang Ya Kadang-

Kadang Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

1. Sayuran hijau, kuning dan buah

33 46,5 3 4,2 13 23,2 0 0

2. Sayuran hijau dan kuning

11 15,5 4 5,6 3 5,4 8 14,3

3. Sayuran hijau 5 7,0 3 4,2 3 5,4 9 16,1

Jumlah 49 69,0 10 14,1 19 33,9 17 30,4

Page 43: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

30

- Ayam - 53% 15% 14% - 18% - 100% - Tahu/ tempe 79% - - 14% - 7% - 100%

Jenis Makanan Makanan Pokok 1x

sehari 2x sehari

3x sehari

1x seminggu

1x sebulan

Jarang Tidak pernah

Total

Sayur-sayuran - Bayam 18% 37% - 13% - 25% 7% 100%

- Kangkung 18% 37% - 13% - 7% 25% 100% - Daun papaya - - - - - 73% 27% 100% - Daun ubi 37% 18% - 21% - 25% 13% 100% - Nangka muda (gori) - 7% - 14% - 73% 7% 100% - Kacang panjang 13% 15% - 35% - 37% - 100% - Sawi 13% 15% - 37% - 35% - 100% - Wortel 15% - - - - 64% 21% 100% - Terong - - - - - 82% 28% 100% - Kol 15% - - - - 64% 21% 100% - Kecipir 15% - - - - 64% 21% 100% - Tomat - - 100% - - - - 100% - Sayur lodeh 7% 21% - 4% - 49% 19% 100% - ………………………

Buah- buahan -Alpokat 6% - - 10% - 69% 15% 100% - Apel 27% 9% - 7% - 57% - 100% - Jeruk manis 49% 14% 14% 15% - - 7% 100% - Pisang 42% - - 15% - 35% 7% 100% - Pepaya 27% 9% - 7% - 57% - 100% - Mangga 14% - - 7% - 69% 9% 100% - Nenas - - - 15% - 69% 15% 100% - Nangka 14% - - 27% - 45% 14% 100% - Belimbing - - - - - 59% 41% 100% - Jambu biji 42% - - 15% - 35% 7% 100% -………………………

Makanan pelengkap/ selingan - Susu 49% 7% - - - 44% - 100% - Bakso - - - 48% - 52% - 100% - Cendol - - - 52% - 48% - 100% - Kolak - - - 35% 18% 46% - 100% - Pisang goreng - - - 48% - 52% - 100% - Ubi rebus - - - - - - - - - Kue/ roti 38% 21% - 27% - 14% - 100% - Mie goreng 21% - - 38% - 41% - 100% - Nasi goreng 35% - - 38% - 27% - 100% - Fried chicken 35% - - 27% - 38% - 100% - Burger 38% - - 27% - 35% - 100% - Roti bakar 38% - - 27% - 35% - 100% - Pisang bakar 7% - - 49% - 44% - 100% - Pecal - - - 56% - 44% - 100% -……………………..

Page 44: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

31

Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi makan keluarga

responden pada keluarga mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok) secara

umum mengkonsumsi nasi sebesar 14% untuk frekuensi 2x sehari, 86% untuk

frekuensi 3x sehari, yang mengkonsumsi jagung 79% untuk frekuensi jarang.

Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi adalah ikan basah

sebesar 30% untuk frekuensi 3x sehari, telur 52% untuk frekuensi 1x sehari, ayam

53% untuk frekuensi 2x sehari, keluarga responden lebih memilih ayam dari pada

daging lainnya karena harganya relatif lebih murah. Ikan teri sebesar 30% untuk

frekuensi 1x sehari. Tahu/tempe, merupakan sumber protein nabati yang juga banyak

dikonsumsi keluarga responden yaitu sebesar 79% untuk frekuensi 1x sehari.

Tahu/tempe biasa dikonsumsi keluarga sebagai lauk tambahan bukan sebagai lauk

utama. Untuk sumber vitamin dan mineral dari sayuran, yang paling banyak atau

sering dikonsumsi keluarga responden adalah tomat (100%, 3x sehari), bayam (37%,

2x sehari), kangkung (37%, 2x sehari), dan sayur lodeh (21%, 2x sehari).

Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi

keluarga responden adalah jeruk manis (49%, 1x sehari), pisang (42%, 1x sehari),

jambu biji (42%, 1x sehari), apel (27%, 1x sehari) dan pepaya (27%, 1x sehari).

Keluarga responden yang mengkonsumsi susu sebesar 49% untuk frekuensi 1x sehari,

keluarga responden yang sering mengkonsumsi susu adalah bayi dan balita. Makanan

pelengkap/ selingan yang paling sering dikonsumsi keluarga responden adalah

kue/roti, burger dan roti bakar sebesar 38%, 1x sehari, nasi goreng dan fried chicken

sebesar 35%, 1x sehari. Konsumsi bakso, cendol dan pecal juga banyak dalam

frekuensi 1x seminggu.

Dari tabel frekuensi di atas dapat juga diketahui bahwa dari 71 responden

yang menyajikan makanan didapat bahwa 61 responden (86%) menyajikan makanan

Page 45: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

32

lengkap, 10 orang (14%) dalam kategori sedang, hal ini dilihat dari makanan yang

disediakan keluarga setiap hari dan dari daftar food frekuensi, apakah lengkap nasi,

lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan dan juga frekuensi makan sebanyak tiga

kali dalam satu hari.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan Responden Pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kec. Medan Tuntungan Tahun 2009.

Jenis Makanan Frekuensi

Makanan Pokok 1x sehari

2x sehari

3x sehari

1x seminggu

1x sebul

an

Jarang Tidak pernah

Total

- Nasi - 5% 95% - - - - 100% - Jagung - - - - - 82% 18% 100% - Ubi kayu/ singkong - - - - - 82% 18% 100% - Umbi- umbian - - - - - - - - -………………….

Lauk pauk - Daging - - - 18% 11% 71% - 100% - Ikan basah - - - 82% - 18% - 100% - Telur 73% - - 18% - 9% - 100% - Ikan Asin 45% - 18% 5% - 32% - 100% - Ikan Teri 45% - 18% 5% - 32% - 100% - Ayam - - - 32% 21% 46% - 100% - Tahu/ tempe 27% 14% 54% 5% - - - 100% -…………………

Sayur- sayuran - Bayam 18% - - 27% 18% 38% - 100%

- Kangkung 9% 14% 21% 18% - 38% - 100% - Daun papaya - 9% - 52% - 34% 5% 100% - Daun ubi 5% 34% 16% 23% - 18% 4% 100% - Nangka muda (gori) - - - 7% 5% 71% 16% 100% - Kacang panjang 27% 23% 14% 18% - 9% 9% 100% - Sawi 5% 34% 16% 23% - 18% 4% 100% - Wortel 16% 5% 34% 4% 5% 18% 18% 100% - Terong - 36% 16% 20% - 18% 11% 100% - Kol - 36% 16% 20% - 18% 11% 100% -Kecipir - - - - - - - - -Tomat - - 100% - - - - 100% - Sayur lodeh - - - - - - - - - ………………………

Buah- buahan - Alpokat - - - 77% 5% 18% - 100% - Apel - - - - 5% 89% 5% 100%

Buah-buahan - Jeruk manis 41% - - 23% 18% 18% - 100% - Pisang 73% - 5% 4% - 18% - 100% - Pepaya 4% - 5% 18% - 73% - 100% - Mangga - - - - - 100% - 100% - Nenas - - - - - 100% - 100% - Nangka 4% - - - - 96% - 100% - Belimbing - - - - - 41% 59% 100%

Page 46: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

33

Jenis Makanan Frekuensi Makanan Pokok 1x

sehari 2x sehari

3x sehari

1x seminggu

1x sebulan

Jarang Tidak pernah

Total

- Jambu biji 27% - - 18% 18% 38% - 100% - Jambu air - - - - - 100% - 100% -……………………… Makanan pelengkap/ selingan - Susu 9% - - 18% 7% 51% 9% 100% - Bakso - - - - - 88% 12% 100% - Cendol - - - - - 100% - 100% - Kolak - - - - - 100% - 100% - Pisang goreng - - - 45% - 55% - 100% - Ubi rebus - - - 25% 39% 32% 4% 100% - Kue/ roti 18% - - 46% 27% 9% - 100% - Mie goreng 38% - - - - 62% - 100% - Nasi goreng - - - - - 100% - 100% - Fried chicken - - - - - 41% 59% 100% - Burger - - - - - 27% 73% 100% - Roti bakar - - - - - 27% 73% 100% - Pisang bakar - - - - - - - - - Pecal 9% - - 18% - 73% - 100% -……………………..

Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi makan keluarga

responden pada keluarga tidak mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok)

secara umum mengkonsumsi nasi sebesar 5% untuk frekuensi 2x sehari, 95% untuk

frekuensi 3x sehari, yang mengkonsumsi jagung dan ubi kayu 82% untuk frekuensi

jarang.

Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi adalah ikan teri sebesar

45% untuk frekuensi 1x sehari, telur 73% untuk frekuensi 1x sehari, ikan asin 43%

untuk frekuensi 1x sehari. Konsumsi ikan basah dan ayam dalam frekuensi 1x

seminggu. Hal ini terjadi karena harga ikan basah dan ayam juga jenis daging lebih

mahal dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Sumber protein nabati yaitu dari

tahu/tempe sebesar 54%, 3x sehari. Tahu/tempe banyak dikonsumsi keluarga

responden dikarenakan harganya relatif murah dan dapat dijangkau semua keluarga

Page 47: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

34

responden dan dijadikan sebagai lauk utama. Untuk sumber vitamin dan mineral dari

sayuran, yang paling banyak atau sering dikonsumsi keluarga responden adalah tomat

(100%, 3x sehari), wortel (34%, 3x sehari), kangkung (21%, 3x sehari), terong dan

kol (36%, 2x sehari), serta daun ubi (34%, 2x sehari) dan sawi (34%, 2x sehari). Hal

ini disebabkan karena sayuran jenis ini ada ditanam sendiri oleh keluarga responden

dan juga harganya relatif lebih murah.

Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi

keluarga responden adalah jeruk manis (41%, 1x sehari), pisang (71%, 1x sehari) dan

jambu biji (27%, 1x sehari). Hal ini disebabkan buah tersebut ditanam sendiri dan

harganya lebih murah serta mudah didapatkan. Keluarga responden yang

mengkonsumsi susu dengan frekuensi yang kecil karena harganya yang relatif mahal

dan kurang terjangkau masyarakat, susu yang dikonsumsi 1x sehari sebanyak sebesar

9%, dikarenakan keluarga responden mempunyai balita. Makanan pelengkap/

selingan yang paling sering dikonsumsi keluarga responden adalah kue/roti (18%, 1x

sehari ),dan mie goreng (38%, 1x sehari ).

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat juga diketahui bahwa dari 56

responden didapat bahwa 53 responden (95%) menyajikan makanan lengkap, 5 orang

(5%) dalam kategori sedang, hal ini dilihat dari makanan yang disediakan keluarga

setiap hari dan dari daftar food frekuensi, apakah lengkap nasi, lauk-pauk, sayur-

sayuran, dan buah-buahan dan juga frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam satu

hari.

4.3.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya

Garam beryodium sangat penting, selain sebagai cita rasa juga sangat besar

pengaruhnya bagi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat

Page 48: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

35

diketahui bahwa semua responden baik pada keluarga mampu maupun keluarga tidak

mampu seluruhnya mengkonsumsi garam beryodium (100%). Jenis garam beryodium

yang dikonsumsi responden dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Garam Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

No Jenis Garam Yang

Dikonsumsi Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu

Frekuensi % Frekuensi % 1. Dolpin 44 62,0 8 14,3 2. Segitiga biru 23 32,4 26 46,4 3. Lain-lain 4 5,6 22 39,3

Jumlah 71 100,0 56 100,0

Dari Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa jenis garam yang dikonsumsi pada

keluarga mampu, sebagian besar mengkonsumsi jenis dolpin sebesar 62,0%, dan

paling sedikit jenis lainnya (AA) sebesar 5,6%. Sedangkan responden pada keluarga

tidak mampu yang paling banyak mengkonsumsi jenis segitiga biru sebanyak 46,4%,

dan yang paling sedikit adalah jenis dolpin (14,3%).

4.3.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif

ASI diberikan pada bayi sejak dari lahir. Dari hasil penelitian dapat diketahui

pada keluarga mampu sebagian besar memberikan ASI (74,6%), dan pada keluarga

tidak mampu sebagian besar memberikan ASI (76,8%). Usia pemberian ASI pada

bayi dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pemberian ASI pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

No Pemberian ASI Saja Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % Frekuensi %

1. ≥ 6 bulan 30 42,3 22 39,3 2. < 6 bulan 23 32,4 21 37,5

Jumlah 53 74,6 43 76,8

Page 49: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

36

Dari Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa usia pemberian ASI pada keluarga

mampu sebagian besar memberikan ASI saja sampai usia ≥ 6 bula n (42,3%), dan yang

lainnya memberikan < 6 bulan (32,4%). Sedangkan responden pada keluarga tidak

mampu yang paling banyak memberikan ASI usia ≥ 6 bulan (39,3%), dan yang

lainnya memberikan < 6 bulan (37,5%).

4.3.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi

Kebiasaan sarapan pagi pada keluarga mampu dan tidak mampu dapat dilihat

pada tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

No Kebiasaan Sarapan Pagi Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % Frekuensi %

1. Ya 61 85,9 52 92,9 2. Kadang-kadang 6 8,5 2 3,6 3. Tidak 4 5,6 2 3,6

Jumlah 71 100,0 56 100,0

Tabel 4.9 di atas menunjukkan kebiasaan sarapan pagi pada keluarga mampu,

sebagian besar sarapan pagi (85,9%), kadang-kadang sebesar 8,5% dan yang tidak

sebesar 5,6%. Sedangkan responden pada keluarga tidak mampu, sebagian besar

sarapan pagi (92,9%), kadang-kadang sebesar 3,6%, dan yang tidak sebesar 3,6%.

4.3.5. Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Tingkat penerapan Keluarga sadar gizi (Kadarzi) dapat disimpulkan

berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang

diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.

Page 50: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

37

No Tingkat Penerapan Kadarzi

Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % Frekuensi %

1. Baik 70 98,6 51 91,1 2. Sedang 1 1,4 5 8,9

Jumlah 71 100,0 56 100,0 Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa tingkat distribusi penerapan Kadarzi

pada keluarga mampu yang tingkat penerapan Kadarzi yang dipilih: konsumsi aneka

ragam makanan, penggunaan garam beryodium, pemberian ASI Esklusif, kebiasaan

makan pagi sebesar 98,6%, dalam tingkat sedang sebesar 1,8%, sedangkan responden

pada keluarga tidak mampu yang tingkat penerapannya baik sebesar 91,1%, dan yang

tingkat penerapannya sedang sebesar 8,9%.

Page 51: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

38

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 5.1.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan

Untuk dapat tumbuh dengan baik dan sehat, orang perlu makan makanan yang

mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang cukup. Dalam Kadarzi, susunan

makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat gizi. Hal ini dapat

dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan. Tiap makanan dapat saling

melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandung yang didasarkan pada tiga fungsi yaitu

sebagai sumber energi/tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur

(Almatsier, 2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang selalu

menyajikan makanan setiap hari sebesar 85,9%, kadang-kadang sebesar 14,1%.

Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang selalu menyajikan makanan setiap hari

dalam keluarga sebesar 83,9%, kadang-kadang sebesar 12,5%, dan yang tidak

menyediakan 3,6%. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga masih peduli terhadap

pemenuhan gizi dan kesehatan anggota keluarga. Alasan responden kadang-kadang

menyediakan makanan adalah tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan dan

kebiasaan makan makanan yang siap saji. Ini dapat dilihat dari pekerjaan keluarga

yang lebih banyak sebagai pedagang/wiraswasta, yang menghabiskan waktu dengan

usahanya. Bagaimana caranya supaya dapat menghasilkan uang untuk keperluan

keluarga. Misalnya pada keluarga tidak mampu yang harus berjualan di pasar, sudah

Page 52: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

39

harus berangkat subuh meninggalkan anggota keluarga. Dikaitkan juga dengan

mahalnya harga bahan-bahan makanan di pasaran membuat para ibu rumah tangga

mengeluh dan susah untuk mengatur belanja, yang akhirnya membeli makanan yang

sudah jadi.

Oleh karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung lengkap

semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat dan produktif,

maka harus makan makanan beranekaragam. Dengan makanan yang beranekaragam,

kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari

makanan lain (Sayono, 2006).

Hasil penelitian (Tabel 4.3) juga menunjukkan bahwa pada keluarga mampu

didapat bahwa 86% menyajikan makanan lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran,

dan buah-buahan dalam frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam satu hari), 14%

dalam kategori sedang (nasi, lauk-pauk, sayur atau nasi dan ikan dengan frekuensi

makan kurang dari 3 kali sehari). Sedangkan pada keluarga tidak mampu dapat juga

diketahui bahwa 95% menyajikan makanan lengkap, 5% dalam kategori sedang, hal

ini dilihat dari makanan yang disediakan keluarga setiap hari dan dari daftar food

frekuensi. Ini disebabkan karena kadang anak-anak tidak menyukai buah dan sayuran.

Apalagi balita yang merasa terganggu dengan seratnya. Untuk mengatasi hal ini

dituntut pengetahuan dan keterampilan ibu untuk mengolah makanan dalam bentuk

lunak, misalnya sayuran disajikan hanya daunnya saja, atau dilumatkan dicampur

dengan nasinya, juga harus disesuaikan dengan sayuran yang menjadi kesukaan

anggota keluarga dan perlu memperkenalkan jenis makanan secara dini terhadap

anggota keluarga untuk lebih mudah dalam penerapan keanekaragaman makanan.

Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Priany (2002), bahwa pengetahuan ibu

adalah pintu gerbang dalam penyiapan makan keluarga. Kebiasaan makan yang baik,

Page 53: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

40

serta pemilihan makanan yang baik untuk keluarga sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seorang ibu rumah tangga.

Konsumsi makanan yang kurang biasanya terjadi pada masyarakat miskin

karena pendapatannya yang kurang. Uang memang mempengaruhi apa yang dimakan.

Untuk itu perlu dipilih jenis makanan yang akan dibeli dengan tingkat penghasilan

yang rendah yaitu bahan makanan yang terjangkau dan mempunyai nilai gizi yang

baik. Karena tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan keluarga tidak dapat

mengkonsumsi makanan yang beranekaragam dalam menu makanan sehari-hari,

sehingga hanya mampu makan dengan makanan yang kurang berkualitas baik jumlah

maupun gizinya. Hal ini juga disebabkan sumber energi dari padi-padian yang masih

tinggi dibandingkan dengan makanan yang lain. Pola kebiasaan makan yang selalu

mengutamakan beras sedangkan yang lain hanya seadanya yang membuat konsumsi

masyarakat menjadi tidak beragam. Rendahnya tingkat pendapatan menyebabkan

rendahnya daya beli keluarga untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Budiyanto tahun 2002 yang menyatakan bahwa kelompok

masyarakat yang kehidupannya sulit, rentan terhadap kekurangan gizi, energi dan

protein. Walaupun sebenarnya persepsi ini bisa dirubah dengan mengkonsumsi

makanan murah tapi memenuhi syarat zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Disamping itu, keluarga mengkonsumsi makanan hanya untuk pemuasan rasa lapar

dan haus tanpa memperhatikan pemenuhan akan zat gizi yang diperlukan tubuh, yang

dapat dilihat dari ketidakragaman makanan yang dikonsumsi oleh keluarga.

Sedangkan gizi harus diterima secara teratur dalam ragam mutu dan jumlah yang

cukup sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan dalam bekerja

(Khumaidi, 1994).

Page 54: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

41

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi makan keluarga (tabel 4.5 dan tabel 4.6)

pada keluarga mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok) secara umum

mengkonsumsi nasi sebesar 86% untuk frekuensi 3x sehari, juga pada keluarga tidak

mampu sebesar 95% untuk frekuensi 3x sehari. Setengah dari populasi dunia

termasuk hampir seluruh Asia Tenggara dan Asia Timur merupakan konsumen nasi.

Kebutuhan kalori sebaiknya berasal dari karbohidrat yaitu sekitar 55%, dari lemak 20-

25%, dan dari protein sekitar 10-15%. Menurut Almatsier (2001), peran utama

karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh yang

kemudian diubah menjadi energi.

Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi keluarga mampu

adalah ikan basah sebesar 30% untuk frekuensi 3x sehari, telur 52% untuk frekuensi

1x sehari, ayam 53% untuk frekuensi 2x sehari, keluarga lebih memilih ayam dari

pada daging lainnya karena harganya relatif lebih murah dan mudah didapat di

pasaran. Tahu/tempe, merupakan sumber protein nabati yang juga banyak dikonsumsi

keluarga yaitu sebesar 79% untuk frekuensi 1x sehari. Tahu/tempe biasa dikonsumsi

keluarga sebagai lauk tambahan bukan sebagai lauk utama. Sumber protein hewani

yang secara umum dikonsumsi keluarga tidak mampu adalah ikan teri sebesar 45%

untuk frekuensi 1x sehari, telur 73% untuk frekuensi 1x sehari. Konsumsi ikan basah

dan ayam dalam frekuensi 1x seminggu. Hal ini terjadi karena harga ikan basah dan

ayam juga jenis daging lebih mahal dibandingkan dengan sumber protein lainnya.

Sumber protein nabati yaitu dari tahu/tempe sebesar 54%, 3x sehari. Tahu/tempe

banyak dikonsumsi keluarga dikarenakan harganya relatif murah dan dapat dijangkau

semua keluarga dan dijadikan sebagai lauk utama.. Bahan makanan sumber protein

biasanya lebih tinggi harganya dibandingkan dengan sumber makanan non protein.

Untuk protein hewani juga lebih tinggi harganya dibandingkan dengan bahan

Page 55: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

42

makanan non protein, juga dibandingkan dengan protein nabati (tahu dan tempe).

Menurut Suharjo (1993) dikemukakan bahwa protein mempunyai fungsi yang unik

pada tubuh seperti menyediakan bahan-bahan yang penting peranannya untuk

pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh, bekerja sebagai pengatur kelangsungan

proses dalam tubuh, memberikan tenaga jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh

karbohidrat dan lemak. Protein merupakan zat penting bagi semua jaringan tubuh

yang fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pertumbuhan jaringan-jaringan

tubuh sehingga apabila seseorang kekurangan protein akan mengakibatkan proses

metabolisme dalam tubuh tidak normal.

Untuk sumber vitamin dan mineral dari sayuran, yang paling banyak atau

sering dikonsumsi pada keluarga mampu adalah tomat (100%, 3x sehari), bayam

(37%, 2x sehari), kangkung (37%, 2x sehari), dan sayur lodeh (21%, 2x sehari).

Sedangkan pada keluarga tidak mampu, yang paling banyak atau sering dikonsumsi

adalah tomat (100%, 3x sehari), wortel (34%, 3x sehari), kangkung (21%, 3x sehari),

terong dan kol (36%, 2x sehari), serta daun ubi (34%, 2x sehari) dan sawi (34%, 2x

sehari). Kebanyakan dari keluarga mampu mendapatkan sayuran dengan cara

membeli di pasar dan ada juga yang ditanam di pekarangan rumah, sedangkan

keluarga tidak mampu mengkonsumsi sayuran dari hasil kebun sendiri dan juga dari

hasil jualan yang tidak habis terjual. Kontribusi suatu jenis makanan terhadap

kandungan vitamin makanan bergantung jumlah vitamin yang semula terdapat dalam

makanan tersebut dan jumlah yang rusak kehilangan vitamin dalam pemasakan dapat

dicegah dengan cara menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi, memasak tidak

terlalu lama, menggunakan air pemasak yang sedikit, memotong dengan pisau tajam,

memasak ditutup dan tidak menggunakan alkali dalam pemasakan. Sayuran

merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium, dan serat.

Page 56: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

43

Sayuran yang berwarna hijau kaya akan kalsium, zat besi dan asam folat, contohnya

kangkung, daun singkong, daun kacang dan daun katuk. Semakin hijau warna daun

sayur, semakin kaya akan zat gizi (Almatsier, 2001).

Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi

pada keluarga mampu adalah jeruk manis (49%, 1x sehari), pisang (42%, 1x sehari),

jambu biji (42%, 1x sehari), apel (27%, 1x sehari) dan pepaya (27%, 1x sehari).

Sedangkan pada keluarga tidak mampu, buah-buahan yang paling sering dikonsumsi

adalah jeruk manis (41%, 1x sehari), pisang (71%, 1x sehari) dan jambu biji (27%, 1x

sehari). Jenis buah yang disajikan pada keluarga mampu jika dilihat dari harganya ada

perbedaan dengan keluarga tidak mampu. Misalnya apel, keluarga tidak mampu

jarang sekali, bahkan tidak pernah sama sekali menyedikan di keluarga. Kalaupun

pernah itu karena ada yang memberikan.

Mengkonsumsi buah sangat diperlukan untuk memenuhi vitamin C dan

karoten atau provitamin A, dan mineral (zat kalsium, pospor, kalium, natrium, zat besi

dan zat mineral lainnya) dalam jumlah kecil. Buah-buahan tersebut mudah didapat

dan harganya masih terjangkau. Buah-buahan yang dihidangkan sebagai makanan

penutup atau hidangan terakhir dari suatu jamuan makan sehari-hari yang sering

disebut dengan istilah pencuci mulut. Hal ini mungkin karena buah-buahan itu dapat

menetralkan rongga mulut setelah makan nasi dengan berbagai macam lauk-pauk

dengan aneka rasa dan bau. Selain sebagai makanan penutup, buah-buahan juga

dimasak atau diolah menjadi makanan kecil atau jajanan.

Keluarga mampu yang mengkonsumsi susu sebesar 49% untuk frekuensi 1x

sehari, dan yang sering mengkonsumsi susu adalah bayi dan balita. Sedangkan pada

keluarga tidak mampu yang mengkonsumsi susu dengan frekuensi yang kecil karena

harganya yang relatif mahal dan kurang terjangkau masyarakat, susu yang dikonsumsi

Page 57: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

44

1x sehari sebanyak sebesar 9%, dikarenakan keluarga mempunyai balita. Dalam hal

ini baik keluarga mampu maupun keluarga tidak mampu tidak terlalu menyukai susu.

Misalnya pada keluarga mampu, anggota keluarga tidak suka minum susu disamping

karena alasannya bau, juga takut gemuk jadi mereka lebih memilih minuman-

minuman kemasan yang tanpa disadari minuman itulah yang dapat mengganggu

kesehatan. Untuk mengatasi hal ini, saat ini telah ada produk susu kedelai yang relatif

murah dan tinggi kalsium.

Makanan pelengkap/selingan yang paling sering dikonsumsi adalah kue/roti,

burger dan roti bakar sebesar 38%, 1x sehari, nasi goreng dan fried chicken sebesar

35%, 1x sehari. Konsumsi bakso, cendol dan pecal juga banyak dalam frekuensi 1x

seminggu. Makanan pelengkap/ selingan yang paling sering dikonsumsi adalah

kue/roti (18%, 1x sehari ),dan mie goreng (38%, 1x sehari ).

5.1.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya

Konsumsi yodium ini sangat penting, mengingat fungsinya dalam

metabolisme tubuh seperti pembentukan hormon tiroid yang berguna untuk mengatur

suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf.

Selain itu yodium juga berperan dalam pengubahan karoten (bentuk tidak aktif

vitamin A) menjadi vitamin A (Anonymous, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu dan keluarga tidak

mampu seluruhnya menggunakan garam beryodium. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa keluarga sudah mengenal garam beryodium dan mengerti

kegunaan yodium dalam tubuh. Pada keluarga mampu lebih banyak mengkonsumsi

jenis dolpin (62,0%), dan paling sedikit jenis AA, sebesar 5,6%. Sedangkan pada

keluarga tidak mampu yang paling banyak mengkonsumsi jenis segitiga biru sebesar

Page 58: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

45

46,4%, dan yang paling sedikit jenis dolpin sebesar 14,3%. Hal ini terjadi dipengaruhi

oleh tingkat pendapatan, yaitu harga garam jenis dolpin lebih mahal dibandingkan

dengan jenis lain, karena kandungan yodium pada jenis dolpin lebih tinggi. Dari hasil

penelitian ini juga dapat dilihat bahwa pada keluarga tidak mampu ada yang

mengkonsumsi garam jenis dolpin yang artinya keluarga lebih peduli terhadap

pemenuhan yodium bagi kesehatan.

5.1.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang memberikan

ASI Esklusif sebesar 74,6 %, dan yang tidak memberikan sebesar 25,4 %. Sedangkan

pada keluarga tidak mampu yang memberikan ASI Esklusif sebanyak 76,8%, dan

yang tidak memberikan sebesar 23,2%. Pada dasarnya bayi harus mendapatkan ASI

mulai lahir sampai batas usia 6 bulan ASI eksklusif. Hasil penelitian (tabel 4.8)

menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang paling sedikit adalah yang

memberikan ASI Esklusif sampai usia ≥ 6 bulan sebesar 42,3%, dan yang

memberikan < 6 bulan sebesar 32,4%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu

sebagian besar memberikan ASI Esklusif usia ≥ 6 bulan sebesar 39,3%, dan yang

memberikan < 6 bulan sebesar 37,5%.

Manfaat ASI antara lain memberikan zat kekebalan tubuh pada bayi. Karena ASI

terutama kolostrum kaya akan IgA suatu zat kekebalan tubuh. Pemberian ASI

eksklusif juga bisa mencegah alergi pada bayi, mencegah obesitas anak dan tentu saja

murah. Bahkan menurut sebuah penelitian yang diterbitkan American Journal Clinical

Nutrition Nopember 2006, pemberian ASI menurunkan risiko diabetes di kemudian

hari (Anonymous, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan pada keluarga mampu dan keluarga tidak

mampu yang paling banyak adalah alasan ibu bekerja sebesar 22,5%, dan 25,0%.

Page 59: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

46

Untuk mengatasi hal tersebut disarankan ibu untuk memerah ASI dan ditinggalkan di

rumah, agar bayi tetap mendapatkan ASI Eksklusif. ASI yang diperah dapat disimpan

dalam wadah atau botol steril yang tertutup rapat. ASI perah dapat dibiarkan dalam

suhu kamar (kurang lebih 19-25 oC) selama kurang lebih 6-8 jam. Perlu diperhatikan

bahwa suhu tempat penyimpanan harus stabil (Anonymous, 2007).

5.1.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi

Hasil penelitian (tabel 4.9) menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang

makan pagi sebesar 85,9%, kadang-kadang 8,5%, dan yang tidak sebesar 5,6%.

Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang makan pagi sebesar 92,9%, kadang-

kadang sebanyak 3,6%, dan yang tidak sebesar 3,6%. Hal ini terjadi karena adanya

uang jajan setiap hari sehingga tidak selera makan pagi, buru-buru untuk berangkat

kerja/tidak ada waktu. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang jarang diberikan

uang saku, sehingga harus makan dari rumah walau hanya nasi saja.

Kebiasaan makan pagi inilah yang sering diabaikan dengan alasan tidak ada waktu

atau takut terlambat, terutama anak sekolah. Padahal menurut penelitian yang

dilakukan oleh Pollit pada tahun 1998 menyebutkan bahwa anak sekolah usia 9-11

tahun yang tidak sarapan kemudian diberikan beberapa test, ternyata memiliki banyak

kesalahan, memilik stimulus yang lebih lambat dan memiliki recall memory yang

lebih lambat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan keluarga kadang-kadang makan pagi

pada keluarga mampu yang alasannya tidak ada waktu, buru-buru sebesar 2,8%, dan

yang tidak selera makan sebesar 5,6%, sedangkan pada keluarga tidak mampu yang

alasannya tidak ada waktu, buru-buru sebesar 1,8%, dan yang tidak selera makan

sebesar 1,8%.

Page 60: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

47

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa alasan keluarga tidak makan pagi pada

keluarga mampu yang alasannya tidak biasa dengan makan pagi sebesar 5,6%,

sedangkan pada keluarga tidak mampu yang alasannya tidak biasa dengan makan pagi

sebesar 1,8%, dan yang tidak ada waktu menyediakan sebesar 1,8%.

Hal ini disebabkan kadang orangtua terlalu sibuk sehingga sering tidak

menyediakan makanan, dan juga melihat ibu yang sering terburu-buru memberikan

makan kepada anaknya. Saat memberikan makan mereka kadang sudah mengenakan

pakaian kerja kantoran, dalam kondisi demikian, biasanya anak menjadi malas dan

mulai berulah. Untuk mencegah alasan tidak ada waktu, bahan-bahan mentah yang

diperlukan untuk sarapan boleh disiapkan malam hari sebelumnya. Ini akan

mengurangi kerepotan saat mengolah menu sarapan di pagi harinya. Sajikan sarapan

pagi dengan menu yang sederhana tetapi mengandung unsur gizi yang diperlukan

tubuh, mulai dari protein, kalori, sampai vitamin (Anonymous, 2007).

5.2. Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).

Hasil penelitian (tabel 4.10) menunjukkan tingkat penerapan Kadarzi pada

keluarga mampu yang tingkat penerapan pedoman umum gizi seimbang( konsumsi

aneka ragam makanan, penggunaan garam beryodium, pemberian ASI Eksklusif,

kebiasaan makan pagi) yang baik 98,6%, dan sedang sebesar 1,8%, sedangkan pada

keluarga tidak mampu yang tingkat penerapannya baik sebesar 91,1%, dan yang

tingkat penerapannya sedang sebesar 8,9%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa keluarga mampu dan keluarga tidak mampu sama-sama menerapkan Keluarga

Sadar Gizi (Kadarzi), tetapi keluarga mampu lebih menerapkannya yaitu dalam hal

penyediaan makanan, penggunaaan garam beryodium, pemberian ASI Eksklusif, dan

kebiasaan makan pagi. Tingkat penerapan Kadarzi antara keluarga mampu dan tidak

mampu ini tidak terlalu jauh perbedaannya. Hal itu dapat dilihat perbedaannya dari

Page 61: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

48

jenis makanan yang disajikan (keanekaragaman makanan yang dikonsumsi), yang

terbukti bahwa pada keluarga mampu telah menyajikan jenis makanan yang

beranekaragam dibanding dengan pada keluarga tidak mampu. Garam yodium yang

digunakan lebih banyak menggunakan merek dolpin yang kaya yodium dengan harga

lebih tinggi, pemberian ASI eksklusif, dan kebiasaan makan pagi. Dari hasil tersebut

dapat dilihat bahwa Kadarzi sudah mulai memasyarakat dan sudah diterapkan dalam

keluarga. Seperti halnya, dari hasil penelitian yang dilakukan Syarifah (2003), tentang

perilaku kader posyandu dalam penerapan 13 pesan gizi seimbang dapat diketahui

bahwa sebagian besar responden rata-rata makan 3 kali dalam sehari; jenis makanan

yang disajikan adalah nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan; jenis sayuran

yang sering dikonsumsi adalah sayuran hijau; selalu menggunakan garam beryodium;

memberikan ASI sampai bayi usia 4 bulan dan selalu memberikan sarapan pagi.

Terjadinya perbedaan penerapan Kadarzi pada keluarga mampu dan tidak mampu ini

disebabkan karena tingkat pendapatan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan

Priany (2003), menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendapatan

keluarga dengan kebiasaan makan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan

dengan nilai P= 0,009 (P>0,05) yang artinya kebiasaan makan keluarga dengan

kategori lengkap (empat sehat lima sempurna) lebih besar pada kelompok responden

dengan tingkat pendapatan yang berada pada kategori tinggi. Peningkatan pendapatan

jelas merupakan senjata yang ampuh untuk memperbaiki gizi, dan pendapatan

merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang

dikonsumsi.

Page 62: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan pada bab pembahasan, maka dapat

dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penyajian makanan, jenis makanan yang disajikan keluarga mampu dalam

kategori lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam

frekuensi 3x sehari) yaitu sebesar 86% dalam kategori sedang (nasi, lauk-pauk,

dan sayur-sayuran atau nasi dan ikan saja dalam frekuensi kurang dari 3x sehari)

sebesar 14%, sedangkan pada keluarga tidak mampu jenis makanan yang disajikan

dalam kategori lengkap sebesar 95%, dan dalam kategori sedang sebesar 5%. Hal

ini terjadi karena anggota keluarga ada yang tidak suka dengan buah dan sayuran,

ada juga yang menyukai sayuran tertentu saja.

2. Keluarga mampu lebih menyajikan makanan yang beranekaragam dibandingkan

dengan jenis makanan yang disajikan dalam keluarga tidak mampu yaitu makanan

pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan jenis makanan selingan.

3. Ada kesamaan antara keluarga mampu dan tidak mampu yaitu sama-sama

mengkonsumsi garam beryodium, tetapi jika dibandingkan dari jenis garam yang

Page 63: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

50

dikonsumsi, keluarga mampu lebih memilih merek dolpin yang kaya yodium dan

relatif lebih mahal dari jenis garam merek lainnya.

4. Dalam pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan keluarga tidak mampu lebih

menerapkan dibanding dengan keluarga mampu, hal ini terjadi karena ibu bekerja

dan diberi susu formula dan MP-ASI.

5. Kebiasaan makan pagi lebih diterapkan pada keluarga tidak mampu(92,9%)

daripada keluarga mampu (85,9%). Hal ini terjadi karena adanya uang jajan setiap

hari sehingga tidak selera makan pagi, buru-buru untuk berangkat kerja/tidak ada

waktu. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang jarang diberikan uang saku,

sehingga harus makan dari rumah walau hanya nasi saja.

6. Tingkat penerapan Kadarzi pada keluarga mampu sebesar 98,6% dan keluarga tidak

mampu sebesar 91,1%, Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan

Kadarzi pada keluarga mampu tidak terlalu jauh perbedaannya secara kuantitas

dibandingkan dengan penerapan Kadarzi pada keluarga tidak mampu.

6.2. Saran

1. Kepada keluarga diharapkan agar tetap mempertahankan dan meningkatkan

penerapan Kadarzi dalam keluarga. Makanan sehat dan bergizi tidak hanya

didapatkan dari makanan yang mahal, tetapi dari makanan yang murah juga

banyak mengandung zat gizi.

2. Diharapkan juga kepada keluarga agar menyajikan makanan yang beranekaragam

dan lebih dini mengenalkan jenis-jenis makanan kepada anggota keluarga, karena

tidak ada satupun makanan yang memenuhi semua zat gizi, harus dikombinasikan

dari beberapa jenis makanan.

3. Kepada petugas kesehatan diharapkan agar lebih mensosialisasikan Keluarga Sadar

Gizi (Kadarzi) pada masyarakat untuk memudahkan dalam penerapannya dalam

49

Page 64: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

51

upaya peningkatan gizi di wilayah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Almatsier, S. 2005. Penuntun Diet, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Anonymous, 2007. Mengenal 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang, www. gizi. net. Anonymous, 2008. ASI dan Ibu Bekerja, www. gizi.net. Budianto, J, dkk. 1998. Strategi Menuju Perilaku Makan Sehat Dan Implikasinya

Pada Perencanaan Ketersediaan Pangan, Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi, Bina Kerjasama Iptek LIPI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1995. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang,

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta. ----------------------------------, 1998. Keluarga Mandiri Sadar Gizi, Ditjen Bina

Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta. ----------------------------------, 2004. Keluarga Sadar Gizi, Direktorat Gizi masyarakat

Jakarta. Dinas Kesehatan Sumut, 2001. Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi, Medan. ----------------------------, 2006. Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Sumut 2006-2010,

Medan Effendy, N. 2000. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Buku

Kedokteran EGC, Jakarta. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat, PT Gunung Mulia, Jakarta.

Page 65: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

52

Lisdiana, 1998. Waspada Terhadap Kelebihan Dan Kekurangan Gizi, PT Trubus Agriwidya, Bandar Lampung.

Luciasari, dkk, 1996. Menjaga Kesehatan Balita, Puspa Swara, Jakarta. Notoatmodjo, S. 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Priany, Henny. 2002, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kebiasaan

Makan Empat Sehat Lima Sempurna Pada Keluarga Di Kelurahan tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2002, Skripsi FKM USU.

Santoso, S. 1999. Kesehatan Gizi, Rineka Cipta, Jakarta. Sayono, S. 2006. Gizi Remaja Putri, Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia. Setiyono, B. 1996. Menu Gizi Seimbang, Balai Pustaka, Jakarta. Soekirman, 2000, Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat,

Direktorat jenderal Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Soemitro, S, dan Tjiptoherijanto, P. 2002. Kemiskinan Dan Ketidakmerataan Di

Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Supariasa, 2001. Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta Syarifah, S. 2003. Perilaku Kader Posyandu Dalam Penerapan 13 Pesan Dasar

Gizi Seimbang Di Kelurahan Pahlawan Kecamatan Medan Perjuangan, Skripsi FKM USU.

Page 66: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

53

Page 67: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

54

Kuesioner:

KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA

DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009

No Daftar Pertanyaan Jawab Kode Nilai A. Daftar Identitas Responden Data Umum Responden 1. Nama 2. Umur 3. Pendapatan a. < Rp 822.205 b. ≥ Rp 822.205 4. Pekerjaan a. Buruh/ petani b. pedagang/

wiraswasta

c. PNS d. Lainnya (sebutkan) B. Data Tindakan Responden 1. Apakah anda selalu menyajikan

makanan dalam keluarga anda? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

2. Jika ya, dalam menyajikan makanan jenis makanan apa saja yang selalu disajikan dalam keluarga anda?

a. Nasi, lauk- pauk, sayur- sayuran dan buah- buahan b. Nasi, lauk-pauk dan sayur- sayuran c. Nasi dan lauk- pauk

3. Jika kadang-kadang, dalam menyajikan makanan apa saja yang disajikan dalam keluarga anda?

a. Nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran,dan buah-buahan b. Nasi,lauk-pauk, dan sayur-sayuran c. Nasi dan lauk-pauk

4. Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan b. kebiasaan konsumsi makanan siap saji c. Lain-lain

5. Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak ada uang b. Malas menyediakan c. Lain-lain

6. Apakah setiap hari keluarga anda selalu makan sayur?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

Page 68: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

55

7. Jika ya, jenis sayuran apa yang sering dikonsumsi dalam keluarga anda?

a. Sayuran hijau,kuning, dan buah b. Sayuran hijau dan kuning c. Sayuran hijau

8. Jika kadang-kadang, jenis sayuran apa yang sering dikonsumsi dalam keluarga anda?

a. Sayuran hijau,kuning, dan buah b. Sayuran hijau dan kuning c. Sayuran hijau

9. Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan b. Anggota keluarga suka makan sayuran tertentu c. Lain-lain

10. Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak ada uang b. Anggota keluarga tidak suka makan sayur c. Lain-lain

11. Apakah dalam keluarga anda menggunakan garam beryodium?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

12. Jenis garam beryodium apa yang keluarga anda gunakan?

a. Dolpin b. Segitiga biru c. Lain-lain

13. Apakah anda memberikan ASI saat anda mempunyai bayi?

a. Ya b. Tidak

14. Jika ya, sampai usia berapa anda memberikan ASI saja?

a. ≥ 6 bulan b. < 6 bulan

15. Jika jawaban tidak, apa alasannya? a. Tidak ada ASI b. Bayi tidak mau menyusu c. Ibu tidak mau memberikan ASI

16. Jika < 6 bulan apa alasannya? a. Diberi susu formula dan MP-ASI b. Ibu bekerja c. Lain-lain

17. Apakah keluarga anda selalu makan pagi?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

18. Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak biasa dengan makan pagi b. Tidak ada yang menyediakan c. Lain-lain

19. Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, buru-buru b. Tidak selera c. Lain-lain

Page 69: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

56

Kuesioner Kebiasaan Makan Keluarga

Food Frekuensi Tanggal wawancara dilaksanakan : Nomor Responden : Nama Responden :

Food Frekuency Quesionare (FFQ) Jenis Makanan Frekuensi

Makanan Pokok 1x sehari

2x sehari

3x sehari

1x seminggu

1x sebulan

Jarang Tidak Pernah

- Nasi - Jagung - Ubi kayu/ singkong - Umbi- umbian -…………………. Lauk pauk - Daging -Ikan basah - Telur - Ikan Asin - Ikan Teri - Ayam - Tahu/ tempe - ………………………..

Sayur- sayuran - Bayam - Kangkung - Daun papaya - Daun ubi - Nangka muda (gori) - Kacang panjang - Sawi - Wortel - Terong - Kol -Kecipir -Tomat - Sayur lodeh - ………………………

Page 70: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

57

Buah- buahan - Alpokat - Apel - Jeruk manis -Pisang - Pepaya - Mangga - Nenas - Nangka - Belimbing - Jambu biji - Jambu air -………………………

Makanan pelengkap/ selingan

- Susu - Bakso - Cendol - Kolak - Pisang goreng - Ubi rebus -Kue/ roti - Mie goreng - Nasi goreng - Fried chicken - Burger - Roti bakar - Pisang bakar - Pecal -……………………..

Page 71: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

58

Out-Put Keluarga Mampu Frequency Table

responden yang selalumenyajikan makanan

61 85.9 85.9 85.910 14.1 14.1 100.071 100.0 100.0

ya=3kadang-kadang=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

makanan yang disajikan responden

10 14.1 14.1 14.1

34 47.9 47.9 62.0

21 29.6 29.6 91.56 8.5 8.5 100.0

71 100.0 100.0

0nasi,lauk-pauk,sayur,dan buah=3nasi,lauk-pauk,sayur=2nasi dan lauk=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

kadang-kadang menyajikan makanan

61 85.9 85.9 85.9

5 7.0 7.0 93.0

5 7.0 7.0 100.0

71 100.0 100.0

0nasi,lauk-pauk,sayur-sayuran, danbuah-buahan=3nasi, lauk-pauk, dansayur-sayuran=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden kadang-kadang menyajikan makanan

61 85.9 85.9 85.9

5 7.0 7.0 93.0

5 7.0 7.0 100.0

71 100.0 100.0

0tidak ada waktu, sibukdengan pekerjaan=3kebiasaan konsumsimakanan siap saji=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden tidak menyajikan makanan

71 100.0 100.0 100.00ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 72: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

59

responden yang selalu menyediakan sayur

49 69.0 69.0 69.010 14.1 14.1 83.112 16.9 16.9 100.071 100.0 100.0

ya=3kadang-kadang=2tidak=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

sayuran yang disajikan responden

22 31.0 31.0 31.0

33 46.5 46.5 77.5

11 15.5 15.5 93.0

5 7.0 7.0 100.071 100.0 100.0

0sayuran hijau,kuning,danbuah=3sayuran hijau dankuning=2sayuran hijau=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

responden yang kadang-kadang menyajikan sayuran

61 85.9 85.9 85.9

3 4.2 4.2 90.1

4 5.6 5.6 95.8

3 4.2 4.2 100.071 100.0 100.0

0sayuran hijau, kuning,dan sayuran buah=3sayuran hijau dankuning=2sayuran hijau=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden kadang-kadang menyajikan sayur

61 85.9 85.9 85.94 5.6 5.6 91.5

6 8.5 8.5 100.0

71 100.0 100.0

0tidak ada waktu=3anggota keluarga sukasayuran tertentu=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden tidak menyediakan sayur

59 83.1 83.1 83.1

12 16.9 16.9 100.0

71 100.0 100.0

0anggota keluarga tidaksuka makan sayur=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 73: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

60

responden menggunakan garam beryodium

71 100.0 100.0 100.0ya=3ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

jenis garam yodium yang dikonsumsi responden

44 62.0 62.0 62.023 32.4 32.4 94.4

4 5.6 5.6 100.071 100.0 100.0

dolpin=3segitiga biru=2lain-lain=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

responden yang memberikan ASI pada bayi

53 74.6 74.6 74.618 25.4 25.4 100.071 100.0 100.0

ya=23Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

usia bayi diberikan ASI

18 25.4 25.4 25.430 42.3 42.3 67.623 32.4 32.4 100.071 100.0 100.0

0>=6bulan=2< 6bulan=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan tidak memberikan ASI

53 74.6 74.6 74.610 14.1 14.1 88.7

8 11.3 11.3 100.0

71 100.0 100.0

0tidak ada ASI=3bayi tidak maumenyusu=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan <6bulan memberikan ASI

48 67.6 67.6 67.6

7 9.9 9.9 77.5

16 22.5 22.5 100.071 100.0 100.0

0Diberi susu formuladan MP-ASI=3ibu bekerja=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 74: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

61

keluarga yang selalu makan pagi

61 85.9 85.9 85.96 8.5 8.5 94.44 5.6 5.6 100.0

71 100.0 100.0

ya=3kadang-kadang=2tidak=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden tidak makan pagi

67 94.4 94.4 94.4

4 5.6 5.6 100.0

71 100.0 100.0

0tidak biasa denganmakan pagi=3Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan kadang-kadang makan pagi

65 91.5 91.5 91.5

2 2.8 2.8 94.4

4 5.6 5.6 100.071 100.0 100.0

0tidak ada waktu,buru-buru=3tidak selera makan=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

nilai total responden

70 98.6 98.6 98.61 1.4 1.4 100.0

71 100.0 100.0

baik(>11)sedang(6-11)Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 75: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

62

Out-Put Keluarga Tidak Mampu Frequency Table

responden yang selalu menyediakan makanan

47 83.9 83.9 83.97 12.5 12.5 96.42 3.6 3.6 100.0

56 100.0 100.0

ya=3kadang-kadang=2tidak=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

makanan yang disajikan keluarga

9 16.1 16.1 16.1

13 23.2 23.2 39.3

16 28.6 28.6 67.9

18 32.1 32.1 100.056 100.0 100.0

0nasi, lauk-pauk,sayurandan buah-buahan=3nasi, lauk-pauk dansayuran=2nasi dan lauk-pauk=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

makanan yang kadang-kadang disajikan responden

49 87.5 87.5 87.5

5 8.9 8.9 96.4

2 3.6 3.6 100.056 100.0 100.0

0nasi, lauk-pauk, dansayur-sayuran=2nasi dan lauk-pauk=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden menyajikan kadang-kadang

49 87.5 87.5 87.5

2 3.6 3.6 91.1

5 8.9 8.9 100.0

56 100.0 100.0

0tidak ada waktu, sibukdengan pekerjaan=3kebiasaan konsumsimakanan siap saji=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 76: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

63

alasan responden tidak menyajikan makanan

55 98.2 98.2 98.21 1.8 1.8 100.0

56 100.0 100.0

0tidak ada uang=3Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

responden yang selalu menyediakan sayuran

19 33.9 33.9 33.917 30.4 30.4 64.320 35.7 35.7 100.056 100.0 100.0

ya=3kadang-kadang=2tidak=*1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

sayuran yang disajikan responden

37 66.1 66.1 66.1

13 23.2 23.2 89.3

3 5.4 5.4 94.6

3 5.4 5.4 100.056 100.0 100.0

0sayuran hijau,kuning dan buah=3sayuran hijau dankuning=2sayuran hijau=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

responden yang menyajikan sayuran kadang-kadang

39 69.6 69.6 69.6

8 14.3 14.3 83.9

9 16.1 16.1 100.056 100.0 100.0

0sayuran hijaudan kuning=2sayuran hijau=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden kadang-kadang menyajikan sayuran

39 69.6 69.6 69.6

7 12.5 12.5 82.1

10 17.9 17.9 100.0

56 100.0 100.0

0tidak ada waktu, sibukdengan pekerjaan=3anggota keluarga sukasayuran tertentu=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 77: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

64

alasan responden tidak menyediakan sayuran

36 64.3 64.3 64.37 12.5 12.5 76.8

13 23.2 23.2 100.0

56 100.0 100.0

0tidak ada uang=3anggota keluarga tidaksuka makan sayur=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

responden menggunakan garam beryodium

56 100.0 100.0 100.0ya=3ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

jenis garam yadium yang dikonsumsi responden

8 14.3 14.3 14.326 46.4 46.4 60.722 39.3 39.3 100.056 100.0 100.0

dolpin=3segitiga biru=2lain-lain=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

usia bayi diberikan ASI

13 23.2 23.2 23.222 39.3 39.3 62.521 37.5 37.5 100.056 100.0 100.0

0>=6 bulan=2< 6 bulan=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan tidak memberikan ASI

43 76.8 76.8 76.810 17.9 17.9 94.6

2 3.6 3.6 98.2

1 1.8 1.8 100.0

56 100.0 100.0

0tidak ada ASI=3bayi tidak maumenyusu=2ibu tidak maumemberikan ASI=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 78: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

65

alasan responden memberikan ASI usia <6 bulan

35 62.5 62.5 62.5

7 12.5 12.5 75.0

14 25.0 25.0 100.056 100.0 100.0

0diberi susu formuladan MP-ASI=3ibu bekerja=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

keluarga yang selalu makan pagi

52 92.9 92.9 92.92 3.6 3.6 96.42 3.6 3.6 100.0

56 100.0 100.0

ya=3kadang-kadang=2tidak=1Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden tidak makan pagi

54 96.4 96.4 96.4

1 1.8 1.8 98.2

1 1.8 1.8 100.0

56 100.0 100.0

0tidak biasa denganmakan pagi=3tidak ada waktumenyediakan=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

alasan responden kadang-kadang makan pagi

54 96.4 96.4 96.4

1 1.8 1.8 98.2

1 1.8 1.8 100.056 100.0 100.0

0tidak ada waktu,buru-buru=3tidak selera=2Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

nilai total responden

51 91.1 91.1 91.15 8.9 8.9 100.0

56 100.0 100.0

baik(>11)sedang(6-11)Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 79: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

66

Page 80: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

67

nama umur umurk pkrjaan pndapatn saji sajit saji1 saji1a saji1b saji2 saji3 saji3t saji4 saji4a saji4b saji5 saji6 saji6t saji7 saji8 saji8t saji9 saji10 saji10a saji11 saji11t sajik sajitot saji12 saji12a1 24 1 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 02 36 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 03 30 2 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 04 40 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 05 36 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 06 28 2 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 07 37 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 08 30 2 2 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 1 1 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 13 0 09 36 3 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 010 28 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 011 28 2 2 1 2 3 0 2 2 0 2 2 0 1 2 0 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 12 0 012 34 3 3 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 013 34 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 2 2 1 13 0 214 37 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 015 35 3 4 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 016 40 4 3 1 1 3 2 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 2 1 2 1 0 0 2 2 1 11 0 217 32 3 2 1 2 3 0 2 2 0 3 1 0 0 0 2 1 3 2 1 2 1 0 0 2 2 1 11 0 218 34 3 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 2 1 0 1 0 3 1 1 11 1 019 34 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 3 2 1 0 1 0 2 2 1 12 0 220 40 4 3 1 1 3 1 0 0 0 2 2 0 1 2 0 1 3 2 1 0 2 0 2 1 3 1 11 0 021 40 4 4 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 022 38 4 2 1 1 3 1 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 1 2 1 0 0 3 1 2 10 1 023 39 4 2 1 1 3 2 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 11 0 024 35 3 3 1 2 3 0 2 2 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 2 1 0 1 0 1 3 1 13 0 025 34 3 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 026 40 4 4 1 2 3 0 2 2 0 2 2 0 3 1 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 13 0 027 40 4 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 028 25 1 3 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 2 1 2 1 0 0 2 2 1 11 0 129 40 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 3 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 030 30 2 3 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 13 0 031 29 2 2 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 3 1 1 12 1 032 30 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 033 34 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 034 39 4 2 1 2 3 0 2 2 0 2 2 0 2 1 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 13 0 035 33 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 036 27 2 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 037 28 2 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 038 36 3 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 039 27 2 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 040 33 3 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 041 27 2 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 042 28 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 13 0 043 33 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 044 33 3 2 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 11 0 045 28 2 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 046 29 2 2 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 12 0 047 25 1 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 048 27 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 049 33 3 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 2 2 1 13 0 150 40 4 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 3 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 051 40 4 3 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 3 2 0 1 3 1 1 2 2 0 1 3 3 1 13 1 052 30 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 053 33 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 054 22 1 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 055 35 3 4 1 1 3 1 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 13 0 056 37 3 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 057 28 2 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 058 38 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 059 37 3 4 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 11 0 060 27 2 2 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 3 1 2 2 0 1 1 3 1 12 0 061 36 3 3 1 1 3 1 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 11 0 062 36 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 063 40 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 064 37 3 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 065 29 2 4 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 13 0 066 28 2 2 1 1 3 1 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 12 0 067 28 2 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 068 39 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 069 29 2 3 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 12 0 070 38 4 2 1 1 3 1 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 11 0 071 38 4 3 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 3 1 0 1 3 2 2 1 0 1 0 1 3 1 12 0 0

Master Data Keluarga Mampu

Page 81: 10E00046

Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.

68