10_Dela Farhana_Utang Dan Kesinambungan Fiskal

3
 PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA VALUTA ASING (Studi Kasus 2013 - 2014) Dela Farhana  D4 Akuntansi Khusus, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan [email protected]  Abstrak  – Program Medium Global Term Notes yang diusung pemerintah dalam rangka menghimpun pinjaman menjadikan SUN Valas sebagai salah satu instrumen portofolionya. Penggolongan surat utang ini di dalam  APBN rmasuk ke dalam pembiayaan dalam negeri, begitupula dengan bunga utangnya. Risiko terpenting yang  perlu diperhatikan da lam penerbitan SUN Valas adalah perubahan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika S erikat yang berpengaruh terhadap outstanding jumlah utang Pemerintah pada APBN. Selain itu, adanya ketidakstabilan perekonomian dunia juga menjadi risiko yang patut diperhatikan. Kata Kunci : SUN, Valuta Asing, Tapering Off, Risiko Utang PENDAHULUAN Setelah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, resmi mengumumkan kebijakan pengurangan stimulus (tapering off ), pasar modal dan valas di Indonesia mulai bergejolak. Meskipun merespon secara positif, namun masih terdapat kekhawatiran akan dampak tapering off  selanjutnya dari The Fed . Sebelumnya, wacana pengurangan Quantitative Easing yang dikemukakan oleh Ketua The Fed, berimbas pada IHSG, yaitu berupa penarikan portofolio asing secara besar-besaran hingga mencapai Rp 15,29 triliun. Total dana ini hampir sama dengan nilai dana asing yang masuk pada tahun sebelumnya (2012) sebesar Rp 15,2 triliun. Terlepas dari semua itu, kebijakan tapering off dari The Fed  tidak membuat Pemerintah Indonesia menyimpan surat utangnya. Malahan pada bulan Januari lalu Indonesia menerbitkan SUN Valas dengan total Rp 17,5 miliar sebagai bagian dari program penghimpunan dana (utang) Global Medium Term Notes Republik Indonesia. Adapun investor yang menanamkan modalnya pada SUN Valas Indonesia yaitu 70% Amerika Serikat, 17% Eropa, 11% Asia, dan sisanya investor lokal Indonesia. Karakteristiknya sebagai pembiayaan dalam negeri namun dengan mata uang asing menjadikan SUN Valas, menurut penulis, sebagai topik yang menarik untuk dibahas. Ditambah dengan risiko yang selalu melekat pada penerbitannya, semoga jurnal ini dapat memberikan tambahan informasi bagi para pembacanya. Metode Penelitian Kajian untuk jurnal ini dilakukan melalui metode pengumpulan informasi yang berasal dari publikasi resmi dan publikasi melalui media elektronik. Surat Utang Negara dengan Mata Uang Asing Surat Utang Negara (SUN) merupakan surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran pokok dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. Adapun dasar hukum penerbitan SUN dan pengelolaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. SUN yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia menggunakan mata uang asing disebut SUN Valas, biasanya yang digunakan adalah Dollar Amerika Serikat. Penerbitan SUN Valas diakui pemerintah hanya sebagai ‘pelengkap’ seiring dengan program pemerintah yang ingin mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri. Hal yang menarik untuk dicermati adalah pada APBN tahun 2013 dan sebelumnya, SUN Valas digolongkan menjadi instrumen pembiayaan dalam negeri dengan nama Surat Berharga Negara (SBN) Valas. Namun untuk pencatatan pembayaran bunga utang, pemerintah inkonsisten dengan mencatatnya pada akun utang luar negeri. Akibatnya, pada APBN-P 2013, terjadi reklasifikasi yang menyebabkan

description

Utang dan Kesinambungan Fiskal

Transcript of 10_Dela Farhana_Utang Dan Kesinambungan Fiskal

  • PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA VALUTA ASING

    (Studi Kasus 2013 - 2014)

    Dela Farhana

    D4 Akuntansi Khusus, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan

    [email protected]

    Abstrak Program Medium Global Term Notes yang diusung pemerintah dalam rangka menghimpun pinjaman

    menjadikan SUN Valas sebagai salah satu instrumen portofolionya. Penggolongan surat utang ini di dalam

    APBN rmasuk ke dalam pembiayaan dalam negeri, begitupula dengan bunga utangnya. Risiko terpenting yang

    perlu diperhatikan dalam penerbitan SUN Valas adalah perubahan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat

    yang berpengaruh terhadap outstanding jumlah utang Pemerintah pada APBN. Selain itu, adanya

    ketidakstabilan perekonomian dunia juga menjadi risiko yang patut diperhatikan.

    Kata Kunci : SUN, Valuta Asing, Tapering Off, Risiko Utang

    PENDAHULUAN

    Setelah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed,

    resmi mengumumkan kebijakan pengurangan

    stimulus (tapering off), pasar modal dan valas di

    Indonesia mulai bergejolak. Meskipun merespon

    secara positif, namun masih terdapat kekhawatiran

    akan dampak tapering off selanjutnya dari The Fed.

    Sebelumnya, wacana pengurangan Quantitative

    Easing yang dikemukakan oleh Ketua The Fed,

    berimbas pada IHSG, yaitu berupa penarikan

    portofolio asing secara besar-besaran hingga

    mencapai Rp 15,29 triliun. Total dana ini hampir sama

    dengan nilai dana asing yang masuk pada tahun

    sebelumnya (2012) sebesar Rp 15,2 triliun.

    Terlepas dari semua itu, kebijakan tapering off

    dari The Fed tidak membuat Pemerintah Indonesia

    menyimpan surat utangnya. Malahan pada bulan

    Januari lalu Indonesia menerbitkan SUN Valas dengan

    total Rp 17,5 miliar sebagai bagian dari program

    penghimpunan dana (utang) Global Medium Term

    Notes Republik Indonesia.

    Adapun investor yang menanamkan modalnya

    pada SUN Valas Indonesia yaitu 70% Amerika Serikat,

    17% Eropa, 11% Asia, dan sisanya investor lokal

    Indonesia.

    Karakteristiknya sebagai pembiayaan dalam

    negeri namun dengan mata uang asing menjadikan

    SUN Valas, menurut penulis, sebagai topik yang

    menarik untuk dibahas. Ditambah dengan risiko yang

    selalu melekat pada penerbitannya, semoga jurnal ini

    dapat memberikan tambahan informasi bagi para

    pembacanya.

    Metode Penelitian

    Kajian untuk jurnal ini dilakukan melalui metode

    pengumpulan informasi yang berasal dari publikasi

    resmi dan publikasi melalui media elektronik.

    Surat Utang Negara dengan Mata Uang Asing

    Surat Utang Negara (SUN) merupakan surat

    pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun

    valuta asing yang dijamin pembayaran pokok dan

    bunganya oleh Negara Republik Indonesia sesuai

    dengan masa berlakunya.

    Adapun dasar hukum penerbitan SUN dan

    pengelolaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor

    24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.

    SUN yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia

    menggunakan mata uang asing disebut SUN Valas,

    biasanya yang digunakan adalah Dollar Amerika

    Serikat.

    Penerbitan SUN Valas diakui pemerintah hanya

    sebagai pelengkap seiring dengan program

    pemerintah yang ingin mengurangi ketergantungan

    terhadap pinjaman luar negeri.

    Hal yang menarik untuk dicermati adalah pada

    APBN tahun 2013 dan sebelumnya, SUN Valas

    digolongkan menjadi instrumen pembiayaan dalam

    negeri dengan nama Surat Berharga Negara (SBN)

    Valas. Namun untuk pencatatan pembayaran bunga

    utang, pemerintah inkonsisten dengan mencatatnya

    pada akun utang luar negeri. Akibatnya, pada APBN-P

    2013, terjadi reklasifikasi yang menyebabkan

  • peningkatan bunga utang dalam negeri sebesar 21,6

    % dan penurunan bunga utang luar negeri 52,7 %.

    Penggolongan SUN Valas menjadi instrumen

    pembiayaan dalam negeri atau luar negeri menurut

    penulis memang cukup bias.

    Dilihat dari asalnya, Surat Utang Negara

    merupakan bagian dari Surat Berharga Negara,

    dimana di dalam struktur APBN termasuk kedalam

    pembiayaan dalam negeri non-perbankan.

    Namun Bank Indonesia dalam perilisan data

    tentang statistik utang luar negeri, menggolongkan

    SBN yang diterbitkan di luar negeri ataupun yang

    yang dimiliki oleh bukan penduduk Indonesia,

    termasuk ke dalam instrumen utang luar negeri.

    Imbasnya, pencatatan bunga utang juga menjadi

    bias. Sehingga pada tahun 2008-2012 pencatatan

    bunga utang dalam negeri tidak memasukkan unsur

    SUN Valas, namun pada tahun 2013 (APBN-P), SUN

    Valas termasuk ke dalam golongan ini.

    Risiko Penerbitan SUN Valas

    Penerbitan SUN Valas sebagai instrumen utang

    tentunya memiliki risiko tersendiri, di antaranya :

    a. Risiko nilai tukar (Exchange Rate Risk)

    Risiko penerbitan surat utang dengan mata uang

    asing, dalam hal ini dollar AS, sangat rentan

    terhadap perubahan nilai tukar.

    Salah satu akibat dari adanya risiko nilai tukar

    adalah jumlah outstanding utang Indonesia yang

    semakin bertambah, selain dari bunga utang,

    akibat depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS.

    Contohnya, pada akhir tahun 2012, nilai tukar

    rupiah terhadap dollar berada pada posisi Rp

    9.670, sementara pada minggu ketiga Februari

    2014 menembus angka Rp 11.520.

    Namun demikian data di dalam APBN

    menunjukkan terjadinya penurunan tingkat

    risiko nilai tukar pada tahun 2013, yaitu

    sebanyak 1,3 % pada perbandingan rasio utang

    FX dengan PDB dan terhadap total utangnya

    menjadi 43,1 %.

    Faktor lain yang berpengaruh terhadap risiko ini,

    selain kurs, adalah meningkat PDB Indonesia

    pada tahun 2013 serta adanya tambahan

    penarikan pinjaman berbentuk utang untuk

    pembiayaan anggaran.

    b. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)

    Bertambahnya beban pembayaran kewajiban

    negara akibat adanya tingkat bunga juga perlu

    dipertimbangkan. Meskipun pada 2013 terjadi

    perbaikan risiko tingkat bunga akibat penurunan

    proyeksi rasio utang variable rate (VR), refixing

    rate (RR), dan Average Time to Refix (ATR),

    masing-masing pada posisi sebesar 15,6%,

    22,2%, dan 9,0%.

    Penurunan risiko VR dan RR terjadi akibat

    adanya kebijakan

    penerbitan instrumen

    utang, termasuk SUN

    Valas, dalam bunga

    tetap.

    Sementara penurunan

    risiko ATR

    menggambarkan

    risiko pembayaran

    kembali yang lebih

    terkendali, karena

    rata-rata waktu yang

    dibutuhkan portofolio dalam menetapkan

    kembali suku bunganya semakin panjang.

    Karena trennya saat ini, Pemerintah sedang

    gencar menerbitkan surat utang dengan tenor

    panjang. Contohnya adalah kebjakan GMTN,

    yang didahului dengan penerbitan SUN Valas

    sebagai bentuk front loading. SUN Valas ini

    diterbitkan dengan tenor masing-masing 10

    tahun (RI0124) dan 30 tahun (RI0144).

    c. Risiko Pembiayaan Kembali (Refincancing Risk)

    Risiko ini dapat diukur dari Average Time To

    Maturity yang merupakan rata-rata jatuh tempo

    seluruh portoflio utang pemerintah dan proporsi

    utang yang jatuh tempo pada tahun-tahun yang

    akan datang.

    Karena tenor yang dimiliki SUN Valas biasanya

    dalam jangka panjang, maka risiko ini sangat

  • tergantung pada penerbitan portofolio utang

    lainnya dalam jangka waktu singkat sebelum

    SUN Valas jatuh tempo.

    d. Risiko Sensitivitas Terhadap Isu Ekonomi Global

    Risiko ini tidak terlepas dari risiko nilai tukar

    yang melekat pada SUN Valas. Dengan

    berkiblatnya sistem perekonomian kepada

    negara maju seperti Amerika Serikat, maka

    sedikit saja perubahan kebijakan yang diambil

    oleh Pemerintah negara tersebut, akan

    berdampak pada perekonomian negara lainnya,

    termasuk Indonesia.

    Seperti kasus yang baru saja terjadi, yakni ketika

    The Fed menjalankan kebijakan tapering off,

    maka pasar bursa akan merespon dengan cepat.

    Risiko adanya penarikan portofolio Indonesia

    yang dimiliki oleh investor asing akibat isu

    ekonomi global menjadi pertimbangan

    tersendiri dalam penerbitan SUN Valas ini.

    2. KESIMPULAN

    Pembiayaan dalam rangka menutup defisit

    APBN masih mengandalkan instrumen utang sebagai

    jalan keluarnya. Salah satu bentuk portofolio utang

    adalah Surat Utang Negara yang menggunakan mata

    uang Dollar AS, yang kemudian disebut sebagai SUN

    Valas.

    Pencatatan pokok dan bunga SUN Valas sudah

    diselaraskan dan dimasukkan kedalam golongan

    pembiayaan dalam negeri.

    Risiko terpenting dalam penerbitan SUN Valas

    adalah Exchange Rate Risk dan risiko senstivitas.

    Terlepas dari risiko-risiko tersebut, SUN Valas

    tetap penting untuk diterbitkan, walaupun hanya

    sebagai pelengkap, untuk memperluas portofolio

    utang Pemerintah dalam rangka penarikan pinjaman.

    DAFTAR REFERENSI

    [1] Nota Keuangan RAPBN 2013. Direktorat Jenderal

    Anggaran. Kementerian Keuangan.

    [2] Nota Keuangan RAPBN 2014. Direktorat Jenderal

    Anggaran. Kementerian Keuangan.

    [3] Data Pokok APBN 2008 2013. Direktorat

    Jenderal Anggaran. Kementerian Keuangan.

    [4] Kontan: SUN Valas Terbesar Sepanjang Sejarah,

    available at http://www.tempo.co/read/ne

    ws/2014/01/08/087543170/Chatib-Ini-SUN-Valas

    -Terbesar-Sepanj ang-Sejarah, diakses pada 26

    Februari 2014