10.BAB II

28
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Hakikat Belajar Matematika Pembelajaran merupakan gabungan dari dua konsep, yaitu belajar yang dilakukan oleh siswa dan mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dalam proses pembelajaran matematika lebih mendorong anak untuk menemukan penyelesaiannya, tidak hanya mengingat prosedur, menemukan pola, mengingat rumus, dan mengerjakan latihan rutin. Pembelajaran matematika di tingkat SD diharapkan terjadi penemuan kembali (reinvention), yaitu menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Dalam sejarahnya matematika berasal dari kata latin “mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani “mathematike” yang berarti 5

description

BAB II

Transcript of 10.BAB II

Page 1: 10.BAB II

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

1. Hakikat Belajar Matematika

Pembelajaran merupakan gabungan dari dua konsep, yaitu

belajar yang dilakukan oleh siswa dan mengajar yang dilakukan oleh

guru sebagai pengajar. Dalam proses pembelajaran matematika lebih

mendorong anak untuk menemukan penyelesaiannya, tidak hanya

mengingat prosedur, menemukan pola, mengingat rumus, dan

mengerjakan latihan rutin. Pembelajaran matematika di tingkat SD

diharapkan terjadi penemuan kembali (reinvention), yaitu menemukan

suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas.

Dalam sejarahnya matematika berasal dari kata latin

“mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani

“mathematike” yang berarti mempelajari. Matematika lebih

menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan dari hasil

eksperimen atau observasi. Pada dasarnya metematika terbagi menjadi

tiga bagian, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dari tiga bagian

tersebut penleliti membahas tentang analisis dengan pokok bahasan

perbandingan dan skala.

5

Page 2: 10.BAB II

6

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan utama matematika menurut Kurikulum 2006 adalah

agar siswa dapat menguasai konsep matematika dan menggunakan

penalarannya dalam setiap memecahkan masalah, dapat

mengkomunikasikannya dengan menggunakan berbagai macam media

sehingga siswa memiliki sikap menghargai, dan menggunakan

matematika dalam kehidupan sehari-hari karena matematika tidak

akan lepas dari kehidupan siswa, baik itu di rumah, di sekolah, dan di

mana pun siswa itu berada selalu terkait dengan matematika.

Tujuan pembelajaran matematika sekolah di dalam Garis-

garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) mata pelajaran matematika

SD disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran

matematika sekolah adalah:

a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-

hari.

b. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan

melalui kegiatan matematika.

c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal

lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

Page 3: 10.BAB II

7

B. Perbandingan dan Skala

1. Perbandingan

Perbandingan adalah pasangan terurut dari bilangan yang

ditulis a : b dengan b ≠ 0 yang menyatakan hubungan yang ada di

antara kedua bilangan tersebut. Perbandingan yang melibatkan dua

bilangan, misalkan a : b dapat ditulis sebagai pecahan ab

. Misalnya

perbandingan 2 : 3 dapat ditulis 23

. Dua perbandingan yang

menyatakan perbandingan yang sama disebut perbandingan yang

ekuivalen.

2. Skala

Skala merupakan perbandingan ukuran yang diinginkan pada

peta atau gambar dengan ukuran yang sesungguhnya. Semakin

panjang jarak di peta, maka semakin panjang juga jarak sesungguhnya

yang dinyatakannya. Misalnya skala peta menunjukkan 1 : 250.000,

ini berarti setiap 1 cm pada peta mewakili 250.000 cm atau 2,5 km

pada jarak sesungguhnya.

A. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah suatu

konseppembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan

pengalaman yang bermakna pada anak. Dalam model ini, guru pun harusmampu

membangun bagian keterpaduan melalui satu tema.Pembelajaran tematik sangat

menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema

Page 4: 10.BAB II

8

pembelajaran. Tema yang dipilih hendaknya diangkat dari lingkungan kehidupan

peserta didik, agar pembelajaran menjadihidup dan tidak kaku. Demikian halnya

pembelajaran menjadi ilustrasi dan contoh-contoh yang menarik dalam

pembelajaran. Dalam pembelajaran ini guru harus bisa memiliki pemahaman yang

luas tentang tema yang akan dipilih dalam mata pelajaran.

Sehingga saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Karena

pembelajaran tematik ini merupakan suatu pembelajaran yang menggabungkan

antara materi pelajaran dengan pengalaman belajar.

Definisi lain mengatakan, Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu

ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau

dari matapelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu

dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran

tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum,

menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan

dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah gabungan dari

seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif

menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu

dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.

Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan

bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak,

karakteristik cara anak belajar,  konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka

kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan

Pembelajaran tematik.

Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan

pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan

pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).

Dengan tema diharapkan akan  memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

Page 5: 10.BAB II

9

1)  Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas;

6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat  berkomunikasi dalam situasi nyata,

untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus

mempelajari matapelajaran lain;

7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara

tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan,  waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,

pemantapan, atau pengayaan.

B. Tujuan Pembelajaran Tematik

Sebelum kita mengetahui tujuan pembelajaran tematik, maka kita pelajari dulu

tentang tujuan pemberian tema yang diantaranya adalah:

1.    Menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh

2.    Memperkaya perbendaharaan kata anak

3.    Pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari

hal-hal yang paling dekat dengan anak,sederhana, serta menarik minat anak.

4.    Mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.

Page 6: 10.BAB II

10

5.    Memudahkan anak untuk memusatkan perhatian pada satu tema.

6.    Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai bidang

pengembangan.

7.    Pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan berkesan.

8.    Belajar terasa bermanfaat dan bermakna.

9.    Anak lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.

10. Dapat menghemat waktu karena bidang pengembangan disajikan terpadu.

Setelah kita mengetahui tujuan pemberian tema, maka kita dapat mengetahui /

memahami tentang tujuan pembelajaran tematik. Tujuan pembelajaran tematik

ialah :

1.     meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

2.    Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfatkan

informasi.

3.    Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur

yang diperlukan dalam kehidupan.

4.    Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,

komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain

C. Model Pembelajaran Inkuiri

1. Pengertian dan Tujuan Penggunaan Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry” yang secara

harfiah berarti penyelidikan dan kata “to inquire” yang berarti ikut

serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari

informasi, dan melakukan penyelidikan. Menurut Mulyasa (dalam

Page 7: 10.BAB II

11

Asmani, 2011:158) bahwa inkuiri adalah cara penyajian pelajaran

dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan

informasi dengan atau tanpa bantuan guru dan menempatkan peserta

didik sebagai subjek belajar yang aktif.

Model pembelajaran inkuiri memungkinkan para peserta

didik menemukan sendiri informasi yang diperlukan untuk mencapai

tujuan belajarnya, karena inkuiri melibatkan peserta didik dalam

proses mental untuk penemuan suatu konsep berdasarkan informasi

yang diberikan guru. Peranan guru dalam pembelajaran dengan inkuiri

adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar

(Sanjaya, 2006:193). Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu

disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan, namun dimungkinkan

juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas

guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa

dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru

masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam

pemecahan masalah harus dikurangi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran inkuiri adalah pelaksanaan belajar

mengajar dengan cara siswa mencari dan menemukan konsep dengan

atau tanpa bantuan dari guru. Adapun tujuan penggunaan dari model

pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

Page 8: 10.BAB II

12

a. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan

memproses bahan pelajarannya.

b. Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk

mendapatkan pelajarannya.

c. Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.

d. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.

2. Langkah-langkah Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006:199) bahwa proses pembelajaran

inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi merupakan langkah untuk membina

suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah

ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses

pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap

orientasi ini adalah:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang

diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini

dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap

langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai

dengan merumuskan kesimpulan.

Page 9: 10.BAB II

13

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal

ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar

siswa.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa

siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang

siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam

rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong

untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban

itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh

karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh

pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari

suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara,

hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak

(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan

berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat

merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan

Page 10: 10.BAB II

14

berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahan yang dikaji.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring

informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang

diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data

merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan

hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan

tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan

menggunakan potensi berpikirnya.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang

diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis

juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya

berdasarkan pendapat, akan tetapi harus didukung oleh data

yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses

mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil

pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat

Page 11: 10.BAB II

15

sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana

yang relevan.

3. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri

a. Keunggulan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Rostiyah (2008:76) bahwa model

pembelajaran inkuiri memiliki beberapa keunggulan sebagai

berikut:

1) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas

inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, dan terbuka.

2) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar

pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang

konsep dasar dan ide-ide dengan lebih baik.

3) Mendorong siswa untuk mendorong hipotesisnya sendiri.

4) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.

5) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

6) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

7) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran

inkuiri juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

1) Sulit menerapkan model ini karena memerlukan

perencanaan yang teratur dan matang. Bagi guru yang

Page 12: 10.BAB II

16

sudah terbiasa dengan cara tradisional (ceramah dan tanya

jawab) merupakan beban yang memberatkan.

2) Kurang berhasil bila memiliki jumlah siswa yang banyak

dalam satu kelas, karena pelaksanaan pengajaran melalui

model ini memerlukan waktu yang cukup panjang.

Apalagi proses pemecahan masalah memerlukan

pembuktian secara ilmiah.

3) Proses jalannya inkuiri akan menjadi terhambat apabila

siswa telah terbiasa cara belajar tanpa kritik dan pasif

tentang apa yang diberikan oleh gurunya.

4) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya

dapat dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi siswa

mengalami kebingungan.

D. Belajar dan Pembelajaran

1. Hakikat Belajar

Para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda-beda

dalam mengartikan istilah belajar. Menurut Syah (dalam Mustopa,

2012:9) bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan

unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan

jenjang pendidikan.

Menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:9)

bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka

responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka

Page 13: 10.BAB II

17

responsnya menurun. Sedangkan menurut Gagne (dalam Dimyati dan

Mudjiono, 2009:10) bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif

yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan

informasi menjadi kemampuan baru.

Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap

dalam jangka waktu lama melalui latihan yang membawa kepada

perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu

perangsang untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan

sikap-sikap.

2. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi (Hamalik, 2007:57).

Secara etimologis kata “pembelajaran” adalah terjemahan

dari bahasa Inggris “instruction”. Kata pembelajaran itu sendiri

merupakan perkembangan dari istilah belajar-mengajar atau proses

belajar-mengajar yang telah cukup lama digunakan dalam pendidikan

formal (sekolah).

Pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi antara siswa

dengan guru dan lingkungannya. Dengan demikian pembelajaran

mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan

tersebut adalah mengajar dan belajar.

Page 14: 10.BAB II

18

Pembelajaran hendaknya menekan pada aktivitas peserta

didik, artinya dalam proses pembelajaran hendaknya bertitik tolak

pada pandangan bahwa manusia mempunyai kemampuan menghadapi

masalah dan mampu mengatasinya. Pembelajaran selalu melibatkan

tiga komponen utama, yaitu pengajar, pembelajar, dan materi belajar.

Pembelajaran tidak terbatas dalam ruang saja, melainkan dapat

dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di

sekolah, karena diwarnai oleh interaksi berbagai komponen yang

saling berkaitan untuk membelajarkan peserta didik.

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam

mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa

sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku

yang lebih baik lagi.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Daryanto,

2007:102) bahwa hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga

kategori, antara lain sebagai berikut:

Page 15: 10.BAB II

19

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan penilaian.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif

meliputi lima jenjang kemampuan, yaitu menerima, menjawab

atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu

nilai atau kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-

benda, dan koordinasi neuromuscular (menghubungkan, dan

mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan

psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor

dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam

proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari

proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta

akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan

hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam

membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang

Page 16: 10.BAB II

20

lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir dan menghasilkan

perilaku kerja yang lebih baik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003:64) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua

bagian besar, yaitu:

a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.

Faktor internal ini meliputi:

1) Faktor Biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan

meliputi hal-hal berikut. Pertama, kondisi fisik yang

normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan

sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama

harus meliputi keadaan otak, panca indera, dan anggota

tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang

sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan

belajar.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi

keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan

dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang

dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi

mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini

Page 17: 10.BAB II

21

meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi

atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang

berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar

seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan

faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.

Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau

tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih

banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan

seseorang dalam suatu bidang.

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa

atau yang sering dikenal dengan faktor sosial. Faktor sosial ini

meliputi:

1) Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan

keluarga yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua

terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan

anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan

belajarnya.

2) Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk

menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling

Page 18: 10.BAB II

22

mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah

mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru

dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, pelajaran,

waktu sekolah, tata tertib, dan sebagainya.

3) Faktor Lingkungan Masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih

lingkungan masyarakat yang dapat menunjang

keberhasilan belajar. Lingkungan masyarakat yang dapat

menunjang keberhasilan belajar di antaranya adalah

lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus

bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja, dan

sebagainya.

F. Hipotesis

Di duga dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat

meningkatkan hasil belajar matematika tentang perbandingan dan skala pada

siswa kelas V SDN 001 Sungai Kunjang