10.BAB II
-
Upload
mas-rony-mbulsynkmbem -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of 10.BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1. Hakikat Belajar Matematika
Pembelajaran merupakan gabungan dari dua konsep, yaitu
belajar yang dilakukan oleh siswa dan mengajar yang dilakukan oleh
guru sebagai pengajar. Dalam proses pembelajaran matematika lebih
mendorong anak untuk menemukan penyelesaiannya, tidak hanya
mengingat prosedur, menemukan pola, mengingat rumus, dan
mengerjakan latihan rutin. Pembelajaran matematika di tingkat SD
diharapkan terjadi penemuan kembali (reinvention), yaitu menemukan
suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas.
Dalam sejarahnya matematika berasal dari kata latin
“mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani
“mathematike” yang berarti mempelajari. Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan dari hasil
eksperimen atau observasi. Pada dasarnya metematika terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dari tiga bagian
tersebut penleliti membahas tentang analisis dengan pokok bahasan
perbandingan dan skala.
5
6
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan utama matematika menurut Kurikulum 2006 adalah
agar siswa dapat menguasai konsep matematika dan menggunakan
penalarannya dalam setiap memecahkan masalah, dapat
mengkomunikasikannya dengan menggunakan berbagai macam media
sehingga siswa memiliki sikap menghargai, dan menggunakan
matematika dalam kehidupan sehari-hari karena matematika tidak
akan lepas dari kehidupan siswa, baik itu di rumah, di sekolah, dan di
mana pun siswa itu berada selalu terkait dengan matematika.
Tujuan pembelajaran matematika sekolah di dalam Garis-
garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) mata pelajaran matematika
SD disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran
matematika sekolah adalah:
a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan
melalui kegiatan matematika.
c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.
7
B. Perbandingan dan Skala
1. Perbandingan
Perbandingan adalah pasangan terurut dari bilangan yang
ditulis a : b dengan b ≠ 0 yang menyatakan hubungan yang ada di
antara kedua bilangan tersebut. Perbandingan yang melibatkan dua
bilangan, misalkan a : b dapat ditulis sebagai pecahan ab
. Misalnya
perbandingan 2 : 3 dapat ditulis 23
. Dua perbandingan yang
menyatakan perbandingan yang sama disebut perbandingan yang
ekuivalen.
2. Skala
Skala merupakan perbandingan ukuran yang diinginkan pada
peta atau gambar dengan ukuran yang sesungguhnya. Semakin
panjang jarak di peta, maka semakin panjang juga jarak sesungguhnya
yang dinyatakannya. Misalnya skala peta menunjukkan 1 : 250.000,
ini berarti setiap 1 cm pada peta mewakili 250.000 cm atau 2,5 km
pada jarak sesungguhnya.
A. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah suatu
konseppembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna pada anak. Dalam model ini, guru pun harusmampu
membangun bagian keterpaduan melalui satu tema.Pembelajaran tematik sangat
menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema
8
pembelajaran. Tema yang dipilih hendaknya diangkat dari lingkungan kehidupan
peserta didik, agar pembelajaran menjadihidup dan tidak kaku. Demikian halnya
pembelajaran menjadi ilustrasi dan contoh-contoh yang menarik dalam
pembelajaran. Dalam pembelajaran ini guru harus bisa memiliki pemahaman yang
luas tentang tema yang akan dipilih dalam mata pelajaran.
Sehingga saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Karena
pembelajaran tematik ini merupakan suatu pembelajaran yang menggabungkan
antara materi pelajaran dengan pengalaman belajar.
Definisi lain mengatakan, Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu
ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau
dari matapelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu
dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran
tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum,
menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan
dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah gabungan dari
seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif
menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu
dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.
Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan
bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka
kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan
Pembelajaran tematik.
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
9
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari matapelajaran lain;
7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
B. Tujuan Pembelajaran Tematik
Sebelum kita mengetahui tujuan pembelajaran tematik, maka kita pelajari dulu
tentang tujuan pemberian tema yang diantaranya adalah:
1. Menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh
2. Memperkaya perbendaharaan kata anak
3. Pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari
hal-hal yang paling dekat dengan anak,sederhana, serta menarik minat anak.
4. Mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
10
5. Memudahkan anak untuk memusatkan perhatian pada satu tema.
6. Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai bidang
pengembangan.
7. Pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan berkesan.
8. Belajar terasa bermanfaat dan bermakna.
9. Anak lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.
10. Dapat menghemat waktu karena bidang pengembangan disajikan terpadu.
Setelah kita mengetahui tujuan pemberian tema, maka kita dapat mengetahui /
memahami tentang tujuan pembelajaran tematik. Tujuan pembelajaran tematik
ialah :
1. meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfatkan
informasi.
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur
yang diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain
C. Model Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian dan Tujuan Penggunaan Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry” yang secara
harfiah berarti penyelidikan dan kata “to inquire” yang berarti ikut
serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari
informasi, dan melakukan penyelidikan. Menurut Mulyasa (dalam
11
Asmani, 2011:158) bahwa inkuiri adalah cara penyajian pelajaran
dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru dan menempatkan peserta
didik sebagai subjek belajar yang aktif.
Model pembelajaran inkuiri memungkinkan para peserta
didik menemukan sendiri informasi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan belajarnya, karena inkuiri melibatkan peserta didik dalam
proses mental untuk penemuan suatu konsep berdasarkan informasi
yang diberikan guru. Peranan guru dalam pembelajaran dengan inkuiri
adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar
(Sanjaya, 2006:193). Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan, namun dimungkinkan
juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas
guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa
dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru
masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam
pemecahan masalah harus dikurangi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran inkuiri adalah pelaksanaan belajar
mengajar dengan cara siswa mencari dan menemukan konsep dengan
atau tanpa bantuan dari guru. Adapun tujuan penggunaan dari model
pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
12
a. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan
memproses bahan pelajarannya.
b. Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk
mendapatkan pelajarannya.
c. Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
d. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
2. Langkah-langkah Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006:199) bahwa proses pembelajaran
inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi merupakan langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah
ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap
orientasi ini adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini
dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap
langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan.
13
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal
ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar
siswa.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang
siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam
rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh
karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara,
hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
14
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan pendapat, akan tetapi harus didukung oleh data
yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
15
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana
yang relevan.
3. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri
a. Keunggulan Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Rostiyah (2008:76) bahwa model
pembelajaran inkuiri memiliki beberapa keunggulan sebagai
berikut:
1) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, dan terbuka.
2) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar
pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang
konsep dasar dan ide-ide dengan lebih baik.
3) Mendorong siswa untuk mendorong hipotesisnya sendiri.
4) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
5) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
6) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
7) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran
inkuiri juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1) Sulit menerapkan model ini karena memerlukan
perencanaan yang teratur dan matang. Bagi guru yang
16
sudah terbiasa dengan cara tradisional (ceramah dan tanya
jawab) merupakan beban yang memberatkan.
2) Kurang berhasil bila memiliki jumlah siswa yang banyak
dalam satu kelas, karena pelaksanaan pengajaran melalui
model ini memerlukan waktu yang cukup panjang.
Apalagi proses pemecahan masalah memerlukan
pembuktian secara ilmiah.
3) Proses jalannya inkuiri akan menjadi terhambat apabila
siswa telah terbiasa cara belajar tanpa kritik dan pasif
tentang apa yang diberikan oleh gurunya.
4) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya
dapat dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi siswa
mengalami kebingungan.
D. Belajar dan Pembelajaran
1. Hakikat Belajar
Para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda-beda
dalam mengartikan istilah belajar. Menurut Syah (dalam Mustopa,
2012:9) bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan.
Menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:9)
bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
17
responsnya menurun. Sedangkan menurut Gagne (dalam Dimyati dan
Mudjiono, 2009:10) bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi menjadi kemampuan baru.
Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap
dalam jangka waktu lama melalui latihan yang membawa kepada
perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu
perangsang untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan
sikap-sikap.
2. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi (Hamalik, 2007:57).
Secara etimologis kata “pembelajaran” adalah terjemahan
dari bahasa Inggris “instruction”. Kata pembelajaran itu sendiri
merupakan perkembangan dari istilah belajar-mengajar atau proses
belajar-mengajar yang telah cukup lama digunakan dalam pendidikan
formal (sekolah).
Pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi antara siswa
dengan guru dan lingkungannya. Dengan demikian pembelajaran
mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan
tersebut adalah mengajar dan belajar.
18
Pembelajaran hendaknya menekan pada aktivitas peserta
didik, artinya dalam proses pembelajaran hendaknya bertitik tolak
pada pandangan bahwa manusia mempunyai kemampuan menghadapi
masalah dan mampu mengatasinya. Pembelajaran selalu melibatkan
tiga komponen utama, yaitu pengajar, pembelajar, dan materi belajar.
Pembelajaran tidak terbatas dalam ruang saja, melainkan dapat
dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di
sekolah, karena diwarnai oleh interaksi berbagai komponen yang
saling berkaitan untuk membelajarkan peserta didik.
E. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku
yang lebih baik lagi.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Daryanto,
2007:102) bahwa hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga
kategori, antara lain sebagai berikut:
19
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
meliputi lima jenjang kemampuan, yaitu menerima, menjawab
atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-
benda, dan koordinasi neuromuscular (menghubungkan, dan
mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor
dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam
proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari
proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta
akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan
hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang
20
lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir dan menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003:64) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu:
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
Faktor internal ini meliputi:
1) Faktor Biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan
meliputi hal-hal berikut. Pertama, kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan
sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama
harus meliputi keadaan otak, panca indera, dan anggota
tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang
sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi
keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan
dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi
mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini
21
meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi
atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang
berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar
seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan
faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.
Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau
tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih
banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan
seseorang dalam suatu bidang.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa
atau yang sering dikenal dengan faktor sosial. Faktor sosial ini
meliputi:
1) Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan
keluarga yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua
terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan
anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan
belajarnya.
2) Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk
menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling
22
mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah
mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru
dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, pelajaran,
waktu sekolah, tata tertib, dan sebagainya.
3) Faktor Lingkungan Masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih
lingkungan masyarakat yang dapat menunjang
keberhasilan belajar. Lingkungan masyarakat yang dapat
menunjang keberhasilan belajar di antaranya adalah
lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus
bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja, dan
sebagainya.
F. Hipotesis
Di duga dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang perbandingan dan skala pada
siswa kelas V SDN 001 Sungai Kunjang