102406920 Kebijakan Minerba Tekmira Nov 20082 Rev2 Dirjen

10
KEBIJAKAN, PERMASALAHAN DAN PROSPEK PERTAMBANGAN MINERAL DI INDONESIA Disampaikan dalam Kolokium Pertambangan dan Open House Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Bandung, 5 November 2008 Oleh : Dr. Ir. Bambang Setiawan Direktur Jenderal DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2008 1

Transcript of 102406920 Kebijakan Minerba Tekmira Nov 20082 Rev2 Dirjen

KEBIJAKAN, PERMASALAHAN DAN PROSPEKPERTAMBANGAN MINERAL DI INDONESIA

Disampaikan dalam Kolokium Pertambangan dan Open HousePusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Bandung, 5 November 2008

Oleh :Dr. Ir. Bambang Setiawan

Direktur Jenderal

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMIDEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

20081

Secara potensi kegeologian SD minerba masih besar (Riset Fraser Institute 2007/2008, Indonesia menempati salah satu terbaik dari 68 negara di dunia). Namun dari sisi kestabilan politik (peringkat 62) maupun keamanan (peringkat 59) masih sangat rendah.

Pertambangan telah berperan besar dalam pembangunan nasional, tahun 2007 penerimaan negara dari minerbapabum sekitar 37 triliun. Menyerap tenaga kerja lebih dari 120 ribu orang di luar KP yang diterbitkan daerah.

KP pertambangan di daerah yang sudah diinventarisasi oleh Pemerintah Pusat sekitar 1996 buah. Sejumlah 354 buah diantaranya dengan status eksploitasi. Dari jumlah ini sebagian besar berasal dari Kalimantan.

KONDISI SAAT INIKONDISI SAAT INI

2

  Jumlah Terminasi Aktif PU Ekspl FS Konst Prod

Kontrak Karya                

Generasi I 1 1 0 0 0 0 0 0

Generasi II 16 13 3 0 0 0 0 3

Generasi III 13 11 2 0 0 0 0 2

Generasi IV 95 88 7 0 0 2 2 3

Generasi V 7 3 4 0 2 1 0 1

Generasi VI 65 50 15 1 9 3 0 2

Generasi VII 38 28 10 0 7 1 1 1

Jumlah 235 194 41 1 18 7 3 12

 

PKP2B                

Generasi I 10 0 10 0 0 0 0 10

Generasi II 18 6 12 0 1 2 0 9

Generasi III 113 57 56 0 14 22 7 13

Jumlah 141 63 78 0 15 24 7 32

DAFTAR PERUSAHAAN KK DAN PKP2B(1967-2008)

3

DJMBP, Agustus,, 2008)

DAFTAR KP YANG TERINVENTARISASI DI DJMBP (2001-2008)

No Propinsi Permohonan Penyelidikan Umum Eksplorasi Eksploitasi Pengangkutan Pengolahan1 Bangka Belitung 1 - 11 23 - -2 Bengkulu - 11 6 3 1 -3 Jambi - 17 67 6 2 -4 Kep.Riau 9 - 35 14 13 -5 Lampung - - 2 8 - -6 N.A.D - 1 1 - - -7 Riau - 3 25 7 3 -8 Sumatera Selatan - 72 89 13 - -9 Sumatera Utara - - - - - -

10 Sumatera Barat 2 10 35 19 2 -11 Banten - - 16 2 - -12 Jawa Barat - - 35 36 - -13 Jawa Tengah - 1 4 5 2 -14 Jawa Timur - 3 2 - - -15 N.T.B - 9 10 5 - -16 NTT - 2 - - - -17 Kalimantan Barat - 36 66 15 8 718 Kalimantan Selatan - 7 152 88 6 -19 Kalimantan Tengah - 3 229 38 17 420 Kalimantan Timur - 126 74 41 1 -21 Gorontalo - - 2 1 1 122 Maluku Tengah 1 - - - - -23 Maluku Utara - 38 64 8 2 -24 Maluku - - - - - -25 Sulawesi Selatan 3 7 9 1 - -26 Sulawesi Barat - 1 - - - -27 Sulawesi Tengah 2 24 36 8 8 -28 Sulawesi Tenggara 22 51 103 13 - -29 Sulawesi Utara - - - - - -30 Papua 1 9 14 - - -31 Irian Jaya Barat - 3 2 - - -

Total 41 434 1089 354 66 12

TOTAL SELURUH KP 1996 4

DAFTAR KP YANG TERINVENTARISASI DI DJMBP (2001-2008)

PERMASALAHAN INDUSTRI PERTAMBANGAN MINERAL

• Implementasi otonomi daerah di sub sektor pertambangan umum :– Masih adanya Perda yg belum sinkron dengan peraturan perundangan

yang lebih tinggi– Kemampuan SDM dan teknologi yang masih terbatas– Pungutan dan retribusi tambahan

• Masih adanya Kebijakan lintas sektoral yang tumpang tindih• Jaminan dan kepastian hukum masih dianggap rendah (masih maraknya

PETI, dll)

5

DISISI LAIN:• Fenomena pengurasan sumberdaya mineral di daerah (PETI, KP-KP

bermasalah, dll) perlu segera diantisipasi karena sumberdaya tidak terbarukan tersebut merupakan modal dasar pembangunan nasional;

• Sedangkan ke-depan kebutuhan dalam negeri akan komoditi mineral terus meningkat;

• Sebagian besar bahan galian tsb masih di ekspor dalam bentuk bahan mentah.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERTAMBANGAN

Optimalisasi produksi dan penerimaan negara (pajak dan bukan pajak). Penciptaan nilai tambah bagi pengembangan industri strategis dan energi nasional

(local content, pengembangan jasa-jasa). Pengembangan teknologi dan peningkatan sumberdaya manusia, dalam upaya

peningkatan efisiensi dan pemanfaatan SDA energi dan minerbapabum.

– Aparat pemerintahan, terutama di Daerah.

– Pekerja lapangan (booming di Australia, banyak menyerap TK ahli dari Indonesia) Penegakan prinsip tata kelola yang baik dan benar (good public governance dan

corporate governance).

– Permudah urusan, intensif pembinaan/pengawasan.

– Terapkan good mining practice

– Perlindungan lingkungan sejak awal sampai akhir kegiatan (pasca tambang). Penyediaan jaminan keuangan untuk pelaksanaan reklamasi dan penutupan tambang.

– Trust Fund sudah mulai berkembang, sukarela / itikad baik, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing perusahaan

Pengembangan masyarakat (Community Development) secara sinergis.

6

1. Meningkatkan inventarisasi Kuasa Pertambangan yang diterbitkan Pemerintah Daerah

2. Evaluasi kembali harga penjualan batubara pada kontrak penjualan yang sudah dilakukan PKP2B dengan pihak ke-3 (konsumen)

3. Audit pemenuhan kewajiban PNBP bersama Tim Optimalisasi Penerimaan Negara (dibentuk oleh Menko Perekonomian) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

4. Pengawasan produksi dan penjualan mineral dan batubara oleh pihak ke -3 yaitu PT. Sucofindo dan PT. Surveyor Indonesia

6. Mendorong perusahaan untuk meningkatkan status tahap kegiatannya.

7. Bekerjasama dengan Dep. Perhubungan dan Deperdag untuk mengetahui jumlah batubara yang dieksport atau yang keluar dari pelabuhan

KEBIJAKAN OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

KEBIJAKAN DMO DAN PENETAPAN HARGA BATUBARA

8

• Peran batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan semakin meningkat, untuk itu pemerintah akan segera mengeluarkan konsep regulasi DMO batubara untuk PKP2B dan KP yang akan dilaksanakan secara terintegrasi dengan mempertimbangkan daya serap dalam negeri, serta kewajiban terhadap perusahaan pertambangan untuk memenuhi kebutuhan di batubara di dalam negeri.

• Kebijakan penetapan harga jual batubara dengan prinsip: setiap penetapan harga jual batubara (spot maupun kontrak jangka tertentu) oleh perusahaan pertambangan harus diketahui dan disetujui oleh Menteri ESDM c.q. Dirjen Minerbapabum, setiap perusahaan pertambangan harus menjual batubaranya dengan harga wajar. Harga Patokan Batubara diusulkan a.l. mengacu pada publikasi harga batubara yang diakui secara internasional. Selain itu akan dikenakan sanksi bagi perusahaan yang menjual batubara di bawah harga wajar atau di bawah Harga Patokan Batubara

Penyederhanaan sistem perizinan, eksplorasi dan eksploitasi.

Klarifikasi wewenang dan ruang lingkup Pemerintah Pusat, Propinsi dan

Kabupaten/Kota.

Pemrosesan dan pemurnian logam harus dilakukan di Indonesia (aspek

nilai tambah).

Ditetapkannya Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) dan Wilayah

Pencadangan Negara (WPN) untuk kebutuhan nasional.

Pengusahaan di dalam WUP dilakukan oleh Izin Usaha Pertambangan

(IUP) yang di dapat melalui mekanisme lelang.

Pengusahaan di dalam Wilayah Pencadangan Negara (WPN) dapat berupa

Izin Usaha Pertambangan Negara(UIPN) atau Perjanjian Usaha

Pertambangan (PUP).

Pengembangan masyarakat difokuskan pada kesejahteraan rakyat.

Perjanijan tambang existing tetap dapat berlangsung sampai masa kontrak

berakhir.

BUTIR-BUTIR PENTING DALAM RUU MINERBA

9

10