10 - Stress and Health

16
BAB 1 STRESS : CHALLENGES TO COPING 1.1 Definisi Stress Stress adalah suatu peristiwa atau keadaan yang mendesak dan melebihi kemampuan manusia untuk mengatasinya. (Lazarus, 1999) Tidak ada satupun manusia yang hidupnya terbebas dari stress. Individu bisa menghapus stress di kehidupan sehingga yang paling memungkinkan mengatasinya. Individu akan lebihbaik dalam mengatasi stress jikamemiliki pengalaman sebelumnya terhadap stress yang dapat diatasi. 1.2 Sumber Stress a. Life Events Sumber stress yang paling jelas adalah peristiwa hidup. Beberapa perist hidup yang paling menyebabkan stress adalah : Kekerasan, perang, dan penyiksaan seksual Kehilangan anggota keluarga Bencana alam Terorisme Pertengkaran sehari-hari Positive life events (kelahiran anak, pekerjaan baru) b. Frustasi Ketikaseseorang tidak mampu memuaskan dirinya terhadap suatu motif, hasilnya adalah frustasi. Ketika tahap frustasi sudah menjadi semakin serius, pada buruh yang tidak digaji ditolak ketika meminta kenaikan gaji, dll, fru menjadi sumber terbesar dalam stress. c. Konflik Konsep konflik hampir serupa dengan frustasi. Konflik terjadi ketika du lebih motif tidak dapat dipuaskan karena terhalang oleh yang lainnya. Co adalah ketika seseorang diundang untuk menonton film di bioskop pada akhir pe dan kemudian mobil yang akan digunakan untuk pergi di akhir minggu rusak. Ke 1

Transcript of 10 - Stress and Health

BAB 1 STRESS : CHALLENGES TO COPING

1.1

Definisi Stress Stress adalah suatu peristiwa atau keadaan yang mendesak dan melebihi kemampuan manusia untuk mengatasinya.(Lazarus, 1999)

Tidak ada satupun manusia yang hidupnya terbebas dari stress. Individu tidak bisa menghapus stress di kehidupan sehingga yang paling memungkinkan adalah mengatasinya. Individu akan lebih baik dalam mengatasi stress jika memiliki pengalaman sebelumnya terhadap stress yang dapat diatasi. 1.2 Sumber Stress a. Life Events Sumber stress yang paling jelas adalah peristiwa hidup. Beberapa peristiwa hidup yang paling menyebabkan stress adalah : Kekerasan, perang, dan penyiksaan seksual Kehilangan anggota keluarga Bencana alam Terorisme Pertengkaran sehari-hari Positive life events (kelahiran anak, pekerjaan baru)

b. Frustasi Ketika seseorang tidak mampu memuaskan dirinya terhadap suatu motif, hasilnya adalah frustasi. Ketika tahap frustasi sudah menjadi semakin serius, seperti pada buruh yang tidak digaji ditolak ketika meminta kenaikan gaji, dll, frustasi bisa menjadi sumber terbesar dalam stress. c. Konflik Konsep konflik hampir serupa dengan frustasi. Konflik terjadi ketika dua atau lebih motif tidak dapat dipuaskan karena terhalang oleh yang lainnya. Contohnya adalah ketika seseorang diundang untuk menonton film di bioskop pada akhir pekan, dan kemudian mobil yang akan digunakan untuk pergi di akhir minggu rusak. Ketika ia

1

menyadari keuangannya tidak dapat memenuhi perbaikan mobilnya ataupun kegiatan menonton film di akhir pekan, itulah yang disebut konflik. Ada empat jenis konflik, yaitu : Approach-Approach Conflict Konflik yang terjadi ketika individu diharuskan memilih antara dua motif yang postif. Misalnya, ketika seseorang ditawarkan dua pekerjaan yang sama baiknya. Walaupun kedua pilihan bersifat positif, untuk memilih satu diantaranya akan menyebabkan stress. Hal seperti ini merupakan contoh dari sumber stress yang tersembunyi, karena segalanya kelihatan positif sehingga individu tidak sadar bahwa ia sedang menghadapi konflik yang serius. Avoidance-Avoidance Conflict Konflik yang terjadi ketika individu diharuskan memilih antara dua motif yang negatif. Misalnya, ketika seseorang yang sedang sakit gigi harus dihadapkan dengan dua pilihan, antara tetap bertahan dengan sakit yang dirasakan hingga sembuh sendiri, atau pergi ke dokter gigi dan merasakan sakit yang sama. Kedua pilihan yang negatif dapat menyebabkan stress. Approach-Avoidance Conflict Konflik yang terjadi ketika individu memperoleh hal positif dari suatu motif namun juga menghasilkan hal negatif. Misalnya, ketika individu lulus di suatu universitas terkemuka di luar negeri tentu menghasilkan hal-hal positif dalam hidupnya. Namun konsekuensinya adalah individu harus meninggalkan pacarnya yang sedang bekerja di perusahaan keluarga di kota asalnya. Pada akhirnya, melanjutkan kuliah di luar negeri menghasilkan konsekuensi positif dan negatif di dalam hidupnya. Hal ini akan menyebabkan stress, bahkan di saat hal positif akan semakin dekat waktunya. Multiple Approach-Avoidance Conflict Konflik yang terjadi jika individu diharuskan memilih di antara beberapa alternatif yang menghasilkan konsekuensi positif dan negatif. Misalnya, seorang atlet tingkat SMA yang sangat menjanjikan ditawarkan beasiswa atletik untuk dua universitas. Pilihan pertama adalah universitas yang memenangkan kejuaraan basket di musim yang lalu, tetapi ia tidak menyukai pelatih dan beberapa pemainnya. Pilihan lainnya adalah universitas yang memiliki rekor yang cukup memalukan dalam penampilannya tahun lalu, tetapi ia menyukai pelatih dan pemainnya. Hal ini

2

menyebabkan stress karena kedua pilihan memiliki konsekuensi positif dan negatif yang sama. d. Tekanan Istilah tekanan didefinisikan sebagai stress yang muncul sebagai ancaman dari peristiwa negatif. Misalnya, stress yang diakibatkan kegagalan mendapat ranking 1 di sekolah, stress yang diakibatkan perceraian, dll. e. Kondisi Lingkungan Terdapat beberapa bukti yang berkembang dan mendukung aspek lingkungan (suhu, polusi, keributan, kelembapan, dll) sebagai sumber stress. Misalnya, kesibukan di kota akan lebih tinggi frekuensinya di hari yang sangat panas daripada di hari yang sangat dingin. 1.3 Sudut Pandang mengenai Reaksi Stress Ketika individu sedang stress, individu tersebut dapat merasakannya individu bereaksi terhadap stress. Ada dua sudut pandang penting terhadap stress : 1. Individu bereaksi terhadap stress secara keseluruhan. Biasanya stress memproduksi reaksi fisik dan reaksi psikologis sekaligus 2. Reaksi fisik dan reaksi psikologis terhadap stress hampir mirip 1.4 Reaksi Psikologis terhadap Stress dan Kesehatan Stress memicu berbagai perubahan keadaan dan proses psikologis, seperti emosi, motivasi, dan kognisi. Dalam keadaan stress, individu dapat merasakan kombinasi emosi, seperti kecemasan, depresi, kemarahan, dan mudah tersinggung. Individu juga mudah sekali untuk kehilangan nafsu makan, kehilangan kontrol untuk berpikir positif, dll. Kebanyakan, perubahan psikologis ini bersifat sementara. Namun jika stress mengakibatkan perubahan yang berkelanjutan, hal ini dapat menyebabkan perilaku abnormal. 1.5 Reaksi Fisik terhadap Stress dan Kesehatan Tidak hanya memengaruhi psikologis, stress juga memengaruhi fungsi fisiologis di dalam tubuh manusia. Untuk memahami dampak stress terhadap kesehatan, kita harus memeriksa terlebih dulu aspek-aspek respon tubuh terhadap stress, melihat cara spesifik stress memengaruhi kesehatan, dan melihat seberapa besar faktor psikologis dan sosial memengaruhi respon tubuh terhadap stress. 3

a. The General Adaption Syndrome (GAS) Peneliti kesehatan Kanada, Hans Selye, mengatakan bahwa sejak 70 tahun yang lalu sudah ada informasi bahwa reaksi tubuh terhadap stress sama halnya dengan reaksi tubuh terhadap luka atau infeksi dalam sebuah rumusan yang Selye sebut sebagai General Adaptation Syndrome (GAS). Ada tiga tahap : 1. Alarm reaction. Dalam tahap ini, yang bekerja adalah saraf simpatetik. Ketika terjadi stress, perubahan fisiologis seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah, pengalihan darah dari pencernaan ke otot, peningkatan pernafasan, dll, memberi suatu alarm seperti pegal, mual, pusing, dan rasa sakit lainnya. Di tahap ini, agak sulit dibedakan antara alarm yang diberikan tubuh sebagai tanda individu terserang penyakit atau sedang stress. 2. Resistance Stage. Merupakan tahap perlawanan terhadap stress yang sangat tinggi. Jika stress baru kembali muncul, tubuh akan semakin kurang mampu untuk mengatasi stress. Sementara jika stress berkelanjutan, sumber pertahanan individu akan habis. 3. Exhaustion Stage. Ketika stress tidak juga berhenti, maka sumber pertahanan akan habis dan pertahanan terhadap stress akan berhenti. b. Depresi, Kecemasan, dan Kesehatan Stress memicu kemunculan depresi dan kecemasan pada beberapa orang dan pada orang yang memiliki depresi dan kecemasan tingkat tinggi dapat menyebabkan gangguan sistem imun dan kematian akibat penyakit jantung. Depresi dapat menurunkan keefektifan kerja sistem imun karena sistem autonomi dan sistem endokrin yang juga mengendalikan sistem imun terganggu. Penjelasan lainnya adalah ketika seseorang depresi, individu cenderung kesulitan makan dan tidur, minum alkohol berlebih, merokok, dan tidak berolahraga, dimana keseluruhan aktivitas tersebut menyebabkan menurunnya sistem imun. Depresi dapat memperburuk kesehatan dari kebiasaan-kebiasaan buruk. Oleh karena itu, hal ini sangat menjelaskan hubungan antara depresi dan penurunan kesehatan.

4

BAB 2 FAKTOR REAKSI STRESS

Kebanyakan dari individu pasti akan mengalami peristiwa negative di dalam hidupnya, tapi banyak juga individu yang kemudian bangkit dengan cepat dan melanjutkan kehidupan seperti biasanya. Tetapi apa yang menyebabkan kita terkadang merasa sangat terpuruk dan terkadang menyebabkan perubahan sementara terhadap psikologis dan fisiologis? Ternyata jawabannya adalah reaksi individu terhadap stress daripada sumber stress itu sendiri. 2.1 Pengalaman terhadap Stress Reaksi terhadap stress akan lebih ringan jika individu tersebut memiliki pengalaman masa lalu dengan stress. Misalnya, seorang tentara yang akan bertempur untuk keempat kalinya biasanya akan tidak lebih stress daripada tentara yang akan bertempur untuk pertama kalinya. 2.2 Faktor Perkembangan Dampak stress seringkali berbeda pada usia yang berbeda. Misalnya, pasangan yang baru saja menikah ditinggal mati oleh pasangan nya atau lebih muda akan bersikap dua kali lebih buruk atau dua kali lebih mengalami depresi dibandingkan janda berumur 65 tahun. Keadaan yang sama, efek dari pelecehan seksual lebih berbekas pada anak dengan kecemasan yang serius ketika korbannya lebih mudah (belum masuk sekolah), tetapi kecenderungan untuk bunuh diri lebih banyak dijumpai korban yang usianya lebih tua. 2.3 Predictability dan Kontrol Pada umumnya, peristiwa hidup akan tidak lebih membuat stress ketika peristiwa itu dapat diprediksi daripada yang tidak. Tentunya akan lebih tidak membuat stress ketika individu mengerti bahwa ia dapat berusaha sedikit untuk mengontrol stress. Sinyal peringatan sebelum peristiwa tidak mengenakkan memungkinkan kita memulai sejenis proses persiapan yang berfungsi memperkecil efek stimulus stress.

5

Persepsi kita tentang dapatnya suatu peristiwa dikendalikan adalah sama pentingnya dengan keadaan actual dapatnya suatu peristiwa itu dikendalikan. Keyakinan bahwa kita dapat mengendalikan suatu peristiwa tampaknya memperkecil kecemasan kita terhadap peristiwa itu, walaupun kita tidak pernah melakukan kendali tersebut. 2.4 Social Support Individu dengan dukungan lingkungan yang luas akan dapat mengatasi stress lebih baik daripada individu dengan dukungan lingkungan terbatas. Seseorang dengan dukungan yang baik cenderung berkurangnya reaksi terhadap peristiwa negative, seperti depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan. Sebagai contoh, seseorang yang terifeksi virus HIV & AIDS memiliki reaksi kecemasan, keputusasaan dan depresi yang rendah jika mereka memiliki dukungan yang baik. Dua aspek dukungan lingkungan yang sangat memengaruhi individu melawan stress : Someone to talk to Salah satu aspek dari dukungan sosial adalah kelegahaan hati. Kepercayaan yang sudah biasa didengar dalam budaya kita bahwa tindakan simple dari mencurahkan isi hati kita kepada seseorang mengenai kesukaran sangat baik bagi kita yang mungkin dapat memperbaiki keadaan kita. Menerima nasihat dan solusi. Membagi keadan negative kepada seseorang sangat baik bagi kesehatan kita. Oleh karena itu seseorang yang mau berbagi mengenai perasaan dan keadaannya akan mendapat dukungan sosial. Namun Terkadang menyatakan informasi tentang diri kita dianggap oleh orang lain kita begitu buruk. Jadi kita harus selektif untuk mencurahkan keadaan yang menurut kita dapat untuk dibagikan serta selective kepada siapa kita mau terbuka. 2.5 Variabel Individu dalam Bereaksi terhadap Stress Karakter individu juga merupakan factor yang menentukan respon individu terhadap stress atau sering disebut variable individu, seperti cara berpikir, kepercayaan, dll. a. Faktor Kognitif

6

Dua jenis factor kognitif yang memengaruhi bagaimana individu bereaksi terhadap stress adalah : Inteligensi dan stress. Individu dengan skor inteligensi lebih baik akan lebih sedikit terpapar stress dan lebih sedikit bereaksi terhadap faktor stress jika mereka memiliki pengalaman terhadap stress sebelumnya Appraisal of stress. Berbeda individu akan menginterpretasikan sesuatu berbeda dengan individu lainnya, sama halnya dengan menginterpretasi sesuatu yang kemudian menyebabkan stress. Misalnya, seorang psikolog junior diberi saran oleh seniornya. Seniornya berkata, Kamu sudah melakukan yang baik dan benar dengan klienmu, tetapi cara yang lebih baik adalah . Beberapa individu akan menginterpretasi saran tersebut sebagai masukan yang sangat berguna untuk kemajuan karirnya. Tetapi beberapa individu lainnya akan menginterpretasi saran tersebut sebagai kegagalannya dalam mengatasi klien. Interpretasi terakhir inilah yang sangat menentukan stress. Factor kognitif mempengaruhi reaksi kita terhadap stres dan ketidakmampuan seseorang secara kognitif menimbulkan ganguan kognitif. Gangguan konitif ini mungkin berasal dari dua sumber. Tingkat rangsangan emosional yang tinggi dapat menganggu pengolahan informasi di pikiran. Semakin cemas, marah, atau terdepresinya kita setelah suatu stressor, sehingga semakin besar kemungkinan kita mengalami gangguan kognitif. Gangguan kognitif juga dapat terjadi akibat pikiran yang menganggu yang terus berjalan di otak kita berhadapan dengan suatu stesor. Sebagai contoh, siswa yang mengalami kecemasan ujian cenderung merasa takut saat mencoba mengerjakan suatu ujian tentang kemungkinan kegagalan. Mereka tidak dapat mengikuti instruksi dan mengabaikan atau keliru menginterprestasikan informasi jelas yang diberikan pertanyaan. Saat kecemasan menumpuk, mereka mengalami kesulitan mengingat faktafakta yang telah dipelajari. b. Karakter Individu dan Reaksi Stress

7

Karakter individu lain yang penting dan memengaruhi kesehatan sebagai konsekuensi dari stress disebut dengan Type A Personality yang diteliti oleh Meyer Friedman dan Ray Rosenman, dua ahli kesehatan dengan spesialisasi penyakit jantung. Jenis karakter ini adalah pola perilaku yang dicirikan dengan competitiveness, hostility, overwork, dan sense of time urgency. Apakah individu cukup kompetitif, ambisius, dan pekerja keras? Apakah individu dapat bekerja dalam keadaan yang terburu-buru atau dapat melakukan dua hal dalam sekali waktu? Apakah individu workaholic, hanya membutuhkan sedikit waktu untuk relaksasi dan liburan? Apakah individu perfeksionis? Apakah individu agresif, sering marah?

Menurut Friedman dan Rosenman, individu yang bereaksi dengan agresi verbal, seperti mengejek, kritik, menghina, atau bahkan agresi fisiologis, akan lebih berisiko mengidap penyakit jantung koroner. Hal ini dihubungkan dengan tekanan darah dan kolesterol. Sebuah penelitian dilakukan terhadap mahasiswa di Duke University Medical Center, dimana mereka diminta untuk mengurangi sebanyak 13 dari 7683 dan seterusnya. Dalam situasi yang kompetitif ini, individu dengan Type A akan menunjukkan peningkatan epinephrine dan norepinephrine dalam darah. Karena perubahan ini berhubungan dengan pembentukan kolesterol, respon terbaik yang dilakukan oleh individu Type A akan memicu pengerasan arteri jantung. Individu Type A juga merespon stress diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang merupakan factor lain dari penyakit jantung koroner. c. Gender Wanita biasanya akan mengalami stress yang panjang terhadap suatu peristiwa yang traumatic, oleh karena itu juga wanita lebih mudah mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan tidur setelah trauma. Tetapi hal ini hanya rataan saja, tidak semua wanita mengalami hal yang serupa. Banyak juga wanita yang sangat vocal dalam merespon stress akibat trauma, dan banyak juga pria yang terpapar dampak serius dari trauma. Pernikahan juga memengaruhi reaksi stress terhadap wanita dan pria. Untuk keduanya, pasangan menikah akan lebih sehat daripada tidak. Ada perbedaan besar dalam keuntungan pernikahan bagi wanita dan pria. Wanita belum menikah memiliki

8

tingkat kematian 50% lebih tinggi karena stress daripada wanita yang sudah menikah. Tetapi, pria belum menikah akan 250% lebih tinggi tingkat kematian daripada pria yang sudah menikah. Pertanyaannya adalah mengapa pernikahan lebih berarti bagi pria daripada bagi wanita. Menurut Janice Kiecolt-Glaser dan Tamara Newton, ada dua alasan yang mungkin. Pertama, wanita cenderung lebih memiliki lingkungan yang mendukung seperti teman dekat, daripada pria. Kedua, wanita lebih mampu mendesak pasangannya untuk memperhatikan dan merawatnya daripada pria. Namun melalui pernikahan, pria akan lebih terbantu untuk makan lebih baik, olahraga, dan medical advice dari pasangannya, daripada wanita. William James (1897) menyatakan sindrom Fight-or-Flight sebagai aspek utama emosi. Ketika individu dikonfrontir dengan stimulus stress, misalnya diancam seorang tak dikenal di jalan yang gelap dan sepi, individu akan meresponnya dengan rangsangan di sistem saraf simpatetik dan kelenjar adrenal sebagai persiapan untuk melarikan diri atau berkelahi dengan orang asing tersebut. Psikolog Shelley Taylor dan beberapa rekan kuliahnya juga setuju bahwa sindrom ini sangat penting bagi wanita dan pria. Namun pada wanita, Taylor menyakini bahwa dalam merespon stress wanita cenderung mengalami sindrom Tend-andBefriend. Ketika merespon stress, seperti kebakaran atau bencana alam, wanita cenderung meresponnya dengan melindungi anak-anaknya. Wanita akan dengan cepat menempatkan anak-anaknya di tempat aman dan berinteraksi dengan mereka untuk mengurangi stress pada anak-anaknya misalnya dengan memeluk anak-anaknya. e. Perbedaan Etnis Ada beberapa alasan yang menyebabkan perbedaan etnis menjadi factor reaksi stress, yaitu : Banyak anggota etnis minoritas cenderung memiliki keuntungan lebih banyak, misalnya penghasilan lebih banyak, pendidikan lebih baik, yang melindungi individu dari stress Anggota entis minoritas sering mengalami interaksi yang menghasilkan stress, seperti streotip masyarakat, ketidakadilan, dan rasisme Keluarga imigran sering mengalami stress terkait dengan proses akulturasi terhadap budaya baru.

9

BAB 3 COPING WITH STRESS

3.1

Effective Coping Tidak selamanya kita dapat menghindari stress di dalam hidup kita. Maka cara

terbaik adalah menghadapinya. Ada beberapa metode efektif untuk menghilangkan sumber stress ataupun untuk mengontrol reaksi individu terhadap stress, yaitu : a. Menghilangkan atau mengurangi stress Misalnya, seorang suami atau istri yang menghadapi masalah besar dalam rumah tangganya dan mengakibatkan stress, memiliki dua cara untuk mengakhiri stressnya, yaitu mendiskusikan masalahnya dengan konsultan pernikahan atau mengakhiri pernikahannya b. Cognitive coping Metode ini meliputi perubahan bagaimana individu berpikir tentang kejadian stress tsb : (1)Reappraisal dapat menjadi metode yang cukup efektif. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita menginterpretasi peristiwa stress. Contohnya, seorang musisi yang sukses di album pertamanya dan jatuh di album keduanya akan menilainya sebagai kegagalan besar dan membuatnya stress. Namun seorang musisi senior menasihatinya untuk tidak menyerah dan menjelaskan bahwa hal yang dialaminya sebagai hal yang biasa. Akhirnya, musisi muda itu menginterpretasi kegagalannya bukan sebagai sumber stress, melainkan sebagai tantangan kedepannya untuk melakukan yang lebih baik lagi. (2)Dalam beberapa kasus, individu tidak dapat melakukan reappraisal dan yang harus dilakukannya adalah menjauhkan perhatiannya terhadap sumber stress. Contohnya, stress akibat kematian pasangan tentu tidak dapat dapat dihindari dan di-reappraisal. Menjauhkan perhatian dan pikiran dari kematian dan melanjutkan hidup adalah salah satu cara untuk mengatasi stress. (3)Banyak individu yang mengatasi stress dengan menginterpretasikan suatu peristiwa sebagai suatu sisi di dalam keyakinan agama mereka, religious coping. Contohnya, ketika orang tua meninggal, maka individu menginterpretasikannya sebagai suatu takdir yang memang harus dilalui setiap individu 10

c. Mengontrol reaksi stress Ketika sumber stress tidak dapat dihilangkan atau diubah, pilihan efektif lainnya adalah mengontrol reaksi tubuh terhadap stress, baik secara psikologis dan fisik. Contohnya, seorang pengusaha muda memulai bisnis barunya dan ia tahu bahwa dua tahun pertama akan sangat membuatnya stress. Menyadari bahwa ia tidak dapat menghilangkan sumber stress (bisnis baru), maka yang dapat dilakukannya adalah mengontrol reaksinya terhadap stress. Misalnya dengan melakukan banyak kegiatan yang santai seperti mengikuti kelas aerobic, pergi liburan bersama orang terdekat, dll. 3.2 Ineffective Coping Walaupun banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress dengan cara yang baik dan benar, sayangnya banyak individu yang mengatasi stress dengan cara yang salah. Cara yang dilakukan memang dapat mengatasi stress, namun solusi yang ditawarkan hanya bersifat sementara, bahkan akan membuat masalah lebih buruk. a. Menghindar Contohnya, suami yang memiliki masalah rumah tangga cenderung menghindari istrinya dan lebih memilih pergi ke bar mabuk-mabukan atau yang lebih parah adalah perselingkuhan. Apa yang dilakukan suami itu memang menghilangkan stress-nya sementara, namun akan membuat masalah yang lebih buruk b. Agresi Reaksi umum seseorang yang frustasi adalah agresi atau tindak kekerasan atau kasar. Contohnya, seorang wanita yang sudah lama mencoba menarik perhatian lawan jenisnya dan gagal, dapat memilih jalan bermusuhan dengan pria tersebut agar dirinya tidak stress c. Defense Mechanism Menurut Freud, ego memiliki suatu kemampuan pertahanan diri terhadap suatu ketegangan atau ketidaknyamanan yang disebut dengan defense mechanism. Contohnya ketika seorang yang memiliki konflik diri terhadap hasrat seksualnya yang kecil, akan menganggap bahwa bukan dirinya yang salah, melainkan hasrat seksual orang lain yang terlalu besar. BAB 4 CHANGING HEALTH-RELATED BEHAVIOR PATTERNS

11

Psikologi kesehatan adalah ilmu psikologi yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk meningkatkan dan memperbaiki kesehatan dan gaya hidup untuk meminimalisir dampak stress. 4.1 Learning to Relax Relaksasi terkadang menjadi sangat sulit bagi banyak orang. Program progressive relaxation training mengajarkan individu untuk merilekskan otot-otot tubuh. Dalam program ini, pertama individu diajarkan untuk membedakan antara otot yang tegang dengan yang rileks. Hal ini akan meningkatkan keawasan individu terhadap kondisi ototnya. Ketika individu sudah dapat membedakan keduanya, disaat otot mulai menegang karena stress, individu juga tahu bagaimana caranya untuk mencapat keadaan deep relax. Hasilnya tentu sangat memengaruhi kesehatan, seperti mengatasi masalah sulit tidur, sakit kepala, asma, dan lainnya. 4.2 Pola Makan, Olahraga & Melaksanakan Anjuran Dokter a. Pola Makan Fenomena kesehatan terkait pola makan adalah diet. Ketika seseorang kelebihan berat badan, maka ia akan melakukan diet. Namun apakah diet sebenarnya termasuk salah satu cara hidup sehat? Beberapa saran untuk memiliki gaya hidup sehat ditinjau dari pola makan adalah : Memiliki tujuan yang bertahan Tidak melakukan diet, karena menurunkan berat badan dengan cepat akan menyebabkan masalah kesehatan Makan yang berbeda Jangan menyerah dengan gangguan-gangguan dalam menjalani gaya hidup sehat

b. Olahraga Teratur Hidup sehat tidak hanya menjaga pola makan, tetapi juga olahraga yang teratur dan konsisten meningkat. Olahraga yang tidak teratur banyak menyebabkan masalah.

12

c. Tidak merokok Salah satu hal yang paling penting untuk meningkatkan kesempatan hidup lebih lama dan gaya hidup sehat adalah tidak merokok. Orang-orang yang merokok kebanyakan sangat sulit untuk berhenti. d. Mengikuti Anjuran Dokter Bagi individu dengan penyakit kronis, diharapkan untuk selalu mengikuti anjuran dokter, misalnya memenuhi dan menyelesaikan perintah resep dokter. 4.3 Psikologi dan Kesehatan Wanita Sepuluh tahun belakangan ini, psikolog Judith Rodin dan Jeanette Ickovics (1990) meneliti tentang apa yang psikolog ketahui mengenai kesehatan dan perawatan kesehatan terhadap wanita. Ditemukan bahwa factor psikologis memengatuhi kesehatan wanita. Namun National Institutes of Health in 2000 melansir sebuah penelitian dengan skala besar mengenai peningkatan kesehatan wanita. a. Health Concerns of Women Banyak sekali isu kesehatan menjadi unik bagi wanita. Payudara, ovarium, kanker serviks, hysterectomy (operasi pengangkatan rahim), dan menstrual dysfunction adalah beberapa isu yang berkonsentrasi hanya pada wanita. Sedangkan seperti osteoporosis, gangguan makan, lupus, rheumatoid arthritis jauh lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria. Sebagai tambahan, 2/3 pembedahan yang dilakukan di US terjadi pada wanita. Fokus kesehatan yang unik pada wanita terkadang akibat resep dokter yang mengandung hormone estrogen. Estrogen terkandung di dalam pil kontrasepsi dan terkadang diresepkan bagi wanita yang sudah mencapai tahap menopause untuk menggantikan suplai nutrisi yang telah hilang. Sayangnya, estrogen berisiko meningkatkan pembentukan kanker. b. Perubahan dalam Perilaku Berisiko Tinggi Alasan kedua untuk berfokus pada kesehatan wanita adalah wanita berperilaku lebih mirip dengan pria dalam kegiatan berisiko tinggi. Hal yang dimaksud seperti merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, dan konsumsi alcohol berlebihan. Hasilnya adalah, perubahan yang signifikan terjadi pada pola perilaku wanita yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan, misalnya kanker paru. 40 tahun belakangan, kematian akibat kanker paru meningkat sebanyak 85% pada pria dan 400% pada wanita. 13

c. Different Equation between Health Behaviors and Illnesses Alasan ketiga, hubungan persamaan antara health behavior dan illness adalah sesuatu yang berbeda antara wanita dan pria. Contohnya, perilaku yang menciptakan risiko bagi kesehatan wanita dan pria, seperti merokok, konsumsi alcohol berlebihan, obesitas, dan diet kebanyakan lebih berbahaya pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil kontrasepsi. Contoh lainnya adalah AIDS. Lelaki dapat terpapar virus HIV melalui kegiatan bersenggama dengan wanita, tetapi jauh lebih umum bagi wanita untuk terpapar virus melalui vaginal/anal intercourse dimana hanya 2% pria yang terinfeksi HIV melalui heterosexual intercourse dan 31% wanita yang terinfeksi HIV dengan cara ini. Perbedaan ketiga adalah focus wanita pada efek dari bekerja. Wanita yang bekerja secara umum lebih sehat daripada yang tidak, tetapi wanita yang bekerja dengan bayaran rendah, tertekan ditemukan memiliki kesehatan yang jauh lebih buruk. Menariknya, wanita dengan pekerjaan memuaskan, menikah, dan memiliki anak, ditemukan yang paling bahagia di antara semua criteria. d. Faktor Sosiokultural dalam Kesehatan Wanita Gender bukanlah satu-satunya factor sosiokultural yang berperan dalam kesehatan wanita. Untuk memahami health behavior pada wanita, kita harus memahami etnis mereka, orientasi seksual, dan aspek lainnya. Contohnya, wanita Afrika-Amerika lebih sedikit terinfeksi kanker payudara daripada wanita Amerika kulit putih, namun ketika wanita Afrika-Amerika mengidap kanker payudara, kemampuan mereka untuk survive lebih rendah misalnya disebabkan kemampuan ekonomi yang lebih rendah, akses untuk mendapat kesehatan yang berkualitas lebih rendah dan informasi yang kurang. 4.4 Safety Management Ketika kita berpikir untuk menggiatkan promosi pentingnya kesehatan, kebanyakan kita berpikir mengenai bagaimana mencegah penyakit tersebut.Tetapi kecelakaan juga menjadi factor utama dalam ketidak mampuan dan kematian. Faktanya, kecelakaan adalah salah satu penyebab kematian terbesar pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Seorang psikolog, Geller (1998) melakukan penelitian mengenai metode untuk mengurangi luka dan kematian akibat kecelakaan, kebanyakan di tempat kerja dan kendaraan.

14

Tanda pengingat, seperti stiker, alarm, dll, bagi penumpang untuk

menggunakan seat belts berdampak besar pada keamanan mencegah kecelakaan Pemberian reward kepada pengemudi yang menggunakan seat belts Pelatihan kepada bar untuk mengurangi pemberian alcohol kepada tamu Penggunaan pengaman kerja di tempat kerja selama perjalanan

15

DAFTAR PUSTAKA

Lahey, Benjamin B.. 2009. Psychology: An Introduction, Tenth Edition. New York : The McGraw-Hill Companies http://www.infoanak.com/mengapa-wanita-lebih-mudah-stress http://kosmo.vivanews.com/news/read/198382-mengapa-wanita-lebih-mudah-redamstress http://bangka.tribunnews.com/2012/03/18/atas-stress-pria-lebih-agresif-dan-wanitajustru-bersahabat http://2.bp.blogspot.com/_jncPPJQkcqQ/TSUEBX4J8iI/AAAAAAAAAlM/wdSCM9sW44/s1600/jangan%2Bstress.jpg http://panel.mustangcorps.com/admin/fl/upload/files/434(1).jpg

16