10-

11
BAB III UPAYA PEMBERDAYAAN KELUARGA PASIEN GANGGUAN JIWA Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa akan berdampak langsung terhadap kesejahteraan keluarga. Dampak langsung berupa terjadinya ketidakseimbangan keluarga. Keluarga mungkin mengalami beberapa respon kehilangan seperti mengingkari, marah, tawar menawar, depresi sebelum akhirnya pasrah dan menerima yang mengakibatkan menurunnya kesejahteraan keluarga. Upaya pelayanan kesehatan jiwa kepada pasien, keluarga merupakan faktor penting. Keluarga merupakan sumber pendukung utama untuk mendapatkan perlindungan, perawatan, dan kasih sayang sehingga pasien dapat bertahan dan pulih dari kondisi gangguan jiwa yang dialami. Upaya mengoptimalkan kemampuan keluarga merawat dan memberi dukungan kepada pasien menjadi syarat utama dalam pemberdayaan keluarga. Keberhasilan perawatan pasien di rumah sakit jiwa tidak akan bermakna jika tidak dilanjutkan oleh keluarga sebagai pengasuh pasien di rumah. Pasien dapat kambuh bahkan dapat mengalami kondisi yang lebih buruk dari pada sebelumnya. Oleh sebab itu memberdayakan keluarga menjadi sangat penting sehingga keluarga dapat melakukan tugas dan fungsinya merawat pasien. 12

Transcript of 10-

Page 1: 10-

BAB III

UPAYA PEMBERDAYAAN KELUARGA PASIEN GANGGUAN JIWA

Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa akan berdampak langsung terhadap

kesejahteraan keluarga. Dampak langsung berupa terjadinya ketidakseimbangan

keluarga. Keluarga mungkin mengalami beberapa respon kehilangan seperti

mengingkari, marah, tawar menawar, depresi sebelum akhirnya pasrah dan menerima

yang mengakibatkan menurunnya kesejahteraan keluarga.

Upaya pelayanan kesehatan jiwa kepada pasien, keluarga merupakan faktor penting.

Keluarga merupakan sumber pendukung utama untuk mendapatkan perlindungan,

perawatan, dan kasih sayang sehingga pasien dapat bertahan dan pulih dari kondisi

gangguan jiwa yang dialami. Upaya mengoptimalkan kemampuan keluarga merawat

dan memberi dukungan kepada pasien menjadi syarat utama dalam pemberdayaan

keluarga. Keberhasilan perawatan pasien di rumah sakit jiwa tidak akan bermakna jika

tidak dilanjutkan oleh keluarga sebagai pengasuh pasien di rumah. Pasien dapat

kambuh bahkan dapat mengalami kondisi yang lebih buruk dari pada sebelumnya. Oleh

sebab itu memberdayakan keluarga menjadi sangat penting sehingga keluarga dapat

melakukan tugas dan fungsinya merawat pasien.

Berikut ini akan diuraikan pengertian, peran fungsi keluarga, serta proses

pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa.

A. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Dalam Kepmenkes 908/Menkes/2010 yang disebut keluarga adalah sistem

sosial di mana dua atau lebih individu hidup dalam satu rumah tangga karena

adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Individu dalam keluarga

saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

12

Page 2: 10-

13

Pada kasus gangguan jiwa pengertian keluarga pasien tidak hanya dibatasi oleh

keluarga inti (ayah, ibu dan anak) dan tinggal satu rumah tetapi juga meluas

kepada keluarga yang tidak tinggal satu rumah namun ada hubungan darah dan

atau bertanggung jawab terhadap kehidupan pasien.

2. Peran Keluarga

Peran merupakan seperangkat perilaku, sifat, kegiatan yang berhubungan

dengan posisi dan situasi tertentu. Peran keluarga adalah seperangkat perilaku,

sifat, kegiatan yang didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,

kelompok dan masyarakat.

Berbagai peran di dalam keluarga sebagai berikut :

a. Ayah sebagai:

1) Kepala keluarga

2) Suami dari istri dan ayah dari anak-anak,

3) Pencari nafkah,

4) Pendidik,

5) Pelindung dan pemberi rasa aman,

6) Anggota dari kelompok sosialnya

7) Anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Ibu sebagai:

1) Istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya,

2) Pengurus rumah tangga,

3) Pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

4) Pelindung

5) Salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya

6) Pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

c. Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

d. Anggota keluarga lain misalnya kakek, nenek, paman, atau bibi berperan

menggantikan atau memperkuat peran anggota keluarga inti.

Page 3: 10-

14

3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga meliputi :

a. Fungsi Pendidikan: keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk

mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.

b. Fungsi Sosialisasi: keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota

masyarakat yang baik.

c. Fungsi Perlindungan: keluarga melindungi anggota keluarganya sehingga

merasa aman.

d. Fungsi Agama: keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota

keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang

mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.

e. Fungsi Ekonomi: kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur

penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhan keluarga.

f. Fungsi Rekreatif: keluarga menciptakan suasana yang menyenangkan dalam

keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman

masing-masing.

g. Fungsi Biologis: keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi

selanjutnya.

h. Fungsi Afektif : keluarga memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa

aman di antara anggota keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga.

4. Tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya

(Friedman, 1981), dan tugas keluarga pada anggotanya yang mengalami

gangguan jiwa adalah sebagai berikut:

a. Mengenal gangguan jiwa setiap anggotanya.

b. Menetapkan pelayanan kesehatan jiwa yang tepat.

c. Merawat anggota keluarganya yang gangguan jiwa.

d. Menyediakan lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa.

Page 4: 10-

15

e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa, lintas sektor dan jaringan

dukungan keluarga yang tersedia di lingkungan.

B. Dampak Gangguan Jiwa pada Keluarga

Gangguan jiwa berdampak pada kehidupan keluarga meliputi:

1. Dampak psikologis: keluarga menjadi stress, bingung, marah, cemas, tak

berdaya, menyalahkan satu sama lain, malu yang sering disebut sebagai beban

subjektif keluarga. Dampak yang dialami keluarga saat ada anggota keluarga

mengalami gangguan jiwa sbb:

a. Pada awal terjadinya gangguan jiwa, keluarga mengingkari (denial) dan

berharap keluarga yang dicintainya keluar dari masalah (gangguan

jiwanya).

b. Belajar Mengatasi; keluarga mulai menerima penyakit yang dialami

keluarganya. Reaksi emosi dalam bentuk marah, rasa bersalah, berduka.

c. Upaya beradvokasi. Pemahaman dan penerimaan tentang penyakit jiwa

yang dialami keluarganya membuat keluarga mau memberikan dukungan

keluarga lain yang menghadapi masalah yang sama.

2. Dampak fisik: perilaku pasien yang sering tidak terkendali mengakibatkan

keluarga mengalami kerugian secara fisik, seperti cedera maupun kerusakan

barang baik milik keluarga maupun lingkungan.

3. Dampak sosial: hubungan antar keluarga dan lingkungan dapat terganggu. Hal

ini terjadi jika masyarakat masih memberikan stigma negatif kepada pasien dan

keluarganya.

4. Dampak kultural: banyak budaya yang masih menganggap gangguan jiwa

bukan merupakan penyakit yang dapat disembuhkan. Stigma negatif gangguan

jiwa dari masyarakat misalnya sebagai penyakit kutukan, kerasukan roh jahat,

membuat keluarga enggan untuk berinteraksi dengan lingkungan budayanya.

Page 5: 10-

16

5. Dampak spiritual: gangguan jiwa yang terjadi pada anggota keluarga dapat

membuat keluarga merasa berdosa sehingga mengganggu kehidupan spiritual

misalnya menyalahkan Tuhan, malas beribadah dsb.

6. Dampak ekonomi: biaya perawatan dan pengobatan pasien gangguan jiwa yang

berlangsung lama dapat menjadi beban bagi keluarga ditambah dengan

berkurangnya anggota keluarga yang mencari nafkah (pasien tidak bekerja dan

mungkin anggota keluarga yang sehat harus menyediakan waktu untuk merawat

pasien) mengakibatkan beban ekonomi keluarga.

C. Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan adalah upaya membangun kemampuan (daya) dengan memotivasi,

membangkitkan kesadaran, dan berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki.

Pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa artinya menggali potensi yang

dimiliki keluarga, mendorong, memotivasi, dan memberikan dukungan serta

memfasilitasi upaya kesehatan jiwa agar keluarga dapat mandiri dalam mengatasi

masalah kesehatan jiwa.

Kebutuhan pemberdayaan keluarga dimulai sejak awal terjadinya gangguan jiwa

pada pasien sampai tercapai kemandirian.

1. Tujuan

Meningkatkan kemampuan mandiri keluarga dalam:

a. Mengidentifikasi gangguan jiwa pada anggota keluarga.

b. Mengambil keputusan yang tepat dalam menetapkan cara mengatasi

gangguan jiwa pada anggota keluarga,

c. Memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang gangguan jiwa

d. Memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa, lintas sector dan jaringan

dukungan keluarga yang tersedia di masyarakat.

2. Proses Pemberdayaan Keluarga

Proses pemberdayaan keluarga meliputi:

Page 6: 10-

17

a. Pengkajian kebutuhan pemberdayaan

b. Analisa kebutuhan pemberdayaan keluarga

c. Perencanaan dan pelaksanaan pemberdayaan keluarga

d. Evaluasi Hasil Pemberdayaan Keluarga

Keempat tahapan proses tersebut diuraikan sebagai berikut

a. Pengkajian

Pengkajian keluarga dalam rangka pemberdayaan melalui Survey Mawas

Diri (SMD) meliputi:

1) Identifikasi keluarga yang membutuhkan pemberdayaan

2) Identifikasi kemampuan keluarga dalam pemeliharaan gangguan jiwa

anggota keluarga

4) Identifikasi kemampuan keluarga dalam bidang ekonomi

5) Identifikasi kemampuan keluarga dalam bidang psikososial

6) Identifikasi kemampuan keluarga dalam bidang spiritual

7) Identifikasi sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk

pemberdayaan keluarga yaitu pelayanan kesehatan jiwa, sektor lain non

kesehatan (pemerintah daerah, dinas-dinas) dan jaringan dukungan

keluarga.

b. Analisis Kebutuhan Pemberdayaan Keluarga

Analisis kebutuhan pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Masalah terkait dengan

pemberdayaan dirumuskan setelah melakukan pengkajian. Masalah-masalah

terkait dengan pemberdayaan keluarga meliputi:

1) Kebutuhan pemberdayaan dalam melaksanakan tugas pemeliharaan

kesehatan keluarga

2) Kebutuhan pemberdayaan dalam bidang ekonomi

3) Kebutuhan pemberdayaan dalam bidang psikososial

4) Kebutuhan pemberdayaan dalam bidang spiritual

c. Perencanaan dan pelaksanaan pemberdayaan keluarga

Page 7: 10-

18

Intervensi pemberdayaan keluarga dilakukan sesuai dengan

kebutuhan..Berikut ini upaya pemberdayaan yang bisa dilakukan sesuai

kebutuhan.(Lihat Tabel 3.1. Upaya pemberdayaan keluarga)

d. Evaluasi Hasil Pemberdayaan Keluarga

Evaluasi keberhasilan pemberdayaan keluarga diukur dengan sejauh mana

keluarga mampu mandiri dalam melaksanakan tugas pemeliharaan

kesehatan keluarga, psikososial, ekonomi, dan spiritual.

1) Evaluasi dalam melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan: keluarga

mampu melaksanakan tugas pemeliharaan keluarga.

2) Keberdayaan keluarga dalam bidang psikologis: mampu mengatasi

masalah dengan cara yang konstruktif.

3) Keberdayaan ekonomi: mampu produktif dan mandiri dalam

peningkatan status ekonomi keluarga.

4) Keberdayaan dalam bidang spiritual: merasakan kesejahteraan dalam

kehidupan spiritual.

Tabel 3.1. Upaya pemberdayaan keluarga

No Kebutuhan Pemberdayaan

Intervensi Sektor Terkait Ket

1 Kebutuhan pemberdayaan dalam melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga

Psikoedukasi Pelatihan merawat

pasien

Kesehatan

2 Kebutuhan pemberdayaan ekonomi

Program Nasional Pembangunan Masyarakat (PNPM)

Program Jamkesmas / jamkesda

Pemda: dinas yang terkait dengan perekonomian (perindustrian, dinas kesehatan, dinas perdagangan)

3 Kebutuhan pemberdayaan psikososial

Rehabilitasi Psikososial

Konseling keluarga Pertemuan dan

berbagi pengalaman antar keluarga

LSM: Perhimpunan Jiwa Sehat, Komunitas Jiwa Sehat, Kelompok Peduli Skizofrenia Indonesia, Paguyuban Jiwa Sehat.Pemda: Dinas Sosial, Dinas Tramtib, Dinas KesehatanPerhimpunan Profesi: PDSKJI, HIMPSI, Ikatan Perawat Jiwa, Ikatan Pekerja Sosial.

Page 8: 10-

19

4 Kebutuhan pemberdayaan spiritual

Kegiatan ibadah bersama

Konseling spiritual

Kementerian agamaOrganisasi keagamaan: Majelis Taklim, Pesantren, Organisasi Gereja.