1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

57
84 BAB IV TEMUAN PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan Penelitian 4.1.1 Unsur Kepemimpinan dalam Film Kingdom of Heaven Untuk merepresentasikan kepemimpinan yang ada dalam film Kingdom of Heaven, peneliti menemukan beberapa unsur kepemimpinan setelah mengamati film ini. Unsur kepemimpinan tersebut meliputi sikap Good will, Toleransi, dan Kemampuan. 1. Good Will Bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, good will bermakna sebagai itikad baik. Untuk menunjukan sebuah hubungan yang baik dengan orang lain, dibutuhkan adanya good will yang dilakukan oleh secara personal ataupun kelompok. Jika dilihat, sikap good will pada film ini banyak dimunculkan melalui sosok Salahuddin Al-Ayyubi. Salah satu contoh tersebut pada adegan film ini adalah ketika Salahuddin membawakan minuman untuk Raja Jerusalem, Guy de Lusignan yang padahal ia adalah tokoh dibalik adanya peperangan ini. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat baik Salahuddin untuk memuliakan tamunya. Namun, hal tersebut justru tidak diterima dengan baik oleh Guy de Lusignan sebagai Raja Jerusalem yang naik repository.unisba.ac.id

Transcript of 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

Page 1: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

84

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Penelitian

4.1.1 Unsur Kepemimpinan dalam Film Kingdom of Heaven

Untuk merepresentasikan kepemimpinan yang ada dalam film Kingdom of

Heaven, peneliti menemukan beberapa unsur kepemimpinan setelah mengamati film

ini. Unsur kepemimpinan tersebut meliputi sikap Good will, Toleransi, dan

Kemampuan.

1. Good Will

Bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, good will bermakna sebagai

itikad baik. Untuk menunjukan sebuah hubungan yang baik dengan orang

lain, dibutuhkan adanya good will yang dilakukan oleh secara personal

ataupun kelompok. Jika dilihat, sikap good will pada film ini banyak

dimunculkan melalui sosok Salahuddin Al-Ayyubi. Salah satu contoh tersebut

pada adegan film ini adalah ketika Salahuddin membawakan minuman untuk

Raja Jerusalem, Guy de Lusignan yang padahal ia adalah tokoh dibalik

adanya peperangan ini. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat baik

Salahuddin untuk memuliakan tamunya. Namun, hal tersebut justru tidak

diterima dengan baik oleh Guy de Lusignan sebagai Raja Jerusalem yang naik

repository.unisba.ac.id

Page 2: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

85

tahta menggantikan King Baldwin IV, ia malah menawarkan minuman

tersebut kepada bawahannya.

2. Toleransi

Salahuddin Al-Ayyubi dalam film Kingdom of Heaven digambarkan

sebagai sosok yang sangat toleransi. Ia memahami betul terhadap situasi dan

kondisi yang dihadapi. Salah satu adegannya adalah pada saat Salahuddin

sedang berunding dengan King Baldwin IV untuk tidak melakukan perang,

Salahuddin menyepakati hal tersebut dan mengatakan kepada Baldwin akan

mengirimkan perawat untuknya yang sedang terkena penyakit lepra. sikap

tersebut membuktikan bahwa dirinya memiliki rasa toleransi terhadap sesama

umat manusia. Bukan pada adegan tersebut saja, sikap toleransinya pun

tertuang dalam berbagai adegan-adegan di film ini.

3. Kemampuan

Kemampuan Salahuddin sebagai seorang pemimpin tidak diragukan,

karena film ini menyatakan bahwa ia memiliki pasukan perang sebanyak

200.000, hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor kemenangan Muslim

atas Jerusalem. Seorang pemimpin dikatakan memiliki kemampuan untuk

memimpin, manakala followership (pengikutnya) secara loyal mengikuti apa

yang diperintahkan. Hal tersebut ditemukan pada tiap-tiap adegan yang

menampilkan sosok Salahuddin dengan jumlah pasukannya yang begitu

banyak.

repository.unisba.ac.id

Page 3: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

86

4.2 Pembahasan

Dalam film Kingdom of Heaven, peneliti menemukan beberapa data yang

sesuai dengan objek yang akan diteliti. Hal yang menjadi acuan peneliti adalah

bagaimana representasi Salahuddin Al-Ayyubi sebagai pemimpin islam dalam film

Kingdom of Heaven.

Untuk melakukan penelitian ini, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah

mengamati film melalui adegan-adegan. Beberapa adegan yang diamati dapat

mewakili analisa peneliti tentang representasi Salahuddin Al-Ayyubi sebagai

pemimpin islam dalam film Kingdom of Heaven. Setelah mengamati film, peneliti

melakukan capture adegan yang cukup representatif untuk diteliti berdasarkan teori

John Fiske melalui kode-kode sosial level realitas, representasi, dan ideologi.

4.2.1 Analisis Film Kingdom of Heaven

4.2.2 Representasi Adegan 37 [01:31:34 – 01:34:08]

Gambar 4.2.2

Gambar 4.2.2 Salahuddin menyampaikan salam kepada King Baldwin IV

repository.unisba.ac.id

Page 4: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

87

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.2 dalam adegan 37 tersebut, menggambarkan dialog antara King Baldwin IV sebagai Raja Jerusalem dengan Salahuddin Al-Ayyubi sebagai Pemimpin besar pasukan Muslim dari Damaskus. Isi dari dialog tersebut dimana King Baldwin IV meminta kepada Salahuddin untuk tidak melakukan perang yang disebabkan oleh Raynald de Chatilon yang menyerang kafilah muslim dan membunuhnya. Ia berpesan akan menghukum pelaku yang terlibat dalam penyerangan tersebut, dan Salahuddin menyetujui apa yang diminta oleh King Baldwin IV.

Dialog Salahuddin: “Aku berharap kamu menarik mundur kavalerimu, dan menyelesaikan masalah ini denganku” King Baldwin IV: “Aku berharap kamu akan mundur tanpa terluka ke Damaskus. Reynald De Chatillon akan dihukum, aku berjanji untuk itu. Tarik pasukanmu, atau kita semua akan mati disini. Apakah kita punya kesepakatan?” Salahuddin: “Kita bersepakat….Aku akan kirim perawatku” King Baldwin IV: “Assalamu’alaikum” Salahuddin: “Alaikum salam”

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 37 [01:31:34] – [01:34:08]

Tabel 4.2.2 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

Penampilan Salahuddin dalam adegan 37 tersebut, mengenakan pakaian warna hitam. Mulai dari sorban kepala hingga jubahnya.

Environment (lingkungan)

Lingkungan yang diperlihatkan dalam adegan ini adalah, sebuah padang tandus, dimana seluruh pasukan terkumpul baik dari pasukan Jerusalem maupun muslim, termasuk Raja dari masing-masing pihak. Pertemuan pihak Kristen dan Muslim di padang ini adalah untuk menyelesaikan

repository.unisba.ac.id

Page 5: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

88

permasalahan yang terjadi dengan cara diplomatis. Behavior (kelakuan)

Kode behavior yang terdapat dalam adegan ini bahwa Salahuddin menerima itikad baik King Baldwin IV untuk menyelesaikan masalah dengan tidak adanya perang dan menjatuhkan hukuman bagi pelaku.

Speech (dialog) “Kita bersepakat….Aku akan kirim perawatku” Dialog ini memiliki makna bahwa Salahuddin Al-Ayyubi menyepakati perihal yang diajukan King Baldwin IV untuk saling berdamai. Dapat ditarik kesimpulan dari dialog tersebut bahwa Salahuddin merupakan pemimpin yang bisa diajak bekerja sama, mencintai perdamaian, dan peduli terhadap seseorang. Kepeduliannya dapat terlihat dari dialog “Aku akan kirim perawatku” yang ia sampaikan kepada King Baldwin IV untuk merawatnya yang sedang terkena penyakit lepra.

Gesture (gerakan)

Gerakan tubuh dalam adegan ini tidak banyak, objek mengangkat tangan kanan sebagai bentuk salam pertemuan sambil duduk diatas kuda dan saling bertatapan dengan lawan bicaranya yaitu King Baldwin IV.

Level Representasi

Camera (kamera)

Dalam adegan ini, ada beberapa shot yang diambil secara luas (full shot) di mana terlihat penggambaran secara luas kerumunan pasukan-pasukan, namun pada saat pertemuan antara Salahuddin dengan King Baldwin IV, menggunakan teknik medium shot, kemudian ketika berdialog antara keduanya, pengambilan gambar menjadi close up dimana terlihat jelas objek yang sedang berbicara.

Sounds (Suara) Selain suara dialog antar pemain, dalam adegan ini suara langkah pasukan berkuda yang ikut menyaksikan kesepakatan tersebut. Pasukan-pasukan tersebut selalu ada dimana Salahuddin berada, ini memberikan arti bahwa pasukan nya begitu loyal terhadap raja.

repository.unisba.ac.id

Page 6: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

89

4.2.3 Representasi Adegan 39 [01:37:14] – [01:39:37]

Gambar 4.2.3

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.3 dalam adegan 39 tersebut, menggambarkan dialog antara Salahuddin Al-Ayyubi dengan rekannya, Rashid dari Damaskus yang datang ke perkemahan Salahuddin. Ia datang, karena mendengar kabar bahwa Salahuddin telah menarik pasukannya untuk mundur, karena menyepakati kesepakatan damai dengan Raja Jerusalem.

Dialog Rashid: “Assalamu’alaikum” Salahuddin: “Alaikum salam” Rashid: “Mengapa kita mundur? Mengapa? Tuhan tidak menyukai mereka. Tuhan yang akan menentukan siapa yang akan menang dalam peperangan” Salahuddin: “Hasil dari peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan, jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air. Kita tidak dapat memelihara sebuah pengepungan dengan musuh dibelakang. Berapa banyak peperangan yang Tuhan menangkan untuk orang Muslim sebelum kedatanganku? Dan itu, sebelum Tuhan menentukan bahwa aku perlu datang ”. Rashid: “Sedikit sekali, dan itu karena kita penuh dosa” Salahuddin: “Itu karena kamu tidak mempersiapkannya” Rashid: “Jika kamu berpikir seperti itu, kamu tidak akan menjadi raja untuk waktu yang lama” Salahuddin: “Saat aku bukan raja, aku telah mengguncang dunia Islam. Terimakasih atas kedatanganmu. (Sambil mengulurkan tangan) Terimakasih untuk kedatanganmu” Rashid: “(Sambil menjabat tangan) Janjimu…Janjimu untuk mengembalikan

Gambar 4.2.3 Salahuddin dikunjungi oleh kerabatnya

repository.unisba.ac.id

Page 7: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

90

Jerusalem. Jangan lupa” Salahuddin: “Jika aku tidak mengirimkan perang, aku tidak punya kedamaian”

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 39 [01:37:14] – [01:39:37]

Tabel 4.2.3 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

Penampilan pemain dalam adegan 39 memiliki perbedaannya tersediri. Salahuddin sebagai seorang pemimpin mengenakan jubah lengkap dengan sorban warna hitam. Sedangan bawahannya yang lain mengenakan pakaian perang. Sementara itu, Rashid rekan Salahuddin dari damaskus mengenakan jubah berwarna hitam, tanpa mengenakan sorban hitam, rambutnya dibiarkan terlihat.

Environment (lingkungan)

Adegan 39 berada di dalam suatu perkemahan Salahuddin, di mana terlihat pada gambar 4.2.3 perkemahan Salahuddin dijaga ketat oleh para pasukannya yang berdiri di luar mengitari kemah.

Behavior (kelakuan)

Pada gambar 4.2.3 terlihat Salahuddin tengah duduk sambil berbicara dengan rekannya, Rashid. Ia terlihat santai dalam menanggapi pertanyaan yang disampaikan Rashid, sementara Rashid sendiri terlihat menggebu-gebu untuk menanyakan hal tersebut kepada Salahuddin.

Speech (dialog)

“Hasil dari peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan, jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air”. Dalam dialog Salahuddin tersebut, ia menyatakan atas keinginannya untuk bersepakat dengan Raja Jerusalem, yaitu tidak melakukan perang dengan menarik mundur pasukan Muslim. Salahuddin berkata demikian, dikarenakan ia memegang teguh etika perang Islam sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang tersirat dalam Al Quran dan Hadist. Seperti: 1. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang

memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al Baqarah:

repository.unisba.ac.id

Page 8: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

91

190) Muslim hanya boleh berperang ketika diserang atau bila ada warga muslim di wilayah non muslim yang ditindas atau dibantai.

2. Dalam berperang, muslim tidak boleh melampaui batas, diantaranya tidak boleh membunuh musuh yang sudah tidak berdaya, merusak mayat, mengganggu apalagi merampok dan membunuh penduduk sipil, merusak tempat ibadah atau fasilitas umum, membakar rumah penduduk kecuali yang dianggap bisa menjadi tempat persembunyian musuh, membunuh ternak kecuali yang untuk dimakan, serta merusak tanaman kecuali untuk diambil buahnya.

3. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-rang yang dzalim (QS. Al Baqarah:193). Bila telah terjadi kesepakatan untuk menghentikan peperangan dan musuh telah mengembalikan wilayah muslim yang dikuasainya dan membebaskan tentara atau penduduk muslim yang ditawannya, maka muslim diperintahkan untuk berhenti berperang.

Gesture (gerakan)

Gerakan dalam adegan ini, hanya gerakan sederhana saja, seperti duduk dan berdiri. Namun ada dialog yang disertai gerakan mengulurkan tangan yang dilakukan Salahuddin kepada Rashid. Jabat tangan merupaka salah satu bentuk komunikasi secara non verbal. Dengan jabat tangan, niat baik ditujukan kepada pihak yang tangannya dijabat. Secara implisit, jabat tangan mengirimkan isyarat keterbukaan .

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Three Shot di mana terdapat 3(tiga) orang melakukan interaksi dalam ruang tersebut. Di mana pada bagian tertentu saat Salahuddin atau Rashid sedang berbicara, gambar diambil dengan teknik medium shot.

repository.unisba.ac.id

Page 9: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

92

Sounds (Suara) Suara dari apa yang diucapkan Salahuddin terdengar datar ketika sedang menanggapi apa yang diahrapkan Rasyid. Berbeda dengan Rasyid yang pada saat itu mengucapkan perihal dengan sedikit penekanan. Selain suara dialog antar pemain, suara yang didengar adalah langkah kaki pasukan yang berada disekeliling perkemahan Salahuddin.

4.2.4 Representasi Adegan 64 [02:13:29] – [02:16:18]

Gambar 4.2.4

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.4 dalam adegan 64 tersebut, menggambarkan adegan antara Salahuddin Al-Ayyubi dengan Guy de Lusignan yang menjadi raja Jerusalem menggantikan King Baldwin IV. Situasi tersebut terjadi dikarenakan ia telah membunuh adik perempuan Salahuddin. Sehingga membuat Salahuddin marah, dan kemudian peperangan terjadi. Pembunuhan adik perempuan Salahuddin direncakan oleh Guy de Lusignan agar bisa berperang dengan Salahuddin. Tetapi, pihak Kristen mengalami kekalahan, sehingga pasukan Muslim hanya menyisakan Guy de Lusignan dan Raynald de Chatilon untuk membawanya ke perkemahan. Setiba di perkemahan, Salahuddin memberikan minuman kepada Guy de Lusignan. Tetapi hal tersebut ditolak oleh Guy de Lusignan, ia justru memberikan minuman pemberian Salahuddin kepada bawahannya Raynald.

Dialog Raynald: “Aku minum air, karena memang untuk diminum” Salahuddin: “Aku tidak memberikan cangkir itu untukmu” Raynald: “Tidak, Tuanku” (Salahuddin membunuh Raynal de Chatilon, karena telah meminum air yang ia

Gambar 4.2.4 Guy de Lusignan mengambil air pemberian Salahuddin

repository.unisba.ac.id

Page 10: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

93

berikan kepada Guy de Lusignan) Salahuddin: “Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh darinya” (sambil menatap dalam Guy de Lusignan).

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 64 [02:13:29] – [02:16:18]

Tabel 4.2.4 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

Penampilan pemain pada adegan 64, baik Salahuddin maupun Guy de Lusignan dan Raynald de Chatilon, mengenakan pakaian perang. Tetapi, tampak berbeda, Salahuddin mengenakan pelindung kepala dari besi yang pada bagian hidung nya pun dilindungi oleh besi.

Environment (lingkungan)

Adegan 64 berada di dalam perkemahan Salahuddin, di mana terlihat pada gambar 4.2.4 perkemahan Salahuddin dijaga ketat oleh para pasukannya yang berdiri di luar mengitari kemah.

Behavior (kelakuan)

Pada gambar 4.2.4 terlihat Salahuddin kecewa atas sikap yang dilakukan oleh Guy de Lusignan karena telah menolak minuman pemberiannya yang kemudian diberikan kepada bawahannya yaitu Raynald de Chatilon.

Speech (dialog)

“Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh darinya?” Dalam dialog Salahuddin tersebut, ia menyatakan alasan kenapa ia tidak membunuh Guy de Lusignan yang pada saat itu menjadi raja di Jerusalem. Karena dalam etika berperang, seorang raja tidak boleh membunuh raja lain. Pada abad pertengahan, berlaku sebuah Hukum Chivalry dimana raja tidak boleh membunuh sesame raja. Khususnya apabila tertawan. Salah satu kode etik knights dan para ningrat adalah mereka pantang membunuh keluarga atau orang-orang dari keturunan ningrat yang menyerah atau tertawan dalam pertempuran. Akan tetapi khusus buat

repository.unisba.ac.id

Page 11: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

94

religious-military order seperti Templar, Hospitaller, dan Teutonic dalam perang salib, peraturan itu tidak berlaku terhadap ningrat Muslim. Kecuali dengan kondisi khusus atau mendapat perintah dari pemimpin perang salib yang mendapat mandat langsung dari Paus. Dalam tradisi Arab sendiri, seorang raja pantang membunuh sesama raja.

Gesture (gerakan)

Gerakan dalam adegan ini, menggambarkan kemarahan Salahuddin Al-Ayyubi yaitu dengan membunuh Raynald de Chatilon. Setelah itu berbicara kepada Guy de Lusignan dengan tatapan yang dalam.

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Group Shot di mana terdapat lebih dari 3(tiga) orang melakukan interaksi dalam ruang tersebut. Di mana pada bagian tertentu saat Salahuddin sedang berbicara dengan Guy de Lusignan, gambar diambil dengan teknik Two Shot.

Sounds (Suara) Suara Salahuddin pada saat perbincangan tersebut terdengar datar namun dengan ekspresi yang sedang dalam keadaan kecewa.

4.2.5 Representasi Adegan 73 [02:28:53] – [02:29:34]

Gambar 4.2.5

Gambar 4.2.5 Pasukan Muslim sedang menunaikan Sholat subuh

repository.unisba.ac.id

Page 12: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

95

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.5 dalam adegan 73, terlihat pasukan muslim yang dipimpin Salahuddin Al-Ayyubi sedang menunaikan sholat Subuh. Terlihat secara rapi, pasukan membentuk shaf demi shaf untuk mendirikan sholat.

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 73 [02:28:53] – [02:59:34]

Tabel 4.2.5 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

Penampilan pemain pada adegan 73 mengenakan pakaian perang dengan berbalut besi. Sama seperti adegan sebelumnya, yakni pada adegan 64 Salahuddin masih mengenakan pakaian perang dengan pelindung kepala dari besi yang memanjang bagian tengahnya untuk melindungi hidung.

Environment (lingkungan)

Adegan 64 berada di lapangan terbuka, dimana pada saat itu peperangan tengah terjadi.

Behavior (kelakuan)

Pada gambar 4.2.5 terlihat pasukan muslim mendirikan sholat Subuh di sela-sela peperangan. Sebagaimana perintah Allah dalam Surat An-Nisa ayat 102: “Dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudia apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu” [QS An-Nisa: 102] Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu ain bukan hanya sunnah atau

repository.unisba.ac.id

Page 13: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

96

fardhu kifayah , seandainya hukumnya sunnah tentu keadaan takut dari musuh adalah udzur yang utama. Juga bukan fardhu kifayah karena Allah menggugurkan kewajiban berjamaahatas rombongan kedua dengan telah berjamaahnya rombongan pertama, dan Allah tidak member keringanan bagi mereka untuk meninggalkan shalat berjamaah dalam keadaan ketakutan (perang).

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Group Shot di mana posisi kamera sejajar dengan camera man. Sementara pada shot yang lain, gambar diambil dgn teknik Long Shot. Dengan teknik tersebutlah, kita dapat melihat begitu serempaknya umat muslim melaksanakan sholat berjamaah.

4.2.6 Representasi Adegan 76 [02:33:27] – [02:33:58]

Gambar 4.2.6

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.6 dalam adegan 76 tersebut, menggambarkan adegan antara perbincangan antara Salahuddin Al-Ayyubi, Rashid dan Imad di perkemahan muslim. Perbincangan tersebut terkait mengenai siapa sosok dibelakang tembok Jerusalem yang berusaha mempertahankan kota tersebut.

Gambar 4.2.6 Salahuddin sedang berbicara dengan Imad terkait pertahanan Jerusalem

repository.unisba.ac.id

Page 14: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

97

Dialog

Rashid: “Siapa yang mempertahankan?” Imad: “Balian dari Ibelin. Putranya Godfrey” Salahuddin: “Godfrey? Godfrey hampir membunuhku di Libanon. Benarkah? Aku tidak tahu kalau dia memiliki putra” Imad: “Itu anaknya waktu di kerak” Salahuddin: “Satu-satunya yang kau biarkan hidup?” Imad: “Ya” Salahuddin: “Mungkin seharusnya kau jangan lakukan itu” Imad: “Mungkin seharusnya aku punya seorang guru yang berbeda”

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 76 [02:33:27] – [02:33:58]

Tabel 4.2.6 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

Penampilan Salahuddin pada adegan 76 masih mengenakan pakaian perang. Hanya saja, ada yang berbeda yaitu pelindung kepala besi dilepasnya, digantikan dengan penutup kepala warna hitam.

Environment (lingkungan)

Adegan 76 berada di dalam perkemahan Muslim pada malam hari. Sama seperti adegan-adegan sebelumnya. Perkemahan tersebut tetap dijaga ketat oleh pasukan-pasukannya.

Behavior (kelakuan)

Pada gambar 4.2.6 terlihat Salahuddin duduk berhadapan dengan Imad. Sementara itu, Rashid hanya berdiri sambil memandang ke arah luar.

Speech (dialog)

“Satu-satunya yang kau biarkan hidup?” Dialog yang disampaikan Salahuddin, menunjukkan keheranan apa yang telah terjadi antara Imad dengan Balian. Mengapa hanya Balian yang dibiarkan hidup? Seperti itu makna yang ditangkap peneliti, ketika Salahuddin mengatakan hal tersebut. Hal tersebut mengandung arti bahwa apa alasan Imad untuk membiarkan Balian hidup.

repository.unisba.ac.id

Page 15: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

98

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Three Shot di mana fokus kamera hanya tertuju pada 3(tiga) objek saja yang melakukan interaksi dalam ruang tersebut.

4.2.7 Representasi Adegan 80 [02:38:49] – [02:39:22]

Gambar 4.2.7

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.7 dalam adegan 80 menayangkan tentang adegan berdoa yang dilakukan Salahuddin ketika menguburkan pasukannya yang wafat akibat Perang Salib.

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 80 [02:38:49] – [02:39:22]

Tabel 4.2.7 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance

Penampilan Salahuddin pada adegan 80 mengenakan pakaian perang. Lengkap dengan pelindung besi untuk

Gambar 4.2.7 Salahuddin sedang berdoa dalam penguburan pasukannya yang wafat

repository.unisba.ac.id

Page 16: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

99

(penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

melindungi kepala yang pada bagian tengahnya memanjang mengikuti tulang hidung, agar hidung dapat terlindungi juga.

Environment (lingkungan)

Adegan 80 berada di lapang luas dimana mayat-mayat diletakan untuk dikubur pada malam hari. Rasulullah bersabda kepada Ali Ra : “Hai Ali, ada tiga perkara yang janganlah kamu tunda-tunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya, jenazah bila sudah siap penguburannya, dan wanita (baik gadis atau janda) bila menemukan laki-laki yang sepadan yang meminangnya” (HR. Ahmad [Abdul Aziz Ar-Ra’uuf])15

Behavior (kelakuan)

Pada gambar 4.2.7 terlihat Salahuddin memanjatkan doa kepada Allah, bagi pasukan-pasukannya yang wafat ditengah terjadinya perang salib.

Expression (Ekspresi)

Dengan ekpresi muka yang sedih, ia mengangkat kedua tangannya dan mengusapkannya kepada wajah untuk mendoakan pasukan yang wafat.

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Group Shot pada saat penguburan jenazah. Sementara adegan Salahuddin berdoa, gambar diambil dengan Close Up.

4.2.8 Representasi Adegan 82 [02:39:59] – [02:40:47]

15

http.mashar2000.com/201305/05/3-hal-yang-harus-disegerakan-menurut-islam/

repository.unisba.ac.id

Page 17: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

100

Gambar 4.2.8

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.8 dalam adegan 82 tersebut menayangkan situasi perang yang tengah terjadi. Pihak muslim menyerang dengan menghancurkan tembok kota Jerusalem, sementara pihak Kristen menyerang Muslim dibalik tembok kota Jerusalem.

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 82 [02:39:59] – [02:40:47]

Tabel 4.2.8 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

Penampilan Salahuddin pada adegan 82, sama seperti adegan sebelumnya, yakni masih mengenakan pakaian perang, lengkap dengan pelindung kepala besi.

Environment (lingkungan)

Adegan 82, peperangan terjadi tepat di depan tembok kota Jerusalem dengan suasana yang hirup pikuk akibat peperangan.

Behavior (kelakuan)

Pada gambar 4.2.8 menggambarkan sosok Salahuddin yang sedang mengamati peperangan yang sedang berlangsung dari kejauhan.

Gambar 4.2.8 Salahuddin mengamati peperangan

repository.unisba.ac.id

Page 18: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

101

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Medium Long Shot terutama pada saat pengambilan adegan pasukan. Sementara itu, kamera menangkap sosok Salahuddin dengan posisi kamera Low Angle. “Pengambilan sudut kamera dengan low angle, dimana kamera berada lebih rendah dari objek akan mengakibatkan objek terlihat superior, dominan, dan menekan” (Pratista, 2008: 107).

Sounds (Suara) Terdengar begitu riuhnya suara peperangan menyelimuti kota Jerusalem.

4.2.9 Representasi Adegan 85 [02:44:56] – [02:48:54]

Gambar 4.2.9

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.9 menayangkan salah dua gambar adegan 85. Pada adegan tersebut, menggambarkan dialog antara Salahuddin Al-Ayyubi dengan Balian, seseorang yang memiliki andil dalam mempertahankan perang di Jerusalem. peperangan tersebut dimenangkan oleh pasukan Muslim. Ketika mengetahui pihak kristen kalah terhadap muslim, maka pasukan muslim segera menyiapkan kelambu untuk digunakan Salahuddin menawarkan kesepakatan kepada pihak kristen yang diwakili oleh Balian. Isi kesepakatan yang ditawarkan oleh Salahuddin Al-Ayyubi kepada Balian yaitu menyerahkan kota Jerusalem ke umat Muslim dengan memberikan jaminan keamanan bagi seluruh penduduk Kristen yang berada di wilayah Jerusalem untuk meninggalkan dan kembali menuju wilayah kristen.

Gambar 4.2.9 Salahuddin menawarkan kesepakatan kepada Balian perihal Jerusalem

repository.unisba.ac.id

Page 19: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

102

Dialog

Salahuddin: “Akankah kamu mempertahankan kota ini?” Balian: “Sebelum aku kehilangannya, aku akan membakar kota ini sampai habis. Termasuk tempat sucimu, dan kami semua. Semua yang ada di Jerusalem, yang membuat orang jadi gila.” Salahuddin: “Aku ragu jika itu tidak akan membuat lebih baik jika kamu lakukan. Kamu akan menghancurkannya?” Balian: “Ya, setiap bangunan. Dan setiap ksatria Kristen yang kamu bunuh, akan mengambil 10 orang Saracen bersamanya. Kamu akan menghancurkan pasukanmu disini dan tidak ada kebangkitan lagi. Aku berjanji pada Tuhan, bahwa untuk mengambil kota ini, akan menjadi akhir hidupmu.” Salahuddin: “Kotamu penuh dengan wanita dan anak-anak. Jika pasukanku akan mati, begitu juga kotamu.” Balian: “Apa kamu menawarkan syarat? Aku tidak memintanya.” Salahuddin: “Saya akan memberikan jaminan keamanan tiap nyawa menuju wilayah Kristen, setiap orang. Wanita, anak-anak, orang tua, dan semua ksatria dan prajuritmu, juga ratumu. Rajamu seperti dia (Guy De Lusignan).. aku tinggalkan padamu dan apa kehendak Tuhan yang akan dibuat padanya tidak ada yang dapat mencegah, aku bersumpah kepada Tuhan.” Balian: “Orang Kristen membantai setiap orang Muslim dibalik tembok ini ketika mereka menguasai kota ini” Salahuddin: “Aku bukan seperti orang-orang itu. Aku Saladdin, Salahuddin.” Balian: “Kemudian dibawah perjanjian ini, aku serahkan Jerusalem” Salahuddin: “Assalamu’alaikum” Balian: “Dan kedamaian semoga selalu bersamamu….. Apa sebenarnya arti Jerusalem?” Salahuddin: “Tidak ada…..Segalanya”

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 85 [02:44:56] – [02:48:54]

Tabel 4.2.9 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make

Penampilan pemain dalam adegan 85 yakni Salahuddin dan Balian memiliki perbedaan. Salahuddin mengenakan baju perang lengkap dari mulai topi, jubah besi, dan pedang.

repository.unisba.ac.id

Page 20: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

103

up (riasan) Salahuddin terlihat rapi dan bersih. Sementara Balian, mengenakan baju perang tentara salib, dalam keadaan tubuh yang kotor setelah berperang seharian.

Environment (lingkungan)

Adegan 85 peperangan terjadi di padang tandus yang berada di depan tembok/gerbang pintu masuk kota Jerusalem. Gerbang pintu kota Jerusalem pun telah hancur begitu pun dengan bangunan-bangunan terdekatnya, ksatria-ksatria Kristen dan Muslim pun banyak terbunuh di Jerusalem. dialog tersebut dilakukan di lapang tersebut dengan kelambu yang menutupi keduanya (Salahuddin dan Balian) yang disiapkan oleh pasukan muslim.

Behavior (kelakuan)

Adegan 85 ini mengambil gambar mengenai tawaran kesepakatan antara Salahuddin dan Balian. Di awal dialog, Balian masih ingin mempertahankan Jerusalem, sementara Salahuddin menawarkan untuk menyerahkan Jerusalem kepada muslim dikarenakan ksatria Jerusalem banyak yang mati terbunuh, sementara itu di Jerusalem hanya tersisa beberapa ksatria, wanita dan anak-anak, sementara itu, pasukan Muslim masih berjumlah banyak.

Speech (dialog)

“Saya akan memberikan jaminan keamanan tiap nyawa menuju wilayah Kristen, setiap orang. Wanita, anak-anak, orang tua, dan semua ksatria dan prajuritmu, juga ratumu. Rajamu seperti dia (Guy De Lusignan).. aku tinggalkan padamu dan apa kehendak Tuhan yang akan dibuat padanya tidak ada yang dapat mencegah, aku bersumpah kepada Tuhan.” Dalam dialog tersebut, Salahuddin menawarkan kesepakatan agar pihak Kristen menyerahkan Jerusalem kepada umat Muslim, sementara itu pasukan muslim memberikan jaminan keamanan bagi setiap penduduk Kristen yang berada di wilayah Jerusalem untuk pindah ke wilayah Kristen. Hal ini memberikan penjelasan bahwa, pihak Muslim tidak dengan sewenang-wenang mengambil Jerusalem begitu saja, tetapi dengan memberikan hal lain yang sekiranya dibutuhkan oleh umat Kristen pada saat itu untuk dapat kembali ke wilayah Kristen. Salahuddin bertanggung jawab atas hal tersebut untuk mengantarkan umat Kristen yang mengalami kekalahan perang.

Gesture (gerakan)

Dalam adegan tersebut, tidak ada gerakan yang secara siginifikan divisualisasikan oleh aktor.

repository.unisba.ac.id

Page 21: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

104

Expression (ekspresi)

Salahuddin memberikan ekspresi yang menyenangkan ketika Balian menanyakan arti dari Jerusalem. Salahuddin hanya menjawab ‘segalanya’ sambil menunjuk diri sendiri melalui kedua tangannya sebagai kata yang tepat untuk mewakili arti dari Jerusalem. Hal ini tersirat arti bahwa Jerusalem memiliki arti penting bagi dirinya dan umat Muslim, sehingga ia rela melakukan ssebuah peperangan yang pihak Kristen memulai peperangan itu terjadi.

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Two Shot di mana kamera mengambil objek 2 (dua) orang yaitu Salahuddin dan Balian. Latar belakang objek pun terlihat dengan jelas, seperti pasukan yang sedang berbaris atau hancurnya bagian depan kota Jerusalem.

4.2.10 Representasi Adegan 88 [02:53:13] – [02:54:03]

Gambar 4.2.10

Gambar 4.2.10 Menayangkan tentang adegan Salahuddin mengangkat Salib yang jatuh ke lantai, dan menaruhnya kembali di atas meja.

repository.unisba.ac.id

Page 22: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

105

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.10 pada adegan 88 tersebut, menggambarkan mengenai Salib yang terjatuh ke lantai. Kemudian, Salahuddin yang melihat hal tersebut, langsung mengambilnya dari lantai dan menaruhnya kembali ke atas meja.

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 88 [02:53:13] – [02:54:03]

Tabel 4.2.10 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

Penampilan Salahuddin pada adegan 88, mengenakan pakaian serba hitam mulai dari penutup kepala hingga pakaiannya, dengan detail corak pada tengah bajunya dan sabuk berwarna keemasan.

Environment (lingkungan)

Adegan 88 berada di dalam kerajaan Jerusalem dalam kondisi yang berantakan setelah perang.

Behavior (kelakuan)

Pada gambar 4.2.10 menggambarkan sosok Salahuddin yang sedang mengambil Salib yang terjatuh ke lantai, kemudian menaruhnya kembali ke atas meja.

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan mengambil sudut kamera eye level. “Sudut pengambilan gambar, subjek sejajar dengan lensa kamera. Ini merupakan sudut pengambilan normal, sehingga subjek kelihatan netral, tidak ada intervensi khusus pada subjek” (Pratista, 2008: 107).

Sounds (Suara) Suara yang terdengar dalam adegan ini hanyalah suara instrumental musik/backsound.

repository.unisba.ac.id

Page 23: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

106

4.2.11 Representasi Adegan 90 [02:54:51] – [02:56:02]

Gambar 4.2.11

Deskripsi Visual

Gambar 4.2.11 pada adegan 90 tersebut, menggambarkan mengenai Salahuddin yang sedang berjalan mengelilingi Jerusalem, kemudian menemukan makam King Baldwin IV yang penuh dengan taburan bunga. Kemudian ia berjalan ke sisi kanan makam, agar tidak menginjaknya.

a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 90 [02:54:51] – [02:56:02]

Tabel 4.2.11 Analisis Kode Sosial

Level Realitas

Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)

Penampilan Salahuddin pada adegan 90, mengenakan pakaian serba hitam mulai dari penutup kepala hingga pakaiannya. Hal tersebut sama seperti yang biasanya ia kenakan dalam keadaan sehari-hari.

Environment (lingkungan)

Adegan 90 berada di wilayah Jerusalem. Dimana terdapat makam King Baldwin IV yang dimakamkan di kota Jerusalem.

Pada gambar 4.2.11 menggambarkan sosok Salahuddin

Gambar 4.2.11 Salahuddin mengelilingi Jerusalem, kemudian melihat makam King Baldwin IV

repository.unisba.ac.id

Page 24: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

107

Behavior (kelakuan) yang sedang berjalan mengelilingi Jerusalem dan tidak menginjak makam King Baldwin IV, hanya melewatinya ke sisi kanan sehingga makam tersebut tidak terinjak.

Level Representasi

Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan mengambil teknik Group Shot. Meskipun fokus objek berada di sosok Salahuddin, tetapi sosok-sosok yang lain ikut mempengaruhi gambar ini. Seperti terlihat Rasyid berada di belakangnya, kemudian sejumlah pasukan yang berada paling belakang.

Sounds (Suara) Suara yang terdengar dalam adegan ini hanyalah suara instrumental musik/backsound.

4.3 Analisis Data

Setelah peneliti mengamati film Kingdom of Heaven (2005), peneliti

menemukan adegan-adegan yang merepresentasikan Salahuddin sebagai pemimpin

Islam dalam 10 (sepuluh) adegan. Selain itu, peneliti telah menemukan unsur-unsur

kepemimpinan Salahuddin Al-Ayyubi sebagai pemimpin yang memiliki good will,

kapabilitas dalam menghadapi situasi dan kondisi, serta memiliki kemampuan untuk

menjadi seorang pemimpin besar. 10 (sepuluh) adegan tersebut kemudian dianalisis

secara rinci sesuai dengan pembagian kode-kode televisi dari John Fiske, diantaranya:

4.3.1 Level Realitas

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 6 (enam) kode sosial yang muncul

di film Kingdom of Heaven, yaitu (1) kode penampilan (appearance, dress dan make

repository.unisba.ac.id

Page 25: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

108

up), (2) kode lingkungan (environment), (3) kode perilaku (behavior), (4) kode dialog

(speech), (5) kode gerakan (gesture), dan (6) kode ekspresi (expression).

Tabel 4.3.1.1

Kode Sosial Level Realitas Penampilan

ADEGAN LEVEL REALITAS

PENAMPILAN

Adegan 37

Dapat terlihat pada gambar, Salahuddin

mengenakan pakaian serba hitam dari

mulai sorban untuk menutup

kepalanya, baju dan juga sarung tangan

berwarna hitam. Selain itu, ia juga

memanjangkan janggutnya.

Adegan 85

Pada adegan tersebut, Salahuddin

mengenakan pakaian yang tidak jauh

berbeda dengan pasukannya ketika

berperang. Namun, yang membedakan

adalah pelindung kepala yang ia

gunakan dari besi, yang pada bagian

tengahnya besi tersebut dibuat

memanjang hingga menutupi hidung.

“Kostum adalah aspek yang paling mudah kita identifikasi untuk menentukan

periode (waktu) serta wilayah (ruang). Setiap periode dan wilayah memiliki kostum

yang khas. Kostum ribuan tahun silam berbeda dengan kostum pilihan masa kini.

Keberhasilan film-film epic sejarah berlatar kerajaan silam seperti Cleopatra, Benhur,

Gladiator, Troy, dan Kingdom of Heaven sangat bergantung dari rancangan

repository.unisba.ac.id

Page 26: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

109

kostumnya. Dalam film jenis ini, tingkat keakuratan kostum sering diabaikan karena

keterbatasan referensi” (Pratista, 2008: 71).

Film dapat menggambarkan tentang periode waktu yang ditampilkan melalui

tiap adegan. Misalnya, film Merah Putih yang disutradarai oleh Yadi Sugandi,

mampu menampilkan lingkungan yang mengajak penonton untuk melihat bagaimana

situasi di Indonesia pada saat penjajahan Belanda. Properti yang digunakan, tata rias

dan kostum aktor/aktris yang terlibat, konstruksi bangunan pada saat itu dapat

mewakili keadaan Indonesia pada saat jaman penjajahan Belanda, karena ada unsur-

unsur yang digunakan di film tersebut, dimana usnur-unsur tersebut secara umum

sudah diketahui oleh penonton. Begitu juga halnya dengan film Kingdom of Heaven

ini. Ridley Scott mengajak penonton untuk melihat keadaan perang salib, dengan

menampilkan unsur-unsur tertentu yang secara umum khalayak sudah mengetahui.

Dikatakan sebagai perang salib karena pada masa itu, tentara kristen membawa salib

ketika berperang, dan kita mengetahui bahwa seseorang tersebut beragama muslim

dikarenakan berwajah arab dan berjanggut. Hal itu yang mendukung bagaimana

audiens dapat menangkap pesan yang dimuat dalam film.

Adegan yang menampilkan sosok Salahuddin Al-Ayyubi, beliau digambarkan

sebagai seorang berwajah Arab, berjanggut, dan mengenakan pakaian serba hitam,

mulai dari sorban yang menutup kepalanya hingga baju yang menutupi kaki. Hal

tersebut seperti yang ada pada adegan 37. Sedangkan adegan 85 adalah penampilan

khas yang ia kenakan saat berperang. Dilansir dari news.fimadani.com yang memuat

berita dari Lembaga Fatwa Mesir menyatakan bahwa memanjangkan janggut adalah

repository.unisba.ac.id

Page 27: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

110

kebiasaan orang Arab, bukan perintah syariat. Dalam fatwa itu menyebutkan bahwa

memanjangkan janggut menunjukan kebiasaan setempat dan seseorang harus

menerapkannya sesuai dengan daerah tempat dia berada. Jika seseorang berada di

suatu daerah yang di sana terdapat satu hal baik menurut kebiasaan warganya, maka

dia harus menurutinya. Jika tidak melakukannya, maka dia dianggap sebagai orang

yang ingin mengasingkan diri dari pergaulan sehari-hari.

Dapat dilihat dalam setiap adegan di film ini, pasukan muslim hampir

semuanya memiliki janggut, namun tidak semuanya berjanggut panjang. Begitu juga

dengan Salahuddin dan kerabat yang lain juga memiliki janggut dan berpakaian serba

hitam, hal ini merupakan kebiasaan suatu daerah atau sebagai identitas diri di

kalangannya, agar memiliki perbedaan dengan bangsa lain. Adapun pemakaian

sorban hitam yang menutup kepalanya untuk melindungi diri dari cuaca yang terik,

karena wilayah Arab sendiri merupakan daerah yang tandus, panas dan banyak

memiliki gurun pasir, hal tersebutlah yang menyebabkan banyak pria mengenakan

kepalanya untuk melindungi dari panasnya matahari, dan wanita-wanita yang

menggunakan cadar. Sedangkan bagi masyarakat Arab khususnya wanita, mereka

mengenakan pakaian berwarna hitam agar tidak nampak lekuk tubuh. Berbeda

dengan warna lain yang bisa menerawang. Tetapi, setiap daerah memiliki warna khas

nya masing-masing baik untuk pria maupun wanita.

repository.unisba.ac.id

Page 28: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

111

Tabel 4.3.1.2

Kode Sosial Level Realitas Lingkungan

ADEGAN LEVEL REALITAS

LINGKUNGAN

Adegan 39

Dapat terlihat pada gambar,

Salahuddin berada di perkemahannya,

dimana pasukannya dengan loyal

menjaga situasi dan kondisi di

sekeliling perkemahan.

Adegan 85

Pada adegan tersebut, menceritakan

bahwa Salahuddin memberikan

penawaran terhadap umat kristen

yang diwakilkan oleh Balian. Terlihat

bahwa adegan tersebut dilaksanakan

di lapangan terbuka, dimana pasukan

Salahuddin membawa tenda kain

sebagai tempat Salahuddin untuk

berdiskusi dengan Balian

Dari berbagai referensi, menyebutkan bahwa film ini sebagian besar

dilakukan di wilayah Maroko dan Spanyol. Setting adegan pun dilakukan dengan

membuat replika kota tua Jerusalem di area gurun pasir. Kabarnya, pemerintah

Maroko sampai menugaskan ratusan pasukannya untuk melindungi area lokasi

syuting dan para kru film dari para ekstrimis Muslim yang pernah mengancam akan

repository.unisba.ac.id

Page 29: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

112

menyerang. Perlu diketahui, Ridley Scott telah menjadikan pasukan kavaleri Maroko

menjadi para figuran untuk adegan peperangan.16

Mengingat film ini merupakan film historis yang mengangkat perang salib,

kesamaan dengan apa yang terjadi pada peristiwa perang salib masa silam, tidak akan

persis sama dengan apa yang digambarkan di film ini karena keterbatasan referensi.

Namun, dari hasil analisis pada kode sosial level realitas lingkungan, adegan

dilakukan di area gurun dekat dengan kota Jerusalem ketika peperangan sedang

berlangsung dan perkemahan Salahuddin. Hal yang terlihat pada level realitas

lingkungan ini, tiap-tiap adegan yang menggambarkan sosok Salahuddin selalu

berada di tempat yang dikelilingi banyak orang. Seperti di lapangan terbuka yang

berjajar pasukan-pasukan Islam dibelakang Salahuddin, atau diperkemahan yang

disekelilingnya pun pasukan-pasukan sedang berjaga-jaga. Dengan pasukan yang

berjumlah 200.000 seolah-olah mengikuti segala apa yang diperintahkan Salahuddin.

Jika dilihat secara seksama, dapat diambil makna bahwa pasukan-pasukan

muslim tersebut begitu loyal terhadap pemerintahan Salahuddin. Selalu menjaga

rajanya dalam keadaan apapun, dan secara utuh bisa bersatu baik sedang berperang

ataupun tidak dalam keadaan perang. Perilaku bawahannya, mencerminkan

bagaimana atasanya berperilaku. Ini mengindikasikan bahwa Salahuddin adalah

seorang pemimpin yang memiliki kharismatik, sehingga pasukan yang berjumlah

200.000 pun bisa menjadi followership (pengikut) bagi dirinya.

16

http://id.wikipedia.org/wiki/Kingdom_of_Heaven

repository.unisba.ac.id

Page 30: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

113

Tabel 4.3.1.3

Kode Sosial Level Realitas Perilaku

ADEGAN LEVEL REALITAS

PERILAKU

Adegan 39

Dapat terlihat pada gambar,

Salahuddin mengulurkan tangan agar

dapat saling berjabat tangan dengan

Rasyid, kerabatnya yang

mengunjunginya ke perkemahan.

Adegan 64

Pada adegan tersebut,

memperlihatkan Salahuddin sedang

mengambilkan minuman untuk raja

Jerusalem yang baru, yaitu Guy de

Lusignan. Walaupun Guy de

Lusignan penyebab atas hancurnya

perdamaian raja, Salahuddin tetap

bersikap santun dalam menerima

kedatangan tamunya ke perkemahan.

Adegan 80

Salahuddin sedang mendoakan

pasukan-pasukannya yang wafat

karena berperang. Pasukan-pasukan

yang wafat kemudian dikuburkan

secara masal.

repository.unisba.ac.id

Page 31: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

114

Adegan 88

Pada adegan 88, terlihat Salahuddin

sedang mengambil salib yang

terjatuh ke lantai dan menaruhnya

kembali ke atas meja. Hal ini

menandakan bahwa Salahuddin

memiliki sikap toleransi beragama.

Adegan 90

Pada gambar tersebut menyatakan

bahwa Salahuddin menghargai King

Baldwin IV sebagai Raja Jerusalem,

yakni dengan tidak menginjak

makamnya di Jerusalem

Perilaku merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam kode

sosial ini, peneliti ingin mengetahui perilaku yang merepresentasikan Salahudin

sebagai pemimpin Islam. Di mana, dalam agama Islam setiap pemimpin muslim

harus memiliki kapabilitas sebagai pemimpin yang mencerminkan akidah Islam. Pada

adegan 39 menggambarkan bagaimana Salahuddin berperilaku terhadap Rasyid yang

pada saat itu menekannya untuk segera mengambil alih Jerusalem. Namun,

Salahuddin mengemukakan alasan-alasannya secara bijak dan mengulurkan

tangannya untuk berjabat tangan.

Jabat tangan merupakan ritual pendek di mana dua orang saling

menggenggam tangan kanan atau kiri mereka, dan seringkali disertai oleh sentakan

repository.unisba.ac.id

Page 32: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

115

kecil pada tangan yang tergenggam. Umumnya jabat tangan dilakukan saat orang

memberi salam dalam suatu pertemuan tertentu –baik di awal maupun di akhir

pertemuan- mengucapkan selamat, memberi apresiasi, serta membuat persetujuan.

Jabat tangan biasa dilakukan pula saat berkenalan dengan orang yang pertama kali

dijumpai.17

Dengan berjabat tangan, itikad baik ditujukan kepada pihak yang tangannya

dijabat. Secara implisit, jabat tangan mengirimkan isyarat keterbukaan. Kebiasaan itu

menjadi sebentuk komunikasi nonverbal. Oleh karena itu, pada beberapa budaya,

orang yang menolak jabatan tangan tanpa alasan bisa dikatakan kurang sopan. Tradisi

jabat tangan juga adalah salah sebuah perlambang cara komunikasi tertua, yang telah

ada dalam berbagai tradisi kebudayaan dunia berabad-abad silam.

Sementara pada adegan 64, terlihat Salahuddin mengambilkan air untuk

diberikan kepada raja Jerusalem yang baru yaitu Guy de Lusignan yang berada di

perkemahan. Islam mengajarkan bagi siapa saja yang menjadi tuan rumah, supaya

menghormati tamu. Penghormatan itu tidak sebatas dengan tutur kalimat yang santun

saja, tetapi juga dengan perbuatan yang menyenangkan, salah satunya dengan

menjamu tamu. Sikap memuliakan tamu, bukan hanya mencerminkan kemuliaan hati

tuan rumah kepada tamu-tamunya. Memuliakan tamu, juga menjadi salah satu tanda

tingkat keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir.18

17

http//nationalgeographic.co.id/berita/2010/11/makna-jabat-tangan 18

http//almanhaj.or.id/content/2742/slash/0/bercermin-kepada-nabi-ibrahim

repository.unisba.ac.id

Page 33: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

116

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,

hendaknya memuliakan tamu” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

“Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak menjamu tamu”

(HR. Ahmad)

Dari 2 (dua) hadist diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa memuliakan tamu

adalah salah satu tanda seseorang beriman kepada Allah dan hari akhir. Memberikan

jamuan kepada tamu seperti yang dilakukan oleh Salahuddin kepada Guy de

Lusignan memberikan arti bahwa ia memuliakan tamu. Apalagi hal tersebut

dikarenakan Guy de Lusignan seorang raja yang sama seperti dirinya.

Pada adegan 80, terlihat Salahuddin sedang berkabung dan mendoakan

pasukan-pasukannya yang wafat ketika berperang. Sambil menguburkan pasukannya

secara massal, ia memanjatkan doa kepada Allah. Sebagai seorang muslim, ada 3

(tiga) perkara yang harus disegerakan, yaitu (1) menyegerakan shalat, apabila sudah

ada waktunya, (2) menguburkan jenazah, (3) menikahkan anak wanita, manakala

sudah sampai waktunya. Dalam adegan tersebut, pasukan-pasukan yang wafat segera

dikuburkan agar tidak terjadinya wabah penyakit.

Sementara itu, pada adegan 88 terlihat Salahuddin sedang meraih Salib yang

terjatuh ke lantai, kemudian ia mengambil salib tersebut untuk ditaruh kembali ke

atas meja. Bagi umat Kristen, salib memiliki makna untuk menunjukan kasih Allah

yang terbesar, yaitu bahwa ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita (Yoh 15:13), agar

bisa diselamatkan dan memperoleh kehidupan yang kekal (Yoh 3: 16). Jadi, tanda

repository.unisba.ac.id

Page 34: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

117

salib ini merupakan lambang yang berdasarkan Alkitab, dan menjadi simbol

keagungan bagi umat kristiani. Ketika Salahuddin menaruh kembali salib yang

terjatuh ke atas meja, ini memiliki arti bahwa Islam sebagai agama yang menjunjung

tinggi toleransi terhadap umat beragama.

“dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu

sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah

Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukulah

agamaku” (Q.S Al-Kafirun, 109: 4-6).

Pada adegan 90, terlihat Salahuddin sedang berkeliling disekitar Jerusalem

dan menemukan makam King Baldwin IV. Makam tersebut ditembok secara rata

dengan lantai yang pada bagian permukaannya ditaburi bunga-bunga. Salahuddin

yang melihat hal itu, dengan segera berjalan ke sisi kanan makam agar makam

tersebut tidak terinjak olehnya. Salahuddin menghargai apa yang menjadi kebanggan

masyarakat kristen yang berada di Jerusalem termasuk peninggalan kerajaan seperti

makam rajanya sebelum digantikan oleh raja yang baru Guy de Lusignan. Oleh sebab

itu, ia tidak menginjak makam tersebut, walaupun sebenarnya makam tersebut berada

di wilayah muslim yang pada saat itu sudah menjadi milik muslim, ia tetap menjaga

sikap dan perilakunya sebagai seorang muslim.

repository.unisba.ac.id

Page 35: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

118

Tabel 4.3.1.4

Kode Sosial Level Realitas Dialog

ADEGAN LEVEL REALITAS

DIALOG

Adegan 37

Pada adegan ini, ada dialog antara Salahuddin dan King Baldwin IV, yang berisi: Salahuddin: “Aku berharap kamu menarik mundur kavalerimu, dan menyelesaikan masalah ini denganku” King Baldwin IV: “Aku berharap kamu akan mundur tanpa terluka ke Damaskus. Reynald De Chatillon akan dihukum, aku berjanji untuk itu. Tarik pasukanmu, atau kita semua akan mati disini. Apakah kita punya kesepakatan?” Salahuddin:“Kita bersepakat….Aku akan kirim perawatku” King Baldwin IV: “Assalamu’alaikum” Salahuddin: “Alaikum salam”

Pada dialog tersebut, ada sepenggal kalimat yang peneliti ambil:

“Kita bersepakat….Aku akan kirim perawatku” Dialog ini memiliki makna bahwa

Salahuddin Al-Ayyubi

menyepakati perihal yang

repository.unisba.ac.id

Page 36: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

119

diajukan King Baldwin IV untuk

saling berdamai. Dapat ditarik

kesimpulan dari dialog tersebut

bahwa Salahuddin merupakan

pemimpin yang bisa diajak

bekerja sama, mencintai

perdamaian, dan peduli terhadap

seseorang. Kepeduliannya dapat

terlihat dari dialog “Aku akan

kirim perawatku” yang ia

sampaikan kepada King Baldwin

IV untuk merawatnya yang

sedang terkena penyakit lepra.

Adegan 39

Kerabat Salahuddin bernama Rasyid, datang mengunjungi perkemahannya dan mendesak Salahuddin agar segera mengambil alih Jerusalem. Rashid: “Assalamu’alaikum” Salahuddin: “Alaikum salam” Rashid: “Mengapa kita mundur? Mengapa? Tuhan tidak menyukai mereka. Tuhan yang akan menentukan siapa yang akan menang dalam peperangan” Salahuddin: “Hasil dari peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan, jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air. Kita tidak dapat memelihara sebuah pengepungan dengan musuh dibelakang. Berapa banyak peperangan yang Tuhan

repository.unisba.ac.id

Page 37: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

120

menangkan untuk orang Muslim sebelum kedatanganku? Dan itu, sebelum Tuhan menentukan bahwa aku perlu datang ”. Rashid: “Sedikit sekali, dan itu karena kita penuh dosa” Salahuddin: “Itu karena kamu tidak mempersiapkannya” Rashid: “Jika kamu berpikir seperti itu, kamu tidak akan menjadi raja untuk waktu yang lama” Salahuddin: “Saat aku bukan raja, aku telah mengguncang dunia Islam. Terimakasih atas kedatanganmu. (Sambil mengulurkan tangan) Terimakasih untuk kedatanganmu” Rashid: “(Sambil menjabat tangan) Janjimu…Janjimu untuk mengembalikan Jerusalem. Jangan lupa” Salahuddin: “Jika aku tidak

mengirimkan perang, aku tidak

punya kedamaian”

Peneliti mengambil penggalan

dialog sebagai berikut:

“Hasil dari peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan, jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air”. Dalam dialog Salahuddin tersebut, ia menyatakan atas keinginannya untuk bersepakat dengan Raja Jerusalem, yaitu tidak melakukan

repository.unisba.ac.id

Page 38: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

121

perang dengan menarik mundur pasukan Muslim. Salahuddin berkata demikian, dikarenakan ia memegang teguh etika perang Islam sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang tersirat dalam Al Quran dan Hadist. Seperti: 4. Dan perangilah di jalan

Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al Baqarah: 190) Muslim hanya boleh berperang ketika diserang atau bila ada warga muslim di wilayah non muslim yang ditindas atau dibantai.

5. Dalam berperang, muslim tidak boleh melampaui batas, diantaranya tidak boleh membunuh musuh yang sudah tidak berdaya, merusak mayat, mengganggu apalagi merampok dan membunuh penduduk sipil, merusak tempat ibadah atau fasilitas umum, membakar rumah penduduk kecuali yang dianggap bisa menjadi tempat persembunyian musuh, membunuh ternak kecuali yang untuk dimakan, serta merusak tanaman kecuali untuk diambil buahnya.

6. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk

repository.unisba.ac.id

Page 39: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

122

Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-rang yang dzalim (QS. Al Baqarah:193).

Bila telah terjadi kesepakatan

untuk menghentikan peperangan

dan musuh telah mengembalikan

wilayah muslim yang dikuasainya

dan membebaskan tentara atau

penduduk muslim yang

ditawannya, maka muslim

diperintahkan untuk berhenti

berperang.

Adegan 64

Adegan 64 menggambarkan kekecewaan Salahuddin terhadap Guy de Lusignan. Dialognya sebagai berikut: Raynald: “Aku minum air, karena memang untuk diminum” Salahuddin: “Aku tidak memberikan cangkir itu untukmu” Raynald: “Tidak, Tuanku” (Salahuddin membunuh Raynal de Chatilon, karena telah meminum air yang ia berikan kepada Guy de Lusignan) Salahuddin: “Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh darinya” (sambil menatap dalam Guy de Lusignan).

repository.unisba.ac.id

Page 40: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

123

Dalam dialog tersebut, peneliti memenggal kalimat Salahuddin: “Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh darinya?” Dalam dialog Salahuddin tersebut, ia menyatakan alasan kenapa ia tidak membunuh Guy de Lusignan yang pada saat itu menjadi raja di Jerusalem. Karena dalam etika berperang, seorang raja tidak boleh membunuh raja lain. Pada abad pertengahan, berlaku sebuah Hukum Chivalry dimana raja tidak boleh membunuh sesame raja. Khususnya apabila tertawan. Salah satu kode etik knights dan para ningrat adalah mereka pantang membunuh keluarga atau orang-orang dari keturunan ningrat yang menyerah atau tertawan dalam pertempuran. Akan tetapi khusus buat religious-military order seperti Templar, Hospitaller, dan Teutonic dalam perang salib, peraturan itu tidak berlaku terhadap ningrat Muslim. Kecuali dengan kondisi khusus atau mendapat perintah dari pemimpin perang salib yang mendapat mandat langsung dari Paus. Dalam tradisi Arab sendiri, seorang raja pantang membunuh sesama raja.

repository.unisba.ac.id

Page 41: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

124

Pada kode sosial dialog, terdapat beberapa dialog yang menurut peneliti

memiliki signifikansi untuk diteliti dan data yang diperoleh cukup representatif

terhadap objek yang diteliti. “Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur

pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik, dua unsur tersebut saling

berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain. Dalam hal ini, dialog merupakan

salah satu dari unsur naratif, dimana di dalamnya terdapat masalah, konflik, dan

interaksi satu sama lain yang untuk membuat sebuah peristiwa” (Pratista, 2008: 1-2).

Gambar adegan 37, adalah adegan dialog yang terjadi antara King Baldwin IV

dengan Salahuddin Al-Ayyubi. Adegan tersebut berisi tentang keputusan yang

dilakukan oleh King Baldwin IV untuk menghukum seseorang karena melakukan

kesalahan agar tidak terjadi peperangan, dan Salahuddin menyetujui hal tersebut yang

tertuang dalam dialog menyatakan “Kita bersepakat… akan aku kirim perawatku”.

Makna “akan aku kirim perawatku” adalah Salahuddin akan mengirim utusannya

untuk merawat King Baldwin IV yang memiliki penyakit lepra. Maka, hal tersebut

mengindikasikan bahwa Salahuddin menjunjung tinggi nilai perdamaian antara umat

beragama.

Pada gambar adegan 39, terjadi percakapan antara Salahuddin dengan

kerabatnya Rasyid yang datang menemuinya karena ia mengetahui kabar bahwa

Salahuddin bersepakat dengan King Baldwin IV untuk tidak berperang. Alasan

tersebut dikemukakannya lewat sebuah dialog yang menyatakan “Hasil dari

peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan,

jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air”. Jerusalem merupakan

repository.unisba.ac.id

Page 42: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

125

wilayah yang tandus dan sulit untuk mendapatkan air. Selain itu, raja Jerusalem yang

pada saat itu adalah King Baldwin IV memiliki penyakit lepra. Atas hal tersebutlah

yang membuat Salahuddin mau menerima kesepakatan untuk tidak berperang. Pada

dialog tersebut, dapat dilihat, Salahuddin mengambil atau menerima keputusan yang

secara bijak tanpa memanfaatkan kelemahan pihak lawan.

Gambar adegan 64, menggambarkan situasi tentang kekecewaan Salahuddin

terhadap Guy de Lusignan yang menolak pemberian minuman darinya. Dalam dialog

tersebut, Salahuddin mengatakan “Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana

kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh

darinya” (sambil menatap dalam Guy de Lusignan).

Tabel 4.3.1.5

Kode Sosial Level Realitas Gerakan

ADEGAN LEVEL REALITAS

GERAKAN

Adegan 37

Gerakan tubuh dalam adegan ini

tidak banyak, objek mengangkat

tangan kanan sebagai bentuk salam

pertemuan sambil duduk diatas

kuda dan saling bertatapan dengan

lawan bicaranya yaitu King

Baldwin IV..

repository.unisba.ac.id

Page 43: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

126

Adegan 39

Gerakan dalam adegan ini, hanya

gerakan sederhana saja, seperti

duduk dan berdiri. Namun ada

dialog yang disertai gerakan

mengulurkan tangan yang

dilakukan Salahuddin kepada

Rashid. Jabat tangan merupaka

salah satu bentuk komunikasi

secara non verbal. Dengan jabat

tangan, niat baik ditujukan kepada

pihak yang tangannya dijabat.

Secara implisit, jabat tangan

mengirimkan isyarat keterbukaan .

Gambar adegan 37 dan 39 menggambarkan tentang sosok Salahuddin yang

menyampaikan salam. Pada adegan 37, ia menyampaikan salam dengan mengangkat

tangan kanannya ketika sebagai ungkapan di awal pertemuan dengan King Baldwin

IV. Sementara itu, pada adegan 39, terlihat Salahuddin mengulurkan tangannya untuk

berjabat tangan dengan salah satu kerabat. Ini memiliki arti bahwa Salahuddin

memiliki niat baik/itikad baik terhadap seseorang. Secara implicit, hal tersebut

mengisyaratkan keterbukaan seseorang terhadap orang yang dijabat tangannya. Ini

tercermin dalam setiap gerakan yang divisualisasikan dalam adegan-adegan tersebut.

repository.unisba.ac.id

Page 44: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

127

Tabel 4.3.1.6

Kode Sosial Level Realitas Ekspresi

ADEGAN LEVEL REALITAS

EKSPRESI

Adegan 80

Pada adegan tersebut, Salahuddin

terlihat sangat sedih. Ditengah

penguburan pasukan-pasukannya

yang tewas, ia memanjatkan doa

kehadirat Allah SWT.

Adegan 85

Adegan 85 menggambarkan

perasaan yang senang bagi

Salahuddin ketika Balian bertanya

kepadanya mengenai “apa arti

Jerusalem” ia hanya menjawab

“segalanya” dengan wajah ceria

dan mengangkat tangannya sambil

menunjuk ke diri sendiri.

Ketika seseorang berkomunikasi, ada 2 (cara) yang dilakukannya untuk

menyampaikan pesan kepada orang lain. Yakni secara verbal dan non verbal. Verbal

yang terkait dengan lisan, sementara non verbal terkait dengan unsur-unsur di luar

lisan, salah satunya dengan ekspresi. Terkadang, cara verbal dan nonverbal dilakukan

pada saat yang bersamaan untuk melengkapi hal-hal yang kita maksud agar mudah

dipahami oleh komunikan.

repository.unisba.ac.id

Page 45: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

128

Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan

keadaan emosional seseorang. Sebagian pakar mengakui terdapat beberapa keadaan

emosional yang dikomunikasikan oleh ekspresi wajah yang tampaknya dipahami

secara universal: kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan,

kejijikan, dan minat (Mulyana, 2010: 377).

Jika melihat ekspresi wajah pada adegan 80, Salahuddin tampak menunjukkan

kesedihan atas wafatnya pasukan-pasukan yang berperang. Ekpresi tersebut diiringi

dengan mengangkat kedua tangannya seraya memanjatkan doa bagi para sahabatnya

yang wafat. Terjadinya peperangan yang banyak menewaskan kedua belah pihak,

menjadi sebuah penyesalan yang ditumpahkan Salahuddin ketika menyaksikan

penguburan pasukannya.

Namun, berbeda dengan adegan 80, pada adegan 85 Salahuddin menunjukkan

keceriaan, ketika ia telah melakukan perundingan dengan umat kristiani. Pada saat

itu, Balian bertanya kepada Salahuddin tentang apa arti Jerusalem, dan Salahuddin

hanya menjawab “segalanya” sambil menunjuk ke dada diri sendiri. Ini menunjukkan

bahwa Jerusalem bukan hanya sebagai sebuah kota, namun tempat yang suci. Di

mana, dalam perolehannya sendiri Jerusalem didapatkan dengan cara berunding

sehingga kedua belah pihak mendapat keuntungan. Sementara makna dari menunjuk

ke arah dada yang mengisyaratkan ada hati di dalamnya bahwa hati nurani selalu

berkata tentang kebenaran. Pengambilalihan Jerusalem didapatkan dengan cara

berunding, bukan karena peperangan.

repository.unisba.ac.id

Page 46: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

129

4.3.2 Representasi

Dalam meneliti 10 (sepuluh) adegan yang menggambarkan sosok Salahuddin

sebagai pemimpin besar Islam, maka peneliti mengambil dari aspek representasi

kamera dan suara.

Tabel 4.3.2.1

Kode Sosial Level Representasi Kamera

ADEGAN LEVEL REALITAS

KAMERA

Adegan 37

Dalam adegan ini, ada beberapa

shot yang diambil secara luas (full

shot) di mana terlihat

penggambaran secara luas

kerumunan pasukan-pasukan,

namun pada saat pertemuan antara

Salahuddin dengan King Baldwin

IV, menggunakan teknik medium

shot, kemudian ketika berdialog

antara keduanya, pengambilan

gambar menjadi close up dimana

terlihat jelas objek yang sedang

berbicara.

Proses pengambilan gambar dalam

adegan ini dilakukan dengan teknik

Medium Long Shot terutama pada

saat pengambilan adegan pasukan.

Sementara itu, kamera menangkap

sosok Salahuddin dengan posisi

repository.unisba.ac.id

Page 47: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

130

Adegan 82 kamera Low Angle. “Pengambilan

sudut kamera dengan low angle,

dimana kamera berada lebih rendah

dari objek akan mengakibatkan

objek terlihat superior, dominan,

dan menekan” (Pratista, 2008: 107).

Adegan 85

Proses pengambilan gambar diambil

dengan menggunakan teknik two

shot.

Adegan 88

Proses pengambilan gambar dalam

adegan ini dilakukan dengan

mengambil sudut kamera eye level.

“Sudut pengambilan gambar, subjek

sejajar dengan lensa kamera. Ini

merupakan sudut pengambilan

normal, sehingga subjek kelihatan

netral, tidak ada intervensi khusus

pada subjek” (Pratista, 2008: 107).

Dari tabel diatas, pengambilan gambar dalam film Kingdom of Heaven ini

menggunakan teknik:

1. MS (Mid Shot)

2. LS (Long Shot)

repository.unisba.ac.id

Page 48: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

131

3. CS (Close Up)

4. GS (Group Shot)

5. 2S (Two Shot)

Sedangkan sudut pengambilan gambar diambil dengan menggunakan sudut:

1. Eye Level

2. Low Angle

Kamera akan membawa penonton kepada gambar-gambar yang diambil

berdasarkan teknik dan sudut pengambilan gambar untuk merepresentasikan cerita

film. Gambar yang dihasilkan dengan menggunakan teknik pengambilan gambar

tertentu, akan mengenalkan kepada penonton tentang suasana yang terjadi, serta

tokoh-tokoh yang diperankan.

Gambar adegan 37 memperkenalkan kepada penonton mengenai sosok

Salahuddin dengan teknik pengambilan gambar medium shot. “Teknik tersebut

memperlihatkan tubuh manusiadari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah

mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame” (Pintoko dkk, 2010:100).

Pengambilan gambar dengan teknik ini dilakukan biasanya pada saat dua orang akan

berbicara, sehingga bisa membuat penonton merasa berada sejajar dengan orang yang

ditampilkan. Pengambilan gambar dengan teknik medium shot digunakan agar tidak

ada penekanan khusus dalam menampilkan gambar. Adegan yang diambil dengan

teknik ini ditampilkan secara netral.

Gambar adegan 82, menampilkan sosok Salahuddin dengan teknik

pengambilan gambar close up. “Teknik ini, mampu memperlihatkan ekspresi wajah

repository.unisba.ac.id

Page 49: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

132

dengan jelas serta gesture yang mendetail. Efek close up biasanya akan terkesan

gambar lebih cepat, mendominasi menekan. Ada makna estetis, ada juga makna

psikologis” (Pintoko dkk, 2010:100).

Pengambilan gambar secara close up menampilkan kepada penonton

mengenai karakter aktor dan kualitasnya dalam memainkan mimik wajah. Gunanya

adalah untuk menciptakan ketegangan. Pada adegan tersebut, Salahuddin sedang

memantau peperangan dimana umat Islam dan Kristen saling berperang yang hanya

berbatasan dengan tembok kota Jerusalem saja. Namun, pada shot ini, pengambilan

wajah Salahuddin diambil dengan sudut pengambilan gambar low angle.

“Pengambilan gambar dengan low angle, posisi kamera lebih rendah dari objek akan

mengakibatkan objek lebih superior, dominan, dan menekan” (Pratista, 2008: 107).

Sudut pengambilan gambar dengan low angle membuat tokoh yang menjadi

objek gambar terlihat sebagai sosok yang disegani, dalam hal ini Salahuddin menjadi

pemimpin besar Islam yang disegani oleh lingkungan dan masyarakatnya.

Gambar adegan 85 menampilkan sosok Salahuddin yang sedang berbincang

dengan Balian. Adegan tersebut diambil dengan menggunakan teknik two shot

dimana fokus objek berada pada dua orang dan background tidak menjadi dominan.

Gambar tersebut berisi tentang perundingan kesepakatan antara pihak muslim dan

kristen mengenai Jerusalem. Perundingan tersebut memberikan keuntungan bagi

kedua belah pihak. Sudut pengambilan gambar dengan menggunakan eye level. Hal

itu menyiratkan arti bahwa tidak ada pihak yang lebih dominan diantara keduanya.

repository.unisba.ac.id

Page 50: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

133

Pada gambar adegan 88, terlihat sosok Salahuddin yang sedang melihat Salib

terjatuh ke lantai. Gambar tersebut diambil dengan menggunakan teknik medium shot

dan sudut pengambilan gambar eye level. Medium shot berfungsi untuk menciptakan

kenetralan, sama halnya seperti sudut pengambilan eye level.

Tabel 4.3.2.2

Kode Sosial Level Representasi Suara

ADEGAN LEVEL REALITAS

SUARA

Adegan 39

Suara Salahuddin Al-Ayyubi

terlihat datar, seperti biasa. Selain

suara dialog antar pemain, suara

lain yang dihasilkan dari langkah

kaki pasukan-pasukan yang berada

di sekeliling perkemahan.

Suara, dan musik pengiring dalam film merupakan bagian dari unsur

sinematik film. “Musik merupakan elemen yang berperan penting dalam memperkuat

mood, nuansa, serta suasana sebuah film” (Pratista, 2008: 154). Musik dapat

dikelompokkan menjadi 2(dua) macam, yaitu musik ilustrasi dan lagu. Musik ilustrasi

yaitu musik yang menjadi latar untuk mengiringi aksi ketika cerita berjalan,

sedangkan lagu yang memiliki lirik memiliki peran dalam membentuk mood film.

Karena film ini merupakan film historis berlatar belakang kerajaan yang

mengangkat perang salib dimana dalam film ini menggambarkan aksi perang, yang

repository.unisba.ac.id

Page 51: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

134

sudah pasti banyak suara gemuruh perang, hentakan kaki-kaki pasukan-pasukan

berkuda, alat-alat perang, suara pemanah. Suara yang dihasilkan, tentu ditambah

dengan efek-efek suara tertentu untuk memberikan suasana peperangan yang kental

dan untuk mendramatisasi film agar memiliki daya tarik. Seperti yang terlihat pada

gambar adegan 39, dimana setting adegan berada di lingkungan perkemahan

Salahuddin. Dalam adegan ini, suara yang mendominasi bukan saja suara dialog antar

pemain, melainkan suara kaki-kaki pasukan yang sedang berjalan disekeliling

perkemahan. Suara Salahuddin terdengar datar dengan ritme yang sedang, sehingga

terdengar santai dalam berdialog.

Namun, dalam hal perihal penggambaran yang dilakukan secara teknik pada

level representasi berkaitan dengan penggunaan peralatan yang memang memiliki

makna netral atau artinya tidak dapat merepresentasikan sebagai sosok pemimpin

Islam.

4.3.3 Ideologi

Film Kingdom of Heaven adalah film yang mengangkat persitiwa perang salib

yang pasti keberadaannya akan memunculkan isu bagi kedua belah pihak agama baik

kristen maupun islam. Tentunya dampak film ini akan menghasilkan pandangan yang

berbeda-beda terhadap masing-masing pihak yang dimunculkan dalam film ini. Hal

tersebut akan mempengaruhi audiens ketika menonton film terhadap realita yang

sebenarnya terjadi.

repository.unisba.ac.id

Page 52: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

135

Menurut praktisi film, Agung Muhammad Faisal mengatakan bahwa setiap

film Hollywood memiliki unsur propaganda untuk memenangkan politik tertentu. Hal

tersebut dilakukan agar memiliki daya tarik penonton untuk menyaksikan, karena

film bukan hanya sebagai seni yang menampilkan cerita dari segi audio dan visual

saja, melainkan sudah menjadi industri bisnis. Namun, dalam film Kingdom of

Heaven porsi cerita yang divisualisasikan dapat menyiratkan makna tertentu,

khususnya bagi audiens yang tidak tahu fakta yang sebenarnya terjadi.

Keberhasilan sebuah film salah satu indikasinya adalah dari ticketing, terkait

seberapa antusiasme penonton untuk menyaksikan. Selain ticketing, hal lain yang

memiliki pengaruh besar bagi penonton dalam menangkap makna yang disampaikan

melalui film, yaitu berdasarkan dari segi cerita, pemilihan aktor, dan bagaimana

sutradara memvisualisasikan cerita tersebut ke dalam sebuah bentuk film.

Terlepas dari segala bentuk propaganda, kesuksesan sebuah film didukung

dengan pemilihan aktor yang mampu untuk menjadi karakter yang sesuai dengan

cerita. Pemilihan casting dalam film bukan hanya dilihat dari fisik semata, tetapi yang

memiliki modal untuk menjadi karakter yang akan diperankan. Misalnya, dalam film

Kingdom of Heaven ini, sosok Salahuddin Al-Ayyubi digambarkan sebagai seseorang

yang berwajah Arab, muslim, dan tentunya memahami peristiwa perang salib pada

masa silam. Karena tanpa mengetahui bagaimana peristiwa perang salib, aktor

tersebut tidak akan mendapat chemistry dalam menjalankan perannya sebagai

Salahuddin.

repository.unisba.ac.id

Page 53: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

136

Film Kingdom of Heaven memberikan pandangan yang positif bagi umat

muslim khususnya pada sosok Salahuddin yang diperankan Ghassan Massoud, aktor

Syiria. Hal tersebut, dapat ditemukan dari adegan-adegan yang menampilkan

sosoknya. Salahuddin digambarkan sebagai sosok yang berakhlak mulia, salah

satunya percakapan antara dirinya dengan King Baldwin IV yang menyatakan

kesepakatan untuk tidak melakukan perang, kedua belah pihak masing-masing ingin

mempertahankan perjanjian perdamaian kerajaan agar Jerusalem selalu dalam

keadaan damai. Kemudian, Salahuddin mengirimkan utusannya untuk merawat King

Baldwin IV yang terkena penyakit lepra. Tampak dalam diri Salahuddin bahwa ia

adalah seseorang yang memiliki jiwa besar, keimanan, rasa simpati dan toleransi

terhadap orang lain.

Seorang aktor tentunya mempelajari bagaimana jalan cerita yang ada pada

film tersebut, khususnya dialog yang diperankan. Dibalik keberhasilan sebuah film

adalah bagaimana sutradara mampu menangani cerita yang baik agar film tersebut

mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat. Begitu juga dengan apa yang

dilakukan Ridley Scott, ia tentunya menggambarkan film Kingdom of Heaven ini

dengan baik agar meninggalkan kesan yang positif pula di mata penonton.

Berikut adalah penggalan wawancara Rhonda Roumani dengan Ghassan

Massoud dari beliefnet.com, dimana isi wawancara tersebut adalah:

“How did he went you to portray Saladin?” (Bagaimana ia ingin

menggambarkan kamu sebagai sosok Saladin?)

repository.unisba.ac.id

Page 54: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

137

“He wanted Saladin to appear more like statesmen, more like a

gentlemen than a fighter with muscles. Scott wanted to say we can

live in this world together by dialogue, not by fighting, not by

fanatics. This is the most important part of film”. (Dia ingin

menampilkan Saladin sebagai sosok yang lebih terlihat negarawan,

lebih terlihat sebagai pria yang bijak dari pada perang dengan

kekerasan. Scott ingin menyampaikan bahwa kita bisa hidup

berdampingan dengan cara berkomunikasi, bukan dengan

peperangan, bukan pula karena fanatik terhadap suatu hal. Itu

bagian terpenting dalam film ini ).

Selanjutnya dalam proses pemaparan ideologi ini, peneliti melakukan

triangulasi data sebagai tahapan pelengkap atau penguat data penelitian. Pada tahap

ini, peneliti akan membandingkan hasil analisis dengan data hasil wawancara dengan

bersama narasumber ahli. Peneliti memilih Agung Muhammad Faisal selaku praktisi

film dan dosen periklanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung,

berikut ulasan diskusi bersama narasumber.

“Dalam sebuah film dikenal dengan istilah logika film, waktu, dan umum. Film Kingdom of Heaven sebagai film fiksi yang diangkat dari sebuah peristiwa. Artinya film ini merupakan film fiksi. Terlepas dari segala peristiwa yang sebenarnya terjadi, karena tidak ada yang tahu secara detail bagaimana peristiwa tersebut berlangsung, bagaimana penampilan tokoh yang digambarkan karena keterbatasan referensi. Seorang sineas film sah-sah saja menggambarkan bagaimana film tersebut divisualisasikan karena salah satu fungsi film adalah

repository.unisba.ac.id

Page 55: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

138

untuk hiburan. Setiap film memiliki subjektifitas dari sineas yang memproduksi film tersebut.”

Film ini menampilkan aksi-aksi heroik dari tokoh-tokoh yang terlibat yaitu

sosok Salahuddin. Tokoh tersebut digambarkan sebagai seorang pemimpin besar,

berakhlak mulia, memiliki toleransi terhadap orang lain, walaupun ada beberapa

bagian yang menurut umat muslim itu tidak benar dan tidak bisa dijelaskan karena

terkait dengan durasi film.

Dalam sebuah film, ada ideologi yang terkandung di dalamnya untuk

menekankan sebuah persepsi yang mewakili penggambaran film tersebut. David

Kaplan (dalam Sobur, 2006: 214) mempersepsikan ideologi dalam penggunaannya

tentang nilai, norma, falsafah, dan kepercayaan religius, sentimen, kaidah etis,

pengetahuan atau wawasan tentang dunia, etos, dan semacamnya. Dalam

pembuatannya, film juga mengandung ideologi yang secara sengaja diangkat sesuai

dengan wawasan pembuat film tentang dunianya.

Jika dicermati, film ini menyajikan fakta yang sebenarnya mengenai Islam

dan perang salib. Meskipun ada beberapa hal yang tidak akurat dengan sejarah terkait

dengan penokohan yang berperan didalamnya, namun penggambaran Salahuddin

sebagai pemimpin Islam sesuai dengan apa yang terjadi pada perang salib. Film ini

dibuat tanpa memenangkan pihak tertentu, tidak ada kecenderungan bagi pembuat

film untuk memberikan keunggulan terhadap salah satu pihak baik Islam ataupun

repository.unisba.ac.id

Page 56: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

139

Kristen. Bahkan, dalam pembuatan film ini dengan didampingi konsultan Prof.

Hamid Dabashi dari Universitas Columbia.19

Hal terpenting yang tersirat dalam film ini, bahwa baik pihak Islam maupun

Kristen tidak menginginkan adanya perang, jalan diplomasi selalu ditempuh agar

kedua belah pihak dapat menemukan kesepakatan secara damai, tanpa harus

berperang untuk menentukan siapa yang lebih unggul dan berhak mendapat

kekuasaan.

Tentu hal tersebut sesuai dengan apa yang dicita-citakan baik oleh kaum

muslim maupun oleh umat nasrani agar menciptakan perdamaian (conciliation

system), karena baik kedua belah pihak pun tidak menginginkan adanya perang.

Sebagai pembuktian bahwa umat Islam tidak menginginkan adanya perang yaitu

dengan sikap toleransi dan diplomasi yang dilakukan oleh Salahuddin, selain itu umat

nasrani pun tidak menginginkan adanya perang, hal tersebut tersirat dalam dialog

Tiberias yang mengatakan bahwa “awalnya aku mengira kita berperang untuk Tuhan,

tapi aku menyadari bahwa kita berperang untuk harta dan lahan, aku merasa sangat

malu”. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa isu agama bukan menjadi hal yang

selama ini digemborkan oleh berbagai pihak sehingga bisa menyebabkan konflik.

Film Kingdom of Heaven yang mengangkat peristiwa perang salib ini sebagai

media untuk membenahi hubungan antara kaum muslim dan kristen yang selama ini

diisukan melalui berbagai media karena perbedaan nilai-nilai yang ada dalam agama

masing-masing. Film ini dapat mengkomunikasikan kepada dunia barat khususnya 19

http://id.wikipedia.org

repository.unisba.ac.id

Page 57: 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx

140

bahwa agama Islam tidak selalu berkaitan dengan kekerasan atau fanatik terhadap

suatu hal, agama Islam merupakan agama yang memiliki toleransi tinggi terhadap

agama manapun.

repository.unisba.ac.id