1. Sampul Judul Skripsi REVISIx
Transcript of 1. Sampul Judul Skripsi REVISIx
84
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan Penelitian
4.1.1 Unsur Kepemimpinan dalam Film Kingdom of Heaven
Untuk merepresentasikan kepemimpinan yang ada dalam film Kingdom of
Heaven, peneliti menemukan beberapa unsur kepemimpinan setelah mengamati film
ini. Unsur kepemimpinan tersebut meliputi sikap Good will, Toleransi, dan
Kemampuan.
1. Good Will
Bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, good will bermakna sebagai
itikad baik. Untuk menunjukan sebuah hubungan yang baik dengan orang
lain, dibutuhkan adanya good will yang dilakukan oleh secara personal
ataupun kelompok. Jika dilihat, sikap good will pada film ini banyak
dimunculkan melalui sosok Salahuddin Al-Ayyubi. Salah satu contoh tersebut
pada adegan film ini adalah ketika Salahuddin membawakan minuman untuk
Raja Jerusalem, Guy de Lusignan yang padahal ia adalah tokoh dibalik
adanya peperangan ini. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat baik
Salahuddin untuk memuliakan tamunya. Namun, hal tersebut justru tidak
diterima dengan baik oleh Guy de Lusignan sebagai Raja Jerusalem yang naik
repository.unisba.ac.id
85
tahta menggantikan King Baldwin IV, ia malah menawarkan minuman
tersebut kepada bawahannya.
2. Toleransi
Salahuddin Al-Ayyubi dalam film Kingdom of Heaven digambarkan
sebagai sosok yang sangat toleransi. Ia memahami betul terhadap situasi dan
kondisi yang dihadapi. Salah satu adegannya adalah pada saat Salahuddin
sedang berunding dengan King Baldwin IV untuk tidak melakukan perang,
Salahuddin menyepakati hal tersebut dan mengatakan kepada Baldwin akan
mengirimkan perawat untuknya yang sedang terkena penyakit lepra. sikap
tersebut membuktikan bahwa dirinya memiliki rasa toleransi terhadap sesama
umat manusia. Bukan pada adegan tersebut saja, sikap toleransinya pun
tertuang dalam berbagai adegan-adegan di film ini.
3. Kemampuan
Kemampuan Salahuddin sebagai seorang pemimpin tidak diragukan,
karena film ini menyatakan bahwa ia memiliki pasukan perang sebanyak
200.000, hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor kemenangan Muslim
atas Jerusalem. Seorang pemimpin dikatakan memiliki kemampuan untuk
memimpin, manakala followership (pengikutnya) secara loyal mengikuti apa
yang diperintahkan. Hal tersebut ditemukan pada tiap-tiap adegan yang
menampilkan sosok Salahuddin dengan jumlah pasukannya yang begitu
banyak.
repository.unisba.ac.id
86
4.2 Pembahasan
Dalam film Kingdom of Heaven, peneliti menemukan beberapa data yang
sesuai dengan objek yang akan diteliti. Hal yang menjadi acuan peneliti adalah
bagaimana representasi Salahuddin Al-Ayyubi sebagai pemimpin islam dalam film
Kingdom of Heaven.
Untuk melakukan penelitian ini, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah
mengamati film melalui adegan-adegan. Beberapa adegan yang diamati dapat
mewakili analisa peneliti tentang representasi Salahuddin Al-Ayyubi sebagai
pemimpin islam dalam film Kingdom of Heaven. Setelah mengamati film, peneliti
melakukan capture adegan yang cukup representatif untuk diteliti berdasarkan teori
John Fiske melalui kode-kode sosial level realitas, representasi, dan ideologi.
4.2.1 Analisis Film Kingdom of Heaven
4.2.2 Representasi Adegan 37 [01:31:34 – 01:34:08]
Gambar 4.2.2
Gambar 4.2.2 Salahuddin menyampaikan salam kepada King Baldwin IV
repository.unisba.ac.id
87
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.2 dalam adegan 37 tersebut, menggambarkan dialog antara King Baldwin IV sebagai Raja Jerusalem dengan Salahuddin Al-Ayyubi sebagai Pemimpin besar pasukan Muslim dari Damaskus. Isi dari dialog tersebut dimana King Baldwin IV meminta kepada Salahuddin untuk tidak melakukan perang yang disebabkan oleh Raynald de Chatilon yang menyerang kafilah muslim dan membunuhnya. Ia berpesan akan menghukum pelaku yang terlibat dalam penyerangan tersebut, dan Salahuddin menyetujui apa yang diminta oleh King Baldwin IV.
Dialog Salahuddin: “Aku berharap kamu menarik mundur kavalerimu, dan menyelesaikan masalah ini denganku” King Baldwin IV: “Aku berharap kamu akan mundur tanpa terluka ke Damaskus. Reynald De Chatillon akan dihukum, aku berjanji untuk itu. Tarik pasukanmu, atau kita semua akan mati disini. Apakah kita punya kesepakatan?” Salahuddin: “Kita bersepakat….Aku akan kirim perawatku” King Baldwin IV: “Assalamu’alaikum” Salahuddin: “Alaikum salam”
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 37 [01:31:34] – [01:34:08]
Tabel 4.2.2 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
Penampilan Salahuddin dalam adegan 37 tersebut, mengenakan pakaian warna hitam. Mulai dari sorban kepala hingga jubahnya.
Environment (lingkungan)
Lingkungan yang diperlihatkan dalam adegan ini adalah, sebuah padang tandus, dimana seluruh pasukan terkumpul baik dari pasukan Jerusalem maupun muslim, termasuk Raja dari masing-masing pihak. Pertemuan pihak Kristen dan Muslim di padang ini adalah untuk menyelesaikan
repository.unisba.ac.id
88
permasalahan yang terjadi dengan cara diplomatis. Behavior (kelakuan)
Kode behavior yang terdapat dalam adegan ini bahwa Salahuddin menerima itikad baik King Baldwin IV untuk menyelesaikan masalah dengan tidak adanya perang dan menjatuhkan hukuman bagi pelaku.
Speech (dialog) “Kita bersepakat….Aku akan kirim perawatku” Dialog ini memiliki makna bahwa Salahuddin Al-Ayyubi menyepakati perihal yang diajukan King Baldwin IV untuk saling berdamai. Dapat ditarik kesimpulan dari dialog tersebut bahwa Salahuddin merupakan pemimpin yang bisa diajak bekerja sama, mencintai perdamaian, dan peduli terhadap seseorang. Kepeduliannya dapat terlihat dari dialog “Aku akan kirim perawatku” yang ia sampaikan kepada King Baldwin IV untuk merawatnya yang sedang terkena penyakit lepra.
Gesture (gerakan)
Gerakan tubuh dalam adegan ini tidak banyak, objek mengangkat tangan kanan sebagai bentuk salam pertemuan sambil duduk diatas kuda dan saling bertatapan dengan lawan bicaranya yaitu King Baldwin IV.
Level Representasi
Camera (kamera)
Dalam adegan ini, ada beberapa shot yang diambil secara luas (full shot) di mana terlihat penggambaran secara luas kerumunan pasukan-pasukan, namun pada saat pertemuan antara Salahuddin dengan King Baldwin IV, menggunakan teknik medium shot, kemudian ketika berdialog antara keduanya, pengambilan gambar menjadi close up dimana terlihat jelas objek yang sedang berbicara.
Sounds (Suara) Selain suara dialog antar pemain, dalam adegan ini suara langkah pasukan berkuda yang ikut menyaksikan kesepakatan tersebut. Pasukan-pasukan tersebut selalu ada dimana Salahuddin berada, ini memberikan arti bahwa pasukan nya begitu loyal terhadap raja.
repository.unisba.ac.id
89
4.2.3 Representasi Adegan 39 [01:37:14] – [01:39:37]
Gambar 4.2.3
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.3 dalam adegan 39 tersebut, menggambarkan dialog antara Salahuddin Al-Ayyubi dengan rekannya, Rashid dari Damaskus yang datang ke perkemahan Salahuddin. Ia datang, karena mendengar kabar bahwa Salahuddin telah menarik pasukannya untuk mundur, karena menyepakati kesepakatan damai dengan Raja Jerusalem.
Dialog Rashid: “Assalamu’alaikum” Salahuddin: “Alaikum salam” Rashid: “Mengapa kita mundur? Mengapa? Tuhan tidak menyukai mereka. Tuhan yang akan menentukan siapa yang akan menang dalam peperangan” Salahuddin: “Hasil dari peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan, jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air. Kita tidak dapat memelihara sebuah pengepungan dengan musuh dibelakang. Berapa banyak peperangan yang Tuhan menangkan untuk orang Muslim sebelum kedatanganku? Dan itu, sebelum Tuhan menentukan bahwa aku perlu datang ”. Rashid: “Sedikit sekali, dan itu karena kita penuh dosa” Salahuddin: “Itu karena kamu tidak mempersiapkannya” Rashid: “Jika kamu berpikir seperti itu, kamu tidak akan menjadi raja untuk waktu yang lama” Salahuddin: “Saat aku bukan raja, aku telah mengguncang dunia Islam. Terimakasih atas kedatanganmu. (Sambil mengulurkan tangan) Terimakasih untuk kedatanganmu” Rashid: “(Sambil menjabat tangan) Janjimu…Janjimu untuk mengembalikan
Gambar 4.2.3 Salahuddin dikunjungi oleh kerabatnya
repository.unisba.ac.id
90
Jerusalem. Jangan lupa” Salahuddin: “Jika aku tidak mengirimkan perang, aku tidak punya kedamaian”
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 39 [01:37:14] – [01:39:37]
Tabel 4.2.3 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
Penampilan pemain dalam adegan 39 memiliki perbedaannya tersediri. Salahuddin sebagai seorang pemimpin mengenakan jubah lengkap dengan sorban warna hitam. Sedangan bawahannya yang lain mengenakan pakaian perang. Sementara itu, Rashid rekan Salahuddin dari damaskus mengenakan jubah berwarna hitam, tanpa mengenakan sorban hitam, rambutnya dibiarkan terlihat.
Environment (lingkungan)
Adegan 39 berada di dalam suatu perkemahan Salahuddin, di mana terlihat pada gambar 4.2.3 perkemahan Salahuddin dijaga ketat oleh para pasukannya yang berdiri di luar mengitari kemah.
Behavior (kelakuan)
Pada gambar 4.2.3 terlihat Salahuddin tengah duduk sambil berbicara dengan rekannya, Rashid. Ia terlihat santai dalam menanggapi pertanyaan yang disampaikan Rashid, sementara Rashid sendiri terlihat menggebu-gebu untuk menanyakan hal tersebut kepada Salahuddin.
Speech (dialog)
“Hasil dari peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan, jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air”. Dalam dialog Salahuddin tersebut, ia menyatakan atas keinginannya untuk bersepakat dengan Raja Jerusalem, yaitu tidak melakukan perang dengan menarik mundur pasukan Muslim. Salahuddin berkata demikian, dikarenakan ia memegang teguh etika perang Islam sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang tersirat dalam Al Quran dan Hadist. Seperti: 1. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang
memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al Baqarah:
repository.unisba.ac.id
91
190) Muslim hanya boleh berperang ketika diserang atau bila ada warga muslim di wilayah non muslim yang ditindas atau dibantai.
2. Dalam berperang, muslim tidak boleh melampaui batas, diantaranya tidak boleh membunuh musuh yang sudah tidak berdaya, merusak mayat, mengganggu apalagi merampok dan membunuh penduduk sipil, merusak tempat ibadah atau fasilitas umum, membakar rumah penduduk kecuali yang dianggap bisa menjadi tempat persembunyian musuh, membunuh ternak kecuali yang untuk dimakan, serta merusak tanaman kecuali untuk diambil buahnya.
3. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-rang yang dzalim (QS. Al Baqarah:193). Bila telah terjadi kesepakatan untuk menghentikan peperangan dan musuh telah mengembalikan wilayah muslim yang dikuasainya dan membebaskan tentara atau penduduk muslim yang ditawannya, maka muslim diperintahkan untuk berhenti berperang.
Gesture (gerakan)
Gerakan dalam adegan ini, hanya gerakan sederhana saja, seperti duduk dan berdiri. Namun ada dialog yang disertai gerakan mengulurkan tangan yang dilakukan Salahuddin kepada Rashid. Jabat tangan merupaka salah satu bentuk komunikasi secara non verbal. Dengan jabat tangan, niat baik ditujukan kepada pihak yang tangannya dijabat. Secara implisit, jabat tangan mengirimkan isyarat keterbukaan .
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Three Shot di mana terdapat 3(tiga) orang melakukan interaksi dalam ruang tersebut. Di mana pada bagian tertentu saat Salahuddin atau Rashid sedang berbicara, gambar diambil dengan teknik medium shot.
repository.unisba.ac.id
92
Sounds (Suara) Suara dari apa yang diucapkan Salahuddin terdengar datar ketika sedang menanggapi apa yang diahrapkan Rasyid. Berbeda dengan Rasyid yang pada saat itu mengucapkan perihal dengan sedikit penekanan. Selain suara dialog antar pemain, suara yang didengar adalah langkah kaki pasukan yang berada disekeliling perkemahan Salahuddin.
4.2.4 Representasi Adegan 64 [02:13:29] – [02:16:18]
Gambar 4.2.4
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.4 dalam adegan 64 tersebut, menggambarkan adegan antara Salahuddin Al-Ayyubi dengan Guy de Lusignan yang menjadi raja Jerusalem menggantikan King Baldwin IV. Situasi tersebut terjadi dikarenakan ia telah membunuh adik perempuan Salahuddin. Sehingga membuat Salahuddin marah, dan kemudian peperangan terjadi. Pembunuhan adik perempuan Salahuddin direncakan oleh Guy de Lusignan agar bisa berperang dengan Salahuddin. Tetapi, pihak Kristen mengalami kekalahan, sehingga pasukan Muslim hanya menyisakan Guy de Lusignan dan Raynald de Chatilon untuk membawanya ke perkemahan. Setiba di perkemahan, Salahuddin memberikan minuman kepada Guy de Lusignan. Tetapi hal tersebut ditolak oleh Guy de Lusignan, ia justru memberikan minuman pemberian Salahuddin kepada bawahannya Raynald.
Dialog Raynald: “Aku minum air, karena memang untuk diminum” Salahuddin: “Aku tidak memberikan cangkir itu untukmu” Raynald: “Tidak, Tuanku” (Salahuddin membunuh Raynal de Chatilon, karena telah meminum air yang ia
Gambar 4.2.4 Guy de Lusignan mengambil air pemberian Salahuddin
repository.unisba.ac.id
93
berikan kepada Guy de Lusignan) Salahuddin: “Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh darinya” (sambil menatap dalam Guy de Lusignan).
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 64 [02:13:29] – [02:16:18]
Tabel 4.2.4 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
Penampilan pemain pada adegan 64, baik Salahuddin maupun Guy de Lusignan dan Raynald de Chatilon, mengenakan pakaian perang. Tetapi, tampak berbeda, Salahuddin mengenakan pelindung kepala dari besi yang pada bagian hidung nya pun dilindungi oleh besi.
Environment (lingkungan)
Adegan 64 berada di dalam perkemahan Salahuddin, di mana terlihat pada gambar 4.2.4 perkemahan Salahuddin dijaga ketat oleh para pasukannya yang berdiri di luar mengitari kemah.
Behavior (kelakuan)
Pada gambar 4.2.4 terlihat Salahuddin kecewa atas sikap yang dilakukan oleh Guy de Lusignan karena telah menolak minuman pemberiannya yang kemudian diberikan kepada bawahannya yaitu Raynald de Chatilon.
Speech (dialog)
“Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh darinya?” Dalam dialog Salahuddin tersebut, ia menyatakan alasan kenapa ia tidak membunuh Guy de Lusignan yang pada saat itu menjadi raja di Jerusalem. Karena dalam etika berperang, seorang raja tidak boleh membunuh raja lain. Pada abad pertengahan, berlaku sebuah Hukum Chivalry dimana raja tidak boleh membunuh sesame raja. Khususnya apabila tertawan. Salah satu kode etik knights dan para ningrat adalah mereka pantang membunuh keluarga atau orang-orang dari keturunan ningrat yang menyerah atau tertawan dalam pertempuran. Akan tetapi khusus buat
repository.unisba.ac.id
94
religious-military order seperti Templar, Hospitaller, dan Teutonic dalam perang salib, peraturan itu tidak berlaku terhadap ningrat Muslim. Kecuali dengan kondisi khusus atau mendapat perintah dari pemimpin perang salib yang mendapat mandat langsung dari Paus. Dalam tradisi Arab sendiri, seorang raja pantang membunuh sesama raja.
Gesture (gerakan)
Gerakan dalam adegan ini, menggambarkan kemarahan Salahuddin Al-Ayyubi yaitu dengan membunuh Raynald de Chatilon. Setelah itu berbicara kepada Guy de Lusignan dengan tatapan yang dalam.
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Group Shot di mana terdapat lebih dari 3(tiga) orang melakukan interaksi dalam ruang tersebut. Di mana pada bagian tertentu saat Salahuddin sedang berbicara dengan Guy de Lusignan, gambar diambil dengan teknik Two Shot.
Sounds (Suara) Suara Salahuddin pada saat perbincangan tersebut terdengar datar namun dengan ekspresi yang sedang dalam keadaan kecewa.
4.2.5 Representasi Adegan 73 [02:28:53] – [02:29:34]
Gambar 4.2.5
Gambar 4.2.5 Pasukan Muslim sedang menunaikan Sholat subuh
repository.unisba.ac.id
95
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.5 dalam adegan 73, terlihat pasukan muslim yang dipimpin Salahuddin Al-Ayyubi sedang menunaikan sholat Subuh. Terlihat secara rapi, pasukan membentuk shaf demi shaf untuk mendirikan sholat.
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 73 [02:28:53] – [02:59:34]
Tabel 4.2.5 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
Penampilan pemain pada adegan 73 mengenakan pakaian perang dengan berbalut besi. Sama seperti adegan sebelumnya, yakni pada adegan 64 Salahuddin masih mengenakan pakaian perang dengan pelindung kepala dari besi yang memanjang bagian tengahnya untuk melindungi hidung.
Environment (lingkungan)
Adegan 64 berada di lapangan terbuka, dimana pada saat itu peperangan tengah terjadi.
Behavior (kelakuan)
Pada gambar 4.2.5 terlihat pasukan muslim mendirikan sholat Subuh di sela-sela peperangan. Sebagaimana perintah Allah dalam Surat An-Nisa ayat 102: “Dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudia apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu” [QS An-Nisa: 102] Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu ain bukan hanya sunnah atau
repository.unisba.ac.id
96
fardhu kifayah , seandainya hukumnya sunnah tentu keadaan takut dari musuh adalah udzur yang utama. Juga bukan fardhu kifayah karena Allah menggugurkan kewajiban berjamaahatas rombongan kedua dengan telah berjamaahnya rombongan pertama, dan Allah tidak member keringanan bagi mereka untuk meninggalkan shalat berjamaah dalam keadaan ketakutan (perang).
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Group Shot di mana posisi kamera sejajar dengan camera man. Sementara pada shot yang lain, gambar diambil dgn teknik Long Shot. Dengan teknik tersebutlah, kita dapat melihat begitu serempaknya umat muslim melaksanakan sholat berjamaah.
4.2.6 Representasi Adegan 76 [02:33:27] – [02:33:58]
Gambar 4.2.6
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.6 dalam adegan 76 tersebut, menggambarkan adegan antara perbincangan antara Salahuddin Al-Ayyubi, Rashid dan Imad di perkemahan muslim. Perbincangan tersebut terkait mengenai siapa sosok dibelakang tembok Jerusalem yang berusaha mempertahankan kota tersebut.
Gambar 4.2.6 Salahuddin sedang berbicara dengan Imad terkait pertahanan Jerusalem
repository.unisba.ac.id
97
Dialog
Rashid: “Siapa yang mempertahankan?” Imad: “Balian dari Ibelin. Putranya Godfrey” Salahuddin: “Godfrey? Godfrey hampir membunuhku di Libanon. Benarkah? Aku tidak tahu kalau dia memiliki putra” Imad: “Itu anaknya waktu di kerak” Salahuddin: “Satu-satunya yang kau biarkan hidup?” Imad: “Ya” Salahuddin: “Mungkin seharusnya kau jangan lakukan itu” Imad: “Mungkin seharusnya aku punya seorang guru yang berbeda”
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 76 [02:33:27] – [02:33:58]
Tabel 4.2.6 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
Penampilan Salahuddin pada adegan 76 masih mengenakan pakaian perang. Hanya saja, ada yang berbeda yaitu pelindung kepala besi dilepasnya, digantikan dengan penutup kepala warna hitam.
Environment (lingkungan)
Adegan 76 berada di dalam perkemahan Muslim pada malam hari. Sama seperti adegan-adegan sebelumnya. Perkemahan tersebut tetap dijaga ketat oleh pasukan-pasukannya.
Behavior (kelakuan)
Pada gambar 4.2.6 terlihat Salahuddin duduk berhadapan dengan Imad. Sementara itu, Rashid hanya berdiri sambil memandang ke arah luar.
Speech (dialog)
“Satu-satunya yang kau biarkan hidup?” Dialog yang disampaikan Salahuddin, menunjukkan keheranan apa yang telah terjadi antara Imad dengan Balian. Mengapa hanya Balian yang dibiarkan hidup? Seperti itu makna yang ditangkap peneliti, ketika Salahuddin mengatakan hal tersebut. Hal tersebut mengandung arti bahwa apa alasan Imad untuk membiarkan Balian hidup.
repository.unisba.ac.id
98
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Three Shot di mana fokus kamera hanya tertuju pada 3(tiga) objek saja yang melakukan interaksi dalam ruang tersebut.
4.2.7 Representasi Adegan 80 [02:38:49] – [02:39:22]
Gambar 4.2.7
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.7 dalam adegan 80 menayangkan tentang adegan berdoa yang dilakukan Salahuddin ketika menguburkan pasukannya yang wafat akibat Perang Salib.
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 80 [02:38:49] – [02:39:22]
Tabel 4.2.7 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance
Penampilan Salahuddin pada adegan 80 mengenakan pakaian perang. Lengkap dengan pelindung besi untuk
Gambar 4.2.7 Salahuddin sedang berdoa dalam penguburan pasukannya yang wafat
repository.unisba.ac.id
99
(penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
melindungi kepala yang pada bagian tengahnya memanjang mengikuti tulang hidung, agar hidung dapat terlindungi juga.
Environment (lingkungan)
Adegan 80 berada di lapang luas dimana mayat-mayat diletakan untuk dikubur pada malam hari. Rasulullah bersabda kepada Ali Ra : “Hai Ali, ada tiga perkara yang janganlah kamu tunda-tunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya, jenazah bila sudah siap penguburannya, dan wanita (baik gadis atau janda) bila menemukan laki-laki yang sepadan yang meminangnya” (HR. Ahmad [Abdul Aziz Ar-Ra’uuf])15
Behavior (kelakuan)
Pada gambar 4.2.7 terlihat Salahuddin memanjatkan doa kepada Allah, bagi pasukan-pasukannya yang wafat ditengah terjadinya perang salib.
Expression (Ekspresi)
Dengan ekpresi muka yang sedih, ia mengangkat kedua tangannya dan mengusapkannya kepada wajah untuk mendoakan pasukan yang wafat.
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Group Shot pada saat penguburan jenazah. Sementara adegan Salahuddin berdoa, gambar diambil dengan Close Up.
4.2.8 Representasi Adegan 82 [02:39:59] – [02:40:47]
15
http.mashar2000.com/201305/05/3-hal-yang-harus-disegerakan-menurut-islam/
repository.unisba.ac.id
100
Gambar 4.2.8
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.8 dalam adegan 82 tersebut menayangkan situasi perang yang tengah terjadi. Pihak muslim menyerang dengan menghancurkan tembok kota Jerusalem, sementara pihak Kristen menyerang Muslim dibalik tembok kota Jerusalem.
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 82 [02:39:59] – [02:40:47]
Tabel 4.2.8 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
Penampilan Salahuddin pada adegan 82, sama seperti adegan sebelumnya, yakni masih mengenakan pakaian perang, lengkap dengan pelindung kepala besi.
Environment (lingkungan)
Adegan 82, peperangan terjadi tepat di depan tembok kota Jerusalem dengan suasana yang hirup pikuk akibat peperangan.
Behavior (kelakuan)
Pada gambar 4.2.8 menggambarkan sosok Salahuddin yang sedang mengamati peperangan yang sedang berlangsung dari kejauhan.
Gambar 4.2.8 Salahuddin mengamati peperangan
repository.unisba.ac.id
101
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Medium Long Shot terutama pada saat pengambilan adegan pasukan. Sementara itu, kamera menangkap sosok Salahuddin dengan posisi kamera Low Angle. “Pengambilan sudut kamera dengan low angle, dimana kamera berada lebih rendah dari objek akan mengakibatkan objek terlihat superior, dominan, dan menekan” (Pratista, 2008: 107).
Sounds (Suara) Terdengar begitu riuhnya suara peperangan menyelimuti kota Jerusalem.
4.2.9 Representasi Adegan 85 [02:44:56] – [02:48:54]
Gambar 4.2.9
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.9 menayangkan salah dua gambar adegan 85. Pada adegan tersebut, menggambarkan dialog antara Salahuddin Al-Ayyubi dengan Balian, seseorang yang memiliki andil dalam mempertahankan perang di Jerusalem. peperangan tersebut dimenangkan oleh pasukan Muslim. Ketika mengetahui pihak kristen kalah terhadap muslim, maka pasukan muslim segera menyiapkan kelambu untuk digunakan Salahuddin menawarkan kesepakatan kepada pihak kristen yang diwakili oleh Balian. Isi kesepakatan yang ditawarkan oleh Salahuddin Al-Ayyubi kepada Balian yaitu menyerahkan kota Jerusalem ke umat Muslim dengan memberikan jaminan keamanan bagi seluruh penduduk Kristen yang berada di wilayah Jerusalem untuk meninggalkan dan kembali menuju wilayah kristen.
Gambar 4.2.9 Salahuddin menawarkan kesepakatan kepada Balian perihal Jerusalem
repository.unisba.ac.id
102
Dialog
Salahuddin: “Akankah kamu mempertahankan kota ini?” Balian: “Sebelum aku kehilangannya, aku akan membakar kota ini sampai habis. Termasuk tempat sucimu, dan kami semua. Semua yang ada di Jerusalem, yang membuat orang jadi gila.” Salahuddin: “Aku ragu jika itu tidak akan membuat lebih baik jika kamu lakukan. Kamu akan menghancurkannya?” Balian: “Ya, setiap bangunan. Dan setiap ksatria Kristen yang kamu bunuh, akan mengambil 10 orang Saracen bersamanya. Kamu akan menghancurkan pasukanmu disini dan tidak ada kebangkitan lagi. Aku berjanji pada Tuhan, bahwa untuk mengambil kota ini, akan menjadi akhir hidupmu.” Salahuddin: “Kotamu penuh dengan wanita dan anak-anak. Jika pasukanku akan mati, begitu juga kotamu.” Balian: “Apa kamu menawarkan syarat? Aku tidak memintanya.” Salahuddin: “Saya akan memberikan jaminan keamanan tiap nyawa menuju wilayah Kristen, setiap orang. Wanita, anak-anak, orang tua, dan semua ksatria dan prajuritmu, juga ratumu. Rajamu seperti dia (Guy De Lusignan).. aku tinggalkan padamu dan apa kehendak Tuhan yang akan dibuat padanya tidak ada yang dapat mencegah, aku bersumpah kepada Tuhan.” Balian: “Orang Kristen membantai setiap orang Muslim dibalik tembok ini ketika mereka menguasai kota ini” Salahuddin: “Aku bukan seperti orang-orang itu. Aku Saladdin, Salahuddin.” Balian: “Kemudian dibawah perjanjian ini, aku serahkan Jerusalem” Salahuddin: “Assalamu’alaikum” Balian: “Dan kedamaian semoga selalu bersamamu….. Apa sebenarnya arti Jerusalem?” Salahuddin: “Tidak ada…..Segalanya”
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 85 [02:44:56] – [02:48:54]
Tabel 4.2.9 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make
Penampilan pemain dalam adegan 85 yakni Salahuddin dan Balian memiliki perbedaan. Salahuddin mengenakan baju perang lengkap dari mulai topi, jubah besi, dan pedang.
repository.unisba.ac.id
103
up (riasan) Salahuddin terlihat rapi dan bersih. Sementara Balian, mengenakan baju perang tentara salib, dalam keadaan tubuh yang kotor setelah berperang seharian.
Environment (lingkungan)
Adegan 85 peperangan terjadi di padang tandus yang berada di depan tembok/gerbang pintu masuk kota Jerusalem. Gerbang pintu kota Jerusalem pun telah hancur begitu pun dengan bangunan-bangunan terdekatnya, ksatria-ksatria Kristen dan Muslim pun banyak terbunuh di Jerusalem. dialog tersebut dilakukan di lapang tersebut dengan kelambu yang menutupi keduanya (Salahuddin dan Balian) yang disiapkan oleh pasukan muslim.
Behavior (kelakuan)
Adegan 85 ini mengambil gambar mengenai tawaran kesepakatan antara Salahuddin dan Balian. Di awal dialog, Balian masih ingin mempertahankan Jerusalem, sementara Salahuddin menawarkan untuk menyerahkan Jerusalem kepada muslim dikarenakan ksatria Jerusalem banyak yang mati terbunuh, sementara itu di Jerusalem hanya tersisa beberapa ksatria, wanita dan anak-anak, sementara itu, pasukan Muslim masih berjumlah banyak.
Speech (dialog)
“Saya akan memberikan jaminan keamanan tiap nyawa menuju wilayah Kristen, setiap orang. Wanita, anak-anak, orang tua, dan semua ksatria dan prajuritmu, juga ratumu. Rajamu seperti dia (Guy De Lusignan).. aku tinggalkan padamu dan apa kehendak Tuhan yang akan dibuat padanya tidak ada yang dapat mencegah, aku bersumpah kepada Tuhan.” Dalam dialog tersebut, Salahuddin menawarkan kesepakatan agar pihak Kristen menyerahkan Jerusalem kepada umat Muslim, sementara itu pasukan muslim memberikan jaminan keamanan bagi setiap penduduk Kristen yang berada di wilayah Jerusalem untuk pindah ke wilayah Kristen. Hal ini memberikan penjelasan bahwa, pihak Muslim tidak dengan sewenang-wenang mengambil Jerusalem begitu saja, tetapi dengan memberikan hal lain yang sekiranya dibutuhkan oleh umat Kristen pada saat itu untuk dapat kembali ke wilayah Kristen. Salahuddin bertanggung jawab atas hal tersebut untuk mengantarkan umat Kristen yang mengalami kekalahan perang.
Gesture (gerakan)
Dalam adegan tersebut, tidak ada gerakan yang secara siginifikan divisualisasikan oleh aktor.
repository.unisba.ac.id
104
Expression (ekspresi)
Salahuddin memberikan ekspresi yang menyenangkan ketika Balian menanyakan arti dari Jerusalem. Salahuddin hanya menjawab ‘segalanya’ sambil menunjuk diri sendiri melalui kedua tangannya sebagai kata yang tepat untuk mewakili arti dari Jerusalem. Hal ini tersirat arti bahwa Jerusalem memiliki arti penting bagi dirinya dan umat Muslim, sehingga ia rela melakukan ssebuah peperangan yang pihak Kristen memulai peperangan itu terjadi.
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan teknik Two Shot di mana kamera mengambil objek 2 (dua) orang yaitu Salahuddin dan Balian. Latar belakang objek pun terlihat dengan jelas, seperti pasukan yang sedang berbaris atau hancurnya bagian depan kota Jerusalem.
4.2.10 Representasi Adegan 88 [02:53:13] – [02:54:03]
Gambar 4.2.10
Gambar 4.2.10 Menayangkan tentang adegan Salahuddin mengangkat Salib yang jatuh ke lantai, dan menaruhnya kembali di atas meja.
repository.unisba.ac.id
105
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.10 pada adegan 88 tersebut, menggambarkan mengenai Salib yang terjatuh ke lantai. Kemudian, Salahuddin yang melihat hal tersebut, langsung mengambilnya dari lantai dan menaruhnya kembali ke atas meja.
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 88 [02:53:13] – [02:54:03]
Tabel 4.2.10 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
Penampilan Salahuddin pada adegan 88, mengenakan pakaian serba hitam mulai dari penutup kepala hingga pakaiannya, dengan detail corak pada tengah bajunya dan sabuk berwarna keemasan.
Environment (lingkungan)
Adegan 88 berada di dalam kerajaan Jerusalem dalam kondisi yang berantakan setelah perang.
Behavior (kelakuan)
Pada gambar 4.2.10 menggambarkan sosok Salahuddin yang sedang mengambil Salib yang terjatuh ke lantai, kemudian menaruhnya kembali ke atas meja.
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan mengambil sudut kamera eye level. “Sudut pengambilan gambar, subjek sejajar dengan lensa kamera. Ini merupakan sudut pengambilan normal, sehingga subjek kelihatan netral, tidak ada intervensi khusus pada subjek” (Pratista, 2008: 107).
Sounds (Suara) Suara yang terdengar dalam adegan ini hanyalah suara instrumental musik/backsound.
repository.unisba.ac.id
106
4.2.11 Representasi Adegan 90 [02:54:51] – [02:56:02]
Gambar 4.2.11
Deskripsi Visual
Gambar 4.2.11 pada adegan 90 tersebut, menggambarkan mengenai Salahuddin yang sedang berjalan mengelilingi Jerusalem, kemudian menemukan makam King Baldwin IV yang penuh dengan taburan bunga. Kemudian ia berjalan ke sisi kanan makam, agar tidak menginjaknya.
a) Analisis Kode-kode Sosial Adegan 90 [02:54:51] – [02:56:02]
Tabel 4.2.11 Analisis Kode Sosial
Level Realitas
Appearance (penampilan), Dress (kostum) dan make up (riasan)
Penampilan Salahuddin pada adegan 90, mengenakan pakaian serba hitam mulai dari penutup kepala hingga pakaiannya. Hal tersebut sama seperti yang biasanya ia kenakan dalam keadaan sehari-hari.
Environment (lingkungan)
Adegan 90 berada di wilayah Jerusalem. Dimana terdapat makam King Baldwin IV yang dimakamkan di kota Jerusalem.
Pada gambar 4.2.11 menggambarkan sosok Salahuddin
Gambar 4.2.11 Salahuddin mengelilingi Jerusalem, kemudian melihat makam King Baldwin IV
repository.unisba.ac.id
107
Behavior (kelakuan) yang sedang berjalan mengelilingi Jerusalem dan tidak menginjak makam King Baldwin IV, hanya melewatinya ke sisi kanan sehingga makam tersebut tidak terinjak.
Level Representasi
Camera (kamera) Proses pengambilan gambar dalam adegan ini dilakukan dengan mengambil teknik Group Shot. Meskipun fokus objek berada di sosok Salahuddin, tetapi sosok-sosok yang lain ikut mempengaruhi gambar ini. Seperti terlihat Rasyid berada di belakangnya, kemudian sejumlah pasukan yang berada paling belakang.
Sounds (Suara) Suara yang terdengar dalam adegan ini hanyalah suara instrumental musik/backsound.
4.3 Analisis Data
Setelah peneliti mengamati film Kingdom of Heaven (2005), peneliti
menemukan adegan-adegan yang merepresentasikan Salahuddin sebagai pemimpin
Islam dalam 10 (sepuluh) adegan. Selain itu, peneliti telah menemukan unsur-unsur
kepemimpinan Salahuddin Al-Ayyubi sebagai pemimpin yang memiliki good will,
kapabilitas dalam menghadapi situasi dan kondisi, serta memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang pemimpin besar. 10 (sepuluh) adegan tersebut kemudian dianalisis
secara rinci sesuai dengan pembagian kode-kode televisi dari John Fiske, diantaranya:
4.3.1 Level Realitas
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 6 (enam) kode sosial yang muncul
di film Kingdom of Heaven, yaitu (1) kode penampilan (appearance, dress dan make
repository.unisba.ac.id
108
up), (2) kode lingkungan (environment), (3) kode perilaku (behavior), (4) kode dialog
(speech), (5) kode gerakan (gesture), dan (6) kode ekspresi (expression).
Tabel 4.3.1.1
Kode Sosial Level Realitas Penampilan
ADEGAN LEVEL REALITAS
PENAMPILAN
Adegan 37
Dapat terlihat pada gambar, Salahuddin
mengenakan pakaian serba hitam dari
mulai sorban untuk menutup
kepalanya, baju dan juga sarung tangan
berwarna hitam. Selain itu, ia juga
memanjangkan janggutnya.
Adegan 85
Pada adegan tersebut, Salahuddin
mengenakan pakaian yang tidak jauh
berbeda dengan pasukannya ketika
berperang. Namun, yang membedakan
adalah pelindung kepala yang ia
gunakan dari besi, yang pada bagian
tengahnya besi tersebut dibuat
memanjang hingga menutupi hidung.
“Kostum adalah aspek yang paling mudah kita identifikasi untuk menentukan
periode (waktu) serta wilayah (ruang). Setiap periode dan wilayah memiliki kostum
yang khas. Kostum ribuan tahun silam berbeda dengan kostum pilihan masa kini.
Keberhasilan film-film epic sejarah berlatar kerajaan silam seperti Cleopatra, Benhur,
Gladiator, Troy, dan Kingdom of Heaven sangat bergantung dari rancangan
repository.unisba.ac.id
109
kostumnya. Dalam film jenis ini, tingkat keakuratan kostum sering diabaikan karena
keterbatasan referensi” (Pratista, 2008: 71).
Film dapat menggambarkan tentang periode waktu yang ditampilkan melalui
tiap adegan. Misalnya, film Merah Putih yang disutradarai oleh Yadi Sugandi,
mampu menampilkan lingkungan yang mengajak penonton untuk melihat bagaimana
situasi di Indonesia pada saat penjajahan Belanda. Properti yang digunakan, tata rias
dan kostum aktor/aktris yang terlibat, konstruksi bangunan pada saat itu dapat
mewakili keadaan Indonesia pada saat jaman penjajahan Belanda, karena ada unsur-
unsur yang digunakan di film tersebut, dimana usnur-unsur tersebut secara umum
sudah diketahui oleh penonton. Begitu juga halnya dengan film Kingdom of Heaven
ini. Ridley Scott mengajak penonton untuk melihat keadaan perang salib, dengan
menampilkan unsur-unsur tertentu yang secara umum khalayak sudah mengetahui.
Dikatakan sebagai perang salib karena pada masa itu, tentara kristen membawa salib
ketika berperang, dan kita mengetahui bahwa seseorang tersebut beragama muslim
dikarenakan berwajah arab dan berjanggut. Hal itu yang mendukung bagaimana
audiens dapat menangkap pesan yang dimuat dalam film.
Adegan yang menampilkan sosok Salahuddin Al-Ayyubi, beliau digambarkan
sebagai seorang berwajah Arab, berjanggut, dan mengenakan pakaian serba hitam,
mulai dari sorban yang menutup kepalanya hingga baju yang menutupi kaki. Hal
tersebut seperti yang ada pada adegan 37. Sedangkan adegan 85 adalah penampilan
khas yang ia kenakan saat berperang. Dilansir dari news.fimadani.com yang memuat
berita dari Lembaga Fatwa Mesir menyatakan bahwa memanjangkan janggut adalah
repository.unisba.ac.id
110
kebiasaan orang Arab, bukan perintah syariat. Dalam fatwa itu menyebutkan bahwa
memanjangkan janggut menunjukan kebiasaan setempat dan seseorang harus
menerapkannya sesuai dengan daerah tempat dia berada. Jika seseorang berada di
suatu daerah yang di sana terdapat satu hal baik menurut kebiasaan warganya, maka
dia harus menurutinya. Jika tidak melakukannya, maka dia dianggap sebagai orang
yang ingin mengasingkan diri dari pergaulan sehari-hari.
Dapat dilihat dalam setiap adegan di film ini, pasukan muslim hampir
semuanya memiliki janggut, namun tidak semuanya berjanggut panjang. Begitu juga
dengan Salahuddin dan kerabat yang lain juga memiliki janggut dan berpakaian serba
hitam, hal ini merupakan kebiasaan suatu daerah atau sebagai identitas diri di
kalangannya, agar memiliki perbedaan dengan bangsa lain. Adapun pemakaian
sorban hitam yang menutup kepalanya untuk melindungi diri dari cuaca yang terik,
karena wilayah Arab sendiri merupakan daerah yang tandus, panas dan banyak
memiliki gurun pasir, hal tersebutlah yang menyebabkan banyak pria mengenakan
kepalanya untuk melindungi dari panasnya matahari, dan wanita-wanita yang
menggunakan cadar. Sedangkan bagi masyarakat Arab khususnya wanita, mereka
mengenakan pakaian berwarna hitam agar tidak nampak lekuk tubuh. Berbeda
dengan warna lain yang bisa menerawang. Tetapi, setiap daerah memiliki warna khas
nya masing-masing baik untuk pria maupun wanita.
repository.unisba.ac.id
111
Tabel 4.3.1.2
Kode Sosial Level Realitas Lingkungan
ADEGAN LEVEL REALITAS
LINGKUNGAN
Adegan 39
Dapat terlihat pada gambar,
Salahuddin berada di perkemahannya,
dimana pasukannya dengan loyal
menjaga situasi dan kondisi di
sekeliling perkemahan.
Adegan 85
Pada adegan tersebut, menceritakan
bahwa Salahuddin memberikan
penawaran terhadap umat kristen
yang diwakilkan oleh Balian. Terlihat
bahwa adegan tersebut dilaksanakan
di lapangan terbuka, dimana pasukan
Salahuddin membawa tenda kain
sebagai tempat Salahuddin untuk
berdiskusi dengan Balian
Dari berbagai referensi, menyebutkan bahwa film ini sebagian besar
dilakukan di wilayah Maroko dan Spanyol. Setting adegan pun dilakukan dengan
membuat replika kota tua Jerusalem di area gurun pasir. Kabarnya, pemerintah
Maroko sampai menugaskan ratusan pasukannya untuk melindungi area lokasi
syuting dan para kru film dari para ekstrimis Muslim yang pernah mengancam akan
repository.unisba.ac.id
112
menyerang. Perlu diketahui, Ridley Scott telah menjadikan pasukan kavaleri Maroko
menjadi para figuran untuk adegan peperangan.16
Mengingat film ini merupakan film historis yang mengangkat perang salib,
kesamaan dengan apa yang terjadi pada peristiwa perang salib masa silam, tidak akan
persis sama dengan apa yang digambarkan di film ini karena keterbatasan referensi.
Namun, dari hasil analisis pada kode sosial level realitas lingkungan, adegan
dilakukan di area gurun dekat dengan kota Jerusalem ketika peperangan sedang
berlangsung dan perkemahan Salahuddin. Hal yang terlihat pada level realitas
lingkungan ini, tiap-tiap adegan yang menggambarkan sosok Salahuddin selalu
berada di tempat yang dikelilingi banyak orang. Seperti di lapangan terbuka yang
berjajar pasukan-pasukan Islam dibelakang Salahuddin, atau diperkemahan yang
disekelilingnya pun pasukan-pasukan sedang berjaga-jaga. Dengan pasukan yang
berjumlah 200.000 seolah-olah mengikuti segala apa yang diperintahkan Salahuddin.
Jika dilihat secara seksama, dapat diambil makna bahwa pasukan-pasukan
muslim tersebut begitu loyal terhadap pemerintahan Salahuddin. Selalu menjaga
rajanya dalam keadaan apapun, dan secara utuh bisa bersatu baik sedang berperang
ataupun tidak dalam keadaan perang. Perilaku bawahannya, mencerminkan
bagaimana atasanya berperilaku. Ini mengindikasikan bahwa Salahuddin adalah
seorang pemimpin yang memiliki kharismatik, sehingga pasukan yang berjumlah
200.000 pun bisa menjadi followership (pengikut) bagi dirinya.
16
http://id.wikipedia.org/wiki/Kingdom_of_Heaven
repository.unisba.ac.id
113
Tabel 4.3.1.3
Kode Sosial Level Realitas Perilaku
ADEGAN LEVEL REALITAS
PERILAKU
Adegan 39
Dapat terlihat pada gambar,
Salahuddin mengulurkan tangan agar
dapat saling berjabat tangan dengan
Rasyid, kerabatnya yang
mengunjunginya ke perkemahan.
Adegan 64
Pada adegan tersebut,
memperlihatkan Salahuddin sedang
mengambilkan minuman untuk raja
Jerusalem yang baru, yaitu Guy de
Lusignan. Walaupun Guy de
Lusignan penyebab atas hancurnya
perdamaian raja, Salahuddin tetap
bersikap santun dalam menerima
kedatangan tamunya ke perkemahan.
Adegan 80
Salahuddin sedang mendoakan
pasukan-pasukannya yang wafat
karena berperang. Pasukan-pasukan
yang wafat kemudian dikuburkan
secara masal.
repository.unisba.ac.id
114
Adegan 88
Pada adegan 88, terlihat Salahuddin
sedang mengambil salib yang
terjatuh ke lantai dan menaruhnya
kembali ke atas meja. Hal ini
menandakan bahwa Salahuddin
memiliki sikap toleransi beragama.
Adegan 90
Pada gambar tersebut menyatakan
bahwa Salahuddin menghargai King
Baldwin IV sebagai Raja Jerusalem,
yakni dengan tidak menginjak
makamnya di Jerusalem
Perilaku merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam kode
sosial ini, peneliti ingin mengetahui perilaku yang merepresentasikan Salahudin
sebagai pemimpin Islam. Di mana, dalam agama Islam setiap pemimpin muslim
harus memiliki kapabilitas sebagai pemimpin yang mencerminkan akidah Islam. Pada
adegan 39 menggambarkan bagaimana Salahuddin berperilaku terhadap Rasyid yang
pada saat itu menekannya untuk segera mengambil alih Jerusalem. Namun,
Salahuddin mengemukakan alasan-alasannya secara bijak dan mengulurkan
tangannya untuk berjabat tangan.
Jabat tangan merupakan ritual pendek di mana dua orang saling
menggenggam tangan kanan atau kiri mereka, dan seringkali disertai oleh sentakan
repository.unisba.ac.id
115
kecil pada tangan yang tergenggam. Umumnya jabat tangan dilakukan saat orang
memberi salam dalam suatu pertemuan tertentu –baik di awal maupun di akhir
pertemuan- mengucapkan selamat, memberi apresiasi, serta membuat persetujuan.
Jabat tangan biasa dilakukan pula saat berkenalan dengan orang yang pertama kali
dijumpai.17
Dengan berjabat tangan, itikad baik ditujukan kepada pihak yang tangannya
dijabat. Secara implisit, jabat tangan mengirimkan isyarat keterbukaan. Kebiasaan itu
menjadi sebentuk komunikasi nonverbal. Oleh karena itu, pada beberapa budaya,
orang yang menolak jabatan tangan tanpa alasan bisa dikatakan kurang sopan. Tradisi
jabat tangan juga adalah salah sebuah perlambang cara komunikasi tertua, yang telah
ada dalam berbagai tradisi kebudayaan dunia berabad-abad silam.
Sementara pada adegan 64, terlihat Salahuddin mengambilkan air untuk
diberikan kepada raja Jerusalem yang baru yaitu Guy de Lusignan yang berada di
perkemahan. Islam mengajarkan bagi siapa saja yang menjadi tuan rumah, supaya
menghormati tamu. Penghormatan itu tidak sebatas dengan tutur kalimat yang santun
saja, tetapi juga dengan perbuatan yang menyenangkan, salah satunya dengan
menjamu tamu. Sikap memuliakan tamu, bukan hanya mencerminkan kemuliaan hati
tuan rumah kepada tamu-tamunya. Memuliakan tamu, juga menjadi salah satu tanda
tingkat keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir.18
17
http//nationalgeographic.co.id/berita/2010/11/makna-jabat-tangan 18
http//almanhaj.or.id/content/2742/slash/0/bercermin-kepada-nabi-ibrahim
repository.unisba.ac.id
116
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaknya memuliakan tamu” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
“Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak menjamu tamu”
(HR. Ahmad)
Dari 2 (dua) hadist diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa memuliakan tamu
adalah salah satu tanda seseorang beriman kepada Allah dan hari akhir. Memberikan
jamuan kepada tamu seperti yang dilakukan oleh Salahuddin kepada Guy de
Lusignan memberikan arti bahwa ia memuliakan tamu. Apalagi hal tersebut
dikarenakan Guy de Lusignan seorang raja yang sama seperti dirinya.
Pada adegan 80, terlihat Salahuddin sedang berkabung dan mendoakan
pasukan-pasukannya yang wafat ketika berperang. Sambil menguburkan pasukannya
secara massal, ia memanjatkan doa kepada Allah. Sebagai seorang muslim, ada 3
(tiga) perkara yang harus disegerakan, yaitu (1) menyegerakan shalat, apabila sudah
ada waktunya, (2) menguburkan jenazah, (3) menikahkan anak wanita, manakala
sudah sampai waktunya. Dalam adegan tersebut, pasukan-pasukan yang wafat segera
dikuburkan agar tidak terjadinya wabah penyakit.
Sementara itu, pada adegan 88 terlihat Salahuddin sedang meraih Salib yang
terjatuh ke lantai, kemudian ia mengambil salib tersebut untuk ditaruh kembali ke
atas meja. Bagi umat Kristen, salib memiliki makna untuk menunjukan kasih Allah
yang terbesar, yaitu bahwa ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita (Yoh 15:13), agar
bisa diselamatkan dan memperoleh kehidupan yang kekal (Yoh 3: 16). Jadi, tanda
repository.unisba.ac.id
117
salib ini merupakan lambang yang berdasarkan Alkitab, dan menjadi simbol
keagungan bagi umat kristiani. Ketika Salahuddin menaruh kembali salib yang
terjatuh ke atas meja, ini memiliki arti bahwa Islam sebagai agama yang menjunjung
tinggi toleransi terhadap umat beragama.
“dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukulah
agamaku” (Q.S Al-Kafirun, 109: 4-6).
Pada adegan 90, terlihat Salahuddin sedang berkeliling disekitar Jerusalem
dan menemukan makam King Baldwin IV. Makam tersebut ditembok secara rata
dengan lantai yang pada bagian permukaannya ditaburi bunga-bunga. Salahuddin
yang melihat hal itu, dengan segera berjalan ke sisi kanan makam agar makam
tersebut tidak terinjak olehnya. Salahuddin menghargai apa yang menjadi kebanggan
masyarakat kristen yang berada di Jerusalem termasuk peninggalan kerajaan seperti
makam rajanya sebelum digantikan oleh raja yang baru Guy de Lusignan. Oleh sebab
itu, ia tidak menginjak makam tersebut, walaupun sebenarnya makam tersebut berada
di wilayah muslim yang pada saat itu sudah menjadi milik muslim, ia tetap menjaga
sikap dan perilakunya sebagai seorang muslim.
repository.unisba.ac.id
118
Tabel 4.3.1.4
Kode Sosial Level Realitas Dialog
ADEGAN LEVEL REALITAS
DIALOG
Adegan 37
Pada adegan ini, ada dialog antara Salahuddin dan King Baldwin IV, yang berisi: Salahuddin: “Aku berharap kamu menarik mundur kavalerimu, dan menyelesaikan masalah ini denganku” King Baldwin IV: “Aku berharap kamu akan mundur tanpa terluka ke Damaskus. Reynald De Chatillon akan dihukum, aku berjanji untuk itu. Tarik pasukanmu, atau kita semua akan mati disini. Apakah kita punya kesepakatan?” Salahuddin:“Kita bersepakat….Aku akan kirim perawatku” King Baldwin IV: “Assalamu’alaikum” Salahuddin: “Alaikum salam”
Pada dialog tersebut, ada sepenggal kalimat yang peneliti ambil:
“Kita bersepakat….Aku akan kirim perawatku” Dialog ini memiliki makna bahwa
Salahuddin Al-Ayyubi
menyepakati perihal yang
repository.unisba.ac.id
119
diajukan King Baldwin IV untuk
saling berdamai. Dapat ditarik
kesimpulan dari dialog tersebut
bahwa Salahuddin merupakan
pemimpin yang bisa diajak
bekerja sama, mencintai
perdamaian, dan peduli terhadap
seseorang. Kepeduliannya dapat
terlihat dari dialog “Aku akan
kirim perawatku” yang ia
sampaikan kepada King Baldwin
IV untuk merawatnya yang
sedang terkena penyakit lepra.
Adegan 39
Kerabat Salahuddin bernama Rasyid, datang mengunjungi perkemahannya dan mendesak Salahuddin agar segera mengambil alih Jerusalem. Rashid: “Assalamu’alaikum” Salahuddin: “Alaikum salam” Rashid: “Mengapa kita mundur? Mengapa? Tuhan tidak menyukai mereka. Tuhan yang akan menentukan siapa yang akan menang dalam peperangan” Salahuddin: “Hasil dari peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan, jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air. Kita tidak dapat memelihara sebuah pengepungan dengan musuh dibelakang. Berapa banyak peperangan yang Tuhan
repository.unisba.ac.id
120
menangkan untuk orang Muslim sebelum kedatanganku? Dan itu, sebelum Tuhan menentukan bahwa aku perlu datang ”. Rashid: “Sedikit sekali, dan itu karena kita penuh dosa” Salahuddin: “Itu karena kamu tidak mempersiapkannya” Rashid: “Jika kamu berpikir seperti itu, kamu tidak akan menjadi raja untuk waktu yang lama” Salahuddin: “Saat aku bukan raja, aku telah mengguncang dunia Islam. Terimakasih atas kedatanganmu. (Sambil mengulurkan tangan) Terimakasih untuk kedatanganmu” Rashid: “(Sambil menjabat tangan) Janjimu…Janjimu untuk mengembalikan Jerusalem. Jangan lupa” Salahuddin: “Jika aku tidak
mengirimkan perang, aku tidak
punya kedamaian”
Peneliti mengambil penggalan
dialog sebagai berikut:
“Hasil dari peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan, jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air”. Dalam dialog Salahuddin tersebut, ia menyatakan atas keinginannya untuk bersepakat dengan Raja Jerusalem, yaitu tidak melakukan
repository.unisba.ac.id
121
perang dengan menarik mundur pasukan Muslim. Salahuddin berkata demikian, dikarenakan ia memegang teguh etika perang Islam sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang tersirat dalam Al Quran dan Hadist. Seperti: 4. Dan perangilah di jalan
Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al Baqarah: 190) Muslim hanya boleh berperang ketika diserang atau bila ada warga muslim di wilayah non muslim yang ditindas atau dibantai.
5. Dalam berperang, muslim tidak boleh melampaui batas, diantaranya tidak boleh membunuh musuh yang sudah tidak berdaya, merusak mayat, mengganggu apalagi merampok dan membunuh penduduk sipil, merusak tempat ibadah atau fasilitas umum, membakar rumah penduduk kecuali yang dianggap bisa menjadi tempat persembunyian musuh, membunuh ternak kecuali yang untuk dimakan, serta merusak tanaman kecuali untuk diambil buahnya.
6. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk
repository.unisba.ac.id
122
Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-rang yang dzalim (QS. Al Baqarah:193).
Bila telah terjadi kesepakatan
untuk menghentikan peperangan
dan musuh telah mengembalikan
wilayah muslim yang dikuasainya
dan membebaskan tentara atau
penduduk muslim yang
ditawannya, maka muslim
diperintahkan untuk berhenti
berperang.
Adegan 64
Adegan 64 menggambarkan kekecewaan Salahuddin terhadap Guy de Lusignan. Dialognya sebagai berikut: Raynald: “Aku minum air, karena memang untuk diminum” Salahuddin: “Aku tidak memberikan cangkir itu untukmu” Raynald: “Tidak, Tuanku” (Salahuddin membunuh Raynal de Chatilon, karena telah meminum air yang ia berikan kepada Guy de Lusignan) Salahuddin: “Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh darinya” (sambil menatap dalam Guy de Lusignan).
repository.unisba.ac.id
123
Dalam dialog tersebut, peneliti memenggal kalimat Salahuddin: “Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh darinya?” Dalam dialog Salahuddin tersebut, ia menyatakan alasan kenapa ia tidak membunuh Guy de Lusignan yang pada saat itu menjadi raja di Jerusalem. Karena dalam etika berperang, seorang raja tidak boleh membunuh raja lain. Pada abad pertengahan, berlaku sebuah Hukum Chivalry dimana raja tidak boleh membunuh sesame raja. Khususnya apabila tertawan. Salah satu kode etik knights dan para ningrat adalah mereka pantang membunuh keluarga atau orang-orang dari keturunan ningrat yang menyerah atau tertawan dalam pertempuran. Akan tetapi khusus buat religious-military order seperti Templar, Hospitaller, dan Teutonic dalam perang salib, peraturan itu tidak berlaku terhadap ningrat Muslim. Kecuali dengan kondisi khusus atau mendapat perintah dari pemimpin perang salib yang mendapat mandat langsung dari Paus. Dalam tradisi Arab sendiri, seorang raja pantang membunuh sesama raja.
repository.unisba.ac.id
124
Pada kode sosial dialog, terdapat beberapa dialog yang menurut peneliti
memiliki signifikansi untuk diteliti dan data yang diperoleh cukup representatif
terhadap objek yang diteliti. “Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur
pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik, dua unsur tersebut saling
berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain. Dalam hal ini, dialog merupakan
salah satu dari unsur naratif, dimana di dalamnya terdapat masalah, konflik, dan
interaksi satu sama lain yang untuk membuat sebuah peristiwa” (Pratista, 2008: 1-2).
Gambar adegan 37, adalah adegan dialog yang terjadi antara King Baldwin IV
dengan Salahuddin Al-Ayyubi. Adegan tersebut berisi tentang keputusan yang
dilakukan oleh King Baldwin IV untuk menghukum seseorang karena melakukan
kesalahan agar tidak terjadi peperangan, dan Salahuddin menyetujui hal tersebut yang
tertuang dalam dialog menyatakan “Kita bersepakat… akan aku kirim perawatku”.
Makna “akan aku kirim perawatku” adalah Salahuddin akan mengirim utusannya
untuk merawat King Baldwin IV yang memiliki penyakit lepra. Maka, hal tersebut
mengindikasikan bahwa Salahuddin menjunjung tinggi nilai perdamaian antara umat
beragama.
Pada gambar adegan 39, terjadi percakapan antara Salahuddin dengan
kerabatnya Rasyid yang datang menemuinya karena ia mengetahui kabar bahwa
Salahuddin bersepakat dengan King Baldwin IV untuk tidak berperang. Alasan
tersebut dikemukakannya lewat sebuah dialog yang menyatakan “Hasil dari
peperangan memang ditentukan oleh Tuhan…Tapi, selain itu juga dengan persiapan,
jumlah pasukan, ketiadaan penyakit dan ketersediaan air”. Jerusalem merupakan
repository.unisba.ac.id
125
wilayah yang tandus dan sulit untuk mendapatkan air. Selain itu, raja Jerusalem yang
pada saat itu adalah King Baldwin IV memiliki penyakit lepra. Atas hal tersebutlah
yang membuat Salahuddin mau menerima kesepakatan untuk tidak berperang. Pada
dialog tersebut, dapat dilihat, Salahuddin mengambil atau menerima keputusan yang
secara bijak tanpa memanfaatkan kelemahan pihak lawan.
Gambar adegan 64, menggambarkan situasi tentang kekecewaan Salahuddin
terhadap Guy de Lusignan yang menolak pemberian minuman darinya. Dalam dialog
tersebut, Salahuddin mengatakan “Seorang raja tidak akan membunuh raja, dimana
kamu tidak cukup dekat menjadi seorang raja besar untuk belajar dengan contoh
darinya” (sambil menatap dalam Guy de Lusignan).
Tabel 4.3.1.5
Kode Sosial Level Realitas Gerakan
ADEGAN LEVEL REALITAS
GERAKAN
Adegan 37
Gerakan tubuh dalam adegan ini
tidak banyak, objek mengangkat
tangan kanan sebagai bentuk salam
pertemuan sambil duduk diatas
kuda dan saling bertatapan dengan
lawan bicaranya yaitu King
Baldwin IV..
repository.unisba.ac.id
126
Adegan 39
Gerakan dalam adegan ini, hanya
gerakan sederhana saja, seperti
duduk dan berdiri. Namun ada
dialog yang disertai gerakan
mengulurkan tangan yang
dilakukan Salahuddin kepada
Rashid. Jabat tangan merupaka
salah satu bentuk komunikasi
secara non verbal. Dengan jabat
tangan, niat baik ditujukan kepada
pihak yang tangannya dijabat.
Secara implisit, jabat tangan
mengirimkan isyarat keterbukaan .
Gambar adegan 37 dan 39 menggambarkan tentang sosok Salahuddin yang
menyampaikan salam. Pada adegan 37, ia menyampaikan salam dengan mengangkat
tangan kanannya ketika sebagai ungkapan di awal pertemuan dengan King Baldwin
IV. Sementara itu, pada adegan 39, terlihat Salahuddin mengulurkan tangannya untuk
berjabat tangan dengan salah satu kerabat. Ini memiliki arti bahwa Salahuddin
memiliki niat baik/itikad baik terhadap seseorang. Secara implicit, hal tersebut
mengisyaratkan keterbukaan seseorang terhadap orang yang dijabat tangannya. Ini
tercermin dalam setiap gerakan yang divisualisasikan dalam adegan-adegan tersebut.
repository.unisba.ac.id
127
Tabel 4.3.1.6
Kode Sosial Level Realitas Ekspresi
ADEGAN LEVEL REALITAS
EKSPRESI
Adegan 80
Pada adegan tersebut, Salahuddin
terlihat sangat sedih. Ditengah
penguburan pasukan-pasukannya
yang tewas, ia memanjatkan doa
kehadirat Allah SWT.
Adegan 85
Adegan 85 menggambarkan
perasaan yang senang bagi
Salahuddin ketika Balian bertanya
kepadanya mengenai “apa arti
Jerusalem” ia hanya menjawab
“segalanya” dengan wajah ceria
dan mengangkat tangannya sambil
menunjuk ke diri sendiri.
Ketika seseorang berkomunikasi, ada 2 (cara) yang dilakukannya untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. Yakni secara verbal dan non verbal. Verbal
yang terkait dengan lisan, sementara non verbal terkait dengan unsur-unsur di luar
lisan, salah satunya dengan ekspresi. Terkadang, cara verbal dan nonverbal dilakukan
pada saat yang bersamaan untuk melengkapi hal-hal yang kita maksud agar mudah
dipahami oleh komunikan.
repository.unisba.ac.id
128
Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan
keadaan emosional seseorang. Sebagian pakar mengakui terdapat beberapa keadaan
emosional yang dikomunikasikan oleh ekspresi wajah yang tampaknya dipahami
secara universal: kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan,
kejijikan, dan minat (Mulyana, 2010: 377).
Jika melihat ekspresi wajah pada adegan 80, Salahuddin tampak menunjukkan
kesedihan atas wafatnya pasukan-pasukan yang berperang. Ekpresi tersebut diiringi
dengan mengangkat kedua tangannya seraya memanjatkan doa bagi para sahabatnya
yang wafat. Terjadinya peperangan yang banyak menewaskan kedua belah pihak,
menjadi sebuah penyesalan yang ditumpahkan Salahuddin ketika menyaksikan
penguburan pasukannya.
Namun, berbeda dengan adegan 80, pada adegan 85 Salahuddin menunjukkan
keceriaan, ketika ia telah melakukan perundingan dengan umat kristiani. Pada saat
itu, Balian bertanya kepada Salahuddin tentang apa arti Jerusalem, dan Salahuddin
hanya menjawab “segalanya” sambil menunjuk ke dada diri sendiri. Ini menunjukkan
bahwa Jerusalem bukan hanya sebagai sebuah kota, namun tempat yang suci. Di
mana, dalam perolehannya sendiri Jerusalem didapatkan dengan cara berunding
sehingga kedua belah pihak mendapat keuntungan. Sementara makna dari menunjuk
ke arah dada yang mengisyaratkan ada hati di dalamnya bahwa hati nurani selalu
berkata tentang kebenaran. Pengambilalihan Jerusalem didapatkan dengan cara
berunding, bukan karena peperangan.
repository.unisba.ac.id
129
4.3.2 Representasi
Dalam meneliti 10 (sepuluh) adegan yang menggambarkan sosok Salahuddin
sebagai pemimpin besar Islam, maka peneliti mengambil dari aspek representasi
kamera dan suara.
Tabel 4.3.2.1
Kode Sosial Level Representasi Kamera
ADEGAN LEVEL REALITAS
KAMERA
Adegan 37
Dalam adegan ini, ada beberapa
shot yang diambil secara luas (full
shot) di mana terlihat
penggambaran secara luas
kerumunan pasukan-pasukan,
namun pada saat pertemuan antara
Salahuddin dengan King Baldwin
IV, menggunakan teknik medium
shot, kemudian ketika berdialog
antara keduanya, pengambilan
gambar menjadi close up dimana
terlihat jelas objek yang sedang
berbicara.
Proses pengambilan gambar dalam
adegan ini dilakukan dengan teknik
Medium Long Shot terutama pada
saat pengambilan adegan pasukan.
Sementara itu, kamera menangkap
sosok Salahuddin dengan posisi
repository.unisba.ac.id
130
Adegan 82 kamera Low Angle. “Pengambilan
sudut kamera dengan low angle,
dimana kamera berada lebih rendah
dari objek akan mengakibatkan
objek terlihat superior, dominan,
dan menekan” (Pratista, 2008: 107).
Adegan 85
Proses pengambilan gambar diambil
dengan menggunakan teknik two
shot.
Adegan 88
Proses pengambilan gambar dalam
adegan ini dilakukan dengan
mengambil sudut kamera eye level.
“Sudut pengambilan gambar, subjek
sejajar dengan lensa kamera. Ini
merupakan sudut pengambilan
normal, sehingga subjek kelihatan
netral, tidak ada intervensi khusus
pada subjek” (Pratista, 2008: 107).
Dari tabel diatas, pengambilan gambar dalam film Kingdom of Heaven ini
menggunakan teknik:
1. MS (Mid Shot)
2. LS (Long Shot)
repository.unisba.ac.id
131
3. CS (Close Up)
4. GS (Group Shot)
5. 2S (Two Shot)
Sedangkan sudut pengambilan gambar diambil dengan menggunakan sudut:
1. Eye Level
2. Low Angle
Kamera akan membawa penonton kepada gambar-gambar yang diambil
berdasarkan teknik dan sudut pengambilan gambar untuk merepresentasikan cerita
film. Gambar yang dihasilkan dengan menggunakan teknik pengambilan gambar
tertentu, akan mengenalkan kepada penonton tentang suasana yang terjadi, serta
tokoh-tokoh yang diperankan.
Gambar adegan 37 memperkenalkan kepada penonton mengenai sosok
Salahuddin dengan teknik pengambilan gambar medium shot. “Teknik tersebut
memperlihatkan tubuh manusiadari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah
mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame” (Pintoko dkk, 2010:100).
Pengambilan gambar dengan teknik ini dilakukan biasanya pada saat dua orang akan
berbicara, sehingga bisa membuat penonton merasa berada sejajar dengan orang yang
ditampilkan. Pengambilan gambar dengan teknik medium shot digunakan agar tidak
ada penekanan khusus dalam menampilkan gambar. Adegan yang diambil dengan
teknik ini ditampilkan secara netral.
Gambar adegan 82, menampilkan sosok Salahuddin dengan teknik
pengambilan gambar close up. “Teknik ini, mampu memperlihatkan ekspresi wajah
repository.unisba.ac.id
132
dengan jelas serta gesture yang mendetail. Efek close up biasanya akan terkesan
gambar lebih cepat, mendominasi menekan. Ada makna estetis, ada juga makna
psikologis” (Pintoko dkk, 2010:100).
Pengambilan gambar secara close up menampilkan kepada penonton
mengenai karakter aktor dan kualitasnya dalam memainkan mimik wajah. Gunanya
adalah untuk menciptakan ketegangan. Pada adegan tersebut, Salahuddin sedang
memantau peperangan dimana umat Islam dan Kristen saling berperang yang hanya
berbatasan dengan tembok kota Jerusalem saja. Namun, pada shot ini, pengambilan
wajah Salahuddin diambil dengan sudut pengambilan gambar low angle.
“Pengambilan gambar dengan low angle, posisi kamera lebih rendah dari objek akan
mengakibatkan objek lebih superior, dominan, dan menekan” (Pratista, 2008: 107).
Sudut pengambilan gambar dengan low angle membuat tokoh yang menjadi
objek gambar terlihat sebagai sosok yang disegani, dalam hal ini Salahuddin menjadi
pemimpin besar Islam yang disegani oleh lingkungan dan masyarakatnya.
Gambar adegan 85 menampilkan sosok Salahuddin yang sedang berbincang
dengan Balian. Adegan tersebut diambil dengan menggunakan teknik two shot
dimana fokus objek berada pada dua orang dan background tidak menjadi dominan.
Gambar tersebut berisi tentang perundingan kesepakatan antara pihak muslim dan
kristen mengenai Jerusalem. Perundingan tersebut memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak. Sudut pengambilan gambar dengan menggunakan eye level. Hal
itu menyiratkan arti bahwa tidak ada pihak yang lebih dominan diantara keduanya.
repository.unisba.ac.id
133
Pada gambar adegan 88, terlihat sosok Salahuddin yang sedang melihat Salib
terjatuh ke lantai. Gambar tersebut diambil dengan menggunakan teknik medium shot
dan sudut pengambilan gambar eye level. Medium shot berfungsi untuk menciptakan
kenetralan, sama halnya seperti sudut pengambilan eye level.
Tabel 4.3.2.2
Kode Sosial Level Representasi Suara
ADEGAN LEVEL REALITAS
SUARA
Adegan 39
Suara Salahuddin Al-Ayyubi
terlihat datar, seperti biasa. Selain
suara dialog antar pemain, suara
lain yang dihasilkan dari langkah
kaki pasukan-pasukan yang berada
di sekeliling perkemahan.
Suara, dan musik pengiring dalam film merupakan bagian dari unsur
sinematik film. “Musik merupakan elemen yang berperan penting dalam memperkuat
mood, nuansa, serta suasana sebuah film” (Pratista, 2008: 154). Musik dapat
dikelompokkan menjadi 2(dua) macam, yaitu musik ilustrasi dan lagu. Musik ilustrasi
yaitu musik yang menjadi latar untuk mengiringi aksi ketika cerita berjalan,
sedangkan lagu yang memiliki lirik memiliki peran dalam membentuk mood film.
Karena film ini merupakan film historis berlatar belakang kerajaan yang
mengangkat perang salib dimana dalam film ini menggambarkan aksi perang, yang
repository.unisba.ac.id
134
sudah pasti banyak suara gemuruh perang, hentakan kaki-kaki pasukan-pasukan
berkuda, alat-alat perang, suara pemanah. Suara yang dihasilkan, tentu ditambah
dengan efek-efek suara tertentu untuk memberikan suasana peperangan yang kental
dan untuk mendramatisasi film agar memiliki daya tarik. Seperti yang terlihat pada
gambar adegan 39, dimana setting adegan berada di lingkungan perkemahan
Salahuddin. Dalam adegan ini, suara yang mendominasi bukan saja suara dialog antar
pemain, melainkan suara kaki-kaki pasukan yang sedang berjalan disekeliling
perkemahan. Suara Salahuddin terdengar datar dengan ritme yang sedang, sehingga
terdengar santai dalam berdialog.
Namun, dalam hal perihal penggambaran yang dilakukan secara teknik pada
level representasi berkaitan dengan penggunaan peralatan yang memang memiliki
makna netral atau artinya tidak dapat merepresentasikan sebagai sosok pemimpin
Islam.
4.3.3 Ideologi
Film Kingdom of Heaven adalah film yang mengangkat persitiwa perang salib
yang pasti keberadaannya akan memunculkan isu bagi kedua belah pihak agama baik
kristen maupun islam. Tentunya dampak film ini akan menghasilkan pandangan yang
berbeda-beda terhadap masing-masing pihak yang dimunculkan dalam film ini. Hal
tersebut akan mempengaruhi audiens ketika menonton film terhadap realita yang
sebenarnya terjadi.
repository.unisba.ac.id
135
Menurut praktisi film, Agung Muhammad Faisal mengatakan bahwa setiap
film Hollywood memiliki unsur propaganda untuk memenangkan politik tertentu. Hal
tersebut dilakukan agar memiliki daya tarik penonton untuk menyaksikan, karena
film bukan hanya sebagai seni yang menampilkan cerita dari segi audio dan visual
saja, melainkan sudah menjadi industri bisnis. Namun, dalam film Kingdom of
Heaven porsi cerita yang divisualisasikan dapat menyiratkan makna tertentu,
khususnya bagi audiens yang tidak tahu fakta yang sebenarnya terjadi.
Keberhasilan sebuah film salah satu indikasinya adalah dari ticketing, terkait
seberapa antusiasme penonton untuk menyaksikan. Selain ticketing, hal lain yang
memiliki pengaruh besar bagi penonton dalam menangkap makna yang disampaikan
melalui film, yaitu berdasarkan dari segi cerita, pemilihan aktor, dan bagaimana
sutradara memvisualisasikan cerita tersebut ke dalam sebuah bentuk film.
Terlepas dari segala bentuk propaganda, kesuksesan sebuah film didukung
dengan pemilihan aktor yang mampu untuk menjadi karakter yang sesuai dengan
cerita. Pemilihan casting dalam film bukan hanya dilihat dari fisik semata, tetapi yang
memiliki modal untuk menjadi karakter yang akan diperankan. Misalnya, dalam film
Kingdom of Heaven ini, sosok Salahuddin Al-Ayyubi digambarkan sebagai seseorang
yang berwajah Arab, muslim, dan tentunya memahami peristiwa perang salib pada
masa silam. Karena tanpa mengetahui bagaimana peristiwa perang salib, aktor
tersebut tidak akan mendapat chemistry dalam menjalankan perannya sebagai
Salahuddin.
repository.unisba.ac.id
136
Film Kingdom of Heaven memberikan pandangan yang positif bagi umat
muslim khususnya pada sosok Salahuddin yang diperankan Ghassan Massoud, aktor
Syiria. Hal tersebut, dapat ditemukan dari adegan-adegan yang menampilkan
sosoknya. Salahuddin digambarkan sebagai sosok yang berakhlak mulia, salah
satunya percakapan antara dirinya dengan King Baldwin IV yang menyatakan
kesepakatan untuk tidak melakukan perang, kedua belah pihak masing-masing ingin
mempertahankan perjanjian perdamaian kerajaan agar Jerusalem selalu dalam
keadaan damai. Kemudian, Salahuddin mengirimkan utusannya untuk merawat King
Baldwin IV yang terkena penyakit lepra. Tampak dalam diri Salahuddin bahwa ia
adalah seseorang yang memiliki jiwa besar, keimanan, rasa simpati dan toleransi
terhadap orang lain.
Seorang aktor tentunya mempelajari bagaimana jalan cerita yang ada pada
film tersebut, khususnya dialog yang diperankan. Dibalik keberhasilan sebuah film
adalah bagaimana sutradara mampu menangani cerita yang baik agar film tersebut
mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat. Begitu juga dengan apa yang
dilakukan Ridley Scott, ia tentunya menggambarkan film Kingdom of Heaven ini
dengan baik agar meninggalkan kesan yang positif pula di mata penonton.
Berikut adalah penggalan wawancara Rhonda Roumani dengan Ghassan
Massoud dari beliefnet.com, dimana isi wawancara tersebut adalah:
“How did he went you to portray Saladin?” (Bagaimana ia ingin
menggambarkan kamu sebagai sosok Saladin?)
repository.unisba.ac.id
137
“He wanted Saladin to appear more like statesmen, more like a
gentlemen than a fighter with muscles. Scott wanted to say we can
live in this world together by dialogue, not by fighting, not by
fanatics. This is the most important part of film”. (Dia ingin
menampilkan Saladin sebagai sosok yang lebih terlihat negarawan,
lebih terlihat sebagai pria yang bijak dari pada perang dengan
kekerasan. Scott ingin menyampaikan bahwa kita bisa hidup
berdampingan dengan cara berkomunikasi, bukan dengan
peperangan, bukan pula karena fanatik terhadap suatu hal. Itu
bagian terpenting dalam film ini ).
Selanjutnya dalam proses pemaparan ideologi ini, peneliti melakukan
triangulasi data sebagai tahapan pelengkap atau penguat data penelitian. Pada tahap
ini, peneliti akan membandingkan hasil analisis dengan data hasil wawancara dengan
bersama narasumber ahli. Peneliti memilih Agung Muhammad Faisal selaku praktisi
film dan dosen periklanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung,
berikut ulasan diskusi bersama narasumber.
“Dalam sebuah film dikenal dengan istilah logika film, waktu, dan umum. Film Kingdom of Heaven sebagai film fiksi yang diangkat dari sebuah peristiwa. Artinya film ini merupakan film fiksi. Terlepas dari segala peristiwa yang sebenarnya terjadi, karena tidak ada yang tahu secara detail bagaimana peristiwa tersebut berlangsung, bagaimana penampilan tokoh yang digambarkan karena keterbatasan referensi. Seorang sineas film sah-sah saja menggambarkan bagaimana film tersebut divisualisasikan karena salah satu fungsi film adalah
repository.unisba.ac.id
138
untuk hiburan. Setiap film memiliki subjektifitas dari sineas yang memproduksi film tersebut.”
Film ini menampilkan aksi-aksi heroik dari tokoh-tokoh yang terlibat yaitu
sosok Salahuddin. Tokoh tersebut digambarkan sebagai seorang pemimpin besar,
berakhlak mulia, memiliki toleransi terhadap orang lain, walaupun ada beberapa
bagian yang menurut umat muslim itu tidak benar dan tidak bisa dijelaskan karena
terkait dengan durasi film.
Dalam sebuah film, ada ideologi yang terkandung di dalamnya untuk
menekankan sebuah persepsi yang mewakili penggambaran film tersebut. David
Kaplan (dalam Sobur, 2006: 214) mempersepsikan ideologi dalam penggunaannya
tentang nilai, norma, falsafah, dan kepercayaan religius, sentimen, kaidah etis,
pengetahuan atau wawasan tentang dunia, etos, dan semacamnya. Dalam
pembuatannya, film juga mengandung ideologi yang secara sengaja diangkat sesuai
dengan wawasan pembuat film tentang dunianya.
Jika dicermati, film ini menyajikan fakta yang sebenarnya mengenai Islam
dan perang salib. Meskipun ada beberapa hal yang tidak akurat dengan sejarah terkait
dengan penokohan yang berperan didalamnya, namun penggambaran Salahuddin
sebagai pemimpin Islam sesuai dengan apa yang terjadi pada perang salib. Film ini
dibuat tanpa memenangkan pihak tertentu, tidak ada kecenderungan bagi pembuat
film untuk memberikan keunggulan terhadap salah satu pihak baik Islam ataupun
repository.unisba.ac.id
139
Kristen. Bahkan, dalam pembuatan film ini dengan didampingi konsultan Prof.
Hamid Dabashi dari Universitas Columbia.19
Hal terpenting yang tersirat dalam film ini, bahwa baik pihak Islam maupun
Kristen tidak menginginkan adanya perang, jalan diplomasi selalu ditempuh agar
kedua belah pihak dapat menemukan kesepakatan secara damai, tanpa harus
berperang untuk menentukan siapa yang lebih unggul dan berhak mendapat
kekuasaan.
Tentu hal tersebut sesuai dengan apa yang dicita-citakan baik oleh kaum
muslim maupun oleh umat nasrani agar menciptakan perdamaian (conciliation
system), karena baik kedua belah pihak pun tidak menginginkan adanya perang.
Sebagai pembuktian bahwa umat Islam tidak menginginkan adanya perang yaitu
dengan sikap toleransi dan diplomasi yang dilakukan oleh Salahuddin, selain itu umat
nasrani pun tidak menginginkan adanya perang, hal tersebut tersirat dalam dialog
Tiberias yang mengatakan bahwa “awalnya aku mengira kita berperang untuk Tuhan,
tapi aku menyadari bahwa kita berperang untuk harta dan lahan, aku merasa sangat
malu”. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa isu agama bukan menjadi hal yang
selama ini digemborkan oleh berbagai pihak sehingga bisa menyebabkan konflik.
Film Kingdom of Heaven yang mengangkat peristiwa perang salib ini sebagai
media untuk membenahi hubungan antara kaum muslim dan kristen yang selama ini
diisukan melalui berbagai media karena perbedaan nilai-nilai yang ada dalam agama
masing-masing. Film ini dapat mengkomunikasikan kepada dunia barat khususnya 19
http://id.wikipedia.org
repository.unisba.ac.id
140
bahwa agama Islam tidak selalu berkaitan dengan kekerasan atau fanatik terhadap
suatu hal, agama Islam merupakan agama yang memiliki toleransi tinggi terhadap
agama manapun.
repository.unisba.ac.id