1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI...

62
1. PENDAHULUAN Sosiologi adalah studi empiris dari struktur sosial (kemasyarakatan). Struktur sosial tidak sekedar hanya individu dan perilaku individu. Struktur sosial termasuk di dalamnya kelompok, pola sosial, organisasi, instruksi sosial, keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya ilmu sosiologi adalah yang mengkaji atau menganalisis segi-segi kehidupan manusia bermasyarakat dalam kawasan kota atau perkotaan. Karakter kota dan masyarakat: (a) Kota mempunyai fungsi-fungsi khusus; (b). Mata pencaharian penduduknya di luar agraris; (c). Adanya spesialisasi pekerjaan warganya; (d). Kepadatan penduduk; (e). Ukuran jumlah penduduk; (f). Warganya (relatif) mobility; (g). Tempat permukiman yang tampak permanen; dan (h). Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, social relations yang impersonal dan eksternal, dan lain sebagainya. Kemudian ilmu tersebut berkembang dan berkaitan dengan apa yang dinamakan urban sosiologi (sosiologi perkotaan). Urban sosiologi adalah merupakan sub-disiplin di dalam sosiologi difokuskan pada urban environment (lingkungan perkotaan). Menjelaskan beberapa topik-topik sebagai bagian dari perkembangan perkotaan, struktur perkotaan, jalan kehidupan dalam perkotaan, pemerintahan, dan permasalahan perkotaan. Karena penduduk yang tinggal di perkotaan akan dipengaruhi oleh kota. Untuk memahaminya kita harus mempelajari perkotaan. Berbagai permasalahan berhadapan masyarakat kita berhubungan pada lingkungan urban. Untuk memahami permasalahannya kita perlu mempelajari kota. Dengan belajar bagaimana kota-kota dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan natural kita dapat mengerti link antara nature dan struktur sosial. I. PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Mahasiswa (Kompetensi Dasar) 1. Menjelaskan hakekat Kota dan sosiologi perkotaan 2. Menjelaskan proses terbentuknya kota 3. Menjelaskan pengklasifikasian kota 4. Menjelaskan tentang urbanisasi

Transcript of 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI...

Page 1: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

1. PENDAHULUAN

Sosiologi adalah studi empiris dari struktur sosial (kemasyarakatan).

Struktur sosial tidak sekedar hanya individu dan perilaku individu. Struktur sosial

termasuk di dalamnya kelompok, pola sosial, organisasi, instruksi sosial,

keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya ilmu

sosiologi adalah yang mengkaji atau menganalisis segi-segi kehidupan manusia

bermasyarakat dalam kawasan kota atau perkotaan. Karakter kota dan masyarakat:

(a) Kota mempunyai fungsi-fungsi khusus; (b). Mata pencaharian penduduknya di

luar agraris; (c). Adanya spesialisasi pekerjaan warganya; (d). Kepadatan

penduduk; (e). Ukuran jumlah penduduk; (f). Warganya (relatif) mobility; (g).

Tempat permukiman yang tampak permanen; dan (h). Sifat-sifat warganya yang

heterogen, kompleks, social relations yang impersonal dan eksternal, dan lain

sebagainya. Kemudian ilmu tersebut berkembang dan berkaitan dengan apa yang

dinamakan urban sosiologi (sosiologi perkotaan). Urban sosiologi adalah

merupakan sub-disiplin di dalam sosiologi difokuskan pada urban environment

(lingkungan perkotaan). Menjelaskan beberapa topik-topik sebagai bagian dari

perkembangan perkotaan, struktur perkotaan, jalan kehidupan dalam perkotaan,

pemerintahan, dan permasalahan perkotaan. Karena penduduk yang tinggal di

perkotaan akan dipengaruhi oleh kota. Untuk memahaminya kita harus

mempelajari perkotaan. Berbagai permasalahan berhadapan masyarakat kita

berhubungan pada lingkungan urban. Untuk memahami permasalahannya kita

perlu mempelajari kota. Dengan belajar bagaimana kota-kota dipengaruhi oleh

kekuatan-kekuatan natural kita dapat mengerti link antara nature dan

struktur sosial.

I. PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Mahasiswa (Kompetensi Dasar)

1. Menjelaskan hakekat Kota dan sosiologi perkotaan

2. Menjelaskan proses terbentuknya kota

3. Menjelaskan pengklasifikasian kota

4. Menjelaskan tentang urbanisasi

Page 2: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

5. Menjelaskan tentang interaksi desa dengan kota

6. Menjelaskan tentang sektor informal di kota

7. Menjelaskan tentang masalah-masalah sosial di kota

8. Menjelaskan masalah kemiskinan di kota

9. Menjelaskan kepribadian manusia kota

10. Menjelaskan kota dalam perspektif posmodern (kota digital)

II. KEGIATAN BELAJAR

1. Kegiatan Belajar 1

a. Learning Outcome:

(1) Standar Kompetensi

Menjelaskan hakekat sosiologi perkotaan

(2) Kompetensi Dasar

- Menjelaskan konsep dasar kota

- Menjelaskan sosiologi dan kota

- Menjelaskan tujuan perkuliahan sosiologi perkotaan

- Menjelaskan ruang lingkup sosiologi perkotaan

b. Uraian Materi

HAKEKAT SOSIOLOGI PERKOTAAN

Sosiologi perkotaan adalah studi sosiologi tentang kehidupan sosial dan

interaksi manusia di wilayah metropolitan. Studi ini adalah disiplin sosiologi

norma yang mempelajari struktur, proses, perubahan dan masalah di sebuah

wilayah urban dan memberi masukan untuk perencanaan dan pembuatan

kebijakan. Seperti bidang sosiologi yang lain, sosiolog perkotaan menggunakan

analisis statistik, pengamatan, teori sosial, wawancara, dan metode lain untuk

mempelajari berbagai topik, termasuk migrasi dan tren

demografi, ekonomi, kemiskinan, hubungan ras, tren ekonomi, dan lainnya.

Beberapa pandangan sosiologi tentang konsep kota:

Page 3: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

1. Max Weber berpendapat bahwa “suatu tempat adalah "kota" apabila

penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan

ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk

dari pedalaman dan dijualbelikan di pasar itu. Jadi menurut Max Weber,

ciri "kota" adalah adanya pasar, dan sebagai benteng, serta

mempunyai sistem hukum dan lain-lain tersendiri, dan bersifat kosmopolitan.

2. Cristaller dengan “central place theory”-nya menyatakan "kota" berfungsi

menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Jadi

menurut teori ini, kota diartikan sebagai pusat pelayanan. Sebagai pusat

tergantung kepada seberapa jauh daerah-daerah sekitar "kota"memanfaatkan

penyediaan jasa-jasa "kota" itu. Dari pandangan ini kemudian "kota"-

"kota" tersusun dalam suatu hirarki berbagai jenis.

3. Sjoberg berpendapat bahwa, sebagai titik awal gejala "kota" adalah

timbulnya golongan literati (golongan intelegensia kuno seperti pujangga,

sastrawan dan ahli-ahli keagamaan), atau berbagai kelompok spesialis yang

berpendidikan dan nonagraris, sehingga muncul pembagian kerja tertentu.

Pembagian kerja ini merupakan cir-"kota".

4. Wirth, mendifinisikan "kota" sebagai “pemukiman yang relatif besar, padat

dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

Akibatnya hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan tidak pribadi

(impersonal relation)

5. Karl Marx dan F.Engels memandang "kota" sebagai “persekutuan yang

dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat

produksi dan alat –alat yang diperlukan agar anggota masing-masing dapat

mempertahankan diri”. Perbedaan antara "kota" dan pedesaan menurut

mereka adalah pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dan materi.

6. Harris dan Ullman , berpendapat bahwa "kota" merupakan pusat

pemukiman dan pemabfaatan bumi oleh manusia. "Kota"-"kota" sekaligus

merupakan paradoks. Pertumbuhannya yang cepat dan luasnya "kota"-

"kota" menunjukkan keunggulan dalam mengeksploitasi bumi, tetapi dipihak

lain juga berakibat munculnya lingkungan yang miskin bagi manusia. Yang

Page 4: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

perlu diperhatikan, menurut Harris dan Ullman adalah bagaimana

membangun "kota" di masa depan agar keuntungan dari konsentrasi

pemikiman tidak mendatangkan kerugian atau paling tidak kerugian dapat

diperkecil.

7. Menurut ahli geografi Indonesia yakni Prof.Bintarto, (1984:36) sebagai

berikut :"kota" dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan

manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan

coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya

yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala

pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat

heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.”

8. Menurut Arnold Tonybee, sebuah "kota" tidak hanya merupakan

pemukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan

setiap "kota"menunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam "Sosiologi Perkotaan" adalah mengenai kehidupan

serta aktivitas masyarakat "kota".

A. Pengertian masyarakat "perkotaan"

Masyarakat "perkotaan" yang mana kita ketahui itu selalu identik dengan

sifat yang individual, matrealistis, penuh kemewahan, dikelilingi gedung-gedung

yang menjulang tinggi, perkantoran yang mewah, dan pabrik-pabrik yang besar.

Asumsi kita tentang "kota" adalah tempat kesuksesan seseorang.

Masyarakat "perkotaan" lebih dipahami sebagai kehidupan komunitas yang

memiliki sifat kehidupan dan ciri-ciri kehidupannya berbeda dengan masyarakat

pedesaan. Akan tetapi kenyataannya di "perkotaan" juga masih banyak terdapat

beberapa kelompok pekerja-pekerja di sektor informal, misalnya tukang becak,

tukang sapu jalanan, pemulung sampai pengemis. Dan bila kita telusuri masih

banyak juga terdapat perkampungan-perkampungan kumuh tidak layak huni.

Page 5: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

B. Kehidupan Masyarakat "perkotaan".

Secara "sosiologis" penekanannya pada kesatuan masyarakat industri,

bisnis, dan wirausaha lainnya dalam struktur yang lebih kompleks. Secara

fisik "kota" dinampakkan dengan adanya gedung-gedung yang menjulang tinggi,

hiruk pikuknya kendaraan, pabrik, kemacetan, kesibukan warga masyarakatnya,

persaingan yang tinggi, polusinya, dan sebagainya.

Masyarakat di "perkotaan" secara sosial kehidupannya cenderung

heterogen, individual, persaingan yang tinggi yang sering kali menimbulkan

pertentangan atau konflik. Munculnya sebuah asumsi yang menyatakan bahwa

masyarakat "kota" itu pintar, tidak mudah tertipu, cekatan dalam berpikir, dan

bertindak, dan mudah menerima perubahan , itu tidak selamanya benar, karena

secara implisit dibalik semua itu masih ada masyarakatnya yang hidup di bawah

standar kehidupan sosial. Dan tidak selamanya pula masyarakat "kota" dikatakan

sebagai masyarakat yang modern. Karena yang dimaksud sebagai masyarakat

yang modern dalam bahasan ini adalah kelompok masyarakat yang berada di

daerah keramaian dan lebih mudah mengalami perubahan atau pengaruh dari

kehidupan masyarakat "perkotaan". Sedangkan dewasa ini masih ada

masyarakatnya yang tertinggal, termasuk masalah informasi dan teknologi.

Untuk memahami secara rinci mengenai kehidupan

masyarakat"perkotaan" adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan umum dan orientasi terhadap alam,

Bagi masyarakat "kota" cendrung mengabaikan kepercayaan yang

berkaitan dengan kekuatan alam serta pola hidupnya lebih mendasarkan

pada rasionalnya. Dan bila dilihat dari mata pencahariannya

masyarakat "kota" tidak bergantung pada kekuatan alam, melainkan

bergantung pada tingkat kemampuannya (capablelitas) untuk bersaing

dalam dunia usaha. Gejala alam itu bisa dipahami secara ilmiah dan secara

rasional dapat dikendalikan.

2. Pekerjaan atau mata pencaharian,

Kebanyakan masyarakat"perkotaan" bergantung pada pola industri

(kapitalis) Bentuk mata pencaharian yang primer seperti sebagai

Page 6: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

pengusaha, pedagang, dan buruh industri. Namun ada sekelompok

masyarakat yang bekerja pada sektor informal misalnya pemulung,

pengemis dan pengamen. Selain yang disebutkan di atas termasuk bentuk

mata pencaharian sekunder.

3. Ukuran komunitas,

Umumnya masyarakat "perkotaan" lebih heterogen dibandingkan

masyarakat pedesaan. Karena mayoritas masyarakatnya berasal dari

sosiokultural yang berbeda-beda, dan masing-masing dari mereka

mempunyai tujuan yang bermacam-macam pula.dantaranya ada yang

mencari pekerjaan atau ada yang menempuh pendidikan. Jumlah

penduduknya masih relatif besar.

4. Kepadatan penduduk,

Tingkat kepadatan di "kota" lebih tinggi bila dibandingkan di desa,

hal ini disebabkan oleh kebanyakan penduduk di

daerah "perkotaan" awalnya dari berbagai daerah.

5. Homogenitas dan heterogenitas,

Dalam struktur masyarakat "perkotaan" yang sering sekali nampak

adalah heterogenitas dalam ciri-ciri sosial, psikologis, agama, dan

kepercayaan, adat istiadat dan perilakunya. Dengan demikian struktur

masyarakat "perkotaan"sering mengalami interseksi sosial, mobilitas

sosial, dan dinamika sosial.

6. Diferensiasi sosial

Di daerah "perkotaan", diferensiasi sosial relatif tinggi, sebab tingkat

perbedaan agama, adat istiadat, bahasa, dan sosiokultural yang dibawa

oleh para pendatang dari berbagai daerah, cukup tinggi.

7. Pelapisan sosial

Lapisan sosialnya lebih didominasi oleh perbedaan status dan peranan

di dalam struktur masyarakatnya. Di dalam struktur masyarakat modern

lebih menghargai prestasi daripada keturunan.

8. Mobilitas sosial

Page 7: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

Mobilitas pada masyarakat "perkotaan" lebih dinamis daripada

masyarakat pedesaan. Kenyataan itu adalah sebuah kewajaran sebab

perputaran uang lebih banyak terjadi di daerah "perkotaan" daripada di

pedesaan.

9. Interaksi sosial

Dalam interaksi pada masyarakat "perkotaan" lebih kita kenal

dengan yang namanya gesseslchaft yaitu kelompok patembayan. Yang

mana ada hubungan timbal balik dalam bentuk perjanjian-perjanjian

tertentu yang orientasinya adalah keuntungan atau pamrih. Sehingga

hubungan yang terjadi hanya seperlunya saja.

10. Pengawasan sosial

Dikarenakan masyarakatnya yang kurang saling mengenal satu sama

lain dan juga luasnya wilayah kultural "perkotaan" ditambah lagi

keheterogenitasan masyarakatnya yang membuat sistem pengawasan

sosial perilaku antar anggota masyarakatnya makin sulit terkontrol.

11. Pola kepemimpinan

Kepemimpinanya didasarkan pada pertanggung jawaban secara

rasional atas dasar moral dan hukum. Dengan demikian hubungan antar

pemimpin dan warga masyarakatnya berorientasi pada hubungan

formalitas.

12. Standar kehidupan

Standar kehidupannya di ukur dari barang-barang yang dianggap

punya nilai (harta benda). Mereka lebih mengenal deposito atau tabungan.

Karena menurut mereka menyimpan uang dalam bentuk deposito dianggap

lebih praktis dan mudah. Ditambah lagi kepemilikan barang-barang

mewah lainnya.

13. Kesetiakawanan sosial

Ikatan solidaritas sosial dan kesetiakawanan lebih renggang.

Artinya , pola hubungan untung rugi lebih dominan daripada kepentingan

solidaritas dan kesetiakawanan.

Page 8: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

14. Nilai dan sistem nilai

Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat "perkotaan" lebih

bersifat formal, didasarkan pada aturan-aturan yang resmi seperti hukum

dan perundang-undangan. Jadi dapat dikatakan bahwa ciri-ciri

masyarakat "perkotaan" adalah sebagai berikut:

a) Orang "kota" pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus

bergantung pada orang lain.

b) Pembagian kerja diantara warga "kota" juga lebih tegas dan punya batas-

batas yang nyata.

c) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih

banyak diperoleh warga "kota" daripada warga desa.

d) Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut

masyarakat"perkotaan", menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi

lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.

e) Jalan kehidupan yang cepat di "kota", mengakibatkan pentingnya faktor

waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat

mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

f) Perubahan-perubahan sosial tampak denagn nyata di "kota"-"kota",

karena "kota"-"kota" biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-

pengaruh dari luar.

C. Keruangan "kota" jika dilihat dari beberapa aspek.

Dalam konteks ruang "kota"merupakan suatu sistem yang tidak berdiri

sendiri, karena secara internal "kota" merupakan satu kesatuan sistem kegiatan

fungsional di dalamnya, sementara secara eksternal kota dipengaruhi oleh

lingkungan sekitarnya.

"Kota" ditinjau dari aspek fisik merupakan kawasan terbangun yang terletak

saling berdekatan atau terkonsentrasi, yang meluas dari pusatnya hingga ke

wilayah pinggiran atau wilayah geografis yang dominan oleh struktur binaan.

"Kota" ditinjau dari aspek sosial merupakan konsentrasi penduduk yang

membentuk satu komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja.

Page 9: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

"Kota" ditinjau dari aspek ekonomi memiliki fungsi sebagai penghasil

produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk

keberlangsungan "kota" itu sendiri.

Di Indonesia kawasan "perkotaan" dibedakan berdasarkan strata

administrasinya yakni : (1) kawasan "perkotaan" berstatus administratif daerah

kota (2) kawasan "perkotaan" yang merupakan bagian dari daerah kabupaten (3)

kawasan "perkotaan" baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah

kawasan pedesaan menjadi kawasan "perkotaan", dan (4)

kawasan"perkotaan" yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang

berbatasan.

Page 10: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

2. Kegiatan Belajar II

a. Learning Outcome:

1. Standar Kompetensi

Menjelaskan Proses terbentuknya kota

2. Kompetensi Dasar

Menjelaskan proses terbentukanya kota

b. Uraian Materi

Definisi dan Konsep Perkembangan Kota

Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah

penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta

merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan hal yang

penting bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan

berkembang (Jayadinata, 1992:110). Kedudukan aktifitas ekonomi sangat penting

sehingga seringkali menjadi basis perkembangan sebuah kota. Adanya berbagai

kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi potensi perkembangan kawasan

tersebut pada masa berikutnya.

Istilah perkembangan kota urban development dapat diartikan sebagai

suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam

masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial

budaya, maupun perubahan fisik (Hendarto, 1997).

Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan

proses berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian

secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi

yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi

berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan

kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat

pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari

Page 11: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

primer kesekunder atau tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan

dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa

peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang

bersangkutan (Hendarto, 1997).

Pada umumnya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan kota,yaitu: (a) Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan

penduduk baik disebabkan karena pertambahan alami maupun karena migrasi. (b)

Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat

(c) Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara

masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.

Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan

kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan karena perkembangan kota pada dasarnya

adalah wujud fisik perkembangan ekonomi (Firman, 1996). Kegiatan sekunder

dan tersier seperti manufaktur dan jasa-jasa cenderung untuk berlokasi di kota-

kota karena faktor “urbanization economic” yang diartikan sebagai kekuatan yang

mendorong kegiatan usaha untuk berlokasi di kota sebagai pusat pasar, tenaga

kerja ahli, dan sebagainya.

Perkembangan kota menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001),

bermakna perubahan yang dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-aspek

kehidupan dan penghidupan kota tersebut, dari tidak ada menjadi ada, dari sedikit

menjadi banyak, dari kecil menjadi besar, dari ketersediaan lahan yang luas

menjadi terbatas, dari penggunaan ruang yang sedikit menjadi teraglomerasi

secara luas, dan seterusnya.

Dikatakan oleh Beatley dan Manning (1997) bahwa penyebab

perkembangan suatu kota tidak disebabkan oleh satu hal saja melainkan oleh

berbagai hal yang saling berkaitan seperti hubungan antara kekuatan politik dan

pasar, kebutuhan politik, serta faktor-faktor sosial budaya.

Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai

perkembangan kota yang paling populer dalam menjelaskan perkembangan kota-

Page 12: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

kota. Menurut teori central place seperti yang dikemukakan oleh Christaller

(Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam

menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga

menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam

menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batas-

batas kota tersebut. Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsung

mengembangkan pendapatan kota. Disamping itu, hal tersebut akan menimbulkan

pula perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-

jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor yang selanjutnya

akan mendorong pertambahan pendapatan kota lebih lanjut (Hendarto, 1997)

Page 13: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

3. Kegiatan Belajar III

a. Learning Outcome:

1. Standar Kompetensi

1. Menjelaskan klasifikasi kota

2. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan klasifikasi kota

2. Menjealskan beberapa bnetuk klasifikasi kota menurut para ahli

b. Uraian Materi

KLASIFIKASI KOTA

Yang dimaksud dengan klasifikasi dalam uraian di sini adalah, usaha

untuk menggolong-golongkan kota-kota tertentu atas dasar karakteristiknya.

Karakteristik kota sendiri mempunyai realisasi yang bermacam-macam. Hal ini

tergantung dari sudut mana atau dengan kaca mata apa seseorang memandang.

Kota sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kultural, dengan

sendirinya juga mempunyai warna tertentu atas kegiatan-kegiatan tersebut. Hanya

saja, suatu penonjolan kegiatan atau warna tertentu seringkali terlihat jelas.

Hal ini banyak berkaitan dengan latar belakang sejarah terjadinya kota

tersebut, latar belakang sosial, ekonomi, politik, kultural dan fisikal

keruangannya. Suatu daerah tertentu yang terkenal dengan obyek budayanya dan

nilai historikal yang tinggi, akan mampu berkembang menjadi suatu kota. Hal ini

banyak berkaitan dengan jumlah pengunjung, kebutuhan-kebutuhan tertentu,

timbulnya fasilitas-fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan tersebut serta latar

belakang fisikal keruangan yang ada di sekitar daerah bersangkutan. Apabila di

kemudian hari, kegiatan budaya atau yang berkaitan dengan hal tersebut ternyata

mendominasi kegiatan kehidupan kotanya, maka fungsi pusat kebudayaanlah

yang akan mewarnai kehidupan kota tersebut. Berkaitan dengan fungsi kota ini,

satu hal yang perlu diperhatikan adalah, adanya suatu kenyataan bahwa makin

Page 14: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

besar suatu kota, akan makin kaburlah karakteristik utama yang ada ditinjau dari

segi fungsinya.

Usaha klasifikasi ditekankan pada macam karakteristik saja yaitu,

klasifikasi kota ditinjau dari segi fungsinya, klasifikasi kota ditinjau dari segi

fisikalnya, klasifikasi kota ditinjau dari segi tingkat pertumbuhannya, dan

klasifikasi kota ditinjau dari segi hirarkhinya. Hal ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa, ke empat macam karakteristik kota tersebut paling banyak

bertautan dengan upaya-upaya perencanaan dan pengembangan wilayah. Di

samping itu, perlu ditekankan di sini bahwa, uraian tentang klasifikasi kota

dititikberatkan pada tinjauan makro. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa, kota

sebagai tempat tinggal penduduk dapat disoroti dari

tinjauan makro maupun mikro. Tinjauan makro, melihat eksistensi pemukiman

kota sebagai satu kesatuan utuh, sedangkan tinjauan mikro melihat pemukiman

kota sebagai salah satu elemen pemukiman.

KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN KARAKTERISTIK FUNGSINYA

Dalam hal ini, klasifikasi kota berkaitan dengan fungsi suatu kota yang

dianggap dominan dan dapat dikatakan menonjol. Seperti diketahui bahwa,

adanya latar belakang geografis daripada suatu kota, akan memberi corak yang

khas mengenai kehidupan kota. Dalam perkembangan kehidupannya, suatu kota

dapat saja mengalami perubahan fungsi dari suatu fungsi tertentu menjadi fungsi

yang lain. Adanya perubahan-perubahan fungsi tersebut, sejalan dengan makin

majunya fasilitas-fasilitas perkotaan yang ada, di mana kemajuan teknologi

merupakan faktor yang berpengaruh dengan kuat. Refleksi atas kenyataan ini,

terlihat dalam bentuk makin majunya teknik di bidang komunikasi dan

transportasi, pengolahan sumber daya alam dari daerah ”peripheral”– nya.

Suatu hal yang tidak dapat disangkal lagi yaitu, adanya kenyataan bahwa

masing-masing kota mempunyai potensi dan penonjolan fungsi-fungsi yang

berbeda-beda. Hal ini lebih banyak bersangkut paut dengan latar belakang

historikal, kultural, fisikal, kemasyarakatan, ekonomi, dan lain-lainnya

yang saling berkaitan dan secara bersama-sama memberi warna tertentu terhadap

Page 15: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

suatu kota tertentu. Masing-masing kota, mempunyai kondisi latar belakang hal-

hal tersebut di atas yang satu sama lain tidak sama. Namun demikian, perlu

disadari bahwa dalam kehidupan modern, suatu kota yang mempunyai tipe yang

betul-betul murni, dalam artian hanya mempunyai tipe tunggal, tidaklah ada.

Usaha klasifikasi yang dijalankan tidak lebih merupakan usaha yang bersifat

sugestif saja, di mana fungsi yang bersifat atau dianggap paling menonjol di

antara kegiatan-kegiatan yang ada, digunakan sebagai dasar.

Klasifikasi kota berdasarkan karakteristik fungsinya, terbagi dalam :

1. Klasifikasi menurut Gist, N. P & Halbert, L. A.

2. Klasifikasi menurut Hudson, F. S.

3. Klasifikasi menurut Harris, Chauncy D.

KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIKAL

Pandangan ini, menekankan pada eksistensi kota dalam kaitannya dengan

latar belakang fisikalnya. Unsur fisikal yang ditonjolkan, pada umumnya adalah

keadaan topografinya. Klasifikasi ini terbagi dalam :

1. Klasifikasi menurut Taylor, Griffith.

2. Klasifikasi menurut Hadi Sabari Yunus.

3. Klasifikasi menurut Nelson, R. L.

KLASIFIKASI KOTA berdasar KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN

Karakteristik pertumbuhan suatu kota, dapat disoroti dari berbagai macam

segi. Pengamat perkotaan dapat mengenali pertumbuhan suatu kota atas dasar

keadaan fisikalnya, keadaan sosio-kulturalnya atau keadaan tekniko-kulturalnya.

Pada hakekatnya, bahwa apa yang dikemukakan para ahli mengenai pertumbuhan

suatu kota, hanyalah bersifat hipotetikal. Namun demikian, makin majunya sistem

informasi mengenai keadaan pertumbuhan suatu kota, seiring dengan kemajuan

teknologi di bidang inventarisasi data, suatu pertumbuhan kota dapat dimonitor

dengan cepat dan tepat, terutama keadaan fisikalnya. Klasifikasi kota ini terbagi

dalam :

Page 16: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

1. Klasifikasi menurut Houston, J. M.

2. Klasifikasi menurut Taylor, Griffith.

3. Klasifikasi menurut Mumford, Lewis.

KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN HIRARKHINYA

Klasifikasi ini menekankan pada adanya hubungan antar satu kota dengan

kota yang lain, dalam sistem kota-kota. Kriteria yang digunakan untuk

menggolongkan kota-kota yang ada, termasuk dalam kelas tertentu, dengan

sendirinya harus sama. Misalnya, mengenai segi jumlah penduduknya, luas

sempitnya wilayah atau banyak sedikitnya jenis-jenis fungsi kota yang ada, dan

lain sebagainya. Contoh mengenai klasifikasi kota ini adalah :

1. Klasifikasi hirarkhi kota atas dasar jumlah penduduknya.

2. Klasifikasi hirarkhi kota atas dasar perbandingan jumlah penduduk kota

tertentu dengan kota prima.

3. Klasifikasi hirarkhi kota atas dasar tingkat pertumbuhan penduduknya.

4. Klasifikasi hirarkhi kota atas dasar fungsi politik administratif.

5. Klasifikasi hirarkhi kota atas dasar pengelompokan kota-kotanya.

Page 17: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

4. Kegiatan Belajar IV

a. Learning Outcome:

1. Standar Kompetensi

1. Menjelaskan tentang urbanisasi

2. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan konsep urbanisasi

2. Menjelaskan faktor pendorong urbanisasi

3. Menjelaskan dampak dan solusi mengatasi urbanisasi

b. Uraian Materi

URBANISASI

Menjelaskan Pengertian Urbanisasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa arti Urbanisasi merupakan

perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi menjadi masalah yang cukup

serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa

dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial

kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa

didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum,

aparat penegak hukum, perumahan, dan lain-lain.

Urbanisasi biasanya dilakukan oleh orang-orang muda usia yang pergi

mencari pekerjaan di industri atau perusahaan yang jauh dari tempat dimana

mereka berasal. Perpindahan ke wilayah lain dari desa atau kota kecil telah

menjadi tren dari waktu ke waktu akibat pengaruh dari televisi, perusahaan

pengerah tenaga kerja, dan berbagai sumber lainnya. Suatu kajian

mengindikasikan bahwa pendidikan berkaitan erat dengan perpindahan ini. Secara

umum semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat perpindahan pun semakin

Page 18: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

tinggi. Hal ini semakin meningkat dengan semakin majunya telekomunikasi,

komputer dan aktivitas high tech lainnya yang memudahkan akses keluar

wilayah.

Urbanisasi orang-orang muda ini dipandang pelakunya sebagai penyaluran

kebutuhan ekonomi mereka namun merupakan peristiwa yang kurang

menguntungkan bagi wilayah itu bila terjadi dalam jumlah besar. Untuk

mengurangi migrasi keluar ini masyarakat perlu untuk mulai melatih angkatan

kerja pada tahun-tahun pertama usia kerja dengan memberikan pekerjaan

sambilan, selanjutnya merencanakan masa depan mereka sebagai tenaga dewasa

yang suatu saat akan membentuk keluarga. Sebagai dorongan bagi mereka untuk

tetap tinggal adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang sesuai.

Menjelaskan Proses Urbanisasi

Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa,

seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan,

informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain

sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang

mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun

dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Proses Urbanisasi

terjadi Karena danya dua Faktor Utama

A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi

1. Kehidupan kota yang lebih modern

2. Sarana dan prasarana kota lebih lengkap

3. Banyak lapangan pekerjaan di kota

4. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas

B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi

1. Lahan pertanian semakin sempit

2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya

Page 19: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa

4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa

5. Diusir dari desa asa

Page 20: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

5. Kegiatan Belajar V

a. Learning Outcome:

1. Standar Kompetensi

1. Menjelaskan Hubungan timbal-balik desa dan kota

2. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan hubungan timbal-balik desa dan kota

2. Menjelaskan aspek-aspek hubungan sosial desa dan kota

3. Menjelaskan dampak hubungan timbal-balik desa dengan kota

b. Uraian Materi

Hubungan timbal balik antara Desa dengan Kota

Mungkin kita sekarang sudah mulai paham isi dari sinopsis yang

menyatakan kalau desa dan kota itu ada hubungan. Hubungan ini dinamakan

dengan interaksi wilayah yaitu wilayah desa dan Kota.Interaksi wilayah (spatial

interaction) adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua

wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan

baru, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan

desa.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah

memiliki tiga prinsip pokok sebagai berikut :

1. Hubungan timbal-balik terjadi antara dua wilayah atau lebih

2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu:

a. Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk)

b. Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya: informasi IPTEK, kondisi

suatu wilayah

Page 21: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

c. Pergerakan materi /benda, misalnya distribusi bahan pangan, pakaian,

bahan bangunan dan sebagainya

3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan

permasalahan baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh:

a. kota menjadi sasaran urbanisasi

b. terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda

Faktor Interaksi Desa-Kota

1. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional

complementarity) artinya, terdapat kebutuhan timbal balik antar wilayah

sebagai akibat adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh tiap wilayah.

2. Adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity) artinya,

kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan timbal balik

serta tidak ada pihak ketiga yang membatasi kesempatan itu. Adanya

campur tangan /intervensi pihak ketiga (wilayah ketiga) dapat menjadi

penghambat atau melemahkan interaksi antara dua wilayah.

3. Adanya kemudahan transfer/ pemindahan dalam ruang (spacial transfer

ability) artinya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang baik

manusia, informasi ataupun barang sangat bergantung dengan faktor jarak,

biaya angkasa (transportasi) dan kelancaran prasarana transportasi. Jadi

semakin mudah transferbilitas, maka akan semakin besar arus komoditas

Aspek Interaksi Desa-Kota

a. Aspek Ekonomi, meliputi :

* Melancarkan hubungan antara desa dengan kota

* Meningkatkan volume perdagangan antara desa dengan kota

* Meningkatkan pendapatan penduduk

* Menimbulkan kawasan perdagangan

Page 22: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

* Menimbulkan perubahan orientasi ekonomi penduduk desa

b.Aspek Sosial, meliputi :

* Terjadinya mobilitas penduduk desa dan kota

* Terjadinya saling ketergantungan antara desa dengan kota

* Meningkatnya wawasan warga desa akibat terjalinnya pengaruh hubungan

antara warga desa dengan warga kota

b. Aspek Budaya meliputi :

* meningkatnya pendidikan di desa yang ditandai dengan meningkatnya jumlah

sekolah dan siswanya yang bersekolah

* Terjadinya perubahan tingkah laku masyarakat desa yang mendapatkan

pengaruh dari masyarakat kota

* Potensi sumber budaya yang terdapat di desa hingga melahirkan arus

wisatawan masuk desa

Manfaat Interaksi Desa-Kota

1. meningkatnya hubungan sosial ekonomi antara penduduk desa dan kota

2. pengetahuan penduduk desa meningkat

3. dapat menumbuhkan arti pentingnya pendidikan bagi penduduk desa

4. dapat menumbuhkan heterogenitas mata pencarian penduduk desa

5. terjadinya peningkatan pendapatan

6. terpenuhinya berbagai kebutuhan penduduk baik di perkotaan maupun

pedesaan

Dampak Interaksi Desa-Kota

Page 23: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

Interaksi antara dua wilayah akan melahirkan gejala baru yang meliputi

aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Gejala tersebut dapat memberikan

dampak bersifat menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif) bagi kedua

wilayah. Demikian pula halnya gejala interaksi antara dua desa dan kota

Page 24: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

7. Kegiatan Belajar VI

a. Learning Outcome

Menjelaskan Sektor Informal serta Penyebab Mulculnya Sektor Informal

di Indonesia, Ciri-Ciri Sektor Informal, serta Dampak Keberadaan Sektor

Informal di Perkotaan

b. Uraian Materi

a. Pengertian Sektor Informal

Pesatnya perkembangan kota (rapid urban growth) yang tidak disertai

dengan pertambahan kesempatan kerja telah mengakibatkan kota-kota

menghadapi ragam problema sosial yang tidak dapat disangkal. Salah satunya

terjadinya kesenjangan antara pasaran kerja dengan pertumbuhan pencari kerja,

sehingga sektor formal perkotaan tidak mampu menyerap seluruh pertambahan

angkatan kerja, dampaknya sektor ekonomi informal menjadi pilihat banyak

perduduk di perkotaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

Sektor informal biasanya diidentikkan dengan unit usaha kecil yang

melakukan kegiatan, produksi atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan

lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yang terlibat didalamnya. Istilah

sektor informal pertama kali digunakan oleh Keith Hart pada tahun 1971, yang

mengungkapkan bahwa sektor informal merupakan bagian angkatan kerja kota

yang berada diluar pasar tenaga kerja yang terorganisir. Berikut ini merupakan

pengertian sektor informal menurut para ahli:

1. Portes dan Catells (1995:20) mengungkapkan bahwa sektor informal

sebagai proses perolehan penghasilan diluar sistem regulasi. Mereka

melihat bahwa sektor informal sebagai suatu proses perolehan penghasilan

mempunyai ciri-ciri sentral yaitu tidak diatur oleh lembaga-lembaga sosial

dalam suatu lingkungan legal dan sosial. Menurut mereka batas- batas

Page 25: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

ekonomi informal bervariasi secara substansial sesuai dengan konteks dan

kondisi historisnya masing-masing.

2. Sethurahman (1996:90) mengemukakan istilah sektor informal biasanya

digunakan untuk mengajukan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala

kecil. Alasan berskala kecil karena:

Umumnya mereka berasal dari klangan miskin,

Sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di

Negara berkembang,

Bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk

memperoleh keuntungan,

Umumnya mereka berpendidikan sangat rendah,

Mempunyai keterampilan rendah,

Umumnya dilakukan oleh para migran.

3. Dipak Mazundar memberikan definisi sektor informal sebagai pasaran

tenaga kerja yang tidak dilindungi. Dikatakannya bahwa salah satu aspek

penting dari perbedaan antara sektor informal dan informal sering

dipengaruhi oleh jam kerja yang tidak tetap dalam jangka waktu tertentu.

Hal ini disebabkan oleh tidak adanya hubungan kontrak kerja jangka

panjang dalam sektor informal dan upah cenderung dihitung per hari atau

per jam serta menonjolnya usaha mandiri.

4. Jan Breman tanpa memberikan batasan istilah yang jelas tetapi

membedakan sektor formal dan informal yang menunjuk pada suatu sektor

ekonomi masing-masing dengan konsistensi dan dinamika strukturnya

sendiri. Sektor formal digunakan dalam pengertian pekerja bergaji atau

harian dalam pekerjaan yang permanen meliputi:

Sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan yang merupakan bagian dari

suatu struktur pekerjaan yang terjalin dan amat terorganisir.

Pekerjaan secara resmi terdaftar dalam statistik perekonomian

Syarat-syarat bekerja dilindungi oleh hukum

Page 26: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

5. Wirasarjono mengemukakan cirri-ciri umum sektor informal adalah :

Umumnya bekerja tanpa bantuan orang lain atau bekerja dibantu anggota

keluarga ataupun buruh tidak tetap yang kebanyakan mereka bekerja

dalam jam kerja yang tidak teratur dan jumlah jam kerja di bawah

kewajaran, melakukan sembarangan kegiatan yang tidak sesuai dengan

pendidikan atau keahliannya.

Berdasarkan berbagai pendapat dan beberapa penelitian terdahulu dapat

disampaikan bahwa konsep sektor informal lebih difokuskan pada aspek-aspek

ekonomi, aspek sosial dan budaya. Aspek ekonomi diantaranya meliputi

penggunaan modal yang rendah, pendapatan rendah, skala usaha relatif kecil.

Aspek sosial diantaranya meliputi tingkat pendidikan formal rendah berasal dari

kalangan ekonomi lemah, umumnya berasal dari migran. Sedangkan dari aspek

budaya diantaranya kecenderungan untuk beroperasi diluar sistem regulasi,

penggunaan teknologi sederhana, tidak terikat oleh curahan waktu kerja. Dengan

demikian cara pandang di atas tentang sektor informal lebih menitik beratkan

kepada suatu proses memperoleh penghasilan yang dinamis dan bersifat

kompleks.

b. Ciri-ciri sektor informal

Berdasarkan berbagai pendapat seperti telah diuraikan di atas, maka ciri-

ciri kegiatan sektor informal dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit

usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia di sektor

formal

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.

4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan

ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor.

Page 27: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

6. Teknologi yang dipergunakan bersifat primitif.

7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga

relatif kecil.

8. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man-enter prises dan

kalau mempekerjakan buruh berasal dari keluarga.

9. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri

atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi.

10. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh masyarakat

desa/kota yang berpenghasilan rendah.

Disamping itu ILO menemukan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang

selalu lolos dari pencacahan, pengaturan dan perlindungan oleh pemerintahan

tetapi mempunyai makna ekonomi karena bersifat kompetitif dan padat karya,

memakai input dan teknologi lokal serta beroperasi atas dasar kepemilikan sendiri

oleh masyarakat lokal. Kegiatan-kegiatan inilah yang kemudian dinobatkan

sebagai sektor informal (Permatasari, 2008).

Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas

seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala

kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak

menggunakan tenaga kerja dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para

pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya.

Di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada

umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan kekurangan modal.

Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah

daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu mereka

yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan

kerja dan fasilitas kesejahteraan.

Page 28: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

c. Dampak Keberadaan Sektor Informal di Perkotaan

Sektor informal dengan berbagai problematikanya, menghadirkan

serangkaian implikasi bagi kehidupan diperkotaan, baik damapk positif maupun

negatif. Berikut ini akan digambarkan dampak keberadaan sektor informal.

Dampak Positif

1. Mampu menyerap angkatan kerja yang sekaligus sebagai katub pengaman

terhadap pengangguran dan kerawanan sosial

2. Menyediakan kebutuhan bahan pokok untuk kalangan ekonomi menengah

kebawah

Dampak Negatif

1. Menambah masalah lingkungan hidup, seperti kawasan kumuh

2. Kemacetan lalu lintas kota,

3. Kesemrautan kota, karena penataan sektor informal yang tidak tertata

4. Terganggunya kenyamanan masyarakat dalam menggunakan fasilitas,

khususnya pejalan kaki, karena sektor informal yang sering

menggunankan fasilitas umum, seperti trotoar.

Page 29: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

8. Kegiatan Belajar VII

a. Learning Outcome

Menjelaskan Kemiskinan di Kota, Pengertian Kemiskinan, Penyebab

Kemiskinan di Kota, Indikator Kemiskinan, Tipologi Kemiskinan dan

Penanggulangan Kemiskinan.

b. Uraian Materi

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai standar tingkat hidup yang

rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau

segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku

dalam masyarakat yang bersangkutan (dalam Suparlan, 1993)

Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas mengemukakan batasan

kemiskinan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk

dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum, hal-hal ini

berhubungan erat dengan kualitas hidup (Setiadi, 2011)

Definsi kemiskinan dilihat dari beberapa konsep ialah :

a. BAPPENAS. Menurut Bappenas miskin apabila tidak mampu memenuhi

hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan

yang bermatabat.

b. BPS. Menurut BPS, miskin bilamana jumlah rupiah yang dikeluarkan atau

dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kurang dari 2.100 kalori

perkapita.

c. Bank Dunia. Menurut Bank Dunia, Miskin apabila tidak tercapainya

kehidupan yang layak dengan penghasilan kecil atau sama dengan 1,00

dolar AS perhari.

d. BKKBN. Menurut BKKBN keluarga miskin apabila :

1) Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut keyakinannya.

2) Tidak mampu makan dua kali sehari.

Page 30: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

3) Tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja atau sekolah

dan berpergian.

4) bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah.

5) Tidak Mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.

e. Friedmann juga merumuskan kemiskinan sebagai minimnya kebutuhan dasar

sebagaimana yang dirumuskan dalam kenferensi ILO Tahun 1976.

Kebutuhan dasar menurut konferensi ini dirumuskan sebagai berikut:

1) Kebutuhan minimum dari suatu keluarga akan konsumsi privat (pangan,

sandang, papan)

2) Pelayanan esensial atas konsumsi kolektif yang disediakan oleh dan

komunitas pada umumnya (air minum sehat, sanitasi, tenaga listrik,

angkutan umum, dan fasilitas kesehatan dan pendidikan)

3) Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan yang memengaruhi

mereka.

4) Terpenuhinya tingkat absolute kebutuhnan dasar dalam kerangka kerja

yang lebih luas dari hak-hak dasar manusia

5) Penciptaan lapangan kerja (employment) baik sebagai alat maupun

tujuan dari strategi kebutuhan dasar.

2. Indikator Kemiskinan

Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri

secara detail indikator-indikator kemiskinan. Adapun indikator-indikator

kemiskinan diantaranya:

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,

pangan dan papan).

b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya

(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

c. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga).

Page 31: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun

massa.

e. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan terbatasnya Sumber

Daya Alam.

f. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

g. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian

yang berkesinambungan.

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun

mental.

i. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak

terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin,

kelompok marginal dan terpencil).

3. Tipologi Kemiskinan

Menurut Baswir dan Sumodiningrat, secara sosioekonomis, terdapat dua

bentuk kemiskinan, yaitu:

1) Kemiskinan Absolut

Ialah kemiskinan dimana orang-orang miskin memiliki tingkat

pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah

pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimum.

2) Kemiskinan Relatif

Adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara

tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya.

Contoh: seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada

masyarakat desa tertentu bisa jadi yang termiskin pada

masyarakat desa lain.

Kemiskinan berdasarkan penyebabnya juga dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) Kemiskinan Struktural

Page 32: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang muncul karena

ketidakmampuan sistem dan struktur dalam menyediakan kesempatan-

kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja. Struktur tidak mampu

menghubungkan mereka ke akses kerja baik yang ada pada alam,

ataupun yang disediakan swasta dan pemerintah. Artinya miskinbukan

karena ketidakmauan untuk bekerrja tapi tidak tersedia akses menuju

pekerjaan yang layak. Kelompok yang masuk ke dalam kemiskinan

struktural seperti buruh tani, pemulung, loper koran dan lain2.

2) Kemiskinan Kultural

Kemiskinan Kultural adalah kemiskinan yang muncul sebagai akibat

nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh masyarakat, seperti

malas, mudah menyerah, apatis, pasrah pada nasib dan memandang

bahwa miskin adalah sebuah takdir. Mereka yang memiliki pemikiran

seperti ini tidak mau berusaha untuk merubah nasib, tapi

menggantungkan nasibnya pada belas kasihan orang lain. Yang

tergolong pada kemiskinan ini seperti, pengemis.

4. Sebab-Sebab Kemiskinan

Tiga faktor penyebab kemiskinan:

a. Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental

seseorang

Faktor ini merupakan penyebab kemiskinan secara klasik dimana

kemiskinan selalu dikaitkan dengan struktur budaya masyarakat

setempat, dimana budaya dijadikan sebagai alasan penyebab

sekelompok manusia di tempat miskin. Selain budaya, factor klasik

lain yang dianggap penting dalam memberikan andil bagi terciptanya

kemiskinan diantaranya sifat malas, penyakit, dan cacat fisik.

b. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam

Bencana alam dapat merusak aset berharga milik masyarakat

seperti tempat tinggal, harta benda,, dan gagal panen.

Page 33: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

c. Kemiskinan disebabkan oleh beberapa hal yang bersifat struktural,

yaitu:

1. Struktur ekonomi yang timpang,artinya struktur ekonomi yang

ada di dalam masyarakat secara tidak adil tidak memberikan

kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk mendapatkan

aset ekonomi.

2. Struktur politik yang meyangkut rendahnya political will

pemerintah atau rendahnya kualitas kebijakan pemerintah dalam

menta strukter ekonomi negara.

c. Faktor budaya dimana konsep pemikiran narima ing pandum (menerima

takdir apa adanya dengan sabar) sebenarnya bukan falsafah yang

menjdikan budaya kemiskinan. Konsep pemikiran ini adalah bentuk

reaksi masyarakat kenyataan dalam kondisi pesimisme, dimana dalam

berbagai situasi mulai dari masa penjajahan hingga abad ini tidak

kunjung berubah nasibnya.

d. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.

Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-

kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu

sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-

kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas

menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut

beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan

pendapatan per-kapita:

e. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.

Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan.

Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat

harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan

kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan dengan

maksimal

Page 34: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

f. Biaya kehidupan yang tinggi.

Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat

dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat.

Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini

bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan banyaknya

pengangguran.

g. Subsidi pemerintah yang kurang merata dan tidak tepat sasaran.

Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan

jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung

mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin

masih terbebani oleh pajak negara.

5. Penanggulangan Kemiskinan

Untuk penanggulangan kemiskinan diperlukan kerja keras dari semua

pihak, baik instansi pemerintahan pusat dan daerah, instansi swasta, maupun

masyarakat pada umumnya.

Berikut beberapa cara untuk penanggulan kemiskinan:

1) Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja

sehingga mengurangi pengangguran, karena pengangguran adalah salah

satu sumber penyebab kemiskinan terbesar di Indonesia.

2) Memberikan subsidi pada kebutuhan pokok manusia sehingga setiap

masyarakat bisa menikmati makanan yang berkualitas, hal ini akan

berdampak pada meningkatnya angka kesehatan masyarakat.

3) Menghapuskan korupsi, sebab korupsi adalah salah satu penyebab layanan

masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah yang

kemudian menjadikan masyarakat tidak bisa menikmati hak mereka

sebagai warga Negara sebagaimana mestinya.

4) Meningkatkan pendidikan dan skill masyarakat miskin, sehingga bisa

memasuki kebutuhan pasar kerja. Hal ini karena salah satu penyebab

kemiskinan karena rendahnya pendidikan dan skill masyarakat.

Page 35: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

5) Pemberdayaan masyarakat miskin dengan memperlakukan keluarga/

penduduk miskin sebagai subjek dengan melibatkan mereka dalam

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembangunan.

6) Meningkatkan akses keluarga miskin untuk mendapatkan modal ,

teknologi dan usaha tetap, serta akses memperoleh fasilitas pembangunan

dan pelayanan masyarakat lain.

7) Memperkuat kondisi dan keterpaduan diantara unsur-unsur yang terkait

yaitu pemerintah, swasta, LSOM, dan masyarakat, dalam upaya

pengentasan kemiskinan

Page 36: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

10. Kegiatan Belajar IX

a. Learning Outcome

Menjelaskan Peradaban, Kepribadian Masyarakat Kota, Gaya Hidup

Masyarakat Kota

b. Uraian Materi

Peradaban merupakanterjemahan dari civilization, berkaitan erat dengan

bahasa latin civis (warga kota) dan civitas (kota), dimana peradaban dalam banyak

litaratur selaalu diidentikkan dengan kebudayaan, sementara itu Geograf

Huntington mengungkapkan bahwa peradaban merupakan puncak dari

kebudayaan. Jika peradaban merupakan kebudayaan itu sendiri maka disini akan

dibahas kebiasaan, adat istiadat dan gaya hidup masyarakat kota:

Gaya Hidup Masyarakat Kota

Perubahan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

masyarakat kota, hadirnya modernisasi yang diiringi perkembangan teknologi

komunikasi memicu perubahan kehidupan dalam berbagai bidang kehidupan

masyarakat, tidak terkecuali pada gaya hidup masyarakat kota sebagai bagian dari

konsekwensi keterbukaan masyarakat kota terhadap perubahan. Gaya hidup

merupakan pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam

masyarakat. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan

pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya

membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial.

Gaya hidup masyarakat kota bisa dilihat dari berbagai indikasi, yaitu

masyarakat yang cenderung konsumtif, hedonis, mengutamakan materi bahkan

terjebak dalam sukularisme yang lebih menonjolkan sisi duniawi sebagai orientasi

hidup.

Page 37: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

1. Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup konsumtif merupakan salah satu cara hidup masyarakat kota.

Konsumsi pada masyarakat kota tidak lagi dikaitkan dengan nilai guna untuk

memenuhi kebutuhan dasar manusia, tapi lebih ditekankan pada unsur-unsur

simbolik yang menandai kelas, status sosial. Konsumsi mengekspresikan posisi

sosial dan identitas kultural seseorang dalam masyarakat. Menurut Baudrillard

masyarakat konsumsi adalah gaya hidup masyarakat modern yang mengkonsumsi

benda bukan lagi karena nilai guna benda, melainkan merk atau tanda yang

melekat di benda tersebut, dimana orang membeli barang bukan karena ia butuh

barang tersebut melainkan lebih karena kepuasan. Manusia kota mengalami

alienasi, dimana mereka diatur oleh benda-benda konsumsi yang membuat mereka

kehilangan kesadaran untuk mengendalaikan antara keinginan dan kebutuhan

(kesadaran palsu). Hal ini terjadi karena dewasa ini, konsumsi lebih ditekankan

pada tanda/ makna benda, dimana melalui benda yang digunakan menggambarkan

status sosial dan pada kelas mana seseorang berada. Pada posisi ini pertukaran

simbolis terjadi, dimana dalam berinteraksi simbol merk benda sekaligus penanda

kelas sosial

2. Hedonis

Hedonis merupakan salah saya gaya hidup masyarakat kota. Hedonis

merupakan gaya hidup yang menikmati duniawi secara berlebihan. Cara hidup

yang suka berpesta, berfoya-foya merupakan ciri khas masyarakat kota. Hal ini

karena kota dengan segala ruangnya menyediakan berbagai fasilitas, yang

memungkinkan sifat hedonisme ini muncul dan berkembang. Seperti mall,

diskotik, club malam, cafe elit sebagai tempat yang menyediakan fasilitas

syorganya dunia bagi kelomok ini.

3. Materialistis

Materialistis sebagai salahsatu gaya hidup yang tidak bisa dilepaskan dari

kehidupan masyarakat kota, karena hidup di kota yang sangat mahal, sehingga

menuntut masyarakat yang hidup didalamya untuk bertarung demi

Page 38: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

mempertahankan eksisitensi mereka. Segala sesuatu membutuhkan uang dan

semuanya diukur dengan uang. Hal inilah yang membuat masyarakat kota

mengukur segala sesuatu dengan materi, untung ataupun rugi.

Kepribadian Masyarakat Kota

Kota dengan berbagai dinamikanya melahirkan berbagai sosok karakter

masyarakat, seperti manusia yang individualis, Hetetogen dengan toleransi yang

tinggi terhadap keberagaman, disiplin,dan menghargai waktu. Hal ini tidak

terlepas dari kondisi kota yang padat penduduk, dan keras sehingga menuntut

mereka untuk berjuang demi bertahan hidup di kota.

1. Individualis

Mengutamakan kepentingan pribadi, merupakan salah satu karakter

masyarakat kota. Mereka hidup dalam satu kawasan tapi cenderung tidak

berhubungan akrab layaknya dipedesaan. Masyarakat kota dalam berinteraksi

didasarkan atas kepentingan individu, dan tidak menonjolkan kolektivitas.

2. Toleran dalam Kemajemukan

Hetogen, merupakan salah satu ciri masyarakat kota. Mereka hidup dalam

satu kawasan dalam kondisi yang sangat beragam, baik profesi, ras, agama, suku

maupun gender. Akan tetapi menghargai perbedaan tersebut, bahkan memiliki

sikap toleransi yang tinggi terhadap keberagaman.

3. Disiplin dan Menghargai Waktu

Waktu adalah uang merupakan prinsip yang tidak berlebihan jika

dilekadkan pada masyarakat kota. Hal ini karena masyarakat kota menganggap

bahwa waktu adalah hal yang sangat berharga, yang berimplikasi pada

kedisiplinan untuk bekerja. Tidak bisa dipungkiri memang bahwa kondisi kota

yang padat, dan cenderung terlibat macet membuat masyarakat harus lebih cerdas

dalam memanfaatkan waktu mereka. Bekerja pun telah diatur oleh sistem

diperusahaan, sehingga harus taat pada waktu yang telah ditetapkan. Berbeda

Page 39: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

dengan di desa yang mayoritas bekerja di sektor agraris, waktu kerja tidak terlalu

diperhitungkan, karena lokasi kerja yang tidak terlalu jauh dari pemukiman dan

bebas dari hambatan seperti macet.

Page 40: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

11. Kegiatan Belajar X

a. Learning Outcome

Menjelaskan Fenomena Kota Digital, Potret Kota Potret Manusia, dan

Menuju Kematian Kota Arsitektur

b. Uraian Materi

Jalan kota yang biasanya mengekspresikan modernitas yang dinamis dan

progresif, kini tinggal menyimbolkan segala yang suram, kacau, lembam,

stagnan, aus dan usang (Marshall Berman, Dalam Piliang; 2004)

Kota merupakan sesuatu yang hidup, mengalami perubahan,

perkembangan, metamofosis. Sebuah kota lahir, tumbuh, membesar, dewasa, dan

menua dan bahkan bisa mengalami kematian layaknya manusia yanga ada di

dalamnya. Potret sebuah kota merupakan potret dari masyarakatnya. Artinya

perubahan kota juga menandai perubahan masyarakatnya bahkan kadang

pertumbuhan kota tidak terkendali, sehingga terjadi kelebihan penduduk (over

populated), kelebihan produksi (over growth), polusi yang melampaui ambang

batas (over pollution) dan jumlah mobil yang juga melampaui luas jalan, jumlah

mall yang juga melampaui daya beli konsumen. Dalam kondisi serba melapaui ini

kota kehilangan keseimbangan untuk menyangga kehidupan manusia yang ada

didalamnya.

Potret Kota Digital

Kota bukanlah ruang kosong, tanpa relasi dan tanpa makna. Di dalamnya

berlangsungnya aktivitas ekonomi, sosial, politik dan kultural yang di dalamnya

terbentuk berbagai relasi antarmanusia, dan di dalamnya juga dibangun berbangun

realitas sosial sepanjang ruang dan waktu. Kota digital memiliki perbedaan sendiri

dengan kota konvensional (kota arsitektur) diantaranya, pertama, Hubungan

manusia pada kota arsitektur berlangsung secara face-to-face (bertatap muka),

dimana manusia memanfaatkan ruang dan waktu dalam melakukan berbagai

interaksi, saling mengunjungi, bertamu, jalan bersama untuk menjalin relasi,

Page 41: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

sementara pada kota digital potret, kota semerta-merta berubah dimana

komunikasi dan interaksi antar manusia tidak berlangsung secara alamiah face to

face, tetapi lewat mediasi teknologi digital, dengan dipisahkan oleh jarak . Face to

face digantikan virtual space. Kedua, Ineraksi pada kota arsitektur memanfaatkan

ruang-ruang kota, sudut jalan, taman, cafe, jembatan, dibawah lampu kota, tapi

interaksi kota digital ruang interaksi melalui media teknologi, hanphone dengan

dunia 3G, video call, SMS, telfon, chatting, facebook, dan twitter. Ketiga, Dalam

kota arsitektur memori manusia dalam berinteraksi berisi memori tentang sudut

kota, jalan kota, tempat-tempat yang peneh dimensi rasa (sense) dan perasaan

(feeling) , tapi pada kota digital memori interaksi diambil alih oleh memori

komputer, internet ataupun telpon seluler yang dapat menayangkan kembali

segala hal yang ingin diputar ulang.

Potret Manusia Kota Digital

Tranforamasi potret kota dari kota konvensional/ arsitektur menuju kota

digital telah merubah pula manusia yang hidup di dalamnya, karena wajah kota

merupakan cermin wajah manusia yang hidup didalamnya. Wajah kota digital kini

cenderung mengglobal, wajah diseluruh kota di dunia menjadai sama akibat

keberadaan teknologi karena tidak bisa dipungkiri manusia kota kini dipengaruhi,

bahkan tergantung dengan teknologi. Berikut potert manusia kota digital:

1. Manusia ekonomi (homo economicus)

Hubungan manusia kota adalah hubungan fungsional, bukan hubungan

sosial, hubungan profesional bukan kekerabatan. Segala sesuatu dihitung

dan di kalkulasi, untung rugi relasi manusia adalah relasi ekonomi. Waktu

adalah uang, jabatan adalah uang, agama adalah uang. Prinsip tolong

menolong menjadi komersial, keramahan menjadi komersial

2. Manusia individualis (homo individualis)

Manusia mengutamakan ego ketimbang kolektivitas, yang lebih mencintai

kepentingan diri sendiri dibanding masyarakat.

Page 42: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

3. Manusia kecepatan (homo dromos)

Dunia dikuasai oleh waktu dan kecepatan, seiring cepatkan perkembangan

teknologi, produksi, konsumsi manusia juga terbawa arus percepatan itu

sendiri, manusia kehilangan waktu dan ruang untuk refleksi, merenung

ataupun rileksasi ataupun dlam memenuhi kebutuhan spritual, karena

diatur dan dikejar waktu.

4. Manusia tipe A

Percepatan waktu memaksa manusia untuk memperpendek durasi

kehidupan dan menggabung beberapa unsur menjadi satu. Waktu tetap 24

jam dalam sehari, tapi dalam satu waktu manusia mengerjakan banyak hal

dalam mencapai target waktu. Menonton sambil makan, sms atau chatting

sambil belajar, berjualan sambil mengajar. Mereka melawan waktu demi

target

5. Manusia digital (homo digital)

Manusia tidak lagi membangun relasi secara face to face tetapi

memanfaatkan media teknologi. Jarak yang jauh menjadi dekat, bahkan

yang dekat jarak menjadi jauh secara sosial

6. Manusia penyendiri (homo solitarius)

Karakter manusia individual dan ekonomis menjadiakan manusia merasa

kesepian ditengah keramaian. Manusia terasing atau teralienasi karena

kurangnya dialog dengan orang lain, dengan limpaan harta tapi hidup

terasa sunyi dan kosong.

7. Manusia kebendaan (homo materialis)

Manusia dikuasai oleh materi. Manusi menunjukkan eksistensi melalui

kepemilikan benda/ objek-objek yang menentuan status, prestise dan harga

diri.

8. Manusia tanda (homo semloticus)

Objek sebagai penentu eksistensi maka, benda digunakan sebagai penentu

relasi sosial, kepemilikan benda sebagai penanda(sign) simbol yang

Page 43: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

mendefenisiakn status sosial dan memberikan makna sosial bagi mereka

yang memilikinya.

9. Manusia citraan (homo imaginis)

Kehidupan manusia kota didominasi oleh oleh realitas citraan, manusia

berlomba-lomba membangun citra (masuk televisi, tinggal diperumahan

elit, menggunaan mobil mewah) dalam rangka membntuk citra dan gaya

hidup eksklusif

10. Manusia informasi (homo informationis)

Keberadaan kota tidak terlepas dari informasi yang membangunnya,

karena eksistensi kota sanagt ditentukan oleh keberadaan infornasi, karena

hidup matinya kota sangat ditentukan oleh listrik, televisi, dan media

lainnya.

Kota Digital: Menuju Kematian Kota Arsitektur

Kota kini telah kehilangan dimensi fisik, yang diambil alih oleh dimensi

virtual. Dengan lenyapnya dimensi fisik, maka kota telah kehilangan aura yaitu

pancaran spirit yang didapatkan tatkala orang berjalan di jalanan yang berdebu,

atau diketajaman sudut gang yang sempit. Virilio melihat ini sebagai gejala

kematian arsitektur (the death of architecture), ketika dimensi-dimensi geografis

sebuah kota (tempat, jalan sudut kota, gang, perempatan) telah diambil alih oleh

dimensi-dimensi virtual dan artifisial yang dibangun oleh teknologi informasi,

telekomunikasi dan digital.

Di dalam kota digital interaksi dan komunikasi tatap muka (face to face)

kini diambil alih oleh komunikasi yang dimediasi oleh komputer (Computer

Mediated Communication (CMC, pada tahap ini Virilio menyebutnya sebagai

kolonialisasi imagologi sebagai penanda the death of geography. Beberapa kota

besar di Indonesia sudah mulai berubah menjadi kota digital, yang di dalamnya

hubungan kultural yang berdasarkan tempat dan ruang kini mulai diambil alih

oleh hubungan budaya virtual. Berbagai pertumbuhan kota di Indonesia,

Page 44: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

pertumbuhan industri, ekonomi, perdagangan dan pariwisata, perumahan telah

membawa dampak dan masalah bagi kota (kelangkaan sumber daya, kriminalitas

dan amoralitas). Bersamaan dengan perubahan kota tersebut, berubah pula

karakter manusianya, yang cenderung lebih individualis, egois, hedonis, narsistik,

konsumeris, dan antisosial.

Page 45: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

12. Kegiatan Belajar XI

a. Learning Outcome

Menganalisis masalah sosial, Klasifikasi Masalah Sosial, Ukuran

Masalah Sosial dalam Sosiologi dan Beerapa Masalah Sosial

b. Uraian Materi

1. Pengertian Masalah Sosial

Masalah sosial diperkotaan mendapat sorotan tersendiri untuk dibahas

dalam kajian sosiologi perkotaan. Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial

adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat,

yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara

unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti

kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai

dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah

sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam

masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti

tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan

lain sebagainya.

2. Klasifikasi masalah sosial berdasarkan sumber-sumbernya

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis , yakni:

a. Faktor Ekonomi ( Kemiskinan dan Pengangguran)

Faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi

setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa

memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.

b. Faktor Budaya (Perceraian dan Kenakalan Remaja)

Page 46: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini sulit

dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang

berdampak negatif seperti narkoba, padahal remaja adalah aset terbesar

suatu bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan yang telah dibangun

sejak dahulu.

c. Faktor Biologis (Penyakit Menular dan Kekurangan Gizi)

Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial bila penyakit tersebut

sudah menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik.

d. Faktor Psikologis (Penyakit Syaraf dan Aliran Sesat)

Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan

masyarakat walaupun sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi

aliran serupa masih banyak bermunculan di masyarakat sampai saat ini.

3. Ukuran Masalah Sosial dalam Sosiologi

a. Kriteria Utama Dalam Masalah Sosial

Kriteria utama untuk mengelomppokkan dalam masalah sosial apabila

tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan

kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang pertama

dan pokok masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-

nilai dengan kondisi-kondisi nyata kehidupan. Artinya adanya kepincangan-

kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya

terjadi dengan apa yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup.

b. Sumber Masalah sosial

Sebab-sebab terpenting dalam masalah sosial haruslah bersifat sosail.

Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat, sosial tetapi

juga pada sumbernya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kejadian-kejadian yang

tidak bersumber pada kegiatan perbuatan manusia bukanlah merupakan masalah

sosial.

Page 47: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

Adapun masalah-masalah yang disebabkan oleh faktor alam, seperti

gempa bumi, angin topan, meletusnya gunung berapi, epidemi dan lain-lain

bukanlah merupakan masalah sosial. Akan tetapi berangkat dari fenomena atau

gejala alam ini bisa mengakibatkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan

dan kelaparan. Jadi yang menjadi masalah sosial disini adalah merupakan akibat

dari gejala sosial maupun non sosial.

c. Pihak yang Menetapkan Apakah Suatu Gejala Sosial Adalah Masalah Sosial

atau Bukan

Ukuran penetapan suatu masalah sifatnya relatif, mungkin dikatakan bahwa

orang banyaklah yang harus menentukannya, atau segolongan orang yang

berkuasa saja atau lain-lainnya. Karena dalam kaitannya sikap masyarakatlah

yang menentukan apakah suatu gejala merupakan masalah sosial atau bukan.

d. Manifest Social Problems dan Latent Social Problems

Manifest social problems merupakan masalah sosial yang timbul sebagai

akibat terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Yang dikarenakan

karena tidak sesuainya tindakan dengan norma dan nilai yang ada dalam

masyarakat. Masyarakat pada umumnya tidak menyukai tindakan-tindakan yang

menyimpang

Latent social problems juga menyangkut hal-hal yang belawanan dengan

nilai-nilai masyarakat, tetapi tidak diakui demikian halnya. Sehubungan dengan

masalah sosial tersebut di atas, sosiologi tidaklah bertujuan untuk membentuk

manusia-manusia yang bijaksana dan selalu baik dalam tindakan-tindakannya,

tetapi untuk membuka mata agar memperhitungkan akibat segala tindakannya.

Suatu masalah yang merupakan manifest social problem adalah kepincangan-

kepincangan yang menurut keyakinan masyarakat dapat dipebaiki dan dibatasi

atau bahkan bisa dihilangkan. Lain halnya dengan latent social problems yang

Page 48: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

sulit diatasi karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, masyarakat tidak

berdaya untuk mengatasinya.

e. Perhatian Masyarakat dan Masalah Sosial

Suatu kejadian yang merupakan masalah sosial belum tentu mendapat

perhatian yang sepenuhnya dari masyarakat. Sebaliknya suatu kejadian yang

mendapat sorotan masyarakat belum tentu masalah sosial.

e. Sistem nilai, dan apakah dapat diperbaikinya suatu masalah sosial

4. Beberapa Masalah Sosial Penting

a. Kemiskinan

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup

memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga

tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok

tersebut. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial apabila perbedaan

kedudukan ekonomis para warga ditentukan secara tegas.

Pada masyarakat yang bersahaja susunan organisasinya, munkin kemiskinan

bukan merupakan masalah sosial karena mereka menganggap bahwa

semuanyatelah ditakdirkan sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya.

Mereka tidak akan terlalu memperhatikan keadaan tersebut, kecuali apabila

mereka betuk-betul menderita karenanya. Faktor-faktor yang menyebabkan

mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah gagal untuk

memperoleh lebih daripada apa yang telah dimilikinya dan perasaan akan adanya

ketidakadilan.

Page 49: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

b. Kejahatan

Kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang

sama, yang menghasilkan prilaku-prilaku sosial lainnya. (Donald R. Gressey,

“Crime” dalam Contemporary Social Problems, hlm 53 dst)

Kejahatan terhadap kondisi dan proses-prosesnya menghasilkan dua

kesimpulan:

1. Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan bentuk dan

organisasi-organisasi sosial diman kejahatan itu terjadi. contohnya dalam

gerak sosial, persaingan serta pertentangan kebudayaan, ideologi politik,

agama, ekonomi, dst.

2. Pengaruh sosial psikologis yang membentuk beberapa proses, seperti

imitasi, pelaksanaan peran sosial, asosiasi difrensial, kompensasi,

identifikasi, konsepsi diri pribadi (self-conception), dan kekecewaan yang

agresif sebagai penyebab seseorang menjadi penjahat.

Edwin. H Sutherland mengungkapkan bahwa seseorang berprilaku jahat

dengan cara yang sama dengan prilaku yang tidak jahat. Artinya prilaku jahat

dipelajari dalam interkasi dengan orang lain dan orang tersebut mendapatkan

prilaku jahatsebagai hasil dari interaksi yang dilakukanya dengan orang-orang

yang berprilaku berkecenderungan melanggar norma-norma hukum yang ada.

Apabila seseorang menjadi jahat, hal itu disebabkan orang tersebut mengadakan

kontak dengan pola-pola prilaku jahat dan juga karena dia mengasingkan diri

terhadap pola-pola prilaku yang tidak menyukai kejahatan tersebut.

Adapun bagian-bagian intim yang sangat berpangaruh dalam memberikan

sugesti kepada orang-perorangan unhtuk menerima atau menolak pola-pola

prilaku kejahatan adalah alat-alat komunikasi tertentu, seperti buku, surat kabar,

televisi, radio dan lain-lain.

Page 50: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

Suatu gejala umum yang perlu diperhatikan adalah mengenai kejahatan white-

collar crime, yang timbul pada abad modern ini. White-collar crime atau

economic criminality, merupakan kejahatan yang dilakukan oleh penguasa atau

para pejabat di dalam menjalankan peran fungsinya. Golongan tersebut

menganggap dirinya kebal terhadap hukum dan sarana-sarana pengendalian sosial

lainnya karena kekuasaan dan keuangan yang dimilikinya dengan kuat. White-

collar Crime ini timbul karena situasi sosial yang memberikan peluang. Sukar

sekali untuk memidana mereka, sehingga dengan tepat dapat dikatakan kekuatan

penjahat white-collar terletak pada kelemahan korban-korbanya.

c. Disorganisasi Keluarga

Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena

angota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban yang sesuai dengan peranan

sosial. Disorganisasi keluarga sangat mungkin terjadi pada masyarakat-

masyarakat sederhana karena suami sebagai kepala rumah tangga tidak mampu

atau gagal memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer keluarga atau mungkin karena

dia menikah lagi. Pada umunya masalah tersebut disebabkan karena kesulitan

untuk menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan kebudayaan.

Secara Sosiologis, bentuk-bentuk disorganisasi keluarga antara lain adalah:

Unit keluarga yang tidak lengkap, karena hubungan diluar perkawinan

walaupun dalam hal ini secara yuridis dan sosial belum terbentuk suatu

keluarga.

Disorganisasi keluarga dikarenakan putusnya perkawinan sebab

perceraiain atau biasa disebut dengan broken home.

Adanya kekuranangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal

komunikasi. Goede menamakannya sebagai empty shell family

Krisis keluarga yang disebabkan faktor ekstern, seperti hilangya atau tidak

mampunya seorang ayah untuk bertindak sebagai kepala rumah tangga

karena adanya peperangan, terkena hukuman, bahkan meninggal dunia.

Page 51: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

Krisis keluarga yang disebabkan faktor intern, misalnya karena

terganggunya keseimbangan jiwa salah satu anggota keluarga.

d. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern

Masalah generasi muda umunya dicirikan dengan dua tanda yang berlawanan,

yakni keinginan untuk melawan (misalnya: radikalisme, dilenkuensi, oposisi dan

sebagainya) dan sikap apatis (misalnya pada penyesuaian yang membabi buta

terhadap ukuran moral generasi tua). Sikap melawan mungkin disertai dengan

suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan

menyimpang. Sementara itu sikap apatis biasanya disertai dengan rasa kecewa

terhadap masyarakat.Generasi muda biasanya mendapati masalah dalam hal sosial

dan biologis.

Masa remaja merupakan suatu masa yang dapat digolongkan sebagai masa

yang berbahaya, karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap anak-anak

menuju ketahap selanjutnya yakni tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai

suatu krisis karena belum adanya pegangan, pada biologisnya sudah matang

sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Pda saat itu ia

memerlukan bimbingan terutama dari orang tuanya.

Demonstration effect yang sangat kuat dan seterusnya merupakan masalah-

masalah yang terjadi secara sosiologis. Masalah tersebut anatara lain dapat

diurutkan sebagai berikut:

Persoalan sense of value yang kurang ditanamkan oleh orang tua,

terutamayang menjadi warga lapisan yang tinggi dalam masyarakat. Anak-

anakdari orang-orang yang menduduki lapisan tinggi dalam masyarakat

biasanya menjadi pusat sorotan dan sumber bagi imitasi untuk anak-anak

yang bersal dasi lapisan yang lebih rendah.

Timbulnya organisasi-organisasi pemuda informal, yang tingkah lakunya

tidak disukai oleh masyarakat pada umunya

Page 52: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

Timbulnya usaha para generasi muda yang bertujuan untuk mengadakan

berbagai perubahan dalam masyarakat, yang disesuaikan dengan nilai

kaum muda.

e. Peperangan

Peperangan mungkin merupakan masalah sosial yang paling sulit dipecahkan

sepanjang sejarah kehiupan manusia. Peperangan merupakan suatu bentuk

pertentangan yang setiap kali diakhiri dengan akomodasi. Keadaan dewasa ini

yang sering disebut “Perang Dingin” merupakan suatu bentuk akomodasi.

Peperangan mengakibatkan berbagai disoraganisasi dalam berbagai aspek

kemasyarakatan, baik pada negara yang dianggap sebagai pemenang atau pun

negara yang dinyatakan telah takluk. Belum lagi peperangan dewasa ini biasanya

merupakan perang total, yaitu dimana tidak hanya angkatan bersenjata yang

tersangkut, tetapi seluruh lapisan masyarakat.

f. Pelanggaran Terhadap Norma-Norma

1) Pelacuran

Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan

diri kepada umum untuk melakukakn perbuatan-perbuatan seksual dengan

mendapat upah. Pelacuran dapat dikategorikan sebagai masalah sosial itu

lebih dikarenakan pada penghakiman masyarakat terhadap para PSK (Pekerja

Seks Komersial) yang dinilai sebagai suatu pekerjaan nista, karena mereka

dianggap telah melanggar norma yang terdapat dalam suatu masyarakat

tersebut. Tapi apabila di dalam masyarakat itu tidak ada kode etik atau norma

yang menganggap bahwa pekerjaan seperti itu adalah pekerjaan yang tidak

halal, maka masyarakat sesungguhnya tidak akan menilai hal tersebut sebagai

suatu masalah sosial.

Page 53: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

2) Delinkuensi Anak-Anak

Delinkuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah masalah cross boys

dan cross girl yang merupakan sebutan bagi anak-anak muda yang tergabung

dalam ikatan/organisasi formal atau semi formal dan yang mempunyai

tingkah laku yang kurang/ tidak disukai oleh masyarakat pada umumnya.

Delinkuensi anak-anak meliputi pencurian, perampokan, pencopetan,

penganiayaan, pelanggaran susila, penggunaan obat-obatan perangsang, dan

mengendarai keadaan bermotor dengan tidak mengindahkan aturan-aturan

lalu lintas.

3). Alkoholisme

Masalah alkoholisme dan pemabuk pada kebanyakan masyarakat pada

umunya tidak berkisar pada apakah alkohol boleh atau dilarang dipergunakan.

Persoalan pokoknya adalah siapa yang boleh menggunakannya diaman,

kapan, dan dalam kondisi yang bagaimana, karena dalam kaitannya masalah

alokoholisme ini apabila tidak bisa ditertibkan maka akan mengakibatkan

disorganisasi sosial terhadap masyarakat khususnya keluarga pada seorang

pemabuk.

4). Homoseksual

Secara sosiologis homoseksual adalah seseorang yang cenderung menyukai

orang yang sejenis kelaminnya sebagai pasangan seksual. Homoseksualitas

merupakan sikap tindak atau pola prilaku para homoseksual. Pria yang

melakukan tindak tanduk yang demikian lazimnya disebut Gay, sedangkan

pada wanita sering disebut sebagai lesbian.

5). Masalah Kependudukan

Penduduk suatu negara pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat

penting bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek

Page 54: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

pembangunan. Dalam prospek tersebut ternyata kesejahteraan penduduk

mengalami gangguan oleh perubahan-perubahan demografis yang sering kali

tidak dirasakan. Masalah ini terdapat pada tingginya angka kelahiran, yang

dalam hal ini dapat diatasi oleh pelaksanan pada program Keluarga

Berencana (KB) yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan ibu-ibu dan anak-anak maupun keluargaserta bagsa secara

menyeluruh. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan

masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga pertumbuhan

pendudik tidak melebihi kapasitas produksi

6). Masalah Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup tersebut dibedakan dalam kategori-kategori sebagai berikut:

a. Lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada di sekeliling manusia

b. Lingkungan biologis, yaitu segala sesuatu di sekitar manusia yang berupa

organisme yang hidup (disamping manusia itu sendiri)

c. Lingkungan sosial, yang terdiri dari orang-orang baik individual maupun

kelompok yang berada di sekitar manusia

Dalam pengertiannya, lingkungan terjadi karena adanya timbal balik antara

organisme-organisme hidup (biotic community) tertentu, yang membentuk suatu

keserasian atau keseimbangan tertentu. Masalah yang di hadapi oleh lingkungan

dewasanya adalah suatu pencemaran yang diakibatkan oleh subsidi energi yang

dimasukan oleh manusia kedalam lingkungan buatannya. Pencemaran akan terjadi

apabila di dalam lingkungan hidup manusia, baik yang bersifat fisik, biologis,

maupun sosiologis terdapat bahan yang mergikan eksistensi manusia dan

lingkungan, yang pada umunya merupakan aktivitas manusia itu sendiri. Masalah

pencemaran biasanya dibedakan dalam beberapa klasifikasi seperti, pencemaran

udara, air, darat dan tanah serta pencemaran budaya atau sosial.

Page 55: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

7). Birokrasi

Pengertian birokrasi menunjuk pada suatu organisasi yang diamsud untuk

mengarahkan tenaga dengan teratur dan terus menerus untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Atau dengan kata lain, birokrasi merupakan organisasi yang

bersifat hierarkis, yang ditetapkan secara rasional untuk mengkordinasikan

pekerjaan orang-orang untuk kepentingan pelaksanaan tugas administratif.

Menurut hemat Max Weber, birokrasi merupakan suatu organisasi di dalam

masyarakat; sehingga birokrasi tidak boleh menyimpang dari dasar-dasar

kehidupan masyarakat dimana birokrasi itu berada. Suatu birokrasi dikatakan

Bureaucratism atau menghambat atau bermasalah terhadap aspek sosial apabila

birokrasi tersebut dianggap telah keluar jalur dari pokok-pokok tujuan

kemaslahatannya.

Masalah-masalah Sosial Perkotaan Lainnya

1. Banjir

Penyebab banjir di DKI Jakarta, secara umum terjadi karena dua faktor utama

yakni faktor alam dan faktor manusia. Penyebab banjir dari faktor alam antara lain

karena lebih dari 40% kawasan di DKI Jakarta berada di bawah muka air laut

pasang. Sehingga Jakarta Utara akan menjadi sangat rentan terhadap banjir saat

ini. Berbagai faktor penyebab memburuknya kondisi banjir Jakarta saat itu ialah

pertumbuhan permukiman yang tak terkendali disepanjang bantaran sungai,

sedimentasi berat serta tidak berfungsinya kanal-kanal dan sistem drainase yang

memadai. Kondisi ini diperparah oleh kecilnya kapasitas tampung sungai saat ini

dibanding limpasan (debit) air yang masuk ke Jakarta. Kapasitas sungai dan

saluran makro ini disebabkan karena konversi badan air untuk perumahan,

sedimentasi dan pembuangan sampah secara sembarangan

Page 56: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

2. Urbanisasi

Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 1995, tingkat urbanisasi di

Indonesia padatahun 1995 adalah 35,91 persen yang berarti bahwa 35,91 persen

penduduk Indonesia tinggal didaerah perkotaan. Tingkat ini telah meningkat dari

sekitar 22,4 persen pada tahun 1980 yanglalu. Sebaliknya proporsi penduduk yang

tinggal di daerah pedesaan menurun dari 77,6 persen pada tahun 1980 menjadi

64,09 persen pada tahun 1995.Meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan

membawa dampak yang sangat besar kepadatingkat kenyamanan yang tinggi.

Kota seperti Jakarta misalnya tidak dirancang untuk melayanimobilitas penduduk

lebih dari 10 juta orang. Dengan jumlah penduduk lebih dari 8 juta penduduk saat

ini, ditambah dengan 4-6 juta penduduk yang melaju dari berbagai kota

sekitar Jakarta, menjadikan Jakarta sangatlah sesak.

3. Kriminalitas

Kejahatan atau kriminalitas di kota-kota besar sudah menjadi permasalahan

sosial yang membuat semua warga yang tinggal atau menetap menjadi resah,

karena tingkat kriminalitas yang terus meningkat setiap tahunnya. faktor penyebab

Tingkat pengangguran yang tinggi, Kurangnya lapangan pekerjaan membuat

tingkat kriminal juga meningkat karena kurangnya lapangan pekerjaan dan

Kemiskinan yang dialami oleh rakyat kecil kadang membuat mereka berfikir

untuk melakukan tindakan kriminalitas.

4. Meningkatnya Sektor Informal

Kesenjangan antara kemampuan menyediakan sarana penghidupan dengan

permintaan terhadap lapangan kerja, memacu tumbuhnya sektor informal

perkotaan. Pada saat krisis ekonomi terjadi jumlah penduduk perkotaan yang

bekerja di sektor informal ini semakin besar. Di satu sisi tumbuhnya sektor

informal ini merupakan katup pengaman bagi krisis ekonomi yang melanda

sebagian besar Bangsa Indonesia. Namun, pada gilirannya peningkatan aktivitas

sektor informal, terutama yang berada di perkotaan dan menyita sebagian ruang

Page 57: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

publik perkotaan, menimbulkan masalah baru terutama menyangkut aspek

kenyamanan dan ketertiban yang juga menjadi hak publik bagi warga perkotaan

yang lain.

5. Kesenjangan Sosial

Perbedaan tingkat kemampuan, pendidikan dan akses terhadap sumber-sumber

ekonomi menjadikan persoalan perbedaan pendapatan antarpenduduk di perkotaan

semakin besar. Di satu pihak, sebagian kecil dari penduduk perkotaan menguasai

sebagian besar sumber perekonomian. Sementara di sisi lain, sebagian besar

penduduk justru hanya mendapatkan sebagian kecil sumber perekonomian.

Akibatnya, terdapat kesenjangan pendapatan yang semakin lama semakin

besar.Sebagai bagian dari mekanisme pasar, kondisi ini sebenarnya sah-sah saja

dan sangat wajar terjadi. Persoalannya, ternyata dan praktiknya disparitas

pendapatan ini menimbulkan persoalan sosial yang tidak ringan. Terjadinya

kecemburuan sosial yang bermuara pada kerusuhan massal, kerap terjadi karena

persoalan ini. Dalam skala yang lebih kecil, meningkatnya kriminalitas di

perkotaan, merupakan implikasi tidak meratanya kemampuan dan kesempatan

untuk menikmati pertumbuhan perekonomian di perkotaan.

6. Meningkatnya Kemacetan

Pertumbuhan jumlah kendaraan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan

meningkatnya pendapatan penduduk, membawa implikasi lain bagi perkotaan.

Masalah kemacetan lalu lintas merupakan masalah yang tidak mudah dipecahkan

oleh para pengambil kebijakan perkotaan. Terbatasnya wilayah untuk memperluas

jaringan jalan, merupakan kendala terbesar sehingga penambahan ruas jalan yang

dilakukan pemerintah tak dapat mengimbangi laju pertambahan penduduk.

Akibatnya persoalan kemacetan lalu lintas ini semakin lama semakin menjadi.

Persoalannya semakin pelik, ketika pemerintah tidak mampu menyediakan

sarana transportasi umum dan massal yang memadai, sehingga masyarakat lebih

nyaman menggunakan kendaraan pribadi dan akhirnya menjadikan masalah

kemacetan ini makin menjadi. Di lain pihak pembangunan kota-kota satelit di

Page 58: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

sekitar Jakarta, tak mampu memecahkan masalah ini, karena para penduduk kota

satelit ini justru masih mencari penghidupan di Jakarta. Akibatnya pembangunan

kota-kota ini justru hanya memperluas sebaran daerah-daerah pusat kemacetan

lalu lintas.

7. Kebakaran

Masalah sosial lainnya yang juga sering dihadapi warga masyarakat di

lingkunganmu adalah kebakaran. Siapa yang pernah melihat kebakaran?

Kebakaran apa yang kamu saksikan itu? Apakah rumah atau hutan dan semak

belukar? Apa yang terjadi ketika kebakaran? Api melahap segala sesuatu dengan

cepat, bukan? Kebakaran yang terjadi di masyarakat umumnya merupakan

kebakaran pemukiman. Sebuah rumah terbakar dan menjalar ke rumah-rumah di

sekitarnya. Penyebabnya antara lain kompor meledak dan sambungan arus pendek

(korsleting) listrik. Karena itu, masyarakat harus sangat hatihati dengan dua hal

ini. Kebakaran pemukiman kumuh dan padat penduduk umumnya merusak

sebagian bahkan seluruh rumah yang ada di sana. Ini disebabkan karena bahan-

bahan yang dipakai untuk membangun rumah memang mudah terbakar. Selain itu,

jalan masuknya sempit sehingga sulit dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran.

Kebakaran pemukiman sangat menyusahkan warga. Kita harus berusaha

mencegah terjadinya kebakaran di lingkungan kita. Caranya antara lain sebagai

berikut.

1. Merawat kompor supaya layak pakai dan tidak bermasalah.

2. Merawat jaringan listrik. Kabel yang mulai mengelupas diganti.

3. Mematikan kompor setelah memasak.

4. Berhati-hati menggunakan lilin dan korek api.

Kebakaran hutan sering terjadi pada musim kemarau. Asap kebakaran hutan

banyak sekali. Asap kebakaran hutan mengganggu kesehatan dan lalu lintas.

Selain itu, kawasan hutan akan semakin berkurang. Kalau terjadi kebakaran,

segera menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran terdekat. Warga juga harus

saling membantu memadamkan api. Dan yang juga penting adalah mencegah

terjadinya kekacauan atau aksi pencurian yang biasanya ikut terjadi pada saat

terjadi kebakaran

Page 59: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

13. Kegiatan Belajar XII

a. Learning Outcome

Menganalisis permasalahan masyarakat Kota di Sumatera Barat, dengan

melakukan liputan baik observasi ataupun wawancara dan melaporkannya

dalam bentuk reportase di kelas

b. Uraian Materi

Proses belajar mengajar pada minggu ke XII ini dilakukan di lapangan,

dengan melihat berbagai kondisi sosial masyarakat kota beserta permasalahan

yang ada di Kota-kota yang ada di Sumatera Barat. Mahasiswa diminta untuk

terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan kontemporer dalam masyarakat

Kota di Sumatera Barat, kemudian melakukan observasi dan wawancara di kota

yang mereka pilih. Hasil observasi dan wawancara mereka rekam melalui video,

dan hasil observasi akan dilaporkan dikelas, dalam bentuk reportase masalah

sosial masyarakat kota. Masalah yang akan di observasi dibebaskan kepada

mahasiswa, tapi disesuaikan dengan setiap materi yang telah mereka pelajari pada

mata kuliah Sosiologi Perkotaan. Topik observasi yang akan dilaporkan

diantaranya:

1. Urbanisasi dan segala masalah yang timbul akibat urbanisasi, seperti:

kepadatan penduduk, macet, perkampungan kumuh, pengangguran

ataupun kriminalitas

2. Interaksi desa dan kota, beserta konsekuensinya baik terhadap desa

ataupun kota baik dampak positif ataupun negatif.

3. Sektor Informal dan segala problematikanya. Seperti kesemrautan yang

memunculkan masalah pada tatanan kota, penggusuran, pungutan liar dan

masalah lainnya yag membelit sektor informal di kota-kota Sumatera

Barat

4. Kemiskinan di Perkotaan, sebagai realitas kota yang sampai saat ini tidak

bisa terpecahkan, baik kemiskinan kultural maupun struktural. Seperti,

Page 60: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

gelandangan, pengemis, anak jalanan, pemulung, yang mewarnai wajah

kota di Sumatera Barat.

5. Kepribadian dan gaya hidup masyarakat kota yang tidak terlepas dari gaya

hidup konsumtif, hedonis, dan materealistis.

6. Masyarakat kota digital dan potret masyarakat kota digital. Fenomena ini

adalah fenomena yang sangat kontemporer, karena masyarakat kota hari

sangat tergantung oleh teknologi baik dalam pemenuhan kebutuhan hidup,

maupun dalam berinteraksi.

Melalui observasi dan reportase masalah-masalah sosial yang ada di

perkotaan diatas diharapkan mahasiswa lebih mampu memahami realitas yang ada

dikota dan menganalisisnya didasarkan atas materi dan teori yang telah dipelajari,

sehingga antara materi dan teori bisa diaplikasikan untuk memahami realitas

secara langsung

Page 61: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

14. Kegiatan Belajar XIII s/d XV

a. Learning Outcome

Menganalisis permasalahan masyarakat Kota di Sumatera Barat, dengan

melakukan liputan baik observasi ataupun wawancara dan melaporkannya

dalam bentuk reportase di kelas

b. Uraian Materi

Pada perkuliahan ke XIII sampai ke XV ini mahasiswa diminta untuk

mempresentasikan hasil temuan data dilapangan, baik berupa hasil observasi,

wawancara ataupun dokumentasi berupa laporan secara lisan (reportase) yang

tentunya disertai dengan analisis baik melaui teori ataupun materi yang selaam ini

telah dipejari dalam proses belajar mengajar sebelumnya. Perkuliahan ini dipandu

langsung oleh dosen mata kuliah dengan meminta keterlibatan dari seluruh

mahasiswa. Masing-masing kelompok diminta untuk memberikan saran, kritikan

ataupun pertanyaan terhadap hasil observasi/ reportase ataupun keterkaitan

dengan materi pada mata kuliah sosiologi perkotaan yang dipresentasikan oleh

kelompok yang presentasi, termasuk untuk menilai kecocokan antara kasus dan

muatan materi ataupun memberikan masukan terhadap tampilam teman sejawat

sesama mahasiswa.

Presentasi ini dilakukan tiga kali pertemuan, dua kelompok pada

pertemuan ke XIII , dua kelompok pada pertemuan ke XIV dan dua kelompok

lainnya pada pertemuan ke XV. Perkuliahan ini diharapkan mampu membangun

pola fikir kritis dan analitis mahasiswa, disamping juga menambah pemahaman

mahasiswa terhadap permasalahan yang ada diperkotaan, sehingga materi

perkuliahan dan realitas sosial di perkotaan tidak menjadi sesuatu yang terpisah,

tapi saling mendukung dan menyatu.

Page 62: 1. PENDAHULUAN - sosiologi.fis.unp.ac.idsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PERKOTAAN.pdf · keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya

A. Daftar Bacaan

a. Wajib :

1. N. Daldjoeni. 1992. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung: Alumni.

2. S. Menno & Mustamin Alwi. 1992. Antropologi Perkotaan. Jakarta: Rajawali

b. Anjuran :

1. Evers, Hans Dieter. 1986. Sosiologi Perkotaan. Jakarta: LP3ES

2. Hadi Sabari Yunus. Klasifikasi kota. Yogyakarta: Pustaka belajar

3. Hauser, Philip M, dkk. 1985. Penduduk dan masa depan perkotaan. Jakarta:

Yayasan Obor

4. Marmin Martin Roosadijo. 1980. Pencabutan hak milik dalam struktur tata bina

kota. Bandung: Alumni.

5. Kartini Kartono. 1986. Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali

6. Ketih Hart, 1973.“Informal Income Opportunities and Urban Employment

in Ghana”, Journal of Modern African Studies, 11 (1) 7. M. Cholil Mansyur. TT. Sosiologi masyarakat kota dan desa. Surabaya: Usaha

Nasional

8. Parsudi suparlan. 1993. Kemiskinan perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor.

9. Paulus Hariyono. 2007. Sosiologi kota untuk arsitek. Jakarta: Bina Aksara.

10. P.J.M. Nas. 1979. Kota di dunia ketiga I. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

11. _______. 1984. Kota di dunia ketiga II. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

12. R. Bintarto. 1989. Interaksi Desa-kota dan permasalahannya. Jakarta: Ghalia

Indonesia

13. Setiadi, Elly M dan Usman Kolip.2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana

14. Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo

Persada

15. S.V. Sethuraman,1984. The Urban Informal Sector in Developing Countries,

ILO: Geneva,

16. Yasraf Amir Piliang. 2004. Dunia yang dilipat. Yogyakarta: Jalasutra.