1 Pendahuluan (2)

8

Click here to load reader

Transcript of 1 Pendahuluan (2)

Page 1: 1  Pendahuluan (2)

BAB IPENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Angkutan perairan daratan adalah moda angkutan yang memanfaatkan prasarana alam yang tersedia berupa perairan daratan sebagai prasarananya. Yang dimaksud perairan daratan adalah sungai, danau atau pun kanal serta rawa di mana syarat-syarat untuk berlalu lintas untuk sarana angkutan dipenuhi, terutama yang menyangkut dimensi lebar perairan, kedalaman perairan serta tiadanya hambatan di dalam, di permukaan maupun di atas permukaan air. Adapun sebagai sarana angkutnya dapat berupa kapal, tongkang (barge) serta alat apung lainnya. Angkutan perairan daratan yang ada saat ini lebih dikenal sebagai angkutan sungai dan danau. Perkembangan dan kegiatan ekonomi negara dewasa ini, ditambah lagi dengan pertumbuhan yang pesat dalam pengelolaan daerah pedalaman telah menempatkan sungai-sungai atau danau-danau pada kedudukan yang strategis. Peranan angkutan sungai dan danau telah nyata dirasakan oleh masyarakat kita di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya, karena sungai-sungai sebagai prasarana di wilayah tersebut telah mampu memberikan akses sampai jauh di pedalaman di mana moda transportasi lain seperti jalan raya belum menjangkau.

Sungai yang ada di Indonesia berjumlah 144 sungai. Panjang sungai seluruhnya 31.035 km. Sungai yang dapat dilayari sepanjang 20.424 km, tersebar di 14 wilayah propinsi di Indonesia. Sedangkan danau/waduk di Indonesia berjumlah 28 buah dengan luas 3.737 km2, tersebar di berbagai propinsi. Di samping itu juga terdapat beberapa terusan/anjir di Propinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Angkutan sungai dan danau mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan angkutan yang menggunakan moda lainnya, yaitu merupakan angkutan kargo, masal, jarak jauh, hemat energi, rendah polusi, bersahabat dengan lingkungan dan ketepatan lebih utama daripada kecepatan.

Namun di sisi lain angkutan perairan daratan sebagaimana angkutan lainnya mempunyai permasalahan-permasalahan yang menonjol yaitu; antara lain, kecelakaan berupa kecelakaan kapal. Kecelakaan tersebut selain mempunyai intensitas yang cukup tinggi juga menimbulkan kerugian materi dan juga mengakibatkan korban luka-luka bahkan meninggal dunia. Dalam rangka meningkatkan keselamatan dan Kehandalan angkutan sungai dan danau tersebut perlu didukung salah satunya dengan adanya sistem perambuan yang memadai.

Selain itu, posisi angkutan sungai dan danau dalam pengelolaan sumber daya air adalah sebagai pemakai (user). Oleh karena itu pengoperasian angkutan sungai dan

Tridaya Pamurtya, PT. I - 1

Page 2: 1  Pendahuluan (2)

Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan

danau terutama menyangkut penggunaan air harus memperhatikan kepentingan pemakai sumber daya air lainnya (seperti, pengairan, pembangkit listrik, perikanan, industri, pariwisata) berkaitan dengan dengan hal tersebut dan dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran dan lingkungannya perlu ada penanganan tersendiri untuk sistem perambuan di perairan daratan.

Standar perambuan perairan daratan yang ada saat ini dipergunakan adalah berdasarkan SK Menhub RI No. PM.3/L/PHB – 77 tanggal 18 Mei 1977 tentang Perambuan Lalu Lintas Perairan Pedalaman di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan lalu lintas dan angkutan sungai dan danau dan peningkatan pembangunan dan kegiatan di sekitar sungai dan danau serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelayaran, maka sistem perambuan yang ada saat ini sudah tidak memadai lagi. Guna meningkatkan kehandalan lalu lintas di perairan daratan tersebut perlu penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas di Perairan Daratan untuk penyempurnaan sistem perambuan yang ada sekarang.

1.2.MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dilaksanakannya Pekerjaan Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan adalah:

1. Untuk mendapatkan konsep Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan;

2. Untuk memperkecil kemungkinan timbulnya kecelakaan akibat kurangnya informasi tentang alur pelayaran di perairan daratan sehingga dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, harta benda dan kapal itu sendiri;

3. Untuk meningkatkan pemahaman tentang sistem perambuan di perairan daratan secara aman dan lancar;

Tujuan dilaksanakannya Pekerjaan Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan adalah untuk. meningkatkan kehandalan, kualitas pelayanan, kelancaran operasional dan keselamatan lalu lintas dan angkutan sungai dan danau yang efektif, efisien dan berdaya saing tinggi.

Tridaya Pamurtya, PT. I - 2

Page 3: 1  Pendahuluan (2)

Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan

1.3.LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas di Perairan Daratan batasan lingkup pekerjaan adalah hanya untuk alur pelayaran sungai dan danau dengan daerah kajiannya adalah sebagian alur di;

▪ Sungai Siak (Riau).▪ Sungai Musi (Sumatera Selatan).▪ Sungai Kapuas (Kalimantan Barat).▪ Sungai Barito (Kalimantan Selatan).▪ Danau Toba (Sumatera Utara).▪ Danau Bedugul (Bali)

Peta lokasi daerah kajian dapat dilihat pada Gambar 1. 1 berikut ini.

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Pekerjaan

Tridaya Pamurtya, PT. I - 3

Page 4: 1  Pendahuluan (2)

Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan

1.3.1. Survey (Penyigian) dan Inventarisasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap Survey dan Invetarisasi diuraikan berikut ini;

1. Penyigian (survey) dan Inventarisasi Data Sosial Ekonomi

Survey dan inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data seperti;▪ Sumber Daya Alam : sebagai potensi daerah yang paling menonjol atau

dominan antara lain pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, peternakan.

▪ Industri;▪ Perdagangan;▪ Pariwisata;▪ Rencana Umum Tata Ruang;▪ Kebijakan Pemerintah merupakan kebijakan di tingkat pusat, propinsi

dan kabupaten/kota yang terkait dengan transportasi secara umum dan perambuan lalu lintas sungai dan danau pada khususnya.

2. Penyigian (survey) Identifikasi dan Inventarisasi Lalu Lintas di perairan daratan.

Survey dan inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data seperti;▪ Jenis dan tipe alat angkut serta kharakteristiknya ;▪ Jenis muatan angkutan sungai ;▪ Tata cara berlalu lintas;▪ Kondisi alur pelayaran;▪ Data angkutan sungai.

3. Identifikasi dan Inventarisasi kondisi fisik alur sungai

Survey dan inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data seperti;▪ Kondisi pasang surut permukaan air alur pelayaran akibat pasang surut

air laut dan akibat musim ( musim hujan dan musim panas).▪ Alur sempit pelayaran akibat penyempitan sungai dan pembuatan

sudetan (shortcut) sungai serta pembangunan prasarana yang melintang di atas alur seperti jembatan, dan penempatan logpon (timbunan kayu) atau keramba ikan.

▪ Identifikasi dan Inventarisasi kondisi perambuan.

4. Identifikasi perkembangan ketentuan perambuan di perairan daratan yang berskala nasional, regional dan internasional.

Utamanya adalah penambahan jenis rambu yang untuk saat ini belum terakomodir seperti ketinggian ruang udara bebas, penunjuk arah tujuan dan sebagainya.

Tridaya Pamurtya, PT. I - 4

Page 5: 1  Pendahuluan (2)

Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan

1.3.2. Analisis dan Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap Analisis dan Evaluasi diuraikan berikut ini;

Melakukan analisis dan evaluasi kondisi alur pelayaran sungai dan danau.

Melakukan analisis dan evaluasi lalu lintas perairan daratan.

Melakukan analisis dan evaluasi sistem perambuan yang ada saat ini.

1.3.3. Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan

Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas di Perairan Daratan yang diinginkan dari pekerjaan ini adalah berupa adanya sistem perambuan lalu lintas yang telah disempurnakan yang akan digunakan oleh :

1. Pemakai alur pelayaran yang berfungsi memberikan: ▪ Larangan;▪ Peringatan;▪ Perintah.

2. Penyelenggara Lalu Lintas dan Angkutan Sungai dan Danau yang meliputi :▪ Tata cara penyigian (survey) kebutuhan rambu;▪ Jenis rambu;▪ Spesifikasi teknis rambu meliputi tipe konstruksi dan material▪ Tata cara penempatan, pemasangan dan pemeliharaan rambu.

Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas di Perairan Daratan tersebut dipergunakan untuk menyusun Konsep Sistem Perambuan Lalu Lintas di Perairan Daratan yang berlaku di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Konsep Sistem Perambuan Lalu Lintas di Perairan Daratan disusun sebagai materi untuk diusulkan Sebagai bahan Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Perambuan Sungai dan Danau.

1.4.SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan Laporan Semi Rampung dalam Pekerjaan Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan ini, secara garis besar adalah sebagai berikut,

Bab I Pendahuluan; berisi uraian umum tentang latar belakang, maksud dan tujuan serta lingkup Pekerjaan Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan, ditambah dengan sistematika penulisan untuk laporan ini.

Bab II Kondisi Eksisting; Menggambarkan kondisi eksisting lokasi di mana proses penyigian yang akan dilakukan. Lokasi ini meliputi Danau Toba (Sumatera Utara), Sungai Siak (Riau), Sungai Musi (Sumatera Selatan),

Tridaya Pamurtya, PT. I - 5

Page 6: 1  Pendahuluan (2)

Penyusunan Sistem Perambuan Lalu Lintas Di Perairan Daratan

Sungai Kapuas (Kalimantan Barat), Sungai Barito (Kalimantan Selatan) serta Danau Bedugul (Bali).

Bab III Rambu Perairan Daratan; Bagian ini membahas prinsip-prinsip yang diterapkan dalam sistem perambuan, kemudian material yang dapat dipakai untuk rambu diperairan daratan ini. Pada bagian lainnya dibahas pula masalah penempatan rambu serta bentuk dan dimensi yang ditetapkan. Pada bagian akhir dari bab ini dijelaskan tentang sistem manajemen yang diberlakukan untuk masalah rambu terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan, inspeksi dan pemeliharaan serta untuk sosialisasi.

Bab IV Rambu Larangan; Pada bagian ini dijelaskan mengenai bentuk dan arti dari rambu larangan.

Bab V Rambu Wajib; Pada bagian ini dijelaskan mengenai bentuk dan arti dari rambu wajib.

Bab VI Rambu Peringatan; Pada bagian ini dijelaskan mengenai bentuk dan arti dari rambu peringatan.

Bab VII Rambu Penuntun-Petunjuk; Pada bagian ini dijelaskan mengenai bentuk dan arti dari rambu penuntun-petunjuk.

Bab VIII Rambu Pada Alur Berlayar; Pada bagian ini dijelaskan hal-hal mengenai rambu pada alur berlayar yang meliputi sistem pelampung dan tanda pada alur berlayar, tanda untuk bangunan permanen, tanda untuk alur tertutup serta rambu tambahan.

Tridaya Pamurtya, PT. I - 6