1 MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN...

download 1 MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN …publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2013/01/makalah-Nurhayati.pdf · 1 model pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode problem

If you can't read please download the document

Transcript of 1 MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN...

  • 1

    MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING (SHOW CASE) PADA SISWA KELAS X SMAN 20 GARUT

    KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

    M A K A L A H

    Disusun oleh :

    NURHAYATI NIM.1021.0262

    PROGRAM STUDI PBS INDONESIA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

  • 2

    MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN

    METODE PROBLEM SOLVING (SHOW CASE) PADA SISWA KELAS X SMAN 20 GARUT

    KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

    Nurhayati

    NIM.1021.0262

    Program Studi PBS Indonesia Dan Daerah Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

    (STKIP) Siliwangi Bandung 2012

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah: memperoleh gambaran mengenai kemampuan keterampilan berbicara siswa

    sebelum dan sesudah menggunakan model Problem Solving, serta mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar keterampilan berbicara dengan metode Problem Solving.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk meneliti hubungan sebab akibat. Teknik penelitian yang digunakan adalah: studi pustaka, teknik observasi, teknik tes, teknik uji coba, dan wawancara. Sedangkan pengolahan data peneliti menggunakan pretes dan postes perhitungan skor serta perhitungan statistik dengan uji t.

    Hasil pembahasan penelitian ini bahwa nilai t hitung (1,16) < t tabel (1,9967). Jadi Ho ditolak, artinya kemampuan akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak sama secara signifikan. Dengan kata lain, setelah diberi perlakuan kemampuan kelas eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol, sehingga hipotesis yang diajukan penulis yaitu: "terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan berbicara siswa yang menggunakan model Show Case di kelas eksperimen dengan yang menggunakan model Diskusi Kelompok di kelas kontrol pada siswa kelas X SMAN 20 Garut Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012 Kata kunci : Keterampilan Berbicara, Show case PENDAHULUAN Menyinggung soal bahasa, tentu akan menyinggung pula tentang keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu (1) keterampilan menyimak (listening skills). (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (Reading skills), dan (4) keterampilan menulis (Writing skills) (Nida, 1957, Haris, 1977, Tarigan, 1986:1). Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainya dengan cara beraneka ragam. Dalam kegiatan berbahasa, berbicara atau bercakap-cakap merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang memainkan peran penting, karena bahasa pada hakekatnya adalah bahasa, lisan, sedang bahasa tulis hanyalah rekaman dari bahasa lisan itu. Oleh karena itu, pengajaran berbicara menempati bagian yang penting dan pengajaran bahasa Indonesia (Seini, 1993:99). Untuk menguji dan mengetahui seberapa jauh keterampilan berbicara siswa, selama ini guru lebih sering menggunakan teknik-teknik yang sudah umum, misalnya dengan teknik bercakap-cakap, teknik tanya jawab, teknik diskusi, teknik berpidato, teknik ceramah,

    dan teknik bermain peran. Hal ini akan menimbulkan kebosanan pada siswa, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk mencari, menggali, menemukan, maupun mengembangkan metode, misalnya dengan salah satu model pembelajaran yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran Show Case. Model pembelajaran Show Case didasari oleh proses-proses berfikir logis dan keritis. Dalam penelitian ini penulis mencoba akan menerapkan model tersebut untuk mengajarkan bahasa Indonesia khususnya pengajaran berbicara. Dengan model pembelajaran ini, siswa diharapkan akan terlatih untuk berfikir logis dan kritis mampu menghadapi dan menyelesaikannya permasalahan dalam kehidupannya. Selain itu dengan model pembelajarannya ini guru dapat membimbing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara. KTSP 2006 sebagai acuan pembelajaran membuka peluang untuk dapat terlaksananya pembelajaran Show Case ini belum pernah ditetapkan SMAN 20 Garut Kabupaten Garut , baik dalam mata pelajaran PKN maupun dalam mata pelajaran bahasa khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia.

  • 3

    KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu metode pengajaran yang dipergunakan oleh guru dalam memberikan dan menyampaikan bahan pengaJaranya sesuai dengan tujuan yang diharapkan Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara pada hakekatnya merupakan keterampilan memproduksi harus sistern bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, gagasan, perasan, dan pengalaman kepada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, benar clan bertanggung jawab, dengan melenyapkan problem kejiwaan seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, dan berat lidah. (Tarigan, 1986:1). Pengertian Show Case Model pembelajaran Show Case adalah suatu model pembelajaran yang merupakan pengembangan dan metode inkuiri (problem solving) yang dalam prakteknya menuntut keaktifan siswa dalam berpikir maupun berbicara. Dalam model pembelajaran Show Case siswa dihadapkan pada sebuah masalah. Mereka harus mengidentifikasi dan menilai informasi dari masalah tersebut, mengkaji dan mencari solusinya, memilih diksi yang tepat untuk mengembangkan pendapatnya, serta mengembang pendapatnya, serta mengembangkan rencana tindakan kemudian menyajikan kasus tersebut di depan kelas. (Pasaribu dan Simanjuntak, 1986:114). Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. "Metode eksperimen yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui suatu hasil yang, diharapkan dan variabel-variabel yang diselidiki". (Surakhmad, 1994: 149). Tujuan dari metode deskriptif adalah mengumpulkan data dan informasi aktual secara terperinci yang dapat melukiskan gejala-gejala sosial masyarakat (termasuk pendidikan), mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang terjadi serta melakukan perbandingan atau evaluasi. Sedangkan rancangan eksperimen yang digunakan penulis adalah control group pretest-postest desain. Untuk lebih jelasnya desain tersebut digarnbarkan sebagai berikut:

    G2 X 01K

    02 X 01 E

    Dengan melihat pola di atas kita memperoleh gambaran bahwa penelitian ini melibatkan 2 : 1. Kelas eksperimen.

    Kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menggunakan model Show Case Kelas kontrol Kelas kontrol dengan menggunakan model diskusi kelompok dalam pembelajaran.

    Teknik Penelitian Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah 1. Studi Pustaka

    Untuk memperoleh data mengenai masalah yang sedang diteliti, maka penulis mempelajari buku-buku referensi dan dokumen pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi

    2. Observasi, Dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dan mengetahui peran aktif siswa juga peran serta guru bidang studi Bahasa dan sastra. Indonesia dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam menerapkan model pembelajaran Show Case.

    3. Tes Keterampilan berbicara diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. dilakukan pada awal dan akhir (pretes dan postes) guna memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara.

    4. Alat rekam, Untuk mengumpulkan data dan hasil tes keterampilan berbicara.

    PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Mencari ttable dengan rumus :

    dk = nE + nK-2 = 36 + 36-2

    dk = 70 5% pada taraf kepercyaan 95% ttable = t (-1/2 ) (dk) pada daftar t baku diperoleh: Karena harga tabel dengan jumlah subjek 70 tidak terdapat di dalam tabel harga kritik distribusi t, maka penulis menetapkan ttable dengan interpolasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut ini t0,995(60) = 2,00 dan t0,995(20) (20) = 1,98 selisih dari 60 dan 120 adalah 60 sedangkan selisih dan 2,00 dan 1,98 adalah

    0,02, maka 60

    02,0= 0,000333, selesih dan 60 dan 70

    (jumlah subjek) adalah 10, jadi 10 x 0,000333 = 0,003 maka 2,00 - 0,053328 = 1,9967 jadi diperoleh harga ttable adalah 1,9967dengan tingkat kepercayaan 95%. 2. Menguji hipotesis Kriteria pengujian: Kriteria pengujian: Jika thitung > ttable Hiaka Ho ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan Jika thitung > ttable rnaka Ho ditolak artinya tidak ada perbedaan yang signifikan.

  • 4

    Hipotesis yang diuji adalah: H o: rE- rK, artinya rata-rata kemampuan awal sama H,i : rE = rK, artinya rata-rata kemampuan awal berbeda Dari pehitungan di atas diketahui: bahwa thitung = 1,16. Maka nilai thitung (1,16) < ttable =1,9967. Jadi Ho ditolak, artinya kemampuan akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama (perbedaannya tidak signifikan).

    Dengan kata lain, setelah diberi perlakuan kemampuan eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol, sehingga hipotesis yang Paraf diajukan penulis yaitu : "Terdapat perbedaan yang signifikan antara Pembimbing peningkatan keterampilan berbicara siswa yang menggunakan model Show Case di eksperimen dengan yang menggunakan model Diskusi Kelompok di kontrol pada siswa X SMAN 20 Garut Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011/2012 dapat diterima.

    Hasil Obeservasi

    Observasi dilakukan sebagai penunjang, di samping data yang dihasilkan instrumen tes. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui ciri perilaku siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarnya dan perilaku siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

    Untuk lebih jelasnya berikut penulis tafsirkan analisis hasil observasi, baik pada eksperimen maupun kontrol. Ciri perilaku siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarnya pada umumnya sudah dapat mencari dan memberikan informasi dengan baik. Berani mengajukan pendapat menyanggah atau memberikan stimulus kepada guru dan siswa yang lain. Siswa juga sudah mampu membuat kesimpulan dan mencari solusi dari masalah yang dipilihnya.

    Terlihat adanya hubungan dan kerjasama yang baik dengan siswa, masyarakat dan tokoh masyarakat. Selain itu, ada usaha dan motivasi siswa untuk mempelajari bahan pelajaran atau stimulus yang diberikan guru.

    Perilaku siswa setelah melakukan kegiatan belajarnya, adanya perkembangan pemahaman yang lebih luas pada diri siswa tentang sumber-sumber informasi meningkat. Begitu pula dalam keterampilan memecahkan masalah secara kooperatif pada diri siswa meningkat.

    Pada kontrol, ciri perilaku siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarnya pada dasamya tidak jauh berbeda dengan eksperimen tapi juga tidak sama. Misalnya pada aspek membuat kesimpulan dan mencari solusi dari masalah yang dipilih dengan baik belum terlihat. Begitu pula dalam hubungan dan kedasama dengan siswa, masarakat, dan tokoh masyarakat belum tampak. Perbedaan ini disebabkan karena perlakuan yang berbeda, yaitu eksperimen menggunakan model Show Case dan control menggunakan model Diskusi Kelompok. Dengan demikian model Show Case lebih meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara

    siswa, khususnya di SMAN 20 Garut Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011/2012

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab 4 maka penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut ini. 1) Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilansir

    banyak pihak telah gagal ternyata tidak sepenuhnya benar. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data. Rata-rata keterampilan berbicara dengan metode problem solving, yaitu 74,7 dan rata-rata keterampilan berbicara dengan metode bermain peran, yaitu 70.9. Nilai rata keterampilan berbicara kedua kelompok tersebut bila ditapsirkan berdasarkan klasifikasi yang terdapat dalam, Nurkancana (186:1 18), maka keterampilan berbicara siswa termasuk cukup baik.

    2) Data penelitian yang diperoleh penulis, baik di eksperimen maupun di kontrol penyebarannya berdistribusi normal. Artinya, jumlah siswa yang kemampuannya di atas, rata-rata seimbang dengan jumlah siswa yang. kemampuannya di bawah rata-rata.

    3) Metode problem solving lebih efektif dari pada metode bermain peran dalam pembelajaran berbicara. Hal ini, terbukti dan perbedaan rata-rata perubahan prates-postes eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji t (t tes), di peroleh t hitung = 7,63 Nilai ini lebili dari pada t i, pada tarap kepercayaan 95% dan taraf signifikan 5% = 1.97.

    Kemampuan penulis dalam persiapan dan pelaksanaan pembelajaran berbicara, di eksperimen (dengan metode problem solving) dan di kontrol (dengan metode bermain peran) memperoleh nilai 75,5 berada pada rentang 75-89 yang mempunyai interprestasi tinggi (Nurkancana, 1986:118). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penulis telah mampu melaksanakan pembelajaran berbicara sebagai penunjang keberhasilan penelitian. Dengan kata lain, pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode problem solving di eksperimen dan metode bermain peran di kontrol berhasil dengan baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alisjahbana., S. (1976) Tata Bahasa Baku Bahasa

    Indonesia Jakarta: Dian Rakyat Ali, M. (1992) Strategi Penelitian Pendidikan.

    Bandung: Angkasa.S1 Alwasilah, C. (1985) Linguistik Suatu Pengantar,

    Bandung: Angkasa.

  • 5

    Alwasilah. C. (2000) Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam Kontek-, Persaingan Global. Bandung: Andira.

    Alwasilah. C. (2002) Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi Artikel Pikiran Rakyat.

    Badudu, J.S. (1983) Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, Jilid 1. Jakarta Gramedia.

    Depdikbud. (1994) Garis-garis Besar program Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas XSMA. Jakarta: Depdikbud.

    Djiwandono, M. S. (1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran, Bandung: ITB

    Hadidjaja, T. (1955) Tata Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Up Indonesia.

    Hadi, S. (1992) Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Hamid, F.A. (1987) Proses Belajar Mengajar

    Bahasa. Jakarta: Depdikbud. Nugiyantoro, B. (1995) Penilaian dalam

    Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPM

    Nasution. S.(1992) Metode Penelitian Naturalistik Komunikatif. Bandung Transito

    Poerwadarminta, WJS. (1993). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pn Balai Pustaka.

    Rakhmat, Jalaludin. (1982) Retorika Modern-Sebuah

    Kerangka, Teori, dan Praktek Berpidato. Bandung: Akademika.

    Rooijakkers, Ad. (1984) Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.CV.Diponogoro.

    Sudjana. (1996) Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sulaeman. (1988) Prosedur Pengajaran Bahasa

    Indonesia. Bandung: Sinar Baru. Tarigan, HG. (1991) Berbicara sebagai Sebuah

    Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. G. (1994) Pengajaran Tata Bahasa Kasus.

    Bandung: Angkasa.