1 Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Transcript of 1 Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
1
Diny, et al. JurnalSumberdayaAlamdanLingkungan
Pengaruh Penggunaan Media Penyangga Yang Berbeda dan Waktu Tinggal Terhadap
Penurunan Kadar BOD5 dan COD Limbah Cair Tahu denganMetodeBiofilm
The Influence of The Use of Different Medium Buffer and Time Detention on The Decrease of
BOD5 and COD in Tofu’s Waste Water with BiofilmMethod
Debby Septyana Eka Diny1, BambangRahadi Widiatmono2*, Ruslan Wirosoedarmo2
MahasiswaTeknikLingkungan, UniversitasBrawijaya, Jl. Veteran Malang 65145
Dosen Ps. TeknikLingkungan, JurusanKetenikanPertanian, UniversitasBrawijaya, Jl. Veteran Malang 65145
ABSTRAK
Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun
cair. Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD
yang cukup tinggi pula. Jika langsung dibuang ke badan air akan menurunkan daya dukung
lingkungan. Salah satu upaya pengolahan limbah cair industri tahu yaitu dengan biofilm aerob
menggunakan variasi perlakuan penggunaan media penyangga yang berbeda dan waktu tinggal.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu kombinasi optimal antara penggunaan media
penyangga yang berbeda dan waktu tinggal dalam menurunkan kadar BOD5 dan COD limbah cair
tahu.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan reaktor sistem batch untuk menumbuhkan biofilm,
Selain itu juga digunakan EM4 sebagai starter dalam pembentukan biofilm. Penelitian dilakukan
menggunakan RAL Faktorial dengan dua faktor yaitu penggunaan media penyangga (bioball dan pipa
PVC) dan waktu tinggal (6; 12; dan 18 jam) dengan masing-masing 3 ulangan. Data dianalisis
dengan menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) dan Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perbedaan media penyangga dan waktu
tinggal memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kadar BOD5 dan COD limbah cair
tahu. Efisiensi penurunan tertinggi didapatkan pada kombinasi perlakuan media bioball dengan waktu
tinggal 12 jam, mampu menurunkan kadar BOD5 sebesar 85, 47 % dari konsentrasi awal BOD5 786
mg/L menjadi 127,20 mg/L dan telah memenuhi standar baku mutu. Efisiensi penurunan COD
sebesar 79,89 % dari konsentrasi awal 1770 mg/L menjadi 355,87 mg/L tetapi masih belum
memenuhi baku mutu. Pemilihan jenis mikroorganisme yang teridentifikasi dalam pertumbuhan
biofilm diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
PENDAHULUAN
Industri tahu saat ini telah berkembang
pesat dan tersebar luas baik di kota-kota besar
maupun kecil di Indonesia yang didominasi
oleh usaha-usaha skala kecil. Besarnya
peluang bisnis industri tahu di Indonesia
menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
pengusaha dan lingkungan. Salah satu dampak
negatif yang ditimbulkan adalah munculnya
limbah dari proses produksi tahu yang kurang
dikelola dengan baik dan berpotensi dalam
mencemari lingkungan sekitar.
Industri tahu dalam proses
pengolahannya menghasilkan limbah, baik
limbah padat maupun cair. Limbah cair yang
dihasilkan berasal dari proses pencucian,
perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu,
oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan
sangat tinggi (Subekti, 2011). . Limbah cair
tahu dihasilkan dari proses pencucian,
perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu,
oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan
sangat tinggi (Subekti, 2011). Sebagian besar
sumber limbah cair yang dihasilkan oleh
industri pembuatan tahu adalah cairan kental
yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut
dengan air dadih (whey). Cairan ini
mengandung kadar protein yang tinggi dan
dapat segera terurai. Limbah cair ini sering
dibuang secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau
busuk dan mencemari sungai (Sani, 2006).
Proses biologis dengan biakan melekat
(biofilm) yakni proses pengolahan limbah
dimana mikroorganisme yang digunakan
Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
2
Diny, et al. JurnalSumberdayaAlamdanLingkungan
dibiakkan pada suatu media sehingga
mikroorganisme tersebut melekat pada
permukaan media (Said, 2000).Menurut Said
(2000), proses aerobik dilakukan dengan
kondisi adanya oksigen terlarut di dalam
reaktor air limbah. Suatu sistem biofilm yang
terdiri dari medium penyangga, lapisan
biofilm yang melekat pada medium, lapisan
alir limbah dan lapisan udara yang terletak
diluar. Senyawa polutan yang ada di dalam air
limbah misalnya senyawa organik (BOD,
COD), ammonia, phospor dan lainnya akan
terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis
yang melekat pada permukaan medium. Pada
saat yang bersamaan dengan menggunakan
oksigen yang terlarut di dalam air limbah
senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh
mikroorganisme yang ada di dalam lapisan
biofilm dan energi yang dihasilkan akan
diubah menjadi biomasa.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai
pada Bulan Maret hingga Bulan Mei 2015.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Teknik Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan
terhadap satu titik pengamatan di Pabrik Tahu
daerah Karang Ploso, Malang. Lokasi
pengambilan sampel limbah cair tahu berada
di tempat penampungan sementara limbah cair
di Pabrik Tahu.
Alat dan Bahan
Beberapa alat dan bahan yang digunakan
dalam pengambilan sampel ialah sebagai
berikut:
a. pipa PVC & bioball;
b. glass box;
c. coolbox;
d. termometer;
e. Aerator;
f. air stone bubble;
g. wadah jurigen
h. botol sampel
i. gelas ukur
j. selang aerasi
Desain reaktor yang digunakan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Desain Reaktor Biofilm Sistem Batch
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
digunakan limbah cair tahu yang berasal dari
keseluruhan proses produksi tahu. Serta
digunakan EM4 sebanyak 5% dari total limbah
cair tahu yang diolah.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa
parameter uji yaitu BOD5, COD, yang didapat
dari hasil ujji Laboratorium Perum Jasa Tirta 1
Kota Malang. Penelitian dilakukan dengan
metode eksperimental skala laboratorium.
Metode eksperimen melibatkan pengukuran
terhadap sistem yang dikaji, memberi
perlakuan terhadap sistem, dan kemudian
melakukan pengukuran lagi dengan cara yang
sama terhadap sistem yang telah diperlakukan
untuk mengetahui apakah perlakuan
mengubah nilai pengukuran. Menurut Wahana
(2009), penelitian eksperimen bertujuan untuk
menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab
akibat serta berapa besar hubungan sebab
akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa
kelompok eksperimen dan menyediakan
kontrol untuk perbandingan.
Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini ialah rancangan acak
lengkap yang disusun secara faktorial dengan
dua faktor (RAL Faktorial). Faktor pertama
adalah penggunaan media yang berbeda (M)
yang terdiri dari dua level, yakni level pertama
media bioball (M1) dan level kedua media
pipa PVC (M2). Faktor kedua adalah
perbedaan waktu tinggal selama proses
running (T) yang terdiri dari tiga level, yakni
level pertama 6 jam (T1), level kedua 12 jam
Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
3
Diny, et al. JurnalSumberdayaAlamdanLingkungan
(T2), dan level ketiga yaitu 18 jam (T3).
Masing-masing kombinasi perlakuan dari dua
faktor diatas dilakukan pengulangan sebanyak
3 kali, sehingga terdapat 18 satuan percobaan.
Pengambilan Limbah Cair Tahu
Limbah cair yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari Pabrik tahu “X” di
daerah Karang Ploso, Malang. Sebanyak 144
liter limbah cair tahu fresh ditampung ke
dalam 8 jirigen dengan volume 20 liter,
pengambilan limbah cair tahu dilakukan
dengan menggunakan gelas ukur plastik
volume 5 liter kemudian di masukkan ke
dalam jurigen yang berkapasitas 20 liter.
Limbah cair yang sudah ditampung ke dalam
jirigen, terlebih dahulu di homogenkan dan
didiamkan selama 20 jam sebelum dilakukan
proses running, hal tersebut dilakukan untuk
menurunkan suhu limbah, dari 600C menjadi
340C serta untuk mengendapkan padatan
tersuspensi yang ikut terambil ketika
pengambilan limbah cair tahu di tempat
penampungan sementara limbah cair pabrik.
Seeding dan Aklimatisasi
Ketika media penyangga pertama kali
dipasang didalam glass box, belum terbentuk
biofilm pada permukaan media pipa PVC dan
bioball. Sehingga diperlukan proses
pengembangbiakan atau pembibitan
mikroorganisme (seeding) terlebih dahulu agar
terbentuk biofilm yang melekat pada
permukaan media penyangga. Proses Seeding
dan Aklimatisasi dilakukan dengan cara
memasukkan limbah cair tahu ke dalam bak
kaca yang telah terdapat media penyangga lalu
ditambahkan EM4 sebanyak 5% dan di beri
aerasi selama 14 hari. Penambahan EM4
sebanyak 5% (limbah cair tahu 7600 ml + 400
ml EM4) dilakukan untuk memberikan nutrisi
serta mempercepat pembentukan biofilm.
Apabila pada permukaan media pipa PVC dan
bioball terbentuk lapisan lendir yang berwarna
hitam kecoklatan-coklatan serta tidak mudah
terlepas dari media, maka dapat dipastikan
bahwa telah tumbuh mikroorganisme pada
media (Herlambang, 2002), kemudian
dilakukan tahap running sesuai dengan variasi
waktu tinggal yang telah ditentukan.
Running
Limbah cair tahu dan starter awalnya
didiamkan selama 14 hari, kemudian pada hari
ke 15 dilakukan pergantian limbah secara
bertahap dengan tujuan untuk memperbaharui
nutrisi bagi biofilm dan menghindari
terjadinya pembebanan secara tiba-tiba (shock
loading) yang dapat mematikan mikroba.
Proses running dilakukan pada hari ke lima
belas sejak limbah cair tahu dan EM4
didiamkan pada media penyangga. Pengolahan
lmbah cair yang dipilih untuk menurunkan
kadar pencemar industri tahu adalah metode
biofilm sistem batch, sehingga terdapat 18
batch pada keseluruhan kombinasi perlakuan.
Limbah cair tahu yang fresh dimasukkan
kedalam 18 batch reaktor secara bertahap
sampai dengan volume 8 liter, kemudian di
beri aerasi dan dibiarkan selama waktu tinggal
yang telah ditentukan yaitu 6 jam, 12 jam, dan
18 jam. Ketika telah melewati waktu tinggal
berarti proses running pengolahan limbah
selesai, dan dilanjutkan dengan pengambilan
sampel.
Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah diketahui
nilai parameter BOD5 dan COD limbah cair
tahu.Terdapat beberapa tahapan analisa data
yang dilakukan yakni, perhitungan persentase
perubahan konsentrasi BOD5 dan COD,
Analisa rancangan dengan RAL Faktorial, dan
uji lanjut BNT.
Efisiensi penurunan konsentrasi BOD5
dan COD limbah cair tahu dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Efisiensi = a - b
ax 100%................(3.2)
dimana :
a = nilai konsentrasi BOD5 dan COD pada
saat sebelum diolah untuk masing-
masing perlakuan;
b = nilai konsentrasi BOD5 dan COD pada
saat sesudah diolah untuk masing-masing
perlakuan.
Analisa data menggunakan metode two
ways dengan tabel analisa ragam (ANOVA)
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan taraf nyata 5%.
Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
4
Diny, et al. JurnalSumberdayaAlamdanLingkungan
Uji Lanjut BNT dengan taraf nyata 5%
dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Sastrosupadi, 2000) :
dimana :
BNT = nilai beda nyata terkecil;
ta = nilai t pada tabel uji BNT dengan
taraf kepercayaan 5%;
KTG = kuadrat tengah galat;
Dbg = derajat bebas galat;
n = jumlah ulangan.
PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan di Sekitar Pabrik
Tahu
Kondisi lingkungan di sekitar pabrik
tahu akan berpengaruh terhadap kualitas
limbah cair yang akan diambil
sampelnya.Proses produksi tahu masih
dilakukan dalam skala home industry,
sehingga belum terdapat unit pengolahan
limbah. Ketika proses produksi berlangsung,
limbah cair tahu yang merupakan produk
samping dari proses produksi tahu, hanya
dialirkan ke tempat penampungan sementara
limbah cair tanpa dilakukan pengolahan
terlebih dahulu dan langsung dibuang ke
badan sungai terdekat. Kondisi yang demikian
itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
minimnya pengetahuan pengusaha tahu
terhadap teknologi pengolahan limbah dan
pertimbangan biaya yang sangat besar dalam
pembangunan instalasi pengolahan limbah.
Limbah cair tahu yang dibuang tanpa
pengolahan lebih lanjut akan menimbulkan
beberapa permasalahan bagi lingkungan
perairan disekitarnya. Permasalahan yang
sering timbul adalah terjadinya pendangkalan,
keruhnya air dan berkembangnya bakteri
patogen.
Karakteristik Awal Limbah Cair Tahu
Limbah cair tahu yang digunakan
berasal dari limbah cair dari keseluruhan
proses produksi tahu. khusus untuk pengolah
limbah, sehingga lebih berpotensi
menimbulkan pencemaran dari pada industri
besar yang telah memiliki pengolahan limbah
serta memiliki standard mutu tersendiri bagi
pengolahan limbah. Konsentrasi Awal Limbah
cair tahu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsentrasi Awal Limbah Cair Tahu
Parameter Satuan KonsentrasiAwallimbah
Baku
Mutu
(*)
BOD5 mg/L 876 150
COD mg/L 1770 300
Sumber : (*) Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 72 Tahun 2013
Diketahui bahwa konsentrasi awal COD
limbah cair tahu sebesar 1770 mg/L. Menurut
Said (2001), jika kadar COD limbah kurang
dari 4000 mg/L, limbah tersebut lebih efisien
diolah pada kondisi aerob. Pemilihan
pengolahan limbah cair tahu dengan metode
biofilm aerob efektif digunakan untuk
mengurangi kadar BOD5 dan COD limbah cair
tahu.
Penurunan Kadar BOD5
Hasil analisa data terhadap penurunan
BOD5 menunjukkan bahwa penurunan terbesar
adalah dari kombinasi perlakuan bioball
dengan waktu tinggal 12 jam. Hasil penurunan
BOD5 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Penurunan Nilai BOD5
Penggunaan media pipa PVC dalam
menurunkan kadar BOD5 mengalami
kenaikan dan penurunan yang lebih drastis
dibandingkan dengan media bioball. Rata-rata
BOD5 pada perlakuan media bioball dengan
waktu tinggal 6 jam mengalami penurunan
dari 876 mg/L menjadi 471, 37 mg/L, pada
Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
5
Diny, et al. JurnalSumberdayaAlamdanLingkungan
waktu tinggal 12 jam kembali turun menjadi
127,2 mg/L, sedangkan pada waktu tinggal 18
jam nilai rerata BOD5 meningkat menjadi 233,
03 mg/L. Hasil yang serupa juga terlihat pada
media pipa PVC. Rata-rata BOD5 pada
perlakuan media pipa PVC dengan waktu
tinggal 6 jam mengalami penurunan yang
lebih besar dari media bioball yaitu dari 876
mg/L menjadi 200, 53 mg/L, pada waktu
tinggal 12 jam kembali menurun menjadi
198,7 mg/L, sedangkan pada waktu tinggal 18
jam nilai rerata BOD5 mengalami peningkatan
yang lebih besar pula dari media bioball yaitu
638,13 mg/L.
Efisiensi penurunan kadar BOD5 dari
seluruh perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Efisiensi Penurunan BOD5
VariabelPerlakuan EfisiensiPenurunan
(%)
M1T1 46,2
M1T2 85,47
M1T3 73,39
M2T1 77,11
M2T2 77,31
M2T3 27,15
Diketahui bahwa efisiensi penurunan terbesar
adalah dari kombinasi perlakuan media bioball
dan waktu tinggal 12 jam yaitu sebesar
85,47% sehingga didapatkan kombinasi
perlakuan terbaik dalam penurunan BOD5
adalah M1T2. Kombinasi perlakuan M1T2
mampu menurunkan kadar BOD5 limbah cair
tahu dari konsentrasi awal BOD5 786 mg/L
menjadi 127,20 mg/L dan hasil tersebut telah
memenuhi standar baku mutu limbah cair tahu
sesuai Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013.
Menurut Said dan Ruliasih (2005),
ketika biofilm sudah stabil/matang, biomassa
bakteri akan bertambah secara stabil dan
lapisan biofilm yang menutupi permukaan
media menjadi tebal. Secara umum hanya
mikroorganisme yang berada dilapisan paling
luar yang bekerja secara maksimal. Selama
mikroorganisme yang berada pada bagian
dalam lapisan hanya mendapat makanan dan
oksigen secara difusi, maka mikroorganisme
ini memperoleh makanan dan oksigen semakin
lama semakin sedikit sejalan dengan
bertambah tebalnya lapisan biofilm. Apabila
lapisan biofilm sudah cukup tebal, maka
bagian dalam lapisan menjadi anaerobik. Jika
hal ini terjadi, lapisan akan kehilangan gaya
adhesi terhadap substrat dan kemudian akan
menyebabkan lapisan biofilm terkelupas.
Apabila mikroorganisme yang mati dalam
celah kecil, maka tidak dapat lepas dan tetap
berada dalam lapisan biofilm, dan hal tersebut
akan menyebabkan beban organik (BOD)
meningkat.
Penurunan Kadar COD
Hasil analisa data terhadap penurunan
COD menunjukkan bahwa penurunan terbesar
adalah dari kombinasi perlakuan bioball
dengan waktu tinggal 12 jam. Hasil penurunan
COD dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Penurunan Nilai COD
Penggunaan media pipa PVC dalam
menurunkan kadar COD mengalami kenaikan
dan penurunan yang lebih drastis
dibandingkan dengan media bioball. Rata-rata
COD pada perlakuan media bioball dengan
waktu tinggal 6 jam mengalami penurunan
dari 1770 mg/L menjadi 1406,67 mg/L, pada
waktu tinggal 12 jam kembali menurun
menjadi 355,87 mg/L, sedangkan pada waktu
tinggal 18 jam nilai rerata COD meningkat
menjadi 647,5 mg/L. Berbeda dengan hasil
yang didapatkan pada media pipa PVC.
semakin lama waktu tinggal yang digunakan,
kadar COD justru semakin meningkat. Rata-
rata COD pada perlakuan media pipa PVC
dengan waktu tinggal 6 jam mengalami
penurunan yang lebih besar dari media bioball
yaitu dari 1770 mg/L menjadi 497,63 mg/L,
pada waktu tinggal 12 jam mengalami sedikit
peningkatan menjadi 552,87 mg/L, sedangkan
pada waktu tinggal 18 jam nilai rerata COD
Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
6
Diny, et al. JurnalSumberdayaAlamdanLingkungan
mengalami peningkatan yang lebih besar pula
dari media bioball yaitu menjadi 1202,9 mg/L.
Efisiensi penurunan kadar COD dari
seluruh perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Efisiensi Penurunan COD
VariabelPerlakuan EfisiensiPenurunan
(%)
M1T1 20,52
M1T2 79,89
M1T3 63,42
M2T1 71,88
M2T2 68,77
M2T3 32
Diketahui bahwa efisiensi penurunan terbesar
adalah dari kombinasi perlakuan media bioball
dan waktu tinggal 12 jam yaitu sebesar
79,89% sehingga didapatkan kombinasi
perlakuan terbaik dalam penurunan COD
adalah M1T2. Kombinasi perlakuan M1T2
mampu menurunkan kadar COD limbah cair
tahu dari konsentrasi awal COD 1770 mg/L
menjadi 355,87 mg/L. tetapi hasil tersebut
masih belum memenuhi standar baku mutu
limbah cair tahu sesuai Pergub Jatim No. 72
Tahun 2013.
Menurut Said (2005) dalam Rustanto &
Karnaningroem (2012), proses mekanisme
pendegradasian bahan organik COD pada
biofilm adalah pertama bahan organik akan
terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis
yang melekat pada permukaan media. Pada
saat yang bersamaan dengan menggunakan
oksigen yang terlarut di dalam air limbah,
senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh
mikroorganisme yang ada di dalam lapisan
biofilm dan energi yang dihasilkan akan
diubah menjadi biomassa. Suplai oksigen pada
biofilter dapat dilakukan dengan penambahan
pengolahan pra-treatment seperti aerasi.
Reaksi yang terjadi adalah seperti berikut :
Said (2005), juga menambahkan jika reaksi
penguraian komponen kimia dalam reaktor
terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan
menurun. Pada klimaksnya oksigen yang
terseda tidak cukup untuk menguraikan
komponen kimia tersebut sehingga keadaan
dalam biofilter yang semula aerobik akan
menjadi fakultatif karena kekurangan oksigen
sehingga mikroorganisme akan mati dan
terendap pada rongga-rongga media, hal
tersebut dapat menyebabkan beban organik
bertambah besar didalam reaktor sistem batch
dan menyebabkan efisiensi removal menjadi
menurun, sehingga perlu ditambahkan satu
pengolahan pre treatment berupa aerasi agar
kadar oksigen dalam air tetap stabil karena
semakin banyak mikroorganisme menguraikan
bahan organik, maka semakin besar oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
tersebut.
KESIMPULAN
Efisiensipenurunanterbesarkadar
BOD5dan COD
adalahdarikombinasiperlakuanpenggunaan
media bioballdanwaktutinggal 12 jam (M1T2)
yang secaraberurutanyaitu BOD5 85,47% dan
COD 79,89 %.
Interaksiperlakuandaripenggunaan media
penyangga yang
berbedadanwaktutinggalmemberikanpengaruh
yang nyataterhadappenurunankadar BOD5dan
COD limbahcairtahu. Hubunganpenggunaan
media penyangga yang
berbedadenganwaktutinggalterhadappenuruna
nkadar BOD5dan COD
limbahcairtahuadalahluaspermukaan media
yang semakinbesardansemakin lama
waktutinggal yang digunakan,
membuatlapisanbiofilm jugasemakintebal,
ketika biofilm padakondisi optimum proses
penurunankadar BOD5dan COD
jugasemakinbesar. yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, A.
2002.TeknologiPengolahanLimbahCai
rIndustriTahu.
PusatPengkajiandanPenerapanTeknologi
Lingkungan (BPPT)
danBapedal.Samarinda
Rustanto, Denny Yan dan Karnaningroem,
Nieke. 2012. Pengolahan Air Limbah
Laundry Dengan Biofilter Dan
Karbon Aktif. Dalam: Prosiding
Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XVI Program Studi MMT-
ITS. Surabaya
Said, Nusa Idaman. 2000. Teknologi
Pengolahan Air Limbah Dengan
Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
7
Diny, et al. JurnalSumberdayaAlamdanLingkungan
Proses Biofilm Tercelup. Jurnal
Teknologi Lingkungan. 1(2): 101-
113Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama GM 213 05.003
_______. 2005. Aplikasi Bio-Ball Untuk
Media Biofilter Studi Kasus
Pengolahan Air Limbah Pencucian
Jean. Pusat Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Lingkungan BPPT. Jakarta
_______. danRuliasih. 2005.
TinjuaunAspekTeknisPemilihan
Media BiofilterUntukPengolahan Air
Limbah. JAI 1(3)
Sani, E.Y. 2006. Pengolahan Air Limbah
Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob
Bersekat Dan Aerob. Tesis. Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Semarang
Sastrosupadi, Adji. 2000.
RancanganPercobaanPraktisBidangP
ertanian. Kanisius.
Subekti, Sri. 2011. Pengolahan Limbah Cair
Tahu Menjadi Biogas Sebagai Bahan
Bakar Alternatif. Dalam: Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi
ke-2 Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim Semarang. Semarang
Wahana Komputer. 2009. Solusi Mudah Dan
Cepat Menguasai SPSS 17.0 Untuk
Pengolahan Data Statistik. PT. Elex
Media Komputindo. Jakarta