1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

18
1 Jenis Batuan Pembawa Airtanah Jenis batuan (lapisan tanah) yang dapat berfungsi sebagai lapisan pembawa air adalah: 1. Batuan sedimen, merupakan lapisan pembawa air yang terbaik, yaitu pada lapisan batuan yang banyak mempunyai pori ruang antar butir, rekahan atau rongga batuan seperti endapan volkanik klastik, endapan butiran lepas (pasir, kerikil dan kerakal) dan batu gamping berongga. Batuan yang mempunyai besar butir makin halus dan kristalin mempunyai fungsi sebagai lapisan pembawa air yang buruk atau batuan yang kedap air. Contoh batuan ini adalah lempung, napal dan gamping kristalin. 2. Batuan beku bukan merupakan lapisan pembawa air yang baik, akan tetapi jika pada batuan tersebut terdapat rekahan ataupun retakan akan menyebabkan terdapatnya akumulasi airtanah. Misalnya endapan basalt dan andesit, bila terdapat retakan atau rekahan dapat merupakan penyimpan airtanah yang besar. 3. Batuan metamorfosa juga bukan merupakan lapisan pembawa air yang baik. Kandungan air akan terdapat pada ruang antara rekahan dan retakan batuan pada zona pelapukan batuan. Bila ditinjau dari umur batuan, maka endapan Resen dan Kuarter mempunyai kandungan airtanah yang baik hingga sedang. Batuan yang berumur lebih tua dari endapan Kuarter merupakan lapisan pembawa air yang buruk hingga sangat buruk. Batuan Kuarter yang tesusun oleh batu pasir yang tidak masif dapat merupakan penyimpan air yang baik, misalnya batu pasir pada Formasi Pucangan dan Formasi Kabuh di daerah Madiun.

Transcript of 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

Page 1: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

1

Jenis Batuan Pembawa Airtanah

Jenis batuan (lapisan tanah) yang dapat berfungsi sebagai lapisan

pembawa air adalah:

1. Batuan sedimen, merupakan lapisan pembawa air yang terbaik,

yaitu pada lapisan batuan yang banyak mempunyai pori ruang

antar butir, rekahan atau rongga batuan seperti endapan volkanik

klastik, endapan butiran lepas (pasir, kerikil dan kerakal) dan

batu gamping berongga. Batuan yang mempunyai besar butir

makin halus dan kristalin mempunyai fungsi sebagai lapisan

pembawa air yang buruk atau batuan yang kedap air. Contoh

batuan ini adalah lempung, napal dan gamping kristalin.

2. Batuan beku bukan merupakan lapisan pembawa air yang baik,

akan tetapi jika pada batuan tersebut terdapat rekahan ataupun

retakan akan menyebabkan terdapatnya akumulasi airtanah.

Misalnya endapan basalt dan andesit, bila terdapat retakan atau

rekahan dapat merupakan penyimpan airtanah yang besar.

3. Batuan metamorfosa juga bukan merupakan lapisan pembawa

air yang baik. Kandungan air akan terdapat pada ruang antara

rekahan dan retakan batuan pada zona pelapukan batuan.

Bila ditinjau dari umur batuan, maka endapan Resen dan Kuarter

mempunyai kandungan airtanah yang baik hingga sedang. Batuan yang

berumur lebih tua dari endapan Kuarter merupakan lapisan pembawa air

yang buruk hingga sangat buruk.

Batuan Kuarter yang tesusun oleh batu pasir yang tidak masif dapat

merupakan penyimpan air yang baik, misalnya batu pasir pada Formasi

Pucangan dan Formasi Kabuh di daerah Madiun.

Page 2: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

2

Akumulasi airtanah yang baik terdapat pada daerah morfologi dataran,

seperti cekungan antar-gunungapi, termasuk dataran di sepanjang sungai

dan dataran pantai tertentu.

Cekungan Airtanah

Cekungan airtanah adalah suatu daerah cukup luas, tersusun satu atau

lebih akuifer yang mempunyai karakteristik hampir sama. Cekungan

airtanah dapat terjadi pada daerah antar pegunungan, kipas aluvial ataupun

daerah antar lembah.

Cekungan airtanah dapat digambarkan sebagai suatu waduk bawah

tanah alamiah, sehingga pengambilan air melalui sumur di suatu tempat

akan mempengaruhi banyaknya air yang tersedia di tempat lain dalam

daerah cekungan yang sama. Jika dibandingkan dengan mineral lain seperti

minyak, gas atau emas, maka airtanah mempunyai ciri khas sebagai sumber

alam yang terbaharui (renewable resources). Produksi air akan terus

berlanjut sepanjang waktu, apabila ada keseimbangan antara air yang

mengimbuh (recharge) ke dalam cekungan dengan air yang dipompa dari

dalam cekungan melalui sumur. Dengan memperhitungkan pengisian serta

pengeluaran dari cekungan, maka waduk bawah tanah dapat berfungsi

secara menguntungkan dan lestari.

Cekungan yang terdapat pada daerah kaki pegunungan vulkanis dan

dataran aluvial terutama dari bahan rombakan vulkanis mempunyai potensi

penyimpanan airtanah yang cukup besar. Pada daerah batu gamping dapat

terbentuk akuifer dengan potensi yang besar yang berbentuk sungai bawah

tanah, tetapi pada daerah tertentu tidak mengandung airtanah.

Page 3: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

3

Penyebaran Airtanah di Indonesia

Akumulasi dan penyebaran airtanah ditentukan oleh berbagai faktor,

antara lain curah hujan, morfologi dan geologi.

Curah hujan di Indonesia umumnya tinggi, antara 1000 mm sampai

6000 mm rata-rata pertahun. Ada daerah tertentu yang mempunyai curah

hujan kurang dari 1000 mm tetapi penyebarannya sangat terbatas dan hanya

merupakan 0,9 % dari seluruh luas tanah air.

Daerah dengan curah hujan antara 1000-1500 mm pertahun hanya

meliputi wilayah kurang dari 4%. Distribusi hujan tidak merata sepanjang

tahun. Di beberapa daerah terutama di Jawa Timur dan Nusa Tenggara

variasi curah hujan musiman sangat besar, sehingga pada bulan-bulan Maret

sampai Oktober setiap tahun daerah-daerah tersebut mengalami kekeringan.

Di bawah ini adalah tabel mengenai curah hujan tahunan rata-rata dari

satuan wilayah sungai di Indonesia.

Tabel 1.3 Klasifikasi Curah Hujan Tahunan di Indonesia Pulau Sangat

kering

<1000 mm

(%)

Kering

1000-1500

mm (%)

Lembab

1500-3000

mm (%)

Basah

3000-5000

mm (%)

Sangat

basah >

5000 mm

(%)

Jawa/Bali <0,1 6,9 64,3 28,1 0,6

Sumatra 0,0 3,0 65,6 30,7 0,7

Kalimantan 0,0 0,0 48,8 51,2 0,0

Sulawesi 0,8 6,3 67,7 25,2 0,0

Ns.Tenggara 17,6 23,1 49,0 10,3 0,0

Maluku 1,3 3,7 73,7 21,3 0,0

Papua 0,0 4,2 42,3 42,7 10,9

Total 0,9 3,9 55,5 37,1 2,6

(Sumber : R. van der Weert, sukoco, 1991)

Page 4: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

4

Dengan curah hujan yang rata-rata tinggi, kemungkinan pengumpulan

airtanah sebagai akibat resapan air hujan ke dalam tanah akan sangat besar

apabila didukung oleh keadaan morfologi dan geologi. Bentuk permukaan

tanah akan sangat berpengaruh terhadap peresapan air ke dalam tanah dan

pengumpulannya. Pada daerah lereng dan daratan yang luas sangat mungkin

terdapat pengumpulan airtanah, namun masih sangat tergantung pada

keadaan geologi. Umur lapisan batuan dan struktur geologi sangat

berpengaruh kepada akumulasi dan penyebaran airtanah. Batuan berumur

geologi yang lebih tua umumnya bersifat padat dan kedap air, sehingga

menyulitkan peresapan atau pengumpulan airtanah. Struktur geologi tertentu

seperti rongga batuan, rekahan atau patahan dapat mempengaruhi

pengumpulan ataupun peresapan airtanah.

Uraian berikut adalah mengenai keadaan geologi yang mempengaruhi

penyebaran maupun akumulasi airtanah.

1. Batuan berumur Pra-Tersier

Batuan berumur Pra-Tersier tersingkap di Sumatra, Kalimantan,

Sulawesi, Nusa Tenggara serta Maluku, dan Irian. Daerah pulau

Jawa penyebaran batuan terbatas. Sebagian besar batuan Pra-

Tersier terdiri dari sekis hablur, batuan malihan dan batuan beku

dalam. Singkapan batuan membentuk medan yang berbukit atau

bergunung dan akumulasi airtanah kecil sekali. Akumulasi

airtanah dalam jumlah sangat terbatas mungkin dapat

diketemukan di dekat permukaan, yakni pada bagian yang telah

melapuk.

2. Batuan berumur Tersier

Batuan tersier tersusun oleh batuan sedimen. Batu gamping,

batuan beku, batuan gunungapi breksi (Andesit tua) atau batu

pasir yang masif bersifat kurang meneruskan air. Wilayah

Page 5: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

5

pegunungan lipatan yang tersusun oleh batuan tersebut

merupakan daerah yang selalu kekurangan air. Akumulasi

airtanah dalam jumlah terbatas dapat dijumpai pada bekas alur

sungai lama, atau di dekat permukaan, yaitu pada batuan yang

telah mengalami proses pelapukan.

Batu gamping menyebar hampir di seluruh Indonesia, tersingkap

dalam bentuk batu gamping berlapis, batu gamping terumbu dan

sedikit batu gamping berkristal.

Batu gamping berumur Pra-Tersier terdapat di Aceh, Sumatra

Utara, Sulawesi dan Indonesia bagian timur (Maluku dan Irian

Jaya).

Batu gamping berumur Tersier di pulau Jawa terdapat di bagian

selatan mulai dari pantai selatan Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Pada bagian utara dimulai dari Rembang,

Pegunungan Kendeng, dan Madura. Pada daerah lain terdapat di

Bali, Lombok dan Timor.

Batu gamping Kuarter berupa batu gamping terembu koral (coral

reef limestone) terdapat di beberapa pulau pada bagian timur

Indonesia, seperti pantai Ambon, Seram, Buru, Sulawesi Tengah.

Aliran airtanah di dalam rekahan dan rongga batu gamping dapat

menimbulkan pelarutan dan memperbesar rongga, sehingga

sering berkembang menjadi sungai bawah tanah. Pada daerah

batu gamping sangat umum dijumpai keadaan topografi karstik,

yang bercirikan tidak terdapat aliran air atau sungai di

permukaan, hanya terdapat “sink holes” (lubang-lubang

masuknya air ke dalam tanah) dan sungai bawah tanah.

Page 6: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

6

Beberapa contoh airtanah dalam bentuk mata air yang cukup

besar di batu gamping dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Mata Air Pada Batu Gamping di Indonesia

Propinsi Nama Mata Air Perkiraan Kuantitas

(L/det)

D.I. Yogyakarta Baron 4.500

Jawa Timur Merakurak (Tuban),

Saronggi

1000

330

Aceh Kr. Darau 500

N.T.T Camplong 100

Maluku Tual (Kep Kai) 4500

(Sumber : Dit. Jen. Pengairan)

3. Batuan Endapan Gunungapi

Gunungapi di Indonesia sangat penting dalam memberikan

tingkat kesuburan serta sebagai penangkap air hujan. Perbedaan

bentuk morfologi dan susunan litologi dapat dibedakan antara

batuan gunungapi muda dan batuan gunungapi tua. Batuan

gunungapi muda mempunyai bentuk lereng yang halus dan

membulat dengan susunan mitologi yang bersifat kurang masif.

Keadaan ini berhubungan erat dengan pembentukan dan

penyebaran airtanah pada wilayah gunungapi.

Wilayah gunungapi ini dapat dibagi atas 3 satuan:

Daerah puncak. Bentuk medan daerah ini berlereng curam

sekitar 33° - 35° dengan susunan batuan yang telah memadat

Page 7: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

7

seperti lava dan bongkah batuan serta bahan piroklastika yang

lain. Penyaluran air permukaan lebih dominan tetapi peresapan

air ke dalam tanah masih dapat berlangsung apabila batuan

bersifat sarang dan bentuk topografi memungkinkan.

Daerah tubuh gunungapi. Daerah tubuh gunungapi umumnya

tersusun oleh bahan piroklastika yang telah memadat. Bentuk

medan mempunyai lereng antara 10° - 20°. Daerah tubuh

gunungapi ini merupakan daerah resapan airtanah dan juga dapat

berfungsi sebagai daerah penyaluran bawah permukaan. Pada

daerah ini terdapat pula pemunculan mata air akibat pergantian

lapisan yang berbeda tingkat kelulusan ataupun terdapat

pemotongan aliran airtanah karena keadaan geologi dan

topografi.

Daerah kaki gunungapi. Daerah kaki gunungapi mempunyai

bentuk medan yang halus dengan kemiringan kurang dari lima

derajat. Batuan penyusun daerah ini terdiri dari batuan

piroklastika, sering ditutupi bahan yang diendapkan secara

sekunder oleh angkutan air. Bagian atas daerah kaki gunungapi

berfungsi sebagian besar sebagai daerah peresapan atau

penyaluran bawah permukaan. Akumulasi airtanah terjadi pada

bagian bawah kaki gunungapi. Pada umumnya di daerah ini

terdapat perubahan besar butir endapan lapisan batuan yang

menyebabkan terbentuk lapisan pembawa air tertekan.

4. Dataran Aluvial

Daerah aluvial menempati daerah pantai, sebagian daerah antar

gunung dan dataran lembah sungai. Daerah aluvial ini tertutup

oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu

Page 8: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

8

ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi airtanah

pada daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.

Daerah pantai terdapat cukup luas di pantai timur pulau

Sumatra, pantai utara Jawa Barat serta Jawa Tengah, pantai

selatan serta barat pulau Kalimantan, dan Papua bagian selatan.

Airtanah daerah dataran pantai selalu terdapat dalam sedimen

Kuarter dan Resen yang batuannya terdiri dari pasir, kerikil dan

berinterkalasi dengan lapisan lempung. Kondisi airtanah dalam

lapisan tersebut sering dalam keadaan tertekan, mempunyai

potensi yang umumnya besar, namun masih bergantung pada

luas dan penyebaran lapisan batuan dan selalu mendapat

ancaman intrusi air laut, apabila pengambilan airtanah berlebihan

dan tidak terkontrol.

Pada umumnya kota-kota besar dan pusat industri di Indonesia

terletak di daerah dataran pantai seperti pantai timur Sumatra dan

pantai utara Jawa. Limbah perkotaan dan industri menjadi

ancaman yang serius pada airtanah, karena pengaruh pencemaran

(polusi).

Dataran antar gunung di pulau Jawa terdapat di Bandung,

Garut, Madiun, Kediri-Nganjuk dan Bondowoso. Daerah ini

sebagian besar dibatasi oleh kaki gunungapi. Lapisan batuan

terdiri atas bahan klastika hasil rombakan batuan gunungapi

sekitarnya. Pergantian susunan litologi dari berbutir kasar ke

halus membentuk suatu kondisi airtanah yang tertekan.

Cekungan airtanah pada daerah antar-gunung mempunyai

potensi yang cukup besar. Potensi airtanah daerah antar gunung

di pulau-pulau lain terdapat di Sulawesi, Sumatra, Bali, Lombok

dan Timor.

Page 9: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

9

Dataran lembah sungai yang lebar dan luas terdapat di daerah

aliran sungai Bengawan Solo, Citanduy, Serayu, Lusi, Musi dan

Batanghari. Pada umumnya daerah ini tertutup oleh endapan

aluvial dan dapat mempunyai potensi airtanah yang cukup besar.

Daerah penyebaran airtanah hasil kompilasi dari berbagai sumber yang

telah disusun oleh tim Direktorat Jendral Pengairan, dapat di lihat pada

Tabel 1.5 dan Tabel 1.6.

Tabel 1.5 Daerah Penyebaran Airtanah di Indonesia

No. Propinsi Daerah Penyebaran Airtanah

1 D.I. Aceh Banda Aceh, Tanah Pasir-Pantolanbu,

Lhokseumawe-Langsa, Padang Tiji

2 Sumatra Utara Medan-Tanjung Balai, Padang Sidempuan

3 Sumatra Barat Solok, Padang, Bukittinggi, Painan

4 Bengkulu Cekungan dataran pantai Manna, dataran tinggi

Curug

5 Riau Lembah Salak, Rokan dan Kampar

6 Jambi Lembah Batanghari

7 Sumatra Selatan Lembah Musi

8 Lampung Teluk Betung-G. Sugih, Rumbia

9 Jawa Barat Bandung, Garut, Cilegon, Serang-Tangerang,

Kerawang-Indramayu

10 D.K.I. Jakarta Jakarta, Bogor, Bekasi

11 D.I. Yogyakarta Bantul, Sleman, Wonosari, Playen

12 Jawa Tengah Purwokerto, Solo-Sragen, Pemali-Comal, Kendal,

Semarang, Demak-Pati, Cilacap, Kebumen,

Purworejo

13 Jawa Timur Ponorogo-Madiun, Kedir-Nganjuk, Bondowoso,

Lumajang-Jember, Probolinggo-Paiton, Situbondo-

Page 10: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

10

No. Propinsi Daerah Penyebaran Airtanah

Asambagus, Banyuwangi, Jombang-Mojokerto

14 Bali Denpasar, Nusa Penida, Kubu, Kubu Tambahan,

Air Sanih

15 NTB Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Selatan,

Mataram, Bima, Dampu, Keli-Sape, Pelaperado,

Kempo, Sariutu, Tente, Alas, Taliwang Area,

Sumbawa Besar, Lunyak Pain

16 NTT Atambua, Sekon, Mena, Haekto, Ponu, Futuoni

Naiklin, Kupang, Oesao, Pariti, Aroki, Besikama,

Bena, Batugamping Waingapu/Waikabukak, Rote,

Sikka

17 Timor Timur Baukau, Lospalos, Manatuto, Same-Vikeke, Suai

18 Kalimantan Barat Melawai (Pontianak, Singkawang, Sambas,

Ketapang), Emabaluh

19 Kalimantan

Selatan

Banjar Baru-Mertapura, Rantau-Barabai

20 Kalimantan Timur Mahakam, Berau, Sembakung

21 Kalimantan

Tengah

Palangka Raya

22 Sulawesi Utara Dumoga, Menado, Katamubago, Tondano,

Limboto-Gorontalo,Bolaang Mangandow

23 Sulawesi Tengah Marawola, Palu, Kasimbar, Ampibabo, Taweli,

Tawale, Beka, Peneki, Surumana, Paduloyo,

Kalosa, Sausu

24 Sulawesi Selatan Sindrap, Bulukumba, Dataran Meloso, Wajo, Barru

Jeneponto, Goa, Mauju

25 Sulawesi Tenggara Tinanggea, S. Laolo-S. Lalindu, Kolaka-

Watubangga, Towari-Bupinang, P. Muna, P. Buton

26 Maluku Labuhan, Akelama, Kau, Tilai, Morotai, Dodagan

Page 11: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

11

No. Propinsi Daerah Penyebaran Airtanah

27 Papua Merauke, Tariku-Tarekaku, Wareru, Membramo,

Wamena, Mosool, Waigeo

(Sumber: Dit Jen Pengairan)

Page 12: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

12

Tabel 1.6 Ringkasan Penyebaran Airtanah

No. Wilayah Airtanah Morfologi Jenis Batuan Potensi

Airtanah Lokasi

1 Batuan Pra-Tersier Berbukit dan

bergunung

Sekis hablur napal,

batu lempung granit,

batuan gunung api

Kecil dan langka Sumatra, Kalimantan,

Sulawesi, Nusa

Tenggara, Irian

2 Batuan Tersier Pegunungan dan

perbukitan, alur

sungai lama dekat

perbukitan

Napal, serpih dan

lempung, breksi dan

batu pasir masiv

Kecil Sumatra, Jawa,

Sulawesi, Irian, Timor

Page 13: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

13

No. Wilayah Airtanah Morfologi Jenis Batuan Potensi

Airtanah Lokasi

3 Batu gamping Pegunungan kapu

daerah karstik

Batugamping

berlapis,

batugamping

terumbu,

batugamping

berkristal

Rendah sekali

sampai besar

Pantai selatan Jawa,

Rembang Peg.

Kendeng, Madura, Bali,

Lombok, Timor, Aceh,

Sumut, Sulawesi,

Maluku, Irian

4 Batuan Endapan

Gunungapi

Daerah puncak Lava, bongkah dan

piroklastik

Tidak ada Merupakan daerah

resapan

Daerah tubuh

gunungapi

Piroklastik yang

telah memadat

Banyak mata air Pergantian lapisan yang

berbeda tingkat

kelulusan

Daerah kaki

gunungapi

Piroklastik tertutup

bahan sekunder

Besar Daerah peresapan atau

penyaluran air ke dalam

5 Daerah Aluvial Daerah pantai Pasir, kerikil dan

kerakal

Besar Pantai timur Sumut

Jawa Barat dan Jawa

Tengah pantai selatan

dan barat Kalimantan,

Irian Jaya selatan

Page 14: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

14

No. Wilayah Airtanah Morfologi Jenis Batuan Potensi

Airtanah Lokasi

Daerah antar

gunung

Bahan klastik

gunungapi

Besar Bandung, Garut,

Madiun, Kediri,

Nganjuk, Bondowoso

Daerah lembah

sungai

Pasir, kerikil dan

kerakal

Setempat cukup

besar

Aliran Bengawan Solo,

Serayu Lusi, Citanduy,

Batang Hari

Page 15: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

15

1.6 Perkiraan Cadangan Airtanah di Indonesia

Data yang terkumpul selama ini, seperti curah hujan-evapotranspirasi,

keadaan geologi, hidrogeologi dan topografi menunjukkan, bahwa perkiraan

cadangan airtanah yang tersedia di setiap propinsi di Indonesia yang

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pada Tabel 1.7.

Page 16: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

16

Tabel 1.7 Perkiraan Sumber Airtanah Tiap Propinsi di Indonesia

No Propinsi Curah

hujan-

Evapotrans

pirasi

(mm/th)

Daerah

Permeabil

itas tinggi

(km2)

Daerah

Permeabili

tas sedang

(km2)

Total

luas

daerah

(km2)

Perkiraan

jumlah

imbuhan

airtanah

(I/s/km2)

Total air tanah

yang bisa

dimanfaat

kan

(liter/detik)

Keterangan

A B C D E F

1 Aceh 1,900 5,990 11,980 55,392 4,8 265,882

2 Sumut 1,450 14,220 7,110 70,787 4,6 325,620

3 Sumbar 1,900 2,128 4,257 49,778 2,4 119,467

4 Riau 1,021 49,634 55,838 94,562 8,1 765,952

5 Jambi 1150 9,322 12,430 44,924 3,7 166,219

6 Sumsel 1465 23,628 110,265 103,688 9,3 964,298 1). Imbuhan

pada daerah

Permeabilitas

tinggi adalah

40 % dari

total curah

hujan-

evapotranspir

asi

2). Imbuhan

melalui

7 Bengkulu 1950 2,230 4,459 21,168 4,9 103,723

8 Lampung 900 1,439 4,318 33,307 1,8 59,953

9 Jabar 1536 9,829 19,658 46,300 7,8 361,140

10 Jateng 1837 6,871 10,306 32,206 8,2 264,089

11 Yogyakart

a

1309 325 975 3,169 4 12,676

12 Jatim 750 9,590 16,783 47,992 3,6 172,771

13 Bali 624 562 125 5,561 1,2 6,673

Page 17: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

17

No Propinsi Curah

hujan-

Evapotrans

pirasi

(mm/th)

Daerah

Permeabil

itas tinggi

(km2)

Daerah

Permeabili

tas sedang

(km2)

Total

luas

daerah

(km2)

Perkiraan

jumlah

imbuhan

airtanah

(I/s/km2)

Total air tanah

yang bisa

dimanfaat

kan

(liter/detik)

Keterangan

14 NTB 330 2,174 6,522 20,177 1 20,177 daerah

Permeabilitas

sedang

diperkirakan

20 %

E = [{(A x

40%) x B x

lt}/{(3600 x

24 x 3650)}

+ {(A x 20%)

x C x

lt}/{(3600 x

24 x 365)}]

F = (D x E)

15 NTT 250 4,889 9,778 47,876 0,4 19,150

16 Kalbar 1850 39,267 31,413 146,760 8,2 1,203,432

17 Kaltim 1350 20,262 81,048 202,440 5,1 1,032,444

18 Kalteng 1500 46,966 62,621 152,600 9,5 1,449,700

19 Kalsel 850 10,338 12,405 37,660 4,3 161,938

20 Sulut 922 4,586 6,878 19,025 2 38,050

21 Sulsel 1,122 7,750 23,251 72,781 3,5 254,734

22 Sulteng 1000 6,700 16,750 69,726 2,9 202,205

23 Sultengg 440 3,875 9,687 27,686 1,2 33,223

24 Maluku 1,120 915 1,372 74,505 2,5 186,263

25 Papua 1,800 210,990 126,594 421,981 14,8 6,245,319

Page 18: 1. Jenis Pembawa Batuan Airtanah dr runi.pdf

18

Berdasarkan perkiraan yang tertera pada tabel tersebut, potensi airtanah

ternyata cukup besar dihampir semua propinsi. Potensi ini sudah sewajarnya

dimanfaatkan sebagai pasokan air permukaan, namun harus memperhatikan

konservasi airtanah.

Pada daerah yang mengalami kekeringan di musim kemarau airtanah

berfungsi sebagai sumber air utama. Seluruh sumber baik dari air permukaan

maupun air bawah tanah dikelola dalam satu keseluruhan sistem. Untuk air

permukaan sudah dimanfaatkan dan dikelola dalam pengelolaan wilayah sungai

(river basin management).

Airtanah dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dalam sub sistem

pengelolaan sumber daya air. Pengelolaan tersebut harus terpadu agar dapat

menjamin efisiensi dan efektifitas pemanfaatan, tanpa merusak keseimbangan

lingkungan.