1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi...

17
1 / 3

Transcript of 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi...

Page 1: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

1 / 3

Page 2: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

Table of Contents

No. Title Page

1 Studi Deskriptif Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusi di SMP Negeri InklusiSe-Surabaya

1 - 8

2 Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Di TK Anak Ceria 9 - 17

3 Perbedaan Tingkat Ketergantungan Bermain Game Online Ditinjau dari PersepsiRemaja Terhadap Pola Asuh Orangtua

18 - 24

4 Hubungan antara Keyakinan Motivasional Orang Tua dengan Keterlibatan OrangTua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak PKK KalijudanSurabaya

25 - 31

5 Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untukLifelong Learning Pada Calon Guru

32 - 45

6 HUBUNGAN SIBLING RIVALRY DENGAN MOTIVASI BEERPRESTASI PADAREMAJA

46 - 56

7 Regulasi Emosi pada Wanita Dewasa Awal yang Ditolak Cintanya (Studi KasusPada Cinta Tak Terbalas)

57 - 62

8 Perbedaan Communication Privacy Management di Media Sosial Twitter padaRemaja dengan Tipe Kepribadian Extravert dan Introvert

65 - 70

9 Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Gaya Manajemen Konflik padawanita dewasa awal yang telah menikah

71 - 78

2 / 3

Page 3: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

Vol. 4 - No. 1 / 2015-04TOC : 5, and page : 32 - 45

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Author :Riskyana Wulandari |Fakultas PsikologiTino Leonardi |Fakultas Psikologi

Abstract

Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada guru, terutama ketika mereka menjalaniprogram pendidikan guru (calon guru). Salah satu faktor yang sangat penting dalam memprediksi kecenderungan untuklifelong learning ini adalah kepercayaan epistemologis. Terdapat 102 mahasiswa S1 ilmu pendidikan yang telah mengisikuesioner kepercayaan epistemologis dan kecenderungan untuk lifelong learning dalam penelitian ini. Teknik analisisdata yang digunakan adalah multiregresi dengan program statistik SPSS 16 for windows. Hasil penelitian menunjukkanbahwa kepercayaan epistemologis berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan untuk lifelong learning (tarafsignifikansi p ≤ 0,05). Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh adalah structure of knowledge, justification ofknowledge, dan speed of learning. Koefisien beta yang diperoleh menunjukkan nilai negatif (-) yang berarti setiapkenaikan pada ketiga prediktor kepercayaan epistemologis ini (menunjukkan kepercayaan naif) akan menurunkankecenderungan untuk lifelong learning seseorang.

Keyword : kepercayaan, epistemologis, lifelong, learning, calon, guru,

Daftar Pustaka :1. Pallant, J, (2011). SPSS survival manual: A step by step guide to data analysis using SPSS (4th edition). Australia :Allen & Unwin

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

3 / 3

Page 4: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

32

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Riskyana Wulandari

Tino Leonardi

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract.

This research focusses on the importance of lifelong learner characteristics in teachers, especially when they

undergo teacher education (preservice teacher). One important factor that predicts the involvement in

lifelong learning is epistemological beliefs. There are 102 students who undergo a bachelor degree of

education that completed the epistemological beliefs and lifelong learning tendency scales in this study.

Then the data is analyzed by multiregression technique using statistical program SPSS 16 for windows. The

results showed that epistemological beliefs significantly predicted the tendency for lifelong learning on

preservice teacher (p value ≤ 0,05). The factors that significantly contributed to the model are structure of

knowledge, justification of knowledge, and speed of learning. The value of the beta coefficients is negative (-)

which means that any rise within these three predictors (indicates naive beliefs) would influence for the

lower tendency for lifelong learning.

Keywords: epistemological beliefs, lifelong learning, preservice teacher

Abstrak. Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada guru, terutama

ketika mereka menjalani program pendidikan guru (calon guru). Salah satu faktor yang sangat penting

dalam memprediksi kecenderungan untuk lifelong learning ini adalah kepercayaan epistemologis.

Terdapat 102 mahasiswa S1 ilmu pendidikan yang telah mengisi kuesioner kepercayaan epistemologis dan

kecenderungan untuk lifelong learning dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah

multiregresi dengan program statistik SPSS 16 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepercayaan epistemologis berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan untuk lifelong

learning (taraf signifikansi p ≤ 0,05). Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh adalah structure of

knowledge, justification of knowledge, dan speed of learning. Koefisien beta yang diperoleh menunjukkan

nilai negatif (-) yang berarti setiap kenaikan pada ketiga prediktor kepercayaan epistemologis ini

(menunjukkan kepercayaan naif) akan menurunkan kecenderungan untuk lifelong learning seseorang.

Kata kunci: kepercayaan epistemologis, lifelong learning, calon guru

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

Page 5: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

PENDAHULUAN

Guru yang berkualitas diyakini dapat mencetak

peserta didik yang berkualitas pula. Namun

berdasarkan skor PISA yang diperoleh dalam tiga

bidang mata pelajaran yang diuji, peserta didik

Indonesia memperoleh peringkat yang cukup

terbelakang, yaitu peringkat 63 dari 64 negara

untuk bidang matematika, peringkat 59 dari 64

negara untuk bidang membaca, dan peringkat 63

dari 64 negara untuk bidang sains (OECD, 2012-

2013). Rendahnya performa peserta didik

Indonesia ini lantas mengindikasikan kurang

memadainya kualitas mengajar di Indonesia.

Ternyata kualifikasi guru Indonesia juga

terbilang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari

data statistik guru bahwa pada akhir tahun 2013

masih terdapat 1.034.080 guru yang belum sarjana

atau D-IV (“2015 belum sarjana, guru dijadikan

tenaga administrasi”, 2013). Padahal kualifikasi

akademik pengajar diyakini dapat berpengaruh

pada prestasi siswanya (Hammond, Berry, &

Thoreson, 2001).

Secara inputnya pun, calon guru yang diterima

di LPTK cenderung tidak dilandasi motivasi

menjadi guru (Azhar, 2011). Mahasiswa yang tidak

berhasil mencapai program studi yang

diinginkannya menjadikan LPTK sebagai

alternatif terakhir. Daripada kuliah di program

studi kependidikan, para siswa lulusan terbaik

lebih memilih untuk kuliah di prodi favorit. Para

lulusan yang nonkependidikan yang berminat

mengambil akta mengajar pun menurut Azhar

( 2 0 1 1 ) d i k a re n a k a n m e re k a ke s u l i t a n

mendapatkan profesi lain selain guru. Oleh karena

itu tidaklah mengherankan apabila mutu calon

guru yang diperoleh juga rendah.

Kualitas mahasiswa kependidikan belum

dapat dikatakan memuaskan. Hal ini bisa dilihat

dari penelitian-penelitian terhadap calon guru

yang telah dilakukan. Paidi dan Wilujeng (2008)

menyebutkan bahwa para calon guru MIPA dalam

penelitiannya masih belum menguasai beberapa

aspek dalam keterampilan proses sains. Kemudian

dalam penelitian Anwar, Rustaman, dan Widodo

(2012) disebutkan bahwa hanya lima dari dua

puluh dua calon guru biologi dalam penelitian

yang menunjukkan peningkatan paling baik

dalam penguasaan kemampuan subjek spesifik

pedagogi. Lalu dalam penelitian Sukasni, Karno

dan Wijayanto (2012), para mahasiswa prodi

kependidikan teknik mesin yang dijadikan subjek

penelitian menunjukkan minat membaca yang

kurang serta masih pasif dalam proses belajarnya.

Padahal minat membaca ini dibutuhkan agar

calon guru terdorong untuk mengembangkan

pengetahuan dan wawasannya melalui berbagai

sumber informasi.

Ulasan di atas menunjukkan bagaimana

permasalahan calon guru dalam proses

belajarnya. Padahal pengalaman belajar yang

dimiliki oleh calon guru selama pendidikan akan

sangat berpengaruh dalam penerapannya ketika

menjadi guru (Paidi & Wilujeng, 2008). Para

calon guru cenderung akan mengajar

sebagaimana mereka dulu diajar (Fadlan, 2010).

Oleh karena itu pemerintah seharusnya lebih

memperhatikan persiapan calon guru demi

menjawab permasalahan kualifikasi dan

profesionalisme guru. Persiapan semenjak masih

sebagai calon guru lebih dimungkinkan karena

mengubah metode mengajar guru yang telah

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

33

Riskyana Wulandari & Tino Leonardi

Page 6: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

(2012), para mahasiswa prodi kependidikan teknik

mesin yang dijadikan subjek penelitian

menunjukkan minat membaca yang kurang serta

masih pasif dalam proses belajarnya. Padahal

minat membaca ini dibutuhkan agar calon guru

terdorong untuk mengembangkan pengetahuan

dan wawasannya melalui berbagai sumber

informasi.

Ulasan di atas menunjukkan bagaimana

permasalahan calon guru dalam proses belajarnya.

Padahal pengalaman belajar yang dimiliki oleh

calon guru selama pendidikan akan sangat

berpengaruh dalam penerapannya ketika menjadi

guru (Paidi & Wilujeng, 2008). Para calon guru

cenderung akan mengajar sebagaimana mereka

dulu diajar (Fadlan, 2010). Oleh karena itu

pemerintah seharusnya lebih memperhatikan

pers iapan ca lon guru demi menjawab

permasalahan kualifikasi dan profesionalisme

guru. Persiapan semenjak masih sebagai calon

guru lebih dimungkinkan karena mengubah

metode mengajar guru yang telah berkiprah

puluhan tahun akan lebih sulit dilakukan (Fadlan,

2010). Jadi diperlukan persiapan sejak dini yaitu

dari calon guru atau mahasiswa pendidikan guru

(Paidi & Wilujeng, 2008; Fadlan, 2010).

Ambarita (2011) berargumen bahwa guru

Indonesia perlu didorong untuk mengembangkan

wawasan dan kompetensinya sesuai dengan

perkembangan yang ada. Lantas menarik untuk

diteliti di sini bagaimana para calon guru sebagai

individu yang terus belajar dan berkembang.

Lifelong learning adalah topik yang sangat

diperhatikan dalam dunia pendidikan. Lifelong

learning adalah pembelajaran yang bersifat

berkelanjutan dalam berbagai latar baik formal,

nonformal, maupun informal (Kirby, dkk., 2010).

Individu yang memiliki karakter lifelong learner

akan berperan secara aktif dalam proses belajarnya

serta senantiasa mengikuti ritme perubahan dan

perkembangan yang ada karakter ini sangat

dibutuhkan agar dapat menghadapi berbagai

tantangan perubahan di masa mendatang.

Profesi guru memang cenderung dikaitkan

dengan lifelong learning. Lifelong learning bahkan

tertuang dalam prinsip pekerjaan guru (Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen). Karakter lifelong learner

dibutuhkan untuk menjaga dan mengembangkan

pengetahuan profesional guru sehingga guru akan

senatiasa melakukan review dan memperbarui

pengetahuan serta keterampilannya (Day, 1999).

Selain itu guru juga diharapkan dapat memotivasi

para siswanya dengan menjadi model bagi mereka

untuk mengembangkan karakter lifelong learning

(Day, 1999). Arsal (2011) bahkan berpendapat

bahwa lifelong learning sebaiknya ditanamkan

pada calon guru semenjak mereka menempuh

SMA guna mendukung perkembangan personal

dan profesionalnya.

Terdapat beberapa faktor yang dapat

memengaruhi kecenderungan untuk lifelong

learning . Faktor-faktor tersebut adalah

pendekatan, belajar, kepercayaan epistemologis,

efikasi diri, openness to experience, dan change

readiness (Bath & Smith, 2009). Bath dan Smith

(2009) berargumen bahwa kepercayaan

epistemologis merupakan faktor yang paling

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

34

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Page 7: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

efikasi diri, openness to experience, dan change

readiness (Bath & Smith, 2009). Bath dan Smith

(2009) berargumen bahwa kepercayaan

epistemologis merupakan faktor yang paling

penting dalam memprediksi lifelong learning.

Kepercayaan epistemologis adalah keyakinan atau

kepercayaan seseorang terhadap hakekat sifat

pengetahuan dan kepercayaan dalam belajar

(Schommer-Aikins, 2004). Faktor ini diyakini akan

memengaruhi seorang guru dalam konsep

mengajar dan pemilihan strategi mengajarnya

(Tanriverdi, 2012). Selain itu kepercayaan

epistemologis yang naif juga akan menjadi

penghalang dalam proses belajar seseorang dan

dapat memengaruhi performa akademik individu

tersebut menjadi buruk (Schommer, 1994).

Penelitian yang telah mengkaji kedua topik

ini adalah Bath dan Smith (2009). Bath dan Smith

(2009) menyimpulkan berdasarkan hasil

penelitiannya bahwa kepercayaan epistemologis

berpengaruh terhadap kecenderungan untuk

lifelong learning. Namun minimnya penelitian

kedua topik di Indonesia serta lemahnya

pengukuran lifelong learning dalam budaya yang

berbeda (Meerah, dkk., 2011) menunjukkan bahwa

masih diperlukan kajian yang lebih lanjut. Lantas

bagaimana pengaruh kepercayaan epistemologis

terhadap kecenderungan untuk lifelong learning

pada calon guru?

Calon Guru

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

online, arti kata calon dapat merujuk pada “orang

yang dididik dan dipersiapkan untuk menduduki

jabatan atau profesi tertentu, termasuk guru”.

Dalam penelitian pun, istilah calon guru atau

preservice teacher digunakan pada mahasiswa

yang menempuh program kependidikan (lihat

Arsal, 2011). Lantas dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan calon guru adalah mahasiswa

kependidikan yang terdaftar dan menempuh

program kependidikannya di Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Lifelong Learning

Lifelong learning adalah kecenderungan

seseorang untuk melakukan pembelajaran secara

berkelanjutan dalam memperoleh pengetahuan

dan keterampilan pada latar formal, nonformal,

maupun informal. Untuk memahami lifelong

learning maka penting untuk melihat bagaimana

kecenderung seseorang sebagai seorang lifelong

learner (Meerah, dkk., 2011). Oleh karena itu

beberapa pengukuran terhadap lifelong learning

dilakukan dengan mengukur karakteristiknya

karena dianggap dapat memprediksi bagaimana

kecenderungan seseorang dalam lifelong learning

(lihat Bath & Smith, 2009; Kirby, dkk., 2010).

Penelitian ini menggunakan konsep karakteristik

lifelong learner yang dikemukakan oleh Medel-

Anonuevo, Ohsako, dan Mauch (2001). Berikut

adalah keempat karakterisitik yang disusun:

1) Pembelajar sebagai penjelajah dunia yang

aktif dan kreatif

2) Pembelajar sebagai agen yang reflektif

3) Pe m b e l a j a r s e b a g a i a ge n y a n g

beraktualisasi

4) Pembelajar sebagai pelaku integrasi

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

35

Riskyana Wulandari & Tino Leonardi

Page 8: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

dalam lifelong learning (lihat Bath & Smith, 2009;

Kirby, dkk., 2010). Penelitian ini menggunakan

konsep karakteristik lifelong learner yang

dikemukakan oleh Medel-Anonuevo, Ohsako, dan

Mauch (2001). Berikut adalah keempat

karakterisitik yang disusun:

1) Pembelajar sebagai penjelajah dunia yang

aktif dan kreatif

2) Pembelajar sebagai agen yang reflektif

3) Pe m b e l a j a r s e b a g a i a ge n y a n g

beraktualisasi

4) Pembelajar sebagai pelaku integrasi

pembelajaran

Kepercayaan Epistemologis

Berbeda dengan peneliti pendahulunya yang

menyebutkan kepercayaan epistemologis sebagai

konsep yang unidimensi (Perry dalam Schommer,

1990), Schommer (1990) berpendapat bahwa

untuk memahami kepercayaan epistemologis

secara kompleks maka konsep ini harus

dipandang sebagai konstruk yang multidimensi.

Multidimensi berarti seseorang dapat memiliki

kepercayaan yang sophisticated (maju) pada

dimensi tertentu namun tidak pada dimensi

lainnya. Kepercayaan yang sophisticated pada

d i m e n s i - d i m e n s i d a l a m k e p e r c a y a a n

epistemologis pun telah terbukti berkontribusi

dalam berbagai aspek pembelajaran (Schommer,

1990; Schommer, 1993b).

S c h o m m e r - A i k i n s ( 2 0 0 4 )

mengkonseptualisasi kepercayaan epistemologis

ke dalam kepercayaan akan pengetahuan dan

kepercayaan dalam belajar. Berikut penjelasannya

(Walter, 2009; Seales, 2011):

a) Kepercayaan akan pengetahuan

1) Source of knowledge, ditandai dengan

kepercayaan naif yang percaya bahwa

pengetahuan bersifat diturunkan

d a r i p i h a k a h l i h i n g g a

berkepercayaan sophisticated yang

yakin bahwa pengetahuan dapat

ditemukan dan dibangun oleh

siapapun melalui proses interaksi dan

nalar.

2) Justification of knowledge, ditandai

dengan kepercayaan naif yang

meyakini bahwa pengetahuan

bersifat pasti dan tidak akan berubah,

sedangkan kepercayaan sophisticated

berkeyakinan bahwa pengetahuan

dapat berkembang dan berubah

seiring waktu.

3) Structure of knowledge, ditandai

dengan kepercayaan naif yang

percaya bahwa pengetahuan bersifat

terpisah satu sama lain hingga

berkepercayaan sophisticated yang

yakin bahwa pengetahuan bersifat

kompleks dan saling berhubungan

satu sama lain.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 201536

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Page 9: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

b) Kepercayaan dalam belajar

1) Control of learning, ditandai dengan

kepercayaan naif yang meyakini

bahwa kemampuan belajar telah

ditentukan sejak lahir, sedangkan

kepercayaan sophisticated yakin

bahwa kemampuan belajar dapat

berkembang jika berusaha.

2) Speed of learning, ditandai dengan

kepercayaan naif yang percaya bahwa

proses belajar dapat terjadi dengan

cepat hingga berkeyakinan bahwa

belajar membutuhkan waktu dalam

memahaminya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan

pendekatan kuantitatif dengan tujuan penelitian

eksplanatoris. Subjek dalam penelitian ini adalah

102 mahasiswa kependidikan dengan jumlah 32

laki-laki dan 70 perempuan. Mahasiswa subjek

penelitian berasal dari UNIPA dan UNESA dengan

latar belakang prodi ilmu pendidikan yang

bervariasi. Subjek terdiri dari angkatan 2010 (n =

16), 2011 (n = 40), 2012 (n = 24), dan 2013 (n = 22).

Kemudian jika dilihat dari usianya, subjek terdiri

dari kelompok usia ≤ 19 tahun (n = 23), 20 tahun (n =

24), 21 tahun (n = 28), dan ≥ 22 tahun (n = 27).

Penelitian ini menggunakan metode survei

dalam pengumpulan datanya. Terdapat dua skala

yang digunakan, yaitu skala kepercayaan

epistemologis dan skala kecenderungan untuk

lifelong learning. Kedua skala ini dikembangkan

oleh penulis berdasarkan teori kepercayaan

epistemologis dari Schommer-Aikins (2004) dan

teori karakteristik lifelong learner dari Medel-

Anoneuvo, Ohsako, dan Mauch (2001). Skala

kepercayaan epistemologis dalam penelitian ini

mengukur kepercayaan naif sehingga semakin

rendah nilai yang diperoleh maka akan semakin

bagus (menunjukkan kepercayaan epistemologis

yang sophisticated).

Penelitian dilakukan secara langsung dengan

pengisian kuesioner secara manual. Penulis

ditemani oleh satu orang asisten melakukan

pengambilan data di kawasan gedung FIP UNESA

dan UNIPA. Penulis juga memastikan terlebih

dahulu bahwa calon responden merupakan

mahasiswa kependidikan dan inform consent

dilakukan secara lisan.

Kemudian untuk teknik analisis data yang

digunakan adalah multiregresi. Teknik ini

digunakan untuk menguji pengaruh setiap faktor

k e p e r c a y a a n e p i s t e m o l o g i s t e r h a d a p

kecenderungan untuk lifelong learning. Asumsi

dasar yang harus dipenuhi untuk melakukan

multiregresi adalah asumsi normalitas, asumsi

mulitkolinieritas, dan asumsi homoeksedasitas

(Pallant, 2011). Uji statistik dilakukan dengan

menggunakan program bantu SPSS 16 for windows.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

37

Riskyana Wulandari & Tino Leonardi

Page 10: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1 : Deskripsi Sebaran Data Subjek

Dari hasil tabel 1 diketahui bahwa subjek dalam penelitian banyak tersebar dalam kategori sedang

berdasarkan lifelong learning, source of knowledge, justification of knowlegde, structure of knowledge, dan

control of learning. Namun untuk prediktor speed of learning, subjek banyak tersebar dalam kategori yang

rendah yang berarti kepercayaan yang cenderung sophisticated.

Tabel 2 : Korelasi Pearson Antar Variabel

Hasil pada tabel 2 menunjukkan bahwa kelima prediktor kepercayaan epistemologis berkorelasi

secara signifikan dengan lifelong learning. Jika dilihat dari besar nilai koefisien korelasinya maka

diketahui bahwa prediktor source of knowledge, justification of knowledge, dan control of learning dengan

lifelong learning termasuk dalam hubungan negatif yang sedang, sedangkan korelasi prediktor structure

of knowledge dan speed of learning dengan lifelong learning termasuk ke dalam hubungan negatif yang

mantap.

6 °≤©°¢• ̈0•≤≥•Æ¥°≥• Χط Ψ

. 34 4 3 2 32

, ©¶•¨ØÆß , •°≤Æ©Æß Ẅ�¤ ¤¤Ẅ�� ��Ẅ�� ��Ẅ�� �Ẅ�� ��¤ 3ص≤£• ض +ÆØ∑ •̈§ß• �Ẅ�� �Ẅ� ��Ẅ�� ��Ẅ�� Ẅ�¤ ��¤ *µ≥¥©¶©£°¥©ØÆ Ø¶ +ÆØ∑ •̈§ß• �Ẅ�� ¤�Ẅ�� ��Ẅ�� ��Ẅ�� �Ẅ�� ��¤ 3¥≤µ£¥µre of Knowledge �Ẅ�� ¤�Ẅ�� �Ẅ¤� ¤�Ẅ�� �Ẅ�¤ ��¤ # ØÆ¥≤Ø̈ ض , •°≤Æ©Æß �Ẅ�� �Ẅ�� ��Ẅ�� ¤�Ẅ�� �Ẅ�� ��¤ 3∞•• § ض , •°≤Æ©Æß Ẅ�¤ ¤�Ẅ�� ¤�Ẅ�� ��Ẅ¤� �Ẅ�� ��¤ + •¥•≤°Æß°Æỳ ST= Sangat Tinggi; T= Tinggi; S= Sedang; R= Rendah; SR= Sangat Rendah; N= Jumlah Subjek

Y◘ʼnś▄Ăℓ╜ ي ي ى ى و و ] و ╜źś▄◘■┼ [ śĂʼn■╜■┼ ھھھو ĵ◘} و ʼnľś ◘ź Y■◘Ŏ▄śŕ┼ś �0,391* ھھھو Wĵ ى ℓĊ╜ź╜ľ ĂĊ╜◘■ ◘ź Y■◘Ŏ▄śŕ┼ś �0,470* ھھىھ ھھھو Ċʼnĵ} ى ľĊĵ ʼnś ◘ź Y■◘Ŏ▄śŕ┼ś �0,624* یىوھ یووھ ھھھو / ي ◘■Ċʼn◘▄ ◘ź [śĂʼn■╜■┼ �0,467* یىھ یىھ ىوىھ و ھھھو و śśŕ♫} ي ◘ź [ śĂʼn■╜■┼ �0,571* یوھ یوىھ وووھ ي ھھىھ ھھھو Ǜℓ╜┼■╜ź╜╫Ă■ℓ╜ Ỹǃ -tailed) p = 0,05

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

38

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Page 11: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

Tabel 3 : Besar Kontribusi Variabel Independen terhadap Dependen

2 Dari tabel 3 di atas diperoleh nilai R (R Square) sebesar 0,600. Nilai ini jika diterjemahkan dalam

persentase (dikalikan dengan 100) maka hasilnya adalah 60% yang berarti bahwa variasi dalam variabel

kepercayaan epistemologis berpengaruh terhadap lifelong learning sebesar 60%, sedangkan 40% lainnya

dipengaruhi oleh variabel selain kepercayaan epistemologis.

Tabel 4 : Model Uji Multiregresi

Kemudian jika meninjau tabel 4 di atas maka dapat disimpulkan bahwa model multiregresi dalam

penelitian ini adalah signifikan (p = 0,000 dengan taraf signifikansi p ≤ 0,05). Hal ini berarti kepercayaan

epistemologis secara signifikan berpengaruh terhadap kecenderungan untuk lifelong learning.

Selain itu penulis juga menganalisis prediktor manakah yang berpengaruh terhadap kepercayaan

epistemologis dan bagaimana besaran kontribusinya. Berdasarkan nilai beta standardized coefficents

yang diperoleh, prediktor structure of knowledge secara signifikan berkontribusi paling besar yaitu -0,397

dengan nilai signifikansi 0,000 (taraf signifikansi p ≤ 0,05). Hal ini berarti structure of knowledge memiliki

kontribusi terbesar terhadap kecenderungan untuk lifelong learning apabila prediktor lainnya dikontrol.

Kemudian speed of learning menunjukkan koefisien beta sedikit lebih rendah yaitu -0,303 dengan nilai

signifikansi 0,000 (taraf signifikansi p ≤ 0,05). Lalu justification of knowledge dengan koefisien beta -0,255

dan nilai signifikansi 0,001 (taraf signifikansi p ≤ 0,05). Jadi prediktor yang berpengaruh secara signifikan

adalah structure of knowledge, speed of learning dan justification of knowledge.

Apabila hendak menghitung besaran ketiga prediktor ini secara persentase maka yang

perlu dilakukan adalah menghitung nilai kuadrat dari koefisien part correlation masing-

masing prediktor (Pallant, 2011). Dari hasil analisis diperoleh bahwa structure of knowledge

memiliki nilai part correlation sebesar -0,347 yang menunjukkan kontribusi prediktor ini

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

0,775a 0,600 0,579 12,311

a. Predictors: (Constant), Source of Knowledge, Justification of Knowledge, Structure of Knowledge, Control of Learning, Speed of Learning b. Dependent Variable: Lifelong Learning

a ◘ŕś▄ { ĵ ▓ ◘ź Squares

5 f a śĂ■ Square

C { ╜┼

wś┼ʼnśℓℓion وResidual Total

Total

یوو یيى آلو14550,700 36386,520

ي96 101

یيىى ىيو151,570

یىو ھھھھ ىو a

ĂỐ Predictors: (Constant), Source of Knowledge, Justification of Knowledge, { Ċʼnĵ ľĊĵ ʼnś ◘ź Y ■◘Ŏ▄śŕ ┼śọ / ◘■Ċʼn◘▄ ◘ź [ śĂʼn■╜■┼ọ { ♫śśŕ ◘ź [ śĂʼn■ing b. Dependent Variable: Lifelong Learning

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

39

Riskyana Wulandari & Tino Leonardi

Page 12: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

justification of knowledge.

Apabila hendak menghitung besaran ketiga

prediktor ini secara persentase maka yang perlu

dilakukan adalah menghitung nilai kuadrat dari

koefisien part correlation masing-masing

prediktor (Pallant, 2011). Dari hasil analisis

diperoleh bahwa structure of knowledge memiliki

nilai part correlation sebesar -0,347 yang

menunjukkan kontribusi prediktor ini sebesar 12%

terhadap lifelong learning. Kemudian disusul

prediktor speed of learning dengan koefisien part

correlation sebesar -0,262 dan justification of

knowledge dengan koefisien part correlation

sebesar -0,222, yang secara berturut-turut berarti

kontribusi terhadap lifelong learning sebesar

6,86% dan 4,9%

PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

kepercayaan epistemologis berpengaruh secara

signifikan terhadap kecenderungan untuk lifelong

learning dengan prediktor structure of knowledge,

justification of knowledge dan speed of learning.

Koefisien beta tiap prediktor bernilai negatif (-)

yang berarti semakin rendah nilai yang diperoleh

pada ketiga prediktor tersebut maka akan semakin

meningkatkan nilai untuk lifelong learning. Perlu

diingat bahwa skala kepercayaan epistemologis

dalam penelitian ini mengukur kepercayaan naif.

Oleh karena itu hasil analisis ini dapat dijelaskan

bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan naifnya

maka akan semakin rendah kecenderungannya

untuk lifelong learning. Kemudian sebaliknya, jika

semakin rendah tingkat kepercayaan naifnya

(menunjukkan kepercayaan sophisticated yang

t i n g g i ) m a k a a k a n s e m a k i n t i n g g i

kecenderungannya untuk lifelong learning.

S e c a r a ke s e l u r u h a n , ke p e r c a y a a n

epistemologis berpengaruh terhadap lifelong

learning sebesar 60%. Apabila ditinjau

berdasarkan tiap prediktor, structure of knowledge

berkontribusi paling besar yaitu senilai 12%,

kemudian speed of learning senilai 6,86% dan

terendah adalah justification of knowledge senilai

4,9%.

Hasil dalam penelitian ini sesuai secara

ko n s e p te o r e t i s d i m a n a ke p e r c ay a a n

epiestemologis berpengaruh terhadap proses

belajar seseorang (Schommer, 1990; 1993b; 1994).

Kepercayaan structure of knowledge berpengaruh

paling besar bisa jadi dikarenakan kesesuaiannya

dengan salah satu karakteristik lifelong learner

yaitu pembelajar sebagai pelaku integrasi

pembelajaran. Structure of knowledge mendukung

lifelong learning melalui kepercayaannya bahwa

pengetahuan saling berhubungan satu sama lain

sehingga diharapkan individu tersebut lebih dapat

mengaitkan berbagai pemahaman dan ilmu yang

dimilikinya bahkan secara lintas ilmu maupun

dalam pengaplikasiannya. Kemudian prediktor

speed of learning tampak mendukung lifelong

learning secara keseluruhan karena diharapkan

individu dengan kepercayaan ini akan

memandang bahwa proses belajar bersifat

bertahap dan membutuhkan waktu yang cukup

sehingga ia akan terdorong untuk belajar

sepanjang hidup dan tidak menyerah ketika

menghadapi suatu kesulitan dalam belajar. Lalu

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

40

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Page 13: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

learning tampak mendukung lifelong learning

secara keseluruhan karena diharapkan individu

dengan kepercayaan ini akan memandang bahwa

p ro s e s b e l a j a r b e r s i f a t b e r t a h a p d a n

membutuhkan waktu yang cukup sehingga ia akan

terdorong untuk belajar sepanjang hidup dan

tidak menyerah ketika menghadapi suatu

kesulitan dalam belajar. Lalu untuk prediktor

justification of knowledge tampaknya mendukung

salah satu karakteristik lifelong learner yaitu

pembelajar sebagai penjelajah dunia yang aktif

dan kreatif. Kepercayaan ini diindikasi dapat

mendorong seseorang untuk berperan lebih aktif

dengan memandang bahwa pengetahuan tidak

bersifat pasti sehingga akan menguji pengetahuan

dengan lingkungannya serta berusaha mencoba

menemukan berbagai cara atau metode baru

dalam menyelesaikan masalah.

Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan

penelitian pendahulunya yaitu Bath dan Smith

(2009). Penelitian di sini lantas memperkuat

pernyataan bahwa kepercayaan epistemologis

merupakan prediktor yang penting terhadap

kecenderungan untuk lifelong learning. Namun

terdapat pula perbedaan dengan Bath dan Smith

(2009) terkait faktor yang berpengaruh. Di dalam

penelitian Bath dan Smith (2009) faktor yang

berpengaruh adalah justification of knowledge,

structure of knowledge, dan control of learning.

Pada penelitian ini, control of learning tidak

menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap

kecenderungan untuk lifelong learning (nilai

signifikansi 0,481, lebih besar daripada taraf

signifikansi p ≤ 0,05). Menurut Debacker, dkk.,

(2008), kepercayaan epistemologis memang

cukup bermasalah ketika diuji dalam berbagai

penelitian lain seperti gagal memunculkan faktor

atau faktor yang gugur dalam analisis faktor dapat

berbeda-beda. Penel i t ian Chan (2003)

memberikan gambaran mengenai penelitian yang

memunculkan faktor baru ketika dianalisis faktor,

yaitu keyakinan akan usaha. Munculnya faktor

keyakinan akan usaha tersebut menurut Chan

(2003) dikarenakan adanya pengaruh budaya Cina

atas ajaran Confucius. Lantas munculnya faktor

speed of learning secara signifikan dan bahkan

kecenderungan subjek untuk banyak tersebar di

kategori rendah (berarti kepercayaan yang

sophisticated) dalam prediktor ini dikarenakan

adanya faktor budaya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh antara kepercayaan

epistemologis terhadap kecenderungan untuk

lifelong learning. Secara lebih rinci, prediktor

dalam kepercayaan epistemologis yang

berpengaruh terhadap lifelong learning adalah

structure of knowledge, justification of knowledge

dan speed of learning . Nilai pengaruh

menunjukkan negatif yang berarti bahwa semakin

tinggi nilai yang diperoleh pada ketiga prediktor

(menunjukkan kepercayaan naif) maka akan

semakin rendah kecenderungan seseorang untuk

lifelong learning. Kemudian sebaliknya, semakin

rendah nilai yang diperoleh pada ketiga prediktor

(menunjukkan kepercayaan sophisticated) maka

41Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

Riskyana Wulandari & Tino Leonardi

Page 14: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

learning. Nilai pengaruh menunjukkan negatif

yang berarti bahwa semakin tinggi nilai yang

diperoleh pada ketiga prediktor (menunjukkan

kepercayaan naif) maka akan semakin rendah

kecenderungan seseorang untuk lifelong

learning. Kemudian sebaliknya, semakin rendah

nilai yang diperoleh pada ketiga prediktor

(menunjukkan kepercayaan sophisticated) maka

akan semakin tinggi kecenderungan seseorang

untuk lifelong learning.

PUSTAKA ACUAN2015 belum sarjana, guru dijadikan tenaga

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 201542

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Page 15: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

administrasi, (2013, Juli 26). Jpnn.com Jaringan Berita Terluas di Indonesia [on-line]. Diakses

pada tanggal 14 Juni 2014 dari http://www.jpnn.com/read/2013/07/26/183682/2015-Belum-

Sarjana,-Guru-Dijadikan-Tenaga-Administrasi-#.

Ambarita, B. (2011). Upaya peningkatan sikap profesional guru melalui peningkatan kebiasaan membaca. Cakrawala Pendidikan, 30(2), 314-325.

Anwar, Y., Rustaman, N.Y., & Widodo, A. (2012). Kemampuan subject specific pedagogy calon guru

biologi peserta program pendidikan profesional guru (PPG) yang berlatar belakang basic sains

pra dan post workshop. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(2), 157-162.

Arsal, Z. (2011). Lifelong learning tendencies of the prospective teachers in the Bologna process in Turkey. ATEE Annual Conference 2011 Riga: Teachers' Life-cycle from Initial Teacher Education to Experienced Professional (hal. 496-509). Riga: Latvia University.

Bath, D., & Smith, C. (2009). The relationship between epistemological beliefs and the propensity for lifelong learning. Studies in Continuing Education, 31(2), 173-189.

Chan, K. (2003). Preservice teachers' epistemological beliefs and conceptions about teaching and learning: Cultural implications for research in teacher education. NZARE AARE Conference 2003 (hal. 1-13). Auckland: Australian Association for Research in Education.

Day, C. (1999). Developing teachers: The challenges of lifelong learning. Bristol: Falmer Press.

DeBacker, T.K., Crowson, H.M., Beesley, A.D., Thoma, S.J., & Hestevold, N. (2008). The challenges of measuring epistemic beliefs: An analysis of three self-report instruments. Journal of Experimental Education, 76(3), 281-312.

Fadlan, A. (2010). Strategi peningkatan keterampilan calon guru dalam menerapkan pembelajaran aktif melalui MEI (modelling, engaging, and integrating). Jurnal Kependidikan Dasar, 1(1), 22-32.

Kirby, J., Knapper, C., Lamon, P., & Egnatoff, W. (2010). Development of a scale to measure lifelong learning. International Journal of Lifelong Education, 29(3), 291-302.

Medel-Anonuevo, C., Ohsako, T., & Mauch, W. (2001). Revisiting lifelong learning for the 21st century. Philippines: UNESCO Institute for Education.

Meerah, T., Lian, D., Osman, K., Zakaria, E., Iksan, Z., & Soh, T. (2011). Measuring life-long learning in the Malaysian institute of higher learning context. Procedia Social and Behavioral Science, 18, 560-564.

OECD. (2012-2013). Indonesia student performance (PISA 2012). OECD [on-line]. Diakses pada tanggal 9 Juni 2014 dari http://gpseducation.oecd.org/ CountryProfile?primaryCountry=IDN&treshold=10&topic=PI.

Paidi, I M.S., & Wilujeng, I. (2008). Peningkatan kemampuan calon guru MIPA mengembangkan kerja

ilmiah (scientific process) dalam pengajaran mikro, menuju terbentuknya guru pemula bidang

IPA yang kompeten. Diakses pada tanggal 10 Juni 2014 dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ Keterampilan%20Proses%20Sains-

Paidi%20UNY%20dkk.pdf.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

43

Riskyana Wulandari & Tino Leonardi

Page 16: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

Pallant, J. (2011). SPSS survival manual: A step by step guide to data analysis using SPSS (4th edition). Australia: Allen & Unwin.

Schommer, M. (1990). Effects of beliefs about the nature of knowledge on comprehension. Journal of Educational Psychology, 82(3), 498-504.

Schommer, M. (1993b). Epistemological development and academic performance among secondary

students. Journal of Educational Psychology, 85(3), 406-411.

Kependidikan Dasar, 1(1), 22-32.

Hammond, L., Berry, B., & Thoreson, A. (2001). Does teacher certification matter? Evaluating the

evidence. Educational Evaluation and Policy Analysis, 23(1), 57-77.

Kirby, J., Knapper, C., Lamon, P., & Egnatoff, W. (2010). Development of a scale to measure lifelong learning. International Journal of Lifelong Education, 29(3), 291-302.

Medel-Anonuevo, C., Ohsako, T., & Mauch, W. (2001). Revisiting lifelong learning for the 21st century. Philippines: UNESCO Institute for Education.

Meerah, T., Lian, D., Osman, K., Zakaria, E., Iksan, Z., & Soh, T. (2011). Measuring life-long learning in the Malaysian institute of higher learning context. Procedia Social and Behavioral Science, 18, 560-564.

OECD. (2012-2013). Indonesia student performance (PISA 2012). OECD [on-line]. Diakses pada tanggal 9 Juni 2014 dari http://gpseducation.oecd.org/ CountryProfile?primaryCountry=IDN&treshold=10&topic=PI.

Paidi, I M.S., & Wilujeng, I. (2008). Peningkatan kemampuan calon guru MIPA mengembangkan kerja

ilmiah (scientific process) dalam pengajaran mikro, menuju terbentuknya guru pemula bidang

IPA yang kompeten. Diakses pada tanggal 10 Juni 2014 dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ Keterampilan%20Proses%20Sains-

Paidi%20UNY%20dkk.pdf.

Pallant, J. (2011). SPSS survival manual: A step by step guide to data analysis using SPSS (4th edition). Australia: Allen & Unwin.

Schommer, M. (1990). Effects of beliefs about the nature of knowledge on comprehension. Journal of Educational Psychology, 82(3), 498-504.

Schommer, M. (1993b). Epistemological development and academic performance among secondary

students. Journal of Educational Psychology, 85(3), 406-411.

Schommer, M. (1994). Synthesizing epistemological belief research: Tentative understandings and

provocative confusions. Educational Psychology Review, 6(4), 293 - 319.

Schommer-Aikins. (2004). Explaining the epistemological belief system: Introducing the embedded systemic model and coordinated research approach. Educational Psychologist, 39(1), 19-29.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 201544

Pengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon GuruPengaruh Kepercayaan Epistemologis Terhadap Kecenderungan untuk Lifelong Learning Pada Calon Guru

Page 17: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP8692-fc63365b9afullabstract.pdf · Fakultas Psikologi Abstract Penelitian ini berfokus pada pentingnya karakteristik lifelong learner pada

Seales, S. (2011). Epistemological beliefs of administrators: A comparisons of beliefs and actions of elementary amd secondary school leaders. Disertasi. University of Alabama, Alabama.

Sukasni, N.S., Karno, M.W., & Wijayanto, D.S. (2012). Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar dengan minat menjadi guru mahasiswa PTM JPTK FKIP UNS Surakarta tahun akademik 2011/2012. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Mesin, 1(2), 1-16.

Tanriverdi, B. (2012). Pre-service teachers' epistemological beliefs and approaches to learning. Social and Behavioral Sciences, 46, 2635-2642.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

Walter, B. (2009). Epistemological beliefs: Differences among educators. Tesis. Wichita State University, Kansas.

45Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVolume. 4, No. 1, April 2015

Riskyana Wulandari & Tino Leonardi