.1. DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN -...
-
Upload
nguyentuyen -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of .1. DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN -...
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Selanjutnya dalam Bab ini, akan dibahas tentang diskripsi tempat
penelitian, yaitu Gereja Protestan Indonesia di Papua klasis Fakfak,
karaketeristik responden yakni para pendeta yang berkerja dalam unit
kerja ini yang merupakan sampel penelitian, hasil uji validitas dan relibitas
alat ukur, hasil pengukuran variabel, hasil uji statistik melalui teknik
korelasi berganda, Anova dan uji beda t-test serta pembahasannya
4.1. DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN
Klasis fakfak merupakan salah satu dari 14 klasis yang berada
pada pelayanan GPI Papua, yang beralamat di daerah Wagom (JL.Imam
Bonjol), Fakfak, Papua, Indonesia. GPI Papua Klalsis Fakfak memiliki 18
jemaat yang dibagai dalam dua kelompok (kring) yakni kring 1 (satu)
yang terdiri dari 10 (sepuluh) jemaat yaitu :
1. 1. Imanuel Werba
2. 2. Pniel Kapartutin
3. 3. Diaspora pala-pala
4. 4. Eden Waggom
5. 5. Eben Haezer Fak-fak
6. 6. Syalom Kapung Baru
7. 7. Imanuel Danaweria
8. 8. Elim Shangram
9. 9. Eden Weri
10. 10. Nizpa Karas
Dan kring 2 (dua) yang terdiri dari 8 (delapan) jemaat yaitu
1. 11. Howotab Harada Kayuni
2. 12. Sinar Ubadari
3. 13. Bethel Kokas
4. 14. Ebenhaezer Rangkaendak
5. 15. Tomas Harada Tetar
6. 16. Karmel Ador
7. 17. Rehoboth Sum
8. 18.Elim Bomberai (lokasi
transmigrasi)
Secara geografis Klasis Fakfak merupakan salah satu klasis dari
ke-14 klasis yang memiliki medan pelayanan yang beragam dimana pada
klasis Fakfak terdapat jemaat-jemaat yang berdomisili pada medan
85
pelayanan yang berbeda yaitu medan pelayanan perkotaan (yang dapat
dijangkau oleh akses transportasi dan komunikasi) serta medan pelayanan
pedalaman (yang tidak dapat dijangkau oleh akses transportasi maupun
komunikasi).
4.2. KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1
Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah %
Laki-laki 36 57%
Perempuan 27 43%
Total 63 100%
4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Persentase Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah %
49-59 15 24%
38-48 27 43%
28-37 21 33%
Total 63 100%
4.3 HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu mengadakan uji coba
(tryout) skala psikologi penelitian. Skala psikologi tersebut juga telah
dilakukan validitas tampang terhadap setiap skalanya oleh dosen
pembimbing dengan menghilangkan kata-kata “tidak” atau negasi “bold”
menjadi kalimat negatif. Uji coba angket penelitian dilakukan dengan
mengambil sampel sebanyak 90 orang pendeta Gereja Protestan Indonesia
(GPI) Papua Kalsis Kaimana, Klasis Teluk Arguni, dan Kalsis Teluk Etna.
Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 21 April - 17 Mei 2015. Peneliti
melakukan uji coba angket penelitian dengan menggunakan tiga skala
86
psikologi yakni skala motivasi kerja yang berjumlah 28 item, budaya
organisasi berjumlah 29 item, dan kepuasan kerja sebanyak 26 item.
Berdasarkan hasil tryout diperoleh data yang menyatakan bahwa
terdapat beberapa item yang gugur untuk skala motivasi kerja (sebanyak 2
item) dan skala kepuasan kerja (sebanyak 2 item). Hasil tryout dapat
dilihat pada lampiran dari tulisan ini.
Setelah peneliti melakukan tryout, maka langkah selanjutnya yakni
melakukan penelitian dengan subjek yakni para Pendeta GPI Papua Klasis
Fakfak sebanyak 63 orang pada tanggal 18 Mei – 31 Mei 2015. Berikut ini
adalah laporan hasil pengujian validitas dan reliabilitas angket penelitian
di GPI Papua Klasis Fakfak.
4.3.1. Skala Motivasi Kerja
Berdasarkan perhitungan validitas skala motivasi kerja diperoleh
26 item valid dan tidak ada item yang gugur dengan rentang nilai antara
0.312 sampai dengan 0.689. Coefisien alpha cronbach 26 item valid
adalah 0.752, untuk itu validitas dan reliabilitas skala motivasi kerja
berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini dijelaskan
penyebaran item valid dan item gugur skala motivasi kerja.
Tabel 4.3
Sebaran Item Valid dan Item Gugur
Skala Motivasi Kerja
NO Aspek No Item Valid No Item
Gugur
Total
1 Kebutuhan
keamanan
1,2,3,4,5,6,7,
8, 9,10
- 10
2 Kebutuhan sosial 11,12,13,14 - 4
3 Kebutuhan harga
diri
15,16,17,18 - 4
4 Kebutuhan otonomi 19,20,21,22 - 4
5 Kebutuhan
aktualisasi diri
23,24,25,26 - 4
Jumlah Item 26 -
26 Total 26
87
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh item
skala motivasi kerja yang berjumlah 26 dinyatakan valid dan tidak ada
item yang gugur. Sehingga 26 item tersebut digunakan dalam perhitungan
lebih lanjut.
4.3.2 Skala Budaya Organisasi
Berdasarkan perhitungan validitas skala budaya organisasi
diperoleh 29 item valid dan tidak ada item yang gugur dengan rentang
nilai antara 0.310 sampai dengan 0.706. Coefisien alpha cronbach 29 item
valid adalah 0.749, untuk itu validitas dan reliabilitas skala budaya
organisasi berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini dijelaskan
penyebaran item valid dan item gugur skala budaya organisais.
Tabel 4.4
Sebaran Item Valid dan Item Gugur
Skala Budaya Organisasi
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh item
skala motivasi kerja yang berjumlah 29 dinyatakan valid dan tidak ada
item yang gugur. Sehingga 29 item tersebut digunakan dalam perhitungan
lebih lanjut.
NO Aspek No Item Valid No Item
Gugur
Total
1 Inofasi dan
pengambilan resiko
1,2,3,4 - 4
2 Perhatian ke rincian 5,6,7,8 - 4
3 Orientasi hasil 9,10,11,12 - 4
4 Orientasi orang 13,14,15,16 - 4
5 Orientasi tim 17,18,19,20 - 4
6 Keagresifan 21,22,23,24,25 - 5
7 Kemantapan 26,27,28,29 - 4
Jumlah Item 29 - 29
Total 29
88
4.3.3 Skala Kepuasan Kerja
Berdasarkan perhitungan validitas skala kepuasan kerja diperoleh
24 item valid dan tidak ada item yang gugur dengan rentang nilai antara
0.310 sampai dengan 0.661. Coefisien alpha cronbach 24 item valid
adalah 0.747, untuk itu validitas dan reliabilitas skala kepuasan kerja
berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini dijelaskan
penyebaran item valid dan item gugur skala kepuasan kerja.
Tabel 4.5
Sebaran Item Valid dan Item Gugur
Skala Kepuasan Kerja
NO Aspek Favorabel Unfavorabel Total
1 Pekerjaan itu sendiri 1,2,3,4,5,6,7 - 7
2 Bayaran 8,9,10 - 3
3 Kenaikan pangkat 11,12, 13,14 - 4
4 Pengawasan/supervisor 15,16, 17,18,19 - 5
5 Rekan kerja 20,21,22,23,24 - 5
Jumlah Item 24 -
24 Total 24
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh item
skala kepuasan kerja yang berjumlah 24 dinyatakan valid dan tidak ada
item yang gugur. Sehingga 24 item tersebut digunakan dalam perhitungan
lebih lanjut.
4.4 DESKRIPSI PENGUKURAN VARIBEL
4.4.1 Variabel Motivasi Kerja
Skala motivasi kerja menggambarkan persepsi pendeta tentang
tinggi rendahnya motivasi mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab sebagai pelayan. Artinya responden diminta untuk menilai ataupun
merespon sejauhmana tingkat motivasi kerja mereka. Dalam menentukan
89
tinggi rendahnya variabel motivasi kerja, digunakan dua kategori yakni,
tinggi dan rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur variabel
motivasi kerja adalah 26 item valid, maka skor yang mungkin diperoleh
adalah:
𝑖 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
i =100 − 40
2
i = 30
Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari variabel
motivasi kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Deskripsi Pengukuran Variabel
Motivasi Kerja
Kategori Range N %
Tinggi 70-100 38 60%
Rendah 40-69 25 40%
Tabel 4.6 di atas, memberikan informasi bahwa skor tinggi
bergerak dari 70-100 dan skor rendah bergerak dari 40-60. Hal ini
menunjukkan bahwa 60% pendeta di GPI Papua Klasis Fakfak memiliki
motivasi kerja pada kategori tinggi dan 40% berada pada kategori rendah.
4.4.2 Variabel Budaya Organisasi
Skala budaya organisasi menggambarkan persepsi pendeta tentang
situasi kerja di lingkungan GPI Papua Klasis Fakfak. Dalam menentukan
tinggi rendahnya variabel budaya organisasi, digunakan dua kategori
yakni, tinggi dan rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur
90
variabel motivasi kerja adalah 29 item valid, maka skor yang mungkin
diperoleh adalah:
𝑖 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
i =116 − 63
2
i = 26,5
Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari variabel
budaya organisasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7
Deskripsi Pengukuran Variabel
Budaya Organisasi
Kategori Range N %
Tinggi 89,5 – 116 43 68%
Rendah 63 – 88 20 32%
Tabel 4.7 di atas, memberikan informasi bahwa skor tinggi
bergerak dari 89,5-116 dan skor rendah bergerak dari 63-88. Hal ini
menunjukkan bahwa persepsi pendeta terhadap budaya organisasi di GPI
Papua Klasis Fakfak sebesar 68% berada pada kategori tinggi dan 32%
berada pada kategori rendah.
4.4.3 Variabel Kepuasan Kerja
Skala kepuasan kerja menggambarkan kepuasan kerja pendeta di
lingkungan GPI Papua Klasis Fakfak terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Dalam menentukan tinggi rendahnya variabel kepuasan kerja, digunakan
91
dua kategori yakni, tinggi dan rendah. Jumlah item yang digunakan untuk
mengukur variabel motivasi kerja adalah 24 item valid, maka skor yang
mungkin diperoleh adalah:
𝑖 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
i =96 − 50
2
i = 23
Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari variabel
kepuasan kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8
Deskripsi Pengukuran Variabel
Kepuasan Kerja
Kategori Range N %
Tinggi 73 – 96 36 57%
Rendah 50 – 72 27 43%
Tabel 4.8 di atas, memberikan informasi bahwa skor tinggi
bergerak dari 73-96 dan skor rendah bergerak dari 50-72. Hal ini
menunjukkan bahwa kepuasan kerja pendeta di GPI Papua Klasis Fakfak
sebesar 57% berada pada kategori tinggi dan 43% berada pada kategori
rendah.
92
4.5 UJI STATISTIK
4.5.1 Uji Asumsi Klasik
4.5.1.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat hasil uji one
sample kolmogorov smirnov yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
MK BO KK
N 63 63 63
Normal Parametersa Mean 73.17 93.44 73.13
Std. Deviation 11.536 11.492 10.119
Most Extreme Differences Absolute .080 .090 .074
Positive .080 .090 .061
Negative -.061 -.062 -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .637 .712 .588
Asymp. Sig. (2-tailed) .812 .691 .880
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan uji one sample kolmogorov-smirnov, diketahui bahwa nilai
motivasi kerja p=0,812 (p>0,05), budaya organisasi p=0,691 (p>0,05), dan
kepuasan kerja p=0,880 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa data ketiga variabel
yakni motivasi kerja, budaya organisasi, dan kepuasan kerja terdistribusi normal.
Selain itu, normalitas data juga dapat dilihat pada gambar Histogram dan P-P
Plot berikut ini:
93
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Dengan melihat tampilan histogram di atas, dapat disimpulkan bahwa
grafik histogram memberikan pola distribusi normal, tidak menceng ke kiri atau
ke kanan.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas
Dari P-P Plot Test di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal, serta penyebarannya searah garis diagonal. Sehingga dapat
dikatakan bahwa data terdistribusi normal.
94
4.5.1.2. Uji Homogeneity of Variance untuk Analisis of Variance
(ANOVA)
Uji homogeneity of variance merupakan salah satu uji asumsi
klasik yang harus dilakukan sebelum melakukan uji statistic ANOVA.
Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji homogeinity of variance yakni
variabel dependent harus memiliki varian sama dalam setiap kategori
variabel independen. Kriteria pengujian ini yaitu nilai levene test di atas
5%. Hasil uji statistic dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Kepuasan Kerja
F df1 df2 Sig.
.664 3 59 .577
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Motivasi Kerja + Budaya Organiasi + Motivasi Kerja * Budaya Organisasi
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa nilai p=0,577
(p>0,05). Maka data dinyatakan homogeny atau memiliki varian yang
sama. Dengan demikian asumsi homogeinity of variance terpenuhi untuk
melanjutkan ke uji Two Way ANOVA.
1.5.2. UJI HIPOTESIS
4.5.2.1. Analisis Analisis Korelasi Multivariat
Analisis korelasi dilihat dari nilai koefisien korelasi. Untuk
melakukan interprestasi kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih
dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi hasil perhitungan.
95
Hasil analisis korelasi meliputi: kekuatan hubungan antar variabel,
signifikansi hubungan, dan arah hubungan. Kekuatan hubungan dapat
dilihat pada tabel berikut ini (Sugiyono dalam Priyatno, 2013):
Tabel 4.11
Makna Koefisien Korelasi Antar Variabel
Makna Koefisien Korelasi Besar Angka
Sangat rendah 0,00 – 0,199
Rendah 0,20 – 0,399
Sedang 0,340 – 0,599
Kuat 0,599 – 0,799
Sangat kuat 0,799 – 1,000
Berdasarkan tabel di atas, maka peneliti dapat menentukan kuat
lemahnya hubungan antar variabel sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Ada hubungan signifikan motivasi kerja dan budaya
organisasi dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua
Klasis Fakfak.
Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisa
korelasi multivariate. Untuk melihat signifikansi hubungan tersebut, maka
dilakukan pengujian signifikansi dengan menentukan hipotesis nol dan
hipotesis alternativ sebagai berikut:
H0 : Tidak ada hubungan signifikan motivasi kerja dan budaya
organisasi dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis
Fakfak.
H1 : Ada hubungan signifikan motivasi kerja dan budaya organisasi
dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Tabel berikut menunjukan hasil analisis korelasi:
96
Tabel 4.12
Hasil Uji Hubungan Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi
Dengan Kepuasan Kerja ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5642.893 2 2821.447 239.752 .000a
Residual 706.091 60 11.768
Total 6348.984 62
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi,
Motivasi Kerja
b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat nilai signifikansi p=0,000
(p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja dan
budaya organisasi dengan kepuasan kerja pendeta di GPI Papua Klasis
Fakfak. Besarnya hubungan antar variabel di atas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.13
Koefsien Determinasi R Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .943a .889 .885 3.430
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Motivasi Kerja
b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Dari tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa nilai determinasi R
Square sebesar 0,889. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
motivasi kerja dan budaya organisasi memberikan pengaruh sebesar
88,9% terhadap kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
97
Sedangkan sisanya sebesar 11,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian H1 diterima.
4.5.2.2. Analisis Two Way ANOVA
Analysis of variance merupakan metode untuk menguji hubungan
satu variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent. Pada
kasus satu variabel dependent dan dua atau tiga variabel independent
disebut two ways anova (Ghozali, 2011). Untuk hipotesis ke dua sampai
ke tiga menggunakan analisis two ways anova.
Hipotesis 2 : Ada pengaruh interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin
dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisa two
ways anova. Untuk melihat signifikansi hubungan tersebut, maka
dilakukan pengujian signifikansi dengan menentukan hipotesis nol dan
hipotesis alternativ sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin
dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
H1 : Ada pengaruh interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin dengan
kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Tabel berikut menunjukan hasil analisis two ways anova:
98
Tabel 4.14
Hasil Uji Two Ways Anova Hubungan Interaksi Motivasi Kerja dan Jenis
Kelamin dengan Kepuasan Kerja
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Kepuasan Kerja
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3338.142a 7 476.877 8.711 .000
Intercept 225732.823 1 225732.823 4.124E3 .000
MK 736.735 1 736.735 13.458 .001
BO 1359.947 1 1359.947 24.843 .000
JK 32.620 1 32.620 .596 .443
MK * JK 122.038 1 122.038 2.229 .141
BO * JK 108.966 1 108.966 1.991 .164
MK * BO * JK 8.744 2 4.372 .080 .923
Error 3010.843 55 54.743
Total 343245.000 63
Corrected Total 6348.984 62
a. R Squared = .526 (Adjusted R Squared = .465)
Berdasarkan hasil uji anova di atas menunjukan bahwa hasil
interaksi antara variabel motivasi kerja dan jenis kelamin memberikan
nilai F sebesar 2,229 dan signifikan pada 0,141>0,05. Hal ini berarti
bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara motivasi kerja dan jenis
kelamin terhadap kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Dengan demikian H0 diterima. Berikut pola interaksi yang dilihat pada
gambar 4.3
99
Gambar 4.3
Pola interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja
Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa garis jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang tidak saling memotong (tidak
bersinggungan) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin dengan kepuasan
kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Hipotesis 3 : Ada pengaruh interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin
dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisa two
ways anova. Untuk melihat signifikansi hubungan tersebut, maka
dilakukan pengujian signifikansi dengan menentukan hipotesis nol dan
hipotesis alternative sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh interaksi budaya organisasi dan jenis
kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
H1 : Ada pengaruh interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin
dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Tabel berikut menunjukan hasil analisis two ways anova:
100
Tabel 4.15
Hasil Uji Two Ways Anova Hubungan Interaksi Budaya Organisasi dan
Jenis Kelamin dengan Kepuasan Kerja
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Kepuasan Kerja
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3338.142a 7 476.877 8.711 .000
Intercept 225732.823 1 225732.823 4.124E3 .000
MK 736.735 1 736.735 13.458 .001
BO 1359.947 1 1359.947 24.843 .000
JK 32.620 1 32.620 .596 .443
MK * JK 122.038 1 122.038 2.229 .141
BO * JK 108.966 1 108.966 1.991 .164
MK * BO * JK 8.744 2 4.372 .080 .923
Error 3010.843 55 54.743
Total 343245.000 63
Corrected Total 6348.984 62
a. R Squared = .526 (Adjusted R Squared = .465)
Berdasarkan hasil uji anova di atas menunjukan bahwa hasil
interaksi antara variabel budaya organisasi dan jenis kelamin memberikan
nilai F sebesar 1,991 dan signifikan pada 0,164>0,05. Hal ini berarti
bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara budaya organisasi dan jenis
kelamin terhadap kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Dengan demikian H0 diterima. Berikut pola interaksi yang dapat dilihat
pada gambar 4.4
101
Gambar 4.4
Pola interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin terhadap kepuasan
kerja
Berdasarkan gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa garis jenis
kelamin laki-laki dan perempuan tidak saling memotong (tidak
bersinggungan) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin
dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
4.5.2.3 Analisa Independen Sampel t-test
Hipotesis 4: Adakah perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin
pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Pengujian hipotesis yang ke empat dilakukan untuk mengetahui
perbedaan kepuasan kerja antara pendeta laki-laki dan pendeta perempuan.
Untuk melakukan pengujian ini, dibuat dua hipotesis yakni hipotesis nol
dan hipotesis alternative sebagai berikut:
H0 : Tidak ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis
kelamin pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
102
H1 : Ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin
pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Dengan dilakukannya uji t, yang hasilnya disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.16
Analisa Keseluruhan Kepuasan Kerja
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepuasan Kerja 63 50 96 73.13 10.119
Valid N
(listwise) 63
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat terlihat bahwa analisa rata-
rata keseluruhan variabel kepuasan kerja sebesar 73,13.
Tabel 4.17
Analisa Independen Sampel t-test Kepuasan Kerja
Berdasarkan Jenis Kelamin
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Kep.Ker. L 36 75.31 10.488 1.748
P 27 70.22 8.989 1.730
Dari Tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa pendeta laki-laki
memiliki kepuasan kerja lebih tinggi dari pada pendeta perempuan. Hal ini
ditunjukan dengan nilai rata-rata (mean), dimana pendeta laki-laki
memiliki rata-rata sebesar 75,31 sedangkan pendeta perempuan sebesar
70,22. Adanya perbedaan yang signifikan tersebut lebih diperjelas pada
tabel berikut:
103
Tabel 4.18
Hasil Uji Signifikansi Kepuasan Kerja
Ditinjau Dari Jenis Kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Kep.Ker Equal variances assumed
1.608 .210 2.022 61 .048
Equal variances not assumed
2.067 59.849 .043
Dari tabel 4.18 di atas, maka diketahui bahwa p=0,048 dimana
p<0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kepuasan kerja antara pendeta laki-laki dan pendeta perempuan. Dimana
kepuasan kerja pendeta laki-laki lebih tinggi dari kepuasan kerja pendeta
perempuan. Dengan demikian H1 diterima.
104
4.6 PEMBAHASAN
Pembahasan yang disusun dalam tulisan ini berdasarkan hasil uji
satatistik sesuai urutan hipotesis yang ada.
Hipotesis 1 : Ada hubungan signifikan motivasi kerja dan budaya
organisasi dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis
Fakfak.
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam tabel 4.12 di atas
dapat dilihat nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa
terdapat hubungan antara motivasi kerja dan budaya organisasi dengan
kepuasan kerja pendeta di GPI Papua Klasis Fakfak. Hasil penelitian ini
diperkuat dengan hasil yang terdapat dalam tabel 4.13 dimana nilai
determinasi R Square sebesar 0,889. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa motivasi kerja dan budaya organisasi memberikan pengaruh
sebesar 88,9% terhadap kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Ichsan (2008), Roos dan Eeden (2008) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif signifikan motivasi kerja dan budaya organisasi
dengan kepuasan kerja.
Adanya hubungan signifikan motivasi kerja dan kepuasan kerja
pendeta GPI Papua Klasis Fakfak disebabkan oleh beberapa kemungkinan.
Pertama, sebagian besar pendeta menganggap bahwa motivasi kerja
adalah penting untuk mencapai kebutuhan alami fisik dan psikolgi mereka
dalam melayani, ditambah dengan adanya budaya organisasi yang
terwujud dalam nilai-nilai pelayanan sehingga dapat menciptakan
kepuasan kerja pendeta dalam bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat
105
yang dikemukakan oleh Yamsul et al (2013) yang menjelaskan bahwa
motivasi kerja dan budaya organisasi memiliki dampak yang signifikan
terhadap kepuasan kerja. Dalam penelitian tersebut, diungkapkan bahwa
bila seseorang karyawan telah terlebih dahulu merasa puas akan
pekerjaannya, yang dikonstruksikan oleh budaya organisasi yang baik
maupun faktor motivasi kerja yang tinggi dari karyawannya, maka
organisasi tersebut akan berkembang dikarenakan komitmen dan loyalitas
karyawan
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sohail et al (2014) menyatakan
bahwa karyawan termotivasi untuk menjalankan setiap tugas yang
dipercayakan, dikarenakan karyawan merasa puas terhadap pekerjaannya.
Ketika tugas yang diberikan dapat dijalankan dengan baik dan mencapai
tujuan serta mendapat dukungan dari kuatnya budaya organisasi yang
positif maka kepuasan kerja akan tercipta dengan sendirinya. Pendapat
yang sama dikemukakan oleh Zafar (2014) yang dalam penelitiannya
berkesimpulan bahwa setiap karyawan atau pekerja akan termotivasi
untuk bekerja dengan maksimal guna mencapai tujuan organisasi. Ketika
tujuan organisasi tercapai, maka karyawan akan merasa puas dengan hasil
kerja.
Kedua, adanya hubungan motivasi kerja dan budaya organisasi
dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua klasis Fakfak diperkirakan
karena, para pendeta telah menyadari bahwa motivasi kerja merupakan
salah satu kekuatan yang penting dari dalam dirinya, ditambah dengan
adanya budaya organisasi yang baik, membuat para pendeta memiliki
usaha yang kuat untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Roos dan Eeden (2008), dimana
hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja yang
106
didukung oleh budaya organisasi yang baik akan menghasilkan rasa puas
dalam diri karyawan terhadap pekerjaaan yang dikerjakan.
Hipotesis 2 : Tidak ada pengaruh interaksi motivasi kerja dan jenis
kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis
Fakfak.
Berdasarkan hasil uji anova yang terdapat dalam tabel 4.14 di atas
menunjukan bahwa hasil interaksi antara variabel motivasi kerja dan jenis
kelamin memberikan nilai F sebesar 2,229 dan signifikan pada
0,141>0,05. Hal ini berarti bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara
motivasi kerja dan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja pendeta GPI
Papua Klasis Fakfak. Tidak adanya pengaruh interaksi disebabkan karena
pertama, baik pendeta laki-laki maupun perempuan menganggap bahwa
motivasi merupakan bagian yang sewajarnya dimiliki oleh setiap pendeta
dalam melakukan tugas pelayanan. Terhadap anggapan ini, kondisi
tersebut tidak membawa perubahan terhadap kepuasan kerja pendeta
dalam melayani. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pengaruh motivasi
kerja dan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja pendeta dalam pelayanan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto &
Oetomo (2011) dan Dhermawan, et al (2012) yang menyatakan bahwa
motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Kedua, pendeta laki-laki dan perempuan menganggap bahwa
profesi melayani para jemaat adalah tugas dan tanggung jawab oleh sebab
itu mereka menyadari bahwa motivasi kerja adalah penting untuk
membantu keberhasilan dalam tugas-tugas pelayanan mereka dalam
mencapai kepuasan kerja. Hal ini menyebabkan motivasi bukan lagi
107
menjadi hal utama dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendeta.
Inilah yang mengakibatkan motivasi kerja dan jenis kelamin tidak
berpengaruh terhadap kepuasan kerja pendeta. Pendapat di atas sejalan
dengan apa yang diungkapkan oleh Purnomo (2010) yang menyatakan
bahwa dalam menjalankan keterpanggilan sebagai seorang pendeta,
motivasi memang penting tetapi bukan menjadi faktor utama dalam
panggilan pelayanan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ekyadi (2009), yang menyatakan bahwa motivasi kerja tidak
berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Edrak et al (2013). Dalam penelitiannya menemukan bahwa,
motivasi diidentifikasi sebagai prediktor kepuasan kerja, dengan demikian,
jenis kelamin tidak dapat secara signifikan memengaruhi kepuasan kerja
dari karyawan. Dalam penelitiannya, Edrak mengemukakan juga bahwa
ketika perusahaan dapat menjaga kekuatan kepuasan kerja karyawannya,
maka setiap karyawan baik laki-laki maupun perempuan akan terlibat
dalam pekerjaan, sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh setiap
karyawan, dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Hipotesis 3 : Tidak ada pengaruh interaksi budaya organisasi dan jenis
kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis
Fakfak.
Berdasarkan hasil uji anova pada tabel 4.15 di atas menunjukan
bahwa hasil interaksi antara variabel budaya organisasi dan jenis kelamin
memberikan nilai F sebesar 1,991 dan signifikan pada 0,164>0,05. Hal ini
berarti bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara budaya organisasi dan
jenis kelamin terhadap kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
108
Tidak adanya pengaruh interaksi disebabkan karena pertama, baik pendeta
laki-laki maupun perempuan beranggapan bahwa setiap organisasi, dalam
hal ini gereja, selayaknya atau wajar memiliki budaya organisasi yang
kondusif demi mendukung pencapaian kinerja secara maksimal untuk
mencapai kepuasan kerja. Hal ini yang menyebabkan budaya organisasi
bukanlah faktor utama dalam menentukan kepuasan kerja pendeta baik itu
laki-laki maupun perempuan. Hasil penelitian ini, sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Abedi & Rostsmi (2011). Pada penelitian
tersebut ditemukan bahwa budaya organisasi tidak memengaruhi kepuasan
kerja
Kedua, baik pendeta laki-laki maupun perempuan berpandangan
bahwa dalam menjalankan panggilannya mereka menganggap bahwa
budaya organisasi perlu diciptakan bersama untuk mencapai kepuasan
kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parimita
(2013) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara
budaya organisasi dengan kepuasan kerja.
Hipotesis 4: Ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin
pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
Dari Tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa pendeta laki-laki
memiliki kepuasan kerja lebih tinggi dari pada pendeta perempuan. Hal ini
ditunjukan dengan nilai rata-rata (mean), dimana pendeta laki-laki
memiliki rata-rata sebesar 75,31 sedangkan pendeta perempuan sebesar
70,22. Adanya perbedaan yang signifikan tersebut lebih diperjelas pada
tabel 4.18 dimana diketahui bahwa p=0,048 (p<0,05). Dengan demikian
109
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan kerja antara
pendeta laki-laki dan pendeta perempuan. Dimana pendeta laki-laki
memiliki kepuasan kerja lebih tinggi dibandingkan pendeta perempuan.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi, pertama,
kondisi geografis dari medan pelayanan yang dijangkau oleh GPI Papua.
Kondisi geografis di Papua tidaklah mudah untuk dijangkau sehingga
membutuhkan ketahan fisik yang maksimal oleh para pendeta. Hal ini
yang menyebabkan pada umumnya pendeta laki-laki yang memiliki
kemampuan untuk menjagkau medan pelayanan GPI Papua. Dengan
demikian, ketika hal tersebut dapat diatasi, ada kepuasan tersendiri dalam
diri para pendeta laki-laki.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ahmed et al. (2010), yang memperoleh kesimpulan dari penelitiannya
bahwa ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin. Hal
senada juga di sampaikan oleh Rafif & Ayub (2011) dalam penelitian
mereka pada kesempatan yang berbeda yang menyatakan bahwa ada
perbedaan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja diantara karyawan
perempuan dengan karyawan laki-laki, dimana karyawan laki-laki jauh
lebih puas terhadap pekerjaannya jika dibandingkan dengan kepuasan
kerja dari para karyawan perempuan.
Kedua, adanya perbedaan kepuasan kerja pendeta laki-laki dan
pendeta perempuan disebabkan karena fungsi sosial dalam keluarga.
Dalam keluarga, perempuan memiliki tugas utama yakni mengurus
keperluan keluarga, termasuk di dalamnya yakni melakukan pembinaan
terhadap anak-anak. Ketika hal ini dilakukan oleh seorang perempuan
yang memiliki profesi sebagai pendeta, maka tugas utamanya
kemungkinan tidak dilakukan dengan maksimal. Hal ini akan
110
menimbulkan ketidakpuasan dalam diri pendeta perempuan. Sedangkan
bagi seorang laki-laki, tugas utamanya adalah mencari nafkah bagi
keluarga. Ketika pendeta laki-laki menjalankan profesi dan fungsi
sosialnya dengan baik, maka akan menghasilkan kepuasan di dalam
dirinya, terhadap pekerjaan yang dikerjakan.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hodson
(1989) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan gender dalam penentuan
kepuasan kerja, dimana pekerja perempuan tidak terlalu menyukai
pekerjaan yang kompleks dibandingkan kebanyakan laki-laki, dikarenakan
kebanyakan pekerja perempuan yang telah menikah dan memiliki anak di
bawah usia enam tahun, lebih puas jika mereka tidak bekerja di luar rumah
dan dapat mengurus keluarga mereka secara baik. Penelitian Hodson
(1989) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Puspa Sari (2011),
yang menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan laki-laki yang berperan
sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga akan merasa puas dengan
pekerjaannya ketika mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Hal senada
juga disampaikan oleh Bojanić (2014) , dalam penelitiannya, Bojanić
menemukan bahwa pekerja wanita, mengekspresikan motivasi kerja relatif
rendah dibandingkan pekerja pria, sehingg berimbas terhadap rendahnya
kepuasan kerja diri mereka.