1-Definisi-dll

11
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________ 1. Pengertian Pajak Pajak adalah Pungutan oleh Negara dapat dipaksakan terutang oleh yang wajib mem-bayarnya, berdasarkan peraturan perundang-undangan, dengan tidak ada imbalan yang secara langsung diterima oleh pembayarnya, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Difinisi tersebut pertama kali dikemukakan oleh Prof Dr. AJA Adriani Guru Besar Hukum Pajak pada Universitas Amsterdam. Selanjutnya pengertian tersebut diadopsi dengan beberapa perubahan redaksi dalam Undang Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negera yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Pasal 1 angka 1 UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) Beberapa hal yang perlu dijelaskan antara lain : Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara, berarti bahwa kontribusi atau iuran kepada selain negara bukanlah pajak. Pajak bersifat memaksa, artinya bagi seseorang yang telah ditetapkan terutang pajak apabila tidak mau membayarnya, dapat dilakukan tindakan pemaksaan melalui tindakan-tindakan penagihan antara lain penerbitan Surat Paksa, penyitaan, dan pelelangan. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu dimungkinkan dilakukan pencegahan terhadap wajib pajak yang dira-gukan iktikad baiknya dalam membayar pajak. Pajak hanya terutang oleh orang pribadi atau badan, artinya dalam setiap aturan perpajakan disebutkan secara jelas siapa yang diwajibkan untuk membayar pajak, bukan kepada setiap orang diwajibkan untuk membayar pajak. Pajak dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan, artinya pemungutan pajak pajak baru dapat dilakukan apabila sudah ada undang- undang yang mengaturnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan : Pajak Penghasilan (PPh) dipungut berdasarkan Undang Undang Pajak Penghasilan 1984 yang terakhir dirubah dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 2008, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPn BM) dipungut berdasarkan Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 yang terakhir dirubah dengan Undang Undang nomor 42 tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dipungut berdasarkan Undang Undang Paja Bumi dan Bangunan 1985 yang terakhir dirubah dengan Undang Undang nomor 28 tahun 2009. Tidak ada imbalan yang secara langsung dinikmati oleh pembayara pajak, maksudnya pembayar pajak sebagaimana warga negara lain secara bersama memperoleh imbalan jasa dari negara berupa perlindungan keamanan, penggunaan jalan dan sarana umum yang dananya diperoleh ______________________________________________________________________________________ __________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 1

description

aaa

Transcript of 1-Definisi-dll

Page 1: 1-Definisi-dll

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________

1. Pengertian PajakPajak adalah Pungutan oleh Negara dapat dipaksakan terutang oleh yang wajib mem-bayarnya, berdasarkan peraturan perundang-undangan, dengan tidak ada imbalan yang secara langsung diterima oleh pembayarnya, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Difinisi tersebut pertama kali dikemukakan oleh Prof Dr. AJA Adriani Guru Besar Hukum Pajak pada Universitas Amsterdam. Selanjutnya pengertian tersebut diadopsi dengan beberapa perubahan redaksi dalam Undang Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagai berikut :Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negera yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Pasal 1 angka 1 UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

Beberapa hal yang perlu dijelaskan antara lain :Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara, berarti bahwa kontribusi atau iuran kepada selain negara bukanlah pajak.Pajak bersifat memaksa, artinya bagi seseorang yang telah ditetapkan terutang pajak apabila tidak mau membayarnya, dapat dilakukan tindakan pemaksaan melalui tindakan-tindakan penagihan antara lain penerbitan Surat Paksa, penyitaan, dan pelelangan. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu dimungkinkan dilakukan pencegahan terhadap wajib pajak yang dira-gukan iktikad baiknya dalam membayar pajak.Pajak hanya terutang oleh orang pribadi atau badan, artinya dalam setiap aturan perpajakan disebutkan secara jelas siapa yang diwajibkan untuk membayar pajak, bukan kepada setiap orang diwajibkan untuk membayar pajak. Pajak dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan, artinya pemungutan pajak pajak baru dapat dilakukan apabila sudah ada undang-undang yang mengaturnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan : Pajak Penghasilan (PPh) dipungut berdasarkan Undang Undang Pajak Penghasilan 1984 yang terakhir dirubah dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 2008, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPn BM) dipungut berdasarkan Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 yang terakhir dirubah dengan Undang Undang nomor 42 tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dipungut berdasarkan Undang Undang Paja Bumi dan Bangunan 1985 yang terakhir dirubah dengan Undang Undang nomor 28 tahun 2009. Tidak ada imbalan yang secara langsung dinikmati oleh pembayara pajak, maksudnya pembayar pajak sebagaimana warga negara lain secara bersama memperoleh imbalan jasa dari negara berupa perlindungan keamanan, penggunaan jalan dan sarana umum yang dananya diperoleh dari pajak. Hal ini untuk membedakan dengan adanya iuran/pungutan dari pemerintah terhadap mereka yang memperoleh imbalan dari pemerintah secara langsung misalnya Iuran SPP, terhadap mereka yang bersekolah di Sekolah yang dise-lenggarakan oleh negara.

2. Pungutan lain selain Pajak a. Retribusi : adalah pungutan yang dilakukan terhadap mereka yang secara

langsung memperoleh jasa dari negara misalnya : Uang SPP dari sekolah negeri, iuran sampah, uang parkir yang dipungut oleh Pemerintah Daerah.

b. Bea dan CukaiBea Masuk, ialah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang yang diimpor/dimasukkan ke daerah pabean.

________________________________________________________________________________________________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 1

Page 2: 1-Definisi-dll

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karasteristik tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang, misalnya : minuman yang mengandung etil alkohol dan barang-barang yang merupakan hasil dari tembakau seperti sigaret dan cerutu.

3. Fungsi Pajaka. Fungsi Budgeter (Anggaran), yakni fungsi mengisi kas negara. Fungsi ini

adalah fungsi utama dari pajak. Sebagaimana kita ketahui bahwa pajak memegang peranan yang besar dalam menunjang penerimaan negara yang dapat dilihat pada APBN.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend), yakni mengatur beberapa aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa contoh dapat dikemukakan misalnya : untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dikawasan tertentu

diberikan insentif pajak berupa pengurangan beban pajak penghasilan; untuk menekan penggunaan minuman yang mengandung alkohol

maka jenis minum-an ini dikenakan PPn BM dengan tarif yang tinggi; Agar pengusaha tidak ragu dalam mengeluarkan dana untuk

penanggulangan benca-na alam, ditetapkan bahwa pengeluaran untuk penanggulangan bencana alam dapat dibebankan sebagai biaya.

Agar orang tidak segan membayar zakat, atau sumbangan wajib lainnya menurut ajaran agama, maka pengeluaran untuk zakat dan sumbangan wajib tersebut dapat dibebankan sebagai biaya.

4. Pengelompokan/Pembedaan Pajak Ada beberapa macam penelompokan/pemmbedaan pajak yakni

a. Pajak Pusat dan Pajak Daerah;b. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung;c. Pajak Pribadi dan Pajak Kebendaan;d. Pajak atas Penghasilan, Pajak atas Konsumsi dan Pajak atas Harta

a. Pajak Pusat atau Pajak Negara, adalah pajak yang dipungut pemerintah pusat yang didasarkan pada Undang Undang. Contoh pajak pusat adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjulan Barang Mewah (PPN dan PPn BM) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Hasil pungutan pajak pusat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah pusat dalam penyelenggaraan peme-rintahan. Sebagian dari hasil pungutan pajak pusat dapat dibagikan kepada pemerin-tah daerah yakni : sebagian dari hasil pemungutan PBB dan sebagian dari hasil pemungutan PPh orang pribadi dan PPh pasal 21.

b. Pajak Daerah, yakni pajak-pajak yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. Hasil dari pemungutan pajak daerah digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahanan daerah, sebagai pendapatan asli daerah (PAD). Pajak Daerah dapat dibedakan lagi menjadi Pajak Daerah Tingkat I dan Pajak Daerah Tingkat II. Contoh Pajak Daerah Tk I adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Contoh Pajak Daerah Tk II adalah : Pajak Tontonan, Pajak Pembangunan I

c. Pajak Langsung adalah jenis pajak yang beban pembayarannya dirasakan langsung oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang atau pihak lain, contoh : Pajak Penghasilan.

d. Pajak Tidak Langsung adalah jenis pajak yang beban pembayarannya dapat dilim-pahkan kepada orang atau pihak lain, misalnya PPN, yang memungut adalah peng-usaha tetapi beban pajaknya dilimpahkan kepada pihak konsumen.

________________________________________________________________________________________________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 2

Page 3: 1-Definisi-dll

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________

e. Pajak Pribadi (Subyektif), adalah jenis-jenis pajak yang dalam penentuan besarnya beban pajak memperhatikan keadaan pribadi wajib pajaknya. Misalnya dalam me-nentukan besarnya Pajak Penghasilan, maka tanggungan keluarga wajib pajak ikut diperhatikan, semakin banyak tanggungan keluarganya semakin berkurang beban pajaknya. Contoh : Pajak Penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi.

f. Pajak Kebendaan (Obyektif) adalah jenis-jenis pajak yang dalam penentuan besar-nya pajak tidak diperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dalam menetukan besarnya PBB yang diperhatikan adalah besarnya obyek pajak, misalnya berupa tanah atau bangunan saja, tidak memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dapat terjadi sese-orang yang mewarisi rumah dan bangunan yang besar PPB-nya besar, padahal orang tersebut tidak memiliki kemampuan untuk membayar yang memadai.

g. Pajak atas Penghasilan adalah jenis-jenis pajak yang dipungut terhadap penghasilan. Pajak atas penghasilan yang berlaku sekarang adalah Pajak Penghasilan. Sebe-lumnya pajak atas penghasilan dikenakan melalui Pajak Pendapatan untuk menge-nakan pajak atas penghasilan yang diperoleh orang pribadi dan Pajak Perseroan untuk mengenakan penghasilan atau laba yang diperoleh oleh badan.

h. Pajak atas konsumsi adalah jenis-jenis pajak yang dipungut terhadap pengeluaran yang dilakukan oleh seseorang atau suatu badan untuk mengkonsumsi suatu barang. Pajak atas konsumsi yang berlaku di Indonesia antara lain : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPn BM) dan Pajak Pembangunan I.

i. Pajak atas Harta adalah jenis-jenis pajak yang dipungut atas kepemilikan harta, baik berupa harta tak bergerak maupun harta bergerak. Pajak atas harta yang berlaku di Indonesia antara lain : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Sebelum berlakunya PBB terhadap harta berupa bumi dan bangunan, obyek tersebut dikenakan Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda) dan Pajak Kekayaan.

5. Tarif PajakAda tiga macam tarif pajak yang umumnya berlaku, yakni : tarif proporsional atau sepadan, tarif progresif atau meningkat dan tarif tetap.

Tarif Proporsional adalah tarif pajak dimana apabila nilai obyek pajaknya meningkat maka beban pajaknya juga meningkat, namun dalam jumlah prosentase yang tetap.

Contoh : Tarif Pajak Pertambahan Nilai.No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Beban Pajak1 Rp5.000.000,00 10% Rp500.000,002 Rp10.000.000,00 10% Rp1.000.000,003 Rp15.000.000,00 10% Rp1.500.000,00

Dari contoh tersebut diatas dapat diketahui bahwa tarif pajak tetap 10% pada tingkat obyek pengenaan pajak sebesar Rp5.000.000, Rp10.000.000, dan Rp15.000.000.

Tarif Progresif atau meningkat adalah tarif pajak dimana obyek pajaknya nilainya me-ningkat maka beban pajaknya juga meningkat dengan prosentase yang lebih tinggi.

Contoh : Tarif Pajak Penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi yang berlaku sejak 2009 adalah sbb:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

________________________________________________________________________________________________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 3

Page 4: 1-Definisi-dll

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________

1 Sampai dengan Rp50.000.000 5%2 Diatas Rp50.000.000 sampai dengan

Rp250.000.00015%

3 Diatas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000

25%

4 Diatas Rp500.000.000 30%Contoh penerapan

No Dasar Pengenaan Pajak

Tarif Penerapan Tarif Beban Efektif

1 Rp10.000.000 5% Rp10.000.000 Rp500.000 5%2 Rp100.000.000 5%

15%Rp50.000.000Rp50.000.000

Rp2.500.000Rp7.500.000

Rp100.000.000

Rp10.000.000

10%

3 Rp300.000.000 5%15%25%

Rp50.000.000Rp200.000.00

0Rp50.000.000

Rp2.500.000Rp30.000.00

0Rp12.500.00

0Rp300.000.00

0Rp45.000.00

015%

4 Rp500.000.000

5%15%25%

Rp50.000.000Rp200.000.00

0Rp250.000.00

0

Rp2.500.000Rp30.000.00

0Rp62.500.00

0Rp500.000.00

0Rp95.000.00

019%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi dasar pengenaan pajaknya, be-ban efektif pajaknya meningkat dari 5%, 10%, 15% dan 19%.

Tarif Tetap, adalah tarif pajak dimana besarnya beban pajak tidak terpengaruh dengan nilai dari obyek yang menjadi sasaran pengenaan pajaknya. Contohnya adalah Bea Meterai atas perjanjian jual beli mobil, besarnya bea meterainya adalah tetap, yakni sebesar Rp6.000. tidak tergantung pada nilai yang terkandung dalam harga jual beli tersebut.

6. Timbulnya Utang PajakUntuk menentukan kapan saat yang menetukan timbulnya utang pajak, terdapat dua pendapat yaitu : pendapat meterial, pendapat formal. Pendapat MaterialMenurut pendapat materiel utang pajak timbul karena adanya keadaan atau karena adanya perbuatan tertentu yang menurut undang-undang keadaan atau perbuatan tertentu tersebut ditetapkan sebagai penyebab terutangnya pajak. Utang pajak timbul karena keadaan, misalnya seseorang yang memiliki tanah dan bangunan, kepadanya terutang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), karena Undang Undang Pajak Bumi dan Bangunan menyatakan bahwa mereka yang memiliki atau menguasai bumi dan atau bangunan terutang Pajak Bumi Bangunan.Utang Pajak timbul karena perbuatan, misalnya karena seorang pengusaha kena pajak telah melakukan penyerahan barang, kepadanya terutang Pajak

________________________________________________________________________________________________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 4

Page 5: 1-Definisi-dll

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________

Pertambahan Nilai, karena Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (UU PPN) menyatakan bahwa PPN terutang karena adanya penyerahan barang kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha.Keadaan atau perbuatan tertentu sebagaimana diuraian dimuka yang menyebabkan timbulnya utang pajak tersebut, disebut Tatbestand.

Sehubungan dengan hal tersebut Undang Undang nomor 16 tahun 2000 pasal 12 ayat (1) menyatakan bahwa setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa undang-undang perpajakan kita mengikuti ajaran materiel dalam menentukan terutangnya pajak. Pendapat FormalMenurut pendapat ini, utang pajak timbul karena adanya ketetapan pajak yang telah diter-bitkan. Menurut pendapat ini tanpa adanya ketetapan pajak maka seseorang tidak mempu-nyai utang pajak. Pendapat formal ini tidak dianut dalam undang undang perpajakan kita.

7. Berakhirnya Utang PajakKarena PembayaranBerakhirnya utang pajak disebabkan adanya pembayaran. Aturan lebih lanjut menegaskan bahwa pembayaran pajak dilakukan di Kas Negara, di bank yang ditunjuk atau di Kantor Pos.Sehubungan dengan pembahasan tentang berakhirnya utang pajak tersebut perlu dikemukakan hal-hal yang ada hubungannya dengan berakhirnya suatu perikatan sebagai berikut.Karena KompensasiUtang Pajak dapat berakhir karena kompensasi atas kelebihan pajak yang telah ditetapkan oleh fiskus.Contoh:Wajib pajak mempunyai utang PPh pasal 29 tahun 2009 sebesar Rp50.000.000. Dilain pihak wajib pajak mempunyai kelebihan PPh tahun 2008 yang telah ditetapkan oleh fiskus berdasarkan SKPLB sebesar Rp50.000.000. Kelebihan PPh tahun 2008 tersebut dapat dikompensasikan terhadap utang PPh pasal 29 tahun 2009. Dengan demikian utang pajak hanya dapat dikompensaikan atas kelebihan pajak.Utang pajak tidak dapat dikompensasikan dengan piutang wajib pajak kepada negara yang bukan pajak. Misalnya seseorang wajib pajak telah berutang pajak sebesar Rp100.000.000, Dilain pihak dia memiliki tagihan kepada negara sebesar Rp100.000.000, karena dia telah melakukan pembangunan gedung atas biaya negara yang belum dilunasi pembayarannya. Utang pajak dan tagihan atas biaya gedung yang belum dibayar tersebut tidak dapat dikompensasikan. Hal ini disebabkan utang pajak adalah utang yang timbul dalam lapangan Hukum Publik dan piutang atas pembayaran gedung yang belum lunas tunduk dalam Hukum Perdata. Perihal KadaluwarsaUtang pajak tidak pernah dinyatakan kadaluwarsa, dengan adanya batas waktu tertentu. Yang dinyatakan adanya kadaluwarsa adalah hak fiskus (aparat pajak) untuk melakukan penagihan. Apabila telah lewat jangka waktu lima tahun terhitung sejak tanggal penerbitan SKPKB dan sejenisnya, maka hapuslah hak fiskus untuk melakukan penagihan (pasal 22 KUP). Sedang utang pajaknya itu sendiri tidak pernah hapus karena telah lewatnya jangka waktu tersebut.

________________________________________________________________________________________________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 5

Page 6: 1-Definisi-dll

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________

Contoh : PT ABADI mempunyai utang PPh dalam bentuk SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) tahun 2002 yang diterbitkan tanggal 10 Juli 2004 sebesar Rp200.000.000. Sampai dengan 2010 utang pajak tersebut tidak ditagih oleh fiskus. Dalam hal demikian hak menagih oleh fikkus sejak 10 Juli 2009 dan tahun-tahun sesudahkan sudah hilang. Tetapi utang pajak sebesar Rp200.000.000 tersebut tidak kadaluwarsa.Terhadap utang pajak yang telah lewat jangka waktu penagihannya tersebut dapat dibayar oleh wajib pajak. Pembayaran atas pajak yang telah lewat jangka waktu penagihannya tersebut disebut uang pembasuh batin. Pembayaran tersebut adalah syah, artinya tidak dapat dimintakan kembali.

8. Azas Azas dalam Pemungutan Pajaka. Azas Domisil, yakni pemungutan pajak dikaitkan dengan domisili wajib

pajak. Menurut azas ini negara dimana terdapat wajib pajak berdomisili, maka negara tersebut berhak memungut pajak dari wajib pajak tersebut. Domisili ini dalam hal wajib pajak per-seorangan adalah tempat tinggal dan dalam hal wajib pajak badan adalah tempat kedu-dukan. Contoh : seseorang yang bertempat tinggal di Indonesia atau suatu badan berke-dudukan di Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya, dengan tidak memperhatikan dari mana penghasilan tersebut berasal.

b. Azas Sumber, yakni pemungutan pajak dikaitkan dengan adanya sumber penghasilan berada. Menurut azas ini negara dimana terdapat sumber penghasilan dan sumber tersebut memberikan penghasilan maka negara tersebut berhak memungut pajak dari hasil sumber tersebut. Dalam pasal 26 UU PPh dinyatakan bahwa atas penghasilan yang berasal dari Indonesia yang diperoleh oleh mereka yang tinggal di luar Indonesia dikenakan pajak penghasilan Indonesia. Contoh : adanya penghasilan berupa bunga atau royalty yang berasal dari Indonesia, maka negara Indonesia berhak memungut pajak atas penghasilan tersebut.Indonesia menganut kedua azas tersebut. Sebagai akibat dianutnya kedua azas tersebut dan kemungkinan besar negara lain juga menganut kedua azas yang sama maka dapat menimbulkan terjadinya beban pajak ganda atas WP yang berdomisili disuatu negara (misalnya Indonesia) dan memperoleh penghasilan dari negara lain, atau sebaliknya. Untuk menghindari adanya beban pajak berganda tersebut maka dilakukan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara suatu negara dengan negara lain. Isi perjanjian tersebut pada umumnya adalah merupakan pembagian pungutan pajak diantara kedua negara yang terkait. Demikian juga dalam aturan Undang Undang Pajak Penghasilan (pasal 24) dinyatakan bahwa pungutan pajak dari negara lain, diakui/diperhitungkan sebagai pengurang pajak atas jumlah pajak yang terutang di Indonesia.

c. Azas Kebangsaan, yakni pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan atau kewarga-negaraan seseorang. Menurut azas ini seseorang warga negara tertentu akan menjadi wajib pajak negara tersebut dimanapun yang bersangkutan berada, walaupun diluar negara yang bersangkutan. Di Indonesia pernah berlaku azas kebangsaan negatif, yakni apabila terdapat seseorang yang bukan WNI namun bertempat tinggal di Indonesia dikenakan pajak, yakni Pajak Bangsa Asing.

Disamping ketiga azas yang dikemukakan tersebut diatas terdapat juga azas pemungutan pajak sebagai berikut:a. Azas Ekonomis, artinya dalam hal pemungutan pajak harus dihindarkan

terjadinya kemerosotan kehidupan ekonomi masyarakat, atau menggangu arus distribusi barang dan jasa di masyarakat. Contoh : pengenaan PPN

________________________________________________________________________________________________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 6

Page 7: 1-Definisi-dll

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________

dengan tarif yang terlalu tinggi, misalnya 20% akan mengakibatkan kehidupan perekonomian terganggu.

b. Azas Finansial, artinya dalam hal pemungutan pajak, diupayakan biaya untuk penye-lenggaraan pemungutannya jangan terlalu tinggi/tidak sebanding dengan hasil pemu-ngutan pajaknya. Contoh : dulu dikenal adanya pajak atas sepeda, pajak radio dsb. Karena pajak-pajak tersebut hasilnya kecil sedangkan biaya pemungutannya besar, maka jenis-jenis pajak tersebut dihapuskan. Berkaitan dengan hal tersebut, adanya pajak berupa Bea Meterai, walaupun besarnya pajak yang diperoleh negara tidak besar, pajak ini tidak dihapuskan. Hanya saja tidak dilakukan pengadmisitrasian yang memberatkan negara. Pemenuhan pemeteraian lebih banyak diserahkan kepada masyarakat.

9. Sistem Pemungutan PajakDalam literatur dikenal adanya tiga macam sistem/stelsel pemungutan pajak yakni stelsel fiksi, stelsel real dan stelsel campuran.a. Stelsel Fisksi, yakni pemungutan pajak didasarkan pada suatu anggapan

atau fiksi yang belum tentu sesuai dengan keadaan sebenarnya. Contoh: besarnya Pajak Bumi dan Bangunan terutang ditentukan pada keadaan tanggal 1 Januari tahun takwim/tahun kalender. Bahwa pada saat yang terjadi sesudah tanggal tersebut misalnya bangunan telah direnovasi atau sebaliknya sebagian bangunan telah hancur tidak mempengaruhi jumlah besarnya pajak untuk tahun yang bersangkutan.

b. Stelsel Real, yakni pemungutan pajak didasarkan pada keadaan yang real. Contoh : besarnya Pajak Penghasilan didasarkan pada besarnya penghasilan yang sesung-guhnya yang diperoleh pada masa satu tahun. Dengan demikian besarnya pajak peng-hasilan secara definitif baru dapat diketahui apabila penghasilan sudah dapat dihitung secara lengkap, yang dalam hal ini baru diketahui setelah dilakukan penutupan buku yang terjadi pada akhir tahun atau dalam praktek baru diketahui pada tahun beri-kutnya.

c. Stelsel Campuran. Pada stelsel ini mula-mula pajak ditetapkan menurut stelsel fiksi , sehingga pada awal tahun sudah dapat dterbitkan Surat Ketetapan Pajak, yang kemu-dian pada akhir tahun pajak dihitung ulang yang disesuaikan dengan keadaan yang sebesarnya. Stelsel ini tidak digunakan lagi dalam pemungutan pajak di Indonesia.

Disamping ketiga sistem pemungutan pajak sebagaimana diuraikan dimuka, pada akhir-akhir ini kekemukakan sistem pemungutan pajak lain sebagai berikut: a. Self Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang

memberikan kepercayaan, tanggung jawab kepada masyarakat wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pemenuhan kewajian pajaknya kepada pemerintah, misalnya PPh.

b. Official Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

c. Withholding System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewe-nang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut pajak yang terutang oleh wajib pajak yang mempunyai hubungan transaksi tertentu dengan pihak ketiga tersebut, misalnya : PPh pasal 21 dan PPh pasal 23/PPh 26.

10. Kedudukan Hukum PajakHukum pajak termasuk bagian kelompok hukum publik, yakni bagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan hukum antara penguasa (negara) dengan warganya. Yang termasuk dalam kelompok hukum publik (disamping

________________________________________________________________________________________________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 7

Page 8: 1-Definisi-dll

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ ______________________________________

hukum pajak) adalah : hukum tata negara, hukum pidana dan hukum administratif. Hukum pajak merupakan bagian dari hukum adminstratif.

11. Pembagian Hukum Pajak Pada umumnya hukum pajak dibagi dalam dua kelompok yakni hukum pajak material dan hukum pajak formal.a. Hukum Pajak Material

Hukum pajak material adalah sekumpulan peraturan-peraturan yang menetapkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum tertentu harus dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak, berapa besarnya pajak, termasuk bagaimana menghitung besarnya pajak. Keadaan tertentu, misalnya seseorang yang bertempat tinggal di Indonesia dan mempunyai penghasilan diatas jumlah tertentu, maka yang bersangkutan dikenakan Pajak Penghasilan. Perbuatan, misalnya karena adanya tindakan penyerahan barang, maka akan timbul utang Pajak Pertambahan Nilai. Siapa yang dikenakan pajak, misalnya dalam dalam Undang-Undang PPN disebutkan bahwa pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak, dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Berapa besarnya pajak diatur pada masing-masing undang-undang pada pasal yang mengatur tarif pajak, misalnya PPN ditetapkan sebesar 10%.Dalam sistematika hukum pajak Indonesia, hukum pajak material lebih banyak diatur dalam : Undang Undang Pajak Penghasilan, Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai, Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Meterai dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

b. Hukum Pajak Formal Yang termasuk hukum pajak formal adalah peraturan-peraturan mengenai cara-cara untuk menjadikan hukum pajak material dimaksud diatas menjadi kenyataan. Bagian dari hukum ini memuat tentang cara-cara penyelenggaraan penetapan pajak, pena-gihan pajak, hak-hak dan kewajiban wajib pajak, hak-hak dan kewajiban fiskus (aparat yang bertugas melakukan pemungutan pajak), kadaluwarsa, dan sanksi-sanksi terha-dap pelanggaran.Dalam sistematika hukum pajak Indonesia, hukum pajak formal lebih banyak diatur dalam Undang-Undang tentang Ketentuan Umum Perpajakan.

________________________________________________________________________________________________________________Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan, dibuat tgl 5 September 2012. 8