1. Cover Tw III - Bank Indonesia · Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang...
Transcript of 1. Cover Tw III - Bank Indonesia · Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang...
LAPORAN TRIWULANAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN
REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI MALUKU UTARA
Jl. Yos Sudarso No.1 TenateTelp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017
VISI BANK INDONESIA
“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendahdan nilai tukar yang stabil”
MISI BANK INDONESIA
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitasperekonomian nasional,
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusiterhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional,4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tatakelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang
diamanatkan UU.
TUGAS BANK INDONESIA
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,3. Stabilitas Sistem Keuangan.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada :
Redaksi :Tim Ekonomi Moneter
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku UtaraJl. Yos Sudarso No. 1, Ternate
Telp : (0921) 3121217Fax : (0921) 3124017
i
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan
mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah
merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai
pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan dengan
menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya
terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan
Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan
data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter
Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan
di daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran
serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di
waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan
penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, November 2014KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI
MALUKU UTARA
BudiyonoKepala Perwakilan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR TABEL vDAFTAR GRAFIK vi
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA iv
RINGKASAN UMUM xi
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 11.1 Kondisi Umum 11.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 21.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 14
BOKS I PERLAMBATAN PEREKONOMIAN MALUKU UTARA PASCA PENERAPAN UUMINERBA
27
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 312.1 Kondisi Umum 312.2 Pendapatan Daerah 322.3 Belanja Daerah 352.4 Defisit dan Pembiayaan 39
BAB III INFLASI DAERAH 413.1 Kondisi Umum 413.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 423.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 513.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 56
BAB IV SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 534.1 Kondisi Umum Perbankan 534.2 Stabilitas Sistem Keuangan 59
BAB V SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOAAN UANG 635.1 Kondisi Umum 635.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 635.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 67
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 716.1 Kondisi Umum 716.2 Perkembangan Ketenagakerjaan 716.3 Pengangguran 756.4 Nilai Tukar Petani (NTP) 766.5 Tingkat Kemiskinan 79
iv
BOKS II Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Kenaikan UMP dan ProspekInvestasi Maluku Utara
81
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 857.1 Prospek Perekonomian 857.2 Outlook Kondisi Makroekonomi Regional 867.3 Outlook Inflasi Daerah 91
v
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 3Tabel 1.2 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 16Tabel 1.3 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Padi Malut 19Tabel 1.4 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Jagung Malut 19Tabel 1.5 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Kedelai Malut 20Tabel 1.6 Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil 24
Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan Total Provinsi Maluku Utara(dalam juta rupiah)
33
Tabel 2.2 Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemprov Maluku Utara(dalam juta rupiah)
34
Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran & Realisasi Pendapatan Pemprov Maluku Utara(dalam juta rupiah)
35
Tabel 2.4 Perkembangan Anggaran Belanja Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah) 37Tabel 2.5 Perkembangan Anggaran Belanja Total Provinsi Maluku Utara
(dalam juta rupiah)38
Tabel 2.6 Perkembangan Anggaran dan Realisasi Belanja Pemprov Maluku Utara(dalam juta rupiah)
38
Tabel 2.7 Perkembangan Surplus Defisit Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah) 39Tabel 2.8 Realisasi Surplus Defisit Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah) 40Tabel 2.9 Perkembangan Anggaran Surplus/Defisit Total Provinsi Maluku Utara
(dalam juta rupiah)40
Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) 42Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya 43Tabel 3.3 Komoditas Penahan Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya 44Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) 44Tabel 3.5 Kelompok Pendorong & Penahan Laju Inflasi Triwulanan Kota Ternate 45Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate 56
Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 66Tabel 5.2 Perkembangan Perputaran Kliring 68Tabel 5.3 Perkembangan Cek/BG 68Tabel 5.4 Perkembangan RTGS 70
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 72Tabel 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama 74Tabel 6.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 77Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara Per Subsektor 78Tabel 6.5 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara 79Tabel 6.6 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara 80
vi
DAFTAR GRAFIK
HalamanGrafik 1.1 Perkembangan PDRB Maluku Utara 1Grafik 1.2 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 2Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga 4Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 4Grafik 1.5 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT) 5Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi 5Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) 6Grafik 1.8 Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M3) 6Grafik 1.9 Volume Bongkar Telur (Ton/M3) 6Grafik 1.10 Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M3) 7Grafik 1.11 Volume Bongkar Bawang (Ton/M3) 7Grafik 1.12 Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M3) 7Grafik 1.13 Total Volume Bongkar (Ton/M3) 7Grafik 1.14 Perkembangan Investasi di Maluku Utara 8Grafik 1.15 Perkembangan PMA di Maluku Utara 8Grafik 1.16 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 8Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Investasi 9Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Semen 9Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Pemerintah 10Grafik 1.20 Perkembangan Giro Pemerintah 10Grafik 1.21 Perkembangan PDRB Riil Sektor Ekspor 11Grafik 1.22 Perkembangan Volume Ekspor 11Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ekspor 11Grafik 1.24 Perkembangan Harga Nikel 12Grafik 1.25 Perkembangan Harga Minyak Bumi 12Grafik 1.26 Perkembangan Harga Emas Internasional 12Grafik 1.27 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate 13Grafik 1.28 Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor 14Grafik 1.29 Perkembangan Volume Impor 14Grafik 1.30 Perkembangan Nilai Impor 14Grafik 1.31 Struktur PDRB Sisi Penawaran 15Grafik 1.32 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 17Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Pertanian 21Grafik 1.34 Perkembangan Kinerja Ikan Tangkap 21Grafik 1.35 Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR 21Grafik 1.36 Perkembangan Kredit Sektor PHR 22Grafik 1.37 Perkembangan TPK 22Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 23Grafik 1.39 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 23Grafik 1.40 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 25Grafik 1.41 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian 25
Grafik 2.1 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 31Grafik 2.2 Perkembangan Realisasi APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 32
Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 42
vii
Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 47Grafik 3.3 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2014 48Grafik 3.4 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa Agustus
201449
Grafik 3.5 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa September2014
50
Grafik 3.6 Pergerakan Harga Emas Internasional 52Grafik 3.7 Pergerakan Harga Crude Oil West Texas Intermediate 52Grafik 3.8 Pergerakan Harga Nikel Internasional 52Grafik 3.9 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 54Grafik 3.10 Volume Tangkap dan Nilai Ikan Tangkap 55Grafik 3.11 Perkembangan Harga Ikan Tangkap 55
Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 54Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 54Grafik 4.3 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 55Grafik 4.4 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 56Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 57Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRS 58Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 59Grafik 4.8 Struktur Aliran Dana Kredit Sektoral 59Grafik 4.9 Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga 60Grafik 4.10 Pangsa Kredit UMKM 61
Grafik 5.1 Aliran Kas Uang Kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 64Grafik 5.2 Perkembangan Aliran Kas Uang Kartal (yoy) di Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Malut64
Grafik 5.3 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 67Grafik 5.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu 70Grafik 5.5 Perkembangan RTGS Kota Ternate 70
Grafik 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 5 Tahun Terakhir 73Grafik 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral di Maluku Utara Agustus 2014 74Grafik 6.3 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara 75Grafik 6.4 Perkembangan NTP Maluku Utara 77
Grafik 7.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 85Grafik 7.2 Perkembangan ITK Malut dan Proyeksinya 87Grafik 7.3 Perkembangan IPRT Malut dan Proyeksinya 87Grafik 7.4 Perkembangan Tingkat Konsumsi Durable Goods dan Proyeksinya 88Grafik 7.5 Perkembangan Harga Nikel Internasional 89
ix
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN
PROVINSI MALUKU UTARA
A. Inflasi dan PDRB
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 138.49 138.68 148.78 150.25 112.16 114.28 117.01Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 4.0 2.9 9.66 9.78 8.80 9.75 5.40
PDRB - harga konstan (Miliar Rp) 887.45 905.45 923.30 940.11 943.60 956.11 977.77- Pertanian 289.5 288.9 292.2 292.2 294.36 295.44 295.77- Pertambangan & Penggalian 33.91 33.38 33.35 34.37 28.57 26.30 26.75- Industri Pengolahan 100.25 102.88 104.50 106.02 108.26 108.15 110.73- Listrik, Gas & Air Bersih 4.18 4.31 4.35 4.48 4.60 4.77 4.96- Bangunan 17.31 17.63 17.93 18.44 18.18 18.52 18.45- Perdagangan, Hotel & Restoran 268.65 280.00 288.35 297.33 301.78 310.63 322.54- Pengangkutan & Komunikasi 71.74 72.45 73.94 75.11 76.67 78.36 81.21- Keuangan, Persewaaan & Jasa 32.33 33.58 34.38 35.47 35.28 36.28 37.24- Jasa 69.61 72.37 74.32 76.66 75.89 77.67 80.11Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6.02 6.37 5.58 6.50 6.33 5.60 5.90
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 193.79 176.34 147.13 202.49 22.14 3.26 2.49Volume Ekspor Nonmigas (Ribu ton) 4619.50 1358.44 3928.56 6384.18 647.56 5.25 1.30Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0.25 1.98 1.59 0.84 1.18 1.45 3.84Volume Impor Nonmigas (Ribu ton) 0.02 4.32 1.67 1.01 0.31 2.20 4.55
2014
MAKRO
2013INDIKATOR
x
B. Perbankan
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
Total Aset (Rp miliar) 5,906.48 5,959.34 6,262.19 6,602.52 6,461.46 6,650.53 6,783.50DPK (Rp miliar) 4,792.54 4,743.51 4,923.28 4,830.80 5,080.11 5,355.74 5,571.69- Tabungan 2,513.83 2,598.37 2,786.21 3,170.73 2,942.67 2,820.97 2,956.57- Giro 1,390.55 1,282.53 1,290.50 779.16 1,183.25 1,509.24 1,528.48- Deposito 888.16 862.61 846.56 880.90 954.19 1,025.52 1,086.63Kredit (Rp miliar) 4,025.03 4,375.88 4,508.43 4,631.48 4,712.95 4,819.21 4,937.56- Modal Kerja 1,185.19 1,278.99 1,278.46 1,295.95 1,279.74 1,263.11 1,311.27- Konsumsi 2,469.36 2,623.35 479.15 483.46 2,950.47 3,069.56 3,150.42- Investasi 370.48 473.54 479.15 483.46 482.74 486.54 475.87LDR 83.99 92.25 91.57 95.87 92.77 89.98 88.62Kredit UMKM (Rp miliar) 2,923.83 1,432.30 1,417.30 1,452.35 1,351.22 1,405.88 1,390.20
Kredit Mikro (Rp miliar) 235.73 255.97 249.11 266.43 271.96 336.69 300.54Kredit Kecil (Rp miliar) 790.40 840.55 820.45 830.03 740.44 726.53 744.37Kredit Menengah (Rp miliar) 282.47 335.78 347.74 355.90 338.81 342.67 345.28
NPL 2.53 2.84 3.17 2.78 3.08 2.95 2.93Keterangan:Definisi UMKM mengikuti skala usaha berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM
2014
PERBANKANBank Umum:
INDIKATOR2013
Ringkasan Umum xi
RingkasanUmum
GAMBARAN UMUM
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga
konstan pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp977,7 miliar, naik 5,90% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. PDRB tersebut tumbuh
dibawah rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002 –
triwulan III 2014) yang tercatat pada level 6,12%. Namun demikian pertumbuhan
ekonomi Maluku Utara tersebut masih berada diatas pertumbuhan ekonomi
Nasional yang sebesar 5,01% (yoy). Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan
(yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan III
2014 tercatat sebesar 5,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 9,75%
(yoy) dan 9,66% (yoy). Angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
angka Nasional dan wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua)
yang masing-masing sebesar 4,53 % (yoy) dan 3,84% (yoy).
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga
konstan pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp977,7 miliar, naik 5,90% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. PDRB tersebut
tumbuh dibawah rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir
(2002 – triwulan III 2014) yang tercatat pada level 6,12%. Namun demikian
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tersebut masih berada diatas pertumbuhan
ekonomi Nasional yang sebesar 5,01% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2014 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain akibat
penerapan UU Minerba yang juga dialami oleh Maluku Utara. Secara triwulanan,
perekonomian Maluku Utara tercatat tumbuh moderat sebesar 2,21% (qtq).
Ringkasan Umum xii
KEUANGAN PEMERINTAH
Pada tahun 2014, Pemerintah Provinsi Maluku Utara (Malut) menetapkan target
pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar
Rp1,61 triliun, meningkat 22,11% (yoy) atau naik sebesar Rp293,21 miliar
dibanding dengan target belanja pada APBD 2013. Sedangkan apabila
dibandingkan dengan APBD Perubahan (APBD-P) 2013, target pendapatan APBD
2014 meningkat sebesar Rp94,87 miliar atau 6,22%. Sementara itu, target
belanja/pengeluaran di tahun 2014 adalah sebesar Rp1,56 triliun, meningkat
11,66% (yoy) atau Rp163,6 miliar dibandingkan dengan target pengeluaran pada
APBD 2013. Apabila dibandingkan dengan target pengeluaran pada APBD-P 2013,
target tahun 2014 turun 3,38% (yoy) atau Rp54,77 miliar. Pada APBD-P terdapat
penyesuaian anggaran terkait kebutuhan terkini di provinsi sehingga mempengaruhi
perubahan besaran target pengeluaran. Dengan kondisi APBD tersebut, pada tahun
2014 ditargetkan akan terjadi surplus anggaran sebesar Rp52,50 miliar, kondisi ini
berbeda dari APBD tahun 2012 dan 2013 dimana Provinsi Maluku Utara selalu
mengalami defisit. Namun demikian besaran/nilai APBD 2014 masih mungkin
mengalami perubahan dan menjadi APBD-P 2014 jika pemerintah Provinsi Maluku
Utara menganggap perlu koreksi sesuai dengan perubahan kebutuhan sepanjang
tahun 2014. Berdasarkan data realisasi hingga triwulan II 2014, Pemerintah Provinsi
Maluku Utara mencatat realisasi pendapatan sebesar Rp854,86 miliar atau 52,78%
dari target yang ditetapkan diawal tahun sebesar Rp1,61 triliun. Sementara realisasi
pos belanja tercatat sebesar Rp609,53 triliun atau 38,89% dari target awal yang
sebesar Rp1,56 triliun.
INFLASI DAERAH
Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang
direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan III 2014 tercatat sebesar
5,40% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi periode yang sama tahun
sebelumnya yang sebesar 9,75% (yoy) dan 9,66% (yoy). Angka inflasi
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional dan wilayah Sulampua
(Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat
sebesar 4,53 % (yoy) dan 3,84% (yoy).
Ringkasan Umum xiii
SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2014
menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara
keuangan. Hal ini tercermin dari perkembangan aset, penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan selama triwulan laporan tercatat mengalami
peningkatan. Pada triwulan laporan tingkat pertumbuhan penyaluran dana lebih
rendah dibandingkan penghimpunan dana (DPK). Sedangkan Loan to Deposit Ratio
(LDR) tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Namun demikian rasio ini
masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan di tahun
2014, akan ada penambahan jaringan kantor Bank Umum Syariah, serta
peningkatan status kantor Bank umum yang tersebar di wilayah Maluku Utara dan
saat ini sedang dalam proses perizinan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
.
SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
Pada triwulan III 2014 aliran uang kartal di Maluku Utara menunjukkan net outflow.
Kondisi ini menunjukan bahwa jumlah uang kartal yang ditarik oleh masyarakat
(bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang
yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
(setoran, penukaran, kas keliling). Pada akhir triwulan laporan terdapat 5.084.385
lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun 9,99% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya atau naik 10,49% (qtq) dibandingkan triwulan II 2014.
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara selama triwulan III 2014 sebanyak 4 lembar, turun
dibandingkan triwulan II 2014 yang sebanyak 9 lembar.
.
Ringkasan Umum xiv
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2014
menunjukkan pertumbuhan negatif ditinjau dari penambahan jumlah
pengangguran. Kondisi ini terjadi seiring dengan naiknya jumlah penduduk
umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh bertambahnya jumlah angkatan
kerja. Jumlah pengangguran yang meningkat ini pada akhirnya menggiring
turunnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) secara tahunan serta
naiknya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Maluku Utara.
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Malut pada triwulan IV 2014 dan untuk tahun 2014, masing-
masing diperkirakan akan tumbuh pada level 6,11% - 6,55% (yoy) dan
6,11% - 6,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan angka nasional. Di sisi
permintaan, permintaan domestik masih menjadi lokomotif utama ekonomi
Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor diprediksi terkoreksi lebih dalam
dengan tingginya produksi di periode yang sama tahun sebelumnya (baseline
effect). Di sisi penawaran, sektor pertanian akan tumbuh melandai seiring
selesainya masa panen dan masuknya masa tanam di triwulan IV 2014.
Cuaca di triwulan IV yang berdasarkan jadwal tahunannya memasuki musim
gelombang tinggi akan mempengaruhi subsektor perikanan dan juga akan
berdampak pada distribusi barang mengingat topografi Maluku Utara yang
merupakan provinsi kepulauan. Sementara itu, sektor keuangan, khususnya
perbankan, diprediksi tetap tumbuh stabil terlepas dari kebijakan suku bunga
Bank Indonesia. Laju inflasi triwulan IV 2014 diperkirakan terakselerasi
dibandingkan dengan triwulan III seiring dengan tingginya permintaan
diakhir tahun dan kenaikan tarif/harga oleh pemerintah seperti tarif listrik
dan bayang-bayang kenaikan harga BBM bersubsidi. Untuk itu, peran TPID
diharapkan dapat membantu menekan laju inflasi antara lain melalui
terjaganya jumlah pasokan dan kelancaran distribusi.
1
1.1 Kondisi Umum
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada
triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp977,77 miliar, naik 5,90% (yoy) dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tumbuh terakselerasi
dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-
masing tercatat sebesar 5,65% (yoy) dan 5,58% (yoy). Meskipun pertumbuhan Provinsi Maluku
Utara tersebut tersebut masih dibawah angka rata-rata pertumbuhan selama lebih dari satu dekade
(2004 – 2014) yang tercatat pada level 6,12%, namun masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan
ekonomi Nasional yang sebesar 5,01% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain akibat penerapan UU Minerba yang menarik mundur kinerja subsektor
pertambangan dalam jangka pendek hingga menengah. Secara triwulanan, perekonomian Maluku
Utara tercatat tumbuh moderat sebesar 2,21% (qtq).
Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh seluruh komponen
permintaan kecuali ekspor yang terkontraksi sebesar -18,37% (yoy), akibat ekspor luar negeri
Maluku Utara yang tumbuh negatif sebesar -26,00% (yoy) seiring terhentinya kegiatan
pertambangan nikel sebagai dampak UU Minerba. Namun demikian, ekspor antar daerah tumbuh
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Grafik 1.1Perkembangan PDRB Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
2
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
terakselerasi sebesar 4,9% (yoy). Kontraksi pertumbuhan ekspor ini turun tipis dari triwulan
sebelumnya yang sebesar -18,42% (yoy). Disisi lain, impor tumbuh signifikan sebesar 10,34% (yoy),
terutama didorong oleh impor antar daerah yang tumbuh sebesar 10,49% (yoy).
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tercatat sebesar 5,90% (yoy) yang
disumbangkan oleh seluruh sektor kecuali sektor pertambangan yang tumbuh negatif sebesar -
19,78% (yoy) dimana pertumbuhan negatif ini dimotori oleh subsektor pertambangan tanpa migas
yang terkoreksi signifikan sebesar -23,70% (yoy). Sedangkan sektor lainnya terakselerasi secara
bervariasi. Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) mencatatkan pertumbuhan paling tinggi yaitu
sebesar 13,86% (yoy), perdagangan, hotel, dan restoran 11,86% (yoy), pengangkutan dan
komunikasi 9,83% (yoy). Sedangkan sektor pertanian yang memiliki share terbesar pada PDRB
tumbuh terbatas 1,23% (yoy). Puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1435 hijriah yang jatuh pada
triwulan laporan menyebabkan naiknya permintaan masyarakat secara signifikan sehingga mampu
menggerakkan perekonomian Maluku Utara terutama sektor PHR sehingga mampu terakselerasi
dua digit secara tahunan.
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan III 2014
masih didominasi oleh konsumsi masyarakat yang merupakan penjumlahan dari konsumsi rumah
tangga dengan konsumsi lembaga swasta nirlaba dengan pangsa sebesar 68,82%. Konsumsi
pemerintah memiliki pangsa sebesar 31,9%. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto (PMTB)
atau investasi di Maluku Utara hanya memiliki pangsa sebesar 9,9% pada triwulan III 2014.
Kons.Masyarakat
, 68.82
Kons.Pemerintah
, 31.9
PMTB, 9.9
PerubahanStok, (4.0)
Ekspor,19.6
Impor,26.3
Grafik 1.2Struktur PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
3
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Berdasarkan pertumbuhannya, pos penggunaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi di
triwulan III 2014 adalah impor yang tercatat tumbuh 10,34% (yoy). Sebaliknya, ekspor mengalami
kontraksi sebesar -18,37% (yoy) atau tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar -18,43% (yoy). Kondisi ini terjadi pasca implementasi UU
Minerba sejak awal tahun 2014 dan mengakibatkan kegiatan ekspor luar negeri Malut untuk
komoditas nikel terhenti sehingga menyebabkan ekspor luar negeri Malut tumbuh negatif sebesar -
26,00% (yoy), terkontraksi sedikit lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -
25,65% (yoy). Ekspor memiliki pangsa sebesar 19,57%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 20,25%. Kontraksi pertumbuhan ekspor ini juga tercermin dari share ekspor yang
semakin termoderasi sejak triwulan I 2014. Sedangkan di sisi yang berlawanan, impor menahan
laju PDRB Malut sebanyak 26,29% sehingga pada dasarnya neraca perdagangan Malut bernilai
defisit sebesar Rp. 85,6 miliar.
Sementara itu, sektor konsumsi sebagai kontributor utama PDRB sisi permintan Provinsi Malut
tumbuh cukup variatif. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,80% (yoy), sedikit lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan tahunan di triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,76% (yoy).
Konsumsi pemerintah tumbuh 6,80% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 6,87% (yoy). Konsumsi swasta tumbuh 9,30% (yoy), lebih cepat dibanding triwulan
sebelumnya yang sebesar 8,60% (yoy).
Komponen Penggunaan Pertumbuhan(yoy,%)
Share(%)
Kons. Rumah Tangga 6.80 68.06Kons. Lembaga Swasta Nirlaba 9.30 0.76Kons. Pemerintah 6.80 31.94PMTB 3.03 9.95Perubahan Stok 25.04 -3.99Ekspor -18.37 19.57Impor 10.34 26.29
Tabel 1.1Struktur PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
4
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.2.1 Konsumsi
Berdasarkan pangsa yang diberikan, konsumsi masyarakat memberikan sumbangan sebesar
68,82% terhadap PDRB sisi permintaan, dimana konsumsi rumah tangga menyumbang 68,06%
dan sisanya sebesar 0,76% disumbangkan oleh lembaga swasta. Terjadinya peningkatan share
konsumsi rumah tangga dibandingkan dengan triwulan sebelumnya merupakan wujud naiknya
demand dari masyarakat seiring adanya puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1435 Hijriah.
Sedangkan konsumsi swasta dengan pangsa sebesar 0,76%, naik tipis dibanding triwulan
sebelumnya yang sebesar 0,75%. Sementara itu, pangsa konsumsi pemerintah yang sebesar
31,94% juga naik tipis dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun
sebelumnya yang masing-masing sebesar 31,91% dan 31,52%.
Berdasarkan pertumbuhannya, konsumsi rumah tangga tumbuh 6,80% (yoy), lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan tahunan di triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun
sebelumnya yang masing-masing sebesar 6,76% (yoy) dan 6,40% (yoy). Kondisi yang sama juga
terjadi pada konsumsi swasta yang tumbuh 9,30% (yoy) dimana pada triwulan sebelumnya
tumbuh 8,60% (yoy) serta tumbuh 9,04% (yoy) pada triwulan III 2013. Secara triwulanan,
konsumsi rumah tangga tercatat naik 1,99% (qtq) dan konsumsi swasta terakselerasi sebesar
2,17% (qtq). Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan konsumsi masyarakat adalah
pelaksanaan puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri 1435 hijiriah, dan perayaan persiapan ibadah haji
serta didukung oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga akibat masa panen cengkeh yang
memicu naiknya permintaan dari masyarakat. Konsumsi pemerintah tumbuh 6,80% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,87% (yoy). Sedangkan secara
triwulanan, konsumsi pemerintah naik 1,89% (qtq).
0
2
4
6
8
10
12
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013 2014
Kons. Rumah Tangga g_yoy (RHS)
Grafik 1.3Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga
Grafik 1.4Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Berdasarkan indeks tendensi konsumen (ITK) di triwulan III 2014 yang sebesar 113,85 dapat
diartikan bahwa kondisi ekonomi masyarakat meningkat seiring meningkatnya tingkat optimisme
konsumen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat indeks sebesar 110,14.
Peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks penerimaan rumah
tangga (IPRT) saat ini sebesar 119,63 atau naik 6,05%(yoy) atau 3,50% (qtq). Inflasi yang terjadi
selama bulan Juli sampai September 2014 sedikit berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
makanan sehari-hari yang ditunjukkan oleh indeks kaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-
hari sebesar 105,45 sehingga tingkat konsumsi rumah tangga meningkat yang ditunjukan dengan
nilai indeks 110,44.
Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang
disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh sebesar 14,53% (yoy),
melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,01% (yoy)
maupun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 25,24% (yoy). Namun demikian jumlah nominal kredit konsumsi yang disalurkan terus
mengalami penambahan dimana terjadi kenaikan sebesar 2,63% (qtq) pada triwulan III 2014
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, ni
pada akhir triwul
tahunan NTP Ma
Indeks Pendap
Sumber : BPS Pr
Grafik 1.6Perkembangan Kredit Konsumsi
90
95
100
105
110
115
120
125
I II III IV
2012
IPRT
Grafik 1.5atan Rumah Tangga (IPRT)
5
lai tukar petani (NTP) sebagai gambaran tingkat daya beli petani di Maluku Utara,
an laporan tercatat sebesar 104,09, naik 5,17% (yoy) atau -0,19% (qtq). Secara
lut menunjukkan tren meningkat sejak tahun sebelumnya. Dengan kata lain,
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolahovinsi Maluku Utara, diolah
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
I II III IV I II III
2013 2014
g_yoy (RHS)
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
pertumbuhan konsumsi Malut digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan maupun di
pedesaan.
Meningkatnya tingkat konsumsi masyaraka
bongkar muat di Pelabuhan Ahmad Yani T
luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan
Perkembanga
Sumber : BPS P
Volume Bongka
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2012 2013 2014
Volume Bongkar g_yoy (RHS)
Grafik 1.7n Nilai Tukar Petani (NTP)
t di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan
ernate pada sebagian besar komoditas yang dikirim dari
Bitung (Manado).
rovinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.9Volume Bongkar Telur (Ton/M3)
Grafik 1.8r Bahan Makanan (Ton/M3)
6
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
9
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Volume Bongkar
g_yoy (RHS)
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.2.2 Pembentu
Pertumbuhan inv
sebesar 3,03% (
yang sama tahun
Secara nominal,
triwulan sebelum
sebesar Rp. 75,
investment (FDI)
Rp442,70 miliar (
dari triwulan se
dibandingkan de
Volume Bongka
Sumber : PT. Peli
Grafik 1.11Volume Bongkar Bawang (Ton/M3)
GVolume Bongkar Ber
Sumber : PT. P
0
200
400
600
800
1000
1200
1 3 5 7 9 11
2012
Volume Bon
Grafik 1.10r Minuman Ringan (Ton/M3)
7
kan Modal Tetap Bruto (PMTB)
estasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan III 2014 tercatat
yoy), melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun periode
sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 4,94% (yoy) dan 5,33% (yoy).
PMTB pada triwulan III 2014 juga terlihat menurun jika dibandingkan dengan
nya, namun naik jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang
83 miliar. Namun demikian, nilai investasi yang berasal dari foreign direct
dan domestic direct investment (DDI) pada triwulan laporan tercatat sebesar
kurs rupiah terhadap USD sebesar Rp.10.000/USD), naik signifikan 341,16% (qtq)
belumnya yang hanya sebesar Rp100,34 miliar namun lebih rendah jika
ngan data triwulan yang sama tahun lalu yang sebesar Rp.1.495,91 miliar.
ndo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
rafik 1.12as Umum Non Dolog (Ton/M3)
elindo Cabang Ternate
Grafik 1.13Total Volume Bongkar (Ton/M3)
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Volume Bongkar g_yoy (RHS)
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2013 2014
gkar g_yoy (aksis kanan)
-1000%
0%
1000%
2000%
3000%
4000%
5000%
6000%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Volume Bongkar
g_yoy (RHS)
8
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kegiatan investasi pada triwulan laporan masih digerakkan oleh pembangunan infrastruktur
diseluruh wilayah provinsi Maluku Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik
infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan raya ataupun fasilitas pendukung transportasi lainnya
seperti pelabuhan yang perannya cukup vital mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang
berupa kepulauan. Beberapa kegiatan pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan smelter
nikel di Halmahera Timur, pembangunan pembangkit listrik, bandara dan pelabuhan milik swasta
di Halmahera Timur, finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan persiapan KEK di Pulau
Morotai, pembangunan jalan dan jembatan lintas Halmahera, pembangunan Duafa Center,
pembangunan pelabuhan Bastiong, serta berbagai kegiatan pembangunan lainnya di seluruh
kabupaten/kota di Maluku Utara.
Grafik 1.14Perkembangan Investasi di Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.15Perkembangan PMA di Maluku Utara
Grafik 1.16Perkembangan PMDN di Maluku Utara
Sumber : BKPM Sumber : BKPM
9
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Selain itu, perlambatan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit investasi
yang disalurkan perbankan hingga September 2014 tercatat sebesar Rp475,87 miliar atau
terkoreksi sebesar -0,68% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada triwulan laporan, total volume pengadaan semen di Maluku Utara turun sebesar -4,86% (yoy)
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, namun naik 1,14% (qtq). Hal ini
turut mengkonfirmasi adanya kegiatan pembangunan dan aliran dana masuk ke Maluku Utara.
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah
Secara tahunan, pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 6,80%
meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,87% (yoy).
Secara triwulanan, konsumsi pemerintah tumbuh 1,89% (qtq) atau melambat jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,05% (qtq). Perlambatan pertumbuhan konsumsi
pemerintah ini menggambarkan kinerja penyerapan anggaran belanja pemerintah. Sementara itu,
saldo giro pemerintah di perbankan baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota pada akhir
triwulan III 2014 terpantau naik 42,97% (yoy) atau meningkat 29,92% dibanding posisi Januari
2014, namun turun -4,41% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Posisi saldo giro pemerintah
yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya menunjukkan adanya penambahan anggaran
pembangunan di daerah. Perkembangan saldo giro yang dimiliki pemerintah di perbankan
mengindikasikan sejauh mana program kerja yang telah direalisasikan atau seberapa besar
anggaran yang terserap sehingga dapat dikorelasikan dengan perkembangan pembangunan yang
dilakukan pemerintah.
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Volume g_yoy (RHS)
Grafik 1.17Perkembangan Kredit Investasi
Grafik 1.18Perkembangan Konsumsi Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
10
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor
Kinerja ekspor hingga triwulan III 2014 masih mengalami pertumbuhan negatif baik secara tahunan
maupun triwulanan. Hal ini merupakan dampak dari terkoreksinya ekspor luar negeri Maluku Utara
pasca berhentinya kegiatan ekspor biji nikel setelah implementasi UU Minerba pada awal 2014.
Kondisi ini diperkirakan tidak akan berubah signifikan hingga pembangunan smelter rampung dan
perusahaan tambang dapat kembali beroperasi serta melakukan ekspor olahan nikel yang nilai
jualnya jauh lebih tinggi dibandingkan nickel ore/biji nikel.
Ekspor Maluku Utara tumbuh -18,37% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya atau terkoreksi tipis -1,03% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Penurunan kinerja ekspor ini juga terlihat dari kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak turun
baik secara nilai maupun volumenya. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, volume ekspor turun sebesar -99,94% (yoy) atau turun -99,19% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sedangkan jika dilihat dari total nilai ekspor, Maluku Utara mengalami
penurunan yang tidak kalah tajam dengan volume ekspor yaitu sebesar -99,12% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau -60,26% (qtq) jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Penurunan yang sangat signifikan ini disebabkan oleh terhentinya kegiatan
ekspor biji nikel yang notabene memiliki share ±98% terhadap total ekspor Maluku Utara setiap
bulannya. Penurunan ini diprediksi akan bertahan hingga adanya kegiatan produksi di sektor
pertambangan baik untuk produk nikel dan hasil tambang lainnya. Saat ini belum ada perusahaan
tambang nikel yang beroperasi di Malut dikarenakan sedang dalam proses pembangunan smelter
dan sarana penunjang lainnya seperti pembangkit listrik dan pelabuhan.
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013 2014
Kons. Pemerintah g_yoy (aksis kanan)
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Giro Pemerintah g_yoy (RHS)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.19Perkembangan Konsumsi Pemerintah
Grafik 1.20Perkembangan Giro Pemerintah
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Melesatnya volume dan nilai ekspor Maluk
September 2012 yang merupakan antisi
perusahaan mengekspor raw material (un
dikenal dengan UU Minerba. Selain itu,
perusahaan nikel untuk meningkatkan kap
perusahaan pada level aman. Harga nik
18.035/MT, turun -3,19% (qtq) jika diband
dibandingkan periode yang sama tahun se
nikel tahun 2011 yang mencapai USD 22.9
mencapai titik terendahnya di November 20
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
I II III IV I
2010
Ekspo
Sumber : BPS Pro
Grafik 1.22Perkembangan Volume Ekspor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Perkembang
Grafik 1.21an PDRB Riil Sektor Ekspor
11
u Utara dipicu oleh peningkatan ekspor bijih nikel sejak
pasi dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang
tuk komoditas tertentu) per Januari 2014 atau lebih
turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong
asitas ekspornya dalam rangka menjaga jumlah margin
el pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar USD
ingkan triwulan sebelumnya atau naik 30,68% (yoy) jika
belumnya. Namun masih jauh dibawah rata-rata harga
09/MT. Harga nikel mulai turun sejak Oktober 2011 dan
13 pada harga USD 13.684/MT.
-25%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
r g_yoy (aksis kanan)
vinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.23Perkembangan Nilai Ekspor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
12
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Semakin besar volume ekspor nikel yang dipasok ke pasar global oleh negara-negara penghasil
nikel termasuk Indonesia, menyebabkan over supply komoditas dimaksud dan mendorong
turunnya harga jual nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang
diterapkan pada produksi nikel pig iron mengakibatkan turunnya biaya produksi nikel pig iron
sehingga harga nikel dunia ikut tertekan. Namun demikian harga nikel kembali terakselerasi dan
masih berpotensi untuk naik dimasa yang akan datang seiring perbaikan ekonomi dunia.
Sementara itu, perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di
Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang mengalami kontraksi baik secara triwulanan maupun
tahunan. Volume muat barang pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 1.599 ton/m3 atau turun
35,60% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau -27,35% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Volume muat barang di Maluku
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Harga Emas ($/toz) g_yoy (RHS)
Grafik 1.24Perkembangan Harga Nikel Internasional
Sumber : World Bank
Grafik 1.25Perkembangan Harga Minyak Bumi
Sumber : World Bank
Grafik 1.26Perkembangan Harga Emas Internasional
Sumber : World Bank
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Utara sangat fluktuatif dimana komoditas ekspor antar daerah Maluku Utara merupakan hasil
pertanian, hasil hutan dan perikanan yang notabene sangat dipengaruhi oleh kondisi alam.
Sehingga ketika cuaca mendukung dan kapasitas produksi meningkat pada musim panen akan
berdampak pada lebih tingginya volume ekspor ke daerah lain dari biasanya, demikianpula
sebaliknya.
Perkembangan impor M
dengan periode yang sa
triwulan sebelumnya. Ke
masyarakat Malut meni
masih menjadi pangsa u
pengurang terhadap PD
bersifat menahan laju p
sedikit melambat diband
periode yang sama tahun
Grafik 1.27Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
13
aluku Utara terpantau tumbuh sebesar 10,34% (yoy) jika dibandingkan
ma tahun sebelumnya atau naik 2,73% (qtq) jika dibandingkan dengan
naikan volume impor ini menunjukkan bahwa jenis dan jumlah kebutuhan
ngkat dibanding tahun lalu. Secara agregat, impor antar pulau/daerah
tama kegiatan impor Maluku Utara. Impor yang harfiahnya merupakan
RB sisi permintaan sehingga sumbangan yang diberikan oleh pos ini
ertumbuhan ekonomi Malut. Laju pertumbuhan tahunan impor Malut
ingkan dengan triwulan sebelumnya namun lebih tinggi dibandingkan
sebelumnya.
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.3
Str
yan
per
pen
pan
me
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.29Perkembangan Volume Impor
Grafik 1.28Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor
Grafik 1.30Perkembangan Nilai Impor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,diolah
Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran
uktur perekonomian Maluku Utara di triwulan III
g menyumbang 33,06% dari total PDRB. Sekto
ingkat kedua dengan pangsa sebesar 28,51%, s
yumbang terbesar ketiga dengan pangsa 12,4
gsa dibawah 10% termasuk sektor pertamban
njadi sektor unggulan dimasa yang akan datang m
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,diolah
14
2014 masih didominasi oleh sektor pertanian
r perdagangan, hotel dan restoran berada di
edangkan sektor industri pengolahan sebagai
4%. Sementara itu, sektor lainnya memiliki
gan dan penggalian yang diharapkan akan
emiliki pangsa sebesar 3,34%.
15
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Pada triwulan laporan, sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) tumbuh tertinggi diantara sektor
yang lain yaitu sebesar 13,86% (yoy) atau 4,44 (qtq) walaupun share sektor ini merupakan yang
paling kecil yaitu sebesar 0,59%. Sedangkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang
biasanya memimpin angka pertumbuhan sektoral PDRB Malut tumbuh sebesar 11,86% (yoy) atau
3,83% (qtq) dengan share terbesar yaitu 28,51%. Lebih cepat jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya maupun triwulan III 2013. Selanjutnya adalah sektor
pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 9,83% (yoy) atau 3,75% (qtq). Pertumbuhan
seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif kecuali sektor
pertambangan yang tercatat tumbuh negatif sebesar -19,78% (yoy) jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Kontraksi pertumbuhan pada triwulan ini lebih dangkal
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -21,16% (yoy). Hal ini
terkonfirmasi dari pertumbuhan triwulanan sektor ini yang tumbuh positif 1,65% (qtq) yang
berbeda dari dua triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif secara berturut-turut pasca
implementasi UU Minerba yang memukul mundur sektor pertambangan dan penggalian.
Grafik 1.31Struktur PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
16
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.3.1 Sektor Pertanian
Pada triwulan III 2014, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,23% (yoy) atau 0,11% (qtq), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,28% (yoy) atau 0,37% (qtq). Pertumbuhan
sektor ini sangat dipengaruhi oleh jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta
perubahan cuaca, yang berdampak pada penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor
pertanian. Namun demikian, tren pertumbuhan sektor utama PDRB Maluku Utara ini memang
terlihat menurun dari waktu ke waktu. Pada triwulan III 2014 pertumbuhan sektor pertanian masih
tergolong rendah karena masih berada dibawah rata-rata pertumbuhannya selama satu dekade
terakhir yang sebesar 4,61% (yoy). Salah satu penyebab terjadinya tren penurunan pertumbuhan
sektor pertanian adalah semakin berkurangnya jumlah tenaga kerja di sektor ini karena semakin
kecilnya animo masyarakat untuk menjadi pelaku, bahkan tidak jarang pelaku di sektor ini beralih
ke sektor lain yang dianggap memiliki prospek lebih baik seperti ke sektor PHR dan sektor
pertambangan dan penggalian.
Sektor Pertumbuhan(yoy,%)
Andil (%)
Pertanian 1.23 0.39Pertambangan & Penggalian (19.78) (0.71)
Industri Pengolahan 5.97 0.68LGA 13.86 0.07
Bangunan 2.93 0.06PHR 11.86 3.70
Pengangkutan & Komunikasi 9.83 0.79Keuangan, Persewaan & Js. Pers. 8.32 0.31
Jasa-jasa 7.80 0.63PDRB 5.90 5.90
Tabel 1.2Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
17
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya mencatatkan pertumbuhan tertinggi di triwulan laporan
yaitu sebesar 4,89% (yoy) atau 2,76% (qtq) dengan share 1,48% terhadap PDRB Malut.
Sedangkan subsektor dari sektor pertanian dengan share terbesar adalah subsektor tanaman
perkebunan sebesar 14,79% yang tumbuh 2,06% (yoy) atau 1,43% (qtq). Sedangkan subsektor
yang terkontraksi pada triwulan laporan adalah subsektor tanaman bahan makanan (tabama)
tumbuh -1,12% (yoy) atau -3,10 (qtq) dan subsektor perikanan yang tumbuh -0,04 (yoy) atau -
0,12 (qtq).
Secara umum, terdapat beberapa event pada triwulan III 2014 yang mempengaruhi perekonomian
Malut termasuk sektor pertanian yaitu pelaksanaan puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri 1434
Hijriah, persiapan keberangkatan jemaah haji, panen cengkeh serta cuaca/gelombang tinggi. Event-
event tersebut mempengaruhi permintaan masyarakat sehingga berdampak pada sisi suplai
termasuk sektor pertanian Malut.
Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya naik terakselerasi pada triwulan laporan seiring
permintaan yang lebih tinggi dari masyarakat sebagai dampak pelaksanaan puasa Ramadhan, hari
raya Idul Fitri, dan persiapan keberangkatan jemaah haji yang mendorong sisi suplai berproduksi
lebih dari biasanya. Subsektor ini tumbuh sebesar 4,98% (yoy), terakselerasi jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing
sebesar 3,60% (yoy) dan 3,17% (yoy). Disisi lain, terjadinya peningkatan pendapatan rumah
tangga di Maluku Utara seiring panen cengkeh yang jatuh pada triwulan laporan juga ikut
mendorong laju permintaan. Selain berdampak positif pada pendapatan masyarakat, panen
cengkeh juga berdampak negatif pada kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
230,000
240,000
250,000
260,000
270,000
280,000
290,000
300,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013 2014
Pertanian (Rp.Juta) g_yoy (RHS)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.32Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian
18
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
subsektor perikanan. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian (petani dan nelayan) yang terindikasi
semakin tergerus dari waktu ke waktu dikarenakan daya tarik sektor ini yang semakin pudar
sehingga mendorong masyarakat beralih ke sektor lainnya yang dianggap lebih prospektif seperti
sektor pertambangan dan penggalian dan sektor PHR menyebabkan kinerja sektor pertanian
terbatas. Dari waktu ke waktu, sektor ini terpantau tumbuh terbatas bahkan tak jarang tumbuh
terkoreksi dari periode sebelumnya. Sehingga, ketika masuk masa panen cengkeh, petani tabama
dan nelayan beralih ke subsektor tanaman perkebunan sehingga menyebabkan kinerja subsektor
tabama dan perikanan lebih rendah dari seharusnya dan bahkan tumbuh terkontraksi. Subsektor
tabama tumbuh -1,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode
yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 1,51% (yoy) dan 3,08% (yoy).
Sedangkan secara triwulanan, subsektor ini tumbuh 3,10% (qtq). Subsektor perikanan tumbuh -
0,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,00% (yoy) namun
terkontraksi lebih tipis dibandingkan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar -0,90% (qtq). Secara
triwulanan, subsektor ini tumbuh -0,12% (qtq).
Berdasarkan angka ramalan II (ARAM II) 2014, tanaman padi diprediksi akan memiliki kinerja positif
baik dari segi luas panen dan kapasitas produksi namun produktivitas diproyeksikan turun
dibandingkan 2013. Total produksi padi diperkirakan akan mencapai 72.521 ton GKG, naik tipis
sebesar 0,10% atau 76 ton jika dibandingkan dengan ATAP 2013. Kenaikan kapasitas produksi ini
disebabkan oleh adanya penambahan luas panen seluas 410 hektar atau 2,13%, sedangkan jika
dilihat dari produktivitasnya terjadi penurunan sebesar 0,74 kwintal/hektar atau -1,97%.
Pertumbuhan positif produksi padi 2014 (ARAM II) diperkirakan terjadi pada Januari-April dan Mei-
Agustus masing-masing sebesar 5.271 ton atau 21,01%(yoy) dan 3.275 ton atau 15,60% (yoy),
sedangkan untuk September–Desember diperkirakan terkoreksi sebesar -8.470 ton atau -32,12%
(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2013.
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Sementara itu, produksi jagung Maluku Utara diperkirakan sebesar 22.270 ton pipilan kering atau
turun -24,31% atau 7.151 ton jika dibandingkan dengan ATAP 2013. Penurunan produksi
diperkirakan karena berkurangnya luas panen seluas 2.425 hektar atau -23,33% serta penurunan
produktivitas sebesar 0,36 kuintal/hektar atau -1,27%. Penurunan produksi jagung tahun 2014
(ARAM II) terjadi pada periode Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember yang masing-
masing sebesar 2.429 ton atau terkontraksi -24,58%, 1.532 ton atau -21,95%, dan 3.190 ton atau
-25,41% jika dibandingkan dengan produksi tahun 2013.
Absolut %
Padi Sawah
a. Luas Panen (ha) 14,860 13,834 -1,026 -6.90
b. Produktivitas (ku/ha) 40.89 40.34 -0.55 -1.35
c. Produksi (ton) 60,757 55,813 -4,944 -8.14
Padi Ladang
a. Luas Panen (ha) 4,421 5,857 1,436 32.48
b. Produktivitas (ku/ha) 26.44 28.53 2.09 7.90
c. Produksi (ton) 11,688 16,708 5,020 42.95
Padi
a. Luas Panen (ha) 19,281 19,691 410 2.13
b. Produktivitas (ku/ha) 37.57 36.83 -0.74 -1.97
c. Produksi (ton) 72,445 72,521 76 0.10
Keterangan : Bentuk produksi padi adalah gabah kering giling (GKG)
URAIAN2013
(ATAP)2014
(ARAM II)
Perkembangan
a. Luas Panen (ha) 1
b. Produktivitas (ku/ha)
c. Produksi (ton) 2
Keterangan : Bentuk prod
URAIAN2
(A
Tabel 1.3Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Padi Malut
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Perkembangan Luas Panen,
Sumber : BPS Provinsi Ma
Tabel 1.4Produktivitas & Produksi Jagung Malut
19
Absolut %
0,395 7,970 -2,425 -23.33
28.30 27.94 -0.36 -1.27
9,421 22,270 -7,151 -24.31
uksi jagung adalah pipilan kering
013TAP)
2014(ARAM II)
Perkembangan
luku Utara, diolah
20
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Produksi kedelai di Maluku Utara diprediksi sebesar 1.227 ton biji kering pada ARAM II 2014, atau
naik sebesar 41 ton atau 3,34% dibandingkan dengan ATAP 2013. Pertumbuhan positif kinerja
produksi kedelai diperkirakan disebabkan oleh peningkatan produktivitas sebesar 0,80
kuintal/hektar atau 6,55%. Hal ini terjadi ditengah turunnya luas panen seluas 30 hektar atau
2,99%. Kenaikan produksi kedelai tahun 2014 terjadi pada periode September-Desember sebesar
292 ton atau 74,68%, sedangkan pada periode Januari-April dan Mei-Agustus turun masing-
masing sebesar 199 ton atau kontraksi -40,45% dan 52 ton atau -15,12% bila dibandingkan
dengan tahun 2013 pada periode yang sama.
Sementara itu, Subsektor perkebunan tercatat mengalami kinerja positif dengan tumbuh sebesar
2,06% (yoy) atau 1,43% (qtq) dengan pangsa sebesar 14,79% terhadap PDRB. Secara tahunan,
subsektor ini tumbuh sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,11% (yoy), namun
terakselerasi secara triwulanan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
0,97% (qtq). Terakselerasinya pertumbuhan secara triwulanan subsektor ini didorong oleh
masuknya masa panen cengkeh pada triwulan laporan sehingga mendorong kinerja triwulanan.
Namun pertumbuhan tahunan yang sedikit lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya
dikarenakan produksi kopra pada triwulan laporan lebih sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya.
Perkembangan sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan oleh
perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah Rp23,38 miliar, tumbuh
20,32% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau naik tipis
0,76% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp23,22 miliar.
Absolut %
a. Luas Panen (ha) 1,005 975 -30 -0.03
b. Produktivitas (ku/ha) 12.21 13.01 0.80 0.07
c. Produksi (ton) 1,227 1,268 41 0.03
Keterangan : Bentuk produksi kedelai adalah biji kering
URAIAN2013
(ATAP)2014
(ARAM II)
Perkembangan
Tabel 1.5Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Kedelai Malut
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
21
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 11,86% (yoy) pada triwulan III 2014 atau
3,83% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor ini memiliki pangsa sebesar
28,51% terhadap pembentukan PDRB Maluku Utara triwulan III 2014. Perkembangan pada sektor
ini disokong oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh sebesar
11,96% (yoy), subsektor hotel 7,67% (yoy) dan subsektor restoran 1,23% (yoy).
Pertumbuhan tahunan sektor PHR terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini
didorong oleh kinerja subsektor perdagangan besar yang tumbuh terakselerasi sehingga walaupun
-200.00%
-100.00%
0.00%
100.00%
200.00%
300.00%
400.00%
500.00%
600.00%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Kredit Pertanian g_yoy (aksis kanan)
0
5
10
15
20
25
30
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Volume Produksi Ikan (Ton) Rata-Rata Produksi Harian (Ton)
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013 2014
PHR g_yoy (RHS)
Sumber : PPN Kota Ternate
Grafik 1.35Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.33Perkembangan Kredit Pertanian
Grafik 1.34Perkembangan Kinerja Ikan Tangkap
22
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
terjadi perlambatan pada kedua subsektor yang lain namun sektor PHR secara keseluruhan tetap
mampu tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan sektor ini terkonfirmasi dari indeks Tingkat Penghunian
Kamar (TPK) selama triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 93,14% (yoy) jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh 14,33% (qtq) jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Selain itu, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan pada sektor ini juga
mengalami kenaikan yang hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.205 miliar atau
meningkat 136,02% (yoy) namun turun sebesar -1,46% (qtq). Hal ini seiring dengan himbauan
Bank Indonesia untuk menahan laju pertumbuhan kredit agar menghindari risiko kredit macet.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 5,97% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,27% (yoy). Secara triwulanan, sektor ini
tumbuh 2,24% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -
0,17% (qtq). Industri non-migas merupakan satu-satunya pendorong pertumbuhan sektor ini
dengan andil sebesar 12,44% terhadap PBRD Maluku Utara triwulan III 2014. Pertumbuhan pada
sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan kredit yang dikucurkan perbankan yang tumbuh 5,34%
(yoy) atau 0,94% (qtq). Pertumbuhan positif dari sektor ini juga disebabkan oleh naiknya
permintaan masyarakat pada triwulan laporan seiring adanya puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri,
persiapan ibadah haji, dan peningkatan pendapatan masyarakat (IPRT). Kinerja positif sektor ini
sudah terlihat dari triwulan sebelumnya dikarenakan adanya sistem buffer stock yang diterapkan
pelaku di sektor ini dalam mengantisipasi besarnya permintaan dari pasar sehingga menyebabkan
kinerja di triwulan sebelumnya lebih tinggi dari pada triwulan laporan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
PHR g_yoy (RHS)
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
TPK g_yoy (RHS)
Grafik 1.36Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.37Perkembangan TPK
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
23
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada triwulan III 2014 tumbuh
terkontraksi sebesar -0,22% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan
sebelumnya yang sebesar 9,34% (yoy). Secara triwulanan, IMK Maluku Utara tumbuh 2,31% (qtq).
Pertumbuhan tertinggi dialami oleh industri pengolahan lainnya yang tumbuh signifikan sebesar
39,74% (yoy), kemudian disusul oleh industri minuman yang tumbuh 19,72% (yoy), industri
furnitur yang tumbuh 18,16% (yoy) serta industri tekstil yang tumbuh 13,59% (yoy). Sementara
itu, industri yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan laporan adalah industri barang
galian bukan logam sebesar -16,51% (yoy), industri logam dasar -9,88% (yoy) dan industri alat
angkut lainnya -7,95 (yoy).
Secara triwulanan, industri pengolahan lainnya tumbuh 27,13 (qtq), industri furnitur tumbuh
25,27% (qtq), Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu dan Gabus (Tidak Termasuk
Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya tumbuh 12,77% (qtq), dan
industri makanan tumbuh 9,95% (qtq). Sedangkan industri yang tumbuh terkontraksi secara
triwulanan adalah industri alat angkut lainnya -7,15 (qtq), industri logam dasar -2,74% (yoy), dan
industri minuman tumbuh -2,18% (qtq).
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Industri Pengolahan g_yoy (RHS)
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
85,000
90,000
95,000
100,000
105,000
110,000
115,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Industri Pengolahan g_yoy (RHS)
Grafik 1.39Perkembangan PDRB Riil
Sektor Industri Pengolahan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.38Perkembangan Kredit Sektor Industri
Pengolahan
24
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan sesuai
proyeksi yaitu tumbuh terkontraksi -19,78% (yoy) namun naik 1,65% (qtq). Kontraksi pada
triwulan ini lebih dangkal dari triwulan sebelumnya dikarenakan adanya kegiatan ekspor antar
daerah dari subsektor pertambangan non-migas. Penurunan ini merupakan dampak dari
implementasi UU Minerba sehingga perusahaan tambang yang memproduksi biji nikel harus
berhenti beroperasi karena larangan ekspor biji nikel mentah. Perusahaan tambang harus menjual
barang olahan dari biji nikel sehingga mereka harus membangun pabrik pemurnian nikel atau
smelter yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, dimana pembangunan hanya dilakukan
oleh perusahaan dengan modal besar mengingat biaya pembangunan yang tinggi.
Subsektor penggalian tercatat masih mengalami pertumbuhan sebesar 4,09% (yoy) namun
terkontraksi -0,37% (qtq). Subsektor ini masih digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C
seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan
bangunan fungsional lainnya termasuk kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah
qtq ctc yoyIndustri Makanan 0.62 9.95 0.35Industri Minuman 17.78 -2.18 19.72Industri Tekstil 12.02 3.03 13.59Industri Pakaian Jadi 10.38 5.00 3.84Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu danGabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyamandari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
4.31 12.77 7.58
Industri Barang Galian Bukan Logam -8.31 0.10 -16.51Industri Logam Dasar 2.64 -2.74 -9.88Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 7.53 5.42 9.49Industri Alat Angkutan Lainnya 8.00 -7.15 -7.95Industri Furnitur 7.47 25.27 18.16Industri Pengolahan Lainnya 13.54 27.13 39.74
IMK (Industri Mikro dan Kecil) 2.31 8.96 -0.22Ket : qtq : quartal to quartal
ctc : cumulative to cumulativeyoy : year on year
Jenis IndustriPertumbuhan
Tabel 1.6Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
25
BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Grafik 1.40Perkembangan PDRB Riil SektorPertambangan dan Penggalian
Grafik 1.41Perkembangan Kredit
Sektor Pertambangan dan Penggalian
maupun pihak swasta terkait perluasan area untuk mengembangkan usaha mereka. Saat ini
pemerintah sedang melakukan review terhadap izin galian tipe C karena berdampak terhadap
kerusakan areal sekitar tambang akibat proses penambangan yang kurang baik serta merugikan
masyarakat sekitar bahkan berpotensi menyebabkan tanah longsor.
Sementara itu, sektor pertambangan non-migas tercatat terkoreksi signifikan sebesar -23,70%
(yoy) namun naik 2,12% (qtq). Pertumbuhan triwulanan subsektor ini positif dikarenakan adanya
kegiatan ekspor antar daerah dari Maluku Utara ke daerah lain. Andil terbesar dari subsektor ini
disumbangkan oleh kegiatan penambangan nikel yang tersebar di Kepulauan Halmahera. Oleh
karena itu subsektor pertambangan non-migas tercatat mengalami penurunan yang signifikan
karena sampai saat ini masih disumbang seluruhnya oleh produksi biji nikel. Berdasarkan hasil
liaison diketahui bahwa contact belum memasuki fase produksi melainkan sedang dalam tahap
pembangunan pabrik dan fasilitas pendukung serta persiapan produksi.
Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, menjelang
penerapan UU Minerba di tahun 2014, mendorong beberapa perusahaan yang bergerak di bidang
penambangan biji nikel untuk membangun smelter di beberapa lokasi seperti di Kabupaten
Halmahera Timur dan di Pulau Obi – Halmahera Selatan. Disisi lain, pada triwulan laporan,
perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat tumbuh kontraksi sebesar -17,18%
(yoy), meskipun secara qtq naik sebesar 66,17%. Kredit yang disalurkan di sektor ini mulai terlihat
mengalami kontraksi pertumbuhan sejak triwulan II 2013.
-25%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013 2014
Pertambangan & Penggalian g_yoy (RHS)
-17.08%
-500%
500%
1500%
2500%
3500%
4500%
5500%
6500%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Pertambangan & Penggalian g_yoy (RHS)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
27
Melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Pemerintah Indonesia secara formal membentuk suatu kawasan khusus yang kemudian dikenal
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Berdasarkan undang-undang (UU) tersebut, KEK
didefinisikan sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. Semenjak diterbitkannya UU tersebut, sampai saat ini sudah
terdapat 48 daerah yang mengajukan diri untuk menjadi KEK, namun Dewan Nasional KEK,
sebagai pihak yang berwenang untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan KEK,
masih terus mengadakan kajian dan penilaian kelayakan terhadap daerah-daerah tersebut. Pada
mulanya, hingga akhir 2014 baru ditargetkan akan terbentuk lima KEK, namun di pertengahan
tahun 2014 justru telah terbentuk tujuh KEK, yaitu di Sei Mangkei, Sumatera Utara; Tanjung
Api-Api, Sumatera Selatan; Tanjung Lesung, Banten; Palu, Sulawesi Tengah; Bitung, Sulawesi
Utara; Mandalika, Nusa Tenggara Barat; dan Morotai, Maluku Utara.
Kabupaten Pulau Morotai, sebagai salah satu KEK yang baru ditetapkan, merupakan
kabupaten yang memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat potensial serta memiliki
lokasi yang menguntungkan secara geoekonomi dan geostrategis.Hal tersebut menjadi salah
satu pertimbangan utama penetapan kawasan ini menjadi KEK. Pulau Morotai berada di ujung
utara Provinsi Maluku Utara di bibir Samudera Pasifik, titik perlintasan antara kekuatan ekonomi
Timur dan Pasifik. Morotai memiliki wilayah seluas 4.301,53 km², dengan luas daratan seluas
2.330,60 km² dan luas wilayah laut sejauh 4 mil seluas 1.970,93 km². Terdapat 33 pulau kecil
di kabupaten tersebut, dimana 7 pulau berpenghuni dan 26 pulau tidak berpenghuni. Pulau
Morotai memiliki garis pantai sepanjang 354,14 km². Dengan jumlah penduduk sebanyak
56.462 jiwa, dimana 80%-nya terdistribusi dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sedangkan
20%-nya berada di perkotaan dan desa pedalaman. Potensi geografis dan demografis tersebut
coba dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membangun suatu Mega Minapolitan Morotai dan
pengembangan gerbang ekonomi di Kawasan Pasifik.
Terdapat lima lokasi usulan KEK Morotai dan diharapkan dapat selesai dalam 25 tahun
kedepan yang terbagi dalam 5 tahap. Pada tahap pertama, wilayah KEK Morotai yang akan
dipersiapkan menggunakan lahas seluas 1.101,67 Ha yang berlokasi tidak jauh dari daerah
pemukiman dan kegiatan existing di bagian selatan Pulau Morotai. KEK Morotai akan dibagi
menjadi beberapa zona, yakni Zona Pengolahan Ekspor, Zona Logistik, Zona Industri, dan Zona
BOKS I. Kawasan Ekonomi Khusus Morotai
28
BOKS I. Kawasan Ekonomi Khusus Morotai
Pariwisata. Sektor bisnis yang rencananya akan dikembangkan pada kawasan tersebut antara
lain adalah industri pengolahan batu bara, karet, petrokimia, dan kelapa sawit. Besarnya
investasi yang diperlukan untuk KEK Morotai adalah Rp 6,8 triliun, dengan proyeksi nilai
investasi sampai 2025 sebesar Rp 30,44 triliun.
Sejauh ini, pengembangan KEK Morotai sudah melewati tahap penyiapan kelembagaan
dan pelimpahan kewenangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.
Lembaga yang dibentuk pada tahap tersebut adalah Dewan Kawasan KEK dan Administrator
KEK. Batasan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah dituangkan
dalam Keppres 33/2010 dimana Pemerintah Pusat lebih banyak berwenang dalam membuat
perencanaan sementara Pemerintah Daerah menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pada tahap selanjutnya, yakni pembebasan lahan, instansi yang ditunjuk untuk
melakukan tugas tersebut adalah PT Jababeka Morotai. Per Oktober 2014, progres pembebasan
lahan sudah mencapai 80% dari target 2014. Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Jababeka
Morotai dalam melakukan pembebasan lahan adalah adanya multiple klaim atas lahan yang
sama yang disebabkan oleh banyaknya pemilik tanah yang masih belum memiliki sertifikat
tanah. Untuk itu, PT. Jababeka Morotai bersinergi dengan pemerintah Kabupaten Pulau
Morotai guna menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pembangunan infrastruktur di dalam KEK Morotai merupakan tanggung jawab PT.
Jababeka Morotai. Infrastruktur dimaksud mencakup batas KEK, pintu gerbang kawasan,
gedung dan peralatan kantor, jalan, drainase, jaringan listrik, jaringan distribusi air bersih,
instalasi pengolahan air limbah, fasilitas sosial dan umum, serta estate regulation. Infrastruktur
untuk kebutuhan dasar di Morotai saat ini belum memadai. Kapasitas listrik di Morotai masih
1,5 Megawatt yang notabene masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Morotai sehingga sering terjadi pemadaman. Berkaitan dengan itu, PT. Jababeka
Morotai mencoba menggaet investor yang akan berinvestasi untuk pengadaan listrik di Morotai
guna mendukung KEK Morotai.
Sebuah kawasan tentu memerlukan infrastruktur penunjang di luar kawasan tersebut.
Pengembangan infrastruktur penunjang yang mencakup pengembangan pelabuhan,
pengembangan bandar udara, dan jalan merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat dan
Daerah. Mengingat infrastruktur di Morotai belum memadai, pembangunan infrastruktur
utama seperti jaringan listrik dan komunikasi perlu diprioritaskan.
29
BOKS I. Kawasan Ekonomi Khusus Morotai
Sampai saat ini, mayoritas investor yang sudah menyatakan ingin berinvestasi berasal
dari Taiwan. Calon investor lainnya yang mengincar KEK Morotai antara lain berasal dari
Vietnam, Malaysia, Kamboja, Myanmar, dan Laos. Namun demikian masih belum banyak
investor yang memberi kepastian akibat data terkait Morotai masih dalam proses pengumpulan
serta belum adanya kepastian insentif yang akan didapatkan dari pemerintah.
Dalam rangka menarik investor, PT. Jababeka Morotai bekerjasama dengan instansi
pemerintah seperti BKPM dan KDEI Taipei untuk mengadakan seminar mengenai promosi KEK
Morotai dengan mengundang para calon investor serta membentuk Steering Commitee antara
Indonesia dan Taiwan sebagai badan pengawas dan pendukung pengembangan KEK Morotai.
Selain itu, PT. Jababeka Morotai juga mengadakan seminar promosi di Taipei agar dapat
menarik minat calon investor dari Taiwan.
Dengan dibentuknya Kawasan Ekonomi Khusus yang mendatangkan banyak investor
dari luar negeri, kebutuhan sumber daya manusia di kawasan tersebut akan meningkat. Untuk
memenuhi kebutuhan sumber daya manusia tersebut secara kuantitas dan kualitas, PT.
Jababeka bekerjasama dengan Taiwan ICDF. Taiwan ICDF memberikan pelatihan kepada
masyarakat lokal guna meningkatkan kapabilitas mereka saat KEK Morotai sudah berjalan. PT.
Jababeka juga memiliki program terkait pengembangan sumber daya manusia di Morotai agar
masyarakat Morotai dapat berperan serta dalam KEK Morotai sehingga harapan masyarakat
Morotai untuk dapat menikmati manfaat dari pembentukan KEK di wilayah mereka dapat
terpenuhi serta juga dapat berpartisipasi secara aktif.
2.1 Kondisi Umum
Pada tahun 2014, Pemerintah Provinsi Maluku Utara menetapkan target pendapatan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp1,61 triliun, meningkat 22,11% (yoy)
atau Rp293,21 miliar dibanding target belanja APBD 2013. Sedangkan apabila dibandingkan
dengan APBD Perubahan (APBD-P) 2013, target pendapatan APBD 2014 meningkat sebesar
Rp94,87 miliar atau 6,22%. Sementara itu, target belanja/pengeluaran di tahun 2014 adalah
Rp1,56 triliun, meningkat 11,66% (yoy) atau Rp163,6 miliar dibandingkan dengan target
pengeluaran pada APBD 2013. Apabila dibandingkan dengan target pengeluaran pada APBD-P
2013, target tahun 2014 turun 3,38% (yoy) atau Rp54,77 miliar. Pada APBD-P terdapat
penyesuaian anggaran terkait kebutuhan terkini di provinsi sehingga mempengaruhi perubahan
besaran target pengeluaran. Dengan kondisi APBD tersebut, pada tahun 2014 ditargetkan akan
terjadi surplus anggaran sebesar Rp52,50 miliar, kondisi ini berbeda dari APBD tahun 2012 dan
2013 dimana Provinsi Maluku Utara selalu mengalami defisit. Namun demikian besaran/nilai APBD
2014 masih mungkin mengalami perubahan dan menjadi APBD-P 2014 jika pemerintah Provinsi
Maluku Utara menganggap perlu koreksi sesuai dengan perubahan kebutuhan sepanjang tahun
2014.
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
Grafik 2.1Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014
31
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
Berdasarkan data realisasi hingga triwulan II 2014, Pemerintah Provinsi Maluku Utara mencatat
realisasi pendapatan sebesar Rp854,86 miliar atau 52,78% dari target yang ditetapkan diawal
tahun sebesar Rp1,61 triliun. Sementara realisasi pos belanja tercatat sebesar Rp609,53 triliun atau
38,89% dari target awal yang sebesar Rp1,56 triliun.
2.2 Pendapatan Daerah
Target pendapatan Malut tahun 2014 ad
APBD 2013, atau naik 6,3% dibanding
peningkatan penerimaan yang bersumber
(DAK), dan adanya penambahan pos baru,
peningkatan target pendapatan daerah.
penerimaan yang berasal dari dana alokas
7,08%, dan tambahan sebesar Rp155,19
khusus. APBD 2014 masih memungkin
menganggap perlu adanya penyesuaian ter
dilakukan setelah memasuki semester II ta
memperkirakan apakah kebutuhan pemban
anggaran yang ada ataukah perlu disesua
pajak daerah dan retribusi mengingat peme
Perkembangan Realisasi A
Grafik 2.2PBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014
32
alah Rp1,61 triliun meningkat 22,11% dibandingkan
kan APBD-P 2013. Optimisme pemerintah terhadap
dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
yaitu Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus memicu
Pada tahun 2014, diperkirakan terdapat peningkatan
i umum sebesar 17,35%, dana alokasi khusus sebesar
miliar dari pos angaran baru penyesuaian dan otonomi
kan untuk mengalami perubahan jika pemerintah
kait kondisi terkini. Perubahan terhadap APBD biasanya
hun berjalan mengingat pemerintah daerah sudah bisa
gunan dan operasional dapat dijalankan menggunakan
ikan. Salah satunya adalah PAD yang bersumber dari
rintah sedang melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
pajak dan retribusi daerah serta melakukan pengawasan yang lebih ketat dari sebelumnya untuk
memastikan agar para wajib pajak melaksanakan kewajibannya pada negara. Semua strategi
tersebut diharapkan berdampak pada meningkatnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2014).
Pos AnggaranProv.Malut2013
ProKab
2
Pendapatan 1,326,442 6,57
PAD 132,762 54
Pajak daerah 96,086 1
Retribusi daerah 24,266
Hasil pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan
-
Lain-lain PAD yang sah 12,409 3
Dana Perimbangan 956,831 5,59
DBH 114,552 6
DAU 772,591 4,3
DAK 69,688 6Lain-lain Pendapatan Daerah yangSah
236,849 43
Hibah 236,849 2
Dana darurat -Dana bagi hasil pajak dari Provinsi
dan Pemda lainnya -
Dana penyesuaian dan otonomikhusus - 1
Bantuan keuangan dari Provinsiatau Pemda lainnya
-
Lain-lain-
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku U
Berdasarkan data hasil penjumlahan APBD T
Utara serta seluruh kabupaten/kota se-Malu
mencapai Rp 7,21 triliun. Pendapatan terse
yang mencapai Rp 7,42 triliun sampai a
Pemprov Maluku Utara mengandalkan Dana
sumber pendapatan utama yang mencapa
1 Perubahan
Perkembangan Anggaran Pendapata
Tabel 2.1n Total Provinsi Maluku Utara (dalam juta rupiah)
33
v. &Malut
013
Prov.Malut
2013-P1
Prov.Malut2014
Prov. &Kab Malut
2014
2014vs
2013-P(%)
Prov. vsKab.2014(%)
2,714 1,524,775 1,619,653 7,214,504 6.22%22.45
%
6,332 237,440 204,901 575,980 -13.70%35.57
%
47,953 171,724 152,200 214,427-
11.37% 70.98%
73,620 43,368 35,745 104,428 -17.58%
34.23%
1,940 - 10,860 0.00% 0.00%
22,819 22,178 16,956 246,265 -23.55% 6.89%
2,513 1,046,233 1,119,302 6,082,109 6.98% 18.40%
24,868 203,953 138,055 535,501-
32.31%25.78%
00,981 772,591 906,624 4,854,458 17.35% 18.68%
66,665 69,688 74,623 692,150 7.08% 10.78%
3,869 241,103 295,451 556,416 22.54%
53.10%
59,509 241,103 140,261 163,521 -41.83% 85.78%
- - - 0.00% 0.00%
36,307 - 43,072 0.00% 0.00%
38,053 - 155,190 349,823 0.00% 44.36%
- - - 0.00% 0.00%
- - -0.00% 0.00%
tara 2014
ahun Anggaran 2014 milik Pemerintah Provinsi Maluku
ku Utara, diketahui bahwa target pendapatan daerah
but akan digunakan untuk membiayai belanja daerah
khir tahun anggaran 2014. Berdasarkan sebarannya,
Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai
i Rp 4,85 triliun atau 67,29% dari total pendapatan
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditargetkan mencapai Rp 575,98 miliar dengan sumber yang
paling besar adalah Lain-lain PAD yang sah yang mencapai 3,41% dari total pendapatan daerah
atau Rp 246,27 miliar. Sedangkan untuk Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang ditargetkan
mencapai Rp 556,42 miliar yang berasal dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dengan
target sebesar Rp 349,82 miliar atau 4,85% dari total pendapatan daerah.
Realisasi pendapatan Pemerintah Provins
Rp854,87 miliar atau 52,78% dari target ya
realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) me
masing-masing mencapai 42% dan 70%.
Pos Anggaran(1)
Pendapatan 1PAD
Pajak daerahRetribusi daerahLain-lain PAD yang sah
Dana PerimbanganDBHDAUDAK
Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahHibahDana penyesuaian dan otonomi khusus
*Ket: APBD Perubahan
Perkembangan Anggaran Pendapa
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku
Tabel 2.2tan Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)
34
i Maluku Utara hingga triwulan II 2014 mencapai
ng ditetapkan untuk keseluruhan tahun 2014, dimana
ncapai 55%. Sementara kucuran dana DAU dan DAK
2013 2013* 2014(2) (3) (4)
.326.442 1.524.775 1.619.653 22,11% 6,22%132.762 237.440 204.901 54,34% -13,70%96.086 171.724 152.200 58,40% -11,37%24.266 43.368 35.745 47,30% -17,58%12.409 22.178 16.956 36,63% -23,55%
956.831 1.046.233 1.119.302 16,98% 6,98%114.552 203.953 138.055 20,52% -32,31%772.591 772.591 906.624 17,35% 17,35%69.688 69.688 74.623 7,08% 7,08%
236.849 241.103 295.451 24,74% 22,54%236.849 241.103 140.261 -40,78% -41,83%
155.190 100,00% 100,00%
(4) Vs (3)(4) Vs (2)
Utara 2014
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
2.3 Belanja Daerah
Target belanja daerah Pemerintah Provinsi M
triliun atau meningkat 11,66% (yoy) diba
dibandingkan dengan APBD-P 2013. Pa
ditargetkan sebesar Rp609,31 miliar ata
sebelumnya. Apabila dibandingkan denga
mengalami penurunan sebesar 2,56% yan
sebesar 35,3%. Sementara itu, belanja la
meningkat 5,06% dibanding APBD 2013.
tersebut turun 3,89% (yoy) yang disebabka
modal, masing-masing sebesar 24,24% dan
Rasio belanja pegawai terhadap total bela
meningkat jika dibandingkan dengan belan
memiliki share sebesar 21,5% atau sebesar
belanja pegawai meningkat 37,6% dari Rp3
pada APBD 2014. Kondisi ini sejalan den
Daerah (CPNSD) di lingkup pemerintahan P
Pos AnggaranPendapatan
PADPajak daerahRetribusi daerahLain-lain PAD yang sah
Dana PerimbanganDBHDAUDAK
Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahHibah
Anggaran dan Realisasi Pendapata
Tabel 2.3n Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)2014 Realisasi Tw II 2014 Persentase1.619.653 854.869 52,78%
204.901 92.594 45,19%152.200 67.142 44,11%35.745 16.456 46,04%16.956 8.361 49,31%
1.119.302 605.796 54,12%138.055 54.546 39,51%906.624 528.864 58,33%74.623 22.387 30,00%
295.451 156.479 52,96%140.261 13.387 9,54%
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014
35
aluku Utara pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp1,62
nding APBD 2013, namun turun sebesar 3,38% jika
da APBD 2014 komponen belanja tidak langsung
u meningkat 23,9% (yoy) dibanding APBD tahun
n APBD-P 2013, komponen belanja tidak langsung
g berasal dari penurunan pos belanja bantuan sosial
ngsung ditargetkan mencapai Rp957,83 miliar, atau
Namun, jika dibandingkan dengan APBD-P, jumlah
n oleh penurunan jumlah belanja pegawai dan belanja
17,44%.
nja daerah tahun 2014 dengan share sebesar 26,5%,
ja pegawai pada APBD tahun sebelumnya yang hanya
19,65% dibanding APBD-P 2013. Secara agregat total
01,86 miliar pada APBD 2013 menjadi Rp415,35 miliar
gan rencana penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil
rovinsi Maluku Utara tahun 2013 sebanyak 49 orang
36
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782 orang. Selain itu, peningkatan
belanja juga disebabkan oleh adanya rencana pencairan gaji ke-13 PNS pada triwulan II 2014.
Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2014
mencapai 56,5% atau turun tipis 3,6% (yoy) jika dibandingkan dengan pos yang sama tahun
sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud tercatat sebesar Rp886 miliar atau naik 5% (yoy)
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang mencapai lebih dari
separuh total belanja daerah, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tahun 2014.
Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2014, dalam rangka penguatan
struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan bidang
yaitu:
1. Infrastruktur;
2. Pendidikan dan kesehatan;
3. Ketahanan pangan;
4. Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial;
5. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan;
6. Investasi dan iklim usaha;
7. Sumber daya energi, air dan mineral, lingkungan hidup dan mitigasi bencana;
8. Pariwisata;
9. Daerah perbatasan, terluar, terpencil, dan tertinggal;
10. Kebudayaan, kreativitas, inovasi, dan teknologi.
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
2013 2013* 2014(2) (3) (4)
Belanja 1.403.533 1.621.925 1.567.153 11,66% -3,38%Belanja Tidak Langsung 491.796 625.305 609.315 23,90% -2,56%
Belanja Pegawai 233.546 223.949 343.519 47,09% 53,39%Belanja Hibah 200.208 200.208 205.475 2,63% 2,63%Belanja Bantuan Sosial 27.050 27.050 17.500 -35,30% -35,30%Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes
28.092 28.092 39.421 40,33% 40,33%
Belanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes
900 900 900 0,00% 0,00%
Belanja Tidak Terduga 2.000 2.100 2.500 25,00% 19,05%Belanja Langsung 911.737 996.620 957.838 5,06% -3,89%
Belanja Pegawai 68.315 94.823 71.838 5,16% -24,24%Belanja Barang dan Jasa 349.055 377.599 453.218 29,84% 20,03%Belanja Modal 494.366 524.198 432.782 -12,46% -17,44%
*Ket: APBD Perubahan (APBD-P) 2013
Pos Anggaran(1)
(4) vs (2) (4) vs (3)
Tabel 2.4Perkembangan Anggaran Belanja Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014
37
Anggaran belanja daerah yang mencapai Rp 7,42 triliun terbagi menjadi Belanja Tidak
Langsung yang mencapai Rp 3,09 triliun dan Belanja Langsung yang mencapai Rp 4,33 triliun.
Porsi anggaran terbesar dalam Belanja Tidak Langsung adalah Belanja Pegawai yang mencapai
33,25% dari total belanja daerah atau Rp 2,47 triliun. Sedangkan pada Belanja Langsung,
anggaran Belanja Modal mencapai Rp 2,12 triliun atau 28,51% dari total anggaran belanja
daerah.
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
Pos AnggaranProv.Malut2013
PrKab
2
Belanja 1,403,533 6,97
Belanja Tidak Langsung 491,796 2,66
Belanja Pegawai 233,546 2,1
Belanja Bunga -
Belanja Subsidi -
Belanja Hibah 200,208 3
Belanja Bantuan sosial 27,050Belanja Bagi hasil kpd
Prov/Kab/Kota dan Pemdes28,092
Belanja Bantuan keuangan kpdProv/Kab/Kota dan Pemdes
900 1
Belanja tidak terduga 2,000
Belanja Langsung 911,737 4,30
Belanja Pegawai 233,546 2,1
Belanja Barang dan jasa 349,055 1,5
Belanja Modal 494,366 2,3
Sementara itu, realisasi belanja daerah Pe
tercatat sebesar Rp609,53 miliar atau 38,8
tidak langsung yaitu belanja bagi hasil kepa
Pos AnggaranBelanja
Belanja Tidak LangsungBelanja PegawaiBelanja HibahBelanja Bantuan SosialBelanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
Belanja PegawaiBelanja Barang dan JasaBelanja Modal
Perkembangan Anggaran Belanja T
Perkembangan Anggaran dan Realisasi
Tabel 2.5otal Provinsi Maluku Utara (dalam juta rupiah)
ov. &Malut
013
Prov.Malut
2013-P
Prov.Malut2014
Prov. &Kab Malut
2014
2014 vs2013-P
(%)
Prov. vsTotal2014(%)
2,364 1,567,153 1,567,153 7,424,566 0.00% 21.11%
5,003 609,315 609,315 3,089,608 0.00% 19.72%
21,455 343,519 343,519 2,468,808 0.00% 13.91%
1,929 - 3,388 0.00% 0.00%
10,100 - 17,500 0.00% 0.00%
08,679 205,475 205,475 290,100 0.00% 70.83%
64,739 17,500 17,500 48,860 0.00% 35.82%
36,623 39,421 39,421 40,531 0.00% 97.26%
03,589 900 900 198,009 0.00% 0.45%
17,890 2,500 2,500 22,412 0.00% 11.15%
7,361 957,838 957,838 4,334,958 0.00% 22.10%
21,455 71,838 343,519 2,468,808 378.19% 13.91%
60,021 453,218 453,218 1,782,785 0.00% 25.42%
50,231 432,782 432,782 2,117,079 0.00% 20.44%
2014 Realisasi Tw II 2014 Persentase1.567.153 609.533 38,89%
609.315 246.583 40,47%
343.519 107.379 31,26%
205.475 99.395 48,37%
17.500 5.412 30,93%
39.421 34.246 86,87%
900 - 0,00%
2.500 150 6,00%957.838 362.951 37,89%71.838 23.259 32,38%
453.218 154.523 34,09%432.782 185.168 42,79%
Tabel 2.6Belanja Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014
38
merintah Provinsi Maluku Utara per triwulan II 2014
9%. Realisasi belanja terbesar berasal dari pos belanja
da prov./kab./kota dan pemdes yaitu sebesar 86,87%.
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
Sedangkan belanja tidak langsung secara aggregat terealisasi sebesar 40,47% atau Rp246,58
miliar. Dari angka realisasi APBD 2014 pada triwulan II tersebut, hampir seluruh pos sudah terealisir
meskipun besarannya bervariasi kecuali pos belanja bantuan keuangan kepada prov./kab./kota dan
pemdes yang sama sekali belum terealisasi.
Selanjutnya, pos belanja langsung secara aggregat terealisasi sebesar 37,89% atau Rp362,95
miliar. Apabila ditinjau lebih jauh lagi, diketahui bahwa realisasi pos belanja langsung masih berada
pada kisaran 30% hingga sedikit diatas 40%, dengan tingkat realisasi terbesar adalah belanja
modal dengan besaran 42,79% atau Rp185,16 miliar.
2.4 Defisit dan Pembiayaan
D
7
s
k
p
s
p
p
m
B
s
m
k
Pos Anggaran 2013 2013* 2014 PertumbuhanSurplus/Defisit Pembiayaan (77.091) (97.150) 52.500 154,04%
Pembiayaan Netto 97.500 121.742 27.500 -77,41%Penerimaan Pembiayaan 100.000 124.242 30.000 -75,85%
SiLPA TA Sebelumnya 100.000 124.242 30.000 -75,85%Pengeluaran Pembiayaan 2.500 2.500 2.500 0,00%
Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.500 2.500 2.500 0,00%*Ket: APBD Perubahan (APBD-P) 2013
Tabel 2.7Perkembangan Surplus Defisit Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014
39
efisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp97,15 miliar atau naik
1,3% (yoy) dibanding APBD 2012. Namun pada tahun 2014, Provinsi Maluku Utara menargetkan
urplus anggaran sebesar Rp52,50 miliar pada akhir tahun. Walaupun demikian, tidak tertutup
emungkinan terjadinya perubahan target pada APBD 2014. Namun demikian, sisa lebih
erhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya sebesar Rp30 miliar dapat digunakan
ebagai dana cadangan apabila kondisi mengharuskan pos belanja lebih besar dari pos
endapatan. Kondisi tersebut dapat terjadi dengan melihat banyaknya agenda pembangunan
emerintah di tahun 2014 serta masih adanya ancaman kenaikan harga berbagai komoditas di
asa yang akan datang.
erdasarkan realisasi, hingga triwulan II 2014, APBD Provinsi Maluku Utara mencatatkan surplus
ebesar Rp245,33 miliar atau 467,31% di atas target awal (Rp52,5 miliar). Angka tersebut sangat
ungkin berubah mengingat pengalaman tahun 2013, realisasi pengeluaran pembiayaan naik 10
ali lebih tinggi dari target yang ditetapkan.
BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH
Pos AnggaranSurplus/Defisit Pembiayaan
Pembiayaan NettoPenerimaan Pembiayaan
SiLPA TA SebelumnyaPengeluaran Pembiayaan
Penyertaan Modal (Investasi) Dae
Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluk
Untuk menutupi defisit tersebut, Pem
sebesar Rp Rp. 271 miliar yang sebagian
mencapai Rp 139 miliar.
Pos AnggaranProv.Malut2013
PrKab
2
Surplus/Defisit (77,091) (39
Pembiayaan Netto 97,500 3
Penerimaan Pembiayaan 100,000 4
SiLPA TA sebelumnya 100,000 2
Pencairan dana cadangan -Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan-
Penerimaan Pinjaman Daerah danObligasi Daerah
- 1
Penerimaan Kembali PemberianPinjaman
-
Pengeluaran Pembiayaan 2,500
Pembentukan Dana Cadangan -
Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2,500
Pembayaran Pokok Utang -
Pemberian Pinjaman Daerah -
Pembayaran Kegiatan Lanjutan -Pengeluaran Perhitungan Pihak
Ketiga-
Perkembangan Anggaran Surplus/Defis
Realisasi Surplus Defisit Pem
Tabel 2.8prov Maluku Utara (dalam juta rupiah)2014 Realisasi Tw II 2014 Persentase52.500 245.336 467,31%27.500 23.520 85,53%30.000 23.520 78,40%30.000 23.520 78,40%2.500 - 0,00%
rah 2.500 - 0,00%
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014
40
u Utara sampai saat ini mencapai Rp 210,06 miliar.
prov Maluku Utara menargetkan Pembiayaan Netto
besar berasal dari SiLPA tahun anggaran 2013 yang
ov. &Malut
013
Prov.Malut
2013-P
Prov.Malut2014
Prov. &Kab Malut
2014
2014 vs2013-P
(%)
Prov. vsKab.2014(%)
9,650) (42,378) 52,500 (210,062.08) -223.89% -24.99%
72,965 121,742 27,500 271,240 -77.41% 10.14%
62,000 124,424 30,000 294,440 -75.89% 10.19%
69,200 124,424 30,000 139,445 -75.89%
21.51%
- - 48,000 0.00% 0.00%
- - - 0.00% 0.00%
91,300 - 106,465 0.00% 0.00%
1,500 - 530 0.00% 0.00%
89,035 2,500 2,500 23,200 0.00% 10.78%
- - - 0.00% 0.00%
22,350 2,500 2,500 23,200 0.00% 10.78%
20,643 - - 0.00% 0.00%
- - - 0.00% 0.00%
- - - 0.00% 0.00%
46,042 - - 0.00% 0.00%
Tabel 2.9it Total Provinsi Maluku Utara (dalam juta rupiah)
41
3.1 Kondisi Umum
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang
direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 5,40% (yoy), lebih
rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya
yang sebesar 9,75% (yoy) dan 9,66% (yoy). Angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan angka Nasional dan wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang
masing-masing sebesar 4,53 % (yoy) dan 3,84% (yoy).
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Ternate menunjukkan tren yang fluktuatif. Juli 2014, Kota
Ternate mengalami inflasi sebesar 2,55% (mtm) atau 7,22% (yoy), sementara pada Agustus 2014
terjadi koreksi harga yang mendorong deflasi sebesar -1,02% (mtm) atau 3,25% (yoy). Deflasi ini
terjadi di tengah naiknya harga beberapa komoditas seperti daging ayam ras, daging sapi, ikan
kembung/gembung, nasi dengan lauk, tarif listrik, kayu papan, baju kaos berkerah anak, tarif uang
sekolah dasar, televisi berwarna, tarif angkutan udara dan mobil serta beberapa komoditas lainnya
namun tidak mampu menahan turunnya harga secara aggregat yang dipicu oleh komoditas-
komoditas seperti ikan selar/tude, ekor kuning, tongkol, lolosi, cakalang, malalugis/sorihi, cakalang
asap, tomat sayur, pisang, bawang putih, bawang merah, cabai rawit, dan bahan bakar rumah
tangga. Harga barang dan jasa kembali terakselerasi pada September 2014 yang mencatat inflasi
sebesar 0,87% (mtm) atau 5,40% (yoy). Akselerasi harga pada akhir periode laporan terjadi pada
hampir semua kelompok kecuali kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang
mengalami deflasi sebesar -0,97% (mtm). Sedangkan kelompok yang mengalami kenaikan harga
paling tinggi adalah kelompok bahan makanan yaitu 3,51% (mtm). Komoditas yang berkontribusi
terhadap peningkatan laju inflasi September diantaranya adalah beras, ikan cakalang,
malalugis/sorihi, ekor kuning, tongkol, bayam, kacang panjang, kangkung, tempe, pisang, cabai
rawit, cabai merah, dan minyak goreng.
Pergerakan harga di Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2014
terakselerasi di akhir triwulan. Hal ini tergambar dari inflasi akhir triwulan yang menembus angka
3,51% (mtm) sebagai dampak dari mulai meningkatnya permintaan selama bulan Ramadhan, hari
BAB III. INFLASI DAERAH
BAB III. INFLASI DAERAH
Grafik 3.1Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
Tabel 3.1 Laju Inflas
raya Idul Fitri, persiapan keberangkatan jemaah haji, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Hal
ini terkonfirmasi dari pergerakan harga kelompok penyusun volatile food, sebagian core serta
kelompok penyusun administered price seiring dengan naiknya harga beberapa komoditas
penyusunnya seperti tarif angkutan darat, laut dan udara dan beberapa komoditas lainnya.
3.2 Perkembangan Infla
3.2.1 Inflasi Tahunan (yo
Pergerakan inflasi tahuna
selama triwulan laporan
mengalami inflasi sebesa
triwulan III 2013 yang ma
dialami oleh Kota Terna
Sulampua (Grafik 3.1) yan
Bahan MakananMakanan Jadi, Minuman, Rokok & TemPerumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan BSandangKesehatanPendidikan, Rekreasi, dan OlahragaTranspor, Komunikasi, dan Jasa Keuang
Inflasi Tahunan (yoy )
Kelompok Barang dan Jasa
4.53
3.84
5.40
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Nasional
Suampua
Malut
i Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
si Kota Ternate
y)
n (yoy) di Provinsi Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate
terpantau cukup fluktuatif. Pada triwulan III 2014, Kota Ternate tercatat
r 5,40% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun
sing-masing sebesar 9,75% (yoy) dan 9,66% (yoy). Tekanan inflasi yang
te juga terpantau lebih tinggi dibanding rata-rata Nasional dan Zona
g masing-masing tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan 3,84% (yoy).
I II III IV I II III IV I II III
4.74 2.56 2.09 1.11 1.96 (2.04) 7.54 9.32 3.66 10.16 4.06 0.85bakau 5.71 6.18 6.49 5.47 5.26 4.15 4.14 4.96 5.68 8.07 12.31 1.55akar 3.47 3.49 3.63 3.15 6.32 7.00 13.76 12.47 10.20 9.36 3.07 1.14
9.48 7.79 5.78 6.38 5.53 2.94 5.05 6.31 10.03 12.93 17.41 0.935.12 5.29 5.05 4.55 1.92 0.88 3.41 2.59 11.19 11.44 10.17 0.364.16 4.08 4.17 4.35 3.15 3.47 8.13 9.56 10.98 11.36 7.2 0.32
an 3.07 6.04 4.14 3.89 2.57 4.45 15.94 13.97 14.38 9.73 1.71 0.254.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.66 9.78 8.80 9.75 5.40 5.40
2012 2013 2014 AndilTw III 2014
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
h
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diola42
BAB III. INFLASI DAERAH
Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok. Kelompok
sandang mengalami inflasi sebesar 17,41% (yoy) dengan andil 0,93% dimana komoditas yang
mengalami kenaikan harga diantaranya adalah baju muslim laki-laki, baju anak setelan, baju
muslim wanita, baju berkerah wanita. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
naik 12,31% (yoy) dengan andil 1,73% yang terutama dipicu oleh komoditas dari subkelompok
makanan jadi dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Kelompok kesehatan naik
10,17% (yoy) dengan andil 0,36% dimana seluruh subkelompok penyusunnya mengalami inflasi
terutama subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga naik 7,20% (yoy) dengan andil 0,32% (yoy) yang utamanya dimotori oleh komoditas dari
subkelompok pendidikan dan rekreasi. Kelompok bahan makanan naik 4,06% (yoy) dengan andil
0,85%. Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar terakselerasi 3,07%
(yoy) dengan andil 1,14% dimana komoditas pemicunya adalah cat tembok, tukang bukan mandor
dan tarif listrik. Kemudian kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan terakselerasi 1,71%
(yoy) dengan andil sebesar 0,25% dimana komoditas pemicunya adalah tarif angkutan laut,
angkutan udara dan harga mobil.
Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya
Barang & Jasa Inflasi Andil Barang & Jasa Inflasi AndilBahan Makanan 4.06% 0.85% Sandang Wanita 18.23% 0.24%
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 5.53% 0.27% Sandang Anak-anak 23.84% 0.38%Daging dan Hasil-hasilnya 4.14% 0.05% Barang Pribadi dan Sandang Lain 4.17% 0.03%
Ikan Segar 31.91% 1.70% Kesehatan 10.17% 0.36%Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 10.18% 0.17% Jasa Kesehatan 1.03% 0.01%
Buah - buahan 5.73% 0.11% Obat-obatan 7.68% 0.06%Lemak dan Minyak 7.49% 0.07% Jasa Perawatan Jasmani 17.30% 0.09%
Bahan Makanan lainnya 16.84% 0.01% Perawatan Jasmani dan Kosmetika 13.79% 0.22%Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 12.31% 1.73% Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 7.20% 0.32%
Makanan Jadi 9.90% 0.62% Pendidikan 5.42% 0.14%Tembakau dan Minuman Beralkohol 22.95% 1.28% Kursus-kursus / Pelatihan 4.41% 0.00%
Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 3.07% 1.14% Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 4.18% 0.02%Biaya Tempat Tinggal 2.34% 0.68% Rekreasi 9.67% 0.12%
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 4.08% 0.17% Olahraga 39.54% 0.05%Perlengkapan Rumahtangga 9.66% 0.18% Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan 1.71% 0.25%
Penyelenggaraan Rumahtangga 5.99% 0.11% Transpor 3.83% 0.39%Sandang 17.41% 0.93% Sarana dan Penunjang Transpor 6.84% 0.03%
Sandang Laki-laki 17.27% 0.30% Jasa Keuangan 0.80% 0.00%
43
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
BAB III. INFLASI DAERAH
3.2.2 Inflasi
Berbeda deng
maupun per
dibandingkan
tahun sebelu
Sementara la
terlihat dari t
triwulan III 2
sebesar 0,87%
Pada akhir tri
inflasi ini leb
terakhir yang
seiring masuk
triwulan lapo
mengalami
komoditas te
semua kelom
Tabel 3.3 Komoditas Penahan Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya
h
Barang & Jasa Inflasi AndilBahan Makanan 4.06% 0.85%
Ikan Diawetkan -24.67% -0.13%Sayur-sayuran -13.64% -0.27%
Kacang - kacangan -2.91% -0.01%Bumbu - bumbuan -24.22% -0.47%
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 12.31% 1.73%Minuman yang Tidak Beralkohol -2.82% -0.06%
Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan 1.71% 0.25%Komunikasi Dan Pengiriman -4.17% -0.15%
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diola
44
Triwulanan (qtq)
an inflasi tahunannya yang termoderasi signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya
iode yang sama tahun sebelumnya, inflasi triwulanan Kota Ternate terakselerasi
triwulan sebelumnya namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama
mnya.
ju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan III 2014 cenderung fluktuatif yang
ingkat inflasi bulanan (mtm) yang terjadi selama triwulan laporan dimana pada akhir
014 diketahui bahwa tingkat inflasi Kota Ternate sebagai representasi Maluku Utara
(mtm).
wulan III 2014, Kota Ternate mencatat inflasi triwulanan sebesar 2,39% (qtq). Tingkat
ih tinggi dibanding rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama satu dekade
sebesar 1,29% (qtq). Hal ini dipicu oleh adanya lonjakan permintaan masyarakat
nya puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan persiapan ibadah haji yang jatuh pada
ran sehingga menyebabkan kenaikan harga berbagai komoditas. Komoditas yang
kenaikan bukan hanya komoditas volatile food namun hampir sebagian besar
rutama komoditas kelompok sandang. Hal ini tercermin dari inflasi yang dialami oleh
pok barang dan jasa pada akhir triwulan III 2014.
45
BAB III. INFLASI DAERAH
Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate
Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kelompok sandang merupakan kelompok dengan tingkat inflasi triwulanan tertinggi yaitu 7,61%
dengan andil sebesar 0,39%. Berdasarkan subkelompoknya, subkelompok sandang laki-laki
mengalami inflasi tertinggi yaitu 12,99% (qtq) dengan andil sebesar 0,21, dimana komoditas yang
mengalami inflasi tertinggi adalah sandal karet (54,30%), kaos kaki (47,18%), kemeja pendek batik
(38,61%) dan lain-lain. Subkelompok sandang wanita mengalami inflasi sebesar 8,37% (qtq)
dengan andil sebesar 0,10% dimana komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah kemeja
pendek (65,88%), setelan rok dan blus (56,74%), daster (42,27%), dan lain-lain. Subkelompok
I II III IV I II III IV I II III
Bahan Makanan -1.10 1.75 2.26 -1.75 -0.27 -2.23 12.26 -0.13 -5.43 3.90 1.95 0.41Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.86 1.61 13.33 -10.08 1.66 0.53 13.33 -9.37 2.36 2.80 4.99 0.69Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.55 1.65 3.94 -2.91 3.64 2.30 10.51 -4.02 1.55 1.52 1.08 0.41Sandang 0.97 0.97 18.88 -12.23 0.16 -1.50 21.31 -11.17 3.67 1.09 7.61 0.39Kesehatan 0.73 0.84 12.10 -8.18 -1.80 -0.19 14.91 -8.91 6.43 0.04 3.22 0.11Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0.78 -0.11 11.01 -6.63 -0.37 0.20 16.00 -5.39 0.92 0.54 4.24 0.19Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 1.81 2.68 0.19 -0.80 0.51 4.56 11.22 -2.49 0.87 0.31 1.37 0.20
Inflasi Tahunan (yoy ) 0.52 2.03 5.43 -4.47 1.18 1.01 12.31 -4.36 0.28 1.89 2.39 2.39
Kelompok Barang dan Jasa2012 2013 2014 Andil
Tw III 2014
Disaggregasi Komoditas Inflasi Disaggregasi Komoditas InflasiTarip Listrik 9.01% Administered Price Bahan Bakar Rumah Tangga -8.82%Tembakau Dan Minuman Beralkohol 7.87% Biji Nangka / Kuniran -45.84%Angkutan Udara 4.99% Popok Bayi -44.05%Kapur Sirih 66.67% Jeruk Nipis/Limau -42.85%Stelan Rok Dan Blus 56.74% Lemon -37.49%Kemeja Pendek 54.86% Ekor Kuning Asap -31.66%Sandal Karet 54.30% Sandal Kulit -26.01%Kaos Kaki 45.43% Cakalang Asap -23.32%Daster 42.27% Ikan Asin Belah -21.20%Sajadah 40.42% Garam -12.52%Kemeja Pendek Batik 38.61% Baju Muslim -12.37%Celana Pendek Laki-Laki 36.33% Seragam Sekolah Pria -11.19%Tongkol Pindang 75.27% Tomat Sayur -49.69%Cabai Rawit 68.48% Sawi Hijau -28.77%Cabai Merah 51.97% Teri -27.23%Salak 50.01% Terong Panjang -26.17%Ekor Kuning 32.20% Bawang Merah -24.54%Kol Putih/Kubis 29.28% Sawi Putih -21.75%Pisang 27.04% Cumi-Cumi -20.49%Tahu Mentah 23.81% Tongkol/Ambu-Ambu -17.05%Tempe 21.16% Jagung Manis -15.12%Labu Siam/Jipang 20.00% Bawang Putih -14.35%Jeruk 20.00% Bawal -12.34%Kacang - Kacangan 19.89% Nangka Muda -10.45%
Volatile Food(Total 19
Komoditas)
Core(Total 54
Komoditas)
Penahan InflasiPendorong Inflasi
Administered Price(Total 8 Komoditas)
Core(Total 154Komoditas)
Volatile Food(Total 40
Komoditas)
46
BAB III. INFLASI DAERAH
sandang anak-anak mengalami inflasi 3,95% (qtq) dengan andil 0,06% dimana komoditas yang
mengalami inflasi tertinggi adalah kemeja pendek (43,84%), kaos kaki (43,68%), kemeja panjang
(36,16%), dan lain-lain. Subkelompok barang pribadi dan sandang lain mengalami inflasi sebesar
2,45% (qtq) dengan andil sebesar 0,02%. Lonjakan harga dari kelompok ini sejalan dengan adanya
event perayaan hari raya Idul Fitri 1434 Hijriah yang mendorong peningkatan permintaan akan
sandang.
Selanjutnya inflasi triwulanan yang tinggi juga dialami oleh kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 4,99% (qtq) dengan andil 0,69%. Seluruh
subkelompoknya juga mengalami inflasi. Subkelompok tembakau dan minuman beralkohol
mengalami inflasi sebesar 7,87% (qtq) dengan andil 0,42%. Subkelompok makanan jadi
mengalami inflasi sebesar 3,73% (qtq) dengan andil 0,23%. Kemudian subkelompok minuman
yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,66% (qtq) dengan andil 0,04%.
Kelompok bahan makanan yang merupakan penyusun utama kelompok volatile food mengalami
inflasi sebesar 1,95% (qtq) dimana seluruh subkelompoknya mengalami inflasi kecuali
subkelompok sayur-sayuran dan ikan diawetkan yang masing-masing mengalami deflasi sebesar
11,07% (qtq) dan 19,16% (qtq). Subkelompok yang memiliki andil tertinggi terhadap
pembentukan harga kelompok ini secara triwulanan adalah subkelompok buah-buahan yang
mengalami inflasi sebesar 18,92% (qtq) dengan andil 0,32% dimana komoditas pendorongnya
antara lain adalah salak yang mengalami inflasi 50,01% (qtq), pisang mengalami inflasi 27,04%
(qtq), dan jeruk mengalami inflasi 20,00% (qtq). Subkelompok ikan segar mengalami inflasi 2,95%
dengan andil 0,16% dimana komoditas pendorongnya diantaranya adalah tuna yang mengalami
inflasi 35,96% (qtq), ekor kuning mengalami inflasi 32,20% (qtq), dan cakalang mengalami inflasi
18,28% (qtq). Besarnya nilai konsumsi dari subkeklompok ikan segar di Maluku Utara
menyebabkan sedikit goncangan pada subkelompok ini yang berakibat cukup signifikan pada
kelompok ikan segar. Subkelompok selanjutnya adalah subkelompok daging dan hasil-hasilnya
yang mengalami inflasi sebesar 7,82% dengan andil sebesar 0,09% dimana komoditas
pendorongnya antara lain adalah daging sapi yang mengalami inflasi 14,22% (qtq) dan daging
ayam ras 6,96% (qtq).
Kelompok perumahan, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 1,08% (qtq) dengan
andil 0,41%. Seluruh subkelompoknya juga mengalami inflasi dimana komoditas yang mengalami
inflasi yang tinggi adalah tarif listrik 9,01% (qtq) seiring dinaikannya tarif listrik oleh pemerintah,
cat tembok 24,80% (qtq), lemari pakaian 11,12% (qtq), penyegar ruangan 23,48% (qtq),
BAB III. INFLASI DAERAH
Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
pembasmi nyamuk bakar 11,51% (qtq). Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan mengalami inflasi 1,37% (qtq) dengan andil sebesar 0,20% dimana komoditas yang
mengalami inflasi tinggi adalah sepeda motor 6,39% (qtq), oli 6,00% (qtq), angkutan udara
4,99% (qtq), dan perbaikan ringan kendaraan 31,78% (qtq). Kondisi ini terkonfirmasi dari hasil
liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara dimana banyaknya
pemudik pada triwulan laporan mendorong tingginya permintaan akan angkutan sehingga
mendorong kenaikan harga tarif angkutan di Maluku Utara.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi triwulanan Kota Ternate pada triwulan III 2014
didorong oleh seluruh kelompok dimana pendorong utamanya adalah kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau, kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, listrik, gas, dan
air bersih serta kelompok sandang dengan total andil sebesar 1,89% atau 79,13% terhadap inflasi
umum triwulanan Kota Ternate.
Meninjau inflasi bulanan Kota Ternate, tingkat inflasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi
Nasional maupun wilayah Sulampua (Grafik 3.2). Pada Juli 2014, Kota Ternate mengalami inflasi
sebesar 2,55% (mtm), kemudian pada bulan Agustus 2014 terjadi koreksi harga yang
menyebabkan deflasi sebesar -1,02% (mtm). Deflasi terjadi ditengah naiknya harga beberapa
komoditas daging ayam ras, daging sapi, ikan kembung/gembung, nasi dengan lauk, tarif listrik,
kayu papan, baju kaos berkerah anak, tarif uang sekolah dasar, televisi berwarna, tarif angkutan
udara dan mobil namun kenaikan tersebut tidak mampu menahan turunnya harga secara aggregat
yang disebabkan oleh komoditas-komoditas dengan andil tinggi khususnya kelompok bahan
makanan seperti ikan selar/tude, ekor kuning, tongkol, lolosi, cakalang, malalugis/sorihi, cakalang
asap, tomat sayur, pisang, bawang putih, bawang merah, cabai rawit, dan bahan bakar rumah
tangga.
0.27
0.14
0.87
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Nasional
Suampua
Malut
h
Sumber : BPS ProvinsiMaluku Utara , diola47
BAB III. INFLASI DAERAH
3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi
oleh gejolak harga yang terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Namun demikian kelompok
volatile foods dan administered price mengalami gejolak yang lebih signifikan dibandingkan core
inflation.
3.3.1 Faktor Fundamental
Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan III 2014 terpantau termoderasi jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya.
Pergerakan inflasi inti yang antara lain disebabkan oleh naiknya harga komoditas global seperti
nikel, minyak bumi dan emas. Harga minyak bumi terakselerasi 9,87% (yoy) dan harga nikel naik
tajam 30,45% (yoy). Sedangkan harga emas terkoreksi tipis -4,73% (yoy), namun demikian tingkat
harga emas pada akhir triwulan II 2014 masih lebih tinggi dibandingkan harga pada akhir tahun
2013.
-8.28%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014
Harga Emas ($/toz) g_yoy (RHS)
Pergerakan HPergera
West
Sumber :World Bank
Sumber :World BankGrafik 3.3arga Emas Internasional
Grafik 3.4kan Harga Crude OilTexas Intermediate
48
BAB III. INFLASI DAERAH
Dari sisi domestik, terjaganya akselerasi infl
penawaran dalam menjawab fluktuasi sisi p
tumbuh dengan baik. Hal tersebut tercerm
liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia P
produksi yang masih cukup tinggi sehingga
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Pada triwulan III 2014, tingkat konsumsi m
triwulan laporan dan mulai bergerak turu
kembali di akhir triwulan menjelang adanya
Event-event tersebut sudah menjadi agen
permintaan secara signifikan sehingga pa
dengan meningkatkan kapasitas produksi
sehingga akan mampu memenuhi permin
sepanjang triwulan laporan juga ikut memp
segar sehingga setiap kenaikan dan turun
tingkat inflasi Kota Ternate secara aggrega
yang baik juga memungkinkan arus dist
dengan baik mengingat topografi Mal
pemenuhan kebutuhan harian masyarakat
sehingga terjaganya arus distribusi memban
Pergerakan
Grafik 3.5Harga Nikel Internasional
Sumber :World Bank
49
asi inti berimplikasi pada meningkatnya kemampuan sisi
ermintaan sehingga perekonomian nasional tetap dapat
in dari fluktuasi nilai rupiah yang cukup stabil serta dari
rovinsi Maluku Utara diketahui bahwa kapasitas utilisasi
dapat menjawab permintaan yang fluktuatif.
asyarakat berada pada level tinggi hingga pertengahan
n di pertengahan Agustus 2014. Namun terakselerasi
perayaan hari raya idul adha pada awal Oktober 2014.
da tahunan di Maluku Utara yang memicu naiknya
ra pelaku usaha sudah mengambil langkah persiapan
atau meningkatkan stok pada bulan-bulan sebelumnya
taan masyarakat. Faktor cuaca yang cukup fluktuatif
engaruhi volatilitas harga komoditas subkelompok ikan
nya harga pada subkelompok ini dapat mempengaruhi
t. Selain berpengaruh terhadap harga komoditi, cuaca
ribusi lancar dan berbagai komoditas dapat tersuplai
uku Utara yang berupa kepulauan serta sebagian
Maluku Utara dari impor antar daerah dan antar pulau
tu menjaga tingkat harga.
BAB III. INFLASI DAERAH
Eksternal
Sepanjang triwulan III 2014, nilai tukar rupiah terus menguat dibandingkan akhir triwulan
sebelumnya. Hal ini terjadi tengah kondisi perekonomian global yang masih dalam masa pemulihan
dan bayang-bayang kebijakan tappering off dari The Fed serta rebalancing perekonomian Tiongkok
yang juga berpengaruh kepada perekonomian Indonesia. Nilai rupiah diakhir triwulan laporan
menguat tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun melemah jika dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
berada pada level Rp11.831/USD pada akhir triwulan III 2014. Tekanan terhadap nilai rupiah
melemah sebesar 0,02% (qtq) dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level
Rp11.833/USD. Secara tahunan, rupiah melemah 4,80% jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya yang berada pada level Rp11.289/USD. Walaupun tekanan masih kuat,
tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga sehingga optimisme pasar terhadap perekonomian Indonesia
masih tinggi. Optimisme investor terhadap perkembangan ekonomi Indonesia terjadi ditengah
fluktuasi harga berbagai komoditas global dan hal ini mencerminkan cukup kuatnya struktur
perekonomian Indonesia.
3.3.2 Non Fundamental
Volatile Foods
Tekanan inflasi yang dialami kelompok volati
terakselerasi diawal dan diakhir triwulan
Terakselerasinya tekanan inflasi kelompok v
Rp8
Rp9
Rp9
Rp10
Rp10
Rp11
Rp11
Rp12
Rp12
Rp13
1 3 5 7 9 11
2012
Tho
usa
nd
s Rp Vs US
Pergerakan Nilai Tuka
Grafik 3.6r Rupiah Terhadap Dolar Amerika
50
le foods terpantau fluktuatif. Komoditas kelompok ini
III 2014 baik secara bulanan maupun tahunan.
olatile foods diawal triwulan laporan didorong oleh
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2013 2014
D g_yoy (RHS)
BAB III. INFLASI DAERAH
Grafik 3.7Volume Tangkap dan Nilai Ikan Tangkap
Grafik 3.8Perkembangan Harga Ikan Tangkap
naiknya permintaan masyarakat akan bahan makanan seiring pelaksanaan puasa Ramadhan
sehingga mengakibatkan harga berbagai komoditas bahan makanan merangkak naik. Pergerakan
ini tidak sebesar tahun sebelumnya dimana volatile food terakselerasi jauh lebih tinggi dikarenakan
pelaksanaan puasa ramadhan ditambah dengan kenaikan harga BBM bersubsidi sehingga memicu
pergerakan harga yang signifikan. Harga kembali terkoreksi di pertengahan triwulan laporan seiring
mulai meredanya permintaan dari masyarakat sehingga menarik turun harga komoditas penyusun
kelompok volatile foods. Koreksi harga ini terjadi baik secara bulanan maupun tahunan. Koreksi
harga tahunan terjadi karena pada tahun sebelumnya terjadi kenaikan harga BBM sehingga base
line tahun sebelumnya relatif tinggi sehingga tahun 2014 terlihat terjadi deflasi. Permintaan
kembali terakselerasi di akhir triwulan seiring persiapan masyarakat menyongsong hari raya Idul
Adha yang akan dilaksanakan pada awal Oktober 2014. Kenaikan harga pada kelompok volatile
foods terutama masih disebabkan oleh komoditas dari subkelompok ikan segar, bumbu-bumbuan,
sayur-sayuran, dan buah-buahan.
0
5
10
15
20
25
30
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Volume Produksi Ikan (Ton) Rata-Rata Produksi Harian (Ton)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Cakalang Ekor Kuning Kembung Selar Tongkol
S
s
s
s
h
f
s
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
ubkelompok penyusun volatile food yang b
ubkelompok ikan segar 31,91% (yoy), subke
ubkelompok lemak dan minyak 7,49% (yo
ubkelompok padi-padian, umbi-umbian dan has
asil-hasilnya 4,14% (yoy). Sedangkan subkelom
ood lebih jauh lagi adalah subkelompok bumb
ubkelompok sayur-sayuran terkoreksi -13,64% (y
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
51
ergerak naik diakhir triwulan laporan adalah
lompok telur dan hasil-hasilnya 10,18% (yoy),
y), subkelompok buah-buahan 5,73% (yoy),
ilnya 5,53% (yoy), dan subkelompok daging dam
pok yang menahan pergerakan gejolak volatile
u-bumbuan yang terkoreksi -24,22% (yoy) dan
oy).
52
BAB III. INFLASI DAERAH
Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate
Administered Price
Secara tahunan, inflasi yang dialami oleh kelompok administered price pada akhir triwulan III 2014
terpantau bergerak naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Naiknya tekanan
inflasi kelompok administered price disebabkan oleh tren naiknya inflasi pada komoditas dari
subkelompok tembakau dan minuman beralkohol 22,95% (yoy), subkelompok bahan bakar,
penerangan dan air 4,08% (yoy), dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar
3,83% (yoy). Sementara kenaikan subkelompok transpor dipicu oleh naiknya harga tarif angkutan
laut dan udara yang juga dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang terus berfluktuasi. Sedangkan
pemicu dari subkelompok bahan bakar, penerangan dan air adalah kenaikan tarif listrik sesuai
dengan jadwal pemerintah diawal tahun. Dari subkelompok tembakau dan minuman beralkohol
kenaikan dipicu oleh komoditas rokok kretek, rokok kretek filter, dan rokok putih.
3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara
Tingginya tingkat inflasi di Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara selalu menyita
perhatian banyak pihak. Selama triwulan III 2014, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi
Maluku Utara dan TPID Kota Ternate melakukan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam
rangka mengetahui kondisi terkini kegiatan pelaku ekonomi serta memperkuat koordinasi sehingga
diharapkan mampu mengantarkan laju inflasi Maluku Utara pada level yang diharapkan.
No TPID Kegiatan
1 Kota Ternate Rapat Koordinasi dengan forum pemasok bahan pangan Kota
Ternate
2 Malut dan Kota Ternate Rapat koordinasi untuk memperlancar distribusi
Kedepan, Tim Pengendali Inflasi Daerah di Maluku Utara akan terus melakukan penguatan
koordinasi antar kabupaten/kota di dalam Maluku Utara dalam rangka peningkatan kerjasama
antar kabupaten/kota terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok strategis. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi ketergantungan Maluku Utara akan komoditas impor dari daerah/provinsi lain
dengan harapan dapat menarik turun tingkat harga berbagai komoditas dan meningkatkan
kesejahteraan riil masyarakat Maluku Utara.
53
BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah
4.1 Kondisi Umum Perbankan
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2014 menunjukan
perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Hal ini tercermin dari
perkembangan aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan selama
triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan tingkat pertumbuhan
penyaluran dana lebih rendah dibandingkan penghimpunan dana (DPK). Sedangkan Loan to
Deposit Ratio (LDR) lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Namun demikian rasio ini masih berada
di dalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan di tahun 2014, terdapat rencana
penambahan jaringan kantor Bank Umum Syariah, BPRS dan BPR, serta peningkatan status kantor
Bank umum yang tersebar di wilayah Maluku Utara yang saat ini sudah dalam proses perizinan di
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebagai informasi, sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
sejak tanggal 31 Desember 2013 seluruh fungsi, tugas dan kewenangan pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK.
4.1.2 Perkembangan Aset Perbankan
Secara tahunan, total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2014 tercatat
sebesar Rp6,78 triliun, atau tumbuh 8,3% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Secara triwulanan
pertumbuhan aset bank umum juga mengalami peningkatan sebesar 2,7% (qtq).
Dari segi kepemilikan, pertumbuhan aset bank pemerintah secara tahunan mencapai 8,04% (yoy)
lebih tinggi dibandingkan bank swasta yang sebesar 5,96% (yoy), begitu pula secara nominal porsi
aset bank pemerintah masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank swasta. Meskipun terjadi
pertumbuhan positif pada aset bank swasta, namun porsi asetnya sedikit turun dari 15,56% pada
triwulan III-2013 menjadi 15,22% pada triwulan III-2014.
Berdasarkan jenis operasinya, peningkatan aset pada perbankan syariah yang mencapai 20,41%
(yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan aset bank umum konvensional yang hanya 7,71% (yoy).
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
54
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Meskipun porsi perbankan syariah masih relatif kecil dalam struktur perbankan secara keseluruhan,
namun selama setahun terakhir porsinya terus mengalami peningkatan dari 4,82% pada triwulan
III-2013 menjadi 5,35% pada triwulan III-2014.
Grafik 4.1Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
4.1.3 Intermediasi Perbankan
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada
triwulan III-2014 mencapai Rp 5,57 triliun, meningkat 13,17% (yoy) dibandingkan tahun
sebelumnya. Secara triwulan, penghimpunan DPK bank umum naik 4,03% (qtq).
Dana pihak ketiga tersebut mayoritas disimpan dalam bentuk tabungan sebesar 53,06%, diikuti
oleh giro dan deposito dengan porsi masing-masing sebesar 27,43% dan 19,50%. Dibandingkan
komponen DPK lainnya, deposito mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu sebesar
28,36% (yoy), sementara, giro tumbuh 18,44% (yoy), dan tabungan tumbuh 6,11% (yoy).
Grafik 4.2Perkembangan DPK (miliar rupiah)
55
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR mengalami penurunan dari
91,57% pada triwulan III-2013 menjadi 88,62% pada triwulan III-2014 yang disebabkan oleh
lebih tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga dibanding dana yang disalurkan.
Grafik 4.3Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2014
mencapai Rp4,93 triliun, meningkat 9,52% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Secara triwulan, kredit juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,46% (qtq).
Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit dengan porsi sebesar
63,81%, diikuti oleh kredit modal kerja 26,56%, dan kredit investasi sebesar 9,64%. Jika dilihat
pertumbuhan masing-masing kredit tersebut, kredit konsumsi mencatatkan pertumbuhan tertinggi
yaitu 14,53% (yoy), diikuti oleh kredit modal kerja yang tumbuh 2,57% (yoy), sedangkan kredit
investasi sedikit turun -0,68% (yoy). Secara triwulanan, kredit konsumsi masih mengalami
pertumbuhan tertinggi mencapai 2,63% (qtq), sementara kredit investasi turun -2,19%(qtq), dan
kredit modal kerja meningkat 3,81% (qtq). Pertumbuhan kredit konsumsi terbesar didorong oleh
debitur perseorangan untuk keperluan multiguna.
Dari sisi golongan kredit, total kredit UMKM pada triwulan laporan mencapai Rp 1,39 triliun
dengan share 28,16% dari seluruh kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara. Selama
setahun terakhir penyaluran kredit UMKM mengalami penurunan -1,91% (yoy). Sementara
perkembangan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada triwulan III-2014 sesuai data publikasi
komite KUR yang disajikan dalam website mencapai Rp 181,95 miliar atau turun -5,77% (yoy)
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
56
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Grafik 4.4Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Dari sisi penyaluran kredit kepada sektor usaha, sektor perdagangan besar dan eceran adalah
sektor yang memperoleh porsi kredit terbesar yaitu mencapai 24,92% atau senilai Rp1,23 triliun.
Dibandingkan tahun sebelumnya, penyaluran kredit kepada sektor ini meningkat signifikan 5,20%
(yoy). Sektor lainnya yang memperoleh porsi kredit cukup besar adalah sektor konstruksi dengan
porsi kredit sebesar 3,89% atau senilai Rp192,02 miliar. Sedangkan untuk sektor lainnya, relatif
kecil dengan porsi kredit kurang dari 3%. Sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang
merupakan salah satu sektor unggulan di Maluku Utara memperoleh porsi kredit sebanyak 0,25%,
atau senilai Rp12,95 miliar. Sementara itu penyaluran kredit sektor perikanan untuk pertama kali
dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan sebesar -2,19% (yoy), dan secara triwulanan
turun sebesar -0,06% (qtq). Dari beberapa fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor
unggulan di Provinsi Maluku Utara masih potensial untuk mengalami peningkatan dan
berkembang.
4.1.4 Perkembangan Bank Syariah
Kinerja perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan III-2014 masih menunjukan trend positif
dan diharapkan terus berlanjut selama tahun 2014. Secara kelembagaan terdapat rencana
pembukaan satu kantor cabang bank umum syariah dan satu kantor cabang BPRS di Tidore
Kepulauan yang masih dalam proses perizinan di Otoritas Jasa keuangan (OJK).
Aset perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp363,18 miliar,
meningkat 20,45% (yoy) dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, atau naik 7,51% (qtq)
dari posisi triwulan I-2014 yang sebesar Rp337,64 miliar. Dan jika dilihat porsinya terhadap Total
Aset Bank Umum meningkat menjadi 5,35%.
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan III-2014 mengalami
kenaikan 24,87% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Secara triwulanan, penghimpunan DPK pada perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar
5,86% (qtq). Pada triwulan laporan III-2014 tabungan syariah mengalami pertumbuhan sebesar
17,44% (yoy) dan secara triwulanan meningkat sebesar 1,98% (qtq). Deposito syariah mengalami
pertumbuhan sebesar 35,79% (yoy) dan secara triwulanan naik 11,7% (qtq). Sementara Giro
syariah meningkat tajam 79,87% (yoy), namun secara triwulanan hanya naik sebesar 27,5% (qtq).
Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan III-2014 tercatat sebesar
Rp200,71 miliar, naik 16,33% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Secara triwulanan, penyaluran pembiayaan syariah pada triwulan laporan sedikit
mengalami kenaikan yaitu 0,18% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Pembiayaan konsumsi
masih memiliki porsi pembiayaan terbesar yaitu sebesar 61,58%, namun turun -1,12% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu pembiayaan
modal kerja yang memiliki porsi 20,33% mengalami pertumbuhan sebesar 23,13% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pembiayaan investasi syariah
yang mulai dilakukan sejak tahun 2012 memiliki porsi 18,03% dari total pembiayaan syariah di
Provinsi Maluku Utara, tumbuh signifikan sebesar 153,01% (yoy).
Peran intermediasi bank syariah yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio)
mengalami penurunan rasio jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013. Jika pada
triwulan III-2013 angka FDR sebesar 73,40%, maka pada triwulan III-2014 angka FDR turun ke level
68,38%. Hal yang perlu menjadi perhatian terkait peran intermediasi perbankan syariah adalah
kualitas pembiayaan yang disalurkan, dimana angka non performing finances (NPF’s) pada triwulan
III-2014 berada pada level 3,37%, walau masih berada dibawah batas yang ditentukan.
Perkemb
Grafik 4.5angan Bank Syariah57
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Maluku Utara
pada triwulan III-2014 menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari pertumbuhan
Aset dan Kredit/Pembiayaan dibandingkan dengan tahun lalu. Dari sisi kelembagaan juga
menunjukkan perkembangan yang positif, karena adanya pembukaan kantor cabang baru BPR di
Sanana – Kab. Kepulauan Sula pada bulan Juli 2013 serta terdapat satu BPRS di Kota Tidore
Kepulauan dan kantor cabang BPR di Labuha – Kab. Halmahera Selatan yang masih dalam proses
perizinan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 18,27% (yoy) dari Rp32,58 miliar pada triwulan III-2013
menjadi Rp38,53 miliar pada triwulan III 2014 meskipun secara triwulanan turun -3,61% (qtq). DPK
tumbuh sebesar 13,18% dari Rp16,12 miliar pada triwulan III-2013 menjadi Rp 18,24 milyar pada
triwulan III-2014. Pertumbuhan kredit/pembiayaan pada triwulan III-2014 secara tahunan
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 32,95% (yoy) atau Rp 28,78 milyar
dari Rp 21,65 milyar pada triwulan III-2013.
4.1.6 Non Performing Loans (NPL’s) Bank Um
Jumlah kredit bermasalah pada triwulan III 20
yaitu 5%. Nilai NPL’s pada triwulan laporan
sebelumnya dari 3,17% menjadi 2,93%. Jik
triwulan laporan mengalami sedikit penurunan
sebesar 2,95%.
Perkem
Grafik 4.6bangan BPR/BPRS58
um
14 masih berada dibawah batas yang ditentukan
mengalami penurunan jika dibandingkan tahun
a dibandingkan triwulan sebelumnya, NPL’s pada
, dimana nilai NPL’s pada triwulan II-2014 tercatat
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan
4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah
industri pengolahan masih terbuka lebar.
melakukan ekspansi kredit pada sektor poten
Pada triwulan III 2014, penyaluran dana
Perlambatan pertumbuhan kredit yang disa
2012. Kinerja sektor konstruksi yang terus
sektor tersebut. Sementara kredit sektor pe
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sement
penurunan, namun jauh lebih kecil diba
penyaluran kredit ke sektor perdaganga
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Grafik 4.8Struktur Aliran Dana Kredit Sektoral
Perkemb
Grafik 4.759
Pada Triwulan III 2014, sektor perdagangan
masih mendominasi penyaluran kredit ke
korporasi dengan persentase sebesar
76,54%. Sejak tahun 2010, sektor ini tercatat
selalu berkontribusi lebih dari 70% terhadap
total kredit ke korporasi yang disalurkan
perbankan di Maluku Utara, dengan nilai Rp1,32
triliun rupiah pada akhir triwulan laporan.
Peluang penyaluran kredit ke sektor-sektor
utama seperti pertanian, pertambangan dan
Untuk itu perbankan perlu terus didorong untuk
sial tersebut.
kredit oleh perbankan masih terpantau melambat.
lurkan ke korporasi mulai terlihat sejak pertengahan
menurun mempengaruhi kredit yang disalurkan ke
rtanian mulai menunjukkan kenaikan yang signifikan
ara kredit ke sektor pertambangan masih mengalami
nding beberapa triwulan sebelumnya. Sedangkan
n mencatat pertumbuhan yang mulai melambat
angan NPL Perbankan
60
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Ditilik dari segi kualitasnya, pada triwulan III 2014 kredit yang disalurkan ke korporasi masih berada
dalam kategori aman. Pada triwulan laporan, angka non performing loans (NPLs) tercatat sebesar
2,93%, sedikit turun dari posisi akhir triwulan II 2014 yang sebesar 2,95%.
4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Kredit untuk kepemilikan furniture dan peralatan
rumah, alat elektronik, komputer dan alat
komunikasi, peralatan lain serta keperluan lainnya
yang dikategorikan sebagai kredit rumah tangga
lainnya masih mendominasi pangsa kredit sektor
rumah tangga pada triwulan III 2014. Dari total
kredit yang disalurkan pada sektor ini, 58% atau
Rp1,8 triliun tersalurkan kepada kategori kredit
lainnya, jumlah ini meningkat dari triwulan
sebelumnya.
Kredit multiguna memiliki pangsa terbesar kedua
yaitu sebesar 27% atau Rp 0,83 triliun.
Sedangkan kredit kepemilikan rumah memiliki pangsa sebesar 14% atau Rp. 0,46 triliun,
sementara pangsa kredit kendaraan bermotor hanya sebesar 0,7% dari total kredit yang
disalurkan.
Secara umum, penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mengalami perbaikan dari
triwulan sebelumnya, dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,63% (qtq). Pertumbuhan
penyaluran kredit di sektor rumah tangga, secara nominal cukup menggembirakan dimana tingkat
kredit macetnya pun masih cukup terjaga dalam kondisi aman. Hal ini perlu terus dipertahankan
namun secara perlahan kredit konsumtif harus mulai diarahkan kepada kredit modal kerja ataupun
kredit investasi yang lebih produktif.
Kualitas kredit yang disalurkan untuk sektor rumah tangga berada pada kategori aman. NPL
total kredit sektor ini menurun dibanding triwulan II tahun 2014 yaitu menjadi sebesar 0,74%. NPL
kredit kepemilikan rumah atau KPR, kepemilikan kendaraan bermotor atau KKB, kredit multiguna
dan kredit rumah tangga lainnya masing-masing berada pada kisaran 1%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kredit sektor rumah tangga masih sehat.
Grafik 4.9Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga
61
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
4.2.3 Pengembangan Akses Keuangan
Pada triwulan III 2014, penyaluran kredit kepada UMKM terkoreksi sebesar -1,91% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit UMKM
terpantau berfluktuasi yaitu turun pada November 2012 hingga Juli 2013 dan mulai terakselerasi
tinggi pada Agustus 2013 hingga Februari 2014. Perlambatan kembali terjadi pada Maret 2014
dan terus berlangsung hingga akhir triwulan laporan. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit
yang disalurkan oleh perbankan adalah sebesar 28,16% atau Rp1,39 triliun. Dari total dana
tersebut, sebanyak 71,63% tecatat sebagai modal kerja dan 28,37% digunakan untuk investasi.
Dari sisi kulitas, NPL kredit UMKM tergolong tinggi yaitu sebesar 7,74%, naik dari triwulan
sebelumnya yang sebesar 7,24%. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan harus lebih berhati-
hati dalam menyalurkan dana kreditnya, namun pemerintah daerah juga harus ikut membantu
menyiapkan UMKM di daerahnya agar feasible dan bankable serta mampu mengembalikan kredit
dari perbankan sehingga terdapat interaksi positif antara perbankan dengan pelaku UMKM. Jika
hal ini berlangsung, maka akan menumbuhkan kepercayaan perbankan untuk lebih memperluas
penyaluran dana/kredit ke UMKM mengingat saat ini share kredit UMKM masih belum terlalu
optimal.
Grafik 4.10Pangsa Kredit UMKM
62
BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKANHALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
63
5.1 Kondisi Umum
Pada triwulan III 2014 aliran uang kartal di Maluku Utara menunjukkan net outflow. Kondisi ini
menunjukan bahwa jumlah uang kartal yang ditarik oleh perbankan/masyarakat (bayaran,
penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk ke khasanah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (setoran, penukaran, kas keliling).
Pada akhir triwulan laporan terdapat 5.084.385 lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk
ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun 9,99% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 10,49% (qtq) dibandingkan triwulan II 2014.
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Maluku Utara selama triwulan III 2014 sebanyak 4 lembar, turun dibandingkan triwulan II 2014
yang sebanyak 9 lembar.
5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Aliran uang kartal pada triwulan III 2014 di Maluku Utara menunjukkan net outflow (uang yang
keluar lebih besar daripada jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat
sebesar Rp319,10 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp504,67 miliar sehingga
menghasilkan net outflow sebesar Rp185,56 miliar. Kondisi ini sesuai dengan data historis aliran
uang kartal di Maluku Utara yang selalu menunjukkan data netoutflow pada triwulan III (grafik
5.1).
BAB V. SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG
64
BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG
Grafik 5.1Aliran Uang Kartal di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Grafik 5.2Perkembangan Aliran Uang Kartal (yoy) di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (inflow)
mengalami penurunan sebesar 2,79% (yoy), namun meningkat 76,17% (qtq) jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow) mengalami penurunan
sebesar 30,13% (yoy) namun meningkat 22,33% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Sedangkan data net inflow/outflow menunjukkan penurunan sebesar 52,91% (yoy)
jika dibandingkan dengan triwulan III 2013.
Secara series bulanan, selama triwulan laporan tercatat adanya net ouflow. Pada bulan Juli 2014,
mengalami net outflow tertinggi yakni sebesar Rp389,09 miliar namun turun 5,58% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Uang yang keluar pada triwulan III
2014 lebih banyak dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercermin dari net outflow sebesar
Rp504,67 miliar. Terdapat beberapa faktor yang mendorong rutinitas net outflow di Maluku Utara
diantaranya adalah tingginya tingkat konsumsi di Malut yang juga didorong oleh tingginya level
harga barang dan jasa sehingga berdampak terhadap tingginya kebutuhan masyarakat akan uang
kartal. Belum populernya transaksi non tunai (menggunakan kartu) di Malut juga ikut andil dalam
mendorong terjadinya net outflow. Hal ini disebabkan masih terbatasnya tempat perbelanjaan atau
transaksi yang menyediakan layanan pembayaran menggunakan kartu baik kartu debit, kartu
kredit, atau alat pembayaran dengan kartu lainnya.
Lebih besarnya outflow daripada inflow pada triwulan III 2014 menunjukkan bahwa permintaan
uang tunai dari masyarakat meningkat. Kondisi ini didorong oleh naiknya tingkat konsumsi
masyarakat seiring naiknya harga berbagai kebutuhan di periode tersebut. Namun demikian,
diharapkan ke depan masyarakat semakin mengurangi penggunaan uang tunai dan mulai beralih
65
BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG
ke uang elektronik. Transaksi dengan menggunakan kartu atau less cash society baik berupa kartu
debit, kredit atau fasilitas transfer akan terus didorong agar semakin meningkat, sehingga:
1. Permintaan uang kartal di Maluku Utara akan semakin berkurang sehingga jumlah uang yang
harus disediakan Bank Indonesia juga berkurang dan pada akhirnya dapat mengurangi biaya
pencetakan uang,
2. Penghematan dari biaya pencetakan uang tersebut dapat dialihkan untuk optimalisasi
pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia,
3. Selain itu, Bank Indonesia akan lebih mudah dalam melakukan tracking kegiatan perekonomian
melalui sistem pembayaran yang dikelola oleh Bank Indonesia.
5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara secara rutin melaksanakan kegiatan
pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) dalam rangka melaksanakan kebijakan clean
money policy. Proses pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan
yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin
ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.
Selama triwulan laporan terdapat 5.084.385 lembar UTLE yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara, naik 49,31% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya atau naik sebesar 10,49% (qtq) jika dibandingkan triwulan II 2014. Penurunan jumlah
UTLE dibandingkan tahun lalu mencerminkan tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
memperlakukan uang rupiah dengan baik sebagai alat tukar resmi di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) semakin meningkat. Hal ini dipicu oleh sosialisasi cara memperlakukan
uang yang secara intensif dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
kepada masyarakat. Melalui sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat mampu memperlakukan
uang rupiah dengan lebih baik lagi, sehingga memperpanjang usia edarnya dan pada akhirnya
dapat menekan biaya pembuatan.
66
BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG
Grafik 5.3Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Tabel 5.1Kegiatan Kas Keliling Triwulan III 2014
Untuk menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, selain melakukan pemusnahan UTLE juga
melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi
Maluku Utara.
67
BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG
Grafik 5.4Perkembangan Temuan Uang Palsu
5.2.3 Perkembangan Uang Palsu di Maluku Utara
Pada triwulan III 2014, ditemukan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Maluku Utara sebanyak 4 lembar, jumlah ini menurun dibandingkan triwulan II 2014 yang
sebanyak 9 lembar atau turun 44% (yoy). Jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan
laporan sama jumlahnya dengan temuan pada triwulan yang sama di tahun 2013.
Bank Indonesia secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan meminimalisir temuan
uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik modern maupun
tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau kepada Pemerintah Daerah.
Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-
ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
5.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai
Kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi semakin
meningkat seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian domestik. Sistem pembayaran
non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien.
Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk
melakukan transaksi non-tunai. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non-tunai
masyarakat dengan menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara RTGS pada
0
100
200
300
400
500
600
0
5
10
15
20
25
30
35
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013 2014
Pecahan Rp 100,000
Pecahan Rp 20.000
Pecahan Rp 50.000(aksis kanan)
68
BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG
Tabel 5.2Perkembangan Perputaran Kliring
Tabel 5.3Perkembangan Cek/BG
dasarnya merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan
menggunakan RTGS, pemindahan dana dapat dilakukan secara elektronik dan real time (segera).
5.3.1 Perkembangan Kegiatan Kliring
Maluku Utara sebagai wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, pada
triwulan laporan mencatatkan kegiatan kliring sebesar Rp214,9 miliar, turun 24,08% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya serta turun 34,41% (qtq) jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, rasio kliring pengembalian terhadap kliring
penyerahan menunjukkan peningkatan baik secara jumlah maupun nominal jika dibandingkan
dengan triwulan II 2014.
Secara point to point, terjadi kenaikan rasio cek/BG penyerahan dengan cek/BG kosong sebesar
34,9% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, atau naik sebesar
14,38% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Cek/BG kosong yang diterima oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara selama triwulan laporan sebanyak 41
lembar dari 3451 lembar cek/BG yang diserahkan, berkurang 10,87% (yoy) jika dibandingkan
dengan triwulan III 2013 atau 32,79% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika
melihat perkembangan cek/BG yang ditransaksikan selama triwulan laporan, maka terlihat adanya
penurunan sebesar 33,93% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 atau turun 41,24%
(qtq) jika dibandingkan dengan triwulan II 2014. Penurunan jumlah cek/BG yang ditransaksikan
pada triwulan III 2014 ini, menandakan kegiatan perekonomi Maluku Utara mengalami
Jumlah(Lembar)
Nominal(Rp. Juta)
Jumlah(Lembar)
Nominal(Rp. Juta)
Jumlah(Lembar)
Nominal(Rp. Juta)
2012 I 3897 211910 63 3085 1.62% 1.46% 2012 I 3897 41 1.05%
II 4435 257848 55 5135 1.24% 1.99% II 4435 45 1.01%
III 4300 252040 54 3333 1.26% 1.32% III 4300 43 1.00%
IV 4494 267867 56 4375 1.25% 1.63% IV 4494 45 1.00%
2013 I 4425 288402 62 6605 1.40% 2.29% 2013 I 4425 45 1.02%
II 4831 297481 66 5751 1.37% 1.93% II 4831 51 1.06%
III 5223 283180 51 2346 0.98% 0.83% III 5223 46 0.88%
IV 5611 334277 63 3501 1.12% 1.05% IV 5611 46 0.82%
2014 I 5145 305206 37 1284 0.72% 0.42% 2014 I 5145 27 0.52%
II 5873 327765 76 3458 1.29% 1.06% II 5873 61 1.04%
III 3451 214995 53 8130 1.54% 3.78% III 3451 41 1.19%
Growth yoy -33.93% -24.08% 3.92% 246.46% 57.28% 356.34% Growth yoy -33.93% -10.87% 34.90%
Tw III 2014 qtq -41.24% -34.41% -30.26% 135.10% 18.68% 258.41% Tw III 2014 qtq -41.24% -32.79% 14.38%
Periode PeriodeCek/BG
Penyerahan(lembar)
Cek/BGKosong(lembar)
Rasio
Perputaran KliringPenyerahan
Perputaran KliringPengembalian
Rasio PengembalianTerhadap Penyerahan
69
BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG
perlambatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan
sebelumnya.
Sebagai penjelasan tambahan, penolakan kliring dapat terjadi karena bank tertagih tidak bersedia
membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut:
1. Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila
warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,
endorsement tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan tidak sama
dengan spesimen atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik,
salah pengisian pada kolom-kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama pemegang
rekening tidak sesuai,
2. Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk jumlah tidak sama dengan penulisan
jumlah dalam huruf,
3. Terjadi pemblokiran oleh pihak-pihak yang berwenang,
4. Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan
memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya kejadian kembali berulang,
maka nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank-bank peserta kliring
sampai permasalahan tersebut diselesaikan menurut peraturan yang berlaku).
5.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Perkembangan sebuah provinsi antara lain ditandai dengan bertambahnya volume
perekonomiannya seperti penggunaan fasilitas BI-RTGS sebagai sarana akhir transaksi pembayaran.
Selama triwulan III 2014 untuk transaksi RTGS inflow, provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan
RTGS sebesar Rp1.031,31 miliar atau turun 43,07% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya dan naik 4,62% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sedangkan nilai transaksi RTGS outflow tercatat sebesar Rp888,10 miliar atau naik 2,32% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 4,41% (qtq) jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan demikian, maka kegiatan RTGS (from-to) pada
triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp260,78 miliar naik dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 11,93% (yoy) atau naik 5,00% (qtq).
70
BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG
Tabel 5.4Perkembangan RTGS
Grafik 5.5Perkembangan RTGS Kota Ternate
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa nilai RTGS inflow selalu lebih besar dibandingkan
dengan nilai RTGS outflow. Hal ini mencerminkan kegiatan perekonomian Maluku Utara
mengalami perkembangan yang positif (surplus).
Kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam, mengingat adanya kucuran dana
dari pemerintah pusat, kementerian maupun organisasi internasional, seperti Dana Alokasi Khusus,
Dana Alokasi Umum, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, bantuan dana pembangunan atau
pelaksanaan program untuk Provinsi Maluku Utara. Hal-hal tersebut bisa jadi yang menyebabkan
lebih tingginya nilai transaksi RTGS inflow dibandingkan outflow, selain karena memang
perekonomian Maluku Utara yang terus berkembang secara positif.
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
900.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
RTGS Outflow RTGS Inflow RTGS (From-To)
71
6.1 Kondisi Umum
Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2014 menunjukkan pertumbuhan
negatif ditinjau dari penambahan jumlah pengangguran. Kondisi ini terjadi seiring dengan naiknya
jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh bertambahnya jumlah angkatan kerja.
Jumlah pengangguran yang meningkat ini pada akhirnya menggiring turunnya tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) secara tahunan serta naiknya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi
Maluku Utara.
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan
Kondisi ketenagakerjaan Maluku Utara menunjukkan pertumbuhan positif pada Agustus
2014. Jumlah penduduk umur 15 tahun keatas di Maluku Utara pada Agustus 2014 mencapai
753.800 orang, bertambah sekitar 11.100 orang (1,49%) dari periode sebelumnya (Februari 2014)
atau bertambah sekitar 34.300 orang (4,77%) dari periode yang sama pada tahun sebelumnya
(Agustus 2013) yaitu sebanyak 719.497 orang. Namun, peningkatan ini tidak sejalan dengan
turunnya jumlah angkatan kerja pada Agustus 2014 sebesar 2,41% (sekitar 11.900 orang) dari
periode sebelumnya (Februari 2014) atau dari sekitar 493.400 pada bulan Februari 2014 orang
menjadi sekitar 481.500 orang pada Agustus 2014. Walaupun demikian, secara Year-on-Year
jumlah angkatan kerja naik sebesar 3,94% (sekitar 18.257 orang) dari Agustus 2013 ke Agustus
2014. Hal tersebut dikarenakan pada periode Agustus 2014 terjadi kenaikan pada bukan angkatan
kerja sebesar 9,18% atau sebesar 22.900 orang dari jumlah pada periode Februari 2014 dengan
total 249.400 orang. Walaupun demikian, secara Year-on-Year pada bulan Agustus 2014 tetap
naik sebesar 6,26% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kondisi pertumbuhan ini
dinilai semakin produktif dengan turunnya rasio pengangguran dari total penduduk diatas 15
tahun yakni dari 3,76% pada bulan Februari 2014 menjadi 3,38% pada bulan Agustus 2014. Akan
tetapi, rasio pengangguran pada bulan Agustus 2014 ini mengalami peningkatan cukup tinggi
apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (Agustus 2013) yaitu
sebesar 2,49%.
BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Naiknya jumlah pengangguran di Maluku Utara masih dipicu oleh dampak dari implementasi UU
Minerba pada awal tahun 2014 terhadap sebagian besar perusahaan tambang yang tersebar di
seluruh Maluku Utara.
.
Indikator
Penduduk 15Tahun Keatas 66
Angkatan Kerja 42
Bekerja 39
Pengangguran 2
Bukan AngkatanKerja
24
TPAK 63
TPT 6
Sumber : BPS Prov
Angkatan kerja p
diatas 15 tahun.
sebanyak 9.500
dicermati bahwa w
dibandingkan bula
456.000 orang, na
yakni dari 61,90%
Dalam satu tahun
tidak serta merta
TPAK Agustus 20
64,35 persen. Ha
Kerja (AK) ternyata
(BAK). Turunya TP
pendidikan ke jenj
keatas yang statu
sebanyak 11.3 ribu
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara
72
2010 2011 2012 2013 2014
Feb Agst Feb Agst Feb Agst Feb Agst Feb Agst
9,578 672,360 679,860 687,284 694,784 702,529 710,252 719,497 742,700 753,800
2,166 437,758 477,524 463,604 471,222 466,110 482,266 463,243 493,400 481,500
6,715 411,361 450,688 437,870 446,213 443,946 455,680 445,359 465,500 456,000
5,451 26,397 26,836 25,734 25,009 22,164 26,586 17,884 27,900 25,500
7,412 234,602 202,336 223,680 223,562 236,419 227,986 256,254 249,400 272,300
.0% 65.1% 70.2% 67.5% 67.8% 66.3% 67.9% 64.4% 66.4% 63.9%
.0% 6.0% 5.6% 5.6% 5.3% 4.8% 5.5% 3.9% 5.7% 5.3%
insi Maluku Utara, diolah
roduktif terpantau tumbuh negatif seiring bertambahnya jumlah penduduk
Terjadi penurunan pada angkatan kerja yang bekerja sebesar 2,04% atau
orang pada Agustus 2014 jika dibandingkan dengan Februari 2014. Perlu
alaupun secara YoY terjadi penambahan jumlah angkatan kerja yang bekerja
n Agustus 2013 yakni sebesar 2,39% atau sebanyak 10.641 orang menjadi
mun rasio dari angkatan kerja yang produktif cenderung mengalami penurunan
pada bulan Agustus 2013 menjadi 60,49% pada Agustus 2014.
terakhir (Agustus 2013 - Agustus 2014), perubahan pada jumlah angkatan kerja
mendorong peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebaliknya
14 justru turun menjadi 63,88 persen dibanding TPAK Agustus 2013 sebesar
l ini dimungkinkan karena penambahan pada kelompok penduduk Angkatan
lebih rendah dari peningkatan pada kelompok penduduk Bukan Angkatan Kerja
AK ini ditengarai disebabkan meningkatnya penduduk 15+ yang melanjutkan
ang yang lebih tinggi dibanding masuk pasar kerja. Jumlah penduduk 15 tahun
s bersekolah selama setahun terakhir (Agustus 2013 –Agustus 2014) naik
orang. Pola perkembangan ini dijumpai serupa selama beberapa tahun terakhir.
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Berdasa
Maluku
separuh
sebanya
tertingg
jika diba
2.373 o
oleh sek
dan jasa
13.0% t
pertania
agar tid
pendudu
belum m
profesi l
73
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
rkan struktur sebarannya, sektor pertanian masih menjadi pilihan utama penduduk
Utara. Walaupun sempat terjadi fluktuasi, namun sektor ini hampir selalu menyerap
dari total tenaga kerja di Malut. Data per Agustus 2014 menunjukkan bahwa 52,5% atau
k 239.500 orang penduduk Maluku Utara berkecimpung di sektor yang memiliki andil
i terhadap PDRB Maluku Utara ini. Terjadi kenaikan sebanyak 7,59% atau 16.900 orang
ndingkan dengan Februari 2014 namun mengalami penurunan sebesar 0.98% (sekitar
rang) jika dibandingkan dengan Agustus 2013. Sedangkan posisi kedua dan ketiga diisi
tor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan, dan sektor perdagangan, rumah makan
akomodasi yang masing-masing berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 18.5% dan
enaga kerja yang tersedia. Jika ditilik lebih jauh lagi, pergeseran jumlah tenaga kerja sektor
n ke sektor lainnya mulai terlihat, sehingga hal ini harus menjadi perhatian pemerintah
ak terjadi gangguan produksi bahan pangan karena semakin berkurangnya minat
k untuk menjadi petani. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan petani yang
emenuhi harapan masyarakat terutama kaum pemuda sehingga mereka lebih memilih
ain sebagai mata pencaharian.
56.00%
58.00%
60.00%
62.00%
64.00%
66.00%
68.00%
620,000
640,000
660,000
680,000
700,000
720,000
740,000
760,000
2010 2011 2012 2013 2014
Penduduk 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja (%) - Kanan Angkatan Kerja yang Bekerja (%) - Kanan
Grafik 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 5 Tahun Terakhir
74
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Tabel 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
Grafik 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral diMaluku Utara Agustus 2014
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapati dua jenis kelompok utama
tenaga kerja terkait kegiatan ekonomi yang dilakukan yaitu kegiatan formal dan informal.
Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan
buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus
diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka
didapatkan sebanyak 3.4% masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja formal dan sisanya
sebanyak 96.6% sebagai pekerja informal. Persentase pekerja formal di Maluku Utara turun baik
jika dibandingkan dengan Agustus 2013 maupun jika dibandingkan dengan Februari 2014. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat kemandirian ekonomi dalam masyarakat semakin menurun karena
semakin bergantung dengan ketersediaan lapangan pekerjaan formal.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
52.5%
18.5%
13.0%
5.7%
5.0%
2.8%
1.4%
0.8%
0.3%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0%
Pertanian
Jasa Kemasyarakatan
Perdagangan
Transportasi
Konstruksi
Industri Pengolahan
Pertambangan
Lembaga Keuangan
Listrik, Gas dan Air Minum
Status Pekerjaan Utama2012 2013 2014
Feb Agts Feb Agts Feb Agts
Berusaha Sendiri 93.3 94.3 95.9 108.4 103.0 103.6Berusaha dibantu buruh tidak tetap 92.5 90.7 99.1 80.0 99.7 94.1Berusaha dibantu buruh tetap 13.4 12.9 12.7 13.1 9.1 15.3Buruh/Karyawan 119.4 113.8 150.3 120.4 149.1 122.9Pekerja bebas di pertanian 13.0 15.8 10.0 15.7 13.6 12.9Pekerja bebas di nonpertanian 5.9 7.2 10.0 8.0 10.1 11.7Pekerja keluarga/tak dibayar 108.6 109.3 87.6 109.3 80.9 95.5
446.1 444.0 465.6 454.9 465.5 456.0
Berdasarkan Sakernas
Pekerja Formal 3.0% 2.9% 2.7% 2.9% 2.0% 3.4%Pekerja Informal 97.0% 97.1% 97.3% 97.1% 98.0% 96.6%
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
6.3 Pengangguran
Pengangguran merupakan indikator utama dari bidang ketenagakerjaan dan kesejahteraan.
Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan ditambah
penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tapi
belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas serta jumlah total angkatan kerja yang naik pada
Agustus 2014 diikuti oleh naiknya jumlah pengangguran yang diakibatkan oleh beberapa hal
seperti berhenti beroperasinya sebagian besar perusahaan tambang di Maluku Utara sehingga
puluhan ribu pegawai harus dirumahkan. Jumlah pengangguran meningkat tajam jika
dibandingkan dengan Agustus 2013 yaitu sebesar 41,67% atau sebanyak 7,5 ribu orang. Jika
dibandingkan dengan Februari 2013, jumlah pengangguran di Maluku Utara turun 8,6% atau
sebanyak 2,4 ribu orang. Sementara itu, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku
Utara juga meningkat seiring semakin banyaknya jumlah angkatan kerja. Agustus 2014, TPT di
Malut sebesar 5,30% atau naik 1,5% jika dibandingkan dengan Agustus 2013 dan terpantau
turun 0,4% jika dibandingkan dengan Februari 2014.
Bertambah
angkatan k
turun 2,6%
berhenti be
pengolahan
Grafik 6.3 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara
a
nya jumlah peng
erja yang terpanta
jika dibandingkan
roperasi dan tutupn
biji nikel atau sme
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utar
75
angguran di Maluku Utara berujung pada tingkat partisipasi
u turun sebesar 0,5% jika dibandingkan dengan Agustus 2013 dan
dengan Februari 2014. Bertambahnya jumlah pengangguran pasca
ya sebagian besar perusahaan tambang sembari menunggu pabrik
lter rampung dibangun sudah diprediksi sejak akhir triwulan IV 2013
76
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
mengingat perusahaan sudah berancang-ancang untuk merumahkan para pekerjanya. Sehingga
naiknya jumlah pengangguran sebesar 41,67% jika dibandingkan dengan Agustus 2013
merupakan suatu yang wajar. Selain pekerja dari sektor pertambangan yang terkena dampak dari
UU Minerba, sektor-sektor lain yang menopang kegiatan operasional sektor pertambangan pun
ikut terkena imbasnya berupa penurunan permintaan barang dan jasa dari sektor tersebut secara
signifikan sehingga mempengaruhi perekonomian penduduk dan pengusaha yang berada didaerah
lingkar tambang serta mereka yang selama ini menjadi pemasok barang dan jasa bagi sektor
pertambangan.
6.4 Nilai Tukar Petani (NTP)
Pada akhir triwulan III 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara turun dibandingkan t
sebwulan sebelumnya, yaitu berada pada level 104,09. Posisi NTP September 2014 tercatat
turun tipis sebesar -0,19% (qtq) namun naik 5,17% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Kenaikan NTP pada September 2014 disebabkanindeks harga hasil
produksi pertanian mengalami peningkatan yang lebih rendah dibandingkan peningkatan indeks
harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi
pertanian. Turunnya NTP Provinsi Maluku Utara pada September 2014 disebabkan oleh turunnya
NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,55%.
Terdapat 4 (empat) subsektor yang menahan laju penurunan NTP Malut lebih dalam. Keempat
NTP subsektor tersebut adalah NTP Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 1,09%, NTP Subsektor
Hortikultura naik sebesar 0,78%, NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,61%, dan NTP
Subsektor Perikanan naik sebesar 0,82%.
NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih tinggi daripada NTP Nasional, bahkan tertinggi ke-2 di
di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Pada
September 2014, dari 10 provinsi di wilayah Sulampua, delapan provinsi sudah memiliki NTP diatas
batas bawah kesejahteraan, dimana Maluku Utara merupakan salah satunya. Sedangkan dua
provinsi lainnya yaitu Sulawesi Utara dan Papua memiliki NTP dibawah batas bawah kesejahteraan.
Sedangkan jika dibandingkan dengan NTP Nasional yang sebesar 102,36, maka NTP Maluku Utara
bersama dua provinsi lain sudah berada diatas NTP nasional sedangkan tujuh provinsi lainnya masih
dibawah level nasional.
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Grafik 6.4Perkembangan NTP Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Nilai Tukar Peta
Sumber : BPS Provinsi Malu
1 Sulawesi Selata2 Maluku Utara3 Sulawesi Barat4 NASIONAL5 Sulawesi Tenga6 Gorontalo7 Sulawesi Tengg8 Papua Barat9 Maluku10 Sulawesi Utara11 Papua
ProvinsiNo
Tabel 6.3ni (NTP) Wilayah SulampuaSulampua
77
ku Utara, diolah
Agustus September Perubahan2014 2014 (%)
n 105.28 105.16 -0.11104.15 104.09 -0.06102.74 103.37 0.62102.06 102.36 0.3
h 102.71 102.26 -0.44101.66 101.79 0.12
ara 101.57 101.64 0.06100.29 100.72 0.42101.08 100.43 -0.6499.75 99.87 0.1297.26 97.08 -0.18
NTP
78
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara Per Subsektor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Agustus September Perubahan2014 2014 (%)
1. Tanaman Pangana. Indeks yang Diterima (It) 112,99 114,43 1,27b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,84 111,03 0,18c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 101,95 103,06 1,092. Hortikulturaa. Indeks yang Diterima (It) 120,30 121,48 0,98b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,45 110,67 0,20c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 108,92 109,77 0,783. Tanaman Perkebunan Rakyata. Indeks yang Diterima (It) 112,75 111,13 -1,44b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,51 110,64 0,11c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 102,03 100,45 -1,554. Peternakana. Indeks yang Diterima (It) 117,15 118,02 0,74b. Indeks yang Dibayar (Ib) 107,88 108,02 0,13c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 108,60 109,26 0,615. Perikanana. Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 110,15 111,18 0,94b. Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 109,90 110,03 0,12c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 100,23 101,05 0,825.1 Perikanan Tangkap
a. Indeks yang Diterima Nelayan (It) 109,12 110,21 1,00b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 109,81 109,94 0,12c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 99,37 100,25 0,88
5.2 Perikanan Budidayaa. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 120,98 121,36 0,31b. Indeks yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 110,84 110,98 0,13c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 109,15 109,36 0,19
Gabungan/Maluku Utaraa. Indeks yang Diterima (It) 114,74 114,84 0,09b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,17 110,33 0,15c. Nilai Tukar Petani (NTP) 104,15 104,09 -0,06
PeriodeSubsektor
79
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Tabel 6.5 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
6.5 Tingkat Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada Maret 2014 mencapai 82,64 ribu orang
(7,30%), turun 2,9 ribu orang (0,34%) dibandingkan dengan September 2013 yang sebesar 85,58
ribu orang (7,64%). Persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama periode enam tahun
terakhir (2009-2014) secara umum terus mengalami penurunan. Dari sisi jumlah, mengalami
penurunan selama Maret 2009 hingga September 2012. Kondisi ini terjadi baik di daerah
perkotaan maupun di daerah perdesaan.
Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya penduduk miskin di daerah perdesaan dari 74,56 ribu
orang (9,19%) pada September 2013 menjadi 70,45 ribu orang (8,56%) pada Maret 2014.
Namun demikian, kemiskinan daerah perkotaan di Maluku Utara justru mengalami kenaikan dari
11,02 ribu orang (3,56%) pada September 2013 menjadi 12,19 ribu orang (3,95%) pada Maret
2014.
Garis Kemiskinan sangat mempengaruhi jumlah penduduk miskin, karena penduduk dapat
dikatakan miskin apabila memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). Komoditas makanan di Maluku Utara masih
memiliki peranan terhadap garis kemiskinan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan
komoditas non-makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Selama
periode September 2013 – Maret 2014, Garis Kemiskinan Maluku Utara naik sebesar 1,52%, yaitu
dari Rp291.352 per kapita per bulan pada September2013 menjadi Rp295.787 perkapita per bulan
pada Maret 2014. Kenaikan ini terjadi baik pada Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada
Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). Besarnya tingkat pengeluaran garis kemiskinan Maluku
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+DesaSeptember 2011 8,57 98,74 107,31 2,95 12,61 10,00 251.429 215.409 225.242 0,15 1,50 1,13 0,01 0,28 0,21Maret 2012 7,57 84,35 91,91 2,55 10,69 8,47 268.729 232.109 242.112 0,28 1,82 1,40 0,09 0,46 0,36September 2012 8,75 79,62 88,36 2,92 9,98 8,05 276.117 240.447 250.184 0,08 1,14 0,85 0,00 0,20 0,14Maret 2013 9,16 74,04 83,20 2,99 9,22 7,50 284.374 248.026 258.060 0,31 0,95 0,78 0,05 0,18 0,14September 2013 11,02 74,56 85,58 3,56 9,19 7,64 317.176 281.482 291.352 0,27 1,13 0,89 0,04 0,21 0,16Maret 2014 12,19 70,45 82,64 3,95 8,56 7,30 321.231 286.242 295.787 0,43 1,35 1,10 0,07 0,33 0,26Keterangan:P1 = Indeks Kedalaman KemiskinanP2 = Indeks Keparahan Kemiskinan
PeriodeJumlah Penduduk Miskin
(ribu)Persentase Penduduk
Miskin (%)Garis Kemiskinan(Rp/Kapita/Bulan)
P1 (%) P2 (%)
80
BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Utara masih cukup jauh dari besarnya tingkat biaya hidup di Kota Ternate yang berdasarkan hasil
Survei Biaya Hidup tahun 2012 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp6.427.357 dimana
Kota Ternate merupakan kota dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Jayapura.
Selain kenaikan pada GKM, pada periode yang sama juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin juga semakin besar. Pada periode September 2013 – Maret 2014,
indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) mengalami peningkatan.
Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 0,89 pada September 2013 menjadi 1,102 pada Maret
2014. Sementara, indeks keparahan kemiskinan juga mengalami peningkatan dari 0,162 menjadi
0,257 pada periode yang sama. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah
perkotaan masih lebih baik dibandingkan dengan daerah perdesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari
jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan yang masih jauh diatas jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan.
Tabel 6.6 Perkembangan Garis Kemiskinan di Provinsi Maluku Utara
GKM GKNM GKM+GKNMPerkotaanSeptember 2013 234.818 82.358 317.176Maret 2014 238.068 83.164 321.231PerdesaanSeptember 2013 226.540 54.942 281.482Maret 2014 228.820 57.422 286.242Perkotaan+PerdesaanSeptember 2013 228.829 62.523 291.352Maret 2014 231.343 64.444 295.787
KeteranganGKM: Garis Kemiskinan MakananGKNM: Garis Kemiskinan Non Makanan
Garis Kemiskinan(Rp/Kapita/Bulan)Daerah/Tahun
81
Dengan potensi sumber daya yang melimpah serta pasar yang semakin berkembang,
Provinsi Maluku Utara menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi beragam sektor usaha, mulai
dari perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, industri pengolahan,
keuangan dan jasa perusahaan, pertanian, dan lainnya. Namun demikian hampir setiap sektor
usaha tersebut menggunakan BBM yang memiliki porsi dominan sebagai sumber energi dan
sumber daya manusia seperti tenaga kerja. BBM sendiri dapat berkontribusi sebesar 50% terhadap
total biaya operasional perbulan yang dikeluarkan beberapa perusahaan sektor pengangkutan dan
komunikasi, sedangkan perusahaan di sektor lainnya mengeluarkan biaya untuk BBM sebesar 10%
dari total biaya. Sementara biaya tenaga kerja memiliki porsi sebesar 20% dalam struktur biaya
mayoritas perusahaan. Dengan demikian, kedua isu mengenai kenaikan kedua komponen biaya
pelaku usaha ini perlu dikaji.
Berdasarkan hasil liaison sebagian besar perusahaan tidak mendapatkan kendala terkait
perolehan BBM. Dalam distribusi BBM, perusahaan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)
dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi mendapat pasokan langsung dari Pertamina. Sedangkan
sejumlah perusahaan menemui hambatan dalam perolehan pasokan BBM, seperti Organda dan
Kelompok Tani Tanjung Selatan, dikarenakan keterbatasan SPBU di Maluku Utara.
Sejumlah perusahaan sektor PHR menggunakan sedikitnya 200 liter BBM per bulan (hotel),
hingga 1.000 liter/bulan (perbelanjaan). Tingginya kebutuhan BBM, menyebabkan kenaikan harga
BBM memberikan dampak negatif, terutama bagi pelaku usaha di sektor Pengangkutan dan
Komunikasi yang akan merasakan dampak paling signifikan akibat kebijakan tersebut.
Dari hasil survei dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia, sebanyak 57% responden
setuju dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, sementara 43% lainnya menyatakan tidak setuju,
khususnya responden dari sektor PHR; sektor Pengangkutan dan Komunikasi; serta sektor Industri
Pengolahan yang akan terkena dampak langsung dari kenaikan harga BBM seperti kenaikan biaya
produksi.
Terkait dengan momentum kenaikan harga BBM, mayoritas dari pelaku usaha (47%)
menyampaikan bahwa waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi dilakukan pada
awal tahun 2015. Sebagian lainnya (40%) berpendapat pada bulan Maret 2015.
BOKS I. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Kenaikan UMP danProspek Investasi Maluku Utara
82
BOKS I. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi,Kenaikan UMP dan Prospek Investasi Maluku Utara
Berdasarkan hasil survei, batas angka kenaikan harga BBM yang masih dapat diakomodir
sebagian besar perusahaan adalah Rp. 500. Akan tetapi, apabila realisasi kenaikan harga BBM
mencapai Rp. 2000 hingga Rp. 3000 maka perusahaan di sektor industri pengolahan, PHR, serta
pengangkutan dan komunikasi akan mengalami kenaikan belanja bahan baku sebesar 20-40%.
Dengan demikian, dalam kisaran waktu 1-3 bulan setelah kenaikan harga BBM, sebagian besar
perusahaan terutama subsektor Perdagangan dan subsektor Pengangkutan akan memilih untuk
menaikkan harga jual dengan persentase kenaikan dapat melebihi 20%. Sebagian besar
perusahaan di luar sektor PHR, Pengolahan, serta Pengangkutan dan Komunikasi, akan menaikkan
harga jual di bawah 20%. Kemudian langkah antisipatif perusahaan diikuti dengan mencari
alternatif bahan baku yang lebih murah.
Perihal potensi kenaikan UMP 2015, sebagian besar pelaku usaha (62%) akan ikut
menyesuaikan dengan menaikkan gaji tenaga kerjanya, sementara lainnya masih belum dapat
memastikan karena masih mempertimbangkan kondisi usaha, permintaan, dan persaingan. Namun
demikian, hanya setengah dari responden yang akan menaikkan gaji tenaga kerjanya sebesar
persentase kenaikan UMP 2015. Dalam penetapan gaji karyawan, sebagaian besar perusahaan
tidak mempertimbangkan inflasi.
Sejumlah perusahaan telah memperhitungkan adanya potensi kenaikan UMP melebihi
perkiraan. Pada keadaan tersebut, menaikkan harga jual menjadi preferensi dibandingkan dengan
opsi mengganti tenaga kerja tetap dengan tenaga kerja harian, pengurangan tenaga kerja,
maupun otomatisasi produksi. Pertimbangan kenaikan harga jual adalah pengaruh kenaikan UMP
yang diperkirakan akan menurunkan margin, dengan penurunan terbesar dialami oleh contact di
sektor PHR dengan rata-rata penurunan margin sebesar 18,33%. Namun demikian, tidak ada
responden yang menunda rencana ekspansi, investasi, atau relokasi pabrik/kantor terkait dengan
kenaikan UMP 2015.
Kemudian, perlu ditinjau investasi yang telah dilakukan pelaku usaha untuk memperkirakan
prospek produksi ke depan, sehingga sedikit banyak dapat mengantisipasi biaya yang lebih tinggi
akibat kenaikan harga BBM maupun UMP 2015. Sebanyak 55% responden menyatakan bahwa
realisasi investasi belum mencapai target hingga bulan September 2014. Sementara 45%
responden lainnya menyatakan realisasi investasi mereka sudah mencapai target. Rata-rata
persentase realisasi investasi pelaku usaha yang mencapai target adalah 83,33% dari total investasi,
sementara rata-rata persentase dari pelaku usaha yang belum mencapai target adalah 62,13% dari
total investasi.
Untuk prospek investasi hingga akhir tahun, sebagian besar pelaku usaha di Maluku Utara
(48%) menyatakan prospek investasi pada tahun 2014 sama saja dibandingkan dengan tahun
83
BOKS I. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi,Kenaikan UMP dan Prospek Investasi Maluku Utara
sebelumnya. Alasan yang paling banyak mempengaruhi pandangan para pelaku usaha terkait
prospek investasi pada tahun 2014 terutama terkait dengan kondisi permintaan, diikuti oleh
ketentuan yang mengharuskan melakukan investasi, dan rencana ekspansi.
Dalam menjalankan kegiatan usaha, para pelaku usaha tentu mengantisipasi risiko bisnis.
Berdasarkan survei, secara umum risiko yang berasal dari dalam pelaku usaha di Maluku Utara
antara lain adalah masalah sumber daya manusia, rasio utang dan modal, dan upah minimum
pegawai. Sementara risiko yang berasal dari luar pelaku usaha antara lain adalah kebijakan
pemerintah, suplai bahan baku produksi, dan nilai tukar rupiah.
Beberapa hal yang menghambat sejumlah perusahaan untuk berinvestasi adalah kondisi
keuangan perusahaan belum memungkinkan, dan kondisi pasar sedang tidak kondusif. Sebanyak
55% dari total responden menyatakan sedang mendapatkan pembiayaan dari perbankan. Cukup
optimalnya pembiayaan perbankan dikarenakan pelaku usaha cukup merasa dimudahkan dalam
prosedur pengajukan pembiayaan perbankan. Sementara 45% dari responden tidak
memanfaatkan pembiayaan dari perbankan yang sebagian besar dikarenakan modal sendiri yang
dirasa sudah cukup untuk melakukan investasi.
Dari pelaku usaha yang mendapatkan pembiayaan dari perbankan, 55% memiliki rasio
utang terhadap modal yang relatif kecil (5-25%). Terdapat 9% responden yang memiliki rasio
utang terhadap modal pada rentang 25-50%. Sementara itu 36% lainnya memiliki rasio utang
terhadap modal yang melebihi 50%.
Sebagian besar dari pelaku usaha menilai pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah di
Maluku Utara belum cukup untuk mengakomodir peningkatan iklim investasi. Beberapa saran yang
diajukan oleh para pelaku usaha antara lain adalah melakukan pembangunan sarana dan prasarana
yang menunjang transportasi dan menjaga kestabilan harga.
Dari segi kebijakan pemerintah, sebagian besar dari pelaku usaha merasa masih belum
adanya kebijakan Pemerintah yang mampu mendorong peningkatan investasi. Menurut para
pelaku usaha, kebijakan dari Pemerintah yang perlu disiapkan untuk mendorong peningkatan
investasi di daerah antara lain pengawasan dan pengendalian harga, mempermudah birokrasi,
menjaga keamanan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
BOKS I. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi,Kenaikan UMP dan Prospek Investasi Maluku Utara
84
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
85
7.1 Prospek Perekonomian
Perekonomian Malut pada triwulan IV 2014 dan untuk tahun 2014, masing-masing diperkirakan
akan tumbuh pada level 6,11% - 6,55% (yoy) dan 6,11% - 6,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
angka nasional. Di sisi permintaan, permintaan domestik masih menjadi lokomotif utama ekonomi
Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor diprediksi terkoreksi lebih dalam dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya (baseline effect). Di sisi penawaran, sektor pertanian akan tumbuh
melandai seiring selesainya masa panen dan masuknya masa tanam di triwulan IV 2014. Cuaca di
triwulan IV yang berdasarkan jadwal tahunannya memasuki musim gelombang tinggi akan
mempengaruhi subsektor perikanan dan juga akan berdampak pada distribusi barang mengingat
topografi Maluku Utara yang merupakan provinsi kepulauan. Sementara itu, sektor keuangan,
khususnya perbankan, diprediksi tetap tumbuh stabil terlepas dari kebijakan suku bunga Bank
Indonesia namun masih dipengaruhi perekonomian dunia yang dalam tahap pemulihan pasca
krisis. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian adalah kebijakan quantitative easing (QE) Amerika
Serikat dan rebalancing ekonomi China.
Laju inflasi triwulan IV 2014 diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan III seiring
dengan tingginya permintaan diakhir tahun dan kenaikan tarif/harga oleh pemerintah seperti tarif
listrik dan bayang-bayang kenaikan harga BBM bersubsidi. Untuk itu, peran TPID diharapkan dapat
membantu menekan laju inflasi antara lain melalui terjaganya jumlah pasokan dan kelancaran
distribusi barang baik dari atau ke Maluku Utara serta antar kabupaten/kota di dalam Provinsi
Maluku Utara.Grafik 7.1
Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya
BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN
6.41
6.55
6.11
5.10
5.50
0
1
2
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IVP
2012 2013 2014
Malut (Baseline) Malut (Optimis)
Malut (Pesimis) Nasional (Batas Bawah)
Nasional (Batas Atas)
86
BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN
7.2 Outlook Kondisi Makroekonomi Regional
Perekonomian Malut pada triwulan IV 2014 diperkirakan masih didorong oleh tingkat permintaan
domestik yang tinggi dan masih tumbuh positif di kisaran 6,11% - 6,55% (yoy). Dari sisi
permintaan, konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama. Sementara konsumsi
pemerintah berupa pembangunan berbagai infrastruktur diharapkan dapat berjalan sesuai target
sehingga akan membantu memperlancar konektivitas antar daerah di Maluku Utara dan mampu
menopang kegiatan perekonomian serta mendorong laju investasi. Selain itu, kondisi Malut yang
kondusif baik dari sisi politik, sosial, dan keamanan harus dapat dipertahankan untuk tetap
menjaga kelancaran berbagai kegiatan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabil
dan inklusif. Dari sisi produksi, sektor pertanian diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif
namun termoderasi dari triwulan sebelumnya seiring berakhirnya masa panen dan masuknya masa
tanam pada triwulan IV 2014.
Sementara itu, permintaan luar negeri terhadap hasil tambang masih belum bisa terpenuhi seiring
masih berjalannya proses pembangunan smelter di Maluku Utara. Namun demikian, tingkat
permintaan luar negeri terhadap komoditas asal Maluku Utara tetap tinggi meskipun
perekonomian dunia masih dalam masa recovery.
7.2.1 Sisi Permintaan
Pada triwulan IV 2014, komponen sisi permintaan diproyeksikan meningkat secara nominal
dibandingkan dengan triwulan III 2014. Peningkatan terjadi pada komponen konsumsi, baik
konsumsi masyarakat maupun konsumsi pemerintah, serta investasi seiring dengan pembangunan
di Malut yang masih mengandalkan investasi pemerintah akibat masih minimnya infrastruktur
dasar. Namun demikian, perbaikan kondisi infrastruktur ini akan membawa dampak positif
terhadap perkembangan kegiatan perekonomian di Maluku Utara serta investasi swasta baik yang
bersumber dari domestic direct investment (DDI) maupun foreign direct investment (FDI).
Kinerja komponen konsumsi masyarakat diperkirakan meningkat pada triwulan IV 2014 sebesar
5,20%-5,50% didorong oleh permintaan yang tinggi diakhir tahun serta ekspektasi konsumen
yang tumbuh positif. Konsumsi masyarakat di triwulan IV 2014 diperkirakan meningkat seiring
dengan optimisme masyarakat terhadap perekonomian Maluku Utara ditengah perlambatan
ekonomi yang sedang terjadi di tingkat nasional. Konsumsi pemerintah juga diperkirakan tumbuh
positif seiring dengan penyerapan dana APBD dan APBN melalui program-program pembangunan
BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN
pemerintah. Terlebih lagi mengingat kinerja penyerapan anggaran APBD yang masih rendah hingga
triwulan III sehingga triwulan IV diperkirakan akan terjadi realisasi yang tinggi.
Kondisi ekonomi konsumen di Maluku Utara pada triwulan IV 2014 diperkirakan membaik
dibandingkan triwulan laporan meskipun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV
diperkirakan sebesar 107,39, lebih rendah dari triwulan laporan (113,85) yang berarti tingkat
optimisme konsumen lebih rendah dibandingkan dengan triwulan laporan. Indeks perkiraan
pendapatan rumah tangga diperkirakan sebesar 107,63, lebih rendah dari triwulan laporan yang
sebesar 119,63. Selain itu, rencana pembelian barang durable good pada triwulan IV 2014 tercatat
sebesar 106,95 yang berarti tingkat konsumsi masyarakat masih pada level yang tinggi sehingga
diharapkan dapat menopang perkembangan ekonomi Maluku Utara.
K
K
p
b
T
p
lia
te
p
d
-3.10%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
96
98
100
102
104
106
108
110
112
114
116
I II III IV I II III IV I II III IVP
2012 2013 2014
ITK g_yoy (RHS)
-3.07%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
90
95
100
105
110
115
120
125
I II III IV I II III IV I II III IVP
2012 2013 2014
IPRT g_yoy (RHS)
Grafik 7.2Perkembangan ITK Malut dan Proyeksinya
Grafik 7.3Perkembangan IPRT Malut dan Proyeksinya
Sumber : BPS Prov. Malut, diolah
Sumber : BPS Prov. Malut, diolah87
omponen pembentukan modal tetap bruto diperkirakan akan meningkat pada triwulan IV 2014.
eberlanjutan proyek-proyek multi years milik pemerintah serta milik swasta masih akan menjadi
enopang pertumbuhan investasi Malut. Beberapa proyek besar yang sedang dan akan
erlangsung adalah pembangunan smelter di Halmahera Timur, pelabuhan terintegrasi Bastiong di
ernate, pembangunan jalan lingkar beberapa pulau serta pelebaran jalan lintas Halmahera dan
embangunan PLT Batu Bara di Tidore. Khusus untuk pembangunan smelter, berdasarkan hasil
ison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara didapatkan informasi bahwa
rdapat dua contact yang komit untuk melakukan pembangunan smelter dan saat ini sedang
roses pembangunan fisik fasilitas pendukung smelter seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara,
an fasilitas dasar lainnya.
88
BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN
Kinerja perdagangan eksternal (ekspor-impor) diperkirakan masih akan tumbuh negatif seiring
dengan masih terkoreksinya sisi ekspor Malut. Belum selesainya smelter untuk pemurnian bijih nikel
merupakan penyebab utama terkoreksinya pertumbuhan ekspor Malut, terlebih lagi perusahaan
tambang melakukan optimalisasi produksi diakhir tahun 2013 sehingga koreksi kinerja ekspor akan
semakin tajam di akhir tahun. Sisi produksi internal Maluku Utara yang masih belum mampu
menajwab sebagian besar kebutuhan sehari-hari masyarakatnya menyebabkan impor yang tinggi
sehingga neraca perdagangan Malut diproyeksikan masih negatif hingga akhir tahun 2014.
Pada tahun 2014, indeks harga internasional komoditas utama (nikel, kopra, cengkih, fuli, dan
kakao) diperkirakan sedikit membaik seiring berakhirnya panen raya dan disisi lain terdapat
kenaikan permintaan baik dari dalam maupun luar negeri. Harga nikel terpantau bergerak positif
pada akhir triwulan laporan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
namun turun jika dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya. Masih rendahnya harga nikel
disebabkan oleh pasokan yang berlimpah. Pemulihan harga akan tergantung perkembangan
ekonomi Tiongkok yang mencerminkan 45% permintaan dunia. Sementara harga kakao
diperkirakan meningkat, sejalan dengan kekhawatiran turunnya pasokan komoditas tersebut
sebesar 2,9% pada 2014. Sementara harga kopra, cengkih dan fuli diperkirakan masih cukup stabil
seiring masih tingginya permintaan akan komoditas dimaksud sedangkan kapasitas produksi dunia
akan komoditas tersebut belum mengalami pertumbuhan yang signifikan.
-8%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
90
95
100
105
110
115
120
I II III IV I II III IV I II III IVP
2012 2013 2014
Tingkat Konsumsi Durable Goods g_yoy (RHS)
Grafik 7.4Perkembangan Tingkat Konsumsi Durable Goods dan Proyeksinya
Sumber : BPS Prov. Malut, diolah
89
BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN
7.2.2 Sisi Penawaran
Pada triwulan IV 2014, sektor utama ekonomi Malut tumbuh cukup tinggi namun terdapat
beberapa tantangan yang dapat menahan laju produksi. Sektor yang tercatat tumbuh negatif
adalah sektor pertambangan dan penggalian seiring belum rampungnya pembangunan smelter di
Malut. Khusus untuk sektor keuangan, diperkirakan perbankan dalam menjalankan rencana bisnis
telah mengacu pada target kredit nasional yang ditetapkan Bank Indonesia (15%-17%). Meskipun
demikian, pertumbuhan ekonomi Malut diperkirakan masih akan tetap berada di atas level
pertumbuhan ekonomi nasional, dan diharapkan dapat mendukung target perkiraan pertumbuhan
ekonomi nasional tahun 2014 (5,1%-5,5%; yoy).
Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh positif pada triwulan IV 2014 namun termoderasi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring masuknya masa tanam untuk tanaman palawija.
Namun hal yang sama tidak berlaku untuk tanaman holtikultura. Pengembangan klaster-klaster
holtikultura seperti bawang dan sayur-mayur di Malut akan meningkatkan kapasitas produksi
internal Malut dan mengurangi ketergantungan impor dari daerah lain dengan harapan dapat
menekan tingkat harga komoditas volatile food.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan akan kembali tumbuh meningkat pada
triwulan IV 2014 seiring masih tingginya permintaan diakhir tahun yag didorong oleh adanya hari
raya idul adha. Walaupun demikian, permintaan tidak akan setinggi triwulan III dimana terdapat
event hari raya idul fitri yang mendorong jumlah permintaan pada tingkat yang sangat tinggi.
Dampak UU Minerba juga berpengaruh pada sektor-sektor lainnya termasuk sektor PHR sehingga
menyebabkan perlambatan pertumbuhan. Namun demikian, dengan semakin membaiknya
Grafik 7.5Perkembangan Harga Nikel Internasional
Sumber : World Bank
90
BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN
infrastruktur dasar di Maluku Utara dan laju investasi yang terus berjalan serta didukung oleh
pembangunan pusat-pusat perbelanjaan oleh pemerintah daerah akan mendukung pertumbuhan
sektor PHR lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.
Sektor industri pengolahan diperkirakan akan tumbuh sedikit termoderasi pada triwulan IV 2014
dibandingkan triwulan III 2014. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih tinggi namun tidak
setinggi triwulan III 2014 merupakan alasan termoderasinya kinerja sektor yang satu ini. Walaupun
tidak naik signifikan, namun optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian di triwulan IV
2014 akan menjaga tingkat konsumsi domestik di tingkat yang tinggi.
Sektor pertambangan diperkirakan akan tumbuh terkoreksi pada triwulan IV 2014. Tingginya basis
produksi pada triwulan IV 2013 akan semakin memperdalam ketimpangan kinerja dengan triwulan
IV 2014. Pasca implementasi UU Minerba per Januari 2014, sebagian besar perusahaan tambang
yang beroperasi di Malut berhenti beroperasi. Hal ini dikarenakan belum selesainya pembangunan
pabrik pemurnian atau smelter yang menjadi persyaratan utama perusahaan tambang untuk dapat
melakukan penjualan komoditasnya ke luar negeri dengan tujuan memberikan nilai tambah
sehingga akan meningkatkan pendapatan dari sektor ini. Kondisi ini diprediksi masih akan bertahan
hingga akhir 2014 bahkan terdapat tendensi kondisi ini masih belum berubah signifikan pada
tahun 2015. Namun demikian, saat ini terdapat perusahaan tambang yang melakukan penjualan
ke cabangnya yang ada di daerah lain sehingga ekspor antar daerah Maluku Utara masih
berpotensi tumbuh positif seperti yang terjadi pada triwulan III 2014. Hal ini merupakan alasan
pertumbuhan sektor pertambangan tidak akan turun sedalam perkiraan sebelumnya.
Kemudian, sektor keuangan diperkirakan akan tumbuh meningkat yang diindikasikan oleh
pertumbuhan aset, kredit dan DPK perbankan Malut hingga triwulan III 2014 yang masing-masing
tumbuh 8,32% (yoy), 9,52% (yoy), 13,17% (yoy). Pertumbuhan tahun 2014 tersebut masih searah
dengan perkiraan Bank Indonesia terhadap pertumbuhan kredit dan DPK pada kisaran 15%-17%.
91
BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN
7.3 Outlook Inflasi Daerah
Laju inflasi di triwulan IV 2014 secara umum berpotensi untuk bergerak naik yaitu dikisaran
6,22%±1 (yoy). Beberapa faktor yang dapat mendorong tekanan inflasi di Maluku Utara antara lain
adalah rencana peningkatan tarif bahan bakar dari sisi administered price yang akan berdampak
langsung ada tarif angkutan. Tekanan harga dari sisi permintaan diprediksi turun dibandingkan
triwulan III 2014 namun masih dalam level yang cukup tinggi mengingat adanya peringatan hari
raya Idul Adha yang juga berpotensi mendorong permintaan.
Inflasi volatile food diperkirakan akan masih berada pada level yang tinggi seiring permintaan
masyarakat yang cukup tinggi sehubungan adanya hari raya Idul Adha namun tidak setinggi
triwulan III 2014. Selain itu, musim gelombang tinggi di triwulan IV berpotensi memicu naiknya
harga komoditas ikan segar yang akan mengakselerasi inflasi volatile food secara aggregat..
Inflasi administered price tahun 2014 diperkirakan akan termoderasi seiring redanya dampak
penyesuaian tarif energi, bahan bakar dan angkutan oleh pemerintah. Namun demikian, bayang-
bayang kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah berpotensi memicu ekspektasi masyarakat
sehingga mengakselerasi harga. Kelangkaan BBM yang sering kali terjadi menjelang kenaikan
harga BBM juga perlu diwaspadai melalui peningkatan pengawasan.
Komponen core inflation diperkirakan akan bergerak turun namun masih pada level moderat. Hal
ini disebabkan oleh turunnya permintaan masyarakat seiring berakhirnya puasa Ramadhan. Namun
demikian, cost pushed inflation yang berasal dari komponen administered price yaitu dari naiknya
beberapa tarif yang diatur oleh pemerintah dapat mendongrak harga komoditas di Maluku Utara.
Terlebih lagi karakteristik inflasi di Maluku Utara yang peningkatannya berada pada magnitude
yang lebih tinggi dibandingkan nasional serta provinsi lain di Sulampua.