1. Cover Tw III - Bank Indonesia · Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang...

113

Transcript of 1. Cover Tw III - Bank Indonesia · Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang...

LAPORAN TRIWULANAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI MALUKU UTARA

Jl. Yos Sudarso No.1 TenateTelp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

VISI BANK INDONESIA

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendahdan nilai tukar yang stabil”

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitasperekonomian nasional,

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusiterhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional,4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tatakelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang

diamanatkan UU.

TUGAS BANK INDONESIA

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,3. Stabilitas Sistem Keuangan.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi :Tim Ekonomi Moneter

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku UtaraJl. Yos Sudarso No. 1, Ternate

Telp : (0921) 3121217Fax : (0921) 3124017

i

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan

mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah

merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai

pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan dengan

menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya

terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan

Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan

data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter

Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan

di daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran

serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di

waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan

penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, November 2014KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI

MALUKU UTARA

BudiyonoKepala Perwakilan

ii

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR TABEL vDAFTAR GRAFIK vi

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA iv

RINGKASAN UMUM xi

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 11.1 Kondisi Umum 11.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 21.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 14

BOKS I PERLAMBATAN PEREKONOMIAN MALUKU UTARA PASCA PENERAPAN UUMINERBA

27

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 312.1 Kondisi Umum 312.2 Pendapatan Daerah 322.3 Belanja Daerah 352.4 Defisit dan Pembiayaan 39

BAB III INFLASI DAERAH 413.1 Kondisi Umum 413.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 423.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 513.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 56

BAB IV SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 534.1 Kondisi Umum Perbankan 534.2 Stabilitas Sistem Keuangan 59

BAB V SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOAAN UANG 635.1 Kondisi Umum 635.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 635.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 67

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 716.1 Kondisi Umum 716.2 Perkembangan Ketenagakerjaan 716.3 Pengangguran 756.4 Nilai Tukar Petani (NTP) 766.5 Tingkat Kemiskinan 79

iv

BOKS II Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Kenaikan UMP dan ProspekInvestasi Maluku Utara

81

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 857.1 Prospek Perekonomian 857.2 Outlook Kondisi Makroekonomi Regional 867.3 Outlook Inflasi Daerah 91

v

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 3Tabel 1.2 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 16Tabel 1.3 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Padi Malut 19Tabel 1.4 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Jagung Malut 19Tabel 1.5 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Kedelai Malut 20Tabel 1.6 Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil 24

Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan Total Provinsi Maluku Utara(dalam juta rupiah)

33

Tabel 2.2 Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemprov Maluku Utara(dalam juta rupiah)

34

Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran & Realisasi Pendapatan Pemprov Maluku Utara(dalam juta rupiah)

35

Tabel 2.4 Perkembangan Anggaran Belanja Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah) 37Tabel 2.5 Perkembangan Anggaran Belanja Total Provinsi Maluku Utara

(dalam juta rupiah)38

Tabel 2.6 Perkembangan Anggaran dan Realisasi Belanja Pemprov Maluku Utara(dalam juta rupiah)

38

Tabel 2.7 Perkembangan Surplus Defisit Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah) 39Tabel 2.8 Realisasi Surplus Defisit Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah) 40Tabel 2.9 Perkembangan Anggaran Surplus/Defisit Total Provinsi Maluku Utara

(dalam juta rupiah)40

Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) 42Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya 43Tabel 3.3 Komoditas Penahan Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya 44Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) 44Tabel 3.5 Kelompok Pendorong & Penahan Laju Inflasi Triwulanan Kota Ternate 45Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate 56

Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 66Tabel 5.2 Perkembangan Perputaran Kliring 68Tabel 5.3 Perkembangan Cek/BG 68Tabel 5.4 Perkembangan RTGS 70

Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 72Tabel 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama 74Tabel 6.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 77Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara Per Subsektor 78Tabel 6.5 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara 79Tabel 6.6 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara 80

vi

DAFTAR GRAFIK

HalamanGrafik 1.1 Perkembangan PDRB Maluku Utara 1Grafik 1.2 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 2Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga 4Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 4Grafik 1.5 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT) 5Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi 5Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) 6Grafik 1.8 Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M3) 6Grafik 1.9 Volume Bongkar Telur (Ton/M3) 6Grafik 1.10 Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M3) 7Grafik 1.11 Volume Bongkar Bawang (Ton/M3) 7Grafik 1.12 Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M3) 7Grafik 1.13 Total Volume Bongkar (Ton/M3) 7Grafik 1.14 Perkembangan Investasi di Maluku Utara 8Grafik 1.15 Perkembangan PMA di Maluku Utara 8Grafik 1.16 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 8Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Investasi 9Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Semen 9Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Pemerintah 10Grafik 1.20 Perkembangan Giro Pemerintah 10Grafik 1.21 Perkembangan PDRB Riil Sektor Ekspor 11Grafik 1.22 Perkembangan Volume Ekspor 11Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ekspor 11Grafik 1.24 Perkembangan Harga Nikel 12Grafik 1.25 Perkembangan Harga Minyak Bumi 12Grafik 1.26 Perkembangan Harga Emas Internasional 12Grafik 1.27 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate 13Grafik 1.28 Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor 14Grafik 1.29 Perkembangan Volume Impor 14Grafik 1.30 Perkembangan Nilai Impor 14Grafik 1.31 Struktur PDRB Sisi Penawaran 15Grafik 1.32 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 17Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Pertanian 21Grafik 1.34 Perkembangan Kinerja Ikan Tangkap 21Grafik 1.35 Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR 21Grafik 1.36 Perkembangan Kredit Sektor PHR 22Grafik 1.37 Perkembangan TPK 22Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 23Grafik 1.39 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 23Grafik 1.40 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 25Grafik 1.41 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian 25

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 31Grafik 2.2 Perkembangan Realisasi APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 32

Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 42

vii

Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 47Grafik 3.3 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2014 48Grafik 3.4 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa Agustus

201449

Grafik 3.5 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa September2014

50

Grafik 3.6 Pergerakan Harga Emas Internasional 52Grafik 3.7 Pergerakan Harga Crude Oil West Texas Intermediate 52Grafik 3.8 Pergerakan Harga Nikel Internasional 52Grafik 3.9 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 54Grafik 3.10 Volume Tangkap dan Nilai Ikan Tangkap 55Grafik 3.11 Perkembangan Harga Ikan Tangkap 55

Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 54Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 54Grafik 4.3 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 55Grafik 4.4 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 56Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 57Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRS 58Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 59Grafik 4.8 Struktur Aliran Dana Kredit Sektoral 59Grafik 4.9 Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga 60Grafik 4.10 Pangsa Kredit UMKM 61

Grafik 5.1 Aliran Kas Uang Kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 64Grafik 5.2 Perkembangan Aliran Kas Uang Kartal (yoy) di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Malut64

Grafik 5.3 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 67Grafik 5.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu 70Grafik 5.5 Perkembangan RTGS Kota Ternate 70

Grafik 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 5 Tahun Terakhir 73Grafik 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral di Maluku Utara Agustus 2014 74Grafik 6.3 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara 75Grafik 6.4 Perkembangan NTP Maluku Utara 77

Grafik 7.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 85Grafik 7.2 Perkembangan ITK Malut dan Proyeksinya 87Grafik 7.3 Perkembangan IPRT Malut dan Proyeksinya 87Grafik 7.4 Perkembangan Tingkat Konsumsi Durable Goods dan Proyeksinya 88Grafik 7.5 Perkembangan Harga Nikel Internasional 89

viii

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

ix

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

PROVINSI MALUKU UTARA

A. Inflasi dan PDRB

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3

Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 138.49 138.68 148.78 150.25 112.16 114.28 117.01Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 4.0 2.9 9.66 9.78 8.80 9.75 5.40

PDRB - harga konstan (Miliar Rp) 887.45 905.45 923.30 940.11 943.60 956.11 977.77- Pertanian 289.5 288.9 292.2 292.2 294.36 295.44 295.77- Pertambangan & Penggalian 33.91 33.38 33.35 34.37 28.57 26.30 26.75- Industri Pengolahan 100.25 102.88 104.50 106.02 108.26 108.15 110.73- Listrik, Gas & Air Bersih 4.18 4.31 4.35 4.48 4.60 4.77 4.96- Bangunan 17.31 17.63 17.93 18.44 18.18 18.52 18.45- Perdagangan, Hotel & Restoran 268.65 280.00 288.35 297.33 301.78 310.63 322.54- Pengangkutan & Komunikasi 71.74 72.45 73.94 75.11 76.67 78.36 81.21- Keuangan, Persewaaan & Jasa 32.33 33.58 34.38 35.47 35.28 36.28 37.24- Jasa 69.61 72.37 74.32 76.66 75.89 77.67 80.11Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6.02 6.37 5.58 6.50 6.33 5.60 5.90

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 193.79 176.34 147.13 202.49 22.14 3.26 2.49Volume Ekspor Nonmigas (Ribu ton) 4619.50 1358.44 3928.56 6384.18 647.56 5.25 1.30Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0.25 1.98 1.59 0.84 1.18 1.45 3.84Volume Impor Nonmigas (Ribu ton) 0.02 4.32 1.67 1.01 0.31 2.20 4.55

2014

MAKRO

2013INDIKATOR

x

B. Perbankan

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3

Total Aset (Rp miliar) 5,906.48 5,959.34 6,262.19 6,602.52 6,461.46 6,650.53 6,783.50DPK (Rp miliar) 4,792.54 4,743.51 4,923.28 4,830.80 5,080.11 5,355.74 5,571.69- Tabungan 2,513.83 2,598.37 2,786.21 3,170.73 2,942.67 2,820.97 2,956.57- Giro 1,390.55 1,282.53 1,290.50 779.16 1,183.25 1,509.24 1,528.48- Deposito 888.16 862.61 846.56 880.90 954.19 1,025.52 1,086.63Kredit (Rp miliar) 4,025.03 4,375.88 4,508.43 4,631.48 4,712.95 4,819.21 4,937.56- Modal Kerja 1,185.19 1,278.99 1,278.46 1,295.95 1,279.74 1,263.11 1,311.27- Konsumsi 2,469.36 2,623.35 479.15 483.46 2,950.47 3,069.56 3,150.42- Investasi 370.48 473.54 479.15 483.46 482.74 486.54 475.87LDR 83.99 92.25 91.57 95.87 92.77 89.98 88.62Kredit UMKM (Rp miliar) 2,923.83 1,432.30 1,417.30 1,452.35 1,351.22 1,405.88 1,390.20

Kredit Mikro (Rp miliar) 235.73 255.97 249.11 266.43 271.96 336.69 300.54Kredit Kecil (Rp miliar) 790.40 840.55 820.45 830.03 740.44 726.53 744.37Kredit Menengah (Rp miliar) 282.47 335.78 347.74 355.90 338.81 342.67 345.28

NPL 2.53 2.84 3.17 2.78 3.08 2.95 2.93Keterangan:Definisi UMKM mengikuti skala usaha berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

2014

PERBANKANBank Umum:

INDIKATOR2013

Ringkasan Umum xi

RingkasanUmum

GAMBARAN UMUM

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga

konstan pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp977,7 miliar, naik 5,90% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. PDRB tersebut tumbuh

dibawah rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002 –

triwulan III 2014) yang tercatat pada level 6,12%. Namun demikian pertumbuhan

ekonomi Maluku Utara tersebut masih berada diatas pertumbuhan ekonomi

Nasional yang sebesar 5,01% (yoy). Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan

(yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan III

2014 tercatat sebesar 5,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan

sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 9,75%

(yoy) dan 9,66% (yoy). Angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan

angka Nasional dan wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua)

yang masing-masing sebesar 4,53 % (yoy) dan 3,84% (yoy).

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga

konstan pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp977,7 miliar, naik 5,90% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. PDRB tersebut

tumbuh dibawah rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir

(2002 – triwulan III 2014) yang tercatat pada level 6,12%. Namun demikian

pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tersebut masih berada diatas pertumbuhan

ekonomi Nasional yang sebesar 5,01% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada tahun 2014 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain akibat

penerapan UU Minerba yang juga dialami oleh Maluku Utara. Secara triwulanan,

perekonomian Maluku Utara tercatat tumbuh moderat sebesar 2,21% (qtq).

Ringkasan Umum xii

KEUANGAN PEMERINTAH

Pada tahun 2014, Pemerintah Provinsi Maluku Utara (Malut) menetapkan target

pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar

Rp1,61 triliun, meningkat 22,11% (yoy) atau naik sebesar Rp293,21 miliar

dibanding dengan target belanja pada APBD 2013. Sedangkan apabila

dibandingkan dengan APBD Perubahan (APBD-P) 2013, target pendapatan APBD

2014 meningkat sebesar Rp94,87 miliar atau 6,22%. Sementara itu, target

belanja/pengeluaran di tahun 2014 adalah sebesar Rp1,56 triliun, meningkat

11,66% (yoy) atau Rp163,6 miliar dibandingkan dengan target pengeluaran pada

APBD 2013. Apabila dibandingkan dengan target pengeluaran pada APBD-P 2013,

target tahun 2014 turun 3,38% (yoy) atau Rp54,77 miliar. Pada APBD-P terdapat

penyesuaian anggaran terkait kebutuhan terkini di provinsi sehingga mempengaruhi

perubahan besaran target pengeluaran. Dengan kondisi APBD tersebut, pada tahun

2014 ditargetkan akan terjadi surplus anggaran sebesar Rp52,50 miliar, kondisi ini

berbeda dari APBD tahun 2012 dan 2013 dimana Provinsi Maluku Utara selalu

mengalami defisit. Namun demikian besaran/nilai APBD 2014 masih mungkin

mengalami perubahan dan menjadi APBD-P 2014 jika pemerintah Provinsi Maluku

Utara menganggap perlu koreksi sesuai dengan perubahan kebutuhan sepanjang

tahun 2014. Berdasarkan data realisasi hingga triwulan II 2014, Pemerintah Provinsi

Maluku Utara mencatat realisasi pendapatan sebesar Rp854,86 miliar atau 52,78%

dari target yang ditetapkan diawal tahun sebesar Rp1,61 triliun. Sementara realisasi

pos belanja tercatat sebesar Rp609,53 triliun atau 38,89% dari target awal yang

sebesar Rp1,56 triliun.

INFLASI DAERAH

Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang

direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan III 2014 tercatat sebesar

5,40% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi periode yang sama tahun

sebelumnya yang sebesar 9,75% (yoy) dan 9,66% (yoy). Angka inflasi

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional dan wilayah Sulampua

(Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat

sebesar 4,53 % (yoy) dan 3,84% (yoy).

Ringkasan Umum xiii

SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2014

menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara

keuangan. Hal ini tercermin dari perkembangan aset, penghimpunan dana pihak

ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan selama triwulan laporan tercatat mengalami

peningkatan. Pada triwulan laporan tingkat pertumbuhan penyaluran dana lebih

rendah dibandingkan penghimpunan dana (DPK). Sedangkan Loan to Deposit Ratio

(LDR) tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Namun demikian rasio ini

masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan di tahun

2014, akan ada penambahan jaringan kantor Bank Umum Syariah, serta

peningkatan status kantor Bank umum yang tersebar di wilayah Maluku Utara dan

saat ini sedang dalam proses perizinan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

.

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Pada triwulan III 2014 aliran uang kartal di Maluku Utara menunjukkan net outflow.

Kondisi ini menunjukan bahwa jumlah uang kartal yang ditarik oleh masyarakat

(bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang

yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

(setoran, penukaran, kas keliling). Pada akhir triwulan laporan terdapat 5.084.385

lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun 9,99% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya atau naik 10,49% (qtq) dibandingkan triwulan II 2014.

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara selama triwulan III 2014 sebanyak 4 lembar, turun

dibandingkan triwulan II 2014 yang sebanyak 9 lembar.

.

Ringkasan Umum xiv

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2014

menunjukkan pertumbuhan negatif ditinjau dari penambahan jumlah

pengangguran. Kondisi ini terjadi seiring dengan naiknya jumlah penduduk

umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh bertambahnya jumlah angkatan

kerja. Jumlah pengangguran yang meningkat ini pada akhirnya menggiring

turunnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) secara tahunan serta

naiknya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Maluku Utara.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Malut pada triwulan IV 2014 dan untuk tahun 2014, masing-

masing diperkirakan akan tumbuh pada level 6,11% - 6,55% (yoy) dan

6,11% - 6,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan angka nasional. Di sisi

permintaan, permintaan domestik masih menjadi lokomotif utama ekonomi

Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor diprediksi terkoreksi lebih dalam

dengan tingginya produksi di periode yang sama tahun sebelumnya (baseline

effect). Di sisi penawaran, sektor pertanian akan tumbuh melandai seiring

selesainya masa panen dan masuknya masa tanam di triwulan IV 2014.

Cuaca di triwulan IV yang berdasarkan jadwal tahunannya memasuki musim

gelombang tinggi akan mempengaruhi subsektor perikanan dan juga akan

berdampak pada distribusi barang mengingat topografi Maluku Utara yang

merupakan provinsi kepulauan. Sementara itu, sektor keuangan, khususnya

perbankan, diprediksi tetap tumbuh stabil terlepas dari kebijakan suku bunga

Bank Indonesia. Laju inflasi triwulan IV 2014 diperkirakan terakselerasi

dibandingkan dengan triwulan III seiring dengan tingginya permintaan

diakhir tahun dan kenaikan tarif/harga oleh pemerintah seperti tarif listrik

dan bayang-bayang kenaikan harga BBM bersubsidi. Untuk itu, peran TPID

diharapkan dapat membantu menekan laju inflasi antara lain melalui

terjaganya jumlah pasokan dan kelancaran distribusi.

1

1.1 Kondisi Umum

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada

triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp977,77 miliar, naik 5,90% (yoy) dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tumbuh terakselerasi

dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-

masing tercatat sebesar 5,65% (yoy) dan 5,58% (yoy). Meskipun pertumbuhan Provinsi Maluku

Utara tersebut tersebut masih dibawah angka rata-rata pertumbuhan selama lebih dari satu dekade

(2004 – 2014) yang tercatat pada level 6,12%, namun masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan

ekonomi Nasional yang sebesar 5,01% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain akibat penerapan UU Minerba yang menarik mundur kinerja subsektor

pertambangan dalam jangka pendek hingga menengah. Secara triwulanan, perekonomian Maluku

Utara tercatat tumbuh moderat sebesar 2,21% (qtq).

Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh seluruh komponen

permintaan kecuali ekspor yang terkontraksi sebesar -18,37% (yoy), akibat ekspor luar negeri

Maluku Utara yang tumbuh negatif sebesar -26,00% (yoy) seiring terhentinya kegiatan

pertambangan nikel sebagai dampak UU Minerba. Namun demikian, ekspor antar daerah tumbuh

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Grafik 1.1Perkembangan PDRB Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

2

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

terakselerasi sebesar 4,9% (yoy). Kontraksi pertumbuhan ekspor ini turun tipis dari triwulan

sebelumnya yang sebesar -18,42% (yoy). Disisi lain, impor tumbuh signifikan sebesar 10,34% (yoy),

terutama didorong oleh impor antar daerah yang tumbuh sebesar 10,49% (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tercatat sebesar 5,90% (yoy) yang

disumbangkan oleh seluruh sektor kecuali sektor pertambangan yang tumbuh negatif sebesar -

19,78% (yoy) dimana pertumbuhan negatif ini dimotori oleh subsektor pertambangan tanpa migas

yang terkoreksi signifikan sebesar -23,70% (yoy). Sedangkan sektor lainnya terakselerasi secara

bervariasi. Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) mencatatkan pertumbuhan paling tinggi yaitu

sebesar 13,86% (yoy), perdagangan, hotel, dan restoran 11,86% (yoy), pengangkutan dan

komunikasi 9,83% (yoy). Sedangkan sektor pertanian yang memiliki share terbesar pada PDRB

tumbuh terbatas 1,23% (yoy). Puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1435 hijriah yang jatuh pada

triwulan laporan menyebabkan naiknya permintaan masyarakat secara signifikan sehingga mampu

menggerakkan perekonomian Maluku Utara terutama sektor PHR sehingga mampu terakselerasi

dua digit secara tahunan.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan III 2014

masih didominasi oleh konsumsi masyarakat yang merupakan penjumlahan dari konsumsi rumah

tangga dengan konsumsi lembaga swasta nirlaba dengan pangsa sebesar 68,82%. Konsumsi

pemerintah memiliki pangsa sebesar 31,9%. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto (PMTB)

atau investasi di Maluku Utara hanya memiliki pangsa sebesar 9,9% pada triwulan III 2014.

Kons.Masyarakat

, 68.82

Kons.Pemerintah

, 31.9

PMTB, 9.9

PerubahanStok, (4.0)

Ekspor,19.6

Impor,26.3

Grafik 1.2Struktur PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

3

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Berdasarkan pertumbuhannya, pos penggunaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi di

triwulan III 2014 adalah impor yang tercatat tumbuh 10,34% (yoy). Sebaliknya, ekspor mengalami

kontraksi sebesar -18,37% (yoy) atau tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar -18,43% (yoy). Kondisi ini terjadi pasca implementasi UU

Minerba sejak awal tahun 2014 dan mengakibatkan kegiatan ekspor luar negeri Malut untuk

komoditas nikel terhenti sehingga menyebabkan ekspor luar negeri Malut tumbuh negatif sebesar -

26,00% (yoy), terkontraksi sedikit lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -

25,65% (yoy). Ekspor memiliki pangsa sebesar 19,57%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya

yang sebesar 20,25%. Kontraksi pertumbuhan ekspor ini juga tercermin dari share ekspor yang

semakin termoderasi sejak triwulan I 2014. Sedangkan di sisi yang berlawanan, impor menahan

laju PDRB Malut sebanyak 26,29% sehingga pada dasarnya neraca perdagangan Malut bernilai

defisit sebesar Rp. 85,6 miliar.

Sementara itu, sektor konsumsi sebagai kontributor utama PDRB sisi permintan Provinsi Malut

tumbuh cukup variatif. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,80% (yoy), sedikit lebih cepat

dibandingkan pertumbuhan tahunan di triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,76% (yoy).

Konsumsi pemerintah tumbuh 6,80% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 6,87% (yoy). Konsumsi swasta tumbuh 9,30% (yoy), lebih cepat dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 8,60% (yoy).

Komponen Penggunaan Pertumbuhan(yoy,%)

Share(%)

Kons. Rumah Tangga 6.80 68.06Kons. Lembaga Swasta Nirlaba 9.30 0.76Kons. Pemerintah 6.80 31.94PMTB 3.03 9.95Perubahan Stok 25.04 -3.99Ekspor -18.37 19.57Impor 10.34 26.29

Tabel 1.1Struktur PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

4

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.2.1 Konsumsi

Berdasarkan pangsa yang diberikan, konsumsi masyarakat memberikan sumbangan sebesar

68,82% terhadap PDRB sisi permintaan, dimana konsumsi rumah tangga menyumbang 68,06%

dan sisanya sebesar 0,76% disumbangkan oleh lembaga swasta. Terjadinya peningkatan share

konsumsi rumah tangga dibandingkan dengan triwulan sebelumnya merupakan wujud naiknya

demand dari masyarakat seiring adanya puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1435 Hijriah.

Sedangkan konsumsi swasta dengan pangsa sebesar 0,76%, naik tipis dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,75%. Sementara itu, pangsa konsumsi pemerintah yang sebesar

31,94% juga naik tipis dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun

sebelumnya yang masing-masing sebesar 31,91% dan 31,52%.

Berdasarkan pertumbuhannya, konsumsi rumah tangga tumbuh 6,80% (yoy), lebih cepat

dibandingkan pertumbuhan tahunan di triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun

sebelumnya yang masing-masing sebesar 6,76% (yoy) dan 6,40% (yoy). Kondisi yang sama juga

terjadi pada konsumsi swasta yang tumbuh 9,30% (yoy) dimana pada triwulan sebelumnya

tumbuh 8,60% (yoy) serta tumbuh 9,04% (yoy) pada triwulan III 2013. Secara triwulanan,

konsumsi rumah tangga tercatat naik 1,99% (qtq) dan konsumsi swasta terakselerasi sebesar

2,17% (qtq). Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan konsumsi masyarakat adalah

pelaksanaan puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri 1435 hijiriah, dan perayaan persiapan ibadah haji

serta didukung oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga akibat masa panen cengkeh yang

memicu naiknya permintaan dari masyarakat. Konsumsi pemerintah tumbuh 6,80% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,87% (yoy). Sedangkan secara

triwulanan, konsumsi pemerintah naik 1,89% (qtq).

0

2

4

6

8

10

12

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Kons. Rumah Tangga g_yoy (RHS)

Grafik 1.3Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 1.4Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Berdasarkan indeks tendensi konsumen (ITK) di triwulan III 2014 yang sebesar 113,85 dapat

diartikan bahwa kondisi ekonomi masyarakat meningkat seiring meningkatnya tingkat optimisme

konsumen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat indeks sebesar 110,14.

Peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks penerimaan rumah

tangga (IPRT) saat ini sebesar 119,63 atau naik 6,05%(yoy) atau 3,50% (qtq). Inflasi yang terjadi

selama bulan Juli sampai September 2014 sedikit berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

makanan sehari-hari yang ditunjukkan oleh indeks kaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-

hari sebesar 105,45 sehingga tingkat konsumsi rumah tangga meningkat yang ditunjukan dengan

nilai indeks 110,44.

Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang

disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh sebesar 14,53% (yoy),

melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,01% (yoy)

maupun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 25,24% (yoy). Namun demikian jumlah nominal kredit konsumsi yang disalurkan terus

mengalami penambahan dimana terjadi kenaikan sebesar 2,63% (qtq) pada triwulan III 2014

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, ni

pada akhir triwul

tahunan NTP Ma

Indeks Pendap

Sumber : BPS Pr

Grafik 1.6Perkembangan Kredit Konsumsi

90

95

100

105

110

115

120

125

I II III IV

2012

IPRT

Grafik 1.5atan Rumah Tangga (IPRT)

5

lai tukar petani (NTP) sebagai gambaran tingkat daya beli petani di Maluku Utara,

an laporan tercatat sebesar 104,09, naik 5,17% (yoy) atau -0,19% (qtq). Secara

lut menunjukkan tren meningkat sejak tahun sebelumnya. Dengan kata lain,

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolahovinsi Maluku Utara, diolah

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

I II III IV I II III

2013 2014

g_yoy (RHS)

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

pertumbuhan konsumsi Malut digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan maupun di

pedesaan.

Meningkatnya tingkat konsumsi masyaraka

bongkar muat di Pelabuhan Ahmad Yani T

luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan

Perkembanga

Sumber : BPS P

Volume Bongka

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2012 2013 2014

Volume Bongkar g_yoy (RHS)

Grafik 1.7n Nilai Tukar Petani (NTP)

t di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan

ernate pada sebagian besar komoditas yang dikirim dari

Bitung (Manado).

rovinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.9Volume Bongkar Telur (Ton/M3)

Grafik 1.8r Bahan Makanan (Ton/M3)

6

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

9

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

0

100

200

300

400

500

600

700

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Volume Bongkar

g_yoy (RHS)

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.2.2 Pembentu

Pertumbuhan inv

sebesar 3,03% (

yang sama tahun

Secara nominal,

triwulan sebelum

sebesar Rp. 75,

investment (FDI)

Rp442,70 miliar (

dari triwulan se

dibandingkan de

Volume Bongka

Sumber : PT. Peli

Grafik 1.11Volume Bongkar Bawang (Ton/M3)

GVolume Bongkar Ber

Sumber : PT. P

0

200

400

600

800

1000

1200

1 3 5 7 9 11

2012

Volume Bon

Grafik 1.10r Minuman Ringan (Ton/M3)

7

kan Modal Tetap Bruto (PMTB)

estasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan III 2014 tercatat

yoy), melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun periode

sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 4,94% (yoy) dan 5,33% (yoy).

PMTB pada triwulan III 2014 juga terlihat menurun jika dibandingkan dengan

nya, namun naik jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang

83 miliar. Namun demikian, nilai investasi yang berasal dari foreign direct

dan domestic direct investment (DDI) pada triwulan laporan tercatat sebesar

kurs rupiah terhadap USD sebesar Rp.10.000/USD), naik signifikan 341,16% (qtq)

belumnya yang hanya sebesar Rp100,34 miliar namun lebih rendah jika

ngan data triwulan yang sama tahun lalu yang sebesar Rp.1.495,91 miliar.

ndo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

rafik 1.12as Umum Non Dolog (Ton/M3)

elindo Cabang Ternate

Grafik 1.13Total Volume Bongkar (Ton/M3)

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Volume Bongkar g_yoy (RHS)

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2013 2014

gkar g_yoy (aksis kanan)

-1000%

0%

1000%

2000%

3000%

4000%

5000%

6000%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Volume Bongkar

g_yoy (RHS)

8

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kegiatan investasi pada triwulan laporan masih digerakkan oleh pembangunan infrastruktur

diseluruh wilayah provinsi Maluku Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik

infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan raya ataupun fasilitas pendukung transportasi lainnya

seperti pelabuhan yang perannya cukup vital mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang

berupa kepulauan. Beberapa kegiatan pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan smelter

nikel di Halmahera Timur, pembangunan pembangkit listrik, bandara dan pelabuhan milik swasta

di Halmahera Timur, finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan persiapan KEK di Pulau

Morotai, pembangunan jalan dan jembatan lintas Halmahera, pembangunan Duafa Center,

pembangunan pelabuhan Bastiong, serta berbagai kegiatan pembangunan lainnya di seluruh

kabupaten/kota di Maluku Utara.

Grafik 1.14Perkembangan Investasi di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.15Perkembangan PMA di Maluku Utara

Grafik 1.16Perkembangan PMDN di Maluku Utara

Sumber : BKPM Sumber : BKPM

9

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Selain itu, perlambatan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit investasi

yang disalurkan perbankan hingga September 2014 tercatat sebesar Rp475,87 miliar atau

terkoreksi sebesar -0,68% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada triwulan laporan, total volume pengadaan semen di Maluku Utara turun sebesar -4,86% (yoy)

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, namun naik 1,14% (qtq). Hal ini

turut mengkonfirmasi adanya kegiatan pembangunan dan aliran dana masuk ke Maluku Utara.

1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

Secara tahunan, pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 6,80%

meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,87% (yoy).

Secara triwulanan, konsumsi pemerintah tumbuh 1,89% (qtq) atau melambat jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,05% (qtq). Perlambatan pertumbuhan konsumsi

pemerintah ini menggambarkan kinerja penyerapan anggaran belanja pemerintah. Sementara itu,

saldo giro pemerintah di perbankan baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota pada akhir

triwulan III 2014 terpantau naik 42,97% (yoy) atau meningkat 29,92% dibanding posisi Januari

2014, namun turun -4,41% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Posisi saldo giro pemerintah

yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya menunjukkan adanya penambahan anggaran

pembangunan di daerah. Perkembangan saldo giro yang dimiliki pemerintah di perbankan

mengindikasikan sejauh mana program kerja yang telah direalisasikan atau seberapa besar

anggaran yang terserap sehingga dapat dikorelasikan dengan perkembangan pembangunan yang

dilakukan pemerintah.

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Volume g_yoy (RHS)

Grafik 1.17Perkembangan Kredit Investasi

Grafik 1.18Perkembangan Konsumsi Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

10

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor

Kinerja ekspor hingga triwulan III 2014 masih mengalami pertumbuhan negatif baik secara tahunan

maupun triwulanan. Hal ini merupakan dampak dari terkoreksinya ekspor luar negeri Maluku Utara

pasca berhentinya kegiatan ekspor biji nikel setelah implementasi UU Minerba pada awal 2014.

Kondisi ini diperkirakan tidak akan berubah signifikan hingga pembangunan smelter rampung dan

perusahaan tambang dapat kembali beroperasi serta melakukan ekspor olahan nikel yang nilai

jualnya jauh lebih tinggi dibandingkan nickel ore/biji nikel.

Ekspor Maluku Utara tumbuh -18,37% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya atau terkoreksi tipis -1,03% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Penurunan kinerja ekspor ini juga terlihat dari kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak turun

baik secara nilai maupun volumenya. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, volume ekspor turun sebesar -99,94% (yoy) atau turun -99,19% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sedangkan jika dilihat dari total nilai ekspor, Maluku Utara mengalami

penurunan yang tidak kalah tajam dengan volume ekspor yaitu sebesar -99,12% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau -60,26% (qtq) jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Penurunan yang sangat signifikan ini disebabkan oleh terhentinya kegiatan

ekspor biji nikel yang notabene memiliki share ±98% terhadap total ekspor Maluku Utara setiap

bulannya. Penurunan ini diprediksi akan bertahan hingga adanya kegiatan produksi di sektor

pertambangan baik untuk produk nikel dan hasil tambang lainnya. Saat ini belum ada perusahaan

tambang nikel yang beroperasi di Malut dikarenakan sedang dalam proses pembangunan smelter

dan sarana penunjang lainnya seperti pembangkit listrik dan pelabuhan.

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Kons. Pemerintah g_yoy (aksis kanan)

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Giro Pemerintah g_yoy (RHS)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.19Perkembangan Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.20Perkembangan Giro Pemerintah

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Melesatnya volume dan nilai ekspor Maluk

September 2012 yang merupakan antisi

perusahaan mengekspor raw material (un

dikenal dengan UU Minerba. Selain itu,

perusahaan nikel untuk meningkatkan kap

perusahaan pada level aman. Harga nik

18.035/MT, turun -3,19% (qtq) jika diband

dibandingkan periode yang sama tahun se

nikel tahun 2011 yang mencapai USD 22.9

mencapai titik terendahnya di November 20

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I

2010

Ekspo

Sumber : BPS Pro

Grafik 1.22Perkembangan Volume Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Perkembang

Grafik 1.21

an PDRB Riil Sektor Ekspor

11

u Utara dipicu oleh peningkatan ekspor bijih nikel sejak

pasi dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang

tuk komoditas tertentu) per Januari 2014 atau lebih

turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong

asitas ekspornya dalam rangka menjaga jumlah margin

el pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar USD

ingkan triwulan sebelumnya atau naik 30,68% (yoy) jika

belumnya. Namun masih jauh dibawah rata-rata harga

09/MT. Harga nikel mulai turun sejak Oktober 2011 dan

13 pada harga USD 13.684/MT.

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

r g_yoy (aksis kanan)

vinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.23Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

12

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Semakin besar volume ekspor nikel yang dipasok ke pasar global oleh negara-negara penghasil

nikel termasuk Indonesia, menyebabkan over supply komoditas dimaksud dan mendorong

turunnya harga jual nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang

diterapkan pada produksi nikel pig iron mengakibatkan turunnya biaya produksi nikel pig iron

sehingga harga nikel dunia ikut tertekan. Namun demikian harga nikel kembali terakselerasi dan

masih berpotensi untuk naik dimasa yang akan datang seiring perbaikan ekonomi dunia.

Sementara itu, perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di

Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang mengalami kontraksi baik secara triwulanan maupun

tahunan. Volume muat barang pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 1.599 ton/m3 atau turun

35,60% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau -27,35% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Volume muat barang di Maluku

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Harga Emas ($/toz) g_yoy (RHS)

Grafik 1.24Perkembangan Harga Nikel Internasional

Sumber : World Bank

Grafik 1.25Perkembangan Harga Minyak Bumi

Sumber : World Bank

Grafik 1.26Perkembangan Harga Emas Internasional

Sumber : World Bank

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Utara sangat fluktuatif dimana komoditas ekspor antar daerah Maluku Utara merupakan hasil

pertanian, hasil hutan dan perikanan yang notabene sangat dipengaruhi oleh kondisi alam.

Sehingga ketika cuaca mendukung dan kapasitas produksi meningkat pada musim panen akan

berdampak pada lebih tingginya volume ekspor ke daerah lain dari biasanya, demikianpula

sebaliknya.

Perkembangan impor M

dengan periode yang sa

triwulan sebelumnya. Ke

masyarakat Malut meni

masih menjadi pangsa u

pengurang terhadap PD

bersifat menahan laju p

sedikit melambat diband

periode yang sama tahun

Grafik 1.27Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

13

aluku Utara terpantau tumbuh sebesar 10,34% (yoy) jika dibandingkan

ma tahun sebelumnya atau naik 2,73% (qtq) jika dibandingkan dengan

naikan volume impor ini menunjukkan bahwa jenis dan jumlah kebutuhan

ngkat dibanding tahun lalu. Secara agregat, impor antar pulau/daerah

tama kegiatan impor Maluku Utara. Impor yang harfiahnya merupakan

RB sisi permintaan sehingga sumbangan yang diberikan oleh pos ini

ertumbuhan ekonomi Malut. Laju pertumbuhan tahunan impor Malut

ingkan dengan triwulan sebelumnya namun lebih tinggi dibandingkan

sebelumnya.

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.3

Str

yan

per

pen

pan

me

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.29Perkembangan Volume Impor

Grafik 1.28Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor

Grafik 1.30Perkembangan Nilai Impor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,diolah

Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

uktur perekonomian Maluku Utara di triwulan III

g menyumbang 33,06% dari total PDRB. Sekto

ingkat kedua dengan pangsa sebesar 28,51%, s

yumbang terbesar ketiga dengan pangsa 12,4

gsa dibawah 10% termasuk sektor pertamban

njadi sektor unggulan dimasa yang akan datang m

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,diolah

14

2014 masih didominasi oleh sektor pertanian

r perdagangan, hotel dan restoran berada di

edangkan sektor industri pengolahan sebagai

4%. Sementara itu, sektor lainnya memiliki

gan dan penggalian yang diharapkan akan

emiliki pangsa sebesar 3,34%.

15

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Pada triwulan laporan, sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) tumbuh tertinggi diantara sektor

yang lain yaitu sebesar 13,86% (yoy) atau 4,44 (qtq) walaupun share sektor ini merupakan yang

paling kecil yaitu sebesar 0,59%. Sedangkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang

biasanya memimpin angka pertumbuhan sektoral PDRB Malut tumbuh sebesar 11,86% (yoy) atau

3,83% (qtq) dengan share terbesar yaitu 28,51%. Lebih cepat jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya maupun triwulan III 2013. Selanjutnya adalah sektor

pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 9,83% (yoy) atau 3,75% (qtq). Pertumbuhan

seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif kecuali sektor

pertambangan yang tercatat tumbuh negatif sebesar -19,78% (yoy) jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Kontraksi pertumbuhan pada triwulan ini lebih dangkal

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -21,16% (yoy). Hal ini

terkonfirmasi dari pertumbuhan triwulanan sektor ini yang tumbuh positif 1,65% (qtq) yang

berbeda dari dua triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif secara berturut-turut pasca

implementasi UU Minerba yang memukul mundur sektor pertambangan dan penggalian.

Grafik 1.31Struktur PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

16

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.3.1 Sektor Pertanian

Pada triwulan III 2014, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,23% (yoy) atau 0,11% (qtq), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,28% (yoy) atau 0,37% (qtq). Pertumbuhan

sektor ini sangat dipengaruhi oleh jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta

perubahan cuaca, yang berdampak pada penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor

pertanian. Namun demikian, tren pertumbuhan sektor utama PDRB Maluku Utara ini memang

terlihat menurun dari waktu ke waktu. Pada triwulan III 2014 pertumbuhan sektor pertanian masih

tergolong rendah karena masih berada dibawah rata-rata pertumbuhannya selama satu dekade

terakhir yang sebesar 4,61% (yoy). Salah satu penyebab terjadinya tren penurunan pertumbuhan

sektor pertanian adalah semakin berkurangnya jumlah tenaga kerja di sektor ini karena semakin

kecilnya animo masyarakat untuk menjadi pelaku, bahkan tidak jarang pelaku di sektor ini beralih

ke sektor lain yang dianggap memiliki prospek lebih baik seperti ke sektor PHR dan sektor

pertambangan dan penggalian.

Sektor Pertumbuhan(yoy,%)

Andil (%)

Pertanian 1.23 0.39Pertambangan & Penggalian (19.78) (0.71)

Industri Pengolahan 5.97 0.68LGA 13.86 0.07

Bangunan 2.93 0.06PHR 11.86 3.70

Pengangkutan & Komunikasi 9.83 0.79Keuangan, Persewaan & Js. Pers. 8.32 0.31

Jasa-jasa 7.80 0.63PDRB 5.90 5.90

Tabel 1.2Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

17

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya mencatatkan pertumbuhan tertinggi di triwulan laporan

yaitu sebesar 4,89% (yoy) atau 2,76% (qtq) dengan share 1,48% terhadap PDRB Malut.

Sedangkan subsektor dari sektor pertanian dengan share terbesar adalah subsektor tanaman

perkebunan sebesar 14,79% yang tumbuh 2,06% (yoy) atau 1,43% (qtq). Sedangkan subsektor

yang terkontraksi pada triwulan laporan adalah subsektor tanaman bahan makanan (tabama)

tumbuh -1,12% (yoy) atau -3,10 (qtq) dan subsektor perikanan yang tumbuh -0,04 (yoy) atau -

0,12 (qtq).

Secara umum, terdapat beberapa event pada triwulan III 2014 yang mempengaruhi perekonomian

Malut termasuk sektor pertanian yaitu pelaksanaan puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri 1434

Hijriah, persiapan keberangkatan jemaah haji, panen cengkeh serta cuaca/gelombang tinggi. Event-

event tersebut mempengaruhi permintaan masyarakat sehingga berdampak pada sisi suplai

termasuk sektor pertanian Malut.

Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya naik terakselerasi pada triwulan laporan seiring

permintaan yang lebih tinggi dari masyarakat sebagai dampak pelaksanaan puasa Ramadhan, hari

raya Idul Fitri, dan persiapan keberangkatan jemaah haji yang mendorong sisi suplai berproduksi

lebih dari biasanya. Subsektor ini tumbuh sebesar 4,98% (yoy), terakselerasi jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing

sebesar 3,60% (yoy) dan 3,17% (yoy). Disisi lain, terjadinya peningkatan pendapatan rumah

tangga di Maluku Utara seiring panen cengkeh yang jatuh pada triwulan laporan juga ikut

mendorong laju permintaan. Selain berdampak positif pada pendapatan masyarakat, panen

cengkeh juga berdampak negatif pada kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

230,000

240,000

250,000

260,000

270,000

280,000

290,000

300,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian (Rp.Juta) g_yoy (RHS)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.32Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

18

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

subsektor perikanan. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian (petani dan nelayan) yang terindikasi

semakin tergerus dari waktu ke waktu dikarenakan daya tarik sektor ini yang semakin pudar

sehingga mendorong masyarakat beralih ke sektor lainnya yang dianggap lebih prospektif seperti

sektor pertambangan dan penggalian dan sektor PHR menyebabkan kinerja sektor pertanian

terbatas. Dari waktu ke waktu, sektor ini terpantau tumbuh terbatas bahkan tak jarang tumbuh

terkoreksi dari periode sebelumnya. Sehingga, ketika masuk masa panen cengkeh, petani tabama

dan nelayan beralih ke subsektor tanaman perkebunan sehingga menyebabkan kinerja subsektor

tabama dan perikanan lebih rendah dari seharusnya dan bahkan tumbuh terkontraksi. Subsektor

tabama tumbuh -1,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode

yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 1,51% (yoy) dan 3,08% (yoy).

Sedangkan secara triwulanan, subsektor ini tumbuh 3,10% (qtq). Subsektor perikanan tumbuh -

0,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,00% (yoy) namun

terkontraksi lebih tipis dibandingkan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar -0,90% (qtq). Secara

triwulanan, subsektor ini tumbuh -0,12% (qtq).

Berdasarkan angka ramalan II (ARAM II) 2014, tanaman padi diprediksi akan memiliki kinerja positif

baik dari segi luas panen dan kapasitas produksi namun produktivitas diproyeksikan turun

dibandingkan 2013. Total produksi padi diperkirakan akan mencapai 72.521 ton GKG, naik tipis

sebesar 0,10% atau 76 ton jika dibandingkan dengan ATAP 2013. Kenaikan kapasitas produksi ini

disebabkan oleh adanya penambahan luas panen seluas 410 hektar atau 2,13%, sedangkan jika

dilihat dari produktivitasnya terjadi penurunan sebesar 0,74 kwintal/hektar atau -1,97%.

Pertumbuhan positif produksi padi 2014 (ARAM II) diperkirakan terjadi pada Januari-April dan Mei-

Agustus masing-masing sebesar 5.271 ton atau 21,01%(yoy) dan 3.275 ton atau 15,60% (yoy),

sedangkan untuk September–Desember diperkirakan terkoreksi sebesar -8.470 ton atau -32,12%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2013.

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Sementara itu, produksi jagung Maluku Utara diperkirakan sebesar 22.270 ton pipilan kering atau

turun -24,31% atau 7.151 ton jika dibandingkan dengan ATAP 2013. Penurunan produksi

diperkirakan karena berkurangnya luas panen seluas 2.425 hektar atau -23,33% serta penurunan

produktivitas sebesar 0,36 kuintal/hektar atau -1,27%. Penurunan produksi jagung tahun 2014

(ARAM II) terjadi pada periode Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember yang masing-

masing sebesar 2.429 ton atau terkontraksi -24,58%, 1.532 ton atau -21,95%, dan 3.190 ton atau

-25,41% jika dibandingkan dengan produksi tahun 2013.

Absolut %

Padi Sawah

a. Luas Panen (ha) 14,860 13,834 -1,026 -6.90

b. Produktivitas (ku/ha) 40.89 40.34 -0.55 -1.35

c. Produksi (ton) 60,757 55,813 -4,944 -8.14

Padi Ladang

a. Luas Panen (ha) 4,421 5,857 1,436 32.48

b. Produktivitas (ku/ha) 26.44 28.53 2.09 7.90

c. Produksi (ton) 11,688 16,708 5,020 42.95

Padi

a. Luas Panen (ha) 19,281 19,691 410 2.13

b. Produktivitas (ku/ha) 37.57 36.83 -0.74 -1.97

c. Produksi (ton) 72,445 72,521 76 0.10

Keterangan : Bentuk produksi padi adalah gabah kering giling (GKG)

URAIAN2013

(ATAP)2014

(ARAM II)

Perkembangan

a. Luas Panen (ha) 1

b. Produktivitas (ku/ha)

c. Produksi (ton) 2

Keterangan : Bentuk prod

URAIAN2

(A

Tabel 1.3Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Padi Malut

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Perkembangan Luas Panen,

Sumber : BPS Provinsi Ma

Tabel 1.4Produktivitas & Produksi Jagung Malut

19

Absolut %

0,395 7,970 -2,425 -23.33

28.30 27.94 -0.36 -1.27

9,421 22,270 -7,151 -24.31

uksi jagung adalah pipilan kering

013TAP)

2014(ARAM II)

Perkembangan

luku Utara, diolah

20

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Produksi kedelai di Maluku Utara diprediksi sebesar 1.227 ton biji kering pada ARAM II 2014, atau

naik sebesar 41 ton atau 3,34% dibandingkan dengan ATAP 2013. Pertumbuhan positif kinerja

produksi kedelai diperkirakan disebabkan oleh peningkatan produktivitas sebesar 0,80

kuintal/hektar atau 6,55%. Hal ini terjadi ditengah turunnya luas panen seluas 30 hektar atau

2,99%. Kenaikan produksi kedelai tahun 2014 terjadi pada periode September-Desember sebesar

292 ton atau 74,68%, sedangkan pada periode Januari-April dan Mei-Agustus turun masing-

masing sebesar 199 ton atau kontraksi -40,45% dan 52 ton atau -15,12% bila dibandingkan

dengan tahun 2013 pada periode yang sama.

Sementara itu, Subsektor perkebunan tercatat mengalami kinerja positif dengan tumbuh sebesar

2,06% (yoy) atau 1,43% (qtq) dengan pangsa sebesar 14,79% terhadap PDRB. Secara tahunan,

subsektor ini tumbuh sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,11% (yoy), namun

terakselerasi secara triwulanan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

0,97% (qtq). Terakselerasinya pertumbuhan secara triwulanan subsektor ini didorong oleh

masuknya masa panen cengkeh pada triwulan laporan sehingga mendorong kinerja triwulanan.

Namun pertumbuhan tahunan yang sedikit lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya

dikarenakan produksi kopra pada triwulan laporan lebih sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perkembangan sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan oleh

perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah Rp23,38 miliar, tumbuh

20,32% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau naik tipis

0,76% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp23,22 miliar.

Absolut %

a. Luas Panen (ha) 1,005 975 -30 -0.03

b. Produktivitas (ku/ha) 12.21 13.01 0.80 0.07

c. Produksi (ton) 1,227 1,268 41 0.03

Keterangan : Bentuk produksi kedelai adalah biji kering

URAIAN2013

(ATAP)2014

(ARAM II)

Perkembangan

Tabel 1.5Perkembangan Luas Panen, Produktivitas & Produksi Kedelai Malut

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

21

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 11,86% (yoy) pada triwulan III 2014 atau

3,83% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor ini memiliki pangsa sebesar

28,51% terhadap pembentukan PDRB Maluku Utara triwulan III 2014. Perkembangan pada sektor

ini disokong oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh sebesar

11,96% (yoy), subsektor hotel 7,67% (yoy) dan subsektor restoran 1,23% (yoy).

Pertumbuhan tahunan sektor PHR terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini

didorong oleh kinerja subsektor perdagangan besar yang tumbuh terakselerasi sehingga walaupun

-200.00%

-100.00%

0.00%

100.00%

200.00%

300.00%

400.00%

500.00%

600.00%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Kredit Pertanian g_yoy (aksis kanan)

0

5

10

15

20

25

30

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013 2014

Volume Produksi Ikan (Ton) Rata-Rata Produksi Harian (Ton)

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

PHR g_yoy (RHS)

Sumber : PPN Kota Ternate

Grafik 1.35Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.33Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.34Perkembangan Kinerja Ikan Tangkap

22

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

terjadi perlambatan pada kedua subsektor yang lain namun sektor PHR secara keseluruhan tetap

mampu tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan sektor ini terkonfirmasi dari indeks Tingkat Penghunian

Kamar (TPK) selama triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 93,14% (yoy) jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh 14,33% (qtq) jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Selain itu, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan pada sektor ini juga

mengalami kenaikan yang hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.205 miliar atau

meningkat 136,02% (yoy) namun turun sebesar -1,46% (qtq). Hal ini seiring dengan himbauan

Bank Indonesia untuk menahan laju pertumbuhan kredit agar menghindari risiko kredit macet.

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 5,97% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,27% (yoy). Secara triwulanan, sektor ini

tumbuh 2,24% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -

0,17% (qtq). Industri non-migas merupakan satu-satunya pendorong pertumbuhan sektor ini

dengan andil sebesar 12,44% terhadap PBRD Maluku Utara triwulan III 2014. Pertumbuhan pada

sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan kredit yang dikucurkan perbankan yang tumbuh 5,34%

(yoy) atau 0,94% (qtq). Pertumbuhan positif dari sektor ini juga disebabkan oleh naiknya

permintaan masyarakat pada triwulan laporan seiring adanya puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri,

persiapan ibadah haji, dan peningkatan pendapatan masyarakat (IPRT). Kinerja positif sektor ini

sudah terlihat dari triwulan sebelumnya dikarenakan adanya sistem buffer stock yang diterapkan

pelaku di sektor ini dalam mengantisipasi besarnya permintaan dari pasar sehingga menyebabkan

kinerja di triwulan sebelumnya lebih tinggi dari pada triwulan laporan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

PHR g_yoy (RHS)

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

TPK g_yoy (RHS)

Grafik 1.36Perkembangan Kredit Sektor PHR

Grafik 1.37Perkembangan TPK

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

23

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada triwulan III 2014 tumbuh

terkontraksi sebesar -0,22% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,34% (yoy). Secara triwulanan, IMK Maluku Utara tumbuh 2,31% (qtq).

Pertumbuhan tertinggi dialami oleh industri pengolahan lainnya yang tumbuh signifikan sebesar

39,74% (yoy), kemudian disusul oleh industri minuman yang tumbuh 19,72% (yoy), industri

furnitur yang tumbuh 18,16% (yoy) serta industri tekstil yang tumbuh 13,59% (yoy). Sementara

itu, industri yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan laporan adalah industri barang

galian bukan logam sebesar -16,51% (yoy), industri logam dasar -9,88% (yoy) dan industri alat

angkut lainnya -7,95 (yoy).

Secara triwulanan, industri pengolahan lainnya tumbuh 27,13 (qtq), industri furnitur tumbuh

25,27% (qtq), Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu dan Gabus (Tidak Termasuk

Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya tumbuh 12,77% (qtq), dan

industri makanan tumbuh 9,95% (qtq). Sedangkan industri yang tumbuh terkontraksi secara

triwulanan adalah industri alat angkut lainnya -7,15 (qtq), industri logam dasar -2,74% (yoy), dan

industri minuman tumbuh -2,18% (qtq).

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Industri Pengolahan g_yoy (RHS)

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

85,000

90,000

95,000

100,000

105,000

110,000

115,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Industri Pengolahan g_yoy (RHS)

Grafik 1.39Perkembangan PDRB Riil

Sektor Industri Pengolahan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.38Perkembangan Kredit Sektor Industri

Pengolahan

24

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan sesuai

proyeksi yaitu tumbuh terkontraksi -19,78% (yoy) namun naik 1,65% (qtq). Kontraksi pada

triwulan ini lebih dangkal dari triwulan sebelumnya dikarenakan adanya kegiatan ekspor antar

daerah dari subsektor pertambangan non-migas. Penurunan ini merupakan dampak dari

implementasi UU Minerba sehingga perusahaan tambang yang memproduksi biji nikel harus

berhenti beroperasi karena larangan ekspor biji nikel mentah. Perusahaan tambang harus menjual

barang olahan dari biji nikel sehingga mereka harus membangun pabrik pemurnian nikel atau

smelter yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, dimana pembangunan hanya dilakukan

oleh perusahaan dengan modal besar mengingat biaya pembangunan yang tinggi.

Subsektor penggalian tercatat masih mengalami pertumbuhan sebesar 4,09% (yoy) namun

terkontraksi -0,37% (qtq). Subsektor ini masih digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C

seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan

bangunan fungsional lainnya termasuk kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah

qtq ctc yoyIndustri Makanan 0.62 9.95 0.35Industri Minuman 17.78 -2.18 19.72Industri Tekstil 12.02 3.03 13.59Industri Pakaian Jadi 10.38 5.00 3.84Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu danGabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyamandari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

4.31 12.77 7.58

Industri Barang Galian Bukan Logam -8.31 0.10 -16.51Industri Logam Dasar 2.64 -2.74 -9.88Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 7.53 5.42 9.49Industri Alat Angkutan Lainnya 8.00 -7.15 -7.95Industri Furnitur 7.47 25.27 18.16Industri Pengolahan Lainnya 13.54 27.13 39.74

IMK (Industri Mikro dan Kecil) 2.31 8.96 -0.22Ket : qtq : quartal to quartal

ctc : cumulative to cumulativeyoy : year on year

Jenis IndustriPertumbuhan

Tabel 1.6Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

25

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Grafik 1.40Perkembangan PDRB Riil SektorPertambangan dan Penggalian

Grafik 1.41Perkembangan Kredit

Sektor Pertambangan dan Penggalian

maupun pihak swasta terkait perluasan area untuk mengembangkan usaha mereka. Saat ini

pemerintah sedang melakukan review terhadap izin galian tipe C karena berdampak terhadap

kerusakan areal sekitar tambang akibat proses penambangan yang kurang baik serta merugikan

masyarakat sekitar bahkan berpotensi menyebabkan tanah longsor.

Sementara itu, sektor pertambangan non-migas tercatat terkoreksi signifikan sebesar -23,70%

(yoy) namun naik 2,12% (qtq). Pertumbuhan triwulanan subsektor ini positif dikarenakan adanya

kegiatan ekspor antar daerah dari Maluku Utara ke daerah lain. Andil terbesar dari subsektor ini

disumbangkan oleh kegiatan penambangan nikel yang tersebar di Kepulauan Halmahera. Oleh

karena itu subsektor pertambangan non-migas tercatat mengalami penurunan yang signifikan

karena sampai saat ini masih disumbang seluruhnya oleh produksi biji nikel. Berdasarkan hasil

liaison diketahui bahwa contact belum memasuki fase produksi melainkan sedang dalam tahap

pembangunan pabrik dan fasilitas pendukung serta persiapan produksi.

Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, menjelang

penerapan UU Minerba di tahun 2014, mendorong beberapa perusahaan yang bergerak di bidang

penambangan biji nikel untuk membangun smelter di beberapa lokasi seperti di Kabupaten

Halmahera Timur dan di Pulau Obi – Halmahera Selatan. Disisi lain, pada triwulan laporan,

perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat tumbuh kontraksi sebesar -17,18%

(yoy), meskipun secara qtq naik sebesar 66,17%. Kredit yang disalurkan di sektor ini mulai terlihat

mengalami kontraksi pertumbuhan sejak triwulan II 2013.

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Pertambangan & Penggalian g_yoy (RHS)

-17.08%

-500%

500%

1500%

2500%

3500%

4500%

5500%

6500%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Pertambangan & Penggalian g_yoy (RHS)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

26

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

27

Melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,

Pemerintah Indonesia secara formal membentuk suatu kawasan khusus yang kemudian dikenal

sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Berdasarkan undang-undang (UU) tersebut, KEK

didefinisikan sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu. Semenjak diterbitkannya UU tersebut, sampai saat ini sudah

terdapat 48 daerah yang mengajukan diri untuk menjadi KEK, namun Dewan Nasional KEK,

sebagai pihak yang berwenang untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan KEK,

masih terus mengadakan kajian dan penilaian kelayakan terhadap daerah-daerah tersebut. Pada

mulanya, hingga akhir 2014 baru ditargetkan akan terbentuk lima KEK, namun di pertengahan

tahun 2014 justru telah terbentuk tujuh KEK, yaitu di Sei Mangkei, Sumatera Utara; Tanjung

Api-Api, Sumatera Selatan; Tanjung Lesung, Banten; Palu, Sulawesi Tengah; Bitung, Sulawesi

Utara; Mandalika, Nusa Tenggara Barat; dan Morotai, Maluku Utara.

Kabupaten Pulau Morotai, sebagai salah satu KEK yang baru ditetapkan, merupakan

kabupaten yang memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat potensial serta memiliki

lokasi yang menguntungkan secara geoekonomi dan geostrategis.Hal tersebut menjadi salah

satu pertimbangan utama penetapan kawasan ini menjadi KEK. Pulau Morotai berada di ujung

utara Provinsi Maluku Utara di bibir Samudera Pasifik, titik perlintasan antara kekuatan ekonomi

Timur dan Pasifik. Morotai memiliki wilayah seluas 4.301,53 km², dengan luas daratan seluas

2.330,60 km² dan luas wilayah laut sejauh 4 mil seluas 1.970,93 km². Terdapat 33 pulau kecil

di kabupaten tersebut, dimana 7 pulau berpenghuni dan 26 pulau tidak berpenghuni. Pulau

Morotai memiliki garis pantai sepanjang 354,14 km². Dengan jumlah penduduk sebanyak

56.462 jiwa, dimana 80%-nya terdistribusi dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sedangkan

20%-nya berada di perkotaan dan desa pedalaman. Potensi geografis dan demografis tersebut

coba dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membangun suatu Mega Minapolitan Morotai dan

pengembangan gerbang ekonomi di Kawasan Pasifik.

Terdapat lima lokasi usulan KEK Morotai dan diharapkan dapat selesai dalam 25 tahun

kedepan yang terbagi dalam 5 tahap. Pada tahap pertama, wilayah KEK Morotai yang akan

dipersiapkan menggunakan lahas seluas 1.101,67 Ha yang berlokasi tidak jauh dari daerah

pemukiman dan kegiatan existing di bagian selatan Pulau Morotai. KEK Morotai akan dibagi

menjadi beberapa zona, yakni Zona Pengolahan Ekspor, Zona Logistik, Zona Industri, dan Zona

BOKS I. Kawasan Ekonomi Khusus Morotai

28

BOKS I. Kawasan Ekonomi Khusus Morotai

Pariwisata. Sektor bisnis yang rencananya akan dikembangkan pada kawasan tersebut antara

lain adalah industri pengolahan batu bara, karet, petrokimia, dan kelapa sawit. Besarnya

investasi yang diperlukan untuk KEK Morotai adalah Rp 6,8 triliun, dengan proyeksi nilai

investasi sampai 2025 sebesar Rp 30,44 triliun.

Sejauh ini, pengembangan KEK Morotai sudah melewati tahap penyiapan kelembagaan

dan pelimpahan kewenangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

Lembaga yang dibentuk pada tahap tersebut adalah Dewan Kawasan KEK dan Administrator

KEK. Batasan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah dituangkan

dalam Keppres 33/2010 dimana Pemerintah Pusat lebih banyak berwenang dalam membuat

perencanaan sementara Pemerintah Daerah menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat.

Pada tahap selanjutnya, yakni pembebasan lahan, instansi yang ditunjuk untuk

melakukan tugas tersebut adalah PT Jababeka Morotai. Per Oktober 2014, progres pembebasan

lahan sudah mencapai 80% dari target 2014. Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Jababeka

Morotai dalam melakukan pembebasan lahan adalah adanya multiple klaim atas lahan yang

sama yang disebabkan oleh banyaknya pemilik tanah yang masih belum memiliki sertifikat

tanah. Untuk itu, PT. Jababeka Morotai bersinergi dengan pemerintah Kabupaten Pulau

Morotai guna menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pembangunan infrastruktur di dalam KEK Morotai merupakan tanggung jawab PT.

Jababeka Morotai. Infrastruktur dimaksud mencakup batas KEK, pintu gerbang kawasan,

gedung dan peralatan kantor, jalan, drainase, jaringan listrik, jaringan distribusi air bersih,

instalasi pengolahan air limbah, fasilitas sosial dan umum, serta estate regulation. Infrastruktur

untuk kebutuhan dasar di Morotai saat ini belum memadai. Kapasitas listrik di Morotai masih

1,5 Megawatt yang notabene masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat Morotai sehingga sering terjadi pemadaman. Berkaitan dengan itu, PT. Jababeka

Morotai mencoba menggaet investor yang akan berinvestasi untuk pengadaan listrik di Morotai

guna mendukung KEK Morotai.

Sebuah kawasan tentu memerlukan infrastruktur penunjang di luar kawasan tersebut.

Pengembangan infrastruktur penunjang yang mencakup pengembangan pelabuhan,

pengembangan bandar udara, dan jalan merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat dan

Daerah. Mengingat infrastruktur di Morotai belum memadai, pembangunan infrastruktur

utama seperti jaringan listrik dan komunikasi perlu diprioritaskan.

29

BOKS I. Kawasan Ekonomi Khusus Morotai

Sampai saat ini, mayoritas investor yang sudah menyatakan ingin berinvestasi berasal

dari Taiwan. Calon investor lainnya yang mengincar KEK Morotai antara lain berasal dari

Vietnam, Malaysia, Kamboja, Myanmar, dan Laos. Namun demikian masih belum banyak

investor yang memberi kepastian akibat data terkait Morotai masih dalam proses pengumpulan

serta belum adanya kepastian insentif yang akan didapatkan dari pemerintah.

Dalam rangka menarik investor, PT. Jababeka Morotai bekerjasama dengan instansi

pemerintah seperti BKPM dan KDEI Taipei untuk mengadakan seminar mengenai promosi KEK

Morotai dengan mengundang para calon investor serta membentuk Steering Commitee antara

Indonesia dan Taiwan sebagai badan pengawas dan pendukung pengembangan KEK Morotai.

Selain itu, PT. Jababeka Morotai juga mengadakan seminar promosi di Taipei agar dapat

menarik minat calon investor dari Taiwan.

Dengan dibentuknya Kawasan Ekonomi Khusus yang mendatangkan banyak investor

dari luar negeri, kebutuhan sumber daya manusia di kawasan tersebut akan meningkat. Untuk

memenuhi kebutuhan sumber daya manusia tersebut secara kuantitas dan kualitas, PT.

Jababeka bekerjasama dengan Taiwan ICDF. Taiwan ICDF memberikan pelatihan kepada

masyarakat lokal guna meningkatkan kapabilitas mereka saat KEK Morotai sudah berjalan. PT.

Jababeka juga memiliki program terkait pengembangan sumber daya manusia di Morotai agar

masyarakat Morotai dapat berperan serta dalam KEK Morotai sehingga harapan masyarakat

Morotai untuk dapat menikmati manfaat dari pembentukan KEK di wilayah mereka dapat

terpenuhi serta juga dapat berpartisipasi secara aktif.

BOKS I. Kawasan Ekonomi Khusus Morotai

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

30

2.1 Kondisi Umum

Pada tahun 2014, Pemerintah Provinsi Maluku Utara menetapkan target pendapatan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp1,61 triliun, meningkat 22,11% (yoy)

atau Rp293,21 miliar dibanding target belanja APBD 2013. Sedangkan apabila dibandingkan

dengan APBD Perubahan (APBD-P) 2013, target pendapatan APBD 2014 meningkat sebesar

Rp94,87 miliar atau 6,22%. Sementara itu, target belanja/pengeluaran di tahun 2014 adalah

Rp1,56 triliun, meningkat 11,66% (yoy) atau Rp163,6 miliar dibandingkan dengan target

pengeluaran pada APBD 2013. Apabila dibandingkan dengan target pengeluaran pada APBD-P

2013, target tahun 2014 turun 3,38% (yoy) atau Rp54,77 miliar. Pada APBD-P terdapat

penyesuaian anggaran terkait kebutuhan terkini di provinsi sehingga mempengaruhi perubahan

besaran target pengeluaran. Dengan kondisi APBD tersebut, pada tahun 2014 ditargetkan akan

terjadi surplus anggaran sebesar Rp52,50 miliar, kondisi ini berbeda dari APBD tahun 2012 dan

2013 dimana Provinsi Maluku Utara selalu mengalami defisit. Namun demikian besaran/nilai APBD

2014 masih mungkin mengalami perubahan dan menjadi APBD-P 2014 jika pemerintah Provinsi

Maluku Utara menganggap perlu koreksi sesuai dengan perubahan kebutuhan sepanjang tahun

2014.

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

Grafik 2.1Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014

31

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

Berdasarkan data realisasi hingga triwulan II 2014, Pemerintah Provinsi Maluku Utara mencatat

realisasi pendapatan sebesar Rp854,86 miliar atau 52,78% dari target yang ditetapkan diawal

tahun sebesar Rp1,61 triliun. Sementara realisasi pos belanja tercatat sebesar Rp609,53 triliun atau

38,89% dari target awal yang sebesar Rp1,56 triliun.

2.2 Pendapatan Daerah

Target pendapatan Malut tahun 2014 ad

APBD 2013, atau naik 6,3% dibanding

peningkatan penerimaan yang bersumber

(DAK), dan adanya penambahan pos baru,

peningkatan target pendapatan daerah.

penerimaan yang berasal dari dana alokas

7,08%, dan tambahan sebesar Rp155,19

khusus. APBD 2014 masih memungkin

menganggap perlu adanya penyesuaian ter

dilakukan setelah memasuki semester II ta

memperkirakan apakah kebutuhan pemban

anggaran yang ada ataukah perlu disesua

pajak daerah dan retribusi mengingat peme

Perkembangan Realisasi A

Grafik 2.2

PBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014

32

alah Rp1,61 triliun meningkat 22,11% dibandingkan

kan APBD-P 2013. Optimisme pemerintah terhadap

dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus

yaitu Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus memicu

Pada tahun 2014, diperkirakan terdapat peningkatan

i umum sebesar 17,35%, dana alokasi khusus sebesar

miliar dari pos angaran baru penyesuaian dan otonomi

kan untuk mengalami perubahan jika pemerintah

kait kondisi terkini. Perubahan terhadap APBD biasanya

hun berjalan mengingat pemerintah daerah sudah bisa

gunan dan operasional dapat dijalankan menggunakan

ikan. Salah satunya adalah PAD yang bersumber dari

rintah sedang melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

pajak dan retribusi daerah serta melakukan pengawasan yang lebih ketat dari sebelumnya untuk

memastikan agar para wajib pajak melaksanakan kewajibannya pada negara. Semua strategi

tersebut diharapkan berdampak pada meningkatnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2014).

Pos AnggaranProv.Malut2013

ProKab

2

Pendapatan 1,326,442 6,57

PAD 132,762 54

Pajak daerah 96,086 1

Retribusi daerah 24,266

Hasil pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan

-

Lain-lain PAD yang sah 12,409 3

Dana Perimbangan 956,831 5,59

DBH 114,552 6

DAU 772,591 4,3

DAK 69,688 6Lain-lain Pendapatan Daerah yangSah

236,849 43

Hibah 236,849 2

Dana darurat -Dana bagi hasil pajak dari Provinsi

dan Pemda lainnya -

Dana penyesuaian dan otonomikhusus - 1

Bantuan keuangan dari Provinsiatau Pemda lainnya

-

Lain-lain-

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku U

Berdasarkan data hasil penjumlahan APBD T

Utara serta seluruh kabupaten/kota se-Malu

mencapai Rp 7,21 triliun. Pendapatan terse

yang mencapai Rp 7,42 triliun sampai a

Pemprov Maluku Utara mengandalkan Dana

sumber pendapatan utama yang mencapa

1 Perubahan

Perkembangan Anggaran Pendapata

Tabel 2.1

n Total Provinsi Maluku Utara (dalam juta rupiah)

33

v. &Malut

013

Prov.Malut

2013-P1

Prov.Malut2014

Prov. &Kab Malut

2014

2014vs

2013-P(%)

Prov. vsKab.2014(%)

2,714 1,524,775 1,619,653 7,214,504 6.22%22.45

%

6,332 237,440 204,901 575,980 -13.70%35.57

%

47,953 171,724 152,200 214,427-

11.37% 70.98%

73,620 43,368 35,745 104,428 -17.58%

34.23%

1,940 - 10,860 0.00% 0.00%

22,819 22,178 16,956 246,265 -23.55% 6.89%

2,513 1,046,233 1,119,302 6,082,109 6.98% 18.40%

24,868 203,953 138,055 535,501-

32.31%25.78%

00,981 772,591 906,624 4,854,458 17.35% 18.68%

66,665 69,688 74,623 692,150 7.08% 10.78%

3,869 241,103 295,451 556,416 22.54%

53.10%

59,509 241,103 140,261 163,521 -41.83% 85.78%

- - - 0.00% 0.00%

36,307 - 43,072 0.00% 0.00%

38,053 - 155,190 349,823 0.00% 44.36%

- - - 0.00% 0.00%

- - -0.00% 0.00%

tara 2014

ahun Anggaran 2014 milik Pemerintah Provinsi Maluku

ku Utara, diketahui bahwa target pendapatan daerah

but akan digunakan untuk membiayai belanja daerah

khir tahun anggaran 2014. Berdasarkan sebarannya,

Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai

i Rp 4,85 triliun atau 67,29% dari total pendapatan

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditargetkan mencapai Rp 575,98 miliar dengan sumber yang

paling besar adalah Lain-lain PAD yang sah yang mencapai 3,41% dari total pendapatan daerah

atau Rp 246,27 miliar. Sedangkan untuk Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang ditargetkan

mencapai Rp 556,42 miliar yang berasal dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dengan

target sebesar Rp 349,82 miliar atau 4,85% dari total pendapatan daerah.

Realisasi pendapatan Pemerintah Provins

Rp854,87 miliar atau 52,78% dari target ya

realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) me

masing-masing mencapai 42% dan 70%.

Pos Anggaran(1)

Pendapatan 1PAD

Pajak daerahRetribusi daerahLain-lain PAD yang sah

Dana PerimbanganDBHDAUDAK

Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahHibahDana penyesuaian dan otonomi khusus

*Ket: APBD Perubahan

Perkembangan Anggaran Pendapa

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku

Tabel 2.2tan Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)

34

i Maluku Utara hingga triwulan II 2014 mencapai

ng ditetapkan untuk keseluruhan tahun 2014, dimana

ncapai 55%. Sementara kucuran dana DAU dan DAK

2013 2013* 2014(2) (3) (4)

.326.442 1.524.775 1.619.653 22,11% 6,22%132.762 237.440 204.901 54,34% -13,70%96.086 171.724 152.200 58,40% -11,37%24.266 43.368 35.745 47,30% -17,58%12.409 22.178 16.956 36,63% -23,55%

956.831 1.046.233 1.119.302 16,98% 6,98%114.552 203.953 138.055 20,52% -32,31%772.591 772.591 906.624 17,35% 17,35%69.688 69.688 74.623 7,08% 7,08%

236.849 241.103 295.451 24,74% 22,54%236.849 241.103 140.261 -40,78% -41,83%

155.190 100,00% 100,00%

(4) Vs (3)(4) Vs (2)

Utara 2014

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

2.3 Belanja Daerah

Target belanja daerah Pemerintah Provinsi M

triliun atau meningkat 11,66% (yoy) diba

dibandingkan dengan APBD-P 2013. Pa

ditargetkan sebesar Rp609,31 miliar ata

sebelumnya. Apabila dibandingkan denga

mengalami penurunan sebesar 2,56% yan

sebesar 35,3%. Sementara itu, belanja la

meningkat 5,06% dibanding APBD 2013.

tersebut turun 3,89% (yoy) yang disebabka

modal, masing-masing sebesar 24,24% dan

Rasio belanja pegawai terhadap total bela

meningkat jika dibandingkan dengan belan

memiliki share sebesar 21,5% atau sebesar

belanja pegawai meningkat 37,6% dari Rp3

pada APBD 2014. Kondisi ini sejalan den

Daerah (CPNSD) di lingkup pemerintahan P

Pos AnggaranPendapatan

PADPajak daerahRetribusi daerahLain-lain PAD yang sah

Dana PerimbanganDBHDAUDAK

Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahHibah

Anggaran dan Realisasi Pendapata

Tabel 2.3n Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)

2014 Realisasi Tw II 2014 Persentase1.619.653 854.869 52,78%

204.901 92.594 45,19%152.200 67.142 44,11%35.745 16.456 46,04%16.956 8.361 49,31%

1.119.302 605.796 54,12%138.055 54.546 39,51%906.624 528.864 58,33%74.623 22.387 30,00%

295.451 156.479 52,96%140.261 13.387 9,54%

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014

35

aluku Utara pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp1,62

nding APBD 2013, namun turun sebesar 3,38% jika

da APBD 2014 komponen belanja tidak langsung

u meningkat 23,9% (yoy) dibanding APBD tahun

n APBD-P 2013, komponen belanja tidak langsung

g berasal dari penurunan pos belanja bantuan sosial

ngsung ditargetkan mencapai Rp957,83 miliar, atau

Namun, jika dibandingkan dengan APBD-P, jumlah

n oleh penurunan jumlah belanja pegawai dan belanja

17,44%.

nja daerah tahun 2014 dengan share sebesar 26,5%,

ja pegawai pada APBD tahun sebelumnya yang hanya

19,65% dibanding APBD-P 2013. Secara agregat total

01,86 miliar pada APBD 2013 menjadi Rp415,35 miliar

gan rencana penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil

rovinsi Maluku Utara tahun 2013 sebanyak 49 orang

36

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782 orang. Selain itu, peningkatan

belanja juga disebabkan oleh adanya rencana pencairan gaji ke-13 PNS pada triwulan II 2014.

Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2014

mencapai 56,5% atau turun tipis 3,6% (yoy) jika dibandingkan dengan pos yang sama tahun

sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud tercatat sebesar Rp886 miliar atau naik 5% (yoy)

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang mencapai lebih dari

separuh total belanja daerah, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tahun 2014.

Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2014, dalam rangka penguatan

struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan bidang

yaitu:

1. Infrastruktur;

2. Pendidikan dan kesehatan;

3. Ketahanan pangan;

4. Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial;

5. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan;

6. Investasi dan iklim usaha;

7. Sumber daya energi, air dan mineral, lingkungan hidup dan mitigasi bencana;

8. Pariwisata;

9. Daerah perbatasan, terluar, terpencil, dan tertinggal;

10. Kebudayaan, kreativitas, inovasi, dan teknologi.

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

2013 2013* 2014(2) (3) (4)

Belanja 1.403.533 1.621.925 1.567.153 11,66% -3,38%Belanja Tidak Langsung 491.796 625.305 609.315 23,90% -2,56%

Belanja Pegawai 233.546 223.949 343.519 47,09% 53,39%Belanja Hibah 200.208 200.208 205.475 2,63% 2,63%Belanja Bantuan Sosial 27.050 27.050 17.500 -35,30% -35,30%Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes

28.092 28.092 39.421 40,33% 40,33%

Belanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes

900 900 900 0,00% 0,00%

Belanja Tidak Terduga 2.000 2.100 2.500 25,00% 19,05%Belanja Langsung 911.737 996.620 957.838 5,06% -3,89%

Belanja Pegawai 68.315 94.823 71.838 5,16% -24,24%Belanja Barang dan Jasa 349.055 377.599 453.218 29,84% 20,03%Belanja Modal 494.366 524.198 432.782 -12,46% -17,44%

*Ket: APBD Perubahan (APBD-P) 2013

Pos Anggaran(1)

(4) vs (2) (4) vs (3)

Tabel 2.4Perkembangan Anggaran Belanja Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014

37

Anggaran belanja daerah yang mencapai Rp 7,42 triliun terbagi menjadi Belanja Tidak

Langsung yang mencapai Rp 3,09 triliun dan Belanja Langsung yang mencapai Rp 4,33 triliun.

Porsi anggaran terbesar dalam Belanja Tidak Langsung adalah Belanja Pegawai yang mencapai

33,25% dari total belanja daerah atau Rp 2,47 triliun. Sedangkan pada Belanja Langsung,

anggaran Belanja Modal mencapai Rp 2,12 triliun atau 28,51% dari total anggaran belanja

daerah.

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

Pos AnggaranProv.Malut2013

PrKab

2

Belanja 1,403,533 6,97

Belanja Tidak Langsung 491,796 2,66

Belanja Pegawai 233,546 2,1

Belanja Bunga -

Belanja Subsidi -

Belanja Hibah 200,208 3

Belanja Bantuan sosial 27,050Belanja Bagi hasil kpd

Prov/Kab/Kota dan Pemdes28,092

Belanja Bantuan keuangan kpdProv/Kab/Kota dan Pemdes

900 1

Belanja tidak terduga 2,000

Belanja Langsung 911,737 4,30

Belanja Pegawai 233,546 2,1

Belanja Barang dan jasa 349,055 1,5

Belanja Modal 494,366 2,3

Sementara itu, realisasi belanja daerah Pe

tercatat sebesar Rp609,53 miliar atau 38,8

tidak langsung yaitu belanja bagi hasil kepa

Pos AnggaranBelanja

Belanja Tidak LangsungBelanja PegawaiBelanja HibahBelanja Bantuan SosialBelanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Tidak Terduga

Belanja Langsung

Belanja PegawaiBelanja Barang dan JasaBelanja Modal

Perkembangan Anggaran Belanja T

Perkembangan Anggaran dan Realisasi

Tabel 2.5otal Provinsi Maluku Utara (dalam juta rupiah)

ov. &Malut

013

Prov.Malut

2013-P

Prov.Malut2014

Prov. &Kab Malut

2014

2014 vs2013-P

(%)

Prov. vsTotal2014(%)

2,364 1,567,153 1,567,153 7,424,566 0.00% 21.11%

5,003 609,315 609,315 3,089,608 0.00% 19.72%

21,455 343,519 343,519 2,468,808 0.00% 13.91%

1,929 - 3,388 0.00% 0.00%

10,100 - 17,500 0.00% 0.00%

08,679 205,475 205,475 290,100 0.00% 70.83%

64,739 17,500 17,500 48,860 0.00% 35.82%

36,623 39,421 39,421 40,531 0.00% 97.26%

03,589 900 900 198,009 0.00% 0.45%

17,890 2,500 2,500 22,412 0.00% 11.15%

7,361 957,838 957,838 4,334,958 0.00% 22.10%

21,455 71,838 343,519 2,468,808 378.19% 13.91%

60,021 453,218 453,218 1,782,785 0.00% 25.42%

50,231 432,782 432,782 2,117,079 0.00% 20.44%

2014 Realisasi Tw II 2014 Persentase1.567.153 609.533 38,89%

609.315 246.583 40,47%

343.519 107.379 31,26%

205.475 99.395 48,37%

17.500 5.412 30,93%

39.421 34.246 86,87%

900 - 0,00%

2.500 150 6,00%957.838 362.951 37,89%71.838 23.259 32,38%

453.218 154.523 34,09%432.782 185.168 42,79%

Tabel 2.6Belanja Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014

38

merintah Provinsi Maluku Utara per triwulan II 2014

9%. Realisasi belanja terbesar berasal dari pos belanja

da prov./kab./kota dan pemdes yaitu sebesar 86,87%.

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

Sedangkan belanja tidak langsung secara aggregat terealisasi sebesar 40,47% atau Rp246,58

miliar. Dari angka realisasi APBD 2014 pada triwulan II tersebut, hampir seluruh pos sudah terealisir

meskipun besarannya bervariasi kecuali pos belanja bantuan keuangan kepada prov./kab./kota dan

pemdes yang sama sekali belum terealisasi.

Selanjutnya, pos belanja langsung secara aggregat terealisasi sebesar 37,89% atau Rp362,95

miliar. Apabila ditinjau lebih jauh lagi, diketahui bahwa realisasi pos belanja langsung masih berada

pada kisaran 30% hingga sedikit diatas 40%, dengan tingkat realisasi terbesar adalah belanja

modal dengan besaran 42,79% atau Rp185,16 miliar.

2.4 Defisit dan Pembiayaan

D

7

s

k

p

s

p

p

m

B

s

m

k

Pos Anggaran 2013 2013* 2014 PertumbuhanSurplus/Defisit Pembiayaan (77.091) (97.150) 52.500 154,04%

Pembiayaan Netto 97.500 121.742 27.500 -77,41%Penerimaan Pembiayaan 100.000 124.242 30.000 -75,85%

SiLPA TA Sebelumnya 100.000 124.242 30.000 -75,85%Pengeluaran Pembiayaan 2.500 2.500 2.500 0,00%

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.500 2.500 2.500 0,00%*Ket: APBD Perubahan (APBD-P) 2013

Tabel 2.7Perkembangan Surplus Defisit Pemprov Maluku Utara (dalam juta rupiah)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014

39

efisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp97,15 miliar atau naik

1,3% (yoy) dibanding APBD 2012. Namun pada tahun 2014, Provinsi Maluku Utara menargetkan

urplus anggaran sebesar Rp52,50 miliar pada akhir tahun. Walaupun demikian, tidak tertutup

emungkinan terjadinya perubahan target pada APBD 2014. Namun demikian, sisa lebih

erhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya sebesar Rp30 miliar dapat digunakan

ebagai dana cadangan apabila kondisi mengharuskan pos belanja lebih besar dari pos

endapatan. Kondisi tersebut dapat terjadi dengan melihat banyaknya agenda pembangunan

emerintah di tahun 2014 serta masih adanya ancaman kenaikan harga berbagai komoditas di

asa yang akan datang.

erdasarkan realisasi, hingga triwulan II 2014, APBD Provinsi Maluku Utara mencatatkan surplus

ebesar Rp245,33 miliar atau 467,31% di atas target awal (Rp52,5 miliar). Angka tersebut sangat

ungkin berubah mengingat pengalaman tahun 2013, realisasi pengeluaran pembiayaan naik 10

ali lebih tinggi dari target yang ditetapkan.

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

Pos AnggaranSurplus/Defisit Pembiayaan

Pembiayaan NettoPenerimaan Pembiayaan

SiLPA TA SebelumnyaPengeluaran Pembiayaan

Penyertaan Modal (Investasi) Dae

Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluk

Untuk menutupi defisit tersebut, Pem

sebesar Rp Rp. 271 miliar yang sebagian

mencapai Rp 139 miliar.

Pos AnggaranProv.Malut2013

PrKab

2

Surplus/Defisit (77,091) (39

Pembiayaan Netto 97,500 3

Penerimaan Pembiayaan 100,000 4

SiLPA TA sebelumnya 100,000 2

Pencairan dana cadangan -Hasil Penjualan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan-

Penerimaan Pinjaman Daerah danObligasi Daerah

- 1

Penerimaan Kembali PemberianPinjaman

-

Pengeluaran Pembiayaan 2,500

Pembentukan Dana Cadangan -

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2,500

Pembayaran Pokok Utang -

Pemberian Pinjaman Daerah -

Pembayaran Kegiatan Lanjutan -Pengeluaran Perhitungan Pihak

Ketiga-

Perkembangan Anggaran Surplus/Defis

Realisasi Surplus Defisit Pem

Tabel 2.8prov Maluku Utara (dalam juta rupiah)

2014 Realisasi Tw II 2014 Persentase52.500 245.336 467,31%27.500 23.520 85,53%30.000 23.520 78,40%30.000 23.520 78,40%2.500 - 0,00%

rah 2.500 - 0,00%

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2014

40

u Utara sampai saat ini mencapai Rp 210,06 miliar.

prov Maluku Utara menargetkan Pembiayaan Netto

besar berasal dari SiLPA tahun anggaran 2013 yang

ov. &Malut

013

Prov.Malut

2013-P

Prov.Malut2014

Prov. &Kab Malut

2014

2014 vs2013-P

(%)

Prov. vsKab.2014(%)

9,650) (42,378) 52,500 (210,062.08) -223.89% -24.99%

72,965 121,742 27,500 271,240 -77.41% 10.14%

62,000 124,424 30,000 294,440 -75.89% 10.19%

69,200 124,424 30,000 139,445 -75.89%

21.51%

- - 48,000 0.00% 0.00%

- - - 0.00% 0.00%

91,300 - 106,465 0.00% 0.00%

1,500 - 530 0.00% 0.00%

89,035 2,500 2,500 23,200 0.00% 10.78%

- - - 0.00% 0.00%

22,350 2,500 2,500 23,200 0.00% 10.78%

20,643 - - 0.00% 0.00%

- - - 0.00% 0.00%

- - - 0.00% 0.00%

46,042 - - 0.00% 0.00%

Tabel 2.9it Total Provinsi Maluku Utara (dalam juta rupiah)

41

3.1 Kondisi Umum

Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang

direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 5,40% (yoy), lebih

rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya

yang sebesar 9,75% (yoy) dan 9,66% (yoy). Angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan angka Nasional dan wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang

masing-masing sebesar 4,53 % (yoy) dan 3,84% (yoy).

Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Ternate menunjukkan tren yang fluktuatif. Juli 2014, Kota

Ternate mengalami inflasi sebesar 2,55% (mtm) atau 7,22% (yoy), sementara pada Agustus 2014

terjadi koreksi harga yang mendorong deflasi sebesar -1,02% (mtm) atau 3,25% (yoy). Deflasi ini

terjadi di tengah naiknya harga beberapa komoditas seperti daging ayam ras, daging sapi, ikan

kembung/gembung, nasi dengan lauk, tarif listrik, kayu papan, baju kaos berkerah anak, tarif uang

sekolah dasar, televisi berwarna, tarif angkutan udara dan mobil serta beberapa komoditas lainnya

namun tidak mampu menahan turunnya harga secara aggregat yang dipicu oleh komoditas-

komoditas seperti ikan selar/tude, ekor kuning, tongkol, lolosi, cakalang, malalugis/sorihi, cakalang

asap, tomat sayur, pisang, bawang putih, bawang merah, cabai rawit, dan bahan bakar rumah

tangga. Harga barang dan jasa kembali terakselerasi pada September 2014 yang mencatat inflasi

sebesar 0,87% (mtm) atau 5,40% (yoy). Akselerasi harga pada akhir periode laporan terjadi pada

hampir semua kelompok kecuali kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang

mengalami deflasi sebesar -0,97% (mtm). Sedangkan kelompok yang mengalami kenaikan harga

paling tinggi adalah kelompok bahan makanan yaitu 3,51% (mtm). Komoditas yang berkontribusi

terhadap peningkatan laju inflasi September diantaranya adalah beras, ikan cakalang,

malalugis/sorihi, ekor kuning, tongkol, bayam, kacang panjang, kangkung, tempe, pisang, cabai

rawit, cabai merah, dan minyak goreng.

Pergerakan harga di Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2014

terakselerasi di akhir triwulan. Hal ini tergambar dari inflasi akhir triwulan yang menembus angka

3,51% (mtm) sebagai dampak dari mulai meningkatnya permintaan selama bulan Ramadhan, hari

BAB III. INFLASI DAERAH

BAB III. INFLASI DAERAH

Grafik 3.1Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional

Tabel 3.1 Laju Inflas

raya Idul Fitri, persiapan keberangkatan jemaah haji, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Hal

ini terkonfirmasi dari pergerakan harga kelompok penyusun volatile food, sebagian core serta

kelompok penyusun administered price seiring dengan naiknya harga beberapa komoditas

penyusunnya seperti tarif angkutan darat, laut dan udara dan beberapa komoditas lainnya.

3.2 Perkembangan Infla

3.2.1 Inflasi Tahunan (yo

Pergerakan inflasi tahuna

selama triwulan laporan

mengalami inflasi sebesa

triwulan III 2013 yang ma

dialami oleh Kota Terna

Sulampua (Grafik 3.1) yan

Bahan MakananMakanan Jadi, Minuman, Rokok & TemPerumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan BSandangKesehatanPendidikan, Rekreasi, dan OlahragaTranspor, Komunikasi, dan Jasa Keuang

Inflasi Tahunan (yoy )

Kelompok Barang dan Jasa

4.53

3.84

5.40

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Nasional

Suampua

Malut

i Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

si Kota Ternate

y)

n (yoy) di Provinsi Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate

terpantau cukup fluktuatif. Pada triwulan III 2014, Kota Ternate tercatat

r 5,40% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun

sing-masing sebesar 9,75% (yoy) dan 9,66% (yoy). Tekanan inflasi yang

te juga terpantau lebih tinggi dibanding rata-rata Nasional dan Zona

g masing-masing tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan 3,84% (yoy).

I II III IV I II III IV I II III

4.74 2.56 2.09 1.11 1.96 (2.04) 7.54 9.32 3.66 10.16 4.06 0.85bakau 5.71 6.18 6.49 5.47 5.26 4.15 4.14 4.96 5.68 8.07 12.31 1.55akar 3.47 3.49 3.63 3.15 6.32 7.00 13.76 12.47 10.20 9.36 3.07 1.14

9.48 7.79 5.78 6.38 5.53 2.94 5.05 6.31 10.03 12.93 17.41 0.935.12 5.29 5.05 4.55 1.92 0.88 3.41 2.59 11.19 11.44 10.17 0.364.16 4.08 4.17 4.35 3.15 3.47 8.13 9.56 10.98 11.36 7.2 0.32

an 3.07 6.04 4.14 3.89 2.57 4.45 15.94 13.97 14.38 9.73 1.71 0.254.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.66 9.78 8.80 9.75 5.40 5.40

2012 2013 2014 AndilTw III 2014

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

h

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diola

42

BAB III. INFLASI DAERAH

Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok. Kelompok

sandang mengalami inflasi sebesar 17,41% (yoy) dengan andil 0,93% dimana komoditas yang

mengalami kenaikan harga diantaranya adalah baju muslim laki-laki, baju anak setelan, baju

muslim wanita, baju berkerah wanita. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

naik 12,31% (yoy) dengan andil 1,73% yang terutama dipicu oleh komoditas dari subkelompok

makanan jadi dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Kelompok kesehatan naik

10,17% (yoy) dengan andil 0,36% dimana seluruh subkelompok penyusunnya mengalami inflasi

terutama subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Kelompok pendidikan, rekreasi dan

olahraga naik 7,20% (yoy) dengan andil 0,32% (yoy) yang utamanya dimotori oleh komoditas dari

subkelompok pendidikan dan rekreasi. Kelompok bahan makanan naik 4,06% (yoy) dengan andil

0,85%. Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar terakselerasi 3,07%

(yoy) dengan andil 1,14% dimana komoditas pemicunya adalah cat tembok, tukang bukan mandor

dan tarif listrik. Kemudian kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan terakselerasi 1,71%

(yoy) dengan andil sebesar 0,25% dimana komoditas pemicunya adalah tarif angkutan laut,

angkutan udara dan harga mobil.

Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya

Barang & Jasa Inflasi Andil Barang & Jasa Inflasi AndilBahan Makanan 4.06% 0.85% Sandang Wanita 18.23% 0.24%

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 5.53% 0.27% Sandang Anak-anak 23.84% 0.38%Daging dan Hasil-hasilnya 4.14% 0.05% Barang Pribadi dan Sandang Lain 4.17% 0.03%

Ikan Segar 31.91% 1.70% Kesehatan 10.17% 0.36%Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 10.18% 0.17% Jasa Kesehatan 1.03% 0.01%

Buah - buahan 5.73% 0.11% Obat-obatan 7.68% 0.06%Lemak dan Minyak 7.49% 0.07% Jasa Perawatan Jasmani 17.30% 0.09%

Bahan Makanan lainnya 16.84% 0.01% Perawatan Jasmani dan Kosmetika 13.79% 0.22%Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 12.31% 1.73% Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 7.20% 0.32%

Makanan Jadi 9.90% 0.62% Pendidikan 5.42% 0.14%Tembakau dan Minuman Beralkohol 22.95% 1.28% Kursus-kursus / Pelatihan 4.41% 0.00%

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 3.07% 1.14% Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 4.18% 0.02%Biaya Tempat Tinggal 2.34% 0.68% Rekreasi 9.67% 0.12%

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 4.08% 0.17% Olahraga 39.54% 0.05%Perlengkapan Rumahtangga 9.66% 0.18% Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan 1.71% 0.25%

Penyelenggaraan Rumahtangga 5.99% 0.11% Transpor 3.83% 0.39%Sandang 17.41% 0.93% Sarana dan Penunjang Transpor 6.84% 0.03%

Sandang Laki-laki 17.27% 0.30% Jasa Keuangan 0.80% 0.00%

43

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

BAB III. INFLASI DAERAH

3.2.2 Inflasi

Berbeda deng

maupun per

dibandingkan

tahun sebelu

Sementara la

terlihat dari t

triwulan III 2

sebesar 0,87%

Pada akhir tri

inflasi ini leb

terakhir yang

seiring masuk

triwulan lapo

mengalami

komoditas te

semua kelom

Tabel 3.3 Komoditas Penahan Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya

h

Barang & Jasa Inflasi AndilBahan Makanan 4.06% 0.85%

Ikan Diawetkan -24.67% -0.13%Sayur-sayuran -13.64% -0.27%

Kacang - kacangan -2.91% -0.01%Bumbu - bumbuan -24.22% -0.47%

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 12.31% 1.73%Minuman yang Tidak Beralkohol -2.82% -0.06%

Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan 1.71% 0.25%Komunikasi Dan Pengiriman -4.17% -0.15%

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diola

44

Triwulanan (qtq)

an inflasi tahunannya yang termoderasi signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya

iode yang sama tahun sebelumnya, inflasi triwulanan Kota Ternate terakselerasi

triwulan sebelumnya namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama

mnya.

ju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan III 2014 cenderung fluktuatif yang

ingkat inflasi bulanan (mtm) yang terjadi selama triwulan laporan dimana pada akhir

014 diketahui bahwa tingkat inflasi Kota Ternate sebagai representasi Maluku Utara

(mtm).

wulan III 2014, Kota Ternate mencatat inflasi triwulanan sebesar 2,39% (qtq). Tingkat

ih tinggi dibanding rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama satu dekade

sebesar 1,29% (qtq). Hal ini dipicu oleh adanya lonjakan permintaan masyarakat

nya puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan persiapan ibadah haji yang jatuh pada

ran sehingga menyebabkan kenaikan harga berbagai komoditas. Komoditas yang

kenaikan bukan hanya komoditas volatile food namun hampir sebagian besar

rutama komoditas kelompok sandang. Hal ini tercermin dari inflasi yang dialami oleh

pok barang dan jasa pada akhir triwulan III 2014.

45

BAB III. INFLASI DAERAH

Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate

Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Kelompok sandang merupakan kelompok dengan tingkat inflasi triwulanan tertinggi yaitu 7,61%

dengan andil sebesar 0,39%. Berdasarkan subkelompoknya, subkelompok sandang laki-laki

mengalami inflasi tertinggi yaitu 12,99% (qtq) dengan andil sebesar 0,21, dimana komoditas yang

mengalami inflasi tertinggi adalah sandal karet (54,30%), kaos kaki (47,18%), kemeja pendek batik

(38,61%) dan lain-lain. Subkelompok sandang wanita mengalami inflasi sebesar 8,37% (qtq)

dengan andil sebesar 0,10% dimana komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah kemeja

pendek (65,88%), setelan rok dan blus (56,74%), daster (42,27%), dan lain-lain. Subkelompok

I II III IV I II III IV I II III

Bahan Makanan -1.10 1.75 2.26 -1.75 -0.27 -2.23 12.26 -0.13 -5.43 3.90 1.95 0.41Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.86 1.61 13.33 -10.08 1.66 0.53 13.33 -9.37 2.36 2.80 4.99 0.69Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.55 1.65 3.94 -2.91 3.64 2.30 10.51 -4.02 1.55 1.52 1.08 0.41Sandang 0.97 0.97 18.88 -12.23 0.16 -1.50 21.31 -11.17 3.67 1.09 7.61 0.39Kesehatan 0.73 0.84 12.10 -8.18 -1.80 -0.19 14.91 -8.91 6.43 0.04 3.22 0.11Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0.78 -0.11 11.01 -6.63 -0.37 0.20 16.00 -5.39 0.92 0.54 4.24 0.19Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 1.81 2.68 0.19 -0.80 0.51 4.56 11.22 -2.49 0.87 0.31 1.37 0.20

Inflasi Tahunan (yoy ) 0.52 2.03 5.43 -4.47 1.18 1.01 12.31 -4.36 0.28 1.89 2.39 2.39

Kelompok Barang dan Jasa2012 2013 2014 Andil

Tw III 2014

Disaggregasi Komoditas Inflasi Disaggregasi Komoditas InflasiTarip Listrik 9.01% Administered Price Bahan Bakar Rumah Tangga -8.82%Tembakau Dan Minuman Beralkohol 7.87% Biji Nangka / Kuniran -45.84%Angkutan Udara 4.99% Popok Bayi -44.05%Kapur Sirih 66.67% Jeruk Nipis/Limau -42.85%Stelan Rok Dan Blus 56.74% Lemon -37.49%Kemeja Pendek 54.86% Ekor Kuning Asap -31.66%Sandal Karet 54.30% Sandal Kulit -26.01%Kaos Kaki 45.43% Cakalang Asap -23.32%Daster 42.27% Ikan Asin Belah -21.20%Sajadah 40.42% Garam -12.52%Kemeja Pendek Batik 38.61% Baju Muslim -12.37%Celana Pendek Laki-Laki 36.33% Seragam Sekolah Pria -11.19%Tongkol Pindang 75.27% Tomat Sayur -49.69%Cabai Rawit 68.48% Sawi Hijau -28.77%Cabai Merah 51.97% Teri -27.23%Salak 50.01% Terong Panjang -26.17%Ekor Kuning 32.20% Bawang Merah -24.54%Kol Putih/Kubis 29.28% Sawi Putih -21.75%Pisang 27.04% Cumi-Cumi -20.49%Tahu Mentah 23.81% Tongkol/Ambu-Ambu -17.05%Tempe 21.16% Jagung Manis -15.12%Labu Siam/Jipang 20.00% Bawang Putih -14.35%Jeruk 20.00% Bawal -12.34%Kacang - Kacangan 19.89% Nangka Muda -10.45%

Volatile Food(Total 19

Komoditas)

Core(Total 54

Komoditas)

Penahan InflasiPendorong Inflasi

Administered Price(Total 8 Komoditas)

Core(Total 154Komoditas)

Volatile Food(Total 40

Komoditas)

46

BAB III. INFLASI DAERAH

sandang anak-anak mengalami inflasi 3,95% (qtq) dengan andil 0,06% dimana komoditas yang

mengalami inflasi tertinggi adalah kemeja pendek (43,84%), kaos kaki (43,68%), kemeja panjang

(36,16%), dan lain-lain. Subkelompok barang pribadi dan sandang lain mengalami inflasi sebesar

2,45% (qtq) dengan andil sebesar 0,02%. Lonjakan harga dari kelompok ini sejalan dengan adanya

event perayaan hari raya Idul Fitri 1434 Hijriah yang mendorong peningkatan permintaan akan

sandang.

Selanjutnya inflasi triwulanan yang tinggi juga dialami oleh kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 4,99% (qtq) dengan andil 0,69%. Seluruh

subkelompoknya juga mengalami inflasi. Subkelompok tembakau dan minuman beralkohol

mengalami inflasi sebesar 7,87% (qtq) dengan andil 0,42%. Subkelompok makanan jadi

mengalami inflasi sebesar 3,73% (qtq) dengan andil 0,23%. Kemudian subkelompok minuman

yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,66% (qtq) dengan andil 0,04%.

Kelompok bahan makanan yang merupakan penyusun utama kelompok volatile food mengalami

inflasi sebesar 1,95% (qtq) dimana seluruh subkelompoknya mengalami inflasi kecuali

subkelompok sayur-sayuran dan ikan diawetkan yang masing-masing mengalami deflasi sebesar

11,07% (qtq) dan 19,16% (qtq). Subkelompok yang memiliki andil tertinggi terhadap

pembentukan harga kelompok ini secara triwulanan adalah subkelompok buah-buahan yang

mengalami inflasi sebesar 18,92% (qtq) dengan andil 0,32% dimana komoditas pendorongnya

antara lain adalah salak yang mengalami inflasi 50,01% (qtq), pisang mengalami inflasi 27,04%

(qtq), dan jeruk mengalami inflasi 20,00% (qtq). Subkelompok ikan segar mengalami inflasi 2,95%

dengan andil 0,16% dimana komoditas pendorongnya diantaranya adalah tuna yang mengalami

inflasi 35,96% (qtq), ekor kuning mengalami inflasi 32,20% (qtq), dan cakalang mengalami inflasi

18,28% (qtq). Besarnya nilai konsumsi dari subkeklompok ikan segar di Maluku Utara

menyebabkan sedikit goncangan pada subkelompok ini yang berakibat cukup signifikan pada

kelompok ikan segar. Subkelompok selanjutnya adalah subkelompok daging dan hasil-hasilnya

yang mengalami inflasi sebesar 7,82% dengan andil sebesar 0,09% dimana komoditas

pendorongnya antara lain adalah daging sapi yang mengalami inflasi 14,22% (qtq) dan daging

ayam ras 6,96% (qtq).

Kelompok perumahan, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 1,08% (qtq) dengan

andil 0,41%. Seluruh subkelompoknya juga mengalami inflasi dimana komoditas yang mengalami

inflasi yang tinggi adalah tarif listrik 9,01% (qtq) seiring dinaikannya tarif listrik oleh pemerintah,

cat tembok 24,80% (qtq), lemari pakaian 11,12% (qtq), penyegar ruangan 23,48% (qtq),

BAB III. INFLASI DAERAH

Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional

pembasmi nyamuk bakar 11,51% (qtq). Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan mengalami inflasi 1,37% (qtq) dengan andil sebesar 0,20% dimana komoditas yang

mengalami inflasi tinggi adalah sepeda motor 6,39% (qtq), oli 6,00% (qtq), angkutan udara

4,99% (qtq), dan perbaikan ringan kendaraan 31,78% (qtq). Kondisi ini terkonfirmasi dari hasil

liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara dimana banyaknya

pemudik pada triwulan laporan mendorong tingginya permintaan akan angkutan sehingga

mendorong kenaikan harga tarif angkutan di Maluku Utara.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi triwulanan Kota Ternate pada triwulan III 2014

didorong oleh seluruh kelompok dimana pendorong utamanya adalah kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau, kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, listrik, gas, dan

air bersih serta kelompok sandang dengan total andil sebesar 1,89% atau 79,13% terhadap inflasi

umum triwulanan Kota Ternate.

Meninjau inflasi bulanan Kota Ternate, tingkat inflasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi

Nasional maupun wilayah Sulampua (Grafik 3.2). Pada Juli 2014, Kota Ternate mengalami inflasi

sebesar 2,55% (mtm), kemudian pada bulan Agustus 2014 terjadi koreksi harga yang

menyebabkan deflasi sebesar -1,02% (mtm). Deflasi terjadi ditengah naiknya harga beberapa

komoditas daging ayam ras, daging sapi, ikan kembung/gembung, nasi dengan lauk, tarif listrik,

kayu papan, baju kaos berkerah anak, tarif uang sekolah dasar, televisi berwarna, tarif angkutan

udara dan mobil namun kenaikan tersebut tidak mampu menahan turunnya harga secara aggregat

yang disebabkan oleh komoditas-komoditas dengan andil tinggi khususnya kelompok bahan

makanan seperti ikan selar/tude, ekor kuning, tongkol, lolosi, cakalang, malalugis/sorihi, cakalang

asap, tomat sayur, pisang, bawang putih, bawang merah, cabai rawit, dan bahan bakar rumah

tangga.

0.27

0.14

0.87

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Nasional

Suampua

Malut

h

Sumber : BPS ProvinsiMaluku Utara , diola

47

BAB III. INFLASI DAERAH

3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi

oleh gejolak harga yang terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Namun demikian kelompok

volatile foods dan administered price mengalami gejolak yang lebih signifikan dibandingkan core

inflation.

3.3.1 Faktor Fundamental

Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan III 2014 terpantau termoderasi jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya.

Pergerakan inflasi inti yang antara lain disebabkan oleh naiknya harga komoditas global seperti

nikel, minyak bumi dan emas. Harga minyak bumi terakselerasi 9,87% (yoy) dan harga nikel naik

tajam 30,45% (yoy). Sedangkan harga emas terkoreksi tipis -4,73% (yoy), namun demikian tingkat

harga emas pada akhir triwulan II 2014 masih lebih tinggi dibandingkan harga pada akhir tahun

2013.

-8.28%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Harga Emas ($/toz) g_yoy (RHS)

Pergerakan HPergera

West

Sumber :World Bank

Sumber :World Bank

Grafik 3.3arga Emas Internasional

Grafik 3.4kan Harga Crude OilTexas Intermediate

48

BAB III. INFLASI DAERAH

Dari sisi domestik, terjaganya akselerasi infl

penawaran dalam menjawab fluktuasi sisi p

tumbuh dengan baik. Hal tersebut tercerm

liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia P

produksi yang masih cukup tinggi sehingga

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Pada triwulan III 2014, tingkat konsumsi m

triwulan laporan dan mulai bergerak turu

kembali di akhir triwulan menjelang adanya

Event-event tersebut sudah menjadi agen

permintaan secara signifikan sehingga pa

dengan meningkatkan kapasitas produksi

sehingga akan mampu memenuhi permin

sepanjang triwulan laporan juga ikut memp

segar sehingga setiap kenaikan dan turun

tingkat inflasi Kota Ternate secara aggrega

yang baik juga memungkinkan arus dist

dengan baik mengingat topografi Mal

pemenuhan kebutuhan harian masyarakat

sehingga terjaganya arus distribusi memban

Pergerakan

Grafik 3.5

Harga Nikel Internasional

Sumber :World Bank

49

asi inti berimplikasi pada meningkatnya kemampuan sisi

ermintaan sehingga perekonomian nasional tetap dapat

in dari fluktuasi nilai rupiah yang cukup stabil serta dari

rovinsi Maluku Utara diketahui bahwa kapasitas utilisasi

dapat menjawab permintaan yang fluktuatif.

asyarakat berada pada level tinggi hingga pertengahan

n di pertengahan Agustus 2014. Namun terakselerasi

perayaan hari raya idul adha pada awal Oktober 2014.

da tahunan di Maluku Utara yang memicu naiknya

ra pelaku usaha sudah mengambil langkah persiapan

atau meningkatkan stok pada bulan-bulan sebelumnya

taan masyarakat. Faktor cuaca yang cukup fluktuatif

engaruhi volatilitas harga komoditas subkelompok ikan

nya harga pada subkelompok ini dapat mempengaruhi

t. Selain berpengaruh terhadap harga komoditi, cuaca

ribusi lancar dan berbagai komoditas dapat tersuplai

uku Utara yang berupa kepulauan serta sebagian

Maluku Utara dari impor antar daerah dan antar pulau

tu menjaga tingkat harga.

BAB III. INFLASI DAERAH

Eksternal

Sepanjang triwulan III 2014, nilai tukar rupiah terus menguat dibandingkan akhir triwulan

sebelumnya. Hal ini terjadi tengah kondisi perekonomian global yang masih dalam masa pemulihan

dan bayang-bayang kebijakan tappering off dari The Fed serta rebalancing perekonomian Tiongkok

yang juga berpengaruh kepada perekonomian Indonesia. Nilai rupiah diakhir triwulan laporan

menguat tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun melemah jika dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

berada pada level Rp11.831/USD pada akhir triwulan III 2014. Tekanan terhadap nilai rupiah

melemah sebesar 0,02% (qtq) dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level

Rp11.833/USD. Secara tahunan, rupiah melemah 4,80% jika dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya yang berada pada level Rp11.289/USD. Walaupun tekanan masih kuat,

tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga sehingga optimisme pasar terhadap perekonomian Indonesia

masih tinggi. Optimisme investor terhadap perkembangan ekonomi Indonesia terjadi ditengah

fluktuasi harga berbagai komoditas global dan hal ini mencerminkan cukup kuatnya struktur

perekonomian Indonesia.

3.3.2 Non Fundamental

Volatile Foods

Tekanan inflasi yang dialami kelompok volati

terakselerasi diawal dan diakhir triwulan

Terakselerasinya tekanan inflasi kelompok v

Rp8

Rp9

Rp9

Rp10

Rp10

Rp11

Rp11

Rp12

Rp12

Rp13

1 3 5 7 9 11

2012

Tho

usa

nd

s Rp Vs US

Pergerakan Nilai Tuka

Grafik 3.6

r Rupiah Terhadap Dolar Amerika

50

le foods terpantau fluktuatif. Komoditas kelompok ini

III 2014 baik secara bulanan maupun tahunan.

olatile foods diawal triwulan laporan didorong oleh

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2013 2014

D g_yoy (RHS)

BAB III. INFLASI DAERAH

Grafik 3.7Volume Tangkap dan Nilai Ikan Tangkap

Grafik 3.8Perkembangan Harga Ikan Tangkap

naiknya permintaan masyarakat akan bahan makanan seiring pelaksanaan puasa Ramadhan

sehingga mengakibatkan harga berbagai komoditas bahan makanan merangkak naik. Pergerakan

ini tidak sebesar tahun sebelumnya dimana volatile food terakselerasi jauh lebih tinggi dikarenakan

pelaksanaan puasa ramadhan ditambah dengan kenaikan harga BBM bersubsidi sehingga memicu

pergerakan harga yang signifikan. Harga kembali terkoreksi di pertengahan triwulan laporan seiring

mulai meredanya permintaan dari masyarakat sehingga menarik turun harga komoditas penyusun

kelompok volatile foods. Koreksi harga ini terjadi baik secara bulanan maupun tahunan. Koreksi

harga tahunan terjadi karena pada tahun sebelumnya terjadi kenaikan harga BBM sehingga base

line tahun sebelumnya relatif tinggi sehingga tahun 2014 terlihat terjadi deflasi. Permintaan

kembali terakselerasi di akhir triwulan seiring persiapan masyarakat menyongsong hari raya Idul

Adha yang akan dilaksanakan pada awal Oktober 2014. Kenaikan harga pada kelompok volatile

foods terutama masih disebabkan oleh komoditas dari subkelompok ikan segar, bumbu-bumbuan,

sayur-sayuran, dan buah-buahan.

0

5

10

15

20

25

30

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013 2014

Volume Produksi Ikan (Ton) Rata-Rata Produksi Harian (Ton)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013 2014

Cakalang Ekor Kuning Kembung Selar Tongkol

S

s

s

s

h

f

s

Sumber: PPN Kota Ternate, diolah

ubkelompok penyusun volatile food yang b

ubkelompok ikan segar 31,91% (yoy), subke

ubkelompok lemak dan minyak 7,49% (yo

ubkelompok padi-padian, umbi-umbian dan has

asil-hasilnya 4,14% (yoy). Sedangkan subkelom

ood lebih jauh lagi adalah subkelompok bumb

ubkelompok sayur-sayuran terkoreksi -13,64% (y

Sumber: PPN Kota Ternate, diolah

51

ergerak naik diakhir triwulan laporan adalah

lompok telur dan hasil-hasilnya 10,18% (yoy),

y), subkelompok buah-buahan 5,73% (yoy),

ilnya 5,53% (yoy), dan subkelompok daging dam

pok yang menahan pergerakan gejolak volatile

u-bumbuan yang terkoreksi -24,22% (yoy) dan

oy).

52

BAB III. INFLASI DAERAH

Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate

Administered Price

Secara tahunan, inflasi yang dialami oleh kelompok administered price pada akhir triwulan III 2014

terpantau bergerak naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Naiknya tekanan

inflasi kelompok administered price disebabkan oleh tren naiknya inflasi pada komoditas dari

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol 22,95% (yoy), subkelompok bahan bakar,

penerangan dan air 4,08% (yoy), dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar

3,83% (yoy). Sementara kenaikan subkelompok transpor dipicu oleh naiknya harga tarif angkutan

laut dan udara yang juga dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang terus berfluktuasi. Sedangkan

pemicu dari subkelompok bahan bakar, penerangan dan air adalah kenaikan tarif listrik sesuai

dengan jadwal pemerintah diawal tahun. Dari subkelompok tembakau dan minuman beralkohol

kenaikan dipicu oleh komoditas rokok kretek, rokok kretek filter, dan rokok putih.

3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara

Tingginya tingkat inflasi di Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara selalu menyita

perhatian banyak pihak. Selama triwulan III 2014, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

Maluku Utara dan TPID Kota Ternate melakukan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam

rangka mengetahui kondisi terkini kegiatan pelaku ekonomi serta memperkuat koordinasi sehingga

diharapkan mampu mengantarkan laju inflasi Maluku Utara pada level yang diharapkan.

No TPID Kegiatan

1 Kota Ternate Rapat Koordinasi dengan forum pemasok bahan pangan Kota

Ternate

2 Malut dan Kota Ternate Rapat koordinasi untuk memperlancar distribusi

Kedepan, Tim Pengendali Inflasi Daerah di Maluku Utara akan terus melakukan penguatan

koordinasi antar kabupaten/kota di dalam Maluku Utara dalam rangka peningkatan kerjasama

antar kabupaten/kota terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok strategis. Hal ini dilakukan

untuk mengurangi ketergantungan Maluku Utara akan komoditas impor dari daerah/provinsi lain

dengan harapan dapat menarik turun tingkat harga berbagai komoditas dan meningkatkan

kesejahteraan riil masyarakat Maluku Utara.

53

BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah

4.1 Kondisi Umum Perbankan

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2014 menunjukan

perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Hal ini tercermin dari

perkembangan aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan selama

triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan tingkat pertumbuhan

penyaluran dana lebih rendah dibandingkan penghimpunan dana (DPK). Sedangkan Loan to

Deposit Ratio (LDR) lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Namun demikian rasio ini masih berada

di dalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan di tahun 2014, terdapat rencana

penambahan jaringan kantor Bank Umum Syariah, BPRS dan BPR, serta peningkatan status kantor

Bank umum yang tersebar di wilayah Maluku Utara yang saat ini sudah dalam proses perizinan di

Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebagai informasi, sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,

sejak tanggal 31 Desember 2013 seluruh fungsi, tugas dan kewenangan pengaturan dan

pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK.

4.1.2 Perkembangan Aset Perbankan

Secara tahunan, total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2014 tercatat

sebesar Rp6,78 triliun, atau tumbuh 8,3% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Secara triwulanan

pertumbuhan aset bank umum juga mengalami peningkatan sebesar 2,7% (qtq).

Dari segi kepemilikan, pertumbuhan aset bank pemerintah secara tahunan mencapai 8,04% (yoy)

lebih tinggi dibandingkan bank swasta yang sebesar 5,96% (yoy), begitu pula secara nominal porsi

aset bank pemerintah masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank swasta. Meskipun terjadi

pertumbuhan positif pada aset bank swasta, namun porsi asetnya sedikit turun dari 15,56% pada

triwulan III-2013 menjadi 15,22% pada triwulan III-2014.

Berdasarkan jenis operasinya, peningkatan aset pada perbankan syariah yang mencapai 20,41%

(yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan aset bank umum konvensional yang hanya 7,71% (yoy).

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

54

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Meskipun porsi perbankan syariah masih relatif kecil dalam struktur perbankan secara keseluruhan,

namun selama setahun terakhir porsinya terus mengalami peningkatan dari 4,82% pada triwulan

III-2013 menjadi 5,35% pada triwulan III-2014.

Grafik 4.1Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada

triwulan III-2014 mencapai Rp 5,57 triliun, meningkat 13,17% (yoy) dibandingkan tahun

sebelumnya. Secara triwulan, penghimpunan DPK bank umum naik 4,03% (qtq).

Dana pihak ketiga tersebut mayoritas disimpan dalam bentuk tabungan sebesar 53,06%, diikuti

oleh giro dan deposito dengan porsi masing-masing sebesar 27,43% dan 19,50%. Dibandingkan

komponen DPK lainnya, deposito mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu sebesar

28,36% (yoy), sementara, giro tumbuh 18,44% (yoy), dan tabungan tumbuh 6,11% (yoy).

Grafik 4.2Perkembangan DPK (miliar rupiah)

55

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR mengalami penurunan dari

91,57% pada triwulan III-2013 menjadi 88,62% pada triwulan III-2014 yang disebabkan oleh

lebih tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga dibanding dana yang disalurkan.

Grafik 4.3Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara

Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2014

mencapai Rp4,93 triliun, meningkat 9,52% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Secara triwulan, kredit juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,46% (qtq).

Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit dengan porsi sebesar

63,81%, diikuti oleh kredit modal kerja 26,56%, dan kredit investasi sebesar 9,64%. Jika dilihat

pertumbuhan masing-masing kredit tersebut, kredit konsumsi mencatatkan pertumbuhan tertinggi

yaitu 14,53% (yoy), diikuti oleh kredit modal kerja yang tumbuh 2,57% (yoy), sedangkan kredit

investasi sedikit turun -0,68% (yoy). Secara triwulanan, kredit konsumsi masih mengalami

pertumbuhan tertinggi mencapai 2,63% (qtq), sementara kredit investasi turun -2,19%(qtq), dan

kredit modal kerja meningkat 3,81% (qtq). Pertumbuhan kredit konsumsi terbesar didorong oleh

debitur perseorangan untuk keperluan multiguna.

Dari sisi golongan kredit, total kredit UMKM pada triwulan laporan mencapai Rp 1,39 triliun

dengan share 28,16% dari seluruh kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara. Selama

setahun terakhir penyaluran kredit UMKM mengalami penurunan -1,91% (yoy). Sementara

perkembangan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada triwulan III-2014 sesuai data publikasi

komite KUR yang disajikan dalam website mencapai Rp 181,95 miliar atau turun -5,77% (yoy)

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

56

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Grafik 4.4Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)

Dari sisi penyaluran kredit kepada sektor usaha, sektor perdagangan besar dan eceran adalah

sektor yang memperoleh porsi kredit terbesar yaitu mencapai 24,92% atau senilai Rp1,23 triliun.

Dibandingkan tahun sebelumnya, penyaluran kredit kepada sektor ini meningkat signifikan 5,20%

(yoy). Sektor lainnya yang memperoleh porsi kredit cukup besar adalah sektor konstruksi dengan

porsi kredit sebesar 3,89% atau senilai Rp192,02 miliar. Sedangkan untuk sektor lainnya, relatif

kecil dengan porsi kredit kurang dari 3%. Sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang

merupakan salah satu sektor unggulan di Maluku Utara memperoleh porsi kredit sebanyak 0,25%,

atau senilai Rp12,95 miliar. Sementara itu penyaluran kredit sektor perikanan untuk pertama kali

dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan sebesar -2,19% (yoy), dan secara triwulanan

turun sebesar -0,06% (qtq). Dari beberapa fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor

unggulan di Provinsi Maluku Utara masih potensial untuk mengalami peningkatan dan

berkembang.

4.1.4 Perkembangan Bank Syariah

Kinerja perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan III-2014 masih menunjukan trend positif

dan diharapkan terus berlanjut selama tahun 2014. Secara kelembagaan terdapat rencana

pembukaan satu kantor cabang bank umum syariah dan satu kantor cabang BPRS di Tidore

Kepulauan yang masih dalam proses perizinan di Otoritas Jasa keuangan (OJK).

Aset perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp363,18 miliar,

meningkat 20,45% (yoy) dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, atau naik 7,51% (qtq)

dari posisi triwulan I-2014 yang sebesar Rp337,64 miliar. Dan jika dilihat porsinya terhadap Total

Aset Bank Umum meningkat menjadi 5,35%.

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan III-2014 mengalami

kenaikan 24,87% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Secara triwulanan, penghimpunan DPK pada perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar

5,86% (qtq). Pada triwulan laporan III-2014 tabungan syariah mengalami pertumbuhan sebesar

17,44% (yoy) dan secara triwulanan meningkat sebesar 1,98% (qtq). Deposito syariah mengalami

pertumbuhan sebesar 35,79% (yoy) dan secara triwulanan naik 11,7% (qtq). Sementara Giro

syariah meningkat tajam 79,87% (yoy), namun secara triwulanan hanya naik sebesar 27,5% (qtq).

Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan III-2014 tercatat sebesar

Rp200,71 miliar, naik 16,33% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Secara triwulanan, penyaluran pembiayaan syariah pada triwulan laporan sedikit

mengalami kenaikan yaitu 0,18% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Pembiayaan konsumsi

masih memiliki porsi pembiayaan terbesar yaitu sebesar 61,58%, namun turun -1,12% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu pembiayaan

modal kerja yang memiliki porsi 20,33% mengalami pertumbuhan sebesar 23,13% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pembiayaan investasi syariah

yang mulai dilakukan sejak tahun 2012 memiliki porsi 18,03% dari total pembiayaan syariah di

Provinsi Maluku Utara, tumbuh signifikan sebesar 153,01% (yoy).

Peran intermediasi bank syariah yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio)

mengalami penurunan rasio jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013. Jika pada

triwulan III-2013 angka FDR sebesar 73,40%, maka pada triwulan III-2014 angka FDR turun ke level

68,38%. Hal yang perlu menjadi perhatian terkait peran intermediasi perbankan syariah adalah

kualitas pembiayaan yang disalurkan, dimana angka non performing finances (NPF’s) pada triwulan

III-2014 berada pada level 3,37%, walau masih berada dibawah batas yang ditentukan.

Perkemb

Grafik 4.5angan Bank Syariah

57

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Maluku Utara

pada triwulan III-2014 menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari pertumbuhan

Aset dan Kredit/Pembiayaan dibandingkan dengan tahun lalu. Dari sisi kelembagaan juga

menunjukkan perkembangan yang positif, karena adanya pembukaan kantor cabang baru BPR di

Sanana – Kab. Kepulauan Sula pada bulan Juli 2013 serta terdapat satu BPRS di Kota Tidore

Kepulauan dan kantor cabang BPR di Labuha – Kab. Halmahera Selatan yang masih dalam proses

perizinan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 18,27% (yoy) dari Rp32,58 miliar pada triwulan III-2013

menjadi Rp38,53 miliar pada triwulan III 2014 meskipun secara triwulanan turun -3,61% (qtq). DPK

tumbuh sebesar 13,18% dari Rp16,12 miliar pada triwulan III-2013 menjadi Rp 18,24 milyar pada

triwulan III-2014. Pertumbuhan kredit/pembiayaan pada triwulan III-2014 secara tahunan

mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 32,95% (yoy) atau Rp 28,78 milyar

dari Rp 21,65 milyar pada triwulan III-2013.

4.1.6 Non Performing Loans (NPL’s) Bank Um

Jumlah kredit bermasalah pada triwulan III 20

yaitu 5%. Nilai NPL’s pada triwulan laporan

sebelumnya dari 3,17% menjadi 2,93%. Jik

triwulan laporan mengalami sedikit penurunan

sebesar 2,95%.

Perkem

Grafik 4.6bangan BPR/BPRS

58

um

14 masih berada dibawah batas yang ditentukan

mengalami penurunan jika dibandingkan tahun

a dibandingkan triwulan sebelumnya, NPL’s pada

, dimana nilai NPL’s pada triwulan II-2014 tercatat

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

4.2 Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah

industri pengolahan masih terbuka lebar.

melakukan ekspansi kredit pada sektor poten

Pada triwulan III 2014, penyaluran dana

Perlambatan pertumbuhan kredit yang disa

2012. Kinerja sektor konstruksi yang terus

sektor tersebut. Sementara kredit sektor pe

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sement

penurunan, namun jauh lebih kecil diba

penyaluran kredit ke sektor perdaganga

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Grafik 4.8Struktur Aliran Dana Kredit Sektoral

Perkemb

Grafik 4.7

59

Pada Triwulan III 2014, sektor perdagangan

masih mendominasi penyaluran kredit ke

korporasi dengan persentase sebesar

76,54%. Sejak tahun 2010, sektor ini tercatat

selalu berkontribusi lebih dari 70% terhadap

total kredit ke korporasi yang disalurkan

perbankan di Maluku Utara, dengan nilai Rp1,32

triliun rupiah pada akhir triwulan laporan.

Peluang penyaluran kredit ke sektor-sektor

utama seperti pertanian, pertambangan dan

Untuk itu perbankan perlu terus didorong untuk

sial tersebut.

kredit oleh perbankan masih terpantau melambat.

lurkan ke korporasi mulai terlihat sejak pertengahan

menurun mempengaruhi kredit yang disalurkan ke

rtanian mulai menunjukkan kenaikan yang signifikan

ara kredit ke sektor pertambangan masih mengalami

nding beberapa triwulan sebelumnya. Sedangkan

n mencatat pertumbuhan yang mulai melambat

angan NPL Perbankan

60

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Ditilik dari segi kualitasnya, pada triwulan III 2014 kredit yang disalurkan ke korporasi masih berada

dalam kategori aman. Pada triwulan laporan, angka non performing loans (NPLs) tercatat sebesar

2,93%, sedikit turun dari posisi akhir triwulan II 2014 yang sebesar 2,95%.

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Kredit untuk kepemilikan furniture dan peralatan

rumah, alat elektronik, komputer dan alat

komunikasi, peralatan lain serta keperluan lainnya

yang dikategorikan sebagai kredit rumah tangga

lainnya masih mendominasi pangsa kredit sektor

rumah tangga pada triwulan III 2014. Dari total

kredit yang disalurkan pada sektor ini, 58% atau

Rp1,8 triliun tersalurkan kepada kategori kredit

lainnya, jumlah ini meningkat dari triwulan

sebelumnya.

Kredit multiguna memiliki pangsa terbesar kedua

yaitu sebesar 27% atau Rp 0,83 triliun.

Sedangkan kredit kepemilikan rumah memiliki pangsa sebesar 14% atau Rp. 0,46 triliun,

sementara pangsa kredit kendaraan bermotor hanya sebesar 0,7% dari total kredit yang

disalurkan.

Secara umum, penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mengalami perbaikan dari

triwulan sebelumnya, dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,63% (qtq). Pertumbuhan

penyaluran kredit di sektor rumah tangga, secara nominal cukup menggembirakan dimana tingkat

kredit macetnya pun masih cukup terjaga dalam kondisi aman. Hal ini perlu terus dipertahankan

namun secara perlahan kredit konsumtif harus mulai diarahkan kepada kredit modal kerja ataupun

kredit investasi yang lebih produktif.

Kualitas kredit yang disalurkan untuk sektor rumah tangga berada pada kategori aman. NPL

total kredit sektor ini menurun dibanding triwulan II tahun 2014 yaitu menjadi sebesar 0,74%. NPL

kredit kepemilikan rumah atau KPR, kepemilikan kendaraan bermotor atau KKB, kredit multiguna

dan kredit rumah tangga lainnya masing-masing berada pada kisaran 1%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kredit sektor rumah tangga masih sehat.

Grafik 4.9Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga

61

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

4.2.3 Pengembangan Akses Keuangan

Pada triwulan III 2014, penyaluran kredit kepada UMKM terkoreksi sebesar -1,91% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit UMKM

terpantau berfluktuasi yaitu turun pada November 2012 hingga Juli 2013 dan mulai terakselerasi

tinggi pada Agustus 2013 hingga Februari 2014. Perlambatan kembali terjadi pada Maret 2014

dan terus berlangsung hingga akhir triwulan laporan. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit

yang disalurkan oleh perbankan adalah sebesar 28,16% atau Rp1,39 triliun. Dari total dana

tersebut, sebanyak 71,63% tecatat sebagai modal kerja dan 28,37% digunakan untuk investasi.

Dari sisi kulitas, NPL kredit UMKM tergolong tinggi yaitu sebesar 7,74%, naik dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 7,24%. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan harus lebih berhati-

hati dalam menyalurkan dana kreditnya, namun pemerintah daerah juga harus ikut membantu

menyiapkan UMKM di daerahnya agar feasible dan bankable serta mampu mengembalikan kredit

dari perbankan sehingga terdapat interaksi positif antara perbankan dengan pelaku UMKM. Jika

hal ini berlangsung, maka akan menumbuhkan kepercayaan perbankan untuk lebih memperluas

penyaluran dana/kredit ke UMKM mengingat saat ini share kredit UMKM masih belum terlalu

optimal.

Grafik 4.10Pangsa Kredit UMKM

62

BAB IV. SISTEM KEUANGAN DANPENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKANHALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

63

5.1 Kondisi Umum

Pada triwulan III 2014 aliran uang kartal di Maluku Utara menunjukkan net outflow. Kondisi ini

menunjukan bahwa jumlah uang kartal yang ditarik oleh perbankan/masyarakat (bayaran,

penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk ke khasanah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (setoran, penukaran, kas keliling).

Pada akhir triwulan laporan terdapat 5.084.385 lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk

ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun 9,99% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 10,49% (qtq) dibandingkan triwulan II 2014.

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Maluku Utara selama triwulan III 2014 sebanyak 4 lembar, turun dibandingkan triwulan II 2014

yang sebanyak 9 lembar.

5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Aliran uang kartal pada triwulan III 2014 di Maluku Utara menunjukkan net outflow (uang yang

keluar lebih besar daripada jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat

sebesar Rp319,10 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp504,67 miliar sehingga

menghasilkan net outflow sebesar Rp185,56 miliar. Kondisi ini sesuai dengan data historis aliran

uang kartal di Maluku Utara yang selalu menunjukkan data netoutflow pada triwulan III (grafik

5.1).

BAB V. SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG

64

BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG

Grafik 5.1Aliran Uang Kartal di

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut

Grafik 5.2Perkembangan Aliran Uang Kartal (yoy) di

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (inflow)

mengalami penurunan sebesar 2,79% (yoy), namun meningkat 76,17% (qtq) jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow) mengalami penurunan

sebesar 30,13% (yoy) namun meningkat 22,33% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Sedangkan data net inflow/outflow menunjukkan penurunan sebesar 52,91% (yoy)

jika dibandingkan dengan triwulan III 2013.

Secara series bulanan, selama triwulan laporan tercatat adanya net ouflow. Pada bulan Juli 2014,

mengalami net outflow tertinggi yakni sebesar Rp389,09 miliar namun turun 5,58% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Uang yang keluar pada triwulan III

2014 lebih banyak dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercermin dari net outflow sebesar

Rp504,67 miliar. Terdapat beberapa faktor yang mendorong rutinitas net outflow di Maluku Utara

diantaranya adalah tingginya tingkat konsumsi di Malut yang juga didorong oleh tingginya level

harga barang dan jasa sehingga berdampak terhadap tingginya kebutuhan masyarakat akan uang

kartal. Belum populernya transaksi non tunai (menggunakan kartu) di Malut juga ikut andil dalam

mendorong terjadinya net outflow. Hal ini disebabkan masih terbatasnya tempat perbelanjaan atau

transaksi yang menyediakan layanan pembayaran menggunakan kartu baik kartu debit, kartu

kredit, atau alat pembayaran dengan kartu lainnya.

Lebih besarnya outflow daripada inflow pada triwulan III 2014 menunjukkan bahwa permintaan

uang tunai dari masyarakat meningkat. Kondisi ini didorong oleh naiknya tingkat konsumsi

masyarakat seiring naiknya harga berbagai kebutuhan di periode tersebut. Namun demikian,

diharapkan ke depan masyarakat semakin mengurangi penggunaan uang tunai dan mulai beralih

65

BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG

ke uang elektronik. Transaksi dengan menggunakan kartu atau less cash society baik berupa kartu

debit, kredit atau fasilitas transfer akan terus didorong agar semakin meningkat, sehingga:

1. Permintaan uang kartal di Maluku Utara akan semakin berkurang sehingga jumlah uang yang

harus disediakan Bank Indonesia juga berkurang dan pada akhirnya dapat mengurangi biaya

pencetakan uang,

2. Penghematan dari biaya pencetakan uang tersebut dapat dialihkan untuk optimalisasi

pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia,

3. Selain itu, Bank Indonesia akan lebih mudah dalam melakukan tracking kegiatan perekonomian

melalui sistem pembayaran yang dikelola oleh Bank Indonesia.

5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara secara rutin melaksanakan kegiatan

pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) dalam rangka melaksanakan kebijakan clean

money policy. Proses pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan

yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin

ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.

Selama triwulan laporan terdapat 5.084.385 lembar UTLE yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara, naik 49,31% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya atau naik sebesar 10,49% (qtq) jika dibandingkan triwulan II 2014. Penurunan jumlah

UTLE dibandingkan tahun lalu mencerminkan tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

memperlakukan uang rupiah dengan baik sebagai alat tukar resmi di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) semakin meningkat. Hal ini dipicu oleh sosialisasi cara memperlakukan

uang yang secara intensif dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

kepada masyarakat. Melalui sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat mampu memperlakukan

uang rupiah dengan lebih baik lagi, sehingga memperpanjang usia edarnya dan pada akhirnya

dapat menekan biaya pembuatan.

66

BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG

Grafik 5.3Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Tabel 5.1Kegiatan Kas Keliling Triwulan III 2014

Untuk menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, selain melakukan pemusnahan UTLE juga

melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi

Maluku Utara.

67

BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG

Grafik 5.4Perkembangan Temuan Uang Palsu

5.2.3 Perkembangan Uang Palsu di Maluku Utara

Pada triwulan III 2014, ditemukan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku Utara sebanyak 4 lembar, jumlah ini menurun dibandingkan triwulan II 2014 yang

sebanyak 9 lembar atau turun 44% (yoy). Jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan

laporan sama jumlahnya dengan temuan pada triwulan yang sama di tahun 2013.

Bank Indonesia secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan meminimalisir temuan

uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik modern maupun

tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau kepada Pemerintah Daerah.

Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-

ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.

5.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai

Kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi semakin

meningkat seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian domestik. Sistem pembayaran

non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien.

Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk

melakukan transaksi non-tunai. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non-tunai

masyarakat dengan menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara RTGS pada

0

100

200

300

400

500

600

0

5

10

15

20

25

30

35

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012 2013 2014

Pecahan Rp 100,000

Pecahan Rp 20.000

Pecahan Rp 50.000(aksis kanan)

68

BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG

Tabel 5.2Perkembangan Perputaran Kliring

Tabel 5.3Perkembangan Cek/BG

dasarnya merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan

menggunakan RTGS, pemindahan dana dapat dilakukan secara elektronik dan real time (segera).

5.3.1 Perkembangan Kegiatan Kliring

Maluku Utara sebagai wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, pada

triwulan laporan mencatatkan kegiatan kliring sebesar Rp214,9 miliar, turun 24,08% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya serta turun 34,41% (qtq) jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, rasio kliring pengembalian terhadap kliring

penyerahan menunjukkan peningkatan baik secara jumlah maupun nominal jika dibandingkan

dengan triwulan II 2014.

Secara point to point, terjadi kenaikan rasio cek/BG penyerahan dengan cek/BG kosong sebesar

34,9% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, atau naik sebesar

14,38% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Cek/BG kosong yang diterima oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara selama triwulan laporan sebanyak 41

lembar dari 3451 lembar cek/BG yang diserahkan, berkurang 10,87% (yoy) jika dibandingkan

dengan triwulan III 2013 atau 32,79% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika

melihat perkembangan cek/BG yang ditransaksikan selama triwulan laporan, maka terlihat adanya

penurunan sebesar 33,93% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 atau turun 41,24%

(qtq) jika dibandingkan dengan triwulan II 2014. Penurunan jumlah cek/BG yang ditransaksikan

pada triwulan III 2014 ini, menandakan kegiatan perekonomi Maluku Utara mengalami

Jumlah(Lembar)

Nominal(Rp. Juta)

Jumlah(Lembar)

Nominal(Rp. Juta)

Jumlah(Lembar)

Nominal(Rp. Juta)

2012 I 3897 211910 63 3085 1.62% 1.46% 2012 I 3897 41 1.05%

II 4435 257848 55 5135 1.24% 1.99% II 4435 45 1.01%

III 4300 252040 54 3333 1.26% 1.32% III 4300 43 1.00%

IV 4494 267867 56 4375 1.25% 1.63% IV 4494 45 1.00%

2013 I 4425 288402 62 6605 1.40% 2.29% 2013 I 4425 45 1.02%

II 4831 297481 66 5751 1.37% 1.93% II 4831 51 1.06%

III 5223 283180 51 2346 0.98% 0.83% III 5223 46 0.88%

IV 5611 334277 63 3501 1.12% 1.05% IV 5611 46 0.82%

2014 I 5145 305206 37 1284 0.72% 0.42% 2014 I 5145 27 0.52%

II 5873 327765 76 3458 1.29% 1.06% II 5873 61 1.04%

III 3451 214995 53 8130 1.54% 3.78% III 3451 41 1.19%

Growth yoy -33.93% -24.08% 3.92% 246.46% 57.28% 356.34% Growth yoy -33.93% -10.87% 34.90%

Tw III 2014 qtq -41.24% -34.41% -30.26% 135.10% 18.68% 258.41% Tw III 2014 qtq -41.24% -32.79% 14.38%

Periode PeriodeCek/BG

Penyerahan(lembar)

Cek/BGKosong(lembar)

Rasio

Perputaran KliringPenyerahan

Perputaran KliringPengembalian

Rasio PengembalianTerhadap Penyerahan

69

BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG

perlambatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan

sebelumnya.

Sebagai penjelasan tambahan, penolakan kliring dapat terjadi karena bank tertagih tidak bersedia

membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut:

1. Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila

warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,

endorsement tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan tidak sama

dengan spesimen atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik,

salah pengisian pada kolom-kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama pemegang

rekening tidak sesuai,

2. Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk jumlah tidak sama dengan penulisan

jumlah dalam huruf,

3. Terjadi pemblokiran oleh pihak-pihak yang berwenang,

4. Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan

memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan

memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya kejadian kembali berulang,

maka nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank-bank peserta kliring

sampai permasalahan tersebut diselesaikan menurut peraturan yang berlaku).

5.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Perkembangan sebuah provinsi antara lain ditandai dengan bertambahnya volume

perekonomiannya seperti penggunaan fasilitas BI-RTGS sebagai sarana akhir transaksi pembayaran.

Selama triwulan III 2014 untuk transaksi RTGS inflow, provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan

RTGS sebesar Rp1.031,31 miliar atau turun 43,07% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya dan naik 4,62% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sedangkan nilai transaksi RTGS outflow tercatat sebesar Rp888,10 miliar atau naik 2,32% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 4,41% (qtq) jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan demikian, maka kegiatan RTGS (from-to) pada

triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp260,78 miliar naik dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 11,93% (yoy) atau naik 5,00% (qtq).

70

BAB V. SISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG

Tabel 5.4Perkembangan RTGS

Grafik 5.5Perkembangan RTGS Kota Ternate

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa nilai RTGS inflow selalu lebih besar dibandingkan

dengan nilai RTGS outflow. Hal ini mencerminkan kegiatan perekonomian Maluku Utara

mengalami perkembangan yang positif (surplus).

Kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam, mengingat adanya kucuran dana

dari pemerintah pusat, kementerian maupun organisasi internasional, seperti Dana Alokasi Khusus,

Dana Alokasi Umum, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, bantuan dana pembangunan atau

pelaksanaan program untuk Provinsi Maluku Utara. Hal-hal tersebut bisa jadi yang menyebabkan

lebih tingginya nilai transaksi RTGS inflow dibandingkan outflow, selain karena memang

perekonomian Maluku Utara yang terus berkembang secara positif.

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

900.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013 2014

RTGS Outflow RTGS Inflow RTGS (From-To)

71

6.1 Kondisi Umum

Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2014 menunjukkan pertumbuhan

negatif ditinjau dari penambahan jumlah pengangguran. Kondisi ini terjadi seiring dengan naiknya

jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh bertambahnya jumlah angkatan kerja.

Jumlah pengangguran yang meningkat ini pada akhirnya menggiring turunnya tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) secara tahunan serta naiknya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi

Maluku Utara.

6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan Maluku Utara menunjukkan pertumbuhan positif pada Agustus

2014. Jumlah penduduk umur 15 tahun keatas di Maluku Utara pada Agustus 2014 mencapai

753.800 orang, bertambah sekitar 11.100 orang (1,49%) dari periode sebelumnya (Februari 2014)

atau bertambah sekitar 34.300 orang (4,77%) dari periode yang sama pada tahun sebelumnya

(Agustus 2013) yaitu sebanyak 719.497 orang. Namun, peningkatan ini tidak sejalan dengan

turunnya jumlah angkatan kerja pada Agustus 2014 sebesar 2,41% (sekitar 11.900 orang) dari

periode sebelumnya (Februari 2014) atau dari sekitar 493.400 pada bulan Februari 2014 orang

menjadi sekitar 481.500 orang pada Agustus 2014. Walaupun demikian, secara Year-on-Year

jumlah angkatan kerja naik sebesar 3,94% (sekitar 18.257 orang) dari Agustus 2013 ke Agustus

2014. Hal tersebut dikarenakan pada periode Agustus 2014 terjadi kenaikan pada bukan angkatan

kerja sebesar 9,18% atau sebesar 22.900 orang dari jumlah pada periode Februari 2014 dengan

total 249.400 orang. Walaupun demikian, secara Year-on-Year pada bulan Agustus 2014 tetap

naik sebesar 6,26% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kondisi pertumbuhan ini

dinilai semakin produktif dengan turunnya rasio pengangguran dari total penduduk diatas 15

tahun yakni dari 3,76% pada bulan Februari 2014 menjadi 3,38% pada bulan Agustus 2014. Akan

tetapi, rasio pengangguran pada bulan Agustus 2014 ini mengalami peningkatan cukup tinggi

apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (Agustus 2013) yaitu

sebesar 2,49%.

BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Naiknya jumlah pengangguran di Maluku Utara masih dipicu oleh dampak dari implementasi UU

Minerba pada awal tahun 2014 terhadap sebagian besar perusahaan tambang yang tersebar di

seluruh Maluku Utara.

.

Indikator

Penduduk 15Tahun Keatas 66

Angkatan Kerja 42

Bekerja 39

Pengangguran 2

Bukan AngkatanKerja

24

TPAK 63

TPT 6

Sumber : BPS Prov

Angkatan kerja p

diatas 15 tahun.

sebanyak 9.500

dicermati bahwa w

dibandingkan bula

456.000 orang, na

yakni dari 61,90%

Dalam satu tahun

tidak serta merta

TPAK Agustus 20

64,35 persen. Ha

Kerja (AK) ternyata

(BAK). Turunya TP

pendidikan ke jenj

keatas yang statu

sebanyak 11.3 ribu

Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara

72

2010 2011 2012 2013 2014

Feb Agst Feb Agst Feb Agst Feb Agst Feb Agst

9,578 672,360 679,860 687,284 694,784 702,529 710,252 719,497 742,700 753,800

2,166 437,758 477,524 463,604 471,222 466,110 482,266 463,243 493,400 481,500

6,715 411,361 450,688 437,870 446,213 443,946 455,680 445,359 465,500 456,000

5,451 26,397 26,836 25,734 25,009 22,164 26,586 17,884 27,900 25,500

7,412 234,602 202,336 223,680 223,562 236,419 227,986 256,254 249,400 272,300

.0% 65.1% 70.2% 67.5% 67.8% 66.3% 67.9% 64.4% 66.4% 63.9%

.0% 6.0% 5.6% 5.6% 5.3% 4.8% 5.5% 3.9% 5.7% 5.3%

insi Maluku Utara, diolah

roduktif terpantau tumbuh negatif seiring bertambahnya jumlah penduduk

Terjadi penurunan pada angkatan kerja yang bekerja sebesar 2,04% atau

orang pada Agustus 2014 jika dibandingkan dengan Februari 2014. Perlu

alaupun secara YoY terjadi penambahan jumlah angkatan kerja yang bekerja

n Agustus 2013 yakni sebesar 2,39% atau sebanyak 10.641 orang menjadi

mun rasio dari angkatan kerja yang produktif cenderung mengalami penurunan

pada bulan Agustus 2013 menjadi 60,49% pada Agustus 2014.

terakhir (Agustus 2013 - Agustus 2014), perubahan pada jumlah angkatan kerja

mendorong peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebaliknya

14 justru turun menjadi 63,88 persen dibanding TPAK Agustus 2013 sebesar

l ini dimungkinkan karena penambahan pada kelompok penduduk Angkatan

lebih rendah dari peningkatan pada kelompok penduduk Bukan Angkatan Kerja

AK ini ditengarai disebabkan meningkatnya penduduk 15+ yang melanjutkan

ang yang lebih tinggi dibanding masuk pasar kerja. Jumlah penduduk 15 tahun

s bersekolah selama setahun terakhir (Agustus 2013 –Agustus 2014) naik

orang. Pola perkembangan ini dijumpai serupa selama beberapa tahun terakhir.

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Berdasa

Maluku

separuh

sebanya

tertingg

jika diba

2.373 o

oleh sek

dan jasa

13.0% t

pertania

agar tid

pendudu

belum m

profesi l

73

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

rkan struktur sebarannya, sektor pertanian masih menjadi pilihan utama penduduk

Utara. Walaupun sempat terjadi fluktuasi, namun sektor ini hampir selalu menyerap

dari total tenaga kerja di Malut. Data per Agustus 2014 menunjukkan bahwa 52,5% atau

k 239.500 orang penduduk Maluku Utara berkecimpung di sektor yang memiliki andil

i terhadap PDRB Maluku Utara ini. Terjadi kenaikan sebanyak 7,59% atau 16.900 orang

ndingkan dengan Februari 2014 namun mengalami penurunan sebesar 0.98% (sekitar

rang) jika dibandingkan dengan Agustus 2013. Sedangkan posisi kedua dan ketiga diisi

tor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan, dan sektor perdagangan, rumah makan

akomodasi yang masing-masing berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 18.5% dan

enaga kerja yang tersedia. Jika ditilik lebih jauh lagi, pergeseran jumlah tenaga kerja sektor

n ke sektor lainnya mulai terlihat, sehingga hal ini harus menjadi perhatian pemerintah

ak terjadi gangguan produksi bahan pangan karena semakin berkurangnya minat

k untuk menjadi petani. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan petani yang

emenuhi harapan masyarakat terutama kaum pemuda sehingga mereka lebih memilih

ain sebagai mata pencaharian.

56.00%

58.00%

60.00%

62.00%

64.00%

66.00%

68.00%

620,000

640,000

660,000

680,000

700,000

720,000

740,000

760,000

2010 2011 2012 2013 2014

Penduduk 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja (%) - Kanan Angkatan Kerja yang Bekerja (%) - Kanan

Grafik 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 5 Tahun Terakhir

74

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Tabel 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama

Grafik 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral diMaluku Utara Agustus 2014

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapati dua jenis kelompok utama

tenaga kerja terkait kegiatan ekonomi yang dilakukan yaitu kegiatan formal dan informal.

Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan

buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus

diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka

didapatkan sebanyak 3.4% masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja formal dan sisanya

sebanyak 96.6% sebagai pekerja informal. Persentase pekerja formal di Maluku Utara turun baik

jika dibandingkan dengan Agustus 2013 maupun jika dibandingkan dengan Februari 2014. Hal ini

menunjukan bahwa tingkat kemandirian ekonomi dalam masyarakat semakin menurun karena

semakin bergantung dengan ketersediaan lapangan pekerjaan formal.

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

52.5%

18.5%

13.0%

5.7%

5.0%

2.8%

1.4%

0.8%

0.3%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0%

Pertanian

Jasa Kemasyarakatan

Perdagangan

Transportasi

Konstruksi

Industri Pengolahan

Pertambangan

Lembaga Keuangan

Listrik, Gas dan Air Minum

Status Pekerjaan Utama2012 2013 2014

Feb Agts Feb Agts Feb Agts

Berusaha Sendiri 93.3 94.3 95.9 108.4 103.0 103.6Berusaha dibantu buruh tidak tetap 92.5 90.7 99.1 80.0 99.7 94.1Berusaha dibantu buruh tetap 13.4 12.9 12.7 13.1 9.1 15.3Buruh/Karyawan 119.4 113.8 150.3 120.4 149.1 122.9Pekerja bebas di pertanian 13.0 15.8 10.0 15.7 13.6 12.9Pekerja bebas di nonpertanian 5.9 7.2 10.0 8.0 10.1 11.7Pekerja keluarga/tak dibayar 108.6 109.3 87.6 109.3 80.9 95.5

446.1 444.0 465.6 454.9 465.5 456.0

Berdasarkan Sakernas

Pekerja Formal 3.0% 2.9% 2.7% 2.9% 2.0% 3.4%Pekerja Informal 97.0% 97.1% 97.3% 97.1% 98.0% 96.6%

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

6.3 Pengangguran

Pengangguran merupakan indikator utama dari bidang ketenagakerjaan dan kesejahteraan.

Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan ditambah

penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tapi

belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas serta jumlah total angkatan kerja yang naik pada

Agustus 2014 diikuti oleh naiknya jumlah pengangguran yang diakibatkan oleh beberapa hal

seperti berhenti beroperasinya sebagian besar perusahaan tambang di Maluku Utara sehingga

puluhan ribu pegawai harus dirumahkan. Jumlah pengangguran meningkat tajam jika

dibandingkan dengan Agustus 2013 yaitu sebesar 41,67% atau sebanyak 7,5 ribu orang. Jika

dibandingkan dengan Februari 2013, jumlah pengangguran di Maluku Utara turun 8,6% atau

sebanyak 2,4 ribu orang. Sementara itu, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku

Utara juga meningkat seiring semakin banyaknya jumlah angkatan kerja. Agustus 2014, TPT di

Malut sebesar 5,30% atau naik 1,5% jika dibandingkan dengan Agustus 2013 dan terpantau

turun 0,4% jika dibandingkan dengan Februari 2014.

Bertambah

angkatan k

turun 2,6%

berhenti be

pengolahan

Grafik 6.3 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara

a

nya jumlah peng

erja yang terpanta

jika dibandingkan

roperasi dan tutupn

biji nikel atau sme

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utar

75

angguran di Maluku Utara berujung pada tingkat partisipasi

u turun sebesar 0,5% jika dibandingkan dengan Agustus 2013 dan

dengan Februari 2014. Bertambahnya jumlah pengangguran pasca

ya sebagian besar perusahaan tambang sembari menunggu pabrik

lter rampung dibangun sudah diprediksi sejak akhir triwulan IV 2013

76

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

mengingat perusahaan sudah berancang-ancang untuk merumahkan para pekerjanya. Sehingga

naiknya jumlah pengangguran sebesar 41,67% jika dibandingkan dengan Agustus 2013

merupakan suatu yang wajar. Selain pekerja dari sektor pertambangan yang terkena dampak dari

UU Minerba, sektor-sektor lain yang menopang kegiatan operasional sektor pertambangan pun

ikut terkena imbasnya berupa penurunan permintaan barang dan jasa dari sektor tersebut secara

signifikan sehingga mempengaruhi perekonomian penduduk dan pengusaha yang berada didaerah

lingkar tambang serta mereka yang selama ini menjadi pemasok barang dan jasa bagi sektor

pertambangan.

6.4 Nilai Tukar Petani (NTP)

Pada akhir triwulan III 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara turun dibandingkan t

sebwulan sebelumnya, yaitu berada pada level 104,09. Posisi NTP September 2014 tercatat

turun tipis sebesar -0,19% (qtq) namun naik 5,17% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya. Kenaikan NTP pada September 2014 disebabkanindeks harga hasil

produksi pertanian mengalami peningkatan yang lebih rendah dibandingkan peningkatan indeks

harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi

pertanian. Turunnya NTP Provinsi Maluku Utara pada September 2014 disebabkan oleh turunnya

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,55%.

Terdapat 4 (empat) subsektor yang menahan laju penurunan NTP Malut lebih dalam. Keempat

NTP subsektor tersebut adalah NTP Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 1,09%, NTP Subsektor

Hortikultura naik sebesar 0,78%, NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,61%, dan NTP

Subsektor Perikanan naik sebesar 0,82%.

NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih tinggi daripada NTP Nasional, bahkan tertinggi ke-2 di

di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Pada

September 2014, dari 10 provinsi di wilayah Sulampua, delapan provinsi sudah memiliki NTP diatas

batas bawah kesejahteraan, dimana Maluku Utara merupakan salah satunya. Sedangkan dua

provinsi lainnya yaitu Sulawesi Utara dan Papua memiliki NTP dibawah batas bawah kesejahteraan.

Sedangkan jika dibandingkan dengan NTP Nasional yang sebesar 102,36, maka NTP Maluku Utara

bersama dua provinsi lain sudah berada diatas NTP nasional sedangkan tujuh provinsi lainnya masih

dibawah level nasional.

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Grafik 6.4Perkembangan NTP Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Nilai Tukar Peta

Sumber : BPS Provinsi Malu

1 Sulawesi Selata2 Maluku Utara3 Sulawesi Barat4 NASIONAL5 Sulawesi Tenga6 Gorontalo7 Sulawesi Tengg8 Papua Barat9 Maluku10 Sulawesi Utara11 Papua

ProvinsiNo

Tabel 6.3ni (NTP) Wilayah SulampuaSulampua

77

ku Utara, diolah

Agustus September Perubahan2014 2014 (%)

n 105.28 105.16 -0.11104.15 104.09 -0.06102.74 103.37 0.62102.06 102.36 0.3

h 102.71 102.26 -0.44101.66 101.79 0.12

ara 101.57 101.64 0.06100.29 100.72 0.42101.08 100.43 -0.6499.75 99.87 0.1297.26 97.08 -0.18

NTP

78

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara Per Subsektor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Agustus September Perubahan2014 2014 (%)

1. Tanaman Pangana. Indeks yang Diterima (It) 112,99 114,43 1,27b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,84 111,03 0,18c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 101,95 103,06 1,092. Hortikulturaa. Indeks yang Diterima (It) 120,30 121,48 0,98b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,45 110,67 0,20c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 108,92 109,77 0,783. Tanaman Perkebunan Rakyata. Indeks yang Diterima (It) 112,75 111,13 -1,44b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,51 110,64 0,11c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 102,03 100,45 -1,554. Peternakana. Indeks yang Diterima (It) 117,15 118,02 0,74b. Indeks yang Dibayar (Ib) 107,88 108,02 0,13c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 108,60 109,26 0,615. Perikanana. Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 110,15 111,18 0,94b. Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 109,90 110,03 0,12c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 100,23 101,05 0,825.1 Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima Nelayan (It) 109,12 110,21 1,00b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 109,81 109,94 0,12c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 99,37 100,25 0,88

5.2 Perikanan Budidayaa. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 120,98 121,36 0,31b. Indeks yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 110,84 110,98 0,13c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 109,15 109,36 0,19

Gabungan/Maluku Utaraa. Indeks yang Diterima (It) 114,74 114,84 0,09b. Indeks yang Dibayar (Ib) 110,17 110,33 0,15c. Nilai Tukar Petani (NTP) 104,15 104,09 -0,06

PeriodeSubsektor

79

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Tabel 6.5 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

6.5 Tingkat Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada Maret 2014 mencapai 82,64 ribu orang

(7,30%), turun 2,9 ribu orang (0,34%) dibandingkan dengan September 2013 yang sebesar 85,58

ribu orang (7,64%). Persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama periode enam tahun

terakhir (2009-2014) secara umum terus mengalami penurunan. Dari sisi jumlah, mengalami

penurunan selama Maret 2009 hingga September 2012. Kondisi ini terjadi baik di daerah

perkotaan maupun di daerah perdesaan.

Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya penduduk miskin di daerah perdesaan dari 74,56 ribu

orang (9,19%) pada September 2013 menjadi 70,45 ribu orang (8,56%) pada Maret 2014.

Namun demikian, kemiskinan daerah perkotaan di Maluku Utara justru mengalami kenaikan dari

11,02 ribu orang (3,56%) pada September 2013 menjadi 12,19 ribu orang (3,95%) pada Maret

2014.

Garis Kemiskinan sangat mempengaruhi jumlah penduduk miskin, karena penduduk dapat

dikatakan miskin apabila memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis

Kemiskinan. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan Makanan

(GKM) dan Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). Komoditas makanan di Maluku Utara masih

memiliki peranan terhadap garis kemiskinan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan

komoditas non-makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Selama

periode September 2013 – Maret 2014, Garis Kemiskinan Maluku Utara naik sebesar 1,52%, yaitu

dari Rp291.352 per kapita per bulan pada September2013 menjadi Rp295.787 perkapita per bulan

pada Maret 2014. Kenaikan ini terjadi baik pada Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada

Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). Besarnya tingkat pengeluaran garis kemiskinan Maluku

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+DesaSeptember 2011 8,57 98,74 107,31 2,95 12,61 10,00 251.429 215.409 225.242 0,15 1,50 1,13 0,01 0,28 0,21Maret 2012 7,57 84,35 91,91 2,55 10,69 8,47 268.729 232.109 242.112 0,28 1,82 1,40 0,09 0,46 0,36September 2012 8,75 79,62 88,36 2,92 9,98 8,05 276.117 240.447 250.184 0,08 1,14 0,85 0,00 0,20 0,14Maret 2013 9,16 74,04 83,20 2,99 9,22 7,50 284.374 248.026 258.060 0,31 0,95 0,78 0,05 0,18 0,14September 2013 11,02 74,56 85,58 3,56 9,19 7,64 317.176 281.482 291.352 0,27 1,13 0,89 0,04 0,21 0,16Maret 2014 12,19 70,45 82,64 3,95 8,56 7,30 321.231 286.242 295.787 0,43 1,35 1,10 0,07 0,33 0,26Keterangan:P1 = Indeks Kedalaman KemiskinanP2 = Indeks Keparahan Kemiskinan

PeriodeJumlah Penduduk Miskin

(ribu)Persentase Penduduk

Miskin (%)Garis Kemiskinan(Rp/Kapita/Bulan)

P1 (%) P2 (%)

80

BAB VI. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Utara masih cukup jauh dari besarnya tingkat biaya hidup di Kota Ternate yang berdasarkan hasil

Survei Biaya Hidup tahun 2012 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp6.427.357 dimana

Kota Ternate merupakan kota dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah

Jakarta dan Jayapura.

Selain kenaikan pada GKM, pada periode yang sama juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengindikasikan bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin juga semakin besar. Pada periode September 2013 – Maret 2014,

indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) mengalami peningkatan.

Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 0,89 pada September 2013 menjadi 1,102 pada Maret

2014. Sementara, indeks keparahan kemiskinan juga mengalami peningkatan dari 0,162 menjadi

0,257 pada periode yang sama. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah

perkotaan masih lebih baik dibandingkan dengan daerah perdesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari

jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan yang masih jauh diatas jumlah penduduk miskin di

daerah perkotaan.

Tabel 6.6 Perkembangan Garis Kemiskinan di Provinsi Maluku Utara

GKM GKNM GKM+GKNMPerkotaanSeptember 2013 234.818 82.358 317.176Maret 2014 238.068 83.164 321.231PerdesaanSeptember 2013 226.540 54.942 281.482Maret 2014 228.820 57.422 286.242Perkotaan+PerdesaanSeptember 2013 228.829 62.523 291.352Maret 2014 231.343 64.444 295.787

KeteranganGKM: Garis Kemiskinan MakananGKNM: Garis Kemiskinan Non Makanan

Garis Kemiskinan(Rp/Kapita/Bulan)Daerah/Tahun

81

Dengan potensi sumber daya yang melimpah serta pasar yang semakin berkembang,

Provinsi Maluku Utara menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi beragam sektor usaha, mulai

dari perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, industri pengolahan,

keuangan dan jasa perusahaan, pertanian, dan lainnya. Namun demikian hampir setiap sektor

usaha tersebut menggunakan BBM yang memiliki porsi dominan sebagai sumber energi dan

sumber daya manusia seperti tenaga kerja. BBM sendiri dapat berkontribusi sebesar 50% terhadap

total biaya operasional perbulan yang dikeluarkan beberapa perusahaan sektor pengangkutan dan

komunikasi, sedangkan perusahaan di sektor lainnya mengeluarkan biaya untuk BBM sebesar 10%

dari total biaya. Sementara biaya tenaga kerja memiliki porsi sebesar 20% dalam struktur biaya

mayoritas perusahaan. Dengan demikian, kedua isu mengenai kenaikan kedua komponen biaya

pelaku usaha ini perlu dikaji.

Berdasarkan hasil liaison sebagian besar perusahaan tidak mendapatkan kendala terkait

perolehan BBM. Dalam distribusi BBM, perusahaan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi mendapat pasokan langsung dari Pertamina. Sedangkan

sejumlah perusahaan menemui hambatan dalam perolehan pasokan BBM, seperti Organda dan

Kelompok Tani Tanjung Selatan, dikarenakan keterbatasan SPBU di Maluku Utara.

Sejumlah perusahaan sektor PHR menggunakan sedikitnya 200 liter BBM per bulan (hotel),

hingga 1.000 liter/bulan (perbelanjaan). Tingginya kebutuhan BBM, menyebabkan kenaikan harga

BBM memberikan dampak negatif, terutama bagi pelaku usaha di sektor Pengangkutan dan

Komunikasi yang akan merasakan dampak paling signifikan akibat kebijakan tersebut.

Dari hasil survei dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia, sebanyak 57% responden

setuju dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, sementara 43% lainnya menyatakan tidak setuju,

khususnya responden dari sektor PHR; sektor Pengangkutan dan Komunikasi; serta sektor Industri

Pengolahan yang akan terkena dampak langsung dari kenaikan harga BBM seperti kenaikan biaya

produksi.

Terkait dengan momentum kenaikan harga BBM, mayoritas dari pelaku usaha (47%)

menyampaikan bahwa waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi dilakukan pada

awal tahun 2015. Sebagian lainnya (40%) berpendapat pada bulan Maret 2015.

BOKS I. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Kenaikan UMP danProspek Investasi Maluku Utara

82

BOKS I. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi,Kenaikan UMP dan Prospek Investasi Maluku Utara

Berdasarkan hasil survei, batas angka kenaikan harga BBM yang masih dapat diakomodir

sebagian besar perusahaan adalah Rp. 500. Akan tetapi, apabila realisasi kenaikan harga BBM

mencapai Rp. 2000 hingga Rp. 3000 maka perusahaan di sektor industri pengolahan, PHR, serta

pengangkutan dan komunikasi akan mengalami kenaikan belanja bahan baku sebesar 20-40%.

Dengan demikian, dalam kisaran waktu 1-3 bulan setelah kenaikan harga BBM, sebagian besar

perusahaan terutama subsektor Perdagangan dan subsektor Pengangkutan akan memilih untuk

menaikkan harga jual dengan persentase kenaikan dapat melebihi 20%. Sebagian besar

perusahaan di luar sektor PHR, Pengolahan, serta Pengangkutan dan Komunikasi, akan menaikkan

harga jual di bawah 20%. Kemudian langkah antisipatif perusahaan diikuti dengan mencari

alternatif bahan baku yang lebih murah.

Perihal potensi kenaikan UMP 2015, sebagian besar pelaku usaha (62%) akan ikut

menyesuaikan dengan menaikkan gaji tenaga kerjanya, sementara lainnya masih belum dapat

memastikan karena masih mempertimbangkan kondisi usaha, permintaan, dan persaingan. Namun

demikian, hanya setengah dari responden yang akan menaikkan gaji tenaga kerjanya sebesar

persentase kenaikan UMP 2015. Dalam penetapan gaji karyawan, sebagaian besar perusahaan

tidak mempertimbangkan inflasi.

Sejumlah perusahaan telah memperhitungkan adanya potensi kenaikan UMP melebihi

perkiraan. Pada keadaan tersebut, menaikkan harga jual menjadi preferensi dibandingkan dengan

opsi mengganti tenaga kerja tetap dengan tenaga kerja harian, pengurangan tenaga kerja,

maupun otomatisasi produksi. Pertimbangan kenaikan harga jual adalah pengaruh kenaikan UMP

yang diperkirakan akan menurunkan margin, dengan penurunan terbesar dialami oleh contact di

sektor PHR dengan rata-rata penurunan margin sebesar 18,33%. Namun demikian, tidak ada

responden yang menunda rencana ekspansi, investasi, atau relokasi pabrik/kantor terkait dengan

kenaikan UMP 2015.

Kemudian, perlu ditinjau investasi yang telah dilakukan pelaku usaha untuk memperkirakan

prospek produksi ke depan, sehingga sedikit banyak dapat mengantisipasi biaya yang lebih tinggi

akibat kenaikan harga BBM maupun UMP 2015. Sebanyak 55% responden menyatakan bahwa

realisasi investasi belum mencapai target hingga bulan September 2014. Sementara 45%

responden lainnya menyatakan realisasi investasi mereka sudah mencapai target. Rata-rata

persentase realisasi investasi pelaku usaha yang mencapai target adalah 83,33% dari total investasi,

sementara rata-rata persentase dari pelaku usaha yang belum mencapai target adalah 62,13% dari

total investasi.

Untuk prospek investasi hingga akhir tahun, sebagian besar pelaku usaha di Maluku Utara

(48%) menyatakan prospek investasi pada tahun 2014 sama saja dibandingkan dengan tahun

83

BOKS I. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi,Kenaikan UMP dan Prospek Investasi Maluku Utara

sebelumnya. Alasan yang paling banyak mempengaruhi pandangan para pelaku usaha terkait

prospek investasi pada tahun 2014 terutama terkait dengan kondisi permintaan, diikuti oleh

ketentuan yang mengharuskan melakukan investasi, dan rencana ekspansi.

Dalam menjalankan kegiatan usaha, para pelaku usaha tentu mengantisipasi risiko bisnis.

Berdasarkan survei, secara umum risiko yang berasal dari dalam pelaku usaha di Maluku Utara

antara lain adalah masalah sumber daya manusia, rasio utang dan modal, dan upah minimum

pegawai. Sementara risiko yang berasal dari luar pelaku usaha antara lain adalah kebijakan

pemerintah, suplai bahan baku produksi, dan nilai tukar rupiah.

Beberapa hal yang menghambat sejumlah perusahaan untuk berinvestasi adalah kondisi

keuangan perusahaan belum memungkinkan, dan kondisi pasar sedang tidak kondusif. Sebanyak

55% dari total responden menyatakan sedang mendapatkan pembiayaan dari perbankan. Cukup

optimalnya pembiayaan perbankan dikarenakan pelaku usaha cukup merasa dimudahkan dalam

prosedur pengajukan pembiayaan perbankan. Sementara 45% dari responden tidak

memanfaatkan pembiayaan dari perbankan yang sebagian besar dikarenakan modal sendiri yang

dirasa sudah cukup untuk melakukan investasi.

Dari pelaku usaha yang mendapatkan pembiayaan dari perbankan, 55% memiliki rasio

utang terhadap modal yang relatif kecil (5-25%). Terdapat 9% responden yang memiliki rasio

utang terhadap modal pada rentang 25-50%. Sementara itu 36% lainnya memiliki rasio utang

terhadap modal yang melebihi 50%.

Sebagian besar dari pelaku usaha menilai pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah di

Maluku Utara belum cukup untuk mengakomodir peningkatan iklim investasi. Beberapa saran yang

diajukan oleh para pelaku usaha antara lain adalah melakukan pembangunan sarana dan prasarana

yang menunjang transportasi dan menjaga kestabilan harga.

Dari segi kebijakan pemerintah, sebagian besar dari pelaku usaha merasa masih belum

adanya kebijakan Pemerintah yang mampu mendorong peningkatan investasi. Menurut para

pelaku usaha, kebijakan dari Pemerintah yang perlu disiapkan untuk mendorong peningkatan

investasi di daerah antara lain pengawasan dan pengendalian harga, mempermudah birokrasi,

menjaga keamanan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

BOKS I. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi,Kenaikan UMP dan Prospek Investasi Maluku Utara

84

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

85

7.1 Prospek Perekonomian

Perekonomian Malut pada triwulan IV 2014 dan untuk tahun 2014, masing-masing diperkirakan

akan tumbuh pada level 6,11% - 6,55% (yoy) dan 6,11% - 6,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

angka nasional. Di sisi permintaan, permintaan domestik masih menjadi lokomotif utama ekonomi

Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor diprediksi terkoreksi lebih dalam dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya (baseline effect). Di sisi penawaran, sektor pertanian akan tumbuh

melandai seiring selesainya masa panen dan masuknya masa tanam di triwulan IV 2014. Cuaca di

triwulan IV yang berdasarkan jadwal tahunannya memasuki musim gelombang tinggi akan

mempengaruhi subsektor perikanan dan juga akan berdampak pada distribusi barang mengingat

topografi Maluku Utara yang merupakan provinsi kepulauan. Sementara itu, sektor keuangan,

khususnya perbankan, diprediksi tetap tumbuh stabil terlepas dari kebijakan suku bunga Bank

Indonesia namun masih dipengaruhi perekonomian dunia yang dalam tahap pemulihan pasca

krisis. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian adalah kebijakan quantitative easing (QE) Amerika

Serikat dan rebalancing ekonomi China.

Laju inflasi triwulan IV 2014 diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan III seiring

dengan tingginya permintaan diakhir tahun dan kenaikan tarif/harga oleh pemerintah seperti tarif

listrik dan bayang-bayang kenaikan harga BBM bersubsidi. Untuk itu, peran TPID diharapkan dapat

membantu menekan laju inflasi antara lain melalui terjaganya jumlah pasokan dan kelancaran

distribusi barang baik dari atau ke Maluku Utara serta antar kabupaten/kota di dalam Provinsi

Maluku Utara.Grafik 7.1

Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya

BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN

6.41

6.55

6.11

5.10

5.50

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IVP

2012 2013 2014

Malut (Baseline) Malut (Optimis)

Malut (Pesimis) Nasional (Batas Bawah)

Nasional (Batas Atas)

86

BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN

7.2 Outlook Kondisi Makroekonomi Regional

Perekonomian Malut pada triwulan IV 2014 diperkirakan masih didorong oleh tingkat permintaan

domestik yang tinggi dan masih tumbuh positif di kisaran 6,11% - 6,55% (yoy). Dari sisi

permintaan, konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama. Sementara konsumsi

pemerintah berupa pembangunan berbagai infrastruktur diharapkan dapat berjalan sesuai target

sehingga akan membantu memperlancar konektivitas antar daerah di Maluku Utara dan mampu

menopang kegiatan perekonomian serta mendorong laju investasi. Selain itu, kondisi Malut yang

kondusif baik dari sisi politik, sosial, dan keamanan harus dapat dipertahankan untuk tetap

menjaga kelancaran berbagai kegiatan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabil

dan inklusif. Dari sisi produksi, sektor pertanian diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif

namun termoderasi dari triwulan sebelumnya seiring berakhirnya masa panen dan masuknya masa

tanam pada triwulan IV 2014.

Sementara itu, permintaan luar negeri terhadap hasil tambang masih belum bisa terpenuhi seiring

masih berjalannya proses pembangunan smelter di Maluku Utara. Namun demikian, tingkat

permintaan luar negeri terhadap komoditas asal Maluku Utara tetap tinggi meskipun

perekonomian dunia masih dalam masa recovery.

7.2.1 Sisi Permintaan

Pada triwulan IV 2014, komponen sisi permintaan diproyeksikan meningkat secara nominal

dibandingkan dengan triwulan III 2014. Peningkatan terjadi pada komponen konsumsi, baik

konsumsi masyarakat maupun konsumsi pemerintah, serta investasi seiring dengan pembangunan

di Malut yang masih mengandalkan investasi pemerintah akibat masih minimnya infrastruktur

dasar. Namun demikian, perbaikan kondisi infrastruktur ini akan membawa dampak positif

terhadap perkembangan kegiatan perekonomian di Maluku Utara serta investasi swasta baik yang

bersumber dari domestic direct investment (DDI) maupun foreign direct investment (FDI).

Kinerja komponen konsumsi masyarakat diperkirakan meningkat pada triwulan IV 2014 sebesar

5,20%-5,50% didorong oleh permintaan yang tinggi diakhir tahun serta ekspektasi konsumen

yang tumbuh positif. Konsumsi masyarakat di triwulan IV 2014 diperkirakan meningkat seiring

dengan optimisme masyarakat terhadap perekonomian Maluku Utara ditengah perlambatan

ekonomi yang sedang terjadi di tingkat nasional. Konsumsi pemerintah juga diperkirakan tumbuh

positif seiring dengan penyerapan dana APBD dan APBN melalui program-program pembangunan

BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN

pemerintah. Terlebih lagi mengingat kinerja penyerapan anggaran APBD yang masih rendah hingga

triwulan III sehingga triwulan IV diperkirakan akan terjadi realisasi yang tinggi.

Kondisi ekonomi konsumen di Maluku Utara pada triwulan IV 2014 diperkirakan membaik

dibandingkan triwulan laporan meskipun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV

diperkirakan sebesar 107,39, lebih rendah dari triwulan laporan (113,85) yang berarti tingkat

optimisme konsumen lebih rendah dibandingkan dengan triwulan laporan. Indeks perkiraan

pendapatan rumah tangga diperkirakan sebesar 107,63, lebih rendah dari triwulan laporan yang

sebesar 119,63. Selain itu, rencana pembelian barang durable good pada triwulan IV 2014 tercatat

sebesar 106,95 yang berarti tingkat konsumsi masyarakat masih pada level yang tinggi sehingga

diharapkan dapat menopang perkembangan ekonomi Maluku Utara.

K

K

p

b

T

p

lia

te

p

d

-3.10%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

96

98

100

102

104

106

108

110

112

114

116

I II III IV I II III IV I II III IVP

2012 2013 2014

ITK g_yoy (RHS)

-3.07%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

90

95

100

105

110

115

120

125

I II III IV I II III IV I II III IVP

2012 2013 2014

IPRT g_yoy (RHS)

Grafik 7.2Perkembangan ITK Malut dan Proyeksinya

Grafik 7.3Perkembangan IPRT Malut dan Proyeksinya

Sumber : BPS Prov. Malut, diolah

Sumber : BPS Prov. Malut, diolah

87

omponen pembentukan modal tetap bruto diperkirakan akan meningkat pada triwulan IV 2014.

eberlanjutan proyek-proyek multi years milik pemerintah serta milik swasta masih akan menjadi

enopang pertumbuhan investasi Malut. Beberapa proyek besar yang sedang dan akan

erlangsung adalah pembangunan smelter di Halmahera Timur, pelabuhan terintegrasi Bastiong di

ernate, pembangunan jalan lingkar beberapa pulau serta pelebaran jalan lintas Halmahera dan

embangunan PLT Batu Bara di Tidore. Khusus untuk pembangunan smelter, berdasarkan hasil

ison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara didapatkan informasi bahwa

rdapat dua contact yang komit untuk melakukan pembangunan smelter dan saat ini sedang

roses pembangunan fisik fasilitas pendukung smelter seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara,

an fasilitas dasar lainnya.

88

BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN

Kinerja perdagangan eksternal (ekspor-impor) diperkirakan masih akan tumbuh negatif seiring

dengan masih terkoreksinya sisi ekspor Malut. Belum selesainya smelter untuk pemurnian bijih nikel

merupakan penyebab utama terkoreksinya pertumbuhan ekspor Malut, terlebih lagi perusahaan

tambang melakukan optimalisasi produksi diakhir tahun 2013 sehingga koreksi kinerja ekspor akan

semakin tajam di akhir tahun. Sisi produksi internal Maluku Utara yang masih belum mampu

menajwab sebagian besar kebutuhan sehari-hari masyarakatnya menyebabkan impor yang tinggi

sehingga neraca perdagangan Malut diproyeksikan masih negatif hingga akhir tahun 2014.

Pada tahun 2014, indeks harga internasional komoditas utama (nikel, kopra, cengkih, fuli, dan

kakao) diperkirakan sedikit membaik seiring berakhirnya panen raya dan disisi lain terdapat

kenaikan permintaan baik dari dalam maupun luar negeri. Harga nikel terpantau bergerak positif

pada akhir triwulan laporan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

namun turun jika dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya. Masih rendahnya harga nikel

disebabkan oleh pasokan yang berlimpah. Pemulihan harga akan tergantung perkembangan

ekonomi Tiongkok yang mencerminkan 45% permintaan dunia. Sementara harga kakao

diperkirakan meningkat, sejalan dengan kekhawatiran turunnya pasokan komoditas tersebut

sebesar 2,9% pada 2014. Sementara harga kopra, cengkih dan fuli diperkirakan masih cukup stabil

seiring masih tingginya permintaan akan komoditas dimaksud sedangkan kapasitas produksi dunia

akan komoditas tersebut belum mengalami pertumbuhan yang signifikan.

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

90

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II III IV I II III IVP

2012 2013 2014

Tingkat Konsumsi Durable Goods g_yoy (RHS)

Grafik 7.4Perkembangan Tingkat Konsumsi Durable Goods dan Proyeksinya

Sumber : BPS Prov. Malut, diolah

89

BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN

7.2.2 Sisi Penawaran

Pada triwulan IV 2014, sektor utama ekonomi Malut tumbuh cukup tinggi namun terdapat

beberapa tantangan yang dapat menahan laju produksi. Sektor yang tercatat tumbuh negatif

adalah sektor pertambangan dan penggalian seiring belum rampungnya pembangunan smelter di

Malut. Khusus untuk sektor keuangan, diperkirakan perbankan dalam menjalankan rencana bisnis

telah mengacu pada target kredit nasional yang ditetapkan Bank Indonesia (15%-17%). Meskipun

demikian, pertumbuhan ekonomi Malut diperkirakan masih akan tetap berada di atas level

pertumbuhan ekonomi nasional, dan diharapkan dapat mendukung target perkiraan pertumbuhan

ekonomi nasional tahun 2014 (5,1%-5,5%; yoy).

Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh positif pada triwulan IV 2014 namun termoderasi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring masuknya masa tanam untuk tanaman palawija.

Namun hal yang sama tidak berlaku untuk tanaman holtikultura. Pengembangan klaster-klaster

holtikultura seperti bawang dan sayur-mayur di Malut akan meningkatkan kapasitas produksi

internal Malut dan mengurangi ketergantungan impor dari daerah lain dengan harapan dapat

menekan tingkat harga komoditas volatile food.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan akan kembali tumbuh meningkat pada

triwulan IV 2014 seiring masih tingginya permintaan diakhir tahun yag didorong oleh adanya hari

raya idul adha. Walaupun demikian, permintaan tidak akan setinggi triwulan III dimana terdapat

event hari raya idul fitri yang mendorong jumlah permintaan pada tingkat yang sangat tinggi.

Dampak UU Minerba juga berpengaruh pada sektor-sektor lainnya termasuk sektor PHR sehingga

menyebabkan perlambatan pertumbuhan. Namun demikian, dengan semakin membaiknya

Grafik 7.5Perkembangan Harga Nikel Internasional

Sumber : World Bank

90

BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN

infrastruktur dasar di Maluku Utara dan laju investasi yang terus berjalan serta didukung oleh

pembangunan pusat-pusat perbelanjaan oleh pemerintah daerah akan mendukung pertumbuhan

sektor PHR lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.

Sektor industri pengolahan diperkirakan akan tumbuh sedikit termoderasi pada triwulan IV 2014

dibandingkan triwulan III 2014. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih tinggi namun tidak

setinggi triwulan III 2014 merupakan alasan termoderasinya kinerja sektor yang satu ini. Walaupun

tidak naik signifikan, namun optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian di triwulan IV

2014 akan menjaga tingkat konsumsi domestik di tingkat yang tinggi.

Sektor pertambangan diperkirakan akan tumbuh terkoreksi pada triwulan IV 2014. Tingginya basis

produksi pada triwulan IV 2013 akan semakin memperdalam ketimpangan kinerja dengan triwulan

IV 2014. Pasca implementasi UU Minerba per Januari 2014, sebagian besar perusahaan tambang

yang beroperasi di Malut berhenti beroperasi. Hal ini dikarenakan belum selesainya pembangunan

pabrik pemurnian atau smelter yang menjadi persyaratan utama perusahaan tambang untuk dapat

melakukan penjualan komoditasnya ke luar negeri dengan tujuan memberikan nilai tambah

sehingga akan meningkatkan pendapatan dari sektor ini. Kondisi ini diprediksi masih akan bertahan

hingga akhir 2014 bahkan terdapat tendensi kondisi ini masih belum berubah signifikan pada

tahun 2015. Namun demikian, saat ini terdapat perusahaan tambang yang melakukan penjualan

ke cabangnya yang ada di daerah lain sehingga ekspor antar daerah Maluku Utara masih

berpotensi tumbuh positif seperti yang terjadi pada triwulan III 2014. Hal ini merupakan alasan

pertumbuhan sektor pertambangan tidak akan turun sedalam perkiraan sebelumnya.

Kemudian, sektor keuangan diperkirakan akan tumbuh meningkat yang diindikasikan oleh

pertumbuhan aset, kredit dan DPK perbankan Malut hingga triwulan III 2014 yang masing-masing

tumbuh 8,32% (yoy), 9,52% (yoy), 13,17% (yoy). Pertumbuhan tahun 2014 tersebut masih searah

dengan perkiraan Bank Indonesia terhadap pertumbuhan kredit dan DPK pada kisaran 15%-17%.

91

BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN

7.3 Outlook Inflasi Daerah

Laju inflasi di triwulan IV 2014 secara umum berpotensi untuk bergerak naik yaitu dikisaran

6,22%±1 (yoy). Beberapa faktor yang dapat mendorong tekanan inflasi di Maluku Utara antara lain

adalah rencana peningkatan tarif bahan bakar dari sisi administered price yang akan berdampak

langsung ada tarif angkutan. Tekanan harga dari sisi permintaan diprediksi turun dibandingkan

triwulan III 2014 namun masih dalam level yang cukup tinggi mengingat adanya peringatan hari

raya Idul Adha yang juga berpotensi mendorong permintaan.

Inflasi volatile food diperkirakan akan masih berada pada level yang tinggi seiring permintaan

masyarakat yang cukup tinggi sehubungan adanya hari raya Idul Adha namun tidak setinggi

triwulan III 2014. Selain itu, musim gelombang tinggi di triwulan IV berpotensi memicu naiknya

harga komoditas ikan segar yang akan mengakselerasi inflasi volatile food secara aggregat..

Inflasi administered price tahun 2014 diperkirakan akan termoderasi seiring redanya dampak

penyesuaian tarif energi, bahan bakar dan angkutan oleh pemerintah. Namun demikian, bayang-

bayang kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah berpotensi memicu ekspektasi masyarakat

sehingga mengakselerasi harga. Kelangkaan BBM yang sering kali terjadi menjelang kenaikan

harga BBM juga perlu diwaspadai melalui peningkatan pengawasan.

Komponen core inflation diperkirakan akan bergerak turun namun masih pada level moderat. Hal

ini disebabkan oleh turunnya permintaan masyarakat seiring berakhirnya puasa Ramadhan. Namun

demikian, cost pushed inflation yang berasal dari komponen administered price yaitu dari naiknya

beberapa tarif yang diatur oleh pemerintah dapat mendongrak harga komoditas di Maluku Utara.

Terlebih lagi karakteristik inflasi di Maluku Utara yang peningkatannya berada pada magnitude

yang lebih tinggi dibandingkan nasional serta provinsi lain di Sulampua.

BAB II. PROSPEK PEREKONOMIAN

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

92