repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2152/2/TESIS.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

236
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah masa depan, maka tidak jarang sebagian orang tua juga mengatakan anak adalah aset kehidupan. Menyaksikan anak tumbuh dengan jiwa dan fisik yang sehat tentu menjadi harapan dan dambaan setiap orang tua. Apapun usaha yang dianggap bisa bermanfaat untuk kemajuan dan keberhasilan anak akan ditempuh dengan segala daya dan peran. Sebagai orang tua tentu rasa tanggung jawab yang paling diutamakan terhadap masa depan anaknya. Tanggung jawab anak, tidak cukup hanya menyediakan harta secara berkecukupan atau bahkan berlimpah ruah. Tanggung jawab di prioritaskan kepada masa depan pendidikan agama anak- anak. 1 Dadang Hawari menjelaskan bahwa, perkembangan atau pembentukan kepribadian anak tidaklah terjadi begitu saja melainkan merupakan perpaduan antara faktor-faktor biologis, psikoedukatif, psikososial dan spiritual. 2 Masa kanak-kanak membutuhkan pengasuhan yang berkelanjutan. Anak-anak yang dalam masa perkembangannya kurang mendapatkan 1 Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami (Jakarta, Amzah;2007) h. 7 2 Dadang Hawari, Al Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Jakarta, Dana Bakti Prima:1997) h.173

Transcript of repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2152/2/TESIS.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Anak adalah masa depan, maka tidak jarang sebagian orang tua juga

    mengatakan anak adalah aset kehidupan. Menyaksikan anak tumbuh dengan

    jiwa dan fisik yang sehat tentu menjadi harapan dan dambaan setiap orang

    tua. Apapun usaha yang dianggap bisa bermanfaat untuk kemajuan dan

    keberhasilan anak akan ditempuh dengan segala daya dan peran.

    Sebagai orang tua tentu rasa tanggung jawab yang paling diutamakan

    terhadap masa depan anaknya. Tanggung jawab anak, tidak cukup hanya

    menyediakan harta secara berkecukupan atau bahkan berlimpah ruah.

    Tanggung jawab di prioritaskan kepada masa depan pendidikan agama anak-

    anak.1 Dadang Hawari menjelaskan bahwa, perkembangan atau

    pembentukan kepribadian anak tidaklah terjadi begitu saja melainkan

    merupakan perpaduan antara faktor-faktor biologis, psikoedukatif,

    psikososial dan spiritual.2

    Masa kanak-kanak membutuhkan pengasuhan yang berkelanjutan.

    Anak-anak yang dalam masa perkembangannya kurang mendapatkan

    1 Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami (Jakarta,

    Amzah;2007) h. 7 2 Dadang Hawari, Al Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Jakarta,

    Dana Bakti Prima:1997) h.173

  • 2

    perhatian perawatan jasmaniyah dan cinta kasih, anak tersebut akan

    mengalami umanitie psikis (kehampaan psikis, kering dengan perasaan)

    sehingga bisa mengakibatkan hambatan atau kelambatan pada fungsi

    jasmaniah, begitu juga pada fungsi ruhaniah, terutama perkembangan

    intelegensi dan emosi.

    Menurut Ahmad Tafsir, setiap orang tua tentu menginginkan anaknya

    menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan

    anak yang dilahirkan itu kelak menjadi orang yang sehat, kuat,

    berketerampilan, cerdas, pandai dan beriman.3 Aspek – aspek perkembangan

    inilah yang menjadi perhatian paling utama orang tua dan keluarga sebagai

    institusi pertama dan utama dalam pendidikan anak-anaknya.

    Keluarga merupakan unit atau institusi sosial terkecil yang dapat

    memenuhi kebutuhan insani dalam mengembangkan kepribadian anak, baik

    kebutuhan fisik-biologis maupun sosio-psikologisnya. Namun, sebagai

    pendidik pertama dan utama, orang tua tidak hanya dituntut untuk

    mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang positif tersebut, tetapi juga harus

    meneladankannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam analisis Atiyah Al-

    Abrasy keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan seorang anak

    mendapat tempaan pertama kali yang kemudian menentukan baik buruk

    3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam (Bandung, Remaja

    Rosdakarya, 2011) h.155

  • 3

    kehidupan setelahnya di masyarakat hingga tak salah lagi kalau keluarga

    adalah elemen penting dalam menentukan baik-buruknya masyarakat.4

    Berangkat dari faktor perhatian orang tua terhadap perkembangan

    anak inilah, maka senada dengan istilah yang hadir dalam masyarakat yakni

    „menjadi orang tua tidaklah mudah‟. Dalam hal ini Nizar Baiquni mengutip

    ungkapan seorang konselor pernikahan dan penulis buku How To Be a

    Couple and Still Be Free yaitu bahwa banyak pasangan muda yang tidak

    tahu apa yang harus mereka lakukan ketika memiliki momongan. Mereka

    tidak memikirkan sebelumnya dan akhirnya kaget serta merasa kerepotan

    menjalaninya.5 Inilah aspek-aspek yang harus diperhatikan dan disiapkan

    oleh orang tua dan keluarga dalam pertumbuhn dan pendidikan anaknya.

    Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi

    anak. Keluarga yang biasanya terdiri dari seorang ayah, ibu dan para anggota

    muda (anak-anak) memiliki fungsi dalam pendidikan yaitu mendidik,

    membimbing dan membina anggota keluarga untuk memenuhi perannya

    sebagai orang dewasa dan makhluk bermasyarakat. Di dalam keluarga anak

    belajar sejak dalam kandungan hingga perjalanan usia anak memasuki rumah

    tangga sendiri. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yag sangat

    mendasar dalam mengoptimalkan semua potensi anak. Peran keluarga tidak

    4 Atiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar pokok pendidikan Islam (Jakarta, bulan bintang,

    1993) h.133 5 Ahmad Nizar Baiquni, Jika Salah Mengasuh dan Mendidik Anak (Yogyakarta,

    Sabil, 2016) h. 52

  • 4

    dapat tergantikan sekalipun anak telah dididik di lembaga pendidikan formal

    maupun non formal.6

    Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

    masyarakat dan pemerintah. Oleh karenanya pendidikan di Indonesia

    diselenggarakan melalui tiga jalur pendidikan yaitu : formal, non formal dan

    informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Keluarga merupakan

    salah satu jalur pendidikan informal selain lingkungan.7 Sehingga pendidikan

    yang dilakukan oleh orang tua dan keluarga merupakan salah satu jalur

    pendidikan yang signifikan dalam membentuk karakteristik anak.

    Vitalnya peran orang tua dan keluarga dalam perkembangan seorang

    anak, menjadikan para praktisi pendidikan kontemporer saat ini menjadikan

    tema orang tua dan keluarga sebagai kajian pokok pendidikan anak. Kajian

    khusus mengenai pendidikan keluarga ini dikenal dengan parenting.

    Parenting yang berkembang saat ini adalah ilmu tentang mengasuh,

    mendidik dan membimbing anak dengan benar dan tepat. Jadi, mengasuh

    anak itu ada ilmunya yang dinamakan dengan parenting.

    Perkembangan parenting belakang ini, adalah refleksi dari

    fundamennya pendidikan keluarga. Pedidikan yang dilakukan oleh orang tua

    bukan hanya sekedar menyiapkan kebutuhan fisik maupun materinya saja,

    6 Direktorat pembinaaan anak usia dini, pedoman penyelenggaraan pedidikan anak

    usia dini berbasis keluarga (Jakarta, Dirjen PAUD, Non Formal dan Informal : 2012) h.1 7 Bab I Ketentuan Umum Pasal I Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional

  • 5

    tetapi lebih dari itu parenting memandang bahwa orang tua merupakan

    instrument sempurnanya perkembangan anak. Dalam istilah Munif Chatib

    orang tua harus menjadi penyelam Discovering Ability (menjelajah

    kemampuan anak meskipun sekecil debu). Bagi Munif Chatib, discovering

    ability maupun discovering disability yang dilakukan orang tua akan

    memiliki dampak psikologis utuk anak-anak.8

    Inilah gerakan yang dilakukan oleh Munif Chatib dan Ayah Edy

    sebagai salah satu dari pakar parenting saat ini Indonesia. Munif Chatib

    adalah seorang konsultan pendidikan yang memiliki latar belakang yang unik

    yaitu sarjana hukum, tetapi memiliki minat yang kuat dengan dunia

    pendidikan. Dia adalah lulusan Supercamp asuhan Bobbi DePorter (penulis

    buku Quantum Learning dan Quantum Teaching) peratama dari Indonesia.

    Ini sangat terlihat dalam semua karya-karya dan ceramah-ceramahnya dalam

    setiap acara, yaitu menjadikan Multiplle Intelligencia (Kecerdasan Majemuk)

    yang digagas Howard Gardner sebagai paradigma pengasuhan dan

    pendidikan anak.

    Melalui trilogy bukunya yang berjudul Sekolahnya Manusia (terbit

    2009), Gurunya Manusia (2011) dan Orang Tuanya Manusia (terbit 2012).

    Munif Chatib menyadarkan akan pentingnya paradigma baru dalam

    pendidikan anak baik di rumah maupun di sekolah. Melalui cara berfikir

    8 Munif Chatib, Orang Tuanya manusia ( Bandung, kaifa, 2016) h.114

  • 6

    bahwa setiap anak itu cerdas, setiap anak itu berpotensi, setiap anak adalah

    bintang dan tidak ada produk yang gagal. Munif menyadarkan para orang tua

    untuk dapat memberikan stimulus dan lingkungan yang tepat sesuai bakat

    dan minat anak. Dalam bukunya berjudul Orang Tuanya Manusia (2012),

    Munif memaparkan pikiran-pikiran genius tentang materi-materi apa yang

    dibutuhkan orang tua untuk menjadi orang tua ideal. Misalnya bagaimana

    memberikan stimulus yang tepat untuk melejitkan kecerdasan anak,

    bagaimana membangkitkan rasa percaya diri anak, mengidentifikasi bakat

    dan minat anak, serta lainnya.

    Begitupun dengan Ayah Edy, pakar parenting penggagas gerakan

    Indonesia Strong For Home yang berlatar belakang pendidikan ekonomi,

    akuntansi dan komunikasi. Tetapi memiliki kecenderungan bahkan

    menemukan potensi terbaiknya di bidang parenting setelah ia berkelana

    dengan berbagai profesi bisnis baik di dalam dan luar negeri serta bidang

    lainnya yang ia geluti. Melalui salah satu bukunya yang berjudul Ayah Edy

    Punya Cerita, beliau memaparkan bagaimana konsep parenting dalam

    menempatkan peran strategis orang tua dan keluarga dalam perkembangan

    anak.

    Ayah Edy adalah seorang praktisi pendidikan anak berbasis Multiple

    Intelligence dan Holistic Learning System. Dengan gagasannya yang disebut

    gerakan, "Indonesian Strong From Home” ia melakukan sebuah gerakan

  • 7

    yang berperan dalam pentingnya membangun Indonesia yang kuat dari

    keluarga, gerakan sederhana yang mengawali perubahan baik dari diri

    sendiri dan keluarga kita sendiri.

    Konsep parenting yang dilakukan Munif Chatib dan Ayah Edy akan

    menjadi penting manakala ditinjau dalam sudut pandang pendidikan Islam.

    Mengingat, pakar-pakar pendidikan Islam klasik sesungguhnya sudah

    memperhatikan konsep orang tua dan keluarga dalam perkembangan anak.

    Diantaranya yang relevan dengan konteks pendidikan anak adalah ; adab al-

    mu‟allimin (Muhammad Ibn Sahnun wafat 256 H), Ta‟lim al-Sibyan wa

    ahkam al-Mu‟allimin (Al-Qabisi w.403), ayyuha Al-walad (Al-Ghazali

    w.505 H), Ta‟lim al-Muta‟allim (Al-Zarnuji w. 591 H), Tahrir Al-Maqal fi

    adab wa ahkam wa fawaid yahtaj ilaiha muaddib al-Athfal (Ibnu Hajar Al-

    Haitami w.947 H), Siyasat al-Sibyan wa tadhbirihim (Ibnu Jazzar Al-

    Qairawani w. 395 H), Tadrikat al-Sami wa al-Mutakallim fi adab al-Alim wa

    al-Muta‟allim (Ibnu Jama‟ah w. 733 H).9

    Karya-karya para pakar pendidikan Islam tersebut, sesungguhnya

    menghadirkan konsep sistematis mengenai orang tua dan keluarga terhadap

    pendidikan serta perkembangan anak yang pada masa sekarang ini

    dikembangkan melalui parenting. Konsep Parenting ini merupakan refleksi

    9 Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan; 10 cara al-Qur‟an Mendidik Anak

    (Malang, UIN-Malang Press,2008),h.12

  • 8

    para pakar pendidikan khususnya mengenai peran strategis orang tua dan

    guru dalam pendidikan.

    Redefinisi tentang konsep orang tua dan keluarga yang dilakukan

    oleh Munif Chatib dan Ayah Edy menjadi topik utama dalam perkembangan

    parenting saat ini. Berangkat dari inilah, maka penulis melakukan penelitian

    dalam tesis ini dengan judul “ Konsep Orang Tua dan Keluarga Menurut

    Pakar Parenting Dalam Tinjauan Pendidikan Islam (Analisis Pemikiran

    Munif Chatib dan Ayah Edy) “.

    B. Identifikasi Masalah

    Agar penelitian ini menemukan titik terang pembahasannya, maka

    penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul sebagai berikut :

    1. Tanggug jawab pendidikan yang sangat besar adalah terdapat pada

    orang tua tetapi mayoritas orang tua tidak mengetahui bahwa dirinya

    mempunyai tanggung jawab terhadap anaknya.

    2. Seharusnya orang tua mempunyai konsep tentang mendidik anak

    yang sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan, supaya orang tua

    tidak senantiasa menyalahkan anak.

    3. Orang tua terkadang tidak mengetahui bakat anak, dan senantiasa

    memanjakannya.

  • 9

    4. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama dan pertama

    bagi anak tetapi kebanyakan orang tua tidak memahami akan

    pentingnya pendidikan keluarga.

    Maka penulis ingin menganalisis pemikiran dua tokoh parenting saat

    ini di Indonesia mengenai konsepnya tentang orang tua dan keluarga dalam

    tinjauan pendidikan Islam.

    C. Pembatasan Masalah

    Tesis ini dibatasi oleh konsep oranng tua dan keluarga dalam

    pandangan Munif Chatib dan Ayah Edy. Dimana pandangan-pandangan

    tersebut masih di dalam bingkai pendidikan Islam.

    D. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara jelas

    apa saja masalah yang ingin kita carikan jawabannya. Atau dengan kata lain,

    adalah pernyataan lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup

    pembahasan. Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang ada,

    maka dapat dimunculkan rumusan masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana konsep orang tua dan keluarga menurut pemikiran

    Munif Chatib ?

    2. Bagaimana konsep orang tua dan keluarga menurut pemikiran Ayah

    Edy ?

  • 10

    3. Bagaimana Analisa Perbandingan Pemikiran Munif Chatib dan Ayah

    Edy tentang Konsep Orang Tua dan Keluarga dalam Pendidikan

    Islam?

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian ini adalah :

    Tujuan penelitian akan mendeskripsikan ruang lingkup dari kegiatan

    yang akan dilakukan berdasarkan rumusan masalah. Adapun tujuan

    penelitian ini adalah :

    a. Untuk mengetahui konsep orang tua dan keluarga dalam pemikiran

    Munif Chatib

    b. Untuk mengetahui konsep orang tua dan keluarga dalam pemikiran Ayah

    Edy

    c. Untuk mengetahui analisa perbandingan pemikiran Pendidikan Munif

    Chatib dan Ayah Edy tentang orang tua dan keluarga dalam pedidikan

    Islam.

    2. Manfaat Penelitiannya :

    Manfaat Penelitian merupakan kegunaan teknis penelitian bagi setiap

    kalangan. Adapaun manfaat penelitiannya adalah :

    a. Bagi para pakar pendidikan, sebagai bahan untuk mengkaji lebih dalam

    tentang konsep parenting.

  • 11

    b. Bagi para pembaca, sebagai sarana untuk memahami konsep parenting

    khususnya pemikiran Munif Chatib dan Ayah Edy

    c. Bagi para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan, dapat menggunakan

    penelitian ini sebagai acuan memahami konsep orang tua dan keluarga

    terhadap perkembangan peserta didik.

    d. Bagi penulis, penelitian ini menjadi referensi untuk pengkajian

    selanjutnya khususnya pada bidang parenting.

    e. Bagi Orang tua, peneltian ini akan menjadi ukuran dan pedoman

    pendidikan dan pola asuh anak (parenting) yang disesuaikan dengan

    perkembangan psikisnya.

    F. Tinjauan Pustaka

    Marnah, dengan judul tesis “ Impelementasi PAI Dalam Keluarga

    Dan Kegiatan Keagamaan Di Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Akhlak

    Peserta Didik (Studi Kasus di SMK Setia Budhi dan SMK Muhammadiyah

    Kelas XII Rangkasbitung) “ membahas mengenai implementasi PAI dalam

    keluarga yang berdampak terhadap akhlak anak dalam kehidupan sehari-

    harinya.10

    Ia mengidentifikasi bahwa praktik-praktik penanaman keagamaan

    yang diajarkan oleh orang tua dan diterapkan dalam keluarga sangat

    mempengaruhi sikap dan akhlak anak, misalnya akhlak anak ketika ia

    10 Marnah, Impelementasi PAI Dalam Keluarga Dan Kegiatan Keagamaan Di

    Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Akhlak Peserta Didik (Studi Kasus di SMK Setia

    Budhi dan SMK Muhammadiyah Kelas XII Rangkasbitung), Tesis Program Pascasarjana

    IAIN SMH Banten,2016.

  • 12

    disekolah dan masyarakat. Tesis ini, merupakan perbandingan awal bagi

    penulis dalam pembahasan mengenai peran dan konsep orang tua serta

    keluarga dalam pendidikan bagi anak-anaknya. Meskipun, tesis ini tidak

    banyak menganalisis mengenai pergeseran konsep orang tua dan keluarga.

    Tetapi tesis ini cukup untuk melihat deskripsi praktik-paraktik keagamaan

    yang diterapkan orang tua dalam keluarga berdampak terhadap perilaku

    anak.

    Tesis lainnya adalah “Peran Orang Tua dan Keteladanan Guru

    Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Akhlak” (Studi Perbandingan Antara

    MI Syekh Mansyur dan MI Al-Mu‟min Kec.Cimanuk) adalah karya Ipah

    Saripah yang membahas bagaimana keteladanan orang tua berdampak

    terhadap kualitas dan peningkatan mutu pendidikan Akhlak.11

    Dalam Tesis

    ini, ia menjelaskan bahwa tanpa peran orang tua dan keluarga, nilai-nilai

    pendidikan formal tidak akan ada artinya sama sekali. Dalam Identifikasinya

    dilapangan, pendidikan yang dilakukan orang tua dan keluarga terhadap

    anaklah yang akan mempengaruhi aspek kesopanan, estetika anak, dll.

    Penelitian ini cukup untuk mencari informasi mengenai peran orang tua

    dalam pengajaran nilai-nilai akhlak yang mempengaruhi kepribadiannya,

    tetapi penelitian ini tidak mendeskripsikan mengenai tehnik dan pola asuh

    11 Ipah Saripah, Peran Orang Tua dan Keteladanan Guru Dalam Peningkatan

    Mutu Pendidikan Akhlak” (Studi Perbandingan Antara MI Syekh Mansyur dan MI Al-

    Mu‟min Kec.Cimanuk) Tesis Program Pascasarjana IAIN SMH Banten 2016.

  • 13

    terhadap anak yang sesuai dengan pendidikan Islam dan perkembangan

    psikologi anak.

    Dalam tesis dengan judul “Hubungan Perhatian Orang Tua dan

    Disiplin Belajar dengan Prestasi Siswa MI PUI Majasari, Kecamatan Ligung,

    Kabupaten Majalengka”. Rika Rohayani menjelaskan bahwa perhatian orang

    tua dan disiplin belajar bagi anak sangat penting untuk meraih prestasi

    belajar karena orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing,

    pemelihara dan sebagai pendidik anak-anaknya. Dalam identifikasi

    penelitiannya, perhatian yang diberikan orang tua dalam keluarga kepada

    anak sangat mempengaruhi pola kedisiplinan anak-anaknya baik dalam

    lingkungan sekolahnya maupun masyarakat. Bahkan menurutnya, kegagalan

    akademik atau gagalnya peserta didik dalam berprestasi tidak lain adalah

    karena lemahnya perhatian orang tua terhadap kedisiplinan belajar anak.

    Kekurangan tesis ini memang tidak mendeskripsikan secara mendalam

    mengenai konsep dan pola asuh orang tua dalam terhadap pendidikan anak

    saat ini, tetapi tesis ini menjadi penelitian yang patut dirujuk penulis ketika

    hendak menjelaskan konsep orang tua dan keluarga terhadap pendidikan

    anak.

    Disertasi dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola

    Asuh Holistik Melalui Parenting Education Di Kabupaten Karanganyar”

    adalah karya Tri Sunarsih dalam program doktoralnya pada Universitas

  • 14

    Sebelas Maret.12

    Disertasi ini membahas bagaimana parenting education

    sangat mempengaruhi pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anaknya.

    Karya yang menganalisis gagasan parenting Munif Chatib adalah

    penelitian yang dilakukan oleh Sigit Purnama, Dosen UIN Sunan Kalijaga

    Jogjakarta dalam penelitiannya berjudul “ Materi-Materi Parenting

    Education Menurut Pemikiran Munif Chatib”.13

    Dalam penelitian ini,

    dipaparkan bagaimana materi-materi parenting Munif Chatib seperti

    menyelami kemampuan dan bakat anak serta menerapkannya pada teknik

    Multiplle Intellegencia. Tetapi penelitian ini tidak mendeskripsikan

    bagaimana pandangan dan konsep parenting Munif Chatib tersebut dalam

    bingkai pendidikan Islam.

    Penelitian yang terbit dalam Jurnal Ilmiah WIDYA mengenai

    “Pengaruh Pola Asuh (Parenting) Orang Tua terhadap perkembangan otak

    usia dini” merupakan tulisan Amelia Vinayastri dari Universitas Prof. Dr.

    Hamka (UHAMKA). Dalam jurnal ini ia menjelaskan bagaimana parenting

    yang dilakukan orang tua dalam keluarga berdampak terhadap

    perkembangan otak anak di usia dini. Menurut Amelia, kehangatan

    emosional Ibu dengan janin, merangsang 250.000 neuron (belum matang)

    12 Tri Sunarsih, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Holistik Melalui

    Parenting Education Di Kabupaten Karanganyar, Disertasi pada Program Pascasarjana

    Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2016. 13

    Sigit Purnama, Materi-Materi Parenting Education Menurut Pemikiran Munif

    Chatib, Penelitian Individual BOPTN UIN Sunan Kalijaga, 2013.

  • 15

    yang telah diproduksi setiap menit melalui pembelahan sel pada bulan kedua

    kehamilan.14

    Penelitian lain terdapat dalam Jurnal Elementary dengan Judul “Ayat-

    Ayat Tentang Peranan Ibu Dalam Pendidikan Anak” adalah tulisan

    Fathiyaturrohmah dari STAIN Kudus. Dalam Jurnal ini dijelaskan mengenai

    peranan dan tanggung jawab Ibu sebagai orang tua dalam tinjauan ayat-ayat

    al-Qur‟an.15

    Buku Orang Tuanya manusia karya Munif Chatib memaparkan

    konsep-konsep orang tua dan keluarga dalam perkembangan anak. Ia

    memaparkan bahwa orang tua harus memberikan perhatian yang serius pada

    faktor tumbuh kembang secara fisik maupun psikis pada anak usia dini,

    dalam berada dalam masa golden age. Jika orang tua gagal memberikan

    stimulus yang tepat, artinya hanya membangun fondasi ala kadarnya untuk

    buah hati tercinta, pada masa remaja dan dewasa, anak layaknya sebuah

    bangunan dengan fondasi yang rapuh. Dalam buku ini, Munif Chatib secara

    tidak langsung medekontruksi mengenai konsep orang tua dan keluarga

    dalam perkembangan serta tumbuh kembang anak yang luput dari

    pemahaman selama ini.

    Jika selama ini secara normatif orang tua dan keluarga memiliki

    peran pendidikan moral seperti keteladanan dan lain-lain, maka Munif

    14 Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015. 15 Jurnal Elementary, Vol.2 No.1 Januari-Juni 2014.

  • 16

    Chatib tidak sekedar itu, ia mengartikulasikan peran dan tanggung jawab

    orang tua serta keluarga dalam mendeteksi kecerdasan, potensi dan bakat

    anak agar ia menemukan golden age dan samudera kemampuannya. Karya

    ini merupakan literatur yang memberikan paradigma baru khususnya bagi

    para orang tua Indonesia mengenai bagaimana orang tua dapat menerapkan

    multiple intelegencia dalam melihat perkembangan anak-anaknya.

    Karya lainnya yang menjadi barometer penulisan tesis ini adalah

    buku „Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak‟.16

    Dalam buku

    ini, Ayah Edy memaparkan pendidikan holistik pada anak yang dilakukan

    orang tua dalam keluarga. Ayah Edy memaparkan mengenai pemetaan

    potensi anak sebagai bagian dari pendidikan holistik. Lima langkah konkret

    dalam pemetaan potensi unggul anak; pertama, menyusun program stimulasi,

    membuat daftar minat dan bakat, uji coba minat dan bakat anak, penajaman

    profesi dan make a life plan.

    Langkah-langkah ini harus dilakukan orang tua (ayah-bunda) dalam

    membina dan mengembangkan bakat dan potensi unggul anaknya. Dalam

    buku ini, Ayah Edy secara praktis menerapkan paradigma baru dalam

    keluarga khususnya terhadap para orang tua. Bahwa sesungguhnya orang tua

    bukan hanya mendidik anak secara moral keseharian saja, tetapi lebih dari

    itu, anugerah terbesar yang telah Allah SWT berikan kepada anak kita

    16 Ayah Edy, Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak (Jakarta, Noura

    Books, 2016).

  • 17

    melalui potensi uggulnya, seharusnya dikenal serta diketahui oleh para orang

    tua.

    Karya lainnya dari Ayah Edy adalah buku Ayah Edy Punya Cerita

    (kumpulan kisah inspirasi parenting yang wajib diketahui orang tua).17

    Dalam buku ini, Ayah Edy memaparkan kisah-kisah penting dalam parenting

    bagi para orang tua. Ia menulis, ketika Jodi Foster menerima piala Oscar

    sebagai aktris terbaik dalam salah satu film layar lebar, saat berada diatas

    panggung ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    mendukungnya hingga mendapatkan Piala Oscar itu, ucapan terima kasih

    pertama kali yang dia ucapkan adalah untuk Ibunya. Kutipan cerita ini

    dipaparkan Ayah Edy mengenai pentingnya orang tua dalam perkembangan

    bakat, potensi dan masa depan sang anak.

    Kekuatan kalimat positif orang tua bagi anak-anaknya merupakan

    cercahan motivasi luar biasa. Inilah yang dalam paparan Ayah Edy dirasakan

    oleh seorang Jodi Foster tadi, ketika Foster kecil mengalami kesulitan, maka

    sang Ibu yang mengatakan kalimat positif „ Jodi kamu pasti bisa

    mengatasinya, jangan khawatir‟. Inilah secercah kisah inspiratif parenting

    yang dipaparkan Ayah Edy dalam buku ini.

    Berdasarkan penelusuran para peneliti terdahulu yang terkait dengan

    konsep orang tua dan keluarga dalam pendidikan Islam, tidak didapati judul

    17 Ayah Edy, Ayah Edy Punya Cerita, kumpulan kisah inspirasi parenting yang

    wajib diketahui orang tua (Jakarta, Noura Books, 2013).

  • 18

    penelitian yang sama. Dengan demikian masih ada ruang untuk meneliti

    tema tersebut lebih lanjut.

    G. Kerangka Pemikiran

    Sebagaimana yang kita ketahui dalam proses pendidikan, peran atau

    tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan hal yang

    pokok terhadap maju mundurnya pendidikan. Dalam analisis Nur Ahid,

    ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi antara

    satu dengan yang lain. Ketiganya harus mampu melaksanakan fungsinya

    sebagai sarana yang memberikan motivasi, fasilitas edukatif, wahana

    pengembangan potensi yang ada pada diri peserta didik dan mengarahkannya

    untuk mampu bernilai efektif-efisien sesuai dengan perkembangan dan

    kebutuhan zamannya, serta memberikan bimbingan dan perhatian yang

    serius terhadap kebutuhan-kebutuhan moral-spiritual peserta didiknya.18

    Proses sosialisasi dan penanaman nilai pada diri anak secara praktis

    dimulai sejak anak dilahirkan. Dalam Islam, secara teoritis upaya penanaman

    nilai-nilai pendidikan sudah dimulai sejak pemilihan jodoh. Dalam konteks

    ini, Nabi Muhammad SAW telah memberikan isyarat dengan empat kriteria,

    yaitu kecantikannya, kekayaannya, keturunannya dan agamanya.19

    Ini

    18 Nur Ahid, Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam (Yogyakarta, Pustaka

    pelajar, 2010) h. 59 19

    Nur Ahid, Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam (Yogyakarta, Pustaka

    pelajar, 2010) h.61

  • 19

    menunjukan urgensi dari peran serta tanggung jawab orang tua dalam

    keluarga khususnya terhadap perkembangan anak.

    Menurut Fatah Yasin, keluarga sebagai pranata sosial pertama dan

    utama, mempunyai arti paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-

    nilai kehidupan yang dibutuhkan anggotanya dalam mencari makna

    kehidupannya. Disana mereka mempelajari sifat-sifat mulia, kesetiaan, kasih

    sayang, dan sebagainya. Dari kehidupan seorang ayah dan ibu terpupuk sifat

    keuletan, keberanian sekaligus tempat berlindung, bertanya dan

    mengarahkan anggotanya.20

    Inilah signifikasi nilai-nilai pendidikan yang

    efektif diterapkan oleh orang tua dan keluarga terhadap ana-anaknya.

    Sehingga orang tua merupakan elemen dalam kontribusi keluarga terhadap

    kualitas pendidikan.

    Dalam Al-Qur‟an peran strategis orang tua dan keluarga dalam

    pendidikan anak sesungguhnya bagian dari pelaksanaan perintah Allah SWT.

    Sebagaimana Firman Allah SWT :

    َها يَا أَي َُّها الَِّذيَن َآَمُنوا ُقوا أَنْ ُفَسُكْم َوَأْهِليُكْم نَارًا َوُقوُدَها النَّاُس َواْلِحَجارَُة َعَلي ْ َمََلِئَكٌة ِغََلٌظ ِشَداٌد ََل يَ ْعُصوَن اللََّه َما َأَمَرُهْم َويَ ْفَعُلوَن َما يُ ْؤَمُرونَ

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

    keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

    batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak

    mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

    dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”( Q.S.At-Tahrim :6).

    20

    Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang, UIN Malang ress,

    2008) h.203

  • 20

    Unit sosial terkecil yang disebut keluarga menjadi pendukung

    lahirnya bangsa dan masyarakat, memiliki lima ciri khas, yaitu; (1) adanya

    hubungan berpasangan antara kedua jenis kelamin,(2) adanya perkawinan

    yang mengokohkan hubungan tersebut, (3) pengakuan terhadap keturunan,

    (4) kehidupan ekonomi bersama, dan (5) kehidupan berumah tangga.21

    Dari

    sini sesungguhnya pendidikan dalam keluarga merupakan pengejawantahan

    nilai-nilai pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang untuk

    mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Lantas sesungguhnya bagaimana pendidikan dalam keluarga yang

    harus dilakukan. Dalam hal ini, menurut Hery Noer Ali tanggung jawab

    keluarga dibagi menjadi tiga bagian: (1) keluarga memberikan suasana

    emosional yang baik bagi anak-anak seperti perasaan senang, aman, sayang

    dan perlindungan. Suasana yang demikian bisa tercipta manakala kehidupan

    rumah tangga itu sendiri diliputi suasana yang sama. (2) mengetahui dasar-

    dasar pendidikan, terutama berkenaan dengan kewajiban dan tanggung jawab

    orang tua terhadap pendidikan anak serta tujuan dan isi pendidikan yang

    diberikan kepadanya. (3) Bekerjasama dengan pusat-pusat pendidikan di luar

    lingkungan keluarga.22

    21Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang, UIN Malang ress,

    2008) h.203 22

    Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999) h.212-217

  • 21

    Kewajiban strategis seperti ini menjadikan kajian-kajian mengenai

    orang tua dan keluarga adalah penting dalam pendidikan khususnya

    pendidikan Islam. Sehingga ulama sekaliber Imam Al-Ghazali misalnya,

    menulis karya khusus mengenai ini yang ia beri judul Ayyuhal Walad (Wahai

    Anak). Ini menunjukan bahwa dalam Islam, pendidikan anak atau keluarga

    yang saat ini berkembang dengan Istilah parenting sesungguhnya menjadi

    perhatian utama dalam menerapkan pendidikan keluarga yang Islami.

    Dalam uraian Amirullah Syarbini, keluarga merupakan lingkungan

    pembentukan karakter pertama dan utama. Ia mengutip Philips yang

    menyatakan keluarga hendaklah menjadi school of love, sekolah untuk kasih

    sayang. Dan ungkapan Azra yang menyatakan dalam perspektif Islam

    keluarga merupakan madrasah mawaddah wa rahmah, tempat belajar yang

    penuh cinta sejati dan kasih sayang.23

    Keluarga yang baik menurut Azra yang dikutip Syarbini ini memiliki

    empat ciri: (1) keluarga yang memiliki semangat (gairah) dan kecintaan

    untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan sebaik-

    baiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengartikulasikannya dalam

    kehidupan sehari-hari. (2) Keluarga dimana setiap anggotanya saling

    menghormati dan menyayangi, saling asah dan asuh, (3) keluarga yang dari

    segi nafkah (konsumsi) tidak berlebih-lebihan, tidak serakah dalam usaha

    23

    Amirullah Syarbini, pendidikan karakter Berbasis keluarga (Yogyakarta, Ar-Ruz

    media, 2016) h.20

  • 22

    mendapatkan nafkah, sederhana dan tidak konsumtif. (4) selalu berusaha

    meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya melalui

    proses belajar dan pendidikan seumur hidup.24

    Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga

    dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat

    dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang

    lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah

    dimilikinya, tetapi cukup dengan mengkombinasikan antara pendidikan yang

    diperoleh dari keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehigga masjid,

    pondok pesantren, dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan

    keluarga.25

    Motivasi (pengabdian) keluarga (ayah-ibu) dalam mendidik anak-

    anaknya semata-mata demi cinta kasih yang kodrati, sehingga dalam suasana

    cinta kasih dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung dengan baik

    seumur anak dalam tanggungan utama keluarga.26

    Semua tanggung jawab tersebut kata Syahminan Zaini bertujuan

    untuk: memelihara dan mengembangkan kemanusiaan anak, memenuhi

    24 Amirullah Syarbini, pendidikan karakter Berbasis keluarga (Yogyakarta, Ar-Ruz

    media, 2016) h.21 25

    Abdul Mujib,Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta, Kencana Prenada media, 2010) h.

    227 26

    Abdul Mujib,Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta, Kencana Prenada media, 2010) h.

    227

  • 23

    keinginan Islam terhadap anak, mengerahkan anak agar mempunyai arti bagi

    orang tuanya.27

    Menurut al-Nahlawi, kewajiban orang tua dalam pendidikan anak-

    anaknya adalah: (1) menegakkan hukum-hukum Allah SWT. Pada anaknya

    (QS. al-Baqarah:229-230); (2) merealisasikan ketentraman dan kesejahteraan

    jiwa keluarga (QS. al-A‟raf: 189, ar-Rum:21); (3) melaksanakan perintah

    agama dan perintah Rasulullah SAW. (QS. at-Tahrim: 6); (4) mewujudkan

    rasa cinta kepada anak-anak melalui pendidikan.28

    Inilah betapa strategis dan urgennya orang tua dan keluarga dalam

    pendidikan anak-anaknya. Kosep Islam mengenai peran orang tua dan

    keluarga dalam parenting sesungguhnya sangat holistik, bukan hanya

    sekedar memelihara kebutuhan fisik anak saja tetapi lebih dari itu aspek

    psikologis, moral, sosial dan spiritual menjadi pertimbangan pola asuh orang

    tua.

    Sehingga dalam Al-Qur‟an Allah SWT berfirman :

    ْرَك َلظُْلمٌ ۖ ِإنَّ الشِّ َوِإْذ َقاَل لُْقَماُن َِلبِْنِه َوُهَو يَِعظُهُ يَا بُ َنيَّ ََل ُتْشِرْك بِاللَِّه َعِظيم

    27

    Syahminan Zaini, Arti anak bagi seorang muslim (Surabaya, Al-Ikhlas, 1982)

    h.118 28 Abdurahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuhan,

    (Beirut: Daar al-Fikr,1979), h.123-127

  • 24

    “ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu

    ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu

    mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

    adalah benar-benar kezaliman yang besar “ (Q.S. Lukman : 13).

    Menurut Quraish Shihab kata ُيَِعظ (ya‟izuhu) yaitu pengajaran yang

    mengandung nasihat kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga

    yang memaknai sebagai ucapan yang mengandung peringatan.29

    Kata bunayya adalah panggilan untuk anak laki-laki. Dimana panggilan

    tersebut mengandung kasih sayang. Lukman memulai nasehatnya kepada

    putranya dengan menekankan perlunya menghindari perbuatan syirik, karena

    perbuatan syirik adalah kedzaliman yang amat besar.

    Nilai pendidikan yang terkandung dalam surah ini, yaitu bagaimana

    seharusnya menjadi seorang pendidik dalam memberikan pengajaran kepada

    anak. Kita harus memulai dengan kelembutan. Ini adalah salah satu metode

    yang digunakan oleh Lukman sebagaimana dikisahkan dalam ayat diatas.30

    Ini menjadi muatan nilai bagi para orang tua yang diajarkan Al-Qur‟an,

    bagaimana penanaman spiritual dan moral merupakan tata nilai awal yang

    ditekankan kepada anak melalui pola aasuh yang penuh kasih dan sayang

    serta kelembutan.

    Ciri-ciri pokok orang tua yang ideal, pada dasarnya berkisar aspek-

    aspek logis, etis dan estetis yang dapat dinamakan kebenaran atau ketepatan,

    29 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an

    (Lentera Hati, Vol 11) h.127 30

    Quraish Shihab, Ibid.

  • 25

    keserasian dan keindahan. Ketiga aspek itu sebenarnya, merupakan hal-hal

    yang seharusnya serasi dalam kehidupan sehari-hari, yang tewujud atau

    terbukti dalam tingkah laku sehari-hari manusia.31

    Sebagaimana penjelasan Ayah Edy dalam program perenting yang ia

    sampaikan adalah dengan cara mendidik maka kita bebas menentukan

    apakah kita akan menjadi orang tua yang ditakuti atau menjadi orang tua

    yang dicintai oleh anak kita. Jika dilakukan skema penelitian pemikiran

    Munif Chatib dan Ayah Edy adalah

    KONSEP ORANG TUA DAN KELUARGA

    MUNIF CHATIB

    H. Metodologi Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Suatu penelitian dilakukan sebagai suatu usaha untuk menemukan,

    mengembangkan, menguji kebenaran dan mencari kembali suatu

    31

    Soerjono Soekanto, Sosiologi keluarga (Jakarta, PT Rineka Cipta,2004) h.6

    AYAH EDY

    PENDIDIKAN ISLAM

  • 26

    pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Menggunakan

    metode ilmiah berarti penelitian dilakukan secara sistematis guna mencari

    jawaban atas suatu permasalahan melalui pengumpulan data empiris dan

    diolah berdasarkan teknik tertentu guna memperoleh kesimpulan yang

    benar.32

    Semua jenis penelitian, entah itu riset kepustakaan (library research)

    maupun riset lapangan (field research), membutuhkan studi pustaka. Yang

    membedakan keduanya adalah tujuan, fungsi dan kedudukan studi pustaka

    dalam masing-masing penelitian itu.

    Dalam penulisan tesis ini penulis menggunakan metode Library

    Research (Penelitian Kepustakaan), yaitu suatu cara untuk mengetahui

    pemikiran seorang tokoh dalam hal ini adalah Munif Chatib dan Ayah Edy

    dengan cara mengkaji karya-karyanya guna mendapatkan data tentang

    pemikirannya secara lengkap dan didukung oleh sumber-sumber lain.

    Berdasarkan sifat penelitian ini penulis golongkan dalam kategori penelitian

    kualitatif. Yaitu suatu penelitian yang tidak menggunakan alat pengukur

    seperti tes atau angket, dengan prosedur kegiatan dan penyajian hasil

    penelitiannya bersifat deskriftif.

    Jika kita perhatikan pandangan Etta Mamang Sangadji mengenai sifat

    dan jenis data, maka penelitian ini termasuk kategori penelitian opini.

    32 Djam‟an Satori, metodologi penelitian kualitatif (Bandung, Alfabeta, 2013), h.18

  • 27

    Dimana penelitian opini merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini

    atau pendapat orang (responden), dimana data yang diteliti dapat berupa

    pendapat secara individu ataupun kelompok.33

    Dalam penelitian ini, penulis

    mendeskripsikan sekaligus menganalisis pandangan Munif Chatib dan Ayah

    Edy yang keduanya merupakan rumpun kelompok ahli parenting. Sehingga

    penelitian tesis ini merupakan deskripsi dan analisis opini konsep parenting

    kedua tokoh tersebut.

    Sedangkan jika ditinjau berdasarkan karakteristik masalah yang

    diteliti, penelitian ini masuk pada kategori penelitian kausal komparatif

    (causal-comparative Research), yakni penelitian yang menunjukkan arah

    hubungan antara variable bebas dengan variable terikat, disamping

    mengukur kekuatan hubungannya.34

    Alasannya adalah, pada penelitian ini

    penulis hendak mengkomparatifkan pandangan dua ahli parenting di

    Indonesia yakni Munif Chatib dan Ayah Edy dalam sudut pandang kajian

    ilmu pendidikan Islam. Apakah sesungguhnya konsep parenting kedua ahli

    yang menggunakan paradigma Multiplle Intellegences-nya Howard Gardner

    ini merupakan konsep parenting modern yang sama sekali original dan

    belum dikaji oleh para pakar pendidikan Islam, atau sebaliknya, bahwa

    33 Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Cv Andi Offset,

    2010), h.20 34 Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian, h.22

  • 28

    konsep mereka sebenarnya terdapat secara koprehensif dalam teks-teks ilmu

    pendidikan Islam.

    Penelitian ini sebagaimana telah dijelaskan diawal, termasuk kategori

    penelitian kualitatif, yakni sebuah penelitian yang tanpa menggunakan

    metode angka-angak atau perhitungan bilangan kuantitas. Penelitian

    kualitatif harus berupaya mengembangkan tujuan yang berorientasi pada

    pemahaman peneliti terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan subjek

    penelitian. Menurut Joseph A. Maxwell tujuan penelitian kualitatif yang

    cocok untuk dikembangkan dalam mengkaji sebuah fenomena perilaku

    manusia adalah sebagai berikut:

    Pertama, penelitian kualitatif berusaha memahami makna

    (understanding the meaning) yang dimiliki oleh partisipan dalam

    sebuah studi tentang peristiwa, situasi, dan perilaku di mana mereka

    terlibat di dalamnya. Peneliti berupaya menangkap makna yang

    berasal dari sudut pandang partisipan (participants‟ perspective)

    manakala mereka berhadapan dengan peristiwa atau kejadian yang

    bersifat fisik (physical events) dan sekaligus upaya partisipan

    mengerti dan merasakan (sense making) tentang peristiwa tersebut.

    Kedua, Memahami fakta atau keterangan-keterangan di dalam

    konteks yang mana partisipan bertindak, serta pengaruh dari konteks

    tersebut terhadap perilaku mereka. Ketiga, mengidentifikasi pengaruh

    dan fenomena yang tidak dapat diantisipasi dan menghasilkan

    grounded theory tentang kejadian akhir. Keempat, memahami proses

    yang mana peristiwa atau tindakan-tindakan itu dilakukan, bahwa

    penelitian kualitatif lebih tertarik pada penggambaran proses dari

    pada hasil akhir (outcome). Kelima, berupaya mengembangkan

    penjelasan-penjelasan sebab akibat. Hal ini berbeda dengan penelitian

  • 29

    kuantitatif yang lebih menekankan penjelasan hubungan sebab akibat

    tentang keberadaan variabel-variabel tersebut berhubungan.35

    Jika pandangan Maxwell tersebut diterapkan dalam penelitian ini,

    maka langkah pertama adalah memahami makna dari konsep orang tua dan

    keluarga menurut pandangan Munif Chatbi dan Ayah Edy. Langkah kedua

    adalah memahami fakta atau keterangan, dalam hal ini adalah pandangan

    kedua pakar parenting tersebut. Langkah ketiga adalah mengidentifikasi

    pengaruh pandangan Munif Chatib dan Ayah Edy terhadap perkembangan

    parenting. Langkah keempat adalah memahami proses dimana peristiwa atau

    tindakan itu dilakukan, dalam hal ini adalah memahami proses penggalian

    rumusan konsep parenting Munif Chatib dan Ayah Edy, seperti konsep

    apakah yang sesungguhnya diadopsi mereka dalam konsep parentingnya.

    Dan langkah terakhir adalah berupaya mengembangkan penjelasan sebab-

    akibat, dimana penelitian tesis ini harus berupaya mengintrodusir sebab

    pandangan Munif Chatib dan Ayah Edy megenai konsep orang tua dan

    keluarga hingga kepada akibat dari konsep mereka terhadap praktik

    parenting.

    2. Objek Penelitian

    Berdasarkan objek material penelitian ini, yaitu pemikiran seseorang

    yang terdapat dalam sebuah karya tulis, maka metode yang relevan adalah

    35 https://atwarbajari.wordpress.com/tag/penelitian-kualitatif/

  • 30

    metode penelitian kualitatif berupa penelitian teks atau penelitian pustaka.

    Metode ini tidak menekankan pada kuantum atau jumlah, melainkan lebih

    menekankan pada segi kualitas secara alamiah karena menyangkut

    pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian

    lainnya. Sedangkan objek penelitian ini adalah pemikiran parenting Munif

    Chatib dan Ayah Edy.

    3. Tenik Pengumpulan Data

    Kemudian, yang terpenting dalam penelitian adalah pengumpulan

    data, hal ini dilakukan penulis dengan menggunakan teknik atau metode

    membaca, menulis dan menelaah buku-buku yang dijadikan sumber data

    penelitian tesis ini (primer dan sekunder). Teknik ini dilakukan dengan

    asumsi bahwa tidak semua tulisan yang terdapat dalam buku itu ada

    kaitannya dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis, setelah hal itu

    dilakukan maka sumber yang telah dibaca itu dikelompokan dan

    diklasifikasikan sesuai penelitian yang akan dibahas.

    Menurut Etta Mamang Sangadji, dalam sebuah penelitian, peneliti

    harus memahami kriteria data yang baik dan mampu menentukan teknik

    yang tepat dalam mengumpulkan data. Jika tidak maka data yang

    dikumpulkan tidak akan diperoleh secara sempurna. Menurutnya setidaknya

  • 31

    ada tiga syarat data tersebut baik, yaitu; (a) Data harus Akurat, (b) Data

    harus Relevan, (c) Data harus Up To Date.36

    a. Sumber Data

    Sesuai dengan metode dari penelitian ini maka data yang diperoleh

    bersumber dari penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penjelajahan

    akan buku-buku untuk mendapatkan uraian pokok tentang masalah yang

    akan dibahas. Menurut Lofland yang dikutip Moleong, sumber data utama

    penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

    tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun jenis datanya dibagi ke

    dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.37

    Jika

    berangkat dari definisi ini, maka kata-kata dan tindakan Munif Chatib serta

    Ayah Edy menjadi sumber pengumpulan utama dari penelitian ini. Maka

    kata-kata dan tindakan Munif Chatib serta Ayah Edy dalam seminar,

    wawancara dan pernyataannya di radio dan lain-lain, menjadi sumber data

    utama penulis. Selanjutnya, sumber data tertulis terhadap konsep Munif

    Chatib dan Ayah Edy, penulis peroleh dari beberapa karya nya yang menjadi

    sumber data penelitian ini.

    Sedang menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud sumber data

    dalam penelitian adalah subjek, dari mana data dapat diperoleh. Ia

    36 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian;suatu pendekatan praktik, (Jakarta,

    Rineka Cipta, 2013), 37 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosdakarya, 2011),

    h.157

  • 32

    mengklasifikasi sumber data menjadi tiga tingkatan huruf p dari Bahasa

    Inggris, yaitu; Person, sumber data berupa orang. Place, sumber data berupa

    tempat. Dan paper, sumber data berupa simbol ataupun dokumen lainnya.38

    Jika dirinci lebih detail, person dalam penelitian ini adalah Munif Chatib dan

    Ayah Edy, sedangkan place nya adalah rumah / keluarga. Dan paper yang

    diteliti dan dianalisis adalah Buku Orang Tuanya Manusia karya Munif

    Chatib dan Buku Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak karya

    Ayah Edy.

    Adapun penulis secara sederhana memahami sumber data yang

    dijadikan sumber penelitian ini dibagi dua yaitu : Pertama, sumber data

    primer, yaitu data pokok yang dijadikan sumber oleh penulis dengan meneliti

    secara langsung terhadap karya-karya yang ditulis oleh Munif Chatib dan

    Ayah Edy dalam bentuk buku. Diantanya adalah; (1) Orang Tuanya Manusia

    Karya Munif Chatib, (2) Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul

    Anak Karya Ayah Edy, dan (3) Ayah Edy Punya Cerita.

    Kedua, sumber data sekunder yaitu data pendukung yang bisa

    memperjelas data primer. Yang termasuk data sekunder ini adalah tulisan-

    tulisan yang ada hubungannya dengan judul penelitian yang ditulis oleh

    tokoh-tokoh selain Munif Chatib dan Ayah Edy.

    38

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian;suatu pendekatan praktik, (Jakarta,

    Rinek Cipta, 2013), h.172

  • 33

    b. Instrumen Pengumpulan Data

    Menurut Suharsimi Arikunto, menyusun instrument adalah pekerjaan

    penting di dalam langkah penelitian, akan tetapi mengumpulkan data jauh

    lebih penting terutama apabila peneliti mengguakan metode yang memiliki

    cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.39

    Memang dalam

    penelitian, inilah pekerjaan yang melelahkan, yakni mengumpulkan data dari

    satu sumber hingga sumber lainnya, dari satu interview kepada seorang

    hingga beberapa orang. Tetapi kualitasa penelitian akan tercermin dari proses

    pengumpulan data ini, adapun instrument data yang digunakan diantaranya;

    1. Dokumentasi

    Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

    bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

    seseorang.40

    Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan catatan

    berbentuk dokumen mengenai objek penelitian dalam hal ini adalah para

    orang tua dalam pendidikan anaknya. Dengan teknik dokumentasi ini,

    peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber,

    tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis

    atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk karya seni dan

    karya pikir.

    39

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h.265 40 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung, Alfabeta, 2013), h.320

  • 34

    Bagi Moleong, dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian

    sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data

    dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.41

    Dengan dokumen seorang peneliti dapat menguji olahan data yang diterima

    dalam karya tulis, kemudian di uji dan ditafsirkan dalam dokumen tersebut.

    Adapun dokumen ini, dalam deskripsi Moleong setidaknya terdapat dua

    dokumen; pertama, dokumen pribadi, kedua dokumen resmi. Dokumen

    pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang

    tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan

    dokumen ini ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial

    dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.42

    Dokumen pribadi dalam penelitian ini merupakan tindakan, aktivitas

    dan pemikiran dua tokoh parenting yaitu Munif Chatib dan Ayah Edy. Maka

    aktivitas seminar, acara pelatihan dan kegiatan serta konsepnya dalam

    penerapan parenting menjadi dokumen pribadi yang sangat penting dalam

    penelitian ini. Sedangkan dokumen kedua, yakni dokumen resmi merupakan

    informasi-informasi yang dihasilkan seorang peneliti atau lembaga sosial

    misalnya majalah dan lain-lain, terhadap aktivitas serta pemikiran Munif

    Chatib dan Ayah Edy.

    41 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosdakarya, 2011),

    h.217 42 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h217

  • 35

    2. Wawancara

    Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya

    jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada

    tujuan penelitian.43

    Sedangkan menurut Satori44

    , wawancara merupakan

    teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif.

    Menurutnya, melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi

    komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer) dan

    terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi dari

    interviewee.

    Peneliti yang melakukan wawancara bermaksud untuk mengungkap

    data dan informasi dari sumber langsung yang sifat datanya berhubungan

    dengan makna-makna yang berada dibalik perilaku atau situasi sosial yang

    terjadi. Dalam penelitian ini, wawancara dimaksudkan untuk mengetahui

    bagaimana pandangan para orang tua terhadap pendidikan keluarga bagi

    anak-anaknya. Dalam penelitian ini wawancara menjadi data penguat dari

    hasil deskriptif dan analitik dari pemikiran Munif Chatib dan Ayah Edy

    mengenai konsep Orang Tua dan Keluarga.

    43 Soetrisno Hadi, Metodologi research 2 (Yogyakarta, Fak. Psikologi UGM, 1980,

    h. 193 44 Djam‟an Satori, metodologi penelitian kualitatif, h.129

  • 36

    4. Teknik Analisa Data

    Analisa data adalah untuk memahami makna data sehingga kita bisa

    mendapatkan makna tersebut. Menurut Moleong, analisis data penelitian

    kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

    mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

    dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

    yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

    diceritakan kepada orang lain.45

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa contens (isi) yaitu

    sebuah model analisa untuk mendapatkan pemahaman terhadap isi pemikiran

    seorang tokoh beserta analisis dalam persfektif kajian ilmu pendidikan Islam.

    Artinya analisis terhadap makna yang terkandung dalam seluruh pemikiran

    Munif Chatib dan Ayah Edy mengenai konsep orang tua dalam parenting

    yang analisisnya disandarkan terhadap teori-teori dalam ilmu pendidikan

    Islam.

    Sedangkan dalam paparan yang lain, Afrizal mendeskripsikan

    rumusan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan

    Huberman. Dalam penjelasan Afrizal, kedua ahli tersebut mendefinisikan

    analisis data penelitian kualitatif adalah mereduksi data, menyajikan data dan

    45 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.248

  • 37

    menarik kesimpulan.46

    Reduksi data, adalah sebagai kegiatan pemilihan data

    penting dan tidak penting dari data yang telah terkumpul. Penyajian data,

    yakni penyajian informasi yang tersusun. Sedang kesimpulan data diartikan

    sebagai tafsiran atau interpretasi terhadap data yang telah disajikan.

    Jika rumusan Miles dan Huberman tersebut kita pakai dalam analisis

    data dalam penelitian tesis ini, maka tahap pertama yang dilakukan penulis

    adalah melakukan pemilihan data berupa konsep-konsep dan informasi

    tentang pandangan Munif Chatib dan Ayah Edy mengenai orang tua dan

    keluarga. Apa dan bagaimana konsep mereka mengenai orang tua dan

    keluarga, akan direduksi penulis sebagai bahan awal analisis data. Selain itu,

    konsep pendidikan Islam yang berkaitan dengan subtansi pembahasan tidak

    luput dalam proses reduksi data ini.

    Tahap kedua adalah penyajian data, dimana pada tahap ini penulis

    akan menyusun secara sistematis data berupa konsep orang tua dan keluarga

    dalam pandangan Munif Chatib dan Ayah Edy yang dikaitkan dengan

    konsep pendidikan Islam. Data-data tersebut akan disajikan secara urut dan

    tersusun dimulai dari bahasan awal mengenai konsep orang tua da keluarga

    menurut Muif Chatib dan Ayah Edy hingga bahasa yang lebih spesifik

    tentang tema tersebut.

    46 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta, Rajawali Pers, 2015), Cet Ke-II,

    h.174

  • 38

    Tahap terakhir dalam analisis data menurut Miles dan Huberman

    sebagaimana dijelaskan adalah menarik kesimpulan. Dalam tahap ini, penulis

    akan melakukan penarikan kesimpulan penelitian, dimana kesimpulan ini

    merupakan akumulasi data-data, kosep-konsep dan argumentasi tema

    penelitian yang sudah melalui interpretasi dalam sudut pandang pendidikan

    Islam. Dalam tahap ini, penulis akan mendeskripsikan analisis data

    penelitian menngenai konsep orang tua dan keluarga dalam perspektif Munif

    Chatib dan Ayah Edy dalam pendidikan Islam. Bagaimana konsep kedua ahli

    parenting tersebut ditinjau dalam sudut pandang kajian pendidikan Islam.

    H. Sistematika Pembahasan

    Untuk lebih mempermudah mengikuti dan mengetahui penulisan

    tesis ini, sebelum mengikuti tahap pembahasan, terlebih dahulu penulis

    memberikan sistematika penulisannya. Dalam penulisan tesisi ini terbagi ke

    dalam lima bab.

    Bab satu membahas tentang pendahuluan, meliputi Latar Belakang

    Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kerangka Pemikiran,

    Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

    Bab dua membahas tentang landasan teoritis mengenai Konsep Orang

    Tua dalam ilmu parenting dalam tinjauan Pendidikan Islam yang dibagi

    kedalam dua pembahasan. Pertama pembahasan mengenai Pendidikan Islam

    meliputi pengertian pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, fungsi

  • 39

    pendidikan Islam, kelembagaan pendidikan Islam. Kedua pembahasan

    mengenai Konsep Orang Tua dan Keluarga (parenting) meliputi ; pengertian

    keluarga, peran dan fungsi keluarga, tanggung jawab orang tua, orang tua

    dan pendidikan anak dan keluarga sebagai lembaga pendidikan.

    Bab tiga membahas tentang biografi Munif Chatib dan Ayah Edy ;

    meliputi riwayat hidup dan pendidikan, karya-karyanya serta konsep

    sekaligus peranannya dalam perkembangan parenting di Indonesia.

    Bab empat membahas tentang Konsep Orang Tua dan Keluarga

    Perspektif Pakar Parenting Dalam Pendidikan Islam (Analisis Perbandingan

    Pemikiran Munif Chatib dan Ayah Edy) meliputi ; pertama ,Konsep Orang

    Tua dan Keluarga Menurut Munif Chatib, Kedua, Konsep Orang Tua dan

    Keluarga Menurut Ayah Edy, Ketiga, Analisis Perbandingan Konsep Orang

    Tua Dan Keluarga Menurut Pandangan Munif Chatib Dan Ayah Edy Dalam

    Pendidikan Islam. Keempat, Contoh Impelementasi Konsep Orang Tua Dan

    Keluarga Menurut Munif Chatib Dan Ayah Edy Dalam Pendidikan Islam.

    Bab lima ini merupakan bab terakhir penulis mencoba menarik

    kesimpulan dan mencoba memberikan saran-saran yang telah diuraikan pada

    bab-bab sebelumnya mengenai Konsep Orang Tua dan Keluarga Menurut

    Pakar Parenting Dalam Tinjauan Pendidikan Islam (Analisis Pemikiran

    Munif Chatib dan Ayah Edy).

  • 40

    BAB II

    ORANG TUA DAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

    A. PENDIDIKAN ISLAM

    1. Makna dan Istilah Pendidikan Islam

    Pendidikan Islam adalah upaya pembentukan karakter dan

    kepribadian secara Islami sesuai dengan esensi dasar ajarannya. Menurut

    Ridwan Nasir, konsep filosofis pendidikan Islam adalah berpangkal tolak

    pada hablun min Allah (hubungan dengan Allah) dan hablun min al-nas

    (hubungan manusia dengan manusia), dan hablun min al-alam (hubungan

    manusia dengan alam sekitarnya) menurut ajaran Islam.47

    Dalam analisis pakar pendidikan Islam lainnya, Mohammad Fadhil

    al-Jamaly sebagaimana dikutip Arifudin mendefinisikan pendidikan Islam

    sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik

    hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan

    kehidupan yang mulia.48

    Dalam pandangan ini pendidikan Islam lebih

    menekankan kepada fungsi pendidikan Islam itu sendiri, yakni

    mengembangkan peserta didik berdasarkan ajaran Islam.

    47 Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal (Yogyakarta, Pustaka

    Pelajar, 2010), h.34 48

    Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kultura, 2008), p.34

    40

  • 41

    Pengembangan peserta didik dalam Pendidikan Islam ini dirumuskan

    Ahmad Tafsir dalam definisinya yakni Pendidikan Islam sebagai bimbingan

    yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai

    dengan ajaran Islam. Atau singkatnya, adalah bimbingan terhadap seseorang

    agar ia menjadi Muslim semaksimal mungkin.49

    M.Roqib mengutip Syed Ali Asraf yang memahami pendidikan Islam

    sebagai suatu pendidikan yang melatih jiwa murid-murid dengan berbagai

    cara sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan

    mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, dipengaruhi oleh nilai-nilai

    etis Islam.50

    Dalam analisis Zakiah Darajat Pendidikan adalah tanggung jawab

    bersama. Berkenaan dengan tanggung jawab ini, maka pendidikan agama di

    sekolah berarti : Suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk

    mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama.51

    Pendidikan Islam yang dimaksud disini mengarahkan pada aspek

    pembelajaran agama Islam terhadap peserta didik dalam rangka

    pembentukan akhlak dan budi pekertinya sesuai dengan tuntunan Islam.

    Sedangkan Achmadi memaparkan, Pendidikan Islam merupakan

    segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta

    49 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

    Rosda Karya, 2011), Cet ke-10, p.32 50

    M. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta, LKiS, 2009), h.21 51

    Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi

    Aksara, 2014), h.172

  • 42

    sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia

    seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.52

    Pendidikan agama berorientasi kepada pembentukan efektif yaitu

    pembentukan sikap mental peserta didik kearah penumbuhan kesadaran

    beragama, efektif adalah masalah yang berkenaan dengan emosi

    (kejiwaan) yang terkait dengan suka, benci, simpati antipasti dan lain

    sebagainya beragama bukan hanya pada kawasan pemikiran tetapi juga

    memasuki kawasan rasa.53

    KH. Sahal Mahfudz mendefinisikan pendidikan Islam adalah

    pendidikan yang menyangkut iman (aspek akidah), Islam (aspek syari‟at),

    dan ihsan (aspek akhlak, etika, dan tasawuf) serta keterlibatan semua aspek

    ruhani dan jasmani bagi kehidupan manusia, sebagai makhluk individual dan

    sosial.54

    Dari ragam definisi mengenai pendidikan Islam diatas, dapat

    disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah pembinaan, bimbingan, arahan,

    dan didikan yang menyangkut semua aspek jasmani dan ruhani beradasrkan

    iman, Islam dan ihsan agar manusia dapat mencapai derajat tinggi dihadapan

    Allah serta mewujudkan misi kemanusiaan dan ke-khalifahannya di muka

    bumi.

    52

    Achmadi, Idiologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris,

    (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005), h.28 53 Putra Haidar Daulay, Dinamika Pendidikan Islam(Bandung: citapustaka

    media,2004) h, 155 54

    Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqih Sosial (Yogyakarta, LKiS, 2012), p.269

  • 43

    Dalam kajian ilmu pendidikan Islam, dikenal tiga istilah yang

    mengacu kepada pengertian pendidikan Islam, yaitu tarbiyah, ta‟lim, dan

    ta‟dib. Istilah tarbiyah digunakan oleh Abdurahman An-Nahlawy untuk

    menggambarkan definisi pendidikan Islam, menurutnya kata al-tarbiyah

    berasal dari tiga kata : Pertama, raba – yarbu yang berarti : bertambah dan

    bertumbuh. Kedua, rabiya – yarba dengan wazn (bentuk) khafiya – yakhfa

    berarti menjadi besar. Ketiga, rabba – yarubbu dengan wazn (bentuk)

    madda-yamuddu yang berarti memperbaiki, menuntun, menjaga dan

    memelihara.55

    Menurut Uhbiyati berdasarkan Al-Qur‟an surat Al-Isra:24 dan As-

    Syur‟aaa‟:18 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tarbiyah ialah proses

    persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan manusia, atau

    menurut istilah yang kita gunakan dewasa ini ialah fase bayi dan kanak-

    kanak. 56

    Istilah tarbiyah untuk menunjuk kepada pendidikan Islam,

    merupakan istilah yang umum dipakai. Tidak sedikit karya pendidikan Islam

    yang ditulis para pakar menggunakan judul al-Tarbiyah al-islamiyah. Nama

    kementerian di beberapa Negara Arab yang mengurusi pendidikan disebut

    55

    Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metoda, (Bandung:

    Diponogoro, 1989), h.31 56 Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki

    Putra, 2002), p.15

  • 44

    Wizarat al-Tarbiyah, dan di Indonesia IAIN menggunakan nama fakultas

    pendidikannya dengan fakultas Tarbiyah.

    Selain tarbiyah dikenal pula istilah ta‟lim untuk menunjukan kegiatan

    pendidikan Islam. Abdul Fattah Jalal mendefinisikan al-ta‟lim sebagai proses

    pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan

    penanaman amanah, sehingga penyucian atau pembersihan diri manusia dari

    segala kotoran dan menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi

    yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala

    apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.57

    Istilah ta‟lim untuk menunjuk pendidikan Islam sangat sering kita

    dapati dalam kajian Islam maupun pendidikan, Syeikh Burhanudin Az-

    Zarnuji mengarang sebuah kitab berisi penjelasan mengenai seluk beluk

    pendidikan Islam yang ia beri judul Ta‟lim Al-Muta‟allim Tariq al-Ta‟allum,

    buku ini telah dicetak ulang dibanyak Negara dan pada tradisi pesantren di

    Indonesia, kitab ini menjadi kitab awal para santri sebelum mengkaji kitab-

    kitab lainnya.

    Abdul Fattah Jalal adalah orang yang setuju dengan istilah ta‟lim ini.

    Sebagaimana yang dikutip Tafsir, menurut Jalal proses ta‟lim lebih universal

    dibandingkan dengan al-tarbiyyah, penjelasannya disandarkan kepada Al-

    Qur‟an surat Al-Baqoroh 151. Sebab menurutnya, ketika Rasulullah SAW

    57

    Ridwan Nasir, Ibid, h.47

  • 45

    mengajarkan bacaan al-Qur‟an kepada kaum muslim tidak terbatas pada

    sekedar dapat membaca, tetapi membaca dengan perenungan yang berisi

    pemahaman, tanggung jawab, dan amanah.58

    Istilah ta‟lim dalam pemikiran

    Jalal mengandung konsep tazkiyah dan al-hikmah, sehingga argumennya

    istilah ta‟lim lebih universal.

    Istilah ketiga untuk menunjuk pada kegiatan pendidikan Islam adalah

    istilah ta‟dib, yang dipakai dan dianggap tepat oleh Syed Naquib al-Attas.

    Menurutnya istilah ta‟dib ini sudah mengandung arti ilmu (pengetahuan),

    pengajaran (ta‟lim) dan pengasuhan (tarbiyah). Istilah ta‟dib baginya

    mencakup beberapa aspek yang saling berkaitan, seperti ilm (ilmu), „adl

    (keadilan), hikmah (kebijakan), „amal (tindakan), haqq (kebenaran), nutq

    (nalar), nafs (jiwa), qalb (hati), aql (pikiran), maratib dan derajat (tatanan

    hirarkis), ayah (simbol) dan adab (adab).59

    Argumen Al-Attas ini diperkuat dengan dua hadist Nabi yang

    memakai akar kata ta‟dib.60

    Dalam buku Tatawwur al-Fikr al-Tarbawiy,

    Said Mursi Ahmad menyebutkan istilah al-muaddib sudah dipakai pada

    masa Umawi. Ditambah dalam turast (kajian klasik Islam), banyak kitab

    58 A. Tafsir, op.cit., p.30 59

    Maksum, Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Waacana Ilmu), Cet ke-II, p.19

    60 Hadist ini di riwayatkan oleh al-Darimi dengan arti “ Al-Qur‟an ini adalah

    (undangan) perjamuan Allah di atas bumi, maka belajarlah dari perjamuannya” dan hadist

    yang berbunyi Addabani Rabbi faahsana ta‟dibi (Tuhanku telah mendidiku dengan

    demikian menjadikan pendidikanku yang paling baik. Lihat Maksum, Madrasah sejarah dan

    Perkembangannya, p.20.

  • 46

    yang memakai istilah ta‟dib, misalnya; al-Adab al-Muallim oleh Ibn Sahnun,

    Adab al-Katib oleh Ibn Qutaibah, dan Adab al-Dunya wa al-Din oleh al-

    Mawardi.61

    Pemilihan tiga terminologi yang berbeda tersebut dalam pendidikan

    Islam akan mempengaruhi arah dan orientasi pendidikan Islam itu sendiri.

    Apakah lebih menekankan pada proses transfer pengetahuan, ataukah

    penanaman akhlak Islami atau pembetukan kepribadian yang utuh. Meskipun

    begitu, sesungguhnya semua terminologi pendidikan islam terebut

    mengarahkan kepada penciptaan kepribadian, karakter manusia muslim yang

    sesuai dengan ajaran Islam yang pada akhirnya menempatkannya sebagai

    khalifah Allah SWT di muka bumi.

    2. Sumber dan Dasar Pendidikan Islam

    Sumber pendidikan Islam yang dimaksudkan di sini adalah semua

    acuan atau rujukan yang darinya memncarkan ilmu pengetahuan dan nilai-

    nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber ini

    tentunya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam menghantar

    aktivitas pendidikan, dan telah teruji dari waktu ke waktu.62

    61

    Ibid 62 Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet ke3,

    h.31

  • 47

    Menurut Sa‟id Ismail Ali sebagaimana dikutip oleh Hasan

    Langgulung,63

    sumber pendidikan Islam terdiri dari enam macam, yaitu; Al-

    Qur‟an, As-Sunnah, kata-kata sahabat (madzhab shahabi), kemaslahatan

    umat/sosial (mashalil al-mursalah), tradisi atau adat kebiasaan masyarakat

    („Urf), dan hasil pemikiran para ahli dalam Islam (ijtihad). Keenam sumber

    pendidikan Islam tersebut didudukan secara hierarkis. Artinya, rujukan

    pendidikan Islam diawali dari sumber pertama (Al-Qur‟an) untuk kemudian

    dilanjutkan pada sumber-sumber berikutnya secara berurutan.

    Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang

    dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan Islam.64

    Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional pendidikan Islam ada enam

    macam yaitu; historis, sosiologi, ekonomi, politik dan administrasi,

    psikologis, dan filosofis.65

    Pertama, dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada

    pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang

    maupun peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan

    lebih baik. Dasar ini juga dapat dijadikan acuan untuk memprediksi masa

    depan, karena dasar ini memberi data input tentang kelebihan dan

    63 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung,

    al-Ma‟arif,1980), h.35 64 Abdul Mujib,Ibid, h.44 65 Hasan Langgulung, Asas – Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

    1992),h.6

  • 48

    kekurangan kebijakan serta maju mundurnya prestasi pendidikan yang telah

    ditempuh.66

    Kedua, dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka

    sosio-budaya, yang mana dengan sosio-budaya itu pendidikan dilaksanakan.

    Dasar ini juga berfungsi sebagai tolak ukur dalam prestasi belajar. Artinya,

    tinggi rendahnya suatu pendidikan dapat diukur dari tingkat relevansi output

    pendidikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pendidikan yang

    baik adalah pendidikan yang tidak kehilangan konteks atau tercerabut dari

    akar masyarakatnya.67

    Ketiga, dasar ekonomi adalah yag memberikan perspektif tentang

    potensi-potensi finansial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta

    bertanggung jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaannya. Oleh

    karena pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang luhur, maka sumber-

    sumber finansial dalam meghidupkan pendidikan harus bersih, suci dan tidak

    bercampur dengan harta benda yang syubhat.

    Keempat, dasar politik dan administrasi adalah dasar yang

    memberikan bingkai ideologis, yang digunakan sebagai tempat bertolak

    untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan direncanakan bersama. Dasar

    politik menjadi penting untuk pemerataan pendidikan, baik secara kuantitatif

    maupun kualitatif. Dasar ini juga berguna untuk menentukan kebijakan

    66 Hasan Langgulung, Ibid, h.6 67

    Hasan Langgulung, Ibid, h.6

  • 49

    umum dalam rangka mencapai kemaslahatan bersama. Sedangkan

    administrasi berguna untuk memudahkan pelayanan pendidikan, agar

    pendidikan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan teknis dalam

    pelaksanaannya.

    Kelima, dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi

    tentang bakat, minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik,

    pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain. Dasar

    ini berguna untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan batiniah

    pelaku pendidikan, agar mereka mampu meningkatkan prestasi dan

    kompetisi dengan cara yang baik dan sehat.

    Keenam, dasar filosofis adalah dasar yang memberi kemampuan

    memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi

    arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.

    Sebagai tambahan adalah dasar religius, sebagai dasar yang

    diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini menjadi penting dalam pendidikan

    Islam, sebab dengan dasar ini maka semua kegiatan pendidikan jadi

    bermakna. Kontruksi agama membutuhkan aktualisasi dalam berbagai dasar

    pendidikan yang lain, seperti historis, sosologis, politik dan administratif,

    ekonomi, psikologis dan filosofis. Agama menjadi frame bagi semua dasar

    pendidikan Islam. Apabila agama Islam menjadi frame bagi dasar pendidikan

    Islam, maka semua tindakan kependidikan dianggap sebagai suatu ibadah,

  • 50

    sebab ibadah merupakan aktualisasi diri (self actualization) yang paling ideal

    dalam pendidikan Islam.

    3. Tujuan, Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam

    Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai seseorang dalam

    mengerjakan sebuah kegiatan. Dalam sebuah istilah ushul dikenal “al-umur

    bi maqasidiha”, bahwa setiap kegiatan harus berorientasi kepada tujuan yang

    direncanakan. Inilah pentingnya tujuan dalam sebuah kegiatan, tidak

    terkecuali dengan pendidikan Islam.

    Menurut Mujib perumusan tujuan pendidikan Islam harus

    berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya,

    misalnya: Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Kedua, sifat-sifat dasar

    manusia, ketiga tuntutan masyarakat. Dan keempat dimensi-dimensi

    kehidupan ideal Islam.68

    Menurut Abd al-rahman Shaleh Abdullah sebagaimana dikutip

    Mujib, menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasi menjadi

    empat dimensi69

    , yaitu :

    1) Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah)

    Yaitu mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas

    khalifah dibumi, melalui keterampilan-keterampilan fisik.

    68 Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet ke3,

    h.71 69 Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h.71

  • 51

    2) Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah)

    Adalah mempersiapkan manusia yang menjadikan Allah sebagai

    orientasi hidup. Indikasi pendidikan rohani adalah tidak bermuka dua (QS

    Al-Baqoroh:10), berupaya menyucikan diri dari sikap negatif (QS Al-

    Baqoroh:126).

    3) Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah)

    Pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-

    sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-

    pesan ayat-ayatnya yang berimplikasi kepada peningkatan iman kepada sang

    pencipta.

    4) Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah)

    Tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh

    yang menjadi bagian dari komunitas sosial. Identitas individu di sini

    tercermin sebagai “al-nas” yang hidup pada masyarakat yang majemuk.

    Mujib mengutip penjelasan Al-Ghazali, dimana tujuan umum

    pendidikan Islam tercermin dalam dua segi yaitu : (1) insan purna yang

    bertujuan mendekatkan diri kepada Allah swt, (2) insan purna yang bertujuan

    mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.70

    Atiyah Al-Abrasy

    merumuskan tujuan pendidikan Islam berdasarkan pada firman Allah swt

    dalam surat Al-Qashash: 77, bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi dua.

    70

    Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h.71

  • 52

    Pertama, tujuan yang berorientasi ukhrawi, kedua tujuan yang berorientasi

    duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk

    kebutuhan dan tantangan hidupnya, agar hidupnya lebih layak dan

    bermanfaat bagi orang lain.71

    Tujuan pendidikan Islam menurut Yusuf Al-Qardhawi adalah

    pembentukan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, jasmani dan rohaninya,

    akhlak dan keterampilannya.72

    Pendidikan harus dirumuskan untuk

    membentuk manusia yang bertaqwa yang senantiasa mengenal Allah

    (ma‟rifatullah), lalu mentauhidkannya (muwahid), dan beribadah hanya

    kepada-Nya („ubudiyah), serta patuh terhadap syaria‟atnya (inqiyad).73

    Sehingga tujuan pendidikan harus sejalan dengan tujuan hidup itu sendiri,

    sebab pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia, dan

    memanusiakan manusia.74

    Menurut An-Nahlawi tujuan pendidikan Islam adalah pengembangan

    pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan

    Agama Islam, dengan maksud merealisasikan tujuan Islam di dalam

    kehidupan individu dan masyarakat, yakni dalam seluruh lapangan

    kehidupan.75

    Berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Sunah, visi pendidikan Islam

    71 Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h.81 72

    Ibid 73

    Ibid 74

    Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h.52 75

    Abdurahman an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Asalibuha, terj. Hery

    Noer Ali (Bandung, Penerbit Diponegoro,1989), h.162

  • 53

    dapat dirumuskan sebagai berikut: “Menjadikan pendidikan Islam sebagai

    pranata yang kuat, berwibawa, efektif, credible dalam mewujudkan cita-cita

    ajaran Islam, yaitu mewujudkan rahmat bagi seluruh alam”.76

    Adapun tugas pendidikan Islam secara umum adalah membimbing

    dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap

    ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal.77

    Menurut Ibnu Taimiyah tugas pendidikan Islam pada hakikatnya tertumpu

    pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan

    tabiat peserta didik.78

    Pendidikan tauhid dilakukan dengan pemberian

    pemahaman kalimat syahadatain dan pemahaman tauhid (rububiyah,

    uluhiyah, sifat dan asma). Sedang pengembangan tabiat peserta didik adalah

    mengembangkan tabiat itu agar mampu mmenuhi tujuan penciptannya, yaitu

    beribadah kepada Allah SWT.

    Ada tiga pendekataaan untuk menelaah tugas Pendidikan Islam,

    yaitu : (1) pendidikan dipandang sebagai pengembangan potensi; (2)

    pendidikan dipandang sebagai pewarisan budaya; (3) pendidikan dipandang

    sebagai interaksi antara pengembangan potensi dan pewarisan budaya.79

    Sebagai pengembangan potensi, pendidikan Islam adalah

    menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta

    76 Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif ,( Jakarta, kencana, 2011), h.211 77

    Arifudin Arif, op.cit., h.57 78

    Abdul Mujib, Op.Cit. h.51 79

    Ibid, h.52

  • 54

    didik, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

    Sementara sebagai pewarisan budaya, pendidikan Islam bertugas sebagai alat

    transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu generasi ke generasi

    berikutnya. Dan sebagai interaksi antara potensi dan budaya, pendidikan

    Islam sebagai proses interaksi antara manusia dan lingkungannya. Sehingga

    peserta didik akan menciptakan dan mengembangkan keterampilan-

    keterampilan yang diperlukan untuk mengubah atau memperbaiki kondisi-

    kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.80

    Sedangkan fungsi pendidikan Islam adalah ; (1) menumbuhkan dan

    memelihara keimanan, (2) membina dan menumbuhkan akhlak mulia, (3)

    Membina dan meluruskan Ibadat, (4) Menggairahkan amal dan

    melaksanakan ibadat, (5) Mempertebal rasa dan sikap keberagamaan serta

    mempertinggi solidaritas sosial.81

    Menurut Kurshid Ahmad yang dikutip

    Ramayulis,82

    fungsi pendidikan Islam adalah :

    (1) Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-

    tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide

    masyarakat dan bangsa.

    80 Arifudin Arif, op.cit., h.58 81

    Nur Uhbiyati, op.cit., h.22 82

    Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta; Kalam Mulia, 1990),

    h.19

  • 55

    (2) Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan

    tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan social, serta ide-ide

    masyarakat dan bangsa.

    Dari uraian tersebut kita dapat memahami bahwa fungsi pendidikan

    Islam jika dikaitkan dengan teori Bloom adalah pada tiga ranah; pertama,

    adalah ranah konginif dalam memberikan cara pandang dan pola berfikir

    yang sesuai dengan akidah serta keimanan kepada Allah swt, sehigga ide-ide

    perubahan dapat tercapai. Kedua, pada ranah afektif yakni menumbuhkan

    sikap manusia dalam merespon perubahan sosial masyarakat dengan amal

    shalih. Ketiga, pada ranah psikomotorik yaitu pendidikan Islam menciptakan

    pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, memiliki ide-ide dan inovasi

    perubahan melalui keterampilan-keterampilan bagi masyarakat dan bangsa.

    4. Pendidikan Anak Dalam Islam

    Dalam Islam, isu pendidikan menjadi pembahasan yang sentral. Hal

    ini terbukti dengan munculnya para ulama‟ atau pemikir-pemikir pendidikan.

    Menurut Abd Al-Ghani „Abud, mereka ini secara periodik dimulai dari

    syahnun (wafat 240 H), Muhammad Ibnu Syahnun (wafat 256 H), Al-Ajari

    (260 H), Al-Khawarizmi 377 H), Al-Qabisi (403 H), Ibn Jazzar Al-

    Qairawani (395 H), Ibn Afifi (420 H), Ibn Abd Al-Barr (423 H), Al-Ghazali

    (505 H), Al-Zarnuji (591 H), Ibnu Jama‟ah (733 H), Ibn Al-Hajj Al-Abdari

    (737 H), Al-Maghrawi (902 H), Ibn Hajar Al-Haitami (947 H), ditambah pra

  • 56

    pemikir kontemporer lainnya, seperti Burhan Al-Din Al-Aqsharani, Al-

    Qathumi, Al-„Amuli, Abi Yahya Zakaria Al-Anshori, dan seterusnya.83

    Dengan banyaknya ulama‟ yang membahas isu pendidikan tersebut,

    maka tidak jarang dalam kajian sejarah pendidikan Islam ditemukan para

    ulama‟ yang mengkhususkan kajiannya pada pendidikan anak. Mengingat,

    pakar-pakar pendidikan Islam klasik sesungguhnya sudah memperhatikan

    konsep orang tua dan keluarga dalam perkembangan anak. Diantaranya yang

    relevan dengan konteks pendidikan anak adalah ; adab al-mu‟allimin

    (Muhammad Ibn Sahnun wafat 256 H), Ta‟lim al-Sibyan wa ahkam al-

    Mu‟allimin (Al-Qabisi w.403), ayyuha Al-walad (Al-Ghazali w.505 H),

    Ta‟lim al-Muta‟allim (Al-Zarnuji w. 591 H), Tahrir Al-Maqal fi adab wa

    ahkam wa fawaid yahtaj ilaiha muaddib al-Athfal (Ibnu Hajar Al-Haitami

    w.947 H), Siyasat al-Sibyan wa tadhbirihim (Ibnu Jazzar Al-Qairawani w.

    395 H), Tadrikat al-Sami wa al-Mutakallim fi adab al-Alim wa al-

    Muta‟allim (Ibnu Jama‟ah w. 733 H).84

    Kitab-kitab tersebut secara umum menjelaskan bagaimana

    pendidikan Islam dilakukan. Sayangnya, kitab-kitab terseut banyak yang

    tidak ditemukan. Sehingga konsep pendidikan anak yang holisti dan

    sistematis terkadang agak sulit kita temukan, berbeda halnya dengan konsep

    83 Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan; 10 cara al-Qur‟an Mendidik Anak

    (Malang, UIN-Malang Press,2008),h.64 84 Ibid, h.12

  • 57

    pendidikan anak yang berkembang di Barat, dan saat ini dikenal dengan

    istilah parenting.

    a. Pendidikan Anak Dalam Al-Qur‟an

    Melihat ayat-ayat Al-Qur‟an berkaitan dengan pendidikan anak ini,

    ada dua macam pernyataan yang digunakan untuk mengistilahkan anak,

    yaitu: al-walad dan al-banun.

    Istilah al-walad biasanya dikaitkan dengan konotasi makna anak

    secara pesimistis, sehingga anak memerlukan perhatian khusus. Hal ini dapat

    dilihat pada ayat-ayat berikut :

    ْويَا ُِة انذُّ ٍَا فِى اْنَحيه ٍُْم بِ بَ ُ نِيَُعزٌُِّْمْۗ إِوََّما يُِشْيُذ ّللّاه ََلُد َْ ََل أَ ََ ٍُْم انُ َُ فََل حُْعِجْبَك أَْم

    ن َْ فُِش ٌُْم كه ََ ٍُْم ٌََك أَْوفُُس حَْض ََ

    Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.

    Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda

    dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di

    dunnia da kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka

    dalam keadaan kafir (Q.S. 9:55)

    َ ِعْىَذٗي أَْجٌش َعِظْيمٌ أَنَّ ّللّاه ََ ََلُدُكْم فِْخىَتٌٌۙ َْ أَ ََ انُُكْم َُ ا أَوََّما أَْم ُْ اْعهَُم ََ

    Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah

    sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang

    besar (QS. 8:28)

    ثُُكْم ِعْىَدوَب ُشْلفَٰى إَِلَّ َمْه آَمَه َوَعِمَل َصبلًِحب وَمب أَْمَىالُُكْم َوََل أَْوََلُدُكْم ثِبلَّتِي تُقَسِّ

    ئَِك لَهُْم َجَصاُء ْعِف ثَِمب َعِمل