1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan...

13
1 / 3

Transcript of 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan...

Page 1: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

1 / 3

Page 2: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

Table of Contents

No. Title Page

1 Kajian Teoretik Karakter Kebijakan Publik -

2 Matinya Ilmu Sosial di Indonesia: Indigenisasi Reflektif-Emansipatif -

3 Efektivitas CSR Job Pertamina-Petrochina East Java dan Mobile Cepu Limited diKabupaten Bojonegoro

-

4 Pelembagaan Politik Partai -

5 Nahdlatul Ulama Dan Pilkada Gubernur Jawa Timur -

6 Dinamika Gerakan Rakyat Anti Surat Ijo Surabaya (Geratis) -

2 / 3

Page 3: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

Vol. 1 - No. 1 / 2012-06TOC : , and page : -

Nahdlatul Ulama Dan Pilkada Gubernur Jawa Timur

Nahdlatul Ulama Dan Pilkada Gubernur Jawa Timur

Author :Inggriht Fatamorgana | -Alumni Program Sarjana S-1 Departemen Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepentingan yang berada dibalik keterlibatan Muslimat, Fatayat dan IPPNU Sidoarjo dalam mendukung pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono dalam pilgub JawaTimur. Selain kepentingan, strategi yang mereka gunakan untuk menyakinkan konstituen mereka agar mencontreng pasangan Khofifah-Mudjiono juga menjadi perhatian dalam penelitian ini. hasil penelitianyang telah dilakukan oleh penulis terungkap bahwa ukhuwah islamiyah sebagai penyangga utama NU menjadi faktor utama yang mendorong Muslimat, Fatayat dan IPPNU untuk terjun langsung mendukung Khofifah- Mudjiono hingga ke desa-desa. Sedangkan untuk strategi pemenangan pasangan Khofifah- Mudjiono, banomperempuan NU mendapat bantuan dari pemuka agama dalam menentukan preferensi politik warga nadliyindi Sidoarjo, selain bantuan dari pemuka agama pendekatan rasional dan emosional juga digunakan untuk mendongkrak suara KaJi Manteb di Sidoarjo.

Keyword : Kepentingan, , , Strategi, Pemenangan, Pemilu, Organisasi, Masyarakat, ,

Daftar Pustaka :1. Asfar, Muhammad. , (2005). Esai -Esai Seputar PEMILU 2004. . Surabaya : Pustaka Eureka2. Asmawi. , (1999). PKB: Jendela Politik Gus Dur. Yogyakarta : Titian Ilahi Press3. Asyari, Suaidi . , (2009). Nalar Politik : NU dan Muhammadiyah Over Crossing Java Sentris . Yogyakarta : LkiS4. Firmanzah., (2007). Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia5. Gaffar, Afan. , (1992). Javanese Voters : A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

3 / 3

Page 4: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

34

PendahuluanPemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti olehlima pasangan kandidat Gubernur dan WakilGubernur yakni: 1). Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (Ka-Ji) yang didukung oleh PPP, 2).Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR) yang didukungoleh PDIP, 3). Soernarjo-Ali Machsan Moesa(Salam) yang didukung didukung oleh Golkar,4). Achmady-Suhartono (Achsan) yangdidukung oleh PKB, dan yang terakhir 5).Soekarwo-Saifullah Yusuf (Kar-Sa) didukungoleh Partai Demokrat dan Partai AmanatNasional.

Kesepuluh peserta pilgub diatas baik yangmencalonkan diri sebagai gubernur maupunsebagai wakil gubernur, kita dapat melihatbeberapa kader Nahdlatul Ulama ikutmeramaikan bursa pilgub tahun ini. NU sebagaiorganisasi sosial keagamaan terbesar di Indo-nesia selalu menjadi ‘bunga desa’ dalam setiappenyelenggaraan pemilihan umum, baik itudalam pemilihan kepala Negara, pemilihankepala daerah provinsi maupun pemilihankepala daerah kabupaten, banyak kader NU yangdiperebutkan sebagai calon-calon pemimpinataupun mencalonkan diri sebagai pemimpin.

Besarnya suara NU membuat para elit NUtidak tinggal diam, seperti K.H. Ali MaschanMoesa yang menyatakan dirinya sebagai calon

wakil gubernur berpasangan dengan Soenarjodengan menggunakaan kendaraan partaiGolkar. Bagi Soenarjo ide untuk menggandengK.H. Ali Maschan Moesa yang notabene adalahKetua PWNU diharapkan bisa menarik suaranadliyin yang masih sangat paternalistik denganmemandang Kyai sebagai panutan.

Saifullah Yusuf atau yang lebih akrabdipanggil Gus Ipul adalah Ketua UmumPengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor yangjuga mantan Menteri Daerah Tertinggal,bersedia menjadi calon wakil gubernurberpasangan dengan pak Soekarwo yangdiusung oleh Partai Amanat Nasional.Sedangkan untuk kader NU yang mencalonkansebagai gubernur pertama adalah BupatiMojokerto Achmady. Meski berangkat dari PKByang notabene partai NU, namun di grassrootnama Achamady kalah populer jikadibandingkan dengan elit NU lainnya sepertiK.H. Ali Maschan Moesa dan Saifullah Yusuf.

Tokoh NU kedua yang mencalonkan dirisebagai gubernur adalah Khofifah IndarParawansa. Khofifah adalah mantan KetuaUmum PP didua banom perempuan NU yakniIPPNU dan Fatayat dan saat running pilgubKhofifah masih tercatat sebagai Ketua UmumPP non-aktif Muslimat, selain itu beliau jugamantan Ketua Umum PC PMII Surabaya(sejarah perempuan pertama yang menjadi

Nahdlatul Ulama Dan Pilkada Gubernur Jawa TimurInggriht Fatamorgana*

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepentingan yang berada dibalik keterlibatan Muslimat, Fatayatdan IPPNU Sidoarjo dalam mendukung pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono dalam pilgub JawaTimur. Selain kepentingan, strategi yang mereka gunakan untuk menyakinkan konstituen mereka agarmencontreng pasangan Khofifah-Mudjiono juga menjadi perhatian dalam penelitian ini. hasil penelitianyang telah dilakukan oleh penulis terungkap bahwa ukhuwah islamiyah sebagai penyangga utama NU menjadifaktor utama yang mendorong Muslimat, Fatayat dan IPPNU untuk terjun langsung mendukung Khofifah-Mudjiono hingga ke desa-desa. Sedangkan untuk strategi pemenangan pasangan Khofifah- Mudjiono, banomperempuan NU mendapat bantuan dari pemuka agama dalam menentukan preferensi politik warga nadliyindi Sidoarjo, selain bantuan dari pemuka agama pendekatan rasional dan emosional juga digunakan untukmendongkrak suara KaJi Manteb di Sidoarjo.

Kata-Kata Kunci: Kepentingan, Strategi Pemenangan Pemilu, Organisasi Masyarakat Perempuan.

* Alumni Program Sarjana S1 Departemen Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Page 5: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

Jurnal Politik Indonesia, Vol 1 No.1, Juli-September 2012, 35-4435

Ketua Umum). Khofiffah menggandeng Mudjionoseorang Purnawirawan TNI AD dengan jabatanterakhir sebagai Kasdam V Brawijaya. Untukmemenangi pilgub kali ini, Khofifah mengandalkanKoalisi Nusantara Jatim Bangkit yang terdiri dari12 parpol kecil diantaranya PPP, PDS, PKPI, PNBK,dan PBR dan juga ormas, organisasi bersifat ad hocatau relawan, dan lainnya.

Keterlibatan Muslimat dalam dunia politikpertama kali ditandai dengan keterlibatan merekapada pemilu 1955, pada saat itu terdapat lima kaderMuslimat yang terpilih pada pemilihan parlemennasional. Tapi sayang kegiatan ini harus berhentipada saat pemerintahan Soeharto karena beliaumenginginkan peran seorang perempuan hanyasebagai ibu dan istri yang tetap tinggal di rumah.Setelah pemerintahan Soeharto jatuh, Muslimatdan Fatayat mulai lagi mengembangkan sayapmereka ke dunia politik hal ini terbukti pada pemilu2004 yang lalu Muslimat dan Fatayat ikutmemperjuangkan diberlakukannya penambahankuota untuk perwakilan perempuan di parlemen,karena menurut Ketua Fatayat Nasional, MariaUlfha Anshor, lebih banyak perwakilan perempuandi parlemen maka akan membuat kondisiperempuan di Indonesia lebih baik1.

Selain itu pernyataan tersebut jugamerefleksikan adanya kebutuhan untukmeningkatkan perwakilan perempuan di parlemendengan tujuan untuk membuat hukum yang lebihsensitif gender agar dapat mendorong kegiatanperempuan diluar parlemen untuk meningkatkankondisi perempuan Indonesia secara keseluruhan.Selain kegiatan dalam kampanye pemilihan umumdan mendorong masyarakat untuk memilihperempuan, kedua badan otonom tersebut jugamendorong para anggotanya untuk menjadikandidat anggota parlemen dari partai politik yangmereka inginkan. Oleh sebab itu bukan menjadi halyang aneh lagi jika Muslimat dan Fatayat terjun kedalam politik praktis.

Sosok Khofifah mulai dikenal ketikaberpidato dalam Sidang Umum DPR-RI 1998dimana dalam pidatonya tersebut Khofifahmengkritisi pemerintahan Orde Baru yangdianggapnya berjalan tidak demokratis. Selangbeberapa waktu kemudian Khofifah ditunjuk olehPresiden ke-4 RI yakni Aburrahman Wahid atauGus Dur untuk menempati pos baru sebagaiMenteri Pemberdayaan Perempuan, tapi sayangkeberadaannya dalam kabinet Persatuan Indone-sia bentukan Gus Dur itu tidak bertahan lama seiring

dengan jatuhnya pemerintahan Gus Dur yangkemudian digantikan oleh Megawati.

Pemilihan Khofifah sebagai cagubdiumumkan oleh Ketua Umum DPP PPPSuryadharma Ali di Surabaya pada hari kamis (27/3/08) usai menghadiri Rapat Anggota TahunanPuskowan yang juga dihadiri Khofifah IndarParawansa dan Ketua DPW PPP Jatim, Farid AlFauzi, disebutkan bahwa ada beberapapertimbangan mendasar mengapa partaiberlambang Ka’bah ini memilih Khofifah: pertama,Khofifah memiliki integritas kemasyarakatan yangtidak diragukan. Kedua, pengalaman memimpinmenjadi modal penting untuk menjadikan JawaTimur lebih baik (pernah menjadi menteri, wakilketua komisi di DPR, dan sekarang juga masihtercatat sebagai anggota DPR). Ketiga, Khofifahmerupakan tokoh perempuan yang diharapkanmempunyai nilai tambah. Dan yang keempat,Khofifah merupakan pimpinan organisasiperempuan terbesar di Indonesia yakni MuslimatNU dan juga pernah menjabat sebagai PimpinanPusat di dua organisasi perempuan yang lain yaituFatayat NU dan IPPNU dengan jumlah anggotaMuslimat NU di Jawa Timur, baik yang memilikiKTA maupun tidak itu berjumlah sekitar 4 juta or-ang. Sedangkan anggota Fatayat NU diperkirakansebanyak 2 juta anggota dari IPPNU sekitar 1 juta.

Berdasarkan latar belakang permasalahandiatas maka penulis merumuskan duapermasalahan, yakni: Kepentingan apa yangmelatar belakangi keterlibatan badan otonomperempuan Nahdlatul Ulama yakni: Muslimat,Fatayat dan IPPNU sebagai tim sukses KaJi Mantebuntuk wilayah kabupaten Sidoarjo, dan Strategipemenangan apa yang dilakukan oleh Muslimat,Fatayat dan IPPNU untuk mendulang suara didaerah Sidoarjo.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitiankualitatif sebagai perangkat untuk melakukananalisis dan interpretasi data yang telah terkumpul,dalam pengumpulan data penulis menggunakanteknik wawancara dengan informan, selain ituuntuk memperoleh data-data pelengkap penulisjuga melakukan penelurusan melalui internet,jurnal, serta buku-buku yang relevan untukkeabsahan data dilakukan teknik triangulasi.

Kepentingan Muslimat, Fatayat dan IPPNUTiga badan otonom perempuan Nahdlatul

Ulama yakni Muslimat, Fatayat dan IPPNU Sidoarjobaik di Cabang, anak Cabang dan ranting-ranting

1 Jurnal karya Wahidah Zein br Siregar, Responses of Muslimat and Fatayat to the Quota for Women in the 2004 Elections,2004.

Page 6: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

36Inggriht Fatamorgana : Nahdlatul Ulama Dan Pilkada Gubernur Jawa Timur

di seluruh Jawa Timur all out mendukung pasanganKhofifah Indar Parawansa dan Mudjiono dalampemilihan gubernur dan wakil gubernur JawaTimur tahun lalu.

Jabatan sebagai gubernur dan wakil gubernursangatlah penting dalam pemerintahan daerahkarena semua kebijakan yang menyangkut hajathidup orang banyak ditentukan oleh orang yangmenduduki jabatan tersebut, dan tak bisa disangkalposisi ini mampu menyedot perhatian warganadliyin terutama banom perempuan NU yangmenginginkan kadernya menduduki posisitersebut.

Secara psikologis, majunya Khofifah sebagaicalon gubernur menjadi daya tarik tersendiri bagibanom perempuan NU (Muslimat, Fatayat, IPPNU)selain kesamaan keyakinan dan nilai yang dianut(sama-sama penganut Islam tradisional), Khofifahjuga pernah menjadi pimpinan pusat diketigabanom tersebut bahkan saat mencalonkan dirimenjadi gubernur Khofifah masih tercatat sebagaiketua non aktif Muslimat se-Indonesia.

Hubungan yang terjalin antara Khofifah danbanom perempuan NU menimbulkan ikatanemosional yang cukup kuat dan menciptakanloyalitas dan solidaritas tersendiri dikalanganwarga nadliyin terutama kaum perempuan. Tentusaja hal ini menjadi modal yang sangat berhargaketika Khofifah mencalonkan diri menjadigubernur Jawa Timur. Secara leksikal, solidaritasberarti gabungan atau kesepakatan dari seluruhelemen atau individu sebagai satu kelompok,kesatuan yang lengkap, seperti dari opini, tujuan,kepentingan, perasaan, dan sebagainya2

Dalam Ilmu Sosiologi modern, agama lebihbanyak dikaitkan dengan hal-hal yangberhubungan integrasi daripada dengan hal-halyang terkait dengan konflik. Emile Durkheimsebagai salah seorang Sosiolog abad ke-19,menemukan hakikat agama yang pada fungsinyasebagai sumber dan pembentuk solidaritasmekanis. Ia berpendapat bahwa agama adalahsuatu pranata yang dibutuhkan oleh masyarakatuntuk mengikat individu menjadi satu-kesatuanmelalui pembentukan sistem kepercayaan danritus. Melalui simbol-simbol yang sifatnya suci.Agama mengikat orang-orang kedalam berbagaikelompok masyarakat yag terikat satu kesamaan.

Ide tentang masyarakat adalah jiwa dariagama, demikian ungkap Emile Durkheim dalamThe Elementary Form of Religious Life (1915).Berangkat dari kajiannya tentang paham

totemisme masyarakat primitif di Austria,Durkheim berkesimpulan bahwa bentuk-bentukdasar agama meliputi: pemisahan antara ‘yang suci’dan ‘yang profane’, permulaan cerita-cerita tentangdewa-dewa, dan macam-macam bentuk ritual

Menurut Durkheim, agama bukanlah “sesuatuyang di luar”, tetapi “ada di dalam masyarakat” itusendiri, agama terbatas hanya pada seruankelompok untuk tujuan menjaga kelebihan-kelebihan khusus kelompok tersebut. Oleh karenaitu, agama dengan syariatnya tidak mungkinberhubungan dengan seluruh manusia. Durkheimmembedakan dua jenis solidaritas: solidaritasmekanis dan solidaritas organis. Satu hal yang pastibagi Durkheim, solidaritas terkait dengan realitassosial. Solidaritas muncul dalam ranah sosial,hubungan antar-individu manusia.

Solidaritas mekanis datang dari kultur ataukondisi homogen, biasanya didasari atas kesamaanagama, kesamaan profesi, kedaerahan, gaya hidup,dan sejenisnya. Ikatan yang terjadi bukan karenaadanya paksaan dari luar atau karena intensifekonomi semata, melainkan dikarenakan adanyakesadaran bersama yang didasarkan padakepercayaan yang sama dan nilai-nilai yangdisepakati sebagai standar moral dan pedomantingkah laku. Dengan solidaritas mekanis,masyarakat yang hidup berdasarkan sistemkekeluargaan dan kekerabatan serta kegotong-royongan dapat bertahan dengan asaskeharmonisan.

Sementara solidaritas organik bersifatinterdependen, yang muncul oleh sebab khusus, danterkait dengan “kohesi moral” alias sebab-sebabyang lebih abstrak. Suatu solidaritas baru yangdidasarkan pada kesadaran terhadap kondisipluralitas yang terbentuk apabila dalam masyarakatyang telah mengalami proses individualisasi itutelah timbul kesadaran adanya salingketergantungan di antara mereka dan timbul pularasa saling membutuhkan. Dalam masyarakat mod-ern yang cirinya adalah diferensiasi fungsionalyang tinggi dan pembagian kerja yang rumit, makakeharmonisan yang sederhana mulai terancam danpotensi konflik mulai membesar.

Solidaritas inilah yang menjadi penyanggautama Nahdlatul Ulama beserta banom-banomnya,solidaritas di lingkungan NU biasa disebut denganUkhuwah Islamiyah. Menurut arti bahasa dalammasalah ijtimaiyah, ukhuwah dapat dijabarkandalam beberapa konteks hubungan sebagai berikut:1. Persaudaraan sesama muslim (Ukhuwah

2 Websters New World Dictionary, 1998

Page 7: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

Jurnal Politik Indonesia, Vol 1 No.1, Juli-September 2012, 35-4437

Islamiyah) yang tumbuh dan berkembangkarena persamaan aqidah atau keimanan baiktingkat nasional maupun internasional.

2. Persatuan nasional, yang tumbuh danberkembang atas dasar kesadaran berbangsa danbernegara.

3. Solidaritas kemanusiaan, yang tumbuh danberkembang atas dasar rasa kemanusiaan yangbersidat universal.

Dalam pengertian luas, ukhuwah islamiyahmemberikan cakupan arti suatu sikap yangmencerminkan rasa persaudaraan, kerukunan,persatuan, dan solidaritas yang dilakukan olehseseorang terhadap orang lain atau suatu kelompokpada kelompok lain dalam interaksi sosial.Timbulnya sikap ukhuwah islamiyah dalamkehidupan masyarakat disebabkan adanya dua hal,yaitu: 1) Adanya persamaan, baik dalam masalahkeyakinan atau agama, wawasan, pengalaman,kepentingan, tempat tinggal maupun cita-cita. 2)Adanya kebutuhan yang dirasakan hanya dapatdicapai dengan melalui kerjasama dan gotongroyong serta persatuan. Salah satu penerapankonsep dan wawasan ukhuwah, adalahpersaudaraan Islam (ukhuwah islamiyah)seyogyanya dimulai dari lingkungan yang palingkecil (keluarga), kelompok atau warga suatujam’iyah kemudian dekembangkan dalamlingkungan yang lebih luas (antar jam’iyah, alirandan bangsa).

Para sosiolog berpendapat bahwa para aktormengambil keputusan dan beraksi berdasarkansistem nilai dan keyakinan (beliefs) yang merekapegang. Sistem nilai dan kepercayaan diyakinimenuntun setiap individu untuk mengambilkeputusan, kedua hal tersebut memiliki kekuatanlebih untuk mengarahkan keputusan seperti apayang akan diambil dibandingkan dengan logika danperhitungan kalkulatif3.

Sistem nilai dan kepercayaan yang munculdalam permasalahan ini berupa aliran Islamtradisional, di Indonesia para penganut Islamtradisional memiliki wadah organisasi keagamaanyang bernama Nahdlatul Ulama dan menjadi salahsatu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia.Ruth McVey memberikan gambaran yang jelasmengenai “aliran” dalam konteks di masyarakatIndonesia:

“Seen from one political angle, the aliran di-visions apply to an ongoing ideological argumentin national politics…essentially a debate among

factions of the Jakarta elite. From another, theyrefer to the political expression of vertical cleav-ages in the wider Indonesian society, based on cul-tural variation. Finally, they apply as well to hori-zontal social divisions reflecting class differences.Sometimes these aspects connect with and rein-force each other, but they do not necessarily do so;and hence the aliran change their scope and qual-ity according to the context in which they are be-ing discussed.”4

Vertical cleavages based on cultural varia-tion, dalam konteks ini dapat diartikan sebagaiperbedaan budaya Islam yang ada di masyarakatIndonesia. Perbedaan budaya Islam yang dimaksudadalah perbedaan tata cara ibadah keagamaan, Is-lam tradisional mempertahankan tata caraperibadatan Islam dengan membangun kubur,berziarah, doa lewat perantara dan tarekat. Dikalangan masyarakat Islam Indonesia tata caraperibadatan ini telah menuai kontroversi dariberbagai kalangan dan kalangan yang paling kerasmenentang tata cara seperti ini adalah kalangan Is-lam pembaharu yang di wakili oleh Muhammdiyah.Perselisihan yang berlarut-larut ini ikutmempengaruhi preverensi politik masyarakat Is-lam Indonesia, baik yang tergabung dalamMuhammdiyah maupun NU.

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi massaterbesar di Indonesia tentu mempunyai kekuatanyang potensial untuk dapat mempengaruhikebijakan pemerintah, hal ini tercermin daritindakan NU dalam politik praktis ketika merekamemutuskan untuk keluar dari Masyumi dankemudian membentuk partai sendiri dengan namaPartai NU yang dinyatakan dalam Muktamar NUke-19 di Palembang pada tahun 1952. Sayang,Partai NU hanya dapat bertahan selama sebelastahun karena Soeharto sebagai penguasa OrdeBaru tidak menghendaki banyak partai dalampercaturan politik Indonesia, maka dibuatlahkebijakan baru dengan menyederhanakan jumlahpartai yang ada berdasar pada kelompokkeagamaan, nasionalis dan kekaryaan.

Dibawah kepemimpinan Soeharto, NU yangpada awalnya adalah sebuah partai politik;bersama-sama dengan Parmusi, PSII dan Pertiberfusi kedalam sebuah partai baru yang diberinama Partai Persatuan Pembangunan atau yangbiasa disebut PPP. Kerjasama diantara keduanyatidak dapat berjalan dengan mulus karena warga

3 Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007, halaman 110.4 Afan Gaffar, Javanese Voters : A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, 1992, halaman 188.

Page 8: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

38Inggriht Fatamorgana : Nahdlatul Ulama Dan Pilkada Gubernur Jawa Timur

NU merasa dipinggirkan dan diminimalisasiperanannya dalam partai tersebut, hal inilah yangkemudian mendorong NU untuk kembali ke Khittah1926.

Jatuhnya Soeharto dari tampukkepemimpinan berimbas pada kebebasan untukmenyalurkan aspirasi, pendapat, ide dan gagasanyang selama ini diatur secara ketat oleh pemerintah.NU dengan massa kurang lebih 40 juta orang atausekitar seperlima dari total penduduk Indonesiajuga tidak sabar untuk menyalurkan aspirasipolitiknya ke suatu wadah politik yang bernilaikanke-NU-an dan akhirnya pada 23 Juli 1998 lahirlahPartai Kebangkitan Bangsa yang mengklaimmenjadi wadah untuk meyalurkan aspirasi politikwarga nadliyin.

PKB yang mengklaim dirinya sebagai partaiwarga nadliyin melakukan blunder denganmengusung calon pasangan yang bisa dikatakankurang tepat, beberapa massa PKB yang rata-ratadi dominasi oleh warga nadliyin menyatakankekecewaannya terhadap calon pasangangubernur dan wakil gubernur yang di usung olehpartai tersebut, pasangan Achmady-Suhartonodianggap kurang mampu mewakili aspirasi wargaNU selain karena sosoknya yang kurang dikenal dimata warga nadliyin, warga nadliyin jugameragukan kepeduliannya terhadap NU.

Banyaknya kader NU yang ikut meramaikanbursa pemilihan gubernur dan wakil gubernurJawa Timur menimbulkan polemik tersendiridikalangan grass root, suara warga nadliyin yangmencapai 70 % dari masyarakat Jawa Timur tidakdapat dioptimalkan karena suara mereka telahterpecah belah. Hal ini pun juga berdampak padadukungan Muslimat, Fatayat dan IPPNU CabangSidoarjo dalam mendukung pasangan Khofifah danMudjiono, banyaknya kader NU yang meramaikanpilgub ikut memecah dukungan tiga banomperempuan NU Cabang Sidoarjo.

Banyaknya kader NU yang meramaikan run-ning pilgub tahun 2008 ikut mempengaruhikeharmonisan hubungan diantara anggota banomperempuan NU, terutama di kalangan anggotaMuslimat Cabang Sidoarjo. Meskipun sebagianbesar anggota Muslimat mendukung pencalonanKhofifah, ada sebagian kecil dari mereka yangmendukung Ali Machsan Moesa, Gus Ipul danAchmady tetapi memang diantara pendukungketiga kader NU tersebut gesekan hanya munculdiantara pendukung Khofifah dan pendukungAchmady. Gesekan ini tak terelakkan karenapendukung Achmady mengatasnamakandukungannya dengan membawa nama MuslimatAnak Cabang Tanggulangin dalam setiap kegiatan

sosialisasinya, padahal hal ini tidak boleh dilakukanmengingat Muslimat adalah organisasikemasyarakatan yang fokus pada penguatan civilsociety.

Contoh sebagian kecil pendukung Achmady-Suhartono di internal Muslimat adalah KetuaMuslimat Anak Cabang Tanggulangin dan Krian,sejak awal tidak mendukung pencalonan Khofifahmereka lebih memilih untuk menyalurkan aspirasipolitiknya dengan menjadi tim sukses pasanganAchmady-Suhartono yang diusung oleh PKB. Daripenuturan bu Ainun ketahui bahwa KetuaMuslimat Anak Cabang Tanggulangin dan Krianmerupakan anggota Partai Kebangkitan Bangsameskipun mereka tidak menjadi pengurus partaitetapi setiap PKB mencalonkan kadernya dalamsuatu pemilihan, mereka selalu turut sertamembantu kampanye politik. Mengingat posisimereka sebagai Ketua Anak Cabang Muslimat ditingkat Kecamatan yang memang cukup strategisdan disegani di lingkungan warga nadliyin.

Fanatisme terhadap partai politik, yakniPartai Kebangkitan Bangsa yang sejak awalpendiriannya mengklaim sebagai partai politik‘resmi’ warga nadliyin ikut mempengaruhipreferensi politik Ketua Muslimat Anak CabangTanggulangin dan Krian. Selain fanatisme terhadapparpol, keberadaan Gus Dur sebagai salah satutokoh yang disegani dikalangan warga nadliyinsekaligus salah satu pendiri PKB juga sangatmenentukan, restu yang diberikan oleh Gus Durkepada Achmady mampu menggerakkan warganadliyin untuk mendukung beliau terlepas darikontribusi yang sudah diberikan beliau untukNahdlatul Ulama dan PKB.

Perpecahan di Muslimat akibat banyaknyakader NU yang maju dalam running pilgub jugaterjadi di Fatayat, namun perpecahan tersebut tidaksampai menimbulkan gesekan yang berarti di in-ternal Fatayat. Sedangkan di IPPNU hampir tidakada gesekan, karena memang dalam prosessosialisasinya hanya melibatkan empat oranganggota IPPNU cabang Sidaorjo.

Selain faktor ideologi dan solidaritas,Salisbury juga mengatakan adanya faktor ekonomiyang ikut menentukan keputusan seseorang untukikut tergabung dalam sebuah kelompok, dan tidakmenutup kemungkinan faktor ini juga dimiliki olehketiga banom perempuan NU dengantergabungnya mereka menjadi tim sukses KaJiManteb meskipun faktor ini tidak terlalu menonjol.Meskipun faktor ini tidak terlalu menonjol tetapisecara tidak langsung faktor ini ikut mempengaruhiketerlibatan mereka dalam aksi dukung mendukungdalam setiap pemilu, misalnya pada saat Fatayat ikut

Page 9: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

Jurnal Politik Indonesia, Vol 1 No.1, Juli-September 2012, 35-4439

membantu kemenangan pasangan incumbentbupati dan wakil bupati Sidoarjo H Drs WinHendrarso-H Saiful Ilah SH dalam pilkada Sidoarjotahun 2005, pak Win dan pak Saiful mengibahkansebuah mobil kijang kepada Fatayat untuk kegiatanoperasional sehari-hari dan memberikan bantuandana untuk kegiatan-kegiatan yang diselenggarakanoleh Fatayat. Selain itu beberapa saat sebelum pilgubberlangsung Khofifah juga mengibahkan sebuahmobil Suzuki APV kepada setiap Cabang Muslimatdi seluruh kabupaten Jawa Timur.

Strategi Pemenangan PemiluMemenangkan pertarungan dalam suatu

pemilu tidak hanya mengandalkan jargon tetapijuga dibutuhkan orang-orang yang mauberpartisipasi mendukung peserta pemilu sekaligusmengajak masyarakat luas untuk ikutmemenangkan peserta yang didukungnya, orang-orang ini biasa dikenal dengan sebutan tim sukses.Dan pasangan Khofifah-Mudjiono dalam pilgubkali ini didukung oleh 12 Koalisi partai kecil yangterdiri dari PPP, PDS, PKPI, PNBK, dan PBR yangdikenal dengan nama Koalisi Nusantara JatimBangkit. Selain tim sukses dari koalisi ke-12 parpoltersebut, Khofifah juga menggerakkan massapendukungnya di tiga banom perempuan NUyakni, Muslimat, Fatayat dan IPPNU untuk ikutmemenangkan dirinya sebagai gubernur pertamadari kalangan NU.

Dimasing-masing banom Muslimat, Fatayatdan IPPNU Sidoarjo membentuk tim suksesditingkat Cabang (kabupaten); untuk Muslimat danFatayat, tim sukses yang ada di kabupatenselanjutnya menyerahkan penyelenggaraanyakepada pengurus yang berada di tingkat anakCabang untuk diteruskan ke ranting-ranting.Sedangkan untuk IPPNU setelah di bentuk timpemenangan di tingkat kabupaten merekamenunjuk koordinator di tiap-tiap kecamatanuntuk kemudian diteruskan ke koordinator bidangmasing-masing.

Pemilihan para anggota tim sukses, ketigabanom memiliki cara yang berbeda-beda. MuslimatCabang Sidoarjo melakukan proses penyeleksianberdasarkan pada sosok individu anggotanya yangdianggap berpengaruh di Sidoarjo, loyal padaorganisasi, dan mengenal betul peta kekuatanMuslimat di Sidoarjo. Cara yang dilakukan oleh

Fatayat Cabang Sidoarjo sedikit berbeda denganyang di lakukan oleh Muslimat, sama-sama melaluiproses penyeleksian tetapi proses ini hanyadilakukan oleh tim formatur yang sudah mewakilipengurus harian Fatayat Cabang Sidoarjo danterdiri atas Ketua Fatayat, Ketua Fatayat terpilih,Pembina Fatayat dan wakil dari empat karisedenandi Sidoarjo. Ketujuh orang inilah yang menentukansiapa saja yang dianggap mampu untukmengemban tugas ini. Berikut ini adalah susunantim sukses yang berasal dari banom Muslimat NUdan Fatayat NU Cab. Sidoarjo:

Jabatan Muslimat NU Cab. SidoarjoFatayat NU Cab. Sidoarjo

Proses penyeleksian tim sukses di IPPNU(biasanya disebut TS atau Tim Sukarelawan)berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh Muslimatdan Fatayat. Banom ini menunjuk empat anggotaIPPNU Cabang sidoarjo yang dianggap loyal danmengenal daerah Sidoarjo dengan baik untukdijadikan TS; keempat TS tersebut memiliki deskjob yang berbeda; satu orang melakukankoordinasi dengan IPPNU di wilayah, yang lainnyamelakukan koordinasi dengan Muslimat, Fatayatdan TS-TS di desa-desa; dan semua yang dilakukanoleh TS-TS tersebut atas sepengetahuan KetuaIPPNU Sidoarjo.

Sebagai organisasi sosial yang bersifatkeagamaan Muslimat, Fatayat dan IPPNU Sidoarjomemiliki posisi yang sangat strategis, jaringan yangdimiliki sangat luas mulai wilayah provinsi,kabupaten, kecamatan sampai ke desa-desa. Hal inisangat dibutuhkan dalam kampanye politik karenapara peserta pemilu harus bisa menyentuh (meng-cover) seluruh lapisan masyarakat, selain itukeunggulan ketiga banom NU tersebut yaknimengenal betul bagaimana karakteristikkonstituennya yang dapat memudahkan merekauntuk menyampaikan kebijakan yang diambil oleh

5 Tahlilan, biasa dilakukan pada saat seseorang meninggal dunia. Keluarga yang ditinggal biasanya mengadakan tahlilanselama tujuh hari setelah kematian salah seorang anggota keluarganya dan diadakan lagi ketika telah memasuki hari ke-40dan ke 100. pada acara ini dibacakan ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa untuk mendoakan almarhum.6 Meskipun bu Asiyah berdomisili di Kecamatan Krembung, bu Asiyah sering memberikan ceramah keagamaan diTanggulangin dan termasuk tokoh yang disegani di kalangan warga nadliyin perempuan.

Ketua IKetua IISekretaris I

Sekretaris IIBendahara IBendahara II

Hj. Farida WahabHj. SulaichayahDra. Hj. AinunJariyahDra. Hj. NurLutfiyahHj. Wiwik Hidayah, S.pdHj. Choriyah

Dra. Ma’rufahDra. Hj. MahmudahDra. Hj. I’anatusSolichahHj. LilikAzkiyahNur Ilmiyah, SEHj. Mutmainah

Jabatan Muslimat NUFatayat NU

Page 10: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

40Inggriht Fatamorgana : Nahdlatul Ulama Dan Pilkada Gubernur Jawa Timur

banom tersebut.Dalam rangka untuk mensukseskan

kemenangan pasangan Khofifah-Mudjiono, dalamproses sosialisasi nya; Muslimat dan Fatayat masukmelalui kegiatan rutin banom seperti jam’iyah,istiqosah5, tahlil6 dan yasinan yang diadakanseminggu sekali di tingkat ranting. Baik Muslimatmaupun Fatayat tidak menambah frekuensikegiatan rutin mereka ketika menjelang maupunsesudah pilgub; jam’iyah, istiqhosah, tahlil danyasinan tetap dilakukan seminggu sekali.

Kegiatan-kegiatan seperti ini memang jamakdigunakan sebagai saluran komunikasi politikdengan memanfaatkan karakter kegiatan tersebutsebagai tempat pertemuan spiritual, selain lebihspiritual pertemuan tersebut juga cenderung infor-mal sehingga dapat mempermudah prosespenyampaian pesan-pesan politik. Sebagaikegiatan yang berakar dari tradisi pesantren yangsangat kuat tentu dalam setiap penyelenggaraankegiatan ini juga mengandung kedekatan emosionaldiantara warga nadliyin.

Proses sosialisasi yang dilakukan oleh TS dariIPPNU berbeda jauh dengan yang dilakukan olehMuslimat dan Fatayat, IPPNU; karena keterbatasankemampuan yang dimiliki oleh anggota TS(semuanya perempuan) dibantu dengan IPNUmensosialisasikan KaJi secara informal dalamartian mereka lebih banyak berbaur denganmasyarakat luas. Misalnya lewat acara ngopi-ngopidi warung pinggir jalan dll.

Strategi untuk memenangkan pilgub di daerahSidoarjo diserahkan seluruhnya oleh tim suksespusat kepada banom perempuan NU, mengingatini bukanlah dukungan pertama yang diberikanbanom perepmpuan NU untuk kandidat pasangankepala daerah. Kegiatan kampanye politik serupajuga dilakukan oleh anggota Muslimat Anak CabangTanggulangin yang mendukung Achmady, hanyasaja mereka menambah frekuensi kegiatan diluaracara rutin banom untuk mensosialisasikan visidan misi pasangan Achmady-Suhartono. Merekajuga mengajak tokoh agama yang disegani diKecamatan Tanggulangin yakni bu Siti Asiyah7 atauyang biasa dipanggil Nyi Asiyah. Muslimat danFatayat pendukung KaJi Manteb berkomitmenuntuk saling bahu membahu memenangkan pilgubperiode 2008-2013, namun keduanya tak lepas darikonflik.

Konflik yang terjadi muncul karena

kekecewaan Muslimat terhadap Fatayat karenaanggota Fatayat tidak sepenuhnya mendukungKhofifah dalam pilgub.Pada kampanye putaranpertama Muslimat dan Fatayat menghadapi kendalaketika disebarkannya isu atau rumor mengenaiketidaksetujuan para kyai khos8 mengenaipencalonan Khofifah maju sebagai gubernur,banyak kalangan NU yang mengeluarkan pendapatbahwa seorang perempuan tidak boleh dijadikansebagai pemimpin. Dengan mengutip Al-Qur’anatau hadits nabi, seorang perempuan memangdiharamkan untuk diangkat menjadi pemimpin.Namun jika kita berkaca dari peristiwa lima tahunyang lalu ketika Ketua Umum NU KH Hayim Muzadimenerima pinangan Megawati sebagai WakilPresiden hal ini juga menjadi polemik bagi warganadliyin, bukan saja karena kenekatan HasyimMuzadi terjun kepolitik praktis tetapi juga karenadisebabkan diterimanya pinangan dari Megawatiyang seorang perempuan. Untuk mengakhiripolemik tersebut diadakanlah Musyawarah AlimUlama di Pasuruan yang kemudian memutuskanbahwa perempuan diperbolehkan menjadi seorangpemimpin. Kejadian inilah yang menjadi rujukanbagi Muslimat dan Fatayat untuk meng-counter isu-isu yang sudah tersebar.

Persetujuan dari Kiai Khos memang cukuppenting bagi pasangan Khofifah-Mudjiono, selainkarena kedudukannya yang strategis, kiai khos jugamerupakan kelas penentu dan komunikatortertinggi yang pesan-pesannya tidak bisa dibantaholeh kiai pada umumnya apalagi oleh warga biasa.Selain beredarnya isu mengenai ketidaksetujuanKiai Khos, juga beredar kabar mengenaikeberadaan orang-orang nasrani yang mendukungKhofifah-Mudjiono. Sebagai masyarakat yangterdiri dari berbagai ras, suku, agama dankebudayaan, kita tidak dapat menutup matamengenai keberadaan orang-orang yang memelukagama katolik dan protestan. Dukungan yangmereka berikan kepada Khofifah-Mudjiono dapatberarti banyak dan tidak bisa disepelekan, namunhal ini cukup merepotkan bagi Muslimat danFatayat karena sebagaian besar konstituen merekaadalah kalangan masyarakat yang fanatik danpengalaman serta pengetahuan politiknya kurangdan tentu saja isu-isu yang dimunculkan berpotensimenggerus perolehan suara mereka.

Aksi penggembosan yang dilakukan oleh PKBmelalui PPKB (Pergerakan Perempuan

7 Meskipun bu Asiyah berdomisili di Kecamatan Krembung, bu Asiyah sering memberikan ceramah keagamaan diTanggulangin dan termasuk tokoh yang disegani di kalangan warga nadliyin perempuan.8 Kiai khos adalah kiai-nya kiai

Page 11: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

Jurnal Politik Indonesia, Vol 1 No.1, Juli-September 2012, 35-4441

Kebangkitan Bangsa) memberikan kekhawatirantersendiri bagi Muslimat dan Fatayat, karena padapemilu 2004 yang lalu hampir semua warganadliyin di Sidoarjo menyalurkan aspirasipolitiknya melalui PKB9. Meskipun partai yangmengusung Khofifah –Mudjiono (PPP) jugamemiliki sejarah tersendiri dengan NU, keyakinanmasyarakat bahwa PKB adalah satu-satunyasaluran politik yang “sah” bagi warga nadliyin tidakdapat diubah dalam waktu sekejab.

Muslimat dan Fatayat berusaha menyakinkanpara konstituennya bahwa memilih pemimpin(calon gubernur) yang memiliki latar belakang NUmerupakan pilihan yang paling tepat untuk saatini selain karena sosok Khofifah yang dianggapcapable untuk jabatan ini juga untukmensejahterahkan warga nadliyin, karena siapalagi yang bisa memahami permasalahan merekasemua jika bukan orang NU sendiri.

Untuk menyakinkan konstituennya agarmemilih pemimpin yang berlatar belakang NU,Muslimat dan Fatayat mendapat dukungan darikiai, ulama dan tokoh masyarakat sekitar yangtergabung dalam banom mereka yang juga ikutmendukung Khofifah maju sebagai gubernur,misalnya saja di daerah Krembung; disini kita akanmelihat betapa krusialnya peran ulama dan tokohmasyarakat lokal dalam menentukan preferensipolitik masyarakat sekitar. Pada putaran pertamaKhofifah menguasai perolehan suara di kecamatanini tetapi Khofifah gagal mengulangikesuksesannya di putaran kedua. Berdasarkanpenuturan Ainun, kegagalan KaJi Mantebmengulangi kesuksesan di putaran kedua lebihdisebabkan karena ketidakberpihakan tokohulama perempuan yang dihormati didaerahtersebut yakni bu Asiyah (dikenal dengan namaNyi Asiyah) kepada KaJi.

Keenganan Asiyah untuk mendukungKhofifah-Mudjiono ditengarai oleh banyak pihakkarena putra beliau adalah kader dari PartaiDemokrat dan mencalonkan diri pada pemilihancalon legislatif untuk Kabupaten Sidoarjo padapemilu 2009 yang lalu. Dua putra putri Asiyahmemang mencalonkan diri dari dua partai yangberbeda, putri beliau mencalonkan diri dari dari

Partai Kebangkitan Bangsa sedangkan putranyamencalonkan diri melalui Partai Demokrat.

Sebutan Gus, ulama10 dan kiai11 atau nyaiuntuk perempuan memang lebih dikenal dikalangan masyarakat Sidoarjo, ZamakhsyariDhofier mencatat ada tiga sebutan kiai yangberbeda-beda artinya: pertama, sebagai gelarkehormatan bagi barang-barang yang dianggapkeramat misalnya Kiai Slamet untuk sebutanseekor kerbau yang ada di Keraton Solo; kedua,sebagai gelar kehormatan untuk orang-orang tuapada umumnya; ketiga, gelar yang diberikan olehmasyarakat kepada ahli agama Islam yang dimilikiatau menjadi pemimpin pesantren danmengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepadasantrinya.

Sebagai penganut ajaran Ahlussunnah Wal-jamaah, NU menganut paham keulamaan, ulamadianggap sebagai penerus Nabi Muhammad dalammenyebarkan ajaran Islam oleh karena itu, ulamaatau kiai memainkan peran sosial yang strategis dikalangan warga nadliyin, karena kemampuannyadalam menerjemahkan bahasa politik ke dalambahasa agama yang mudah dipahami dan diterimaoleh jamaa’ahnya dan juga sekaligus sebagaisumber informasi utama dalam pengambilankeputusan politik untuk berpartisipasi dalam suatuproses politik.

SimpulanKepentingan yang melatar belakangi

keterlibatan Muslimat, Fatayat dan IPPNU Sidoarjodalam pemilihan gubernur dan wakil gubernurJawa Timur 2008 dengan menjadi tim suksespasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjionoadalah: Kedudukan gubernur dan wakil gubernurJawa Timur menjadi incaran banyak orang,Nahdlatul Ulama sebagai organisasi terbesar di In-donesia yang memiliki basis massa cukup banyakdi Jawa Timur tentu kepentingan untuk mendudukiposisi tersebut. Hal ini tercermin dari banyaknyakader NU yang maju dalam running pilgub, Khofifahsebagai satu-satunya kandidat perempuanmendapat dukungan penuh dari banom perempuanNU yakni; Muslimat, Fatayat dan IPPNU.

9 Perolehan suara PKB di Sidoarjo pada pemilu 2004 lihat lampiran.10 Menurut Hiroko Horikoshi, ulama termasuk kedalam model kepemimpinan “administratif”, yakni kepemimpinan yangdiperoleh seseorang karena posisi yang diperankannya dalam suatu struktur administrasi tertentu.11 Menurut Hiroko Horikoshi, kiai termasuk dalam model kepemimpinan simbolik. Dimana dalam model ini mengasumsikanbahwa seseorang menjadi pemimpin karena ia menjadi simbol dari sesuatu yang dianggapnya adiluhung atau merupakansymbol dari konsep metafisika tertentu. Dalam masyarakat tradisional, kiai merupakan wakil atau symbol kehadiran Nabi dimuka bumi, kiai adalah pewaris tradisi para Nabi (waratsat al-nabiya), sehingga ajaran yang dibawanya pun adalah ajaranpara Nabi.

Page 12: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

42Inggriht Fatamorgana : Nahdlatul Ulama Dan Pilkada Gubernur Jawa Timur

Solidaritas, atau dalam NU biasa dikenaldengan sebutan ukhuwah islamiyah merupakansalah satu faktor yang mendorong Muslimat, Fatayatdan IPPNU Sidoarjo ikut terlibat dalam runningpilgub tahun 2008 dengan menjadi tim suksespasangan Khofifah-Mudjiono, persamaan nilai-nilaidan kepercayaan yang dimiliki oleh ketiga banomperempuan NU dengan Khofifah membuat merekayakin akan kemampuan sang calon gubernur, tentutanpa menghilangkan track record yang telahditorehkan oleh Khofifah. Kebersamaan yang telahterjalin cukup lama membuat ketiga banomperempuan NU merasa lebih mengenal sosokKhofifah yang sebenarnya; mengetahuikepedulian, perjuangan dan loyalitas Khofifahkepada NU khususnya kepada banom perempuanNU. Kepedulian, perjuangan dan loyalitas Khofifahdibalas dengan hal yang setimpal oleh anggotabanom dengan menjadi ujung tombak dalamkampanye politik Khofifah yang mencalonkan dirisebagai gubernur perempuan pertama di JawaTimur.

Faktor ekonomi yang sangat mengedepandalam setiap penyelenggaraaan pemilu akhir-akhirini tidak mempengaruhi preferensi politik banomperempuan NU, karena mereka sadar Khofifahtidak akan melupakan begitu saja perjuangan danloyalitas yang sudah ditunjukkan oleh mereka. Halini pun sudah dibuktikan Khofifah dengan tetapmemberikan support baik dari segi materil daninmateriil kepada banom perempuan NU Surabayadan Sidoarjo yang telah ikut mengantarkanKhofifah duduk di Senayan. Hal ini memang harusdilakukan oleh Khofifah agar networking yangsudah terjalin tetap solid dan dapat dipergunakanlagi jika Khofifah ingin naik “pangkat” dengan majusebagai presiden RI.

Era demokrasi saat ini memberikan jaminankebebasan kepada seluruh warga Negara Indone-sia untuk mengemukakan pendapat; ide dangagasan yang mereka miliki, gesekan bahkankonflik yang timbul akibat perbedaan pendapatsudah menjadi hal yang sering dilakukan olehmasyarakat. Majunya empat kader NU dalam bursapencalonan gubernur dan wakil gubernur JawaTimur periode 2008-2013 menimbulkan gesekandi internal banom perempuan NU terutamaMuslimat, hubungan harmonis diantaraanggotanya ternoda oleh kepentingan sekelompokindividu yang hanya mementingkan diriny sendiri.Perpecahan di internal banom tidak dapat dihindarimana kala sebagian besar anggota Muslimatmendukung Khofifah dan sebagian kecil lainnyamemberikan dukungan kepada tiga kader NU yanglain.

Strategi yang digunakan oleh Muslimat,Fatayat dan IPPNU dalam menyakinkankostituennya untuk mememilih pasangan KhofifahIndar Parawansa-Mudjiono adalah diawali olehMuslimat dan Fatayat dengan memilih badanpengurus harian beserta seksi-seksi nya disetiapbanom. Kriteria umum yang dibutuhkan untukmenjadi tim sukses adalah royal kepada organisasi,dianggap berpengaruh di masyarakat dan kenalbetul karakteristik konstituennya, sedangkanIPPNU hanya ‘menerjunkan’ empat orang untukmelakukan sosialisasi di masyarakat.

Selama kegiatan kampanye politikberlangsung, banom perempuan NUmensosialisasikan pasangan KaJi Manteb melaluikegiatan rutin banom yakni; istiqosah, tahlil danyasinan. Dukungan dari para influencer yakni kiaidan ulama juga sangat berperan untukmempengaruhi preferensi politik konstituen.Strategi yang digunakan banom perempuan NUuntuk memenangkan pilgub di Sidoarjo seluruhnyadipercayakan oleh tim sukses pusat kepada banom,hal ini dilakukan karena banom mengenal betulbagaimana karakteristik konstituennya. Selain itustrategi yang digunakan dalam pilgub juga jamakdilakukan oleh banom untuk memenangkankandidat pemimpin yang didukungnya. Hal serupajuga dilakukan oleh anggota Muslimat pendukungAchmady namun mereka menambah frekuensikegiatan diluar acara rutin banom mengingat fig-ure Achmady kurang begitu dikenal dikalangangrassroot.

Keberadaan Kiai dan ulama selama proseskampanye politik yang dilakukan oleh Muslimat,Fatayat dan IPPNU memiliki peranan yang cukupkrusial. Kultur warga nadliyin yang sangatmenghormati kiai dan ulama membuat merekamemiliki posisi yang cukup tinggi dalam stratasosial masyarakat. Kiai dan ulama yang dipercayaimampu memberikan petunjuk, bimbingan danpembinaan dalam memahami, mengamalkan danmengembangkan ajaran Islam; juga diberikankepercayaan untuk memberikan bimbingan dalamurusan duniawi termasuk dalam hal politik.

Preferensi politik para kiai dan ulama sangatmempengaruhi preferensi politik konstituennya.Bahkan dalam dunia politik terbentuk konstruksipolitik yang diyakini benar adanya, misalnyabeberapa calon wakil rakyat yang ingin maju dalamsebuah pemilihan umum baik itu untuk pencalonandi pemerintahan daerah ataupun pusat, dan calonpemimpin yang maju sebagai calon kepalapemerintahan pusat, provinsi dan kabupaten selalusowan kepada bebrapa ulama yang dianggapmemiliki pengaruh besar di masyarakat begitu

Page 13: 1 / 3journal.unair.ac.id/downloadfull/JPI5251-9448f06430fullabstract.pdf · 34 Pendahuluan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, diikuti oleh lima pasangan

Jurnal Politik Indonesia, Vol 1 No.1, Juli-September 2012, 35-4443

mereka mendapat restu meraka akanmengumumkan kepada masyarakat luas dukungandari ulama tersebut, tetapi jika hal yang sebaliknyaterjadi hal ini bisa dijadikan semacam senjata bagipesaing politiknya untuk menggembosi perolehansuara pesaingnya.

Keberhasilan yang telah dicapai olehpasangan Khofifah-Mudjiono secara individualmempermudah kerja Muslimat, Fatayat dan IPPNUdalam menyakinkan konstituennya untuk memilihpasangan dengan no urut satu ini. Kesuksesan yangtelah diraih dapat dijadikan referensi dalammenentukan siapa yang berhak untuk mempimpinJawa Timur di masa yang akan datang.

Daftar Pustaka

Asfar, Muhammad. 2005. Esai-Esai SeputarPEMILU 2004. Surabaya: Pustaka Eureka

Asfar, Muhammad. 2006. Mendesain ManagemenPilkada. Surabaya: Pustaka Eureka

Asmawi. 1999. PKB: Jendela Politik Gus Dur. Yogyakarta:Titian Ilahi Press

Asyari, Suaidi. 2009. Nalar Politik: NU danMuhammadiyah Over Crossing Java Sentris .Yogyakarta: LkiS

Firmanzah. 2007. Marketing Politik: Antara Pemahamandan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Gaffar, Afan. 1992. Javanese Voters : A Case Study ofElection Under a Hegemonic Party System.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Marijan, Kacung. 1992. Quo Vadis NU : Setelah KembaliKe Khittah 1926. Penerbit Erlangga

Mas’oed, Mochtar dan Colin MacAndrews. 2006.Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: GadjahMada University Press

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhtadi, Asep Saeful. 2004. Komunikasi Politik NahdlatulUlama: Pergulatan Pemikiran politik Radikal danAkomodatif. Jakarta: LP3ES

Ornstein, Norman J and Shirley Elder. 1978. Interestgroups, Lobbying dan Policymaking. WashingtonDC: Congressional Quarterty Press

Petracca, Mark P. 1992. The Politics of Interest: InterestGroup Transformed. Colorado: Westview Press

Sanit, Arbi. Swadaya. 1985. Politik Masyarakat: TelaahTentang Keterkaitan Organisasi Masyarakat,Partisipasi Politik, Pertumbuhan Hukum, dan HakAsasi. Jakarta: CV Rajawali

Schröder, Peter. 2003. Strategi Politik. Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung

Jurnal

Siregar, Wahidah Zein Br. Responses of Muslimat andFatayat to the Quota for Women in the 2004 Elections

Skripsi

Sudhiar, Wida Irvany. Dinamika Politik KepentinganLesbian: Studi Tentang Perempuan Lesbian dalamKoalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan danDemokrasi. FISIP: Ilmu Politik