1 05 185Strokegejalapenatalaksanaan-Libre

3
247 CDK 185/Vol.38 no.4/Mei-Juni 2011 PENDAHULUAN Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan di- sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi (WHO MONICA, 1986). Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi (Hacke, 2003). Munculnya tanda dan gejala fokal atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan subrakhnoid (Bruno et al., 2000). EPIDEMIOLOGI STROKE Pada 1053 kasus stroke di 5 rumah sakit di Yogya- karta angka kematian tercatat sebesar 28.3%; sedangkan pada 780 kasus stroke iskemik adalah 20,4%, lebih banyak pada laki-laki. Mortalitas pasien stroke di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta men- duduki peringkat ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker, 51,58% akibat stroke hemo- ragik, 47,37% akibat stroke iskemik, dan 1,05% akibat perdarahan subaraknoid (Lamsudin, 1998). Penelitian prospektif tahun 1996/1997 men- dapatkan 2.065 pasien stroke dari 28 rumah sakit di Indonesia (Misbach, 2000). Survei Departemen Kesehatan RI pada 987.205 subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 propinsi mendapatkan bahwa stroke merupa- kan penyebab kematian utama pada usia > 45 tahun (15,4% dari seluruh kematian). Prevalensi stroke rata-rata adalah 0,8%, tertinggi 1,66% di Nangroe Aceh Darussalam dan terendah 0,38% di Papua (RISKESDAS, 2007). Di Unit Stroke RSUP Dr Sardjito, sejak berdirinya pada tahun 2004, terlihat peningkatan jumlah kasus terutama stroke iskemik akut (Tabel 1). (Laporan Tahunan Unit Stroke, 2009). PATOLOGI STROKE Infark Stroke infarct terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Aliran darah ke otak normalnya adalah 58 mL/100 gram jaringan otak per menit; jika turun hingga 18 mL/100 gram jaringan otak per menit, aktivitas listrik neuron akan terhenti meskipun struktur sel masih baik, sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika aliran darah ke otak turun sampai <10 mL/100 gram jaringan otak per menit, akan terjadi rangkai- an perubahan biokimiawi sel dan membran yang ireversibel membentuk daerah infark. Perdarahan Intraserebral Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh perdarah- an intraserebral. Hipertensi, khususnya yang tidak terkontrol, merupakan penyebab utama. Penyebab lain adalah pecahnya aneurisma, malformasi arterivena, angioma kavernosa, alkoholisme, diskrasia darah, terapi antikoa- gulan, dan angiopati amiloid. Perdarahan Subaraknoid Sebagian besar kasus disebabkan oleh pecah- nya aneurisma pada percabangan arteri-arteri besar. Penyebab lain adalah malformasi arteri- vena atau tumor. FAKTOR RISIKO STROKE Beban akibat stroke mencapai 40 miliar dollar setahun, selain untuk pengobatan dan pera- watan, juga akibat hilangnya pekerjaan serta turunnya kualitas hidup (Currie et al., 1997). Kerugian ini akan berkurang jika pengendalian faktor risiko dilaksanakan dengan ketat (Cohen, 2000). (Tabel 2 ). Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan Ismail Setyopranoto Kepala Unit Stroke RSUP Dr Sardjito/ Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia Tabel 1. Data pasien stroke di Unit Stroke RSUP Dr Sardjito, 2004 - 2009. Tabel 2. Faktor Risiko Stroke CONTINUING MEDICAL EDUCATION Akreditasi IDI - 3 SKP Iskemik % Perdarahan % 1 2004 229 78,97 61 21,03 290 2 2005 291 78,44 80 21,56 371 3 2006 307 72,38 117 27,59 424 4 2007 305 74,93 102 25,07 407 5 2008 358 70,61 149 29,39 507 6 2009 355 70,00 152 30,00 507 No Tahun Jumlah Jenis patologi stroke Hipertensi Penyakit Jantung Fibrilasi atrium Endokarditis Stenosis mitralis Infark jantung Merokok Anemia sel sabit Transient Ischemic Attack (TIA) Stenosis karotis asimtomatik Diabetes Melitus Hiperhomosisteinemia Hipertrofi ventrikel kiri Umur Jenis kelamin Herediter Ras dan etnis Geografi Potensial bisa dikendalikan Tidak bisa dikendalikan Bisa dikendalikan

description

stroke

Transcript of 1 05 185Strokegejalapenatalaksanaan-Libre

  • 247CDK 185/Vol.38 no.4/Mei-Juni 2011

    PENDAHULUANStroke adalah gangguan fungsional otak fokal

    maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal

    dari gangguan aliran darah otak dan bukan di-

    sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak

    sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena

    trauma maupun infeksi (WHO MONICA, 1986).

    Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi

    tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau

    perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan

    oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang

    menyebabkan turunnya suplai oksigen dan

    glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi

    (Hacke, 2003). Munculnya tanda dan gejala

    fokal atau global pada stroke disebabkan oleh

    penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat

    berupa trombus, embolus, atau tromboembolus,

    menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada

    salah satu daerah percabangan pembuluh

    darah di otak tersebut. Stroke hemoragik

    dapat berupa perdarahan intraserebral atau

    perdarahan subrakhnoid (Bruno et al., 2000).

    EPIDEMIOLOGI STROKEPada 1053 kasus stroke di 5 rumah sakit di Yogya-

    karta angka kematian tercatat sebesar 28.3%;

    sedangkan pada 780 kasus stroke iskemik adalah

    20,4%, lebih banyak pada laki-laki. Mortalitas

    pasien stroke di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta men-

    duduki peringkat ketiga setelah penyakit jantung

    koroner dan kanker, 51,58% akibat stroke hemo-

    ragik, 47,37% akibat stroke iskemik, dan 1,05%

    akibat perdarahan subaraknoid (Lamsudin, 1998).

    Penelitian prospektif tahun 1996/1997 men-

    dapatkan 2.065 pasien stroke dari 28 rumah

    sakit di Indonesia (Misbach, 2000). Survei

    Departemen Kesehatan RI pada 987.205

    subjek dari 258.366 rumah tangga di 33

    propinsi mendapatkan bahwa stroke merupa-

    kan penyebab kematian utama pada usia > 45

    tahun (15,4% dari seluruh kematian). Prevalensi

    stroke rata-rata adalah 0,8%, tertinggi 1,66%

    di Nangroe Aceh Darussalam dan terendah

    0,38% di Papua (RISKESDAS, 2007).

    Di Unit Stroke RSUP Dr Sardjito, sejak berdirinya

    pada tahun 2004, terlihat peningkatan jumlah

    kasus terutama stroke iskemik akut (Tabel 1). (Laporan Tahunan Unit Stroke, 2009).

    PATOLOGI STROKE

    Infark

    Stroke infarct terjadi akibat kurangnya aliran

    darah ke otak. Aliran darah ke otak normalnya

    adalah 58 mL/100 gram jaringan otak per

    menit; jika turun hingga 18 mL/100 gram

    jaringan otak per menit, aktivitas listrik neuron

    akan terhenti meskipun struktur sel masih baik,

    sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika

    aliran darah ke otak turun sampai

  • CONTINUING MEDICAL EDUCATION

    248 CDK 185/Vol.38 no.4/Mei-Juni 2011

    TANDA DAN GEJALA STROKE

    Serangan stroke jenis apa pun akan menimbul-

    kan defisit neurologis yang bersifat akut (De

    Freitas et al., 2009) (Tabel 3).

    Tabel 3. Tanda dan gejala stroke (De Freitas et al., 2009)

    PENATALAKSANAAN ( PERDOSSI, 2007 ):

    STADIUM HIPERAKUT

    Tindakan pada stadium ini dilakukan di Insta-

    lasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan

    resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar

    kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada

    stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan

    cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan

    dekstrosa atau salin dalam H2O.

    Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektro-

    kardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap

    dan jumlah trombosit, protrombin time/INR,

    APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elek-

    trolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah.

    Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah

    memberikan dukungan mental kepada pasien

    serta memberikan penjelasan pada keluarganya

    agar tetap tenang.

    STADIUM AKUT

    Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-

    faktor etiologik maupun penyulit. Juga dilaku-

    kan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan

    psikologis serta telaah sosial untuk membantu

    pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada

    keluarga pasien perlu, menyangkut dampak

    stroke terhadap pasien dan keluarga serta

    tata cara perawatan pasien yang dapat dilaku-

    kan keluarga.

    Stroke Iskemik

    Terapi umum:

    Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala

    dan dada pada satu bidang; ubah posisi tidur

    setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila

    hemodinamik sudah stabil.

    Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksi-

    gen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil

    analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi.

    Demam diatasi dengan kompres dan antipire-

    tik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung

    kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan

    kateter intermiten).

    Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik,

    kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan elek-

    trolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengan-

    dung glukosa atau salin isotonik. Pemberian

    nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya

    baik; jika didapatkan gangguan menelan atau

    kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang

    nasogastrik.

    Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi

    sampai batas gula darah sewaktu 150 mg%

    dengan insulin drip intravena kontinu selama

    2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah

    < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) di-

    atasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai

    kembali normal dan harus dicari penyebabnya.

    Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi

    dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala.

    Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan,

    kecuali bila tekanan sistolik 220 mmHg,

    diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood

    Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2 kali

    pengukuran dengan selang waktu 30 menit),

    atau didapatkan infark miokard akut, gagal

    jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan

    tekanan darah maksimal adalah 20%, dan

    obat yang direkomendasikan: natrium nitro-

    prusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat

    ACE, atau antagonis kalsium.

    Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik

    90 mm Hg, diastolik 70 mmHg, diberi NaCl

    0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL

    selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau

    sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum ter-

    koreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90

    mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 g/kg/menit

    sampai tekanan darah sistolik 110 mmHg.

    Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-

    pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg per

    hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per

    oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul

    setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan

    peroral jangka panjang.

    Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat,

    diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/

    kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena

    rebound atau keadaan umum memburuk, di-

    lanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6

    jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan peman-

    tauan osmolalitas (30 mL, perdarahan

    intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan ke-

    adaan klinis cenderung memburuk.

    Tekanan darah harus diturunkan sampai

    tekanan darah premorbid atau 15-20% bila

    tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120

    mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hema-

    toma bertambah. Bila terdapat gagal jantung,

    tekanan darah harus segera diturunkan dengan

    labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit)

    sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit)

    maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg

    per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.

    Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial

    meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi

    kepala dan dada di satu bidang, pemberian

    manitol (lihat penanganan stroke iskemik),

    dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).

    Penatalaksanaan umum sama dengan pada

    stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan

    antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhi-

    bitor pompa proton; komplikasi saluran

    napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati

    dengan antibiotik spektrum luas.

    Terapi khusus

    Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang ber-

    sifat vasodilator. Tindakan bedah mempertim-

    bangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada

    pasien yang kondisinya kian memburuk dengan

    perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidro-

    sefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau

    serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarah-

    an lobar >60 mL dengan tanda peningkatan

    tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.

    Tanda dan Gejala

    Hemidefisit motorik,

    Hemidefisit sensorik,

    Penurunan kesadaran,

    Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus (XII) yang bersifat sentral,

    Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan ber- bahasa (afasia) dan gangguan fungsi intelektual (demensia),

    Buta separuh lapangan pandang (hemianopsia),

    Defisit batang otak.

  • CONTINUING MEDICAL EDUCATION

    Pada perdarahan subaraknoid, dapat diguna-

    kan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan

    bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun

    gamma knife) jika penyebabnya adalah aneu-

    risma atau malformasi arteri-vena (arteriove-

    nous malformation, AVM).

    STADIUM SUBAKUT

    Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif,

    tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan

    bladder training (termasuk terapi fisik). Meng-

    ingat perjalanan penyakit yang panjang, di-

    butuhkan penatalaksanaan khusus intensif

    pasca stroke di rumah sakit dengan tujuan

    kemandirian pasien, mengerti, memahami dan

    melaksanakan program preventif primer dan

    sekunder.

    Terapi fase subakut:

    - Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut

    sebelumnya,

    - Penatalaksanaan komplikasi,

    - Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien),

    yaitu fisioterapi, terapi wicara, terapi kognitif,

    dan terapi okupasi,

    - Prevensi sekunder

    - Edukasi keluarga dan Discharge Planning

    SIMPULAN

    Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada

    kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan

    jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan

    penumbra dan mencegah perdarahan lebih

    lanjut pada perdarahan intraserebral, (2) men-

    cegah secara dini komplikasi neurologik mau-

    pun medik, dan (3) mempercepat perbaikan

    fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika

    secara keseluruhan dapat berhasil baik, prog-

    nosis pasien diharapkan akan lebih baik.

    Pengenalan tanda dan gejala dini stroke dan

    upaya rujukan ke rumah sakit harus segera

    dilakukan karena keberhasilan terapi stroke

    sangat ditentukan oleh kecepatan tindakan

    pada stadium akut; makin lama upaya rujukan

    ke rumah sakit atau makin panjang saat antara

    serangan dengan pemberian terapi, makin

    buruk prognosisnya.

    DEFTAR PUSTAKA

    1. Bruno A, Kaelin DL, Yilmaz EY. The subacute stroke patient: hours 6 to 72 after stroke onset. In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. McGraw-Hill. 2000. pp. 53-87.

    2. Cohen SN. The subacute stroke patient: Preventing recurrent stroke. In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. Mc Graw Hill. 2000. pp. 89-109.

    3. Currie CJ, Morgan CL, Gill L, Stott NCH, Peters A. Epidemiology and costs of acute hospital care for cerebrovascular disease in diabetic and non diabetic populations. Stroke 1997;28: 1142-6.

    4. De Freitas GR, Christoph DDH, Bogousslavsky J. Topographic classification of ischemic stroke, in Fisher M. (ed). Handbook of Clinical Neurology, Vol. 93 (3rd series). Elsevier BV, 2009.

    5. Hacke W, Kaste M, Bogousslavsky J, Brainin M, Chamorro A, Lees K et al.. Ischemic Stroke Prophylaxis and Treatment - European Stroke Initiative Recommendations 2003.

    6. Lamsudin R. Stroke profile in Yogyakarta: morbidity, mortality, and risk factor of stroke. In: Lamsudin R, Wibowo S, Nuradyo D, Sutarni S. (eds). Recent Management of Stroke. BKM 1998; Suppl XIV: 53-69. 7. Misbach J. Clinical pattern of hospitalized strokes in 28 hospitals in Indonesia. Med J Indonesia 2000; 9: 29-34.

    8. PERDOSSI. Pedoman penatalaksanaan stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2007

    9. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.

    10. Toole JF. Cerebrovascular Disorder. 4th ed. Raven Press. New York. 1990.

    11. WHO. MONICA. Manual Version 1: 1. 1986.

    250 CDK 185/Vol.38 no.4/Mei-Juni 2011