09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

download 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

of 114

Transcript of 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    1/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    2/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    3/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    4/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    5/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    6/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    7/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    8/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    9/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    10/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    11/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    12/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    13/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    14/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    15/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    16/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    17/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    18/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    19/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    20/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    21/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    22/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    23/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    24/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    25/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    26/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    27/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    28/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    29/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    30/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    31/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    32/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    33/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    34/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    35/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    36/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    37/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    38/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    39/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    40/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    41/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    42/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    43/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    44/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    45/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tabel 3.3. Jumlah Guru dan Anggota Komite Sekolah Berdasarkan Sekolah diSekolah Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai Tahun 2008

    Jumlah No Sekolah Guru Komite Jumlah

    1 SMAN 1 48 9 572 SMAN 2 43 9 523 SMAN 3 35 9 444 SMAN 4 28 9 375 SMAN 5 20 9 296 MAN 26 9 357 SMKN 1 33 9 428 SMKN 2 35 9 44

    Jumlah 268 72 340

    Sumber: Dinas P dan K Kota Tanjungbalai Tahun 2008

    dan penentuan jumlah sampel untuk kepala sekolah adalah menjadikan semua sasaran

    populasi sebagai sampel yakni berjumlah 8 (delapan) orang, sedangkan untuk guru

    dan komite sekolah didasarkan pada metode penarikan sampel stratified random

    sampling yang stratanya ditentukan oleh jenis pelaku pendidikan yakni guru dan

    anggota komite sekolah yakni sebagai berikut:

    ( Z )2 n = p.q

    bDimana:n = Jumlah sampel minimum

    p = Proporsi keseluruhan persentase kelompok pertamaq = Proporsi sisa di dalam populasi (1-p)Z = Derajat koefisien konfidensi

    b = Persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menen-tukan sampel (Nawawi, 1983)

    Selanjutnya penentuan proporsi universum persentase kelompok pertama

    (p), berdasarkan pada rumusan sebagai berikut:

    nP = ; sehingga diperoleh,

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    46/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    N340

    P = = 0,760

    447q = 1-p

    q = 0,240, Dengan = 99%, diperoleh nilai Z = 1,93 dan nilai selang

    kepercayaan b= 0,01. Dengan demikian jumlah sampel berdasarkan rumusan di atas

    diperoleh:

    ( Z )2 n p.q

    b (1,93) 2 n (0,760) (0,240)

    0,01

    n 68 (angka pembulatan)

    Sedangkan distribusi sample masing-masing strata adalah:

    Guru = 68/340 x 268 = 53,6 = 54

    Komite Sekolah = 68/340 x 72 = 14,4 = 14

    Sehingga keseluruhan sampel dalam penelitian berjumlah 76 orang yang masing-

    masing rincian per sekolah adalah seperti pada Tabel 3.4 berikut:

    Tabel 3.4 Jumlah sampel menurut sekolah

    Jumlah Sampel No SekolahKa sekolah Guru Komite

    Jumlah

    1 SMAN 1 1 10 2 132 SMAN 2 1 9 2 123 SMAN 3 1 7 2 104 SMAN 4 1 6 2 95 SMAN 5 1 4 1 66 MAN 1 5 1 77 SMKN 1 1 6 2 98 SMKN 2 1 7 2 10

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    47/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Jumlah 8 54 14 76

    3.4.

    Metode Analisis Data

    3.4.1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Sebagai langkah awal untuk analisis penelitian ini adalah terlebih dahulu

    melakukan uji validitas instrumen melalui analisis faktor dari setiap indikator maupun

    dengan analisis butir untuk setiap item pertanyaan. Uji coba instrumen dilakukan

    pada 20 orang yang terdiri dari guru dan anggota komite sekolah yang bukan sebagai

    responden untuk instrumen tenaga kependidikan, sarana prasarana, partisipasi

    masyarakat, pembiayaan dan mutu lulusan. Untuk menghitung validitas instrumen

    digunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2006:170) dengan rumusan

    sebagai berikut:

    n X iY i - X i Y i r xy =

    (n

    X

    2

    i ( X i)

    2

    ) (n

    Y 2

    i -(

    Y i) 2

    ) (Sudjana, 1992:369)Adapun ketentuannya adalah bila korelasi tiap faktor/butir tersebut positif

    dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor/butir tersebut memiliki validitas yang baik

    (Sugiono, 2007:177). Hasil analisis butir dan analisis faktor masing-masing

    instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran.

    Sementara itu untuk uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini akan

    dilakukan dengan internal consistency yakni dengan cara mencobakan instrumen

    sekali saja dengan teknik belah dua dari Spearman Brown sebagai berikut:

    2r b r i =

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    48/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    1+r b

    Dimana:

    r i = reliabilitas internal seluruh instrumenr b = korelasi product moment antara belahan pertama dan keduaUntuk keperluan itu maka butir-butir pertanyaan dibelah menjadi dua

    kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok genap. Selanjutnya dicari

    skor total tiap kelompok dan dicari korelasi antar keduanya. Setelah dihitung dan

    diperoleh koefisien korelasinya, selanjutnya dimasukkan ke dalam rumusan di atas,

    jika diperoleh nilai reliabilitas internal 0,30 maka instrumen tersebut reliable.

    3.4.2. Uji Asumsi Klasik

    Uji asumsi klasik diperlukan untuk melihat apakah pilihan kita terhadap

    analisis regresi berganda dapat digunakan atau tidak. Uji ini terdiri dari uji

    multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas dimana jika uji ini telah terpenuhi maka

    uji statistik regresi berganda dapat digunakan. Penghitungan uji ini dibantu dengan

    program SPSS versi 15,0.

    3.4.2.1. Uji Multikolinieritas

    Uji mutikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah ada hubungan

    linier antar variabel bebas dalam model regresi. Kondisi yang diinginkan adalah

    bahwa seharusnya tidak boleh terjadi hubungan yang linier antar variabel bebasnya

    dan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas ini, salah satunya dapat dilihat

    dari angka Variance Inflation Factor (VIF ) dengan ketentuan jika VIF > 5 maka

    terjadi persoalan mutikolinieritas dan jika VIF < 5 maka tidak terjadi multiko-

    linieritas.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    49/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    3.4.2.2. Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan untk menguji apakah dalam model regresi

    terjadi ketidaksamaan varians dan residual antar pengamatan. Jika varians dan

    residual antar pengamatan tetap maka disebut terjadi homoskedastisitas. Tetapi jika

    varians berbeda maka terjadi heteroskedastisitas. Sedang kondisi yang diinginkan

    untuk model regresi dikatakan baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

    Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

    heteroskedastisitas yaitu rank korelasi dari Spearman (Gujarati dalam Sudarmanto,2005:148) dimana uji hipotesisnya dilakukan dengan dua tahap yaitu menghitung

    nilai residual absolutnya terlebih dahulu baru menghitung korelasi antar nilai variabel

    dengan nilai residual absolutnya. Adapun kriteria ujinya adalah tolak Ho bila nilai

    koefisien korelasi spearman > koefsien alpha atau nilai koefisien r hitung < r tabel.

    3.4.3. Analisa Data

    Data yang telah terkumpul selanjutnya akan dinalisis dengan menggunakan

    analisis deskriptif untuk menjawab permasalahan pertama dan analisis regresi

    berganda ( multiple regression ) untuk menjawab permasalahan kedua.

    Analisis Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri sampel pada

    variabel tunggal baik variabel independen maupun variabel dependen. Pendeskripsian

    masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan statistik rata-rata dan

    persentase yang dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya untuk

    mengetahui derajat persepsi responden terhadap perencanaan tenaga kependidikan,

    sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan, kriteria dibuat kedalam

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    50/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    lima klasifikasi yaitu SB (sangat baik), B (baik), CB (cukup baik), KB (kurang baik)

    dan TB (tidak baik), sedangkan untuk mutu lulusan klasifikasinya yakni SM (sangat

    memuaskan), M (memuaskan), CM (cukup memuaskan), KM (kurang memuaskan)

    dan TM (tidak memuaskan).

    Skor kriteria persepsi responden terhadap variabel-variabel yang diungkap

    didasarkan pada skor maksimal yang mungkin dicapai oleh responden. Skor ini

    diperoleh dari perkalian jumlah item dengan skor pada alternatif jawaban dan untuk

    menetapkan klasifikasi masing-masing variabel ditetapkan dengan mengurangkanskor maksimal dengan skor minimal jawaban kemudian dikelompokkan menjadi lima

    klasifikasi sehingga akan diperoleh interval skor untuk masing-masing variabel.

    Sementara itu mengenai analisis regresi berganda atas variabel-variabel X 1 ,

    X 2 , X 3 dan X 4 dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Y 1 = b 0+b 1 X 1+b 2 X 2+b 3 X 3+b 4 X 4+

    Y 2 = b 0+b 1 X 1+b 2 X 2+b 3 X 3+b 4 X 4+

    dengan :

    Y1 = Mutu Lulusan ( tingkat kepuasan terhadap lulusan yang masukPTN)

    Y2 = Mutu Lulusan (tingkat kepuasan terhadap lulusan yang bekerja)X1 = Tenaga kependidikanX2 = Sarana prasaranaX3 = Partisipasi masyarakatX4 = Pembiayaan

    b0 = Intercept (konstanta) b1b 4 = Koefisien regresi = Kesalahan pengganggu

    Selanjutnya untuk pengujian signifikansi semua variabel independen (tenaga

    kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan ) secara

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    51/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    bersama-sama terhadap mutu lulusan (yang berhasil masuk PTN dan yang bekerja)

    akan digunakan uji statistik F dengan formula sebagai berikut:

    SSR/kF=

    SSE/(n-k)

    Dimana:SSR = sum of square due to regression ( jumlah kuadrat yang diregresikan)SSE = sum of square error (jumlah kuadarat kesalahan)n = jumlah observasik = jumlah parameter (termasuk intercept) dalam model (Kuncoro:2004:219)

    Kriteria yang berlaku untuk uji signifikansi di atas adalah bahwa akan menerimahipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan dan

    positif secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen apabila

    nilai statistik F hitung lebih besar dari nilai F tabel.

    Sementara itu uji signifikansi variabel independen secara parsial akan

    menggunakan statistik uji t dengan rumusan:

    t = b i / S

    b i = Koefisien regresiS = S tandar deviasi

    dengan membandingkan nilai statistik t dengan t tabel dimana akan akan menerima

    hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara

    individual mempengaruhi variabel dependen jika nilai statistik t hasil perhitungan

    lebih tinggi dibanding nilai t tabel.

    3.5. Defenisi operasional

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    52/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    53/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    6. Lulusan adalah siswa Sekolah Menengah Negeri yang berhasil menamatkan

    pendidikan pada jenjang sekolah menengah (SMAN/MAN dan SMKN).

    7. Mutu lulusan adalah indikator yang menggambarkan kualitas lulusan Sekolah

    Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai berupa pernyataan tentang kepuasan oleh

    kepala sekolah, guru dan anggota komite terkait dengan prestasi yang dicapai

    lulusan yakni keberhasilan memasuki PTN dan atau berhasil mendapatkan

    pekerjaan secara layak.

    8. Pengembangan wilayah adalah Suatu usaha perencanaan wilayah untuk pengembangan atau pembangunan wilayah menuju perubahan ke arah yang lebih

    baik untuk mencapai kesejahteraan melalui pengembangan SDM dengan

    indikator peningkatan jumlah lulusan SMK yang bekerja.

    Untuk lebih jelasnya variabel, sub variabel, indikator dan model instrumen

    yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 3.5 berikut:

    Tabel 3.5 Variabel, Sub Variabel, Indikator dan Model Instrumen Penelitian

    No Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran

    1 PerencanaanSumberdaya

    pendidikan

    X1 (PerencanaanTenaga Kepen-didikan)

    1. Kualifikasi Pendidikan2. Kemampuan Teknis, yang

    meliputi Perencanaan kegiatan pem-

    belajaran Perencanaan KBM Menilai proses dan hasil

    pembelajaran Memanfaatkan hasil penelitian

    bagi peningkatan layanan pembelajaran & memberikanumpan balik secara tepat,taratur & terus menerus kpdsiswa

    3. Memiliki sikap dan keperibadianyang baik dengan menunjukkan

    Likert

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    54/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    keteladanan dalam pelaksanaantugasnya.

    X2 (PerencanaanSarana Prasara-na)

    1. Perencanaan Identifikasi kebutuhan sarana

    & prasarana Menetapkan prioritas

    kebutuhan sarana & prasarana Menuangkan dalam bentuk

    program

    Likert

    No Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran2. Pengadaan

    Mengusulkan pengadaan sarpras pendidikan sesuai prioritas dankemampuan sekolah

    3. PenggunaanMendistribusikan dan penda-yagunaan sarpras secara optimal

    4. PerawatanMelaksanakan perawatan dan

    pemeliharaan sarpras pendidikansecara teratur dan berkesinam-

    bungan

    X3 (PerencanaanPartisipasiMasyarakat)

    Sumber, bentuk dan mekanisme partisipasi serta komite sekolahsebagai badan pertimbangan,

    pendukung, pengawas dan mediator

    Likert

    X4 (PerencanaanPembiayaan)

    1. Perencanaan2. Penggalian sumber dana3. Pengelolaan dana4. Akuntabilitas

    Likert

    2 Y ( Mutu Lu-lusan)

    Y1 (lulusan yangditerima diPTN)

    Y2(Lulusanyang diteri-ma bekerja)

    1. Tingkat kepuasan kepalasekolah, guru dan anggotakomite sekolah atas prestasiyang dicapai siswa yaknikeberhasilan masuk PTN

    2. Ttingkat kepuasan kepala

    Likert

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    55/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    sekolah, guru dan anggotakomite sekolah atas prestasiyang dicapai siswa yakni

    berhasil diterima bekerja

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    56/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Kota Tanjungbalai.

    Secara geografis Kota Tanjungbalai terletak di pesisir Timur pulau

    Sumatera pada 25815 30132 Lintang Utara dan 994800 995016 Bujur

    Timur, berada pada pertemuan 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai

    Silau yang bermuara ke Selat Malaka. Keseluruhan wilayah berbatasan dengan

    Kabupaten Asahan dengan luas 6.052 Ha atau 60,52 Km (0,08% dari luas wilayah

    Provinsi Sumatera Utara) dan berada pada ketinggian 0 3 meter di atas permukaan

    laut serta senantiasa dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Wilayah administrasi

    terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan 31 (tigapuluh satu) kelurahan

    Penduduk Kota Tanjungbalai didominasi oleh 6 (enam) suku yakni suku

    Batak (Simalungun, Toba, Mandailing, Pak-Pak dan Karo) 42,56 %, Jawa 17,06 %,

    Melayu 15,41 %, Minang 3,58 %, Aceh 1,11 % dan lainnya 20,28 %, tahun 2008

    berjumlah 163.679 jiwa (hasil proyeksi BPS), terdiri dari 82.218 jiwa (50,23%) laki-

    laki dan 81.461 jiwa (49,77%) perempuan dengan komposisi usia sekolah menengah

    yakni usia 16-18 tahun sebanyak 18.354 jiwa (11,21%).

    4.2. Gambaran Pendidikan Sekolah Menengah Kota Tanjungbalai.

    Sekolah Menengah Negeri dan swasta di Kota Tanjungbalai menyebar

    merata di setiap kecamatan yang berjumlah 25 (dua puluh lima) buah. Hal ini

    mengindikasikan bahwa pemerataan pendidikan tingkat sekolah menengah di Kota

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    57/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tanjungbalai telah baik. Mengenai kondisi umum pendidikan sekolah menengah di

    Kota Tanjungbalai secara singkat dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

    Tabel 4.1 Gambaran Pendidikan Sekolah Menengah di Kota Tanjungbalai Tahun2008

    Jumlah Sekolah No. JenisPendidikan N S

    JumlahMurid

    JumlahGuru

    RuangKelas Lulusan

    8. SMA 7 4 5.228 302 125 1.202

    9. SMK 4 3 1.535 149 54 471

    10. MA 1 6 1.327 144 45 262

    Jumlah 12 13 8.090 595 224 1.935

    Sumber : Dinas P dan K Tanjungbalai Tahun 2009

    Mengenai jumlah persebaran sekolah menengah di setiap kecamatan dapat

    dilihat pada Tabel 2 pada Bab I. Sedangkan beberapa indikator pemerataan lainnya

    selain penyebaran sekolah per kecamatan dapat dijelaskan pada Tabel 4.2 berikut:

    Tabel 4.2 Indikator Pemerataan Pendidikan sekolah menengah di Kota Tanjungbalai

    Tahun 2008 No Indikator SMA SMK MA

    1. APK (%) 48,11 14,12 12,212. APM (%) 37,92 10,39 8,483. Rasio

    Siswa/Sekolah 476 220 190Siswa/Kelas (Rombel) 42 29 30Siswa/Guru 18 11 10Rombel/R.Kelas yang ada 1 1 1Guru/Rombel 3 4 4

    4. Tingkat Pelayanan Sekolah 169,4 381,9 413,6

    5. Putus Sekolah 127 52 11Sumber : Dinas P dan K Tanjungbalai Tahun 2009

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK)

    sekolah menengah untuk anak usia 16 18 tahun ajaran 2008 adalah sebesar 74,44%,

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    58/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,97%, dimana pada tahun ajaran 2007

    sebesar 72,47% dan masih terdapat 25,56% yang tidak duduk dibangku

    SMA/SMK/MA. Sementara itu Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA juga

    mengalami peningkatan sebesar 0,80%, dimana pada tahun ajaran 2007 sebesar

    55,99% dan pada tahun ajaran 2008 sebesar 56,79%. Masih terdapat angka putus

    sekolah sebanyak 190 orang dan yang terbesar terdapat pada jenjang SMA yakni

    sebanyak 127 orang.

    4.3. Profil Responden

    Profil responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi: nama sekolah,

    jabatan, usia, jenis kelamin, pendidikan, kesesuaian pendidikan dengan mata

    pelajaran yang diajarkan, lama pengalaman mengajar dan kepemilikan sertifikat

    profesi (akta) mengajar. Mengenai profil responden berdasarkan kelompok umur

    dapat dilihat dari Tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Distribusi Respoden Menurut Kelompok Umur

    Jabatan No Kelompok UmurKasek Guru Komite

    Jumlah(orang)

    Persentase(%)

    1234567

    27 3233 3839 4445 5051 5657 6263 68

    0002600

    1515144420

    0223331

    1517169

    1351

    19,722,422,410,517,16,61,3

    Jumlah 8 54 14 76 100

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    59/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Dari tabel diatas diketahui bahwa responden mulai umur 27 sampai dengan

    44 tahun paling banyak jumlahnya yakni 48 orang (63,2%). Responden dengan

    kelompok umur ini sebagian besar adalah guru, artinya bahwa guru Sekolah

    Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai rata-rata masih memiliki masa mengajar

    yang panjang yakni 18 sampai dengan 33 tahun. Sedangkan kepala sekolah 75% rata-

    rata berusia 51-56 tahun.

    Tabel 4.4. Distribusi Respoden Menurut Jenis Kelamin

    Jabatan No Jenis Kelamin Kasek Guru Komite Jumlah(orang) Persentase(%)12

    Laki-lakiPerempuan

    62

    2529

    122

    4333

    56,643,4

    Jumlah 8 54 14 76 100

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

    Responden penelitian untuk kepala sekolah dan komite umumnya berjenis

    kelamin laki-laki dan untuk guru lebih banyak berjenis kelamin perempuan.Sementara itu secara keseluruhan responden didominasi laki-laki yaitu sebanyak 43

    orang (56,6%) dan selebihnya perempuan.

    Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pendidikan

    Jabatan No PendidikanKasek Guru Komite

    Jumlah(orang)

    Persentase(%)

    1

    234

    SLTA

    DiplomaS1S2

    0

    080

    0

    3501

    4

    271

    4

    5652

    5,3

    6,685,52,6

    Jumlah 8 54 14 76 100

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    60/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Semua kepala sekolah telah berpendidikan S1 dan mayoritas guru serta

    komite sekolah juga berpendidikan S1 yang secara keseluruhan berjumlah 65 orang

    (85,5%). Sementara itu masih terdapat guru yang berpendidikan diploma III yakni

    sebanyak 3 orang yang terdapat di SMAN 1 yaitu 2 orang dan di SMAN 2 sebanyak 1

    orang. Hal ini memang tidak sejalan dengan standar kualifikasi tenaga pendidik yang

    mensyaratkan bahwa guru sekolah menengah minimal berpendidikan S1, namun

    responden ini telah berusia diatas 50 tahun, bahkan ada yang hampir mencapai masa

    pensiun.Tabel 4.6 Distribusi Respoden (kepala sekolah dan guru) Menurut Kesesuaian

    Pendidikan dengan MP yang diajarkan

    Jabatan No

    Kesesuaian Pendidikandengan MP yang

    diajarkan KasekGuru

    Jumlah(orang)

    Persentase(%)

    12

    SesuaiTidak sesuai

    80

    531

    611

    98,41,6

    Jumlah 8 54 62 100Sumber: Diolah dari data primer 2009

    Kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang di

    ajarkan di Sekolah Menengah Negeri Kota Tanjungbalai telah sangat baik yakni

    98,4%, karena hanya terdapat 1 orang guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar

    belakang pendidikan terakhirnya yakni di SMAN 2 yaitu guru dengan latar belakang

    pendidikan tata boga mengajar pada bimbingan konseling.

    Tabel 4.7 Distribusi Respoden (kepala sekolah dan guru) Menurut PengalamanMengajar

    No Pengalaman Jabatan Jumlah Persentase

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    61/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Mengajar Kasek Guru (orang) (%)12

    < 5 Tahun> 5 Tahun

    08

    1143

    1151

    17,782,3

    Jumlah 8 54 62 100Sumber: Diolah dari data primer 2009

    Sementara itu data responden yang memiliki pengalaman mengajar

    dibawah 5 tahun terdapat 11 orang (17,7 %) dan terbanyak di SMKN 2/SMKN

    Teknologi yakni sebanyak 6 orang. Hal ini mengindikasikan banyaknya guru dengan

    usia muda mengajar pada sekolah tersebut.

    Tabel 4.8 Distribusi Respoden ( Kepala Sekolah dan Guru ) Menurut KepemilikanSertifikat Profesi Guru (Akta)

    Jabatan No Kepemilikan AktaKasek Guru

    Jumlah(orang)

    Persentase(%)

    12

    BersertifkatTidak Bersertifikat

    80

    504

    584

    93,56,5

    Jumlah 8 54 62 100

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

    Masih terdapat 4 orang guru (6,5%) yang tidak memiliki sertifikat profesi

    mengajar (akta) yakni 1 orang di SMAN 3, 2 orang di SMKN/SMKN Perikanan dan

    1 orang di SMKN 2/SMKN Teknologi. Mereka yang tidak memiliki sertifikat ini

    berstatus PNS dan sebagai guru tetap yang mengajar bidang studi produktif.

    4.4. Identifikasi Ketersediaan Sumberdaya Pendidikan.

    Identifikasi ketersediaan sumberdaya pendidikan meliputi identifikasi

    tenaga kependidikan, sarana prasarana, partisipasi dan pembiayaan. Kegiatan

    identifikasi dimulai dari sekolah dengan mengumpulkan informasi yang diperlukan

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    62/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    berdasarkan pedoman dokumentasi pada lampiran 2. Identifikasi yang dilakukan

    dibuat berdasarkan standar nasional pendidikan untuk tenaga kependidikan, sarana

    prasarana dan pembiayaan. Selanjutnya berdasarkan jawaban responden diperoleh

    nilai skor rata-rata yang akan memberikan informasi kategori masing-masing

    perencanaan sumberdaya dimaksud.

    4.4.1. Tenaga Kependidikan

    Identifikasi tenaga kependidikan pada penelitian ini dibuat berdasarkan

    standar nasional pendidikan yakni bahwa tenaga pendidik untuk sekolah menengahminimal harus berpendidikan S1/ DIV, memiliki kesesuaian latar belakang

    pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan telah memiliki sertifikat atau

    akta mengajar selain harus memiliki kemampuan teknis dalam merencanakan dan

    menilai proses dan hasil pembelajaran serta kompetensi baik kompetensi pedagogik,

    keperibadian, profesional dan sosial. Tenaga kependidikan yang harus tersedia

    minimal kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga

    laboratorium dan tenaga kebersihan.

    Perencanaan tenaga pendidik dan kependidikan tidak terlepas dari

    informasi ketersediaan jumlah personil. Saat ini umumnya ketersediaan jumlah guru

    Sekolah Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai telah memadai. Hal ini terlihat dari

    angka rasio guru dengan murid yakni 1:18 untuk SMA, 1:11 untuk SMK dan 1:10

    untuk MA. Angka ini cukup baik karena lebih kecil dari angka yang diperkenankan

    menurut PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru yakni 1: 16-38. Selain itu

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    63/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    ketersediaan tenaga kependidikan juga dilihat dari hampir tidak adanya guru yang

    mengajar pada dua bidang studi atau lebih.

    Selanjutnya ketersediaan guru berdasarkan kualifikasi pendidikan yang

    ditamatkan, Guru Sekolah Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai telah

    berpendidikan minimal S1 (88,0 %), meskipun masih ada guru yang berpendidikan

    sekolah menengah dan Diploma namun hanya berkisar 31 orang (11,3 %) dan mereka

    yang berpendidikan dibawah S1 ini adalah guru dengan usia diatas 50 tahun serta

    guru dengan pendidikan S2 hanya 2 orang (0,7 %)Mengenai ketersediaan tenaga kependidikan yakni tenaga administrasi,

    tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan pada Sekolah

    Menengah Negeri di kota Tanjungbalai berkategori cukup memadai. Hal ini dapat

    dilihat dari ketersediaan masing-masing tenaga administrasi yang dimiliki oleh

    masing-masing sekolah.

    Ketersediaan tenaga administrasi/tata usaha yang dimiliki sekolah rata-rata

    lebih dari 2 orang, hanya satu sekolah yang memiliki tenaga administrasi satu orang

    yakni SMAN 3. Keseluruhan jumlah tenaga administrasi /tata usaha dari sekolah

    yang diteliti berjumlah 37 orang. Dari jumlah ini yang terbesar berpendidikan sekolah

    menengah sebanyak 26 orang, Diploma 4 orang dan sisanya berpendidikan S1 berada

    hampir di semua sekolah kecuali di SMAN 4 dan SMAN 5.

    Ketersediaan tenaga perpustakaan di Sekolah Menengah Negeri kota

    Tanjungbalai tergolong kurang memadai karena masih terdapat beberapa sekolah

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    64/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    yang tidak memiliki tenaga perpustakaan yakni di SMAN 3, SMKN 2 dan MAN. Di

    sekolah ini mereka menggunakan tenaga tata usaha merangkap tenaga perpustakaan.

    Ketersediaan tenaga laboratorium di Sekolah Menengah Negeri kota

    Tanjungbalai tidak memadai. Hanya terdapat 4 orang tenaga laboratorium yakni di

    SMAN 4, SMKN 1 dan SMKN 2 dengan kualifikasi pendidikan sekolah menengah

    sebanyak 3 orang dan diploma 1 orang. Ketersediaan tenaga laboratorium ini sifatnya

    sebagai tenaga pembantu (bukan tenaga inti) sedangkan untuk pelaksanaan praktek di

    laboratorium kebanyakan guru langsung sebagai instruktur praktek. Hal ini tidaksesuai dengan standar yang ditetapkan, terlebih-lebih bagi SMA yang harus memiliki

    minimal 3 laboratorium IPA, 1 laboratorium bahasa dan 1 laboratorium komputer.

    Semua sekolah telah memiliki tenaga kebersihan yang berpendidikan rata-

    rata sekolah menengah sebanyak 8 orang dan S1 sebanyak 2 orang yang terdapat di

    SMAN 3.

    Tabel 4.9 Ketersediaan Jumlah Tenaga Kependidikan berdasarkan pendidikan yangditamatkan Sekolah Menengah Negeri Kota Tanjungbalai Tahun 2009.

    Nama Sekolah No

    T.Kependi

    dikan

    JenjPend SMAN

    1SMAN

    2SMAN

    3SMAN

    4SMAN

    5SMKN

    1SMKN

    2 MANJlh

    SLTA - 2 - - - - 1 1 4

    Dip 15 4 - - 1 - 4 3 27

    S1 29 35 30 28 19 34 28 38 2411 Guru

    S2 2 - - - - - - - 2

    SLTA 5 3 - 3 3 6 3 3 26Dip 1 - - - 1 - 1 1 4

    S1 1 2 1 - - 1 1 1 72 TU

    S2 - - - - - - - - 0

    SLTA - 1 - 1 - 1 - - 33T.

    PerpusDip 1 - - - 1 - - - 2

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    65/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    S1 - 1 - - - 1 - - 2

    S2 - - - - - - - - 0

    SLTA - - - 1 - - 2 - 3

    Dip - - - - - 1 - - 1

    S1 - - - - - - - - 04 T. Lab

    S2 - - - - - - - - 0

    SLTA 1 2 - 1 1 1 1 1 8

    Dip - - - - - - - - 0

    S1 - - 2 - - - - - 25

    T.Kebersi

    han

    S2 - - - - - - - - 0

    Jumlah 55 50 33 34 26 45 41 48 332

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

    Sementara itu berdasarkan hasil penelitian, pendapat responden mengenai

    perencanaan tenaga kependidikan di SMAN dan MAN tergolong baik. Hal ini

    berdasar kepada nilai skor rata-rata yang diperoleh yakni sebesar 42,4 (lampiran 6.1)

    yang berarti masuk klasifikasi baik (38-46) dan untuk kelompok SMK memiliki skor

    rata-ratanya adalah sebesar 42, 4 yang berarti juga berkategori baik. Dengan demikian

    dapat dikatakan bahwa perencanaan tenaga kependidikan hampir sama kualitasnya

    untuk semua sekolah.

    Tabel 4.10 Klasifikasi Tenaga Kependidikan di Sekolah Menengah Negeri KotaTanjungbalai

    Nama Sekolah TotalSkor Kategori SMAN

    1SMAN

    2SMAN

    3SMAN

    4SMAN

    5SMKN

    1SMKN

    2 MAN f %

    47-55 SB 6 1 5 2 1 3 - 1 19 25,0

    38-46 B 3 6 3 5 2 5 3 5 32 42,1

    29-37 CB 4 5 2 - 2 1 6 1 21 27,6

    20-28 KB - - - 2 1 - 1 - 4 5,3

    11-19 TB - - - - - - - 0 -Jumlah 13 12 10 9 6 9 10 7 76 100

    Sumber: Diolah dari data primer 2009.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    66/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tabel 4.11 diatas menunjukkan variasi tenaga kependidikan Sekolah

    Menengah Negeri di kota Tanjungbalai. Menurut responden perencanaan tenaga

    kependidikan dengan kategori sangat baik 25,0 %, baik sebanyak 42,1 %, cukup baik

    27,6 % dan masih ada tenaga kependidikan dengan kategori kurang baik yaitu sebesar

    5,3 %. Sementara kategori tenaga kependidikan yang tidak baik tidak ada. Aspek

    perencanaan tenaga kependidikan yang dinilai meliputi kualifikasi pendidikan kepala

    sekolah dan guru; kesesuaian kualifikasi dengan bidang studi yang diajarkan;

    kemampuan teknis kepala sekolah dan guru dalam merencanakan, melaksanakan danmengevaluasi KBM; kepemimpinan dan sikap keperibadian kepala sekolah dan guru

    serta kemampuan administrasi dan ketatalaksanaan tenaga kependidikan yang ada di

    sekolah masing-masing.

    4.4.2. Sarana Prasarana

    Ketersediaan fasilitas sarana yang terangkum dalam penelitian ini meliputi

    ketersediaan meubiler, meubiler perpustakaan, buku teks pelajaran, buku referensi,

    alat peraga, alat-alat laboratorium dan alat-alat praktek. Sedangkan prasarana meliputi

    ketersediaan lahan, bangunan gedung, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium,

    ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat ibadah, ruang konseling, ruang

    UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi serta tempat

    bermain/berolahraga.

    Kategori ketersediaan dibagi atas empat bagian yakni T (tersedia), CT

    (cukup tersedia), KT (kurang tersedia) dan TT (tidak tersedia) sedangkan kategori

    kondisi dibagi kedalam keadaan B (baik), CB (cukup baik), KB (kurang baik) dan TB

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    67/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    (tidak baik). Penilaian ini didasarkan pada pengamatan peneliti terhadap persentase

    kecukupan dan kondisi fisik barang/bangunan. Untuk lebih jelasnya penilaian

    ketegori ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana Sekolah Menengah Negeri di

    Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada Tabel 4.11 .

    Selain identifikasi ketersediaan berdasarkan data pengamatan di lapangan,

    peneliti meminta pendapat responden tentang perencanaan sarana prasarana yang

    meliputi kegiatan identifikasi kebutuhan, penetapan perioritas, penuangan ke dalam

    bentuk program; pengadaan yang sesuai dengan perioritas dan kemampuan sekolah; pendistribusian dan pendayagunaan secara optimal serta perawatan dan pemeliharaan

    secara teratur dan berkesinambungan dari masing-masing sekolah.

    Tabel 4.11 Penilaian Kategori Ketersediaan dan Kondisi Sarana PrasaranaPendidikan berdasarkan Persentase Kecukupan dan Keadaan FisikBarang/bangunan di Sekolah Menengah Negeri Kota Tanjungbalai.

    No Uraian Kategori Penilaian (%)

    1 Ketersediaan Tersedia 76 - 100Cukup Tersedia 56 - 75Kurang Tersedia 26 - 50Tidak Tersedia 0 - 25

    2 Kondisi fisik Baik 76 - 100Cukup Baik 50 - 75Kurang Baik 26 - 50Tidak Baik 0 - 25

    Identifikasi sarana dan prasarana ini dipisah antara SMA/MA dan SMK.

    Hal ini dikarenakan adanya perbedaan mengenai standar sarana prasarana antara

    keduanya. Standar sarana prasarana untuk SMA/MA mengacu kepada Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, sedangkan standar sarana

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    68/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    prasarana bagi SMK berdasar kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor

    40 Tahun 2008. Lebih jelasnya mengenai ketersediaan sarana prasarana SMA/MA

    dan SMK diuraikan sebagai berikut:

    1. Sarana Prasarana SMA dan MA

    Berdasarkan hasil penelitian bahwa kecukupan dan kondisi sarana

    pendidikan SMAN dan MAN di Kota Tanjungbalai telah tersedia dan berkategori

    baik. Hal ini didasarkan bahwa sarana yang tersedia sebanyak 69,0 % (kategori

    tersedia sebanyak 29 item), cukup tersedia 21,5% (kategori cukup tersedia sebanyak 9item) dan kurang tersedia 9,5 % ( kategori kurang tersedia sebanyak 4 item).

    Ketersediaan meubiler di SMAN/MAN telah memadai dan kondisinya

    baik. Meubiler perpustakaan di SMAN 5 ketersediannya kurang memadai meskipun

    yang ada berkondisi baik dan di MAN cukup memadai dengan kondisi cukup baik,

    hal ini terlihat dari kurang memadainya lemari tempat penyimpanan buku-buku teks

    pelajaran maupun buku-buku referensi lainnya. Buku teks pelajaran telah memadai

    dan tersedia dan berkondisi baik. Hal ini didasarkan pada ketersediaan buku-buku

    teks pelajaran peruntukannya cukup bagi setiap siswa sehingga siswa tidak

    dibebankan biaya untuk pembelian buku-buku teks pelajaran dimaksud. Namun untuk

    buku-buku referensi ketersediannya masih cukup memadai di SMAN 3 dan SMAN 4

    bahkan ada yang kurang memadai dari segi jumlah untuk SMAN 5 dengan kondisi

    cukup baik dan sisanya tersedia dengan kondisi masih baik.

    Sementara itu, ketersediaan alat peraga, alat-alat laboratorium

    (laboratorium fisika, biologi, kimia, bahasa dan komputer) dan alat-alat praktek rata-

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    69/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    rata cukup untuk SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5 dan MAN dengan kondisi yang rata-

    rata juga cukup dan kurang baik, sedangkan di SMAN 1 dan SMAN 4 tersedia dan

    memadai dengan kondisi masih baik. Khusus untuk alat-alat laboratorium rata-rata di

    setiap sekolah memiliki dengan kondisi beragam yang kalau dirata-ratakan cukup

    baik dan mencukupi bagi pelaksanaan praktek. Namun terdapat kondisi dimana di

    beberapa sekolah alat-alat laboratorium kurang efektif penggunaan dan

    perawatannya.

    Tabel 4.12. Ketersediaan dan Kondisi Sarana pendidikan di SMA/MA Negeri KotaTanjungbalai Tahun 2009.

    Nama Sekolah

    SMAN 1 SMAN 2 SMAN 3 SMAN 4 SMAN 5 MAN No Uraian

    Ktgr Knds Ktgr Knds Ktgr Knds Ktgr Knds Ktgr Knds Ktgr Knds

    1 Sarana:

    Meubiler T B T B T B T B T B T B

    Mblr pepust T B T B T B T B KT B CT CB

    Buku teks pelajaran T B T B T B T B T B T B

    Bk referensi T B T B CT CB CT CB KT CB T B

    Alat peraga T B T CB T B T B CT CB T B

    Alat lab T B T CB CT KB T B CT CB KT KB

    Alat praktek T B CT B CT KB T B CT CB KT KB

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

    Lahan untuk SMAN dan MAN telah tersedia dengan kondisi baik ditinjau

    dari lokasi dan akses jalan, memiliki luas memadai bagi peruntukan pembangunan

    gedung serta telah memiliki status hak atas tanah atas nama Pemerintah Kota

    Tanjungbalai dan ijin pemanfaatan bagi pembangunan sekolah. Hanya terdapat 1

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    70/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    sekolah yakni SMAN 5 dimana kondisi lahan masih terbatas bagi peruntukan tempat

    bermain dan berolahraga karena kondisinya becek jika hujan.

    Prasarana sekolah yang terdiri dari prasarana dasar yakni instalasi air bersih

    dan listrik 100 % tersedia dan dalam kondisi baik. Bangunan gedung 100 % tersedia

    dan berkondisi baik. Semua SMAN di Kota Tanjungbalai telah memiliki gedung

    sendiri dengan bangunan permanen, memiliki fasilitas cukup untuk ventilasi udara

    dan pencahayaan yang memadai. Hanya MAN yang masih terdapat bangunan yang

    semi permanen yakni beberapa kelas di lantai dua namun kondisi fisik bangunanmasih kuat/baik.

    Hampir semua SMAN dan MAN memiliki ruang kelas memadai dengan

    kondisi baik, hanya SMAN 5 ruang kelasnya cukup tersedia artinya di sekolah

    tersebut masih berpeluang untuk dibangun ruang kelas baru berhubung banyaknya

    peminat yang tidak tertampung di sekolah tersebut dan kondisi ruang kelas di sekolah

    ini masih baik.

    Semua SMAN dan MAN memiliki perpustakaan berkondisi baik dengan

    luas minimum sama dengan luas satu ruang kelas, berventilasi baik dan dilengkapi

    dengan sarana buku-buku dan perabot penunjang.

    Keberadaan laboratorium bahasa di beberapa SMAN tidak tersedia dengan

    alasan tidak adanya jurusan bahasa di sekolah tersebut. Dari 6 sekolah SMAN dan

    MAN yang diteliti hanya 2 sekolah yang memiliki laboratorium bahasa yakni SMAN

    1 dan MAN dengan kondisi baik dan sarana memadai. Sebelumnya dibeberapa

    SMAN terdapat laboratorium bahasa ( SMAN 2, SMAN 3 dan SMAN 4), namun

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    71/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    lambat laun peminat jurusan bahasa menurun dan ketersediaan SDM jurusan bahasa

    juga kurang memadai sehingga akhirnya jurusan bahasa tidak dibuka lagi. Fenomena

    ini kurang tepat dan kurang memenuhi standar prasarana SMA dan MA. Selain itu,

    dewasa ini kemampuan berbahasa para siswa terutama kemampuan berbahasa asing

    harus dimiliki setiap siswa berbagai jurusan. Sementara itu ketersediaan laboratorium

    biologi, fisika dan kimia hampir di semua SMAN dan MAN kurang tersedia namun

    berkondisi cukup baik. Rata-rata SMAN dan MAN menggabungkan ketiga

    laboratorium tersebut menjadi laboratorium IPA. Hanya 1 sekolah yang memilikilaboratorium biologi dengan kondisi cukup baik yakni SMAN 4 dan 1 sekolah

    memiliki laboratorium fisika dengan kondisi baik yakni SMAN 1. Laboratorium

    komputer hampir semua SMAN telah memilikinya dan 3 sekolah kondisinya baik

    sedangkan 2 (dua) sekolah berkondisi cukup baik. Sementara MAN ketersediaan

    laboratorium komputernya hanya cukup tersedia dan berkondisi juga cukup baik.

    Ruang pimpinan telah tersedia untuk semua sekolah dengan kondisi baik,

    demikian juga dengan ruang guru. Hampir semua ruang tata usaha di setiap sekolah

    tersedia dan kondisinya baik kecuali di SMAN 1 karena sebagian ruang pimpinan

    digunakan sebagai ruang tata usaha.

    Terdapat 1 (satu) sekolah yakni SMAN 4 tidak memiliki tempat beribadah,

    sementara itu di SMAN 5 menggunakan sudut ruang perpustakaan sebagai tempat

    beribadah, selebihnya masing-masing telah memiliki dengan kondisi rata-rata masih

    baik. Ruang konseling untuk MAN kurang tersedia dengan kondisi kurang baik/tidak

    nyaman karena sekolah ini mengunakan ruang guru sebagai tempat memberikan

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    72/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    bimbingan/konseling kepada siswa bermasalah. Selebihnya sekolah telah memiliki

    ruang konseling yang memadai dan cukup tersedia (SMAN 5) dengan kondisi

    ruangan baik.

    Dari enam sekolah SMAN dan MAN yang diteliti hanya 1 sekolah yang

    memiliki ruang UKS dengan kondisi baik, 2 sekolah yakni SMAN 1 dan SMAN 3

    tidak tersedia, selebihnya 3 sekolah yaitu SMAN 4, SMAN 5 dan MAN memiliki

    ruang UKS namun dengan kondisi seadanya dengan sarana minim.

    Peruntukan ruang organisasi kesiswaan sebagai tempat kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan hanya 1 sekolah yang tersedia dan berkondisi baik

    yakni SMAN 1, 3 sekolah tidak tersedia yaitu SMAN 2, SMAN 3 dan MAN,

    selebihnya masih kurang tersedia dengan kondisi kurang memadai. Bagi sekolah

    yang tidak memiliki ruang organisasi kesiswaan,mereka menggunakan ruang

    kelas/tempat beribadah sebagai tempat kegiatan berdiskusi untuk kegiatan kesiswaan.

    Ketersediaan jamban di semua sekolah rata-rata berkondisi baik dengan

    jumlah di atas jumlah minimal yakni lebih besar dari 3. Ketersediaan gudang cukup

    memadai, hanya 3 sekolah yang tersedia dengan kondisi baik (SMAN 1 dan SMAN 2

    dan MAN), 2 sekolah tidak tersedia (SMAN 3 dan SMAN 4) serta 1 sekolah (SMAN

    5) kurang ketersediaannya dengan kondisi juga kurang baik.

    Ruang sirkulasi sebagai penghubung antar ruang di setiap sekolah SMAN

    dan MAN telah tersedia dan berkondisi masih baik. Demikian juga tempat

    bermain/berolahraga semua sekolah tersedia dengan kondisi baik, artinya telah

    memiliki luas areal diatas luas minimum yakni > 1000 m 2, terdapat ruang bebas untuk

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    73/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    tempat berolahraga dikelilingi pohon penghijauan yang cukup, hanya saja untuk

    SMAN 5 masih kurang memadai dan kondisinya juga kurang memadai, karena

    kondisi tempat bermain/berolahraga becek jika hujan serta belum disertai

    ketersediaan drainase. Sedangkan di MAN kondisinya baik namun, luas tempat

    bermain/berolahraga masih kurang memadai dibanding jumlah murid yang tersedia

    (luasnya < 1000 m 2. Rangkuman informasi ketersediaan prasarana untuk SMAN dan

    MAN dapat dilihat dari Tabel 4.13 berikut:

    Tabel 4.13. Ketersediaan dan Kondisi Prasarana pendidikan di SMA/MA Negeri KotaTanjungbalai Tahun 2009.

    Nama SekolahSMAN 1 SMAN 2 SMAN 3 SMAN 4 SMAN 5 MAN No Uraian

    Ktgr Knds Ktgr Knds Ktgr Knds Ktgr Knds Ktgr Knds Ktgr Knds

    1 Prasarana

    Lahan T B T B T B T B T B T B

    Bangunan gedung T B T B T B T B T B CT B

    Ruang kelas T B T B T B T B CT B T B

    Perpustakaan T B T B T B T B T B T B

    Lab biologi KT CB KT B KT CB T CB KT CB KT CB

    Lab Fisika T B T B KT CB KT CB KT CB KT CB

    Lab Kimia KT CB KT B KT CB KT CB KT CB KT CB

    Lab Bahasa T B TT - TT - TT - TT - T B

    Lab Komputer T B T B T B T CB T CB CT CB

    Ruang pimpinan T B T B T B T B CT B T B

    Ruang guru T B T B T B T B CT B T B

    Ruang TU CT CB T B T B T B CT B T B

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    74/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tempat ibadah CT CB T B T B TT - KT CB T B

    R konseling T B T B T B T B CT CB KT KB

    R UKS TT - T B TT - KT CB KT CB CT CB

    R. orgs kesiswaan T B TT TT - KT CB KT CB TT -

    Jamban T B T B T B T B KT B T B

    Gudang T B T B TT - TT - KT KB KT KB

    Ruang Sirkulasi T B T B T B T B T B T BT

    bermain/olahraga T B T B T B T B KT KB CT B

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

    2. Sarana Prasarana SMK

    SMKN yang diteliti memiliki program keahlian yang berbeda. SMKN 1

    adalah SMKN Perikanan memiliki 4 program keahlian yakni: teknik pengolahan hasil

    perikanan, teknik aqua kultur (budidaya perikanan), nautika kapal penangkap ikan

    dan teknik kapal penangkap ikan. SMKN 2 adalah SMKN Teknologi dengan 4

    program keahlian yaitu: bangunan, teknik mekanik otomotif, teknik permesinan dan

    teknik audio visual. Hal ini perlu dikemukakan untuk memudahkan

    pengidentifikasian ketersediaan sarana dan prasarana di kedua sekolah tersebut

    terutama mengenai ketersediaan laboratorium dan perbengkelan/ workshop .

    Hasil penelitian di kedua SMKN di Kota Tanjungbalai bahwa ketersediaan

    sarana yang meliputi meubiler, meubiler perpustakaan, buku-buku teks pelajaran,

    buku referensi, alat peraga, alat-alat laboratorium/bengkel dan alat-alat praktek dapat

    dilihat pada Tabel 4.14 berikut:

    Tabel 4.14 Ketersediaan dan Kondisi Sarana pendidikan di SMK Negeri KotaTanjungbalai Tahun 2009.

    Nama SekolahSMKN 1 SMKN 2 No Uraian

    Kategori Kondisi Kategori Kondisi

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    75/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    1 Sarana:Meubiler T B T BMeubiler perpustakaan KT CB KT CBBuku teks pelajaran KT CB CT CBBuku referensi CT CB TT -Alat peraga CT CB KT CBAlat laboratorium/bengkel CT CB KT CBAlat praktek KT CB CT CB

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

    Umumnya sarana SMKN di Kota Tanjungbalai rata-rata hanya cukup dan

    kurang memadai untuk meubiler perpustakaan, buku teks pelajaran, buku referensi,

    alat peraga dan alat-alat praktek bahkan di SMKN 2 buku referensi tidak tersedia,

    sedangkan sarana yang tersedia dan mencukupi hanya meubiler dengan kondisi baik.

    Kondisi ini sangat disayangkan mengingat bahwa tujuan pendidikan SMK adalah

    menghasilkan lulusan yang siap untuk bekerja. Keterbatasan sarana alat-alat praktek

    dapat mempengaruhi kualitas kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa.

    Prasarana SMK yang wajib tersedia hampir sama dengan standar bagi

    SMA dan MA, perbedaan hanya terletak pada ketersediaan prasarana laboratorium

    atau workshop dimana SMK tergantung kepada program keahlian yang ditawarkan.

    Berikut disajikan standar ketersediaan laboratorium sesuai Permendiknas Nomor 40

    Tahun 2008 seperti tertera pada Tabel 4.15 berikut:

    Tabel 4.15 Standar Ketersediaan Laboratorium SMK Menurut Permendiknas Nomor

    40 Tahun 2008

    Program Keahlian No Jenis Laboratorium

    SMKN 1 SMKN 2

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    76/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    T P H P

    T e k . A

    q u a

    K u l

    t u r

    N K P I

    T K P I

    B a n g u n a n

    T e k . M

    e k

    O t o m o t

    i f

    T e k .

    P e r m e s

    i n a n

    T e k . A u d

    i o

    V i s u a

    l

    1 Laboratorium biologi - - - - -2 Laboratorium fisika - - 3 Laboratorium kimia - - 4 Laboratorium bahasa 5 Laboratorium komputer 6 Ruang praktik gambar teknik - - -

    Sumber: Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008.

    Dari tabel di atas terlihat bahwa SMKN 1 (Perikanan) harus memiliki

    minimal 6 laboratorium berdasarkan program keahlian yang mereka miliki dan

    SMKN 2 (Teknologi) minimal harus memiliki laboratorium sebanyak 5 buah.

    Sedangkan ketersediaan prasarana SMK secara keseluruhan berdasarkan hasil

    penelitian diuraikan seperti pada Tabel 4.16.

    Tabel 4.16 Ketersediaan dan Kondisi Prasarana pendidikan di SMK Negeri KotaTanjungbalai Tahun 2009.

    Nama SekolahSMKN 1 SMKN 2 No Uraian

    Kategori Kondisi Kategori Kondisi1 Prasarana:

    Lahan T B T BBangunan gedung T B T BRuang kelas T B CT BPerpustakaan T B TT -Laboratorium biologi KT CB - -Laboratorium fisika KT CB KT CB

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    77/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Laboratorium kimia KT CB KT CBLaboratorium bahasa TT - TT -Laboratorium komputer T B T KBRuang praktik gambar teknik TT - T KBRuang pimpinan T B T CBRuang guru T B T BRuang tata usaha T B T BTempat ibadah KT CB TT -Ruang konseling T B T BRuang UKS T B TT -R. orgs kesiswaan TT - TT -Jamban T B T BGudang T B T BRuang sirkulasi T B T BT bermain/berolahraga T B T B

    Sumber: Diolah dari data primer 2009

    Lokasi SMKN 1 dan SMKN 2 sangat strategis. Letak kedua sekolah ini

    bersebelahan dengan lahan yang luas serta akses jalan yang berkondisi baik. Kedua

    sekolah ini berada di kawasan yang diperuntukkan bagi zona industri Kota

    Tanjungbalai di tahun-tahun mendatang. Bangunan gedung telah permanen dengan

    kondisi fisik masih baik, memiliki ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai

    serta dilengkapi dengan fasilitas air dan listrik dengan kondisi 100 % baik.

    Ruang kelas di SMKN 1 100 % tersedia untuk semua rombongan belajar

    yang ada dengan kondisi baik sedangkan di SMKN 2 ruang kelas cukup tersedia

    karena terdapat 1 rombongan belajar yang menggunakan ruang yang diperuntukkan

    bagi ruang organisasi kesiswaan sebagai ruang kelas dan kondisi ruangan-ruangan

    kelas yang ada baik. Keadaan ini mengindikasikan bahwa perlu dibangun ruang kelas

    baru di SMKN 2.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    78/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Perpustakaan di SMKN 1 telah tersedia dan berkondisi baik seluas satu

    ruang kelas dan dilengkapi dengan sarana buku-buku pelajaran, buku referensi dan

    prasarana penunjang lainnya. Sementara itu di SMKN 2 ruang perpustakaan tidak

    tersedia. Sementara ini buku-buku pelajaran untuk siswa disimpan dalam rak dan

    lemari yang terletak di pojok ruang guru.

    Berdasarkan program keahlian yang tersedia, SMKN 1 seyogianya harus

    memiliki semua jenis laboratorium menurut standar nasional yakni laboratorium

    biologi, fisika, kimia, bahasa, komputer dan ruang menggambar teknik, namunkenyataannya di sekolah ini mereka hanya memiliki laboratorium komputer dengan

    kondisi baik, sedangkan laboratorium biologi, fisika dan kimia tergabung dalam

    laboratorium IPA dan laboratorium bahasa serta ruang menggambar teknik tidak

    tersedia. Sementara itu SMKN 2 harus memiliki 5 laboratorium sesuai standar dan

    berdasarkan kepada program keahlian yang tersedia saat ini yakni, laboratorium

    fisika, kimia, bahasa, komputer dan ruang menggambar teknik. Kondisi yang ada

    sekolah ini juga menggabung laboratorium fisika dan kimia kedalam laboratorium

    IPA, laboratorium komputer dan ruang menggambar teknik tersedia namun dengan

    kondisi kurang baik, artinya ketersediaan laboratorium ini jarang sekali digunakan

    karena keterbatasan sarana dan prasarana praktek dan sarana penunjang lainnya

    sedangkan laboratorium bahasa tidak tersedia.

    Ruang pimpinan telah tersedia untuk semua sekolah dengan kondisi baik

    di SMKN 1 dan berkondisi cukup baik di SMKN 2. demikian juga dengan ruang guru

    dan ruang ruang tata usaha disetiap sekolah tersedia dan kondisinya masih baik.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    79/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tempat ibadah di SMKN 1 kurang tersedia dengan kondisi kurang baik,

    karena sekolah ini menggunakan ruang OSIS untuk beribadah. Sementara siswa

    menggunakan aula sekolah sebagai tempat sekretariat kegiatan-kegiatan mereka.

    Ruang konseling dan ruang UKS di sekolah ini tersedia dan kondisinya baik bahkan

    dilengkapi dengan sarana dan peralatan PMR (Palang Merah Remaja) untuk ruang

    UKSnya yang dibina oleh Angkatan Laut Kota Tanjungbalai. Di SMKN 2 tidak

    tersedia ruang untuk beribadah, demikian pula dengan ruang UKS dan ruang

    organisasi kesiswaan. Namun ruang konseling tersedia dan kondisinya baik.Ketersediaan jamban di semua sekolah rata-rata berkondisi baik dan

    jumlahnya diatas jumlah minimal. Demikian juga dengan ketersediaan gudang

    kondisinya untuk kedua sekolah ini baik karena cukup untuk menyimpan perkakas

    dan peralatan lainnya serta arsip sekolah. Ruang sirkulasi sebagai penghubung antar

    ruang juga tersedia dan berkondisi baik. Tempat bermain/berolahraga di semua

    SMKN tersedia dengan kondisi baik, dengan luas lebih dari 1000 m 2 dan penghijauan

    yang cukup.

    Sementara itu pendapat responden mengenai sarana prasarana terkait aspek

    perencanaan, pengadaan, penggunaan dan perawatan di SMAN dan MAN di kota

    Tanjungbalai menyatakan tergolong baik dengan skor rata-rata 22,6. Sementara itu

    untuk SMK, skor rata-rata tergolong cukup baik yakni 20,57, dengan skor rata-rata di

    SMKN 1 sebesar 23,1 (kategori baik) dan SMKN 2 sebesar 18,3 sehingga tergolong

    cukup baik.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    80/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tabel 4.17. Klasifikasi Sarana Prasarana di Sekolah Menengah Negeri KotaTanjungbalai.

    Nama Sekolah TotalKriteria Kategori SMAN1

    SMAN2

    SMAN3

    SMAN4

    SMAN5

    SMKN1

    SMKN2 MAN F %

    26-30 SB 3 - 3 2 1 2 - 1 12 15,8

    21-25 B 5 6 5 5 2 6 2 5 36 47,4

    16-20 CB 5 6 2 - 3 1 7 1 25 32,9

    11-15 KB - - - 2 - - 1 - 3 3,9

    6-10 TB - - - - - - - 0 -

    Jumlah 13 12 10 9 6 9 10 7 76 100,0

    Sumber: Dioleh dari data primer 2009

    Variasi pendapat mengenai perencanaan sarana prasarana Sekolah

    Menengah Negeri di kota Tanjungbalai ditunjukkan pada tabel 4.17 di atas, dimana .

    menurut responden sarana prasarana dengan klasifikasi sangat baik 15,8 %, baik

    hampir setengahnya yakni 47,4 %, cukup baik 32,9 % dan masih ada sarana prasarana

    dengan kategori kurang baik yaitu sebesar 3, % yang terdapat di SMAN 4 dan SMKN

    2, sedangkan sarana prasarana dengan kategori tidak baik tidak ada.

    4.4.3. Partisipasi Masyarakat

    Wujud partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan kini kesempatannya

    lebih luas sejak diberlakukannya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    044/U/2002 mengenai kedudukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Terkait

    dengan pendapat bahwa partisipasi akan terjadi bila ada kemauan, kemampuan dan

    kesempatan (Slamet dalam Anonimus: 2009), fenomena yang terjadi kesempatan

    terbentang luas namun kemauan dan kemampuan masyarakat dalam berpartisipasi

    masih kurang.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    81/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    82/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    18,4

    29-37 CB 8 8 4 3 4 1 1 4 33 43,4

    20-28 KB 3 4 4 3 2 1 9 1 27 35,611-19 TB - - - - - - - - 0 -

    Jumlah 13 12 10 9 6 9 10 7 76100,

    0

    Sumber: Dioleh dari data primer 2009

    Dari tabel di atas terlihat bahwa variasi pendapat menyatakan cukup baik

    terbanyak jumlahnya yaitu 33 orang (43,4,%), berikutnya kurang baik sebanyak 27

    orang (35,6 %). Hanya 2 responden menjawab partisipasi masyarakat sangat baik

    yakni di MAN (2,6 %) dan partispasi masyarakat dengan kategori baik terbanyak

    terdapat di SMKN 1 (7 responden) dengan jumlah persentase seluruh kategori baik

    adalah 18,4 %.

    4.4.4. Pembiayaan

    Pembiayaan adalah menyangkut ketersediaan dana yang diperuntukkan

    bagi penyelenggaraan pendidikan Sekolah Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai.

    Identifikasi pembiayaan yang termasuk dalam penelitian ini adalah berdasar kepada

    standar pembiayaan oleh Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 yakni terbagi

    atas biaya investasi, biaya personal dan biaya operasi satuan pendidikan. Biaya

    investasi meliputi biaya penyediaan sarana prasarana, pengembangan sumberdaya

    manusia dan modal kerja tetap. Biaya personal adalah biaya yang harus dikeluarkan

    oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran misalnya uang sekolah

    atau uang komite. Biaya operasi meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    83/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    segala tunjangan yang melekat pada gaji, pemeliharaan sarana prasarana, uang

    lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya.

    Di era otonomi daerah, urusan pendidikan dari pendidikan dasar hingga

    tingkat menengah menjadi tanggung jawab daerah. Jelas bahwa dana pendidikan

    sangat tergantung pada kemampuan finansial daerah dalam mengelola sektor

    pendidikan, artinya pembiayaan pendidikan sangat tergantung kepada besaran APBD

    yang dialokasikan untuk membiayai sektor pendidikan.

    Sesuai amanat Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus mengalokasikan

    minimal 20 % anggaran bagi pemenuhan kebutuhan sektor pendidikan, di Kota

    Tanjungbalai ketersediaan dana pendidikan telah memenuhi amanat UU tersebut

    sejak tahun 2007. (lihat lampiran 1.1)

    Permasalahan pembiayaan pendidikan tidak hanya terkait kepada

    besaran/jumlah dana yang tersedia, namun yang terpenting adalah bagaimana

    perencanaan pembiayaan dibuat agar tercapai tujuan yang diharapkan; penggalian

    sumber dana yang terkait kepada upaya menggali dana dari berbagai sumber selain

    dari pemerintah pusat bagi kesinambungan program pendidikan; pengelolaan yakni

    efisiensi dan efektivitas penggunaan dana serta evaluasi dan fungsi akuntabilitas.

    Sekolah yang diteliti hampir semuanya memiliki dana yang bersumber dari

    Pemerintah Pusat, APBD Propinsi, APBD Kota Tanjungbalai dan dari orang tua

    siswa. Sumber pembiayaan dari dunia usaha/dunia industri tidak ada. Berdasarkan

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    84/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    hasil penelitian ketersediaan dana dari masing-masing sekolah diuraikan seperti pada

    Tabel berikut:

    Tabel 4.19. Rekapitulasi Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Menengah Negeri diKota Tanjungbalai Berdasarkan Sumbernya Tahun 2007.

    Sumber Pembiayaan No NamaSekolah

    Pusat Provinsi KotaOrangtua

    siswa DU/DI

    Jumlah

    1 SMAN 1 - - 1.911.904.532 133.400.000 - 2.045.304.532

    2 SMAN 2 100.000.000 - 1.227.380.714 176.040.000 - 1.503.420.714

    3 SMAN 3 50.000.000 - 1.034.069.950 172.224.000 - 1.256.293.950

    4 SMAN 4 50.000.000 - 603.127.335 136.512.000 - 789.639.335

    5 SMAN 5 145.000.000 - 311.309.570 96.960.000 - 553.269.570

    6 SMKN 1 366.760.000 - 612.373.135 112.450.000 - 1.091.583.135

    7 SMKN 2 150.000.000 - 439.526.792 110.592.000 - 700.118.792

    8 MAN 941.802.000 - - 194.112.000 - 1.135.914.000

    Jumlah 1.803.562.000 - 6.139.692.028 1.132.290.000 - 9.075.544.028

    Sumber : Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2009.

    Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat 3 sekolah yang jumlah anggaran

    pendidikannya menempati posisi tertinggi dari sekolah-sekolah lainnya yakni SMAN

    1, 2 dan 3. Hal ini disebabkan bahwa ketiga sekolah tersebut memiliki jumlah guru

    dan siswa terbanyak sehingga mempengaruhi jumlah dana baik biaya operasi (belanja

    tidak langsung), biaya investasi (belanja langsung) maupun perolehan biaya personal

    (komite sekolah) dari orang tua siswa. Sementara itu dana yang berasal dari kalangan

    pengusaha dan industri tidak ada.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    85/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tabel 4.20. Rekapitulasi Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Menengah Negeri diKota Tanjungbalai Berdasarkan Sumbernya Tahun 2008.

    Sumber Pembiayaan No

    NamaSekolah

    Pusat Provinsi KotaOrangtua

    siswa DU/DIJumlah

    1 SMAN 1 100.000.000 30.000.000 2.349.745.200 136.704.000 - 2.616.449.200

    2 SMAN 2 100.000.000 - 1.668.588.000 224.064.000 - 1.992.652.000

    3 SMAN 3 140.000.000 - 1.289.862.200 217.728.000 - 1.647.590.200

    4 SMAN 4 95.000.000 - 841.023.000 148.608.000 - 1.084.631.000

    5 SMAN 5 50.000.000 - 735.561.700 115.680.000 - 901.241.700

    6 SMKN 1 310.050.000 - 915.818.000 100.224.000 - 1.326.092.000

    7 SMKN 2 150.000.000 - 906.910.500 118.944.000 - 1.175.854.500

    8 MAN 1.766.857.000 - - 186.048.000 - 1.952.905.000

    Jumlah 2.711.907.000 30.000.000 8.707.508.600 1.434.048.000 - 12.697.422.600

    Sumber : Diolah dari hasil penelitian tahun 2009.

    Terjadi peningkatan jumlah anggaran sebesar 39,9 % dari tahun 2007 ke

    tahun 2008. Peningkatan ini terjadi di semua sekolah mengingat terjadi perubahan

    anggaran dan standar biaya pada anggaran setiap tahun dan terdapat beberapa

    sekolah yang memperoleh bantuan dana pendidikan baik dari pemerintah pusat

    maupun pemerintah provinsi.

    Perlu diingat bahwa pembiayaan tersebut diatas belum terbagi antara biaya

    operasional (belanja tidak langsung) yang diperuntukkan untuk gaji pegawai dan

    operasional sekolah lainnya dan biaya investasi (belanja langsung) yang diterima

    masing-masing sekolah. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah belanja langsung

    Sekolah Menengah Negeri kota Tanjungbalai dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    86/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tabel 4.21. Rekapitulasi Belanja Langsung Sekolah Menengah Negeri dan TotalBelanja Bidang Pendidikan Kota Tanjungbalai Tahun 2007-2008.

    Belanja Langsung No Nama Sekolah 2007 2008

    1 SMAN 1 215.946.100 228.779.100

    2 SMAN2 60.000.000 73.800.000

    3 SMAN 3 36.748.400 50.318.200

    4 SMAN 4 41.735.000 58.967.000

    5 SMAN 5 29.209.900 46.034.700

    6 SMKN 1 37.309.500 67.354.000

    7 SMKN 2 158.670.000 164.151.500

    8 MAN 108.610.000 141.505.000

    Jumlah 1 s.d 7 579.618.900 689.404.500Total Belanja Langsung BidangPendidikan dari APBD Kota 33.528.204.920 40.898.498.050

    Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2009

    Dari tabel diatas diketahui persentase belanja langsung SMA Negeri

    terhadap total anggaran pendidikan tahun 2007 adalah sebesar 1,7 % dan pada tahun

    2008 sebesar 1,6 %. Angka ini dinilai masih rendah mengingat bahwa belanja

    langsung yang diterima sekolah merupakan belanja investasi yang langsung dikelola

    oleh sekolah berdasarkan RAPBS tahun bersangkutan. Belanja langsung inilah yang

    memberikan pengaruh nyata kepada pengembangan mutu proses yang akhirnya akan

    meningkatkan mutu lulusan apabila dikelola berdasarkan prinsip tranparansi dan

    akuntabilitas yang benar. Sedangkan penggunaan belanja langsung yang bersumber

    dari APBD untuk masing-masing sekolah dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11.

    Sedangkan untuk sekolah MAN belanja langsungnya tidak dapat diperbandingkan

    karena bersumber dari pemerintah pusat.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    87/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Sementara itu menurut hasil penelitian, pendapat responden mengenai

    perencanaan pembiayaan pendidikan SMAN dan MAN di Kota Tanjungbalai skor

    rata-ratanya sebesar 22,2 yang artinya masuk kategori baik (21-25). Sedangkan untuk

    SMK skor rata-rata pendapat responden adalah sebesar 19,63 yang berarti masuk

    kategori cukup baik (16-20) dan masing-masing variasi pendapat untuk masing-

    masing ditunjukkan sekolah dapat dilihat pada tabel 4.22.

    Tabel 4.22 Klasifikasi Pembiayaan di Sekolah Menengah Negeri Kota Tanjungbalai.

    Nama Sekolah TotalKriteria Kategori SMAN

    1SMAN

    2SMAN

    3SMAN

    4SMAN

    5SMKN

    1SMKN

    2 MAN f %

    26-30 SB 2 - 3 3 1 2 - 2 13 17,1

    21-25 B 6 6 5 4 2 4 - 3 30 39,5

    16-20 CB 5 6 2 - 1 3 6 2 25 32,9

    11-15 KB - - - 2 2 - 4 - 8 10,5

    6-10 TB - - - - - - - 0 -

    Jumlah 13 12 10 9 6 9 10 7 76 100,0

    Sumber : Diolah dari data primer 2009.

    Dari tabel di atas terlihat bahwa keberagaman pendapat dominan terdapat

    pada kategori baik yakni 30 orang (39,5 %), hal ini sejalan dengan identifikasi

    pembiayaan yang telah diuraikan di atas, Selanjutnya terdapat 17,1 % responden dari

    hampir semua sekolah (kecuali SMAN 2 dan SMKN 2 ) menyatakan sangat baik,

    32,9 % cukup baik dan masih terdapat 10,5 % pembiayaan masuk dalam kategori

    kurang baik yakni terdapat di SMAN 4, SMA 5 dan SMKN 2. Rendahnya

    pembiayaan pada ketiga sekolah ini terletak pada rendahnya upaya penggalian

    sumber dana yang dilakukan oleh pihak sekolah bersama-sama dengan komite dan

    efektivitas serta efisiensi pengelolaan/ penggunaan dana masih rendah.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    88/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    4.4.5. Mutu Lulusan

    Mutu pendidikan perlu diukur dalam rangka evaluasi setiap program

    pendidikan yang dilaksanakan dan hal ini merupakan bagian yang tak terpisahkan

    dari kegiatan perencanaan pendidikan. Mutu pendidikan dapat diukur tingkat

    keberhasilannya salah satunya dilihat dari mutu lulusan selain mutu proses. Penilaian

    mutu lulusan dapat dilihat dari perolehan nilai ujian nasional (UN), nilai evaluasi

    belajar siswa, angka mengulang dan angka putus sekolah (Kardoyo, 2006:171).

    Namun berdasarkan kajian literatur dan pengamatan peneliti serta mengingat bahwafenomena UN masih manjadi polemik tersendiri dan masih mengundang pro dan

    kontra di dunia pendidikan di Indonesia, maka penulis memilih mengukur mutu

    lulusan berdasarkan jumlah lulusan yang berhasil masuk PTN untuk siswa Sekolah

    Menengah Umum (SMA/MA) dan jumlah lulusan yang bekerja untuk Sekolah

    Menengah Negeri Kejuruan (SMK).

    Pada penelitian di lapangan, ditemukan kesulitan dalam pencarian data

    jumlah lulusan yang masuk PTN dan yang bekerja karena sekolah tidak dapat

    melacak keberadaan siswa setelah mereka menamatkan pendidikannya. Oleh karena

    itu dilakukan pencarian data mengenai jumlah lulusan yang masuk PTN langsung ke

    PTN yang ada di Sumatera Utara dan data jumlah lulusan yang bekerja ke dinas

    tenaga kerja Kota Tanjungbalai. Setelah itu ditanyakan kepada responden (kepala

    sekolah, komite dan guru) mengenai tingkat kepuasannya terkait dengan jumlah

    lulusan yang masuk PTN dan yang bekerja serta nilai UN dan perilaku siswa-

    siswinya.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    89/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tabel 4.23. Persentase lulusan Sekolah Menengah Negeri Kota Tanjungbalai yangmasuk PTN di Sumatera Utara Tahun 2007-2008

    Jumlah Yang Masuk PTN NO Tahun JumlahLulusan USU UNIMED IAINJumlah Persentase

    1 2007 1.294 20 46 15 81 6,262 2008 1.125 11 79 23 113 10,04

    Sumber: USU, UNIMED dan IAIN

    Dari tabel di atas diketahui bahwa persentase lulusan sekolah menengah

    kota Tanjungbalai tergolong belum begitu menggembirakan dibanding dengan

    daerah-daerah lain di Sumatera Utara.

    Sementara itu data mengenai lulusan SLTA/Sekolah Menengah yang

    dihimpun oleh dinas tenaga kerja Kota Tanjungbalai sebagai pencari kerja baik yang

    belum ditempatkan dan yang sudah ditempatkan terlihat pada tabel 4. 24 berikut:

    Tabel 4.24. Banyaknya Pencari Kerja Terdaftar, Ditempatkan dan BelumDitempatkan Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan SekolahMenengah Tahun 2008.

    Terdaftar Ditempatkan BelumDitempatkan No TingkatPendidikan Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

    1. SMTA Umum 69 45 114 65 45 110 4 - 4

    2. SMTA Lainnya 94 75 169 58 72 130 36 3 39Jumlah 163 120 283 123 117 240 40 3 43

    Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Tanjungbalai

    Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah pencari kerja yang ditempatkan

    bekerja di berbagai lapangan pekerjaan adalah 240 orang. Namun perlu diingat

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    90/114

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    91/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    5-7 KM - - - 1 1 - 2 3,5

    3-4 TM - - - 1 1 - 2 3,5

    Jumlah 13 12 10 9 6 7 57 100,0

    Sumber : Diolah dari data primer 2009

    Dari tabel di atas terlihat bahwa variasi pendapat responden terhadap mutu

    lulusan SMA/MA yang masuk PTN adalah kategori sangat memuaskan sebanyak 1

    orang (1,7 %), memuaskan sebanyak 27 orang (47,4 %), cukup memuaskan 25 orang

    (43,9 %). kurang memuaskan 2 orang (3,5 %) dan terdapat pendapat tidak

    memuaskan sebanyak 2 orang yakni di SMAN 4 dan SMAN 5. Terdapat keragaman

    pendapat mengenai jumlah lulusan yang masuk PTN, nilai UN yang diperoleh dan

    sikap perilaku siswa yang berhasil masuk PTN sebagai indikator yang digunakan

    untuk mengukur mutu lulusan SMA/MA dalam penelitian ini.

    Sementara pendapat responden mengenai klasifikasi mutu lulusan yang

    bekerja pada SMK Negeri di Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada tabel 4.26 berikut

    ini:

    Tabel 4.26. Klasifikasi Mutu Lulusan (Bekerja) di Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) Negeri Kota Tanjungbalai.

    Nama Sekolah TotalKriteria KlasifikasiSMKN 1 SMKN 2 f %

    19-20 SM - - 0 -

    16-18 M 4 1 5 26,3

    12-15 CM 4 6 10 52,6

    8-11 KM 1 3 4 21,14-7 TM - - 0 -

    Jumlah 9 10 19 100,0

    Sumber : Diolah dari data primer 2009

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    92/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Dari tabel di atas rata-rata pendapat mengenai mutu lulusan yang bekerja

    masuk kategori cukup memuaskan yakni sebanyak 52,6 %, memuaskan sebanyak

    26,3 % dan kategori kurang memuaskan sebanyak 21,1 %. Mutu lulusan yang bekerja

    dari SMKN 1 berkategori memuaskan sebanyak 4 orang sedangkan dari SMKN 2

    hanya sebanyak 1 orang.

    4.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Instrumen sebagai alat penelitian sebelum digunakan, diujicobakan kepada20 orang yang terdiri dari guru, dan anggota komite sekolah yang bukan sebagai

    responden. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III bahwa validitas instrumen

    dapat dilihat dari nilai korelasi product moment dimana jika hasil r > 0,30 maka

    instrumen tersebut dikatakan valid, demikian juga untuk nilai reliabilitas internal

    yang dihitung dari nilai r Spearman Brown untuk uji reliabilitas, jika diperoleh nilai r

    nya > 0,30 maka instrumen tersebut reliabel. Dari hasil perhitungan terdapat 1 item

    pertanyaan yang tidak valid karena nilai r = 0,161. Sedangkan uji reliabilitas dari

    hasil perhitungan semua variabel reliabel. Lebih jelasnya hasil nilai uji validitas dan

    reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 6.

    4.6. Hasil Uji Asumsi Klasik

    4.6.1. Uji Multikolinieritas

    Hasil perhitungan nilai VIF yang diperoleh untuk uji asumsi klasik adalah

    seperti pada tabel 4.27 berikut:

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    93/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Tabel 4.27. Hasil Uji Multikolinieritas dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor)

    Collinearity StatisticsDependen Var Dependen VarTolerance VIF

    Y1 _PTN T_Kepend ,264 3,787Sarpras ,271 3,687Parts_Masyr ,729 1,371

    Pemby ,189 5,278Y2 _Bekerja T_Kepend ,147 6,811

    Sarpras ,231 4,336Parts_Masyr ,298 3,358Pemby ,225 4,447

    Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian 2009

    Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel tenaga

    kependidikan, sarana prasarana dan Partisipasi masyarakat untuk kelompok SMAN

    dan MAN dengan dependen variabel adalah mutu lulusan yang masuk PTN adalah

    lebih kecil dari 5, sehingga diduga antar ketiga variabel tidak terjadi persoalan

    multikolinieritas. Sedangkan untuk variabel pembiayaan terjadi multikolinieritas.

    Demikian untuk kelompok SMKN yakni untuk variabel dependen adalah mutu

    lulusan yang bekerja, terdapat tiga variabel yakni sarana prasarana, partisipasi

    masyarakat dan pembiayaan tidak terjadi persoalan multikolinieritas, sedangkan

    variabel tenaga kependidikan terjadi persoalan multikolinieritas karena nilai VIF >5.

    4.6.2. Uji Heteroskedastisitas

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    94/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Perhitungan nilai korelasi Sperman untuk uji heteroskedastisitas untuk

    masing-masing kelompok yakni SMAN_MAN dan SMKN, dengan menggunakan

    SPSS tertera pada lampiran tabel 7 dan 8 penelitian ini, sedangkan ringkasan hasilnya

    dapat dilihat pada tabel 4.28 berikut:

    Tabel 4.28. Ringkasan hasil analisis heteroskedastisitas dan simpulannya berdasarkankoefisien alpha untuk kelompok SMAN_MAN

    Var dan VarRes Absolut

    Signifikansi Alpha Kondisi Simpulan

    X1 ax 1 0,194 0,05 Sig>alpha Terima HoX2 ax 2 0,299 0,05 Sig>alpha Terima HoX3 ax 3 0,996 0,05 Sig>alpha Terima HoX4 ax 4 0,258 0,05 Sig>alpha Terima Ho

    Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian 2009

    Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas hubungan antara

    variabel bebas dengan residual absolutnya lebih besar dari alpha yang ditetapkan

    yakni 5 %, oleh karena itu Ho yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan residual absolutnya diterima sehingga disimpulkan bahwa data yang

    diperoleh tidak terdapat adanya heteroskedastisitas.

    Tabel 4.29. Ringkasan hasil analisis heteroskedastisitas dan simpulannya berdasarkankoefisien alpha untuk kelompok SMKN

    Var dan VarRes Absolut

    Signifikansi Alpha Kondisi Simpulan

    X1 ax 1 0,651 0,05 Sig>alpha Terima Ho

    X2 ax 2 0,879 0,05 Sig>alpha Terima HoX3 ax 3 0,200 0,05 Sig>alpha Terima HoX4 ax 4 0,396 0,05 Sig>alpha Terima Ho

    Sumber: Hasil Pengolahan Data 2009

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    95/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Untuk kelompok SMKN, seperti terlihat pada tabel diatas bahwa juga tidak

    terjadi adanya heteroskedastisitas antar variabel bebas dengan residual absolutnya

    dikarenakan nilai korelasi Spearman kesemuanya > nilai alpha.

    4.7. Pengujian Hipotesis Penelitian

    Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung kepadasumberdaya pendidikan yang ada. Salah satu tujuan pendidikan menurut Undang-

    Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas,

    yang berakhlak mulia (mental perlaku baik); berilmu (memiliki kemampuan); cakap,

    kreatif dan mandiri (memiliki kahlian) yang kesemuanya sangat memerlukan daya

    dukung dari Sumberdaya dimaksud.

    Sumberdaya pendidikan yang termasuk dalam penelitian ini adalah tenaga

    kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan. Bagaimana

    mengoptimalkan penggalian, penggunaan dan pengawasan terhadap sumberdaya-

    sumberdaya dimaksud diperlukan suatu upaya perencanaan yang sungguh-sungguh

    dari para pelaku pendidikan. Sekolah sebagai institusi inti bagi penyelenggaraan

    pendidikan memiliki peranan yang strategis dan menjadi bagian terpenting dari

    perencanaan pendidikan. Oleh karena itu perencanaan sumberdaya pendidikan mutlak

    dilakukan mulai dari sekolah sebagai identifikasi awal dari perencanaan pendidikan

    di suatu wilayah/daerah khususnya kabupaten/kota.

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    96/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    Penelitian ini menganalisis dan mengkaji ada tidaknya hubungan dan

    seberapa besar faktor-faktor perencanaan sumberdaya pendidikan yang ada di

    Sekolah Menengah Negeri kota Tanjungbalai mempengaruhi mutu lulusan sekolah

    dimaksud baik yang berhasil masuk PTN dan yang bekerja. Untuk itu pengujian

    hipotesis dipisahkan antara perencanaan sumberdaya pendidikan SMA/MA terhadap

    lulusan yang berhasil masuk PTN dan perencanaan sumberdaya pendidikan SMK

    terhadap mutu lulusan yang bekerja.

    4.7.1. Pengaruh Perencanaan Sumberdaya Pendidikan SMA/MA terhadapMutu Lulusan yang berhasil Masuk PTN

    Hipotesis yang dikaji dalam sub bab ini adalah perencanaan sumberdaya

    pendidikan SMA/MA berpengaruh terhadap lulusan yang berhasil PTN. Adapun

    hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:

    Ho : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen (X 1,

    X2, X 3 dan X 4) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Y PTN ).

    Ha : Terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen (X 1, X 2, X 3

    dan X 4) secara bersama-sama terhadap variabel dependen Y PTN.

    dengan kriteria uji bahwa akan tolak Ho dan terima Ha apabila nilai signifikasi F

    hitung < nilai alpha atau nilai F hitung > F tabel.

    Sebelum dilakukan pengujian hipotesis tersebut, telah dilakukan

    perhitungan analisis regresi ganda mengenai pengaruh perencanaan tenaga

    kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dengan pembiayaan terhadap

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    97/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    mutu lulusan yang diterima di PTN dengan menggunakan SPSS versi 15.00 yang

    hasilnya tertuang pada tabel 4.30.

    Tabel 4.30. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda Perencanaan SumberdayaPendidikan Terhadap Mutu Lulusan yang Berhasil Masuk PTN

    2.2.1.1.1.1.1.1 Ringkasan 2.2.1.1.1.1.1.2 Analisis Varians

    Koef Korelasi

    Koefisien Determinasi

    2.2.1.1.1.1.1.3 F (hi tung)

    2.2.1.1.1.1.1.4 Si g ni fi k a n

    si0,785 0,616 20,845 0,000(a)

    2.2.1.1.1.1.1.5 KoefisienVar Independen Koef Regresi t hitung Signifikansi

    Konstanta 0,233 0,169 0,867Tenaga Kependidikan 0,112 2,088 0,042Sarana Prasarana 0,060 0,599 0,552Partisipasi Masyarakat -0,066 -1,750 0,086Pembiayaan 0,256 2,290 0,026

    Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer 2009.

    Dari hasil regresi diatas antara variabel dependen (mutu lulusan yang

    berhasil masuk PTN) dengan variabel independennya yakni perencanaan tenaga

    kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan diperoleh

    angka R (koefisien korelasi) sebesar 0,785. Angka ini menunjukkan bahwa memang

    terjadi hubungan yang bersifat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel

    terikatnya dan hubungan ini adalah kuat.

    Sedangkan pengujian signifikansi hubungan tersebut dilakukan dengan

    menggunakan signifikansi F dan harga koefisien F. Dari tabel tersebut diatas pada

    kolom anova diperoleh nilai signifikansi F (probabilitas) sebesar 0,000 dan penetapan

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    98/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    koefisien alpha adalah 0.05. Nilai F hitung adalah 20,845 dan nilai F tabel sebesar

    2,55. Maka berdasarkan kriteria uji di atas diperoleh bahwa nilai signifikansi F F tabel (20,845 > 2,55). Dengan demikian

    Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan secara

    bersama-sama variabel perencanaan tenaga kependidikan, perencanaan sarana

    prasarana, perencanaan partisipasi masyarakat dan perencanaan pembiayaan

    berpengaruh terhadap mutu lulusan yang berhasil masuk PTN dapat diterima.

    Pada kolom koefisien determinasi ditampilkan angka 0,616. Ini berartimutu lulusan yang berhasil masuk PTN, 61,6 % dipengaruhi oleh faktor-faktor

    perencanaan: tenaga kependidikan, perencanaan sarana prasarana, perencanaan

    partisipasi masyarakat dan perencanaan pembiayaan dan selebihnya yakni 38,4 % di

    pengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan pada model ini. Selanjutnya

    keempat variabel yang dianggap secara bersama-sama mempengaruhi mutu lulusan

    yang berhasil masuk PTN dimasukkan ke dalam fungsi persamaan garis regresi

    berganda sebagai berikut:

    Y PTN = 0,233 + 0,112X 1 + 0,060 X 2 - 0,066X 3 + 0,256X 4 +

    Dari persamaan garis regresi berganda tersebut diperoleh nilai masing-

    masing koefisien regresi yang menunjukkan besarnya perubahan variabel Y PTN yang

    diakibatkan oleh adanya perubahan variabel independen yang masuk dalam model.

    Berikutnya harga koefisien untuk masing-masing variabel independen harus diuji satu

    persatu untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel

    dimaksud dengan menggunakan harga koefisien t hitung atau signifikansi t. Adapun

  • 8/10/2019 09_Perencanaan Sumber Daya Pendidikan

    99/114

    Mariani : Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri DiKota Tanjungbalai, 2009

    kriteria ujinya adalah akan menerima Ha dan menolak Ho bila nilai t hitung > t tabel

    atau signifikansi t hitung < alpha. Nilai t tab