09E02851

43
Halimahtun Sa’diah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009. PENGARUH PROSES PENGEPRESAN (SCREW PRESS) TERHADAP PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT YANG TERDAPAT PADA AMPAS PRESS DI PT. SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA TUGAS AKHIR HALIMAHTUN SA’DIAH 062409027 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

description

pertanian

Transcript of 09E02851

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    PENGARUH PROSES PENGEPRESAN (SCREW PRESS)

    TERHADAP PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK KELAPA

    SAWIT YANG TERDAPAT PADA AMPAS PRESS

    DI PT. SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA

    TUGAS AKHIR

    HALIMAHTUN SADIAH

    062409027

    PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2009

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    PENGARUH PROSES PENGEPRESAN (SCREW PRESS) TERHADAP PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT

    YANG TERDAPAT PADA AMPAS PRESS DI PT. SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

    HALIMAHTUN SADIAH 062409027

    PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

    2009

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    PERSETUJUAN

    Judul : PENGARUH PROSES PENGEPRESAN (SCREW PRESS) TERHADAP PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT YANG TERDAPAT PADA AMPAS PRESS DI PT. SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA

    Kategori : TUGAS AKHIR Nama : HALIMAHTUN SADIAH Nomor Induk Mahasiswa : 062409027 Program Studi : DIPLOMA (D-3) KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

    PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    Disetujui di Medan, Juli 2009 Diketahui Departemen Kimia FMIPA USU KETUA, PEMBIMBING DR.RUMONDANG BULAN,MS SOVIA LENNY, SSi. MSi NIP : 131 459 466 NIP : 132 258 139

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    PERNYATAAN

    PENGARUH PROSES PENGEPRESAN (SCREW PRESS) TERHADAP PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT

    YANG TERDAPAT PADA AMPAS PRESS DI PT. SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA

    TUGAS AKHIR

    Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Juli 2009 HALIMAHTUN SADIAH 062409027

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    PENGHARGAAN

    Bismillahhirrahmanirrahim,

    Syukur alhamdulillahi-rabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T

    yang telah melimpahkan rahmat dan ridhonya serta kasih sayangnya kepada kita

    semua serta selawat beriring salam kita ucapkan kehadirat nabi besar Muhammad

    S.A.W, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk

    meraih gelar ahli madya pada program Diploma 3 kimia industri di Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan

    karena keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, waktu dan pengetahuan. Hal

    ini disebabkan karena keterbatasan penulis, baik dalam penguraian ilmu maupun

    keterbatasan dalam pengalaman yang sejauh ini belum dapat tercapai sebagaimana

    diharapkan. Oleh karena itu, penulis menerima kritikan dan saran-saran yang bersifat

    membangun dari para pembaca.

    Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Kedua orang tua saya H. Azhar M. Diah dan Hj. Safrina Daud yang telah

    membesarkan dan melimpahkan banyak kasih sayang kepada saya. Serta Kakak

    saya Azliana Azhar, Amd.Ak dan Ana Fitriana Azhar,Amd, abang saya T.

    Fachrizal, Amd.Ak, dan Adik saya M. Ridha dan Siti Rahmah yang telah banyak

    memberikan dorongan baik moral maupun material.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    2. Ibu Sovia Lenny, Ssi.MSi., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar

    dan teliti memberikan pengarahan dan Bimbingan kepada penulis dalam

    menyelesaikan karya ilmiah ini.

    3. Bapak Drs.Eddy Marlianto, M.Sc.,selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

    4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS., Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

    5. Bapak Prof. DR. Harry Agusnar. M. Sc, M. Phil selaku Ketua Program Diploma

    III Kimia Industri FMIPA USU

    6. Bapak H.Bambang Susyanto selaku Tekniker II yang telah memberikan

    bimbingan kepada penulis selama melakukan kerja praktek.

    7. Bapak Aswan Tahir Siregar selaku kepala laboratorium PT.SOCFIN

    INDONESIA kebun AEK LOBA yang telah banyak membantu saya.

    8. Kepada seluruh karyawan Laboratorium PT. SOCFIN INDONESIA AEK LOBA,

    yang telah memberi dorongan dan semangat selama penulis melakukan kerja

    praktek.

    9. Seluruh rekan-rekan saya angkatan 2006 jurusan kimia industri FMIPA USU.

    10. Teman teman dekat saya yaitu : Siti Soriani Sipahutar, Siti Rahimah, Zulisma

    Anita Lubis, Novira Sari, Ruaidah Hsb, Intan Purnama Hrp, Rizki Ivo Deswita,

    Nur Indah Hutagaol, Dwi Amalia, & Sunan Winanda.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Penulis memanjatkan Doa kehadirat Allah SWT, semoga amal kebaikan mereka

    diberikan balasan yang setimpal, Amin ya Robbal Alamin.

    Medan, Juli 2009

    Penulis

    Halimahtun Sadiah

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    ABSTRAK

    Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas press sangat

    mempengaruhi mutu dari minyak kelapa sawit. Proses pengepresan tersebut

    dipengaruhi oleh tipe screw press, tekanan kerja screw press, dan air pengencer.

    Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas press adalah

    6,28 6,32 % dimana nilai tersebut diambil dari persentase minyak kering yang sudah

    tidak mengandung air. Persentase kehilangan minyak kelapa sawit dari ampas press

    tersebut sesuai standar pabrik yaitu 7 %.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    PRESSING INFLUENCE THE PROCESS (SCREW PRESS) AGAINST THE

    PERCENTAGE LOSS OF PALM OIL OF THE PULP PRESS AT PT. SOCFIN

    INDONESIA KEBUN AEK LOBA.

    ABSTRACT

    Percentage loss of palm oil from the pulp press influence the quality of palm oil.

    Pressing process is influenced by the type of screw press, screw press working

    pressure, and water dilution. Percentage loss of palm oil from the pulp press is 6,28 -

    6,32 % where the value is taken from the percentage of oil that had not dry the air.

    Percentage loss of palm oil from the pulp press fit standard factory that is 7%.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    DAFTAR ISI

    Halaman Persetujuan ii

    Pernyataan iii

    Penghargaan iv

    Abstrak vii

    Abstract viii

    Daftar Isi ix

    Daftar Tabel xi

    Daftar Lampiran xii

    Bab 1 Pendahuluan 1

    1.1. Latar Belakang 1

    1.2. Permasalahan 3

    1.3. Tujuan 3

    1.4. Manfaat 3

    Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

    2.1. Sejarah Kelapa Sawit 4

    2.2. Minyak Kelapa Sawit 5

    2.3. Pengolahan Kelapa Sawit 6

    2.4. Pengepresan Kelapa Sawit 12

    2.5. Screw Press 14

    2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi 15

    2.6.1. Tipe Screw Press 15

    2.6.2. Tekanan Kerja Screw Press 16

    2.6.3. Air Pengencer 17

    Bab 3 Metodologi Percobaan 19

    3.1. Alat 19

    3.2. Bahan 19

    3.3. Prosedur 19

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 21

    4.1. Data 21

    4.2. Perhitungan 22

    4.3. Pembahasan 22

    Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 25

    5.1. Kesimpulan 25

    5.2. Saran 25

    Daftar Pustaka 26

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Persentase minyak dalam ampas press 21

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran A : Standar mutu produksi POM Aek Loba PT.Socfin Indonesia 27

    Lampiran B : FLOW CHART PROCESS POM AEK LOBA PT. SOCFINDO 29

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan

    perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah

    pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara.

    Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

    Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki

    susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan

    minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri nonpangan

    seperti kosmetik dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah

    satu bahan bakar (Fauzi, 2004).

    Salah satu proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah proses pengepresan

    (screw press) yang mempunyai tujuan memisahkan minyak dengan mudah dari daging

    buah dengan kerugian sekecil-kecilnnya. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya

    digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari

    daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw menndesak bubur

    buah, sedangkan dari arah yang berlawan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding

    cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, di mana

    dindingnya berlubang-lubang di seluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak

    dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage,

    sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage (Pahan,

    2006)

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Air bisa menyebabkan proses hidrolisis pada minyak kelapa sawit.

    CH2 R1 CH2 OH

    CH R2 + 3H2O CH OH + 3R COOH

    CH2 R3 CH2 OH

    Trigliserida air gliserol asam karboksilat

    Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam

    screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa bubur

    buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan

    dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan

    sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air berkisar 10-15%

    dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar 900C. Proses pengempaan

    akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat

    padat.

    Alat pengempaan yang biasa digunakan di lingkungan PKS perkebunan besar

    berupa screw press dengan kapasitas olah 15-17 ton TBS per jam per unit dengan

    putaran screw 11-12 rpm. Lubang-lubang dinding press cage dibatasi maksimum 4

    mm agar minyak yang dihasilkan tidak banyak kotoran. Celah antara sliding cone dan

    press cage dibatasi maksimum 6 mm agar kehilangan minyak yang terbawa oleh

    ampas bisa ditekan serendah mungkin.

    Korelasi antara kehilangan minyak dalam ampas press dan persentasi biji

    pecah terhadap jumlah biji tergantung pada banyak faktor. Untuk kempa tertentu

    (buatan atau bentuk rancangan ulir tertentu) akan diperoleh persentasi biji pecah

    tertentu untuk kehilangan minyak tertentu (Mangoensoekarjo, 2003).

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Berdasarkan proses pengepresan (screw press) dan beberapa faktor yang

    mempengaruhi persentase kehilangan minyak pada ampas press pada proses

    pengepresan tersebut, sehingga diambil judul Pengaruh Proses Pengepresan (Screw

    Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada

    Ampas Press di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba.

    1.2. Permasalahan

    Yang menjadi pokok permasalahan dalam hal ini adalah berapa persentase

    kehilangan minyak sawit yang terdapat pada ampas press di PT. Socfin Indonesia

    Kebun Aek Loba dan faktor-faktor yang mempengaruhi persentase kehilangan minyak

    tersebut.

    1.3. Tujuan

    - Untuk mengetahui persentase kehilangan minyak sawit yang terdapat dalam

    ampas press

    1.4. Manfaat

    Dengan adanya analisa pada ampas press maka dapat diketahui besarnya

    persentase kehilangan minyak sawit yang terdapat pada ampas press tersebut dan cara

    penanggulangan kehilangan minyak sawit yang terdapat pada ampas press tersebut

    agar persentase kehilangan minyak tersebut dapat dikurangi.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sejarah Kelapa Sawit

    Tanaman kelapa sawit (Elais Guenensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

    Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

    Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di

    hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannnya tanaman kelapa sawit

    hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua

    Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.

    Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

    kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit

    yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.

    Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami

    perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika

    pada waktu itu.

    Pada masa Jepang (1942-1945) merupakan masa yang tidak bagus untuk

    perkebunan kelapa sawit, dimana produksi kelapa sawit tidak dapat dijual karena

    sebagian areal perkebunan ditanami tanaman pangan dan pabrik-pabrik tidak

    beroperasi.

    Periode 1957-1968 merupakan masa yang sulit karena kultur teknis dan

    manajemen kurang terkendali sebagai akibat suramnya perekonomian nasional.

    Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan untuk

    menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru

    untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha

    dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa

    sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat.

    Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah

    mengembangkan program lanjutan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program

    tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-

    an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang tersebar di

    berbagai sentra produksi, seperti Sumatera dan Kalimantan (Fauzi, 2004).

    2.2. Minyak Kelapa Sawit

    Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan

    minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan bungkil inti kelapa sawit (palm kernel

    meal atau pellet).

    Minyak kelapa sawit mengandung beberapa asam lemak yaitu asam kaprilat,

    asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, dan

    asam linoleat. Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,

    kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan

    (slipping point), shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity

    point), titik asap, titik nyala, dan titik api.

    Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak

    yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu:

    kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan

    bilangan peroksida.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan

    gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam

    berat dan bilangan penyabunan.

    Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1

    persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas

    serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida di bawah

    2, bebas dari warna merah dan kuning, (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau,

    jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam

    (Ketaren, 1986).

    Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak

    dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe, yakni :

    a. Tipe Dura : tempurung (cangkang) sangat tebal, kandungan minyak dalam

    buah rendah.

    b. Tipe Pesifera : tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan

    cincin, hampir tidak bertempurung namun kandungan minyak

    dalam buah tinggi.

    c. Tipe Tenera : merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan

    Pesifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis

    kandungan minyak tinggi (Risza, 1994).

    2.3. Pengolahan Kelapa Sawit

    Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan kelapa sawit di

    pabrik, yaitu

    a. Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah.

    b. Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan kelapa sawit sampai dihasilkan

    minyak adalah sebagai berikut :

    1. Pengangkutan buah ke pabrik

    Tandan buah segar (TBS) hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik

    untuk diolah lebih lanjut. Jika buah yang tidak segera diolah, maka kandungan asam

    lemak bebasnya akan semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal

    8 jam setelah panen TBS harus segera diolah.

    2. Stasiun penimbangan buah

    Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan tandan buah sawit

    yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat

    keluar (berat truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat

    bersih TBS yang masuk ke pabrik. Umumnya, jembatan timbang yang digunakan

    pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas 30-40 ton. Jembatan timbang tersebut

    dioperasikan secara mekanis maupun elektronis. Truk yang keluar masuk ke jembatan

    timbang harus berjalan perlahan-lahan sebab perangkat elektronik dari jembatan

    timbang sangat sensitif terhadap beban kejut. Pada saat penimbangan, posisi truk

    harus berada di tengah agar beban yang dipikul merata.

    3. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

    TBS yang telah ditimbang di stasiun penimbangan buah selanjutnya dibongkar

    di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk. Loading ramp

    dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolisis sehingga

    memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori

    dapat dimuat dengan 2,50-2,75 ton TBS (lori kecil) dan 4,50 ton TBS (lori besar).

    Loading Ramp dibangun dengan baik sehingga kapasitasnya tidak sampai

    menyebabkan truk-truk menunggu untuk menuangkan TBS, terutama sewaktu ada

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    stagnasi pengolahan di pabrik. Menurut pengalaman ada baiknya disediakan loading

    ramp dan lori dengan kapasitas total dapat menampung minimal produksi 1 (satu)

    hari.

    Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan (sterilizer) dengan

    cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga

    memasuki sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan

    horizontal yang bisa menampung 10 lori per unit (25-27 ton TBS). Dalam proses

    perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 1350C dan tekanan

    2,0-2,8 kg/cm2 selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap

    dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal.

    Proses perebusan mempunyai tujuan seperti berikut :

    a. Untuk memudahkan pelepasan buah dari tandan

    b. Untuk memasak buah / isi dan memudahkan prosesnya untuk mendapatkan

    minyaknya

    c. Untuk menghilangkan enzime lipolytic yang menyebabkan pembentukan asam

    lemak bebas (free fatty acid)

    d. Memudahkan proses pengolahan untuk mendapatkan minyak (Hassan,1999).

    Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan

    alat Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan

    membalikkan TBS ke atas mesin stasiun pemipilan (thresher).

    Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut ke tempat

    pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar. Selain sebagai bahan bakar, tandan

    kosong tersebut dapat juga digunakan sebagai bahan mulsa (penutup tanah) (Tim

    Penulis, 2000).

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Brondolan yang telah terpipil dari thresher diangkut ke bagian pencacahan

    (digester). Putaran lengan-lengan pengaduk berkisar 25-26 rpm. Brondolan yang telah

    mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah berupa

    bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan (screw press)

    yang berada persis di bagian bawah digester.

    Alat screw press tersebut bekerja dengan cara putar dan tekan yang terdiri dari

    2 jenis, yakni single pressing dan double pressing. Pengempaan dilakukan pada

    tekanan cone 30-50 bar dengan menggunakan air pengencer screw press bersuhu 90-

    950C sebanyak 15-20% dari TBS. Untuk menurunkan viskositas minyak, penambahan

    air dapat pula dilakukan di oil gutter kemudian dialirkan melalui oil gutter ke stasiun

    klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan menggunakan cake breaker

    conveyor untuk mempermudah pemisahan biji dan serat.

    Minyak yang diperoleh dari hasil pengempaan adalah minyak kasar yang

    kemudian dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk menyaring kotoran

    yang berupa serabut kasar. Kemudian minyak tersebut dialirkan ke tangki penampung

    minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank (COT)

    dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-1000C. Selanjutnya, minyak dari COT

    dikirim ke tangki pengendap (continous settling tank/clarifier tank)

    Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena

    proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil tank,

    sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.

    Pengolahan sludge umumnya menggunakan alat yang disebut decanter yang

    menghasilkan 3 fase, yaitu light phase, heavy phase, dan solid. Oleh karena itu, fase

    ini harus segera dikembalikan (ke COT) dan siap untuk diproses kembali. Heavy

    phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan minyak sehingga fase ini

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    dikirim ke bak fat pit untuk kemudian diteruskan ke kolam limbah. Akumulasi dari

    heavy phase yang tertampung pada fat pit juga masih menghasilkan minyak. Minyak

    ini pun dikirim ke COT untuk diproses kembali. Sedangkan solid yang merupakan

    padatan dengan kadar minyak maksimum 3,5% dari berat sampel.

    4. Pengolahan Inti Kelapa Sawit

    Gumpalan ampas yang diperoleh dari hasil pengempaan dipecah dengan cake

    breaker conveyor, lalu dijatuhkan dari bagian samping atas kolom pemisah.

    Sementara itu, dari bagian tengah atas diberi hisapan udara yang berasal dari fan. Biji

    yang jatuh ke bawah langsung memasuki nut polishing drum (tromol pembersih biji)

    untuk membersihkan sisa-sisa serabut yang masih menempel pada biji. Selanjutnya,

    biji yang telah bersih ditampung dan dikeringkan di nut silo.

    Biji bersih yang ditampung di nut silo dan dibiarkan beberapa lama untuk

    menjalani proses pengeringan dan penguapan kandungan air sehingga hubungan inti

    dan cangkang akan lekang atau kocak. Pengeringan biji di nut silo dilakukan dengan

    temperatur udara 60-800C dengan lama pengeringan antara 6-18 jam. Temperatur

    pengeringan tidak boleh kurang atau lebih dari yang ditetapkan.

    Biji yang telah kering selanjutnya dibawa dengan elevator ke nut grading

    (tromol pemisah biji) untuk dipisahkan atas fraksi besar, sedang, dan kecil. Biji yang

    telah dipilah selanjutnya diumpankan kealat pemecah biji. Saat ini, ada dua jenis alat

    pemecah biji yang digunakan oleh PKS, yaitu nut cracker model rotor vertical dan nut

    cracker model rotor horizontal (ripple mil).

    Hasil pemecahan dari nut cracker berupa campuran kernel, cangkang, dan

    kotoran halus selanjutnya dibawa dengan konveyor ke bagian pemisahan. Pemisahan

    kering (dry separator) dilakukan dalam suatu kolom vertical (LTDS) dengan bantuan

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    hisapan udara dari sebuah kipas, dimana fraksi yang lebih ringan (cangkang) akan

    terhisap ke bagian atas, sedangkan fraksi yang berat akan jatuh ke bawah.

    Pada kolom pemisah pertama (LTDS 1), terjadi pemisahan serabut, cangkang

    halus, dan debu yang timbul sebagai hasil pemecahan biji oleh nut cracker. Pada tahap

    pertama, digunakan hisapan udara dengan kecepatan 14-15 m/detik, dimana fraksi

    berat jatuh ke bawah dan fraksi ringan masuk ke tahap pemisahan kedua. Fraksi berat

    disini berupa batu dan potongan besi. Sementara fraksi ringan, disini berupa kernel,

    biji, cangkang, dan debu. Pada tahap pemisahan kedua, digunakan hisapan udara

    dengan kecepatan 7,5-9,0 m/detik, dimana fraksi ringan berupa serabut, cangkang

    halus, dan debu bersama hisapan udara diteruskan ke cangkang silo untuk bahan bakar

    boiler. Cangkang besar dan kernel yang tidak terangkat masuk ke corong air lock

    menuju ke kernel grading drum, sedangkan kernel beserta cangkang besar masuk

    melalui corong untuk diumpankan ke kolom pemisah kedua.

    Pada kolom pemisah kedua (LTDS2), dilakukan pemisahan dengan prinsip

    yang sama dengan kolom pemisah pertama, tetapi dengan kecepatan hisap udara yang

    lebih kecil. Pada tahap pertama, kernel dan cangkang kasar akan terpisah, dimana

    fraksi berat berupa kernel bulat jatuh ke bawah untuk selanjutnya dikirim ke kernel

    silo, sedangkan kernel halus, kernel pecah, sebagian kernel kasar, serta sedikit serabut

    dan cangkang halus masuk ke tahap pemisah kedua. Pada tahap kedua, dilakukan

    pemisahan dimana kernel kecil, kernel pecah, dan cangkang besar masuk melalui

    corong dari air lock menuju ke sistem pemisahan basah, sedangkan cangkang halus

    dan serabut terhisap untuk diteruskan ke silo cangkang dan digunakan sebagai bahan

    bakar boiler.

    Kernel kecil, kernel pecah, dan cangkang besar dari LTDS masih perlu

    dibersihkan, yaitu dengan pemisahan basah. Pemisahan basah bisa dilakukan dengan

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    dua cara, yaitu dengan sistem claybath dan hydrocyclone. Campuran antara kernel dan

    cangkang dimasukkan ke dalam cairan tanah liat, yang bebas pasir sehingga kernel

    akan terapung dan cangkang akan tenggelam. Gerak cairan karena adanya sirkulasi

    akan membawa kernel menuju ayakan getar untuk dibersihkan dan selanjutnya dikirim

    ke silo pengering. Sementara cangkang yang tenggelam kemudian terdorong ke luar

    melalui pipa pengeluaran yang dipasang pada bagian bawah. Selanjutnya, cangkang

    tersebut dimasukkan ke silo cangkang untuk dijadikan bahan bakar boiler.

    Kernel yang sudah terpisah dari cangkang dan masih mengandung 12% air

    dimasukkan ke silo pengering (kernel dryer) untuk diturunkan kandungan airnya

    hingga mencapai 7%. Pengeringan dilakukan dengan udara bertemperatur 60-700C

    selama 14-15 jam.

    2.4. Pengepresan Kelapa Sawit

    Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah

    digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat

    pengepresan yang berada persis di bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit,

    umumnya digunakan screw press sebagai alat pengepresan untuk memisahkan minyak

    dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak

    bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw

    dan sliding cone ini berada di bawah selubung baja yang disebut press cage, di mana

    dindingnya berlubang-lubang di seluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak

    dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage,

    sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.

    Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam

    screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa bubur

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan

    dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan

    sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air berkisar 10-15 %

    dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar 900C. proses pengempaan

    akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat

    padat (Pahan, 2002).

    Screw press yang digunakan mempunyai kapasitas yang dapat diatur dengan

    penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak

    dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena

    itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara dua hal tersebut. Untuk buah

    Tenera kompromi tersebut tercapai pada tingkat kehilangan minyak 7,5 % terhadap

    zat kering. Untuk buah Dura kehilangan ini akan lebih tinggi lagi, karena angka

    perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji

    bersinggungan satu sama lain dalam kempa menjadi lebih besar. Dengan demikian

    minyak yang terperangkap diantara celah biji-biji, sehingga tidak terperas keluar dari

    kempa, akan lebih banyak. Selain itu, gaya yang diberikan hanya akan diserap oleh

    biji-biji saja. Serabut hampir tidak menerima gaya kempa, sehingga minyak yang

    tersisa dalam serabut karena tidak terperas habis akan lebih banyak pula. Menurut

    pengalaman, kempa ulir cocok untuk TBS yang mempunyai perbandingan biji dengan

    daging buah sebesar 25:75 atau lebih (Mangoensoekarjo, 2003)

    Selain proses pengepresan, ekstraksi minyak juga dapat dilakukan dengan

    beberapa proses lain yaitu ekstraksi dengan sentrifugasi, ekstraksi dengan bahan

    pelarut, dan ekstraksi dengan tekanan hidrolis.

    Ekstraksi dengan sentrifugasi dan ekstraksi dengan tekanan hidrolis punya

    kelemahan dimana ampas press langsung tercampur dengan minyak yang dihasilkan.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Sehingga membutuhkan proses pemisahan ampas press dengan minyak yang

    dihasilkan lebih lama. Berbeda dengan ekstraksi dengan cara screw press, dimana

    ampas press tidak tercampur sepenuhnya dengan minyak yang dihasilkan. Sehingga

    hanya dibutuhkan pemisahan serat-serat ampas kecil dalam jumlah yang lebih sedikit.

    Sedangkan ekstraksi dengan bahan pelarut, minyak yang dihasilkan bercampur

    dengan bahan pelarut. Sehingga perlu dilakukan proses pemanasan agar minyak

    terpisah dari pelarut. Dan proses ekstraksi dengan bahan pelarut tersebut juga

    membutuhkan biaya dan pelarut yang banyak. Sedangkan ekstraksi dengan cara screw

    press mengeluarkan biaya yang lebih sedikit karena tidak menggunakan pelarut.

    2.5. Screw Press

    Mekanisme screw press ialah masuknya adonan kedalam sylindre press dan

    mengisi worm, volume setiap space worm berbeda, semakin mengarah ke ujung as

    screw volume semakin kecil, sehingga perpindahan massa akan menyebabkan minyak

    terperas. Dan kenyataannya saat ini alat kempa yang dijumpai di pabrik umumnya

    terdiri dari screw press. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain :

    a. Kapasitas oleh alat yang tinggi, dan dapat menghemat tempat jika dibandingkan

    dengan hidraulic press. Kapasitas olah screw press berkisar antara 5-15 ton

    TBS/jam.

    b. Karena kapasitas yang tinggi maka biaya operasi per ton TBS sangat rendah.

    c. Kebutuhan operator untuk mengoperasikan lebih sedikit dibanding dengan

    hidraulic press.

    d. Kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk memeras buah.

    e. Cake breaker conveyor lebih mudah memecahkan gumpalan cake yang keluar.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Disamping faktor diatas, screw press mempunyai kelemahan antara lain :

    a. Membutuhkan ongkos perawatan yang tinggi.

    b. Banyak biji yang pecah, terutama biji yang terdiri dari cangkang tipis.

    c. Minyak yang keluar dari screw press lebih banyak mengandung padatan yang

    terdiri dari serat, pasir, dan Lumpur sehingga minyak yang keluar ke oil gutter

    lebih pekat, dan akan membutuhkan air pengencer yang lebih banyak.

    d. Akibat ppengempaan yang berfungsi juga untuk mencincang dan mengaduk

    adonan maka minyak lebih cenderung mengarah ke emulsi sehingga dalam air

    buangan yang keluar ke fat pit mengandung minyak yang lebih tinggi.

    2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi

    2.6.1. Tipe Screw Press

    Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu

    Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang

    berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed

    screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan

    dengan adonan yang masuk berdasarkan gravitasi. Kontinuitas adonan yang masuk

    kedalam screw press mempengaruhi volume worm yang paralel dengan penekanan

    ampas, jika kosong maka tekanan akan berkurang dan oil losses dalam ampas akan

    tinggi. Penggunaan feed screw juga akan menimbulkan pertambahan investasi dan

    biaya perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu

    dilakukan perhatian yang lebih intensif.

    Screw press yang digunakan terdiri dari single shaft dan double shaft yang

    memiliki kemampuan press yang berbeda-beda, dimana alat press yang double shaft

    umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    2.6.2. Tekanan kerja screw press

    1. Tekanan lawan

    Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikkan

    dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan

    persentase biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press,

    bahkan dapat menyebabkan kebakaran elektromotor screw press. Tekanan kerja cone

    yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan

    sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press

    hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.

    Kerusakan cone yang terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa

    diperbaiki, dengan melakukan pengturan pada panel board yang mengatur amper arus

    masuk, hal ini sudah bertentangan dengan prinsip kerja alat continuous pressing dan

    berakibat pada kerusakan elektromotor yang cepat.

    2. Stabilitas tekanan

    Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif

    terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Adjust yang dilakukan pada

    elektromotor dan cone yang secara terpisah tidak dapat mempertahankan tekanan yang

    stabil. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press

    dilakukan dengan cara mengganti geardriven dengan hydraulic tranmisi

    sehingga ganjalan-ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan

    ketidaksamaan bahan baku yang diatur secara automatic. Alat ini sudah banyak

    dikembangkan pada screw press. Keuntungan dari alat ini ialah dapat mengatur

    sendiri tekanan tertinggi dan tekanan terendah dalam screw press, serta dapat diatur

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    arah putaran screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat

    dikeluarkan.

    Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :

    a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk

    kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi minyak

    akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.

    b. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press

    maka jumlah biji pecah semakin tinggi.

    c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti screw, cylinder press, dan

    elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.

    Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu system interlocking

    antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. Dengan cara ini satu dengan

    lainnya saling mengurangi lonjakan-lonjakan tekanan baik karena keadaan adonan

    maupun akibat perubahan tegangan arus balik.

    2.6.3. Air pengencer

    Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat.

    Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan dari

    atas bagian tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengencer yang diberikan

    tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka jumlah

    air yang diberikan semakin sedikit.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Pemberian air pengencer yang terlalu banyak dapat berakibat terhadap :

    a. Kandungan air cake

    Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses :

    1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker conveyor (CBC). Hal ini

    sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat.

    2. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin

    menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.

    3. Pemerahan biji yang berkadar air yang tinggi dalam silo biji akan lebih dan

    dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.

    b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan

    kecepatan gerak cake dalam worm.

    Jumlah air pengencer yang diberikan menurut hasil percobaan pada beberapa

    alat screw press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut,

    misalnya jika rendemen minyak 22% dengan kapasitas screw press 10 ton TBS/jam

    maka air yang disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1-1,65 M3 (Naibaho,

    1996).

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    BAB 3

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1. Alat

    a. Cawan Petridis Steriplan

    b. Neraca analitis Presica & Sartorius

    c. Oven listrik Memmert

    d. Cawan aluminium

    e. Hot plate Best Tech & Gerhardt

    f. Desikator Perth

    g. Labu alas Pyrex

    h. Alat Soklet Scot Duran

    3.2. Bahan

    a. Ampas press

    b. N-Heksana

    c. Extraction timble

    d. Kapas

    3.3. Prosedur

    a. Kadar air

    - cawan aluminium ditimbang terlebih dahulu

    - ampas press 20 g dimasukkan kedalam cawan aluminium

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    - setelah ditimbang dimasukkan kedalam oven listrik selama 4jam dengan

    temperatur 105oC untuk dipanaskan

    - setelah itu dimasukkan kedalam Desikator untuk didinginkan selama 15 menit

    - ampas press kering ditimbang

    b. Sokletasi

    - labu alas 250 ml ditimbang

    - ampas press yang telah kering disokletasi selama 4 jam, minyak yang terdapat

    pada ampas press terlarut bersama N-Heksana

    - N-Heksana yang mengandung minyak diuapkan kembali dan sebagian minyak

    tinggal dalam labu alas

    - labu alas yang berisi minyak dipanaskan dalam oven selama 15 menit

    - setelah itu didinginkan dalam Desikator selama 15 menit

    - labu alas yang berisi minyak ditimbang

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Data

    Tabel 1. Persentase minyak dalam ampas press

    Tanggal

    pengamatan

    No

    sampel

    Berat ampas

    kering (g)

    Berat minyak setelah

    ekstraksi (g)

    % minyak kering (%

    kehilangan minyak)

    12/01/2009 1 5,0974 0,3201 6,28

    2 6,9502 0,4351 6,26

    3 6,0861 0,3859 6,34

    4 6,8392 0,4309 6,30

    Rata-rata 6,29

    13/01/2009 1 6,0487 0,3823 6,32

    2 7,4033 0,4627 6,25

    3 9,5993 0,6124 6,38

    4 10,0084 0,6285 6,28

    Rata-rata 6,31

    14/01/2009 1 6,1904 0,3906 6,31

    2 9,8182 0,6156 6,27

    3 6,9924 0,4426 6,33

    4 6,9824 0,4448 6,37

    Rata-rata 6,32

    15/01/ 2009 1 7,2944 0,4588 6,29

    2 7,7435 0,4902 6,33

    3 7,6455 0,4870 6,37

    4 6,7402 0,4219 6,26

    Rata-rata 6,31

    16/01/ 2009 1 5,8628 0,3664 6,25

    2 4,1365 0,2577 6,23

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    3 4,9918 0,3135 6,28

    4 5,9221 0,3755 6,34

    Rata-rata 6,28

    17/01/ 2009 1 6,9644 0,4429 6,36

    2 6,0346 0,3808 6,31

    3 5,8921 0,3712 6,30

    4 6,1971 0,3879 6,26

    Rata-rata 6,31

    4.2. Perhitungan

    % minyak kering = berat minyak setelah ekstraksi x 100 % berat ampas kering

    Tanggal 12 Januari 2009

    Sampel 1

    % kehilangan minyak = 0,3201 x 100 % 5,0974

    = 6,28 %

    Untuk sampel berikutnya dilakukan perhitungan yang sama sehingga dihasilkan data

    pada tabel 1.

    4.3. Pembahasan

    Kehilangan persentase kehilangan minyak kelapa sawit pada proses

    pengepresan yang didapat dari data adalah rata-rata 6,28 6,32 %. Persentase

    kehilangan minyak sawit tersebut sesuai dengan standar pabrik yaitu 7 %. Namun

    akan lebih baik jika persentase kehilangan minyak lebih kecil lagi karena akan

    menghasilkan kerugian minyak lebih sedikit pada akhir pengolahan minyak kelapa

    sawit.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang didapat dari data tersebut

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tipe screw press, tekanan kerja screw press,

    dan air pengencer.

    Tipe screw press yang baik adalah tipe Speichim yang memiliki feed screw,

    sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan

    adonan yang masuk berdasarkan gravitasi. Penggunaan feed screw akan menimbulkan

    pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Persentase kehilangan

    minyak dalam proses pengepresan bisa dikurangi dengan memberikan perhatian yang

    lebih intensif dalam pengoperasiannya.

    Berdasarkan tekanan kerja screw press, diperhatikan pada 2 faktor yaitu

    tekanan lawan dan stabilitas tekanan. Menurut faktor tekanan lawan, menurunkan

    kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dilakukan dengan menaikkan tekanan

    dengan mengatur cone, namun hal ini akan menyebabkan ditemukan persentase biji

    pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press, bahkan dapat

    menyebabkan kebakaran elektromotor screw press. Sedangkan jika tekanan kerja cone

    yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan

    sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press

    harus benar-benar dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.

    Selain itu,kerusakan cone yang terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa

    diperbaiki. Selain tekanan lawan, stabilitas tekanan juga harus diperhatikan dengan

    cara melakukan suatu system interlocking antara power penggerak screw dengan

    hydraulic cone. Sehingga akan memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan

    meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    maka ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak

    akan lebih rendah.

    Faktor yang terakhir adalah air pengencer. Jumlah air pengencer yang

    diberikan sangat tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air

    pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Jumlah air pengencer

    yang diberikan menurut hasil percobaan pada beberapa alat screw press yaitu 50-75%

    terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika rendemen minyak

    22% dengan kapasitas screw press 10 ton TBS/jam maka air yang disemprotkan

    sebagai air pengencer sebanyak 1,1-1,65 M3. Sehingga jika menurunkan persentase

    kehilangan minyak pada ampas press, harus benar-benar diperhatikan dan

    diperhitungkan dengan baik jumlah air pengencer yang diberikan pada screw press.

    Proses ekstraksi dengan menggunakan screw press lebih baik daripada proses

    ekstraksi dengan cara lain. Proses ekstraksi dengan screw press tidak membutuhkan

    biaya yang besar untuk membeli pelarut dan ampas press yang didapat langsung

    terpisah dengan minyak yang dihasilkan sehingga hanya diperlukan pemisahan

    serabut-serabut kecil dalam jumlah yang lebih sedikit. Selain itu, pada proses ekstraksi

    menggunakan screw press buah kelapa sawit yang berupa bubur (hasil proses

    pencacahan) yang masuk kedalam screw press dapat disesuaikan kapasitasnya dengan

    tekanan screw pressnya.

    Pada analisa laboratorium untuk mengetahui persentase kehilangan minyak

    yang terdapat pada ampas press dilakukan proses pemisahan secara sokletasi. Pelarut

    yang digunakan adalah N-Heksana, dimana N-Heksana merupakan bahan non polar

    sehingga bisa melarutkan minyak yang juga berupa bahan non polar

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    - Dari data percobaan didapat persentase kehilangan minyak sawit yang terdapat

    dalam ampas press pada PT. Socfindo Indonesia Kebun Aek Loba adalah 6,28

    6,32 % dimana hasil tersebut sesuai standar pabrik yaitu 7 %

    5.2. Saran

    Kehilangan minyak yang didapat dari ampas press sesuai standar, namun akan

    lebih baik jika kehilangan minyak tersebut lebih kecil dari 6,28 % sehingga persentase

    kehilangan minyak sawit pada proses akan lebih sedikit. Untuk mencapai hal tersebut

    hendaknya harus lebih diperhatikan hal-hal seperti tipe screw press, tekanan kerja

    screw press, dan air pengencer. Selain itu juga harus diperhatikan kondisi alatnya

    dengan baik, dimana harus dilakukan perawatan yang optimum agar alatnya bekerja

    dengan maksimal.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bidang Tanaman Vademecum Kelapa Sawit. Sumatera Utara-Indonesia: PT.

    Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Bah Jambi-Pematang Siantar.

    Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, I., dan Hartono, R. 2004. Kelapa Sawit.

    Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Hassan, A.H., Jamil, H.M., Sulaiman, A.S., dan Mohktar, A.S. 1999. Perusahaan

    Kelapa Sawit di Malaysia. Malaysia: Institut Penyelidikan Minyak Kelapa

    Sawit.

    Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.

    Mangoensoekarjo, S., dan Semangun, H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.

    Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

    Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian

    Kelapa Sawit.

    Pahan, I. 2002. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit. PT. Cemerlang Abadi (PT Domba Mas

    Group).

    Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Konisius.

    Studi Total Industri Minyak Kelapa Sawit di Indonesia 2002. PT. Indama Business

    Services.

    Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Lampiran A : Standar mutu produksi POM (Palm Oil Mill) Aek Loba PT. Socfin

    Indonesia

    No Standart mutu

    A Mutu Buah

    - Buah mentah < 1,50 %

    - Buah normal > 98 %

    - Buah busuk < 1 %

    - Brondolan > 3 %

    B Kerugian MKS Dalam Pengolahan

    - Brondolan pada janjang kosong 0,80 %

    - MKS pada janjang kosong 3,00 %

    - Buah balen eks Stripper 3,00 %

    - Kandungan MKS dalam ampas press 7,00 %

    - Kandungan MKS yang melekat pada biji 0,50 %

    - Kandungan MKS dalam water phase Decanter 1,50 %

    - Kandungan MKS dalam solid Decanter 3,00 %

    - Kadar MKS dalam lumpur buangan Sludge Separator 0,60 %

    - Kadar MKS dalam bak dekantasi 0,40 %

    - Kadar MKS dalam lumpur buangan pabrik Fat-pit 0,30 %

    C Kerugian IKS Dalam Pengolahan

    - Biji pecah, inti pecah sampah press 1,50 %

    - Total IKS dalam sampah siklon 1,00 %

    - Total IKS dalam cangkang kering / sampah hasil 0,50 %

    - Total IKS dalam cangkang eks claybath 1,00 %

    D Efek Pemecahan Biji Pabrik IKS

    Line I

    - Ripple Mil no 1 97 %

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    - Ripple Mil no 2 97 %

    - Nut Cracker no 3 97 %

    Line II

    - Ripple Mil no 1 97 %

    - Ripple Mil no 2 97 %

    - Nut Cracker no 3 97 %

    Line III

    - Ripple Mil no 1 97 %

    - Ripple Mil no 2 97 %

    - Nut Cracker no 3 97 %

    E Mutu Produksi MKS

    - FFA 2,30 %

    - Moisture 0,10 %

    - Impuritis 0,05 %

    F Mutu Produksi IKS

    - Kadar air 7,00%

    - Inti Pecah 15,00%

    - Kadar kotoran 3,00%

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

    Lampiran B : FLOW CHART PROCESS POM AEK LOBA PT. SOCFINDO

    TBS

    Jembatan timbang

    Loading Ramp

    Stripper

    Sterilizer

    River Aek Kuasan

    Screw Press

    Digester

    Sweco vibrating Screen

    Decanter 3 Phase

    Sludge Tank Oil Tank

    Continuous tank

    Distributor Tank

    Crude oil Tank

    Stock Tank

    Daily Tank

    Oil Vacum Drier

    Purifier

    Baseulator

    H. Fat - Fit

    V. Fat - Fit

    Oil Recovery

    Sludge Separator

    Water Phase

    Water Phase Tank

    Boiler

    Depericarper

    To FRF T.Gambus

    Effluent Treatment

    Wet Nut Elevator

    Nut Silo

    Nut Grading

    Nut Crackers

    Separating Tank

    Shell Hidrocyclon

    Kernel Hydrocyclon

    Shell Grading

    Kernel Vibrating

    Mother Bak

    Kernel Drier

    Kernel Bin

    To FPKO T. Gambus

  • Halimahtun Sadiah : Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.