09E01788

156
Junita Tatarini Purba : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri Pus Di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008 TESIS Oleh JUNITA TATARINI PURBA 067023009/AKK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 9

description

ffbfbf

Transcript of 09E01788

  • Junita Tatarini Purba : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri Pus Di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008, 2009 USU Repository 2008

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN

    RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

    TESIS

    Oleh

    JUNITA TATARINI PURBA 067023009/AKK

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

    2 0 0 9

  • 2

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN

    RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

    TESIS

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

    dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

    pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

    Oleh

    JUNITA TATARINI PURBA

    067023009/AKK

    SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    M E D A N 2 0 0 9

  • 3

    Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

    Nama Mahasiswa : Junita Tatarini Purba Nomor Pokok : 067023009 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

    Menyetujui

    Komisi Pembimbing (Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (drh. Rasmaliah, M.Kes)

    Ketua Anggota Ketua Program Studi Direktur (Dr.Drs.Surya Utama, MS) (Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc) Tanggal lulus : 09 Juni 2009

  • 4

    Telah diuji pada Tanggal : 09 Juni 2009

    PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes

    2. Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si

    3. Siti Khadijah, SKM, M.Kes

  • 5

    PERNYATAAN

    FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO

    KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

    TESIS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

    Medan, Juni 2009

    Junita Tatarini Purba

  • 6

    ABSTRAK

    Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat

    pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. Sejak otonomi daerah program KB banyak mengalami kendala yang mengakibatkan turunnya tingkat pemakaian alat kontrasepsi. Cakupan akseptor KB aktif di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu masih 42% dibandingkan dengan target nasional yaitu 75%.

    Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan dan pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Populasi adalah seluruh istri PUS sebanyak 2.333 orang dengan besar sampel 100 orang yang diambil secara proportional sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95%.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah jumlah anak (Sig=0,008), pengetahun (Sig=0,014) dan sikap (Sig=0,041) sedangkan faktor pendukung dan pendorong yang berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah variabel ketersediaan alat kontrasepsi (Sig=0,001) dan dukungan petugas kesehatan (Sig=0,005). Variabel yang dominan pengaruhnya adalah ketersediaan alat kontrasepsi (Koefisien B = 3,112).

    Kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan kerjasama dan pendekatan kepada penentu kebijakan lainnya dalam pengalokasian dana untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis kepada masyarakat khususnya kepada keluarga miskin. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan peningkatan kemampuan petugas kesehatan sehingga mampu memberikan informasi tentang alat kontrasepsi dan dapat memahami serta menyadari bahwa akseptor memiliki hak reproduksi sehat dan hak konsumen pengguna alat kontrasepsi. Juga perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat memahami dan menerima norma keluarga kecil sehingga diharapkan mampu membentuk keluarga bahagia dan sejahtera melalui pengaturan atau pembatasan kelahiran anak.

    Kata kunci : Perilaku, Pemakaian Alat Kontrasepsi

    i

  • 7

    ABSTRACT

    One of the efforts done by the government to reduce the rate of population growth is through Family Planning Program (KB). Since the district autonomy had been started, Family Planning Program has faced many constraints that resulted in the decrease of the rate of contraception use. The coverage of current user in Rambah Samo sub-district, district of Rokan Hulu reported is still 42% and this is still lower if compared to the national target of 75%.

    The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze the influence of predisposing factors (age, education, number of child, knowledge, and attitude), enabling factors (availability of contraception device and accessibility of contraception device service) and reinforcing factors (support from health providers and decision makers) on the use of contraception device. The population for this study are 2.333 wives of fertile age couple and 100 of them were selected for the samples of this study through proportional sampling technique. The data were analyzed through multiple logistic regression test with the level of confidence of 95%.

    The result of analysis shows that predisposing factors which have influence on the use of contraception device are number of child (Sig=0.008), knowledge (Sig=0.014), and attitute (Sig=0.041), while enabling and reinforcing factors are variable of availability of contraception device (Sig=0.001) and support from health providers (Sig=0.005). The most dominantly influencing variable is the use of contraception device (Coefficient = 3.112).

    It is suggested that the Health Office and the Civil Registration and Population Affairs of Rokan Hulu District need to cooperate and approach the stakeholder in allocating the budget for free contraceptive to the society of Rokan Hulu District especially to the poor families. It needs to improve the capability of the health providers that they are able to provide information about contraceptive and can understand and realize that the acceptors have their right for health reproduction and the right of consumer as the user of contraception device. It is necessary to provide an extension to the society to enable them to understand and accept the norm of family planning that, in the end, they can form a happy and prosperous family by regulating and limiting childbirth. Key words: Behavior, Use of Contraception Device

    ii

  • 8

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-

    Nya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini

    dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan S2

    pada Sekolah Pascasarjana USU, Medan.

    Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

    kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

    Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih,

    semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa kepada

    Ibu Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku pembimbing

    yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga tesis ini selesai.

    Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak

    Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si dan Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku tim

    penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat menyempurnakan tesis ini.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada:

    1. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

    Universitas Sumatera Utara.

    2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan

    Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    3. Ibu Prof.Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi

    dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    iii

  • 9

    4. Bapak dr. H. Mursal Amir, selaku Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau dan

    seluruh staf yang telah memberikan bantuan dana pendidikan.

    5. Bapak dr. Wildan Asfan Hasibuan, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten Rokan Hulu yang memberi izin dan dukungan selama pendidikan.

    6. Rekan-rekan dan sahabat di Program Studi Administrasi dan Kebijakan

    Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

    angkatan tahun 2006.

    7. Suami tercinta Danni Suparman Rumahorbo, ST buat semua doa, harapan, dan

    pengorbanan juga dukungan dan motivasi yang tiada pernah berhenti, ananda

    tersayang Davita Ephania dan Kezia Morasari, sumber inspirasi dan penghiburan,

    yang telah banyak berkorban selama pendidikan.

    8. Ayahanda S. Purba, ibunda M. Sitompul, ayahanda mertua B. Rumahorbo, ibunda

    mertua T. Manik dan seluruh sanak saudara yang telah memberikan dukungan

    dan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan. Semoga TYME membalas

    semua kebaikan yang telah diberikan dan melimpahkan berkat dan anugerahNya.

    Akhirnya penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat

    Indonesia, khususnya Kabupaten Rokan Hulu.

    Medan, Juni 2009

    Penulis

    iv

  • 10

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Junita Tatarini Purba

    Tempat/Tanggal Lahir : Sarulla, 12 Juni 1977

    Agama : Protestan

    Alamat : Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu

    Jl. Diponegoro Komp. Pemda Rokan Hulu

    Pasirpengaraian-Propinsi Riau

    Telp/HP : 081264734544

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    Tahun 1983 1989 : SDN 176377 Aeknatolu

    Tahun 1989 1992 : SMPN Simamora

    Tahun 1992 1995 : SMA N 3 Balige

    Tahun 1995 1999 : FKM USU Medan

    Tahun 2006 2009 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

    Program Studi Administrasi dan Kebijakan

    Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan

    Komunitas/ Epidemiologi.

    RIWAYAT PEKERJAAN

    2000 Sekarang : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu

    Provinsi Riau

    v

  • 11

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v DAFTAR ISI.................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Permasalahan ................................................................................. 8 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8 1.4. Hipotesis ........................................................................................ 8 1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10

    2.1. Konsep Perilaku Kesehatan ........................................................... 10 2.2. Program Keluarga Berencana Nasional ......................................... 17 2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana........................................... 17 2.2.2. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia................ 18 2.3. Kontrasepsi .................................................................................... 20 2.3.1. Pengertian Kontrasepsi ........................................................ 20 2.3.2. Jenis Metode Kontrasepsi .................................................... 20 2.3.3. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi ............................ 22 2.4. Landasan Teori............................................................................... 35 2.5. Kerangka Konsep .......................................................................... 39

    BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 40

    3.1. Jenis Penelitian............................................................................... 40 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 40 3.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 40 3.4. Metode Pengumpulan Data............................................................ 42 3.5. Variabel dan Definisi Operasional................................................. 44

    vi

  • 12

    3.6. Metode Pengukuran ...................................................................... 46 3.7. Metode Analisis Data .................................................................... 50

    BAB 4 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 52

    4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................. 52 4.1.1. Keadaan Geografis............................................................... 52 4.1.2. Kependudukan ..................................................................... 52 4.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan.......................................... 53 4.2. Analisis Univariat............................................................................ 54 4.2.1. Karakteristik Responden.................................................... 54 4.2.2. Pengetahuan ....................................................................... 56 4.2.3. Sikap .................................................................................. 59 4.2.4. Ketersediaan Alat Kontrasepsi........................................... 60 4.2.5. Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi..................... 61 4.2.6. Dukungan Petugas Kesehatan............................................ 62 4.2.7. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga ............................. 64 4.2.8. Faktor Predisposisi............................................................. 65 4.2.9. Faktor Pendukung .............................................................. 66 4.2.10. Faktor Pendorong............................................................... 67 4.3. Analisis Bivariat .............................................................................. 68 4.3.1. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 68 4.3.2. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 70 4.3.3. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 72 4.4. Analisis Multivariat ....................................................................... 73

    BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 76

    5.1. Faktor Predisposisi .......................................................................... 76 5.2. Faktor Pendukung............................................................................ 84 5.3. Faktor Pendorong ............................................................................ 92 5.4. Faktor Paling Dominan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ..... 97

    BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 99

    6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 99 6.2. Saran ............................................................................................... 99

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101

    vii

  • 13

    DAFTAR TABEL

    Nomor Judul Halaman 2.1. Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Rasional............................. 27 3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.......................................... 42 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................... 43 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis

    Kelamin di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ............................ 53

    4.2. Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................................................................................... 55

    4.3. Distribusi Responden Menurut Indikator Pengetahuan di Kecamatan

    Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 58 4.4. Distribusi Responden Menurut Indikator Sikap di Kecamatan

    Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 60 4.5. Distribusi Responden Menurut Indikator Ketersediaan Alat

    Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008....................... 60 4.6. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah

    Samo Tahun 2008 ................................................................................ 61 4.7. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Bagi Responden yang Ikut

    KB di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................... 61

    4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................................................................................... 62

    4.9. Jenis Alat Transportasi yang Digunakan Untuk Mencapai Puskesmas

    di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 62

    viii

  • 14

    4.10. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Petugas Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008............ 63 4.11. Alasan Tidak Puas Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan

    di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 64 4.12. Distribusi Proporsi Responden Menurut Pengambil Keputusan

    Dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008................ 64 4.13. Distribusi Responden yang Ikut KB Menurut Pengambil Keputusan dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................... 64 4.14. Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 66 4.15. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendukung di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 67 4.16. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendorong di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 68 4.17. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 70 4.18. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 72 4.19. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 73 4.20. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ................................................................................ 74

    ix

  • 15

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Judul Halaman

    2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi................ 24

    2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesertaan dalam Program KB ..... 30

    2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi.............. 31

    2.4. Kerangka Teori Determinan Perilaku Individu, Kelompok dan Komunitas ..................................................................................... 38

    2.5. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 39

    x

  • 16

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Judul Halaman

    1. Kuesioner Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 ........................................................ 106 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Data ........................................................... 112

    3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov...................................................... 115

    4. Analisis Univariat (Distribusi Frekuensi)................................................. 117

    5. Analisis Bivariat ....................................................................................... 127 6. Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik Ganda) .................................. 135 7. Surat Izin Penelitian ................................................................................. 140 8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................................... 141

    xi

  • 17

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang

    bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

    setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

    Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia,

    baik masyarakat, swasta maupun pemerintah (Depkes RI, 2004).

    Pembangunan bidang kesehatan ini menjadi tujuan pemerintah untuk menuju

    tercapainya Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam

    Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

    tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

    kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

    kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

    Negara yang kuat didukung oleh masyarakat yang sehat dan sejahtera, dan

    kesejahteraan akan sulit dicapai tanpa kesehatan rakyat serta tingkat pemerataan

    penduduk. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah

    kependudukan. Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang

    dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan

    penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur

  • 18

    umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Wiknjosastro,

    1999).

    Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung

    berfluktuasi, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi

    218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan

    kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2 (BPS, 2007). Penyebaran penduduk sampai

    tahun 2005 tidak merata baik antar pulau maupun antar propinsi, dan data

    menunjukkan 58,7% penduduk berada di Pulau Jawa (Depkes RI, 2007).

    Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah

    melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program

    Keluarga Berencana (KB) (Hatmadji, 2004). Sejak pertama kali dicanangkan tahun

    1970, program KB telah menunjukkan hasil dengan terjadinya penurunan Laju

    Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan Total Fertility Rate (TFR), sedangkan tingkat

    pemakaian kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) mengalami

    peningkatan.

    Pada periode tahun 1980-1990 LPP adalah 1,97%, tahun 1990-2000 turun

    menjadi 1,45% dan tahun 2000-2006 turun lagi menjadi 1,34% (BPS, 2007a). TFR

    tahun 1971 adalah 5,6 per wanita pasangan usia subur (PUS), tahun 1980-1990 turun

    menjadi 2,34 dan pada tahun 2000-2005 turun lagi menjadi 2,28 (BPS, 2007b).

    Angka ini menunjukkan penurunan TFR dari waktu ke waktu tetapi belum mencapai

    target nasional yaitu 2,1 (BKKBN, 2005). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan

  • 19

    Indonesia (SDKI) menunjukkan peningkatan CPR dari 54,7% (tahun 1994) menjadi

    57,4% (tahun 1997) dan 60,3% (tahun 2002-2003) (BPS, 2005).

    Peran pihak swasta dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam ber-KB

    khususnya dalam pendistribusian alat kontrasepsi modern mengalami peningkatan

    dari 42% (tahun 1997) menjadi 63% (tahun 2003), sedangkan peran pemerintah

    menurun dari 43% (tahun 1997) menjadi 28% (tahun 2003). Tempat pelayanan untuk

    akseptor KB baru di klinik KB pemerintah pada tahun 2005 sebanyak 59,66%

    sedangkan swasta sebanyak 5,47% (Depkes RI, 2007).

    Kurangnya peran pemerintah dalam menggalakkan program KB

    mengakibatkan tingginya pertambahan penduduk yang akan menyebabkan

    meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan

    pelayanan lainnya. Ketidakmampuan menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup,

    berdampak pada naiknya angka pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008).

    Berdasarkan laporan BPS tahun 2007 jumlah penduduk miskin sebesar

    16,58% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 37,17 juta jiwa (BKKBN, 2009).

    Hal ini mengakibatkan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut

    United Nations Development Program/UNDP (2008), IPM Indonesia masih sangat

    rendah yaitu 0,728 menduduki peringkat 107 dari 177 negara. Dari uraian tersebut

    dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu untuk memanfaatkan jumlah

    populasinya yang besar menjadi kekuatan ekonomi dan harus segera mengatur laju

    pertumbuhan penduduknya (Herlianto, 2008).

  • 20

    Sejak tahun 1997 program KB tidak lagi popular dan mengalami stagnasi, hal

    ini terlihat dari jumlah peserta KB aktif yang belum mencapai target yang ditetapkan

    oleh BKKBN yaitu 75%. Menurut SDKI 1997 angka kesertaan KB sebanyak 57,4%

    dan SDKI 2002-2003 sebanyak 60,3% (BKKBN, 2005). Berdasarkan hasil Survei

    Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2003 persentase KB aktif terhadap PUS

    adalah 54,5% meningkat menjadi 57,9% pada tahun 2006 (Kasmiyati, 2008).

    Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan program KB tersebut

    di antaranya adalah pengadaan alat kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas

    KB lapangan (PLKB) yang minim, serta kebijakan pemerintah di tiap daerah tidak

    sama (BKKBN, 2004).

    Memasuki era desentralisasi/otonomi daerah, setiap pemerintah daerah tingkat

    II (kabupaten/kota) memiliki otoritas penuh untuk memilih dan memilah program

    yang paling penting bagi daerahnya. Hampir 70% kantor BKKBN di daerah menjadi

    satu dengan dinas-dinas pemerintah lainnya, hanya sedikit lembaga BKKBN yang

    berdiri sendiri. Umumnya urusan KB digabungkan dengan bidang kesejahteraan

    sosial atau catatan sipil dan kependudukan. Selain itu, daerah menunjukkan

    komitmen yang rendah untuk menjamin kelembagaan KB dalam peraturan daerah

    (BKKBN, 2004).

    Krisis ekonomi yang melanda Indonesia juga diperkirakan ikut menjadi salah

    satu penyebab, karena berpengaruh terhadap daya beli masyarakat termasuk

    kontrasepsi. Sementara itu belum semua rakyat miskin mendapatkan akses pelayanan

  • 21

    KB khususnya alat kontrasepsi gratis, hal ini mengakibatkan minimnya CPR di

    kalangan PUS (Herlianto, 2008). Fakta lainnya adalah bahwa hingga saat ini

    ketersediaan alat kontrasepsi, khususnya dengan harga terjangkau bagi PUS keluarga

    miskin baik di perkotaan maupun di daerah pedesaan, masih sulit direalisasikan

    (Beni, 2003).

    Kabupaten Rokan Hulu sebagai kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten

    Kampar pada tahun 1998 juga mengalami hal yang sama. Keadaan demografi pada

    tahun 2007 terdiri dari 79.158 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 328.306

    jiwa, 71.503 jiwa diantaranya adalah masyarakat miskin dengan mata pencaharian

    sebagian besar penduduk pada sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan.

    Kabupaten yang terdiri dari 14 kecamatan ini menghadapi berbagai

    permasalahan yang harus segera diatasi sebagai kabupaten baru. Salah satunya adalah

    permasalahan bidang KB dan kependudukan yang masih banyak mengalami kendala

    sehingga mengakibatkan pencapaian akseptor KB aktif tiap tahunnya masih di bawah

    target nasional. Sedangkan Kecamatan Rambah Samo sebagai salah satu kecamatan

    di Kabupaten Rokan Hulu merupakan daerah baru yang dibuka pada tahun 1979/1980

    khusus untuk tujuan transmigrasi.

    Jumlah PUS di Kecamatan Rambah Samo pada tahun 2004 sebanyak 1.594

    orang dengan akseptor KB aktif 926 (58,09%), dengan pemakaian kontrasepsi IUD

    6,26%, Pil 48,92%, Suntik 37,26%, Implant 6,26%, Kondom 0,43%, dan lain-lain

    0,86%. Sedangkan tahun 2007 jumlah PUS sebanyak 2.333 orang dengan akseptor

  • 22

    KB aktif 982 (42,09%) dengan pemakaian kontrasepsi IUD 8,04%, Pil 35,44%,

    Suntik 46,44%, Implant 7,94%, Kondom 1,12% dan lain-lain 1,02%. Pencapaian

    akseptor KB aktif masih rendah dibandingkan dengan target nasional yaitu 75%

    (Dinas Kesehatan Kab. Rokan Hulu, 2008).

    Berdasarkan pengamatan di lapangan, diduga beberapa aspek yang menjadi

    faktor penyebab masih rendahnya pemakaian alat kontrasepsi adalah kurangnya

    informasi tentang alat kontrasepsi, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, biaya

    untuk membeli dan memasang kontrasepsi yang tidak terjangkau, serta alat

    kontrasepsi yang kurang tersedia di sarana kesehatan.

    Informasi yang diperoleh dari Kepala Bidang Kependudukan dan KB Dinas

    Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu tahun 2007, diketahui

    bahwa pengadaan alat kontrasepsi untuk masyarakat belum mencukupi dan tidak

    terdistribusi secara merata. Hal ini disebabkan karena dana yang tersedia untuk

    pengadaan alat kontrasepsi terbatas, sehingga hanya beberapa jenis alat kontrasepsi

    saja yang tersedia dan jumlahnya belum mencukupi.

    Menurut Green dan Kreuter (2005), determinan perilaku atau tindakan

    seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni faktor predisposisi (pengetahuan,

    keyakinan, sikap, kepercayaan, budaya, nilai-nilai, dan sebagainya); faktor

    pendukung (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas); faktor yang memperkuat atau

    mendorong (sikap, perilaku, pengetahuan, keahlian dan dukungan petugas) dalam

    melayani kesehatan di masyarakat.

  • 23

    Manuaba (1998) mengatakan bahwa faktor-fakor yang mempengaruhi alasan

    pemilihan metode kontrasepsi diantaranya tingkat ekonomi, pekerjaan dan

    tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Hasil penelitian Meutia (1997)

    menunjukkan bahwa ada pengaruh karakteristik (pekerjaan, pengambil keputusan

    dalam keluarga) dan pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi

    implant.

    Hasil penelitian Sakhnan (2001) melaporkan faktor usia, jumlah anak, nilai

    anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak lokasi ke pelayanan KB, perilaku petugas

    merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu PUS dalam

    program KB. Syamsiah (2002) mengatakan bahwa faktor sosial budaya adalah semua

    faktor yang ada di masyarakat yang mempengaruhi penerimaan suatu jenis alat

    kontrasepsi antara lain: sosio-ekonomi, demografi, psiko-sosial, agama, dan

    pengetahuan.

    Masih rendahnya partisipasi pria ber-KB antara lain disebabkan kondisi

    lingkungan sosial budaya masyarakat yang masih kurang mendukung, pengetahuan

    dan kesadaran pria dan keluarganya masih rendah, serta keterbatasan penerimaan dan

    aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2005).

    Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk

    mengetahui pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak,

    pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan

    pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan,

  • 24

    pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di

    Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

    1.2. Permasalahan

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor predisposisi

    (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung

    (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor

    pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan) berpengaruh

    terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo

    Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah

    anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi,

    keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas

    kesehatan, pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS

    di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

    1.4. Hipotesis

    Faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap),

    faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat

    kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil

  • 25

    keputusan) berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di

    Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi

    penyusunan kebijakan terkait dengan KB dan penggunaan alat kontrasepsi dan

    kebijakan menyangkut pelayanan publik dalam bidang kesehatan masyarakat.

    2. Manfaat Akademis

    Untuk menambah wawasan bagi peneliti lain guna pengembangan ilmu

    pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya di bidang administrasi kesehatan

    komunitas.

  • 26

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Konsep Perilaku Kesehatan

    Menurut Green dan Kreuter (2005), kesehatan seseorang atau masyarakat

    dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor di luar

    perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

    faktor, yakni faktor predisposisi (predisposing factor), faktor-faktor yang mendukung

    (enabling factor), dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing

    factor).

    a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

    Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

    kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

    dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

    tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif

    mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

    b) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

    Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

    kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah,

    tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya.

    Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,

    poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,

    10

  • 27

    dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan

    prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau

    memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut

    faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

    c) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)

    Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

    tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan.

    Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat

    maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku

    sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap

    positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh

    (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para

    petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk

    memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

    Dalam perkembangannya, teori Green ini dimodifikasi untuk pengukuran

    hasil pendidikan kesehatan, yakni:

    1. Pengetahuan (knowledge)

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

    pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

    raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

  • 28

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

    tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian

    ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting)

    daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986). Contohnya

    adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana

    memperoleh pelayanan KB.

    Selanjutnya Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan yang

    tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

    a) Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

    Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu

    yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

    diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

    rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

    antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

    sebagainya.

    b) Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

    tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

    secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

  • 29

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

    terhadap objek yang dipelajari.

    c) Aplikasi (Aplication)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

    diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

    prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    d) Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

    dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

    masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

    penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

    membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

    e) Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

    baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

    merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

    terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  • 30

    f) Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

    pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

    yang ada.

    2. Sikap (Attitude)

    Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

    terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

    hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

    menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

    dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

    stimulus sosial.

    Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Newcomb, menyatakan bahwa

    sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

    pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,

    akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

    merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

    terbuka.

    Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

    tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap

    setuju atau tidaknya terhadap informasi KB, pengertian dan manfaat KB, serta

  • 31

    kesediaannya mendatangi tempat pelayanan KB, fasilitas dan sarananya, juga

    kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri.

    Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

    yaitu: (Notoatmodjo, 2003)

    a) Menerima (Receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

    yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari

    kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang KB.

    b) Merespon (Responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

    yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

    untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

    pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

    c) Menghargai (Valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

    adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak

    ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi ke sarana

    kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB adalah suatu bukti bahwa ibu

    tersebut telah mempunyai sikap positif.

  • 32

    d) Bertanggung jawab (Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

    merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau memakai alat

    kontrasepsi, meskipun mendapat tantangan dari suami atau mertuanya.

    3. Praktek atau tindakan (Practice)

    Menurut Sarwono (2007), sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan

    untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek ataupun situasi

    tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan

    lain-lain) dan memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda.

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior),

    untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

    atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif

    terhadap alat kontrasepsi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas

    yang mudah dicapai agar ibu tersebut dapat memakai alat kontrasepsi. Selain fasilitas,

    juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau

    istri, orangtua atau mertua, dan lain-lain. Beberapa tingkatan praktek adalah:

    a) Persepsi (Perception)

    Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

    diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

  • 33

    b) Respons terpimpin (Guided response)

    Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

    contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

    c) Mekanisme (Mechanism)

    Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

    atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek

    tingkat tiga.

    d) Adopsi (Adoption)

    Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

    Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran

    tindakan tersebut.

    2.2. Program Keluarga Berencana Nasional

    2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana

    Menurut WHO (1970), yang dikutip oleh Hartanto (2004), keluarga berencana

    adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

    mendapatkan objek tertentu, yaitu: (1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

    (2) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (3) Mengatur interval di antara

    kehamilan, (4) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

    Mochtar (1995) mengatakan keluarga berencana adalah suatu usaha

    menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai

    kontrasepsi.

  • 34

    Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga

    berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu

    untuk mengatur jarak kelahirannya dengan menggunakan alat atau metode

    kontrasepsi.

    Secara umum tujuan keluarga berencana adalah untuk mewujudkan keluarga

    yang sehat dan sejahtera dalam upaya untuk menjarangkan kehamilan dan membatasi

    jumlah anak dua orang saja, upaya ini juga dapat menyehatkan kondisi sosial

    ekonomi keluarga (Saifuddin, 2003).

    2.2.2. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia

    Permulaan pemikiran tentang KB di Indonesia tidak mempersoalkan angka

    kelahiran tetapi tingginya angka kematian ibu akibat terlalu sering melahirkan,

    berkisar pada 800 per 100.000 kelahiran bahkan tidak jarang ibu meninggal bersama

    bayinya (Wiknjosastro, 1999). Hal inilah yang menggugah Ketua Lembaga Ilmu

    Pengetahuan Indonesia kala itu Sarwono Prawirohardjo untuk mendirikan

    Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tanggal 23 Desember 1957.

    Konsep yang dikembangkan oleh PKBI adalah kesehatan ibu dan anak yang

    memberi inspirasi bagi pendirian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

    (BKKBN) yang kemudian di kelola oleh Pemerintah Orde Baru. Keputusan

    pemerintah untuk menjadikan KB sebagai program nasional dan dinyatakan sebagai

    bagian integral dari pembangunan nasional, disusul dengan keluarnya Keputusan

  • 35

    Presiden No. 8 Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keluarga

    Berencana Nasional (BKKBN).

    Memasuki Pelita V, pemerintah dalam hal ini BKKBN telah memperkenalkan

    satu program baru yang disebut dengan Gerakan KB Mandiri. Dengan program yang

    baru ini pemerintah memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi organisasi profesi

    serta sektor swasta lainnya dalam memberikan pelayanan KB. Proses pembangunan

    konsep KB mandiri berawal dari diperkenalkannya konsep alih peran kemudian

    berkembang menjadi alih kelola dan selanjutnya mengkristalkan menjadi KB

    Mandiri.

    Falsafah KB Mandiri pada hakekatnya merupakan keadaan dan sikap mental

    dari pemerintah maupun pengelola/pelaksana KB baik secara individu maupun

    kelompok dalam mengelola dan melaksanakan KB atas kemauan sendiri tanpa

    tergantung dari orang lain dalam memelopori menjadi peserta KB. Dengan demikian

    ketergantungan program KB terhadap pemerintah semakin berkurang. Agar

    masyarakat mau membiayai sendiri pelayanan KB, maka beberapa hal yang

    menyangkut tersedianya pelayanan yang mudah dicapai dan dijangkau masyarakat

    serta kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perlu diusahakan

    (KBKKBN, 1990).

    Untuk menunjang pelaksanaan KB Mandiri pada tahun 1988 telah

    dicanangkan program KB Lingkaran Biru (LIBI) dan akhirnya dilontarkan suatu

    kegiatan pemasaran sosial LIBI lengkap dengan logonya guna memperkenalkan

  • 36

    sederetan pelayanan swasta maupun alat kontrasepsi untuk KB. Untuk memperluas

    pilihan alat kontrasepsi terhadap kebutuhan ber-KB, maka tanggal 1 Juli 1992 telah

    diresmikan oleh Presiden Suharto sebuah lambang baru yaitu Lingkaran Emas

    (LIMAS). Pemasaran KB LIMAS bukan satu pengganti pemasaran kontrasepsi LIBI,

    tetapi suatu usaha yang bersamaan untuk lebih memberikan banyak pilihan

    kontrasepsi kepada peserta KB mandiri yang pada akhirnya dapat diharapkan

    memberikan kepuasan kepada akseptor (BKKBN, 1992).

    2.3. Kontrasepsi

    2.3.1. Pengertian Kontrasepsi

    Kontrasepsi adalah alat atau obat yang digunakan untuk menunda,

    menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari

    kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan

    konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang

    akan mengakibatkan kehamilan. Maka kontrasepsi adalah menghindari atau

    mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan

    sperma tersebut.

    2.3.2. Jenis Metode Kontrasepsi

    Metode/cara kontrasepsi menurut jenisnya dibagi menjadi: (Manuaba, 1998)

    1. Metode sederhana tanpa alat/obat

    a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

    b. Metode KB alamiah (KBA)

  • 37

    c. Sanggama terputus (coitus interruptus)

    2. Metode sederhana dengan alat/obat (barrier)

    a. Kondom

    b. Diafragma

    c. Spermisida

    3. Metode efektif

    a. Pil KB

    b. Suntikan KB

    c. Susuk KB ( Bawah Kulit/AKBK)

    d. IUD ( Dalam Rahim/AKDR)

    4. Metode mantap dengan cara operasi

    a. Pada wanita: Metode Operasi Wanita (MOW/Tubektomi)

    b. Pada pria: Metode Operasi Pria (MOP/Vasektomi)

    Cara-cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang berbeda-

    beda dalam memberikan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan.

    Namun perlu diingat adanya aksioma (azas) kontrasepsi, yaitu: (1) cara apapun yang

    dipakai adalah lebih baik daripada tidak memakai sama sekali, (2) cara yang terbaik

    hasilnya (efektif) adalah cara yang digunakan oleh pasangan dengan teguh secara

    terus menerus, (3) penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur yang

    penting untuk berhasilnya suatu cara kontrasepsi.

  • 38

    Banyak orang kesulitan untuk menentukan pilihan kontrasepsi yang tepat.

    Bukan hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena

    metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan

    nasional KB, kesehatan individu, dan seksualitas wanita atau biaya untuk

    memperoleh kontrasepsi (Muryani, 2004).

    2.3.3. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi

    Menurut Berthrand (1980), faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian

    kontrasepsi adalah sebagai berikut:

    1. Faktor sosio-demografi

    Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standard hidup

    yang lebih tinggi. Indikator status sosio-ekonomi termasuk pendidikan yang dicapai,

    pendapatan keluarga dan status pekerjaan, juga jenis rumah, gizi (di negara-negara

    sedang berkembang) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya.

    Beberapa faktor demografi tertentu juga mempengaruhi penerimaan KB di

    beberapa negara, misalnya di banyak negara-negara sedang bekembang, penggunaan

    kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30 an yang sudah

    memiliki anak tiga atau lebih. Faktor sosial lain yang juga mempengaruhi adalah

    suku dan agama.

    2. Faktor sosio-psikologi

    Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang

    dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologi yang penting antara lain

  • 39

    adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki, sikap terhadap KB,

    komunikasi suami isteri, persepsi terhadap kematian anak. Sikap dan kepercayaan

    tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan dan

    efek samping alat kontrasepsi.

    3. Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

    Program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) merupakan salah satu

    faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak tersedia. Beberapa faktor

    yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang

    berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke pusat

    pelayanan dan keterlibatan dengan media massa.

    Secara ringkas faktor-faktor tersebut dapat dilihat seperti pada gambar

    berikut:

  • 40

    Faktor sosio-demografi a. Pendidikan b. Pendapatan c. Status pekerjaan d. Perumahan e. Status gizi f. Umur g. Suku h. Agama

    Faktor sosio-psikologi

    a. Ukuran keluarga ideal b. Pentingnya nilai anak laki c. Sikap terhadap KB d. Komunikasi suami-istri e. Persepsi terhadap kematian anak

    Faktor yang berhubungan

    dengan pelayanan a. Keterlibatan dalam kegiatan yang

    berhubungan dengan KB b. Pengetahuan tentang kontrasepsi c. Jarak ke pusat pelayanan d. Paparan dengan media massa Sumber : Bertrand, 1980

    Gambar 2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi

    Menurut WHO dalam Wiknjosastro (1999), faktor-faktor penting bagi

    pasangan untuk memilih metode kontrasepsi adalah apakah metode tersebut:

    a. permanen atau reversibel

    b. efektif

    c. murah

    d. aman

    e. mudah didapat

    Pemakaian Kontrasepsi

  • 41

    f. mudah digunakan dan tidak putus pakai

    g. memiliki efek samping yang tidak diinginkan

    h. dapat digunakan pada saat menyusui

    i. melindungi terhadap penyakit hubungan seksual

    j. membutuhkan kerjasama pasangan

    k. harus digunakan setiap saat pasangan berhubungan seksual

    Karakteristik pasangan seperti umur, jumlah dan jenis kelamin anak, dan

    frekuensi hubungan seksual juga mungkin mempengaruhi. Kepentingan faktor-faktor

    ini mungkin berubah dari waktu ke waktu karena keinginan pasangan untuk

    mengganti metode kontrasepsi yang digunakan.

    Tidak semua faktor ini sama pentingnya pada tiap pasangan. Sebagai contoh,

    pasangan yang tidak menginginkan anak lagi mungkin menilai keefektifan metode

    lebih dari kemudahan penggunaan. Sebaliknya, seorang wanita yang menginginkan

    menunda kelahiran mungkin lebih menilai kenyamanan dan kemudahan penggunaan

    daripada keefektifan metode.

    Pemilihan metode kontrasepsi mungkin juga dipengaruhi oleh informasi yang

    diterima dari teman atau kerabat. Kadang-kadang informasi yang diberikan tidak

    benar sehingga menimbulkan kesalahan pengertian tentang penggunaan kontrasepsi.

    Menurut Affandi dalam Mutiara (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi

    pemakaian kontrasepsi adalah:

  • 42

    a. Faktor pola perencanaan keluarga.

    Adalah mengenai penentuan besarnya jumlah keluarga yang menyangkut

    waktu yang tepat untuk mengakhiri kesuburan. Dalam perencanaan keluarga harus

    diketahui kapan kurun waktu reproduksi sehat, berapa sebaiknya jumlah anak sesuai

    kondisi, berapa perbedaan jarak umur antara anak. Seorang wanita secara biologik

    memasuki usia reproduksinya beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana

    kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman dan kesuburan ini akan

    berlangsung terus menerus sampai 10-15 tahun sesudah kurun waktu dimana

    kehamilan dan persalinan itu berlangsung dengan aman. Kurun waktu yang paling

    aman adalah umur 20-35 tahun dengan pengaturan:

    1. anak pertama lahir sesudah ibunya berumur 20 tahun

    2. anak kedua lahir sebelum ibunya berumur 30 tahun

    3. jarak antara anak pertama dan kedua sekurang-kurangnya 2 tahun atau diusahakan

    jangan ada 2 anak balita dalam kesempatan yang sama. Kemudian menyelesaikan

    besarnya keluarga sewaktu istri berusia 30-35 tahun dengan kontrasepsi mantap

    b. Faktor subyektif

    Bagaimanapun baiknya suatu alat kontrasepsi baik dipandang dari sudut

    kesehatan maupun rasionalitasnya namun belumlah tentu dirasakan cocok dan dipilih

    oleh akseptor/calon akseptor. Pilihan ini sangat pula tergantung pada pengetahuannya

    tentang kontrasepsi tersebut, baik yang didapat dari keluarga/kerabat maupun yang

    didapat dari petugas kesehatan atau tokoh masyarakat.

  • 43

    c. Faktor obyektif

    Pemilihan kontrasepsi yang digunakan disesuaikan dengan keadaan wanita

    (kondisi fisik dan umur) serta disesuaikan dengan fase-fase menurut kurun waktu

    reproduksinya. Biasanya pemilihan kontrasepsi juga disesuaikan dengan maksud

    penggunaan kontrasepsi tersebut.

    Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 2.1. Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Rasional

    Fase Mencegah Kehamilan

    Fase Menjarangkan Kehamilan Fase Mengakhiri Kehamilan

    a. Pil b. Suntikan c. IUD

    a. IUD b. Suntikan c. Pil d. Implant

    a. Kontap b. IUD c. Implant d. Suntikan e. Pil

    Umur 20-21 tahun 30-35 tahun

    d. Faktor motivasi

    Kelangsungan pemakaian kontrasepsi sangat tergantung dari motivasi dan

    penerimaan pasangan suami istri. Motivasi akseptor KB untuk terus menggunakan

    kontrasepsi yang lama, akan merubah metode, atau menghentikan sama sekali

    penggunaan kontraspsi, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mereka yang menggunakan

    kontrasepsi dengan tujuan untuk membatasi kelahiran mempunyai tingkat

    kemantapan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang bertujuan untuk menunda

    kehamilan.

  • 44

    Menurut Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998), faktor-faktor yang

    mempengaruhi kesertaan dalam program KB adalah:

    1. Faktor demografi, meliputi:

    a. rata-rata jumlah anak yang masih hidup

    b. rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup

    c. tingkat kematian bayi

    d. tingkat harapan hidup saat lahir

    e. angka fertilitas total

    2. Faktor sosial, meliputi:

    a. persentase rumah tangga yang memiliki radio

    b. persentase rumah tangga yang memiliki televisi

    c. persentase penduduk yang tinggal di daerah kota

    d. kepadatan penduduk per km2

    e. persentase penduduk yang dapat berbahasa Indonesia

    f. persentase penduduk wanita berumur 20-24 tahun yang belum pernah kawin

    g. persentase penduduk wanita berumur 15-24 tahun yang belum pernah kawin

    h. jumlah guru SD per 10.000 penduduk usia sekolah

    i. persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang sakit selama seminggu

    j. persentase penduduk umur 10 tahun atau lebih yang mendapatkan perawatan

    tenaga medis

    k. persentase penduduk usia sekolah yang masih bersekolah

  • 45

    l. persentase wanita yang pernah kawin umur 15-49 tahun

    3. Faktor ekonomi, meliputi:

    a. rasio ketergantungan antara penduduk umur 0-9 dan 55+ tahun terhadap yang

    berumur 10-54 tahun

    b. persentase wanita yang bekerja

    c. partisipasi angkatan kerja wanita

    d. persentase wanita yang bekerja pada pekerjaan tradisional

    e. persentase petani yang tidak memiliki tanah

    f. rata-rata luas sawah

    4. Faktor infra struktur, meliputi :

    a. persentase rumah tangga yang mendapatkan leding

    b. jumlah gedung SD per 10.000 penduduk usia sekolah

    c. jumlah gedung SMTP per 10.000 penduduk usia sekolah

    d. persentase sawah dengan irigasi

    e. persentase tanah sawah

    5. Faktor input, meliputi :

    a. jumlah dokter per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

    b. jumlah bidan per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

    c. jumlah pembantu bidan per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

    d. jumlah klinik KB per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

    e. jumlah petugas lapangan KB per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

  • 46

    f. jumlah pembantu pembina KB desa per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

    g. rata-rata hari kerja klinik per minggu

    Kelima faktor-faktor tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

    Sumber : Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998)

    Gambar 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesertaan Dalam Program KB

    Menurut Utomo dalam Mutiara (1998), penggunaan kontrasepsi dipengaruhi

    oleh umur, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan dan frekuensi pemaparan terhadap

    media massa. Umur mempengaruhi jumlah anak hidup dan tingkat pendidikan, dan

    tingkat pendidikan mempengaruhi frekuensi pemaparan terhadap media massa.

    Konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

    Faktor Demografi

    Faktor Sosial

    Faktor Ekonomi

    Faktor Infra Struktur

    Faktor Input Kesertaan dalam program KB

  • 47

    Sumber : Utomo dalam Mutiara (1998)

    Gambar 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi

    Berdasarkan klasifikasi beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

    pemakaian alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

    A. Umur

    Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga

    periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35

    tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data

    epidemiologi bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak

    lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan

    meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang

    sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut

    (Siswosudarmo, 2001).

    Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1993) yang mengatakan bahwa umur

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam

    Jumlah Anak Hidup

    Frekuensi Pemaparan Terhadap Media

    Massa

    Tingkat Pendidikan Umur

    Penggunaan Kontrasepsi

  • 48

    pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih

    kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.

    Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Dang di Vietnam dalam Mutiara

    (1998) dilaporkan bahwa ada hubungan yang kuat antara umur dengan penggunaan

    kontrasepsi. Wanita yang berumur < 20 tahun kemungkinan untuk menggunakan

    kontrasepsi sebesar 0,73 kali dibandingkan dengan yang berumur 40 tahun atau lebih.

    Sementara wanita yang berumur 30-34 tahun dan 35-39 tahun kemungkinannya

    untuk menggunakan kontrasepsi hanya sekitar 0,15 dan 0,38. Ini mengisyaratkan

    bahwa ada penurunan penggunaan kontrasepsi pada kelompok wanita yang lebih tua.

    B. Pendidikan

    Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk

    bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang

    berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu

    orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula

    halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan

    kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Manuaba, 1998).

    Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap

    adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk

    menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan

    keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan

    kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah

  • 49

    anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah

    kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah

    (Soekanto, 2006).

    Penelitian Dang dalam Mutiara (1998) menunjukkan bahwa pendidikan

    berhubungan bermakna dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita yang tidak sekolah

    kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,55 kali dibandingkan dengan

    wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Sementara wanita yang

    berpendidikan dasar kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,88 kali

    dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Pola yang

    sama juga dijumpai dengan pendidikan suami.

    C. Jumlah anak

    Mantra (2006) mengatakan bahwa kemungkinan seorang istri untuk

    menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya.

    Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak

    tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita

    melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal

    ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat

    meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.

    Hasil penelitian Dang dalam Mutiara (1998) melaporkan ada hubungan yang

    bermakna antara jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita dengan jumlah

    anak 4 orang atau lebih memiliki kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi

  • 50

    sebesar 1,73 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki 2 orang anak atau

    kurang.

    Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal progam

    KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup

    banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak

    wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini

    melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi.

    D. Pengetahuan

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

    membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil

    penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

    (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan,

    1986).

    E. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi

    Menurut Manuaba (1998), faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan

    metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya

    layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan

    kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan

    kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau

    persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa.

  • 51

    Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau

    tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat

    digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.

    Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas

    program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata

    pemilihan metode kontrasepsi. Memberikan konsultasi medis mungkin dapat

    dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping itu daya beli individu

    juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli

    individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah.

    F. Dukungan petugas kesehatan

    Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh

    dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat (community leaders), misalnya dalam

    masyarakat tertentu kata-kata kepala suku selalu diikuti; keberhasilan program KB di

    Indonesia antara lain karena melibatkan ulama; iklan-iklan obat atau pasta gigi di

    televisi menampilkan tokoh yang berpakaian dokter atau dokter gigi. Untuk

    mengubah atau mendidik masyarakat diperlukan tokoh panutan yang dapat

    merupakan pemimpin masyarakat, tetapi dapat juga tokoh-tokoh lain (professional,

    pakar, ulama, seniman, ilmuwan, petugas kesehatan, dan sebagainya) tergantung pada

    jenis masalah atau perubahan yang bersangkutan (Sarwono, 2001).

  • 52

    G. Pengambil keputusan

    Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak-

    pihak tertentu. Menurut Friedman (1998) dan Sarwono (2007) ikatan suami isteri

    yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri

    sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang

    paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri.

    Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik.

    Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah pedesaan sebagai peran penentu dalam

    pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat

    memberikan sumbang saran.

    Hartanto (2004) mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai

    istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami

    istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam

    pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya

    pemakaian.

    2.4. Landasan Teori

    Konsep umum yang dijadikan sebagai landasan teori adalah teori Green dan

    Kreuter (2005) yang digunakan untuk menilai perilaku individu atau kelompok. Ada

    3 faktor yang mempengaruhi individu untuk bertindak yaitu faktor predisposisi

    (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, kebutuhan yang dirasakan, kemampuan

  • 53

    dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat), faktor

    pendukung (tersedia sarana dan prasarana) dan faktor pendorong (petugas kesehatan).

    Konsep tersebut dikombinasikan dengan teori Kar yang dikutip oleh

    Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan bertitik tolak dari niat seseorang, dukungan

    sosial, ada tidaknya informasi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak.

    Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa determinan perilaku dipengaruhi oleh faktor

    internal dan eksternal serta menurut Robbins (1994), beberapa karakteristik individu

    meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tanggung jawab, dan

    status masa kerja.

    Berdasarkan konsep tersebut, maka kerangka teori adalah sebagai berikut:

  • 54

    Sumber: Green dan Kreuter (2005), Notoatmodjo (2007), Robbins (1994). Gambar 2.4. Kerangka Teori Determinan Perilaku Individu, Kelompok dan

    Komunitas

    Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Nilai-nilai 5. Persepsi

    Faktor Pendukung: 1. Ketersediaan sumber

    daya 2. Kemudahan untuk

    mencapai sumber daya 3. Peraturan/Hukum 4. Keterampilan 5. Ketersediaan waktu

    Faktor Internal: 1. Tingkat kecerdasan 2. Tingkat emosional 3. Jenis kelamin 4. Kebangsaan 5. Usia 6. Masa kerja

    Faktor Pendorong: 1. Sikap dan perilaku

    petugas kesehatan 2. Panutan 3. Pekerja 4. Teman 5. Pembuat keputusan 6. Dukungan sosial

    Faktor Eksternal: 1. Lingkungan fisik 2. Lingkungan Biologik 3. Lingkungan Sosial

    (Budaya, Ekonomi, Politik)

    Perilaku dari individu, kelompok, dan komunitas

    Genetika

  • 55

    2.5. Kerangka Konsep

    Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka peneliti merumuskan kerangka

    konsep penelitian sebagai berikut:

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi (umur,

    pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat

    kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), faktor pendorong (dukungan

    petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel dependen adalah

    pemakaian alat kontrasepsi.

    Faktor Predisposisi : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Jumlah anak 4. Pengetahuan 5. Sikap

    Faktor Pendukung : 1. Ketersediaan alat

    kontrasepsi 2. Keterjangkauan

    pelayanan alat kontrasepsi

    Pemakaian alat kontrasepsi

    Faktor Pendorong : 1. Dukungan petugas

    kesehatan 2. Pengambil

    keputusan

  • 56

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory

    research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara faktor predisposisi,

    faktor pendukung dan faktor pendorong terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada

    istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian adalah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu

    dengan tingkat akseptor KB aktif (current user) 42%, masih di bawah Indikator

    Indonesia Sehat 2010 yaitu 75%.

    Penelitian berlangsung selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Juli 2008

    sampai dengan Desember 2008.

    3.3. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah seluruh PUS yang ada di Kecamatan Rambah Samo, dan

    berdasarkan data di Puskesmas pada tahun 2007 berjumlah 2.333.

    Sampel adalah seluruh isteri dari PUS yang tinggal menetap di Kecamatan

    Rambah Samo dengan kriteria sebagai berikut:

    a. Responden berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak 2

    b. Responden berumur < 20 tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak

    40

  • 57

    Kriteria ini dibuat dengan asumsi kelompok umur tersebut merupakan

    golongan istri yang sebaiknya memakai alat kontrasepsi sesuai dengan tujuan KB,

    yaitu istri yang berumur < 20 tahun (untuk menunda kehamilan) dan berumur > 35

    tahun (untuk mengakhiri kesuburan). Besar sampel dihitung dengan menggunakan

    rumus sebagai berikut: (Lemeshow et.al., 1997)

    2

    212/1

    )(})1()1({

    PoPaPaPaZPoPoZn + =

    Keterangan:

    n : besar sampel

    Z1-/2 : nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan = 0,05 Z1-/2=1,96

    Z1- : kekuatan uji (ditetapkan peneliti) bila 10%, maka Z1- = 1,282

    Po : proporsi PUS yang menjadi akseptor KB aktif : 42%

    Pa : proporsi PUS yang diharapkan menjadi akseptor KB aktif : 59%

    2

    2

    )42,059,0(})59,01(59,0282,1)42,01(42,096,1{

    +=n

    35,88=n 88 (sampel minimal) Dengan mempertimbangkan faktor non respons sebanyak 10%, maka besar

    sampel yang diambil adalah 88 + 8,8 = 96,8 dibulatkan menjadi 100 responden.

    Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sampel berimbang (proportional

    sampling). Teknik tersebut dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan sampel

    wilayah, sebab banyaknya subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak sama,

    sehingga sampel yang diteliti adalah seperti tabel berikut:

  • 58

    Tabel 3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008

    No Nama Desa Jumlah PUS Rekapitulasi Perhitungan

    Sampel Besar

    Sampel 1 Rambah Utama 665 665/2333 x 100 = 28,50 29 2 Rambah Baru 568 568/2333 x 100 = 24,35 24 3 Pasir Makmur 409 409/2333 x 100 = 17,53 18 4 Karya Mulya 405 405/2333 x 100 = 17,36 17 5 Masda Makmur 286 286/2333 x 100 = 12,26 12

    Jumlah 2.333 100

    Setelah ditentukan banyaknya sampel pada setiap wilayah selanjutnya sampel

    ditentukan dengan cara sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu

    mengambil sebagian dengan menggunakan tabel random (Pratiknya, 2003).

    3.4. Metode Pengumpulan Data

    Data primer dikumpulkan dari responden dengan metode wawancara

    menggunakan kuesioner sebagai panduan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

    Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan laporan yang tersedia di

    Puskesmas Rambah Samo, Kantor Camat Rambah Samo, Dinas Kesehatan

    Kabupaten Rokan Hulu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dan BPS Kabupaten

    Rokan Hulu.

    Sebelum data dikumpulkan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen

    yang bertujuan untuk memastikan bahwa alat bantu yang akan digunakan (kuesioner)

    memiliki validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan pada bulan Juli 2008 terhadap

    30 orang istri PUS yang berada di Kecamatan Rambah Samo Barat yang memiliki

    karakteristik yang sama dengan istri PUS di lokasi penelitian.

  • 59

    Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur apa

    yang ingin diukur dan dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing

    item pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi Pearson Product

    Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan valid dan

    jika nilai r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid (Riduwan, 2002).

    Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

    pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Teknik menghitung indeks reliabilitas dengan

    metode Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur lebih dari satu kali

    pengukuran dengan ketentuan jika r Cronbach Alpha > r tabel, dinyatakan reliabel

    dan jika r Cronbach Alpha < r tabel, dinyatakan tidak reliabel (Riduwan, 2002). Hasil

    uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

    Variabel Butir Pertanyaan r hitung Status Cronbach

    Alpha Status

    Pengetahuan 1 0,4345 Valid Reliabel 2 0,4975 Valid Reliabel 3 0,6752 Valid Reliabel 4 0,7502 Valid Reliabel 5 0,7208 Valid Reliabel 6 0,6752 Valid Reliabel 7 0,8090 Valid Reliabel 8 0,7457 Valid

    0,8843

    Reliabel Sikap 1 0,8212 Valid Reliabel 2 0,8655 Valid Reliabel 3 0,5843 Valid Reliabel 4 0,8212 Valid Reliabel 5 0,8655 Valid

    0,9105

    Reliabel

  • 60

    Lanjutan Tabel 3.2. Variabel Butir

    Pertanyaan r hitung Status Cronbach

    Alpha Status

    Dukungan 1 0,7908 Valid Reliabel Petugas 2 0,7908 Valid Reliabel Kesehatan 3 0,7908 Valid Reliabel 4 0,7908 Valid Reliabel 5 0,5818 Valid Reliabel 6 0,4966 Valid

    0,8301

    Reliabel

    Berdasarkan Tabel 3.2. di atas dapat dilihat bahwa semua pertanyaan

    mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel pada df = 28; = 5% sebesar 0,361,

    demikian juga alpha lebih besar dari r tabel (0,361), dengan demikian kuesioner yang

    digunakan untuk penelitian sudah valid dan reliabel (Triton, 2006).

    3.5. Variabel dan Definisi Operasional

    Variabel bebas (independent variable) adalah faktor predisposisi (umur,

    pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendorong (ketersediaan alat

    kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), dan faktor pendorong

    (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel terikat

    (dependent variable) adalah pemakaian alat kontrasepsi.

    1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah realisasi responden untuk memakai atau tidak

    memakai alat kontrasepsi sebagai suatu cara atau metode untuk mencegah atau

    menjarangkan kehamilan maupun untuk mengakhiri kesuburan.

    2. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung

    dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

  • 61

    3. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah ditempuh dan

    diselesaikan oleh responden dengan memperoleh tanda tamat belajar.

    4. Jumlah anak adalah banyaknya anak hidup yang dimiliki oleh responden pada

    saat penelitian.

    5. Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden tentang alat kontrasepsi

    yang mencakup arti, tujuan/manfaat, jenis alat kontrasepsi, efek samping, jenis

    alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui dan jenis alat kontrasepsi untuk

    laki-laki.

    6. Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan penilaian atau

    pendapat tentang setuju atau tidak setuju dalam kaitannya dengan keputusan

    pemakaian alat kontrasepsi yang menyangkut sikap terhadap NKKBS.

    7. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah ada atau tidak adanya alat kontrasepsi di

    puskesmas yang dibutuhkan oleh responden sesuai dengan keinginannya.

    8. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi adalah kemudahan untuk

    mendapatkan akses terhadap pelayanan alat kontrasepsi dilihat dari segi jarak,

    waktu tempuh dan biaya yang dikeluarkan oleh responden.

    9. Dukungan petugas kesehatan adalah pendapat atau persepsi responden terhadap

    keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan informasi ataupun penjelasan

    yang lengkap tentang alat kontrasepsi.

  • 62

    10. Pengambil keputusan adalah orang yang menentukan responden untuk

    melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yaitu pemakaian alat

    kontrasepsi.

    3.6. Metode Pengukuran

    Variabel dependen

    1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah responden yang pada saat wawancara memakai

    atau tidak memakai alat kontrasepsi, dibagi menjadi 2 kategori:

    0. Ya/Pakai alat kontrasepsi

    1. Tidak Pakai alat kontrasepsi

    Skala : Ordinal

    Variabel independen

    1. Umur, dikategorikan menjadi 2 kelompok berdasarkan konsep tinggi rendahnya

    risiko yang dihadapi oleh ibu pada waktu hamil dan bersalin.

    0. Risiko rendah : 20-35 tahun

    1. Risiko tinggi : < 20 dan > 35 tahun

    Skala : Ordinal

    2. Pendidikan, berdasarkan Program Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun

    dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu:

    0. Tinggi, jika ijazah terakhir minimal Diploma tiga (D3)

    1. Menengah, jika ijazah terakhir SLTA/sederajat

    2. Dasar, jika ijazah terakhir SLTP/sederajat

    Skala : Ordinal

  • 63

    3. Jumlah anak, dikelompokkan atas 2 kategori berdasarkan tujuan program KB

    yaitu:

    0. 2 orang

    1. > 2 orang

    Skala : Ordinal

    4. Pengetahuan

    Pengetahuan diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan

    pemberian bobot (Singarimbun dan Efendy, 1989). Jumlah pertanyaan yang

    diajukan sebanyak 8 buah dan responden bisa menjawab lebih dari satu jawaban

    sesuai dengan pilihan yang telah tersedia. Masing-masing jawaban yang benar

    diberi nilai 1 dan jawaban Tidak Tahu diberi nilai 0, sehingga total skor maksimal

    adalah 31 dan skor minimal 0 (Arikunto, 2006). Hasil Uji Normalitas

    Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa total skor variabel pengetahuan tidak

    berdistribusi normal sehingga skor total tersebut dikategorikan menjadi 2

    berdasarkan nilai Median (13,5) yaitu:

    0. Tinggi, apabila total skor responden > Median

    1. Rendah, apabila total skor responden Median

    Skala : Ordinal

    5. Sikap

    Diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan pemberian bobot.

    Jumlah pertanyaan sebanyak 5 buah, jika responden menjawab Setuju diberi nilai

  • 64

    1 dan jika menjawab Tidak Setuju diberi nilai 0, sehingga nilai minimal adalah 0

    dan nilai maksimal 5. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

    bahwa total skor variabel sikap tidak berdistribusi normal sehingga skor total

    tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (2) yaitu:

    0. Baik, apabila total skor responden > Median

    1. Tidak baik, apabila total skor responden Median

    Skala : Ordinal

    6. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah

    0. Tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi selalu tersedia dan sesuai

    dengan keinginan.

    1. Tidak tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi tidak selalu tersedia

    dan tidak sesuai dengan keinginan.

    Skala : Ordinal

    7. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi

    Jarak : berdasarkan kriteria yang dibuat oleh BPS dalam mengelompokkan rata-

    rata jarak terdekat (km) dari rumah tangga ke fasilitas umum (BPS, 2007a), maka

    jarak dikategorikan sebagai berikut:

    0. Dekat, jika jarak dari rumah ke puskesmas 2,5 km

    1. Jauh, jika jarak dari rumah ke puskesmas > 2,5 km

    Skala : Ordinal

  • 65

    Validasi data jarak dilakukan dengan menggunakan speedometer pada kendaraan

    sepeda motor.

    Waktu : jika waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk sampai di sarana

    kesehatan termasuk jika responden memiliki sarana transportasi (sepeda, sepeda

    motor, mobil) dan dengan memperhitungkan kondisi jalan yang mayoritas jalan

    tanah maka waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke sarana kesehatan

    dikategorikan sebagai berikut:

    0. Dekat, jika waktu tempuh tidak lebih dari 30 menit

    1. Jauh, jika waktu tempuh lebih dari 30 menit

    Skala : Ordinal

    Biaya : jika responden mengatakan tidak mengeluarkan biaya atau mengeluarkan

    biaya untuk pelayanan yang diterima, maka dikategorikan sebagai berikut:

    0. Murah, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut terjangkau

    1. Mahal, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut tidak terjangkau

    Skala : Ordinal

    8. Dukungan petugas kesehatan.

    Untuk mengukur dukungan petugas kesehatan adalah dengan memberikan skor 1

    untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak. Jumlah pertanyaan yang

    diajukan sebanyak 6 buah, sehingga total skor minimal adalah 0 dan skor

    maksimal 6. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov di