09E00365

71
PERANCANGAN DAN PENGGUNAAN PHOTODIODA SEBAGAI SENSOR PENGHINDAR DINDING PADA ROBOT FORKLIFT TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya JOHANNES PANDIANGAN 042408008 PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository © 2009

description

sdsd

Transcript of 09E00365

  • PERANCANGAN DAN PENGGUNAAN PHOTODIODA SEBAGAI SENSOR PENGHINDAR DINDING PADA ROBOT FORKLIFT

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

    JOHANNES PANDIANGAN 042408008

    PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2007

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • ii

    PERNYATAAN

    PERANCANGAN DAN PENGGUNAAN PHOTODIODA SEBAGAI SENSOR PENGHINDAR DINDING PADA ROBOT FORKLIFT

    TUGAS AKHIR

    Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, 30 Juli 2007 JOHANNES PANDIANGAN 042408008

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • i

    PERSETUJUAN

    Judul : PERANCANGAN DAN PENGGUNAAN PHOTODIODA SEBAGAI SENSOR PENGHINDAR DINDING PADA ROBOT FORKLIFT

    Kategori : TUGAS AKHIR Nama : JOHANNES PANDIANGAN Nomor Induk Mahasiswa : 042408008 Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di Medan, 30 Juli 2007

    Diketahui Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing, Ketua, Dr. Marhaposan Situmorang Ahmad Hidayat S.T NIP 130810 771 NIP 131918183

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • iii

    PENGHARGAAN

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah kasih karunia-Nya tugas akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Hidayat S.T selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan panduan dan berbagai macam masukan, serta penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Dr. Marhaposan Situmorang, M.Sc. dan Dra. Justinon, M.Si., Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Fisika FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU, dan rekan-rekan mahasiswa sekalian. Teristimewa kepada kedua orang tua dan keluarga yang penulis cintai dan sayangi, yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • iv

    ABSTRAK

    Kajian ini bertujuan untuk merancang dan membuat sebuah prototipe robot forklift (pengangkat barang), yang dapat menghindari dinding dengan photodioda sebagai sensor pendeteksinya. Sistem ini menggunakan beberapa rangkaian elektronik dengan Mikrokontroler AT89S52 sebagai otak pemrosesan dengan memakai bahasa pemrograman assembly. Kajian ini nantinya diharapkan dapat digunakan untuk membantu mempermudah aktivitas manusia seperti dalam hal pengangkatan alat-alat berat yang sulit dikerjakan sendiri oleh manusia.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman Persetujuan i Pernyataan ii Penghargaan iii Abstrak iv Daftar Isi v Daftar Gambar vii Daftar Tabel viii Bab 1 Pendahuluan 1

    1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Proyek 2 1.3 Identifikasi Masalah 2 1.4 Batasan Masalah 3 1.5 Sistematika Penulisan 3

    Bab 2 Landasan Teori 2.1 Diagram Blok Rangkaian Robot Forklift 5 2.2 Arsitektur Mikrokontroler AT89S52 7 2.3 Konstruksi AT89S52 9 2.4 Perangkat Lunak 14 2.4.1 Bahasa Assembly MCS-51 14 2.4.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 19 2.4.3 Software Downloader 20 2.5 IC Op-Amp LM 358 20 2.6 Photodioda 25 2.7 Dioda Pemancar Cahaya Inframerah (LED Inframerah) 27 2.8 Transistor 30 2.9 Osilator Kristal 34 Bab 3 Perancangan Alat dan Program 36 3.1 Spesifikasi Alat (Robot) 36 3.2 Diagram Blok 36 3.3 Fungsi Tiap Blok 37 3.4 Rangkaian Catu Daya (PSA) 39 3.5 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 40 3.6 Perancangan Sensor Dinding dan Pengolah Data Sensor 41 3.7 Perancangan Driver Penggerak Motor DC (Jembatan H) 45 3.8 Perancangan Program 48

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • vi

    Bab 4 Pengujian Rangkaian dan Analisa 54 4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya 54 4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 55 4.3 Pengujian Rangkaian Sensor Dinding 56 4.4 Pengujian Pengendali Pergerakan Motor (Motor Driver) 57 Bab 5 Kesimpulan dan Saran 58

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Diagram Blok Rangkaian Robot Forklift 5 Gambar 2.2 IC Mikrokontroler AT89S52 13 Gambar 2.3 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 19 Gambar 2.4 ISP-Flash Programmer 3.a 20 Gambar 2.5 Simbol Rangkaian Penguat Operasional 21 Gambar 2.6 Penguat Pembalik (Inverting Amplifier) 23 Gambar 2.7 Konfigurasi Pin LM 358 24 Gambar 2.8 Gambar Photodioda dan Simbolnya 27 Gambar 2.9 Simbol dan Rangkaian Dasar Sebuah LED 28 Gambar 2.10 Simbol Transistor PNP 30 Gambar 2.11 Simbol Transistor NPN 30 Gambar 2.12 Transistor Sebagai Saklar 31 Gambar 2.13 Karakteristik Transistor Aktif 32 Gambar 2.14 Karakteristik Transistor Sebagai Saklar 33 Gambar 2.15 Lambang dan Rangkaian Ekivalen Osilator Kristal 35 Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 37 Gambar 3.2 Rangkaian Catu Daya 39 Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 40 Gambar 3.4 Rangkaian Pemancar Inframerah 42 Gambar 3.5 Rangkaian Penerima Sinyal Photodioda 43 Gambar 3.6 Rangkaian Jembatan H 46 Gambar 3.7 Diagram Alir Program 49

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Halaman Tabel 2.1 Fungsi Kaki-Kaki Pin Pada Port 3 11 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Rangkaian Catu Daya 54 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Port 2.7 Mikrokontroler 56 Tabel 4.3 Pengujian Sensor Dinding 57 Tabel 4.4 Pengujian Putaran Motor DC 58

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan bantuan dari sesuatu yang

    dapat bekerja secara cepat, teliti dan dapat bekerja secara terus-menerus tanpa mengenal

    lelah, robot adalah jawaban dari keinginan tersebut. Robot ini diharapkan dapat

    menggantikan pekerjaan manusia pada lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan

    maupun keselamatan manusia tersebut dan dapat mengamati lingkungan lebih dari

    kemampuan panca indra manusia.

    Pada proyek ini dibangun sebuah AMR (Autonomous Mobile Robot) yang dapat

    mengangkat barang dan berusaha untuk memindahkan barang tersebut ke tempat yang

    sudah ditentukan. Robot ini memanfaatkan cahaya inframerah yang dipantulkan oleh

    barang juga dinding sebagai sistem navigasinya (pedomannya). Robot akan menangkap

    cahaya inframerah yang dipantulkan oleh barang dan dinding tersebut menggunakan

    photodioda dengan mikrokontroler sebagai pusat kontrolnya.

    Mikrokontroler adalah sistem komputer yang ringkas, sebab dapat menggantikan

    fungsi komputer dalam pengendalian kerja dan disain yang jauh lebih ringkas dari pada

    komputer. Dengan ukurannya yang kecil, mikrokontroler dapat digunakan pada peralatan

    yang bersifat bergerak (mobile), seperti kendaraan dan peralatan jinjing (portable), atau

    pada robot.

    AT89S52 adalah chip mikrokontroler produksi Atmel Inc, merupakan keluarga

    dari MCS-51 rancangan Intel. AT89S52 mempunyai fitur dasar yang cukup lengkap

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 2

    untuk suatu pemrosesan input-output. Bahasa pemrograman yang digunakan AT89S52

    hampir tidak berbeda jauh dengan instruksi set pada mikroprosesor Intel yang sudah

    dipelajari pada perkuliahan, sehingga dalam penggunaannya tidaklah begitu sulit.

    1.2 Tujuan Proyek

    Yang menjadi tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah:

    1. Memanfaatkan mikrokontroler AT89S52 sebagai tempat pemrosesan data (otak)

    dari sebuah sistem (robot).

    2. Sebagai langkah awal untuk membuat sebuah sistem otomatisasi dalam dunia

    industri sehingga meningkatkan efisiensi kerja.

    3. Membuat sebuah sistem elektronik yang dapat membantu manusia untuk

    memindahkan barang ke tempat tertentu secara otomatis.

    4. Memanfaatkan inframerah dan photodioda sebagai sensor pada robot

    1.3 Identifikasi Masalah

    Yang menjadi permasalahan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah bagaimana

    merancang suatu robot pengangkat barang yang dapat menghindari dinding dengan

    photodioda sebagai sensornya dan dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S52

    memakai bahasa pemograman assembly.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 3

    1.4 Batasan Masalah

    Pemancar yang digunakan pada sensor dinding adalah IRED (Infrared Emitting

    Diodes) dan penerimanya adalah photodioda, sehingga dinding hanya dapat

    terdeteksi dari jarak yang dekat (maksimal 30cm).

    Robot hanya bisa mendeteksi dinding yang berada di depan, depan samping kiri

    dan depan samping kanan, tidak dapat mendeteksi keberadaan dinding dibagian

    belakang.

    Robot hanya mengetahui keberadaan benda (benda yang sudah ditentukan) di

    depannya, tetapi tidak mengetahui berapa jarak benda dari tempat robot berada.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman, maka penulis membuat

    sistematika penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Meliputi latar belakang masalah, maksud dan tujuan penulisan, identifikasi

    masalah, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk

    pembahasan dan cara kerja dari rangkaian, yang meliputi arsitektur dan

    konstruksi mikrokontroler yang digunakan. Selain itu juga membahas

    tentang jenis sensor yang digunakan.

    BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

    Meliputi tentang perancangan rangkaian dan program yang digunakan.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 4

    BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

    Meliputi uraian tentang cara pengujian rangkaian.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Mengenai kesimpulan yang didapat setelah merakit proyek ini dan saran

    yang diberikan demi kesempurnaan dan pengembangan proyek ini pada

    masa yang akan datang kearah yang lebih baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Diagram Blok Rangkaian Robot Forklift

    Gbr 2.1 Diagram Blok Rangkaian Robot Forklift

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 6

    Gambar 2.1 merupakan diagram blok keseluruhan dari robot forklift. Pada robot

    ini terdapat 5 buah sensor dinding, dimana sensor dinding yang berada di bagian paling

    depan robot dihubungkan ke P2.3 dari mikrokontroler AT89S52, sensor dinding yang

    berada di depan kiri dihubungkan ke P2.5 dari mikrokontroler AT89S52, sensor dinding

    yang berada di depan kanan dihubungkan ke P2.6 dari mikrokontroler AT89S52,

    sedangkan sensor dinding belakang kiri dihubungkan ke P3.4 dari mikrokontroler

    AT89S52,dan sensor belakang kanan dihubungkan ke P3.3 dari mikrokontroler

    AT89S52.

    Adapun sensor barang kanan dihubungkan ke P1.6 dari mikrokontroler AT89S52,

    sensor barang kiri dihubungkan ke P1.5 dari mikrokontroler AT89S52, dan sensor barang

    bawah dihubungkan ke P1.7 dari mikrokontroler AT89S52.

    Sedangkan komponen lain yang dihubungkan ke mikrokontroler sebagai input

    antara lain seperti:

    1. Sensor garis dihubungkan ke P3.5 dari mikrokontroler AT89S52

    2. Limit switch bagian atas dihubungkan ke P3.7 dari mikrokontroler AT89S52

    3. Limit switch bagian atas dihubungkan ke P3.6 dari mikrokontroler AT89S52

    Untuk mengendalikan pergerakan motor stepper yang digunakan untuk

    mengangkat barang, digunakan rangkaian driver motor stepper, dimana rangkaian ini

    dapat memutar motor stepper searah atau berlawanan arah jarum jam bila diberi pulsa

    1000,0100,0010,0001 atau 0001,0010,0100,1000 oleh mikrokontroler AT89S52. Dengan

    demikian pergerakan motor stepper dapat dikendalikan melalui program. Rangkaian ini

    dihubungkan ke P0.0,P0.1,P0.2,dan P0.3 dari mikrokontroler AT89S52.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 7

    Untuk mengendalikan pergerakan motor yang berfungsi sebagai penggerak roda

    dari robot, digunakan sebuah rangkaian driver penggerak motor DC yaitu jembatan H.

    Jembatan H ini akan memutar motor DC searah atau berlawanan arah jarum jam bila

    diberi pulsa 1 atau 0. Dengan demikian pergerakan motor dapat dikendalikan melalui

    program. Pin pin jembatan H ini dihubungkan ke P0.4, P0.5, P0.6, dan P0.7 dari

    mikrokontroler AT89S52. Teori yang akan dibahas disini meliputi perangkat keras dan

    lunak yang mengarah kepada sensor penghindar tabrakan.

    2.2. Arsitektur Mikrokontroler AT89S52

    Mikrokontroler saat ini sudah dikenal dan digunakan secara luas pada dunia

    industri. Banyak sekali penelitian atau tugas akhir mahasiswa yang menggunakan

    berbagai versi mikrokontroler yang dapat dibeli dengan murah. Hal ini dikarenakan

    produksi massal yang dilakukan oleh para produsen chip seperti Atmel, Maxim, dan

    Microchip. Mikrokontroler saat ini merupakan chip utama pada hampir setiap peralatan

    elektronika canggih. Robot-robot canggih pun sangat bergantung pada kemapuan

    mikrokontroler dan kemapuan pembuat program mikrokontroler tersebut.

    Mikrokontroler AT89S51/52 merupakan versi terbaru dibandingkan

    mikrokontroler AT89C51 yang telah banyak digunakan saat ini. Mikrokontroler

    AT89S52 merupakan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 8 Kbyte Flash Programmable

    dan Erasable Read Only Memory (PEROM), yaitu ROM yang dapat ditulis ulang atau

    dihapus sebanyak 1000 kali. Mikrokontroler ini berteknologi memori High Density Non

    Volatile kerapatan tinggi dari Atmel yang kompatibel dengan mikrokontroler standar

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 8

    industri MCS-51 baik pin kaki IC maupun set intruksinya serta harganya yang cukup

    murah. Oleh kaena itu, sangatlah tepat jika digunakan untuk berbagai keperluan.

    Kita dapat menjumpai bermacam aplikasi dari mikrokontroler, seperti dalam

    bidang pengukuran jarak jauh atau yang dikenal dengan sistem telemetri. Misalnya

    pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka akan lebih nyaman jika

    dipasang suatu sistem pengukuran yang bisa mengirimkan data lewat pemancar dan

    diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup aman dari sumbernya. Sistem

    pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu sistem akuisisi data sekaligus sistem

    pengiriman data secara serial (melalui pemancar), yang semuanya itu bisa diperoleh dari

    mikrokontroler yang digunakan.

    Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program

    aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler

    hanya bisa digunakan untuk suatu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada

    perbandingan RAM dan ROM. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya

    besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar,

    sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil.

    Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya

    program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang

    ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan

    sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang

    bersangkutan.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 9

    2.3 Konstruksi AT89S52

    Mikrokontroler AT89S52 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan

    1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo Ohm

    dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini AT89S52

    otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi

    maksimum 12 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi rangkaian

    oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

    Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.

    Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

    Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan

    catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan

    progam ini dinamakan sebagai memori progam.

    Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya,

    dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai untuk

    menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

    Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah baku

    dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC

    mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler

    mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

    disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra Violet

    Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada

    flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 10

    Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S52 adalah Flash

    PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat

    bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S52 Flash PEROM Programmer.

    Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S52 sebesar 128 byte. Meskipun

    hanya kecil saja, tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

    Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasi. AT89S52

    mempunyai 32 jalur Input/Output. Jalur Input/Output paralel dikenal sebagai Port 0

    (P0.0..P0.7), Port 1 (P1.0..P1.7), Port 2 (P2.0..P2.7) dan Port 3 (P3.0.. P3.7).

    Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S52 :

    VCC (Pin 40)

    Suplai tegangan.

    GND (Pin 20)

    Ground.

    Port 0 (Pin 39-Pin 32)

    Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun

    penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini

    dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai

    input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

    Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai

    internal pull up. Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada

    saat verifikasi program.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 11

    Port 2 (Pin 21 pin 28)

    Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengaksememori

    secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2

    special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input

    dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink

    keempat buah input TTL.

    Port 3 (Pin 10 pin 17)

    Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai

    fungsi pinnya masing-masing.

    Tabel 2.1 Fungsi Kaki-Kaki Pin Pada Port 3

    Nama pin Fungsi

    P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)

    P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)

    P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)

    P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)

    P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

    P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

    P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)

    P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 12

    RST (pin 9)

    Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

    ALE/PROG (pin 30)

    Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama

    mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama

    memprogam Flash.

    PSEN (pin 29)

    Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

    EA (pin 31)

    Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan

    menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi

    high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal.

    Dengan kata lain bila pin ini diberi logika tinggi (H), mikrokontroler akan melaksanakan

    instruksi dari ROM / EPROM ketika isi program counter kurang dari 4096. Bila diberi

    logika rendah (L) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori

    program luar. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

    XTAL1 (pin 19)

    Input untuk clock internal. Pin masukan ke rangkaian osilator internal. Sebuah osilator

    kristal atau sumber osilator luar dapat digunakan.

    XTAL2 (pin 18)

    Pin keluaran ke rangkaian osilator internal (pin output). Pin ini dipakai bila menggunakan

    osilator kristal.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 13

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    40

    39

    38

    37

    36

    35

    34

    33

    32

    31

    30

    29

    28

    27

    26

    25

    24

    23

    22

    21

    P1.0

    P1.2

    P1.3

    P1.4

    P1.1

    P1.5

    P1.6

    P2.3 (A11)

    P2.1 (A9)

    P2.0 (A8)

    P1.7

    P2.4 (A12)

    P2.6 (A14)

    P2.7 (A15)

    P2.5 (A13)

    PSEN

    ALE/PROG

    EA/VPPP3.1 (TXD)

    P3.2 (INTO)

    P3.0 (RXD)

    P3.5 (T1)

    P3.4 (TD)

    P3.3 (INT1)

    P3.6 (WR)

    P3.7 (RD)

    XTAL2

    XTAL1

    GND

    RST

    P0.2 (AD2)

    P0.7 (AD7)

    P0.6 (AD6)

    P0.5 (AD5)

    P0.4 (AD4)

    P0.3 (AD3)

    P0.1 (AD1)

    P0.0 (AD0)

    VCC

    AT89S52

    Gambar 2.2 IC Mikrokontroler AT89S52

    Spesifikasi penting AT89S52 antara lain:

    Kompatibel dengan keluarga mikrokontroler MCS51 sebelumnya.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 14

    8 Kbyte In-system Programmable (ISP) flash memori dengan kemampuan 1000

    kali baca/tulis.

    Tegangan kerja 4 5 V.

    Bekerja dengan rentang 0 33 MHz.

    256x8 bit RAM internal.

    32 jalur I/O yang dapat deprogram.

    Tiga buah 16 bit Timer/Counter.

    Delapan sumber interrupt.

    Saluran Full-Duplex serial UART.

    Watchdog timer.

    Dual data pointer.

    Mode pemograman ISP yang fleksibel (Byte dan Page Mode).

    2.4 Perangkat Lunak

    2.4.1 Bahasa Assembly MCS-51

    Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89C52 adalah

    bahasa assembly untuk MCS-51. Angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini.

    Dari 52 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10 instruksi. Instruksi instruksi

    tersebut antara lain :

    1. Instruksi MOV

    Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

    tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

    Contoh pengisian nilai secara langsung:

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 15

    MOV R0,#20h

    Perintah di atas berarti: isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

    Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

    Contoh pengisian nilai secara tidak langsung:

    MOV 20h,#80h

    ...........

    ............

    MOV R0,20h

    Perintah di atas berarti: isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal

    ke register 0 (R0).

    Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

    alamat.

    2. Instruksi DJNZ

    Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi

    nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol.

    Contoh:

    MOV R0,#80h

    Loop: ...........

    ............

    DJNZ R0,Loop

    ............

    R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan

    ke perintah pada baris berikutnya.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 16

    3. Instruksi ACALL

    Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu.

    Contoh:

    .............

    ACALL TUNDA

    .............

    TUNDA:

    .................

    4. Instruksi RET

    Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin

    pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan.

    Contoh:

    ACALL TUNDA

    .............

    TUNDA:

    .................

    RET

    5. Instruksi JMP (Jump)

    Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu.

    Contoh:

    Loop:

    .................

    ..............

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 17

    JMP Loop

    6. Instruksi JB (Jump if bit)

    Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

    dimaksud berlogika high (1). Contoh:

    Loop:

    JB P1.0,Loop

    .................

    7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

    Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

    dimaksud berlogika Low (0).

    Contoh:

    Loop:

    JNB P1.0,Loop

    .................

    8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

    Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan

    suatu nilai tertentu.

    Contoh:

    Loop:

    ................

    CJNE R0,#20h,Loop

    ................

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 18

    Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop.

    Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi

    selanjutnya..

    9. Instruksi DEC (Decreament)

    Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud

    dengan 1.

    Contoh:

    MOV R0,#20h R0 = 20h

    ................

    DEC R0 R0 = R0 1

    .............

    10. Instruksi INC (Increament)

    Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

    dimaksud dengan 1.

    Contoh:

    MOV R0,#20h R0 = 20h

    ................

    INC R0 R0 = R0 + 1

    .............

    11. Dan lain sebagainya.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 19

    2.4.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

    Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada

    sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti di

    bawah ini.

    Gambar 2.3 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

    Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble (di-

    compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih

    ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau

    ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada

    pesan kesalahan lagi.

    Software 8051 IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke

    dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

    Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 20

    2.4.3 Software Downloader

    Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroler

    digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.

    Tampilannya seperti gambar di bawah ini

    Gambar 2.4 ISP- Flash Programmer 3.a

    Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file

    heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan hasil

    kompilasi tersebut ke mikrokontroler.

    2.5 IC OP-AMP LM 358

    Penguat operasional adalah suatu rangkaian elektronika yang dikemas dalam

    bentuk rangkaian terpadu (IC). Perangkat ini sering digunakan sebagai penguat sinyal-

    sinyal, baik yang linier maupun yang nonlinier terutama dalam sistem-sistem pengaturan

    dan pengendalian, instrumentasi, dan komputasi analog. Keuntungan dari pemakaian

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 21

    penguat oprasional ini adalah karakteristiknya yang mendekati ideal sehingga dalam

    merancang rangkaian yang menggunakan penguat ini lebih mudah dan juga karena

    penguat ini bekerja pada tingkatan yang cukup dekat dengan karakteristik kerjanya yang

    teoritis.

    Dari sudut sinyal sebuah operasional mempunyai tiga terminal, yaitu dua terminal

    masukan dan satu terminal keluaran. Gambar 2.5 menunjukkan simbol dari sebuah

    penguat operasional. Terminal 1 dan 2 adalah terminal masukan dan terminal 3 adalah

    terminal keluaran. Kebanyakan penguat operasional membutuhkan catu daya DC dengan

    dua polaritas untuk dapat beroperasi. Terminal 4 disambungkan ke tegangan positif ( +V)

    dan terminal 5 disambungkan ke tegangan negatif ( -V).

    Gambar 2.5 Simbol rangkaian Penguat Operasional

    Karakteristik utama sebuah penguat operasional yang ideal adalah:

    1. Impedansi masukan yang tak terhingga

    Penguat yang ideal diharapkan tidak menarik arus masukan, artinya tidak ada

    arus yang masuk ke terminal 1 maupun 2 ( I1 = I2 = 0 ).

    2. Impedansi keluaran sama dengan nol

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 22

    Terminal 3 merupakan keluaran penguat opersional, idealnya diharapkan

    bertindak sebagai terminal keluaran sebuah sumber-sumber tegangan ideal.

    Tegangan antara terminal 3 dengan ground akan selalu sama dengan A (V2

    V1) dimana A adalah faktor penguatan sebuah penguat operasional.

    3. Penguatan loop terbuka tak terhingga

    Apabila dioperasikan pada loop terbuka (tidak ada umpan balik dari keluaran

    ke masukan), maka sebuah penguat operasional ideal mempunyai gain

    (penguatan) yang besarnya tak terhingga.

    Pada op-amp terdapat satu terminal keluaran, dan dua terminal masukan.

    Terminal masukan yang diberi tanda (-) dinamakan terminal masukan pembalik

    (inverting), sedangkan terminal masukan yang diberi (+) dinamakan terminal masukan

    bukan pembalik (non inverting).

    Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)

    Penguat pembalik adalah rangkaian penguat dimana outputnya mempunyai perbedaan

    fasa 1800 dengan sinyal input. Rangkaian penguat pembalik ini ditunjukkan pada

    gambar di bawah ini. Pada rangkaian ini terminal masukan penguat tak membalik

    (non inverting) ditanahkan, sedangkan tegangan keluaran dihubungkan dengan

    terminal masukan pembaliknya.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 23

    Gbr 2.6 Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)

    Arus yang melintasi R1 ( I1 ) terbagi dua yaitu arus yang melintasi Rf ( I2 ) dan arus

    yang masuk ke op-amp sehingga dapat ditulis:

    I1 = I2 + I3 ..........................................................................(1)

    (V1Vs)/R1 = (Vs-Vo)/Rf + Vs/Rin..........................................................................(2)

    Dengan mengasumsikan bahwa op-amp adalah ideal (dimana Zin = A = tak

    terhingga), maka:

    Vs = Vo/A = 0

    Karena Vs = 0 sehingga persamaan (2) menjadi:

    Vi/R1 = - Vo/Rf ..........................................................................(3)

    Vo/Vi = - Rf /R1 ..........................................................................(4)

    Vo = - (Rf/R1).Vi ..........................................................................(5)

    LM-358 merupakan rangkaian terintegrasi yang memiliki dua penguat

    operasional. Terdiri dari empat masukan, memiliki faktor penguatan yang besar dan

    frekuensi internal yang berubah-ubah, yang mana didisain secara spesifik untuk

    beroperasi dari sebuah power supplay melalui sebuah range tegangan.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 24

    IC ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

    Frekuensi internal yang dapat diubah untuk penguatannya.

    Penguatan tegangan yang besar (100 dB).

    Memiliki besar range tegangan antara 3V 32V .

    Arus bias input rendah (20 nA).

    Arus offset input rendah (2 nA).

    Tegangan offset input rendah (2 mV).

    Tegangan output besar, berkisar 0 sampai (Vcc 1,5V)

    Gbr 2.7 Konfigurasi pin LM 358

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 25

    2.6 Photodioda

    Photodioda merupakan piranti semikonduktor dengan struktur sambungan p-n yang

    dirancang untuk beroperasi bila dibiaskan dalam keadaan terbalik, untuk mendeteksi

    cahaya.

    Ketika energi cahaya dengan panjang gelombang yang benar jatuh pada

    sambungan photodioda, arus mengalir dalam sirkuit eksternal. Komponen ini kemudian

    akan bekerja sebagai generator arus, yang arusnya sebanding dengan intensitas cahaya

    itu. Cahaya diserap di daerah penyambungan atau daerah intrinsik menimbulkan

    pasangan elektron-hole yang mengalami perubahan karakteristik elektris ketika energi

    cahaya melepaskan pembawa muatan dalam bahan itu, sehingga menyebabkan

    berubahnya konduktivitas. Hal inilah yang menyebabkan photodioda dapat menghasilkan

    tegangan/arus listrik jika terkena cahaya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rumus di

    bawah ini:

    h.c Eg = atau Eg = h.f

    Dimana Eg = Energi foton

    h = Potensial ionisasi (4,136.10-15 eV)

    c = Kecepatan cahaya (3.108 m/s )

    Panjang Gelombang Cahaya (m)

    Photodioda digunakan dalam aplikasi aplikasi yang meliputi kartu bacaan,

    kontrol cahaya ambient dan layar proyektor. Pada photodioda kita mengenal istilah

    responsivitas yaitu kemampuan dari sebuah photodioda untuk menambah arus bias

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 26

    mundur sebagai hasil dari sebuah penambahan pada cahaya. Reponsivitas dari

    photodioda merupakan perbandingan dalam mA/mW pada panjang gelombang tertentu

    photodioda honeywell SE3452 mempunyai perbandingan 0.5mA/mW. Jika cahaya yang

    teradiasi pada cell 2 mV, dioda akan menghasilkan arus yang mengalir sebesar 1 mA (0,5

    mA/mW x 2 mV). Respon tertinggi dari SE3452 sekitar 820nm .

    Mode operasi.

    Photodioda dapat dioperasikan dalam 2 mode yang berbeda:

    1. Mode potovoltaik: seperti solar sel, penyerapan pada photodioda menghasilkan

    tegangan yang dapat diukur. Bagaimanapun, tegangan yang dihasilkan dari energi

    cahaya ini sedikit tidak linier, dan range perubahannya sangat kecil.

    2. Mode potokonduktivitas: disini photodioda diaplikasikan sebagai tegangan

    reverse (tegangan balik) dari sebuah dioda (yaitu tegangan pada arah tersebut

    pada dioda tidak akan dihantarkan tanpa terkena cahaya) dan pengukuran

    menghasilkan arus poto ( hal ini juga bagus untuk mengaplikasikan tegangan

    mendekati nol). Ketergantungan arus poto pada kekuatan cahaya dapat sangat

    linier .

    Karakteristik bahan photodioda:

    1. Silikon (Si) : arus lemah saat gelap, kecepatan tinggi, sensitivitas yang bagus

    antara 400 nm sampai 1000 nm ( terbaik antara 800 sampai 900 nm).

    2. Germanium (Ge): arus tinggi saat gelap, kecepatan lambat, sensitivitas baik

    antara 600 nm sampai 1800 nm (terbaik 1400 sampai 1500 nm).

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 27

    3. Indium Gallium Arsenida (InGaAs): mahal, arus kecil saat gelap, kecepatan tinggi

    sensitivitas baik pada jarak 800 sampai 1700nm (terbaik antara 1300 sampai

    1600nm).

    Gambar Photodioda ditunjukkan pada gambar 2.8.

    Gambar 2.8 Gambar Photodioda (kiri) dan Simbolnya (kanan)

    2.7 Dioda Pemancar Cahaya Inframerah (LED inframerah)

    LED adalah dioda yang menghasilkan cahaya saat diberi energi listrik. Dalam

    bias maju sambungan p-n terdapat rekombinasi antara elektron bebas dan lubang (hole).

    Energi ini tidak seluruhnya diubah kedalam bentuk energi cahaya atau photon tetapi

    dalam bentuk panas sebagian.

    Mengapa LED dapat memancarkan cahaya? Sebabnya adalah sebagai berikut:

    Bila suatu dioda diberi prategangan maju, elaktron-elektron bebas akan bergabung

    kembali dengan lubang-lubang disekitar persambungan. Ketika meluruh dari tingkat

    energi lebih tinggi ketingkat energi lebih rendah, elektron-elektron bebas tersebut akan

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 28

    mengeluarkan energinya dalam bentuk radiasi. Dalam dioda penyearah, hampir seluruh

    energi ini diubah dalam bentuk panas, tetapi dalam LED sebagian dari selisih energi ini

    dilepaskan sebagai radiasi cahaya.

    Proses pemancaran cahaya akibat adanya energi listrik yang diberikan terhadap

    suatu bahan disebut dengan sifat elektroluminesensi. Material lain misalnya Galium

    Arsenida Pospat (GaAsP) atau Galium Pospat (GaP): photon energi cahaya dipancarkan

    untuk menghasilkan cahaya tampak. Jenis lain dari LED digunakan untuk menghasilkan

    energi tidak tampak seperti yang dipancarkan oleh pemancar laser atau inframerah.

    Gambar 2.9 Simbol dan rangkaian dasar sebuah LED

    Pemancar inframerah adalah dioda solid state yang terbuat dari bahan Galium

    Arsenida (GaAs) yang mampu memancarkan fluks cahaya ketika dioda ini dibias maju.

    Bila diberi bias maju elektron dari daerah-n akan menutup lubang elektron yang ada

    didaerah-p. Selama proses rekombinasi ini, energi dipancar keluar dari permukaan p dan

    n dalam bentuk foton. Foton-foton yang dihasilkan ini ada yang diserap lagi dan ada yang

    meninggalkan permukaan dalam betuk radiasi energi.Hubungan antara energi foton yang

    dipancarkan dengan Eg LED ditunjukkan dengan persamaan berikut:

    h.c Eg = atau Eg = h.f

    330

    VCC5V

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 29

    Dimana Eg = Energi foton

    h = Potensial ionisasi (4,136.10-15 eV)

    c = Kecepatan cahaya (3.108 m/s )

    Panjang Gelombang Cahaya (m)

    Dengan menggunakan unsur-unsur tersebut di atas, pabrik dapat membuat LED

    yang memancarkan warna merah, kuning, dan infra merah (tak kelihatan). LED yang

    menghasilkan pancaran yang kelihatan dapat berguna pada display peralatan, mesin

    hitung, jam digital, dan lain-lain. LED infra merah dapat digunakan dalam sistem tanda

    bahaya pencuri dan ruang lingkup lain yang membutuhkan pancaran yang tak kelihatan.

    Keuntungan dari LED dibandingkan dengan lampu pijar yaitu umurnya yang lebih

    panjang (lebih dari 20 tahun), teganganya randah (1 sampai 2 V) dan saklar nyala

    matinya cepat (nano detik).

    Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi antara 1011 Hz sampai 1014 Hz dan

    mempunyai daerah panjang gelombang 10-14 cm sampai 10-1 cm. Gelombang inframerah

    ini dihasilkan oleh elektron elektron dalam molekul yang bergetar karena benda

    dipanaskan. Selain tidak dapat dilihat secara langsung, sinar inframerah juga dapat

    menembus kabut dan awan tebal.

    Dengan ciri cirinya yang spesifik tersebut, pesawat udara yang terbang tinggi

    ataupun satelitsatelit dapat membuat photo permukaan bumi yang tidak diperoleh

    dengan menggunakan cahaya inframerah.

    Radiasi sonar inframerah dapat getaran getaran atom pada suatu molekul.

    Getaran atom pada suatu molekul dapat memancarkan gelombang elektromagnetik. Pada

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 30

    frekuensi frekuensi yang khas dalam inframerah sehingga spektroskopi. Infamerah

    merupakan salah satu alat penting untuk mempelajari spektrum molekul.

    Energi yang terkandung dalam radiasi sinar ini tampak sebagai energi panas,

    termasuk cahaya yang kita terima dari matahari sejumlah besar mengandung radiasi ini.

    2.8 Transistor

    Transistor adalah suatu semikonduktor mono kristal dimana terjadi dua pertemuan

    P-N. Dari pertemuan P-N tersebut dapat dibuat dua tipe transistor yaitu :

    1. Transistor PNP

    Dalam transistor ini disisipkan suatu lapisan N tipis antara dua lapis P.

    Gambar 2.10 Simbol Transistor PNP

    2. Transistor NPN

    Dalam transistor ini disisipkan suatu lapisan P tipis antara dua lapis N.

    Gambar 2.11 Simbol Transistor NPN

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 31

    Transistor Sebagai Saklar.

    Banyak kegunaan dari transistor, salah satunya adalah sebagai saklar. Jika transistor

    digunakan sebagai saklar maka dalam hal ini transistor tersebut dioperasikan dalam

    daerah jenuhnya (saturasi) dan daerah yang menyumbat (cut-off). Pada saat transistor

    dalam keadaan jenuh maka resistansi antara kolektor dan emitor akan sangat kecil, maka

    transistor ini akan berfungsi sebagai saklar yang tertutup (ON) sedangkan apabila

    transistor dalam keadaan cut-off, maka resistansi antara kolektor dan emiter akan sangat

    besar, maka transistor akan berfungsi sebagai saklar yang terbuka (OFF). Lebih lanjut

    dapat kita lihat seperti pada gambar 2.12.

    v c c

    R c

    R b

    V C C

    Gambar 2.12 Transistor Sebagai Saklar

    Pada saat transistor ON:

    Arus IC = maximum

    Tegangan VCE = 0

    Tegangan pada R C = Tegangan sumber

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 32

    Paa saat OFF:

    Arus IC = 0

    Tegangan VCE = Tegangan sumber

    Tegangan pada RC = 0

    Pada saat basis transistor mengalir arus, transistor dalam keadaan on, maka:

    IB = Vi . VBE / RB.(6)

    IC = VCE / RC(7)

    Gambar 2.13 Karakteristik Transistor Aktif

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 33

    Gambar 2.14 Karakteristik Transistor Sebagai Saklar

    Parameter-parameter yang terdapat pada rangkaian transistor sebagai saklar antara lain:

    Delay Time (td) yaitu waktu tunda antara sinyal masukan dengan keluaran saat

    transistor konduksi.

    Rise Time (tr), yaitu waktu yang dibutuhkan sinyal input untuk naik dari 10% ke

    90% dari harga akhir saat transistor konduksi.

    Fall Time (tf), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh transistor untuk turun dari 90%

    ke 10% dari harga saat transistor off.

    Storage Time (ts), yaitu waktu tunda antara sisi-sisi perubahan sinyal masukan

    dan sinyal keluaran saat transistor off.

    Turn On Time (t-On), yaitu waktu transistor untuk kondisi penuh.

    Turn Off time (t-Off), yaitu waktu transistor untuk cut-off penuh.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 34

    Transistor sebagai driver adalah transistor yang pada saat jenuh akan mengaktifkan

    komponen atau rangkaian yang lain, dimana variasi arus kolektor penguatannya kecil

    kalau dibandingkan dengan arus kolektor stasioner. Penguatan sinyal kecil ini dapat

    diterapkan untuk berbagai rancangan sistim penguatan, penerima dan instrumen ukur.

    2.9 Osilator Kristal

    Kristal adalah komponen yang dibuat dari bahan alam yang menunjukan efek

    piezoelektrik, sehingga sering disebut Kristal Piezoelektrik. Bahan utama kristal yang

    dapat menimbulkan efek piezoelektrik adalah garam rachelle, tourmaline dan quarte.

    Dalam sebuah kristal Piezoelektrik, biasanya quartz, mempunyai elektroda-

    elektroda yang dilapiskan pada permukaan yang berhadapan, dan apabila diberikan suatu

    potensial pada elektroda-elektrodanya maka gaya akan bekerja pada muatan-muatan yang

    terikat dalam kristal. Apabila komponen ini dipasang dengan benar, maka dalam kristal

    akan terjadi deformasi - deformasi sehingga terbentuk suatu sistim elektromekanik yang

    akan bergetar bila dibandingkan dengan benar. Frekuensi resonansi dan nilai Q (resonansi

    paralel)-nya tergantung pada dimensi kristal, orientasi permukaan pada sumbu-sumbu

    kristal dan bagaimana komponen tersebut dipasang ( mounted ). Jangkauan frekuensinya

    dari beberapa KHz sampai beberapa MHz dan jangkauan nilai Q (resonansi paralel)-nya

    yang beberapa ribu sampai beberapa ratus ribu data diperoleh secara komersial.

    Dengan nilai resonansi paralel yang sangat tinggi dan dari kenyataan bahwa

    karakteristik Quartz sangat setabil terhadap waku dan temperatur, maka kristal akan

    menghasilkan stabilitas frekuensi pada osilator osilator yang dibangun dengan

    menggunakan kristal.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 35

    Pada hakikatnya, frekuensi dari suatu osilator kristal hanya dittentukan oleh

    kristalnya dan tidak oleh komponen lainnya. Lambang Osilator kristal dan ekivalen AC

    (model listriknya) dapat dilihat pada gambar 2.13.

    (a) (b)

    Gambar 2.15 (a) Lambang Osilator Kristal,

    (b) Rangkaian Ekivalen AC Osilator Kristal

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • BAB 3

    PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

    3.1. Spesifikasi Alat (Robot)

    Source : 6 V / 700 mAh

    Dimensi (cm) : 40 x 30 x 40

    Weight : 3.5 kg

    Forklift power : 0.5 kg

    3.2 Diagram Blok

    Dalam membuat suatu alat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana

    cara merancang alat yang akan dibuat sesuai dasar teori. Sebelum merancang suatu sistim

    atau rangkaian terlebih dahulu membuat blok diagramnya.

    Diagram blok merupakan salah satu cara yang paling sederhana untuk

    menjelaskan cara kerja dari suatu sistim dan memudahkan untuk melokalisir kesalahan

    dari suatu sistim.

    Dengan diagram blok kita dapat menganalisa cara kerja rangkaian dan merancang

    hardware yang akan dibuat secara umum. Diagram merupakan pernyataan hubungan

    yang berurutan dari suatu atau lebih komponen yang memiliki kesatuan kerja tersendiri,

    dan setiap blok komponen mempengaruhi komponen yang lainnya.

    Diagram blok memiliki arti yang khusus dengan memberikan keterangan

    didalamnya. Untuk setiap blok dihubungkan dengan suatu garis yang menunjukan arah

    kerja dari setiap blok yang bersangkutan.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 37

    CATU DAYA

    MIKROKONTROLER

    AT89S52

    SENSORDINDING DEPAN

    DEPAN

    DRIVER MOTORKANAN

    DRIVER MOTORKIRI

    SENSORDINDING DEPAN

    KANAN

    SENSORDINDING DEPAN

    KIRI

    INTERFACE

    INTERFACE

    INTERFACE

    MOTOR KANAN

    MOTOR KIRI

    DINDING

    DINDING

    DINDING

    Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian

    3.3 Fungsi Tiap Blok

    Dinding

    Merupakan media yang akan dihindari oleh robot.

    Catu Daya

    Catu daya pada sistim ini berfungsi untuk mensuplai tegangan keseluruh

    perangkat sistim yang membutuhkan daya untuk bekerja. Sumber daya yang

    digunakan pada blok ini adalah sebuah batterai Rechargeable 6 V / 700 mAh.

    Sensor Dinding Depan Depan

    Berfungsi untuk mendeteksi dinding pada bagian depan robot. Pada blok ini,

    digunakan sebuah photo dioda pada tiap bagian sensornya dan LED infra merah

    sebagai pemancarnya.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 38

    Sensor Dinding Depan Kiri

    Berfungsi untuk mendeteksi dinding pada bagian depan sebelah kiri. Komponen

    yang digunakan sama seperti yang digunakan pada sensor dinding depan-depan.

    Sensor Dinding Depan Kanan

    Berfungsi untuk mendeteksi dinding pada bagian depan sebelah kanan.

    Komponen yang digunakan sama seperti yang digunakan pada sensor dinding

    depan-depan.

    Interface

    Interface disini berfungsi sebagai pengolah data masukan dari sensor dinding

    yang kemudian diumpankan pada mikrokontroler. Disini digunakan IC LM 358

    sebagai penguat data masukan dari photodioda

    Mikrokontroler AT89S52

    Mikrokontroler pada blok ini merupakan pusat proses untuk mengendalikan

    semua perangkat pada robot. Pada blok ini mikrokontroler telah diprogram untuk

    dapat membaca data dari sensor kemudian mengolah semua data tersebut dan

    selanjutnya mengambil keputusan perangkat mana saja yang harus dikendalikan.

    Driver Motor

    Driver motor ini berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor kiri dan

    kanan robot, sehingga robot dapat berjalan dengan baik. Pada blok ini digunakan

    beberapa buah transistor untuk men-drive motor agar dapat berputar dan

    mengubah polaritas tegangan motor sehingga dapat mengubah arah putaran

    motor.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 39

    2200uF5 Volt DC

    0 Volt

    6,2 Volt DC

    6.2 V

    Motor kanan

    Motor ini berfungsi sebagai pemutar roda kanan dari robot. Motor yang

    digunakan pada bagian ini adalah motor DC 6 V.

    Motor Kiri

    Motor ini berfungsi sebagai pemutar roda kiri robot. Motor yang digunakan

    adalah sama seperti yang digunakan pada motor kanan yaitu motor DC 6 V.

    3.4 Rangkaian Catu Daya (PSA)

    Rangkaian catu daya ini berfungsi untuk mensuplay tegangan ke seluruh

    rangkaian. Rangkaian ini terdiri dari sebuah baterei 6 volt yang di serikan dengan dua

    buah dioda. Untuk menembus 1 buah dioda diperlukan tegangan sebesar 0,6 volt,

    sehingga untuk menembus 2 buah dioda diperlukan tegangan sekitar 1,2 volt, sehingga

    output dari rangkaian ini sekitar 4,8 volt sampai 5,0 volt. Kemudian dipasang sebuah

    kapasitor untuk menyimpan arus, sehingga jika tiba-tiba mikrokontroler membutuhkan

    arus besar, maka arus tersebut dapat disupplay oleh kapasitor ini. Rangkaian catu daya

    ditunjukkan oleh gambar berikut ini :

    Gambar 3.2 Rangkaian Catu Daya

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 40

    Pada rangkaian ini terdapat 2 buah keluaran, yaitu 5 volt dan 6 volt. Keluaran 5 volt

    dibutuhkan oleh mikrokontroler, penguat sinyal dan rangkaian sensor, sedangkan 6 volt

    dibutuhkan untuk rangkaian jembatan H ( pengendali motor ).

    3.5 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

    Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.

    Kompoen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S52. Pada IC inilah

    semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang

    dikehendaki. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

    Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

    5VV CC

    10uF

    5VV CC

    21

    30pF30pF

    XTA L 12 MHz

    A T 89S51

    P0 . 3 (A D 3 )

    P0 . 0 (A D 0 )

    P0 . 1 (A D 1 )

    P0 . 2 (A D 2 )

    V c cP 1 .0

    P 1 .1

    P 1 .2

    P 1 .3

    P 1 .4

    P 1 .5

    P 1 .6

    P 1 .7

    P0 . 4 (A D 4 )

    P0 . 5 (A D 5 )

    P0 . 6 (A D 6 )

    P0 . 7 (A D 7 )R S T

    E A /V P PP 3 .0 (R XD )

    P 3 .1 (TXD )

    P 3 .2 ( IN T0 )

    P 3 .3 ( IN T1 )

    P 3 .4 (T0)

    A L E /P R O G

    P S E N

    P 2. 7 (A 1 5)

    P 2. 6 (A 1 4)

    P 2. 5 (A 1 3)

    P 2. 4 (A 1 2)

    P 2. 3 (A 1 1)

    P 2. 2 (A 1 0)

    P 2 .1 (A 9)

    P 3 .6 (W R )

    P 3 .5 (T1)

    P 3 .7 (R D )

    XTA L2

    XTA L1

    G N D P 2 .0 (A 8)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    4 0

    3 9

    3 8

    3 7

    3 6

    3 5

    3 4

    3 3

    9

    1 0

    11

    1 2

    1 3

    1 4

    1 5

    3 2

    3 1

    3 0

    2 9

    2 8

    2 7

    2 61 6

    1 7

    1 8

    1 9

    2 0

    2 5

    2 4

    2 3

    2 2

    2 1

    4 .7k 2SA 733

    5VV CC

    L ED1

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 41

    Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

    mikrokontroler AT89S52 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19

    dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan kapasitor 30 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

    kecepatan mikrokontroler AT89S52 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program.

    Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan

    me-reset mikrokontroler ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus

    I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan

    bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pin 1 sampai 8 adalah port

    1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3. Pin 17 yang

    merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah LED. Ini dilakukan hanya

    untuk menguji apakan rangkaian minimum mikrokontroller AT89S52 sudah bekerja atau

    belum. Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroler tersebut, dapat

    diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika

    LED yang terhubug ke Pin 17 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka

    rangkaian minimum tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground

    dihubungkan dengan ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan

    positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supplay.

    3.6 Perancangan Sensor Dinding dan Pengolah Data Sensor

    Untuk mendeteksi keberadaan dinding digunakan 3 buah sensor dinding. Ke-3

    sensor dinding ini mempunyai rangkaian yang sama satu dengan yang lain, hanya

    penempatan saja yang berbeda. Satu sensor berada didepan robot, satu sensor berada di

    sudut kiri depan robot, dan yang satunya lagi berada di sudut kanan depan robot. Masing-

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 42

    VCC5V

    Infra Merah

    100 100

    Infra Merah

    100

    masing sensor dinding terdiri dari tiga buah pemancar inframerah yang akan diterima

    oleh sebuah photodioda. Digunakan tida buah pemancar inframerah pada masing

    masing sensor bertujuan agar jarak pemantulan semakin jauh, sehingga robot tidak

    sampai menyentuh dinding. Dinding dirancang berwarna putih sehingga dapat

    memantulkan sinar infrared tersebut.

    Setiap pantulan yang diterima oleh photodioda akan diolah dan dijadikan data

    digital, sehingga bila photodioda mendapatkan pantulan dari pemancar inframerah, maka

    akan mengirimkan sinyal low ke mikrokontroler AT89S52. Dengan demikian

    mikrokontroler akan dapat mendeteksi sensor yang mengirimkan sinyal low dan

    mengambil tindakan untuk mengatur putaran roda ke kanan atau ke kiri. Rangkaian

    pemancar inframerah tampak seperti gambar 3.4.

    Gambar 3.4 Rangkaian Pemancar inframerah

    Pada rangkaian di atas digunakan 3 buah LED inframerah yang diparalelkan,

    dengan demikian maka intensitas yang dipancarkan oleh inframerah semakin kuat, karena

    merupakan gabungan dari 3 buah LED inframerah. Resistor yang digunakan adalah 100

    ohm sehingga arus yang mengalir pada masing-masing LED inframerah adalah sebesar:

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 43

    5 0,05 50100

    Vi A atau mAR

    Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED inframerah, maka intensitas

    pancaran inframerah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pantulannya akan

    semakin jauh.

    Pantulan dari sinar inframerah akan diterima oleh potodioda, kemudian diolah

    oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika photodioda

    menerima pantulan sinar inframerah maka output dari rangkaian penerima ini akan

    mengeluarkan logika low (0), namun jika photodioda tidak menerima pantulan sinar

    inframerah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high (1).

    Rangkaian ini menggunakan IC LM 358 sebagai penguat tegangan yang

    dihasilkan photodioda. Satu buah IC ini memiliki dua penguat operasional (op-amp).

    Pada rangkaian ini, kedua op-amp tersebut digunakan. Sehingga sinyal dari photodioda

    mengalami dua kali penguatan.

    Gambar 3.5 Rangkaian Penerima Sinyal Photodioda

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 44

    Sesuai gambar 3.5, maka besar penguatan op-amp tergantung pada besarnya

    tahanan variabel yang digunakan. Pada prakteknya, tahanan variabel tersebut ditrim pada

    kisaran harga 50 KOhm, sehingga besar penguatan op-amp adalah:

    50 A = = 5 kali

    10

    Pada robot ini, digunakan satu buah photodioda sebagai sensor dinding. Sebuah

    photodioda memiliki nilai tahanan sekitar 15 s.d. 20 MOhm jika tidak terkena sinar

    inframerah, dan memiliki nilai tahanan sekitar 80 s.d. 330 KOhm jika terkena sinar

    inframerah, tergantung dari intensitas sinar inframerah yang diterimanya.

    Dengan demikian, besar tegangan yang masuk ke op-amp adalah:

    Saat terkena sinar inframerah:

    47K Vo = x 5V = 0,6 Volt 330K + 47K

    Saat tidak terkena sinar inframerah:

    47K Vo = x 5V = 0,015 Volt 15000K + 47K

    Tegangan tersebut diumpankan pada op-amp dengan faktor penguatan 5 kali,

    sehingga tegangan keluarannya pada saat terkena sinar inframerah sekitar 3 Volt,

    sedangkan saat tidak terkena sinar inframerah sekitar 0,07 Volt. Namun, tegangan ini

    masih diumpankan lagi pada op-amp yang kedua. Dengan faktor penguatan yang yang

    berbeda (dalam prakteknya sekitar 2 kali pengutan), didapat tegangan keluaran saat

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 45

    terkena sinar inframerah sekitar 6 Volt dan saat tidak terkena inframerah sekitar 0,14

    Volt. Tegangan inilah yang selanjutnya diumpankan ke basis transistor C945.

    Transistor akan aktif ketika tegangan basisnya lebih besar dari 0,7 Volt. Maka,

    ketika basisnya mendapat tegangan 3 Volt (saat photodioda terkena sinar inframerah),

    transistor aktif. Aktifnya transistor ini akan menyebabkan mikrokontroler mendapatkan

    logika low dan LED indikator akan mati. Hal sebaliknya akan berlaku ketika photodioda

    tidak mendapatkan pantulan sinar inframerah.

    3.7 Perancangan Driver Penggerak Motor DC (Jembatan H)

    Untuk menghindari dinding, maka robot harus dapat mengendalikan perputaran

    rodanya. Robot menggunakan 2 buah motor DC 6 Volt untuk menggerakkan rodanya,

    dimana 1 motor digunakan untuk menggerakkan roda kanan dan yang lainnya untuk

    menggerakkan roda kiri. Motor DC akan berputar searah/berlawanan arah dengan jarum

    jam jika salah satu kutubnya diberi tegangan positif dan kutub yang lainnya diberi

    tegangan negatif. Dan motor DC akan berputar kearah sebaliknya jika polaritasnya

    dibalik. Dengan sifat yang demikian, maka dibutuhkan suatu rangkaian yang dapat

    membalikkan polaritas yang diberikan ke motor DC tersebut, sehingga perputaran motor

    DC dapat dikendalikan oleh rangkaian tersebut. Dan jika rangkaian tersebut dihubungkan

    dengan mikrokontroler AT89S52, maka pergerakan motor dapat dikendalikan oleh

    program.

    Rangkaian untuk mengendalikan perputaran motor DC tersebut adalah sebuah

    rangkaian yang dikenal dengan jembatan H (H Bridge). Jembatan H ini terdiri dari 4 buah

    transistor, dimana 2 buah transistor bertipe NPN dan 2 buah transistor lagi bertipe PNP.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 46

    Ke-4 transistor ini dirangkai sedemikian rupa sehingga dengan memberikan sinyal low

    atau high pada rangkaian maka perputaran motor dapat diatur. Pemilihan transistor ini

    disesuaikan dengan karakteristik arus masukannya ( IB ) dan nilai resistor.

    Untuk perintah maju, maka robot akan memutar maju kedua motor, motor kanan

    dan kiri. Untuk perintah mundur, maka robot akan memutar mundur kedua motor.

    Sedangkan untuk memutar/berbelok kekanan, maka robot akan memutar maju motor

    sebelah kiri dan memutar mundur motor sebelah kanan, sehingga dengan demikian maka

    robot akan memutar/berbelok kearah kanan. Hal sebaliknya dilakukan jika robot berputar

    ke sebelah kiri. Rangkaian jembatan H, ditunjukkan pada gambar 3.6.

    Gambar 3.6. Rangkaian Jembatan H

    Pada rangkaian di atas, jika P0.0 diset high yang berarti P0.0 mendapat tegangan

    5 volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 (IB = 0,015A) yang disebelah kiri akan

    aktif. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan mendapat

    tegangan 0 volt dari ground. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri

    atas diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 47

    TIP 127 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini aktif (transistor

    tipe PNP akan aktif jika tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34 volt; IB = 0,006A).

    Aktifnya transistor PNP TIP 127 ini akan mengakibatkan kolektornya terhubung ke

    emitor sehingga kolektor mendapatkan tegangan 6 volt dari Vcc.

    Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah

    diumpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor TIP

    122 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini tidak aktif (transistor

    tipe NPN akan aktif jika tegangan pada basis lebih besar dari 0,7 volt; IB = 0,006A).

    Karena transistor TIP 122 ini tidak aktif, maka kolektornya tidak terhubung ke emitor,

    sehingga kolektor tidak mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.

    Karena kolektor TIP 122 dihubungkan dengan kolektor TIP 127 yang

    mendapatkan teganagan 5 volt dari Vcc, maka kolektor dari TIP 122 juga mendapatkan

    tegangan yang sama. Hal ini menyebabkan kaki motor sebelah kiri mendapatkan

    tegangan 5 volt (polaritas positif).

    Agar motor dapat berputar ke satu arah maka kaki sebelah kanan motor harus

    mendapatkan tegangan 0 volt (polaritas negatif). Hal ini diperoleh dengan memberikan

    logika low (0) pada P0.1 mikrokontroler AT89S52.

    Pada gambar rangkaian 3.6, jika P0.1 diset low yang berarti P0.1 mendapat

    tegangan 0 volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 yang disebelah kanan tidak akan

    aktif. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan mendapat

    tegangan 5 volt dari Vcc. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kanan atas

    diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor TIP

    127 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini tidak aktif Karena

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 48

    transistor PNP TIP 127 tidak aktif maka kolektornya tidak terhubung ke emitor sehingga

    kolektor tidak mendapatkan tegangan 5 volt dari Vcc, tetapi mendapatkan tegangan yang

    berasal dari transistor TIP 122 yang berada di bawahnya.

    Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah

    diumpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor TIP

    122 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini menjadi aktif. Karena

    transistor TIP 122 ini menjadi aktif, menyebabkan kolektornya terhubung ke emitor,

    sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.

    Karena kolektor TIP 122 yang mendapatkan teganagan 0 volt dari ground

    dihubungkan dengan kolektor TIP 127, maka kolektor dari TIP 127 juga mendapatkan

    tegangan yang sama. Hal ini menyebabkan kaki motor sebelah kanan mendapatkan

    tegangan 0 volt (polaritas negatif). Hal ini akan menyebabkan motor akan berputar ke

    satu arah tertentu.

    Sedangkan untuk memutar motor ke arah sebaliknya, maka logika yang diberikan ke P0.0

    adalah low (0) dan logika yang diberikan ke P0.1 adalah high (1).

    3.8 Perancangan Program

    Dalam menjalankan misinya, robot forklift dilengkapi dengan sensor dinding agar

    robot ini tidak bertabrakan dengan dinding. Diagram alir dari program yang akan dibuat

    dapat dilihat pada gambar 3.7.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 49

    START

    Cek sensordinding depan

    kiri

    Cek sensordinding depan

    kanan

    Belok Kanan

    Cek sensordinding depan

    depan dankanan

    Belok Kiri

    Cek sensordinding depandepan dan kiri

    Belok Kiri

    Belok Kanan

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    Ya

    Ya

    Ya

    Ya

    Maju

    Gambar 3.7 Diagram Alir dari Program

    Pertama-tama robot akan melakukan pengecekan sensor dinding. Jika sensor

    dinding sebelah depan kiri memberikan logika 0,maka robot akan rutin belok kanan dan

    sebaliknya jika sensor depan kiri tidak memberikan logika 0, maka yang dilakukan

    adalah pengecekan sensor depan kanan jika berlogika 0 maka robot akan rutin belok kiri.

    Jika sensor depan depan dan sensor depan kanan yang berlogika 0 maka rutin yang

    dikerjakannya adalah belok kiri, sedangkan sensor depan depan dan sensor depan kiri

    yang memberikan logika 0 maka rutin yang dilakukannya adalah rutin belok kanan.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 50

    Apabila tidak ada sensor yang aktif (dinding tidak terdeteksi), maka robot akan maju.

    Demikian seterusnya.

    Pergerakan robot diatur logika yang dihasilkan dari sensor dinding. Sensor

    dinding akan memberikan informasi keberadaan dinding pada mikrokontroler.

    Mikrokontroler akan mengirimkan perintah untuk mengarahkan robot untuk menghindari

    dinding (halangan) yang ada.

    Program yang dibuat adalah sebagai berikut:

    utama:

    mov a,p2

    cjne a,#0ffh,e

    acall maju

    ret

    e:

    cjne a,#0bfh,f

    acall bel2

    sjmp utama

    f:

    cjne a,#0b7h,g

    acall bel2

    sjmp utama

    g:

    cjne a,#0dfh,h

    acall bel1

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 51

    sjmp utama

    h:

    cjne a,#0d7h,i

    acall bel1

    sjmp utama

    i:

    cjne a,#0f7h,utama

    acall bel1

    sjmp utama

    tunda:

    mov r7,#100

    tnd:

    mov r6,#255

    djnz r6,$

    djnz r7,tnd

    ret

    maju:

    clr p0.0

    setb p0.1

    clr p0.3

    setb p0.2

    mov r7,#100

    djnz r7,$

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 52

    clr p0.4

    clr p0.5

    clr p0.6

    clr p0.7

    mov r7,#75

    djnz r7,$

    ret

    bel1:

    mov r6,#5

    belka:

    mov r5,#1

    belok_kanan:

    clr p0.0

    setb p0.1

    clr p0.2

    setb p0.3

    mov r7,#220

    djnz r7,$

    acall matibel

    djnz r5,belok_kanan

    djnz r6,belka

    ret

    bel2:

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 53

    mov r6,#5

    belki:

    mov r5,#1

    belok_kiri:

    setb p0.0

    clr p0.1

    setb p0.2

    clr p0.3

    mov r7,#245

    djnz r7,$

    acall matibel

    djnz r5,belok_kiri

    djnz r6,belki

    ret

    matibel:

    clr p0.0

    clr p0.1

    clr p0.2

    clr p0.3

    mov r7,#1

    djnz r7,$

    ret

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • BAB 4

    PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

    4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya

    Pengujian pada rangkaian catu daya ini dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran

    dari rangkaian ini dengan menggunakan voltmeter. Dari hasil pengujian pada saat baterai

    penuh, maka didapatkan tegangan keluaran pertama sebesar 6.2 volt dan tegangan

    keluaran yang kedua sebesar 5.1 volt. Pada saat baterai lemah, maka didapatkan tegangan

    keluaran pertama sebesar 5,3 volt dan tegangan keluaran yang kedua sebesar 4.5 volt.

    Walaupun tegangan keluaran pertama tidak tepat 6 volt, dan tegangan keluaran kedua

    tidak tepat 5 volt, robot tetap bekerja namun jalannya semakin lambat. Hal ini disebabkan

    karena kurangnya tegangan yang dibutuhkan untuk memutar motor. Dengan demikian

    rangkaian ini telah berjalan dengan baik.

    Vo 1

    (Volt)

    Vo 2

    (Volt)

    6,2 5,1

    6,2 5,1

    6,2 5,1

    6,0 5,0

    5,8 4,9

    5,5 4,7

    5,3 4,5

    Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Rangkaian Catu Daya

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 55

    4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

    Untuk mengetahui rangkaian mikrokontroler ini sudah bekerja dengan baik, maka

    dilakukan pengujian. Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan program

    sederhana pada mikrokontroler AT89S52. Programnya adalah sebagai berikut:

    loop:

    setb p2.7

    acall tunda

    clr p2.7

    acall tunda

    sjmp loop

    tunda:

    mov r7,#0ffh

    tnd:

    mov r6,#0ffh

    djnz r6,$

    djnz r7,tnd

    ret

    Program ini ditujukan untuk menghidupkan LED yang terhubung pada p2.7, dan

    kemudian mematikannya kembali selama selang waktu tertentu secara terus menerus.

    Perintah setb p2.7 akan menyebabkan p2.7 akan berlogika high, yang akan menyebabkan

    transistor aktif. Aktifnya transistor akan memicu hidupnya LED. Perintah acall tunda

    akan menyebabkan LED tersebut akan menyala selama selang waktu tertentu. Setelah itu,

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 56

    dengan perintah clr p2.7, p2.7 akan berlogika low. Hal ini menyebabkan LED mati. LED

    akan mati selama beberapa saat karena adanya pemanggilan waktu tunda kembali yang

    ditandai dengan perintah acall tunda. Keadaan ini akan berulang ulang, sehingga LED

    akan terlihat kelap kelip.

    Jika program tersebut diisikan, kemudian nyala LED terlihat kelap kelip maka

    rangkaian tersebut telah bekerja dengan baik.

    p2.7 LED

    1 Nyala

    0 Mati

    Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Port 2.7 Mikrokontroler

    4.3 Pengujian Rangkaian Sensor Dinding

    Rangkaian ini dikatakan baik apabila ketika photodioda terkena pantulan

    inframerah, LED indikator akan menyala dan tegangan keluarannya jika diukur adalah 0

    V. Demikian sebaliknya, ketika photodioda tidak terkena pantulan inframerah, LED

    tidak akan menyala, dan tegangan kelurannya jika diukur adalah 5 V.

    Jangkauan sensor ini dapat diatur, sesuai dengan besarnya nilai hambatan yang

    ingin diberikan (ditrimp). Pada rangkaian yang digunakan ini, sensor dapat mendeteksi

    keberadaan dinding maksimal sejauh 30 cm di depan sensor.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 57

    Tabel 4.3 Pengujian Sensor Dinding

    4.4 Pengujian Pengendali Pergerakan Motor (Motor driver)

    Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan input

    rangkaian ini ke rangkaian mikrokontroler AT89S52 dan menghubungkan outputnya ke

    motor DC.

    Langkah selanjutnya adalah mengisikan pada mikrokontroler program sederhana

    untuk memutar motor DC tersebut. Program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S52

    untuk memutar motor ke satu arah tertentu adalah:

    Setb P0.0

    Clr P0.1

    Perintah Setb P0.0 akan memberikan logika high ke P0.0 dan perintah Clr P0.1 akan

    memberikan logika low ke P0.1. Untuk membuat motor berputar kearah sebaliknya

    adalah,

    Clr P0.0

    Setb P0.1

    Perintah Clr P0.0 akan memberikan logika low ke P0.0 dan perintah Setb P0.1 akan

    memberikan logika high ke P0.1. Dengan demikian arah perputaran motor sudah dapat

    dikendalikan oleh program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S52.

    Dinding Logika Vout (volt)

    Terdeteksi 0 0.05

    Tidak Terdeteksi 1 4.8

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 58

    Input Putaran (Motor)

    1 0 Kanan

    0 1 Kiri

    Tabel 4.4. Pengujian Putaran Motor DC

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Photodioda sensitif terhadap cahaya, sehingga mudah terganggu dengan

    adanya sinar matahari.

    2. Makin banyak tambahan sinar infra merah, maka jarak pantulannya pada

    dinding akan semakin jauh.

    3. Data yang dikirimkan oleh sensor akan diolah oleh Mikrokontroler AT89S52

    untuk mengambil keputusan pada sistem robot.

    4. Robot bekerja secara otomatis untuk menemukan barang dan mengangkatnya

    tanpa menabrak dinding. Hal ini disebabkan oleh adanya sensor pada robot

    tersebut.

    5.2 Saran

    1. Robot pada proyek ini hanya menggukan media Inframerah sebagai pemberi

    instruksinya, sehingga dalam pemberian instruksi hanya dapat dilakukan dari

    jarak yang dekat, maka sebaiknya pemberian instruksi pada robot dilakukan

    dari jarak jauh ataupun menggunakan radio frekuensi.

    2. Motor penggerak dari robot ini hanya menggunakan motor DC biasa sehingga

    pergerakan robot kurang sempurna, maka sebaiknya digunakan motor yang

    lebih presisi dan daya yang lebih besar agar dapat memperbaiki keakuratan

    robot dalam mengikuti track-nya.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • 59

    3. Sensor yang digunakan pada robot sebaiknya menggunakan komponen yang

    lebih berkualitas agar dapat menghasilkan pembacaan yang optimal.

    4. Disain robot sebaiknya dibuat dengan seimbang terhadap titik beratnya dan

    dengan bentuk yang benar-benar tepat untuk mendukung penampilan dan

    unjuk kerjanya.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • Daftar Pustaka

    Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua,

    Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2004

    Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler AT89C51,

    Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003

    Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit:

    Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

    Widodo, S.Si, Mkom, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Penerbit: Elex Media

    Komputindo, Jakarta, 2004.

    Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

  • Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007. USU Repository 2009

    halaman depanPERNYATAANPERSETUJUANPENGHARGAANABSTRAKDAFTAR ISIDAFTAR GAMBAR dan TABELbab 1Bab 2BAB 3BAB 4Bab 5Daftar Pustakagbr rangkaian