09E00284
description
Transcript of 09E00284
-
1
PENGARUH JENIS BAHAN PENGEMAS TERHADAP KUALITAS PRODUK CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
SEGAR KEMASAN SELAMA PENYIMPANAN DINGIN
TESIS
Oleh
NAOMI NOVITA SEMBIRING
067025002/TI
S
EK O L A
H
PASCASARJ
ANA
SSEEKKOOLLAAHH PPAASSCCAASSAARRJJAANNAA UUNNIIVVEERRSSIITTAASS SSUUMMAATTEERRAA UUTTAARRAA
MM EE DD AA NN 22000099
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
2
PENGARUH JENIS BAHAN PENGEMAS TERHADAP KUALITAS PRODUK CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
SEGAR KEMASAN SELAMA PENYIMPANAN DINGIN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Industri
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
NAOMI NOVITA SEMBIRING
067025002/TI
SSEEKKOOLLAAHH PPAASSCCAASSAARRJJAANNAA UUNNIIVVEERRSSIITTAASS SSUUMMAATTEERRAA UUTTAARRAA
MM EE DD AA NN 22000099
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
3
Judul Tesis : PENGARUH JENIS BAHAN PENGEMAS TERHADAP KUALITAS PRODUK CABAI MERAH
(Capsicum annuum L.) SEGAR KEMASAN SELAMA PENYIMPANAN DINGIN
Nama Mahasiswa : Naomi Novita Sembiring Nomor Pokok : 067025002 Program Studi : Teknik Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) ( Ir. Harmein Nasution, MSIE) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Tanggal lulus : 16 Maret 2009
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
4
Telah diuji pada
Tanggal : 16 Maret 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Anggota : 1. Ir. Harmein Nasution, MSIE
2. Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng
3. Ir. Mangara M. Tambunan, MSc
4. Ir. Rosnani Ginting, MT
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
5
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jenis bahan pengemas terhadap kualitas produk cabai merah (Capsicum annuum L.) segar kemasan selama penyimpanan dingin.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan dua faktor yaitu: Jenis Bahan Pengemas (P): daun pisang (P1), kertas stensil (P2), LDPE (P3), dan stretch film (P4); dan Lama Penyimpanan (L): 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu. Parameter yang dianalisa adalah susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, nilai organoleptik (tingkat kepedasan, tekstur, warna, dan aroma), dan pertambahan nilai.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis bahan pengemas memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, nilai organoleptik tekstur, warna, dan aroma. Jenis larutan garam jenuh memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kepedasan.
Lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, nilai organoleptik tekstur, warna, dan aroma. Lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap tingkat kepedasan.
Kombinasi perlakuan antara jenis bahan pengemas dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap nilai organoleptik tekstur, warna, dan Aroma. Kombinasi perlakuan antara jenis bahan pengemas dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap susut bobot dan kadar air. Kombinasi perlakuan antara jenis bahan pengemas dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C dan tingkat kepedasan.
Pertambahan nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan penggunaan daun pisang sebagai pengemas dan penyimpanan selama 4 minggu, sedangkan pertambahan nilai terendah diperoleh pada perlakuan penggunaan kertas stensil sebagai pengemas dan penyimpanan selama 1 minggu.
Daun pisang sebagai pengemas dan lama penyimpanan 4 minggu memberikan kualitas cabai merah (Capsicum annuum L.) segar kemasan yang masih dapat diterima oleh panelis selama penyimpanan dingin dan memberikan pertambahan nilai tertinggi. Kata Kunci: jenis bahan pengemas, daun pisang, kertas stensil, Low Density Poly Ethylene (LDPE), stretch film, lama penyimpanan, pertambahan nilai.
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
6
ABSTRACT This research is aimed to analyze the relation of package varians on the quality of fresh red chili (Capsicum annuum L.) packaged product during cold storage. The research had been performed by using Factorial Completely Randomized Design (CRD), with two factors i.e. package varians (P): banana leaves (P1), Stencil paper (P2), LDPE (P3), and stretch film (P4); and time of storage (L): 1 week, 2 weeks, 3 weeks, and 4 weeks. Parameters observed were weight loss, moisture content, vitamin C content, organoleptic value (spicy degree, textur, colour, and smell), and value added. The result showed that package varians had highly significant effect on weight loss, moisture content, vitamin C content, organoleptic value of textur, clour, and smell. Package varians had high significant effect on spicy degree. Time of storage had highly significant effect on weight loss, moisture content, vitamin C content, organoleptic value of textur, colour, and smell. Time of storage had no significant effect on spicy degree. The combination of package varians and time of storage had highly significant effect on organoleptic value of textur, colour, and smell. The combination of package varians and time of storage had high significant effect on weight loss and moisture content. The combination of package varians and time of storage had no significant effect on vitamin C content and spicy degree. Banana leaves and 4 weeks of storage had the highest value added and stencil paper and 1 weeks storage had the lowest value added. Banana leaves and 4 weeks of storage showed more acceptable quality of fresh red chili (Capsicum annuum L.) packaged product by panelist during cold storage. Key words: package varians, banana leaves, stencil paper, Low Density Poly
Ethylene (LDPE), stretch film, time of storage, value added.
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada
waktunya. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah penanganan pasca panen
dan analisis nilai tambahnya, dengan judul Pengaruh Jenis Bahan Pengemas
terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Segar Kemasan
Selama Penyimpanan Dingin.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
Prof. Dr. Ir. A.R. Matondang, MSIE, selaku ketua komisi pembimbing atas arahan,
bimbingan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan tesis ini.
Ir. Harmein Nasution, MSIE, selaku anggota komisi pembimbing, atas arahan,
bimbingan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan tesis ini.
Dr.Ir. Elisa Julianti, MSi, selaku ketua Departemen Teknologi Hasil Pertanian dan
kepala laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, yang telah membimbing penulis dalam menyusun tesis ini dan pada
saat seminar hasil.
Ir. Rona J. Nainggolan, SU, yang memotivasi penulis untuk meneliti lebih lanjut
tentang keunggulan daun pisang sebagai pengemas.
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
8
Prof. DR. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku ketua Program Studi Teknik
Industri dan komisi penguji saat ujian tesis.
Ir. Mangara Tambunan, MSc, selaku komisi pembanding sejak kolokium hingga
seminar hasil, dan selaku komisi penguji saat ujian tesis.
Ir. Rosnani Ginting, MT selaku komisi penguji saat ujian tesis.
Aulia Ishak, ST, MT selaku komisi pembanding saat seminar hasil.
Ir. Nazlina, MT selaku komisi pembanding saat kolokium.
Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Teknik Industri Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas semua pengetahuan yang telah
diberikan.
Kedua orang tua penulis, kakanda Evi Fluorentina Sembiring dan Binanta
Sembiring, adinda Thori Titani Sembiring, sahabatku Ripho Richardo Tarigan, STP,
Devy A. Rahayu, dan Rosmidah.
Teman-teman S2 Teknik Industri SPs USU angkatan 6,7, dan 8.
Seluruh pihak yang pernah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang
namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Medan, Maret 2009 Penulis,
Naomi Novita Sembiring
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
9
RIWAYAT HIDUP
Naomi Novita Sembiring, dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 20
November 1984. Anak ketiga dari empat bersaudara, anak dari Drs. Simon
Sembiring, MBA dan Nurmiaty Kaban, beragama Kristen Protestan.
Penulis menyelesaikan pendidikan SMU pada tahun 2002 di SMU Negeri 1
Medan dan melanjutkan pendidikan strata 1 di Universitas Sumatera Utara Jurusan
Teknologi Pertanian dengan IPK 3,69. Pada September 2006, melanjutkan
pendidikan strata 2 di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program
Studi Teknik Industri.
Selama menempuh pendidikan di strata 1, penulis pernah menjadi asisten
mata kuliah Teknologi Hasil Tanaman Industri, Teknologi Fermentasi, dan
Enzimologi. Penulis akan memulai karirnya sebagai CPNS di Kabupaten Karo
sebagai Instruktur Pertanian pada tahun 2009.
Selama menempuh pendidikan strata 2, penulis pernah bekerja paruh waktu
pada perusahaan jasa konsultasi manajemen Proactive Management Service (PMS) di
Hotel Best Western Medan. Penulis pernah mengikuti beberapa seminar tentang ISO
22000 dan pengembangan pribadi.
Medan, 16 Maret 2009 Naomi Novita Sembiring
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
10
DAFTARISI
Halaman ABSTRAK ...................................................................................................... i ABSTRACT.................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 9 1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................... 9 1.5 Hipotesis Penelitian .......................................................... 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 11 2.1 Tinjauan Umum Cabai Merah .......................................... 11 2.2 Manfaat dan Kandungan Gizi Cabai Merah ..................... 13 2.3 Pascapanen Cabai Segar.................................................... 16 2.4 Penyimpanan Dingin ........................................................ 18 2.5 Pengemasan .. ............................................................ 21 2.6 Perubahan Yang Terjadi Setelah Panen ........................... 27 2.6.1 Perubahan Berat..................................................... 28 2.6.2 Perubahan Kadar Vitamin C ................................. 30 2.6.3 Perubahan Tekstur ................................................. 30 2.6.4 Perubahan Warna, Aroma, dan Rasa .................... 32 2.7 Aspek Organoleptik........................................................... 33 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 36 3.1 Variabel Penelitian ............................................................ 36 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 37 3.3 Bahan Penelitian................................................................ 38 3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 38 3.5 Alat Penelitian ................................................................... 39 3.6 Metode Penelitian ............................................................. 39 3.7 Model Rancangan.............................................................. 41 3.8 Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 42
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
11
3.9 Parameter Penelitian.......................................................... 44 3.9.1 Susut Bobot ........................................................... 44 3.9.2 Kadar Air (dengan Metode Oven) ........................ 45 3.9.3 Kadar Vitamin C.................................................... 45 3.9.4 Nilai Organoleptik ................................................. 46 3.9.5 Tingkat Kepedasan ................................................ 47 3.10 Analisis Ekonomi Pertambahan Nilai ............................... 48 3.11 Jadwal Penelitian............................................................... 50 3.12 Skema Penelitian ............................................................... 51 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 52
4.1 Aspek Teknis ................................................................... 52 4.2 Susut Bobot (%) ............................................................... 53
4.2.1 Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Susut Bobot Cabai Merah Segar Kemasan ........................ 53 4.2.2 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot Cabai Merah Segar Kemasan................................... 55 4.2.3 Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot Cabai Merah Segar Kemasan ............................................. 57
4.3 Kadar Air (%) ................................................................... 62 4.3.1 Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Kadar Air Cabai Merah Segar Kemasan................................... 62 4.3.2 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air Cabai Merah Segar Kemasan................................... 64 4.3.3 Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air Cabai Merah Segar Kemasan......................................................... 66
4.4 Kadar Vitamin C (mg/100g bahan) .................................. 68 4.4.1 Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Kadar Vitamin C Cabai Merah Segar Kemasan ................. 68 4.4.2 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C Cabai Merah Segar Kemasan ................. 71 4.4.3 Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C Cabai Merah Segar Kemasan ............................................. 73
4.5 Tingkat Kepedasan (SU) .................................................. 73 4.5.1 Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Tingkat Kepedasan Cabai Merah Segar Kemasan ................ 73 4.5.2 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tingkat Kepedasan Cabai Merah Segar Kemasan ................ 75
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
12
4.5.3 Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Tingkat Kepedasan Cabai Merah Segar Kemasan................................... 75
4.6 Nilai Uji Organoleptik Tekstur (Numerik) ....................... 75 4.6.1 Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai Uji Organoleptik Tekstur Cabai Merah Segar Kemasan................................................................... 75 4.6.2 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Tekstur Cabai Merah Segar Kemasan................................................................... 77 4.6.3 Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Tekstur Cabai Merah Segar Kemasan...................... 79
4.7 Nilai Uji Organoleptik Warna (Numerik) ........................ 82 4.7.1 Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai Uji Organoleptik Warna Cabai Merah Segar Kemasan................................................................... 82 4.7.2 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Warna Cabai Merah Segar Kemasan................................................................... 84 4.7.3 Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Warna Cabai Merah Segar Kemasan ....................... 86
4.8 Nilai Uji Organoleptik Aroma (Numerik) ........................ 89 4.8.1 Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma Cabai Merah Segar Kemasan................................................................... 89 4.8.2 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma Cabai Merah Segar Kemasan................................................................... 91 4.8.3 Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma Cabai Merah Segar Kemasan....................... 93
4.9 Analisis Ekonomi Pertambahan Nilai .............................. 95 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 102
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 102 5.2 Saran ................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 105
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
13
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman 1. Kandungan Gizi Buah Cabai dalam tiap 100 gram................................... 15
2. Standar Nasional Indonesia Cabai Merah Segar ...................................... 35
3. Kombinasi Perlakuan Jenis Bahan Pengemas (P) dan Lama Penyimpanan (L)....................................................................................... 41
4. Skala Uji Hedonik Tekstur ....................................................................... 46
5. Skala Uji Hedonik Warna ........................................................................ 46
6. Skala Uji Hedonik Aroma ........................................................................ 47
7. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 50
8. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Parameter yang Diamati ....... 52
9. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati ............ 53
10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Susut Bobot (%).................................................................................................. 54 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%).................................................................................................. 56 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%) .................................................. 58 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Kadar Air (%) ...................................................................................................... 62 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ...................................................................................................... 64 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ...................................................... 66
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
14
16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Kadar Vitamin C (mg/100g bahan) .................................................................... 69
17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100g bahan) ..................................................................... 71 18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Tingkat Kepedasan (SU) ........................................................................................ 73 19. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai Uji Organoleptik Tekstur (Numerik) ........................................................ 76 20. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Tekstur (Numerik) .............................................................. 78 21. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Tekstur (Numerik).......... 80 22. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai Uji Organoleptik Warna (Numerik).......................................................... 83 23. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Warna (Numerik) ................................................................ 85 24. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Warna (Numerik) ........... 87 25. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma (Numerik) ......................................................... 89 26. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma (Numerik)................................................................ 91 27. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma (Numerik) ........... 94 28. Hasil Perhitungan Analisis Ekonomi Pertambahan Nilai Berbagai Bahan Pengemas yang Efektif dalam Mempertahankan Kesegaran Cabai Merah ........................................................................................................ 96 29. Tingkat Kualitas dari Parameter yang Dianalisa yang Diperoleh dari Setiap Pengemas ................................................................................................. 100
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
15
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 1. Skema Penanganan Pascapanen Cabai Merah/Skema Penelitian .............. 51
2. Histogram Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Susut Bobot Cabai Merah Segar Kemasan .......................................................... 55
3. Grafik Hubungan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot
Cabai Merah Segar Kemasan ..................................................................... 57 4. Grafik Hubungan Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama
Penyimpanan terhadap Susut Bobot Cabai Merah Segar Kemasan........... 59 5. Histogram Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Kadar
Air Cabai Merah Segar Kemasan............................................................... 63 6. Grafik Hubungan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air
Cabai Merah Segar Kemasan ..................................................................... 65 7. Grafik Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas dan Lama
Penyimpanan terhadap Kadar Air Cabai Merah Segar Kemasan .............. 67 8. Histogram Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Kadar
Vitamin C Cabai Merah Segar Kemasan ................................................... 70 9. Grafik Hubungan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar
Vitamin C Cabai Merah Segar Kemasan ................................................... 72 10. Histogram Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Tingkat
Kepedasan Cabai Merah Segar Kemasan .................................................. 74 11. Histogram Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai
Uji Organoleptik Tekstur Cabai Merah Segar Kemasan............................ 77 12. Grafik Hubungan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji
Organoleptik Tekstur Cabai Merah Segar Kemasan.................................. 79 13. Grafik Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas dan Lama
Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Tekstur Cabai Merah Segar Kemasan........................................................................................... 81
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
16
14. Histogram Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai
Uji Organoleptik Warna Cabai Merah Segar Kemasan ............................. 84 15. Grafik Hubungan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji
Organoleptik Warna Cabai Merah Segar Kemasan ..... ............................. 86 16. Grafik Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas dan Lama
Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Warna Cabai Merah Segar Kemasan........................................................................................... 88
17. Histogram Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai
Uji Organoleptik Aroma Cabai Merah Segar Kemasan............................. 90 18. Grafik Hubungan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji
Organoleptik Aroma Cabai Merah Segar Kemasan................................... 92 19. Grafik Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas dan Lama
Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma Cabai Merah Segar Kemasan........................................................................................... 95
20. Grafik Hubungan Pengaruh Jenis Bahan Pengemas dan Lama
Penyimpanan Terhadap Pertambahan Nilai Produk Cabai Merah Segar Kemasan..................................................................................................... 97
21. Hubungan antara Parameter yang Dianalisa dengan Tingkat Kualitas yang Diperoleh dari Setiap Pengemas ................................................................ 100
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
17
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman 1. Data Pengamatan Susut Bobot (%)........................................................... 109
2. Data Pengamatan Kadar Air (%) .............................................................. 110
3. Data Pengamatan Kadar Vitamin C (mg/100g bahan).............................. 111
4. Data Pengamatan Tingkat Kepedasan (SU) dalam ribuan........................ 112
5. Data Pengamatan Nilai Uji Organoleptik Tekstur (Numerik) .................. 113
6. Data Pengamatan Nilai Uji Organoleptik Warna (Numerik).................... 114
7. Data Pengamatan Nilai Uji Organoleptik Aroma (Numerik) ................... 115
8. Kuisioner Uji Organoleptik ...................................................................... 116
9. Kuisioner Uji Kepedasan ......................................................................... 117
10. Kuisioner Data Pengamatan Susut Bobot, Kadar Air, dan Kadar Vitamin C................................................................................................. 119 11. Kuisioner Uji Organoleptik Tekstur (Pengeriputan)................................. 120
12. Kuisioner Data Pengamatan Susut Bobot ................................................. 121
13. Kuisioner Data Pengamatan Kadar Air..................................................... 122
14. Kuisioner Data Pengamatan Kadar Vitamin C ......................................... 123
15. Data Pendukung ....................................................................................... 124
16. Spesifikasi Lemari Pendingin ................................................................... 126
17. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Daun Pisang Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 1 Minggu ............................................................................ 127
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
18
18. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Daun Pisang Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 2 Minggu ............................................................................ 129 19. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Daun Pisang Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 3 Minggu ............................................................................ 131 20. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Daun Pisang Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 4 Minggu ............................................................................ 133 21. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Kertas Stensil Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 1 Minggu................................................................................................... 135 22. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan LDPE Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 1 Minggu .............. 137 23. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan LDPE Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 2 Minggu .............. 139 24. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Stretch Film Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 1 Minggu................................................................................................... 141 25. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Stretch Film Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 2 Minggu................................................................................................... 143 26. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Stretch Film Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 3 Minggu................................................................................................... 145 27. Perincian Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Penggunaan Stretch Film Sebagai Pengemas Cabai Merah Segar Selama Penyimpanan 4 Minggu................................................................................................... 147 28. Informasi Seputar Kemasan Plastik dan Keamanannya ........................... 149
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu dari enam jenis
komoditas sayuran segar yang diekspor Indonesia ke beberapa negara seperti
Malaysia dan Singapura. Besarnya minat masyarakat dunia terhadap komoditi cabai
merah ini karena penggunaannya yang relatif sering dalam kehidupan sehari-hari
sebagai bumbu dapur atau rempah-rempah penambah cita rasa makanan. Menurut
Rukmana (1996) bahwa cabai menempati urutan paling atas di antara delapan jenis
sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia. Cabai merah
(Capsicum annuum L.) biasanya diekspor dalam bentuk segar dan bentuk kering
(serbuk dan utuh).
Ada satu fenomena yang biasanya terjadi pada saat panen raya cabai merah,
yaitu harga cabai merah yang turun drastis sedangkan jumlah panennya sangat tinggi,
sehingga petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga rendah tersebut dan
biasanya modal tanamnya tidak kembali. Petani cabai tetap menanggung resiko usaha
yang sangat tinggi, yang tercermin dari lebarnya kesenjangan harga terendah dan
tertinggi, yaitu antara Rp 2000/kg pada saat panen raya dan Rp 20000/kg (sampai 10
kali lipatnya) pada saat paceklik (Hutabarat dan Rahmanto, 1998), pada tahun 2007
harga terendah yaitu Rp. 7000/kg dan tertinggi Rp. 48000/kg, dan pada tahun 2008
menurut pengamatan di lapangan bahwa harga terendah Rp. 8.000/kg dan tertinggi
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
20
Rp. 35.000/kg. Meskipun harga pasar cabai sering naik dan turun cukup tajam, minat
petani yang membudidayakannya tidak pernah surut.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, bahwa seluruh cabai merah yang
dipasarkan di pusat pasar Medan (sepanjang jalan sutomo) berasal dari daerah
penanaman tanah Karo dan Aceh. Adapun daerah penghasil cabai di propinsi
Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo, Simalungun, Deli Serdang, Asahan,
Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, dan Kotamadya Medan. Berdasarkan data
Lampiran 15 Tabel 1 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Utara, 1993) dapat
dilihat bahwa musim tanam dan panen di Sumatera Utara adalah sepanjang tahun. Hal
ini memberikan fakta bahwa cabai tersedia sepanjang tahun di propinsi Sumatera
Utara, hanya saja sering terjadi kelebihan cabai merah segar di pasaran dan bila tidak
habis terjual maka cabai tersebut akan dijual dengan harga yang lebih murah dari
harga awalnya (Rp. 1.000/kg hingga Rp. 6.000/kg) dan bisa saja dibiarkan membusuk
di pasar.
Berdasarkan data Lampiran 15 Tabel 2 dan 3 (Badan Pusat Statistika Provinsi
Sumatera Utara, 2006) dapat dilihat bahwa produksi cabai pada tahun 2006 di
Provinsi Sumatera Utara mencapai 117.591 ton, sedangkan jumlah konsumsinya
hanya 36.201,6 ton. Ini menunjukkan telah terjadinya kelebihan produksi cabai
sebesar 81.389,4 ton dan akan menyebabkan harga jualnya rendah baik ditingkat
petani maupun distributor (pengumpul maupun pedagang). Kelebihan cabai ini bila
tidak ditangani atau diolah dengan cepat dan tepat akan menyebabkan harga jualnya
semakin menurun dan akhirnya bisa saja tidak ada harganya, dibuang akibat
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
21
busuk/tidak dapat diolah lagi. Ditingkat petani, biasanya cabai dijual sekaligus setelah
pemanenan selesai dalam satu hari, karena berdasarkan hasil pengamatan bahwa
cabai merah hanya tahan disimpan selama 2-3 hari, setelah itu maka cabai akan
mengalami penurunan mutu yaitu pelayuan yang berakibat pada menurunkan berat
cabai yang akan dijual.
Menurut Anonimous7 (2008) bahwa pada saat harga cabai merah turun karena
panen yang melimpah dan distribusi kurang cepat, maka cara yang dilakukan oleh
petani adalah membuang hasil panen cabai merahnya ke jalan raya. Adanya silo-silo
untuk menyimpan hasil panen sangatlah diperlukan agar komoditas pertanian (cabai
merah) yang disimpan dapat awet. Silo merupakan tempat untuk menyimpan
komoditas pertanian agar tetap awet. Silo untuk produk hortikultura biasanya berupa
ruang pendingin agar mengefektifkan pengawetan yang akan dilakukan.
Pendinginan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran
hasil pertanian, khususnya sayuran. Pendinginan akan memperlambat atau mencegah
terjadinya kerusakan tanpa menimbulkan gangguan pada proses pematangan dan
memperlambat perubahan yang tidak diinginkan (pelayuan), sehingga penerimaan
konsumen terhadap produk tersebut dapat dipertahankan selama mungkin. Teknologi
pascapanen yang biasanya diterapkan pada produk sayuran segar adalah teknologi
pendinginan dalam lemari pendingin (Refrigerated Air Cooling). Menurut Pantastico
(1997) bahwa penanganan pascapanen seperti pendinginan, disarankan untuk daerah
tropis. Untuk cabai merah segar, disarankan disimpan pada suhu 42-45oF (5.6-7.2oC)
dan kelembaban 90-95% agar dapat bertahan selama dua minggu. Agar lebih
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
22
mengefektifkan pengawetan yang akan dilakukan, biasanya selain ruang pendingin,
produk hortikultura perlu dikemas agar mutunya tidak menurun drastis selama
penyimpanan yang akan dilakukan.
Pengemasan merupakan kegiatan untuk melindungi kesegaran produk
pertanian saat pengangkutan, pendistribusian, dan atau penyimpanan agar mutu
produk tetap terpelihara (Anonimous3, 2004). Fungsi pengemasan adalah untuk
melindungi komoditi dari kerusakan fisis, mekanis, dan mikrobiologis; menciptakan
daya tarik bagi konsumen; dan memberikan nilai tambah pada produk; serta
memperpanjang daya simpan produk (Anonimous4, 2004).
Komoditas cabai sangat besar peranannya dalam menunjang usaha pemerintah
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani cabai, memperluas kesempatan
kerja, menunjang pengembangan agribisnis, meningkatkan ekspor sekaligus
mengurangi impor, dan melestarikan sumber daya alam. Di samping itu, cabai
penting artinya bagi penyediaan kebutuhan gizi masyarakat (Rukmana, 1996).
Untuk mengatasi masalah diatas serta mendukung usaha pemerintah dalam
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani maka perlu ditemukan suatu jenis
bahan pengemas yang paling efisien dan efektif dalam menambah umur simpan cabai
merah segar sampai harga jual cabai merah segar kembali normal bahkan meningkat.
Dengan tercapainya tujuan tersebut maka diharapkan pendapatan dan taraf hidup
petani cabai meningkat. Dengan teknologi pascapanen maka diharapkan dapat:
1. Mencegah kehilangan hasil produk pertanian, misalnya akibat penguapan dari
produk yang berlebihan (over transpiration)
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
23
2. Memperpanjang umur simpan (storage time) produk pertanian
3. Mempermudah penyimpanan dan distribusinya
4. Memberi nilai estetika untuk menarik konsumen, misalnya dari penampilannya
dengan adanya pengemasan
5. Meningkatkan value added produk pertanian, misalnya karena telah dikemas
dan karena bentuknya telah berubah menjadi serbuk instan.
Berdasarkan kesamaan tujuan dari teknologi pascapanen pendinginan dan
fungsi pengemasan yaitu dapat memperpanjang umur simpan maka perlu dilakukan
penelitian tentang hubungan jenis bahan pengemas terhadap kualitas produk cabai
merah (Capsicum annuum L.) segar kemasan selama penyimpanan dingin.
1.1 Perumusan Masalah
Pada kenyataannya bahwa produksi cabai merah berlebih pada tahun 2006
yaitu sebesar 31.968 ton. Kelebihan ini bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat
akan merugikan petani dan distributor karena harga jual cabai merah akan menurun
akibat membusuknya cabai merah tersebut. Petani cenderung membuang hasil
panenannya bila harga cabai merah menurun akibat panen yang melimpah dan
distribusi yang kurang cepat. Pada kondisi seperti ini petani sangat rugi, bahkan bisa
saja modal penanaman tidak kembali.
Sayuran merupakan komoditas yang mudah mengalami kerusakan setelah
pemanenan, baik kerusakan fisik, mekanis, maupun mikrobiologis. Padahal sebagian
besar dari produk tersebut lebih disukai untuk dikonsumsi dalam keadaan segar dalam
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
24
waktu yang lebih lama setelah panen (Pantastico, 1997). Oleh karena itu perlu
penanganan pasca panen yang memadai untuk mempertahankan kesegaran, mencegah
susut dan kerusakan. Menurut Anonimous7 (2008) bahwa dengan adanya silo dapat
membantu petani keluar dari masalah tersebut. Tetapi pada kenyataannya, silo-silo ini
belum ditemukan di Sumatera Utara. Dengan adanya silo ini, petani tidak lagi
membuang hasil panennya ke jalan raya, tetapi dapat disimpan di dalam silo-silo agar
awet dan akan dijual bila situasi pasar kembali normal. Kondisi lingkungan silo juga
perlu diatur agar tujuan pengawetan tersebut dapat tercapai. Dengan silo maka cabai
merah dapat tetap awet hingga beberapa waktu, sampai akhirnya akan dilepas ke
pasaran bila kondisi pasar sudah normal (petani bisa mendapatkan untung). Silo yang
biasanya digunakan untuk menyimpan produk hortikultura adalah ruang pendingin.
Tujuan pendirian silo (ruang pendingin) ini akan lebih efektif bila cabai merah
dikemas agar cabai terhindar dari segala pengaruh yang dapat mempercepat
penurunan mutunya. Pengemasan adalah proses perlindungan komoditi dari gangguan
faktor luar yang dapat mempengaruhi umur simpan komoditi dengan memakai bahan
tertentu. Selama pengemasan akan digunakan bahan pengemas yang berfungsi
sebagai pelindung komoditi pertanian dari gangguan faktor luar. Menurut hasil
pengamatan bahwa pengemas yang biasanya digunakan sebagai pelindung produk
hortikultura adalah daun pisang, kertas, dan plastik. Menurut Anonimous5 (2004)
daun pisang biasanya digunakan sebagai pelindung produk pertanian karena dianggap
dapat mencegah penguapan dari produk pertanian (akibat pengaruh udara panas dari
lingkungan luar atau selama distribusi). Menurut Anonimous6 (2007) kertas biasa
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
25
digunakan untuk membungkus sayuran karena dapat mencegah pelayuan komoditi
selama penyimpanan di lemari pendingin (rumah tangga). Menurut Winarno (1993)
plastik memiliki sifat yang kuat , ringan, inert (dapat melindungi bahan yang dikemas
dari pengaruh buruk lingkungan luar), fleksibel (dapat mengikuti bentuk bahan yang
dikemas), dan transparan. Semua jenis bahan pengemas di atas mudah ditemukan dan
sudah biasa digunakan untuk mengemas produk pertanian.
Identifikasi masalahnya yaitu:
1. Pada periode tertentu, produksi cabai berlebihan sehingga banyak yang
menumpuk di pasar dan busuk.
2. Kesegaran cabai merah hanya mampu bertahan selama 2-3 hari bila dibiarkan
di pasar.
3. Belum ada metode pengemasan yang tepat dalam mempertahankan kualitas
kesegaran cabai merah, sehingga masalah di atas belum dapat diatasi dengan
tepat.
Adapun batasan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Bahan Pengemas yang digunakan yaitu daun pisang, kertas stencil, Low
Density Poly Ethylene (LDPE), dan Stretch film, yang akan digunakan untuk
mengemas cabai merah segar.
2. Pengemasan ini akan dilakukan pada kondisi penyimpanan dingin
menggunakan lemari pendingin dengan suhu 6oC.
3. Kualitas yang akan dianalisa adalah aspek organoleptis cabai merah segar.
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
26
4. Sumber harga yang digunakan dalam perhitungan analisis ekonomi berasal dari
review harga dan wawancara dengan pengusaha pada bulan Mei 2008, dan
dianggap tetap.
5. Analisis ekonomi yang akan dibahas hanya berupa pertambahan nilai.
6. Penelitian ini ditujukan untuk petani dan tidak mengkaji aspek implementasinya
di lapangan.
Dari identifikasi dan batasan masalah tersebut maka masalah di atas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh jenis bahan pengemas terhadap kualitas cabai merah
(Capsicum annuum L.) segar kemasan selama penyimpanan dingin?
2. Bagaimana pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas cabai merah
(Capsicum annuum L.) segar kemasan selama penyimpanan dingin?
3. Bagaimana pengaruh jenis bahan pengemas dan lama penyimpanan terhadap
kualitas cabai merah (Capsicum annuum L.) segar kemasan selama
penyimpanan dingin?
1.3 Tujuan Penelitian
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
27
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jenis bahan pengemas
dan lama penyimpanan terhadap kualitas produk cabai merah (Capsicum annuum L.)
segar kemasan selama penyimpanan dingin.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Sebagai sumber informasi pada penanganan pascapanen cabai merah
(Capsicum annuum L.) secara penyimpanan dingin dengan menggunakan
berbagai bahan pengemas.
b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu penanganan
pascapanen yang menyangkut kualitas produk hortikultura.
c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu pascapanen produk
hortikultura.
2. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi petani cabai
merah untuk dapat mempertahankan kualitas cabai merah segarnya selama
beberapa waktu. Dengan demikian petani dapat menjual cabai merah
segarnya saat harga kembali normal atau naik.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan usulan bahan pengemas yang terbaik
untuk mengemas cabai merah segar, sehingga kualitasnya dapat
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
28
dipertahankan sampai beberapa waktu dan sekaligus dapat memberikan nilai
tambah bagi produk cabai merah segar.
1.5 Hipotesis Penelitian
a. Jenis bahan pengemas berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk cabai
merah (Capsicum annuum L.) segar kemasan.
b. Lama penyimpanan berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk cabai
merah (Capsicum annuum L.) segar kemasan.
c. Jenis bahan pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh signifikan
terhadap kualitas produk cabai merah (Capsicum annuum L.) segar kemasan.
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Cabai Merah
Tanaman cabai menurut sejarahnya berasal dari Ancon dan Huaca Prieta di
Peru. Berikut ini merupakan klasifikasi botanis tanaman cabai:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Sympetale
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L. (Cabai besar)
C. frustescens L. (Cabai kecil)
(Rukmana, 1996).
Sebagian besar masyarakat di dunia hampir dapat dipastikan telah mengenal
cabai. Cabai lazim disebut pepper, hot pepper, chili, atau sweet pepper (paprika),
dengan nama ilmiah Capsicum spp. Di beberapa daerah di Indonesia cabai sering
disebut lombok atau cabe. Pendayagunaan cabai dalam kehidupan sehari-hari
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
30
umumnya untuk keperluan bumbu dapur ataupun rempah-rempah penambah cita rasa
makanan atau masakan (Rukmana, 1996).
Menurut Apandi (1984), bahwa cabai secara botanis termasuk dalam
golongan buah. Atas dasar kebiasaan dan kesepakatan umum, komoditi yang
biasanya dimakan sebagai teman nasi yaitu kentang, kangkung, cabai, dan tomat
termasuk dalam golongan sayuran. Sedangkan komoditi yang biasanya dimakan
dalam bentuk segar dan terpisah dari nasi termasuk golongan buah-buahan.
Cabai merupakan komoditas yang akrab di telinga masyarakat Indonesia dari
lapisan terbawah sampai kelas elit ini memang sering menjadi isu nasional. Pasalnya,
harga cabai sangat fluktuatif. Suatu ketika dijual dengan harga Rp. 300,00/Kg, namun
pernah pula ditawarkan dengan harga Rp. 23.000,00/Kg. Hasil penelitian IPB tahun
1997 membuktikan harga cabai lebih banyak dipengaruhi suplai. Bila suplai kurang
maka harga langsung naik (Trubus, 1999).
Hortikultura terbagi menjadi tiga golongan tanaman yaitu tanaman buah-
buahan, tanaman sayuran, dan tanaman hias. Hasil panen tanaman hortikultura
mampu untuk disimpan dalam jangka waktu lama asalkan dipikirkan faktor
tanamannya. Seperti juga kandungan air tanaman, temperatur lingkungan
penyimpanan, makin besar terjadinya penyusutan kandungan air hasil panen (Arief,
1990). Temperatur lingkungan penyimpanan yang tidak terkendali akan
menyebabkan penyusutan kandungan air hasil panen. Salah satu indikator penurunan
mutu hasil panen yaitu terjadinya penyusutan kandungan airnya (kelayuan).
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
31
Di pasaran, dikenal cabai merah keriting, cabai merah besar, dan cabai hijau.
Sesuai dengan namanya, buah cabai merah keriting berbentuk panjang mengeriting
dan rasanya relatif lebih pedas dibandingkan dengan cabai merah besar dan cabai
hijau. Cabai merah besar adalah cabai besar yang bentuknya bulat memanjang dan
lurus. Sementara itu, cabai hijau adalah cabai merah besar atau cabai keriting yang
dipetik ketika masih muda dan belum berubah menjadi merah (Anonimous7, 2008).
Cabai merah buahnya rata atau halus, agak gemuk, kulit buah tebal, kurang
tahan simpan, dan tidak begitu pedas. Cabai keriting buahnya bergelombang atau
keriting, ramping, kulit buah tipis, lebih tahan simpan, dan pedas. Cabai mempunyai
nilai ekonomis yang baik karena penggunaannya yang cukup luas. Selain itu, cabai
juga merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup potensial. Di pasaran
internasional, tiap tahunnya diperdagangkan sekitar 30000-40000 ton cabai (Santika,
2007).
2.2 Manfaat dan Kandungan Gizi Cabai Merah
Dewasa ini, penggunaan cabai tidak hanya untuk konsumsi segar, tetapi sudah
banyak diolah menjadi berbagai produk olahan seperti saus cabai, sambal cabai, pasta
cabai, bubuk cabai, obat anestesi, dan salep. Selain dicampur dalam bumbu masakan,
cabai juga dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar dan dicampur dengan berbagai
makanan. Penggunaan cabai sebagai appetizer banyak dimanfaatkan oleh orang
Meksiko. Cabai dimakan bukan sebagai bumbu melainkan sebagai penggugah selera
makan (Anonimous7, 2008).
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
32
Cabai merah dapat dipasarkan dalam berbagai bentuk, misalnya buah muda
atau cabai hijau, buah tua atau cabai merah, buah segar atau bahan industri (giling,
kering, tepung), olahan (sambal, variasi bumbu), dan hasil industri (oleoresin,
pewarna, dan rempah). Adapun pasar ekspor memiliki permintaan yang tinggi
terhadap kombinasi cabai segar, cabai kering, dan cabai beku. Peluang pemasaran
cabai merah menempati urutan teratas dibandingkan dengan cabai keriting dan cabai
rawit. Mencermati indikator permintaaan pasar, maka pengembangan agribisnis cabai
merah harus diarahkan pada sasaran pemenuhan kebutuhan pasar, yang meliputi
konsumen rumah tangga, lembaga (hotel, restoran, rumah sakit), dan industri
pengolahan bahan makanan, serta ekspor (Rukmana dan Yuniarsih, 2005).
Cabai mengandung capsaicin dan dihidrocapsaicin yang menyebabkan rasa
pedas. Pada saat ini, sudah ditemukan kandungan karotenoid (capsanthin, capsorubin,
carotene, dan lutein), lemak (9-17%), protein (12-15%), vitamin A dan C, serta
sejumlah kecil minyak menguap. Kandungan dalam minyak menguap mencapai 125
komponen dan 24 diantaranya sudah dapat diidentifikasi, diantaranya adalah 4 metil-
1 pentil-2-metil butirat, 3 dimetil-1-pentil-3-metil butirat, dan isohexyl isocaproat
(Santika, 2007).
Selain sebagai bumbu dan penggugah selera, cabai juga banyak digunakan
untuk terapi kesehatan. Dari berbagai hasil penelitian, ternyata buah cabai dapat
membantu menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan alergi. Cabai
juga dapat melancarkan sirkulasi darah dalam jantung. Khasiat cabai juga begitu
banyak disebabkan oleh senyawa capsaicin (C18H27NO3). Capsaicin yang merupakan
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
33
unsur aktif dan unsur pokok yang berkhasiat terdiri dari lima komponen capsaicinoid,
yakni nordihidro capsaicin, capsaicin, dihidro capsaicin, homo-capsaicin, dan homo
dihidro capsaicin (Anonimous7, 2008).
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Cabai dalam tiap 100 gram
Jenis Cabai Komposisi Gizi
Hijau besar Merah besar Keriting Merah besar
segar Rawit segar
Kalori (kal) 23,0 311,0 31,0 103,0
Protein (gr) 0,7 15,9 1,0 4,7
Lemak (gr) 0.3 6,2 0,3 2,4
Karbohidrat (gr) 5,2 61,8 7,3 19,9
Kalsium (mg) 14,0 160,0 29,0 45,0
Fosfor (mg) 23,0 370,0 24,0 85,0
Zat besi (mg) 0,4 2,3 0,5 2,5
Vitamin A (SI) 260,0 576,0 470,0 11050,0
Vitamin B1 (mg) 0,1 0,4 0,1 0,2
Vitamin C (mg) 84,0 50,0 18,0 70,0
Air (gr) 93,4 10,0 90,9 71,2
Sumber : Departemen Kesehatan RI (1981).
Senyawa tersebut dapat digunakan untuk pengobatan sirkulasi darah yang
tidak lancar pada tangan, kaki, dan jantung. Sewaktu anda mengkonsumsi cabai yang
berasa pedas (buah cabai merah mempunyai tingkat kepedasan 100-250.000 unit
scoville), terutama cabai merah dan cabai rawit, suhu tubuh akan meningkat sehingga
merangsang metabolisme tubuh. Akibatnya, sirkulasi darah lancar dan aliran nutrisi
pada jaringan tubuh meningkat. Jika digunakan sebagai obat luar, misalnya dioleskan
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
34
pada kulit, cabai bersifat analgesik yang dapat meringankan rasa pegal dan dingin
akibat rematik dan encok (Anonimous7, 2008).
Capsicol yang merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam buah cabai
juga bisa menggantikan fungsi minyak kayu putih untuk mengurangi rasa pegal-
pegal, rematik, sakit gigi, sesak napas, dan gatal-gatal. Salah satu obat luar yang
mengandung cabai adalah koyo. Di negara-negara yang mempunyai musim dingin,
cabai banyak dimanfaatkan bersama rempah-rempah lain untuk menghangatkan
tubuh dengan cara mencampurnya dalam masakan (Anonimous7, 2008).
2.3 Pascapanen Cabai Segar
Produk cabai merah bersifat mudah rusak, menyusut, dan cepat membusuk;
sehingga kegiatan penanganan panen dan pascapanen merupakan salah satu mata
rantai yang sangat penting. Teknik penanganan panen dan pasca panen cabai merah
yang baik akan dapat meningkatkan daya simpan dan daya guna semaksimal mungkin
(Rukmana dan Yuniarsih, 2005).
Tujuan utama penanganan pascapanen adalah memperkecil kehilangan dan
kerusakan produk panen. Besarnya kehilangan pascapanen sangat bervariasi menurut
komoditi dan tempat penghasil. Di negara berkembang diperkirakan sekitar 20%
sampai 50% terjadi kehilangan pascapanen. Sedangkan di negara maju sekitar 5%
sampai 25%. Perbedaan jumlah kehilangan itu disebabkan karena negara maju telah
menggunakan teknologi pascapanen yang memadai. Sebaliknya di negara
berkembang, Indonesia misalnya, penelitian terhadap kehilangan pascapanen belum
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
35
banyak diperhatikan. Keberhasilan penanganan tidak hanya dirasakan oleh produsen,
karena memperkecil kehilangan panen, tapi juga dirasakan oleh konsumen karena
mendapatkan komoditi sayuran dalam mutu terbaik (Anonimous1, 1992)
Penanganan pascapanen cabai segar melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pemilihan buah (seleksi dan sortasi)
1). Pilihlah buah cabai berdasarkan warna merah dan masih kehitaman.
2). Pisahkan buah cabai yang sehat dari buah yang sakit atau rusak (busuk).
2. Pengkelasan (klasifikasi)
1). Klasifikasikan buah cabai berdasarkan ukuran tertentu.
2). Jika untuk sasaran ekspor, pilihlah buah cabai yang panjangnya minimal 11
cm, bentuknya lurus, dan tidak terlalu matang.
3. Pengemasan
1). Kemaslah buah cabai dalam karung plastik yang tembus udara atau
keranjang bambu atau dos karton.
2). Jika buah cabai untuk sasaran pasar ekspor, tatalah buah cabai tersebut secara
rapi dalam kardus-kardus ukuran 30 cm x 40 cm x 50 cm berisi kurang lebih
20 kg; kardus tersebut harus berventilasi atau berlubang kecil.
4. Penyimpanan
1). Simpanlah buah cabai yang telah dikemas di tempat (ruang) yang teduh dan
cukup lembab, serta sirkulasi udaranya baik.
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
36
2). Jika fasilitas penyimpanan memungkinkan, simpanlah buah cabai dalam
ruang dingin (colt storage) yang suhunya rendah (antara 2oC 15oC) dan
kelembabannya tinggi (sekitar 90-95%) agar tetap segar selama 20 hari
(Rukmana, 1996).
Panen buah cabai untuk sasaran ekspor dipilih pada tingkat kematangan 85% -
90% saat warna buah merah kehitaman. Panen cabai untuk sasaran pasar lokal dipilih
buah-buah yang telah berwarna merah saja karena jarak pemasarannya relatif dekat
(Rukmana, 1996).
2.4 Penyimpanan Dingin
Penyimpanan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
mempertahankan kualitas komoditas hasil pertanian selama disimpan dengan upaya
memperpanjang daya tahan kesegaran, pengendalian laju transpirasi, respirasi, infeksi
jamur, dan lain-lain (Anonimous4, 2004).
Menurut Roedyarto (1997), ruang pendingin adalah suatu ruangan yang
dilengkapi dengan alat pendingin udara. Temperatur di dalam ruangan ini bisa diatur
sesuai dengan keinginan. Pada ruang pendingin biasanya dilengkapi juga dengan
termometer dan higrometer.
Penyimpanan tidak dapat meningkatkan mutu tetapi hanya mempertahankan
mutu saja, oleh karena itu sayuran yang akan disimpan pada suhu rendah harus
memenuhi syarat seperti sehat, karena sayuran yang sakit akan menulari yang lain,
seragam kematangannya, dan dikemas dalam kemasan yang baik untuk menghindari
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
37
menjalarnya penyakit, dan tidak boleh disimpan dengan bahan atau sayuran yang
berbau menyengat (Anonimous1, 1992).
Menurut Purba dan Karo-karo (1997), pendinginan sangat efektif untuk
pengawetan jangka pendek, karena dengan pendinginan dapat:
1. memperlambat pertumbuhan mikroba
2. memperlambat proses metabolisme pada jaringan tanaman dan hewan yang telah
dipotong
3. memperlambat reaksi-reaksi pencoklatan
4. memperlambat kehilangan air.
Negara tropis seperti Indonesia yang menghasilkan berbagai jenis buah dan
sayuran termasuk hasil kelautan sangat membutuhkan sarana pendinginan untuk
mengurangi kehilangan pasca panen dan menjaga kesegaran produk yang dihasilkan
(Kamaruddin, et.al., 2003). Suhu rendah mampu menghambat susut berat,
mempertahankan kadar air dan vitamin C dan memperpanjang umur simpan
(Darsana, et.al., 2003). Umur simpan yang pendek dapat mengakibatkan kerugian
yang cukup dan bahkan sangat besar baik secara ekonomis maupun pemanfaatannya.
Umumnya pendinginan digunakan untuk mengawetkan sayur-sayuran,
temperatur sekitar 40-50oF, untuk menjaga zat makanan, vitamin, dan mineral dalam
sayuran terpelihara. Proses ini hampir berhubungan dengan proses respirasi, pada
temperatur rendah kegiatan enzim berhenti bekerja (Arief, 1990).
Dengan penyimpanan suhu rendah diharapkan dapat menekan kecepatan laju
respirasi dan transpirasi. Penyimpanan suhu rendah tersebut dilakukan di atas suhu
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
38
titik beku, yaitu antara (-2o) 10oC. Penyimpanan suhu rendah sebaiknya harus
diimbangi dengan kelembaban nisbi yang optimal, agar kesegaran buah tetap terjaga
dan pengeriputan yang dapat mengakibatkan kehilangan bobot buah dapat ditekan
(Zuhairini, 1997).
Pendinginan buah dengan cepat setelah panen adalah cara yang sangat efektif
untuk menghilangkan panas lapang, karena dapat menurunkan kecepatan laju
respirasi, pematangan dan kemerosotan buah. Perbedaan temperatur antara air dan
buah, ukuran buah dan pengemasan akan menentukan laju respirasi/kecepatan
pendinginan dan waktu yang dibutuhkan untuk pendinginan (Chen, 1988).
Menurut Sitinjak, et al., (1993), pendinginan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Namun pada umumnya dengan prinsip yang sama yaitu memindahkan kalor dari
bahan ke suatu media pendingin seperti udara, air atau es. Waktu yang diperlukan
adalah 30 menit atau kurang, tetapi mungkin juga lebih dari 24 jam. Laju pendinginan
tiap komoditi tergantung atas 4 faktor, yaitu :
a. jumlah bahan
b. beda suhu bahan dengan media pendingin
c. kecepatan aliran media pendingin, dan
d. macam dari media pendingin.
Pendinginan mekanis tidak hanya mendinginkan makanan saja, akan tetapi
juga mengkondensasikan air pada evaporator dari sistem pendinginan. Air ini berasal
dari makanan. Oleh karena itu, perlu melindungi bahan pangan sedemikian rupa
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
39
sehingga suhu dapat terkendali dan kehilangan air pada tingkat minimum (Buckle, et
al., 1987).
Penurunan temperatur yang sedang-sedang saja, pada umumnya efektif untuk
memperpanjang daya simpan (storage life). Suhu rendah memperlambat aktivitas
fisiologis dari produk-produk, dan juga memperlambat aktivitas mikroorganisme
perusak. Tiap buah dan sayur ternyata memerlukan temperatur optimum bagi
penyimpanan, baik sewaktu transportasi maupun penggudangan. Temperatur yang
lebih rendah daripada temperatur optimum ini dapat menyebabkan kerusakan
pendinginan (Apandi, 1984).
Lemari es merupakan tempat menyimpan sayuran yang paling tepat, karena
hampir semua sayuran segar akan tahan lama di simpan di dalam suhu yang rendah
dan dalam kelembaban yang tinggi. Banyak lemari es yang suhunya telah memadai
tetapi udaranya terlalu kering. Oleh karena itu sayuran menjadi mudah rapuh
(Sumoprastowo, 2004).
2.5 Pengemasan
Pengemasan adalah kegiatan untuk melindungi kesegaran komoditas hasil
pertanian saat pengangkutan, pendistribusian, dan atau penyimpanan agar mutu
komoditas tetap terpelihara. Pengemasan harus memenuhi kaidah/prinsip penanganan
pasca panen yang baik dan tidak menimbulkan susut hasil atau sampah yang tinggi
(Anonimous4, 2004)
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
40
Pengemasan hasil pertanian ditujukan untuk membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan selama penanganan, pengangkutan, dan penyimpanan.
Disamping itu dapat pula untuk mencegah atau mengurangi serangan mikroba dan
serangga dengan menjaga tetap bersih. Kemasan juga dimaksudkan untuk melindungi
bahan/barang dari kemungkinan kerusakan fisik dan mekanis (memar, lecet, pecah,
belah, penyok, rusak oleh cahaya, dan lain-lain). Bahan/barang yang akan dikemas
hendaklah bersih dan bebas dari kotoran, cacat, atau rusak agar setelah dikemas
benar-benar tahan lama dan tidak cepat rusak (Wijandi, 2003).
Kemasan adalah suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk mengemas
suatu produk. Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau
mengawetkan produk pangan. Selain itu pengemasan juga merupakan penunjang bagi
transportasi, distribusi dan merupakan bagian penting dari usaha untuk mengatasi
persiapan dalam pemasaran. Dalam usaha sayur-sayuran banyak jenis kemasan yang
umum digunakan. untuk pengangkutan dari lahan ke pasar atau toko swalayan
biasanya digunakan peti kayu atau keranjang, baik yang terbuat dari anyam-anyaman
maupun dari plastik. Di toko swalayan, kemasan sayuran lebih canggih lagi, misalnya
kotak plastik atau lembaran plastik. Pada prinsipnya kemasan-kemasan tersebut
berfungsi sebagai wadah atau tempat, penunjang cara penyimpanan dan transportasi,
alat pelindung dalam pemasaran, dan memperindah penampilan
(Rahardi, et al., 2006).
Bahan kemasan yang digunakan adalah bahan alami maupun buatan. Bahan
kemas alami seperti daun, bambu, peti kayu, dan goni masih banyak digunakan
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
41
terutama untuk kemasan hasil pertanian dan produk agroindustri tradisional, seperti
keranjang dan bongsang bambu, peti kayu, karung goni, daun kelapa/pisang, pandan,
dan lain-lain. Penggunaan bahan kemas yang bersifat alami ini memberikan nilai
estetika tersendiri, baik dari segi penampilan maupun ciri khas produk yang
dikemasnya. Ditinjau dari segi keberadaannya, bahan kemasan alami masih banyak
terdapat di daerah-daerah di Indonesia dengan harga relatif murah lagi pula tidak
memberikan dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan (ramah lingkungan),
malah sebaliknya bahan kemasan ini dapat terurai oleh bakteri secara alamiah,
sehingga dapat berfungsi sebagai produk lain (kompos). Akan tetapi bilamana tidak
segera ditangani, maka limbah bahan kemas alami ini dapat pula memberikan
dampak negatif, dengan memberikan cemaran karena aroma yang dihasilkan dari
proses penguraian tersebut dapat menghasilkan bau yang tidak sedap (Wijandi, 2003).
Daun pisang, daun kelapa, daun pandan, daun jati, dan daun raru dahulu
sering digunakan untuk mengemas hasil pertanian. Hanya saja saat ini, semua daun
tersebut selain daun pisang sudah jarang digunakan karena sulit diperoleh dan daun-
daun tersebut memiliki permukaan yang sempit, sehingga sulit mengemas hasil
pertanian yang berukuran besar.
Beberapa persyaratan bagi wadah untuk makanan yang perlu dipertimbangkan
antara lain permeabilitasnya terhadap udara/oksigen dan gas lain, tidak menyebabkan
penyimpangan warna dari bahan, tidak bereaksi (inert) dengan bahan, wadah harus
tahan oksidasi, tidak mudah bocor dan tahan panas, serta mudah dikerjakan secara
maksimal dan relatif murah (Purba dan Karo-Karo, 1997).
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
42
Efek pengawetan kemasan terhadap bahan pangan disebabkan oleh
kemampuan kemasan tersebut untuk mengisolasi bahan pangan dan melindungi
bahan pangan dari pengaruh luar/lingkungan. Efektifitas kemasan dalam pengawetan
tidak hanya tergantung dari kondisi kemasan, tetapi juga kondisi bahan pangan yang
akan dikemas dan perlakuan yang diberikan. Secara ideal, kemasan dapat
mengawetkan bahan pangan dengan mencegah terjadinya kerusakan mekanis,
keruskan kimiawi, dan kerusakan mikrobiologis. Namun demikian, tidak semua
kemasan dapat mencegah ketiga tipe keruskan tersebut dengan baik, karena masing-
masing kemasan mempunyai ambang batas kemampuan dan spesifikasi kegunaan
yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan penilaian dan pemilihan kemasan yang
tepaat jika ingin memdapatkan efek pengawetan yang optimum.
Fungsi pengemasan adalah untuk melindungi/mencegah komoditi dari
kerusakan mekanis, menciptakan daya tarik bagi konsumen, dan memberikan nilai
tambah produk serta memperpanjang daya simpan produk. Kemasan harus
disesuaikan dengan jenis produk atau komoditi yang akan dikemas (Anonimous3,
2004).
Jenis kemasan yang memanfaatkan bahan botanis (daun-daunan) berfungsi
bukan saja sebagai pelindung isinya dari debu atau agar tahan lama, tapi juga
merupakan upaya untuk membereskan, mengatur, merapikan makanan itu agar
mudah dan praktis dibawa-bawa, dipegang atau dibuka ketika hendak disantap. Selain
itu kemasan tersebut juga memberikan aroma tertentu pada makanannya (Sabana,
2005). Sejak dahulu kala daun pisang dikenal sebagai pembungkus alami untuk
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
43
makanan Indonesia. Selain tahan bocor, mudah didapat, daun pisang juga
memberikan aroma harum yang khas pada makanan. Agar daun pisang tidak mudah
robek atau pecah saat dilipat, biasanya digunakan jenis daun pisang batu.
Kertas sebagai bahan pengemas banyak digunakan dan masih akan
mempertahankan posisinya untuk jangka waktu yang lama karena harganya yang
murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya luas. Sifat-sifat pengemasan dari kertas
bervariasi tergantung dari proses pembuatannya dan perlakuan tambahan yang
diberikan. Kekuatan dan sifat-sifat mekanis dari kertas bergantung pada perlakuan
tambahan yang diberikan. Kekuatan dan sifat-sifat mekanis dari kertas tergantung
pada perlakuan pengisi dan pengikat. Sifat-sifat fisiko-kimia kertas, seperti
permeabilitas terhadap cairan, uap, dan gas, dapat dimodifikasi dengan penjenuhan,
pelapisan atau laminating karena kertas yang mudah sobek, tidak tahan air dan tidak
dapat dipanaskan (Winarno, 1993).
Kertas dibuat dari serat sellulosa dan merupakan bahan penyerap tinta, dapat
digunakan untuk menulis, membungkus dan mengemas. Pada umumnya kertas
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kertas kultural atau kertas halus
dan kertas industri atau kasar. Kertas kultural terdiri atas kertas cetak (misalnya kertas
cetak putih, kertas cetak berwarna, kertas gambar, dan kertas offset) dan kertas tulis
(misalnya kertas cek, kertas buku tulis, dan kertas cetak ketikan). Kertas industri
umumnya terdiri dari kertas untuk membungkus dan mengemas, misalnya kertas
kraft, kertas manila, kertas glassin, kertas kedap lemak, kertas anti-tornish, kertas
permanen, kertas pounch, kertas tissue, kerta krep, kertas lilin, kertas tahan basah dan
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
44
kertas koran. Manfaat kertas dalam industri pengemasan antara lain, sebagai kantong
amplop, mengemas produk yang akan dikapalkan, mengemas perak, photographi,
mengemas produk farmasi, dapat menjaga flavor produk yang dikemas, mengemas
keju, dan untuk tujuan dekorasi tergantung dari jenis kertas yang digunakan
(Susanto dan Saneto, 1994).
Penggunaan kertas sebagai bahan pembungkus telah meluas di masyarakat.
Biasanya digunakan kertas koran atau kertas bekas. Mulai dari untuk membungkus
sayuran, ikan kering, bumbu dapur, sampai aneka gorengan, peuyeum, dan
sebagainya. Padahal, jika bagian kertas yang bertinta terkena panas dari makanan,
minyak dari gorengan atau bagian cair dari makanan, maka tinta akan terlarut dalam
makanan. Tinta tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan.
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan
dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat,
thermoplastis, dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, oksigen, CO2.
Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1993). Harga
plastik untuk kemasan relatif cukup murah, dan tidak dapat dimungkiri lagi, bahwa
bahan baku kemasan dari jenis plastik tersebut sangat fleksibel, kuat, dan praktis
(ringan sehingga mudah dibawa ke mana saja) (Amrin, 1999).
Sifat mekanis jenis plastik Polietilen Densitas Rendah (PDR) atau Light
Density Poly Ethylene (LDPE) adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel, dan
permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
45
senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik
bagi gas-gas yang lain seperti oksigen (Nurminah, 2002).
Film didefiniskan sebagai lembaran fleksibel, yang tidak berserat dan tidak
mengandung bahan metalik. Film terbuat dari turunan sellulosa dan sejumlah resin
termoplastik. Film terdapat dalam bentuk roll, lembaran, dan tabung. Kemasan film
dapat digunakan sebagai pembungkus, kantong, tas, dan sampul, mengemas
tembakau, biskuit, mentega, dan obat-obatan (Susanto dan Saneto, 1994).
Film kemasan yang cocok untuk buah-buahan dan sayuran, terutama untuk
pembentukan atmosfir di dalam kemasan adalah film yang lebih permeabel terhadap
oksigen daripada terhadap karbondioksida. Penggunaan kemasan film dalam
penyimpanan dingin yang menguntungkan melalui respirasi produk yang dikemas,
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain suhu, kelembaban,
waktu selama produk berada dalam kemasan, jenis dan berat produk (Syarief dan
Halid, 1993).
2.6 Perubahan Yang Terjadi Setelah Panen
Proses kehidupan berupa proses kimiawi, proses fisika, proses biokimia, dan
proses mikrobiologis masih terus berlangsung setelah hasil pertanian dipanen. Ada
beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghambat keberlanjutan proses-proses
tersebut, di antaranya adalah dengan pengaturan suhu penyimpanan dan
pembungkusan untuk mengurangi kecepatan respirasi. Respirasi menyebabkan
kehilangan kadar air, sehingga hasil-hasil pertanian menjadi layu (Shakty, 2008).
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
46
Sayuran dan buah-buahan yang dipanen merupakan bentuk benda hidup. Oleh
karena itu komposisinya dan mutunya mengalami perubahan-perubahan karena
berlanjutnya kegiatan metabolisme setelah panen. Ketika masih terdapat pada
tanaman hidup, kehilangan karena transpirasi dapat diganti oleh cairan tanaman yang
mengandung air, mineral-mineral, dan bahan-bahan hasil fotosintesis. Sesudah panen
dan tidak ada penggantian, maka kehilangan substrat dan air tidak dapat diganti dan
mulailah proses kemunduran (Apandi, 1984).
2.6.1 Perubahan Berat
Aktivitas fisiologis pada buah-buahan dan sayuran dalam beberapa hal biasa
menyebabkan kemunduran kualitas, dan dalam hal lain biasa menyebabkan derajat
kematangan yang dikehendaki. Misalnya pengurangan air, tidak dikehendaki karena
akan mengakibatkan kekeringan atau kelayuan (Apandi, 1984).
Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH)
udara di sekitarnya. Bila kadar air bahan rendah sedangkan RH di sekitarnya tinggi,
maka akan terjadi penyerapan uap air dari uadara sehingga bahan menjadi lembab
atau kadar airnya menjadi lebih tinggi. Bila suhu bahan lebih rendah (dingin)
daripada sekitarnya akan terjadi kondensasi uap air udara pada permukaan bahan
dapat dapat merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kapang atau
perkembangbiakan bakteri (Winarno, dkk., 1980).
Hasil tanaman pertanian yang telah dipanen merupakan struktur-struktur
hidup, oleh karena itu masih tetap melangsungkan berbagai aktivitas metabolisme.
Aktivitas metabolisme tersebut antara lain proses respirasi, yaitu proses pemecahan
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
47
oksidatif dari buah-buahan yang kompleks seperti pati, gula dan asam-asam organik
dalam sel menjadi molekul kecil seperti CO2, H2O, dan energi yang digunakan oleh
sel itu sendiri dan proses transpirasi (penguapan air). Besarnya tingkat respirasi
adalah petunjuk atau indikasi kecepatan perubahan-perubahan komposisi di dalam
buah (Sitinjak, dkk., 1993).
Susut pascapanen dapat dibedakan menjadi tiga macam kategori yang masing-
masing mempunyai implikasi ekonomis, yaitu :
a. susut fisik, yang diukur dengan berat.
b. susut kualitas, karena adanya perubahan wujud (appearance), cita rasa, warna,
atau tekstur yang menyebabkan bahan menjadi kurang disukai oleh konsumen.
c. susut nilai gizi.
Susut pascapanen karena proses fisiologis adalah akibat terjadinya proses transpirasi,
respirasi dan reaksi-reaksi lain yang ditimbulkan oleh suhu tinggi, suhu rendah, atau
kondisi lain yang tidak cocok (Purba, 1996).
Secara umum, penyusutan bahan hasil pertanian dibedakan atas penyusutan
kuantitatif dan penyusutan kualitatif. Penyusutan kuantitatif dinyatakan dalam susut
jumlah atau susut bobot. Penyusutan kualitatif berupa penyimpangan mutu bahan
seperti adanya penyimpangan rasa, warna, bau, nilai gizi (Syarief dan Irawati, 1988).
Proses respirasi dan transpirasi mengakibatkan kehilangan substrat dan air
sehingga terjadi perubahan susut bobot. Berat buah senantiasa menurun selama
pematangan dan penyimpanan buah (Winarno dan Aman, 1991).
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
48
Penurunan berat disebabkan karena masih berlangsungnya proses-proses
pemecahan karbohidrat menjadi sukrosa dan akhirnya menjadi glukosa dan fruktosa
yang kemudian akan dipecah menjadi CO2 dan H2O yang menguap sedangkan
penggantian substansi tidak ada, karena tidak terjadi lagi sintesa seperti pada waktu
hidup (Wills, et al., 1981).
2.6.2 Perubahan Kadar Vitamin C
Vitamin yang tergolong larut dalam air adalah vitamin C. Vitamin C dapat
berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat. Vitamin C disintesis
secara alami baik dalam tanaman maupun hewan. Vitamin C merupakan vitamin
yang paling mudah rusak. Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah
teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, dan
oksidator. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam
atau pada suhu rendah (Winarno, 1992).
2.6.3 Perubahan Tekstur
Tekstur buah-buahan dan sayuran bergantung pada ketegangan, ukuran,
bentuk, keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang, dan susunan tanamannya.
Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel, dan bergantung pada
konsentrasi zat-zat osmotik aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma, dan
elastisitas dinding sel. Vakuola itu mengandung berbagai asimilat dan metabolat
terlarut, yang mengakibatkan konsentrasi osmotik dalam sel. Dalam osmosis zat-zat
bergerak dari daerah dengan energi kinetik tinggi ke daerah dengan energi yang lebih
rendah. Cairan sel mempunyai jenjang energi lebih rendah karena zat-zat yang
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
49
terlarut didalamnya; sebagai akibatnya air berdifusi ke dalam sel. Difusi terus-
menerus meningkatkan jenjang energi sel dan berakibat naiknya tekanan, yang
mendorong sitoplasma ke dinding sel, dan menyebabkan sel menjadi tegang
(Pantastico, 1997).
Perubahan dari keras menjadi lunak disebabkan terjadinya perubahan senyawa
kimia dinding sel buah yang terdiri dari selulosa, hemisellulosa, lignin dan juga
pektin. Zat-zat pektin berfungsi sebagai perekat. Zat-zat tersebut merupakan derivat
asam poligalakturonat dan terdapat dalam bentuk protopektin, asam-asam pektinat,
pektin dan asam-asam pektat. Jumlah zat-zat bertambah selama perkembangan buah.
Sewaktu buah matang, kandungan pektat seluruhnya menurun (Wills, et al., 1981).
Tingkat kekerasan seringkali dipertimbangkan dalam menilai mutu fisik buah-
buahan dan biji-bijian serta hasil pertanian lainnya. Sifat kekerasan erat kaitannya
dengan komposisi bahan dan tingkat kematangan khususnya buah-buahan (Syarief
dan Irawati, 1988).
Tekstur merupakan segi penting dari mutu makanan, kadang-kadang lebih
penting daripada bau, rasa, dan warna. Karena kebanyakan makanan merupakan
sistem dispersi rumit, sangat sukar dalam menentukan kriteria objektif untuk
pengukuran tekstur. Dalam banyak kasus sukar juga untuk mengaitkan hasil yang
diperoleh dengan cara pengukuran menggunakan instrumen dengan jenis tanggapan
yang diperoleh dengan uji panel indra. Kerapuhan ialah sifat keretakan atau
kepatahan (deMan, 1997).
Naomi Novita Sembiring : Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin, 2009 USU Repository 2008
-
50
Perubahan yang nyata pula pada pemasakan buah-buahan dan penyimpanan
sayuran adalah menjadi lunaknya buah-buahan dan jaringan sayuran. Hal ini
disebabkan terutama oleh perubahan yang terjadi pada dinding sel dan lain-lain
substansi pektin, yaitu oleh larutnya dan depolimerisasi substansi pektin secara
progresif. Yang termasuk substansi pektin adalah protopektin, pektin, asam pektinat,
dan asam pektat. Struktur utama (basis) dari bahan-bahan pektin ini adalah rantai
panjang dari asam poligalakturonat. Pektin yang