09 menekan angka saidi melalui pola koordinasi yang efektif dan meningkatkan kinerja saifi

5
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT’S EDUCATIONS 2009 A1-38 MENEKAN ANGKA SAIDI MELALUI POLA KOORDINASI YANG EFEKTIF DAN MENINGKATKAN KINERJA SAIFI DENGAN PEMELIHARAAN PREDIKTIF Ir. Suhadi Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Tingkat kehandalan (standard kinerja) jaringan distribusi tenaga listrik, pada umumnya diukur dengan SAIDI (System Average Interruption Duration Index ), yaitu rata-rata lama padam per pelanggan per tahun ( Jam / pelanggan / tahun ) dan SAIFI ( System Average Interruption Frequency Index) yaitu rata-rata jumlah gangguan per pelanggan per tahun ( kali / pelanggan / tahun ). Kinerja SAIDI dan SAIFI yang buruk disamping akan berdampak pada kepuasan pelanggan terhadap pelayanan pasokan tenaga listrik yang berujung pada tingkat pengaduan yang tinggi, juga kerugian secara finansial berupa tuntutan ganti rugi, hilangnya Kwh jual, kerusakan asset, dll bagi pemasok dalam hal ini adalah PT.PLN sendiri. Ada beberapa cara untuk menekan angka SAIDI tersebut dapat dilakukan, diantaranya; 1) Dengan penambahan sistem remote kontrol pada Jaringan Tegangan Menengah, 2) Pemasangan Ground Fault Detector pads garde-garde distribusi, 3) Pemasangan Recloser , Sectionalizes dan lain-lain. Strategi yang dapat dilakukan dalam usaha menekan angka SAIFI salah satunya adalah melalui strategi pemeliharaan yang efektif. Makalah ini akan membahas perihal menekan kinerja SAIDI melalui pola koordinasi dan komunikasi yang efektif, utamanya pada saat petugas pelaksana gangguan melakukan pengusutan dan pemulihan jaringan akibat gangguan baik pada Jaringan Tegangan Rendah ( JTR ) maupun Jaringan Tegangan Menengah ( JTM ), dan juga dianalisa penyebab angka SAIFI tinggi dan bagaimana solusi untuk menekan angka SAIFI melalui strategi pemeliharaan prediktif yang efektif. Melalui Keppres No. 89/2002, diberlakukan penerapan sanksi terhadap PLN berupa kompensasi biaya beban sebesar 10 persen apabila pasokan tenaga listrik ke pelanggan tidak sesuai Tingkat Mutu Pelayanan ( TMP ) yang ditentukan. Di dalam TMP hanya tiga indikator yang ditetapkan pemerintah untuk dipenuhi PLN, yaitu Jumlah Gangguan ( Kali/plg/bln ), Lama Gangguan (jam/plg/bln ) dan kesalahan baca meter (kali/plg/tahun ). Kedua indikator TMP yaitu Jumlah dan Lama gangguan selama ini telah diukur melalui indikator SAIFI dan SAIDI. Nilai kinerja SAIFI pada unit tertentu rata-rata 0,623 kali / pelanggan / bulan, sehingga prediksi SAIFI yang terjadi adalah 7,45 kali/pelanggan/tahun . Pencapaian kinerja SAIFI tersebut tidak memenuhi target yang telah ditetapkan yaitu 0,47 kali/pelanggan/bulan atau 5,64 kali/pelanggan/tahun, sedang kinerja SAIDI yang baik maksimal adalah 2,5 jam / pelanggan /tahun Kata kunci : Kinerja SAIDI dan SAIFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menyikapi kondisi PLN saat ini dimana kritisnya masyarakat konsumen petanggan tenaga listrik PLN, serta mulai berlakunya secara efektif UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada tanggal 20 April tahun 2000, maka dirasa perlu memperhatikan sekaligus melaksanakan program-program antisipasi dengan selalu mewaspadainya untuk melakukan tugas pokok dengan sebaik-baiknya diantaranya adalah meningkatkan mutu pelayanan PLN kepada pelanggan dan mengantisipasi timbulnya tuntutan hukum atas pelayanan petugas PLN. Dari beberapa aspek penyebab belum terpenuhinya standar SAIDI yang ditargetkan PLN penulis hanya akan menyorotinya dari sisi pelayanan gangguan tentang tingkat mutu pelayanan dengan salah satu kegiatan utamanya adalah mengendalikan waktu pemulihan gangguan dan mengendalikan metode kerja petugas pelayanan gangguan. Kehandalan pendistribusian tenaga listrik ke konsumen, sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas asset peralatan, faktor lingkungan dari peralatan tersebut dan faktor pengelolaan asset / peralatan yang ada. Nilai kinerja SAIFI rata-rata 0,623 kali / pelanggan / bulan sehingga prediksi SAIFI adalah 7,45 kali/pelanggan/tahun. Pencapaian kinerja SAIFI tersebut tidak memenuhi (dibawah) target yang telah ditetapkan yaitu 0.47 kali/pelanggan/bulan atau 5,64 kali/pelanggan/tahun. Angka SAIFI yang tinggi menunjukkan tingkat kehandalan pendistribusian tenaga listrik ke konsumen sangat buruk. Sekaligus ukuran tingkat pengelolaan asset /

Transcript of 09 menekan angka saidi melalui pola koordinasi yang efektif dan meningkatkan kinerja saifi

Page 1: 09 menekan angka saidi melalui pola koordinasi yang efektif dan meningkatkan kinerja saifi

SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT’S EDUCATIONS 2009

A1-38

MENEKAN ANGKA SAIDI MELALUI POLA KOORDINASI YANG EFEKTIF DAN MENINGKATKAN KINERJA SAIFI

DENGAN PEMELIHARAAN PREDIKTIF

Ir. Suhadi Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Tingkat kehandalan (standard kinerja) jaringan distribusi tenaga listrik, pada umumnya diukur dengan SAIDI (System Average Interruption Duration Index ), yaitu rata-rata lama padam per pelanggan per tahun ( Jam / pelanggan / tahun ) dan SAIFI ( System Average Interruption Frequency Index) yaitu rata-rata jumlah gangguan per pelanggan per tahun ( kali / pelanggan / tahun ).

Kinerja SAIDI dan SAIFI yang buruk disamping akan berdampak pada kepuasan pelanggan terhadap pelayanan pasokan tenaga listrik yang berujung pada tingkat pengaduan yang tinggi, juga kerugian secara finansial berupa tuntutan ganti rugi, hilangnya Kwh jual, kerusakan asset, dll bagi pemasok dalam hal ini adalah PT.PLN sendiri.

Ada beberapa cara untuk menekan angka SAIDI tersebut dapat dilakukan, diantaranya; 1) Dengan penambahan sistem remote kontrol pada Jaringan Tegangan Menengah, 2) Pemasangan Ground Fault Detector pads garde-garde distribusi, 3) Pemasangan Recloser , Sectionalizes dan lain-lain. Strategi yang dapat dilakukan dalam usaha menekan angka SAIFI salah satunya adalah melalui strategi pemeliharaan yang efektif.

Makalah ini akan membahas perihal menekan kinerja SAIDI melalui pola koordinasi dan komunikasi yang efektif, utamanya pada saat petugas pelaksana gangguan melakukan pengusutan dan pemulihan jaringan akibat gangguan baik pada Jaringan Tegangan Rendah ( JTR ) maupun Jaringan Tegangan Menengah ( JTM ), dan juga dianalisa penyebab angka SAIFI tinggi dan bagaimana solusi untuk menekan angka SAIFI melalui strategi pemeliharaan prediktif yang efektif.

Melalui Keppres No. 89/2002, diberlakukan penerapan sanksi terhadap PLN berupa kompensasi biaya beban sebesar 10 persen apabila pasokan tenaga listrik ke pelanggan tidak sesuai Tingkat Mutu Pelayanan ( TMP ) yang ditentukan. Di dalam TMP hanya tiga indikator yang ditetapkan pemerintah untuk dipenuhi PLN, yaitu Jumlah Gangguan ( Kali/plg/bln ), Lama Gangguan (jam/plg/bln ) dan kesalahan baca meter (kali/plg/tahun ). Kedua indikator TMP yaitu Jumlah dan Lama gangguan selama ini telah diukur melalui indikator SAIFI dan SAIDI.

Nilai kinerja SAIFI pada unit tertentu rata-rata 0,623 kali / pelanggan / bulan, sehingga prediksi SAIFI yang terjadi adalah 7,45 kali/pelanggan/tahun . Pencapaian kinerja SAIFI tersebut tidak memenuhi target yang telah ditetapkan yaitu 0,47 kali/pelanggan/bulan atau 5,64 kali/pelanggan/tahun, sedang kinerja SAIDI yang baik maksimal adalah 2,5 jam / pelanggan /tahun

Kata kunci : Kinerja SAIDI dan SAIFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam menyikapi kondisi PLN saat ini dimana kritisnya masyarakat konsumen petanggan tenaga listrik PLN, serta mulai berlakunya secara efektif UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada tanggal 20 April tahun 2000, maka dirasa perlu memperhatikan sekaligus melaksanakan program-program antisipasi dengan selalu mewaspadainya untuk melakukan tugas pokok dengan sebaik-baiknya diantaranya adalah meningkatkan mutu pelayanan PLN kepada pelanggan dan mengantisipasi timbulnya tuntutan hukum atas pelayanan petugas PLN.

Dari beberapa aspek penyebab belum terpenuhinya standar SAIDI yang ditargetkan PLN penulis hanya akan menyorotinya dari sisi pelayanan gangguan tentang tingkat mutu

pelayanan dengan salah satu kegiatan utamanya adalah mengendalikan waktu pemulihan gangguan dan mengendalikan metode kerja petugas pelayanan gangguan.

Kehandalan pendistribusian tenaga listrik ke konsumen, sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas asset peralatan, faktor lingkungan dari peralatan tersebut dan faktor pengelolaan asset / peralatan yang ada. Nilai kinerja SAIFI rata-rata 0,623 kali / pelanggan / bulan sehingga prediksi SAIFI adalah 7,45 kali/pelanggan/tahun. Pencapaian kinerja SAIFI tersebut tidak memenuhi (dibawah) target yang telah ditetapkan yaitu 0.47 kali/pelanggan/bulan atau 5,64 kali/pelanggan/tahun. Angka SAIFI yang tinggi menunjukkan tingkat kehandalan pendistribusian tenaga listrik ke konsumen sangat buruk. Sekaligus ukuran tingkat pengelolaan asset /

Page 2: 09 menekan angka saidi melalui pola koordinasi yang efektif dan meningkatkan kinerja saifi

SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT’S EDUCATIONS 2009 A1-39

peralatan yang tidak baik. Angka kinerja SAIFI diatas 7 kali/pelanggan/tahun adalah sangat tinggi jika dibandingkan dengan angka kinerja SAIFI rata-rata negara lain yang dibawah 1,5. Nilai kinerja SAIFI secara berkelanjutan harus diturunkan, bukan hanya harus mencapai target yang ditetapkan oleh kantor Distribusi, tetapi terus ditingkatkan sampai titik optimum karena angka SAIFI akan sangat berpengaruh pada :

� Kerusakan asset / peralatan

� Adanya Kwh tak terjual

� Kebutuhan Sumber Daya Manusia.

� Kinerja SAIDI turun.

� Citra perusahaan yang buruk kepuasan pelanggan, dll

Urutan penyumbang terbesar dari angka SAIFI adalah SKTM (39%), SUTM(31%), Gardu Distribusi (16%), pekerjaan Pemeliharaan (11%), terakhir adalah masing-masing JTR dan SR.

Tabel 1. Kontribusi penyebab gangguan terhadap kinerja SAIFI No. JTM Penyebab Prosen Kontribusi

1 SKTM

Jointing 81

39 Kabel 14

Terminal 5

2 SUTM

GTJ 54

31 Lain-Lain 33

Cut Out 13

3 Gardu

Trafo 44

16 Kubikel 31

Lain-lain 25

4 Lain-lain 14

Kinerja SAIFI ditentukan oleh banyaknya

gangguan dan jumlah pelanggan yang padam, artinya satu kali gangguan yang menyebabkan banyak pelanggan padam maka akan berpengaruh besar pada SAIFI ( semakin buruk ). Gangguan pada jaringan tegangan menengah ( JTM ) meskipun secara jumlah kecil tetapi akan berpengaruh besar pada SAIFI karena berpengaruh banyak pelanggan padam. Maka data berikut disusun berdasarkan tingkat kontribusi terhadap SAIFI.

Penyumbang terbesar Penyebab gangguan SKTM adalah jointing / sambungan sebesar 81% kemudian karena kabel SKTM 14% dan termination 5%. Gangguan tidak jelas (GTJ) adalah penyumbang terbesar 54% dari keseluruhan penyebab gangguan SUTM, kemudian lain-lain 33% terdiri dari : jumper putus dan gangguan out door, sedangkan gangguan SUTM karena cut out adalah 13%.

Penyebab gangguan pada gardu distribusi adalah Trafo menduduki urutan tertinggi yaitu 44%, kemudian karena kubikel sebesar 31% dan sisanya 25% lain-lain. Dari keempat penyebab gangguan diatas maka penyumbang SAIFI yang dominan adalah :

� Jointing 81% dari SUTM atau 32% dari total kontribusi SAIFI.

� Gangguan tidak jelas 54% dari SUTM atau 17% dari total kontribusi SAIFI.

� Transformator Distribusi 44% dari Gardu distribusi atau 7% dari total kontribusi SAIFI.

� Kubikel 31% dari gardu distribusi atau 5% dari total kontribusi SAIFI.

B. Saidi dan Saifi B-1. Saidi

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kehandalan distribusi tenaga fistrik adalah SAIDI ( System Average Interruption Duration Index ) yaitu rata-rata lama padam per pelanggan per tahun ( jam / pelanggan / tahun ). SAIDI dihitung dengan rumus sebagai berikut : SAIDI = Total Jumlah Jam Pelanggan Padam

Total Jumlah pelanggan

Yang termasuk dalam perhitungan SAIDI adalah : 1. Semua gangguan yang mempengaruhi satu

atau lebih pelanggan, selama 5 menit atau lebih, akan dicatat dan dihitung.

2. Waktu gangguan akan mulai dihitung pada saat setelah mengetahui informasi adanya gangguan baik dari indikasi alarm maupun dari telepon konsumen.

3. Semua padam akibat pekerjaan terencana masuk dalam hitungan.

4. Industri besar dihitung sebagai satu pelanggan.

Yang tidak termasuk dalam perhitungan SAIDI adalah : 1. Gangguan yang disebabkan karena force

major ( kerusuban, bencana alam, dll ). 2. Padam kurang dari 5 menit tidak masuk dalam

perhitungan. 3. Padam setempat dimana pelanggan setuju

untuk tetap padam sampai waktu tertentu. 4. Padam setempat dimana ada masalah atau

hal-hal yang menyangkut keamanan terhadap peralatan pelanggan.

5. Padam setempat yang disebabkan karena instalasi dalam bangunan milik pelanggan tidak masuk dalam perhitungan SAIDI.

6. Padam karena permintaan pelanggan. B-2. Saifi

SAIFI ( System Average Interruption Frequency Index ) adalah jumlah rata-rata gangguan per pelanggan per tahun ( kali / pelanggan / tahun ).

Page 3: 09 menekan angka saidi melalui pola koordinasi yang efektif dan meningkatkan kinerja saifi

SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT’S EDUCATIONS 2009 A1-40

SAIFI dihitung dengan rumus sebagai berikut:

SAIFI = Jumlah total pelanggan padam Jumlah total pelanggan

Termasuk dalam perhitungan SAIFI adalah sama dengan perhitungan yang digunakan pada pada SAIDI Pemeliharaan adalah suatu usaha yang berkelanjutan untuk menjaga agar peralatan tetap beroperasi normal sesuai umur hidup, dari peralatan tersebut. Kebijakan pemeliharaan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

���� Breakdown/corrective maintenance Pemeliharaan hanya akan dilakukan

menunggu/setelah terjadi gangguan, dianut sejak mengenal pemeliharaan sampai akhir tahun 1950.

���� Preventive maintenance Pemeliharaan yang dilakukan secara teratur untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan. Dianut perusahaan (PLN) pada tahun 1950 sampai tahun 1960.

���� Predictive maintenance Pemeliharaan ini dilakukan dengan cara memonitor / memantau kondisi peralatan jaringan, analisis data dan pengukuran, juga melalukan evaluasi tanda-tanda penting terhadap kondisi peralatan.

���� Total Productive maintenance (TPM) Melibatkan dan partisipasi setiap orang dalam organisasi kearah optimalisasi kinerja peralatan. Model TPM merupakan konsep perbaikan berkelanjutan diseluruh aspek. Dianut dan terbukti efektif pada tahun 1987.

Secara histories keempat model pemeliharaan tersebut diatas dilakukan orang berdasarkan pengalaman. Mulai dari pemeliharaan breakdown yang sekarang sudah banyak ditinggalkan karena sangat tidak efektif sampai ke pemeliharaan produktif yang terbukti paling efektif. Beberapa metode yang secara umum dilakukan untuk meningkatkan kehandalan jaringan tegangan menengah adalah: � Mengurangi jumlah gangguan dengan :

tebang pohon kapanpun bila memungkinkan, potong dahan pohon sampai jarak yang aman bagi jaringan hal ini perlu keahlian khusus, pasang pengaman pohon atau binatang, pasang arrester, ada pengawas jaringan, dll.

� Batasi jumlah pelanggan yang padam dengan : pasang lebih banyak fuse, recloser dan sectionalizers.

� Melakukan koreksi terhadap peralatan yang kinerjanya memburuk, monitoring peralatan adalah bertujuan untuk mengetahui kondisi kinerja peralatan secara tepat sehingga tindakan koreksi yang diperlukan untuk memulihkan kesehatan / kinerja peralatan secara tepat dan efisien.

Beberapa metode untuk meningkatkan kehandalan tersebut diatas dapat dilakukan melalui : 1) Desain system, 2) Prosedur operasi, 3) Metode pemeliharaan C. Pembahasan

Jenis gangguan yang menyumbangkan atau kontribusi yang dominan adalah Jointing, gangguan tidak jelas, transformator distribusi, dan kubikel, maka kemungkinan penyebab jenis gangguan tersebut dan tindakan apa yang telah dilakukan adalah seperti tabel 2 terlampir. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebab-sebab gangguan telah teridentifikasi dan semua ada pola tindakan baik korektif maupun preventifnya. Berdasarkan realisasi pemeliharaan korektif maupun preventif ada ketidak pastian bahwa semua pola solusi tersebut dilakukan misalnya : oil treatment, pengawasan pekerjaan pihak III, ventilasi gardu, pasang heater, dll. Mengapa frekuensi gangguan masih tinggi? Untuk menganalisis dari prespektif yang lain misalnya : apakah sasaran pemeliharaan tepat sesuai dengan kondisi kinerja asset saat itu ?, seberapa cepat dan tepat tindakan pemeliharaan dibandingkan kecepatan degradasi dari kinerja asset itu sendiri ?, ada prioritas sesuai urgenitas kondisi kinerja asset ?, dll. Dalam melakukan pengusutan gangguan Jaringan Tegangan Menengah ( JTM) dan Jaringan "Tegangan Rendah (JTR) koordinasi komunikasinya belum serempak sehingga fungsi MASTER pengendali belum dapat berfungsi secara normal. Pelaksana gangguan Tegangan Menengah (TM) dan Tegangan Rendah ( TR ) yang berada di posko-posko Unit Pelayanan ( UP ) belum berfungsi maksimal disebabkan antara lain : Pembagian petugas yang belum seimbang antara pelaksana JTM dan JTR yang berada di posko dengan pelaksana yang berada di posko-posko UP. Terdapatnya pengelompokkan kunci-kunci gardu distribusi antar posko gangguan. Untuk memudahkan analisis, harus dilakukan inventarisasi dan meringkaskan kekuatan, kelemahan seperti diatas yang ada di bidang Opyanggu dengan mempergunakan analisis SWOT. Strategi SO,WO,ST,WT adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi beberapa permasalahan yang ada di Opyanggu sehingga kinerja SAIDI dapat diperbaiki. Strategi hasil analisis SWOT dapat dibuat rangking berdasarkan prioritas, yang mendesak dan sangat berpengaruh terhadap kinerja SAIDI baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang untuk segera ditindak lanjuti.

Dan rumusan masalah bidang Opyanggu utamanya adalah PERCEPATAN PEMULIHAN GANGGUAN, maka hal yang sangat mungkin dapat menunjang proses tersebut salah satunya adalah KOORDINASI OPERASI yang baik, ditunjang oleh kemampuan pelaksana yang memadai dan hubungan komunikasi yang efektif dan produktif, diharapkan TARGET SAIDI di UPJ

Page 4: 09 menekan angka saidi melalui pola koordinasi yang efektif dan meningkatkan kinerja saifi

SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT’S EDUCATIONS 2009 A1-41

Kramat Jati yang ditetapkan PLN dapat ditekan dan memenuhi target kinerjanya . Oleh karena itu beberapa solusi dari persoalan tersebut adalah antara lain 1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab yang Seimbang

Personil yang sudah menguasai dan mempunyai pengalaman bidang Tegangan Menengah harus dibagi seimbang diantara posko-posko yang ada, hal ini untuk memberikan motivasi, membagi pengalaman, pengetahuan sekaligus sebagai on the job training bagi personil yang tidak tahu / menguasai Jaringan Tegangan Menengah.

2. Penggabungan Personil TM dan TR Antara personil TM dan TR digabung

menjadi satu fungsi opersonal Opyanggu yang bertugas menanggulangi gangguan baik Tegangan Menengah maupun Tegangan Rendah sehingga lebih efisien dan efektif

3. Inhouse Training Mendata ulang petugas pelaksana dan

kompetensinya, selanjutnya diadakan TRAINING untuk menyeimbangkan kemampuan antara petugas pelaksana TM / TR, pada tahap awal hal ini dapat dilaksanakan oleh Asisten Manager Opyanggu dengan dibantu oleh para penanggung jawab, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat khusus seperti cara pengoperasian LBS dari beberapa tips dapat dilakukan di Diktat-diktat atau Vendor-vendor tertentu sesuai dengan tips-tips LBS yang pada umumnya terpasang di gardu-gardu Distribusi.

4. Menyatukan Turjasi Modifikasi kondisi ruang POSKO

GANGGUAN antara pelayanan gangguan TM dan TR menjadi satu dengan areal yang cukup memadai sehingga PUSAT pengendaliannya menjadi lebih efektif karena antara petugas piket pengatur TM / TR dapat seketika berkoordinasi) dan memantau kondisi proses pengendaliannya secara bersamaan.

5. Menyeragamkan Kanal Komunikasi Memperbaiki pola dari sistem

komunikasi yang lebih terpadu dan meminimalkan daerah BLANK SPOT ( tempat dimana hubungan komunikasi mengalami kesulitan ) dengan mempergunakan saluran komunikasi yang sama antar posko dan Piket Pengatur UPJ.

6. Membuat Kunci Master Tambahan

Masing-masing posko dibuatkan kunci master dengan posko dapat saling membantu dalam menanggulangi gangguan Tegangan Menengah. Koordinator posko sebagai penanggung jawab terhadap penggunaan kunci master tersebut yang

berdekatan, agar petugas Opyanggu dari posko yang berdekatan. Diharapkan dengan dilaksanakannya solusi-solusi di atas, maka indeks SAIDI dapat ditekan menuju ke arah perbaikan secara berkelanjutan.

D. Simpulan dan Saran D-1. Simpulan 1. Pengetahuan dan kemampuan operasional

60% personil bidang Opyanggu perlu ditingkatkan atau ditambah dengan inhouse training melalui diskusi, class room, training operasional ke supplier, on the job training dengan personil yang lebih mampu atau training ke DIKLAT.

2. Pengelompokkan kunci di setiap posko, menyebabkan kesulitan bagi petugas Opyanggu untuk saling membantu, dimana seringkali satu posko banyak gangguan sementara di posko yang berdekatan tidak ada gangguan.

3. Program pemeliharaan saat ini kurang efektif, tidak tepat sasaran, kurang berkorelasi positip terhadap angka SAIFI, tidak sesuai dengan realitas kondisi asset jaringan tenaga listrik, hal ini dibuktikan dengan adanya realisasi anggaran korektif jauh lebih besar dari realisasi anggaran pemeliharaan.

4. Strategi pemeliharaan prediktif lebih cocok diimplementasikan dan sesuai dengan kondisi pada umumnya dan strategi prediktif yang kuat merupakan pondasi yang baik untuk implementasi model.

D-2. Saran

1. Agar ke enam solusi diatas dapat diimplementasikan secara serentak sehingga dapat dilihat pengaruhnya pada kinerja SAIDI bersamaan dilakukan evaluasi terhadap kekurangan program tersebut dan dilakukan koreksi dan perbaikan segera.

2. Pemerataan/keseimbangan pembagian antara wilayah posko satu dengan posko lainya.

3. Ikut memonitor dan peduli terhadap peralatan kontrol seperti GFD dan fungsi peralatan Remote Control, Radio Komunikasi yang juga berfungsi untuk menekan angka SAIDI yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA

1. DR. Jangkung Karvantoro, MBA. 2002. Materi Training Program Kaderisasi Asman "Peduli Masalah dan Rancangan Solusi

2. Lembaga Pendidikan dan Pembmaan Manajemen ( PPM ). Minaut Indonesia.

3. Lembar Negara. 2002. "UUAlo.20 Tahun 2002 Tentang Ketenaga Listrikan

4. Lembar Negara. 1999. "NI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Page 5: 09 menekan angka saidi melalui pola koordinasi yang efektif dan meningkatkan kinerja saifi

SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT’S EDUCATIONS 2009 A1-42

5. Wayne Merris, Northeast Utilities. 2002. SAIDI and SAIFI, Meet Your New Owner.

6. www.nepo.go.th " Thailand distribution Utilities”

7. www.reliabi.lity.sandia.gov " Predictive Maintenance "

DAFTAR ISTILAH

APP Alat Pembatas dan Pengukur. BATEM Bagian Tegangan Menengah. CHI Kanal I saluran komunikasi radio.

DCC Distribution Control Center. GFD Ground Fault Detector. LBS Load Break Switch.

MCB Mini Circuit Breaker. OpVanggu Operasi dan Pelayanan Gangguan. PPG123 Pusat Pelayanan Gangguan. SAIFI System Average Interruption Frequency Index. SAIDI System Average Interruption Duration Index SWOT Analisis yang didasarkan pada

Strength Weakness Opportunity Threat dan mencari strategi yang diperlukan.

SIPA Seksi Pelayanan. TURJASI Pengatur Jaringan dan Deteksi. UUPK Undang-undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999. UUTK Undang-undang Tentang Ketenagalistrikan No.20 Tahun 2002.