08E00925_2

53
PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU AIR YANG DIMASUKKAN KE DALAM PERALATAN MAKAN MELAMIN YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh : IKA WULANDARI HARAHAP 031000052 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007 Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository © 2008

description

nn

Transcript of 08E00925_2

  • PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU AIR YANG DIMASUKKAN KE DALAM

    PERALATAN MAKAN MELAMIN YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007

    SKRIPSI

    Oleh :

    IKA WULANDARI HARAHAP 031000052

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2007

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • HALAMAN PERSETUJUAN

    Skripsi Dengan Judul :

    PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU AIR YANG DIMASUKKAN KE DALAM

    PERALATAN MAKAN MELAMIN YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007

    Yang dipersiapkan dan disidangkan oleh :

    IKA WULANDARI HARAHAP 031000052

    Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk disidangkan di hadapan peserta sidang

    Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Sumatera Utara

    Oleh : Dosen Pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II dr. Devi Nuraini Santi, Mkes Ir. Evi Naria, Mkes NIP. 132206389 NIP. 132049787

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • A B S T R A K

    Peralatan makan melamin merupakan sejenis plastik hasil kombinasi melamin dengan formaldehid yang menghasilkan melamin resin, yaitu polimer tahan panas dengan stabilitas yang sempurna.Di dalam penggunaan peralatan makan melamin paparan panas dan sinar ultraviolet sangat berpotensi memicu terjadinya peristiwa depolimerisasi, akibatnya partikel-partikel formaldehid muncul sebagai monomer dan menghasilkan racun yang berbahaya bagi kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif. Sampel diperoleh dari dari pusat pasar di kota Medan dan diperiksa di Balai Laboratorium Kesahatan Daerah Medan. Untuk mengidentifikasi formaldehid pada peralatan makan melamin menggunakan metode reaksi asam kromatropat dan untuk mengetahui kadar formaldehid menggunakan metode titrasi. Berdasarkan hasil penelitian di ketahui dari 6 sampel peralatan makan melamin yang terdiri dari 3 sampel cangkir dan 3 sampel mangkok sop yang dituang dengan suhu air yang berbeda , formaldehid mulai muncul pada suhu air 40C 100C. Terjadi perubahan kandungan formaldehid pada setiap suhu air yang dituangkan kedalam peralatan makan melamin sehingga menunjukkan kadar formaldehid yang bervariasi. Pada sampel cangkir melamin kandungan formaldehid berkisar antara 0,15 0,90 %, sedangkan pada mangkok sop melamin kandungan formaldehid berkisar antara 0,30 1,05 %. Hal ini menunjukkan kandungan formaldehid yang masuk kedalam tubuh sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia baik jangka panjang maupun jangka pendek. Disarankan perlu informasi bagi masyarakat dan produsen tentang bahaya formaldehid bagi kesehatan serta lebih ditingkatkan lagi pengawasan terhadap produk-produk yang menggunakan bahan kimia berbahaya yang beredar oleh Direktorat Perlindungan Konsumen. Kata kunci : Peralatan Makan Melamin, Formaldehid

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Ika Wulandari Harahap Tempat/Tanggal Lahir : P. Siantar / 30 Juli 1985 Agama : Islam Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 1 (Satu) Alamat Rumah : Jl. Sei Asahan 23B Medan Riwayat Pendidikan 1. Tahun 1991 1997 : SD Y.P.Keluarga P.Siantar 2. Tahun 1997 2000 : SLTP Y.P.Keluarga P.Siantar 3. Tahun 2000 2003 : SMU Bina Warga 1 Palembang 4. Tahun 2003 2007 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Pengalaman Organisasi 1. Tahun 2003 2004 : Dep. UPP HmI Koms FKM USU 2. Tahun 2003 2004 : Dep. Internal UKMI Ad-Dakwah USU 3. Tahun 2004 2005 : Bendahara Musollah Keputrian PHBI FKM USU 3. Tahun 2004 2005 : Bendahara KOHATI HmI Koms USU 4. Tahun 2005 2006 : Kabid Penelitian&PengembanganHmI Koms FKM 5. Tahun 2006 - 2007 : Kadis Agama PEMA FKM USU Pengalaman Kerja 1. Tahun 2005 : Tenaga Relawan Penanganan Psikologi Anak Korban

    Bencana Tsunami dengan KKSP Medan 2. Tahun 2006 : Surveyor Pemantauan Status Gizi (PSG), Pemantauan

    Konsumsi Gizi (PKG) dan Indeks Massa Tubuh WUS (IMT WUS) Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara

    3. Tahun 2007 : Tenaga Relawan Korban Pasca Banjir Aceh Tamiang dengan Jenggala Jakarta

    4. Tahun 2007 : Surveyor Pemantauan Status Gizi (PSG), Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara

    5. Tahun 2007 : Adm. di RS Ibu dan Anak Salam Medan

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

    PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID BERDASARKAN

    PERBEDAAN SUHU AIR YANG DIMASUKKAN KE DALAM PERALATAN

    MAKAN MELAMIN YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007.

    Skripsi ini disusun merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

    Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

    Utara.

    Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan

    bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis

    menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dekan

    Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

    2. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

    Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

    3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam

    penyempurnaan skripsi ini.

    4. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkam waktu

    untuk memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyempurnaan

    skripsi ini.

    5. Seluruh Dosen khususnya Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU

    yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam mengikuti perkuliahan

    di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

    6. Seluruh staf Pegawai dan karyawan terkhususnya KDian yang telah membantu

    kelancaran skripsi ini.

    7. Dra. Norma Sinaga, salaku Kepala Bagian Toksikologi Laboratorium Kesehatan

    Medan yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam

    penyempurnaan skripsi ini.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 8. Orang tua tercinta Papa (H. Harahap) dan Mama (Dewi Nurnawati) serta seluruh

    Keluarga Besar di Siantar dan Palembang yang senantiasa memberikan kasih

    sayang, nasehat, motivasi, doa serta bantuan moril dan materil yang tiada

    hentinya kepada penulis.

    9. Kelompok belajar Azzam : Diah, Ike, Uci, Nita, Heni, Hilda, Putri, Sukamto, Pi

    Aan, Fadli dan Mas Edwin. Terima kasih buat doa, saran, dan motivasi,yang

    diberikan.

    10. Keluarga Besar HmI Komisariat FKM USU yang telah banyak membuka

    wawasan dan pengalaman hidup bagi penulis.

    11. Seluruh teman teman di bagian Kesehatan Lingkungan, dan temen teman

    stambuk 2003, terima kasih buat dukungan, kerjasama, kebersamaan selama ini.

    12. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa penulis

    sebutkan satu persatu.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan

    bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

    Medan, Desember 2007

    Penulis

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    Halaman Pengesahan.............................................................................................. i Abstrak................................................................................................................... ii Daftar Riwayat Hidup........................................................................................... iii Daftar isi................................................................................................................ iv Daftar Tabel........................................................................................................ viii Daftar Gambar....................................................................................................... ix Daftar Lampiran..................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang........................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah.................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ 5 1.3.1. Tujuan Umum............................................................................ 5 1.3.2. Tujuan Khusus............................................................................ 6 1.4. Manfaat Penelitian...................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7

    2.1. Formaldehid............................................................................... 7 2.1.1. Pengertian Formaldehid............................................................. 7 2.1.2. Sifat Fisik dan Kimia Formaldehid............................................ 7 2.1.3. Kegunaan Formaldehid.............................................................. 8 2.2. Melamin..................................................................................... 9 2.2.1. Sejarah Melamin........................................................................ 9 2.2.2. Pengertian Melamin................................................................. 10 2.2.3. Proses Produksi Peralatan Melamin......................................... 10 2.2.4. Pemakaian Formaldehid pada Melamin................................... 12 2.2.5. Timbulnya Formaldehid Di Melamin...................................... 12 2.3. Jalur Masuk Formaldehid ke Dalam Tubuh............................ 13 2.4.6. Efek Formaldehid Pada Manusia............................................. 13 2.4.1. Efek Formaldehid Berdasarkan Dosis Pemaparannya............. 16 2.5. Penanganan Bila Terpapar Formaldehid................................. 17 2.6. Standar Kadar Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin. 18 2.3. Peranan Suhu Dalam Persiapan Makanan................................ 18 2.6. Pemeriksaan Formaldehid........................................................ 20 2.6.1. Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid........................................ 20 2.6.2. Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid...................................... 21 2.7. Kerangka Konsep..................................................................... 22

    BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 23

    3.1. Jenis Penelitian...................................................................... 23 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 23 3.2.1. Lokasi Penelitian...................................................................... 23

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 3.2.2.Waktu Penelitian..................................................................... 23 3.3. Objek Penelitian dan Sampel................................................... 23 3.4. Metode Pengumpulan Data.................................................... 25 3.4.1. Data Primer............................................................................ 25 3.4.2. Data Skunder.......................................................................... 25 3.5. Tehnik Analisa Data................................................................ 25 3.5.1. Alat dan Bahan........................................................................ 25 3.5.1.1. Alat-Alat............................................................................... 25 3.5.1.2. Bahan.................................................................................... 26 3.5.1.3. Cara Pembuatan Pereaksi..................................................... 26 3.5.2. Prosedur Analisa Peralatan Makan Melamin.......................... 26 3.6. Defenisi Operasional............................................................... 28

    BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................... 30

    4.1. Hasil pemeriksaan formaldehid............................................. 30 4.1.1. Hasil pemeriksaan kualitatif................................................. 30 4.1.2. Hasil pemeriksaan kuantitatif................................................ 31

    BAB V PEMBAHASAN............................................................................ 33 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 39 6.1. Kesimpulan.......................................................................... 39 6.2. Saran.................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Efek Akut Formaldehid Pada Kesehatan Manusia Pada Berbagai

    Konsentrasi........................................................................................ 16

    Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C............................................................................................30

    Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop

    Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C, 60C, 70C, 80C, 90C, 100C............................................................................................31

    Tabel 4.3.Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin

    Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C, 60C, 70C, 80C, 90C, 100C............................................................................................32

    Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop

    Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C,50C, 60C, 70C, 80C, 90C, 100C............................................................................................32

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Proses Produksi Peralatan Makan Melamin Gambar 2.2. Proses Uji Formaldehid

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : ASTDR tahun 2006 Lampiran 2 : Konversi rumus formaldehid Lampiran 3 : Perhitungan Kadar Formaldehid Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 6 : Hasil Pemeriksaan Uji Laboratorium

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

    meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

    agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya

    masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup

    dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

    pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia

    (Depkes,1999).

    Secara global, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas

    hidup manusia. Pada kenyataannya, gaya hidup masyarakat industri ditandai oleh

    pemakaian produk berbasis kimia. Hal itu merupakan tantangan yang besar terhadap

    bahan kimia bagi lingkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta

    mahluk hidup lain (UU RI,1997).

    Salah satu industri yang memanfaatkan bahan kimia dalam proses

    produksinya adalah industri peralatan rumah tangga yang sering digunakan dalam

    kehidupan sehari-hari sebagai wadah makanan dan minuman seperti piring, gelas

    mangkok, sendok dan peralatan makan lainnya.

    Perlindungan peralatan makan, minum dan masak dimulai dari keadaan

    bahan. Bahan yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan , mudah dicuci dan

    aman digunakan. Peralatan utuh, aman, dan kuat. Paralatan yang rusak mudah

    menimbulkan luka. Yang terbuat dari bahan logam beracun tidak dibenarkan.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Demikian pula bila terukir hiasan-hiasan merk atau cat pada permukaan tempat

    makanan tidak boleh digunakan (Depkes RI,1994).

    Peralatan makan, minum dan masak banyak dijumpai dalam kehidupan

    sehari-hari terbuat dari berbagai jenis bahan. Salah satunya adalah melamin. Produk

    pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak hanya bisa dibeli di

    toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima.

    Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak

    kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih

    unggul dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca.

    Melamin lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah. Harga peralatan melamin pun

    relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya (Harjono,2006).

    Namun dibalik kelebihannya, sebagian orang tidak menyadari bahwa melamin

    berpotensi membahayakan kesehatan manusia karena melamin menghasilkan

    monomer beracun yang disebut formaldehid (formalin).Senyawa yang tahan panas ini

    dipilih karena dianggap sangat cocok digunakan sebagai wadah makanan panas

    ataupun digunakan dalam microwave (Imam,2007).

    Beberapa zat dapat berpindah dari wadah makanan ke makanan yang ada di

    dalamnya. Kebanyakan zat kimia yang dapat berpindah dari bahan pengemas terbuat

    dari bahan polimer. Polimer sendiri biasanya bersifat inert (komposisi aman), tetapi

    komponen-komponennya-monomer yang terdapat dalam jumlah tertentu, sisa

    reaktan, zat antara, bahan bantu pengolahan, pelarut dan zat tambahan plastik, serta

    reaksi sampingan dan degradasi kimia dapat berpindah ke dalam makanan yang

    bersentuhan dengannya (Lu.C,1995).

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Berdasarkan kerjasama penelitian antara Yayasan Lembaga Konsumen

    Indonesia (YLKI) dan Universitas Indonesia, dari penelitian hasil air rebusan

    diketahui kandungan formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76 9,22

    mg/l

    Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Artha (2007) yang memeriksa

    kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin yang beredar di kota Medan,

    hasil penelitian tersebut diperoleh kandungan formaldehid yang bervariasi pada setiap

    sampel peralatan makan melamin. Diketahui bahwa untuk pemeriksaan secara

    kuantitatif, kandungan formaldehid tertinggi yang terdapat pada peralatan makan

    melamin sebesar 40,9 ppm dan kadar terendah sebesar 5,5 ppm, sedangkan dari hasil

    pemeriksaan formaldehid yang dimasukkan air panas dengan suhu 80C kedalam peralatan makan melamin diketahui kandungan formaldehid tertinggi mencapai 30,05

    ppm dan kadar terendah sebesar 2,1 ppm.

    Dari hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa sampel sangat rentan

    terhadap air panas sehingga memicu timbulnya formaldehid pada peralatan makan

    melamin tersebut. Kadar formaldehid yang dilepaskan peralatan melamin tersebut

    menunjukkan angka yang mencengangkan kerena tidak sesuai dengan standar acuan

    ISO 14528-3 tahun 1999 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menyatakan

    bahwa kandungan formaldehid yang diperbolehkan pada peralatan makan melamin

    adalah sebesar 3 ppm. Dan batas aman formaldehid menurut IPCS (International

    Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh

    adalah 1 miligram per liter.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Menurut Ariwahjoedi dalam Harjono (2006) melamin merupakan suatu

    polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid

    dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid

    akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin.

    Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat terjadi residu,

    yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga terjebak

    di dalam materi melamin. Sisa monomer formaldehid inilah yang berbahaya bagi

    kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia.

    Formaldehid dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena

    terjadinya proses depolimerisasi. Akibat proses ini, formaldehid terlepas menjadi

    monomer yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa paparan panas, sinar

    ultraviolet, gesekan, dan tergerusnya permukaan melamin hingga partikel

    formaldehid terlepas. Meski tahan di rentang suhu 120C, tapi karena menyerap panas, melamin tak tahan dipapar panas terlalu tinggi, apalagi terpapar dalam jangka

    waktu lama dan biasanya perangkat melamin sering digunakan untuk membuat

    minuman teh, kopi, atau makanan berkuah panas. Bila piring atau gelas tersebut

    terkena makanan atau minuman panas maka bahan formaldehid yang terdapat dalam

    gelas akan larut (Anonimous,2005b).

    Pengguna yang mengonsumsi makanan atau minuman panas yang sudah

    terkontaminasi formaldehid secara terus menerus, lambat laun dapat mengakibatkan

    kerusan hati, ginjal, dan jantung, dan dalam jangka panjang dapat berpeluang terkena

    penyakit kanker karena formaldehid bersifat karsinogen (Imam,2007).

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Begitu buruknya akibat yang ditimbulkan formaldehid bagi kesehatan

    manusia maka timbul minat penulis untuk meneliti kandungan formaldehid

    berdasarkan perbedaan suhu air yang dimasukkan kedalam peralatan makan melamin

    yang beredar di kota Medan. Adapun suhu air yang digunakan dalam perlakuan ini

    adalah suhu yang sering digunakan dalam mempersiapkan makanan dan minuman

    yaitu suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C, 60C, 70C, 80C, 90C,dan 100C, alasan peneliti mengambil suhu tersebut karena berdasarkan DepKes,2000

    menyatakan bahwa penyimpanan minuman dingin pada suhu 10C, minuman sejuk pada suhu 20C, penyimpanan makanan kering pada suhu 30C, dan penyajian makanan basah (kuah, sop dan gulai) disajikan pada suhu di atas 60C dan untuk air mendidih dengan suhu 100C. 1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dari latar belakang, telah diketahui bahwa suhu air

    mempengaruhi kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin. Hal tersebut

    menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan suatu penelitian guna mengetahui

    perbedaan kandungan formaldehid setelah diberi perlakuan dengan menyiramkan air

    kedalam peralatan makan melamin berdasarkan suhu air yang berbeda.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan formaldehid

    berdasarkan perbedaan suhu air yang dimasukkan kedalam peralatan makan melamin

    yang beredar di kota Medan tahun 2007.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 1.3.2. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formaldehid pada peralatan

    makan melamin yang disiram air dengan suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C, 60C, 70C, 80C, 90C,dan 100C.

    2. Untuk mengetahui perubahan konsentrasi kandungan formaldehid pada

    peralatan makan melamin yang disiram air dengan suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C, 60C, 70C, 80C, 90C,dan 100C.

    3. 1.4. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang kandungan formaldehid yang

    terdapat pada peralatan makan yang terbuat dari bahan melamin.

    2. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang pengaruh suhu air terhadap

    kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin.

    3. Menambah wawasan ilmiah bagi peneliti, terutama yang berhubungan dengan

    penggunaan formaldehid dan dampaknya bagi kesehatan.

    4. Sebagai referensi bagi pengembangan ilmu dan pendidikan lebih lanjut bagi

    yang membutuhkan.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Formaldehid

    2.1.1. Pengertian Formaldehid

    Formaldehide (CH2O) merupakan suatu campuran organik yang dikenal

    dengan aldehide, membeku pada suhu < 92 C dan mendidih pada suhu 300 C. Formaldehide dihasilkan dengan membakar bahan yang mengandung karbon.

    Formaldehid terdapat dalam bentuk gas, larutan dan padatan. (Windholz dkk, 1976).

    Formaldehid dapat berupa gas, tapi biasanya dipasarkan dalam bentuk larutan

    35-40 % yang dikenal dengan nama formalin. Bentuk polimernya, yakni

    trioksimetilen atau paraformaldehid, jika terkena panas akan terurai menjadi

    formaldehid. Larutan formalin yang sudah lama atau terkena panas matahari akan

    menjadi keruh karena terjadi polimerisasi (Sartono,2002).

    2.1.2. Sifat Fisik dan Kimia Formaldehid

    1. Sifat Fisik

    Sifat fisik larutan formaldehid adalah merupakan cairan jernih, tidak berwarna

    atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan

    tenggorokan dan jika disimpan ditempat dingin dapat menjadi keruh. Biasanya

    disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya dengan suhu tempat

    penyimpanan di atas 20C (Depkes RI,1995). Formaldehid dalam suhu dan tekanan atmosfer yang normal dapat berbentuk

    gas yang baunya sangat menyengat. Mencair pada suhu < 21C dan membeku pada suhu < 92C, dengan berat molekul sebesar 30,03. Formaldehid larut dalam air yang

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • biasanya dipasarkan dalam bentuk larutan 35-40 % yang dikenal sebagai formalin

    (Hopp,1983).

    2. Sifat Kimia

    Formaldehid pada umumnya memiliki sifat kimia yang sama dengan aldehide

    namun lebih reaktif daripada aldehide lainnya. Formaldehid merupakan elektrofil

    sehingga bisa dipakai dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik dan senyawa

    aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena.Keadaan katalis

    basa mengakibatkan formaldehid bisa menghasilkan asam format dan metanol

    (Depkes,1995).

    2.1.3. Kegunaan Formaldehid

    Formaldehid adalah golongan aldehid pelarut organik yang paling penting

    baik untuk pengunaan komersial maupun lingkungan. Menurut Bambang,

    formaldehid memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pengawet, serta anti

    bakteri. Beberapa kegunaan lain dari formaldehid adalah :

    Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.

    Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak.

    Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.

    Dalam bidang pertanian dipakai sebagai desinfektan, germisida, fungisida untuk tanaman dan sayuran, bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Dalam bidang kedokteran dipakai sebagai desinfektan/antiseptik yang cukup kuat dan sebagai bahan pengawet mayat.

    Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan untuk pembuatan produk parfum, bahan pengawet produk kosmetika

    dan pengeras kuku.

    Pencegah korosi untuk sumur minyak. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet

    untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan

    pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih

    karpet (Windholz, 1976).

    Selain itu juga formaldehid dipergunakan pada industri-industri seperti

    industri cat, kulit, perabot yang terbuat dari kayu, plywood, kertas, serta industri

    plastik yang banyak memproduksi kebutuhan peralatan rumah tangga salah satunya

    contohnya adalah produk yang berbahan melamin.

    2.2. Melamin

    2.2.1. Sejarah Melamin

    Pada 1907 ahli kimia Belgia, Leo Hendrik Baekeland, menemukan plastik

    buatan (sintetis) pertama yang disebut bakelite. Inilah cikal bakal melamin yang

    awalnya digunakan sebagai bahan dasar pesawat telepon generasi pertama. Penemuan

    ini merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad

    ke-20. Kemudian dari hasil penemuan Baekeland ini dikembangkan dan diterapkan

    untuk industri perlengkapan rumah tangga, termasuk perangkat makan. Faktor inilah

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • yang membuat melamin formaldehid makin luas digunakan pada tahun-tahun awal

    pasca-Perang Dunia II. Antara lain digunakan pada industri kayu lapis untuk

    memperkuat dan mempercantik produk-produknya

    Perlengkapan makan dari bahan melamin diperkenalkan di Indonesian pada

    tahun 1970-an. Melamin ini segera memikat konsumen karena mempunyai beberapa

    kelebihan dibandingakan dengan peralatan makan yang lain. Melamin lebih ringan,

    tidak mudah pecah dan praktis dibawa kemana saja (Harjono, 2006).

    2.2.2. Pengertian Melamin

    Melamin adalah suatu basa organik kuat dengan nama kimia C3H6N6 dan

    nama IUPAC 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine, berbentuk prisma monosiklik dengan titik

    beku < 250 C. Melamin larut dalam air, serta larut dalam alkohol namun tidak larut dalam eter. Melamin biasanya digunakan sebagai bahan sintesis dengan formaldehid.

    Kombinasi antara melamin dengan formaldehid menghasilkan melamin resin,

    yaitu suatu polimer yang tahan panas dengan stabilitas dimensi yang sempurna.

    Melamin resin biasanya dikenal dengan nama Thermoset Plastic karena jenis plastik

    ini mempunyai bentuk yang tetap. Jika terkena bahan atau cairan yang panas melamin

    dapat melebur. Oleh karena itu peralatan melamin sebaiknya tidak digunakan pada

    suhu yang tinggi seperti dalam oven dan microwave (Wildholz,1976).

    2.2.3. Proses Produksi Peralatan Melamin

    Melamin resin diproduksi dengan cara mencampurkan melamin dan

    formaldehid dalam suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan-bahan ini

    dipolimerisasi, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan dan pendinginan.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Material yang telah didinginkan, digiling untuk menghasilkan bahan yang lunak.

    Pada proses ini dimasukkan bahan pengawet, minyak pelumas, dan zat warna. Setelah

    proses penggilingan selesai, dilanjutkan dengan granulasi yaitu membentuk bahan

    menjadi butiran-butiran kecil kemudian bahan dicetak sesuai dengan bentuk yang

    diinginkan. Produksi peralatan melamin dapat dilihat pada bagan berikut ini :

    Gambar 2.1. Proses Produksi Peralatan Makan Melamin

    Melamin Pengeringan (Tray Dryer) Polimerisasi Formaldehide (37,5 % Sol) Ruang Pendingin Saringan Selulose Penggabungan (Cellulose Filter) (Mixer) Pengawet, Pelumas, Zat Warna Sumber : Shreve, 1956

    Membentuk Cetakan

    (Molding Compuond)

    Penggilingan

    Granulasi

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 2.2.4. Pemakaian Formaldehid Pada Melamin

    Formaldehid digunakan untuk bahan baku melamin. Menurut Ariwahjoedi,

    melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi)

    antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung,

    maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu

    senyawa, yakni melamin.

    Formaldehid dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer,

    dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah.

    Sehingga formaldehid banyak dipakai di industri plastik,bahan pembuatan sutra

    buatan, zat pewarna, cermin kaca dan banyak dipakai di produk rumah tangga seperti

    piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin (Judarwanto,2006).

    2.2.5. Timbulnya Formaldehid Di Melamin

    Formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena adanya

    peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi). Dalam peristiwa itu, partikel-

    partikel formaldehid kembali muncul sebagai monomer-monomer yang dapat

    berpindah ke dalam makanan yang bersentuhan dengannya, dan otomatis akan

    menghasilkan racun (Anonimous,2005b).

    Hal ini Pemicunya bisa berupa paparan panas dan sinar ultraviolet. Keduanya

    sangat berpotensi memicu terjadinya depolimerisasi. Selain itu, gesekan-gesekan dan

    abrasi terhadap permukaan melamin juga berpotensi mengakibatkan lepasnya partikel

    formaldehid. Disamping itu juga timbulnya formaldehid bisa disebabkan karena

    proses polimerisasi yang kurang sempurna dan tidak terkontrol yang mana bahan

    formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak

    bersenyawa sehingga tinggal di dalam materi melamin. Sisa monomer inilah yang

    berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia (Harjono,2006).

    2.3. Jalur Masuk Formaldehid ke Dalam Tubuh Menurut Amiruddin (2006) masuknya formaldehid ke dalam tubuh melalui

    beberapa jalur yaitu :

    1. Inhalasi

    Paling banyak terpapar formaldehid terjadi melalui inhalasi. Penguapan

    formaldehid diserap oleh paru-paru.

    2. kontak kulit atau mata.

    Formaldehid diabsorpsi melalui kulit dan menyebabkan dermatitis kontak

    alergi atau dermatitis kontak iritan. Paparan uap formaldehid pada mata menyebabkan

    iritasi dan lakrimasi. Bergantung pada konsentrasi formaldehid, cairan formaldehid

    dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan iritasi atau efek yang berat seperti

    opafikasi kornea dan hilangnya penglihatan.

    3. Saluran Pencernaan

    Telah dilaporkan mengonsumsi cairan formaldehid 37 persen 30 mL dapat

    menyebabkan kematian pada orang dewasa.

    2.4. Efek Formaldehid pada manusia

    Formaldehid sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit maupun tertelan

    karena formaldehid yang masuk kedalam tubuh mengalami metabolisme yang sangat

    kompleks. Formaldehid terakumulasi dalam sel, bereaksi dengan protein selular

    (kebanyakan enzim) dan DNA (mitokondria dan nuklear) sehingga mengganggu

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • ekspresi genetik yang normal (Amiruddin,2006). Akibatnya data informasi genetik

    menjadi kacau, sehingga penyakit-penyakit genetik baru mungkin akan muncul. Bila

    gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen.

    Tambahan lagi, bila sisi aktif dari protein-protein vital dalam tubuh dimatikan oleh

    formaldehid, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam metabolisme.

    Akibatnya, kegiatan sel akan terhenti(Iman,2007).

    Karena Formaldehid dapat mengakibatkan terjadinya mutasi sel pada jaringan

    tubuh manusia dan binatang. Pemaparan terhadap formaldehid mengakibatkan

    terjadinya penyakit perut, hematemesis (muntah darah), hematuria (kencing darah),

    proteinuria (adanya protein dalam urin), vertigo, koma dan kematian

    (Windholz,1976).

    Formaldehid juga memusnakan sel jaringan hidup dan bakteri dengan masuk

    kedalam sel dan mengeringkan cairan sel kemudian menggantikanya dengan bahan

    berupa jelli yang kaku dan akan mempertahankan bentuk sel. Dasar ini digunakan

    untuk proses pengawetan mayat dan hewan yang dijadikan pajangan (Anwar,2006).

    Dalam jumlah sedikit, formaldehid akan larut dalam air, serta akan dibuang ke

    luar bersama cairan tubuh. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak

    tidaknya formaldehid di dalam tubuh. Jika imunitas rendah atau mekanisme

    pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formaldehid dengan kadar rendahpun bisa

    berdampak buruk terhadap kesehatan. Menurut IPCS (International Programme on

    Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1

    miligram per liter.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Bila formaldehid masuk kedalam tubuh melebihi ambang batas tersebut maka

    dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh manusia. Akibat yang

    ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam

    jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan

    (Judarwanto,2006).

    Dampak formaldehid pada kesehatan manusia dapat bersifat (Amiruddin,2006) :

    1. Akut

    Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formaldehid dalam

    jumlah yang banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi

    adalah iritasi, alergi, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang

    sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

    Formaldehid yang masuk lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml (2

    sendok makan) dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan sifat korosif larutan

    formaldehid terhadap mukosa lambung, yang disertai mual, muntah, nyeri dan

    pendarahan.

    2. Kronik

    Efek kronik terjadi apabila terpapar formaldehid dalam jangka waktu yang

    lama dan berulang adalah sensitisasi dan kanker. Apabila terpapar terus menerus

    dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal dan jantung, iritasi kemungkinan parah,

    mata berair, gangguan pada pencernaan dan sistem syaraf pusat. Dan bila dikonsumsi

    menahun dapat menyebabkan kanker. Efek samping ini terlihat setelah jangka

    panjang karena terjadi akumulasi formaldehid didalam tubuh.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 3. Karsinogenik

    Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa formaldehid merupakan bahan

    yang memiliki potensi karsinogenik. Paparan formaldehid diikuti peningkatan risiko

    kanker nasal dan tumor nasal diamati pada tikus yang menghirup formaldehid jangka

    panjang. Meningkatnya leukemia dan tumor saluran cerna pada tikus yang

    mengandung formaldehid.

    2.4.1. Efek Formaldehid Berdasarkan Dosis Pemaparannya

    Formaldehid masuk kedalam tubuh manusia dapat terjadi dengan berbagai

    cara misalnya lewat udara, saluran pencernaan, dan kontak langsung dengan kulit.

    Berikut ini disajikan sumber yang memaparkan berbagai konsentrasi yang

    ditimbulkan formaldehid pada tubuh manusia berdasarkan dosis pemaparannya :

    Tabel 2.1. Efek Akut formaldehid Pada Kesehatan Manusia Pada berbagai

    Konsentrasi

    Konsentrasi (ppm) Efek kesehatan 0 0,5 Tidak ada efek 0,05 1,05 Efek neurofisiologi 0,05 1 Ambang bau 0,05 - 2 Iritasi mata 0,10 25 Iritasi saluran nafas bagian atas 5 30 Efek saluran nafas bagian bawah dan paru 50 100 Edema paru, radang, pneumonia > 100 Kematian

    Sumber : Lu.F.C (1994) diadopsi dari NRC, Komite Mengenai Aldehid

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 2.5. Penanganan Bila Terpapar Formaldehid

    Penanganan bila terpapar formaldehid dapat dilakukan berdasarkan jalur

    masuk formaldehid tersebut kedalam tubuh (Judarwanto, 2007) :

    1. Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formaldehid,

    Tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah

    paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan

    masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan.

    2. Bila terkena kulit

    Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formaldehid. Cuci kulit

    selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan

    dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar,

    lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar.

    3. Bila terkena mata

    Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-

    kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formaldehid di mata. Aliri mata dengan larutan

    dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan

    dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit

    atau ke dokter.

    4. Bila tertelan

    Segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya

    tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 2.6. Standar Kadar Formaldehid

    Standar kadar formaldehid pada peralatan makan melamin menurut standar

    Internasional yaitu ISO 14528-3 tahun 1999, Pasific-Melamine Formaldehide Powder

    Molding Compounds dan Standar Nasional Indonesia (SNI) berdasarkan hasil

    kesepakatan antara pemerintah bersama produsen dan konsumen menyatakan bahwa

    jumlah kandungan formaldehid yang boleh terdapat pada peralatan makan melamin

    tidak boleh lebih dari 3 ppm. Dan batas aman formaldehid menurut IPCS

    (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di

    dalam tubuh adalah 1 miligram per liter.

    2.7. Peranan Suhu Dalam Persiapan Makanan

    Suhu memegang peranan penting dalam mempersiapkan makanan yang

    bergizi maupun aman untuk dikonsumsi. Ada makanan yang memerlukan suhu dingin

    atau melalui proses pemasakan (pemberian panas) sebelum dikonsumsi manusia.

    Ada 3 skala suhu yang umum digunakan, yaitu Kelvin, Celcius, dan Farenheit.

    Namun skala celcius lebih banyak digunakan. Pada skala celcius nilai 0 adalah titik beku air dan 100 adalah suhu didih air. Menurut Hotnida (1996) ada 2 jenis suhu yang digunakan dalam mengelolah makanan yaitu :

    1. Penggunaan Suhu Rendah

    a. Suhu Beku 0C (32F) Titik beku air adalah suhu dimana air akan berubah dari fese cair ke fase padat

    (membeku). Pembekuan air murni terjadi pada suhu 0C. Adanya zat-zat lain dalam air tersebut akan menurunkan titik beku atau suhu beku menjadi dibawah 0C.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • b. Suhu dingin 0 - 4C Pendinginan mempunyai pengaruh besar dalam mempertahankan mutu,

    termasuk pada makanan yang dikemas. Media pendingin yang umum digunakan pada

    lemari pendingin dan lemari es adalah udara, air, dan es.

    2. Penggunaan Suhu Tinggi

    a. Suhu Tingkat Menengah (Intermediate) 4C - 60C (40 - 120F) Menurut Burmeister yang dikutip oleh Hotnida (1996) bahwa suhu tingkat

    menengah dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu suhu lukewarm (hangat-hangat kuku),

    suhu scalding, dan suhu simmering. Suhu lukewarm adalah sekitar 40C atau 104F. Karena suhu ini tidak terlalu jauh dari suhu tubuh, makanan pada suhu ini masih

    dapat disentuh. Suhu scalding akan tercapai bila pemanasan air dilanjutkan lagi yaitu

    sekitar 65C atau 149F. Pada suhu ini air akan membentuk butiran-butiran kecil disamping dan dibawah tempatnya. Dengan pemanasan lebih lanjut air akan

    mencapai keadaan simmering, pada suhu sekitar 82C dan 99C (180 dan 211F).Pada keadaan ini sudah terjadi gelembung-gelembung yang lebih besar dan naik hampir mencapai permukaan air, tetapi belum sampai memecah permukaan

    tersebut.

    b. Suhu Didih 100C (212F) Pendidihan adalah perubahan air dari fase cair ke fase uap pada suhu 100C. tekanan uap melebihi tekanan atmosfir dibawahnya. Tekanan uap terjadi karena

    molekul-molekul air berjuang untuk meninggalkan cairan dibawahnya. Sampai pada

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • titik didih pertambahan panas akan meningkatkan suhu air dan tekanan uapnya. Air

    akan mendidih ketika tekanan uap sudah cukup tinggi, yang terjadi pada suhu 100C. c. Suhu Penggorengan 190C (375F) Penggorengan umumnya akan mencapai suhu sekitar 190C untuk kualitas

    makanan optimum, tetapi untuk media minyak suhu akan lebih tinggi lagi tanpa

    terjadi pendidihan.

    2.8. Pemeriksaan Formaldehid

    2.8.1. Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid

    Secara kualitatif formaldehid dapat diperiksa melalui berapa cara yaitu:

    1. Reaksi dengan pereaksi fehling

    Sebanyak 1 ml destilat dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian

    ditambah 1 ml pereaksi Fehling yang mengandung Fehling A dan Fehling B sama

    banyak lalu dimasukkan kedalamnya penangas air yang mendidih, kemudian diamati

    selama pemanasan. Jika terjadi endapan merah bata menunjukan adanya formaldehid.

    2. Reaksi dengan pereaksi Tollens

    Sebanyak 1 ml destilat dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian

    ditambahkan 1 ml pereaksi Tollens lalu dipanaskan diatas penangas air yang

    mendidih, diamati selama pemanasan, jika terjadi cermin perak menunjukkan adanya

    formaldehid.

    3. Reaksi dengan asam kromatropat

    Sebanyak 5 ml asam kromatropat dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian

    ditambah 1 ml destilat. Larutan kemudian dipanaskan dalam penangas air yang

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • mendidih selama 15 menit. Selama pemanasan diamati warna ungu yang

    menunjukkan ada tidaknya kandungan formaldehid (Horwitz,1970).

    2.8.2. Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid

    Secara kuantitatif formalin dapat diperiksa melalui berapa cara yaitu:

    1. Metode Asam-Basa

    Timbangkan seksama 3 gram, tambahkan dengan campuran 25 ml hidrogen

    piroksida encer dan 50 ml natrium hidroksida 1 N hangatkan di atas tangas air hingga

    pembuihan berhenti. Titrasi dengan asam klorida 1 N menggunakan indikator larutan

    fenolftalein P. Lakukan titrasi blangko. 1 ml larutan hidroksida 1 N setara dengan

    30,03 mg CH2O.

    2. Metode Spektrofotometri

    Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri sinar tampak dengan

    menggunakan pereaksi Reagen Nash yang dapat bereaksi dengan larutan formaldehid

    menghasilkan warna kuning yang mantap dan diukur pada panjang gelombang

    maksimumnya (Horwitz,1970).

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 2.9. Kerangka Konsep

    Peralatan Makan Melamin 1. Cangkir

    - Venxia - Hoover - Higher

    2.Mangkok Sop - Qunaimei - DH - Tanpa Merek

    Dituangkan air dengan suhu 10C20C 30C40C 50C60C 70C80C 90C100C

    Uji Kualitatif Formaldehid

    Ada

    Tidak Ada

    Kadar Formaldehid

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB III METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Jenis Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Dimana

    peneliti melakukan suatu analisa kandungan formaldehid berdasarkan perbedaan suhu

    air yang dimasukan kedalam peralatan makan melamin dengan melakukan

    pemeriksaan laboratorium.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan di pusat pasar kota Medan dengan mengambil sampel

    dari berbagai merek peralatan makan melamin yang telah ditentukan dan kemudian

    sampel di bawa ke Laboratorium Kesehatan Medan untuk dilakukan pemeriksaan.

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2007

    3.3. Objek Penelitian dan Sampel

    Objek penelitian adalah peralatan makan yang terbuat dari melamin berupa

    cangkir dan mangkok sop yang dijual di pusat pasar kota Medan. Dari pasar tersebut

    diambil 3 buah cangkir dan 3 buah mangkok sop dengan merek yang berbeda sebagai

    bahan perbandingan. Adapun merek peralatan makan melamin yang diambil

    berdasarkan jenisnya adalah :

    1. Cangkir

    a. Venxia

    b. Hoover

    c. Higher

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 2. Mangkok Sop

    a. Qunaimei

    b. DH

    c. Tanpa Merek

    Alasan peneliti mengambil merek peralatan melamin tersebut atas

    pertimbangan bahwa merek tersebut sebelumnya sudah pernah diteliti baik secara

    kualitatif maupun kuantitif, dan hasilnya menunjukkan kandungan formaldehid yang

    bervariasi. Berikut ini hasil pemeriksaan kandungan formaldehid pada peralatan

    makan melamin yang diteliti oleh Artha (2007), yaitu :

    1. Cangkir : - Venxia (31,4ppm)

    - Hoover (30,7ppm)

    - Onyx (5,5ppm)

    - 01 (21,1 ppm)

    - Highner (25,3 ppm)

    2. Mangkok : - CD (14,4 ppm)

    - DH (28,7 ppm)

    - Qunamei (19,6 ppm)

    - Huamei (9,6 ppm)

    - Tanpa Merek (40,9 ppm)

    Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kandungan formaldehid melebihi

    standar acuan ISO 14528-3 tahun 1999 yang menyatakan bahwa kandungan

    formaldehid dalam melamin tidak boleh melebihi dari 3 ppm.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Sampel penelitian diambil dengan Metode Purposive Sampling didasarkan

    pada suatu pertimbangan tertentu bahwa jenis peralatan makan melamin tersebut

    sudah pernah diteliti dan hasilnya menunjukkan adanya kandungan formaldehid,

    selain itu peralatan makan melamin ini banyak dijual di pasar dan banyak dibeli oleh

    masyarakat. Peneliti mengambil 6 merek sampel peralatan makan melamin dan

    langsung dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan. Setiap sampelnya

    mendapatkan perlakuan sebanyak 10 kali pemeriksaan pada peralatan makan

    melamin yang masih baru dengan pemakaian berulang kemudian air dengan suhu

    10C, 20C, 30C, 40C, 50C, 60C, 70C, 80C, 90C,dan 100C disiramkan pada sampel tersebut kemudian diperiksa untuk melihat kandungan formaldehid yang

    terkandung didalamnya.

    3.4. Metode Pengumpulan Data

    3.4.1. Data Primer

    Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel di laboratorium

    Kesehatan Medan.

    3.4.2. Data Sekunder

    Data sekunder diambil dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian

    3.5. Tehnik Analisa Data

    3.5.1. Alat dan Bahan

    5.5.1.1. Alat-Alat

    1. Statip dan Klem

    2. Gelas ukur 500 ml

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 3. Beaker glass 1000 ml

    4. Erlemeyer

    5. Tabung reaksi

    6. Termometer

    3.5.1.2. Bahan-Bahan

    1. Asam Kromatropat 0,5 %

    2. Asam Sulfat 60 %

    3. Aquadest

    3.5.1.3. Cara Pembuatan Pereaksi

    1. Asam Sulfat 60 %

    Ambil 63 ml H2SO4 (p) encerkan dengan aquadest hingga 100 ml 2. Asam Kromatropat

    500 mg Kromatropat larutkan dalam H2SO4 60% hingga 100 ml

    3.5.2. Prosedur Analisa Peralatan Makan Melamin

    1. Pemeriksaan Kualitatif

    a. Peralatan makan melamin dicuci dengan sabun kemudian dibilas hingga

    bersih.

    b. Air diukur suhunya dengan alat termometer untuk mendapatkan suhu

    10C, 20C, 30C, 40C, 50C, 60C, 70C, 80C, 90C,dan 100C c. Air yang suhunya sudah diukur dituangkan ke dalam masing-masing

    mangkok sop dan cangkir sebanyak 200 ml kemudian di diamkan selama

    5 menit.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • d. 1-2 ml air sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambah 5 ml

    larutan asam kromatropat 0,5 % dalam asam sulfat 60 % yang dibuat

    segar.

    e. Masukkan ke dalam tangas air dan biarkan mendidih selama 15 menit.

    f. Larutan akan berwarna ungu jika mengandung formaldehid.

    2. Pemeriksaan Kuantitatif

    a. Setelah dilakukan pemeriksaan kualitatif apabila terdapat kandungan

    formaldehid pada larutan tersebut, tambahkan indikator Phenolphtalen,

    titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna pink.

    b. Kandungan formaldehid dapat dihitung dengan rumus :

    V x N x BM formaldehid (30,03) x 100 % Berat Sampel

    V = Volume Titrasi Sampel

    N = Normalitas NaOH yang digunakan

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 3.6. Defenisi Operasional

    a. Peralatan Makan Melamin

    Peralatan makan berupa cangkir (Venxia, Hoover, Higher) dan mangkok sop

    (Qunaimei, DH, Tanpa Merek) merupakan hasil kombinasi antara melamin dan

    formaldehid sehingga menghasilkan melamin resin agar peralatan makan

    melamin memiliki bentuk yang tetap dan warna cerah yang dijual di pusat pasar

    Madan. Peralatan yang diperiksa adalah cangkir dan mangkok sop.

    b. Dituangkan air dengan suhu tertentu

    Peralatan melamin yang belum pernah digunakan, dicuci terlebih dahulu

    kemudian disiram dengan cara menuangkan air dengan suhu air 10C, 20C, 30C, 40C, 50C, 60C, 70C, 80C, 90C,dan 100C ke dalam peralatan makan melamin tersebut, kemudian didiamkan selama 5 menit.

    c. Uji laboratorium secara kualitatif

    Uji laboratorium diperiksa secara kualitatif dengan menggunakan reaksi asam

    kromatropat untuk melihat ada tidaknya kandungan formaldehid pada peralatan

    makan melamin

    d. Ada

    Pada peralatan makan melamin terdapat kandungan formaldehid.

    e. Tidak ada

    Pada peralatan makan melamin tidak terdapat kandungan formaldehid.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • f. Uji laboratorium secara kuantitatif

    Uji laboratorium yang bertujuan untuk melihat kadar formaldehid pada peralatan

    makan melamin dengan menggunakan metode titrasi.Uji ini di periksa apabila

    peralatan makan melamin positif mengandung formaldehid.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1. Hasil Pemeriksaan Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin Yang

    Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    4.1.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Peralatan Makan

    Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    Hasil pemeriksaan kualitatif formaldehid pada 3 sampel cangkir melamin dan

    3 sampel mangkok sop dimana air dengan suhu yang berbeda dituangkan kedalam

    peralatan makan melamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    Hasil Kualitatif Formaldehid No Merek Sampel 10C 20C 30C 40C 50C 60C 70C 80C 90C 100C

    1 Hoover - - - - - - + + + + 2 Highner - - - + + + + + + + 3 Venxia - - - - - + + + + +

    Keterangan : + = terdapat kandungan formaldehid - = tidak terdapat kandungan formaldehid Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa peralatan makan melamin

    pada sampel merek highner mengandung formaldehid pada suhu air 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C,dan 100C, pada sampel merek venxia formaldehid terdapat pada suhu air 60C, 70C, 80C, 90C, dan 100C, sedangkan pada suhu air 70C, 80C, 90C, dan 100C formaldehid terdapat pada sampel dengan merek hoover. Hal ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu yang terjadi pada air setelah dituangkan

    dengan suhu air yang berbeda-beda.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    Hasil Kualitatif Formaldehid No Merek Sampel 10C 20C 30C 40C 50C 60C 70C 80C 90C 100C

    1 DH - - - - + + + + + + 2 Qunamei - - - + + + + + + + 3 Tanpa Merek - - - - - + + + + +

    Keterangan : + = terdapat kandungan formaldehid - = tidak terdapat kandungan formaldehid Berdasarkan tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa peralatan makan melamin

    pada sampel merek qunamei mengandung formaldehid pada suhu air 40C, 50C 60C,70C,80C,90C, dan 100C, pada sampel merek DH mengandung formaldehid pada suhu air 50C, 60C, 70C, 80C, 90C, dan 100C, sedangkan pada suhu air 60C, 70C, 80C, 90C, dan 100C formaldehid terdapat pada sampel tanpa merek. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna ungu yang terjadi pada air

    setelah dituangkan dengan suhu air yang berbeda-beda.

    4.1.2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    Hasil pemeriksaan kuantitatif dilakukan apabila pada 3 sampel cangkir

    melamin dan 3 sampel mangkok sop melamin positif mengandung formaldehid yang

    diperiksa dengan asam kromatropat. Banyaknya kandungan formaldehid tergantung

    dengan jumlah titrasi yang diteteskan pada air sampai terjadi perubahan warna merah

    jambu pada air. Adapun hasil dari pemeriksaan kandungan formaldehid pada sampel

    peralatan melamin tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    Kandungan formaldehid (%) No Merek Sampel 40C 50C 60C 70C 80C 90C 100C

    1 Hoover 0 0 0 0,15 0,15 0,45 0,53 2 Highner 0,15 0,15 0,30 0,45 0,83 0,83 0,90 3 Venxia 0 0 0,23 0,30 0,53 0,60 0,45

    Berdasarkan tabel 4.3. menunjukkan bahwa 3 sampel cangkir melamin memiliki

    kandungan formaldehid yang bervariasi. Pada merek highner formaldehid sudah muncul

    pada suhu 40 C dengan kandungan formaldehid terendah 0,15 % dan tertinggi 0,90 %. Dan kandungan formaldehid terendah pada merek hoover dengan kandungan

    formaldehid terendah sebesar 0,15 % pada suhu 70 C dan tertinggi sebesar 0,53 % pada suhu 100 C. Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop

    Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    Kandungan formaldehid (%)

    No Merek Sampel 40C 50C 60C 70C 80C 90C 100C 1 DH 0 0,38 0,45 0,45 0,98 0,90 0,83 2 Qunamei 0,30 0,30 0,38 0,45 0,68 0,83 0,75 3 TM 0 0 0,53 0,53 0,83 1,05 0,98

    Keterangan : TMS = Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan tabel 4.4. menunjukkan bahwa 3 sampel mangkok sop melamin

    memiliki kandungan formaldehid yang bervariasi. Pada merek Qunamei formaldehid sudah

    muncul pada suhu 40 C dengan kandungan formaldehid terendah sebasar 0,30 % dan tertinggi sebesar 0,83 %. Pada mangkok tanpa merek kandungan formaldehid muncul

    pada suhu 60 C dengan kandungan terendah sebesar 0,53 % dan tertinggi 1,05 %.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB V PEMBAHASAN

    5.1. Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir dan Mangkok Sop

    Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    Pemeriksaan kualitatif formaldehid pada peralatan makan melamin yang

    dituangkan berdasarkan suhu air yang berbeda pada 3 cangkir melamin dan 3

    mangkok sop diperiksa dengan menggunakan metode asam kromatropat, dimana

    pada akhir reaksi ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi warna

    ungu yang menunjukkan adanya formaldehid pada peralatan makan melamin

    tersebut, dan sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan warna ungu, maka tidak

    menunjukkan adanya formaldehid dalam peralatan makan melamin tersebut.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif formaldehid pada peralatan makan

    melamin yang dituangkan suhu air 10C, 20C, 30C, 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C diperoleh 3 sampel cangkir dan 3 sampel mangkok sop melamin yang diperiksa secara kualitatif pada suhu tertentu ada yang mengandung formaldehid dan

    ada yang tidak mengandung formaldehid. Pada cangkir merek highner dan mangkok

    sop merek qunamei, formaldehid keluar pada suhu 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C. Sedangkan pada cangkir merek hoover yang berlabel food grade formaldehid baru keluar pada suhu air 70C, 80C, 90C, dan 100C. Dari hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa, munculnya formaldehid

    kerena dipengaruhi oleh suhu air yang dituangkan pada peralatan makan melamin, hal

    ini disebabkan senyawa melamin yang sangat rentan terhadap air panas sehingga

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • mengakibatkan terjadinya proses depolimerisasi dimana formaldehid akan muncul

    kembali dalam senyawa melamin sebagai monomer yang menghasilkan racun.

    Disamping itu juga timbulnya formaldehid bisa disebabkan karena proses

    polimerisasi yang kurang sempurna dan tidak terkontrol yang mana bahan

    formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka

    dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak

    bersenyawa tinggal di dalam materi melamin(Harjono, 2006).

    Munculnya formaldehid pada suhu air yang dituangkan kedalam sampel

    peralatan makan melamin kemungkinan disebabkan jenis bahan pembuatnya yang

    bukan dari melamin asli, melainkan dari urea formaldehid yang tidak termasuk

    kategori food grade, karena urea formaldehid apabila terkena paparan panas lebih

    dari 62 C akan mudah melepaskan formaldehid, sehingga menyarakat yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang didalamnya sudah mengandung

    formaldehid akibat penggunaan peralatan makan melamin secara terus-menerus akan

    mengakibatkan berbagai penyakit. salah satunya kanker (Ariwahjoedi,2006).

    5.1.2. Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Cangkir dan Mangkok Sop Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 40C, 50C 60C, 70C, 80C, 90C, 100C.

    Apabila sampel yang diperiksa secara kualitatif mengandung formaldehid

    maka dilanjutkan pemeriksaan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui berapa

    besar kandungan formaldehid di dalam air dengan menggunakan metode titrasi, yang

    mana pada akhir titrasi akan terjadi perubahan warna menjadi warna merah jambu

    (pink) pada air yang sebelumnya telah dituangkan kedalam peralatan makan melamin.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Berdasarkan hasil pemeriksaan kuantitatif, kandungan formaldehid

    menunjukkan angka yang bervariasi pada 3 merek sampel cangkir dan 3 merek

    sampel mangkok sop melamin. Pada cangkir merek highner, formaldehid sudah

    muncul pada suhu air 40C dengan kandungan formaldehid yang semakin tinggi dengan meningkatnya suhu air penyiraman yaitu berkisar antara 0,15 0,90 %.

    Artinya didalam 100 ml air tedapat sebesar 0,15 0,90 ml formaldehid. Merek

    hoover, formaldehid sudah mulai muncul pada suhu air 70C yang mana kandungan formaldehidnya pada setiap suhu air semakin tinggi dengan meningkatnya suhu air

    penyiraman yaitu berkisar antara 0,15 0,53 %. Artinya didalam 100 ml air terdapat

    sebesar 0,15 0,53 ml formaldehid. Sedangkan untuk merek venxia kandungan

    formaldehidnya berkisar antara 0,23 0,60 %. Artinya didalam 100 ml air terdapat

    0,23 0,60 ml formaldehid. Disini dapat dilihat bahwa kandungan formaldehid pada

    merek higner lebih tinggi dibandingkan dengan merek hoover dan venxia.

    Pada ketiga merek mangkok sop melamin, kandungan formaldehid yang

    tertinggi pada mangkok sop tanpa merek walaupun formaldehid baru muncul pada

    suhu 60C tapi kandungan formaldehidnya menunjukkan angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan mangkok sop merek DH dan qunamei, yaitu berkisar antara

    0,53 1,05 %.Artinya terdapat 0,53 1,05 ml formaldehid dalam 100 ml air Dimana

    pada mangkok sop merek qunamei, formaldehid terdapat pada suhu air 40C, dengan kandungan formaldehid semakin tinggi dengan meningkatnya suhu air penyiraman

    berkisar antara 0,30 0,83 %. Artinya terdapat 0,30 0,83 ml formaldehid dalam

    100 ml air. Sedangkan pada merek DH, formaldehid terdapat pada suhu 50C dengan

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • kandungan formaldehid berkisar antara 0,38 0,98 %. Artinya terdapat 0,38 0,98

    ml formaldehid dalam 100 ml air yang dituangkan kedalam peralatan makan melamin

    tersebut. Hal ini dapat diketahui bahwa kandungan formaldehid pada mangkok sop

    merek qunamei dan DH lebih rendah dibandingkan dengan kandungan formaldehid

    pada mangkok sop tanpa merek. Kandungan formaldehid yang tertinggi pada seluruh

    sampel melamin terdapat pada suhu air 80C, 90C, dan 100C. Munculnya formaldehid dengan kadar yang bervariasi pada cangkir dan

    mangkok sop melamin disebabkan karena pengaruh suhu air yang berbeda-beda yang

    dituangkan kedalam peralatan melamin tersebut sehingga terjadi perbedaan

    konsentrasi formladehid pada setiap suhunya dan terjadi peningkatan kandungan

    formaldehid pada setiap suhu air yang dituangkan kedalam setiap merek sampel

    melamin. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu air yang dituangkan

    kedalam merek cangkir dan mangkok sop melamin maka semakin tinggi pula

    kandungan formaldehid yang terdapat pada sampel merek melamin tersebut. Hal ini

    disebabkan karena senyawa formaldehid sangat rentan terhadap paparan suhu air

    yang panas.

    Adanya perbedaan kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin

    dapat juga disebabkan jenis bahan pembuatnya yang berbeda beda. Kemungkinan

    bahan yang digunakan bukan dari melamin asli, melainkan dari urea formaldehid

    sehingga menyababkan munculnya formaldehid dengan kandungan yabg berbeda

    pada setiap suhunya. Selain itu juga munculnya formaldehid disebabkan proses

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • pencampuran bahan dimana formaldehid yang digunakan tidak sebanding dengan

    jumlah fenol (Harjono,2006).

    Apabila suhu air 100C dituangkan kedalam cangkir melamin dengan merek highner maka kandungan formaldehid pada cangkir tesebut sebesar 0,90 %. Artinya

    dalam 100 ml air terdapat kandungan formaldehid sebesar 0,90 ml. Dan jika

    diasumsikan konsumen menggunakan cangkir merek highner sebagai wadah

    minuman untuk menyeduh teh atau kopi dengan menggunakan suhu air 100C yang didiamkan selama 5 menit, kemudian si konsumen meminum secangkir teh atau kopi

    tersebut maka ada sekitar 0,90 ml formaldehid yang akan larut bersama air dan akan

    masuk kedalam tubuh si konsumen.

    Formaldehid yang terdapat pada air yang dimasukkan ke dalam peralatan

    makan melamin ini menunjukkan kandungan formaldehid yang masuk kedalam tubuh

    kita jika kita mengkonsumsi air yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin

    tersebut. Sehingga hal ini dapat membahayakan kesehatan si konsumen dan akibat

    yang ditimbulkan dapat bersifat akut maupun kronis.

    Efek akut yang ditimbulkan apabila si konsumen mengkonsumsi makanan

    atau minuman yang sudah mengandung formaldehid dalam jumlah yang banyak,

    maka efek yang langsung terlihat adalah iritasi, alergi, sakit kepala, mual, muntah,

    sakit perut dan diare. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan

    kematian (Amiruddin,2006). Dan apabila si konsumen mengkonsumsi makanan atau

    minuman yang sudah mengandung formaldehid dalam jangka waktu yang lama atau

    berulang-ulang melebihi batas yang telah ditentukan, mungkin untuk saat ini belum

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • merasakan akibatnya, tetapi efek dari formaldehid baru terasa beberapa tahun

    kemudian karena formaldehid bersifat karsinogen, dan jika terpapar secara terus

    menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal dan jantung

    (Widyaningsih,2006).Jika kandungan formaldehid dalam tubuh tinggi, akan bereaksi

    secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan

    menyebabkan kematian sel dan menganggu ekspresi yang normal, yang

    mengakibatkan rusaknya gen-gen yang diwariskan sehingga melahirkan generasi

    dengan cacat gen. (Amiruddin,2006).

    Efek pemberian formaldehid melalui oral dosis tinggi (sekitar 100 mg/kg

    berat badan) selama 2 bulan melalui air minum hewan percobaan menunjukkan

    terhambatnya pertumbuhan berat badan disertai dengan menurunnya asupan makanan

    dan minuman, produksi urin menurun, penyempitan dan penipisan bagian depan

    lambung(WHO, 1989).

    Masukknya formaldehid dalam tubuh kita dalam jumlah batas yang berlebih

    akan membahayakan kesehatan karena terjadi akumulasi formaldehid didalam tubuh

    manusia sehingga sangat berbahaya pada tubuh manusia.. Tetapi, dalam jumlah

    sedikit, , formaldehid akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan

    tubuh. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formaldehid di

    dalam tubuh. Jika imunitas rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat

    mungkin formaldehid dengan kadar rendahpun bisa berdampak buruk terhadap

    kesehatan. Berdasarkan efek inilah pemerintah memasukkan formaldehid kedalam

    daftar tambahan kimia di dalam makanan yang dilarang digunakan menurut

    Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 (Cahyadi,2006).

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan formaldehid dengan perbedaan suhu air yang

    dituangkan pada peralatan makan melamin yang dijual di Pusat Pasar Medan maka

    diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

    1. Formaldehid positif mulai ditemukan pada sampel cangkir melamin pada suhu air

    diatas 40 C dan tidak ditemukan pada suhu air dibawah 30 C. Kandungan formaldehid tertinggi terdapat pada cangkir merek highner dengan suhu air 80 C sebesar 0,83 % dan kandungan formaldehid terendah terdapat pada merek hoover

    dengan suhu air 80C sebesar 0,15 %. 2. Formaldehid positif mulai ditemukan pada sampel mangkok sop melamin pada

    suhu air diatas 40 C dan tidak ditemukan pada suhu air dibawah 30 C. Kandungan formaldehid tertinggi terdapat pada mangkok tanpa merek dengan

    suhu air 90 C sebesar 1,05 % dan kandungan formaldehid terendah terdapat pada mangkok merek qunamei dengan suhu air 90C sebesar 0,83 %.

    3. Terjadi perubahan konsentrasi kandungan formaldehid pada peralatan makan

    melamin setelah dituang dengan suhu air yang berbeda dimana kandungan

    formaldehidnya semakin tinggi dengan meningkatnya suhu air yang dituangkan

    kedalam cangkir dan mangkok sop melamin.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 6.2. Saran

    1. Sebaiknya peralatan makan melamin digunakan sebagai wadah makanan dan

    minuman pada suhu air 30C karena dari hasil penelitian formaldehid tidak muncul pada suhu 30C

    2. Bagi Badan Birektorat Perlindungan Konsumen agar mengadakan pemantauan,

    pengawasan dan pembinaan terhadap pemakaian formaldehid khususnya pada

    peralatan makan melamin dan melakukan uji terlebih dahulu sebelum dipasarkan

    agar tidak terjadi kerugiaan pada konsumen.

    3. Bagi produsen sebaiknya mencantumkan label food grade atau non food grade

    pada setiap produk melamin dan sampai batas berapa suhu yang boleh digunakan

    pada peralatan makan melamin tersebut.

    4. Bagi masyarakat sebaiknya harus lebih teliti dan jelih dalam memilih produk

    peralatan makan melamin dengan melihat label pada produk melamin bertuliskan

    food grade karena kandungan formaldehidnya lebih sedikit dibandingkan dengan

    produk non food grade.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR PUSTAKA

    Amiruddin, Muh Dali, 2006.Formalin Dalam Makanan, Guru Besar Fakultas

    KedokteranUnhas,http://www.freelists.org/archives/ppi/012006/msg0209.html diakses tanggal 8 Agustus 2007.

    Anonimous., 2005a. Formaldehida., www.wikipedia.com diakses tanggal 8 Agustus

    2007. --------------, 2005b. Bahaya Kanker Dibalik Melamin Murah. www.kompas.com

    diakses tanggal 8 Agustus 2007. Anwar, Jazanul, 2006. Dampak Formalin Bagi Kesehatan, disampaikan pada

    seminar Dampak Penyalahgunaan Formalin, Unit Pengembangan Ilmiah dan Pengabdian Masyarakat (UPIM), Sabtu 14 Januari 2006 Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

    Artha, Elza,2007. Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis

    Peralatan Makan Melamin di Kota Medan Tahun 2007, Skripsi Mahasiawa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

    Cahyadi, Wisnu, 2006. Analisa & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,

    PT.Bumi Aksara, Jakarta. Depkes RI, 1994. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Ditjen PPM dan

    PPLP, Jakarta. -------------, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Departemen Kesehatan RI,

    Jakarta. -------------, 1999. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1168/Menkes/X/1999.

    Bahan Tambahan Makanan.Jakarta Harjono, Y., 2006. Makan Sehat Hidup Sehat, Jakarta : Kompas Hopp, Vollrath, 1983. Handbook of Applied Chemistry, Hemisphere Publishing

    Corporation. Washington. Horwitz, W., 1970. Official Method of Analysis of Official Analytical Chemist.,

    Fifteenth Edition. Station Washington D.C. Hotnida, Sinaga, 1996. Penggunaan Suhu Penting pada Persiapan Bahan

    Makanan, Dosen Fakultas Pertanian USU, Medan.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Imam, Saeful, 2007. Perkakas Makan Dari Melamin., Jakarta : Bisnis Indonesia diakses tanggal 8 agustus 2007.

    Judarwanto, Widodo, 2006. Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh.

    Puterakembara.org.id diakses tanggal 8 Agustus 2007. Lu. F.C, 1994. Toksikologi Dasar. Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko,

    Edisi Kedua, UI Press, Jakarta. Mukono,H.J, 2002. Epidemiologi Lingkungan, Airlangga University Press,

    Surabaya. Sartono, 2002. Racun dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta. Shreve, Norris.,1959. Chemical Process Industries., Edisi Keempat, Kongkusha :

    Mc Graw Hill International Book Campany. Widyastuti, Palupi, 2005. Bahaya Bahan Kimia Pada Kesehatan Manusia Dan

    Lingkungan, Jakarta : EGC. Windholz dkk, 1976. The Merck Index An Encyclopedia of Chemicals and

    Drugs., Ninth Edition. Rahway USA : Merck & CO.,Inc.

    Ika Wulandari Harahap : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air Yang Dimasukkan Ke..., 2007 USU e-Repository 2008