08E00855

12
KULIT KERING Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Transcript of 08E00855

Page 1: 08E00855

KULIT KERING

Dr. Donna Partogi, SpKK

NIP. 132 308 883

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI

MEDAN 2008

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 2: 08E00855

KULIT KERING

PENDAHULUAN

Kulit merupakan lapisan terluar penutup tubuh yang mempunyai fungsi sebagai

barier terhadap segala bentuk/macam trauma dari luar baik fisik, mekanik maupun

kimiawi. Di samping itu pula sebagai penutup tubuh yang bernilai estetika dengan

tampilan yang nampak halus, lembut dan berkilat. Pada keadaan tertentu kulit tampak

kasar kering bersisik sehingga tampak kusam , tidak lagi menarik.(1,2)

Kulit kering (Dry skin) atau xerosis didefinisikan untuk menggambarkan

hilangnya atau berkurangnya kadar kelembaban stratum corneum (SC). Kulit tampak dan

terasa sehat apabila lapisan luarnya mengandung 10% air. Peningkatan tran epidermal

water loss (TEWL) yang menyebabkan kulit kering dikarenakan adanya gangguan pada

kulit yang menyebabkan banyaknya air yang menguap ke atmosfer.(2) Kondisi ini dapat

disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti deterjen, acetone dan bahan kimia yang

lain dan mandi berendam terlalu sering.Pada orang tua kulit kering disebabkan oleh

perubahan struktur lapisan kulit ( perubahan komposisi lipid SC dan perubahan

differensiasi epidermal.(3-7)

Proses kulit kering yang penting adalah keseimbangan antara penguapan air

dengan kemampuan kulit menahan air, fungsi barier kulit juga berperan.Oleh karena itu

penting untuk mempertahankan kulit yang sehat dan memperbaiki kulit kering untuk

menjaga agar kulit kelihatan cantik. Mekanisme dasar untuk mengembalikan kulit kering

yaitu dengan meningkatkan pengikatan dan penyimpanan air dengan cara aplikasi bahan

pengikat air atau moisturizers, bahan pelumas atau emolients dan penutup kulit atau

conditioners. (2)

MEKANISME PENGATURAN HIDRASI KULIT

Terdapat keseimbangan antara keluar dan masuknyacairan di stratum corneum.

Masuknya cairan endogen berasal dari proses difusi dari dermis ke permukaan kulit dan

juga sekresi kelenjar keringat. Pemasukan secara eksogen meningkat ketika kelembaban

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 3: 08E00855

relatif tinggi. Keseimbangan terjadi bila kelembaban relatif lingkungan ialah 85%,

dibawah konsentrasi tersebut terjadi kehilangan air transepidermal (transepidermal

waterloss/TEWL) dan diatas konsentrasi tersebut terjadi sebaliknya.(8)

Kehilangan cairan juga dihubungkan dengan berbagai keadaan misalnya cuaca

berangin, suhu lingkungan yang tinggi maupun rendah, udara yang kering, penggunaan

bahan yang mengandung surfaktan, bahan alkali (sabun), pelarut organik (contohnya eter,

aseton, alokohol), enzim proteolitik dan lipolitik, proses penuaan, serta berbagai kelainan

kulit.(8)

Jacobi menyatakan bahwa kemampuan kulit untuk menyimpan kelembaban

berhubungan dengan adanya bahan yang larut dalam air, dinamakan faktor X atau faktor

pelembab alami (natural moisturizing factor/NMF).

Kelembaban bergantung pada 3 faktor yaitu:

1. Kecepatan cairan mencapai stratum korneum dari lapisan bawah (kelenjar ekrin,

transfer transepidermal)

2. Kecepatan penguapan cairan

3. Kemampuan stratum korneum untuk menahan cairan bergantung kepada

integritas lapisan hidrolipid, adanya NMF, cukup tersedianya air interseluler,

integritas membran sel dan semen interseluler yang berasal dari lipid penunjang.

Komposisi lapisan hidrolipid terdiri atas air, ion, asam amino, urea, squalen,

trigliserida, kolesterol bebas dan esternya, asam lemak dan lemak lilin. Lapisan hidrolipid

berasal dari sebum dan sekresi keringat.(8)

Spiet dan Pasher (1956) menemukan bahwa SC terdiri dari 58% keratin, 30%

NMF dan 11% lipid. NMF terdiri dari asam amino bebas, asam urokanant, asam pirilidon

karbosiklat, urea, elektrolit, garam dan fraksi gula yang indeterminant. Komposisi semen

interseluler terdiri atas sfingolipid 49%, asam lemak 26% (asam linoleat) dan kolesterol

20%.

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 4: 08E00855

PATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal, air mengalir secara difusi dari dermis menuju ke

epidermis melalui dua cara yaitu melalui stratum corneum (sc) dan ruang interseluler.

Oleh sebab itu normal air akan keluar dari tubuh melalui epidermis, keadaan tersebut

dikenal dengan istilah transepidermal water loss ( TEWL ). Normal TEWL berkisar 0.1 –

0.4 mg/cm2 per jam. Proses difusi pasif terjadi karena terdapatnya perbedaan kandungan

air dari stratum basalis ( 60 – 70%) , stratum granulosum ( 40 -60%) dan stratum

corneum kurang dari 15% sehingga air mengalir dari stratum basalis ke stratum

corneum. Dengan demikian maka SC merupakan barier hidrasi yang sangat penting

dalam memepertahankan kelembaban kulit. Pada kulit yang sakit seperti pada psoriasis

dan eczemal (terdapat kelainan epidermis ), barier kulit melemah sehingga kec TEWL

meningkat 10 kali lebih besar dari normal. Di lain pihak SC terdiri dari sel- sel tak berinti

yang banyak mengandung protein ( profilaggrin, filaggrin dan garnul keratohyalin) dan

ruang interseluler yang banyak mengandung lipid dan membran SC ( ceramide, FFA

dan cholesterol ) dan bahan pelembab alami ( natural moistuerizing factor = NMF )

yang mempunyai kemampuan mengikat air sangat kuat. Di samping itu enzym –enzym

yang ada di ruang interseluler juga dapat menyebabkan perubahan komposisi lipid

interseluler sehingga dapat mempengaruhi TEWL.

Ceramide merupakan komponen utama lipid interseluler SC dan banyak

mengandung asam linoleat. Ikatan antara ceramide dan air akan membentuk emulsi

yang halus sehingga nampak halus dan lembut. Pada keadaan tertentu, cuaca bersuhu

rendah dengan kelembaban relatif rendah, ikatan antara ceramide dan air tersebut akan

mengkristal sehingga kulit menjadi kering kasar dan kusam.

Pada proses penuaan SC masih intak akan tetapi fungsi barier mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan karena jumlah faktor pelembab alami yang rendah

sehingga menyebabkan penurunan kapasitas mengikat air lebih kurang 75% dari normal,

akibatnya TEWL meningkat.

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 5: 08E00855

GAMBARAN KLINIS

Kulit kering memberikan beberapa gambaran karakterisitik. Karakteristik yang dapat

dilihat dan diraba baik oleh dermatologist maupun pasien , dan karakteristik sensori

hanya dapat dirasakan oleh pasien sendiri. (5)

1. Karakteristik yang terlihat : kemerahan, permukaan yang kusam, kering, bercak

putih, gambaran berlapis – lapis, pecah pecah dan juga fisura

2. Karakteristik yang dapat diraba : kusam dan tidak rata .

3. Karaketristik sensori : terasa kering tak nyaman, nyeri, gatal, rasa kesemutan

Pasien dengan kulit kering biasanya gatal dan akan menggaruk. Pada pemeriksaan

fisik, pasien ini akan menunjukkan perubahan sekunder berupa penebalan atau

likenifikasi, erosi dan superinfeksi dengan keadaan lembab, lesi yang meleleh dan krusta. (5)

Pada proses penuaan akan terjadi kekeringan akibat kemampuan stratum corneum

mengikat air berkurang, sehingga kulit tampak mengkilat, mengkerut dan keras. (2)

KLASIFIKASI

Kulit kering dapat dibagi atas 2 tipe yaitu : (7)

1. Kulit kering yang didapat ( acquired dry skin )

Ini dapat timbul pada kulit normal atau kulit berminyak yang menjadi kering

sementara dan bersifat lokal yang disebabkan oleh faktor faktor luar , diantaranya :

• Radiasi matahari ( UV )

• Pemaparan pada iklim yang ekstrim : panas, dingin, angin, dan kekeringan

• Pemaparan pada bahan kimia : detergen, solvent

• Terapi obat misalnya: retinoid

2. Constitutional Dry Skin

Tipe ini meliputi banyak jenis kulit kering , di mana bentuk yang parah adalah bentuk

patologik

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 6: 08E00855

Non Pathological skin

Tipe kulit kering konstitutional ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang telah

disebutkan .

a. Fragile Skin : adalah bentuk antara kulit kering dengan kulit normal dan

kebanyakan dijumpai pada wanita atau pada orang –orang dengan kulit

lembut, struktur baik. Sering dijumpai eritema, rosasea dan lebih sensitif

terhadap bahan bahan dari luar.

b. Senile Skin : kekeringan terjadi pada kulit menua, dimana terjadi perubahan

pada semua level

c. Minor dry skin ( xerosis vulgaris ) : hal ini mungkin berasal dari genetik,

umumnya dijumpai pada wanita dengan tampilan pucat. Xerosis terjadi

khsususnya pada wajah, punggung, tangan dan badan

Pathological skin

a. Ichtyosis : pada kulit ini terjadi kerusakan keratinisasi secara genetik, dimana

bermanifestasi berupa deskuamasi abnormal, perubahan fungsi barier. Bentuk

lanjut penyakit ini mirip ichtyosis vulgaris

b. Kulit kering pada dermatitis atopik : pada penyakit ini terjadi defek secara

genetik pada metabolisme dari asam lemak esensial (d-6 desaturase ), terlihat

xerosis yang luas disertai inflamasi, plaque like, dan rasa gatal.

DIAGNOSIS

Diagnosis kulit kering berdasarkan gambaran klinis, kulit tampak kering dan

kusam, dengan penebalan kulit atau likenifikasi dan adanya skuama. Ekskorisasi tampak

sebagai sebagai erosi linear sering terlihat. Sebelum menghubungkan pruritus dengan

kulit kering, kemungkinan penyebab lain dari pruritus seperi scabies, dermatofitosis,

candidisiasi cutis harus disingkirkan dengan kerokan kulit dan KOH. (5)

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 7: 08E00855

Cara pemeriksaan kulit kering

• Pengukuran TEWL dengan alat evaporimeter

• Surface microscopy

• Skin surface photography

• Scanning electron microscopy (SEM)

• Skin Surface Biopsy

• Profilometri

KOMPLIKASI (7)

1. Eczema xerotic

Dapat terjadi jika kulit menjadi sangat kering dan pecah –pecah dan menjadi

inflamasi

2. Dermatitis numularis atau eczema discoid umumnya/cenderung pada kulit yang

xerosis.

3. Superinfeksi dengan bakteri akibat garukan .

PENATALAKSANAAN

Untuk memperbaiki kulit kering, harus mengurangi hilangnya air lewat epidermis

( TEWL ) dengan jalan memberikan bahan yang bersifat hidrasi (moisturizer ) yang larut

dalam air atau pelumas ( lumbricating) dan penutup (oclution) yang tidak larut dalam

air.(2)

Istilah pelembab dan emolien sering dikacaukan sehingga timbul bermacam

definisi. Istilah pelembab menggambarkan terjadinya penambahan air ke kulit, sehingga

menurunkan kekasaran kulit atau peningkatan kadar air secara aktif ke kulit. Pengertian

emolien adalah bahan oklusif yang membantu hidrasi kulit dengan cara mengoklusi

permukaan kulit dan menahan air di stratum corneum. (8)

JENIS – JENIS PELEMBAB (8)

Penggolongan pelembab berdasarkan atas mekanisme hidrasi langsung dan tidak

langsung .

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 8: 08E00855

1. Tidak langsung

a. Bahan Oklusi

• sebagai pelembab

• anti inflamasi

• anti mitotik

• anti pruritus

b. Bahan pembentuk lipofilik

• asam lemak esensial

• seramid

2. Langsung

a. Bahan pembentuk lapisan hidrofilik

• glikosaminoglikan ( asam hyaluronat, kondroitin sulfat )

• kolagen

• khitin dan khitosan

• polimer hidrofilik

b. Humektan : bahan higroskopis yang menyebabkan lapisan epidermis mampu

menyerap dan menyimpan air.

• gliserin

• sorbitol

• propilen glikol

• ester poligliseril

• asam laktat

c. Natural moisturizing factor ( NMF )

• natrium pirolidon karbosiklat

• urea

• asam amino

• asam alfa hidroksi

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 9: 08E00855

ISI DAN KLASIFIKASI EMOLIEN

Emolien berfungsi sebagai oklusif atau membentuk lapisan yang mempunyai

kemampuan untuk mengganti lapisan hidrofilik alamiah, sehingga mengurangi TEWL.

Emolien dapat bekerja pada kulit normal maupun dengan kelainan, sehingga dapat

digunakan untuk pengobatan kelainan kulit pada umumnya. Efek emolien adalah

melembabkan kulit , anti inflamasi, antimitotik dan antipruritus.

Komponen terpenting pada emolien adalah lipid. Lipid bisa berasal dari tumbuhan

dan hewan, minyak mineral atau sintetik. Asam lemak yang digunakan berantai karbon 8-

18 dan dapat jenuh maupun tidak jenuh.

Lemak hewani : lemak sapi, lemak domba

Lanolin ( lemak domba penghasil wool) dahulu banyak digunakan tetapi dapat

menyebabkan sensitifitas, saat ini dipakai bermacam lanolin yang telah diubah susunan

kimianya. Penelitian Clark dkk (1981) mneyebutkan komponen utama penyebab iritasi

dalam lanolin adalah alkohol.

Lemak tumbuhan

Minyak tumbuhan / biji-bijian asli yang belum dimodifikasi dimasukkan dalam

formulasi emolien ( contohnya minyak kacang, bunga matahari, zaitun ). Minyak

tumbuhan asli tersebut ternyata lebih disenangi pasien tetapi sangat berminyak,

kebanyakan dipakai untuk minyak mandi rendam.

Minyak mineral

Minyak yang digunakan untuk emolien merupakan hasil destilasi vaselin dan

mengandung komponen organik dalam jumlah besar, terutama hidrokarbon alifatik rantai

panjang dan bercabang. Proses pembuatan termasuk destilasi , ekstraksi pelarut,

kristalisasi dan netralisasi alkali dan bleaching menghasilkan petroleum jelly dan light

liquid parafin ( white oil ). Untuk pelembab medis digunakan parafin oil.

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 10: 08E00855

Minyak sintesis

Yang sering digunakan dan tampaknya cukup ideal ialah minyak silikon sintesis.

Lilin Lemak

Yaitu campuran lipid semi solid kompleks yang juga merupakan turunan dari

minyak hewan, tumbuhan atau mineral. Yang paling banyak dipakai lilin lebah dari

sarang lebah, lilin carnauba dan pohon palem carnauba dan lilin parafin.

Kulit kering yang disertai inflamasi memerlukan aplikasi kortikosteroid. Pemberiannya

dilakukan sebelum aplikasi moisterizer atau emolien.

PROGNOSIS (6)

Prognosis kulit kering sangat bervariasi dan tergantung pada penyebabnya.

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 11: 08E00855

DAFTAR PUSTAKA

1. Baumann L. Dry skin. In: Cosmetic Dermatology. Principles and Practise. Mc

Graw Hill: New York. 2002: 29-32.

2. Van Scott E.J, Dieullangard . Xerosis ( dry skin, xeroderma ) in: practical

management of dermatologic patient, Athur Rook, Philadelphia, J.B Lippincott

co, 1986 : 224

3. Hidayat T. Kulit kering. Dalam: Berkala LP kulit & kelamin Airlangga periodical

of dermato-venerology vol 7 no 1 Suplemen semiloka kosmetik medik 2, Lab I.P

kulit kelamin FK Unair /RSUD Dr. Sutomo, Surabaya 1995 : 27 – 31

4. Cholis M. Patogenesis & penatalaksanaan kulit kering pada DA. Dalam: MDVI

vol 28 no 3 Juli 2001 : 142 – 145

5. Marie L.. Moisterizers. In: Peter Elsner, Howart I Maibach eds. Cosmeceuticals

drugs vs cosmetic , New York, Mercel Dekker, Inc, 2000 : 73 -75 .

6. The merck manual of geriatrics Xerosis in common skin disorders Available at

http://www.merck.com/pubs/mm-geriatrics/sec_15/ch_123.htm

7. Black David et all. Skin care products for normal, dry and greasy skin. In: Robert

Baran, Howart I Maibach, eds. Textbook of cosmetic dermatology 2nd ed,

London, Martin Dunitz, 1998 : 125 -128

8. Purwandhani E, Effendi EHF. Pelembab & emolien untuk kelainan kulit pada

bayi dan anak dalam MDVI vol 27 no 4 September 2000 : 20s – 26s.

9. Schaefer H, Redemieier T.E ; Composition and structur of the stratum corneum

in: Skin barrier. Basel ( Switzerland ) Karger AG, 1996 : 61-76

10. Marks R. Methods to evaluate effects skin surface tecture modifier. In: Frost P,

Horwitz.ed. Principle of cosmetics for dermatologist, London, the CV. Mosby co

1982: 50 -58 .

11. Vande Velde Mk. Xerosis and xerotic dermatitis. In: Spach DH, Hutton MT eds..

The HIV manual guide to diagnosis and treatment, New York, Oxford University

Press, 1996 : 323-325.

12. Podiatry channel. Available at http://www.podiatry channel.com/xerosis/

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 12: 08E00855

Donna Partogi : Kulit Kering, 2008 USU e-Repository © 2008