08E00369

70
SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN TESIS OLEH ADHAYANI LUBIS DEPARTEMEN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN JULI 2008 Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

description

visum et repertum

Transcript of 08E00369

Page 1: 08E00369

SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN

TESIS

OLEH

ADHAYANI LUBIS

DEPARTEMEN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

JULI 2008

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 2: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Judul Tesis : SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LEMBAGA

PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN

Nama Peserta : Dr. Adhayani Lubis

Peserta PPDS-I / Ilmu Kedokteran Jiwa

FK-USU / RSUP. H. Adam Malik Medan

Menyetujui:

Pembimbing Tesis

Prof. dr. H.M. JOESOEF SIMBOLON, SpKJ (K)

NIP.131 292 589

Mengetahui/ Mengesahkan

Ketua Departemen Psikiatri Ketua Program Studi Psikiatri

FK-USU / RSUP HAM Medan FK-USU/RSUP. HAM Medan

Prof.dr.H.Syamsir BS, SpKJ (K) Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKJ (K)

NIP. 130 517 440 NIP. 130 517 437

Page 3: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat

limpahan rahmat dan kasih sayangNya maka tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas yang ada sebelumnya dan

memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi keahlian dalam bidang Ilmu Kedokteran

Jiwa.

Sebagai manusia biasa, saya menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak

kekurangan dan masíh jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kirannya

tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang

:

Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan

Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara Medan.

2. Prof. dr. H. Syamsir BS, Sp. KJ (K), sebagai Ketua Departemen Psikiatri Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai guru penulis yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan

yang sangat berharga selama saya menyelesaikan tesis dan mengikuti pendidikan

spesialisasi.

3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. KJ (K), sebagai Ketua Program Studi PPDS I Psikiatri

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai guru penulis

yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan

dukungan yang sangat berharga selama saya menyelesaikan tesis dan mengikuti

pendidikan spesialisasi, baik dalam pertemuan formal maupun pertemuan informal.

Page 4: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

4. dr. H. Harun. T. Parinduri, Sp. KJ (K), sebagai guru yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti

pendidikan spesialisasi.

5. dr. Raharjo Suparto, Sp. KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan

dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan

spesialisasi.

6. dr. H. Marhanuddin Umar, Sp. KJ (K) sebagai guru yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti

pendidikan spesialisasi.

7. Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ (K) sebagai guru dan sebagai pembimbing

pembuatan tesis ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang

sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi, terutama di bidang

Psikiatri Anak.

8. dr. Hj. Elmeida Effendy, SpKJ sebagai Sekretaris Program Studi PPDS I I Psikiatri

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai guru penulis

yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga

selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

9. dr. Donald F. Sitompul, Sp. KJ; dr. Rosminta Girsang, Sp. KJ; dr. Artina R. Ginting,

Sp. KJ; dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp. KJ; dr. Hj. Mariati, Sp. KJ; dr. Evawati Siahaan,

Sp. KJ; dr. Paskawani Siregar, Sp. KJ; dr. Citra J. Tarigan Sp. KJ; dr. Dapot P.

Gultom, Sp. KJ; dan dr. Vera R.B. Marpaung, Sp. KJ, dr. Herlina Ginting, Sp. KJ; dr.

Juskitar, Sp. KJ; dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp. KJ dan dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.

KJ sebagai guru dan senior yang memberikan dorongan dan semangat selama penulis

mengikuti pendidikan spesialisasi.

10. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit

Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara, Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan, Direktur Rumah Sakit Tembakau Deli Medan yang telah memberikan izin,

kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama mengikuti

pendidikan spesialisasi.

11. Terima kasih kepada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Rumah

Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Page 5: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Medan, Rumah Sakit Tembakau Deli Medan sebagai tempat penulis untuk belajar dan

bekerja selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

12. Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp. S(K) sebagai Ketua Departemen Neurologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan dr. Rusli Dhanu, Sp. S (K)

sebagai Ketua Program Studi PPDS-I Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Medan, Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp. S (K) yang telah

memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani stase

di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

13. Prof. dr. Hj. Habibah Hanum Nasution, SpPD, KPSi, sebagai Kepala Sub Divisi

Psikosomatik Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

yang telah membimbing penulis selama belajar di stase Sub Divisi Psikosomatik Ilmu

Penyakit Dalam FK USU.

14. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes, sebagai konsultan statistik dalam penelitian ini,

yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan

penulis dalam penelitian ini.

15. Teman-teman peserta PPDS-I Psikiatri FK USU : dr. Evalina Peranginangin, dr.

Ghafur Fauzi, dr. Yusak P Simanjuntak, dr. Vita Camelia, dr. Mustafa Mahmud

Amin, dr. Friedrich Lupini, dr. Wilson Rimba, dr. Rudyhard E. Hutagalung, dr. Laila

Silvya Sari, dr. Juwita Saragih, dr. M. Surya Husada, dr. Silvy A. Hasibuan, dr.

Victor E. Pinem, dr. Siti Nurul Hidayati, dr. Lailan Sapinah, dr. Herny T. Tambunan

dan dr. Mila A Harahap yang memberikan masukan kepada penulis melalui diskusi,

serta memberikan dorongan yang membangkitkan semangat dalam menyelesaikan

pendidikan spesialisasi ini.

16. Perawat, pegawai RSUP. H. Adam Malik Medan, RSUP. Dr. Pirngadi Medan, RS.

Tembakau Deli Medan, Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara, yang

telah membantu penulis selama dalam pendidikan spesialisasi.

17. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis hormati dan sayangi: Alm Ridwan Lubis

dan Almh Naimah Hasibuan, demikian juga kepada kakak-kakak dan abang-abang

penulis yang telah memberi dorongan, semangat dan doa.

18. Kepada suami tercinta Satiruddin Lubis SE,SH, dan anak-anak saya yang tersayang

M.N Al-Razi Lubis, Anisa Taqwa Lubis, tiada kata terindah yang dapat saya ucapkan

selain rasa syukur kepada ALLAH SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Page 6: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

yang telah memberikan saya suami dan anak-anak yang baik dan penuh pengertian.

Terima kasih atas segala doa, dukungan, dorongan, semangat, kesabaran dan

pengorbanan waktu yang diberikan kepada saya.

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan bermohon kepada ALLAH SWT

memberikan rahmat dan kasih sayangNya kepada seluruh keluarga, handai tolan yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan baik

moril maupun materil, saya ucapkan banyak terima kasih.

Medan, 16 Juli 2008

Adhayani Lubis

Page 7: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Tujuan umum dari penelitian ini ádalah untuk mengetahui sindrom

depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan dengan menggunakan

Children depression inventory dari KOVACK dan tujuan khususnya adalah untuk

mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana,

lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi

orang tua, status perkawinan orang tua dan jika terdapat sindrom depresif dapat dilakukan

kerja sama dengan Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan perawatan

lebih lanjut.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan studi cross

sectional untuk menilai apakah terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak

Medan dan apakah sindrom depresif pada narapidana tersebut berbeda berdasarkan tindak

pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial

ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua. Sampel adalah 274 orang narapidana

Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan. Penelitian dilakukan dari tanggal 1 Mei sampai

dengan 15 Juli 2008. Data-data dikumpulkan dengan cara seluruh sampel penelitian

mengisi kuesioner Children depression inventory dari KOVACK dan analisis statistik

menggunakan uji hipotesis chi-square.

Hasil Penelitian : Pada 274 Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak didapatkan

mean dan standard deviation Kovack yang mengalami sindrom depresif adalah 22,1 ( SD

3,2) dan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2

( SD 2,1). Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak

Medan dengan sosial ekonomi orang tua. Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom

depresif pada narapidana Lapas Anak Medan berdasarkan tindak pidana, lamanya

hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal serta status perkawinan

orang tua.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas

Anak Medan dengan sosial ekonomi orang tua.

Kata Kunci : Sindrom depresif, Narapidana Lapas Anak Medan, Children Depression

Inventory dari KOVACK.

Page 8: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS.....………………………………........................…i

UCAPAN TERIMA KASIH...........................................................................................ii

DAFTAR ISI..………………………..………………………………........……...........vi

DAFTAR SINGKATAN.……………………………….……..............………............ ix

DAFTAR TABEL............................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................xi

BAB I. PENDAHULUAN......…………………...…………………………... ..............1

I.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN.......................................................................1

I.2. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4

I.3. HIPOTESIS................................................................................................................4

BAB II. TUJUAN PENELITIAN………………………………………………………5

II.1. TUJUAN PENELITIAN…..………………………………………………………5

II.2. MANFAAT PENELITIAN......................................................................................6

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA…..…………………………………………………..7

III.1. DEPRESI.…………………………………………………..……………………..7

III.2. TINDAK PIDANA………………………………………………........................13

III.3. PENGARUH PEMIDANAAN TERHADAP ANAK.........................................14

III.4. LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN........................................15

BAB IV. KERANGKA KONSEP..................................................................................17

BAB V. METODE PENELITIAN..................................................................................18

V.1. RANCANGAN PENELITIAN...............................................................................18

V.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN...............................................................18

V.3. POPULASI PENELITIAN.............……………………………………………….18

V.4. SAMPEL DAN CARA PEMILIHAN SAMPEL.....……………………………...18

V.5. ESTIMASI BESAR SAMPEL.............…………………………………………...19

V.6. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI..………………………………………..19

V.7. CARA KERJA.…………………………………………………………………….19

V.8. IDENTIFIKASI VARIABEL...................................................................................20

Page 9: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

V.9. DEFINISI OPERASIONAL.....................................................................................20

V.10. MANAJEMEN DAN ANALISA DATA...............................................................21

BAB VI KERANGKA OPERASIONAL........................................................................22

BAB VII HASIL PENELITIAN.....................................................................................23

VII.1. KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN......................................................23

VII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN........25

VII.3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION (SD) KOVACK PADA NARAPIDANA

LAPAS ANAK MEDAN........................................................................................25

VII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF...................26

VII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF.........27

VII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF.......................................28

VII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF........29

VII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF.................30

VII.9. SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEFRESIF...............................................................................................................31

VII.10. SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEPRESIF...............................................................................................................32

BAB VIII PEMBAHASAN..............................................................................................33

VIII.1 KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN.......................................................33

VIII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN........34

VIII.3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION KOVACK PADA NARAPIDANA

LAPAS ANAK MEDAN........................................................................................35

VIII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF..................35

VIII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF........36

VIII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF......................................37

VIII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF.......37

VIII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF...............38

VIII.9 SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEPRESIF...............................................................................................................39

VIII.10 SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEPRESIF...............................................................................................................39

BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................41

Page 10: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

IX.1. KESIMPULAN.......................................................................................................41

IX.2. SARAN...................................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..............43

LAMPIRAN .....................................................................................................................46

Page 11: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adrenocorticotropic hormone

CRH : Corticotropin-releasing hormone

CDI : Children depression inventory

DST : Dexamethasone Suppression Test

DSM-IV-TR: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Revised

Fourd Edition

Lapas : Lembaga Pemasyarakatan

PPDGJI III : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia

PT : Perguruan Tinggi

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMU : Sekolah Menengah Umum

PT : Perguruan Tinggi

Page 12: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

DAFTAR TABEL

TABEL 1. KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN...............................................22

TABEL 2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN.24

TABEL 3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION (SD) KOVACK PADA

NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN......................................................24

TABEL 4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF............25

TABEL 5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF..26

TABEL 6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF................................27

TABEL 7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF.28

TABEL 8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF..........29

TABEL 9. SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEFRESIF.........................................................................................................30

TABEL 10. SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN

SINDROM DEPRESIF......................................................................................31

Page 13: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 CHILDREN DEPRESSION INVENTORY............................................44

LAMPIRAN 2. LEMBARAN PENJELASAN UNTUK SAMPEL.............................48

LAMPIRAN 3. INFORMED CONSENT.....................................................................49

LAMPIRAN 4. DATA SAMPEL.................................................................................50

LAMPIRAN 5 .PERSETUJUAN KOMITE ETIK ......................................................56

Page 14: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Anak merupakan salah satu lapisan masyarakat yang merupakan suatu bagian dari

generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa dan sumber daya manusia yang memiliki

peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, serta memerlukan pembinaan dan

perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dari segala kemungkinan yang akan

membahayakan mereka.1

Gangguan depresif pada anak dan remaja sering terjadi namun sering kali tidak

terdeteksi.2 Dahulu adanya gangguan depresif pada anak diragukan oleh karena anggapan

bahwa superego anak yang immatur tidak memungkinkan berkembangnya gangguan

depresif. Namun hasil dari pertemuan Union of European Pedopsychiatrists

menyimpulkan bahwa gangguan depresif pada anak memiliki proporsi yang bermakna

dari gangguan mental pada anak dan remaja.3

Menurut Ryan pada tahun 2004, gangguan mood sangat umum dijumpai pada

anak yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak. Gangguan mood tersebut

ditemukan 1 dari 12 anak dan 8% mengalami gangguan depresif. Secara kontras banyak

studi menemukan prevalensi angka yang lebih tinggi antara 17-78%. Pada suatu studi

Cook Counly, Illinois melaporkan prevalensi episode depresi mayor untuk laki-laki 13%

dan untuk perempuan 21,6%, gangguan distimik untuk laki-laki 15,8% dan untuk

perempuan 12,2%.4

Otto dan kawan-kawan mengumpulkan 11 penelitian mengenai gangguan mood

pada anak laki-laki yang berada di Lembaga Pemasyarakatan dan ditemukan variasi yang

signifikan pada angka prevalensi. Contohnya self report, penelusuran data pada rekam

medik dengan cara retrospektif dan dengan menggunakan wawancara klinis. Dari

penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa yang menggunakan rekam medis melaporkan

adanya gangguan mood 22% dan yang menggunakan wawancara klinis melaporkan 32-

78%.4

Domalanta dan kawan-kawan melakukan penelitian mengenai depresi pada 1.024

anak yang berada di Lembaga Pemasyarakatan, usia 11-18 tahun dengan menggunakan

kuisioner yang diisi sendiri termasuk Beck depression Inventory, dan menemukan 25%

menderita depresi sedang, 22% menderita depresi berat. Mc Manus dan asistennya

Page 15: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

meneliti 71 remaja (40 laki-laki dan 31 wanita), menemukan gangguan mood sebanyak

15%.4

Studi prevalensi di Canada oleh Ulzen dan Hamilton tahun 1998 mengenai

prevalensi gangguan mental pada pusat penahanan anak dan remaja menunjukkan hasil

30,4% memenuhi kriteria gangguan depresi. Teplin dan kawan-kawan di Amerika pada

tahun 2000 melaporkan 13% anak laki-laki dan 21,6% anak perempuan yang berada di

Lembaga Pemasyarakatan memenuhi kriteria episode depresi. 5

Tindakan terhadap anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan

perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-

undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku pada

masyarakat yang bersangkutan dapat berupa penangkapan, penahanan dan pengurungan.6

Bentuk suatu hukuman terhadap anak dapat berupa hukuman kurungan badan.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) lebih di kenal dengan istilah penjara. Istilah tersebut

sudah sangat menimbulkan perasaan takut dan perasaan tidak menyenangkan, karena

anggapan buruk yang selalu ada di dalamnya, seperti pemukulan, penyiksaan, pelecehan

seksual, kesehatan yang buruk dan fasilitas yang sangat minim. Penjara tidak hanya

sebuah hal yang menakutkan untuk tinggal di dalamnya tetapi juga sebuah stigma yang

akan tetap melekat pada seseorang apabila dirinya telah keluar dari penjara sebagaimana

sering dilakukan masyarakat.7

Semua tekanan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan menjadi penyebab utama

sakitnya narapidana Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Penyebab sakitnya anak-anak

tersebut dapat disebabkan oleh dua hal yaitu fisik dan psikis. Secara fisik, anak-anak

sering mengeluh sakit kepala, sesak nafas sehingga makan menjadi tidak enak dan dapat

mendatangkan stres. Secara psikis anak-anak jadi sering melamun, marah-marah tidak

menentu dan tidak mengetahui apa masalahnya. Hal ini bisa menjadi gangguan depresi

dan apabila tidak tertahankan dapat menyerang orang lain ataupun menyebabkan bunuh

diri.5

Di dalam Lebaga Pemasyarakatan Anak, ketika anak ditahan dan masuk ke dalam

Lembaga Pemasyarakatan tersebut maka hidup anak akan terkekang, kemerdekaan akan

dibatasi, jauh dari orang tua, keluarga dan orang-orang yang dikenalnya serta memasuki

dunia baru yang tertutup. Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan pada saat ini sangat

padat dengan penghuni (over capacity). Kapasitas Lapas yang berjumlah 350 anak kini

Page 16: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

dihuni oleh 850 anak. Seorang anak yang seharusnya berada dekat dengan orang tua,

setiap hari harus hidup mandiri, berjuang untuk kehidupan sehari-hari misalnya

mengambil jatah makan dan minum, berjuang untuk dapat mandi karena air kurang,

berjuang untuk memperoleh posisi tidur karena padat, bahkan saat seorang anak sakit

harus mengurus dirinya sendiri karena anak hanya mendapatkan pengobatan dari tenaga

medis yang terdiri dari 1 orang dokter dan 2 orang perawat yang bekerja dibagi atas tiga

shift (1 orang perawat pada pagi hari, 1 orang dokter pada sore hari, 1 orang perawat pada

malam hari). Setiap harinya anak berada dalam kamar tahanan (sel) dan diperbolehkan

keluar kamar selama 7 jam per 24 jam (08.00-13.00 wib dan 16.00-18.00). Anak juga

harus bersabar menunggu kunjungan orang tua yang biasanya berkunjung 1 sampai 2 kali

sebulan, bahkan tidak jarang anak-anak tersebut dikunjungi sekali 2 bulan.

Penelitian terhadap sindrom depresif pada narapidana belum pernah dilakukan di

Lapas Anak lainnya, disamping itu pemidanaan sangat berpengaruh terhadap

perkembangan jiwa anak. Dari uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian ini

dengan harapan memperoleh data apakah terdapat sindrom depresif pada narapidana

Lapas Anak Medan dan apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan

tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal,

sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua serta data yang diperoleh dapat

digunakan untuk mengambil kebijakan-kebijakan dan program yang dianggap perlu bagi

Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia dan khususnya untuk Lapas Anak Medan.

I.2. Rumusan Masalah :

1. Apakah terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan?

2. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana?

3. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan lamanya

hukuman?

4. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan kelompok umur ?

5. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tingkat

pendidikan ?

6. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tempat

tinggal ?

Page 17: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

7. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan sosial ekonomi

orang tua ?

8. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan status perkawinan

orang tua?

I.3. Hipotesis

1. Terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan

2. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan tindak pidana

3. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan lamanya

hukuman

4. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan kelompok

umur

5. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan tingkat

pendidikan.

6. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan tempat

tinggal.

7. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan sosial

ekonomi orang tua.

8. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan status

perkawinan orang tua.

Page 18: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB II

TUJUAN PENELITIAN

II.1. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum

Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan

Anak Medan

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak

pidana.

2. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan

lamanya hukuman.

3. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan

kelompok umur.

4. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tingkat

pendidikan

5. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tempat

tinggal.

6. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan sosial

ekonomi orang tua

7. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan status

perkawinan orang tua.

8. Jika terdapat sindrom depresif maka dapat dilakukan kerja sama dengan

Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan penatalaksanaan lebih

lanjut.

Page 19: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

II.2. MANFAAT PENELITIAN

1. Dari hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi mengenai

proporsi sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak dan dapat sebagai bahan

pertimbangan bagi jajaran Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia untuk

mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu dalam menyusun program lebih

lanjut khususnya pada Lapas Anak Medan.

2. Pada anak yang didapati mengalami sindrom depresif maka dapat diambil

tindakan penanganan selanjutnya.

3. Dengan deteksi dini adanya sindrom depresif pada Lapas Anak Medan dapat

menurunkan angka morbiditas gangguan psikiatri pada anak.

Page 20: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1. DEPRESI

Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala

utama afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan dan kekurangan energi yang

menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunya aktifitas. Disamping itu

gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri

berkurang, pikiran bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan

pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu

dan nafsu makan berkurang.9

Depresi merupakan penyakit mental dengan karakteristik perasaan sedih atau rasa

putus asa yang dalam dan berlangsung dalam waktu lama.10 Depresi merupakan

gangguan mood yang sering terjadi pada anak dan remaja yang memberi pengaruh negatif

terhadap pertumbuhan dan perkembangan, prestasi sekolah, hubungan dengan teman

sebaya dan keluarga, dapat membawa pada suicide.11

Beberapa teori tentang etiologi depresi pada anak dan remaja adalah:

Faktor Genetik. Suatu bidang pengetahuan yang semakin berkembang

mengimplikasikan faktor-faktor genetik pada gangguan mood. Kita mengetahui bahwa

gangguan mood cenderung menurun dalam keluarga.12

Berdasarkan penelitian dikatakan, anak yang mempunyai orangtua menderita

gangguan depresif akan mengalami peningkatan gangguan afektif dibandingkan

gangguan psikiatrik lain.2 Peningkatan insiden gangguan mood umumnya dijumpai pada

anak-anak yang mempunyai orangtua dengan gangguan mood. Mempunyai satu orangtua

menderita gangguan depresif kemungkinan menggandakan risiko. Mempunyai dua

orangtua menderita gangguan depresif kemungkinan meningkatkan risiko 4x untuk anak

mengalami gangguan mood sebelum usia 18 dibandingkan anak dengan kedua orangtua

tidak mengalami gangguan depresif.13

Para peneliti percaya bahwa keturunan memainkan peranan penting dalam

gangguan depresif mayor. Namun genetik bukanlah satu-satunya determinan dari

gangguan depresif mayor, juga bukan determinan yang paling penting. Faktor lingkungan

seperti pemaparan terhadap peristiwa hidup yang penuh tekanan tampaknya memainkan

peranan yang sama besarnya dengan genetik. Gangguan depresif mayor adalah suatu

Page 21: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

gangguan yang kompleks yang disebabkan oleh suatu kombinasi dari faktor-faktor

genetik dan lingkungan.12

Faktor Hubungan Orang Tua-Anak. Dalam model ini, depresi telah terkonseptualisasi

sebagai hasil dari interaksi orang tua-anak yang kurang baik. Orang tua yang menderita

depresi mengalami keterlibatan ketika anak bergantung pada orang tua dalam

kehidupannya. Hubungan orangtua-anak yang kurang baik juga terlihat pada proteksi dari

ibu yang terlalu ketat pada awal masa kanak-kanak.2

Faktor Biologis. Penelitian tentang episode depresif mayor pada anak prapubertas dan

gangguan mood pada remaja telah mengemukakan abnormalitas biologis. Anak

prapubertas dengan episode depresif saat tidur mensekresi growth hormone yang secara

signifikan lebih banyak daripada anak normal dan anak dengan non gangguan depresif.14

Anak-anak dengan gangguan depresif mayor yang disertai dengan riwayat

penyiksaan memperlihatkan peningkatan respons Adrenocorticotropic hormone (ACTH)

dan kortisol terhadap stresor akut. Apabila stresor tersebut berlangsung kronik terjadi

pelepasan Corticotropin-releasing hormone (CRH) dari hipotalamus secara terus

menerus (hipersekresi). Hipersekresi ini menyebabkan penurunan regulasi reseptor CRH

hipofisis. Akibatnya, hipofisis tidak berespons lagi.14

Hipersekresi kortisol sebagaimana nonsupresi dexamethasone dilaporkan pada

anak prapubertas dan remaja. Weller & Weller melaporkan pemakaian Dexamethasone

Suppression Test (DST) pada anak dan remaja. Secara keseluruhan, 54% dari anak dan

remaja depresi yang diteliti memiliki DST abnormal, abnormalitas tersebut tampak lebih

kuat pada anak prapubertas dibandingkan remaja.2

Berbagai bukti pada penelitian dewasa menunjukkan bahwa gangguan regulasi

sistim serotonin dapat berperan dalam terjadinya depresi.15

Faktor Sosial. Gangguan depresif dapat diakibatkan oleh kultur sosial yang menekan

setiap orang dalam peranan tertentu. Ketidakmampuan peranan sosial kita untuk

menyesuaikan diri dengan stresor sosial mengarah pada berkembangnya gangguan

depresif pada seseorang.2

Page 22: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Terdapat bukti yang mengemukakan bahwa status perkawinan orangtua,, jumlah

saudara, status sosioekonomi keluarga, pemisahan orangtua, perceraian, pernikahan,

struktur keluarga berperan banyak dalam menyebabkan gangguan depresif pada anak.14

Faktor Psikologi

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan terjadinya gangguan depresif:

Teori psikoanalitik (Psikodinamika). Teori psikodinamika klasik mengenai

gangguan depresif dari Freud dan para pengikutnya misalnya Abraham meyakini bahwa

gangguan depresif mewakili kemarahan yang diarahkan kedalam diri sendiri dan bukan

kepada orang-orang yang dikasihi. Rasa marah dapat diarahkan kepada self setelah

mengalami kehilangan yang sebenarnya atau ancaman kehilangan dari orang-orang yang

dianggap penting.12

Model stres dalam hidup (Life stress model). Model ini mengasumsikan stresor

atau perubahan dalam lingkungan memerlukan penyesuaian diri, yang dapat

menyebabkan gangguan depresif. Sebagian teori menerangkan bahwa gangguan depresif

pada anak disebabkan adanya reaksi dari kekacauan dalam keluarga. Poznanski dan Zrull

pada tahun 1970 melaporkan bahwa terjadinya gangguan depresif pada anak disebabkan

oleh insidensi yang tinggi dari agresi orang tua, hukuman dari kedisiplinan, perselisihan

dalam perkawinan dan penolakan dalam keluarga.2

Orang juga lebih cenderung untuk mengalami gangguan depresif bila mereka

menanggung sendiri tanggung jawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti

masalah sekolah, kesulitan keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan, masalah

interpersonal dan masalah dengan hukum.12

Model penguatan perilaku (Behavioral reinforcement model). Perilaku dan

mood depresif disebabkan karena tidak cukup mendapatkan hal yang positif, yang

mengakibatkan tangisan, iritabilitas dan terjadinya respons yang laten pada anak dan

remaja.2

Peter Lewinsohn pada tahun 1974 mengatakan bahwa gangguan depresif

dihasilkan dari ketidakseimbangan antara output prilaku dan input reinforcement yang

berasal dari lingkungan. Kurangnya reinforcement untuk usaha seseorang dapat

menurunkan motivasi dan menyebabkan mood depresi.12

Page 23: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Reinforcement sosial dapat hilang saat orang yang dekat dengan kita, yang

menjadi pemberi reinforcement, meninggal atau meninggalkan kita. Orang yang

menderita kehilangan sosial lebih cenderung untuk menderita gangguan depresif bila

mereka kurang memiliki keterampilan sosial dalam membentuk hubungan baru.12

Model ketidakberdayaan yang dipelajari (Learned helplessness model). Model

ketidakberdayaan yang dipelajari mengajukan pandangan bahwa orang dapat menderita

gangguan depresif karena ia belajar untuk memandang dirinya sendiri sebagai tidak

berdaya dalam mengontrol reinforcement dari lingkungan atau untuk mengubah

kehidupan yang lebih baik. Martin Seligman adalah orang yang pertama kali menyusun

konsep ketidakberdayaan yang dipelajari. Ia mengatakan bahwa orang belajar untuk

memandang dirinya sebagai tidak berdaya karena pengalaman-pengalamannya. Sejumlah

gangguan depresif pada manusia mungkin berasal dari pemaparan-pemaparan terhadap

situasi-situasi yang tampaknya tidak terkontrol. Sedikit kegagalan akan menimbulkan

perasaan tidak berdaya dan dugaan akan kegagalan dimasa mendatang.12

Model distorsi kognitif (Cognitive distortion model). Pandangan negatif terhadap

diri sendiri, dunia dan masa depan menjadi penyebab terjadinya gangguan depresif.2

Sejumlah teori telah berkembang untuk menjelaskan hubungan antara gangguan mood,

terutama gangguan depresif, dengan kognitif. Distorsi kognitif dan sifat negatif umumnya

dijumpai pada anak , remaja dan dewasa yang menderita gangguan depresif.15

Seorang teoritikus kognitif yang paling berpengaruh, psikiater Aaron Beck,

menghubungkan pengembangan gangguan depresif dengan adopsi dari cara berpikir yang

terdistorsi secara negatif di awal kehidupan. Segi tiga kognitif dari gangguan depresif

mencakup keyakinan-keyakinan negatif mengenai diri sendiri, lingkungan dan masa

depan. Teori kognitif meyakini bahwa orang yang mengadopsi cara berpikir yang negatif

ini memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita gangguan depresif bila dihadapkan

pada pengalaman hidup yang menekan atau mengecewakan, seperti mendapat nilai buruk

atau kehilangan pekerjaan. Distorsi kognitif ini membentuk tahapan-tahapan untuk

gangguan depresif disaat menghadapi kehilangan personal atau peristiwa hidup yang

negatif.12

Model pengendalian diri (Self controlled model). Model ini menduga orang yang

menderita gangguan depresif mengalami penurunan dorongan dari dalam dirinya sendiri,

Page 24: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

evaluasi diri dan pengendalian diri. Tindakan mereka sering hanya memfokuskan dalam

jangka waktu yang pendek dari pada jangka waktu yang panjang.2

Gambaran klinis sindrom depresi pada anak menyerupai dewasa, kecuali bahwa

anak lebih cenderung mengalami cemas perpisahan, fobia, keluhan somatik dan masalah

tingkah laku. Anak bukannya melaporkan rasa sedih, tetapi anak malahan dapat menjadi

irritable.16

Menurut DSM-IV-TR, kriteria diagnosis untuk episode depresif mayor adalah

sedikitnya lima gejala harus dijumpai selama periode 2 minggu dan harus ada perubahan

dari fungsi sebelumnya.14 Di antara gejala yang harus ada adalah depressed atau irritable

mood atau kehilangan minat atau kegembiraan. Gejala lain adalah kegagalan kenaikan

berat badan, insomnia atau hipersomnia, agitasi atau retardasi psikomotor, kelelahan atau

hilang tenaga, perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang tidak sesuai, berkurangnya

kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi dan pemikiran tentang kematian.2,14

Gejala-gejala tersebut harus menyebabkan gangguan sosial atau akademik. Untuk

memenuhi kriteria episode depresif mayor, gejala tidak boleh akibat langsung dari zat

(mis: alkohol) atau kondisi medis umum. Diagnosa episode depresif mayor tidak

ditegakkan dalam 2 bulan kehilangan orang yang dicintai.14

Berdasarkan PPDGJI III, tiga variasi dari episode depresif yang tercantum

dibawah ini: ringan, sedang, berat. Individu biasanya menderita suasana perasaan (mood)

yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan dan berkurangnya energi yang menuju

meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas. Biasanya ada rasa lelah

yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala yang lazim adalah:

1. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

2. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

3. Gagasan tentang keadaan bersalah dan tidak berguna

4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik

5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri

6. Tidur terganggu

7. Nafsu makan berkurang.17

Depresi pada usia remaja seperti gejala depresi pada umumnya terutama

menunjukkan perasaan kebosanan yang berat dan kurang mempunyai orientasi ke masa

depan. Angka kejadian gangguan depresif pada usia remaja meningkat, remaja

Page 25: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

perempuan lebih sering depresi daripada remaja laki-laki. Perasaan depresi pada anak dan

remaja lebih sering ditunjukkan dengan perasaan mudah

tersinggung atau mudah marah.16

Gejala gangguan depresif pada usia remaja mirip dengan orang dewasa berupa: 16

1. Anhedonia

Tidak dapat merasakan kesenangan atau kepuasan dalam kehidupan sehari-harinya 2. Gangguan kognitif mengenai:

a. Dirinya: menyalahkan dirinya, menyesali dirinya, merasa bersalah, merasa tak berharga b. Dunia sekitarnya: merasa tak tertolong, putus asa pada situasi kehidupan c. Masa depan: merasa tak ada harapan, murung terhadap masa depan

3. Perubahan tingkah laku

Perubahan tingkah laku berupa agitasi yang berat sampai menarik diri dan stupor

4. Perubahan fisiologis

Perubahan fisiologis berupa nafsu makan yang kurang, berat badan menurun dan gangguan pola tidur.

Beberapa kuesioner yang dapat digunakan untuk skrining depresi pada anak

adalah Pediatric Symptom Checklist3,18, Center for Epidemiological Studies Depression

Scale for Children16,19, Children’s Depression Inventory dari Kovax20,21,22, Children’s

Depression Scale, dan Depression Self-Rating Scale.20

III.2. TINDAK PIDANA

Pengertian hukuman adalah suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan

oleh hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang hukum

pidana.23

Dalam hukum yang ada di Indonesia tidak ada diatur secara tegas mengenai

pengertian anak. Hal ini dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut:

a) Pengertian anak menurut Hukum Pidana

Dalam hukum pidana khususnya Pasal 45 berbunyi: bahwa jika seseorang yang

belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya

belum enam belas, hakim boleh memerintahkannya supaya sitersalah

dikembalikan kepada orang tuanya, wali atau pemeliharanya dengan tidak

dikenakan suatu hukuman, yakni jika perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau

salah satu pelanggaran.24

Page 26: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

b) Pengertian anak menurut Hukum Perdata

Menurut hukum perdata Pasal 330, menyebutkan bahwa mereka yang mencapai

umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin dan apabila perkawinan

itu dibubarkan sebelum umur mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan yang

belum dewasa dan mereka yang belum dewasa tidak berada di bawah kekuasaan

orang tua atau dibawah perwalian. 25

c) Pengertian anak menurut Kesepakatan antara Departemen Sosial dengan

Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia.

Anak pelaku tindak pidana adalah anak yang melakukan tindak pidana yang telah

mencapai umur 12 tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah

menikah. Apabila anak itu di dalam Lapas masih dalam menempuh pendidikan

atau menurut Undang-undang Kesejahteraan memungkinkan bisa sampai umur 21

tahun.26

d) Pengertian anak menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan anak

Dalam ketentuan umum pasal 1 yang dimaksud dengan anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.1

Terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak nakal, Undang-Undang No 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan anak telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga kejahatan

yang dilakukan anak hanya dijatuhkan pidana atau tindakan yang ditentukan dalam

Undang-Undang. Pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal adalah pidana

penjara.25

Jika seseorang dinyatakan bersalah oleh pengadilan, maka ia dikirim ke Lembaga

Pemasyarakatan. Hal ini berarti, bahwa peradilan telah memutuskan:

Kebebasan akan dibatasi untuk jangka waktu tertentu.27

Dalam buku Hukum Pidana, Lembaga Pemasyarakatan dapat dikatakan

mempunyai 4 (empat) fungsi, yaitu:

1. Melindungi (Protective)

Page 27: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

2. Menghukum (Punitive)

3. Memperbaiki (Reformative)

4.Rehabilitasi (Rehabilitation).28

III.3. PENGARUH PEMIDANAAN TERHADAP ANAK

Pemidanaan sangat berpengaruh terhadap jiwa dan masa depan anak sebagai

generasi penerus bangsa Indonesia. Ketika anak masuk dalam Lembaga Pemasyarakatan

maka anak menyadari dirinya dalam keadaan terkekang, jauh dari orang tua, keluarga dan

orang orang yang dikenalnya serta memasuki dunia baru yang tertutup. 27

Setelah anak dinyatakan bersalah dan harus dipenjarakan maka anak tersebut akan

mempunyai problem mental seperti perasaan bersalah terus menerus, perasaan selalu

diatur dan anak-anak akan merasa rendah diri, merasa dianggap penjahat. Hal ini akan

berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa anak. 29

Penyebab utama depresi pada remaja adalah kehilangan objek yang dicintai. Oleh

karena perkembangan dan keterbatasan yang ada pada remaja, maka bentuk kehilangan

objek yang dicintai berbeda dengan orang dewasa. Pada remaja penyebab depresi yang

paling sering adalah yang berasal dari lingkungan, misalnya:

1. Perpisahan yang terjadi secara beruntun

2. Kehilangan yang terjadi tiba-tiba

3. Penolakan

4. Berkurangnya perhatian lingkungan. 30

Pemidanaan dan hukuman merupakan contoh dari model stres dalam hidup (Life

stress model). Orang lebih cenderung untuk mengalami gangguan depresif bila mereka

menanggung tanggung jawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti masalah

dengan hukum.12

Seseorang yang menjalani tidak pidana tanpa mengalami gangguan depresif dalam

menjani hukumannya biasanya mempunyai perilaku anti sosial. Perilaku antisosial

dimulai dengan masalah tingkah laku yang serius dan persisten pada masa remaja awal.

Masalah tingkah laku merupakan prediksi gangguan kepribadian antisosial.32 Gambaran

utama gangguan kepribadian antisosial merupakan pola perilaku yang mengabaikan

norma-norma sosial atau pelanggaran hak-hak orang lain, perilaku impulsif disertai

dengan tidak adanya perasaan bersalah atau penyesalan. Sering tidak bertanggung jawab

Page 28: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

dan penuh kebohongan.32,33 Perilaku antisosial tidak menunjukkan adanya cemas atau

gangguan depresif.14

III.4. LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN

Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan sebagai mana

Lapas anak lainnya yang ada di Indonesia seperti ditentukan dalam pasal 1 butir 3

Undang-Undang nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah sebagai tempat

untuk melaksanakan pembinaan narapidana.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dipimpin oleh seorang kepala yang

bertanggungjawab langsung kepada Kanwil Departemen Hukum dan HAM.

Kapasitas Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan hanya untuk menampung 350

orang tetapi pada saat ini penghuni Lapas sebanyak 850 orang dengan umur anak 12

sampai 21 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Kamar di Lapas Anak terdiri dari 4

(empat) blok yaitu:

Blok A ; 8 kamar, ukuran 4 x 2 m, setiap kamar sebanyak 5-7 orang

Blok B ; 17 kamar, ukuran 5,80 x 2,80 m, setiap kamar sebanyak 20-25 orang

Blok C ; 15 kamar, ukuran 5,80 x 4,80 m, setiap kamar sebanyak 30-40 orang

Blok D ; 12 kamar, ukuran 4 x 2 m, setiap kamar sebanyak 5-7 orang

Susunan organisasi Lapas anak terdiri dari:

A. Bagian tata usaha : melakukan urusan kepegawaian dan keuangan, surat menyurat

dan perlengkapan rumah tangga.

B. Seksi bimbingan dan kegiatan kerja:

1. Kegiatan rohani : ceramah keagamaan setiap hari

2. Bimbingan kerja : latihan menjahit, perabot rumah

3. Pendidikan : sekolah diluar maupun di dalam Lapas, latihan komputer

4. Olah raga : sepak bola, volli, tenis meja, senam kesegaran jasmani

5. Kesenian : latihan band, latihan kaligrafi

6. Kegiatan sosial : pramuka, kunjungan keluarga

7. Kesehatan : poliklinik kesehatan buka pagi dan sore hari

C. Seksi administrasi dan tata tertib: mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan

dan menerima laporan harian dan menegakkan tata tertib.

D. Seksi kesatuan pengamanan: melakukan penjagaan keamanan.

Page 29: 08E00369

BAB IV

KERANGKA KONSEP

NARAPIDANA LAPAS ANAK

KEADAAN KELUARGA Sosial ekonomi orang tua Status perkawinan orang tua

HUKUMAN Tindak Pidana Lamanya Hukuman

DEMOGRAFI Umur Tingkat Pendidikan Tempat Tinggal

• SINDROM DEPRESIF

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 30: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB V

METODE PENELITIAN

V.1. RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan studi

cross sectional karena penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek), dengan melakukan

pengukuran sesaat.

V.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan yang

dilaksanakan pada tanggal 1 Mei sampai dengan 15 Juli 2008

V.3. POPULASI PENELITIAN

Populasi target:

Narapidana Lembaga Pemasyarakatan yang berusia 12-21 tahun

Populasi terjangkau:

Narapidana Lembaga Pemasyarakatan yang berusia 12-21 tahun yang

berada pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan.

V.4. SAMPEL DAN CARA PEMILIHAN SAMPEL

Sampel penelitian:

Sampel penelitian adalah 274 orang narapidana anak yang memenuhi kriteria

inklusi.

Cara pemilihan sampel:

Pemilihan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling yaitu peneliti

menghitung terlebih dahulu jumlah populasi yang akan dipilih sampelnya.

Kemudian diambil sebagian dengan menggunakan tabel random.

Page 31: 08E00369

V.5. ESTIMASI BESAR SAMPEL

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan menurut rumus

n = Zα2 P (1-p) N

d2 (N-1) + Zα P(1-P)

Zα = tingkat kepercayaan 95% ( 1,96)

P= perkiraan proporsi sindrom depresi pada narapidana lapas anak 0,5

Q= (1-P) 1-0,5 = 0,5

d= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki 0,05

n= 265 orang (sampel minimum)

Jumlah sampel adalah 265 orang ( sampel minimum)

V.6. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah anak yang berusia 12 sampai 21 tahun, dapat membaca,

koperatif dan dapat diwawancarai

Kriteria eksklusi

1. Anak yang mempunyai komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain misalnya

gangguan psikotik, ansietas, sehubungan dengan zat.

2. Anak yang menderita penyakit medis umum yang berat.

V.7. CARA KERJA :

1. Pemilihan narapidana dilakukan dengan cara simple random sampling dan

memenuhi kriteria inklusi serta terlebih dahulu mengisi inform consent dan

kuesioner demografi.

2. Mengisi instrumen penelitian Children depression inventory dari KOVACK (bila

ada yang tidak jelas dapat ditanyakan pada peneliti).

3. Menentukan sindrom depresif.

4. Data dikumpulkan kemudian ditabulasi dan diolah secara statistik.

5. Dicari nilai proporsi yang memiliki sindrom depresif

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 32: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

V.8. IDENTIFIKASI VARIABEL

1. Variabel tergantung : Sindrom depsesif pada narapidana lapas anak

2. Variabel bebas : tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur,

tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status

perkawinan orang tua.

V.9. DEFINISI OPERASIONAL

• Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala

utama afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan dan kekurangan energi yang

menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunya aktifitas. Disamping itu

gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan

diri berkurang, pikiran bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang

suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,

tidur terganggu dan nafsu makan berkurang.

• Children depression inventory dari KOVACK adalah alat ukur untuk skrining depresif

pada anak, cara penilaian adalah setiap jawaban dalam kelompok peryataan pikiran

dan perasaan mempunyai urutan nilai : 0,1,2.

0 normal, tidak ada gangguan

1 keadaan antara 0 dan 2

2 besar kemungkinan gangguan

Total skor adalah jumlah skor pada 27 pernyataan.

Anak yang mengalami sindrom depresif adalah yang punya total skor ≥ 13

• Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

• Hukuman adalah suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim

dengan vonis kepada orang yang telah melanggar KUHP

• Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas.

• Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalankan pidana

di Lapas Anak.

• Lapas Anak Medan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana yang

berusia 12- 21 tahun dengan jenis kelamin laki-laki.

Page 33: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

• Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan diancam

dengan pidana, terdiri dari psikotropika/narkotika, pencurian, penggelapan,

pemalsuan, penipuan, pembunuhan, kesusilaan.

• Lamanya hukuman adalah lamanya anak menjalani hukuman didalam penjara yaitu

dibawah 6 bulan, 7 bulan-1 tahun, 1-1 ½ tahun, 1½ -2 tahun, 2-2½ tahun, 2½ -3

tahun.

• Umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Kelompok umur responden pada saat dilakukan penelitian dibagi atas: 12-14 tahun,

15-18 tahun, 19-21 tahun.

• Pendidikan adalah jenjang pengajaran yang telah diikuti responden melalui

pendidikan formal. Pendidikan dibagi atas: Tidak sekolah, SD (Sekolah Dasar),

SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMU (Sekolah Menengah Umum), PT

(Perguruan Tinggi)

• Tempat tinggal :kota Medan dan luar kota Medan

• Orang tua adalah ayah dan ibu narapidana lapas anak

• Status sosial ekonomi orang tua berdasarkan pendapatan per bulan, pendapatan

perbulan dibagi atas: < 1 juta, 1-2 juta, 2-3 juta.

• Status perkawinan orang tua: bercerai (janda/duda), tidak bercerai.

• Penyakit medis umum yaitu penyakit-penyakit kardiovaskular, penyakit-penyakit

endokrin dan penyakit berat lainnya misalnya kanker.

V.10. MANAJEMEN DAN ANALISA DATA

Hasil yang didapat disusun dalam tabel distribusi, dilihat proporsi narapidana

yang memiliki sindrom depresif. Untuk mencari hubungan antara sindrom depresif

dengan tindak pidana, lamanya hukuman dan faktor-faktor demografik digunakan uji

hipotesis chi-square. Perbedaan dikatakan bermakna jika p< 0,05 .

Pengolahan dan analisis statistik data dilakukan secara komputerisasi dengan

dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for Social Sciences 15.

Page 34: 08E00369

BAB VI

KERANGKA OPERASIONAL

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

CHILDREN DEPRESSION INVENTORY ≥ 13

NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN

SUBYEK PENELITIAN

CHILDREN DEPRESSION

INVENTORY DARI KOVACK

CHILDREN DEPRESSION INVENTORY < 13

KRITERIA INKLUSI

SINDROM DEPRESIF

KRITERIA EKSKLUSI

ANALISIS DATA

Page 35: 08E00369

BAB VII

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini sampel yang ikut serta dalam penelitian menurut kriteria

inklusi sebanyak 274 orang narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak

Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2008 sampai bulan Juli 2008.

Penyajian hasil penelitian ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel distribusi

frekuensi.

VII.1 KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN:

Tabel1. Karakteristik sampel penelitian dengan tindak pidana, lamanya hukuman,

umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, pendapatan orang tua per bulan.

Karakteristik Sampel n %

Tindak Narkotika 86 31,4

Pidana Pencurian 126 46,0

Penggelapan 23 8,4

Pemalsuan 4 1,5

Penipuan 9 3,3

Pembunuhan 12 4,4

Kesusilaan 14 5,1

Lamanya < 6 bulan 20 7,3 Hukuman 7 bln - 1 tahun 103 37,6

1 - 1½ tahun 56 20,4

1½ - 2 tahun 38 13,9

2 - 2½ tahun 31 11,3

2½ - 3 tahun 26 9,3

Umur 12 - 14 tahun 0 0

15 - 18 tahun 157 57,3

19 - 21 tahun 117 42,7

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 36: 08E00369

Sambungan...

Karakteristik Sampel n %

Tingkat Tidak Sekolah 17 6,2

Pendidikan SD 85 31,0

SMP 93 33,9

SMU 72 26,2

PT 7 2,6

Tempat Medan 211 77,0

Tinggal Luar Medan 63 23,0

Pendapatan < 1 Juta 186 67,9

Orang Tua 1 – 2 Juta 78 28,5

2 -- 3 Juta 10 3,6

Perkawinan Bercerai 92 33,6

Orang tua Tidak Bercerai 182 66,4

Total 274 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah tindak pidana

pencurian yaitu sebanyak 126 orang (46,0%), lamanya hukuman adalah 7 bulan- 1 tahun,

sebanyak 103 orang (37,6%), pada kelompok umur 15 tahun sampai 18 tahun, yaitu

sebanyak 157 orang (57,3%), dengan tingkat pendidikan adalah SMP, sebanyak 93

orang (33,9%), bertempat tinggal di Kota Medan, yaitu sebanyak 211 orang (77,0%),

yang mempunyai orang tua penghasilan dibawah 1 juta per bulan, yaitu sebanyak 186

orang (67,9%) dan mempunyai orang tua yang status perkawinan tidak bercerai, yaitu

sebanyak 182 orang (66,4%).

VII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN

Tabel 2. Sindrom depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 37: 08E00369

Sindrom Depresif n %

Tidak ada Sindrom Depresif 220 80,3

Sindrom Depresif 54 19,7

Total 274 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah narapidana

Lapas Anak Medan yang tidak menderita sindrom depresif, sebanyak, 220 orang (80,3%)

dan yang mengalami sindrom depresif adalah 54 orang (19,7%).

VII.3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION (SD) KOVACK PADA

NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN

Tabel 3. Mean dan Standad deviation Kovack pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan

Anak

KOVACK n MEAN SD

Tidak ada sindrom depresif 220 9,2 2,1

Sindrom Depresif 54 22,1 3,2

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Mean dan Standard Deviation Kovack pada

Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak yang mengalami sindrom depresif adalah

22,1 (SD 3,2) dan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2

(SD 2,1).

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 38: 08E00369

VII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF

Tabel 4. Sebaran Tindak Pidana dengan Sindrom Depresif

Tindak Tidak mengalami Mengalami

Pidana Sindrom depresif Sindrom depresif

n % Mean SD p n % Mean SD p

Narkotika 68 30,9 9,0 2,1 0,65 18 33,3 22,7 4,0 7,83

Pencurian 97 44,1 9,5 2,0 29 53,7 21,8 3,0

Penggelapan 22 10,0 9,2 2,3 1 1,9 22,0 0

Pemalsuan 4 1,8 10,0 1,4 0 .0 0 0

Penipuan 8 3,6 10,0 1,7 1 1,9 26,0 0

Pembunuhan 9 4,1 9,3 2,3 3 5,6 21,3 0

Kesusilaan 12 5,5 8,1 2,3 2 3,7 21,0 0

Total 220 100 54 100

X2 6,256, p = 0,395

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tindak pidana yang paling banyak mengalami

sindrom depresif adalah tindak pidana pencurian, sebanyak 29 orang (53,7%), diikuti

oleh narkotika, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tindak pidana pembunuhan, sebanyak 3

orang (5,6%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana

Lapas Anak Medan dalam melakukan tindak pidana.

Mean tindak pidana pencurian yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 3,0) lebih

tinggi di bandingkan yang tidak mengalami gangguan depresif 9,5 (SD 2,0). Mean tindak

pidana narkotika yang mengalami sindrom depresif 22,7 (SD 4,0) lebih tinggi di

bandingkan yang tidak mengalami gangguan depresif 9,0 (SD 2,1).

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 39: 08E00369

VII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF

Tabel 5. Sebaran Lamanya Hukuman dengan Sindrom Depresif

Lamanya Tidak mengalami Mengalami

Pidana Sindrom depresif Sindrom depresif

n % Mean SD p n % Mean SD p

< 6 bln 14 6,4 10,2 1,4 0,065 6 11,1 22,6 4,6 0,614

7 bln - 1 thn 81 36,8 9,6 2,2 22 40,7 22,3 3,0

1 - 1½ thn 48 21,8 8,7 2,4 8 14,8 20,8 3,1

1½ - 2 thn 29 13,2 8,7 2,1 9 16,7 22,6 3,2

2 - 2½ thn 28 12,7 9,5 1,8 3 5,6 24,3 5,7

2½ - 3 thn 20 9,1 8,9 1,4 6 11,1 21,0 1,4

Total 220 100 54 100

X2 5,094, p = 0,405

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak mengalami sindrom

depresif dalam menjalani lamanya hukuman adalah hukuman yang lamanya 7 bulan - 1

tahun, sebanyak 22 orang (40,7%), diikuti oleh hukuman 1,5 tahun-2 tahun, sebanyak 9

orang (16,7%) dan hukuman 1-1,5 tahun, sebanyak 8 orang (14,8%). Tidak terdapat

perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam

menjalani lamanya hukuman.

Mean yang lamanya hukuman 7 bulan - 1 tahun yang mengalami sindrom depresif 22,3 (

SD 3,0) lebih tinggi dari pada yang tidak mengalami sindrom depresif 9,6 (SD 2,2). Mean

lamanya hukuman 1,5 tahun - 2 tahun yang mengalami sindrom depresif 22,6 (SD 3,2)

lebih tinggi dari pada yang tidak mengalami sindrom depresif 8,7 (SD 2,4).

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 40: 08E00369

VII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF

Tabel 6. Sebaran umur dengan Sindrom Depresif

Umur Tidak mengalami Mengalami

Sindrom depresif Sindrom depresif

n % Mean SD p n % Mean SD p

15 - 18 thn 130 59,1 9,2 2,0 0,556 27 50,0 21,7 2,9 0,371

19 - 21 thn 90 40,9 9,3 2,2 27 50,0 22,5 3,6

Total 220 100 54 100

X2 1,465 p = 0,226

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan sindrom depresif antara

kelompok umur 15 - 18 tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun, yaitu sebanyak 27

orang (50,0%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana

Lapas Anak Medan dalam kelompok umur.

Mean kelompok umur 19-21 tahun yang tidak mengalami sindrom depresif 22,5 (SD 3,6)

lebih tinggi dibanding yang mengalami sindrom depresif 9,3 (SD 2,2).

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 41: 08E00369

VII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF

Tabel 7. Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Sindrom Depresif

Tingkat Tidak mengalami Mengalami

Pendidikan Sindrom depresif Sindrom depresif

n % Mean SD p n % Mean SD p

Tidak Sekolah 14 6,4 9,8 1,6 0,224 3 5,6 21,6 3,0 0,849

SD 62 28,2 9,2 2,1 23 42,6 21,8 2,8

SMP 75 34,1 9,6 2,0 18 33,3 22,2 3,9

SMU 62 28,2 8,8 2,3 10 18,5 22,9 3,3

PT 7 3,2 9,4 2,2 0 0,0 22,1 3,2

Total 220 100 54 100

X2 6,214, p = 0,184

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel dengan tingkat pendidikan yang paling

banyak mengalami sindrom depresif adalah tingkat pendidikan SD, sebanyak 23 orang

(42,6%), diikuti oleh tingkat pendidikan SMP, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tingkat

pendidikan SMU, sebanyak 10 orang (18,5%). Tidak terdapat perbedaan bermakna

sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan tingkat pendidikan.

Mean tingkat pendidikan SD yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 2,8) lebih tinggi

dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,1). Mean tingkat

pendidikan SMP yang mengalami sindrom depresif 22,2 (SD 3,9) lebih tinggi

dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,6 (SD 2,0).

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 42: 08E00369

VII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF

Tabel 8. Sebaran Tempat Tinggal dengan Sindrom Depresif

Tempat Tidak mengalami Mengalami

Tinggal Sindrom depresif Sindrom depresif

n % Mean SD p n % Mean SD p

Medan 166 75,5 9,2 2,0 0,556 45 83,3 22,2 3,3 0,533

Luar Medan 54 24,5 9,3 2,2 9 16,7 22,0 3,3

Total 220 100 54 100

X2 1,520 p = 0,146

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel dengan tempat tingal yang paling banyak

mengalami sindrom depresif adalah yang bertempat tinggal di dalam kota Medan, yaitu

sebanyak 45 orang (83,3%).

Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak

Medan dengan tempat tinggal.

Mean yang bertempat tinggal di Kota Medan yang mengalami sindrom depresif 22,2 (SD

3,3) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,0).

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 43: 08E00369

VII.9. SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEFRESIF

Tabel 9. Sebaran Sosial Ekonomi Orang Tua dengan sindrom depresif

Pendapatan Tidak mengalami Mengalami

per bulan Sindrom depresif Sindrom depresif

n % Mean SD p n % Mean SD p

< 1 Juta 141 64,1 9,2 2,1 0,664 45 83,3 21,8 3,1 0,138

1 – 2 Juta 70 31,8 9,2 2,1 8 14,8 23,5 3,4

2 -- 3 Juta 9 4,1 9,8 2,2 1 1,9 27,0 0

Total 220 100 54 100

X2 7,364 p = 0,025

Dari tabel dapat dilihat bahwa sampel dengan pendapatan orang tua per bulan yang paling

banyak mengalami sindrom depresif adalah yang pendapatan orang tuanya per bulan < 1

juta rupiah, sebanyak 45 orang (83,3%). Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif

pada narapidana Lapas Anak Medan dengan sosial ekonomi orang tua.

Mean pendapatan orang tuanya per bulan < 1 juta rupiah, yang mengalami sindrom

depresif 21,8 (SD 3,1) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif

9,2 (SD 2,1).

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 44: 08E00369

VII.10. SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEPRESIF

Tabel 10. Sebaran Status Perkawinan Orang Tua dengan Sindrom Depresif

Status Tidak mengalami Mengalami

Perkawinan Sindrom depresif Sindrom depresif

n % Mean SD p n % Mean SD p

Bercerai 73 33,2 9,1 2,0 0,119 19 35,2 21,8 2,9 0,290

Tidak Bercerai 147 66,8 9,3 2,1 35 64,8 22,3 3,4

Total 220 100 54 100

X2 0,078 p = 0,449

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel status perkawinan orang tua yang paling

banyak mengalami sindrom depresif adalah status perkawinan orang tua yang tidak

bercerai, sebanyak 35 orang (64,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom

depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan status perkawinan orang tua.

Mean status perkawinan orang tua yang tidak bercerai, yang mengalami sindrom depresif

21,8 (SD 2,9) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,3 (SD

2,1).

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 45: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB VIII

PEMBAHASAN

Penelitian Sindrom Depresif pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak

Medan ini merupakan suatu penelitian analitik dengan rancangan studi cross sectional.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana

Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan dan tujuan khusus adalah untuk mengetahui

sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman,

kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua serta jika

terdapat sindrom depresif maka dapat dilakukan kerja sama dengan Departemen Psikiatri

untuk mendapatkan penilaian dan penatalaksanaan lebih lanjut.

Hipotesis pada penelitian ini yang menyatakan sindrom depresif pada narapidana

Lapas Anak Medan berbeda berdasarkan status sosial ekonomi orang tua terbukti (p =

0,025).

VIII.1 KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN:

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak melakukan tindak

pidana adalah tindak pidana pencurian yaitu sebanyak 126 orang (46,0%), diikuti oleh

tindak pidana narkotika, sebanyak 86 orang (31,4%) dan tindak pidana penggelapan,

sebanyak 23 orang(8,4%).

Sampel yang paling banyak menjalani hukuman adalah lamanya 7 bulan- 1 tahun,

sebanyak 103 orang (37,6%), diikuti oleh lamanya 1 tahun-1½ tahun, sebanyak 56 orang

(20,4%) dan lamanya 1½ tahun – 2 tahun, sebanyak 38 orang(13,9%).

Sampel yang paling banyak menjalani hukuman adalah kelompok umur 15 tahun

sampai 18 tahun, yaitu sebanyak 157 orang (57,3%) diikuti oleh kelompok umur 19-21

tahun, sebanyak 117 orang (42,7%).

Sampel yang paling banyak menjalani hukuman dengan tingkat pendidikan

adalah SMP, yaitu sebanyak 93 orang (33,9%) diikuti oleh tingkat pendidikan SD,

sebanyak 85 orang (31,0%) dan SMU, sebanyak 72 orang (26,2%).

Sampel yang menjalani hukuman paling banyak bertempat tinggal di Kota Medan,

yaitu sebanyak 211 orang (77,0%), diikuti yang bertempat tinggal diluar Kota Medan,

sebanyak 63 orang (23,0%).

Page 46: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Sampel yang menjalani hukuman paling banyak mempunyai orang tua yang

penghasilan dibawah 1 juta per bulan, yaitu sebanyak 186 orang (67,9%), diikuti oleh

penghasilan 1-2 juta per bulan, sebanyak 78 orang (28,5%) dan 2-3 juta per bulan,

sebanyak 10 orang (3,6%).

Sampel yang menjalani hukuman paling banyak mempunyai orang tua yang status

perkawinan tidak bercerai, yaitu sebanyak 182 orang (66,4%), diikuti orang tua yang

status perkawinan bercerai, sebanyak 92 orang (33,6%).

VIII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN

Dari tabel 2 didapati narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak yang mengalami

sindrom depresi, sebanyak 54 orang (19,7%).

Studi prevalensi di Canada oleh Ulzen dan Hamilton tahun 1998 mengenai

prevalensi gangguan mental pada pusat penahanan anak dan remaja menunjukkan hasil

30,4% memenuhi kriteria gangguan depresif. Teplin dan kawan-kawan di Amerika tahun

2000 melaporkan 13% anak laki-laki yang berada di Lembaga Pemasyarakatan

memenuhi kriteria episode depresi.5 Sementara menurut Ryan tahun 2004 pada anak

yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak ditemukan gangguan mood 1 dari

12 anak dan 8% mengalami gangguan depresif. Otto dan kawan-kawan mengumpulkan

11 penelitian mengenai gangguan mood pada anak laki-laki yang berada di Lembaga

Pemasyarakatan dan ditemukan variasi yang signifikan pada angka prevalensi, dari

penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa yang menggunakan rekam medis melaporkan

adanya gangguan mood 22% dan yang menggunakan wawancara klinis melaporkan 32-

78%.4

Perbedaan yang didapat dari hasil penelitian ini dengan penelitian lainnya

dikarenakan oleh penggunaan instrumen yang berbeda. Beberapa peneliti sebelumnya

menggunakan kuisioner Beck Depression Inventori dan ada yang menggunakan rekam

medis.4 Penelitian ini menggunakan Children depression inventory dari KOVACK

sebagai alat ukur untuk krining sindrom depresif pada anak.9,20

Page 47: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

VIII.3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION KOVACK PADA NARAPIDANA

LAPAS ANAK MEDAN

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa mean dan standard deviation Kovack pada

Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak yang mengalami sindrom depresif adalah

22,1 (SD 3,2) dan yang tidak mengalami sindrom depresif adalah 9,2 (SD 2,1).

Sindrom depresif dapat di jumpai pada anak yang berada dalam Lembaga

Pemasyarakatan Anak, karena hidup anak akan tertekan, kemerdekaan akan dibatasi,

setiap harinya berada dalam sel tahanan, jauh dari orang tua dan anak harus mengurus

kebutuhannya sehari-hari.

VIII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF

Dari tabel 4 dapat dilihat sampel yang mengalami sindrom depresif yang paling

banyak adalah tindak pidana pencurian, sebanyak 29 orang (53,7%), diikuti oleh tindak

pidana narkotika, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tindak pidana pembunuhan, sebanyak 3

orang(5,6%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana

Lapas Anak Medan dalam melakukan tindak pidana (p = 0,395).

Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa narapidana yang mengalami sindrom

depresif lebih rendah dari pada narapidana yang tidak mengalami sindrom depresif. Hal

ini terjadi oleh karena narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan

mayoritas memiliki tingkah laku antisosial.

Dari literatur dikatakan bahwa gangguan kepribadian antisosial biasanya dimulai

dengan masalah tingkah laku yang serius dan persisten pada masa remaja awal. Masalah

tingkah laku merupakan prediksi gangguan kepribadian antisosial.32 Gambaran utama

gangguan kepribadian antisosial merupakan pola perilaku yang mengabaikan norma-

norma sosial atau pelanggaran hak-hak orang lain, perilaku impulsif disertai dengan tidak

adanya perasaan bersalah atau penyesalan. Sering tidak bertanggung jawab dan penuh

kebohongan.32,33 Perilaku antisosial tidak menunjukkan adanya cemas atau gangguan

depresif.14

Pada penelitian ini terdapat sindrom depresif oleh karena anak harus tinggal

terpisah dengan orang tua, mengurus diri sendiri dan terkekang. Hal ini sesuai dengan

literatur yang mengatakan bahwa sindrom depresi disebabkan oleh perpisahan dengan

Page 48: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

orang yang dicintai, berkurangnya perhatian lingkungan dan menanggung tanggung

jawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti masalah dengan hukum.12,30

VIII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak mengalami sindrom

depresif dalam menjalani lamanya hukuman adalah hukuman yang lamanya 7 bulan - 1

tahun, sebanyak 22 orang (40,7%), diikuti oleh lamanya hukuman 1,5 tahun-2 tahun,

sebanyak 9 orang (16,7%) dan lamanya hukuman 1 tahun - 1,5 tahun, sebanyak 8 orang

(14,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas

Anak Medan dalam menjalani lamanya hukuman (p = 0,405).

Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa sampel narapidana yang paling banyak

mengalami sindrom depresif dalam menjalani lamanya hukuman adalah hukuman yang

lamanya 7 bulan - 1 tahun. Lama hukuman 7 bulan - 1 tahun lebih banyak mengalami

sindrom depresif dari pada narapidana yang menjalani hukuman lebih lama oleh karena

semakin lama narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan maka

semakin bisa anak-anak tersebut untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan situasi dan

lingkungan Lapas tersebut.

Dari literatur dikatakan bahwa orang yang menderita kehilangan sosial lebih

cenderung untuk mengalami sindrom depresif bila mereka kurang memiliki keterampilan

sosial dalam membentuk hubungan baru.12 Ketidakmampuan peranan sosial seseorang

untuk menyesuaikan diri dengan stresor sosial mengarah pada berkembangnya sindrom

depresif pada seseorang.2

VIII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa sampel kelompok umur yang paling banyak

mengalami sindrom depresif adalah sama banyaknya antara kelompok umur 15 - 18

tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun, sebanyak 27 orang (50,0%). Tidak terdapat

perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam

kelompok umur (p = 0,226).

Pada hasil penelitian ini narapidana yang mengalami sindrom depresif pada

kelompok umur 15-18 tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun adalah sama banyak

oleh karena semua narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan

Page 49: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

akan mengalami situasi, fasilitas dan perlakuan yang sama. Ketika anak masuk dalam

Lembaga Pemasyarakatan maka hidup anak akan terkekang, kemerdekaan akan dibatasi,

jauh dari orang tua, keluarga dan orang orang yang dikenalnya serta memasuki dunia

baru yang tertutup.

Pada penelitian ini narapidana yang mengalami sindrom depresif pada kelompok

umur 15-18 tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun adalah sama banyak, hal ini

berbeda dengan hasil penelitian Kaplan dkk (1984) yang menemukan sindrom depresif

pada usia 11-14 lebih rendah di bandingkan usia 15- 18 tahun.

VIII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sampel tingkat pendidikan yang paling banyak

menderita sindrom depresif adalah tingkat pendidikan SD, sebanyak 23 orang (42,6%),

diikuti oleh tingkat pendidikan SMP, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tingkat pendidikan

SMU, sebanyak 10 orang (18,5%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif

pada narapidana Lapas Anak Medan dengan tingkat pendidikan (p = 0,184).

Pada penelitian ini sampel tingkat pendidikan yang paling banyak mengalami

sindrom depresif adalah tingkat pendidikan SD. Tingkat pendidikan SD lebih banyak

mengalami sindrom depresif dari pada narapidana yang tingkat pendidikan lebih tinggi

kemungkinan oleh karena semangkin tinggi tingkat pendidikan narapidana yang berada

di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan maka semakin banyak kegiatan dan

keterampilan yang dapat diikuti anak-anak tersebut untuk mengatasi rasa jenuh dan bosan

dengan situasi dan lingkungan Lapas tersebut.

Pada penelitian ini tingkat pendidikan SD lebih banyak mengalami sindrom

depresif dari pada narapidana yang tingkat pendidikan lebih tinggi, hal ini sesuai dengan

literatur yang mengatakan sindrom depresi lebih sering terjadi pada anak yang tingkat

pendidikan rendah dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 14

VIII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak mengalami sindrom

depresif adalah narapidana yang bertempat tinggal di dalam Kota Medan, sebanyak 45

orang (83,3%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana

Lapas Anak Medan dengan tempat tinggal

Page 50: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

(p = 0,146).

Pada penelitian ini narapidana yang bertempat tinggal di dalam Kota Medan lebih

banyak mengalami sindrom depresif dari pada narapidana yang bertempat tinggal diluar

Kota Medan oleh karena narapidana yang bertempat tinggal di Kota Medan lebih banyak

menghadapi stresor lingkungan daripada luar Kota Medan. Kota Medan merupakan Ibu

Kota Propinsi. Perkotaan memiliki penduduk yang lebih padat, suasana lebih ramai, jauh

dari ketenangan dan tingkat kejahatan lebih tinggi.

Dari literatur dikatakan bahwa faktor lingkungan seperti pemaparan terhadap

peristiwa hidup yang penuh tekanan tampaknya memainkan peranan untuk

menyebabkan timbulnya sindrom depresif.14 Ketidakmampuan peranan sosial untuk

menyesuaikan diri dengan stresor sosial mengarah pada berkembangnya depresi pada

seseorang.1 Stresor psikososial lebih tinggi pada daerah perkotaan dari pada pedesaan. 14

VIII.9 SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEPRESIF

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa sampel pendapatan orang tua per bulan yang

paling banyak mengalami sindrom depresif adalah pendapatan per bulan < 1 juta rupiah,

sebanyak 45 orang (83,3%). Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada

narapidana Lapas Anak Medan dengan sosial ekonomi orang tua (p = 0,025).

Pada penelitian ini narapidana yang pendapatan orang tua per bulan <1 juta lebih

banyak mengalami sindrom depresif oleh karena narapidana yang orang tuannya kurang

mampu, kurang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tambahan selama anak tesebut

berada dalam Lapas Anak Medan. Dengan perekonomian yang lebih tinggi maka anak

akan lebih sering di kunjungi dan setiap keperluan anak akan lebih terpenuhi.

Dari literatur dikatakan bahwa salah satu stresor psikososial yang menyebabkan

sindrom depresif adalah faktor ekonomi yang kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup.2

Terdapat bukti yang mengemukakan bahwa status sosioekonomi keluarga yang rendah

berperan banyak dalam menyebabkan sindrom depresif pada anak.14

Page 51: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

VIII.10 SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM

DEPRESIF

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa sampel status perkawinan orang tua yang paling

banyak mengalami sindrom depresif adalah status perkawinan orang tua yang tidak

bercerai, sebanyak 35 orang (64,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom

depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan status perkawinan orang tua (p =

0,449).

Pada penelitian ini narapidana yang status perkawinan orang tua yang tidak

bercerai lebih banyak mengalami sindrom depresif kemungkinan oleh karena narapidana

yang berasal dari keluarga yang utuh biasanya selalu berada dekat dengan kedua orang

tua dan selalu bergantung dengan orang tua. Saat anak berada dalam Lapas, maka anak

akan mengurus kebutuhannya sehari-hari tanpa bantuan orang tua. Anak akan merasa

tertekan akibat berpisah dengan orang tua.

Pada penelitian ini narapidana yang status perkawinan orang tua yang tidak

bercerai lebih banyak mengalami sindrom depresif. Hal ini berbeda dengan literatur yang

menyatakan struktur keluarga berperan dalam terjadinya sindrom depresif terutama pada

status perkawinan orang tua yang bercerai atau perpisahan orang tua. 14

Page 52: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

IX.1 KESIMPULAN

1. Penelitian Sindrom Depresif pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak

Medan, diikuti oleh 274 orang narapidana yang berada di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Medan.

2. Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah apakah terdapat

sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dan apakah sindrom

depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman,

kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua,

status perkawinan orang tua.

3. Tujuan umum dilakukan penelitian ini ádalah untuk mengetahui sindrom

depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan dan tujuan

khususnya untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda

berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat

pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua

dan agar anak-anak yang didapati mengalami sindrom depresif maka dapat

diambil tindakan penanganan selanjutnya.

4. Tidak terbukti hipotesis yang menyatakan bahwa sindrom depresif pada

narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana (p = 0, 395), lamanya hukuman (p

= 0,405), kelompok umur (p = 0,226), tingkat pendidikan

(p = 0,184), tempat tinggal (p = 0,146) serta status perkawinan orang tua (p =

0,449) tetapi hipotesis yang menyatakan bahwa sindrom depresif pada narapidana

berbeda berdasarkan sosial ekonomi orang tua adalah terbukti pada penelitian ini

(p = 0,025).

5. Pada penelitian ini didapati hasil narapidana yang tidak mengalami sindrom

depresif lebih banyak dari pada narapidana yang mengalami sindrom depresif.

Page 53: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

IX.2 SARAN

1. Melihat terdapatnya sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan perlu

diambil tindakan penanganan yang lebih lanjut.

2. Hasil yang di dapat sebagai bahan pertimbangan bagi jajaran Departemen Hukum

dan Hak Azasi Manusia untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu

misalnya menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

3. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan Bimbingan Pemasyarakatan (Bimpas)

seperti sarana pendidikan (sekolah, perpustakaan) dan pembinaan (keagamaan)

agar perilaku anak menjadi lebih baik.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti penelitian latar belakang anak

melakukan tindakan kejahatan yang menyebabkan dirinya masuk Lapas.

Page 54: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak. Jakarta, 2002

2. Weller EB, Weller RA, Svadjian H. Mood Disorders. In: Lewis M. Child and

Adolescent Psychiatry, A Comprehensive Textbook. Baltimore: Williams & Wilkins,

1996. p. 650-63

3. Son SE, Jeffrey TK. Depression in children and adolescents. Am Fam Physician

2000; 62: 2297-308

4. Ryan EP, Redding RE. A Review of Mood Disorders Among Juvenile Offenders;

2004. Diunduh dari: http://ps psychiatryonline org

5. Odgers CL, Burnette ML, Chauhan P. Misdiagnosing the Problem: Mental Health

Profiles of Incarcerated Juveniles. Universitas of Virginia ;2005

6. Kehidupan Penjara Anak. Diperoloh dari: http://www.kcm./Depresi penjara. htm

7. Nuraisi, Atmasasmita. Problema Kenakalan Anak remaja. Bandung: Armico; 2001

8. Soemitro, Irmasetiawati. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Bumi aksara;

1990

9. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III. Jakarta, 1993, h. 150-55

10. Depressive Disorders. Diunduh dari: http://www.fags.org/health/Sick-V/ Depressive

Disorders. html

11. Shaffer D. Mood Disorders in Children and Adolescents. In: Sadock BJ, Sadock VA.

Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Volume I A. 8thed .

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,2005.p.3262-66

12. Nevid JS, Rathus S, Greene B. Abnormal Psychology in a Changing World. 5th ed.

Beverly: Inc, Publishing as Prentice Hall, 2003. p. 228-61

13. Hagman J, Bechtold DW. Child & adolescent psychiatric disorders & psychosocial

aspects of pediatrics.In: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM. Current

pediatric diagnosis & treatment. 16th Ed. New York: McGraw-Hill, 2003. p. 187-9

14. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry, behavioral

sciences/ clinical psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,

2007. p. 1258-63

Page 55: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

15. Pataki CS. Mood disorders and suicide in children and adolescents. In: Sadock BJ,

Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive textbook of psychiatry. 7th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000. p. 2740-57

16. Warsiki E. Psikopatologi dan Patofisiologi Depresi Anak dan Remaja. Konvensi

Nasional Psikiatri Anak dan Remaja. Children At Risk. Jakarta, 2002.h.1-16

17. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

Indonesia III. Jakarta, 1993, h. 150-55

18. Massachusetts General Hospital. Pediatric Symptom Checklist. Diunduh dari

:http://www.massgeneral.org/allpsych/pediatricsymptom/psc_english.PDF

19. Center for Epidemiological Studies Depression Scale for Children. Diunduh

dari:http://www.brightfutures.org/mentalhealth/pdf/professionals/bridges/ces_dc.pdf

20. Boris NW, Dalton R, Forman MA. Mood Disorders. In: Behrman RE, Kliegman RM,

Jenson HB. Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Saunders, 2004. p.

84-5

21. Bhatia SK, Bhatia SC. Childhood and adolescent depression. Am Fam Physician

2007; 75: 73-80

22. National Institute of Mental Health. Depression in children and adolescents, a fact

sheet for physicians; 2000 (cited 2007 March 3) Diunduh dari

http://www.nimh.nih.gov

23. Kansil. Pengantar Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Djambatan; 1986

24. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Bogor: Politea; 1988

25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.

Jakarta, 1997

26. Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Pidana Anak. Diperoleh dari:

http://www.depsos.go.id/modules.php

27. Singarimbun. Pemasyarakatan. Jakarta : Gramedia; 1998

28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan. Jakarta, 1995

29. Mulyana, Kusumah W. Hukum dan Hak-hak Anak. Jakarta: Rajawali Indonesia; 1986

30. Yusuf I. Pengalaman Penggunaan Antidepresan Pada Remaja Dengan Depresi.

Konvensi Nasional Psikiatri Anak dan Remaja. Children At Risk. Jakarta, 2002.

Page 56: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

31. Sastro A, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Yakarta: Binarupa

Aksara; 1995.

32. Hill J. Early Identification of Individuals at Risk for Antisocial Personality Disorder.

British Journal of Psychiatry. 2003; 182 (suppl.44): p.11-14

33. Robin LN. The Intimate Connection Between Antisocial Personality and Substance

Abuse. Soc Psychiatry Epidemiology. 1998; p. 33: 393-9

34. Simonoff E, Elander J, Holmshaw J, Pickles A et al. Predictors of Antisocial

Personality. British Journal of Psychiatry. 2004; 184 : p.118-127

35. Garber J, Javad, Kashani. Development of The Symptom of Depression. In: Lewis M.

Child and Adolescent Psychiatry, A Comprehensive Textbook. Baltimore: Williams

& Wilkins, 1996. p. 301-10

Page 57: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Lampiran 1

PENILAIAN SINDROM DEPRESIF PADA ANAK

(CHILDREN DEPRESSION INVENTORY) DARI KOVACK

Anak-anak kadang-kadang mempunyai perasaan dan pikiran yang berbeda. Daftar ini

menyusun perasaan dan pikiran dalam kelompok-kelompok. Dari setiap kelompok

pilihlah satu kalimat yang paling sesuai dengan keadaan dirimu dalam dua minggu

terakhir ini. Setelah memilih satu kalimat dari kelompok pertama lanjutkanlah pada

kelompok berikutnya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Pilih saja kalimat yang

paling sesuai dengan dirimu akhir-akhir ini.

Beri tanda x : didalam kotak yang letaknya disamping jawaban yang kamu pilih.

PILIHLAH KALIMAT YANG MENGGAMBARKAN PIKIRAN DAN

PERASAANMU DALAM DUA MINGGU TERAKHIR INI.

1. □ Saya kadang-kadang merasa sedih

□ Saya sering merasa sedih

□ Saya selalu merasa sedih

2. □ Saya tidak pernah berhasil

□ Saya tidak yakin apakah saya akan berhasil

□ Biasanya saya berhasil

3. □ Saya hampir selalu melakukan segala-galanya secara benar

□ Saya melakukan banyak hal secara salah

□ Saya melakukan segalanya secara salah

4. □ Saya menyenangi banyak hal

□ Saya menyenangi beberapa hal

□ Saya tidak menyenangi apapun

5. □ Saya selalu tidak baik

□ Saya sering tidak baik

□ Saya kadang-kadang tidak baik

6. □ Saya kadang-kadang memikirkan hal-hal yang buruk yang dapat menimpa

diri saya

□ Saya cemas mengenai hal-hal buruk yang akan menimpa diri saya

□ Saya yakin bahwa hal yang buruk akan menimpa diri saya

Page 58: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

7. □ Saya membenci diri saya

□ Saya tidak menyukai diri saya

□ Saya menyukai diri saya

8. □ Semua hal yang buruk adalah salah saya

□ Banyak hal yang buruk adalah salah saya

□ Hal-hal yang buruk biasanya bukan salah saya

9. □ Saya tidak memikirkan untuk bunuh diri

□ Saya memikirkan untuk bunuh diri tetapi tidak akan melakukannya

□ Saya ingin bunuh diri

10. □ Setiap hari saya merasa ingin menangis

□ Pada banyak hari saya merasa ingin menangis

□ Kadang-kadang saya merasa ingin menangis

11. □ Saya selalu merasa diri disusahkan

□ Saya seringkali merasa diri disusahkan

□ Saya kadang-kadang merasa diri disusahkan

12. □ Saya senang berada bersama-sama orang lain

□ Saya sering merasa tidak senang berada bersama orang lain

□ Saya sama sekali tidak senang berada bersama orang lain

13. □ Saya tidak bisa mengambil keputusan

□ Saya sukar memutuskan sesuatu

□ Saya mudah untuk memutuskan sesuatu

14. □ Penampilan saya baik

□ Ada beberapa hal pada penampilan saya yang tidak baik

□ Penampilan saya buruk

15. □ Saya selalu harus memaksa diri saya untuk membuat PR

□ Saya seringkali harus memaksa diri saya untuk membuat PR

□ Mengerjakan PR bagi saya bukan masalah besar

16. □ Saya sukar tidur setiap malam

□ Saya sukar tidur pada banyak malam

□ Saya tidur cukup baik

Page 59: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

17. □ Saya kadang-kadang merasa lelah

□ Saya pada banyak hari merasa lelah

□ Saya setiap saat merasa lelah

18. □ Hampir setiap hari saya merasa tidak ingin makan

□ Pada banyak hari saya merasa tidak ingin makan

□ Saya makan cukup bayak

19. □ Saya tidak cemas mengenai nyeri dan rasa sakit

□ Saya seringkali cemas mengenai nyeri dan rasa sakit

□ Saya selalu cemas mengenai nyeri dan rasa sakit

20. □ Saya tidak merasa sendirian

□ Saya sering merasa sendirian

□ Saya selalu merasa sendirian

21. □ Saya tidak pernah merasa senang disekolah

□ Saya kadang-kadang merasa senang disekolah

□ Saya sering merasa senang disekolah

22. □ Saya punya banyak teman

□ Saya punya beberapa kawan tetapi ingin punya lebih banyak

□ Saya tidak punya kawan

23. □ Hasil pekerjaan sekolah saya baik

□ Hasil pekerjaan sekolah saya tidak sebaik dahulu

□ Hasil pekerjaan saya buruk dalam mata pelajaran yang dahulu saya

kuasai

24. □ Saya tidak akan pernah sebaik anak lain

□ Saya bisa sebaik anak lain bila saya mau

□ Saya sama baiknya dengan anak lain

25. □ Tak seorangpun benar-benar mencintai saya

□ Saya tidak yakin apakah ada seorang yang mencintai saya

□ Saya yakin bahwa ada orang yang mencintai saya

26. □ Saya biasanya melakukan apa yang disuruh

□ Saya sering tidak melakukan apa yang disuruh

□ Saya tidak pernah melakukan apa yang disuruh

Page 60: 08E00369

27. □ Saya dapat bergaul dengan anak lain

□ Saya seringkali terlibat perkelahian

□ Saya hampir selalu terlibat dalam perkelahian

CARA PENILAIAN

Setiap jawaban dalam kelompok peryataan pikiran dan perasaan mempunyai urutan nilai :

0,1,2.

0 normal, tidak ada sindrom depresif

1 keadaan antara 0 dan 2 Pernyataan no: 1,3,4,6,9,12,14,17

2 besar kemungkinan sindrom depresif 19,20,22,23,26,27

Untuk peryataan no: 2,5,7,8,10,11,13,15,16,18,21,24,25, mempunyai urutan nilai 2,1,0.

Total skor adalah jumlah skor pada 27 pernyataan.

Anak yang mengalami sindrom depresif adalah: anak yang mempunyai total skor ≥ 13

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 61: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Lampiran 2.

Lembaran penjelasan untuk responden

SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA

LAPAS ANAK MEDAN

Dengan hormat

Saudara akan mengisi suatu angket yang disebut PENILAIAN SINDROM

DEPRESIF PADA ANAK (CHILDREN DEPRESSION INVENTORY) dari KOVACK.

Anak-anak kadang-kadang mempunyai perasaan dan pikiran yang berbeda. Daftar ini

menyusun perasaan dan pikiran dalam kelompok-kelompok. Dari setiap kelompok

pilihlah satu kalimat yang paling sesuai dengan keadaan dirimu dalam dua minggu

terakhir ini. Setelah memilih satu kalimat dari kelompok pertama lanjutkanlah pada

kelompok berikutnya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Pilih saja kalimat yang

paling sesuai dengan dirimu akhir-akhir ini.

Beri tanda x : didalam kotak yang letaknya disamping jawaban yang kamu pilih. Di

bawah ini ada contoh bagaimana mengerjakannya. Cobalah beri tanda pada kalimat yang

paling sesuai dengan keadaan dirimu.

Contoh: □ Saya selalu baca buku

□ Kadang-kadang saya baca buku

□ Saya tidak pernah baca buku

Partisipasi saudara dalam penelitian ini adalah sukarela dan tanpa paksaan apapun

maupun tekanan dari siapapun. Seandainya saudara menolak untuk berpartisipasi tidak

ada sanksi atau pengaruh terhadap anda. Seandainya saudara ikut berpartisipasi, saya

akan memberikan imbalan berupa makanan (kue kotak) kepada saudara. Data saudara

adalah rahasia dan hanya diketahui oleh peneliti dan saudara sendiri, serta diolah secara

ilmiah. Jika selama menjalani penelitian ada hal-hal yang kurang dimengerti yang

berhubungan dengan penelitian ini, saudara dapat menghubungi saya.

dr. Adhayani Lubis, Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran USU/ RS HAM.

HP: 0812 651 7699

Lampiran 3.

Page 62: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Lembaran Persetujuan Responden

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan :

Alamat :

Telah menerima dan mengerti penjelasan Dokter tentang penelitian “ SINDROM

DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN” dengan menimbang

untung ruginya. Saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut dengan kesadaran dan

kerelaan sendiri.

Demikian surat persetujuan ini saya buat atas kesadaran sendiri tanpa paksaan

siapapun.

Medan, Juni 2008

Yang menyatakan Peneliti

( ) ( dr. Adhayani Lubis )

Page 63: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Lampiran 4 DATA SAMPEL

No. Nama Umur Jenis

KejahatanLama

Hukuman PddknTempat Tinggal

Gaji ORTU

Perk ORTU

Nilai

kovack1 ADS 2 1 2 3 1 1 2 21 2 DDP 2 2 2 2 1 1 1 24 3 SZH 2 2 2 4 1 1 2 25 4 FEL 2 2 6 1 2 1 1 19 5 TAB 3 2 2 4 1 1 1 22 6 UNS 2 2 2 3 1 1 1 18 7 SAR 2 6 6 2 1 1 1 20 8 DDP 3 6 6 2 2 2 2 21 9 TSN 2 6 6 2 2 1 2 23 10 HDK 3 2 1 3 1 1 1 22 11 ART 3 2 2 3 1 1 2 22 12 TNA 3 3 3 4 2 1 2 22 13 MLO 3 2 3 3 1 1 2 17 14 AGS 2 7 6 2 1 1 1 22 15 SDN 2 2 2 2 2 1 1 21 16 HTN 3 2 4 3 1 1 2 22 17 AFD 2 1 2 4 1 1 1 20 18 RWN 3 1 5 3 1 1 2 31 19 DLI 2 1 2 3 1 1 2 20 20 RUB 2 2 1 2 1 1 2 17 21 AJC 2 5 1 4 1 1 2 26 22 DDL 3 1 2 3 1 1 1 31 23 APH 2 1 6 1 1 2 1 21 24 IGR 3 1 4 2 2 1 2 22 25 BBS 3 1 4 4 2 1 2 30 26 AHS 3 1 2 4 1 1 2 20 27 ROP 3 1 3 3 1 1 2 20 28 DID 3 1 4 4 1 1 1 20 29 DAY 3 1 2 2 1 1 2 20 30 RIS 3 1 3 2 2 1 2 18 31 AGS 3 2 2 2 1 2 2 20 32 MGD 3 2 2 2 1 1 2 26 33 RLR 3 2 2 4 1 1 2 20 34 ITN 3 2 4 3 1 1 2 19 35 YPP 3 2 4 4 1 1 2 24 36 WUL 2 7 2 2 1 1 1 20 37 YHP 2 1 4 3 1 1 1 22 38 IWG 2 2 1 3 1 1 1 21 39 SUG 2 2 4 3 1 1 2 21

Page 64: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

40 NNL 2 1 2 2 1 2 1 26 41 AGL 2 2 2 3 1 1 1 20 42 RDB 2 2 3 3 1 3 2 27 43 PND 2 2 2 2 2 1 2 22 44 OTN 3 2 5 2 1 1 2 21 45 SSS 2 1 5 3 1 2 2 21 46 AXL 3 2 2 2 1 1 1 22 47 SHH 2 1 3 2 1 1 2 22 48 SFH 3 2 2 1 1 2 1 25 49 PTD 3 2 2 3 1 1 2 26 50 RSE 3 1 4 2 1 2 2 24 51 ANN 2 2 1 2 1 2 2 30 52 MLD 2 2 1 2 1 1 2 20 53 MKJ 2 2 3 2 1 1 2 19 54 SYP 3 2 3 2 1 1 2 22 55 TSP 2 1 2 4 1 1 2 12 56 ACM 3 1 4 3 1 2 2 10 57 DNN 2 7 3 5 1 3 2 12 58 BDE 3 4 6 5 1 3 1 9 59 YRH 3 2 4 2 1 1 2 7 60 MTR 2 1 3 3 1 1 2 9 61 MIL 2 1 5 3 1 1 2 7 62 AOG 2 1 5 3 1 1 1 8 63 TSS 3 1 2 4 1 1 2 10 64 MIR 2 2 2 4 1 3 2 6 65 ASR 2 1 5 4 1 1 2 5 66 JPN 3 2 2 4 1 1 2 12 67 HSN 3 5 3 4 1 1 1 12 68 MFD 2 2 1 3 2 1 2 9 69 STH 2 1 4 2 1 1 2 10 70 ALJ 2 1 3 3 1 1 2 12 71 RFG 3 2 4 3 1 1 2 11 72 JSF 2 2 2 3 1 1 2 11 73 DKE 2 2 2 2 1 1 2 7 74 MZI 3 6 4 4 1 1 2 5 75 BSN 2 1 4 4 1 1 1 6 76 SAB 2 6 6 3 1 1 2 7 77 ROF 3 2 2 3 1 1 1 9 78 JAS 3 2 4 2 1 1 1 8 79 SM 2 7 6 3 1 2 2 10 80 RAJ 3 2 3 3 1 1 1 11 81 SAB 3 2 5 2 1 1 2 12 82 EDO 2 2 2 3 1 1 2 7 83 TR 3 3 2 3 2 1 1 8 84 DFR 2 2 3 4 1 1 2 8 85 RSG 3 6 2 4 1 1 2 9 86 RSP 2 7 6 2 2 1 2 7

Page 65: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

87 DLS 2 2 3 2 1 1 2 9 88 WAG 3 1 2 4 1 1 2 12 89 ARM 3 2 4 3 1 1 2 11 90 EPR 2 2 2 4 2 1 1 12 91 EBE 3 1 2 2 2 1 2 11 92 ELY 3 1 2 2 1 1 1 11 93 RRN 3 1 2 4 1 1 1 10 94 IMR 2 1 2 2 1 1 1 9 95 JPR 2 6 6 3 1 1 1 9 96 ADP 3 5 3 4 1 1 1 7 97 HST 3 2 5 5 1 1 1 6 98 WWN 3 7 3 2 1 2 2 4 99 DPD 3 2 5 2 2 1 1 8 100 DSG 3 5 3 2 1 1 1 9 101 AMJ 3 1 3 5 2 5 2 10 102 MEP 3 2 3 4 1 1 2 9 103 APY 3 1 3 4 1 1 2 12 104 PLG 3 1 3 3 3 1 2 12 105 SDK 3 5 6 2 1 1 2 11 106 INT 3 1 4 2 1 1 1 11 107 AGG 3 1 5 2 1 1 2 10 108 BHP 2 1 2 3 1 1 2 10 109 KIK 3 1 5 4 1 2 2 8 110 SSK 2 1 5 3 1 1 2 9 111 HRY 3 7 6 4 2 1 2 10 112 AJR 2 2 2 3 1 1 2 12 113 RJL 3 3 3 3 2 1 2 11 114 DDS 3 2 2 5 1 1 2 11 115 TGP 3 2 6 2 1 1 1 9 116 MAK 2 1 4 3 1 2 2 7 117 DSP 2 2 3 4 2 1 2 9 118 Mar 3 1 2 4 1 1 2 10 119 JHP 2 5 2 2 2 1 1 9 120 HRM 2 2 2 4 1 1 1 12 121 PJK 3 2 2 4 2 1 1 12 122 DDO 3 2 2 3 2 1 1 11 123 APA 2 2 2 2 1 1 1 10 124 ISP 2 2 2 3 1 1 2 12 125 MYH 3 2 5 3 1 1 1 11 126 SSY 3 1 6 3 1 2 2 11 127 JFR 2 7 2 3 2 1 2 9 128 RDO 2 2 2 2 1 1 1 7 129 IKB 3 1 6 4 2 1 2 6 130 FGT 2 2 2 2 2 1 1 4 131 DPA 3 2 2 4 1 1 2 8 132 MRY 2 2 1 3 1 1 2 12 133 DNS 3 3 2 2 1 1 2 11

Page 66: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

134 WST 3 3 2 4 2 2 2 11 135 RWA 2 2 4 1 1 1 2 9 136 OGT 2 2 2 4 1 1 2 7 137 SMR 2 2 2 3 2 1 2 9 138 HPM 2 2 5 2 2 3 1 10 139 PKG 2 7 6 2 1 2 1 7 140 AFB 3 1 6 2 1 1 2 9 141 SS 2 2 6 3 1 1 2 8 142 RPA 2 1 4 3 1 1 1 10 143 HBB 2 1 5 5 1 3 2 11 144 HPR 2 2 2 3 1 1 2 12 145 BBS 2 2 2 2 1 1 2 7 146 RMD 2 2 2 3 1 1 1 11 147 SAL 2 3 6 4 1 1 2 11 148 AKS 2 7 1 4 1 1 1 9 149 OLP 2 1 5 5 1 1 2 7 150 RPS 2 1 2 3 1 1 2 6 151 MYP 3 3 3 2 3 1 1 4 152 IWW 2 1 3 3 1 1 2 8 153 AFN 2 2 4 2 1 3 1 12 154 AGS 2 2 3 2 1 2 1 7 155 IRH 3 1 2 4 2 2 2 8 156 AGS 2 2 1 3 1 2 2 10 157 IFE 2 1 2 4 1 1 2 6 158 DOP 2 7 3 2 1 2 2 5 159 MRZ 3 2 2 3 1 1 2 13 160 TSK 2 2 2 2 1 1 2 12 161 AAY 3 2 3 1 2 1 1 9 162 DAM 2 2 2 2 2 1 1 10 163 BDO 4 5 5 1 1 2 1 11 164 USF 2 3 2 1 1 2 2 12 165 TKS 2 1 3 3 1 2 2 7 166 MMM 2 1 5 3 1 1 2 11 167 ADD 2 1 5 3 1 1 1 11 168 APS 2 1 5 4 1 2 2 9 169 MIH 2 2 2 4 1 2 2 7 170 JPJ 3 2 2 4 1 1 2 6 171 HED 3 3 3 4 1 1 1 4 172 MFD 2 2 1 3 2 1 2 8 173 SKT 2 1 4 2 1 1 2 12 174 ALH 2 1 3 3 1 1 2 7 175 RIT 3 2 4 3 1 2 2 8 176 JST 2 3 4 4 1 2 1 10 177 DKR 2 1 3 3 1 2 1 6 178 MUK 2 2 4 4 1 2 1 5 179 SUS 2 6 5 2 2 2 2 13 180 JAM 3 4 3 3 1 2 1 12

Page 67: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

181 SIK 2 2 3 3 2 2 2 9 181 RAW 3 2 1 3 1 2 2 12 181 EDO 2 2 2 4 1 1 1 9 182 RUR 2 2 3 1 2 1 1 7 183 EER 3 3 2 3 2 2 2 9 184 DAF 2 2 3 4 1 3 2 7 185 Rud 3 3 6 4 2 2 2 8 186 RIY 2 7 6 1 1 2 2 10 187 DEL 2 3 4 3 2 2 2 6 188 WAA 2 1 3 4 1 2 2 5 189 ARM 3 2 2 3 1 2 2 13 190 OLF 2 1 2 4 1 2 2 12 191 SyE 2 3 2 4 1 1 2 9 195 MKJ 3 2 3 2 1 1 2 10 196 MLB 2 2 2 2 1 3 2 12 197 ALP 2 2 1 2 1 2 2 11 198 AYS 3 3 2 3 1 2 2 11 199 RIK 3 1 4 3 1 2 2 7 200 RAK 3 1 4 2 1 1 1 5 201 PEG 3 2 2 3 1 2 2 6 202 YPA 2 3 2 1 2 2 2 7 203 SED 2 1 3 2 1 1 2 9 204 LXA 3 2 1 2 1 1 1 8 205 SHT 2 3 5 1 1 1 1 10 206 DOO 3 2 1 2 1 2 2 11 207 LON 2 2 2 2 2 1 2 12 208 RAD 2 2 3 4 1 2 2 7 209 ANG 2 2 3 4 1 1 8 210 NAD 3 1 2 2 1 2 2 8 211 MSA 2 2 3 2 2 2 2 9 212 EWA 2 2 2 3 1 1 2 7 213 MY 2 1 4 4 2 2 2 9 214 AHW 2 6 3 3 2 2 1 12 215 YS 1 2 4 1 2 2 2 11 216 STM 3 2 3 1 1 1 2 12 217 ROH 2 1 2 4 1 2 2 11 218 MAR 3 2 2 2 1 2 2 11 219 ANG 3 3 2 2 1 2 2 10 220 RAM 3 1 6 3 2 1 1 9 221 Dian 3 1 2 4 1 2 2 9 222 MDO 3 1 4 4 1 1 1 7 223 Rido 3 1 3 3 1 2 2 6 224 AHA 3 1 2 4 1 1 2 4 225 BNB 3 1 4 4 2 1 2 8 226 AGA 2 1 4 2 2 2 2 9 227 ASA 2 4 5 4 1 2 2 10 228 SYD 2 2 2 2 1 2 1 9

Page 68: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

229 JIA 2 5 1 4 1 2 2 12 230 DIU 2 2 1 2 1 1 2 12 231 LOL 2 1 2 3 1 1 2 11 232 ASF 2 1 2 4 2 2 2 11 233 TOH 2 2 5 3 2 1 2 10 234 Hot 2 1 5 3 1 1 2 10 235 SHK 2 2 2 2 2 1 2 8 236 USG 2 7 6 2 1 1 1 9 237 KAM 3 2 3 1 1 1 1 10 238 PTH 3 3 3 2 2 1 2 12 239 RHP 3 2 2 3 1 2 2 11 240 THT 2 2 1 3 1 1 1 11 241 MSS 2 6 6 2 2 1 2 9 242 DYS 2 2 2 2 2 2 1 11 243 TSM 2 6 6 2 2 2 2 10 244 NTD 3 3 3 2 2 1 1 9 245 GAS 2 2 1 3 1 2 2 9 246 FEO 2 1 2 4 1 1 2 7 247 OPD 2 7 3 2 1 2 2 6 248 RMZ 3 2 2 3 1 1 2 4 249 STK 2 2 2 2 1 1 2 8 250 YAY 3 2 3 1 2 1 1 9 251 ADM 2 2 2 2 2 1 1 10 252 DOB 4 5 5 1 1 2 1 9 253 SFU 2 3 2 1 1 2 2 12 254 KTS 2 1 3 3 1 2 2 12 255 MIM 2 1 5 3 1 1 2 11 256 DAD 2 1 5 3 1 1 1 11 257 PSA 2 1 5 4 1 2 2 10 258 MIH 2 2 2 4 1 2 2 10 259 PJJ 3 2 2 4 1 1 2 8 260 DEH 3 3 3 4 1 1 1 9 261 FMD 2 2 1 3 2 1 2 10 262 KST 2 1 4 2 1 1 2 12 263 HLA 2 1 3 3 1 1 2 11 264 TIR 3 2 4 3 1 2 2 11 265 SJT 2 3 4 4 1 2 1 9 266 KRD 2 1 3 3 1 2 1 7 267 KSK 2 2 4 4 1 2 1 9 268 UUS 2 6 5 2 2 2 2 10 269 MAJ 3 4 3 3 1 2 1 9 270 RHM 2 2 2 4 1 1 1 12 271 JKP 3 2 2 4 2 1 1 12 272 DOD 3 2 2 3 2 1 1 11 273 PAA 2 2 2 2 1 1 1 10 274 STP 2 2 2 3 1 1 2 12

Page 69: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

KETERANGAN:

UMUR:

1. 12-14 tahun 2. 15-18 tahun 3. 19-21 tahun

TINDAK PIDANA:

1. Narkotika 2. Pencurian 3. Penggelapan

4. pemalsuan 5. penipuan 6. pembunuhan 7. kesusilaan.

LAMANYA HUKUMAN:

1. Dibawah 6 bulan 2. 7 bulan-1 tahun 3. 1-1 ½ tahun

4. 1½ -2 tahun 5. 2-2½ tahun 6. 2½ -3 tahun

PENDIDIKAN:

1. Tidak sekolah 2. SD 3.SMP 4.SMU 5.PT

TEMPAT TINGGAL:

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

GAJI ORANG TUA PER BULAN:

1. < 1 juta 2. 1-2 juta 3. 2-3 juta,

STATUS PERKAWINAN ORANG TUA:

1. Bercerai (janda/duda) 2. Tidak bercerai.

Page 70: 08E00369

Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

Lampiran 5