08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

58
Aspek Hukum Penyalahgunaan Narkoba Siswo P Santoso

Transcript of 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Page 1: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Aspek Hukum Penyalahgunaan Narkoba

Siswo P Santoso

Page 2: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Tujuan

• Salah satu tujuan dari UU Narkotika adalah untuk mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika.

Page 3: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

UU No 35 Thn 2009 ttg Narkotika

• UU ini merupakan revisi dari UU narkotika sebelumnya yaitu UU No. 22 Tahun 1997, dimana dalam UU Narkotika yang baru ini disebutkan bahwa tujuan dari UU ini adalah : menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau  pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi; mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; serta menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.

Page 4: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Menyangkut narkotikanya sendiri yakni dengan dimasukkannya dua golongan psikotropika, yaitu Psikotropika Golongan I dan Psikotopika Golongan II menjadi Narkotika Golongan I dan

• Prekursor Narkotika, yaitu merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika, dimana dalam UU yang lama belum diatur

Page 5: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

BNN

• lembaga yang mempunyai wewenang diantaranya untuk melakukan pencegahan penyalahgunaan Narkotika dalam UU ini telah dipermanenkannya Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai badan yang bersifat legal formal dan merupakan satu-satunya lembaga yang diberikan kewenangan yang cukup luas oleh UU untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

Page 6: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Golongan Psikotropika

Page 7: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Pengertian

• Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Page 8: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Pengertian

• Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan. 

Page 9: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Pengertian

• penyalah guna narkoba adalah seseorang yang menggunakan narkoba (narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain) di luar dari kepentingan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan.

Page 10: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Pengertian

• Dan pecandu narkoba adalah seorang penyalahguna narkoba yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain (narkoba), baik secara fisik maupun psikis. 

Page 11: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Pengertian

• Ketergantungan narkoba adalah dorongan untuk menggunakan narkoba terus-menerus, dan apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat. 

• Berat ringannya gejala putus zat bergantung pada jenis narkoba, dosis yang digunakan, serta lama pemakaian.

• Makin tinggi dosis yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala sakitnya

Page 12: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Golongan Psikotropika

Page 13: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Golongan Psikotropika

Psikotropika golongan I, • yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

tujun ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan.

• contoh dapat disebut MDMA, Ecstasy, LSD, Psilosibina.

Page 14: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Psikotropika golongan II, • yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan.

• Contoh nya adalah Fensiklidin (PCP), Amfetamin, Metilfenidat (Ritalin).

Golongan Psikotropika

Page 15: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Psikotropika golongan III, • yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengatahunan serta mempunyai potensi sedang dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan.

• Misalnya Flunitrazepam.

Golongan Psikotropika

Page 16: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Psikotropika golongan IV, • yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan.

• Dalam golongan ini dapat disebut Alprazolam (Xanax), Bromazepam (Lexotan), Diazepam (Valium), Estazolam (Esilgan), Klobazam (Frisium), Klordiazepoksid (Librium), Nitrazepam (Dumolid / Mogadon), Lorazepam (Ativan), Klonazepam (Rivotril), Triazolam (Halcion), Fenobarbital (Luminal).

Golongan Psikotropika

Page 17: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

• Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang.

• Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang.

Page 18: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Golongan Narkotika

• Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,

• .•           

Page 19: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Golongan Narkotika

Narkotika golongan I, • yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. 

• Contoh golongan ini: heroin, kokain, ganja.

Page 20: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Narkotika golongan II, • yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi menimbulkan ketergantungan.

• Contoh golongan ini adalah morfin, petidin, dan derivatnya.

Page 21: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Narkotika golongan III, • yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan menimbulkan ketergantungan.

• Contohnya kodein dan garam-garam narkotika dalam golongan tersebut.

Page 22: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Golongan narkotik berdasarkan bahan pembuatannya

1. Narkotika Alami• Zat dan obat yang langsung bisa dipakai sebagai

narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana.

• Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko.

• Contoh narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka.

Page 23: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

2. Narkotika Sintetis / Semi Sintesis• Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat

sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa sakit / analgesik.

• Contoh amfetamin, metadon, dekstropropakasifen, deksamfetamin, dan sebagainya.

Page 24: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Narkotika sintetis menimbulkan dampak :

a) Depresan = membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri.

b) Stimulan = membuat pemakai bersemangat dalam berkativitas kerja dan merasa badan lebih segar.

c) Halusinogen = dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi yang mengubah perasaan serta pikiran.

Page 25: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

3. Narkotika Semi Sintesis / Semi Sintetis• yaitu zat / obat yang diproduksi dengan cara isolasi,

ekstraksi, dan lain sebagainya • Contoh heroin, morfin, kodein, dan lain-lain

Page 26: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Dasar Hukum

Page 27: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Apa yang dimaksud obat terlarang (illegal)

• Dilarang secara hukum mis:heroin, ekstasi• Dilarang dalam lingkungan tertentu:

alkohol hanya untuk orang dewasa• Secara umum dilarang tetapi Tidak

dilarang dalam lingkungan tertentu (valium harus dengan resep dokter)

Page 28: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Pengelompokan narkoba menurut Undang-undang RI no 22 thn 1997 tentang narkotika

• Gol Opioda seperti opium : Morphin, heroin, putaw dll.• Gol Koka seperti daun koka : kokain• Gol Kanabis: daun ganja , Hashish

(Semua yang diatas dimasukan Narkotika yang ILEGAL)

Page 29: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Pengelompokan narkoba menurut Undang-undang RI no 5 thn 1997 tentang psikotropika

• LSD, MDMA, ecstasy • Amphetamin• Barbiturat : luminal• Benzodiazepin : diazepam

(Semua yang diatas dimasukan Psikotropika yang ILEGAL)

Page 30: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Landasan Hukum

Landasan hukum berupa peraturan perundang-undangan dan konvensi yang sudah diratifikasi “ UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan PP Nomor 1 Tahun 1980 tentang ketentuan Penanaman Papaver, Koka

dan Ganja. Keputusan Presiden No. 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan

Pengendalian Minuman Beralkohol UU No. 8 Tahun 1976 tentang Perngesahan Konvensi Tunggal Narkotika

1961 Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika

1988 Kep. Menkes No. 196/Men.Kes./SK/VIII/1997 tentang Penetapan Alat-alat

dan Bahan-bahan sebagai barang di Bawah Pengawasan

Page 31: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• UUD 1945– hak asasi manusia dan penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan • UU No. 36/2009 tentang Kesehatan

– ps (4): setiap orang berhak atas kesehatan.– ps (5): setiap orang mempunyai hak yang sama atas

sumber daya di bidang kesehatan– ps (9)setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya.

Page 32: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• UU No. 35/2009 tentang Narkotika– Pasal 54-59 Rehabilitasi

• Kepmenkes No 486/SK/Menkes/IV/2007– Kebijakan dan Rencana Strategis Penanggulangan

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)

Page 33: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• UU No. 35/2009 tentang Narkotika– Pasal 54-59 Rehabilitasi

• UU No. 36/2009 tentang Kesehatan• PP No. 25 /2011 tentang Wajib Lapor

Page 34: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Penerapan terhadap pelaku tindak pidana narkotika

• UU RI No. 7 Tahun 1997 tentang pengesahan United Nation Convention Against Llicit Traffict In Narcotict Drug And Psycotropict Substances 

• Konvensi PBB Tentang Pemberantasan Tentang Peredaran Gelap Narkotika Dan Psikotropika Tahun 1998).

• Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Page 35: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Ancaman hukuman terhadap orang yang menyalahgunakan narkotika dapat berupa : 1. Hukuman mati 2. Hukuman penjara seumur hidup 3. Hukuman tertinggi 20 tahun dan terendah 1 tahun 4. Hukuman kurungan 5. Hukuman denda dari Rp 1.000.000,- (satu juta rupah) sampai dengan Rp.7.000.000.000,- (tujuh milyar rupiah)

Penerapan terhadap pelaku tindak pidana narkotika

Page 36: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Ketentuan Pidana

• Penyalahgunaan Narkoba termasuk kualifikasi perbuatan pidana (delict) yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagaimana disebutkan di atas. Hukum pidana menganut asas legalitas, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang menegaskan : “Tiada suatu perbuatan dapat dipidanakan kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”. Perkara narkotika termasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke pengadilan guna penyelesaian secepatnya.

Page 37: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Ketentuan Pidana Narkotika diatur dalam UU No. 22 Tahun 1997, Bab XII, Pasal 78 s/d 100. Bagi pelaku delik narkotika dapat dikenakan pidana penjara sampai dengan 20 tahun atau maksimal dengan pidana mati dan denda sampai Rp. 25 Milyar.

• Demikian juga bagi pelaku delik psikotropika, dalam UU No. 5 tahun 1997, Bab XIV tentang Ketentuan Pidana, Pasal 59-72, dapat dikenai hukuman pidana penjara sampai 20 tahun dan denda sampai Rp. 750 juta.

.

Ketentuan Pidana

Page 38: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Berat ringannya hukuman tergantung pada tingkat penyalahgunaan narkoba, apakah sebagai pemakai, pengedar, penyalur, pengimpor atau pengekspor, produsen ilegal, sindikat, membuat korporasi dan sebagainya

Ketentuan Pidana

Page 39: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Klasifikasi Tindak Pidana

Untuk pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dapat dikenakan Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika,

hal ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu • 1.perbuatannya untuk orang lain dan • 2.untuk diri sendiri

Page 40: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

1. Tindak pidana penyalahggunaan narkotika terhadap orang lain diatur dalam pasal 84 UU Narkotika :• Barangsiapa tanpa hak dan melawan hukum : 

a) Menggunakan narkotika terhadap oarang lain atau memberikan narkotika golongan I, untuk digunakan oarang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Klasifikasi Tindak Pidana

Page 41: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

b) Menggunakan narkotika terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan II, untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

c) Menggunakan narkotika terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan III, untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Klasifikasi Tindak Pidana

Page 42: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

2. Tindak pidana penyalahggunaan narkotika untuk diri sendiri diatur dalam pasal 85 UU Narkotika :Barangsiapa tanpa hak dan melawan hukum :  

a) Menggunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri, dipidana   dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.

b) Menggunakan narkotika golongan II bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun.

c) Menggunakan narkotika golongan III bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

Klasifikasi Tindak Pidana

Page 43: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• 3. Sebagai produsen dikenakan ketentuan tindak pidana berdasarkan pasal 81 dan pasal 82 dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara/seumur hidup/hukuman mati ditambah denda. 

Klasifikasi Tindak Pidana

Page 44: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang peradilan anak ditentukan berdasarkan umur anak yaitu

• bagi anak yang masih di awah 8 tahun sampai dengan 12 tahun hanya dikenakan tindakan seperti dikembalikan kepada orang tuanya, ditempatkan pada organisasi sosial atau diserahkan kepada negara,

• sedangkan anak yang telah mencapai usia diatas 12 (dua belas) tahun dijatuhkan pidana.

Klasifikasi Tindak Pidana

Page 45: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Surat Keterangan medis

• Tujuan surat keterangan ini sendiri tidak diketahui dengan pasti, apakah betul-betul ingin tahu apakah seseorang pecandu narkotika atau tidak, ataukah hanya satu prosedur rutin yang sudah terlanjur ditetapkan saja. 

Page 46: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Tes urin hanyalah sebagai uji saring, sedangkan uji konfirmasi harus menggunakan alat Gas Chromatography / mass spectrometry. “Urine drug tests are not sufficiently reliable to hold up in court” 

• Angka positip palsu pada pemeriksaan tes urin sangat bervariasi tinggi, dari 4% hingga 50%.

        

Surat Keterangan medis

Page 47: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Penyebab positip palsu dapat terjadi akibat • prosedur laboratorium yang tidak tepat, • sample tertukar atau tercampur, • pencatatan yang tak beres, • inhalasi pasif, • reaksi silang (cross-reaction) obat.

Hugh Hansen melaporkan adanya kesalahan positip palsu sebesar 0-6% untuk barbiturate, 0-37% untuk Amfetamin, 0-6% untuk Kokain, dan 0-10% untuk morfin.

Surat Keterangan medis

Page 48: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Metode EMIT (Enzyme Multiplied Immunoassay Technique) memiliki angka positip palsu sebesar 4-34%,

• Radioimmunoassay mencapai 50% positip palsu. • GC/MS dikatakan memiliki angka keakurasian 99,8%.• Fakta obat-obatan herbal yang dapat mempercepat

detoksifikasi obat dan /atau mengeluarkannya dalam waktu yang relative singkat.

• Maka dengan sendirinya pemeriksaan atau pengujian narkotika guna kepentingan pembuatan surat keterangan memiliki angka keakuratan yang rendah.

Surat Keterangan medis

Page 49: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Surat Keterangan Medis

• Narkotika meliputi beragam jenis zat yang beragam pula cara pemakaian dan farmakodinamiknya, dari yang memiliki retensi lama hingga yang retensinya tidak lama, dari yang tidak menunjukkan kelainan fisik hingga yang menunjukkan kelainan atau gejala yang jelas.

• secara ilmiah-kedokteran sebenarnya merupakan hal yang sangat sukar untuk menentukan bahwa seseorang bebas narkotika, bila tidak ingin menyebutnya dengan kata tidak mungkin.

Page 50: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Jadi surat keterangan bebas narkotika lebih bersifat penyimpulan proses pemeriksaan yang lengkap, mulai dari anamnesis hingga pemeriksaan fisik, dan bersifat momental atau sesaat, meskipun ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium.

Surat Keterangan medis

Page 51: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Surat Keterangan medis

• Maka sebaiknya surat keterangan tersebut bukan menyatakan “bebas dari narkotika”, melainkan hanya menerangkan bahwa pada saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda dan gejala penyalahgunaan narkotika atau pun gejala lepas-obat dan pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan zat narkotika tertentu yang diperiksa.

Page 52: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

• Sebaiknya surat keterangan bukan menyatakan “bebas dari narkotika”, tetapi hanya menerangkan pada saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda dan gejala penyalahgunaan narkotika ataupun gejala lepas-obat dan pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan zat narkotika tertentu yang diperiksa.

Surat Keterangan medis

Page 53: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas serta sebagai wujud nyata komitmen bersama :

UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,

UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan PP nomor 25 tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika serta sebagai anggota PBB dimana UNODC dan WHO pada CND ke – 52 tahun 2010 di Vienna Austria menyatakan bahwa : Adiksi Narkoba adalah penyakit yang keberadaannya menyebabkan masalah kesehatan masyarakat.

Page 54: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Bisa hukuman mati bagi pengedar sesuai pada ayat (2) masing - masing di Pasal 113, 114, 116, 118, 119 dan 121, namun sangat humanis karena di Pasal 54 Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, tidak dikriminalkan dengan masuk ke penjara seperti sebelumnya.

Hukuman dalam Undang – Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

Page 55: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika

UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika BAB IX Bagian Kedua Pasal 55 menyebutkan:

1. Orang tua atau wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang ditunjuk pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan sosial.

Page 56: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

2. Pecandu narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang ditunjuk pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan sosial;

3. Ketentuan mengenai pelaksanaan wajib lapor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan peraturan pemerintah.

Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika

Page 57: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

PP No. 25 tahun 2011 tentang Wajib Lapor Pecandu Narkotika

• Pecandu yang sudah cukup umur atau keluarganya, dan/atau orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur wajib melaporkan diri kepada institusi penerima wajib lapor untuk menjalani rehabilitasi medis dan sosial.

Page 58: 08. Dr. Siswo P. S. - Narkoba & Hukum

TERIMA KASIH