06_230Penyakit Creutzfeldt-Jakob_2.pdf

3
CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015 494 TINJAUAN PUSTAKA Alamat korespondensi email: [email protected] Penyakit Creutzfeldt-Jakob Indra Gunawan Affandi Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia ABSTRAK Penyakit Creutzfeldt-Jakob merupakan kelainan otak yang ditandai dengan penurunan fungsi mental yang terjadi cepat disertai kelainan motorik. Kerusakan jaringan otak disebabkan oleh suatu organisme menyerupai virus (protein yang bisa ditularkan, prion). Penyakit ini adalah penyakit prion yang paling umum pada manusia dan terjadi pada sekitar 1:1.000.000 orang. Artikel ini membahas gejala, diagnosis, pengobatan, dan prognosis penyakit Creutzfeldt-Jakob. Kata kunci: Creutzfeldt-Jakob, demensia, prion, motorik ABSTRACT Creutzfeldt-Jakob disease (CJD) is a brain disorder characterized by progressive mental function deterioration accompanied with motor symptoms. Brain damage is caused by virus-like organism (transmissible protein, prion). This disease is the most prevalent prion disease in human and happens in 1:1.000.000 person. This article will discuss symptoms, diagnosis, treatment, and prognosis of Creutzfeldt-Jakob disease. Indra Gunawan Affandi. Creutzfeldt-Jakob Disease. Keywords: Creutzfeldt-Jakob, dementia, prion, motoric PENDAHULUAN Penyakit Creutzfeldt-Jakob disebabkan kelainan otak yang ditandai dengan penurunan cepat fungsi mental disertai kelainan motorik. Penyakit ini terutama menyerang dewasa antara usia 40-70 tahun. Penyakit mirip Creutzfeldt-Jakob terjadi pada domba (Scrapie) dan sapi (penyakit sapi gila). Penularan antar binatang masih belum jelas dan kasus pada manusia terjadi jika memakan daging hewan yang terinfeksi. Penyakit ini pertama kali dijelaskan oleh 2 orang neurolog Jerman, Hans Gerhard Creutzfeldt dan Alfons Maria Jakob. 1,2 INSIDENS DAN PREVALENSI Meski merupakan penyakit prion yang paling umum pada manusia, Creutzfeldt- Jakob jarang dan hanya terjadi pada sekitar 1:1.000.000 orang, biasanya antara usia 45- 75 tahun, kebanyakan muncul pada usia 60-65 tahun. Pengecualian adalah varian Creutzfeldt-Jakob (vCJD) yang kini diketahui terjadi pada orang berusia muda. 1-4 Menurut CDC (Centers for Disease Control): 4 Creutzfeldt-Jakob di dunia terjadi pada 1:1.000.000 penduduk per tahun. Atas dasar survei kematian antara tahun 1979-1994, insidens Creutzfeldt-Jakob tahunan tetap stabil sekitar 1 kasus per juta jiwa di Amerika Serikat. Di AS, kematian akibat Creutzfeldt-Jakob pada orang di bawah 30 tahun jarang terjadi (kurang dari 5 kematian per milyar Gambar 1. Warna hijau tua menunjukkan negara dengan kasus varian Creutzfeldt–Jakob yang terkonfirmasi, warna hijau muda adalah negara dengan kasus bovine spongiform encephalopathy.

Transcript of 06_230Penyakit Creutzfeldt-Jakob_2.pdf

Page 1: 06_230Penyakit Creutzfeldt-Jakob_2.pdf

CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015494

TINJAUAN PUSTAKA

Alamat korespondensi email: [email protected]

Penyakit Creutzfeldt-JakobIndra Gunawan Affandi

Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia

ABSTRAKPenyakit Creutzfeldt-Jakob merupakan kelainan otak yang ditandai dengan penurunan fungsi mental yang terjadi cepat disertai kelainan motorik. Kerusakan jaringan otak disebabkan oleh suatu organisme menyerupai virus (protein yang bisa ditularkan, prion). Penyakit ini adalah penyakit prion yang paling umum pada manusia dan terjadi pada sekitar 1:1.000.000 orang. Artikel ini membahas gejala, diagnosis, pengobatan, dan prognosis penyakit Creutzfeldt-Jakob.

Kata kunci: Creutzfeldt-Jakob, demensia, prion, motorik

ABSTRACTCreutzfeldt-Jakob disease (CJD) is a brain disorder characterized by progressive mental function deterioration accompanied with motor symptoms. Brain damage is caused by virus-like organism (transmissible protein, prion). This disease is the most prevalent prion disease in human and happens in 1:1.000.000 person. This article will discuss symptoms, diagnosis, treatment, and prognosis of Creutzfeldt-Jakob disease. Indra Gunawan Aff andi. Creutzfeldt-Jakob Disease.

Keywords: Creutzfeldt-Jakob, dementia, prion, motoric

PENDAHULUANPenyakit Creutzfeldt-Jakob disebabkan kelainan otak yang ditandai dengan penurunan cepat fungsi mental disertai kelainan motorik. Penyakit ini terutama menyerang dewasa antara usia 40-70 tahun. Penyakit mirip Creutzfeldt-Jakob terjadi pada domba (Scrapie) dan sapi (penyakit sapi gila). Penularan antar binatang masih belum jelas dan kasus pada manusia terjadi jika memakan daging hewan yang terinfeksi. Penyakit ini pertama kali dijelas kan oleh 2 orang neurolog Jerman, Hans Gerhard Creutzfeldt dan Alfons Maria Jakob.1,2

INSIDENS DAN PREVALENSIMeski merupakan penyakit prion yang paling umum pada manusia, Creutzfeldt-Jakob jarang dan hanya terjadi pada sekitar 1:1.000.000 orang, biasanya antara usia 45-75 tahun, kebanyakan muncul pada usia 60-65 tahun. Pengecualian adalah varian Creutzfeldt-Jakob (vCJD) yang kini diketahui terjadi pada orang berusia muda.1-4

Menurut CDC (Centers for Disease Control):4

• Creutzfeldt-Jakob di dunia terjadi pada 1:1.000.000 penduduk per tahun.

• Atas dasar survei kematian antara tahun 1979-1994, insidens Creutzfeldt-Jakob

tahun an tetap stabil sekitar 1 kasus per juta jiwa di Amerika Serikat.

• Di AS, kematian akibat Creutzfeldt-Jakob pada orang di bawah 30 tahun jarang terjadi (kurang dari 5 kematian per milyar

Gambar 1. Warna hijau tua menunjukkan negara dengan kasus varian Creutzfeldt–Jakob yang terkonfi rmasi, warna hijau

muda adalah negara dengan kasus bovine spongiform encephalopathy.

Page 2: 06_230Penyakit Creutzfeldt-Jakob_2.pdf

495CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015

TINJAUAN PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan dekontaminasi panas dan kimiawi digunakan kedua-duanya untuk memproses peralatan yang terkena jaringan infektif. Tembaga-hidrogen peroksida telah diusulkan sebagai alternatif sodium hidrok-sida atau sodium hipoklorit yang sekarang direkomendasikan. Depolimerisasi termal juga merusak prion pada bahan organik dan anorganik yang terjangkit, karena proses itu merusak protein di tingkat molekul.3-6

GEJALAGejala pertama Creutzfeldt-Jakob adalah demensia yang berlangsung cepat, me-nimbulkan kehilangan ingatan, perubahan kepribadian dan halusinasi, disertai masalah fi sik seperti menurunnya kecakapan ber-bicara, gerakan tertegun-tegun (mioklonus), disfungsi keseimbangan dan koordinasi (ataksia), perubahan gaya berjalan, postur kaku, dan serangan jantung. Durasi penyakit ini bervariasi, Creutzfeldt-Jakob sporadik bisa fatal dalam beberapa bulan bahkan minggu. Pada beberapa orang, gejala itu bisa berlanjut selama beberapa tahun. Pada sebagian besar pasien, gejala tersebut di ikuti dengan gerakan spontan dan munculnya gambaran elektroensefalogram yang khas.1,2

Gejala Creutzfeldt-Jakob disebabkan oleh kematian sel saraf otak berkelanjutan, yang dikaitkan dengan bertambahnya protein prion abnormal. Di bawah mikroskop, tampak

per tahun).• Penyakit ini paling banyak ditemukan

pada usia 55–65 tahun, namun dapat terjadi pada usia lebih dari 90 tahun dan kurang dari 55 tahun.

• Pada lebih dari 85% kasus, durasi Creutzfeldt-Jakob kurang dari 1 tahun (median: 4 bulan) setelah awal gejala.

Gambar 1 menunjukkan penyebaran penyakit Creutzfeldt-Jakob di dunia.4

PENYEBABTerjadi kerusakan jaringan otak oleh organisme menyerupai virus (protein yang bisa ditularkan, disebut prion).

Risiko penyakit Creutzfeldt-Jakob rendah. Penyakit ini tidak dapat ditularkan lewat batuk, bersin, kontak fi sik, atau kontak seksual. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui beberapa cara, antara lain:3-5

• Sporadik. Kebanyakan penderita penyakit Creutzfeldt-Jakob mendapat pe-nyakit ini secara spontan, tanpa diketahui asalnya.• Diwariskan. Di Amerika, sekitar 5-10% penderita Creutzfeldt-Jakob memiliki riwayat keluarga dengan penyakit sama atau memiliki mutasi genetik yang ber kaitan dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob.• Kontaminasi. Sejumlah kecil penderita penyakit Creutzfeldt-Jakob mendapatkan penyakit ini setelah terpapar jaringan tubuh manusia yang terinfeksi saat tindakan medis tertentu, misalnya transplantasi kulit atau kornea. Metode sterilisasi standar tidak dapat menghancurkan prion abnormal tersebut. Risiko terkena penyakit ini sedikit meningkat pada orang-orang yang menjalani pembedahan otak. Beberapa ahli patologi tertular dari kadaver. Beberapa kasus terjadi pada orang dewasa yang me-nerima hormon pertumbuhan berasal dari kadaver, agen penyebabnya (prion) diduga ditularkan melalui hormon pertumbuhan (yang berasal dari kelenjar hipofi sis kadaver).

Prion yang dipercaya menyebabkan Creutzfeldt-Jakob memperlihatkan setidak-nya 2 konformasi yang stabil. Konformasi dalam keadaan asli itu larut air dan ada dalam sel sehat. Sampai tahun 2006, fungsi biologisnya tidak diketahui. Keadaan konformatif lainnya kurang larut air dan mudah membentuk agregat protein.3-5

PENULARANProtein cacat dapat ditularkan oleh produk hormon pertumbuhan manusia/human growth hormone (hGH), cangkokan kornea, cangkokan dura atau implan elektroda (iCJD); dapat diwarisi (fCJD); atau muncul pertama kali (sCJD). Dalam bentuk herediter, sebuah mutasi terjadi pada gen untuk PrP, PRNP (PRioN Protein). Diperkirakan manusia dapat ter jangkit dengan mengonsumsi bahan dari hewan terinfeksi jenis sapi. Kanibalisme juga telah terlibat sebagai mekanisme penular prion abnormal, menyebabkan penyakit kuru, yang banyak ditemukan pada wanita dan anak-anak suku Fore di Papua Nugini.3-6

Prion, agen infeksi Creutzfeldt-Jakob, mungkin tak terinaktivasi jika mengguna-kan prosedur sterilisasi peralatan bedah rutin. Organisasi Kesehatan Dunia dan US

Tabel. Perbedaan karakteristik CJD klasik dan CJD varian

Karakteristik CJD Klasik CJD Varian

Usia kematian rata-rata 68 tahun 28 tahun

Durasi sakit rata-rata 4-5 bulan 13-14 bulan

Tanda dan gejala klinik Demensia; tanda neurologis awal

Gejala psikiatri/perilaku mencolok; disestesia, nyeri; defi sit neurologis terlambat

Gelombang elekteroensefalogram:Tajam berkala

Sering ada Sering tidak ada

Hiperintensitas sinyal di nukleus kaudatus dan putamen pada difusi dan FLAIR (fl uid-attenuated inversion recovery) MRI

Sering ada Sering tidak ada

“Tanda pulvinar” di MRI Tak dilaporkan Ada pada >75% kasus

Analisis imunohistokimia jaringan otak Akumulasi bervariasi Akumulasi protein prion resisten protease yang

mengancam

Keberadaan agen di jaringan getah bening Tak mudah dideteksi Mudah dideteksi

Pertambahan rasio glikoform pada analisis imunoblot protein prion resisten protease

Tak dilaporkan Akumulasi protein prion resisten protease yang

mengancam

Adanya plak amiloid di jaringan otak Bisa ada Bisa ada

Gambar 2. Perubahan spongiform pada CJD

Page 3: 06_230Penyakit Creutzfeldt-Jakob_2.pdf

CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015496

TINJAUAN PUSTAKA

penyakit, serta fungsi dan jaringan otak terus hilang. Namun, pengobatan ini diduga memperlambat penyakit dan mungkin memperpanjang kelangsungan hidup pada 7 pasien yang diamati. CJD therapy advisory group menyebutkan bahwa data itu tidak cukup mendukung klaim bahwa pentosan polisulfat efektif dan mengusulkan penelitian lanjutan.7-10

Para ilmuwan telah meneliti penggunaan interferensi RNA (ribonucleic acid) untuk memperlambat pertumbuhan scrapie pada tikus. RNA mem blokir produksi protein yang mengubah proses Creutzfeldt-Jakob menjadi prion.7-12

PROGNOSISPrognosis biasanya sangat jelek. Demensia total biasanya terjadi dalam 6 bulan, pen-derita menjadi benar-benar tidak mampu merawat diri. Dalam waktu singkat penyakit ini fatal, biasanya dalam 7 bulan. Kematian biasanya terjadi akibat infeksi, gagal jantung atau kegagalan pernafasan. Beberapa penderita bertahan hidup sampai 1-2 tahun setelah terdiagnosis.1-4

banyak lubang kecil akibat seluruh area sel saraf mati. Kata ‘spongiform’ pada ensefalo-pati spongiform merujuk pada kemunculan ‘pori’ pada jaringan otak.1,2

DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasarkan beberapa gejala berikut:1-3

• Kemunduran fungsi mental yang terjadi cepat

• Kedutan otot dan kejang (mioklonus). Ketegangan otot meningkat atau bisa ter jadi kelemahan dan penyusutan otot

• Refl eks abnormal atau peningkatan respons refl eks normal

• Terganggunya lapang pandang• Gangguan koordinasi yang berhubungan

dengan perubahan persepsi visuo-spasial dan perubahan serebelum

EEG menunjukkan gambaran paku trifasik yang khas, dari biopsi ditemukan gambaran otak berpori. Analisis cairan serebrospinal untuk protein 14-3-3.

MRI otak sering menunjukkan intensitas sinyal tinggi di nukleus kaudatus dan

putamen bilateral pada T2-WI (T2-Weighted images). Diff usion Weighted Imaging (DWI) paling sensitif, dimana pada 24% kasus, DWI hanya menunjukkan hiperintensitas korteks; 68% abnormalitas korteks dan subkorteks; dan 5% hanya anomali subkorteks. Ke-terlibatan talamus dapat ditemukan pada sCJD (sporadic Creutzfeldt-Jakob), dapat lebih kuat dan konstan daripada vCJD (variant Creutzfeldt-Jakob).3

Pada sepertiga pasien sCJD, endapan protein prion (scrapie) PrpSc, dapat ditemukan di otot rangka dan/atau limpa. Diagnosis vCJD dapat didukung dengan biopsi tonsil yang mengandung PrpSc dalam jumlah besar; namun, biopsi jaringan otak lebih menentukan.3

TERAPISampai 2007, tidak ada pengobatan untuk Creutzfeldt-Jakob. Pengobatan eksperimen tal diberikan kepada pasien asal Irlandia Utara di awal Januari 2003 menggunakan pentosan polisulfat (PPS) yang biasa digunakan untuk sistitis interstisial, diinfuskan ke ventrikel lateral otak. PPS tak nampak menghentikan

REFERENCES

1. Bosque PJ. Prion diseases. In: Goldman L, Schafer AI, editors. Cecil medicine. 24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011: chap. 424.

2. DeKosky ST, Kaufer DI, Hamilton RL, Wolk DA, Lopez OL. The dementias. In: Bradley WG, Daroff RB, Fenichel GM, Jankovic J, editors. Neurology in clinical practice. 5th ed. Philadelphia, Pa:

Butterworth-Heinemann Elsevier; 2008: chap. 70.

3. Manuelidis L, Yu ZX, Barquero N, Mullins B. Cells infected with scrapie and Creutzfeldt-Jakob disease agents produce intracellular 25-nm virus-like particles”. Proc. National Acad. Sci. 2007;

104 (6): 1975-0. PMID 17267596.

4. Questions and answers: Creutzfeldt-Jakob disease infection-control practices. Infection control practices/CJD (Creutzfeldt-Jakob disease, classic). Centers for Disease Control and

Prevention; 2007 January 4.

5. Young GS, Geschwind MD, Fischbein NJ, Martindale JL, Henry RG, Liu S, et al. Diff usion-weighted and fl uid-attenuated inversion recovery imaging in Creutzfeldt-Jakob disease: High

sensitivity and specifi city for diagnosis. Amer J Neuroradiol. 2005; 26: 1551-62.

6. Tschampa HJ, Mürtz P, Flacke S, Paus S, Schild HH, Urbach H. Thalamic involvement in sporadic Creutzfeldt-Jakob disease: A diff usion-weighted MR imaging study. Amer J Neuroradiol.

2003; 24: 908-15.

7. Belay ED, Schonberger LB. Variant Creutzfeldt-Jakob disease and bovine spongiform encephalopathy. Clin Lab Med. 2002; 22(4): 849-62. v–vi. PMID 12489284.

8. Diamond JM. Archaeology: Talk of cannibalism. Nature 2000; 407: 25-6.

9. Bone I. Intraventricular pentosan polysulphate in human prion diseases: A study of experience in the United Kingdom. Medical Research Council; 2006 July 12.

10. Use of pentosan polysulphate in the treatment of, or prevention of, vCJD. Department of Health: CJD Therapy Advisory Group.

11. Rainov NG, Tsuboi Y, Krolak-Salmon P, Vighetto A, Doh-Ura K. Experimental treatments for human transmissible spongiform encephalopathies: Is there a role for pentosan polysulfate?

Expert opinion on biological therapy 2007; 7(5): 713-26. doi:10.1517/14712598.7.5.713. PMID 17477808.

12. Revamp of brain could slow CJD. BBC News; 2006 December 4.

13. WHO infection control guidelines for transmissible spongiform encephalopathies; 1999 March 26.