05120054
-
Upload
moammar-qadafi -
Category
Documents
-
view
40 -
download
1
Transcript of 05120054
PENGARUH PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA
PELAJARAN EKONOMI
Pada Kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun
Pelajaran 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
Atik Hidayatal Khoiriyah
(05120054)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Januari, 2010
PENGARUH PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI
Pada kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun Pelajaran
2009/2010
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan IPS ( S. Pd )
Oleh:
Atik Hidayatal Khoiriyah
(05120054)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Januari, 2010
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI
Pada kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun Pelajaran
2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
Atik Hidayatal Khoiriyah
NIM. 05120054
Disetujui Pada Tanggal, 22 Januari 2010
Oleh :
Dosen Pembimbing,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd______
NIP. 19650403 199803 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Drs. Muh. Yunus, M.Si ___
NIP. 19690324 199603 1 002
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI
Pada kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun Pelajaran
2009/2010
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Atik Hidayatal Khoiriyah (05120054)
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 11 Februari 2010
dengan nilai
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd.)
pada tanggal: 11 Februari 2010
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang,
Drs. H. M. Hadi Masruri, MA :
NIP. 19670816 200312 1 002
Sekretaris Sidang,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd______ :
NIP. 19650403 199803 1 002
Pembimbing,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd______ :
NIP. 19650403 199803 1 002
Penguji Utama,
Drs. Muh. Yunus, M. Si____ :
NIP. 19690324 199603 1 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. H. M. Zainuddin, MA____
NIP.19620507 133503 1 001
Dr. H. Nur Ali, M.Pd
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Atik Hidayatal Khoiriyah
Lamp : 4 Eksemplar Malang, 22 Januari 2010
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Di
Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sesudah beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun
tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah
ini:
Nama : Atik Hidayatal Khoiriyah
Nim : 05120054
Jurusan : Ilmu Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Metode Active Learning
Terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Mata
Pelajaran Ekonomi
pada Kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang
Tahun Pelajaran 2009/2010
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut layak
untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu,alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Dr. H. Nur Ali, M.Pd______
NIP. 19650403 199803 1 002
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 22 Januari 2010
Atik Hidayatal Khoiriyah
PERSEMBAHAN
Sujud syukurku kehadirat Allah SWT. yang mana telah memberikan
rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya atas terselesaikannya karya ini. Karya ini
akan kupersembahkan untuk:
Ayahanda Supardi dan Ibunda Siti Aminah yang telah bekerja keras dan
berbesar hati penuh kelembutan kasih sayang yang tiada akhir dengan penuh
kesabaran kepada ananda di setiap gerak langkah ananda, yang tak pernah putus
memberikan semangat, terima kasih atas keikhlasan dan ketulusan doa demi
kesuksesan ananda selama Studi di UIN Malang Maulana Malik Ibrahim.
Keluarga besarku beserta saudara-saudaraku yang menyumbangkan
dukungan, motivasi yang telah diberikan untukku.
Guru-guruku, dosen-dosenku Terimakasih telah mendidik dengan ikhlas
hingga saya menjadi manusia dewasa yang memperoleh berbagai ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang berarti dan berharga.
Teman-teman Kos Bu Lamin tercinta ”Zeni, Kiki, Eva, Neha, Kumara,
Umi, Emy, Rani, Nimas, Erna, Wahida, Dian, Nurul dkk” dan tak lupa teman-
teman senasib dan seperjuangan Transferan dari D2 ”Ana, Rere, Ain,dan Iik”
yang selalu mendukung dan menghiburku.
Teman-teman IPS ( Economic Education ) angkatan 2005 yang telah
mewarnai hariku dalam setiap kebersamaan di UIN Malang dan dimanapun dan
terima kasih atas do’a dan dukungannya.
Dan semuanya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu
MOTTO
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والمىعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسه إن ربك (١٢٥)هى أعلم بمه ضل عه سبيله وهى أعلم بالمهتديه
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl: 125)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya berkat rahmat dan petunjuknya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: ”Pengaruh Penerapan
Metode Active Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran
Ekonomi pada Kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun Pelajaran
2009/2010” dengan baik walaupun dalam bentuk sederhana dan masih perlu
banyak pembenahan. Penulis menyadari bahwa masih banyak membutuhkan
kritik dan saran agar dapat ditindak lanjuti dalam penulisan yang lebih baik lagi.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya
yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh umat manusia yaitu Ad-Dinul
Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan akherat.
Dengan terselesainya skripsi ini, tidak lupa penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan dan
dukungan dari semua pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Ayahanda Supardi dan Ibunda Siti Aminah, yang mendidikku tanpa lelah
memberikan segala bantuan baik berupa bantuan moril, spiritual, maupun
materi yang tidak bisa nanda berikan balasnya apa-apa selain do’a, atas segala
dorongan dan motivasi sehingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
memberi pengarahan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang berguna
kepada penulis sehingga dalam penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
5. Bapak Drs. Muh. Yunus, M.Si, selaku Ketua Jurusan IPS UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
6. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, atas
ilmu dan nasihat-nasihatnya.
7. Bapak Kepala MAN 3 Malang beserta para Guru dan staf karyawan serta
seluruh siswa-siswi MAN 3 Malang yang telah mengijinkan penulis untuk
melakukan penelitian di lembaga tersebut.
8. Saudara-saudaraku, terima kasih atas dukungan dan do’anya.
9. Seluruh rekan-rekan angkatan 2005 kebaikan kalian tidak akan pernah
kulupakan.
10. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik konsruktif dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan demi terwujudnya skripsi yang lebih baik untuk masa-
masa yang akan datang.
Akhirnya penulis hanya dapat berdo’a semoga amal baik mereka diterima
oleh Allah sebagai amalan sholehah serta mendapatkan imbalan yang semestinya.
Penulis berharap semoga penulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.
Malang, 22 Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................ v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ........................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
ABSTRAK ........................................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 9
F. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 9
G. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Active Learning ................................................................ 11
1. Pengertian Active Learning ..................................................... 11
2. Prinsip-prinsip Metode Active Learning ................................. 13
3. Ciri-ciri Metode Active Learning ............................................ 15
4. Teknik-teknik Pembelajaran Active Learning ......................... 17
5. Kebaikan dan Kelemahan Metode Active Learning ................ 25
a. Kebaikan Metode Active Learning.................................... 25
b. Kelemahan Metode Active Learning ................................. 27
B. Motivasi Belajar ............................................................................ 29
1. Pengertian Motivasi Belajar .................................................... 29
2. Macam-macam Motivasi Belajar ............................................ 31
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar .............................................. 33
4. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ............................................ 34
5. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar................................... 37
6. Indikator Siswa Termotivasi ................................................... 39
C. Mata Pelajaran Ekonomi ............................................................... 40
1. Pengertian Ekonomi ............................................................... 40
2. Fungsi dan Tujuan .................................................................. 41
3. Standart Kompetensi Lulusan (SKL) ................................... 42
4. Kompetensi Dasar (KD) ......................................................... 47
5. Ruang Lingkup ....................................................................... 51
D. Motivasi Belajar Dalam Perspektif Islam ..................................... 52
E. Pengaruh Penerapan Metode Active Learning Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi ............. 58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 61
B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 62
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 62
D. Data dan Sumber Data ................................................................... 64
E. Instrumen Penelitian .................................................................... 64
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 70
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 72
1. ......................................................................................... Uji
Validitas ............................................................................ 72
2. ......................................................................................... Uji
Reliabilitas ........................................................................ 74
3. ......................................................................................... Reg
resi Linier Sederhana ......................................................... 75
a. Analisis Korelasi ............................................................... 76
b. Analisis Determinasi ......................................................... 77
4. Pengujian Hipotesis ................................................................... 78
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Objek Penelitian .................................................... 81
1. Sejarah Singkat MAN 3 Malang ............................................. 81
2. Visi .. ....................................................................................... 85
3. Misi ......................................................................................... 86
4. Tujuan ..................................................................................... 86
5. Target ....................................................................................... 87
6. Strategi ..................................................................................... 88
7. Profil Guru dan Karyawan ...................................................... 88
8. Profil Siswa ............................................................................. 89
9. Sarana dan Prasarana ............................................................... 90
10. Struktur Organisasi .................................................................. 92
B. Deskripsi Data .............................................................................. 93
1. Data Tentang Penerapan Metode Active Learning .............. 95
2. Data Tentang Motivasi Belajar............................................ 103
C. Analisis Data Distribusi Jawaban Responden............................... 104
D. Uji Validitas................................................................................. 128
E. Uji Reliabilitas............................................................................. 135
F. Analisis Regresi Linier Sederhana............................................... 136
1. Analisis Korelasi ................................................................... 138
2. Uji Determinasi ..................................................................... 138
G. Uji Hipotesis................................................................................. 138
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Metode Active Learning di kelas XI IPS MAN
3 Malang ........................................................................................ 141
B. Motivasi Belajar Siswa dalam menggunakan pembelajaran
active learning di kelas XI IPS MAN 3 Malang .......................... 144
C. Pengaruh Penerapan Metode Active Learning Terhadap
Motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi pada
Kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun
Pelajaran 2009/2010 ...................................................................... 153
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 157
B. Saran .............................................................................................. 158
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok ........................... 47
Tabel 3.1 : Jabaran Populasi dan Sampel ......................................................... 63
Tabel 3.2 : Indikator Soal dalam Kuesioner Instrumen Penelitian ................... 67
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active learning ”Poster
Comment” ..................................................................................... 96
Tabel 4.2 : Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning ”Poster
Comment” ..................................................................................... 96
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active learning ”Index
Card” ............................................................................................ 97
Tabel 4.4 : Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning ”Index
Card” ............................................................................................ 97
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active learning ”Active
Debate” .......................................................................................... 98
Tabel 4.6 : Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning ”Active
Debate” ......................................................................................... 98
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active learning ”Everyone
is Teacher Here” ........................................................................... 99
Tabel 4.8 : Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning ”Everyone is
Teacher Here” .............................................................................. 100
Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active learning ”Team
Quiz” ............................................................................................. 100
Tabel 4.10 : Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning ”Team
Quiz” ............................................................................................. 101
Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active learning
”jigsaw”........................................................................................ 101
Tabel 4.12 : Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning
”jigsaw” ..................................................................................... 102
Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa............................. 103
Tabel 4.14 : Frekuensi KategoriMotivasi Belajar Siswa................................ 103
Tabel 4.15 : Distribusi Frekuensi Item-item Variabel Penerapan Metode Active
learning ”Poster Comment” .......................................................... 105
Tabel 4.16 : Distribusi Frekuensi Item-item Variabel Penerapan Metode Active
learning ”Index Card” ................................................................... 107
Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Item-item Variabel Penerapan Metode Active
learning ”Active Debate” ............................................................... 109
Tabel 4.18 : Distribusi Frekuensi Item-Item Variabel Penerapan Metode Active
learning ” Everyone is Teacher Here” .......................................... 113
Tabel 4.19 : Distribusi Frekuensi Item-Item Variabel Penerapan Metode Active
learning ” Team Quiz” ................................................................... 115
Tabel 4.20 : Distribusi Frekuensi Item-Item Variabel Penerapan Metode Active
learning ” Jigsaw ” ........................................................................ 118
Tabel 4.21 : Distribusi Frekuensi Item-item Variabel Motivasi
Belajar............................................................................................ 120
Tabel 4.22 : Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
”Poster Comment” ......................................................................... 128
Tabel 4.23 : Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
”Index Card” .................................................................................. 129
Tabel 4.24 : Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
” Active Debat” ............................................................................ 130
Tabel 4.25 : Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
” Everyone is Teacher Here” ....................................................... 131
Tabel 4.26 : Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
” Team Quiz” ................................................................................ 131
Tabel 4.27 : Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
” Jigsaw” ..................................................................................... 132
Tabel 4.28 : Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ........................................ 133
Tabel 4.29 : Uji Reliabilitas .............................................................................. 135
Tabel 4.30 : Analisis Regresi.............................................................................. 136
Tabel 4.31 : Uji Hipotesis .................................................................................. 138
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Mentah.......................................................................................... 1
2. Frekuensi Tabel..................................................................................... 17
3. Validitas................................................................................................ 36
4. Frekuensi.............................................................................................. 55
5. Reliabilitas............................................................................................ 62
6. Regresi................................................................................................. 69
7. Bukti Konsultasi.................................................................................. 71
8. Foto MAN 3 Malang dan Foto Interview............................................ 72
9. Daftar Angket...................................................................................... 75
10. Transkip Wawancara.......................................................................... 82
11. Surat Penelitian dari Kantor Depag Kota Malang.............................. 96
12. Surat Penelitian Kepada Kepala MAN 3 Malang............................... 97
13. Surat Keterangan telah selesai Melaksanakan Penelitian dari MAN 3
Malang................................................................................................ 98
14. Denah Ruang...................................................................................... 99
15. Struktur Organisasi............................................................................. 100
ABSTRAK
Khoiriyah, Atik Hidayatal. 2010. Pengaruh Penerapan Metode Active
Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran
Ekonomi pada Kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun
Pelajaran 2009/2010 . Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (Program Studi Pendidikan Ekonomi), Fakultas Tarbiyah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Dosen Pembimbing : Dr. H. Nur Ali, M.Pd
Kata Kunci :Penerapan Metode Active Learning, Motivasi Belajar
Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih
didominasi oleh metode yang monoton seperti memberikan materi melalui
ceramah, pemberian tugas dan diskusi bebas. Sehingga guru tidak bisa
mengembangkan pembelajaran yang menarik. Jika hal ini saja yang diberikan
pada siswanya maka akan ada kecenderungan siswa merasa bosan dan jenuh pada
mata pelajaran yang diajarkan. Akibatnya ialah tidak ada minat dan motivasi
siswa untuk belajar. Oleh karena itu, untuk menghindari kecenderungan siswa
merasa bosan dan jenuh serta untuk memberi motivasi siswa untuk belajar
khususnya pada mata pelajaran Ekonomi, guru hendaknya lebih cermat dalam
memilih dan menggunakan metode mengajar terutama yang melibatkan siswa
secara aktif. Berpijak dari pemikiran di atas, maka penulis tertari untuk
mengambil sebuah judul yaitu ” Pengaruh Penerapan Metode Active Learning
Terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi pada Kelas XI
IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
bagaimana penerapan metode active learning yang diterapkan di kelas XI IPS
MAN 3 Malang, bagaimana motivasi belajar siswa dalam menggunakan
pembelajaran active learning di kelas XI IPS MAN 3 Malang, dan apakah ada
pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active learning terhadap
motivasi belajar siswa.
Adapun tujuan yang ingin dicapai permasalahan tersebut diatas adalah
untuk mengetahui metode active learning yang diterapkan di kelas XI IPS MAN
3 Malang, mengukur seberapa besar motivasi siswa dalam menggunakan metode
active learning di kelas XI IPS MAN 3 Malang, dan untuk mengetahui pengaruh
antara metode active learning dengan motivasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif
yang dilakukan di MAN 3 Malang. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI IPS Man 3 Malang. Teknik pengumpulan data berupa
wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik regresi sederhana dengan reliabilitas, validitas dan untuk
menguji seberapa besar pengaruhnya digunakan uji t.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode active learning yang sering diterapkan di MAN 3 Malang adalah active
debate, team quiz, jigsaw, tanya jawab dengan perpaduan berbagai metode seperti
cooperatif dan konstektual. Hal tersebut terlihat pada daftar hasil angket siswa
diantaranya seperti siswa aktif bertanya tentang materi pelajaran yang belum
dimengerti, berpartisipasi dalam kelompok, mengemukakan pendapat, dan
menjelaskan materi kepada kelompok lain.
Adapun motivasi belajar siswa kelas XI IPS di MAN 3 Malang pada
masing-masing kelas ternyata berbeda-beda. Ini diakibatkan oleh karakteristik
siswa yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan ini adalah
salah satu faktor bagi seorang guru agar lebih memotivasi siswanya untuk belajar,
khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Hasil jawaban dari sampel yang diambil
44 responden yang ada, 24 orang (54,54%) adalah mempunyai motivasi belajar
tinggi, dan 20 (45,46%) mempunyai motivasi belajar sedang, dan 0 orang
mempunyai motivasi rendah.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas yaitu penerapan metode active learning terhadap
variabel terikat yaitu motivasi belajar, hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung:
2,852 ≥ t tabel 2,021 dan nilai signifikannya 0.05, karena t hitung 2,852, dan t
tabel 2,021 maka, t hitung > t tabel , sehingga Ho ditolak dan Ha di terima. Pada
level signifikan 0,05 sehingga variabel penerapan metode active learning
memiliki pengaruh signifikan terhadap motivasi belajar.
Dari hasil penelitian ini bahwa penerapan metode active learning
berpengaruh terhadap motivasi belajar. Karena dalam pembelajaran siswa dapat
terlibat secara langsung, bekerjasama dan saling berinteraksi dengan yang lainnya.
Jadi bukan hanya guru yang aktif akan tetapi siswa juga berperan aktif dalam
pembelajaran ekonomi. Metode active learning membuat skegiatan pembelajaran
terasa lebih menyenangkan yang menyebabkan siswa jadi termotivasi dalam
belajar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih
didominasi oleh metode ceramah. Dimana metode ini tidak begitu banyak
mengembangkan kemampuan berfikir siswa terutama dalam memecahkan
suatu permasalahan. Sering dijumpai dalam pembelajaran guru hanya
menggunakan metode yang monoton, dimana dalam metode tersebut guru
hanya memberikan materi melalui ceramah, pemberian tugas dan diskusi
bebas. Sehingga guru tidak bisa mengembangkan pembelajaran yang menarik.
Ada kesan guru takut untuk merancang pembelajaran sendiri, sehingga dari
bahan belajar sampai metode evaluasi nyaris tidak ada perbedaan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bergaya
ceramah, siswa kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu
pembelajaran. Siswa dapat mengingat 70% dalam sepuluh menit pertama
pembelajaran, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka hanya dapat
mengingat 20% materi pembelajaran .1
Guru dalam melaksanakan metode ceramah atau ekspositorinya masih
sering terjebak ke dalam pemberian hafalan untuk dilatihkan kepada siswanya.
Mereka hanya diminta untuk menghafal, bukan tidak penting bagi siswa
mengetahui hal ini, akan tetapi jika hal ini saja yang diberikan pada siswanya
1 Melvin L. Silberman, Active Learning (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 24
maka akan ada kecenderungan siswa merasa bosan dan jenuh pada mata
pelajaran yang diajarkan.
Kekhawatiran lain yang mungkin timbul akibat adanya rasa bosan dan
jenuh ini adalah siswa menjadi malas bahkan tidak mau lagi mengikuti
pelajaran. Akibatnya ialah tidak ada minat dan motivasi siswa untuk belajar.
Guru memiliki peranan penting dalam menentukan proses
pembelajaran di sekolah. Siswa-siswa yang berprestasi pada umumnya
memiliki akses untuk berkembang dengan baik dibawah bimbingan guru yang
professional. E. Mulyasa memberikan pendapat bahwa mengingat peranan
guru yang penting terhadap keberhasilan implementasi KBK bahkan sangat
menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar, maka guru perlu
memperhatikan hal-hal berikut: (1) Mengurangi ceramah, (2) memberikan
tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (3) Mengelompokkan peserta
didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata pelajaran,
(4) Bahan harus dimodifikasi dan diperkaya, (5) Jangan ragu untuk
berhubungan dengan spesialist, bila ada peserta didik yang mempunyai
kelainan, (6) Gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan
membuat laporan, (7) Ingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam
kecepatan yang sama, (8) Usahakan mengembangkan situasi belajar yang
memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing
pada tiap pelajaran, dan (9) Usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam
berbagai kegiatan.2
Guru adalah praktisi dalam dunia pendidikan. Guru menjadi ujung
tombak dalam upaya menyukseskan program pembelajaran dan pendidikan
pada umumnya. Oleh karena itu, guru diharapkan secara terus menerus
berupaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Upaya itu tentu tidak
dapat dilaksanakan manakala guru kurang memahami realitas yang ada serta
permasalahan pembelajaran yang dihadapi atau dilaksanakannya. Untuk itu
penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan untuk mengenali
permasalahan, baik yang berkenaan dengan materi pembelajaran, pengelolaan
kelas, metode pembelajaran, media pembelajaran, minat dan motivasi belajar
siswa, kemampuan siswa, dan yang terlebih kemampuan guru itu sendiri.
Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar proses belajar mengajar
yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif. Dengan demikian pembelajaran
tersebut mampu menghasilkan prestasi belajar yang optimal dan menciptakan
suasana belajar yang menarik, terkontrol, dan sistematis. Menurut Sanusi
kriteria pembelajaran efektif antara lain: Pembelajaran siswa secara klasikal
tuntas, (2) Tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan telah tercapai, (3)
Respon siswa terhadap pembelajaran positif, (4) Aktivitas siswa dan guru
adalah efektif dan, (5) kemampuan guru mengolah pembelajaran sudah baik
dengan syarat nomor 1 dan 2 terpenuhi.3
2 E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.
186
3 Sanusi, Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan Persamaan Kuadart Di Kelas
1 MA/SMA (Madiun: IKIP PGRI Madiun), hlm. 68-92
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala
pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai
upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum
memenuhi harapan. Hal itu disebabkan banyak lulusan pendidikan formal
yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia,
apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai presentase penguasaan ilmu
yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi seperti ini merupakan
gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.
Banyak faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kualitas
pendidikan. Apabila pendidikan dilihat sebagai suatu sistem maka faktor yang
turut memengaruhi kualitas pendidikan tersebut, menurut Deming meliputi:
(1) input mentah atau siswa, (2) lingkungan instruksional, (3) proses
pendidikan, dan (4) keluaran pendidikan. Dalam proses pendidikan,
sebenarnya di dalamnya terdapat motivasi belajar, akan tetapi bila hal ini tidak
diperankan dengan baik oleh guru seorang siswa tidak akan mempunyai
semangat untuk melakukan aktifitas belajar.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar . Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang
akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang
seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia
lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Banyak anak
dengan inteligensi yang rendah disebabkan tidak ada motivasi dalam belajar.
Fungsi motivasi yang seharusnya sebagai pendorong, penggerak, dan
pengarah perbuatan belajar tidak dijalankan dengan baik.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki sebab-sebabnya. Sebab sebab itu biasanya bermacam-macam,
mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-
lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak
terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan
atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam inilah perlu dilakukan daya upaya
yang dapat menemukan sebab-musababnya dan kemudian mendorong
seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan,
yakni belajar. Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar
tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.4
Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa jadi gagal karena
kekurangan motivasi. Hasil belajar itu akan optimal kalau ada motivasi yang
tepat. Bergayut dengan hal ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu
4 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm.
74
saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil
dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan
kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong
para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. Dalam hal ini sudah barang
tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha
untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya
melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik
diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. Hasil belajar akan menjadi
optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin
berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan
intensitas usaha belajar bagi para siswa.5
Mengingat hal tersebut diatas, penulis mencoba meneliti tentang
pengaruh penerapan metode active learning sebagai salah satu cara untuk
memotivasi siswa dalam belajar. Serta untuk mengasah pola fikir siswa agar ia
terbiasa dalam berfikir kritis analistis argumentatif punya kepekaan sosial
yang tinggi serta dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya,
baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
5 Ibid., hlm. 77
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa rumusan
masalah yang perlu dikaji antara lain:
1. Bagaimana penerapan metode active learning pada kelas XI IPS MAN
3 Malang?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam menggunakan pembelajaran
active learning di kelas XI IPS MAN 3 Malang?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran
active learning terhadap motivasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui metode active learning yang diterapkan di kelas XI
IPS MAN 3 Malang.
2. Untuk mengukur seberapa besar motivasi siswa dalam menggunakan
metode active learning di kelas XI IPS MAN 3 Malang.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara metode active learning dengan
motivasi belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Jika dalam penelitian ini ada kebenaran bahwa ada pengaruh antar
metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa, secara praktis hasil dari
penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan manfaat. Adapun
secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya:
1. Bagi guru
Sebagai masukan dalam merancang metode active learning
sehingga siswa menjadi termotivasi dalam belajar.
2. Bagi siswa
a. Siswa mengenal metode-metode pembelajaran yang bervariatif
sehingga mampu memotivasi belajar siswa.
b. Siswa termotivasi untuk lebih giat belajar supaya mendapatkan
hasil belajar yang optimal.
3. Bagi peneliti
a. Sebagai calon guru penelitian ini menambah pengalaman karya
ilmiah sebagai bekal kelak terjun ke dunia pendidikan.
b. Menambah pengetahuan untuk melakukan metode pembelajaran
secara tepat, inovatif dan efisien.
c. Sebagai pengalaman yang akhirnya dapat dipergunakan untuk
memperbaiki dirinya dalam proses belajar mengajar ekonomi pada
masa sekarang dan mendatang.
E. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini meliputi :
1. Penelitian ini digunakan untuk mengukur penerapan metode active learning
dan motivasi belajar siswa.
2. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3
Malang.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu
kata hypo dan kata thesis. Hypo berarti kurang dan thesis adalah pendapat.
Kedua kata itu kemudian digunakan secara bersama menjadi hypothesis dan
penyebutan dalam dialek Indonesia menjadi hipotesa kemudian berubah
menjadi hipotesis yang maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih
kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna.6 Dan terdapat hipotesis,
yaitu :
a. Hipotesis alternatif (Ha), adanya pengaruh yang signifikan antara
penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar siswa.
b. Hipotesis nihil (Ho), Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa.
6 Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Pertama (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 75
G. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda di antara
pembaca, maka perlu diberikan batasan-batasan pengertian pada beberapa
istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. Beberapa istilah yang perlu
dijelaskan pengertiannya antara lain: (1) Metode Active Learning (2) Motivasi
Belajar.
1. Metode Active Learning
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,
sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan
kegiatan belajar sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai lebih baik.
2. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Active Learning
1. Pengertian Active Learning
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,
sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan
kegiatan belajar sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai lebih baik.7 Dari
pengertian tersebut menunjukkan bahwa metode active learning menempatkan
siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa di pandang sebagai
objek dan sebagai subjek. Active learning merupakan suatu proses belajar
mengajar yang aktif dan dinamis. Dalam proses ini siswa mengalami
“keterlibatan intelektual-emosional” disamping keterlibatan fisiknya.8
Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran
dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan
menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Dalam hal ini proses
aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan menggunakan
otak untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan mental dan melatih
7 Nana Sudjana dan Arifin Daeng, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar
(Bandung: CV Sinar Baru, 1988), hlm. 32
8 Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 117
ketrampilan fisiknya.9 Cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan
menggunakan strategi atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini
digunakan oleh para pendidik (guru) dalam proses pembelajaran. Mendidik
dengan ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui pendengaran,
yamg hanya bisa dicerna otak siswa 20%. Padahal informasi yang dipelajari
siswa bisa saja dari membaca (10%), melihat (30%), melihat dan dengar
(50%), mengatakan (70%), mengatakan dan melakukan (90%). Hal ini sesuai
dengan pendapat seorang filosof cina Konfusius bahwa “Apa yang saya
dengar, saya lupa” “Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan,
saya paham”.10
Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar
menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan memproses
informasi tersebut samapai dapat dicerna dan baru kemudian disimpannya.
Karena itu jika ada sesuatu yang baru, otak akan bertanya “pernahkah aku
mendengar, melihat, mengalami sebelumnya, kapan dan dimanakah kira-kira
hal itu aku dengar, lihat dan kualami lalu dimanakah hal itu aku simpan?”.
Manusia dengan potensi dasar yang ia miliki termasuk otak tersebut perlu
diaktifkan, sehingga berfungsi semaksimal mungkin melalui proses belajar
yang ia lakukan.
Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik, maka
pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk menggunakan
dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran aktif sangat
9 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008), hlm.
180
10 Ibid., hlm. 181
diperlukan karena peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda.
Ada yang senang belajar dengan membaca. Berdiskusi dan ada juga yang
senang dengan cara langsung praktik. Inilah yang sering disebut dengan gaya
belajar atau learning style. Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran
aktif bagi pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan dalam
mengajar. Bagi pendidik yang memiliki banyak jam mengajar, dan apabila
dalam mengajar hanya berorientasi pada ceramah saja, maka jelas pendidik
yang bersangkutan akan kehabisan energi karena mengekspose suara lisan
melalui ceramah secara terus-menerus.
Dilihat dari subjek didik maka metode active learning merupakan
proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Dilihat dari segi
guru/pengajar maka metode active learning merupakan bagian strategi
mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek didik.
Bertitik tolak dari uraian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan metode active learning adalah salah satu cara
strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa
seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara
lebih efektif dan efisien.
2. Prinsip-prinsip Metode Active Learning
Proses belajar-mengajar yang dapat memungkinkan metode active
learning harus dilaksanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam
pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar
sehingga pada waktu proses belajar-mengajar siswa melakukan kegiatan
belajar secara optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang
tumbuhnya cara belajar siswa aktif diantaranya adalah sebagai berikut:11
a. Perhatian dan motivasi
Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa
tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Sedangkan motivasi mempunyai peranan memberi tenaga
yang mengerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
b. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar siswa tidak sekedar mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya.
c. Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal,
merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan
maka daya daya-daya tersebut akan berkembang dan menjadi sempurna.
d. Balikan dan Penguatan
Sumber penguatan belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar seperti
nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran,
11 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm.
42
hadiah, dan lain-lain. Merupakan cara untuk memperkuat respon siswa.
Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respon yang
dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan
kebutuhannya.
Prinsip-prinsip diatas penting dilaksanakan pada waktu mengajar
sehingga mendorong kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin.
3. Ciri-ciri Metode Active Learning
Pada waktu mengajar harus ada interaksi antara guru dengan siswa
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, oleh karena itu guru harus
menciptakan lingkungan belajar yang mendorong semua siswa aktif
melakukan kegiatan belajar secara nyata. Ada beberapa ciri yang harus
nampak dalam proses belajar active learning, diantaranya adalah:12
a. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas
tapi terkendali.
b. Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
c. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa
sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri menjelaskan
permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat
bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagai sumber belajar.
12 Sriyono dkk, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA (Jakarta: PT Rineka Cipta,), hlm. 14-15
d. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-
sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan
secara kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang
harus dilakukan oleh masing-masing siwa secara mandiri. Penetapan
kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan terencana.
e. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan
manusiawi bagaikan hubungan bapak anak, bukannya hubungan pimpinan
dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua
siswa yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi persoalan
belajar.
f. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi
sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.
g. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa
tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.
h. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan
atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun
kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajar.
i. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah,
dan tidak diperkenankan membunuh atau mengurangi/menekan pendapat
siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan harus mendorong siswa agar
selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.
Ciri-ciri diatas merupakan sebagian kecil dari hakikat belajar active
learning dalam praktek pengajaran. Untuk dapat mewujudkan ciri-ciri diatas
bukanlah hal yang mudah tapi perlu pengenalan teori strategi dan teori
penyusunan satuan pelajaran.
4. Teknik-teknik Pembelajaran Active Learning
Agar proses pembelajaran active learning bisa berjalan dengan baik,
maka pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk
menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran active learning.13
Strategi
pembelajaran active learning sangat diperlukan karena peserta didik
mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang senang belajar dengan
membaca, berdiskusi dan ada juga yang senang dengan cara langsung praktik.
Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran active learning bagi
pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar.14
Bagi
pendidik yang memiliki banyak jam mengajar, dan apabila dalam mengajar
hanya berorientasi pada ceramah saja, maka jelas pendidik yang bersangkutan
akan kehabisan energi karena mengekspose suara lisan melalui ceramah secara
terus-menerus.
Untuk itu sangat diperlukan penggunaan berbagai jenis strategi
pembelajaran active learning. Beberapa strategi dalam pembelajaran aktif
tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
13 A. Fatah. Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008),
hlm.. 181 14
Ibid., hlm. 182
a. Poster comment (mengomentari gambar)
Yaitu suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud
mengajak peserta didik untuk memunculkan ide apa yang terkandung
dalam suatu gambar. Gambar tersebut tentu saja berkaitan dengan
pencapaian suatu kompetensi dalam pembelajaran. Langkah-langkah
penerapannya:
1) Pendidik menyediakan potongan gambar yang dihubungkan dengan
materi bahasan.
2) Jangan ada tulisan apapun dalam gambar tersebut.
3) Peserta didik disuruh berkomentar dengan bebas secara bergiliran,
kira-kira ide apa yang akan dimunculkan setelah melihat gambar
tersebut.
4) Peserta didik boleh mengeluarkan pendapat yang berbeda, karena
pikiran manusia juga berbeda-beda.
5) Pendidik sudah mempersiapkan rumusan jawaban yang tepat mengenai
gambar tersebut, sehingga peserta didik merasa dapat penjelasan
sekaligus dapat pula menyaksikan gambarnya.
Dengan strategi ini peserta didik diharapkan dapat memberi
masukan berupa pendapat/ide yang bervariasi karena setiap pikiran
manusia itu berbeda-beda, dengan berbagai macam pendapat dari peserta
didik tersebut akan dapat ditarik benang merahnya tentang inti pokok dari
materi yang diajarkan.
b. Index Card Matc (Mencari Pasangan Jawaban)
Yaitu suatu startegi yang digunakan pendidik dengan maksud
mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang cocok dengan
pertanyaan yang sudah disiapkan. Langkah-langkah penerapannya:
1) Siapkan materi yang sudah dipelajari di rumah, dan atau yang sudah
pernah dialami sebagai pengalaman.
2) Buatlah potongan kertas sejumlah peserta didik di kelas, yang berisi
tentang pertanyaan dan jawaban.
3) Potongan kertas berisi pertanyaan dibagikan kepada separuh jumlah
peserta didik, dan yang berisi jawaban juga sejumlah separuh peserta
didik yang hadir.
4) Peserta didik disuruh mencari pasangan soal dan jawabannya, setelah
ketemu suruh mereka duduk berdekatan. Dan mulailah satu persatu
membacakan atau mencocokkan soal dan jawabannya, yang lain
mendengarkan barangkali ada kekeliruan pasangan.
5) Pendidik mengoreksi dengan cara mendengarkan dan sekaligus
menjelaskan bahwa strategi ini sebagai latihan persiapan ujian akhir
atau ulangan.
c. Active debate (debat aktif)
Strategi ini mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau
peserta didik diharapkan memertahankan pendapat yang bertentangan
dengan keyakinannya sendiri. Langkah-langkah:15
1) Siapkan sebuah pertanyaan yang kontroversial.
2) Bagi kelas dalam 2 tim (pro dan kontra) dapat dikembangkan menjadi
lebih dari 2 buah sub kelompok.
3) Minta setiap juru bicara masing-masing kelompok untuk memaparkan
argumentasinya (argumentasi pembuka).
4) Setelah argumentasi pembuka, hentikan debat dan kembali ke sub
kelompok. Setiap sub kelompok memilih jubirnya dan usahakan
bergantian (baru).
5) Lanjutkan kembali debat. Yang lain dapat memberikan catatan untuk
mendukung argumentasi kelompoknya (tepuk tangan juga
diperkenankan).
6) Pada saat yang tepat, akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok
mana yang menang.
7) Minta kepada peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang
paling baik menurut mereka.
Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong
pemikiran dan perenungan terutama kalau peserta didik diharapkan dapat
mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan mereka
15 Ibid., hlm. 189
sendiri.16
Strategi ini dapat diterapkan kalau guru hendak menyajikan topik
yang menimbulkan pro kontra dalam mengungkapkan argumentasinya.
Banyak kecakapan hidup yang dapat dilatih dengan strategi ini antara lain
kemampuan berkomunikasi dan mengkomunikasikan gagasannya kepada
orang lain.17
d . Everyone is teacher Here (semua adalah pendidik/guru)
Yaitu strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud
meminta peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber
terhadap sesama temannya di kelas belajar. Langkah-langkah
penerapannya:
1) Berikan bahan bacaan dan minta peserta didik untuk membaca bahan
tersebut.
2) Mintalah setiap peserta didik untuk membuat pertanyaan dari bahan
terlalu bagikan kembali kepada semua peserta.
3) Kocoklah kertas pertannyaan tersebut, lalu bagikan kembali kepada
semua peserta.
4) Mintalah peserta membaca dalam hati sambil memikirkan jawabannya
dari pertanyaan tersebut.
5) Panggil secara bergantian setiap peserta untuk membaca pertanyaan
dan jawabannya masing-masing.
16 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia
dan Nuansa, 2006), hlm. 9
17
Siti Kusrini, dkk. Ketrampilan Dasar Mengajar (PPL I) (Malang: Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2006), hlm. 130-131
6) Minta peserta lain untuk memberi tanggapan.
Strategi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai guru bagi kawannya.
Dengan ini diharapkan agar peserta didik yang pasif dapat ikut terlibat
dalam pembelajaran aktif.18
e. Team Quiz
Langkah-langkah metode kuis berkelompok adalah:19
1) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2) Bagilah siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C.
3) Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian
mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10
menit.
4) Setelah penyampaian, minta kelompok A menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan.
Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan
mereka.
5) Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompom B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan,
lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
18 Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga,
2004), hlm. XVii
19
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 114
6) Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok
C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
7) Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk
kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses
untuk kelompok A.
8) Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjtkan
penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai
kelompok penanya.
9) Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan Tanya jawab dan jelaskan
sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
f. Jigsaw
Yaitu strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada
kerjasama dan tanggung jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat
melibatkan seluruh siswa dan setiap peserta didik memikul suatu tanggung
jawab yang signifikan dalam kelompok.20
Langkah-langkah penerapannya:
1) Kelas diatur ke dalam sejumlah kelompok pangkalan kira-kira enam
anggota masing-masing.
2) Tugas dibagi ke dalam jumlah bagian yang sama dengan topic yang
berbeda-beda.
20 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008),
hlm. 44-45
3) Di dalam kelompok pangkalan, setiap siswa meneliti satu dari isu atau
pertanyaan yang berbeda-beda itu.
4) Kelompok menugaskan tugas khusus untuk angota-anggota kelompok
pangkalan atau membiarkan kelompok berunding diantara mereka
mengenai siapa yang melakukan apa.
5) Apa hasil kesimpulan dari masing-masing topik bacaan tersebut,
setelah selesai meneliti dan membacanya. Kemudian siswa disuruh
menguraikan atau membacakan.
Pada dasarnya model jigsaw merupakan salah satu model dari
cooperative learning yakni dengan membentuk diskusi atau learning
community. Rasa dalam satu kelompok ini memungkinkan peserta didik
menghadapi perubahan-perubahan dihadapannya. Ketika belajar lebih
senang dengan yang lain daripada sendirian, mereka memiliki dorongan
emosional dan intelektual, yang memungkinkan mereka melampaui
tingkat pengetahuan dan ketrampilan mereka sekarang. Jerome Bruner
dalam Mel Silberman21
mengenalkan sisi sosial dari belajar dalam buku
klasiknya yang berjudul Toward a Theory of Instruction. Ia
mendeskripsikan suatu kebutuhan yang dalam untuk merespon yang lain
dan secara bersama-sama dengan mereka terlibat dalam mencapai tujuan,
yang ia sebut reciprocity.
21 Mel Silberman, Active Learning 101 Strategis to Teach Any Subject, terj., (Jakarta:,
YAPPENDES, 1996), hlm. 1
5. Kebaikan dan Kelemahan Metode Active Learning
a. Kebaikan Metode Active Learning
Proses belajar mengajar baru berhasil apabila guru memiliki
kewibawaan di depan kelas. Secara lahir kewibawaan guru banyak
ditentukan oleh penampilannya, posisinya di depan kelas, perkataan dan
tulisannya. Secara batin kewibawaan ditumpang oleh penguasaan bahan
yang diajarkan, penguasaan metode dan media pendidikan yang dipilih
dan digunakan, dan penguasaan alat penelitian yang diterapkan.22
Disamping itu guru juga memperhatikan keikutsertaan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar, diusahakan siswa aktif dan berpartisipasi secara
penuh dalam belajar, kewibawaan juga timbul karena kemahiran guru
dalam pengorganisasi waktu, bahan, dan siswa.
Kebaikan-kebaikan metode active learning adalah sebagai berikut:23
a. Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditujukan melalui
keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara eksklusif diminta
misalnya di dalam diskusi-diskusi, mengemukakan usul dan saran di
dalam pendekatan tujuan atau cara kerja kegiatan belajar, kesediaan
mencari alat atau sumber dan lain sebagainya.
b. Keterlibatan mental siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang
telah berlangsung yang ditujukan dengan peningkatan diri kepada
tugas kegiatan. Baik secara intelektual maupun secara emosional yang
dapat diamati dalam bentuk perhatian serta pikiran siswa dengan tugas
22 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 142
23
Ibid., hlm. 142-143
yang telah dihadapi serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas
tersebut dengan sebaik-baiknya.
c. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan sisi lain
daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab siswa di dalam
kegiatan belajar.
d. Belajar dengan pengalaman langsung, kekayaan variasi bentuk dan alat
kegiatan belajar mengajar merupakan indikator yang dominan dalam
metode active learning.
e. Indikator terakhir yang dikemukakan dalam masalah ini adalah
kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosial,
emosional sehingga meningkatkan peluang. Pembentukan kepribadian
seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan keamanan dan kemampuan
bekerjasama didalam memecahkan masalah, baik yang berkenaan
dengan kegiatan Intra maupun Ekstra Kurikuler.
Jadi kebaikan metode active learning adalah kadar kegiatannya lebih
diperbanyak. Untuk mendorong siswa belajar mempraktikkan proses-
proses intelektual seperti dikemukakan oleh Oemar Hamalik “
…mengorganisasi data, mempertanyakan persoalan dan memikirkan
secara kritis hubungan di dalam antara gagasan perorangan dengan
gagasan orang lain dengan kenyataan situasi”.24
24 Ibid., hlm. 143
b. Kelemahan Metode Active Learning.
Hakikat pendidikan adalah proses kemanusiaan yang hanya
dilakukan oleh manusia. Ini berarti bahwa prakarsa dan tanggung jawab
belajar ada pada subjek didik. Oleh karena itu untuk mendidik sendiri
harus secara eksklusif. Belajar tidak berarti hanya menerima pengetahuan
saja, tetapi belajar dapat terjadi dari hasil interaksi antara sesama siswa
atau prakarsa dirinya di dalam mengembangkan kemampuan yang ada
pada dirinya.25
Terjadinya kadar metode active learning yang menurun ini
terjadi akibat tidak keterlibatannya mental secara optimal di dalam kelas
maupun di luar kelas.
Beberapa kelemahan dari metode active learning adalah sebagai berikut:26
a. Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. Kendatipun telah
tercapai persetujuan, namun keputusan-keputusan itu belum tentu
dapat dilaksanakannya.
b. Diskusi tidak dapat diramalkan, pada mulanya diskusi diorganisasi
secara baik tetapi selanjutnya mungkin saja mengarah ke tujuan lain,
sehingga terjadi (Free Foryall) terutama jika kepemimpinan diskusi
tidak produktif.
c. Memasyarakatkan agar semua siswa memiliki ketrampilan berdiskusi
yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif.
25 Ibid..
26
Ibid., hlm 143-144
d. Membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal
kegiatan secara luwes.
e. Dapat menjadi palsu (tidak murni lagi) jika pemimpin mengalami
kesulitan mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah
mengetahui jawaban yang diinginkan, sehingga ia menolak pendapat
peserta lain.
f. Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia
menolak pendapat peserta lain.
g. Jadi kelemahan metode active learning siswa yang pandai akan
bertambah pandai, siswa yang bodoh akan tertinggal.
Disamping ketrampilan kegiatan siswa, guru juga harus terampil
memilih dan menggunakan metode yang tepat pada waktu proses belajar
mengajar, karena tidak semua guru didukung oleh literature yang cukup
kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan dan mengolah informasi
metode active learning dan tepat sesusai dengan misi hakikat metode
active learning yang dimaksud.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan.27
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat mendesak. Atau dengan kata lain motivasi adalah dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah
laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Menurut Mc. Donald, “Motivation is a energy change within the
person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reactions.”motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari
pengertian yang dikemukakan MC.Donald ini mengandung tiga unsur yang
saling terkait yaitu;28
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia.
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan/ feeling/ afeksi seseorang.
27 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaja (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1986),
hlm. 73
28 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung,: CV Sinar Baru Algensindo,
2004), hlm. 15
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.
Dari ketiga unsur diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu
sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu
perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan
persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian
bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan,
kebutuhan atau keinginan.
Selanjutnya Oemar Hamalik mengatakan motivasi mempunyai dua
komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar
(outer component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang,
keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa
yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi
komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan,
sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai.29
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
ketrampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar
untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena
termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam jabatan, menjadi
politikus, dan memecahkan masalah.
29 Ibid., hlm. 174
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh
faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa
motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.30
2. Macam-Macam Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar dibagi menjadi dua yaitu:31
a. Motivasi intrinsik.
Yang disebut dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tudak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai
yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain
seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan
sebagainya.
30 Sardiman A. M, op.cit., hlm. 75.
31
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm.115
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya,
maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.32
Dalam aktivitas belajar, motivasi
intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang
memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu
dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran
yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di
masa yang akan datang. Dorongan untuk belajar bersumber pada
kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik
dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan
kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.
b. Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar, seperti: angka, kredit, ijazah,
tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan dan lain-lain.33
Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi
ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan
dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar
siswa mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya.
Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang
menarik perhatian anak didik.
32 Ibid., hlm. 116
33
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, hlm. 112
Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan
merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan berfungsi
sebagai pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar.
3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus ada
dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, begitu juga daalm dunia
pendidikan, aspek motivasi ini sangat penting. Siswa harus mempunyai
motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar terutama dalam proses belajar
mengajar.
Ada tiga fungsi motivasi yang dipaparkan oleh Martinis Yamin dalam
belajar, yaitu:34
a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Dengan adanya motivasi anak didik akan terdorong/tergerak untuk
melakukan perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tabrani dalam
bukunya Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar yaitu:
34 H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta: Gaung Persada Press,
2006), hlm. 176-177
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan.
b. Mengharapkan aktivitas belajar peserta didik.
c. Menggerakkan dan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.35
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha-usaha mencapai prestasi. Seseorang melakukan
sesuatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan
adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka
seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya. Dengan demikian motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan.
4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan penting dalam aktivitas belajar
seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada
motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Ada beberapa prinsip motivasi
dalam belajar seperti dalam uraian berikut ini:36
a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar.
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya.
Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk
belajar.
35Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: CV Remaja
Rosdakarya, 1989), hlm. 123
36 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: CV Sinar Baru Algensindo,
2004), hlm. 181
b. Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar.
Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada di
dalam dirinya sendiri.
c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman.
Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk
apapun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas
prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada
seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya.
d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.
Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginannya
untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah siswa
termotivasi belajar karena adanya kebutuhan.
e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.
Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar
bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya
kini, tetapi juga hari-hari mendatang.
f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya
prestasi belajar seorang siswa.
g. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk
memelihara minat siswa.
Cara mengajar yang yang bervariasi ini akan menimbulkan situasi belajar
yang menantang dan menyenangkan.
h. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi.
Apabila seseorang telah mengetahui tujuan yang hendak dicapainya,
perbuatan kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.
i. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat
yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu
dipaksakan oleh guru.
Apabila siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan
memecahkannya sendiri, ia akan mengembangkan motivasi dan disiplin
yang lebih baik.
j. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreatifitas siswa.
Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan kepada
kegiatan-kegiatan kreatif.
Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan
dalam aktivitas belajar mengajar. Peran guru sangat penting dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena dengan tanpa adanya motivasi
kegiatan belajar tidak akan terlaksana dengan maksimal.
5. Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar siswa di kelas sebagai berikut:37
a. Memberi angka
Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan
kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan
prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya terdapat
dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam
kurikulum.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan. Dalam dunia pendidikan hadiah bisa dijadikan sebagai alat
motivasi agar senantiasa mempertahankan dan meningkatkan prestasi
belajar.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan untuk mendorong siswa agar bergairah
belajar.
d. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri.
37 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm.124-134
e. Memberi ulangan
Para siswa akan belajar dengan giat kalau mengetahui kalau akan ada
ulangan.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, siswa terdorong untuk belajar lebih
giat.
g. Pujian
Seorang siswa akan senang dipuji atas hasil pekerjaan yang telah mereka
selesaikan. Hal ini akan membesarkan jiwa seseorang dan akan lebih
bergairah dalam mengerjakannya.
h. Hukuman
Hukuman yang mendidik yakni bertujuan untuk memperbaiki sikap dan
perbuatan siswa yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman siswa
tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat berarti ada unsur kesengajaan dalam kegiatan belajar, sehingga
sudah barang tentu hasilnya akan jauh lebih baik.
j. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap atau suatu rasa lebih suka dan
rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya
dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.
k. Tujuan yang diakui angka merupakan alat motivasi yang cukup
Dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat
berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus
belajar.38
Bentuk-bentuk motivasi seperti diatas tersebut hanyalah sebagian cara
untuk mengarahkan belajar siswa agar termotivasi untuk selalu bersemangat
dalam belajar. Guru harus kreatif dalam memberikan suatu cara untuk
memotivasi siswanya agar mereka tidak merasa bosan atau jenuh, sehingga
akan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.
6. Indikator Siswa Termotivasi
Indikator yang bisa dijadikan patokan bahwa siswa itu termotivasi
adalah:39
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang
lama, tidak berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan.
c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
d. Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan.
e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasinya).
38 Ibid..
39
Hamid Muhammad, Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu
SLTP, 2004), hlm. 21
f. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”
(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya).
g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat, capat bosan dengan tugas-tugas
rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin
akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).
h. Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan
kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian).
i. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Jadi tugas dari guru adalah selalu melihat perkembangan dari
siswanya, agar nantinya bisa dijadikan evaluasi agar lebih baik lagi, karena
setiap siswa mempunyai motivasi belajar yang berbeda.
Posisi guru dan dan siswa boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring
dan setujuan. Seiring dalam arti kesamaan langkah dalam mencapai tujuan
bersama. Siswa berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas
mengantar dan membimbing siswa ke pintu gerbang cita-citanya. Untuk itulah
guru perlu memotivasi penuh agar tujuan dan cita-citanya tercapai.
C. Mata Pelajaran Ekonomi
6. Pengertian Ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial yang
mempelajari hubungan antarmanusia. Definisi ilmu ekonomi menurut Paul A.
Samuelson adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat
dalam membuat pilihan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang
terbatas jumlahnya untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan
mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi (sekarang dan di masa depan)
kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.40
Ekonomi diartikan juga
sebagai ilmu yang mempelajari tentang prilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang
dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,
konsumsi, dan distribusi.
2. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Fungsi mata pelajaran ekonomi adalah mengembangkan kemampuan
siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan
dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih
dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan
masyarakat.41
2. Tujuan
Tujuan mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas dan
Madrasah Aliyah adalah:42
a. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan
mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-
40
Tim Penyusun, Pekerjaan Rumah Ekonomi (Klaten: PT Intan Pariwara, 2002), hlm.
11
41 Kurikulum KTSP Standart Kompetensi (http:www.yahoo.com, diakses 22 Oktober 2009)
42
Ibid., hlm. 6
hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah
tangga, masyarakat dan negara.
b. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk
mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.
c. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa
wirausaha.
d. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam
masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun
skala internasional.
3. Standart Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan untuk belajar
sepanjang hayat sebagai akumulasi kemampuan setelah seseorang
mempelajari berbagai kompetensi dasar yang dirumuskan setiap mata
pelajaran.43
Kompetensi Lintas Kurikulum tersebut dirumuskan menjadi
sembilan kompetensi sehingga siswa mampu:
a. Memiliki keyakinan, mempunyai hak, menjalankan kewajiban dan
berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya, serta menyadari bahwa
setiap orang perlu saling menghargai dan merasa aman.
43 Ibid., hlm. 7
b. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi
dengan orang lain.
c. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep dan teknik- teknik
numerik dan spasial, serta mampu mencari dan menyusun pola, struktur,
dan hubungan.
d. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang
diperlukan dari berbagai sumber serta menilai kebermanfaatannya.
e. Memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi,
dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk
mengambil keputusan yang tepat.
f. Memahami konteks budaya, geografi, dan sejarah, serta memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif dalam
kehidupan, serta berinteraksi dan berkontribusi dalam masyarakat dan
budaya global.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif di lingkungan untuk saling
menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan nilai-
nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat
beradab.
h. Menunjukkan kemampuan berpikir konsekuen, berpikir lateral, berpikir
kritis, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap untuk menghadapi
berbagai kemungkinan.
i. Menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam belajar, mampu bekerja
mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
Standar Kompetensi Bahan Kajian
1). Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem
sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:44
a. Mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul sebagai
akibat perbedaan yang ada di masyarakat.
b. Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan perubahan sosial
budaya.
c. Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat
multikultur.
2). Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang manusia,
tempat, dan lingkungan dan menerapkannya untuk:
44 Ibid., hlm. 8
a. Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan
antara gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi ruang
dan waktu.
b. Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi
geografis.
3). Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang perilaku
ekonomi dan kesejahteraan dan menerapkannya untuk:
a. Berperilaku yang rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan sumber
daya ekonomi.
b. Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan.
c. Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga ekonomi.
d. Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri.
4). Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang waktu,
keberlanjutan dan perubahan dan menerapkannya untuk:
a. Menganalisis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat, dan kejadian.
b. Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi
masa depan.
c. Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural,
agama, etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar
peristiwa sejarah.
5). Kemampuan memahami dan menginternalisasi sistem berbangsa dan
bernegara dan menerapkannya untuk:
a. Mewujudkan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Membiasakan untuk mematuhi norma, menegakkan hukum, dan
menjalankan peraturan.
c. Berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat dan pemerintahan yang
demokratis, menjunjung tinggi, melaksanakan, dan menghargai HAM.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran
a. Kemampuan memahami perilaku pelaku ekonomi dalam kaitannya dengan
kelangkaan, pengalokasian sumber daya dan barang, melalui mekanisme
pasar.
b. Kemampuan memahami konsep ekonomi kemasyarakatan dan kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi.
c. Kemampuan memahami perekonomian internasional, system ekonomi
Indonesia, manajemen, pembangunan ekonomi, tenaga kerja, wirausaha
dan model pemecahan masalah ekonomi.45
4. Kompetensi Dasar (KD)
Standart Kompetensi : 1. Kemampuan memahami konsep ekonomi
kemasyarakatan dan kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi.46
45 Ibid., hlm. 9
46
Ibid., hlm.18
TABEL 2.1
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
1.1 Kemampuan
mendeskripsikan
pendapatan
nasional
• Mendeskripsikan
konsep PDB, PNB, PN
Pendapatan Disposibe
dan Pendapatan
Perkapita
• Membedakan metode
perhitungan
pendapatan nasional
dengan pendekatan
pendapatan, produksi
dan pengeluaran
• Membandingkan PDB
dan pendapatan
perkapita Indonesia
dengan negara lain
• Mengidentifikasi
manfaat perhitungan
pendapatan nasional
Pendapatan Nasional
1.2 Kemampuan
mendeskripsikan
APBN dan APBD
serta
pengaruhnya
terhadap
perekonomian
• Menguraikan arti,
fungsi dan tujuan
APBN dan APBD
• Mengidentifikasi
sumber-sumber
pendapatan negara
dan daerah
• Menunjukan jenis
pembelanjaan
pemerintah pusat dan
Anggaran Pendapatan
Belanja Pemerintah
dan
Kebijakan Anggaran
daerah
• Menguraikan
pengaruh APBN dan
APBD terhadap
perekonomian
• Mendeskripsikan
kebijakan anggaran
• Membedakan macam
kebijakan anggaran
(seimbang, dinamis,
defisit dan surplus.
1.3 Kemampuan
memahami
kebijakan
pemerintah di
bidang
fiskal dan moneter,
serta pengaruhnya
terhadap
perekonomian
• Mendeskripsikan
pajak dan fungsinya
• Membedakan pajak
dengan pungutan
resmi lainnya sebagai
sumber pendapatan
negara dan daerah
• Memberi contoh cara
menghitung pajak
(PPh, PPN dan PBB)
sesuai dengan undang-
undang yang berlaku
• Mendeskripsikan
kebijakan fiskal dan
moneter
• Mengidentifikasi jenis-
jenis kebijakan fiskal
dan moneter
Kebijakan Fiskal dan
Moneter
1.4 Kemampuan
mendeskripsikan
peranan uang dalam
masyarakat
• Mendeskripsikan
konsep permintaan
dan penawaran uang
• Menguraikan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
permintaan dan
penawaran uang
• Menguraikan jenis-
jenis sistem standar
moneter
• Menguraikan
kelebihan dan
kekurangan masing-
masing sistem standar
moneter
Ekonomi Moneter
1.5 Kemampuan
menganalisis
penyebab terjadinya
inflasi dan cara
mengatasinya
• Mendeskripsikan
pengertian inflasi
• Menarik kesimpulan
sebab-sebab timbulnya
inflasi dan cara
mengatasinya
• Mengumpulkan
informasi tentang
dampak inflasi
terhadap masyarakat
yang berpendapatan
tetap dan yang
berpendapatan tidak
tetap
Inflasi
1.6 Kemampuan
memahami peranan
Bank dan Lembaga
Keuangan lainnya
• Menguraikan fungsi
Bank sentral, Bank
umum, Bank Syariah
dan Bank Perkreditan
Rakyat
• Mengidentifikasi cara
cara memanfaatkan
produk Bank dalam
kehidupan sehari-hari
• Menyebutkan jenis-
jenis dan fungsi
Lembaga Keuangan
lainnya
• Mendeskripsikan
konsep kredit
Bank dan Lembaga
Keuangan Bukan
Bank
• Menguraikan
persyaratan yang
harus dimiliki calon
penerima kredit (5 C)
• Mengungkapkan
kebaikan dan
keburukan kredit bagi
nasabah
Diadaptasi dari Kurikulum KTSP Standart Kompetensi
(http:www.yahoo.com, diakses 22 Oktober 2009).
5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi di SMA dan MA dimulai
dari masalah-masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupannya
yang terdekat hingga pada lingkungan yang terjauh. Adapun ruang lingkup
pelajaran ekonomi di SMA dan MA adalah perilaku ekonomi dan
kesejahteraan yang secara rinci mencakup aspek-aspek sebagai berikut:47
1. Berekonomi.
2. Ketergantungan.
3. Spesialisasi dan pembagian kerja.
4. Perkoperasian.
5. Kewirausahaan.
6. Pengelolaan keuangan perusahaan.
47 Kurikulum KTSP Standart Kompetensi (http:www.yahoo.com, diakses 22 Oktober 2009),
hlm. 7
D. Motivasi Belajar Dalam Perspektif Islam
Sebagai agama yang menjadi rahmatan lil alamin, Islam telah
menyebutkan didalam Al-Qur’an bahwa salah satu dasar belajar yang
digunakan untuk mendidik kaum muslimin adalah motivasi.48
Apabila hati dan
fikiran seseorang bersih dari hal-hal yang dilarang maka motivasi itu akan
mudah juga dalam melakukan sesuatu perbuatan tertentu tanpa harus
memikirkannya terlebih dahulu. Salah satunya adalah adanya motivasi dalam
belajar, dengan hati bersih maka ilmu akan mudah diterima dan ilmu tersebut
dapat melekat dipikiran dan hatinya sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat
bagi dirinya dan orang lain.
Mereka yang berilmu dan tidak berilmu itu berbeda dalam pandangan
Islam. Setiap manusia yang berilmu (belajar dan berpikir sampai ia
memperoleh ilmu pengetahuan) telah dijanjikan oleh Allah akan ditinggikan
derajatnya. Faktor terbesar yang membuat makhluk manusia itu mulia adalah
karena ia berilmu. Ia dapat hidup senang dan tenteram karena memiliki ilmu
dan menggunakan ilmunya. Ia dapat menguasi alam ini dengan ilmunya. Iman
dan takwanya dapat meningkat dengan ilmu juga.49
Hal ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an berikut ini:
ا ي ذ ي ا ذا نااي ن م ضي ذا لا ي يضل ن ا ذ ا ام ي ي اذشذا ي مضي ن ا ي م ااي ن م ا آي ن ا ذ ي ا ذ يي ا نمشنزن ا ي ا ي ي ي ا ال ذ يي يي
نا ا ي ي ي اتا ي ل ن ا ام ذ م يا ن ا ي ال ذ يي ا آي ن اآذ م ن م نا ال ذ يي بذ ا ي نمشنزن ا ي م ي ذا ل اخي ابذ ي ا ي م ي ن ني
(١١)
48 Abubakar Muhammad, Hadis Tarbawi (Surabaya: Karya Abditama, 1997), hlm. 62
49
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 6-7
Artinya: ”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Mujadilah:11). 50
Demikianlah manusia itu mulia dalam pandangan Allah karena iman
dan ilmunya dan dengan dasar berilmu itu manusia jadi mulia di dunia ini.
Demikian pula dengan akal, akal adalah kelebihan yang dimiliki oleh
manusia yang membedakan antara manusia dengan makhluk ciptaan-Nya
yang lain. Kemampuan berpikir dan merasa ini merupakan nikmat anugerah
Tuhan yang paling besar, dan ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa
dan mulia dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Dengan akal pulalah
manusia bisa menalar semua pelajaran yang telah didapat.51
sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an berikut ini:
ا اخذ ي يا اصي ذ د ا ي ي اذ د ا ي م ي ن ا ا ل ميذ ا ي نذ ا ني اي ا ن ي يم تي ذياا يآل ا يضم ا ييم بهذا نيم ةيا ي حم ي ي ي م ن ا ي
ا ن ان ا ألامبي بذا كل ن ا ذنل ي ا يتي ي االا ي م ي ن ني ا ي ال ذ يي ا ي م ي ن ني (٩) ال ذ يي
Artinya: “(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar: 9). 52
50 Departemen Agama RI Al-Hikmah, Al-Quran dan Terjemahannya (Surabaya: Diponegoro,
1989), hlm. 542
51
Zakiyah Daradjat, dkk. op cit., hlm. 4
52 Departemen Agama RI Al-Hikmah, op cit., hlm. 458
Karena akal itu merupakan alat untuk menuntut ilmu, dan ilmu
merupakan alat untuk mempertahankan kesulitan manusia, maka Islam
memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu, bukan saja ilmu agama, tetapi
juga ilmu-ilmu lainnya.53
Keutamaan manusia dibandingkan mahkluk lainnya terletak pada
kemampuan akal kecerdasannya. Oleh karena itu, kemampuan “membaca”
dan “menulis” tersebut merupakan yang pertama kali diperintahkan oleh
Tuhan kepada utusan-Nya, Muhammad SAW dalam wahyu pertama yang
diturunkan Allah kepadanya.54
Setelah dapat membaca dan menulis, manusia
baru melangkah ke tingkat proses “mengetahui” hal-hal yang belum diketahui,
sebagaimana Tuhan mengajarkan hal-hal itu kepadanya, sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Alaq 1-5:
ا ال ذياخي يقا بكي ا ي ابذ صم ذاعي يقتا(ا١) م ي م يم اآذ ا إلنمضي ني ما(ا٢)خي يقي ا ألكم ي بيكي ا ال ذي(٣) م ي ما ي ي
ابذ ام ي ي ذا ا ي م ي ما(ا٤) عي ل ي اآي ااي م ا إلنمضي ني (٥) عي ل ي
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan. manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5).55
Ayat diatas diawali dengan kata iqra’ yang bisa diartikan dengan
“membaca” shihab menjelaskan bahwa ”kata iqra” mempunyai arti membaca
53 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.5
54
Arifin, H. M, Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 3
55 Departemen Agama RI Al-Hikmah, Al-Quran dan Terjemahannya (Surabaya: Diponegoro,
1989), hlm. 597
semua obyek yang sifatnya umum tidak hanya menyangkut ayat-ayat Allah,
tapi juga mencakup alam raya, masyarakat dan diri sendiri”. Ayat diatas juga
memberikan semangat kepada umat islam untuk senantiasa melakukan semua
aktifitas apapun dengan didasarkan pada “Bissmi Rabbik/ menyebut nama
Tuhan”.
Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak. Anak
didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan
masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu,
pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut,
sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang
tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang
berprilaku kurang baik menjadi baik.56
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-
Quran surat an-Nahl 125:
ا ن يا بلكي ا ي ا ذنل ين ضي ا يحم ابذ التذ ا ذ ي ام ن م ضي يةذا ي ي ذ عذ يةذا ام ي ةذا ي ام ي م ابذ ام ذ م ي بكي ا ي بذ يذ ا ذاي اصي ا م ن
بذ ذهذا ي ن يا اصي يم اعي يل ا ي يم ابذ ي اا يعم ي ن ابذ ام ن متي ذ يي ١٢٥) يعم ي ن
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl: 125).57
Ayat diatas memberikan isyarat adanya 3 metode yang digunakan oleh
Nabi dalam mendidik manusia dengan mempertimbangkan karakteristik dari
56 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Press, 2008), hlm. 61
57
Departemen Agama RI Al-Hikmah, op cit., hlm. 281
manusia yang dididik itu. Yang pertama bagi peserta didik yang mempunyai
intelegensi tinggi maka metode yang digunakan adalah bi al hikmah (dengan
akal sehat, dengan ilmu, dengan filsafat). Yang kedua bagi peserta didik yang
mempunyai intelegensi rendah (kaum awam) maka metode yang digunakan
adalah bi al maw‟idlah (ceramah/pesan-pesan spiritual). Yang ketiga bagi
peserta didik yang mempunyai intelegensi sedang-sedang atau suka
membantah dengan prinsip keragu-raguan, maka perlu didekati dengan
metode al mujadalah (berdiskusi, tanya jawab, audiensi).58
Dalam hadis umat Islam juga diperintahkan untuk mempertahankan
kemuliaannya, yakni diperintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang
tidak terbatas selama hayat dikandung badan atau asas pendidikan sepanjang
hayat atau long life education.59
Prinsip belajar selama hidup ini merupakan
ajaran Islam yang penting. Sabda Rasulullah SAW :
ا ذاي ا ال م ا:اا لا- ا ا اع ها-عيا انشابياآ ااك ا ام ي م ذ يي اآذ ا ام ذ م ي طم نبن
(ا ها ابياعب ا ااب ا )
Artinya: “Tuntutlah ilmu itu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat (mulai
dari kecil sampai mati). (H. R. Ibn. Abd. Bar).60
58 A. Fatah Yasin, op cit., hlm. 195
59
Arifin, H. M, Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 36
60
Muhammad Fadhil al-Djamali, Tarbiyyah al-Djadid, hlm. 45-46
Lebih tegas lagi, Islam mewajibkan orang menuntut ilmu melalui
sabda Rasulullah :
ةاا- ا ا اع هاا-سابياآ ااكعيا انا ضم ذ ي آن ا ي ضم ذ ت اآن ةاعي ي اكني ا ي ذ مضي ا ام ذ م ذ لاطي يبن
(ا ها اابخ ا يا اآض )اا
Artinya: “ Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim
perempuan”.اا(H. R. Bukhari dan muslim).61
Dalam hadits-hadits ini sangat jelas sekali memberikan motivasi
kepada manusia untuk belajar, menggali ilmu pengetahuan tidak mengenal
perbedaan jenis kelamin bahkan mewajibkan kepada tiap-tiap muslim baik
laki-laki maupun perempuan untuk selalu belajar dan menuntut ilmu demi
kelangsungan hidupnya.
E. Pengaruh Penerapan Metode Active Learning Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi
Metode active learning adalah suatu cara/strategi belajar mengajar
yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin sehingga
siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
Peran guru hanya sebagai fasililitator saja. Agar kegiatan belajar mengajar
berlangsung dengan efektif dan efisien maka harus menggunakan metode yang
61 HR. Abu Dawud dalam kitab Kitabul Ilmi Bab: Al-Hatsu „alal Thalabul „Ilmi (Anjuran
Menuntut Ilmu) dan At-Tirmidzi dalam kitabul Ilmi Bab: Maa Jaa fi Fadhil Fiqhi „alal „ibadati
tepat dan sesuai terhadap materi yang diajarkan oleh guru.62
Dengan demikian
akan menciptakan suasana belajar yang menjunjung KBM yang efektif dan
efisien. Hal tersebut akan dicapai suatu kondisi belajar yang optimal jika
kemampuan dan ketrampilan dikuasai atau dipenuhi guru dalam setiap
pembelajaran siswa.
Ketika kegiatan belajar mengajar berproses guru harus ikhlas dalam
bersikap dan berbuat, serta mau memahami peserta didiknya dengan segala
konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dapat menjadi penghambat
jalannya KBM baik yang berasal dari peserta didik maupun yang bersumber
dari luar diri peserta didik harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya
karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam
menggunakan metode pembelajaran yang tepat.63
Konsep belajar John Dewey menekankan bahwa belajar itu
menyangkut apa yang harus dikerjakan peserta didik untuk dirinya sendiri.
Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan jalannya
kegiatan pembelajaran, tetapi tenaga untuk menggerakkan tersebut haruslah
berasal dari murid yang belajar.64
Sedangkan Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan
bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat
62 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm.
181
63 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm.61
64
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006),
hlm.116
seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
yang diperolehnya.65
Dari batasan belajar yang dikemukakan oleh Dewey serta Gage dan
Berliner, kita dapat menandai bahwa belajar merupakan suatu proses yang
melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisasi
sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya.
Dengan demikian, dalam belajar orang tidak mungkin melimpahkan tugas-
tugas belajarnya kepada orang lain. Orang yang belajar adalah orang yang
mengalami sendiri proses belajar.
Diantara salah satu kemampuan penerapan metode active leaning
adalah mengupayakan siswa untuk belajar, berdasarkan gambaran-gambaran
nilai dari macam-macam dan tujuan perlu disyaratkan bagi guru untuk
mencapai tujuan instruksional bidang IPS khususnya ekonomi. Dari
penjelasan tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan:
a. Penerapan metode active learning dapat memantapkan arah dan tujuan
pelajaran IPS khususnya ekonomi pada siswa dari aspek motivasi belajar
siswa.
b. Pendidikan yang erat hubungannya dengan tingkah laku akan ditunjang
oleh fungsi serta tujuan penerapan metode active learning berdasarkan
motivasi belajar siswa.
c. Penerapan metode active learning akan memudahkan dalam proses belajar
mengajar siswa dan memantau guru mengajar secara efektif dan efisien,
65 Ibid..
dalam rangka memenuhi tujuan pengajaran, dan motivasi belajar siswa
sebagai akibat dari perolehan dari pengajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan
informasi yang lengkap dan mendalam mengenai pengaruh penerapan metode
active learning terhadap motivasi belajar ekonomi siswa di MAN 3 Malang,
maka peneliti mencoba menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang
ingin diketahui. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif adalah ”sesuai dengan
namanya yaitu banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data terhadap tersebut, serta penampilan dari data
tersebut.66
Dengan metode deskriptif penelitian survei, yaitu bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu
berdasarkan apa yang terjadi.67
66 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), hlm. 10
67 Bungin, M . Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Pertama (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 122
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di MAN 3 Malang yang berlokasi di jl.
Bandung No 7 Malang. Lokasi penelitian ini letaknya cukup strategis yakni
terletak di jalan raya, hal ini akan mempermudah MAN 3 Malang untuk
mengembangkan diri. Peneliti memilih lokasi ini guna memahami pengaruh
penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar siswa dalam mata
pelajaran ekonomi di MAN 3 Malang tersebut.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu jelas dan lengkap yang akan diteliti. Sutrisno Hadi
mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian.
Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit
mempunyai sifat yang sama.68
Berdasarkan pengertian diatas, maka yang jadi populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI IPS MAN 3 Malang yang berjumlah 54 siswa.
Alasan pemilihan kelas XI sebagai populasi penelitian adalah karena di kelas
XI sudah ada penjurusan sesuai dengan minat siswa.
68 Sutrisno Hadi, Statistik II (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 220
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi69
. Sampel merupakan bagian terkecil dari suatu populasi.70
Sample
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS MAN 3 Malang,
karena sedikitnya jumlah populasi, maka penulis menggunakan metode total
sampling yakni seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai
sample, karena sampel yang besar cenderung memberikan atau lebih
mendekati nilai sesungguhnya terhadap populasi atau dapat dikatakan semakin
kecil pula kesalahan (penyimpangan terhadap nilai populasi), sebagaimana
yang dikemukakan Wahid Murni mengutip pendapat Arikunto.71
Tabel 3.1 Jabaran Populasi dan Sampel
Kelas Populasi Sampel
XI IPS 1 27 27
XI IPS 2 27 27
Jumlah 54 54
Sumber: Arsip MAN 3 Malang
69 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 91
70
Ibid..
71 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 121
D. Data dan Sumber Data
Adapun sumber data yang dapat diperoleh melalui, yaitu:
a. Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
di lokasi penelitian atau objek penelitian.72
Dalam hal ini kepala
sekolah, guru, siswa dan pihak yang terkait.
b. Sumber data sekunder yaitu data yang lebih dulu dikumpulkan oleh
orang yang ada di luar penyelidikan.73
Dalam hal ini buku-buku
(literatur) dan dokumen-dokumen yang ada.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.74
Sedangkan Sukardi mengatakan
“ instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan mudah dan hasilnya lebih baik
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah”.75
1. Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah daftar
pertanyaan atau kuesioner yang diserahkan kepada siswa kelas XI IPS
Semester Ganjil MAN 3 Malang. Sedangkan metode yang digunakan untuk
72 Bungin. M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Pertama (Jakarta: Kencana,
2006), Hal: 36
73
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik (Bandung: Tarsito,
1991), hlm. 162
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2008), hlm. 102
75 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 121
mengumpulkan data primer adalah metode survei dengan cara penyebaran
daftar pertanyaan atau pernyataan yang mengenai variabel metode active
learning dan motivasi belajar dalam mata pelajaran ekonomi pada kelas XI
IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang.
2. Skala Pengukuran
Dalam penelitian konsep harus di hubungkan dengan realita dan
untuk itu harus dilakukan dengan cara memberikan angka pada objek atau
kejadian yang sedang diamati menurut aturan tertentu. Jadi dapat dikatakan
bahwa pengukuran bertujuan untuk mendapatkan deskripsi yang tepat dari
konsep-konsep yang telah di berikan.76
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukur tersebut digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif.77
Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala
Likert. Skala Likert adalah digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekolompok orang.78
Data diolah dengan menggunakan skala Likert dengan jawaban atas
pertanyaan yaitu skala nilai 1-5. Nilai yang dimaksud adalah skor atas
76 Singarimbun Masri dan Efendi Sofian, Metode Penelitian dan Survei (Yogyakarta: LP3ES,,
1989), hlm. 95
77 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2008), hlm. 92
78 Ibid.,hlm. 93
jawaban responden, dimana nilai yang digunakan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. (TP) = Tidak pernah skor jawaban 1
2. (JR) = Jarang skor jawaban 2
3. (KD) = Kadang-kadang skor jawaban 3
4. (SR) = Sering skor jawaban 4
5. (SLL) = Selalu skor jawaban 5
Ciri khas dari skala Likert adalah bahwa makin tinggi skor yang
diperoleh oleh seorang responden merupakan indikasi bahwa responden
tersebut sikapnya makin positif terhadap obyek yang ingin diteliti oleh
peneliti.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
menggunakan instrument seperti di bawah ini:
Table 3.2
Tabel Indikator soal dalam kuisioner instrumen penelitian
Variabel Sub variabel indikator Sumber
data
Metode
pengumpulan
data
Metode
active
learning
Poster
Comment
(mengomentari
gambar)
Index Card
(mencari
pasangan
jawaban)
Active Debate
(debat aktif)
Everyone is
Teacher Here
(semua adalah
pendidik)
Melakukan
pengamatan
tentang gambar
yang disajikan
Kelancaran
mengemukakan
pendapat
Cermat dan
tepat dalam
mencocokkan
pertanyaan dan
jawaban
Menempelkan
pasangan dan
jawaban di
papan tulis
Keaktifan
siswa dalam
bertanya
Kelancaran
siswa dalam
menjawab
pertanyaan
Menghargai
pendapat
teman yang
lain
Mampu
menjelaskan
Siswa Angket
Team Quiz
Jigsaw
materi
Menuliskan
konsep-konsep
penting tentang
materi
Mengadakan
Tanya jawab
Menggunakan
berbagai teknik
dalam
mengajar
Aktif dalam
diskusi
kelompok
Memberikan
masukan/kome
ntar
Berpartisipasi
dalam
mengerjakan/m
embahas tugas
kelompok
Mampu
bekerja dalam
kelompok
Mampu
mendemonstras
ikan/menjelask
an kepada
kelompok lain
Motivasi
Belajar
Internal
Eksternal
Motivasi internal
Tekun dalam
menghadapi
tugas, dalam
waktu yang
lama dan tidak
pernah berhenti
sebelum selesai
Ulet
menghadapi
kesulitan dan
tidak lekas
putus asa serta
tidak cepat
puas dengan
prestasi yang
diperolehnya
Senang
mencari dan
memecahkan
masalah
Motivasi
eksternal
Belajar karena
ingin
mendapatkan
nilai bagus
Belajar karena
ingin
mendapatkan
hadiah
Belajar malam
karena disuruh
orang tua
Siswa
Siswa
Angket
Angket
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang ada hubungannya dengan penulisan ini,
penulis memakai beberapa metode sebagai berikut:
1. Interview/wawancara
Interview atau wawancara merupakan cara pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik
dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.79
Metode ini merupakan cara
pengumpulan data yang pelaksanaannya dengan jalan berdialog atau
tanya jawab sepihak mengenai persoalan-persoalan yang terkait dengan
judul penelitian untuk mendapatkan jawaban dari responden. Metode ini
digunakan untuk memperoleh tanggapan dari para guru dan para siswa
selama penerapan active learning, dan untuk mengetahui metode apa
saja yang dipakai sebelumnya. Selain hal tersebut metode ini juga
digunakan untuk memperoleh data tentang sekolah, mencakup sejarah,
prestasi dan lain-lain. Interview yang dilakukan penulis ini memakai cara
interview bebas terpimpin, artinya peneliti menggunakan pedoman
interview sebagai instrumen pengumpulan data yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
2. Kuisioner/Angket
Metode kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan
yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh
responden. Setelah diisi,angket dikirim kembali atau dikembalikan ke
79 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 231
petugas atau ke peneliti.80
Metode ini digunakan oleh penulis untuk
memperoleh data tentang tingkat motivasi belajar siswa sebelum dan
sesudah penerapan metode active learning. Dalam hal ini peneliti
memakai metode kuisioner langsung sebagai instrumen penelitian, yaitu
responden menajawab tentang dirinya, dan dilihat dari bentuknya
kuisioner ini termasuk rating scale (skala bertingkat), yaiti sebuah
pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-
tingkatan.
3. Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.81
Dokumentasi asal
katanya adalah dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode ini
digunakan untuk melengkapi data tentang gambaran obyek penelitian.
Instrumen yang dipakai dalam metode ini adalah pedoman dokumentasi
berupa kerangka yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya.
80 Bungin, M . Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Pertama (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 123
81
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 231
G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data-data yang diperoleh peneliti menggunakan
teknik yang berdasarkan dari data yang diperoleh dari hasil penelitian,
kemudian dianalisis secara kuantitatif untuk memudahkan bagi penulis dalam
mengumpulkan data, kemudian ditarik suatu kesimpulan. Dalam menganalisis
data tentang penelitian ini peneliti menggunakan:
1. Uji Data Penelitian
Sebagaimana dimaklumi bahwa data merupakan kedudukan yang
sangat penting bagi suatu penelitian, karena data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk
membuktikan hipotesis. Oleh sebab itu benar tidaknya data, sangat
menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya
data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Instrumen
yang baik harus memenuhi harus memenuhi dua persyaratan penting,
yaitu validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah pengujian sejauh mana suatu alat ukur yang
digunakan untuk mengukur variabel yang ada.82
Sebuah instrumen
dikatakan valid jika mampu mengukur yang dinginkan oleh peneliti,
serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat
dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana
data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambar tentang
82 Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian, Metode Penelitian dan Survei (Yogyakarta: LP3ES,.
1989), hlm. 122
variabel yang dimaksud.83
Cara pengujian validitas dengan
menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dan skor
total dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment.
Teknik korelasi Product Moment ini digunakan untuk mencari
hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data
kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua
variabel atau lebih tersebut adalah sama.84
Teknik analisis data product
moment dengan angka kasar digunakan untuk menemukan pengaruh
penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar siswa.
Valid tidaknya suatu item instrument dapat diketahui dengan
membandingkan indeks Korelasi Product Moment atau r hitung
dengan nilai kritisnya dan rumus Product Moment yang digunakan
adalah sebagai berikut85
:
Rxy = 2222 YYNXXN
YXXYN
Keterangan:
Rxy : angka indeks korelasi ”r” product moment
N : banyaknya pasangan skor X dan skor Y (banyaknya
subjek)
XY : penjumlahan hasil perkalian antara skor X dan skor Y
83Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktek Edisi Revisi VI (Jakarta:
: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 168-16
84 Bungin, M . Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Pertama (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 195-197
85Arikunto Suharsimi, op.cit., hlm. 169-170
X : jumlah seluruh skor X
Y : jumlah seluruh skor Y.
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan86
. Bila
suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama
dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat
pengukur tersebut reliabel.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan
data yang sama.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu sebagai berikut87
:
r11=
2
1
2
11
b
k
k
dimana:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑ 2
b :jumlah varians butir
2
t :varians total.
86 Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian,. Metode Penelitian dan Survei ( Yogyakarta:
LP3ES, 1989), hlm. 140
87
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 196
Uji reliabilitas ini dihitung dengan cara mengkorelasikan skor
item satu dengan skor item yang lain kemudian hasilnya dibandingkan
dengan nilai kritis pada tingkat signifikan 5 % (α = 0,05). Jika
koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis, maka alat ukur tersebut
dikatakan reliabel.
c. Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana adalah regresi linier di mana variabel
yang terlibat di dalamnya hanya dua, yaitu satu variabel terikat, Y dan
satu variabel bebas, X, dan berpangkat satu.88
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional
ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Persamaan umum regresi linear sederhana dirumuskan
sebagai berikut:
Y = a + bX
Dimana:
Y = Variabel Terikat
a = nilai Intercept (konstan)
88 Hasan, Iqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), hlm. 115
b = koefisien regresi variabel, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan
variabel independen.
X = Variabel bebas
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan
antara penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar
maka digunakan analisis korelasi dan determinasi.
1) Analisis korelasi
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan
antar variabel yang dianalisis89
.
Nilai korelasi berada dalam rentang 0 sampai +1 atau 0 sampai -1, tanda
positif dan negatif menunjukkan arah hubungan.
Tanda positif menunjukkan arah perubahanyang sama, artinya jika satu
variabel yang lain juga naik. Tanda negatif menunjukkan arah perubahan
yang berlawanan.
Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan bergerak =1 sampai -1 atau
dapat ditulis sebagai berikut : -1 < r <, artinya :
r =1 atau mendekati +1 berarti hubungan antara variabel x dan y
sempurna positif (searah), hubungan sangat kuat, dan positif ini
berarti apabila variabel meningkat maka variabel y juga meningkat
dan sebaliknya
89 Ridwan MBA, Belajar Mudah Penelitian, Guru dan Karyawan (Bandung: Alfabeta, 2005),
hlm. 222
r = -1 atau mendekati -1 berarti hubuntgan antara variabel x dan y
sempurna negatif (tidak searah), hubungan sangat kuat, dan negatif
berarti jika variabel x meningkat maka variabel y turun.
r = 0 atau mendekati 0 berarti hububungannya sangat lemah antara
variabel x dan y
2) Analisa Determinasi
Analisa determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi pearson
product moment yang dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar variabel X (penerapan metode active
learning) mempunyai kontribusi atau mampu menerangkan variabel Y
(motivasi belajar). Formula dari koefisien determinasi adalah sebagai
berikut90
:
KP = r2 x 100%
Keterangan:
KP = Nilai koefisien determinasi
r = nilai koefisien korelasi
d . Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan bermakna atau tidak
maka digunakan perhitungan uji t. Uji t (parsial) merupakan uji
statistik secara individu untuk mengetahui pengaruh masing-masing
90 Ibid., hlm. 224
variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu sebagai berikut91
:
a. Perumusan Hipotesis
Ho: b1 = 0 variabel penerapan metode active learning tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar.
Ha : b1 ≠ 0 variabel penerapan metode active learning berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel motivasi belajar.
b. Penentuan Nilai Kritis
Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikan sebesar 5 % ( α = 0,05)
dan dengan menggunakan uji 2 pihak (arah), maka menentukan t tabel92
:
T tabel = t (α/2 ; n-1) = t = (0,05/2; 44-1) = t = (0,025;43) = 2,021
c. Penentuan Kriteria Penerimaan dan Penolakan
Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho ditolak jika thitung ≥ ttabel
Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
-ttabel ttabel
Sumber: Sugiyono, 2008 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan
R & D. Alfabeta, Bandung
91 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 215
92
Ridwan MBA. 2005. Belajar Mudah Penelitian, Guru dan Karyawan Bandung: Alfabeta.
Hal: 164
d. Menghitung Nilai t Hitung
Rumus t hitung sebagai berikut93
:
t = r√n-2
√ 1 - r2
Di mana :
t = Nilai thitung atau tes signifikan korelasi
r = Koefisien korelasi hasil rhitng
n = Jumlah responden
e. Kesimpulan
Menolak Ho dan menerima Ha secara parsial variabel
penerapan metode active learning berpengaruh terhadap variabel
dependen motivasi belajar, atau menerima Ho dan menolak Ha
artinya bahwa secara parsial variabel penerapan metode active
learning tidak berpengaruh terhadap variabel dependen motivasi
belajar.
93 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 214
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat MAN 3 Malang
Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang (MAN 3 Malang) merupakan salah
satu dari lima madrasah model di Jawa Timur, dan juga merupakan salah satu
madrasah terpadu se Indonesia. Sejarah singkat MAN 3 Malang, bermula dari
suatu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru
pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah rendah negeri. Hal ini berdasarkan
surat keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Menteri Agama pada tanggal 2 Desember 1946 No. 1142/BH. A tentang
penyediaan guru agama secara kilat dan cepat, sehingga ditetapkan rencana
pendidikan guru agama Islam jangka pendek dan panjang. Untuk mewujudkan
rencana tersebut, maka pada tanggal 16 mei 1948 mulai didirikan Sekolah
Guru Hakim Islam (SGHI) dan Sekolah Guru Agama Islam (SGAI).
Selanjutnya berdasarkan ketetapan menteri Agama tertanggal 15 Agustus
1951 No. 7 SHAI diubah menjadi Pendidikan Guru Agama (PGA 5 tahun)
yang siswanya berasal dari lulusan sekolah rendah atau madrasah rendah.94
Berdasarkan surat ketetapan menteri agama tanggal 21 Nopember
1953 No. 35 lama belajar di PGA di tambah 1 tahun, sehingga menjadi 6
tahun, dan diubah menjadi dua bagian, yaitu pertama: Pendidikan Guru
Agama Pertama (PGAA), lama belajarnya 4 tahun (kelas 1 s/d kelas 4) dan
94 Dokumentasi MAN 3 Malang
kedua: Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA), lama belajarnya dua tahun
(kelas 5 dan kelas 6). Selanjutnya pada tahun ajaran 1958/1959 PGAP dan
PGAA dilebur menjadi PGAN 6 TAHUN Malang. Berikutnya, dengan adanya
surat keputusan Menteri Agama tanggal 16 Maret 1978 No. 16, PGAN 6 tahun
dipecah lagi menjadi dua lembaga pendidikan yaitu: pertama, kelas 1 s/d 3
menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang 1, dan kedua, kelas 4
s/d 6 menjadi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Malang.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 42 tanggal 1
Juli 1992 PGAN Malang beralih fungsi menjadi Mdrasah Aliyah Negeri
(MAN) 3 Malang. Dan berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tanggal 6 Juni 1993 No. E/55/1993.
MAN 3 Malang diberi wewenang untuk menyelenggarakan Madrasah Aliyah
Program Khusus (MAPK) yang selanjutnya berdasarkan perubahan kurikulum
1984 ke kurikulum 1994, MAPK berubah nama menjadi Madrasah Aliyah
Keagamaan (MAK) sampai sekarang.95
PGAN Malang telah mencapai kejayaan, hal ini berkaitan dengan
keberhasilan out putnya yang dominan di tengah-tengah masyarakat. Rata-rata
alumni PGAN Malang menjadi orang yang berpengaruh di masyarakat. Selain
itu juga banyak yang menjadi pejabat penting di Lingkungan Departemen
Agama maupun Departemen lain. Secara kronologis Sejarah berdirinya MAN
3 Malang dapat diuraikan sebagai berikut:96
95 Dokumentasi MAN 3 Malang
96 Dokumentasi MAN 3 Malang
a. PGAA Malang dimulai tahun ajaran baru pada tanggal 1 Agustus 1956,
dengan nama PGAAA 1 Malang dengan kepala sekolah R. Soeroso,
sedang PGAA II Malang adalah asal dari PGAA Surabaya yang pada
tahun 1958 di pindah ke malang.
b. PGAA 1 Malang menampung siswa dari PGAA 4 tahun, sedangkan
PGAP pada waktu itu (tahun 1956) di pimpin oleh kepala sekolah Bapak
Soerat Wirjodihardjo.
c. Gedung pertama PGAP dan PGAA 1 Malang adalah di Jalan Bromo No.
1 pagi hari untuk PGAA 1 tahun dan sore hari PGAP 4 tahun.
d. Pada tahun pelajaran 1956/1957 di Malang masih ada siswa SGHA
(bagian dan /Hukum agama) yang kemudian dihapus.
e. Gedung PGAA 1 Malang pada pertengahan tahun ajaran 1958
berhubungan dengan gedung baru PGAA 1 sudah selesai
pembangunannya yabng terletak di jalan Bandung No. 7 Malang, maka
gedung baru (Jl. Bandung No. 7 Malang) segera ditempati, begitu pula
pada PGAP 4 tahun ikut pindah di jalan Bandung No. 7 Malang.
f. Pada akhir tahun 1958 PGAA Surabaya dipindah ke Malang dengan
nama PGAA II Malang dengan kepala sekolah Ibu Mas’ud yang
kemudian tahun 1959 dipindah ke Dinoyo Malang.
g. Pada tahun 1958/1959 PGAA 1 dan PGAP 4 tahun dilebur menjadi satu
yaitu PGA Negeri 6 tahun Malang kelas 1 s/d VI, dengan kepala sekolah
Bapak R. D. Soetario.
h. Pada tahun 1961 s/d 1965 kepala sekolah dijabat Bapak R. Soemarsono
dan tahun 1966 s/d 1978 kepala sekolah Bapak Drs. Imam Effendi, tahun
1979 s/d 1987 kepala sekolah Bapak Sakat, tahun 1988 s/d 1990 kepala
sekolah Bapak H. Sanusi, tahun 1990 s/d akhir 1991 kepala sekolah Drs.
Masdjudin dan Bapak kepala sekolah Drs. Untung Saleh menjabat sejak
tanggal 16 Desember 1991 s/d September 1993.
i. Pada tanggal 1 Juli 1992 dengan surat keputusan menteri agama RI No.
42 tahun 1992 PGAN Malang dialihfungsikan menjadi Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Malang III dengan kepala sekolah Drs. Untung Saleh.
j. Dan pada tanggal 16 Juni 1993 dengan surat Keputusan Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam No. E/55/1993, MAN
Malang diberi wewenang untuk menyelenggarakan Mdrasah Aliyah
Program Khusus.
k. Pada tanggal 30 September 1993 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Drs.
H. Khusnan A. s/d tanggal 31 Mei 1998.
l. Pada tanggal 20 Februari 1998 dengan surat keputusan direktorat
jenderal pembinaan kelembagaan agama Islam No. E. IV/
Pembinaan.00.6/ KEP/17.A/1998 ditunjuk sebagai MAN Model dengan
kepala sekolah Drs. H. Kusnan A.
m. Pada tanggal 1 Januari 1998 kepala sekolah MAN 3 Malang dijabat oleh
Bapak Drs. H. Munandar menjabat sampai dengan tanggal 20 September
2000.
n. Pada tanggal 20 September kepala sekolah Man 3 Malang di jabat oleh
Bapak Drs. H. Abdul Djalil, M. Ag s/d 30 April 2005.
o. Bapak Drs. Imam Sujarwo, M. Pd tanggal 02 Mei 2005-sekarang.
Harapan ke depan setelah PGAN Malang beralih fungsi ke MAN 3
Malang dari semua komponen yang ada barang tentu ingin mempertahankan
citra lembaga pendidikan favorit yang berada di jalan Bandung ini.
2. Visi
Visi dari penyelenggaraan pengajaran dan pendidikan di MAN 3
Malang adalah: menjadi MAN MODEL yang unggul, Islami dan Populis.97
Unggul : Diakui, diterima, dan dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat
Islami : Memiliki kesalehan, tangguh, dan selalu menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan
Populis : Memiliki kualitas yang berorientasi pada mutu lulusan yang baik
dengan penguasaan iptek dan imtaq serta kompetitif sebagai
khalifah fil ardhi.
3. Misi
Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada kualitas baik
secara keilmuwan maupun secara moral dan sosial sehingga mampu
menyiapkan dan mengembangkan sumberdaya insani yang unggul dibidang
97 Dokumentasi MAN 3 Malang
iptek dan imtaq. Sedangkan misi penyelenggaraan pembelajaran dan
pendidikan di MAN 3 Malang adalah:98
a. Meningkatkan penerapan manajemen partisipatif.
b. Meningkatkan kedisiplinan dan tanggungjawab stakeholder Madrasah.
c. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia (SDM) secara
menyeluruh.
d. Membina dan mengembangkan kerja sama dengan lingkungan.
e. Mengoptimalkan penghayatan terhadap nilai-nilai agama untuk
dijadikan sumber kearifan bertindak.
4. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan di MAN 3
Malang adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta pengetahuan siswa,
khusus di bidang iptek agar siswa mampu melanjutkan pendidikan
pada jenjang perguruan tinggi yang berkualitas.
b. Siswa MAN 3 Malang diharapkan berwawasan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dan iman taqwa (IMTAQ) secara terpadu.
c. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan social budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai
dengan nilai-nilai Islam.
98 Dokumentasi MAN 3 Malang
d. Menjadikan MAN 3 Malang sebagai Madrsah Model dalam
pendidikan IPTEK dan IMTAQ bagi madrasah lainnya.
5. Target
Target penyelenggaraan pembelajaran di MAN 3 Malang adalah
sebagai berikut:99
a. Diterimanya lulusan MAN 3 Malang di perguruan tinggi negeri yang
brekualitas.
b. Diperolehnya prestasi akademik yang baik alumnus MAN 3 Malang
selama di perguruan tinggi.
c. Terciptanya kehidupan yang religius di lingkungan madrasah yang
diperlihatkan dengan prilaku ikhlas, mandiri, sederhana, ukhuwah dan
kebebasan berkreasi.
d. Mengoptimalkan potensi siswa dengan pembelajaran dan bimbingan
yang intensif.
6. Strategi
Strategi yang dilakukan MAN 3 Malang untuk tercapainya target yang
dicanangkan adalah sebagai berikut:100
99 Dokumentasi MAN 3 Malang
100
Dokumentasi MAN 3 Malang
a. Menciptakan suasana kehidupan yang kreatif, inovatif, apresiatif,
sehat, nyaman dan religius.
b. Menyiapkan tenaga pendidik yang professional dan berdedikasi tinggi.
c. Menjaring calon siswa sebagai input dari lulusan MTS dan SLTP yang
unggul.
d. Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang representative.
e. Melakukan studi banding ke madrasah/ sekolah lain.
f. Mengembangkan proses pembelajaran dalam mengantisipasi era
otonomi daerah dan persaingan global.
g. Mengadakan kerja sama pendidikan dengan berbagai pihak terkait.
h. Menyediakan perpustakaan yang memadai.
i. Mengadakan pelatihan atau seminar berkala bagi guru dan karyawan.
7. Profil Guru dan Karyawan MAN 3 Malang
Guru sebagai tenaga pendidik harus memiliki kompetensi dan
kualifikasi pengetahuan dan dedikasi yang tinggi, guna mewujudkan tujuan
lembaga sebagaimana yang tercantum dalam visi dan misinya. Adapun secara
rinci guru dan karyawan di madrasah Aliyah Negeri 3 Malang memiliki profil
unggulan sebagai tenaga pendidik siswa sebagai berikut:
a. Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muslim dimana
saja ia berada.
b. Memiliki wawasan keilmuwan yang luas serta profesionalisme dan
dedikasi yang tinggi.
c. Bersikap dan berprilaku amanah, berakhlak mulai dan dapat menjadi
contoh civitas akademika yang lain.
d. Berdisiplin tinggi dan selalu menaati kode etik guru.
e. Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir ilmiah yang
tinggi.
f. Memiliki kesadaran yang tinggi di dalam bekerja yang didasari oleh
niat beribadah dan selalu berupaya meningkatkan kualitas pribadi.
g. Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah.
h. Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap proaktif.
8. Profil Siswa MAN 3 Malang
Siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang harus bisa menjaga
nama baik almamater, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Maka dari itu siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang sebagai
hamba yang beriman dan bertaqwa harus mempunyai:101
a. Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muslim dimana
saja ia berada.
b. Berakhlakul karimah
c. Memiliki penampilan sebagai seorang muslim, yang ditandai dengan
kesederhanaan, kerapihan, patuh dan penuh percaya diri.
d. Disiplin tinggi
101 Dokumentasi MAN 3 Malang
e. Haus dan cinta ilmu pengetahuan
f. Memiliki keberanian, kebebasan dan keterbukaan.
g. Kreatif, inovatif dan berpandangan jauh ke depan.
h. Dewasa dalam menyelesaikan segala persoalan
i. Unggul dalam hal keilmuwan
9. Sarana dan Prasarana MAN 3 Malang
a. Tiga auditorium, dengan kapasitas masing-masing 1000, 500 dan 100
orang, selain untuk pusat kegiatan siswa dan pelatihan-pelatihan, juga
sering disewa oleh instansi lain atau pihak umum untuk kegiatan
seminar, lokakarya, resepsi pernikahan, manasik haji,dan lain-lain.
Tentu saja hasil dari persewaan tersebut dimanfaatkan untuk
kepentingan pengembangan madrasah.
b. Unit laboratorium bahasa yang Full computereized.
c. Masing-masing satu unit Laboratorium Biologi, Fisika, Kimia, dan
Komputer.
d. Internet center, dengan kapasitas 40 unit komputer yang
memungkinkan siswa mengakses nilai ulangan harian, tugas-tugas dan
nilai rapor bulanan serta sumber-sumber belajar secara online.
e. Ruang kesehatan dengan dokter jaga yang selalu stand by memberikan
layanan kesehatan bagi siswa, guru dan karyawan madrasah.
f. Ruang perpustakaan yang telah dilengkapi dengan audio visual room
yang telah dimanfaatkan untuk proses pembelajaran secara terjadwal.
g. Televisi dan VCD player di semua kelas sehingga memungkinkan
dilaksanakannya pembelajaran interaktif dengan media pembelajaran
dalam bentuk VCD. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi pola-
pola pembelajaran yang semakin individualizad (mandiri) sesuai
dengan kecepatan dan gaya belajar siswa.
h. Taman-taman belajar yang dirancang seindah mungkin sehingga siswa
merasa nyaman untuk belajar terutama untuk kelas-kelas siang yang
kebanyakan dilaksanakan outdoor untuk menghilangkan kejenuhan.
i. Asrama siswa yang bisa menampung sekitar 150 siswa. Asrama ini
terutama ditujukan bagi siswa yang berprestasi untuk diberikan
pengayaan-pengayaan secara intensif.
j. Pusat sumber belajar bersama (PSBB) yang dilengkapi dengan
penginapan dengan kapasitas 120 orang. Bekerjasama dengan
Departemen Agama dan beberapa PT.
k. Sarana penunjang lainnya, yang semuanya dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di MAN 3 Malang seperti sanggar
seni, lapangan olah raga, green house, cafetaria, dll.
10. Struktur Organisasi MAN 3 Malang
Setiap suatu organisasi baik lembaga formal maupun lembaga non
formal pasti memiliki struktur organisasi yang jelas. Sebab dalam struktur
tersebut menempatkan orang-orang dalam suatu kelompok atau penempatan
hubungan antara orang-orang dalam suatu kelompok baik berupa kewajiban,
hak, dan tanggung jawab masing-masing di dalam struktur organisasi yang
telah ditentukan.
Penentuan struktur organisasi, serta tugas dan tanggung jawab
dimaksudkan agar tersusun pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan
bersama dalam lembaga pendidikan.
Seperti halnya lembaga-lembaga yang lain, MAN 3 Malang juga
memiliki struktur organisasi yang tertata dengan rapi guna menjalankan proses
pendidikan. Adapun struktur organisasi yang ada di MAN 3 Malang dapat
dilihat dalam lampiran.
B. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini masih berupa data kualitatif
(hasil angket) untuk X sebagai variabel independent dan Y sebagai variabel
dependen. Mengingat analisis yang digunakan dengan menggunakan metode
statistik maka data yang telah ada harus diubah terlebih dahulu ke dalam data
kuantitatif. Dari hasil pengolahan data penelitian ini dapat dideskripsikan
berdasarkan dua deskripsi yaitu: pertama, penerapan metode active learning.
Kedua, motivasi belajar siswa. Ketiga, pengaruh antara penerapan metode
active learning terhadap motivasi belajar siswa. Deskripsi data tersebut berasal
dari jawaban responden yang berjumlah 44 orang terhadap instrument
penelitian yang berupa angket. Jumlah angket yang disebarkan 54 dan hanya
kembali 44, hal ini dikarenakan ada siswa yang tidak masuk, sakit dan
sebagainya. Adapun variabel yang ditentukan adalah sebagai berikut:
1) Variable independent (X) tentang penerapan metode active learning yang
meliputi, guru menggunakan metode poster comment, Index Card Matc,
active debate, everyone is teacher here, team quiz dan jigsaw.
2) Variable dependen (Y) tentang motivasi belajar siswa yang dipengaruhi
oleh faktor intrinsik seperti belajar karena ingin menguasai nilai-nilai
yang terkandung dalam mata pelajaran dan faktor ekstrinsik seperti angka,
hadiah, pujian, persaingan dan lain-lain.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa proses pengumpulan data
tentang motivasi belajar siswa dengan menggunakan angket. Yang mana
angket tersebut disebarkan kepada populasi siswa kelas XI IPS dengan jumlah
54 orang. Kemudian karena sedikitnya jumlah populasi maka sampel yang
digunakan adalah semua jumlah populasi, sehingga diperoleh sampel sebanyak
54 siswa yang menjadi responden. Jumlah angket yang disebarkan 54 hanya
kembali 44, hal ini dikarenakan ada siswa yang tidak masuk, sakit dan
sebagainya.
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan penyekoran, pada variabel
penerapan metode active learning terdapat 40 pertanyaan dan 5 item jawaban,
masing-masing metode jumlah pertanyaannya tidak sama, pada masing-
masing penerapan metode active learning ”Poster Comment, Index Card,
Everyone is Teacher Here, dan Jigsaw” terdapat 5 pertanyaan dan 5 item
jawaban, sedangkan pada masing-masing penerapan metode active learning
”Active Debate dan Team Quiz” terdapat 10 pertanyaan dan 5 item jawaban.
Variabel motivasi belajar siswa terdapat 20 pertanyaan dan 5 item jawaban.
Sehingga hasil dari penyekoran pada variabel masing-masing penerapan
metode active learning ”Poster Comment, Index Card, Everyone is Teacher
Here, dan Jigsaw” diperoleh skor tertinggi 5x5=25 sedangkan skor terendah
adalah 5x1=5, sedangkan pada masing-masing penerapan metode active
learning ”Active Debate dan Team Quiz” diperoleh skor tertinggi 5x10=50
dan skor terendah 10x1=10. Hasil penyekoran pada variabel motivasi belajar
siswa diperoleh skor tertinggi 20x5=100 sedangkan skor terendah adalah
20x1=20.
Dari angket yang telah diisi oleh responden, hasil skornya kemudian
dikategorikan menjadi tiga. Dengan nilai interval sebanyak enam. Sehingga
pada penerapan metode active learning ” Poster Comment, Index Card,
Everyone is Teacher Here, Jigsaw. diperoleh kategori-kategori sebagai
berikut:
Interval antara 18 -25 bernilai tinggi
Interval antara 12-16 bernilai sedang
Interval antara 5 -11 bernilai rendah
Sedangkan pada penerapan metode Active Learning ”Active Debate dan
Team Quiz”
Interval antara 37-50 bernilai tinggi
Interval antara 23- 36 bernilai sedang
Interval antara 10-22 bernilai rendah
Variabel motivasi belajar diperoleh kategori-kategori sebagai berikut:
Interval antara 74-100 bernilai tinggi
Interval antara 47- 73 bernilai sedang
Interval antara 20-46 bernilai rendah
Maka penyajian tabel frekuensi dan tiga kategori yang ada akan
ditunjukkan pada masing-masing pembahasan data sebagai berikut.
1. Data Tentang Penerapan Metode Active Learning
Hasil dari pengumpulan dan penyekoran pada angket tentang
penerapan metode active learning, maka dapat ditentukan jumlah frekuensi
penerapan metode active learning dengan perhitungan interval dan
pengkategorian dalam tabel-tabel berikut ini:
TABEL 4.1
Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active Learning “Poster
Comment”
Penerapan Metode Active
Learning “Poster Comment”
(skor total)
Frekuensi
(F)
23-25
20-22
17-19
14-16
11-13
8-10
5-7
3
15
13
12
0
0
1
J u m l a h 44
(Sumber: Diolah dari data angket )
Dari ketiga kategori yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
pemilahan frekuensi masing-masing kategori. Sehingga jelas jumlah
masing-masing frekuensi beserta nilai prosentase yang didapatkan pada
penerapan metode active learning “poster comment” sebagai berikut:
TABEL 4.2
Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning“Poster Comment”
Kreativitas Guru Frekuensi Prosentase (%)
Tinggi 31 70,45%
Sedang 12 27,27 %
Rendah 1 2,28%
Jumlah 44 100%
(Sumber: Diolah dari data angket )
Berdasarkan data dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
dari sampel yang diambil yaitu sebanyak 44 responden yang ada, 31
orang (70,45 %) menilai tinggi, 12 orang (27,27%) menilai sedang, dan
1 orang (2,28%) menilai penerapan metode active learning “poster
comment” guru rendah.
TABEL 4.3
Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active Learning“Index Card”
Penerapan Metode Active
Learning “Index Card”
(skor total)
Frekuensi
(F)
23-25
20-22
17-19
14-16
11-13
8-10
5-7
4
14
14
11
0
1
0
J u m l a h 44
(Sumber: Diolah dari data angket )
Dari ketiga kategori yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
pemilahan frekuensi masing-masing kategori. Sehingga jelas jumlah
masing-masing frekuensi beserta nilai prosentase yang didapatkan pada
penerapan metode active learning” index card” sebagai berikut:
TABEL 4.4
Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning“Index Card”
Kreativitas Guru Frekuensi Prosentase (%)
Tinggi 32 72,72 %
Sedang 11 25 %
Rendah 1 2,28 %
Jumlah 44 100%
(Sumber: Diolah dari data angket )
Berdasakan data dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
dari sampel yang diambil yaitu sebanyak 44 responden yang ada, 32
orang (72,72 %) menilai tinggi, 11 orang (25%) menilai sedang, dan 1
orang (2,28%) menilai penerapan metode active learning “index card”
guru rendah.
TABEL 4.5
Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active Learning “Active
Debate”
Penerapan Metode Active
Learning “Active Debate”
(skor total)
Frekuensi
(F)
42-50
37-41
23-36
18-22
10-17
8
21
14
1
0
J u m l a h 44
(Sumber: Diolah dari data angket )
Dari ketiga kategori yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
pemilahan frekuensi masing-masing kategori. Sehingga jelas jumlah
masing-masing frekuensi beserta nilai prosentase yang didapatkan pada
penerapan metode active learning “active debate” sebagai berikut:
TABEL 4.6
Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning “Active Debate”
Kreativitas Guru Frekuensi Prosentase (%)
Tinggi 29 65,90 %
Sedang 14 31,81%
Rendah 1 2,28 %
Jumlah 44 100%
(Sumber: Diolah dari data angket )
Berdasakan data dari table diatas, maka dapat diketahui bahwa
dari sample yang diambil yaitu sebanyak 44 responden yang ada, 29
orang (65,90%) menilai tinggi, 14 orang (31,81%) menilai sedang, dan
1 orang (1,82 %) menilai penerapan metode active learning “active
debate” rendah.
TABEL 4.7
Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active Learning
“Everyone is Teacher Here”
Penerapan Metode Active
Learning “Everyone is
Teacher Here”
(skor total)
Frekuensi
(F)
23-25
20-22
17-19
14-16
11-13
8-10
5-7
2
13
17
8
4
0
0
J u m l a h 44
(Sumber: Diolah dari data angket )
Dari ketiga kategori yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
pemilahan frekuensi masing-masing kategori. Sehingga jelas jumlah
masing-masing frekuensi beserta nilai prosentase yang didapatkan pada
penerapan metode active learning “everyone is teacher here” sebagai
berikut:
TABEL 4.8
Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning “Everyone is Teacher
Here”
Kreativitas Guru Frekuensi Prosentase (%)
Tinggi 32 72,72%
Sedang 12 27,28%
Rendah 0 0%
Jumlah 44 100%
(Sumber: Diolah dari data angket )
Berdasakan data dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
dari sampel yang diambil yaitu sebanyak 44 responden yang ada, 32
orang (72,72%) menilai tinggi, 12 orang (27,28%) menilai sedang, dan
0 orang (0%) menilai penerapan metode active learning “everyone is
teacher here” guru rendah.
TABEL 4.9
Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active Learning “Team Quiz”
Penerapan Metode Active
Learning “Team Quiz”
(skor total)
Frekuensi
(F)
42-50
37-41
23-36
18-22
10-17
8
26
8
2
0
J u m l a h 44
(Sumber: Diolah dari data angket )
Dari ketiga kategori yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
pemilahan frekuensi masing-masing kategori. Sehingga jelas jumlah
masing-masing frekuensi beserta nilai prosentase yang didapatkan pada
penerapan metode active learning “Team Quiz” guru sebagai berikut:
TABEL 4.10
Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning “Team Quiz”
Kreativitas Guru Frekuensi Prosentase (%)
Tinggi 34 77,27 %
Sedang 8 18,18 %
Rendah 2 4,55 %
Jumlah 44 100%
(Sumber: Diolah dari data angket )
Berdasakan data dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
dari sampel yang diambil yaitu sebanyak 44 responden yang ada, 34
orang (77,27 %) menilai tinggi, 8 orang (18,18%) menilai sedang, dan 2
orang (4,55%) menilai penerapan metode active learning “Team Quiz”
guru rendah.
TABEL 4.11
Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Active Learning “Jigsaw”
Penerapan Metode Active
Learning “Jigsaw”
(skor total)
Frekuensi
(F)
23-25
20-22
17-19
14-16
11-13
8-10
5-7
5
13
15
10
1
0
0
Jumlah 44
(Sumber: Diolah dari data angket )
Dari ketiga kategori yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
pemilahan frekuensi masing-masing kategori. Sehingga jelas jumlah
masing-masing frekuensi beserta nilai prosentase yang didapatkan pada
penerapan metode active learning “Jiqsaw” guru sebagai berikut:
TABEL 4.12
Frekuensi Kategori Penerapan Metode Active Learning “Jigsaw”
Kreativitas Guru Frekuensi Prosentase (%)
Tinggi 33 75%
Sedang 11 25%
Rendah 0 0%
Jumlah 44 100%
(Sumber: Diolah dari data angket )
Berdasakan data dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
dari sampel yang diambil yaitu sebanyak 44 responden yang ada, 33
orang (75%) menilai tinggi, 11 orang (25%) menilai sedang, dan 0
orang (0%) menilai penerapan metode active learning “Jiqsaw” guru
rendah.
2. Data Tentang Motivasi Belajar Siswa
Hasil dari pengumpulan dan penyekoran pada angket tentang
motivasi belajar siswa, maka dapat ditentukan jumlah frekuensi
motivasi belajar siswa dengan perhitungan interval dan pengkategorian
dalam tabel-tabel berikut ini:
TABEL 4.13
Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
Minat siswa
(skor total)
Frekuensi
(F)
86-100
73-85
61-72
47-60
35-46
20-34
2
22
15
5
0
0
Jumlah 44
(Sumber: Diolah dari data angket )
Dari ketiga kategori yang telah ditentukan ini, kemudian dilakukan
pemilahan frekuensi masing-masing kategori. Sehingga jelas jumlah
masing-masing frekuensi beserta nilai prosentase yang didapatkan.
TABEL 4.14
Frekuensi Kategori Motivasi Belajar Siswa
Minat belajar Frekuensi Prosentase (%)
Tinggi 24 54,54%
Sedang 20 45,46%
Rendah 0 0%
Jumlah 44 100 %
(Sumber: Diolah dari data angket )
Berdasakan data dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa dari
sampel yang diambil yaitu sebanyak 44 responden yang ada, 24 orang
(54,54%) memiliki motivasi belajar tinggi, 20 orang (45,46%) adalah
memiliki motivasi belajar sedang, dan 0 orang (0%) memiliki motivasi
belajar rendah.
C. Analisis Data Distribusi Jawaban Responden
Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh variabel penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini
diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner sebanyak 44 responden yang
ditunjukkan untuk mengetahui apakah penerapan metode active learning
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi
pada kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang. Sebelum melakukan
analisa dari hasil pembahasan penelitian, terlebih dahulu akan disajikan tabel
mengenai distribusi frekuensi berikut ini:
TABEL 4.15
DISTRIBUSI FREKUENSI ITEM-ITEM VARIABEL PENERAPAN METODE
ACTIVE LEARNING “Poster Comment” (X)
No
Item
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
1 1 1,2 - - 14 17,1 21 25,6 8 9,8
2 1 1,2 4 4,9 23 28,0 11 13,4 5 6,1
3 1 1,2 1 1,2 7 8,5 17 20,7 18 22,0
4 - - 3 3,7 17 20,7 20 24,4 4 4,9
5 3 3,7 1 1,2 17 20,7 16 19,5 7 8,5
Sumber: Data primer kuesioner diolah SPSS
Dari tabel 4.1 dapat diketahui pada item no 1 bahwa responden
yang menyatakan tidak pernah mengamati media/gambar yang disajikan oleh
guru berjumlah 1 orang (1,2%), yang menyatakan jarang tidak ada, yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 14 orang (17,1%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 21 (25,6%), dan responden yang menyatakan
selalu berjumlah 8 orang (9,8%).
Dari tabel 4.1 dapat diketahui pada item no 2 bahwa responden
yang menyatakan tidak pernah mengemukakan pendapat saat pembelajaran
ekonomi berjumlah 1 orang (1,2%), responden yang menyatakan jarang
berjumlah 4 orang (4,9%), responden yang menyatakan kadang-kadang
berjumlah 23 orang (28,0%), responden yang menyatakan sering berjumlah
11 orang (13,4%), dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 5 orang
(6,1%).
Dari tabel 4.1 dapat diketahui pada item no 3 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menghargai pendapat teman berjumlah 1 orang
(1,2%), responden yang menyatakan jarang berjumlah 1 orang (1,2%),
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 7 orang (8,5%),
responden yang menyatakan sering berjumlah 17 orang (20,7%), dan
responden yang menyatakan sangat selalu berjumlah 18 orang (22,0%).
Dari tabel 4.1 dapat diketahui pada item no 4 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menafsirkan keadaan dalam bentuk visual secara
lancar tentang media yang disajikan tidak ada, responden yang menyatakan
jarang berjumlah 3 orang (3,7% ), responden yang menyatakan kadang-kadang
berjumlah 17 orang (20,7%), responden yang menyatakan sering berjumlah
20 orang (24,4%), dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 4 orang
(4,9%).
Dari tabel 4.1 dapat diketahui pada item no 5 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah merasa bahwa media dapat mempermudah tentang
pemahaman materi berjumlah 3 orang (3,7%), responden yang menyatakan
jarang berjumlah 1 orang (1,2%), responden yang menyatakan kadang-
kadang berjumlah 17 orang (20,7%), dan responden yang menyatakan sering
berjumlah 16 orang (19,5%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 7 orang (8,5%).
TABEL 4.16
DISTRIBUSI FREKUENSI ITEM-ITEM VARIABEL PENERAPAN METODE
ACTIVE LEARNING “Index Card” (X)
No
Item
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
1 - - 5 6,1 19 23,2 16 19,5 4 4,9
2 4 4,9 - - 18 22,0 15 18,3 7 8,5
3 - - 2 2,4 14 17,1 21 25,6 7 8,5
4 - - 3 3,7 9 11,0 18 22,0 14 17,1
5 - - 2 2,4 13 15,9 23 28,0 6 7,3
Sumber: Data primer kuesioner diolah SPSS,
Dari tabel 4.2 dapat diketahui pada item no 1 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah cermat dan tepat dalam mencocokkan jawaban yang
diberikan oleh guru ekonomi tidak ada, responden yang menyatakan jarang
berjumlah 5 orang (6,1%), responden yang menyatakan kadang-kadang
berjumlah 19 orang (23,5%), dan responden yang menyatakan sering
berjumlah 16 orang (19,5%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 4 orang (4,9%).
Dari tabel 4.2 dapat diketahui pada item no 2 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah semangat belajar dalam menggunakan metode index
card berjumlah 4 orang (4,9%), responden yang menyatakan jarang berjumlah
tidak ada, responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 18 orang
(22,0%), responden yang menyatakan sering berjumlah 15 orang (18,3%),
dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 7 orang (8,5%).
Dari tabel 4.2 dapat diketahui pada item no 3 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah teliti dalam menjawab soal-soal ekonomi tidak ada,
responden yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 14 orang (17,1%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 21 orang (25,6%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 7 orang (8,5%).
Dari tabel 4.2 dapat diketahui pada item no 4 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah bisa berinteraksi dalam menemukan pertanyaan
dengan jawaban tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 3
orang (3,7%), responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 9 orang
(11,0%), dan responden yang menyatakan sering berjumlah 18 orang (22,0%),
dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 14 orang (17,1%).
Dari tabel 4.2 dapat diketahui pada item no 5 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah aktif dalam kegiatan belajar mengajar ekonomi tidak
ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%), responden
yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 13 orang (15,9%), responden
yang menyatakan sering berjumlah 23 orang (28,0%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 6 orang (7,3%).
TABEL 4.17
DISTRIBUSI FREKUENSI ITEM-ITEM VARIABEL PENERAPAN METODE
ACTIVE LEARNING “Active Debate” (X)
No
Item
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
1 - - 4 4,9 24 29,3 10 12,2 6 7,3
2 - - 2 2,4 24 29,3 14 17,1 4 4,9
3 - - - - 12 14,6 19 23,2 13 15,9
4 - - 1 1,2 21 25,6 16 19,5 6 7,3
5 1 1,2 - - 20 24,4 14 17,1 9 11,0
6 1 1,2 1 1,2 11 13,4 20 24,4 11 13,4
7 1 1,2 5 6,1 20 24,4 12 14,6 6 7,3
8 2 2,4 3 3,7 16 19,5 15 18,3 8 9,8
9 2 2,4 2 2,4 17 20,7 13 15,9 10 12,2
10 1 1,2 3 3,7 20 24,4 10 12,2 10 12,2
Sumber: Data primer kuesioner diolah SPSS
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 1 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah aktif dalam bertanya tentang materi ekonomi tidak
ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 4 orang (4,9%), responden
yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 24 orang (29,3%), responden
yang menyatakan sering berjumlah 10 orang (12,2%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 6 orang (7,3%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 2 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah lancar dalam menjawab pertanyaan tidak ada,
responden yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 24 orang (29,3%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 14 orang (17,1%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 4 orang (4,9%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 3 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menghargai pendapat teman yang memberikan
masukan tidak ada, responden yang menyatakan jarang juga tidak ada,
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 12 orang
(14,6),responden yang menyatakan sering berjumlah 19 orang (23,2%), dan
responden yang menyatakan selalu berjumlah 13 orang (15,9%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 4 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah aktif dalam diskusi dan memberikan masukan serta
tanggapan tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 1 orang
(1,2%), responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 21 orang
(25,6%), responden yang menyatakan sering berjumlah 16 orang (19,5%),
dan responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 6 orang (7,3%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 5 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah mudah untuk mengeluarkan pendapat berjumlah 1
orang (1,2%), responden yang menyatakan jarang tidak ada, responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 20 orang (24,4%), dan responden yang
menyatakan sering berjumlah 14 orang (17,1%) dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 9 orang (11,0%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 6 bahwa responden yang
menyatakan dalam menggunakan metode debat aktif tidak pernah mendorong
pemikiran dan perenungan dalam mempertahankan pendapat berjumlah 1
orang (1,2%), responden yang menyatakan jarang berjumlah 1 orang (1,2%),
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 11 orang (13,4%),
responden yang menyatakan sering berjumlah 20 orang (24,4%), dan
responden yang menyatakan selalu berjumlah 11 orang (13,4%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 7 bahwa responden yang
menyatakan dalam menggunakan metode debat aktif tidak pernah merasa
lebih cepat memahami materi ekonomi berjumlah 1 orang (1,2%), responden
yang menyatakan jarang berjumlah 5 orang (6,1%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 20 orang (24,4%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 12 orang (14,6%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 6 orang (7,3%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 8 bahwa responden yang
menyatakan dalam menggunakan metode debat aktif tidak pernah merasa
bosan dengan pelajaran ekonomi berjumlah 2 orang (2,4%), responden yang
menyatakan jarang berjumlah 3 orang (3,7%), responden yang menyatakan
kadang-kadang berjumlah 16 orang (19,5%), responden yang menyatakan
sering berjumlah 15 orang (18,3%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 8 orang (9,8%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 9 bahwa responden yang
menyatakan dalam menggunakan metode debat aktif tidak pernah
memudahkan dalam memunculkan ide secara lisan berjumlah 2 orang (2,4%),
responden yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%), responden
yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 17 orang (20,7%), dan responden
yang menyatakan sering berjumlah 13 orang (15,9%) dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 10 orang (12,2%).
Dari tabel 4.3 dapat diketahui pada item no 10 bahwa responden yang
menyatakan dalam menggunakan metode debat aktif tidak pernah
menimbulkan semangat belajar ekonomi berjumlah 1 orang (1,2%), responden
yang menyatakan jarang berjumlah 3 orang (3,7%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 20 orang (24,4%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 10 orang (12,2%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 10 orang (12,2%).
TABEL 4.18
DISTRIBUSI FREKUENSI ITEM-ITEM VARIABEL PENERAPAN METODE
ACTIVE LEARNING “Everyone is Teacher Here” (X)
No
Item
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
1 - - 5 6,1 17 20,7 13 15,9 9 11,0
2 1 1,2 1 1,2 13 15,9 16 19,5 13 15,9
3 - - 2 2,4 17 20,7 15 18,3 10 12,2
4 1 1,2 3 3,7 21 25,6 14 17,1 5 6,1
5 - - 6 7,3 16 19,5 17 20,7 15 6,1
Sumber: Data primer kuesioner diolah SPSS
Dari tabel 4.4 dapat diketahui pada item no 1 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menjelaskan pelajaran dengan baik tidak ada,
responden yang menyatakan jarang berjumlah 5 orang (6,1%), responden yang
menyatakan rkadang-kadang berjumlah 17 orang (20,7%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 13 orang (15,9%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 9 orang (11,0%).
Dari tabel 4.4 dapat diketahui pada item no 2 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menuliskan konsep-konsep penting berjumlah 1
orang (1,2%), responden yang menyatakan jarang berjumlah 1 orang (1,2%),
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 13 orang (15,9%),
responden yang menyatakan sering berjumlah 16 orang (19,5%), dan
responden yang menyatakan selalu berjumlah 13 orang (15,9%).
Dari tabel 4.4 dapat diketahui pada item no 3 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menggunakan teknik dalam mengajar tidak ada,
responden yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 17 orang (20,7%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 15 orang (18,3%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 10 orang (12,2%).
Dari tabel 4.4 dapat diketahui pada item no 4 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah lebih paham apabila kegiatan belajar mengajar
langsung dipraktekkan oleh siswa berjumlah 1 orang (1,2%), responden yang
menyatakan jarang berjumlah 3 orang (3,7%), responden yang menyatakan
kadang-kadang berjumlah 21 orang (25,6%), responden yang menyatakan
sering berjumlah 14 orang (17,1%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 5 orang (6,1%).
Dari tabel 4.4 dapat diketahui pada item no 5 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menciptakan suasana pembelajaran yang menarik
tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 6 orang (7,3%),
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 16 orang (19,5%),
responden yang menyatakan sering berjumlah 17 orang (20,7%), dan
responden yang menyatakan selalu berjumlah 15 orang (6,1%).
TABEL 4.19
DISTRIBUSI FREKUENSI ITEM-ITEM VARIABEL PENERAPAN METODE
ACTIVE LEARNING “Team Quiz” (X)
No
Item
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
1 1 1,2 - - 8 9,8 23 28,0 12 14,6
2 - - 1 1,2 13 15,9 21 25,6 9 11,0
3 - - 3 3,7 15 18,3 20 24,4 6 7,3
4 - - 4 4,9 22 26,8 14 17,1 4 4,9
5 - - - - 15 18,3 19 23,2 10 12,2
6 - - 2 2,4 15 18,3 18 22,0 8 9,8
7 - - - - 13 15,9 22 26,8 9 11,0
8 - - 3 3,7 16 19,5 22 26,8 3 3,7
9 1 1,2 2 2,4 23 28,0 12 14,6 6 7,3
10 - - 4 4,9 20 24,4 15 18,3 5 6,1
Sumber: Data primer kuesioner diolah SPSS
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 1 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah berpartisipasi dalam kelompok berjumlah 1 orang
(1,2%), responden yang menyatakan jarang tidak ada, responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 8 orang (9,8%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 23 orang (28,0%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 12 orang (14,6%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 2 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah aktif dalam diskusi tidak ada, responden yang
menyatakan jarang berjumlah 1 orang (1,2%), responden yang menyatakan
kadang-kadang berjumlah 13 orang (15,9%), responden yang menyatakan
sering berjumlah 21 orang (25,6%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 9 orang (11,0%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 3 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah memberikan masukan serta tanggapan tidak ada,
responden yang menyatakan jarang berjumlah 3 orang (3,7%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 15 orang (18,3%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 20 orang (24,4%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 6 orang (7,3%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 4 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah cepat dan tanggap dalam menjawab pertanyaan tidak
ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 4 orang (4,9%), responden
yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 22 orang (26,8%), responden
yang menyatakan sering berjumlah 14 orang (17,1%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 4 orang (4,9%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 5 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah senang apabila di bentuk kelompok belajar pada saat
pembelajaran ekonomi tidak ada, responden yang menyatakan jarang juga
tidak ada, responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 15 orang
(18,3%), responden yang menyatakan sering berjumlah 19 orang (23,2%),
dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 10 orang (12,2%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 6 bahwa responden yang
menyatakan dengan metode team quiz tidak pernah menarik perhatian
sehingga lebih aktif tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 2
orang (2,4%), responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 15
orang (18,3%), responden yang menyatakan sering berjumlah 18 orang
(22,0%), dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 8 orang (9,8%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 7 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah bisa bekerjasama membangun tim tidak ada,
responden yang menyatakan jarang juga tidak ada, responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 13 orang (15,9%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 22 orang (26,8%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 9 orang (11,0%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 8 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah berinteraksi dengan baik tidak ada, responden yang
menyatakan jarang berjumlah 3 orang (3,7%), responden yang menyatakan
kadang-kadang berjumlah 16 orang (19,5%), responden yang menyatakan
sering berjumlah 22 orang (26,8%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 3 orang (3,7%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 9 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah mempertahankan pendapat kelompok berjumlah 1
orang (1,2%), responden yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%),
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 23 orang (28,0%),
responden yang menyatakan sering berjumlah 12 orang (14,6%), dan
responden yang menyatakan selalu berjumlah 6 orang (7,3%).
Dari tabel 4.5 dapat diketahui pada item no 10 bahwa responden yang
menyatakan dengan metode team quiz tidak pernah menguasai materi tidak
ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 4 orang (4,9%), responden
yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 20 orang (24,4%), responden
yang menyatakan sering berjumlah 15 orang (18,3%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 5 orang (6,1%).
TABEL 4.20
DISTRIBUSI FREKUENSI ITEM-ITEM VARIABEL PENERAPAN METODE
ACTIVE LEARNING “Jigsaw” (X)
No
Item
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
1 - - 2 2,4 19 23,2 18 22,0 5 6,1
2 - - - - 13 15,9 24 29,3 7 8,5
3 - - - - 24 29,3 15 18,3 5 6,1
4 1 1,2 2 2,4 15 18,3 18 22,0 8 9,8
5 - - - - 15 18,3 20 24,4 9 11,0
Sumber: Data primer kuesioner diolah SPSS
Dari tabel 4.6 dapat diketahui pada item no 1 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menjelaskan materi tidak ada, responden yang
menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%), responden yang menyatakan
kadang-kadang berjumlah 19 orang (23,2%), responden yang menyatakan
sering berjumlah 18 orang (22,0%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 5 orang (6,1%).
Dari tabel 4.6 dapat diketahui pada item no 2 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah bekerja dalam kelompok tidak ada, responden yang
menyatakan jarang juga tidak ada, responden yang menyatakan kadang-
kadang berjumlah 13 orang (15,9%), responden yang menyatakan sering
berjumlah 24 orang (29,3%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 7 orang (8,5%).
Dari tabel 4.6 dapat diketahui pada item no 3 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah memahami materi tidak ada, responden yang
menyatakan jarang juga tidak ada, responden yang menyatakan kadang-
kadang berjumlah 24 orang (29,3%), responden yang menyatakan sering
berjumlah 15 orang (18,3%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 5 orang (6,1%).
Dari tabel 4.6 dapat diketahui pada item no 4 bahwa responden yang
menyatakan dengan metode Jigsaw tidak pernah merasa bertanggung jawab
memberikan informasi kepada kelompok lain berjumlah 1 orang (1,2%),
responden yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%), responden
yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 15 orang (18,3%), responden
yang menyatakan sering berjumlah 18 orang (22,0%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 8 orang (9,8%).
Dari tabel 4.6 dapat diketahui pada item no 5 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah berinteraksi dengan baik sesama teman tidak ada,
responden yang menyatakan jarang juga tidak ada, responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 15 orang (18,3%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 20 orang (24,4%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 9 orang (11,0%).
TABEL 4.21
DISTRIBUSI FREKUENSI ITEM-ITEM VARIABEL MOTIVASI BELAJAR
No
Item
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
1 - - 2 2,4 19 23,2 15 18,3 8 9,8
2 - - 2 2,4 28 34,1 6 7,3 8 9,8
3 - - 5 6,1 23 28,0 9 11,0 7 8,5
4 - - 3 3,7 22 26,8 14 17,1 5 6,1
5 - - 1 1,2 25 30,5 11 13,4 7 8,5
6 - - 5 6,1 16 19,5 21 25,6 5 7,3
7 - - 2 2,4 16 19,5 21 25,6 5 6,1
8 4 4,9 4 4,9 24 29,3 10 12,2 2 2,4
9 - - 1 1,2 15 18,3 15 18,3 13 15,9
10 - - - - 17 20,7 15 18,3 12 14,6
11 - - 3 3,7 14 17,1 13 15,9 14 17,1
12 - - 4 4,9 17 20,7 10 12,2 13 15,9
13 - - 4 4,9 25 30,5 10 12,2 5 6,1
14 - - - - 13 15,9 17 20,7 14 17,1
15 - - 2 2,4 12 14,6 17 20,7 13 15,9
16 - - - - 14 17,1 12 14,6 18 22,0
17 1 1,2 1 1,2 12 14,6 14 17,1 16 19,5
18 2 2,4 1 1,2 16 19,5 14 17,1 11 13,4
19 4 4,9 6 7,3 18 22,0 9 11,0 7 8,5
20 - - - - 13 15,9 17 20,7 14 17,1
Sumber: Data primer kuesioner diolah SPSS
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 1 bahwa responden
yang menyatakan tidak pernah senang mencari dan memecahkan masalah
tidak ada, yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 19 orang (23,2%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 15 orang (18,3%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 8 orang (9,8%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 2 bahwa responden
yang menyatakan tidak pernah akan belajar tanpa disuruh orang tua setiap
malam selalu belajar tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah
2 orang (2,4%), responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 28
orang (34,1%), responden yang menyatakan sering berjumlah 6 orang
(7,3%), dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 8 orang (9,8%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 3 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah belajar atau mengulang kembali pelajaran di rumah
tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 5 orang (6,1%),
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 23 orang (28,0%),
responden yang menyatakan sering berjumlah 9 orang (11,0%), dan
responden yang menyatakan selalu berjumlah 7 orang (8,5%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 4 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah tekun dalam menghadapi tugas tidak ada, responden
yang menyatakan jarang berjumlah 3 orang (3,7%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 22 orang (26,8%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 14 orang (17,1%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 5 orang (6,1 %).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 5 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak lekas
putus asa tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 1 orang
(1,2%), responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 25 orang
(30,5%), responden yang menyatakan sering berjumlah 11 orang (13,4%),
dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 7 orang (8,5%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 6 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah belajar setiap hari tidak ada, responden yang
menyatakan jarang berjumlah 5 orang (6,1%), responden yang menyatakan
kadang-kadang berjumlah 16 orang (19,5%), responden yang menyatakan
sering berjumlah 17 orang (20,7%), dan responden yang menyatakan selalu
berjumlah 6 orang (7,3%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 7 bahwa responden yang
menyatakan termotivasi untuk belajar hanya karena untuk menguasai nilai-
nilai tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 2 orang (2,4%),
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 16 orang (19,5%),
responden yang menyatakan sering berjumlah 21 orang (25,6%), dan
responden yang menyatakan selalu berjumlah 5 orang (6,1%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 8 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah memerlukan dorongan untuk belajar berjumlah 4
orang (4,9%), responden yang menyatakan jarang berjumlah 4 orang (4,9%),
responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 24 orang (29,3%),
responden yang menyatakan sering berjumlah 10 orang (12,2%), dan
responden yang menyatakan selalu berjumlah 2 orang (2,4%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 9 bahwa responden yang
menyatakan ingin mendalami bidang pengetahuan yang diberikan tidak ada,
responden yang menyatakan jarang berjumlah 1 orang (1,2%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 15 orang (18,3%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 15 orang (18,3%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 13 orang (15,9%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 10 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah mempunyai target untuk menguasai materi tidak ada,
responden yang menyatakan jarang juga tidak ada, responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 13 orang (15,9%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 15 orang (18,3%), dan responden yang
menyatakan selalu 12 berjumlah orang (14,6%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 11 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menjadi tambah semangat belajar jika guru memberi
pujian tidak ada, responden yang menyatakan jarang berjumlah 3 orang
(3,7%), responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 14 orang
(17,1%), responden yang menyatakan sering berjumlah 13 orang (15,9%),
dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 14 orang (17,1%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 12 bahwa responden yang
menyatakan guru tidak pernah menyuruh saya untuk rajin belajar tidak ada,
responden yang menyatakan jarang berjumlah 4 orang (4,9%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 17 orang (20,7%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 10 orang (12,2%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 13 orang (15,9%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 13 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah dihukum apabila tidak mengerjakan tugas tidak ada,
responden yang menyatakan jarang berjumlah 4 orang (4,9%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 25 orang (30,5%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 10 orang (12,2%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 5 orang (6,1%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 14 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah belajar hanya untuk mendapatkan nilai bagus tidak
ada, responden yang menyatakan jarang juga tidak ada, responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 13 orang (15,9%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 15 orang (18,3%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 12 orang (14,6%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 15 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah merasa bahwa teman terdekat sangat berpengaruh
terhadap semangat untuk belajar tidak ada, responden yang menyatakan jarang
berjumlah 2 orang (2,4%), responden yang menyatakan kadang-kadang
berjumlah 12 orang (14,6%), responden yang menyatakan sering berjumlah
17 orang (20,7%), dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 13 orang
(15,9%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 16 bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah mempunyai keinginan untuk bisa ketika melihat
teman mempunyai prestasi bagus tidak ada, responden yang menyatakan
jarang juga tidak ada, responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah
14 orang (17,1%), responden yang menyatakan sering berjumlah 12 orang
(14,6%), dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 18 orang (22,0%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 17 bahwa responden yang
menyatakan guru tidak pernah menyakinkan bahwa siswa dapat berhasil
meskipun pernah mengalami kegagalan berjumlah 1 orang (1,2%), responden
yang menyatakan jarang berjumlah 1 orang (1,2%), responden yang
menyatakan kadang-kadang berjumlah 12 orang (14,6%), responden yang
menyatakan sering berjumlah 14 orang (17,1%), dan responden yang
menyatakan selalu berjumlah 16 orang (19,5%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 18 bahwa responden yang
menyatakan hadiah tidak pernah membuat termotivasi dalam belajar
berjumlah 2 orang (2,4%), responden yang menyatakan jarang berjumlah 1
orang (1,2%), responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 16
orang (19,5%), responden yang menyatakan sering berjumlah 14 orang
(17,1%), dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 11 orang (13,4%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 19 bahwa responden yang
menyatakan guru atau orang tua tidak pernah membandingkan dengan teman
lain yang lebih pandai berjumlah 4 orang (4,9%), responden yang menyatakan
jarang berjumlah 6 orang (7,3%), responden yang menyatakan kadang-kadang
berjumlah 18 orang (22,0%), responden yang menyatakan sering berjumlah 9
orang (11,0%), dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 7 orang
(8,5%).
Dari tabel 4.7 dapat diketahui pada item no 20 bahwa responden yang
menyatakan guru tidak pernah membantu atau membimbing ketika mengalami
kesulitan dalam pelajaran tidak ada, responden yang menyatakan jarang juga
tidak ada, responden yang menyatakan kadang-kadang berjumlah 13 orang
(15,9%), responden yang menyatakan sering berjumlah 17 orang (20,7%),
dan responden yang menyatakan selalu berjumlah 14 orang (17,1%).
D. Uji Validitas
1. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan analisis untuk mengetahui apakah jumlah
butir pertanyaan/item mampu mengungkapkan variabel yang diungkapkan
pengujian ini diukur dengan koefisien korelasi product moment. Dalam
penelitian ini butir-butir angket dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih
besar daripada r tabel (0,3).
a) Variabel Penerapan Metode Active Learning
TABEL 4.22
Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
“Poster Comment”
Item r hitung r tabel Keterangan
X1 0,759 0,3 Valid
X2 0,833 0,3 Valid
X3 0,669 0,3 Valid
X4 0,783 0,3 Valid
X5 0,723 0,3 Valid
Sumber: Output SPSS, Diolah
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-
masing indikator adalah valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel.
TABEL 4.23
Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
“Index Card”
Item r hitung r tabel Keterangan
X1 0,687 0,3 Valid
X2 0,666 0,3 Valid
X3 0,676 0,3 Valid
X4 0,814 0,3 Valid
X5 0,618 0,3 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-
masing indikator adalah valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel.
TABEL 4.24
Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
“Active Debat”
Item r hitung r tabel Keterangan
X1 0,624 0,3 Valid
X2 0,519 0,3 Valid
X3 0,539 0,3 Valid
X4 0,591 0,3 Valid
X5 0,775 0,3 Valid
X6 0,763 0,3 Valid
X7 0,778 0,3 Valid
X8 0,792 0,3 Valid
X9 0,781 0,3 Valid
10 0,682 0,3 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-
masing indikator adalah valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel.
TABEL 4.25
Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
“Everyone is Teacher Here”
Item r hitung r tabel Keterangan
X1 0,776 0,3 Valid
X2 0,631 0,3 Valid
X3 0,825 0,3 Valid
X4 0,745 0,3 Valid
X5 0,692 0,3 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-
masing indikator adalah valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel.
TABEL 4.26
Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
“Team Quiz”
Item r hitung r tabel Keterangan
X1 0,586 0,3 Valid
X2 0,746 0,3 Valid
X3 0,773 0,3 Valid
X4 0,767 0,3 Valid
X5 0,518 0,3 Valid
X6 0,560 0,3 Valid
X7 0,875 0,3 Valid
X8 0,672 0,3 Valid
X9 0,714 0,3 Valid
10 0,801 0,3 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-
masing indikator adalah valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel.
TABEL 4.27
Uji Validitas Variabel Penerapan Metode Active Learning
“Jigsaw”
Item r hitung r tabel Keterangan
X1 0,743 0,3 Valid
X2 0,809 0,3 Valid
X3 0,827 0,3 Valid
X4 0,747 0,3 Valid
X5 0,800 0,3 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-
masing indikator adalah valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel.
b). Variabel Motivasi Belajar
TABEL 4.28
UJI VALIDITAS VARIABEL MOTIVASI BELAJAR
Item r hitung r table Keterangan
Y1 0,435 0,3 Valid
Y2 0,403 0,3 Valid
Y3 0,321 0,3 Valid
Y4 0,444 0,3 Valid
Y5 0,676 0,3 Valid
Y6 0,458 0,3 Valid
Y7 0,520 0,3 Valid
Y8 0,113 0,3 Tidak Valid
Y9 0,542 0,3 Valid
Y10 0,694 0,3 Valid
Y11 0,390 0,3 Valid
Y12 0,568 0,3 Valid
Y13 0,374 0,3 Valid
Y14 0,656 0,3 Valid
Y15 0,418 0,3 Valid
Y16 0,650 0,3 Valid
Y17 0,690 0,3 Valid
Y18 0,534 0,3 Valid
Y19 0,113 0,3 Tidak Valid
Y20 0,589 0,3 Valid
Sumber: Output SPSS, Diolah
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan dari indikator Y1-
Y7, Y9-Y18 dan Y20 valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel.
Sedangkan Y8 dan Y19 tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil
dibandingkan dengan nilai r tabel.
E. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur dapat dipercaya atau di andalkan. Hasil yang diperoleh dari alat analisis
SPSS pada uji reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:
TABEL 4.29
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
Variabel Nilai Alpha r tabel Keterangan
Penerapan Metode Active
Learning
Poster Comment
Index Card
Active Debate
Everyone is
Teacher Here
Team Quiz
Jigsaw
0,729
0,773
0,767
0,788
0,768
0,801
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Motivasi Belajar 0,728 0,6 Reliabel
Sumber: Data hasil analisis SPSS
Semua butir pertanyaan yang digunakan pada variabel penelitian
mempunyai alpha cronbach >0,6 kriteria reliabilitas dapat pula diukur bila
alpha cronbach berada diatas angka 0,6 sehingga semuanya dapat dikatakan
reliabel karena memiliki tingkat konsisten yang baik dan handal untuk dipakai.
Dengan demikian data dari popolasi yang penulis teliti termasuk dalam
kategori valid dan reliabel, sehingga layak untuk dilakukan pengujian
selanjutnya.
F. Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk mempermudah perhitungan analisis regresi linier sederhana
berikut ini akan peneliti sajikan hasil olahan data dengan menggunakan
program SPSS dari variabel yang dianalisis.
TABEL 4.30
ANALISIS REGRESI
Variabel
Koefisien
regresi
t hitung
Sig
Penerapan Metode
Active Learning
0,999 2,852 0,007
Konstanta : 73,609
R : 0,403
R Square : 0,162
F hitung : 8,137
Sig : 0,007
Sumber: Output SPSS, Diolah
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dibuat suatu model persamaan
sebagai berikut:
Motivasi Belajar (Y) = 73,609 + 0,999 Penerapan Metode Active
Learning (X)
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta (α) = 73,609
Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya variabel penerapan
metode active learning (X) bernilai nol, maka motivasi belajar
sebesar 73,609.
b. Koefisien regresi motivasi belajar
b1 = 0,999 nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa setiap
variabel penerapan metode active learning mempengaruhi motivasi
belajar siswa sebesar 0,999 satuan atau berpengaruh positif yang
artinya jika penerapan metode active learning ditingkatkan satu
satuan, maka motivasi belajar siswa akan naik sebesar 0,999
satuan, sebaliknya jika penerapan metode active learning
diturunkan 1 satuan, maka motivasi belajar siswa akan turun
sebesar 0,999 satuan.
a. Analisis Korelasi
Koefisien korelasi menunjukkan suatu hubungan yang erat
antara variabel bebas penerapan metode active learning(X) dengan
variabel terikat motivasi belajar(Y). Dari perhitungan dengan
menggunakan SPSS diperoleh hasil korelasi sebesar 0,403 berarti
derajat keeratan hubungan variabel penerapan metode active learning
dengan motivasi belajar adalah sangat erat.
b. Uji Determinasi
Nilai R Square atau R2 sebesar 0,162 berarti variabel bebas
penerapan metode active learning mampu menerangkan variabel
motivasi belajar sebesar 16,21% ( r2 X 100), sedangkan sisanya 83,8%
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
G. Uji Hipotesis
Digunakan untuk menguji dan mengetahui tentang pengaruh penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil
penelitian SPSS ver. 15 diperoleh hasil sebagai berikut:
TABEL 4.31
UJI HIPOTESIS
Variabel T hitung T tabel Keterangan
Penerapan Metode
Active Learning
2,852 2,021 Signifikan
Sumber: Data hasil analisis SPSS
Keterangan:
Ho: b = 0 tidak ada pengaruh
Ho: b ≠ 0 ada pengaruh
Karena uji 2 pihak (arah) maka α /2
Dan df = n-1
= 44-1
df = 43
t hitung = r√n-2
√1-r²
= 2,852
T tabel = 2,021
Daerah Daerah
Penolakan Ho Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
ttabel: thitung:
2,021 2,852
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa t hitung : 2,852, oleh
karena t hitung >t tabel maka Ho ditolak dan Ha di terima. Pada level
signifikan 0,05 sehingga variabel penerapan metode active learning (X)
memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar (Y).
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
D. Penerapan Metode Active Learning di kelas XI IPS MAN 3 Malang
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual,
dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara
kognitif, afektif, dan psikomotor.102
Proses aktivitas pembelajaran didominasi
oleh peserta didik dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan
memecahkan masalah yang sedang dipelajari.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan angket
dari sample sebanyak 44 siswa menunjukkan nilai perkiraan skor sedang
mendekati tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan melakukan penentuan kelas
interval dengan selang interval empat, hasil dari jawaban 44 responden
menilai dengan skor tertinggi 23-25 ada 3 orang, skor 20-22 dinilai oleh 15
orang, nilai 17-19 sebanyak 13 orang, nilai 14-16 sebanyak 12 orang, nilai
11-13 ada 0 orang, nilai 8-10 sebanyak 0 orang dan 1 orang menilai
penerapan metode active learning “poster comment” guru rendah.
Pada penerapan metode index card hasil dari jawaban 44 responden
menilai dengan skor tertinggi 23-25 ada 4 orang, skor 20-22 dinilai 14 orang,
nilai 17-19 sebanyak 14 orang, nilai 14-16 sebanyak 11 orang, nilai 11-13 ada
102 Cece Wijaya, dkk. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 179
0 orang, nilai 8-10 sebanyak 1 orang dan 0 orang menilai penerapan metode
active learning “index card” guru rendah.
Pada penerapan metode active debate hasil dari jawaban 44 responden
menilai dengan skor tertinggi 42-50 ada 8 orang, skor 37-41 dinilai 21 orang,
nilai 23-36 sebanyak 14 orang, nilai 18-22 sebanyak 1 orang dan nilai 10-17
ada 0 orang menilai penerapan metode active learning “active debate” guru
rendah.
Pada penerapan metode everyone is teacher here hasil dari jawaban 44
responden menilai dengan skor tertinggi 23-25 ada 2 orang, skor 20-22
dinilai 13 orang, nilai 17-19 sebanyak 17 orang, nilai 14-16 sebanyak 8
orang, nilai 11-13 ada 4 orang, nilai 8-10 sebanyak 0 orang dan nilai 5-7
sebanyak 0 orang menilai penerapan metode active learning “everyone is
teacher here” guru rendah.
Pada penerapan metode team quiz hasil dari jawaban 44 responden
menilai dengan skor tertinggi 42-50 ada 8 orang, skor 37-41 dinilai 26 orang,
nilai 23-36 sebanyak 8 orang, nilai 18-22 sebanyak 2 orang dan nilai 10-17
ada 0 orang menilai penerapan metode active learning “team quiz” guru
rendah.
Pada penerapan metode jigsaw hasil dari jawaban 44 responden
menilai dengan skor tertinggi 23-25 ada 5 orang, skor 20-22 dinilai 13 orang,
nilai 17-19 sebanyak 15 orang, nilai 14-16 sebanyak 10 orang, nilai 11-13 ada
1 orang, nilai 8-10 sebanyak 0 orang dan nilai 5-7 sebanyak 0 orang menilai
penerapan metode active learning “jigsaw” guru rendah.
Berdasarkan data diatas penerapan metode active learning di MAN 3
Malang sudah dilakukan dengan baik, metode pembelajaran biasanya
menggunakan active debate, team quiz dan jigsaw, kerja kelompok dengan
dipadukan dengan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa
sehingga lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Seperti hasil
wawancara dengan Bapak Agus Anang Fauziyan selaku guru ekonomi bahwa
penerapan metode active learning dikolaborasikan dengan metode-metode
lainnya seperti konstektual, kooperatif dan lain-lain sesuai dengan kondisi dan
situasi sekolah. Kegiatan belajar yang bervariasi membuat peserta didik
mempunyai semangat untuk belajar, seperti hasil wawancara dengan Anisatul
Istiqomah Fadhilah siswa kelas XI IPS 1 MAN 3 Malang.
Penerapan metode active learning diarahkan untuk menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar guna penguasaan berbagai kompetensi
yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kurikulum dan materi ekonomi.
Masing-masing materi yang harus dikuasai peserta didik tentunya dalam
pembelajarannya menggunakan jenis metode yang berbeda, sehingga guru
dalam mendidik harus betul-betul memperhatikan seberapa besar tingkat
kesulitan materi, jenis dan karakteristik materi dan tingkat perkembangan
intelektual anak. Untuk itu, penerapan metode active learning perlu
memerhatikan berbagai prinsip-prinsip mendasar dalam penerapannya.
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya motivasi dan perhatian,103
dengan
penerapan metode active learning diarahkan untuk dapat memberi
dorongan/motivasi agar peserta didik aktif belajar dan mengikuti pelajaran,
dan dengan membangkitkan perhatian peserta didik agar tertarik terhadap
persoalan-persoalan yang disampaikan atau yang sedang dipelajari, melalui
metode active learning tersebut.
Penerapan metode active learning dapat mendorong motivasi belajar
peserta didik karena dengan menggunakan metode ini menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik lebih giat lagi dalam
belajar.
2. Motivasi Belajar Siswa dalam Menggunakan Pembelajaran Active Learning di
kelas XI IPS MAN 3 Malang
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan angket
dengan sampel sebanyak 44 siswa menunjukkan nilai perkiraan skor yang
tinggi, hasil jawaban dari 44 responden menilai dengan skor tertinggi 86-100
ada 2 orang, skor 73-85 dinilai oleh 22 orang, nilai 61-72 sebanyak 15 orang,
sedangkan nilai 47-60 sebanyak 5 orang, nilai 35-46 dan 20-34 tidak ada yang
mempunyai motivasi belajar rendah.
Sedangkan dari hasil distribusi angket dalam kategori
pengklasifiasianya dalam prosentase, diketahui bahwa dari sampel yang
diambil yaitu sebanyak 44 responden yang ada, 24 orang (54,54%) memiliki
103 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm.
42
motivasi belajar tinggi, 20 orang (45,46%) adalah memiliki motivasi belajar
sedang, dan 0 orang (0%) memiliki motivasi belajar rendah.
Motivasi belajar di MAN 3 Malang ditunjukkan dengan selalu tekun
dalam menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, senang mencari dan
memecahkan soal-soal, senang dan rajin belajar, ingin mendalami
bahan/bidang yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, menunjukkan minat
terhadap macam-macam masalah dan mengejar tujuan-tujuan jangka panjang.
Hal ini terjadi karena mereka terdorong oleh kebutuhan untuk selalu belajar,
bahwa pelajaran yang diajarkan akan berguna baik pada saat sekarang maupun
masa yang akan datang.
Sedangkan berdasarkan karakteristik item peryataan angket, pada
pernyataan saya senang mencari dan memecahkan masalah, yang menyatakan
kadang-kadang yaitu 19 orang (23,2%). Hal ini mendukung teori tentang
indikator siswa termotivasi, sesuai dengan pendapat Hamid Muhammad
tentang indikator siswa termotivasi yang mempengaruhi motivasi belajar siswa
diantaranya adalah senang mencari dan memecahkan soal-soal, senang dan
rajin belajar, dan tidak gampang putus asa dalam mengerjakan tugas.104
Pada pernyataan tanpa disuruh orang tua setiap malam selalu belajar
ada 28 orang (34,1%) menyatakan kadang-kadang. Dalam suatu teori
dijelaskan bahwa motivasi itu di dorong oleh motif-motif yang berasal dari
104
Hamid Muhammad, Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Proyek Peningkatan
Mutu SLTP, 2004), hlm.21
dalam dan luar.105
Siswa yang mau melakukan kegiatan belajar karena
kebutuhannya menandakan bahwa kegiatan belajar sudah menjadi kebutuhan
hidupnya, bukan paksaan dari orang tua untuk mendapat nilai yang baik.
Pernyataan saya belajar atau mengulang kembali pelajaran di rumah
ada 23 orang (28,0%) menjawab kadang-kadang. Motivasi juga dapat berasal
dari luar dirinya yaitu dorongan dari lingkungan, misalnya guru dan orang
tua,106
karena kurangnya motivasi dari berbagai pihak, jadi mereka malas
mempelajari materinya kembali.
Pernyataan saya tekun dalam menghadapi tugas ada 22 orang (26,8%),
menjawab kadang-kadang. Kebanyakan siswa tidak tekun dalam menghadapi
tugas, mereka gampang mengeluh dalam menghadapi semua tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
Pernyataan tentang saya ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak
lekas putus asa banyak yang menyatakan kadang-kadang melakukannya yaitu
ada 25 orang (30,5%). Siswa yang termotivasi belajar akan tidak kenal
menyerah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam belajar, bahkan
membuat siswa terpacu untuk menyelesaikannya.
Pernyataan saya belajar setiap hari yang menjawab sering berjumlah 17
orang (20,7%). Belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang
105
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),
hlm.115
106
H. Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 121-122
relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.107
Oleh karena
kegiatan belajar seharusnya dilakukan setiap hari untuk melatih kecerdasan.
Saya termotivasi untuk belajar hanya karena untuk menguasai nilai-
nilai, kebanyakan siswa menjawab sering mereka lakukan, yaitu ada 21 orang
(25,6%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk belajar, hal ini menandakan bahwa belajar sudah menyentuh
kebutuhan hidupnya.108
Pernyataan tentang saya memerlukan dorongan untuk belajar, ada 24
orang (29,3%) yang menjawab kadang-kadang. faktor berupa pujian, angka,
hadiah, ulangan, mengetahui hasil, dan persaingan merupakan faktor
pendorong ekstern yang juga dibutuhkan dalam memotivasi siswa dalam
belajar.109
Saya ingin mendalami bidang pengetahuan yang diberikan banyak
yang menjawab sering, yaitu 15 orang (18,3%). Siswa yang termotivasi dalam
belajar akan selalu mempunyai keinginan untuk mendalami semua bidang
pengetahuan yang belum ia ketahui, ia tidak akan pernah merasa puas dengan
pengetahuannya.110
107 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), hlm. 65
108
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007),
hlm. 77
109
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm.112
110
Hamid Muhammad, Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu
SLTP, 2004), hlm.21
Saya mempunyai target untuk menguasai materi, yang menjawab
sering berjumlah 15 orang (18,3%). Sasaran merupakan arah yang harus
dituju, dengan menetapkan target tertentu siswa dapat menguasai materi dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
Pertanyaan saya tambah semangat belajar jika guru memberi pujian,
yang menjawab selalu berjumlah 14 orang (17,1%), kebanyakan siswa
melakukannya karena mereka memerlukan dorongan-dorongan dari luar untuk
memberikan motivasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan teori Sardiman A.M
yang menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik itu tetap diperlukan karena
keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juiga mungkin komponen-
komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi
siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.111
Guru menyuruh saya untuk rajin belajar, yang menjawab kadang-
kadang berjumlah 17 orang (20,7%). Peran dari guru untuk memotivasi siswa
dalam belajar sangat diperlukan, disamping peran dari orang tuanya dan juga
siswa itu sendiri.
Saya dihukum apabila tidak mengerjakan tugas, yang menjawab
kadang-kadang berjumlah 25 orang (30,5%), kebanyakan siswa merasa takut
akan hukuman yang akan didapatnya apabila tidak mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Dorongan itu akan membuat siswa merasa terbiasa dalam
mengerjakan tugas-tugas lainnya.
111 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007),
hlm. 91
Saya belajar hanya untuk mendapatkan nilai bagus, siswa yang
menjawab sering berjumlah 15 orang (18,3%), dengan mengetahui nilai/angka
mereka akan semakin termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.
Pernyataan teman terdekat sangat berpengaruh terhadap semangat
untuk belajar sering berjumlah 17 orang (20,7%). Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam belajar diantaranya lingkungan sekitar, sesuatu yang ada
didekatnya akan sangat mempengaruhi siswa tersebut dalam belajar, apabila ia
dekat dengan teman yang rajin belajar maka ia akan rajin belajar juga dan
sebaliknya.112
Pernyataan saya mempunyai keinginan untuk bisa ketika melihat teman
mempunyai prestasi bagus, siswa yang menjawab selalu berjumlah 18 orang
(22,0%). Keinginan untuk menyamai siswa lain yang berprestasi bagus adalah
indikasi siswa tersebut termotivasi untuk lebih baik lagi dalam meningkatkan
prestasi yang telah didapatnya.
Pernyataan guru menyakinkan bahwa siswa dapat berhasil meskipun
pernah mengalami kegagalan, siswa yang menjawab selalu berjumlah 16 orang
(19,5%). Orang yang sukses adalah orang yang pernah merasa kegagalan,
dengan kegagalan itu dapat menjadi sebuah pelajaran yang berharga dalam
bertindak lebih baik lagi dan tidak akan mengulanginya.
Pernyataan bahwa hadiah membuat termotivasi dalam belajar, siswa
yang menjawab kadang-kadang berjumlah 16 orang (19,5%), kebanyakan
112 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), hlm. 152-153
siswa merasa bahwa hadiah dapat membuat semangat dalam belajar, ia akan
termotivasi lebih baik lagi dalam belajar.
Pernyataan guru atau orang tua membandingkan dengan teman lain
yang lebih pandai, siswa yang menjawab kadang-kadang berjumlah 18 orang
(22,0%), kebanyakan siswa merasa tidak senang bila ia dibanding-bandingkan
dengan orang lain yang lebih pintar darinya, akan tetapi hal ini bisa membuat
siswa meningkatkan kemampuannya lebih baik lagi.
Pernyataan guru membantu atau membimbing ketika mengalami
kesulitan dalam pelajaran, siswa yang menjawab sering berjumlah 17 orang
(20,7%), dengan perhatian dan motivasi yang lebih dari guru akan memotivasi
siswa dalam belajarnya
Motivasi merupakan dorongan yang kuat dari dalam seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar setiap
siswa berbeda-beda, jadi pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi
individu anak. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain,
memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain.113
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak, dan
hanya didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan
peserta didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat An-Nahl 125:
113 Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab (Malang: UIN Press, 2008), hlm. 61
ا ن يا بلكي ا ي ا ذنل ين ضي ا يحم ابذ التذ ا ذ ي ام ن م ضي يةذا ي ي ذ عذ يةذا ام ي ةذا ي ام ي م ابذ ام ذ م ي بكي ا ي بذ يذ ا ذاي اصي ا م ن ا يعم ي ن
بذ اصي يم اعي يل ا ي يم ابذ ي ابذ ام ن متي ذ يي ا يعم ي ن (١٢٥)اذهذا ي ن ي
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl:125)114
Ayat diatas memberikan isyarat adanya 3 metode yang digunakan oleh
Nabi dalam mendidik manusia dengan mempertimbangkan karakteristik dari
manusia yang dididik itu. Apabila peserta didiknya itu mempunyai intelegensi
tinggi maka metode yang digunakan adalah bi al hikmah. Al hikmah adalah
dengan akal sehat, dengan ilmu, dengan filsafat dan dengan kekuatan profetik.
Apabila yang dididik itu berintelegensi rendah (kaum awam) maka metode
yang digunakan adalah bi al maw‟idlah (ceramah/pesan-pesan spiritual) yang
menyenangkan dan menggembirakan. Dan apabila peserta didiknya itu
berintelegensi sedang-sedang atau suka membantah dengan prinsip keragu-
raguan, maka perlu didekati dengan metode al mujadalah (berdiskusi, tanya
jawab, audiensi) agar bisa lebih jelas untuk diterima mereka.115
Motivasi belajar siswa dalam menggunakan pembelajaran aktive
learning meningkat, karena kegiatan belajar mengajar semakin menyenangkan
114 Departemen Agama RI Al-Hikmah, Al-Quran dan Terjemahannya (Surabaya: Diponegoro,
1989), hlm. 281
115 A. Fatah Yasin. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Press, 2008), hlm. 194-
195
karena pengetahuan dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima
secara pasif dari guru mereka. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh penerapan
metode active learning yang diterapkan oleh guru ekonomi, dan tentunya juga
dipengaruhi faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar seperti motivasi
instrinsik dan motivasi eksternal. Motivasi instrinsik seperti keinginan untu
mendapatkan ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, dan
lain-lain. Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Sedangkan motivasi
yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar/eksternal seperti,
angka, ijazah, hadiah dan lain-lain.
Al-Qur’an telah memberikan motivasi dan dorongan kepada manusia
agar selalu belajar, bahkan perintah untuk belajar, menuntut ilmu dalam ajaran
Islam merupakan yang pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT.
Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran surat Al-’Alaq ayat 1-5:
ا ال ذياخي يقا بكي ا ي ابذ صم ذيياا(١) م ي م اعي يم اآذ ا إلنمضي ني ماا(٢) تاخي يقي ا ألكم ي بيكي ال ذيا(٣) م ي ما ي ي
ابذ ام ي ي ذا ا ي م ي ما(ا٤) عي ل ي اآي ااي م ا إلنمضي ني (٥) عي ل ي
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan. manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5).116
Dari ayat diatas, tidak menjelaskan apa sebenarnya objek yang harus
dibaca, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan pada umat manusia
116 Departemen Agama RI Al-Hikmah, Al-Quran dan Terjemahannya (Surabaya: Diponegoro,
1989), hlm. 597
untuk belajar semua ilmu pengetahuan yang ada selama ilmu itu bermanfaat
untuk kemaslahatan manusia.
Dalam menuntut ilmu peran motivasi sangat diperlukan, dengan
adanya motivasi akan mendorong seseorang untuk belajar dengan lebih giat
karena secara sadar mengetahui bahwa ilmu itu bermanfaat baik pada masa
sekarang atau masa yang akan datang, tanpa adanya motivasi yang tinggi
kegiatan belajar tersebut tidak akan maksimal. Motivasi pula yang
mengarahkan perbuatan kita mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi apabila
mempunyai motivasi yang baik maka hati dan fikiran seseorang bersih dari
hal-hal yang dilarang maka akan mudah dalam melakukan sesuatu perbuatan
tertentu tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu. Salah satunya adalah
motivasi dalam belajar, apabila hati kita bersih maka ilmu akan mudah
diterima dan ilmu tersebut dapat melekat dipikiran dan hatinya sehingga
menjadi ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
3. Pengaruh Penerapan Metode Active Learning Terhadap Motivasi Belajar
Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi pada Kelas XI IPS Semester
Ganjil MAN 3 Malang Tahun Pelajaran 2009/2010
Hasil analisis data terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar, hal ini di
tunjukkan dengan nilai thitung 2,852 ≥ ttabel 2,021 dan nilai signifikannya 0,05.
Hasil analisis data terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar, hal ini di
tunjukkan dengan nilai thitung 2,852 ≥ ttabel 2,021 dan nilai signifikannya 0,05.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa thitung 2,852 dan ttabel 2,021 oleh karena
thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada level signifikan 0,05
sehingga variabel penerapan metode active learning memiliki pengaruh
signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis diatas yang menerangkan bahwa ternyata
penerapan metode active learning sangat berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa. Hal ini sangat sesuai dengan teorinya Mulyasa, agar murid dapat
belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna hingga
sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi tinggi untuk
belajar. Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta kalau guru dapat
menyakinkan peserta didik akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan
nyata peserta didik sendiri. Demikian juga guru harus dapat menciptakan
situasi sehingga materi pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan.
Guru harus punya sensitifitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah
kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini terjadi, guru
harus segera mencari metode pembelajaran baru yang lebih tepat guna.
117Dalam strategi aktive learning setiap materi pelajaran yang baru harus
dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada.118
117
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 241
118
Umi Machmudah, Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab, (Malang: UIN Press, 2008) hlm. 70
Hal ini juga sesuai dengan teorinya Muhaimin dan A. Mujib, tujuan
digunakannya metode-metode pembelajaran adalah menjadikan proses dan
hasil belajar mengajar menjadi lebih berdaya guna dan menimbulkan
kesadaran anak didik untuk mengamalkan materi pembelajaran melalui teknik
motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik secara mantap.
Dari pendapat tersebut sangatlah jelas bahwa penerapan metode active
learning sangat penting di dalam pembelajaran. Penggunaan metode yang baik
merupakan suatu keharusan guna mencapai tujuan pembelajaran. Mengajar
secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode
mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Disinilah letak peranan penting
fungsi perangkat sekolah terutama guru, akan tetapi keluarga dan masyarakat
tidak bisa lepas tangan begitu saja, karena itu merupakan tanggung jawab
bersama. Siswa juga diharapkan untuk terus memupuk motivasinya untuk
belajar.
Menurut teori pembelajaran konstruktivisme belajar adalah proses
mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman baik alami maupun
manusiawi. Proses konstruksi ini dilakukan secara pribadi dan sosial dan
proses ini adalah proses yang aktif. Beberapa faktor seperti pengalaman,
pengetahuan yang telah dipunyai, kemampuan kognitif dan lingkungan
berpengaruh terhadap motivasi belajar. Kelompok belajar dianggap sangat
membantu proses belajar karena mengandung beberapa unsur yang berguna
untuk menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penerapan
metode active learning sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa,
dalam hal ini hasil dan sumbangsih yang peneliti berikan adalah menjelaskan
bahwa ternyata dari hasil penelitiannya diperoleh t hitung lebih besar dari pada
t tabel pada regresi linear sederhana ini berarti bahwa penerapan metode active
learning sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan dari
penelitian ini juga menyatakan bahwa penerapan metode active learning
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa Hal ini ditunjukkan
dengan nilai t hitung 2,852 ≥ t tabel 2,021 dan nilai signifikannya 0.05.
Hasil penelitian ini diperoleh dari sumber data primer hasil jawaban
angket dari siswa kelas XI IPS MAN 3 Malang yang telah menjawab dari
item-item pertanyaan tentang penerapan metode active learning dan motivasi
belajar
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan skripsi dan hasil penelitian sesuai dengan apa yang
telah dirumuskan dalam rumusan masalah diatas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode active larning yang sering diterapkan dalam mata
pelajaran ekonomi di MAN 3 Malang adalah kerja kelompok, team quiz,
debat aktif, jigsaw dan lain-lain. Dan dipadukan dengan metode-metode
lainnya seperti cooperative, konstektual serta disesuaikan dengan materi
pelajaran yang akan dibahas.
2. Motivasi belajar siswa kelas XI IPS di MAN 3 Malang, pada masing-
masing kelas ternyata berbeda-beda. Ini diakibatkan oleh karakteristik
siswa yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan ini
adalah salah satu faktor bagi seorang guru agar lebih memotivasi siswanya
untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran Ekonomi. Hasil jawaban
dari sampel yang diambil 44 responden yang ada, 24 orang (54,54%)
adalah mempunyai motivasi belajar tinggi, dan 20 (45,46%) mempunyai
motivasi belajar sedang, dan 0 orang mempunyai motivasi rendah.
3. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai penerapan metode
active learning terhadap motivasi belajar , maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa dari hasil penelitian di peroleh bahwa variabel bebas yaitu
penerapan metode active learning (X) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat yaitu motivasi belajar siswa (Y), hal ini
ditunjukkan dengan nilai t hitung: 2,852 ≥ t tabel 2,021 dan nilai
signifikannya 0.05, karena t hitung 2,852, dan t tabel 2,021 maka, t hitung
> t tabel , sehingga Ho ditolak dan Ha di terima. Pada level signifikan 0,05
ini berarti variabel penerapan metode active learning memiliki pengaruh
terhadap motivasi belajar. Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat dalam penelitian ini ditunjukkan dengan nilai koefisien
determinannya sebesar 16,2%. Berdasarkan dengan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini terdapat pengaruh antara penerapan metode active
learning terhadap motivasi belajar siswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat penerapan metode active
learning guru ekonomi, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dari bab sebelumnya, selanjutnya
peneliti dapat memberikan sumbangan saran dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagi siswa
Menyakini dan berfikir positif bahwa semua pelajaran yang diterapkan di
sekolah itu akan berguna dimasa yang akan datang. Dan menumbuhkan
motivasi dengan sering berlatih mengerjakan soal-soal ekonomi.
2. Bagi guru
a. Hendaknya guru selalu berkomunikasi dengan BP dan orang tua
tentang kemajuan belajar siswa agar dalam proses belajar mengajar
siswa dapat lebih lancar dalam mencapai prestasi yang lebih baik.
b. Guru lebih bervariasi dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih
termotivasi dalam belajar.
c. Guru sebagai mediator dan motivator harus mampu menciptakan
suasana persaingan yang sehat dan ketat serta mampu mengarahkan
para siswa untuk menyelesaikan tugasnya.
3. Bagi kepala sekolah
a. Sebaiknya pihak sekolah lebih sering mengirim tenaga pengajarnya
untuk mengikuti seminar, worksop dan pelatihan yang berhubungan
dengan penerapan metode active learning mengingat betapa
pentingnya metode ini dalam kegiatan belajar mengajar yang bertujuan
agar guru lebih bervariasi dalam mendidik dan mengajar sehingga
siswa tidak merasakan kejenuhan dalam belajar dan mempunyai
motivasi belajar yang tinggi dalam belajar.
b. Kepala sekolah hendaknya menyediakan segala fasilitas belajar yang
memadai serta perlu adanya menejemen pendidikan yang baik untuk
mendukung proses belajar agar siswa termotivasi dalam belajar, dan
pada akhirnya siswa bisa meraih prestasi yang maksimal.
c. Untuk lebih mematangkan pemahaman dan penguasaan guru tentang
penerapa metode active learning, sebaiknya pihak sekolah
menyediakan referensi yang berhubungan dengan penerapan metode
active learning.
4. Bagi wali murid
a. Diharapkan agar orang tua lebih memperhatikan perkembangan putra-
putrinya dan mengontrol jam-jam belajar serta dorongan spiritual
sebagai motivasi yang kuat.
b. Mengarahkan dan menciptakan lingkungan yang baik untuk anaknya
sebagai upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar agar dapat belajar
secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
A. M, Sardiman.1986. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Mudjiono dan Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Daradjat, Zakiah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
Departemen Agama RI. 1989. Al-Quran dan Terjemahannya. Surabaya:
Diponegoro
Fatah Yasin, A. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sukses
Offset.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Sinar
Baru Algensindo
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia
H. M, Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik II. Yogyakarta: Andi Oofset
Kurikulum KTSP Standart Kompetensi (http:www.yahoo.com, diakses 22 Oktober
2009)
Kusrini, Siti. Ketrampilan Dasar Mengajar. Malang: Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
L. Silberman, Melvin. 2006. Active Learning. Bandung: Penerbit Nusamedia
M, Abubakar. 1997. Hadis Tarbawi. Surabaya: Karya Abditama
Muhammad, Hamid. 2004. Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Proyek
Peningkatan Mutu SLTP.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
______. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
M.Burhan, Bungin. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Machmudah Umi, Rosyidi A.W. Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab. Malang: UIN Press
Nurdin Syarifuddin dan Usman Basyiruddin. 2002. Guru Profesional Dan
Implementasikurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Penyusun, Tim. 2002. Pekerjaan Rumah Ekonomi. Klaten: PT Intan Pariwara
Ridwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian, Guru dan Karyawan. Bandung:
Alfabeta
Rusyan, Tabrani. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
CV Remaja Rosdakarya
Sudjana Nana dan Arifin Daeng.1988. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
Sugiono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
______. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Sanusi. Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan Persamaan
Kuadrat di Kelas I MA/SMA. Madiun: IKIP PGRI Madiun
Sriyono. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Dan Survey.
Yogyakarta: LP3ES
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Surahmad, Winarno. 1991. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik.
Bandung: Tarsito
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Wijaya, Cece. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran.
Jakarta: Gaung Persada Press
Yamin, Martinis. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Zaini, Hisyam. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN
Sunan Kalijaga
LAMPIRAN
KUESIONER
PENGARUH PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI
Pada kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun Ajaran 2009/2010
a. Pengantar
1. Angket ini diedarkan kepada Anda dengan maksud untuk mendapatkan
informasi sehubungan dengan penelitian tentang pengaruh penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa.
2. Informasi yang diperoleh dari Anda sangat berguna bagi kami untuk
menganalisis tentang pengaruh penerapan metode active learning
terhadap motivasi belajar siswa.
3. Data yang kami dapatkan semata-mata hanya untuk kepentingan
penelitian. Untuk itu, Anda tidak perlu ragu untuk mengisi angket ini.
4. Partisipasi Anda memberikan informasi sangat kami harapkan
b. Petunjuk pengisian
1. Sebelum mengisi pernyataan-pernyataan berikut, saya mohon
kesediaan Anda untuk membacanya terlebih dahulu petunjuk pengisian
ini.
2. Setiap pernyataan pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai
dengan keadaan Anda, lalu bubuhkan tanda “ cek” (√ ) pada kotak
yang tersedia.
Keterangan:
SLL : Selalu JR : Jarang
SR : Sering TP : Tidak Pernah
KD : Kadang-kadang
Identitas Responden
1. Nama :……………………………...............................
2. Jenis Kelamin :…………………………………………………
3. Kelas :…………………………………………………
Teliti setiap jawaban yang anda berikan sehingga tidak ada pernyataan yang
terlewati terima kasih atas kerjasamanya.
Peneliti
Atik Hidayatal Khoiriyah
PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING
No Metode Pernyataan SLL SR KD JR TP
1
Poster
comment
(mengomen-
tari gambar)
Saya melakukan pengamatan
tentang gambar/media yang
disajikan oleh guru ekonomi
Saya berusaha mengemukakan
pendapat/ide dalam setiap
pembelajaran ekonomi
Pada saat pembelajaran ekonomi
saya menghargai pendapat
teman-teman yang lain
Mampu menafsirkan keadaan
dalam bentuk visual secara
lancar tentang media ekonomi
yang disajikan oleh guru
Dengan metode poster comment
memudahkan saya dalam
pemahaman tentang materi
ekonomi
2
Index Card
(mencari
pasangan
jawaban)
Saya cermat dan tepat dalam
mencocokkan pertanyaan dengan
jawaban yang diberikan guru
ekonomi
Dengan menggunakan metode
index card saya menjadi
semangat dalam pembelajaran
ekonomi
Saya teliti dalam menjawab soal-
soal ekonomi
Mampu berinteraksi dalam
bekerjasama dalam menemukan
pertanyaan dengan jawabannya
Saya aktif dalam kegiatan belajar
mengajar ekonomi.
3
Active
Debate
(debat aktif)
Saya aktif dalam bertanya
tentang materi ekonomi yang
kurang jelas
Jika saya diberi pertanyaan
tentang materi ekonomi maka
saya lancar dalam menjawab
pertanyaan
Saya menghargai pendapat
teman yang memberikan
masukan/sanggahan walaupun
pendapatnya tersebut kurang
sesuai
Saya aktif dalam diskusi dan
memberikan masukan serta
tanggapan yang sesuai dengan
materi ekonomi yang dibahas
Melalui debat active saya merasa
lebih mudah dalam
mengeluarkan pendapat
Dengan metode debat aktif
mendorong pemikiran dan
perenungan dalam
mempertahankan pendapat
Saya merasa lebih cepat
memahami materi ekonomi
dengan menggunakan metode
debat aktif
Dengan metode debat aktif
membuat saya tidak merasa
bosan dengan pelajaran ekonomi
Memudahkan saya
memunculkan ide/gagasan
secara lisan
Menimbulkan gairah/semangat
belajar ekonomi
4
Everyone is
Teacher
Here (semua
adalah guru)
Mampu menjelaskan materi
pelajaran ekonomi dengan baik
Guru menuliskan konsep-konsep
penting tentang materi ekonomi
Menggunakan berbagai teknik
dalam mengajar ekonomi,
misalnya memulai pelajaran
dengan jalan bertanya terlebih
dahulu (pre tes), lalu
menjelaskan materi dan
membentuk kelompok
Saya lebih paham apabila
kegiatan belajar ekonomi
langsung dipraktekkan oleh
siswanya, guru hanya
menerangkan materi secara
global
Mampu menciptakan suasana
pembelajaran ekonomi yang
menarik
5
Team Quiz
Ikut berpartisipasi kelompok
dalam mengerjakan/membahas
tugas ekonomi
Saya aktif dalam diskusi
kelompok yang membahas
tentang masalah ekonomi
Memberikan masukan serta
tanggapan yang sesuai dengan
materi ekonomi yang dibahas
Cepat dan tanggap dalam
menjawab pertanyaan-
pertanyaan ekonomi
Dalam pembelajaran ekonomi
saya lebih senang di bentuk
kelompok belajar
Dengan metode team quiz dapat
menarik perhatian saya sehingga
lebih aktif dalam pembelajaran
ekonomi
Saya mampu bekerjasama
membangun team dalam
kegiatan belajar mengajar
ekonomi
Saya bisa berinteraksi dengan
baik ketika dibentuk team quiz
pada saat pelajaran ekonomi
Saya mampu mempertahankan
pendapat kelompok dari awal
sampai akhir
Dengan metode team quiz saya
lebih menguasai materi ekonomi
6
Jigsaw
Mampu
mendemonstrasikan/menjelaskan
materi ekonomi kepada
kelompok lain
Saya mampu bekerja dalam
kelompok pembelajaran
ekonomi
Mampu memahami materi
pelajaran ekonomi secara lebih
rinci
Dengan metode jigsaw saya
merasa bertanggung jawab untuk
memberikan informasi tentang
materi ekonomi kepada
orang/kelompok lain
Pada saat pembelajaran ekonomi
saya dapat berinteraksi dengan
baik sesama teman
MOTIVASI BELAJAR
No Macam
Motivasi
Pernyataan SLL SR KD JR TP
1
Internal
Saya senang mencari dan
memecahkan masalah
Tanpa disuruh belajar orang tua,
setiap malam selalu belajar
tentang materi yang akan
diajarkan keesokan harinya
Saya belajar/ mengulang
kembali pelajaran dirumah
meskipun tidak ada ulangan
Tekun dalam menghadapi tugas,
dalam waktu yang lama dan
tidak pernah berhenti sebelum
selesai
Ulet menghadapi kesulitan dan
tidak lekas putus asa serta tidak
cepat puas dengan prestasi yang
diperolehnya
Saya setiap hari belajar, karena
semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan
dibutuhkan dan sangat berguna
kini dan di masa yang akan
datang
Saya termotivasi untuk belajar
semata-mata untuk menguasai
nilai-nilai yang terkandung
dalam bahan pelajaran
Saya tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk
berprestasi
Ingin mendalami bahan/bidang
pengetahuan yang diberikan
Setiap belajar,saya mempunyai
target untuk menguasai beberapa
materi
2
Motivasi
Eksternal
Saya menjadi tambah semangat
belajar jika guru memberi pujian
Guru menyuruh saya untuk
selalu rajin dalam belajar
Saya akan dihukum apabila tidak
mengerjakan tugas
Saya belajar untuk mendapatkan
nilai bagus
Teman terdekat sangat
berpengaruh terhadap semangat
untuk belajar
Saya ingin bisa juga, apabila
melihat teman yang mempunyai
prestasi bagus
Guru berusaha menyakinkan
siswa bahwa mereka dapat
berhasil meskipun pernah
mengalami kegagalan pada masa
lampau
Hadiah membuat saya
termotivasi mempertahankan dan
meningkatkan prestasi belajar
Guru/orang tua membandingkan
saya dengan teman-teman yang
lebih pandai
Guru membantu/membimbing
jika saya mengalami kesulitan
dalam pelajaran yang diajarkan
TRANSKIP WAWANCARA
Responden: Guru Bidang Ekonomi
Nama: Drs. Anang Agus Fauzian, M.Si
Penerapan metode active learning yang diterapkan di kelas XI IPS MAN 3
Malang?
1. Dalam kegiatan belajar apakah Bapak menerapkan metode active
learning?
Jawab: Ya, tapi biasanya metode pembelajarannya dipadukan dengan
konstektual learning, kolaboratif, dan kooperatif learning.
Dilaksanakan sesuai kondisi madrasah
2. Metode apa yang Bapak gunakan, agar siswa biasa belajar secara aktif
dalam mata pelajaran ekonomi?
Jawab: Memadukan metode-metode yang ada, bisa kooperatif dengan
active learning dll/dengan metode menyenangkan yang membuat
siswa tidak bosan.
3. Untuk mendukung terlaksananya penerapan metode active learning dalam
kegiatan belajar mengajar, langkah-langkah apa saja yang Bapak lakukan?
Jawab: Menyiapkan media pembelajaran, menjelaskan materi secara
global saja, dan membentuk pengaturan fisik (sepert kursi dan
meja).
4. Apakah Bapak menyamaratakan penerapan metode mengajar pada setiap
kelas atau menyesuaikan metode sesuai dengan kondisi kelas?
Jawab: Tidak, karena memang antara kelas XI IPS 1 dan 2 beda. Kalau
IPS 1 kelas unggulan jadi motivasi belajarnya lebih tinggi karena
ada semangat untuk belajar, jadi dengan menggunakan berbagai
metode mereka tetap bisa memahami materi. Sedangkan kelas XI
IPS 2 mereka kebanyakan masuk IPS karena terpaksa.
Motivasi siswa dalam menggunakan pembelajaran active learning di kelas XI
IPS MAN 3 Malang?
5. Usaha-usaha apa saja yang anda lakukan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi?
Jawab: Banyak hal, diantaranya dengan melaksanakan bimbingan untuk
melihat motivasi belajarnya, motivasi dilihat dari prestasi belajar
mereka, apabila prestasi belajar baik maka motivasi juga tinggi dan
sebaliknya.
6. Bagaimana motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode active
learning ini?
Jawab: Pada kelas XI IPS1 motivasi belajarnya lebih tinggi, rencana
jangka panjang sudah kelihatan. Sedangkan pada XI IPS 2 masih
sekitar 50%
7. Bagaimana solusi Bapak dalam meningkatkan motivasi belajar siswa?
Jawab: Dengan mengadakan koordinasi, tiap kelas mempunyai 1 guru
wali dan 3 guru pembimbing akademik/PA, masing-masing PA
membawahi 10 siswa untuk memonitor prestasi setiap
minggunya.
Pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active learning
terhadap motivasi belajar siswa.
8. Setelah menggunakan metode active learning, apakah motivasi belajar
siswa dalam mata pelajaran ekonomi jadi meningkat?
Jawab:Motivasi belajar para siswa menunjukkan peningkatan, karena
dengan metode ini menciptakan suasana yang menyenangkan
sehingga memudahkan pemahaman para siswa.
9. Bagaimana respon para siswa dalam menerima pelajaran dengan
menggunakan metode active learning?
Jawab:Responnya cukup baik, para siswa semakin aktif dalam belajar
karena dengan metode ini membuat suasana semakin
menyenangkan dan memudahkan memahami tentang materi
ekonomi.
10. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran active learning dapat
mengatasi kejenuhan siswa selama proses belajar mengajar?Mengapa
Jawab: Ya, karena dengan metode aktive learning ini siswa dituntut untuk
aktif dengan menemukan sendiri pengalaman belajarnya.
Responden: : Anisatul Istiqomah Fadhilah
Motivasi Tinggi: Anisatul Istiqomah Fadhilah
Penerapan metode active learning yang diterapkan di kelas XI IPS 1 MAN 3
Malang?
1. Metode apa yang sering diterapkan guru mata pelajaran ekonomi selama
pembelajaran berlangsung?
Jawab: Menggunakan bermacam-macam metode, biasanya
dikolaborasikan dengan berbagai model.
2. Bagaimana pendapat Saudara tentang penerapan metode active learning?
Jawab: Sangat memberi motivasi saya dalam belajar
3. Dari sekian metode yang telah diterapkan oleh guru mata pelajaran
ekonomi, metode apa yang paling Saudara suka?
Jawab: Kerja kelompok
4. Apakah guru dalam mengajar mata pelajaran ekonomi menggunakan
metode pembelajaran itu-itu saja/monoton?
Jawab: Tidak, akan tetapi guru menggunakan metode yang bervariasi dari
kerja kelompok, diskusi, power point dll.
Motivasi siswa dalam menggunakan pembelajaran active learning di kelas XI
IPS 1 MAN 3 Malang?
5. Bagaimana motivasi belajar ekonomi Saudara setelah diterapkannya
metode active learning?
Jawab: Motivasi saya lumayan tinggi untuk ekonomi
6. Dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode active learning
apakah Anda jadi termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
Jawab: Iya
7. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah Saudara mengalami kesulitan
untuk menerapkan metode active learning, kalau ia faktor apa saja yang
menjadi penyebab kesulitan tersebut?
Jawab: Jarang. Kadang kalau dari teman saja yang menjelaskan itu kurang
jelas
Pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active learning
terhadap motivasi belajar siswa.
8. Apakah setelah menggunakan metode active learning, pemahaman tentang
materi pelajaran ekonomi menjadi terasa mudah?berikan alasannya
Jawab: Ya, karena kita dipicu untuk berfikir
9. Ketika melihat teman aktif dalam diskusi, apakah Anda mempunyai
keinginan untuk melakukan hal yang sama?
Jawab: Pasti
10. Menurut pendapat Anda apakah ada pengaruhnya antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa?
Jawab: Ada
Responden: Siswa Kelas XI IPS 1 MAN 3 Malang
Motivasi Sedang: Anissa Noor
Penerapan metode active learning yang diterapkan di kelas XI 1 IPS MAN 3
Malang?
1. Metode apa yang sering diterapkan oleh guru mata pelajaran ekonomi
selama pembelajaran berlangsung?
Jawab: Menggunakan bermacam-macam metode, biasanya
dikolaborasikan dengan berbagai model
2. Bagaimana pendapat Saudara tentang penerapan metode active learning?
Jawab: Lebih menyenangkan kita menjadi lebih mudah memahami tentang
materi ekonomi
3. Dari sekian metode yang telah diterapkan oleh guru mata pelajaran
ekonomi, metode apa yang paling Saudara suka?
Jawab: Kerja kelompok/diskusi
4. Apakah guru dalam mengajar mata pelajaran ekonomi menggunakan
metode pembelajaran itu-itu saja/monoton?
Jawab: Tidak, akan tetapi guru menggunakan berbagai macam metode
seperti power point, kerja kelompok, jigsaw dll.
Motivasi siswa dalam menggunakan pembelajaran active learning di kelas XI
IPS 1 MAN 3 Malang?
5. Bagaimana motivasi belajar ekonomi Saudara setelah diterapkannya
metode active learning?
Jawab: Lebih termotivasi lagi untuk belajar lebih giat
6. Dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode active learning
apakah Saudara menjadi termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
Jawab: Iya
7. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah Saudara mengalami kesulitan
untuk menerapkan metode active learning, kalau ia faktor apa saja yang
menjadi penyebab kesulitan tersebut?
Jawab: Jarang. Kadang kalau dari teman saja yang menjelaskan itu kurang
jelas
Pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active learning
terhadap motivasi belajar siswa.
8. Apakah setelah menggunakan metode active learning, pemahaman tentang
materi pelajaran ekonomi menjadi terasa mudah?berikan alasannya
Jawab: Ya, karena kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan
9. Ketika melihat teman aktif dalam diskusi, apakah Saudara mempunyai
keinginan untuk melakukan hal yang sama?
Jawab: Ya pasti mempunyai keinginan juga untuk bisa
10. Menurut pendapat Saudara apakah ada pengaruhnya antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa?
Jawab: Iya
Responden: Siswa Kelas XI IPS 1 MAN 3 Malang
Motivasi Rendah: Muhammad Fawaid
Penerapan metode active learning yang diterapkan di kelas XI IPS 1 MAN 3
Malang?
1. Metode apa yang sering diterapkan guru mata pelajaarn ekonomi selama
pembelajaran berlangsung?
Jawab: Kerja Kelompok
2. Bagaimana pendapat Saudara tentang penerapan metode active learning?
Jawab: Menurut saya metode active learning ini membuat siswa yang
bingung semakin tambah bingung yang akhirnya tertinggal dan
yang pintar tambah pintar.
3. Dari sekian metode yang telah diterapkan oleh guru mata pelajaran
ekonomi, metode apa yang paling Saudara suka?
Jawab: Kerja kelompok, karena beban menjadi berkurang karena belajar
secara bersama-sama.
4. Apakah guru dalam mengajar mata pelajaran ekonomi menggunakan
metode pembelajaran itu-itu saja/monoton?
Jawab: Tidak, guru ekonomi biasanya menerapkan metode kerja
kelompok, jigsaw, dll.
Motivasi siswa dalam menggunakan pembelajaran active learning di kelas XI
IPS 1 MAN 3 Malang?
5. Bagaimana motivasi belajar ekonomi Saudara setelah diterapkannya
metode active learning?
Jawab: Menurut saya sama saja (belum begitu termotivasi)
6. Dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode active learning
apakah Saudara jadi termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
Jawab: Sama saja
7. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah Saudara mengalami kesulitan
untuk menerapkan metode active learning, kalau ia faktor apa saja yang
menjadi penyebab kesulitan tersebut?
Jawab: Ya, faktornya biasanya mengantuk
Pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active learning
terhadap motivasi belajar siswa.
8. Apakah setelah menggunakan metode active learning, pemahaman tentang
materi pelajaran ekonomi menjadi terasa mudah?berikan alasannya
Jawab: Ya, karena kita bisa mencoba-coba berbagi metode yang
menyenangkan
9. Ketika melihat teman aktif dalam diskusi, apakah Saudara mempunyai
keinginan untuk melakukan hal yang sama?
Jawab: Kadang-kadang
10. Menurut pendapat Saudara apakah ada pengaruhnya antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa?
Jawab: Ya ada, karena dengan metode active learning ini kita menjadi
lebih berusaha dengan usaha sendiri
Responden: Siswa Kelas XI IPS 2 MAN 3 Malang
Motivasi Tinggi: Fatiya Halum Husna
Penerapan metode active learning yang diterapkan di kelas XI IPS 2 MAN 3
Malang?
1. Metode apa yang sering diterapkan oleh guru mata pelajaran ekonomi
selama pembelajaran berlangsung?
Jawab: Menggunakan bermacam-macam metode, biasanya
dikolaborasikan dengan berbagai model.
2. Bagaimana pendapat Saudara tentang penerapan metode active learning?
Jawab: Sangat memberi motivasi saya dalam belajar, tetapi kalau saya
mendapat penjelasan saja dari teman itu masih kurang begitu
jelas.
3. Dari sekian metode yang telah diterapkan oleh guru mata pelajaran
ekonomi, metode apa yang paling Saudara suka?
Jawab: Kerja kelompok/diskusi
4. Apakah guru dalam mengajar mata pelajaran ekonomi menggunakan
metode pembelajaran itu-itu saja/monoton?
Jawab: Tidak, akan tetapi guru menggunakan berbagai macam metode
seperti power point, kerja kelompok, jigsaw dll.
Motivasi siswa dalam menggunakan pembelajaran active learning di kelas XI
IPS 2 MAN 3 Malang?
5. Bagaimana motivasi belajar ekonomi Saudara setelah diterapkannya
metode active learning?
Jawab: Biasa saja
6. Dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode active learning
apakah Saudara menjadi termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
Jawab: Ya, karena siswanya yang aktif jadi kita meras mempunyai
tanggung jawab untuk menguasai materi.
7. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah Saudara mengalami kesulitan
untuk menerapkan metode active learning, kalau ia faktor apa saja yang
menjadi penyebab kesulitan tersebut?
Jawab: Tergantung tingkat kesukaran materi yang diberikan dan saya
sendiri (kadang-kadang mendengarkan materi dan tidak).
Pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active learning
terhadap motivasi belajar siswa.
8. Apakah setelah menggunakan metode active learning, pemahaman tentang
materi pelajaran ekonomi menjadi terasa mudah?berikan alasannya
Jawab: Ya, kalau kerja kelompok karena kita bias sharing sesama teman
9. Ketika melihat teman aktif dalam diskusi, apakah Saudara mempunyai
keinginan untuk melakukan hal yang sama?
Jawab: Ya, tapi kadang-kadang
10. Menurut pendapat Saudara apakah ada pengaruhnya antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa?
Jawab: Ya, pengaruhnya siswa menjadi aktif jadi teman-teman termotivasi
untuk belajar lebih giat lagi.
Responden: Siswa Kelas XI IPS 2 MAN 3 Malang
Motivasi Sedang: Tsiqatun Nasyiah
Penerapan metode active learning yang diterapkan di kelas XI 2 IPS MAN 3
Malang?
1. Metode apa yang sering diterapkan oleh guru mata pelajaran ekonomi
selama pembelajaran berlangsung?
Jawab: Menggunakan bermacam-macam metode, biasanya
dikolaborasikan dengan berbagai model.
2. Bagaimana pendapat Saudara tentang penerapan metode active learning?
Jawab: Lebih menyenangkan kita menjadi lebih mudah memahami tentang
materi ekonomi
3. Dari sekian metode yang telah diterapkan oleh guru mata pelajaran
ekonomi, metode apa yang paling Saudara suka?
Jawab: Kerja kelompok/diskusi
4. Apakah guru dalam mengajar mata pelajaran ekonomi menggunakan
metode pembelajaran itu-itu saja/monoton?
Jawab: Tidak, akan tetapi guru menggunakan berbagai macam metode
seperti power point, kerja kelompok, jigsaw dll.
Motivasi siswa dalam menggunakan pembelajaran active learning di kelas XI
IPS 1 MAN 3 Malang?
5. Bagaimana motivasi belajar ekonomi Saudara setelah diterapkannya
metode active learning?
Jawab: Lebih termotivasi lagi untuk belajar lebih giat
6. Dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode active learning
apakah Saudara menjadi termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
Jawab: Iya
7. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah Saudara mengalami kesulitan
untuk menerapkan metode active learning, kalau ia faktor apa saja yang
menjadi penyebab kesulitan tersebut?
Jawab: Tidak ada, karena saya menjadi lebih paham
Pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active learning
terhadap motivasi belajar siswa.
8. Apakah setelah menggunakan metode active learning, pemahaman tentang
materi pelajaran ekonomi menjadi terasa mudah?berikan alasannya
Jawab: Ya, karena menyenangkan menjadi lebih cepat memahami materi
9. Ketika melihat teman aktif dalam diskusi, apakah Saudara mempunyai
keinginan untuk melakukan hal yang sama?
Jawab: Ya pasti
10. Menurut pendapat Saudara apakah ada pengaruhnya antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa?
Jawab: Ada
Responden: Siswa Kelas XI IPS 2 MAN 3 Malang
Motivasi Rendah: Syamsul Arifin
Penerapan metode active learning yang diterapkan di kelas XI 2 IPS MAN 3
Malang?
1. Metode apa yang sering diterapkan oleh guru mata pelajaran ekonomi
selama pembelajaran berlangsung?
Jawab: Banyak sekali, ganti-ganti
2. Bagaimana pendapat Saudara tentang penerapan metode active learning?
Jawab: Lumayan menyenangkan karena tidak hanya bergantung kepada
guru.
3. Dari sekian metode yang telah diterapkan oleh guru mata pelajaran
ekonomi, metode apa yang paling Saudara suka?
Jawab: Kerja kelompok, karena bisa bekerja sama sehingga dapat
menutupi kelemahan siswa.
4. Apakah guru dalam mengajar mata pelajaran ekonomi menggunakan
metode pembelajaran itu-itu saja/monoton?
Jawab: Tidak, guru biasanya menggunakan metode kerja kelompok,
individu, menjelaskan/menerangkan dan power point.
Motivasi siswa dalam menggunakan pembelajaran active learning di kelas XI
IPS 2 MAN 3 Malang?
5. Bagaimana motivasi belajar ekonomi Saudara setelah diterapkannya
metode active learning?
Jawab: Biasa-biasa saja
6. Dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode active learning
apakah Saudara menjadi termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
Jawab: Lumayan
7. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah Saudara mengalami kesulitan
untuk menerapkan metode active learning, kalau ia faktor apa saja yang
menjadi penyebab kesulitan tersebut?
Jawab: Ya, karena kita dituntut untuk aktif sendiri
Pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active learning
terhadap motivasi belajar siswa.
8. Apakah setelah menggunakan metode active learning, pemahaman tentang
materi pelajaran ekonomi menjadi terasa mudah?berikan alasannya
Jawab: Ya, akan tetapi kalau yang menjelaskan dari murid saja kurang
jelas. Atau tergantung materi yang diberikan.
9. Ketika melihat teman aktif dalam diskusi, apakah Saudara mempunyai
keinginan untuk melakukan hal yang sama?
Jawab: Ya ingin
10. Menurut pendapat Saudara apakah ada pengaruhnya antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa?
Jawab: Ada, karena kita menjadi lebih berusaha lagi dengan tidak
bergantung dari guru saja.
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jalan Gajayana 50 Malang Telepon (0341) 551354 Fax (0341) 572533
BUKTI KONSULTASI
Nama : Atik Hidayatal Khoiriyah
NIM : 05120054
Jurusan : Pendidikan IPS (Program Studi Pendidikan Ekonomi)
Fakultas : Tarbiyah
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Metode Active Learning Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pada
Kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang Tahun Ajaran
2009/2010
Dosen Pembimbing : Dr. H. Nur Ali M.Pd.
NO Tanggal/Bulan Materi Konsultasi Tanda Tangan
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
Malang, 22 Januari 2010
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. M. Zainuddin, MA
NIP. 150 275 502
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
FAKULTAS TARBIYAH Jalan Gajayana No. 50 Telepon (0341) 552398 Faksimile (0341) 552398
Nomor : Un. 3.1/TL.00/303/2009 19 Desember 2009
Lampiran : 1 (satu) berkas Proposal
Perihal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada
Yth. Kepala MAN 3 Malang
di-
Malang
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di
bawah ini:
Nama : Atik Hidayatal Khoiriyah
NIM : 05120054
Semester/Th. Ak. : Ganjil, 2009/2010
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Metode Active
Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa
dalam Mata Pelajaran Ekonomi pada Kelas
XI Semester Ganjil MAN 3 Malang
Tahun Pelajaran 2009/2010
dalam rangka menyelesaikan tugas akhir studi/menyusun
skripsinya, yang bersangkutan mohon diberikan izin/kesempatan
untuk mengadakan penelitian di lembaga/instansi yang menjadi
wewenang Bapak/Ibu sesuai dengan judul skripsinya di atas.
Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/Ibu disampaikan
terima kasih.
Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb Dekan
Dr. H. M. Zainuddin. MA
NIP. 150275502