05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

25
1 Analisis Sektor Unggulan Untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur Menggunakan Tabel Input-Output 1994 dan 2000 (Hidayat Amir dan Singgih Riphat) α ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai sektor unggulan (key sector) dalam perekonomian Jawa Timur pada tahun 1995 – 2000, sebagai sumber pijakan bagi penentuan strategi kebijakan pembangunan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan analisis input-output yang telah banyak digunakan untuk menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan angka pengganda (multiplier) sektor ekonomi dan tingkat keterkaitan antarsektor perekonomian. Tingkat keterkaitan antarsektor perekonomian akan diukur dengan menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor lainnya sebagai penjumlahan atas angka Daya Penyebaran (Backward Linkage) dan Daya Kepekaan (Forward Linkage). Jawa Timur merupakan salah satu propinsi dengan jumlah penduduk yang tinggi dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dibandingkan dengan propinsi-propinsi yang lain. Selama periode penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral (pure total linkage) direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri (industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau), pusat perdagangan, dan pusat pertanian. Klasifikasi JEL: D57, L52 Kata Kunci: 1. Analisis Input-Output 3. Pertumbuhan Ekonomi 2. Kebijakan Ekonomi Sektoral 4. Jawa Timur α Hidayat Amir ialah Economist pada The Indonesia Economic Intelligence dan Peneliti Muda pada Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional - Departemen Keuangan Republik Indonesia (e-mail: [email protected] ). Singgih Riphat ialah Profesor Riset (APU) pada Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional - Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tulisan ini telah dipublikasikan pada Jurnal Keuangan dan Moneter – Departemen Keuangan RI, Edisi Desember 2005

Transcript of 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

Page 1: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

1

Analisis Sektor Unggulan Untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur

Menggunakan Tabel Input-Output 1994 dan 2000 (Hidayat Amir dan Singgih Riphat)α

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai sektor unggulan (key sector) dalam perekonomian Jawa Timur pada tahun 1995 – 2000, sebagai sumber pijakan bagi penentuan strategi kebijakan pembangunan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan analisis input-output yang telah banyak digunakan untuk menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan angka pengganda (multiplier) sektor ekonomi dan tingkat keterkaitan antarsektor perekonomian. Tingkat keterkaitan antarsektor perekonomian akan diukur dengan menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor lainnya sebagai penjumlahan atas angka Daya Penyebaran (Backward Linkage) dan Daya Kepekaan (Forward Linkage). Jawa Timur merupakan salah satu propinsi dengan jumlah penduduk yang tinggi dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dibandingkan dengan propinsi-propinsi yang lain. Selama periode penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral (pure total linkage) direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri (industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau), pusat perdagangan, dan pusat pertanian.

Klasifikasi JEL: D57, L52 Kata Kunci: 1. Analisis Input-Output 3. Pertumbuhan Ekonomi 2. Kebijakan Ekonomi Sektoral 4. Jawa Timur

α Hidayat Amir ialah Economist pada The Indonesia Economic Intelligence dan

Peneliti Muda pada Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional - Departemen Keuangan Republik Indonesia (e-mail: [email protected]). Singgih Riphat ialah Profesor Riset (APU) pada Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional - Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tulisan ini telah dipublikasikan pada Jurnal Keuangan dan Moneter – Departemen Keuangan RI, Edisi Desember 2005

Page 2: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

2

Pendahuluan Propinsi Jawa Timur memiliki luas wilayah sekitar 148 ribu km2,

yang terdiri atas 29 kabupaten dan 8 kota serta 2 kota administratif. Propinsi ini merupakan salah satu dari tiga propinsi yang berpenduduk paling besar. Hasil Sensus Penduduk pada tahun 1990, menunjukkan jumlah penduduk propinsi tersebut mencapai 32.503.991 jiwa atau 18,0% dari penduduk Indonesia dan berdasar Sensus Penduduk tahun 2000 meningkat menjadi 34.783.640 jiwa. Jumlah penduduk yang besar tersebut diikuti juga dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, yaitu 726 jiwa/km2 dibandingkan dengan Indonesia yang hanya mencapai 109 jiwa/km2, sebagai akibat dari luas wilayah yang hanya 2,5% dari luas wilayah Indonesia.

Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi jika dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainnya. Pada tahun 1995 dan 1996, Jawa Timur memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 8,18% dan 8,26%, sementara pada tahun yang sama pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8,20% dan 7,98%. Namun demikian pada tahun 1997 tingkat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur mengalami penurunan menjadi sebesar 5,01% dan pada tahun 1998 menurun drastis menjadi minus 16,21%, sementara Indonesia pada tahun yang sama mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,70% dan minus 13,10%. Mengecilnya tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut dikarenakan adanya krisis moneter yang berkepanjangan, melonjaknya nilai dollar Amerika terhadap rupiah, padahal sebagian input antara sektor-sektor usaha masih harus impor. Sedangkan mulai tahun 1999 dengan membaiknya kondisi, maka secara berangsur-angsur pertumbuhan ekonomi Jawa Timur naik menjadi 1,12% pada tahun 1999 dan 3,25% pada tahun 2000 dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun yang sama sebesar 0,90% dan 4,80%.

Tabel 1. Kontribusi Sektoral pada Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur Tahun 1997-2001 (dalam % - atas dasar harga berlaku)

No. Sektor Ekonomi 1997 1998 1999 2000 2001 1 Pertanian 16,75 21,24 21,77 21,10 21,66 2 Pertambangan dan Penggalian 1,49 0,93 1,63 2,11 2,02 3 Industri Pengolahan 29,68 28,18 27,34 26,87 26,26 4 Listrik, Gas, Air Bersih. 1,91 1,58 1,88 2,41 2,69 5 Kontruksi 6,67 5,35 4,88 4,70 4,32 6 Perdagangan, Hotel, Restoran 21,43 23,61 22,90 23,10 23,66 7 Pengangkutan, Komunikasi 6,09 6,10 6,03 6,26 6,00 8 Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan 6,14 4,23 4,03 4,02 4,14 9 Jasa-jasa 9,84 8,77 9,54 9,41 9,25

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Susilo (2003).

Sementara itu, jika dilihat dari peranan sektoral dalam perekonomian Jawa Timur berdasar PDRB atas dasar harga berlaku, masih didominasi

Page 3: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

3

oleh tiga sektor utama, yaitu: sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, restoran. Dari Tabel 1, tergambar bahwa sektor pertanian masih menggambarkan peranan yang cukup besar, tahun 1997 memberikan kontribusi sebesar 16,75%, meningkat kontribusinya pada tahun 1998 menjadi 21,24%, dan cenderung stabil sampai tahun 2001. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi sektoral sektor pertanian relatif tidak dipengaruhi krisis perekonomian.

Kontribusi sektoral sektor industri pengolahan tahun 1997 sebesar 29,68% dan cenderung menurun landai sampai tahun 2001 menjadi sebesar 26,26%. Sementara kontribusi sektoral sektor perdagangan, hotel, restoran pada tahun 1997 sebesar 21,43% cenderung meningkat dan stabil untuk tahun-tahun berikutnya dan pada tahun 2001 kontribusi sektoralnya menjadi 23,66%.

Tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi adalah, selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 1997).

Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu dari tiga propinsi yang berpenduduk paling besar. Sekitar 29 juta merupakan penduduk usia kerja dan sekitar 18 juta merupakan angkatan kerja, sementara jumlah tenaga kerja yang tertampung/kesempatan kerja sekitar 17 juta, tingkat pengangguran pada tahun 2000 sebesar 960.400 orang. Dari jumlah penduduk yang bekerja tahun 2000, sebagian besar tertampung di sektor pertanian (44,68%), sisanya di sektor industri (18,71%), dan sektor jasa (36,70%) termasuk sektor perdagangan yang sangat dominan sebesar (19,49%). Sektor pertanian Jawa Timur merupakan sektor yang masih sangat dominan dari sisi jumlah tenaga kerjanya.

Dengan seluruh kondisi di atas maka timbul pertanyaan apakah perubahan kontribusi sektoral yang terjadi telah didasarkan kepada strategi kebijakan pembangunan yang tepat, yaitu strategi yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan penduduk. Karena sangat dipahami bahwa untuk melakukan pembangunan, sumber daya yang ada terbatas, sebagai konsekuensinya harus diarahkan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Penelitian ini mencoba menggambarkan pola perubahan sektoral dalam perekonomian dan bagaimana sebaiknya arah kebijakan strategi pembangunan yang paling menguntungkan berdasarkan analisis pola perubahan tersebut. Namun sebelum sampai ke analisis dan pembahasan tersebut, perlu dipahami lebih dahulu alat analisis yang akan dipakai, yaitu metode Input-Output.

Page 4: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

4

Tujuan Penelitian Dari seluruh uraian tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui berbagai sektor unggulan (key sector) berdasar kriteria besarnya angka pengganda (output, pendapatan, lapangan kerja) dan keterkaitan antarsektor (pure linkage) yang terjadi dalam perekonomian Propinsi Jawa Timur periode tahun 1994 dan 2000, sebagai sumber pijakan bagi penentuan kebijakan strategi pembangunan selanjutnya.

Metode Penelitian

Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk melihat perkembangan struktur perekonomian Propinsi Jawa Timur dalam suatu sistem ekonomi yang utuh dan menyeluruh (multisektor) adalah dengan menggunakan metode Input-Output. Metode ini mampu melihat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian sehingga dapat diketahui kinerja suatu sektor dalam perekonomian dan langkah kebijakan perekonomian yang tepat dalam pembangunan.

Selain itu, kegunaan pokok dari metode Input-Output adalah: 1. Mampu melihat struktur perekonomian suatu wilayah, yaitu

keterkaitan yang terjadi antara satu sektor ekonomi dengan sektor lainnya, serta hubungannya dengan komponen perekonomian lainnya, seperti: tingkat konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, impor, ekspor, dan faktor tenaga kerja sehingga kinerja suatu sektor perekonomian dapat diketahui berdasarkan sumbangannya terhadap masing-masing komponen tersebut. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui tingkat keterkaitan antarsektor (Linkage Analysis).

2. Dapat mengetahui dampak ganda (multiplier effect) yang ditimbulkan akibat perubahan permintaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya, seperti: jumlah pendapatan perorangan, jumlah tenaga kerja serta tingkat pendapatan wilayah.

3. Sebagai dasar bagi pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah mengenai arahan strategi pembangunan ekonomi suatu wilayah. Metode ini dapat dimanfaatkan untuk membuat perspektif ekonomi dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Kompleksitas hubungan antarsektor ekonomi (struktur ekonomi) di Jawa Timur dan peranan Jawa Timur sebagai salah satu wilayah perekonomian penting Indonesia dari sisi sumbangan perekonomian dan ketenagakerjaannya mengindikasikan perlunya perencanaan pembangunan ekonomi yang melihat keterkaitan seluruh sektor perekonomian secara terpadu. Pengertian Model Input-Output

Sekitar tahun 1930-an Prof. Wassily Leontief mengembangkan suatu teori umum berdasar produksi pada notion keterkaitan sektor ekonomis dan diterapkan pada sistem perekonomian Amerika dan dikenal sebagai model input-output (I-O). Model yang dikemukakan ini dikenal sebagai model input-output linear Leontief. Model I-O sering digunakan dalam

Page 5: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

5

analisis sistem industri atau sistem ekonomi yang bersifat makro untuk mengkaji struktur keterkaitan antarsektor industri.

Tabel Input-Output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi penggunaan barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Sebagai metode kuantitatif, Tabel I-O memberikan gambaran menyeluruh tentang: a. struktur perekonomian negara/wilayah yang mencakup output dan

nilai tambah masing-masing sektor; b. struktur input antara berupa transaksi penggunaan barang dan jasa

antarsektor produksi; c. struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam

negeri (produksi Jawa Timur), maupun barang impor atau yang berasal dari negara/propinsi lain;

d. struktur permintaan barang dan jasa, meliputi permintaan oleh berbagai sektor produksi di Jawa Timur dan permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor keluar Jawa Timur.

Kerangka umum Tabel Input Output secara ringkas ditampilkan sebagai berikut:

Tabel 2. Kerangka Umum Penyusunan Tabel I - O

Alokasi output Struktur input

Permintaan Antara Sektor Produksi

Permintaan Akhir

Total Output

1 2 3

Input antara

Sektor Produksi

1 x11 X12 x13 F1 X1 2 x21 X22 x23 F2 X2 3 x31 X32 x33 F3 X3

Input Primer V1 V2 V3 Total Input X1 X2 X3

Sumber: BPS Jakarta, 2000.

Tabel 2 di atas memperlihatkan suatu sistem perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi yaitu sektor 1, 2 dan 3. Pada bagian baris (horizontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan. Dalam hal ini sebagian output dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian untuk permintaan akhir. Sedangkan bagian kolom (vertikal) menunjukkan pola konsumsi (penggunaan) input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk melaksanakan proses produksi.

Dalam tabel di atas, besaran x12 misalnya, menunjukkan banyaknya input yang disediakan sektor 1 (output dari sektor 1) untuk kegiatan produksi sektor 2 (input untuk sektor 2) sedangkan F1 menunjukkan bagian output sektor 1 yang digunakan untuk permintaan akhir dengan kata lain sektor 1 mengalokasikan output sebesar x11, x12 dan x13 secara berturut-turut kepada sektor 1, 2 dan 3 sebagai permintaan antara sektor, dan sebanyak F1 untuk memenuhi permintaan akhir.

Page 6: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

6

Untuk angka-angka yang terletak di sepanjang kolom menunjukkan struktur input dari masing-masing sektor produksi. Sebagai contoh x21, menunjukkan bahwa input yang digunakan pada proses produksi sektor 1 diperoleh dari output yang dihasilkan oleh sektor 2. Atau dengan kata lain, pada kolom pertama menunjukkan bahwa sektor 1 menggunakan input sebanyak x11, x21 dan x31 secara berurutan masing-masing dari sektor 1, 2 dan 3 ditambah dengan input primer sebesar V1. Dengan demikian susunan sektor j terdiri dari xij dimana (i = 1, 2, 3) dan input primer Vj.

Penjumlahan keseluruhan baris dalam input primer memiliki nilai yang sama dengan penjumlahan keseluruhan kolom dalam permintaan akhir. Hasil penjumlahan ini merupakan nilai Gross National Product (GNP).

Persamaan yang menunjukkan keseimbangan antara output dan permintaan akhir dalam model input-output diformulasikan sebagai berikut:

1

n

i ij ii

X x Y=

= +∑ (1)

dimana: iX = vektor gross output sektor i (i = 1, 2, ...., n); ijx = jumlah output sektor i yang digunakan sebagai input oleh

sektor j (j = 1, 2, ..., n); iY = vektor permintaan akhir yang berkaitan dengan output sektor i.

Berdasarkan asumsi Leontief bahwa input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output dalam sektor yang bersangkutan yang bersifat unik, sehingga dapat ditentukan koefisien teknis ( ija ) seperti berikut:

/ij ij ja x X= (2)

dimana: ija ialah koefisien teknologi, ijx ialah aliran dari industri i ke j,

dan jX ialah total input untuk sektor j. Dari persamaan (3.1), diperoleh:

.ij ij jx a X= (3)

Dengan mensubstitusikan persamaan (3) ke persamaan (1), maka diperoleh:

,

n

i ij j ii j

X a X Y= +∑ (4)

Persamaan (3.4) dapat dinyatakan dengan sistem persamaan ganda berikut:

Page 7: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

7

1 11 1 12 2 1 1

2 21 1 22 2 2 2

1 1 2 2

......

...

n n

n n

n n n nn n n

X a X a X a X YX a X a X a X Y

X a X a X a X Y

= + + + += + + + +

= + + + +M M M M M

(5)

Dengan memindahkan seluruh X ke sebelah kiri, maka diperoleh persamaan-persamaan simultan berikut:

( )( )

( )

1 11 1 12 2 1 1

2 21 1 22 2 2 2

1 1 2 2

...

...

...

n n

n n

n n n nn n n

X a X a X a X Y

X a X a X a X Y

X a X a X a X Y

− + + + =

− + + + =

− + + + =

M M M M M (6)

Sistem persamaan (6) dapat dituliskan dalam bentuk matriks setelah memisahkan iX .

11 12 1 1 1

21 22 2 2 2

1 2

(1 )(1 )

(1 )

n

n

n n nn n n

a a a X Ya a a X Y

a a a X Y

− − −⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥− − −⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥=⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥− − −⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

L

L

M M M M

L

(7)

Sistem matriks ini dapat dituliskan dalam bentuk singkat, yaitu:

( )I A X Y− = (8)

dimana I adalah matriks identitas (identity matrix) dan A adalah matriks koefisien input, yang mengandung ija sebagai elemen-elemennya.

Dengan menyelesaikan X dalam hubungannya dengan Y, maka menurut kaidah matriks akan diperoleh:

1( )X I A Y−= − (9)

dimana 1( )I A −− adalah matriks kebalikan dari ( )I A− atau sering dikenal dengan sebutan matriks Leontief Invers. Penggunaan Model Input-Output dalam Analisis Perekonomian

Model Input-Output sangat baik digunakan untuk meneliti keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian atau kontribusi berbagai sektor dalam keseluruhan perkonomian dalam memenuhi berbagai tujuan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian dapat dilakukan analisis terhadap sektor-sektor dalam perekonomian yang merupakan sektor unggulan (key sectors). Yang dimaksud dengan sektor unggulan (key sector) adalah sektor yang memiliki peranan yang relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya dalam memacu tujuan pertumbuhan ekonomi. Kriteria untuk menentukan apakah suatu sektor dapat dikatakan sebagai

Page 8: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

8

sektor unggulan, dapat ditentukan melalui analisis angka pengganda dan analisis keterkaitan. Analisis angka pengganda (mutiplier analysis)

Tiga macam analisis angka pengganda yang kerap ditemui dalam literatur (misalkan: Miller & Blair 1985, Nazara 1997) adalah angka pengganda output, angka pengganda pendapatan dan angka pengganda lapangan kerja.

Angka pengganda output sektor j menggambarkan besarnya perubahan total output dalam perekonomian akibat satu unit perubahan permintaan akhir di sektor j. Semakin besar angka pengganda output semakin penting peranan sektor tersebut dalam output perekonomian sehingga bisa disebut sektor unggulan. Angka pengganda output untuk sektor j diformulasikan sebagai j iji

B b=∑ .

Angka pengganda pendapatan rumah tangga merupakan ukuran untuk mengetahui perubahan pendapatan langsung (upah dan gaji) akibat perubahan satu unit permintaan akhir di suatu sektor. Ukuran ini merupakan angka pengganda pendapatan rumah tangga yang standar, dan

dirumuskan dengan 1,1

n

j n j iji

H a b+=

=∑ . Jenis lain dari angka pengganda

pendapatan adalah apa yang disebut dengan angka pengganda pendapatan rumah tangga tipe-I. Angka pengganda ini dirumuskan 1,/j j n jY H a += . Angka ini menunjukkan berapa kali lipat besarnya angka pengganda pendapatan dibandingkan dengan proporsi pendapatan (dalam hal ini upah dan gaji) dalam total input.

Selanjutnya, angka pengganda lapangan pekerjaan (employment multiplier) atau biasa disebut efek lapangan pekerjaan (employment effect) merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan di perekonomian akibat adanya satu unit uang perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu. Angka pengganda lapangan pekerjaan biasa (simple employment

multiplier) untuk sektor j dirumuskan sebagai 1

n

j i iji

E wb=

=∑ dimana

/i j jw X E= dan jE menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja di sektor j.

Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis) Model Input-Output kerap digunakan untuk meneliti keterkaitan

antarsektor dalam suatu perekonomian atau kontribusi berbagai sektor dalam keseluruhan perekonomian. Sektor-sektor yang memiliki peranan yang relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya dalam memacu tujuan pertumbuhan ekonomi sering disebut dengan sektor unggulan (key sector). Biasanya, suatu sektor dikatakan sebagai sektor unggulan jika memiliki angka Daya Penyebaran (Backward Linkage) dan Daya Kepekaan (Forward

Page 9: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

9

Linkage) lebih besar dari satu. Backward Linkage menggambarkan hubungan antara suatu sektor dengan input sektornya. Backward Linkage merupakan suatu perhitungan untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor input yang telah digunakan dalam proses produksi. Forward Linkage merupakan suatu perhitungan untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya yang akan memakainya sebagai input dalam proses produksi. Keduanya dirumuskan sebagai berikut:

2

1

1

n

ijj

i n

ijj

bn

BLb

n

=∑

2

1

1

n

ijj

i n

ijj

bn

FLb

n

=∑

∑ (10)

Analisis BL dan FL ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1. Kedua angka indeks tersebut (BL dan FL) tidak dapat dijumlahkan

begitu saja, karena BL berdasarkan jumlah kolom dan FL berdasarkan jumlah baris;

2. BL dan FL tidak memperhitungkan jumlah output sama sekali, sehingga dapat terjadi angka indeks BL dan FL suatu sektor besar, tetapi karena total output sektor tersebut kecil maka pengaruhnya terhadap perekonomian semestinya kecil.

Analisis Pure Linkage adalah analisis yang dapat mengatasi dua kelemahan tersebut. Analisis ini bertujuan untuk menunjukkan besarnya sumbangan masing-masing sektor terhadap pembentukan total output perekonomian secara keseluruhan, sehingga nilai output sektor diperhitungkan dalam analisisnya. Karena itu, angka Pure Linkage pun dalam satuan nilai output.

Langkah pertama dalam analisis Pure Linkage adalah dengan menguraikan matriks koefisien input sebagai berikut:

0 00 0

jj jr jj jrj r

rj rr rj rr

A A A AA A A

A A A A⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤

= = + = +⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦⎣ ⎦ ⎣ ⎦

(11)

dimana: j adalah sektor yang ditinjau, r merupakan sektor-sektor lainnya (rest of economy), jjA adalah matriks dari sektor yang ditinjau,

dan rrA merupakan matriks dari sektor-sektor lainnya Matriks kebalikan Leontief dapat dituliskan dalam bentuk

terdekomposisi sebagai berikut:

(L) 12 1 1 3( ) . .I A P P P P−= − = = (12)

dimana: 1

1 ( )rP I A −= − (13)

(matriks multiplier yang ditimbulkan oleh rest of economy) 1

2 1.( )jP I P A −= − (14)

Page 10: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

10

(matriks multiplier yang timbul jika ada interaksi antara sektor j dengan rest of economy)

13 . 1( )jP I A P −= − (15)

(matriks multiplier yang timbul jika ada interaksi antara rest of economy dengan sektor j)

Dengan menggunakan persamaan (12), 13 dan (14) maka dapat dibuat persamaan dalam format sebagai berikut:

12

0.

0j j rj

r rj j r rj j rj r

A IL

A I A A

PP

Δ Δ⎡ ⎤ ⎡ ⎤= ⎢ ⎥ ⎢ ⎥Δ Δ + Δ Δ Δ⎣ ⎦⎣ ⎦ 1424314444244443

(16)

dimana: 1( . )j jr jr r rjI A A A −Δ = − − Δ dan 1( )r rrI A −Δ = −

Dari persamaan (16), persamaan P2 dapat dituliskan sebagai berikut:

2

0 00 0

j jr

r rj

I I AP

A I I IΔ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤

= ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥Δ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦⎣ ⎦ (17)

dimana: 1

2 ( )jP I B −= − (18)

1. 0jr jrj

j jjrj

A AB P A

A⎡ ⎤

= = ⎢ ⎥⎣ ⎦

(19)

Dari persamaan (19) dapat didefinisikan Pure Backward Linkage (PBL) sebagai:

j rr r rj jjPBL I A Q= Δ (20)

dimana: Qjj = nilai dari total produksi sektor j; Irr = adjusment vector.

Pure Backward Linkage (PBL) akan memberikan gambaran dampak murni atas perekonomian dari nilai total produksi di sektor j, yang telah bebas dari: (a) permintaan atas input yang dibuat oleh sektor j dari sektor j, dan (2) feedback dari perekonomian ke sektor j atau sebaliknya.

Dengan menggunakan persamaan (12), 13 dan (15) maka dapat dibuat persamaan dalam format sebagai berikut:

1 3

0.

0j j rj r

r rj j rj j jr rr

AIL

A I A A

P P

Δ Δ Δ⎡ ⎤⎡ ⎤= ⎢ ⎥⎢ ⎥ Δ Δ + Δ ΔΔ⎣ ⎦ ⎣ ⎦14243 14444244443

(21)

Dari persamaan (21), persamaan P3 dapat didekomposisikan sebagai berikut:

Page 11: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

11

3

0 00 0

j jr r

rj

I I AP

A I I IΔ Δ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤

= ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦⎣ ⎦

(22)

dimana: 1

3 ( )jP I F −= − (23)

1.0

jj jr rj j

rj

A AF A P

AΔ⎡ ⎤

= = ⎢ ⎥⎣ ⎦

(24)

Dari persamaan (24) dapat didefinisikan Pure Forward Linkage (PFL) sebagai:

j jr r rrPFL A Q= Δ (25)

dimana: Qrr = vektor kolom dari total produksi di setiap sektor pada sektor-sektor lainnya (rest of economy);

Pure Forward Linkage (PFL) akan memberikan gambaran dampak murni terhadap sektor j dari nilai total produksi sektor-sektor lainnya.

Dengan diketahuinya Pure Backward Linkage (PBL) dan Pure Forward Linkage (PFL) maka dapat dihitung nilai dampak murni keseluruhan, dengan menjumlahkan kedua nilai tersebut. Jadi, Pure Total Linkage (PTL) = Pure Backward Linkage (PBL) + Pure Forward Linkage (PFL).

Klasifikasi Model Input-Output dan Data Tenaga Kerja

Analisis ini menggunakan data Tabel Input-Output Jawa Timur tahun 1994 dan 2000 atas dasar harga produsen. Pengertian atas dasar harga produsen adalah nilai transaksi pada tabel ini dari semua transaksi barang/jasa baik impor maupun domestik, hanya mencakup harga yang dibayarkan kepada produsen barang/jasa tersebut. Hal ini berbeda dengan harga pembeli, disamping mencakup harga yang dibayarkan kepada produsen juga mencakup marjin perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari kegiatan penyaluran barang/jasa dari produsen ke konsumennya.

Data yang tersedia untuk kedua tahun tersebut terdapat perbedaan. Tabel I–O tahun 1994 terdiri atas 99 sektor, sementara untuk tahun 2000 terdiri atas 100 sektor. Perbedaan tersebut daiakibatkan oleh sektor industri kertas, barang-barang dari kertas dan karton dalam tabel I-O tahun 2000 dipecah menjadi dua sektor yaitu: sektor industri kertas dan sektor industri barang-barang dari kertas dan karton.

Proses pengolahan data I-O tersebut menggunakan PyIO: suatu software analisis input-output, kompatibel dengan sistem operasi Windows yang disediakan oleh Python dan dapat diakses bebas (Nazara et.al., 2003).

Untuk mempermudah analisis kedua tabel I-O tersebut diagregasi menjadi 19 sektor sebagaimana perincian pada Tabel 3, namun karena sektor 19 (kegiatan yang tak jelas batasannya) nilai outputnya nol maka sektor tersebut dihilangkan sehingga analisis hanya terdiri dari 18 sektor.

Page 12: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

12

Hal ini dilakukan karena klasifikasi 18 sektor dipandang telah mencukupi untuk melihat rincian berbagai perubahan struktur perekonomian yang hendak dituju. Proses agregasi mengakibatkan beberapa pembulatan. Karena itu timbul ketidaksamaan jumlah dalam kolom dan baris matriks transaksi. Akan tetapi selisih tersebut sangat kecil sehingga bisa diabaikan.

Data-data mengenai tenaga kerja Propinsi Jawa Timur maupun Nasional yang tersedia dalam berbagai terbitan, tidak ada data dalam format 18 sektor. Oleh karena itu penulis melakukan pengumpulan data tenaga kerja melalui berbagai sumber, antara lain: Sakernas dan Sensus Penduduk. Serta didukung beberapa data sekunder lainnya, seperti: data PNS, data industri, data hotel, restoran dan akomodasi lainnya, PDAM, PLN dan beberapa sumber data lainnya. Dari data-data yang terkumpul dilakukan estimasi menjadi 18 sektor dengan menggunakan proporsi output dan laju kenaikan tenaga kerja berdasarkan Sakernas.

Tabel 3. Nama 18 Sektor pada Tabel I-O Propinsi Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000

Sektor Nama Sektor Inisial 1 Padi Padi 2 Tanaman bahan makanan lainnya Tbmlain 3 Tanaman pertanian lainnya TPlain 4 Peternakan dan hasil-hasilnya Ternakhasil 5 Kehutanan Kehutanan 6 Perikanan Perikanan 7 Pertambangan dan penggalian Tambanggali 8 Industri makanan, minuman dan tembakau Indusmmt 9 Industri lainnya Induslain 10 Pengilangan minyak bumi Kilangmb 11 Listrik, Gas, Air Bersih LGA 12 Bangunan Bangunan 13 Perdagangan Perdagangan 14 Restoran dan hotel Resthotel 15 Pengangkutan dan komunikasi Angkom 16 Lembaga keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahaan LKUBJP 17 Pemerintahan umum dan pertahanan Pemumhan 18 Jasa-jasa Jasa-jasa

Sumber: BPS Jawa Timur

Setelah dipahami mengenai metode dan alat-alat analisis sebagaimana tertuang di atas, maka dalam bagian berikutnya akan disajikan hasil analisis data perekonomian Jawa Timur dengan metode dan alat analisis tersebut. Selain itu juga akan disampaikan karakteristik pola perubahan perekonomian sebagai bahan rekomendasi kebijakan pembangunan. Hasil Penelitian

Dalam bagian ini dianalisis perkembangan ekonomi Jawa Timur, yang meliputi analisis perubahan sektor-sektor unggulan berdasarkan

Page 13: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

13

kriteria: angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja), dan analisis keterkaitan sektoral. Namun sebelumnya akan disajikan lebih dahulu gambaran awal perekonomian Jawa Timur, dengan melihat struktur output, permintaan akhir dan nilai tambah bruto.

Analisis Struktur Output, Permintaan Akhir dan Nilai Tambah Bruto

Tabel 4 menyajikan data output, permintaan akhir dan nilai tambah bruto sektoral di propinsi Jawa Timur untuk tahun 1994 dan 2000. Output mencerminkan besarnya barang dan jasa yang diproduksi di Propinsi Jawa Timur. Dengan meneliti besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor maka akan diketahui sektor-sektor yang mampu memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan output secara keseluruhan.

Tabel 4.Distribusi Output, Permintaan Akhir dan Nilai Tambah Bruto Tabel I-O Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000 (dalam persen)

Inisial Sektor

1994 2000

Output

Permintaan

Akhir

Nilai Tambah

Bruto

Output

Permintaan

Akhir

Nilai Tambah

Bruto Padi 1,91 2,30 2,28 2,62 2,53 3,23 Tbmlain 4,12 4,78 5,03 4,74 5,37 6,11 Tplain 3,60 2,29 4,55 2,92 2,81 3,63 Ternakhasil 1,77 1,25 1,91 4,21 2,94 5,42 Kehutanan 1,44 1,03 1,91 1,29 0,45 1,78 Perikanan 1,71 1,94 2,12 1,75 1,58 1,94 Tambanggali 1,55 1,04 1,95 1,88 1,65 1,94 Indusmmt 13,78 16,98 12,30 18,54 22,11 17,98 Induslain 31,31 31,42 32,47 27,77 26,62 23,96 Kilangmb 3,32 1,96 4,53 1,64 0,52 2,25 LGA 1,04 0,19 0,60 1,87 1,19 1,54 Bangunan 8,35 10,89 4,18 3,95 5,50 2,79 Perdagangan 8,85 7,64 9,75 10,63 11,37 11,11 Resthotel 4,06 4,93 3,00 4,56 5,63 2,93 Angkom 3,82 2,68 3,52 4,50 1,44 4,97 LKUBJP 3,92 2,18 3,80 2,12 1,92 2,39 Pemumhan 2,22 3,03 3,03 1,86 2,59 2,59 Jasa-jasa 3,22 3,46 3,05 3,15 3,80 3,42

Nilai (milyar rp.) 135.790 99.708 99.708 397.538 285.268 285.268

Sumber: BPS Jawa Timur

Perekonomian propinsi Jawa Timur diwarnai oleh tingkat industrialisasi yang relatif tinggi. Dua sektor yang menjadi andalan utama propinsi ini adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, dan industri lainnya. Dalam klasifikasi sektoral yang digunakan di atas, industri lainnya mencakup industri: tekstil dan pakaian jadi, pengolahan barang dari kulit, bambu, kertas, pupuk, obat-obatan, barang karet dan plastik,

Page 14: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

14

semen dan kapur, barang elektronik, alat pengangkutan dan kapal. Tidak banyak perubahan komposisi output sektoral antara tahun 1994 dan 2000. Kedua sektor industri ini saja menyumbang sekitar 45% dalam kurun waktu tersebut. Sumbangan sektor industri ini telah jauh melebihi proporsi output sektor pertanian (dalam arti luas) yang hanyalah sekitar 15% dari total output di tahun 1994 dan sekitar 18% di tahun 2000. Namun demikian, kedua sektor industri ini bukanlah yang paling tinggi dalam hal pertumbuhan output. Jika dihitung secara eksponensial, pertumbuhan output tertinggi dibuat oleh sektor peternakan dan hasil-hasilnya (sebesar 32% per tahun), dan sektor listrik, gas dan air minum (sebesar 28% per tahun). Sektor yang terakhir ini memiliki peran penting di perekonomian karena pada dasarnya sektor ini adalah sektor yang memasok infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mampu mendorong industrialisasi yang lebih tinggi lagi di propinsi ini.

Masih dalam konteks output, terjadi penurunan proporsi sektoral yang cukup signifikan di beberapa sektor, terutama di sektor konstruksi, sektor pengilangan minyak bumi, dan sektor keuangan (LKUBJP). Penurunan output di sektor konstruksi dan sektor keuangan sangat dipengaruhi oleh terjadinya krisis ekonomi tahun 1997. Sementara penurunan output di sektor pengilangan minyak bumi dikarenakan penurunan jumlah produksi dan tidak adanya penemuan atau investasi baru yang cukup besar di sektor ini.

Industrialisasi di Jawa Timur terlihat pula dalam konteks permintaan akhir dan juga distribusi nilai tambah bruto. Sekitar 49% dari total permintaan akhir adalah pada industri makanan, minuman dan tembakau, dan industri lainnya. Namun demikian, dalam konteks pertumbuhannya antara tahun 1994 dan 2000, sektor yang memiliki pertumbuhan paling tinggi adalah sektor listrik, gas dan air minum yang mencapai sebesar 48% per tahun. Permintaan akhir itu sendiri terdiri dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah, pembetukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor barang dan jasa, baik ke luar negeri maupun ke luar propinsi.

Konsumsi rumah tangga merupakan porsi yang besar dalam struktur permintaan akhir tahun 1994. Jumlah absolutnya mendekati nilai ekspor Jawa Timur ke luar propinsi. Namun demikian, produksi perekonomian masih menyisakan untuk keperluan pembentukan modal tetap (investasi) yang cukup besar, mencapai angka 18%. Jumlah ekspor ke luar negeri (sebesar 11%) ternyata lebih kecil dibanding yang diekspor ke luar propinsi (sebesar 31%). Indikator ini menunjukkan bahwa ekspor perekonomian masih perlu dipacu untuk lebih berperan dalam menyumbangkan perolehan devisa untuk kepentingan nasional.

Kondisi tahun 2004 dari komponen permintaan akhir tersebut, konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan yang cukup besar dari 30% menjadi 40% pada periode penelitian. Hal ini disebabkan oleh kelesuan produksi yang ditandai dengan penurunan investasi yang tinggal mengambil proporsi sebesar 11% dan penurunan perubahan stok dari 5% pada tahun 1994 menjadi 3% pada tahun 2000. Yang menarik, komponen

Page 15: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

15

ekspor relatif stabil dengan porsi sekitar 42% namun dengan perubahan orientasi ekspor. Ekspor ke luar negeri mengalami peningkatan menjadi 18%, sementara ekspor ke luar propinsi tinggal 24%. Artinya ada sinyal positif bagi peningkatan sumbangan perolehan devisa dari propinsi Jawa Timur.

Selanjutnya, nilai tambah bruto adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Nilai tambah bruto yang disebut juga dengan input primer merupakan selisih antara output dengan input antara. Besaran nilai tambah bruto inilah yang merupakan produksi neto perekonomian dan menentukan perkembangan perekonomian suatu wilayah.

Menurut komponennya, porsi terbesar nilai tambah bruto merupakan surplus usaha (sebesar 51% pada tahun 1994). Kenyataan ini merupakan hal positif, karena investasi dapat terus dilakukan. Namun sayangnya, porsi surplus usaha mengalami penurunan hingga mencapai angka 40% pada tahun 2000. Hal ini menerangkan penurunan investasi sebagai komponen permintaan akhir untuk periode yang sama sebagaimana telah dibahas diatas. Sedangkan komponen gaji dan upah hanya mengalami perubahan yang relatif kecil.

Analisis Sektor Unggulan (Key Sector) Perekonomian Jawa Timur Sektor unggulan (key sector) ialah sektor yang memiliki peranan yang

relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya dalam memacu tujuan pertumbuhan ekonomi. Analisis sektor unggulan dilakukan dengan menggunakan analisis angka pengganda (multiplier analysis) dan analisis keterkaitan sektoral (linkage analysis). Analisis angka pengganda (multiplier analysis)

Selanjutnya, Tabel 5 menampilkan angka pengganda di propinsi Jawa Timur antara tahun 1994 dan 2000. Analisis terhadap sektor unggulan akan menggunakan analisis yang kerap digunakan untuk itu yaitu alat analisis yang melihat suatu sektor sebagai suatu unit yang memberikan pengaruh kepada perekonomian. Alat analisis yang kerap dipakai dalam hal ini adalah angka pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja. Keseluruhannya ini akan diuraikan dan dianalisis dalam konteks perekonomian Jawa Timur tahun 1994 dan 2000.

Tabel 5. Angka Pengganda Output, Pendapatan dan Lapangan Kerja pada Tabel I-O Propinsi Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000

Inisial Sektor

Angka Pengganda Tahun 1994 Angka Pengganda Tahun 2000 Output Pendapatan Lap. kerja Output Pendapatan Lap. kerja

Padi 1,157 1,609 1,033 1,157 1,718 1,058 Tbm lain 1,131 1,633 1,047 1,097 1,715 1,044

Page 16: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

16

TP lain 1,096 1,649 1,043 1,145 1,774 1,050 Ternakhasil 1,275 1,834 1,139 1,096 2,095 1,070 Kehutanan 1,035 1,864 1,031 1,012 1,639 1,013 Perikanan 1,110 1,741 1,074 1,262 2,612 1,242 Tambanggali 1,101 1,661 1,163 1,347 2,346 1,754 Indusmmt 1,426 3,855 2,374 1,398 3,430 2,249 Induslain 1,309 4,315 1,969 1,516 4,504 2,492 Kilangmb 1,000 15,584 1,335 1,018 4,463 10,002 LGA 1,722 2,818 2,206 1,562 2,781 3,717 Bangunan 1,801 2,559 2,074 1,711 2,624 1,422 Perdagangan 1,267 1,924 1,081 1,347 2,258 1,119 Resthotel 1,613 3,127 6,196 1,648 4,438 7,536 Angkom 1,397 2,211 1,188 1,250 2,300 1,119 LKUBJP 1,417 2,367 2,169 1,277 2,099 1,603 Pemumhan 1,000 1,494 1,000 1,000 1,576 1,000 Jasa-jasa 1,418 1,883 1,140 1,303 2,136 1,091

Sumber: Hasil Analisis

Angka pengganda output suatu sektor menunjukkan besarnya efek penciptaan keseluruhan output di perekonomian untuk setiap satu rupiah perubahan permintaan akhir di sektor tersebut. Untuk propinsi Jawa Timur, angka pengganda output terbesar dimiliki oleh sektor 12 (bangunan). Namun demikian, besaran pengganda sektor ini menurun dari 1,801 di tahun 1994 menjadi 1,711 di tahun 2000. Sektor lain dengan angka pengganda output yang relatif tinggi adalah sektor 11 (listrik, gas dan air minum) sebesar 1,722. Kedua sektor dengan angka pengganda output yang tinggi ini menunjukkan pentingnya infrastruktur bagi perekonomian Jawa Timur.

Tabel 5, juga menunjukkan bahwa sektor 7 (pertambangan dan penggalian) mengalami peningkatan angka pengganda output yang paling besar di perekonomian propinsi Jawa Timur. Sektor lain yang juga menunjukkan peningkatan angka pengganda output yang relatif tinggi adalah sektor 9 (industri lainnya). Seperti telah diuraikan sebelumnya, sektor ini meliputi subsektor mencakup industri: tekstil dan pakaian jadi, pengolahan barang dari kulit, bambu, kertas, pupuk, obat-obatan, barang karet dan plastik, semen dan kapur, barang elektronik, alat pengangkutan dan kapal.

Dalam Tabel 5 juga ditampilkan angka pengganda pendapatan di Jawa Timur tahun 1994 dan 2000. Angka pengganda pendapatan merupakan jumlah pendapatan rumah tangga total yang tercipta (termasuk sebagian pendapatan yang dibelanjakan kembali ke dalam perekonomian) sebagai akibat adanya tambahan satu unit uang permintaan akhir di suatu sektor.

Sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan terbesar adalah sektor 10 (pengilangan minyak bumi) sebesar 5,584 pada tahun 1994 dan sektor 9 (industri lainnya) sebesar 4,504 pada tahun 2000. Angka pengganda pendapatan sektor 10 pada tahun 1994 ini tergolong sangat besar, hal ini

Page 17: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

17

disebabkan oleh nilai upah dan gaji yang relatif kecil dibanding jumlah output di sektor tersebut.

Selain itu, dalam Tabel 5 ditampilkan angka pengganda lapangan kerja di propinsi Jawa Timur antara tahun 1994 dan 2000. Angka pengganda lapangan kerja merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan di perekonomian akibat adanya satu unit uang perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu.

Kondisi angka pengganda lapangan kerja tahun 2000 menunjukkan adanya kondisi tidak normal atau anomali. Tingginya angka pengganda lapangan kerja di sektor 10 (pengilangan minyak bumi), sektor 14 (restoran dan hotel), dan sektor 11 (listrik, gas, air bersih) ternyata disebabkan oleh kecilnya jumlah tenaga kerja yang diserap di ketiga sektor tersebut, sementara output yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut cukup besar. Akibatnya koefisien input tenaga kerja (wn+1,i) menjadi sangat kecil, dan selanjutnya menghasilkan angka pengganda lapangan kerja yang relatif besar. Namun secara keseluruhan, hasilnya masih dapat diterima karena dapat menggambarkan kondisi pembangunan di Propinsi Jawa Timur secara wajar. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)

Analisis ini digunakan untuk melihat keterkaitan antara sektor tertentu dengan sektor-sektor input yang telah digunakan dalam proses produksi (Pure Backward Linkage), maupun keterkaitan antara sektor tertentu dengan sektor-sektor lain yang akan mempergunakan outputnya (Pure Forward Linkage). Ide dari analisis ini adalah mencoba untuk menunjukkan besarnya sumbangan masing-masing sektor terhadap pembentukan total output perekonomian, sehingga unsur total output ikut dimasukan ke dalam analisisnya.

Dalam Tabel 6 terlihat bahwa sektor 12 (bangunan) merupakan sektor yang memiliki nilai Pure Total Linkage tertinggi sebesar Rp24.007 milyar (1994) yang terdiri atas nilai Pure Backward Linkage sebesar Rp12.372 milyar dan nilai Pure Forward Linkage sebesar Rp11.635 milyar serta sebesar Rp52.813 milyar (2000) yang terdiri atas nilai Pure Backward Linkage sebesar Rp15.119 milyar dan nilai Pure Forward Linkage sebesar Rp37.695 milyar. Hal ini menggambarkan bahwa pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan masih sangat diperlukan bagi perekonomian, terbukti dengan besarnya dampak murni terhadap perekonomian dari sektor bangunan/konstruksi. Sektor 12 (bangunan) mencakup kegiatan pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan berat atau ringan dari semua jenis konstruksi seperti: bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, pekerjaan umum untuk pertanian, jalan, jembatan dan pelabuhan, bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi serta bangunan lainnya.

Tabel 6. Nilai Pure Linkage pada Tabel I-O Propinsi Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000 (dalam milyar rupiah)

Page 18: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

18

Inisial Sektor

Tahun 1994 Tahun 2000 PBL PFL PTL Urutan PBL PFL PTL Urutan

Padi 495 2.320 2.815 12 1.663 7.041 8.704 15 Tbm lain 753 1.923 2.677 14 1.637 4.713 6.350 16 TP lain 485 2.226 2.711 13 1.930 8.422 10.352 14 Ternakhasil 536 2.636 3.172 10 1.311 9.466 10.777 13 Kehutanan 90 1.544 1.634 16 55 1.269 1.324 17 Perikanan 213 2.066 2.279 15 838 10.139 10.977 12 Tambanggali 208 1.299 1.507 17 2.754 16.210 18.964 7 Indusmmt 8.402 3.654 12.056 2 19.024 8.641 27.665 5 Induslain 7.686 2.039 9.725 3 28.906 6.577 35.483 2 Kilangmb 1 3.104 3.105 11 134 22.267 22.402 6 LGA 1.147 4.345 5.492 7 3.844 11.749 15.594 10 Bangunan 12.372 11.635 24.007 1 15.119 37.695 52.813 1 Perdagangan 3.499 2.084 5.583 6 17.390 12.315 29.705 3 Resthotel 3.723 5.833 9.556 4 13.744 14.546 28.290 4 Angkom 2.503 2.369 4.871 8 6.088 9.587 15.675 9 LKUBJP 1.432 2.281 3.714 9 2.715 10.320 13.035 11 Pemumhan 0 0 0 18 0 0 0 18 Jasa-jasa 2.162 5.004 7.167 5 4.751 12.040 16.791 8 Sumber: Hasil Analisis Keterangan: PBL=Pure Backward Linkage; PFL=Pure Forward Linkage, dan PTL=Pure Total Linkage

Sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau), pada tahun 1994 menduduki urutan kedua dengan nilai Pure Total Linkage sebesar Rp12.056 milyar, pada tahun 2000 menjadi urutan kelima dengan Pure Total Linkage sebesar Rp27.665 milyar. Sementara, sektor 9 (industri lainnya), pada tahun 1994 menduduki urutan ketiga dengan nilai Pure Total Linkage sebesar Rp9.725 milyar, pada tahun 2000 meningkat menjadi urutan kedua dengan Pure Total Linkage sebesar Rp35.483 milyar.

Sektor 13 (perdagangan) mengalami peningkatan yang cukup besar, dari urutan keenam pada tahun 1994 dengan nilai Pure Total Linkage sebesar Rp5.583 milyar, menjadi urutan ketiga pada tahun 2000 dengan nilai Pure Total Linkage sebesar Rp29.705 milyar. Sektor 17 (pemerintahan umum dan pertahanan) merupakan sektor dengan nilai Pure Total Linkage terkecil untuk kedua periode yaitu sebesar nol.

Analisis Kebijakan Pembangunan Perekonomian Jawa Timur

Analisis kebijakan pembangunan dilakukan dengan menggambarkan karakteristik pola perkembangan perekonomian di Propinsi Jawa Timur berdasarkan analisis yang telah dibuat sebelumnya ke dalam suatu ringkasan tabel kemudian membandingkannya dengan visi, misi dan sasaran pembangunan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Dengan membandingkan kondisi perubahan sektor unggulan dan karakteristik pola perkembangannya dengan kebijakan strategi yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Jawa Timur, dapat dilakukan evaluasi untuk meletakkan strategi yang tepat di masa mendatang.

Page 19: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

19

Karakteristik Pola Perkembangan Perekonomian

Untuk mempermudah mengetahui pola perkembangan struktur perekonomian Jawa Timur, disajikan Tabel 7 yang merupakan ringkasan hasil analisis metode input-output yang telah dilakukan.

Tabel 7. Pola Perkembangan Perekonomian Propinsi Jawa Timur Tahun 1994 – 2000

No. Analisis Tahun 1994 Tahun 2000 Pola 1. Struktur

Output Peranan sektor yang dominan: 9. Induslain 31,31% 8. Indusmmt 13,78% 13.Perdagangan 8,85%

Peranan sektor yang dominan: 9. Induslain 27,77% 8. Indusmmt 18,54% 13.Perdagangan 10,63%

Rata-rata pertumbuhan output 32,1% per tahun

2. Struktur Permintaan Akhir

Peranan sektor yang dominan: 9. Induslain 31,42% 8. Indusmmt 16,98% 12.Bangunan 10,89%

Peranan sektor yang dominan: 9. Induslain 26,62% 8. Indusmmt 22,11% 13.Perdagangan 11,37%

Rata-rata pertumbuhan permintaan akhir 31,0% per tahun

3. Struktur Nilai Tambah Bruto

Peranan sektor yang dominan: 9. Induslain 32,47% 8. Indusmmt 12,30% 13.Perdagangan 9,75%

Peranan sektor yang dominan: 9. Induslain 23,96% 8. Indusmmt 17,98% 13.Perdagangan 11,11%

Rata-rata pertumbuhan nilai tambah bruto 31,0% per tahun

4. Angka Pengganda Output

Tiga sektor tertinggi: 12. Bangunan (1,801) 11. LGA (1,722) 14. Resthotel (1,613)

Tiga sektor tertinggi: 12. Bangunan (1,711) 14. Resthotel (1,648) 11. LGA (1,562)

Sektor 12 turun namun sektor 14 meningkat.

5. Angka Pengganda Pendapatan

Tiga sektor tertinggi: 10. Kilangmb (15,584) 9. Induslain (4,315) 8. Indusmmt (3,855)

Tiga sektor tertinggi: 9.Induslain (4,504) 10.Kilangmb (4,463) 14.Resthotel (4,438)

sektor 10 (1994) besar disebabkan upah & gaji relatif kecil dibanding total input.

6. Angka Pengganda Lapangan Kerja

Tiga sektor tertinggi: 14. Resthotel (6,196) 8. Indusmmt (2,374) 11. LGA (2,206)

Tiga sektor tertinggi: 10. Kilangmb (10,002) 14. Resthotel (7,536) 9. Induslain (3,717)

Lonjakan sektor 10 akibat jumlah tenaga kerja yang sangat kecil.

7. Pure Total Linkage

Peranan sektor yang dominan: 12.Bangunan Rp24,0 T 8.Indusmmt Rp12,1 T 9.Induslain Rp9,7 T

Peranan sektor yang dominan: 12.Bangunan Rp52,8 T 9.Induslain Rp35,5 T 13.Perdagangan Rp29,7T

Sektor 12 makin mantap, diikuti sektor 9, sektor 8 turun digantikan sektor 13

Sumber: Hasil Analisis

Dari Tabel 7, terlihat bahwa tahap pembangunan Jawa Timur antara tahun 1994 sampai dengan tahun 2000 telah mengalami berbagai perubahan peranan sektor-sektor ekonomi, walaupun tidak mengalami perubahan yang drastis. Namun perubahan-perubahan tersebut semakin menegaskan pola perekonomian Jawa Timur yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

Page 20: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

20

1. Dari struktur output, permintaan akhir dan nilai tambah bruto terlihat bahwa perekonomian Propinsi Jawa Timur semakin mempertegas peranan dominan sektor 9 (industri lainnya), sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau) serta sektor 13 (perdagangan). Sektor 9 (industri lainnya), walaupun mengalami penurunan dominasi namun masih memiliki proporsi output yang terbesar bagi perekonomian. Sektor 13 (perdagangan) mengambil peran yang semakin penting pada tahun 2000 dengan menggeser sektor 12 (bangunan) dalam besaran proporsi permintaan akhir dan mengalami peningkatan proporsi nilai tambah bruto.

2. Dari angka pengganda output, pendapatan dan lapangan kerja terjadi perubahan leading sector. Namun apabila diamati lebih jauh, kelima sektor unggulannya masih tetap memiliki angka pengganda yang relatif besar, yaitu: sektor 10 (pengilangan minyak bumi), sektor 14 (restoran dan hotel), sektor 9 (industri lainnya), sektor 12 (bangunan), dan sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau). Sehingga untuk memacu pertumbuhan perekonomian Jawa Timur ke depan yang meliputi: peningkatan output, peningkatan pendapatan dan lapangan kerja serta dampak stimulasi terhadap sektor-sektor lain, maka prioritas pembangunan dan investasi harus diarahkan ke sektor-sektor unggulan ini.

3. Dari besarnya pure total linkage terlihat bahwa sektor 12 (bangunan) masih memberikan dampak terbesar bagi perekonomian, diikuti tren perubahan ke sektor 9 (industri lainnya) dan sektor 13 (perdagangan). Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Timur menuju industrialisasi yang makin mantap dan diikuti oleh kegiatan jasa perdagangan yang sehat. Sektor lain yang mengikuti ketiga sektor tersebut adalah sektor 14 (restoran dan hotel) yang bertahan diurutan keempat dan sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau) yang turun peringkat dari urutan kedua menjadi urutan kelima. Hal ini mempertegas pola perubahan perekonomian Jawa Timur menuju perekonomian yang makin modern. Daya dukung sektor 14 (restoran dan hotel) menunjukkan aktivitas perekonomian yang hidup dengan kegiatan perdagangan antar wilayah dan industri pengolahan makanan yang merupakan tahapan selanjutnya dari perekonomian agraris tradisional.

Visi, Misi dan Strategi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur

Visi adalah suatu pandangan yang menggambarkan arah dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya visi ini maka seluruh pihak akan disatukan dalam satu komitmen pencapaian tujuan. Misi adalah komitmen dan panduan arah dalam mewujudkan visi. Sedangkan strategi adalah pilihan cara untuk mewujudkan misi yang diemban. Visi pembangunan Jawa Timur adalah terwujudnya masyarakat Jawa Timur yang maju, sejahtera, dan berakhlak mulia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mewujudkan visi ini, maka misi pembangunan yang

Page 21: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

21

berkaitan bidang ekonomi Jawa Timur adalah peningkatan perekonomian daerah secara terpadu dengan pemberdayaan potensi masyarakat serta pemanfaatan teknologi maupun potensi sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Strategi pembangunan yang ditempuh sesuai dengan Program Pembangunan Daerah (Properda) 2001–2005 yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, telah ditetapkan sebagai berikut: 1. Peningkatan perekonomian daerah secara terpadu dengan

pemberdayaan potensi masyarakat serta pemanfaatan teknologi maupun potensi sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

2. Peningkatan pelayanan kesehatan dan kualitas kesejahteraan sosial, perluasan lapangan kerja, peningkatan peranan pemuda dan pembinaan olah raga, serta penyetaraan gender.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa Jawa Timur memang sudah menempuh strategi kebijakan yang tepat walaupun masih bersifat global dan kurang terinci. Kebijakan Aspek Perekonomian Sektoral

Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya maka sebaiknya strategi kebijakan pembangunan perekonomian Jawa Timur diarahkan ke dalam orientasi sektoral yang memiliki dampak yang luas ke dalam perekonomian Jawa Timur secara keseluruhan.

1. Sebagai Pusat Industri

Hal ini mengingat peranan sektor industri sudah mulai dominan, terutama untuk sektor 9 (industri lainnya) dan sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau). Peranan kedua sektor tersebut sangat besar dari sisi output dan proporsi output dalam perekonomian yang secara akumulatif kedua sektor ini mencapai 46% dari keseluruhan output Jawa Timur. Dilihat dari besarnya angka pengganda, kedua sektor ini juga memiliki angka yang cukup besar, antara urutan ketiga dan kelima dalam tahun 2000 baik untuk angka pengganda output, pendapatan, maupun lapangan kerja. Dengan demikian kedua sektor ini juga sangat penting dalam mendongkrak output perekonomian, meningkatkan pendapatan masyarakat maupun mengurangi tingkat pengangguran.

Hal lain yang perlu dicatat adalah bahwa sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau) ternyata didominasi oleh industri rokok. Kemudian disusul oleh beberapa industri lain dengan nilai output yang jauh lebih kecil, yaitu: industri penggilingan padi-padian, industri makanan dari tepung serta industri lainnya. Sementara, untuk sektor 9 (industri lainnya) merupakan gabungan beberapa industri dengan nilai output yang relatif seimbang, yaitu: industri pengolahan dan penyamakan barang dari kulit, industri bambu, industri tekstil dan pakaian jadi, dan industri kertas, serta industri semen dan kapur.

Page 22: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

22

Sektor-sektor tersebut seyogyanya menjadi titik prioritas investasi yang dilakukan sehingga membawa dampak yang besar bagi perekonomian Jawa Timur.

2. Sebagai Pusat Perdagangan dan Distribusi

Perekonomian Jawa Timur sangat dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan dan distribusi. Hal ini terlihat dari kontribusi output sektor perdagangan yang relatif besar dan mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 1994 ke tahun 2000 juga dari peningkatan angka pure total linkage dan peningkatan urutan dari urutan 6 pada tahun 1994 menjadi urutan 3 pada tahun 2000. Kondisi ini merupakan keniscayaan, mengingat kondisi geografis Jawa Timur yang menjadi pintu penghubung antara perekonomian Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia. Selain itu, Jawa Timur juga berbatasan langsung dengan Jawa Tengah, propinsi di Pulau Jawa yang aktivitas ekonominya besar. Hal ini juga ditopang oleh sektor 14 (retoran dan hotel) yang merupakan sektor unggulan dengan angka pengganda yang relatif besar baik tahun 1994 maupun tahun 2000. Sehingga arah pembangunan juga harus memperhatikan sektor perdagangan dan distribusi ini, seperti pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang mempermudah akses ke daerah sentra industri, pasar dan sumber daya.

3. Sebagai Pusat Pertanian

Dari analisis sebelumnya diketahui bahwa sektor-sektor pertanian merupakan sektor-sektor dengan peranan yang kurang dominan dari sisi besarnya output dan angka pengganda. Namun hal ini bukan berarti sektor pertanian tidak penting, mengingat beberapa alasan. Pertama, sektor pertanian merupakan penopang utama industri pengolahan terutama sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau). Kedua, sektor pertanian di Jawa Timur masih menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Ketiga, hasil pertanian di Jawa Timur tidak hanya dikonsumsi bagi perekonomian Jawa Timur tapi juga diekspor ke wilayah propinsi lainnya. Sehingga perhatian pembangunan hendaknya diarahkan kepada peningkatan ekonomi pertanian dengan melakukan investasi di sektor ini. Dan yang lebih penting adalah menciptakan fasilitas dan kemudahan-kemudahan bagi kegiatan pertanian termasuk pascapanen dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya. Arahan pembangunan di sektor ini juga didukung oleh luasnya lahan pertanian dan kehutanan serta iklim yang mendukung.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa selama kurun waktu tahun 1994 – 2000 telah terjadi perubahan

pengaruh sektoral terhadap perekonomian Propinsi Jawa Timur atau

Page 23: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

23

perubahan peranan sektor-sektor penting bagi perekonomian pada tahun 1994 dan tahun 2000. Perubahan tersebut dapat diterangkan melalui perubahan kontribusi output, permintaan akhir dan nilai tambah bruto sektor-sektor dalam perekonomian.

2. Bahwa telah terjadi pergeseran sektor unggulan, sebagaima terlihat dalam perubahan urutan sektor unggulan berdasarkan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan besarnya nilai pure total linkage suatu sektor. Namun walaupun mengalami perubahan urutan dari tahun 1994 ke tahun 2000, nama-nama lima sektor teratas berikut masih sangat signifikan, yaitu: sektor 9 (industri lainnya), sektor 12 (bangunan), sektor 13 (perdagangan), sektor 14 (restoran dan hotel), dan sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau). Sehingga untuk memacu pertumbuhan perekonomian Jawa Timur ke depan yang meliputi: peningkatan output, peningkatan pendapatan dan lapangan kerja serta dampak stimulasi terhadap sektor-sektor lain, maka prioritas pembangunan dan investasi harus diarahkan ke sektor-sektor unggulan ini.

3. Selain menitikberatkan perhatian terhadap sektor-sektor ekonomi ekonomi unggulan, pembangunan juga sebaiknya diarahkan kepada sektor 13 (perdagangan) dan sektor-sektor pertanian. Hal ini didukung oleh adanya peningkatan besaran pure total linkage sektor perdagangan dan sektor-sektor pertanian. Selain itu, sektor-sektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja yang sangat besar.

Implikasi Kebijakan

Dengan memperhatikan berbagai hasil temuan dalam penelitian ini, maka implikasinya kebijakan pembangunan perekonomian Jawa Timur sebaiknya diarahkan menjadi: 1. Pusat kegiatan industri, terutama sektor 9 (industri lainnya) dan sektor

8 (industri makanan, minuman dan tembakau). Mengingat kedua sektor industri ini merupakan sektor unggulan dan penyumbang output terbesar dalam perekonomian. Selain itu juga merupakan dua sektor dengan angka pengganda pendapatan dan lapangan kerja yang cukup besar. Sehingga selain memberi dampak kepada output perekonomian keseluruhan juga akan memberikan dampak yang tinggi bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan mengurangi jumlah pengangguran.

2. Pusat perdagangan dan distribusi, mengingat kegiatan perdagangan di Jawa Timur merupakan kegiatan sektor jasa yang cukup dominan dan merupakan sektor unggulan. Hal ini terlihat dari kontribusi output sektor perdagangan yang relatif besar dan mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 1994 ke tahun 2000 juga dari peningkatan angka pure total linkage dan peningkatan urutan dari urutan 6 (1994) menjadi urutan 3 (2000). Hal ini juga ditunjang oleh kondisi geografis

Page 24: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

24

Jawa Timur yang strategis sebagai pintu gerbang penghubung kawasan timur dan barat Indonesia.

3. Pusat Pertanian, mengingat sektor-sektor pertanian merupakan penopang sektor industri, terutama sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau). Secara alamiah, perekonomian Jawa Timur merupakan perekonomian agraris dan sektor-sektor ini masih merupakan sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar.

Keterbatasan Studi dan Penelitian Lanjutan

Dalam studi ini baru diteliti dan dianalisis mengenai perubahan perekonomian yang terjadi dengan hanya melihat rentang perubahan selama periode 1994 – 2000, sehingga hasil penelitian tidak menunjukkan adanya pola yang lengkap dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selain itu, juga dibatasi kepada penggunaan analisis metode input-output untuk melihat sektor-sektro unggulan dan menggunakannya sebagai evaluasi arah kebijakan pembangunan.

Dengan keterbatasan studi tersebut, penulis menyarankan penelitian lanjutan untuk memperlebar rentang waktu penelitian. Hal lain yang dimungkinkan adalah melakukan evaluasi lanjutan dengan melakukan simulasi perkiraan dampak terhadap perekonomian atas kebijakan pembangunan yang dijalankan dengan menggunakan berbagai metode yang memungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Iswan. “Evaluasi Perkembangan Struktur Perekonomian DKI Jakarta Dalam Rangka Menuju Kota Jasa (Service City) Dengan Menggunakan Metode Input-Output.” Tesis, Bidang Khusus Perencanaan Wilayah dan Kota, Program Studi Pembangunan, PPS ITB Bandung, 2001.

Ananta, Aris (ed.). Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Lembaga Demografis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993.

Arief, Sritua. Industri Minyak Bumi dan Ekonomi Indonesia: Suatu Studi Dampak. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1984.

Arief, Sritua. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993.

BPS Jawa Timur. (berbagai publikasi dari berbagai terbitan). Djojohadikusumo, Sumitro. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi

Pertumbungan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Penerbit PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1994.

Guo, Dong; Hewings, Geoffrey J.D.; and Sonis, Michael. “Temporal Changes in The Structure of Chicago’s Economy: 1980–2000.” Discussion Paper, Regional Economics Applications Laboratory, University of Illinois, USA, 2003.

Guo, Jiemin and Planting, Mark A. “Using Input-Output Analysis to Measure U.S. Economic Structural Change Over a 24 Year Period.” Discussion Paper, Regional Economics Applications Laboratory, University of Illinois, USA, 2000.

Hakim, Lukman; Santosa, Budi; dan Setyaningrum, Esty (ed.). Beberapa Agenda Perekonomian Indonesia: Kritik dan Solusi. Jakarta: Penerbit Dewan Riset Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, 2004.

Page 25: 05 Analisis Sektor Unggulan Untuk Menentukan Strategi Pembangunan Jawa Timur Jkm Jun 2005

25

Hendranata, Anton. “Model Input-Output Ekonometrika Indonesia dan Aplikasinya untuk Analisis Dampak Ekonomi.” Tesis, Program Pascasarjana IPB, Bogor, 2002.

Hill, Hal. Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966: Sebuah Studi Kritis dan Komprehensif. Yogyakarta: PAU (Studi Ekonomi) UGM bekerja sama dengan PT Tiara Wacana, 1996.

Isard, Walter et.al. Methods of Interregional and Regional Analysis. Aldershot England: Ashgate Publishing Limited, 1998.

Kessy G., Annisa. “Perencanaan Luas Lahan Tanaman Perkebunan Tahun 2004 dengan Analisa Input-Output dan Programa Goal Linier di Propinsi Jawa Timur.” Skripsi, Fakultas Ekonomi-UMM Malang, 2003.

Mangiri, Komet et.al. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. Jakarta: Badan Pusat Statistik 2000.

Mangiri, Komet et.al. Teknik Penyusunan Tabel Input Output, Jakarta: Badan Pusat Statistik 2000.

Mangiri, Komet. Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah Otonom (Pendekatan Model Input-Output). Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2000.

Miller, Ronald E. and Blair, Peter D. Input-Output Analysis: Foundations and Extensions. New Jersey: Prentice Hall Inc., 1985.

Nazara, Suahasil et. al. “PyIO: Input-Output Analysis with Python.” Discussion Paper, Regional Economics Applications Laboratory, University of Illinois, USA, 2003.

Nazara, Suahasil. Analisis Input Output. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997.

Sonis, Michael et.al. “Linkage, Key Sectors, and Structural Change: Some New Perspectives.” The Developing Economies Vol. XXXIII-3, September 1995, p.233-270.

Sulistyaninsih, Endang. “Dampak Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Struktur Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia 1980–2019: Suatu Pendekatan Input-Output.” Disertasi, Program Pascasarjana IPB, Bogor, 1997.

Susilo, Dwi. “Analisis Perubahan Struktural Pada Perekonomian Jawa Timur (Studi Tahun 1993–2001)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi-UMM Malang, 2003.

Todaro, M.P. Economic Development in the Third World. London: Longman, 6th edition, 1997.