03 12 Membangun Kop & Kop Membangun
-
Upload
muhammad-aswar -
Category
Documents
-
view
238 -
download
7
description
Transcript of 03 12 Membangun Kop & Kop Membangun
Membangun Koperasi
Dan Koperasi Membangun* Mohammad Hatta
esok tanggal 12 Juli adalah Hari Koperasi !
Pada malam menjelang ini inginlah aku menyampaikan sepatah dua-patah kata pada
saudara-saudaraku pecinta koperasi yang akan berkumpul besok di berbagai tempat
diseluruh Indonesia untuk memperingati Hari Koperasi itu.
Apa gunanya hari peringatan? Bukanlah untuk beramai-ramai serta memperbanyak hari
libur yang sudah terlalu banyak jumlahnya, melainkan untuk jadi pendorong bekerja lebih giat
menuju cita-cita. Hari peringatan bukanlah semata-mata suatu hari yang diadakan sekali
setahun untuk menOleh ke belakang, guna memperingati apa yang telah dikerjakan. Hari
peringatan hendaklah terutama dipahamkan sebagai suatu saat memandang kehadapan, ke
masa dating. Suatu saat untuk menginsyafkan diring tentang apa yang belum terlaksana
daripada cita-cita. Saat untuk membarui tenaga dan memperkuat semangat, guna mencapai
cita-cita itu.
Sebagai suatu bangsa yang berpuluh-puluh tahun berjuang menentang imperialisme
dan kolonialisme, kita mempunyai ideal, cita-cita tinggi, tentang dasar hidup kita. Kita ingin
melihat bangsa kita hidup makmur dan sejahtera, bebas dari kesengsaraan hidup,. Ideal kita itu
terpancang dalam Undang-Undang Dasar : “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan”. Asas kekeluargaan itu ialah koperasi ! Perkataan Undang-
Undang Dasar ini bukanlah hanya suatu pernyataan daripada ideal bangsa kita, tetapi juga
suruhan untuk bekerja ke jurusan itu.
*) Pidato Radio sebagai Wakil Presiden RI, pada Hari Koperasi I tanggal 12 Juli 1951.
Suatu perekonomian nasional yang berdasar atas koperasi, inilah ideal kita. Tetapi
bagaimana realita ? Realita ialah bahwa kita masih jauh daripada cita-cita kita itu, bahwa
kemakmuran rakyat tidak lahir sekaligus dengan kemerdekaan dan kedaulatan, bahwa koperasi
tidak timbul sendirinya dengan ciptaan. Semuanya itu harus diusahakan, diselenggarakan
dengan kerja yang sungguh-sungguh. Dunia yang lahir berlainan daripada alam cita-cita. Tetapi
B
kita harus mempunyai cita-cita, karena cita-cita itulah yang menjadi pegangan bagi kita untuk
merintis jalan ke gerbang kemakmuran rakyat uang kita ciptakan itu.
Lebih penting daripada cita-cita kita tentang kesejahteraan hidup rakyat di masa datang
dengan dasar kekeluargaan, ialah desakan rakyat untuk mendapat perbaikan hidup sekarang
juga. Rakyat jelata tidak bisa hidup dengan cita-cita saja, tak sabar menunggu terlaksananya
masyarakat koperasi Indonesia, yang hanya dapat diselenggarakan berangsur-angsur dalam
waktu yang agak panjang. Ia menghendaki tindakan apa pun juga, yang bisa meringankan
hidupnya sekarang ini. Sebab itu, dalam keadaan kekurangan kemakmuran pada rakyat
sekarang ini, yang terpenting ialah bagaimana mengatasi kekurangan itu sedapat-dapatnya
dalam waktu yang singkat. Sekalipun sebagian saja daripada kekurangan kemakmuran itu yang
dapat diatasi dalam jangka pendek, tiap-tiap perbaikan penghidupan – betapa juga kecilnya –
tampak lumayan juga dimata rakyat yang mederita.
Oleh karena itu, politik kemakmuran yang realis harus dapat memisahkan politik
perekonomian dalam jangka panjang dan politik perekonomian dalam jangka pendek. Antara
kedua cabang politik kemakmuran itu harus ada koordinasinya, perhubungannya. Politik
perekonomian berjangka panjang meliputi segala usaha dan rencana untuk menyelenggarakan
berangsur-angsur ekonomi Indonesia yang berdasarkan koperasi. Oleh karena koperasi hanya
bisa subur diatas pangkuan masyarakat yang bersemangat koperasi, maka usaha menghidupkan
dan menumbuhkan semangat koperasi itu adalah tugas yang pertama. Usaha ini menghendaki
waktu, kesabaran dan keyakinan yang tak kunjung goncang.
Di sebelah menunggu tercapainya hasil politik perekonomian berjangka panjang ini,
perlu ada politik kemakmuran berjangka pendek, yang realisasinya bersandar kepada bukti-
bukti yang nyata. Sekalipun sifatnya berlainan daripada ideal kita bagi masa datang, apabila
buahnya nyata memperbaiki keadaan rakyat dan mengecilkan kekurangan kemakmuran kini
juga, tindakan itu sementara waktu harus dilakukan. Dilakukan Oleh mereka yang sanggup
menjalankannya.
Rakyat kita umumnya menderita kekurangan makanan, kekurangan pakaian,
kekurangan rumah yang layak didiami Oleh manusia, kekurangan barang-barang keperluan
sehari-hari, kekurangan alat usaha, ya kekurangan dalam berbagai-bagai hal lagi. Tiap-tiap
tindakan sewaktu dan sementara, dari pihak mana pun juga, yang dapat mengurangkan
kekurangan itu, terasa lumayan Oleh rakyat. Karena itu harus dihidupkan! Memang, antara
ideal dan penyelnggaraannya terdapat alam yang lahir, realita yang nyata, yang tak dapat kita
elakkan perjoangan di dunia bukanlah sikap yang mengelakkan kesukaran dan mencari jalan lari
ke alam cita-cita, melainkan tenang dan tegas menghadapi kesukaran itu dengan maksud
merobah realita itu berangsur-angsur ke jurusan cita-cita kita.
Jalan yang kita rintis memang sukar dan sulit. Sungguhpun begitu, kita jangan gusar
apabila di sebelah koperasi yang menjadi ideal kita, terdapat banguna-bangunan perusahaan
yang berpedoman pada keuntungan dan berdasarkan inisiatif-partikulir, diawasi atau tidak Oleh
negara. Adanya usaha-usaha partikulir itu adalah sesuai dengan keadaan masa, berkenaan
dengan tujuan kemakmuran dalam jangka pendek. Selama negara dan koperasi belum lagi
mempunyai alat untuk memimpin ekonomi nasional, inisiatif partikulir itu memenuhi tugasnya
dalam mayarakat untuk menghidupkan ekonomi dan membuka mata pencaharian bagi beribu-
ribu rakyat yang masuk golongan tak punya.
Tidak dapat disangkal bahwa pada masa ini banyak sekali di antara perusahaan-
perusahaan partikulir itu yang memenuhi tuntutan ekonomi, yaitu mengurangkan kekurangan
kemakmuran. Tugas Pemerintah dalam keadaan seperti itu ialah melindungi ekonomi rakyat
yang lemah daripada tindasan ekonomi asing dan memperbaiki dasar pembagian hasil, produk
sosial, dengan memperbanyak bagian yang jatuh kepada tani dan buruh. Pemerintah daripada
suatu negara yang merdeka berkuasa, mempunyai kekuasaan, untuk merobah dasar pembagian
pendapatan, tetapi luasnya kekuasaan itu ditentukan Oleh hukum ekonomi. Selama kekuasaan
sosial itu dilakukan dengan melalui hukum ekonomi yang menentukan pembagian hasil,
tindakan itu dapat dilakukan dengan menguntungkan kaum buruh. Akan tetapi, apabila
kekuasaan sosial itu dilakukan keluar dari jalan yang ditentukan Oleh hukum ekonomi, maka
akibatnya merugikan kepada negara dan kaum buruh kedua-duanya.
Dengan perkataan biasa yang barangkali lebih mudah memahamkannya: selama masih
ada hasil yang tinggal bagi kaum usahawan setelah Pemerintah menaikan upah dengan dasar
minimum, selama itu kaum usahawan bersedia meneruskan produksi. Usahawan partikulir
berusaha untuk memperOleh keuntungan. Selama ada keuntungan, sekalipun telah diperkecil
dengan berbagai peraturan upah dan sosial dari Pemerintah, selama itu ia sanggup bekerja.
Usahanya untuk memeprbaiki keuntungannya akan dicapainya dengan jalan rasionalisasi
perusahaan, akan tetapi, apabila tindakan Pemerintah dan tuntutan buruh melewati batas
kemungkinan sehingga pelaksananya itu menimbulkan kerugian bagi perusahaan partikulir tadi,
maka berusaha baginya tidak menurut ekonomi lagi dan ia akan menutup perusahaannya.
Akibatnya ialah hidup buruh akan terlantar, Pemerintah sendiri akan kerugian pajak, Negara
akan kekurangan produksi yang pada gilirannya merugikan balans pembayaran terhadap luar
negeri.
Mau tak mau, kita harus akui realita bahwa perusahaan partikulir itu yang dikemudikan
Oleh bangsa asing maupun Oleh bangsa kita sendiri, masih mempunyai jawatan ekonomi dalam
penghasilan nasional di Indonesia sekarang. Selama mereka masih menyumbangkan usaha yang
positif dalam produksi dengan tambahan hasil yang positif pula, selama itu kedudukan mereka
sukar diusik dengan tiada merugikan pendapat nasional sendiri. Kedudukan mereka hanya
mungkin diganti dengan menguntungkan negara dengan rakyat, apabila dapat diadakan
organisasi ekonomi yang lebih baik dan lebih sempurna dari itu.
Di sebelah perusahaan-perusahaan partikulir yang nyata itu, koperasi harus memenuhi
kewajibannya dengan member contoh yang patut menjadi teladan. Hanya dengan contoh yang
baik dan yang patut ditiru dapat dilaksanakan lambat-laun cita-cita yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar Negara kita. Dengan contoh yang patut ditiru itu sajalah koperasi dapat
mengalahkan kedudukan firma, perseroan anonym (N,V.) dan lain-lainnya itu. Koperasi
hendaknya menunjukkan dan membuktikan kelebihannya daripada perusahaan-perusahaan
yang berpedoman dengan keuntungan, dan dengan sendirinya pengaruhnya lambat-laun akan
bertambah besar dan dasarnya akan berkembang seluruh Indonesia.
Kelebihan koperasi daripada bangun perusahaan yang lain itu tidak dapat dibuktikan
dengan semboyan, melainkan dengan buktinya sendiri dalam praktek Dalam teori kelebihan
koperasi cukup dikemukakan. Pada koperasi tak ada majikan dan buruh yang kepentingannya
bertentangan. Yang bekerja semuanya anggota yang sama-sama bertanggungjawab atas
keselamatan koperasinya. Pada koperasi yang terutama ialah menyelenggarakan keperluan-
hidup bersama dengan sebaik-baiknya, bukan mengejar keuntungan seperti pada firma,
perseroan anonim dan lain-lainnya itu. Sungguhpun perusahaan memperOleh keuntungan juga,
keuntungan itu bukanlah tujuan. Yang menjadi pokok ialah memlihara kepentingan bersama,
menyelenggarakan keperluan hidup bersama. Berbeda dengan perseroan anonim di mana ahli
pesertanya yang terbanyak tidak ikut berusaha melainkan menunggu pembagian keuntungan
saja habis tahun, anggota koperasi rata-rata ikut berusaha dan bertanggung jawab. Tanggung
jawabnya tak serentak putus dengan berhentinya sebagai anggota koperasi, melainkan terus
berlangsung, misalnya sampai setahun sesudah itu. Pada perseroan anonim, perhubungan ahli
peserta biasa dengan perusahaan sangat longgar dan dapat diputus setiap waktu dengan
menjual andilnya kepada orang lain. Pada koperasi anggota itu adalah jiwa daripada
koperasinya. Koperasi berdasarkan cita-cita !
Ini semuanya diketahui. Yang penting sekarang ialah membuktikannya dalam praktek.
Karena prakteklah yang akan membuktikan apa benarkah koperasi lebih ulung daripada
bangunan yang berdasarkan inisiatif sendiri-sendiri. Sebab itu besar tugas dan tanggungjawab
penganjur-penganjur koperasi untuk memelihara pelaksanaan koperasi yang baik dalam
masyarakat, memperbaiki organisasinya senantiasa dan membetulkan tindakan dan praktek
yang salah.
Semboyan yang muluk-muluk sudah banyak dihamburkan, demonstrasi sudah banyak
dilakukan, tinggal lagi sekarang menyelenggarakan semuanya itu dengan organisasi. Kalau kita
akan bersemboyan juga, ambillah sekarang sebagai semboyan: “dari demonstrasi ke
organisasi”. Organisasi adalah pangkal kekuatan. Organisasi yang dibangunkan Oleh kapitaisme
colonial hanya dapat kita lawan dengan organisasi pula, yaitu organisasi koperasi.
Duapuluh satu tahun yang lalu, untuk pertama kalinya kami anjurkan kepada rakyat
semboyan tadi, dari demonstrasi ke organisasi, dan sekarang kami ulangi lagi. Dahulu semboyan
ini kami majukan untuk memperkuat organisasi politik. Sekarang kumajukan lahi untuk
memperkuat ekonomi rakyat. Semboyan ini bukanlah semboyan yang mengemukakan cita-cita
atau tuntutan, melainkan semata-mata semboyan bekerja.
Setelah kita sekarang menjadi suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat, vukan lagi
semboyan yang utama melainkan bukti yang diperbuat. Bukti yang menunjukkan bahwa kita
sebagai bangsa sanggup menentukan nasib kita sendiri, sanggup berbuat dalam arti menolong
diri sendiri. Halangan dari kapitalisme hanya bisa diatasi dengan organisasi, dan organisasi itu
ialah koperasi.
Memang, kita berada dalam segala kekurangan. Kita perlu akan bantuan kapital dan
bantuan tenaga ahli dari luar negeri. Semuanya itu dapat kita datangkan dengan
menguntungkan kepda negara dan rakyat, asal rencana datang dari kita dan inisiatif ada pada kita.
Kolonialisme secara pemerintah jajahan sudah lenyap, sudah kita runtuhkan. Tetapi kapitalisme
kolonial sebagai suatu kekuasaan organisasi ekonomi masih kuat dudukannya. Kekuasaannya itu hanya
dapat dipatahkan dengan membangun perekonomian rakyat di atas dasar koperasi. Koperasi menyusun
tenaga yang lemah yang terbesar itu menjadi suatu organisasi yang kuat. Kekuatan koperasi terletak
pada sifat persekutuannya yang berdasarkan tolong-menolong serta tanggungjawab bersama. Bukan
mengadakan permusuhan keluar yang menjadi sifatnya yang utama, melainkan memperkuat solidarited
ke dalam, mendidik orang insyaf akan harga dirinya serta menanam rasa percaya pada diri sendiri.
Salah satu sisa kolonialisme yang menghambat kemajuan,yang mesti disapu selekas-lekasnya ,
ialah inferioriteitscomplex, yaitu rasa-diri-rendah. Rasa-diri-rendah inilah yang sering-sering menjadi
sebab bahwa orang mengelakkan perjoangan ekonomi yang nyata dan mencari jalan lari ke pada
semboyan.
Berapa banyakkah ucapan yang kita dengar menentang pinjaman dari luar negeri, seolah-olah
pembangunan Indonesia ini dapat dijalankan dengan dua kerat lengan dan sebuah pacul saja, dengan
tiada bantuan kapital dan alat-alat bekerja modern. Orang takut kalau kita meminjam kapital luar negeri
itu , kita akan terjajah lagi. Semua ucapan ini tak lain daripada suara dari hati kecil yang mengeluarkan
rasa-diri-rendah terhadap bangsa dan kapital asing, suatu pernyataan dari inferioriteitscompelex tadi.
Tanda tak percaya kepada diri sendiri . Tanda tak percaya bahwa kita sanggup mempertahankan dan
menjaga kemerdekaan kita.
Rasa-diri –rendah itu, yang ditanam bahwa dalam jiwa rakyat kita Oleh penjajah yang berabad-
abad lamanya, harus kita berantas sehabis-habisnya dengan jalan organisasi koperasi. Koperasi sanggup
mengikis peninggalan kolonialisme itu dari jiwa bangsa kita, karena dalam koperasi terpadu menjadi
satu : percaya kepada diri sendiri, idealism dan organisasi yang di dukung Oleh seluruh anggotanya.
Masyarakat senantiasa dalam kekurangan kemakmuran. Inilah yang menjadi sebab timbulnya
ilmu ekonomi. Kekurangan hanya dapat dikecilkan dengan jalan produksi, penghasilan. Dan Oleh karena
alat pemuaskan keperluan hidup tidak mencukupi untuk memuaskan segala keperluan hidup yang
dikehendaki Oleh manusia, maka timbullah sebagai pusat masalah daripada ekonomi cara bagaimana
menyusun dan mempergunakan faktor penghasilan, supaya dengan persediaan faktor produksi yang ada
itu tercapai pemuasan keperluan rakyat yang sebesar-besarnya. Artinya cara bagaimana berekonomi
dengan tenaga produktif yang ada supaya kekurangan kem akmuran dapat diperkecil sampai sekecil-
kecilnya.
Kita di Indonesia menghadapi soal kekurangan kemakmuran yang hebat sekali, yang sebagian
besar berakar dalam sejarah. Tatkala kedaulatan atas Indonesia diserahkan kepada bangsa kita, kita
perOleh Indonesia ini kembali dalam keadaan chaos, kacau, dan hamper pula bankrut.
Tiga hal yang negatif perlu disebutkan di sini.
Pertama, Indonesia kita dapati dalam segala rusak sebagai akibat dari pada peperangan,
pertempuran dan politik bumi hangus. Sudahlah harta dan kapital banyak hancur, keamanan diganggu
pula Oleh gerombolan penjahat dan pengacau yang timbul di masa yang lampau beserta kaum gerilnya
lama dan baru yang menggap tiap-tiap perobahan dan keinginan harus dicapai dengan jalan
pemberontakan.
Kedua,kas kosong. Bukan saja kosong, malahan rencana pembelanjaan Negara menyatakan
deficit terus-menerus sejak lima tahun yang akhir. Kekurangan untuk tahun 1950 ditaksir Rp 1.500 juta.
Ketiga, rakyat miskin, sehingga sukar mendapat kapital dari rakyat untuk membelanjai
pembangunan. Ini adalah hasil daripada penjajahan yang menekan rakyat kita menjadi “ een volk van
koeliei onder de valken “ Menurut penyelidikan “ Statistical Office of the United Nations Departement of
Economic Affairs “ tahun 1949, yang memeriksa pendapatan nasional daripada 70 bangsa di dunia ini,
pendapatan rakyat kita hanya kira-kira 2000 juta dollar setahun, atau dipukul rata 25 dollar seorang
setahun. Bangsa Indonesia termasuk golongan bangsa yang termiskin di dunia ini. Jika dibandingkan
dengan pendapatan nasional Amerika serikat, yang berjumlah hamper 217.000 juta atau 1.453 dollar
seorang setahun, maka pebedaannya itu sangat menyolok mata. Sekali pun diambil sebagai
perbandingan negeri yang kurang kaya, misalnya Nederland, masih saja pendapatan nasionalnya 5000
juta dollar atau 500 dollar seorang setahun. Pendapatan rakyat Belanda seorang setahun adalah dua
puluh kali sebanyak pendapatan rakyat Indonesia. Alangkah sengsaranya kelihatan bangsa kita, apalagi
jika dipikirkan bahwa Tanah air kita termasuk golongan tanah yang terkaya di dunia ini. Rakyat kita
hidup miskin di tengah-tengah kekayaanya yang melimpah.
Demikianlah timpangnya keadaan ini ! Akan tetapi keadaan yang sekarang timpang itu pulalah
yang menjadi harapan bagi bangsa kita untuk menjadi bangsa yang makmur di masa datang. Asal bangsa
kita mau bekerja, percaya pada diri sendiri, pandai mempergunakan kemerdekaan yang telah diperOleh
untuk membina kekayaan alam kita menjadi sumber kemakmuran, bangsa kita pasti akan makmur,
jasmani maupun rohani. Kemakmuran tidak dating dengan sendirinya, betapa juga kayanya Tanah Air
kita, maunya diusahakan. Alam hanya memberikan kesempatan kepada manusia untuk berekonomi,
ekonomi itu sendiri haruslah ditimbulkan Oleh manusia.
Demikianlah keadaan yang nyata yang kita hadapi tatkala menerima kembali kedaulatan atas
Tanah Air kita Indonesia. Kita jumpai segala negatif, segala rusak dan kacau, kas kosong, malahan
kekurangan, rakyat miskin tak punya kapital simpanan untuk membangun.
Negeri-negeri lain seperti di Eropa Barat juga menderita kerusakan hebat dalam perang dunia
kedua, akan tetapi rakyatnya mempunyai kapital nasional yang dapat dipergunakan sebagai permulaan
untuk membangun. Tetapi kita ? Kita tak dapat menunjukan persediaan yang positif untuk membangun
ekonomi rakyat. Memang ada juga tenaga produktif bangsa kita, tetapi semuanya itu masih terpendam
dalam kemungknan, baru berada dalam potensi. Masih berupakan tenaga pekerja daripada rakyat kita
yang 75 juts jumlahnya dan kekayaan alam kita yang tidak terhingga.
Semuanya ini adalah kemungkinan untuk masa yang akan datang, yang memungkinkan kita pula
mempunyai cita-cita tentang kemakmuran rakyat. Tetapi realita yang kita hadapi adalah pahit,
kekurangan kemakmuran sangat hebat, ditambah pula dengan kekurangan alat dan tenaga-ahl untuk
bekerja. Sering-sering juga kelihatan kurang kemauan untuk bekerja. Orang lebih suka malas daripada
capek. Lebih suka bersemboyan dari berjuang.
Oleh karena itu, di sebelah cita-cita sebagai pendorong, kita harus kenal realitet, mengetahui,
data tempat bertolak ke lapang pembangunan. Pendek kata, kita harus merealisir kesulitan yang kita
hadapi, yang menjadi rintangan dalam pembangunan Negara dan masyarakat.
Untuk membangun kemakmuran perlu ada faktor-faktor produksi dalam persediaan dan
kombinasi yang tertentu, yaitu tenaga pekerja, alam, kapital yang dan pandai organisasi yang menjadi
pembawaan Pertindak, ondernemer. Seperti diketahui, tentang semuanya itu kita berada dalam
kekurangan. Ada alam yang kaya, tetapi terbengkalai, kecuali sebagian yang telah diusahakan bangsa
asing. Ada tenaga, tetapi masih dalam potensi, belum teratur. Tak ada kapital, karena rakyat miskin.
Ada usahawan tetapi organisator kurang sekali. Pertindak kurang, sebab kita baru merdeka dan
bangsa kita belum banyak mempunyai pengalaman dalam perusahaan modern.
Kalau kita pikirkan segala kekurngan itu, maka terbatas pulalah langkah kita dalam
menyelenggarakan usaha yang efektif. Sering-sering terasa “ kehendak hati memeluk gunung, apa daya
tangan tak sampai “. Oleh karena kekurangan kapital, berbagai rencana Pemerintah tentang pembangun
tinggal rencana saja, belum dapat diselenggarakan. Juga koperasi dapat dikemudikan dengan segala
besar. Dalam plan Panitia Pemikir Siasat Ekonomi tahun 1947 ada kemungkinan mendirikan koperasi
campuran yang disertai kapital asing, buruh Indonesia dan Pemerintah. Koperasi semacam itu misalnya
dapat menyelenggarakan perusahaan industri. Akan tetapi nyatalah bahwa yang semacam itu belim
mungkin di waktu sekarang. Kaum pekerja yang akan menjadi terasnya belum lagi ada, dasar kapitalnya
pun sukar diperOleh dari mereka yang menjadi inti koperasi itu. Belum lagi tenaga pimpinan yang sukar
didapat, karena pimpinan koperasi semaca itu mestilah Pertindak yang mempunyai cita-cita
kemasyarakatan, berlainan dari ondernemer biasa. Tetapi apa yang belum ada sekarang mungkin dating,
asal rakyat kita menunggu dan giat bekerja.
Pada saat sekarang ini usaha gerakan koperasi Indonesia yang terutama ialah memperkuat
fondamen, dasar, tempat perumahan koperasi didirikan. Oleh Karena pokok koperasi ialah auto-aktivita
di sebelah tanggungjawab bersama, maka koperasi rakyat haruslah berdasarkan pada kombinasi yang
baik antara faktor-faktor produksi yang ada dalam masyarakat kita. Betapa mungkin besarnya, hal ini
ditentukan Oleh persediaan faktor produksi yang terpenting dalam satu-satu kombinasi. Sekalipun
misalnya ada banyak pekerja yang bersemangat koperasi, apabila kapitalnya tak ada, maka terpaksalah
koperasi itu bermula dengan serba kecil. Selangkah demi selangkah diadakan pembinaan kapital dari
cadangan yang diadakan tiap-tiap tahun, dan dengan itu diperbesar perusahaan. Apabila koperasi sudah
mulai besar dengan tenaga sendiri, barulah mungkin menarik modal dari lluar. Bantuan Pemerintah pun
dapat diharapkan untuk memperbesar usaha, apabila sendi koperasi sudah kuat.
Demikian juga apabila tenaga pemimpin belum ada, maka koperasi tak dapat
dipertanggungjawabkan. Apabila koperasi itu bermula dengan sederhana, maka tenaga pemimpin
lambat-laun akan muncul dari kalangan ahli koperasi sendiri. Karakter dan kecakapan yang berguna
untuk memimpin akan terpadu dalam usaha berkoperasi sehari-hari.“ Man’s character has been
moulded by his everyday work “, demikianlah kata A l f r e d M a r s h a l l pada permulaan buku
pelajaran.
Jikalau kita tinjau sedalam-dalamnya ke dalam masyarakat kita, maka ternyatalah bahwa
kurang sekali faktor-faktor koperasi, yaitu modal, tenaga pemimpin dan pekerja yang bersemangat
koperasi. Koperasi sosial banyak terdapat sebagai pembawaan daripada desa Indonesia. Yang penting
ialah memasukkan sifat keekonomian ke dalam bangunan sosial tadi. Maka itu, propaganda dan latihan
harus berjalan seiring untuk menanam dasar yang kokoh bagi bangunan koperasi. Dengan propaganda
dan latihan diperluas dasar untuk berkembangnya koperasi tani, koperasi nalayan, koperasi kerajinan,
koperasi perkebunan, koperasi kredit, koperasi pertukangan, koperasi konsumsi di kota-kota, istimewa
di antara kaum buruh, dan lain sebagainya. Koperasi tani bisa kembang jadi koperasi desa, koperasi
nelayan jadi koperasi perikanan, koperasi kerajinan jadi koperasi industri, koperasi kredit jadi bank
koperasi.
Jika daftar kemungkinan ini kta bandingkan dengan koperasi-koperasi yang telah ada dalam
masyarakat kita, maka nyatakanlah bahwa padang koperasi yang harus diusahakan di masa datang
masih luas sekali. Batasnya lebih jauh dari pandangan mata kita sekarang.
Tadi kuperingatkan bahwa kekurangan kemakmuran sangat hebat di Indonesia. Berhubung
dengan ini saja dapatlah disebutkan di sini beberapa tugas daripada koperasi menurut tempat, waktu
dan keadaan.
Pertama, memperbanyak produksi, terutama produksi barang makanan dan barang kerajinan
dan pertukangan yang diperlukan sehari-hari oleh rakyat kita dalam rumahtangganya. Bukan saja
peluasan tanah dan pekerjaan yang harus diusahakan, tapi juga intensitet daripada pekerjaan. Kita harus
mengusahkan supaya sesudah beberapa tahun tak perlu lagi kita mendatangkan beras dari luar negeri.
Bukti mendatangkan beras dari luar negeri itu saja adalah suatu penghinaan bagi bangsa kita yang
menduduki Tanah Air yang begitu luas dan subur. Sementara waktu hal ini dapat dimaafkan berhubung
dengan berbagai kerusakan yang terjadi di Indonesia beserta kekurangan alat pengangkutan.
Kedua, tugas koperasi ialah memperbaiki kwalita barang, yang dihasilkan rakyat. Ambillah
misalnya getah yang dihasilkan di Jambi dan lain-lain daerah yang disebut dalam peniagaan dengan
nama “ slabs “. Demikian rendah kwalitetnya sehingga getah ini perlu digiling kembali di Singapura
supaya laku di pasar dunia. Dengan perbaikan kwalita sedikit saja di Singapura harganaya menjadi tiga
kali lipat. Berapakah rakyat kita kehilangan pendapatan karena itu ? Sebetulnya, perbaikan kwalita itu
dapat diusahakan sendiri. Apabila di anatara pengusaha karet dapat didirikan koperasi, maka dapatlah
dibangunkan rumah-rumah pengasap karet kepunyaannya bersama. Apabila karet mentah tadi diasap,
maka dengan mudah diperoleh sekurang-kurangnya sheet kelas lima dan karet itu sudah laku di pasar
dunia. Harganya meningkat sampai tiga kali harga karet mentah tadi. Tiap-tiap pengusaha masing-
masing tentu tak sanggup mengadakan rumah pengasap sendiri. Dan tak perlu pula ada rumah
pengasap begitu banyak. Tetapi dengan koperasi dapat mereka mengadakan rumah pengasap
kepunyaan bersama, yang jumlahnya dpat diatur menurut keperluan. Karena itu kwalita barang
bertambah baik, pendapatan nasional bertambah besar dan produksi lebih rasional.
Banyak lagi macam barang pengasilan rakyat kita yang perlu diperbaiki kwalitanya, malahan
kwallita daripada tiap-tiap produksi nasional harus diperbaiki senantiasa, supaya pendapatan nasional
bertambah besar sama dapat mendorong ke jurusan perbaikan kwalita itu.
Tugas koperasi yang ketiga ialah memperbaiki distribusi, pembagian barang kepada rakyat.
Koperasi yang tujuannya ialah memenuhi atau melengkapi keperluan bersama lebih mudah mencapai
perbaikan distribusi itu daripada warung dagang, asal saja cukup alat-alatnya. Istimewa pada masa
barang kurang, orang dagang suka mempermainkan barang, dengan numpuknya dan menjualnya
berdikit-dikit, untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Tugas koperasi yang ke-empat ialah memperbaiki harga, yang menguntungkan bagi masyarakat.
Masyarkat yang kekurangan kemakmuran merasa beruntung, apabila harga barang karena kurang
persediaan tidak memuncak setinggi-tingginya. Apabila perjualan barang semata-mata di tangan orang
dagang, maka usaha mereka-bersalahan dengan tujuan dagang yang sebenarnya-ialah menjual
semahal-mahalnya. Maka perlulah ada tindakan koperasi yang mengadakan perbaikan harga koperasi
yang tujuannya memenuhi keperluan hidup dapat memperimbangkan kepentingan masyarakat dan
perbaikan hidup orang-seorang sebagai anggota masyarakat.
Tugas koperasi yang kelima ialah menyingkirkan penghisapan dari lintah darat. Kalau desa mau
makmur , maka sistem ijon dan berbagai macam penghisapan rakyat oleh si lintah darat harus
dilenyapkan selekas-lekasnya. Pengalaman pada beberapa desa pada waktu yang akhir ini membuktikan
bahwa koperasi memang sanggup memberantas ijon. Karena itu pemberantasan ijon dan riba itu di
desa-desa dengan jalan koperasi harus diperhebat.
Tugas koperasi yang ke-enam ialah memperkuat pemaduan kapital. Oleh karena masyarakat
kekurangan sangat akan kapital yang diperlukan untuk produksi, maka pemaduan kapital itu Oleh
koperai haru diperhebat. Jalan untuk mencapainya ialah mempergiat kemauan menyimpan. Koperasi
lebih mudah mengerjakannya, karena anggotanya yang bercita-cita itu dapat merasaka keharusan
menyimpan itu sebagai suatu kewajiban moril. Dan apabila kegiatan menyimpan itu diperlihatkan Oleh
anggota-anggota koperasi, maka orang banyak akan mengikuti teladan itu.
Tugas yang ketujuh daripada koperasi ialah memelihara lumbung simpanan padi atau
mendorong supaya tiap-tiap desa menghidupkan kembali lumbung desa. sistem lumbung itu dibarui,
disesuaikan dengan tuntutan masa. Lumbung itu harus menjadi alat untuk menyesuaikan produksi dan
konsumsi sepanjang masa dan juga menjadi alat penjaga penetapan harga padi. Dengan adanya
lumbung itu diusahakan, supaya pada waktu panen kelebihan produksi dari keperluan konsumsi
sementara tidak habis dijual dan harga padi tidak turun daripada biasa. Dengan persediaan padi di
lumbung, cukup untuk makanan rakyat dari panen ke panen dan untuk bibit, maka masa penceklik dapat
diatasi. Kelebihan produksi padi di desa dari keperluan konsumsi dari panen ke panen diusahakan Oleh
koperasi menjualnya di kota atau dibawakan ke daerah lain yang berkekurangan. Dan koperasi itu
pulalah seboleh-bolehnya mengusahakan supaya rakyat desa memperboleh berbagai barang keperluan
hidup lainnya sebagai tukaran padinya yang dijual.
Demikianlah beberapa tugas yang dapat diselenggarakan Oleh koperasi untuk mengurangkan
kekurangan kemakmuran. Usaha ini tidah mudah, akan tetapi harus dimasukkan ke dalam daftar usaha
untuk masa datang. Kita membangun koperasi, supaya koperasi membangun kemakmuran masyarakat.
Sebagai penutup pidato ini kuharapkan supaya pegawai-pegawai negeri di daerah-daerah,
istimewa Pamong Praja, menumpahkan minatnya kepada pembangunan koperasi, lebih besar dari
sediakala. Supaya di antara penganjur-penganjur koperasi dan anggota Pamong Praja terdapat kerjasam
yang erat untuk membangun ekonomi rakyat. Pedoman untuk bekerja dan kerjasama ialah suruhan
Undang-Undang Dasar Negara kita “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan”. Kekuatan untuk bbekerja terletak pada derasnya darah kebangsaan yang mengalir dalam
urat dan tubuh saudara, yang setiap detik memperingatkan saudara kepada pertanyaan : sanggupkah
kita memperkokoh perumahan nasional kita ?