02AKRILIK2

30
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Akrilik berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam. Bahan ini berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat dan dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat. Resin akrilik bahan yang paling sering digunakan untuk basis gigi-tiruan lepasan merupakan rantai polimer panjang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat. Resin-resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. 1,2

description

dental material

Transcript of 02AKRILIK2

Page 1: 02AKRILIK2

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik

Akrilik berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam.

Bahan ini berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia

dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau

arang batu. Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer)

monometil metakrilat dan dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat.

Resin akrilik bahan yang paling sering digunakan untuk basis gigi-tiruan

lepasan merupakan rantai polimer panjang terdiri dari unit-unit metil metakrilat

yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat. Resin-resin tersebut merupakan

plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil

metakrilat multipel.1,2

Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base,

landasan pesawat orthodontik (orthodontik base), basis gigi tiruan, pembuatan

anasir gigi tiruan (artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi untuk mengganti

gigi yang rusak.

Syarat syarat yang dibutuhkan resin akrilik :

1) Tidak toksik dan tidak mengiritasi

2) Tidak larut dalam saliva dan mengabsorbsi

3) Mempunyai modulus elastisitas tinggi

Page 2: 02AKRILIK2

3

4) Mempunyai proporsional limit tinggi

5) Mempunyai kekuatan impak tinggi

6) Mempunyai fatique strength tinggi

7) Keras serta memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi

8) Estetik cukup baik

9) Radio-opacity

10) Mudah direparasi apabila patah

11) Mempunyai densitas rendah untuk memudahakn retansi dalam mulut

12) Mudah dibersihkan

Sifat sifat fisik resin akrilik :

1) Kekerasan (hardness) sebesar 16-22 KHN yang berarti akrilik mudah terkikis

dan tergores.

2) Penghantaran panas, resin akrilik mempunyai sifat penghantar panas dan

listrik rendah dibandingkan dengan logam. Penghantar panasnya sebesar 5,7 x

10 kal/detik/cm/oC/cm.

3) Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan

pendinginannya.

4) Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mgcm.

5) Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organik tapi

larut dalam keton dan ester.

6) Adhesi akrilik terhadap logam rendah sehingga memerlukan suatu ikatan

mekanis seperti undercut atau permukaan yang kasar.

Page 3: 02AKRILIK2

4

7) Sifat estetika cukup memuaskan, karena akrilik dapat diberi warna sesuai

kebutuhan.

8) Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-

gejala alergi sehingga jaringan mulut dapat menerima dengan baik.

9) Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau

tekanan yang terus memerus dan kemudian tekanan ditiadakan, maka akan

berubah bentuk secara permanen

10) Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa

disebabkan tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul molekul

polimer

2.1 Jenis Resin Akrilik

Menurut spesifikasi ANSI/ADA No. 12 (ISO 1567) untuk Resin Basis Gigi

Tiruan. Pada umumnya plastik yang dilapisi oleh beberapa spesifikasi termasuk

asetil, akrilik, karbonat, ester asam dimetakrilat, styrene, sulfonat dan vinil

polimer. Atau bisa juga terbentuk dari pencampuran beberapa polimer menjadi

kopolimer. Terdapat lima jenis resin basis gigi tiruan berdasarkan cara

polimerisasinya yaitu:

1) Tipe I Heat-polymerizable polymers/Heat Cured Acrylic (Class 1, Powder dan

Liquid ; Class 2, Plastic Cake)

2) Tipe II Autopolymerizable polymers/Self Cured Acrylic (Class 1, Powder dan

Liquid ; Class 2, Powder dan Liquid pour- tipe resin)

3) Tipe III Thermoplastic blank or powder

Page 4: 02AKRILIK2

5

4) Tipe IV Light activated materials/Visible Light Cured

5) Tipe V Microwave-cured materials

Menurut Combe1 dan Phillips7, macam – macam resin akrilik yaitu :

1) Heat Cured Acrylic Resin

Resin akrilik dimana dalam pengolahannya membutuhkan curing/pemasakan

dengan panas agar diperoleh polimerisasi yang sempurna. Adapun

komposisinya ada dua yaitu:

(1) Powder

Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari

polimerisasi methyl metacrylate dalam air maupun pertikel yang tidak

teratur bentuknya yang diperolah dengan cara menggerinda batangan

polimer.

Initiator peroksida berupa 0,2–0,5 % benzoil peroksida. Pigmen tercampur

dalam partikel polimer sebanyaj 1%

(2) Liquid

Monomer methyl metacrylate, stabilizer sekitar 0,006 % hydroquinone

untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama penyimpanan.

Kadang-kadang terdapat bahan untuk memacu cross link seperti ethylene

glycol dimetacrilat.

Page 5: 02AKRILIK2

6

2) Self Cured Acrylic Resin

Akrilik ini juga dinamakan autopolymerizing ,dapat juga disebut chemical

activated materials. Pada pengolahannya tidak membutuhkan panas.

Komposisinya sama dengan bahan heat cured hanya pada self cured cairannya

mengandung bahan activator. Zat activator ini umumnya golongan amina organic,

dalam hal ini dapat digunakan dimethyl paratoluidine ataupun amina tertier.

Akrilik self cured digunakan untuk bahan restorasi, bahan pengisi yang aktif yaitu

dipergunakan dalam pembentukan sendok cetak khusus untuk pengambilan

cetakan, reparasi gigi tiruan, relining dan rebasing, pada alat orthodonsia yang

removable dan untuk penambahan post-dam pada landasan gigi tiruan atas.

Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai

berikut :

1) Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan

activator seperti dimethyl paratoluidin.

2) Porositas bahan self cured lebih besar daripada heat cured, meskipun ini tidak

mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena

terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu

kamar.

3) Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul rata-rata lebih rendah

dan mengandung lebih banyak sisa monomer yaitu sekitar 2-5 %.

4) Bahan sel cured tidak sekuat heat cured, transverse strength bahan ini kira-kira

80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya

yang lebih ringan.

Page 6: 02AKRILIK2

7

5) Mengenai sifat-sifat rheologynya, bahan heat cured lebih baik dari self cured

karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dari pemakaian.

Pada pengukuran creep bahan polimetil metakrilat, polimer heat cured

mempunyai deformasi awal yang lebih kecil juga lebih sedikit creep dan lebih

cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured.

6) Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertiar

dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama.

2.1 Polimerisasi Resin Akrilik

Polimerisasi adalah reaksi pembentukan polimer dari beberapa buah monomer,

secara fungsional dapat berlangsung tidak terbatas, dan merupakan reaksi

eksotermis. Fungsi monomer di dalam reaksi antara monomer dan polimer, adalah

menghasilkan massa plastis karena sebagian polimer larut dalam monomer.

Selama periode pelarutan ini tidak diharapkan terjadi polimerisasi, periode ini

disebut reaksi fisik antara bubuk dan cairannya.1,2

Menurut Combe1 ada dua macam proses polimerisasi, yaitu :

1) Reaksi kondensasi

Reaksi antara dua molekul atau lebih untuk menghasilkan molekul yang lebih

dengan menghilangkan molekul yang lebih kecil misalnya air.

2) Reaksi adisi

Reaksi kimia antara dua molekul atau lebih untuk untuk pembentukan molekul

besar tanpa menghilangkan molekul yang kecil.

Page 7: 02AKRILIK2

8

Resin akrilik polimethyl methacrylate yang biasa dipakai sebagai bahan basis

gigi-tiruan lepasan biasanya melalaui reaksi adisi, berdasarkan mekanismenya

proses polimerisasi melalui tahapan sebagai berikut 1,2:

1) Inisiasi dan aktivasi

Proses polimerisasi membutuhkan penggerak berupa radikal bebas yaitu suatu

bahan yang sangat reaktif dan mempunyai inisiator, dapat terbentuk karena

proses penguraian peroksida. Pada reaksi ini satu molekul benzoil peroksida

dapat membentuk dua radikal bebas. Radikal bebas inilah yang akan

menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut inisiator yang diaktifkan

dengan cara menguraikan peroksida melalui pemanasan atau pemberian bahan

kimia lain, misalnya dimetil-p-toluidin atau merkaptan amin tersier maupun

dengan penyinaran ultra violet atau radiasi gelombang elektromagnetik.

2) Propagasi

Adalah pembentukan rantai polimer dari reaksi antara molekul yang aktif

dengan molekul lain. Rantai penyebaran (propagasi) terjadi karena monomer

yang diaktifkan bereaksi dengan monomer lainnya, demikian seterusnya

sampai terjadi perpanjangan rantai dan monomer yang diaktifkan saling

berikatan.

3) Terminasi

Rantai terminasi timbul dari adanya reaksi antara dua rantai yang saling

tumbuh sehingga terbentuk molekul yang stabil.

Page 8: 02AKRILIK2

9

2.1 Heat Cured Acrylic Resin

2.4.1 Komposisi

Bubuk (powder) mengandung :

(1) Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama

(2) Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%

(3) Reduces Translucency : Titanium dioxide

(4) Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan

mulut : 1%

(5) Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil

Cairan (liquid) mengandung :

(1) Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah

menguap.

(2) Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang

polimerisasi selama penyimpanan.

(3) Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat

membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi

panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.

2.4.2 Manipulasi Acrylic Heat Cured

Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan sturktur resin.

Perbandingan monomer dan polymer, biasanya 3-3,5/1 satuan volume atau 2,5/1

satuan berat. Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup dibasahi oleh

Page 9: 02AKRILIK2

10

monomer akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain itu juga tidak

boleh terlalu rendah karena sewaktu polimerisasi monomer murni terjadi

pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada adonan acrylic yang berasal dari

perbandingan monomer dan polymer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila

terlalu banyak monomer, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar.

Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang

terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini

dimaksudkan supaya tidak terjadi polimerisasi awal. Bila polymer dan monomer

dicampur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1) tahap 1: adonan seperti pasir basah (sandy stage)

2) tahap 2: adonan seperti Lumpur basah (mushy stage)

3) tahap 3: adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila

ditarik akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir polimer mulai larut,

monomer bebas meresap kedalam polimer.

4) Tahap 4: adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat

hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan.

5) Tahap 5: kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak

monomer yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi

permukaan yang kasar.

6) Tahap 6: kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi

keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian dalam adukan

masih kenyal.

Page 10: 02AKRILIK2

11

Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:

1) ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan

lebih cepat dan lebih cepat mencapai dough.

2) berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih

cepat terbentuk konsistensi liat.

3) adanya plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya

dough.

4) suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan

menyimpan adonan dalam tempat yang dingin.

5) perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka

waktu dough lebih singkat.

Pengisian ruang cetak (mould space) dengan acrylic

Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi dengan

acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam kuvet (pelat logam

yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi dengan acrylic,

lebih dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya menggunakan

could mould seal (CMS). Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:

a. mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan

berpolimerisasi didalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang kasar

dan merekat dengan bahan cetakan/gips.

b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resi acrylic.

Page 11: 02AKRILIK2

12

Ruang cetak diisi dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis

(dough). Agar padat, maka dipelukan pengepresan dengan menggunakan alat

hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan dilakukan dilakukan berulang-

ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat. Cara pengepresan yang benar

adalah:

1. adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan kedalam rongga cetak,

kemudian kedua bagian kuvet ditutup dan diselipi kertas selofan. Pengepresan

awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic dipotong dengan pisau

model. Kedua bagian kuvet dikembalikan, diselipi kertas selofan.

2. pengepresan dilakukan lagi seperti diatas, tetapi tekanan ditingkatkan menjadi

1200 psi. Kelebihan acrylic dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet

dikembalikan tanpa diselipi kertas selofan.

3. pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian kuvet

diambil dan dipindahkan pada beugel.

Pemasakan (curing)

Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah

pengisian (packing) dan pengepresan perlu dilakuukan pemasakan (curing)

didalam oven atau boiling water (air panas). Didalam pemasakan harus

diperhatikan, lamanya dan kecepatan peningkatan suhu/temperature. Metode

pemasakan dapat dilakukan dengan cara cepat atau lambat. Ada tiga metode

pemasakan resin acrylic, yaitu:

Page 12: 02AKRILIK2

13

1. kuvet dan beugel dimasukkan kedalam waterbath, kemudian diisi air setinggi

5 cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga

mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian

temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit).

Selanjutnya api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature

ruang.

2. memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan

beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan

selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature

ruang.

3. memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet

dean beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah

mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.

Kuvet dan beugel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara

perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan

acrylic yang menyebabkan timbulnya stress didalam polimer. Pendinginan secara

perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena

perubahan plastis.

Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol

perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah menguap,

maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang sempurnanya

Page 13: 02AKRILIK2

14

polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan acrylic. Hal-hal yang

menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:

1) perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat

2) penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak

3) pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer

(100,30C).

Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%. Pemasakan

pada temperatur yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan menghasilkan

sisa monomer yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:

1) monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan

mulut

2) sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin

menjadi lunak dan lebih flexible.

Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan

dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat berupa shrinkage porosity

(tampak gelembung yang tidak beraturan pada permukaan acrylic) dan gaseous

porosity (berupa gelembung uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada

bagian acrylic yang tebal dan jauh dari sumber panas).

Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras adalah

terjadinya crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile

stress ysng menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer. Retak juga dapat

Page 14: 02AKRILIK2

15

terjadi oleh karena pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan resin

acrylic, terutama pada proses reparasi. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh

karena :

1) stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan

pembasahan denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara

berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk lapisan

cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu pemasakan;

selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka dapat menyebabkan

keretakan.

2) stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara

denture porselen atau bahan lain seperti klamer dengan landasan denture

acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.

3) kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah

monomer berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan keretakan.

2.1 Self Cured Acrylic (Tipe II)

Setiap resin yang dapat dipolimerisasi dengan penambahan suatu aktivator atau

katalisator tanpa menggunakan panas dari luar. Disebut juga Chemically

Activated Resin, Autopolymer Resin, Cold Curing Resin, atau Quick Cure Resin.

2.5.1 Komposisi

1) Tipe I

Powder PMMA

Page 15: 02AKRILIK2

16

(1) Benzoil Peroksida : inisiator

(2) Pigmen ; sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer

(3) Opaficer : Titanium atau Zinc Oksida

(4) Plasticizers : Dibutil Ptalat

(5) Serat Sintetik : Nilon, akrilik

Liquid MMA : Dapat mengiritasi mukosa

(1) Di-n-butilpthalat

(2) Dimetil-P-Toluidine : Aktivator

(3) Hidroquinon : Inhibitor

(4) Cross Linking Agent : Etilene Glikol Dimetakrilat

2) Tipe II

Powder Polietil Metakrilat

(1) Benzoil Peroksida : Inisiator

(2) Pigmen ; sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer

(3) Opaficer : Titanium atau Zinc Oksida

(4) Plasticizers : Dibutil Ptalat

(5) Serat Sintetik : Nilon, akrilik

Liquid Butil Metakrilat

(1) Dimetil-P-Toluidine Aktivator

(2) Hidroquinon Inhibitor

Page 16: 02AKRILIK2

17

(3) Cross Linking Agent Etilene Glikol Dimetakrilat

2.5.2 Manipulasi

Prosedur pencampuran pada dasarnya sama dengan teknik pencampuran pada

Heat Cured Resin.

2.5.2.1 Persiapan Mold

1) Teknik yang paling sering digunakan adalah teknik molding tekanan. Urutan

kerjanya sama dengan tenik molding tekanan pada Heat Cured Resin.

2) Teknik lainnya, TEKNIK RESIN CAIR:

Urutan Kerja:

(1) Susunan gigi yang telah sempurna ditempatkan dalam kuvet resin cair

(2) Susunan gigi diangkat dari Bahan tanam hidrokoloid reversible, berbentuk

seperti Gel

(3) Persiapan Sprue dan jalan masuk resin cair

(4) Mengembalikan posisi elemen gigi dan model master

(5) Memasukkan resin jenis tuang

(6) Melepas protesa yang sudah selesai dibuat

Keuntungan:

(1) Perbaikan adaptasi terhadap jaringan lunak yang terletak dibawahnya.

(2) Menurunnya kemungkinan kerusakan pada elemen gigi protesa serta basis

protesa selama pembuatan kuvet

Page 17: 02AKRILIK2

18

(3) Berkurangnya biaya bahan

(4) Penyederhanaan penanaman kuvet, pembukaan kuvet dan prosedur

penyelesaian

Kerugian:

(1) Pergeseran elemen gigi protesa selama proses berlangsung

(2) Terjebaknya udara di dalam basis protesa

(3) Buruknya perlekatan basis protesa dengan elemen gigi resin akrilik

2.5.2.2 Polimerisasi

1) W:P rasio

Polimer dan monomer dipasok dalam bentuk bubuk dan cairan. Komponen

tersebut dicampur dalam perbandingan tertentu yang disesuaikan pabrik untuk

berbagai tujuan penggunaannya.

2) Prosedur Polimerisasi

(1) Aktivasi : bubuk dan cairan dicampur, benzoil peroksida teraktivasi oleh

Dimetil-P-Toluidine.

(2) Inisiasi : menggunakan substansi kimia untuk membentuk radikal bebas,

memulai reaksi polimerisasi. Pada tahap ini, diperlukan periode yang

panjang. untuk memperpanjang tahap ini, dapat dilakukan dengan cara

menurunkan temperatur massa resin, dengan memasukkan komponen cair

atau alat pengaduk ke lemari pendingin.

Page 18: 02AKRILIK2

19

(3) Propagasi : molekul yang teraktivasi mengaktivkan molekul lain,

membentuk rantai polimer

(4) Terminasi : penyatuan 2 rantai bertumbuh (kombinasi) atau perpindahan

suatu ion hidrogen dari satu rantai ke rantai lain.

3) Interaksi Polimer dan Monomer

Sama dengan interaksi pada Heat Cured Resin, yaitu terdiri atas beberapa tahap:

(1) Sandy Stage

(2) Stringy Stage

(3) Dough Stage : adonan siap di aplikasikan ke cetakan

(4) Ruberry Stage

(5) Stiff Stage

(6) Tahap Akhir Polimerisasi

a. Deflasking. Mengeluarkan hasil kiur dari bahan cetakan / gips harus

dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah patahnya gigi tiruan

b. Penyelesaian dan Pemolesan. Biasanya dipergunakan suspensi arahan

batu apung halus dalm air. Pemolesan akhir dilakukan misalnya

dengan whiting yang dipakai sebagai suspensi pada kain basah.

Kadang-kadang dilakukan teknik pemolesan kering. Selama

pemolesan harus dijaga agar jangan timbul panas yang berlebih pada

gigi tiruan.

Page 19: 02AKRILIK2

20

2.5.2.3 Waktu yang Dibutuhkan

Setelah penutupan kuvet protesa terakhir, tekanan harus tetap dipertahankan

selama proses polimerisasi. Waktu yang dibutuhkan untuk polimerisasi beragam

sesuai deng bahan yang dipilih. Pengerasan awal resin umumnya terjadi dalam 30

menit setelah penutupan kuvet terakhir. Namun diragukan bahwa polimerisasi

sudah sempurna. Untuk menjamin polimerisasi sudah terjadi secara sempurna

maka kuvet harus ditahan dibawah tekanan selama minimal 3 jam.

2.5.2.4 Akibat Manipulasi yang Salah

Resin yang terpolimerisasi secara kimia tidak pernah sesempurna Heat Cured

Resin. Resin yang terpolimerisasi secara kimia 3-5% monomer bebas. Sedangkan

Heat Cured Resin 0,2-0,5% monomer bebas. Kegagalan memperoleh polimerisasi

yang sempurna cenderung menyebabkan ketidakstabilan dimensi basis protesa,

serta iritasi jaringan lunak.

2.5.3 Sifat-Sifat dan Indikasi Penggunaan

2.5.3.1 Sifat-Sifat

1) Sifat Menguntungkan:

(1) Mudah untuk dilepas dari kuvet

(2) Dimensi lebih akurat

(3) Fleksibilitas lebih tinggi dibanding Heat Cured Resin

(4) Distorsi lebih rendah dibanding Heat Cured Resin

Page 20: 02AKRILIK2

21

2) Sifat Merugikan:

(1) Cukup mahal

(2) Sifat estetik kurang dibanding Heat Cured Resin

(3) Terdapat peningkatan Creep

(4) Terdapat peningkatan monomer bebas

(5) Warna kurang stabil

(6) Kurang kuat

(7) Adhesi dengan gigi kurang

(8) Menyebabkan iritasi

2.5.3.2 INDIKASI PENGGUNAAN:

1) Bahan individual tray

2) Bahan repair, relining, dan rebasing : menyesuaikan kondisi mukosa yang

secara fisiologis berubah

3) Bahan plat ortodonsi (removeable)

4) Bahan penambah post dam pada full denture

Pada gigi palsu dibuat pagaran ± 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu)

tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas.

5) Kadang digunakan sebagai bahan restorasi